KREATIVITAS GURU DALAM MERANCANG LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF DI SMK KOTA GORONTALO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KREATIVITAS GURU DALAM MERANCANG LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF DI SMK KOTA GORONTALO"

Transkripsi

1 KREATIVITAS GURU DALAM MERANCANG LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF DI SMK KOTA GORONTALO SAPIA HUSAIN Dinas Pendidikan Kota Gorontalo Abstract: Creative thinking, be creative, creative behaviour. This study aims to determine: (1) teachers of creative thinking in designing a learning environment as a source of earning on the subjects at Vocational High School (SMK) in Gorontalo city, (2) creative attitudes of teachers in designing learning environments as a source of earning on the subjects at school Vocational Secondary (PMS) in Gorontalo city, (3) creative behaviour of teachers in designing learning environments as a source of earning on the subjects at Vocational High School (SMK) in Gorontalo city. The study population is all teachers majoring Productive Vocational High School (SMK) Gorontalo numbering 138 persons. Perception of early obtained by researcher in field that from 138 productive subject teacher in SMK of town Gorontalo 47% or 65 one who include environment as source learn, while 53% [do] not. The sample of 69 teachers earning vocational studies in Gorontalo city by using simple random sampling. Defenisi Operational is Score obtained from answer instrument of pursuant to indicator. Analyse the data which is in using descriptive analysis technique. Percentage. Documentation and data collection using the questionnaire developed by the research indicators. The Hasil of this research is teachers' creativity in designing a learning environment as a source of earning on the subjects at vocational schools in Gorontalo city: (I) creative thinking Productive vocational teachers in Gorontalo city quite well. (2) a creative attitude in Gorontalo city vocational school teachers earning well, (3) creative behaviour in Gorontalo city vocational school teachers to be Productive on a category well. Keywords: teacher creativity, environment and natura/learning Abstrak: Variabel penelitian ini adalah Untuk Mengkaji. Kreativitas Guru Dalam Merancang Lingkungan Sebagai Sumber Bel ajar pada Mata Pelajaran Produktif SMK Kota Gorontalo.Dengan indikator:(1) berpikir kreatif,(2) bersikap kreatif, (3)perilaku kreatif. Populasi penelitian ini adalah seluruh guru jurusan Produktif Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kota Gorontalo yang berjumlah 138 orang. pengamatan awal yang diperoleh peneliti di lapangan bahwa dari 138 guru mata pelajaran produktif di SMK kota Gorontalo 47% atau 65 orang yang memasukkan lingkungan sebagai sumber belajar, sedangkan 53% tidak. Sampel penelitian 69 guru produktif SMK Kota Gorontalo dengan menggunakan simple random sampling. Defenisi Operasional adalah Skor yang diperoleh dari jawaban instrument berdasarkan indikator. Analisis data yang di gunakan teknik analisis deskriptif persentase. Pengumpulan data menggunakan dokumentasi dan kuesioner yang dikembangkan berdasarkan indikator-indikator penelitian. Hasil penelitian ini adalah kreativitas guru dalam merancang Iingkungan sebagai sumber belajar pada mata pelajaran produktif di SMK Kota Gorontalo, yaitu : (1) berpikir kreatif guru Produktif SMK Kota Gorontalo cukup baik. (2) sikap kreatif guru produktif SMK Kota Gorontalo baik, (3) perilaku kreatif guru produktif SMK Kota Gorontalo berada pada kategori baik. Kata Kunci: Kreativitas Guru, Lingkungan, dan Sumber Be/ajar Dunia pendidikan saat ini sedang dihadapkan pada dua masalah besar, yaitu mutu endidikan yang rendah dan sistem pembelajaran di sekolah yang kurang memadai. Dua hal tersebut sangat bertentangan dengan tuntutan era globalisasi yang ditandai dengan AFT A 39

2 Jurnal Penelitian dan Pen'didikan, Volume 8 Nomor 1, Maret yang menuntut pendidikan agar memiliki pendidikan yang tanggap terhadap situasi persaingan global dan memiliki pendidikan untuk dapat membentuk pribadi yang mampu belajar seumur hidup. Berdasarkan hal tersebut guru diharapkan dapat mampu merancang pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyerap pembelajaran dan menangkap materi akademis yang mereka terima, dan siswa menangkap makna dalam tugastugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan penga-. Iaman yang sudah mereka miliki sebelumnya. Dengan demikian guru yang kreatif adalah guru yang mampu menyelesaikan pembelajaran dengan baik yang ditunjukkan oleh peningkatan basil belajar siswa Oleh sebab itu, seorang guru dituntut dapat berfikir kreatif, bersikap kreatif dan berperilaku kreatif. Berpikir kreatif merupakan keadaan seseorang yang dapat menemukan hal-hal yang baru atau mengembangkan suatu keadaan dalam pencapaian tujuan. Bersikap kreatif merupakan keadaan terbuka terhadap pengalaman baru dan luar biasa, luwes dalam berpikir dan bertindak, bebas dalam mengekspresikan diri, dapat mengapreasiasi fantasi, berminat pada kegiatan-kegiatan kreatif, dan percaya pada gagasan sendiri. Sedangkan perilaku kreatif adalah keadaan berani dalam pendirian, mandiri dalam berfikir, mampu bekerja keras dan ulet. Untuk mewujudkan kurikulum tersebut maka dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) guru dapat mengidentifikasi dan menuangkan sumber-sumber belajar yang berasal dari lingkungan sebagai media pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Lingkungan tersebut dirancang oleh guru dengan menggunakan strategi dan teknik tertentu sehingga proses pembelajaran yang akan dilaksanakan dapat berlangsung dengan baik. Lingkungan merupakan sumber belajar yang baik dapat memberikan informasi kepada peserta didik melalui panca inderanya. Peserta didik dapat mengamati langsung kejadian-kejadian yang terjadi di lingkungan, Dari pengamatan awal yang dilakukan oleh peneliti di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kota Gorontalo, nampak bahwa kreativitas guru dalam perencanaan pembelajaran belum optimal. Hal tersebut nampak dari basil pengamatan awal yang diperoleh peneliti di lapangan bahwa dari 138 guru mata pelajaran produktif di SMK kota Gorontalo 47 % atau 65 orang yang memasukkan lingkungan sebagai sumber belajar, sedangkan 53% tidak. Hal ini mengakibatkan pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran tidak optimal. Berdasarkan uraian tersebut perlu penelitian lebih mendalam mengenai kreativitas guru dalam merancang lingkungan sebagai sumber belajar pada mata pelajaran produktif di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kota Gorontalo? Tujuan penelitian yaitu Untuk mengkaji Kretivitas guru dalam merancang lingkungan sebagai sumber bela jar pada mata pelajaran produktif di SMK kota gorontalo. ini adalah untuk mengetahui hal-hal berikut ini: berpikir kreatif, bersikap kreatif, perilaku kreatif. Pengertian kreativitas sudah banyak dikemukakan oleh para ahli berdasarkan pandangan yang berbeda-beda, seperti yang dikemukakan oleh Munandar (1992:47) menjelaskan pengertian kreativitas dengan mengemukakan beberapa perumusan yang merupakan kesimpulan para ahli mengenai kreativitas. Pertama, kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada. Kedua, kreativitas (berpikir kreatif atau berpikir divergen) adalah kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia, menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanaannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. Ketiga secara operasional kreativitas dapat dirumuskan sebagai kemampuan yang mencetminkan kelancaran, keluwesan (jleksibilitas), dan orisinilitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, merinci) suatu gagasan. Slameto 40

3 Husain, Kreativitas Guru dalam Merancang Lingkungan sebagai Sumber Be/ajar... (2003: 145) menjelaskan bahwa pengertian kreativitas berhubungan dengan penemuan se -uatu, mengenai hal yang menghasilkan sesua :u yang baru dcngan menggunakan sesuatu ::ang telah ada. Sesuatu yang baru itu mungkin erupa perbuatan atau tingkah lakn, bangunan, dan lain-lain. Menurut Moreno (dalam Slamet, :2003: 146) yang penting dalam krcativitas itu ukanlah penemuan sesuatu yang belum pernah ' iketahui orang sebelumnya, melainkan bahwa _ roduk kreativitas itu merupakan sesuatu yang aru bagi diri sendiri dan tidak harus merupa ~ an sesuatu yang baru bagi orang lain atau 'unia pada umumnya, misalnya seorang guru :nenciptakan metode mengajar dengan diskusi ::ang belum pernah ia pakai. Semiawan, dkk 993:60) mengemukakan bahwa kreativitas.:: alah suatu kondisi, sikap, atau keadaan yang sangat khusus sifatnya dan hampir tnk mungkin 2:rumuskan secara tuntas. Lebii1 lanjut dikemu-. an bahwa model integratif berpikir kreatif = encakup empat dasar, yaitu: (1) berpikir ra :ional, (2) perkembangan emosional atau pera ~ pada tingkat tinggi, (3) perkembangan ~a! at khusus (penginderaan cipta telen) dalam _ ehi dupan mental dan fisik pada tingkat tinggi, :-. (d) tingkat tinggi kesadaran uang meng :.2silkan penggunaan imajinasi, fantasi, dan ;e::~do brakan pada kondisi ambang kesadaran 2:au ketaksadaran. Dengan demikian dapat di. e:nukakan bahwa kreativitas selalu mencakup :.:.:erpenetrasi (interpenetration) keseluruhan ebjdupan berpikir, merasa mengindera dan...::.. isi, yang terjadi secara menyatu dan =enerobos. Dengan bergeraknya satu fungsi _ :zu sebagian fungsi dari keseluruhan fungsi x_=a.. kreativitas itu belum terjadi sepenuhnya...,odes ( dalam Munandar, 2009:20) menge = akan bahwa pada umumnya kreativitas :.:_-umuskan dalam istilah pribadi (person), -; ::-o-es, dan produk. Kreativitas dapat pula.:.:.:inj au dari kondisi pribadi dan lingkungan ::.::1 _., mendorong (press) individu keperilaku ~-~a if. Menu rut Hulbeck ( dalam Munandar, ~ 9:20) bahwa creative action is an imposing _. one's own whole personality on the environment in a unique and characteristic away (tindakan kreatif adalah memaksakan seluruh kepribadian seseorang terhadap lingkungan dalam karakteristik yang unik). Torrance mengemukakan tentang kreativitas pada dasarnya menyerupai langkah-langkah dalam metode ilmiah, yaitu... the process of, (1) sensing difficulties, problems, gaps in information, missing elements, something asked, (2) making quesses and formulating hypotheses about these defeciencies, (3) evaluating and testing these quesses and hypotheses, (4) possibly revising and retesting them, (5) communicating the result. (... proses, (I) mengidentifikasi kesulitan, masalah, kesenjangan informasi, elemen yang hilang, sesuatu yang diminta, (2) membuat keputusan dan merumuskan hipotesis tentang defisien, (3) evaluasi dan pengujian ini pertanyaan sdan hipotesis, (4) merevisi dan pengujian ulang, (5) mengkomunikasikan hasilnya. Sedangkan menurut pendapat Sund ( dalam Slameto, 2003: ) menyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif dapat dikenal melalui pengamatan ciri-ciri sebagai berikut: (1) hasrat keingintahuan yang cukup besar; (2) bersikap terbuka terhadap pengalaman baru; (3) panj ang akal; ( 4) keinginan untuk menemukan dan meneliti; (5) cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit; (6) cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan; (7) memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas; (8) berpikir jleksibel; (9) menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi jawaban lebih banyak; (1 0) kemampuan membuat analisis dan sitesis; (11 ) memiliki semangat bertanya serta meneliti; (12) memiliki daya abstraksi yang cukup baik; ( 13) memililki latar belakang membaca yang cukup luas. Pendapat Munandar dan Sund di atas mempunyai persamaan antara satu dan yang lainnya. Ke-duanya berpandangan bahwa kreativitas meru-pakan potensi yang dimiliki oleh seorang individu baik secara internal maupun secara eksternal. Secara internal seorang individu termotivasi untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya dalam melaksa- 41

4 Jurnal Penelitian dan Pendidikan, Volume 8 Nomor I, Maret 2011 nakan pekerjaan, sedangkan secara ekstemal seseorang terrnotivasi untuk kreatif karena melihat keberhasilan yang diraih orang lain. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa orang yang kreatif mempunyai suatu motivasi yang tinggi dalam mengenal masalah-masalah yang bernilai. Mereka dapat memusatkan perhatiannya pada suatu masalah secara alamiah dan mengkaitkannya baik secara sadar atau tidak, untuk memecahkannya. Ia menerima ide yang baru, yang muncul dari dirinya sendiri atau yang dikemukakan oleh orang lain. Kemudian ia mengkombinasikan pikirannya yang matang dengan intuisinya secara selektif, sebagai dasar pemecahan yang baik. Ia secara energik menterjemahkan idenya melalui tindakan dan mengakibatkan hasil pemecahan masalah yang sangat berguna. Ciri-ciri perilaku yang ditemukan pada orang-orang yang memberikan sumbangan kreatifyang menonjol terhadap masyarakat dikemukakan oleh Munandar (1992: 36) sebagai berikut: ( 1) Berani dalam pendirian/keyakinan; (2) lngin tahu; (3) Mandiri dalam berpikir dan mempertimbangkan; (4) Menyibukkan diri terus menerus dengan kerjanya; (5) Intuitif; (6) Ulet; (7) Tidak bersedia menerima pendapat dan otoritas begitu saja. Berbagai macam karakteristik di atas jarang sekali tampak paqa seseorang secara keseluruhan, I akan tetapi orang-orang yang kreatif akan lebih banyak memiliki ciri-ciri tersebut, adalah: punya rasa ingin tahu yang dimanfaatkan semaksimal mungkin, mau bekerja keras, berani, kemampuan intelektualnya dimanfaatkan semaksimal mungkin, mandiri, dinamis, penuh inovasi/gagasan dan daya cipta, bersedia menerima inforrnasi, menghubungkan ide dan pengalaman yang diperoleh dari berbagai sumber yang berbeda, cenderung menampilkan berbagai altematif terhadap subyek tertentu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kreativitas guru adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru maupun mengembangkan hal-hal yang sudah ada untuk memberikan sejumlah pengetahuan kepada anak didik di sekolah. Berdasarkan uraian di atas dapat di- katakan bahwa kreativitas dapat ditumbuhkembangkan melalui suatu proses yang terdiri dari beberapa faktor yang. dapat mempengaruhinya di antaranya iklim kerja, keijasama, perbedaan status yang tidak terlalu tajam, pemberian kepercayaan kepada guru, memiliki wewenang, dan mempunyai kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan. Lingkungan sebagai sumber belajar dalam kamus umum Bahasa Indonesia (KUBI) lingkungan diartikan sebgai bulatan yang melingkungi (melingkari). Pengertian lainnya yaitu sekalian yang terlingkung di suatu daerah. Dalam kamus Bahasa Inggris peristilahan lingkungan ini cukup beragam diantaranya ada istilah circle, area, surroundings, sphere, domain, range, dan environment, yang artinya kurang lebih berkaitan dengan keadaan atau segala sesuatu yang ada di sekitar atau sekeliling. Lebih lanjut Learning Comunity Centre, (2009: 1) disebutkan bahwa lingkungan itu merupakan kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan makhluk hidup terrnasuk di dalamnya manusia. dan perilakunya serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan itu terdiri dari unsur-unsur biotik (makhluk hidup), a-biotik (benda mati) dan budaya manusia. Menurut Sartain (2006: 24), yang dimaksud lingkungan meliputi kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes. Meskipun lingkungan tidak bertanggung jawab terhadap kedewasaan anak didik, namun merupakan faktor yang sangat menentukan yaitu pengaruhnya yang sangat besar terhadap anak didik, sebab bagaimana pun anak tinggal dalam satu lingkungan yang disadari atau tidak pasti akan mempengaruhi anak. Pada dasamya lingkungan mencakup lingkungan fisik, lingkungan budaya, dan lingkungan sosial. lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat dalam proses pendidikan (pakaian, keadaan rumah, alat perrnainan, buku-buku, alat peraga,) dinamakan lingkungan pendidikan. Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam interaksi dengan 42

5 Husain, Kreativitas Guru dalam Merancang Lingkungan sebagai Sumber Be/ajar... erbagai lingkungan sekitarnya, utamanaya erbagai sumber daya pendidikan yang ter edia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal. Dengan demikian, sekolah seba =ai suatu sistem memiliki tiga aspek pokok. ang san gat berkaitan erat dengan mutu se oiah, yakni: proses belajar mengajar, kepe- 'mpinan dan manajemen sekolah, serta ling. ngan sekolah. Lingkungan merupakan pan ~ gan hidup yang diakui bersama oleh suatu : elompok masyarakat, yang mencakup cara rfikir, perilaku, sikap, nilai yang tercermin aik dalam ujud fisik maupun abstrak. Oleh L(3.fena itu, suatu lingkungan secara alami akan iwariskan oleh satu generasi kepada generasi rikutnya. Sekolah merupakan lembaga utama g yang didesain untuk memperlancar proses :::ansmisi lingkungan antar generasi tersebut. -oerj ani, dkk. (2007:3) mengemukakan bahwa j gkungan sekolah yang sehat memiliki kore, ~ i yang tinggi dengan: (1) prestasi dan moti : i siswa untuk berprestasi, (2) sikap dan ::1otivsi kerja guru, dan (3) produktivitas dan '-epuasan kerja guru. Namun demikian, analisis :.:ngkungan sekolah harus dilihat sebagai bagjan suatu kesatuan sekolah yang utuh. Ar ::nya, sesuatu yang ada pada suatu lingkungan -, olah hanya dapat dilihat dan dijelaskan.:.atam kaitan dengan aspek yang lain, seperti, :) rangsangan untuk berprestasi, (2) penghar =aan yang tinggi terhadap prestasi, (3) komu ~ as sekolah yang tertib, (4) pemahaman tu.' an sekolah, (5) ideologi organisasi yang kuat, 6 partisipasi orang tua siswa, (7) kepemim. inan kepala sekolah, dan (8) hubungan akrab.: antara guru. Dengan kata lain, dampak.!.3gkungan sekolah terhadap prestasi siswa ::1e kipun sangat kuat tetapi tidaklah bersifat 2.11gsung, melainkan lewat berbagai variabel, ara lain seperti semangat kerja keras dan --emauan untuk berprestasi. Dalam implement. i kurikulum 2004, para ahli menyarankan enciptakan lingkungan belajar yang kondusif.:m akademik, baik secara fisik maupun non :~ i lingkungan fisik merupakan kondisi!ajar yang harus didukung oleh berbagai sarana, laboratorium dan media lain. Lingkungan nonfisik memiliki peran yang besar juga dalam mempengaruhi kondisi belajar, terutama pengaturan lingkungan belajar, penampilan, sikap guru, hubungan harmonis antara guru dan peserta didik, peserta didik dengan guru, dan sesame peserta didik itu sendiri, serta organisasi dan bahan pembelajaran secara tepat, sesuai dengan kemampuan dan perkembangan peserta didik. Berdasarkan seluruh uraian di atas maka lingkungan sebagai sumber belajar adalah segala sesuatu di dalam lingkungan yang berbentuk abstrak dan nyata baik yang bergerak maupun tidak bergerak yang dapat digunakan untuk meningkatkan minat dan motivasi belajar peserta didik sehingga kualitas pembelajaran dapat meningkat sesuai yang diharapkan. Kreativitas Guru dalam Perencanaan Pcmbelajaran Perencanaan ialah suatu unsur yang esensial daripada proses pembelajaran. Anderson ( dalam Sutisna, 2000: 192) mengemukakan bahwa perencanaan adalah proses mempersiapkan seperangkat putusan bagi perbuatan di masa datang. Defenisi ini menyarankan bahwa perencanaan itu membawa kepada dan meliputi pembuatan putusan. Cumminings ( dalam Uno, 2006:1) mengemukakan bahwa perencanaan adalah menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi, dan asumsi untuk masa yang akan datang dengan tujuan memvisualisasikan dan memformulasi basil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima yang akan datang serta usaha untuk mencapainya. Pembelajaran yang akan direncanakan memerlukan berbagai teori untuk merencanakan agar rencana pembelajaran yang disusun benar-benar dapat memenuhi harapan dan tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu Pertama, perencanaan pembelajaran perlu ada perbaikan sebagai berikut: (1) untuk memperbaiki kualitas pembelajaran perlu diawali dengan perencanaan pembelajaran yang diwujudkan de- 43

6 Jurnal Penelitian dan Pendidikan, Volume 8 Hornor 1, Maret 2011 ngan adanya desain pembelajaran, (2) untuk mrancang suatu pembelajaran perlu menggunakan pendekatan sistem, (3) perencanaan desain pembelajaran diacukan pada bagaimana seseorang belajar, (4) untuk merencanakan suatu desain pembelajaran diacukan pada siswa secara perorangan, (5) pembelajaran yang dilakukan akan bermuara pada ketercapaian tujuan pembelajaran, dalam hal ini akan ada tujuan langsung pembelajaran dan tujuan pengiring dari pembelajaran, (6) sasaran akhir dari perencanaan desain pembelajaran adalah mudahnya siswa untuk belajar. Kedua, Cara guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar; unsurunsur yang ada dalam pelaksanaan proses belajar mongajar ad.alah bagaimana seorang guru dituntut kreasinya dalam mengadakan apersepsi. Apersepsi yang baik akan membawa siswa memasuki materi pokok atau inti pembelajaran dengan lancar dan jelas. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, bahasan yang akan diajarkan dibahas dengan bermacam-macam metode dan teknik mengajar. Guru yang kreatif akan memprioritaskan metode dan teknik yang mendukung berkembangnya kreativitas. Dalam hal ini pula, keterampilan bertanya sangat memegang peranan penting. Guru yang kreatif akan mengutamakan pertanyaan divergen, pertanyaan ini akan membawa para siswa dalam suasana belajar aktif. Dalam hal ini guru harus memperhatikan cara-cara mengajarkan kreativitas seperti tidak langsung memberikan penilaian terhadap jawaban siswa. Jadi guru melakukan teknik brainstorming. Diskusi dalam belajar kecil memegang peranan didalam mengembangkan sikap kerjasama dan kemampuan menganalisajawaban-jawaban siswa setelah dikelompokkan dapat merupakan beberapa hipotesa terhadap masalah. Ketiga, cara guru dalam mengadakan evaluasi; proses belajar mengajar senantiasa disertai oleh pelaksanaan evaluasi. Lebih lanjut dikemukakan oleh Hamalik (2008:59) bahwa terdapat modelmodel perencanaan pengajaran, yaitu: (1) f:crencanaan pengajaran versi PBTE, (2) peren- canaan pengajaran sistematis, (3) perencanaan pengajaran model Davis. Menurut Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 bahwa perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian basil belajar, dan sumher belajar. Silabus sebagai. acuan pengembangan RPP memuat identitas mata pelajaran atau tema pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang discsuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan. Komponen RPP adalah: 1. Identitas mata pelajaran; identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas, semester, program/program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan. 2. Standar kompetensi; sandar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/ atau semester pada suatu mata pelajaran. 44

7 Husain, Kreativitas Guru dalam Merancang Lingkungan sebagai Sumber Be/ajar Kompetensi dasar; kompetensi dasar adalab sejumlab kemampuan yang barus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran. 4. Indikator pencapaian kompetensi; indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur danlatau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetabuan, sikap, dan keterampilan. 5. Tujuan pembelajaran; tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan basil belajar yang dibarapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. 6. Materi ajar; materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi. 7. Alokasi waktu; alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar. 8. Metode pembelajaran; metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telab ditetapkan. Pernilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang bendak dicapai pada setiap mata pelajaran. 9. Kegiatan pembelajaran; a. Pendahuluan Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. b. Inti Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis pcserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses, eksplorasi, elaborasi, dan konfinnasi. c. Penutup Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman a tau kesimpulan, penilaian dan ret1eksi, umpan balik dan tindaklanjut. 10. Penilaian basil belajar Prosedur dan instrumen penilaian proses dan basil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian. 11. Sumber belajar Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi. Berdasarkan seluruh uraian di atas, maka kreativitas guru dalam perencanaan pembelajaran adalab kemampuan yang dimiliki oleh guru untuk menciptakan atau mengembangkan sesuatu menjadi baru menjadi sejumlab pengetabuan kepada anak didik di sekolah yang dituangkan dalam perangkat pembelajaran berupa silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). METODE Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Gorontalo 43 Orang, SMK Negeri 2 Gorontalo 25 orang, SMK Negeri 3 Gorontalo 50 orang, SMK Negeri 4 Gorontalo 6 orang, SMK Negeri 5 Gorontalo 3 orang, SMK PGRI Gorontalo 3 orang, SMK Bina Taruna Gorontalo 6 orang 45

8 Jurnal Penelitian dan Pendidikan, Volume 8 Nomor I, Maret 2011 dan SMK Tirtayasa Gorontalo 2 orang. Alasan pemilihan subyek dan menjadi Jatar dalam penelitian di atas mengacu pada petunjuk yang diberikan oleh Spradley (1990:46-51) bahwa, bagi peneliti subyek penelitiannya hendaknya: (1) sederhana, (2) mudah memasukinya, (3) tidak begitu kentara dalam melakukan penelitian, (4) mudah memperoleh ijin, dan (5) kegiatannya dapat dilakukan secara berulang-ulang. Waktu yang digunakan untuk penelitian ini adalab selama 4 ( empat) bulan terhitung dari bulan Maret sampai dengan Juni Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deksriptif kuantitatif. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan basil temuan penelitian dalam bentuk kalimat kalimat berupa keterangan atau pernyataan-pernyataan dari responden sesuai dengan kenyataan yang ada. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru jurusan Produktif Sekolah Menengah Kejuruan(SMK) Kota Gorontalo yang berjumadalah kemampuan yang dimiliki oleh guru untuk menciptakan atau mengcmbangkan sesuatu menjadi baru atas sejumlah pengetahuan kepada anak didik di sekolah, memuat dimensi kreativitas dan lingkungan berupa perencanaan pembelajaran pada RPP. Kreativitas guru dalam merancang lingkungan sebagai sumber belajar pada mata pelajaran produktif di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kota Gorontalo adalah skor yang diperoleh dari jawaban responden setelah menjawab instrumen kreativitas guru dalam merancang lingkungan sebagai sumber belajar pada mata pelajaran produktif di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kota Gorontalo dengan indikator (1) berpikir kreatif, (2) bersikap kreatif, (3) perilaku kreatif. Dengan Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan korelasi product moment dari Pearson dengan : Ket: r xy = Nilai product moment n = sampel L 'Y =jumlahperkalian X dan Y x 2 = lah 138 orang. Sumber Data: Dinas Pendidikan kuadrat dari X y 2 = kuadrat dari Y Kota Gorontalo, Maret Sampel yang digunakan adalah sebagian dari anggota populasi. Untuk sampel dalam penelitian ini Dasar penetapan 50% untuk setiap sekolah yaitu: SMK Negeri 1 Gorontalo 22 orang, SMK Negeri 2 Gorontalo 13 orang, SMK Negeri 3 Gorontalo 25 orang, SMK Negeri 4 Gorontalo 3 orang, SMK Negeri 5 Gorontalo 2 orang, SMK PGRI Gorontalo 2 orang, SMK Bina Taruna Goronta1o6 orang d~m SMK Tirtayasa Gorontalo 1 orang. Jumlah semua SMK 69 orang. Sumber Data: Dinas Pendidikan Kota Gorontalo, Maret 2010 Teknik sampling yang digunakan adalah Proporsional yaitu pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Hal tersebut dilakukan dengan anggapan bahwa anggota populasi dianggap homogen. Variabel Penelitian kreativitas guru dalam merancang lingkungan sebagai sumber belajar pada mata pelajaran produktif di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kota Gorontalo Butir pertanyaan akan valid bila nilai hi tung ( t hitung ) lebih besar dari t tabel ( ttahel ). Berdasarkan basil pengujian validitas instrumen kreativitas guru dalam merancang lingkungan sebagai sumber belajar pada mata pelajaran produktif di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kota Gorontalo, menunjukkan bahwa dari pernyataan pada kuesioner yang berjumlah 35 butir, ternyata ada 4 butir yang tidak memenuhi kriteria validitas (inalid), yaitu nomor 12, 23, 28 dan 31 Selanjutnya ke 4 butir pernyataan tersebut didrop. Dengan demikian diperolch 31 butir yang valid. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus Alpha Crombach. Hasil pengujian reliabilitas instrumen kreativitas guru dalam merancang lingkungan sebagai sumber. belajar pada mata pelajaran produktif di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kota Gorontalo yaitu diperoleh keofisien korelasi alpha sebesar 0,92. Ini berarti instrumen kreativitas guru dalam meran-

9 Husain. Kreativitas Guru dalom Merancang Lingkungan sebagai Sumber Be/ajar... cang lingkungan sebagai sumbcr behjar pada mata pelajaran produktif di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kota Gorontalo memiliki reliabilitas sangat baik. Teknik Pengumpulan Data Jenis data dalam penelitian ini adalah data berupa angka-angka yang diperoleh melalui penyebaran angket. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknikeknik yaitu: Dokumentasi,Kuesioner. Sebagaimana menjawab permasalahan dalam penelitian ini dan berdasarkan jenis data. ang terkumpul digunakan teknik analisis deskriptif persentase yang digunakan untuk meneskripsikan kreativitas guru dalam merancang lingkungan sebagai sumber belajar pada mata elajaran produktif di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kota Gorontalo. Hasil analisis isajikan dalam bentuk Tabel frekuensi Data dianalisis secara deskrip1 if prosentase dengan bantuan rumus (Notoatmodjo, 2005:65) Pr=LxiOO dimana: Pr = persentase f = frekuenn sin n = jumlah sampel, scdangkan untuk mengbitung persentase dalam bentuk skor digunakan formula (Notoatmodjo, 2005: 65) Pr = sc xloo Sf di mana: Pr=persentase SC=Skor capaian yaitu merupakan total skor yang diperoleh selurub SI=Skor ideal yaitu jumlah skor maksimum yang bisa dicapai. Untuk interpretasi data kreativitas guru dalam merancang lingkungan sebagai sumber belajar pada mata pelajaran produktif di Sekolab Menengah Kejuruan (SMK) Kota Gorontalo digunakan kriteria: berdasarkan Buku Podoman Penilaian Kemampuan Guru dengan rentangan sebagai berikut pada Table! dibawah ini lnterprestasi Skor Capaian Responden. No Rentangan presentase (%) Kualitas kategori < 59 Sumber Pedoman Penilaian Kemampuan Guru Sangat Baik baik Cukup Kurang Jika basil yang di uraikan dasar penetap ::_:} kri teria dapat di kolompokan dalam empat egori yaitu kategori san gat baik, baik, cukup a k, kurang baik. Jika jawaban responden erorintasi pada skor 91%-100%, maka basil :.. erada pada kriteria sangat baik, 75%-90% >rada pada kriteria baik, 56%-74% berada :- da criteria cukup, dan paling kecil <59 pada tegori kurang. Selanjutnya presentasi skor :~ ebut di atas akan dipaparkan secara kuali :z if. HA.SIL DAN PEMBAHASAN Sebagaimana dipaparkan pada bagian?~n dabuluan babwa penelitian telab melakukan ::.:1alisis dan deskripsi data sebagai basil temuan ::a:1g diperoleb dari lapangan, maka selanjutnya akan dikemukakan pembahasan atas data yang digambarkan pada deskri psi data berdasarkan pertanyaan-pertanyaan penelitian. 1. Berpikir Kreatif Guru Dari basil penelitian dapat dikemukakan bahwa berpikir positif Responden dalam merancang lingkungan sebagai sumber belajar yang mcnarik bagi peserta didik berada pada kategori baik atau sebesar 84%, berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Selain itu, berpikir positif guru secara luwes dalam merancang lingkungan sebagai sumbcr belajar yang menarik bagi peserta didik berada pada kategori baik atau sebesar 80%. Berpikir kreatif guru secara rasional dalam merancang lingkungan sebagai sumber belajar yang menarik bagi peserta didik berada pada kategori baik atau 47

10 Jurnal Penelitian dan Pendidikan, Volume 8 Nomor 1, Maret 2011 sebesar 80,3%. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa responden mempunyai keterampilan berpikir secara rasional yang baik dalam merancang lingkungan sebagai sumber belajar yang baik melalui perangkat pembelajaran. Pada aspek keterampilan guru memerinci lingkungan sebagai sumber belajar yang menarik bagi peserta didik berada pada kategori sangat baik atau sebesar 86,1%. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa Responden mempunyai keterampilan memerinci lingkungan dengan baik untuk peningkatan kualitas pembelajaran, Sedangkan pada aspek keterampilan guru dalam menilai/mengevaluasi berada pada kategori sangat baik atau sebesar 86,4%. Berdasarkan seluruh temuan penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif guru perlu dikembangkan secara terns menerus, mengingat perangkat pembelajaran yang disusun oleh guru merupakan salah satu kunci keberhasilan pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas. 2. Sikap Kreatif Guru Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa sikap kreatif guru dalam perancangan lingkungan sebagai sumber belajar yang menarik bagi peserta didik baik, pembuatan silabus dan RPP serta penilaian proses pembelajaran. Dari hasil penelitian persentase rasa ingin tahu pada kataegori baik atau sebesar 80,%. Selanjutnya pada aspek bersifat imajinatif berada pada kategori sangat baik atau sebesar 91,9%. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa guru berusaha menuangkan ide-ide yang _baik dalam penyusunan perangkat pembelajaran, terutama pada perangkat silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Aspek lainnya yang menandakan sifat kreatif guru baik adalah sifat guru merasa tertantang oleh kemajuan dalam merancang lingkungan sebagai sumber belajar yang menarik bagi peserta didik berada pada kategori sangat baik atau sebesar 92,2%. Sifat guru merasa tertantang akan berdampak pada keberanian guru dalam menerima resiko akibat keputusan yang diteri- manya. Sifat berani guru dalam mengambil resiko dalam merancang lingkungan sebagai sumber belajar yang menarik bagi peserta didik berada pada kategori Sangat baik atau sebesar 93,9%. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa pada umumnya guru telah melaksanakan perancangan perangkat pembelajaran dengan baik, sehingga siap untuk mengambil resiko terhadap perangkat yang dibuatnya. Selain itu guru sudah mengetahui dengan benar bahwa perangkat yang dibuatnya sudah sesuai dengan standar nasional pendidikan sehingga resiko apapun dapat ditanggungnya. Selanjutnya, aspek lainnya adalah sikap saling menghargai guru dalam merancang lingkungan sebagai sumber belajar yang menarik bagi peserta didik berada pada kategori sangat baik atau sebesar 86,8%. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa perlunya sikap kepedulian pada diri guru untuk saling iklas berbagi dan rela berbagi dalam penyusunan perangkat pembelajaran maupun dalam pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas. Berdasarkan seluruh uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sikap kreatif guru dalam perancangan perangkat pembelajaran perlu dibina secara terns menerus. Hal terse but dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya adalah sikap guru yang mudah bosan pada satu aspek kegiatan, motivasi guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran tidak menentu, dan adanya reward yang diberikan kepada guru tidak dilaksanakan secara kontinu. 3. Perilaku Kreatif Guru Perilaku kreatif guru merupakan perwujudan dari pengetahuan dan pemahaman yang dapat dilihat pada aspek keberanian guru dalam pendirian. Dari hasil penelitian bahwa keberanian guru berada pada kategori baik atau sebesar 82,5%. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa guru memiliki keberanian yang baik dalam penyusunan perangkat pembelajaran. Selanjutnya data lain yang diperoleh adalah kemandirian guru dalam berpikir dan mempertimbangkan lingkungan sebagai sumber belajar yang menarik bagi peserta didik berada pada 48

11 Husain, Kreativitas Guru dalam Merancang Lingkungan sebagai Sumber Bel ajar... kategori cukup baik atau sebesar 75,9%. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa guru memiliki perilaku yang belum mampu mandiri dalam berpikir dan mempertimbangkan lingkungan sebagai sumber-sumber pembelajaran yang menarik dan membangkitkan motivasi peserta didik dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Data lain yang diperoleh peneliti Tentang Kegiatan guru menyibukkan diri dengan pekerjaan berada pada kategori Sangat baik atau sebesar 92,5%. Data lain tentang penelitian diperoleh bahwa keuletan guru dalam merancang lingkungan sebagai sumber belajar yang menarik bagi peserta didik berada pada kategori sangat baik atau sebesar 89,7%. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa guru perlu dibina secara terus menerus dalam pe\aksanaan pembelajaran. Aspek lainnya yang menjadi indikator perilaku kreatif berada pada kategori Sangat baik atau sebesar 90,6%. Berdasarkan seluruh temuan penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa perlunya bagi guru untuk dibiasakan memberikan dan menerima saran untuk perbaikan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran setta bahan ajar. Adanya saran yang baik akan memberikan pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik epada guru. Selain itu, otoritas yang diberikan oleh kepala sekolah, guru, orang tua dan ma -yarakat akan menjadikan guru tersebut menjadi guru yang profesional sebagaimana yang ercantum dalam standar nasional pendidikan. PENUTUP Kesimpu/an Berdasarkan seluruh temuan penelitian i atas dapat disimpulkan bahwa berpikir krea. guru perlu dikembangkan secara terns mene :us, mengingat perangkat pembelajaran yang disusun oleh guru merupakan salah satu kunci eberhasilan pelaksanaan pembelajaran di da- :am kelas. Guru dilibatkan secara optimal da.am penyusunan program pembelajaran yang ilaksanakan setiap tahun di sekolah. Selain itu, epala sekolah dan supervisor perlu melatih guru-guru untuk menciptakan hal-hal bam pada perancangan dalam perangkat pembelajaran, seperti silabus, rencna pelaksanaan pembelajaran dan bahan ajar. Hal-hal baru tersebut seperti penegasan istilah dan materi serta indikator yang hams dicapai oleh peserta didik pada periode tertentu. Dengan adanya kejelasan indikator pembelajaran akan memudahkan guru memberikan materi pelajaran dan peserta didik akan dengan mudah untuk memahaminya melamelalui literatur-literatur lainnya. Saran Mencermati basil temuan pada penelitian 1ni maka disarankan beberapa hal sebagai berikut: 1. Kepala sekolah sebaiknya selalu memperhatikan perkembangan guru dalam perencanaan pelaksanaan pembelajaran, terutama dalam peningkatan kreatifitas guru dalam berpikir dalam menuangkan ide-ide dan gagasan-gagasan dalam perencanaan perangkat pembelajaran yang meliputi silabus, RPP dan bahan ajar. Guru sebaiknya terus mengembangkan dirinya dalam proses pembelajaran dengan cara bersikap kreatif dan mengembangkan imajinasinya untuk menciptakan pembelajaran yang berkualitas sehingga prestasi belajar siswa meningkat pula. Sikap kreatif guru perlu dikembangkan melalui berbagai kegiatan pembiasaan, sepe1ti membiasakan guru merencanakan perangkat pembelajaran secara mandiri melalui kerjasan1a dalam IGS, MGMP. dalam maupun di luar sekolah (MAGANG) sesuai dengan tuntutan kurikulum yang sesuai dengan KTSP. Pengawas dan Diknas Kota perlu memberi. kan penguatan dalam hal mendorong guru untuk melaksanakan tugas. 49

12 Jurnal Penelitian dan Pendidikan, Volume 8 Nomor 1. Maret 2011 DAFTAR PUSTAKA Hamalik, Oemar Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara Learning Comunity Centre. Lingkungan Sebagai Sumber dan lvfedia Pembelajaran. ( sebagai sumber dan media pembelajaran«learning Center Community.htm) Munandar, Utami Kreativitas Manusia. Jakarta: Balai Pustaka Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta Notoatmodjo, Soekidjo Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakmia: Rineka Cipta. Semiawan, C.R. dan Raka Joni, T. 1993, Pendekatan Pemhelajaran: Acuan Konseptual Pengelolaan Kegiatan Be/ajar Mengajar di sekolah, Jakarta: Konsorsium 11- mu Pendidikan Ditjen Pendidikan Tinggi Slameto, Teori Pembelajaran. Semarang. UPT MKK UNNES. Soerjani, Yuwono dan Fardiaz Pengelolaan Lingkungan Sekolah. ( pengelolaan Jingkungan_ sekolah.html) Sutisna, Oteng Administrasi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya Uno, Hamzah B Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Sartain, Partisipasi Masyakarat dalam Pengelolaan Lingkungan. Bandung: Rosdakarya 50

KREATIVITAS GURU DALAM MERANCANG LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF DI SMK KOTA GORONTALO

KREATIVITAS GURU DALAM MERANCANG LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF DI SMK KOTA GORONTALO KREATIVITAS GURU DALAM MERANCANG LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF DI SMK KOTA GORONTALO SAPIA HUSAIN Dinas Pendidikan Kota Gorontalo Abstract: Creative thinking, be creative,

Lebih terperinci

RPP. Pengertian RPP. Komponen RPP

RPP. Pengertian RPP. Komponen RPP RPP Pengertian, Komponen dan Prinsip Penyusunan RPP Pengertian RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu

Lebih terperinci

RPP. Pengertian RPP. Komponen RPP

RPP. Pengertian RPP. Komponen RPP RPP Pengertian, Komponen dan Prinsip Penyusunan RPP Pengertian RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu

Lebih terperinci

SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Berdasarkan Permendiknas 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses)

SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Berdasarkan Permendiknas 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses) SILABUS DAN (Berdasarkan Permendiknas 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses) Disunting dan dikembangkan oleh Pirdaus Widyaiswara LPMP Sumsel Perencanaan Proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: Perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: Perencanaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya

Lebih terperinci

HUBUNGAN KREATIVITAS MEMBENTUK DAN MERAWAT HAIR PIECE DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X TATA KECANTIKAN RAMBUT SMKN 3 PAYAKUMBUH.

HUBUNGAN KREATIVITAS MEMBENTUK DAN MERAWAT HAIR PIECE DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X TATA KECANTIKAN RAMBUT SMKN 3 PAYAKUMBUH. HUBUNGAN KREATIVITAS MEMBENTUK DAN MERAWAT HAIR PIECE DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X TATA KECANTIKAN RAMBUT SMKN 3 PAYAKUMBUH Betris Sonita PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA RIAS DAN KECANTIKAN JURUSAN

Lebih terperinci

PEMAHAMAN GURU PROGRAM STUDI TEKNIK GAMBAR BANGUNAN TENTANG RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SMKN 1 SUMATERA BARAT

PEMAHAMAN GURU PROGRAM STUDI TEKNIK GAMBAR BANGUNAN TENTANG RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SMKN 1 SUMATERA BARAT PEMAHAMAN GURU PROGRAM STUDI TEKNIK GAMBAR BANGUNAN TENTANG RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SMKN 1 SUMATERA BARAT Eri Yadi Setiawan 1, Indrati Kusumaningrum 2, Bakhri 3 Program Studi Pendidikan Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Pendekatan Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan

Lebih terperinci

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 95 Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

KESIAPAN DOSEN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG

KESIAPAN DOSEN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG KESIAPAN DOSEN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG Oleh: Dina Sri Nindiati* *Program Studi Pendidikan Sejarah, FKIP Universitas PGRI Palembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 8 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Kemampuan Berpikir kreatif Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan menganalisis sesuatu berdasarkan data atau informasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata dari rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah rendahnya perolehan

Lebih terperinci

HUBUNGAN LINGKUNGAN AKADEMIS DI SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA JURNAL. Oleh:

HUBUNGAN LINGKUNGAN AKADEMIS DI SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA JURNAL. Oleh: 1 HUBUNGAN LINGKUNGAN AKADEMIS DI SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA JURNAL Oleh: NAYANK RAGILIA NAZARUDDIN WAHAB BAHARUDDIN RISYAK FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Pelajaran 2014/2015. Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK

Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Pelajaran 2014/2015. Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK 145 Upaya Meningkatkan Kualitas Guru Melalui Konsep Pembelajaran Learning Together Di Sma Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Ajaran 2014/ /2015 Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK Pembelajaran learning

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

MINAT BELAJAR SISWA KELAS XI PADA MATA PELAJARAN MENGHIAS BUSANA DI SMK NEGERI 3 SUNGAI PENUH PERA WETTI

MINAT BELAJAR SISWA KELAS XI PADA MATA PELAJARAN MENGHIAS BUSANA DI SMK NEGERI 3 SUNGAI PENUH PERA WETTI MINAT BELAJAR SISWA KELAS XI PADA MATA PELAJARAN MENGHIAS BUSANA DI SMK NEGERI 3 SUNGAI PENUH PERA WETTI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA JURUSAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Operasional Penelitian Tujuan operasional pada penelitian ini adalah ingin menerapkan modifikasi alat bola dan lembing berekor dalam pembelajaran aktivitas lempar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di dalam kelas, maka penelitian ini disebut Penelitian Tindakan atau Action

BAB III METODE PENELITIAN. di dalam kelas, maka penelitian ini disebut Penelitian Tindakan atau Action BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian tindakan. Karena ruang lingkupnya adalah pembelajaran di sekolah yang dilaksanakan guru

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR PROSES PENDIDIKAN KESETARAAN PROGRAM PAKET A, PROGRAM PAKET B, DAN PROGRAM PAKET C DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar tidak bisa lepas dari kehidupan manusia, karena belajarlah manusia bisa bertahan hidup dan bisa memenuhi apa yang menjadi kebutuhan hidupnya. Secara

Lebih terperinci

(Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG

(Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG (Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG UPT SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB) KABUPATEN BANDUNG 2017 DESAIN PEMBELAJARAN Oleh: Yaya Sukarya,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebagai ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Sedangkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebagai ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Sedangkan 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Profil Guru Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:1386), profil didefinisikan sebagai ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Sedangkan guru adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan pada kegiatan pembelajaran matematika untuk meningkatkan mutu

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan pada kegiatan pembelajaran matematika untuk meningkatkan mutu BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan yang bertujuan menekankan pada kegiatan pembelajaran matematika untuk meningkatkan mutu proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini, kita memasuki dunia yang berkembang serba cepat sehingga memaksa setiap individu untuk dapat mengikuti perkembangan tersebut. Indonesia

Lebih terperinci

PERSEPSI GURU BIOLOGI MENGHADAPI KURIKULUM 2013 PADA TINGKAT SATUAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI DI KOTA PEKANBARU

PERSEPSI GURU BIOLOGI MENGHADAPI KURIKULUM 2013 PADA TINGKAT SATUAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI DI KOTA PEKANBARU PERSEPSI GURU BIOLOGI MENGHADAPI KURIKULUM 2013 PADA TINGKAT SATUAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI DI KOTA PEKANBARU Suwondo, Mariani Natalina L. dan Vivi Triska Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN TEORI HASIL PENELITIAN. 1. Indikator dan tujuan rencana pelaksanaan pembelajaran berbasis

BAB V PEMBAHASAN DAN TEORI HASIL PENELITIAN. 1. Indikator dan tujuan rencana pelaksanaan pembelajaran berbasis 67 BAB V PEMBAHASAN DAN TEORI HASIL PENELITIAN A. Pembahasan 1. Indikator dan tujuan rencana pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter di SMP Muhammadiyah 3 Ampel Boyolali Perencanaan adalah proses dasar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. diinginkan untuk siswa dapat diraih dengan baik dan optimal.

BAB II KAJIAN TEORI. diinginkan untuk siswa dapat diraih dengan baik dan optimal. BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pengertian Kompetensi Guru Pada dasarnya tugas seorang guru tidak dapat dianggap mudah, karena tugas dan tanggung jawab mereka sangatlah berat. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika BAB II LANDASAN TEORI A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika Pengertian pembelajaran sebagaimana tercantum dalam UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional adalah suatu proses interaksi

Lebih terperinci

JURNAL PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

JURNAL PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi KREATIVITAS BELAJAR SISWA DITINJAU DARI LINGKUNGAN KELUARGA DAN FASILITAS BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 KARTASURA TAHUN AJARAN 2013/2014 JURNAL PUBLIKASI Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 5 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1. 5 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. 5 Latar Belakang Permasalahan Sesuai dengan Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang standar proses dijelaskan bahwa proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah

Lebih terperinci

KETRAMPILAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) PADA SISWA SMP

KETRAMPILAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) PADA SISWA SMP KETRAMPILAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) PADA SISWA SMP Fransiskus Gatot Iman Santoso Universitas Katolik Widya Mandala Madiun ABSTRAK.Tujuan matematika diajarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal merupakan upaya sadar yang dilakukan sekolah dengan berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif,

Lebih terperinci

Volume 7 Nomor 1 Juli 2017 P ISSN : E ISSN :

Volume 7 Nomor 1 Juli 2017 P ISSN : E ISSN : Volume 7 Nomor 1 Juli 2017 P ISSN : 2088-5792 E ISSN : 2580-6513 http://journal.upgris.ac.id/index.php/malihpeddas UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN PENDEKATAN PAIKEM MELALUI TEKNIK

Lebih terperinci

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI DI SMA NEGERI 1 MARAWOLA

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI DI SMA NEGERI 1 MARAWOLA 1 PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI DI SMA NEGERI 1 MARAWOLA BABUL HASANAH A 351 09 037 JURNAL PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENGARUH KREATIVITAS GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DI KELAS XI AP V SMK NEGERI 1 GORONTALO

PENGARUH KREATIVITAS GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DI KELAS XI AP V SMK NEGERI 1 GORONTALO PENGARUH KREATIVITAS GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DI KELAS XI AP V SMK NEGERI 1 GORONTALO RIKA SEPTI WULANDARI Dr. Abd. Rahman Pakaya, M.Si (Pembimbing I) Djoko

Lebih terperinci

RPP Theory A. Apakah RPP itu? Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa:

RPP Theory A. Apakah RPP itu? Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: A. Apakah RPP itu? Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran,

Lebih terperinci

Candra Hulopi SI Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo

Candra Hulopi SI Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ROLE PLAYING PADA MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DIKELAS X PEMASARAN SMK NEGERI I LIMBOTO Candra Hulopi 911 409 022

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS I OLEH : SITI RUQAYAH NIM : F

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS I OLEH : SITI RUQAYAH NIM : F IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS I OLEH : SITI RUQAYAH NIM : F34211056 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA

Lebih terperinci

Kreativitas Siswa dalam Pembuatan Model Struktur 3D Sel pada Pembelajaran Subkonsep Struktur dan Fungsi Sel

Kreativitas Siswa dalam Pembuatan Model Struktur 3D Sel pada Pembelajaran Subkonsep Struktur dan Fungsi Sel Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Kreativitas Siswa dalam Pembuatan Model Struktur 3D Sel pada Pembelajaran Subkonsep Struktur dan Fungsi Sel Siti Gia Syauqiyah Fitri, Vina Septifiana

Lebih terperinci

Pengaruh Media Pembelajaran Terhadap Prestasi Siswa Pada Mata Pelajaran Sistem Rem Siswa

Pengaruh Media Pembelajaran Terhadap Prestasi Siswa Pada Mata Pelajaran Sistem Rem Siswa Pengaruh Media Pembelajaran Terhadap Prestasi Siswa Pada Mata Pelajaran Sistem Rem Siswa Juri Winantyo Hadi (09320095) Mahasiswa PTM Otomotif IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Berbagai jenis media memiliki

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. yang ingin dicapai yaitu penelitian deskriptif asosiatif, dengan menggunakan

III. METODE PENELITIAN. yang ingin dicapai yaitu penelitian deskriptif asosiatif, dengan menggunakan 32 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu penelitian deskriptif asosiatif, dengan menggunakan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA ALAM PADA SISWA KELAS V SD NO. 188/1 KEMBANG SERI SKRIPSI OLEH DESI FITRI A1D109099

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA ALAM PADA SISWA KELAS V SD NO. 188/1 KEMBANG SERI SKRIPSI OLEH DESI FITRI A1D109099 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA ALAM PADA SISWA KELAS V SD NO. 188/1 KEMBANG SERI SKRIPSI OLEH DESI FITRI A1D109099 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU MATA PELAJARAN IPS SMP SE-KECAMATAN KUTOWINANGUN KABUPATEN KEBUMEN JURNAL

PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU MATA PELAJARAN IPS SMP SE-KECAMATAN KUTOWINANGUN KABUPATEN KEBUMEN JURNAL PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU MATA PELAJARAN IPS SMP SE-KECAMATAN KUTOWINANGUN KABUPATEN KEBUMEN JURNAL Disusun Oleh: Eva Riyanti 12416241011 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika Khaerunnisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika Khaerunnisa, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran matematika, idealnya siswa dibiasakan memperoleh pemahaman melalui pengalaman dan pengetahuan yang dikembangkan oleh siswa sesuai perkembangan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN REMEDIAL TEACHING DALAM MENCAPAI KETUNTASAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FISIKA DI SMA NEGERI SE-KOTA PEKANBARU

PELAKSANAAN REMEDIAL TEACHING DALAM MENCAPAI KETUNTASAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FISIKA DI SMA NEGERI SE-KOTA PEKANBARU PELAKSANAAN REMEDIAL TEACHING DALAM MENCAPAI KETUNTASAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FISIKA DI SMA NEGERI SE-KOTA PEKANBARU Resiana Heri Agusti 1, Azhar 2, Azizahwati 2 Email : resiana.heri.agusti@gmail.com

Lebih terperinci

PENGARUH KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATAKULIAH AKUNTANSI BIAYA II MAHASISWA FKIP AKUNTANSI UMS ANGKATAN 2012

PENGARUH KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATAKULIAH AKUNTANSI BIAYA II MAHASISWA FKIP AKUNTANSI UMS ANGKATAN 2012 PENGARUH KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATAKULIAH AKUNTANSI BIAYA II MAHASISWA FKIP AKUNTANSI UMS ANGKATAN 2012 Usulan Penelitian Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEBUTUHAN PENGHARGAAN (ESTEEM NEEDS) DENGAN KREATIFITAS BELAJAR FISIKA

HUBUNGAN KEBUTUHAN PENGHARGAAN (ESTEEM NEEDS) DENGAN KREATIFITAS BELAJAR FISIKA HUBUNGAN KEBUTUHAN PENGHARGAAN (ESTEEM NEEDS) DENGAN KREATIFITAS BELAJAR FISIKA Muhammad Yusuf Hidayat Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar Jl. Sultan Alauddin No. 36 Samata Gowa Email:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. meningkatkan aktifitas peserta didik dengan pembelajaran menggunakan metode TPR

BAB III METODE PENELITIAN. meningkatkan aktifitas peserta didik dengan pembelajaran menggunakan metode TPR 71 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan informasi bagaimana tindakan yang tepat untuk

Lebih terperinci

Economic Education Analysis Journal

Economic Education Analysis Journal EEAJ 3 (1) (2014) Economic Education Analysis Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/eeaj PENGARUH KESIAPAN BELAJAR, MINAT BELAJAR, MOTIVASI BELAJAR, DAN SIKAP SISWA TERHADAP KEAKTIFAN BELAJAR

Lebih terperinci

TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 1 Penegasan Istilah Istilah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang digunakan terutama untuk

Lebih terperinci

ANALISIS PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN MAHASISWA CALON GURU BIOLOGI UNIVERSITAS BUNG HATTA PADANG ARTIKEL. Oleh :

ANALISIS PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN MAHASISWA CALON GURU BIOLOGI UNIVERSITAS BUNG HATTA PADANG ARTIKEL. Oleh : ANALISIS PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN MAHASISWA CALON GURU BIOLOGI UNIVERSITAS BUNG HATTA PADANG ARTIKEL Oleh : ELSADDAY TRIFOSA PURBA NPM : 1110013221049 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat menentukan untuk perkembangan individu dan perkembangan masyarakat. Kemajuan masyarakat dapat dilihat dari perkembangan

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM TENTANG CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP MELALUI METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM TENTANG CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP MELALUI METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM TENTANG CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP MELALUI METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING Darmanto Priyoutomo SDN I Ngilo-ilo Kecamatan Slahung Kabupaten Ponorogo e-mail:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan, gambaran hubungan antar variabel, perumusan hipotesis sampai dengan

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan, gambaran hubungan antar variabel, perumusan hipotesis sampai dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian merupakan rangkaian sistematis dari penjelasan secara rinci tentang keseluruhan rencana penelitian mulai dari perumusan masalah, tujuan,

Lebih terperinci

Oleh: Ning Endah Sri Rejeki 2. Abstrak

Oleh: Ning Endah Sri Rejeki 2. Abstrak MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS VIII G SEMESTER 2 SMP NEGERI 2 TOROH GROBOGAN 1 Oleh: Ning Endah Sri Rejeki 2 Abstrak Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas (classroom action research). Menurut Kemmis. pengalaman mereka dapat diakses oleh orang lain.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas (classroom action research). Menurut Kemmis. pengalaman mereka dapat diakses oleh orang lain. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang diungkapkan dalam penelitian ini, maka jenis penelitian yang cocok dan relevan adalah penelitian tindakan kelas (classroom

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS JURNAL PENELITIAN

PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS JURNAL PENELITIAN 1 PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS JURNAL PENELITIAN Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat

Lebih terperinci

Pelaksanaan Supervisi Akademik Untuk. Menerapkan Metode Pembelajaran di SD Negeri Neuhen Kabupaten Aceh Besar Tahun Pelajaran 2014/2015

Pelaksanaan Supervisi Akademik Untuk. Menerapkan Metode Pembelajaran di SD Negeri Neuhen Kabupaten Aceh Besar Tahun Pelajaran 2014/2015 Pelaksanaan Supervisi Akademik Untuk Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Menerapkan Metode Pembelajaran di SD Negeri Neuhen Kabupaten Aceh Besar Tahun Pelajaran 2014/2015 Oleh: Drs. Amiruddin. A 9 Abstrak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

TINGKAT KREATIVITAS MAHASISWA PGSD ANGKATAN 2015 DALAM PEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN

TINGKAT KREATIVITAS MAHASISWA PGSD ANGKATAN 2015 DALAM PEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN TINGKAT KREATIVITAS MAHASISWA PGSD ANGKATAN 201 DALAM PEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN Arif Mahya Fanny Universitas PGRI Adi Buana Surabaya arifmahyafanny@gmail.com Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN. M. Nasir Tamalene (Dosen Universitas Khairun Ternate)

KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN. M. Nasir Tamalene (Dosen Universitas Khairun Ternate) 1 KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN M. Nasir Tamalene (Dosen Universitas Khairun Ternate) I. Pendahuluan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan pendekatan kuantitatif karena data-data yang diperoleh berupa angka-angka dan analisis yang digunakan adalah dalam bentuk analisis

Lebih terperinci

PENYUSUNAN RPP PADA KURIKULUM 2013

PENYUSUNAN RPP PADA KURIKULUM 2013 PENYUSUNAN RPP PADA KURIKULUM 2013 Oleh: Dr. Widarto, M.Pd. DISAMPAIKAN PADA PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU (PLPG) GELOMBANG 4 TAHUN 2014 DI LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat mencapai tujuannya. Setiap perusahaan selain bersaing dengan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat mencapai tujuannya. Setiap perusahaan selain bersaing dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi ini, setiap perusahaan bersaing dengan sangat ketat untuk dapat mencapai tujuannya. Setiap perusahaan selain bersaing dengan perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. model pembelajaran Problem posing berbasis aktivitas belajar siswa dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. model pembelajaran Problem posing berbasis aktivitas belajar siswa dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan, yaitu pengembangan model pembelajaran Problem posing berbasis aktivitas belajar siswa dengan pendekatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Pada bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan tinjauan

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Pada bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan tinjauan 14 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS Pada bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan tinjauan pustaka, penelitian yang relevan, kerangka pikir dan hipotesis penelitian.

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini memberikan gambaran pada beberapa aspek meliputi

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini memberikan gambaran pada beberapa aspek meliputi IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian ini memberikan gambaran pada beberapa aspek meliputi perencanaan pembelajaran, proses pelaksanaan pembelajaran meliputi kemampuan

Lebih terperinci

TINJAUAN PELAKSANAAN PRAKTEK DASAR KERJA KAYU SISWA KELAS X TEKNIK GAMBAR BANGUNAN DI SMK NEGERI 1 PADANG

TINJAUAN PELAKSANAAN PRAKTEK DASAR KERJA KAYU SISWA KELAS X TEKNIK GAMBAR BANGUNAN DI SMK NEGERI 1 PADANG TINJAUAN PELAKSANAAN PRAKTEK DASAR KERJA KAYU SISWA KELAS X TEKNIK GAMBAR BANGUNAN DI SMK NEGERI 1 PADANG Yoricha Juniza 1, Maryati Jabar 2, Revian Body 3 Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FT Universitas

Lebih terperinci

STUDI DESKTIPTIF TENTANG PEMAHAMAN GURU DAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN REALIA, MODEL DAN GRAFIS OLEH GURU JURNAL. Oleh

STUDI DESKTIPTIF TENTANG PEMAHAMAN GURU DAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN REALIA, MODEL DAN GRAFIS OLEH GURU JURNAL. Oleh 1 STUDI DESKTIPTIF TENTANG PEMAHAMAN GURU DAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN REALIA, MODEL DAN GRAFIS OLEH GURU JURNAL Oleh INDAH PERMATA SARI NAZARUDDIN WAHAB ROCHMIYATI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PEMETAAN PERSEPSI GURU PADA PENERAPAN KEMBALI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DI SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN SEDAYU

PEMETAAN PERSEPSI GURU PADA PENERAPAN KEMBALI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DI SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN SEDAYU PEMETAAN PERSEPSI GURU PADA PENERAPAN KEMBALI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DI SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN SEDAYU Tri Wahyuningsih Dhiniaty Gularso, S.Si, M.Pd Universitas PGRI Yogyakarta email:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Operasional Penelitian Tujuan operasional pada penelitian ini adalah ingin menerapkan model pembelajaran Peer Teaching dalam pembelajaran aktivitas permainan bolavoli

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diajarkan bukan hanya untuk mengetahui dan

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diajarkan bukan hanya untuk mengetahui dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diajarkan bukan hanya untuk mengetahui dan memahami apa yang terkandung dalam IPA itu sendiri, tetapi pada dasarnya juga bertujuan untuk membantu

Lebih terperinci

12 Media Bina Ilmiah ISSN No

12 Media Bina Ilmiah ISSN No 12 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MATEMATIKA DALAM MENYUSUN RPP BERBASIS PAIKEM MELALUI WORKSHOP PADA SMP BINAAN KOTA MATARAM SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Oleh

Lebih terperinci

PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU (PENYUSUNAN RPP) MELALUI SUPERVISI AKADEMIK

PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU (PENYUSUNAN RPP) MELALUI SUPERVISI AKADEMIK PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU (PENYUSUNAN RPP) MELALUI SUPERVISI AKADEMIK Endah Yanuarti SMK Muhammadiyah Tepus e-mail: endahyanuarti22@yahoo.co.id Abstrak Penelitian Tindakan Sekolah ini merupakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR JURNAL. Oleh YOCIE CALLISTA PUTRI BAHARUDDIN RISYAK SYAIFUDDIN LATIF

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR JURNAL. Oleh YOCIE CALLISTA PUTRI BAHARUDDIN RISYAK SYAIFUDDIN LATIF HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR JURNAL Oleh YOCIE CALLISTA PUTRI BAHARUDDIN RISYAK SYAIFUDDIN LATIF FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR

Lebih terperinci

HUBUNGAN MANAJEMEN PESERTA DIDIK DENGANKELANCARAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

HUBUNGAN MANAJEMEN PESERTA DIDIK DENGANKELANCARAN PROSES BELAJAR MENGAJAR HUBUNGAN MANAJEMEN PESERTA DIDIK DENGANKELANCARAN PROSES BELAJAR MENGAJAR Baiq Neni Sugiatni, Jumailiyah, dan Baiq Rohiyatun Administrasi pendidikan, FIP IKIP Mataram Email :Baiqnenysugiatni@gmail.com

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS TERHADAP SOAL-SOAL OPEN ENDED

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS TERHADAP SOAL-SOAL OPEN ENDED ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS TERHADAP SOAL-SOAL OPEN ENDED Dian Nopitasari Universitas Muhammadiyah Tangerang, Jl. Perintis Kemerdekaan 1/33, d_novietasari@yahoo.com ABSTRAK Tujuan penelitian

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR SEJARAH DENGAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH SISWA SMA SANTO MIKAEL SLEMAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR SEJARAH DENGAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH SISWA SMA SANTO MIKAEL SLEMAN YOGYAKARTA i HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR SEJARAH DENGAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH SISWA SMA SANTO MIKAEL SLEMAN YOGYAKARTA ABSTRAK Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui 1) Minat belajar sejarah siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan usaha sadar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik. Berdasarkan Undang Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR Nur Widia Wardani Nurul Ulfatin E-mail: nurwidia_wardani@yahoo.co.id, Universitas Negeri Malang, Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu aspek yang dapat memberikan kontribusi besar dalam menghasilkan manusia yang berkualitas. Pendidikan memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antar variabel, dan jika ada

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antar variabel, dan jika ada 58 BAB III METODE PENELITIAN 3. Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan korelasional. Menurut Arikunto (00:70) pendekatan korelasional adalah penelitian yang

Lebih terperinci

STUDI EKSPLORASI KESULITAN GURU IPS SMP DI KOTA YOGYAKARTA DALAM PENILAIAN PEMBELAJARAN IPS BERDASARKAN KURIKULUM 2013

STUDI EKSPLORASI KESULITAN GURU IPS SMP DI KOTA YOGYAKARTA DALAM PENILAIAN PEMBELAJARAN IPS BERDASARKAN KURIKULUM 2013 1 STUDI EKSPLORASI KESULITAN GURU IPS SMP DI KOTA YOGYAKARTA DALAM PENILAIAN PEMBELAJARAN IPS BERDASARKAN KURIKULUM 2013 EXPLORATION STUDY OF DIFFICULTIES OF THE JHSs SOCIAL STUDIES TEACHERS IN THE YOGYAKARTA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 14 B. TUJUAN 14 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 14 D. UNSUR YANG TERLIBAT 14 E. REFERENSI 15 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 15

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 14 B. TUJUAN 14 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 14 D. UNSUR YANG TERLIBAT 14 E. REFERENSI 15 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 15 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 14 B. TUJUAN 14 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 14 D. UNSUR YANG TERLIBAT 14 E. REFERENSI 15 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 15 G. URAIAN PROSEDUR KEGIATAN 18 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR

Lebih terperinci

PENGARUH BIMBINGAN KARIR TERHADAP MINAT MELANJUTKAN PENDIDIKAN PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP

PENGARUH BIMBINGAN KARIR TERHADAP MINAT MELANJUTKAN PENDIDIKAN PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP PENGARUH BIMBINGAN KARIR TERHADAP MINAT MELANJUTKAN PENDIDIKAN PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP Putri Yuliandari Prodi Bimbingan dan Konseling FKIP Untan Pontianak Email : Putriandari5@gmail.com Abstract

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA Susilawati Program Studi Pendidikan Fisika, IKIP PGRI Semarang Jln. Lontar No. 1 Semarang susilawatiyogi@yahoo.com

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN MENJELASKAN DAN BERTANYA GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN MENJELASKAN DAN BERTANYA GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN MENJELASKAN DAN BERTANYA GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA JURNAL Oleh RENANTI WIDYA DARA NAZARUDDIN WAHAB ERNI MUSTAKIM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan dapat diketahui dari hasil belajar yang diperoleh dan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan dapat diketahui dari hasil belajar yang diperoleh dan menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan kegiatan pokok keseluruhan dari proses pendidikan yang dilakukan di sekolah. Keberhasilan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dapat diketahui

Lebih terperinci

REVIEW DAN REVISI SILABUS-RPP MAPAEL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) Oleh: Ajat Sudrajat

REVIEW DAN REVISI SILABUS-RPP MAPAEL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) Oleh: Ajat Sudrajat REVIEW DAN REVISI SILABUS-RPP MAPAEL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) Oleh: Ajat Sudrajat PRODI ILMU SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2009 REVIEW

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR PPKn MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR PPKn MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR PPKn MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER Oleh : Bambang Sumantri Dosen Tetap Yayasan STKIP PGRI Ngawi Abstrak : Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN KOMPETENSI PRAKTIK KELISTRIKAN OTOMOTIF MAHASISWA LULUSAN SMA DAN SMK PADA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN JPTK FKIP UNS

STUDI PERBANDINGAN KOMPETENSI PRAKTIK KELISTRIKAN OTOMOTIF MAHASISWA LULUSAN SMA DAN SMK PADA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN JPTK FKIP UNS STUDI PERBANDINGAN KOMPETENSI PRAKTIK KELISTRIKAN OTOMOTIF MAHASISWA LULUSAN SMA DAN SMK PADA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN JPTK FKIP UNS Saryatun, Ranto, Danar Susilo Wijayanto Prodi Pendidikan

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas IV MIS Margapura Kecamatan Bolano Lambunu

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas IV MIS Margapura Kecamatan Bolano Lambunu Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas IV MIS Margapura Kecamatan Bolano Lambunu Opi Pradita, Mestawaty, As, dan Sarjan N. Husain Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bersifat mencari umpan balik bagi penyempurnaan metode pembelajaran.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PADA POKOK BAHASAN ZAT DAN WUJUDNYA DI SMP NEGERI 15 BANJARMASIN

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PADA POKOK BAHASAN ZAT DAN WUJUDNYA DI SMP NEGERI 15 BANJARMASIN PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PADA POKOK BAHASAN ZAT DAN WUJUDNYA DI SMP NEGERI 15 BANJARMASIN Indah Mentari, Zainuddin, dan Andi Ichsan Mahardika Program

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif (Poerwanti, 2000:32) yaitu data penelitiannya bersifat numerik yang berupa gejala

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan yang diselenggarakan di Indonesia merupakan pendidikan yang berlandaskan pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional yang salah satunya adalah Peraturan Menteri

Lebih terperinci

Neneng Kusmijati Guru Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Purwokerto

Neneng Kusmijati Guru Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Purwokerto PENINGKATAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DI SMP NEGERI 2 PURWOKERTO Neneng Kusmijati Guru Sekolah Menengah Pertama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, maka suatu penelitian memerlukan suatu metode penelitian. Menurut Sugiyono (2008:2) Metode penelitan pada dasarnya

Lebih terperinci