BAB I PENDAHULUAN. tertentu, baik itu berupa peristiwa, nama seseorang ataupun cerita-cerita lainnya.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. tertentu, baik itu berupa peristiwa, nama seseorang ataupun cerita-cerita lainnya."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Masalah Daerah secara sederhana dapat dikatakan sebagai sebentuk wilayah yang memiliki bangunan tertentu yang memiliki nama, ciri dan khas tersendiri yang dijadikan tempat tinggal oleh suatu kelompok masyarakat atau komunitas secara terus-menerus dalam waktu yang lama, sehingga dapat dikatakan memiliki sejarah tertentu, baik itu berupa peristiwa, nama seseorang ataupun cerita-cerita lainnya. Sejarah tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia dan bahkan berkembang sesuai dengan perkembangan kehidupan manusia dari tingkat yang sederhana ke tingkat yang lebih maju atau modern ( Riwayat masa lampau sebagai obyek studi sejarah, berkenaan dengan peristiwa-peristiwa pada kehidupan manusia yang menyangkut segala aspeknya. Dalam penuturan sejarah, peristiwa-peristiwa tadi diurutkan kurun-kurun waktu secara kronologis. Dari analisis sejarah tentang suatu peristiwa atau suatu masalah, kita dapat mengadakan prediksi terhadap hal-hal tersebut pada masa yang akan datang. Penelaahan suatu gejala atau suatu masalah dengan menggunakan pendekatan sejarah, ini termasuk penelaahan yang dinamis, karena memperhatikan urutan prosesnya dari waktu kewaktu. Sejarah, dalam bahasa Indonesia dapat berarti riwayat kejadian masa lampau yang benar-benar terjadi atau riwayat asal usul keturunan (terutama untuk raja-raja yang memerintah). Umumnya sejarah dikenal sebagai informasi mengenai kejadian yang sudah lampau. Sejarah juga sebagai riwayat tentang masa

2 lampau yang menyelidiki dan menuturkan riwayat masa lampau tersebut sesuai dengan apa yang terjadi tanpa dapat melepaskan diri dari kejadian dan serta kenyataan masa sekarang yang sedang kita alami bersama dan tidak pula kita lepaskan dari perspefktif masa depan. Sebagai sebuah kisah, sejarah menyajikan sesuatu yang benar-benar terjadi. Cerita sejarah disusun berdasarkan sumber-sumber, fakta-fakta dan buktibukti berupa peninggalan-peninggalan sejarah. Setiap individu, masyarakat maupun setiap bangsa memiliki sejarah sendiri-sendiri. Proses sejarah dapat memberikan pengalaman, pelajaran dan pemantapan kepribadian bagi seorang individu, masyarakat dan bangsa. Pada masa dimana cerita atau peristiwa sejarah tersebut sudah berlalu, peninggalan sejarahlah yang hanya tersisa. Peninggalan ini dapat berbentuk bangunan, dokumentasi dan cerita turun-temurun. Dimana peninggalan sejarah ini sangat berguna dan dapat dijadikan sumber utama dalam menelaah masalah atas peristiwa yang terjadi di saat itu. Kota Medan merupakan salah satu kota yang mempunyai peninggalan sejarah. Salah satunya yang dapat terlihat dengan jelas adalah banguna-bangunan bersejarah yang masih tampak hingga saat ini. Bangunan-bangunan ini telah mengukir sejarahnya masing-masing sehingga dapat mendukung perkembangan Kota Medan sendiri. Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Sumatera Utara mengatakan, tanpa bangunan bersejarah, kota Medan tidak akan menjadi kotamadya. Artinya, atas keberadaan warisan budaya (cultural heritage), maka kota Medan dikenal di dunia luar (

3 Berikut ini merupakan daftar bangunan-bangunan bersejarah yang ada di Kota Medan, yang tentunya membantu perkembangan dan kemajuan Kota Medan itu sendiri: Tabel 1 Daftar Bangunan Bersejarah Kota Medan No Bangunan Lokasi 1 Mesjid Raya Al Mashun Jl. Sisingamangaraja 2 Mesjid Raya Labuhan Jl. Yos Sudarso 3 Gereja Roma Katholik Jl. Pemuda 4 Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP Jl. Sudirman 5 Gedung Palang Merah Indonesia Jl. Palang Merah 7 Tjong A Fie Mansion Jl. Ahmad Yani 8 RS Elizabeth, Jl. Sudirman 9 RS Pirngadi Jl. HM Yamin 10 RS Tembakau Deli Jl. Putri Hijau 11 Sekolah dan TK Roma Katholik Jl. Pemuda, 12 Sekolah Immanuel Jl. Sudirman 14 Kantor Walikota Medan Jl. Balai Kota 15 Kantor Pos Besar Jl. Balai Kota 16 Kantor Bank Mandiri Jl. Balai Kota 17 Kantor Hotel Natour Darma Deli Jl. Balai Kota 18 Bekas Kantor Dinas Tenaga Kerja Jl. Hindu 19 Kantor Bank Danamon Jl. Pemuda 20 Bekas Kantor Sospol Jl. Pemuda 21 Istana Maimun Jl. Sultan Makmun Al Rasyid 22 Kantor Dinas Pekerjaan Umum Jl. Kolonel Sugiono, 23 Rumah Dinas Walikota Medan Jl. Sudirman 24 Kantor Pengadilan Negeri Medan Jl. Pengadilan 25 Kantor Gubernur Sumatera Utara Jl. Diponegoro 26 Kantor Dinas Penerangan Kodam I Bukit Barisan Jl. Listrik 27 Bangunan lama di samping Hotel Danau Toba Jl. Imam Bonjol Medan 28 Gerja Kristen Indonesia Jl. Zainul Arifin, 30 Kantor Rispa Jl. Brigjen Katamso 31 Bank Bukopin Jl. Kolonel Sugiono 32 Bekas Kantor Polda Sumatera Utara Jl. Sudirman 33 Bekas Kantor Perkebunan HVA Jl. Sudirman 34 Bank Koperasi Jl. Kolonel Sugiono 35 Laboratorium USU Jl. HM Yamin sebelah kantor PT KAI 36 Toapekong Jl. Hangtuah

4 37 Kantor Telkom Jl. HM Yamin 38 Bangunan toko-toko di Pusat Pasar Tidak diperkenankan direhabilitasi tanpa izin tertulis Walikota 39 Museum Kodam I Bukit Barisan Jl. Zainul Arifin 40 Kantor Bupati Deli Serdang di Jl. Brigjen Katamso (sudah dihancurkan). 41 Gedung South East Asia Bank Jl. Ahmad Yani (sudah dihancurkan) 42 Kantor Dinas Pekerjaan Umum Jl. Listrik Medan (sudah dihancurkan). Sumber: ( diakses tahun 2010) Diantara bangunan-bangunan bersejarah ini penulis akan melakukan penelitian pada salah satu bangunan yang berada di Kota Medan ini. Adapun bangunan yang dimaksud adalah Tjong A Fie Mansion yang berada di Jalan Ahmad Yani Medan. Penulis mengangkat judul penelitian tentang Tjong A Fie Mansion karena bangunan ini merupakan tempat bersejarah yang juga merupakan peninggalan budaya yang ada di Kota Medan yang dapat dijadikan salah satu objek wisata yang dalam hal ini wisata sejarah. Menurut Fon Prawira (pengelola Tjong A Fie Mansion yang juga cucu Tjong A Fie), di Tjong A Fie Mansion selain bangunan arsitektur Cina, juga akan ditemui banyak barang-barang bersejarah. Oleh karena itu, Tjong A Fie Mansion ini merupakan tempat pendidikan sejarah dan budaya. Melalui foto-foto yang dikoleksi dari Belanda, dapat kita saksikan kesan dan pesan tentang keberadaan sejarah Kota Medan pada masa lalu, ujarnya. Tjong A Fie Mansion juga dilengkapi dengan budaya Cina-Melayu yang terkenal di zaman abad ke-16. Budaya peranakan merupakan budaya asli yang tercipta pada masa itu. Orang Cina pendatang berasimilasi dengan penduduk asli, paparnya (Dalam KOMPAS, 15 September 2009).

5 Sebelum berbicara mengenai rumahnya, hendaklah kita mengenali sosok pemilik rumah tersebut terlebih dahulu. Seorang yang bernama Tjong A Fie adalah pendiri bangunan ini. Hal ini terjadi akibat proses panjang atas perjalanan tokoh multikulturalisme yang bersejarah ini di Sumatera Utara ( Selain itu juga memperlihatkan kepada masyarakat umum akan sumbangan dan kepedulian Tjong A Fie terhadap kepentingan religi, budaya dan ekonomi di Medan pada zamannya serta melesatarikan budaya Melayu-Cina Tjong A Fie memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap Kota Medan, misalnya dia turut andil dalam pembangunan Masjid Raya Al-Mashum, Istana Maimoon, Kereta Api Deli (DSM), Masjid Gang Bengkok, Gereja di Jalan Uskup Agung Sugiopranoto, Balai Kota Lama, Kuil Budha China di Brayan, Kuil Hindu, dan Jembatan Kebajikan di Jalan Zainul Arifin. Ia juga tercatat sebagai pendiri Rumah Sakit Cina pertama di Medan (daerah Marelan), pendiri Batavia Bank dan Deli Bank. Perkebunan yang dipimpinnya memiliki lebih dari tenaga kerja dan luas kebunnya mengalahkan luas perkebunan milik Deli Matschapaij yang dirintis oleh Jacobus Nienhuys yang dikenal dengan Peletak Dasar Budaya Perkebunan di Sumatra Utara ( wisatasumatera.com/index.php). Menurut situs Tjong A Fie Memorial Institute, pria ini lahir di provinsi Guangdong di Tiongkok pada tahun Tjong A Fie datang ke Medan dari Meixian, bersama dengan saudaranya Tjong Yong Hian ( ), dia berhasil membangun usaha dalam bidang perkebunan. Perusahaannya mempekerjakan lebih dari karyawan. Keberhasilannya tersebut membuat dia mempunyai hubungan yang dekat dengan para petinggi Medan pada saat itu, di antaranya

6 Sultan Deli Makmun Al Rasjid dan pejabat-pejabat kolonial Belanda. Tjong A Fie pun lalu dilantik sebagai Kapitan China ( Majoor der Chineezen ), pemimpin komunitas Tionghoa di Medan, menggantikan Yong Hian yang wafat. Salah satu peninggalannya yang masih terkenal hingga saat ini adalah istananya di kawasan Kesawan Ahmad Yani Medan. Diselesaikan pada tahun 1900, rumahnya yang menunjukkan pengaruh campuran Art Deco-Tionghoa- Barat kini menjadi salah satu ikon kota Medan. Tjong A Fie Mansion merupakan gedung bergaya Tiongkok kuno yang sangat fantastis. Dipintu gerbang dapat kita lihat dua patung singa yang menghadap ke jalan, setelah masuk kita bisa melihat taman yang ditata rapi menuju pintu masuk rumah. Bahan bangunan terbuat dari batu bata dan kayu jati yang kokoh, didalam rumah masih tersimpan peralatan rumah tangga yang digunakan Tjong A Fie semasih hidup. Tjong A Fie Mansion ini merupakan salah satu cagar budaya yang mengandung nilai budaya, pengetahuan dan sejarah. Berdasarkan UU No 5 tahun 1992 dan Perda Kota Medan No. 6 tentang pelestarian bangunan dan lingkungan yang bernilai sejarah arsitektur kepurbakalaan maka bangunan peninggalan Tjong A Fie tersebut wajib dilindungi dan dilestarikan. Bangunan Tjong A Fie Mansion ini diharapkan akan memancarkan sinar keindahan dalam budaya bangsa yang akan mengundang orang asing untuk menyaksikan daya tarik itu. Juga sebagai bukti peninggalan sejarah Kota Medan, sekaligus menunjukkan kota ini yang berkarakter khas dan sejak dulu terkenal dengan kerukunannya. Sebagai penghubung agar dapat mengerti tentang masa lalu atau cerita asal usul juga awal mula suatu daerah atau bangunan, sejarah memiliki andil yang

7 cukup penting. Hal ini menjadikan sejarah tidak jarang bahkan selalu dijadikan bahan yang dapat dijual. Maksud dari kata dijual di sini adalah bahwa sejarah dapat dikemas menjadi lebih menarik. Memperkenalkan sejarah kepada tiap generasi itu sangat penting. Oleh karenanya, haruslah kita memberi suatu terobosan khusus agar hikmah sejarah atau pengetahuan sejarah bisa dipahami oleh semua orang. Sehingga dari sisa sejarah tersebut setiap orang ingin membuktikan atau mengunjungi daerah ataupun bangunan tersebut secara langsung. Hal ini akan meningkatkan pendapatan (income) daerah tersebut. Salah satu upaya untuk menyajikan suatu sejarah agar lebih menarik adalah dengan mengemasnya sebagai salah satu unsur dari perilaku pariwisata. Pariwisata di sini adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusaha objek, dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela dan bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata (Pendit, 2003: 14). Sebut saja namanya wisata sejarah. Informasi dan makna sejarah, ini merupakan dua hal yang merupakan aspek penting yang dicari orang ketika mereka mengunjungi situs wisata sejarah. Wisata sejarah tidak hanya menarik dari segi ekonomi karena memacu pendapatan dari kedatangan wisatawan dan masuknya investasi. Wisata sejarah juga memiliki makna yang lebih luas: tentang sistem budaya, simbol dan pendidikan. Adapun yang termasuk ke dalam kategori wisata sejarah adalah apabila seorang atau sekelompok individu yang melakukan perjalanan atau berkunjung ke suatu tempat yang berhubungan dengan berbagai macam tempat yang mendukung

8 untuk mendapatkan sejarah atau asal muasal suatu objek. Memang segala yang berhubungan dengan apapun yang ada pada masa sekarang, pasti memiliki asal muasal sebelum masa sekarang itu terjadi, yaitu masa lampau yang juga disebut sebagai sejarah. Namun, ada batasan-batasan suatu wisata dikatakan sebagai wisata sejarah. Tujuan dari perjalanan atau kunjunganlah yang menjadi acuan dari batasan-batasan wisata sejarah tersebut. Seseorang dikatakan melakukan perjalanan wisata sejarah jika seseorang tersebut mengunjungi tempat-tempat bersejarah yang berhubungan tidak jauh dengan prasasti, candi, istana, benteng, makam, tempat ibadah, museum, dan monument. Tujuan-tujuan tersebutlah yang di katakan sebagai wisata sejarah. Dimana dalam menentukan bangunan tersebut bersejarah atau tidak haruslah ada pengakuan, yang dalam hal ini pemerintah setempat ( Bangunan atau situs kuno pada dasarnya adalah sebuah buku sejarah yang hidup. Dia bukan sekadar bangunan fisik, tapi sebuah buku, serangkaian informasi. Hal ini dapat berjalan lancar jika memelihara situs dan bangunan sejarah, serta menyajikan informasi secara lebih bermakna. Di tengah jebakan pada hal-hal yang serba fisik, saatnya kita mencari makna yang lebih mendalam dari yang kasat mata. Minat mengenal lebih dekat bukti atau artefak peninggalan sejarah ini dapat dikembangkan ke bentuk wisata sejarah. Setiap situs sejarah dapat dikembangkan menjadi potensi wisata dengan terlebih dahulu melengkapi setiap lokasi dengan fasilitas standar sesuai dengan tujuan wisata sejarah. Apabila kebudayaan dan pariwisata diwadahi dalam satu departemen dan dinas, serta

9 masyarakat luas, wisata sejarah ini tampaknya potensial untuk dikembangkan lebih jauh. Semuanya itu bisa dikelola dan dikemas sebagai destinasi wisata sejarah dan budaya Kota Medan. I. 2. Perumusan Masalah Penelitian yang dilakukan dengan mengambil judul Wisata Sejarah bertujuan untuk melihat sejauh mana peranan wisata sejarah dalam dunia kepariwisataan Kota Medan. Hal yang dimaksud adalah keberadaan Tjong A Fie Mansion sebagai salah satu objek dari tujuan wisata sejarah yang berada di Kota Medan. Perumusan masalah memerlukan adanya pembatasan masalah, agar penelitian ini tidak menjadi rancu ataupun menjadi meluas kepada hal-hal yang tidak terkait dengan masalah yang sedang diteliti. Adanya pembatasan masalah, diharapkan agar dalam penelitian ini akan menjadi lebih fokus yaitu Tjong A Fie Mansion. Pembahasan dilakukan dengan cara memasukkan suatu informasi maupun data yang didapat di lapangan maupun studi kepustakaan yang memiliki keterkaitan dengan masalah ini. Berdasarkan uraian latar belakang masalah sebelumnya, permasalahan utama dari penelitian ini adalah peranan dan perkembangan Tjong A Fie Mansion sebagai salah satu objek wisata sejarah yang memiliki potensi untuk perkembangan dunia kepariwisataan di Kota Medan. Permasalahan tersebut dapat dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian, antara lain :

10 - Bagaimana awal perkembangan Tjong A Fie Mansion sehingga sampai sebagai objek wisata Kota Medan. - Bagaimana peranan pihak-pihak terkait : pemerintah, keluarga dan masyarakat dalam melestarikan bangunan bersejarah tersebut. - Apa pandangan wisatawan yang telah berkunjung dalam menilai Tjong A Fie Mansion sebagai objek wisata sejarah Kota Medan. - Mengapa Tjong A Fie menjadi ikon wisata sejarah Kota Medan I. 3. Tujuan dan Manfaat Penelitian Setiap penelitian yang dilakukan harus memiliki tujuan yang hendak dicapai dan manfaat dari penelitian tersebut, adapun yang menjadi tujuan dan manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : I.3.1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara keseluruhan perkembangan dan peranan Tjong A Fie Mansion sebagai salah satu bangunan bersejarah yang berpotensi sebagai objek wisata sejarah yang ada di Kota Medan. Hal ini ditujukan untuk melihat bagaimana pelestarian Tjong A Fie Mansion sebagai suatu objek wisata sejarah dan merupakan manifestasi kebudayaan yang ada di Kota Medan. Untuk mengetahui pendapat atau pandangan wisatawan dalam menilai Tjong A Fie Mansion sebagai objek wisata sejarah di Kota Medan.

11 Adapun tujuan dari penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut: - Untuk mengetahui peranan pihak-pihak terkait, yaitu: pemerintah, keluarga, dan masyarakat dalam melestarikan bangunan bersejarah sebagai objek wisata sejarah, dalam hal ini Tjong A Fie Mansion - Untuk menggambarkan perkembangan Tjong A Fie Mansion sebagai objek wisata Kota Medan saat sekarang ini - Menjelaskan bahwa Tjong A Fie Mansion merupakan ikon wisata sejarah Kota Medan - Untuk mengetahui tanggapan dan pandangan wisatawan yang telah berkunjung dalam menilai Tjong A Fie Mansion sebagai objek wisata sejarah Kota Medan I.3.2. Manfaat Penelitian Sebagai sebentuk penelitian, besar harapan penulis agar nantinya hasil dari penelitian dapat memberikan sumbangan nyata yang berarti bagi khalayak umum dan masyarakat Kota Medan pada khususnya. Secara sederhana manfaat yang diharapkan dari penelitian dan hasil penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut : agar masyarakat mengetahui peranan Tjong A Fie di Kota Medan serta untuk mendapatkan gambaran tentang alur pariwisata Tjong A Fie Mansion di Kota Medan secara utuh, penelitian ini melihat Tjong A Fie Mansion sebagai suatu bangunan bersejarah yang memiliki nilai-nilai sejarah yang merupakan salah satu identitas pengukir sejarah Kota Medan. Penelitian tentang Tjong A Fie Mansion ini juga bermanfaat sebagai suatu yang penting, menarik dan berguna untuk melestarikan sejarah dan budaya yang ada di Kota Medan.

12 Menariknya penelitian ini untuk semakin memperkokoh jatidiri masyarakat Kota Medan melalui Tjong A Fie Mansion dengan tujuan utama agar para generasi berikutnya mengenal sejarah dan budaya sebagai identitas. Adapun manfaat penelitian ini nantinya adalah : - Pada bidang akademis, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi penambah khasanah penelitian bidang antropologi pariwisata. - Penelitian ini secara akademis diharapkan dapat memberikan sumbangan secara nyata mengenai bangunan bersejarah yang berpotensi sebagai objek wisata sejarah di Kota Medan. - Penelitian ini bermanfaat untuk menjadi suatu bahan evaluasi terhadap penelitian yang telah ada sebelumnya mengenai Tjong A Fie Mansion. I. 4. Lokasi Penelitian Adapun lokasi penelitian adalah Tjong A Fie Mansion. Bangunan ini berada di jalan Ahmad Yani (Kesawan) No. 105 Kelurahan Kesawan Kecamatan Medan Barat. I. 5. Tinjauan Pustaka Pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda

13 yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat ( Pada dasarnya kebudayaan memiliki unsur-unsur yang terjalin dan saling berhubungan satu dengan yang lainya. Adapun mengenai unsur-unsur kebudayaan menurut Koenjtaraningrat, bahwa ada tujuh unsur kebudayaan yang dapat ditemukan pada semua bangsa di dunia yang kemudian disebut unsur-unsur kebudayaan universal, yaitu: 1. Bahasa, 2. Sistem Pengetahuan, 3. Organisasi Sosial, 4. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi, 5. Sistem Mata Pencaharian, 6. Sistem Religi, dan 7. Kesenian (Koentjaraningrat, 1996: 80-8). Kebudayaan fisik meliputi semua benda atau objek fisik hasil karya manusia, seperti rumah, gedung bersejarah, perkantoran, jalan, jembatan, jalan, mesin-mesin, dan sebagainya. Oleh karenanya, sifatnya pun paling konkrit, mudah diraba dan diobservasi. Kebudayaan fisik merupakan hasil dari aktivitas sosial manusia (Maran, 2007: 49). Seperti yang diketahui, bahwa antropologi sangat erat hubungannya dengan kebudayaan. Dimana antropologi memiliki beberapa sub bidang ilmu di dalamnya. Salah satu sub bidang ilmu dalam antropologi adalah antropologi pariwisata. Hubungan antropologi dan pariwisata adalah membahas dua hal utama yaitu relevansi teori-teori antropologi dalam melihat berbagai masalah dalam pariwisata dan masalah kedudukan peneliti dalam proses representasi. Pokok pembahasan mencakup masalah-masalah pembentukan tradisi, identitas

14 dan hubungan antar suku bangsa, politik, pariwisata, stereotipe dan pengalaman, serta masalah penulisan dan otoritas etnografi. Relevansi teori-teori antropologi dalam menjelaskan gejala pariwisata dan relevansi kajian pariwisata bagi perkembangan teori-teori antropologi akan diperlihatkan melalui pembahasan yang mencakup permasalahan permasalahan yang muncul di kalangan wisatawan, dalam industri pariwisata, maupun di masyarakat daerah tujuan wisata itu sendiri. Konsep-konsep dan teori-teori mengenai perjalanan (the journey), the Other, identitas, rekacipta budaya, dan asimilasi yang akan digunakan untuk mengkaji. Hubungan antropologi dan dunia pariwisata adalah untuk membahas aspek-aspek budaya masyarakat sebagai asset dalam dunia pariwisata. Kajian teori dan konsep-konsep antropologi terutama dalam melestarikan aspek budaya masyarakat dan sekaligus mengkaji aspek budaya masyarakat sebagai asset pariwisata dalam upaya guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa merusak makna dan nilai dari aspek budayanya. Antropologi pariwisata memiliki fokus pada masalah pariwisata dari segi sosial budaya. Adapun sosial budaya disini adalah sistem sosial, dan sistem budaya yang berkembang antara pariwisata. Pariwisata merupakan perjumpaan antara berbagai sistem sosial dan sistem budaya yang saling mempengaruhi. Dimana sistem sosial dan sistem budaya setempat sebagai variabel yang dipengaruhi (MH. Graburn, 1975). Antropologi membandingkan cara hidup, budaya dari suatu kelompok manusia dengan manusia lainnya dan yang menyangkut segala sesuatu tentang manusia. Penelitian dasar antropologi pada pariwisata adalah bertujuan

15 untuk lebih memahami berbagai macam tindakan-tindakan wisatawan dalam konteks budaya yang berbeda. selain itu kajian antropologi pada pariwisata adalah untuk menyingkap cara yang digunakan wisatawan untuk memberikeuntungan kepada daerah tujuan wisata dalam upaya mengembangkan dunia wisata. Para antropolog juga ingin mengetahui pengaruh dari tindakan orang-orang yang ada di daerah tuan rumah terhadap wisatawan-wisatawan itu sendiri. Pariwisata sendiri adalah segala kegiatan yang berhubungan dengan wisatawan. Hal ini membuktikan bahwa ini erat hubungannya dengan antropologi. Dimana kita dituntut untuk belajar mengetahui apa yang diinginkan orang-orang sebagai calon wisatawan sebagai dasar atau awal usaha pemenuhan kebutuhan yang benar-benar mereka inginkan. Hal ini diciptakan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, yaitu mendatangkan banyak pengunjung atau wisatawan karena mereka berhasil dipuaskan kebutuhannya (Sukadijo, 1996: 2). Ada berbagai pendapat dalam mendefinisikan kata pariwisata tersebut, namun hal yang paling penting adalah kita harus memandang pariwisata secara menyeluruh berdasarkan scope (cakupan) atau komponen yang terlibat dan mempengaruhi pariwisata antara lain: 1. Wisatawan Setiap wisatawan ingin mencari dan menemukan pengalaman fisik dan psikologis yang berbeda beda antara satu wisatawan dengan wisatawan lainnya. Hal inilah yang membedakan wisatawan dalam memilih tujuan dan jenis kegiatan di daerah yang dikunjungi. 2. Industri Penyedia Barang dan Jasa

16 Orang orang bisnis atau investor melihat pariwisata sebagai suatu kesempatan untuk mendatangkan keuntungan dengan cara menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan wisatawan. 3. Pemerintah Lokal. 4. Masyarakat setempat, Masyarakat lokal biasanya melihat pariwisata dari faktor budaya dan pekerjaan karena hal yang tidak kalah pentingnya bagi masyarakat lokal adalah bagaimana pengaruh interaksi wisatawan dengan masyarakat lokal baik pengaruh yang menguntungkan maupun yang merugikan. Dari uraian di atas dapat kita lihat bahwa pariwisata merupakan gabungan dari sejumlah fenomena yang muncul dari interaksi antara wisatawan, industri penyedia barang & jasa, pemerintah lokal, dan masyarakat setempat dalam sebuah proses untuk menarik perhatian dan melayani wisatawan ( pariwisata dan wisatawan). Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek wisata dan daya tarik wisata. Objek wisata dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. Sementara wisatawan sendiri adalah orangorang yang melakukan perjalanan wisata (Pendit, 2003: 14) Adapun jenis-jenis pariwisata itu sendiri adalah: Wisata Budaya, Wisata Kesehatan, Wisata Olahraga, Komersial, Wisata Industri, Wisata Politik, Wisata konvensi, Wisata sosial, Wisata Pertanian, Wisata maritim (bahari), Wisata Cagar Alam, Wisata Buru, Wisata Pilgrim dan Wisata Sejarah. Dalam hal ini yang akan dibahas adalah wisata sejarah (Marpaung, 2002: 19)

17 Informasi dan makna sejarah. Dua hal itu merupakan aspek penting yang dicari orang ketika mereka mengunjungi situs wisata sejarah. Hal ini dapat dilakukan dengan mengunjungi prasasti, candi, istana, benteng, makam, mesjid, gereja, vihara, klenteng, pura, museum dan monument. Dimana dalam hal ini bangunan dianggap sebagai suatu bangunan yang berpotensi untuk dijadikan suatu sumber yang kuat untuk mencari dan mengetahui suatu sejarah dan asal muasal peristiwa maupun daerah terkait. Bangunan tujuan wisata sejarah ini juga merupakan tempat yang dijadikan pemerintah sebagai cagar budaya dan sejarah karena mamiliki sejarah yang tinggi dalam peristiwa yang terkait (Yoeti, 1985: 95). Adapun contoh dari wisata sejarah ini adalah Vihara Phak Khak Liang. Tempat ini berada di Desa Kuto Panji, Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka, Sekitar 2 km dari Kota Belinyu atau 53 km dari Kota Sungailiat. Pha Kak Liang adalah sebuah kawasan wisata sejarah bergaya China, yang dibangun di daerah bekas tambang timah, luasnya mencapai 2 ha. Wisatawan yang datang kesini seolah berada didaratan Hongkong atau Taiwan. Vihara ini dijadikan sebagai suatu objek wisata sejarah karena bangunan ini merupakan pendukung sejarah dari terbentuknya Kabupaten Bangka Belitung ( Sejarah). Kota Semarang, Jawa Tengah, terdapat salah satu pilihan untuk berwisata sejarah, yaitu mengunjungi Kelenteng Sam Poo Kong. Kelenteng ini dibangun pertamakali pada tahun 1724 oleh masyarakat Tionghoa di Semarang, sebagai bentuk penghormatan kepada Laksamana Zheng He atau yang lebih dikenal dengan nama Laksamana Cheng Ho, yang dianggap sebagai leluhur

18 mereka. Pada perkembangannya, Kelenteng Sam Poo Kong mengalami perubahan bentuk setelah dibangun kembali pada tahun Tak hanya sebagai tempat peribadatan, lokasi ini menjadi tempat kunjungan wisata tak hanya dari dalam negeri tapi juga wisatawan mancanegara. Nama Sam Poo Kong diambil sebagai kehormatan untuk Zheng He, yang berarti leluhur ( Penulis sendiri mengangkat penelitian yang berdasarkan pada pengertian di atas, yakni wisata sejarah. Dimana tempat yang ingin penulis teliti adalah Tjong A Fie Mension adalah tempat yang bersejarah dan merupakan cagar budaya yang memiliki peran penting dalam perkembangan Kota Medan. Sehingga Tjong A Fie Mension ini dapat diteliti sebagai suatu objek wisata sejarah yang ada di Kota Medan. Antara pariwisata dengan kebudayaan memiliki hubungan yang dapat dijelaskan berdasarkan dari cerita. Dimana hubungan antara pariwisata dan kebudayaan berawal dari rasa ingin tahu seseorang. Perasaan ini yang mendorong orang untuk melakukan perjalanan (berwisata). Lebih lanjut dilakukan penyimpulan bahwa makin banyak orang melakukan perjalanan, makin bertambah pula pengetahuan serta pengalamannya. Kemudian berlanjut pada bertambahnya kekayaan intelegensia dan jiwanya. Hal inilah yang dinamakan emansipasi seseorang (Pendit, 2003: 195). Emansipasi seseorang lazim pula disebut budaya pribadi (personal culture atu subjective culture). Makin tinggi nilai watak dan sifat seseorang, makin tinggi pula emansipasi yang dicapai olehnya. Dalam hal ini ia disebut seseorang yang berkebudayaan, manusia budaya (a cultured man) yang dihasilkan

19 oleh pengetahuan serta pengalamannya dalam melakukan perjalanan selama hidupnya. Konferensi Pariwisata Internasional yang disponsori oleh Perserikatan Bnagsa Bangsa (PBB) (Roma, 22 Agustus-5 September 1963) telah memberikan tekanan akan pentingnya arti nilai sosial dan budaya kepariwisataan, dimana hubungan yang dihasilkan selalu merupakan faktor dan cara yang paling utama untuk menyebarkan ide-ide dan pengertian tentang kebudayaan satu dan yang lainnya. Dokumen UNESCO (United nations educational, Scientific and Culture Organizatio) Nomor E/ CONF. 47/8, mengandung gagasan-gagasan yang menyatakan bahwa perhatian khusus harus diberikan dengan jalan serasi untuk mempelajari dan meneliti faktor-faktor kebudayaan dalam pariwisata. Pentingnya faktor kebudayaan ditinjau dengan segala daya upaya untuk memajukan pariwisata internasional maupun untuk memperluas penyebaran ide-ide dan pengertian tentang kebudayaan antar negara. Kebudayaan nampak dalam tingkah laku dan hasil karya manusia (culture in act and artifact). Manifestasi kebudayaan itulah yang diharapkan kepada wisatawan untuk dinikmati sebagai atraksi wisata. Dengan kata lain, di belakang manifestasi kebudayaan terdapat nilai kebudayaan yang dapat dijual (Soekadijo, 1996: ). Pariwisata yang berhubungan dengan penelitian etnografi, sebagai antropolog tidak boleh mengabaikan wisatawan selama penelitian lapangan dan tidak juga boleh mengabaikan keseriusan pariwisata sebagai suatu akademisi penelitian yang berhubungan untuk mengambil peran aktif dalam perencanaan dan

20 pengembangan pariwisata sebagai disiplin ilmu penelitian antropologi. Pemahaman melalui pendekatan secara interpretatif adalah aspek penting dalam mempelajari pariwisata sebagai suatu karya etnografi. I. 6. Metode Penelitian I Tipe dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan bersifat deskripsi, yang bermaksud menggambarkan secara terperinci mengenai Tjong A Fie Mansion sebagai objek wisata Kota Medan. Pada dasarnya akan bersangkutan dengan pihak-pihak terkait lainnya dalam melirik Tjong A Fie Mansion ini sendiri. Penulis tertarik dalam meneliti tentang Tjong A Fie Mansion sebagai suatu objek wisata sejarah yang memiliki andil dalam dunia kepariwisataan Kota Medan yang selama ini terus berkembang. Tanpa menganggap itu sebagai perbedaan dan suatu keistimewaan dari objek-objek wisata sejarah lainnya hingga dapat menjadi suatu konflik, melainkan sebagai suatu keragaman tentang bangunan bersejarah sebagai objek wisata sejarah yaitu Tjong A Fie Mansion itu sendiri yang ada di Kota Medan. Pendekatan penelitian yang penulis gunakan adalah pendekatan kualitatif. Dalam pendekatan kualitatif, pengetahuan tentang Tjong A Fie Mansion ataupun ungkapan yang ada pada pihak-pihak terkait yang diteliti mengenai segala suatu yang berkaitan dengan upaya dan peran serta perkembangan Tjong A Fie Mansion, justru digunakan sebagai data dalam penelitian ini.

21 I Tehnik Pengumpulan Data Dalam hal mendeskripsikan tentang peran dan perkembangan saat sekarang ini Tjong A Fie Mension yang ada di Kota Medan, maka dilakukan penelitian lapangan sebagai suatu upaya untuk memperoleh data primer. Selain itu diperlukan juga penelitian dari berbagai sumber kepustakaan sebagai upaya untuk memperoleh data sekunder. Dalam penelitian kualitatif, untuk memperoleh data primer tersebut, metode yang digunakan adalah metode observasi atau pengamatan dan wawancara. Data Primer Untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian lapangan, yaitu: Metode observasi dilakukan guna mengetahui situasi dalam konteks ruang dan waktu pada daerah penelitian. Menurut penulis, data yang diperoleh dari hasil wawancara saja tidaklah cukup untuk menjelaskan fenomena yang terjadi, oleh karena itu diperlukan suatu aktivitas dengan langsung mendatangi tempat penelitian dan melakukan pengamatan. Pengamatan akan dilakukan pada setiap kegiatan atau peristiwa yang dianggap perlu atau berhubungan dengan tujuan penelitian. Metode yang dipakai adalah observasi (partisipasi maupun non-partisipasi) observasi partisipasi membantu untuk memahami lingkungan dan menilai keadaan yang terlihat ataupun keadaan yang tersirat (tidak terlihat, hanya dapat dirasakan) dengan memperhatikan kenyataan atau realitas lapangan, yang mana dalam observasi jenis ini peneliti tidak hanya sebatas melakukan pengamatan, tetapi juga ikut serta dalam kehidupan sehari-hari masyarakat dimana penelitian ini akan dilakukan, salah satu cara yang penulis lakukan adalah dengan terlibat langsung

22 sebagai pemandu wisata (guide) dalam beberapa kesempatan yang diberikan oleh pihak Tjong A Fie Memorial Institute, hal ini tidak terlalu sulit bagi peneliti dikarenakan peneliti merupakan penduduk Kota Medan sendiri. Observasi diharapkan dapat berjalan dengan baik oleh karena sebelumnya telah dilakukan pra-penelitian. Walaupun demikian peneliti akan berusaha berfikir secara objektif sehingga data yang diperoleh dilapangan adalah benar dan sesuai dengan kenyataan yang ada dilapangan. Dalam hal perlengkapan pada saat melakukan kegiatan penelitian yang bersifat observasi non-partisipasi, digunakan kamera untuk mempublikasikan halhal penting yang dianggap mendukung penelitian. Dengan adanya kamera dapat memudahkan peneliti untuk menggambarkan keadaan dari masyarakat tempat penelitian berlangsung. Metode wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam (depth interview) kepada beberapa informan yang sesuai dengan tujuan penelitian. Informan disini adalah pihak-pihat terkait yang berhubungan langsung ataupun tidak langsung dengan Tjong A Fie Mension. Dimana yang berpotensi menjadi informan pangkal adalah orang yang pertama kali peneliti jumpai dalam melakukan penelitian awal, yang dalam hal ini adalah para pemandu (guide) yang akan mengantarkan kita berkeliling mengitari Tjong A Fie Mension dengan pengantar sedikit keterangan tentang bangunan tersebut. Informan kunci adalah orang yang dianggap memiliki keterkaitan langsung dan memiliki pengetahuan yang dalam tentang hal yang diteliti, dalam hal ini Tjong A Fie Mension. Dimana yang termasuk dalam informan kunci pada penelitian ini adalah keluarga atau keturunan langsung dari Tjong A Fie. Satu lagi yang dijadikan informan

23 adalah informan biasa, yaitu yang berpengalaman dan juga memiliki pengetahuan yang cukup tentang Tjong A Fie Mension, yaitu wisatawan dan pemerintah (Dinas Pariwisata Kota Medan dan Lurah setempat). Wawancara mendalam ini dilakukan dengan mendatangi orang-orang dianggap mempunyai dan memiliki pengetahuan yang luas dan lengkap tentang sejarah dan asal-usul Tjong A Fie Mension. Hal ini perlu dilakukan karena pengetahuan akan sejarah dan asal-usul Tjong A Fie Mension tersebut memberikan sumbangan yang berarti dalam memahami makna dan merupakan tema pokok penelitian yang akan dilakukan. Teknik wawancara juga dilakukan dengan cara komunikasi verbal atau langsung dengan para informan dengan berpedoman pada interview guide yang telah dipersiapkan sebelumnya untuk mendapatkan data konkrit yang lebih rinci dan mendalam. Perlengkapan yang digunakan pada saat wawancara adalah catatan tertulis untuk mencatat bagian-bagian yang penting dari hasil wawancara dan tape recoder yang digunakan untuk merekam proses wawancara dalam rangka antisipasi terhadap keabsahan data yang diperoleh ketika melakukan. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang bersifat tidak langsung, akan tetapi memiliki keterkaitan fungsi dengan salah satu aspek pendukung bagi keabsahan suatu penelitian. Data sekunder berupa sumber-sumber atau referensi tertulis yang berhubungan dengan permasalahan penelitian, data sekunder dalam penelitian ini adalah : Studi kepustakaan sebagai teknik pengumpul data selanjutnya, dimaksudkan peneliti sebagai suatu sarana pendukung untuk mencari dan mengumpulkan data dari beberapa buku, jurnal, majalah, koran dan hasil

24 penelitian para ahli lain yang berhubungan dengan masalah penelitian guna lebih menambah pengertian dan wawasan peneliti demi kesempurnaan akhir penelitian ini. I Analisis Data Dapat dikatakan bahwasanya dalam penelitian ini penulis berusaha untuk bersikap objektif terhadap data yang diperoleh di lapangan. Data ini diperlakukan sebagaimana adanya, tanpa dikurangi, ditambahi ataupun diubah, sehingga tidak akan mempengaruhi keaslian data-data tersebut. Keseluruhan data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan tersebut akan diteliti kembali, pada akhirnya kegiatan ini bertujuan untuk memeriksa kembali kelengkapan hasil wawancara. Langkah selanjutnya, data-data yang telah tersedia dan telah diteliti kembali ini akan dianalisis secara kualitatif. Keseluruhan data yang diperoleh dari observasi, wawancara dan sumber kepustakaan disusun berdasarkan pemahamanpemahaman akan fokus penelitian atau berdasarkan kategori yang sesuai dengan tujuan penulis.

BAB I PENDAHULUAN. Medan dikenal dengan nama Tanah Deli dengan keadaan tanah berawa-rawa kurang

BAB I PENDAHULUAN. Medan dikenal dengan nama Tanah Deli dengan keadaan tanah berawa-rawa kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Medan merupakan ibu kota dari provinsi Sumatera Utara. Pada awalnya kota Medan dikenal dengan nama Tanah Deli dengan keadaan tanah berawa-rawa kurang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran 2013 yang menyebutkan bahwa : Secara geografis, Kota Medan

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran 2013 yang menyebutkan bahwa : Secara geografis, Kota Medan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ditinjau berdasarkan kedudukan, fungsi dan peranannya maka Kota Medan memiliki modal dasar pembangunan ekonomi yang potensial. Hal ini ditandai dengan terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Medan adalah ibukota provinsi Sumatera Utara. Kota Medan merupakan kota metropolitan terbesar di luar Pulau Jawa dan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cina merupakan salah satu Negara yang memiliki beragam budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Cina merupakan salah satu Negara yang memiliki beragam budaya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Cina merupakan salah satu Negara yang memiliki beragam budaya yang dihasilkan sendiri maupun yang lahir karena bercampur dengan budaya dari negara lain yang masuk ke

Lebih terperinci

PERSEBARAN DAN POTENSI OBJEK WISATA DI KOTA MEDAN. Oleh : Mbina Pinem dan Imelda Natalia Abstrak

PERSEBARAN DAN POTENSI OBJEK WISATA DI KOTA MEDAN. Oleh : Mbina Pinem dan Imelda Natalia Abstrak PERSEBARAN DAN POTENSI OBJEK WISATA DI KOTA MEDAN Oleh : Mbina Pinem dan Imelda Natalia Abstrak Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) merupakan modal utama yang sangat penting dalam kepariwisataan suatu daerah.

Lebih terperinci

Verifikasi dan Validasi Cagar Budaya Kota Medan Provinsi Sumatera Utara

Verifikasi dan Validasi Cagar Budaya Kota Medan Provinsi Sumatera Utara Verifikasi dan Validasi Cagar Budaya Kota Medan Provinsi Sumatera Utara Pusat Data dan Statistik Daftar Isi A. Pendahuluan B. Hasil Verifikasi dan Validasi Data Master Referensi Cagar Budaya Kota Medan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bagian penting dalam pembelajaran sejarah di Indonesia adalah mengenalkan tokoh atau pelaku sejarah kepada peserta didik. Tokoh atau pelaku sejarah

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh masyarakat khusunya generasi muda. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi membuat bangunan-bangunan

Lebih terperinci

PENATAAN KAWASAN GEDONG BATU SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA DI SEMARANG

PENATAAN KAWASAN GEDONG BATU SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA DI SEMARANG LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN KAWASAN GEDONG BATU SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA DI SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberadaban. Pengalihan kewenangan pemeliharaan dan pelestarian kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. keberadaban. Pengalihan kewenangan pemeliharaan dan pelestarian kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencapaian kemajuan kebudayaan suatu bangsa tidak dapat dilepaskan dari peninggalan budaya dan sejarah bangsa sehingga mampu menjadi simbol identitas keberadaban. Pengalihan

Lebih terperinci

Chrismas Ria Nababan

Chrismas Ria Nababan ANALISIS PROGRAM PUBLISITAS WISATA BUDAYA TJONG A FIE MANSION DALAM MENINGKATKAN JUMLAH WISATAWAN DOMESTIK Chrismas Ria Nababan Abstrak Penelitian dilakukan di Tjong A Fie Mansion yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki sekitar 500 kelompok etnis, tiap etnis memiliki warisan budaya yang berkembang selama berabad-abad, yang dipengaruhi oleh kebudayaan India,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang memiliki beranekaragam sejarah dan kebudayaan. Salah satu bentuk peninggalan sejarah yang masih ada sampai sekarang dan beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan seni budaya tradisionalnya, adanya desa desa tradisional, potensi

BAB I PENDAHULUAN. dan seni budaya tradisionalnya, adanya desa desa tradisional, potensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Sumatera Utara merupakan salah satu daerah pariwisata yang berpotensi di Indonesia. Potensi pariwisata yang ada di Sumatera Utara antara lain keindahan alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara. Perkembangan suatu kota dari waktu ke waktu selalu memiliki daya tarik untuk dikunjungi.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA PENEKANAN DESAIN TIPOLOGI PADA ARSITEKTUR BANGUNAN SETEMPAT Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara TIPOLOGI DAN MAKNA SIMBOLIS RUMAH TJONG A FIE DI KOTA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara TIPOLOGI DAN MAKNA SIMBOLIS RUMAH TJONG A FIE DI KOTA MEDAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hubungan Negara Tiongkok dengan Indonesia telah berlangsung lama. Hubungan ini diperkirakan telah berlangsung sejak abad ke-5 M. Menurut berita Tiongkok, diketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang merupakan ibukota Jawa Tengah yang memiliki daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang merupakan ibukota Jawa Tengah yang memiliki daya tarik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang merupakan ibukota Jawa Tengah yang memiliki daya tarik tersendiri karena penduduknya yang beragam budaya dan agama. Untuk memasuki kota Semarang dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang banyak menyimpan berbagai sejarah serta memiliki kekayaan

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata saat ini menjadi sebuah kebutuhan bagi berbagai elemen masyarakat. Pariwisata dalam UU NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peninggalan sejarah merupakan suatu warisan budaya yang menceritakan keluhuran dari suatu budaya masyarakat. Peninggalan sejarah yang tersebar di seluruh kepulauan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu tempat ke tempat yang lain. Selain itu tinggal secara tidak menetap. Semenjak itu pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri pada akhir dekade pertama abad ke-19, diresmikan tanggal 25 September 1810. Bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan serta menggalakan dunia kepariwisataan kini semakin giat

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan serta menggalakan dunia kepariwisataan kini semakin giat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan terhadap dunia kepariwisataan di Indonesia menjadi salah satu komoditas dan sumber pendapatan devisa negara yang cukup besar dan usaha untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang sebagai satu dari beberapa kota lama di Indonesia memiliki cukup banyak sisa-sisa bangunan tua bersejarah, seperti Lawang Sewu, Stasiun Tawang, Gereja

Lebih terperinci

kebudayaan Cina Peranakan bagi peneliti maupun pemba BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

kebudayaan Cina Peranakan bagi peneliti maupun pemba BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA untuk menambah wawasan dan pemahaman tentang museum Tjong A Fie serta kebudayaan Cina Peranakan bagi peneliti maupun pemba BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam Kamus Besar

Lebih terperinci

Pengaruh Kualitas Bangunan Dan Kondisi Lingkungan Bangunan Bersejarah Terhadap Wisata Budaya di Kota Medan

Pengaruh Kualitas Bangunan Dan Kondisi Lingkungan Bangunan Bersejarah Terhadap Wisata Budaya di Kota Medan SEMINAR HERITAGEIPLBI 2017 PENELITIAN Pengaruh Kualitas Bangunan Dan Kondisi Lingkungan Bangunan Bersejarah Terhadap Wisata Budaya di Kota Medan Yuanita F.D Sidabutar (1), Sirojuzilam (1), Suwardi Lubis

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Objek Wisata Candi Muaro Jambi Candi Muaro Jambi terletak di Kabupaten Muaro Jambi, tepatnya di Kecamatan Muaro Sebo, Provinsi Jambi. Lokasi candi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu proses kepergian seseorang menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Hal yang mendorong kepergiannya seperti kepentingan agama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan untuk memperkenalkan dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Museum Terbuka Museum Terbuka merupakan museum yang berada di

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Museum Terbuka Museum Terbuka merupakan museum yang berada di 117 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Dari hasil penelitian lapangan yang penulis lakukan di sepuluh Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara terdapat Museum Terbuka, sesuai dengan judul tesis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. TABEL 1.1 JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA DAN NUSANTARA KE OBJEK WISATA KOTA BANDUNG Jumlah. Jumlah Tahun.

BAB I PENDAHULUAN. TABEL 1.1 JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA DAN NUSANTARA KE OBJEK WISATA KOTA BANDUNG Jumlah. Jumlah Tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemerintah sudah mencanangkan bahwa pariwisata harus menjadi andalan pembangunan Indonesia. Keputusan Presiden (Keppres) No. 38 Tahun 2005, mengamanatkan

Lebih terperinci

2015 PENGARUH PENYAMPAIAN PEOPLE,PHYSICAL EVID ENCE D AN PROCESS TERHAD AP KEPUTUSAN BERKUNJUNG

2015 PENGARUH PENYAMPAIAN PEOPLE,PHYSICAL EVID ENCE D AN PROCESS TERHAD AP KEPUTUSAN BERKUNJUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan integral pembangunan yang semakin dipertimbangkan oleh negara-negara di seluruh dunia. Pengaruh pembangunan pariwisata terhadap perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah bangsa dan menyimpanan berbagai karya luhur nenek moyang kita yang

BAB I PENDAHULUAN. sebuah bangsa dan menyimpanan berbagai karya luhur nenek moyang kita yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Museum merupakan tempat sangat bernilai dalam perjalanan hidup sebuah bangsa dan menyimpanan berbagai karya luhur nenek moyang kita yang mencerminkan kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan nasional merupakan sesuatu hal yang penting bagi Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan nasional merupakan sesuatu hal yang penting bagi Indonesia dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan nasional merupakan sesuatu hal yang penting bagi Indonesia dan merupakan salah satu unsur dalam menjaga rasa nasionalisme dalam diri kita sebagai

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. wilayah III (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) serta dikenal dengan

BAB. I PENDAHULUAN. wilayah III (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) serta dikenal dengan BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Cirebon adalah salah satu kota yang terletak di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini berada dipesisir utara Jawa Barat dan termasuk ke dalam wilayah III (Cirebon,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan kota medan tidak dapat dilepaskan dari perkebunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan kota medan tidak dapat dilepaskan dari perkebunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kota medan tidak dapat dilepaskan dari perkebunan tembakau. Tanah yang cocok untuk ditanami tembakau, itulah yang menjadikan Medan ramai dikunjungi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT. Pos Indonesia yang selanjutnya disebut Kantor Pos merupakan badan usaha milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang layanan sarana komunikasi seperti mengirimkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malioboro adalah jantung Kota Yogyakarta yang tak pernah sepi dari pengunjung. Membentang di atas sumbu imajiner yang menghubungkan Kraton Yogyakarta, Tugu dan puncak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman tradisional Kelurahan Melai, merupakan permukiman yang eksistensinya telah ada sejak zaman Kesultanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan erat dengan jarak. Hal itu berkaitan dengan pola persebaran yang

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan erat dengan jarak. Hal itu berkaitan dengan pola persebaran yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Spasial sebagai keruangan suatu objek atau kejadian yang mencakup lokasi, letak dan posisinya. Lokasi yang dimaksud adalah lokasi absolut atau sudah pasti

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN 2.1 Uraina Tentang Seni Kata seni berasal dari kata "SANI" yang kurang lebih artinya "Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa". Menurut kajian ilmu di eropa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang termasuk dalam wilayah Sumatera Timur. Deli merupakan wilayah

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang termasuk dalam wilayah Sumatera Timur. Deli merupakan wilayah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Deli adalah sebuah kesultanan yang wilayahnya merupakan salah satu daerah yang termasuk dalam wilayah Sumatera Timur. Deli merupakan wilayah yang sangat kaya

Lebih terperinci

BAB 1 START FROM HERE. A river runs through it yang artinya sebuah sungai mengalir melewati,

BAB 1 START FROM HERE. A river runs through it yang artinya sebuah sungai mengalir melewati, BAB 1 START FROM HERE A river runs through it yang artinya sebuah sungai mengalir melewati, merupakan sebuah tema besar yang akan menjadi arahan dalam proses desain. Jadi peranan sungai sebenarnya sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menerus meningkat, memerlukan modal yang besar jumlahnya. Pengembangan kepariwisataan merupakan salah satu alternatif yang

BAB I PENDAHULUAN. menerus meningkat, memerlukan modal yang besar jumlahnya. Pengembangan kepariwisataan merupakan salah satu alternatif yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tentu tidak terlepas dari kegiatan pembangunan. Dewasa ini pembangunan di Indonesia meliputi pembangunan di segala bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ashriany Widhiastuty, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ashriany Widhiastuty, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terbentang dari sabang hingga merauke. Oleh karena itu Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman suku dan budaya serta

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. berikut : Investasi industri pariwisata dengan didukung keputusan politik ekonomi

BAB VI KESIMPULAN. berikut : Investasi industri pariwisata dengan didukung keputusan politik ekonomi BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Hasil penelitian secara kritis yang sudah dianalisis di kawasan Borobudur, menggambarkan perkembangan representasi serta refleksi transformasi sebagai berikut : Investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan seni dan budayanya. Hal itu telihat dari keberagaman suku yang dimiliki Bangsa Indonesia, mulai dari cara hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Winda Inayah W L2B

BAB I PENDAHULUAN. Winda Inayah W L2B BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia disamping sebagai pusat kegiatan Pemerintahan, perdagangan dan jasa, pariwisata dan kebudayaan juga sekaligus merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap kota pastinya memiliki nilai sejarah tersendiri, dimana nilai sejarah ini yang menjadi kebanggaan dari kota tersebut. Peristiwa peristiwa yang telah terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan pariwisata merupakan suatu industri yang berkembang di seluruh dunia. Tiap-tiap negara mulai mengembangkan kepariwisataan yang bertujuan untuk menarik minat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini didiami oleh beberapa kelompok etnis yaitu Etnis Melayu, Batak Karo dan Batak Simalungun.

Lebih terperinci

Potensi Budaya Indonesia Dan Pemanfaatannya

Potensi Budaya Indonesia Dan Pemanfaatannya Potensi Budaya Indonesia Dan Pemanfaatannya Selain kaya akan sumber daya alam, Indonesia juga termasuk kaya akan keragaman budaya. Beraneka ragam budaya dapat dijumpai di Negara ini. Keragaman budaya tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Desa Cangkuang terletak diantara kota Bandung dan Garut. Di desa ini terdapat sebuah kampung yang bernama Kampung Pulo. Di kampung ini juga terdapat sebuah

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pd Acara Puncak Sail Komodo 2013, tgl.14 Sept 2013, di NTT Sabtu, 14 September 2013

Sambutan Presiden RI pd Acara Puncak Sail Komodo 2013, tgl.14 Sept 2013, di NTT Sabtu, 14 September 2013 Sambutan Presiden RI pd Acara Puncak Sail Komodo 2013, tgl.14 Sept 2013, di NTT Sabtu, 14 September 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PUNCAK SAIL KOMODO 2013 DI LABUAN BAJO, MANGGARAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu bisa menjadi bosan dan hasil kerjanya tidak akan maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu bisa menjadi bosan dan hasil kerjanya tidak akan maksimal. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap manusia membutuhkan hiburan untuk melepaskan diri dari padatnya aktivitas sehari-hari. Pekerjaan dan rutinitas yang dilakukan setiap hari membutuhkan konsentrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maamun Al-Rasyid Perkasa Alamsjah IX yang menjadi Sultan ketika itu. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Maamun Al-Rasyid Perkasa Alamsjah IX yang menjadi Sultan ketika itu. Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masjid Raya Al-Mashun didirikan pada tahun 1906, dan selesai pada tahun 1909.Secara keseluruhan biaya pembangunan masjid ditanggung sendiri oleh Sultan Maamun Al-Rasyid

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Istilah atau nama museum sudah sangat dikenal oleh rakyat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Istilah atau nama museum sudah sangat dikenal oleh rakyat Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Istilah atau nama museum sudah sangat dikenal oleh rakyat Indonesia termasuk oleh rakyat yang ada di Sumatera Utara. Secara umum mereka sudah mengetahui bahwa

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pesisir Timur pantai Sumatera Utara sejak abad ke-13, merupakan tempat persinggahan bangsa-bangsa asing dan lintas perdagangan. Bangsa India dan Arab datang dengan

Lebih terperinci

BAB I (Times New Roman 16, Bold) PENDAHULUAN

BAB I (Times New Roman 16, Bold) PENDAHULUAN BAB I (Times New Roman 16, Bold) PENDAHULUAN a. Latar Belakang (Times New Roman 14) Menguraikan tentang alasan dan motivasi dari penulis terhadap topik permasalahan yang diteliti / dikaji. Indonesia memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan hidup sebuah bangsa dan menyimpan berbagai karya luhur nenek moyang kita yang mencerminkan kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bentuk ekspresi seniman memiliki sifat-sifat kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bentuk ekspresi seniman memiliki sifat-sifat kreatif, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni merupakan bentuk ekspresi seniman memiliki sifat-sifat kreatif, emosional, individual, abadi dan universal. Sesuai dengan salah satu sifat seni yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu sejarah pendirian, bahan baku hingga pada lintasan sejarah keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. itu sejarah pendirian, bahan baku hingga pada lintasan sejarah keberadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangunan merupakan materi fisik yang memiliki cerita dibaliknya, baik itu sejarah pendirian, bahan baku hingga pada lintasan sejarah keberadaan bangunan bersejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi ketika seseorang pengunjung melakukan perjalanan. Pariwisata secara

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi ketika seseorang pengunjung melakukan perjalanan. Pariwisata secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah istilah yang diberikan apabila seseorang wisatawan melakukan perjalanan itu sendiri, atau dengan kata lain aktivitas dan kejadian yang terjadi

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG NO. 32 2011 SERI. E PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 32 TAHUN 2010 TENTANG KAMPUNG BUDAYA GERBANG KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang di luar tempat tinggalnya, bersifat sementara untuk berbagai tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 103 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Museum Taman Prasasti adalah salah satu museum di Jakarta yang mempunyai daya tarik dan keunikan tersendiri. Daya tarik tersebut berupa lokasi museum yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wayang, dan Museum Seni Rupa dan Keramik menurut Gubernur Jakarta, Basuki

BAB I PENDAHULUAN. Wayang, dan Museum Seni Rupa dan Keramik menurut Gubernur Jakarta, Basuki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Tua menjadi simbol permata Jakarta selain Monas dan Kepulauan Seribu, dan Kota Tua juga salah satu pusat sejarah Indonesia, sebab di wilayah tersebut terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya karena dapat membantu melestarikan warisan budaya sebagai jati diri

BAB I PENDAHULUAN. budaya karena dapat membantu melestarikan warisan budaya sebagai jati diri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata budaya merupakan salah satu jenis pariwisata yang memanfaatkan perkembangan potensi hasil budaya manusia sebagai objek daya tariknya. Jenis wisata ini

Lebih terperinci

2014 PENGARUH KUALITAS PRODUK WISATA TERHADAP KEPUTUSAN PENGUNJUNG UNTUK BERKUNJUNG KE MUSEUM SENI RUPA DAN KERAMIK DI JAKARTA

2014 PENGARUH KUALITAS PRODUK WISATA TERHADAP KEPUTUSAN PENGUNJUNG UNTUK BERKUNJUNG KE MUSEUM SENI RUPA DAN KERAMIK DI JAKARTA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan salah satu industri yang banyak diandalkan oleh negara-negara di dunia. Pariwisata juga merupakan salah satu faktor ekonomi yang penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udkhiyah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udkhiyah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor prioritas yang memiliki peran penting dalam kegiatan perekonomian suatu Negara. Bahkan sektor pariwisata melebihi sektor migas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar ke kota Medan (Sinar, 1996). Orang Cina dan Jawa didatangkan sebagai kuli

BAB I PENDAHULUAN. besar ke kota Medan (Sinar, 1996). Orang Cina dan Jawa didatangkan sebagai kuli BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20 terjadi gelombang migrasi besar ke kota Medan (Sinar, 1996). Orang Cina dan Jawa didatangkan sebagai kuli kontrak akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentang luas lautan yang merupakan pesisir utara pulau Jawa. Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. membentang luas lautan yang merupakan pesisir utara pulau Jawa. Kabupaten BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Tuban provinsi Jawa Timur merupakan wilayah yang berada di Jalur Pantai Utara (Pantura) Pulau Jawa. Sebelah utara Kabupaten Tuban membentang luas lautan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam hias atau disebut juga dengan ornamen di Indonesia merupakan kesatuan dari pola-pola ragam hias daerah atau suku-suku yang telah membudaya berabad-abad.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG RINGKASAN RENJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA TANGERANG TAHUN 2017 Rencana Kerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang Tahun 2017 yang selanjutnya disebut Renja Disbudpar adalah dokumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Gambar 1.1.Bangunan di kota Bandung yang bergaya Art Deco (sumber : dokumentasi pribadi)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Gambar 1.1.Bangunan di kota Bandung yang bergaya Art Deco (sumber : dokumentasi pribadi) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bandung adalah ibu kota Jawa Barat yang memiliki ketinggian wilayahnya kurang lebih 768 meter diatas permukaan laut, dan kondisi geografisnya dikelilingi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau asal-usul (keturunan) silsilah, terutama bagi rajaraja yang memerintah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata sebagai salah satu industri jasa ikut membantu meningkatkan perekonomian negara seiring dengan industri lainnya seperti pertanian, pertambangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kisaran terbagi menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Kisaran Timur dan

BAB I PENDAHULUAN. Kisaran terbagi menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Kisaran Timur dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Kisaran adalah ibu kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang bejarak 160 km dari Kota Medan ( ibu kota Provinsi Sumatera Utara). Kota Kisaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mempromosikan museum-museum tersebut sebagai tujuan wisata bagi wisatawan

BAB 1 PENDAHULUAN. mempromosikan museum-museum tersebut sebagai tujuan wisata bagi wisatawan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia kaya akan keragaman warisan sejarah, seni dan budaya yang tercermin dari koleksi yang terdapat di berbagai museum di Indonesia. Dengan tujuan untuk mempromosikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Deskripsi Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Deskripsi Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1. Deskripsi Judul LASEM HERITAGE CENTER Pendekatan pada Arsitektur Etnik Kontemporer, dari judul tersebut dapat diartikan perkata adalah sebagai berikut : Lasem : Merupakan kota Kecamatan

Lebih terperinci

STUDI PENENTUAN KLASIFIKASI POTENSI KAWASAN KONSERVASI DI KOTA AMBARAWA TUGAS AKHIR

STUDI PENENTUAN KLASIFIKASI POTENSI KAWASAN KONSERVASI DI KOTA AMBARAWA TUGAS AKHIR STUDI PENENTUAN KLASIFIKASI POTENSI KAWASAN KONSERVASI DI KOTA AMBARAWA TUGAS AKHIR Oleh: KHAIRINRAHMAT L2D 605 197 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PECINAN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN WISATA WARISAN BUDAYA BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT (LOCAL COMUNITIES) TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN PECINAN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN WISATA WARISAN BUDAYA BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT (LOCAL COMUNITIES) TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN PECINAN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN WISATA WARISAN BUDAYA BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT (LOCAL COMUNITIES) TUGAS AKHIR Oleh: RIYANTO L2D000451 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor perdagangan, sektor perekonomian, dan sektor transportasi. Dari segi. transportasi, sebelum ditemukannya mesin, manusia

BAB I PENDAHULUAN. sektor perdagangan, sektor perekonomian, dan sektor transportasi. Dari segi. transportasi, sebelum ditemukannya mesin, manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kereta Kuda dalam perkembangannya telah ada ketika manusia mulai melakukan aktivitas produksi yang tidak dapat dipenuhi dari hasil produksinya sendiri. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keindahan luar biasa dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari target yang ditetapkan. Kegiatan pertambangan mengalami penurunan seiring

BAB I PENDAHULUAN. dari target yang ditetapkan. Kegiatan pertambangan mengalami penurunan seiring BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kota Sawahlunto merupakan kota yang tumbuh karena pertambangan batu bara. Akan tetapi pada tahun 1997, produksi batu bara di PT. BA UPO kurang dari target

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai ciri keanekaragaman budaya yang berbeda tetapi tetap satu. Indonesia juga memiliki keanekaragaman agama

Lebih terperinci

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT...

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRAK. ABSTRACT... DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL.. DAFTAR LAMPIRAN..

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Banten merupakan salah satu provinsi baru hasil pemekaran dari provinsi Jawa Barat, dimana saat ini Provinsi Banten berada dalam tahap pembangunan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Batubara merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang baru menginjak usia 8 tahun ini diresmikan tepatnya pada 15

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi satu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi satu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota selalu menjadi bahan kajian yang menarik untuk diperbincangkan dalam setiap level dengan segala permasalahan yang dihadapinya. Membicarakan sebuah kota

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB II FIRST IMPRESSION. perancang melakukan survey lokasi ke Istana Maimun, kesan pertama ketika perancang

BAB II FIRST IMPRESSION. perancang melakukan survey lokasi ke Istana Maimun, kesan pertama ketika perancang BAB II FIRST IMPRESSION Berdasarkan pengetahuan perancang tentang kondisi dan potensi yang mendasari perencanaan untuk penambahan fasilitas pada lokasi Istana Maimun. Selanjutnya, perancang melakukan survey

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk saat ini, pariwisata merupakan pembangkit ekonomi (terutama untuk negara-negara berkembang seperti Indonesia), kesejahteraan atau kualitas hidup bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB II DATA DAN ANALISA

BAB II DATA DAN ANALISA BAB II DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Informasi yang terkumpul dan digunakan sebagai acuan untuk dalam tugas akhir ini didapat dari berbagai sumber, antara lain: Literatur Wawancara Dokumen Dan catatan

Lebih terperinci