BAB 2 LANDASAN TEORI. Teknologi pengenalan teks merupakan teknologi yang mampu mengenali teks

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI. Teknologi pengenalan teks merupakan teknologi yang mampu mengenali teks"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Teks Teknologi pengenalan teks merupakan teknologi yang mampu mengenali teks pada citra digital dan mengalihkannya pada dokumen digital. Aplikasi dari teknologi pengenalan teks ini dikenal dengan nama Optical Character Recognition (OCR). OCR sendiri digunakan untuk mengenali teks hasil cetakan mesin (Machine-Printed Text). OCR dipatenkan pada tahun 1929 di Jerman oleh Gustav Tauschek. Pada saat itu, diterapkan pada mesin yang menggunakan alat optik (sekarang ini umumnya kita menggunakan alat optik berupa scanner). Saat ini konsep dasar dari OCR banyak digunakan di beberapa aplikasi pengenalan teks. Berikut ilustrasi dari proses OCR: Gambar 2.1 Proses pada OCR (Tri, 2007, p5)

2 8 Prinsip kerja dari aplikasi OCR adalah sebagai berikut. 1. Memasukkan dokumen berisi teks (teks cetakan mesin) ke dalam alat optik (scanner) sehingga didapat sebuah file citra. 2. File citra tersebut diproses menggunakan perangkat lunak aplikasi pengenalan teks, di mana perangkat ini melakukan proses pengenalan terhadap karakter-karakter yang ada pada file citra tersebut. 3. Keluaran dari perangkat lunak aplikasi pengenalan teks ini berupa file teks yang berisi karakter-karakter yang telah dikenali dan siap untuk diolah lebih lanjut. Oleh karena itu, tingkat keberhasilan dari perangkat lunak aplikasi pengenalan teks ini sangat bergantung dari sejumlah faktor berikut. 1. Kualitas gambar teks yang ada pada dokumen yang dibaca serta tingkat kompleksitasnya (ukuran, format teks, warna, latar belakang). 2. Kualitas alat optik yang dipakai (scanner). 3. Kualitas perangkat lunak aplikasi pengenalan teks itu sendiri. yaitu: Dalam penelitian mengenai pengenalan teks digunakan beberapa pendekatan, 1. Pendekatan statistik (statistical approach) 2. Pendekatan sintaktik (syntactic approach)

3 9 3. Pendekatan neural network, dan 4. Pendekatan fuzzy logic 2.2 Konsep Dasar Citra Digital Citra menurut kamus webster adalah suatu representasi, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek atau benda. Sedangkan pada pengolahan citra digital, istilah citra merupakan representasi dari fungsi dua dimensi citra, dinyatakan juga sebagai fungsi kontinu dari intensitas cahaya dalam bidang dua dimensi f(x,y). Nilai x dan y merupakan titik koordinat bidang citra yang masing-masing mewakili elemen terkecil dalam citra yang disebut sebagai pixel. Citra digital terdiri dari jumlah pixel per baris dan jumlah pixel per kolom yang terbatas Pixel Pixel kependekan picture element, merupakan komponen terkecil yang menyusun sebuah citra bitmap. Setiap pixel menyimpan berbagai informasi, yaitu informasi berupa warna dan letak/posisi pixel tersebut pada citra. Dari pixel inilah kualitas sebuah citra dapat ditentukan. Makin besar jumlah pixel tiap satuan panjang berarti makin tinggi tingkat resolusi citra tersebut, maka kualitas citra yang dihasilkan semakin baik.

4 10 A. Kedalaman Warna Kedalaman warna (color depth) menentukan keanekaragaman warna dari sebuah pixel. Makin besar nilai kedalaman warna, makin banyak pula variasi warna yang terkandung dalam setiap pixel warna. Perhitungan mengenai kedalaman warna adalah sebagai berikut. 1 bit = 2 1 = 2 warna = 0 dan 1 (hitam dan putih) 8 bit = 2 8 = 256 warna 16 bit = 2 16 = warna (high color) 24 bit = 2 24 = 16.7 juta warna (true color) Pada kedalaman warna 24 bit disebut true color karena mendekati warna sebenarnya. Kedalaman warna 24 bit sendiri dimiliki oleh citra dengan format bitmap (.bmp). B. Posisi Pixel Posisi pixel pada sebuah citra dinyatakan dengan nilai m dan n, dimana nilai ini mewakili koordinat bidang dua dimensi (x, y), seperti dinyatakan di bawah ini. m = baris 0 x m-1 n = kolom 0 y n-1

5 11 Pada layar monitor nilai x mewakili nilai kolom sedangkan nilai y mewakili nilai baris, seperti terlihat pada gambar di bawah ini. f(0,0) f(0,1) f(0,2).. f(0, m-1) f(1,0) f(1,1) f(1,2).. f(1, m-1) : : : : : : : : : : f(n-1, 0) f(n-1, 1) f(n-1, 2).. f(n-1, m-1) Gambar 2.2 Posisi pixel pada layar ( Konektivitas Konektivitas merupakan hubungan tetangga dari sebuah pixel terhadap pixel yang lain. Konektivitas digunakan untuk menciptakan batas-batas dari komponenkomponen yang tersusun dalam sebuah citra. Dua pixel dikatakan memiliki konektivitas jika letaknya berdekatan dan memiliki skala warna yang memenuhi batas toleransi. Menurut Gonzales dan Woods (1992, p40), ada dua jenis konektivitas yang digunakan pada citra dua dimensi.

6 12 a. 4-Konektivitas Dua buah pixel dikatakan memiliki hubungan 4-konektivitas jika mereka terletak berdampingan secara horizontal dan vertikal N 4 (P). Kumpulan dari pixel-pixel ini disebut dengan 4 neighbours of P. P(x, y-1) P (x-1, y) P (x,y) P(x+1, y) P(x, y+1) b. 8-Konektivitas Dua buah pixel dikatakan memiliki hubungan 8-konektivitas jika mereka terletak berdampingan secara horizontal dan vertikal N 8 (P) atau disebut juga empat diagonal neighbours. P (x-1, y-1) P(x, y-1) P (x+1, y-1) P (x-1, y) P (x,y) P(x+1, y) P (x-1, y+1) P(x, y+1) P (x+1, y+1) 2.3 Pengolahan Citra Digital Pengolahan citra merupakan kegiatan memperbaharui citra sehingga mudah diinterpretasi oleh manusia/mesin. Teknik yang digunakan dalam pengolahan citra antara lain grayscaling, thresholding, filtering, segmentation, dan stretching.

7 Grayscaling Untuk memudahkan pekerjaan-pekerjaan pada proses selanjutnya dalam pengolahan citra, pada tahap pertama dilakukan proses grayscaling. Proses ini mengubah citra dengan warna yang beragam menjadi citra 8 bit keabuan. Persamaan yang digunakan adalah: di mana : R = Nilai intensitas komponen warna merah G = Nilai intensitas komponen warna hijau B = Nilai intensitas komponen warna biru Proses ini dilakukan dengan melakukan perulangan setiap pixel warna yang memiliki tiga komponen warna (RGB). Dengan persamaan di atas maka di dapatkan suatu warna baru yang memiliki satu komponen warna dengan intensitas antara 0 sampai 255 (hal ini disebabkan karena citra bernilai 8 bit sehingga terdapat 2 8 warna atau 256 warna) Thresholding Thresholding merupakan metode yang paling sederhana dalam melakukan segmentasi citra. Proses ini digunakan untuk memisahkan nilai-nilai intensitas yang

8 14 ada pada setiap pixel menjadi 0 dan 1. Jika nilai pada pixel P berada di bawah nilai threshold yang telah ditentukan maka nilai pixel P diubah menjadi 0, sedangkan jika nilainya lebih tinggi dari nilai threshold yang telah ditentukan maka nilai pixel P tersebut diubah menjadi 1. Nilai threshold pada umumnya digunakan 127,5 (127 atau 128). Akan tetapi, karena banyaknya jenis aplikasi pengolahan citra, nilai threshold dapat diubah-ubah sesuai kebutuhan. Gambar 2.3 Citra Sebelum Thresholding Gambar 2.4 Citra Sesudah Thresholding Filtering Teknik filtering digunakan untuk menghilangkan noise pada citra. Noise dapat diartikan sebagai kotoran berupa pixel-pixel yang tidak diinginkan pada sebuah citra. Ada banyak cara yang digunakan dalam reduksi noise, salah satunya adalah pepper and salt noise removal.

9 15 Pepper and salt noise removal digunakan untuk membuang noise berwarna hitam (pepper noise) ataupun noise berwarna putih (salt noise). Noise pada citra dapat dikenali dengan mencari pixel yang memiliki warna yang berbeda dengan warna pixel sekelilingnya. Jika sebuah pixel dikenali sebagai noise, maka penghilangan noise dilakukan dengan mengganti warna pixel tersebut dengan warna pixel sekelilingnya. Gambar 2.5 Citra Sebelum Filtering Gambar 2.6 Citra Sesudah Filtering Segmentation Proses segmentation pada pengenalan teks digunakan untuk memisahkan karakter-karakter pada citra, sehingga karakter yang telah dipisahkan dapat diolah secara tersendiri. Salah satu cara yang digunakan pada proses segmentation adalah dengan melakukan scanning secara vertikal dan horizontal. Cara tersebut dilakukan dengan melakukan pencarian secara sekuensial pixel-pixel hitam yang terletak berbatasan dengan pixel putih. Pencarian tersebut digunakan untuk mencari batas kiri, kanan, atas, dan bawah masing-masing segmen. Hasil pencarian tersebut

10 16 digunakan sebagai informasi letak karakter pada citra. Proses segmentation ini bertujuan agar setiap pekerjaan yang akan dilakukan dibatasi hanya pada segmen itu saja. Gambar 2.7 Citra Sebelum Segementation Gambar 2.8 Citra Sesudah Segmentation Cara lain yang digunakan pada proses segmentation adalah dengan metode connected component labeling. Metode ini bertujuan untuk membagi karakter berdasarkan pixel hitam yang saling terhubung. Penggunaan metode ini dalam proses segmentation dinamakan labeling. Sedangkan, algoritma yang digunakan pada proses ini adalah algoritma iteratif. Dalam menjalankan proses labeling dengan algoritma iteratif, pada tahap pertama, proses ini dilakukan dengan memberi label semua pixel hitam pada citra. Pada tahap kedua, proses ini dilakukan dengan mengganti nilai label setiap pixel hitam yang berdekatan satu dengan lainnya. Penggantian nilai label tersebut dilakukan dengan mengganti nilai label pixel hitam dengan nilai label pixel hitam sekelilingnya yang lebih kecil. Sedangkan pada tahap ketiga, penggantian nilai label

11 17 dilakukan dengan perulangan ke arah yang berlawanan. Proses ini dilakukan berkalikali sehingga pixel-pixel hitam yang berdekatan memiliki nilai label yang sama. Gambar 2.9 Citra Sesudah Labeling Gambar 2.10 Citra Sesudah Labeling Stretching Proses streching berarti proses untuk menyesuaikan ukuran citra asli menjadi citra dengan ukuran yang diharapkan. Proses ini akan menghasilkan citra baru yang lebih besar ataupun lebih kecil yang memiliki struktur pewarnaan yang serupa dengan citra asli. Pada pengenalan teks, proses streching disesuaikan dengan aspek rasio yang ada. Aspek rasio itu sendiri dapat diartikan sebagai perbandingan lebar dan panjang suatu citra. Hal ini berarti, aspek rasio pada citra yang belum melewati proses streching sama dengan aspek rasio pada citra yang sudah melewati proses streching. Rumus pengukuran aspek rasio adalah sebagai berikut: Aspek Rasio = Lebar/Panjang

12 18 Istilah yang digunakan untuk menyebut nilai aspek rasio yang lebih besar dari 1 (satu) adalah landscape. Sedangkan untuk aspek rasio yang lebih kecil dari 1 (satu) adalah portrait. Hal ini diperlihatkan pada gambar dibawah ini. Gambar 2.11 Proses Stretching dengan Aspek Rasio = 1 ( 2.4 Anatomi Teks Suatu teks memiliki penamaan tersendiri terhadap bagian-bagian yang ada. Berikut penamaan anatomi teks. Gambar 2.12 Anatomi Teks Keterangan: 1. Huruf yang memiliki ascender saja (T) 2. Huruf yang memiliki descender saja (g) 3. Huruf yang memiliki ascender dan descender (j) 4. Huruf yang tidak memiliki ascender dan descender (a)

13 Fuzzy Logic Konsep Dasar Fuzzy logic merupakan suatu metode yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan dengan cara memetakan suatu ruang input ke dalam ruang output. Sistem ini diperkenalkan pertama kali oleh Prof. Lotfi Zadeh dari Universitas California, Barkeley tahun 1962, dimana pada saat itu boolean logic hanya mengenal dua keadaan yaitu : ya/tidak, ON/OFF, High/Low atau hanya mempunyai logika 0 dan 1 saja. Sedangkan kondisi nyata di alam ini bukan hanya ya (1, high, on) atau tidak (0, low, off) tetapi seluruh kemungkinan diantara 0 dan 1, sehingga untuk mengenal kondisi ini kita tidak dapat menggunakan boolean logic tetapi dengan menggunakan fuzzy logic. Perbedaan antara boolean logic dan fuzzy logic dapat kita lihat pada ilustrasi berikut: Gambar 2.13 Boolean Logic (Sri dan Hari, 2004, p4)

14 20 Gambar 2.14 Fuzzy Logic (Sri dan Hari, 2004, p5) Tampak bahwa sistem fuzzy memberikan kemungkinan bagi suatu variabel memiliki nilai keanggotaan dengan rentang 0 x 1. Dengan rentang nilai yang luas, sistem fuzzy dapat digunakan untuk membuat sebuah sistem dengan ketelitian yang tinggi Proses Sistem Fuzzy Pada sistem fuzzy terdapat tiga proses sebagai berikut. 1. Fuzzification Proses ini berfungsi untuk mengubah masukan-masukan berupa nilai analog atau yang nilai kebenarannya bersifat pasti (crisp input) menjadi nilai fuzzy, yang digunakan sebagai fuzzy input. Fuzzy input ini berupa nilai linguistic yang semantiknya ditentukan berdasarkan fungsi keanggotaan tertentu. Jika terdapat suatu nilai analog yang menjadi input pada proses fuzzy maka input tersebut dimasukkan pada batas scope/domain sehingga didapatkan suatu nilai fungsi keanggotaan. Nilai fungsi keanggotaan inilah yang menentukan proses pengambilan keputusan selanjutnya.

15 21 Salah satu metode yang digunakan oleh proses ini dalam pengenalan teks adalah feature extraction. Metode ini digunakan untuk mendapatkan karakteristik dari suatu citra dengan melihat bentuk dasar objek pada citra tersebut. Tujuan metode ini adalah untuk melakukan pengukuran terhadap hal-hal yang membedakan pola masukkan sehingga objek pada citra yang satu dan yang lain dapat dibedakan. 2. Rule Evaluation Proses ini digunakan untuk mencari nilai fuzzy output dari fuzzy input. Jika terdapat suatu nilai fuzzy input dari proses fuzzification nilai tersebut akan dimasukkan ke dalam rule yang telah dibuat untuk mendapatkan nilai fuzzy output. Pada proses inilah suatu sistem dapat dikatakan pintar atau tidak. Jika rule yang dibuat tidak pintar maka sistem yang dikontrol menjadi kacau dan objek yang seharusnya dikenali menjadi tidak dapat dibaca. Dengan rule yang ada diperoleh nilai fuzzy yang digunakan dalam membantu pengambilan keputusan. 3. Defuzzification Pada tahap inilah pengambilan keputusan dilakukan. Nilai yang didapatkan berupa nilai crisp, yaitu 0 atau 1. Proses defuzzification melakukan suatu fungsi output yang memproses nilai fuzzy yang berasal dari rule evaluation sehingga keputusan akhir dapat dilakukan. Fungsi output ini dilakukan dengan mencocokan nilai-nilai yang ada dengan threshold yang ditentukan.

16 22 Sebuah input pada proses fuzzy akan diterima sebagai anggota himpunan fuzzy jika memiliki nilai keanggotaan yang melewati batas threshold yang ada Fungsi Keanggotaan Gauss Fungsi keanggotaan (membership function) merupakan suatu fungsi yang digunakan untuk merepresentasikan titik-titik input data ke dalam nilai keanggotaan. Nilai keanggotaan yang dihasilkan memiliki interval antara 0 sampai 1. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 2.15 Derajat Keanggotaan ( Pada gambar di atas, dapat dilihat kurva hasil representasi titik-titik yang menunjukkan nilai keanggotaan dari suatu himpunan (tinggi badan manusia). Pada gambar kurva sebelah kiri, representasi titik-titik nilai keanggotaan berasal dari aturan himpunan tegas (crisp). Kurva yang dihasilkan dari aturan tersebut adalah sharp-edged membership function. Sedangkan pada kurva sebelah kanan, representasi titik-titik nilai keanggotaan berasal dari aturan himpunan fuzzy. Kurva yang dihasilkan dari aturan tersebut adalah continuous membership function.

17 23 Terdapat beberapa fungsi keanggotaan yang biasa digunakan, antara lain: representasi linear, representasi kurva segitiga, representasi kurva trapesium, representasi kurva bentuk bahu, representasi kurva-s, representasi kurva bentuk lonceng (bell-shaped curve) yang terdiri atas 3 kelas (kurva pi, kurva beta, kurva gauss), dan koordinat keanggotaan. Salah satu fungsi di atas yang digunakan pada proses pengenalan teks adalah fungsi keanggotaan gauss (gaussian membership function). Fungsi ini melibatkan nilai rata-rata (mean) dan nilai variasi (variance). Nilai mean mewakili nilai keanggotaan penuh dari suatu himpunan, hal ini berarti karakteristik objek yang satu dengan dengan objek pembanding adalah 100% sama. Sedangkan nilai variance mewakili nilai jangkauan keanggotaan. Semakin kecil variance berarti semakin kecil toleransi perbedaan karakteristik dari objek yang satu dengan objek pembanding, begitu pula sebaliknya. Jika nilai perbedaan tersebut melebihi jangkauan nilai variance maka nilai keanggotaan yang dihasilkan pada objek yang dibandingkan menjadi lebih kecil. Rumus yang digunakan pada fungsi keanggotaan gauss adalah sebagai berikut. Berikut adalah gambar representasi kurva Gauss:

18 24 Gambar 2.16 Kurva Gauss ( 2.6 Pendekatan Fuzzy Logic pada Pengenalan Teks Pendekatan fuzzy logic merupakan salah satu cara pendekatan yang digunakan dalam pengenalan pola. Pada pendekatan ini digunakan metode pemisahan karakter menjadi daerah-daerah kecil yang disebut box-method. Hal ini terlihat seperti yang terlihat pada gambar berikut. Gambar 2.17 Box-Method

19 25 Dari box hasil pembagian tersebut akan didapatkan suatu nilai yang digunakan sebagai nilai input fungsi keanggotaan pada proses fuzzy. Nilai-nilai yang didapatkan berasal dari nilai koordinat pixel terdapat warna hitam (i, j), dimana pada pojok kiri atas masing-masing box memiliki koordinat pixel (0,0). Nilai vector distance masing-masing pixel diperoleh dengan rumus: Nilai vector distance tersebut kemudian dihitung sebagai normalisasi dari total semua pixel masing-masing box dengan rumus: Adapun n merupakan jumlah pixel dalam box dan b merupakan nomor box. Nilai ini digunakan sebagai nilai fungsi keanggotaan pada sistem fuzzy. Dalam sistem fuzzy, dihitung nilai mean (m) dan variance ( ) menggunakan rumus: Dimana N i adalah jumlah sampel dalam cluster ke-i dan f ij merupakan nilai fungsi keanggotaan dari masing-masing box dengan karakter ke-j.

20 26 Setelah didapatkan nilai mean dan variance, maka nilai tersebut dapat dibandingkan dengan nilai fungsi keanggotaan masing-masing box yang dicari dengan rumus: Fungsi keanggotaan (μ xi ) ini menyatakan tingkat kesesuaian pola antara karakter yang akan dikenali dengan knowledge base yang ada. Dimana x merupakan nilai fungsi keanggotaan dari karakter yang tidak diketahui. Pada library dengan jumlah yang terbatas, proses fuzzy kurang bekerja dengan baik. Hal ini disebabkan karena beberapa aturan fuzzy memiliki nilai variance yang terlalu kecil dan juga nilai variance yang terlalu besar. Untuk menanggulangi hal ini, fungsi keanggotaan tersebut dibagi menjadi dua persamaan berbeda, dengan rumus: untuk untuk Selanjutnya dicari nilai μ xi masing-masing karakter dengan mencari nilai ratarata semua box, dengan rumus: Adapun c berarti jumlah total semua box dan r = merupakan penomoran karakter-karakter yang ada pada knowledge base.

21 27 Sebuah karakter dapat dikenali dengan mencari nilai μ av (r) yang paling besar atau mendekati angka 1 (satu). 2.7 Borland Delphi Bahasa pemrograman Borland Delphi merupakan salah satu bahasa pemrograman cukup banyak digunakan dalam pembuatan aplikasi visual. Bahasa pemrograman ini juga memberikan fasilitas-fasilitas yang pendukung proses pembuatan program pengenalan teks. Berikut beberapa komponen yang terdapat dalam Borland Delphi: Objek TForm : Komponen berupa tempat meletakkan objek dan melakukan semua pekerjaan dari objek yang ada. TBitmap : Komponen citra. TColor : Komponen warna. TRec : Komponen berupa area berbentuk segi empat. Fungsi pada Pengolahan Citra Pixel : Posisi pixel pada citra. RGB : Komponen warna pada citra yang berasal dari tiga unsur warna dasar R=Red, G=Green, B=Blue. CanvasStretchDraw : Fungsi untuk merentangkan citra pada sebuah citra baru dalam jangkauan area yang disediakan.

22 28 Fungsi Matematika Mod : Fungsi untuk mendapatkan sisa bagi. Max : Fungsi pengambilan nilai maksimum dari dua buah bilangan. Min : Fungsi pengambilan nilai minimum dari dua buah bilangan. Exp : Fungsi pemangkatan oleh bilangan euler. Sum : Fungsi penjumlahan semua data pada array. Mean : Fungsi rata-rata semua data pada array. TotalVariance : Fungsi jumlah perbedaan data yang diminta dengan data dalam array.

BAB 1 PENDAHULUAN. memindahkan data secara manual ke dalam komputer untuk dapat diolah lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. memindahkan data secara manual ke dalam komputer untuk dapat diolah lebih BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi yang terus berkembang membuat sistem komputerisasi bergerak dengan cepat, namun hal ini tidak seimbang dengan kemampuan manusia memindahkan data secara manual

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI PENGENALAN TEKS MENGGUNAKAN FUZZY LOGIC

PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI PENGENALAN TEKS MENGGUNAKAN FUZZY LOGIC PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI PENGENALAN TEKS MENGGUNAKAN FUZZY LOGIC Ngarap Im. Manik; Faisal Mathematics & Statistics Department, School of Computer Science, Binus University Jln. K.H. Syahdan No. 9,

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI PENGENALAN TEKS MENGGUNAKAN FUZZY LOGIC

PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI PENGENALAN TEKS MENGGUNAKAN FUZZY LOGIC PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI PENGENALAN TEKS MENGGUNAKAN FUZZY LOGIC Ngarap Im Manik Jurusan Matematika FST BINUS University, Jln.K.H Sjahdan No.9 Palmerah, Jakarta 11480, Indonesia e-mail : manik@binus.edu

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1 Alat Penelitian a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Prosesor Intel (R) Atom (TM) CPU N550

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra (image) sebagai salah satu komponen multimedia memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Citra mempunyai karakteristik yang tidak dimiliki oleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Citra Citra merupakan salah satu komponen multimedia yang memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Meskipun sebuah citra kaya akan informasi, namun sering

Lebih terperinci

Pertemuan 2 Representasi Citra

Pertemuan 2 Representasi Citra /29/23 FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING ) Pertemuan 2 Representasi Citra Representasi Citra citra Citra analog Citra digital Matrik dua dimensi yang terdiri

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Citra Citra menurut kamus Webster adalah suatu representasi atau gambaran, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek atau benda, contohnya yaitu foto seseorang dari kamera yang

Lebih terperinci

BAB II TI JAUA PUSTAKA

BAB II TI JAUA PUSTAKA BAB II TI JAUA PUSTAKA Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang menunjang tugas akhir ini. Antara lain yaitu pengertian citra, pengertian dari impulse noise, dan pengertian dari reduksi noise.

Lebih terperinci

Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner

Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informasia ASIA (JITIKA) Vol.9, No.2, Agustus 2015 ISSN: 0852-730X Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner Nur Nafi'iyah Prodi Teknik Informatika

Lebih terperinci

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Aditya Wikan Mahastama mahas@ukdw.ac.id Sistem Optik dan Proses Akuisisi Citra Digital 2 UNIV KRISTEN DUTA WACANA GENAP 1213 v2 Bisa dilihat pada slide berikut. SISTEM OPTIK MANUSIA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra (image) atau yang secara umum disebut gambar merupakan representasi spasial dari suatu objek yang sebenarnya dalam bidang dua dimensi yang biasanya ditulis dalam

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Dalam pengerjaan tugas akhir ini memiliki tujuan untuk mengektraksi

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Dalam pengerjaan tugas akhir ini memiliki tujuan untuk mengektraksi BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Model Pengembangan Dalam pengerjaan tugas akhir ini memiliki tujuan untuk mengektraksi fitur yang terdapat pada karakter citra digital menggunakan metode diagonal

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL 2.1 Citra Secara harafiah, citra adalah representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi pada bidang dari suatu objek. Ditinjau dari sudut pandang matematis,

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. 2.1 Citra Digital Pengertian Citra Digital

LANDASAN TEORI. 2.1 Citra Digital Pengertian Citra Digital LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital 2.1.1 Pengertian Citra Digital Citra dapat didefinisikan sebagai sebuah fungsi dua dimensi, f(x,y) dimana x dan y merupakan koordinat bidang datar, dan harga fungsi f disetiap

Lebih terperinci

SAMPLING DAN KUANTISASI

SAMPLING DAN KUANTISASI SAMPLING DAN KUANTISASI Budi Setiyono 1 3/14/2013 Citra Suatu citra adalah fungsi intensitas 2 dimensi f(x, y), dimana x dan y adalahkoordinat spasial dan f pada titik (x, y) merupakan tingkat kecerahan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisa Program Aplikasi Dalam proses identifikasi karakter pada plat nomor dan tipe kendaraan banyak menemui kendala. Masalah-masalah yang ditemui adalah proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Logika fuzzy memberikan solusi praktis dan ekonomis untuk mengendalikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Logika fuzzy memberikan solusi praktis dan ekonomis untuk mengendalikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Logika fuzzy memberikan solusi praktis dan ekonomis untuk mengendalikan sistem yang kompleks. Logika fuzzy memberikan rangka kerja yang kuat dalam memecahkan masalah

Lebih terperinci

Representasi Citra. Bertalya. Universitas Gunadarma

Representasi Citra. Bertalya. Universitas Gunadarma Representasi Citra Bertalya Universitas Gunadarma 2005 Pengertian Citra Digital Ada 2 citra, yakni : citra kontinu dan citra diskrit (citra digital) Citra kontinu diperoleh dari sistem optik yg menerima

Lebih terperinci

GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 8 - GRAFKOM DAN PENGOLAHAN CITRA Konsep Dasar Pengolahan Citra Pengertian Citra Analog/Continue dan Digital. Elemen-elemen Citra

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Istilah citra biasanya digunakan dalam bidang pengolahan citra yang berarti gambar. Suatu citra dapat didefinisikan sebagai fungsi dua dimensi, di mana dan adalah

Lebih terperinci

Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital

Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital Nurul Fuad 1, Yuliana Melita 2 Magister Teknologi Informasi Institut Saint Terapan & Teknologi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Dalam pengerjaan perancangan dan pembuatan aplikasi pengenalan karakter alfanumerik JST algoritma Hopfield ini menggunakan software Borland Delphi 7.0. 3.1 Alur Proses Sistem

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Citra Digital

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Citra Digital 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Bab ini berisi tentang teori yang mendasari penelitian ini. Terdapat beberapa dasar teori yang digunakan dan akan diuraikan sebagai berikut. 2.1.1 Citra Digital

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Citra Digital Citra digital merupakan sebuah fungsi intensitas cahaya f(x,y), dimana harga x dan y merupakan koordinat spasial dan harga fungsi f tersebut pada setiap

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Citra digital adalah citra yang dapat diolah oleh komputer (Sutoyo & Mulyanto, 2009). Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Pengerjaan tugas akhir ini ditunjukkan dalam bentuk blok diagram pada gambar 3.1. Blok diagram ini menggambarkan proses dari sampel citra hingga output

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. papernya yang monumental Fuzzy Set (Nasution, 2012). Dengan

BAB II LANDASAN TEORI. papernya yang monumental Fuzzy Set (Nasution, 2012). Dengan BAB II LANDASAN TEORI 2.. Logika Fuzzy Fuzzy set pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Lotfi Zadeh, 965 orang Iran yang menjadi guru besar di University of California at Berkeley dalam papernya yang monumental

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2. Citra Digital Menurut kamus Webster, citra adalah suatu representasi, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek atau benda. Citra digital adalah representasi dari citra dua dimensi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2. Pengertian Citra Citra (image) atau istilah lain untuk gambar sebagai salah satu komponen multimedia yang memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Meskipun

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Fuzzy Logika fuzzy adalah suatu cara yang tepat untuk memetakan suatu ruang input kedalam suatu ruang output. Titik awal dari konsep modern

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi dari suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu system perekaman data dapat bersifat optik berupa foto,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital Citra digital merupakan sebuah fungsi intensitas cahaya, dimana harga x dan y merupakan koordinat spasial dan harga fungsi f tersebut pada setiap titik merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital Citra digital didefinisikan sebagai fungsi f(x,y) dua dimensi, dimana x dan y adalah koordinat spasial dan f(x,y) adalah disebut dengan intensitas atau tingkat keabuan

Lebih terperinci

Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016

Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016 MKB3383 - Teknik Pengolahan Citra Pengolahan Citra Digital Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016 CITRA Citra (image) = gambar pada bidang 2 dimensi. Citra (ditinjau dari sudut pandang matematis)

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI Bab ini berisi analisis pengembangan program aplikasi pengenalan karakter mandarin, meliputi analisis kebutuhan sistem, gambaran umum program aplikasi yang

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Spesifikasi perangkat keras yang digunakan dalam pembuatan program ini adalah sebagai berikut: Prosesor Intel Atom 1,6

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB II Tinjauan Pustaka 23 BAB II Tinjauan Pustaka II.1. Pengolahan Citra Digital Citra yang diperoleh dari lingkungan masih terdiri dari warna yang sangat komplek sehingga masih diperlukan proses lebih lanjut agar image tersebut

Lebih terperinci

Logika fuzzy pertama kali dikembangkan oleh Lotfi A. Zadeh melalui tulisannya pada tahun 1965 tentang teori himpunan fuzzy.

Logika fuzzy pertama kali dikembangkan oleh Lotfi A. Zadeh melalui tulisannya pada tahun 1965 tentang teori himpunan fuzzy. LOGIKA FUZZY UTHIE Pendahuluan Logika fuzzy pertama kali dikembangkan oleh Lotfi A. Zadeh melalui tulisannya pada tahun 1965 tentang teori himpunan fuzzy. Lotfi Asker Zadeh adalah seorang ilmuwan Amerika

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai teori pendukung dan penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan metode ekstraksi fitur, serta metode klasifikasi Support Vector Machine dalam

Lebih terperinci

Pengolahan Citra : Konsep Dasar

Pengolahan Citra : Konsep Dasar Pengolahan Citra Konsep Dasar Universitas Gunadarma 2006 Pengolahan Citra Konsep Dasar 1/14 Definisi dan Tujuan Pengolahan Citra Pengolahan Citra / Image Processing Proses memperbaiki kualitas citra agar

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. mendapatkan input, melakukan proses, dan menghasilkan output yang diinginkan oleh

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. mendapatkan input, melakukan proses, dan menghasilkan output yang diinginkan oleh 23 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Rancangan Perangkat Keras Perangkat keras yang digunakan dalam sistem kali ini berupa rancangan untuk mendapatkan input, melakukan proses, dan menghasilkan output yang diinginkan

Lebih terperinci

Pembentukan Citra. Bab Model Citra

Pembentukan Citra. Bab Model Citra Bab 2 Pembentukan Citra C itra ada dua macam: citra kontinu dan citra diskrit. Citra kontinu dihasilkan dari sistem optik yang menerima sinyal analog, misalnya mata manusia dan kamera analog. Citra diskrit

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini berisi tentang teori mengenai permasalahan yang akan dibahas

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini berisi tentang teori mengenai permasalahan yang akan dibahas BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini berisi tentang teori mengenai permasalahan yang akan dibahas dalam pembuatan tugas akhir ini. Secara garis besar teori penjelasan akan dimulai dari definisi logika fuzzy,

Lebih terperinci

KOMPRESI CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL CODING

KOMPRESI CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL CODING KOMPRESI CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL CODING Abdul Halim Hasugian Dosen Tetap Program Studi Teknik Informatika STMIK Budi Darma Medan Jl. Sisingamangaraja No. 338 Simpang Limun Medan www.stmik-budidarma.ac.id//email:abdulhasugian@gmail.co.id

Lebih terperinci

Tidak ada tepat satu teori untuk menyelesaikan problem pengenalan pola Terdapat model standar yang dapat dijadikan teori acuan

Tidak ada tepat satu teori untuk menyelesaikan problem pengenalan pola Terdapat model standar yang dapat dijadikan teori acuan Terdapat banyak jenis pola: Pola visual Pola temporal Pola logikal Tidak ada tepat satu teori untuk menyelesaikan problem pengenalan pola Terdapat model standar yang dapat dijadikan teori acuan Statistik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Steganografi Steganografi adalah mekanisme penanaman atau penyisipan pesan (m) kedalam sebuah cover objek (c) menggunakan kunci (k) untuk berbagi rahasia kepada orang lain,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PROGRAM PENGOLAHAN CITRA BIJI KOPI Citra biji kopi direkam dengan menggunakan kamera CCD dengan resolusi 640 x 480 piksel. Citra biji kopi kemudian disimpan dalam file dengan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP FUZZY LOGIC DAN PENERAPAN PADA SISTEM KONTROL. asing. Dalam pengalaman keseharian kita, permasalahan yang berkaitan dengan fuzzy

BAB IV KONSEP FUZZY LOGIC DAN PENERAPAN PADA SISTEM KONTROL. asing. Dalam pengalaman keseharian kita, permasalahan yang berkaitan dengan fuzzy BAB IV KONSEP FUZZY LOGIC DAN PENERAPAN PADA SISTEM KONTROL 4.1 Pengenalan konsep fuzzy logic Konsep mengenai fuzzy logic bukanlah merupakan sesuatu yang baru dan asing. Dalam pengalaman keseharian kita,

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PENGOLAHAN CITRA

KONSEP DASAR PENGOLAHAN CITRA KONSEP DASAR PENGOLAHAN CITRA Copyright @ 2007 by Emy 2 1 Kompetensi Mampu membangun struktur data untuk merepresentasikan citra di dalam memori computer Mampu melakukan manipulasi citra dengan menggunakan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ALGORITMA TEMPLATE MATCHING DAN FEATURE EXTRACTION PADA OPTICAL CHARACTER RECOGNITION

PERBANDINGAN ALGORITMA TEMPLATE MATCHING DAN FEATURE EXTRACTION PADA OPTICAL CHARACTER RECOGNITION Jurnal Komputer dan Informatika (KOMPUTA) 29 PERBANDINGAN ALGORITMA TEMPLATE MATCHING DAN FEATURE EXTRACTION PADA OPTICAL CHARACTER RECOGNITION Raden Sofian Bahri 1, Irfan Maliki 2 1,2 Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai landasan teori yang digunakan pada penelitian ini. Penjabaran ini bertujuan untuk memberikan pemahaman lebih mendalam kepada penulis

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis Sistem Dalam proses pembuatan suatu sistem mutlak dilakukan analisis terhadap sistem yang akan dibangun, analisis yang dilakukan untuk membangun aplikasi perbandingan

Lebih terperinci

APLIKASI PENGENALAN DAUN UBI JALAR UNTUK JENIS UBI JALAR UNGU, MERAH, PUTIH DAN KUNING MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

APLIKASI PENGENALAN DAUN UBI JALAR UNTUK JENIS UBI JALAR UNGU, MERAH, PUTIH DAN KUNING MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS APLIKASI PENGENALAN DAUN UBI JALAR UNTUK JENIS UBI JALAR UNGU, MERAH, PUTIH DAN KUNING MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

Analisa Tingkat Kebisingan di DKI Jakarta dengan Fuzzy Logic Menggunakan Aplikasi MATLAB

Analisa Tingkat Kebisingan di DKI Jakarta dengan Fuzzy Logic Menggunakan Aplikasi MATLAB Analisa Tingkat di DKI Jakarta dengan Fuzzy Logic Menggunakan Aplikasi MATLAB Popy Meilina Jurusan Teknik Informatika Universitas Muhammadiyah Jakarta E-mail: Opi3_five@yahoo.com.sg Abstrak -- Fuzzy Logic

Lebih terperinci

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA BAB II: TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan memberikan penjelasan awal mengenai konsep logika fuzzy beserta pengenalan sistem inferensi fuzzy secara umum. 2.1 LOGIKA FUZZY Konsep mengenai logika fuzzy diawali

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Secara harfiah citra atau image adalah gambar pada bidang dua dimensi. Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya pada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Citra digital adalah citra yang bersifat diskrit yang dapat diolah oleh computer. Citra ini dapat dihasilkan melalui kamera digital dan scanner ataupun citra yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang sangat penting dalam kelangsungan hidupnya. Untuk memenuhi kebutuhan beras, setiap manusia mempunyai cara-cara

Lebih terperinci

oleh: M BAHARUDIN GHANIY NRP

oleh: M BAHARUDIN GHANIY NRP oleh: M BAHARUDIN GHANIY NRP. 1202 109 022 Teknologi fotografi pada era sekarang ini berkembang sangat pesat. Hal ini terbukti dengan adanya kamera digital. Bentuk dari kamera digital pada umumnya kecil,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.2. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.2. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Sejak awal penemuan teknologi komputer sebagai lompatan mutakhir dalam dunia ilmu pengetahuan, komputer telah banyak berperan dalam membantu manusia dalam melakukan berbagai

Lebih terperinci

FUZZY LOGIC CONTROL 1. LOGIKA FUZZY

FUZZY LOGIC CONTROL 1. LOGIKA FUZZY 1. LOGIKA FUZZY Logika fuzzy adalah suatu cara tepat untuk memetakan suatu ruang input ke dalam suatu ruang output. Teknik ini menggunakan teori matematis himpunan fuzzy. Logika fuzzy berhubungan dengan

Lebih terperinci

Suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara.

Suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara. Image Enhancement Suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara. Cara-cara yang bisa dilakukan misalnya dengan fungsi transformasi, operasi matematis,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan atau imitasi dari suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Permintaan, Persediaan dan Produksi 2.1.1 Permintaan Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

Oleh: Riza Prasetya Wicaksana

Oleh: Riza Prasetya Wicaksana Oleh: Riza Prasetya Wicaksana 2209 105 042 Pembimbing I : Dr. I Ketut Eddy Purnama, ST., MT. NIP. 196907301995121001 Pembimbing II : Muhtadin, ST., MT. NIP. 198106092009121003 Latar belakang Banyaknya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) diselenggarakan oleh suatu perguruan tinggi secara mandiri.

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) diselenggarakan oleh suatu perguruan tinggi secara mandiri. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) PMDK adalah salah satu program penerimaan mahasiswa baru yang diselenggarakan oleh suatu perguruan tinggi secara mandiri. Sesuai dengan

Lebih terperinci

APLIKASI PENGAMANAN DATA TEKS PADA CITRA BITMAP DENGAN MENERAPKAN METODE LEAST SIGNIFICANT BIT (LSB)

APLIKASI PENGAMANAN DATA TEKS PADA CITRA BITMAP DENGAN MENERAPKAN METODE LEAST SIGNIFICANT BIT (LSB) APLIKASI PENGAMANAN DATA TEKS PADA CITRA BITMAP DENGAN MENERAPKAN METODE LEAST SIGNIFICANT BIT (LSB) Mesran dan Darmawati (0911319) Dosen Tetap STMIK Budi Darma Medan Jl. Sisingamangaraja No. 338 Simpang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini penggunaan citra digital semakin meningkat karena kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh citra digital tersebut, di antaranya adalah kemudahan dalam mendapatkan

Lebih terperinci

Aplikasi Pembesaran Citra Menggunakan Metode Nearest Neighbour Interpolation

Aplikasi Pembesaran Citra Menggunakan Metode Nearest Neighbour Interpolation Aplikasi Pembesaran Citra Menggunakan Metode Nearest Neighbour Interpolation Daryanto 1) 1) Prodi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Jember Email: 1) daryanto@unmuhjember.ac.id

Lebih terperinci

FUZZY-NEURO LEARNING VECTOR QUANTIZATION (FNLVQ)

FUZZY-NEURO LEARNING VECTOR QUANTIZATION (FNLVQ) BAB 2 FUZZY-NEURO LEARNING VECTOR QUANTIZATION (FNLVQ) Bab ini akan menjelaskan algoritma pembelajaran FNLVQ konvensional yang dipelajari dari berbagai sumber referensi. Pada bab ini dijelaskan pula eksperimen

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang berkaitan dengan pemrosesan data untuk sistem pengenalan gender pada skripsi ini, meliputi cropping dan resizing ukuran citra, konversi citra

Lebih terperinci

10/11/2014. CIG4E3 / Pengolahan Citra Digital BAB 3. Pembentukan Citra Digital. Digitalisasi Citra. Yang dipengaruhi N,M, & q

10/11/2014. CIG4E3 / Pengolahan Citra Digital BAB 3. Pembentukan Citra Digital. Digitalisasi Citra. Yang dipengaruhi N,M, & q 5 8 9 //4 CIG4E / Pengolahan Citra Digital BAB. Pembentukan Citra Digital Digitalisasi Citra Intelligent Computing and Multimedia (ICM) Digitalisasi Citra analog / objek / scene Citra digital //4 //4 Proses

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra 2.1.1 Definisi Citra Secara harfiah, citra adalah gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi). Jika dipandang dari sudut pandang matematis, citra merupakan hasil pemantulan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Gambar 3.1 merupakan desain penelitian yang akan digunakan pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Gambar 3.1 merupakan desain penelitian yang akan digunakan pada BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Desain Penelitian Gambar 3.1 merupakan desain penelitian yang akan digunakan pada proses pengenalan huruf tulisan tangan Katakana menggunakan metode Fuzzy Feature Extraction

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang berkaitan dengan pemrosesan data untuk sistem pendeteksi senyum pada skripsi ini, meliputi metode Viola Jones, konversi citra RGB ke grayscale,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Logika Fuzzy Logika fuzzy merupakan suatu metode pengambilan keputusan berbasis aturan yang digunakan untuk memecahkan keabu-abuan masalah pada sistem yang sulit dimodelkan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE SPEED UP FEATURES DALAM MENDETEKSI WAJAH

IMPLEMENTASI METODE SPEED UP FEATURES DALAM MENDETEKSI WAJAH IMPLEMENTASI METODE SPEED UP FEATURES DALAM MENDETEKSI WAJAH Fitri Afriani Lubis 1, Hery Sunandar 2, Guidio Leonarde Ginting 3, Lince Tomoria Sianturi 4 1 Mahasiswa Teknik Informatika, STMIK Budi Darma

Lebih terperinci

SISTEM REKOGNISI KARAKTER NUMERIK MENGGUNAKAN ALGORITMA PERCEPTRON

SISTEM REKOGNISI KARAKTER NUMERIK MENGGUNAKAN ALGORITMA PERCEPTRON 30 BAB IV SISTEM REKOGNISI KARAKTER NUMERIK MENGGUNAKAN ALGORITMA PERCEPTRON 4.1 Gambaran Umum Sistem Diagram sederhana dari program yang dibangun dapat diilustrasikan dalam diagram konteks berikut. Gambar

Lebih terperinci

BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM

BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM Bab ini akan membahas mengenai proses implementasi dari metode pendeteksian paranodus yang digunakan dalam penelitian ini. Bab ini terbagai menjadi empat bagian, bagian 3.1 menjelaskan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam kondisi yang nyata, beberapa aspek dalam dunia nyata selalu atau biasanya

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam kondisi yang nyata, beberapa aspek dalam dunia nyata selalu atau biasanya BAB II LANDASAN TEORI A. Logika Fuzzy Dalam kondisi yang nyata, beberapa aspek dalam dunia nyata selalu atau biasanya berada di luar model matematis dan bersifat inexact. Konsep ketidakpastian inilah yang

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN 44 BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1 Analisa Analisa yang dilakukan terdiri dari : a. Analisa terhadap permasalahan yang ada. b. Analisa pemecahan masalah. 3.1.1 Analisa Permasalahan Pengenalan uang kertas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Computer Vision Computer vision dapat diartikan sebagai suatu proses pengenalan objek-objek berdasarkan ciri khas dari sebuah gambar dan dapat juga digambarkan sebagai suatu deduksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi dari suatu objek. Citra terbagi 2 yaitu ada citra yang bersifat analog dan ada citra yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini citra digital sedang menjadi trend di kalangan masyarakat, apalagi dengan semakin berkembangnya teknologi digital serta makin murahnya harga perangkat yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Uang Kertas Rupiah Uang Rupiah Kertas adalah Uang Rupiah dalam bentuk lembaran yang terbuat dari Kertas Uang yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, dimana penggunaannya dilindungi

Lebih terperinci

Himpunan Fuzzy. Sistem Pakar Program Studi : S1 sistem Informasi

Himpunan Fuzzy. Sistem Pakar Program Studi : S1 sistem Informasi Himpunan Fuzzy Sistem Pakar Program Studi : S1 sistem Informasi Outline Himpunan CRISP Himpunan Fuzzy Himpunan CRISP Pada himpunan tegas (crisp), nilai keanggotaan suatu item dalam suatu himpunan A, yang

Lebih terperinci

PERANCANGAN APLIKASI PENGURANGAN NOISE PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE FILTER GAUSSIAN

PERANCANGAN APLIKASI PENGURANGAN NOISE PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE FILTER GAUSSIAN PERANCANGAN APLIKASI PENGURANGAN NOISE PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE FILTER GAUSSIAN Warsiti Mahasiswi Program Studi Teknik Informatika STMIK Budi Darma Medan Jl. Sisingamangaraja No. 338 Sp. Limun

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDESAIN KARTU UCAPAN

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDESAIN KARTU UCAPAN PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDESAIN KARTU UCAPAN Rudy Adipranata 1, Liliana 2, Gunawan Iteh Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Informatika, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM Program aplikasi ini dirancang dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Visual C# 2008 Express Edition. Proses perancangan menggunakan pendekatan Object Oriented

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK

PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK OLEH ARIF MIFTAHU5R ROHMAN (2200 100 032) Pembimbing: Dr. Ir Djoko Purwanto, M.Eng,

Lebih terperinci

ARTIFICIAL INTELLIGENCE MENENTUKAN KUALITAS KEHAMILAN PADA WANITA PEKERJA

ARTIFICIAL INTELLIGENCE MENENTUKAN KUALITAS KEHAMILAN PADA WANITA PEKERJA ARTIFICIAL INTELLIGENCE MENENTUKAN KUALITAS KEHAMILAN PADA WANITA PEKERJA Rima Liana Gema, Devia Kartika, Mutiana Pratiwi Universitas Putra Indonesia YPTK Padang email: rimalianagema@upiyptk.ac.id ABSTRAK

Lebih terperinci

Rekognisi karakter optik merupakan salah satu aplikasi pengenalan pola yang

Rekognisi karakter optik merupakan salah satu aplikasi pengenalan pola yang 17 BAB II REKOGNISI KARAKTER NUMERIK 2.1 Gambaran Singkat Rekognisi Karakter Optik Rekognisi karakter optik merupakan salah satu aplikasi pengenalan pola yang dirancang untuk menerjemahkan teks baik berupa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengolahan Citra Pengolahan citra (image processing) merupakan proses untuk mengolah pixel-pixel dalam citra digital untuk tujuan tertentu. Beberapa alasan dilakukan pengolahan

Lebih terperinci

PERANGKAT LUNAK PERBAIKAN KUALITAS CITRA DIGITAL MODEL RGB DAN IHS DENGAN OPERASI PENINGKATAN KONTRAS

PERANGKAT LUNAK PERBAIKAN KUALITAS CITRA DIGITAL MODEL RGB DAN IHS DENGAN OPERASI PENINGKATAN KONTRAS PERANGKAT LUNAK PERBAIKAN KUALITAS CITRA DIGITAL MODEL RGB DAN IHS DENGAN OPERASI PENINGKATAN KONTRAS Tole Sutikno, Kartika Firdausy, Eko Prasetyo Center for Electrical Engineering Research and Solutions

Lebih terperinci

COMPUTER VISION UNTUK PENGHITUNGAN JARAK OBYEK TERHADAP KAMERA

COMPUTER VISION UNTUK PENGHITUNGAN JARAK OBYEK TERHADAP KAMERA Seminar Nasional Teknologi Terapan SNTT 2013 (26/10/2013) COMPUTER VISION UNTUK PENGHITUNGAN JARAK OBYEK TERHADAP KAMERA Isnan Nur Rifai *1 Budi Sumanto *2 Program Diploma Elektronika & Instrumentasi Sekolah

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS CITRA DENGAN METODE FUZZY POSSIBILITY DISTRIBUTION

PENINGKATAN KUALITAS CITRA DENGAN METODE FUZZY POSSIBILITY DISTRIBUTION PENINGKATAN KUALITAS CITRA DENGAN METODE FUZZY POSSIBILITY DISTRIBUTION Sugiarti sugiarti_fikumi@ymail.com Universitas Muslim Indonesia Abstrak Peningkatan kualitas citra merupakan salah satu proses awal

Lebih terperinci

yang standar. Tugas akhir ini lebih berorientasi pada pengenalan fiturnya, sehingga pembahasan lebih ditekankan pada ekstraksi fitur bentuk geometri.

yang standar. Tugas akhir ini lebih berorientasi pada pengenalan fiturnya, sehingga pembahasan lebih ditekankan pada ekstraksi fitur bentuk geometri. 1 PENGENALAN KARAKTER TEKS MENGGUNAKAN METODE NEURAL NETWORK BACKPROPAGATION Titis Hayuning Widya Pramesti, email: titishayuning@gmail.com Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Logika Fuzzy Zadeh (1965) memperkenalkan konsep fuzzy sebagai sarana untuk menggambarkan sistem yang kompleks tanpa persyaratan untuk presisi. Dalam jurnalnya Hoseeinzadeh et

Lebih terperinci