perubahan Anggaran Dasar.

Transkripsi

1 2. Selain itu Peningkatan Modal Perseroan tanpa melalui mekanisme RUPS melanggar kewajiban peningkatan modal yang diatur pada Pasal 42 UU PT No.40 Tahun 2007 yang menyatakan keputusan RUPS untuk penambahan modal dasar adalah sah apabila dilakukan dengan memperhatikan persyaratan kuorum dan jumlah suara setuju untuk perubahan anggaran dasar sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini dan/atau anggaran dasar. Ketentuan dalam Pasal 41 dan Pasal 42 UUPT No.40 tahun 2007 tersebut memperlakukan perubahan modal perseroan sebagai bagian dari perubahan Anggaran Dasar Perseroan, sehingga setiap perubahan terhadap modal perseroan hanya dapat dilaksanakan jika Rapat Umum Pemegang Saham yang menyetujui peningkatan modal dilakukan sesuai dengan ketentuan mengenai panggilan, rapat, korum dan jumlah suara untuk perubahan Anggaran Dasar. Pelanggaran Perseroan / Organ Perseroan atas peningkatan modal yang tidak melalui mekanisme yang diatur oleh UUPT tersebut di atas berakibat hukum Peningkatan Modal yang dilakukan adalah perbuatan melawan hukum dan melanggar asas Judiciary Duty dari Organ Perseroan. Pelanggaran tersebut di atas termasuk dalam kategori perbuatan melawan hukum sehingga menerobos batasan tanggung jawab yang semula hanya terhadap 110

2 saham yang disetor menjadi tanggung renteng atau sampai dengan harta pribadi yang mana sesuai dengan prinsip piercing corporate veil yang harus ditanggung oleh Organ Perseroan dalam hal ini direktur dan komisaris, akibat perbuatannya melanggar hukum tersebut maka tanggung jawabnya adalah tanggung jawab renteng. Begitu pula dengan pemegang saham yang menyetorkan modal pada saat peningkatan modal tidak melalui mekanisme perseroan maka tanggung jawab pemegang saham pada saat perseroan mengalami kerugian adalah sampai harta pribadi atau tanggung renteng. Dengan demikian, pertanggungjawaban pemegang saham dalam PT dalam kondisi penyetoran modalnya terhadap perseroan untuk peningkatan modal yang tidak melalui mekanisme yang diwajibkan UUPT merupakan perbuatan melawan hukum, pemegang saham dalam hal ini secara pasti akan memikul kerugian hutang PT lebih dari bagian harta kekayaan yang ditanamkannya atau saham yang disetorkannya dalam PT. Sama hal-nya juga terhadap Perseroan, tanggung jawab (PT) itu sendiri tidak terbatas, apabila terjadi hutang atau kerugian-kerugian dalam PT, maka hutang atau kerugian itu tidak akan semata-mata dibayar secukupnya dari harta kekayaan yang tersedia dalam PT bagi direksi atau komisaris yang terlibat bertanggungjawab sampai ke 111

3 harta pribadi. Hal tersebut dikarenakan memenuhi Prinsip Piercing The Corporate Veil yang mana menerobos doktrin corporate separate legal personality yang esensinya bahwa suatu perusahaan, dalam hal ini PT, mempunyai personalitas atau kepribadian yang berbeda dari orang yang menciptakannya sehingga dalam hal peningkatan modal yang tidak melalui mekanisme yang diwajibkan UUPT maka baik Perseroan, Direksi maupun komisaris yang terlibat serta pemegang sahamnya dianggap telah melakukan perbuatan melawan Hukum. Karena Direksi dan Komisaris telah tidak melaksanakan Formalitas yang diwajibkan UUPT sebagi Judiciary Duty juga pemegang saham yang ikut menyetorkan modal tanpa melalui mekanisme yang diwajibkan UU PT. (ii) Tanggungjawab Dalam Hal Pemegang Saham (Tidak Menyetorkan) Modal. Pemegang Saham yang tidak menyetorkan Modal pada saat perseroan meningkatkan modalnya tanpa melalui mekanisme yang diatur oleh UUPT tetap bertanggungjawab atas jalannya Perseroan Terbatas termasuk melaksanakan kewajiban sesuai dengan peraturan yang berlaku pada saat perseroan mengalami kerugian. Pemegang Saham yang tidak menyetorkan modalnya pada saat peningkatan modal perseroan yang tidak melalui mekanisme yang 112

4 diatur UUPT tidak luput dari pertanggungjawaban atas kerugian yang dialami perusahaannya meskipun pertanggungjawabannya hanya sebatas saham atau modal yang dimasukannya pada saat pendirian perseroan, karena tidak adanya kesediaan untuk melakukan penyetoran modal yang dilakukan oleh pemegang saham tersebut sebagai akibat dari peningkatan modal yang dilakukan oleh perseroan dan pemegang saham lainnya tidak melalui mekanisme yang diwajibkan UUPT sehingga perbuatan ketiadaan penyetoran modal oleh pemegang saham dalam hal peningkatan modal tidak melalui mekanisme UUPT tidak dapat dikatakan sebagai perbuatan melanggar hukum sebagaimana yang dikatakan teori Piercing The Corporate Veil. Dalam hal ini prinsip (asas) penyingkapan tabir perusahaan atau penerobasan tanggung jawab pemegang saham, sebagai sanksi tidak berlaku terhadap pemegang saham yang tidak bersedia menyetorkan modalnya dalam hal peningkatan modal oleh perseroan yang diikuti beberapa pemegang saham tidak melalui mekanisme yang diwajibkan UU PT, ini berarti pemegang saham tersebut terbatas tanggungjawabnya artinya hanya menanggung kerugian sebatas saham yang dimasukannya jika perusahaan mengalami kerugian. 113

5 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Dalam hal pemegang saham tidak menaikan modalnya pada saat Perseroan meningkatkan modal maka hak-hak pemegang saham yang tidak menaikan modal tersebut wajib tetap diberikan meskipun dengan beberapa konsekuensi yang harus ditanggung oleh pemegang saham tersebut. Pelaksanaan penyetoran saham sangat tergantung pada Direksi perseroan. Direksi perseroan diharapkan dapat bertindak pro-aktif untuk melakukan penagihan atas utang pemegang saham terhadap perseroan. Dalam hal penagihan telah dilakukan, namun penyetoran modal tidak juga dilaksanakan maka perseroan dapat melakukan upaya-upaya sebagai berikut: a) mengajukan gugatan perdata kepada pemegang saham yang tidak melakukan penyetoran dalam bentuk gugatan utang-piutang; b) meminta dilakukannya Rapat Umum Pemegang Saham yang bertujuan membeli kembali saham perseroan yang tidak disetor oleh pemegang saham sebagai treasury stock; atau c) secara tegas menyatakan pengurangan modal perseroan; atau Atas konsekuensi yang harus ditanggung oleh Pemegang Saham karena tidak menyetorkan modal pada saat perseroan meningkatkan modal seperti tersebut di atas, Pemegang Saham masih tetap mendapatkan hak-haknya meskipun adanya pengurangan modal, dapat digugat di pengadilan oleh 114