HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP POLISI LALU LINTAS TENTANG BANTUAN DASAR (BHD) DI UNIT LAKA DAN PATROLI SATLANTAS POLRESTA SURAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP POLISI LALU LINTAS TENTANG BANTUAN DASAR (BHD) DI UNIT LAKA DAN PATROLI SATLANTAS POLRESTA SURAKARTA"

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP POLISI LALU LINTAS TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI UNIT LAKA DAN PATROLI SATLANTAS POLRESTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi PersyaratanMencapai Sarjana Keperawatan Oleh : Ambarwati NIM. S11002 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015

2 HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP POLISI LALU LINTAS TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI UNIT LAKA DAN PATROLI SATLANTAS POLRESTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi PersyaratanMencapai Sarjana Keperawatan Oleh : Ambarwati NIM. S11002 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015 i

3 LEMBAR PENGESAHAN Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul : HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP POLISI LALU LINTAS TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI UNIT LAKA DAN PATROLI SATLANTAS POLRESTA SURAKARTA Oleh : Ambarwati NIM. S11002 Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 30 Juli 2015 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping, Atiek Murharyati,S.Kep., Ns., M.Kep NIK Penguji, Galih Setia Adi, S.Kep., Ns., M.Kep NIK Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep NIK Surakarta, 30 Juli 2015 Ketua Program Studi S-1 Keperawatan, Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep NIK ii

4 SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ambarwati NIM : S11002 Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1) Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada Surakarta maupun di perguruan tinggi lain. 2) Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing dan masukan tim penguji. 3) Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka. 4) Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini. Surakarta, 13 Juli 2015 Yang membuat pernyataan, Ambarwati NIM. S11002 iii

5 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb Alhamdulillah, puji syukur penulis hanturkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat, karunia, hidayah serta petunjuk yang telah dilimpahkan- Nya.Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap polisi lalu lintas tentang bantuan hidup dasar (BHD) di unit laka dan patroli Satlantas Polresta Surakarta sebagai tugas akhir dalam menyelesaikan studi di program S-1 keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.Dalam menyelesaikan penelitian ini penulis banyak mendapatkan pengarahan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak.pada kesempatan yang baik ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada: 1. Drs. Agnes Sri Harti, M. Si selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Wahyu Rima Agustin, S. Kep., Ns., M. Kep selaku Ketua Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta. 3. Wahyu Rima Agustin, S. Kep., Ns., M. Kep selaku penguji yang banyak memberikan masukan serta saran yang bermanfaat dalam penyusunan skrisi ini. 4. Atiek Murharyati, S.Kep.,Ns., M.Kepselaku pembimbing utama yang telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, arahan serta masukan selama proses penyusunan skripsi ini hingga selesai. iv

6 5. Maria Wisnu Kanita, S.Kep., Ns selaku pembimbing pendamping yang telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, arahan serta masukan selama proses penyusunan skripsi ini hingga selesai. 6. Galih Setia Adi, S.Kep.,Ns., M.Kep selaku pembimbing pendamping yang telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, arahan serta masukan dalam penyusunan skripsi ini. 7. Segenap dosen Program Studi S-1 Keperawatan dan staf pengajar STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberi ilmu dan bimbingan. 8. Kedua orang tua tersayang (Bapak Suradi dan Ibu Sukarsi) yang telah memberikan semangat, dukungan,doa sertakasih sayang selama ini. 9. Keluarga tercinta Eko, Triyanto, Suroso, Dyah, Teti dan Gregorius yang selalu memberikan semangat dan dukungan. 10. Sahabat Rini, Santi, Zia, Anisa, Umi, Fikres, Tatik yang telah memberikan bantuan, dukungan dan semangat. 11. Teman teman mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan angkatan 2011 yang telah memberikan bantuan dan dukungan. 12. Ketua Satlantas Polresta Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian. Akhir kata peneliti ucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya terutama dalam bidang ilmu keperawatan. Wassalamualaikum Wr. Wb. Surakarta, 13 Juli 2015 Peneliti v Ambarwati

7 DAFTAR ISI halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... SURAT PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR SINGKATAN... ABSTRAK... ABSTRACT... BAB I BAB II PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Rumusan masalah Tujuan penelitian Tujuan umum Tujuan khusus Manfaat penelitian... 6 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan Sikap Bantuan hidup dasar Polisi lalu lintas Kerangkateori Kerangka konsep ii iii iv vi ix x xi xii xiii xiv vi

8 2.7. Hipotesis Keaslian penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan rancangan penelitian Populasi dan sampel Populasi Sampel Tempat dan waktu penelitian Tempat penelitian Waktu penelitian Variabel, definisi operasional, dan skala pengukuran Alat penelitian dan cara pengumpula data Alat penelitian Cara pengumpulan data Pengolahan data dan analisa data Pengolahan data Analisa data Etika penelitian Informed consent Anonymity (tanpa nama) Confidentiality (kerahasiaan) BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Analisa univariat Karakteristik responden Pengetahuan polisi lalu lintas tentang BHD Sikap polisi lalu lintas tentang BHD Analisa bivariat BAB V PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik responden Usia responden Tingkat pendidikan responden vii

9 5.1.3 Jenis kelamin responden Pengetahuan polisi lalu lintas tentang BHD Sikap polisi lalu lintas tentang BHD Hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap polisi lalu lintas tentang BHD BAB V I PENUTUP 6.1. Kesimpulan Karakteristik responden Pengetahuan polisi lalu lintas tentang BHD Sikap polisi lalu lintas tentang BHD Analisa hubungan pengetahuan dengan sikap polisi lalu lintas tentang BHD Saran Keperawatan Kepolisian Peneliti lain DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii

10 DAFTAR TABEL Nomor tabel Judul table Halaman 2.1 Keaslian penelitian Variabel, definisi operasional, dan skala operasional Usia responden Jenis kelamin responden Tingkat pendidikan responden Tingkat pengetahuan polisi lalu lintas tentang BHD Sikap polisi lalu lintas tentang BHD Hasil uji korelasi spearman rank 49 ix

11 DAFTAR GAMBAR Nomor gambar Judul gambar Halaman 2.1 Pemeriksaan kesadaran korban Berteriak minta tolong Meletakkan tangan pada sternum Menyatukan kedua tangan Posisi lengan tegak lurus dan meluruskan siku Melakukan penekanan dada Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust Memberikan bantuan nafas mulut ke mulut Posisi pemulihan Kerangka teori Kerangka konsep 32 x

12 DAFTAR LAMPIRAN Nomor lampiran Keterangan 1. Surat permohonan ijin studi pendahuluan 2. Surat permohonan ijin uji validitas dan reliabilitas 3. Surat balasan uji validitas dan reliabilitas 4. Surat permohonan ijin penelitian 5. Surat balasan telah selesai melakukan penelitian 6. Lembar permohonan menjadi responden 7. Lembar persetujuan menjadi responden (informed consent) 8. Kuesioner penelitian karakteristik responden 9. Kuesioner penelitian pengetahuan tentang BHD 10. Kuesioner penelitian sikap tentang BHD 11. Hasil analisa SPSS uji validitas dan reliabilitas 12. Hasil analisa SPSS uji normalitas 13. Hasil analisa SPSS univariat 14. Hasil analisa SPSS bivariat 15. Master data 16. Dokumentasi 17. Lembar konsultasi 18. Jadwal penelitian xi

13 DAFTAR SINGKATAN AHA BHD BLS EMS RJP WHO : American Heart Association : Bantuan Hidup Dasar : Basic Life Support : Emergency Medical Service : Resusitasi Jantung Paru : World Health Organization xii

14 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015 Ambarwati Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Polisi Lalu Lintas tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) di Unit Laka dan Patroli Satlantas Polresta Surakarta ABSTRAK Tingginya angka kecelakaan lalu lintas mengakibatkan tingginya angka kematian. Bantuan Hidup Dasar dapat menekan angka kematian pada korban henti jantung dan henti nafas akibat kecelakaan lalu lintas. Polisi lalu lintas yang bertugas sebagai penanganan kecelakaan lalu lintas penting untuk memiliki pengetahuan tentang Bantuan Hidup Dasar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap polisi lalu lintas tentang Bantuan Hidup Dasar di unit laka dan patroli Satlantas Polresta Surakarta. Desain penelitian yang digunakan adalahdescriptif corelational dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling jenuh sebanyak 60 responden yang bekerja di unit laka dan patroli Satlantas Polresta Surakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner. Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis menggunakan bantuan komputer. Penelitian ini menggunakan uji korelasi Spearman Rank. Hasil penelitian didapatkan korelasi Spearman Rank 0,818 dengan p value 0,000 (p value< 0,05), dengan demikian kekuatan hubungan antara pengetahuan dengan sikap polisi lalu lintas tentang Bantuan Hidup Dasar di unit laka dan patroli Satlantas Polresta Surakarta termasuk dalam kategori sangat kuat. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan dengan sikap polisi lalu lintas tentang Bantuan Hidup Dasar di unit laka dan patroli Satlantas Polresta Surakarta. Kata kunci : Pengetahuan, sikap, BHD, polisi lalu lintas Daftar Pustaka : 36 ( ) xiii

15 BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA 2015 Ambarwati Correlation between Traffic Police s Knowledge and Their Attitude of Basic Life Support (BLS) at the Accident Investigation Squad and Patrol Squad of the Traffic Unit of Police Department of Surakarta ABSTRACT The high number of traffic accidents lead to high number of mortalities. Basic Life Support can reduce mortality on the victims of cardiac arrest and stopped breathing due to traffic accidents. Traffic police who handle traffic accidents must have knowledge of Basic Live Support. The objective of this research is to investigate the correlation between the traffic police s knowledge level and their attitude of Basic Life Support at the Accident Investigation Squad and Patrol Squad of the Traffic Unit of Police Department of Surakarta. This research used the descriptive correlational method with cross sectional design. The samples of research were 60 respondents working at the accident investigation squad and patrol squad of traffic unit of police department of Surakarta and were taken by using the saturation sampling technique. The data of research were collected through questionnaire and analyzed by using the Spearman s Rank Correlation. The result of Spearman s Rank correlation was and the p-value was which was less than 0.05, meaning that the correlation between traffic police s knowledge and their attitude of Basic Live Support at the Accident Investigation Squad and Patrol Squad of the Traffic Unit of Police Department of Surakarta. Thus, there was a correlation between the traffic police s knowledge and their attitude of Basic Live Support at the Accident Investigation Squad and Patrol Squad of the Traffic Unit of Police Department of Surakarta. Keywords: Knowledge, attitude, Basic Life Support (BLS), traffic police References: 36 ( ) xiv

16 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak disengaja dan tidak disangka kejadiannya, melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pemakai jalan lainnya, mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda. Kecelakaan lalu lintas bisa berupa korban mati, luka berat dan luka ringan (Nur,2011). Menurut Dinas Perhubungan, kecelakaan lalu lintas menjadi penyebab kematian nomor tiga di Indonesia setelah serangan jantung dan stroke. Sementara itu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meramalkan pada tahun 2030 kecelakaan lalu lintas akan menjadi faktor pembunuh manusia paling besar kelima di dunia (Wahyu, Muhammad & Irhamah, 2012). Data WHO tahun 2011 menyebutkan sebanyak 67% korban kecelakaan lalu lintas berada pada usia produktif, yakni tahun. Terdapat korban dibawah usia 25 tahun yang meninggal di jalan raya, dengan rata rata angka kematian anak anak dan remaja setiap harinya. Bahkan kecelakaan lalu lintas menjadi penyebab utama kematian anak anak di dunia, dengan rentang usia tahun(badan Intelijen Negara Republik Indonesia, 2013). 1

17 2 Data dari Korlantas Polri jumlah kecelakaan di Indonesia selama tahun 2012 mencapai kecelakaan dimana korban meninggal dunia mencapai jiwa. Jumlah kecelakaan pada tahun 2012 tersebut meningkat 8% dari angka kecelakaan pada tahun 2011 yang mencapai kecelakaan. Pelaku kecelakaan lalu lintas terbanyak berasal dari masyarakat usia produktif yaitu usia tahun dimana masyarakat usia produktif tersebut mendominasi 28% atau setara dengan orang dari total pelaku kecelakaan lalu lintas di Indonesia (Badan Intelijen Negara Republik Indonesia, 2013). Propinsi Jawa Tengah merupakan propinsi yang angka kecekakaan lalu lintas masih tinggi. Tahun 2011 data dari Badan Pusat Statistik menunjukan bahwa dari kecelakaan yang terjadi di Indonesia. Propinsi Jawa Tengah angka kecelakaannya sebesar kejadian kecelakaan dari 33 propinsi. Kecelakaan di Indonesia pada tahun 2011 sebanyak16,34% terjadi di Propinsi Jawa Tengah (Badan Pusat Statistik, 2012). Menurut penelitian Sayekti, Rahadyan &Vitalis (2008) kota Surakarta angka kecelakaan lalu lintas masih cukup tinggi. Data kejadian kecelakaan di wilayah kota Surakarta pada tahun 2012 kejadian kecelakaan sebesar 583 kejadian, 67 meninggal dunia, 1 luka berat, dan 599 kejadian luka ringan. Pada tahun 2013 kejadian kecelakaan sebesar 533 kejadian 69 meninggal dunia, 2 luka berat dan 544 luka ringan. Pada tahun 2014 dari bulan Januari November kejadian kecelakaan sebanyak 473 kejadian kecelakaan, 62

18 3 meninggal dunia, 2 luka berat dan 475 kejadian luka ringan (Satlantas Polresta Surakarta, 2014). Keadaan para korban kecelakaan dapat semakin buruk atau berujung pada kematian jika tidak ditangani dengan cepat. Satu jam pertama adalah waktu yang sangat penting dalam pertolongan penyelamatan korban kecelakaan yaitu dapat menekan sampai 85% dari angka kematian. Pertolongan yang dimaksud disini adalah BHD (Pamaya, 2014). BHD dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan untuk mengembalikan dan mempertahankan fungsi vital organ pada korban henti jantung dan henti nafas (Hardisman, 2014). Setiap orang harusnya memilikiketrampilan BHD, ketrampilan dan penerapan BHD tergantung pada pelatihan, pengalaman dan kepercayan diri (AHA, 2010). Polisi lalu lintas adalah unsur pelaksana tugas pokok yang berada di bawah Kapolres, yang melaksanakan tugaspelaksanaan patroli jalan raya serta penanganan kecelakaan lalu lintas sebagaimana tertulis dalam peraturan kepala kepolisian negara Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang susunan organisasi dan tata kerja pada tingkat kepolisian resor dan kepolisian sektor. Peraturan ini menunjukkan bahwa keterampilan BHD menjadi penting untuk diketahui oleh polisi dalam upaya menjalankan tugas yang telah diembankan kepada aparat kepolisian lalu lintas (Elda Lunera Hutapea, 2012). Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti pada tanggal 1 Desember 2014 di Satlantas Polresta Surakarta dengan melakukan

19 4 wawancara dari 10 polisi didapatkan polisi yang mengetahui Bantuan Hidup Dasar (BHD) sebanyak 3 orang. Berdasarkan wawancara yang ditinjau dari sikap, 8 dari 10 polisi mengatakan tidak melakukan kompresi dada maupun bantuan nafas buatan kepada korban kecelakaan lalu lintas yang mengalami henti nafas karena polisi beranggapan nyawa pasien lebih utama untuk diselamatkan dengan segera membawanya ke rumah sakit. Penelitian yang dilakukan Pamaya dkk (2014) tentang hubungan karakteristik polisi lalu lintas dengan tingkat pengetahuan Bantuan Hidup Dasar (BHD) menunjukan hasil tidak terdapat hubungan yang signifikan dari masing-masing karakteristik polisi lalu lintas dengan tingkat pengetahuan BHD di Direktorat Lalu Lintas Polda Sulawesi Utara. Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan dan sikap sangat berkaitan erat satu dengan lainnya dan memegang peranan penting dalam berperilaku secara utuh. Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti tertarik meneliti dan mencari tahu adakah hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap polisi lalu lintas tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) di unit laka dan patroli Satlantas Polresta Surakarta. 1.2 Rumusan Masalah Kecelakaan lalu lintas adalah penyebab kematian yang cukup tinggi berdasarkan data data yang sudah dijelaskan diatas.jumlah kematian akibat kecelakaan lalu lintas sebenarnya dapat ditekan apabila penolong

20 5 kecelakaan lalu lintas memiliki pengetahuan dan sikap yang baik dalam memberikan BHD kepada korban henti nafas dan henti jantung.berdasarkan rumusan masalah diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian : 1. Bagaimana karakteristik responden? 2. Bagaimana tingkat pengetahuan polisi lalu lintas tentang BHD di unit laka dan patroli Satlantas Polresta Surakarta? 3. Bagaimana sikap polisi lalu lintas tentang BHD di unit laka dan patroli Satlantas Polresta Surakarta? 4. Bagaimana hubungan antara tingkat pengetahuan dengansikap polisi lalu lintas tentang BHDdi unit laka dan patroli Satlantas Polresta Surakarta? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan umum Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap polisi lalu lintas tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) di unit laka dan patroli Satlantas Polresta Surakarta Tujuan khusus 1. Mengidentifikasi karakteristik responden. 2. Mengetahui tingkat pengetahuan polisi lalu lintas tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD). 3. Mengetahui sikap polisi lalu lintas tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD).

21 6 4. Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap polisi lalu lintas tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) di unit laka dan patroli Satlantas Polresta Surakarta. 1.4 Manfaat Penelitian Keperawatan Hasil penelitian ini bisa digunakan untuk mendapatkan informasi pengetahuan dan sikap polisi lalu lintas tentang BHD sehingga tenaga keperawatan dapat melakukan program peningkatan pengetahuan aparat kepolisian tentang hal tersebut sehingga nantinya akan mengurangi jumlah korban kecelakaan lalu lintas yang meninggal di rumah sakit Kepolisian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acunan aparat kepolisian untuk memberikan pelatihan BHD kepada polisi lalu lintas sehingga akan meningkatkan kualitas profesi aparat kepolisian lalu lintas dalam melayani masyarakat Institusi pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menabah literatur dan pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya tentang BHD Peneliti Lain Penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai sumber data dan acuan bagi peneliti berikutnya dalam melaksanakan penelitian BHD yang lebih luas respodennya.

22 Peneliti Menjadi pengalaman berharga bagi penulis dan dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang BHD.

23 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Pengertian pengetahuan Menurut Notoatmodjo yang dikutip oleh Wawan & Dewi (2011), pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang mengadakan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut makin luas pula pengetahuannya.akan tetapi perlu ditekankan bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula Tingkat pengetahuan Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, (Notoatmodjo dalam Wawan & Dewi, 2011) yaitu : 1. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dan 8

24 9 seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. 2. Memahami (comprehention) Memahami artinya sebagai sesuatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dimana dapat menginterprestasikan secara benar. 3. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi apapun kondisi rill (sebenarnya). 4. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek kedalam komponen komponen tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5. Sintesis (syntesis) Sistesis yang dimaksud menujukkan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian bagian di dalam sesuatu keseluruhan yang baru. 6. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

25 Cara memperoleh pengetahuan Cara memperoleh pengetahuan menurut Notoatmodjo yang dikutip Wawan & Dewi (2011) adalah sebagai berikut : 1. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan. a. Cara coba salah (trial and error) Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan. b. Cara kekuasaan atau otoritas Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin pemimpin masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang menerima mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri. c. Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu.

26 11 2. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer disebut metodologi penelitian Faktor faktor yang mempengaruhi pengetahuan Faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut (Budiman & Agus, 2014) yaitu : 1. Pendidikan Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah (baik formal maupun non formal), berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah sebuah proses mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah seseorang tersebut untuk menerima informasi. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya, namun perlu ditekankan bahwa seseorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. 2. Informasi / media massa Informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui, informasi juga dapat didefinisikan sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan,

27 12 menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisis dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu.informasi dapat dijumpai pada kehidupan sehari hari yang diperoleh dari data dan pengamatan terhadap dunia sekitar kita, serta diteruskan melalui komunikasi. Informasi mencakup data, teks, gambar, suara, kode, program komputer dan basis data. 3. Sosial budaya dan ekonomi Kebiasaan tradisi yang dilakukan orang orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. 4. Lingkungan Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar individu baik fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan kedalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut, hal ini terjadi adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu. 5. Pengalaman Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah

28 13 yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan akan memberikan pengetahuan dan ketrampilan profesional serta dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan. 6. Usia Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia muda individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat Kriteria tingkat pengetahuan Menurut Arikunto dalam kutipan Wawan & Dewi (2011) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kuatitatif, yaitu : 1. Baik : Hasil presentase 76% - 100% 2. Cukup : Hasil presentase 56% - 75% 3. Kurang : Hasil presentase < 56%

29 Sikap Pengertian sikap 1. Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, objek atau isu (Azwar dalam Wawan & Dewi, 2011). 2. Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap sesuatu stimulus atau objek (Notoatmodjo dalam Wawan & Dewi, 2011). 3. Thomas & Znaniecki dalam Wawan & Dewi (2011) menegaskan bahwa sikap adalah predisposisi untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tertentu, sehingga sikap bukan hanya kondisi internal psikologis yang murni dari individu. Tetapi sikap lebih merupakan proses kesadaran yang sifatnya individual Komponen sikap Wawan & Dewi ( 2011) mengatakan bahwa ada 3 komponen yang membentuk sikap yaitu : 1. Komponen kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan yaitu hal hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap sikap. 2. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang merupkan hal yang positif sedangkan rasa tidak

30 15 senang merupakan hal yang negatif. Komponen ini menunjukan arah sikap, yaitu positif dan negatif. 3. Komponen konatif (komponen perilaku atau action component), yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukan intensitas sikap, yaitu menunjukan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap Tingkatan sikap Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni (Notoatmodjo dalam Wawan & Dewi, 2011) : 1. Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek). 2. Merespon (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah sesuatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan.lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut. 3. Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya seseorang mengajak ibu yang lain (tetangga,

31 16 saudaranya, dsb). 4. Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi Sifat sikap Sikap dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif (Wawan & Dewi, 2011). 1. Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu. 2. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu Ciri ciri sikap Ciri ciri sikap menurut (Wawan & Dewi, 2011) : 1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan obyeknya. 2. Sikap dapat berubah ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah pada orang orang bila terdapat keadaan keadaan dan syarat syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu. 3. Sikap tidak berdiri sendiri tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan sesuatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas. 4. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga

32 17 merupakan kumpulan dari hal hal tersebut. 5. Sikap mempunyai segi segi motivasi dan segi segi perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan kecakapan atau pengetahuan pengatahuan yang dimiliki orang Faktor faktor yang mempengaruhi sikap Faktor faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap objek sikap antara lain (Wawan& Dewi, 2011) : 1. Pengalaman pribadi Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meningkatkan kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut menjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. 2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dinggap penting. 3. Pengaruh kebudayaan Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah.karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individi individu masyarakat asuhannya. 4. Media massa Dalam pemberitahuan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif cenderung dipengarui oleh sikap penulisnya,

33 18 akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya. 5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap. 6. Faktor emosional Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme ego Cara pengukuran sikap Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap seseorang.pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu mengenai obyek sikap yang hendak diungkap.pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang positif mengenai obyek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak pada obyek sikap, pernyataan ini disebut dengan pernyataan yang favourable.sebaliknya pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-hal negatif mengenai obyek sikap yang bersifat tidak mendukung maupun kontra terhadap obyek sikap.pernyataan seperti ini disebut dengan pernyataan yang tidak favourable. Skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas pernyataan favorable dan tidak favorable dalam jumlah yang seimbang.

34 19 Dengan demikian pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak semua negatif yang seolah-olah isi skala memihak atau tidak mendukung sama sekali obyek sikap (Azwar dalam Wawan & Dewi 2011). Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat/ pernyataan responden terhadap suatu obyek.secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan - pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden melalui kuesioner (Notoatmodjo dalam Wawan & Dewi, 2011) Kriteria tingkat sikap Menurut Arikunto dalam kutipan Siti Aspuah (2013), jika presentase jawaban benar antara 76% - 100% termasuk kategori baik, 56% - 75% termasuk ketegori cukup dan < 56% termasuk kategori kurang. 2.3 Bantuan Hidup Dasar (BHD) Menurut American Heart Association(AHA), Pengertian Bantuan Hidup Dasar adalah sekumpulan intervensi yang bertujuan untuk mengembalikan dan mempertahankan fungsi vital organ pada korban henti jantung dan henti nafas.intervensi ini terdiri dari pemberian kompresi dada dan bantuan nafas (Hardisman, 2014). AHA 2010 mengeluarkan panduan perubahan standarisasi algoritma baru penatalaksanaan BLS (Basic Life Support) dari urutan A-B-C sekarang

35 20 menjadi C-A-B untuk pasien henti jantung Indikasi 1. Henti napas a. Tanda tanda: Henti napas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara pernapasan dari korban. b. Penyebab : Tenggelam, stroke, obstruksi jalan napas, epiglotitis, Overdosis obat-obatan, tersengat listrik, infark miokard, tersambar petir dan koma akibat berbagai macam kasus. Pada awal henti napas oksigen masih dapat masuk ke dalam darah untuk beberapa menit dan jantung masih dapat mensirkulasikan darah ke otak dan organ vital lainnya, jika pada keadaan ini diberikan bantuan napas akan sangat bermanfaat agar korban dapat tetap hidup dan mencegah henti jantung. 2. Henti jantung Pada saat terjadi henti jantung secara langsung akan terjadi henti sirkulasi. Henti sirkulasi ini akan dengan cepat menyebabkan otak dan organ vital kekurangan oksigen. Pernapasan yang terganggu (tersengal-sengal) merupakan tanda awal akan terjadinya henti jantung Tujuan 1. Menyelamatkan kehidupan. 2. Mencegah keadaan menjadi buruk. 3. Mempercepat kesembuhan.

36 Langkah langkah 1. Danger (bahaya) Memastikan keamanan baik penolong, korban maupun lingkungan, biasanya disingkat dengan 3A (tiga aman).keamanan penolong harus lebih diutamakan sebelum mengambil keputusan untuk menolong korban agar tidak menjadi korban kedua atau korban berikutnya. 2. Memeriksa respon klien Memastikan keadaan pasien baik dengan menepuk atau menggoyang bahu dengan lembut dan mantap untuk mencegah pergerakan yang berlebihan dan berteriak apakah anda baik baik saja? jika korban berespon atau terbangun, tinggalkan pada posisi seperti pada saat ditemukan dan hindari kemungkinan resiko cedera lain yang bisa terjadi. Minta bantuan dari tim gawat darurat, jika sendirian tinggalkan korban sementara kemudian lakukan observasi dan kaji ulang secara teratur. Gambar 2.1 : Periksa kesadaran korban (Rudolph, at al, 2010).

37 22 3. Panggil bantuan Jika korban tidak memberikan respon terhadap panggilan segera meminta bantuan dengan cara berteriak minta tolong untuk segera mengaktifkan sistem gawat darurat / Emergency Medical Service (EMS). Gambar 2.2 : Berteriak Minta Tolong (Rudolph, at al, 2010). 4. Pengaturan posisi a. Posisi pasien Posisi terlentang pada permukaan keras dan rata, jika korban ditemukan tidak dalam posisi terlentang maka terlentangkanlah posisi korban dengan teknik log roll yaitu menggulingkan korban secara bersamaan dari kepala, leher dan bahu. b. Posisi penolong Posisi penolong berlutut sejajar dengan bahu korban agar dapat memberikan Resusitasi Jantung Paru (RJP) secara efektif tanpa harus mengubah posisi atau menggeser lutut.

38 23 5. Circulation Terdiri atas dua tahapan yaitu : a. Kaji nadi Memastikan ada tidaknya nadi korban ditentukan dengan meraba arteri karotis yang berada di daerah leher korban (arteri karotis) dengan menggunakan dua jari tangan (jari telunjuk dan tengah) diletakkan pada pertengahan leher sehingga teraba trakhea, kemudian kedua jari digeser kira kira 2-3 cm ke sisi kanan atau kiri (sebaiknya sisi yang terdekat dengan penolong).jika dalam 10 detik nadi karotis sulit dideteksi kompresi dada harus segera dilakukan. b. Kompresi dada Bila nadi karotis tidak teraba, segera melakukan siklus 30 kompresi dan 2 ventilasi dengan teknik sebagai berikut : 1) Penolong berlutut sejajar bahu korban. 2) Posisi badan penolong tepat diatas dada pasien, bertumpu pada kedua tangan. 3) Penolong meletakkan salah satu tumit telapak tangan pada setengah sternum, diantara dua papila mammae jari jari tangan disatukan dan saling mengunci dan memastikan tekanan tidak dilakukan diatas tulang rusuk korban. Posisi lengan tegak lurus siku tidak boleh menekuk posisi lengan tegak lurus dengan badan korban.

39 24 Dengan posisi badan tegak lurus, penolong menekan dada lurus kebawah secara teratur dengan kecepatan 100 kali per menit (hampir 2 kali per detik) dengan kedalaman adekuat. Kompresi dada dilakukan cepat dan dalam (push and hard) dengan kedalaman yang adekuat, yaitu : a) Dewasa 2 inchi (5 cm) rasio 30 : 2 (satu atau dua penolong). b) Anak 1/3 diameter antero-posterior dada (± 5 cm) rasio 30 : 2 (satu penolong) dan 15 : 2 (dua penolong). c) Bayi 1/3 diameter antero-posterior dada (± 4 cm)rasio 30 : 2 (satu penolong) dan 15 : 2 (dua penolong). Gambar 2.3 : Meletakkan tangan pada sternum (Rudolph, at al, 2010). Gambar 2.4 : Menyatukan kedua tangan(rudolph, at al, 2010).

40 25 Gambar 2.5 : Posisi lengan tegak lurus dan meluruskan siku (Rudolph, at al, 2010). Gambar 2.6 : Melakukan penekanan dada(rudolph, at al, 2010). 6. Airway control a. Penolong memastikan jalan nafas bersih dan terbuka sehingga memungkinkan pasien dapat diberi bantuan nafas, langkah ini terdiri atas dua tahapan yaitu : 1) Membersihkan jalan nafas Membuka mulut dengan cara jari silang (cross finger), ibu jari diletakkan berlawanan dengan jari telunjuk pada mulut korban. 2) Memeriksa adanya sumbatan pada jalan nafas, jika ditemukan sumbatan benda cair bersihkan dengan teknik

41 26 finger swab(sapuan jari) yaitu menyusuri rongga mulut dengan dua jari, bisa dilapisi dengan kasa atau potongan kain untuk menyerap cairan. Jika ditemukan sumbatan benda padat, dapat dikorek keluar dengan menggunakan jari telunjuk yang dibengkokkan. Teknik ini harus dilakukan dengan hati hati karena dapat mendorong sumbatan semakin kedalam. b. Membuka jalan nafas Setelah jalan nafas dipastikan bebas dari sumbatan benda asing, jalan nafas korban harus dibuka dengan cara meletakkan satu tangan pada dahi korban lalu mendorong dahi korban kebelakang agar kepala menengadah dan mulut sedikit terbuka yang dikenal dengan teknik head tilt. Pembukaan jalan nafas dapat ditambah dengan menggunakan teknik chin lift yaitu mengangkat dagu,namun jika korban di curigai terdapat trauma servikal dapat menggunakan teknik jaw thrust yaitu dengan mengangkat dagu menggunakan dua tangan sehingga rahang gigi bawah berada lebih kedepan dari pada rahang gigi atas. Gambar 2.7 :Teknik head tilt - chin lift dan jaw thrus(rudolph, at al, 2010).

42 27 7. Breathing support Bantuan nafas dapat dilakukan dengan cara memberikan hembusan nafas sebanyak dua hembusan. Waktu yang dibutuhkan untuk tiap kali hembusan adalah 1,5 detik 2 detik dan volume udara yag dihembuskan adalah ml (10 ml / kg) atau sampai dada korban tampak mengembang. Bantuan nafas dilakukan dengan cara : a. Mulut ke mulut Teknik ini merupakan cara yang cepat dan tepat untuk memberikan udara ke paru paru korban. Penolong memberikan bantuan nafas langsung kemulut korban dengan cara mulut penolong harus dapat menutup seluruh mulut korban dengan baik agar tidak terjadi kebocoran saat menghembuskan nafas penolong juga harus menutup lubang hidung koran dengan jari jari untuk mencegah udara keluar kembali dari hidung. Gambar 2.8 : Memberi bantuan pernafasan dari mulut ke mulut (Rudolph, at al, 2010). b. Mulut ke hidung Teknik ini direkomendasikan jika usaha bantuan nafas dari mulut korban tidak memungkinkan, misalnya pada mulut

43 28 mengalami luka yang berat. Teknik ini sama dengan mulut ke mulut, perbedaannya pada saat memberikan hembusan pada hidung korban penolong harus menutup mulut korban. c. Ventilasi mulut ke mask d. Ventilasi mulut ke bag-value-mask Setelah dilakukan pemberian 2 kali hembusan nafas (ventilasi) maka penolong segera melanjutkan kembali pemberian kompresi dada 30 kali dan ventilasi 2 kali sampai 5 siklus. 8. Evaluasi (penilaian ulang) Sesudah pemberian 5 siklus kompresi dan ventilasi (kira kira 2 menit), penolong kemudian melakukan evaluasi dengan ketentuan sebagai berikut : a. Jika tidak ada nadi karotis, penolong kembali melanjutkan kompresi dan ventilasi dengan rasio sesuai kebutuhan seperti yang sudah dijelaskan diatas sebanyak 5 siklus. b. Jika ada nadi tetapi tidak ada nafas penolong memberikan bantuan nafas sebanyak kali per menit. c. Jika nafas ada dan nadi sudah teraba tetapi pasien belum sadar posisikan korban pada posisi pemulihan (recovery position) agar jalan nafas tetap terbuka.

44 29 Gambar 2.9 : Posisi pemulihan (recovery position) (Rudolph, at al, 2010). 2.4 Polisi Lalu Lintas Pengertian polisi lalu lintas Polisi lalu lintas adalah aparat yang bertugas melaksanakan Turjawali lalu lintas, pendidikan masyarakat lalu lintas (Dikmaslantas), pelayanan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dan pengemudi, penyidikan kecelakaan lalulintas dan penegakan hukum di bidang lalu lintas sebagaimana tertulis dalam peraturan kepala kepolisian negara Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 pasal 59 ayat 2 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja pada Tingkat Kepolisian Resor dan Kepolisian Sektor Tugas polisi lalu lintas Tata kerja kepolisian lalu lintas tertulis dalam Tata kerja kepolisian lalu lintas tertera pada Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia mengeluarkan peraturan nomor 23 tahun 2010 pasal 59 ayat tiga (3) yang berbunyi : Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Satlantas menyelenggarakan fungsi:

45 30 1. Pembinaan lalu lintas kepolisian. 2. Pembinaan partisipasi masyarakat melalui kerja sama lintas sektoral, dikmaslantas, dan pengkajian masalah di bidang lalu lintas. 3. Pelaksanaan operasi kepolisian bidang lalu lintas dalam rangka penegakan hukum dan keamanan, keselamatan, ketertiban, kelancaran lalu lintas (Kamseltibcarlantas). 4. Pelayanan administrasi registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor serta pengemudi. 5. Pelaksanaan patroli jalan raya, penindakan pelanggaran serta penanganan kecelakaan lalu lintas dalam rangka penegakan hukum, dan menjamin Kamseltibcarlantas di jalan raya. 6. Pengamanan atau penyelamatan masyarakat pengguna jalan,perawatan dan pemeliharaan peralatan dan kendaraan.

46 Kerangka Teori Kecelakaan Polisi lalu lintas BHD Faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan : - Pendidikan - Informasi / media massa - Sosial budaya dan ekonomi - Lingkungan - Pengalaman - Usia Keterangan Tingkat Pengetahuan Sikap : Diteliti : Tidak di teliti Gambar 2.10 : Kerangka teori Faktor yang mempengaruhi sikap : - Pengalaman pribadi - Pengaruh orang lain yang dianggap penting - Pengaruh kebudayaan - Media masa - Lembaga Sumber : Wawan & Dewi (2011), Elda L H (2012), Budiman & Agus, (2014).

47 Kerangka Konsep Variable bebas variable terikat Pengetahuan BHD Sikap Gambar 2.11 : Kerangka konsep 2.7 Hipotesis H 0 : Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap polisi lalu lintas tentang BHD H a : Ada hubungan tingkat antara pengetahuan dengan sikap polisi lalu lintas tentang BHD 2.8 Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang terkait dalam penelitian yang akan diteliti yaitu : Tabel 2.1 : Keaslian penelitian Nama No Peneliti 1 Dede Kharisma Yanti Bala, Abdul Rakhmat, Junaidi 2014 Judul Metode Hasil Gambaran Pengetahuan dan Pelaksanaan Bantuan Hidup Dasar Perawat Gawat Darurat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Labuang Baji Desain penilitian menggunakan deskritif dengan metode survey dengan cara mengajukkan pertanyaan kepada responden dengan menggunakan kuesioner serta ceklis observasi.populasi dalam penelitian ini Hasil penelitian dari 23 responden yang memiliki pengetahuan tentang bantuan hidup dasar baik yaitu sebanyak 19 orang (82,6%), sedangkan pengetahuan kurang sebanyak

48 33 2 Elda Lunera Hutapea Pamaya Emilia Lumangkun, Lucky T. Kumaat, Sefti Rompas 2014 Makassar Gambaran Tingkat Pengetahuan Polisi Lalu Lintas tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) di kota Depok Hubungan Karakteristik Polisi Lalu Lintas Dengan Tingkat Pengetahuan Bantuan Hidup Dasar (BHD) Di Direktorat Lalu Lintas Polda Sulawesi Utara adalah semua perawat yang melakukan tindakan keperawatan di ruang Instalasi Gawat Darurat, penarikan sampel dengan metode sampling jenuh berjumlah 23 responden. Penelitian ini menggunakan desain penelitiandeskriptif sederhana. Penyebaran kuesioner dilakukan secara random.jumlah sampel yang digunakan yaitu 46polisi lalu lintas. Desain penelitian ini adalah deskriptif korelatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antara variabel, dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian menggunakan rumus total sampling dari total populasi 39 orang anggota PJR Direktorat Lalu Lintas Polda Sulawesi Utara. 4 orang (17,4 %). dan dari 23 responden yang melaksanakan teknik pelaksanaan bantuan hidup dasar baik yaitu sebanyak 19 orang (82,6%), sedangkan pelaksana bantuan hidup dasar kurang sebanyak 4 orang (17,4 %). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 50% persen memeliki pengetahuan yang kurang, 30,4% responden memiliki pengetahuan cukup, 19,6% responden memiliki pengetahuan buruk. Hasil penelitian ini menunjukan tidak terdapat hubungan yang signifikan dari masing-masing karakteristik polisi lalu lintas dengan tingkat pengetahuan BHD di Direktorat Lalu Lintas Polda Sulawesi Utara.

49 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan rancangan penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatifdenganjenisrancangandescriptifcorelationalyaitupenelitian yang dilakukanuntukmengetahuitingkathubunganduavariabelataulebih, tanpamelakukanperubahantambahanataumanipulasiterhadap data yangsudahada. Penelitianinimenggunakanpendekatancrosssectionalyaitujenispenelitian yang menekankanwaktupengukuranatauobservasi data variabelindependendandependenhanyasatu kali padasatusaat.padajenisini variabel independendandependendinilaisecarasimultanpadasuatusaat, jikatidakadatindaklanjut.studiiniakandiperolehprevalensiatauefeksuatufeno mena (variabeldependen) dihubungkanpenyebab (variabelindependen) (Nursalam, 2009). 3.2 Populasi dan Sampel Populasi Populasi adalahkeseluruhansubjekpenelitian. Apabilaseseoranginginmenelitisemuaelemen yang adadalamwilayahpenelitian, makapenelitinyamerupakanpenelitipopulasi 34

50 35 (Sugiyono, 2009).Populasipadapenelitianini adalah semua anggota polisi lalu lintas Satlantas Polresta Surakarta yang berkerja di unit laka dan unit patroli berjumlah 60 orang.penelitimengambilduabagiantersebutkarenakeduabagiantersebutbert ugasterjunlangsungkelalulintasdanmenanganilangsungapabilaterjadikecela kaanlalulintas Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pengambilan sampel pada penelitian iniadalah semua anggota polisi lalu lintas Satlantas Polresta Surakarta yang bekerja di unit laka dan unit patroli yaitu 60 orang, dengan menggunakan tekniksampling jenuh yaitu dengan mengambil semua anggota populasi sebagai sampel (Sugiyono, 2009). Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah : 1. Polisi lalu lintas yang bersedia menjadi responden. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah : 1. Polisi lalu lintas yang sedang dinas di luar kota. 2. Polisi lalu lintas yang tidak masuk dinas. 3.3 Tempat dan waktu penelitian Tempat penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Satlantas Polresta Surakarta.

51 Waktu penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Maret Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Tabel 3.1 : Variabel penelitian, definisi operasional dan skala pengukuran Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Indikator Penilaian Variabel independen Pengetahuan Merupakan pengetahuan polisi lalu BHD lintas tentang BHD Sikap BHD Variabel dependen Merupakansikappolisilalulintastentang BHD Kuesioner B (kuesioner pengetahuan tentang BHD) berisi 25 pertanyaan dengan jawaban benar, salah Kuesioner C (kuesioner sikap tentang BHD) berisi 25 pertanyaan dengan jawaban 1. Kategori baik yaitu menjawab benar dengan rentang nilai Kategori cukup yaitu menjawab benar dengan rentang nilai Kategori kurang yaitu menjawab benar dengan retang nilai <11 1. Kategori baik yaitu apabila menjawab Kategori cukup baik apabila menjawab Skala Ukur Ordinal Ordinal

52 37 Usia Usia seseorang terhitung saat dilahirkan sampai meninggal Variabel perancu sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju Kuesioner A (kuesioner data demografi) Pendidikan Tingkat pendidikan terakhir Kuesioner A (kuesioner data demografi) Jenis Kelamin Perbedaan kelamin antara laki laki dan perempuan 3.5 Alat Penelitian dan cara pengumpulan data Alat penelitian Kuesioner A (kuesioner data demografi) Kategori kurang apabila menjawab < tahun tahun 1. SMA 2. Sastra 1 (S1) 1. Laki laki 2. Perempuan Interval Ordinal Nominal Alat penelitianiniadalahkuesioner. Kuesioneradalahteknikpengumpulan data yang dilakukandengancaramemberiseperangkatpertanyaandanpernyataantertulis kepadarespondenuntukdijawab (Wiratna, 2014).Kuesioner yang digunakanadalahkuesionertertutupdimanasudahdisediakanjawabannyasehi nggarespondentinggalmemilih (Nursalam, 2009). 1. Kuesioner A (kuesioner karakteristik responden) Terdiri dari nomor responden, usia responden, pendidikan terakhir responden dan jenis kelamin responden.

BASIC LIFE SUPPORT A. INDIKASI 1. Henti napas

BASIC LIFE SUPPORT A. INDIKASI 1. Henti napas BASIC LIFE SUPPORT Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan pertolongan yang dilakukan kepada korban yang mengalami henti napas dan henti jantung. Keadaan ini bisa disebabkan karena korban mengalami

Lebih terperinci

BTCLS BANTUAN HIDUP DASAR (BHD)

BTCLS BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) BTCLS BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) Tahapan-tahapan BHD tindakan BHD dilakukan secara berurutan dimulai dengan penilaian dan dilanjutkan dengan tindakan. urutan tahapan BHD adalah

Lebih terperinci

PANDUAN TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR

PANDUAN TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR PANDUAN TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR Apa yang akan Anda lakukan jika Anda menemukan seseorang yang mengalami kecelakaan atau seseorang yang terbaring di suatu tempat tanpa bernafas spontan? Apakah Anda

Lebih terperinci

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) Artikel ini merupakan sebuah pengetahuan praktis yang dilengkapi dengan gambar-gambar sehingga memudahkan anda dalam memberikan pertolongan untuk

Lebih terperinci

Dinamika Kesehatan, Vol. 8 No. 1, Juli 2017 Khalilati, et. al., hubungan tingkat pengetahuan..

Dinamika Kesehatan, Vol. 8 No. 1, Juli 2017 Khalilati, et. al., hubungan tingkat pengetahuan.. HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN KETEPATAN KOMPRESI DADA DAN VENTILASI MENURUT AHA GUIDELINES 2015 DI RUANG PERAWATAN INTENSIF RSUD. dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN or Khalilati, Supinah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegawatdaruratan semakin meningkat (Sudiharto, 2014). kasus kecelakaan lalu lintas (WHO, 2015). Angka kematian akibat

BAB I PENDAHULUAN. kegawatdaruratan semakin meningkat (Sudiharto, 2014). kasus kecelakaan lalu lintas (WHO, 2015). Angka kematian akibat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegawatdaruratan dapat terjadi kapan saja, dimana saja, dan pada siapa saja. Kondisi gawat darurat dapat terjadi akibat trauma atau non trauma yang mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu. Pengetahuan tau kognitif

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETERAMPILAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN TINDAKAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETERAMPILAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN TINDAKAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETERAMPILAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN TINDAKAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR Umi Nur Hasanah 1), Yeti Nurhayati 2), Rufaida Nur Fitriana 3)

Lebih terperinci

RESUSITASI JANTUNG PARU ( RJP ) CARDIO PULMONARY RESUSCITATION ( CPR )

RESUSITASI JANTUNG PARU ( RJP ) CARDIO PULMONARY RESUSCITATION ( CPR ) RESUSITASI JANTUNG PARU ( RJP ) CARDIO PULMONARY RESUSCITATION ( CPR ) 1 MINI SIMPOSIUM EMERGENCY IN FIELD ACTIVITIES HIPPOCRATES EMERGENCY TEAM PADANG, SUMATRA BARAT MINGGU, 7 APRIL 2013 Curiculum vitae

Lebih terperinci

Bantuan Hidup Dasar. (Basic Life Support)

Bantuan Hidup Dasar. (Basic Life Support) Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support) Sistem utama tubuh manusia Sistem Pernapasan Sistem Peredaran Darah Mati Mati klinis Pada saat pemeriksaan penderita tidak menemukan adanya fungsi sistem perdarahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kecelakaan Lalu Lintas Kota Yogyakarta a. Definisi Kecelakaan Lalu Lintas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kecelakaan Lalu Lintas Kota Yogyakarta a. Definisi Kecelakaan Lalu Lintas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Kecelakaan Lalu Lintas Kota Yogyakarta a. Definisi Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Kecelakaan lalu lintas adalah suatu

Lebih terperinci

REKOMENDASI RJP AHA 2015

REKOMENDASI RJP AHA 2015 REKOMENDASI RJP AHA 2015 Ivan Laurentius NIM 112014309 Kepaniteraan Klinik Ilmu Anestesi Fakultas Kedokteran UKRIDA Periode 26 Oktober 14 November 2015 Rumah Sakit Bhakti Yudha Depol Pembimbing: dr. Amelia,

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS KOLAM RENANG TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR PADA KORBAN HAMPIR TENGGELAM DI KOLAM RENANG DI KOTA MEDAN OLEH :

TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS KOLAM RENANG TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR PADA KORBAN HAMPIR TENGGELAM DI KOLAM RENANG DI KOTA MEDAN OLEH : TINGKAT PENGETAHUAN PENGAWAS KOLAM RENANG TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR PADA KORBAN HAMPIR TENGGELAM DI KOLAM RENANG DI KOTA MEDAN OLEH : WAN MUHAMMAD ADIB BIN WAN ABD MALIK 120100517 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan HUBUNGAN ANTARA KETRAMPILAN SOSIAL DAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA TINGKAT I DAN II PRODI DIII KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNS SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

Oleh : DARIEL R SELVARAJAH

Oleh : DARIEL R SELVARAJAH 1 KARYA TULIS ILMIAH Gambaran Pengetahuan Pekerja Hotel pada Manajemen Internasional dan Lokal tentang Bantuan Hidup Dasar Oleh : DARIEL R SELVARAJAH 100100316 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

Universita Sumatera Utara

Universita Sumatera Utara PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth, Bapak/Ibu.. Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR TERHADAP TINGKAT MOTIVASI MENOLONG KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS PADA POLISI KOTA YOYAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR TERHADAP TINGKAT MOTIVASI MENOLONG KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS PADA POLISI KOTA YOYAKARTA KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR TERHADAP TINGKAT MOTIVASI MENOLONG KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS PADA POLISI KOTA YOYAKARTA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN METODE RELAKSASI DENGAN SIKAP DAN PERILAKU MENGATASI NYERI HAID PADA MAHASISWI D III KEBIDANAN FK UNS KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang dihadapi dalam pelayanan kesehatan di Indonesia adalah pemberian pelayanan kesehatan yang bermutu

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSING (Tingkat Pengetahuan, Pendidikan, Sikap, Pekerjaan) KADER DENGAN KEAKTIFAN KADER PADA KEGIATAN POSYANDU DI DESA RAKIT

HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSING (Tingkat Pengetahuan, Pendidikan, Sikap, Pekerjaan) KADER DENGAN KEAKTIFAN KADER PADA KEGIATAN POSYANDU DI DESA RAKIT HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSING (Tingkat Pengetahuan, Pendidikan, Sikap, Pekerjaan) KADER DENGAN KEAKTIFAN KADER PADA KEGIATAN POSYANDU DI DESA RAKIT SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai

Lebih terperinci

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN METODE RELAKSASI DENGAN SIKAP DAN PERILAKU MENGATASI NYERI HAID PADA MAHASISWI D III KEBIDANAN FK UNS KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 13 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bantuan Hidup Dasar (Basic life support) 2.1.1. Definisi Istilah basic life support mengacu pada mempertahankan jalan nafas dan sirkulasi. Basic life support ini terdiri

Lebih terperinci

SOAL-SOAL PELATIHAN BLS RS PUSURA SURABAYA

SOAL-SOAL PELATIHAN BLS RS PUSURA SURABAYA SOAL-SOAL PELATIHAN BLS RS PUSURA SURABAYA Pilih jawaban yang paling benar 1. Pada cardiac arrest yang bukan karena asphiksia dilakukan tindakan: a. Pijat jantung b. DC shock c. Pijat jantung nafas buatan

Lebih terperinci

PANDUAN PELAYANAN RESUSITASI RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA BAB I

PANDUAN PELAYANAN RESUSITASI RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA BAB I Lampiran Surat Keputusan Direktur RSPP No. Kpts /B00000/2013-S0 Tanggal 01 Juli 2013 PANDUAN PELAYANAN RESUSITASI RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA 2 0 1 3 BAB I 0 DEFINISI Beberapa definisi Resusitasi Jantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi kegawatdaruratan dapat terjadi dimana saja, kapan saja dan sudah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi kegawatdaruratan dapat terjadi dimana saja, kapan saja dan sudah menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi kegawatdaruratan dapat terjadi dimana saja, kapan saja dan sudah menjadi tugas dari petugas kesehatan untuk menangani masalah tersebut. Tidak menutup kemungkinan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU TENTANG INISIASI MENYUSU DINI (IMD) KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU TENTANG INISIASI MENYUSU DINI (IMD) KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU TENTANG INISIASI MENYUSU DINI (IMD) KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Saint Terapan Disusun Oleh : Eka Rahmawati R1113025 PROGRAM

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETERAMPILAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN TINDAKAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETERAMPILAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN TINDAKAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETERAMPILAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN TINDAKAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

Lebih terperinci

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita Saat menemukan penderita ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menentukan tindakan selanjutnya, baik itu untuk mengatasi situasi maupun untuk mengatasi korbannya. Langkah langkah penilaian pada penderita

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia.sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit kardiovaskuler masih mendominasi sebagai penyebab kematian tertinggi di dunia (WHO, 2012) dan kematian akibat kecelakaan di jalan raya pada remaja usia

Lebih terperinci

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017 HUBUNGAN SIKAP CARING PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN ORAL HYGIENE PADA PASIEN TOTAL CARE DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO Erdianti Wowor Linnie Pondaag Yolanda Bataha Fakultas Kedokteran Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalami penurunan toleransi terhadap aktivitas fisik, penurunan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalami penurunan toleransi terhadap aktivitas fisik, penurunan kualitas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kematian mendadak hingga saat ini masih menjadi penyebab utama kematian. WHO menjelaskan bahwa sebagian besar kematian mendadak dilatarbelakangi oleh penyakit kardiovaskuler

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif korelasional dengan metode pendekatan cross sectional, yaitu suatu

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif korelasional dengan metode pendekatan cross sectional, yaitu suatu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan metode pendekatan cross sectional, yaitu suatu penelitian

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT ANGKATAN 2008 TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

GAMBARAN PENGETAHUAN MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT ANGKATAN 2008 TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA GAMBARAN PENGETAHUAN MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT ANGKATAN 2008 TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Oleh : DEWI FELAYATI NIM: 080100180 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu. Pengetahuan tau kognitif

Lebih terperinci

Hubungan Pemberian Informasi dengan Tingkat Kecemasan pada Pasien Preoperasi di RSUD dr. Pirngadi Medan

Hubungan Pemberian Informasi dengan Tingkat Kecemasan pada Pasien Preoperasi di RSUD dr. Pirngadi Medan Hubungan Pemberian Informasi dengan Tingkat Kecemasan pada Pasien Preoperasi di RSUD dr. Pirngadi Medan SKRIPSI Oleh Ainun Sari 121101024 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2016 i ii iii Title

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan NURAINI FAUZIAH R1115072

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terabaikan oleh lembaga pemerintahan. Menurut undang-undang no 22 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terabaikan oleh lembaga pemerintahan. Menurut undang-undang no 22 tahun 2009 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecelakaan lalu lintas merupakan masalah kesehatan utama yang sering terabaikan oleh lembaga pemerintahan. Menurut undang-undang no 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ataupun belum terdiagnosis penyakit jantung (AHA, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ataupun belum terdiagnosis penyakit jantung (AHA, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit jantung khususnya penyakit jantung koroner memiliki tingkat kegawatdaruratan paling tinggi dibanding penyakit tidak menular lainnya. Henti jantung adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan desain penelitian studi korelasional yang merupakan penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan desain penelitian studi korelasional yang merupakan penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian studi korelasional yang merupakan penelitian atau

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI (P4K) DENGAN PERENCANAAN PERSALINAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI (P4K) DENGAN PERENCANAAN PERSALINAN HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI (P4K) DENGAN PERENCANAAN PERSALINAN KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Pesyaratan Guna Memperoleh

Lebih terperinci

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT. Klinik Pratama 24 Jam Firdaus

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT. Klinik Pratama 24 Jam Firdaus PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT Klinik Pratama 24 Jam Firdaus Pendahuluan serangkaian usaha pertama yang dapat dilakukan pada kondisi gawat darurat dalam rangka menyelamatkan seseorang dari kematian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi. Peneliti korelasi adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan melibatkan minimal dua

Lebih terperinci

RJPO. Definisi. Indikasi

RJPO. Definisi. Indikasi Algoritma ACLS RJPO Definisi Resusitasi atau reanimasi mengandung arti harfiah menghidupkankembali, dimaksudkan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah suatue pisode henti jantung berlanjut menjadi

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DENGAN METODE IVA TERHADAP MOTIVASI IBU DI KELURAHAN MOJOSONGO RW XIV SURAKARTA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DENGAN METODE IVA TERHADAP MOTIVASI IBU DI KELURAHAN MOJOSONGO RW XIV SURAKARTA PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DENGAN METODE IVA TERHADAP MOTIVASI IBU DI KELURAHAN MOJOSONGO RW XIV SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

RESUSITASI JANTUNG PARU. sirkulasi dan pernapasan untuk dikembalikan ke fungsi optimal guna mencegah

RESUSITASI JANTUNG PARU. sirkulasi dan pernapasan untuk dikembalikan ke fungsi optimal guna mencegah RESUSITASI JANTUNG PARU Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan gawat darurat akibat kegagalan sirkulasi dan pernapasan untuk dikembalikan ke fungsi optimal guna mencegah kematian biologis. Dalam

Lebih terperinci

Adult Basic Life Support

Adult Basic Life Support Adult Basic Life Support Bantuan hidup dasar (BHD) merupakan pondasi untuk menyelamatkan hidup seseorang dengan henti jantung. Aspek mendasar dari BHD adalah immediate recognition of sudden cardiac arrest

Lebih terperinci

Oleh. Lila Fauzi, Anita Istiningtyas 1, Ika Subekti Wulandari 2. Abstrak

Oleh. Lila Fauzi, Anita Istiningtyas 1, Ika Subekti Wulandari 2. Abstrak PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015 FAKTOR FAKTOR INTRINSIK YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI PERAWAT DALAM PENANGANAN PASIEN CEDERA KEPALA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD KARANGANYAR

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DI PUSKESMAS SIBELA SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DI PUSKESMAS SIBELA SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DI PUSKESMAS SIBELA SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG MANFAAT BUAH MENGKUDU UNTUK MENURUNKAN TEKANAN DARAH

KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG MANFAAT BUAH MENGKUDU UNTUK MENURUNKAN TEKANAN DARAH KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG MANFAAT BUAH MENGKUDU UNTUK MENURUNKAN TEKANAN DARAH Di Pukesmas Jenangan, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo Oleh AGUS WIDODO NIM 14612597

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN INSTRUKTUR SKILLS LEARNING SISTEM EMERGENSI DAN TRAUMATOLOGI BANTUAN HIDUP DASAR

BUKU PANDUAN INSTRUKTUR SKILLS LEARNING SISTEM EMERGENSI DAN TRAUMATOLOGI BANTUAN HIDUP DASAR BUKU PANDUAN INSTRUKTUR SKILLS LEARNING SISTEM EMERGENSI DAN TRAUMATOLOGI BANTUAN HIDUP DASAR KOORDINATOR SKILLS LAB SISTEM EMERGENSI DAN TRAUMATAOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN INSTRUKTUR SKILLS LEARNING SISTEM EMERGENSI DAN TRAUMATOLOGI RESUSITASI ANAK

BUKU PANDUAN INSTRUKTUR SKILLS LEARNING SISTEM EMERGENSI DAN TRAUMATOLOGI RESUSITASI ANAK BUKU PANDUAN INSTRUKTUR SKILLS LEARNING SISTEM EMERGENSI DAN TRAUMATOLOGI RESUSITASI ANAK KOORDINATOR SKILLS LAB SISTEM EMERGENSI DAN TRAUMATAOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan lalu lintas dan 50 juta lainnya mengalami luka-luka. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan lalu lintas dan 50 juta lainnya mengalami luka-luka. Menurut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena kecelakaan lalu lintas sampai saat ini belum mendapatkan perhatian masyarakat sebagai penyebab kematian yang cukup besar. Setiap tahunnya di seluruh dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serangan jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di negara

BAB I PENDAHULUAN. serangan jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa serangan jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di negara maju dan berkembang dengan menyumbang 60 % dari

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PENATALAKSANAAN PERTOLONGAN PERTAMA KECELAKAAN LALU LINTAS DI SATLANTAS POLRESTA SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PENATALAKSANAAN PERTOLONGAN PERTAMA KECELAKAAN LALU LINTAS DI SATLANTAS POLRESTA SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PENATALAKSANAAN PERTOLONGAN PERTAMA KECELAKAAN LALU LINTAS DI SATLANTAS POLRESTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna mencapai Gelar Sarjana Keperawatan

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN STRES KERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT DARURAT. RSUD dr. Sayidiman Magetan

KARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN STRES KERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT DARURAT. RSUD dr. Sayidiman Magetan KARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN STRES KERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT DARURAT RSUD dr. Sayidiman Magetan Oleh : ANA INDRAWATI NIM : 12612238 PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan jenis korelasi dan pendekatan cross sectional. Penelitian deskriptif adalah

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN INSTRUKTUR SKILLS LEARNING SISTEM EMERGENSI DAN TRAUMATOLOGI RESUSITASI JANTUNG PARU

BUKU PANDUAN INSTRUKTUR SKILLS LEARNING SISTEM EMERGENSI DAN TRAUMATOLOGI RESUSITASI JANTUNG PARU BUKU PANDUAN INSTRUKTUR SKILLS LEARNING SISTEM EMERGENSI DAN TRAUMATOLOGI RESUSITASI JANTUNG PARU KOORDINATOR SKILLS LAB SISTEM EMERGENSI DAN TRAUMATAOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Angka kematian akibat penyakit kardiovaskular sebanyak 17,3 juta

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Angka kematian akibat penyakit kardiovaskular sebanyak 17,3 juta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegawatadaruratan dapat terjadi kapan saja dan umumnya mendadak serta tidak terencana, gawat adalah kondisi yang mengancam nyawa dan darurat adalah perlunya tindakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KOMUNIKASI PERAWAT DENGAN TINGKAT STRES PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI DI RSD dr. SUBANDI JEMBER

HUBUNGAN KOMUNIKASI PERAWAT DENGAN TINGKAT STRES PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI DI RSD dr. SUBANDI JEMBER HUBUNGAN KOMUNIKASI PERAWAT DENGAN TINGKAT STRES PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI DI RSD dr. SUBANDI JEMBER SKRIPSI oleh Agus Tri Wahyudi NIM 062310101027 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan membuktikan hubungan tingkat pengetahuan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan membuktikan hubungan tingkat pengetahuan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan membuktikan hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan stroke. Sebagai alat pengumpul data utama

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN POLISI LALU LINTAS TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI KOTA DEPOK SKRIPSI

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN POLISI LALU LINTAS TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI KOTA DEPOK SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN POLISI LALU LINTAS TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI KOTA DEPOK SKRIPSI Elda Lunera Hutapea 0806333833 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM REGULER DEPOK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah Descriptive Correlation yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah Descriptive Correlation yaitu 5 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini adalah Descriptive Correlation yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antara variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional (potong lintang)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional (potong lintang) BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional (potong lintang) yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data variabel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Definisi Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil tahu dari manusia, yang sekadar menjawab pertanyaan what, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kecelakaan Lalu Lintas Kota Yogyakarta. a. Definisi Kecelakaan Lalu Lintas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kecelakaan Lalu Lintas Kota Yogyakarta. a. Definisi Kecelakaan Lalu Lintas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Kecelakaan Lalu Lintas Kota Yogyakarta a. Definisi Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Kecelakaan lalu lintas adalah suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekitar 1,27 juta orang meninggal di jalan setiap tahunnya di dunia, dan 20 -

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekitar 1,27 juta orang meninggal di jalan setiap tahunnya di dunia, dan 20 - BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekitar 1,27 juta orang meninggal di jalan setiap tahunnya di dunia, dan 20-50 juta orang lainnya mengalami cedera akibat kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Renang merupakan salah satu cabang olahraga yang cukup populer di Indonesia. Pada kenyataannya aktivitas berenang ini diikuti oleh banyak orang mulai anak-anak,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah cross sectional yaitu suatu penelitian dengan cara pendekatan,

BAB III METODE PENELITIAN. adalah cross sectional yaitu suatu penelitian dengan cara pendekatan, BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian Non Experimental (Nazir, 1999). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

Lebih terperinci

: PAMBUDI EKO PRASETYO

: PAMBUDI EKO PRASETYO HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN KEPATUHAN MENGGUNAKAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO SKRIPSI Disusun Oleh : PAMBUDI EKO PRASETYO NIM

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan kepatuhan penderita kanker dalam

Lebih terperinci

BANTUAN NAFAS DENGAN AMBUBAG

BANTUAN NAFAS DENGAN AMBUBAG BANTUAN NAFAS DENGAN AMBUBAG 14.41 No comments BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh

Lebih terperinci

PENGARUH PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWI KELAS X TENTANG PERTOLOGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

PENGARUH PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWI KELAS X TENTANG PERTOLOGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN PENGARUH PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWI KELAS X TENTANG PERTOLOGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN Ns.M.Mursid,S.Kep Ns.Maslichah,S.Kep Dosen Program Studi

Lebih terperinci

SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PENANGANAN DIARE PADA ANAK USIA 0 5 TAHUN DI POSYANDU CERIA I KELURAHAN TAMBAKREJO SURABAYA

SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PENANGANAN DIARE PADA ANAK USIA 0 5 TAHUN DI POSYANDU CERIA I KELURAHAN TAMBAKREJO SURABAYA SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PENANGANAN DIARE PADA ANAK USIA 0 5 TAHUN DI POSYANDU CERIA I KELURAHAN TAMBAKREJO SURABAYA PENELITIAN CROSSECTIONAL Oleh: Imam Tri Sutrisno NIM.

Lebih terperinci

HUBUNGAN KENAIKAN BERAT BADAN IBU HAMIL DENGAN BERAT BAYI BARU LAHIR DI BPM R JATISRONO KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN KENAIKAN BERAT BADAN IBU HAMIL DENGAN BERAT BAYI BARU LAHIR DI BPM R JATISRONO KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN KENAIKAN BERAT BADAN IBU HAMIL DENGAN BERAT BAYI BARU LAHIR DI BPM R JATISRONO KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan HAFARI FAJRIA NURIL

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan studi eksperimental dengan desain pre-test

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan studi eksperimental dengan desain pre-test BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan studi eksperimental dengan desain pre-test post test with control group design. Penelitian ini mengungkapkan hubungan sebab akibat

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU IBU DENGAN KEJADIAN SIBLING RIVALRY PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DI DESA KARANGDUREN KECAMATAN SOKARAJA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU IBU DENGAN KEJADIAN SIBLING RIVALRY PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DI DESA KARANGDUREN KECAMATAN SOKARAJA HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU IBU DENGAN KEJADIAN SIBLING RIVALRY PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DI DESA KARANGDUREN KECAMATAN SOKARAJA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN KETERAMPILAN REMAJA TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR (BHD)

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN KETERAMPILAN REMAJA TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN KETERAMPILAN REMAJA TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana Oleh:

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DAN KUALITAS HIDUP PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI RUMAHSAKIT Dr.

HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DAN KUALITAS HIDUP PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI RUMAHSAKIT Dr. HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DAN KUALITAS HIDUP PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI RUMAHSAKIT Dr. MOEWARDI SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana

Lebih terperinci

Pelatihan Internal RSCM Bantuan Hidup Dasar 2015 BANTUAN HIDUP DASAR. Bagian Diklat RSCM

Pelatihan Internal RSCM Bantuan Hidup Dasar 2015 BANTUAN HIDUP DASAR. Bagian Diklat RSCM Pelatihan Internal RSCM Bantuan Hidup Dasar 2015 BANTUAN HIDUP DASAR APA YANG HARUS DILAKUKAN? 2 Kategori penolong (TMRC) (dokter/perawat) (penolong awam) BANTUAN HIDUP DASAR Bantuan hidup dasar (BHD)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan dalam penanganan korban atau pasien gawat darurat diperlukan. dengan melibatkan beberapa pihak (Depkes,2016).

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan dalam penanganan korban atau pasien gawat darurat diperlukan. dengan melibatkan beberapa pihak (Depkes,2016). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam meningkatkan pembangunan kesehatan bagian utama yaitu dalam pelayanan yang bersifat darurat. Untuk mewujudkan peningkatan mutu pelayanan dalam penanganan korban

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI PADA IBU HAMIL DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ANC DI PUSKESMAS NGORESAN KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI PADA IBU HAMIL DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ANC DI PUSKESMAS NGORESAN KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI PADA IBU HAMIL DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ANC DI PUSKESMAS NGORESAN KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan Oleh : NANIK ROHMAWATI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENJADWALAN SHIFT, BEBAN KERJA DAN MANAJEMEN WAKTU DENGAN KELELAHAN KERJA DI RUANG RAWAT KHUSUS RSUD BANYUMAS

HUBUNGAN ANTARA PENJADWALAN SHIFT, BEBAN KERJA DAN MANAJEMEN WAKTU DENGAN KELELAHAN KERJA DI RUANG RAWAT KHUSUS RSUD BANYUMAS HUBUNGAN ANTARA PENJADWALAN SHIFT, BEBAN KERJA DAN MANAJEMEN WAKTU DENGAN KELELAHAN KERJA DI RUANG RAWAT KHUSUS RSUD BANYUMAS SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana Oleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan termasuk jenis penelitian non-eksperimental observasional bersifat diskriptif analitik (eksplanatori reseach),

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. RJP. Orang awam dan orang terlatih dalam bidang kesehatanpun dapat. melakukan tindakan RJP (Kaliammah, 2013 ).

PENDAHULUAN. RJP. Orang awam dan orang terlatih dalam bidang kesehatanpun dapat. melakukan tindakan RJP (Kaliammah, 2013 ). PENDAHULUAN A. Latar Belakang Resusitasi jantung paru (RJP) merupakan tindakan darurat untuk mencegah kematian biologis dengan tujuan mengembalikan keadaan henti jantung dan napas (kematian klinis) ke

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan metode diskriptif korelasional dan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan metode diskriptif korelasional dan dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif non eksperimental dengan metode diskriptif korelasional dan dengan menggunakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI IMPLAN DENGAN KEJADIAN SPOTTING DI PUSKESMAS SANGKRAH SURAKARTA

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI IMPLAN DENGAN KEJADIAN SPOTTING DI PUSKESMAS SANGKRAH SURAKARTA HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI IMPLAN DENGAN KEJADIAN SPOTTING DI PUSKESMAS SANGKRAH SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Menyusun Karya Tulis Ilmiah Program Studi D IV Bidan Pendidik Fakultas

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP IBU TENTANG KADARZI (KELUARGA SADAR GIZI) DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA KARANGSARI, KECAMATAN KEBUMEN SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP IBU TENTANG KADARZI (KELUARGA SADAR GIZI) DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA KARANGSARI, KECAMATAN KEBUMEN SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP IBU TENTANG KADARZI (KELUARGA SADAR GIZI) DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA KARANGSARI, KECAMATAN KEBUMEN SKRIPSI Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES, TEMAN SEBAYA DAN KEPRIBADIAN DENGAN PENYALAHGUNAAN ALKOHOL PADA REMAJA KOMUNITAS MOTOR DI PURWOKERTO 2016

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES, TEMAN SEBAYA DAN KEPRIBADIAN DENGAN PENYALAHGUNAAN ALKOHOL PADA REMAJA KOMUNITAS MOTOR DI PURWOKERTO 2016 HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES, TEMAN SEBAYA DAN KEPRIBADIAN DENGAN PENYALAHGUNAAN ALKOHOL PADA REMAJA KOMUNITAS MOTOR DI PURWOKERTO 2016 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI PASIEN TENTANG MUTU PELAYANAN TENAGA KESEHATAN DENGAN KEPUASAN PASIEN DI IGD PAVILIUN ABIYASA RSUD PROF. DR

HUBUNGAN PERSEPSI PASIEN TENTANG MUTU PELAYANAN TENAGA KESEHATAN DENGAN KEPUASAN PASIEN DI IGD PAVILIUN ABIYASA RSUD PROF. DR HUBUNGAN PERSEPSI PASIEN TENTANG MUTU PELAYANAN TENAGA KESEHATAN DENGAN KEPUASAN PASIEN DI IGD PAVILIUN ABIYASA RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS GAJAHAN SURAKARTA DENGAN KEPUASAN PASIEN PESERTA PKMS (PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT SURAKARTA)

HUBUNGAN ANTARA PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS GAJAHAN SURAKARTA DENGAN KEPUASAN PASIEN PESERTA PKMS (PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT SURAKARTA) HUBUNGAN ANTARA PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS GAJAHAN SURAKARTA DENGAN KEPUASAN PASIEN PESERTA PKMS (PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT SURAKARTA) Her Endah Prasetyowati her_endah@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan merupakan salah satu profesi yang terlibat dalam. yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan merupakan salah satu profesi yang terlibat dalam. yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keperawatan merupakan salah satu profesi yang terlibat dalam pembangunan nasional di bidang kesehatan. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI GAMBAR DAMPAK KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI SMA NEGERI 1 BANTARBOLANG

HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI GAMBAR DAMPAK KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI SMA NEGERI 1 BANTARBOLANG HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI GAMBAR DAMPAK KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI SMA NEGERI 1 BANTARBOLANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana Oleh : DALU BANGUN FRIDEWA

Lebih terperinci

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan PERBEDAAN KECEMASAN PERSIAPAN PERSALINAN ANTARA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA DAN MULTIGRAIDA TRIMESTER III DI PUSKESMAS GAJAHAN SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. korelasional karena peneliti mencoba menggambarkan dan. indepeden dan variabel dependen (Notoatmodjo, 2002).

BAB III METODA PENELITIAN. korelasional karena peneliti mencoba menggambarkan dan. indepeden dan variabel dependen (Notoatmodjo, 2002). BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian Non Experimental karena tidak ada intervensi atau rekayasa dari peneliti. Desain yang digunakan adalah

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES Annisa Nur Erawan INTISARI Latar Belakang : Perawat merupakan sumber

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT KERING BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGORESAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT KERING BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGORESAN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT KERING BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGORESAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN TENTANG PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR. 1. Bantuan Hidup Dasar (BHD) atau dalam bahasa Inggris disebut Basic Life

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN TENTANG PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR. 1. Bantuan Hidup Dasar (BHD) atau dalam bahasa Inggris disebut Basic Life LAMPIRAN 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN TENTANG PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR Jawablah dengan member tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang menurut anda sesuai. 1. Bantuan

Lebih terperinci