Oleh: B U H O R I

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Oleh: B U H O R I"

Transkripsi

1 MODEL PENGORGANISASIAN MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KESADARAN LINGKUNGAN (Studi Ketokohan Harini Bambang Wahono dalam Melakukan Pengorganisasian Masyarakat di Kampung Banjarsari RW 08 Kel. Cilandak Barat Kec. Cilandak Jakarta Selatan) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh: B U H O R I KONSENTRASI KESEJAHTERAAN SOSIAL JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M

2 PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skiripsi yang berjudul MODEL PENGORGANISASIAN MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KESADARAN LINGKUNGAN (Studi Ketokohan Harini Bambang Wahono dalam Melakukan Pengorganisasian Masyarakat di Kampung Banjarsari Rw 08 Kel. Cilandak Barat Kec. Cilandak Jakarta Selatan) telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi pada tanggal 21 Desember Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana untuk Program Strata 1 (S-1) pada Konsentrasi Kesejahteraan Sosial Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam. Jakarta, 21 Desember 2010 Sidang Munaqosyah Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota Drs. Wahidin Saputra, MA Ahmad Zaky, Msi NIP NIP Anggota: Penguji I Penguji II Siti Nafsiyah, MSW Lisma D Fuaida, M.Si NIP NIP Pembimbing Ismet Firdaus, M.Si NIP

3 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah dicantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Jakarta, 20 September 2010 BUHORI

4 ABSTRAK Buhori MODEL PENGORGANISASIAN MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KESADARAN LINGKUNGAN (Studi Ketokohan Harini Bambang dalam Melakukan Pengorganisasian Wahono di Kampung Banjarsari Rw 08 Kel. Cilandak Barat Kec. Cilandak Jakarta Selatan) Permasalahan lingkungan telah lama disadari sebagai ancaman serius bagi kehidupan manusia sehingga dalam penanggulangannya telah dilakukan tindakan nyata. Ironisnya, peristiwa-peristiwa yang ditakutkan seperti bencana alam, kekeringan, keracunan, punahnya hewan dan tumbuhan, naiknya permukaan laut dan tenggelamnya berbagai pulau serta lain sebagainya telah datang silih berganti pada setiap tahunnya. Ini terjadi karena penanggulangan masih bersifat parsial. Penanggulangan secara komprehensif merupakan tuntutan mendesak saat ini. Salah satu upaya itu adalah membangun paradigma pembangunan yang berorientasi ramah lingkungan dan berbasis pemberdayaan masyarakat. Pengorganisasian masyarakat sebagai bagian dari pemberdayaan masyarakat menjadi alternatif cara organisator Harini Bambang Wahono dalam membangun kesadaran lingkungan masyarakat di Kampung Banjarsari RW 08 Kel.Cilandak Barat Kec. Cilandak Jakarta Selatan. Kontribusi positif Harini terhadap lingkungannya ikut mendorong inisiatif lokal di berbagai daerah lain. Atas dasar itu, meneliti model pengorganisasian masyarakat dalam meningkatkan kesadaran lingkungan yang dilakukan oleh Harini Bambang Wahono di Kampung Banjarsari Kel. Cilandak Barat Kec. Cilandak Jakarta Selatan menjadi penting bagi peneliti. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dimana peneliti sendiri menjadi instrument penelitiannya. Untuk memperoleh data yang valid, peneliti melakukan wawancara kepada perwakilan dari tiga unsur yaitu praktisi 1 orang, kader 1 orang, 2 orang masyarakat biasa dan 2 orang kepemerintahan. Selain itu, untuk memperkuat data yang diperoleh dari hasil wawancara, peneliti juga melakukan triangulasi data pada pengamatan dan dokumentasi. Dari hasil penelitian yang dilakukan secara keseluruhan, pengorganisasian masyarakat yang dilakukan oleh Harini Bambang Wahono termasuk ke dalam model pengorganisasian masyarakat lokal (locality development model). Dalam identifikasi pengorganisasian masyarakat melalui 11 indikatornya, 1 indikator yakni Karakteristik Taktik dan Teknik Perubahan pada wilayah asumsi lebih mengarah pada Aksi Sosial, hal itu terbukti dari persetujuan Harini terhadap tindakan demonstrasi sebagai kontrol kepada pemerintah. Adapun tahapan pengorganisasiannya (tahapan alaminya, bukan berdasarkan pengklasifikasian atau penggolongan) yaitu persiapan diri praktisi; memotivasi diri dan mulai dari diri sendiri, interaksi/pendekatan; keterlibatan langsung dan tidak langsung, membangun kontak; rekrutmen anggota untuk mendapatkan informasi tentang masyarakat, diskusi kelompok (forum warga), membuat aturan; menyusun tata tertib, pemetaan permasalahan; pembagian tugas, pembentukan kelompok kecil, perencanaan pengorganisasian, pembentukan organisasi dan membangun jaringan; melakukan promosi dan penyebarluasan ide-ide. i

5 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, pujian setinggi-tingginya penulis panjatkan kepada Allah SWT Tuhan semesta alam, Tuhan yang telah menjadikan langit dan bumi ini penuh dengan tanda-tanda kebesarannnya, penguasa kehidupan dan penentu kematian atas segala anugrah, nikmat, dan petunjuk yang dikaruniakannya sehingga penulis bisa memikirkan, merefleksikan dan menuangkan pikiran dalam bentuk tulisan ini. Shalawat dan salam semoga selalu disampaikan untuk junjungan nabi besar Muhammad Saw, beserta keluarga, sahabat dan para pengikut setianya. Suatu kenikmatan yang luar biasa yang tidak bisa diungkapkan dengan kuasa kata setelah rampungnya skripsi ini. Harus diakui, dengan serba keterbatasan yang ada sangatlah berat menyelesaikan skripsi ini, akan tetapi motivasi dalam diri penulis mendongkrak semangat dan memecah hambatanhambatan yang ada. Skripsi ini berjudul Model Pengorganisasian Masyarakat dalam Meningkatkan Kesadaran Lingkungan (Studi Ketokohan Harini Bambang Wahono dalam Melakukan Pengorganisasian Masyarakat di Kampung Banjarsari Rw 08 Kel. Cilandak Barat Kec. Cilandak Jakarta Selatan). Judul ini lahir dari munculnya kekaguman penulis terhadap usaha yang telah dilakukan oleh Harini Bambang Wahono dalam melakukan penyadaran lingkungan di masyarakat Kampung Banjarsari Kel. Cilandak Barat Jakarta

6 Selatan, kekaguman ini berlanjut pada keinginan untuk meneliti model pengorganisasian yang dilakukannya. Harapan penulis, skripsi ini dapat memberikan kontribusi positif terhadap wawasan mahasiswa secara umum, khususnya mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan, maka kritik yang membangun tentu menjadi asupan yang sangat penting. Perlu penulis sampaikan, banyak sekali orang yang berjasa dan membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua penulis, berkat doa dan wejangan-wejangan mereka sehingga penulis mampu menangkap sari-sari pengalaman dan memecah kebuntuan dalam menghadapi permasalahan. Kepada kakak-kakaku dan adik-adiku yang bahumembahu mendorong penulis menyelesaikan skripsi ini. Dukungan moril dan materil ini memberikan sumbangsih besar dalam penyelesaian skripsi ini, semoga Allah Swt membalas kebaikan dan cinta yang mereka berikan dengan balasan yang berlipat. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada: 1. Ismet Firdaus, M.Si, selaku pembimbing yang dengan tulus memberikan pengarahan, petunjuk dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Dr. Arief Subhan, MA, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas wejangannya. 3. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas arahannya.

7 4. Bapak Drs. H Mahmud Jalal, MA, Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas bimbingannya. 5. Bapak Drs. Study Rizal LK, MA, Pembantu Dekan III Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terimakasih atas kritiknya. 6. Ibu Siti Nafsiyah, MSW ketua Jurusan Konsentrasi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas arahannya. 7. Dosen-dosen Konsentrasi Kesejahteraan Sosial yang telah mendidik dan memberikan dispensasi waktunya terhadap skripsi ini. 8. Kepada teman-teman FORMACI (Forum Mahasiswa Ciputat), HIMA Persis Ciputat, BEM Jurusan Kesejahteraan Sosial periode , BEM Fakultas Dakwah periode , KOMFAKDA periode , AIC (Aula Insan Cita) era , kosan (Cak Roeney, A Gyn, Cak May, Chui, Dani, Adit, Kambing, Alfi dan Angel) dan cak-cak yang lain atas perjuangannya. Akhirnya, segala kebenaran hanya milik-nya, semoga Allah SWT membalas jasa kebaikan mereka dengan balasan yang setimpal. Dan mudahmudahan skripsi ini membawa angin segar terhadap berbagai permasalahan lingkungan yang berkembang. Jakarta, 20 September 2010

8 DAFTAR GAMBAR 1. Bagan Alur Penelitian Peta Wilayah RW 08 Kapung Banjarsari Strategi Perubahan Dasar Alur Karakteristik Taktik dan Teknik Perubahan Peran Praktisi yang Menonjol Alur Media Perubahan Irisan Indikator Pengorganisasian Masyarakat Alur Model Pengorganisasian Masyarakat Periodisasi Intervensi Masyarakat Banjarsari... 68

9 DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGATAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah Pembatasan Masalah Rumusan Masalah... 8 C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 9 D. Metodologi Penelitian E. Pedoman Penulisan Skripsi F. Tinjauan Pustaka G. Sistematika Penulisan BAB II LANDASAN TEORI A. Model Pengorganisasian Masyarakat Pengertian Model Pengertian Pengorganisasian Pengertian Masyarakat Pengertian Pengorganisasian Masyarakat B. Pemberdayaan Masyarakat C. Kesadaran Lingkungan D. Modal Sosial BAB III PROFIL HARINI BAMBANG WAHONO DAN GAMBARAN UMUM KAMPUNG BANJARSARI CILANDAK BARAT JAKARTA SELATAN A. Profil Harini Bambang Wahono Aktivitas dan Prestasi Kepribadian dan Motivasi Terhadap Lingkungan Hidup B. Gambaran Umum Kampung Banjarsari Sejarah Berdirinya Kampung Banjarsari Letak dan Kondisi Geografis Kelurahan Cilandak Barat... 39

10 3. Kondisi Demografis Kelurahan Cilandak Barat Kondisi Geografis dan Akses Menuju Kampung Banjarsari Kondisi Demografis Kampung Banjarsari Aktivitas dan Kelembagaan Masyarakat BAB IV PRESENTASI DAN ANALISA DATA A. Identifikasi Model Pengorganisasian Masyarakat Tujuan Tindakan Pandangan Mengenai Struktur Komunitas dan Permasalahannya Strategi Perubahan Dasar Karakteristik Taktik dan Teknik Perubahan Dasar Peran Praktisi yang Menonjol Media Perubahan Dasar Orientasi Terhadap Strutur Kekuasaan Batasan Definisi Sistem Klien Pandangan Mengenai Kepentingan dari Kelompok Konsepsi Mengenai Populasi Klien Konsepsi Mengenai Peran Klien B. Penjelasan Model Pengorganisasian C. Alur Pengorganisasian Kampung Banjarsari Persiapan Pada Diri Praktisi Interaksi/Pendekatan dengan Masyarakat Membangun Kontak Diskusi Kelompok Melalui Forum Warga Membuat Aturan atau Komitmen Pemetaan Permasalahan Pembentukan Kelompok Kecil Perencanaan Pengorganisasian Pembentukan Organisasi Membangun Jaringan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran-saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seperti yang kita ketahui, tren pembangunan di segala bidang merupakan tuntutan dari peningkatan penduduk yang cepat dan kebutuhan akan kesejahteraan hidup dengan standar kehidupan yang lebih baik. Hal tersebut tentunya bertujuan untuk melepaskan masyarakat dari kemiskinan dan memberikan harapan yang lebih baik di masa yang akan datang. Lebih jauh, pemerintah telah lama memberikan pemahaman dan rangsangan kepada masyarakat untuk dapat memecahkan permasalahannya sendiri, namun yang terjadi pembangunan justru menjadi pemicu bagi timbulnya permasalahan yang baru, sehingga tujuan yang hendak dicapai semakin jauh dari yang diinginkan. Salah satu permasalahan yang sering muncul seiring dengan peningkatan pembangunan adalah permasalahan lingkungan hidup. Saat ini, pertimbangan aspek lingkungan hidup selalu diabaikan dalam program-program perencanaan pembangunan, beberapa indikasi mengenai hal itu diantaranya semakin berkurangnya kebutuhan dasar masyarakat seperti pencemaran lingkungan air, tanah dan udara. Program pembangunan yang mengarah pada eksploitasi sumberdaya alam pada kenyataannya dapat merusak tatanan sosial dan keseimbangan kemanusiaan; merusak kehidupan masyarakat dan sumberdaya hutan dan tanah, menimbulkan penyakit, dan menurunkan sumberdaya perikanan dan laut. 1

12 2 Dampak dari pembangunan yang salah urus itu sudah banyak terdengar kasusnya di Indonesia, seperti beberapa eksploitasi alam yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan kecil sampai berskala nasional dan multi nasional. Dampak ini pun tidak hanya terjadi di tanah air yang kita diami ini saja, di belahan dunia yang lain dampaknya sudah terjadi sedemikian hebat, seperti yang terjadi di Amerika Serikat, yaitu sebagai berikut: Peristiwa NEPA 1969, peristiwa ini adalah reaksi terhadap kerusakan lingkungan oleh aktivitas manusia yang makin meningkat, antara lain tercemarnya lingkungan oleh pestisida serta limbah insdustri dan transportasi, rusaknya habitat tumbuhan dan hewan langka, serta menurunnya nilai estetika alam. Sejak permulaan tahun 1950-an Los Angeles di negara bagian Kalifornia, Amerika Serikat, telah terganggu oleh asap-kabut atau asbut (smog = smoke + fog), yang menyelubungi kota, mengganggu kesehatan dan merusak tanaman. Asbut berasal dari gas limbah kendaraan dan pabrik yang mengalami fotooksidasi dan terdiri atas ozon, peroksiasetil nitrat (PAN), nitrogenoksida, dan zat lainnya. Dengan adanya inversi termal di udara pada waktu-waktu tertentu, asbut terperangkap di udara di atas kota. 1 Peristiwa di atas mengundang reaksi dari masyarakat luas dengan beragam cara, mulai dari melakukan demonstrasi lingkungan, peningkatan riset-riset mengenai dampak lingkungan sampai pada tulisan-tulisan keprihatinan baik dalam bentuk novel atau karya ilmiah. Dalam buku Analisis Dampak Lingkungan dijelaskan reaksi Rachel Carson dalam karyanya, seperti berikut : Pada tahun 1962 terbit buku Rachel Carson yang berjudul The Silent Spring (Musim Semi Yang Sunyi). Dalam Bab I bukunya itu Carson antara lain menyatakan: Penyakit misterius telah menyerang ayam; sapi serta domba sakit dan mati. Di mana-mana terdapat bayangan kematian. Para petani berbicara tentang banyaknya kematian dalam keluarga mereka. Para dokter mengahadapi teka-teki penyakit baru. Kematian tiba-tiba yang tidak dapat diterangkan penyebabnya terjadi di antara orang dewasa maupun anak-anak yang tiba-tiba menjadi sakit waktu bermain-main dan meninggal dalam waktu beberapa jam. 2 1 Otto Soemarwoto, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, (Yogyakarta, Gajah Mada University Press, 2005), cet 11, h. 1 2 Ibid., h. 2.

13 3 Isi dalam buku tersebut setidaknya memberikan makna mengenai ancaman serius dari dampak lingkungan yang sudah menjadi isu dunia. Hasilnya, Carson mendapat perhatian luas dan memberikan dorongan positif bagi kesadaran masyarakat luas dari berbagai kalangan awam, akademisi, politikus, agamawan sampai pada profesional bisnis. Beberapa bukti itu menunjukan bahwa isu mengenai perlindungan lingkungan merupakan permasalahan paling mendesak yang dihadapi umat manusia saat ini. Akan tetapi sepertinya belum tumbuh kesadaran manusia untuk memahami pentingnya menjaga kelestarian lingkungan secara utuh sehingga harus dipikirkan cara penanggulangan yang komprehensif. Berbarengan dengan upaya penanggulangan permasalahan lingkungan, dewasa ini telah muncul beberapa upaya-upaya rekonstruksi paradigma pembangunan berbasis ramah lingkungan hingga tataran praktis, baik melalui jalur dialogal maupun radikal. Pada jalur dialogal para politsi, akademisi /profesional memainkan peranan penting, terutama kontribusinya terhadap beberapa undang-undang atau peraturan yang mengarah pada perbaikan lingkungan. Praktisi/aktivis bergerak pada jalur radikal, yaitu bagaimana mereka menularkan pandangan-pandangan hingga pada titik kesadaran masyarakat. Namun seringkali usaha-usaha di atas terpotong di tengah jalan, bahkan menyerah sebelum perang. Hal ini membuktikan masih mendominasinya kepentingan-kepentingan sesaat yang berujung pada kerugian lingkungan. Maka, menjadi persyaratan mutlak bagi pemerintah untuk memposisikan diri secara tegas terhadap penyelamatan lingkungan. Ketegasan itu harus didukung dengan pandangan bahwa penanggulangan terhadap permasalahan lingkungan

14 4 membutuhkan keseriusan dan partisipasi seluruh unsur yang terkait. Konsep perubahan kesadaran pada akar rumput (bottom-up) saat ini penting dipikirkan oleh pemerintah, karena hal ini akan terjadi aksi yang terintegrasi antara pemerintah dan masyarakat (bottom-up plus top-bottom) dalam menghadapi persoalan lingkungan kini dan masa depan. Jika partisipasi yang terintegrasi telah terjadi, maka pemerintah tidak lagi menanggung beban permasalahan sendirian. Padahal, agama telah jelas memproklamirkan mengenai pentingnya menjaga alam dan lingkungannya. Seperti ajakan Nabi Muhammad kepada umatnya, Nabi bersabda: Kebersihan itu sebagian dari pada Iman. 3 Sabda nabi di atas menjadi tanda mengenai ketegasan Nabi terhadap pentingnya memelihara lingkungan. Sejalan dengan hadits nabi mengenai upaya tegas dalam merespon permasalahan lingkungan ini, yaitu melakukan penghijauan dan pengelolaan sampah oleh masyarakat Kampung Banjarsari RW 08 Kel. Cilandak Barat Kec. Cilandak Jakarta Selatan. Mereka telah sadar bahwa pelestarian dan penyelamatan lingkungan akan berdampak langsung pada berbagai permasalahan lainnya, misalnya; penyakit menular atau bencana alam. Maka, hal ini patut diberikan apresiasi yang tinggi. Perilaku sadar lingkungan masyarakat Kampung Banjarsari ini tidak serta merta terjadi, dari pengamatan pendahuluan, ada satu tokoh masyarakat setempat yang mengorganisir perubahan ini. Namanya Harini Bambang Wahono, wanita 3 (diakses pada tanggal 28 Januari 2011)

15 5 berusia 75 tahun ini memiliki semangat pemberdayaan masyarakat yang berorientasi lingkungan yang luar biasa!. Berkat wanita ini dan kepercayan UNESCO menjadikan Kampung Banjarsari sebagai kawasan hijau percontohan di Jakarta dan telah mendapatkan beberapa penghargaan baik nasional maupun internasional. Selain itu, kampung Banjarsari telah melahirkan beberapa kawasan lain yang tidak kalah asrinya, maka kampung Banjarsari menjadi perintis dan menjadi role model yang terus diadopsi. Ada perbedaan mendasar bagaimana Harini membangun kesadaran lingkungan masyarakatnya, yaitu tidak melalui garis instruksi yang biasanya muncul dari hirarkis yang dibentuk, tetapi semua proses berbasis kesadaran. Beberapa media baik cetak maupun elektronik telah banyak memberitakan keberhasilan Kampung Banjarsari ini, seperti salah satu stasiun televisi Indosiar pada program FOKUS yang menyoroti cara berfikir masyarakat dan peran Harini Bambang Wahono, berikut petikannya: Pernahkah anda mendengar keberadaan Kampung Banjarsari yang terletak di kawasan Cilandak Jakarta Selatan. Keberhasilan kawasan pemukiman ini menciptakan kawasan yang bersih dan asri tak terlepas dari manajemen pengelolaan sampah lingkungan yang di lakukan oleh para ibu - ibu di kawasan ini. Sejumlah tehnik pengelolaan sampah dikembangkan sehingga sampah tak lagi menjadi limbah, namun bisa di manfaatkan untuk lingkungan. Sampahku adalah masalahku, demikian slogan yang menjadi moto para kaum ibu PKK Banjarsari Cilandak Jakarta Selatan. Untuk menaruh perhatian pada lingkungan sejak tahun Sampah di sadari sebagai sumber masalah sehingga perlu di olah dengan baik. Para ibu ini memulainya dari lingkungan keluarga dengan menerapkan prinsip 4 R yakni reduce mengurangi pemakaian bahan yang sulit dihancurkan, reuse pemakai ulang barang bekas kemasan, recycle mendaur ulang dan replain menanam kembali.

16 6 Adalah sosok Harini Bambang Wahono yang menjadi salah satu perintis pengolahan sampah di Kampung Banjarsari. Bahkan di usianya yang tak lagi muda kini, ia masih giat mengajarkan tehnik pengolahan sampah kepada warga agar sampah menjadi ramah lingkungan. Kini mulai dikembangkan pengolahan dengan sistem ifektif makro organizam (IM). Dimana larutan tersebut dicampur mulasis atau tetes tebu atau bisa juga gula pasir di dalam air tanah. Campuran ini diaduk merata pada sampah yang akan dijadikan pupuk. Teknologi ini memudahkan proses prementasi dan cepat menjadi pupuk. Bermula dari kesadaran dalam keluarga Banjarsari berubah menjadi kampung yang asri. Bahkan Banjarsari kini menjadi sekolah kilat pengolahan sampah organik yang ramai dikunjungi warga dari berbagai kota. (Rafael Don Bosco/Kiki Suhartono/Dv). 4 Sementara majalah tempointeraktif menyoroti penghargaan dan berbagai prestasi serta dijadikannya sebagai tujuan wisata di DKI Jakarta, berikut penggalan beritanya: Keasrian kampung Banjarsari tersiar keluar. Pada 2000, wilayah ini mendapat penghargaan sebagai juara nasional Konservasi Alam dan Penghijauan dari Departemen Pertanian dan Kehutanan. Setahun kemudian, Presiden Megawati Soekarnoputri menganugerahkan penghargaan Kalpataru bagi Harini, kini 76 tahun. Pemerintah Kota Madya Jakarta Selatan juga menjadikan Banjarsari sebagai salah satu tujuan wisata di Jakarta Selatan. Banyak warga dari Jakarta dan kota lain melakukan studi banding pengelolaan lingkungan yang sehat dan bersih. Harini menyediakan kursus singkat daur ulang sampah bagi para tamu 5 Dari uraian di atas tampak jelas bahwa peran Harini dalam hal kesadaran lingkungan di masyarakat Banjarsari begitu sentral. Maka tidak heran dalam beberapa pemberitaan atau permintaan terhadapnya memiliki porsi lebih besar. Kemudian, apa yang telah dilakukan oleh Harini ini tanpa disadari memberikan inspirasi sekaligus kritik terhadap akademisi dan para pengambil 4 (diakses pada tanggal 15 jam 23:00) 5 ointeraktif.com/id/arsip/2007/03/26/lin/mbm lin id.html+kampung+banjarsari +cilandak+harini+bambang+wahono+koran+tempo&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox -a (diakses pada tanggal 15 jam 23:30)

17 7 kebijakan. Dari wawancara awal, baginya sebuah sikap konsisten dan integritas tinggi akan berujung pada inisiatif lokal yang sangat berarti dan sebagai seorang Community Organizer beliau melihat dengan sungguh-sungguh potensi yang dimiliki warganya. Hal lainnya adalah efek besar terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitarnya, jadi ada dua keuntungan, kelestarian lingkungan dan kesejahteraan. Dalam ilmu kesejahteraan sosial usaha Harini ini termasuk salah satu dari dua pendekatan pemberdayaan masyarakat, yaitu pengorganisasian masyarakat, karena menitik beratkan pada pembangunan kesadaran masyarakat. Sementara pendekatan pengembangan masyarakat lebih fokus pada pengembangan yang bersifat fisik masyarakat. Usaha Harini ini menyisakan pertanyaan bagi penulis, bagaimana model pengorganisasian masyarakat yang digunakannya. Melakukan penelitian lebih jauh mengenai model pengorganisasian dalam meningkatkan kesadaran lingkungan yang dilakukan oleh Harini Bambang Wahono ini tentunya menjadi masukan yang berharga (di tengah-tengah masih didominasinya oleh fokus peningkatan standar ekonomi bagi kesejahteraan masyarakat), khususnya perkembangan ilmu pemberdayaan masyarakat, umunya ilmu kesejahteraan sosial, dan untuk itu penulis menuangkannya dalam judul skripsi Model Pengorganisasian Masyarakat dalam Meningkatkan Kesadaran Lingkungan (Studi Ketokohan Harini Bambang Wahono dalam Melakukan Pengorganisasian Masyarkat di Kampung Banjarsari Rw 08 Kel. Cilandak Barat Kec. Cilandak Jakarta Selatan).

18 8 B. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Pada penelitian ini, penulis memberikan batasan permasalahan yang akan dipaparkan. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya perluasan materi yang akan dibahas. Pokok masalah yang akan dibahas adalah bagaimana model pengorganisasian masyarakat dalam meningkatkan kesadaran lingkungan yang dilakukan oleh Harini Bambang Wahono. Model pengorganisasian masyarakat di sini berkaitan dengan identifikasi (temuan indikator-indikator pengorganisasian masyarakat) model pengorganisasian masyarakat dan penjelasannya, dan alur pengorganisasian masyarakat. 2. Rumusan Masalah Dari pembatasan masalah tersebut, penulis membuat rumusan masalah secara garis besar, yaitu Bagaimana model pengorganisasian masyarakat dalam meningkatkan kesadaran lingkungan yang dilakukan oleh Harini Bambang Wahono di Kampung Banjarsari Kel. Cilandak Barat Kec. Cilandak Jakarta Selatan?" Secara lebih rinci dari rumusan masalah tersebut sebagai berikut: 1. Bagaimana identifikasi model pengorganisasian masyarakat dalam meningkatkan kesadaran lingkungan yang dilakukan oleh Harini Bambang Wahono di Kampung Banjarsari Kel. Cilandak Barat Kec. Cilandak Jakarta Selatan? 2. Bagaimana penjelasan model pengorganisasian masyarakat dalam meningkatkan kesadaran lingkungan yang dilakukan oleh Harini

19 9 Bambang Wahono di Kampung Banjarsari Kel. Cilandak Barat Kec. Cilandak Jakarta Selatan? 3. Bagaimana alur pengorganisasian masyarakat dalam meningkatkan kesadaran lingkungan yang dilakukan oleh Harini Bambang Wahono di Kampung Banjarsari Kel. Cilandak Barat? C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun secara umum tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui model pengorganisasian masyarakat dalam meningkatkan kesadaran lingkungan yang dilakukan oleh Harini Bambang Wahono di Kampung Banjarsari Kel. Cilandak Barat Kec. Cilandak Jakarta Selatan. Secara khusus tujuan penelitian ini untuk menjelaskan: a. Identifikasi dan penjelasan model pengorganisasian masyarakat yang dilakukan oleh Harini Bambang Wahono dalam meningkatkan keasadaran lingkungan di Kampung Banjarsari Kel. Cilandak Barat Kec. Cilandak Jakarta Selatan. b. Alur pengorganisasian masyarakat yang dilakukan oleh Harini Bambang Wahono dalam meningkatkan kesadaran lingkungan di Kampung Banjarsari Kel. Cilandak Barat Kec. Cilandak Jakarta Selatan. 2. Manfaat Penelitian Adapun hasil penelitian yang dilakukan ini, peneliti berharap hasilnya dapat diaplikasikan secara akademis dan praktis.

20 10 a. Akademis 1) Memberikan tambahan khasanah keilmuan, khususnya di bidang ilmu kesejahteraan sosial mengenai model-model pengorganisasian masyarakat. 2) Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa mengenai model pengorganisasian masyarakat yang dilakukan oleh Harini Bambang Wahono di Kampung Banjarsari Kel. Cilandak Barat Kec. Cilandak Jakarta Selatan. b. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam melaksanakan pengorganisasian masyarakat dalam meningkatkan kesadaran lingkungan. D. Metodologi Penelitian 1. Unit analisis Satuan kajian biasanya ditetapkan dalam rancangan penelitian. 6 Untuk menjaring sebanyak mungkin berbagai informasi dari berbagi sumber, maka pencatatan datanya menggunakan sampel bertujuan (puposive sampling). Dalam penelitian ini yang menjadi unit analisis adalah keterwakilan unsur dari proses pengorganisasian, yaitu satu orang praktisi (wakil dari unsur pengorganisasi), 1 orang kader, 2 orang masyarakat biasa sebagai unsur yang diorganisasi dan 2 orang (Wakil lurah & pengurus RW 08) dari struktural masyarakat sebagai unsur pendukung. 6 Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. Ke-20 edisi revisi, h. 225.

21 11 2. Pendekatan penelitian Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor dalam Syamsir Salam menjelaskan bahwa metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. 7 Sementara menurut Nawawi pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau proses menjaring informasi dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu objek dihubungkan dengan pemecahan suatu masalah baik dari sudut pandang teoritis maupun praktis. Penelitian kualitatif dimulai dengan mengumpulkan informasiinformasi dalam situasi sewajarnya untuk dirumuskan menjadi suatu generalisasi yang dapat diterima oleh akal sehat manusia. 8 Dari penjelasan di atas, maka pemilihan pendekatan kualitatif ini bertujuan ingin mendapatkan gambaran model pengorganisasian dalam meningkatkan kesadaran lingkungan di Kampung Banjarsari yang dilakukan oleh Harini Bambang Wahono. 3. Sumber data a. Data primer yaitu berupa data yang diperoleh dari sasaran penelitian atau partisipan. Data primer yang penulis maksud adalah pengamatan yang bersifat partisipatoris, artinya penulis melihat langsung proses pengorganisasian, dan melakukan wawancara. 7 Syamsir Salam, Metode Penelitian Sosial (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h Hadari Nawawi, Instrumen Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1992), h. 209.

22 12 b. Data sekunder yaitu berupa catatan atau dokumen yang diambil dari berbagai literatur, buku-buku, internet atau tulisan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, seperti brosur, modul-modul pelatihan arsip, dan lain-lain. 4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: c. Pengamatan, dalam hal ini penulis melakukan pengamatan secara langsung terhadap bagaimana proses dan model pengorganisasian dalam meningkatkan kesadaran lingkungan. d. Interview atau wawancara, merupakan suatu alat pengumpulan informasi secara langsung tentang beberapa jenis data. 9 Alat yang digunakan dalam pencatatan data berupa alat tulis dan rekaman melalui Hand Phone (HP). e. Dokumentasi, hal ini digunakan untuk memperoleh data yang tidak diperoleh dengan pengamatan dan interview, tetapi hanya diperoleh dengan cara melakukan penelusuran data dengan menelaah buku, majalah, surat kabar, jurnal, internet, modul-modul pelatihan dan sumber lain yang berkaitan dengan apa yang sedang diteliti oleh penulis. 5. Analisis Data Dalam melakukan analisa data penulis menggunakan teknik biografi, dimana langkah-langkah analisis data dimulai dari mengorganisir file pengalaman objektif tentang hidup objek penelitian seperti perjalanan hidup, 9 Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Andi Offset. 1989), h.49.

23 13 beberapa karya, penghargaan atau prestasi dan kontribusi yang pernah dilakukan. Peneliti menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu cara melaporkan data dengan menerangkan, memberi gambaran dan mengklasifikasikan serta menginterpreasikan data yang terkumpul secara apa adanya kemudian disimpulkan Keabsahan Data Pada teknik keabsahan data, penulis melakukan diskusi secara analitis dimana hasil penelitian sementara diekspos. Kemudian, dilakukan pola pengoreksian bersama teman sejawat untuk kemudian melakukan perbaikan secara terus menerus dan menfokuskan pada isu yang sedang diteliti. Teknik pemeriksaan keabsahan data memiliki beberapa kriteria, yaitu : a. Kredibilitas dengan teknik triangulasi yaitu memeriksa keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. 11 Adapun teknik triangulasi yang dilakukan adalah triangulasi metode yaitu membandingkan pandangan seseorang dengan dokumentasi. Dalam hal ini penulis membandingkan pandangan seseorang dengan dokumentasi yang ada. b. Keajegan pengamatan dengan maksud menemukan ciri-ciri dan unsurunsur dalam situasi yang sangat relevan dengan isu yang sedang dicari, kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. 12 Pada penelitian ini penulis hanya memusatkan jawaban sesuai dengan rumusan masalah saja. 10 UI, Materi Mata Kuliah Metode Penelitian Sosial, h Meleong, Metode Penelitian Kualitatif, h Ibid., h. 329.

24 14 7. Bagan Alur Penelitian Secara ringkas, metodologi yang digunakan dalam penelitian ini dapat di lihat pada gambar di bawah ini: PENGUMPULAN DATA ANALISA DATA HASIL STUDI LITERATUR IDENTIFIKASI OBSERVASI 1. MELIHAT 2. MENDENGAR DATA KATEGORISASI DATA HASIL ANALISIS WAWANCARA MENDALAM INTERPRETASI Gambar 1. Bagan Alur Penelitian E. Pedoman Penulisan Skripsi Untuk tujuan mempermudah, teknik penulisan yang dilakukan dalam skripsi ini merujuk pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah yang ditertbitkan oleh CeQda UIN Jakarta F. Tinjauan Pustaka Dalam penelitian ini, penulis melakukan tinjauan pustaka pada tugas akhir yang berjudul Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat (Studi Kasus Rt 02 Rw 07 Kelurahan Benua Melayu Laut, Kecamatan Pontianak Selatan, Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat, yang disusun oleh Merry Silalahi mahasiswi Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

25 15 Penelitian tersebut memberikan gambaran tentang pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang diterapkan oleh komunitas Komplek Perumahan Dwi Ratna dengan membuat pupuk kompos yang dilakukan secara individu dan membuat kerajinan tangan secara berkelompok. Selain itu, pengembangan pengelolaan sampah dipinggiran Sungai Kapuas memerlukan pengembangan masyarakat dan pengembangan teknologi yang didukung oleh pemerintah. Adapun permasalahan yang dihadapi masyarakat untuk dapat melaksanakan pengelolaan sampah berbasis masyarakat adalah kepemimpinan ketua RT dan komunikasi pemerintah dan masyarakat. 13 Melakukan tinjauan pustaka pada tesis tersebut merupakan ketertarikan penulis dalam studi proses pemberdayaan (pengelolaan sampah) berbasis masyarakat. Apa yang dilakukan penelitian skripsi ini tentu menjadi bahan perbandingan terhadap tesis tersebut. G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : BAB I Pendahuluan, menguraikan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, pedoman penulisan skripsi, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan. BAB II Landasan teori, yang terdiri dari: 13 Silalahi, Mery, Tugas Akhir: Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat (Studi Kasus Rt 02 Rw 07 Kelurahan Benua Melayu Laut, Kecamatan Pontianak Selatan, Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat, (Bogor: Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. 2009), h.v.

26 16 Pertama, model pengorganisasian masyarakat, yang di dalamnya menguraikan tentang pengertian model, pengorganisasian, masyarakat, pengorganisasian masyarakat, dan model-model pengorganisasian masyarakat. Kedua, pemberdayaan masyarakat, yang menguraikan tentang pengertian pemberdayaan masyarakat. Ketiga, kesadaran lingkungan, yang menguraikan tentang pengertian kesadaran, lingkungan, dan kesadaran lingkungan. Keempat, modal sosial, yang menguraikan tentang pengertian modal sosial. BAB III Profil Harini Bambang Wahono dan Gambaran Umum Kampung Banjarsari Cilandak Barat Jakarta Selatan, menguraikan tentang aktifitas dan prestasi, kepribadian dan motivasi terhadap lingkungan hidup, tiga tokoh utama, sejarah berdirinya RW 08, letak dan kondisi geografis Kelurahan Cilandak Barat, kondisi demografis Kelurahan Cilandak Barat, kondisi geografis dan akses menuju lokasi RW 08 Banjarsari, kondisi demografi RW 08 Kampung Banjarsari, serta aktivitas dan kelembagaan masyarakat. BAB IV Hasil penelitian, menguraikan tentang identifikasi model pengorganisasian masyarakat (menjelaskan temuan-temuan indikator-indikator pengorganisasian masyarakat) dan penjelasan model pengorganisasiannya, dan alur pengorganisasian masyarakat. BAB V Penutup, menguraikan kesimpulan dan saran.

27 BAB II LANDASAN TEORI A. Model Pengorganisasian Masyarakat Model pengorganisasian masyarakat merupakan kalimat yang terdiri dari tiga kata yang membentuknya yaitu, model-pengorganisasian-masyarakat. Pada kata pengorganisasian terdapat kata dasar organisasi, maka penjelasan secara terpisah mengenai makna atau maksud arti dari kata-kata itu menjadi penting (dimaksudkan untuk menghindari kekeliruan atau maksud yang bias karena adanya perbedaan dari pemaknaan) sebelum mendefinisikan secara keseluruhan kalimat model pengorganisasian masyarakat. 1. Pengertian Model Di sini penulis menuliskan dua sumber yang mengartikan kata model yaitu, menurut Kamus Ilmiah Populer, kata model berarti bentuk mode; bentuk rupa bentuk; contoh. 1 Dalam Kamus Bahasa Indonesia, kata model diartikan sebagai (1) pola (contoh, acuan, ragam, dsb), sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan; (2) orang yang dipakai sebagai contoh untuk dilukis (difoto); (3) orang yang (pekerjaannya) memperagakan contoh pakaian yang akan dipasarkan; (4) barang tiruan yang kecil dengan bentuk (rupa) tepat benar seperti yang ditiru. 2 1 Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: ARKOLA, 2001), h Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Kamus Pusat Bahasa Departement Pendidikan Nasional, 2008), h

28 18 Dari dua pengertian di atas, penulis mendefinisikan kata model ini (terutama hubungannya dengan model pengorganisasian masyarakat) lebih kepada contoh, bentuk (non fisik) atau pola. 2. Pengertian Pengorganisasian Kata pengorganisasian memiliki kata dasar organisasi, maka pengertian kata pengorganisasian dimulai dari kata organisasi. Menurut Kamus Ilmiah Populer, kata organisasi berarti penyusunan dan pengaturan bagian-bagian hingga menjadi suatu kesatuan; susunan dan aturan dari berbagai bagian sehingga merupakan kesatuan yang teratur; gabungan kerja sama (untuk mencapai tujuan tertentu). 3 Sementara dalam Kamus Populer Lengkap, kata organisasi diartikan sebagai suatu persatuan atau keadaan kesatuan, susunan yang teratur dan berdisiplin. 4 Dalam Kamus Bahasa Indonesia, kata organisasi berarti susunan atau kesatuan dari berbagai-bagai bagian (orang) sehingga merupakan kesatuan yang teratur. Menurut James L. Gibson, John M. Ivencevich, James H Donnely Jr. organisasi didefinisikan sebagai kesatuan yang memungkinkan anggota mencapai tujuan yang tidak dapat dicapai melalui tindakan individu secara terpisah. 5 Tentang pengorganisasian, ada dua sumber dimana masing-masing memberikan pengertian sedikit berbeda. Hani Handoko mengartikan pengorganisasian sebagai suatu proses untuk merancang struktur formal, mengelompokan dan mengatur serta membagi tugas-tugas atau pekerjaan di antara para anggota organisasi, agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan 3 Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, h Tigor Pangaribuan, Kamus Populer Lengkap, (Bandung: Pustaka Setia, 1996), h Dydiet Hardjito, Teori Organisasi Dan Teknik Pengorganisasian,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 5

29 19 efisien. 6 Sementara menurut Ida Indrawati mendefinisikan organisasi sebagai proses penyusunan pembagian kerja ke dalam unit-unit kerja dan fungsinya beserta penetapannya dengan cara yang tepat mengenai orang-orangnya (staffing) yang harus menduduki fungsi-fungsi itu beriktu penentuannya dengan tepat tentang hubungan wewenang dan tanggung jawab. 7 Dari berbagai pendapat tersebut, penulis berusaha memberikan pengertian tentang pengorganisasian secara lebih jelas yaitu, pengorganisasian merupakan proses pengelompokan, penyatuan, dan pengaturan orang-orang untuk dapat digerakan/dimobilisasi sebagai suatu kesatuan (semuanya atas dasar kesadaran dari masing-masing anggota, bukan berdasarkan instruksi), sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan dengan tujuan mencapai citacita yang diharapkan/ditetapkan. 3. Pengertian Masyarakat Dalam Kamus Bahasa Indonesia, ada dua pengertian masyarakat yaitu ( (1) sekumpulan orang yang hidup bersama pada suatu tempat atau wilayah dengan ikatan aturan tertentu; (2) segolongan orang yang memiliki kesamaan tertentu. 8 Pengertian masyarakat menurut Alexis de Tocqueville (Hikam, 1996) yaitu sebagai wilayah sosial yang teroganisasikan dan bercirikan antara lain: kesukarelaan (voluntary), keswasembadaan (self-generating), dan keswadayaan (self-suporting), dan memiliki kemandirian yang tinggi bila 6 Dydiet Hardjito, Teori Organisasi Dan Teknik Pengorganisasian, h Ida Indrawati, Tanya-Jawab Pengantar Manajemen Organisasi, (Bandung: CV. ARMICO, 1988), h. 9 8 Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia,., h. 924

30 20 berhadapan dengan negara, serta mempunyai keterikatan dengan norma-norma atau nilai-nilai hukum yang diikuti. 9 Ada dua konsep masyarakat (Mayo, 1998:162) 10 yang penulis gabungkan sehingga masyarakat didefinisikan sebagai sebuah tempat bersama,yakni sebuah wilayah geografis yang sama dengan dasar kepentingan bersama, yakni kesamaan kepentingan berdasarkan kebudayaan dan identitas. 4. Pengertian Pengorganisasian Masyarakat Pengorganisasian Masyarakat adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh individu-individu atau sekumpulan orang yang didorong oleh kesadarannya tentang berbagai persoalan di masyarakat, kemudian berupaya untuk melakukan perubahan bersama-sama masyarakat dengan menggunakan segala potensi yang dimiliki oleh masyarakat tersebut. Selain itu, pengorganisasian juga bertugas untuk mencapai cita-cita masyarakat sipil yang dicita-citakan. Untuk melakukan pengorganisasian masyarakat terlebih dahulu para pendamping / community organizer harus mempunyai kemampuan untuk memahami berbagai hal mengenai pengorganisasian masyarakat dan mampu mentransfer pemahamannya pada masyarakat. 11 Istilah pengorganisasian rakyat atau yang dikenal dengan pengorganisasian masyarakat mengandung pengertian yang luas dari kedua akar katanya. Istilah rakyat tidak hanya terbatas pada perkauman (community) yang khas dalam konteks yang lebih luas, juga pada masyarakat (society) pada 9 Modul Pelatihan Pengorganisasian Rakyat, (Jakarta: Indonesian Institute for Civil Society (INCIS), 2003), cet. Ke-1, hal Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: Anggota IKAPI, 2005) hal Modul Pelatihan Pengorganisasian Rakyat, hal. 14.

31 21 umumnya. Pengorganisasian lebih dimaknai sebagai suatu kerangka menyeluruh dalam rangka memecahkan masalah ketidakadilan sekaligus membangun tatanan yang lebih adil. 12 Dari beberapa pengertian di atas, penulis mendefinisikan pengorganisasian masyarakat ini sebagai upaya menyeluruh yang dilakukan oleh individu-individu atau sekumpulan orang atas dasar kesadaran sendiri untuk mencapai cita-cita atau harapan dan keluar dari permasalahan yang dihadapi secara mandiri. Dalam proses pengorganisasian masyarakat ada beberapa faktor inti, misalnya peran aktor pengorganisasi. Namun, faktor lain dari diri aktor ini juga berpengaruh yaitu sifat kepemimpinan, cara atau pendekatan yang dilakukan dan usaha teru menerus (kontinue). Terkait dengan model praktek pengorganisasian masyarakat, Rothman dan Tropman membaginya ke dalam 3 model, yaitu pengorganisasian masyarakat lokal (locality development model), perencanaan sosial (social planning), dan aksi sosial (social action). 13 Pertama, pengorganisasian masyarakat lokal (locality development model) adalah proses yang ditujukan untuk menciptakan kemajuan sosial dan ekonomi bagi masyarakat melalui partisipasi aktif serta inisiatif anggota masyarakat itu sendiri. Anggota masyarakat dipandang bukan sebagai sistem klien yang bermasalah melainkan sebagai masyarakat yang unik dan memiliki potensi, hanya saja potensi tersebut belum sepenuhnya dikembangkan. 14 Ada beberapa perbedaan mendasar dengan dua model lainnya, misalnya tentang orientasi atau tujuan 12 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, hal Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan, Masyarakat dan Intervensi Komunitas, (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2003), h Ibid., hal. 42

32 22 tindakan terhadap masyarakat, pengorganisasian masyarakat lokal lebih mementingkan proses dari pada tujuan atau hasil. Selain itu, masing-masing anggota masyarakat bertanggung jawab atas penentuan dan pemilihan strategi yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut. 15 Kedua, perencanaan sosial (social planning) menunjuk pada proses pragmatis untuk menentukan keputusan dan menetapkan tindakan dalam memecahkan masalah sosial tertentu seperti kemiskinan, pengangguran, kenakalan remaja, kebodohan (buta huruf), kesehatan masyarakat yang buruk (rendahnya usia harapan hidup, tingginya tingkat kematian bayi, kekurangan gizi) dan lain-lain. 16 Hal yang membedakan dengan pengorganisasian lokal adalah orientasinya lebih kepada tugas (task). 17 Ketiga, aksi sosial (social action) tujuan dan sasaran utama aksi sosial adalah perubahan-perubahan fundamental dalam kelembagaan dan struktur masyarakat proses pendistribusian kekuasaan (distribution of power), sumber (distribustion of sources) dan pengambilan keputusan (distribustion of decision making). Pendekatan aksi sosial didasari suatu pandangan bahwa masyarakat adalah sistem klien yang seringkali menjadi korban ketidakadilan struktur. 18 Aksi sosial berorientasi pada dua tujuan baik tujun proses maupun tujuan hasil. Strutur kekuasaan (pemerintah) menjadi faktor eksternal yang menjadi sasaran aksi Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan, Masyarakat dan Intervensi Komunitas, (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2003), h Suharto, Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat hal Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan, Masyarakat dan Intervensi Komunitas, h Suharto, Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, hal Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan, Masyarakat dan Intervensi Komunitas, h. 70

33 23 Selain penjelasan mengenai definisi dari masing-masing model, Rothman dan Tropman juga menjelaskan indikator dari masing-masing model, hal ini ditujukan untuk melakukan perbandingan yang lebih rinci. Adapun tabel indikator dari tiga model pengorganisasian masyarakat ini adalah sebagai berikut: Tabel. 1 Tiga Model Praktek Pengorganisasian Masyarakat 1. Kategori tujuan tindakan masyarakat 2. Asumsi mengenai struktur komunitas dan kondisi pemasalahanny a 3. Strategi perubahan dasar 4. Karakterisik taktik dan teknik perubahan Model A (Pengembangan Masyarakat Lokal) Kemandirian, pengembangan kapasitas dan pengintegrasian masyarakat (tujuan yang dititikberatkan pada proses = process goals) Adanya anomie dan kemurungan dalam masyarakat; kesenjangan relasi dan kapasitas dalam memecahkan masalah secara demokratis; komunitas berbentuk tradisional statis. Pelibatan berbagai kelompok warga dalam menentukan dan memecahkan masalah mereka sendiri. Konsensus; komunikasi anta kelompok dan kelompok kepentingan dalam masyarakat (komunitas); Model B (Perencanaan Sosial) Pemecahan masalahan dengan memperhatikan masalah yang penting yang ada pada masyarakat (tujuan dititikberatkan pada tugas = task goals) Masalah sosial yang sesungguhnya; kesehatan fisik dan mental, perumahan dan rekreasional. Pengumpulan data yang terkait dengan masalah, dan memilih serta menentukan bentuk tidakan yang paling rasional. Konsensus atau konflik Model C (Aksi Sosial) Pergeseran (pengalihan) sumber daya dan relasi kekuasaan; perubahan institusi dasar (task ataupun process goals) Populasi yang dirugikan; kesenjangan sosial, perampasan hak, dan ketidakadilan. Kristalisasi dari isu dan pengorganisasian massa untuk menghadapi sasaran yang menjadi musuh mereka. Konflik atau kontes; konfrontasi aksi yang bersifat langsung, negosiasi.

34 24 5. Peran praktisi yang menonjol 6. Media Perubahan 7. Orientasi terhadap struktur kekuasaan 8. Batasan definisi sistem klien dalam komunitas (konstituensi) 9. Asumsi mengenai kepentingan dari kelompokkelompok di dalam suatu komunitas 10. Konsepsi mengenai populasi klien (kostituensi) 11. Konsepsi mengenai peran klien diskusi kelompok Sebagai Enablerkatalis, koordinator, orang yang meng- ajar - kan keterampilan memecahkan masalah dan nilainilai etis. Manipulasi kelompok kecil yang berorientasi pada terselesaikannya suatu tugas (small task oriented group). Anggota dari struktur kekuasaan bertindak sebagai kolabolator dalam suatu ventura yang bersifat umum. Keseluruhan komunitas geografis. Kepentingan umum atau pemufakatan dari berbagai perbedaan Warga masyarakat. Partisipan pada proses interaksional pemecahan Pengumpul dan penganalisis data, pengimplementasi program, dan fasilitator. Manipulasi organisasi formal dan data yang tersedia. Struktur kekuasaan sebagai pemilik dan sponsor (pendukung). Keseluruhan komunitas atau dapat pula suatu segmen dalam komunitas (termasuk komunitas fungsional) Pemufakatan kepentingan atau konflik. Konsumen (penggunan jasa) Konsumen atau recipien (penerima pelayanan) Aktivis, advokat; agigator, pialang, negosiator, partisan. Manipulasi organisasi massa dan prosesproses politik. Strutur kekuasaan sebagai sasaran eksternal dari tindakan yang dilakukan; mereka yang memberikan tekanan harus dilawan dengan memberikan tekanan balik. Segmen dalam komunitas. Konflik kepentingan yang sulit dicapai kara mufakat; kelangkaan sumber daya Korban Employer, konstituen, anggota.

35 25 masalah. Dari tabel di atas hanya digambarkan secara ringkas mengenai penjelasan setiap indikatornya, adapun penulis menjelaskan secara lebih terperinci dari masing-masing indikator pada setiap model adalah sebagai berikut: Kategori Tujuan Tindakan Terhadap Masyarakat Seperti yang sudah dijelaskan, ada dua tujuan utama mengenai pengorganisasian masyarakat yang pertama lebih mengacu pada tugas (task), sementara lainnya lebih berorientasi pada proses. Pada model A, masyarakat dalam hal ini dilihat sebagai konsumen dilibatkan dalam proses pembuatan kebijakan, penentuan tujuan, dan pemecahan masalah. Pada model B, sebaliknya, tidak ada pelibatan penerima pelayanan. Pada model C, kedua tujuan itu menjadi prioritas, si penerima layanan harus ikut terlibat dalam keseluruhan proses (penyadaran, pemberdayaan dan tindakan aktual) dan dia bersifat aktif, hal itu bertujuan untuk melakukan perubahan struktur kekuasaan (pemerintah) ke arah yang memenuhi prinsip demokrasi, kemerataan dan keadilan. 2. Asumsi Yang Terkait Dengan Struktur Masyarakat dan Kondisi Permasalahannya Pada model A, masyarakat ini seringkali dipimpin oleh sekelompok kecil pemimpin-pemimpin konvesional dan terdiri dari populasi yang buta huruf dan ada perbedaan sangat jauh dalam keterampilan pemecahan masalah. Adanya kesenjangan itu disebabkan tertutupnya komunitas kecil oleh komunitas yang lebih luas. Pada model B, seorang perencana sosial melihat 20 Ibid., h

36 26 komunitas atau masyarakat kecil ini terdiri dari masalah sosial yang inti seperti pengangguran, gizi buruk perumahan dan lain-lain. Pada model C, seorang praktisi pada model ini melihat komunitas sebagai (terdiri dari) hirarki dari privilage dan kekuasaan Strategi Perubahan Dasar Pada model A, adanya upaya penetuan dan pemecahan masalah secara mandiri serta melibatkan sebanyak mungkin warga. Pada model B, identik dengan mengumpulkan fakta yang ada dan melakukan analisa sebelum memilih tindakan yang tepat seperti apa. Tenaga perubahnya pun di luar komunitas (sebagai penerima) dan upaya pengembangannya pun tidak ada pelibatan. Pada model C, melakukan pengumpulan fakta yang melibatkan si penerima, sehingga akhirnya mampu mengenali musuh, lalu mengorganisir diri dan siap memberikan tekanan kepada sasaan mereka. 4. Karakteristik Taktik dan Teknik Perubahan Dasar Pada model A, yang paling ditekankan model ini adalah kesepakatan bersama. Namun Blakely menekankan pentinya teknik deliberatif dan kooperatif, hal ini untuk mempertegas perbedaan dengan model lainnya. Pada model B, taktik dan teknik sangat berpengaruh, maka seringkali pada model ini melakukan analisa mendalam. Pada model C, lebih pada taktik konflik. 5. Peran Praktisi Pada model A, praktisi lebih banyak berperan sebagai enabler, membantu mengidentifikasi kebutuhan dan masalah mereka sehingga mandiri dalam melakukan pemecahannya medianya melakukan mobilisasi. Pada 21 Ibid., h. 73

37 27 model B, peran praktisi lebih sebagi expert (pakar). Penekanannya pada cara penemuan fakta (berdasarkan penelitian), implementasi program (pewujudan) dan memiliki relasi dengan birokrasi dan tenaga profesional. 6. Media Perubahan Medianya perubahan pada model A melakukan manipulasi organisasi (relasi antar organisasi). Pada model C, lebih sebagai advokat dan aktifis. Medianya memanipulasi organisasi yang kemudian mempengaruhi proses politik. 7. Orientasi Terhadap Strutur Kekuasaan Pada model A, strutur kekuasaan dalam hal ini adalah sudah terdapat masyarakat itu sendiri atau bagian dari masyarakat. Dalam menentukan tujuan atau kebijakan selalu atas dasar kesepakatan bersama (saling menguntungkan) artinya tidak berpihak pada satu kelompok tertentu. Pada model B, strutur kekuasaan di sini biasanya sebagai pendukung atau bos dari praktisi, maka kecenderungan hasil perencanaanya pun syarat titipan. Dalam pelaksanaanya, praktisi membutuhkan dana, infrastrutur dan fasilitas lainnya, maka keberhasilan lobi bergantung pada data yang faktual dari hasil analisa dan penelitian sebelumnya. Pada model C, kelompok klien lebih dilihat sebagai partisipan dan struktur kekuaan tidak dapat menjangkau atau menola memberikan pelayanan (dengan alasan khusus), misalnya sentimen agama. 8. Batasan definisi sistem klien dalam komunitas (konstituensi) Pada model A, klien adalah orang atau warga yang tingga dalam suatu tempat yang bersifat lokal. Pada model B, klien dibatasi pada keseluruhan komunitas atau dapat pula suatu segmen (bagian) dalam komunitas (termasuk

38 28 komunitas fungsional), lebih cenderung tidak dibatasi oleh geografis. Pada model C, klien adalah segmen dalam komunitas atau bagian tertentu yang memiliki keterpinggiran. 9. Asumsi mengenai kepentingan kelompok-kelompok (subpart) dalam suatu komunitas Pada model A, semua atas kepentingan, niat baik, dan kesepakatan bersama. Pada model B, orientasinya terkadang pragmatis (jangka pendek) dan hanya masalah tertentu, akhirnya aktor tidak memiliki peran. Pada model C, kepentingan selalu dilihat berbeda dan bertentangan, maka penyelesaiannya adalah aksi dengan tujuan mempengaruhi proses politik sehingga diharapkan terjadi pemerataan. 10. Konsepsi mengenai populasi klien Pada model A, klien dipandang sebagai warga sederajat, yang memiliki kekuatan potensi terpendam yang perlu diperhatikan. Setiap warga adalah sumber daya aset. Pada model B, klien cenderung pasif, dia hanya menerima layanan. Pada model C, klien adalah korban, pemerintah atau penguasa dalam hal ini yang paling bertanggung jawab, maka hubungan antara pengorganisasian jenis ini dengan penguasa selalu kontra. 11. Konsepsi mengenai peran klien Pada model A, klien berpartisipasi aktif. Pada model B, klien sebagai penerima. Pada model C, klien bersama praktisi berstatus bawahan (yang tertindas), praktisi sebagai pelayan masyarakat.

39 29 B. Pemberdayaan Masyarakat Adapun Edi Suharto dalam bukunya Membangun Masyarakat, Memberdayakan Rakyat, mengatakan: Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment), berasal dari kata power (kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya, ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan. Pemberdayaan menunjuk pada kempuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atas kemampuan dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan; (b) menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan; dan berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusankeputusan yang mempengaruhi mereka. 22 Dalam bukunya yang lain Pekerjaan Sosial Di Dunia Industri, Edi Suharto mendefinisikan pemberdayaan masyarakat sebagai sebuah proses maupun hasil yaitu, serangkaian aktivitas yang terorganisir dan ditunjukan untuk meningkatkan kekuasaan, kapasitas atau kemampuan personal, interpersonal atau politik sehingga individu, keluarga, atau masyarakat mampu melakukan tindakan guna memperbaiki situasi-situasi yang mempengaruhi hidupnya. 23 Sementara menurut Ginanjar Kartasasmita pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat "peoplecentered, participatory, empowering, and sustainable" seperti dikatakan oleh Robert Chamber (1995) Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, hal Edi Suharto, Pekerjaan Sosial Di Dunia Industri, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2007), h Arsip Pidato Kebudayaan Ginanjar Kartasasmita (Menteri Negera Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Bapenans) yang Disamapaikan Pada Peringatan Hari Ke-28 Pusat Kesenian Jakarta-Taman Ismail Marzuki Jakarta, 19 November 1996

40 30 C. Kesadaran Lingkungan 1. Pengertian Kesadaran Kesadaran merupakan asal kata dari sadar, menurut Kamus Bahasa Indonesia, kata sadar berarti (1) insaf; merasa; tahu dan mengerti. (2) ingat kembali (pingsan), (tidur). Kesadaran memiliki arti (1) keinsafan; keadaan mengerti. (2) hal yang dirasakan atau dialami oleh seseorang Pengertian Lingkungan Arti kata lingkungan menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah (1) daerah (kawasan) yang termasuk di dalamnya; (2) golongan; kalangan: (3) semua yang mempengaruhi pertumbuhan manusia atau hewan. 26 Ada keterkaitan antara kesadaran lingkungan dengan perilakunya, sadar akan lingkungan mencakup semua pada taraf/tahapa (persepsi, sikap, dan aksi), sementara perilaku sudah action /mengamalkan. Seperti apa yang dikemukakan oleh Byer (1996) mendefinisikan behaviore sebagai semua keputusan, praktek dan tindakan yang dilakukan oleh individu maupun kelompok. Lebih lanjut mengenai perilaku terhadap lingkungan, Byers mengatakan bahwa perilaku yang memiliki dampak positif terhadap alam dapat digolongkan perilaku peduli lingkungan. 27 Dari beberapa keterkaitan antar definisi di atas, penulis mendefinisikan kesadaran lingkungan sebagai keseluruhan upaya sadar baik pada tingkat persepsi, sikap dan tingkah laku yang memiliki dampak positif bagi lingkungan. Pada tahapan perilaku, sadar akan lingkungan pada seseorang 25 Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia, h Ibid., h Takashi Inoguschi, Edward Newman dan Glen, Kota Dan Lingkungan, (Jakarta: LP3ES, 2003), h. 131

41 31 biasanya terkait dengan sebab-akibat atau sejarah kehidupannya (dampak negatif dan positif secara langsung) atau dengan kata lain kesadarannya pada tingkat persepsi berubah menjadi sikap dan diteruskan pada aksi (perilaku). D. Modal Sosial Ada banyak sumber yang memberikan pengertian mengenai modal sosial, di bawah ini hanya dua pengertian yang menurut penulis cukup mewakili yaitu, sebagai berikut: Modal sosial dapat diartikan sebagai sumber (resource) yang timbul dari adanya interaksi antara orang-orang dalam suatu komunitas. Namun demikian, pengukuran modal sosial jarang melibatkan pengukuran terhadap interaksi itu sendiri. Melainkan, hasil interaksi tersebut, seperti terciptanya atau terpeliharanya kepercayaan antar warga masyarakat. sebuah interaksi dapat terjadi dalam skala individu atau institusional. Secara individual, interaksi terjad manakala relasi intim antara individu terjalin satu sama lain sehingga terbentuk ikatan emosional. Setiap masyarakat memiliki sumberdaya tertentu yang dapat dikembangkan untuk mengatasi masalah bersama. 28 Sementara dalam sumber lain disebutkan bahwa Francis Fukuyama mendefiniskan modal sosial sebagai nilai atau norma yang diakui bersama oleh anggota suatu kelompok atau masyarakat, yang memungkinkan terjadinya kesepahaman dan kerja sama di antara mereka. 29 Modal sosial menurut penulis adalah kepercayaan warga masyarakat dari hasil interaksi yang terus menerus. Kepercayaan tidak serta merta timbul, tetapi ada beberapa pemicu atau faktor pendukung, misalnya, aktor interaksi atau faktor ketokohan. 28 Merry Silalahi, Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat (Studi Kasus Rt 02 Rw 07 Kelurahan Benua Melayu Laut, Kecamatan Pontianak Selatan, Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat), (Bogor: Tesis Program Jurusan Pengembangan Masyarakat, Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor, 2009), h Mulya Amri dan Wicaksono Sarosa, CSR Untuk Penguatan Kohesi Sosial, (Jakarta: Indonesia Business Links, 2008), h. 5

42 BAB III PROFIL HARINI BAMBANG WAHONO DAN GAMBARAN UMUM KAMPUNG BANJARSARI CILANDAK BARAT JAKARTA SELATAN A. Profil Harini Bambang Wahono 1. Aktifitas dan Prestasi Namanya Harini Bambang Wahono, saat ini ia tinggal di Jl. Banjarsari XIV No. 4 A Kel. Cilandak Barat Kec. Jakarta Selatan, wanita kelahiran Solo 25 November 1931 (77 tahun) ini memiliki beragam aktivitas sosial kemasyarakatan, mulai dari praktisi lingkungan, Ketua Kelompok Tani Perkotaan Dahlia, PKK Pokja IV, mentor pada pelatihan pengelolaan sampah terpadu, relawan kesehatan WHO, pengajar bahasa Inggris untuk anak-anak di sekitar lingkungan dan lain-lain. Latar belakang pendidikan sekolah rakyat pada zaman penjajahan Jepang merupakan pelajaran berharga bagi perkembangan kepribadian Harini yang pada akhirnya berpengaruh sangat penting untuk kemajuan Kampung Banjarsari kedepan. Mencintai secara sungguh-sungguh terhadap tanah air merupakan pesan yang selalu diingat Harini. Melindungi dan memelihara lingkungan atau memberikan perlakuan posistif apapun terhadap lingkungan adalah harga mati. Maka baginya, bepikir dan bertindak harus selalu beriringan di setiap usaha. Selain itu, pendidikan dari ayahnya juga memberi pengaruh yang cukup besar pada kepribadiannya, dua pesan yang selalu ia terima dari ayahnya adalah kesabaran dan harus selalu berproses. 32

43 33 Dari keseluruhan aktivitasnya, ia mendapatkan tanggung jawab yang penting dan selalu memiliki peran sentral. Ia pun sering diundang untuk berbicara di berbagai seminar dan pelatihan mengenai penghijauan dan pengelolaan sampah. Salah satu pengalaman menariknya adalah ketika diberi kesempatan untuk memberikan pesan di hadapan 15 pemimpin negara, maka sejak saat itu ia menjadi pembicara berlisensi nasional dan internasional. Keberhasilan mengorganisasikan dan membangun kesadaran masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan sekitarnya membuahkan hasil, dimana pada tahun 2001 kampung Banjarsari mendapat penghargaan Juara Penghijauan dan Konservasi Alam dari perlombaan yang diselenggarakan pemerintah. Penghargaan juara ini juga menjadi bukti kesungguhan dari studi bandingnya ke Philipina dan Thailand setahun sebelumnya. Masih pada tahun 2001, wanita 77 tahun ini mendapat penghargaan KALPATARU dari pemerintah atas perannya terhadap perlindungan lingkungan. Pengabdian dan kegigihan terhadap penghijauan lingkungan dan upaya pengelolaan sampah berbasis masyarakat mendorong masyarakat lain untuk mengikuti jejaknya. Atas jasanya ini, pada tahun 2003 ia mendapat penghargaan sebagai Perempuan Pilihan Metro TV. Selanjutnya, pada tahun 2004 Bank Permata memberikan penghargaan sebagai Insan Permata. Setahun kemudian, yaitu pada tahun 2005 pemerintah DKI Jakarta memberikan penghargaan atas pengabdian PKK selama 30 tahun. Memiliki segudang prestasi di usia senja terbilang sangat langka, apalagi usahanya ini berjasa pada khasanah keilmuan, ia telah memberikan

44 34 inspirasi bagi semua orang, terutama generasi muda yang masih memiliki banyak waktu. 2. Kepribadian dan Motivasi Terhadap Lingkungan Hidup Sejarah masa kecilnya menjadi dorongan dalam menekuni kepedulian terhadap lingkungan saat ini, yaitu suasana kenyamanan, teduh dan pepohonan hijau yang rindang di Pasar Legi, Solo. Ia pun menceritakan bagaimana pemerintahan kolonial belanda yang sangat tegas agar sampah diselesaikan di sumbernya dan melakukan penghijauan. Akan tetapi, keprihatinan muncul di benaknya, sekarang permasalahan lingkungan di Indonesia, terutama sampah, telah menjadi isu nasional, bahkan beberapa tahun lalu Bandung sampai pada posisi darurat sampah. Kejadian itu menurutnya sungguh miris di tengah kekaguman dunia internasional terhadap Indonesia mengenai aset udaranya yang bersih. 1 Kesungguhan dan keinginan kuat Harini bermula dari pesan yang disampaikan oleh suaminya sebelum meninggal, suaminya berpesan cintailah tanah air dan berjuanglah dengan hati, 2 dari pesan inilah ia meneruskan kecintaan terhadap tanah airnya (selama ini hanya mengendap dalam perasaannya) untuk beranjak bergerak, bersikap dan beraksi. Selain itu, sikap dan perilaku peduli lingkungan Harini terbina dari sejak kecil oleh ayahnya, yang seorang mantri tani pada zaman penjajahan Belanda. Salah satu bentuk pembinaannya adalah dengan memberikan tangggung jawab yang sama pada masing-masing anaknya untuk menanam dan memelihara pohon buah-buahan sampai mendapatkan hasil. 1 Arsip Aplikasi STPP, Manajemen Bidang Lingkungan Hidup, (Maret 2009), h. 5 2 Harini Bambang Wahono, Wawancara pribadi (Jakarta: 9 Agustus 2010)

45 35 Seperti halnya tokoh-tokoh lain, hambatan dan tantangan pun segera datang mengujinya. Menurutnya, siapa pun, dengan tujuan ingin memberikan kesadaran kepada masyarakat dan itu positif, maka harus menemui banyak tantangan, itu harus! tidak boleh tidak! Karena disitulah saya belajar. 3 Dalam perjalananya, tantangan itu pun tidak hanya datang dari tetangganya saja, tapi orang-orang di sekelilingnya pun sering sekali membuat wanita 77 tahun ini putus asa. Tantangan itu bisa tergambar dalam ceritanya sekitar beberapa tahun yang lalu. Saat itu di rumahnya, yang mungil itu, kedatangan tamu besar dari pejabat tinggi negara, atas dasar kekaguman kepada tindak-tanduk Harini mengorganisasi masyarakat dalam rangka memberikan penyadaran terhadap perlindungan lingkungan, hari itu dirinya mendapat pujian tinggi. Harini pun merasakan uforia keberhasilan. Sejak saat itu, tamu-tamu dari kalangan pejabat sering melakukan kunjungan ke rumahnya. Harini melihat peristiwa ini pentinng untuk mebangun jaringan lebih luas kedepan. Tapi yang terjadi justru malah di luar dugaannya, kader-kader, teman berserta warga sekitar terjebak pada kecemburuan sosial berat, selama tiga bulan Harini tidak mendapatkan simpati. Maka peristiwa ini merupakan pelajaran berharga. Saat ini, Harini tinggal bersama cucu-cucunya, dan ia pun menularkan kecintaannya terhadap lingkungan kepada mereka. Hasilnya, mereka menjadi kader muda terdepan di waktu ia sudah tidak sanggup memenuhi undangan pelatihan atau mengajar. Harini telah memiliki kader yang loyal (didasari atas 3 Ibid

46 36 kesadaaran) terhadap aktivitasnya, bahkan mereka pun sudah mampu melakukan kaderisasi ke luar. Kini, setelah hampir seperempat abad tinggal di Kampung Banjarsari ini, murid-murid sekolah dasar, aktivis PKK, kepala desa, aktivis lingkungan, mahasiswa, profesor, hingga menteri pernah menyinggahi rumah sederhananya. Sepetak ruangan rumahnya yang sederhana menjadi tempat pelatihan pengolahan sampah terpadu, penghijauan pekarangan rumah, pelatihan bahasa Inggris bagi anak-anak sekitarnya dan lain sebagainya. Kepribadian Harini yang ramah, toleran, kuat dan berkarakter tidak lepas dari pengalaman dalam menghadapi tantangan yang telah silih berganti menerpanya. Sampai saat ini, ia selalu berpesan kepada generasi muda untuk memulai sesuatunya dari hati, persoalan teknis (metode atau cara) mengenai apa yang baik menurutnya itu akan mengikuti, asalkan ada keinginan untuk terus belajar. Keinginan terus belajar dari seorang pemimpin atau leader jelas sangat dibutuhkan, maka untuk hal ini tidak ada tawar-menawar. Sosok suami dan pesan sejarah hidupnya baik masa kecil maupun sekarang memberikan kekuatan melampaui harapannya sendiri. Dalam bersikap, ia selalu memberi penghargaan kepada orang lain, perhatiannya tulus dan haus kritik. Dalam keseharian selama ini, warga masyarakat Banjarsari lebih akrab memanggil ibu Bambang: kepada Harini, sementara anak-anak kecil lebih akrab memanggilnya eyang. Bagi Harini sendiri sebetulnya lebih nyaman dipanggil ibu Bambang, menurutnya panggilan itu terkesan sederhana dan lebih akrab. Tapi Harini tidak merasa nyaman ketika ada orang yang

47 37 memanggilnya embah, karena panggilan itu biasaya diasosiasikan kepada perempuan senja yang tidak produktif. 3. Tiga Tokoh Utama Kesadaran masyarakat mengenai lingkungan tidak serta merta terjadi, ada beberapa faktor yang membentuknya, salah satunya adalah inisiatif lokal. Akan tetapi, ada keunikan lain dari inisiatif lokal di Kampung Banjarsari ini yaitu motor penggerak awal dan sentralnya para kaum perempuan (ibu-ibu rumah tangga). Dari hasil identifikasi awal ada tiga tokoh utama yaitu, Harini Bambang Wahono, Ibu Agustin Riyanto dan Ibu Nina Sidle. Dari ketiga tokoh itu, Harini merupakan perintis dan memiliki pengaruh yang paling besar terhadap sejarah terbentuknya kesadaran masyarakat Kampung Banjarsari. Hal ini tebukti dari inisiatif awal yang dibangunnya pada tahun 1970-an, saat itu Harini Kepribadian yang lugas, tegas, integritas tinggi, pantang menyerah, dan mudah bergaul memberikan nilai lebih dalam proses penyadaran masyarakat. Pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya sangat luas dan berperan pada berbagai lapisan masyarakat. Sementara dua tokoh lainnya memiliki fungsi dan tanggung jawab lebih khusus, Ibu Agustin misalnya, ia lebih berperan terhadap tugas edukasi dan pemberian model, karena keahlian yang dimilikinya lebih kepada hal-hal teknis seperti pemanfaatan dan pengelolaan sampah. Lalu, Ibu Nina Sidle lebih fokus pada penyadaran lingkungan untuk masyarakat menengah atas, karena secara ekonomi dan pergaulan posisi tawarnya lebih tinggi. 4 4 Harini Bambang Wahono, Wawancara pribadi, (Jakarta 15 Agustus 2010)

48 38 Dari hasil wawancara dengan salah satu anggota masyarakat RW 08 Banjarsari, mamandang Harini sebagai sosok yang terbuka, terus belajar dengan kegagalan yang ada dan sabar. 5 B. Gambaran Umum Kampung Banjarsari Cilandak Barat Jakarta Selatan 1. Sejarah Berdirinya RW 08 Banjarsari Nama kampung Banjarsari diambil dari nama salah satu kampung di Jawa Tengah. Pemberian nama ini pun tidak terlepas dari peran tokoh masyarakat (ketua RW pertama) yang pada saat itu berasal dari Banjarsari Solo, Jawa Tengah. Dari sejarahnya, kampung Banjarsari pada awalnya merupakan hamparan kebun karet. Namun, seiring desakan, arus migrasi dan urbanisasi dari berbagai wilayah ke Jakarta semakin besar, menjadikan daerah ini sedikit demi sedikit beralih fungsi menjadi daerah permukiman. Wilayah RW 08 Banjarsari merupakan hasil pemekaran dari wilayah RW 05 Cilandak Barat pada tahun Pemekaran ini dikarenakan semakin meningkatnya jumlah warga. Masih pada tahun ini, jumlah penduduk RW 08 relatif masih kurang, yakni hanya 590 jiwa. Ketika itu, RW 08 Banjarsari masih masuk ke dalam wilayah Kelurahan Cilandak, Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Tetapi dengan alasan yang sama, yaitu meningkatnya jumlah penduduk. Saat ini Banjarsari masuk ke dalam wilayah Kelurahan Cilandak Barat Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan. 6 Agustus 2010) 5 Faturahman, Wawancara Pribadi, (Jakarta 1 Agustus 2010) 6 Kuswara, SAP, Wawancara Pribadi dan Arsip Kelurahan Cilandak Barat (Jakarta 30

49 39 2. Letak dan Kondisi Geografis Kelurahan Cilandak Barat Secara administratif, Kelurahan Cilandak Barat termasuk kecamatan Cilandak Kotamadya Jakarta Selatan. Daerah ini terbagi ke dalam 13 rukun warga 148 Rukun Tetangga (RT) dan Kepala Keluarga (KK). 7 Secara keseluruhan, luas wilayah kelurahan adalah ha dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Cilandak Timur; sebelah utara berbatasan dengan kelurahan Gandaria Selatan/Kelurahan Cipete Selatan; sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Pondok Labu dan sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Pondok Pinang. 8 Dilihat dari kondisi geografisnya, wilayah Kelurahan Cilandak Barat termasuk daerah dataran rendah dan memiliki kontur tanah yang relatif bergelombang. Dari beberapa kasus yang ada, terutama yang berhubungan dengan kerusakan lingkungan, misalnya banjir, tanah longsor, kekeringan dan sebagainya, daerah ini terbilang aman. Kemudian, di wilayah ini terdapat dua sungai mengalir dari wilayah Depok menuju Bogor Kondisi Demografis Kelurahan Cilandak Barat Pada aspek ini dan berdasarkan data yang ada, jumlah penduduk Kelurahan Cilandak Barat tahun 2009 sebanyak jiwa dengan kepadatan 97 jiwa/ha. Sementara pada tahun 2008 jumlah penduduk jiwa. Dari data di atas penduduk Kelurahan Cilandak Barat mengalami peningkatan Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Direkorat Jenderal Tata Perkotaan dan Tata Pedesaan: Buku Panduan Kelurahan Cilandak Barat Buku Panduan Kelurahan Cilandak Barat, Geografi dan Iklim/Geographcal And Climate (30 Agustus 2010) 8 Kuswara, SAP, Wawancara Pribadi dan Arsip Kelurahan Cilandak Barat (Jakarta 30 Agustus 2010) 9 Ibid

50 40 % dari tahun sebelumnya. Dari sisi penyebarannya, di daerah ini relatif tidak merata. Misalnya, di RW 01 jumlah penduduknya 1556 jiwa, RW 06 sebanyak 1765 jiwa dan RW 08 sebanyak 1876 jiwa. Hal ini terjadi karena di beberapa wilayah tertentu, terutama RW 08 dan RW 06 merupakan wilayah dengan akses paling mudah Kondisi Geografis dan Akses Menuju Lokasi RW 08 Banjarsari Untuk akses menuju Lokasi RW 08 Banjarsari bisa dicapai dari berbagai arah dan dengan jenis transportasi tertentu. Letaknya strategis, yaitu berada di dua jalan raya, Jl. Fatmawati dari sebelah Timur dan Jl. TB. Simatupang dari sebelah Selatan. Untuk masuk ke dalam wilayah RW 08 Banjarsari ini hanya jenis kendaraan roda dua dan empat dengan ukuran sedang bisa memasukinya. Bis, truk besar dan kendaraan di atasnya tidak bisa mengaksesnya. Akses bisa dilakukan untuk kendaran jenis ini (bis dan di atasnya) namun hanya sebatas di bibir wilayah RW 08 Banjarsari. Kemudian, di wilayah ini sebagian besar memiliki jalan dengan lebar sekitar 6 meter dan di sisi kanan dan kirinya terdapat pot-pot tanaman sehingga kendaraan roda empat harus hati-hati melewatinya. Adapun jalan-jalan ini terbuat dari paving block yang lebih ramah lingkungan. Untuk suhu udara di wilayah RW 08 Banjarsari ini terbilang panas sedang, yaitu sekitar 23,8-32,9 Celcius untuk siang hari. 11 Ada perbedaan besar dengan wilayah-wilayah lain di Jakarta, suhu udara di wilyah Banjarsari ini sangat sejuk atau panas tapi sejuk. Secara umum pun, dari pengamatan 10 Ibid 11 Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Direkorat Jenderal Tata Perkotaan dan Tata Pedesaan: Buku Panduan Kelurahan Cilandak Barat Buku Panduan Kelurahan Cilandak Barat, Geografi dan Iklim/Geographcal And Climate (30 Agustus 2010)

51 41 penulis, keseluruhan wilayah Cilandak Barat juga sangat sejuk. Padahal kedua wilayah ini, yaitu RW 08 Banjarsari dan Kelurahan Cilandak Barat berada di pusat kota dengan intensitas kendaraan yang cukup tinggi. Hal ini tentunya terlihat dari beberapa penempatan pohon yang rindang dan tanaman-tanaman di sekitar rumah warga. Ada upaya pewajiban dari pihak pemerintah setempat kepada setiap warga, instansi atau perusahaan untuk memberikan ruang yang cukup besar bagi penghijauan. Maka jika ditarik lebih jauh, Jakarta Selatan lebih sejuk di banding dengan wilayah lainnya. Adapun peta wilayah Banjarsari dapat dilihat di bawah ini: Gambar 2. Peta Wilayah RW 08 Banjarsari 5. Kondisi Demografi RW 08 Kampung Banjarsari Jumlah penduduk pada tahun 1970 masih 590 jiwa, namun seiring dengan pertambahan warga baru, pada tahun 2009 penduduk RW 08 Banjarsari telah mencapai 1876 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga

52 42 sebanyak 561. Maka hal ini menunjukkan telah terjadi peningkatan yang sangat signifikan yaitu sebanyak 1286 atau 100% lebih. Dari sisi penyebaran usia saat ini, warga kampung Banjarsari lebih di dominasi oleh kelompok usia dewasa dan senja. Hal ini disebabkan oleh tingkat kelahiran anak yang cenderung menurun, oleh karena itu tidak heran jika aktivis lingkungan di wilayah ini di dominasi oleh kaum perempuan (ibuibu rumah tangga). 12 Kemudian untuk tingkat profesi di RW 08 Banjarsari ini lebih di dominasi oleh pekerja swasta atau pemerintahan. Maka hal ini tentu menjadi alasan bahwa di wilayah ini warga tergolong masyarakat menengah atas. Aspek lainnya adalah di sisi pendidikan, sebagian besar penduduk di kampung Banjarsari ini telah mengenyam pendidikan sekolah menengah atas (SMA) dan sarjana (S1) disusul D3, kemudian sebagian kecil lainnya SD, SLTP, tidak sekolah, S2 dan S3. 13 Secara lebih jelas persebaran tingkat pendidikan ini dalam bentuk histogram berikut ini. Tabel 2. Tingkat Pendidikan Warga Kampung Banjarsari RW Kuswara, SAP, Wawancara Pribadi dan Arsip Kelurahan Cilandak Barat (Jakarta 30 Agustus 2010) 13 Arsip Kelurahan Cilandak Barat (30 Agustus 2010)

53 43 Jika dilihat dari jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki lebih besar dibanding dengan perempuan: laki-laki 965 jiwa dan perempuan 911 jiwa. 14 Data tersebut mengikuti pertumbuhan jumlah penduduk pada tahun 2009, tentu mengalami peningkatan yang signifikan jika dibandingkan pada tahun sebelumnya. Adapun penjelasan lebih jelas bisa dilihat dalam histogram berikut:! Tabel 3. Perbandingan Jumlah Laki-laki- dan Perempuan Warga Kampung Banjarsari RW Aktivitas dan Kelembagaan Masyarakat Seperti RW lain pada umunya, di RW 08 terdapat beberapa lembaga yang menjadi wadah masyarakat untuk mengorganisasikan diri dalam mencapai tujuan bersama. Namun ada perbedaan dalam hal pengelolaan lingkungan, berkat kesadaran masyarakatnya, mereka secara khusus mendirikan lembaga yang mengurusi lingkungan. Kemudian, RW 08 ini pun telah menjadi salah satu daerah percontohan di DKI Jakarta dalam hal pengelolaan lingkungan. Adapun kelembagaan yang ada di RW 08 Banjarsari saat ini terdapat 9 (sembilan) kelembagaan intern, 14 Ibid

54 44 kelembagaan tersebut adalah : Kelompok Wanita Tani (KWT), Majelis Taklim, PKK, Komite Lingkungan, Karang Taruna, Forum Warga, Posyandu, Lansia, Koperasi Warga. Selain itu, banyak sekali lembaga-lembaga lain yang melakukan kerjasama dengan lembaga intern di RW 08 ini. Ada dua kerjasama dengan lembaga ekstern ini yaitu lokal (dalam negeri) dan luar negeri. Untuk lembaga lokal, kerjasama berjalan sangat intens, hampir setiap minggu mereka mengundang untuk memberikan bimbingan, pelatihan, workshop, seminar, dan lain-lain. Adapun dalam bentuk pemberian kucuran dana baik secara langsung maupun tidak langsung dari pihak bank, LSM, pemerintah Jakarta, di luar Jakarta, perorangan dan lain-lain. Untuk lembaga luar negeri, misalnya UNESCO, kerjasama sudah terbangun sejak 15 tahun yang lalu. Kemudian kerjasama dengan pemerintahan Thailand, yang mana sampai saat ini mereka selalu meminta dari para kader warga RW 08 Banjarsari untuk memberikan penyuluhan. Dari hasil wawancara, Harinimengatakan bahwa kerjasama ini tidak akan pernah putus dan selalu terjalin secara terus-menerus terutama ketika diminta untuk memberikan bimbingan atau ceramah kepada para pemimpin negara atau gubenur di daerah mereka. Walaupun kerjasama itu terkesan lebih bersifat pribadi, namun yang tidak kalah pentingnya adalah para tokoh atau kader ini secara langsung atau pun tidak langsung melakukan kerjasama antar lembaga. Kegiatan kelembagaan di RW 08 Banjarsari ini secara keseluruhan terbangun dari kesadaran masyarakatnya terlebih dahulu. Selanjutnya, mereka selalu melalui proses identifikasi bersama mengenai hakikat kebutuhannya,

55 45 sehingga beberapa lembaga yang terbentuk lebih cenderung berorientasi pada pemeliharaan lingkungan. Walaupun orientasi dari beberapa kelembagaan itu lebih pada pemeliharaan lingkungan, akan tetapi kegiatan-kegiatan keagamaan, penyuluhan kesehatan, olahraga, bantuan modal melalui koperasi dan pemecahan masalah (biasanya individu) melalui rapat dalam sebuah forum masih selalu di lakukan. Artinya, kelembagaan di RW 08 ini berfungsi secara seimbang, tidak taerjadi disorientasi. Menurut ketua RW 08 mengatakan bahwa: Keberadaan lembaga non lingkungan, misalnya Karang Taruna, Posyandu, PKK, Forum Warga dan lainnya sangat membantu kelancaran kegiatan pada lembaga yang berorientasi lingkungan, jadi lembaga-lembaga ini saling membutuhkan. 15 Keharmonisan kinerja antar organisasi intern di kampung Banjarsari ini tercipta berawal dari adanya kesadaran akan kebutuhan dan saling percaya dari masing-masing elemen masyarakat setempat. Oleh karenanya, beberapa kampung atau kawasan lain di Jakarta tidak hanya melakukan adopsi pada pengelolaan lingkungan saja, akan tetapi pada pengelolaan organisasinya. 16 Nurjaya, SH, Wawancara pribadi, (Jakarta 21 Agustus 2010)

56 BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA Pada bab ini akan dipaparkan model pengorganisasian yang dilakukan oleh Harini dalam meningkatkan kesadaran lingkungan sebagai bagian upaya pemberdayaan masyarakat di Kampung Banjarsari RW 08 Kelurahan Cilandak Barat Jakarta Selatan, yang terdiri dari temuan indikator pengorganisasian masyarakat, identifikasi dan penjelasan model pengorganisasian, alur pengorganisasian serta periode pengorganisasiannya. A. Identifikasi Model Pengorganisasian Masyarakat Seperti yang sudah dijelaskan pada BAB sebelumnya, dalam pengorganisasian masyarakat terdapat 11 (sebelas) indikator, yaitu kategori tujuan tindakan, asumsi mengenai struktur komunitas dan kondisi pemasalahannya, strategi perubahan dasar, karakterisik taktik dan teknik perubahan, peran praktisi yang menonjol, media perubahan, orientasi terhadap struktur kekuasaan, batasan definisi sistem klien dalam komunitas (konstituensi), asumsi mengenai kepentingan dari kelompok-kelompok di dalam suatu komunitas, konsepsi mengenai populasi klien (kostituensi), dan konsepsi mengenai peran klien. Kesebelas indikator ini akan mendeteksi atau menjadi pisau analisa terhadap indikator dari 3 (tiga) model pengorganisasian masyarakat (pengorganisasian masyarakat lokal, perencanaan sosial dan aksi sosial). Pada bagian ini akan dibahas mengenai temuan indikator model pengorganisasian masyarakat. 46

57 47 1. Tujuan Tindakan Tujuan tindakan yang dilakukan oleh Harini dalam upaya mengorganisasikan masyarakat Banjarsari adalah pentingnya memahami proses. Kualitas dari hasil akan terlihat berbeda tergantung dari kualitas proses yang dijalani oleh mayarakat. Oleh karenanya, semakin memahami pentingnya proses maka secara langsung mereka bisa menerima kenyataan bahwa segala sesuatu yang ingin dicapai (harapan atau hasil) harus melalui proses. Seperti yang diungkapkan Harini kepada penulis: Dalam usaha mengorganisasikan masyarakat selalu melalui tahapan atau proses, ga ada yang ga pake proses, dan harus berani untuk memulai dan ini penting. Selain itu, yang yang menurut Eyang penting adalah keyakinan diri dan cinta terhadap tanah air akan mendorong seseorang untuk melakukan tindakan, ini apa yang Eyang lakukan selama ini. Dalam proses ini pun Eyang sebagai praktisi harus selalu melakukan pendampingan supaya ada pengawasan terhadap mereka. Di proses pendampingan inilah Eyang memberikan doktrin bahwa proses itu penting. Hal itu semua dilakukan supaya mereka bisa mandiri. 1 Dari pernyataan tersebut di atas terdapat dua kata kunci, yaitu menitikberatkan proses dan menekankan kemandirian. Dua kata kunci ini dalam pengorganisasian masyarakat termasuk indikator pengorganisasian masyarakat lokal. Terdapat tiga indikator dalam pengorganisasian masyarakat lokal yang berkenaan dengan kategori tujuan tindakan, yaitu menitikberatkan pada proses (pengintegrasian dan pengembangan kapasitas masyarakat) dan menekankan kemandirian. Sebenarnya, dalam aksi sosial atau perencanaan sosial proses integrasi dan pengembangan kapasitas masyarakat dilakukan, hanya berbeda dari tujuan tindakannya. 1 Harini Bambang Wahono, Wawancara pribadi, (Jakarta 27 Juni 2010)

58 48 2. Pandangan Mengenai Strutur Komunitas dan Permasalahannya Dalam pandangannya mengenai kondisi permasalahan masyarakat, Harini melihatnya sebagai tugas bersama. Menurutnya, segala permasalahan yang timbul dipandang sebagai hasil dari kelalaian bersama, sehingga penyelesaianya pun harus bersama-sama. Untuk itu, apa yang dilakukannya sekarang bertujuan mendorong partisipasi aktif semua elemen masyarakat untuk menyelesaikan permasalahan yang ada (khususnya lingkungan). Pandangan-pandangan itu dilatarbelakangi oleh kegelisahan terhadap sikap acuh tak acuh masyarakat terhadap permasalahan lingkungan sekitar, terutama masalah sampah. Sikap ini menurutnya bisa disebabkan oleh adanya kesenjangan pendidikan dan ekonomi di masyarakat. Dari kegelisahan tersebut, Harini melakukan berbagai pendekatan dengan tujuan untuk membangun komunikasi antar anggota masyarakat dan memberikan pemahaman yang mendalam (dengan memperlihatkan bukti-bukti konkrit) serta mengadakan kegiatan-kegiatan yang menarik perhatian. Sementara pandangannya mengenai struktur komunitas di lingkungan masyarakat Banjarsari, Harini melihatnya sebagai masyarakat yang secara geografis tinggal di pusat perkotaan dengan bentuk komunitas tradisional dinamis. Seperti yang terangkum dalam pernyataannya, yaitu sebagai berikut: Eyang melihat permasalahan masyarakat di sini adalah PR bersama, entah itu awalnya dilakukan oleh salah satu oknum individu atau sejumlah orang. Pada awalnya memang terjadi kesenjangan di masyarakat, sikap acuh tak acuh misalnya, tapi setelah saya berpikir dan berinovasi terus-menerus akhirnya saya menemukan jalan keluarnya yaitu melalui komunikasi, karena selama ini yang saya lakukan seperti itu. Sering bertemunya anggota masyarakat dalam suatu kegiatan menjadikan mereka tidak canggung. 2 2 Harini Bambang Wahono, Wawancara pribadi (Jakarta 15 Agustus 2010)

59 49 Dari pandangan-pandangan di atas dalam teori pengorganisasian termasuk dalam indikator model pengorganisasian masyarakat lokal. Dalam model ini struktur terlihat dari pemimpin-pemimpin lokal sebagai penggerak utamanya dan melihat kondisi permasalahan sebagai permasalahan bersama. Selain itu, selalu terjadi kesenjangan yang jauh dari masing-masing anggota masyarakatnya. 3. Strategi Perubahan Dasar Salah satu strategi perubahan dasar yang dilakukan oleh Harini yaitu selalu melibatkan masyarakat dalam proses pemecahan masalah. Menurutnya, perasaan sukarela dari semua anggota masyarakat untuk terlibat dalam pemecahan masalah tidak terlepas dari terbangunnya kesadaran dan pemahaman mendalam mengenai suatu permasalahan. Tahapan sebagai bagian dari strategi perubahan mendasar yang dilakukan Harini bisa terlihat dalam gambar berikut: Individu Praktisi Interaksi yang bertujuan Keinginan kuat/tekad (dari rasa cinta tanah air) Pendekatan (motivasi, perhatian, tegur sapa dll) Keinginan melibatkan diri masyarakat Praktisi Persiapan prainteraksi & Identifikasi Refleksi & Proses memahami Masyarakat Gambar 3. Strategi Perubahan Dasar

60 50 Keterlibatan masyarakat secara langsung terungkap dalam pernyataannya, yaitu: Dalam proses penyadaran lingkungan yang saya lakukan selalu melibatkan masyarakat setempat, dimulai dari tetangga terdekat sampai akhirnya keseluruhan masyakat Banjarsari. Ada berbagai cara yang dilakukan dalam upaya pendekatan terhadap masyarakat ini, cara yang menurut saya sederhana tapi merupakan kunci dalam mencapai tahapan pendekatan selanjutnya, misalnya tegur sapa, jengukin anggota masyarakat yang sedang sakit, ngasih pinjeman uang, ngundang pengajian bersama, ngadain arisan dll. Selain itu, selalu diberikan motivasi di sela-sela proses pendekatan itu. Selanjutnya, ketika masyarakat sudah mulai paham dan tertarik saya mendorong mereka untuk mencari cara sendiri dalam memecahkan permasalahan. 3 Pernyataan di atas diperkuat oleh salah satu warga Banjarsari Ibu Ernawati, mengatakan bahwa: Oh ya, kita kalau ada pembahasan mengenai masalah lingkungan pasti kita dilibatin, soalnya permasalahan lingkungan di lingkungan sini berarti masalah bersama, kayak kemarin di daerah bawah ada kebanjiran kita semua terlibat. Penghijauan juga sama, pokonya pasti dilibatin. Yang kordinatorin kan Ibu Bambang. 4 Dari pengamatan yang dilakukan penulis, ada beberapa pendekatan Harini yang secara tidak langsung mendukung strategi perubahan dasarnya, yaitu melakukan sentuhan fisik terhadap lawan bicaranya, misalnya mengusap kepala kepada anak-anak, merangkul pingggang terhadap teman sebaya, membungkukan badan kepada orang yang dihormati dan lain-lain. 5 Dari uraian di atas terungkap bahwa strategi perubahan dasar yang dilakukan Harini ini termasuk pada indikator model pengorganisasian masyarakat lokal. Pelibatan langsung masyarakat dalam menentukan inti permasalahan dan melakukan pemecahannya secara mandiri adalah indikator model ini. 3 Ibid 4 Ernawati, Wawancara pribadi (Jakarta 7 Agustus 2010) 5 Hasil pengamatan (Jakarta 7 Agustus 2010)

61 51 4. Karakteristik Taktik dan Teknik Perubahan Sebaga bagian dari teori pengorganisasian, karakteristik taktik dan teknik perubahan yang dilakukan Harini secara umum sama dengan model pengorganisasian masyarakat lokal yaitu semuanya atas dasar kesepakatan bersama dan sebanyak-banyaknya melibatkan banyak warga. Dari hasil observasi, teknik yang dilakukan oleh Harini bisa disebut jemput bola, yaitu mendatangi setiap anggota masyarakat diselingi ajakan berkumpul untuk mendiskusikan suatu permasalahan. Sebelumnya Harini memberitahukan mengenai maksud dan tujuan kegiatan kepada penanggung jawab masyarakat setempat atau aparat. Pemecahan masalah selalu dilakukan melalui diskusi dengan tujuan adanya kesepakatan yang sesuai dengan kebutuhan bersama. Hal ini seperti diungkapkan oleh salah satu anggota masyarakat Banjarsari yang mengatakan bahwa: Kita di sini kalau ada permasalahan apa pun, misalnya sampah, selalu kesepakatan bersama. Kalau tidak begitu suka terjadi kecemburuan atau cek-cok, misalnya masalah penyimpanan pot-pot tanaman harusnya seperti apa, itukan perlu dibicarain sama-sama. Kita biasanya diskusi bareng aja 6 Salah satu taktik dan teknik perubahan melalui diskusi kelompok yang terungkap di atas diperkuat oleh penyataan Harini, yaitu: Eyang sih selalu melibatkan masyarakat, ya caranya diskusi berkelompok datang ke rumah atau diskusi antar perorangan. Nah, sebanyak mungkin memang semua masyarakat datang, biar tidak ada kecemburuan, soalnya masing-masig itu orang beda-beda. 7 Dari dua ungkapan tersebut, secara ekplisit keduanya mengatakan bahwa salah satu cara yang dilakukan dalam menyelesaikan permasalahan - 6 Ernawati, Wawancara pribadi, (Jakarta 7 Agustus 2010) 7 Harini Bambang Wahono, Wawancara pribadi, (Jakarta 15 Agustus 2010)

62 52 khususnya masalah lingkungan - melalui diskusi kelompok. Alasan agar tidak terjadi kecemburuan sosial yang disebabkan perbedaan kepentingan atau kebutuhan seseorang sehingga menjadi dasar teknik ini dilakukan. Ilustrasi mengenai taktik dan teknik perubahan yang dilakukan Harini ini bisa dilihat dalam gambar di bawah ini: Warga 3 Diskusi Kelompok Aparat Tetangga 2 Praktisi 1 Gambar 4. Alur Karakteristik dan Teknik Perubahan Secara keseluruhan dari taktik dan teknik perubahan yang digunakan, dalam indikator model pengorganisasian masyarakat lokal yang berkenaan dengan taktik dan teknik peerubahannya memiliki kesamaan, yaitu komunikasi antar kelompok dan kelompok kepentingan.

63 53 5. Peran Praktisi yang Menonjol Dari beberapa penjelasan sebelumnya telah dikemukakan bahwa salah satu peran Harini yang paling menonjol dalam proses pengorganisasian ini adalah motivator. Dalam berbagai kesempatan baik ketika beraktifitas formal atau pun nonformal Harini selalu melakukan pembicaraan yang bersifat memotivasi. Harini mencontohkan momen-momen penting dalam melakukan motivasi atau pendekatan emosionalnya yaitu ketika tetangga atau salah satu warga di sekitar rumahnya sakit, menurutnya saat itulah kesungguhan seorang organisator memberikan perhatian dengan hati yang tulus harus dibuktikan. Dan luar biasa perubahannya, mereka cenderung lebih kooperatif dan loyal. Sementara dari hasil wawancara, Harini berperan sebagai artikuler dan mendorong masyarakatnya untuk bisa mengartikulasikan kebutuhannya sendiri. Selain itu, peran lainnya pun seperti sebagai pembimbing, koordinator dan mentor sering dilakukannya. Peran-peran menonjol yang dilakukan Harini ini senada dengan apa yang diungkapkan wakil lurah Cilandak Barat bapak Kuswara Eka, SAP, beliau mengatakan: Harini sudah sejak lama telah menjadi tokoh masyarakat Banjarsari. Setahu saya, selain sebagai tokoh, beliau juga sebagai pembimbing dan mentor bagi masyarakat. Sekarang beliau dikenal sama orang-orang sebagai praktisi lingkungan. 8 Pernyataan di atas diperkuat oleh Ernawati, salah satu warga Banjarsari yang menyatakan: Bu Bambang itu udah lama di sini mengurusi lingkungan dan penghijauan. Dia dikenal sebagai teman, dan warga di sini sudah lama 8 Kuswara Eka, SAP, Wawancara pribadi, (Jakarta 30 Agustus 2010)

64 54 bekerjasama dengan ibu. Dia tokoh masyarakat di sini dan sering ngadain pelatihan sama orang-orang di luar. 9 Ungkapan-ungkapan mengenai peran Harini jika penulis ilustrasikan dalam gambar akan terlibat seperti di bawah ini: Praktisi Pendamping Mengartikulasikan kebutuhan Motivator Pendamping Motivator Membantu refleksi Koordinator Mentor Koordinator Mengkoordinasi kan & Mengatur Mentor Melatih Gambar 5. Peran Praktisi yang Menonjol Berdasarkan uraian-uraian di atas peran yang paling menonjol dari Harini adalah pendamping, pembimbing, mentor, dan motivator, dimana kesemuanya termasuk dalam lingkup sebagai seorang praktisi (praktisi lingkungan), orang sering menyebutnya aktivis lingkungan, peran lain yang juga ia geluti adalah dalam bidang kesehatan masyarakat yaitu sebagai volunteer kesehatan. Peran Harini di atas dalam model pengorganisasian masyarakat lokal dapat digolongkan sebagai peran praktisi yang menonjol, hal ini dapat dilihat dari ciri-cirinya yaitu sebagai enabler-katalis, koordinator, orang yang mengajarkan keterampilan memecahkan masalah dan nilai-nilai etis. 9 Ernawati, Wawancara pribadi, (Jakarta 7 Agustus 2010)

65 55 Sebagai enabler-katalis bisa dicontohkan dalam beberapa kegiatan kesehariannya yaitu beberapa warga, tetangga, kader maupun praktisi lingkungan lain selalu meminta penjelasan mengenai berbagai persolan misalnya, perawatan tanaman obat-obatan, pengelolaan sampah hingga menjadi barang tepat guna, pemetaan untuk penghijauan dll. Memberikan komado koordinasi pada saat warga Banjarsari mengikuti kegiatan perlombaan, menerapkan program, mengadakan acara hibuaran dan lain sebagainya menjadi tugas pokok Harini. Selain itu, terkadang pada waktu yang bersaman pun Harini memberikan rujukan atau pandangan mengenai etika dalam bergaul, bermasyarakat, bermusyawarah, bertutur kata dan termasuk pada wilayah teknis seperti etika sebagai seorang pelatih atau mentor. 6. Media Perubahan Media perubahan dalam hal ini tidak pada bentuk fisiknya akan tetapi bentuk-bentuk mobilisasinya. Berdasarkan observasi, yang dilakukan Harini adalah kerjasama antar kelompok masyarakat: kelompok dengan tingkat ekonomi atas dan menengah melalui kegiatan penghijauan atau penanaman tanaman obat, untuk ekonomi tingkat bawah melalui kegiatan daur ulang sampah. Selain itu kerjasama juga dilakukan dengan pemerintahan setempat (RT, RW dan kelurahan) dengan membentuk komite lingkungan yang diprakarsai oleh UNESCO. Kemudian kerjasama dengan lembaga di luar Jakarta (pemerintah DKI Jakarta dan lembaga yang berorientasi pada penyelamatan lingkungan dan lain-lain) dan luar negeri (Filipina,

66 56 pemerintahan Thailan dan lain-lain). 10 Bentuk-bentuk kerjasama ini tercermin dalam ungkapan Harini, yaitu: Banyak sekali kerjasama yang sudah dilakukan, misalnya dengan UNESCO, Jepang, Thailand, dan banyak lagi sebenarnya. Kalau pertama kali melakukan kerjasama seingat Eyang itu awalnya kerjasama dengan tetangga dulu, tapi itu juga biasanya tergantung dari minatnya, misalnya minatnya nanam tanaman, terus Eyang cari orang yang minatnya sama juga, kalau masyarakat bawah Eyang kasih tau bahwa mengelola sampah dengan didaur ulang juga bisa memberikan penghasilan sampingan. Ya, biasanya kan mereka mencari yang lebih bisa bermanfaat dalam segi uang. Dengan RT atau RW Eyang juga kerjasama, kelurahan Cilandak atau kelurahan di luar, misalnya yang sekarng juga terkenal Rawasari. 11 SAP, yaitu: Pernyataan di atas diperkuat oleh Wakil Lurah Bapak Kuswara Eka, Sampai saat ini kita tetap kerjasama dengan Bu Bambang, dulu sempat membentuk Komite Lingkungan dan berjalan sampai sekarang. Sekarang kita masih terus kerjasama, apalagi kalau ada kegiatan atau kungjungan dari pemerintah luar, kita pasti ikut mendukung. 12 Selain itu Ibu Agustin, teman sebaya dan tokoh penghijauan dengan Harini menambahkan bahwa: Di Banjarsari ini kita udah bekerjasama dengan berbagai LSM atau pemerintah yang peduli terhadap lingkungan, kita bekerjasama dengan Departemen Kehutanan, Departemen Lingkungan, Bank-bank. LSM misalnya, Mapala UI, dari LSM Jepang, banyak pokonya. 13 Berdasarkan uraian di atas, media perubahan yang dilakukan Harini memenuhi karakteristik pada salah satu indikator model pengorganisasian masyarakat lokal yaitu manipulasi kelompok kecil yang berorientasi terselesaikannya suatu tugas. Sebagai ilustrasi mengenai alur media perubahan yang dilakukan Harini ini bisa dilihat pada gambar berikut. 10 Observasi (Jakarta 7 Agustus 2010) 11 Harini Bambang Wahono, Wawancara pribadi, (Jakarta 15 Agustus 2010) 12 Kuswara Eka, SAP, Wawancara Pribadi (30 Agustus 2010) 13 Agustin, Wawancara pribadi, (8 Agustus 2010)

67 57 Abu-abu Minat B Minat A Aparat setempat 4 Banjarsari yang Asri Kelompok Tani, Komite lingkungan Instansi atau perorangan dari pihak luar Gambar 6. Alur Media Perubahan 7. Orientasi Terhadap Strutur Kekuasaan Berkaitan dengan orientasi terhadap struktur kekuasaan ini secara keseluruhan baik tindakan praktisi dan masyarakat Kampung Banjarsari yang sudah terbentuk dalam kelompok-kelompok lingkungan selalu didasarkan pada kepentingan dan kebutuhan bersama atau tidak ada keberpihakan terhadap kelompok tertentu, hal ini senada dengan karakteristik taktik dan teknik perubahan yang sudah dijelaskan sebelumnya. Kemudian, aparat atau penanggung jawab masyarakat (RT dan RW) setempat ikut terlibat dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan (kerja bakti, karang taruna, penghijauan dll), maka proses pengawasan dan monitoring dilakukan secara bersamaan. Saat ini hampir sebagian besar keanggotaan dalam struktur kepengurusan di Kampung Banjarsari mengikuti kegiatan penghijauan lingkungan.

68 58 Dari hasil informasi dan wawancara dengan Kuswara Eka, SAP, aparat setempat telah memberikan dukungan penuh pada kegiatan-kegiatan penyelamatan lingkungan ini bahkan sering kali menjadi promotor, fasilitator atau mediator dalam kerjasama dengan kampung atau kelurahan lain. Maka dari uraian tadi dapat dikatakan bahwa telah terjadi pengintegrasian secara alami oleh Harini antara kegiatan lingkungan dengan seperangkat kegiatan dalam kepengurusan di Kampung Banjarsari. 14 Keterlibatan dalam pengelolaan lingkungan dengan berbagai perannya terungkap dalam pernyataan Ketua RW 08 Kampung Banjarsari H Nurjaya, SH, yaitu: Saya sangat mendukung terhadap inisiatif warga terutama Bu Bambang untuk ngelola lingkungan biar bersih, soalnya itu baik. Satu waktu malah saya sering mempromosikan atau mengejak kerjasama ke RW lain supaya bisa mengelola lingkungan juga, terus saya suruh Bu Bambang yang bimbing. Pokonya saya dukung. 15 Pernyataan tersebut di atas secara eksplisit terungkap bahwa baik anggota atau ketua kepengurusan RW dan kelurahan setempat mendukung dan berperan ganda. Berperan sebagai promotor, kolabolator, mediator dan fasilitator dalam orientasi struktur kekuasaan termasuk indikator pengorganisasian masyarakat lokal. 8. Batasan Definisi Sistem Klien Dari data geografis kelurahan Cilandak Barat, bahwa yang dimaksud masyarakat Kampung Banjarsari adalah warga yang tinggal di RW 08. Wilayah RW 08 Banjarsari merupakan hasil pemekaran dari wilayah RW 05 Cilandak Barat pada tahun Pemekaran ini dikarenakan semakin 14 Kuswara Eka, SAP, Wawancara Pribadi (Jakarta 30 Agustus 2010) 15 H Nurjaya, SH, Wawancara pribadi (Jakarta 21 Agustus)

69 59 meningkatnya jumlah warga. Masih pada tahun ini, jumlah penduduk RW 08 relatif masih kurang, yakni hanya 590 jiwa. Ketika itu, RW 08 Banjarsari masih masuk ke dalam wilayah Kelurahan Cilandak, Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Tetapi dengan alasan yang sama, yaitu meningkatnya jumlah penduduk. Saat ini Banjarsari masuk ke dalam wilayah Kelurahan Cilandak Barat Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan Pandangan Mengenai Kepentingan dari Kelompok-Kelompok Mengenai adanya perbedaan kepentingan dalam setiap kelompok masyarakat menurut Harini sangatlah wajar. Mencari kata mufakat melalui diskusi kelompok atau perundingan menjadi cara yang paling tepat, karena ini semua untuk kepentingan bersama. Selama ini apa yang dilakukannya tidak selalu berjalan mulus atau banyak rintangan yang dihadapi, maka untuk meminimalisir perbedaan tersebut Harini harus pintar memahami kebutuhan masyarakat dengan cepat. Dinamika ini tercermin dalam pernyataan Harini yaitu: Permasalahan yang ada di masyarakat Banjarsari khususnya lingkungan adalah permasalahan bersama dan harus diselesaikan bersama pula. Tidak ada pelemparan tanggung jawab pada kelompok masyarakat tertentu. Perbedaan kepentingan (kelompok masyarakat dengan ekonomi lemah cenderung pada kepentingan ekonomi, kelompok masyarakat atas cenderung pada hal-hal pribadi misalnya populeritas) dalam kelompok masyarakat di banjarsari ini Eyang melihatnya adalah hal yang wajar, apalagi ini manusia, sekalipun kembar, nah gimana kata mufakat itu bisa tercetus, maka mau tidak mau melakukan perundingan atau diskusi, sampai saat ini cara yang paling baik. 17 Dari uraian tersebut dalam teori pengorganisasian masyarakat yang berkenaan dengan pandangan mengenai kepentingan kelompok-kelompok di 16 Kuswara Eka, SAP, Arsip Kelurahan Cilandak Barat (Jakarta 30 Agustus 2010) 17 Harini Bambang Wahono, Wawancara pribadi, (Jakarta 15 Agustus 2010)

70 60 dalam suatu komunitas memenuhi persyaratan pada indikator model pengorganisasian masyarakat lokal. Indikator-indikator ini yaitu memandang masyarakat sebagai keseluruhan komunitas geografis dan kesepatan di capai dari adanya perbedaan di setiap kelompok dalam suatu komunitas. 10. Konsepsi Mengenai Populasi Klien Harini memandang masyarakat sebagai sebuah keluarga, artinya ketika salah satu anggota masyarakat dalam keadaan sakit maka dia pun ikut merasakannya. Dalam upaya mengorganisasikan masyarakat Banjarsari ini, Harini tidak menjadikan masyarakat sebagai objek, melainkan sebagai subjek. 18 Pernyataan tersebut di atas dalam teori pengorganisasian masyarakat termasuk dalam salah satu indikator model pengorganisasian masyarakat lokal, yaitu masyarakat dilihat sebagai subjek dan berpartisipasi aktif atau terlibat. 11. Konsepsi Mengenai Peran Klien Masyarakat dalam hal ini menurut Harini harus aktif, dia yang menentukan mana inti permasalahan dan bagaimana pemecahannya. Dalam misi penyadaran lingkungan dan melalui usaha pengorganisasian yang dilakukan Harini, masyarakat dilihatnya memiliki potensi yang besar baik dalam penyelamatan lingkungan maupun meningkatkan kesejahteraan ekonomi. Masyarakat Banjarsari sangat berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan. Partisipasi masyarakat ini tercermin dalam berbagai 18 Harini Bambang Wahono, Wawancara pribadi, (Jakarta 15 Agustus 2010)

71 61 prestasi yang sudah didapat. Keterlibatan masyarakat dipertegas dalam pertanyaan Harini yaitu: Semua anggota masyarakat di kampung Banjarsari ini terlibat dalam berbagai kegiatan, ada PKK, Wanita Tani, Karang Taruna, Forum Warga, dan banyak. Apalagi dalam even-even besar seperti hari besar atau nasional, masyarakat pasti tumpah ruah dan tiap taun kita ngadain lomba kebersihan atau pekarangan hijau. 19 Pernyataan tersebut di atas dalam teori pengorganisasian masyarakat termasuk dalam salah satu indikator model pengorganisasian masyarakat lokal, yaitu konsepsi mengenai peran klien dimana masyarakat berpartisipan pada proses interaksional pemecahan masalah. B. Penjelasan Model Pengorganisasian Dari beberapa uraian mengenai temuan indikator pengorganisasian masyarakat di atas, maka keseluruhan pengorganisasian masyarakat yang dilakukan oleh Harini mengarah pada indikator model pengorganisasian masyarakat lokal. Akan tetapi ada salah satu bagian indikator yang cenderung pada aksi sosial, yaitu karakterisik taktik dan teknik perubahan yang terlihat pada konflik atau kontes; konfrontasi aksi yang bersifat langsung atau negosiasi. Hal ini dapat di lihat dari padangan Harini yang mendukung aksi demonstrasi penyelamatan lingkungan yang dilakukan oleh mahasiswa atau para aktivis LSM. Terkait peran, tidak sedikit dari masyarakat maupun kalangan pemerintah dan LSM menyebut Harini sebagai seorang aktivis lingkungan. Pandangan ini tentu memiliki alasan, karena dari hasil wawancara diketahui selain dikenal 19 Ibid

72 62 sebagai praktisi lingkungan, Harini dikenal mendukung tindakan secara frontal kepada pemerintah, misalnya dalam bentuk aksi atau demonstrasi, asalkan tidak melanggar misi penyelamatan lingkungan. Aktivis yang tidak radikal lebih tepatnya demikian, karena selama ini yang dilakukan oleh banyak pihak seperti aktivis LSM, mahasiswa atau organisasi lainnya, demostrasi dilakukan terkadang tidak sesuai dengan spiritnya, membakar ban pada saat demonstrasi telah mencederai misi mulia penyelamatan lingkungan. Sementara dari sisi asumsinya, Harini melihat tindakan frontal juga dibutuhkan sebagai kontrol terhadap pemerintah agar beranjak melakukan evaluasi. Menurutnya, peristiwa Bandung Darurat Sampah merupakan titik kulminasi dari sikap asuh tak acuh masyarakat dan pemerintah terhadap lingkungannya. Ini tidak bisa dibiarkan, harus ada tindakan dari masyarakat lainnya yang masih sadar akan lingkungan. Dari penjelasan tersebut, penulis akan mengilustrasikan irisan dari temuan indikator pengorganisasian masyarakat ini, yaitu seperti gambar di bawah ini.

73 63 Gambar 7. Irisan Indikator Pengorganisasian Masyarakat Dari gambar di atas terlihat bahwa indikator karakterisik taktik dan teknik perubahan (akan tetapi hanya pada wilayah asumsi saja) berada di dua lingkaran antara model pengorganisasian masyarakat lokal dan aksi sosial. Maka pengorganisasian masyarakat yang dilakukan Harini tidak sepenuhnya locality development (pengorganisasian masyarakat lokal), tapi identik. C. Alur Pengorganisasian Masyarakat Kampung Banjarsari Pada poin ini akan dijelaskan mengenai alur pengorganisasian masyarakat lokal yang dilakukan Harini terlepas dari indikator-indikator yang sebelumnya telah dijelaskan, hal ini ditujukan untuk menggambarkan alurnya secara alami atau berdasarkan uraian praktisi langsung. Selain itu, adanya perbedaan pada setiap tahapan dalam alur ini merupakan ciri khas dan menjadi bahan perbandingan dengan model-model lainnya. Dari hasil wawancara dengan Harini setidaknya ada 10 tahapan, yaitu sebagai berikut: Persiapan Pada Diri Praktisi Tahapan pertama ini merupakan bagian paling penting dalam mengawali pengorganisasian masyarakat yang dilakukan Harini, karena konsistensi dan komitmen yang tinggi terbentuk di tahapan ini. Tidak adanya keyakinan, motivasi dan aksi pada diri sendiri mustahil bisa mendapatkan hal diinginkan oleh seorang praktisi. Kecintaan terhadap tanah air menjadi alasan utama Harini terhadap usahanya selama ini. Harini menyebutnya sebagai mengikhlaskan diri. 20 Harini Bambang Wahono, Wawancara pribadi, (Jakarta 15 Agustus 2010)

74 64 a. Motivasi diri Hal penting lainnya dalam mengawali proses pengorganisasian masyarakat yang Harini lakukan adalah membulatkan tekad/keyakinan. Tahapan ini adalah titik awal untuk memotivasi diri praktisi. b. Mulai dari diri sendiri Setelah tahapan sebelumnya terpenuhi, hal pertama yang dilakukan adalah mulai dari diri sendiri. Hal ini menurut Harini ditujukan untuk pembiasaan pada diri sendiri. 2. Interaksi/Pendekatan dengan Masyarakat Segala usaha-usaha (tanpa pamrih) penyadaran lingkungan oleh Harini mengundang simpati warga, maka pendekatan yang bertujuan pun mulai dilakukan. Ada dua cara pendekatan, yaitu: a. Keterlibatan langsung Keterlibatan langsung di sini tidak hanya diartikan sebagai keterlibatan Harini pada kegiatan-kegiatan yang ada saja, akan tetapi pelibatan perasaan. Pada tahap ini bisa dicontohkan melalui menjenguk salah satu anggota masyarakat yang sedang sakit, ikut merayakan ulang tahun salah satu anggota masyarakat, terlibat dalam pengajianpengajian, teman curhat dan sebaginya. b. Keterlibatan tidak langsung Untuk tahapan ini Harini selalu mengikuti informasi megenai isu-isu penting lingkungan dan memberikan kontribusinya melalui sumbangan pandangan dan dukungan moril.

75 65 3. Membangun Kontak Harini mendefinisikannya sebagai upaya untuk mendapatkan orang yang bisa memberikan banyak informasi tentang keadaan masyarakat, di samping itu juga sudah mulai melakukan penyebaran ide atau gagasan kepada beberapa orang yang dianggap sepaham dalam membangun kontak ini. Dengan tahapan ini Harini mampu melakukan percepatan perubahan masyarakat Banjarsari. 4. Diskusi Kelompok Melalui Forum Warga Setelah terjalin kepercayaan dan kontak antar masyarakat, upaya lain melalui undangan rapat atau membuat forum untuk membahas pemecahan permasalahan lingkungan menjadi mudah. Diskusi atau forum adalah cara paling efektif yang selama ini dilakukan oleh Harini, karena meminimalisir miskomunikasi antar individu atau warga. Alasan lainnya yaitu semua keputusan didasarkan pada kepentingan dan kesepakan bersama. 5. Membuat Aturan atau Komitmen Untuk menjaga agar kesadaran terhadap lingkungan terjaga, maka dibuat aturan yang mengikat warga dalam bentuk tata tertib. Tata tertib ini disusun atas kesepakatan bersama. Aturan ini akan berubah ketika sudah tidak sesuai dengan keadaan yang baru. Pada tanggal 1 Januari 2000, dibuat suatu Peraturan Tata Tertib sebagai berikut: a. Tiap penghuni bertanggung jawab atas kebersihan huniannya sehingga tidak mengganggu tetangga maupun kesehatan warga pada umunya.

76 66 b. Tiap kepala rumah tangga bertanggung jawab atas selokan yang ada di depan rumahnya. c. Tiap kepala rumah tangga bertanggung jawab atas separuh jalan yang berada di depan rumahnya, atau seluruh badan jalan pada kasus rumah tidak berhadapan. d. Tiap kepala rumah tangga bertanggung jawab atas pemilahan sampah dari dapur dan pekarangan rumah tinggalnya. e. Tiap rumah tangga dianjurkan membuat kompos dan menggunakan hasil komposnya untuk menanam obat, rempah dapur, pohon bunga atau pohon produktif. f. Sanksi: denda untuk kas lingkungan. Besarnya denda tergantung kesepakatan. g. Penghargaan: hadiah bagi yang melakukan dengan baik Pemetaan Permasalahan Ketika kesepakatan untuk menyelesaikan masalah sudah tercapai, tahapan selanjutnya adalah membuat peta pemecahannya. Pertama, ditentukan sumber masalah secara bersama-sama. Kedua, pembagian tugas sesuai dengan porsi masing-masing individu atau warga. 7. Pembentukan Kelompok Kecil Selanjutnya, Harini membuat kelompok-kelompok kecil yang sesuai dengan minat masing-masing. Kelompok ini tentu yang sepaham/sehati terhadap kepedulian lingkungan. Kemudian melakukan kaderisasi secara terus 21 Arsip Kampung Banjarsari (Jakarta 15 Agustus 2010)

77 67 menerus lintas usia. Hal ini dilakukan agar kesadaran masyarakat terus terjamin. 8. Perencanaan Pengorganisasian Seiring dengan proses pembentukan kelompok kecil, Harini membuat perencanaan pengorganisasian yang nantinya akan dijadikan pedoman dan bahan refleksi secara terus-menerus dalam melihat perkembangan permasalahan. 9. Pembentukan Organisasi Setelah rampung dalam perencanaan pengorganisasian, Harini membentuk organisasi dari kelompok-kelompok kecil tadi. Menurutnya, organisasi menjadi penting sebagai wadah yang memudahkan dalam melakukan proses kepedulian atau pengelolaan lingkungan; penghijauan dan pengelolaan sampah. 10. Membangun Jaringan Terakhir, setelah organisasi terbentuk, Harini membangun jaringan atau kerjasama dengan kawasan di luar Jakarta, misalnya daerah Rawasari. Dalam proses pembangunan jaringan ini Harini tidak secara aktif menyebarluaskan model pengelolaan lingkungannya, akan tetapi sebagian besar pihak luarlah yang berinisiatif. Awal mula jaringan ini terbentuk ketika masyarakat Banjarsari mulai memberanikan diri mengikuti lomba-lomba yang diadakan oleh instansi pemerintah atau swasta tentang kebersihan lingkungan. Prestasi yang gemilang membuka akses bagi pihak luar untuk melakukan kerjasama baik dalam bentuk pelatihan atau studi banding. Dari sinilah Harini mulai melihat

78 68 peluang yang besar untuk lebih menyebarkan luaskan ide atau gagasan mengenai pengelolaan lingkungan. Maka harapan besar Harini untuk menyadarkan masyarakat sangat terbuka. Dari keseluruhan tahapan itu, Harini melakukannya secara alami, pengetahuan dalam melakukan pengorganisasian di dapatkannya dari bangku sekolah di zaman Belanda dahulu, nilai kejujuran, kerja keras tapi cerdas menjadi kunci keberhasilan. Adapun penjelasan mengenai alur model pengorganisasian masyarakat lokal yang dilakukan Harini ini dapat dilihat dalam ilutrasi gambar berikut: Banjarsari Asri Gambar 8. Alur Model Pengorganisasian Masyarakat Berdasarkan informasi dan wawancara dengan Harini, pengorganisasian masyarakat yang dilakukan Harini ini dapat terbagi kedalam tiga periode yaitu era prakarsa masyarakat (sebelum 1996), era intervensi pihak luar ( ), era pengembangan jaringan (2002 sekarang), periodisasi ini hanya dimaksudkan untuk melihat perbedaan dari intervensi yang dilakukan dari pihak luar maupun pihak dalam.

79 69 Pertama, periode prakarsa masyarakat (sebelum tahun 1996), kepedulian masyarakat terhadap lingkungan (penghijauan, kebersihan lingkungan dan pengelolaan sampah) sudah dimulai sejak tahun1980-an. Melalui penerapan 10 Program Pokok PKK, maka para pengurus PKK khususnya di RT 007 berusaha mendorong peningkatan kesadaran masyarakat bahwa manusia dalam hidupnya memerlukan lingkungan yang baik, bersih, sehat, dan nyaman. Perwujudan dari peningkatan kesadaran masyarakat sudah mulai tampak dengan adanya upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan fisik melalui upaya penanaman tanaman untuk menciptakan kesejukan lingkungan dan lingkungan sosial terkait dengan pengelolaan lingkungan yaitu melaksanakan kerja bakti untuk membersihkan lingkungan sekitar seminggu sekali. Mengingat lahan yang terbatas, umumnya masyarakat di Kampung Banjarsari menggunakan secara maksimal pekarangan yang mereka miliki. Demikian pula masyarakat menggunakan pot-pot untuk menanam bunga dalam rangka menambah keasrian dan kesejukan lingkungan Banjarsari. Seiring dengan peningkatan kesadaran masyarakat tersebut, di lingkungan Kampung Banjarsari sering diadakan perlombaan kebersihan antar-rt secara terbatas dalam lingkup RW. Lomba-lomba ini dilaksanakan setiap tahun yang biasanya dirangkaikan dengan perayaaan hari besar nasional seperti hari kemerdekaan bangsa Indonesia setiap tanggal 17 Agustus Dalam beberapa tahun, lomba-lomba tersebut ternyata membawa pengaruh positif pada meningkatnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan lingkungan di satu sisi dan disisi yang lain adalah adanya peningkatan kebersihan lingkungan kampung Banjarsari.

80 70 Kedua, periode intervensi pihak luar ( ), pada era 1990-an ini kesadaran lingkungan masyarakat lebih spesifik yaitu menekankan pada pengelolaan sampah terpadu. Dari upaya ini masyarakat Banjarsari mulai memberanikan diri mengikuti lomba-lomba kebersihan dan lingkungan yang diadakan oleh berbagai instansi dan lembaga. Dari sinilah prestasi masyarakat banjarsari banyak ditorehkan. Prestasi inipun mengundang UNESCO untuk menjadikan Kampung Banjarsari sebagai pilot project dalam pengelolaan sampah dan daur ulang limbah. Pada saat kerjasama inilah UNESCO menerapkan intervensi sosial melalui 2 cara, yaitu mengadakan pelatihan dan memberikan bantuan berupa alat. Ketiga, periode pengembangan jaringan, pada era ini adalah akhir dari intervensi UNESCO terhadap Kampung Banjarsari. Namun kebiasaan mengelola sampah dan peduli terhadap lingkungan sudah menjadi bagian hidup masyarakat. Dari UNESCO ini pengetahuan masyarakat bertambah, maka banyak dari tokoh masyarakat yang menjadi instruktur, juri, pengawas, mentor dan lain sebagainya di berbagai daerah, bahkan luar negeri. Maka semakin luaslah jaringan yang dibangun masyarakat Banjarsari. Secara ringkas uraian mengenai periodisasi ini dapat dirangkum pada gambar berikut: Periode Prakarsa Masyarakat Periode Intervensi UNESCO Periode Membangun Jaringan Gambar 9. Periodisasi Intervensi Masyarakat Banjarsari

81 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian ini, penulis menyimpulkan bahwa model pengorganisasian masyarakat dalam meningkatkan kesadaran lingkungan yang dilakukan oleh Harini Bambang Wahono di Kampung Banjarsari Kel. Cilandak Barat Kec. Cilandak Jakarta Selatan ini termasuk ke dalam model pengorganisasian masyarakat lokal. Hal tersebut sesuai dengan temuan yang didapat dari masing-masing indikator pengorganisasian masyarakat sebagai berikut: 1. Tujuan tindakan pengorganisasian masyarakat dalam meningkatkan kesadaran lingkungan yang dilakukan oleh Harini Bambang Wahono di Kampung Banjarsari Kel. Cilandak Barat Kec. Cilandak Barat Jakarta Selatan ini adalah untuk memahami pentingnya proses. 2. Pandangan Harini Bambang Wahono mengenai struktur komunitas dan permasalahan di Kampung Banjarsari Kel. Cilandak Barat Kec. Cilandak Barat Jakarta dalam melakukan pengorganisasian masyarakat terkait peningkatan kesadaran lingkungan, yaitu adanya sikap acuh tak acuh di masyarakat atau egoisme sosial dan permasalahan yang timbul merupakan tugas bersama. 3. Strategi perubahan dasar yang dilakukan oleh Harini Bambang Wahono dalam melakukan pengorganisasian masyarakat terkait meningkatkan kesadaran lingkungan di Kampung Banjarsari Kel. Cilandak Barat Kec. 71

82 72 Cilandak Barat Jakarta Selatan adalah pelibatan masyarakat secara langsung dalam proses penentuan sumber masalah dan pemecahan masalah. 4. Karakteristik Taktik dan Teknik Perubahan yang dilakukan oleh Harini Bambang Wahono dalam melakukan pengorganisasian masyarakat terkait peningkatkan kesadaran lingkungan di Kampung Banjarsari Kel. Cilandak Barat Kec. Cilandak Barat Jakarta Selatan, yaitu semuanya atas dasar kesepakatan dan kepentingan bersama, dan adanya proses dialog antar kelompok yang berbeda kepentingan. 5. Peran yang menonjol dari Harini Bambang Wahono ketika melakukan pengorganisasian masyarakat dalam meningkatkan kesadaran lingkungan di Kampung Banjarsari Kel. Cilandak Barat Kec. Cilandak Barat Jakarta Selatan adalah sebagi pendamping, koordinator, motivator dan mentor. 6. Media perubahan yang dilakukan Harini Bambang Wahono dalam melakukan pengorganisasian masyarakat terkait peningkatkan kesadaran lingkungan di Kampung Banjarsari Kel. Cilandak Barat Kec. Cilandak Barat Jakarta Selatan yaitu melakukan kerjasama dengan kelompokkelompok kecil yang berbeda minat dan kelompok masyarakat yang berbeda kelas ekonomi dan pendidikan 7. Orientasi terhadap struktur kekuasaan dalam proses pengorganisasian masyarakat terkait peningkatan kesadaran lingkungan yang dilakukan Harini Bambang Wahono di Kampung Banjarsari Kel. Cilandak Barat Kec. Cilandak Barat Jakarta Selatan adalah aparat setempat melakukan kerjasama dan kolaborasi dalam proses pengorganisasian.

83 73 8. Batasan definisi klien dalam pengorganisasian masyarakat yang dilakukan Harini Bambang Wahono terkait peningkatan kesadaran lingkungan adalah warga yang tinggal di Kampung Banjarsari Kel. Cilandak Barat Kec. Cilandak Barat Jakarta Selatan. 9. Pandangan Harini Bambang Wahono mengenai kepentingan kelompokkelompok dalam pengorganisasian masyarakat terkait peningkatan kesadaran lingkungan di Kampung Banjarsari Kel. Cilandak Barat Kec. Cilandak Barat Jakarta Selatan yaitu musyawarah sebagai cara paling tepat dalam mencapai mufakat, karena semuanya atas dasar kepentingan bersama. 10. Konsepsi mengenai populasi klien menurut Harini Bambang Wahono dalam melakukan pengorganisasian masyarakat terkait peningkatan kesadaran lingkungan di Kampung Banjarsari Kel. Cilandak Barat Kec. Cilandak Barat Jakarta Selatan adalah klien dianggap sebagai partner/warga sederajat yang memiliki potensi yang bisa terus dikembangkan. 11. Konsepsi mengenai peran klien menurut Harini Bambang Wahono dalam melakukan pengorganisasian masyarakat terkait peningkatan kesadaran lingkungan di Kampung Banjarsari Kel. Cilandak Barat Kec. Cilandak Barat Jakarta Selatan yaitu warga berpartisipasi aktif dan tidak dijadikan objek tetapi subjek. Adapun tahapan-tahapan pengorganisasian masyarakat yang dilakukan Harini Bambang Wahono di Kampung Kel. Cilandak Barat Kec. Cilandak Barat Jakarta Selatan tanpa terikat dengan indikator-indikator pengorganisasian di atas,

84 74 yaitu persiapan pada diri praktisi, interaksi/pendekatan terhadap masyarakat, membangun kontak, diskusi kelompok melalui forum warga, membuat aturan atau komitmen, melakukan pemetaan permasalahan, pembentukan kelompok kecil, perencanaan pengorganisasian, dan membangun jaringan. Selain itu pengorganisasian masyarakat yang dilakukan Harini Bambang Wahono di Banjarsari terbagi dalam 3 periode, yaitu periode prakarsa masyarakat (sebelum tahun 1996), periode intervensi pihak luar ( ) dan periode pengembangan jaringan. B. Saran-saran Untuk mendukung upaya Harini Bambang Wahono dalam mengorganisasikan masyarakat dalam rangka meningkatkan kesadaran lingkungan di Kampung Banjarsari Kel. Cilandak Barat Kec. Cilandak Barat Jakarta Selatan direkomendasikan sebagai berikut: 1. Hendaknya Harini Bambang Wahono memberikan promosi kepada tokohtokoh seperjuangan, seperti Nina Sidle dan Agustin Riyanto, juga para kader serta masyarakat untuk menjelaskan peran-peran penting mereka sehingga tidak terkesan bahwa kemajuan masyarakat Banjarsari hanya melalui satu peran seseorang saja, ini dimaksudkan untuk memberikan porsi yang sama kepada masyarakat baik internal maupun eksternal tentang kemajuan kampung Banjarsari. 2. Hendaknya Harini Bambang Wahono selalu melakukan koordinasi dengan pemerintahan setempat (RT, RW, Kelurahan dan Kecamatan) agar tidak terjadi pengguguran kewajiban dari mereka, sehingga hak masyarakat Banjarsari seperti dukungan moril atau infrastrutur tidak terabaikan.

85 DAFTAR PUSTAKA Adi, Rukminto, Isbandi, Pemberdayaan, Pengembangan, Masyarakat dan Intervensi Komunitas, Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Adi, Rukminto, Isbandi, Perencanaan Partisipatoris Berbasis Aset Komunitas dari Pemikiran Menuju Penerapan, Jakarta: Fisip UI Press Al Barry, M. Dahlan dan Partanto, Pius A, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: ARKOLA, Alwi, Hasan, (ed), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, cet. Ke-2 Amri, Mulya dan Sarosa, Wicaksono, CSR Untuk Penguatan Kohesi Sosial, Jakarta: Indonesia Business Links, Arsip Aplikasi STPP, Manajemen Bidang Lingkungan Hidup, Maret Database, Good Practices: Kegiatan Lingkungan Berbasis Masyarakat di Indonesia, Japan Bank For International Cooperation, Desember Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Direktorat Jenderal Tata Perkotaan dan Tata Perdesaan Direktorat Perkotaan dan Perdesaan Wilayah Barat, Kel. Banjarsari Upaya Pengelolaan Sampah Secara Individual, Juni Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Direkorat Jenderal Tata Perkotaan dan Tata Pedesaan: Buku Panduan Kelurahan Cilandak Barat, Geografi dan Iklim/Geographcal And Climate, 30 Agustus Dydiet, Hardjito, Teori Organisasi Dan Teknik Pengorganisasian, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Hadi, Sutrisno, Metodologi Riset, Yogyakarta: Andi Offset Indrawati, Ida, Tanya-Jawab Pengantar Manajemen Organisasi, Bandung: CV. ARMICO, Inoguschi, Takashi, Edward Newman dan Glen, Kota Dan Lingkungan, Jakarta: LP3ES, Kartasasmita, Ginanjar, Peringatan Hari Ke-28 Pusat Kesenian Jakarta-Taman Ismail Marzuki, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001, cet. Ke-1 Jakarta, 19 November 1996, (arsip pidato kebudayaan).

86 Moleong, Lexy J, M.A., Prof., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2004, cet. Ke-20. Nawawi, Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, Pangaribuan, Tigor, Kamus Populer Lengkap, Bandung: Pustaka Setia, Silalahi, Merry, Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat (Studi Kasus Rt 02 Rw 07 Kelurahan Benua Melayu Laut, Kecamatan Pontianak Selatan, Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat), Bogor: Tesis Program Jurusan Pengembangan Masyarakat, Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor, Suharto, Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Bandung: Anggota IKAPI, Soehartono, Irawan, Metode Penelitian Sosial, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, Soemarwoto, Otto, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Yogyakarta: GAJAH MADA UNIVERSITY PRESS, 2005, cet. Ke-11. Suharto, Edi, Pekerjaan Sosial Di Dunia Industri, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2007 Syamsir, Salam, Metode Penelitian Sosial, Jakarta: UIN Jakarta Press, Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Kamus Pusat Bahasa Departement Pendidikan Nasional, TIM Penyusun, Modul Pelatihan Pengorganisasian Rakyat, Jakarta: Indonesian Institute for Civil Society (INCIS), 2003), cet. Ke-1. Internet (diakses pada tanggal 15 jam 23:00) h.tempointeraktif.com/id/arsip/2007/03/26/lin/mbm lin id.html+kampung+banjarsari+cilandak+harini+bambang+wahono+koran +tempo&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a (diakses pada tanggal 15 jam 23:30) (diakses pada tanggal 28 Januari 2011)

87 DAFTAR TABEL 1. Tabel 1 Tiga Model Pengorganisasian Masyarakat Tabel 2 Tingkat Pendidikan Kampung Banjarsari RW Tabel 3 Perbandingan Jumlah Laki-laki dan Perempuan... 41

88 Note Book Mini Lampiran 2 T R A N S K I P W A W A N C A R A SKRIPSI MODEL PENGORGANISASIAN MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KESADARAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Pemberdayaan Masyarakat Yang Dilakukan Ibu/Bapak Harini Bambang Wahono Di Kampung Banjarsari Rw 08 Kel. Cilandak Barat Kec. Cilandak Jakarta Selatan) Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Konsetrasi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Perihal : Model pengorganisasian dalam meningkatkan kesadaran lingkungan Fokus : Identifikasi 3 Model Pengorganisasian (Rothman dan tropman, 1987) Model pengembangan masyarakat (locality development model), perencanaan sosial (social planing), model aksi sosial (social action model). Sifat : Pendahuluan Responden : Faturahman (Anggota Masyarakat Banjarsari) Hari/Tanggal/ Lokasi : Sabtu, 1 Agustus 2010 / Warung di Kampung Banjarsari Waktu : :00 P R P R P R P R Model Pengorganisasian Masyarakat Apa yang bapak tahu tentang Bu Bambang? Bu bambang warga sini dia terkenal aktivis lingkungan sini.banyak orang sih yang berkunjung ke rumahnya ada orang jepang.kemaren kalau ga salah ke rumahnya.ada mahasiswa pemerintahan dia orangnya baik 1 Dia orang bagaimana, cara bergaul dengan masyarakat misalnya? Dia orangnya baik, semua masyarakat di sini kenal dia tuh emang sabar, ga putus asa, mau belajar sama orang dia bagus kalau dengan masyarakat kalau ga bagus mana mungkin masyarakat kenal sama dia baiklah Bapak sendiri ikut dalam kegiatannya Bu Bambang? Oh ya tapi saya sendiri enggak, paling istri saya aja tapi kita kan semua punya tanggung jawab buat jaga kebersihan di sini.yang paling saling menjaga aja Apa kekurangan Ibu Bambang menurut bapak? Kekurangan apa ya ga ada sih engga ga ada saya sering maen ke rumahnya, 1 Dijadikan Footnote pada BAB III Hal 36 1

89 P R P R P R P R P R eyang baik, ramah Bapak sendiri ikut dalam kepengurusan Rt atau Rw di sini? Oh enggak saya saya masyarakat biasa aja ya kalau ada kegiatan-kegiatan model kerja bakti saya pasti ikut karena memang di sini cukup aktif ya Bapak sendiri aktivitasnya apa saja, atau istri bapak? Oh saya biasa aja kerja, pagi-pagi berangkat kerja istri yang munkin di dapur atau nyiram tanaman Yang bapak tahu tentang aktivitas di kampung ini, terutama masalah pengelolaan sampah atau penghijauan? Ya PKK, Karangtaruna, dulu sempet Komite Lingkungan.yang paling itu aja sih paling kalau ada perbaikan atau kerja bakti biasanya semuanya keluar tuh Menurut bapak yang ikut kegiatan yang diadakan oleh Ibu Bambang banyak yang mengikuti di sini? Hm..enggak semua sih paling Ibu-ibu di sini mah ada anak-anak juga palin enggak semua, remajanya juga ada Aktivitas di sini apa saja yang bapak tahu, maksudnya masyarakat di sini? Seperti masyarakat lainnya ada yang kerja kalau yang Ibu-ibu nganter anakanak ga ada yang aneh sih.oh kalau itu memang iya paling pagi, siang, sore pada nyiram tanaman, bersih-bersih paling gitu aja ya Catatan : Pertanyaan bersifat eksploratif dan selalu dilakukan probing 2

90 Lampiran Piagam penghargaan Penghargaan-penghargaan Halaman depan rumah Harini Bambang Wahono Kegiatan kerja bakti Produk-produk daur ulang Keasrian sepanjang jalan Kampung Banjarsari Halaman belakang rumah Harini Bambang Wahono Mengajar Bahasa Inggris kepada anak-anak di lingkungan sekitar

91 Gapura Kampung Banjarsari Kertas hasil daur ulang Tong sampah Kampung Banjarsari Suasana sepanjang jalan Kampung Banjarsari Hasil kerajinan Tempat pelatihan

Tiga Model Praktek Pengorganisasian Masyarakat (CO) (Rothman & Tropman/Pertemuan VII) By. AGUS SURIADI

Tiga Model Praktek Pengorganisasian Masyarakat (CO) (Rothman & Tropman/Pertemuan VII) By. AGUS SURIADI Tiga Model Praktek Pengorganisasian Masyarakat (CO) (Rothman & Tropman/Pertemuan VII) By. AGUS SURIADI Pengembangan Masyarakat Lokal (Locality Development) Perencanaan Sosial (Social Planning) Aksi Sosial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan hidup (Environment) dapat diartikan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya dan keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya yaitu manusia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari hari, kita mengenal berbagai jenis organisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari hari, kita mengenal berbagai jenis organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari hari, kita mengenal berbagai jenis organisasi yang mempengaruhi semua tingkatan kehidupan. Fakta menunjukkan bahwa kebanyakan diantara kita menjalani

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. PAR sendiri memiliki kepanjangan participatory action research. PAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. PAR sendiri memiliki kepanjangan participatory action research. PAR 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini peneliti memilih pendekatan PAR. Dimana PAR sendiri memiliki kepanjangan participatory action

Lebih terperinci

ANALISIS LEAD BERITA KEBAKARAN HUTAN DALAM PENULISAN DI SURAT KABAR HARIAN RIAU POS EDISI JUNI-AGUSTUS 2013 SKRIPSI

ANALISIS LEAD BERITA KEBAKARAN HUTAN DALAM PENULISAN DI SURAT KABAR HARIAN RIAU POS EDISI JUNI-AGUSTUS 2013 SKRIPSI 1969/KOM-D/SD-S1/2014 ANALISIS LEAD BERITA KEBAKARAN HUTAN DALAM PENULISAN DI SURAT KABAR HARIAN RIAU POS EDISI JUNI-AGUSTUS 2013 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN. 3.1 Batas Kajian

III. METODE KAJIAN. 3.1 Batas Kajian 34 III. METODE KAJIAN 3.1 Batas Kajian Karena keterbatasan waktu dan dana maka penulis membatasi kajian ini pada satu yaitu RT 02 RW 07 Kelurahan Benua Melayu Laut Kecamatan Pontianak Selatan yang mewakili

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pendekatan penelitian yang akan penulis gunakan pada skripsi ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Sugiyono yang dikutip Imam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. makna asal dari bahasa inggris. Metode sendiri berasal dari kata methode,

BAB III METODE PENELITIAN. makna asal dari bahasa inggris. Metode sendiri berasal dari kata methode, 58 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian atau bisa disebut juga metode riset ini memiliki makna asal dari bahasa inggris. Metode sendiri berasal dari kata methode, yang berarti ilmu yang menerangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu dijaga agar tetap mampu menunjang kehidupan yang normal. 1

BAB I PENDAHULUAN. perlu dijaga agar tetap mampu menunjang kehidupan yang normal. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelestarian lingkungan hidup memiliki arti bahwa lingkungan harus dipertahankan sebagaimana keadaannya. Sedangkan lingkungan hidup saat ini justru dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan sebagai suatu kegiatan nyata dan berencana, menjadi menonjol sejak selesainya perang dunia II. Inayatullah (dalam Nasution, hlmn 28) mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada dasarnya setiap manusia mempunya i sifat ingin tahu, untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Pada dasarnya setiap manusia mempunya i sifat ingin tahu, untuk 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pada dasarnya setiap manusia mempunya i sifat ingin tahu, untuk merealisasikan keinginan tersebut, berbagai macam cara mereka gunakan, diantaranya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 55 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Lingga Bayu Provinsi Sumatera Utara terhadap warga masyarakat yang mempunyai kebiasaan

Lebih terperinci

ANALISIS ISI BERITA POLITIK TENTANG PEMILIHAN BAKAL CALON GUBERNUR RIAU PERIODE PADA SURAT KABAR HARIAN BERITA TERKINI EDISI JUNI 2013

ANALISIS ISI BERITA POLITIK TENTANG PEMILIHAN BAKAL CALON GUBERNUR RIAU PERIODE PADA SURAT KABAR HARIAN BERITA TERKINI EDISI JUNI 2013 1652/KOM-D/SD-S1/2014 ANALISIS ISI BERITA POLITIK TENTANG PEMILIHAN BAKAL CALON GUBERNUR RIAU PERIODE 2013-2018 PADA SURAT KABAR HARIAN BERITA TERKINI EDISI JUNI 2013 SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada beberapa perjalanan yang peneliti lakukan di beberapa daerah di Indonesia, terutama sejak akhir 2004 hingga akhir 2008, telah banyak usaha-usaha dari berbagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan sebuah upaya yang dapat dilakukan penelitian dalam mengungkapkan data dan mencari kebenaran masalah yang diteliti, yang menjadi persoalan metode apakah yang dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sesama manusia, yang diturunkan kepada Rasulullah Muhammad

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sesama manusia, yang diturunkan kepada Rasulullah Muhammad 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama yang sempurna dan menyeluruh tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Allah, tapi juga mengatur hubungan dengan sesama manusia, yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara dan prosedur yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki suatu masalah tertentu dengan maksud mendapatkan informasi untuk digunakan

Lebih terperinci

INTERAKSI SOSIAL ANTAR PEDAGANG BAN BEKAS SOCIAL INTERACTION BETWEEN USED TIRE DEALER SKRIPSI

INTERAKSI SOSIAL ANTAR PEDAGANG BAN BEKAS SOCIAL INTERACTION BETWEEN USED TIRE DEALER SKRIPSI INTERAKSI SOSIAL ANTAR PEDAGANG BAN BEKAS (Studi Deskriptif Pedagang Ban Bekas Di Dusun Pandan Ploso, Desa Plandi, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang) SOCIAL INTERACTION BETWEEN USED TIRE DEALER (Descriptive

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ide mengenai tanggung jawab sosial perusahaan atau yang dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Ide mengenai tanggung jawab sosial perusahaan atau yang dikenal sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ide mengenai tanggung jawab sosial perusahaan atau yang dikenal sebagai Corporate Social Responsibility (CSR) kini semakin diterima secara luas. Namun, sebagai

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN KELEMBAGAAN PADA PROGRAM POSDAYA DI DUSUN GARDU UTARA KELURAHAN SEMPUSARI KECAMATAN KALIWATES KABUPATEN JEMBER

PEMBANGUNAN KELEMBAGAAN PADA PROGRAM POSDAYA DI DUSUN GARDU UTARA KELURAHAN SEMPUSARI KECAMATAN KALIWATES KABUPATEN JEMBER PEMBANGUNAN KELEMBAGAAN PADA PROGRAM POSDAYA DI DUSUN GARDU UTARA KELURAHAN SEMPUSARI KECAMATAN KALIWATES KABUPATEN JEMBER Institutional Building Of Posdaya Program In Nort Gardu Utara Vilage Kaliwates

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 72 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan suatu hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian, baik dalam penelitian yang bersifat empiris ataupun yang bersifat normatif. Tanpa menggunakan

Lebih terperinci

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan)

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan) AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan) A. Latar Belakang Masalah Setiap agama bagi para pemeluknya merupakan

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN PROGRAM ACARA MUSIK + (PLUS) PADA PT. RIAU TELEVISI DI KOTA PEKANBARU SKRIPSI

STRATEGI PEMASARAN PROGRAM ACARA MUSIK + (PLUS) PADA PT. RIAU TELEVISI DI KOTA PEKANBARU SKRIPSI STRATEGI PEMASARAN PROGRAM ACARA MUSIK + (PLUS) PADA PT. RIAU TELEVISI DI KOTA PEKANBARU SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapai Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Kom) Pada

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN REDAKSI DALAM PENENTUAN HEADLINE HALAMAN UTAMA PADA SURAT KABAR PEKANBARU POS

ANALISIS KEBIJAKAN REDAKSI DALAM PENENTUAN HEADLINE HALAMAN UTAMA PADA SURAT KABAR PEKANBARU POS 1764/KOM-D/SD-S1/2014 ANALISIS KEBIJAKAN REDAKSI DALAM PENENTUAN HEADLINE HALAMAN UTAMA PADA SURAT KABAR PEKANBARU POS SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pada hakekatnya penelitian merupakan wadah untuk mencari kebenaran atau untuk memberi kebenaran. Usaha untuk mengejar kebenaran dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Berdasarkan permasalahan yang diteliti maka jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Dengan mengacu pada beberapa pandangan seperti yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dipengaruhi atau ditentukan oleh tepat tidaknya penelitian atau penentuan metode

BAB III METODE PENELITIAN. dipengaruhi atau ditentukan oleh tepat tidaknya penelitian atau penentuan metode BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah salah satu faktor yang terpenting dan sangat menentukan dalam penelitian, hal ini disebabkan karena berhasil tidaknya suatu penelitian banyak dipengaruhi atau ditentukan

Lebih terperinci

Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rake Sarasin, Yogyakarta, 2000, hal. 6. 2

Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rake Sarasin, Yogyakarta, 2000, hal. 6. 2 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara penelitian, ilmu tentang alat-alat dalam suatu penelitian.1 Oleh karena itu metode penelitian membahas tentang konsep

Lebih terperinci

PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (STUDI DI SMP RSBI NEGERI 1 BATU) S K R I P S I

PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (STUDI DI SMP RSBI NEGERI 1 BATU) S K R I P S I PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (STUDI DI SMP RSBI NEGERI 1 BATU) S K R I P S I Diajukan Kepada Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara penelitian, ilmu tentang alat-alat dalam suatu penelitian. 1 Oleh karena itu metode penelitian membahas tentang

Lebih terperinci

Faktor-Faktor Psikologis Yang Mempengaruhi Intensi Membeli Air Minum Dalam Kemasan Merek Aqua Pada Mahasiswa FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Faktor-Faktor Psikologis Yang Mempengaruhi Intensi Membeli Air Minum Dalam Kemasan Merek Aqua Pada Mahasiswa FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Faktor-Faktor Psikologis Yang Mempengaruhi Intensi Membeli Air Minum Dalam Kemasan Merek Aqua Pada Mahasiswa FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Di Susun Oleh: NYA SORAYA RIZKINA (106070002284) Skripsi

Lebih terperinci

PELATIHAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BAGI KADER LINGKUNGAN DI DAS BRANTAS Sidoarjo, Mei 2016

PELATIHAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BAGI KADER LINGKUNGAN DI DAS BRANTAS Sidoarjo, Mei 2016 PELATIHAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BAGI KADER LINGKUNGAN DI DAS BRANTAS Sidoarjo, 11 12 Mei 2016 Latar Belakang Pelatihan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup bagi kader lingkungan hidup merupakan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: (Loyalitas pelanggan, Iklan, Komunikasi Pemasaran)

ABSTRAK. Kata Kunci: (Loyalitas pelanggan, Iklan, Komunikasi Pemasaran) ABSTRAK Mohamad Hikmatiar. Manajemen Komunikasi Pemasaran dalam Menjalin Loyalitas Pelanggan (Studi Kasus pada Marketing Communication Transmart Carrefour Cipadung). Berbicara komunikasi dalam pemasaran

Lebih terperinci

TINDAKAN SOSIAL PENAMBANG EMAS ILEGAL DI GUNUNG MANGGAR KESILIR JEMBER SOCIAL BEHAVIOR OF ILLEGAL GOLD MINER IN MANGGAR MOUNTAIN KESILIR JEMBER

TINDAKAN SOSIAL PENAMBANG EMAS ILEGAL DI GUNUNG MANGGAR KESILIR JEMBER SOCIAL BEHAVIOR OF ILLEGAL GOLD MINER IN MANGGAR MOUNTAIN KESILIR JEMBER TINDAKAN SOSIAL PENAMBANG EMAS ILEGAL DI GUNUNG MANGGAR KESILIR JEMBER SOCIAL BEHAVIOR OF ILLEGAL GOLD MINER IN MANGGAR MOUNTAIN KESILIR JEMBER SKRIPSI Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah parameter pelaksanaan pemilu yang demokratis :

BAB I PENDAHULUAN. adalah parameter pelaksanaan pemilu yang demokratis : BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan Pemilu 2014 akan menjadi cermin bagi kualitas yang merujuk pada prinsip demokrasi yang selama ini dianut oleh Negara kita Indonesia. Sistem Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif. Dimaksud

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif. Dimaksud 20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif. Dimaksud dengan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini merupakan suatu proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran kaum perempuan Indonesia dalam menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam menegakkan NKRI dipelopori

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN KONSEP CIVIL SOCIETY

BAB II KAJIAN KONSEP CIVIL SOCIETY BAB II KAJIAN KONSEP CIVIL SOCIETY A. Pengertian tentang konsep civil society Konsep civil society memiliki pengertian yang beragam sesuai dengan sudut pandang masing-masing tokoh yang memberikan penekanan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIK

BAB II KERANGKA TEORITIK BAB II KERANGKA TEORITIK A. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat Secara konseptual pemberdayaan atau pemberkuasaan (Empowerment), berasal dari kata power (kekuasaan atau keberdayaan) keterangan. Ide utama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Yang dimaksud penelitian kualitatif menurut Bodgan dan Taylor

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Yang dimaksud penelitian kualitatif menurut Bodgan dan Taylor 74 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang peneliti gunakan adalah pendekatan kualitatif. Yang dimaksud penelitian kualitatif menurut Bodgan dan Taylor yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kepustakaan (buku) atau jenis penelitian kualitatif, yaitu suatu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. kepustakaan (buku) atau jenis penelitian kualitatif, yaitu suatu penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian yang mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermacam - macam materi yang terdapat dalam kepustakaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian adalah semua kegiatan pencarian, penyelidikan dan percobaan secara alamiah dalam suatu bidang tertentu, untuk mendapatkan fakta-fakta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian merupakan suatu kegiatan (ilmiah) yang ditempuh melalui serangkaian proses yang panjang. Kegiatan penelitian diawali dengan adanya minat untuk mengkaji secara mendalam

Lebih terperinci

KONDISI EKONOMI BURUH HARIAN LEPAS DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN PANGAN DAN PENDIDIKAN ANAK

KONDISI EKONOMI BURUH HARIAN LEPAS DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN PANGAN DAN PENDIDIKAN ANAK KONDISI EKONOMI BURUH HARIAN LEPAS DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN PANGAN DAN PENDIDIKAN ANAK (Studi Kasus Pada Buruh Harian Lepas di Sekitar Perkebunan Kopi Dusun Sumber Wadung Desa Harjomulyo Kecamatan Silo

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ditinjau secara segi etimologi, kata strategi berasal dari Yunani yaitu Strategos

TINJAUAN PUSTAKA. Ditinjau secara segi etimologi, kata strategi berasal dari Yunani yaitu Strategos II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Strategi Ditinjau secara segi etimologi, kata strategi berasal dari Yunani yaitu Strategos yang mengambil dari kata strator yang berarti militer dan ag yang berati memimpin.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, hal ini dapat terlihat dari adanya kekhawatiran kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, hal ini dapat terlihat dari adanya kekhawatiran kemungkinan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesadaran masyarakat dunia akan pentingnya pelestarian lingkungan semakin meningkat, hal ini dapat terlihat dari adanya kekhawatiran kemungkinan besar terjadinya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari sesuatu atau beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dipertimbangkan dengan seksama dan dapat dipertanggung jawabkan

BAB III METODE PENELITIAN. dipertimbangkan dengan seksama dan dapat dipertanggung jawabkan 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian merupakan kegiatan pengembangan wawasan keilmuan, dalam arti penelitian merupakan sarana untuk pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif ini akan berusaha mendeskripsikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak orang terutama kaum awam (karena tidak tahu) bahwa pers memiliki sesuatu kekhususan dalam menjalankan Profesi nya yaitu memiliki suatu Kemerdekaan dan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ISTILAH DALAM OLAHRAGA BOLA BASKET DI KABUPATEN JEMBER ( SUATU KAJIAN ETIMOLOGI DAN SEMANTIK )

PENGGUNAAN ISTILAH DALAM OLAHRAGA BOLA BASKET DI KABUPATEN JEMBER ( SUATU KAJIAN ETIMOLOGI DAN SEMANTIK ) PENGGUNAAN ISTILAH DALAM OLAHRAGA BOLA BASKET DI KABUPATEN JEMBER ( SUATU KAJIAN ETIMOLOGI DAN SEMANTIK ) SKRIPSI oleh ARIF ANGGA YUDHA NIM 050110201064 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

The Socialization Process of Tengger Society in Entas-Entas and Kasadha Tradition. (Case Study Ngadisari Village, District Sukapura, Probolinggo)

The Socialization Process of Tengger Society in Entas-Entas and Kasadha Tradition. (Case Study Ngadisari Village, District Sukapura, Probolinggo) PROSES SOSIALISASI MASYARAKAT TENGGER DALAM TRADISI ENTAS-ENTAS DAN KASADHA (Studi Kasus di Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo) The Socialization Process of Tengger Society in Entas-Entas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penulis mengambil lokasi penelitian di kawasan teluk Ciletuh yang berada pada bagian selatan Jawa Barat dan terletak Di Desa Taman Jaya, Kecamatan Ciemas

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI SMK ISLAM 1 DURENAN KABUPATEN TRENGGALEK SKRIPSI

STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI SMK ISLAM 1 DURENAN KABUPATEN TRENGGALEK SKRIPSI STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI SMK ISLAM 1 DURENAN KABUPATEN TRENGGALEK SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Tulungagung Untuk

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAPASITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT

PENGEMBANGAN KAPASITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT PENGEMBANGAN KAPASITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT (Studi Kasus di Desa Wonokromo Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta) Nurul Hidayah SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

2.2. AMDAL AMDAL merupakan singkatan dari Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. AMDAL merupakan kajian dampak besar dan penting terhadap lingkungan

2.2. AMDAL AMDAL merupakan singkatan dari Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. AMDAL merupakan kajian dampak besar dan penting terhadap lingkungan 2.2. AMDAL AMDAL merupakan singkatan dari Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. AMDAL merupakan kajian dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, dibuat pada tahap perencanaan, dan digunakan untuk

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER (BBM) SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI PEMASARAN DI KALANGAN MAHASISWA SKRIPSI

PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER (BBM) SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI PEMASARAN DI KALANGAN MAHASISWA SKRIPSI PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER (BBM) SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI PEMASARAN DI KALANGAN MAHASISWA (Studi pada Mahasiswa Pelaku Bisnis Online Pengguna Blackberry di Kota Malang) SKRIPSI Disusun Oleh : YULIA

Lebih terperinci

INTERAKSI SOSIAL ANTAR PENAMBANG PASIR SOCIAL INTERACTION AMONG SAND MINING WORKER S IN SITUBONDO SKRIPSI SITI FATIMAH (NIM )

INTERAKSI SOSIAL ANTAR PENAMBANG PASIR SOCIAL INTERACTION AMONG SAND MINING WORKER S IN SITUBONDO SKRIPSI SITI FATIMAH (NIM ) INTERAKSI SOSIAL ANTAR PENAMBANG PASIR DI KABUPATEN SITUBONDO SOCIAL INTERACTION AMONG SAND MINING WORKER S IN SITUBONDO SKRIPSI Oleh SITI FATIMAH (NIM 060910302088) PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BAB III. Metodelogi Penelitian. Pembelajaran Kewirausahaan Di SMP Jati Agung menggunakan Penelitian

BAB III. Metodelogi Penelitian. Pembelajaran Kewirausahaan Di SMP Jati Agung menggunakan Penelitian 42 BAB III Metodelogi Penelitian A. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian Penelitian tentang Menejemen Pengembangan Wirausaha Sekolah Sebagai Pembelajaran Kewirausahaan Di SMP Jati Agung menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karang Taruna adalah organisasi sosial kemasyarakatan sebagai wadah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karang Taruna adalah organisasi sosial kemasyarakatan sebagai wadah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karang Taruna adalah organisasi sosial kemasyarakatan sebagai wadah dan sarana pengembangan setiap anggota masyarakat yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci.

BAB III METODE PENELITIAN. dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Untuk menghadapi berbagai

BAB III METODE PENELITIAN. kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Untuk menghadapi berbagai BAB III METODE PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Untuk menghadapi berbagai masalah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Pendidikan Nasional adalah upaya mencerdasakan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertaqwa dan berahlak mulia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini sesuai dengan masalah yang akan dibahas peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Masyarakat. Penanggulangan Bencana. Peran Serta.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Masyarakat. Penanggulangan Bencana. Peran Serta. No.1602, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Masyarakat. Penanggulangan Bencana. Peran Serta. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Berkaitan dengan hal ini Lexy. J Meleong menjelaskan bahwa penelitian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengalaman masa lalu telah memberikan pelajaran berharga bagi bangsa Indonesia, bahwa pembangunan yang dilaksanakan dengan pendekatan top-down dan sentralistis, belum berhasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan informasi untuk digunakan sebagai solusi atau jawaban atas

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan informasi untuk digunakan sebagai solusi atau jawaban atas 64 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara dan prosedur yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki suatu masalah tertentu dengan maksud mendapatkan informasi untuk digunakan

Lebih terperinci

PROGRAM S1 JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

PROGRAM S1 JURUSAN ILMU KOMUNIKASI NO.1749/KOM-D/SD-S1/2014 AKTIVITAS HUMAS PEMERINTAH KOTA PEKANBARU DALAM MENSOSIALISASIKAN PROGRAM GERAKAN SEKOLAH BERSEPEDA SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat- syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

PENERAPAN DEMOKRASI PANCASILA

PENERAPAN DEMOKRASI PANCASILA PENERAPAN DEMOKRASI PANCASILA Untuk memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Pendidikan Pancasila Disusun oleh Nama : Asilka Islamey Nim : 11.11.5124 Kelompok : D Jurusan Dosen : S1-TI : Drs. Tahajudin Sudibyo

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA PEMBERITAAN DAHLAN ISKAN PADA SURAT KABAR RIAU POS EDISI FEBRUARI MARET 2014 SKRIPSI

ANALISIS WACANA PEMBERITAAN DAHLAN ISKAN PADA SURAT KABAR RIAU POS EDISI FEBRUARI MARET 2014 SKRIPSI No : 1783/KOM-D/SD-S1/2014 ANALISIS WACANA PEMBERITAAN DAHLAN ISKAN PADA SURAT KABAR RIAU POS EDISI FEBRUARI MARET 2014 SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas tugas dan Memenuhi Syarat syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 73 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, yaitu peneliti yang dimaksudkan untuk mengungkapkan gejala secara holistic-kontekstual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan di radio komunitas. Karakteristik radio komunitas yang didirikan oleh komunitas, untuk komunitas

Lebih terperinci

PENGELOLAAN MEDIA WARGA

PENGELOLAAN MEDIA WARGA PENGELOLAAN MEDIA WARGA WARGA / Komunitas Pengelolaan dapat juga diartikan sebagai pengaturan. Bagaimana mengatur media? Susahkan mengatur media? Atau bagaimana membuat media yang bagus? Marilah kita bahas

Lebih terperinci

KAJIAN PSIKOLOGI WANITA TERHADAP NOVEL SOLD KARYA PATRICIA McCORMICK SKRIPSI. Oleh. Yunita Trisnaningtyas NIM

KAJIAN PSIKOLOGI WANITA TERHADAP NOVEL SOLD KARYA PATRICIA McCORMICK SKRIPSI. Oleh. Yunita Trisnaningtyas NIM KAJIAN PSIKOLOGI WANITA TERHADAP NOVEL SOLD KARYA PATRICIA McCORMICK SKRIPSI Oleh Yunita Trisnaningtyas NIM 070110201032 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS JEMBER 2011 KAJIAN PSIKOLOGI

Lebih terperinci

RASIONALITAS TINDAKAN MASYARAKAT LINGKUNGAN KRAJAN BARAT DALAM MEMBUANG SAMPAH DI SUNGAI BEDADUNG

RASIONALITAS TINDAKAN MASYARAKAT LINGKUNGAN KRAJAN BARAT DALAM MEMBUANG SAMPAH DI SUNGAI BEDADUNG RASIONALITAS TINDAKAN MASYARAKAT LINGKUNGAN KRAJAN BARAT DALAM MEMBUANG SAMPAH DI SUNGAI BEDADUNG RATIONALITY WEST KRAJAN ENVIROMENTAL COMMUNITY ACTION IN THROWING GARBAGE IN THE BEDADUNG RIVER SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang lengkap dan mendalam mengenai subjek yang diteliti. 1 Oleh karena itu,

BAB III METODE PENELITIAN. yang lengkap dan mendalam mengenai subjek yang diteliti. 1 Oleh karena itu, BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus, sehingga peneliti berupaya memberikan pandangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dapat dimanfaatkan oleh peneliti. 1 Pemilihan lokasi atau site selection

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dapat dimanfaatkan oleh peneliti. 1 Pemilihan lokasi atau site selection BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian adalah tempat yang berkaitan dengan sasaran atau permasalahan penelitian dan juga merupakan salah satu

Lebih terperinci

SITI MEGAWATI NIM:

SITI MEGAWATI NIM: PROFIL TOKOH AGAMA ISLAM SEBAGAI TAULADAN BAGI MASYARAKAT MENURUT PANDANGAN MASYARAKAT GAMPONG BLANG SKRIPSI Diajukan Oleh SITI MEGAWATI NIM: 211001355 Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada giliranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar manusia senantiasa melaksanakan perintah-nya dan menjauhi larangan-

BAB I PENDAHULUAN. agar manusia senantiasa melaksanakan perintah-nya dan menjauhi larangan- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam merupakan syariat Allah yang diturunkan kepada umat manusia agar manusia senantiasa melaksanakan perintah-nya dan menjauhi larangan- Nya.. Dalam menanamkan keyakinan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Menurut Moleong (2007: 27) berpendapat bahwa:

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Menurut Moleong (2007: 27) berpendapat bahwa: BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Moleong (2007: 27) berpendapat

Lebih terperinci

KOMUNIKASI KELOMPOK KECIL MURABBI DAN BINAANNYA DALAM MENANAMKAN SIKAP TAAT. (Studi Kasus tentang Peranan Komunikasi Kelompok Kecil Murabbi dan

KOMUNIKASI KELOMPOK KECIL MURABBI DAN BINAANNYA DALAM MENANAMKAN SIKAP TAAT. (Studi Kasus tentang Peranan Komunikasi Kelompok Kecil Murabbi dan KOMUNIKASI KELOMPOK KECIL MURABBI DAN BINAANNYA DALAM MENANAMKAN SIKAP TAAT (Studi Kasus tentang Peranan Komunikasi Kelompok Kecil Murabbi dan Binaannya dalam Menanamkan Sikap Taat pada Anggota Halaqoh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan kepemimpinan

BAB III METODE PENELITIAN. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan kepemimpinan 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan kepemimpinan transformasional dalam pembinaan toleransi budaya mahasiswa yang tinggal di Ma had al-jami

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penelitian adalah strategi umum yang digunakan dalam pengumpulan data dan analisis data yang digunakan untuk menjawab

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. permasalahan dan fokus penelitian. Metode kualitatif adalah langkah-langkah

BAB III METODE PENELITIAN. permasalahan dan fokus penelitian. Metode kualitatif adalah langkah-langkah 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mendeskripsikan permasalahan dan fokus penelitian. Metode kualitatif adalah langkah-langkah

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : ADI ATMOKO NPM

SKRIPSI. Oleh : ADI ATMOKO NPM FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI MASYARAKAT DALAM KEPEMILIKAN KARTU IDENTITAS PENDUDUK MUSIMAN DI KELURAHAN WONOKROMO KECAMATAN WONOKROMO KOTA SURABAYA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. memberikan kerangka pengujian dalam memasatikan suatu keabsahan. 1

BAB III METODE PENELITIAN. memberikan kerangka pengujian dalam memasatikan suatu keabsahan. 1 36 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan itu dilandasi oleh metode keilmuan. Menurut

Lebih terperinci

Seminar Pendidikan Matematika

Seminar Pendidikan Matematika Seminar Pendidikan Matematika TEKNIK MENULIS KARYA ILMIAH Oleh: Khairul Umam dkk Menulis Karya Ilmiah adalah suatu keterampilan seseorang yang didapat melalui berbagai Latihan menulis. Hasil pemikiran,

Lebih terperinci

KEINGINAN MAHASISWA ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL TERHADAP KESESUAIAN LAPANGAN PEKERJAAN

KEINGINAN MAHASISWA ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL TERHADAP KESESUAIAN LAPANGAN PEKERJAAN KEINGINAN MAHASISWA ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL TERHADAP KESESUAIAN LAPANGAN PEKERJAAN (Studi Deskriptif Terhadap Mahasiswa Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP Universitas Jember) SKRIPSI diajukan guna

Lebih terperinci

PENGANGKATAN ANAK BERDASARKAN PENETAPAN PENGADILAN SERTA PERLINDUNGANNYA MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002 (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Pacitan)

PENGANGKATAN ANAK BERDASARKAN PENETAPAN PENGADILAN SERTA PERLINDUNGANNYA MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002 (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Pacitan) PENGANGKATAN ANAK BERDASARKAN PENETAPAN PENGADILAN SERTA PERLINDUNGANNYA MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002 (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Pacitan) Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat

Lebih terperinci

Penyesuaian Diri Peserta Didik SMAN 1 Kediri SKRIPSI

Penyesuaian Diri Peserta Didik SMAN 1 Kediri SKRIPSI Studi Kasus Dampak Penjurusan Studi Pilihan Orang Tua Terhadap Penyesuaian Diri Peserta Didik SMAN 1 Kediri SKRIPSI Oleh : ACHMAD SAMSUL ARIFIN NIM : 09410010 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 11 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Metode penelitian dilakukan dalam usaha untuk memperoleh data yang akurat serta dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Menurut Basrowi (2008:15), penelitian

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh. Risma Nur. Fauzi

SKRIPSI. Oleh. Risma Nur. Fauzi DAMPAK PENUTUPAN LOKALISASI TERHADA AP PERUBAHAN KONDISI SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT PUGER KULON KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBER TAHUN 2001-2009 SKRIPSI Oleh Risma Nur Fauzi NIM 050210302342 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun diluar sekolah. Mengingat demikian berat tugas dan pekerjaan guru, maka ia

BAB I PENDAHULUAN. maupun diluar sekolah. Mengingat demikian berat tugas dan pekerjaan guru, maka ia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid. Baik secara individual maupun klasikal, baik disekolah maupun diluar sekolah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dan keinginan pelanggan, menyampaikan produk ke konsumen atau

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dan keinginan pelanggan, menyampaikan produk ke konsumen atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap organisasi, baik bisnis maupun nonbisnis tidak terlepas dari aktifitas pemasaran. Pemasaran merupakan aktivitas yang biasa dilakukan oleh setiap orang

Lebih terperinci

M ANGA ANG N EK N E O K NO

M ANGA ANG N EK N E O K NO PERAN KEPALA DESA DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI MASYARAKAT DI DESA ELLAK LAOK KECAMATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP (STUDI KASUS PROGRAM INDUSTRI KECIL KASUR AN-NAJAH ) The Role of VillageChief in Community

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. Participatory Action Research (PAR). Metodologi tersebut dilakukan dengan

BAB III METODE PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. Participatory Action Research (PAR). Metodologi tersebut dilakukan dengan BAB III METODE PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF A. Pendekatan Penelitian untuk Pemberdayaan Metode yang dipakai untuk pendampingan ini adalah metodologi Participatory Action Research (PAR). Metodologi tersebut

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan kesimpulan yang menjabarkan pernyataan singkat hasil temuan penelitian yang menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Kesimpulan penelitian akan dimulai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah prosedur yang di lakukan oleh seseorang untuk mendapatkan data atau informasi untuk memperoleh jawaban atas atas permasalahan penelitian. Dalam penelitian

Lebih terperinci