BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengenalan Gerakan Kepala dengan Kamera Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan kursi roda otomatis yang telah ada sekarang dengan menambahkan sistem pengenalan gerakan kepala sebagai kontrol navigasi dari kursi roda tersebut. Untuk itu diperlukan perangkat yang mampu menangkap gerakan kepala. Salah satu perangkat yang biasanya digunakan untuk pengenalan atau identifikasi gerakan adalah kamera. Pada penggunaannya kamera akan menangkap citra digital dan kemudian citra ini diolah untuk menentukan gerak tersebut. Salah satu penelitian yang membahas pengenalan pergerakan kepala dengan menggunakan kamera pernah dilakukan oleh Dwi Afiat Abrianto (2012), pada rancangannya mengenai Kontrol Kursi Roda Cerdas menggunakan Pergerakan Kepala. Pada penelitian ini digunakan konsep bahwa gerakan merupakan hasil dari perubahan posisi. Pada penelitian ini digunakan perubahan posisi mata sebagai representasi kepala. Mata dideteksi menggunakan metode Haar-Like Feature. Namun dalam penelitian ini, tidak dilakukan perhitungan untuk mencari perubahan posisi sebagai penentu gerak melainkan hanya berdasarkan letak posisi mata pada frame citra pada suatu waktu. Pada frame ditentukan areaarea sebagai representasi gerak tersebut. Posisi awal mata digunakan sebagai acuan atau titik pusat untuk menentukan area-area yang digunakan untuk menentukan gerak kepala.

2 7 Gambar 2. 1 Penentuan kontrol kursi roda otomatis berdasarkan posisi mata Sumber: Kontrol Kursi Roda Cerdas Menggunakan Pergerakan Kepala oleh Dwi Afiat Abrianto, Skripsi, Universitas Diponegoro, 2012 Dari penelitian ini hasil penentuan gerak digunakan untuk navigasi kursi roda. Apabila mata terdeteksi berada pada area Right maka dianggap menoleh ke kanan, apabila berada pada area left maka menoleh ke kiri, apabila berada pada area forward maka dianggap menunduk dan apabila berada diarea backward maka dianggap menengadah. Dengan menggunakan teknik ini, gerak kepala telah mampu namun dengan sudut orientasi maksimal sebesar 30 O. Hal ini disebabkan apabila gerak melebihi sudut tersebut maka sudah tidak terdeteksi. Kelemahan dengan menggunakan teknik adalah ketidakmampuan sistem mendeteksi mata pada cahaya redup. Kelemahan lain adalah diperlukan kalibrasi untuk menentukan posisi awal. Hal ini akan sulit dilakukan pada sistem yang tidak memiliki interface. Penelitian lain juga menggunakan konsep yang mirip dengan yang dilakukan Dwi Afiat Abrianto (2012) yaitu dengan menggunakan Face Orientation Recognition dengan menggunakan metode Haar-like Feature. Pada teknik ini orientasi kepala digunakan sebagai kontrol kursi roda. Perubahan orientasi wajah digunakan untuk mengindikasikan perubahan posisi kepala. Orientasi wajah

3 8 ditentukan berdasarkan jarak antar kedua mata, jarak antara hidung, mulut dan mata hasil dari proses ekstrasi fitur wajah. Dari nilai jarak tersebut dikalkulasikan untuk menentukan perubahan orientasi dengan didasarkan 2 nilai, yaitu nilai xnorm untuk orientasi horizontal dan ynorm untuk orientasi vertikal. Berdasarkan nilai ini ditentukan orientasi wajah dengan menggunakan konsep apabila nilai xnorm positif maka dinyatakan menoleh ke kiri, apabila negatif maka menoleh ke kanan, serta apabila nilai ynorm positif maka dinyatakan sebagai menengadah dan jika negatif maka dinyatakan sebagai menunduk. Dengan metode ini didapatkan tingkat kesuksesan sebesar 90,53%. Kelemahan metode ini adalah proses yang cukup panjang dan memakan waktu serta sudut orientasi yang terbatas akibat perlu terdeteksinya kepala, mata dan hidung secara utuh. Apabila sudut orientasi terlalu besar saat melakukan gerakan maka salah satu fitur wajah tersebut tidak terdeteksi. (Chnalit Noiruxsar and Pranchalee Samanpiboon,2014) Selain metode di atas, metode lain yang dapat digunakan untuk melakukan pengenalan gerakan kepala adalah Optical Flow. Optical Flow didefinisikan sebagai suatu nilai yang menunjukkan perpindahan akibat adanya perubahan pola nilai brightness citra pada dua buah bidang citra yang mengasumsikan bahwa terdapat nilai brightness yang konstan dari waktu ke waktu. Perhitungan Optical Flow didasarkan pada 2 asumsi, yaitu brightness dari setiap titik tidak berubah terhadap waktu dan titik-titik yang berdekatan pada bidang citra bergerak atau berpindah ke arah yang sama dan perpindahannya tidak terlalu jauh. Dengan Optical Flow diharapkan dapat menentukan kecepatan (besar dan arah) setiap pixel pada citra sekarang yang relatif terhadap citra sebelumnya (Jangkung Raharjo dkk,2012).

4 9 Optical Flow merupakan metode yang sering digunakan untuk melakukan motion detection karena output dari metode ini berupa vektor perubahan nilai pixel yang merepresentasikan adanya gerak dan vektor terdiri atas 2 vektor yang merepresentasikan perpindahan pada sumbu x dan y. Nilai ini yang dapat digunakan untuk menentukan besar arah dan perpindahan suatu objek dalam citra. Penelitian mengenai pengenalan gerakan kepala dengan Optical Flow telah dilakukan pada tahun 2012 oleh Paramitha Saikia dan Karen Das dengan menambah metode Gaussian Mixture Model (GMM) untuk substraksi background. Dari penelitian tersebut gerakan kepala ditentukan oleh 2 vektor hasil kalkulasi optical flow (u untuk sumbu x dan v untuk sumbu y). Dari penelitian tersebut didapat hasil sebagai berikut. Tabel 2.1 Penentuan Gerakan berdasarkan Vektor Optical Flow Nilai sx Nilai sy Gerakan +ve -ve Menunduk -ve -ve Menoleh ke kiri +ve +ve Menoleh ke kanan -ve +ve Mendongak Sumber: Head Gestuer Recognition using Optical Flow based Classification with Reinforcement of GMM based Background Subtraction oleh Paramitha Saikia dan Karen Das, Jurnal,2013 Tingkat keberhasilan yang dicapai dengan metode tersebut adalah 92,5% dan namun terdapat noise berupa gerakan gerakan yang tidak disengaja.

5 10 Penelitian lainnya dengan metode yang sama dilakukan oleh Sutijha Martin dkk. (2012) yang bertajuk Optical Flow based Head Movement and Gesture Analysis in Automotive Environtment. Pada penelitian ini gerakan kepala ditentukan dalam 2 fase yaitu fixation (tidak bergerak) dan move (bergerak). Berikut ilustrasi dari fase tersebut. Gambar 2. 2 Ilustrasi gerakan kepala terhadap kondisi Sumber: Optical flow based Gead Movement and Gesture Analysis in Automotive Environtment oleh Sujitha Martin,dkk, Jurnal,2012 Gambar 2. 3 Ilustrasi perubahan kondisi gerakan kepala Sumber: Optical flow based Gead Movement and Gesture Analysis in Automotive Environtment oleh Sujitha Martin,dkk,Jurnal,2012 Setiap fase tersebut ditentukan oleh vektor optical flow. Vektor u digunakan untuk menentukan kondisi FxL, FxR, MR,dan ML dan vektor v digunakan untuk

6 11 menentukan FxU,FxD,MU dan MD. Setiap fase ditentukan melalui proses thresholding. Nilai yang di-threshold adalah perubahan vektor tersebut terhadap waktu. Gambar 2. 4 Hasil optical flow terhadap gerakan kepala Sumber: Optical flow based Gead Movement and Gesture Analysis in Automotive Environtment oleh Sujitha Martin,dkk,Jurnal,2012 Dengan teknik ini didapatkan kesuksesan sebesar 97,4% pada uji coba laboratorium. Metode ini belum pernah diuji untuk kontrol kursi roda atau objek bergerak lainnya. Hasil penelitian berupa interface komputer/pc tidak dalam bentuk implementasi pada perangkat keras. Keunggulan dari penggunaan optical flow adalah tidak adanya batas sudut orientasi terhadap gerak kepala karena tidak adanya proses pendeteksian fitur wajah. Gerak dapat diamati dari nilai-nilai vektor yang didapat dari kalkulasi.oleh sebab itu pada penelitian ini digunakan optical flow dan salah satu tujuan untuk melihat bagaimana implentasi metode ini pada perangkat keras.

7 12 Penentuan Optical Flow antara 2 citra dapat didapat dengan menurunakan persamaan optical flow constraint. Persamaan tersebut dinyatakan sebagai berikut. di dt 0... (2.1) Persamaan tersebut kemudian diturunkan menjadi sebuah persaman yang menghubungkan perubahan brightness pada suatu titik dengan pergerakan pola brightness. Tingkat brightness citra pada titik (x,y) dinotasikan sebagai Brightness pada titik tertentu pada suatu pola adalah konstan, sehingga I( x, y, t). Dengan aturan rantai diferensiasi didapatkan, I dx I dy I 0... (2.2) x dt y dt t Dengan memisalkan dx u dan dt v dy dt, maka didapatkan persamaan seperti berikut. Ixu I yv It 0...(2.3) Dimana: Ixu, I yv, I t = turunan brightness citra dalam bidang spatiotemporal u v = optical flow horizontal = optical flow vertical

8 13 Dalam hal ini I x, I y dan I t masing-masing adalah turunan parsial dari tingkat brightness terhadap x, y dan t. Tujuan dari perhitungan ini adalah menentukan nilai u dan v yang merupakan kecepatan-kecepatan pergeseran pixel dan arah x dan y. Namun nilai I x, I y dan I t juga perlu diestimasi. Estimasi nilai tersebut ditentukan dari set diskrit brightness citra. Salah satu hal penting dalam proses ini adalah nilai estimasi I x, I y dan I t harus konsisten. Nilai tersebut harus menunjukkan titik yang sama pada suatu waktu. Ada berbagai macam formula untuk memperkirakan turunan, namun dengan metode ini, digunakan pendekatan terhadap kubus dengan delapan pengukuran untuk mengestimasi nilai I x, I y dan I t. Setiap nilai estimasi merupakan nilai rata-rata dari empat yang paling memiliki perbedaan terkecil yang didapat dari sekitar pixel tersebut 1 I I I I I I I I I 4 x i, j1, k i, j, k i1, j1, k i1, j, k i, j1, k 1 i, j, k 1 i1, j1, k 1 i1, j, k 1 (2.4) 1 It Ii1, j, k Ii, j, k Ii 1, j1, k Ii 1, j, k Ii, j1, k 1 Ii, j1, k Ii 1, j1, k 1 Ii 1, j1, k... 4 (2.5) 1 I I I I I I I I I 4 y i1, j, k i, j, k i1, j1, k i, j1, k i1, j, k 1 i, j, k 1 i1, j1, k 1 i, j1, k 1... (2.6)

9 14 Gambar 2. 5 Ilustrasi estimasi 3 turunan parsial pada sebuah kubus Sumber: Determining Optical flow Oleh Horn dan Schunck, Jurnal,1981 Dalam hal ini indeks j menyatakan arah x (kolom), indeks i menyatakan y (baris) sedangkan k menyatakan arah waktu. Pada kenyataanya k menunjukkan sekuens dari citra, dimana indeks k 1 menyatakan citra saat ini, dan indeks k menyatakan citra sebelumnya. Satuan panjang yang ditentukan disini merupakan grid interval jarak pada setiap frame citra dan satuan waktu adalah periode sampling frame citra. Terdapat 2 metode yang paling umum digunakan untuk melakukan estimasi optical flow, yaitu metode Horn-Schunck dan metode Lucas Kanade. Horn- Schunck menggunakan estimasi secara global, sedangkan Lucas-Kanade menggunakan informasi sekitar/lokal untuk menentukan estimasi. berikut. Dalam menentukan estimasi dengan Horn-Schunck, digunakan persamaan I u I v I n 1 n u : u I x n n x y t Ix Iy... (2.7)

10 15 I u I v I n 1 n v : v I y n n x y t Ix Iy... (2.8) Metode Horn-Schunck diperlukan iterasi untuk menentukan estimasi yang akurat. Iterasi akan berhenti ketika telah mencapai tingkat error yang diinginkan dan mengikuti perhitungan berikut. 1 n 1 n n 1 n 2 i, j 2 u 2 i, j ui, j vi, j vi, j... (2.9) i j Dimana: i, j=ukuran frame citra Berbeda dengan metode sebelumnya, estimasi dengan Lucas-Kanade yang menggunakan nilai pixel yang berada dalam daerah/lingkungan/neighborhood/ window sekitar dari suatu titik yang diuji yang digunakan sebagai referensi penentuan optical flow. Pada metode ini diasumsikan bahwa flow pada suatu neighborhood adalah konstan, dan penentuan optical flow dilakukan dengan menerapkan persamaan dasar optical flow untuk setiap pixel pada neighborhood tersebut. Persamaa optical flow Lucas Kanade dinyatakan sebagai berikut. I ( q ) u I ( q ) v I ( q ) x 1 y 1 t 1 I x ( q2) u I y ( q2) v It ( q2)...(2.10) I ( q ) u I ( q ) v I ( q ) x n y n t n Dimana : q1, q2,, q n merupakan pixel dalam window Ix( qi ), I y( qi ), I y( q i) merupakan turunan parsial citra terhadap x, y dan waktu

11 16 Untuk dapat menetukan nilai u dan v, persamaa diatas dapat dinyatakan dalam bentuk matriks A vb,dimana: Ix ( q1 ) Ix ( q2) A Ix( qn) Iy ( q1 ) Iy ( q2), Iy( qn) u v v, It ( q1 ) It( qn) b It( qn) Bentuk matriks ini dapat diselesaikan dengan operasi sebagai berikut. T A Av T A b T 1 T v ( A A) A b Dengan menggunakan konsep tersebut maka nilai u dan v dapat dihitung dengan 2 1 I x( qi ) I x( qi ) I y ( qi ) i i i 2 y ( i ) x( i) y ( i) i i u I x( qi ) It ( qi ) v...(2.11) I q I q I q I y ( qi ) It ( qi ) i Pada penelitian ini digunakan metode Lucas-Kanade. Alasan penggunaan metode ini adalah metode ini lebih ringan dalam hal komputasi dibanding Horn Schunck. Optical flow memerlukan 2 frame dalam setiap prosesnya, sehingga data yang diolah menjadi 2 kali data pada pengolahan citra digital pada umumnya. Apabila digunakan metode Horn-Schunck dan diperlukan beberapa iterasi dalam menentukan nilai optical flow maka akan memakan waktu yang cukup banyak yang dapat mengakibatkan lagging pada komputer dengan resource rendah.

12 Segmentasi Objek Kepala Proses segmentasi merupakan proses pemisahan objek berdasarkan warna tertentu terhadap lingkungannya. Pada penelitian ini proses segmentasi bertujuan memisahkan objek kepala sehingga hanya citra dengan objek kepalalah yang akan diproses dengan kalkulasi optical flow. Pada proses ini digunakan warna kulit sebagai acuannya. Citra hasil tangkapan kamera dinyatakan dalam bidang warna RGB. Untuk melakukan segmentasi dengan bidang warna ini cukup sulit mengingat diperlukan thresholding pada ketiga nilai tersebut sebab setiap warna yang dihasilkan merupakan hasil kombinasi dari nilai R (merah), G(hijau) dan B (Biru). Oleh sebab itu, dalam proses segmentasi diperlukan konversi terhadap bidang warna lainnya yang dalam proses segmentasinya lebih sederhana dan lebih baik dari RGB. Terdapat 2 bidang warna yang biasanya digunakan dalam segmentasi warna kulit, yaitu HSV dan YCrCb HSV Pada bidang warna HSV, suatu warna ditentukan oleh 2 yaitu Hue yang menentukan warna, dan Saturasi & Value yang menentukan terang gelap warna tersebut. Pada segmentasi HSV, segmentasi warna dapat ditentukan dengan thresholding pada nilai Hue saja. Proses Konversi RGB menjadi Hue didapat dari perhitungan berikut. H arccos 1 (2 R G B ) 2 2 ( R G) ( R B)( G B)... (2.12) max( R, G, B) min( R, G, B) S...(2.13) max( R, G, B)

13 18 V max( R, G, B)...(2.14) YCrCb Salah satu mengapa jarang digunakannya RGB dalam segmentasi adalah RGB tidak memberikan informasi luminance secara akurat. Salah satu bidang warna yang berbasis luminance adalah YCrCb, dimana Y merupakan nilai luminance dan Cr dan Cr merupakan komponen penentu warna. Cr merupakan komponen informasi warna merah dan Cb merupakan komponen informasi warna biru. Konversi RGB menjadi YCrCb dinyatakan dengan perhitungan sebagai berikut. Y R Cr G Cb B... (2.15) K.B.Shaik dkk. (2015), telah melakukan penelitian untuk membedakan kedua bidang warna dalam segmentasi warna kulit. Dari penelitian tersebut didapat hasil bahwa YCrCb lebih baik dalam melakukan segmentasi pada citra dengan warna bervartiasi terutama pada citra dengan banyak fluktuasi nilai informasi warna dibanding HSV. YCrCb juga menunjukkan hasil yang lebih baik dalam keaadaan pencahayaan tidak merata. Proses konversi RGB menjadi HSV juga memakan waktu yang lebih lama dibanding YCrCb karena terdapat proses konversi nilai kartesian menjadi polar. Berdasarkan hal tersebut pada penelitian ini digunakan YCrCb.

14 19 (a) (b) Gambar 2. 6 Perbandingan hasil segmentasi HSV dan YCrCb (a) HSV (b) YCrCb Sumber: Comparative Study of Skin Color Detection and Segmentation in HSV and YCbCr Color Space oleh Khamar Basha Shaik, dkk, Jurnal,2015 Pada penelitian tersebut pada segmentasi HSV digunakan thresholding berdasarkan histogram, sedangkan pada segmentasi YCrCb digunakan nilai threshold 150<Cr<200 dan 100<Cb<150. Penelitian lain mengenai segmentasi YCrCb oleh Pallabi Sakia(2012) yang dari penelitian ini disimpulkan warna kulit pada bidang warna ini dinyatakan dalam nilai 77<Cb<127 dan 133<Cr<173 dan didapatkan hasil sebagai berikut.

15 20 Gambar 2. 7 Hasil Segmentasi YCrCb Sumber: Face Detection using Skin Colour Model and distance between Eyes oleh Pallabi Saikia, dkk, Jurnal, Konsep Pergerakan Kursi Roda Pada dasarnya kursi roda otomatis merupakan suatu bentuk implementasi mobile robot yang digunakan untuk membantu manusia. Mobile robot merupakan robot yang dapat berpindah posisi baik secara otomatis atau dikendalikan oleh manusia. Pada penelitian sebelumnya mengenai kursi roda otomatis, baik oleh Roni Ardiweri (2014) maupun Dwi Afiat Abrianto (2012), pada rancangan kursi roda otomatis tersebut terdiri atas dua roda dengan masing-masing roda memiliki motor, yang dapat dikategorikan sebagai two wheeled robot. Pada pergerakannya, robot jenis ini menggunakan konsep differential drive untuk bermanuver. Konsep ini yang digunakan pada penelitian-penelitian sebelumnya untuk menentukan pergerakan kursi roda otomatis tersebut. Dengan konsep differential drive, untuk menentukan arah gerak dari kursi two wheeled robot diperlukan koordinasi antar dua roda. Untuk pergerakan lurus dengan bergerak ke depan didapatkan dengan mengatur kecepatan kedua roda pada kecepatan yang sama. Untuk pergerakan berbelok ke kanan maka kecepatan roda kiri diatur agar kecepatannya lebih tinggi dibanding roda kanan, hal sebaliknya

16 21 terjadi untuk berbelok ke kiri. Dengan konsep ini, kursi roda juga mampu berotasi dengan mengatur kecepatan roda kanan dan roda kiri memiliki kecepatan yang sama namun arah yang berlawanan. Untuk rotasi ke kanan, maka kecepatan roda kanan bernilai negatif dan kecepatan roda kiri bernilai positif, hal sebaliknya berlaku untuk rotasi ke kiri. Gambar 2. 8 Arah gerak dan rotasi differential drive Sumber: Embedded Robotics oleh T. Braunl, 2008 Pada penelitian ini, konsep differential drive ini juga digunakan karena kesamaan konstruksi hardware. Secara matematis, konsep pergerakan kursi roda otomatis dengan differensial drive dinyatakan sebagai berikut dengan pengandaian kursi roda berada pada bidang kartesian seperti pada Gambar v L r 1 1 R L L...(2.16) Dimana: v = kecepatan linier = kecepatan sudut

17 22 L = Jarak antar roda r = jari-jari roda L = kecepatan sudut motor kiri R = kecepatan sudut motor kanan Gambar 2. 9 Posisi dan Orientasi kursi roda dalam Sistem Sumber: Kontrol Kursi Roda Cerdas Menggunakan Pergerakan Kepala oleh Dwi Afiat Abrianto,Skripsi,Universitas Diponegoro,2012 Dari persamaan tersebut dapat diamati bahwa, pergerakan kursi roda otomatis ditentukan oleh R dan L yang merupakan kecepatan sudut dari masingmasing roda. Dalam kursi roda otomatis yang akan dirancang, yang diperlukan adalah cara menentukan nilai kecepatan sudut kedua roda tersebut agar kursi roda otomatis dapat bergerak sesuai arah yang dinginkan dengan nilai v dan yang ditentukan. Hal ini dikarenakan sistem yang dirancang menggunakan dua buah

18 23 motor yang berbeda untuk menggerakkan roda, sehingga yang dapat dikendalikan adalah besar kecepatan sudut pada kedua roda. Oleh karena itu diperlukan perhitungan inverse kinematic untuk menentukan besar R dan L terhadap nilai v dan yang diberikan. Berikut persamaan matematis dari inverse kinematika yang digunakan. L 1 L 1 2 v 2 r L R (2.17) 1 L L v 2 r 2... (2.18) R 1 L v 2 r 2... (2.19) Dimana: v = kecepatan linier = kecepatan sudut L = Jarak antar roda r = jari-jari roda L = kecepatan sudut motor kiri R = kecepatan sudut motor kanan

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan oleh beberapa penyandang difabel dan lansia akibat kesulitan atau

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan oleh beberapa penyandang difabel dan lansia akibat kesulitan atau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kursi roda merupakan salah satu alat bantu untuk bergerak yang umumnya dipergunakan oleh beberapa penyandang difabel dan lansia akibat kesulitan atau tidak mampu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang berkaitan dengan pemrosesan data untuk sistem pendeteksi senyum pada skripsi ini, meliputi metode Viola Jones, konversi citra RGB ke grayscale,

Lebih terperinci

COMPUTER VISION UNTUK PENGHITUNGAN JARAK OBYEK TERHADAP KAMERA

COMPUTER VISION UNTUK PENGHITUNGAN JARAK OBYEK TERHADAP KAMERA Seminar Nasional Teknologi Terapan SNTT 2013 (26/10/2013) COMPUTER VISION UNTUK PENGHITUNGAN JARAK OBYEK TERHADAP KAMERA Isnan Nur Rifai *1 Budi Sumanto *2 Program Diploma Elektronika & Instrumentasi Sekolah

Lebih terperinci

APLIKASI IDENTIFIKASI ISYARAT TANGAN SEBAGAI PENGOPERASIAN E-KIOSK

APLIKASI IDENTIFIKASI ISYARAT TANGAN SEBAGAI PENGOPERASIAN E-KIOSK APLIKASI IDENTIFIKASI ISYARAT TANGAN SEBAGAI PENGOPERASIAN E-KIOSK Wiratmoko Yuwono Jurusan Teknologi Informasi Politeknik Elektronika Negeri Surabaya-ITS Jl. Raya ITS, Kampus ITS, Sukolilo Surabaya 60111

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra adalah gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi). Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi menerus dan intensitas cahaya pada bidang dwimatra

Lebih terperinci

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Program Studi Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang Abstrak. Saat ini, banyak sekali alternatif dalam

Lebih terperinci

Deteksi Warna. Resty Wulanningrum,S.Kom Universitas Nusantara PGRI Kediri

Deteksi Warna. Resty Wulanningrum,S.Kom Universitas Nusantara PGRI Kediri Thresholding Resty Wulanningrum,S.Kom Universitas Nusantara PGRI Kediri Deteksi Warna Mendeteksi adanya warna-warna tertentu Menentukan posisi pixel dengan warna yang ditentukan Aplikasi: Deteksi rambu-rambu

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Metode Perancangan Perancangan sistem didasarkan pada teknologi computer vision yang menjadi salah satu faktor penunjang dalam perkembangan dunia pengetahuan dan teknologi,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1 Alat Penelitian a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Prosesor Intel (R) Atom (TM) CPU N550

Lebih terperinci

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI. menawarkan pencarian citra dengan menggunakan fitur low level yang terdapat

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI. menawarkan pencarian citra dengan menggunakan fitur low level yang terdapat BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI 3.1 Permasalahan CBIR ( Content Based Image Retrieval) akhir-akhir ini merupakan salah satu bidang riset yang sedang berkembang pesat (Carneiro, 2005, p1). CBIR ini menawarkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab landasan teori ini akan diuraikan mengenai teori-teori yang terkait dengan Content Based Image Retrieval, ekstraksi fitur, Operator Sobel, deteksi warna HSV, precision dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Internasional Batam

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Internasional Batam 1 BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Aktifitas keseharian yang kerap dilakukan manusia tidak luput dari bantuan teknologi untuk memudahkan prosesnya. Salah satu teknologi yang akrab dan sering digunakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra (image) sebagai salah satu komponen multimedia memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Citra mempunyai karakteristik yang tidak dimiliki oleh

Lebih terperinci

SISTEM PENGENALAN WAJAH MENGGUNAAN METODE TEMPLATE MATCHING

SISTEM PENGENALAN WAJAH MENGGUNAAN METODE TEMPLATE MATCHING SISTEM PENGENALAN WAJAH MENGGUNAAN METODE TEMPLATE MATCHING 1 Yunifa Miftachul Arif, 2 Achmad Sabar 1 Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Saintek, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang 2 Jurusan Sistem Komputer,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tracking obyek. Pada penelitian tugas akhir ini, terdapat obyek berupa bola. Gambar 3.1. Blok Diagram Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. tracking obyek. Pada penelitian tugas akhir ini, terdapat obyek berupa bola. Gambar 3.1. Blok Diagram Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam pengerjaan Tugas Akhir ini adalah studi literatur, pembuatan program serta melakukan deteksi dan tracking obyek. Pada

Lebih terperinci

Aplikasi Pengolahan Citra DETEKSI WARNA. Achmad Basuki PENS-ITS, 26 Des 2006

Aplikasi Pengolahan Citra DETEKSI WARNA. Achmad Basuki PENS-ITS, 26 Des 2006 Aplikasi Pengolahan Citra DETEKSI WARNA PENS-ITS, 26 Des 2006 Materi Format Warna RGB r-gcolor Normalized RGB HSV YCrCb TSL Deteksi Warna Static Threshold Distance Threshold Dynamic Threshold Format Warna

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN Pada bab ini, akan diuraikan perancangan program, mulai dari perancangan algoritma sampai rancangan tampilan. Selain itu akan disajikan juga skema flowchart yang menjelaskan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Definisi Masalah Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut sudah terintegrasi dengan komputer, dengan terintegrasinya sistem tersebut

Lebih terperinci

TRACKING ARAH GERAKAN TELUNJUK JARI BERBASIS WEBCAM MENGGUNAKAN METODE OPTICAL FLOW

TRACKING ARAH GERAKAN TELUNJUK JARI BERBASIS WEBCAM MENGGUNAKAN METODE OPTICAL FLOW TRACKING ARAH GERAKAN TELUNJUK JARI BERBASIS WEBCAM MENGGUNAKAN METODE OPTICAL FLOW Ubaidillah Umar, Reni Soelistijorini, B. Eng, MT, Haryadi Amran Darwito, S.ST Jurusan Teknik Telekomunkasi - Politeknik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Marka Jalan Marka jalan merupakan suatu penanda bagi para pengguna jalan untuk membantu kelancaran jalan dan menghindari adanya kecelakaan. Pada umumnya marka jalan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Aditya Wikan Mahastama mahas@ukdw.ac.id Sistem Optik dan Proses Akuisisi Citra Digital 2 UNIV KRISTEN DUTA WACANA GENAP 1213 v2 Bisa dilihat pada slide berikut. SISTEM OPTIK MANUSIA

Lebih terperinci

Navigasi Perangkat Lunak ebook Reader Berbasis Mobile Menggunakan Fitur Face Tracking

Navigasi Perangkat Lunak ebook Reader Berbasis Mobile Menggunakan Fitur Face Tracking Navigasi Perangkat Lunak ebook Reader Berbasis Mobile Menggunakan Fitur Face Tracking Rikza Azriyan, Saparudin, dan Reza Firsandaya Malik Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Sistem vision yang akan diimplementasikan terdiri dari 2 bagian, yaitu sistem perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat lunak yang digunakan dalam sistem vision ini adalah

Lebih terperinci

DETEKSI GERAK BANYAK OBJEK MENGGUNAKAN BACKGROUND SUBSTRACTION DAN DETEKSI TEPI SOBEL

DETEKSI GERAK BANYAK OBJEK MENGGUNAKAN BACKGROUND SUBSTRACTION DAN DETEKSI TEPI SOBEL DETEKSI GERAK BANYAK OBJEK MENGGUNAKAN BACKGROUND SUBSTRACTION DAN DETEKSI TEPI SOBEL Muhammad Affandes* 1, Afdi Ramadani 2 1,2 Teknik Informatika UIN Sultan Syarif Kasim Riau Kontak Person : Muhammad

Lebih terperinci

BAB II. Computer vision. teknologi. yang. dapat. Vision : Gambar 2.1

BAB II. Computer vision. teknologi. yang. dapat. Vision : Gambar 2.1 BAB II LANDASAN TEORI Computer vision adalah bagian dari ilmu pengetahuan dan teknologi yang membuat mesin seolah-olah dapat melihat. Komponen dari Computer Vision tentunya adalah gambar atau citra, dengan

Lebih terperinci

IMAGE COLOR FEATURE. Achmad Basuki Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

IMAGE COLOR FEATURE. Achmad Basuki Politeknik Elektronika Negeri Surabaya IMAGE COLOR FEATURE Achmad Basuki Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Materi: 1. Image Color Feature 2. Application Using Image Color Feature 3. RGB-Cube 4. Histogram RGB Gabungan Layer Color Indeks

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang berkaitan dengan sistem pendeteksi orang tergeletak mulai dari : pembentukan citra digital, background subtraction, binerisasi, median filtering,

Lebih terperinci

BAB II TEORI PENUNJANG

BAB II TEORI PENUNJANG BAB II TEORI PENUNJANG 2.1 Computer Vision Komputerisasi memiliki ketelitian yang jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan cara manual yang dilakukan oleh mata manusia, komputer dapat melakukan berbagai

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PROTOTYPING SISTEM PEMANTAU LALU LINTAS BERBASIS VIDEO PROCESSING DALAM MENDUKUNG INTELLIGENT TRANSPORTATION SYSTEM

PERANCANGAN DAN PROTOTYPING SISTEM PEMANTAU LALU LINTAS BERBASIS VIDEO PROCESSING DALAM MENDUKUNG INTELLIGENT TRANSPORTATION SYSTEM TI-20 PERANCANGAN DAN PROTOTYPING SISTEM PEMANTAU LALU LINTAS BERBASIS VIDEO PROCESSING DALAM MENDUKUNG INTELLIGENT TRANSPORTATION SYSTEM Jangkung Raharjo, Eko Susatio, dan Iwan Iwut Tritoasmoro Bandung

Lebih terperinci

Operasi-operasi Dasar Pengolahan Citra Digital

Operasi-operasi Dasar Pengolahan Citra Digital Operasi-operasi Dasar Pengolahan Citra Digital Pendahuluan Citra digital direpresentasikan dengan matriks. Operasi pada citra digital pada dasarnya adalah memanipulasi elemen- elemen matriks. Elemen matriks

Lebih terperinci

Penjejakan Objek Visual berbasis Algoritma Mean Shift dengan menggunakan kamera Pan-Tilt

Penjejakan Objek Visual berbasis Algoritma Mean Shift dengan menggunakan kamera Pan-Tilt Penjejakan Objek Visual berbasis Algoritma Mean Shift dengan menggunakan kamera Pan-Tilt Sulfan Bagus Setyawan 1, Djoko Purwanto 2 Jurusan Teknik Elektro, Institut Teknologi Sepuluh Nopember 1 sulfan13@mhs.ee.its.ac.id

Lebih terperinci

1BAB I. 2PENDAHULUAN

1BAB I. 2PENDAHULUAN 1BAB I. 2PENDAHULUAN 2.1. Latar Belakang Pelacak objek (object tracking) pada saat ini merupakan penelitian yang menarik dalam bidang computer vision. Pelacak objek merupakan langkah awal dari berbagai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital 2.1.1 Pengertian Citra Digital Secara umum, citra digital merupakan gambar 2 dimensi yang disusun oleh data digital dalam bentuk sebuah larik (array) yang berisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C-

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C- 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Studi Pendahuluan Sebelumnya telah ada penelitian tentang sistem pengenalan wajah 2D menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C- Means dan jaringan

Lebih terperinci

Pokok Bahasan PENDAHULUAN PERANCANGAN SISTEM HASIL PENGUJIAN PENUTUP

Pokok Bahasan PENDAHULUAN PERANCANGAN SISTEM HASIL PENGUJIAN PENUTUP Pokok Bahasan PENDAHULUAN PERANCANGAN SISTEM HASIL PENGUJIAN PENUTUP PENDAHULUAN 1. Sistem navigasi robot banyak dipakai dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan misalnya untuk membantu departemen pemadam

Lebih terperinci

Bab II Teori Dasar 2.1 Representasi Citra

Bab II Teori Dasar 2.1 Representasi Citra Bab II Teori Dasar 2.1 Representasi Citra Citra dapat direpresentasikan sebagai kumpulan picture element (pixel) pada sebuah fungsi analog dua dimensi f(x,y) yang menyatakan intensitas cahaya yang terpantul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Deteksi wajah pada suatu citra merupakan bagian yang penting dalam perkembangan sistem pengenalan wajah (Face Recognition). Pengenalan wajah banyak digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Citra digital adalah citra yang bersifat diskrit yang dapat diolah oleh computer. Citra ini dapat dihasilkan melalui kamera digital dan scanner ataupun citra yang

Lebih terperinci

SAMPLING DAN KUANTISASI

SAMPLING DAN KUANTISASI SAMPLING DAN KUANTISASI Budi Setiyono 1 3/14/2013 Citra Suatu citra adalah fungsi intensitas 2 dimensi f(x, y), dimana x dan y adalahkoordinat spasial dan f pada titik (x, y) merupakan tingkat kecerahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Berikut adalah beberapa definisi dari citra, antara lain: rupa; gambar; gambaran (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Sebuah fungsi dua dimensi, f(x, y), di mana x dan y adalah

Lebih terperinci

PENERAPAN HAND MOTION TRACKING PENGENDALI POINTER PADA VIRTUAL MOUSE DENGAN METODE OPTICAL FLOW

PENERAPAN HAND MOTION TRACKING PENGENDALI POINTER PADA VIRTUAL MOUSE DENGAN METODE OPTICAL FLOW PENERAPAN HAND MOTION TRACKING PENGENDALI POINTER PADA VIRTUAL MOUSE DENGAN METODE OPTICAL FLOW Reza Umami 1*, Irawan Hadi 1, Irma Salamah 1 1 Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik Telekomunikasi

Lebih terperinci

SISTEM REKOGNISI KARAKTER NUMERIK MENGGUNAKAN ALGORITMA PERCEPTRON

SISTEM REKOGNISI KARAKTER NUMERIK MENGGUNAKAN ALGORITMA PERCEPTRON 30 BAB IV SISTEM REKOGNISI KARAKTER NUMERIK MENGGUNAKAN ALGORITMA PERCEPTRON 4.1 Gambaran Umum Sistem Diagram sederhana dari program yang dibangun dapat diilustrasikan dalam diagram konteks berikut. Gambar

Lebih terperinci

Pembentukan Citra. Bab Model Citra

Pembentukan Citra. Bab Model Citra Bab 2 Pembentukan Citra C itra ada dua macam: citra kontinu dan citra diskrit. Citra kontinu dihasilkan dari sistem optik yang menerima sinyal analog, misalnya mata manusia dan kamera analog. Citra diskrit

Lebih terperinci

APLIKASI DETEKSI MIKROKALSIFIKASI DAN KLASIFIKASI CITRA MAMMOGRAM BERBASIS TEKSTUR SEBAGAI PENDUKUNG DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA

APLIKASI DETEKSI MIKROKALSIFIKASI DAN KLASIFIKASI CITRA MAMMOGRAM BERBASIS TEKSTUR SEBAGAI PENDUKUNG DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA APLIKASI DETEKSI MIKROKALSIFIKASI DAN KLASIFIKASI CITRA MAMMOGRAM BERBASIS TEKSTUR SEBAGAI PENDUKUNG DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA Yusti Fitriyani Nampira 50408896 Dr. Karmilasari Kanker Latar Belakang Kanker

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

BAB 4 HASIL DAN ANALISA BAB 4 HASIL DAN ANALISA 4. Analisa Hasil Pengukuran Profil Permukaan Penelitian dilakukan terhadap (sepuluh) sampel uji berdiameter mm, panjang mm dan daerah yang dibubut sepanjang 5 mm. Parameter pemesinan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Spesifikasi minimum dari perangkat keras yang diperlukan agar dapat. Graphic Card dengan memory minimum 64 mb

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Spesifikasi minimum dari perangkat keras yang diperlukan agar dapat. Graphic Card dengan memory minimum 64 mb BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Driver 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Spesifikasi minimum dari perangkat keras yang diperlukan agar dapat menjalankan driver ini adalah: Prosesor Pentium

Lebih terperinci

... BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Citra

... BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Citra 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Citra atau image adalah suatu matriks dimana indeks baris dan kolomnya menyatakan suatu titik pada citra tersebut dan elemen matriksnya (yang disebut sebagai elemen gambar

Lebih terperinci

DETEKSI NOMINAL MATA UANG DENGAN JARAK EUCLIDEAN DAN KOEFISIEN KORELASI

DETEKSI NOMINAL MATA UANG DENGAN JARAK EUCLIDEAN DAN KOEFISIEN KORELASI DETEKSI NOMINAL MATA UANG DENGAN JARAK EUCLIDEAN DAN KOEFISIEN KORELASI Marina Gracecia1, ShintaEstriWahyuningrum2 Program Studi Teknik Informatika Universitas Katolik Soegijapranata 1 esthergracecia@gmail.com,

Lebih terperinci

E-Book Reader Berbasis Mobile Menggunakan Modifikasi Fitur Face Tracking

E-Book Reader Berbasis Mobile Menggunakan Modifikasi Fitur Face Tracking Jurnal Generic, Vol. 6, No. 2, Juli 2011, pp. 33~41 33 E-Book Reader Berbasis Mobile Menggunakan Modifikasi Fitur Face Tracking Saparudin 1, Reza Firsandaya Malik 2*, Rikza Azriyan 3 1,2,3 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Rancangan Perangkat Keras 3.1.1 Diagram Blok Sistem Rancangan perangkat keras dari aplikasi pengenalan wajah ini dapat dilihat pada diagram blok Gambar 3.1 sebagai berikut

Lebih terperinci

6. PENDETEKSIAN SERANGAN GULMA. Pendahuluan

6. PENDETEKSIAN SERANGAN GULMA. Pendahuluan 6. PENDETEKSIAN SERANGAN GULMA Pendahuluan Praktek pengendalian gulma yang biasa dilakukan pada pertanian tanaman pangan adalah pengendalian praolah dan pascatumbuh. Aplikasi kegiatan Praolah dilakukan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis 3.1.1 Permasalahan Pemanfaatan Augmented Reality pada umumnya berfokus pada kemampuan visualnya, yaitu berupa bentuk tiga dimensi, lingkungan tiga dimensi, animasi,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. pada PC yang dihubungkan dengan access point Robotino. Hal tersebut untuk

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. pada PC yang dihubungkan dengan access point Robotino. Hal tersebut untuk BAB IV PENGUJIAN SISTEM Pengujian sistem yang dilakukan merupakan pengujian terhadap Robotino dan aplikasi pada PC yang telah selesai dibuat. Dimulai dari menghubungkan koneksi ke Robotino, menggerakan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN SEGMENTASI CITRA BERWARNA DENGAN FUZZY CMEANS CLUSTERING PADA BEBERAPA REPRESENTASI RUANG WARNA

PERBANDINGAN SEGMENTASI CITRA BERWARNA DENGAN FUZZY CMEANS CLUSTERING PADA BEBERAPA REPRESENTASI RUANG WARNA PERBANDINGAN SEGMENTASI CITRA BERWARNA DENGAN FUZZY CMEANS CLUSTERING PADA BEBERAPA REPRESENTASI RUANG WARNA Naser Jawas Sistem Komputer STMIK STIKOM Bali Jl Raya Puputan No.86 Renon, Denpasar, Bali 80226

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat ditandai dengan persaingan sangat kuat dalam bidang teknologi. Seiring

BAB I PENDAHULUAN. pesat ditandai dengan persaingan sangat kuat dalam bidang teknologi. Seiring BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada abad ke 21 ini, ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat ditandai dengan persaingan sangat kuat dalam bidang teknologi. Seiring dengan berkembangnya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa

Lebih terperinci

Pertemuan 2 Representasi Citra

Pertemuan 2 Representasi Citra /29/23 FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING ) Pertemuan 2 Representasi Citra Representasi Citra citra Citra analog Citra digital Matrik dua dimensi yang terdiri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang berkaitan dengan pemrosesan data untuk sistem pengenalan gender pada skripsi ini, meliputi cropping dan resizing ukuran citra, konversi citra

Lebih terperinci

Fitur Matriks Populasi Piksel Untuk Membedakan Frame-frame Dalam Deteksi Gerakan

Fitur Matriks Populasi Piksel Untuk Membedakan Frame-frame Dalam Deteksi Gerakan Fitur Matriks Populasi Piksel Untuk Membedakan Frame-frame Dalam Deteksi Gerakan Teady Matius Surya Mulyana tmulyana@bundamulia.ac.id, teadymatius@yahoo.com Teknik Informatika Universitas Bunda Mulia Abstrak

Lebih terperinci

Bab III Perangkat Pengujian

Bab III Perangkat Pengujian Bab III Perangkat Pengujian Persoalan utama dalam tugas akhir ini adalah bagaimana mengimplementasikan metode pengukuran jarak menggunakan pengolahan citra tunggal dengan bantuan laser pointer dalam suatu

Lebih terperinci

DETEKSI WAJAH UNTUK OBJEK 3D MENGGUNAKAN ANDROID

DETEKSI WAJAH UNTUK OBJEK 3D MENGGUNAKAN ANDROID DETEKSI WAJAH UNTUK OBJEK 3D MENGGUNAKAN ANDROID Afdhol Dzikri 1, Dwi Ely Kurniawan 2, Handry Elsharry Adriyanto 3 1,2,3 Jurusan Teknik Informatika, Prodi Teknik Multimedia dan Jaringan, Politeknik Negeri

Lebih terperinci

SISTEM KONTROL GERAK SEDERHANA PADA ROBOT PENGHINDAR HALANGAN BERBASIS KAMERA DAN PENGOLAHAN CITRA

SISTEM KONTROL GERAK SEDERHANA PADA ROBOT PENGHINDAR HALANGAN BERBASIS KAMERA DAN PENGOLAHAN CITRA SISTEM KONTROL GERAK SEDERHANA PADA ROBOT PENGHINDAR HALANGAN BERBASIS KAMERA DAN PENGOLAHAN CITRA Dirvi Eko Juliando Sudirman 1) 1) Teknik Komputer Kontrol Politeknik Negeri Madiun Jl Serayu No. 84, Madiun,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. matriks yang terdiri atas baris dan kolom dimana setiap pasangan indeks baris dan

BAB II LANDASAN TEORI. matriks yang terdiri atas baris dan kolom dimana setiap pasangan indeks baris dan 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Citra digital adalah suatu citrayt^,;'^ yang telah memiliki koordinat spasial, dan tingkat kecerahan yang diskrit. Dengan kata lain, citra digital adalah sebuah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Secara harfiah citra atau image adalah gambar pada bidang dua dimensi. Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya pada

Lebih terperinci

PENENTUAN KUALITAS DAUN TEMBAKAU DENGAN PERANGKAT MOBILE BERDASARKAN EKSTRASI FITUR RATA-RATA RGB MENGGUNAKAN ALGORITMA K-NEAREST NEIGHBOR

PENENTUAN KUALITAS DAUN TEMBAKAU DENGAN PERANGKAT MOBILE BERDASARKAN EKSTRASI FITUR RATA-RATA RGB MENGGUNAKAN ALGORITMA K-NEAREST NEIGHBOR PENENTUAN KUALITAS DAUN TEMBAKAU DENGAN PERANGKAT MOBILE BERDASARKAN EKSTRASI FITUR RATA-RATA RGB MENGGUNAKAN ALGORITMA K-NEAREST NEIGHBOR Eko Subiyantoro, Yan Permana Agung Putra Program Studi Teknik

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Contoh Citra yang digunakan

Gambar 3.1 Contoh Citra yang digunakan BAB III DATASET DAN RANCANGAN PENELITIAN Pada bab ini dijelaskan tentang dataset citra yang digunakan dalam penelitian ini serta rancangan untuk melakukan penelitian. 3.1 DATASET PENELITIAN Penelitian

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Pengujian Distorsi Menggunakan Concentric Circle Method Pada Kaca Spion Kendaraan Bermotor Kategori L3 Berbasis Edge Detection

Rancang Bangun Sistem Pengujian Distorsi Menggunakan Concentric Circle Method Pada Kaca Spion Kendaraan Bermotor Kategori L3 Berbasis Edge Detection JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (22) -6 Rancang Bangun Sistem Pengujian Distorsi Menggunakan Concentric Circle Method Pada Kaca Spion Kendaraan Bermotor Kategori L3 Berbasis Edge Detection Muji Tri Nurismu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan atau imitasi dari suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Warna Dengan menggunakan 3 buah reseptor manusia dapat membedakan banyak warna. Warna tricromatic RGB dalam sistem grafis umumnya menggunakan 3 byte (2 8 ) 3,

Lebih terperinci

Bab IV. Pengujian dan Analisis

Bab IV. Pengujian dan Analisis Bab IV. Pengujian dan Analisis IV.1. Jangkauan Telemetri dan Kalibrasi Kamera a. Jangkauan Telemetri Pengukuran jangkauan telemetri di ruang terbuka dilakukan dengan menempatkan pemancar RF di jendela

Lebih terperinci

COLOR SPACE. Achmad Basuki Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

COLOR SPACE. Achmad Basuki Politeknik Elektronika Negeri Surabaya COLOR SPACE Achmad Basuki Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Materi: 1. Konsep Warna 2. Standard Color Space RGB dan CMYK HSV CIE Lab, Luv, Yuv dan YCrCb 3. Color Gamut 4. Konversi Color Spaces KONSEP

Lebih terperinci

2.Landasan Teori. 2.1 Konsep Pemetaan Gambar dan Pengambilan Data.

2.Landasan Teori. 2.1 Konsep Pemetaan Gambar dan Pengambilan Data. 6 2.Landasan Teori 2.1 Konsep Pemetaan Gambar dan Pengambilan Data. Informasi Multi Media pada database diproses untuk mengekstraksi fitur dan gambar.pada proses pengambilan, fitur dan juga atribut atribut

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menggunakan serial port (baudrate 4800bps, COM1). Menggunakan Sistem Operasi Windows XP.

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menggunakan serial port (baudrate 4800bps, COM1). Menggunakan Sistem Operasi Windows XP. BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian yang berupa spesifikasi sistem, prosedur operasional penggunaan program, dan analisa sistem yang telah dibuat. 4.1 Spesifikasi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Implementasi 4.1.1 Spesifikasi Sistem Adapun spesifikasi komputer yang digunakan penulis dalam melakukan simulasi pada aplikasi penelitian pengenalan citra wajah dengan variasi

Lebih terperinci

3. BAB III METODE PENELITIAN

3. BAB III METODE PENELITIAN 3. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen, dengan tahapan penelitian sebagai berikut: 1. Pengumpulan data Tahap ini dilakukan sebagai langkah

Lebih terperinci

Rekognisi karakter optik merupakan salah satu aplikasi pengenalan pola yang

Rekognisi karakter optik merupakan salah satu aplikasi pengenalan pola yang 17 BAB II REKOGNISI KARAKTER NUMERIK 2.1 Gambaran Singkat Rekognisi Karakter Optik Rekognisi karakter optik merupakan salah satu aplikasi pengenalan pola yang dirancang untuk menerjemahkan teks baik berupa

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. implementasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap perangkat keras dan

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. implementasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap perangkat keras dan BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Implementasi dan Evaluasi yang dilakukan penulis merupakan implementasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap perangkat keras dan perangkat lunak dari sistem secara keseluruhan

Lebih terperinci

ROBOT CERDAS PEMADAM API MENGGUNAKAN PROYEKSI INTEGRAL

ROBOT CERDAS PEMADAM API MENGGUNAKAN PROYEKSI INTEGRAL ROBOT CERDAS PEMADAM API MENGGUNAKAN PROYEKSI INTEGRAL Setiawardhana, Riyanto Sigit, Dadet Pramadihanto Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Kampus ITS Keputih Sukolilo Surabaya 60111, Indonesia Tel:+62-31-5947280

Lebih terperinci

Latar Belakang 7/3/2014

Latar Belakang 7/3/2014 DETEKSI FITUR DAN PENENTUAN POSISI HUMANOID SOCCER ROBOT DALAM LAPANGAN STANDAR ROBOCUP BEBASIS SENSOR ORIENTASI DAN PENANDA TIDAK UNIK OLEH : ACH HADI DAHLAN 2210100180 DOSEN PEMBIMBING : 1. PROF. DR.

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deteksi kulit manusia berperan penting dan digunakan secara luas sebagai langkah awal pada aplikasi pengolahan citra seperti gesture analysis, content based

Lebih terperinci

PENDETEKSIAN HALANGAN PADA ROBOT CERDAS PEMADAM API MENGGUNAKAN KAMERA DENGAN INTEGRAL PROYEKSI

PENDETEKSIAN HALANGAN PADA ROBOT CERDAS PEMADAM API MENGGUNAKAN KAMERA DENGAN INTEGRAL PROYEKSI PENDETEKSIAN HALANGAN PADA ROBOT CERDAS PEMADAM API MENGGUNAKAN KAMERA DENGAN INTEGRAL PROYEKSI Setiawardhana 1), Nana Ramadijanti 2), Rizky Yuniar Hakkun 3), Aji Seto Arifianto 4) 1,2,3) Dosen Jurusan

Lebih terperinci

Perbandingan Dua Citra Bibir Manusia Menggunakan Metode Pengukuran Lebar, Tebal dan Sudut Bibir ABSTRAK

Perbandingan Dua Citra Bibir Manusia Menggunakan Metode Pengukuran Lebar, Tebal dan Sudut Bibir ABSTRAK Perbandingan Dua Citra Bibir Manusia Menggunakan Metode Pengukuran Lebar, Tebal dan Sudut Bibir Rizki Hamdani / 0322 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha Jl. Prof. Drg.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengembangan Sistem Pengenalan Wajah 2D

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengembangan Sistem Pengenalan Wajah 2D 30 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengembangan Sistem Pengenalan Wajah 2D Penelitian ini mengembangkan model sistem pengenalan wajah dua dimensi pada citra wajah yang telah disiapkan dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Citra Digital

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Citra Digital 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Bab ini berisi tentang teori yang mendasari penelitian ini. Terdapat beberapa dasar teori yang digunakan dan akan diuraikan sebagai berikut. 2.1.1 Citra Digital

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital Citra digital merupakan sebuah fungsi intensitas cahaya, dimana harga x dan y merupakan koordinat spasial dan harga fungsi f tersebut pada setiap titik merupakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN

BAB 3 METODE PERANCANGAN BAB 3 METODE PERANCANGAN 3.1 Konsep dan Pendekatan Tujuan utama yang ingin dicapai dalam pengenalan objek 3 dimensi adalah kemampuan untuk mengenali suatu objek dalam kondisi beragam. Salah satu faktor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pengenalan wajah adalah aplikasi dari pengolahan citra yang dapat mengidentifikasi seseorang melalui citra digital atau frame video. Sistem pengenalan wajah

Lebih terperinci

KLASIFIKASI TINGKAT KEMATANGAN BUAH PEPAYA (CARICA PAPAYA L) CALIFORNIA (CALLINA-IPB 9) DALAM RUANG WARNA HSV DAN ALGORITMA K-NEAREST NEIGHBORS

KLASIFIKASI TINGKAT KEMATANGAN BUAH PEPAYA (CARICA PAPAYA L) CALIFORNIA (CALLINA-IPB 9) DALAM RUANG WARNA HSV DAN ALGORITMA K-NEAREST NEIGHBORS KLASIFIKASI TINGKAT KEMATANGAN BUAH PEPAYA (CARICA PAPAYA L) CALIFORNIA (CALLINA-IPB 9) DALAM RUANG WARNA HSV DAN ALGORITMA K-NEAREST NEIGHBORS Sigit Sugiyanto*, Feri Wibowo Program Studi Teknik Informatika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. melacak badan manusia. Dimana hasil dari deteksi atau melacak manusia itu akan

BAB III METODE PENELITIAN. melacak badan manusia. Dimana hasil dari deteksi atau melacak manusia itu akan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Model Pengembangan Tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk membuat sebuah aplikasi untuk mengatur kontras pada gambar secara otomatis. Dan dapat meningkatkan kualitas citra

Lebih terperinci

Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital

Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital Nurul Fuad 1, Yuliana Melita 2 Magister Teknologi Informasi Institut Saint Terapan & Teknologi

Lebih terperinci

Implementasi VB 6.0 pada Face Detection Berbasis Image Processing untuk Sistem Identifikasi

Implementasi VB 6.0 pada Face Detection Berbasis Image Processing untuk Sistem Identifikasi JURNAL FISIKA DAN APLIKASINYA VOLUME 3, NOMOR 2 JUNI 2007 Implementasi VB 6.0 pada Face Detection Berbasis Image Processing untuk Sistem Identifikasi Millatul Maziyah dan Andy Noortjahja Jurusan Fisika,

Lebih terperinci

Aplikasi Deteksi Wajah pada Foto Dijital dalam Sistem Pengenalan Wajah

Aplikasi Deteksi Wajah pada Foto Dijital dalam Sistem Pengenalan Wajah st Seminar on Application and Research in Industrial Technology, SMART 2006 Yogyakarta, 27 April 2006 Aplikasi Deteksi Wajah pada Foto Dital ) Karmilasari, 2) Dewi Agushinta R, dan 3) Syahrul Ramadhan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teknologi pengenalan teks merupakan teknologi yang mampu mengenali teks

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teknologi pengenalan teks merupakan teknologi yang mampu mengenali teks BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Teks Teknologi pengenalan teks merupakan teknologi yang mampu mengenali teks pada citra digital dan mengalihkannya pada dokumen digital. Aplikasi dari teknologi pengenalan

Lebih terperinci

Tracking Arah Gerakan Telunjuk Jari Berbasis Webcam Menggunakan Metode Optical Flow

Tracking Arah Gerakan Telunjuk Jari Berbasis Webcam Menggunakan Metode Optical Flow The 3 th Industrial Electronics Seminar 2 (IES 2) Electronic Engineering Polytechnic Institute of Surabaya (EEPIS), Indonesia, October 26, 2 Tracking Arah Gerakan Telunjuk Jari Berbasis Webcam Menggunakan

Lebih terperinci

Oleh: Riza Prasetya Wicaksana

Oleh: Riza Prasetya Wicaksana Oleh: Riza Prasetya Wicaksana 2209 105 042 Pembimbing I : Dr. I Ketut Eddy Purnama, ST., MT. NIP. 196907301995121001 Pembimbing II : Muhtadin, ST., MT. NIP. 198106092009121003 Latar belakang Banyaknya

Lebih terperinci

Suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara.

Suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara. Image Enhancement Suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara. Cara-cara yang bisa dilakukan misalnya dengan fungsi transformasi, operasi matematis,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengolahan Citra Pengolahan citra (image processing) merupakan proses untuk mengolah pixel-pixel dalam citra digital untuk tujuan tertentu. Beberapa alasan dilakukan pengolahan

Lebih terperinci

Elvin Nur Afian, Rancang Bangun Sistem Navigasi Kapal Laut berbasis pada Image Processing metode Color Detection

Elvin Nur Afian, Rancang Bangun Sistem Navigasi Kapal Laut berbasis pada Image Processing metode Color Detection RANCANG BANGUN SISTEM NAVIGASI KAPAL LAUT BERBASIS PADA IMAGE PROCESSING DENGAN METODE COLOR DETECTION (DESIGN OF SHIPS NAVIGATION SYSTEM BASED ON IMAGE PROCESSING WITH COLOR DETECTION METHOD ) 1 Elvin

Lebih terperinci

GLOSARIUM Adaptive thresholding Peng-ambangan adaptif Additive noise Derau tambahan Algoritma Moore Array Binary image Citra biner Brightness

GLOSARIUM Adaptive thresholding Peng-ambangan adaptif Additive noise Derau tambahan Algoritma Moore Array Binary image Citra biner Brightness 753 GLOSARIUM Adaptive thresholding (lihat Peng-ambangan adaptif). Additive noise (lihat Derau tambahan). Algoritma Moore : Algoritma untuk memperoleh kontur internal. Array. Suatu wadah yang dapat digunakan

Lebih terperinci

ROBOT MOBIL DENGAN SENSOR KAMERA UNTUK MENELUSURI JALUR PADA MAZE

ROBOT MOBIL DENGAN SENSOR KAMERA UNTUK MENELUSURI JALUR PADA MAZE ROBOT MOBIL DENGAN SENSOR KAMERA UNTUK MENELUSURI JALUR PADA MAZE Lauw Lim Un Tung, Resmana Lim, Budiman Lewa Electrical Engineering Dept., PETRA Christian University Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya

Lebih terperinci