BAB I PENDAHULUAN. Saat ini syariah sudah menjadi fenomena global 1. Syariah adalah sebuah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Saat ini syariah sudah menjadi fenomena global 1. Syariah adalah sebuah"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini syariah sudah menjadi fenomena global 1. Syariah adalah sebuah sistem pada sebuah lembaga, instansi, maupun perusahaan yang pelaksanaannya menggunakan atau menerapkan hukum Islam 2. Sistem ini dahulunya hanya diterapkan pada produksi kebutuhan-kebutuhan dasar saja, seperti produk makanan, obat dan kosmetik. Namun, saat ini sistem syariah juga diterapkan di berbagai industri, seperti industri perbankan dan industri pariwisata. Sistem syariah pada industri perbankan penerapannya berupa investasi yang halal menurut hukum Islam, prinsip bagi hasil, dana sesuai fatwa Dewan Pengawas Syariah, dan lain sebagainya. Industri pariwisata halal ini sudah menjadi tren pariwisata masa depan 3. Industri ini terus berkembang dan dikembangkan oleh para pelakunya. Di banyak negara Industri pariwisata halal menjadi perhatian utama para pelaku bisnis baik institusi negara maupun pihak swasta 4. Pasar pariwisata halal menjadi garapan baru melihat prospeknya yang sangat menjanjikan. 1 diakses pada tanggal 16 Agustus 2016 pada pukul 16:24 2 Mardani Hukum Bisnis Syariah. Jakarta: Prenadamedia Group 3 diaksespada tanggal 16 Agustus 4 diakses pada tanggal 23 Januari

2 2 Pada industri pariwisata, prinsip syariah telah diaplikasikan pada atraksi, aksesibilitas, dan akomodasi. Contoh atraksi adalah Lombok sebagai destinasi wisata syariah yang sudah diakui oleh dunia dengan mendapatkan Halal Tourism Award sebagai World s Best Halal Tourism Destination dan World s Best Halal Honeymoon Destination Contoh aksesibilitas adalah adanya pelayanan syariah maskapai nasional Thai Airways milik Thailand yang memiliki Thai Catering Kitchen dan mengklaim sebagai The Largest Halal Kitchen in the World. Mereka menyediakan makanan dan minuman halal di pesawat 6. Contoh akomodasi adalah hotel syariah, Walaupun terdengar asing, hotel syariah ini sudah banyak ditemukan di negara-negara baik dengan mayoritas muslim seperti Malaysia, Turki, Arab, dan Indonesia, maupun negara-negara dengan mayoritas non muslim seperti Australia, Thailand, dan Singapura 7. Hotel Syariah merupakan prinsip yang menarik karena menggabungkan antara prinsip agama dan sistem industri. Pada operasional hotel syariah, fasilitas, tamu, pemasaran, makanan dan minuman, dekorasi dan ornamen, serta operasional hampir sama dengan operasional hotel konvensional. Namun operasional hotel syariah tidak mengabaikan atau meninggalkan syariat agama Islam. Selain itu, hotel syariah yang menargetkan pangsa pasar kepada wisatawan muslim, tidak menutup kemungkinan bagi para wisatawan non muslim untuk bisa menggunakan hotel syariah. Sesuai dengan prinsip yang bersifat inklusif dan 5 diakses pada tanggal 4 April 2016 pada pukul 01: diakses pada tanggal 4 April 2016 pada pukul 01:14 7 Sofyan, Riyanto Prospek Bisnis Pariwisata Syariah.Jakarta. Buku Republika

3 3 universal hotel syariah bertujuan untuk tidak membeda-bedakan wisatawan muslim dan wisatawan non muslim dan tidak mengekslusifkan diri. Prinsip syariah yang berkembang merupakan alternatif bagi wisatawan yang ingin tetap menjalankan segala sesuatunya berada di koridor syariat Islam. Prinsip hotel syariah memudahkan wisatawan, khususnya wisatawan muslim untuk menginap di hotel, tetapi tetap menjamin kemudahan untuk beribadah dan kehalalan makanan yang dikonsumsinya. Hal ini dikarenakan wisatawan memiliki pilihan dalam penentuan tempat menginap yang sesuai prinsip mereka. Persentase Muslim Indonesia mencapai hingga 12,7 persen dari populasi dunia. Dari 205 juta penduduk Indonesia, dilaporkan sedikitnya 88,1 persen beragama Islam 8. Oleh karena itu, Indonesia diharapkan dapat memanfaatkan momen booming-nya Halal Tourism sebagai strategi pemasaran kepada negara- negara di Timur Tengah maupun Eropa, Amerika, dan Afrika. Pemasaran tentang produk produk wisata halal yang ada di Indonesia dapat berupa destinasi wisata halal, restoran halal, dan hotel syariah. Dengan adanya pertumbuhan besar pada wisatawan muslim, diharapkan untuk lebih berdampak terhadap industri seperti makanan halal dan akomodasi hotel bagi wisatawan yang sudah Halal Awareness. Wisatawan yang sudah sadar akan pariwisata halal akan memilih produkproduk yang menerapkan prinsip syariah, seperti hotel syariah. Hotel syariah di Indonesia sudah mulai berkembang, hampir di seluruh daerah di Indonesia, tak terkecuali di Bali. Terdapat peningkatan jumlah pembangunan hotel syariah di 8 negara-dengan-populasi-muslim-terbesar-di-dunia diakses pada tanggal 21 Januari 2016, pada pukul 02:04

4 4 Indonesia, yaitu sekitar hotel syariah yang sudah beroperasi 9. Peningkatan ini menunjukkan besarnya minat masyarakat pada hotel syariah. Hal itu menjadikan potensi bagi pariwisata di Indonesia, khususnya bagi wisatawan muslim. Sofyan Hotel Betawi merupakan salah satu hotel syariah di Indonesia dan merupakan hotel syariah yang pertama di Indonesia 10. Sebagai pionir, Sofyan Hotel Betawi sering menjadi bahan referensi bagi hotel-hotel yang ingin berhijrah ke hotel syariah. Menurut kebutuhan muslim Sofyan Hotel Betawi sudah berada pada level ketiga, yaitu bukan hanya memiliki fasilitas yang memudahkan tamu untuk beribadah dan restoran yang sudah sertifikasi halal, tetapi juga sudah sampai pada pengelolaan bisnisnya, seperti pengelolaan keuangan yang menggunakan perhitungan secara Islami, yaitu menggunakan jasa bank dan asuransi yang syariah, dan mengeluarkan zakat rutin setiap tahunnya 11. Baru - baru ini Sofyan Hotel Betawi mendapatkan Halal Tourism Award sebagai World s Best Friendly and Family Hotel setelah mengalahkan Gloria Hotel Dubai dan Landmark Hotel Dubai 12. Sofyan Hotel Betawi merupakan hotel halal kelas dunia yang diharapkan dapat membantu menarik wisatawan muslim untuk berkunjung ke Indonesia dan menjadi tempat yang nyaman bagi wisatawan muslim untuk lebih lama tinggal di Indonesia. 9 diakses pada tanggal 04 April diakses pada tanggal 04 April 2016 pada pukul 21:00 11 Berdasarkan wawancara langsung dengan Ustadz Hafidzudin sebagai Dewan Pengawas Syariah PT. Hotel Sofyan Tbk 12 diakses pada tanggal 4 April 2016 pada pukul 22:00

5 5 Syariah merupakan sebuah fenomena yang menarik untuk dikaji. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran faktor penarik dan faktor pendorong prinsip syariah yang diterapkan sofyan hotel betawi terhadap pilihan wisatawan untuk menginap. Gambaran ini berguna untuk mengetahui cara yang diterapkan oleh Sofyan Hotel Betawi dalam menjalankan aktivitas perhotelannya dan juga untuk mengetahui apakah prinsip hotel syariah di Sofyan Hotel Betawi menjadi faktor penarik dan faktor pendorong wisatawan untuk menginap. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi akademis dalam studi pariwisata khususnya dalam bidang ekonomi pariwisata mengenai prinsip hotel menjadi faktor penarik dan faktor pendorong wisatawan untuk menginap di hotel, serta menjadi bahan diskusi bagi Sofyan Hotel Betawi Jakarta. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan evaluasi bagi para pelaku industri perhotelan dan menjadi bahan pertimbangan bagi para pelaku industri perhotelan dalam menerapkan prinsip syariah dalam menjalankan aktivitas perhotelannya. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan prinsip-prinsip syariah terhadap produk, pelayanan dan pengelolaan di Sofyan Hotel Betawi? 2. Apa saja yang menjadi faktor penarik dan faktor pendorong wisatawan untuk menginap di hotel syariah?

6 6 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui cara yang diterapkan oleh Sofyan Hotel Betawi dalam menjalankan aktivitas perhotelannya. 2. Untuk mengetahui apa saja yang merupakan faktor penarik dan pendorong wisatawan untuk menginap di hotel syariah. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan mampu untuk mengaplikasikan nilai agama (syariah) terhadap industri pariwisata, khususnya industri perhotelan Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan diskusi bagi Sofyan Hotel Betawi, Jakarta. Kemudian, hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan evaluasi bagi para pelaku industri perhotelan dan menjadi bahan pertimbangan bagi para pelaku industri perhotelan dalam menerapkan prinsip syariah dalam menjalankan aktivitas perhotelannya. 1.5 Tinjauan Pustaka Penelitian yang berkaitan dengan pengambilan keputusan tamu telah banyak dilakukan. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Evan Adriel Najoan dalam skripsi yang berjudul Analisis Pengaruh Produk Hotel

7 7 Jayakarta Yogyakarta terhadap Keputusan Tamu untuk Menginap (2015). Skripsi ini bertujuan untuk mencari tahu produk yang terdapat di Hotel Jayakarta Yogyakarta dan produk apa saja yang berpengaruh terhadap keputusan tamu untuk menginap. Penelitian ini menitik beratkan mengenai pengaruh produk yang terdapat di Hotel Jayakarta Yogyakarta terhadap keputusan tamu untuk menginap. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa produk-produk utama dari Hotel Jayakarta Yogyakarta, yaitu kamar, pelayanan, dan kolam renang menjadi produk yang paling berpengaruh terhadap keputusan tamu untuk menginap di sana. Sementara itu, mini golf, lapangan tenis, dan lapangan voli yang menjadi andalan hotel, tidak berpengaruh terhadap keputusan tamu. Hal tersebut disebabkan oleh tren motivasi tamu yang menginap di Hotel Jayakarta Yogyakarta adalah MICE. Penelitian yang berhubungan dengan Pengaruh Prinsip Syariah pada Hotel terdapat di dalam tesis yang ditulis oleh Patriot Nusa dengan judul Analisis Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip Syariah, dan Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Konsumen dan Loyalitas Hotel Syariah Studi Pada Sofyan Hotel Betawi Jakarta. Peneliti membahas tentang dimensi kualitas layananan, yaitu kualitas interaksi, kualitas fisik, dan kualitas hasil, serta penerapan prinsip syariah berpengaruh terhadap kepuasan konsumen. Selain itu, kualitas layanan konsumen berpengaruh kepada loyalitas konsumen Sofyan Hotel Betawi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah 4 dimensi kualitas layanan dan prinsip syariah secara serempak berpengaruh terhadap kepuasan konsumen. Secara parsial kualitas fisik tidak berpengaruh positif signifikan pada kepuasan konsumen. Perbedaan penelitian diatas dengan penelitian yang penulis lakukan ada pada fokus objek

8 8 penelitian yang mana dalam penelitian tersebut dilakukan pasca tamu menginap di Sofyan Hotel Betawi sedangkan penelitian yang dibahas oleh peneliti mengacu pada bagaimana faktor penarik dan pendorong terhadap keputusan tamu untuk menginap di Sofyan Hotel Betawi. Penelitian yang dilakukan oleh Rifa atul Mahmudah dalam jurnal nya yang berjudul Pengaruh Faktor Internal dan Faktor Eksternal terhadap Keputusan Pembelian di Minimarket Lima-Lima Benowo Surabaya. Jurnal ini membahas tentang faktor internal dan faktor eksternal konsumen dalam mengambil keputusan pembelian. Metode yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif, dengan mengambil populasi 120 konsumen yang berbelanja pada bulan Agustus dengan sampel 98 konsumen. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Pertama, kondisi faktor internal terhadap keputusan pembelian tergolong kuat dan faktor eksternal terhadap keputusan pembelian di minimarket Lima-lima Benowo Surabaya sangat kuat. Kedua, faktor internal dan faktor eksternal tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian baik secara stimultan maupun parsial. Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis ada pada fokus objek penelitian yang mana dalam penelitian yang dibahas oleh penulis mengacu pada faktor penarik dan faktor pendorong terhadap keputusan tamu untuk menginap di Sofyan Hotel Betawi. Penelitian yang dilakukan oleh Tamitha Intassar Husen 2014 dalam tesis nya yang berjudul Analisis Positioning Sofyan Hotel Betawi Jakarta sebagai Hotel Syariah. Tesis ini membahas tentang untuk menentukan strategi pemasaran yang tepat bagi Sofyan Hotel Betawi dan bertujuan untuk meneruskan

9 9 pertumbuhan produk yang sudah ada dan mengembangkan area pemasaran dari produk syariah yang yang diberikan oleh perusahaan dan target yang jelas. Penelitian menggunakan analisis konsumen dan analisis pesaing yang dipaparkan melalui five forces, yang kemudian dirangkai dalam analisis SWOT. Rekomendasi dan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini dipaparkan dalam bentuk segmentasi, targeting, positioning, dan marketing mix. Dalam strategi STP, dilakukan pengelompokkan konsumen menjadi lebih homogen, memilih target pasar Sofyan Hotel Betawi yang mana adalah semua kalangan. Strategi positioning dilihat berdasarkan P-O-P dan P-O-D yang mana perusahaan memposisikan diri sebagai penyedia gaya hidup yang beresensi syariah dan memberikan manfaat dalam segi profit, people dan planet. Ditutup dengan strategi 5P yaitu produk, promosi, harga, tempat dan marketing plan. Penelitian tersebut memiliki persamaan lokasi kasus dengan penelitian yang akan penulis bahas, sehingga diharapkan dapat memberi referensi terhadap penulis tentang gambaran Sofyan Hotel Betawi dan penerapan manajemen syariah yang diterapkan oleh penelitian yang sudah ditulis oleh Tamitha Intassar Husen. Penelitian-penelitian di atas hanya berfokus kepada strategi, tingkat kepuasan konsumen yang dapat dikembangkan oleh Hotel Sofyan, sedangkan penelitian ini menambahkan tentang faktor penarik dan pendorong wisatawan dalam memilih hotel syariah khususnya Sofyan Hotel Betawi. Selain itu, teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif-analitik dengan metode pengumpulan data observasi dan wawancara. Ada sekitar 40 wisatawan yang diwawancara oleh peneliti untuk mendapatkan data yang akan

10 10 dipaparkan secara deskriptif. Hal tersebut membuktikan bahwa penelitian ini berbeda dan belum pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. 1.6 Landasan Teori Ada empat hal yang perlu diperhatikan oleh wisatawan sebelum akhirnya melakukan perjalanan wisata. Menurut Cooper, et al (1998:81), terdapat empat komponen yang perlu diperhatikan, yaitu atraksi (daya tarik wisata seperti wisata alam, wisata buatan dan wisata minat khusus), aksesibilitas (akses menuju lokasi destinasi tujuan wisata), amenitas (fasilitas-fasilitas yang ada di destinasi wisata, seperti hotel, restoran) dan ancillary service (organisasi lokal yang menyediakan layanan untuk wisatawan dan para pelaku wisata di destinasi tersebut, seperti pemasaran destinasi wisata). Hotel menjadi salah satu amenitas yang utama bagi wisatawan saat melakukan perjalanan wisata. Dalam mengambil keputusan seorang wisatawan memiliki faktor eksternal dan internal dalam dirinya. Faktor-faktor tersebut yang menjadi pertimbangan bagi seorang wisatawan untuk akhirnya memutuskan untuk menginap di sebuah hotel. Menurut Schiffman dan Kanuk (2008:71) faktor penarik merupakan faktor eksternal yang terdapat diluar dari individu konsumen yang berupa kelompok rujukan (rekomendasi teman), kelas sosial, dan budaya, serta keluarga. Kelompok rujukan adalah setiap orang atau kelompok yang dianggap sebagai dasar perbandingan atau rujukan bagi konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian kamar hotel. Kemudian, keluarga adalah anggota kelompok sosial paling dasar yang terdiri dari dua orang atau lebih yang hidup bersama-sama dan

11 11 berinteraksi untuk memuaskan kehidupan pribadinya bersama, keluarga juga menjadi penentu proses pembelian kamar hotel. Selanjutnya, kelas sosial adalah pembagian anggota masyarakat kedalam hierarki status kelas yang berbeda.kelas sosisal juga menentukan akan kelas hotel yang akan dipilih oleh wisatawan karena akan merepresentasikan kelas sosial wisatawan tersebut apakah termasuk kelas sosial atas, menengah ataupun bawah. Sementara itu, budaya adalah keseluruhan kepercayaan, nilai-nilai dan kebiasaan yang dipelajari yang mampu mengarahkan perilaku konsumen para masyarakat tertentu, budaya pada masyarakat juga menentukan wisatawan dalam memilih hotel sesuai dengan kepercayaan, nilainilai dan kebiasaan dari wisatawan tersebut. Sedangkan faktor pendorong menurut Philip Kotler (2005:45) adalah faktor internal yang memengaruhi perilaku konsumen dapat diartikan sebagai berikut: 1. Persepsi adalah proses yang digunakan oleh individu untuk memilih, mengorganisasi, dan menginterpretasi masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Dalam penelitian ini persepsi berkaitan dengan persepsi wisatawan tentang hotel syariah dan persepsi orang lain yang mengetahui wisatawan menginap di hotel syariah. 2. Motivasi dan keterlibatan dapat disimpulkan bahwa motivasi muncul karena adanya kebutuhan yang dirasakan oleh konsumen. Sumarwan (2004:34) menyimpulkan bahwa kebutuhan sendiri muncul karena konsumen merasakan ketidaknyamanan (state of tension) antara yang seharusnya dirasakan dan yang sesungguhnya dirasakan. Kebutuhan yang dirasakan tersebut mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhan itu. Seperti wisatawan yang ingin

12 12 menginap di hotel syariah karena mencari yang sesuai dengan kebutuhan wisatawan. 3. Gaya hidup adalah pola hidup seseorang didunia yang terungkap pada aktivitas minat dan opininya. Dalam pemilihan hotel gaya hidup juga memengaruhi keputusan wisatawan. Wisatawan yang memiliki gaya hidup Islami akan memilih hotel syariah. 4. Keyakinan adalah suatu proses yang melalui bertindak dan belajar sehingga orang mendapatkan keyakinan. Keyakinan seorang wisatawan menjadi salah satu faktor yang mendorong wisatawan untuk memilih hotel untuk menginap. Wisatawan yang memiliki keyakinan Islam akan memilih hotel yang bisa mengakomodir segala kebutuhan untuk memudahkan melakukan ibadah di hotel. 5. Sikap merupakan kecenderungan faktor motivasional yang belum menjadi tindakan. Sikap merupakan hasil belajar. Sikap merupakan nilai yang bervariasi. Penentuan sikap wisatawan bisa berdasarkan perlakuan atau pelayanan dari hotel, wisatawan akan mengambil sikap apakah akan kembali lagi menginap atau tidak di hotel tersebut. Berdasarkan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyelenggara Usaha Hotel Syariah. Pengklasifikasian hotel syariah menjadi dua golongan, yaitu hilal-1 13 dan hilal-2 14 bertujuan untuk melindungi hak-hak konsumen dengan menjaga kualitas 13 Hilal-1 adalah penggolongan untuk usaha hotel syariah yang dinilai memenuhi seluruh kriteria Usaha Hotel Syariahyang diperlukan untuk melayani kebutuhan minimal wisatawan muslim 14 Hilal-2 adalah penggolongan untuk usaha hotel syariah yang dinilai memenuhi seluruh kriteria Usaha Hotel Syariahyang diperlukan untuk melayani kebutuhan moderat wisatawan muslim

13 13 yang dimiliki oleh hotel syariah dalam menerapkan prinsip-prinsip syariah ketika menjalankan aktivitas perhotelannya. Perbedaan antara hilal-1 dan hilal-2 terletak pada tingkatan standardisasi hotel syariah, yang mana hilal-2 merupakan tingkatan paling tinggi dalam hotel syariah. Prinsip-prinsip syariah tersebut memiliki tiga aspek, yaitu produk, pelayanan, dan pengelolaan. Dalam Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif nomor 2 tahun 2014 sudah dijelaskan tentang kriteria produk, pelayanan, dan pengelolaan berdasarkan hilal-1dan hilal-2. Selain itu, Henderson dan Stephenson via Kristel Kessler, (2015:21) menjelaskan tentang prinsip hotel halal yang harus diterapkan dalam aktivitas menjalankan hotel syariah. Berikut ini merupakan prinsip-prinsip hotel halal. 1. Prinsip hotel halal yang diterapkan pada kamar hotel adalah sebagai berikut. Hotel harus memiliki lantai yang khusus dialokasikan bagi wisatawan wanita dan keluarga, setiap kamar sudah tersedia sajadah, Al-quran, dan arah kiblat, saluran Tv yang tersedia di dalam kamar bersifat bebas dari pornografi, dan bentuk dekorasi di dalam kamar pun tidak bersifat hiasan, seperti gambar manusia dan binatang tidak di perbolehkan, serta posisi kasur dan kamar mandi harus berlawanan arah dengan arah Mekkah. Kemudian kamar mandi sudah dilengkapi kran urinoar dan peralatan mandi yang yang bersifat halal dan ramah lingkungan. 2. Prinsip hotel halal yang diterapkan pada bagian sumber daya manusia adalah sebagai berikut. Staf hotel mengenakan seragam tradisional, khusus bagi staf wanita menggunakan seragam yang sesuai dengan syariat Islam (hijab). Hotel

14 14 menyediakan waktu untuk staf melakukan ibadah dan membuat batasan waktu kerja saat bulan Ramadan. 3. Prinsip hotel halal yang diterapkan pada bagian food & beverages adalah sebagai berikut. Makanan yang tersedia halal, tidak mengandung babi, dan tidak menyediakan minuman beralkohol, serta menyediakan area makan khusus wanita dan keluarga. 4. Prinsip hotel halal yang terdapat pada fasilitas hotel adalah sebagai berikut. Tersedianya area umum yang khusus bagi wanita dan keluarga dan tidak ada kasino atau mesin perjudian. Hotel memisahkan fasilitas rekreasi antara pria dan wanita seperti kolam renang dan spa, terdapat Al-quran di setiap musala pria dan wanita, dan membuat fasilitas untuk berwudu, serta kamar mandi menghadap berlawanan arah dengan arah Mekkah. Hotel memiliki bentuk dekorasi yang tidak bersifat hiasan seperti gambar manusia dan binatang dan tidak terdapat musik yang mengekspresikan pesan menggoda dan kontroversial. 5. Prinsip hotel halal dalam manajemen operasi hotel adalah sebagai berikut. Pemasaran dan promosi yang dilakukan secara etis, strategi perusahaan yang memiliki tanggung jawab sosial (berhubungan dengan nilai-nilai Islam), dan hotel melakukan kegiatan donasi, seperti zakat, serta transaksi dan investasi sesusai dengan perbankan, akuntansi dan keuangan secara Islam. Hotel lebih baik dikelola dan dimiliki oleh umat muslim. Dari beberapa definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa hotel syariah adalah jenis akomodasi yang disediakan bagi seseorang atau sekelompak orang,

15 15 menyediakan pelayanan penginapan, makanan dan minuman serta lain sesuai perkembangan kebutuhan dan teknologi yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Prinsip-prinsip hotel halal di atas memiliki keselarasan dengan kriteriakriteria hotel syariah pada Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif nomor 2 tahun Meskipun terdapat sedikit perbedaan, tetapi hampir keseluruhan memiliki maksud yang sama. Perbedaan tersebut terletak pada organisasi yang harus ada di hotel syariah, yaitu dewan pengawas syariah yang bertugas sebagai pengawas jalannya aktivitas perhotelan yang sesuai dengan syariat Islam. 1.7 Metode Penelitian Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah prosedur sistematik dan standar untuk data yang diperlukan. Data yang diambil dari lokasi penelitian merupakan data primer, sedangkan data yang didapat dari lembaga dengan tujuan tertentu merupakan data sekunder. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. a. Data Primer Data primer adalah data yang didapatkan secara langsung oleh peneliti. Pengumpulan data primer dapat dilakukan dengan observasi dan wawancara, misalnya peneliti mencatat kejadian-kejadian di lapangan secara langsung. Data

16 16 primer akan dijelaskan sebagai berikut. Data yang diambil secara langsung ini melibatkan 40 wisatawan yang diwawancarai dan melibatkan pihak-pihak terkait dari Sofyan Hotel Betawi, seperti hotel manajer, sales and marketing manager dan human and resources development manager. 1. Observasi Menurut Kusmayadi dan Sugiarto (2000:84), observasi adalah salah satu cara memperoleh data dengan mengamati, meneliti, atau mengukur kejadian yang sedang berlangsung. Dalam penelitian ini, observasi akan dilakukan dengan mendatangi Sofyan Hotel Betawi dan berinteraksi dengan wisatawan dan pegawai, serta mengamati perbedaan penerapan prinsip syariah dengan prinsip konvensional secara kasat mata. Dengan melihat seluruh aspek dari produk hotel seperti, fasilitas di dalam kamar, fasilitas di restoran, dan fasilitas-fasilitas hiburan lainnya yang ada di hotel, untuk pelayanan dapat dilihat dari pelayanan yang diberikan oleh para karyawan hotel baik yang ada di kantor depan, cleaning service maupun pelayanan di restoran, yang terakhir peneliti melakukan observasi pada pengelolaan hotel dengan melihat sistem pengelolaan organisasi, manajemen usaha dan sumber daya manusia yang ada di hotel. Observasi ini dilakukan selama sebulan, yaitu pada 1-28 Maret Dengan pengumpulan data ini diharapkan peneliti dapat mendapatkan informasi dan memperkuat informasi untuk tambahan saat melakukan wawancara.

17 17 2. Wawancara Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara secara langsung dengan pihak-pihak yang dapat memberikan informasi untuk penelitian ini. Pihakpihak tersebut adalah Sekretaris grup PT.Sofyan Hotel Tbk, hal itu dilakukan untuk mengetahui secara detail sejarah dari awal berdirinya Hotel Sofyan. Kemudian Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi dan mengarahkan implementasi syariah dalam pengelolaan hotel, Hotel Manager dari Sofyan Hotel Betawi, Marketing and Sales Manager untuk mengetahui promosi dan tingkat hunian kamar di Sofyan Hotel Betawi, Human and Resources Development Sofyan Hotel dan yang paling penting adalah wisatawan yang menginap di Sofyan Hotel Betawi. Dengan mewawancarai 40 orang wisatawan dengan usia rata-rata tahun, wawancara ini berlangsung hampir satu bulan yaitu pada 1-28 Maret 2016 yang berlangsung di Sofyan Hotel Betawi Jakarta. b. Data Sekunder Data sekunder pada penelitian ini didapatkan melalui studi pustaka. Pada tahap ini dilakukan pencarian data yang berhubungan dengan lokus dan fokus penelitian. Studi pustaka digunakan untuk memperkuat teori dan menambah referensi yang relevan dengan penelitian ini. Penggunaan studi pustaka yang digunakan sebagai acuan dalam proses penelitian ini didapatkan melalui bukubuku, jurnal dan karya tulis lain yang berhubungan dengan bisnis hotel syariah dan proses-proses keputusan pembelian konsumen. Selain itu data juga didapatkan dari BPS mengenai tingkat hunian kamar hotel di Jakarta.

18 Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik. Data yang diperoleh melalui wawancara diolah kedalam bentuk koding kemudian dideskripsikan menjadi informasi mengenai faktor penarik dan faktor pendorong wisatawan menginap di hotel syariah (Kusmayadi dan Sugiarto 2000:178). Adapun berdasarkan sifat datanya, penelitian ini menggunakan data kualitatif. Variabel data kualitatif ini akan dikuantifikasikan, sehingga hasil dari penelitian ini dapat dinyatakan dengan nilai-nilainya dalam bentuk angka (Koentjoroningrat, 1994:254). Berikut ini adalah tahapan analisis data dalam penelitian ini: 1. Editing Setelah peneliti mendapatkan data langsung dari lapangan, data tersebut kemudian diproses untuk kemudian diolah agar dapat menghasilkan data yang baik dalam mutu kualitasnya. Koentjaraningrat (1994:271) Hal-hal yang perlu diteliti dalam editing seperti, pewawancara harus memastikan bahwa semua pertanyaan yang ditanyakan kepada wisatawan yang menginap di Sofyan Hotel Betawi sudah menjawab semua pertanyaan tanpa terkecuali, dan pewawancara juga harus memperhatikan penulisan jawaban dari wisatawan agar bisa terbaca dengan baik, kemudian lebih baik lagi jika pewawancara membawa alat perekam untuk merekam semua pembicaraan antara pewawancara dan wisatawan yang diwawancarai, serta pewawancara harus memastikan bahwa jawaban yang diberikan oleh wisatawan tidak bias. Sehingga peneliti terhindar dari kesalahan tafsir. Dalam proses editing pewawancara juga harus memperhatikan kelogisan

19 19 dan kesesuaian antara pertanyaan dengan hasil jawaban wisatawan. Jawaban dari wisatawan tersebut relevan atau tidak dengan yang ditanyakan oleh pewawancara. 2. Koding Setelah tahap editing selesai, hasil catatan jawaban dari wawancara dengan wisatawan dikira sudah baik maka dimulailah kegiatan proses koding. Menurut Koentjaraningrat,(1994:272) koding adalah sebuah usaha mengelompokkan jawaban-jawaban responden berdasarkan dengan klasifikasi yang digunakan. Klasifikasi dilakukan dengan cara menandai hasil jawaban dengan memberi kode pada tertentu. Menyesuaikan dengan kategori yang dicari oleh peneliti seperti, kode I untuk kelompok rujukan, kode II untuk kelas sosial, dan kode III untuk keluarga, serta kode IV untuk budaya. Sedangkan jawaban yang sesuai dengan kategori pendorong akan dibagi kedalam beberapa kategori yaitu: kode V untuk persepsi, kode VI untuk motivasi, kode VII untuk gaya hidup, kode VIII untuk keyakinan dan kode IX untuk sikap. 3. Menghitung Frekuensi Setelah koding selesai dilakukan, peneliti akan memperoleh data jawaban yang seluruhnya sudah berada dalam keadaan terdistribusi ke dalam kategori-kategoti. Kini setiap kategori telah menampung data dalam jumlah (frekuensi) tertentu. Pada tahap inilah penenliti akan memperoleh data dalam frekuensi tertentu pada masing-masing kategori yang ada.

20 20 4. Analisa ke Arah Pembuatan Deskripsi Setelah melakukan tahap perhitungan frekuensi, peneliti dapat menarik kesimpulan tentang hasil dari jawaban para responden yang telah dikategorikan berdasarkan faktor penarik dan faktor pendorongnya. Kesimpulan dari hasil penelitian akan dipaparkan secara deskriptif. 1.8 Sistematika Penulisan Penelitian ini akan disajikan dalam empat bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut. BAB I: Pendahuluan Dalam bab ini akan diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian yang digunakan serta sistematika penelitian. BAB II: Gambaran Umum Sofyan Hotel Betawi Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai gambaran umum hotel, sejarah hotel, makna logo hotel, visi dan misi hotel serta prinsip syariah yang diterapkan oleh Sofyan Hotel Betawi. BAB III: Analisis Faktor Penarik dan Faktor Pendorong Wisatawan Menginap di Sofyan Hotel Betawi Dalam bab ini kan menjelaskan mengenai hasil penelitian, analisis hasil studi pustaka, hasil observasi untuk mengetahui secara langsung penerapan prinsip

21 21 hotel syariah, serta hasil wawancara, analisis faktor penarik dan faktor pendorong wisatawan menginap di Sofyan Hotel Betawi. BAB IV: KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir ini akan dibahas jawaban-jawaban dari masalah-masalah yang ada dalam penelitian, serta saran peneliti yang diungkapkan atas dasar penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. perhotelan yang diterapkan oleh Sofyan Hotels sesuai dengan strategi blue ocean

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. perhotelan yang diterapkan oleh Sofyan Hotels sesuai dengan strategi blue ocean BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian ini mengacu kepada tujuan dari penelitian yaitu menganalisis apakah dalam penerapan konsep syariah pada industri perhotelan yang diterapkan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan hasil paparan pada bab sebelumnya bahwa penelitian ini

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan hasil paparan pada bab sebelumnya bahwa penelitian ini BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil paparan pada bab sebelumnya bahwa penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan data kualitatif yang diperoleh melalui wawancara diolah kedalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia, negara kepulauan terluas di dunia yang terbentang di sepanjang garis khatulistiwa ini sangat kaya akan daya tarik (obyek) wisata. Sumber Daya Alamnya menduduki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai jenis bisnis dengan menggunakan prinsip-prinsip syariah pun mulai

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai jenis bisnis dengan menggunakan prinsip-prinsip syariah pun mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan bisnis di sektor pariwisata terus mengalami perkembangan. Berbagai jenis bisnis dengan menggunakan prinsip-prinsip syariah pun mulai bermunculan. Issue

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan wisatawan muslim ke berbagai dunia, perlu adanya sebuah konsep baru

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan wisatawan muslim ke berbagai dunia, perlu adanya sebuah konsep baru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Global Muslim Travel Index (GMTI) tahun 2015, pada tahun 2014 pasar wisatawan muslim bernilai $ 145 juta, dengan 108 juta wisatawan yang mewakili 10%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Propinsi Bali pada Tahun 2009 memiliki luas sekitar Ha dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Propinsi Bali pada Tahun 2009 memiliki luas sekitar Ha dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali sangat terkenal sebagai destinasi tujuan wisatawan berkunjung ke Indonesia. Propinsi Bali pada Tahun 2009 memiliki luas sekitar 563.286 Ha dan memiliki penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata terus dikembangkan dan menjadi program pembangunan nasional Sumber : World Tourism Organization (2015)

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata terus dikembangkan dan menjadi program pembangunan nasional Sumber : World Tourism Organization (2015) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan salah satu faktor penting dalam perkembangan suatu Negara, wilayah, maupun daerah. Melalui perkembangan pariwisata, Negara, wilayah,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengembangan wisata syariah di Kota Bandung, dapat disimpulkan antara lain : 1. Sesuai dengan penelitian yang dilaukan oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari banyak nya wisatawan asing yang datang ke Indonesia. Dengan berkembang nya

BAB 1 PENDAHULUAN. dari banyak nya wisatawan asing yang datang ke Indonesia. Dengan berkembang nya 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan sektor pariwisata di Indonesia berkembang sangat pesat, terlihat dari banyak nya wisatawan asing yang datang ke Indonesia. Dengan berkembang

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. pengimplementasian marketing plan berjalan lancar, maka jika ingin terus eksis dan berhasil

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. pengimplementasian marketing plan berjalan lancar, maka jika ingin terus eksis dan berhasil BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Bedasarkan hasil analisa pasar dan industri yang sudah dilakukan dan pengimplementasian marketing plan berjalan lancar, maka jika ingin terus eksis dan berhasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia kini tengah bekerja keras dalam upaya meningkatkan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia kini tengah bekerja keras dalam upaya meningkatkan jumlah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia kini tengah bekerja keras dalam upaya meningkatkan jumlah wisatawan yang datang. Pada tahun 2014, jumlah wisatawan yang masuk ke Indonesia sebanyak 9.435.411wisatawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2015 lalu, sektor pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2015 lalu, sektor pariwisata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata telah menjadi salah satu sektor perekonomian utama di Indonesia selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2015 lalu, sektor pariwisata telah menyumbangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan usaha yang pada umumnya sangat

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan usaha yang pada umumnya sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata merupakan usaha yang pada umumnya sangat menjanjikan dalam meraih devisa negara. Salah satu komponen industri pariwisata yang besar peranannya

Lebih terperinci

KRITERIA MUTLAK DAN KRITERIA TIDAK MUTLAK USAHA HOTEL SYARIAH

KRITERIA MUTLAK DAN KRITERIA TIDAK MUTLAK USAHA HOTEL SYARIAH LAPIRAN PERATURAN ENTERI PARIWISATA DAN EKONOI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEDOAN PENYELENGGARAAN USAHA HOTEL SYARIAH KRITERIA UTLAK DAN KRITERIA TIDAK UTLAK USAHA HOTEL SYARIAH

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perjalananan wisatawan dunia mencapai 1 miliar pada tahun 2012. Menurut Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang cukup pesat, sehingga timbul banyak persaingan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang cukup pesat, sehingga timbul banyak persaingan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hotel sebagai salah satu industri jasa yang menyediakan jasa penginapan mengalami perkembangan yang cukup pesat, sehingga timbul banyak persaingan dalam industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan pemerintah daerah (Undang-Undang Kepariwisataan No.10 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan pemerintah daerah (Undang-Undang Kepariwisataan No.10 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini dunia mengalami perkembangan di berbagai bidang. Indonesia harus ikut berkembang agar tidak menjadi negara yang tertinggal, baik itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan di berbagai sektor salah satunya adalah sektor pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan di berbagai sektor salah satunya adalah sektor pariwisata. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki banyak potensi yang bisa dikembangkan di berbagai sektor salah satunya adalah sektor pariwisata. Pemerintah Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan persaingan bisnis di Indonesia merupakan salah satu fenomena

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan persaingan bisnis di Indonesia merupakan salah satu fenomena BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan persaingan bisnis di Indonesia merupakan salah satu fenomena yang sangat menarik untuk kita simak, terlebih lagi dengan adanya globalisasi dalam bidang

Lebih terperinci

EKOSISTEM BISNIS WISATA HALAL DAN PENINGKATAN DAYA SAING WISATA INDONESIA

EKOSISTEM BISNIS WISATA HALAL DAN PENINGKATAN DAYA SAING WISATA INDONESIA EKOSISTEM BISNIS WISATA HALAL DAN PENINGKATAN DAYA SAING WISATA INDONESIA Oleh: Lucky Nugroho (Praktisi Perbankan Syariah dan Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mercu Buana-Jakarta) Kejadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan pariwisata merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan pariwisata merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata di dunia dewasa ini berkembang dengan sangat cepat dan dikatakan berada ada tingkat sekunder, artinya keberadaan pariwisata bisa di sejajarkan dengan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Perkembangan pembangunan hotel bintang dan non-bintang di Daerah

BAB I. PENDAHULUAN. Perkembangan pembangunan hotel bintang dan non-bintang di Daerah BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pembangunan hotel bintang dan non-bintang di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami peningkatan mulai tahun 2011 hingga 2013. Menurut data yang dihimpun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menawarkan berbagai macam tipe kamar dengan potongan harga, pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. menawarkan berbagai macam tipe kamar dengan potongan harga, pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dalam dunia bisnis tumbuh secara pesat, dari beberapa sektor bisnis favorit, pariwisata termasuk salah satunya dan hal ini mendorong perkembangan bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usaha dibidang perhotelan sangat menjanjikan, sehingga banyak para

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usaha dibidang perhotelan sangat menjanjikan, sehingga banyak para BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha dibidang perhotelan sangat menjanjikan, sehingga banyak para pengusaha yang membuka usaha jasa hotel. Usaha perhotelan yang bergerak dibidang akomodasi

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PELAYANAN PARIWISATA PROPINSI DI YOGYAKARTA SAAT WEEKEND-WEEKDAYS BERDASARKAN SEGMENTASI WISATAWAN NUSANTARA

OPTIMALISASI PELAYANAN PARIWISATA PROPINSI DI YOGYAKARTA SAAT WEEKEND-WEEKDAYS BERDASARKAN SEGMENTASI WISATAWAN NUSANTARA OPTIMALISASI PELAYANAN PARIWISATA PROPINSI DI YOGYAKARTA SAAT WEEKEND-WEEKDAYS BERDASARKAN SEGMENTASI WISATAWAN NUSANTARA TUGAS AKHIR Oleh: FRIDA HANDAYANI HASIBUAN L2D 000 427 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2015 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG WISATA HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan sektor usaha di Indonesia beberapa tahun terakhir

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan sektor usaha di Indonesia beberapa tahun terakhir 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan sektor usaha di Indonesia beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan, terutama pada sektor pariwisata. Sektor pariwisata adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Pentingnya peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi di berbagai negara sudah tidak diragukan lagi. Banyak negara sejak beberapa tahun terakhir menggarap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dibangun dari berbagai segmen industri, seperti: akomodasi, transportasi,

BAB I PENDAHULUAN. yang dibangun dari berbagai segmen industri, seperti: akomodasi, transportasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu sektor pembangunan yang mendatangkan devisa bagi negara adalah pariwisata. Di samping itu pariwisata juga merupakan industri yang besar yang dibangun dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai besar seperti cafe, rumah makan maupun restoran. Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. sampai besar seperti cafe, rumah makan maupun restoran. Jawa Barat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis sekarang ini telah berkembang sangat pesat dan mengalami metamorfosis yang berkesinambungan menjadikan daya tarik bisnis itu tersendiri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi wisata alam berupa pantai-pantai. Objek wisata pantai yang ada

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi wisata alam berupa pantai-pantai. Objek wisata pantai yang ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Pacitan merupakan salah satu destinasi wisata di Indonesia yang memiliki potensi wisata alam berupa pantai-pantai. Objek wisata pantai yang ada di Pacitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu bisnis yang tumbuh sangat cepat, dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu bisnis yang tumbuh sangat cepat, dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu bisnis yang tumbuh sangat cepat, dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan yang dapat dipelajari oleh masyarakat. Perkembangan sumber

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Menimbang: BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PARIWISATA HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tourism Organization (2005) dalam WTO Tourism 2020 Vision, memperkirakan jumlah kunjungan wisatawan internasional di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. Tourism Organization (2005) dalam WTO Tourism 2020 Vision, memperkirakan jumlah kunjungan wisatawan internasional di seluruh dunia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri pariwisata merupakan salah satu industri terbesar dan merupakan sektor jasa dengan tingkat pertumbuhan paling pesat di dunia saat ini. World Tourism

Lebih terperinci

3.3 Jenis dan Sumber Data Jenis Data Sumber Data Teknik Pengumpulan Data Teknik Penentuan dan Pengambilan

3.3 Jenis dan Sumber Data Jenis Data Sumber Data Teknik Pengumpulan Data Teknik Penentuan dan Pengambilan DAFTAR ISI Halaman JUDUL JUDUL PRASYARAT... i ABSTRAK... ii ABSTRACT... iii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv HALAMAN PERSETUJUAN TIM PENGUJI... v SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... vi KATA PENGANTAR...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internet kita bisa melakukan bisnis secara online, mencari berbagai informasi

BAB I PENDAHULUAN. internet kita bisa melakukan bisnis secara online, mencari berbagai informasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Internet merupakan salah satu bentuk perkembangan dan kemajuan teknologi yang sangat berperan dalam kehidupan manusia terutama dalam menyebarkan berbagai informasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pemasaran

II. TINJAUAN PUSTAKA Pemasaran II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemasaran Pada dasarnya pemasaran merupakan salah satu kegiatan dalam perekonomian yang bukan semata-mata kegiatan untuk menjual barang atau jasa saja, akan tetapi lebih mengarah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Berdirinya Hotel Grand Angkasa Internasional Medan Pada tahun 1930 dibawah pimpinan kolonial belanda Grand Angkasa International hotel bernama Hotel Astoria.

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian Industri ritel memegang peranan penting dalam perekonomian suatu negara., terutama berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Seiring dengan pesatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara yang saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara yang saat ini BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara yang saat ini pertumbuhannya semakin meningkat. Perkembangan pariwisata saat ini demikian pesat, dan merupakan fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk dan layanan. Desain bangunan, interior dan eksterior hotel, suasana

BAB I PENDAHULUAN. produk dan layanan. Desain bangunan, interior dan eksterior hotel, suasana BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan persaingan bisnis di Indonesia adalah salah satu fenomena yang sangat menarik untuk kita simak, terlebih dengan adanya globalisasi dalam bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 7. Bonus (Departemen Khusus) 2. Tunjangan transportasi. 8. Service charge 3. Tunjangan kesehatan(bpjs) 9. Kantin 4.

BAB I PENDAHULUAN. 7. Bonus (Departemen Khusus) 2. Tunjangan transportasi. 8. Service charge 3. Tunjangan kesehatan(bpjs) 9. Kantin 4. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian 1.1.1 Profil Perusahaan Star Hotel (sebelumnya bernama Best Western Star Hotel) adalah hotel bintang empat yang berlokasi sangat strategis di Jl. MT. Haryono

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2016 PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PARIWISATA HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau melihat pemandangan semata, akan tetapi wisatawan juga ingin mencari dan

BAB I PENDAHULUAN. atau melihat pemandangan semata, akan tetapi wisatawan juga ingin mencari dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini pariwisata menjadi suatu industri yang berpotensial dalam meningkatkan perekonomian suatu negara. Kegiatan pariwisata tidak hanya berekreasi atau melihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa akomodasi (kamar) yang dikelola

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa akomodasi (kamar) yang dikelola BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha jasa hotel dan akomodasi merupakan salah satu komponen yang berperan penting dalam kemajuan sebuah kawasan wisata. Hotel merupakan perusahaan yang bergerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata sebagai suatu jenis usaha yang memiliki nilai ekonomi, maka

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata sebagai suatu jenis usaha yang memiliki nilai ekonomi, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata sebagai suatu jenis usaha yang memiliki nilai ekonomi, maka pariwisata adalah sebagai suatu proses yang dapat menciptakan nilai tambah barang atau jasa sebagai

Lebih terperinci

Peluang dan Tantangan Dalam Pengembangan Pariwisata Halal Provinsi Nusa Tenggara Barat 2017/2018 DASAR/PEDOMAN

Peluang dan Tantangan Dalam Pengembangan Pariwisata Halal Provinsi Nusa Tenggara Barat 2017/2018 DASAR/PEDOMAN Peluang dan Tantangan Dalam Pengembangan Pariwisata Halal Provinsi Nusa Tenggara Barat 2017/2018 H. Lalu. Moh. Faozal., S.Sos., M.Si Kepala Dinas Pariwisata Privinsi NTB DASAR/PEDOMAN 1. UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahun Bulan Tingkat Hunian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahun Bulan Tingkat Hunian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki tempat-tempat menarik untuk pariwisata, salah satunya adalah kota Bandung. Bandung memiliki cukup banyak pilihan objek wisata, seperti wisata

Lebih terperinci

Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya

Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya BAB III Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya Potensi pariwisata di Indonesia sangat tinggi, dari Aceh hingga Papua dengan semua macam obyek pariwisata, industri pariwisata Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan sektor usaha di Indonesia beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan, terutama pada sektor pariwisata. Sektor pariwisata adalah salah satu penyumbang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. awal abad 21 dan digunakan sebagai ukuran yang reliabel terhadap pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. awal abad 21 dan digunakan sebagai ukuran yang reliabel terhadap pertumbuhan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor industri yang tumbuh pesat mulai awal abad 21 dan digunakan sebagai ukuran yang reliabel terhadap pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Logo Cottage Daarul Jannah Sumber : Company Profile Cottage Daarul Jannah (2016).

Gambar 1.1 Logo Cottage Daarul Jannah Sumber : Company Profile Cottage Daarul Jannah (2016). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil Perusahaan Cottage Daarul Jannah merupakan cottage islami yang berkualitas hotel, bernuansa eksklusif dan alami, berada di lingkungan Pesantren

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hotel Puri Artha dikenal sebagai Hotel yang menerapkan adat tradisional

BAB I PENDAHULUAN. Hotel Puri Artha dikenal sebagai Hotel yang menerapkan adat tradisional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hotel Puri Artha dikenal sebagai Hotel yang menerapkan adat tradisional khas Yogyakarta yang kental akan budaya nya dan keramah tamahan, yang di kemas sedemekian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hotel memegang peranan penting dalam industri pariwisata karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hotel memegang peranan penting dalam industri pariwisata karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hotel memegang peranan penting dalam industri pariwisata karena menyediakan fasilitas dan pelayanan penginapan, makanan, dan minuman serta jasa-jasa lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi global. Dari tahun ke tahun, jumlah. kegiatan wisata semakin mengalami peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi global. Dari tahun ke tahun, jumlah. kegiatan wisata semakin mengalami peningkatan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan salah satu industri yang memiliki pertumbuhan pembangunan yang cepat. Saat ini sektor pariwisata banyak memberikan kontribusi terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis, perdagangan, pendidikan, dan industri di bagian timur pulau Jawa.

BAB I PENDAHULUAN. bisnis, perdagangan, pendidikan, dan industri di bagian timur pulau Jawa. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surabaya merupakan kota terbesar kedua setelah Jakarta di Indonesia yang juga sekaligus ibukota provinsi Jawa Timur, sehingga kota ini menjadi pusat bisnis, perdagangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga berlangsung pesat. Hal ini ditunjukan dengan meningkatnya persentase

BAB I PENDAHULUAN. juga berlangsung pesat. Hal ini ditunjukan dengan meningkatnya persentase 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman dan pereknomian dunia, di Indonesia seperti kebanyakan negara-negara berkembang lainnya, perkembangan sektor jasa juga berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang beroperasi di Indonesia, di satu sisi era globalisasi memperluas

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang beroperasi di Indonesia, di satu sisi era globalisasi memperluas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ini menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia, di satu sisi era globalisasi memperluas pasar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. wisatawan baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara, untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. wisatawan baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara, untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri perhotelan semakin hari semakin berkembang seperti halnya di Pulau Bali yang merupakan daerah tujuan wisata yang sangat diminati oleh banyak wisatawan baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internet dalam kebutuhan masyarakat sehari-hari. Hampir setiap masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. internet dalam kebutuhan masyarakat sehari-hari. Hampir setiap masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi di Indonesia menimbulkan pentingnya peran internet dalam kebutuhan masyarakat sehari-hari. Hampir setiap masyarakat Indonesia, baik dari kalangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut wisata MICE (Meeting, Incentive, Conference/Convention, Exhibition). MICE

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut wisata MICE (Meeting, Incentive, Conference/Convention, Exhibition). MICE BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini industri kepariwisataan Indonesia berkembang semakin pesat terutama dalam sektor industri perhotelan dan sektor wisata konvensi, atau yang biasa disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Muta ali (2012) menjelaskan bahwa pengembangan wilayah adalah salah satu upaya pemanfaatan sumberdaya wilayah untuk dimanfaatkan sebesarbesarnya demi kemakmuran rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia saat ini mulai berkembang dengan pesat. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia saat ini mulai berkembang dengan pesat. Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata Indonesia saat ini mulai berkembang dengan pesat. Indonesia memiliki potensi wisata untuk dikembangkan menjadi destinasi pariwisata tingkat dunia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mampu menunjang kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mampu menunjang kemajuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mampu menunjang kemajuan suatu daerah terutama dengan adanya hubungan dengan otonomi daerah khususnya di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkungan industri perhotelan yang semakin kompetitif, organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkungan industri perhotelan yang semakin kompetitif, organisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam lingkungan industri perhotelan yang semakin kompetitif, organisasi sekarang ini dituntut meningkatkan nilai perusahaan dan menjaga keberlangsungan organisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. global. Adapun pengertian Industri Pariwisata menurut Undang-Undang RI

BAB I PENDAHULUAN. global. Adapun pengertian Industri Pariwisata menurut Undang-Undang RI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata dunia kini sedang dalam upaya pertumbuhan global. Adapun pengertian Industri Pariwisata menurut Undang-Undang RI No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sementara, tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah, dilakukan perorangan

BAB I PENDAHULUAN. sementara, tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah, dilakukan perorangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah, dilakukan perorangan maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Selama beberapa dekade terakhir, pariwisata telah mengalami perkembangan dan perubahan yang membuat pariwisata menjadi salah satu industri tercepat dan terbesar

Lebih terperinci

BAB I. mendorong tumbuhnya berbagai industri sebagai upaya dalam memenuhi. Persaingan dalam dunia industri sebagai dampak dari beragamnya

BAB I. mendorong tumbuhnya berbagai industri sebagai upaya dalam memenuhi. Persaingan dalam dunia industri sebagai dampak dari beragamnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin pesatnya perkembangan zaman diberbagai bidang, berdampak pada semakin kompleksnya kebutuhan akan barang dan jasa. Hal inilah yang mendorong tumbuhnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai belahan dunia, salah satunya yaitu pariwisata di Indonesia. Pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. berbagai belahan dunia, salah satunya yaitu pariwisata di Indonesia. Pariwisata 1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dunia pariwisata saat ini sedang berkembang pesat dan meningkat di berbagai belahan dunia, salah satunya yaitu pariwisata di Indonesia. Pariwisata Indonesia telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan sektor pariwisata merupakan salah satu upaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan sektor pariwisata merupakan salah satu upaya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sektor pariwisata merupakan salah satu upaya yang diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi, dengan meningkatkan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selling, (Anderassen et al, 1997) dengan tujuan membangun citra yang kuat

BAB I PENDAHULUAN. selling, (Anderassen et al, 1997) dengan tujuan membangun citra yang kuat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan peningkatan di dalam sektor jasa pelayanan perhotelan saat ini cukup pesat sehingga membawa perubahan pada pola hidup masyarakat dan tingkat

Lebih terperinci

kepada budi adi luhur masyarakat Bali sendiri. Penetapan pariwisata budaya yang

kepada budi adi luhur masyarakat Bali sendiri. Penetapan pariwisata budaya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali sebagai Daerah Tujuan Wisata yang sudah dikenal secara luas, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, telah memberikan dampak positif terhadap perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Berdasarkan pernyataan dari Menteri Pariwisata dan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Berdasarkan pernyataan dari Menteri Pariwisata dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor yang berperan penting dalam kemajuan perekonomian suatu negara. Berdasarkan pernyataan dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Arief

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sektor yang cukup diperhitungkan dan diperhatikan oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sektor yang cukup diperhitungkan dan diperhatikan oleh banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepariwisataan adalah salah satu industri penggerak perekonomian di setiap negara maju dan berkembang. Tidak dipungkiri bahwa kepariwisataan itu merupakan sektor yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan di luar rumah. Kegiatan makan di luar rumah bersama teman dan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. makanan di luar rumah. Kegiatan makan di luar rumah bersama teman dan keluarga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu kegiatan menarik bagi sebagian orang adalah mencoba berbagai makanan di luar rumah. Kegiatan makan di luar rumah bersama teman dan keluarga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, perkembangan dunia usaha dalam bidang jasa di Indonesia, khususnya pada industri perhotelan sedang mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang

Lebih terperinci

Bahkan pada tahun 2012 ini BPS Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan data bahwa tingkat penghunian kamar (TPK) hotel berbintang pada bulan April 2012 menc

Bahkan pada tahun 2012 ini BPS Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan data bahwa tingkat penghunian kamar (TPK) hotel berbintang pada bulan April 2012 menc BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia pariwisata di kota Jakarta semakin berkembang pesat dan cukup menggembirakan. Predikat Jakarta sebagai kota metropolitan menjadi magnet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang seksama dan dicermati semua pihak tak terkecuali oleh perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang seksama dan dicermati semua pihak tak terkecuali oleh perusahaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu lingkungan global merupakan permasalahan lingkungan yang perlu mendapat perhatian yang seksama dan dicermati semua pihak tak terkecuali oleh perusahaan, pemanasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung ibu kota Jawa Barat terkenal dengan banyaknya objek wisata yang dikunjungi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Bandung ibu kota Jawa Barat terkenal dengan banyaknya objek wisata yang dikunjungi oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandung ibu kota Jawa Barat terkenal dengan banyaknya objek wisata yang dikunjungi oleh wisatawan, baik domestik ataupun mancanegara. Bandung juga memiliki wisata kuliner

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh belahan dunia. Saat ini, seluruh Negara berlomba-lomba untuk

BAB I PENDAHULUAN. seluruh belahan dunia. Saat ini, seluruh Negara berlomba-lomba untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepariwisataan merupakan suatu industri yang berkembang pesat di seluruh belahan dunia. Saat ini, seluruh Negara berlomba-lomba untuk mengembangkan industri kepariwisataannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata sampai saat ini merupakan motor penggerak ekonomi di Bali.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata sampai saat ini merupakan motor penggerak ekonomi di Bali. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata sampai saat ini merupakan motor penggerak ekonomi di Bali. sehingga cerah dan muramnya kondisi perekonomian di provinsi Bali akan sangat tergantung pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Data statistik mengenai jumlah wisatawan nusantara (Wisnus) setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. Data statistik mengenai jumlah wisatawan nusantara (Wisnus) setiap tahunnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Data statistik mengenai jumlah wisatawan nusantara (Wisnus) setiap tahunnya (Kemenparekraf, BPS) memperlihatkan tren jumlah penduduk Indonesia yang melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. para wisatawan yang datang dengan akomodasi yang baik. macam fasilitas pendukung, seperti, ballroom, ruang pertemuan, spa,

BAB I PENDAHULUAN. para wisatawan yang datang dengan akomodasi yang baik. macam fasilitas pendukung, seperti, ballroom, ruang pertemuan, spa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yogyakarta telah dikenal sebagai salah satu destinasi tujuan wisata di Indonesia. Yogyakarta memiliki daya tarik tersendiri yang membuat kota ini selalu menjadi kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini tidak dapat dipungkiri lagi jika dunia pariwisata Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini tidak dapat dipungkiri lagi jika dunia pariwisata Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekarang ini tidak dapat dipungkiri lagi jika dunia pariwisata Indonesia sudah menjadi komoditas yang penting bagi sumber devisa negara karena sudah semakin banyaknya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Industri pariwisata sebagai bagian dari sektor ekonomi yang merupakan salah satu industri

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Industri pariwisata sebagai bagian dari sektor ekonomi yang merupakan salah satu industri 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri pariwisata sebagai bagian dari sektor ekonomi yang merupakan salah satu industri terbesar dan terpesat dalam pembangunanya di dunia. Sementara itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara. Terbukti pada tahun 2013 pariwisata di Indonesia menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara. Terbukti pada tahun 2013 pariwisata di Indonesia menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN Indonesia mengandalkan pariwisata sebagai salah satu sektor andalan pembangunan yang saat ini telah memberikan sumbangan dalam meningkatkan pendapatan negara. Terbukti pada tahun 2013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umumnya yang disesuaikan dengan tingkat pendapatan masing-masing individu.

BAB I PENDAHULUAN. umumnya yang disesuaikan dengan tingkat pendapatan masing-masing individu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pariwisata telah menjadi salah satu kebutuhan pokok manusia pada umumnya yang disesuaikan dengan tingkat pendapatan masing-masing individu. Pariwisata adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini dunia pariwisata semakin hari semakin berkembang pesat. Perkembangan pariwisata ini tidak hanya dirasakan di beberapa daerah saja namun telah menyebar ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya menggunakan fasilitas tertentu yang dimiliki hotel itu. Hotel bukan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. hanya menggunakan fasilitas tertentu yang dimiliki hotel itu. Hotel bukan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hotel adalah suatu bentuk bangunan, lambang, perusahaan atau badan usaha akomodasi yang menyediakan pelayanan jasa penginapan, penyedia makanan dan minuman serta fasilitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam berinteraksi dengan lingkungannya. dan berinteraksi di dunia. Menurut Assael, gaya hidup adalah A mode of

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam berinteraksi dengan lingkungannya. dan berinteraksi di dunia. Menurut Assael, gaya hidup adalah A mode of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Gaya Hidup Gaya hidup menurut Kotler (2002:192) adalah pola hidup seseorang di dunia yang iekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendukung utama yang menunjang dalam bisnis di bidang pariwisata. Sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. pendukung utama yang menunjang dalam bisnis di bidang pariwisata. Sejalan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri perhotelan termasuk dalam industri jasa yang menawarkan jasa pelayanan kamar, penyedia makanan dan minuman serta jasa lainnya bagi masyarakat umum yang dikelola

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari hasil pengolahan data dan analisis, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Dari hasil pengolahan data untuk Gap 5, secara keseluruhan pelayanan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diandalkan tidak hanya dalam pemasukan devisa, tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diandalkan tidak hanya dalam pemasukan devisa, tetapi juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata memiliki potensi cukup besar dalam usaha meningkatkan devisa negara. Pariwisata menjadi suatu kegiatan ekonomi yang dapat diandalkan tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan beberapa tahun terakhir. Hal ini bisa dilihat berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan beberapa tahun terakhir. Hal ini bisa dilihat berdasarkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan bisnis perhotelan dan pariwisata di Indonesia mengalami peningkatan beberapa tahun terakhir. Hal ini bisa dilihat berdasarkan meningkatnya jumlah kunjungan

Lebih terperinci

2015 PENGARUH SERVICE RECOVERY DAN CUSTOMER EMOTIONS TERHADAP KEPUASAN TAMU DI GRAND SERELA SETIABUDHI HOTELBANDUNG

2015 PENGARUH SERVICE RECOVERY DAN CUSTOMER EMOTIONS TERHADAP KEPUASAN TAMU DI GRAND SERELA SETIABUDHI HOTELBANDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan industri perdagangan jasa yang memiliki mekanisme pengaturan yang kompleks karena mencakup pengaturan pergerakan wisatawan dari negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri jasa di Indonesia memberikan kontribusi yang cukup berarti,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri jasa di Indonesia memberikan kontribusi yang cukup berarti, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Penelitian Perkembangan industri jasa di Indonesia memberikan kontribusi yang cukup berarti, hal ini terlihat dari sumbangan sektor jasa(tersier) yang mencapai 37,3%

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Konsumen

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Konsumen HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Konsumen Karakteristik konsumen RM Wong Solo yang diamati dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan penerimaan per bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun Wisatawan Jumlah Presentase. Sumber : Dinas Pariwisata Kota Bandung dalam Data Badan Pusat Statistik Kota Bandung Tahun 2013.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun Wisatawan Jumlah Presentase. Sumber : Dinas Pariwisata Kota Bandung dalam Data Badan Pusat Statistik Kota Bandung Tahun 2013. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perhotelan dalam upaya penyediaan jasa akomodasi pariwisata di Indonesia semakin hari semakin menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Menurut

Lebih terperinci