BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Bangunan Area Parkir Bangunan area parkir berlapis (multistorey car park) di gedung Wisma 46 terdiri dari 8 lantai, tetapi yang dipergunakan untuk sarana parkir kendaraan hanya 5 lapis lantai. Area parkir tersebut dioperasikan selama 24 Jam. Desain bangunan mengikuti struktur bangunan gedung utama dan terletak pada sisi bagian timur dengan arah membujur dari utara ke selatan sebagaimana ditunjukkan pada gambar 4.1 dibawah ini. Tampak Utara Tampak Barat Gambar 4.1 Bangunan Gedung Parkir Tampak Dari Arah Barat dan Utara 45

2 46 Setiap lantai parkir multistorey carpark ( MSCP ) lantai 1 sampai denagn lantai 5 yang dijadikan obyek penelitian ini dibagi menjadi 2 sisi yaitu sisi lantai atas yang disebut sebagai Parking High (MSCP-H) dan sisi lantai bawah yang disebut sebagai Parking Low (MSCP-L). Sisi Timur Area Parkir Low(MSCP-L) Area Parkir High(MSCP-H) Sisi Barat Gambar 4.2 Denah Pembagian Lantai Gedung Parkir Pembagian lantai, luas area dan daya tampung kendaraan dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini. Tabel 4.1 Luas Lantai dan Daya Tampung Kendaraan Lantai Luas Semigros (M2) Kapasitas Mobil MSCP-1L MSCP-1H MSCP-2L MSCP-2H MSCP-3L MSCP-3H MSCP-4L MSCP-4H MSCP-5L MSCP-5H

3 47 Struktur bangunan secara keseluruhan mempunyai karakteristik ruangan yang sama (Typical ). Dinding area parkir pada umumnya menggunakan cat berwarna putih sedangkan langit langit beton (concrete slab) sesuai desain awal tidak dicat, namun untuk lantai MSCP-4 dan lantai MSCP-5 sudah dilakukan pengecatan secara menyeluruh dengan warna putih. 4.2 Sistem Pencahayaan Area Parkir Instalasi sistem pencahayaan buatan yang terpasang merupakan sistem pencahayaan merata yang diperlukan untuk memberikan penerangan terhadap aktivitas area parkir kendaraan roda empat yang meliputi area lot parkir, area jalur laju kendaraan (driveway) dan area ramp untuk keluar dan masuk serta naik dan turun kendaraan. Selain sistem instalasi pencahayaan buatan, struktur bangunan area parkir tersebut juga berpengaruh terhadap pengoptimalan pencahayaan alami. Semua lantai gedung parkir mempunyai karakteristik yang sangat baik untuk menerima pencahayaan alami yang bersumber dari cahaya matahari Jumlah dan Spesifikasi Lampu Sumber pencahayaan buatan di area parkir Gedung Wisma 46 menggunakan lampu fluorescent (FL) jenis tube lamp neon (TL ) product Phillips type T-8 single dengan daya 36 Watt. Ballast yang digunakan adalah ballast magnetic. Lampu dipasang pada concrete slab tanpa menggunakan reflector.

4 48 Gambar 4.3 Lampu TL-T8/36 Watt Sebagai Penerangan Area Parkir Specifikasi Lampu Phillips yang terpasang adalah sebagai berikut : Cap Base Bulb Voltage :G13 Medium Bi-Pin Fluorescent : T8 26 mm :220 Volt Kode Warna : Warna Rendering Indeks Warna Penunjukan (teks) Suhu Warna Luminous Flux Lamp EM Luminance : 72 RA8 : Cool Daylight : 6200 K : 2500 Lm : 0.95 cd / cm2 Lumen Pemeliharaan 2000h : 90% Lumen Pemeliharaan 5000h : 80% Lumen Pemeliharaan 10000h : 75% Lumen Pemeliharaan 15000h : 70%

5 49 Hasil pengecekan jumlah lampu yang terpasang untuk area parkir MSCP-1 sampai dengan MSCP-5 dapat dilihat pada tabel 4.2 dibawah ini. Tabel 4.2 Jumlah Titik Luminer TL-T8 1 x 36 Watt Lantai Total Daya Jumlah (termasuk rugi Lampu ballast) Keterangan MSCP-1L Tanpa reflektor MSCP-1H Tanpa reflektor MSCP-2L Tanpa reflektor MSCP-2H Tanpa reflektor MSCP-3L Tanpa reflektor MSCP-3H Tanpa reflektor MSCP-4L Tanpa reflektor MSCP-4H Tanpa reflektor MSCP-5L Tanpa reflektor MSCP-5H Tanpa reflektor Total Tata Letak Armature (Luminer) Luminer dipasang pada langit-langit beton (concrete slab) dengan ketinggian 2.6 meter dari permukaan lantai. Jarak antar titik lampu bervariasi antara 3 sampai dengan 5 meter. Berdasarkan pemasangannya, terlihat bahwa di beberapa lokasi terdapat kondisi yang belum ideal dalam pemasangan luminer sehingga menyebabkan distribusi cahaya menjadi kurang merata. Keadaan tersebut juga sangat dipengaruhi oleh kendala dalam pemasangannya karena terhalang oleh instalasi lain seperti ducting ventilasi udara dan instalasi pipa pemadam. Denah penempatan titik lampu sebagai contoh yang terpasang di lantai MSCP 2 ditunjukkan pada gambar 4.4 dibawah ini.

6 50 Titik lampu Gambar 4.4 Denah Tata Letak Luminer 4.3 Pengukuran Intensitas Pencahayaan Area Parkir Merujuk kepada kondisi dimana struktur bangunan dan sistem instalasi pencahayaan pada setiap lantai mempunyai karateristik yang sama yaitu antara lantai MSCP-1 dan MSCP-2 serta lantai MSCP-3, MSCP-4 dan MSCP-5, maka sebagai bahan analisa diambil data pengukuran hanya di area lantai MSCP-2 dan lantai MSCP-3. Pengukuran dilakukan dua kali pada kondisi yang berbeda yaitu pada waktu malam dan siang hari. Hal ini untuk mendapatkan hasil pengukuran yang lebih aktual pada kondisi dimana pencahayaan diarea parkir tidak dipengaruhi oleh pencahayaan alami dan saat kondisi pencahayaan dipengaruhi oleh pencahayaan alami yang masuk ke area tersebut.

7 51 Pengukuran pertama malam hari dilakukan antara pukul 19:00-21:00 pada semua area dalam kondisi keseluruhan lampu menyala. Hasil pengukuran sesuai data yang tersaji pada tabel 4.3 dibawah ini. Tabel 4.3 Data Pengukuran Intensitas Penerangan Malam Hari Lokasi Intensitas Pada Titik Pengukuran (Lux) MSCP- 2L Area Area Area Area MSCP- 2H Area Area Area Area MSCP- 3L Area Area Area Area MSCP- 3H Area ,5 Area Area Area Untuk pengukuran kedua pada siang hari antara pukul dalam kondisi cuaca cerah. Pengukuran dilakukan pada semua area kecuali area-4 dengan pertimbangan bahwa area tersebut mutlak hanya menggunakan sumber pencahayaan dari lampu dan tidak ada akses untuk masuknya pencahayaan alami. Dengan demikian untuk area-4 intensitas penerangan dianggap sama dengan hasil

8 52 pengukuran pada malam hari. Dari pengukuran tersebut diperoleh hasil sesuai data yang tersaji pada tabel 4.4 dibawah ini. Tabel 4.4 Data Pengukuran Intensitas Penerangan Siang Hari Lokasi Intensitas Pada Titik Pengukuran (Lux) MSCP- 2L Area Area Area Area MSCP- 2H Area Area Area Area MSCP- 3L Area Area Area Area MSCP- 3H Area Area Area Area Analisa Kondisi Sekarang Analisa Intensitas Penerangan Rata-rata Perhitungan tingkat intensitas penerangan rata-rata berdasarkan hasil pengukuran intensitas penerangan yang dilakukan dilantai MSCP-2 dan lantai MSCP-3 sesuai dengan tabel 4.3 dapat dilakukan dengan menggunakan

9 53 persamaan 2.5. Sebagai contoh penerangan rata-rata di lantai MSCP-2L pada area -1 adalah sebagai berikut : Erata-rata = E1 + E2 +E3 +En n Erata-rata = Intensitas rata-rata di MSCP-2L area-1 adalah Lux Dengan menggunakan data dan persamaan yang sama diperoleh kondisi rata-rata intensitas penerangan di semua area seperti ditunjukkan pada tabel 4.5 dibawah ini. Tabel 4.5 Perhitungan Intensitas Penerangan Rata-rata Lokasi Intensitas Penerangan Rata-rata (Lux) MSCP-2L Area Area Area Area MSCP-2H Area Area Area Area MSCP-3L Area Area Area Area MSCP-3H Area Area Area Area

10 Perbandingan Hasil Pengukuran Intensitas Pencahayaan dengan Standar yang Direkomendasikan Standar yang digunakan sebagai acuan adalah SNI mengenai Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Buatan Pada Bangunan Gedung. Standar tingkat pencahayaan yang direkomendasikan untuk area yang dijadikan sebagai obyek penelitian adalah 50 Lux sesuai dengan fungsi ruangan. Perbandingan hasil pengukuran dengan standar yang direkomendasikan dapat dilihat pada tabel 4.6 dibawah ini. Tabel 4.6 Perbandingan Hasil Pengukuran dengan Standar Lokasi Intensitas Penerangan (Lux) Pengukuran (Rata-rata) Standar Selisih Kekurangan /Kelebihan (lux) Keterangan Pemenuhan terhadap Standar MSCP-2L Area Melebihi Area Melebihi Area Melebihi Area Melebihi MSCP-2H Area Melebihi Area Melebihi Area Melebihi Area Melebihi MSCP-3L Area Melebihi Area Melebihi Area Melebihi Area Melebihi MSCP-3H Area Melebihi Area Melebihi Area Melebihi Area Melebihi

11 55 Dari tabel perbandingan di atas, terlihat bahwa intensitas penerangan diarea parkir sudah cukup bagus dan sesuai dengan yang direkomendasikan, dimana memiliki selisih kelebihan cukup jauh melebihi standar Analisa Intensitas Penerangan yang Merata Perhitungan nilai minimum intensitas penerangan di setiap area dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.4 dan data intensitas penerangan ratarata pada tabel 4.5. Sebagai contoh perhitungan nilai minimum untuk mendapatkan intensitas penerangan yang merata di lantai MSCP-2L area-1, dimana telah diketahui nilai rata-rata pada area-1 sebesar lux adalah sebagai berikut : Eminimum = 80/100 x Erata-rata area-1 = 80/100 x lux = 86.6 lux Dari hasil perhitungan tersebut dan membandingkan dengan data intensitas penerangan pada tabel 4.3 di area-1 tidak ditemukan titik pengukuran dibawah intensitas minimum, hal ini berarti bahwa intensitas penerangan pada area tersebut sudah memenuhi kondisi penerangan yang merata atau uniformity Untuk mengetahui kondisi pemerataan intensitas penerangan diarea lainnya, perhitungan tetap menggunakan persamaan 2.4 dan data pengukuran intensitas pada tabel 4.3 serta data intensitas penerangan rata-rata pada tabel 4.5. Hasil perhitungan intensitas minimum pada keseluruhan area parkir di lantai MSCP-2 dan lantai MSCP-3 dapat dilihat pada tabel 4.7 dibawah ini.

12 56 Tabel 4.7 Pemerataan Intensitas Penerangan Area Parkir Intensitas Penerangan (Lux) Lokasi Pengukuran (Rata-rata) Eminimum Titik Ukur Terendah Keterangan MSCP-1L Area Merata Area Merata Area Tidak merata Area Merata MSCP-1H Area Merata Area Tidak merata Area , Tidak merata Area-4 130, Merata MSCP-3L Area Merata Area Tidak merata Area Tidak merata Area Merata MSCP-3H Area , Merata Area Tidak merata Area Tidak merata Area Tidak merata Dari data diatas diketahui bahwa terdapat titik ukur di beberapa area yang intensitasnya masih berada di bawah 80% kuat penerangan rata-rata. Dengan demikian, area tersebut tidak memenuhi syarat sebagai penerangan yang merata Analisa Spacing Criteria dan Jumlah Titik Lampu Analisa dilakukan untuk mengetahui faktor penyebab tidak meratanya pencahayaan. Sesuai kondisi ketinggian lampu dari bidang yang diterangi adalah 1.6 meter ( Ketinggian luminer 2.6 meter dikurangi titik ukur 1 meter ), dengan

13 57 menggunakan rumus 2.4 maka spacing criteria untuk mendapatkan pencahayaan yang merata adalah 1.6 x 1.5 = 2.4 meter. Dari kondisi yang ada terlihat bahwa jarak pemasangan tidak sesuai dengan spacing criteria tersebut. Untuk mengetahui kesesuaian jumlah lampu yang seharusnya terpasang diarea tersebut digunakan persamaan 2.7 berdasarkan data-data kondisi sebagai berikut : Intensitas atau kuat penerangan(e) yang akan dicapai adalah 50 Lux Panjang ruang (L) Lebar ruang (W) Total Lumen lampu (Ø) = 67.2 Meter = 16.2 Meter =2500 Lumen Light loss factor ( ) = 0.8 Coefisien of utilization (50-65%) = 65% Jumlah lampu per titik(n) =1 Titik N = E x LxW Ø x LLF x CU x n = 50 x 67.2 x x 0.8 x 0.65 x 1 = 41 Titik lampu Dari perhitungan tersebut dapat dilihat bahwa kebutuhan lampu yang ideal untuk area parkir di lantai MSCP-3, MSCP-4 dan MSCP-5 adalah 41 titik sedangkan untuk lantai MSCP-1 dan MSCP-2 adalah 32 titik lampu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jumlah titik lampu yang dipasang pada tiap lantai (kondisi eksisting) tidak sesuai dengan jumlah titik lampu pada perhitungan standar. Hal ini merupakan salah satu faktor penyebab tidak meratanya penerangan.

14 Perbandingan Daya Listrik dengan Standar yang Direkomendasikan Standar yang digunakan sebagai acuan adalah SNI mengenai Konservasi Energi Sistem Pencahayaan pada Bangunan Gedung. Standar daya maksimum yang direkomendasikan untuk area yang dijadikan sebagai obyek penelitian adalah 5 Watt/ m2 sesuai dengan fungsi ruangan. Berdasarkan luasan masing-masing lantai pada tabel 4.1 dan data jumlah titik lampu pada tabel 4.2, maka perbandingan daya penerangan yang terpasang dengan standar yang direkomendasikan dapat dilihat pada tabel 4.8 dibawah ini. Tabel 4.8 Perbandingan Daya Terpasang dengan Standar Lantai Total daya ( Termasuk rugi ballast dalam satuan Watt ) Daya Lampu Daya Per m2 Daya Standar Keterangan Pemenuhan terhadap Standar MSCP-1L Memenuhi MSCP-1H Memenuhi MSCP-2L Memenuhi MSCP-2H Memenuhi MSCP-3L Memenuhi MSCP-3H Memenuhi MSCP-4L Memenuhi MSCP-4H Memenuhi MSCP-5L Memenuhi MSCP-5H Memenuhi Dari tabel perbandingan di atas, terlihat bahwa daya yang dipakai untuk penerangan diarea parkir masih dibawah standar. Dengan demikian daya yang terpasang di area parkir tersebut sudah sesuai dengan yang direkomendasikan.

15 Analisa Konsumsi Energi Listrik Sesuai pengamatan dapat diketahui bahwa keseluruhan lampu di area parkir dalam kondisi selalu menyala selama 24 Jam. Untuk menghitung konsumsi energi listrik di area parkir tersebut digunakan persamaan 2.3. Sedangkan biaya energi listrik merujuk kepada ketentuan Tarif Dasar Listrik sesuai Permen ESDM No 30 Tahun 2012 yang diberlakukan Tahun 2013 dan Permen ESDM No 09 Tahun 2014 mengenai ketentuan tariff adjustment Tahun Berdasarkan perhitungan diperoleh data sesuai tabel berikut ini : Tabel 4.9 Biaya Pemakaian Listrik Kondisi Ekisting Lantai Daya Kwh/Hari Biaya Listrik(Rp) Lampu LWBP WBP LWBP WBP Total MSCP-1L ,640 7,425 32,065 MSCP-1H ,640 7,425 32,065 MSCP-2L ,640 7,425 32,065 MSCP-2H ,640 7,425 32,065 MSCP-3L ,120 9,570 41,690 MSCP-3H ,120 9,570 41,690 MSCP-4L ,240 9,405 40,645 MSCP-4H ,120 9,570 41,690 MSCP-5L ,120 9,570 41,690 MSCP-5H ,120 9,570 41,690 Total ,400 86, ,355 LWBP :Lewat Waktu Beban Puncak (Jam 10 Malam-Jam 6 Sore ) WBP Tarif :Waktu Beban Puncak(Jam 6 Sore-Jam 10 Malam) : LWBP Rp 1,100/kWh dan WBP Rp.1,650/kWh Dengan perhitungan yang sama, maka total konsumsi energi listrik selama satu tahun adalah 317 kwh x 365 hari = 115,705 kwh dengan total biaya penggunaanya sebesar Rp.377,355 x 365 hari = Rp.137,734,575.

16 Solusi Penghematan Energi Listrik dan Pemenuhan Standar Dengan melihat kondisi penerangan di beberapa area parkir yang belum memenuhi standar penerangan yang merata, maka penambahan jumlah lampu maupun perubahan peletakan lampu perlu dilakukan terlebih dahulu sebelum upaya penerapan peluang penghematan dilakukan. Berdasarkan perhitungan sebelumnya, diperlukan penambahan jumlah titik lampu untuk lantai MSCP-1 dan MSCP-2 masing-masing sebanyak 6 titik lampu dan untuk lantai MSCP-3, MSCP-4 dan MSCP-5 masing-masing 7 titik lampu. Perhitungan penghematan akan dilakukan dengan kondisi telah memenuhi standar kuat penerangan yang merata. Penghematan energi listrik akan dihitung berdasarkan kondisi jumlah lampu setelah dilakukan penambahan. Perbandingan daya listrik dan biaya konsumsi energi listrik setelah perubahan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.10 dan 4.11 dibawah ini. Lantai Tabel 4.10 Daya Listrik Setelah Penambahan Lampu Sebelum Penambahan/Penataan TL-T8 1 x 36 Watt ( magnetic ballast) Total Daya Jumlah (termasuk rugi Lampu ballast) Setelah Penambahan/Penataan TL-T8 1 x 36 Watt ( magnetic ballast) Total Daya Jumlah (termasuk rugi Lampu ballast) MSCP-1L MSCP-1H MSCP-2L MSCP-2H MSCP-3L MSCP-3H MSCP-4L MSCP-4H MSCP-5L MSCP-5H Total

17 61 Tabel 4.11 Biaya Pemakaian Listrik Setelah Penambahan Lampu Lantai Daya Kwh/Hari Biaya Listrik(Rp) Lampu LWBP WBP LWBP WBP Total MSCP-1L ,272 9,082 39,354 MSCP-1H ,272 9,082 39,354 MSCP-2L ,272 9,082 39,354 MSCP-2H ,272 9,082 39,354 MSCP-3L ,786 11,636 50,422 MSCP-3H ,786 11,636 50,422 MSCP-4L ,786 11,636 50,422 MSCP-4H ,786 11,636 50,422 MSCP-5L ,786 11,636 50,422 MSCP-5H ,786 11,636 50,422 Total , , , Identifikasi Peluang Penghematan Energi Listrik. Sesuai pengamatan yang telah dilakukan, masih terdapat kondisi pemborosan energi listrik di area parkir. Kondisi ini berpotensi membuat penghematan energi menjadi kurang optimal. Beberapa hal yang ditemukan adalah sebagai berikut : 1) Lampu-lampu yang masih menyala meskipun cahaya alami sudah mencukupi. 2) Lampu-lampu yang masih menyala meskipun area parkir tidak digunakan 3) Lampu bukan jenis hemat energi dan menggunakan ballast eletromagnetik. Dari kondisi tersebut dapat diidentifikasi adanya peluang untuk lebih mengoptimalkan penghematan konsumsi energi listrik penerangan di area parkir tersebut. Solusi penghematan energi dapat dilakukan dengan tindakan penghematan sebagai berikut : 1) Pemanfaatan pencahayaan alami dengan pemasangan sensor cahaya. 2) Pengaturan waktu penyalaan lampu baik secara manual maupun otomatis.

18 62 3) Penggantian lampu dengan jenis lampu yang lebih hemat dan menggunakan ballast elektronik. Dari peluang-peluang yang diperoleh, selanjutnya dibuat analisa sehingga dapat dipilih peluang yang paling tepat untuk diimplementasikan berdasarkan klasifikasi sebagai berikut : a) Implementasi tanpa biaya investasi /biaya rendah dan payback period kurang dari 6 bulan b) Implementasi dengan biaya sedang dan payback period kurang dari 1 tahun. c) Implementasi dengan biaya tinggi dan payback period lebih dari 1 tahun Pemanfaatan Pencahayaan Alami Sesuai dengan data hasil pengukuran pada tabel 4.4, dapat diketahui bahwa pada area-1, yaitu pada sisi pinggir yang berdekatan dengan jendela mempunyai tingkat intensitas pencahayaan siang hari mencapai 500 lux. Area 1-Parking High Area 1 Parking Low Gambar 4.5 Area Parkir dengan Intensitas Penerangan Tinggi

19 63 Penerimaan cahaya matahari menjadi sangat efektif sehingga intensitas cahaya alami yang langsung masuk ke area parkir menjadi tinggi karena di pengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut : a) Struktur bangunan yang membujur dari utara ke selatan. b) Terdapat jendela terbuka di sisi utara,barat dan timur. c) Luas area parkir serta bentuk jendela yang lebar. Gambar 4.6 Jendela Gedung Parkir Dengan kondisi tersebut diatas maka masuknya radiasi sinar matahari secara langsung ke dalam bangunan dapat dibuat seminimal mungkin, sehingga refleksi cahaya langit menjadi lebih dominan dibandingkan dengan cahaya matahari langsung Pemanfaatan pencahayaan alami untuk menggantikan pencahayaan buatan pada siang hari dapat dilakukan dengan cara memasang sensor cahaya (photocell sensor ). Peralatan ini berfungsi sebagai saklar otomatis untuk mengatur nyala lampu berdasarkan penerimaan signal cahaya yang diterima oleh sensor. Meskipun prinsip operasinya berdasarkan tingkat kecerahan cahaya matahari sehingga tidak efektif jika cuaca tidak cerah, namun dapat menghasilkan efisiensi yang cukup optimal.

20 64 Pemasangan sensor memerlukan rekayasa untuk perubahan instalasi lampu, dimana lampu-lampu diarea tersebut harus dipisahkan instalasinya dan dibuat menjadi satu kelompok (re-grouping). Dengan demikian sensor photocell hanya berfungsi sebagai pengontrolan kelompok lampu yang sudah dibuat dalam satu grup tersebut. Berdasarkan kondisi jumlah titik lampu yang terpasang di setiap lantai maka khusus pada area-1 dapat dibuat pengelompokkan seperti pada gambar dibawah ini. MSCP-Low MSCP-High Keterangan gambar: :Titik lampu TLD :Panel Penerangan :Photocell sensor Gambar 4.7 Grouping Lampu TL dengan photocell sensor

21 Mengatur Penyalaan Lampu Sesuai Kebutuhan. Aktifitas perparkiran secara efektif hanya berlangsung pada saat jam dan hari kerja, yaitu hari Senin sampai dengan hari Jumat dari jam 6 pagi sampai jam 10 malam. Diluar waktu tersebut kondisi area parkir cenderung sepi dari aktifitas keluar maupun masuk kendaraan. Demikian juga pada hari Sabtu dan Minggu maupun hari libur kondisinya terlihat kosong dan hanya terdapat beberapa kendaraan yang menginap. Gambar 4.8 Kondisi Area Parkir Pada Hari Libur Potensi penghematan konsumsi energi listrik dapat diperoleh dengan melakukan pengaturan penyalaan lampu sesuai dengan kebutuhan. Dengan mengatur penyalaan lampu, maka lampu- lampu pada area lantai yang kosong dapat dipadamkan. Pengaturan tersebut dapat dilakukan secara manual maupun otomatis. Pengaturan secara manual dengan menggunakan saklar lampu disetiap lantai. Pengaturan secara otomatis dapat dibuat dengan menggunakan timer switch atau menggunakan perangkat BAS ( Building Automation System). 1) Pemasangan Timer switch atau saklar lampu Pengaturan secara manual dengan pemasangan saklar maupun secara otomatis dengan timer switch mempunyai potensi penghematan yang sama,

22 66 namun penggunaan saklar tidak disarankan karena dengan metode operasional secara manual akan tergantung pada kedisplinan operator sehingga sangat mempengaruhi hasil penghematan. 2) Menggunakan BAS (Building Automation System) Gedung Wisma 46 telah menggunakan peralatan BAS sebagai perangkat monitoring dan pengontrolan fasilitas gedung. Penggunaan BAS termasuk untuk mengontrol operasional lampu lampu masih terbatas pada lampulampu penerangan public area seperti koridor dan lobi gedung utama sedangkan untuk area parkir belum digunakan. Dengan menggunakan BAS sebagai perangkat pengontrolan, maka lampu-lampu dapat diatur pemadaman maupun penyalaannya berdasarkan jam dan hari. Pengoperasian dapat dilakukan dengan membuat scedule sesuai dengan kebutuhan. Berbeda dengan timer switch yang harus merubah seting waktu secara manual. Sama seperti halnya penggunaan photocell sensor, maka untuk pengaturan penyalaan lampu berdasarkan waktu pemanfaatannya, baik yang dibuat secara manual maupun otomatis juga memerlukan perubahan instalasi. Perubahan instalasi kelistrikan tersebut diperlukan untuk memisahkan beberapa titik lampu.beberapa titik lampu tersebut nantinya akan dipertahankan tetap menyala yang diperlukan untuk penerangan pada saat dilakukan pengecekan area lantai tersebut oleh petugas keamanan gedung. Jumlah titik lampu yang tetap menyala ditempatkan pada area tertentu terutama jalur laju kendaraan dan ramp untuk jalur keluar masuk kendaraan sesuai dengan gambar 4.9 dan 4.10 dibawah ini.

23 67 Lampu yang ON Gambar 4.9 Grouping Lampu Yang Tetap Menyala di Lantai MSCP-3 Lampu yang ON Gambar 4.10 Grouping Lampu Yang Tetap Menyala di Lantai MSCP-2

24 68 Sesuai gambar denah diatas, maka jumlah titik lampu yang dipertahankan tetap menyala untuk lantai MSCP-1 dan MSCP-2 masing-masing adalah 10 titik lampu. Sedangkan untuk lantai MSCP-3, MSCP-4 dan MSCP-5 masing- masing berjumlah 12 titik lampu. Jumlah keseluruhan lampu untuk gedung parkir yang dibuat tetap menyala adalah 56 buah lampu Penggantian Luminer Lampu Lampu LED menjadi pilihan paling rasional untuk mendapatkan penghematan yang paling optimal, namun harga yang masih mahal menjadi pertimbangan untuk pemilihan lampu lain. Dengan kondisi tersebut maka pada tahap awal penggantian dapat menggunakan lampu TL jenis T-5 dengan daya 28 Watt ballast elektronik. Dengan menggunakan lampu tersebut maka dapat diperoleh penghematan dari penurunan daya lampu dan rugi ballast. 4.7 Analisa Penghematan Energi Pada Kondisi Sesuai Standar Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat dihitung penghematan konsumsi energi listrik untuk setiap upaya yang dapat diimplementasikan dengan menggunakan persamaan ) Pemasangan Sensor Photocel Jumlah titik lampu di area-1 pada setiap lantai yang dapat dibuat pengontrolan dengan photo cell adalah 12 buah lampu. Jumlah secara keseluruhan untuk gedung parkir adalah 60 buah lampu dengan total daya termasuk rugi ballast adalah 2,580 Watt. Jika diasumsikan efektifitas tingkat kecerahan pencahayaan alami dalam satu hari adalah 10 jam (Jam 07:00-17:00) maka penghematan konsumsi energi listrik (kwh) dalam satu hari adalah 2,580 Watt x 10 jam = 25,800 Watt jam

25 69 atau 25.8 kwh. Dengan harga satuan tarif tenaga listrik golongan B3 saat ini adalah Rp.1,100, maka biaya penggunaan energi listrikyang dapat dihemat dalam satu hari adalah sebesar Rp.28,380. Jika diasumsikan tingkat kecerahan matahari hanya diperoleh pada musim kemarau dalam 1 tahun adalah 200 hari maka penghematan biaya untuk satu tahun adalah Rp 28,380 x 200 hari = Rp.5,676,000. 2) Pemasangan Timer Switch Dari perubahan instalasi sesuai gambar 4.7, maka jumlah lampu yang dapat dipadamkan untuk semua lantai adalah 314 buah lampu dengan total daya termasuk rugi ballast adalah 13,502 Watt. Dengan menggunakan timer switch maka setiap hari lampu dapat diatur secara otomatis untuk padam (off ) pada jam 10 malam sampai dengan jam 6 pagi ( 8 Jam). Penghematan konsumsi energi listrik (kwh) dalam satu hari adalah 13,502 Watt x 8 jam = 108,016 Watt jam atau kwh. Dengan harga satuan tarif tenaga listrik golongan B3 saat ini adalah Rp.1,100, maka biaya penggunaan energi listrik yang dapat dihemat dalam satu hari adalah sebesar Rp.119,130. Penghematan biaya untuk satu tahun adalah Rp 119,130 x 365 hari = Rp.43,482,450. 3) Menggunakan BAS (Building Automation System) Dengan metode pengontrolan dari BAS, maka penghematan konsumsi energi listrik yang diperoleh dapat dibedakan berdasarkan metode pengaturan operasional lampu (schedule ) sebagai berikut : a) Hari Senin Jumat : Schedule lampu off jam 22:00-06:00 (8 jam) Penghematan konsumsi energi listrik (kwh) selama 5 hari adalah 13,502 Watt x 8 jam x 5 hari = 540,080 Watt jam atau kwh. Dengan harga satuan

26 70 tarif tenaga listrik golongan B3 saat ini adalah Rp.1,100, maka biaya penggunaan energi listrik yang dapat dihemat dalam 5 hari adalah sebesar Rp.594,000. b) Hari Sabtu-Minggu: Schedule lampu off jam 06:00-06:00(24 jam) Penghematan konsumsi energi listrik (kwh) selama 2 hari adalah sebagai berikut : i. Penghematan pada LWBP adalah 13,502 Watt x 20 jam x 2 hari =540,080 Wattjam atau kwh. Dengan harga satuan tarif tenaga listrik golongan B3 saat ini adalah Rp.1,100, maka biaya penggunaan energi listrik yang dapat dihemat dalam 2 hari adalah sebesar Rp.594,000. ii. Penghematan pada WBP adalah 13,502 Watt x 4 jam x 2 hari =108,016 Wattjam atau kwh. Dengan harga satuan tarif tenaga listrik golongan B3 saat ini adalah Rp.1,650, maka biaya penggunaan energi listrik yang dapat dihemat dalam 2 hari adalah sebesar Rp.178,200. iii. Total penghematan biaya konsumsi energi listrik dalam 2 hari adalah Rp.772,200. Jumlah penghematan biaya yang dapat diperoleh dengan penggunaan BAS sebagai pengontrolan lampu selama 7 hari (satu minggu ) adalah Rp.1,366,200. Penghematan biaya untuk satu tahun adalah Rp.1,366,200 x 54 minggu = Rp.73,774,800. 4) Penggantian Lampu TL Penghematan konsumsi energi listrik dihitung berdasarkan jumlah lampu setelah dilakukan penambahan lampu untuk tujuan pemenuhan standar penerangan yang merata. Perbandingan daya listrik dan biaya konsumsi energi

27 71 listrik setelah dilakukan penggantian dengan lampu TL-T5 dapat dilihat pada tabel 4.12 dan 4.13 dibawah ini. Tabel 4.12 Perbandingan Daya Lampu Sebelum dan Sesudah Penggantian Lantai Sebelum penggantian TL-T8 1 x 36 Watt ( magnetic ballast) Total Daya Jumlah (termasuk rugi Lampu ballast) Jumlah Lampu Setelah Penggantian TL-T5 1 x 28 Watt ( electronic ballast) Total Daya MSCP-1L MSCP-1H MSCP-2L MSCP-2H MSCP-3L MSCP-3H MSCP-4L MSCP-4H MSCP-5L MSCP-5H Total Tabel 4.13 Konsumsi dan Biaya Energi Listrik Setelah Penggantian Lampu Lantai Daya Kwh/Hari Biaya Listrik(Rp) Lampu LWBP WBP LWBP WBP Total MSCP-1L , MSCP-1H MSCP-2L MSCP-2H MSCP-3L MSCP-3H MSCP-4L MSCP-4H MSCP-5L MSCP-5H Total ,384 69, ,499

28 72 Sesuai data perbandingan pada tabel 4.12, dapat diketahui bahwa dengan penggantian tersebut diperoleh penurunan konsumsi daya listrik sebesar 5610 Watt atau 35 % lebih rendah dari konsumsi energi listrik lampu TL-T8 yang terpasang sebelumnya. Jika penggunaan lampu pada kondisi sebelumnya adalah 24 jam, maka terdapat penghematan konsumsi energi listrik (kwh) dalam satu hari sebesar 5610 Watt x 24 jam = 134,640 Watt jam atau kwh Dengan membandingkan biaya konsumsi energi listrik sebelum penggntian lampu pada tabel 4.11 dengan konsumsi energi listrik setelah penggantian lampu pada tabel 4.13,. maka biaya konsumsi energi listrik yang dapat dihemat dalam satu hari adalah sebesar Rp.160,446. Penghematan biaya untuk satu tahun adalah Rp.160,446 x 365 hari = Rp.58,562, Perhitungan Biaya Investasi Biaya investasi untuk implementasi masing-masing peluang penghematan energi berdasarkan estimasi harga material dan ongkos pekerjaan sebagai berikut : Jumlah Satuan Harga(Rupiah) Pemasangan Timer switch Timer Theben SUL 18 5 buah 1,000,000 Contactor 5 A 5 buah 1,500,000 Kabel NYM 3 X 1.5 mm 2 100mtr 700,000 Biaya instalasi dan grouping lampu 5 lot 500,000 Total Biaya 3,700,000 Penggunaan BAS Pembelian Module DDC 5 buah 15,000,000 Cable AWG 100 meter 1,000,000 Contactor 5 A 5 buah 1,000,000 Kabel NYM 3 X 1.5 mm 2 100mtr 700,000 Biaya instalasi grouping lampu 5 lot 500,000 Biaya instalasi BAS 5 lot 500,000 Total Biaya 18,

29 73 Pemasangan photo cell Photocell sensor 10 buah 5,000,000 Contactor 5 A 10 buah 2,000,000 Kabel NYM 3 X 1.5 mm 4 100mtr 1,400,000 Biaya instalasi dan grouping lampu 10 lot 1,000,000 Total Biaya 9,400,000 Penggantian lampu dan penataan TLD-T5 28W/865+Fitting 374 buah 93,500,000 Kabel NYM 3 X 1.5 mm 2 100mtr 700,000 Biaya penggantian lampu 374 buah 15,000,000 Total Biaya 109,200, Simple Payback Dengan menggunakan persamaan 2.8 maka jangka waktu untuk pengembalian investasi yang dikeluarkan untuk penerapan masing-masing peluang penghematan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pemasangan timer switch : Biaya investasi awal : Rp. 3,700,000 Jumlah Penghematan 1 tahun Simple payback : Rp.43,482,450. : 0.08 Tahun (1 bulan) 2. Pengontrolan dengan BAS : Biaya investasi awal : Rp. 18,700,000 Jumlah Penghematan 1 tahun Simple payback : Rp.73,774,800. : 0.25 Tahun (3 bulan)

30 74 3. Pemasangan timer sensor photocell : Biaya investasi awal : Rp. 9,400,000 Jumlah Penghematan 1 tahun Simple payback :.Rp.5,676,000. : 1.7 Tahun (20 bulan) 4. Penggantian lampu hemat energi Biaya investasi awal : Rp. 109,200,000 Jumlah Penghematan 1 tahun Simple payback : Rp.58,562,790. : 1.8 Tahun (22 bulan) Jangka waktu pengembalian investasi untuk penggantian lampu sesuai kondisi tersebut dengan mempertimbangkan bahwa umur lampu (lifetime) dapat mencapai jam atau 2.2 tahun sebagaimana yang direferensikan pada tabel 2.2 Bab 2 halaman 13. Setelah dilakukan perhitungan, dapat diketahui bahwa jangka waktu pengembalian biaya investasi dari sebagaian besar usaha untuk penghematan energi tersebut kurang dari 2 tahun. Dengan demikian maka upaya penghematan ini sangat feasible untuk segera diimplementasikan. Untuk penggantian lampu yang lebih hemat energi memerlukan biaya investasi awal yang sangat besar meskipun demikian masih terdapat penghematan yang cukup baik, mengingat tarif listrik yang cenderung terus mengalami kenaikan menjadikan langkah penghematan ini layak untuk diimplementasikan. Hal lain yang menjadi pertimbangan adalah untuk meningkatkan kinerja penerangan area parkir supaya lebih nyaman.

STUDI OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN RUANG KULIAH DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAM

STUDI OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN RUANG KULIAH DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAM JETri, Volume 5, Nomor 2, Februari 2006, Halaman 1-20, ISSN 1412-0372 STUDI OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN RUANG KULIAH DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAM Chairul Gagarin Irianto Dosen Jurusan Teknik Elektro-FTI,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konservasi energi listrik untuk perencanaan dan pengendalian pada gedung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konservasi energi listrik untuk perencanaan dan pengendalian pada gedung BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian sebelumnya yang sebelumnya tentang kajian managemen konservasi energi listrik untuk perencanaan dan pengendalian pada gedung perkantoran PT. PHE

Lebih terperinci

Konservasi energi pada sistem pencahayaan

Konservasi energi pada sistem pencahayaan Standar Nasional Indonesia Konservasi energi pada sistem pencahayaan ICS 91.160.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Pendahuluan... ii 1 Ruang Iingkup... 1 2 Acuan... 1 3 Istilah

Lebih terperinci

Menghitung kebutuhan jumlah titik lampu dalam ruangan

Menghitung kebutuhan jumlah titik lampu dalam ruangan Menghitung kebutuhan jumlah titik lampu dalam ruangan Setiap ruang pada bangunan rumah, kantor, apartement, gudang, pabrik, dan lainnya, membutuhkan penerangan. Baik penerangan / pencahayaan alami (pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERANCANGAN INSTALASI PENERANGAN

BAB IV HASIL PERANCANGAN INSTALASI PENERANGAN BAB IV HASIL PERANCANGAN INSTALASI PENERANGAN 4.1 Hasil 4.1.1 Proses Perancangan Instalasi Penerangan Perancangan instalasi penerangan di awali dengan pemilian tipe lampu, penetapan titik lampu, penentuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Tugas akhir ini dilakukan di gedung rektorat Unila. Proses tugas akhir dilakukan dengan penyiapan alat dan bahan, pengumpulan data bangunan, hingga menyusun

Lebih terperinci

PENGARUH PEMASANGAN ARMATURE PADA LAMPU LHE TERHADAP PENINGKATAN EFISIENSI PENCAHAYAAN.

PENGARUH PEMASANGAN ARMATURE PADA LAMPU LHE TERHADAP PENINGKATAN EFISIENSI PENCAHAYAAN. PENGARUH PEMASANGAN ARMATURE PADA LAMPU LHE TERHADAP PENINGKATAN EFISIENSI PENCAHAYAAN. Oleh : Eko Widiarto Dosen Teknik Elektro, Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. H. Soedarto. SH, Tembalang Semarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cahaya adalah suatu perpindahan energi yang dapat merangsang indera

BAB I PENDAHULUAN. Cahaya adalah suatu perpindahan energi yang dapat merangsang indera BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Cahaya adalah suatu perpindahan energi yang dapat merangsang indera penglihatan manusia untuk menghasilkan sebuah gambaran visual. Manusia membutuhkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. PEMAKAIAN LISTRIK GEDUNG PGC Konsumsi energi listrik harian di gedung Pusat Grosir Cililitan dicatat oleh PT. PLN (Persero) dalam 2 jenis waktu pemakaian yaitu Luar

Lebih terperinci

TEKNIKA VOL. 2 NO

TEKNIKA VOL. 2 NO ANALISA KONSERVASI ENERGI PENCAHAYAAN PADA GEDUNG KULIAH DI UNIVERSITAS IBA Bahrul Ilmi, Reny Afriany Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas IBA, Palembang Email: bahrul.ilmii@yahoo.com

Lebih terperinci

Analisis Antisipasi Potensi Pemborosan Pada Energi Penerangan Di Industri Tekstil PT. Z

Analisis Antisipasi Potensi Pemborosan Pada Energi Penerangan Di Industri Tekstil PT. Z Analisis Antisipasi Potensi Pemborosan Pada Energi Penerangan Di Industri Tekstil PT. Z Nasrul Fatah (0906556332) nazfat@yahoo.com Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia Kampus

Lebih terperinci

DESAIN PENCAHAYAAN LAPANGAN BULU TANGKIS INDOOR ITS

DESAIN PENCAHAYAAN LAPANGAN BULU TANGKIS INDOOR ITS DESAIN PENCAHAYAAN LAPANGAN BULU TANGKIS INDOOR ITS FARID KHUSNUL MUJIB 2404100038 PEMBIMBING: ANDI RAHMADIANSAH Latar Belakang Intensitas pencahayaan (E) dan pemerataan intensitas pencahayaan (min/ave)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dasar Teori Pencahayaan di area parkir merupakan aspek penting dalam menunjang aktivitas pelayanan parkir dibangunan gedung. Setiap bangunan gedung untuk memenuhi persyaratan

Lebih terperinci

Analisa Aspek Daya dan Ekonomis Perancangan Pencahayaan Ruang Kelas Menerapkan Konsep Bangunan Hijau

Analisa Aspek Daya dan Ekonomis Perancangan Pencahayaan Ruang Kelas Menerapkan Konsep Bangunan Hijau 1 Analisa Aspek Daya dan Ekonomis Perancangan Pencahayaan Ruang Kelas Menerapkan Konsep Bangunan Hijau Nanang C Darmawan, Andi Rahmadiansah, Wiratno Argo A Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.556,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGHEMATAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Perancangan Pencahayaan Buatan Dengan Metode Lumen Di PT. XYZ

Perancangan Pencahayaan Buatan Dengan Metode Lumen Di PT. XYZ Perancangan Pencahayaan Buatan Dengan Metode Lumen Di PT. XYZ Akhmad Rafsanjani 1, Yayan Harry Yadi 2, Ade Sri Mariawati 3 1, 2, 3 Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa rafsanjani089@yahoo.com

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.557,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 14 TAHUN 2012 TENTANG MANAJEMEN ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PEKERJAAN. Sebelum suatu instalasi listrik dinyatakan layak untuk dapat digunakan,

BAB IV ANALISIS HASIL PEKERJAAN. Sebelum suatu instalasi listrik dinyatakan layak untuk dapat digunakan, BAB IV ANALISIS HASIL PEKERJAAN 4.1 Analisis dan Pembahasan Sebelum suatu instalasi listrik dinyatakan layak untuk dapat digunakan, maka diperlukan pemeriksaan terhadap instalasi listrik tersebut. Hal

Lebih terperinci

Peningkatan Efisiensi Penggunaan Energi Listrik untuk Pencahayaan di Ruang Laboratorium Listrik dengan LHE

Peningkatan Efisiensi Penggunaan Energi Listrik untuk Pencahayaan di Ruang Laboratorium Listrik dengan LHE Peningkatan Efisiensi Penggunaan Energi Listrik untuk Pencahayaan di Ruang Laboratorium Listrik dengan LHE Eko Widiarto Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Semarang E-mail : ewidiarto8@gmail.com

Lebih terperinci

Smart Lighting Berbasis Photocell pada Low Voltage Main Distibusion Panel (Lvmdp) untuk Penghematan Energi

Smart Lighting Berbasis Photocell pada Low Voltage Main Distibusion Panel (Lvmdp) untuk Penghematan Energi Smart Lighting Berbasis Photocell pada Low Voltage Main Distibusion Panel (Lvmdp) untuk Penghematan Energi Deni Hendarto #1, Padillah #2 #1 Dosen Tetap Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pembahasan Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah : 1. Study literature, yaitu penelusuran literatur yang bersumber dari buku, media, pakar

Lebih terperinci

KONSENTRASI TEKNIK ENERGI ELEKTRIK

KONSENTRASI TEKNIK ENERGI ELEKTRIK ANALISIS PENINGKATAN EFISIENSI PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK PADA SISTEM PENCAHAYAAN DAN AIR CONDITIONING (AC) DI GEDUNG PERPUSTAKAAN UMUM DAN ARSIP DAERAH KOTA MALANG JURNAL SKRIPSI KONSENTRASI TEKNIK ENERGI

Lebih terperinci

ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS PENGOPERASIAN PENERANGAN JALAN UMUM MENGGUNAKAN SOLAR CELL UNTUK KEBUTUHAN PENERANGAN DI JALAN BY PASS I GUSTI NGURAH RAI

ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS PENGOPERASIAN PENERANGAN JALAN UMUM MENGGUNAKAN SOLAR CELL UNTUK KEBUTUHAN PENERANGAN DI JALAN BY PASS I GUSTI NGURAH RAI E-Journal SPEKTRUM Vol. 2, No. 3 September 20 ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS PENGOPERASIAN PENERANGAN JALAN UMUM MENGGUNAKAN SOLAR CELL UNTUK KEBUTUHAN PENERANGAN DI JALAN BY PASS I GUSTI NGURAH RAI I.W.H.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Petunjuk teknis sistem pencahayaan buatan dimaksudkan untuk digunakan sebagai pegangan bagi para perancang dan pelaksana pembangunan gedung didalam

Lebih terperinci

Analisis Tingkat Pencahayaan Ruang Kuliah Dengan Memanfaatkan Pencahayaan Alami Dan Pencahayaan Buatanklorofil Pada Beberapa Varietas Tanaman eum

Analisis Tingkat Pencahayaan Ruang Kuliah Dengan Memanfaatkan Pencahayaan Alami Dan Pencahayaan Buatanklorofil Pada Beberapa Varietas Tanaman eum JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE 5 (2) 108-112 dapat diakses melalui http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmuo Analisis Tingkat Pencahayaan Ruang Kuliah Dengan Memanfaatkan Pencahayaan Alami Dan Pencahayaan

Lebih terperinci

ANALISA DAN PERANCANGAN AUDIT ENERGI PADA PENGGUNAAN LAMPU HOTEL CIPUTRA SEMARANG

ANALISA DAN PERANCANGAN AUDIT ENERGI PADA PENGGUNAAN LAMPU HOTEL CIPUTRA SEMARANG ANALISA DAN PERANCANGAN AUDIT ENERGI PADA PENGGUNAAN LAMPU HOTEL CIPUTRA SEMARANG Nugroho Utomo ( L2F008072) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Jln. Prof. Soedarto,SH, Tembalang,

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Pada pelaksanaan Audit Energi yang akan dilakukan pada gedung Pasca Sarajana

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Pada pelaksanaan Audit Energi yang akan dilakukan pada gedung Pasca Sarajana BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Pelaksanaan Pada pelaksanaan Audit Energi yang akan dilakukan pada gedung Pasca Sarajana Kampus UMY mengacu pada prosedur audit energi SNI 6196 tahun 2011 yang diterbitkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Umum Gedung Keuangan Negara Yogyakarta merupakan lembaga keuangan dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat serta penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMBAHASAN

BAB III METODE PEMBAHASAN BAB III METODE PEMBAHASAN Tujuan dari suatu sistem instalasi listrik adalah untuk dapat memanfaatkan energi listrik semaksimal dan seefisien mungkin, serta aman dan andal. Pembahasan dalam penulisan ini

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. Saat ini terus dilakukan studi berkelanjutan oleh para peneliti mengenai apa

1 BAB I PENDAHULUAN. Saat ini terus dilakukan studi berkelanjutan oleh para peneliti mengenai apa 1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini terus dilakukan studi berkelanjutan oleh para peneliti mengenai apa yang menyebabkan pemanasan global atau global warming. Salah satu hal yang telah dipelajari

Lebih terperinci

PENGUJIAN TINGKAT PENCAHAYAAN DI RUANG KULIAH SEKOLAH C LANTAI III- O5

PENGUJIAN TINGKAT PENCAHAYAAN DI RUANG KULIAH SEKOLAH C LANTAI III- O5 EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 13 No. 3 September 2017; 68-73 PENGUJIAN TINGKAT PENCAHAYAAN DI RUANG KULIAH SEKOLAH C LANTAI III- O5 Supriyo, Ismin T. R. Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang

Lebih terperinci

MODUL III INTENSITAS CAHAYA

MODUL III INTENSITAS CAHAYA MODUL III INTENSITAS CAHAYA Pada modul ini akan dijelaskan pendahuluan, tinjauan pustaka, metodologi praktikum, dan lembar kerja praktikum. I. PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring pesatnya kemajuan dan perkembangan daerah - daerah di Indonesia, memicu

BAB I PENDAHULUAN. Seiring pesatnya kemajuan dan perkembangan daerah - daerah di Indonesia, memicu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring pesatnya kemajuan dan perkembangan daerah - daerah di Indonesia, memicu tumbuh terciptanya sarana dan prasarana insfrastuktur yang harus memadai untuk kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. menentukan berapa besar energi yang dikonsumsi per tahun. Data yang diperoleh,

BAB IV ANALISIS DATA. menentukan berapa besar energi yang dikonsumsi per tahun. Data yang diperoleh, BAB IV ANALISIS DATA 4.1 Analisis Intensitas Konsumsi Energi Perhitungan Intensitas Konsumsi Energi (IKE) dibutuhkan data penunjang guna menentukan berapa besar energi yang dikonsumsi per tahun. Data yang

Lebih terperinci

Diajukan untuk memenuh salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro OLEH :

Diajukan untuk memenuh salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro OLEH : PERENCANAAN SISTEM PENERANGAN JALAN UMUM DAN TAMAN DI AREAL KAMPUS USU DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TENAGA SURYA (APLIKASI PENDOPO DAN LAPANGAN PARKIR) Diajukan untuk memenuh salah satu persyaratan dalam

Lebih terperinci

KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI

KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang

Lebih terperinci

TENTANG PENGHE. : a. Peraturan. b. menetapkan. Gubernur : 1. Pemerintah. Menimbang. tentang. Nomor ); 4. Tahun. Prov Jatim

TENTANG PENGHE. : a. Peraturan. b. menetapkan. Gubernur : 1. Pemerintah. Menimbang. tentang. Nomor ); 4. Tahun. Prov Jatim GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG PENGHE EMATAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWAA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

Pencahayaan dan Penerangan Rumah Sakit. 2. Pencahayaan dan penerangan seperti apa yang dibutuhkan dirumah sakit?

Pencahayaan dan Penerangan Rumah Sakit. 2. Pencahayaan dan penerangan seperti apa yang dibutuhkan dirumah sakit? Pencahayaan dan Penerangan Rumah Sakit 1. Apa itu pencahayaan/penerangan? penataan peralatan cahaya dalam suatu tujuan untuk menerangi suatu objek (eskiyanthi.blogspot.co.id/2012/10/pengertian-pencahayaan.html)

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR --KOMIK INPRES 13/2011--

KATA PENGANTAR --KOMIK INPRES 13/2011-- KATA PENGANTAR --KOMIK INPRES 13/2011-- Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, serta dengan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah bekerja keras, Komik Bergambar

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Rangkaian Elektronik Lampu Navigasi Energi Surya Rangkaian elektronik lampu navigasi energi surya mempunyai tiga komponen utama, yaitu input, storage, dan output. Komponen input

Lebih terperinci

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB 14 420 040 TEKNIK ELEKTRO ILUMINASI (PENCAHAYAAN) Iluminasi disebut juga model refleksi atau model pencahayaan. Illuminasi menjelaskan tentang interaksi

Lebih terperinci

Abstrak. 2. Studi Pustaka. 54 DTE FT USU

Abstrak. 2. Studi Pustaka. 54 DTE FT USU ANALISIS AUDIT ENERGI SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN EFISIENSI PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK (APLIKASI PADA GEDUNG J16 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS SUMATERA UTARA) Dewi Riska S. Barus (1), Surya Tarmizi

Lebih terperinci

Ria Kurniawati 1, Syafi i 2, dan Mamok Suprapto 3 1 Mahasiswa Magister Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret Surakarta

Ria Kurniawati 1, Syafi i 2, dan Mamok Suprapto 3 1 Mahasiswa Magister Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret Surakarta EFISIENSI ENERGI RUANG RAWAT INAP Ria Kurniawati 1, Syafi i 2, dan Mamok Suprapto 3 1 Mahasiswa Magister Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret Surakarta ria_180290@yahoo.com 2 Dosen Magister

Lebih terperinci

STUDI PEMANFAATAN CAHAYA ALAM SEBAGAI SUMBER PENCAHAYAAN RUANG KULIAH GEDUNG E KAMPUS A UNIVERSITAS TRISAKTI DALAM RANGKA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK

STUDI PEMANFAATAN CAHAYA ALAM SEBAGAI SUMBER PENCAHAYAAN RUANG KULIAH GEDUNG E KAMPUS A UNIVERSITAS TRISAKTI DALAM RANGKA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK JETri, Volume 1, Nomor 2, Februari 2002, Halaman 13-24, ISSN 1412-0372 STUDI PEMANFAATAN CAHAYA ALAM SEBAGAI SUMBER PENCAHAYAAN RUANG KULIAH GEDUNG E KAMPUS A UNIVERSITAS TRISAKTI DALAM RANGKA PENGHEMATAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini membahas metodologi yang digunakan dalam penelitian beserta penjelasan singkat setiap tahapannya. Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian III-1 Gambar 3.1 Diagram

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENERANGAN BANGUNAN IRADIATOR GAMMA KAPASITAS 200 kci.

PERANCANGAN SISTEM PENERANGAN BANGUNAN IRADIATOR GAMMA KAPASITAS 200 kci. PERANCANGAN SISTEM PENERANGAN BANGUNAN IRADIATOR GAMMA KAPASITAS 200 kci. Tukiman, Edy Karyanta, Budi Santoso PRFN-BATAN, Kawasan Puspiptek Gd 71, Tangerang Selatan - 15310 ABSTRAK PERANCANGAN SISTEM PENERANGAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Database audit energi menggunakan Program Visual Basic 6.0

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Database audit energi menggunakan Program Visual Basic 6.0 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Database audit energi menggunakan Program Visual Basic 6.0 Implementasi sistem merupakan tahap untuk mengimplementasikan sistem. Tahap penggunaan sistem ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Data yang Didapat Data yang diperoleh dalam penelitian ini untuk menunjang sebagai analisis perbandingan lampu yaitu menggunakan data jenis lampu yang digunakan pada area

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. selanjutnya dilakukan pengujian terhadap sistem. Tujuan pengujian ini adalah

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. selanjutnya dilakukan pengujian terhadap sistem. Tujuan pengujian ini adalah BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Berdasarkan spesifikasi sistem yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, selanjutnya dilakukan pengujian terhadap sistem. Tujuan pengujian ini adalah untuk membuktikan apakah

Lebih terperinci

KAJIAN KOORDINASI SISTEM PENCAHAYAAN ALAMI DAN BUATAN PADA RUANG BACA PERPUSTAKAAN (STUDI KASUS: PERPUSTAKAAN PUSAT UNIVERSITAS HALUOLEO)

KAJIAN KOORDINASI SISTEM PENCAHAYAAN ALAMI DAN BUATAN PADA RUANG BACA PERPUSTAKAAN (STUDI KASUS: PERPUSTAKAAN PUSAT UNIVERSITAS HALUOLEO) KAJIAN KOORDINASI SISTEM PENCAHAYAAN ALAMI DAN BUATAN PADA RUANG BACA PERPUSTAKAAN (STUDI KASUS: PERPUSTAKAAN PUSAT UNIVERSITAS HALUOLEO) Kurniati Ornam Staf Pengajar Fakultas Teknik, Jurusan Arsitektur

Lebih terperinci

Table 1 Aliran dana dengan dana kumulatifnya

Table 1 Aliran dana dengan dana kumulatifnya ANALISIS PENINGKATAN EFISIENSI PENERANGAN JALAN UMUM (PJU) DI KABUPATEN JEMBER Ahmad Fadly Irawan¹, Moch. Dhofir², Hadi Suyono ³ ¹Mahasiswa Teknik Elektro, ² ³Dosen Teknik Elektro, Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah : 1. Study literature, yaitu penelusuran literatur yang bersumber dari buku, media, pakar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 METODE PENGUMPULAN DATA Agar tujuan penelitian ini tercapai, perlu diketahui penggunaan konsumsi daya yang ada di hotel Permai ini, data-data yang akan dicari adalah data-data

Lebih terperinci

Deskripsi LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM YANG DITINGKATKAN

Deskripsi LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM YANG DITINGKATKAN 1 Deskripsi LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM YANG DITINGKATKAN Bidang Teknik Invensi Invensi ini berkenaan dengan suatu lampu penerangan jalan umum atau dikenal dengan lampu PJU, khususnya lampu PJU yang dilengkapi

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI PENGUNAAN ENERGI LISTRIK UNTUK PENERANGAN

ANALISIS EKONOMI PENGUNAAN ENERGI LISTRIK UNTUK PENERANGAN ANALISIS EKONOMI PENGUNAAN ENERGI LISTRIK UNTUK PENERANGAN Endah Asmawati 1, Marlina 2, Junanik Idayani 3 1 Teknik Informatika dan Pusat Studi Energi Terbarukan, 2 Hukum dan Pusat Studi Energi Terbarukan,

Lebih terperinci

Audit Energi pada Bangunan Gedung Direksi PT. Perkebunan Nusantara XIII (Persero)

Audit Energi pada Bangunan Gedung Direksi PT. Perkebunan Nusantara XIII (Persero) Vokasi Volume 8, Nomor 3, Oktober 2012 ISSN 1693 9085 hal 184-196 Audit Energi pada Bangunan Gedung Direksi PT. Perkebunan Nusantara XIII (Persero) + ACHMAD MARZUKI DAN RUSMAN Jurusan Teknik Elektro Politeknik

Lebih terperinci

BAB I 1 PENDAHULUAN. Perusahaan Listrik Negara (PLN) pada tahun 2014 melalui Peraturan

BAB I 1 PENDAHULUAN. Perusahaan Listrik Negara (PLN) pada tahun 2014 melalui Peraturan BAB I 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan Listrik Negara (PLN) pada tahun 2014 melalui Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Nomor 09 Tahun 2014, menetapkan penyesuaian Tarif Tenaga

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2017 LAPORAN TUGAS AKHIR

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2017 LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISIS AUDIT ENERGI UNTUK PENCAPAIAN EFISIENSI ENERGI DI GEDUNG PUSAT PEMERINTAHAN KOTA TANGERANG NUR MUHAMAD HAKIKI NIM: 41312010028 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil survey dan analisis parkir yang telah dilakukan pada pusat

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil survey dan analisis parkir yang telah dilakukan pada pusat BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil survey dan analisis parkir yang telah dilakukan pada pusat perbelanjaan Mega Bekasi Hypermarket, maka diperoleh hasil sebagai berikut: A. Analisis kondisi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN KONTROL PANEL

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN KONTROL PANEL BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN KONTROL PANEL Dalam bab ini penulis akan mengungkapkan dan menguraikan mengenai persiapan komponen komponen dan peralatan yang dipergunakan serta langkahlangkah praktek,

Lebih terperinci

STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING

STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING I Wayan Swi Putra 1, I Nyoman Satya Kumara 2, I Gede Dyana Arjana 3 1.3 Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

PERANGKAT LUNAK AUDIT SEBAGAI ALAT BANTU SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK UPAYA KONSERVASI ENERGI

PERANGKAT LUNAK AUDIT SEBAGAI ALAT BANTU SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK UPAYA KONSERVASI ENERGI PERANGKAT LUNAK AUDIT SEBAGAI ALAT BANTU SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK UPAYA KONSERVASI ENERGI JURNAL PUBLIKASI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Disusun Oleh : INDAH

Lebih terperinci

SISTEM KEAMANAN BERBASIS CCTV DAN PENERANGAN OTOMATIS DENGAN MODIFIKASI UPS SEBAGAI PENGGANTI SUMBER LISTRIK YANG HEMAT DAN TAHAN LAMA

SISTEM KEAMANAN BERBASIS CCTV DAN PENERANGAN OTOMATIS DENGAN MODIFIKASI UPS SEBAGAI PENGGANTI SUMBER LISTRIK YANG HEMAT DAN TAHAN LAMA SISTEM KEAMANAN BERBASIS CCTV DAN PENERANGAN OTOMATIS DENGAN MODIFIKASI UPS SEBAGAI PENGGANTI SUMBER LISTRIK YANG HEMAT DAN TAHAN LAMA Lasarus Setyo P 1, Natalia Damastuti 2 1, 2, Jurusan Sistem Komputer,

Lebih terperinci

Analisis standar dan prosedur pengukuran intensitas cahaya pada gedung

Analisis standar dan prosedur pengukuran intensitas cahaya pada gedung BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Research and Development (R&D) atau Penelitan dan Pengembangan. Sugiono mengemukakan bahwa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI DATA

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI DATA BAB IV ANALISA DAN EVALUASI DATA 4.1. Menghitung Intensitas Konsumsi Energi Listrik Untuk memenuhi kebutuhan di bidang kelistrikan, Gedung perkantoran Terminal Kargo disuplay dengan daya yang berasal dari

Lebih terperinci

SISTEM KELISTRIKAN PADA GEDUNG KANTOR BANK SUMSEL CABANG PANGKALPINANG DI PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Persero). Tbk

SISTEM KELISTRIKAN PADA GEDUNG KANTOR BANK SUMSEL CABANG PANGKALPINANG DI PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Persero). Tbk SISTEM KELISTRIKAN PADA GEDUNG KANTOR BANK SUMSEL CABANG PANGKALPINANG DI PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Persero). Tbk 1 Oleh: Dedy Syah Putra 1, Ghiri Basuki Putra, S. T., M. T 2 2 Mahasiswa Teknik Elektro,

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR. Validita R. Nisa

SIDANG TUGAS AKHIR. Validita R. Nisa SIDANG TUGAS AKHIR Validita R. Nisa 2105 100 045 Latar Belakang Semakin banyaknya gedung bertingkat Konsumsi energi listrik yang besar Persediaan energi dunia semakin menipis Penggunaan energi belum efisien

Lebih terperinci

satuan fluks cahaya, flux yang dipancarkan didalam satuan unit sudut padatan oleh suatu sumber dengan intensitas cahaya yang seragam

satuan fluks cahaya, flux yang dipancarkan didalam satuan unit sudut padatan oleh suatu sumber dengan intensitas cahaya yang seragam nilai eficacy beban terpasang yang dicapai dengan efisiensi terbaik, dinyatakan dalam lux/watt/m² Definisi dan istilah yang digunakan: satuan fluks cahaya, flux yang dipancarkan didalam satuan unit sudut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Saat ini perkembangan teknologi berkembang dengan sangat cepat dan pesat. Salah satu contohnya adalah otomatisasi sistem disegala bidang. Sistem otomatisasi awalnya

Lebih terperinci

OPTIMASI KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI UNTUK EFISIENSI ENERGI PADA RUMAH SUSUN DENGAN KONFIGURASI TOWER DI DENPASAR

OPTIMASI KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI UNTUK EFISIENSI ENERGI PADA RUMAH SUSUN DENGAN KONFIGURASI TOWER DI DENPASAR OPTIMASI KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI UNTUK EFISIENSI ENERGI PADA RUMAH SUSUN DENGAN KONFIGURASI TOWER DI DENPASAR Studi Kasus : Rumah Susun Dinas Kepolisian Daerah Bali LATAR BELAKANG Krisis energi Isu Global

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Keperluan pencahayaan ruangan menempati urutan terbesar kedua setelah sistem tata udara. Sebagaimana diketahui bahwa sumber daya alam untuk membangkitkan listrik adalah

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 14 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 14 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 14 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENGHEMATAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemanfaatan energi terbarukan menjadi meningkat. Hal ini juga di dukung oleh

I. PENDAHULUAN. pemanfaatan energi terbarukan menjadi meningkat. Hal ini juga di dukung oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menanggapi isu penggunaan clean energy yang sangat santer saat ini, pemanfaatan energi terbarukan menjadi meningkat. Hal ini juga di dukung oleh kebijakan dunia dan negara

Lebih terperinci

OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAMI (STUDI KASUS LAB. ELEKTRONIKA DAN MIKROPROSESSOR UNTAD)

OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAMI (STUDI KASUS LAB. ELEKTRONIKA DAN MIKROPROSESSOR UNTAD) OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAMI (STUDI KASUS LAB. ELEKTRONIKA DAN MIKROPROSESSOR UNTAD) Nurhani Amin Dosen Jurusan Teknik Elektro UNTAD Palu, Indonesia email: nhanie.lieben@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Kata Kunci : Solar Cell, Modul Surya, Baterai Charger, Controller, Lampu LED, Lampu Penerangan Jalan Umum. 1. Pendahuluan. 2.

Kata Kunci : Solar Cell, Modul Surya, Baterai Charger, Controller, Lampu LED, Lampu Penerangan Jalan Umum. 1. Pendahuluan. 2. PERENCANAAN SISTEM PENERANGAN JALAN UMUM DAN TAMAN DI AREAL KAMPUS USU DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TENAGA SURYA (APLIKASI DI AREAL PENDOPO DAN LAPANGAN PARKIR) Donny T B Sihombing, Ir. Surya Tarmizi Kasim

Lebih terperinci

Langkah mudah memilih AC yang Hemat Energi & Cara merawat AC

Langkah mudah memilih AC yang Hemat Energi & Cara merawat AC Tips untuk Konservasi Energi 6 Tips untuk merawat AC Anda agar Hemat Listrik dan Tahan Lama :. Bersihkan saringan udara (pre-filter) secara teratur (disarankan kali sebulan) & lakukanlah sevis berkala

Lebih terperinci

TIPS HEMAT ENERGI & LISTRIK

TIPS HEMAT ENERGI & LISTRIK TIPS HEMAT ENERGI & LISTRIK {sidebar id=3} Kiat Menghemat Energi Listrik di Rumah Tangga Kehidupan modern memungkinkan manusia hidup dalam suasana yang nyaman dan serba praktis. Hal ini semua dimungkinkan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA 4.1. Sistem Kelistrikan Dalam mengevaluasi kelistrikan yang ada di gedung PT Sambuja Lestari di jalan Pluit Raya, Jakarta Utara hal yang harus diperhitungkan adalah jumlah

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 35 HASIL DAN PEMBAHASAN Bagian ini adalah salah satu bagian penting dari laporan ini yang berisi datadata yang diperlukan untuk mengerjakan tugas akhir ini. Bagian ini diawali dengan hasil pengumpulan

Lebih terperinci

Perancangan Controlling and Monitoring Penerangan Jalan Umum (PJU) Energi Panel Surya Berbasis Fuzzy Logic Dan Jaringan Internet

Perancangan Controlling and Monitoring Penerangan Jalan Umum (PJU) Energi Panel Surya Berbasis Fuzzy Logic Dan Jaringan Internet Perancangan Controlling and Monitoring Penerangan Jalan Umum (PJU) Energi Panel Surya Berbasis Fuzzy Logic Dan Jaringan Internet Muhammad Agam Syaifur Rizal 1, Widjonarko 2, Satryo Budi Utomo 3 Mahasiswa

Lebih terperinci

ANALISIS PELUANG PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA SISTEM PENCAHAYAAN GEDUNG JTETI UGM

ANALISIS PELUANG PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA SISTEM PENCAHAYAAN GEDUNG JTETI UGM ANALISIS PELUANG PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA SISTEM PENCAHAYAAN GEDUNG JTETI UGM M. Zaky Zaim Muhtadi STEM Akamigas, Jl. Gajah Mada No. 38, Cepu E-mail: mzakyzm@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

Unsur-Unsur Efek Cahaya Pada Perpustakaan. Abstrak

Unsur-Unsur Efek Cahaya Pada Perpustakaan. Abstrak Unsur-Unsur Efek Cahaya Pada Perpustakaan Cut Putroe Yuliana Prodi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry Banda Aceh Abstrak Perpustakaan sebagai tempat untuk belajar membutuhkan intensitas

Lebih terperinci

ANALISA SISTEM PENCAHAYAAN BUATAN RUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU)

ANALISA SISTEM PENCAHAYAAN BUATAN RUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (1-8) 1 ANALISA SISTEM PENCAHAYAAN BUATAN RUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU) Hanang Rizki Ersa Fardana, Ir. Heri Joestiono, M.T. Jurusan Teknik Fisika,

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI SISTEM PENGKONDISIAN UDARA DI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KAMPUS BUKIT JIMBARAN DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE

STUDI EVALUASI SISTEM PENGKONDISIAN UDARA DI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KAMPUS BUKIT JIMBARAN DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE STUDI EVALUASI SISTEM PENGKONDISIAN UDARA DI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KAMPUS BUKIT JIMBARAN DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE M. N. Hanifan, 1 I.G.D Arjana, 2 W. Setiawan 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, FakultasTeknik,UniversitasUdayana

Lebih terperinci

PENCAHAYAAN SEBAGAI INDIKATOR KENYAMANAN PADA RUMAH SEDERHANA YANG ERGONOMIS Studi Kasus RSS di Kota Depok Jawa Barat

PENCAHAYAAN SEBAGAI INDIKATOR KENYAMANAN PADA RUMAH SEDERHANA YANG ERGONOMIS Studi Kasus RSS di Kota Depok Jawa Barat PENCAHAYAAN SEBAGAI INDIKATOR KENYAMANAN PADA RUMAH SEDERHANA YANG ERGONOMIS Studi Kasus RSS di Kota Depok Jawa Barat Ashadi 1, Nelfiyanthi 2, Anisa 3 1 Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Analisis Intensitas Penerangan dan Penggunaan Energi Listrik di Laboratorium Komputer Sekolah Dasar Negeri 150 Pekanbaru

Analisis Intensitas Penerangan dan Penggunaan Energi Listrik di Laboratorium Komputer Sekolah Dasar Negeri 150 Pekanbaru Seminar Nasional Teknologi Informasi, Komunikasi dan Industri (SNTIKI 7 ISSN : 2085-9902 Pekanbaru, 11 November 2015 Analisis Intensitas Penerangan dan Penggunaan Energi Listrik di Laboratorium Komputer

Lebih terperinci

24 Feb 17. Perilaku Berhemat Energi Listrik. Semakin tinggi peradaban seseorang semakin beragam kebutuhan energinya.

24 Feb 17. Perilaku Berhemat Energi Listrik. Semakin tinggi peradaban seseorang semakin beragam kebutuhan energinya. Perilaku Berhemat Energi Listrik TIM PENGABDIAN PADA MASYARAKAT JURUSAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA Semakin tinggi peradaban seseorang semakin beragam kebutuhan energinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Kualitas hasil kerja dari suatu proses produksi di suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Kualitas hasil kerja dari suatu proses produksi di suatu perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Kualitas hasil kerja dari suatu proses produksi di suatu perusahaan dipengaruhi oleh beberapa hal. Salah satu hal yang mempengaruhinya adalah lingkungan

Lebih terperinci

BAGIAN III PRINSIP-PRINSIP ESTIMASI BEBAN PENDINGIN TATA UDARA

BAGIAN III PRINSIP-PRINSIP ESTIMASI BEBAN PENDINGIN TATA UDARA BAGIAN III PRINSIP-PRINSIP ESTIMASI BEBAN PENDINGIN TATA UDARA UNIT 9 SUMBER-SUMBER PANAS Delapan unit sebelumnya telah dibahas dasar-dasar tata udara dan pengaruhnya terhadap kenyamanan manusia. Juga

Lebih terperinci

Analisa Performa Sistem Pencahayaan Ruang Kelas Mengacu Pada Standar Kegiatan Konservasi Energi

Analisa Performa Sistem Pencahayaan Ruang Kelas Mengacu Pada Standar Kegiatan Konservasi Energi Jurnal Teknik Elektro dan Komputer, Vol.2, No.1, April 2014, 51-58 51 Analisa Performa Sistem Pencahayaan Ruang Kelas Mengacu Pada Standar Kegiatan Konservasi Energi Luqman Hakim Program Studi Teknik Mekatronika,

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Tata Letak Gudang Bahan Baku Peletakan bahan baku pada kavling untuk saat ini belum ada peletakan yang tetap. Bahan baku yang datang diletakkan pada tempat

Lebih terperinci

Perancangan Pencahayaan GOR Target Keputih dengan Menganalisa Daya serta Menerapkan Konsep Green Building

Perancangan Pencahayaan GOR Target Keputih dengan Menganalisa Daya serta Menerapkan Konsep Green Building JRN TEKNIK OITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 rint) D-150 erancangan encahayaan GOR Target Keputih dengan enganalisa Daya serta enerapkan Konsep Green Building Najma adarina, Wiratno.

Lebih terperinci

PENGELOLAAN ENERGI LISTRIK PADA GEDUNG FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA KAMPUS SUDIRMAN DENPASAR

PENGELOLAAN ENERGI LISTRIK PADA GEDUNG FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA KAMPUS SUDIRMAN DENPASAR Pengelolaan Energi Listrik Ida Bagus Putra Sentanu, dkk PENGELOLAAN ENERGI LISTRIK PADA GEDUNG FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA KAMPUS SUDIRMAN DENPASAR Ida Bagus Putra Setanu M 1, Rukmi Sari Hartati

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Ciesek

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Ciesek VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Ciesek Persepsi yang diberikan masyarakat terhadap pembangunan PLTMH merupakan suatu pandangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Lampu Hemat Energi Seperti telah diuraikan pada bab sebelumnya bahwa jenis yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis LHE adalah lampu jenis Fluorescen atau lebih

Lebih terperinci

ANALISIS AUDIT ENERGI DI BENGKEL LAS POLITEKNIK NEGERI BENGKALIS

ANALISIS AUDIT ENERGI DI BENGKEL LAS POLITEKNIK NEGERI BENGKALIS ANALISIS AUDIT ENERGI DI BENGKEL LAS POLITEKNIK NEGERI BENGKALIS Johny Custer Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bengkalis E-mail: johnycaster@polbeng.ac.id Abstrak Penggunaan alat-alat las di Bengkel

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan data International Energy Agency World Resource Institute, pencahayaan dari lampu memberikan kontribusi 19% dari penggunaan energi dunia, sehingga semakin

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini diuraikan mengenai analisis dan interpretasi hasil perhitungan dan pengolahan data yang telah dilakukan pada bab IV. Analisis dan interpretasi hasil akan

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN AUDIT ENERGI

BAB III PELAKSANAAN AUDIT ENERGI BAB III PELAKSANAAN AUDIT ENERGI 3.1 Gambaran Obyek Audit Energi Padma Hotel Bandung, berada di Jln. Ranca Bentang 56-58 Bandung. Bangunan Padma Hotel Bandung, berlantai 5, lantai dasar 1 dan menghadap

Lebih terperinci

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN DISPENSER DOMO

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN DISPENSER DOMO SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN DISPENSER DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian ini dengan

Lebih terperinci