Terhadap Pemanfaatan Sumber Energi Panas Bumi

Transkripsi

1 BAB III Peranan Penelitian Terhadap Pemanfaatan Sumber Energi Panas Bumi Menurut Benny, peranan penelitian sangatlah penting. Melalui penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan, perekonomian hingga ketahanan nasional akan dapat terwujud. Oleh karena itu, peran penelitian terhadap panas bumi sangat berpengaruh bagi kelangsungan energi yang dimiliki oleh Indonesia. Sebagai negara dengan sumber panas bumi terbesar di dunia, Indonesia memiliki banyak tipe reservoir. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal: Pertama, di Indonesia panas bumi terdiri dari 19

2 Dari Lombok Menjadi Ahli Panas Bumi Benny Facius Dictus batuan sedimen yang hanya ada di Indonesia dan tidak ada di tempat lain di dunia, dan kedua, Indonesia termasuk dalam lempengan tektonik. Kedua hal ini menyebabkan perbedaan karakter reservoir di Indonesia terutama antara reservoir yang ada di Indonesia Timur dan reservoir yang berada di Pulau Jawa. Dampak dari perbedaan tipe reservoir ini adalah penanganan yang berbeda dalam pengelolaannya. Melalui penelitian, maka cara yang tepat dalam mengelola tipe-tipe reservoir yang berbeda ini dapat diketahui. Berkaitan dengan penelitian tersebut, peran lembaga riset di Indonesia menjadi penting. Salah satu lembaga riset yang banyak melakukan penelitian di bidang panas bumi adalah Badan Litbang ESDM. Menurut Benny, program-program penelitian yang dilakukan di Badan Litbang ESDM secara keseluruhan sudah bagus. Tetapi, di dalam pelaksanaannya sering terjadi hambatan salah satunya adalah proses pengelolaan alat (meliputi pengadaan dan perawatan) yang digunakan untuk penelitian kurang baik. Sebagai contoh, Badan Litbang ESDM memiliki alat dengan model terbaru yang dibeli langsung dari Perancis. Tetapi alat tersebut gagal untuk dioperasikan karena ternyata tidak ada yang mengetahui cara mengoperasikannya. Selain itu, karena kurang memahami bagaimana merawat dan memperbaiki alat tersebut, ketika terdapat kerusakan pada salah satu komponennya, maka perbaikannya harus dilakukan di Perancis. Hal itu terjadi karena orang yang dikirim untuk membeli alat tersebut hanya beranggapan bahwa tugasnya hanya untuk membeli alat tersebut dan tidak perlu mengetahui bagaimana cara merawat dan mengoperasikannya. Masalah lainnya adalah kurangnya kesadaran perusahaanperusahaan mengenai pentingnya peranan lembaga penelitian ini. Perusahaan-perusahaan di Indonesia banyak yang tidak memanfaatkan hasil-hasil penelitian Badan Litbang ESDM. Padahal, hasil-hasil penelitian tersebut dapat diaplikasikan oleh masyarakat maupun industri. Selain itu, masalah-masalah yang terjadi di perusahaan pengelola panas bumi bisa dijadikan sebagai bahan penelitian oleh Badan Litbang ESDM untuk 20

3 dibantu membuatkan solusinya. Akan tetapi, kebanyakan perusahaan di Indonesia kurang menyadari hal tersebut yang menyebabkan peranan Badan Litbang ESDM menjadi lemah. Benny berharap kerja sama antara Badan Geologi dan Badan Litbang ESDM dapat terlaksana sehingga dapat dilakukan uji lapangan terhadap hasil penelitian yang ada. Selama ini hasil penelitian yang dilakukan hanya sampai pada skala laboratorium saja. Padahal bila berhasil dilakukan uji lapangan (mulai dari pemodelan reservoir sampai dengan metoda produksi panas bumi), maka dapat memberikan manfaat yang lebih besar baik bagi perusahaan pengelola panas bumi maupun ilmu pengetahuan. Sayangnya keinginan Benny tersebut belum dapat terwujud karena kerumitan birokrasi antar lembaga yang berbeda-beda. Proses kerja sama antara badan/lembaga penelitian dan perusahaan ini sempat terjadi pada tahun 1960, ketika Pertamina mendirikan LEMIGAS sebagai bagian dari Pertamina yang bertanggung jawab melakukan penelitian. Tetapi, karena tidak adanya regulasi yang jelas, Pertamina lebih sering memberikan bahan penelitian kepada LEMIGAS dan mengawasi jalannya penelitian tanpa mencoba untuk menerapkan hasil dari penelitian yang dilakukan. Akibatnya LEMIGAS seperti suatu lembaga penelitian sendiri yang terlepas dari Pertamina. Menurut Dewan Riset Nasional (DRN) dalam Hasil Rumusan Sidang Paripurna dengan tema IPTEK untuk Indonesia yang Sejahtera dan Berdaulat, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) merupakan kunci sukses untuk perekonomian suatu negara. Negara-negara yang perekonomiannya maju dan masyarakatnya sejahtera, selalu didukung oleh tingginya intensitas IPTEK yang dihasilkan oleh penelitian dan pengembangan (R & D), baik oleh lembaga riset, perguruan tinggi dan sektor industri. Tingginya intensitas IPTEK juga mempunyai korelasi yang sangat positif dengan peringkat daya saing negara-negara dunia, yang tercermin pada besarnya alokasi anggaran untuk R & D. Negara-negara yang mempunyai peringkat daya saing tinggi, mengalokasikan lebih dari 2 % PDB-nya untuk R & D. Menurut laporan World Economic Forum (WEF) 2013, daya saing Indonesia menduduki peringkat 38 dari

4 Dari Lombok Menjadi Ahli Panas Bumi Benny Facius Dictus negara, namun di tingkat ASEAN menduduki peringkat 5. Adapun data anggaran R & D beberapa Negara tersebut adalah Singapura sebesar 2,9 %, Malaysia sebesar 1,0 % dan Thailand sebesar 0,64 %. Sementara itu Indonesia hanya mengalokasikan sekitar 0,08% dari PDB. Di sisi lain, kondisi sumberdaya dan kinerja IPTEK masih memprihatinkan dan diperparah oleh lemahnya koordinasi antar lembaga penelitian, sehingga berakibat kegiatan R & D menjadi kurang terintegrasi. Di samping anggaran yang kecil, berbagai permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan IPTEK dapat berupa: (i) kebijakan pemerintah yang belum berpihak terhadap pengembangan IPTEK (ii) sarana dan prasarana yang terbatas sehingga menyulitkan kegiatan penelitian, (iii) hasil riset yang belum siap dan tidak terimplementasi. Salah satu solusi yang mungkin dilakukan adalah peningkatan dana riset, misalnya dari industri dan menggalakkan konsorsium riset dengan melibatkan semua pihak baik akademik, pemerintah, maupun industri. Dalam upaya pembangunan IPTEK ini, perlu diperhatikan kondisi sumber daya di Indonesia, karena 70 % wilayah Indonesia adalah laut dengan temperatur air laut sekitar 28 C. Selain itu, Indonesia juga terdiri dari lebih pulau-pulau dengan daratan yang tidak rata serta arus laut kuat yang berada di selat-selat antara pulau. Kemudian, di Indonesia terdapat beberapa lempengan bumi yang bertemu sehingga menghasilkan wilayah yang labil dan rawan bencana. Terakhir, penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 240 juta orang, dimana 100 juta lebih berusia muda. Oleh karena itu, selain dana riset, teknologi transportasi dan teknologi informasi serta teknologi komunikasi merupakan faktor penunjang utama yang perlu diperhatikan untuk memajukan bangsa Indonesia. Kondisi-kondisi tersebut sejalan dengan pemikiran Benny yang berpendapat bahwa kerja sama antara lembaga penelitian dan industri ini bisa terjadi salah satunya apabila difasilitasi oleh pemerintah. Melalui regulasi yang jelas, hasil penelitian dari lembaga-lembaga penelitian bisa diujicobakan di industri baik melalui perusahaan-perusahaan milik pemerintah maupun kerja sama dengan asing. 22

5 Ide lain dari Benny di bidang penelitian adalah integrasi database yang lengkap tentang energi terbarukan di Indonesia sehingga ketika melakukan penelitian tidak akan mengalami kesulitan dalam mencari data dari riset yang pernah dilakukan, contohnya ketika ingin meneliti panas bumi, sumber penelitiannya dapat dicari sehingga dapat membantu menjalankan penelitian dengan lebih efisien dan efektif. Benny berkesimpulan, untuk dapat memanfaatkan sumber panas bumi dan memajukan penelitian di Indonesia, setidaknya ada tiga komponen yang penting untuk diperhatikan, yakni teknologi, investasi dan perundang-udangan. Ketiganya saling terkait satu dengan yang lain sehingga harus dikaji secara komprehensif. Selain itu, kerja sama antara lembaga-lembaga terkait dan bidang keilmuan terkait harus terjalin dengan baik sehingga bisa saling mendukung mulai dari proses penelitian hingga difusi hasil penelitian tersebut. Benny memiliki cita-cita agar sumber listrik yang ada di Pulau Jawa berasal dari panas bumi. Cita-cita ini didasarkan atas fakta bahwa sumber panas bumi di Indonesia sebagian besar berada di pulau tersebut, dengan urutan dari yang terbesar adalah sebagai berikut: Jawa Barat, Jawa Tengah dan kemudian disusul Jawa timur. Menurut estimasinya, jika semua sumber panas bumi di Pulau Jawa terbangkitkan, maka akan dihasilkan listrik dengan kekuatan 1,5 sampai 2 GW. Dengan demikian, kebutuhan energi untuk pembangkit listrik di Pulau Jawa sebagian dapat dipenuhi dari energi panas bumi. Namun demikian, sampai sekarang, pemanfaatan energi panas bumi di Indonesia masih terkendala oleh masalah-masalah seperti telah dipaparkan pada bab ini. 23

6 Dari Lombok Menjadi Ahli Panas Bumi Benny Facius Dictus 24