BAB II LANDASAN TEORI
|
|
- Ratna Indradjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pelanggaran tata tertib Pelanggaran tata tertib adalah menyalahi aturan atau undang undang hukum atau melawan perjanjian dan sebagainya. Misalnya seorang siswa yang berperilaku dan perkelakuan tidak sesuai dengan tata tertib sekolah (moeljiyanto 1979) mengemukakan bahwa pelanggaran tatatertib adalah perbuatan yang melanggaran peraturan yang telah dibuat tidak dapat dikatakan pelanggar apabila tidak ada peraturan peraturan yang dilanggar, Pelanggaran tata tertib merupakan suatu tingkah laku yang menyimpang dari perbuatan yang tidak sesuai dengan aturan yang ada di lingkungan masyarakat. Sesuai dengan pendapat Elizabeth B. Hurlock (dalam urfa fajarwati, 2011) menyatakan pengertian melanggar aturan adalah perilaku yang secara sengaja melanggar aturan aturan yang ditetapkan orang tua, guru, atau orang lain yang merupakan figur otoritas. Baik itu pelanggaran tata tertib yang terjadi di lingkungan keluarga, lingkungan bermain maupun dilingkungan sekolah. Pelanggaran yang terjadi dilingkungan sekolah dapat menggangu aktivitas proses pembelajaran di kelas, untuk menghindarinya dibuatlah suatu aturan tata tertib sekolah yang berfungsi agar siswa berkelakuan baik dan teratur di kelas maupun dilingkungan sekolah. Pada saat ini banyak terjadi pelanggaran tata tertib sekolah yang dilakukan oleh siswa khususnya siswa SMP, atau anak anak yang menginjak 1
2 usia remaja. Yang perlu mendapatkan perhatian khusus guna memberikan antisipasi agar tidak mengarah kepada tindak berbahaya. tata tertib merupakan seperangkat peraturan dan ketentuan yang harus ditaati oleh sejumlah komponen sekolah itu sendiri, yaitu kepala sekolah, guru, semua siswa dan unsur masyarakat sebagai salah satu penentu kebijakan sekolah. (Sungengprijodarminto 2004) memuat bahwa tata tertib yaitu seperangkat aturan atau ketentuan yang secara organisatoris mengikat setiap komponen sekolah, baik murid, guru, kepala sekolah dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sebagai lembaga pendidikan, sekolah mempunyai fungsi dan tuga edukatif yang meliputi tiga dimensi yaitu mendidik yang menghasilkan etika, dalam pergaulan, mengajar menghasilkan kecerdasan danmelatih menghasilkan keterampilan, (Dirjen pendidikan dasar dan menengah dalam petunjuk tekis disiplin dan tata tertib 1996).Sekolah merupakan tempat terjadinya kegiatan belajar mengajar, sebab itulah antara guru dan murid merupakan proses perubahan sikap dan tingkah laku. Pelaksanaan disiplin terhadap tata tertib mempunyai dampak secara langsung terhadap kualitas hasil pelaksanaan kegiatan belajar mengajar itu sendiri. Hunbunganya dengan hal tersebut guru memegang peranan penting dalam strategis, karena disiplin lebih terkait dengan pembentukan sikap mental dan keteladanan. Secara umum tata tertib sekolah mempunyai tujuan umum utama agara semua warga sekolah mengetahui apa tugas, hak dan kewajiban serta melaksanakan dengan baik sehingga kegiatan sekolah dapat berjalan dengan lancar (achmad munib 2004) 2
3 Tujuan tata tertib sekolah meliputi beberapa aspek didalamnya 1) Membentuk akhlak dan kepribadian siswa melalui penciptaan iklim dan budaya yang kondusif dalam menunjang proses pembelajaran 2) Membentuk dan membiasakan pelaksaan nilai nilai karakter sekolah 3) Melatih siswa untuk hidup tertib dan berakhlak muliah yang akan diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat 4) Memotivasi siswa untuk berprestasi yang dapat menjadikan sekolah yang berkualitas 5) Memonitor dan mengevaluasi perilaku siswa secara berkesinambungan untuk menjadikan pertimbangan dan penentuan kenaikan kelas, ketamatan belajar siswa. tata tertib adalah sebuah aturan yang dibuat berdasarkan polatingkah laku untuk mendidik anak supaya menjadi disiplin, dengan menaati peraturan tata tertib siswa secara tidak langsung didiki untuk menjadi orang yang bertanggung jawab di kemudian hari. Untuk itulah perlunya ketegasan dalam menjalankan aturan tata tertib, sekolah ataupun orang tua dituntun untuk membiasakan anaknya untuk menaati aturan aturan yang dibuat di lingkungan keluarga ataupun lingkungan sekolahan Tata tertib dibuat sebagai upaya memperlancar kegiatan belajar mengajar di sekolah dan pembentukan sikap siswa karena itu semua siswa dan seluruh komponen yang ada di sekolah wajib melaksanakan tata tertib sebaik mungkin. Ketidak disiplinan terhadap tata tertib dapat merugikadiri sendiri juga dapat merugikan orang lain, (slameto 1995). Menegaskan agar siswa dapat belajar lebih maju, siswa harus taat terthadap tata tertib. Dengan demikain bila siswa tidak taat terhadap peraturan tata tertib maka siswa tidak akan maju dalam prestasi belajar, Dalam kata lain prestasi belajar rendah. Siswa dalam jangka panjang disiapkan menjadi warga masyarakat ataupun 3
4 warga negara yang harus taat terhadap undang undang. Dimasa anak anak inilah siswa harus ditanamkan sikap taat terhadap tata tertib 2.2 Faktor penyebab pelanggaran tata tertib Perilaku pelanggaran tata tertib sekolah merupakan suatu hal penghambat tujuan yang dicapai dalam suatu kegiatan pendidikan. Perilaku tersebut dapat terjadi karena adanya suatu hal yang mempengaruhinya. (Priyantoanti 1994) menjelaskan kemungkinan penyebab perilaku pelanggaran tata tertib 1) Tidak begitu memahami kegunaan masing masing aturan atau tata tertib yang berlaku disekolah, aturan tersebut tidak didiskusikan dengan siswa sehingga siswa hanya terpaksa mengikutinya. 2) Siswa yang bersasngkutan terbiasa hidup bebas, baik di rumah maupun di masyarakat. 3) Tindakan yang dilakukan terhadap pelanggaran terlalu keras sehingga siswa mereaksi secara tidak wajar 4) Ciri khas perkembangan remaja yang agak sukar diatur tetapi belum dapat mengatur diri sendiri 5) Ketidak sukaan terhadap mata pelajaran tertentu dilampiaskan pada tidaknya disiplin melaksanakan tata tertib sekolah. Siswa memang awalnya akan sangat sulit menerima aturan aturan yang ditetapkan disekolahan tetapi untuk menciptakan proses belajar mengajar yang kondusif memang perlunya ketegasan dalam kepatuhan mentaati peraturan tata tertib sekolah. Terciptanya situasi belajar yang kondusif dimulai dari para siswa mentaati peraturan yang dibuat oleh sekolah. Pelanggaran kedisiplinan terhadap tata tertib sekolah seringkali disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal yang terdapat dalam diri sendiri dan faktor eksternal dari pengaruh lingkungan luar. Secara rinci dilihat dibawah ini 4
5 1) Faktor internal misalnya, rasa malas yang timbul dari dalam diri sendiri, kurangnya rasa tanggung jawab, ingin mencari perhatian, dan kurang religius 2) Faktor external misalnya, lingkungan keluarga atau orang tua yang kurang memperhatikan anak, orang tua yang bercerai, tinggal terpisah dengan orang tua, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat yang kurang baik juga sangatmempengaruhi pengaruh dalam meneggakan peraturan tata tertib memang sangat besar terutama pengaruh datang dari lingkungan terdekat yaitu keluarga. Keluarga merupakan tempat awal siswa belajar untuk melakukan suatu hal, jika dalam keluarga sudah menetapkan sebuah peraturan dan siswa mentaati, dalam mematuhi peraturan di sekolah siswa tidak akan mendapat kesulitan. Disini faktor terpenting dalam menegakan peraturan dan mendisiplinkan siswa. Bahwa pelanggaran tata tertib bukan faktor bawaan. Pelanggaran tata tertib sepenuhnya merupakan faktor ajar atau faktor pendidikan. Hal ini didukung oleh teori tabularasa, bahwa manusia lahir itu bagaikan kertas putih atau botol kosong. Akan menjadi sepertia apa tergantung pendidikan yang diberikan, (Prayitno 2004). Faktor disiplin atau tidak disiplin adalah faktor yang sangat mempengaruhi perilaku penggaran tata tertib sekolah (Gagne 2001) menjelaskan bahwa disiplin pada anak sudah mulai terbentuk apabila anak sudah dapat berperilaku sesuai dengan pola tingkah laku yang baik. Hal ini menguatkan bahwa disiplin itu bukan faktor bawaan. Setelah anak bertingkahlaku barulah ada dorongan disiplin atau tidak disiplin. Dorongan yang mempengaruhi disiplin di golongkan menjadi dua jenis. Dorongan yang pertama yang datang untuk berbuat disiplin. Dorongan yang kedua dorongan yang datang dari luar yaitu perintah atau 5
6 larangan. Faktor pendidikan yang mempengaruhi kedisiplinan siswa itu tidak hanya dari pendidikan formal saja, tetapi dari luar pengalaman hidup siswa, antara lain kondisi keluarga dimana orang tua tidak begitu memperhatiakn anaknya dan kurang harmonis, siswa mempunyai masalah disekolah dan pergaulan dalam lingkungan sosial yang kurang sehat, (Sekertarisnegara 1996). Menjelaskan kedisiplinan nasional bersumber dari masyarakat yang belum memahami pentingnya disiplin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bermartabat Masalah disiplin dan perilaku pelanggaran tata tertib juga di pengaruhi oleh faktor lingkungan atau teman bergaul. (Widodosupriyono 1990) yang menyatakan teman bergaul berpengaruh sangat besar dan lebih cepat masuk dalam jiwa anak. Apabila siswa tidak suka bergaul dengan mereka yang tidak pernah bersekolah, maka ia akan malas belajar dan sekolah, sebab cara hidup anak yang tidak bersekolah berlainan dengan anak yang bersekolah Mengetahui seberapa siswa dispilin atau tidak kita bisa melihat dari pendidikan dari usia dini yang di dapat oleh siswa. Sebagian besar orang tua memberikan pengertianya tentang arti disiplin bagi anaknya, tentunya orang tua berperan penting dalam hal penegakan aturan disiplin 2.3 Broken home Setiap keluarga mendambakan keluarga yang utuh dan harmonis, jauh dari pertengkaran atau perpecahan, namun setiap keluarga memiliki masalah dan masalah itu tidak datang begitu saja tetapi ada penyeba- penyebab. Penyebab utama dari broken home yaitu, perceraian yang terjadi akibat disorientasiantara suami dan istri, budaya saling mendiamkan, tidaka adanya 6
7 komunikasi antara suami dan istri, ketidak dewasaan sikap orang tua karen orang tua hanya memikirkan dirisendiri dari pada anak, alasan orang tua sibuk kerja dan kurangnya rasa tanggung jawab dlam keluarga. Broken homeberasal dari dua kata yaitu broken dan home. Broken berasal dari kata break yang berarti keretakan, sedangkan home mempunyai arti rumah atau rumah tangga (Hasan Shadily, 1996). Jadi broken home adalah keluarga atau rumah tangga yang retak. Hal ini dapat disebut juga dengan istilah konflik atau krisis rumah tangga. Ulwan (2002) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan keluarga broken home adalah keluarga yang mengalami disharmonis antara Ayah dan Ibu. Atriel (2008) juga mengatakan bahwa broken home merupakan suatu kondisi keluarga yang tidak harmonis dan orang tua tidak lagi dapat menjadi tauladan yang baik untuk anak-anaknya.hal tersebut bisa disebapkan karena perceraian, pisah ranjang atau keributan yang terus menerus terjadi dalam keluarga.willis (2009) mengatakan penyebab terjadinya keluarga broken home, ke tujuh faktor tersebut yaitu kurang atau putus komunikasi diantara anggota keluarga, sikap egosentrisme masing-masing anggota keluarga, permasalahan ekonomi keluarga, masalah kesibukan orang tua, pendidikan orang tua yang rendah, dan perselingkuhan.keluarga retak atau broken home dinamakan dengan istilah keluarga kacau. Keluarga kacau adalah keluarga kurang teratur dan selalu mendua.dalam keluarga ini cenderung timbul konflik (masalah), dan kurang peka memenuhi kebutuhan anak-anak.anak sering diabaikan dan diperlakukan secara tidak wajar atau kejam, karena kesenjangan hubungan antara mereka dengan orang tua.keluarga kacau selalu tidak rukun.orang tua sering berperilaku kasar terhadap relasi (anak). Orang 7
8 tua menggambarkan kemarahan satu sama lain dan hanya ada sedikit relasi antara orang tua dengan anak-anaknya. Anak terasa terancam dan tidak disayang. Penyebab utama, setiap keluarga mendambakan keluarga yang utuh dan harmonis, jauh dari pertengkaran ataupun perpecahan, namun setiap keluarga memiliki masalah dan masalah itu tidak datang begitu saja ada penyebab penyebab.(kehidupan anak keluarga broken home 2012) Penyebab utama terjadinya keluarga broken home 1. Perceraian terjadi akibat disorientasi antara suami dan istri dalam membangun sebuah keluarga. 2. Kebudayaan tidak berbincang atau diam dan tidak adanya komunikasi dan dialog antar anggota keluarga. 3. Ketidak dewasaan sikap orang tua, karena orang tua hanya memikirkan diri meraka dari pada anak. 4. Perang dingin didalam keluarga menyebabkan perselisihan dan rasa benci. 5. Kurang mendekatkan diri kepada tuhan yang membuat orang tua tidak dapat mendidik anaknya dari segi keagamaan. 6. Masalah ekonomi yang tidak jarang menjadi penyebab pertengkaran maupun berakhir dengan perceraian 7. Masalah pendidikan kurangnya pengetahuan suami ataupun istri terhadap keluarga mereka sendiri. 8. Orang tua kurang merasa tanggung jawab dengan alasan kesibukan, mereka hanya terfokus pada materi yang akan didapat dibandingkan dengan melaksanakan tanggung jawab didalam keluarga, Faktor faktor perceraian memanglah bukan permasalahn mudah untuk diselesaikan dalam banyak kondisi perceraian banyak sekali hal hal yang akan di korbankan tentunya hal ini akan berdampak besar bagi tumbuh kembang anak. Tetapi tidak semua anak akan mengalami hal sedemikian rupa. Tindal bagaimana anak akan mensikapi hal seperti ini 2.4 Dampak broken home pada siswa 8
9 Dampak psikologis, dalam setiap keluarga yang mengalami broken home biasanya akan berdampak kepada anak anaknya. Orang tuatidak pernah memikirkan konsekuensi dari tindakan yang mereka lakukan dampak paling utama yang akan melekat sampai anak itu dewasa adalah dampak psikologis. Secara umum siswa yang mengalami broken home memiliki (Nurmalasari, 2008) 1. Ketakutan yang sangat berlebih 2. Tidak mau berinteraksi terhadap sesama 3. Menutup diri dari lingkungan 4. Emosional 5. Sensitif 6. Tempramental 7. Labil, penerimaan dampak psikologis dari masing masing siswa berbeda tergantung usia atau tingkat perkembangan anak, Dampak bagi prestasi anak, akibat dari broken home juga mempengaruhi prestasi anak tesebut cenderung menjadi malas dan tidak memiliki motivasi untuk belajar. Terdapat perbedaan motivasi belajar dari antara siswa dari keluarga yang utuh dan siswa dari keluarga broken home. Motivasi belajar siswa dari keluarga broken home sangatlah rendah dibandingan dengan motivasi belajar dari keluarga yang utuh. Keluarga broken home membawa pengaruh yang signifikan terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa, (broto 2009). Dampak bagi perilaku remaja. Remaja broken home yang kurang perhatian self system dan self confident rendah sehingga anak cenderung mencari perhatian dari lingkungan biasanya dengan memberontak, melakukan bulliying, dan bersikap derduktif terhadap lingkungan, seperti merokok, free sex, dan minum minuman keras, (Nurmalasari 2003) 9
10 Penelitian mengenai perilaku siswa broken home adalah permasalahan sosial yang cukup populer dialami dari keluarga broken home diantaranya anak cenderung bersikap apatis, menarik diri atau sebaliknya, marah pada lingkungan, menjadi pembangkag, kasus kekerasan, tawuran pelajar, penyalah gunaan obat, bahkan sampai muncul pikiran untuk bunuh diri. Berdasarkan hasil peneitian (permatasari 2005). Siswa yang tumbuh dalam keluarga broken home lebih mudah terdorong melakukan tindakan bunuh diri dibandingkan dengan siswa yang tumbuh dari keluarga yang harmonis dan lengkap, (suara pembaharuan, 21 januari 2011). Kondisi keluarga broken home menjadi pemicu interaksi tidak sehat antara siswa dengan teman sebaya yang lain akan membuat peserta didik tidak mampu dalam mengelola tingkah laku sehinga berbuntut pada hal hal tragis seperti kasus tawuran pelajar dan pembunuhan. Pada tahun 2002 salah satu kasus yang terjadi Kasus pembunuhan yang dilakukan FT, siswa SMAN 70 terhadap siswa SMAN 6 saat tawuran di balungan jakarta selatan, FT adalah anak yang kurang mendapatkan perhatian dari kedua orangtuanya. Ketua divisi sosialisasi KPAI, Asrorun Ni am Sholeh menyatakan FT sudah lama berpisah dari orang tuanya, FT yang tingal di jakarta dan orang tuanya tinggal di bali, kurang perhatian dan kasih sayang dari orang tua di duga memicu tindakan FT untuk bebuat kekerasan., (okezone.com, 2012) Penelitian (Akbari 2007) menyatakan ketidakutuhan keluarga memberikan pengaruh yang negatif terhadap kesehatan kepribadian remaja sebesar 10,3% kesehatan pribadi remaja dipengaruhi oleh sebab sebab lain sebesar 89.7% misal keadaan fisik, intelegensi, teman sebaya dan kebudayaan. Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan berbagai dampak dapt timbul akibat 10
11 ketidak utuhan keluarga broken home yang dapat mempengaruhi seseorang individu dalam berbagai aspek kehidupan, baik probadi, sisial, akademik maupun kesehatan kepribadian. Berdasarkan wawancara dengan guru BK dan observasi di SMP 4 Ungaran mengemukakan. Perilaku pelangaran tata tertib yang dilakukan siswa dengan latar keluarga broken home sanagt bervariasi. Pelanggaran yang terjadi misalnya tentang kedisiplinan berpakain, sering membolos dalam kegiatan belajar, berkelahi dengan teman, terjadinya pemerasan uang, berperilaku kurang sopan terhadap guru dan siswa lainya hingga minum minuman keras pernah dilakukan siswa. 11
Definisi keluarga broken home menurut Gerungan (2009:199) adalah:
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi seorang anak, keluarga merupakan kelompok sosial pertama dan terutama yang dikenalnya. Pada pendidikan keluarga seorang anak tumbuh dan berkembang. Sumaatmadja
Lebih terperinci2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Penelitian Sekolah merupakan salah satu lembaga sosial yang memiliki peranan penting dalam mengembangkan pendidikan di dalam masyarakat. Sekolah sebagai organisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan salah satu kelompok di dalam masyarakat. Kehidupan remaja sangat menarik untuk diperbincangkan. Remaja merupakan generasi penerus serta calon
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional yaitu membangun kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan setiap individu yang terlibat di dalam pendidikan itu dituntut untuk mampu
Lebih terperincisaaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN
saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebab melalui pendidikan diharapkan dapat menghasilkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kenakalan remaja bukan merupakan permasalahan baru yang muncul kepermukaan, akan tetapi masalah ini sudah ada sejak lama. Banyak cara, mulai dari tindakan prefentif,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI PENELITIAN. Berdasarkan hasil Penelitian tentang pengaruh penerapan tata tertib
BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI PENELITIAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil Penelitian tentang pengaruh penerapan tata tertib sekolah terhadap tingkat kedisiplinan siswa menunjukkan bahwa kecenderungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemberian rangsangan pendidikan lebih lanjut (Depdiknas, 2011). Pendidikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya dunia pendidikan di Indonesia secara tidak langsung menuntut guru atau dosen untuk selalu mengembangkan keterampilan dan pola pikir.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang terikat dalam perkawinan yang sah. Dalam kehidupan bermasyarakat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia dalam kehidupannya. Kemajuan zaman memiliki nilai yang positif dalam kehidupan manusia, dimana pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Segala sesuatu untuk meraih kesuksesan memerlukan proses dan proses yang terjadi disebut proses belajar (Slameto 2010: 1). Menurut Mahmud (2010: 61), belajar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan keahlian
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan peradaban suatu bangsa erat hubungannya dengan pendidikan, adanya perubahan pendidikan yang bukan hanya sebagai sarana untuk menyampaikan ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, kecerdasan dan keterampilan manusia lebih terasah dan teruji dalam menghadapi dinamika kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan, yang bukan hanya dalam arti psikologis, tetapi juga fisiknya. Peralihan dari anak ke dewasa ini meliputi semua aspek perkembangan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS
5 2.1 Pengertian Perilaku BAB II KAJIAN TEORITIS Perilaku adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus dari luar oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya interaksi antara individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu. Interaksi yang utama dan paling sering terjadi adalah interaksi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari proses interaksi antar individu. Interaksi yang utama dan paling sering terjadi adalah interaksi dengan anggota keluarga.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga adalah salah satu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup bersama sebagai satu kesatuan atau unit terkecil masyarakat yang terjalin hubungan darah, ikatan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis penelitian Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang bermaksud untuk tentang apa yang dialami oleh subjek peneliti, misal perilaku, presepsi, motivasi. Tindakan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam. Dalam (Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003) Selain faktor yang berada dalam diri peserta didik, untuk dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan dasar yang penting untuk kemajuan bangsa, karena dengan adanya pendidikan sebuah bangsa akan mencapai kemajuan, baik dalam pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam setiap kehidupan sosial terdapat individu-individu yang memiliki kecenderungan berperilaku menyimpang dalam arti perilakunya tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai
Lebih terperinciKONSEP DIRI SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME
JURNAL KONSEP DIRI SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME ( STUDI KASUS SISWA KELAS VII DI UPTD SMP NEGERI 1 MOJO KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 ) THE CONCEPT OF SELF STUDENTS WHO COME FROM A BROKEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan, sebab seseorang tidak bisa dikatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana individu tersebut hidup.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai pengaruh yang sangat besar dan dinamis dalam kehidupan manusia di masa depan. Pendidikan dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu fenomena yang menarik pada zaman modern di Indonesia adalah pemahaman dan implementasi tentang nilai-nilai moral dalam kehidupan masyarakat kita yang semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang pendidikan, maka berbicara pula tentang perkembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara tentang pendidikan, maka berbicara pula tentang perkembangan peradaban manusia. Pendidikan berlangsung bagi siapa pun, kapan pun, dan dimana pun. Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu proses kegiatan berfungsi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Keberhasilan dalam dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara (Undang-Undang No. 20 Tahun 2003) informal dapat melalui keluarga dan lingkungan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
Lebih terperinciTujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3) menyatakan bahwa Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kasus perceraian di Indonesia saat ini bukanlah menjadi suatu hal yang asing
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kasus perceraian di Indonesia saat ini bukanlah menjadi suatu hal yang asing lagi untuk diperbincangkan. Jumlah perceraian di Indonesia menunjukkan adanya peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa yang meliputi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. asing bisa masuk ke negara Indonesia dengan bebas dan menempati sector-sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memasuki era globalisasi ini membawa Indonesia dalam tantangan yang berat, khususnya dalam sektor tenaga kerja. Sebab pada era globalisasi ini tenaga kerja asing bisa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 KONTEKS MASALAH Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia yang tidak akan pernah terlepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Kita mengetahui bahwa manusia merupakan makhluk yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. faktor yang secara sengaja atau tidak sengaja penghambat keharmonisan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sebuah hubungan rumah tangga tentunya tidak selamanya berjalan baik sesuai dengan apa yang telah kita inginkan, namun ternyata ada beberapa faktor yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Istilah pendidikan sudah tidak asing lagi bagi manusia, Pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah pendidikan sudah tidak asing lagi bagi manusia, Pendidikan memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan dapat diperoleh melalui belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prilaku remaja pada hakekatnya adalah suatu aktivitas pada remaja itu sendiri, prilaku juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial
BAB II TINJAUAN TEORI A. Kenakalan Remaja 1. Pengertian Kenakalan Remaja Kenakalan remaja (juvenile delinquency) mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan dan sangat menentukan bagi perkembangan serta kualitas diri individu dimasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penjas menekankan adanya realisasi nilai-nilai yang diajarkan dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani tidak hanya mengedepankan pengetahuan yang digambarkan dengan kemampuan siswa memahami materi pelajaran penjas. Penjas menekankan adanya realisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keluarga merupakan sistem sosialisasi bagi anak, dimana anak mengalami pola disiplin dan tingkah laku afektif. Walaupun seorang anak telah mencapai masa remaja dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja
BAB I PENDAHALUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah fase kedua dalam kehidupan setelah fase anak-anak. Fase remaja disebut fase peralihan atau transisi karena pada fase ini belum memperoleh status
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Dunia ini tidak pernah lepas dari kehidupan. Ketika lahir, sudah disambut
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dunia ini tidak pernah lepas dari kehidupan. Ketika lahir, sudah disambut oleh kasih sayang dan cinta orang tua yang siap berkorban apa saja agar bisa memberi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan kehadiran orang lain untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang sering terjadi pada masa remaja yaitu kasus pengeroyokan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah yang sering terjadi pada masa remaja yaitu kasus pengeroyokan ataupun kasus tawuran dan keributan antara pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) yang pada akhirnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anugerah manusia sebagai mahluk sosial, baik secara internal ( sosial untuk
BAB I PENDAHULUAN E. Latar Belakang Masalah Kepribadian merupakan hal penting bagi setiap manusia, karena dari kepribadian itulah setiap perilaku dan aktivitas manusia bisa dinilai, apakah baik atau buruk,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal di Indonesia merupakan rangkaian jenjang pendidikan yang wajib dilakukan oleh seluruh warga Negara Indonesia, di mulai dari Sekolah Dasar
Lebih terperinciLINGKUNGAN DAN LEMBAGA PENDIDIKAN. a. Tempat (lingkungan fisik): keadaan iklim. Keadaan tanah dan keadaan alam
LINGKUNGAN DAN LEMBAGA PENDIDIKAN Lingkungan Lingkungan menurut Sartain (ahli psikologi Amerika) meliputi kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang primer dan fundamental. Pengertian keluarga disini berarti nuclear family
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan kesatuan yang terkecil dalam masyarakat, tetapi menempati kedudukan yang primer dan fundamental. Pengertian keluarga disini berarti nuclear
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Pentingnya kehidupan keluarga yang sehat atau harmonis bagi remaja
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pentingnya kehidupan keluarga yang sehat atau harmonis bagi remaja khususnya mahasiswa ini turut andil dalam keseharian remaja. Dalam keluarga yang sehat dapat mengajarkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dan lingkungan sekitarnya. Sebagai makhluk sosial, manusia diharapkan mampu mengatasi segala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diharapkan menjadi cerdas, terampil, dan memiliki sikap ketakwaan untuk dapat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak adalah harapan dan merupakan aset keluarga dan bangsa, anak diharapkan menjadi cerdas, terampil, dan memiliki sikap ketakwaan untuk dapat digunakan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil uji hipotesis, hasil wawancara, hasil dokumentasi, dan
151 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil uji hipotesis, hasil wawancara, hasil dokumentasi, dan hasil observasi dari temuan di lapangan, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap anak apabila dapat memilih, maka setiap anak di dunia ini akan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap anak apabila dapat memilih, maka setiap anak di dunia ini akan memilih dilahirkan dalam keluarga yang harmonis, hangat, dan penuh kasih sayang. Keluarga demikian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Kedisiplinan sangat penting diterapkan dalam lembaga pendidikan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kedisiplinan sangat penting diterapkan dalam lembaga pendidikan dan dibutuhkan oleh setiap siswa. Disiplin yang dimiliki siswa akan membantu siswa itu sendiri dalam
Lebih terperincimemajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa banyak perubahan di seluruh aspek kehidupan manusia. Pada masa sekarang ini sangat dibutuhkan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan orang lain. Kehidupan manusia mempunyai fase yang panjang, yang di dalamnya selalu mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Makna hidup (the meaning of life) adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makna hidup (the meaning of life) adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan
Lebih terperinciPOLA ASUH KELUARGA BROKEN HOME DALAM PROSES PERKEMBANGAN ANAK DI DESA SUMBEREJO, KECAMATAN MADIUN, KABUPATEN MADIUN ABSTRAK
1 POLA ASUH KELUARGA BROKEN HOME DALAM PROSES PERKEMBANGAN ANAK DI DESA SUMBEREJO, KECAMATAN MADIUN, KABUPATEN MADIUN ABSTRAK Oleh: Santi Puspita Sari dan Poerwanti Hadi Pratiwi, M.Si Keluarga tidak akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menuntut perhatian serius bagi orang tua yang tidak menginginkan anak-anaknya. tumbuh dan berkembang dengan pola asuh yang salah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keluarga mempunyai peranan penting dalam pembentukan kepribadian anak dalam hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja mengalami peralihan dari masa anak-anak dan menuju masa dewasa. Dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Remaja mengalami peralihan dari masa anak-anak dan menuju masa dewasa. Dalam proses peralihan tersebut, masa remaja ditandai dengan berbagai perubahan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga itu adalah yang terdiri dari orang tua (suami-istri) dan anak. Hubungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengasuh anak merupakan tugas orang tua dalam sebuah keluarga yang berada di lingkungan masyarakat. Di dalam keluarga merupakan tempat utama, dimana anak berkembang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pada bab terakhir ini, peneliti akan mengemukakan beberapa kesimpulan hasil dari penelitian tentang moralitas pergaulan mahasiswa pendatang yang tinggal di lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perceraian merupakan kata yang umum dan tidak asing lagi di telinga masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi trend, karena untuk menemukan informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekuatan seseorang dalam menghadapi kehidupan di dunia ini berawal dari keluarga. Keluarga merupakan masyarakat terkecil yang sangat penting dalam membentuk
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN 1. Penelitian ini membuktikan bahwa keluarga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kedisiplinan anak dalam melaksanakan norma-norma sekolah, dalam hal ini adalah
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH.
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang
BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas tentang: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Rumusan Masalah, (3) Pembatasan Masalah, (4) Tujuan Penelitian, (5) Manfaat Penelitian, (6) Penegasan Isilah. 1.1 Latar Belakang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap tidak sopan dan tidak bertanggung jawab terhadap tindakannya. Hal ini bisa dilihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori usia remaja yang tidak pernah lepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1.Latar Belakang Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat dari sekolah bagi siswa ialah melatih kemampuan akademis siswa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan terpenting bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lingkungan pertama dan terpenting bagi perkembangan penyesuaian diri individu. Keluarga juga merupakan lingkungan sosial yang sangat dekat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan merupakan usaha sadar agar manusia dapat mengembangkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha sadar agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan/atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil pembahasan pada bab IV, oleh peneliti rumuskan suatu. kesimpulan, kesimpulan umum dan kesimpulan khusus.
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dari hasil pembahasan pada bab IV, oleh peneliti rumuskan suatu kesimpulan, kesimpulan umum dan kesimpulan khusus. A. Kesimpulan Umum Berdasarkan hasil penelitian yang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan baik berdasarkan hasil observasi maupun wawancara secara langsung kepada narasumber, maka dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dianggap sebagai masa labil yaitu di mana individu berusaha mencari jati dirinya dan mudah sekali menerima informasi dari luar dirinya tanpa ada pemikiran
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Disiplin Belajar 1. Pengertian Disiplin Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang keberhasilan siswa di kelas maupun di sekolah. Ini bertujuan agar siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah Remaja dipandang sebagai periode perubahan, baik dalam hal fisik, minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dilaksanakan secara tertib dan terencana yang bertujuan untuk
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Sekolah merupakan tempat penyelenggara proses kegiatan pendidikan yang dilaksanakan secara tertib dan terencana yang bertujuan untuk mendidik, mengembangkan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai upaya peningkatan sumber daya manusia {human resources), pada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menghantarkan siswa atau peserta didik agar mampu menghadapi perubahan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Latar Belakang Sekolah yang merupakan suatu sarana pendidikan diharapkan dapat menghantarkan siswa atau peserta didik agar mampu menghadapi perubahan jaman.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah generasi masa depan, penerus generasi masa kini yang diharapkan mampu berprestasi, bisa dibanggakan dan dapat mengharumkan nama bangsa pada masa sekarang
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang yang berada dalam lingkungan kehidupan tertentu. 1 Tingkah laku seseorang yang menggambarkan baik dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini memiliki peran yang sangat penting dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada saat ini memiliki peran yang sangat penting dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Didalam UU No.20/2003 tentang sistem pendidikan
Lebih terperinciBAB XII PERILAKU MENYIMPANG
BAB XII PERILAKU MENYIMPANG A. Pengertian Perilaku Menyimpang Perilaku menyimpang dapat terjadi di mana-mana dan kapan saja, baik di rumah, di sekolah maupun di masyarakat. Banyak faktor atau sumber yang
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERAN GURU PAI BAGI PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH YMI WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN
74 BAB IV ANALISIS PERAN GURU PAI BAGI PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH YMI WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN A. Analisis Karakter Siswa di Madrasah Tsanawiyah YMI Wonopringgo Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa remaja ini mengalami berbagai konflik yang semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah besar budaya yang berbeda. Siswanya sering berpindah berpindah dari satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peserta didik merupakan aset suatu negara yang nantinya akan menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peserta didik merupakan aset suatu negara yang nantinya akan menjadi generasi penerus bangsa yang diperlukan untuk melanjutan sistem pemerintahan demi memajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu faktor yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat dan bangsa. Negara berkembang seperti Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak pernah dikenalkan pada aturan maka akan berperilaku tidak disiplin
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kedisiplinan sangat penting diterapkan dalam lembaga pendidikan dan dibutuhkan oleh setiap siswa. Keluarga merupakan salah satu panutan utama dalam penanaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
Lebih terperinciKODE ETIK PESERTA DIDIK SMP NEGERI 12 KOTA SERANG
KODE ETIK PESERTA DIDIK SMP NEGERI 12 KOTA SERANG BAB I PENDAHULUAN A. PENGERTIAN UMUM Kode Etik [Standar Prilaku] Peserta didik SMP Negeri 12 Kota Serang adalah pedoman tertulis yang merupakan standar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. dalam maupun luar negeri mudah diakses oleh setiap individu, khususnya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pada zaman sekarang ini, kemajuan melaju pesat diberbagai bidang khususnya bidang IPTEK. Hal ini membuat berbagai informasi baik dari dalam maupun luar negeri
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum Bersadarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti selama dilapangan dapat disimpulkan bahwa sekolah merupakan lembaga pendidikan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ke arah positif maupun negatif, maka intervensi edukatif dalam bentuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja (adolescence) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial emosional.
Lebih terperinci