MEDIA PENDIDIKAN DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

Transkripsi

1 MEDIA PENDIDIKAN DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA Oleh: Muhammad Irfan Hasanuddin * Abstrak: Kajian ini berupaya memetakan hubungan fungsional antara media pendidikan dan motivasi belajar siswa. Apapun bentuk media pendidikan dan pada bidang studi manapun diterapkan tetap mempunyai benang merah yang sama yakni memudahkan siswa untuk memahami materi pembelajaran yang disampaikan. Dalam kondisi seperti inilah motivasi belajar diharapkan akan tumbuh dalam diri siswa karena tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan mudah dengan kehadiran media pendidikan. Kata Kunci: Media Pendidikan, Motivasi Belajar A. Pendahuluan Penggunaan media dalam dunia pendidikan termasuk dalam pembelajaran Bahasa Arab sangat penting karena kegiatan pendidikan adalah kegiatan interaksi edukatif yang melibatkan antara guru dengan peserta didik dalam rangka menanamkan pesan, nilai, serta mentransfer ilmu dan pengetahuan. Guru sebagai orang dewasa yang mempunyai tanggung jawab untuk mentransfer ilmu pengetahuan, budaya, nilai-nilai kepada peserta didik diharapkan mampu menginternalisasi dan mengirim pesan dengan baik agar dapat dipahami oleh peserta didik dengan mudah. Oleh karena itu, dalam proses interaksi edukatif, guru dituntut untuk mampu mengantar peserta didik agar mudah memahami materi yang disampaikan dengan menggunakan bantuan media pendidikan dalam proses belajar mengajar (PBM). * Dosen Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Palopo. Memperoleh Gelar M.A. dari Univarsitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada Program Studi konsentrasi Pengkajian Islam Konsentrasi Interdisciplinary Islamic Studies. 26

2 Volume 12, Nomor 2, Juni Media pendidikan adalah dunia kreasi dimana guru dituntut untuk dapat kreatif dalam menciptakan media yang digunakan dalam lingkungan kelas. Penggunaan media pendidikan di kalangan sekolah sekarang ini sudah menjadi kebutuhan pokok. Betapa tidak, banyak matei ajar yang berkembang saat ini memang dirancang untuk menggunakan media pendidikan agar lebih mudah dipahami oleh peserta didik. Media pendidikan bukan hanya memudahkan guru dalam menyampaikan pesan atau materi ajar dalam proses belajar mengajar (PBM), akan tetapi juga memudahkan peserta didik untuk mendapatkan pengalaman belajar yang telah ditentukan. Di samping itu, media bergambar juga dapat mempermudah peserta didik mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan oleh guru. Bukan itu saja, media bergambar sekaligus dapat membangkitkan dan meningkatkan minat dan motivasi belajar peserta didik, merangsang pikiran, perasaan, perhatian serta kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong proses belajar. (Zainal Aqib, 2002:58). Seperti dikutip oleh Akhmad Sudrajat, beberapa ahli memberikan definisi tentang media pendidikan. Menurut Schram, media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Selain itu, Briggs, seperti dikutip oleh Sudrajat, menjelaskan bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan materi pembelajaran seperti buku, film, video dan semacamya. (Akhmad-Sudrajad, akses, tanggal 2 Mei 2009). Media pendidikan merupakan salah satu bentuk alat atau media pendidikan yang dipakai untuk memudahkan peserta didik menyelesaikan latihan-latihan, menangkap kesan dan pesan, merasakan pengalaman belajar baik di sekolah maupun di rumah. Jadi, media pembelajaran sangat membantu peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran terutama karena ia dirancang secara sistematis dan terstruktur untuk memenuhi tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Meskipun peran media pendidikan sangat vital, di lain pihak kemampuan guru-guru dalam keterampilan menggunakan media pendidikan, termasuk media bergambar masih sangat terbatas. Salah satu penyebabnya adalah kurang aktifnya guru mengikuti pelatihan-pelatihan pembelajaran, seminar-seminar, workshop kependidikan, serta penataranpenataran lainnya. Problematika selanjutnya adalah kurang tersedianya alat serta media pembelajaran yang bisa diakses oleh guru di sekolah kapan saja mereka mau menggunakannya dalam proses pembelajaran di dalam

3 28 Volume 12, Nomor 2, Juni2010 kelas. Kondisi seperti ini secara tidak langsung dapat membentuk dan mempengaruhi motivasi belajar siswa dalam PBM. Studi ini dirancang sebagai penelitian kepustakaan (library studies) yang berusaha mengkaji dan meneliti bagaimana penggunaan media pendidikan dikaitkan dengan motivasi belajar siswa. Penelitian ini memfokuskan tema kajian pada dua pertanyaan kunci. Pertama, bagaimana bentuk dan jenis media pendidikan yang diterapkan dalam PBM. Kedua, bagaimana fungsi media pendidikan dalam proses belajar mengajar (PBM). Ketiga, bagaimana keterkaitan media pendidikan dengan motivasi belajar siswa. B. Pembahasan 1. Media Pendidikan Media pendidikan sebagai bagian dari alat pendidikan menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar (PBM). Salah satu pengertian dari media pendidikan yang cukup populer adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Oleh sebab itu media pendidikan adalah suatu bagian yang integral dari proses pendidikan. Dan karena itu menjadi suatu bidang yang harus dikuasai oleh setiap guru yang profesional. Bidang ini telah berkembang sedemikian rupa berkat kemajuan ilmu dan teknologi dan perubahan sikap masyarakat. Oleh karena itu, bidang ini telah ditafsirkan secara lebih luas dan mempunyai fungsi yang lebih luas pula serta memiliki nilai yang sangat penting dalam dunia pendidian di sekolah. Pekerjaan guru adalah pekerjaan profesional. Karena itu diperlukan kemampuan dan kewenangan. Kemampuan itu dapat dilihat pada kesanggupannya menjalankan peranannya sebagai guru: pengajar, pembimbing, administrator, dan sebagai pembina ilmu. Salah satu segi kemampuan ini, adalah sejauh manakah ia menguasai metodologi media pendidikan di sekolah untuk kepentingan anak didiknya, sehingga memungkinkan perkembangan mereka secara optimal sesuai dengan tujuan pendidikan. Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media karena itu bisa diartikan sebagai perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Schramm (1977) mengemukakan bahwa media

4 Volume 12, Nomor 2, Juni pembelajaran adalah tekonologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Sementara itu, Briggs berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Sedangkan, National Education Associaton (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk di antaranya teknologi perangkat keras. (Akhmad Sudrajat, diakses pada tanggal ) Dari ketiga pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Dari defenisi di atas nampaknya media dan motivasi belajar secara positif saling terkait oleh karena salah satu fungsi diemban oleh media pendidikan adalah merangsang pikiran, perasaan pikiran peserta didik serta mempunyai daya dorong bagi terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Brown mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad ke-20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet. (Oemar Hamalik, 1996:21) 2. Jenis Media Pendidikan Secara menyeluruh jenis media pendidikan itu terdiri dari bahanbahan cetakan atau bacaan (suplementary materials), berupa bahan bacaan seperti: buku, koran, komik, majalah, bulletin, folder, periodikal, pamplet, dan lain-lain. Bahan-bahan ini lebih mengutamakan kegiatan membaca atau penggunaan simbol-simbol kata dan visual. Selain bahan cetakan, terdapat media pembelajaran berupa alat-alat audio-visual. Alat-alat yang tergolong ke dalam kategori ini, terdiri dari: 1) Media tanpa proyeksi, seperti: papan tulis, papan tempel, papan planel, bagan, diagram, grafis, poster, karton, gambar, dan lainlain.2) Media pendidikan tiga dimensi. Alat-alat yang tergolong ke dalam

5 30 Volume 12, Nomor 2, Juni2010 kategori ini, terdiri dari: model, benda asli, contoh/specimen, benda tiruan/mock-ups, diorama, boneka, topeng, peta, globe, pameran, museum sekolah, dan lain-lain.3) Media pendidikan yang menggunakan teknik atau masinal. Alat-alat yang tergolong ke dalam kategori ini, meliputi antara lain: slide dan film strip, OHP, film, rekaman radio, televisi, laboratorium dan perkakas. 4) Sumber-sumber masyarakat berupa obyek-obyek, peninggalan sejarah, serta dokumentasi. (AkhmadSudrajat,2009) 3. Fungsi Media Pendidikan Media memiliki beberapa fungsi, diantaranya : a. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar-gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial. b. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena: obyek terlalu besar dan terlalu kecil, obyek yang bergerak terlalu lambat dan terlalu cepat, obyek yang terlalu kompleks, obyek yang bunyinya terlalu halus, obyek mengandung sesuatu berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik. c. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya. d. Media menghasilkan keseragaman pengamatan; e. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis; f. Media membangkitkan keinginan dan minat baru; g. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar; h. Media dapat memberikan pengalaman yang integral dan menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak.

6 Volume 12, Nomor 2, Juni Media dan Motivasi Belajar Siswa Salah satu fungsi media adalah merangsang dan membangkitkan anak untuk belajar. Oleh karena itu, media mengambil peran sebagai pemicu dan pendorong munculnya motivasi untuk belajar dari sisi luar. Sedangkan, motivasi, diartikan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Dalam definisi lain, motivasi adalah suplay energi terbatas yang harus disalurkan secara adil antara diri sendiri dan dunia luar. (Raymond J. Wlodkowski dan Judith H. Jaynes, 2004:11). Dari sini dipahami bahwa motivasi adalah dorongan yang timbul dari dalam diri manusia untuk disalurkannya. Oleh karena itu, kolaborasi media sebagai perangsang belajar dari luar (external) dan motivasi sebagai pendorong belajar dari dalam (internal) mempunyai keterkaitan sangat kuat. Istilah motivasi berasal dari kata motif, yakni sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. (Sardiman A.M, 2000:71). Berawal dari kata motiv itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan mendesak. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, kata motivasi memiliki beberapa pengertian, yakni (1) dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tertentu; (2) usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya. (Departemen Pendidikan Nasional, 2002:756). Berdasar dari pengertian-pengertian di atas, maka penulis dapat merumuskan bahwa motivasi mengandung tiga elemen penting, sebagai berikut : a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa afeksi seseorang c. Motivasi akan dirangsangg karena adanya tujuan. Dengan tiga elemen di atas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan

7 32 Volume 12, Nomor 2, Juni2010 berhubungan dengan persoalan gejala kejiwaaan, perasaan, dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan kebutuhan atu keinginan. Serangkaian kegiatan yang dilakukan seseorang seperti seorang tukang becak mendayung becaknya untuk mengantar penumpangnya, karena demi mencari makan untuk anak isterinya, para pelajar mengurung dirinya dalam kamar untuk belajar, karena akan menghadapi ujian pada pagi hari, semua itu secara umum adalah rangkaian yang dinamakan motivasi. Motivasi inilah yang mendorong mengapa mereka itu melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Maka perlu ditegaskan, bahwa konsep motivasi menggambarkan hubungan antara harapan dengan tujuan. Harapan ingin belajar misalnya, berhubungan dengan tujuan untuk berperestasi dalam belajar. Motivasi bisa dikatakan sebagai sesuatu yang muncul dari dalam diri seseorang (something internal), sementara itu, media pendidikan sesuatu yang berasal dari luar diri seseorang yang dapat menimbulkan ketertarikan, kencenderungan, minat dan bahkan menggugah motivasi seseorang. Seorang guru bahasa Arab, misalnya, menggunakan media pendidikan bahasa Arab baik media tiruan seperti boneka rumah, mobil, sepeda, motor ataupun juga media media bergambar dapat menimbulkan motivasi belajar dari dalam diri siswa. Mengingat salah satu fungsi media adalah mengantar dan mempermudah pesan atau materi pembelajaran mudah diterima oleh siswa, maka siswa akan termotivasi dan sekaligus akan merangsang minat belajar mereka. Dalam mata pelajaran bahasa Arab, penggunaan media menjadi suatu kebutuhan yang tidak bisa ditawar. Penggunaan media bergambar dalam materi mufradat (kosa kata) dalam mata pelajaran Bahasa Arab dapat mempermudah siswa dalam mengingat dan menghafal kosa kata yang diberikan oleh guru. Dengan penggunaan media pembelajaran, maka siswa dapat merasakan pengalaman intuitif misalnya melihat gambar kereta api atau melihat film yang berkaitan dengan pengalaman di luar diri seseorang. Seorang ahli psikologis industri membedakan adanya dua macam keadaan motivasi itu, hal ini dikutip oleh Buchairi Zainun sebagai berikut: Pertama, dinamakannya situasi motivasi yang subjective, dan yang subjektive ini merupakan keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang disebut need, atau kebutuhan, drive atau dorongan atau desire atau keinginan. Kedua, dinamakannya objektif adalah satu barang atau keadaan yang berada di luar seseorang yang biasa disebut dengan istilah incentive

8 Volume 12, Nomor 2, Juni atau rangsangan atau goal atau sasaran atau tujuan. ( Buchairi Zainun, 1989:20). Istilah goal atau tujuan biasanya diartikan lebih luas daripada incentive, karena menurut pandangan ini tujuan itu malah dapa tmencakup kedua konsep kebutuhan dan rangsangan. Kebutuhan mempunyai sifat internal, sedang insentif merupakan bagian eksternalnya daripada sesuatu tujuan. Dengan cara lain dapat pula diutarakan bahwa sesuatu tujuan merupakan satu kebutuhan akhir seseorang sedag kebutuhan atau rangsangan merupakan satu tujuan antara bagi orang itu. Kebutuhan merupakan segi potensial daripada tujuan tersebut. Kedua konsep kebutuhan dan rangsangan tersebut di atas merupakan intisari daripada pengetahuan bila ditinjau dari segi motivasi. Ada orang yang beranggapan bahwa manusia pada hakikatnya adalah merupakan makhluk yang memperoleh motivasi dalam kehidupannya melalui cara-cara yang disadarinya. Berbeda dengan kegiatan-kegiatan berbagai makhluk lainnya yang memperoleh motivasi secara insting dan tidak sadar, sedang manusia dalam melakukan kegiatan-kegiatannya senantiasa memperoleh motivasi secara sadar oleh adanya dorongan yang datang dari dalam dirinya maupun yang dirangsang oleh sesuatu tujuan yang berada di luar dirinya. Oleh karena itulah posisi media pembelaran adalah sebagai pemicu atau sebagai pendorong atau pembangkit lahirnya motivasi dari diri peserta didik. Dorongan dan tujuan itu mempunyai hubungan yang sangat erat. Makhluk manusia senantiasa berusaha mempertahankan adanya keseimbangan dan keserasian di antara kedua kekuatan yang datang dari dalam maupun dari luar dirinya itu. Terjadinya ketidakseimbangan di antara kedua unsur motivasi ini dapat menyebabkan terjadinya kekecewaan dan gangguan dalam kegiatan manusia. Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi, adalah sebagai berikut: a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuanya. c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukkan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan

9 34 Volume 12, Nomor 2, Juni2010 tersebut. Seorang siswa yang menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak sesuai dengan tujuan. (Sardiman A.M., 2000:84). Di samping itu, ada juga fungsi-fungsi lain, seperti motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi alumni memilih fakultas jurusan eksakta (teknik), karena ingin cepat mendapat proyek yang ujung-ujungnya adalah duit (pekerjaan). Mendapatkan sesuatu yang cepat memberikan indikasi karena adanya keinginan yang didasari tuntutan kebutuhan. Dengan kata lain bahwa dengan adanya usaha dan keinginan yang ditekuni dan di idam-idamkan menunjukan adanya motivasi yang kuat, intensitas motivasi seseorang akan sangat menentukan tingkat keberhasilan. Berkaitan dengan need (kebutuhan) Buchari menerjemahkannya secara bebas dari kerangka Maslow sebagai berikut : a. Kebutuhan-kebutuhan dasar manusia sehari-hari untuk makan, minum, berpakaian, bertempat tinggal dan kebutuhan lainnya yang tergolong kebutuhan fisik lainnya (physical needs). b. Kebutuhan-kebutuhan untuk memperoleh keselamatan, keamanan, jaminan atau perlindungan dari ancaman-ancaman yang membahayakan kelangsungan hidup dan kehidupannya dengan aspeknya (safety needs). c. Kebutuhan-kebutuhan untuk disukai dan menyukai, disenangi dan menyenangi, dicintai dan mencintai, kebutuhan untuk bergaul, berkelompok, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, menjadi anggota dari kelompok pergaulan yang lebih besar (social needs). d. Kebutuhan-kebutuhan untuk memperoleh kehormatan, penghormatan, pujian, penghargaan dan pengakuan (the needs for esteems). e. Kebutuhan-kebutuhan untuk memperoleh kebanggaan, keagungan, kekaguman dan kamsyhuran sebagai seorang yang mampu dan berhasil mewujudkan potensi bakatnya dengan hasil prestasi yang luar biasa (the needs for self actualization). (Buchari Zainun, 1989:68). Menurut Morgan dan ditulis kembali oleh S. Nasution, dikatakan bahwa manusia hidup itu memiliki berbagai kebutuhan : Buchari Zainun, op.cit., h. 68.

10 Volume 12, Nomor 2, Juni a. Kebutuhan untuk berbuat sesuatu untuk sesuatu aktivitas b. Kebutuhan untuk menyenangkan orang lain. c. Kebutuhan untuk mencapai hasil. d. Kebutuhan untuk mengatasi kesulitan. (S.Nasution, 1981:24). Pada kebutuhan yang keempat di atas, maka siginifikansi media pendidikan bisa ditemukan. Kebutuhan dan keinginan guru untuk dapat mengatasi kesulitan dalam mengirim pesan kepada peserta didik mendorong guru mencari cara yang tepat dalam mengatasinya. Salah satu cara guru mengatasi kesulitan dalam pembelajaran adalah mengaktifkan penggunaan media pendidikan dalam proses belajar mengajar (PBM). C. Kesmipulan 1. Media harus dimaknai secara luas sebagai segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Dari defenisi di atas nampaknya media dan motivasi belajar secara positif saling terkait oleh karena salah satu fungsi diemban oleh media pendidikan adalah merangsang pikiran, perasaan pikiran peserta didik serta mempunyai daya dorong bagi terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. 2. Siginifikansi media pendidikan dalam proses belajar mengajar (PBM) adalah sebagai pendorong, pemicu dan perangsang bagi siswa untuk belajar dari luar (external). Sementara itu, motivasi berfungsi sebagai daya penggerak dari dalam (internal) diri siswa untuk melakukan aktivitas belajar. 3. Jenis media pendidikan sangat bervariasi mulai dari media visual (pandang), audio (dengar), audio-visual (pandang dengar), termasuk pula segala sesuatu yang bisa memudahkan pesan diterima oleh peserta didik yakni strategi dan metode pembelajaran. Daftar Rujukan A.M. Sardiman Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Cet.VII; Jakarta: Raja-Grafindo Persada. Aqib, Zainal Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Cet. I; Surabaya: Insan Cendekia. Departemen Pendidikan Nasional Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet. II; Jakarta: Balai Pustaka.

11 36 Volume 12, Nomor 2, Juni2010 Hamalik, Oemar Media Pendidikan, Bandung: Alumni, Nasution, S Didaktik Asas-Asas Mengajar. Cet. I; Bandung: Jemmars. Sudradjat, Akhmad. Data diakses pada tanggal Wlodkowski, Raymond J. dan Judith H. Jaynes, Eager tor Learn diterjemahkan oleh M. Chairul Annam dengan judul Motivasi Belajar. Jakarta: Cerdas Pustaka. Zainun, Buchairi Manajemen dan Motivasi. Cet.V; Jakarta: Balai Aksara.