PENDAHULUAN. Peternakan merupakan sektor andalan bagi perekonomian nasional Indonesia.
|
|
- Lanny Hartanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan merupakan sektor andalan bagi perekonomian nasional Indonesia. Pada tahun 2007, sektor peternakan mampu memberikan kontribusi yang cukup baik bagi Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 1,55% dan meningkat menjadi 1,85% pada tahun 2010 (BPS, 2011). Salah satu komoditas yang menjadi tulang punggung sektor peternakan dan tidak mendapatkan subsidi dari pemerintah adalah ayam ras broiler. Ayam ras broiler umumnya dikenal masyarakat dengan nama ayam pedaging. Ayam ras broiler final stock (ayam broiler) yang umum dibudidayakan di Indonesia antara lain berasal dari strain Cobb, Ross, Lohman, Hybro dan Hubbard. Produksi day old chick (DOC) broiler masih didominasi oleh beberapa perusahaan perunggasan terintegrasi antara lain, Charoen Pokphand, Japfa Comfeed, Sierad Produce, Cheil Jedang, Malindo dan Wonokoyo. Besarnya investasi, tingginya risiko serta teknik budidaya dengan penerapan biosecurity yang ketat di parent stock broiler merupakan faktor utama entry barrier agribisnis ini. Selain itu, faktor pemasaran DOC broiler juga merupakan faktor entry barrier yang lain. Setelah bangkit dari keterpurukan yang diakibatkan oleh virus Flu Burung (Avian Influenza) sekitar tahun , berdasarkan data Direktorat Jendral Peternakan (Ditjennak, 2011), populasi ayam broiler pada tahun 2009 sebanyak ribu ekor dan meningkat 21,78% menjadi ribu ekor di tahun Penyebaran populasi ayam broiler di Indonesia tahun 2010 terkonsentrasi di propinsi Jawa Barat (43,36%),
2 Jawa Timur (14,32%), Banten (7,80%), Jawa Tengah (5,69%), Sumatera Utara (4,20%) dan Kalimantan Timur (3,85%). Pertumbuhan populasi ayam broiler tidak terlepas dari peningkatan permintaan dan konsumsi masyarakat akan daging ayam. Daryanto (2009) memaparkan 4 faktor penting yang membuat ayam broiler memiliki posisi pasar yang sangat baik, aman dan sustainable. Pertama, produk ayam broiler digemari karena memiliki kualitas rasa dan tekstur (organoleptik). Kedua, ketersediaan dan kemudahan pengolahan (convenience food). Ketiga, perubahan life style yang terkait alasan kesehatan dengan lebih memilih mengkonsumsi daging putih (white meat) dibandingkan daging merah (red meat). Keempat, daging ayam dan olahannya merupakan sumber protein hewani dengan harga yang lebih murah dibandingkan produk yang lainnya, seperti daging sapi dan daging kambing. Peningkatan daging ayam di Indonesia terlihat dari tren kenaikan konsumsi daging ayam per kg per kapita per tahun. Konsumsi pada tahun 2005 sebesar 4,5 kg meningkat menjadi 5,1 kg di tahun Persentase peningkatan konsumsi ini diestimasikan menjadi 5,9 kg pada tahun 2013 (Gambar 1). Sumber : Lilin et al. (2011), hal 15. Keterangan : Tahun data aktual, tahun data estimasi (E).
3 Gambar 1. Tren Produksi Ayam Broiler dan Konsumsi Ayam Broiler per Kapita Tahun Jika menggunakan data SBU Kemitraan - PT XYZ, harga jual rata-rata livebird tahun 2009 dan 2010 pada tingkat peternak sebesar Rp dan Rp dengan jumlah produksi sebesar juta ekor pada tahun 2009 dan juta ekor pada tahun 2010, maka subsektor peternakan ayam broiler memberikan sumbangan pada PBD sebesar 0.40% dan 0.39%. Peran pemerintah juga sangat besar dalam pengembangan agribisnis ayam broiler. Campur tangan pemerintah dilakukan dengan mengeluarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 940/Kpts/OT.210/10/1997 tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian yang bertujuan untuk meningkatkan keseimbangan usaha antara perusahaan besar dengan peternak, kelompok peternak dan koperasi peternak. Kebijakan ini merupakan faktor kunci penciptaan iklim investasi yang mampu menghubungkan small medium farmer dengan pasar (Birthal, 2008) dan berujung pada pertumbuhan yang inklusif (Daryanto, 2009). Bagi perusahaan peternakan, kemitraan melalui model bisnis contract farming merupakan tuntutan logis sifat agribisnis ayam broiler yang merupakan suatu rangkaian kegiatan usaha terintegrasi (Martodireso dan Suryanto, 2002). Kegiatan usaha hulu dan hilir yang dimiliki oleh perusahaan peternakan terintegrasi umumnya terdiri dari unit breeding dan hatchery yang menghasilkan DOC, unit feedmill yang memproduksi pakan, unit animal pharmaceutical memproduksi obat, vaksin dan desinfektan, unit rumah potong ayam sebagai prosesor yang mengolah livebird (ayam hidup) menjadi dressed chicken dan unit further process yang menghasilkan produk daging ayam olahan.
4 Dalam model contract farming, produk perusahaan peternakan dijual kepada para peternak dalam bentuk paket. Para peternak ini kemudian disebut dengan mitra dan produk berupa paket ini disebut dengan sarana produksi peternakan (sapronak) yang terdiri dari DOC, pakan, obat, vaksin dan bahan desinfektan. Selanjutnya, proses budidaya ayam broiler dilakukan oleh para mitra dengan hasil akhir budidaya berupa livebird. Livebird hasil budidaya dibeli kembali dan dipasarkan oleh perusahaan inti dengan harga yang telah disepakati dalam kontrak perjanjian di awal. Selain menjual produk, perusahaan inti juga dituntut memberikan pelayanan yang komprehensif kepada para mitra terutama bimbingan teknis budidaya dan kecepatan panen livebird. Oleh Tjiptono dan Chandra (2011), kemitraan seperti ini dapat digolongkan sebagai produk hybrid, dimana komponen barang dan jasa memiliki porsi yang berimbang. Persaingan yang semakin ketat mengharuskan perusahaan-perusahaan peternakan yang menjalankan model bisnis contract farming untuk menjaga serta secara terusmenerus meningkatkan kualitas produk dan pelayanannya. Disamping produk, pelayanan telah menjadi isu persaingan yang penting. Setty (1988) menyampaikan bahwa dengan mengelola kualitas produk, perusahaan dapat menurunkan biaya, memberikan company experiences kepada pelanggan, meningkatkan penjualan dan membangun market share, serta pada akhirnya meningkatkan profitabilitas. Senada dengan Setty (1988), Parasuraman et al. (1991) mengungkapkan bahwa kualitas pelayanan merupakan ukuran kinerja perusahaan yang berbasis pada konsumen. Pengetahuan dan pemahaman perusahaan akan dimensi-dimensi kualitas produk dan pelayanan sangat berguna untuk membantu melakukan evaluasi kinerja dalam rangka
5 meningkatkan kepuasan konsumen. Sumarwan (2004) menyampaikan bahwa kepuasan konsumen merupakan dampak perbandingan antara harapan konsumen dengan apa yang diperolehnya. Konsep ini disebut juga dengan the expectancy disconfirmation model. Dalam model ini jika konsumen mengalami kondisi puas pada pasca konsumsi, maka selanjutnya akan melakukan repeat purchase. Demikian pula dalam kemitraan model contral farming. Mitra yang puas akan melakukan kerjasama kembali dengan perusahaan inti, sedangkan mitra yang kurang atau tidak puas akan beralih ke perusahaan inti yang lainnya. Secara implisit dapat dikatakan bahwa kepuasan sangat berperan dalam menciptakan going concern pada bisnis kemitraan model contract farming. Salah satu perusahaan peternakan terintegrasi yang memiliki strategic business unit (SBU) Kemitraan adalah PT XYZ. Saat ini SBU Kemitraan telah menjadi business center of gravity dan membagi segmentasinya berdasarkan letak geografis yaitu, Region Jawa Barat (meliputi provinsi Jawa Barat dan Banten), Region Jawa Tengah (meliputi provinsi DI Yogyakarta dan Jawa Tengah), Region Jawa Timur (meliputi provinsi Jawa Timur dan Bali) serta Region Sumatera (meliputi provinsi Lampung dan Sumatera Selatan). Secara umum SBU Kemitraan mengalami kenaikan populasi DOC mingguan dari ekor di tahun 2009 menjadi ekor di tahun Demikian pula pada tahun 2011 mengalami kenaikan sebesar 15.57% dibandingkan tahun 2010 menjadi ekor (Tabel 1). Tabel 1. Total Populasi DOC per Minggu per Region di Indonesia Tahun (Ekor)
6 Sumber Keterangan Region Populasi DOC per Minggu (Ekor) Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011E Jawa Barat 427, , ,027 Jawa Timur 241, , ,523 Jawa Tengah 310, , ,977 Sumatera - 5,497 69,864 Total Nasional 980, ,561 1,134,391 : SBU Kemitraan - PT XYZ. : Tahun 2011 merupakan estimasi (E). Dengan total populasi tersebut, pangsa pasar secara nasional yang dimiliki SBU Kemitraan pada tahun 2010 adalah sebesar 4.08%. Persentase ini menurun sebesar 0.88% dibandingkan pangsa pasar yang dimiliki pada tahun 2009, yaitu sebesar 4.97%. Khusus untuk provinsi Jawa Barat dan Banten, market share yang dimiliki oleh SBU Kemitraan turun dari 4,15% menjadi 3,33% (Tabel 2). Tabel 2. Total Populasi DOC dan Market Share Tahun (Ekor). Populasi DOC (Ekor) E Provinsi Jabar dan Banten 535,282, ,637, ,508,690 SBU Kemitraan Region Jabar 22,227,082 22,756,495 18,305,380 Market Share 4.15% 3.33% 2.60% Sumber : Ditjennak (2011), Lilin et al. (2011) dan SBU Kemitraan - PT XYZ, diolah. Keterangan : Tahun 2011 merupakan data estimasi (E). Berdasarkan populasi ekor DOC per minggu, Region Jawa Barat mengalami penurunan yang cukup signifikan (19,56%) dari ekor di tahun 2010 menjadi ekor di tahun Penurunan populasi di Region Jawa Barat dikarenakan banyak mitra yang menunda penjadwalan budidaya dan banyak pula yang mengundurkan diri dari kerjasama kemitraan model contract farming SBU Kemitraan. Kondisi ini diawali dengan banyaknya mitra yang menyampaikan keluhan secara lisan, baik kepada PPL ataupun
7 manajemen SBU Kemitraan Region Jawa Barat. Rata-rata mitra per minggu turun dari 15,33 mitra per minggu menjadi 12,60 mitra per minggu (Tabel 3). Tabel 3. Jumlah Mitra yang Bekerjasama dengan SBU Kemitraan Region Jawa Barat Tahun Jumlah Jumlah Rata-rata Jumlah Rata-rata Populasi DOC Kode Kode Mitra Mitra/Minggu (Ekor) Masuk Masuk/Mitra ,277,082 3, ,756,495 2, ,560,796 1, Sumber : SBU Kemitraan - PT XYZ, diolah. Keterangan : Tahun 2010 dari bulan Januari - Desember, Tahun 2011 dari bulan Januari Juli. Penurunan mitra yang menyebabkan penurunan populasi juga sejalan dengan fluktuasi indeks performance budidaya mitra (IP) yang cenderung mengalami penurunan. IP merupakan perhitungan atas evaluasi budidaya yang dilakukan setelah panen livebird. Komponen perhitungan dari IP adalah mortalitas, feed consumption ratio (FCR), bodweight livebird serta umur budidaya. IP merupakan cerminan dari kualitas sapronak, proses budidaya yang dilakukan oleh mitra dan bimbingan teknis yang diberikan PPL dalam budidaya ayam broiler. Pada tahun 2010, tren penurunan DOC per minggu di Region Jawa Barat sudah mulai terlihat bulan Agustus 2009 yang diawali dengan penurunan IP di bulan Mei Rata-rata DOC per minggu selama tahun 2010 sebanyak 437,625 ekor menjadi 352,027 ekor di tahun 2011, dengan rata-rata IP per minggu dari 262 menjadi 251. Grafik tren DOC mingguan ditunjukkan pada Gambar 2 di bawah ini.
8 DOC In 600, , , , , , , ,000 Jan 09 Feb 09 Mar 09 Apr 09 May 09 Jun 09 Jul 09 Aug 09 Sep 09 Oct 09 Nov 09 Dec 09 Jan 10 Feb 10 Mar 10 Apr 10 May 10 Jun 10 Jul 10 Aug 10 Sep 10 Oct 10 Nov 10 Dec 10 Jan 11 Feb 11 Mar 11 Apr 11 May 11 Jun 11 Jul Indeks Performance Budidaya Jumlah DOC In Indeks Performance Budidaya Linear (Jumlah DOC In) Linear (Indeks Performance Budidaya) Sumber : SBU Kemitraan - PT XYZ. Gambar 2. Tren Penurunan Populasi DOC-In dan Indeks Performance Budidaya Mitra Mingguan di SBU Kemitraan Region Jawa Barat Periode Januari Juli 2011 Uraian di atas menunjukkan terdapat keterkaitan antara kualitas produk dan pelayanan SBU Kemitraan Region Jawa Barat dengan kepuasan mitra yang dicerminkan dengan tingkat keikutsertaan mitra. Salah satu solusi untuk meningkatkan jumlah mitra yang mengikuti kerjasama kemitraan model contract farming SBU Kemitraan Region Jawa Barat adalah dengan menganalisis faktor-faktor kualitas produk dan layanan yang mempengaruhi kepuasan para mitra. Untuk mengetahui gambaran lebih mendalam, penilaian tidak hanya dilakukan atas kualitas produk dan layanan SBU Kemitraan Region Jawa Barat saja, akan tetapi juga terhadap kualitas produk dan layanan yang dimiliki oleh para pesaing di wilayah yang sama.
9 Penilaian atas atribut-atribut kualitas produk dan pelayanan dilakukan oleh para mitra, dilanjutkan dengan mengukur tingkat kepuasan para mitra. Selanjutnya, berdasarkan hasil analisis tersebut dirumuskan implikasi manajerial untuk meningkatkan kepuasan para mitra untuk meningkatkan populasi DOC SBU Kemitraan Region Jawa Barat di provinsi Jawa Barat dan Banten Rumusan Masalah Sebagai business centre of gravity yang memiliki peran penting dalam integrasi bisnis PT XYZ, SBU Kemitraan Region Jawa Barat perlu mengenali dan memahami mitranya yang pada akhirnya menghasilkan kepuasan mitra. Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang dihadapi perusahaan saat ini, maka rumusan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah: a. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kepuasan para mitra terhadap kualitas produk dan pelayanan dalam kemitraan model contract farming SBU Kemitraan Region Jawa Barat - PT XYZ? b. Bagaimana tingkat kepuasan para mitra terhadap kualitas produk dan pelayanan dalam kemitraan model contract farming SBU Kemitraan Region Jawa Barat - PT XYZ? c. Bagaimana merumuskan implikasi manajerial bagi SBU Kemitraan Region Jawa Barat - PT XYZ untuk meningkatkan kepuasan para mitra terhadap kualitas produk dan pelayanan dalam kemitraan model contract farming di provinsi Jawa Barat dan Banten?
10 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini antara lain adalah untuk: a. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan para mitra terhadap kualitas produk dan pelayanan dalam kemitraan model contract farming SBU Kemitraan Region Jawa Barat - PT XYZ. b. Menganalisis tingkat kepuasan para mitra terhadap kualitas produk dan pelayanan dalam kemitraan model contract farming SBU Kemitraan Region Jawa Barat - PT XYZ. c. Merumuskan implikasi manajerial bagi SBU Kemitraan Region Jawa Barat - PT XYZ untuk meningkatkan kepuasan para mitra terhadap kualitas produk dan pelayanan dalam kemitraan model contract farming di provinsi Jawa Barat dan Banten Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi SBU Kemitraan - PT XYZ untuk membuat kebijakan peningkatan kualitas yang akan meningkatkan kepuasan para mitra. Selain itu, penelitian ini diharapkan juga menjadi referensi (bench data) perilaku konsumen dalam sektor agribisnis yang menerapkan model contract farming pada bisnis yang dijalankannya Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dibatasi pada lingkup bahasan perilaku konsumen berupa kepuasan para mitra serta langkah-langkah manajerial yang bisa menjadi masukan bagi SBU Kemitraan - PT XYZ yang menjalankan bisnis kemitraan model contract farming.
11 Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB
I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) subsektor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, selain ikan dan telur, guna memenuhi kebutuhan akan protein.
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontribusi sektor peternakan terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional antara tahun 2004-2008 rata-rata mencapai 2 persen. Data tersebut menunjukkan peternakan memiliki
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pengembangan sub sektor peternakan perlu untuk dilakukan karena sub
Lebih terperinciTinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam. Informasi Utama :
Nov 10 Des-10 Jan-11 Feb-11 Mar-11 Apr-11 Mei-11 Jun-11 Jul-11 Agust-11 Sep-11 Okt-11 Nop-11 Edisi : 11/AYAM/TKSPP/2011 Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam Informasi Utama : Harga daging ayam di pasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Tabel 1. Konsumsi Telur dan Daging Broiler pada Beberapa Negara ASEAN Tahun 2009
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki banyak perusahaan yang bergerak di bidang perunggasan, baik dari segi pakan unggas, komoditi unggas, dan pengolahan produk unggas dalam skala besar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Agribisnis peternakan memberikan banyak kontribusi bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaaan dan berperan dalam pembangunan. Berdasarkan data statistik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging,
1 BAB I PENDAHULUAN Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging, mengalami pasang surut, terutama pada usaha kemitraan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya fluktuasi harga
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perekonomian Indonesia pada tahun 213 mengalami pertumbuhan sebesar 5.78%. Total produk domestik bruto Indonesia atas dasar harga konstan 2 pada tahun 213 mencapai Rp. 277.3
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian dari pertumbuhan industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam memenuhi kebutuhan pangan yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Komoditas ayam broiler merupakan primadona dalam sektor peternakan di
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas ayam broiler merupakan primadona dalam sektor peternakan di Indonesia jika dibandingkan dengan komoditas peternakan lainnya, karena sejak pertama kali diperkenalkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi ekonomi yang tumbuh semakin pesat merupakan harapan bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi ekonomi yang tumbuh semakin pesat merupakan harapan bagi semua bangsa di dunia termasuk Indonesia yang merupakan salah satu negara berkembang, juga mengharapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agroindustri adalah usaha untuk mengolah bahan baku hasil pertanian menjadi berbagai produk yang dibutuhkan konsumen (Austin 1981). Bidang agroindustri pertanian dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan usaha ternak ayam di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1970 an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat, yang kemudian mendorong
Lebih terperinciANALISIS PERFORMA PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN CLOSED HOUSE
ANALISIS PERFORMA PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN CLOSED HOUSE POLA KEMITRAAN (Studi Kasus di Peternakan Plasma Sri Budi Ratini, Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya,
Lebih terperinciDisampaikan pada : Jamarizal, SPT Kasi Prod. Bibit Ternak Unggas Direktorat Perbibitan Ternak
Jamarizal, SPT Kasi Prod. Bibit Ternak Unggas Direktorat Perbibitan Ternak Disampaikan pada : Jamarizal, S.Pt Kasi Produksi Bibit Ternak Unggas Direktorat Perbibitan Ternak Jamarizal, SPT Kasi Prod. Bibit
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang sering diterapkan di pedesaan terutama di daerah yang memiliki potensi memelihara ayam broiler. Pola kemitraan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Menurut Xiaoyan dan Junwen (2007), serta Smith (2010), teknologi terkait erat dengan
Lebih terperinciTinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam
Sep-10 Okt-10 Nov 10 Des-10 Jan-11 Feb-11 Mar-11 Apr-11 Mei-11 Jun-11 Jul-11 Agust-11 Sep-11 Edisi : 9/AYAM/TKSPP/ Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam Informasi Utama : Harga daging ayam di pasar domestik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Biro Pusat Statistik (1997) dan Biro Analisis dan Pengembangan. Statistik (1999) menunjukkan bahwa Standar Nasional kebutuhan protein
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Biro Pusat Statistik (1997) dan Biro Analisis dan Pengembangan Statistik (1999) menunjukkan bahwa Standar Nasional kebutuhan protein hewani belum terpenuhi, dan status
Lebih terperinciPENGANTAR. Latar Belakang. Peternakan merupakan salah satu subsektor yang berperan penting dalam
PENGANTAR Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu subsektor yang berperan penting dalam perekonomian nasional. Pada tahun 2014 subsektor peternakan berkontribusi tehadap Produk Domestik Bruto (PDB)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian negara
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia Perkembangan ayam broiler di Indonesia dimulai pada pertengahan dasawarsa 1970-an dan mulai terkenal pada awal tahun 1980-an. Laju perkembangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sub sektor memiliki peran penting dalam pembangunana nasional. Atas
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sub sektor memiliki peran penting dalam pembangunana nasional. Atas kesadaran itu, Departemen Pertanian (2011) mengarahkan pengembangan subsektor peternakan sebagai bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seperti karbohidrat, akan tetapi juga pemenuhan komponen pangan lain seperti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk dari tahun ke tahun menjadikan kebutuhan pangan juga semakin meningkat. Pemenuhan kebutuhan pangan tersebut tidak hanya terbatas
Lebih terperinciKELAYAKAN USAHA PETERNAKANN AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA
KELAYAKAN USAHA PETERNAKANN AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA Muhammad Sujudi 1) Dhyvhy29@gmail.com Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Enok Sumarsih 2) sumarsihenok@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pertanian pada masa sekarang adalah dengan meletakkan masyarakat sebagai pelaku utama (subyek pembangunan), bukan lagi sebagai obyek pembangunan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. berlanjut hingga saat ini. Dunia perunggasan semakin popular di kalangan
PENDAHULUAN Latar Belakang Peternakan ayam pedaging di Indonesia dimulai sejak tahun 1960, berlanjut hingga saat ini. Dunia perunggasan semakin popular di kalangan masyarakat, mulai dari usaha skala rumah
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dengan kondisi daratan yang subur dan iklim yang menguntungkan. Pertanian menjadi sumber mata pencaharian sebagian penduduk dan berkontribusi
Lebih terperinci[Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas]
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN [AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS] [Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas] [Endang Sujana, S.Pt., MP.] KEMENTERIAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memiliki peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor ini dapat diwujudkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. serta dalam menunjang pembangunan nasional. Salah satu tujuan pembangunan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor petenakan merupakan salah satu sub sektor yang berperan serta dalam menunjang pembangunan nasional. Salah satu tujuan pembangunan subsektor peternakan seperti
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Protein merupakan salah satu zat makanan yang diperlukan oleh manusia agar bisa bertumbuh kembang dan tetap sehat. Fungsi protein antara lain untuk membuat dan memperbaiki
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk
Lebih terperinciKAJIAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING DI KABUPATEN KARANG ANYAR: MEMBANDINGKAN ANTARA POLA KEMITRAAN DAN POLA MANDIRI
Jurnal Ilmu Pertanian dan Perikanan Desember 2012 Vol. 1 No.1 Hal : 65-72 ISSN 2302-6308 KAJIAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING DI KABUPATEN KARANG ANYAR: MEMBANDINGKAN ANTARA POLA KEMITRAAN DAN POLA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah yang dimanfaatkan sebagian besar penduduk dengan mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian
Lebih terperinciTinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam. Informasi Utama :
Sep-10 Okt-10 Nov 10 Des-10 Jan-11 Feb-11 Mar-11 Apr-11 Mei-11 Jun-11 Jul-11 Agust-11 Sep-11 Okt-11 Edisi : 10/AYAM/TKSPP/2011 Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam Informasi Utama : Harga daging ayam di
Lebih terperinciKEPUASAN PETERNAK MITRA TERHADAP KEMITRAAN MODEL Contract farming USAHA TERNAK BROILER DI PROVINSI JAWA BARAT DAN BANTEN ABSTRACT ABSTRAK
KEPUASAN PETERNAK MITRA TERHADAP KEMITRAAN MODEL Contract farming USAHA TERNAK BROILER DI PROVINSI JAWA BARAT DAN BANTEN Hendra Wijaya *)1, Bunasor Sanim **), dan Bonar M. Sinaga ***) *) PT Erajaya Swasembada,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus diimbangi dengan kesadaran masyarakat akan arti penting peningkatan gizi dalam kehidupan. Hal
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan kategori bisnis berskala kecil menengah yang dipercaya mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Sub sektor peternakan perlu dikembangkan karena sub sektor ini
Lebih terperinciPOINTER ARAH KEBIJAKAN TERKAIT PENYEDIAAN DAN PASOKAN DAGING SAPI. Disampaikan pada: Bincang Bincang Agribisnis
POINTER ARAH KEBIJAKAN TERKAIT PENYEDIAAN DAN PASOKAN DAGING SAPI Disampaikan pada: Bincang Bincang Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Deputi Bidang Pangan dan Pertanian 2016 Permasalahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perunggasan merupakan komoditi yang secara nyata mampu berperan dalam pembangunan nasional, sebagai penyedia protein hewani yang diperlukan dalam pembangunan
Lebih terperinciNILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN APRIL 2015 SEBESAR 98,71
No. 27/05/34/Th.XVII, 4 Mei 2015 NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN APRIL 2015 SEBESAR 98,71 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada April 2015, NTP Daerah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Daging Ayam Ras Pedaging ( Broiler Tabel 6.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Daging Ayam Ras Pedaging (Broiler) Daging didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk hasil pengolahan jaringan-jaringan tersebut yang sesuai untuk
Lebih terperinciBab 5 Indeks Nilai Tukar Petani Kabupaten Ciamis
Bab 5 Indeks Nilai Tukar Petani Kabupaten Ciamis Sektor pertanian memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi daerah, walaupun saat ini kontribusinya terus menurun dalam pembentukan Produk Domestik
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sub sektor pertanian yang mempunyai potensi yang sangat baik untuk menopang pembangunan pertanian di Indonesia adalah subsektor peternakan. Di Indonesia kebutuhan
Lebih terperinciPertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS
Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS Semester II Tahun 2014 Divisi Statistik, Kepesertaan, dan Premi Penjaminan Direktorat Penjaminan dan Manajemen Risiko DAFTAR ISI Jumlah BPR/BPRS Peserta Penjaminan Grafik
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat kearah protein hewani telah meningkatkan kebutuhan akan daging sapi. Program
Lebih terperinciBPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN SEPTEMBER 2015
BPS PROVINSI ACEH No.44/09/Th.XVIII, 1 September 2015 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN SEPTEMBER 2015 Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan
Lebih terperinciNILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2015 SEBESAR 100,79
No. 17/03/34/Th.XVII, 2 Maret 2015 NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2015 SEBESAR 100,79 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Februari 2015, NTP
Lebih terperinciVI. PELAKSANAAN KEMITRAAN
VI. PELAKSANAAN KEMITRAAN 6.1. Pola Kemitraan CV TMF Kemitraan antara peternak ayam di daerah Cibinong pada dasarnya adalah sama dengan semua kemitraan yang dijalankan di semua daerah kemitraan CV TMF.
Lebih terperinciNILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2015 SEBESAR 102,82
No. 62/11/34/Th.XVII, 2 November 2015 NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2015 SEBESAR 102,82 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Oktober 2015, NTP
Lebih terperinciNILAI TUKAR PETANI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2012 SEBESAR 117,59
No. 02/01/34/TH.XV, 02 Januari 2013 NILAI TUKAR PETANI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2012 SEBESAR 117,59 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI Pada Desember 2012, Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Paling tidak ada lima peran penting yaitu: berperan secara langsung dalam menyediakan kebutuhan pangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebabkan persaingan dalam dunia bisnis semakin berkembang, karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia yang sekarang ini sedang berlangsung, menyebabkan persaingan dalam dunia bisnis semakin berkembang, karena banyaknya perusahaan baru
Lebih terperinciVI POLA KEMITRAAN. Perusahaan Inti DUF. Perusahaan Pemasok Sapronak
VI POLA KEMITRAAN Dramaga Unggas Farm merupakan perusahaan kemitraan ayam broiler yang didirikan pada tanggal 17 Juli 2009. Lokasi kantor perusahaan ini berada di Jl. Raya Dramaga KM 8, Kecamatan Dramaga
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah telah ditindaklanjuti dengan ditetapkannya Undang-undang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketetapan MPR Nomor: XV/MPR/1999 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah telah ditindaklanjuti dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah
Lebih terperinciSTRUKTUR ONGKOS USAHA PETERNAKAN TAHUN 2014 PROVINSI SULAWESI SELATAN
BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 73/12/73/Th. II, 23 Desember 2014 STRUKTUR ONGKOS USAHA PETERNAKAN TAHUN 2014 PROVINSI SULAWESI SELATAN TOTAL BIAYA PRODUKSI UNTUK USAHA SAPI POTONG
Lebih terperinciBPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2015
BPS PROVINSI ACEH No.02/01/Th.XIX, 4 Januari 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2015 Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di beberapa
Lebih terperinciNILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2016 SEBESAR 104,23
No. 67/12/34/Th.XVIII, 1 Desember 2016 NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2016 SEBESAR 104,23 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada November 2016,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat dan meningkatkan. kesejahteraan peternak. Masalah yang sering dihadapi dewasa ini adalah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan peternakan merupakan salah satu aspek penting dalam rangka pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan peternak.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011
1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Peternakan adalah kegiatan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi. Peternakan merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perkembangan dunia peternakan saat ini khususnya perunggasan di Indonesia semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru peternakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi sosial negara sedang berkembang dengan membantu membangun struktur ekonomi dan sosial yang kuat (Partomo,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan umum Ayam Broiler Ayam broiler adalah istilah untuk menyebut strain ayam hasil budidaya teknologi yang memiliki sifat ekonomis, dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan protein hewani mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi bagi kesehatan. Salah satu
Lebih terperinciNILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2015 SEBESAR 99,48
No. 23/04/34/Th.XVII, 1 April 2015 NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2015 SEBESAR 99,48 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Maret 2015, NTP Daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan usaha peternakan unggas di Sumatera Barat saat ini semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan usaha peternakan unggas di Sumatera Barat saat ini semakin pesat dan memberikan kontribusi besar dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani. Unggas khususnya
Lebih terperinciBPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH PERIODE AGUSTUS 2017
BPS PROVINSI ACEH No.40/8/Th.XX, 4 September 2017 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH PERIODE AGUSTUS 2017 Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di
Lebih terperinciBPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2016
BPS PROVINSI ACEH No.02/01/Th.XX, 3 Januari 2017 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2016 Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di beberapa
Lebih terperinciBPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH PERIODE APRIL 2017
BPS PROVINSI ACEH No.19/5/Th.XX, 2 Mei 2017 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH PERIODE APRIL 2017 Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di beberapa
Lebih terperinciBab 4 P E T E R N A K A N
Bab 4 P E T E R N A K A N Ternak dan hasil produksinya merupakan sumber bahan pangan protein yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Perkembangan populasi ternak utama
Lebih terperinciX-TRA Fixed Rate Market Linked Deposit Denominasi USD & IDR
X-TRA Fixed Rate Market Linked Deposit Denominasi USD & IDR Tanggal Laporan 2-Nov-15 UNTUK KETERANGAN LEBIH LANJUT: Call Center CIMB NIAGA 101 www.cimbniaga.com Kode Produk MLD12 28-Sep-12 28-Sep-17 MLD126
Lebih terperinciBPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN NOVEMBER 2015
BPS PROVINSI ACEH No.52/12/Th.XVIII, 1 Desember 2015 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN NOVEMBER 2015 Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di
Lebih terperinciX-TRA Fixed Rate Market Linked Deposit Denominasi USD & IDR
X-TRA Fixed Rate Market Linked Deposit Denominasi USD & IDR Tanggal Laporan -Nov-15 UNTUK KETERANGAN LEBIH LANJUT: Call Center CIMB NIAGA 101 www.cimbniaga.com PERFORMA Kode Produk Tanggal Penerbitan Tanggal
Lebih terperinciX-TRA Fixed Rate Market Linked Deposit Denominasi USD & IDR
X-TRA Fixed Rate Market Linked Deposit Denominasi USD & IDR Tanggal Laporan -Nov-15 UNTUK KETERANGAN LEBIH LANJUT: Call Center CIMB NIAGA 101 www.cimbniaga.com PERFORMA Kode Produk Tanggal Penerbitan Tanggal
Lebih terperinciBPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN SEPTEMBER 2016
BPS PROVINSI ACEH No.45/10/Th.XIX, 3 Oktober 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN SEPTEMBER 2016 Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di beberapa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di beberapa daerah di Indonesia telah memberikan
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. dikembangkan, baik dalam usaha kecil maupun dalam skala besar. Hal ini terlihat
I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternak ayam broiler mempunyai prospek yang cukup baikuntuk dikembangkan, baik dalam usaha kecil maupun dalam skala besar. Hal ini terlihat dari jumlah peningkatan populasi
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat, hal ini menyebabkan kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap pangan semakin meningkat pula. Bagi bangsa Indonesia,
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
No. 24/04/51/Th. XI, 3 April 2017 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI MARET 2017, NTP BALI TURUN 1,01 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali bulan Maret 2017 tercatat mengalami penurunan sebesar 1,01
Lebih terperinciNILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JULI 2016 SEBESAR 104,57
No. 42/08/34/Th.XVIII, 1 Agustus 2016 NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JULI 2016 SEBESAR 104,57 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Juli 2016, NTP Daerah
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH
No. 05/01/51/Th. X, 4 Januari 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH A. DESEMBER 2015, NTP BALI TURUN 0,27 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali bulan Desember 2015 tercatat
Lebih terperinciNILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2017 SEBESAR 101,32
No. 18/04/34/Th.XIX, 3 April 2017 NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2017 SEBESAR 101,32 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Maret 2017, NTP Daerah
Lebih terperinciNILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2015 SEBESAR 100,36
No. 39/07/34/Th.XVII, 1 Juli 2015 NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2015 SEBESAR 100,36 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Juni 2015, NTP Daerah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi dan perdagangan bebas, pembangunan. (on farm) mengalami pergeseran ke arah yang lebih terintegrasi dan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memasuki era globalisasi dan perdagangan bebas, pembangunan peternakan mengalami pergeseran paradigma. Titik berat kepada sistem budidaya (on farm) mengalami pergeseran
Lebih terperinciBAGI HASIL KEMITRAAN AYAM PEDAGING PADA PT. X DI KABUPATEN MAROS, PROPINSI SULAWESI SELATAN
BAGI HASIL KEMITRAAN AYAM PEDAGING PADA PT. X DI KABUPATEN MAROS, PROPINSI SULAWESI SELATAN PRODUCTION SHARING IN BROILER PARTNERSHIP IN PT. X IN MAROS REGENCY, SOUTH SULAWESI PROVINCE Mathina Ranggadatu¹,
Lebih terperinciNILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2016 SEBESAR 102,57
No. 20/04/34/Th.XVIII, 1 April 2016 NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2016 SEBESAR 102,57 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Maret 2016, NTP Daerah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L) merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki peran penting yaitu sebagai makanan manusia dan ternak. Indonesia merupakan salah satu penghasil
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan industri peternakan Indonesia saat ini berkembang dengan pesat, hal ini disebabkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan meningkatnya konsumsi protein hewani perkapita
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
No. 19/03/51/Th. X, 1 Maret 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI FEBRUARI 2016, NTP BALI NAIK 0,44 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali bulan Februari 2016 tercatat mengalami kenaikan sebesar
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perekonomian Indonesia dipengaruhi oleh beberapa sektor usaha, dimana masing-masing sektor memberikan kontribusinya terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hanya perusahaan jasa tapi juga perusahaan dagang maupun perusahaan manufaktur.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini perusahaan dituntut untuk memiliki manajemen yang baik agar dapat tetap menjalankan kegiatan operasinya. Perusahaan tersebut tidak
Lebih terperinciBPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JUNI 2016
BPS PROVINSI ACEH No.26/06/Th.XIX, 1 Juni 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JUNI 2016 Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di beberapa
Lebih terperinciBPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN OKTOBER 2015
BPS PROVINSI ACEH No.52/11/Th.XVIII, 2 November 2015 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN OKTOBER 2015 Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2015
No.55 /9 /13/Th. XVIII / 15 September 2015 september2015 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2015 Garis Kemiskinan (GK) 2015 mengalami peningkatan 5,04 persen, menjadi Rp 384.277,00 perkapita
Lebih terperinci