BAB I PENDAHULUAN. Assosiation Southeast Asian Nations (ASEAN) dibentuk sebagai organisasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Assosiation Southeast Asian Nations (ASEAN) dibentuk sebagai organisasi"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Assosiation Southeast Asian Nations (ASEAN) dibentuk sebagai organisasi regionalis untuk mengupayakan penyelesaian sengketa kawasan Asia Tenggara dengan mekanisme damai. Hal tersebut tertera dalam ASEAN Charter yang menjadi tujuan berdirinya ASEAN tahun 1965, To maintain and enhance peace, security and stability and further strengthen peace-oriented values in the region. Bahwa ASEAN digunakan sebagai alat pemeliharaan dan meningkatkan perdamaian, keamanan dan stabilitas kawasan Asia tenggara. 1 Stabilitas yang ingin diwujudkan berdasakan faktor ekternal dan internal ASEAN. Factor eksternal melalui pencegahan bahaya yang muncul dari kekuatan diluar ASEAN dengan cara meningkatkan kerjasama dibidang politik, keamanan, ekonomi dan social budaya. ASEAN memiliki misi menjadikan kawasan Asia Tenggara yang bebas dari persenjataan nuklir, dan senjata pemusnah massal lainya. Sedangkan faktor internal, perdamaian kawasan yang dicita-citakan oleh ASEAN tidak lepas dari sejarah dinamika Negara-negara Asia Tenggara yang acap kali bersengketa dan menyelesaikanya dengan angkat senjata, baik itu sebelum perang dingin maupun sewaktu perang dingin. Thailand dan Kamboja dimasa lalu juga berkonflik, Thailand yang masih menjadi kerajaan Ayutthaya memerangi Angkor Wat (Kamboja). Perselisihan diantaranya kedua masih berlanjut sampai era ini, berulang kali Thailand dan Kamboja mengangkat senjata dalam konflik perebutkan candi Preah Vihear sejak The ASEAN Secretariat Charter of the Association South-East Asia Nations. Diakses dari tanggal 17 Juli 2013.

2 Pada tahun 2008, sengketa Thailand dan Kamboja kembali memanas dan terlibat kontak senjata hingga menelan 2 korban jiwa dari tentara Kamboja dan melukai lima Tentara Thailand. Tentara Thailand dan Tentara Kamboja selama dua jam di perbatasan, pada Rabu, 15 Oktober selain itu, Dua Negara serumpun Indonesia dan Malaysia juga pernah berkonflik senjata dalam konfrontasi Indonesia-Malaysia ( ). Sejak pendirian ASEAN sebagai organisasi regionalism Negara-negara Asia Tenggara, diharapkan dapat memaksimalkan penyelesaian sengketa dengan cara damai. Ide regionalism itu sendiri muncul dari kalangan liberalis yang dituangkan dalam konsep liberal institusionalis, kata kunci regionalism adalah kerjasama, integrasi dan perdamaian. Konsep ini melahirkan asumsi bahwa institusi regional menjadi syarat untuk mewujudkan integrasi yang komperhensif dan mendatangkan perdamaian kawasan. Meskipun demikian, ada anggapan lain yang mengatakan sejarah berdirinya regionalisme dikawasan Asia Tenggara bukan semata karena asumsi liberalis institusional, melainkan karena untuk membendung pengaruh Blok Timur yang terjadi selama perang dingin 3. ASEAN memiliki beberapa mekanisme penyelesaian konflik, diantaranya ASEAN Regional Forum (ARF), Treaty of Amity and cooperation (TAC), prosedur High council TAC in South East Asia. Saat KTT ke-18 di Phon Pen, Kamboja, negara-negara ASEAN telah menyepakati usulan Indonesia membentuk The ASEAN Institute of Peace and Reconciliation (AIPR). AIPR merupakan blueprint dari The ASEAN Political- Security Comunity (APSC) tahun AIPR sekaligus menjadi lembaga baru sekaligus 2 Kompas.co.id. Tentara Kamboja vs. Thailand, 2 Tewas. 16 Oktober 2008 diakses dari tanggal 25 Juli Bambang Cipto, 2006, Hubungan Internasional di Asia Tenggara : Teropong Terhadap Dinamika, Realitas dan Masa Depan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Hal 28.

3 penyempurna TAC 4. ARF dibentuk pada tahun 1994, ARF merupakan forum kerjasama pertama yang membahas isu keamanan dan politik asia pasifik. Keanggotaan forum ini tidak hanya Negara dari kawasan Asia Tenggara, tetapi mencakup Asia Pasifik, Eropa dan Amerika, saat ini keanggotaanya berjumlah 27 negara. ARF di hadiri oleh para mentri luar negeri dan pejabat elit politik hubungan luar negeri lainya. ARF menghendaki penyelesaian sengketa isu keamanan dan politik dengan cara diplomasi keamanan, mengurangi rasa curiga antar Negara anggota untk meningkatkan kerjasama dan integrasi untuk menunjang perdamaian kawasan 5. TAC juga merupakan forum yang membahas tentang isu keamanan dan politik, yang membedakan adalah TAC merupakan dewan agung penyelesainya tidak seperti ARF yang berusaha mencegah terjadinya konflik. Anggota TAC juga hanya meliputi kesepuluh Negara tetap ASEAN saja. TAC berisi tentang rule of conduct bagaimana anggota ASEAN harus berprilaku dalam kerjasama kawasan. Jika ada konflik terjadi diantara Negara ASEAN, maka tugas TAC adalah memberikan saran penyelesaian konflik, menekankan penyelesaian damai terhadap Negara bersengketa dan berhak mengadakan sebuah penyelesaian hukum atas sengketa kawasan. Kedua ASEAN way tersebut sudah lama dilaksanakan dan berhasil meredam beberapa ketegangan di kawasan Asia Tenggara. Meskipun, dalam beberapa sengketa mengesankan bahwa kedua mekanisme tersebut belum efektif. Kesan itu terbukti pada beberapa sengketa Indonesia- Malaysia sewaktu bersengketa soal pulau Sipadan dan Lingitan yang diselesaikan di Peradilan Internasional. AIPR dimaksudkan untuk menyempurnakan kedua ASEAN 4 Makarim Wibisono, Meraih Kembali Keutuhan ASEAN Kompas (20/11/2012) 5 Kemenlu.co.org, diakses dari tanggal 23 februari 2014.

4 ways yang tidak hanya mengandalkan pejabat elit politik sebagai agen penyelesaian konflik namun juga melibatkan civil society, akademisi, peneliti. AIPR tentunya memang tidak memiliki kekuatan hukum kuat layaknya TAC namun sebagai mesin penggerak alternative penyelesaian konflik. Disamping bertumbuhnya mekanisme damai di kawasan Asia Tenggara, Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) pada Maret 2012 merilis laporan yang menyebutkan bahwa impor senjata yang dilakukan oleh negara-negara di Asia Tenggara meningkat 185% selama tahun 2007 sampai Fenomena arm transfer yang terjadi diantara Negara ASEAN selanjutnya disebut sebagai pembangunan kekuatan militer ( arms build-up), yaitu peningkatan atau modernisasi persenjataan melalui penyesuaian kuantitas maupun kualitas sistem militer yang telah dimiliki oleh sebuah negara. Untuk selanjutnya istilah arms build-up menggunakan kata modernisasi postur militer atau persenjataan. Memfokuskan perhatian pada Indonesia misalnya, Indonesia membangun visi sebagai macan asia dalam konteks pertahanan. Untuk memenuhi visi sebagai negara yang berada digarda terdepan ASEAN, Tentara Nasional Indonesia menerapkan sistem Minimum Essensial Force (MES) yang targetnya dicapai pada tahun Tidak hanya Indonesia, Malaysia juga memodernisasi persenjataannya. Menggunguli konsep TNI, Malaysia sudah meniru Amerika pakai National Missile Defense (NMD) tidak lagi MES. Persenjataan tercanggih Malaysia adalah Rudal Nasionalnya, dan dua kapal selam canggih Scorpene. Sementara Singapura telah mencanangkan pembelian 15 pesawat tempur lagi, dan manambah armada militer. Saat 6 Stockholm International Peace Research Institute, Trends In International Arms Transfers, 2011 (online), < Maret 2012, diakses 03 Januari 2013

5 ini, di level dunia singapura menempati urutan kelima sebagai importir senjata. Alokasi dana militer singapura dua kali lipat lebih banyak dari Negara lainya di Asia Tenggara 7. Vietnam pun menambah enam kapal Selam Kilo dan jet tempur dari Rusia. Dan Thailand pun berencana membeli sejumlah kapal selam dan pesawat militer Gripen dari perusahaan Swedia, Saab AB. Dinamika ini dapat digambarkan dalam tabel berikut ini sampai tahun ; Sumber : SIPRI The Military Expenditure Database 8 Grafik diatas menunjukan besaran upaya pembelian senjata yang dilakukan oleh Negaranegara ASEAN (tanpa Myanmar) periode tahun Berdasarkan grafik diatas, Indonesia, Singapura, Malaysia, dan Thailand, memiliki budget militer yang cenderung 7 Viva News, Asia Tenggara Mulai Agresif Beli Senjata, 2012, asia-tenggara-mulai-agresif-beli-senjata,diakses 28 Desember Stockholm International Peace Research Institute, Trends In International Arms Transfers, 2011 (online), < Maret 2012, diakses 03 Januari 2013

6 meningkat dari tahun ke tahun. Berbeda dengan Kamboja, Vietnam, Laos, filipina, dan Brunei Darussalam yang cenderung stabil dan daya belinya rendah. Lonjakan pembelian senjata singapura meningkat pesat pada 1994 (tiga ribuan miliyar dollar AS) 1998 (enam ribu miliyar dollar AS), hamper dua kali lipatnya dan terus meningkatkan belanja senjatanya hingga 2008 (tujuh ribuan milyar dollar AS). Diantara Negara di Asia Tenggara lainya, Singapura menjadi Negara yang memiliki angka tertinggi pengimpor senjata. Sedangkan Thailand memiliki kecenderungan menurunkan belanja senjata di tahun 1996 (empat ribuan milyar dollar AS) (dua ribuan milyar dollar AS), dan kembali meningkat sejak tahun Kondisi yang sama juga dialami Indonesia, penurunan belanja senjata terjadi di rentan tahun , dan meningkatkan kembali belanja senjatanya di tahun Kemiripan kondisi Indonesia dan Thailand merujuk pada imbas dari krisis finansial Asia dan krisis politik domestik yang diaalami kedua Negara diperiode itu. Meskipun mengalami krisis finansial Asia, namun daya beli senjata Malaysia cenderung stabil hanya mengalami penurunan pada tahun 1998 dan 2000 saja. Filipina cenderung stabil menghasbiskan kisaran seribu sampai seribu lima ratus milyar dollar AS. Vietnam cenderung fluktuatif, dan terus meningkat dari tahun 2002 sampai tahun 2008 (0 -dua ribuan milyar dollar AS). Sedangkan Kamboja, Laos, dan Brunei Darussalam cenderung stabil dengan belanja militer dibawah seribu milyar dollar AS. Disaat yang sama, ASEAN mengupayakan evolusi organisasinya untuuk perdamaian kawasa. Ada beberapa pihak yang optimis dengan upaya pembangunan perdamaian ASEAN, namun tidak sedikit juga yang pesimis. Pihak yang optimis diantaranya pemuka Negara-negara ASEAN yang menandatangani piagam pembentukan TAC maupun AIPR, dan dukungan pembangunan perdamaian juga datang dari Uni

7 Eropa. Sedangkan pihak yang pesimis diantaranya beberapa cendikiawan, diantaranya Roy Chaundhary, dan Andi Widjajanto. Melihat dua paradigm berbeda tersebut, jika dilihat dari sudut pandang realis maka struktur sistem internasional yang anarki dan tidak adanya kekuasaan sentral yang bisa mengendalikan tatanan dunia, Kondisi ini akan selalu menciptakan suatu kebutuhan terhadap senjata agar mereka tetap survive melindungi diri mereka sendiri dan mengimbangi negara lainnya. Dengan demikian, negara dengan kekuatan yang lebih besar akan cenderung mempunyai pengaruh lebih besar pula. 9 Maka, Tesis ini akan meneliti dampak dinamika persenjataan terhadap mekanisme damai yang di canangkan oleh ASEAN. Selama 45 tahun ASEAN menciptakan kondisi damai, namun dengan kondisi perpolitikan dunia yang berubah semakin pelik akankah kondisi tersebut masih akan kondusif? apakah dinamika persenjataan ini akan mengancam perdamaian ataupun sebaliknya yakni menguatkan perdamaian? B. Rumusan Masalah Dari rumusan latar belakang diatas, maka penelitian ini akan menjawab persoalan tersebut dengan dua pertanyaan pokok penelitian yakni 1. Mengapa Negara-negara ASEAN melakukan modernisasi postur militer mereka masing-masing? 2. Bagaimana implikasi modernisasi postur militer tersebut terhadap perdamaian di Kawasan Asia Tenggara? 9 Budi Winarno, 2011, Isu-isu Global Kontemporer, Caps, Jakarta, p.118.

8 C. Revieu Literatur Secara eksplisit, belum ada literatur yang membahas dampak dinamika persenjataan negara-negara ASEAN terhadap perdamaian kawasan yang diintrepetasikan melalui mekanisme damai melalui ARF, TAC, dan AIPR. Namun, ada banyak sekali pembahasan dua variabel tersebut secara terpisah. Dalam rencana penelitian ini, penulis menemukan beberapa literatur yang relevan dengan judul dan pertanyaan penelitian. Literature dari Tesis, Modernisasi Kekuatan Militer Singapura ( ) : Motif dan Respon Stratgis 10 dan Analisis Kritis Terhadap Konsep Security Dilemma 11. Pertama, Tesis Modernisasi Kekuatan Militer Singapura ( ) : Motif dan Respon Stratgis yang disusun oleh Yuda Kurniawan (2009). Bab III dari tesis ini berisi tentang pembangunan persenjataan militer di Asia Tenggara dan motivasi dalam membangun kapabilitas militernya. Tentu saja bab ini sangat membantu tesis ini untuk menjawab pertanyaan pertama penelitian, yakni mengapa keenam Negara objek penelitian melakukan modernisasi postur militer? namun tidak semua data dari tesisi ini diambil mengingat waktu dari data yang digunakan sudah terlalu lama, sedangkan penelitian ini ingin melihat kondisi Asia Tenggara terkini. Namun melalui data-data yang dipaparkan dalam tesis yang ditulis oleh Yuda Kurniawan menjadi reverensi bahwa geliat modernisasi postur militer itu telah ada sejak 1970-an. Dalam hal motivasi Negara-negara Asia Tenggara dalam membangun kapabilitas militer, tesis ini mengajukan enam motivasi. Yaitu, konflik bilateral dan sengketa antar Negara Asia Tenggara, konflik antar regional, pertumbuhan ekonomi, perlindungan terhadap ZEE, kemajuan tekhnologi militer, dan kondisi keamanan dalam 10 Yuda Kurniawan Modernisasi Kekuatan Militer Singapura ( ) : Motif dan Respon Stratgis. UGM. Yogyakarta. 11 Ulfa Hamdi Analisis Kritis Terhadap Konsep Security Dilemma. UGM. Yogyakarta.

9 negeri. Penulisan tesis ini menggunakan konsep deterrence untuk menjelaskan tentang modernisasi postur militer Singapura. Hal ini juga menjadi hal pembeda antara tesis Yuda Kurniawan dan penelitian ini. Dalam penelitian ini, akan lebih focus kepada security dilemma yang dimunculkan akibat stagnanisasi ASEAN, musuh serumpun akibat sejarah masa silam dan memanasnya sengketa Laut Cina Selatan. Modernisasi persenjataanpun akan dibahas secara detail senjata modern apa yang dimiliki tiap-tiap Negara rentang waktu dekat ini guna meninjang upgrade senjata yang tentunya berbeda dengan peneilitian Yuda Kurniawan yang menggunakan rentang waktu Tesis ini menggunakan rentang yang sudah cukup lama dan hanya berfokus kepada Singapura, maka tesis ini tidak dapat dijadikan referensi utama. Kedua, tesis Analisis Kritis Terhadap Konsep Security Dilemma yang disusun oleh Ulfa Hamdi (2011). Tesis ini sangat membantu penulis dalam memahami pengertian security dilemma, meskipun demikian penelitian ini tidak banyak mengutip isi tesis ini, karena tesis ini bersifat analitis terhadap teori bukan bagaimana operasional teori ini. Sehingga penelitian ini menggunakan tesis yang dituis Ulfa Hamdi untuk menelusuri ragam defenisi security dilemma dan referensi aslinya. Pertama, buku The Security Dilemmas Of Southeast Asia karangan Alan Collins,. buku ini adalah hasil penelitianya untuk mendapatkan gelar PhD di British Academic. Konten buku ini berisi 3 bab, bab pertama security dilemma di dalam negeri ASEAN, bab kedua security dilemma antar Negara ASEAN dan bab ketiga state-induced security dilemma. sebagian besar isi buku ini sangat relevan menjadi referensi tesis ini. Diantara pembahasan mengenai security dilemma antar Negara ASEAN, ASEAN s security dilemma dan ASEAN, the China threat and the south China Sea dispute. dalam bab dua Buku ini menyatakan bahwa penyebab security dilemma antar Negara ASEAN karena

10 (a) persoalan sengketa perbatasan (b) munculnya security complex karena historikal konflik antar negara, prediksi abstrak kekuatan Negara lainya dan paradok aksi hubungan Negara antar anggota ASEAN. Buku ini memiliki corak berbeda dengan memasukan etnik dalam unsur faktor dilemma keamanan di Asia Tenggara. Hal ini sangat jelas terlihat pada konflik Myanmar, Thailand, dan Kamboja. Tiga Negara yang memiliki rentetan konflik di sejarah. Artikel Interpreting Recent Military Modernizations In Southeast Asia: Cause For Alarm Or Business As Usual? 12. Dalam artikel ini disampaikan secara jelas gambaran data modernisasi postur militer antar negara anggota ASEAN dari budget hingga kekuatan militernya durasi waktu Artikel ini berpendapat we must avoid coming to the conclusion that a potentially destabilizing arms race is under way. Dinamika persenjataan di Asia Tenggara tidak berbahaya bagi negara lainya. motivasi modernisasi kekuatan militer karena melindungi akses eknomi dan pertahanan negara semata. Artikel ini khusus membahas Militeristik Singapura yang dinyatakn modernisasi kekuatan militernya hanya untuk melindungi negara singa putih tersebut dari berbagai ancaman keamanan namun bukan untuk melakukan detterence kepada negara Malaysia maupun Indonesia. Dari literatur yang penulis reviu, ada banyak data yang sangat menunjang dalam penelitian ini. Mulai dari sejarah pembentukan ASEAN, latar belakang, jejak rekam dinamisnya ASEAN, sekaligus kontradiksi realita AIPR dan kondisi empiris ASEAN dalam penelitian ini. Meskipun demikian, penulis tidak mendapati pembahasan mengenai dampak pembanggunan kekuatan militer pada perdamaian kawasan dari sudut pandang realisme. 12 Tjin-Kai, MAJ Ooi, Interpreting Recent Military Modernizations In Southeast Asia: Cause For Alarm Or Business As Usual?, Journal Of The Singapore Armed Forces, vol. 38 No.1, 24 Mei 2012, p 13.

11 Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian ini dengan harapan dapat mengambarkan dan memberikan informasi mengenai dampak pembanggunan kekuatan militer bagi masa depan perdamaian kawasan yang belum banyak ditemukan dalam berbagai literatur. D. Kerangka Dasar Berpikir Secara umum, metodologi dipahami sebagai sebuah studi logis dan sistematis tentang prinsip-prinsip yang mengarahkan pada penelitian ilmiah. Untuk menjawab pertanyaan penelitian, metodologi yang akan digunakan adalah perspektif realis dengan menggunakan konsep security dilemma untuk menjawab pertanyaan penelitian pertama dan konsep balance of power untuk menjawab pertanyaan penelitian kedua. Dalam pemikiran realis, perdamaian dipandang secara negatif. Perdamaian adalah ketiadaan perang atau jeda waktu antara perang satu ke perang lainya. Hubungan antara kekuasaan, keamanan dan perdamaian adalah erat. Bagi realis, keamanan adalah berkaitan dengan negara. Negara akan lebih aman jika negara tersebut memastikan keberlangsungan kedaulatan negara dalam sistem internasional 13. Hubungan antara perdamaian dan keamanan tidaklah sederhana. Bagi kaum realis, keamanan adalah berkaitan kelangsungan hidup negara dengan menjamin keselamatan diri mereka dengan kekuatan-kekuatan militer mereka sendiri, perimbangan kekuasaan. Perimbangan kekuasaan menghadirkan harapan yang cukup beralasan untuk menjaga keamanan dan merasa aman dalam tatanan anarki dunia internasional, dimana dunia internasional tidak menegakkan hukum sehingga setiap negara harus menjamin keamanan negara mereka sendiri dan tidak bergantung pada negara lain. Meskipun perimbangan kekuatan terhadap negara lain sangat mungkin mengundang perang, 13 Steans Jill, dan Lloyd Pettiford, International Relations : Perspective and Themes edisi Bahasa Indonesia Hubungan Internasional; Perspektif dan Tema, diterjemahkan oleh Deasy Silvya Sari, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2009, P. 69.

12 dan penakhlukan namun itu akan lebih baik daripada negara lain yang akan menyerang. Menciptakan institusi seperti Liga Bangsa-Bangsa ( LBB) bahwa negara akan bekerjasama adalah hal yang sia-sia karena kerjasama itu berpotensi gagal. 14 Dalam konteks kerjasama kawasan, perspektif realis memandang bahwa masalah keamanan regional tidak dapat disatukan meskipun mereka memiliki kepentingan yang sama. Hal ini membuat kerjasama diantara negara-negara dalam satu regional sulit untuk dijalankan karena tidak adanya saling kepercayaan antar negara dalam kawasan. Perspektif realis meyakini bahwa negara tidak boleh bergantung pada negara lain, sehingga self-help merupakan cara terbaik dalam mencapai stabilitas keamanan yang mandiri. Dengan adanya sistem self-help ini, maka kooperasi antar negara-negara dalam kawasan sulit untuk dibentuk. Maka, integrasi kawasan tidak akan pernah terwujud. Bahkan ide mengenai kerjasama kawasan dan pemeliharaan keamanan regional secara bersam-sama merupakan hal yang tidak masuk akal. Salah satu kerjasama dan interaksi yang paling mungkin terjadi di kawasan adalah kerjasama untuk menangani musuh bersama dari luar kawasan. Meski hal itu bukan sebagai jaminan bahwa negara-negara dalam kawasan dapat saling percaya untuk tergabung bersamam melawan musuh dari luar kawasan. 15 a. Security Dilemma Konsep ini dikenalkan oleh John Hertz (1950) dalam bukunya yang berjudul Idealist Internationalism and The Security Dilemma. John Hertz menggambarkan security dilemma dilihat dari kelompok atau individu yang hidup bersama satu sama lain 14 Bambang Cipto, 2006, Hubungan Internasional di Asia Tenggara : Teropong Terhadap Dinamika, Realitas dan Masa Depan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Hal Steans Jill, dan Lloyd Pettiford, International Relations : Perspective and Themes edisi Bahasa Indonesia Hubungan Internasional; Perspektif dan Tema, diterjemahkan oleh Deasy Silvya Sari, Pustaka Pelajar. Yogyakarta, 2009, P. 70.

13 tanpa diatur dalam sebuah kesatuan yang lebih tinggi yang harus mengkhawatirkan keamanan mereka dari diserang, menjadi sasaran, di dominasi atau dimusnahkan oleh individu atau kelompok lain. Menurutnya ada dua penyebab, kurangnya satu kesatuan yang lebih tinggi dan adanya self help, dimana Negara menciptakan rasa aman terhadap dirinya dan menjadikan ancaman bagi Negara lain sekaligus dapat menyebabkan perang. Dalam tesis ini, dipahami bahwa konsep security dilemma digunakanya untuk mendeskripsikan self-help negara-negara karena khawatir dengan kondisi anarki dunia yang tidak memiliki otoritas tertinggi dalam tatanan internasional untuk menjamin perilaku suatu Negara. Karena Herz berargumen bahwa Negara yang hidup di dalam sebuah system yang anarki harus memperhatikan masalah keamananya, baik dari serangan maupun dominasi Negara lain Kondisi ini menghasilkan semakin khawatirnya sebuah Negara akan ketidakpastian diantara Negara-negara dalam system internasional yang berakibat pada berkurangnya rasa percaya kepada Negara yang lainya. Maka, terjadilah selp help sebagai upaya Negara terhindar dari ancaman kekuatan Negara lainya. Kondisi saling mencurigai dan saling bersaing ini dipahami sebagai apa yang disebut Herz vicious circle of security (lingkaran setan untuk keamanan), sebagai gambaran yang digunakan Herz untuk Negara-negara yang terjebak dalam suatu kekhawatiran masalah keamanan. Hal inilah yang memungkinkan terjadinya perlombaan senjata dan maupun konflik. Security dilemma juga muncul karena rasa curiga atas keamanan dan akumulasi kekuatan Negara lainya, sehingga mendorong Negara untuk meningkatkan lagi dan lagi kekuatanya supaya terhindar dari dampak kekuatan pihak lainya karena mereka sendiri juga memiliki kekuatan John H Herz Idealist International and Security dilemma. World Politics, vol 2. Cambridge University Press. Diakses dari

14 Mengembangkan konsep Herz, Security dilemma juga dapat dipahami seperti model spiral deterrence yang dikembangkan oleh Robert Jervis (1970). Jervis adalah orang pertama yang memberikan wujud atau bentuk security dilemma. Model spiral deterrence atau aksi reaksi pertahanan ini akan terlihat dalam peningkatan kualitas dan kuantitas persenjataan. Jervis mengungkapkan bahwa Security dilemma terjadi akibat kegagalan saat mengintrepetasikan masing-masing prilaku Negara karena ketakutan akan perubahan postur militer Negara lain. 17. Misalnya Indonesia menginpretasikan lonjakan budget militer Malaysia atau Singapura sebagai ancaman bagi Indonesia yang notabene memiliki konflik perbatasan. Malaysia maupun Singapura juga merespon dengan hal yang serupa bahwa penguatan postur militer Indonesia menjadi ancaman keamanan bagi mereka mengingat bahwa Indonesia pernah melakukan konfrontasi tahun Hal ini terus berlanjut layaknya spiral persaingan postur militer. Hal menarik dari pemikiran Robert Jervis adalah gambaranya bahwa Negara-negara tetap mau bekerjasama meskipun dalam kondisi security dilemma. Kondisi ini terjadi apabila adanya kemungkinan untung rugi yang dikemukakan olehnya dalam game Theory. Salah satu kondisi yang bisa memungkinkan terjadinya kerjasama adalah apabila terdapat sebuah Negara yang terlalu kuat untuk dicurangi sehingga Negara ini tidak berada dalam sebuah dilemma yang cukup tinggi sehngga Negara itu tidak harus mengambil tindakan agresif terlebih dahulu, sekedar respon saja jika dia akan diserang oleh Negara lainya. B&url=http%3A%2F%2Fmoodle.stoa.usp.br%2Fmod%2Fresource%2Fview.php%3Fid%3D28231&ei=vQ8hV MqSGtaHuATliYGwAQ&usg=AFQjCNHJCvrrgDrqP- GiEboJ9qp_sHD1Q&sig2=KtaHTRAvxdoK97tGppX_eQ&bvm=bv ,d.c2E. tanggal 20 maret Robert Jervis, Cooperation Under the Security Dilemma. Diakses dari 20 maret 2014

15 Dari kedua pemikiran tersebut, terdapat kesamaan yakni menjelaskan bagaimana security dilemma itu terjadi. Meskipun ada perbedaan pandangan bagaimana proses itu terjadi namun kedua-duanya akan dipergunakan sebagai pisau analisis. Mengingat dari keenam kasus modernisasi postur militer Negara-negara Asia Tenggara yang beragam. Intinya bahwa security dilemma merupakan gambaran mengenai kondisi psikologis yang dialami keenam Negara dalam memahami maksud pembangunan postur militer Negaranegara ASEAN lainya dan memilih tindakan yang akan diambil dalam merespon tindakan Negara lainya tersebut. Hal ini diperkeruh lagi mengingat sejarah konfliktual diantara Negara-negara serumpun tersebut sehingga memunculkan kecurigaan yang semakin tinggi diantara keenamnya. b. Balance of Power Dalam karya tulisanya Theory of Internasional Politics, Kenneth N. Waltz 18, berasumsi bahwa setiap negara memiliki keinginan dan kebutuhan akan rasa aman yang sama, tetapi masing-masing negara memiliki kemampuan tidak sama (relatif)untuk mencapainya. Keinginan dan kemampuan relatif masing-masing negara yang tidak sama tersebut membutuhkan keseimbangan kekuatan (balance of power), agar tercapai tujuanya dalam hubungan internasional yang maksimum antar negara. Waltz menekankan bahwa BOP ditentukan pada efektifitas kontrol oleh suatu Negara terhadap kekuatan Negara lainya. 18 Kenneth N. Waltz Theory of international politics. Diakses dari pada tanggal 1 desember 2014

16 Kebutuhan akan keseimbangan itu didasarkan pada tiga asusmsi, Asumsi pertama adalah bahwa tatanan internasional yang anarkis, menempatkan masing-masing negara harus bergantung pada kemampuan mereka masing-masing untuk menentukan tindakan yang menjamin kebutuhan akan rasa aman dan kesiapan dalam menghadapi kekuatan dan serangan dari negara lain. Asumsi kedua adalah bahwa tujuan utama dari semua aktor adalah kelangsungan hidup mereka sendiri. (self help). Setiap negara hanya berusaha untuk kepentingan mereka sendiri, sedangkan negara yang lain dimungkinkan memiliki motif ekspansionis dan menjadi dominasi universal. Maka, keseimbangan diharapkan menjadi alat yang dapat melindungi diri dari aktor yang mengancam atas motif kekuasaan tertentu. Asumsi ketiga adalah sifat relatif kekuasaan. Kunci untuk keamanan dan kelangsungan hidup masing-masing negara adalah kekuatan, bukan sebagai konsep absolut, melainkan dalam hubungan dengan negara-negara lain. balancing sering dapat digunakan sebagai mekanisme untuk mendapatkan bagian yang lebih besar dari kekuasaan atau penurunan pembagian kekuasaan yang dimiliki oleh negara lain. Maka, BOP tidak dapat pula dipisahkan dari unsur anarki, self help dan kekuatan relatif, dimana setiap Negara membutuhkan sebuah keseimbangan kekuatan tidak lepas dari keinginanya bertahan hidup dalam tatanan internasional anarki dan ketidak pastian sikap antar Negara yang mendatangkan rasa curiga dan khawatir terhadap Negara lainya. Maka Waltz juga mengemukakan presepsinya tentang ancaman, bahwa ancaman tidak hanya ditentukan oleh kekuatan negara yang kuat dalam distribusi kekuasaan internasional, tetapi juga di pengaruhi secara cukup kuat oleh kedekatan geografis, kemampuan ofensif, dan tujuan-tujuan yang di pahami dari Negara lain.

17 Contoh perimbangan kekuasaan yang pernah ada adalah perimbangan kekuatan yang dilakukan oleh AS dan Uni Soviet pada perang dingin. Kedua Negara polar tersebut membentuk adanya kontrol terhadap perimbangan kekuatan militer internasional. Teori BOP berasumsi bahwa jika Negara pesaing melakukan peningkatan kemampuan yang lebih agresif, maka akan memancing Negara lainya juga melakukan hal yang sama dengan meningkatkan kekuatan mereka juga. Kejadian ini disebut sebagai counter balancing coalition. Bentuk kontritnya adalah terbentuknya blok-blok pada saat perang dingin. BOP menganggapmbahwa perubahan kapabilitas Negara dalam suatu struktur internasional akan mendorong adanya counter balancing dari Negara pesaingnya. Dalam kondisi ini proses perimbangan kekuatan akan terus terjadi baik dengan mengembangkan kekuatan militernya ataupun melakukan aliansi demi kepentingan pertahanan yang efektif. 19 Ada dua cara yang digunakan dalam keseimbangan kekuatan yakni melalui keseimbangan internal ( internal balancing) dan keseimbangan eksternal ( eksternal balancing). Pertama, internal balancing dipahami sebagai sebuah keseimbangan yang dilakukan oleh suatu Negara dengan melakukan peningkatan sumber daya ekonomi dan kekuatan militer untuk dapat mengandalkan kemampuan independen dalam menanggapi hegemon potensial dan mampu bersaing secara lebih efektif dalam sistem internasional. Dalam situasi setiap Negara yang Self help, dan sistem anarkis, mekanisme balancing internal diyakini lebih handal dan tepat daripada balancing eksternal karena aliansi tidak fokus pada strategi dan tindakan independen. Sedangkan external balancing yaitu melakukan keseimbangan dengan menciptakan aliansi. Sistem penyeimbangan ini 19 Edward Lestia widodo Ngguso Aliansi kemanan Cina-Pakistan dan implikasinya terhadap pertimbangan kekuatan India-Pakistan. Tesis UGM. Yogyakarta.

18 melibatkan penguatan dan memperbesar aliansi negara dan kerjasama dengan negara lain untuk mencegah hegemon atau melawan kekuatan tertentu. Dalam menghadapi ancaman umum dan negara dominan dengan potensi untuk membahayakan keamanan kolektif dan kelangsungan hidup, negara diharapkan mengesampingkan perselisihan sekunder dan bergabung dengan aliansi balancing. External balancing merupakan pengaturan aliansi dimana negara bergabung dalam oposisi terhadap negara kuat yang dianggap sebagai sumber bahaya, menyeimbangkan ukuran liansi diperkirakan akan dapat menjamin keamanan melalui kombinasi oposisi terhadap hegemon potensial yang dipersepsikan dapat membahayakan kesejahteraan dan kelangsungan Negara yang memiliki kekuatan lebih kecil. Dari uraian mengenai pemikiran Kenneth waltz tentang BOP, maka perimbangan kekuasaan dipahami sebagai cara utama untuk membuat stabilitas negaranegara tetap terjaga. Untuk mencapai hal itu, perlunya kepatuhan Negara-negara untuk menjaga stabilitas tersebut dan niat baik ( benign intent) dengan mempertahanan pembangunan militernya sebagai defensive dan mencegah offensive. Itu akan terwujud jika adanya kepentingan bersama ataupun adanya musuh bersama diantara Negaranegara yang saling berbeda tersebut. Dari kedua spesifikasi keseimbangan, tesis ini akan terfokus pada internal balancing yang mana akan meneliti peningkatan sumber daya ekonomi dan kekuatan militernya sebagai bahan analisis. Eksternal balancing lebih sulit diaplikasikan dalam penelitian ini karena tidak adanya pembangunan aliansi antar Negara ASEAN maupun keikut sertaan Negara ASEAN dalam aliansi. Kerjasama militer yang ada hanyalah berkaitan dengan hubungan kerjasama militer yang bersifat bilateral.

19 E. Argumen Berdasarkan rumusan masalah, pertanyaan penelitian dan metodologi yang penulis gunakan, tesis ini mengajukan dua hipotesis, pertama Negara-negara ASEAN melakukan modernisasi postur militer karena bersiaga sebagai reaksi semakin memanasnya kasus Laut Cina Selatan, disamping itu juga berkaitan dengan stagnanisasi ASEAN dan juga persoalan dalam negeri kesepuluh Negara-negara ASEAN itu sendiri. Kedua, bahwa pembangunan kekuatan militer oleh Negara -negara ASEAN akan memelihara perdamaian di kawasan Asia Tenggara, karena perlengkapan postur militer akan menempatkan semua Negara ASEAN sejajar dan tidak adanya kekuatan militer yang mendominasi. Meskipun tidak adanya perang ini bukan berarti mereka percaya satu sama lainya. Mekanisme damai di Asia Tenggara akan semakin mudah dicapai karena unsur balance of power antar Anggota ASEAN. F. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini memang bukanlah hal baru dalam pembahasan topik regional Asia Tenggara, namun belum ada yang khusus membahas antara modernisasi postur militer dan perdamaian kawasan. Bagaimana dampak modernisasi postur militer tersebut terhadap proses perdamaian kawasan Asia Tenggara. Asia tenggara mencakup sepuluh Negara, namun untuk lebih spesifik, penelitian ini berfokus pada enam Negara saja, yakni Indonesia, Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipina, dan Thailand. Keempat Negara yang tidak dipilih meliputi Kamboja, Laos, Brunai Darusalam, dan Myanmar tidak dilibatkan dalam penelitian ini. Keempat Negara tersebut tidak dilibatkan karena geliat modernisasi postur militer yang kurang masiv dibandingkan keenam Negara lainya dan masih banyak konflik dalam negeri seperti Myanmar, Laos dan Kamboja.

20 Selain alasan spesifikasi, keenam Negara tersebut dipilih karena lebih memungkinkan dalam pemetaan modernisasi postur militer dengan kemampuan daya beli senjata, agenda belanja senjata yang stabil, misi peningkatan keamanan yang jelas tertuang dalam kebijakan-kebijakanya, dan keenamnya memiliki sentimental tinggi satu sama lain. Sentimental yang tinggi dan kesuksesan modernisasi postur militer tentu sangat rentan konflik. Dikombinasikan dengan teori realism yang digunakan memang dibenarkan bahwa perimbangan kekuatan dibutuhkan untuk sebuah perdamai. Namun, bagaimana kondisi modernisasi postur militer, sejarah konflik masa lalu dan perpolitik saat ini di Asia Tenggara? Maka, penelitian ini berlingkup pada materi modernisasi postur militer dan perdamaian kawasan Asia tenggara. Penelitian ini menggunakan realis sebagai grand theory dan dua konsep turunanya yakni Balance of Power dan Security Dilemma. Dalam kedua konsep tersebut ada diantaranya yang yang melahirkan konsepkonsep baru, misalnya munculnya theory game dari pemikiran Robert Jervis yang menjelaskan terjadinya kerjasama negar-negara dalam kondisi security dilemma. Penelitian ini berusaha focus kepada sub konsep Balance of Power maupun Security Dilemma. Penelitian ini tidak menentukan rentang waktu secara keseluruhan karena mengingat fenomena ini adalah akibat reaksi dari tahun-tahun yang berlalu. Sehingga selalu ada keterkaitan antar tahunya. Hanya saja, untuk memperingkas data, digunakan pembatasan terma waktu dokumentasi persenjataanya. Data senjata yang digunakan adalah data senjata terbaru dan dibandingkan dengan data dokumentasi tahun dan penambahan komparasi postur militer tahun Namun kesemuanya tidak mudah didapatkan karena persoalan detailnya modernisasi persenjataan maupun sulitnya

21 akses transparansi persenjataan di tiap-tiap Negara, yang mana hal itu merupakan rahasia tiap-tiap Negara. Sepintas tema penelitian ini bersinggungan dengan perspektif liberalism yaitu persoalan perdamaian kawasan, organisasi ASEAN sebagai organisasi regional kawasan Asia Tenggara. Namun penelitian ini tidak berfokus pada hal tersebut, disini realism dihadirkan untuk mencoba mengkritisi konsep libelisme institusional yang mengarah kepada kerjasama kawasan. Pada dasarnya, konsep ini menitik beratkan pada tiga hal, kerjasama, integrasi, dan perdamaian. Namun meskipun saling integrasi dan bekerjasama namun konsep ini tidak dapat membendung arus modernisasi postur militer di Asia Tenggara. Penjelasan realism lebih akurat, dimana dalam kondisi susunan dunia yang anarkhi, maka kecenderungan self service lebih diutamakan oleh Negara-negara tersebut. Hal tersebut terbukti dengan pengadaan penguatan militer Negara-negara Asia Tenggara. G. Metodologi Penelitian Dalam tesis ini, penulis menggunakan metode kualitatif untuk menjawab pertanyaan penelitian. Peneliti menggunakan studi kasus dengan pertimbangan bahwa desain ini memungkinkan peneliti untuk lebih fokus di dalam menganalisis obyek penelitian berdasarkan waktu. Data yang akan dianalisis berupa informasi tentang kondisi riil dinamika persenjataan dan mekanisme damai. Data untuk tesis ini utamanya mencakup (1) pembangunan postur militer terbaru enam Negara Asia tenggara (2) sengketa Laut Cina Selatan (3) sengketa Negara -negara ASEAN dan penyelesaianya (4) kebijakan umum pertahanan enam negara ASEAN. Riset ini dilkakukan dengan cara pustaka dan menuliskanya secara deskriptif eksplanatif. Penelitian pustaka adalah metode primer pengumpulan data yang dipilih oleh

22 penulis. Penelitian pustaka akan dilakukan di beberapa perpustakaan, yaitu Perpustakaan Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada, Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM, Perpustakaan Sekretariat ASEAN, Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhamadiyah Yogyakarta. H. Sistematika Penulisan Tesis ini terdiri dari lima bab. Bab pertama berisi pendahuluan yang menjelaskan tentang latar belakang masalah, pertanyaan tujuan dan ruang lingkup penelitian, reviu literatur, kerangka dasar berpikir, hipotesis, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bagian ini memmbahas rencana dan susunan tesis secara teknis maupun teoritis. Bab kedua mengulas data modernisasi persenjataan enam Negara di kawasan Asia Tenggara. Bagian ini juga akan memaparkan dinamika politik, dan keamanan kawasan Asia Tenggara. Bab ketiga akan membahas tentang modernisasi postur militer dengan menggunakan konsep security dilemma. Fenomena modernisasi postur militer semakin memanas kala kasus Laut Cina Selatan, stagnanisasi ASEAN dan juga persoalan keamanan domestik dari keenam Negara ASEAN yang diteliti. Bab keempat membahas implikasi modernisasi postur militer dalam kaitanya dengan pemeliharaan perdamaian di kawasan Asia Tenggara. Bagian ini akan menggunakan konsep balance of power sebagai pisau analisis bagaimana dampak modernisasi postur militer terhadap keseimbangan di Asia Tenggara. Bab kelima ini berisi tentang kesimpulan penelitian serta akan membahas kembali hipotesis dan eksplanasi temuan tidak terduga yang ditemukan selama penelitian berlangsung.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global. BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh United Nations Security Council yang menyebabkan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. oleh United Nations Security Council yang menyebabkan berkembangnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan organisasi internasional sebagai subjek hukum internasional, tidak terlepas dari munculnya berbagai organisasi internasional pasca Perang Dunia ke II. Terjadinya

Lebih terperinci

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia

Lebih terperinci

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM Sebelum PD I studi Hubungan Internasional lebih banyak berorientasi pada sejarah diplomasi dan hukum internasional Setelah PD I mulai ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. McNally and Company, Chicago, 1967

BAB I PENDAHULUAN. McNally and Company, Chicago, 1967 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Posisi Laut Cina Selatan sebagai jalur perairan utama dalam kebanyakan ekspedisi laut, yang juga berada diantara negara-negara destinasi perdagangan, dan terlebih lagi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR GRAFIK... iii DAFTAR SINGKATAN... iii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Rumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar 80% merupakan wilayah lautan. Hal ini menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai jalur alur

Lebih terperinci

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi telah menjadi fenomena yang terjadi secara global yang cukup mempengaruhi tatanan dunia hubungan internasional dewasa ini. Globalisasi merupakan proses

Lebih terperinci

dalam membangun kekuatan pertahanan mengedepankan konsep pertahanan berbasis kemampuan anggaran (capability-based defence) dengan tetap

dalam membangun kekuatan pertahanan mengedepankan konsep pertahanan berbasis kemampuan anggaran (capability-based defence) dengan tetap BAB V PENUTUP Sejak reformasi nasional tahun 1998 dan dilanjutkan dengan reformasi pertahanan pada tahun 2000 sistem pertahanan Indonesia mengalami transformasi yang cukup substansial, TNI sebagai kekuatan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin

BAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin BAB IV KESIMPULAN Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin memiliki implikasi bagi kebijakan luar negeri India. Perubahan tersebut memiliki implikasi bagi India baik pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012.

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerjasama ASEAN telah dimulai ketika Deklarasi Bangkok ditandatangani oleh Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filiphina pada tahun 1967. Sejak saat

Lebih terperinci

PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL

PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) ASEP GINANJAR PPG DALAM JABATAN Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2018 1. Peran Indonesia dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu di daerah Preah Vihear yang terletak di Pegunungan Dangrek. Di

BAB I PENDAHULUAN. yaitu di daerah Preah Vihear yang terletak di Pegunungan Dangrek. Di BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Thailand dan Kamboja merupakan dua negara yang memiliki letak geografis berdekatan dan terletak dalam satu kawasan yakni di kawasan Asia Tenggara. Kedua negara ini

Lebih terperinci

Realisme dan Neorealisme I. Summary

Realisme dan Neorealisme I. Summary Realisme dan Neorealisme I. Summary Dalam tulisannya, Realist Thought and Neorealist Theory, Waltz mengemukakan 3 soal, yaitu: 1) pembentukan teori; 2) kaitan studi politik internasional dengan ekonomi;

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Analisa penelitian ini ditujukan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan jawaban awal yang telah dirumuskan. Penelitian ini menjelaskan alasan Venezeula menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekuatan militer merupakan salah satu aspek penting dalam menjaga stabilitas negara. Semua negara termasuk Indonesia membangun kekuatan militernya untuk menjaga keamanan

Lebih terperinci

dalam merespon serangkaian tindakan provokatif Korea Selatan dalam bentuk latihan gabungan dalam skala besar yang dilakukan secara rutin, dan

dalam merespon serangkaian tindakan provokatif Korea Selatan dalam bentuk latihan gabungan dalam skala besar yang dilakukan secara rutin, dan BAB V KESIMPULAN Secara keseluruhan, upaya kelima negara China, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan Korea Utara dalam meningkatkan kekuatan pertahanannya dilakukan untuk memberikan daya gentar terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Situasi politik keamanan di Laut Cina Selatan dalam beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Situasi politik keamanan di Laut Cina Selatan dalam beberapa tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Situasi politik keamanan di Laut Cina Selatan dalam beberapa tahun terakhir menjadi semakin buruk. Penyebabnya adalah pemerintah Republik Rakyat Cina (RRC) yang semakin

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010. BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi

Lebih terperinci

OEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA

OEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA OEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA 2008 DAFTAR 151 PEN D A H U l U A N... 1 Latar Belakang Buku Putih.................................. 1 Esensi Buku Putih..............................4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini akan membahas mengenai kerja sama keamanan antara pemerintah Jepang dan pemerintah Australia. Hal ini menjadi menarik mengetahui kedua negara memiliki

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP. 4.1 Kesimpulan

BAB 4 PENUTUP. 4.1 Kesimpulan BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Selama kurun waktu tahun 2000 hingga 2004 atau berdasarkan tahun pelaksanaan Rencana Strategis (RENSTRA) Pembangunan Pertahanan Tahun 2000-2004, pertumbuhan anggaran pertahanan

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Six Party Talks merupakan sebuah mekanisme multilateral yang bertujuan untuk mewujudkan upaya denuklirisasi Korea Utara melalui proses negosiasi yang melibatkan Cina,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1997 TENTANG PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Pertemuan V : Perspektif Teoritis Regionalisme. Diplomasi HI di Kawasan Asia Pasifik Sylvia Octa Putri, S.IP

Pertemuan V : Perspektif Teoritis Regionalisme. Diplomasi HI di Kawasan Asia Pasifik Sylvia Octa Putri, S.IP Pertemuan V : Perspektif Teoritis Regionalisme Diplomasi HI di Kawasan Asia Pasifik Sylvia Octa Putri, S.IP Mengapa teori menjadi penting? Teori adalah pernyataan yang dibuat untuk menjawab pertanyaan

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini menekankan pada proses peredaan ketegangan dalam konflik Korea Utara dan Korea Selatan pada rentang waktu 2000-2002. Ketegangan yang terjadi antara Korea Utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. geografis. Kecenderungan inilah yang sering dinamakan regionalisme.

BAB I PENDAHULUAN. geografis. Kecenderungan inilah yang sering dinamakan regionalisme. BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Pada akhir abad ke 20 hingga awal abad ke 21 telah ditandai dengan adanya suatu proses penyatuan dunia yang menjadi sebuah ruang tanpa batasan tertentu. Proses

Lebih terperinci

Cristescu, Roxana, Augustin Nicolescue, & Agus Wandi, 2012, Mediation : Progress, Challenges, and Coorporation, CMI.

Cristescu, Roxana, Augustin Nicolescue, & Agus Wandi, 2012, Mediation : Progress, Challenges, and Coorporation, CMI. DAFTAR PUSTAKA Buku Cassady Craft, 1999, Weapon for Peace, Weapon for War ; The Effect of Arm Transfers on War Outbreak, Involvement and Outcomes, Routledge, New York. Cipto, Bambang,2006, Hubungan Internasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang terus bertambah tiap tahunnya. Berdasarkan data Departemen

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang terus bertambah tiap tahunnya. Berdasarkan data Departemen 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang terkenal dengan jumlah penduduk yang terus bertambah tiap tahunnya. Berdasarkan data Departemen Perdagangan AS, melalui sensus

Lebih terperinci

KONFLIK & MANAJEMEN KONFLIK DI ASIA TENGGARA PASKA PERANG DINGIN DALAM PERSPEKTIF KEAMANAN TRADISIONAL DEWI TRIWAHYUNI

KONFLIK & MANAJEMEN KONFLIK DI ASIA TENGGARA PASKA PERANG DINGIN DALAM PERSPEKTIF KEAMANAN TRADISIONAL DEWI TRIWAHYUNI KONFLIK & MANAJEMEN KONFLIK DI ASIA TENGGARA PASKA PERANG DINGIN DALAM PERSPEKTIF KEAMANAN TRADISIONAL DEWI TRIWAHYUNI Introduksi Perbedaan Latar belakang sejarah, status ekonomi, kepentingan nasional,

Lebih terperinci

KOMPETISI MILITER DI ASIA TENGGARA MENJELANG ASEAN SECURITY COMMUNITY (ASC) 2015

KOMPETISI MILITER DI ASIA TENGGARA MENJELANG ASEAN SECURITY COMMUNITY (ASC) 2015 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, 2016, 4 (1) 185-194 ISSN 2477-2623, ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id Copyright 2016 KOMPETISI MILITER DI ASIA TENGGARA MENJELANG ASEAN SECURITY COMMUNITY (ASC) 2015 Aisya

Lebih terperinci

Organisasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN)

Organisasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) A. Organisasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) 1. Lahirnya ASEAN (Association of South East Asian Nations) Kerja sama antarbangsa dalam satu kawasan perlu dijalin. Hal itu sangat membantu kelancaran

Lebih terperinci

DIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN

DIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan

Lebih terperinci

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM MUHAMMAD NAFIS 140462201067 PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM Translated by Muhammad Nafis Task 8 Part 2 Satu hal yang menarik dari program politik luar negeri Jokowi adalah pemasukan Samudera Hindia sebagai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Tenggara, yakni Association South East Asian Nations atau yang dikenal

BAB V KESIMPULAN. Tenggara, yakni Association South East Asian Nations atau yang dikenal BAB V KESIMPULAN Malaysia merupakan negara yang berada di kawasan Asia Tenggara, sebagai negara yang berada di kawasan Asia Tenggara, Malaysia merupakan salah satu pendiri organisasi di kawasan Asia Tenggara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat berlangsungnya Perang Dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur, Vietnam ikut terlibat dalam Perang Vietnam melawan Amerika Serikat (AS). Blok barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya pengaturan mengenai perjanjian (treaties), hak dan kewajiban raja, hukum

BAB I PENDAHULUAN. adanya pengaturan mengenai perjanjian (treaties), hak dan kewajiban raja, hukum 12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan hukum internasional sebagai bagian dari hukum yang sudah tua, yang mengatur hubungan antar negara tak dapat dipisahkan dari keberadaannya yang saat ini

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pemaparan-pemaparan pada bab-bab sebelumnya, penulis. dengan ini menarik kesimpulan sebagai sebagai berikut :

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pemaparan-pemaparan pada bab-bab sebelumnya, penulis. dengan ini menarik kesimpulan sebagai sebagai berikut : BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan-pemaparan pada bab-bab sebelumnya, penulis dengan ini menarik kesimpulan sebagai sebagai berikut : Pertama, terkait Pengaruh Penerapan ASEAN Community

Lebih terperinci

UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA)

UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) Copyright 2002 BPHN UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) *9571 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerja sama merupakan upaya yang dilakukan oleh perseorangan, kelompok maupun negara untuk mencapai kepentingan bersama. Lewat bekerjasama, tentu saja seseorang, kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak Orde Baru memegang kekuasaan politik di Indonesia sudah banyak terjadi perombakan-perombakan baik dalam tatanan politik dalam negeri maupun politik luar negeri.

Lebih terperinci

91 menganut prinsip penyeleasaian sengketa dilakukan dengan jalan damai maka ASEAN berusaha untuk tidak menggunakan langkah yang represif atau dengan

91 menganut prinsip penyeleasaian sengketa dilakukan dengan jalan damai maka ASEAN berusaha untuk tidak menggunakan langkah yang represif atau dengan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Melalui penelitian mengenai peran ASEAN dalam menangani konflik di Laut China Selatan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Sengketa di Laut China Selatan merupakan sengketa

Lebih terperinci

Sumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya.

Sumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya. Politik Luar Negeri Amerika Serikat Interaksi antarnegara dalam paradigma hubungan internasional banyak ditentukan oleh politik luar negeri negara tersebut. Politik luar negeri tersebut merupakan kebijaksanaan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB V PENUTUP Kesimpulan BAB V PENUTUP Bab ini bertujuan untuk menjelaskan analisa tesis yang ditujukan dalam menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan hipotesa. Proses analisa yang berangkat dari pertanyaan penelitian dimulai

Lebih terperinci

MODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL

MODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL MODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL PENDAHULUAN Kajian tentang strategi keamanan juga melandaskan diri pada perkembangan teori-teori keamanan terutama teori-teori yang berkembang pada masa perang dingin

Lebih terperinci

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

Politik Global dalam Teori dan Praktik

Politik Global dalam Teori dan Praktik Politik Global dalam Teori dan Praktik Oleh: Aleksius Jemadu Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2008 Hak Cipta 2008 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8 BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand dengan ditandatanganinya deklarasi Bangkok

Lebih terperinci

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN LAPORAN PENELITIAN KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN Oleh: Drs. Simela Victor Muhamad, MSi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu cepat diiringi dengan derasnya arus globalisasi yang semakin berkembang maka hal ini

Lebih terperinci

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang Bab V KESIMPULAN Dalam analisis politik perdagangan internasional, peran politik dalam negeri sering menjadi pendekatan tunggal untuk memahami motif suatu negara menjajaki perjanjian perdagangan. Jiro

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni

HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN Dewi Triwahyuni International Relation Department, UNIKOM 2013 Backgroud History 1950an 1980an Hubungan internasional di Asia Tenggara pada

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. berbatasan langsung dengan Negara Laos, Kamboja, Vietnam adalah Negara yang

BAB V KESIMPULAN. berbatasan langsung dengan Negara Laos, Kamboja, Vietnam adalah Negara yang BAB V KESIMPULAN Dalam bab V ini saya akan membahas tentang kesimpulan dari bab-bab yang sebelumnya. Dimulai dari sejarah di kedua negara yang bersengketa dan point-point yang telah di bahas di bab sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika Perang Dunia Pertama terjadi, tren utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua terjadi Amerika

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008 BAB IV PENUTUP A.Kesimpulan Sangat jelas terlihat bahwa Asia Tengah memerankan peran penting dalam strategi China di masa depan. Disamping oleh karena alasan alasan ekonomi, namun juga meluas menjadi aspek

Lebih terperinci

sanksi terhadap intensi Kiev bergabung dengan Uni Eropa. Sehingga konflik Ukraina dijadikan sebagai instrumen balance of power di Eropa Timur.

sanksi terhadap intensi Kiev bergabung dengan Uni Eropa. Sehingga konflik Ukraina dijadikan sebagai instrumen balance of power di Eropa Timur. BAB. V KESIMPULAN Dunia yang terkungkung dalam persaingan kekuatan membuat negaranegara semakin aktif untuk meningkatkan persenjataan demi menjaga keamanan nasionalnya. Beberapa tahun silam, Ukraina mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian New Zealand merupakan negara persemakmuran dari negara Inggris yang selama Perang Dunia I (PD I) maupun Perang Dunia II (PD II) selalu berada di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan BAB V KESIMPULAN Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan intensitas diplomasi dan perdagangan jasa pendidikan tinggi di kawasan Asia Tenggara, yang kemudian ditengarai

Lebih terperinci

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN didirikan di Bangkok 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia, UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1988 TENTANG PENGESAHAN "PROTOCOL AMENDING THE TREATY OF AMITY AND COOPERATION IN SOUTHEAST ASIA" DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan semua hambatanhambatan

Lebih terperinci

Pengertian Dasar & Jenisnya. Mata Kuliah Studi Keamanan Internasional. By Dewi Triwahyuni

Pengertian Dasar & Jenisnya. Mata Kuliah Studi Keamanan Internasional. By Dewi Triwahyuni Pengertian Dasar & Jenisnya Mata Kuliah Studi Keamanan Internasional By Dewi Triwahyuni Definisi : Keamanan (security) secara umum dapat diartikan sebagai kemampuan mempertahankan diri (survival) dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi di suatu negara (trade as engine of growth).

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi di suatu negara (trade as engine of growth). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menentukan keberhasilan suatu negara dalam membangun perekonomian negaranya adalah laju pertumbuhan ekonomi. Setiap

Lebih terperinci

ENVIRONMENT CHANGE, SECURITY & CONFLICT

ENVIRONMENT CHANGE, SECURITY & CONFLICT ENVIRONMENT CHANGE, SECURITY & CONFLICT Isu Lingkungan = Perluasan Konsep Keamanan? By: Dewi Triwahyuni 1 Isu Lingkungan = Perluasan Konsep Keamanan? Sejak 1920an, adanya pergerakan negara totaliter di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modal manusia berperan penting dalam pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara maka modal manusia merupakan faktor

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN 1. Umum. Pertahanan negara sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri pariwisata merupakan industri terbesar dalam penggerak perekonomian yang tercatat mengalami pertumbuhan positif diseluruh dunia ditengah-tengah ketidakpastian

Lebih terperinci

variable yang nyata di dalam tubuh SAARC. India sebagai pivotal power di kawasan memang sudah melakukan beberapa upaya untuk mendukung integrasi

variable yang nyata di dalam tubuh SAARC. India sebagai pivotal power di kawasan memang sudah melakukan beberapa upaya untuk mendukung integrasi BAB IV KESIMPULAN Skripsi ini berusaha untuk menjawab dua pertanyaan masalah, yaitu mengapa kohesivitas regional di dalam SAARC sampai saat ini masih cenderung lemah dan juga apa saja yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi regional di kawasan Asia Tenggara yang telah membangun mitra kerjasama dengan Tiongkok dalam berbagai

Lebih terperinci

BENTUK KERJA SAMA ASEAN

BENTUK KERJA SAMA ASEAN BENTUK KERJA SAMA ASEAN Hubungan kerja sama negara-negara anggota ASEAN dilakukan di berbagai bidang, antara lain dalam bidang politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, dan lainlain. Hubungan kerja sama ini

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia terletak di benua Asia, tepatnya di kawasan Asia Tenggara. Negara-negara yang terletak di kawasan ini memiliki sebuah perhimpunan yang disebut dengan ASEAN (Assosiation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Letak Asia Tenggara yang sangat strategis serta memiliki kekayaan alam yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk menguasai wilayah di Asia

Lebih terperinci

KONFLIK LAUT TIONGKOK SELATAN [DEWI TRIWAHYUNI]

KONFLIK LAUT TIONGKOK SELATAN [DEWI TRIWAHYUNI] KONFLIK LAUT TIONGKOK SELATAN [DEWI TRIWAHYUNI] INTERNATIONAL RELATIONS DEPARTMENT UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA 2015 1 HISTORICAL BACKGROUND 2 Secara geografis kawasan Laut Cina Selatan dikelilingi sepuluh

Lebih terperinci

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA UPAYA JEPANG DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN KAWASAN ASIA TENGGARA RESUME SKRIPSI Marsianaa Marnitta Saga 151040008 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan Indonesia terkait dengan prinsip Wawasan Nusantara telah membuahkan hasil dengan diakuinya konsep negara kepulauan atau archipelagic state secara

Lebih terperinci

Signifikasi Kawasan Asia Pasifik. Yesi Marince, S.Ip., M.Si

Signifikasi Kawasan Asia Pasifik. Yesi Marince, S.Ip., M.Si Signifikasi Kawasan Asia Pasifik Yesi Marince, S.Ip., M.Si A NEW WORLD AND ASIA PACIFIC ORDER Bagaimana Berakhirnya Perang Dingin mempengaruhi kawasan Asia Pasifik? 1. Alasan pelaksanaan containment policy

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional, perekonomian akan saling terjalin

Lebih terperinci

Internalisasi ASEAN dalam Upaya Penguatan Integrasi Kawasan Abstrak

Internalisasi ASEAN dalam Upaya Penguatan Integrasi Kawasan Abstrak Internalisasi ASEAN dalam Upaya Penguatan Integrasi Kawasan Abstrak Dengan telah dimulainya ASEAN Community tahun 2015 merupakan sebuah perjalanan baru bagi organisasi ini. Keinginan untuk bisa mempererat

Lebih terperinci

Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat

Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat Kesimpulan Amerika Serikat saat ini adalah negara yang sedang mengalami kemunduran. Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat relatif; karena disaat kemampuan ekonomi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal hubungan antar negara didalamnya. Di kawasan ini terdapat negara. tetap berdiri sendiri sebagai sebuah negara bebas.

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal hubungan antar negara didalamnya. Di kawasan ini terdapat negara. tetap berdiri sendiri sebagai sebuah negara bebas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asia Timur merupakan wilayah yang sejak lama penuh dengan dinamika dalam hal hubungan antar negara didalamnya. Di kawasan ini terdapat negara seperti Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Invasi dan pendudukan Vietnam ke Kamboja yang dilakukan pada akhir tahun 1978 merupakan peristiwa yang begitu mengejutkan baik bagi Kamboja sendiri maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan nama Deklarasi Bangkok. Deklarasi ini disahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan nama Deklarasi Bangkok. Deklarasi ini disahkan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan Organisasi Regional di Asia Tenggara dimulai dari inisiatif pemerintah di lima negara Asia Tenggara yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis finansial yang menimpa kawasan Asia Timur pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Krisis finansial yang menimpa kawasan Asia Timur pada tahun BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Krisis finansial yang menimpa kawasan Asia Timur pada tahun 1997 1998 bermula di Thailand, menyebar ke hampir seluruh ASEAN dan turut dirasakan juga oleh Korea Selatan,

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PENINGKATAN KAPABILITAS MILITER NEGARA-NEGARA ANGGOTA ASEAN ABDI KHAIRENDI 1 NIM

ANALISIS KEBIJAKAN PENINGKATAN KAPABILITAS MILITER NEGARA-NEGARA ANGGOTA ASEAN ABDI KHAIRENDI 1 NIM ejournal Ilmu Hubungan Internasional, 2014, 2 (1): 209-220 ISSN 0000-0000, ejournal.hi.fisip-unmul.org Copyright 2014 ANALISIS KEBIJAKAN PENINGKATAN KAPABILITAS MILITER NEGARA-NEGARA ANGGOTA ASEAN 2002-2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pengelola anggaran, bahkan legislatif dan yudikatif yang memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pengelola anggaran, bahkan legislatif dan yudikatif yang memiliki peran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Korupsi merupakan musuh bersama setiap negara, karena hal ini sudah menjadi fenomena mendunia yang berdampak pada seluruh sektor. Tidak hanya lembaga eksekutif tersandung

Lebih terperinci

Lingkungan Strategis XXI

Lingkungan Strategis XXI Lingkungan Strategis XXI Balance of Power ARMS Trade Strategic Environment Force Deployment RMA Unipolar Moment-Concert of Power Differentiation of Distribution of Power Imperial Overstretch Limit of Innovation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi bagi seluruh bangsa di dunia adalah fakta sejarah yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan ASEAN. Globalisasi

Lebih terperinci

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF)

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF) ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF) www.appf.org.pe LATAR BELAKANG APPF dibentuk atas gagasan Yasuhiro Nakasone (Mantan Perdana Menteri Jepang dan Anggota Parlemen Jepang) dan beberapa orang diplomat

Lebih terperinci

2 b. bahwa Persetujuan dimaksudkan untuk menetapkan prosedur penyelesaian sengketa dan mekanisme formal untuk Persetujuan Kerangka Kerja dan Perjanjia

2 b. bahwa Persetujuan dimaksudkan untuk menetapkan prosedur penyelesaian sengketa dan mekanisme formal untuk Persetujuan Kerangka Kerja dan Perjanjia LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.93, 2015 PENGESAHAN. Agreement. Asosiasi Bangsa- Bangsa Asia Tenggara. Republik India. Penyelesaian Sengketa. Kerja Sama Ekonomi. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian 1 BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini, perekonomian internasional merupakan salah satu pilar utama dalam proses pembangunan dunia yang lebih maju. Organisasi-organisasi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN MEMORANDUM OF UNDERSTANDING ON THE ASEAN POWER GRID (MEMORANDUM SALING PENGERTIAN MENGENAI JARINGAN TRANSMISI TENAGA LISTRIK

Lebih terperinci

Amerika Tanam Pengaruh di Asia Sejak Desember 1949

Amerika Tanam Pengaruh di Asia Sejak Desember 1949 Amerika Tanam Pengaruh di Asia Sejak Desember 1949 http://forum.viva.co.id/showthread.php?t=1896354 Jika kita telisik lebih mendalam, sebenarnya kebijakan strategis AS untuk menguasai dan menanam pengaruh

Lebih terperinci