BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan. Konsep ini menciptakan paradigma borderless world, yaitu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan. Konsep ini menciptakan paradigma borderless world, yaitu"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi merupakan kekuatan pemicu (driver forces) pada semua aspek kehidupan. Konsep ini menciptakan paradigma borderless world, yaitu dunia yang tidak mengenal batas-batas teritorial kedaulatan sebuah negara/bangsa. Dampaknya turut menciptakan persaingan yang semakin tinggi pada semua aspek kehidupan masyarakat. Begitu juga dengan pendidikan, dimana pengelolaanya tidak dapat dilakukan secara tradisional akan tetapi membutuhkan kemampuan khusus sehingga output pendidikan sesuai dengan kebutuhan pangsa pasar baik nasional maupun internasional. Pengelolaan pendidikan menjadi sangat penting, dimana pertumbuhan dan perkembangan lembaga pendidikan dipengaruhi oleh kemampuan administrator dalam melakukan scanning lingkungan eksternal, competitor lembaga lain, memperhitungkan kompetensi internal, harus dapat menciptakan strategi yang mumpuni untuk memenangkan persaingan tanpa meninggalkan esensi dari pendidikan itu sendiri (Haryanto dan Rozza, 2012). Jasa Pendidikan(sekolah) dianggap sebagai sarana utama dalam mencerdaskan manusia secara individu atau kelompok. Oleh karena itu, hampir di semua Negara pendidikan dijadikan prioritas dalam pembangunan bangsa dan penyelenggaraan pendidikan tidak hanya menjadi tugas dan tanggung jawab pemerintah tetapi juga masyarakat. Banyak lembagalembaga pendidikan di jalur formal dan non formal didirikan, dikelola, dan

2 2 dikembangkan oleh pemerintah dan swasta termasuk di Indonesia (Sarwono, 2011). Lembaga pendidikan sebagai organisasi non profit sangat memerlukan informasi biaya. Tanpa informasi biaya, pihak manajemen tidak memiliki ukuran apakah masukan yang dikorbankan memiliki nilai ekonomis yang lebih rendah daripada nilai keluarannya, sehingga manajemen tidak memiliki informasi apakah kegiatan usahanya menghasilkan sisa hasil usaha atau tidak. Sisa hasil usaha ini sangat diperlukan untuk mengembangkan dan mempertahankan eksistensi dalam jangka panjang sebuah lembaga pendidikan tersebut. Begitu juga sebaliknya tanpa informasi biaya, tidak akan dapat diketahui akurasi didalam penetapan biaya penyelenggara pendidikan itu apakah terlalu mahal atau terlalu murah. Selain itu pula, pihak manajemen tidak memiliki dasar untuk mengalokasikan berbagai sumber ekonomi yang dikorbankan dalam menghasilkan sumber ekonomi yang lain. Di tengah fenomena tersebut, akuntabilitas keuangan oleh organisasi non profit dan salah satunya lembaga pendidikan menjadi sebuah tuntutan. Upaya untuk menyampaikan kepada stakeholders (siswa, orang tua siswa, pemerintah ataupun badan penyelenggara) merupakan hal penting agar terjadi keseimbangan antara kepentingan pihak manajemen maupun stakeholders. Lembaga dapat mengkomunikasikan secara transparan dan terbatas atas biaya penyelenggaraan pendidikan, disatu sisi masyarakat dapat menilai sekaligus mengevaluasi kinerja keuangan lembaga tersebut. Sehingga, akuntabilitas keuangan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap

3 3 penyelenggaraan pendidikan, yang akhirnya mampu mendorong kesadaran dan partisipasi yang lebih tinggi terhadap lembaga pendidikan. Penyajian informasi biaya bisa dilaksanakan bila manajemen bisa mengidentifikasi biaya-biaya apa saja yang telah terjadi dalam melaksanakan aktivitasnya. Keterbatasan kemampuan pihak manajemen sekolah dalam penyajian informasi biaya bisa menyebabkan pengelolaan lembaga tersebut kurang profesional yang dapat memberi dampak buruk inefisiensi dan inefektivitas. Faktor pendukung untuk mencapai mutu dan kualitas pendidikan diperlukan adanya sarana atau fasilitas yang memadai. Beberapa sumber pendapatan sekolah yang diatur didalam Perda Kabupaten Tulungagung Nomor 3 Tahun 2010 Pasal 110 yaitu Dana Bantuan Oprasional Sekolah (BOS) dari pemerintah pusat, Dana Bantuan Operasional Daerah dari pemerintah daerah, dan dana dari sumbangan masyarakat. Pengawasan pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan dilakukan oleh Pemerintah Daerah, Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah(Bimantara, 2014). Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa biaya pendidikan adalah seluruh pengeluaran yang berupa sumber daya (input) baik berupa barang (natural) atau jasa (non natural). Dalam Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dijelaskan bahwa pembiayaan pendidikan secara nasional merupakan tanggungjawab antara pemerintah, masyarakat, dan keluarga (orang tua siswa) dan sumber bantuan lain. Didalam pembuatan Rancangan Anggaran Pendapatan belanja Sekolah (RAPBS) melibatkan beberapa unsur, diantaranya : pihak sekolah, orang tua

4 4 murid, dalam wadah komite sekolah atau komite sekolah dan Dinas Pendidikan. ABC system merupakan sistem informasi biaya yang mengubah cara yang digunakan oleh manajemen dalam pengelolaan bisnis. Jika dalam manajemen tradisional, pengelolaan bisnis didasarkan pada fungsi, dengan ABC system pengelolaan bisnis diubah menjadi pengelolaan berbasis aktivitas(mulyadi, 2003). Keberhasilan implementasi ABC system dapat diukur dari perubahan orientasi pengelolaan ke pemuasan kebutuhan customer dan orientasi pengelolaan ke improvement terhadap aktivitas yang digunakan untuk melayani customer. Penelitian terdahulu dengan menggunakan Activity Based Costing adalah penelitian dari Cindrawati, dkk dengan judul Penerapan Activity Based Costing System Sebagai Dasar Menentukan Harga Pokok Kamar Hotel (Studi Kasus pada Hotel Pelangi Malang Periode 2012). Pada Activity Based Costing, biaya overhead pada masing-masing produk dibebankan pada banyak cost driver. Sehingga dalam Activity Based Costing telah mampu mengalokasikan biaya aktivitas ke setiap kamar secara tepat berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas. Penelitian dari Ruhanita Maelah, dkk dengan judul Cost per student using ABC approach: A case study. Menunjukkan bahwa saat ini, metode biaya tradisional digunakan dan jumlah siswa adalah pemicu biaya tunggal dalam mengalokasikan biaya. Biaya per siswa rata-rata oleh fakultas. Penelitian menunjukkan bahwa menggunakan ABC, informasi biaya yang lebih komprehensif dan rinci dapat dihasilkan pada program level untuk

5 5 sarjana dan pascasarjana, dan untuk siswa internasional dan lokal. Sistem ABC Model produk biaya tahunan yang lebih tinggi per siswa dibandingkan dengan biaya tahunan hadir tapi lebih rendah per siswa untuk program pascasarjana. Penelitiandari Krishnan dengan judul An Application of Activity Based Costing in Higher Learning Institution: A Local Case Study. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Activity Based Costing dapat membantu universitas untuk memahami mana biayanya, apa yang mendorong mereka untuk terjadi, dan biaya yang mungkin rendah ditambahkan ke objek biaya. Sistem ini memungkinkan kepala departemen universitas untuk menganalisis dan melihat hal-hal, melalui lensa biaya dan aktivitas kerja. SMK YPPM BOJA merupakan salah satu sekolah swasta di kabupaten Kendal yang ikut berperan serta mencetak tenaga professional muda dalam bidang akuntansi, administrasi perkantoran, busana butik dan rekayasa perangkat lunak. Sekolah ini dirintis sejak tahun 1987 dan bernaung dalam Yayasan Pembinaan Pembangunan Masyarakat(YPPM) Boja. SMK YPPM BOJA beralamat di Jl. Raya Bebengan No. 122 Boja Kendal. SMK YPPM BOJA mempunyai visi dan misi dalam mewujudkan siswa yang berkompeten. Visi dari SMK YPPM BOJA yaitu Menjadi lembaga yang berstandar untuk mewujudkan sumber daya manusia yang cerdas, terampil, kompetitif dan berakhlak mulia. Sedangkan misi SMK YPPM BOJA yaitu: Melaksanakan sistem pendidikan yang berbasis kompetensi yang kondusif, meningkatkan mutu tenaga pendidik dan kependidikan, menjalin kemitraan dengan DU/DI, mengoptimalkan peran

6 6 serta masyarakat dalam pengembangan sekolah, meningkatkan keharmonisan dan kesejahteraan, dan meningkatkan kegiatan keagamaan. Biaya pendidikan merupakan biaya penunjang keberhasilan pelaksanaan pendidikan. SPP merupakan salah satu pendapatan sekolah yang menunjang kegiatan belajar mengajar. Strategi yang digunakan pada SMK YPPM BOJA dalam mengelola keuangan ini dinilai masih belum sesuai dengan yang diharapkan oleh menejemen sekolah. Kenaikan tarif SPP menimbulkan kekhawatiran pihak yayasan bila tarif tersebut terus meningkat, resiko yang dihadapi adalah berkurangnya murid. Penelitian ini dilakukan untuk memberikan alternatif kepada SMK YPPM BOJA mengenai penentuan tarif SPP berdasarkan metode ABC system. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti mencoba menerapkan penggunaan Activity Based Costing di SMK YPPM BOJA sebagai tolok ukur menentukan tarif SPP di SMK YPPM BOJA dengan judul ALTERNATIF PENENTUAN TARIF SPP MENGGUNAKAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SYSTEM DI SMK YPPM BOJA. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana penentuan tarif SPP menggunakan Activity Based Costing System? 2. Bagaimana membandingkan tarif SPP yang telah ditetapkan saat ini dengan metode Activity Based Costing?

7 7 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian perumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan: 1. Untuk menetapkan perhitungan tarif SPP di SMK YPPM BOJA menggunakan metode Activity Based Costing System. 2. Untuk menganalisis perbedaan perhitungan dengan menggunakan akuntansi yang telah ditetapkan saat ini dengan metode Activity Based Costing System. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai ilmu pengetahuan khususnya pengetahuan tentang cara menentukan tarif SPP dengan menggunakan metode Activity Based Costing. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang penerapan metode Activity Based Costing sebagai tolok ukur manajemen dalam mengambil kebijakan penentuan tarif SPP dengan menggunakan metode Activity Based Costing di SMK YPPM BOJA. b. Bagi Akademik Penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan tentang penentuan biaya dengan menggunakan Activity Based Costing serta untuk menambah pembendaharaan perpustakaan.

8 8 c. Bagi penulis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta ilmu pengetahuan tentang penerapan Activity Based Costing menurut teori dan kondisi nyata di lapangan pada perusahaan jasa terutama di bidang pendidikan. d. Bagi pembaca Penelitian ini diharapkan dapat membantu pembaca sebagai referensi atau bahan acuan untuk membuat penelitian yang lain dengan metode Activity Based Costing pada perusahaan jasa yang lain. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara keseluruhan dalam penulisan skripsi. Adapun sistematika penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan yang akan membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan tentang landasan teori sebagai pedoman dalam pembahasan penulisan skripsi berupa konsep-konsep dan teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan yang dirumuskan.

9 9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menjelaskan secara rinci mengenai unsur-unsur metode dalam penelitian ini, yaitu penjelasan mengenai objek penelitian, jenis penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, metode analisis serta prosedur analisis yang digunakan oleh penulis dalam memecahkan permasalahan yang telah dirumuskan. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini merupakan bab pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya. Bab ini berisi profil objek penelitian, perhitungan taris spp SMK YPPM Boja, perhitungan tarif spp Activity Based Costing System, serta perbandingan antara perhitungan menurut SMK YPPM Boja dan perhitungan Activity Based Costing System. BAB V PENUTUP Merupakan kesimpulan dari perhitungan tarif spp pada SMK YPPM Boja dan saran dari penulis yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak yayasan dan SMK YPPM Boja.

10 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Biaya Pengertian Biaya Konsep biaya telah berkembang sesuai dengan kebutuhan akuntan, ekonom dan insinyur. Akuntan telah mendefinisikan biaya sebagai suatu nilai tukar, pengeluaran, atau pengorbanan yang dilakukan untuk menjamin perolehan manfaat. Dalam akuntansi keuangan, pengeluaran atau pengorbanan pada tanggal akuisisi dicerminkan oleh penyusutan atas kas atau asset lain yang terjadi pada saat ini atau di masa yang akan datang (Carter, 2009). Biaya adalah suatu pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan akan memberikan keuntungan/manfaat pada saat ini atau masa yang akan datang (Daljono, 2009) Klasifikasi biaya Klasifikasi biaya di entitas sekolah menurut sifatnya ini akan digunakan untuk mempertegas batasan, mempermudah perhitungan dan menambah keakuratan pelaporan. Menurut Bastian, berdasarkan sifatnya biaya dikelompokkan menjadi 2(dua), yaitu :

11 11 1. Biaya Langsung Adalah biaya yang dikeluarkan untuk membiayai proses pencapaian hasil dan tujuan suatu organisasi. Di sekolah dasar dan menengah negeri, biaya langsung adalah biaya proses peningkatan kualitas siswa dan pencapaian tujuan utama sekolah yang tidak terpisahkan dari diri siswa serta berdampak terhadap siswa secara keseluruhan (Bastian, 2006). Contoh biaya langsung adalah biaya praktikum, biaya ujian, biaya pemakaian laboratorium, biaya peminjaman buku, dan sejenisnya. Dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa biaya langsung merupakan komponen utama dari biaya pendidikan(spp), atau dapat dikatakan merupakan biaya sesungguhnya dari pendidikan itu sendiri. 2. Biaya Tidak Langsung Adalah komponen biaya penunjang atau pelengkap dari komponen biaya langsung. Dalam dunia pendidikan, biaya tidak langsung merupakan komponen penunjang atau katalisator dalam proses belajar mengajar. Jadi, tujuan akhir sekolah dalam peningkatan kualitas lulusan dapat lebih cepat dicapai. Contoh biaya serta langsung adalah bantuan dana kegiatan siswa, biaya keamanan dan kebersihan, dan biaya kegiatan sosial. Klasifikasi biaya menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas menurut Mulyadi (2010) yaitu: 1. Biaya Variabel Adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung.

12 12 2. Biaya Semivariabel Adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semivariabel mengandung unsur biaya tetap dan unsure biaya variabel. 3. Biaya Semifixed Adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu. 4. Biaya Tetap Adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu. Contoh biaya tetap adalah gaji direktur produksi. Klasifikasi biaya lain yaitu Opportuniti cost. Opportunity cost merupakan biaya yang diukur dari manfaat yang hilang karena seseorang atau perusahaan memilih satu alternatif sehingga tidak dapat memilih alternatif yang lain Identifikasi Biaya Identifikasi biaya yang terjadi di suatu sekolah di sesuaikan dengan APBS. Berikut adalah diagram penyusunan anggaran pendidikan sekolah menengah yang digunakan dalam sekolah: Activity Costing System Aktivitas Biaya Langsung Sumber: Indra Bastian, 2006 Biaya Anggaran Biaya Tidak Langsung

13 13 Pada awalnya komponen penyusunan anggaran terdiri dari berbagai aktivitas yang terjadi dalam proses belajar mengajar. Dari berbagai aktivitas tersebut, biaya pelaksanaannya terdiri dari dua komponen, yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung. Dalam penyusunan biaya aktivitas, sekolah dibantu menggunakan Activity Costing System(ACS) yang merupakan salah satu alat perhitungan biaya dalam pendekatan ekonomi. Menurut pendekatan ekonomi tersebut, biaya merupakan cerminan aktivitas yang dilakukan entitas bersangkutan, sehingga rincian biaya merupakan rincian aktivitas dan prasarana pendukung aktivitas yang dibutuhkan.dengan penjabaran jenis biaya dan aktivitas secara bersamaan, anggaran tahunan dapat dirinci secara lebih akurat. Kelebihan metode tersebut adalah kemudahannya dalam merinci biaya yang perlu diperhitungkan. Metode tersebut tidak mengindahkan pengaruh tingkat teknologi, kondisi eksternal, dan tingkat efisiensi aktivitas organisasi dalam pencapaian tujuan organisasi Activity Based Costing System (ABCS) Sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (activity based costing system-abc), pertama menelusuri biaya pada aktivitas, kemudian pada produk. Asumsi yang mendasari adalah aktivitas menggunakan sumber daya dan produk yang pada gilirannya menggunakan aktivitas (Hansen dan Mowen, 2009). Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (activity based costing-abc) didefinisikan sebagai suatu system perhitungan biaya dimana tempat penampungan biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu dialokasikan

14 14 menggunakan dasar yang mencakup satu atau lebih faktor yang tidak berkaitan dengan volume (non-volume-related factor) (Carter, 2009). Dibandingkan dengan akuntansi biaya tradisional, ABC mencerminkan penerapan penelusuran biaya yang lebih menyeluruh. Perhitungan biaya produk tradisional menelusuri hanya biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung ke setiap unit output. Sebaliknya ABC mengakui bahwa banyak biaya-biaya lain yang pada kenyataanya dapat ditelusuri tidak ke unit output, melainkan ke aktivitas yang diperlukan untuk memproduksi output Falsafah Yang Melandasi ABC System Menurut mulyadi (2003), ada dua keyakinan dasar yang melandasi ABC system, yaitu : 1. Biaya ada penyebabnya dan penyebab biaya adalah aktivitas. 2. Penyebab terjadinya biaya (yaitu aktivitas) dapat dikelola melalui pengelolaan terhadap aktivitas yang menjadi penyebab terjadinya biaya Proses pengolahan data Activity Based Cost System Pengolahan data dalam ABC sistem dibagi menjadi dua tahap, yaitu : 1. Activity Based Process System Pada tahap pertama ini, biaya di golongkan kedalam dua kelompok besar: a. Biaya langsung produk/jasa Yaitu biaya yang dapat dibebankan secara langsung ke produk/jasa. Biaya ini dibebankan sebagai kos produk/jasa melalui aktivitas yang menghasilkan produk/jasa yang bersangkutan.

15 15 b. Biaya tidak langsung produk/jasa Yaitu biaya yang tidak dapat dibebankan secara langsung ke produk/jasa. Biaya ini dibebankan ke aktivitas melalui salah satu dari dua cara berikut : 1. Driver tracing, dibebankan ke aktivitas melalui resource driver yaitu basis yang menunjukan hubungan sebab akibat antara konsumsi sumber daya dengan aktivitas. 2. Allocation, dibebankan ke aktivitas melalui basis yang bersifat sembarang. 2. Activity Based Object Costing Pada tahap ke dua ini, berisi tiga kegiatan penting yaitu : 1. Pembentukan Activity Cost Pool Activity Cost Pool adalah akun yang digunakan untuk menggabungkan biaya dua atau lebih aktivitas yang memiliki activity driver yang sama untuk dapat dibebankan secara bersamasama ke produk/jasa dengan menggunakan hanya satu activity driver. 2. Pembebanan biaya antar aktivitas Ada tiga tahap pembebanan biaya antar aktivitas : a. Pembebanan biaya Direktur ke bagian-bagian yang berada dibawah wewenang Direktur. b. Pembebanan biaya kepala bagian ke aktivitas yang berada dibawah wewenang kepala bagian yang bersangkutan.

16 16 c. Pembebanan biaya support activities ke result contributing dan result producing activities. 3. Pembebanan Biaya result contributing activities ke result producing activities Keuntungan Penggunaan ABC System Menurut Daljono(2009) keuntungan penggunaan ABC berkaitan dengan 3 hal, yaitu : 1. Meningkatkan kualitas pengambilan keputusan Penerapan sistim ABC akan meningkatkan ketepatan pengambilan keputusan karena penentuan harga pokok yang lebih informatif. Sistim ABC mencegah timbulnya distorsi dalam penentuan harga pokok produk. 2. Aktivitas perbaikan secara terus menerus untuk mengurangi BOP Penurunan BOP dilakukan dengan cara menerapkan perbaikan secara terus menerus (continous improvement). Apabila perusahaan menerapkan ABC manajer akan memahami bahwa aktivitas akan memicu timbulnya biaya. Oleh karena itu aktivitas-aktivitas yang tidak ada nilai tambahnya (nonvalue Added) harus dihilangkan. 3. Memudahkan menentukan relevant cost Penerapan ABC akan memberikan kemudahan dalam memperoleh relevant cost untuk keputusan yang lebih luas. Jika suatu keputusan yang diajukan akan menurunkan atau justru meningkatkan aktifitas yang berlevel batch, maka pembuat keputusan dapat penurunan atau peningkatan biaya yang akan terjadi. memperkirakan

17 Perbandingan ABC dengan Sistem Perhitungan Biaya Tradisioal Beberapa perbandingan antara ABC dengan sistem perhitungan biaya tradisional dalam Carter(2009) yaitu : 1. Sistem ABC mengharuskan penggunaan tempat penampungan overhead lebih dari satu, tetapi tidak setiap system dengan tempat penampungan biaya lebih dari satu merupakan system ABC. Tetapi jika setiap unit memerlukan proses sendiri-sendiri secara rinci, maka sistem perhitungan biaya tersebut adalah sistem berbasis unit dan bukan ABC. 2. Jumlah tempat penampungan biaya overhead dan dasar alokasi cenderung lebih banyak di sistem ABC, tetapi hal ini sebagian besar disebabkan karena banyak sistem tradisional menggunakan satu tempat penampungan biaya atau satu dasar alokasi untuk semua tempat penampungan biaya. 3. Perbedaan umum antara sistem ABC dan sistem tradisional adalah homogenitas dari biaya dalam satu tempat penampungan biaya. ABC mengharuskan perhitungan tempat penampungan biaya dari suatu aktivitas, maupun identifikasi atas suatu pemicu aktivitas untuk setiap aktivitas yang signifikan dan mahal. Hasil yang bisa ditemukan adalah bahwa semua biaya dalam satu tempat penampungan biaya aktivitas sangat serupa dalam hal hubungan logis antara biaya-biaya tersebut dengan pemicu aktivitas, sementara hal yang sama tidak dapat dikatakan untuk kebanyakan sistem tradisional. 4. Perbedaan lain sistem ABC dengan sistem tradisional adalah bahwa semua sistem ABC merupakan perhitungan biaya dua tahap, sementara sistem tradisional bisa merupakan sistem perhitungan satu atau dua tahap.

18 Tingkatan Biaya dan Pemicu Biaya Dalam Activity Based Costing, dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya overhead disebut sebagai penggerak atau pemicu (Driver). Pemicu sumber daya (Resource Driver) adalah dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya dari suatu sumber daya ke berbagai aktivitas berbeda yang menggunakan sumber daya tersebut. Jika suatu sistem ABC mengalokasikan biaya dari suatu sumber daya ke beberapa aktivitas berdasarkan kaki persegi atau jumlah karyawan yang didedikasikan untuk setiap aktivitas, maka kaki persegi dan jumlah karyawan disebut sebagai pemicu sumber daya. Pemicu aktivitas (activity driver) adalah suatu dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya dari suatu aktivitas ke produk, pelanggan, atau objek biaya final (final cost object) lainnya. Kata final mengacu pada langkah terakhir dalam alokasi biaya. Sifat dan ragam pemicu aktivitas membedakan ABC dari perhitungan biaya tradisional (carter, 2009). ABC mengakui aktivitas, biaya aktivitas, dan pemicu aktivitas pada tingkatan agregasi (levels of aggregation) yang berada dalam satu lingkungan produksi. Menurut Carter(2009) dalam bukunya, mengidentifikasi tingkatan pemicu aktivitas menjadi 4, yaitu : 1. Tingkat Unit Biaya tingkat unit (unit-level cost) adalah biaya yang pasti akan meningkat ketikaa saat unit produksi. Biaya ini adalah satu-satunya biaya yang selalu dapat dengan akurat dibebankan secara proporsional terhadap volume.

19 19 Pemicu tingkat unit (unit-level driver) merupakan ukuran aktivitas yang bervariasi dengan jumlah unit yang di produksi dan dijual. Pemicu tingkat unit merupakan satu-satunya dasar alokasi yang berkaitan dengan volume yang digunakan dalam ABC. 2. Tingkat Batch Biaya tingkat batch (batch-level cost) adalah biaya yang disebabkan oleh jumlah batch yang diproduksi dan dijual. Pemicu tingkat batch (batch level driver) adalah ukuran aktivitas yang bervariasi dengan jumlah batch yang diproduksi dan dijual. 3. Tingkat produk Biaya tingkat produk (product level cost) adalah biaya yang terjadi untuk mendukung sejumlah produk berbeda yang dihasilkan. Biaya tersebut tidak harus dipengaruhi oleh produksi dan penjualan dari satu batch atau satu unit lebih banyak. Pemicu tingkat produk (product level driver) adalah ukuran aktivitas yang bervariasi dengan jenis produk yang diproduksi dan dijual. 4. Tingkat pabrik Biaya tingkat pabrik (plant level cost) adalah biaya untuk memelihara kapasitas di loksai produksi. Pemicu tingkat pabrik (plant level driver) adalah ukuran aktivitas yang bervariasi dalam memelihara kapasitas di lokasi produksi. 2.2 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang menggunakan metode Activity Based Costing System, adalah sebagai berikut:

20 20 No 1. Pengarang (tahun) Ruhanita Maelah, Amizawati Mohd Amir,dan Sofiah Md Auzair(20 11) Judul Cost per student using ABC approach: A case study 2. Anbalagan An Application Krishnan( of Activity 2006) Based Costing in Higher Learning Institution: A Local Case Study 3. Septya Dewi Cindrawat i, M. Dzulkirom dan Zahroh Z.A(2014) Penerapan Activity Based Costing Sebagai Dasar Menentukan Harga Pokok Kamar Hotel (Studi Kasus pada Hotel Pelangi Malang Periode 2012) Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Metode analisis Penelitian ini menggunakan metode studi kasus tunggal untuk menentukan biaya per siswa untuk semua program akademik di Universitas Negeri Malaysia, dengan menggunakan pendekatan ABC. Hasil Menunjukkan bahwa menggunakan ABC, informasi biaya yang lebih komprehensif dan rinci dapat dihasilkan pada program level untuk sarjana dan pascasarjana, dan untuk siswa internasional dan lokal.abc Model produk biaya tahunan yang lebih tinggi per siswa dibandingkan dengan biaya tahunan hadir tapi lebih rendah per siswa untuk program pascasarjana. Menunjukkan bahwaactivity Metode analisis penelitian studi kasus ini Based Costing dapat adalah kombinasi membantu universitas deskriptif dan analisis untukmemahami mana kuantitatif analisis biayanya, apa yang deskriptif Sebuah studi mendorong mereka untuk tentang Laporan Tahunan terjadi, dan biaya yang Universitas Sebuah studi mungkin rendah dari anggaran ditambahkan ke objek biaya Departemen dan barang-. Sistem inimemungkinkan barang buku besar kepala departemen analisis kuantitatif universitasuntuk Perhitungan tarif menganalisis dan melihat hal-hal, melalui lensa biaya Overhead Saran biaya dan aktivitas kerja. Model Baru Metode analisis yang Hasil penelitian digunakan adalah metode menunjukkan bahwa pada deskriptif yaitu analisis activity based costing, biaya harga pokok hotel saat overhead pada masingini, menetapkan metode masing produk dibebankan biaya berdasarkan pada banyak cost driver. Sehingga dalam activity activity based costing, kemudian based costing, telah mampu membandingkan harga mengalokasikan biaya pokok kamar hotel aktivitas kesetiap kamar berdasarkan activity secara tepat berdasarkan konsumsi masing-masing based costing dengan aktivitas. realisasinya.

21 Kerangka Konseptual SMK YPPM BOJA SPP SMK YPPM BOJA Activity Based Costing (ABC) System Mengidentifikasi biaya berdasarkan aktivitas Unit level Act Batch level Act Product sustaining Act Facility sustaining Act Mengidentifikasi cost driver Mengidentifikasi cost pool Membebankan biaya berdasarkan cost driver Tarif SPP SMK YPPM BOJA Perhitungan SPP berdasar ABC System Hasil Perbandingan Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Aktivitas adalah peristiwa atau tugas dengan tujuan tertentu. Aktivitas yang terjadi di SMK YPPM BOJA ditunjukkan untuk menghasilkan jasa

22 22 pendidikan. Untuk mendukung jasa pendidikan, sekolah perlu tunjangan dana berupa SPP, sehingga terjadi hubungan positif antara aktivitas yang terjadi dengan tarif SPP yang berlaku. Bila aktivitas semakin banyak, maka tarif SPP juga meningkat. Peningkatan tarif SPP mempengaruhi perilaku konsumen(siswa).

23 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan di salah satu sekolah swasta yang bernaung dalam sebuah yayasan yaitu SMK Yayasan Pembinaan Pembangunan Masyarakat(YPPM) BOJA yang beralamat di Jl. Raya Bebengan No. 122 Boja, Kab. Kendal. 3.2 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif merupakan data yang dicatat bukan dengan angka-angka tetapi dengan menggunakan klasifikasi-klasifikasi (Soeratno dan Arsyad, 2008). Data kualitatif dari penelitian ini adalah keterangan-keterangan yang diperoleh melalui wawancara dengan pihak keuangan SMK YPPM BOJA. Sedangkan data kuantitatif merupakan kumpulan angka-angka hasil observasi atau pengukuran(soeratno dan Arsyad, 2008). Data kuantitatif dari penelitian ini berupa data laporan keuangan yang diperoleh dari SMK YPPM BOJA. Sumber data penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari obyek yang diteliti. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang

24 24 dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan (Indriantoro dan Supomo, 2002). Data sekunder yang diperoleh peneliti berupa biaya-biaya yang terjadi dalam periode tertentu yang diperlukan, jumlah siswa, jumlah guru dan karyawan, dan informasi terkait perhitungan tarif SPP. 3.3 Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah : 1. Wawancara Penulis mengumpulkan data dan dokumen yang dibutuhkan dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan seputar penelitian kepada informan atau orang yang ahli di bidangnya, dalam hal ini adalah bagian keuangan dan kepala sekolah SMK YPPM BOJA dengan tujuan memperoleh informasi yang akurat. Wawancara dilakukan secara langsung dengan pihak yang bersangkutan dan juga menggunakan media elektronik ( , pesan singkat, atau telepon). 2. Observasi Penulis melakukan observasi langsung ke lokasi penelitian dan melakukan dokumentasi yang dianggap penting. Dalam hal ini adalah SMK YPPM BOJA untuk mengamati kondisi saat ini yang berkaitan dengan pembelajaran, biaya operasional berupa kelengkapan sarana dan prasarana, dan fasilitas yang diperoleh siswa.

25 25 3. Studi Pustaka Penulis mengumpulkan data melalui sumber bacaan, media teknologi, dan dokumen internal perusahaan yang berkaitan dengan SMK YPPM BOJA dan Activity Based Costing System. 3.4 Metode Analisis Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan agar peneliti mengetahui dan mampu untuk menjelaskan karakteristik variabel yang sedang diteliti Analisis Perhitungan Tarif SPP di SMK YPPM BOJA Menggunakan Metode Activity Based Costing 1. Menganalisis Tarif SPP SMK YPPM BOJA saat ini 2. Mengidentifikasi Biaya berdasarkan aktivitas 3. Mengidentifikasi Cost Driver 4. Mengidentifikasi Cost Pool 5. Membebankan biaya ke produk menggunakan cost driver dan aktivitas. Tarif per cost driver = Jumlah Aktivitas Cost driver Sumber: Hansen dan Mowen (2009) 6. Hasil dari penelitian ini berupa data-data pendukung perhitungan tarif SPP SMK YPPM BOJA.Pembahasan penelitian ini berupa perhitungan, perbandingan dan analisis tarif SPPmenggunakan Activity Based Costing System.

26 26 7. Setelah melakukan perhitungan, perbandingan dan analisis maka penulis menarik kesimpulan dan memberikan saran kepada yayasan berdasarkan kesimpulan dari perhitungan tarif SPP di SMK YPPM BOJA dengan perhitungan Activity Based Costing System.

27 27 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian Gambaran Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah sebuah perusahaan jasa yang bergerak di bidang pendidikan yaitu SMK YPPM BOJA. SMK YPPM BOJA merupakan salah satu sekolah swasta di kabupaten Kendal yang ikut berperan serta mencetak tenaga professional muda dalam bidang akuntansi, administrasi perkantoran, pemasaran, busana butik dan programmer. Sekolah ini dirintis sejak tahun 1987 dan bernaung dalam Yayasan Pembinaan Pembangunan Masyarakat(YPPM) Boja. SMK YPPM BOJA beralamat di Jl. Raya Bebengan No. 122 Boja Kendal. SMK ini memiliki 4 jurusan atau kompetensi keahlian yang masingmasing jurusan atau keahlian tersebut menggunakan jumlah ruang kelas sebagai berikut: Table 4.1 Tabel kompetensi keahlian/jurusan dan jumlah kelas No Kompetensi keahlian/jurusan 1 Akuntansi 2 Administrasi Perkantoran 3 Busana Butik 4 Rekayasa Perangkat Lunak Sumber: Data yan Diolah Jumlah kelas

28 Visi dan Misi SMK YPPM BOJA Visi: Menjadi lembaga yang berstandar untuk mewujudkan sumber daya manusia yang cerdas, terampil, kompetitif dan berakhlak mulia. Misi: 1. Melaksanakan sistem pendidikan yang berbasis kompetensi yang kondusif 2. Meningkatkan mutu tenaga pendidik dan kependidikan 3. Menjalin kemitraan dengan DU/DI 4. Mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam pengembangan sekolah 5. Meningkatkan keharmonisan dan kesejahteraan 6. Meningkatkan kegiatan keagamaan Kompetensi Keahlian SMK YPPM BOJA Kompetensi keahlian/jurusan di SMK YPPM BOJA terdiri dari 4 jenis, yaitu: a. Akuntansi Kompetensi keahlian/jurusan akuntansi mempelajari siklus pembuatan laporan keuangan secara teori, selain itu siswa juga melakukan praktik kerja lapangan (PKL) di perusahaan. b. Administrasi Perkantoran Kompetensi keahlian/jurusan administrasi perkantoran ini mempelajari membuat arsip data, pembuatan surat perjalanan dinas, komunikasi melalui telephon. c. Busana Butik Kompetensi keahlian/jurusan busana butik mempelajari cara menjahit, dari mulai menyusun pola hingga bisa finishing membuat sebuah busana.

29 29 d. Rekayasa Perangkat Lunak Kompetensi keahlian/jurusan rekayasa perangkat lunak mempelajari bagaimana mendesign sebuah program hingga membuat suatu program serta mengaplikasikan program tersebut Struktur Organisasi SMK YPPM BOJA Struktur organisasi SMK YPPM BOJA adalah sebagai berikut: KETUA YAYASAN KADIN DIKPORA HARLINA KURNIANIN KEPSEK SUHARTO K.A TATA USAHA KOR BP SRI SUHARYATI DWI PUJI WKS. KURIKULUM WKS. KESISWAAN WKS. SARPRAS DRS.SUPRIYATNO SIH KARYAWANTI DRA. RETNO INDRATI LAB.KOMP WKS. HUMAS SP. PURWANTO LAB.JHT PRAKERIN MUCHLASIN EKO WAHYU, S.Pd LAB.BHS LAB.PENJ UMI KUDZAIFAH ANA NUR B KAPROG A.P KAPROG AKT KAPROG P.E KAPROG B.B SRI MARHAENIS DRA. SRI HARTATI DODY HARYONO NIKEN PITASARI WALI KELAS WALI KELAS X.AP WALI KELAS AK ROFIATUN, S.Pd NGAPRI WALI KELAS XI.AP WALI KELAS XI.AK PUJI MINDANI EKO WAHYU, SS WALI KELAS XII.AP RETNO W, S.Pd X.RPL SURANTI XI.RPL X.BB HERINA XI.BB ROSYIH DUROTUL A WALI KELAS XII.AK XII.RPL XII.BB UMI KHUDZAIFAH OENAWATI UDI H Sumber: SMK YPPM Boja Gambar 4.1 Struktur organisasi SMK YPPM BOJA

30 Penentuan Tarif SPP SMK YPPM BOJA Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2008 Tentang Pendanaan Pendidikan dalam BAB III Tanggung Jawab Pendanaan Pendidikan Oleh Penyelenggara atau Satuan Pendidikan yang Didirikan Masyarakat, Pendanaan Biaya Investasi Satuan Pendidikan, Biaya Investasi Penyelenggaraan dan/atau Pengelolaan Pendidikan, Biaya Operasi Satuan Pendidikan dan Biaya Operasi Penyelenggaraan dan/atau Pengelolaan Pendidikan dapat bersumber dari: a. Penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat b. Pemerintah c. Pemerintah Daerah d. Orang Tua/Wali Peserta Didik e. Pemangku Kepentingan diluar Peserta Didik dan Orang Tua/walinya f. Bantuan Pihak Asing yang Tidak Mengikat g. Sumber lainnya yang sah Dengan adanya dana subsidi pemerintah untuk lembaga pendidikanyang sangat besar anggarannya ini merupakan salah satu dari misi sosial yang dilakukan pemerintah. Sehingga kebijakan ini diharapkan dapat mengembangkan system pendidikan nasional yang berstandar. Tarif SPP SMK YPPM BOJA ditentukan melalui rapat Yayasan dan Komite Sekolah. Dari rapat Yayasan dan Komite Sekolah tersebut diambil kebijakan tarif SPP SMK YPPM BOJA adalah sebesar Rp dengan perincian untuk masing-masing jurusan adalah sebagai berikut:

31 31 Tabel 4.2 Tarif SPP SMK YPPM BOJA No. Jurusan Tarif SPP 1. Akuntansi Rp Administrasi Perkantoran Rp Busana Butik Rp Rekayasa Perangkat Lunak Rp Tarif SPP sebesar Rp tersebut didapat dari perhitungan tarif SPP tahun sebelumnya yaitu Rp ditambah dengan kenaikan sebesar Rp untuk setiap jurusan. 4.3 Penentuan Tarif SPP Menggunakan Metode Activity Based Costing Mengidentifikasi Aktivitas Dari biaya-biaya tidak langsung dalam penyediaan jasa pendidikan oleh SMK YPPM Boja tersebut, diidentifikasi aktivitas-aktivitasnya sebagai berikut: Tabel 4.3 Identifikasi aktivitas No Aktivitas Penggajian pegawai Pemakaian Listrik Pemakaian Internet Pemakaian Telepon Pengadaan Perlengkapan Pengadaan Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Ekstrakurikuler Ulangan dan Evaluasi Ujian Nasional Operasional Rutin Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Level Aktivitas Fasilitas Fasilitas Batch Batch Unit Unit Unit Unit Unit Fasilitas Fasilitas

32 32 12 Kegiatan Kunjungan 13 Penyusutan Laboratorium 14 Penyusutan Ruang Kelas Batch Fasilitas Fasilitas Perhitungan tarif SPP dengan menggunakan Activity Based Costing System menurut Mulyadi (2003) dilakukan melalui dua tahap, yaitu ActivityBased Process Costing dan Activity-Based Object Costing Activity-Based Process Costing Tahap pertama Activity Based Costing System ini dilakukan dengan cara menggolongkan biaya dalam dua kelompok, yaitu biaya langsung produk atau jasa dan biaya tidak langsung produk atau jasa. Biaya langsung jasa pendidikan untuk masing-masing jurusan di SMK YPPM BOJA terdiri dari beberapa jenis biaya, yaitu: Tabel 4.4 Biaya Langsung SMK YPPM BOJA Jenis Biaya Gaji Guru Guru DPK (Swasta) Guru Honorer Kesra Guru Total Akuntansi Alokasi 33% Siswa Administrasi Perkantoran Alokasi Siswa 27% Alokasi 17% Siswa Busana Butik Rekayasa Perangkat Lunak Alokasi Siawa 23% Sedangkan biaya tidak langsung jasa pendidikan terdiri dari biaya-biaya sebagai berikut: Tabel 4.5 Biaya tidak langsung SMK YPPM BOJA Biaya Aktivitas Penggajian pegawai Dasar Pembebanan Allocation Biaya gaji pegawai Biaya Listrik Keterangan Jumlah gaji/tahun Pemakaian Listrik Driver Tracing KWH

33 33 Biaya Internet Pemakaian Internet Driver Tracing GB Biaya Telepon Pemakaian Telepon Driver Tracing Menit Biaya Pengadaan Perlengkapan Biaya Kegiatan Pembelajaran Biaya Kegiatan Ekstrakurikuler Biaya Ulangan dan Evaluasi Biaya Ujian Nasional Pengadaan Perlengkapan Pengadaan Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Ekstrakurikuler Ulangan dan Evaluasi Allocation Jumlah pembelian/tahun Allocation Jumlah pembelian/tahun Allocation Direct Tracing Jumlah Pembayaran/tahun Jumlah Kegiatan/tahun Ujian Nasional Direct Tracing Jumlah kegiatan/tahun Biaya Operasional Operasional Rutin Allocation Biaya Pemeliharaan Biaya Kunjungan Pemeliharaan Sarana Driver Tracing dan Prasarana Kegiatan Kunjungan Direct Tracing Jumlah Pembayaran/tahun Luas (m2) Biaya Penyusutan Laboratorium Biaya Penyusutan Ruang Kelas Penyusutan Direct Tracing Laboratorium Penyusutan Ruang Direct Tracing Kelas Jumlah kegiatan/tahun Penyusutan Laboratorium/tahun Penyusutan ruang kelas/tahun Sumber: Data yang diolah Sumber daya yang secara langsung di konsumsi oleh suatu aktivitas dibebankan kepada aktivitas yang bersangkutan dengan direct tracing. Sumber daya tidak langsung aktivitas dikonsumsi oleh suatu aktivitas dibebankan dengan 2 cara yaitu: a. Driver Tracing yaitu apabila aktivitas tersebut mempunyai hubungan sebab akibat. b. Alokasi yang bersifat sembarang yaitu apabila aktivitas tersebut tidak mempunyai hubungan sebab akibat. Biaya aktivitas yang dikeluarkan oleh sekolah dijelaskan sebagai berikut: 1. Biaya Gaji Pegawai Biaya gaji pegawai merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji tenaga administrasi, satpam, petugas kebersihan dibayar 13 kali(termasuk THR dan tunjangan lain) dalam 1 tahun.

34 34 Biaya gaji pegawai tahun 2012/2013 adalah sebesar Rp Biaya gaji pegawai dibebankan ke masing-masing jurusan sebagai berikut: Jurusan Tabel 4.6 Biaya gaji pegawai Jumlah siswa Biaya Aktivitas Penggajian Pegawai Akuntansi Administrasi Perkantoran Busana Butik Rekayasa perangkat Lunak Total Biaya Listrik Biaya listrik merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membayar pemakaian listrik pada sekolah. Biaya listrik dibebankan berdasarkan jumlah listrik yang dipakai (KWH) dan berapa kali dalam 1 tahun membayar listrik(12 kali). Biaya listrik yang dikeluarkan oleh sekolah selamam tahun ajaran 2013/2014 adalah Rp Dari biaya tersebut diketahui pemakaiannya sebesar 6.920,79 KWH. Dari 6.920,79 KWH tersebut, pemakaian masing-masing jurusan adalah sebagai berikut: Tabel 4.7 Pemakaian listrik Jurusan Pemakaian listrik (KWH) Akuntansi 2.004,23 Administrasi Perkantoran 1.462,84 Busana Butik 531,24 Rekayasa Perangkat Lunak 2.922,48 Total 6.920,79

35 35 3. Biaya Internet Biaya Internet timbul diukur dengan seberapa banyak GB kuota internet yang digunakan. Oleh sebab itu, cost driver dari biaya internet adalah GB kuota internet. Biaya internet yang dibayarkan oleh sekolah adalah Rp Penggunaan internet oleh masing-masing jurusan adalah sebagai berikut: Jurusan Tabel 4.8 Pemakaian internet Penggunaan internet (GB) Akuntansi Administrasi perkantoran Busana batik Rekayasa perangkat lunak Total Biaya Telepon Biaya telepon merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pemakaian telepon yang digunakan oleh para siswa. Biaya ini di bebankan berdasarkan menit pemakaian telepon. Dalam 1 tahun membayar telepon (12 kali). Biaya telepon selama tahun ajaran 2012/2013 adalah Rp Pemakaian telepon (menit) masing-masing jurusan adalah sebagai berikut: Tabel 4.9 Pemakaian telepon Jurusan Akuntansi Administrasi perkantoran Busana butik Rekayasa perangkat lunak Total Pemakaian telepon (menit)

36 36 5. Biaya Pengadaan Perlengkapan Biaya pengadaan perlengkapan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi perlengkapan sekolah dan kelas. Biaya pengadaan perlengkapan pada tahun pelajaran 2012/2013 sebesar Rp Dari biaya pengadaan perlengkapan sebesar Rp tersebut dialokasikan ke setiap jurusan berdasarkan jumlah siswa sebagai berikut: Tabel 4.10 Biaya pengadaan perlengkapan Jurusan Jumlah siswa Akuntansi Administrasi Perkantoran Busana butik Rekayasa Perangkat Lunak Total Biaya aktivitas pengadaan perlengkapan Biaya Kegiatan Pembelajaran Biaya kegiatan pembelajaran merupakan biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan pembelajaran siswa. Biaya pembelajaran tahun 2012/2013 sebesar Rp Biaya pembelajaran bagi masing-masing jurusan adalah sebagai berikut: Tabel 4.11 Biaya kegiatan pembelajaran Jurusan Akuntansi Administrasi Perkantoran Busana Butik Rekayasa perangkat Lunak Total Jumlah siswa Biaya pembelajaran

37 37 7. Biaya Kegiatan Ekstrakurikuler Biaya kegiatan ekstrakurikuler merupakan biaya yang dikeluarkan oleh sekolah untuk membiayai kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler siswa yaitu pramuka, PMR, PASPAMSEK, PASKIBRA, voly, dan tari. Biaya yang dikeluarkan oleh sekolah untuk kegiatan ekstrakurikuler selama tahun ajaran 2012/2013 adalah sebesar Rp Alokasi biaya kegiatan ekstrakurikuler ke masing-masing jurusan berdasarkan jumlah siswa adalah: Tabel 4.12 Biaya kegiatan ekstrakurikuler Jurusan Jumlah siswa Biaya kegiatan ekstrakurikuler Akuntansi Administrasi perkantoran Busana batik Rekayasa perangkat lunak Total Biaya Kegiatan Ulangan dan Evaluasi Biaya kegiatan ulangan dan evaluasi merupakan biaya yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatan Ulangan Harian Terprogram(4 kali), Mid Semester(2 kali), dan Ujian Akhir Semester(2 kali). Biaya kegiatan ulangan dan evaluasi dibebankan setiap kali pengadaan kegiatan yaitu sebesar Rp Biaya kegiatan ulangan dan evaluasi masing-masing jurusan adalah sebagai berikut:

38 38 Tabel 4.13 Biaya kegiatan ulangan dan evaluasi Jurusan Biaya Jumlah Jumlah Biaya aktivitas kegiatan unit kegiatan siswa ulangan dan evaluasi Akuntansi Administrasi Busana butik Rekayasa perkantoran perangkat lunak 9. Biaya Kegiatan Ujian Nasional Biaya kegiatan ujian nasional merupakan biaya yang digunakan untuk segala sesuatu yang berhubungan dengan ujian nasional 1 tahun(1 kali). Biaya ini dibebankan kepada tiap siswa yang akan melakukan ujian nasional tahun 2012/2013 sebesar Rp Biaya kegiatan ujian nasional untuk tahun ajaran 2012/2013 masing-masing jurusan adalah sebagai berikut: Tabel 4.14 Biaya kegiatan ujian nasional Jurusan Biaya unit Akuntansi Administrasi perkantoran Busana butik Rekayasa perangkat lunak Jumlah Jumlah Biaya aktivitas kegiatan siswa kegiatan ujian nasional

39 Biaya Operasional Rutin Biaya operasional rutin adalah biaya yang digunakan rutin sehari-hari, seperti membeli alat tulis dan media pembelajaran lain. Dibeli dalam 1 tahun sebanyak 12 kali(setiap bulan). Biaya operasional rutin selama tahun ajaran 2012/2013 adalah Rp biaya operasional rutin tersebut dialokasikan ke setiap jurusan berdasarkan jumlah siswa, sebagai berikut: Tabel 4.15 Biaya operasional rutin Jurusan Jumlah siswa Biaya operasional rutin Akuntansi Administrasi perkantoran Busana butik Rekayasa perangkat lunak Total Biaya Pemeliharaan sarana dan Prasarana Biaya pemeliharaan sarana dan prasarana adalah biaya yang dikeluarkan untuk melakukan pemeliharaan gedung sekolah dan aktiva tetap. Biaya pemeliharaan sarana dan prasarana tahun 2012/2013 adalah sebesar Rp Biaya pemeliharaan sarana dan prasarana dibebankan berdasarkan luas lantai dari masing-masing jurusan: Tabel 4.16 Biaya Pemeliharaan sarana dan Prasarana Jurusan Biaya Aktivitas Pemeliharaan Akuntansi 405 m2 Administrasi Perkantoran 324 m2 Busana Butik 243 m2 Rekayasa Perangkat Lunak 324 m2 Total m2

40 Biaya Kunjungan Biaya kunjungan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk segala sesuatu yang berhubungan dengan keperluan kegiatan kunjungan. Dibebankan berdasarkan berapa kali kegiatan dilakukan. Biaya kunjungan tahun 2012/2013 adalah sebesar Rp Biaya kunjungan untuk masing-masing jurusan pada tahun 2012/2013 adalah sebagai berikut: Jurusan Akuntansi Administrasi perkantoran Busana butik Rekayasa perangkat lunak Tabel 4.17 Biaya kunjungan Jumlah Jumlah Biaya unit kegiatan siswa Biaya aktivitas kunjungan Biaya Penyusutan Laboratorium Biaya penyusutan laboratorium sekolah menggunakan metode garis lurus untuk ruangan dan setiap fasilitas yang terdapat pada laboratorium masingmasing jurusan di sekolah. Perhitungan penyusutan laboratorium tersebut dapat dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: a. Penyusutan Laboratorium Jurusan Akuntansi

41 41 Fasilitas Tabel 4.18 Penyusutan Laboratorium Jurusan Akuntansi Harga Jumlah Harga Umur Perolehan Perolehan Penyusutan ekonomis Fasilitas Ruangan Komputer LCD Meja Kursi White board Total b. Penyusutan Laboratorium Jurusan Administrasi Perkantoran Tabel 4.19 Penyusutan Laboratorium Jurusan Administrasi Perkantoran Fasilitas Harga Jumlah Harga Perolehan Umur Perolehan Ruangan Fasilitas Penyusutan ekonomis Meja Kursi White LCD Total Mesin Ketik Board Telephon

42 42 c. Penyusutan Laboratorium Busana Butik Fasilitas Tabel 4.20 Penyusutan laboratorium Busana Butik Harga Jumlah Harga Umur Perolehan perolehan ekonomis Fasilitas Ruangan Mesin Jahit Mesin Obras Kursi White Board LCD Total Penyusutan d. Penyusutan Laboratorium Rekayasa Perangkat Lunak Tabel 4.21 Penyusutan Laboratorium Rekayasa Perangkat Lunak Fasilitas Harga Jumlah Harga Umur Perolehan Perolehan ekonomis Fasilitas Ruangan Komputer Meja Kursi LCD White Board Black Board Total Penyusutan Penyusutan Ruang Kelas Ruang kelas teori perlu disusutkan dan akan menghasilkan biaya penyusutan ruang kelas. Penyusutan ruang kelas dihitung menggunakan metode garis

43 43 lurus. Biaya penyusutan ruang kelas dibebankan ke aktivitas penyusutan ruang kelas melalui direct tracing. Biaya penyusutan ruang kelas masing-masing jurusan adalah sebagai berikut: Jenis Kelas Tabel 4.22 Penyusutan Ruang Kelas Harga Jumlah Harga Perolehan Kelas Perolehan Umur Penyusutan ekonomis Kelas Akuntansi Administrasi Perkantoran Busana Batik Rekayasa Perangkat Lunak Activity Based Object Costing Mengidentifikasi Cost Pool Aktivitas-aktivitas yang terkumpul di kelompokkan ke dalam satu kelompok biaya(cost pool) berdasarkan penyebab biaya(cost driver) yang sama. Dari penelitian yang dilakukan di SMK YPPM Boja, tiap aktivitas memiliki cost driver yang berbeda, sehingga kelompok biaya (cost pool) tidak efisien untuk digunakan Penentuan Tarif Aktivitas Tarif aktivitas (activity rate) dihitung dengan membagi biaya aktivitas dengan jumlah cost driver-nya. Tarif aktivitas untuk masing-masing aktivitas adalah sebagai berikut:

ALTERNATIF PENENTUAN TARIF SPP MENGGUNAKAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC)SYSTEM DI SMK YPPM BOJA

ALTERNATIF PENENTUAN TARIF SPP MENGGUNAKAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC)SYSTEM DI SMK YPPM BOJA ALTERNATIF PENENTUAN TARIF SPP MENGGUNAKAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC)SYSTEM DI SMK YPPM BOJA Oleh Maftukah Arviani Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang ABSTRACT Activity Based

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Biaya Setiap perusahaan yang berorientasi pada peningkatan pendapatan akan selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan

Lebih terperinci

commit to user 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos

commit to user 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos Mulyadi (2003: 4) menjelaskan bahwa kos (cost) adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Biaya 1. Pengertian Biaya Biaya menurut Atkinson dan Kaplan (2009 : 33) adalah nilai moneter barang dan jasa yang dikeluarkan untuk mendapatkan manfaat sekarang atau masa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menerapkan metode Activity Based Costing dalam perhitungan di perusahan. metode yang di teteapkan dalam perusahaan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menerapkan metode Activity Based Costing dalam perhitungan di perusahan. metode yang di teteapkan dalam perusahaan. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Studi sebelumnya yang dilakukan oleh beberapa peneliti dengan menerapkan metode Activity Based Costing dalam perhitungan di perusahan. Yang dimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Biaya Menjalankan suatu usaha membutuhkan biaya yang harus dikeluarkan agar perusahaan mampu terus berkualitas. Biaya sendiri merupakan hal yang sangat penting dan

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING. I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING. I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR 2014 1 PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi setiap orang. Setiap orang mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Dalam sebuah hadist juga

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi di dalam

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi di dalam BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Biaya 1. Pengertian Biaya Dalam penerapan activity based costing, pemahaman konsep dan klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi

Lebih terperinci

Jurnal MONEX Vol.6 No 1 Januari 2017

Jurnal MONEX Vol.6 No 1 Januari 2017 ANALISIS PENGGUNAAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SEBAGAI ALTERNATIF DALAM MENENTUKAN TARIF SPP SEKOLAH DASAR PADAGLOBAL INBYRA SCHOOL (GIS) KOTA TEGAL Simarul Yaniah 1, Bahri Kamal 2 Email: simarull_yaniah@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan bahwa dunia menjadi lebih homogen dan perbedaan-perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan bahwa dunia menjadi lebih homogen dan perbedaan-perbedaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi merupakan suatu prakarsa bisnis yang didasarkan pada keyakinan bahwa dunia menjadi lebih homogen dan perbedaan-perbedaan diantara pasar nasional

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TA...ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. HALAMAN PERSEMBAHAN... iv. MOTTO...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TA...ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. HALAMAN PERSEMBAHAN... iv. MOTTO... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TA...ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv MOTTO... v KATA PENGANTAR... vi ABSTRAKSI... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR... xiii

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan merupakan suatu organisasi yang mempunyai kegiatan tertentu yang sangat kompleks. Pertumbuhan suatu badan usaha biasanya tidak lepas dari berbagai

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Akuntansi Aktivitas: Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas dan Manajemen Berdasarkan Aktivitas

Akuntansi Biaya. Akuntansi Aktivitas: Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas dan Manajemen Berdasarkan Aktivitas Akuntansi Biaya Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan BIsnis Program Studi Akuntansi Akuntansi Aktivitas: Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas dan Manajemen Berdasarkan Aktivitas Yulis Diana Alfia,

Lebih terperinci

PENENTUAN BIAYA PRODUK BERDASARKAN AKTIVITAS (ACTIVITY-BASED COSTING)

PENENTUAN BIAYA PRODUK BERDASARKAN AKTIVITAS (ACTIVITY-BASED COSTING) PENENTUAN BIAYA PRODUK BERDASARKAN AKTIVITAS (ACTIVITY-BASED COSTING) PENDAHULUAN Activity-based costing (ABC) membebankan biaya ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi terhadap aktivitas. Sistem ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Akuntansi Biaya dan Konsep Biaya. dan pengambilan keputusan yang lain.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Akuntansi Biaya dan Konsep Biaya. dan pengambilan keputusan yang lain. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori A. Akuntansi Biaya 1. Pengertian Akuntansi Biaya dan Konsep Biaya Menurut Mulyadi (2003) Akuntansi Biaya adalah sistem informasi yang menghasilkan informasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS 6 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian dan Penggolongan Biaya Menurut Mulyadi (2011:8) Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN 2.1 Harga Pokok Produksi 1. Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM PENENTUAN HARGA POKOK KAMAR HOTEL PADA HOTEL GRAND KARTIKA PONTIANAK

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM PENENTUAN HARGA POKOK KAMAR HOTEL PADA HOTEL GRAND KARTIKA PONTIANAK PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM PENENTUAN HARGA POKOK KAMAR HOTEL PADA HOTEL GRAND KARTIKA PONTIANAK ABSTRAK Vivi Parita Sari email: vivi.paritasari@yahoo.com Program Studi Akuntansi

Lebih terperinci

METODE PEMBEBANAN BOP

METODE PEMBEBANAN BOP METODE PEMBEBANAN BOP ~ Kalkulasi Biaya Berdasar Aktivitas ~.[metode tradisional] Kalkulasi biaya atau costing, adalah cara perhitungan biaya, baik biaya produksi maupun biaya nonproduksi. Yang dimaksud

Lebih terperinci

BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya

BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Penentuan tarif merupakan salah satu bagian dari tujuan akuntansi biaya yaitu perencanaan dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajemen, oleh karena itu sebelum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi (Mulyadi, 2003;4). Atau lebih singkatnya dapat dikatakan bahwa kos

BAB I PENDAHULUAN. organisasi (Mulyadi, 2003;4). Atau lebih singkatnya dapat dikatakan bahwa kos BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kos adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk memperoleh barang dan jasa yang diharapkan akan membawa manfaat sekarang atau di masa depan bagi organisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Ada beberapa pengertian biaya yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya: Daljono (2011: 13) mendefinisikan Biaya adalah suatu pengorbanan sumber

Lebih terperinci

Implementasi Metode Activity-Based Costing System dalam menentukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap (Studi Kasus di RS XYZ)

Implementasi Metode Activity-Based Costing System dalam menentukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap (Studi Kasus di RS XYZ) 19 Implementasi Metode Activity-Based Costing System dalam menentukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap (Studi Kasus di RS XYZ) Riadi Budiman Program Studi Teknik Industri Jurusan Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam praktik bisnis, konsumen menginginkan produk yang sesuai dengan selera kebutuhan mereka, di mana produk tersebut memiliki kualitas tinggi serta harga yang terjangkau.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang semakin pesat mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan saling

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan

BAB II LANDASAN TEORI. mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya II.1.1 Pengertian Biaya Hansen dan Mowen yang diterjemahkan oleh Hermawan (2000) mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II PENENTUAN BIAYA OVERHEAD PABRIK (BOP) BERDASARKAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) 2.1. Sistem Akuntansi Biaya Tradisional

BAB II PENENTUAN BIAYA OVERHEAD PABRIK (BOP) BERDASARKAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) 2.1. Sistem Akuntansi Biaya Tradisional BAB II PENENTUAN BIAYA OVERHEAD PABRIK (BOP) BERDASARKAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) 2.1. Sistem Akuntansi Biaya Tradisional Perkembangan teknologi yang semakin pesat, mengakibatkan perubahan pola persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fokus utama dalam pelaporan keuangan adalah informasi mengenai biaya. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk mendapatkan barang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi.

BAB II LANDASAN TEORI. mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya Rayburn, L. G. yang diterjemahkan oleh Sugyarto (1999) menyatakan, Biaya mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. Untuk suatu produk,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya menurut Supriyono (2000:16) adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan dan akan dipakai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya memiliki peranan penting bagi manajemen perusahaan agar dapat memiliki perusahaan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Manajemen Pihak pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan sangat memerlukan informasi akuntansi, untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Activity Accounting: Activity Based Costing dan Activity Based Management. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB

Akuntansi Biaya. Activity Accounting: Activity Based Costing dan Activity Based Management. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB Akuntansi Biaya Modul ke: Activity Accounting: Activity Based Costing dan Activity Based Management Fakultas FEB Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Program Studi Manajemen S1 www.mercubuana.ac.id Perhitungan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian. untuk disajikan dan selanjutnya dianalisa, sehingga pada akhirnya dapat diambil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian. untuk disajikan dan selanjutnya dianalisa, sehingga pada akhirnya dapat diambil 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif (Descriptive Research) karena pembahasannya disusun secara sistematis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan bagian akuntansi yang mencatat berbagai macam biaya, mengelompokkan, mengalokasikannya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan suatu pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya untuk mencapai

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan suatu pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya untuk mencapai 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1.PENGERTIAN BIAYA Biaya memiliki berbagai macam arti tergantung pada tingkat kegunaanya. Biaya diartikan sebagai nilai yang harus kita keluarkan untuk mendapatkan suatu barang.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persaingan global berpengaruh pada pola perilaku perusahaan-perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI. Persaingan global berpengaruh pada pola perilaku perusahaan-perusahaan 9 BAB II LANDASAN TEORI II.1. SISTEM AKUNTANSI BIAYA TRADISIONAL Persaingan global berpengaruh pada pola perilaku perusahaan-perusahaan dalam mengelola biaya produksi suatu produk. Teknologi yang bermunculan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Pada umumnya rumah sakit terbagi menjadi dua yaitu rumah sakit umum

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Pada umumnya rumah sakit terbagi menjadi dua yaitu rumah sakit umum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar bagi manusia. Untuk mendukung kesehatan bagi masyarakat maka banyak didirikan lembaga atau organisasi yang memberikan pelayanan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Biaya Biaya merupakan pengeluaran-pengeluaran yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk suatu proses produksi. Untuk mendefinisikan biaya secara jelas, penulis akan memberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya memberikan informasi biaya yang akan digunakan untuk membantu menetapkan harga pokok produksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Pembiayaan Sistem pembiayaan (costing system) secara umum terbagi menjadi dua tipe, yaitu sistem akuntansi biaya konvensional. Sistem akuntansi biaya konvensional menggunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Dasar Biaya 1. Pengertian Biaya Konsep dan istilah biaya telah dikembangkan selaras dengan kebutuhan para akuntan, ekonom, dan insinyur. Para akuntan telah mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi bisnis (Warren, Reeve & Fess 2006: 236). Semakin derasnya arus

BAB I PENDAHULUAN. organisasi bisnis (Warren, Reeve & Fess 2006: 236). Semakin derasnya arus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan suatu perusahaan adalah untuk dapat menjaga kelangsungan hidup perusahaan, melakukan pertumbuhan serta dapat meningkatkan profitabilitas dari waktu ke waktu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. II.1.1. Konsep Biaya Identifikasi Biaya Definisi biaya menurut Krismiaji (2002), Cost adalah kas atau ekuivalen kas yang dikorbankan untuk membeli barang atau jasa yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 2.1.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, dan 3 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SEBAGAI PENDEKATAN BARU UNTUK MENGHITUNG TARIF SUMBANGAN PEMBINAAN PENDIDIKAN PADA SMP SETIABUDHI SEMARANG

PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SEBAGAI PENDEKATAN BARU UNTUK MENGHITUNG TARIF SUMBANGAN PEMBINAAN PENDIDIKAN PADA SMP SETIABUDHI SEMARANG PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SEBAGAI PENDEKATAN BARU UNTUK MENGHITUNG TARIF SUMBANGAN PEMBINAAN PENDIDIKAN PADA SMP SETIABUDHI SEMARANG Ria Sandi Purwoadi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama halnya dengan akuntansi keuangan, akuntansi pemerintahan, akuntansi pajak, dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENELITIAN TERDAHULU Telah ada beberapa penelitian-penelitian terdahulu mengenai penetapan harga pokok produk dengan metode biaya yang mempunyai kaitan dengan penelitian ini.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Biaya dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Konsep Biaya Dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan dan pengendalian manajemen membutuhkan pemahaman yang berkaitan dengan biaya.

Lebih terperinci

Pertemuan 3 Activity Based Costing

Pertemuan 3 Activity Based Costing 1 Pertemuan 3 Activity Based Costing A. Pentingnya Biaya per Unit Sistem akuntansi biaya memiliki tujuan untuk pengukuran dan pembebanan biaya sehingga biaya per unit dari suatu produk dapat ditentukan.

Lebih terperinci

ANALISA PENERAPAN SISTIM ACTIVITY BASED COSTING DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP STUDI KASUS PADA RSB. TAMAN HARAPAN BARU

ANALISA PENERAPAN SISTIM ACTIVITY BASED COSTING DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP STUDI KASUS PADA RSB. TAMAN HARAPAN BARU ANALISA PENERAPAN SISTIM ACTIVITY BASED COSTING DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP STUDI KASUS PADA RSB. TAMAN HARAPAN BARU Veronika Hotmauli Sugiarto Salmon Sihombing Fakultas Ekonomi, Universitas

Lebih terperinci

BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS

BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS A. Pentingnya Biaya per Unit Sistem akuntansi biaya memiliki tujuan untuk pengukuran dan pembebanan biaya sehingga biaya per unit dari suatu produk dapat ditentukan. Biaya per

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. data penelitian, teknik pengumpulan data penelitian, dan analisis data penelitian. A. Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. data penelitian, teknik pengumpulan data penelitian, dan analisis data penelitian. A. Metode Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Pada BAB III akan dipaparkan tentang metode penelitian, objek penelitian, data penelitian, teknik pengumpulan data penelitian, dan analisis data penelitian. A. Metode Penelitian

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Rista Bintara, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi.

Akuntansi Biaya. Rista Bintara, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Akuntansi Biaya Akuntansi Aktivitas : Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas dan Manajemen Berdasarkan Aktivitas (Activity Accounting : Activity Based Costing & Activity

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dominan dibanding ternak perah lainnya. Menurut Kanisius (2008) dari berbagai

BAB II LANDASAN TEORI. dominan dibanding ternak perah lainnya. Menurut Kanisius (2008) dari berbagai BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sapi Perah Secara umum, sapi perah merupakan penghasil susu yang sangat dominan dibanding ternak perah lainnya. Menurut Kanisius (2008) dari berbagai bangsa sapi perah yang terdapat

Lebih terperinci

Penerapan Activity Based Costing (ABC) Sebagai Dasar Penetapan Tarif Jasa Rawat Inap (Studi Kasus Pada RSAB Muhammadiyah Probolinggo)

Penerapan Activity Based Costing (ABC) Sebagai Dasar Penetapan Tarif Jasa Rawat Inap (Studi Kasus Pada RSAB Muhammadiyah Probolinggo) 1 Penerapan Activity Based Costing (ABC) Sebagai Dasar Penetapan Tarif Jasa Rawat Inap (Studi Kasus Pada RSAB Muhammadiyah Probolinggo) Application of Activity Based Costing (ABC) As Determination of Hospitalization

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Definisi akuntansi manajemen menurut Abdul Halim (2012:5) adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Definisi akuntansi manajemen menurut Abdul Halim (2012:5) adalah BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Akuntansi Manajemen 1. Pengertian Akuntansi Manajemen Definisi akuntansi manajemen menurut Abdul Halim (2012:5) adalah suatu kegiatan yang menjadi bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan pasar dan perdagangan internasional yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan pasar dan perdagangan internasional yang disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan pasar dan perdagangan internasional yang disebabkan oleh peningkatan perekonomian di seluruh dunia dan didorong oleh kemajuan teknologi menyebabkan

Lebih terperinci

BAGIAN 1 KONSEP-KONSEP DASAR AKUNTANSI MANAJEMEN. STIE MAHARDIKA 2016 Prepared by Yuli Kurniawati

BAGIAN 1 KONSEP-KONSEP DASAR AKUNTANSI MANAJEMEN. STIE MAHARDIKA 2016 Prepared by Yuli Kurniawati BAGIAN 1 KONSEP-KONSEP DASAR AKUNTANSI MANAJEMEN STIE MAHARDIKA 2016 Prepared by Yuli Kurniawati BAB 1 PERAN, SEJARAH DAN ARAH AKUNTANSI MANAJEMEN TYPE AKUNTANSI Akuntansi Keuangan Tipe Akuntansi Suatu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pada posisi , 02 sampai ,40 Bujur Timur, ,67

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pada posisi , 02 sampai ,40 Bujur Timur, ,67 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 2. Diskripsi CV. Jawa Dipa CV. Jawa Dipa merupakan salah satu badan usaha yang bergerak dibidang permebelan yang ada di Desa Bondo, Kecamatan

Lebih terperinci

ANALISIS PERHITUNGAN UNIT COST SISWA DENGAN MODEL ACTIVITY BASED COSTING

ANALISIS PERHITUNGAN UNIT COST SISWA DENGAN MODEL ACTIVITY BASED COSTING Analisis Perhitungan Biaya... (Ria Maya Andreti) 1 ANALISIS PERHITUNGAN UNIT COST SISWA DENGAN MODEL ACTIVITY BASED COSTING ANALYSIS OF STUDENT UNIT COST CALCULATION WITH ACTIVITY BASED COSTING MODEL Oleh:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya mengukur dan melaporkan setiap informasi keuangan dan non keuangan yang terkait dengan

Lebih terperinci

ACTIVITY BASED COSTING PADA PELAYANAN KESEHATAN

ACTIVITY BASED COSTING PADA PELAYANAN KESEHATAN ACTIVITY BASED COSTING PADA PELAYANAN KESEHATAN Elsa Pudji Setiawati 140 223 159 BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNPAD DAFTAR ISI DAFTAR ISI I Pendahuluan... II Falsafah Pada Sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terjadi untuk tujuan tertentu. Biaya dalam arti sempit dapat diartikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terjadi untuk tujuan tertentu. Biaya dalam arti sempit dapat diartikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1. Pengertian Biaya Biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan dunia bisnis menuju era pasar bebas, membuat perusahaan lebih berhati-hati dalam menetapkan kebijakan-kebijakan terutama dalam memasarkan produknya.

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT MATA DI SURABAYA

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT MATA DI SURABAYA PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT MATA DI SURABAYA Nurul Aini Fanny Dwi Septiana Fakultas Ekonomi Universitas Narotama Surabaya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Perhitungan Biaya Produksi PT. Sorin Maharasa adalah perusahaan manufaktur yang bergerak dalam industri berbahan baku daging. Perusahaan tersebut menghasilkan

Lebih terperinci

1. Bagaimana sistem akuntansi biaya tradisional (konvensional) yang diterapkan oleh PT. Martina Berto dalam menentukan Harga Pokok Produksi (HPP)? 2.

1. Bagaimana sistem akuntansi biaya tradisional (konvensional) yang diterapkan oleh PT. Martina Berto dalam menentukan Harga Pokok Produksi (HPP)? 2. ANALISIS PENERAPAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DALAM MENINGKATKAN AKURASI BIAYA PADA PT. MARTINA BERTO Hesti Wulandari Jurusan S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV MANAJEMEN KEUANGAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI SMK SYAFI I AKROM PEKALONGAN

BAB IV MANAJEMEN KEUANGAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI SMK SYAFI I AKROM PEKALONGAN BAB IV MANAJEMEN KEUANGAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI SMK SYAFI I AKROM PEKALONGAN A. Deskripsi Data 1. Penganggaran Keuangan di SMK Syafi i Akrom Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan SMK

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SEBAGAI ALTERNATIF DALAM MENENTUKAN TARIF SPP SMP-SMA PADA YPI NASIMA SEMARANG TAHUN 2010

ANALISIS PENGGUNAAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SEBAGAI ALTERNATIF DALAM MENENTUKAN TARIF SPP SMP-SMA PADA YPI NASIMA SEMARANG TAHUN 2010 ANALISIS PENGGUNAAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SEBAGAI ALTERNATIF DALAM MENENTUKAN TARIF SPP SMP-SMA PADA YPI NASIMA SEMARANG TAHUN 2010 Oleh Dhania Anggarani Putri Prof. DR. H. Arifin Sabeni, M.Com.,

Lebih terperinci

BAB 7. ALOKASI BIAYA BERBASIS AKTIVITAS. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi-Universitas Kristen Petra 2011

BAB 7. ALOKASI BIAYA BERBASIS AKTIVITAS. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi-Universitas Kristen Petra 2011 BAB 7. ALOKASI BIAYA BERBASIS AKTIVITAS Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi-Universitas Kristen Petra 2011 TUJUAN PEMBELAJARAN Menjelaskan pengertian metode alokasi berbasis aktivitas (ABC) Mengalokasikan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i iii v vii viii I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan Masalah... 5 1.3. Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

Oleh : Beby Hilda Agustin Dosen Akuntansi, Universitas Islam Kadiri, Kediri ABSTRAK

Oleh : Beby Hilda Agustin Dosen Akuntansi, Universitas Islam Kadiri, Kediri   ABSTRAK PERBANDINGAN PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DENGAN SISTEM TRADISIONAL SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI (Studi Kasus Pada PT. Wonojati Wijoyo Kediri) Oleh : Beby Hilda Agustin Dosen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Praktik bisnis dan kebutuhan konsumen yang semakin kompleks, menyebabkan semakin ketatnya persaingan di dunia bisnis di era globalisasi ini. Semakin berkembangnya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya salah satu bagian atau unsur dari harga pokok dan juga unsur yang paling pokok dalam akuntansi biaya, untuk itu

Lebih terperinci

Analisa Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap dengan Menggunakan Activity Based Costing System (ABCS) di Rumah Sakit Paru Pamekasan.

Analisa Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap dengan Menggunakan Activity Based Costing System (ABCS) di Rumah Sakit Paru Pamekasan. Analisa Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap dengan Menggunakan Activity Based Costing System (ABCS) di Rumah Sakit Paru Pamekasan Nuzulul Qurnain Universitas Madura Abstrak Activity Based Costing System (ABCS)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan hidup perusahaan, melakukan pertumbuhan serta upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan hidup perusahaan, melakukan pertumbuhan serta upaya untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan suatu perusahaan adalah untuk menghasilkan keuntungan, menjaga kelangsungan hidup perusahaan, melakukan pertumbuhan serta upaya untuk meningkatkan profitabilitas

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ABC DI PT TMG. SURABAYA

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ABC DI PT TMG. SURABAYA PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ABC DI PT TMG. SURABAYA Anang Fachroji Teknik Industri-FTI-UPN Veteran Jawa Timur INTISARI Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menerapkan sistem Activity

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya persaingan yang ketat khususnya dalam sektor ekonomi. Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya persaingan yang ketat khususnya dalam sektor ekonomi. Perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi perekonomian memasuki era globalisasi memiliki dampak terjadinya persaingan yang ketat khususnya dalam sektor ekonomi. Perusahaan sebagai bagian yang terpenting

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Marantha

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Marantha ABSTRAK Dewasa ini ekonomi dunia berkembang semakin pesat. Tuntutan konsumen terhadap produk/jasa pun semakin meningkat dan bervariasi yang berakibat persaingan yang ketat di antara sesama produsen untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya merupakan salah satu pengeluaran yang pasti dalam suatu perusahaan, oleh karenanya, biaya sangat diperlukan dalam

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari wawancara mendalam dengan informan, observasi di lapangan dan data-data sekunder menghasilkan analisa penelitian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perkembangan Konsep Biaya Pengertian Biaya menurut pendapat beberapa ahli adalah sebagai berikut : a. Usry dan Hammer (1995:25) mendefinisikan biaya sebagai suatu nilai tukar

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... iii v vi BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Perumusan Masalah... 3 C. Tujuan Penelitian... 4 D. Manfaat Penelitian... 4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bergerak dalam bidang ini untuk selalu meningkatkan efisiensi dan

BAB I PENDAHULUAN. yang bergerak dalam bidang ini untuk selalu meningkatkan efisiensi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan ketatnya persaingan di dunia UKM khususnya bidang kerajinan kulit saat ini, maka sudah menjadi sebuah keharusan bagi setiap UKM yang bergerak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Pada dasarnya informasi dari suatu perusahaan terutama informasi keuangan dibutuhkan oleh berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan, baik pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa kompetitif saat ini sedang menjadi topik perekonomian, dimana perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. masa kompetitif saat ini sedang menjadi topik perekonomian, dimana perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memasuki kawasan perdagangan bebas Asia. Maka dari itu masa kompetitif saat ini sedang menjadi topik perekonomian, dimana perusahaan harus bisa bersaing dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. biaya bukan merupakan tersendiri yang terpisah dari dua tipe tersebut, namun

BAB II LANDASAN TEORI. biaya bukan merupakan tersendiri yang terpisah dari dua tipe tersebut, namun BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Akuntnasi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntnasi Biaya Menurut Mulyadi (2005 : 1), akuntansi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua (2) tipe, akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Pumping Learning Center (PLC) merupakan sebuah unit usaha kecil dan menengah (UKM) yang bergerak dalam training sumber daya manusia (puslat SDM). Kegiatannya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biaya Informasi biaya sangat bermanfaat bagi manajemen perusahaan. Diantaranya adalah untuk menghitung harga pokok produksi, membantu manajemen dalam fungsi perencanaan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan harus dapat mengendalikan biaya operasional dengan baik agar tetap

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan harus dapat mengendalikan biaya operasional dengan baik agar tetap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan persaingan bisnis yang ketat dalam dunia industri usaha, perusahaan harus dapat mengendalikan biaya operasional dengan baik agar tetap dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Pengertian biaya menurut Siregar dkk (2014:23) yaitu biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh barang atau jasa yang diharapkan memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara menyediakan sarana kesehatan bagi masyarakat berupa rumah

BAB I PENDAHULUAN. Negara menyediakan sarana kesehatan bagi masyarakat berupa rumah 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Negara menyediakan sarana kesehatan bagi masyarakat berupa rumah sakit dan laboratorium. Rumah sakit milik pemerintah bersifat non profit sehingga tarif

Lebih terperinci

BAB II PENGUKURAN BIAYA PEMBEBANAN PRODUK JASA. masa datang bagi organisasi (Hansen dan Mowen, 2006:40).

BAB II PENGUKURAN BIAYA PEMBEBANAN PRODUK JASA. masa datang bagi organisasi (Hansen dan Mowen, 2006:40). BAB II PENGUKURAN BIAYA PEMBEBANAN PRODUK JASA II.1. Pengertian Biaya Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat

Lebih terperinci

DAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM RUMAH SAKIT (Studi Kasus pada RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya)

DAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM RUMAH SAKIT (Studi Kasus pada RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya) ANALISIS PERHITUNGAN TARIF JASA RAWAT INAP DENGAN UNIT COST SYSTEM DAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM RUMAH SAKIT (Studi Kasus pada RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya) Oleh: ALVIRA DEWI MUTIARAWATI (123403267)

Lebih terperinci

ABSTRAK Kata Kunci Pendahuluan

ABSTRAK Kata Kunci Pendahuluan ABSTRAK Evi Linda Lestari, 2015. SKRIPSI. Judul: Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Activity Based Costing (Studi Kasus Pada CV. PATT ENGINEERING) Pembimbing : Hj.Meldona,SE.,MM.,AK. Kata

Lebih terperinci

Bab IV PEMBAHASAN. perusahaan, sehingga perusahaan dapat menentukan harga jual yang kompetitif. Untuk

Bab IV PEMBAHASAN. perusahaan, sehingga perusahaan dapat menentukan harga jual yang kompetitif. Untuk Bab IV PEMBAHASAN Perhitungan harga pokok produksi yang akurat sangatlah penting bagi perusahaan, sehingga perusahaan dapat menentukan harga jual yang kompetitif. Untuk dapat menentukan harga pokok produksi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan akuntansi yang membicarakan tentang penentuan harga pokok dari suatu produk yang diproduksi, baik untuk memenuhi

Lebih terperinci