BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dasar Teori Pencahayaan di area parkir merupakan aspek penting dalam menunjang aktivitas pelayanan parkir dibangunan gedung. Setiap bangunan gedung untuk memenuhi persyaratan sistem pencahayaan harus memiliki pencahayaan alami dan atau pencahayaan buatan. Pencahayaan alami harus optimal disesuaikan dengan fungsi gedung dan fungsi masing masing ruang di dalam bangunan gedung. Pencahayaan buatan harus direncanakan berdasarkan tingkat iluminasi yang dipersyaratkan sesuai fungsi ruang dalam bangunan gedung dengan mempertimbangkan efisiensi penghematan energi yang digunakan dan penempatannya tidak menimbulkan efek silau atau pantulan Pencahayaan Alami. Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari. Sinar alami mempunyai banyak keuntungan, selain menghemat energi listrik juga dapat membunuh kuman. Untuk mendapatkan pencahayaan alami pada 8

2 9 suatu ruang diperlukan jendela-jendela yang besar ataupun dinding kaca sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas lantai. Sumber pencahayaan alami kadang dirasa kurang efektif dibanding dengan penggunaan pencahayaan buatan, selain karena intensitas cahaya yang tidak tetap, sumber alami menghasilkan panas terutama saat siang hari. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan agar penggunaan sinar cahaya alami mendapat keuntungan, yaitu : 1. Variasi intensitas cahaya matahari. 2. Distribusi dari terangnya cahaya. 3. Efek dari lokasi, pemantulan cahaya, jarak antar bangunan. 4. Letak geografis dan kegunaan bangunan gedung. Besaran intensitas pencahayaan alami dari beberapa sumber cahaya dapat dilihat pada tabel 2.1 dibawah ini : Tabel 2.1. Kuat Penerangan Beberapa Sumber Cahaya Alami Sumber Cahaya E(Lux) Siang hari yang cerah di tempat terbuka Siang hari yang cerah didalam ruang dekat jendela 2500 Selama matahari terbit 500 Terang bulan pada malam yang cerah 0.25

3 Pencahayaan Buatan Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya selain cahaya alami. Pencahayaan buatan pada bangunan gedung sangat diperlukan untuk kebutuhan penerangan pada malam hari atau pada siang hari. Pencahayaan buatan juga mutlak diperlukan dengan mempertimbangkan bahwa pencahayaan alami sering berubah-ubah kualitasnya. Selain itu untuk kasus ruang tertentu cahaya alami mempunyai keterbatasan untuk masuk, dan keterbatasan pemerataan kuat penerangan dalam ruang. Fungsi pokok pencahayaan buatan baik yang diterapkan secara tersendiri maupun yang dikombinasikan dengan pencahayaan alami adalah sebagai berikut : 1. Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni melihat secara detail serta terlaksananya tugas serta kegiatan visual secara mudah dan tepat. 2. Memungkinkan penghuni berjalan dan bergerak secara mudah dan aman. 3. Tidak menimbukan pertambahan suhu udara yang berlebihan pada tempat kerja. 4. Memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap menyebar secara merata, tidak berkedip, tidak menyilaukan, dan tidak menimbulkan bayangbayang. 5. Meningkatkan lingkungan visual yang nyaman dan meningkatkan prestasi. Sistem pencahayaan buatan yang sering dipergunakan secara umum dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu : a) Sistem Pencahayaan Merata Pada sistem ini iluminasi cahaya tersebar secara merata di seluruh ruangan.sistem pencahayaan ini cocok untuk ruangan yang tidak dipergunakan

4 11 untuk melakukan tugas visual khusus. Pada sistem ini sejumlah armatur ditempatkan secara teratur di seluruh langit-langit. b) Sistem Pencahayaan Terarah Pada sistem ini seluruh ruangan memperoleh pencahayaan dari salah satu arah tertentu. Sistem ini cocok untuk pameran atau penonjolan suatu objek karena akan tampak lebih jelas. Lebih dari itu, pencahayaan terarah yang menyoroti satu objek tersebut berperan sebagai sumber cahaya sekunder untuk ruangan sekitar, yakni melalui mekanisme pemantulan cahaya. Sistem ini dapat juga digabungkan dengan sistem pencahayaan merata karena bermanfaat mengurangi efek menjemukan yang mungkin ditimbulkan oleh pencahayaan merata. c) Sistem Pencahayaan Setempat Pada sistem ini cahaya dikonsentrasikan pada suatu objek tertentu misalnya tempat kerja yang memerlukan tugas visual. Untuk mendapatkan pencahayaan yang sesuai dalam suatu ruang, maka diperlukan sistem pencahayaan yang tepat sesuai dengan kebutuhannya Besaran Pencahayaan Beberapa besaran pencahayaan yang sering digunakan dalam perancangan kebutuhan pencahayaan pada bangunan gedung adalah sebagai berikut : a) Luminous Flux Radiasi energi cahaya yang keluar per detik dari bodi dalam bentuk luminous light wave. Satuan luminous flux adalah lumen. Dan didefinisikan sebagai flux yang terbawa pada solid angle dari sumber satu candela atau standart candela. 1 lumen = watt (pendekatan). Sehingga Lumen adalah

5 12 banyaknya energi cahaya yang diterima oleh permukaan lengkung/bola ( spheric curve ) seluas 1 ft 2 dengan radius 1 ft dari sumber cahaya sebesar 1 lilin ( candella ) yang berada di titik pusat bola. b) Intensitas Pencahayaan (Iluminasi) Intensitas pencahayaan atau iluminasi adalah kuantitas cahaya pada level pencahayaan /permukaan tertentu, atau dengan kata lain iluminasi adalah jumlah cahaya yang jatuh pada permukaan tertentu. Intensitas pencahayaan pada suatu bidang adalah flux yang jatuh pada luasan 1m2 dari bidang tersebut. Intensitas pencahayaan atau disebut juga kuat penerangan ( E) dinyatakan dalam satuan lux atau lumen/m2. Untuk bidang kerja seluas A m2 dan diterangi dengan Φ lumen, maka intensitas penerangan rata-rata dibidang tersebut adalah : E = Φ/A (lumen) (2.1) Dimana: E : intensitas pencahayaan (lux) Φ: flux cahaya (lumen) A : luas bidang kerja (m2) Intensitas pencahayaan ditentukan di tempat mana kegiatan dilakukan. Umumnya bidang kerja diambil 80 cm diatas lantai. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat ukur Luxmeter. c) Daya Efikasi Semua jenis lampu akan mengubah daya yang masuk ke lampu menjadi cahaya. Satuan dari cahaya yang dihasilkan oleh 1 Watt energi adalah Lumen per Watt (lm/w).

6 13 Tingkat efisiensi dari lampu ditunjukkan oleh nilai efikasi tersebut dimana nilai efikasi memberikan informasi mengenai berapa lumen cahaya yang dipancarkan per satuan watt listrik. Satuan lumen menunjukkan kekuatan cahaya yang dipancarkan oleh suatu lampu. Semakin tinggi nilai efikasi sebuah lampu, maka lampu tersebut dapat menghasilkan intensitas cahaya yang semakin terang dari pemakaian 1 Watt listrik. Artinya lampu tersebut termasuk lampu yang efisien. Nilai efikasi dari berbagai teknologi lampu yang sering digunakan pada bangunan gedung dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Lampu Pijar Swabalalast TL Tabel 2.2. Perbandingan Nilai Efikasi Sesuai Jenis Lampu Type Daya nominal (Watt) Daya efikasi (Lumen/Watt) Pijar Halogen Magnetic ballast Electronic ballast Magnetic ballast Electronic ballast Lifetime (Hours) LED Generic 10-Mar Komponen Pencahayaan Buatan Bangunan Gedung Membahas sistem pencahayaan pada bangunan gedung tidak dapat dipisahkan dengan komponen pencahayaan yang berkaitan dengan berbagai ragam jenis lampu dan perlengkapannya yang biasa dipergunakan pada sebuah bangunan dimana lampu-lampu tersebut dibedakan atas :

7 14 1. Konstruksi dan cara bekerjanya. 2. Persyaratan untuk menyalakannya (seperti menggunakan balast). 3. Mutu cahaya yang dihasilkan oleh lampu, termasuk warna cahaya. 4. Efisiensi, yang dinyatakan dalam perbandingan antara lumen dan watt. 5. Usia operasional lampu. 6. Depresiasi cahaya yang dipancarkan sehubungan dengan usia penggunaan. 7. Ragam daya lampu dan konfigurasinya pada penggunaan. Seiring dengan perkembangan teknologi, lampu listrik juga telah mengalami berbagai perbaikan dan kemajuan. Teknologi lampu listrik bukan saja lampu pijar yang ditemukan oleh Thomas Alva Edison saja namun sudah terdiri dari berbagai jenis dan teknologi. pada dasarnya, lampu listrik dapat dikategorikan dalam tiga jenis yaitu Incandescent Lamp (Lampu Pijar), Gas-discharge Lamp (Lampu Lucutan Gas) dan Light Emitting Diode (Lampu LED) Lampu TL (Tube Light ) Istilah TL adalah kepanjangan dari Tube Luminescent atau juga ada yang menyebutkannya Tube Lamp yaitu lampu penerang yang berbentuk tube atau tabung. Dalam kehidupan sehari-hari, dapat kita temukan 2 jenis teknologi pada lampu TL (Tube Lamp) yakni teknologi FL ( fluorescent ) dan teknologi LED (Light Emitting Diodes) Lampu TL Neon (Teknologi Fluorescent) Lampu TL Neon (Fluorescent Lamp) merupakan lampu penerang yang paling banyak dipakai saat ini. Lampu TL Neon (Fluorescent Lamp) sering digunakan sebagai alat penerangan di pabrik, gudang, shopping mall, sekolah dan juga di gedung perkantoran karena mempunyai efficacy tinggi, sehingga

8 15 biayanya rendah. Lampu ini juga memberikan suasana sejuk dan dapat memantulkan warna benda seperti aslinya. Penggunaan lampu TL lebih disukai dibandingkan dengan lampu pijar, karena : 1. Menghasilkan 3 5 kali lumen per Watt. 2. Usia lampu 7 20 kali lampu pijar. 3. Menghasilkan panas yang lebih kecil,maksimal 40 o C. 4. Dapat tetap beroperasi pada suhu rendah, sampai 28 o C. Proses terjadinya perubahan energi listrik menjadi cahaya pada lampu TL fluorescent adalah dengan melewatkan listrik melalui uap gas atau logam akan menyebabkan radiasi elektromagnetik pada panjang gelombang tertentu sesuai dengan komposisi kimia dan tekanan gasnya. Tabung neon memiliki uap merkuri bertekanan rendah, dan akan memancarkan sejumlah kecil radiasi biru/ hijau, namun kebanyakan akan berupa UV pada 253,7nm dan 185nm. Bagian dalam dinding kaca memiliki pelapis tipis fospor, hal ini dipilih untuk menyerap radiasi UV dan meneruskannya ke daerah nampak. Gambar 2.1 Bagian-bagian Lampu TL

9 16 Seperti ditunjukkan pada gambar 2.4, pada dasarnya lampu TL dengan teknologi fluorescent (FL) adalah lampu yang berbentuk tabung hampa dengan kawat pijar dikedua ujungnya (Elektroda), tabung tersebut diisi dengan merkuri dan gas argon yang bertekanan rendah. Tabung lampunya yang terbuat dari gelas juga dilapisi (Coating) oleh lapisan fosfor (phosphor). Saat dialiri arus listrik, elektroda akan memanas dan menyebabkan elektron-elektron berpindah tempat dari satu ujung ke ujung lainnya. Energi listrik tersebut juga akan mengakibatkan merkuri yang sebelumnya adalah cairan berubah menjadi gas. Perpindahan elektron akan bertabrakan dengan atom merkuri sehingga energi elektron akan meningkat ke level yang lebih tinggi. Elektron-elektron akan melepaskan cahaya saat energi elektron-elektron tersebut kembali ke level normalnya. Lampu TL yang mempunyai daya antara Watt sejauh ini merupakan jenis yang paling populer dan banyak digunakan di bangunan gedung. Terdapat tiga generasi lampu TL fluorescent linier yaitu : 1. Generasi ke-1 (Tahun 1930), T12 dengan diameter 38 mm (1 ½ ") 2. Generasi ke-2 (Tahun 1980), T8 dengan diameter 26 mm (1") 3. Generasi ke-3 (Tahun 2000), T5 dengan diameter 16 mm (5/8 ") Gambar 2.2 Lampu TL Type T5, T8 dan T12

10 17 Pada Tabel 2.3 dapat dilihat bahwa lampu TL type T8 lebih hemat 40% energi dibandingkan dengan T12. Sedangkan jenis T5 lebih hemat 10 15% daripada T8. Lampu TL- T8 dan T5 mengeluarkan panas jauh lebih sedikit daripada T12, sehingga bisa menghemat biaya pendingin ruangan AC. Efikasi dari masing-masing Lampu FL T12, T8 dan T5 berturut-turut adalah 70, 80 dan 100 lumen/watt. Tabel 2.3 Output Lumen Dari Lampu FL T5, T8 dan T12 Linear Fluorescent Bulbs Lumen Output 28 Watt T Watt T Watt T Watt T Watt T Watt T Lampu TL fluorescent memerlukan sebuah ballast dan starter untuk menghidupkannya. Gambar 2.3 Rangkaian Pemasangan Lampu TL Fluorescent

11 18 a) Ballast Ballast yang terdapat pada rangkaian lampu TL Neon / TL Fluorescent berfungsi sebagai pembatas besarnya arus dan menstabilkan arus agar dapat mengoperasikan Lampu TL Fluorescent pada karakteristik listrik yang sesuai. Ballast pada dasarnya merupakan kumparan hambat (choke coil) yang berinti besi yang berfungsi untuk : 1. Memberikan pemasangan awal pada elektroda guna menyediakan elektron bebas dalam jumlah yang banyak. 2. Memberikan gelombang potensial yang cukup besar untuk mengadakan bunga api antara kedua elektrodanya. 3. Membangkitkan gas gas yang ada dalam tabung lampu. 4. Mencegah terjadinya peningkatan arus yang melebihi batas tertentu bagi setiap ukuran lampu. Terdapat 2 jenis ballast, yaitu ballast jenis induktor/kumparan (inductive ballast) dan ballast jenis elektronik (electronic ballast). Gambar 2.4 Ballast Lampu TL

12 19 b) Starter Starter pada lampu TL terdiri dari sebuah balon kaca kecil yang diisi dengan gas mulia. Di dalam balon terdapat dua elektroda dwi logam sebagai filamen. Jarak antara kedua elektroda tersebut diatur dengan jarak tertentu sehingga starternya akan menyala pada tegangan V. Fungsi starter di Lampu TL fluorescent adalah sebagai saklar otomatis yang membantu memanaskan elektroda untuk proses pemindahan elektron-elektron di dalam tabung fluorescent yang dihubungkan pararel dengan dua kaki lampu TL. Bila lampu TL dihubungkan pada jaringan tegangan PLN, maka dalam waktu singkat filamen starter terhubung (menyala) dan kemudian memutuskannya lagi kalau lampu TL telah menyala dengan stabil. Pada saat filamen terhubung, suatu arus besar akan mengalir dari jaringan listrik lewat ballast, kemudian ke elektroda lampu, starter dan kawat elektroda lainnya, untuk selanjutnya kembali menuju ke jaringan. Adanya arus ini akan membuat elektroda-elektroda lampu berpijar dan mengeluarkan elektron-elektron. Gambar 2.5 Starter Lampu TL

13 Lampu TL LED (Light Emiting Diode) Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi lampu LED sebagai lampu penerang, tingkat adopsi Lampu LED pun semakin bertambah dan lambat laun menggantikan lampu penerang yang berteknologi Fluorescent (Pendar). Lampu LED digunakan untuk banyak penerapan pencahayaan seperti pencahayaan area parkir,tanda keluar, sinyal lalu lintas, cahaya dibawah lemari, dan berbagai penerapan dekoratif. Walaupun masih dalam masa perkembangan, teknologi lampu LED sangat cepat mengalami kemajuan dan menjanjikan untuk masa depan. Gambar 2.6 Lampu TL LED Lampu LED merupakan lampu terbaru yang merupakan sumber cahaya yang efisien energinya. Ketika lampu LED memancarkan cahaya nampak pada gelombang spektrum yang sangat sempit, mereka dapat memproduksi cahaya putih. Hal ini sesuai dengan kesatuan susunan merah-biru hijau atau lampu LED biru berlapis fospor. Lampu LED bertahan dari hingga jam tergantung pada warna. Lampu TL LED adalah generasi terbaru, yang telah banyak dipakai oleh hampir seluruh kota-kota besar di negara maju, keunggulan dari lampu LED adalah :

14 21 1. Umur nyala lebih lama dan tidak memerlukan perawatan. 2. Sinar lebih kuat dan distribusinya lebih merata. Lampu LED berbentuk padatan (solid state) yang menggunakan diode pemancar cahaya (light emitting diode) sebagai sumber cahaya. Lampu LED menawarkan umur operasional yang panjang dan sangat hemat energi, tetapi saat ini harga per unitnya masih mahal apabila dibandingkan dengan lampu TL jenis fluorescent. Hal ini disebabkan oleh biaya produksi lampu LED yang linier terhadap watt lampu, semakin besar watt lampu semakin tinggi biaya produksi lampu LED. Faktor keunggulan Lampu TL LED yang paling utama adalah dapat menghemat listrik sampai 60% dari pemakaian Lampu TL Neon atau TL fluorescent karena tidak memerlukan starter dan ballast yang pada kenyataanya juga dapat mengkonsumsi listrik yang lebih banyak (terutama pada Ballast jenis inductive). : Gambar 2.7 Rangkaian Pemasangan Lampu TL LED

15 Ballast Elektronik (Electronic Ballast) Ballast elektronik merupakan rangkaian kontrol untuk menyalakan lampu TL (fluorescent) yang memiliki efisiensi daya jauh lebih baik daripada ballast magnetik. Ballast elektronik pada saat ini banyak digunakan oleh produsen lampu TL (fluorescent) seperti Philips dan Panasonic untuk membuat lampu fluorescent hemat energi. Gambar 2.8 Ballast Elektronik Penggunaan ballast elektronik dapat membatasi arus, untuk melawan karakteristik tahanan negatif dari berbagai lampu pelepas. Untuk lampu neon, alat ini membantu meningkatkan tegangan awal yang diperlukan untuk memulai penyalaan.rangkaian ballast elektronik terdiri dari beberapa bagian sbb: 1. Rectifier, berfungsi untuk mengubah tegangan listrik AC 220 dari sumber listrik PLN menjadi tegangan DC tinggi (High Voltage DC ) 320 Volt. 2. DC to AC Converter, berfungsi sebagai pengubah tegangan listrik HVDC 320 Volt menjadi tegangan AC 500V-800V dengan frekwensi 20 KHz -60 KHz.

16 23 3. Starter Capacitor, berfungsi untuk menyalakan lampu TL untuk pertama kali kemudian memutuskannya lagi kalau lampu TL telah menyala dengan stabil. Gambar 2.9 Diagram Blok Rangkaian Ballast Elektronik Ballast elektronik memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan balast transformer. Beberapa kelebihan ballast elektronik tersebut adalah : 1. Meningkatkan rasio perbandingan konversi daya listrik ke cahaya yang dihasilkan. 2. Tidak terdeteksinya kedipan oleh mata karena kedipannya terjadi pada frekuensi yang sangat tinggi sehingga tidak dapat diikuti oleh kecepatan mata. 3. Efisiensi daya yang tinggi. 4. Ballast elektronik memiliki berat lebih ringan Reflektor Elemen yang cukup penting yang merupakan perlengkapan cahaya, selain dari lampu, adalah reflector. Reflektor berdampak pada banyaknya cahaya lampu mencapai area yang diterangi dan juga pola distribusi cahayanya.reflektor

17 24 biasanya menyebar (dilapisi cat atau bubuk putih sebagai penutup) atau specular (dilapis atau seperti kaca).tingkat pemantulan bahan reflektor dan bentuk reflektor berpengaruh langsung terhadap efektifitas dan efisiensi fitting.reflektor konvensional yang menyebar memiliki tingkat pemantulan 70-80% apabila baru. Reflektor specular lebih efektif dimana pemantul ini memaksimalkan optik dan daya pantul specular sehingga membiarkan pengontrolan cahaya yang lebih seksama dan jalan pintas yang lebih tajam. Dalam kondisi baru, lampu ini memiliki nilai pantul sekitar 85-96%.. Nilai tersebut tidak berkurang seperti pada reflektor konvensional yang berkurang karena usia. Bahan yang umum digunakan adalah alumunium yang diberi perlakuan anoda (nilai pantul 85-90%) dan lapisan perak yang dilaminasikan ke bahan logam (nilai pantul 91-95%). Menambah (atau melapisi) alumunium dilakukan untuk mencapai nilai pantul lebih kurang 88-96%. Lampu harus tetap bersih agar efektif, reflektor optik kaca tidak boleh digunakan dalam peralatan yang terbuka di industri dimana peralatan tersebut mungkin akan terkena debu. Gambar Reflektor Lampu TL

18 Peralatan Pengontrolan Lampu Sensor Cahaya (Photocell Sensor) Photocell menggunakan prinsip kerja resistor dengan sensitivitas cahaya (LDR=Light Dependent Resistor). Apabila kondisi gelap maka nilai resistansi akan menjadi rendah sehingga arus mengalir dan lampu akan menyala. Sebaliknya pada kondisi terang, nilai resistansi menjadi tinggi sehingga arus tidak dapat mengalir dan lampu akan mati. Rangkaian photocell banyak digunakan pada instalasi penerangan lampu dan sangat baik digunakan sebagai pengontrol penyalaan lampu karena fungsinya yang cukup efektif. Gambar Photocell Sensor Sebagai Saklar Otomatis Timer Lampu Penggunaan timer switch adalah sebagai saklar otomatis yang bekerja secara mekanis berdasarkan pengaturan waktu. Arus masuk pada input kontaktor magnet dan pada input timer yang akan menjalankan timer. Setelah waktu berputar dan sampai pada waktunya yang di seting, maka kontak di dalam timer

19 26 akan terhubung dengan output timer dan arus akan mengalir menuju kontaktor magnet. Arus pada kontaktor magnet akan menarik kontak-kontak pada kontaktor sehingga kedua kontak saling terhubung. Arus yang melewati output kontaktor magnet akan menjalankan beban Gambar 2.12 Timer Sebagai Saklar Otomatis Building Automation System (BAS) Adalah sebuah pemrograman, komputerisasi, intelligent network dari peralatan elektronik yang memonitor dan mengontrol sistem mekanis dan sistem penerangan dalam sebuah gedung. Building Automation Systems (BAS) mengoptimasi start-up dan performansi dari peralatan HVAC dan sistem alarm. BAS menambah dalam jumlah besar interaksi dari mekanikal subsistem dalam gedung, meningkatkan kenyamanan pemilik, minimasi energi yang digunakan, dan menyediakan off-site kontrol gedung. BAS berbasis kontrol komputer untuk mengkoordinasi, mengorganisasi, dan mengoptimasi kontrol subsistem pada gedung seperti keamanan, kebakaran/keselamatan, elevator, dan lain-lain.

20 27 BAS terdiri dari primary dan secondary bus yang terdiri dari Programmable Logic Controllers, input / output dan sebuah user interface (human interface device). Primary dan secondary bus dapat berupa kabel fiber optik, ethernet, ARCNET, RS-232, RS-485 atau wireless network. Controller digunakan dengan software yang akan bekerja dengan standar BACnet, LanTalk, dan ASHRAE. Input dan output berupa analog dan digital (binary). Input analog digunakan untuk membaca pengukuran variabel. Input digital mengindikasikan apabila device menyala atau tidak. Output analog mengontrol kecepatan atau posisi dari peralatan, seperti variable frequency drive, sebuah I-P transducer, atau sebuah aktuator. Output digital digunakan untuk membuka dan menutup relay dan switch Tingkat Pencahayaan Minimum yang Direkomendasikan CIE (Commission International de l Eclairage) dan IES (Illuminating Engineers Society) telah menerbitkan tingkat pencahayaan yang direkomendasikan untuk berbagai pekerjaan. Nilai-nilai yang direkomendasikan tersebut telah dipakai sebagai standar nasional dan internasional bagi perancangan pencahayaan. Setiap ruang kegiatan memiliki standar kuat penerangan (illumination) yang berbeda-beda sesuai dengan kegiatan yang berlangsung di dalamnya. Tingkat pencahayaan minimum yang direkomendasikan sesuai dengan SNI tentang Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Buatan Pada Bangunan Gedung untuk beberapa fungsi ruangan ditunjukkan pada tabel dibawah ini.

21 28 Tabel 2.4. Tingkat Pencahayaan Minimum yang Direkomendasikan Fungsi Ruangan Tingkat Pencahayaan (Lux) Ruang Perkantoran Ruang Direktur 350 Ruang Kerja 350 Ruang Komputer 350 Ruang Rapat 300 Ruang Gambar 750 Industri (Umum) Ruang Parkir 50 Gudang 100 Rumah Ibadah Mesjid 200 Gereja 200 Idem Vihara 200 Idem Keterangan Gunakan armatur berkisi untuk mencegah silau akibat pantulan layar monitor Gunakanpencahayaan setempat pada meja gambar Untuk tempat-tempat yang membutuhkan tingkat pencahayaan yang lebih tinggi dapat digunakan pencahayaan setempat Tingkat Daya Listrik Maksimum yang Direkomendasikan Daya yang dibutuhkan untuk semua armatur dapat dihitung dengan persamaan : WTotal = NLampu x W1 (2.2) dimana : NLampu W1 = Jumlah total lampu = daya setiap lampu termasuk Balast (Watt), Dengan membagi daya total dengan luas bidang kerja, didapatkan kepadatan daya (Watt/m2) yang dibutuhkan untuk sistem pencahayaan tersebut.

22 29 Kepadatan daya ini kemudian dapat dibandingkan dengan kepadatan daya maksimum yang direkomendasikan dalam usaha penghematan energi. Kebutuhan daya listrik maksimum untuk penerangan sangat tergantung dari fungsi bangunan/ ruangan serta jenis lampu yang digunakan. Sesuai dengan SNI mengenai Konservasi Energi Sistem Pencahayaan pada Bangunan Gedung. standar yang telah ditetapkan untuk tingkat daya listrik maksimal yang direkomendasikan adalah sebagai berikut : Tabel 2.5 Daya Maksimum yang Direkomendasikan Daya Pencahayaan Maksimum Lokasi (W/m 2 ) Termasuk rugi-rugi balast Ruang Kantor 15 Auditorium 25 Pasar Swalayan 20 Hotel: Kamar tamu 17 Daerah umum 20 Rumah sakit : Ruang Pasien 15 Gudang 5 Kafetaria 10 Garasi 2 Restaurant 25 Lobi 10 Tangga 10 Ruang Parkir 5 Ruang Perkumpulan 20 Industri 20 Pintu masuk dengan kanopi: Lalu lintas sibuk seperti hotel 30 Lalu lintas sedang seperi rumah sakit 15 Jalan dan Lapangan Tempat penimbunan atau tempat kerja 2

23 Metode Pengukuran Intensitas Pencahayaan Perhitungan intensitas pencahayaan adalah untuk mendapatkan hasil yang akurat dan dapat dipakai sebagai perbandingan dengan hasil pengukuran secara langsung sehingga diperoleh instalasi pencahayaan yang paling optimal. Metode pengukuran disesuaikan dengan luas dan penggunaan ruangan sebagai berikut : 1. Untuk ruangan kerja biasanya bidang kerja dapat berupa meja atau bangku 2. Untuk ruangan dengan luas 10 m2 sampai dengan 100 m2 maka dibuat titik potong garis horizontal panjang ruangan dan garis vertikal lebar ruangan pada jarak setiap 3 meter. 3. Untuk ruangan dengan luas lebih dari 100 m2 dibuat titik potong garis horizontal panjang ruangan dan garis vertikal lebar ruangan pada jarak setiap 6 meter Konsumsi Energi Listrik Konsumsi energi listrik untuk beban penerangan adalah besarnya energi yang dipergunakan untuk beban lampu yang terpasang pada periode waktu tertentu dan merupakan perkalian antara daya terpakai dengan waktu penggunaan. Seperti persamaan : kwh = Watt x Hour (2.3) Dimana kwh = Jumlah daya aktif yang terpakai pada periode waktu operasional dalam satuan Kilo Watt Hour = Besarnya daya aktif = Periode waktu operasional

24 Tingkat Pencahayaan Yang Merata (Uniformity of illuminance) Oleh Cayless dan Marsden (1983), dinyatakan bahwa tingkat pencahayaan yang merata adalah penting karena tiga hal, yaitu : 1. Dapat mengurangi perbedaan variasi tingkat pencahayaan dalam ruang dengan aktfitas sejenis. 2. Kepadatan cahaya yang terlalu terkonsentrasi dapat mempengaruhi kinerja dan kenyamanan visual dalam ruangan. 3. Pencahayaan yang tidak merata membuat ruangan kelihatan suram dan tidak nyaman. Pritchard (1986) menyatakan bahwa penerangan dianggap merata bila kuat penerangan minimum pada titik-titik ukur 80% kuat penerangan rata-rata. Dari pengukuran di titik-titik ukur, maka didapatkan kuat penerangan rata-rata ruang. Bila ada titik ukur yang berada di bawah 80% kuat penerangan rata-rata, berarti tidak memenuhi syarat sebagai penerangan merata. Artinya bila tingkat pencahayaan rata-ratanya 100 lux, maka tingkat pencahayaan dari semua titik lampu didalam ruangan harus 80 lux, persamaan : E minimum = 80/100 x Erata -rata ( 2.4) Erata-rata = E1 + E2 +E3 +En ( 2.5) n Besarnya tingkat pencahayaan dalam ruangan untuk siang dan malam hari adalah sama. Yang berbeda adalah jumlah lumen dari lampu yang dibutuhkan karena siang hari cahaya buatan dibantu oleh cahaya matahari, sedangkan pada waktu malam tidak ada cahaya alami. Kuat Penerangan yang merata dapat dicapai jika memenuhi ketentuan dalam pemasangan lampu berdasarkan penentuan spacing criteria (SC), yaitu

25 32 perbandingan jarak antara dua buah pusat lampu yang berdekatan terhadap jarak lampu ke bidang kerja yang diterangi. Angka perbandingan untuk spacing criteria adalah 1,5 dan dituliskan dalam rumus : Dimana s = hm x 1,5 (2.6) s hm = Jarak antar lampu yang terdekat = Tinggi bidang kerja ke lampu Perhitungan Jumlah Titik Lampu Pada dasarnya dalam perhitungan jumlah titik lampu pada suatu ruang dipengaruhi oleh benyak faktor, antara lain : dimensi ruang, kegunaan / fungsi ruang, warna dinding, type armature yang akan digunakan, serta factor factor. Sebagai contoh pencahayaan pada gudang di rumah, akan berbeda dengan pencahayaan pada ruang tamu atau kamar tidur. Ini dikarenakan fungsi dari ruang tersebut dan berdasarkan tingkat kegiatan yang akan dilakukan pada ruang tersebut. Perhitungan jumlah titik lampu merujuk kepada standar tingkat pencahayaan minimum dan daya listrik maksimum yang direkomendasikan sesuai dengan tujuan penggunaan masing masing ruangan jumlah lampu pada suatu ruang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : N = E x L x W ( 2.7) Ø x LLF x CU x n Dimana : N E = Jumlah titik lampu = Intensitas atau kuat penerangan yang akan dicapai (Lux)

26 33 L W Ø = Panjang Ruang = Lebar ruang =Total Lumen lampu LLF =Light loss factor ( ) CU = Coefisien of utilization (50-65%) N =Jumlah lampu per titik Total lumen lampu adalah Ø = W x L/w Dimana : W L/w = daya lampu = Luminous Efficacy Lamp / Lumen per watt (dapat dilihat pada Box lampu) Peluang Optimasi Pada Sistem Pencahayaan Optimalisasi pada sistem pencahayaan adalah bertujuan untuk mendapatkan kondisi yang efisien dalam konsumsi energi yang diperlukan untuk pencahayaan buatan namun tetap memenuhi standar kebutuhan penggunaannya. Adapun beberapa peluang yang dapat dilakukan untuk meningkatkan effisiensi penggunaan energi dalam sistem pencahayaan didalam bangunan gedung antara lain. 1. Mengurangi tingkat pencahayaan yang berlebih ke tingkat standar dengan menggunakan saklar, pengurangan lampu, dll. 2. Rajin mengontrol cahaya dengan jam waktu, pelambat waktu, photocells,

27 34 3. Mengganti lampu dan ballast yang kondisi effisiensinya menurun dengan lampu baru yang lebih rendah konsumsi energinya (mengganti ballast magnetik ke ballast electronik ). 4. Pertimbangkan cahaya siang hari, kaca atap, dll. 5. Pertimbangkan pengecatan dinding dengan warna yang lebih terang dan menggunakan sedikit peralatan pencahayaan atau menurunkan watt. 6. Evaluasi kembali kontrol, jenis, strategi pencahayaan luar ruangan secara berkelanjutan Simple Payback Menurut Thumann (2003), Simple Payback merupakan suatu metode perhitungan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan biaya investasi yang telah dilakukan untuk mengganti sistem yang telah ada dengan system baru yang lebih hemat energi. Simple Payback ini dirumuskan sebagai berikut : Dimana : SP = INVESTASI (2.8) SAVING SP Investasi = Jangka waktu pengembalian investasi = Jumlah investasi awal yang dikeluarkan untuk biaya penggantian sistem lama dengan system baru Saving = Jumlah penghematan yang diperoleh dari penggunaan sistem baru Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat dikatakan bahwa payback period maupun simple payback dari suatu investasi menggambarkan panjang

28 35 waktu yang diperlukan agar dana yang tertanam pada suatu investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya. Dari hasil analisis ini nantinya alternatif yang akan dipilih adalah alternatif dengan periode pengembalian yang lebih singkat. 2.2 Tinjauan Pustaka Telah banyak penelitian yang dilakukan mengenai evaluasi pencahayaan, dimana sebagaian besar melakukan penelitian terhadap kuat pencahayaan pada ruang kelas sebagai objek yang diteliti. Penelitian oleh Luden (2006) mengevaluasi pengaruh jumlah dan tata letak lampu terhadap kuat penerangan serta pengaruh warna ruangan terhadap kuat penerangan di sekolah Pelangi Kristus Surabaya. Dari pengukuran diketahui bahwa kuat penerangan rata-rata beberapa ruang kelas belum memenuhi standar kuat penerangan dalam ruang kelas yang direkomendasikan sebesar 250 lux. Perbaikan pada masing-masing kelas dilakukan dengan menambah fluks cahaya (lumen) dalam ruang kelas, meningkatkan angka reflektansi dinding berupa perubahan warna dinding, dan perubahan titik lampu. Irianto (2006), melakukan penelitian mengenai Studi optimasi pencahayaan ruang kuliah dengan memanfaatkan cahaya alam. Hasilnya intensitas pencahayaan pada ruang kuliah di lantai 4 Gedung E Universitas Trisakti adalah baik, hanya saja pemanfaatan cahaya matahari belum dipertimbangkan. Pemanfaatan cahaya matahari untuk pencahayaan ruangan memberikan efisiensi pemakaian energi listrik untuk lampu dan mengurangi biaya konsumsi listrik hingga 33 persennya. Pemilihan lampu dan peletakan luminer sangat berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas cahaya yang diberikan pada bidang kerja seperti meja dan papan tulis. Peletakan luminer dianjurkan agar sejajar jendela sehingga efektifitas sebaran

29 36 cahaya dari Dari dua belas ruang kuliah yang pada gedung E, jika dilakukan redisain termasuk rewiring instalasi pencahayaan maka dari analisis perhitungan optimasi alternatif diperoleh penghematan konsumsi energi listrik yang cukup besar. Suroso, Winasis, dan Satria Ardhi Permana (2014), melakukan penelitian mengenai penggunaan ballast elektronik untuk penghematan energi listrik pada beban penerangan. Penelitian dilakukan dengan membandingkan daya aktif terukur pada lampu TL 36 watt yang menggunakan ballast elektronik dengan yang menggunakan ballast elektromagnetik. Hasil penelitian menunjukkan daya terukur pada lampu TL 36 Watt dengan ballast elktromagnetik adalah 43 Watt, sedangkan pada lampu TL 36 Watt yang menggunakan ballast elektronik adalah 35.9 Watt. Dari data yang diperoleh didapatkan hasil penghematan daya aktif sebesar 28 %. Dengan demikian bahwa lampu neon dengan ballast elektronik konsumsi dayanya lebih rendah, faktor daya lebih tinggi, dan biaya listrik per bulannya lebih hemat dibandingkan dengan lampu neon yang memakai ballast elektromagnetik. Berdasarkan hal tersebut, maka sangat perlu untuk melakukan penelitian tentang pencahayaan dengan obyek penelitian yang berbeda dari sebelumnya yaitu area parkir gedung perkantoran dengan melakukan pengukuran faktor pencahayaan terhadap aspek penggunaan energi listrik untuk mengetahui apakah sistem pencahayaannya sudah sesuai dengan standar pencahayaan yang efisien dalam penggunaan energi listrik. Dari kondisi yang ada kemudian dapat dianalisa untuk mendapatkan peluang-peluang penghematan energi listrik sebagai usulan perbaikan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Bangunan Area Parkir Bangunan area parkir berlapis (multistorey car park) di gedung Wisma 46 terdiri dari 8 lantai, tetapi yang dipergunakan untuk sarana parkir

Lebih terperinci

Menghitung kebutuhan jumlah titik lampu dalam ruangan

Menghitung kebutuhan jumlah titik lampu dalam ruangan Menghitung kebutuhan jumlah titik lampu dalam ruangan Setiap ruang pada bangunan rumah, kantor, apartement, gudang, pabrik, dan lainnya, membutuhkan penerangan. Baik penerangan / pencahayaan alami (pada

Lebih terperinci

STUDI OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN RUANG KULIAH DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAM

STUDI OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN RUANG KULIAH DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAM JETri, Volume 5, Nomor 2, Februari 2006, Halaman 1-20, ISSN 1412-0372 STUDI OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN RUANG KULIAH DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAM Chairul Gagarin Irianto Dosen Jurusan Teknik Elektro-FTI,

Lebih terperinci

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB 14 420 040 TEKNIK ELEKTRO ILUMINASI (PENCAHAYAAN) Iluminasi disebut juga model refleksi atau model pencahayaan. Illuminasi menjelaskan tentang interaksi

Lebih terperinci

PENGARUH PEMASANGAN ARMATURE PADA LAMPU LHE TERHADAP PENINGKATAN EFISIENSI PENCAHAYAAN.

PENGARUH PEMASANGAN ARMATURE PADA LAMPU LHE TERHADAP PENINGKATAN EFISIENSI PENCAHAYAAN. PENGARUH PEMASANGAN ARMATURE PADA LAMPU LHE TERHADAP PENINGKATAN EFISIENSI PENCAHAYAAN. Oleh : Eko Widiarto Dosen Teknik Elektro, Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. H. Soedarto. SH, Tembalang Semarang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Keperluan pencahayaan ruangan menempati urutan terbesar kedua setelah sistem tata udara. Sebagaimana diketahui bahwa sumber daya alam untuk membangkitkan listrik adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Petunjuk teknis sistem pencahayaan buatan dimaksudkan untuk digunakan sebagai pegangan bagi para perancang dan pelaksana pembangunan gedung didalam

Lebih terperinci

PENGUJIAN TINGKAT PENCAHAYAAN DI RUANG KULIAH SEKOLAH C LANTAI III- O5

PENGUJIAN TINGKAT PENCAHAYAAN DI RUANG KULIAH SEKOLAH C LANTAI III- O5 EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 13 No. 3 September 2017; 68-73 PENGUJIAN TINGKAT PENCAHAYAAN DI RUANG KULIAH SEKOLAH C LANTAI III- O5 Supriyo, Ismin T. R. Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pencahayaan (Lighting) Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan yang aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas manusia. Pencahayaan

Lebih terperinci

OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAMI (STUDI KASUS LAB. ELEKTRONIKA DAN MIKROPROSESSOR UNTAD)

OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAMI (STUDI KASUS LAB. ELEKTRONIKA DAN MIKROPROSESSOR UNTAD) OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAMI (STUDI KASUS LAB. ELEKTRONIKA DAN MIKROPROSESSOR UNTAD) Nurhani Amin Dosen Jurusan Teknik Elektro UNTAD Palu, Indonesia email: nhanie.lieben@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konservasi energi listrik untuk perencanaan dan pengendalian pada gedung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konservasi energi listrik untuk perencanaan dan pengendalian pada gedung BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian sebelumnya yang sebelumnya tentang kajian managemen konservasi energi listrik untuk perencanaan dan pengendalian pada gedung perkantoran PT. PHE

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah : 1. Study literature, yaitu penelusuran literatur yang bersumber dari buku, media, pakar

Lebih terperinci

satuan fluks cahaya, flux yang dipancarkan didalam satuan unit sudut padatan oleh suatu sumber dengan intensitas cahaya yang seragam

satuan fluks cahaya, flux yang dipancarkan didalam satuan unit sudut padatan oleh suatu sumber dengan intensitas cahaya yang seragam nilai eficacy beban terpasang yang dicapai dengan efisiensi terbaik, dinyatakan dalam lux/watt/m² Definisi dan istilah yang digunakan: satuan fluks cahaya, flux yang dipancarkan didalam satuan unit sudut

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Kelompok gelombang elektromagnetik

Gambar 2.1 Kelompok gelombang elektromagnetik BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Cahaya Cahaya adalah Suatu sumber cahaya memancarkan energi, sebagian dari energi ini diubah menjadi cahaya tampak.perambatan cahaya di ruang bebas dilakukan oleh gelombang- gelombang

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. Saat ini terus dilakukan studi berkelanjutan oleh para peneliti mengenai apa

1 BAB I PENDAHULUAN. Saat ini terus dilakukan studi berkelanjutan oleh para peneliti mengenai apa 1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini terus dilakukan studi berkelanjutan oleh para peneliti mengenai apa yang menyebabkan pemanasan global atau global warming. Salah satu hal yang telah dipelajari

Lebih terperinci

ANALISA DAN PERANCANGAN AUDIT ENERGI PADA PENGGUNAAN LAMPU HOTEL CIPUTRA SEMARANG

ANALISA DAN PERANCANGAN AUDIT ENERGI PADA PENGGUNAAN LAMPU HOTEL CIPUTRA SEMARANG ANALISA DAN PERANCANGAN AUDIT ENERGI PADA PENGGUNAAN LAMPU HOTEL CIPUTRA SEMARANG Nugroho Utomo ( L2F008072) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Jln. Prof. Soedarto,SH, Tembalang,

Lebih terperinci

Pencahayaan dan Penerangan Rumah Sakit. 2. Pencahayaan dan penerangan seperti apa yang dibutuhkan dirumah sakit?

Pencahayaan dan Penerangan Rumah Sakit. 2. Pencahayaan dan penerangan seperti apa yang dibutuhkan dirumah sakit? Pencahayaan dan Penerangan Rumah Sakit 1. Apa itu pencahayaan/penerangan? penataan peralatan cahaya dalam suatu tujuan untuk menerangi suatu objek (eskiyanthi.blogspot.co.id/2012/10/pengertian-pencahayaan.html)

Lebih terperinci

PENGUKURAN INTENSITAS PENCAHAYAAN PERTEMUAN KE 5 MIRTA DWI RAHMAH, S.KM,. M.KKK. PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PENGUKURAN INTENSITAS PENCAHAYAAN PERTEMUAN KE 5 MIRTA DWI RAHMAH, S.KM,. M.KKK. PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PENGUKURAN INTENSITAS PENCAHAYAAN PERTEMUAN KE 5 MIRTA DWI RAHMAH, S.KM,. M.KKK. PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN PERMASALAHAN Intensitas penerangan yang kurang dapat

Lebih terperinci

Konservasi energi pada sistem pencahayaan

Konservasi energi pada sistem pencahayaan Standar Nasional Indonesia Konservasi energi pada sistem pencahayaan ICS 91.160.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Pendahuluan... ii 1 Ruang Iingkup... 1 2 Acuan... 1 3 Istilah

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.556,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGHEMATAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Unsur-Unsur Efek Cahaya Pada Perpustakaan. Abstrak

Unsur-Unsur Efek Cahaya Pada Perpustakaan. Abstrak Unsur-Unsur Efek Cahaya Pada Perpustakaan Cut Putroe Yuliana Prodi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry Banda Aceh Abstrak Perpustakaan sebagai tempat untuk belajar membutuhkan intensitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Satuan satuan Dalam teknik penerangan terdapat satuan-satuan yang biasa digunakan, antara lain: a. Satuan untuk intensitas cahaya (I v ) adalah kandela (cd) Intensitas cahaya

Lebih terperinci

PEDOMAN INSTALASI CAHAYA

PEDOMAN INSTALASI CAHAYA PEDOMAN INSTALASI CAHAYA HASBULLAH, MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI 2010 PENCAHAYAAN Dalam aspek kehidupan penerangan menempati porsi yang sangat penting Sumber cahaya adalah matahari Cahaya buatan adalah cahaya

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.557,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 14 TAHUN 2012 TENTANG MANAJEMEN ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

DESAIN PENCAHAYAAN LAPANGAN BULU TANGKIS INDOOR ITS

DESAIN PENCAHAYAAN LAPANGAN BULU TANGKIS INDOOR ITS DESAIN PENCAHAYAAN LAPANGAN BULU TANGKIS INDOOR ITS FARID KHUSNUL MUJIB 2404100038 PEMBIMBING: ANDI RAHMADIANSAH Latar Belakang Intensitas pencahayaan (E) dan pemerataan intensitas pencahayaan (min/ave)

Lebih terperinci

Diajukan untuk memenuh salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro OLEH :

Diajukan untuk memenuh salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro OLEH : PERENCANAAN SISTEM PENERANGAN JALAN UMUM DAN TAMAN DI AREAL KAMPUS USU DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TENAGA SURYA (APLIKASI PENDOPO DAN LAPANGAN PARKIR) Diajukan untuk memenuh salah satu persyaratan dalam

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN HOTEL NEO BY ASTON PONTIANAK

STUDI EVALUASI PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN HOTEL NEO BY ASTON PONTIANAK STUDI EVALUASI PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN HOTEL NEO BY ASTON PONTIANAK Putra Arif Dermawan Program Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura putra.pad16@gmail.com

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. menentukan berapa besar energi yang dikonsumsi per tahun. Data yang diperoleh,

BAB IV ANALISIS DATA. menentukan berapa besar energi yang dikonsumsi per tahun. Data yang diperoleh, BAB IV ANALISIS DATA 4.1 Analisis Intensitas Konsumsi Energi Perhitungan Intensitas Konsumsi Energi (IKE) dibutuhkan data penunjang guna menentukan berapa besar energi yang dikonsumsi per tahun. Data yang

Lebih terperinci

Analisis Konservasi Energi Listrik pada Rumah Tinggal Daya 2200VA dengan Beban Penerangan

Analisis Konservasi Energi Listrik pada Rumah Tinggal Daya 2200VA dengan Beban Penerangan Analisis Konservasi Energi Listrik pada Rumah Tinggal Daya 2200VA dengan Beban Penerangan Bambang Priyandono Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bandung Abstrak Dewasa ini konservasi energi sangat

Lebih terperinci

TEKNIKA VOL. 2 NO

TEKNIKA VOL. 2 NO ANALISA KONSERVASI ENERGI PENCAHAYAAN PADA GEDUNG KULIAH DI UNIVERSITAS IBA Bahrul Ilmi, Reny Afriany Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas IBA, Palembang Email: bahrul.ilmii@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cahaya adalah suatu perpindahan energi yang dapat merangsang indera

BAB I PENDAHULUAN. Cahaya adalah suatu perpindahan energi yang dapat merangsang indera BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Cahaya adalah suatu perpindahan energi yang dapat merangsang indera penglihatan manusia untuk menghasilkan sebuah gambaran visual. Manusia membutuhkan

Lebih terperinci

Diode) Blastica PAR LED. Par. tetapi bisa. hingga 3W per. jalan, tataa. High. dan White. Jauh lebih. kuat. Red. White. Blue. Yellow. Green.

Diode) Blastica PAR LED. Par. tetapi bisa. hingga 3W per. jalan, tataa. High. dan White. Jauh lebih. kuat. Red. White. Blue. Yellow. Green. Par LED W PAR LED (Parabolic Light Emitting Diode) Tidak bisa dielakkan bahwa teknologi lampu LED (Light Emitting Diode) akan menggantikan lampu pijar halogen, TL (tube lamp) dan yang lain. Hal ini karena

Lebih terperinci

Bab 7 Jenis-jenis Lampu. Dr. Yeffry Handoko Putra, S.T, M.T Jenis Lampu

Bab 7 Jenis-jenis Lampu. Dr. Yeffry Handoko Putra, S.T, M.T   Jenis Lampu Bab 7 Jenis-jenis Lampu Dr. Yeffry Handoko Putra, S.T, M.T E-mail: yeffry@unikom.ac.id 58 Jenis Lampu 59 1 Lampu Pijar (incadescent) Lampu Pelepasan (gas discharge lamp) - Tekanan rendah (Lampu Flurescent,

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS DAN BENTUK LAMPU TERHADAP INTENSITAS PENCAHAYAAN DAN ENERGI BUANGAN MELALUI PERHITUNGAN NILAI EFIKASI LUMINUS

PENGARUH JENIS DAN BENTUK LAMPU TERHADAP INTENSITAS PENCAHAYAAN DAN ENERGI BUANGAN MELALUI PERHITUNGAN NILAI EFIKASI LUMINUS PENGARUH JENIS DAN BENTUK LAMPU TERHADAP INTENSITAS PENCAHAYAAN DAN ENERGI BUANGAN MELALUI PERHITUNGAN NILAI EFIKASI LUMINUS 1) Bima Brilliando Agam, 2) Yushardi, 2) Trapsilo Prihandono 1) Mahasiswa S-1

Lebih terperinci

[2] PENCAHAYAAN (LIGHTING)

[2] PENCAHAYAAN (LIGHTING) [2] PENCAHAYAAN (LIGHTING) Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan yang aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas manusia. Pencahayaan yang baik memungkinkan

Lebih terperinci

Perancangan Pencahayaan Buatan Dengan Metode Lumen Di PT. XYZ

Perancangan Pencahayaan Buatan Dengan Metode Lumen Di PT. XYZ Perancangan Pencahayaan Buatan Dengan Metode Lumen Di PT. XYZ Akhmad Rafsanjani 1, Yayan Harry Yadi 2, Ade Sri Mariawati 3 1, 2, 3 Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa rafsanjani089@yahoo.com

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

MODUL III INTENSITAS CAHAYA

MODUL III INTENSITAS CAHAYA MODUL III INTENSITAS CAHAYA Pada modul ini akan dijelaskan pendahuluan, tinjauan pustaka, metodologi praktikum, dan lembar kerja praktikum. I. PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Rangkaian Elektronik Lampu Navigasi Energi Surya Rangkaian elektronik lampu navigasi energi surya mempunyai tiga komponen utama, yaitu input, storage, dan output. Komponen input

Lebih terperinci

REKAYASA PENCAHAYAAN BANGUNAN

REKAYASA PENCAHAYAAN BANGUNAN REKAYASA PENCAHAYAAN BANGUNAN SISTEM PENCAHAYAAN DAN PENGHEMATAN ENERGI Disusun oleh : Firman S dan Akbar S PENDAHULUAN Sejak dimulainya peradaban hingga sekarang, manusia meciptakan cahaya hanya dari

Lebih terperinci

Bab III ENERGI LISTRIK

Bab III ENERGI LISTRIK Bab III ENERGI LISTRIK Daftar isi Energi Listrik Perubahan Listrik Menjadi Kalor Daya Listrik Hemat Energi Energi Listrik Hukum kekekalan energi Energi tidak dapat dibuat dan dimusnahkan, tetapi dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salpanio, R. (2007), melakukan penelitian mengenai Audit Energi pada kampus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salpanio, R. (2007), melakukan penelitian mengenai Audit Energi pada kampus BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Studi Pustaka Salpanio, R. (2007), melakukan penelitian mengenai Audit Energi pada kampus UNDIP PLEBURAN SEMARANG dengan sample hanya 21 pelanggan. Hasil dari penelitian ini

Lebih terperinci

Kajian Pemanfaatan Ballast Elektronik Bekas Pada Lampu TL

Kajian Pemanfaatan Ballast Elektronik Bekas Pada Lampu TL 10 Kajian Pemanfaatan Ballast Elektronik Bekas Pada Lampu TL Syaifurrahman (1), Abang Razikin (1), Madduhir Siregar (1), Jamhir Islami (2) (1,2) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Untan (3) PLP Ahli

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN KONTROL PANEL

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN KONTROL PANEL BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN KONTROL PANEL Dalam bab ini penulis akan mengungkapkan dan menguraikan mengenai persiapan komponen komponen dan peralatan yang dipergunakan serta langkahlangkah praktek,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 DEFINISI PENCAHAYAAN Berdasarkan sumber energi yang digunakan, Sistem pencahayaan dalam suatu ruangan dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu sistem pencahayaan alami dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam bab ini akan diuraikan tentang teori dan kajian pustaka instalasi penerangan dan hal-hal yang berhubungan dengan perencanaan instalasi penerangan gedung,

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Aspek Perancangan Dalam Modifikasi Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan perencanaan, pemasangan dan pengujian. Dalam hal tersebut timbul

Lebih terperinci

STUDI PEMANFAATAN CAHAYA ALAM SEBAGAI SUMBER PENCAHAYAAN RUANG KULIAH GEDUNG E KAMPUS A UNIVERSITAS TRISAKTI DALAM RANGKA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK

STUDI PEMANFAATAN CAHAYA ALAM SEBAGAI SUMBER PENCAHAYAAN RUANG KULIAH GEDUNG E KAMPUS A UNIVERSITAS TRISAKTI DALAM RANGKA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK JETri, Volume 1, Nomor 2, Februari 2002, Halaman 13-24, ISSN 1412-0372 STUDI PEMANFAATAN CAHAYA ALAM SEBAGAI SUMBER PENCAHAYAAN RUANG KULIAH GEDUNG E KAMPUS A UNIVERSITAS TRISAKTI DALAM RANGKA PENGHEMATAN

Lebih terperinci

ANALISIS UMUR LAMPU PIJAR TERHADAP PENGARUH POSISI PEMASANGAN

ANALISIS UMUR LAMPU PIJAR TERHADAP PENGARUH POSISI PEMASANGAN ANALISIS UMUR LAMPU PIJAR TERHADAP PENGARUH POSISI PEMASANGAN Ahmad Rizal Sultan 1) Abstrak : Secara umum, tiap jenis lampu listrik memiliki umur sendiri. Namun karena berbagai faktor umur rata-rata belum

Lebih terperinci

TENTANG PENGHE. : a. Peraturan. b. menetapkan. Gubernur : 1. Pemerintah. Menimbang. tentang. Nomor ); 4. Tahun. Prov Jatim

TENTANG PENGHE. : a. Peraturan. b. menetapkan. Gubernur : 1. Pemerintah. Menimbang. tentang. Nomor ); 4. Tahun. Prov Jatim GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG PENGHE EMATAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWAA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. LED ( Light Emitting Diode) Dioda cahaya atau lebih dikenal dengan sebutan LED (light-emitting diode) adalah suatu semikonduktor yang memancarkan cahaya monokromatik yang tidak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Lampu Hemat Energi Seperti telah diuraikan pada bab sebelumnya bahwa jenis yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis LHE adalah lampu jenis Fluorescen atau lebih

Lebih terperinci

MODUL TATA CAHAYA. Desain Interior Universitas Esa Unggul. Oleh: Muhammad Fauzi. S.Des., M.Ds

MODUL TATA CAHAYA. Desain Interior Universitas Esa Unggul. Oleh: Muhammad Fauzi. S.Des., M.Ds MODUL TATA CAHAYA Desain Interior Universitas Esa Unggul Oleh: Muhammad Fauzi. S.Des., M.Ds CARA MENGGUKUR INTENSITAS PENCAHAYAAN BUATAN RUANG LINGKUP PENERANGAN Penerangan yg baik adalah penerangan yg

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Dalam bidang teknologi, orientasi produk teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan manusia adalah produk yang berkualitas, hemat energi, menarik, harga murah, bobot ringan,

Lebih terperinci

Analisa Aspek Daya dan Ekonomis Perancangan Pencahayaan Ruang Kelas Menerapkan Konsep Bangunan Hijau

Analisa Aspek Daya dan Ekonomis Perancangan Pencahayaan Ruang Kelas Menerapkan Konsep Bangunan Hijau 1 Analisa Aspek Daya dan Ekonomis Perancangan Pencahayaan Ruang Kelas Menerapkan Konsep Bangunan Hijau Nanang C Darmawan, Andi Rahmadiansah, Wiratno Argo A Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi sekarang ini, semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi didunia. Ilmu pengetahuan dan teknologi ini dimanfaatkan dan dikembangkan

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN LAMPU LED SEBAGAI PENGGANTI LAMPU KONVENSIONAL

EVALUASI PENGGUNAAN LAMPU LED SEBAGAI PENGGANTI LAMPU KONVENSIONAL EVALUASI PENGGUNAAN LAMPU SEBAGAI PENGGANTI LAMPU KONVENSIONAL Abdullah Iskandar 1), Agus Supriyadi 2) 1) Dosen Program Studi Teknik Elektro Universitas Islam Lamongan 2) Program Studi Teknik Elektro Universitas

Lebih terperinci

SISTEM OTOMATISASI PENGENDALI LAMPU BERBASIS MIKROKONTROLER

SISTEM OTOMATISASI PENGENDALI LAMPU BERBASIS MIKROKONTROLER SISTEM OTOMATISASI PENGENDALI LAMPU BERBASIS MIKROKONTROLER Ary Indah Ivrilianita Jurusan Teknik Informatika STMIK PalComTech Palembang Abstrak Sistem pengendali lampu menggunakan mikrokontroler ATMega

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560

RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560 RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560 Oleh : Andreas Hamonangan S NPM : 10411790 Pembimbing 1 : Dr. Erma Triawati Ch, ST., MT. Pembimbing 2 : Desy Kristyawati,

Lebih terperinci

KUAT PENERANGAN (ILUMINASI) RUANG KENDALI UTAMA UNTAI UJI TERMOHIDROLIKA PTRKN-BATAN

KUAT PENERANGAN (ILUMINASI) RUANG KENDALI UTAMA UNTAI UJI TERMOHIDROLIKA PTRKN-BATAN KUAT PENERANGAN (ILUMINASI) RUANG KENDALI UTAMA UNTAI UJI TERMOHIDROLIKA PTRKN-BATAN Oleh : Dedy Haryanto, Edy Karyanta, Paidjo Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir-BATAN ABSTRAK KUAT PENERANGAN

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sebagai Sumber angin telah dimanfaatkan oleh manusaia sejak dahulu, yaitu untuk transportasi, misalnya perahu layar, untuk industri dan pertanian, misalnya kincir angin untuk

Lebih terperinci

Bab 11 Standar Pencahayaan

Bab 11 Standar Pencahayaan Bab 11 Standar Pencahayaan Dr. Yeffry Handoko Putra, S.T, M.T E-mail: yeffry@unikom.ac.id 114 Kebutuhan Iluminansi berdasarkan aktivitas visual No Kerja Visual Iluminansi (lux) 1 Penglihatan biasa 100

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERANCANGAN INSTALASI PENERANGAN

BAB IV HASIL PERANCANGAN INSTALASI PENERANGAN BAB IV HASIL PERANCANGAN INSTALASI PENERANGAN 4.1 Hasil 4.1.1 Proses Perancangan Instalasi Penerangan Perancangan instalasi penerangan di awali dengan pemilian tipe lampu, penetapan titik lampu, penentuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMBAHASAN

BAB III METODE PEMBAHASAN BAB III METODE PEMBAHASAN Tujuan dari suatu sistem instalasi listrik adalah untuk dapat memanfaatkan energi listrik semaksimal dan seefisien mungkin, serta aman dan andal. Pembahasan dalam penulisan ini

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Bagan

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Bagan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bagan Bagan merupakan suatu alat tangkap yang termasuk kedalam kelompok jaring angkat dan terdiri atas beberapa komponen, yaitu jaring, rumah bagan, dan lampu. Jaring bagan umumnya

Lebih terperinci

Analisis Antisipasi Potensi Pemborosan Pada Energi Penerangan Di Industri Tekstil PT. Z

Analisis Antisipasi Potensi Pemborosan Pada Energi Penerangan Di Industri Tekstil PT. Z Analisis Antisipasi Potensi Pemborosan Pada Energi Penerangan Di Industri Tekstil PT. Z Nasrul Fatah (0906556332) nazfat@yahoo.com Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia Kampus

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN PEMAKAIAN LISTRIK ANTARA LAMPU HEMAT ENERGI DENGAN LAMPU PENDAR TANPA KAPASITOR

ANALISIS PERBANDINGAN PEMAKAIAN LISTRIK ANTARA LAMPU HEMAT ENERGI DENGAN LAMPU PENDAR TANPA KAPASITOR ANALISIS PERBANDINGAN PEMAKAIAN LISTRIK ANTARA LAMPU HEMAT ENERGI DENGAN LAMPU PENDAR TANPA KAPASITOR Iman Setiono Staf pengajar PSD III Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jalan Prof.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PEKERJAAN. Sebelum suatu instalasi listrik dinyatakan layak untuk dapat digunakan,

BAB IV ANALISIS HASIL PEKERJAAN. Sebelum suatu instalasi listrik dinyatakan layak untuk dapat digunakan, BAB IV ANALISIS HASIL PEKERJAAN 4.1 Analisis dan Pembahasan Sebelum suatu instalasi listrik dinyatakan layak untuk dapat digunakan, maka diperlukan pemeriksaan terhadap instalasi listrik tersebut. Hal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Proses alur penelitian Dalam penelitian ini ada beberapa tahap atau langkah-langkah yang peneliti lakukan mulai dari proses perancangan model hingga hasil akhir dalam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 5 LANDASAN TEORI 2.1. Satuan-satuan Dalam teknik penerangan terdapat satuan-satuan yang biasa digunakan, antara lain: 1. Satuan untuk intensitas cahaya (I) adalah kandela (cd) Intensitas cahaya adalah

Lebih terperinci

Evaluasi Kualitas Pencahayaan Pada Ruang Perkuliahan Gedung C Fakultas Teknik Universitas Riau

Evaluasi Kualitas Pencahayaan Pada Ruang Perkuliahan Gedung C Fakultas Teknik Universitas Riau Evaluasi Kualitas Pencahayaan Pada Ruang Perkuliahan Gedung C Fakultas Teknik Universitas Riau Ikhbal Havif JH*, Budhi Anto** *Teknik Elektro Universitas Riau **Jurusan Teknik Elektro Universitas Riau

Lebih terperinci

24 Feb 17. Perilaku Berhemat Energi Listrik. Semakin tinggi peradaban seseorang semakin beragam kebutuhan energinya.

24 Feb 17. Perilaku Berhemat Energi Listrik. Semakin tinggi peradaban seseorang semakin beragam kebutuhan energinya. Perilaku Berhemat Energi Listrik TIM PENGABDIAN PADA MASYARAKAT JURUSAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA Semakin tinggi peradaban seseorang semakin beragam kebutuhan energinya.

Lebih terperinci

Karakteristik dan Efisiensi Lampu Light Emiting Dioda (LED) sebagai Lampu Hemat Energi

Karakteristik dan Efisiensi Lampu Light Emiting Dioda (LED) sebagai Lampu Hemat Energi Karakteristik dan Efisiensi Lampu Light Emiting Dioda (LED) sebagai Lampu Hemat Energi Vandri Ahmad Isnaini 1) ; Rahmi Putri Wirman 2) ; Indrawata Wardhana 3) 1,2,3) Jurusan Pendidikan Fisika, FITK, IAIN

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN LAMPU LED SEBAGAI PENGGANTI LAMPU KONVENSIONAL

EVALUASI PENGGUNAAN LAMPU LED SEBAGAI PENGGANTI LAMPU KONVENSIONAL 16 Jurnal Program Studi Teknik Elektro JE-Unisla EVALUASI PENGGUNAAN LAMPU LED SEBAGAI PENGGANTI LAMPU KONVENSIONAL Suharijanto 1), Abdullah Iskandar 2), Agus Supriyadi 3) 11) Dosen Fakultas Teknik Prodi

Lebih terperinci

ANALISIS UPAYA PENURUNAN BIAYA PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK PADA LAMPU PENERANGAN

ANALISIS UPAYA PENURUNAN BIAYA PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK PADA LAMPU PENERANGAN SSN: 1693-6930 39 ANALSS UPAYA PENUUNAN BAYA PEMAKAAN ENEG LSTK PADA LAMPU PENEANGAN Slamet Suripto Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhamadiyah Yogyakarta Abstrak Keterbatasan sumber

Lebih terperinci

BAB III KARAKTERISTIK SENSOR LDR

BAB III KARAKTERISTIK SENSOR LDR BAB III KARAKTERISTIK SENSOR LDR 3.1 Prinsip Kerja Sensor LDR LDR (Light Dependent Resistor) adalah suatu komponen elektronik yang resistansinya berubah ubah tergantung pada intensitas cahaya. Jika intensitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini membahas metodologi yang digunakan dalam penelitian beserta penjelasan singkat setiap tahapannya. Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian III-1 Gambar 3.1 Diagram

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR DAYA DAN KUAT PENERANGAN LAMPU HEMAT ENERGI

ANALISIS FAKTOR DAYA DAN KUAT PENERANGAN LAMPU HEMAT ENERGI ANALISIS FAKTOR DAYA DAN KUAT PENERANGAN LAMPU HEMAT ENERGI Yadi Yunus 1, Suyamto 2, Indra Milyardi 1 1 Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional Jl. Babarsari P.O. BOX 6101 YKBB Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA 4.1 Pendahuluan Dalam bab ini akan membahas mengenai pengujian dari alat yang telah dirancang pada bab sebelumnya. Pengujian alat dilakukan untuk mengetahui kinerja sistem

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Database audit energi menggunakan Program Visual Basic 6.0

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Database audit energi menggunakan Program Visual Basic 6.0 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Database audit energi menggunakan Program Visual Basic 6.0 Implementasi sistem merupakan tahap untuk mengimplementasikan sistem. Tahap penggunaan sistem ini dilakukan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menghasilkan prototip alat konsentrator surya (Gambar 14)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menghasilkan prototip alat konsentrator surya (Gambar 14) 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Rancang Bangun Penelitian ini menghasilkan prototip alat konsentrator surya (Gambar 14) yang berfungsi untuk memantulkan sinar matahari ke satu titik fokus sehingga dihasilkan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan III-1 BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Perancangan Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan menghasilkan suatu sistem yang dapat mengontrol cahaya pada lampu pijar untuk pencahayaanya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. selanjutnya dilakukan pengujian terhadap sistem. Tujuan pengujian ini adalah

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. selanjutnya dilakukan pengujian terhadap sistem. Tujuan pengujian ini adalah BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Berdasarkan spesifikasi sistem yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, selanjutnya dilakukan pengujian terhadap sistem. Tujuan pengujian ini adalah untuk membuktikan apakah

Lebih terperinci

Pendahuluan. 1. Timer (IC NE 555)

Pendahuluan. 1. Timer (IC NE 555) Pada laporan ini akan menyajikan bagaimana efisien sebuah power supply untuk LED. Dengan menggunakan rangkaian buck converter diharapkan dapat memberikan tegangan dan arus pada beban akan menjadi stabil,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN SPEED LIMITER Kecepatan tinggi merupakan salah satu faktor utama penyebab kecelakaan lalu-lintas darat. Disisi lain banyak perusahaan otomotif yang saling berlomba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan berkembangnya teknologi dan pembangunan di negara ini, jumlah kebutuhan daya energi listik cenderung naik pesat. Kebutuhan daya listrik dapat diakibatkan

Lebih terperinci

CAHAYA. Cahaya: Cahaya adalah suatu bentuk radiasi energi elektromagnetik yang dipancarkan dalam bagian spektrum yang dapat dilihat.

CAHAYA. Cahaya: Cahaya adalah suatu bentuk radiasi energi elektromagnetik yang dipancarkan dalam bagian spektrum yang dapat dilihat. CAHAYA Cahaya: Cahaya adalah suatu bentuk radiasi energi elektromagnetik yang dipancarkan dalam bagian spektrum yang dapat dilihat. Energi panas di radiasikan / dipancarkan pada suatu media oleh suatu

Lebih terperinci

A. SISTEM UTILITAS Sinar Matahari

A. SISTEM UTILITAS Sinar Matahari A. SISTEM UTILITAS Pencahayaan alami dapat juga diartikan sebagi cahaya yang masuk kedalam ruangan pada bangunan yang berasal dari cahaya matahari. Sebelum masuk kedalam ruangan melalui bukaan, cahaya

Lebih terperinci

CATALOG LED. Lamp. Indusrtial. Office Home PT. CLEAR ENERGY PRODUCT 2016

CATALOG LED. Lamp. Indusrtial. Office Home PT. CLEAR ENERGY PRODUCT 2016 CATALOG PRODUCT 016 LED Lamp Indusrtial Office Home Jl. Ir. H. Juanda No. 11A, Jakarta Pusat 1010 (01) 3858 14 / 16 dan (01) 3514 17 support@clearsystem.co.id www.clearenergyindonesia.com LED Pengertian

Lebih terperinci

PENGARUH TEGANGAN DAN FREKUENSI TERHADAP INTENSITAS CAHAYA PADA LAMPU PENDAR ELEKTRONIK

PENGARUH TEGANGAN DAN FREKUENSI TERHADAP INTENSITAS CAHAYA PADA LAMPU PENDAR ELEKTRONIK PENGARUH TEGANGAN DAN FREKUENSI TERHADAP INTENSITAS CAHAYA PADA LAMPU PENDAR ELEKTRONIK Martono Dwi Atmadja *, Harrij Mukti Kristiana, Farida Arinie Soelistianto Teknik Elektro, Politeknik Negeri Malang,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UAS ONLINE TIL 1. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tegangan listrik adalah... Jwb : Volt Meter

PEMBAHASAN UAS ONLINE TIL 1. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tegangan listrik adalah... Jwb : Volt Meter PEMBAHASAN UAS ONLINE TIL 1. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tegangan listrik adalah... Volt Meter 2. Untuk memperbaiki faktor daya/kerja dalam rangkaian lampu TL dapat dipasang... Kapasitor 3.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh kualitas lampu yang tahan lama dengan kuat cahaya yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh kualitas lampu yang tahan lama dengan kuat cahaya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya teknologi, banyak penelitian yang dilakukan untuk memperoleh kualitas lampu yang tahan lama dengan kuat cahaya yang tinggi dan tentunya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL, PENGUJIAN DAN ANALISIS. Pengujian diperlukan untuk melihat dan menilai kualitas dari sistem. Hal ini

BAB IV HASIL, PENGUJIAN DAN ANALISIS. Pengujian diperlukan untuk melihat dan menilai kualitas dari sistem. Hal ini BAB IV HASIL, PENGUJIAN DAN ANALISIS Tindak lanjut dari perancangan pada bab sebelumnya adalah pengujian sistem. Pengujian diperlukan untuk melihat dan menilai kualitas dari sistem. Hal ini diperlukan

Lebih terperinci

Analisis Tingkat Pencahayaan Ruang Kuliah Dengan Memanfaatkan Pencahayaan Alami Dan Pencahayaan Buatanklorofil Pada Beberapa Varietas Tanaman eum

Analisis Tingkat Pencahayaan Ruang Kuliah Dengan Memanfaatkan Pencahayaan Alami Dan Pencahayaan Buatanklorofil Pada Beberapa Varietas Tanaman eum JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE 5 (2) 108-112 dapat diakses melalui http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmuo Analisis Tingkat Pencahayaan Ruang Kuliah Dengan Memanfaatkan Pencahayaan Alami Dan Pencahayaan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR --KOMIK INPRES 13/2011--

KATA PENGANTAR --KOMIK INPRES 13/2011-- KATA PENGANTAR --KOMIK INPRES 13/2011-- Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, serta dengan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah bekerja keras, Komik Bergambar

Lebih terperinci

Gambar Lampu kepala

Gambar Lampu kepala BAB 10 SISTEM PENERANGAN (LIGHTING SYSTEM) 10.1. Pendahuluan Penerangan yang digunakan di kendaraan diklasifikasikan berdasarkan tujuannya: untuk penerangan, untuk tanda atau informasi. Contoh, lampu depan

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Persiapan UAS 1 Doc. Name: AR12FIS01UAS Version: 2016-09 halaman 1 01. Sebuah bola lampu yang berdaya 120 watt meradiasikan gelombang elektromagnetik ke segala arah dengan sama

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan data International Energy Agency World Resource Institute, pencahayaan dari lampu memberikan kontribusi 19% dari penggunaan energi dunia, sehingga semakin

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI LAMPU PIJAR, LED, LHE DAN TL YANG ADA DIPASARAN TERHADAP ENERGI YANG TERPAKAI. Moethia Faridha 1, Ifan 2

STUDI KOMPARASI LAMPU PIJAR, LED, LHE DAN TL YANG ADA DIPASARAN TERHADAP ENERGI YANG TERPAKAI. Moethia Faridha 1, Ifan 2 STUDI KOMPARASI LAMPU PIJAR, LED, LHE DAN TL YANG ADA DIPASARAN TERHADAP ENERGI YANG TERPAKAI Moethia Faridha 1, Ifan 2 1 Fakultas Teknik Universitas Islam Kalimantan MAAB 2 Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci