BAB I PENDAHULUAN. dimulai dari adanya Restorasi Meiji. Pada masa Meiji ini banyak dihasilkan karya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. dimulai dari adanya Restorasi Meiji. Pada masa Meiji ini banyak dihasilkan karya"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini menggunakan salah satu karya sastra yang berasal dari kesusastraan Jepang modern sebagai objeknya. Kesusastraan Jepang modern dimulai dari adanya Restorasi Meiji. Pada masa Meiji ini banyak dihasilkan karya sastra yang berkualitas dari para sastrawan pada masa tersebut. Masa selanjutnya yang menggantikan masa Meiji adalah masa Taisho. Salah satu ciri kesusastraan Jepang modern, dapat dilihat dari kutipan di bawah ini: Salah satu ciri kesusastraan Jepang modern adalah pergantian tren yang cepat, terutama menyangkut tema dan gaya penulisan. Kesusastraan zaman Taisho tidak berbeda sama sekali dengan kesusastraan periode sebelumnya, yakni periode Meiji ( ) yang bercorak naturalisme (Wibawarta, 2004:29). Dari kutipan di atas dapat dipahami bahwa kesusastraan yang bercorak naturalisme saat masa Meiji, juga masih terdapat di masa Taisho. Karya-karya penulis di masa Taisho pun tidak kalah dengan para penulis Meiji. Karya-karya seperti novel pada masa ini lebih bervariasi dan rumit. Pada intinya karya mereka merupakan ekspresi kebebasan penulis dengan menampilkan berbagai isu hangat seperti masalah sosial dari kesusastraan dunia. Masa Taisho merupakan periode yang paling gemilang dalam sejarah novel Jepang modern dan sering dijadikan acuan bagi para penulis berikutnya (Wibawarta, 2004:33). Karya-karya penulis Taisho bahkan ada yang masih populer hingga saat ini, seperti karya Natsume Akutagawa Ryuunosuke dan Kikuchi Kan. Banyak juga karya yang dibuat pada masa Taisho seperti novel dan cerpen yang sudah 1

2 2 diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa seperti Inggris dan Perancis. Akutagawa Ryuunosuke adalah salah satu sastrawan muda dan berbakat yang hidup pada masa Taisho. Karya-karyanya banyak diminati oleh para penulis di luar Jepang yang bahkan telah menerbitkan banyak buku yang menceritakan tentang dirinya dan karya-karyanya. Dia telah membuat lebih dari 150 karya (lihat kutipan di bawah ini) yang sebagian besar berupa cerpen. Oleh karena itu, dia juga disebutsebut sebagai Bapak Cerpen Jepang. He produced some 150 tales and stories which, together with his other writings, such as diaries, travelogs, reviews and criticisms, constitute nineteen volumes in the recent Iwanami edition (Beongcheon, 1972:x). Akutagawa lahir di Tokyo, 1 Maret 1892 dan meninggal pada 24 Juli 1927 karena meminum obat dalam dosis yang tinggi (Glenn, 1938: i). Ayahnya yang bernama Toshizo Niihara adalah seorang pedagang dan ibunya bernama Fuku. Pada saat Akutagawa berumur 7 bulan, ibunya menderita sakit jiwa sehingga Akutagawa dititipkan pada kakak kandung ibunya yaitu Akutagawa Dosho. Sejak saat itulah dia mulai memakai nama Akutagawa sebagai nama depannya. Akutagawa menyelesaikan kuliahnya di Universitas Kekaisaran Tokyo jurusan Sastra Inggris pada tahun 1916 dan pada tahun yang sama, cerpennya yang berjudul Hana mendapat pujian dari Natsume Soseki dan dimuat dalam majalah Shinshicho. Sejak saat itu namanya mulai dikenal banyak orang. Hana bukanlah satu-satunya karya Akutagawa yang populer. Karya-karya lainnya adalah cerpen Rashomon (1915), Tobako to Akuma (1916), Mikan (1919), Jigokuhen (1919) dan juga novel Kappa (1927) yang dibuat pada masa-masa akhir hidupnya. Novel Kappa menceritakan tentang perjalanan seseorang ke

3 3 negeri Kappa. Novel ini menggambarkan keadaan Akutagawa yang putus asa menjelang akhir hidupnya, sehingga ia memutuskan untuk bunuh diri beberapa bulan setelah novel ini dibuat. Akutagawa lebih banyak membuat cerpen dan sudah menerbitkan beberapa kumpulan cerpen. Salah satu cerpen yang terdapat dalam kumpulan cerpennya yang kedua adalah Kumo no Ito yang berarti benang laba-laba. Kumo no Ito menceritakan tentang dua orang tokoh yaitu Sang Buddha dan seorang laki-laki bernama Kandata. Latar dari cerpen ini adalah Surga dan Neraka. Cerpen ini terbagi ke dalam tiga bagian. Bagian pertama adalah pengenalan tokoh yaitu Sang Buddha yang sedang berjalan-jalan di Surga, tanpa sengaja melihat Kandata dan para pesakitan lainnya yang sedang menjalani hukuman mereka di Neraka. Mengingat satu kebaikan yang pernah dilakukan Kandata, akhirnya Sang Buddha memutuskan untuk memberi kesempatan Kandata untuk naik ke Surga dengan bantuan benang laba-laba. Bagian kedua menceritakan inti atau klimaks dari cerita ini di mana Kandata berusaha naik ke Surga dengan cara memanjat benang laba-laba, namun pada akhirnya dia jatuh kembali ke dasar Neraka karena keegoisan dan keserakahannya sendiri. Bagian ketiga adalah penutup di mana Sang Buddha yang menyaksikan kejadian itu hanya sedih dan berlalu pergi. Berdasarkan ringkasan cerpen Kumo no Ito di atas, kita baru bisa memahami bahwa cerita tersebut adalah salah satu cerita mengenai Buddha karena salah satu tokohnya adalah Sang Buddha. Kita belum bisa mengetahui makna dan apa latar belakang pengarang yaitu Akutagawa menulis cerpen ini hanya dengan membaca ringkasan di atas. Menurut Hill (dalam Pradopo,

4 4 2013:141), karya sastra merupakan sebuah struktur yang kompleks, karena itu untuk memahami karya sastra haruslah dianalisis. Analisis yang harus dilakukan adalah analisis yang bertujuan untuk mencari makna. Makna adalah meaning of meaning yang tersirat dalam sebuah karya sastra. Karya sastra adalah sistem tanda yang mempunyai makna yang mempergunakan medium bahasa. Bahasa sebagai medium karya sastra, dalam hal ini adalah cerpen Kumo no Ito, sudah merupakan sistem semiotik atau ketandaan, yaitu sistem ketandaan yang mempunyai arti. Sistem ketandaan itu disebut semiotik, begitu juga ilmu yang mempelajari sistem tanda-tanda itu disebut semiotika atau semiologi (Pradopo, 2010:121). Makna bisa didapat dengan mencari tanda-tanda terlebih dahulu dan mengaitkannya dengan konvensikonvensi yang ada dalam sastra. Ada dua aspek penting tentang tanda, yaitu penanda (signifier) yakni yang menandai, dan petanda (signified) yakni yang ditandai (Pradopo via Sangidu, 2004:18). Kumo no Ito juga merupakan suatu cerita yang mengandung tanda-tanda yang mengandung makna di dalamnya. Penelitian ini berusaha mengetahui makna dari cerpen Kumo no Ito ini melalui tanda-tanda yang ada. Makna dan latar belakang pengarang membuat cerpen ini terdapat di dalam hipogram. Jika hipogram cerpen Kumo no Ito dapat ditemukan, maka makna dan latar belakang pengarang pun bisa diketahui. Pencarian hipogram merupakan salah satu langkah analisis yang dikemukakan oleh salah satu ahli semiotik yaitu Michael Riffaterre. Michael Riffaterre adalah seorang guru besar di Columbia University yang juga meneliti tentang tanda.

5 5 Riffaterre (1978:5-6) mengungkapkan bahwa untuk dapat memberikan makna sajak (karya sastra) secara semiotik, pertama kali dapat dilakukan dengan dua tahap pembacaan, yaitu heuristik dan hermeneutik. Pada tahap heuristik, akan dicari arti dari karya sastra tersebut, dan pada tahap hermeneutik, pembaca diajak mencari makna tambahan yang timbul dari interaksi antara teks dan pembaca. Setelah kedua pembacaan di atas, dilakukan pencarian matriks yaitu kata kunci dari karya sastra tersebut, lalu mengaktualisasikannya dalam sebuah model, dan menjabarkannya ke dalam varian-varian. Langkah terakhir yang dilakukan menurut Riffaterre adalah pencarian hipogram. Hipogram adalah teks yang menjadi latar atau dasar penciptaan teks lain (Riffaterre, 1978:2). Makna dan latar penciptaan karya dapat diketahui jika hipogram sudah dapat ditemukan. Oleh karena itu, penelitian ini berusaha mencari makna dan latar penciptaan karya sastra yaitu cerpen Kumo no Ito, dengan menggunakan analisis semiotik Riffaterre yang berupa pembacaan heuristik, hermeneutik, pencarian matriks, model, varian, dan pencarian hipogram. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, terdapat tiga rumusan masalah yang akan menjadi bahasan dalam penelitian ini. Pertama, apakah matriks, model, dan varian yang terdapat dalam cerpen Kumo no Ito? Kedua, apakah hipogram dari cerpen ini? Ketiga, apakah makna yang terkandung dalam cerpen Kumo no Ito?

6 6 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini meliputi dua hal, yaitu tujuan teoritis dan tujuan praktis. Secara teoritis, penelitian ini bertujuan untuk menjawab rumusan masalah di atas, yaitu mengetahui matriks, model, varian, hipogram, serta makna yang terkandung dalam cerpen Kumo no Ito berdasarkan analisis semiotik Riffaterre. Tujuan praktis dari penelitian ini adalah menambah wawasan pembaca mengenai kesusastraan Jepang masa Taisho khususnya pada karya sastra karangan Akutagawa Ryuunosuke. 1.4 Tinjauan Pustaka Teori semiotik Riffaterre sudah banyak diterapkan di beberapa penelitian, khususnya penelitian di bidang sastra. Beberapa penelitian yang digunakan penulis sebagai tinjauan pustaka adalah skripsi karya Sarah Fithry Panggabean (2012) dari UGM Yogyakarta dengan judul Makna Cerpen Seenen to Shi Karya Akutagawa Ryuunosuke: Analisis Struktural Semiotik Riffaterre. Skripsi ini menggunakan teori strukturalisme dan semiotik Riffaterre untuk menemukan makna cerita dari cerpen Seenen to Shi. Penelitian yang kedua adalah skripsi karya Neneng Fatimah (2010) yang juga berasal dari UGM Yogyakarta, dengan judul Novel Kappa karya Akutagawa Ryuunosuke: Tinjauan Stukturalisme Semiotik. Skripsi ini menjabarkan unsur-unsur intrinsik serta makna yang terkandung dalam novel Kappa. Penelitian selanjutnya adalah skripsi milik Yohanita Driena Teresa, Sastra Jepang (2004) yang berjudul Pesan-pesan Religius dalam Cerpen Kumo no Ito

7 7 karya Akutagawa Ryuunosuke: Sebuah Analisis Naratif. Skripsi ini membahas mengenai pesan-pesan religius apa saja yang ingin diungkapkapkan Akutagawa dalam cerpen ini Penulis menggunakan analisis naratif untuk mengungkap pesanpesan yang ingin diketahui. Terakhir, adalah skripsi karya Yunan Irshadi (2010) yang berjudul Struktur Kumo no Ito Karya Akutagawa Ryuunosuke dan The Grand Inquisitor karya Fyodor Dostoevsky: Analisis Intertekstual. Skripsi tersebut membahas kaitan antara struktur dari kedua cerita tersebut melalui hubungan intertekstual. Berbeda dari penelitian di atas, penelitian ini berusaha mencari makna yang terkandung dalam cerpen Kumo no Ito dan latar penciptaannya yang termasuk ke dalam hipogram dengan menggunakan analisis semiotik Riffaterre. Melalui langkah-langkah yang dikemukakan Riffaterre, akan didapat matriks, model, varian dan hipogram sehingga makna dan latar belakang penciptaan cerpen Kumo no Ito dapat diketahui. 1.5 Landasan Teori Bahasa sebagai medium karya sastra adalah sistem tanda yang memiliki makna (Pradopo, 2010: 121). Cerpen Kumo no Ito sebagai salah satu bentuk karya sastra, juga merupakan sistem tanda yang memiliki makna. Ada dua aspek penting tentang tanda, yaitu penanda (signifier) yakni yang menandai, dan petanda (signified) yakni yang ditandai (Pradopo via Sangidu, 2004:18). Tanda-tanda adalah sesuatu yang diteliti dalam sebuah ilmu yaitu semiotik. Penerapan ilmu inilah yang nantinya akan menjadi landasan teori untuk menganalisis cerpen Kumo no Ito. Sebelum dianalisis menggunakan teori semiotik Riffaterre, cerpen

8 8 ini akan terlebih dahulu dianalisis menggunakan teori struktural. Ratna (2011:97) mengatakan bahwa untuk menemukan makna suatu karya, analisis struktural mesti dilanjutkan dengan analisis semiotika, demikian juga sebaliknya. Sematamata dalam hubungan ini, yaitu sebagai proses dan cara kerja analisis keduanya seolah-olah tidak bisa dipisahkan. a. Teori struktural Menurut Teeuw (1988), analisis struktural merupakan prioritas utama sebelum yang lain-lain, tanpa itu kebulatan makna intrinsik yang hanya dapat digali dari karya itu sendiri, tidak akan tertangkap. Makna unsur-unsur karya sastra hanya dapat dipahami dan dinilai sepenuhnya atas dasar pemahaman tempat dan fungsi unsur itu dalam keseluruhan karya sastra. Selain istilah struktural, dunia kesusastraan juga mengenal istilah strukturalisme. Strukturalisme dapat dipandang sebagai salah satu pendekatan kesastraan yang menekankan pada kajian hubungan antarunsur pembangun karya yang bersangkutan. Strukturalisme adalah sebuah paham, sebuah keyakinan, bahwa segala sesuatu yang ada dalam dunia ini mempunyai struktur, bekerja secara struktural. Analisis struktural karya sastra, yang dalam hal ini fiksi, dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antarunsur intrinsik fiksi yang bersangkutan (Nurgiyantoro 1995:37). Unsur-unsur intrinsik yang perlu dicari itu diantaranya adalah fakta cerita, tema, dan sarana cerita (sastra). Fakta cerita terdiri atas tokoh dan penokohan, latar (setting), dan alur (plot).

9 9 Tokoh cerita (character), menurut Abrams (1981:20) dalam Nurgiyantoro, adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Sedangkan penokohan adalah penggambaran tokoh di dalam suatu cerita. Latar atau setting terbagi menjadi tiga bagian, yaitu latar tempat, waktu, dan sosial. Latar tempat menjelaskan di mana tempat terjadinya cerita tersebut, sedangkan latar waktu menjelaskan kapan cerita tersebut berlangsung atau terjadi. Latar sosial menjelaskan keadaan sosial yang digambarkan dalam cerita tersebut (Nurgiyantoro, 1995:227). Alur atau plot merupakan jalannya sebuah cerita. Plot dianggap sebagai unsur yang paling penting di antara unsur fiksi yang lain. Plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain (Stanton via Nurgiyantoro, 1995:113). Tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita. Sarana sastra terdiri atas judul dan sudut pandang. Selain fakta cerita, tema, dan sarana sastra, kita juga harus memperhatikan keterjalinan antar unsur, contohnya antara tema dan tokoh, tema dan latar, tema dan judul (Nurgiyantoro, 1995:25). Analisis struktural di atas merupakan langkah awal untuk memudahkan dalam analisis selanjutnya yaitu analisis semiotik Riffaterre.

10 10 b. Teori Semiotik Semiotika berasal dari bahasa Yunani semeion, yang berarti tanda. Semiotik adalah model penelitian sastra dengan memperhatikan tanda-tanda. Tanda tersebut dianggap mewakili sesuatu objek secara representatif. Istilah semiotik sering digunakan dengan istilah semiologi. Istilah pertama merujuk pada sebuah disiplin,sedangkan istilah kedua merefer pada ilmu tentangnya (Endraswara, 2004:64). Penggunaan kata semiotik lebih mengarah pada Saussure sedangkan kata semiologi lebih mengarah kepada Pierce. Saussure dan Pierce adalah pelopor dari semiotik modern. Ferdinand de Saussure ( ) adalah seorang ahli linguistik dari Swiss. Sebagai ahli linguistik, ia mengadakan pembaharuan besar-besaran di bidang linguistik, karena itu ia dianggap sebagai bapak linguistik modern. Saussure berpendapat bahwa bahasa adalah sistem tanda yang paling lengkap. Menurut anggapannya, ada kemiskinan dalam sistem tanda lainnya, sehingga untuk masuk ke dalam analisis semiotik, sering digunakan pola ilmu bahasa. Sebenarnya, Saussure sendiri tidak mencurahkan perhatiannya pada semiotik yang mempunyai ranah begitu luas, namun dengan penelitiannya dalam ilmu bahasa, dia memberi dasar yang kuat dalam penelitian semiotik (Zaimar, 2013:2). Saussure (dalam Zaimar, 2013:9) mengatakan bahwa penelitian linguistik dapat menjadi pola semiologi, berkat Saussure juga para ahli semiologi mengakui perlunya sistem tanda. Ferdinand de Saussure mengemukakan adanya dua ciri tanda bahasa yang sangat mendasar:

11 11 1. Tanda bahasa bersifat semena (arbitrer), artinya tidak ada hubungan atau ikatan tertentu antara penanda dan petandanya. 2. Penanda bersifat linier, karena pada hakekatnya, penanda bersifat auditif, jadi ia berlangsung dalam waktu tertentu. Penjelasan di atas adalah pengertian semiotik dari Ferdinand de Saussure, selain pendapat tersebut masih ada pendapat lain seperti yang dikemukakan oleh Pierce. Charles Sanders Pierce (1839-!914) adalah pelopor semiotik modern yang kedua yang merupakan seorang ahli logika dari Amerika. Pierce telah memberikan dasar-dasar yang kuat bagi perkembangan semiotik modern. Karyakaryanya yang tersebar dalam berbagai teks, dan baru diterbitkan oleh muridmuridnya setelah kematiannya. Menurut Pierce, tanda adalah sesuatu yang mewakili seseorang atau sesuatu yang lain, dalam hal-hal dan kapasitas tertentu (Noth via Zaimar, 2013:2). Pierce menawarkan sistem tanda yang harus diungkap. Menurut dia, ada tiga faktor yang menentukan adanya tanda, yaitu: tanda itu sendiri, hal yang ditandai, dan sebuah tanda baru yang terjadi dalam batin penerima tanda. Antara tanda dan yang ditandai ada kaitan representasi (menghadirkan). Kedua tanda itu akan melahirkan tanda baru yang diciptakan oleh penerima pesan (Pierce via Endraswara, 2004:65). Ketiga tanda itu adalah ikon, indeks, dan simbol. Penjelasannya ada pada kutipan di bawah ini: Menurut Pierce ada tiga jenis tanda berdasarkan hubungan antara tanda dengan yang ditandakan, yaitu: (1)ikon, yaitu tanda yang secara inheren memiliki kesamaan dengan arti yang ditunjuk. Misalnya, foto dengan orang yang difoto atau peta dengan wilayah geografisnya; (2)indeks yaitu tanda yang mengandung hubungan kasual dengan apa yang ditandakan. Misalnya, asap menandakan adanya api, mendung menandakan akan turun hujan;

12 12 (3)simbol yaitu tanda yang memiliki hubungan makna dengan yang ditandakan bersifat arbitrer, sesuai dengan konvensi suatu lingkungan sosial tertentu. Misalnya bendera putih sebagai simbol ada kematian (Endraswara, 2004:65). Berbeda dari kedua pendapat di atas, Riffaterre (1978:1-2) mengungkapkan penelitian semiotik juga perlu memperhatikan ketidaklangsungan ekspresi. Menurut Riffaterre, ada empat hal yang harus diperhatikan dalam pemaknaan karya sastra. (1) Ketidaklangsungan ekspresi yang meliputi: displacing of meaning (penggantian arti), distorting of meaning (penyimpangan arti), creating of meaning (penciptaan arti). Puisi tersebut merupakan ekspresi tidak langsung yang menyatakan suatu hal dengan hal yang lain, (2) Pembacaan dalam dua tahapan, yaitu heuristik dan hermeneutik, (3) Pencarian matriks, model, varian-varian, dan, (4) Pencarian hipogram. Untuk pemaknaan karya sastra yang berupa prosa, metode pemaknaan yang dapat digunakan adalah nomor (2), (3), dan (4). Riffaterre mengungkapkan, bahwa pembacalah yang bertugas memberikan makna pada tanda-tanda yang terdapat dalam karya sastra. Tanda-tanda itu akan memiliki makna setelah dilakukan pembacaan dan pemaknaan terhadapnya (Riffaterre, 1978:166). Ketidaklangsungan ekspresi di atas menurut Riffaterre (dalam Endraswara, 2004:66-67) adalah sebagai berikut: 1. Penggantian arti dalam karya sastra biasanya disebabkan oleh pemakaian bahasa kias seperti metafora, personifikasi, alegori, metomini dan sebagainya.

13 13 2. Penyimpangan arti bisa muncul karena tiga hal yaitu: ambiguitas, kontradiksi dan nonsence. Ambiguitas muncul disebabkan oleh pemakaian bahasa sastra yang multimakna. Kontradiksi, berupa perlawanan situasi. Nonsence yaitu kata-kata yang secara lingual tidak bermakna. 3. Penciptaan arti biasanya secara lingual tidak memiliki makna yang jelas, namun ketika ditafsirkan secara keseluruhan ternyata memiliki makna yang dalam. Michael Riffaterre adalah seorang guru besar sastra Perancis pada Columbia University di New York. Riffaterre, dalam bukunya Semiotics of Poetry lebih membahas analisis yang dilakukan terhadap karya sastra yang berupa puisi. Meskipun konsep analitik Riffaterre banyak digunakan dalam puisi, tidak berarti tidak dapat diterapkan pada genre lain. Genre drama dan prosa pun dapat memanfaatkan hal ini (Endraswara, 2004:66). Atas dasar pengertian di atas, maka karya sastra jenis apapun dengan sendirinya dapat dipandang sebagai gejala semiotik atau sebagai tanda, begitu juga dengan cerpen Kumo no Ito. Sebagai tanda, makna karya sastra dapat mengacu kepada sesuatu di luar karya sastra itu sendiri ataupun di dalam dirinya, oleh karena itu, sebagai dasar pemahaman terhadap suatu karya sastra dan sebagai satu dialektika antara teks dengan konteks penciptaannya (Riffaterre, 1978:1). Teori semiotik Riffaterre dipilih untuk menganalisis cerpen ini karena di dalam langkah analisisnya terdapat pencarian hipogram. hipogram adalah teks yang melatar belakangi penciptaan teks lain, sehingga jika hipogram dapat ditemukan, makna dan latar belakang juga dapat diketahui. Untuk

14 14 mengungkapkan makna karya sastra, dalam hal ini prosa, dibutuhkan sebuah metode. Riffaterre dalam bukunya Semiotics of Poetry mengungkapkan ada empat langkah yang harus ditempuh guna mendapatkan makna. Langkah-langkah tersebut adalah pembacaan heuristik, pembacaan hermeneutik, pencarian matriks; model; varian, dan pencarian hipogram, secara lebih lanjut dapat dijabarkan sebagai berikut: 1.Pembacaan heuristik Pembacaan heuristik merupakan cara kerja yang dilakukan oleh pembaca dengan menginterpretasikan teks sastra secara referensial lewat tanda-tanda linguistik (Riffaterre, 1978:5). Pembacaan heuristik adalah pembacaan berdasarkan struktur bahasanya atau secara semiotik adalah berdasarkan konvensi sistem semiotik tingkat pertama (Pradopo, 2005:135). 2. Pembacaan Hermeneutik Disebut juga sebagai pembacaan retroaktif yang merupakan kelanjutan dari pembacaan heuristik untuk mencari makna (meaning of meaning atau significance). Metode ini merupakan cara kerja yang dilakukan oleh pembaca dengan bekerja secara terus menerus lewat pembacaan teks sastra secara bolak balik dari awal sampai akhir (Riffaterre, 1978:2). Menurut Pradopo (2005:137), pembacaan hermeneutik merupakan pembacaan berdasarkan konvensi sistem semiotik tingkat kedua (makna konotasi). 3. Pencarian matriks, model, varian Teks berawal dari adanya matriks (Riffaterre, 1978:12). Matriks adalah kata kunci yang nantinya akan memberikan makna pada sebuah karya sastra. Matriks

15 15 tidak terdapat dalam teks namun akan diaktualisasikan dalam bentuk model. Matriks dapat berupa satu kata atau kalimat tertentu. Matriks bukanlah tema atau belum merupakan tema, akan tetapi matriks mengarah kepada tema. Model merupakan bentuk nyata atau bisa disebut juga sebagai bukti nyata dari matriks. Model dapat berupa satu kata atau kalimat yang terdapat dalam teks (Riffaterre, 1978:19). Varian merupakan bukti dari model, biasanya berupa kalimat-kalimat yang merupakan penjabaran dari model. 4. Pencarian hipogram Langkah terakhir adalah mencari hipogram dari karya tersebut. Hipogram adalah teks yang menjadi latar atau dasar penciptaan teks lain (Riffaterre, 1978:2). Hipogram dapat dibedakan menjadi dua, yaitu hipogram aktual dan potensial. Makna karya sastra dapat ditemukan dalam pencarian hipogram. Empat langkah yang diajukan oleh Riffaterre inilah yang akan digunakan untuk mencari makna dan latar belakang penciptaan cerpen Kumo no Ito. 1.6 Metode Penelitian Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan sebuah penelitian (Faruk, 1988:100). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif, yaitu dengan memaparkan data dan hasil analisa menggunakan kata-kata. Adapun langkahlangkah yang ditempuh adalah sebagai berikut: 1. Pengumpulan data Pertama, menentukan objek material yang berupa cerpen Kumo no Ito karya Akutagawa Ryuunosuke yang terdapat pada salah satu kumpulan cerpennya yang

16 16 berjudul Torokko-Hana (1991). Langkah selanjutnya adalah melakukan studi pustaka untuk mencari bahan-bahan yang mendukung penelitian berupa biografi pengarang dan sebagainya. 2. Analisis Data Tahapan selanjutnya adalah menganalisis cerpen menggunakan teori struktural terlebih dahulu untuk memudahkan dalam analisis selanjutnya. Analisis struktural dilanjutkan dengan menggunakan teori semiotik Riffaterre, dalam tahap ini dilakukan pembacaan heuristik, hermeneutik, pencarian matriks, model, varian, dan hipogram untuk mengetahui makna dan latar belakang pengarang yang tersirat di dalam cerpen Kumo no Ito. Langkah terakhir adalah pembuatan kesimpulan dari hasil analisis di atas untuk menjawab rumusan masalah yang telah disebutkan sebelumnya. 1.7 Sistematika Penulisan Penelitian ini akan disajikan dalam lima bab. Bab I berupa pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II berupa riwayat hidup pengarang yang meliputi kehidupan Akutagawa Ryuunosuke dan karya-karyanya. Bab III adalah analisis struktural sebagai langkah awal dalam menganalisis cerpen Kumo no Ito. Bab IV berupa analisis semiotik Riffaterre yang meliputi pembacaan heuristik, pembacaan hermeneutik, pencarian matriks, model, varian, dan pencarian hipogram. Bab V berupa penutup yang berisi kesimpulan hasil penelitian, dan bagian akhirnya adalah lampiran.

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur (litera=huruf atau karya tulis). Dalam bahasa Indonesia karya sastra berasal dari bahasa sansakerta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam

BAB I PENDAHULUAN. Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam arti, yaitu ragam sastra yang bahasanya terikat oleh rima atau pengulangan bunyi yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. antara individu dengan sesamanya. Berawal dari bahasa tersebut manusia dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. antara individu dengan sesamanya. Berawal dari bahasa tersebut manusia dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi, menyampaikan pendapat, mengapresiasikan pikiran sehingga tercipta pengertian antara individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan salah satu media yang digunakan seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan salah satu media yang digunakan seseorang untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi, 1998:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Karya sastra adalah sebuah struktur yang kompleks. Oleh karena itu, untuk dapat memahaminya haruslah karya sastra dianalisis. Dalam analisis itu karya sastra diuraikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan bahasa ringkas, pilihan kata yang konotatif, banyak penafsiran, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan bahasa ringkas, pilihan kata yang konotatif, banyak penafsiran, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Puisi merupakan bentuk karya sastra yang tersaji menggunakan kata-kata yang indah dan kaya bahasa yang penuh makna (Kosasih, 2008: 31). Keindahan puisi ditentukan

Lebih terperinci

banyak orang yang meneliti gaya bahasa puisi kontemporer. Gaya bahasa yang dideskripsikan melalui penelitian Gaya Bahasa dalam

banyak orang yang meneliti gaya bahasa puisi kontemporer. Gaya bahasa yang dideskripsikan melalui penelitian Gaya Bahasa dalam 12 Telepon Genggam terdapat banyak gaya bahasa yang khas dan unik serta belum banyak orang yang meneliti gaya bahasa puisi kontemporer. Gaya bahasa yang dideskripsikan melalui penelitian Gaya Bahasa dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. modern di Jepang adalah Akutagawa Ryuunosuke. Ryuunosuke sebagai pelopor

BAB 1 PENDAHULUAN. modern di Jepang adalah Akutagawa Ryuunosuke. Ryuunosuke sebagai pelopor BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu pengarang yang mempunyai kedudukan penting dalam kesusastraan modern di Jepang adalah Akutagawa Ryuunosuke. Ryuunosuke sebagai pelopor Kesusastraan Estetisme,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologis sastra atau sastera berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari akar kata Cas atau sas dan tra. Cas dalam bentuk kata kerja yang diturunkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah sistem yang kompleks sehingga untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah sistem yang kompleks sehingga untuk 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah sebuah sistem yang kompleks sehingga untuk memahami karya sastra dibutuhkan analisis. Definisi karya sastra menurut KBBI (1989:76) adalah sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang, yang berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik suasana pikir maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan gaya bahasa. Gaya bahasa atau Stile (style) adalah cara pengucapan

BAB I PENDAHULUAN. dengan gaya bahasa. Gaya bahasa atau Stile (style) adalah cara pengucapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya dan kegiatan seni yang berhubungan dengan ekspresi, seni dan penciptaan. Bahasa yang digunakan dalam sastra mengemban fungsi utama sebagai fungsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Sastra 1 merupakan curahan hati manusia berupa pengalaman atau pikiran tentang suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan media bahasa (Pradopo, 2010: 121). Bahasa merupakan media

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan media bahasa (Pradopo, 2010: 121). Bahasa merupakan media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan sebuah struktur yang bermakna. Hal ini disebabkan karya sastra merupakan sistem tanda yang mempunyai makna yang menggunakan media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Bahasa Karya Sastra

BAB I PENDAHULUAN  A. Bahasa Karya Sastra BAB I PENDAHULUAN Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan itu beraneka

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Dalam dunia kesusastraan, banyak sastrawan yang menghasilkan karya-karya yang

Bab 1. Pendahuluan. Dalam dunia kesusastraan, banyak sastrawan yang menghasilkan karya-karya yang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dalam dunia kesusastraan, banyak sastrawan yang menghasilkan karya-karya yang terkenal dan masih diteliti sampai saat ini, salah satunya adalah sastrawan yang berasal

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2007:588), konsep adalah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2007:588), konsep adalah BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2007:588), konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, diberi irama dengan bunyi yang padu, dan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, diberi irama dengan bunyi yang padu, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Puisi dalam Kamus Istilah Sastra (1984) adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, mantra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Hal yang sama

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Studi Terdahulu. tahun Skripsi tersebut menggunakan semiotik Michael Riffatterre sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Studi Terdahulu. tahun Skripsi tersebut menggunakan semiotik Michael Riffatterre sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Studi Terdahulu Sebelumnya, ada beberapa penelitian yang memiliki tema yang sama. Pertama, Intertekstual Lirik-Lirik Lagu Karya Ahmad Dhani: Sebuah

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek&Warren, 1995:3). Dalam

Bab 1. Pendahuluan. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek&Warren, 1995:3). Dalam Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek&Warren, 1995:3). Dalam Bahasa Indonesia, kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada kesusasteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan struktur dunia rekaan, artinya realitas dalam karya sastra adalah realitas rekaan yang tidak sama dengan realitas dunia nyata. Karya sastra itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi melalui bahasanya yang padat dan bermakna dalam setiap pemilihan

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi melalui bahasanya yang padat dan bermakna dalam setiap pemilihan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puisi sebagai salah satu jenis karya sastra memiliki nilai seni kesusastraan yang tinggi melalui bahasanya yang padat dan bermakna dalam setiap pemilihan katanya. Puisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

MAKSUD DAN TUJUAN. Menganalisis sajak adalah usaha menangkap dan memberi makna kepada teks sajak.

MAKSUD DAN TUJUAN. Menganalisis sajak adalah usaha menangkap dan memberi makna kepada teks sajak. ANALISIS SEMIOTIKA MAKSUD DAN TUJUAN Menganalisis sajak adalah usaha menangkap dan memberi makna kepada teks sajak. Menganalisis sajak itu bertujuan memahami makna sajak SEMIOTIKA TOKOH SEMIOTIKA XXX PUISI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah bentuk seni yang dituangkan melalui bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah bentuk seni yang dituangkan melalui bahasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah bentuk seni yang dituangkan melalui bahasa. Hal ini ditegaskan oleh Wellek dan Werren, bahwa karya sastra dipandang sebagai suatu kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata sastra diambil dari bahasa latin dan juga sansekerta yang secara harafiah keduanya diartikan sebagai tulisan. Sastra merupakan seni dan karya yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra selalu muncul dari zaman ke zaman di kalangan masyarakat. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetap terjaga dari dulu hingga sekarang. Keberhasilan Jepang saat ini tentu saja tidak

BAB I PENDAHULUAN. tetap terjaga dari dulu hingga sekarang. Keberhasilan Jepang saat ini tentu saja tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Jepang dipandang di mata dunia sebagai negara yang sangat maju dalam berbagai bidang seperti tekhnologi, transportasi, pendidikan, serta kebudayaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang adalah salah satu negara maju yang cukup berpengaruh di dunia saat ini. Jepang banyak menghasilkan teknologi canggih yang sekarang digunakan juga oleh negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan ide, gagasan, pendapat serta perasaan kepada orang lain. Sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat, bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di sekitarnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan proses kreatif seorang pengarang melalui daya imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra diadaptasi dari dunia nyata berupa pengalaman yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. Sastra diadaptasi dari dunia nyata berupa pengalaman yang kemudian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Sastra diadaptasi dari dunia nyata berupa pengalaman yang kemudian digambarkan melalui tulisan oleh pengarang. Saxby dalam Nurgiyantoro (2005: 4) mengatakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup diperhitungkan karya-karyanya dan dianggap sebagai pengarang produktif

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan ide-ide, penggambaran hal-hal, atau benda-benda

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan ide-ide, penggambaran hal-hal, atau benda-benda BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan ide-ide, penggambaran hal-hal, atau benda-benda ataupun gejala sosial yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Marlo, 1985:46).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah bentuk karya seni yang diungkapkan oleh pikiran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah bentuk karya seni yang diungkapkan oleh pikiran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah bentuk karya seni yang diungkapkan oleh pikiran danperasaan manusia dengan keindahan bahasa, keaslian gagasan, dan kedalaman pesan.genre sastra

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Untoro (2010: 217), cerpen adalah karangan pendek. novel, cerpen tidak dapat menjelaskan secara rinci unsur-unsur pembangun

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Untoro (2010: 217), cerpen adalah karangan pendek. novel, cerpen tidak dapat menjelaskan secara rinci unsur-unsur pembangun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Cerpen atau cerita pendek termasuk salah satu karya sastra fiksi yang berbentuk prosa naratif. Menurut Untoro (2010: 217), cerpen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya.

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh pengarang untuk dipahami dan dinikmati oleh pembaca pada khususnya dan oleh masyarakat pada umumnya. Hal-hal yang diungkap oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan seni dan karya yang sangat berhubungan erat dengan ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka karya sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting bagi manusia, karena pendidikan akan menentukan kelangsungan hidup manusia. Seorang manusia tidak cukup dengan tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk-bentuk karya sastra yang lainnya seperti puisi, cerpen, drama, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. bentuk-bentuk karya sastra yang lainnya seperti puisi, cerpen, drama, dan lain BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang populer di antara bentuk-bentuk karya sastra yang lainnya seperti puisi, cerpen, drama, dan lain sebagainya. Sebutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mencurahkan isi hati dan pikirannya. Dalam sebuah karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mencurahkan isi hati dan pikirannya. Dalam sebuah karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah salah satu hasil dari kebudayaan. Sastra merupakan kreasi manusia dalam mencurahkan isi hati dan pikirannya. Dalam sebuah karya sastra manusia bisa menuangkan

Lebih terperinci

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang 1 PENDAHULUAN Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan berbagai masalah yang dihadapinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra atau kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai perwujudan kehidupan manusia dan masyarakat melalui bahasa, sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat adalah novel. Menurut Esten (1993:

BAB I PENDAHULUAN. sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat adalah novel. Menurut Esten (1993: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu karya sastra prosa yang menggambarkan tentang permasalahan sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat adalah novel. Menurut Esten (1993: 12), novel merupakan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkrit yang membangkitkan

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan maksud tertentu oleh seseorang kepada orang lain. Dengan kata lain, untuk berkomunikasi. Menurut Keraf

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Dari beberapa penelusuran, tidak diperoleh kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini. Adapun penelitian yang hampir sama adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seni lukis ini memiliki keunikan tersendiri dalam pemaknaan karyanya.

BAB I PENDAHULUAN. Seni lukis ini memiliki keunikan tersendiri dalam pemaknaan karyanya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seni lukis merupakan bagian dari seni rupa yang objek penggambarannya bisa dilakukan pada media batu atau tembok, kertas, kanvas, dan kebanyakan pelukis memilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasanya terikat oleh irama, mantra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Hal

BAB I PENDAHULUAN. bahasanya terikat oleh irama, mantra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum terdapat tiga genre sastra, yaitu puisi, prosa, dan drama. Puisi adalah pemadatan ide atau gagasan yang jika kadar kepadatannya diencerkan akan berwujud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang adalah salah satu negara maju di Asia yang banyak memiliki sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di terjemahkan dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar, memberi petunjuk atau intruksi, tra artinya alat atau sarana sehingga dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lajang karya Ayu Utami ini menggunakan jenis penelitian deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. Lajang karya Ayu Utami ini menggunakan jenis penelitian deskriptif BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Strategi Penelitian Jenis penelitian dalam mengkaji novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran atau studi-studi mutakhir

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran atau studi-studi mutakhir BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran atau studi-studi mutakhir yang pernah diteliti oleh peneliti terdahulu yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Karya satra merupakan hasil dokumentasi sosial budaya di setiap daerah. Hal ini berdasarkan sebuah pandangan bahwa karya sastra mencatat kenyataan sosial budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah karya kreatif dan imajinatif dengan fenomena hidup dan kehidupan manusia sebagai bahan bakunya. Sebagai karya yang kreatif dan imajinatif

Lebih terperinci

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media bahasa merupakan salah satu media yang digunakan oleh seorang sastrawan untuk menyampaikan karya seni yaitu sebuah karya sastra untuk para pembaca. Keindahan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dihayati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai media hiburan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sebuah proses penciptaan karya fiksi. Abrams dalam Nurgiyantoro (2010)

BAB I PENDAHULUAN. dari sebuah proses penciptaan karya fiksi. Abrams dalam Nurgiyantoro (2010) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tokoh dan penokohan merupakan dua unsur yang tidak dapat terpisahkan dari sebuah proses penciptaan karya fiksi. Abrams dalam Nurgiyantoro (2010) menyatakan bahwa tokoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring berjalannya waktu karya sastra di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal tersebut dibuktikan dari banyaknya karya sastra yang mucul dalam kalangan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 9 Universitas Indonesia

BAB 2 LANDASAN TEORI. 9 Universitas Indonesia BAB 2 LANDASAN TEORI Sebagaimana telah disinggung pada Bab 1 (hlm. 6), kehidupan masyarakat dapat mengilhami sastrawan dalam melahirkan sebuah karya. Dengan demikian, karya sastra dapat menampilkan gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya, hidup manusia tidak bisa lepas dari bersastra. Kata sastra

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya, hidup manusia tidak bisa lepas dari bersastra. Kata sastra BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya, hidup manusia tidak bisa lepas dari bersastra. Kata sastra sudah sangat erat dengan kehidupan dan kebudayaan manusia, karena dimanapun manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak sekali bentuk karya sastra yang ada di sekitar kita. Karyakarya

BAB I PENDAHULUAN. Banyak sekali bentuk karya sastra yang ada di sekitar kita. Karyakarya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan hal yang sering kita temui dalam kehidupan seharihari. Banyak sekali bentuk karya sastra yang ada di sekitar kita. Karyakarya sastra tersebut biasa

Lebih terperinci

tersebut misalnya drama, cerpen, puisi, dan novel (Waluyo dan Soliman, oleh tiap-tiap pengarang dapat berbeda. Perbedaan itu meliputi beberapa hal

tersebut misalnya drama, cerpen, puisi, dan novel (Waluyo dan Soliman, oleh tiap-tiap pengarang dapat berbeda. Perbedaan itu meliputi beberapa hal BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sastra merupakan karya imajinasi yang menggambarkan kehidupan bermasyarakat yang dapat dinikmati, dipahami, dan dapat dimanfaatkan oleh kalangan masyarakat. Hasil dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan karya sastra di Indonesia saat ini cukup pesat. Terbukti dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan drama. Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan yang terjadi di masyarakat ataupun kehidupan seseorang. Karya sastra merupakan hasil kreasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. hasil penelitian sebelumnya. Kajian pustaka bersifat mutakhir yang memuat teori,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. hasil penelitian sebelumnya. Kajian pustaka bersifat mutakhir yang memuat teori, BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian yang sistematik dan relevan dari fakta serta hasil penelitian sebelumnya. Kajian pustaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas imajinatif. Secara garis besar dibedakan atas sastra lisan dan tulisan, lama

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas imajinatif. Secara garis besar dibedakan atas sastra lisan dan tulisan, lama 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah berbagai bentuk tulisan, karangan, gubahan, yang didominasi oleh aspek-aspek estetis. Ciri utama yang lain karya sastra adalah kreativitas imajinatif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra terbentuk atas dasar gambaran kehidupan masyarakat, karena dalam menciptakan karya sastra pengarang memadukan apa yang dialami dengan apa yang diketahui

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka mempunyai peranan penting dalam melakukan penelitian karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Novel Dalam kesusastraan dikenal bermacam-macam jenis sastra (genre). Menurut Warren dan Wallek (1995: 298) bahwa genre sastra bukan sekedar nama, karena konvensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan merupakan sebuah bentuk ekspresi atau pernyataan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Sebagai ekspresi kebudayaan, kesusastraan mencerminkan sistem sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta

BAB I PENDAHULUAN. sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah rangkaian tulisan yang diciptakan pengarang yang berasal dari pemikirannya sendiri, bisa bersumber dari realitas yang ada maupun dari imajinasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori BAB II LANDASAN TEORI Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori pendukungnya antara lain; hakekat pendekatan struktural, pangertian novel, tema, amanat, tokoh dan penokohan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahkan dikagumi sebagai salah satu negara yang berhasil mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. bahkan dikagumi sebagai salah satu negara yang berhasil mempertahankan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Negara Jepang di mata dunia dipandang dengan perkembangannya dalam berbagai bidang, baik teknologinya, budayanya, alam dan tata perkotaannya, bahkan dikagumi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya

BAB I PENDAHULUAN. dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesusastraan ditulis karena motivasi manusia mengekspresikan dirinya sendiri dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra (sansekerta/shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta sastra, yang berarti teks yang mengandung instruksi atau pedoman, dari kata dasar

Lebih terperinci

MASALAH-MASALAH SOSIAL DALAM NOVEL KETIKA CINTA BERTASBIH KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA

MASALAH-MASALAH SOSIAL DALAM NOVEL KETIKA CINTA BERTASBIH KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA MASALAH-MASALAH SOSIAL DALAM NOVEL KETIKA CINTA BERTASBIH KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bersifat individualis. Artinya, cara yang digunakan oleh tiap-tiap pengarang

BAB 1 PENDAHULUAN. bersifat individualis. Artinya, cara yang digunakan oleh tiap-tiap pengarang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra hadir sebagai wujud nyata imajinasi kreatif dari seorang sastrawan dengan proses yang berbeda antara pengarang yang satu dengan pengarang yang lain, terutama

Lebih terperinci

12Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Sejarah semiotika, tanda dan penanda, macam-macam semiotika, dan bahasa sebagai penanda.

12Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Sejarah semiotika, tanda dan penanda, macam-macam semiotika, dan bahasa sebagai penanda. semiotika Modul ke: Sejarah semiotika, tanda dan penanda, macam-macam semiotika, dan bahasa sebagai penanda. Fakultas 12Ilmu Komunikasi Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Program Studi S1 Brodcasting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak makna dan banyak aspek didalamnya yang dapat kita gali. Karya sastra lahir karena ada daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Drama hadir atas proses yang panjang dan tidak hanya terhenti sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Drama hadir atas proses yang panjang dan tidak hanya terhenti sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Drama hadir atas proses yang panjang dan tidak hanya terhenti sebagai seni pertunjukan, akan tetapi berlanjut dengan menunjukan fungsinya dalam kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pada dasarnya mempunyai berbagai permasalahan yang kompleks. Permasalahan-permasalahan tersebut menyangkut berbagai hal, yakni permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asal mula keberadaan lagu di negara Jepang diawali pada zaman Joodai

BAB I PENDAHULUAN. Asal mula keberadaan lagu di negara Jepang diawali pada zaman Joodai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asal mula keberadaan lagu di negara Jepang diawali pada zaman Joodai yaitu dengan munculnya kayo. Kayo lahir di Jepang dari kebudayaan bercocok tanam yang mana kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Untuk memperjelas dan memantapkan ruang lingkup permasalahan, sumber data, dan kerangka teoretis penelitian ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra dapat dilihat sebagai dokumen sosial budaya. Hal ini didasarkan pada pandangan bahwa karya sastra mencatat kenyataan sosial budaya suatu masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide, pikiran, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Drama merupakan kisah utama yang memiliki konflik yang disusun untuk sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini drama bukan hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya sebuah karya sastra tentu tidak akan terlepas dari kehidupan pengarang baik karya sastra yang berbentuk novel, cerpen, drama, maupun puisi. Latar belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa (Soemardjo, 1997:3). Demikian juga menurut Luxemburg (1992:23) sastra dapat dipandang

BAB I PENDAHULUAN. yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa (Soemardjo, 1997:3). Demikian juga menurut Luxemburg (1992:23) sastra dapat dipandang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, ide, semangat dan keyakinan dalam satu bentuk gambaran konkrit yang membangkitkan

Lebih terperinci