IDENTIFIKASI TUMBUHAN PENGHIJAUAN SEBAGAI MEDIA BELAJAR BIOLOGI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IDENTIFIKASI TUMBUHAN PENGHIJAUAN SEBAGAI MEDIA BELAJAR BIOLOGI"

Transkripsi

1 Edu-Bio; Vol. 3, Tahun 2012 IDENTIFIKASI TUMBUHAN PENGHIJAUAN SEBAGAI MEDIA BELAJAR BIOLOGI Suraida Abstrak Identifikasi tumbuhan merupakan suatu cara untuk mempelajari ilmu botani dalam pembelajaran biologi terutama pokok bahasan Klasifikasi dan Taksonomi Tumbuhan. Identifikasi memiliki kompleksitas materi yang cukup tinggi, sehingga perlu media yang efektif dalam penyampaiannya. Obyek serta persoalan-persoalan biologi banyak ditemukan di sekitar kita, hal ini sangat baik bila dijadikan sebagai sumber belajar. Penggunaan lingkungan sebagai media sumber belajar tidak banyak mengalami kesulitan, mengingat biologi adalah ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup yang obyek dan persoalannya banyak terjadi di lingkungan alam sekitar. Tumbuhan penghijauan merupakan tumbuhan yang mempunyai banyak fungsi mulai dari fungsi ekologi, kesehatan, lingkungan, psikologi, serta fungsi pendidikan dan pengajaran. Namun sangat sayang sekali, tumbuhan yang begitu banyak manfaatnya kurang disadari, masyarakat juga pemerintah. Identifikasi dikenal juga dengan istilah pengenalan. Melakukan identifikasi tumbuhan berarti mengungkapkan atau menetapkan identitas ( jati diri ) suatu tumbuhan, yang dalam hal ini tidak lain daripada menentukan nama yang benar dan tempat yang tepat dalam sistem klasifikasi. Oleh karena itu dalam penyampaian media ini, peran guru (dosen) sebagai fasilitator sangat penting sehingga pencapaian materi dapat berjalan efektif. Identifikasi sangat penting dalam ilmu botani karena digunakan sebagai media belajar. Hal ini harus didukung dengan dengan adanya penguasaan jenis-jenis yang ada di sekitar lingkungan terutama tumbuhan peneduh jalan, maka dapat membantu pemahaman pokok bahasan Klasifikasi dan Taksonomi Tumbuhan secara lebih mendalam. Kata Kunci : Identifikasi, tumbuhan penghijauan, media belajar. A. PENDAHULUAN Dalam dunia pendidikan, paradigma lama mengenai proses belajar mengajar bersumber pada teori. Kita mengenal teori tabularsa John Locke. Dia mengatakan bahwa pikiran seorang anak didik mirip seperti kertas kosong yang putih bersih dan siap menerima coretan-coretan gurunya. Kondisi dunia pendidikan sudah banyak berubah, sehingga 55

2 Suraida, Identifikasi tuntutan pembelajaran juga berubah. Oleh karena itu, paradigma pendidikan dan pembelajaran juga harus berubah sesuai dengan perkembangan sains dan teknologi serta tuntutan jaman (Lufri, dkk. 2007). Identifikasi tumbuhan penghijauan merupakan suatu cara untuk mempelajari ilmu botani dalam pembelajaran biologi, terutama pokok bahasan Klasifikasi dan Taksonomi Tumbuhan. Identifikasi tumbuhan penghijauan ini merupakan pembelajaran botani yang penting sekali, karena dengan mempelajarinya, kita dapat memahami klasifikasi tumbuhan-tumbuhan khususnya tumbuhan penghijauan. Dalam hal ini identifikasi pada mata kuliah Botani merupakan salah satu bagian dari pokok bahasan biologi yang mempelajari tentang ciri-ciri tumbuhan, sifat fisik, habitat, maupun klasifikasi. Identifikasi ini memiliki tingkat kompleksitas materi yang sangat tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari isi (content) materi Klasifikasi dan Taksonomi Tumbuhan yang berkaitan erat dengan dasar-dasar ilmu biologi, seperti bahasa ilmiah, morfologi, anatomi dan ekologi. Oleh karena itu maka dapat dimaklumi bahwa identifikasi merupakan salah satu materi biologi yang dianggap cukup sulit untuk dikuasai oleh siswa. Mata kuliah Botani pada dasarnya adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia tumbuh-tumbuhan. Oleh karena itu diperlukan cara yang efektif untuk mempelajarinya. Para ilmuwan terdahulu telah melakukan penelitian-penelitian dan menghasilkan media kunci determinasi dunia tumbuhan yang berisi identifikasi tumbuhan yang ada di muka bumi. Oleh karena itu, berdasarkan media yang telah ada dalam biologi maka perlu dikembangkan lagi selanjutnya agar materi-materi yang ada dalam ilmu botani dapat disampaikan ke siswa dengan baik. Beberapa materi dalam biologi, seringkali menuntut guru (dosen) dalam pembelajaran untuk lebih aktif dalam menyajikan materi dengan cara-cara yang lebih interaktif. Memberikan penjelasan kepada siswa tentang materi yang sedang diajarkannya membutuhkan kesiapan berbagai metode yang efektif sehingga dapat membantu pemahaman siswa terhadap materi-materi yang disampaikan. Guru bertindak sebagai panglima dan guru dipandang sebagai orang yang paling mengetahui, sehingga dibutuhkan keterampilan guru dalam menggunakan berbagai media yang mendukung pembelajaran nantinya. Tingkat penguasaan siswa terhadap materi Klasifikasi dan Taksonomi Tumbuhan semakin rendah, apabila guru (dosen) menggunakan metode pembelajaran maupun media yang kurang tepat, dan hanya mengandalkan sumber belajar yang berasal dari buku paket atau buku ajar saja. Selain itu, proses komunikasi yang terjadi seringkali satu arah, yaitu guru kepada siswa. Sementara itu, banyak diantara guru yang memiliki kemampuan komunikasi yang kurang memadai. 56

3 Edu-Bio; Vol. 3, Tahun 2012 Berbagai hambatan yang berkaitan erat dengan komunikasi dan sumber belajar dapat diatasi dengan menghadirkan berbagai bentuk media yang sesuai dengan materi yang sedang dipelajari. Untuk itulah sebelum menggunakan suatu media, seorang guru harus mempertimbangkan beberapa hal yaitu karakteristik materi, ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung, dan ketrampilan guru dalam menggunakan media tersebut dan lain sebagainya. Obyek serta persoalan-persoalan biologi banyak ditemukan di sekitar kita, hal ini sangat baik bila dijadikan sebagai sumber belajar. Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar tidak banyak mengalami kesulitan, mengingat biologi adalah ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup yang obyek dan persoalannya banyak terjadi di lingkungan alam sekitar. B. TUMBUHAN PENGHIJAUAN Tumbuhan penghijauan adalah tanaman/tumbuhan dalam suatu hamparan tertentu di wilayah kota untuk memperbaiki dan menjaga iklim mikro, nilai estetika dan fungsi resapan air, serta menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota (KEMENHUT, 2004). Tumbuhan peneduh jalan/tumbuhan penghijauan merupakan tumbuhan yang sangat penting untuk kelangsungan hidup walaupun secara tidak langsung karena tumbuhan sebagai produsen pertama yang mengubah energi matahari menjadi energi potensial untuk makhluk hidup lainnya dan mengubah CO 2 menjadi O 2 dalam proses fotosintesis. Tumbuhan penghijauan mempunyai banyak fungsi mulai dari fungsi ekologi, kesehatan, lingkungan, psikologi, serta fungsi pendidikan dan pengajaran. Namun sangat sayang sekali, tumbuhan yang begitu banyak manfaatnya kurang disadari masyarakat juga pemerintah, banyak sekali penebangan liar sampai penjarahan tumbuhan penghijauan sehingga dikhawatirkan lambat laun akan habis, padahal untuk menanam kembali perlu waktu yang cukup lama. Mengingat penting penghijauan khususnya tumbuhan peneduh jalan/tumbuhan penghijauan maka dalam penanaman perlu diperhatikan jenis-jenis apa saja yang baik sebagai tanaman penghijauan. Sebagai tumbuhan peneduh jalan/tumbuhan penghijauan ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi antara lain : buahnya tidak terlalu besar, jatuhnya daun tidak terlalu banyak, tumbuhnya tidak boleh liar, pohonnya kuat, tumbuhnya perakaran tidak terlalu cepat, tidak mudah terserang hama dan penyakit. Untuk dapat menikmati manfaat penghijauan kota, maka pemilihan spesies tumbuhan yang akan ditanam harus memperhatikan tiga syarat utama, antara lain sebagai berikut (Indriyanto, 1993) : 57

4 Suraida, Identifikasi 1). Memenuhi syarat sebagai silvikultur yaitu bahwa spesies tumbuhan yang ditanam harus pada tempat tumbuh yang sesuai dengan kebutuhan pertumbuhannya, dapat tumbuh pada tanah miskin hara, mampu memulihkan kesuburan tanah, tahan terhadap serangan hama dan penyakit, spesies tumbuhan yang selalu hijau, batang pokok dan cabang kuat sehingga tidak mudah tumbang dan patah, akar tidak merusak jalan, beton, dan bangunan yang ada di sekitarnya. 2). Memenuhi syarat manajemen yaitu bahwa spesies tumbuhan yang dipilih harus mudah cara penanamannya, mudah dan murah pemeliharaannya, mudah pengamanannya, dan mudah pemanfaatannya. 3). Memenuhi syarat keindahan (estetika) yaitu bahwa spesies tumbuhan yang ditanam harus memiliki morfus dan habitus yang menampakkan kesesuaian dengan tujuan keindahan. Keindahan spesies tumbuhan akan ditampilkan pada bentuk utama tajuk, ukuran, tekstur, dan warna, serta bergantung pada komposisi yang diinginkan secara tepat. C. MEDIA BELAJAR BIOLOGI Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari medium yang berarti perantara atau pengantar. Pengertian media secara epistomologi adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses penyaluran informasi. Selain sebagai penyalur informasi, media pembelajaran dapat juga berfungsi sebagai sumber belajar. Dengan demikian, sebuah media pembelajaran dapat berfungsi ganda yaitu sebagai alat pengantar atau penyalur informasi (materi) pelajaran dan sekaligus sebagai sumber belajar (Sadiman, dkk. 2000). Dalam makna yang lebih luas, media pembelajaran meliputi berbagai macam bentuk, baik yang bersifat visual saja, atau audio saja maupun audiovisual. Baik yang berbentuk tiga dimensi, seperti alat peraga, specimen, dan lain-lain, maupun yang berbentuk dua dimensi, seperti gambar dan buku pelajaran. Media memegang peranan penting dalam efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Media dapat mengatasi hambatan dalam berkomunikasi, keterbatasan fisik dalam kelas, anak didik yang pasif, serta dapat menyatukan pengamatan anak (Hadimiarso, et.al. 1984). Selain itu media juga dapat memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalitas dan menimbulkan gairah belajar. Untuk mendisain dan melakukan pembelajaran yang sistimatis media memegang peranan penting. Pertimbangan dalam penggunaan media adalah: a).karakteristik masing-masing media misalnya gerakan, warna, dan suara; b).cara 58

5 Edu-Bio; Vol. 3, Tahun 2012 penyajian media, misal diproyeksikan didisplay pada papan;c). cara-cara agar media dapat digunakan secara efektif (Gerlach, et al. 1980). Empat tahapan dalam pemilihan media pembelajaran adalah : a). menuliskan tujuan pembelajaran, b). menentukan domain berdasarkan tujuan yang akan diklasifikasikan domain kognitif, afektif dan psikomotorik, c).memilih strategi yang tepat berdasarkan domain, dan d). memilih media yang sesuai. Pemilihan media harus mempertimbangkan juga karakteristik siswa seperti kemampuan verbal, persepsi terhadap media, pengalaman, intelektual, motivasi dan kepribadian serta ketrampilan sosial (Gerlach, et al. 1980). Pemilihan media / sumber belajar yang tepat ditentukan oleh : a. Situasi pembelajaran Apakah sistem penyampaian ditujukan untuk peserta didik atau pembelajar, kelompok kecil peserta didik, kelas konvensional atau belajar jarak jauh. b. Peserta didik atau pembelajar berikut karakteristiknya seperti tipe belajar, usia dan minat. c. Tujuan pembelajaran atau kompetensi yang akan dipelajari oleh peserta didik. d. Ketersediaan media dan sumber belajar itu sendiri di lokasi belajar. e. Kemampuan pangajar untuk menggunakannya jika akan digunakan dalam KBM dengan pola konvensional. Beberapa prinsip-prinsip memilih dan menggunakan media antara lain : a). tidak ada satu mediapun yang terbaik untuk semua pembelajaran; masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan, b). pastikan bahwa media konsisten dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan, c). mengenali media yang akan digunakan, d). menyadari bahwa gaya belajar, pengalaman, preferensi, ketertarikan mempengaruhi hasil belajar terhadap media yang digunakan (Brown, et al. 1983). Peran media pembelajaran biologi menurut Smaldino dalam Prawiradilaga (2004) : a). Diatur pengajar (instructor directed) Media pembelajaran yang difungsikan oleh pengajar dan menjadi bagian dari penyajian materi yang disajikan oleh pengajar tersebut. b). Diatur peserta didik (learner directed) Media pembelajaran yang difungsikan oleh peserta didik itu sendiri karena ia merasa bahwa ia ingin terlibat langsung dalam kegiatan belajarnya. Sarana laboratorium, modul adalah media pembelajaran yang memang khusus pemanfaatannya diatur oleh peserta didik. c). Belajar jarak jauh (distance education) Belajar jarak jauh memerlukan sarana telekomunikasi yang memadai, baik untuk interaksi yang bersifat sinkron atau asinkron. 59

6 Suraida, Identifikasi Pada saat ini pengertian media pembelajaran sering dikaitkan dengan sumber belajar. Hal ini terlihat dari kategorisasi media pembelajaran yang tercakup dalam rumusan sumber belajar seperti yang diusulkan organisasi tertua teknologi pendidikan AECT yang disimpulkan oleh Prawiradilaga menjadi : 1). Sumber belajar : orang, peralatan, teknologi, dan bahan ajar untuk membantu peserta didik. 2). Sumber belajar : sistem ICT, sumber yang terdapat di masyarakat seperti perpustakaan, museum, kebun binatang, dan pakar. 3). Sumber belajar : media digital seperti CD-ROM, websites, webquests, dan EPPS (electronic performance support systems). 4). Sumber belajar : media analog seperti buku dan bahan cetak, rekaman video, dan media audiovisual tradisional. D. IDENTIFIKASI TUMBUHAN PENGHIJAUAN SEBAGAI MEDIA BELAJAR BIOLOGI Identifikasi tumbuhan penghijauan adalah salah satu media yang dapat digunakan sebagai sumber belajar biologi khususnya botani. Identifikasi dikenal juga dengan istilah pengenalan. Melakukan identifikasi tumbuhan berarti mengungkapkan atau menetapkan identitas ( jati diri ) suatu tumbuhan, yang dalam hal ini tidak lain daripada menentukan nama yang benar dan tempat yang tepat dalam sistem klasifikasi. Oleh karena itu dalam penyampaian media ini, peran guru (dosen) sebagai fasilitator sangat penting sehingga pencapaian materi dapat berjalan efektif. Pendekatan lingkungan merupakan pendekatan efektif yang cukup baik bagi materi Klasifikasi dan Taksonomi Tumbuhan. Dengan adanya pendekatan ini maka anak didik diarahkan untuk memanfaatkan lingkungan sebagai media sumber belajar, dalam hal ini mempelajari identifikasi tumbuhan penghijauan. Dalam mempelajari materi ini umumnya anak didik dibawa belajar keluar kelas. Tapi tidaklah mustahil, dalam kondisi tertentu atau untuk mempelajari objek tertentu dapat dilaksanakan dengan membawa lingkungan ke dalam kelas atau ke dalam laboratorium. Dalam menghadapi media yang didapatkan di lingkungan, siswa pertama-tama akan menemukan pertanyaan Tumbuhan apakah ini gerangan?. Itu berarti bahwa yang ingin ia ketahui lebih dulu adalah identitas tumbuhan itu, yang berarti pula bahwa yang pertama-tama harus dilakukan oleh siapapun yang tidak atau belum mengenal tumbuhan yang ia hadapi, adalah berusaha mengenali atau melakukan identifikasi tumbuhan tadi. Langkah-langkah identifikasi tumbuhan penghijauan sebagai media belajar biologi adalah sebagai berikut : 1). Menanyakan identitas tumbuhan yang tidak kita kenal kepada seorang yang kita anggap ahli dan kita perkirakan mampu 60

7 Edu-Bio; Vol. 3, Tahun 2012 memberikan jawaban atas pertanyaan kita. Dengan membawa specimen tumbuhan yang ingin kita ketahui identitasnya kepada seorang ahli. Bila cara ini dapat kita anggap sebagai salah satu metode identifikasi, maka metode ini merupakan metode yang paling mudah, murah, dan cepat memberikan hasil. Cara ini memang lazim dilakukan oleh orang awam, yang tempat tinggalnya tidak jauh dari suatu universitas atau lembaga penelitian taksonomi (herbarium). 2). Mencocokkan dengan specimen herbarium yang telah diidentifikasikan. Dalam hal ini dilakukan verifikasi dengan mencocokkan specimen yang ditemukan dengan koleksi specimenspecimen herbarium yang telah diidentifikasikan oleh para ahli botani. 3). Mencocokkan dengan candra dan gambar-gambar yang ada dalam buku-buku flora atau monografi. Yang dibutuhkan adalah penguasaan peristilahan yang lazim digunakan dalam mencandra tumbuhan. Selain itu diperlukan peralatan tertentu seperti perangkat alat pengurai ( dissecting kit ), kaca pembesar (lup), bahkan mungkin sebuah mikroskop. 4). Penggunaan kunci identifikasi dalam indentifikasi tumbuhan. Kunci identifikasi merupakan serentetan pertanyaan-pertanyaan yang jawabnya harus ditemukan pada specimen yang akan diidentifikasikan. 5). Penggunaan lembar identifikasi jenis ( Species Indentification Sheet ). Adalah sebuah gambar suatu jenis tumbuhan yang disertai dengan nama dan klasifikasi jenis yang bersangkutan. Di samping itu, gambar tadi juga dilengkapi dengan candra serta keteranganketerangan lain yang menambah lengkapnya informasi jenis tumbuhan tadi. Tumbuhan penghijauan merupakan tumbuhan yang tumbuh sebagai peneduh jalan yang memiliki multi fungsi. Oleh karena itu pemahaman jenis-jenis tumbuhan penghijauan yang ada di lingkungan sekitar, sangat penting sebagai media pembelajaran biologi. Berikut ini adalah nama-nama jenis tanaman yang direkomendasikan oleh Departemen Kehutanan sebagai tanaman penghijauan kota (Dephut, 2007) : No Nama Daerah Nama spesies 1. Flamboyan Delonix regia 2. Angsana Pterocarpus indicus 3. Ketapang Terminalia cattapa 4. Kupu-kupu Bauhinia purpurea 5. Kere payung Filicium decipiens 6. Johar Cassia multiyoga 7. Tanjung Mimusops elengi 8. Mahoni Swietenia mahagoni 9. Akasia Acacia auriculiformis 61

8 Suraida, Identifikasi 10. Bungur Lagerstroemia loudonii 11. Kenari Canarium commune 12. Johar Cassia sp. 13. Damar Agathis alba 14. Nyamplung Calophyllum inophyllum 15. Jakaranda Jacaranda filicifolia 16. Liang Liu Salix babilinica 17. Kismis Muehlenbeckia sp. 18. Ganitri Elaeocarpus sphaericus 19. Saga Adenanthera povoniana 20. Anting-anting Elaeocarpus grandiflorus 21. Asam kranji Pithecelobium dulce 22. Cemara Cupresus papuana 23. Pinus Pinus merkusii 24. Beringin Ficus benjamina 25. Lamtoro gung Leucaena leucocephala 26. Nangka Artocapus integra 27. Albizia Paraserianthes falcataria 28. Jati Tectona grandis 29. Kihujan Samanea saman 30. Bungur Lagerstroemia speciosa 31. Kelapa Cocos nucifera 32. Dadap Erythrina variegata 33. Aren Arenga pinata 34. Bambu Bambusa spp. 35. Kelapa sawit Elaeis guineensis 36. Mangium Acacia mangium 37. Waru pantai Hibiscus tiliaceus 38. Orang-aring Pouzolzia zeylanica 39. Sambang darah Hemigraphis alternate 40. Asoka besar Ixora coccinea 41. Asoka kecil Ixora fulgens 42. Biola cantik Ficus pandurata 43. Bugenvil Bougainvillea glabra 44. Cemara bundel Cupressus retusa 45. Cemara norfolk Araucaria heterophylla 46. Damar kaca Shorea javanica 47. Jambu dersana Eugenia malaccensis 48. Kaca piring Gardenia florida 49. Kurma Phoenix paludosa 50. Landep Barleria cristata 51. Mangga Mangifera indica 62

9 55. Sawo kecik Manilkara kauki 56. Pulai Alstonia scholaris 57. Randu Ceiba pentandra 58. Jabon Anthocephalus chinensis 59. Jambu mete Anacardium occidentale 60. Jamuju Padocarpus imbricatus 61. Kemiri Aleurites moluccana 62. Kenari Canarium vulgare 63. Maja Aegle marmelos 64. Sonokeling Dalbergia latifolia 65. Suren Toona sureni 66. Wareng Gmelina arborea Edu-Bio; Vol. 3, Tahun 2012 Adanya pedoman tanaman-tanaman penghijauan tersebut setidaknya membantu siswa dalam mempelajari identifikasi tumbuhan penghijauan yang ada di lingkungan sekitarnya. Setidaknya mereka dapat mempelajari terlebih dahulu ciri-ciri fisik dari tumbuhan penghijauan apabila diamati dari morfologinya. Pendidikan dikatakan bermutu jika dapat mengembangkan kompetensi anak didik secara menyeluruh, baik penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (kognitif), kepribadiannya (afeksi) maupun keterampilannya (psikomotorik) secara optimal. Jika pembelajaran berjalan optimal maka diprediksi tujuan pembelajaran akan dicapai dan hasil belajar yang diperoleh juga diharapkan optimal. Dengan demikian dengan adanya identifikasi tumbuhan penghijauan di lingkungan sekitar dapat membantu siswa sebagai media belajar biologi yang optimal dalam memahami materi Klasifikasi dan Taksonomi Tumbuhan. E. PENUTUP Identifikasi tumbuhan penghijauan adalah salah satu media yang dapat digunakan sebagai sumber belajar biologi khususnya ilmu botani. Tumbuhan penghijauan merupakan tumbuhan yang tumbuh sebagai peneduh jalan yang memiliki multi fungsi. Oleh karena itu pemahaman jenis-jenis tumbuhan penghijauan yang ada di lingkungan sekitar, sangat penting sebagai media pembelajaran biologi. Dengan adanya pedoman tanaman-tanaman penghijauan tersebut, setidaknya membantu siswa dalam mempelajari identifikasi tumbuhan. Setidaknya mereka dapat mempelajari terlebih dahulu ciri-ciri fisik dari tumbuhan penghijauan apabila diamati dari morfologinya. Oleh karena itu adanya identifikasi tumbuhan penghijauan di lingkungan sekitar dapat membantu siswa sebagai media belajar biologi yang optimal dalam memahami materi Klasifikasi dan Taksonomi Tumbuhan. 63

10 Suraida, Identifikasi DAFTAR PUSTAKA Brown, J.W. Lewiss, R.B, Harclewood, F.F AV Instruction Technology, Media and Methods. New Jersey. Dephut-Departemen Kehutanan Hutan Kota untuk Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup. Jakarta. Gerlach, V.S., Ely, D.P., Melnich, R Teaching and Media, a Systematic Approach, Second Edition. Prentice-Hall. New Jersey. Hadimiarso, Y Teknologi Komunikasi Pendidikan Pengertian dan Penerapannya di Indonesia. Jakarta: Pustekom Depdikbud dan CV Rajawali. Indriyanto Identifikasi dan Kesesuaian Spesies Vegetasi Penghijauan di Kota Bandar Lampung. Prosiding. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Kemenhut Peraturan Menteri Kehutanan : Pedoman Pembuatan Tanaman Penghijauan Kota Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Jakarta Lufri, Arlis, Yunus.Y, Sudirman Strategi Pembelajaran Biologi. Jurusan Biologi FMIPA. Universitas Negeri Padang. Prawiradilaga Pembaharuan Pembelajaran. Tangerang: FKIP Universitas Terbuka. Sadiman, A.S Media Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo, Cet.5. 64

BAB V PEMBAHASAN. Tabel 8 Penilaian Kriteria Standar Pohon Sebagai Pereduksi Angin

BAB V PEMBAHASAN. Tabel 8 Penilaian Kriteria Standar Pohon Sebagai Pereduksi Angin 27 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis 5.1.1 Analisis RTH (Pohon) Sebagai Pereduksi Angin Analisis ini dilakukan pada empat area CBD di Sentul City, yakni Marketing Office, Plaza Niaga I, Graha Utama dan Graha

Lebih terperinci

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : Tabel 1. Rata-rata nilai pratikum dan teori dalam tiga tahun terahir Tahun Ajaran Nilai praktikum Nilai Teori Nilai ahir 1999/2000 : 56,47 56,47 56,47 2000/2001 : 55,56 60,34 62,36 2001/2002 : 58,90 62,81

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SARANA PENDUKUNG RAMAH LINGKUNGAN

PENGELOLAAN SARANA PENDUKUNG RAMAH LINGKUNGAN Komponen 4 PENGELOLAAN SARANA PENDUKUNG RAMAH LINGKUNGAN Bimbingan Teknis Adiwiyata 2014, Jakarta 25-27 Maret 2014 Linda Krisnawati & Stien J. Matakupan 1 Lader of Participation developed by Hart (1992)

Lebih terperinci

REKOMENDASI Peredam Kebisingan

REKOMENDASI Peredam Kebisingan 83 REKOMENDASI Dari hasil analisis dan evaluasi berdasarkan penilaian, maka telah disimpulkan bahwa keragaman vegetasi di cluster BGH memiliki fungsi ekologis yang berbeda-beda berdasarkan keragaman kriteria

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil dari penelitian dan pembahasan maka dapat diambil beberapa

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil dari penelitian dan pembahasan maka dapat diambil beberapa 64 V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dari penelitian dan pembahasan maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu : 1. Hasil analisis dan sintesis, memberikan gambaran bahwa kawasan

Lebih terperinci

-1 DUA,.( KESATU. KEPUTUS_AN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor :.SK. 877 /Menhut-II/2O14 TENTANG PENETAPAN HARGA PATOKAN BENIH TANAMAN HUTAN

-1 DUA,.( KESATU. KEPUTUS_AN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor :.SK. 877 /Menhut-II/2O14 TENTANG PENETAPAN HARGA PATOKAN BENIH TANAMAN HUTAN MENIERI,KBFUTANAN I,EPUBLIK INDONE$II. KEPUTUS_AN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor :.SK. 877 /Menhut-II/2O14 TENTANG PENETAPAN BENIH TANAMAN HUTAN DENGAN RAIIMAT TUHAN YANG MAHA ESA!/TENTERI

Lebih terperinci

Gambar 18. Fungsi Vegetasi Mereduksi Bising di Permukiman (Sumber: Grey dan Deneke, 1978)

Gambar 18. Fungsi Vegetasi Mereduksi Bising di Permukiman (Sumber: Grey dan Deneke, 1978) 57 Analisis Fungsi Ekologi RTH Peredam Kebisingan Bukit Golf Hijau (BGH) adalah salah satu cluster di Sentul City dimana penghuninya sudah cukup banyak yang menempati rumah-rumah disini. Mayoritas penghuninya

Lebih terperinci

BAGIAN KEENAM PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN PENGHIJAUAN KOTA GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN

BAGIAN KEENAM PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN PENGHIJAUAN KOTA GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.03/MENHUT-V/2004 TANGGAL : 22 JULI 2004 A. Latar Belakang BAGIAN KEENAM PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN PENGHIJAUAN KOTA GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN

Lebih terperinci

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional) Geo Image 3 (2) (2014) Geo Image (Spatial-Ecological-Regional) http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/geoimage KAJIAN CEMARAN UDARA PADA TAMAN KOTA KB DAN SIMPANG LIMA KECAMATAN SEMARANG SELATAN KOTA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 31 HASIL DAN PEMBAHASAN Evaluasi pohon kota dilakukan pada tiga jalur jalan arteri di Kota Jakarta Pusat. Jalur arteri tersebut yaitu Jalan M.H. Thamrin, Jalan P. Diponegoro, dan Jalan Angkasa. Berdasarkan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan Biomassa dan Karbon Tersimpan

Lampiran 1. Perhitungan Biomassa dan Karbon Tersimpan Lampiran 1. Perhitungan dan Contoh Diketahui : RTH Hutan Kota Bumi Perkemahan Pramuka Cadika dengan luas 1,911 Ha Berat Jenis Jabon (Anthocephalus cadamba ) adalah 0,42 gr/cm 3 Diameter Jabon (Anthocephalus

Lebih terperinci

Lampiran 1. Nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO 2 per jalur hijau. 1. Jalur Balai Kota Kecamatan Medan Barat

Lampiran 1. Nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO 2 per jalur hijau. 1. Jalur Balai Kota Kecamatan Medan Barat Lampiran 1. Nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO 2 per jalur hijau 1. Jalur Balai Kota Kecamatan Medan Barat No Jenis Jumlah D ratarata (cm) (Kg/L.jalan) Karbon Serapan CO 2 1 Palem Raja (Oreodoxa

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar 10 Peta Lokasi Sentul City

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar 10 Peta Lokasi Sentul City 21 BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak, Luas, dan Aksesibilitas Kawasan Sentul City mempunyai akses langsung yang terdekat yaitu Tol Jagorawi dan Tol Ringroad Sentul City. Selain itu, terdapat akses menuju kawasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fotosintesis Menurut Dwijoseputro (1980), fotosintesis adalah proses pengubahan zatzat anorganik berupa H 2 O dan CO 2 oleh klorofil (zat hijau daun) menjadi zat-zat organik

Lebih terperinci

AVIFAUNA DI AREA REKLAMASI PT ADARO INDONESIA

AVIFAUNA DI AREA REKLAMASI PT ADARO INDONESIA AVIFAUNA DI AREA REKLAMASI PT ADARO INDONESIA Mochamad Arief Soendjoto Maulana Khalid Riefani Didik Triwibowo Fazlul Wahyudi Universitas Lambung Mangkurat Press Banjarbaru i ii AVIFAUNA DI AREA REKLAMASI

Lebih terperinci

Lampiran 1. Form Tally Sheet Data Lapangan Jalan Luas Jalan Ha No. Spesies Tinggi (m) DBH (cm) Biomassa (Kg)

Lampiran 1. Form Tally Sheet Data Lapangan Jalan Luas Jalan Ha No. Spesies Tinggi (m) DBH (cm) Biomassa (Kg) Lampiran 1. Form Tally Sheet Data Lapangan Jalan Luas Jalan Ha No. Spesies Tinggi (m) DBH (cm) Biomassa (Kg) 1 2 3 4 5 Total Biomassa (Kg/Jalur) Lampiran 2. Data Nilai Berat Jenis Tanaman No. Jenis Famili

Lebih terperinci

Muhimmatul Khoiroh Dosen Pembimbing: Alia Damayanti, S.T., M.T., Ph.D

Muhimmatul Khoiroh Dosen Pembimbing: Alia Damayanti, S.T., M.T., Ph.D PERENCANAAN VEGETASI PADA JALUR HIJAU JALAN SEBAGAI RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK UNTUK MENYERAP EMISI KARBON MONOKSIDA (CO) DARI KENDARAAN BERMOTOR DI KECAMATAN SUKOLILO SURABAYA Muhimmatul Khoiroh 3310

Lebih terperinci

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015 TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015 SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS POHON HUTAN RAKYAT BAGI PETANI PRODUKTIFITAS TANAMAN SANGAT DIPENGARUHI OLEH FAKTOR KESESUAIAN JENIS DENGAN TEMPAT TUMBUHNYA, BANYAK PETANI YANG

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kota Berkelanjutan Kota merupakan lambang peradaban kehidupan manusia yang berfungsi sebagai tempat pertumbuhan ekonomi, sumber inovasi dan kreasi, pusat kebudayaan, dan wahana

Lebih terperinci

Lampiran 1. Nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO 2 per jalur hijau. 1. Jalur Setia Budi Kecamatan Medan Selayang

Lampiran 1. Nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO 2 per jalur hijau. 1. Jalur Setia Budi Kecamatan Medan Selayang 48 Lampiran 1. Nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO 2 per jalur hijau 1. Jalur Setia Budi Kecamatan Medan Selayang No Jenis Jumlah D ratarata (cm) (Kg/L.jalan) Karbon Serapan CO 2 1 Palem Raja

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 20 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penutupan Lahan Kota Denpasar Hasil interpretasi dan analisis citra Landsat 7 ETM bulan Oktober tahun 2009, Kota Denpasar mempunyai luas wilayah 12.891,6 ha. Berdasarkan

Lebih terperinci

Studi Kebutuhan Hutan Kota Sebagai Penyerap CO₂ Di Kota Tobelo Tahun Oleh : Ronald Kondo Lembang, M.Hut Steven Iwamony, S.Si

Studi Kebutuhan Hutan Kota Sebagai Penyerap CO₂ Di Kota Tobelo Tahun Oleh : Ronald Kondo Lembang, M.Hut Steven Iwamony, S.Si Studi Kebutuhan Hutan Kota Sebagai Penyerap CO₂ Di Kota Tobelo Tahun 2012 Oleh : Ronald Kondo Lembang, M.Hut Steven Iwamony, S.Si Latar Belakang Perkembangan suatu kota ditandai dengan pesatnya pembangunan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan Biomassa dan Karbon Tersimpan. Lampiran 2. Nilai Biomassa dan Karbon Tersimpan Pada RTH Hutan Kota Taman Beringin a.

Lampiran 1. Perhitungan Biomassa dan Karbon Tersimpan. Lampiran 2. Nilai Biomassa dan Karbon Tersimpan Pada RTH Hutan Kota Taman Beringin a. Lampiran 1. Perhitungan dan Karbon Tersimpan Contoh : Diketahui Angsana (Pterocarpus indicus) yang memiliki berat jenis 0,65 gr/cm 3 terdapat pada RTH Ahmad Yani dengan diameter 40 cm, maka nilai biomassa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dengan yang lainnya tidak terpisahkan (Awang, 2002). kehutanan Indonesia adalah membagi lahan hutan kedalam pengelolaan yang

PENDAHULUAN. dengan yang lainnya tidak terpisahkan (Awang, 2002). kehutanan Indonesia adalah membagi lahan hutan kedalam pengelolaan yang PENDAHULUAN Hutan Menurut Undang-Undang Kehutanan No. 41/1999 hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam persekutuan

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL VEGETASI GUNUNG PARAKASAK

BAB IV PROFIL VEGETASI GUNUNG PARAKASAK BAB IV PROFIL VEGETASI GUNUNG PARAKASAK A. Kehadiran dan Keragaman Jenis Tanaman Pada lokasi gunung parakasak, tidak dilakukan pembuatan plot vegetasi dan hanya dilakukan kegiatan eksplorasi. Terdapat

Lebih terperinci

SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS HUTAN RAKYAT UNTUK PETANI

SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS HUTAN RAKYAT UNTUK PETANI LEMPUNG 20/05/2013 SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS HUTAN RAKYAT UNTUK PETANI JOGYAKARTA SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS POHON HUTAN RAKYAT BAGI PETANI Produktifitas tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor kesesuaian

Lebih terperinci

LAPORAN PENGAMATAN EKOLOGI TUMBUHAN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

LAPORAN PENGAMATAN EKOLOGI TUMBUHAN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN LAPORAN PENGAMATAN EKOLOGI TUMBUHAN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Oleh: Abdullah Deny Fakhriza Ferdi Ikhfazanoor M. Syamsudin Noor Nor Arifah Fitriana

Lebih terperinci

Toleransi di bidang kehutanan berbeda dengan toleransi secara umum. Toleransi secara umum mengacu khusus pada ketahanan terhadap stres lingkungan

Toleransi di bidang kehutanan berbeda dengan toleransi secara umum. Toleransi secara umum mengacu khusus pada ketahanan terhadap stres lingkungan TOLERANSI POHON Toleransi di bidang kehutanan berbeda dengan toleransi secara umum. Toleransi secara umum mengacu khusus pada ketahanan terhadap stres lingkungan Air, keasaman, salinitas, dingin, panas

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. A. Foto Wilayah Studi Jalan Kom. Noto Sumarsono. B. Foto Wilayah Studi Jalan Ahmad Yani

LAMPIRAN A. A. Foto Wilayah Studi Jalan Kom. Noto Sumarsono. B. Foto Wilayah Studi Jalan Ahmad Yani LAMPIRAN A A. Foto Wilayah Studi Jalan Kom. Noto Sumarsono B. Foto Wilayah Studi Jalan Ahmad Yani VEGETASI UNTUK MEREDUKSI POLUSI B Angsana (Pterocarpus indicus) Dapat mereduksi 0.5937 (µg/g) polutan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.33/Menhut-II/2007

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.33/Menhut-II/2007 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.33/Menhut-II/2007 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.51/MENHUT-II/2006 TENTANG PENGGUNAAN SURAT KETERANGAN ASAL USUL (SKAU) UNTUK PENGANGKUTAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perhatian dunia terhadap lingkungan hidup telah diawali sejak konferensi

BAB 1 PENDAHULUAN. Perhatian dunia terhadap lingkungan hidup telah diawali sejak konferensi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perhatian dunia terhadap lingkungan hidup telah diawali sejak konferensi PBB tentang lingkungan hidup di Stockholm pada bulan Juni 1972. Permasalahan lingkungan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai hutan tropis dengan luas terbesar ketiga setelah Brazil dan Zaire, sehingga memiliki tanggung jawab dalam melestarikan agar tetap dapat berfungsi

Lebih terperinci

STUDI POTENSI PENYIMPANAN KARBONDIOKSIDA (CO2) DI JALUR HIJAU PADA BEBERAPA RUAS JALAN UTAMA DI KOTA AMBON

STUDI POTENSI PENYIMPANAN KARBONDIOKSIDA (CO2) DI JALUR HIJAU PADA BEBERAPA RUAS JALAN UTAMA DI KOTA AMBON STUDI POTENSI PENYIMPANAN KARBONDIOKSIDA (CO2) DI JALUR HIJAU PADA BEBERAPA RUAS JALAN UTAMA DI KOTA AMBON Christy C.V. Suhendy, Mersiana Sahureka, Lesly Latupapua LATAR BELAKANG Kota sebagai pusat aktivitas

Lebih terperinci

HUTAN: FUNGSI DAN PERANANNYA BAGI MASYARAKAT

HUTAN: FUNGSI DAN PERANANNYA BAGI MASYARAKAT HUTAN: FUNGSI DAN PERANANNYA BAGI MASYARAKAT RAHMAWATY, S. Hut., MSi. Fakultas Pertanian Program Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Seperti telah kita ketahui bersama,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1.1 Kesimpulan Kesimpulan dari konsep ruang terbuka hijau pada kawasan pusat kota Ponorogo adalah : 1. Adanya kebutuhan masyarakat pada kawasan pusat kota Ponorogo akan ruang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segi ekonomi, ekologi maupun sosial. Menurut Undang-undang Kehutanan No. 41

BAB I PENDAHULUAN. segi ekonomi, ekologi maupun sosial. Menurut Undang-undang Kehutanan No. 41 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan komponen alam yang memiliki banyak fungsi, baik dari segi ekonomi, ekologi maupun sosial. Menurut Undang-undang Kehutanan No. 41 tahun 1999, hutan didefinisikan

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pada 3 (tiga) fisiografi berdasarkan ketinggian tempat/elevasi lahan. Menurut

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pada 3 (tiga) fisiografi berdasarkan ketinggian tempat/elevasi lahan. Menurut BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN Pola tanam agroforestri yang diterapkan petani di Desa Pesawaran Indah terdapat pada 3 (tiga) fisiografi berdasarkan ketinggian tempat/elevasi lahan. Menurut Indra, dkk (2006)

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Tutupan Lahan dan Vegetasi Terdapat 6 jenis tutupan lahan yang digunakan dalam penelitian ini seperti yang ada dalam Tabel 4. Arsyad (2010) mengelompokkan penggunaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS 4.1 Analisis Pengaruh Peningkatan Emisi CO 2 di Dunia terhadap Peningkatan Pencairan Es di Berbagai Benua Peningkatan Emisi CO 2 yang menyebabkan pemanasan global secara fakta

Lebih terperinci

Pemilihan Jenis Pohon dalam rangka pembangunan dan pengembangan hutan kota. Serang, 14 Oktober 2014

Pemilihan Jenis Pohon dalam rangka pembangunan dan pengembangan hutan kota. Serang, 14 Oktober 2014 Pemilihan Jenis Pohon dalam rangka pembangunan dan pengembangan hutan kota Serang, 14 Oktober 2014 Hutan kota : pepohonan yg berdiri sendiri / berkelompok / vegetasi berkayu di kawasan perkotaan yg pada

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN POHON DI KAMPUS HIJAU UNILA

KEANEKARAGAMAN POHON DI KAMPUS HIJAU UNILA Keanekaragaman POHON 1 KEANEKARAGAMAN POHON DI KAMPUS HIJAU UNILA UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2007 2 Keanekaragaman POHON Penulis Tamaludin Syam Kushendarto Afif Bintoro Indriyanto Penyunting Herawati

Lebih terperinci

REKAYASA VEGETATIF UNTUK MENGURANGI RISIKO LONGSOR

REKAYASA VEGETATIF UNTUK MENGURANGI RISIKO LONGSOR Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan REKAYASA VEGETATIF UNTUK MENGURANGI RISIKO LONGSOR Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Jl. Jend. A. Yani Pabelan, Kartasura

Lebih terperinci

PERENCANAAN Tata Hijau Penyangga Green Belt

PERENCANAAN Tata Hijau Penyangga Green Belt 68 PERENCANAAN Perencanaan ruang terbuka hijau di kawasan industri mencakup perencanaan tata hijau, rencana sirkulasi, dan rencana fasilitas. Perencanaan tata hijau mencakup tata hijau penyangga (green

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika. Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota merupakan bagian dari ruang-ruang terbuka

TINJAUAN PUSTAKA. ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika. Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota merupakan bagian dari ruang-ruang terbuka TINJAUAN PUSTAKA Ruang Terbuka Hijau Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 01 Tahun 2007 ruang terbuka hijau kawasan perkotaan adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh

Lebih terperinci

I. METODE VEGETATIF FUNGSI Kanopi tanaman dapat menahan pukulan langsung butiran hujan terhadap permukaan tanah. Batang,perakaran dan serasah tanaman

I. METODE VEGETATIF FUNGSI Kanopi tanaman dapat menahan pukulan langsung butiran hujan terhadap permukaan tanah. Batang,perakaran dan serasah tanaman METODE VEGETATIF I. METODE VEGETATIF FUNGSI Kanopi tanaman dapat menahan pukulan langsung butiran hujan terhadap permukaan tanah. Batang,perakaran dan serasah tanaman dapat menahan atau mengurangi aliran

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN TANAMAN KEHUTANAN DI DAERAH MILIK JALAN TOL JAGORAWI SEBAGAI UNIT USAHA MANDIRI ABDULLAH PAUZI ASAGAP

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN TANAMAN KEHUTANAN DI DAERAH MILIK JALAN TOL JAGORAWI SEBAGAI UNIT USAHA MANDIRI ABDULLAH PAUZI ASAGAP ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN TANAMAN KEHUTANAN DI DAERAH MILIK JALAN TOL JAGORAWI SEBAGAI UNIT USAHA MANDIRI ABDULLAH PAUZI ASAGAP DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemanasan global antara lain naiknya suhu permukaan bumi, meningkatnya

I. PENDAHULUAN. pemanasan global antara lain naiknya suhu permukaan bumi, meningkatnya 1 I. PENDAHULUAN Pemanasan global yang terjadi saat ini merupakan fenomena alam meningkatnya suhu permukaan bumi. Dampak yang dapat ditimbulkan dari pemanasan global antara lain naiknya suhu permukaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Hutan Gaharu (Aquilaria malaccensis) pohon Aquilaria yang sangat berharga terutama karena wangi, dapat digunakan

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Hutan Gaharu (Aquilaria malaccensis) pohon Aquilaria yang sangat berharga terutama karena wangi, dapat digunakan TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Hutan Gaharu (Aquilaria malaccensis) Gaharu adalah kayu wangi yang sudah diresapi resin yang dijumpai pada pohon Aquilaria yang sangat berharga terutama karena wangi, dapat digunakan

Lebih terperinci

LEMBAR WAWANCARA ETNOBOTANI TUMBUHAN BAHAN KERAJINAN DI SUKU USING KABUPATEN BANYUWANGI

LEMBAR WAWANCARA ETNOBOTANI TUMBUHAN BAHAN KERAJINAN DI SUKU USING KABUPATEN BANYUWANGI 78 Lampiran 1. Pedoman Wawancara LEMBAR WAWANCARA ETNOBOTANI TUMBUHAN BAHAN KERAJINAN DI SUKU USING KABUPATEN BANYUWANGI I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama Responden : 2. Umur : thn 3. Jenis Kelamin : Laki-laki/

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN...1 A. Latar Belakang...1 B. Rumusan Masalah...2 B. Tujuan Penelitian...3 C. Manfaat Penelitian...3

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN...1 A. Latar Belakang...1 B. Rumusan Masalah...2 B. Tujuan Penelitian...3 C. Manfaat Penelitian...3 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...ii HALAMAN PENGESAHAN...iii HALAMAN PERNYATAAN...iv HALAMAN PERSEMBAHAN...v KATA PENGANTAR...vii DAFTAR ISI...viii DAFTAR GAMBAR...x DAFTAR LAMPIRAN...xiii INTISARI...xiv

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS 4.1 Analisis Pengaruh Peningkatan Penjualan Kendaraan Bermotor terhadap Peningkatan Emisi CO 2 di udara Indonesia merupakan negara pengguna kendaraan bermotor terbesar ketiga

Lebih terperinci

Manfaat hutan kota diantaranya adalah sebagai berikut :

Manfaat hutan kota diantaranya adalah sebagai berikut : BENTUK DAN FUNGSI HUTAN KOTA 1. Bentuk Hutan Kota Pembangunan hutan kota dan pengembangannya ditentukan berdasarkan pada objek yang dilindungi, hasil yang dicapai dan letak dari hutan kota tersebut. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 41 tahun 1999). Menurut Indriyanto (2006), hutan merupakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 41 tahun 1999). Menurut Indriyanto (2006), hutan merupakan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan

Lebih terperinci

Judul Penelitian : Kebijakan pengelolaan Cagar Alam Gunung Celering Kabupaten Jepara Propinsi Jawa Tengah

Judul Penelitian : Kebijakan pengelolaan Cagar Alam Gunung Celering Kabupaten Jepara Propinsi Jawa Tengah LAMPIRAN 97 98 Lampiran 1. : Daftar panduan wawancara Judul Penelitian : Kebijakan pengelolaan Cagar Alam Gunung Celering Kabupaten Jepara Propinsi Jawa Tengah Oleh : Didik Trinugraha Herlambang / NIM

Lebih terperinci

HUTAN TANAMAN RAKYAT Oleh : Agus Budhi Prasetyo PENDAHULUAN

HUTAN TANAMAN RAKYAT Oleh : Agus Budhi Prasetyo PENDAHULUAN 1 HUTAN TANAMAN RAKYAT Oleh : Agus Budhi Prasetyo PENDAHULUAN Sebuah terobosan baru belum lama ini dimunculkan pemerintah dalam upaya pemberdayaan masyarakat sekitar hutan melalui program Hutan Tanaman

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Lanskap jalan MH Thamrin

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Lanskap jalan MH Thamrin 46 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Lanskap jalan MH Thamrin Penelitian dilakukan pada jalan MH Thamrin, Sentul City, Bogor. Jalan ini merupakan salah satu jalan utama pada kawasan Sentul City. Jalan MH Thamrin memiliki

Lebih terperinci

IV. Pemilihan Tanaman Lanskap Kota

IV. Pemilihan Tanaman Lanskap Kota Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) IV. Pemilihan Tanaman Lanskap Kota Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan,S.P., MAgr, PhD. Tujuan Memahami kriteria tanaman Lanskap Kota Mengetahui berbagai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. dilakukan dari bulan Mei hingga Juni Peneliti. mengambil lokasi penelitian di Jalur Arteri Sekunder Kota Medan.

BAHAN DAN METODE. dilakukan dari bulan Mei hingga Juni Peneliti. mengambil lokasi penelitian di Jalur Arteri Sekunder Kota Medan. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Mei hingga Juni 2015. Peneliti mengambil lokasi penelitian di Jalur Arteri Sekunder Kota Medan. Adapun lokasi yang dijadikan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Populasi adalah kelompok kolektif spesies yang sama yang menduduki ruang tertentu dan pada saat tertentu. Populasi mempunyai

Lebih terperinci

STUDI DENDROLGIS JENIS-JENIS POHON DI AREAL KAMPUS POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG

STUDI DENDROLGIS JENIS-JENIS POHON DI AREAL KAMPUS POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG Ni Kade A. D. Aryani, dkk., Studi Dendrologs Jenis-Jenis 215 STUDI DENDROLGIS JENIS-JENIS POHON DI AREAL KAMPUS POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG Ni Kade A.D. Aryani, Yudhistira A.N.R. Ora Fransiskus

Lebih terperinci

USAHA KEBUN KAYU DENGAN JENIS POHON CEPAT TUMBUH

USAHA KEBUN KAYU DENGAN JENIS POHON CEPAT TUMBUH USAHA KEBUN KAYU DENGAN JENIS POHON CEPAT TUMBUH Atok Subiakto PUSKONSER, Bogor Antusias masyarakat menanam jabon meningkat pesat Mudah menanamnya Dapat ditanam dimana saja Pertumbuhan cepat Harga kayu

Lebih terperinci

ANALISIS KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU SEBAGAI PENYERAP EMISI CO 2 DI PERKOTAAN MENGGUNAKAN PROGRAM STELLA (Studi Kasus : Surabaya Pusat dan Selatan)

ANALISIS KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU SEBAGAI PENYERAP EMISI CO 2 DI PERKOTAAN MENGGUNAKAN PROGRAM STELLA (Studi Kasus : Surabaya Pusat dan Selatan) SEMINAR HASIL TUGAS AKHIR ANALISIS KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU SEBAGAI PENYERAP EMISI CO 2 DI PERKOTAAN MENGGUNAKAN PROGRAM STELLA (Studi Kasus : Surabaya Pusat dan Selatan) Oleh : Soegih Ratri Widyanadiari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan adalah suatu lapangan pertumbuhan pohon-pohon yang secara. keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan adalah suatu lapangan pertumbuhan pohon-pohon yang secara. keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hutan Hutan adalah suatu lapangan pertumbuhan pohon-pohon yang secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam lingkungannya, dan ditetapkan oleh pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGUJIAN MUTU FISIK FISIOLOGI BENIH

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGUJIAN MUTU FISIK FISIOLOGI BENIH PERATURAN DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL Nomor : P.06/V-SET/2009 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGUJIAN MUTU FISIK FISIOLOGI BENIH DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN

Lebih terperinci

EVALUASI HUTAN KOTA BERDASARKAN FUNGSI AMELIORASI IKLIM MIKRO DI KOTA SEMARANG AYU NOVITA SARI

EVALUASI HUTAN KOTA BERDASARKAN FUNGSI AMELIORASI IKLIM MIKRO DI KOTA SEMARANG AYU NOVITA SARI EVALUASI HUTAN KOTA BERDASARKAN FUNGSI AMELIORASI IKLIM MIKRO DI KOTA SEMARANG AYU NOVITA SARI DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA DAN TEAM TEACHING UNTUK MATA KULIAH ANATOMI TUMBUHAN

PENGEMBANGAN MEDIA DAN TEAM TEACHING UNTUK MATA KULIAH ANATOMI TUMBUHAN PENGEMBANGAN MEDIA DAN TEAM TEACHING UNTUK MATA KULIAH ANATOMI TUMBUHAN Drs. Amprasto,Msi., Dra. Kusdianti, Msi. dan Dr. Rer. Nat. Adi Rahmat. Pend. Biologi FPMIPA UPI ABSTRACT Plant anatomy is an abstract

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL. Nomor : P. 13 /V-PTH/2007 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL. Nomor : P. 13 /V-PTH/2007 TENTANG DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL JAKARTA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL Nomor : P. 13 /V-PTH/2007 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

Isi Materi. Tujuan Pemilihan Jenis Faktor Pertumbuhan Tanaman Strategi Pemilihan Jenis

Isi Materi. Tujuan Pemilihan Jenis Faktor Pertumbuhan Tanaman Strategi Pemilihan Jenis Isi Materi Tujuan Pemilihan Jenis Faktor Pertumbuhan Tanaman Strategi Pemilihan Jenis Tujuan Pemilihan Jenis Tanaman Agar tanaman yang dipilih dapat tumbuh baik sesuai dengan kondisi lingkungan sehingga

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dengan pembangunan, baik fisik maupun non fisik, yang intensitasnya akan terus

PENDAHULUAN. dengan pembangunan, baik fisik maupun non fisik, yang intensitasnya akan terus PENDAHULUAN Latar Belakang Kota merupakan suatu tempat dimana terdapat konsentrasi penduduk dengan pusat aktivitasnya seperti industri, perdagangan, pendidikan dan jasa. Dengan jumlah penduduk yang relatif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung adalah provinsi yang memiliki luas wilayah ,50 km 2

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung adalah provinsi yang memiliki luas wilayah ,50 km 2 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Provinsi Lampung adalah provinsi yang memiliki luas wilayah 35.376,50 km 2 yang terdiri dari areal pemukiman, areal pertanian, perkebunan dan areal hutan yang

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Bapeda Kabupaten Kuningan. 2003a. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kuningan Tahun Bapeda Kabupaten Kuningan. Kuningan.

DAFTAR PUSTAKA. Bapeda Kabupaten Kuningan. 2003a. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kuningan Tahun Bapeda Kabupaten Kuningan. Kuningan. DAFTAR PUSTAKA Bapeda Kabupaten Kuningan. 2003a. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kuningan Tahun 2003-2013. Bapeda Kabupaten Kuningan. Kuningan.. 2003b. Rencana Umum Tata Ruang Kota Kuningan. Bapeda

Lebih terperinci

Identifikasi Jenis Tanaman di Beberapa Jalur Hijau Jalan Kota Medan 1 (Identification of Plant Species at a Few Street Green Belt of Medan City)

Identifikasi Jenis Tanaman di Beberapa Jalur Hijau Jalan Kota Medan 1 (Identification of Plant Species at a Few Street Green Belt of Medan City) Identifikasi Jenis Tanaman di Beberapa Jalur Hijau Jalan Kota 1 (Identification of Plant Species at a Few Street Green Belt of City) Hafsah Purwasih 2, Siti Latifah 3, Asep Sukmana 4 1 Bagian dari skripsi

Lebih terperinci

Tinjauan Aspek Pengembangan Hutan Rakyat

Tinjauan Aspek Pengembangan Hutan Rakyat Tinjauan Aspek Pengembangan Hutan Rakyat Rahmawaty Fakultas Pertanian Jurusan Kehutanan Program Studi Manajemen Hutan Universitas Sumatera Utara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

Gambar 23. Ilustrasi Konsep (Image reference) Sumber : (1) ; (2) (3)

Gambar 23. Ilustrasi Konsep (Image reference) Sumber : (1)  ; (2)  (3) 48 PERENCANAAN LANSKAP Konsep dan Pengembangannya Konsep dasar pada perencanaan lanskap bantaran KBT ini adalah menjadikan bantaran yang memiliki fungsi untuk : (1) upaya perlindungan fungsi kanal dan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun Hutan Kota

IV. GAMBARAN UMUM. Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun Hutan Kota 23 IV. GAMBARAN UMUM A. Status Hukum Kawasan Kawasan Hutan Kota Srengseng ditetapkan berdasarkan surat keputusan Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun 1995. Hutan Kota Srengseng dalam surat keputusan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. A. Sejarah Taman Agro Satwa Wisata Bumi Kedaton. Keberadaan Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton Resort di Kota

IV. GAMBARAN UMUM. A. Sejarah Taman Agro Satwa Wisata Bumi Kedaton. Keberadaan Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton Resort di Kota 24 IV. GAMBARAN UMUM A. Sejarah Taman Agro Satwa Wisata Bumi Kedaton Keberadaan Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton Resort di Kota Bandar Lampung, merupakan area yang pada awalnya berupa sebidang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Taman margasatwa adalah tempat hewan dipelihara dalam lingkungan

TINJAUAN PUSTAKA. Taman margasatwa adalah tempat hewan dipelihara dalam lingkungan TINJAUAN PUSTAKA Taman Margasatwa Pengertian taman margasatwa Taman margasatwa adalah tempat hewan dipelihara dalam lingkungan buatan dan dipertunjukkan kepada publik. Selain sebagai tempat rekreasi, kebun

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG IZIN PENEBANGAN POHON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG IZIN PENEBANGAN POHON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG IZIN PENEBANGAN POHON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : a. bahwa seiring dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Tanaman Sebagai Penyerap Karbondioksida

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Tanaman Sebagai Penyerap Karbondioksida 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karbondioksida Gas CO 2 adalah bahan baku bagi fotosintesis dan laju fotosintesis dipengaruhi oleh kadar CO 2 di udara (Ardiansyah 2009). June (2006) menyatakan peningkatan

Lebih terperinci

Daerah Aliran Atas: Pohon: -Pinus (Pinus mercusii) Semak: -Pakis (Davillia denticula) -Kirinyu (Cromolaena odorata) -Pokak

Daerah Aliran Atas: Pohon: -Pinus (Pinus mercusii) Semak: -Pakis (Davillia denticula) -Kirinyu (Cromolaena odorata) -Pokak Daerah Aliran Atas: Desa Sumber Wuluh, Kecamatan Candipuro: Vegetasi tepi sungai berupa semak campuran pepohonan yang tumbuh di atas tebing curam (20 m). Agak jauh dari sungai terdapat hutan Pinus (Perhutani);

Lebih terperinci

Identifikasi Jenis dan Manfaat Pohon di Wilayah Kampus Utama Universitas Sebelas Maret

Identifikasi Jenis dan Manfaat Pohon di Wilayah Kampus Utama Universitas Sebelas Maret SP-013-009 Proceeding Biology Education Conference (ISSN: 2528-5742), Vol 13(1) 2016: 711-716 Identifikasi Jenis dan Manfaat Pohon di Wilayah Kampus Utama Universitas Sebelas Maret Joko Ariyanto*, Riezky

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tidak untung oleh adanya asosiasi. Tipe interaksi amensalisme ini diberi lambang

I. PENDAHULUAN. tidak untung oleh adanya asosiasi. Tipe interaksi amensalisme ini diberi lambang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Amensalisme yaitu interaksi antara dua atau lebih spesies yang berakibat salah satu pihak dirugikan, sedangkan pihak lainnya tidak terpengaruh yaitu tidak rugi dan tidak

Lebih terperinci

Jurnal Sylva Lestari ISSN Vol. 1 No. 1. September 2013 (75 84)

Jurnal Sylva Lestari ISSN Vol. 1 No. 1. September 2013 (75 84) POTENSI KAYU RAKYAT DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA (STUDI KASUS) DI HUTAN RAKYAT DESA BUANA SAKTI KECAMATAN BATANGHARI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR (THE POTENTIAL AND DEVELOPMENT STRATEGY OF TIMBER FROM PRIVATE

Lebih terperinci

RIAP POHON JENIS DAUN JARUM DAN POHON JENIS DAUN LEBAR MUHDI. Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara I.

RIAP POHON JENIS DAUN JARUM DAN POHON JENIS DAUN LEBAR MUHDI. Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara I. RIAP POHON JENIS DAUN JARUM DAN POHON JENIS DAUN LEBAR MUHDI Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara I. PENDAHULUAN Terdapat dua kelompok pohon penghasil kayu komersil, yaitu

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN MUTU BIBIT TANAMAN HUTAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN MUTU BIBIT TANAMAN HUTAN DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL JAKARTA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL Nomor : P. 11 /V-PTH/2007 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU PRIVAT WALIKOTA YOGYAKARTA,

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU PRIVAT WALIKOTA YOGYAKARTA, WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU PRIVAT WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan pembangunan yang berwawasan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Sadiman (2006:6) media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Sadiman (2006:6) media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Pembelajaran 2.1.1 Pengertian media pembelajaran Menurut Sadiman (2006:6) media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari "Medium" yang secara harfiah berarti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri dikenal sebagai hutan tanaman kayu yang dikelola dan diusahakan

I. PENDAHULUAN. Industri dikenal sebagai hutan tanaman kayu yang dikelola dan diusahakan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanfaatan hutan terutama pemanenan kayu sebagai bahan baku industri mengakibatkan perlunya pemanfaatan dan pengelolaan hutan yang lestari. Kurangnya pasokan bahan baku

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI LOKAL UNTUK MENGEMBANGKAN BAHAN AJAR BIOLOGI DI SMA NEGERI 2 WONOSARI

ANALISIS POTENSI LOKAL UNTUK MENGEMBANGKAN BAHAN AJAR BIOLOGI DI SMA NEGERI 2 WONOSARI ANALISIS POTENSI LOKAL UNTUK MENGEMBANGKAN BAHAN AJAR BIOLOGI DI SMA NEGERI 2 WONOSARI Risya Pramana Situmorang Universitas Kristen Satya Wacana pramana_risya@yahoo.com Abstrak Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB VI R E K O M E N D A S I

BAB VI R E K O M E N D A S I BAB VI R E K O M E N D A S I 6.1. Rekomendasi Umum Kerangka pemikiran rekomendasi dalam perencanaan untuk mengoptimalkan fungsi jalur hijau jalan Tol Jagorawi sebagai pereduksi polusi, peredam kebisingan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6. 1 Kesimpulan Berdasarkan permasalahan, data analisis dan pembahasan, dapat diperoleh hasil penelitian ( temuan) yang telah diperoleh, maka disimpulkan dan menjadi suatu arahan,

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN HUTAN KOTA 1) Oleh : Ismayadi Samsoedin 2) dan Endro Subiandono

PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN HUTAN KOTA 1) Oleh : Ismayadi Samsoedin 2) dan Endro Subiandono PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN HUTAN KOTA 1) Oleh : Ismayadi Samsoedin 2) dan Endro Subiandono 2) ABSTRAK Kota merupakan tempat para warga melangsungkan berbagai aktivitasnya, sehingga pengembangannya mestinya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian dan Arti Penting Ruang Terbuka Hijau. RTH menurut UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang adalah area

TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian dan Arti Penting Ruang Terbuka Hijau. RTH menurut UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang adalah area TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Arti Penting Ruang Terbuka Hijau RTH menurut UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang adalah area memanjang atau jalur atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat

Lebih terperinci

Oleh: Fitta Ummaya Santi

Oleh: Fitta Ummaya Santi Oleh: Fitta Ummaya Santi APA ITU MEDIA Sadiman, dkk 2002:6 Media: segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan pengiriman pesan kepada penerima pesan, sehingga dapat merangsang pikiran,

Lebih terperinci

PENGARUH ELEVASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KUALITAS KAYU MUHDI. Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

PENGARUH ELEVASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KUALITAS KAYU MUHDI. Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara PENGARUH ELEVASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KUALITAS KAYU MUHDI Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara I. PENDAHULUAN Laju pertumbuhan pohon dan macam pohon apa yang tumbuh

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI ATRIBUT GREEN CITY DI KOTA SRAGEN (PENEKANAN PADA RTH JALUR HIJAU DAN JALUR BIRU)

IDENTIFIKASI ATRIBUT GREEN CITY DI KOTA SRAGEN (PENEKANAN PADA RTH JALUR HIJAU DAN JALUR BIRU) 149 IDENTIFIKASI ATRIBUT GREEN CITY DI KOTA SRAGEN (PENEKANAN PADA RTH JALUR HIJAU DAN JALUR BIRU) Rizqi Azhar Al Habib, Qomarun Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

POHON DAN KLASIFIKASINYA. Materi Kuliah : Silvika. Oleh Febian F. Tetelay, S.Hut, MP

POHON DAN KLASIFIKASINYA. Materi Kuliah : Silvika. Oleh Febian F. Tetelay, S.Hut, MP POHON DAN KLASIFIKASINYA Materi Kuliah : Silvika Oleh Febian F. Tetelay, S.Hut, MP 1. Pengertian Pohon Di Kehutanan pada umumnya orang berhubangan dengan pohon,begitu juga dalam defenisi hutan juga terdapat

Lebih terperinci

VANDALISME DALAM KEGIATAN WISATA HUTAN DI TAMAN KUPU-KUPU GITA PERSADA BANDAR LAMPUNG

VANDALISME DALAM KEGIATAN WISATA HUTAN DI TAMAN KUPU-KUPU GITA PERSADA BANDAR LAMPUNG VANDALISME DALAM KEGIATAN WISATA HUTAN DI TAMAN KUPU-KUPU GITA PERSADA BANDAR LAMPUNG (VANDALISM ON FOREST TOURISM ACTIVITIES IN THE GITA PERSADA BUTTERFLY PARK BANDAR LAMPUNG) Anggih Pararinarno 1), Agus

Lebih terperinci

ABSTRAK POTENSI KAYU RAKYAT DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA

ABSTRAK POTENSI KAYU RAKYAT DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA 0 ABSTRAK POTENSI KAYU RAKYAT DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA (Studi Kasus di Hutan Rakyat Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur) The Potential and Development Strategy of Timber From

Lebih terperinci

Gambar 58. Konsep ruang sebagai habitat burung

Gambar 58. Konsep ruang sebagai habitat burung 92 BAB V PERENCANAAN LANSKAP 5.1 Konsep Perencanaan Konsep dasar dalam penelitian ini adalah untuk merencanakan lanskap ruang terbuka hijau ekologis sebagai habitat burung di kawasan permukiman. Berdasarkan

Lebih terperinci