tahun belakangan ini, ditemukan bahwa jumlah individu yang mempunyai California, Amerika Serikat pada tahun 2012, jumlah individu yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "tahun belakangan ini, ditemukan bahwa jumlah individu yang mempunyai California, Amerika Serikat pada tahun 2012, jumlah individu yang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG INDIVIDU BERKEBUTUHAN KHUSUS Seiring dengan perkembangan kesadaran masyarakat akan kesehatan, diagnosa kebutuhan khusus pada individu juga marak berkembang. Pada tahun belakangan ini, ditemukan bahwa jumlah individu yang mempunyai kebutuhan khusus semakin meningkat. Menurut data yang di rilis di California, Amerika Serikat pada tahun 2012, jumlah individu yang mempunyai kebutuhan khusus mencapai 15 % dari total populasi individu yang berumur 0-17 tahun. Angka tersebut tidak jauh berbeda dari data yang dirilis oleh Riskesdas pada tahun 2007, bahwa jumlah individu dengan kebutuhan khusus di Indonesia mencapai 14 % dari total populasi (Irwanto, 2014). Dari total individu yang memiliki kebutuhan khusus pada tahun 2013 mereka juga menemukan bahwa autisme merupakan peringkat ke tiga dari daftar individu yang memerlukan kebutuhan khusus, setelah ketidakmampuan belajar, dan keterbatasan berbicara (didapatkan dari kidsdata.org). Autism 1

2 2 sendiri adalah kelainan perkembangann sistem saraf pada seseorang yang dialami sejak lahir ataupun pada saat masa balita (Volkmar & Wiesner, 2009). Autis sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu autos (self) yang ditujukan pada seseorang yang menujukan gejala hidup pada dunianya sendiri. Perkembangan penderita autism sendiri cukup mengkhawatirkan, walaupun tidak ada data statistik pasti untuk Indonesia, namun Menurut data dari UNESCO pada tahun 2011, terdapat 35 juta orang penyandang autisme di seluruh dunia. Rata-rata, 6 dari 1000 orang di dunia telah mengidap autisme. Menurut studi data jumlah anak penyandang autisme bisa berada di kisaran 112 ribu jiwa (Tempo, 2012). Angka tersebut diasumsikan dengan prevalensi autisme 168 per penduduk yang berusia 5 19 tahun (Irwanto, 2014). Jumlah anak penyandang autis di Indonesia meningkat hingga lima kali lipat tiap tahunnya, data dari waktu ke waktu ada kemungkinan seseorang menderita autisme di seluruh dunia terus mengalami peningkatan. Jumlah penderita autisme di Indonesia diperkirakan mengalami penambahan sekitar 500 orang setiap tahun (Tempo, 2012). Dilihat dari jenis kelamin, pada dasarnya jumlah penderita autisme dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, dengan perbandingan 4,3:1 (Tempo, 2012). Anak autis memerlukan terapi khusus, salah satu terapi yang populer dalam mengembangkan potensi anak autis saat ini, adalah art theraphy (terapi 2

3 3 seni). Dalam terapi seni ini anak autis diajarkan menggambar, melukis, membuat patung atau berlatih musik, melihat dan mempelajari obyek lukisan serta foto. Menurut Emery (2004), beberapa manfaat dari art therapy bagi anak autis, yaitu meningkatkan keterampilan berkomunikasi, mengembangkan perasaan anak autis, dan melatih koordinasi sistem saraf. Selain itu menurutnya anak autis memiliki kesulitan untuk mengekspresikan pendapat dan perasaan mereka, dengan art terapi ini tentunya berguna untuk membantu mereka dalam mengekspresikan perasaan mereka. Individu autis tidaklah berkemampuan intelegensi rendah, 20% lebih dari individu autis menunjukkan mereka memiliki IQ diatas 70 (Yatim, 2007, dalam senipedia, 2013). Kemampuan intelegensi tersebut menyebabkan anak autis mempunyai banyak bakat, salah satunya ialah melukis. Melukis memiliki manfaat yang baik pada anak autis, selain melukis itu sendiri adalah karya seni, ternyata melukis bermanfaat untuk membantu anak autis mengkomunikasikan dirinya dengan lingkungan dalam bentuk imajinasi mereka. Imajinasi mereka dituangkan dalam bentuk, simbol dan warna yang mereka tuangkan secara jujur dalam sebuah karya. Karya mereka adalah apa yang ada di pikiran mereka, mereka melukis sesuai dengan keinginan dan apa yang mereka lihat, karya mereka adalah sebuah ungkapan hati dan cara mereka untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain. Seni 3

4 4 merupakan kebutuhan anak yang sangat komperhensif dalam berkomunikasi, berujar serta berpikir. Pada saat melukis pikiran akan bercampur dengan perasaan mereka, sehingga dapat tercermin dalam lukisan mereka dan akan menjadi sebuah bentuk gagasan yang diekspresikan oleh anak tersebut. Pamadhi (2010, dalam senipedia, 2013) menjelaskan bahwa ungkapan dan gagasan tersebut ialah: 1. Mengutarakan pendapat, 2. Berkhayal-berimajinasi, 3. Bermain, 4. Belajar, 5. Memahami bentuk yang ada di sekitar anak, 6. Merasakan: kegembiraan, kesedihan, dan rasa keagamaan. Imajinasi individu autis tidak terhalang oleh situasi yang mereka hadapi, oleh karena itu mereka sangatlah bebas dalam berimajinasi dan hal ini membuat lukisan yang dihasilkannya memiliki imajinasi tinggi dan terkadang akan sulit untuk memahami bentuk bentuk unik dari ide dan gagasan yang dituangkan, penggambaran objek atau bentuk, pemilihan warna dan komposisi lukisan mereka. Berikut kegunaan melukis sebagai terapi untuk anak autis: 1. Melukis sebagai media mencurahkan perasaan. 4

5 5 Karena memiliki kesulitan untuk menyampaikan pesan kepada lingkungannya, maka melukis adalah salah satu cara mereka untuk mencurahkan perasaan. Dengan melukis mereka dapat menggambarkan perasan mereka dengan menggambarkan bentuk atau warna. Menurut ilmu psikologi, kecenderungan seseorang memilih warna didasari alasan tertentu dalam dirinya. Dengan cara melukis anak autis dapat mengungkapkan perasaan mereka dan membantunya untuk mengembangkan penyampaian perasaan dan ide-ide mereka secara spontan dalam bentuk visual. 2. Melukis sebagai media dalam berkomunikasi. Melukis merupakan wadah bagi anak autis untuk berkomunikasi dan bercerita kepada orang lain melalui imajinasinya. Mereka mengungkapkan imajinasinya dalam bentuk simbol yang tertuang dalam karya mereka. Walaupun terkadang sulit dimengerti karena mereka sering kali mempunyai keunikan dalam pemilihan bentuk dan warnanya, tetapi imajinasi dan pemikiran mereka terkadang jauh malampaui orang dewasa. Individu autis juga mempunyai kebutuhan yang sama dengan anak lainnya untuk mengembangkan dirinya, seperti melukis yang merupakan kebutuhan anak untuk berpikir, berujar dan berkomuniskasi yang sangat komperhensif. Individu autis mempunyai keterbatasan untk berkomunilasi 5

6 6 secara verbal, tentunya melukis akan menjadi sarana yang efektif untuk berkomunikasi. Jika ditinjau secara psikologis, proses individu autistik menggambar dan menjelaskan goresan goresannya sama dengan berbicara, Individu autistik menghubungkan bahasa dengan gambar dan tidak membedakan antara garis dengan komentar (Davido, 2012:18). Individu autistik selalu memperhatikan tanda dalam karyanya dan sering kali memberikan arti yang berbeda pada bentuk yang sama. Adanya arti berbeda dalam suatu bentuk yang sama merupakan keinginannya terkait dengan komunikasi. 3. Melukis dapat membantu proses peningkatan keterampilan motorik halus individu autistik. Dengan melukis, kemampuan mereka untuk melakukan kontrol terhadap tangan dan jari meningkat, selain itu dapat bermanfaat untuk melatih otot tangan dan eksplorasi jari. 4. Melukis dapat melatih ingatan anak autis. Melukis adalah menggambar bayangan yang ada di benak (Pamadhi, 2008:3.14). gambar yang muncul di pikiran pelukis adalah datang dari suatu peristiwa yang pernah diingatnya, baik hal tersebut adalah suatu kenangan yang baik ataupun yang buruk. Hal dan kejadian yang ada di dalam benak anak-anak autis biasanya dapat kembali teringat kembali 6

7 7 ketika mereka bertemu dengan bentuk, simbol, warna, perilaku orangorang diskitarnya atau kata-kata yang yang berhubungan dengan ingatannya. Seluruh ingatannya ini akan kembali lagi saat mereka melakukan kegiatan melukis, oleh karena itu, dengan menggambar atau melukis diharapkan dapat sebagai media untuk melatih mereka untuk mengasah daya ingat dan juga dapat mengenang kembali kenangan yang pernah dialami oleh anak-anak autis. Dengan melakukan kegiatan menulis ini tentunya akan membantu dan melatih mereka untuk berpikir secara menyeluruh. Selain itu kegiatan melukis atau menggambar ini adalah suatu latihan bagi mereka untuk merangkai suatu peristiwa, perasaan, dan juga bentuk menjadi satu ke dalam sebuah bentuk lukisan. Kegunaan menggambar untuk perkembangan daya berpikir individu-individu autistik adalah berupa pengembangan daya tangkap komprehesif dan juga untuk sebagai salah satu cara menjelaskan suatu kejadian dengan cara yang lebih ekspresif. Dengan menggambar tentunya juga akan membantu mereka dalam menerapkan keterampilan, kemampuan, serta pengertian akan suatu hal kedalam media lukis mereka. 5. Melukis dapat dijadikan sebagai media terapi untuk anak autis. Melukis sendiri adalah salah satu cara pengobatan yang dapat di terima oleh anak berkebutuhan khusus. Terapi ini memberikan gabungan untuk 7

8 8 mengespresikan emosi dan praktek terapi yang dapat menolong mereka sesuai dengan karakteristiknya, seperti membantu mereka dalam berkomunikasi meningkatkan peraan dan emosi, mengembangkan hubungan sosial dan juga melatih respon indrawi. Hal-hal memungkinkan dikarenakan individu autis memiliki potensi, seperti bakat dan kepintaran akademis yang tentunya dapat dikembangkan. Selain potensi umum yang dimiliki oleh anak autis, mereka memiliki kelebihan atau kemampuan khusus misalnya dalam bidang angka, pendengaran, penglihatan, dan sentuhan. Dengan mengetahui karakeristik dan potensi anak autis, tentunya akan membantu terapis dalam memperbaiki kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh individu autis dan dapat pula menggali potensi yang terpendam. Melukis dapat adalah salah satu cara untuk memperkenalkan anak pada kreatif dan juga sebagai media untuk mengekspersikan emosional diri kearah yang lebih baik. Di sini ada perpaduan antara ide-ide kreatif dan juga sisi emosional yang bisa didapatkan pada saat mereka berkarya. mereka bebas menciptakan dan membuat bentuk, symbol, dan warna yang digunakan, untuk menghasilkan sebuah bentuk karya yang unik dan tidak ada kembarannya, original, serta berkebaruan dikarenakan belum pernah ada sebelumnya. 8

9 9 Dengan kegiatan melukis akan megembangkan sisi kreatifitas individu autistik dan dapat pula menciptakan bentuk atau produk yang kreatif. Melukis sendiri memberikan pengalaman yang menyenangkan bagi mereka. Selain itu seni juga memberikan kesempatan untuk menjalin hubungan antara guru atau terapis dengan individu autistik itu sendiri, dimana ini akan membantu dalam membangun komunikasi verbal dan salah satu cara untuk mengetahui perkembangan kognitif dan juga pelajaran sekolah lainnya. Namun melihat fakta-fakta autisme saat ini seperti yang dijelaskan oleh Budiman (2014), bahwa individu dengan gangguan spektrum autistik, kebutuhannya sering terabaikan, dan juga mereka kerap diperlakukan tidak adil, semena-mena, dianiaya, bahkan dilecehkan. Selain itu beliau juga menyatakan bahwa jaman dahulu individu dengan gangguan autistik sering sekali disamakan dengan penyakit kejiwaaan dan pada akhirnya dimasukan kedalam rumah sakit jiwa. Ketidakadilan ini juga terlihat dalam pendidikan, meskipun pemerintah menyatakan bahwa semua individu berhak mendapatkan pendidikan termasuk individu-individu autistik, namun kenyataannya sedikit sekolah yang mau menerima mereka dan kalaupun diterima orang tua harus membayar uang sekolah yang jauh lebih tinggi. Selain itu dapat dilihat pula seringkali perusahaan asuransi tidak mau 9

10 10 membuka asuransi untuk individu autistik karena dianggap kelainan bawaan (Budiman, 2014). Menurut data yang didapatkan oleh Irwanto (2014), individu dengan gangguan spektrum autistik lebih sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Dengan perbandingan.649 untuk individu dengan gangguan spektrum autistik mild disability dan perbandingan.102 untuk severe disability. Selain itu menurut WHO pada tahun 2013, biaya yang harus dikeluarkan per kasus untuk autisme adalah juta USD, dan di Indonesia dengan asumsi biaya kehidupan 1/10 dari amerika dan eropa maka total biaya rata-rata yang harus dikeluarkan untuk penderita autisme sekitar per kasus (Irwanto, 2014) FASHION Fashion mempunyai arti sesuatu yang populer atau gaya terkini dari pakaian, model rambut, atau dekorasi (menurut Dunia fashion sendiri di Indonesia mulai berkembang semenjak tahun 1960 dan diikuti dengan kelahiran desainer-desainer legendaris indonesia pada tahun seperti Iwan Tirta, Prajudi dan Harry Dharsono pada tahun Memasuki tahun 2000-an dunia fashion Indonesia semakin berkembang ditandai dengan lahirnya Jakarta Fashion Week pada tahun 2008 untuk lebih 10

11 11 mengenalkan kreatifitas desainer lokal Indonesia dan dunia fashion Indonesia mulai mendapat tempat tersendiri pada dunia internasional. Fashion memegang peranan penting dalam industri di Indonesia. Fashion merupakan salah satu bagian dari 14 bidang industri kreatif di Indonesia, bidang ekonomi kreatif sendiri telah dianggap mampu memberikan PDB nasional secara signifikan dari tahun , dengan rata-rata kontribusi 5.67 persen dari total PDB nasional dan mempunyai kontribusi ekspor 9.13 persen (Pengembangan ekonomi kreatif Indonesia 2025, Departemen Perdagangan Republik Indonesia, 2008). Pada tahun 2010 kontribusi industri kreatif di Indonesia meningkat menjadi 7.34% (SWA 09, 2014). Dalam keseluruhan ekonomi kreatif, dunia fashion merupakan kontributor utama dan mampu memberikan sumbangsi sebesar 50 persen lebih untuk kontribusi PDB. (Pengembangan ekonomi kreatif indonesia 2025, departemen perdagangan republik Indonesia, 2008). Industri fashion merupakan industri yang terus berkembang dan menjanjikan. Pertumbuhan fashion dalam beberapa tahun terakhir menyebabkan perubahan kebiasaan konsumen terhadap fashion. Konsumen semakin sadar akan fashion dan mereka ingin agar selalu tetap mengikuti tren terkini (D Aveni, 2010). Menurut data fashion memegang peranan penting dalam pengeluaran dan gaya hidup seseorang, kesadaran sesorang akan 11

12 12 fashion dapat mengubah kebiasaan dan benda-benda lain yang dimiliki oleh seseorang, seperti pakaian, furnitur dan peralatan rumah tangga (Back, 1985; Bakewell et al., 2006). Dengan menggabungkan hasil karya individu dengan gangguan spektrum autistik dengan fashion, tentunya diasumsikan mampu memberikan perubahan terhadap gaya hidup seseorang, khususnya kesadaran orang terhadap autisme. Diharapkan dapat menyebar dengan cepat dan meningkatkan kepedulian untuk individu dengan gangguan spektrum autistik. 1.2 IDENTIFIKASI MASALAH Seperti yang dijelaskan sebelumnya oleh Budiman (2014), bahwa individu dengan gangguan spektrum autistik, kebutuhannya sering terabaikan, dan juga mereka kerap diperlakukan tidak adil seperti terlihat di area pendidikan, kesehatan, dan menurut Irwanto (2014), individu dengan gangguan spektrum autistik lebih sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Mengingat pula data yang didapatkan WHO di tahun 2013, biaya yang harus dikeluarkan per kasus untuk autisme juga terlihat tinggi, yaitu juta USD, dan di Indonesia dengan asumsi biaya kehidupan 1/10 dari amerika dan eropa maka total biaya rata-rata yang harus dikeluarkan untuk penderita autisme sekitar per kasus (Irwanto, 2014). 12

13 13 Berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas, diketahui bahwa individu autistik memiliki biaya hidup yang sangat mahal dan mereka masih membutuhkan bantuan dari pihak lain untuk membuatnya dapat hidup mandiri nantinya. Oleh karena itu solusi dari kami adalah membuat sebuah kegiatan serta aktifitas yang berada di dalam galeri yang dibentuk oleh business model ini sebagai tempat untuk mengembangkan kemampuan dan potensi mereka dalam bentuk karya seni yang nantinya akan dibantu untuk dipasarkan ke masyarakat luas sekaligus meningkatkan kepedulian warga mengenai autisme itu sendiri. 1.3 IDE BISNIS Ide bisnis ini bergerak di area isu sosial yang ada di masyarakat Indonesia khususnya pada individu dengan kebutuhan khusus. Untuk saat ini fokus business model ini adalah mengangkat salah isu sosial terkait dengan autisme. Dasar business model terbentuk karena adanya peningkatan kelainan individu autisik yang terjadi di Indonesia, selain itu ketergantungan pada setiap keluarga individu autistik sangatlah tinggi terhadap ketersediaan suatu kegiatan dan aktivitas yang bisa mengembangkan kemampuan individu autistik agar dapat mandiri dari segi material. Saat ini di Indonesia sendiri sudah dapat ditemukan sekolah-sekolah dan ekstrakulikuler untuk individu-individu yang berkebutuhan khusus termasuk autisme, 13

14 14 tetapi untuk biaya sebuah pendidikan baik dari keterampilan ataupun pelajaran umum dapat terbilang mahal yang dikarenakan butuhnya pengajar yang mengerti tentang ilmu psikologi ataupun guru yang harus dikembangkan lewat pelatihan-pelatihan dari segi penanganan terhadap individu autism. Untuk itu dengan berbentuk galeri, bisnis ini dibangun agar bisa menjadi bentuk bantuan para autistik untuk mengembangkan bakat mereka. Di dalam galeri, nantinya akan diadakan pelatihan untuk pengembangan bakat autistik dan kemampuan seni baik melukis dan seni lainnya. Alasan dipilihnya pembelajaran kesenian baik karya design, gambar, ataupun grafik menjadi fokus galeri ini sesuai yang dijelaskan diatas adalah dikarenakan salah satu bentuk terapi yang baik terhadap individu autistik dan juga selain itu bisa menjadi media untuk mendapatkan penghasilan, sehingga dapat memandirikan mereka lewat karya-karya yang dihasilkan sehingga dapat membantu kebutuhan hidup mereka sendiri. Adapun sisi bisnis dari business model ini adalah dengan menggunakan hasil karya seperti lukisan dan grafik yang tercipta di galeri sebagai sumber daya utama untuk masuk ke industri fashion. Pengimplementasian lukisan dan grafik ini akan dibentuk dengan memasukan hasil karya autistik ke produk-produk yang akan diperjualbelikan seperti pakaian dan akesoris fashion dan juga design yang dihasilkan 14

15 15 oleh individu autistik ini nantinya akan mendapatkan pembagian hasil dari hasil penjualan sehingga dapat membantu mereka dalam mendapatkan penghasilan. 1.4 TUJUAN DAN MANFAAT TUJUAN Tujuan dari bisnis ini adalah sebagai bentuk bantuan dan saluran untuk mempromosikan hasil karya lukisan individu austik dengan bentuk produk fashion sebagai fokus kepada warga Jakarta supaya mereka lebih peduli dan mengetahui mengenai autisme MANFAAT Manfaat dari bisnis ini adalah untuk meningkatkan kepedulian mengenai autism dan juga hasil karya lukisan mereka. Selain itu, bisnis ini juga akan membantu mereka dalam menjalankan hidup, dikarenakan seperti yang sudah diketahui biaya hidup mereka tidak murah dengan cara mengembangkan bakat mereka sampai menghasilkan karya yang baik dan dapat dipasarkan. 15

16 RUANG LINGKUP Ruang lingkup dari bisnis ini adalah untuk mengembangkan kepedulian mengenai autisme dan juga untuk mengembangkan bisnis fashion seperti: 1. Strategi bisnis termasuk kompetisi, strategi pemasaran, dan lain-lain untuk mengembangkan bisnis seni terutama dalam penciptaan seni individu-individu autistik dan terus mempertahankan untuk tetap sustain dengan terus berkreativitas dan berinovasi. 2. Value preposition, aspek khas yang memisahkan bisnis ini terhadap bisnis fashion lainnya. 3. Kelayakan bisnis. 1.6 STRUKTUR PENULISAN Sistematika penulisan ini akan menjelaskan secara singkat gambaran dari permasalahan dan ide yang akan dibahas yang terbagi dalam lima bab sebagai berikut; Bab 1 Pendahuluan. Pada bab ini akan menguraikan tentang latar belakang masalah, tujuan serta manfaat pembelajaran mengenai autism dan penjelasan singkat tentang ide dari bisnis yang akan diajukan. 16

17 17 Bab 2 Landasan Teori. Pada bab ini membahas teori yang berhubungan dengan penciptaan bisnis dan sekilas tentang arti dari autism dan social entrepreneur itu sendiri. Bab 3 Business Model Creation. Bab ini akan menjelaskan secara detail ide dari bisnis ini, mengenai semua sumber daya, aktivitas, proporsi nilai hingga membahas bagaimana cara mendapatkan arus pendapatan dan hubungan dengan pelanggan. Bab 4 Business Plan. Pada bab ini akan membahas semua ide dari bisnis ini hingga permodalan dan berbagai strategi marketing dan manajemen untuk menjalankan usaha ini, dibahas pula perputaran keuangan dan perhitungan BEP. Bab 5 Penutup. Pada bab ini akan membahas mengenai kesimpulan dan saran sebagai evaluasi dalam menjalankan bisnis ini kedepannya. 17

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Autisme merupakan suatu kumpulan gejala (sindrom) yang diakibatkan oleh kerusakan saraf. Gejalanya sudah tampak sebelum anak mencapai usia tiga tahun. Penyandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting. Untuk menilai tumbuh kembang anak banyak pilihan cara. Penilaian

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting. Untuk menilai tumbuh kembang anak banyak pilihan cara. Penilaian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Deteksi dini untuk mengetahui masalah atau keterlambatan tumbuh kembang sangat penting. Untuk menilai tumbuh kembang anak banyak pilihan cara. Penilaian pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang berbeda-beda, diantaranya faktor genetik, biologis, psikis dan sosial. Pada setiap pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Anak dengan Autism Spectrum Disorder (ASD) sering digambarkan sebagai anak yang hidup dalam dunianya sendiri. Banyak dijumpai anak autis menunjukkan perilaku

Lebih terperinci

MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina

MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina PENDAHULUAN Pendidikan anak usia dini yang menjadi pondasi bagi pendidikan selanjutnya sudah seharusnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat berkembang secara baik atau tidak. Karena setiap manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat berkembang secara baik atau tidak. Karena setiap manusia memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Setiap orang tua menginginkan anaknya lahir secara sehat sesuai dengan pertumbuhannya. Akan tetapi pola asuh orang tua yang menjadikan pertumbuhan anak tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara efektif dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak adalah karunia yang diberikan oleh Tuhan kepada umatnya. Setiap orang yang telah terikat dalam sebuah institusi perkawinan pasti ingin dianugerahi seorang anak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Kelainan ini dikenal dan

BAB I PENDAHULUAN. Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Kelainan ini dikenal dan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Kelainan ini dikenal dan diperkenalkan tahun 1943 oleh seorang psikolog anak di Amerika Serikat bernama Leo Kanner

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Untuk mendapatkan gambaran tentang pengertian Pusat Pendidikan dan Terapi Anak Autis di Sukoharjo dengan Pendekatan Behaviour Architecture, perlu diketahui tentang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal, seorang bayi mulai bisa berinteraksi dengan ibunya pada usia 3-4 bulan. Bila ibu merangsang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mengemban tugas untuk dapat mengembangkan potensi kreatif yang dimiliki setiap anak. Anak perlu mendapat bimbingan yang tepat, sehingga memungkinkan

Lebih terperinci

Modul 3 PPG-Konten Kurikulum 1

Modul 3 PPG-Konten Kurikulum 1 C. Hakikat Seni Anak Usia Dini Seni mewakili perasaan dan persepsi tentang dunia anak. Seorang anak menggambar dan menulis untuk mengatur gagasan dan membangun makna dari pengalamannya (Baghban, 2007).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem. Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem. Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan mempunyai pengertian sebagai berikut: Pendidikan adalah usaha sadar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Sekolah Luar Biasa : Autisme Boyolali Alam Taman Terapi :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Sekolah Luar Biasa : Autisme Boyolali Alam Taman Terapi : BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Sekolah Luar Biasa :Sekolah Luar Biasa (SLB) adalah sekolah khusus bagi anak usia sekolah yang memiliki kebutuhan khusus. (http://repository.usu.ac.id, diakses 27

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian dari keluarga, dimana sebagian besar kelahiran disambut bahagia oleh anggota keluarganya, setiap orang tua mengharapkan anak yang sehat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu bangsa tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Autis merupakan gangguan perkembangan yang menghambat berbagai aspek dalam kehidupan anak dengan gangguan autis. Anak autis rata-rata mengalami gangguan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 profesi anak jalanan.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 profesi anak jalanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang telah dilakukan selama ini oleh pemerintah Indonesia memang telah menghasilkan kemajuan di beberapa sektor ekonomi, namun dibalik itu semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas suatu bangsa. Setiap warga negara Indonesia, tanpa membedakan asal-usul, status sosial ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara efektif dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menerima bahwa anaknya didiagnosa mengalami autisme.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menerima bahwa anaknya didiagnosa mengalami autisme. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah anugerah yang diberikan oleh Allah SWT kepada setiap keluarga yang amat mendambakannya. Berbagai harapan hadir ketika anak mulai ada di dalam perut Ibu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, seperti yang tercantum dalam Undang Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seni merupakan ekspresi perasaan dan pikiran. Ekspresi adalah sesuatu yang dikeluarkan, hal ini dipaparkan oleh Jakob Sumardjo (2013). Berdasarkan paparan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari hari ke hari istilah autisme semakin banyak diperbincangkan di

BAB I PENDAHULUAN. Dari hari ke hari istilah autisme semakin banyak diperbincangkan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari hari ke hari istilah autisme semakin banyak diperbincangkan di mana-mana. Hal ini mengindikasikan bahwa perkembangan autisme semakin lama semakin meningkat. Namun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Autis merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Autis merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Autis merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks yang menyangkut masalah komunikasi, interaksi sosial, dan aktivitas imajinasi. Istilah autis hingga kini masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO pada tahun 2014 mencatat bahwa jumlah anak autis di dunia mencapai

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO pada tahun 2014 mencatat bahwa jumlah anak autis di dunia mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak-anak autis di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Data UNESCO pada tahun 2014 mencatat bahwa jumlah anak autis di dunia mencapai 35 juta jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang telah menikah pastilah mendambakan hadirnya buah hati di tengah-tengah kehidupan mereka, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah hak semua anak, demikian pula dengan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus sudah diatur dalam Undang-Undang No.20

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN AUTISM CARE CENTER

Bab I PENDAHULUAN AUTISM CARE CENTER Bab I PENDAHULUAN AUTISM CARE CENTER I.1. Latar Belakang Anak-anak adalah anugerah dan titipan Tuhan Yang Maha Esa yang paling berharga. Anak yang sehat jasmani rohani merupakan idaman setiap keluarga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semua orangtua menginginkan anaknya sehat, mampu bersekolah, berteman dan akhirnya terjun pada masyarakat saat mereka sudah cukup dewasa. Namun bagi orang tua yang

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Anak adalah permata bagi sebuah keluarga. Anak adalah sebuah karunia

BABI PENDAHULUAN. Anak adalah permata bagi sebuah keluarga. Anak adalah sebuah karunia BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah permata bagi sebuah keluarga. Anak adalah sebuah karunia dan perhiasan dunia bagi para orangtua. Banyak pasangan muda yang baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan anak merupakan sebuah proses yang indah di mata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan anak merupakan sebuah proses yang indah di mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan anak merupakan sebuah proses yang indah di mata orang tua. Karena anak merupakan buah cinta yang senantiasa ditunggu oleh pasangan yang telah menikah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, komunikasi menjadi hal terpenting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, komunikasi menjadi hal terpenting dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, komunikasi menjadi hal terpenting dalam kehidupan yang mana manusia tidak bisa terhindar dari proses komunikasi. Pentingnya proses komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebahagiaan terbesar orang tua adalah adanya kehadiran anak. Anak yang tumbuh sehat merupakan harapan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebahagiaan terbesar orang tua adalah adanya kehadiran anak. Anak yang tumbuh sehat merupakan harapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebahagiaan terbesar orang tua adalah adanya kehadiran anak. Anak yang tumbuh sehat merupakan harapan setiap orang tua. Namun kebahagiaan dan harapan tersebut

Lebih terperinci

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN Sebuah karya seni dapat terlihat dari dorongan perasaan pribadi pelukis. Menciptakan karya seni selalu di hubungkan dengan ekspresi pribadi senimannya. Hal itu di awali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Permasalahan a. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Permasalahan a. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan a. Latar Belakang Permasalahan Saat ini Pendidikan Kristiani untuk anak semakin berkembang. Hal ini dapat dipastikan dengan hadirnya berbagai macam pendekatan yang disesuaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian. terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak.

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian. terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak. Kehilangan pendengaran yang ringan

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT IQ TERHADAP KEMAJUAN TERAPI ANAK AUTISME DI SLB BIMA KOTA PADANG TAHUN 2011 OLEH NOVERY HARIZAL BP

GAMBARAN TINGKAT IQ TERHADAP KEMAJUAN TERAPI ANAK AUTISME DI SLB BIMA KOTA PADANG TAHUN 2011 OLEH NOVERY HARIZAL BP GAMBARAN TINGKAT IQ TERHADAP KEMAJUAN TERAPI ANAK AUTISME DI SLB BIMA KOTA PADANG TAHUN 2011 OLEH NOVERY HARIZAL BP. 0910325120 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG,

Lebih terperinci

HUBUNGAN MENGGAMBAR BEBAS TERHADAP KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B2 TK AL-KHAIRAAT III PALU

HUBUNGAN MENGGAMBAR BEBAS TERHADAP KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B2 TK AL-KHAIRAAT III PALU HUBUNGAN MENGGAMBAR BEBAS TERHADAP KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B2 TK AL-KHAIRAAT III PALU Indriwati 1 ABSTRAK Masalahan pokok dalam artikel ini adalah kreativitas anak yang belum berkembang sesuai harapan.

Lebih terperinci

BAB I BUSINESS ENVIRONMENT ANALYSIS

BAB I BUSINESS ENVIRONMENT ANALYSIS BAB I BUSINESS ENVIRONMENT ANALYSIS 1.1 Latar Belakang Di era modern sekarang ini, berbelanja barang-barang fashion untuk menunjang penampilan menjadi kebutuhan rutin setiap orang baik pria maupun wanita.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus dini sudah meningkat di Indonesia, mencapai 6,6 juta orang atau tiga persen dari jumlah penduduk sekitar 220 juta jiwa. Menurutnya

Lebih terperinci

Oleh TIM TERAPIS BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH

Oleh TIM TERAPIS BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH Oleh TIM TERAPIS BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH Pendahuluan Tidak ada anak manusia yang diciptakan sama satu dengan lainnya Tidak ada satupun manusia tidak memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Komunikasi merupakan hal terpenting dalam melakukan interaksi. Komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleks pada anak, mulai tampak sebelum usia 3 tahun. Gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleks pada anak, mulai tampak sebelum usia 3 tahun. Gangguan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Autisme dipandang sebagai kelainan perkembangan sosial dan mental yang disebabkan oleh gangguan perkembangan otak akibat kerusakan selama pertumbuhan fetus, atau saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelatihan adalah bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku, dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain dengan tujuan tertentu. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi sosial, tidak bisa mengamati dan mengolah informasi. Orang

BAB I PENDAHULUAN. interaksi sosial, tidak bisa mengamati dan mengolah informasi. Orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Autisme merupakan gangguan dalam perkembangan komunikasi, interaksi sosial, tidak bisa mengamati dan mengolah informasi. Orang dengan Autisme Spectrum Disorder (ASD)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar anak berkembang dengan kondisi fisik atau mental yang normal. Akan tetapi, sebagian kecil anak mengalami hambatan dalam perkembangannya atau memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan anugrah yang Tuhan berikan untuk dijaga dan dirawat. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam masa tumbuh kembang. Memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan No. 002/U/1986, pemerintah telah merintis

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan No. 002/U/1986, pemerintah telah merintis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah dalam upaya pemerataan layanan pendidikan untuk menuntaskan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun yang berkualitas bagi semua anak di Indonesia mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan bagian penting dalam kehidupan. Bahkan di dalam Undang-Undang Dasar Negara di sebutkan bahwa setiap warga Negara berhak dan wajib mendapat pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga masa dewasa. Perkembangan yang dilalui tersebut merupakan suatu perubahan yang kontinu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2007) ekonomi gelombang ke-4 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2007) ekonomi gelombang ke-4 adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekonomi kreatif merupakan pengembangan konsep berdasarkan modal kreatifitas yang dapat berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Menurut Presiden Susilo Bambang

Lebih terperinci

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI Rita Eka Izzaty SETUJUKAH BAHWA Setiap anak cerdas Setiap anak manis Setiap anak pintar Setiap anak hebat MENGAPA ANAK SEJAK USIA DINI PENTING UNTUK DIASUH DAN DIDIDIK DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang sangat luar biasa, karena anak akan menjadi generasi penerus dalam keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang sangat luar biasa, karena anak akan menjadi generasi penerus dalam keluarga. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memiliki anak yang sehat dan memiliki tumbuh kembang yang baik merupakan dambaan bagi setiap pasangan suami istri yang telah menikah. Anak merupakan berkah yang sangat

Lebih terperinci

SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK

SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK Oleh Augustina K. Priyanto, S.Psi. Konsultan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus dan Orang Tua Anak Autistik Berbagai pendapat berkembang mengenai ide sekolah reguler bagi anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada setiap budaya dan lingkungan masyarakat, keluarga memiliki struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada setiap budaya dan lingkungan masyarakat, keluarga memiliki struktur yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada setiap budaya dan lingkungan masyarakat, keluarga memiliki struktur yang mungkin saja berbeda dan terbentuk dengan cara-cara yang juga beragam. Namun sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 2003, hlm Faisal Yatim, Autisme (Suatu Gangguan Jiwa pada Anak-Anak), Pustaka Populer Obor,

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 2003, hlm Faisal Yatim, Autisme (Suatu Gangguan Jiwa pada Anak-Anak), Pustaka Populer Obor, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rehabilitasi merupakan usaha yang perlu dikaji untuk dapat diambil dengan nempertimbangkan perbagai aspek, terutama pemulihan kesehatan fisik jasmaniah, pengembangan

Lebih terperinci

2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG

2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini, dihadapkan pada banyak tantangan baik dalam bidang sosial, ekonomi, politik, budaya juga pendidikan. Semakin hari persaingan sumber

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya 4 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Perkembangan Balita Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya mengetahui sekelumit pertumbuhan fisik dan sisi psikologinya. Ada beberapa aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat 400% menjadi 1 banding 625 (Mash & Wolfe, 2005). Tahun 2006,

BAB I PENDAHULUAN. meningkat 400% menjadi 1 banding 625 (Mash & Wolfe, 2005). Tahun 2006, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka pertumbuhan anak autis di dunia dalam dekade terakhir sungguh mengkhawatirkan, lihat saja pada awal tahun 2000 prevalensi penyandang autis masih 1:2.500 (Tanguay,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai berusia delapan tahun (0 8 tahun). Usia ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk kesejahteraan dan kesembuhan orang lain. Maka haruslah tergerak motifmotif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk kesejahteraan dan kesembuhan orang lain. Maka haruslah tergerak motifmotif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan merupakan pengabdian atau pekerjaan sosial yang dilakukan untuk kesejahteraan dan kesembuhan orang lain. Maka haruslah tergerak motifmotif dimana

Lebih terperinci

POLA INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS DI SEKOLAH KHUSUS AUTIS. Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan. Mencapai derajat Sarjana S-1

POLA INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS DI SEKOLAH KHUSUS AUTIS. Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan. Mencapai derajat Sarjana S-1 POLA INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS DI SEKOLAH KHUSUS AUTIS Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Psikologi Disusun Oleh : YULI TRI ASTUTI F 100 030

Lebih terperinci

PERANAN METODE PEMBERIAN TUGAS MEWARNAI GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B TK JAYA KUMARA DESA BALINGGI JATI

PERANAN METODE PEMBERIAN TUGAS MEWARNAI GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B TK JAYA KUMARA DESA BALINGGI JATI PERANAN METODE PEMBERIAN TUGAS MEWARNAI GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B TK JAYA KUMARA DESA BALINGGI JATI Ni Nyoman Ayu Surasmi 1 ABSTRAK Permasalahan pokok dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2000, naik lagi menjadi 1: 250 kelahiran. Tahun 2006, jumlah anak autis

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2000, naik lagi menjadi 1: 250 kelahiran. Tahun 2006, jumlah anak autis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penyandang autisme semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1987, jumlah penyandang autisme diperkirakan 1: 5000 kelahiran. Sedangkan pada tahun 1997,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Autis adalah suatu gejala psikosis pada anak-anak yang unik dan menonjol yang sering disebut Sindrom Kanner yang dicirikan dengan ekspresi wajah yang kosong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semua orang tua pasti mengharapkan memiliki anak yang sehat baik fisik maupun mental dan menjadi anak yang baik dan menjadi kebanggaan keluarga. Namun pada kenyataannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam latar belakang ini, ada beberapa hal yang akan disampaikan penulis. hal tersebut terkait masalah yang diangkat. masalah atau isu yang diangkat tentunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi. Setiap pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga tersier. Feist, Jess (2010) mengatakan bahwa salah satu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. hingga tersier. Feist, Jess (2010) mengatakan bahwa salah satu kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ditengah era globalisasi dan berkembangnya zaman membuat kebutuhan konsumen menjadi sangat beragam. Mulai dari kebutuhan primer, sekunder hingga tersier. Feist,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini menjelaskan mengenai rencana model bisnis Distro balita

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini menjelaskan mengenai rencana model bisnis Distro balita BAB I PENDAHULUAN Penelitian ini menjelaskan mengenai rencana model bisnis Distro balita yang akan diberi nama Dista. Dista merupakan bisnis distro khusus untuk balita yang memberikan pelayanan pembungkus

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak hanya dibutuhkan oleh anak-anak normal (siswa reguler), akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak hanya dibutuhkan oleh anak-anak normal (siswa reguler), akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi hak setiap anak. Pendidikan menjadi salah satu aspek penting dalam membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (verbal communication) dan komunikasi nonverbal (non verbal communication).

BAB I PENDAHULUAN. (verbal communication) dan komunikasi nonverbal (non verbal communication). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan salah satu aspek terpenting dan kompleks bagi kehidupan manusia. Manusia sangat dipengaruhi oleh komunikasi yang dilakukannya dengan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri individu, selain itu

BAB I PENDAHULUAN. 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri individu, selain itu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dewasa awal adalah individu yang berada pada rentang usia antara 20 hingga 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri individu, selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak pada rentang usia 4-6 tahun merupakan bagian dari tahapan anak usia dini yang memiliki kepekaan dalam menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan melalui

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang Masalah

Bab 1 Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang Masalah Bab 1 Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang Masalah Konsultasi terhadap seseorang yang memiliki expertise dibidang tertentu dalam menyelesaikan suatu permasalahan merupakan pilihan tepat guna mendapatkan jawaban,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak berkebutuhan khusus (Heward dan Orlansky, 1992) adalah anak dengan

BAB I PENDAHULUAN. Anak berkebutuhan khusus (Heward dan Orlansky, 1992) adalah anak dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak berkebutuhan khusus (Heward dan Orlansky, 1992) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan

Lebih terperinci

MENGATASI PERMASALAHAN PERILAKU ANAK PENYANDANG AUTISME DENGAN METODE APPLIED BEHAVIOUR ANALYSIS (ABA) DI TK PERMATA BUNDA SURAKARTA

MENGATASI PERMASALAHAN PERILAKU ANAK PENYANDANG AUTISME DENGAN METODE APPLIED BEHAVIOUR ANALYSIS (ABA) DI TK PERMATA BUNDA SURAKARTA i MENGATASI PERMASALAHAN PERILAKU ANAK PENYANDANG AUTISME DENGAN METODE APPLIED BEHAVIOUR ANALYSIS (ABA) DI TK PERMATA BUNDA SURAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi baik media cetak maupun media elektronik. Perusahaan telah

BAB I PENDAHULUAN. informasi baik media cetak maupun media elektronik. Perusahaan telah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada awal abad 21 ini, teknologi computer dan internet bukan lagi menjadi sesuatu yang mewah dan sulit dipelajari.berbagai informasi dari luar dan dalam negeri sangat

Lebih terperinci

BAB I 1.1 Latar Belakang

BAB I 1.1 Latar Belakang BAB I 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom atau pola perilaku yang secara klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan menimbulkan gangguan pada satu atau lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena itu mereka termasuk kedalam anak berkebutuhan khusus (Miller, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena itu mereka termasuk kedalam anak berkebutuhan khusus (Miller, 2005). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cerebral palsy merupakan suatu gangguan cacat motorik yang biasa terjadi pada anak usia dini, biasanya ditemukan sekitar umur kurang dari 2 tahun. Anak dengan cerebral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal. Berikut pernyataan tentang pendidikan anak usia

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal. Berikut pernyataan tentang pendidikan anak usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan pendidikan awal yang akan sangat berpengaruh terhadap pendidikan selanjutnya, tujuan dari pendidikan anak usia dini

Lebih terperinci

1.4 Metodologi Penelitian

1.4 Metodologi Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Interior Seni dan desain (art and design) dipandang sebagai dua elemen menyatu yang tidak terpisahkan. Tiap perkembangan seni selalu diikuti oleh visualisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan ini, tidak semua orang berada pada kondisi fisik yang sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggarannya pendidikan di Indonesia telah dijamin seperti yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 bahwa : Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan

Lebih terperinci

BAB III GAGASAN BERKARYA

BAB III GAGASAN BERKARYA BAB III GAGASAN BERKARYA 3.1 Tafsiran Tema Karya untuk Tugas Akhir ini mempunyai tema besar Ibu, Kamu dan Jarak. Sebuah karya yang sangat personal dan dilatar belakangi dari pengalaman personal saya. Tema

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hak untuk semua orang, bahkan anak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hak untuk semua orang, bahkan anak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan salah satu hak untuk semua orang, bahkan anak penyandang cacat pun berhak mendapatkan pendidikan yang sama untuk memperoleh pendidikan formal

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan anak secara keseluruhan. Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENCIPTAAN

A. LATAR BELAKANG PENCIPTAAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENCIPTAAN Pendidikan karakter di Indonesia sedang marak dibicarakan dan menjadi sebuah tanggung jawab kita semua. Pendidikan di Indonesia saat ini sedang dihadapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) merupakan suatu gangguan perkembangan yang mengakibatkan ketidakmampuan mengatur perilaku, khususnya untuk mengantisipasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. rasanya bila kita terus menerus membicarakan anak-anak normal, sementara

PENDAHULUAN. rasanya bila kita terus menerus membicarakan anak-anak normal, sementara 18 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah anugerah dari Tuhan, karena itu sebagai orang tua harus mau menerima anak apa adanya dengan segala kekurangan dan kelebihan, dan bersegala upaya mengantarkannya

Lebih terperinci

2.1 Perkembangan anak sekolah dasar. Perkembangan anak usia sekolah disebut juga perkembangan masa

2.1 Perkembangan anak sekolah dasar. Perkembangan anak usia sekolah disebut juga perkembangan masa 2.1 Perkembangan anak sekolah dasar Perkembangan anak usia sekolah disebut juga perkembangan masa pertengahan dan akhir anak yang merupakan kelanjutan dari masa awal anak. 7 Permulaan masa pertengahan

Lebih terperinci

KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA TUNARUNGU DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DIDASARKAN PADA TEORI SCHOENFELD

KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA TUNARUNGU DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DIDASARKAN PADA TEORI SCHOENFELD KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA TUNARUNGU DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DIDASARKAN PADA TEORI SCHOENFELD DI SMALB DHARMA BAKTI DHARMA PERTIWI BANDAR LAMPUNG MUJIB Pendidikan Matematika, IAIN Raden Intan Lampung,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bangsa. Peningkatan kualitas SDM, jauh lebih mendesak untuk segera

BAB 1 PENDAHULUAN. bangsa. Peningkatan kualitas SDM, jauh lebih mendesak untuk segera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan suatu bangsa. Peningkatan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan suatu proses atau kegiatan yang sukar dihindari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan suatu proses atau kegiatan yang sukar dihindari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan suatu proses atau kegiatan yang sukar dihindari dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi merupakan suatu hal yang penting dalam berbagai strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor genetik yang menjadi potensi dasar dan faktor lingkungan yang. hambatan pada tahap selanjutnya (Soetjiningsih, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. faktor genetik yang menjadi potensi dasar dan faktor lingkungan yang. hambatan pada tahap selanjutnya (Soetjiningsih, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan sumber daya manusia yang penting sebagai penerus bangsa yang akan datang dan memiliki ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak

Lebih terperinci