BAB V PEMBAHASAN. Tabel 8 Penilaian Kriteria Standar Pohon Sebagai Pereduksi Angin

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V PEMBAHASAN. Tabel 8 Penilaian Kriteria Standar Pohon Sebagai Pereduksi Angin"

Transkripsi

1 27 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis Analisis RTH (Pohon) Sebagai Pereduksi Angin Analisis ini dilakukan pada empat area CBD di Sentul City, yakni Marketing Office, Plaza Niaga I, Graha Utama dan Graha Madya, serta Taman Budaya dan Alam Fantasia. Analisis bertujuan untuk mengetahui kesesuaian kondisi fisik dan fungsi ekologis RTH sebagai pereduksi angin area CBD Sentul City. Analisis dilakukan dengan membandingkan kondisi aktual dengan kriteria standar RTH sebagai pereduksi angin berdasarkan literatur. Berikut disajikan penilaian terhadap masing-masing kriteria pada Tabel 8. Tabel 8 Penilaian Kriteria Standar Pohon Sebagai Pereduksi Angin Kriteria Standar Poin Keterangan 1 Kerapatan < 65% 2 Kerapatan 65% - 75% Kerapatan ideal 75% - 85% 3 Kerapatan > 85% 4 Kerapatan 75% - 85% 1 Tinggi pohon < 5m 2 Tinggi pohon 5m 9m Pohon tinggi > 15m 3 Tinggi pohon 10m 15m 4 Tinggi pohon >15m 1 Percabangan > 2,5m Daerah bebas cabang yang 2 Percabangan 2m- 2,5m cukup rendah 3 Percabangan 1,5m 2m 4 Percabangan < 1,5m Jarak tanam rapat, tajuk bersinggungan dan kontinu Morfologi daun Ditanam beberapa baris Orientasi penanaman pohon 1 Tidak rapat, tajuk tidak bersinggungan, tidak kontinu 2 Rapat, tajuk tidak bersinggungan, tidak kontinu 3 Rapat, tajuk bersinggungan, tidak kontinu 4 Rapat, tajuk bersinggungan, kontinu 1 Daun besar 2 Daun lebar 3 Daun menengah 4 Daun kecil 1 Tidak ada barisan dan menyebar 2 Satu baris 3 Dua baris 4 Tiga baris 1 Di balik arah angin 2 Di samping arah angin, tidak rapat 3 Di samping arah angin, rapat 4 Di depan arah angin Keterangan: 1 : tidak sesuai, 2: kurang sesuai, 3: cukup sesuai, 4: sesuai Sumber: Dahlan (1992); Brown dan Gillespie (1995); Grey dan Denekke (1978); Brooks (1988); Vitasari (2004); De Chiara dan Koppelman (1989); Irwan (2008); Frick dan Suskiyanto (2007).

2 28 Marketing Office Area ini memiliki empat jenis pohon yang berbeda dengan jumlah total 49 batang. Fisik RTHnya ialah berbentuk menyebar dengan struktur berstrata dua. Karena RTH area ini terdiri dari sekumpulan pohon yang ditanam secara tak teratur dan rumput. Analisis pohon yang sesuai atau tidak sesuai berdasarkan fungsi ekologisnya sebagai pereduksi angin dinilai dengan tujuh kriteria standar. Pertama adalah kriteria kerapatan ideal 75% - 85%, pohon yang dinilai sesuai adalah Terminalia mantaly. Adapun pohon yang dinilai sesuai untuk kriteria pohon tinggi > 15m adalah Alstonia scholaris (40m) dan Samanea saman (25m). Sedangkan yang dinilai tidak sesuai adalah Phoenix roebeleni karena memiliki tinggi 4m. Untuk karakteristik daerah bebas cabang yang cukup rendah tidak ada pohon yang dinilai sesuai, namun terdapat pohon yang dinilai tidak sesuai yakni Alstonia scholaris, karena memiliki tinggi bebas cabang > 2,5m. Kriteria selanjutnya adalah jarak tanam rapat, tajuk bersinggungan dan kontinu. Pohon yang dinilai sesuai untuk kriteria tersebut yaitu Phoenix roebeleni dan Terminalia mantaly. Pohon yang dinilai tidak sesuai yaitu Alstonia scholaris. Kemudian kriteria morfologi daun, pohon yang dinilai sesuai adalah Samanea saman dan Terminalia mantaly. Karena memiliki daun yang kecil dan rapat sehingga angin dapat terpecah dengan baik. Kriteria berikutnya adalah pohon yang ditanam beberapa baris, agar dapar mereduksi angin dengan baik dan berfungsi sebagai winbreak. Pohon yang dinilai sesuai yaitu Terminalia mantaly, karena ditanam hingga tiga baris. Sedangkan pohon yang dinilai tidak sesuai adalah Alstonia scholaris dan Samanea saman, karena ditanam tidak berbaris dan menyebar. Kriteria terakhir yaitu orientasi penanaman yang sesuai dengan arah datang angin. Pohon yang dinilai sesuai dalam hal ini adalah Phoenix roebeleni, karena ditanam di depan arah datang angin yakni disebelah utara area Marketing Office, seperti yang tersaji pada Gambar 15. Sedangkan Alstonia scholaris dinilai tidak sesuai, karena ditanam di balik arah angin. Kriteria-kriteria tersebut secara rinci disajikan pada Tabel 9.

3 29 Gambar 15 Penanaman Pohon Pada Bagian Utara Marketing Office Plaza Niaga I Area perniagaan ini memiliki tujuh jenis pohon dengan jumlah 111 batang yang tersebar di sekitar area tersebut. Fisik RTHnya ialah berbentuk bergerombol atau menumpuk dengan struktur RTH berstrata dua. Karena pepohonan pada Plaza Niaga terkonsentrasi pada suatu suatu area dengan jarak tanam yang rapat dan tak beraturan dengan jumlah pohon diatas 100 batang. Pohon-pohon itu membentuk suatu RTH yang dapat dinilai fungsi ekologisnya terhadap kecepatan angin. Maka dilakukan analisis terhadap tujuh kriteria standar fungsi ekologis pohon sebagai pereduksi angin. Kriteria pertama berupa kerapatan ideal 75% - 85%, adapun pohon yang dinilai sesuai yakni Acacia mangium, Paraserianthes falcataria, dan Samanea saman. Sedangkan pohon yang tidak sesuai adalah Mangifera indica, karena ditanam tidak rapat atau renggang dengan pohon lainnya. Selanjutnya kriteria pohon tinggi > 15m, pohon yang dinilai sesuai adalah Mangifera indica (25m), Paraserianthes falcataria (30m), dan Samanea saman (25m). Kriteria ketiga adalah daerah bebas cabang yang cukup rendah. Pohon yang dinilai sesuai adalah Erythrina cristagali dan yang tidak sesuai yakni Rosytonea regia. Kriteria selanjutnya berupa jarak tanam rapat, tajuk bersinggungan dan kontinu. Pohon yang sesuai dengan kriteria tersebut adalah Acacia mangium, Erythrina cristagali, dan Rosytonea regia. Adapun yang dinilai tidak sesuai adalah Mangifera indica. Karena pohon tersebut ditanam soliter, tidak bersinggungan, dan kontinu. Kriteria berikutnya adalah morfologi daun, pohon yang dinilai sesuai adalah Acacia mangium dan Samanea saman. Karena memiliki daun yang kecil

4 30 dan rapat sehingga dapat memecah angin dengan baik. Kriteria selanjutnya yaitu pohon yang ditanam beberapa baris sehingga ketahanan terhadap angin semakin kuat. Pada area ini tidak terdapat pohon yang dinilai sesuai karena pohonpohonnya ditanam maksimal dalam dua baris, sehingga dinilai cukup sesuai. Pohon yang dimaksud adalah Acacia mangium, Paraserianthes falcataria, dan Samanea saman. Sedangkan, pohon yang dinilai tidak sesuai karena tidak dalam satu baris pun dan soliter yakni Mangifera indica. Kriteria terakhir adalah orientasi penanaman pohon. Pada area ini tidak terdapat pohon yang dinilai sesuai karena pohon yang ditanam kebanyakan diletakkan di balik arah angin. Pohon tersebut antara lain Acacia mangium, Bauhinia purpurea, Mangifera indica, Paraserianthes falcataria, dan Samanea saman, yang tersaji dalam Gambar 16 Kriteria-kriteria tersebut secara rinci disajikan pada Tabel 9. Gambar 16 Penanaman Pohon Pada Bagian Selatan Plaza Niaga I Graha Utama dan Graha Madya Area Graha Utama dan Graha Madya memiliki jumlah pohon 110 batang dengan 19 jenis yang berbeda. Fisik RTHnya ialah berbentuk jalur dengan struktur berstrata banyak. Karena RTH area ini terdiri dari sekumpulan pohon yang ditanam secara teratur mengelilingi area ini. Selain pohon yang membentuk RTH, terdapat juga rumput, penutup tanah, dan semak. Pohon-pohon tersebut akan dianalisis berdasarkan kriteria standar fungsi ekologis sebagai pereduksi angin. Kriteria standar yang pertama adalah kerapatan ideal 75% - 85%. Pohon yang dinilai sesuai untuk kriteria tersebut adalah Bauhinia blakeana, Bauhinia purpurea, Ficus elastica, Hevea brasiliensis, Lagerstomia speciosa, Manilkara

5 31 kauki, Paraserianthes falcataria, Pterocarpus indicus, Samanea saman, dan Spathodea campanulata. Kriteria selanjutnya adalah pohon tinggi > 15m. Pohon yang dinilai sesuai adalah Alstonia scholaris (40m), Elaeis guineensis (20m), Ficus elastic (24m), Hevea brasiliensis (30m), Lagerstomia speciosa (15m), Manilkara kauki (15m), Paraserianthes falcataria (30m), Pterocarpus indicus (30m), Samanea saman (25m), Spathodea campanulata (25m), dan Terminalia catappa (27m). Kriteria ketiga adalah daerah bebas cabang yang cukup rendah. Pohon yang sesuai dengan kriteria tersebut adalah Bauhinia blakeana, Bauhinia purpurea, Erythrina cristagali, dan Mangifera indica. Sedangkan pohon yang dinilai tidak sesuai yaitu Alstonia scholaris dan Spathodea campanulata, karena memiliki daerah bebas cabang yang tinggi > 2,5m. Kriteria berikutnya adalah jarak tanam rapat, tajuk bersinggungan dan kontinu. Pohon yang ditanam sesuai dengan kriteria tersebut antara lain Bauhinia blakeana, Bauhinia purpurea, Cerbera odollam, Elaeis guineensis, Hevea brasiliensis, dan Manilkara kauki. Kriteria kelima berupa morfologi daun, pohon yang sesuai adalah Hevea brasiliensis, Paraserianthes falcataria, dan Samanea saman. Karena pohon tersebut memiliki daun yang kecil dan lebat sehingga angin dapat dipecah dengan baik. Selanjutnya kriteria pohon yang ditanam dalam beberapa baris. Pohon yang diberi poin 4 (sesuai) adalah Hevea brasiliensis. Adapun pohon yang dinilai tidak sesuai adalah Averrhoa bilimbii, Cerbera odollam, Lagerstomia speciosa, Mangifera indica, Nephelium lapaceum, Plumeria sp., dan Terminalia catappa. Karena pohon tersebut ditanam tidak berbaris, soliter, atau menyebar. Kriteria terakhir adalah orientasi penanaman pohon. Pohon yang ditanam di depan arah angin adalah Hevea brasiliensis dan yang ditanam di balik arah angin yaitu Averrhoa bilimbii, Nephelium lapaceum, Plumeria sp., dan Terminalia catappa. Berikut penanaman pohon Graha Utama dan Graha Madya yang disajikan pada Gambar 17 dan perincian penilaian kriteria pada Tabel 9.

6 32 Gambar 17 Penanaman Pohon Pada Graha Utama dan Graha Madya Taman Budaya dan Alam Fantasia Taman Budaya dan Alam Fantasia memiliki 42 jenis pohon yang berbeda dengan jumlah 921 pohon. Fisik RTHnya ialah berbentuk jalur dan menyebar dengan struktur berstrata banyak. Karena RTH area ini terdiri dari sekumpulan pohon yang ditanam secara teratur mengelilingi area ini. Serta beberapa pohon yang ditanam melengkung dan mengikuti bentukan area. Selain pohon yang membentuk RTH, terdapat juga rumput, penutup tanah, dan semak. Pohon-pohon itu akan dianalisis untuk mengetahui kesesuaiannya sebagai pereduksi angin. analisis dilakukan dengan membandingkan kondisi aktual di lapang dengan kondisi standar dari literatur. Kriteria yang diperoleh dari kondisi standar ada tujuh buah. Kriteria pertama yaitu kerapatan ideal 75% - 85%, pohon yang dinilai sesuai adalah Acacia mangium, Arthocarpus heterophylla, Bambusa sp., Bauhinia blakeana, Bauhinia purpurea, Cinnamomum inners, Diallum indum, Eucalyptus deglupta, Ficus benjamina, Ficus elastic, Gmelina arborea, Hibiscus tiliaceus, Paraserianthes falcataria, Pinus merkusii, dan Pterocarpus indicus. Kriteria selanjutnya adalah pohon tinggi > 15m. Pohon yang dinilai sesuai antara lain Acacia mangium (15m), Alstonia scholaris (40m), Araucaria cunninghamii (30m), Araucaria heterophylla (60m), Arthocarpus heterophylla (20m), Bambusa sp. (30m), Diallum indum (20m), Elaeis guinensis (20m), Erythrina indica-picta (18m), Eucalyptus deglupta (60m), Ficus benjamina (24m), Ficus elastica (24m), Gmelina arborea (30m), Paraserianthes falcataria (30m), Pinus merkusii (30m),

7 33 dan Pterocarpus indicus (30m). Pohon yang tidak sesuai dengan kriteria ini adalah Phoenix roebelini (4m) dan Pisonia alba (3m). Kriteria berikutnya berupa daerah bebas cabang yang cukup rendah. Pohon yang dinilai sesuai untuk kriteria ini yaitu Araucaria cunninghamii, Araucaria heterophylla, Bambusa sp., Bixa orellana, Callistemon citrinus, Erythrina cristagali, Erythrina indica-picta, Mangifera indica, Phoenix roebelini, Psidium guajava, dan Pterocarpus indicus. Sedangkan pohon yang dinilai tidak sesuai yakni Cocos capitata, Livistonia australis, dan Spathodea campanulata. Selanjutnya kriteria berupa jarak tanam yang rapat, tajuk bersinggungan, dan kontinu. Pohon yang sesuai dengan kriteria itu yaitu Acacia mangium, Bixa orellana, Callistemon citrinus, Ceiba petandra, Cerbera odullam, Cinnamomum inners, Cocos capitata, Diallum indum, Elaeis guinensis, Erythrina cristagali, Erythrina indica-picta, Eucalyptus deglupta, Ficus benjamina, Ficus elastic, Gmelina arborea, Hibiscus tiliaceus, Nichelia campaka, Paraserianthes falcataria, Phoenix roebelini, Pinus merkusii, Pisonia alba, dan Samanea saman. Kriteria kelima adalah morfologi daun, karena daun yang kecil dan rapat dapat mereduksi angin dengan baik. Sedangkan, daun yang besar dan lebar mudah gugur dan sobek jika diterpa angin sepoi lemah berdasarkan Skala Beaufort. Pohon yang sesuai adalah Acacia mangium, Araucaria cunninghamii, Araucaria heterophylla, Bambusa sp., Callistemon citrinus, Pinus merkusii, Swietenia mahogany, dan Tamarindus indica. Kemudian pohon yang dinilai tidak sesuai adalah Gmelina arborea. Kriteria pohon yang ditanam beberapa baris berfungsi sebagai windbreak yang baik. Pohon yang dinilai sesuai adalah Averrhoa bilimbii, Cerbera odullam, Cinnamomum inners, Eucalyptus deglupta, Ficus benjamina, Ficus elastic, Gmelina arborea, Nichelia campaka,, Paraserianthes falcataria, Pinus merkusii, Pterocarpus indicus, Samanea saman, Spathodea campanulata, Swietenia mahogany, Syzygium polyanthum, Tamarindus indica, dan Terminalia catappa. Terdapat juga pohon yang dinilai tidak sesuai yaitu Arthocarpus heterophylla, Bixa orellana, dan Mangifera indica. Karena ditanam tidak berbaris dan menyebar, serta soliter. Kriteria terakhir berupa orientasi penanaman pohon. Pohon yang ditanam di depan arah angin adalah Cerbera odullam, Cinnamomum

8 34 inners, Eucalyptus deglupta, Ficus elastica, Gmelina arborea, dan Pinus merkusii. Pohon yang ditanam di balik arah angin merupakan pohon yang dinilai tidak sesuai yaitu Theretia peruvisma. Berikut penanaman pohon pada Taman Budaya dan Alam Fantasia yang tersaji dalam Gambar 18 dan rincian penilaian kriteria-kriteria tersebut pada Tabel 9. Gambar 18 Penanaman Pohon Pada Taman Budaya dan Alam Fantasia Tabel 9 Penilaian Kesesuaian Fisik dan Fungsi Ekologis RTH sebagai Pereduksi Angin di Empat Area CBD Sentul City Marketing Office Plaza Niaga I Graha Utama dan Graha Madya No Nama Pohon Penilaian Nilai Jml Latin Lokal a b c d e f g Aktual 1. Alstonia scholaris Pulai Phoenix roebeleni Palem Phoenix Samanea saman Ki Hujan Terminalia mantaly Nilai Standar Ketapang Kencana Jumlah 49 Jumlah Rata-rata No Nama Pohon Penilaian Nilai Nilai Jml Latin Lokal a b c d e f g Aktual Standar 1. Acacia mangium Akasia Bauhinia purpurea Bunga Kupu-kupu Erythrina cristagali Dadap Merah Mangifera indica Mangga Paraserianthes falcataria Sengon Rosytonea regia Palem Raja Samanea saman Ki Hujan Jumlah 111 Jumlah Rata-rata No Nama Pohon Penilaian Nilai Jml Latin Lokal a b c d e f g Aktual 1. Alstonia scholaris Pulai Averrhoa bilimbii Belimbing Bauhinia blakeana Daun Kupu-Kupu Bauhinia purpurea Bunga Kupu-Kupu Cerbera odollam Bintaro Elaeis guineensis Kelapa Sawit Nilai Standar 7. Erythrina cristagali Dadap Merah Ficus elastica Beringin Karet Hevea brasiliensis Karet

9 35 Taman Budaya Dan Alam Fantasia 10. Lagerstomia speciosa Bungur Mangifera indica Mangga Manilkara kauki Sawo Kecik Nephelium lapaceum Rambutan Paraserianthes falcataria Sengon Plumeria sp. Kamboja Pterocarpus indicus Angsana Samanea saman Ki Hujan Spathodea campanulata Kecrutan Terminalia catappa Ketapang Jumlah 110 Jumlah Rata-rata No Nama Pohon Penilaian Nilai Nilai Jml Latin Lokal a b c d e f g Aktual Standar 1. Acacia mangium Akasia Alstonia scholaris Pulai Araucaria cunninghamii Cemara Gunung Araucaria heterophylla Cemara Norflok Arthocarpus heterophylla Nangka Averrhoa bilimbii Belimbing Bambusa sp. Bambu Bauhinia blakeana Daun Kupu-kupu Bauhinia purpurea Bunga Kupu-kupu Bixa orellana Kesumba Callistemon citrinus Sikat Botol Ceiba petandra Kapuk Cerbera odullam Bintaro Cinnamomum inners Kayu Manis Cocos capitata Kelapa Gading Diallum indum Asem Kranji Elaeis guinensis Kelapa sawit Erythrina cristagali Dadap Merah Erythrina indicapicta Dadap Kuning Eucalyptus deglupta Kayu Putih Ficus benjamina Beringin Ficus elastica Beringin Karet Gmelina arborea Jati Hibiscus tiliaceus Waru Livistonia australis Lettuce Palm Mangifera indica Mangga Mimusop elengi Tanjung Nichelia campaka Cempaka Paraserianthes falcataria Sengon Phoenix roebelini Palem phoenix Pinus merkusii Pinus Pisonia alba Cabbage Tree Plumeria sp. Kamboja Psidium guajava Jambu Pterocarpus indicus Angsana Samanea saman Ki Hujan Spathodea campanulata Kecrutan Swietenia mahogany Mahoni

10 Syzygium polyanthum Salam Tamarindus indica Asam Jawa Terminalia catappa Ketapang Theretia peruvisma Kembang Jepun Jumlah 921 Jumlah Rata-rata 17,88 28 Ket: a: Kerapatan ideal 75% - 85%. e: Morfologi daun. b: Pohon tinggi >15m. f: Ditanam beberapa baris. c: Daerah bebas cabang yang cukup rendah. g: Orientasi penanaman pohon. d: Jarak tanam rapat, tajuk bersinggungan, dan kontinu. 40% = tidak sesuai, 41% - 60% = kurang sesuai, 61% - 80% = cukup sesuai, 81% : sesuai Sumber: Dahlan (1992); Brown dan Gillespie (1995); Grey dan Denekke (1978); Brooks (1988); Vitasari (2004); De Chiara dan Koppelman (1989); Irwan (2008); Frick dan Suskiyanto (2007) Analisis RTH (Pohon) Sebagai Pengontrol Radiasi Matahari Analisis dilakukan pada empat area CBD di Sentul City, yakni Marketing Office, Plaza Niaga I, Graha Utama dan Graha Madya, serta Taman Budaya dan Alam Fantasia. Analisis bertujuan untuk mengetahui kesesuaian kondisi fisik dan fungsi ekologis RTH sebagai pengontrol radiasi matahari area CBD Sentul City. Analisis dilakukan dengan membandingkan kondisi aktual dengan kriteria standar RTH sebagai pereduksi angin berdasarkan literatur. Kriteria tersebut antara lain berdaun tebal, rindang, dan evergreen, bentuk tajuk menyebar, bulat, kubah dan tidak beraturan, jarak tanam rapat, tajuk bersinggungan, dan kontinu, bermassa daun padat, ditanam secara kontinu/ teratur, dan morfologi daun. Analisis dilakukan dengan membandingkan kondisi aktual dengan kriteria standar RTH sebagai pereduksi angin berdasarkan literatur. Berikut disajikan penilaian terhadap masing-masing kriteria pada Tabel 10. Tabel 10 Penilaian Kriteria Standar Fungsi Ekologis RTH Sebagai Pengontrol Radiasi Matahari Kriteria Standar Poin Keterangan 1 Tidak tebal, tidak rindang, dan evergreen Berdaun tebal, rindang, dan 2 Cukup tebal, tidak rindang, dan evergreen evergreen 3 Tebal, tidak rindang, and evergreen 4 Tebal, rindang, dan evergreen Tajuk menyebar, bulat, kubah, dan tak beraturan Jarak tanam rapat, tajuk bersinggungan, dan kontinu Bermassa daun padat, sempit atau tebal 1 Tajuk palmae 2 Tajuk kerucut, kolumnar 3 Tajuk oval, menjuntai 4 Tajuk menyebar, bulat, kubah, dan tak beraturan 1 Tidak rapat, tidak bersinggungan, dan tidak kontinu 2 Rapat, tidak bersinggungan, dan tidak kontinu 3 Rapat, bersinggungan, dan tidak kontinu 4 Rapat, bersinggungan, dan kontinu 1 Bermassa daun tidak padat, tidak sepit/tebal 2 Bermassa daun padat dengan tajuk kerucut

11 37 3 Bermassa daun padat tidak tebal dengan tajuk sesuai 4 Bermassa daun padat, sempit atau tebal 1 Berdaun kecil dan jarang 2 Berdaun menengah dan jarang Morfologi daun 3 Berdaun menengah dan rapat 4 Berdaun lebar, besar, dan rapat 1 Ditanam pada bagian Utara-Selatan dan tidak menaungi 2 Ditanam pada bagian Timur-Barat dan tidak menaungi. Orientasi penanaman 3 Ditanam pada bagian Utara-Selatan dan menaungi 4 Ditanam pada bagian Timur-Barat dan menaungi. Keterangan: 1 : tidak sesuai, 2: kurang sesuai, 3: cukup sesuai, 4: sesuai Sumber: Dahlan (1992); Brown dan Gillespie (1995); Grey dan Denekke (1978); Brooks (1988); Vitasari (2004); De Chiara dan Koppelman (1989); Irwan (2008); Frick dan Suskiyanto (2007). Gambar 19 Bentuk Tajuk Pohon (Sumber: Carpenter et al., 1975) Marketing Office Area ini memiliki empat jenis pohon yang dapat dianalisis berdasarkan fungsi ekologisnya sebagai pengontrol radiasi matahari. Fungsi ekologis tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan kriteria standar berdasarkan literatur yang diperoleh. Kriteria standar tersebut terdiri dari enam kriteria yang dapat mendukung fungsi pohon sebagai pengontrol radiasi matahari. Kriteria pertama adalah pohon yang berdaun tebal, rindang, dan evergreen. Pohon yang sesuai dengan kriteria tersebut adalah Samanea saman. Kriteria selanjutnya yaitu pohon dengan tajuk menyebar, bulat, kubah, dan tak beraturan. Pohon yang dinilai 4 (sesuai) adalah Alstonia scholaris, Samanea saman, dan Terminalia mantaly. Sedangkan pohon yagn dinilai 1 (tidak sesuai) yaitu Phoenix roebeleni. Kriteria ketiga berupa jarak tanam rapat, tajuk bersinggungan, dan kontinu. Pohon yang masuk dalam kriteria tersebut yaitu Phoenix roebeleni dan Terminalia mantaly. Terdapat juga pohon yang tidak sesuai dengan kriteria itu yakni Alstonia scholaris. Selanjutnya berupa kriteria pohon bermassa daun padat, sempit atau tebal. Pohon yang sesuai dengan kriteria tersebut adalah Alstonia scholaris.

12 38 Kriteria berikutnya yaitu morfologi daun. Daun yang baik sebagai penaung adalah yang besar dan lebar atau kecil dan rapat. Pohon yang mempunyai daun seperti itu adalah Alstonia scholaris. Karena pohon tersebut memiliki daun yang kecil dan rapat. Kriteria terakhir yaitu orientasi penanaman pohon. Pohon yang sesuai ditanam pada bagian Timur Barat dan menaungi objek yang ingin dilindungi. Pohon yang diberi poin 4 (sesuai) adalah Phoenix roebeleni, Samanea saman, dan Terminalia mantaly. Secara rinci penilaian kriteria-kriteria tersebut disajikan pada Tabel 11. Plaza Niaga I Pohon pada area ini dianalisis berdasarkan enam kriteria pohon yang sesuai sebagai pengontrol radiasi matahari. Kriteria pertama yaitu pohon berdaun tebal, rindang, dan evergreen. Pohon yang sesuai dengan kriteria tersebut adalah Acacia mangium, Mangifera indica, Paraserianthes falcataria, dan Samanea saman. Sedangkan, pohon yang dinilai tidak sesuai adalah Rosytonea regia. Kriteria selanjutnya adalah pohon bertajuk menyebar, bulat, kubah, dan tak beraturan. Pohon yang memiliki tajuk seperti itu adalah Acacia mangium, Bauhinia purpurea, Erythrina cristagali, Mangifera indica, Paraserianthes falcataria, dan Samanea saman. Pohon yang dinilai tidak sesuai adalah Rosytonea regia, karena memiliki tajuk palmae. Kriteria ketiga yaitu jarak tanam rapat, tajuk bersinggungan, dan kontinu. Pohon yang sesuai dengan kriteria tersebut adalah Acacia mangium, Paraserianthes falcataria, Rosytonea regia, dan Samanea saman. Adapun pohon yang dinilai tidak sesuai yaitu Mangifera indica. Karena ditanam berjauhan dan soliter. Selanjutnya, kriteria berupa pohon bermassa daun padat, sempit atau tebal. Pohon yang dinilai 4 (sesuai) adalah Acacia mangium, Paraserianthes falcataria, dan Samanea saman. Kemudian, pohon yang dinilai 1 (tidak sesuai) adalah Rosytonea regia. Kriteria berikutnya adalah morfologi daun. Pohon yang memiliki daun lebar, besar, dan padat atau berdaun kecil dan padat merupakan daun yang sesuai untuk pengontrol radiasi matahari. Karena pohon tersebut dapat memberikan naungan yang baik dari radiasi matahari. Pohon yang dinilai sesuai adalah Acacia mangium, Mangifera indica, Paraserianthes falcataria, dan Samanea saman.

13 39 Kriteria terakhir adalah orientasi penanaman pohon. Pohon yang sesuai untuk pengontrol radiasi matahari ditanam pada bagian Timur Barat dari objek yang ingin dinaungi. Pada area ini tidak terdapat pohon yang sesuai dengan kriteria tersebut. Karena pohon-pohon pada area ini ditanam pada bagian Utara Selatan dari objek yang ingin dinaungi. Adapun pohon yang dinilai tidak sesuai karena tidak menaungi dan ditanam pada bagian Utara Selatan objek yang ingin dinaungi. Pohon tersebut adalah Mangifera indica. Secara rinci penilaian kriteriakriteria tersebut disajikan pada Tabel 11. Graha Utama dan Graha Madya Area CBD ini memiliki 110 pohon dengan 19 jenis yang berbeda. Pohonpohon tersebut akan dianalisis fungsi ekologisnya sebagai pengontrol radiasi matahari. Fungsi ekologis pohon sebagai pengontrol radiasi matahari memiliki enam kriteria standar yang akan dibandingkan dengan kondisi aktual pohon pada lokasi studi. Kriteria pertama adalah pohon berdaun tebal, rindang, dan evergreen. Pohon yang dinilai 4 (sesuai) untuk kriteria ini yaitu Alstonia scholaris, Ficus elastica, Nephelium lapaceum, Pterocarpus indicus, Samanea saman, Spathodea campanulata, dan Terminalia catappa. Kriteria selanjutnya adalah pohon bertajuk menyebar, bulat, kubah, dan tak beraturan. Karena tajuk seperti itu dapat berfungsi dengan baik sebagai penaung dan memberikan suhu yang nyaman di bawah tajuknya. Semua pohon pada area ini dinilai memenuhi kriteria tersebut kecuali Elaeis guineensis dan Plumeria sp. Karena Elaeis guineensis mempunyai tajuk palmae dan Plumeria sp. Memiliki tajuk menyebar namun tidak rapat. Sehingga fungsinya sebagai penaung kurang mencukupi. Kriteria ketiga ialah jarak tanam rapat, tajuk bersinggungan, dan kontinu. Sehingga pohon pohon dapat membentuk sekumpulan tajuk yang dapat mengontrol radiasi matahari yang datang. Pohon yang dinilai sesuai untuk kriteria ini adalah Bauhinia blakeana, Bauhinia purpurea, Elaeis guineensis, Ficus elastic, Hevea brasiliensis, Manilkara kauki, Paraserianthes falcataria, Pterocarpus indicus, dan Terminalia catappa. Karena pohon-pohon tersebut ditanam secara kontinu dan rapat hingga tajuknya bersinggungan. Terdapat juga pohon yang dinilai tidak sesuai yaitu Averrhoa bilimbii dan Nephelium lapaceum.

14 40 Kriteria selanjutnya yaitu pohon bermassa daun padat, sempit atau tebal. Pohon yang masuk kriteria tersebut ialah Alstonia scholaris, Ficus elastic, Hevea brasiliensis, Mangifera indica, Manilkara kauki, Pterocarpus indicus, dan Terminalia catappa. Kriteria berikutnya adalah morfologi daun. Pohon yang dinilai sesuai adalah pohon yang memiliki daun lebar atau besar. Namun pohon berdaun kecil pun dapat dinilai sesuai dengan syarat bermassa daun padat atau rapat. Pohon yang sesuai dengan kriteria tersebut adalah Alstonia scholaris, Ficus elastica, Hevea brasiliensis, Mangifera indica, Manilkara kauki, Nephelium lapaceum, Pterocarpus indicus, Spathodea campanulata, dan Terminalia catappa. Kriteria terakhir yaitu orientasi penanaman pohon. Pohon yang ditanam dengan orientasi yang sesuai adalah Ficus elastica dan Hevea brasiliensis. Sedangkan pohon yang ditanam dengan tidak memperhatikan orientasi adalah Averrhoa bilimbii. Secara rinci penilaian kriteria-kriteria tersebut disajikan pada Tabel 11. Taman Budaya dan Alam Fantasia Taman Budaya dan Alam Fantasia memiliki 921 pohon yang dapat dianalisis berdasarkan enam kriteria standar untuk fungsi ekologis pohon sebagai pengontrol radiasi matahari. Pertama ialah pohon berdaun tebal, rindang, dan evergreen. Terdapat 15 pohon yang dinilai sesuai dengan karakteristik tersebut yaitu Acacia mangium, Arthocarpus heterophylla, Bambusa sp., Bauhinia blakeana, Bauhinia purpurea, Cinnamomum inners, Diallum indum, Eucalyptus deglupta, Ficus benjamina, Ficus elastic, Gmelina arborea, Hibiscus tiliaceus, Paraserianthes falcataria, Pinus merkusii, dan Pterocarpus indicus. Selanjutnya, kriteria berupa tajuk pohon menyebar, bulat, kubah, dan tak beraturan. Pohon yang dinilai 4 (sesuai) ada 29 pohon yaitu Acacia mangium, Arthocarpus heterophylla, Averrhoa bilimbii, Bauhinia blakeana, Bauhinia purpurea, Bixa orellana, Callistemon citrinus, Ceiba petandra, Cerbera odullam, Cinnamomum inners, Diallum indum, Erythrina cristagali, Erythrina indica-picta, Eucalyptus deglupta, Ficus benjamina, Ficus elastic, Gmelina arborea, Hibiscus tiliaceus, Mangifera indica, Paraserianthes falcataria, Nichelia campaka, Psidium guajava, Pterocarpus indicus, Samanea saman, Spathodea campanulata, Swietenia mahogany, Syzygium polyanthum, Tamarindus sp., dan Terminalia catappa.

15 41 Pohon yang dinilai 1 (tidak sesuai) adalah Cocos capitata, Elaeis guinensis, Livistonia australis, dan Phoenix roebelini. Karakteristik ketiga adalah jarak tanam rapat, tajuk bersinggungan, dan kontinu. Pohon yang dinilai sesuai dengan karakteristik tersebut yaitu Araucaria cunninghamii, Araucaria heterophylla, Bambusa sp., Bixa orellana, Callistemon citrinus, Erythrina cristagali, Erythrina indica-picta, Mangifera indica, Phoenix roebelini, Psidium guajava, dan Pterocarpus indicus. Adapun pohon yang dinilai tidak sesuai yaitu Cocos capitata, Livistonia australis, dan Spathodea campanulata. Kriteria selanjutnya ialah pohon bermassa daun padat, sempit atau tebal. Pohon yang dinilai 4 (sesuai) ada 24 antara lain Acacia mangium, Alstonia scholaris, Araucaria cunninghamii, Araucaria heterophylla, Arthocarpus heterophylla, Averrhoa bilimbii, Bambusa sp, Diallum indum, Ficus benjamina, Ficus elastic, Gmelina arborea, Hibiscus tiliaceus, Mangifera indica, Mimusop elengi, Nichelia campaka, Paraserianthes falcataria, Phoenix roebelini, Pinus merkusii, Psidium guajava, Pterocarpus indicus, Samanea saman, Spathodea campanulata, Swietenia mahogany, dan Syzygium polyanthum. Kemudian kriteria berupa morfologi daun. Pohon yang sesuai adalah pohon yang memiliki daun lebar, besar, dan padat. Namun, pohon berdaun kecil dan lebat dapat juga menjadi penaung yang baik. Pohon yang dinilai sesuai adalah Acacia mangium, Alstonia scholaris, Araucaria cunninghamii, Araucaria heterophylla, Bambusa sp., Ficus benjamina, Gmelina arborea, Swietenia mahogany, Syzygium polyanthum, dan Terminalia catappa. Adapun pohon yang dinilai tidak sesuai yaitu Callistemon citrinus dan Cocos capitata. Kriteria terakhir yaitu orientasi penanaman pohon yang dapat melindungi objek dari radiasi matahari. Pohon yang dinilai sesuai ditanam pada bagian Timur Barat dan menaungi objek. Pohon yang masuk dalam kriteria ini adalah Bambusa sp., Bauhinia blakeana, Bauhinia purpurea, Ceiba petandra, Cinnamomum inners, Eucalyptus deglupta, Ficus benjamina, Ficus elastic, Paraserianthes falcataria, Pinus merkusii, Pterocarpus indicus, Samanea saman, Spathodea campanulata, Swietenia mahogany, dan Syzygium polyanthum. Sedangkan pohon yang dinilai tidak sesuai yaitu pohon yang ditanam pada bagian Utara Selatan dan tidak menaungi objek. Pohon yang dimaksud

16 42 adalah Araucaria cunninghamii, Araucaria heterophylla, dan Livistonia australis. Secara rinci penilaian kriteria-kriteria tersebut disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Penilaian Kesesuaian Fisik dan Fungsi Ekologis RTH sebagai Pengontrol Radiasi Matahari di Empat Area CBD Sentul City Marketing Office Plaza Niaga I Graha Utama dan Graha Madya No Nama Pohon Penilaian Nilai Nilai Jml Latin Lokal a b c d e f Aktual Standar 1. Alstonia scholaris Pulai Phoenix roebeleni Palem Phoenix Samanea saman Ki Hujan Terminalia mantaly Ketapang Kencana Jumlah 49 Jumlah Rata-rata 18,75 24 No Nama Pohon Penilaian Nilai Nilai Jml Latin Lokal a b c d e f Aktual Standar 1. Acacia mangium Akasia Bauhinia purpurea Bunga Kupu-kupu Erythrina cristagali Dadap Merah Mangifera indica Mangga Paraserianthes falcataria Sengon Rosytonea regia Palem Raja Samanea saman Ki Hujan Jumlah 111 Jumlah Rata-rata 19,16 24 No Nama Pohon Penilaian Nilai Nilai Jml Latin Lokal a b c d e f Aktual Standar 1. Alstonia scholaris Pulai Averrhoa bilimbii Belimbing Bauhinia blakeana Daun Kupu-Kupu Bauhinia purpurea Bunga Kupu-Kupu Cerbera odollam Bintaro Elaeis guineensis Kelapa Sawit Erythrina cristagali Dadap Merah Ficus elastica Beringin Karet Hevea brasiliensis Karet Lagerstomia speciosa Bungur Mangifera indica Mangga Manilkara kauki Sawo Kecik Nephelium lapaceum Rambutan Paraserianthes falcataria Sengon Plumeria sp. Kamboja Pterocarpus indicus Angsana Samanea saman Ki Hujan Spathodea campanulata Kecrutan Terminalia catappa Ketapang Jumlah 110 Jumlah Rata-rata No Nama Pohon Penilaian * Nilai Nilai Jml Latin Lokal a b c d e f Aktual Standar 1. Acacia mangium Akasia Alstonia scholaris Pulai Araucaria cunninghamii Cemara Gunung Araucaria heterophylla Cemara Norflok Arthocarpus heterophylla Nangka Averrhoa bilimbii Belimbing Bambusa sp. Bambu Bauhinia blakeana Daun Kupu-kupu Bauhinia purpurea Bunga Kupu-kupu Bixa orellana Kesumba Callistemon citrinus Sikat Botol Ceiba petandra Kapuk Cerbera odullam Bintaro

17 Cinnamomum inners Kayu Manis Cocos capitata Kelapa Gading Diallum indum Asem Kranji Elaeis guinensis Kelapa sawit Erythrina cristagali Dadap Merah Erythrina indica-picta Dadap Kuning Eucalyptus deglupta Kayu Putih Ficus benjamina Beringin Ficus elastica Beringin Karet Taman 23. Gmelina arborea Jati Budaya 24. Hibiscus tiliaceus Waru Dan Alam 25. Livistonia australis Lettuce Palm Fantasia 26. Mangifera indica Mangga Mimusop elengi Tanjung Nichelia campaka Cempaka Paraserianthes falcataria Sengon Phoenix roebelini Palem phoenix Pinus merkusii Pinus Pisonia alba Cabbage Tree Plumeria sp. Kamboja Psidium guajava Jambu Pterocarpus indicus Angsana Samanea saman Ki Hujan Spathodea campanulata Kecrutan Swietenia mahogany Mahoni Syzygium polyanthum Salam Tamarindus sp. Asam Jawa Terminalia catappa Ketapang Peruviana peruvisma Kembang Jepun Jumlah 921 Jumlah Rata-rata 18,73 24 Ket: a : Berdaun tebal, rindang, evergreen d : Bermassa daun padat, sempit/ tebal b : Tajuk spreading, bulat, dome, irregular e : Morfologi daun c : jarak tanam rapat, tajuk bersinggungan,kontinu f : Orientasi penanaman pohon 40% = tidak sesuai, 41% - 60% = kurang sesuai, 61% - 80% = cukup sesuai, 81% : sesuai Sumber: Dahlan (1992); Brown dan Gillespie (1995); Grey dan Denekke (1978); Brooks (1988); Vitasari (2004); De Chiara dan Koppelman (1989); Irwan (2008); Frick dan Suskiyanto (2007) Analisis Modifikasi Angin dan Radiasi Matahari Marketing Office Analisis kecepatan angin pada area ini dilakukan pada pagi, siang, dan sore hari. Sehingga dapat diketahui peningkatan atau pengurangan kecepatan angin pada lokasi ini. Analisis dilakukan dengan cara memperhatikan keadaan sekitar kemudian menyesuaikannya dengan deskripsi dan indikator yang ada pada Skala Beaufort. Berdasarkan Skala Beaufort diketahui bahwa angin pada area ini semakin meningkat ketika sore hari. Hal tersebut terjadi karena cuaca pada sore hari yang mendung atau hujan yang disertai angin cukup kencang. Selain dari faktor cuaca, perubahan kecepatan angin juga dapat dipengaruhi oleh keberadaan bangunan dan ruang terbuka hijau. Kurangnya ruang terbuka yang tersedia sehingga area-area yang sering dilalui manusia kurang terlindungi dari terpaan angin yang cukup kencang pada sore hari. Sedangkan bangunan dapat memblok kecepatan angin secara langsung, namun berakibat pada area dibawah bangunan.

18 44 Karena angin bergerak dari atas bangunan ke bawah bangunan dengan membawa angin yang dingin. Sehingga pengguna yang melalui area tersebut merasa kurang nyaman dengan angin tersebut (Brown dan Gillespie,1995). Untuk menyiasati hal tersebut dapat dilakukan penambahan pohon yang dapat berfungsi sebagai pereduksi angin. Pohon tersebut dapat diletakkan pada area yang rawan terkena terpaan angin dan belum terlindungi dengan baik. Pohon yang baik sebagai pereduksi angin adalah mempunyai karakteristik fisik yang sesuai seperti perakaran yang kuat, tahan angin atau tidak mudah tumbang, dan daun tidak mudah gugur oleh angin yang lemah (Dahlan, 1992). Data pengukuran angin dengan Skala Beaufort pada area ini tersaji dalam Tabel 12. Selanjutnya analisis mengenai radiasi matahari pada area ini menggunakan pengukur suhu Thermohygrometer. Untuk mengetahui perbedaan suhu pada area yang terkena radiasi matahari langsung dengan area yang ternaungi dari radiasi matahari. Pada studi ini diambil sampel dari empat area yang berbeda dalam satu kawasan. Tujuannya adalah untuk memperoleh kevalidan data survei. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa suhu pada area terbuka atau yang terkena radiasi matahari langsung yakni area parkir dan sirkulasi lebih tinggi. Sedangkan suhu pada area yang ternaungi yakni area di bawah pohon lebih rendah. Jadi pohon dapat mengurangi efek dari radiasi matahari. Karena tajuk pohon dapat memantulkan, meneruskan, dan menyerap radiasi matahari yang datang (Grey dan Denekke, 1978). Maka diperlukan penambahan pohon yang dapat menaungi area yang masih terbuka agar dapat memberikan kenyamanan kepada manusia yang sering melalui area tersebut. Pohon yang sesuai untuk ditanam pada area tersebut memiliki kriteria seperti rindang, jarak tanam rapat, tajuk bersinggungan, dan bermassa daun padat. Data pengukuran suhu dengan Thermohygrometer area ini disajikan pada Tabel 13. Plaza Niaga 1 Analisis kecepatan angin yang dilakukan pada kawasan ini sama dengan analisis pada Marketing Office yakni menggunakan Skala Beaufort. Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa kecepatan angin mengalami peningkatan ketika sore hari sama halnya seperti area Marketing Office.

19 45 Kurangnya RTH pada kawasan ini menyebabkan angin yang bertiup kencang tidak dapat terpecah dengan baik. Sehingga mengakibatkan angin yang melintas pada area ini cenderung cepat dan kurang melindungi pengguna yang melintas. Keberadaan dari sekumpulan pohon yang membentuk ruang terbuka hijau, bangunan, dan perkerasan, mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap kenyamanan manusia terhadap kecepatan angin yang terjadi. Misalnya, pohon dengan tajuknya yang rapat dapat melindungi suatu area yang sering dilalui oleh manusia dengan menahan, memecah, dan mengurangi kecepatan angin. Sehingga angin yang terbentuk ketika mencapai area tersebut merupakan angin yang nyaman bagi manusia atau sejuk. Sedangkan bangunan merupakan penahan angin yang sifatnya keras atau impermeable. Sehingga angin yang terbentuk setelah melewati bangunan tersebut dapat menjadi angin yang tidak menyenangkan (Brown dan Gillespie, 1995). Karena tidak terpecah dengan baik dan menimbulkan angin kencang atau angin yang kurang sejuk. Jadi pohon merupakan pereduksi angin yang baik dibandingkan dengan bangunan atau perkerasan lainnya. Data pengukuran angin dengan Skala Beaufort pada area ini tersaji dalam Tabel 12. Selanjutnya analisis radiasi matahari pada kawasan Plaza Niaga 1. Kawasan ini memiliki area perkerasan dan bangunan yang lebih luas daripada area terbuka hijaunya. Akibatnya kondisi pada siang hari di kawasan tersebut sangat panas karena minimnya pohon peneduh. Untuk menganalisis radiasi matahari pada kawasan ini digunakan pengukur suhu Thermohygrometer, sehingga dapat diketahui perbedaan suhu antara area yang ternaungi pohon dengan area yang tidak ternaungi. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui perbedaan suhu antara area yang ternaungi dengan area tanpa naungan pohon. Pada area yang tidak ternaungi menunjukan suhu yang tinggi. Artinya radiasi matahari pada area tersebut cukup tinggi sehingga menimbulkan suasana yang panas. Hal sebaliknya terjadi pada area yang ternaungi pohon. Karena pohon dapat mengurangi radiasi matahari yang datang. Sehingga ketika radiasi mencapai permukaan tanah tidaklah dalam intensitas yang tinggi. Karena sudah dipantulkan, diserap, dan diteruskan terlebih dahulu oleh tajuk pepohonan. Maka area ini memerlukan penambahan pohon untuk memodifikasi radiasi matahari yang

20 46 datang. Agar pengguna dapat merasakan kenyamanan ketika berkunjung ke Plaza Niaga I. Data pengukuran suhu dengan Thermohygrometer area ini disajikan pada Tabel 13. Graha Utama dan Graha Madya Pada kawasan ini dilakukan analisis untuk mengetahui perbedaan kecepatan angin. Analisis dilakukan saat pagi, siang dan sore hari, dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan atau penurunan kecepatan angin. Selain itu, juga untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan perubahan kecepatan angin dalam kawasan ini. Analisis dilakukan dengan menggunakan Skala Beaufort seperti yang dilakukan pada dua kawasan sebelumnya. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa pada area ini pun, angin bertambah kuat ketika sore hari. Karena cuaca pada sore hari yang semakin mendung dan hujan yang disertai oleh angin. Selain itu, terdapat faktor lain yang mempengaruhi kecepatan angin yang bertiup pada area ini. Faktor tersebut antara lain pepohonan yang membentuk ruang terbuka hijau. Sehingga dapat mengurangi kecepatan angin yang bertiup. Karena pohon dapat memecah angin dengan baik. Maka ketika angin melewati area ini, kecepatannya telah berkurang karena sudah direduksi atau dipecah oleh pepohonan. Data pengukuran angin dengan Skala Beaufort pada area ini tersaji dalam Tabel 12. Selanjutnya analisis radiasi yang dilakukan dengan membandingkan suhu antara area yang ternaungi pohon dengan area tanpa naungan. Dengan begitu dapat diketahui intensitas radiasi matahari yang datang. Hal tersebut dilakukan dengan menggunakan alat pengukur suhu, yakni Thermohygrometer. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa area yang ternaungi pohon memiliki suhu yang lebih rendah dibandingkan dengan area tanpa naungan. Hal tersebut terjadi karena tajuk pepohonan dapat mengontrol radiasi matahari dengan baik. Ketika radiasi matahari mencapai permukaan tajuk pohon terjadi proses pemantulan, penyerapan, dan penerusan radiasi oleh daun (Grey dan Denekke, 1978). Data pengukuran suhu dengan Thermohygrometer area ini disajikan pada Tabel 13.

21 47 Taman Budaya dan Alam Fantasia Analisis kecepatan angin pada area ini dilakukan dengan menggunakan Skala Beaufort. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui adanya perubahan kecepatan angin ketika sore hari. Hal ini disebabkan oleh cuaca yang mendung dan hujan yang disertai angin dengan skala sepoi kuat menurut Skala Beaufort. Kecepatan angin dapat dikurangi dengan adanya pepohonan yang melindungi area ini. Karena kumpulan tajuk pohon yang rapat dapat memecah, menahan, dan membelokkan angin ke arah area yang jarang dilalui manusia. Berikutnya akan dibahas mengenai analisis radiasi matahari pada kawasan Taman Budaya dan Alam Fantasia. Kawasan ini memiliki cukup banyak pohon bertajuk besar, sehingga dapat menaungi lokasi ini dari radiasi matahari. Untuk mengetahui perbedaan intensitas radiasi matahari dapat digunakan Thermohygrometer. Sebab suhu dapat menentukan banyak atau sedikitnya intensitas radiasi matahari yang datang. Sama halnya dengan ketiga lokasi sebelumnya, bahwa area dengan naungan pohon memiliki suhu yang lebih rendah dibandingkan dengan area tanpa naungan. Penyebabnya pun sama, yakni tajuk pepohonan yang rapat dapat mengurangi intensitas radiasi matahari yang datang. Sehingga saat radiasi matahari sampai ke permukaan tanah yang ternaungi pohon, intensitasnya sudah berkurang. Berikut disajikan data kecepatan angin berdasarkan Skala Beaufort dan pengukuran suhu dengan Thermohygrometer pada Tabel 12 dan Tabel 13. Tabel 12 Data Analisis Kecepatan Angin Berdasarkan Skala Beaufort Lokasi Waktu Kecepatan Angin (m/s) Deskripsi Pagi Udara ringan hingga sepoi sedang Marketing Office Siang Udara ringan hingga sepoi sedang Sore 2 16,5 Sepoi lemah hingga angin ribut lemah Pagi Udara ringan hingga sepoi sedang Plaza Niaga I Siang Udara ringan hingga sepoi sedang Sore 2 10,5 Sepoi lemah hingga sepoi segar Graha Madya Pagi Udara ringan hingga sepoi sedang dan Graha Siang 2 8 Sepoi lemah hingga sepoi sedang Utama Sore 2 13,5 Sepoi lemah hingga sepoi kuat Taman Budaya Pagi Udara ringan hingga sepoi sedang dan Alam Siang Udara ringan hingga sepoi sedang Fantasia Sore 2 13,5 Sepoi lemah hingga sepoi kuat (Sumber : Data Survei, Agustus 2010)

22 48 Gambar 20 Pepohonan Mereduksi Kecepatan Angin (Sumber: Grey dan Denekke,1978) Tabel 13 Data Analisis Pengukuran Suhu dengan Thermohygrometer Lokasi Tempat Titik Ukur Suhu ( o C) Mei Juni Pintu Masuk Marketing Office Area Parkir Naungan Pohon Pintu Masuk Plaza Niaga I Area Parkir Naungan Pohon Pintu Masuk Graha Madya dan Area Parkir Graha Utama Naungan Pohon Pintu Masuk 30,5 30,5 Taman Budaya dan Area Parkir Alam Fantasia Naungan Pohon (Sumber : Data Survei, Mei-Juni 2010) Gambar 21 Suhu Lebih Rendah Pada Naungan Pohon (Sumber: Brown dan Gillespie, 1995)

23 Evaluasi Evaluasi RTH (Pohon) Sebagai Pereduksi Angin Evaluasi dilakukan pada empat lokasi studi yaitu Marketing Office, Plaza Niaga 1, Graha Utama dan Graha Madya, serta Taman Budaya dan Alam Fantasia. Evaluasi berkaitan dengan fungsi pohon sebagai pereduksi angin. Terdapat tujuh kriteria standar yang digunakan untuk menilai kesesuaian pohonpohon pada tiap area CBD sebagai pereduksi angin. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dengan membandingkan kondisi aktual dan kriteria standar. Maka dapat dilakukan evaluasi untuk mengetahui sesuai atau tidak sesuainya pohon sebagai pereduksi angin pada kondisi aktual. Hal itu dapat diketahui dari nilai persentase pembobotan yang telah diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut: Persentase Pembobotan = Nilai Aktual x 100% Nilai Standar Marketing Office Berdasarkan persentase pembobotan yang telah diperoleh, area ini memiliki satu pohon yang dinilai tidak sesuai sebagai pereduksi angin. Pohon tersebut adalah Alstonia scholaris (39%), karena memiliki daerah bebas cabang yang rendah, ditanam tidak rapat, tajuk tidak bersinggungan, ditanam menyebar dan tidak sesuai orientasi penanamannya. Sehingga pohon tersebut pada area Marketing Office tidak sesuai sebagai pereduksi angin. Kemudian, ada dua pohon yang dinilai kurang sesuai dan satu pohon yang dinilai cukup sesuai. Jadi area ini tidak memiliki pohon yang dinilai sesuai untuk pereduksi angin. Maka, area Marketing Office memerlukan penambahan pohon yang dapat berfungsi dengan baik sebagai pereduksi angin. Pohon tersebut dapat ditanam di lokasi yang sering dilalui oleh pengguna dan dilewati oleh angin yang cukup kuat. Secara detail penilaian evaluasi terhadap kriteria-kriteria tersebut disajikan pada Tabel 14. Plaza Niaga 1 Berdasarkan persentase pembobotan yang diperoleh, Plaza Niaga I tidak memiliki pohon yang dinilai sesuai sebagai pereduksi angin. Karena terdapat beberapa kriteria pohon yang dinilai rendah untuk pereduksi angin. Hanya ada satu dari tujuh pohon yang dinilai cukup sesuai, yaitu Acacia mangium (61%).

24 50 Enam pohon lainnya dinilai kurang sesuai, karena tidak memenuhi kriteria standar sebagai pereduksi angin. Jadi secara keseluruhan pohon-pohon pada area ini dinilai kurang sesuai sebagai pereduksi angin karena nilai pembobotannya sebesar 53%. Maka Plaza Niaga I memerlukan penambahan pohon yang dapat berfungsi sebagai pereduksi angin. Sehingga pengguna dapat merasa nyaman dan aman jika berada pada area yang dilewati oleh angin sepoi kuat. Area pada Plaza Niaga I yang membutuhkan penambahan pohon adalah area parkir, sekeliling bangunan, dan sirkulasi. Secara rinci penilaian evaluasi terhadap kriteria-kriteria tersebut disajikan pada Tabel 14. Graha Utama dan Graha Madya Area perkantoran ini memiliki 19 jenis pohon yang tersebar pada seluruh bagian. Hanya satu pohon yang dinilai sesuai untuk pereduksi angin adalah Hevea brasiliensis (93%). Pohon lainnya dinilai cukup sesuai dan kurang sesuai. Terdapat 16 pohon yang dinilai cukup sesuai karena memiliki pembobotan sebesar 61% - 80%. Serta dua pohon yang dinilai kurang sesuai yaitu Averrhoa bilimbii (46%) dan Plumeria sp. (50%). Secara keseluruhan pepohonan pada area Graha Utama dan Graha Madya dinilai cukup sesuai sebagai pereduksi angin dengan nilai pembobotan 70%. Jadi area ini tidak memerlukan penambahan pohon karena fungsinya sudah dinilai cukup sesuai. Pepohonan pada area ini memerlukan perawatan dan pengelolaan yang baik. Sehingga fungsinya sebagai pereduksi angin dapat dipertahankan atau ditingkatkan. Penilaian evaluasi terhadap kriteria-kriteria tersebut disajikan pada Tabel 14. Taman Budaya dan Alam Fantasia Pada Taman Budaya dan Alam Fantasia memiliki 42 jenis pohon dengan jumlah 921 pohon. Sehingga area ini cukup terlindungi oleh pepohonan. Berdasarkan penilaian pembobotan yang telah dilakukan area ini hanya memiliki satu pohon yang dinilai sesuai yakni Pinus merkusii (82%). Pepohonan lainnya dinilai cukup sesuai dan kurang sesuai. Pohon yang dinilai cukup sesuai berjumlah 28 batang dan kurang sesuai berjumlah 13 batang. Secara keseluruhan pepohonan pada area ini dinilai cukup sesuai sebagai pereduksi angin dengan nilai

25 51 pembobotan 64%. Agar pohon yang dinilai kurang sesuai menjadi sesuai sebagai pereduksi angin. Maka dibutuhkan penambalan beberapa pohon pada titik-titik dimana pohon yang kurang sesuai berada. Kemudian pohon yang telah dinilai sesuai dan cukup sesuai, hanya memerlukan perawatan dan pengelolaan yang baik. supaya fungsinya sebagai pereduksi angin dapat dipertahankan atau ditingkatkan. Sehingga pengguna yang sering datang ke area ini merasa nyaman dan aman, karena terlindungi dari angin yang cukup kuat. Berikut penilaian evaluasi RTH (pohon) sebagai pereduksi angin pada Tabel 14. Tabel 14 Evaluasi RTH (Pohon) Untuk Pereduksi Angin Pada Empat Lokasi CBD Marketing Office Plaza Niaga I Graha Utama dan Graha Madya Taman Budaya Dan No Nama Pohon Nilai Nilai Persentase Latin Lokal Aktual Standar Pembobotan 1. Alstonia scholaris Pulai % 2. Phoenix roebeleni Palem Phoenix % 3. Samanea saman Ki Hujan % 4. Terminalia mantaly Ketapang Kencana % Jumlah Rata-rata % No Nama Pohon Nilai Nilai Persentase Latin Lokal Aktual Standar Pembobotan 1. Acacia mangium Akasia % 2. Bauhinia purpurea Bunga Kupu-kupu % 3. Erythrina cristagali Dadap Merah % 4. Mangifera indica Mangga % 5. Paraserianthes falcataria Sengon % 6. Rosytonea regia Palem Raja % 7. Samanea saman Ki Hujan % Jumlah Rata-rata % No Nama Pohon Nilai Nilai Persentase Latin Lokal Aktual Standar Pembobotan 1. Alstonia scholaris Pulai % 2. Averrhoa bilimbii Belimbing % 3. Bauhinia blakeana Daun Kupu-Kupu % 4. Bauhinia purpurea Bunga Kupu-Kupu % 5. Cerbera odollam Bintaro % 6. Elaeis guineensis Kelapa Sawit % 7. Erythrina cristagali Dadap Merah % 8. Ficus elastica Beringin Karet % 9. Hevea brasiliensis Karet % 10. Lagerstomia speciosa Bungur % 11. Mangifera indica Mangga % 12. Manilkara kauki Sawo Kecik % 13. Nephelium lapaceum Rambutan % 14. Paraserianthes falcataria Sengon % 15. Plumeria sp. Kamboja % 16. Pterocarpus indicus Angsana % 17. Samanea saman Ki Hujan % 18. Spathodea campanulata Kecrutan % 19. Terminalia catappa Ketapang % Jumlah Rata-rata % No Nama Pohon Nilai Nilai Persentase Latin Lokal Aktual Standar Pembobotan 1. Acacia mangium Akasia %

26 52 Alam Fantasia 2. Alstonia scholaris Pulai % 3. Araucaria cunninghamii Cemara Gunung % 4. Araucaria heterophylla Cemara Norflok % 5. Arthocarpus heterophylla Nangka % 6. Averrhoa bilimbii Belimbing % 7. Bambusa sp. Bambu % 8. Bauhinia blakeana Daun Kupu-kupu % 9. Bauhinia purpurea Bunga Kupu-kupu % 10. Bixa orellana Kesumba % 11. Callistemon citrinus Sikat Botol % 12. Ceiba petandra Kapuk % 13. Cerbera odullam Bintaro % 14. Cinnamomum inners Kayu Manis % 15. Cocos capitata Kelapa Gading % 16. Diallum indum Asem Kranji % 17. Elaeis guinensis Kelapa sawit % 18. Erythrina cristagali Dadap Merah % 19. Erythrina indica-picta Dadap Kuning % 20. Eucalyptus deglupta Kayu Putih % 21. Ficus benjamina Beringin % 22. Ficus elastica Beringin Karet % 23. Gmelina arborea Jati % 24. Hibiscus tiliaceus Waru % 25. Livistonia australis Lettuce Palm % 26. Mangifera indica Mangga % 27. Mimusop elengi Tanjung % 28. Nichelia campaka Cempaka % 29. Paraserianthes falcataria Sengon % 30. Phoenix roebelini Palem phoenix % 31. Pinus merkusii Pinus % 32. Pisonia alba Cabbage Tree % 33. Plumeria sp. Kamboja % 34. Psidium guajava Jambu % 35. Pterocarpus indicus Angsana % 36. Samanea saman Ki Hujan % 37. Spathodea campanulata Kecrutan % 38. Swietenia mahogany Mahoni % 39. Syzygium polyanthum Salam % 40. Tamarindus indica Asam Jawa % 41. Terminalia catappa Ketapang % 42. Theretia peruvisma Kembang Jepun % Jumlah Rata-rata 17, % Keterangan: 40% = tidak sesuai, 41% - 60% = kurang sesuai, 61% - 80% = cukup sesuai, 81% : sesuai Sumber: Dahlan (1992); Brown dan Gillespie (1995); Grey dan Denekke (1978); Brooks (1988); Vitasari (2004); De Chiara dan Koppelman (1989); Irwan (2008); Frick dan Suskiyanto (2007) Evaluasi RTH (Pohon) Sebagai Pengontrol Radiasi Matahari Evaluasi dilakukan pada empat lokasi studi yaitu Marketing Office, Plaza Niaga 1, Graha Utama dan Graha Madya, serta Taman Budaya dan Alam Fantasia. Evaluasi berkaitan dengan fungsi pohon sebagai pengontrol radiasi matahari. Terdapat enam kriteria standar yang digunakan untuk menilai kesesuaian pohon-pohon pada tiap area CBD sebagai pengontrol radiasi matahari. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dengan membandingkan kondisi aktual dan kriteria standar. Maka dapat dilakukan evaluasi untuk mengetahui sesuai atau

27 53 tidak sesuainya pohon sebagai pengontrol radiasi matahari. Hal itu dapat diketahui dari nilai persentase pembobotan yang telah diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut: Persentase Pembobotan = Nilai Aktual x 100% Nilai Standar Marketing Office Pada area ini terdapat dua jenis pohon yang dinilai sesuai sebagai pengontrol radiasi matahari karena memenuhi hampir semua kriteria standar. Pohon tersebut adalah Samanea saman (83%) dan Terminalia mantaly (88%). Sedangkan dua pohon lainnya dinilai cukup sesuai, yaitu Alstonia scholaris (79%) dan Phoenix roebeleni (63%). Secara keseluruhan pepohonan pada area ini dinilai cukup sesuai (78%) sebagai pengontrol radiasi matahari. Namun, area ini tetap membutuhkan beberapa penambahan pohon penaung untuk menaungi area parkir yang masih terbuka. Karena penanaman pohon pada area ini kurang menyebar dan mengakibatkan beberapa area terlihat terbuka atau tanpa naungan. Untuk pohon yang telah dinilai sesuai dan cukup sesuai memerlukan perawatan dan pengelolaan yang baik, agar dapat mempertahankan atau meningkatkan fungsinya sebagai pengontrol radiasi matahari. Penilaian evaluasi RTH (pohon) untuk pengontrol radiasi matahari pada area ini tersaji dalam Tabel 15. Plaza Niaga 1 Area perniagaan ini memiliki tiga jenis pohon yang dinilai sesuai sebagai pengontrol radiasi matahari. Pohon tersebut adalah Acacia mangium (96%), Paraserianthes falcataria (96%), dan Samanea saman (96%). Adapun tiga jenis pohon yang dinilai cukup sesuai yaitu Bauhinia purpurea (71%), Erythrina cristagali (79%), dan Mangifera indica (71%). Serta satu pohon yang dinilai kurang sesuai yaitu Rosytonea regia (46%). Secara keseluruhan pepohonan pada area ini dinilai cukup sesuai sebagai pengontrol radiasi matahari. Namun, pepohonan tersebut ditanam secara tidak merata pada seluruh area Plaza Niaga I. Sehingga terdapat banyak bagian pada area ini yang tidak ternaungi pohon dengan baik dan mengakibatkan kekurangnyamanan saat melintas pada area tersebut. Bagian yang tidak ternaungi pohon adalah area parkir, sirkulasi, dan sekeliling

28 54 bangunan. Hal itu mengakibatkan kendaraan yang parkir menjadi cepat panas karean terkena radiasi matahari secara langsung. Begitu juga pada sirkulasi dan sekeliling bangunan yang menjadi tidak nyaman ketika dilewati oleh pengguna pada siang hari yang terik. Maka pada Plaza Niaga I memerlukan penambahan pohon pada tiga area tersebut, yang dapat berfungsi dengan baik sebagai pengontrol radiasi matahari. Untuk pohon yang dinilai sesuai dan cukup sesuai memerlukan perawatan dan pengelolaan yang baik agar fungsinya sebagai pengontrol radiasi matahari dapat dipertahankan atau ditingkatkan. Penilaian evaluasi RTH (pohon) untuk pengontrol radiasi matahari pada area ini tersaji dalam Tabel 15. Graha Utama dan Graha Madya Graha Utama dan Graha Madya memiliki 19 pohon, diantaranya ada yang dinilai sesuai, cukup sesuai, dan kurang sesuai sebagai pengontrol radiasi matahari. Pohon yang dinilai sesuai ada sembilan, cukup sesuai ada tujuh, dan pohon yang dinilai tidak sesuai ada tiga. Secara keseluruhan pepohonan pada area ini dinilai cukup sesuai dengan pembobotan 80%. Dengan begitu pepohonan pada area ini sudah dinilai cukup sesuai dan tidak memerlukan penambahan pohon untuk pengontrol radiasi matahari. Namun, pohon-pohon tersebut harus dirawat dan dikelola dengan baik, agar fungsinya sebagai pengontrol radiasi matahari dapat dipertahankan dan ditingkatkan. Penilaian evaluasi RTH (pohon) untuk pengontrol radiasi matahari pada area ini tersaji dalam Tabel 15. Taman Budaya dan Alam Fantasia Taman Budaya dan Alam Fantasia memiliki 20 pohon diantara 42 pohon yang dinilai sesuai sebagai pengontrol radiasi matahari. Adapun 18 pohon yang dinilai cukup sesuai dan empat pohon yang dinilai kurang sesuai sebagai pengontrol radiasi matahari. Secara keseluruhan pepohonan pada area ini dinilai cukup sesuai. Namun, pohon-pohon tersebut ditanam secara kurang merata di seluruh area terutama pada Alam Fantasia. Sehingga area tersebut memerlukan beberapa penambahan pohon yang dapat berfungsi dengan baik sebagai pengontrol radiasi matahari. Penambahan pohon dapat dilakukan pada lokasi-

29 55 lokasi yang masih terbuka tanpa naungan pohon. Lokasi tersebut adalah area parkir dan sirkulasi di Alam Fantasia. Sedangkan pada area Taman Budaya tidak memerlukan penambahan pohon karena penyebarannya sudah merata pada lokasilokasi yang sering dilalui oleh manusia. Pohon-pohon yang dinilai sesuai dan cukup sesuai pada dua area tersebut memerlukan perawatan dan pengelolaan yang baik agar fungsinya dapat dipertahankan atau ditingkatkan. Berikut penilaian pembobotan pohon untuk pengontrol radiasi matahari yang tersaji pada Tabel 15. Tabel 15 Evaluasi RTH (Pohon) Untuk Pengontrol Radiasi Matahari Pada Empat Lokasi CBD Marketing Office Plaza Niaga I Graha Utama dan Graha Madya Taman Budaya Dan No Nama Pohon Nilai Nilai Persentase Latin Lokal Aktual Standar Pembobotan 1. Alstonia scholaris Pulai % 2. Phoenix roebeleni Palem Phoenix % 3. Samanea saman Ki Hujan % 4. Terminalia mantaly Ketapang Kencana % Jumlah Rata-rata 18, % No Nama Pohon Nilai Nilai Persentase Latin Lokal Aktual Standar Pembobotan 1. Acacia mangium Akasia % 2. Bauhinia purpurea Bunga Kupu-kupu % 3. Erythrina cristagali Dadap Merah % 4. Mangifera indica Mangga % 5. Paraserianthes falcataria Sengon % 6. Rosytonea regia Palem Raja % 7. Samanea saman Ki Hujan % Jumlah Rata-rata 19, % No Nama Pohon Nilai Nilai Persentase Latin Lokal Aktual Standar Pembobotan 1. Alstonia scholaris Pulai % 2. Averrhoa bilimbii Belimbing % 3. Bauhinia blakeana Daun Kupu-Kupu % 4. Bauhinia purpurea Bunga Kupu-Kupu % 5. Cerbera odollam Bintaro % 6. Elaeis guineensis Kelapa Sawit % 7. Erythrina cristagali Dadap Merah % 8. Ficus elastica Beringin Karet % 9. Hevea brasiliensis Karet % 10. Lagerstomia speciosa Bungur % 11. Mangifera indica Mangga % 12. Manilkara kauki Sawo Kecik % 13. Nephelium lapaceum Rambutan % 14. Paraserianthes falcataria Sengon % 15. Plumeria sp. Kamboja % 16. Pterocarpus indicus Angsana % 17. Samanea saman Ki Hujan % 18. Spathodea campanulata Kecrutan % 19. Terminalia catappa Ketapang % Jumlah Rata-rata % Nama Pohon Nilai Nilai Persentase No Latin Lokal Aktual Standar Pembobotan 1. Acacia mangium Akasia %

30 56 Alam Fantasia 2. Alstonia scholaris Pulai % 3. Araucaria cunninghamii Cemara Gunung % 4. Araucaria heterophylla Cemara Norflok % 5. Arthocarpus heterophylla Nangka % 6. Averrhoa bilimbii Belimbing % 7. Bambusa sp. Bambu % 8. Bauhinia blakeana Daun Kupu-kupu % 9. Bauhinia purpurea Bunga Kupu-kupu % 10. Bixa orellana Kesumba % 11. Callistemon citrinus Sikat Botol % 12. Ceiba petandra Kapuk % 13. Cerbera odullam Bintaro % 14. Cinnamomum inners Kayu Manis % 15. Cocos capitata Kelapa Gading % 16. Diallum indum Asem Kranji % 17. Elaeis guinensis Kelapa sawit % 18. Erythrina cristagali Dadap Merah % 19. Erythrina indica-picta Dadap Kuning % 20. Eucalyptus deglupta Kayu Putih % 21. Ficus benjamina Beringin % 22. Ficus elastica Beringin Karet % 23. Gmelina arborea Jati % 24. Hibiscus tiliaceus Waru % 25. Livistonia australis Lettuce Palm % 26. Mangifera indica Mangga % 27. Mimusop elengi Tanjung % 28. Nichelia campaka Cempaka % 29. Paraserianthes falcataria Sengon % 30. Phoenix roebelini Palem phoenix % 31. Pinus merkusii Pinus % 32. Pisonia alba Cabbage Tree % 33. Plumeria sp. Kamboja % 34. Psidium guajava Jambu % 35. Pterocarpus indicus Angsana % 36. Samanea saman Ki Hujan % 37. Spathodea campanulata Kecrutan % 38. Swietenia mahogany Mahoni % 39. Syzygium polyanthum Salam % 40. Tamarindus sp. Asam Jawa % 41. Terminalia catappa Ketapang % 42. Peruviana peruvisma Kembang Jepun % Jumlah Rata-rata 18, % Keterangan: 40% = tidak sesuai, 41% - 60% = kurang sesuai, 61% - 80% = cukup sesuai, 81% : sesuai Sumber: Dahlan (1992); Brown dan Gillespie (1995); Grey dan Denekke (1978); Brooks (1988); Vitasari (2004); De Chiara dan Koppelman (1989); Irwan (2008); Frick dan Suskiyanto (2007) Evaluasi Modifikasi Angin dan Radiasi Matahari Marketing Office Berdasarkan analisis yang telah dilakukan mengenai kecepatan angin pada area ini yang berhubungan dengan fungsi pohon sebagai pereduksi angin. Terjadi peningkatan kecepatan angin ketika sore hari yang disebabkan oleh cuaca. Untuk melindungi pengguna yang melintas saat itu di area sekitar bangunan, sirkulasi maupun area parkir, diperlukan suatu perisai yang mampu menahan, membelokkan, atau pun mengurangi kecepatannya. Perisai yang dapat berfungsi

31 57 dengan baik adalah vegetasi atau pepohonan (Brown dan Gillespie, 1995). Dengan begitu perlu dilakukan penambahan penanaman pohon untuk mereduksi angin yang melintas. Selain itu, pepohonan yang ditanam juga dapat memberikan perlindungan pada bangunan dari angin kencang yang menerpa. Berikut disajikan salah satu contoh yang memperlihatkan pohon sebagai pelindung bagi manusia dan bangunan dari kecepatan angin yang datang pada Gambar 22. Gambar 22 Pohon sebagai Pelindung Manusia dan Bangunan Dari Angin (Sumber : Carpenter et al.1975 dan Brown dan Gillespie,1995) Untuk evaluasi radiasi matahari yang datang, diperlukan beberapa pohon peneduh pada area parkir dan sirkulasi. Karena pohon yang tersedia bertajuk kecil dan kurang mampu mengontrol radiasi matahari. Hal itu mengakibatkan kendaraan yang parkir cepat panas karena tidak terlindung dari radiasi matahari. Pengguna yang memarkirkan mobilnya juga merasa kurang nyaman karena panas. Pada akses masuk dan keluar area dibutuhkan sedikit pohon peneduh untuk memberikan rasa nyaman saat pengguna dengan kendaraan memasuki area. Berikut foto eksisting area parkir dan sirkulasi yang tersaji pada Gambar 23. Gambar 23 Foto Area Parkir dan Sirkulasi Marketing Office

32 58 Plaza Niaga 1 Plaza Niaga I memiliki perkerasan yang lebih luas dibandingkan dengan RTH. Maka pada saat angin bertambah kencang atau kuat, pengguna tidak dapat terlindungi dengan baik dan merasa kurang nyaman. Jadi diperlukan penambahan penanaman pohon yang dapat mereduksi angin dengan baik dan memenuhi kriteria sebagai pereduksi angin. Penambahan tersebut dilakukan pada area-area yang terbuka seperti area parkir, sirkulasi, dan bangunan. Agar pengguna dapat dengan mudah memarkir mobil dan berjalan pada sirkulasi yang ada. Untuk evaluasi yang berkaitan dengan pengontrol radiasi matahari, area ini termasuk dalam kategori panas. Karena kurangnya pepohonan yang dapat memberikan rasa sejuk dan nyaman. Jadi area ini memerlukan penanaman pohon yang dapat mengontrol radiasi matahari dengan baik. Sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan sejuk, juga terlindungi dari radiasi matahari yang datang. Penambahan pohon dapat dilakukan pada area yang sering dilalui pengguna dan terbuka dari radiasi matahari. Area tersebut adalah area parkir, sirkulasi, dan sekeliling bangunan. Pada area parkir diperlukan penanaman pohon peneduh agar mobil yang parkir terlindungi dari radiasi matahari dan tidak mudah panas. Pada sirkulasi dibutuhkan pohon yang dapat memberikan rasa nyaman kepada pengguna yang melintas. Pada area sekeliling bangunan perlu penambahan penanaman pohon. Sehingga bangunan terlindungi dari radiasi matahari dan tidak cepat panas pada saat matahari terik. Gambar 24 Foto Area Parkir, Sirkulasi, dan Bangunan Plaza Niaga I

33 59 Graha Utama dan Graha Madya Graha Utama dan Graha Madya dinilai sudah cukup sesuai untuk melindungi manusia dan bangunan dari angin kuat dan radiasi matahari yang datang. Karena area tersebut memiliki banyak pohon yang dapat memberikan perlindungan terhadap angin dan radiasi matahari. Untuk perlindungan dari angin pepohonan dapat berfungsi sebagai pemecah, penghalang, dan pengurang kecepatan angin. Menurut Brooks (1988), pepohonan dapat berfungsi sebagai penyerap, pemantul, dan penerus radiasi matahari. Pepohonan tumbuh pada area parkir, sirkulasi, dan sekitar bangunan. Sehingga dapat melindungi manusia yang melintas, mobil yang parkir, dan bangunan. Jadi ketika siang hari yang panas, area ini tetap terasa sejuk dan nyaman bagi pengguna. Juga saat sore hari dimana kecepatan angin meningkat, area ini terlindungi dengan cukup baik. Berikut foto kondisi pepohonan eksisting pada area parkir, sirkulasi, dan bangunan yang disajikan pada Gambar 25. Gambar 25 Area Parkir, Sirkulasi, dan Bangunan Graha Utama dan Madya Taman Budaya dan Alam Fantasi Area Taman Budaya dan Alam Fantasia juga dinilai sudah mampu untuk memberikan perlindungan terhadap penggunanya dari kecepatan angin dan radiasi matahari yang datang. Karena memiliki banyak pohon yang tumbuh di sekitar lokasi yang sering dilalui oleh pengguna seperti bangunan, area parkir, dan sirkulasi. Sehingga pada saat siang hari yang panas dan terik, area tersebut terasa sejuk dan nyaman bagi penggunanya. Serta pada saat sore hari, dimana angin yang bertiup semakin kuat, area tersebut terlindungi dengan baik. Sebab

34 60 dikelilingi oleh pepohonan yang dapat berfungsi sebagai windbreaks. Berikut foto yang memperlihatkan kondisi pepohonan area parkir, sirkulasi, dan bangunan pada Gambar 26. Gambar 26 Area Parkir dan Sirkulasi Taman Budaya dan Alam Fantasia 5.3 Sintesis Pada tahapan ini dihasilkan rekomendasi yang berkaitan dengan evaluasi kesesuaian fisik dan fungsi ekologis RTH pada empat kawasan CBD, Sentul City. Selain itu, rekomendasi juga berkaitan dengan identifikasi dan analisis karakteristik pohon terhadap fungsi ekologisnya berupa pereduksi angin dan pengontrol radiasi matahari. Maka tiap area CBD memiliki rekomendasi masingmasing yang telah disesuaikan berdasarkan analisis dan evaluasi Rekomendasi RTH (Pohon) Sebagai Pereduksi Angin Marketing Office Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan, pepohonan pada area ini dinilai kurang sesuai sebagai pereduksi angin. Maka area ini membutuhkan penambahan pohon untuk melindungi lokasi-lokasi yang sering dilalui manusia dan termasuk lokasi yang berpotensi dilewati oleh angin kencang. Rekomendasi penambahan pohon disesuaikan dengan kriteria pohon sebagai pereduksi angin. Terdapat tujuh kriteria pohon sebagai pereduksi angin yang harus dipenuhi. Berarti pohon tersebut harus memiliki tinggi > 15m agar dapat memecah angin pada ketinggian tertentu. Karena angin bertiup semakin kencang ketika ketinggian bertambah.

35 61 Gambar 27 Pohon Tinggi dapat Mereduksi Angin dengan Baik Kriteria kedua adalah berdaun kecil, karena dapat memecah angin dengan baik. Lagipula pohon yang memiliki daun lebar atau besar akan mudah gugur dan sobek ketika tertiup angin yang cukup kuat. Selanjutnya pohon yang memiliki daerah bebas cabang yang rendah. Jika pohon yang telah ditanam memiliki daerah bebas cabang yang tinggi dapat disiasati dengan menanam semak di bawahnya. Sehingga terbentuk strata ketinggian pohon yang sesuai untuk mereduksi angin. Menurut Brown dan Gillespie (1995), pada dasarnya semak mempunyai pengaruh terhadap angin yang sama dengan pohon, perbedaannya hanya terletak pada luas areanya. Semak dapat dengan efektif melindungi area yang kecil, dimana orang duduk serta mereduksi angin di sekitar area rumah. Gambar 28 Pohon dengan Daerah Bebas Cabang yang Rendah Kemudian pohon ditanam dengan jarak tanam rapat, tajuk bersinggungan, dan kontinu. Sehingga pohon-pohon tersebut dapat membentuk kerapatan yang ideal sebesar 75% - 85%. Supaya angin dapat dipecah dengan baik dan tidak

36 62 menimbulkan angin turbulen. Selanjutnya pohon bisa ditanam dalam beberapa baris dan sesuai dengan orientasi penanaman. Orientasi penanaman yang baik adalah pohon yang ditanam di depan arah angin. Pada kawasan ini angin bertiup dari arah utara ke selatan, sehingga pohon dapat ditanam di sebelah utara dari objek yang akan dilindungi dari terpaan angin. Gambar 29 Pohon yang Dipadukan dengan Semak Gambar 30 Rekomendasi Orientasi Penanaman Pohon Pohon yang dapat memenuhi kriteria tersebut adalah Pinus merkusii, Araucaria heterophylla, Araucaria cunninghamii, Bauhinia blakeana, dan Manilkara kauki. Karena pohon-pohon tersebut dinilai sesuai dan cukup sesuai sebagai pereduksi angin. Selain itu, pohon tersebut dinilai sesuai untuk ditanam di area perkantoran karena tidak menghalangi pandangan ke bangunan yang ada.

37 63 Plaza Niaga I Rekomendasi untuk area Plaza Niaga I sama dengan pada area Marketing Office. Karena pepohonan pada area ini juga dinilai kurang sesuai dan membutuhkan penambahan penanaman pohon. Pohon yang akan ditambahkan haruslah memenuhi tujuh kriteria fungsi ekologis pohon sebagai pereduksi angin. Alasannya seperti yang telah dikemukan pada area Marketing Office. Beberapa pohon direkomendasikan ditanam pada lokasi-lokasi yang masih terbuka dari terpaan angin atau di depan arah datangnya angin. Lokasi yang dimaksud adalah area parkir, sirkulasi, dan sekeliling bangunan. Sehingga pohon tersebut dapat memberikan perlindungan kepada pengguna dari terpaan angin yang datang. Pohon yang dinilai sesuai untuk ditanam pada tiga lokasi tersebut adalah Pinus merkusii, Araucaria heterophylla, Araucaria cunninghamii, Bauhinia blakeana, Hevea brasiliensis, dan Manilkara kauki. Karena pohon tersebut sudah dinilai sesuai dan cukup sesuai untuk pereduksi angin. Graha Utama, Graha Madya, Taman Budaya, dan Alam Fantasia Pohon pada Graha Utama, Graha Madya, Taman Budaya, dan Alam Fantasia dievaluasi cukup sesuai sebagai pereduksi angin. Karena banyak pohon pada area tersebut yang memenuhi kriteria standar untuk fungsi ekologis sebagai pereduksi angin. Lagipula pohon-pohon tersebut ditanam cukup menyebar sehingga dapat mereduksi angin dengan optimal. Rekomendasi yang disarankan untuk pepohonan pada area tersebut berupa perawatan dan pengelolaan yang baik. Agar fungsi pohon tersebut sebagai pereduksi angin dapat dipertahankan atau ditingkatkan. Area ini juga tidak memerlukan penambahan pohon, karena pohon yang ada di sana sudah mencukupi untuk mereduksi angin. Hal itu terbukti dengan 16 pohon yang dinilai cukup sesuai dari 19 pohon yang ada pada Graha Utama dan Graha Madya. Juga 28 pohon yang dinilai cukup sesuai dari 42 pohon yang ada pada kawasan Taman Budaya dan Alam Fantasia.

38 Rekomendasi RTH (Pohon) Sebagai Pengontrol Radiasi Matahari Marketing Office Pepohonan pada area ini secara keseluruhan dievaluasi cukup sesuai sebagai pengontrol radiasi matahari. namun pohon tersebut ditanam tidak merata di seluruh area Marketing Office. Sehingga masih terdapat lokasi yang tidak ternaungi dengan baik dan mengakibatkan pengguna yang sering melewati lokasi tersebut merasa kurang nyaman karena panas. Maka pada area ini direkomendasikan penambahan pohon pada lokasi-lokasi yang masih terbuka. Lokasi tersebut meliputi area parkir, sirkulasi, dan sekeliling bangunan. Pohon yang direkomendasikan sebaiknya memenuhi enam kriteria standar sebagai pengontrol radiasi matahari. Pertama adalah kriteria berdaun tebal, rindang, dan evergreen. Alasannya adalah pohon berdaun tebal dapat menyaring radiasi matahari dengan baik dibandingkan dengan daun yang tipis. Pohon yang rindang dan evergreen memberikan rasa nyaman dan sejuk ketika berada di bawah naungannya. Lagipula pohon evergreen selalu berdaun sepanjang tahun dan tidak menggugurkan daunnya. Dengan begitu pohon dapat berfungsi dengan baik sebagai pengontrol radiasi matahari. Selanjutnya pohon dengan tajuk menyebar, bulat, kubah, atau tak beraturan dapat memberikan naungan yang lebih baik dibandingkan dengan tajuk kerucut ataupun palmae. Karena tajuknya dapat menahan radiasi matahari lebih banyak dan membentuk area bayangan yang lebih luas dibandingkan dengan bentuk tajuk lainnya. Gambar 31 Penanaman Pohon yang Rapat, Tajuk Bersinggungan, dan Kontinu (Sumber: Brooks, 1988)

39 65 Berikutnya kriteria berupa jarak tanam rapat, tajuk bersinggungan, dan kontinu (Gambar 31). Karena jarak tanam yang rapat dapat membentuk sekumpulan tajuk yang dapat menahan, memantulkan, dan meneruskan radiasi matahari yang datang. Kriteria lainnya berupa pohon bermassa daun padat, sempit, atau tebal (Gambar 32). Karena pohon dengan massa daun padat dan sempit dapat menahan, menyaring, menangkap, dan memantulkan radiasi dengan baik. Sebab hanya sedikit celah pada dedaunan yang dapat dilewati oleh radiasi matahari. Gambar 32 Pohon Berdaun Padat dapat Mengurangi Radiasi Matahari Lebih Baik (Sumber: Brooks, 1988) Hal tersebut juga berkaitan dengan morfologi daun atau bentuk daun. Bentuk daun yang lebar dan besar sesuai untuk mengontrol radiasi matahari. Daun yang kecil pun dapat mengontrol radiasi matahari dengan baik jika kerapatannya sempit. Kemudian orientasi penanaman sangat menentukan suatu pohon dapat memberikan naungan terhadap sesuatu objek (Gambar 33). Orientasi yang baik adalah menanam pohon pada bagian Timur Barat dari suatu objek yang ingin dilindungi. Selain itu, hal yang terpenting adalah pohon tersebut dapat memberikan naungan yang baik. maka pohon yang direkomendasikan untuh ditambahkan pada area ini adalah Bauhinia purpurea, Manilkara kauki, atau Erythrina indica-picta. Pohon tersebut dapat ditanam pada area parkir dan sirkulasi. Pada sekeliling bangunan dapat ditambahkan Samanea saman atau Manilkara kauki. Pohon-pohon tersebut telah dinilai sesuai untuk mengontrol radiasi matahari, karena memenuhi kriteria standar yang ada.

40 66 Gambar 33 Orientasi Penanaman Pohon Terhadap Arah Datang Radiasi Matahari (Sumber: Carpenter et al., 1975) Plaza Niaga I Pada area ini pepohonanya dievaluasi cukup sesuai sebagai pengontrol radiasi matahari. Namun, pohon-pohon tersebut ditanam secara tidak merata sehingga pada beberapa lokasi masih terbuka tanpa naungan dari pohon. Hal itu mengakibatkan suasana yang panas pada siang hari dan membuat pengunjung merasa kurang nyaman. Lokasi tersebut adalah area parkir, sirkulasi, dan sekeliling bangunan. Pohon yang direkomendasikan harus memenuhi enam kriteria standar yang telah ditentukan. Enam kriteria tersebut telah dijelaskan sebelumnya. Jadi pohon yang sesuai untuk ditambahkan pada area ini adalah Bauhinia purpurea, Manilkara kauki, atau Erythrina indica-picta. Pohon tersebut direkomendasikan untuk ditanam pada area parkir. Untuk sirkulasi dan sekeliling bangunan direkomendasikan pohon Acacia mangium, Hevea brasiliensis, Mimusoph elengi atau Pinus merkusii. Graha Utama dan Graha Madya Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan pada pepohonan di area ini, dinyatakan bahwa pohon-pohon tersebut dinilai cukup sesuai sebagai pengontrol radiasi matahari. Sehingga area ini tidak memerlukan penambahan pohon karena pohon-pohon yang ada sudah ditanam merata pada keseluruhan area. Jadi hanya memerlukan perawatan dan pengelolaan yang baik. Supaya fungsi sebagai pengontrol radiasi dari pohon tersebut dapat dipertahankan atau ditingkatkan.

41 67 Taman Budaya dan Alam Fantasia Hasil evaluasi dan rekomendasi pada area ini sama dengan pada area Graha Utama dan Graha Madya. Namun, untuk area Alam Fantasia dibutuhkan beberapa tambahan penanaman pohon. Karena pohon yang ada di area tersebut ditanam secara tidak merata. Sehingga terdapat beberapa area yang tidak ternaungi oleh pohon. Area tersebut adalah area parkir dan sirkulasi. Maka pada area parkir direkomendasikan pohon Ficus benjamina atau Acacia mangium. Karena pohon tersebut dinilai sesuai sebagai pengontrol radiasi matahari. Selain itu, pohon tersebut merupakan pohon eksisting pada area parkir Alam Fantasia. Pada sirkulasi direkomendasikan pohon Bauhinia purpurea, Cerbera odullam, Manilkara kauki, Mimusop elengi, atau Erythrina indica-picta Rekomendasi Modifikasi Angin dan Radiasi Matahari Marketing Office Angin yang melintasi area Marketing Office mempunyai kecepatan yang beragam. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan kecepatan angin pada area ini berkisar 0,5 16,5 m/s menurut Skala Beaufort. Ketika sore hari atau hujan kecepatan angin semakin kuat. Maka dibutuhkan beberapa pohon yang mampu mereduksi angin dengan memecahnya, menghalanginya, dan membelokkannya (Gambar 34). Pohon-pohon tersebut diletakkan di area yang sering dilalui pengguna, seperti area parkir, sirkulasi, dan sekitar bangunan. Agar pepohonan tersebut dapat memodifikasi angin yang mencapai Marketing Office. Gambar 34 Rekomendasi Perlindungan dari Angin (Sumber: Brooks R.G.,1988)

42 68 Berdasarkan analisis dan evaluasi yang telah dilakukan, area tersebut memiliki radiasi yang cukup besar. Hal tersebut dibuktikan dengan suhu yang tinggi. Untuk mengontrol radiasi matahari yang datang, diperlukan beberapa pohon peneduh untuk memberikan rasa nyaman dan sejuk saat siang hari yang panas. Berikut rekomendasi untuk mengontrol radiasi matahari dengan pohon pada Gambar 35. Gambar 35 Rekomendasi Perlindungan dari Radiasi Matahari (Sumber: Grey and Denekke,1978) Plaza Niaga 1 Plaza Niaga I memiliki area perkerasan yang lebih luas dibandingkan dengan RTHnya. Karena itu area Plaza Niaga I kurang terlindungi dari angin dan radiasi matahari yang datang. Maka diperlukan sesuatu yang dapat memodifikasi angin dan radiasi matahari. Agar area tersebut nyaman dan sejuk pada saat terik matahari ataupun dilalui oleh angin yang kuat. Pepohonan merupakan modifikator yang baik untuk angin dan radiasi matahari. Area yang perlu dilindungi dengan pepohonan adalah area parkir, sirkulasi, dan sekitar bangunan yang sering dilalui oleh manusia. Berikut beberapa rekomendasi untuk memodifikasi angin dan radiasi matahari dengan pepohonan pada Gambar 36.

43 69 Gambar 36. Rekomendasi untuk Memodifikasi Angin dan Radiasi Matahari (Sumber: Brown D.R. dan Gillespie T.J.,1995 ; Chiara dan Koppelman,1989) Graha Utama, Graha Madya, Taman Budaya dan Alam Fantasia Berdasarkan analisis dan evaluasi yang telah dilakukan Area Graha Utama, Graha Madya, Taman Budaya dan Alam Fantasia dinyatakan mampu memodifikasi angin dan radiasi matahari dengan baik. Karena kawasan tersebut memiliki pepohonan yang banyak dan rapat disekitar area yang sering dilalui manusia. Misalnya pada area parkir, sirkulasi, dan sekitar bangunan. Sehingga saat siang hari yang panas dan terik kawasan-kawasan tersebut terasa sejuk dan nyaman. Begitu juga saat angin yang kuat melalui wilayah tersebut, dapat diminimalisir kecepatannya. Namun pada Alam Fantasia pohon yang ada ditanama kurang menyabar maka diperlukan sedikit penambahan pohon pada area ini. Penambahan pohon dapat dilakukan pada lokasi yang terbuka dari angin dan radiasi matahari. Lokasi yang dimaksud adalah area parkir dan sirkulasi manusia di dalam Alam Fantasia. Sedangkan ketiga area lainnya direkomendasikan untuk mempertahankan susunan pohon yang dapat menjadi pelindung dari angin dan radiasi matahari, serta perawatan seperlunya agar berfungsi secara berkesinambungan.

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar 10 Peta Lokasi Sentul City

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar 10 Peta Lokasi Sentul City 21 BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak, Luas, dan Aksesibilitas Kawasan Sentul City mempunyai akses langsung yang terdekat yaitu Tol Jagorawi dan Tol Ringroad Sentul City. Selain itu, terdapat akses menuju kawasan

Lebih terperinci

Gambar 18. Fungsi Vegetasi Mereduksi Bising di Permukiman (Sumber: Grey dan Deneke, 1978)

Gambar 18. Fungsi Vegetasi Mereduksi Bising di Permukiman (Sumber: Grey dan Deneke, 1978) 57 Analisis Fungsi Ekologi RTH Peredam Kebisingan Bukit Golf Hijau (BGH) adalah salah satu cluster di Sentul City dimana penghuninya sudah cukup banyak yang menempati rumah-rumah disini. Mayoritas penghuninya

Lebih terperinci

REKOMENDASI Peredam Kebisingan

REKOMENDASI Peredam Kebisingan 83 REKOMENDASI Dari hasil analisis dan evaluasi berdasarkan penilaian, maka telah disimpulkan bahwa keragaman vegetasi di cluster BGH memiliki fungsi ekologis yang berbeda-beda berdasarkan keragaman kriteria

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 8 Peta Lokasi Penelitian (Sumber:

BAB III METODOLOGI. Gambar 8 Peta Lokasi Penelitian (Sumber: 13 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Studi Lokasi penelitian ini berada pada CBD Sentul City, yang terletak di Desa Babakan Maday, Kecamatan Citeuruep, Kabupaten DT II Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 31 HASIL DAN PEMBAHASAN Evaluasi pohon kota dilakukan pada tiga jalur jalan arteri di Kota Jakarta Pusat. Jalur arteri tersebut yaitu Jalan M.H. Thamrin, Jalan P. Diponegoro, dan Jalan Angkasa. Berdasarkan

Lebih terperinci

Muhimmatul Khoiroh Dosen Pembimbing: Alia Damayanti, S.T., M.T., Ph.D

Muhimmatul Khoiroh Dosen Pembimbing: Alia Damayanti, S.T., M.T., Ph.D PERENCANAAN VEGETASI PADA JALUR HIJAU JALAN SEBAGAI RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK UNTUK MENYERAP EMISI KARBON MONOKSIDA (CO) DARI KENDARAAN BERMOTOR DI KECAMATAN SUKOLILO SURABAYA Muhimmatul Khoiroh 3310

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 43 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Pengaruh RTH Terhadap Iklim Mikro 5.1.1 Analisis Pengaruh Struktur RTH Pohon Terhadap Iklim Mikro Pohon merupakan struktur RTH yang memiliki pengaruh cukup besar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Central Business District (CBD) Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 mengenai penataan ruang, pada Pasal 1 disebutkan bahwa kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN...1 A. Latar Belakang...1 B. Rumusan Masalah...2 B. Tujuan Penelitian...3 C. Manfaat Penelitian...3

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN...1 A. Latar Belakang...1 B. Rumusan Masalah...2 B. Tujuan Penelitian...3 C. Manfaat Penelitian...3 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...ii HALAMAN PENGESAHAN...iii HALAMAN PERNYATAAN...iv HALAMAN PERSEMBAHAN...v KATA PENGANTAR...vii DAFTAR ISI...viii DAFTAR GAMBAR...x DAFTAR LAMPIRAN...xiii INTISARI...xiv

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. A. Foto Wilayah Studi Jalan Kom. Noto Sumarsono. B. Foto Wilayah Studi Jalan Ahmad Yani

LAMPIRAN A. A. Foto Wilayah Studi Jalan Kom. Noto Sumarsono. B. Foto Wilayah Studi Jalan Ahmad Yani LAMPIRAN A A. Foto Wilayah Studi Jalan Kom. Noto Sumarsono B. Foto Wilayah Studi Jalan Ahmad Yani VEGETASI UNTUK MEREDUKSI POLUSI B Angsana (Pterocarpus indicus) Dapat mereduksi 0.5937 (µg/g) polutan

Lebih terperinci

REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU

REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU 85 REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU Penanaman lanskap harus dapat memberikan fungsi yang dapat mendukung keberlanjutan aktivitas yang ada dalam lanskap tersebut. Fungsi arsitektural penting dalam penataan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6. 1 Kesimpulan Berdasarkan permasalahan, data analisis dan pembahasan, dapat diperoleh hasil penelitian ( temuan) yang telah diperoleh, maka disimpulkan dan menjadi suatu arahan,

Lebih terperinci

Gambar 23. Ilustrasi Konsep (Image reference) Sumber : (1) ; (2) (3)

Gambar 23. Ilustrasi Konsep (Image reference) Sumber : (1)  ; (2)  (3) 48 PERENCANAAN LANSKAP Konsep dan Pengembangannya Konsep dasar pada perencanaan lanskap bantaran KBT ini adalah menjadikan bantaran yang memiliki fungsi untuk : (1) upaya perlindungan fungsi kanal dan

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil dari penelitian dan pembahasan maka dapat diambil beberapa

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil dari penelitian dan pembahasan maka dapat diambil beberapa 64 V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dari penelitian dan pembahasan maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu : 1. Hasil analisis dan sintesis, memberikan gambaran bahwa kawasan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO 2 per jalur hijau. 1. Jalur Balai Kota Kecamatan Medan Barat

Lampiran 1. Nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO 2 per jalur hijau. 1. Jalur Balai Kota Kecamatan Medan Barat Lampiran 1. Nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO 2 per jalur hijau 1. Jalur Balai Kota Kecamatan Medan Barat No Jenis Jumlah D ratarata (cm) (Kg/L.jalan) Karbon Serapan CO 2 1 Palem Raja (Oreodoxa

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Lanskap jalan MH Thamrin

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Lanskap jalan MH Thamrin 46 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Lanskap jalan MH Thamrin Penelitian dilakukan pada jalan MH Thamrin, Sentul City, Bogor. Jalan ini merupakan salah satu jalan utama pada kawasan Sentul City. Jalan MH Thamrin memiliki

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pada 3 (tiga) fisiografi berdasarkan ketinggian tempat/elevasi lahan. Menurut

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pada 3 (tiga) fisiografi berdasarkan ketinggian tempat/elevasi lahan. Menurut BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN Pola tanam agroforestri yang diterapkan petani di Desa Pesawaran Indah terdapat pada 3 (tiga) fisiografi berdasarkan ketinggian tempat/elevasi lahan. Menurut Indra, dkk (2006)

Lebih terperinci

BAB VI R E K O M E N D A S I

BAB VI R E K O M E N D A S I BAB VI R E K O M E N D A S I 6.1. Rekomendasi Umum Kerangka pemikiran rekomendasi dalam perencanaan untuk mengoptimalkan fungsi jalur hijau jalan Tol Jagorawi sebagai pereduksi polusi, peredam kebisingan

Lebih terperinci

PERENCANAAN Tata Hijau Penyangga Green Belt

PERENCANAAN Tata Hijau Penyangga Green Belt 68 PERENCANAAN Perencanaan ruang terbuka hijau di kawasan industri mencakup perencanaan tata hijau, rencana sirkulasi, dan rencana fasilitas. Perencanaan tata hijau mencakup tata hijau penyangga (green

Lebih terperinci

IV. Pemilihan Tanaman Lanskap Kota

IV. Pemilihan Tanaman Lanskap Kota Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) IV. Pemilihan Tanaman Lanskap Kota Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan,S.P., MAgr, PhD. Tujuan Memahami kriteria tanaman Lanskap Kota Mengetahui berbagai

Lebih terperinci

KONDISI UMUM CLUSTER BUKIT GOLF HIJAU SENTUL CITY

KONDISI UMUM CLUSTER BUKIT GOLF HIJAU SENTUL CITY 26 KONDISI UMUM CLUSTER BUKIT GOLF HIJAU SENTUL CITY Sejarah PT. Sentul City Tbk merupakan suatu perseroan terbatas yang bergerak di bidang property dengan kegiatan utamanya adalah sebagai pengembang perkotaan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan Biomassa dan Karbon Tersimpan. Lampiran 2. Nilai Biomassa dan Karbon Tersimpan Pada RTH Hutan Kota Taman Beringin a.

Lampiran 1. Perhitungan Biomassa dan Karbon Tersimpan. Lampiran 2. Nilai Biomassa dan Karbon Tersimpan Pada RTH Hutan Kota Taman Beringin a. Lampiran 1. Perhitungan dan Karbon Tersimpan Contoh : Diketahui Angsana (Pterocarpus indicus) yang memiliki berat jenis 0,65 gr/cm 3 terdapat pada RTH Ahmad Yani dengan diameter 40 cm, maka nilai biomassa

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 48 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Evaluasi dan Analisis 5.1.1. Evaluasi dan Analisis Fungsi Pohon Proses penilaian fungsi pohon pada lanskap Jln. Kapten Muslihat hingga Terminal Laladon meliputi 9 aspek,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Form Tally Sheet Data Lapangan Jalan Luas Jalan Ha No. Spesies Tinggi (m) DBH (cm) Biomassa (Kg)

Lampiran 1. Form Tally Sheet Data Lapangan Jalan Luas Jalan Ha No. Spesies Tinggi (m) DBH (cm) Biomassa (Kg) Lampiran 1. Form Tally Sheet Data Lapangan Jalan Luas Jalan Ha No. Spesies Tinggi (m) DBH (cm) Biomassa (Kg) 1 2 3 4 5 Total Biomassa (Kg/Jalur) Lampiran 2. Data Nilai Berat Jenis Tanaman No. Jenis Famili

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 20 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penutupan Lahan Kota Denpasar Hasil interpretasi dan analisis citra Landsat 7 ETM bulan Oktober tahun 2009, Kota Denpasar mempunyai luas wilayah 12.891,6 ha. Berdasarkan

Lebih terperinci

EVALUASI HUTAN KOTA BERDASARKAN FUNGSI AMELIORASI IKLIM MIKRO DI KOTA SEMARANG AYU NOVITA SARI

EVALUASI HUTAN KOTA BERDASARKAN FUNGSI AMELIORASI IKLIM MIKRO DI KOTA SEMARANG AYU NOVITA SARI EVALUASI HUTAN KOTA BERDASARKAN FUNGSI AMELIORASI IKLIM MIKRO DI KOTA SEMARANG AYU NOVITA SARI DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Lebih terperinci

METODOLOGI. Peta Kabupaten Bogor (http://students.ukdw.ac.id, 2010) Peta Bukit Golf Hijau (Sentul City, 2009)

METODOLOGI. Peta Kabupaten Bogor (http://students.ukdw.ac.id, 2010) Peta Bukit Golf Hijau (Sentul City, 2009) 19 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di cluster Bukit Golf Hijau yang berada di dalam Sentul. Sentul terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota identik dengan pemukiman penduduk dalam jumlah besar pada suatu

BAB I PENDAHULUAN. Kota identik dengan pemukiman penduduk dalam jumlah besar pada suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota identik dengan pemukiman penduduk dalam jumlah besar pada suatu kawasan dengan sarana pendukung seperti perkantoran, kawasan industri, sekolah, rumah ibadah, pusat-pusat

Lebih terperinci

Lampiran 1. Daftar Pekerjaan yang Dikerjakan oleh Mahasiswa Magang pada Proyek Discovery Hotel

Lampiran 1. Daftar Pekerjaan yang Dikerjakan oleh Mahasiswa Magang pada Proyek Discovery Hotel LAMPIRAN 126 127 Lampiran 1. Daftar Pekerjaan yang Dikerjakan oleh Mahasiswa Magang pada Proyek Discovery Hotel No Judul Gambar Keterangan 1 Guard House Gambar 41 2 Desain pada Gazebo Gambar 54 3 Desain

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS DAN SINTESIS 55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT

Lebih terperinci

Gambar 58. Konsep ruang sebagai habitat burung

Gambar 58. Konsep ruang sebagai habitat burung 92 BAB V PERENCANAAN LANSKAP 5.1 Konsep Perencanaan Konsep dasar dalam penelitian ini adalah untuk merencanakan lanskap ruang terbuka hijau ekologis sebagai habitat burung di kawasan permukiman. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1.1 Kesimpulan Kesimpulan dari konsep ruang terbuka hijau pada kawasan pusat kota Ponorogo adalah : 1. Adanya kebutuhan masyarakat pada kawasan pusat kota Ponorogo akan ruang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 18 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Lokasi Pengambilan Data Suhu Udara Terdapat tiga lokasi taman yang dipilih dalam kawasan Menteng ini yaitu Taman Menteng, Taman Suropati, dan Taman Situ Lembang. Tiga

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan Biomassa dan Karbon Tersimpan

Lampiran 1. Perhitungan Biomassa dan Karbon Tersimpan Lampiran 1. Perhitungan dan Contoh Diketahui : RTH Hutan Kota Bumi Perkemahan Pramuka Cadika dengan luas 1,911 Ha Berat Jenis Jabon (Anthocephalus cadamba ) adalah 0,42 gr/cm 3 Diameter Jabon (Anthocephalus

Lebih terperinci

Manfaat hutan kota diantaranya adalah sebagai berikut :

Manfaat hutan kota diantaranya adalah sebagai berikut : BENTUK DAN FUNGSI HUTAN KOTA 1. Bentuk Hutan Kota Pembangunan hutan kota dan pengembangannya ditentukan berdasarkan pada objek yang dilindungi, hasil yang dicapai dan letak dari hutan kota tersebut. Berdasarkan

Lebih terperinci

LAPORAN PENGAMATAN EKOLOGI TUMBUHAN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

LAPORAN PENGAMATAN EKOLOGI TUMBUHAN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN LAPORAN PENGAMATAN EKOLOGI TUMBUHAN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Oleh: Abdullah Deny Fakhriza Ferdi Ikhfazanoor M. Syamsudin Noor Nor Arifah Fitriana

Lebih terperinci

Lampiran 1. Nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO 2 per jalur hijau. 1. Jalur Setia Budi Kecamatan Medan Selayang

Lampiran 1. Nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO 2 per jalur hijau. 1. Jalur Setia Budi Kecamatan Medan Selayang 48 Lampiran 1. Nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO 2 per jalur hijau 1. Jalur Setia Budi Kecamatan Medan Selayang No Jenis Jumlah D ratarata (cm) (Kg/L.jalan) Karbon Serapan CO 2 1 Palem Raja

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 60 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Analisis GIS dengan CITYgreen 5.4 Proses analisis dibagi menjadi analisis enam belas rumah sampel. Keenam belas rumah ini berasal dari dua kecamatan dengan kondisi

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas 42 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas Secara geografis, perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) terletak pada 06.53 LS-06.56 LS dan 106.78 BT sedangkan perumahan Taman Yasmin terletak pada

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi (07.00) secara keseluruhan dalam kondisi nyaman.

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SARANA PENDUKUNG RAMAH LINGKUNGAN

PENGELOLAAN SARANA PENDUKUNG RAMAH LINGKUNGAN Komponen 4 PENGELOLAAN SARANA PENDUKUNG RAMAH LINGKUNGAN Bimbingan Teknis Adiwiyata 2014, Jakarta 25-27 Maret 2014 Linda Krisnawati & Stien J. Matakupan 1 Lader of Participation developed by Hart (1992)

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI TUMBUHAN PENGHIJAUAN SEBAGAI MEDIA BELAJAR BIOLOGI

IDENTIFIKASI TUMBUHAN PENGHIJAUAN SEBAGAI MEDIA BELAJAR BIOLOGI Edu-Bio; Vol. 3, Tahun 2012 IDENTIFIKASI TUMBUHAN PENGHIJAUAN SEBAGAI MEDIA BELAJAR BIOLOGI Suraida Abstrak Identifikasi tumbuhan merupakan suatu cara untuk mempelajari ilmu botani dalam pembelajaran biologi

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL VEGETASI GUNUNG PARAKASAK

BAB IV PROFIL VEGETASI GUNUNG PARAKASAK BAB IV PROFIL VEGETASI GUNUNG PARAKASAK A. Kehadiran dan Keragaman Jenis Tanaman Pada lokasi gunung parakasak, tidak dilakukan pembuatan plot vegetasi dan hanya dilakukan kegiatan eksplorasi. Terdapat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Desa Ancaran memiliki iklim yang dipengaruhi oleh iklim tropis dan angin muson, dengan temperatur bulanan berkisar antara 18 C dan 32 C serta curah hujan berkisar

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA 14 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian inii dilakukan di Sentul City yang terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA 6.1. Konsep Hutan Kota Perencanaan hutan kota ini didasarkan pada konsep hutan kota yang mengakomodasi kebutuhan masyarakat kota Banjarmasin terhadap ruang publik. Hal ini sejalan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting dan Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Jepara Jenis ruang terbuka hijau yang dikembangkan di pusat kota diarahkan untuk mengakomodasi tidak hanya fungsi

Lebih terperinci

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015 TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015 SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS POHON HUTAN RAKYAT BAGI PETANI PRODUKTIFITAS TANAMAN SANGAT DIPENGARUHI OLEH FAKTOR KESESUAIAN JENIS DENGAN TEMPAT TUMBUHNYA, BANYAK PETANI YANG

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Evaluasi. Evaluasi adalah kegiatan menilai, menaksir, dan mengkaji. Menurut Diana

TINJAUAN PUSTAKA. A. Evaluasi. Evaluasi adalah kegiatan menilai, menaksir, dan mengkaji. Menurut Diana II. TINJAUAN PUSTAKA A. Evaluasi Evaluasi adalah kegiatan menilai, menaksir, dan mengkaji. Menurut Diana (2004), evaluasi adalah suatu tindakan yang digunakan atau dilakukan untuk menelaah atau menduga

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Ciri Tanaman Lanskap 9/5/2014 TANAMAN DAN DESAIN PENANAMAN

PENDAHULUAN. Ciri Tanaman Lanskap 9/5/2014 TANAMAN DAN DESAIN PENANAMAN PENDAHULUAN TANAMAN DAN DESAIN PENANAMAN Tanaman merupakan elemen utama lanskap, tidak ada lanskap tanpa elemen tanaman, bahkan pada rock garden di sekitarnya juga terdapat tanaman. Tanaman merupakan sumber

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tanaman merupakan sumber keindahan, kenyamanan dan memberi daya dukung terhadap kehidupan

PENDAHULUAN. Tanaman merupakan sumber keindahan, kenyamanan dan memberi daya dukung terhadap kehidupan TANAMAN DAN DESAIN PENANAMAN PENDAHULUAN Tanaman merupakan elemen utama lanskap, tidak ada lanskap tanpa elemen tanaman, bahkan pada rock garden di sekitarnya juga terdapat tanaman. Tanaman merupakan sumber

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar 5 Kawasan Menteng pada tahun 1930 (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta)

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar 5 Kawasan Menteng pada tahun 1930 (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta) 11 BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Sejarah Taman Menteng, Taman Suropati, dan Taman Situ Lembang Kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan tak lepas dari aspek kesejarahan yang mewarnai berbagai lokasi di dalamnya.

Lebih terperinci

AVIFAUNA DI AREA REKLAMASI PT ADARO INDONESIA

AVIFAUNA DI AREA REKLAMASI PT ADARO INDONESIA AVIFAUNA DI AREA REKLAMASI PT ADARO INDONESIA Mochamad Arief Soendjoto Maulana Khalid Riefani Didik Triwibowo Fazlul Wahyudi Universitas Lambung Mangkurat Press Banjarbaru i ii AVIFAUNA DI AREA REKLAMASI

Lebih terperinci

HASIL. lorong kembara di batang tanaman (b) Data ukuran sarang rayap yang ditemukan.

HASIL. lorong kembara di batang tanaman (b) Data ukuran sarang rayap yang ditemukan. 2 lorong kembara di batang tanaman (b) Data ukuran sarang rayap yang ditemukan. Identifikasi rayap Identifikasi rayap menggunakan rayap kasta prajurit. Rayap kasta prajurit mayor digunakan untuk mengidentifikasi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.33/Menhut-II/2007

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.33/Menhut-II/2007 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.33/Menhut-II/2007 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.51/MENHUT-II/2006 TENTANG PENGGUNAAN SURAT KETERANGAN ASAL USUL (SKAU) UNTUK PENGANGKUTAN

Lebih terperinci

EVALUASI ASPEK FUNGSI TANAMAN PADA LANSKAP JALAN KAMPUS UNIVERSITAS SAM RATULANGI. Universitas Sam Ratulangi, Manado

EVALUASI ASPEK FUNGSI TANAMAN PADA LANSKAP JALAN KAMPUS UNIVERSITAS SAM RATULANGI. Universitas Sam Ratulangi, Manado EVALUASI ASPEK FUNGSI TANAMAN PADA LANSKAP JALAN KAMPUS UNIVERSITAS SAM RATULANGI Arief Rahman (1), Jemmy Najoan (1), Maria G. M. Polii (1) 1 Program Studi Agroekoteknologi, Jurusan Budidaya Pertanian,

Lebih terperinci

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Tujuan Memahami makna dan manfaat hutan kota pada penerapannya untuk Lanskap Kota. Memiliki

Lebih terperinci

DESKRIPSI LOKASI BERSARANG) BURUNG TAKUR UNGKUT-UNGKUT ( Megalaima haemacephala ) DI KOTA JANTHO KABUPATEN ACEH BESAR

DESKRIPSI LOKASI BERSARANG) BURUNG TAKUR UNGKUT-UNGKUT ( Megalaima haemacephala ) DI KOTA JANTHO KABUPATEN ACEH BESAR Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Biologi, Volume 1, Issue 1, Agustus 216, hal 1-9 DESKRIPSI LOKASI BERSARANG) BURUNG TAKUR UNGKUT-UNGKUT ( Megalaima haemacephala ) DI KOTA JANTHO KABUPATEN ACEH BESAR

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Administratif Kawasan permukiman skala besar Bumi Serpong Damai (BSD City) secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Serpong

Lebih terperinci

KARAKTER FISIK POHON DAN PENGARUHNYA TERHADAPIKLIM MIKRO (Studi Kasus di Hutan Kota dan RTH Kota Semarang)

KARAKTER FISIK POHON DAN PENGARUHNYA TERHADAPIKLIM MIKRO (Studi Kasus di Hutan Kota dan RTH Kota Semarang) KARAKTER FISIK POHON DAN PENGARUHNYA TERHADAPIKLIM MIKRO (Studi Kasus di Hutan Kota dan RTH Kota Semarang) Physical Characters of Trees And Their Effects on Micro-Climate (Case Study at Urban Forest and

Lebih terperinci

Identifikasi Jenis Tanaman di Beberapa Jalur Hijau Jalan Kota Medan 1 (Identification of Plant Species at a Few Street Green Belt of Medan City)

Identifikasi Jenis Tanaman di Beberapa Jalur Hijau Jalan Kota Medan 1 (Identification of Plant Species at a Few Street Green Belt of Medan City) Identifikasi Jenis Tanaman di Beberapa Jalur Hijau Jalan Kota 1 (Identification of Plant Species at a Few Street Green Belt of City) Hafsah Purwasih 2, Siti Latifah 3, Asep Sukmana 4 1 Bagian dari skripsi

Lebih terperinci

EVALUASI KESESUAIAN FISIK DAN FUNGSI EKOLOGIS RUANG TERBUKA HIJAU LANSKAP CENTRAL BUSINESS DISTRICT (CBD) SENTUL CITY BOGOR MUTTY EBTESSAM

EVALUASI KESESUAIAN FISIK DAN FUNGSI EKOLOGIS RUANG TERBUKA HIJAU LANSKAP CENTRAL BUSINESS DISTRICT (CBD) SENTUL CITY BOGOR MUTTY EBTESSAM EVALUASI KESESUAIAN FISIK DAN FUNGSI EKOLOGIS RUANG TERBUKA HIJAU LANSKAP CENTRAL BUSINESS DISTRICT (CBD) SENTUL CITY BOGOR MUTTY EBTESSAM DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan Kota menurut Peraturan Pemerintah Nomor 63 tahun 2003 adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan Kota menurut Peraturan Pemerintah Nomor 63 tahun 2003 adalah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Kota dan Ruang Terbuka Hijau Hutan Kota menurut Peraturan Pemerintah Nomor 63 tahun 2003 adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Jalan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Jalan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Jalan Lanskap jalan adalah wajah dan karakter lahan atau tapak yang terbentuk pada lingkungan jalan, baik yang terbentuk dari elemen lanskap alami seperti bentuk topografi

Lebih terperinci

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional) Geo Image 3 (2) (2014) Geo Image (Spatial-Ecological-Regional) http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/geoimage KAJIAN CEMARAN UDARA PADA TAMAN KOTA KB DAN SIMPANG LIMA KECAMATAN SEMARANG SELATAN KOTA

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian Lampiran 2. Foto Objek Fokal Orangutan Dalam Penelitian Individu jantan dewasa Individu jantan remaja Individu betina dewasa Individu betina dewasa bersama anaknya Lampiran

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Amsyari, F Prinsip Prinsip Masalah Pencemaran Lingkungan. Mutiara. Jakarta

DAFTAR PUSTAKA. Amsyari, F Prinsip Prinsip Masalah Pencemaran Lingkungan. Mutiara. Jakarta DAFTAR PUSTAKA Affandi, M. J. 1994. Pengembangan Hutan Kota dalam Kaitannya dengan Pembangunan Wilayah di Kotamadya Bandar Lampung. Tesis Program Pascasarjana IPB. Bogor. Amsyari, F. 1977. Prinsip Prinsip

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2013) Pringsewu merupakan Kabupaten

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2013) Pringsewu merupakan Kabupaten IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kabupaten Pringsewu 1. Geografi dan Iklim Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2013) Pringsewu merupakan Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Tanggamus dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika. Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota merupakan bagian dari ruang-ruang terbuka

TINJAUAN PUSTAKA. ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika. Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota merupakan bagian dari ruang-ruang terbuka TINJAUAN PUSTAKA Ruang Terbuka Hijau Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 01 Tahun 2007 ruang terbuka hijau kawasan perkotaan adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian tentang Lingkungan Hidup dan Lingkungan Perkotaan Soemarwoto (1985) mengemukakan bahwa lingkungan hidup adalah ruang yang ditempati suatu makhluk hidup bersama dengan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 23 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Leaf Index Area (LAI) Lokasi Sampel Kerapatan daun atau kerindangan, biasa diukur dengan nilai indeks luas daun atau Leaf Area Index (LAI) (Chen & Black 1992 diacu dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang TINJAUAN PUSTAKA Penghijauan Kota Kegiatan penghijauan dilaksanakan untuk mewujudkan lingkungan kota menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang asri, serasi dan sejuk dapat

Lebih terperinci

Toleransi di bidang kehutanan berbeda dengan toleransi secara umum. Toleransi secara umum mengacu khusus pada ketahanan terhadap stres lingkungan

Toleransi di bidang kehutanan berbeda dengan toleransi secara umum. Toleransi secara umum mengacu khusus pada ketahanan terhadap stres lingkungan TOLERANSI POHON Toleransi di bidang kehutanan berbeda dengan toleransi secara umum. Toleransi secara umum mengacu khusus pada ketahanan terhadap stres lingkungan Air, keasaman, salinitas, dingin, panas

Lebih terperinci

ke segala arah dan melepaskan panas pada malam hari. cukup pesat. Luas wilayah kota Pematangsiantar adalah km 2 dan

ke segala arah dan melepaskan panas pada malam hari. cukup pesat. Luas wilayah kota Pematangsiantar adalah km 2 dan Kota memiliki keterbatasan lahan, namun pemanfaatan lahan kota yang terus meningkat mengakibatkan pembangunan kota sering meminimalkan ruang terbuka hijau. Lahan-lahan pertumbuhan banyak yang dialihfungsikan

Lebih terperinci

INVENTARISASI JENIS TANAMAN PENGHIJAUAN DI PERUMAHAN KORPRI LOA BAKUNG SAMARINDA. Oleh: MATIAS HIMANG NIM

INVENTARISASI JENIS TANAMAN PENGHIJAUAN DI PERUMAHAN KORPRI LOA BAKUNG SAMARINDA. Oleh: MATIAS HIMANG NIM INVENTARISASI JENIS TANAMAN PENGHIJAUAN DI PERUMAHAN KORPRI LOA BAKUNG SAMARINDA Oleh: MATIAS HIMANG NIM. 100500 019 PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 37 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penutupan Lahan Kota Bogor Tahun 2011 Penutupan lahan menggambarkan konstruksi vegetasi dan buatan yang menutup permukaan lahan (Burley 1961 dalam LO 1996). Peta penutupan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA STUDI KASUS

BAB IV ANALISA STUDI KASUS BAB IV ANALISA STUDI KASUS IV.1 GOR Bulungan IV.1.1 Analisa Aliran Udara GOR Bulungan terletak pada daerah perkotaan sehingga memiliki variasi dalam batas-batas lingkungannya. Angin yang menerpa GOR Bulungan

Lebih terperinci

KUISIONER PENELITIAN PERENCANAAN PEDESTRIAN HIJAU DI JALAN LINGKAR LUAR KOTA BOGOR, JAWA BARAT

KUISIONER PENELITIAN PERENCANAAN PEDESTRIAN HIJAU DI JALAN LINGKAR LUAR KOTA BOGOR, JAWA BARAT LAMPIRAN 120 121 Lampiran 1. Form Kiusioner Penelitian KUISIONER PENELITIAN PERENCANAAN PEDESTRIAN HIJAU DI JALAN LINGKAR LUAR KOTA BOGOR, JAWA BARAT Studi ini bertujuan untuk membuat perencanaan lanskap

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikim Kota Daerah Tropis

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikim Kota Daerah Tropis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikim Kota Daerah Tropis Menurut Petterssen (1941), iklim merupakan rata-rata atau kondisi normal cuaca dalam jangka waktu panjang, 30 tahun atau lebih. Iklim suatu wilayah ditentukan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. dilakukan dari bulan Mei hingga Juni Peneliti. mengambil lokasi penelitian di Jalur Arteri Sekunder Kota Medan.

BAHAN DAN METODE. dilakukan dari bulan Mei hingga Juni Peneliti. mengambil lokasi penelitian di Jalur Arteri Sekunder Kota Medan. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Mei hingga Juni 2015. Peneliti mengambil lokasi penelitian di Jalur Arteri Sekunder Kota Medan. Adapun lokasi yang dijadikan

Lebih terperinci

ELEMEN ELEMEN PENDUKUNG LANSEKAP

ELEMEN ELEMEN PENDUKUNG LANSEKAP Tata Ruang Luar ELEMEN ELEMEN PENDUKUNG LANSEKAP Program Studi Arsitektur Universitas Gunadarma Vinny Nazalita Elemen Lunak Aspek Arsitektural Aspek Artistik Visual Aspek Hortikultural Aspek Pengendali

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perhatian dunia terhadap lingkungan hidup telah diawali sejak konferensi

BAB 1 PENDAHULUAN. Perhatian dunia terhadap lingkungan hidup telah diawali sejak konferensi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perhatian dunia terhadap lingkungan hidup telah diawali sejak konferensi PBB tentang lingkungan hidup di Stockholm pada bulan Juni 1972. Permasalahan lingkungan yang

Lebih terperinci

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan.

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan. KONSEP Konsep Dasar Street furniture berfungsi sebagai pemberi informasi tentang fasilitas kampus, rambu-rambu jalan, dan pelayanan kepada pengguna kampus. Bentuk street furniture ditampilkan memberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Terbuka Hijau Ruang terbuka hijau adalah area memanjang baik berupa jalur maupun mengelompok yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, sebagai tempat tumbuhnya vegetasi-vegetasi,

Lebih terperinci

Sikap Masyarakat terhadap Fungsi RTH Pekarangan untuk Mereduksi Dampak Partikel Debu (Studi Kasus Di Desa Gunung Putri Kecamatan Gunung Putri, Bogor)

Sikap Masyarakat terhadap Fungsi RTH Pekarangan untuk Mereduksi Dampak Partikel Debu (Studi Kasus Di Desa Gunung Putri Kecamatan Gunung Putri, Bogor) LAMPIRAN 69 70 Lampiran 1 Lembar pernyataan Tanggal pengisian: Jarak dari titik acuan: Kriteria vegetasi pekarangan: Sikap Masyarakat terhadap Fungsi RTH Pekarangan untuk Mereduksi Dampak Partikel Debu

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP DAN PERENCANAAN

BAB VI KONSEP DAN PERENCANAAN BAB VI KONSEP DAN PERENCANAAN 6.1 Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan lanskap di desa Gedongjetis adalah menjadikan kawasan sebagai tempat wisata pertanian dengan obyek wisata utamanya kebun rambutan,

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN TANAMAN KEHUTANAN DI DAERAH MILIK JALAN TOL JAGORAWI SEBAGAI UNIT USAHA MANDIRI ABDULLAH PAUZI ASAGAP

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN TANAMAN KEHUTANAN DI DAERAH MILIK JALAN TOL JAGORAWI SEBAGAI UNIT USAHA MANDIRI ABDULLAH PAUZI ASAGAP ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN TANAMAN KEHUTANAN DI DAERAH MILIK JALAN TOL JAGORAWI SEBAGAI UNIT USAHA MANDIRI ABDULLAH PAUZI ASAGAP DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

Pengaruh Fungsi Vegetasi terhadap Kenyamanan Termal Lanskap Jalan di Kawasan Kolonial Jalan Besar Idjen, Malang

Pengaruh Fungsi Vegetasi terhadap Kenyamanan Termal Lanskap Jalan di Kawasan Kolonial Jalan Besar Idjen, Malang TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Pengaruh Fungsi Vegetasi terhadap Kenyamanan Termal Lanskap Jalan di Kawasan Kolonial Jalan Besar Idjen, Malang Rizki Alfian (1), Irawan Setyabudi (2), Rofinus Seri Uran (3) (1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segi ekonomi, ekologi maupun sosial. Menurut Undang-undang Kehutanan No. 41

BAB I PENDAHULUAN. segi ekonomi, ekologi maupun sosial. Menurut Undang-undang Kehutanan No. 41 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan komponen alam yang memiliki banyak fungsi, baik dari segi ekonomi, ekologi maupun sosial. Menurut Undang-undang Kehutanan No. 41 tahun 1999, hutan didefinisikan

Lebih terperinci

FUNGSI TANAMAN BAMBU DALAM LANSEKAP BERDASARKAN KARAKTER FISIK DAN VISUAL. Oleh : RETNO ISMURDIATI

FUNGSI TANAMAN BAMBU DALAM LANSEKAP BERDASARKAN KARAKTER FISIK DAN VISUAL. Oleh : RETNO ISMURDIATI FUNGSI TANAMAN BAMBU DALAM LANSEKAP BERDASARKAN KARAKTER FISIK DAN VISUAL Oleh : RETNO ISMURDIATI JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANLAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1998 RETNO ISMURDIATI. Fungsi Tanaman

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Struktur Pekarangan

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Struktur Pekarangan BAB V PEMBAHASAN 5.1 Struktur Pekarangan Dari 9 pekarangan dengan masing-masing 3 pekarangan di setiap bagiannya diketahui bahwa luasan rata-rata pekarangan pada bagian pertama 303 m 2, pada bagian ke-dua

Lebih terperinci

STUDI POTENSI PENYIMPANAN KARBONDIOKSIDA (CO2) DI JALUR HIJAU PADA BEBERAPA RUAS JALAN UTAMA DI KOTA AMBON

STUDI POTENSI PENYIMPANAN KARBONDIOKSIDA (CO2) DI JALUR HIJAU PADA BEBERAPA RUAS JALAN UTAMA DI KOTA AMBON STUDI POTENSI PENYIMPANAN KARBONDIOKSIDA (CO2) DI JALUR HIJAU PADA BEBERAPA RUAS JALAN UTAMA DI KOTA AMBON Christy C.V. Suhendy, Mersiana Sahureka, Lesly Latupapua LATAR BELAKANG Kota sebagai pusat aktivitas

Lebih terperinci

Studi Kebutuhan Hutan Kota Sebagai Penyerap CO₂ Di Kota Tobelo Tahun Oleh : Ronald Kondo Lembang, M.Hut Steven Iwamony, S.Si

Studi Kebutuhan Hutan Kota Sebagai Penyerap CO₂ Di Kota Tobelo Tahun Oleh : Ronald Kondo Lembang, M.Hut Steven Iwamony, S.Si Studi Kebutuhan Hutan Kota Sebagai Penyerap CO₂ Di Kota Tobelo Tahun 2012 Oleh : Ronald Kondo Lembang, M.Hut Steven Iwamony, S.Si Latar Belakang Perkembangan suatu kota ditandai dengan pesatnya pembangunan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

Analisis Kecukupan Ruang Terbuka Hijau Sebagai Penyerap Emisi Gas Karbon Dioksida (CO 2 ) pada Kawasan Kampus ITS Sukolilo, Surabaya

Analisis Kecukupan Ruang Terbuka Hijau Sebagai Penyerap Emisi Gas Karbon Dioksida (CO 2 ) pada Kawasan Kampus ITS Sukolilo, Surabaya D132 Analisis Kecukupan Ruang Terbuka Hijau Sebagai Penyerap Emisi Gas Karbon Dioksida (CO 2 ) pada Kawasan Kampus ITS Sukolilo, Surabaya Ribka Regina Roshintha dan Sarwoko Mangkoedihardjo Jurusan Teknik

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI POHON PADA JALUR HIJAU JALAN DI KOTA BOGOR (Studi Kasus Jalan Pajajaran) Yudi Rusdianto A

SISTEM INFORMASI POHON PADA JALUR HIJAU JALAN DI KOTA BOGOR (Studi Kasus Jalan Pajajaran) Yudi Rusdianto A SISTEM INFORMASI POHON PADA JALUR HIJAU JALAN DI KOTA BOGOR (Studi Kasus Jalan Pajajaran) Yudi Rusdianto A34203020 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SISTEM

Lebih terperinci

LAMPIRAN-LAMPIRAN. Lampiran 1. Karakteristik Stasiun Pengamatan. Stasiun I terletak pada area dengan kepadatan lalulintas yang tinggi yaitu

LAMPIRAN-LAMPIRAN. Lampiran 1. Karakteristik Stasiun Pengamatan. Stasiun I terletak pada area dengan kepadatan lalulintas yang tinggi yaitu LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1. Karakteristik Stasiun Pengamatan a. Stasiun I (Jalan Raya Deket) Stasiun I terletak pada area dengan kepadatan lalulintas yang tinggi yaitu di Jalan raya Deket Lamongan. Satasiun

Lebih terperinci

Peta PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills Karawang Sumber: Gambar 3. Lokasi Penelitian

Peta PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills Karawang Sumber:  Gambar 3. Lokasi Penelitian 25 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan selama 6 bulan, berlangsung dari bulan Maret 2010 sampai bulan Agustus 2010. Penelitian ini mengambil tempat di Kawasan Industri PT Pindo

Lebih terperinci

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo Fungsi Ekologis Terciptanya Iklim Mikro 81% responden menyatakan telah mendapat manfaat RTH sebagai pengatur iklim mikro.

Lebih terperinci

HUTAN DIKLAT RUMPIN SEBAGAI SALAH SATU RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN BOGOR

HUTAN DIKLAT RUMPIN SEBAGAI SALAH SATU RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN BOGOR HUTAN DIKLAT RUMPIN SEBAGAI SALAH SATU RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN BOGOR MH. Tri Pangesti Widyaiswara Utama, Balai Diklat Kehutanan Bogor Abstrak Sejalan dengan Undang-Undang No 25 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci