PSIKOLOGI PERKEMBANGAN. Death and Dying

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PSIKOLOGI PERKEMBANGAN. Death and Dying"

Transkripsi

1 PSIKOLOGI PERKEMBANGAN Death and Dying DISUSUN OLEH : STRUKTUR KELOMPOK VIII: Anggota: AMANDA UTARI ANNISA PUTRI MALTA RIVO SYAPUTRA YOHANA GEVITA PRODI S1 KEPERAWATAN STIKES ALIFAH PADANG 2012/2013

2 KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberi rahmat,hidayah, serta karunianya kepada kelompok kami.sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Death & dying tepat pada waktunya. Makalah ini ditulis sebagai persyaratan dalam memenuhi tugas kelompok program studi S1 Keperawatan semester V. Kelompok kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna dan banyak kesalahan,oleh karena itu kelompok kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Padang, Oktober 2012 (Kelompok) i

3 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi. ii BAB I Pendahuluan Latar belakang.. 1 Rumusan masalah.. 2 Tujuan makalah...2 BAB II Tinjauan teori Defenisi. 3 Ruang lingkup upaya pencegahan..5 Upaya pencegahan masalah pasien gangguan kesehatan jiwa..7 BAB III Penutup Kesimpulan. 14 Saran DAFTAR PUSTAKA..15 ii

4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa akhir kehidupan merupakan tahap akhir dari masa perkembangan manusia. Pada fase ini berkembang dua hal harapan hidup dan kematian. Individu yang memiliki harapan hidup tinggi pun tidak lepas pemikirannya dari kemaatian juga.kematian merupakan keniscayaan dan semua orang memiliki perspektif masing-masing mengenai kematian.dari sini berkembang harapan tentang akhir hidup (kematian) yang ideal atau baik bagi tiap-tiap individu.bahkan sebelum masuk pada masa tua pun individu telah mengembangkan perspektif tentang kematian. Mulai pada masa kanak-kanak, remaja, dan dewasa. Pada usia tua, tiap-tiap individu mengalami proses pertemuan antara perspektif kematian yang dikembangkannya dengan kematiannya sendiri. Individu pada masa menjelang kematian (sekarat) menurut Kubler-Ross akan mengalami proses-proses berkaitan dengan pola pikir dan perilakunya dalam menghadapi kematiannya hingga akhirnya individu mencapai penerimaan akan kematian yang akan menjemputnya. Kematian memiliki pengaruh sosial yaitu bagi keluarga dan kerabat yang ditinggalkan. Perasaan berduka dan kehilangan dirasakan oleh keluarga yang ditinggalkan dan hal ini memiliki dampak psiokologis bagi mereka yang berduka. Hal-hal diatas dari berkembangnya perspektif tentang kematian pada akhir usia, fase-fase menjelang kematian, fase berduka cita, kehilangan pasangan hidup menjadi bahasan dalam makalah ini.

5 1.2 Rumusan masalah Dalam makalah yang berjudul Death and Dying ini memiliki rumusan masalah yaitu : 1. Menjelaskan pengertian dasar dari death and dying tersebut 2. Menjelaskan Tahapan dalam proses kondisi menuju kematian. 3. Menjelaskan Menghadapi Kondisi menuju Kematian 4. Menjelaskan Berhadapan dengan kematian dan situasi sekarat 5. Fase menghadapi duka cita 1.3 tujuan dan manfaat tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah 1. untuk mengetahui lebih dalam mengenai materi death and dying dalam dunia psikolog perkembangan 2. Dan sebagai bahan perkuliahan semester V. 2

6 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Death and Dying Mati dan proses kematian merupakan kondisi yang terkait erat dengan masa tua dan proses penuaan. Lebih dari itu, mati dan proses kematian menjadi masalah sosial, karena pemahaman yang kurang mengenai hal itu dengan penelitian yang juga kurang dan belum ada teknologi yang mampu memperhitungkan mati dan proses kematian. Pada abad ke-15, kematian dilihat sebagai suatu hinaan terhadap kehidupan. Ketika memasuki abad pencerahan, kematian dipandang sebagai akhir dari kehidupan dan awal dari keabadiaan. Dalam era borjuis, pandangan mereka terhadap kematian menyebabkan kematian merupakan suatu kondisi yang dapat dicegah dengan perawatan dokter. Kemudian pada abad ke-19, kematian dianggap sebagai proses yang alamiah, di mana para dokter berusaha untuk mencegah pasien dari kematian. Dapat disimpulkan bahwa tahapan tersebut telah mengubah persepsi mengenai kematian di masyarakat, dari kejadian yang alamiah menjadi kekuatan alamiah yang memerlukan penanganan medis dan menelanbiaya. Definisi tentang kematian pun tidak memiliki kepastian. Dalam hal ini terdapat juga usaha untuk menegaskan mengenai definisi kematian dengan adanya pengajuan oleh dua lembaga medis, yaitu berupa The Harvard Plan dan Kansas Statute. Namun setidaknya kematian didefinisikan sebagai terhentinya fungsi-fungsi organis dan aliran darah dalam tubuh.

7 2.2 Berhubungan dengan kematian dan kondisi menuju kematian (sekarat) : Tahapan dalam proses kondisi menuju kematian. Dalam kehidupan makhluk hidup, khususnya manusia tentunya akan menemui akhir dari segala perjalanan kehidupannya yakni pada kematian. Dari adanya anggapan mengenai kematian munculah berbagai pertanyaan dalam benak manusia terkait kematian dan kondisi sekarat. Tiga pertanyaan utama yang umumnya diajukan adalah seperti apakah kondisi sekarat itu?, apakah kematian merupakan suatu hal yang pasti akan terjadi untuk kita semua?, dan bagaimana kondisi sekarat dipandang dari orang yang sedang mengalami hal tersebut?. Pada tahun 1986, Elisabeth Kübler-Ross dalam bukunya yang berjudul On Death and Dying ia menjelaskan mengenai lima tahapan yang dilalui oleh pasien dalam kondisi sekarat. Dimana dalam menjelaskan hal tersebut sebelumnya ia melakukan wawancara mendalam kepada 400 orang pasien yang telah didiagnosis oleh tenaga medis bahwa waktunya sudah tidak akan lama lagi bagi mereka untuk mencapai kematian akibat penyakit yang dideritanya. Kelima tahapan tesebut diantaranya adalah Tahap penolakan (Denial) Tahap kemarahan (Anger) Tahap penawaran (Bargaining) Tahap bersiap menuju kematian/depresi (Preparatory grief/deppression) Tahap penerimaan (Acceptance). Kelima tahap yang dibentuk oleh Kübler-Ross sedikit banyak mampu memberikan gambagaran bagi kita untuk memperkirakan bagaimana perilaku dan apa yang dirasakan oleh orang yang berada dalam proses menuju kematian (sekarat). 1. Penolakan Pada tahap pertama yakni penolakan, pasien cenderung merasakan kondisi terguncang dan menolak diagnosa dari tenaga medis bahwa penyakit yang dideritanya sudah sangat parah dan memang sudah tidak lama lagi waktu yang ia miliki untuk tetap hidup di dunia. Menurut Kübler-Ross pada tahap ini umumnya pasien memberikan reaksi seperti Hal ini tidak mungkin, dan tidak mungkin saya yang harus mengalami hal ini, setiap harinya banyak orang lain diluar sana memang mengalami hal ini tapi kenapa sekarang harus

8 saya yang mengalami hal ini, setidaknya tidak untuk hari ini. Penolakan yang terjadi dalam diri pasien mengenai kematian yang telah dekat baginya untuk dialami disebabkan juga oleh adanya persepsi yang selama ini tertanam kuat dalam pemahaman manusia pada umumnya bahwa sesulit apapun kondisinya dan sebesar apapun biaya yang harus dikeluarkan untuk menyelamatkan nyawa manusia dari kematian hal tersebut haruslah dilakukan dan ketika seseorang menerima kondisi dan berbicara bahwa ia mengalami kondisi sakit yang parah dan menuju kematian maka orang tersebut dipandang sebagai orang yang gagal dalam menjalani tugas dengan baik atas kehidupan di dunia yang telah diberikan Tuhan kepadanya. 2. Kemarahan Pada tahap kedua yakni kemarahan, pada tahap ini perasaan terguncang yang dialami pasien berubah menjadi kemarahan yang menurut Kübler Ross identik dengan respon Bukan saya dan Kenapa harus saya. Dalam hal ini yang dimaksudkan bahwa pasien marah dengan kondisi menuju kematian yang dibebankan kepadanya karena membuatnya merasa sendiri ketika orang-orang disekitarnya tidak berada bersamanya lagi seperti saat ia sehat dan mampu beraktifitas dengan baik dalam kehidupannya. Kemarahan yang ada pada dirinya akan kondisi sebenarnya coba disembunyikan oleh pasien yang kemudian berimbas pada dilepaskannya kemarahan yang ia rasakan kepada orang-orang sekelilingnya yang mencoba memberikan perhatian kepadanya seperti kepada para dokter, perawat, teman, keluarga dengan mengatakan bahwa ia merasa terganggu dengan kehadiran mereka, ia baik-baik saja dan mampu mengurus dirinya sendiri dan sebagainya. 3. Penawaran Pada tahap ketiga yakni penawaran, pada tahap ini pasien sudah lebih mampu mengontrol emosinya dan mulai menyadari bahwa sebesar apapun kemarahan yang ia rasakan tidak akan mampu membuatnya berada pada kondisi yang lebih baik maka ia mencoba untuk memikirkan hal apa yang sebaiknya dilakukan untuk memanfaatkan waktunya yang sudah tidak lama lagi di dunia. Dengan kesadarannya bahwa memang saat ini dirinyalah yang berada pada kondisi kematian pasien masih berusaha untuk kembali kepada sang penciptanya dan melakukan penawaran kepada Tuhan, yang memang hal tersebut cenderung dapat dipahami sebagai permohonan pasien tersebut kepada tuhannya dengan

9 harapan agar diberikan waktu untuk hidup yang lebih panjang dan berjanji untuk menjalani kehidupan degan lebih baik. Semisalnya pasien tersebut berdoa dan berjanji ketika diberi kesembuhan dan waktu untuk hidup lebih lama lagi maka ia akan lebih berbakti kepada orang tua, taat beragama, memperhatikan kehidupan anak yatim, dan sebagainya. 4. Tahap bersiap menuju kematian/depresi Pada tahap keempat yakni persiapan menuju kematian atau depresi, pada tahap ini terjadi perubahan dalam diri pasien yang sebelumnya memberikan reaksi bahwa bukan saya yang kemudian menjadi iya, saya. Yang dimaksud dari hal ini adalah pasien telah berusaha menerima kenyataan bahwa memang waktu kematiannya akan tiba dalam waktu yang tidak lama lagi dan proses penawaran (permohonan) yang ia lakukan terhadap Tuhan-nya telah berakhir. Kemudian pada tahap ini pula pasien mulai untuk meneguhkan hatinya untuk perlahan mengiklaskan untuk melepaskan hubungannya selama di dunia dengan orang-orang terkasihnya untuk menuju akhir dari kehidupan. 5. Penerimaan Kemudian pada tahap kelima yang merupakan tahap terakhir, pada tahap penerimaan ini pasien merasa bahwa kematian sudah tidak lagi dapat dihindari dan siap untuk mencapai kematian dengan perasaan yang tenang dan iklas bukan dengan perasaan yang merasa kalah dan terpaksa harus menerima kematian. Menurut Kübler-Ross reaksi yang umunya dilakukan oleh pasien adalah Saya telah menyelesaikan segala urusan saya, saya talah mengucapkan segala hal yang harus saya katakan, dan saya sudah siap untuk pergi meninggalkan dunia. Maka pada tahap ini pasien telah yakin dan tenang dalam mencapai kematiannya yang dijelaskan pula oleh Kübler-Ross bahwa di dunia yang berbeda dari dunia manusia pasien tersebut akan menjalani kehidupannya yang baru.

10 2.3 Menghadapi Kondisi menuju Kematian Untuk membantu seseorang yang tengah menghadapi kondisi menuju kematian, terdapat enam cara yang diajukan oleh Pattison(1969). o Pertama, upayakan untuk berbagi dengan orang yang mengalami kondisi tersebut guna mengurangi kegelisahan dan kebingungannya menghadapi kondisi tersebut. o Kedua, menjelaskan secara spesifik mengenai kondisi yang sebenarnya terjadi dalam kehidupannya. o Ketiga, Dampingi orang tersebut dalam melepas peran yang selama ini melekat pada dirinya dalam kehidupan, dengan memberikan pemahaman yang baik bahwa hubungan dengan segala sesuatu yang ada didunia akan terlepas. o Keempat, usahakan untuk mengurangi beban fisik dan psikologis yang dialaminya dengan tidak membuatnya merasa rendah diri. o Kelima, Bantu orang tersebut untuk membesarkan hatinya dalam menerima situasi akhir dari kehidupannya dengan segala keutuhan jiwa dan martabat. Keenam pelihara hubungan sosial dengan orang-orang lingkungan sekitarnya yang bermanfaat dan mampu membantu bagi kondisi orang tersebut dalam menghadapi kondisi menuju kematiannya 2.4 Berhadapan dengan kematian dan situasi sekarat : Kesadaran akan situasi sekarat Dalam memahami proses sekarat seorang pasien maka sebelumnya kita harus menyadari situasi sekarat itu dahulu. Kubler-Ross yang meneliti tentang keadaan sekarat yang dialami pasien heran dengan sikap personil atau pegawai rumah sakit yang seakan enggan mengidentifikasi pasien yang sekarat. Kubler-Ross melakukan penelitian tersebut karena pada saat itu setengah dari orang Amerika meninggal di rumah sakit, berbagai konteks mengenai kesadaran akan keadaan sekarat dan kematian menjadi hal yang penting dalam memahami keseluruhan isu tersebut. Para personil rumah sakit melihat keadaan sekarat dan kematian sebagai hal yang dapat sangat mengganggu atau mengacaukan setting sosial yang dibuat order. Personil rumah sakit memanipulasi situasi sosial untuk meminimalisasi gangguan terhadap situasi sosial yang telah order seperti keadaan sekarat pasien dan kematian. Dalam buku Awareness of Dying Glaser dan Strauss (1996) mengidentifikasi adanya 4 tipe keadaan kesadaran rumah sakit terhadap keadaan sekarat dan kematian pasien yaitu : Closed

11 awareness, suspected awareness, mutual pretense awareness dan open awareness. Keadaan yang saling mempengaruhi antara pasien dan personil rumah sakit tergantung pada konteks kesadaran terhadap situasi serta cepat dan lambatnya kesadaran terhadap situasi sekarat tersebut. Closed Awareness Situasi closed awareness terjadi apabila personil rumah sakit menyadari bahwa si pasien dalam keadaan sekarat namun pasien itu sendiri tidak menyadari. Glaser dan strauss mengidentifikasikan 5 faktor yang menyebabkan terjadinya close awareness yaitu : pertama, kebanyakan pasien tidak memiliki pengalaman dalam mengenali tanda-tanda sekarat sehingga dirinya tidak menyadari sedang menjelang ajal; kedua, para psikiater juga biasanya tidak memberitahukan samasekali pada pasien atau keluarganya bahwa pasien bahwa ia sedang menjelang ajal untuk menghindari guncangan emosional; ketiga, Keluarga mengetahui bahwa pasien dalam keadaan sekarat namun tidak diberitahukan pada pasien agar tidak membuatnya sedih; keempat adanya struktur rumah sakit yang membuat informasi medis dalam bentuk dokumen dan pengetahuan yang dimiliki staff tidak dapat diakses oleh pasien; kelima, pasien yang sekarat tidak memiliki keinginan untuk mencari tahu informasi apakah dirinya sekarat atau tidak. Terdapat beberapa keuntungan dari keadaan closed awareness ini yaitu psiakiater tidak perlu mendiskusikan tentang proses kematian dengan pasien, kedua trauma emosional terhadap kematian dapat dihindarkan, serta pasien dapat bertahan menghadapi tahap yang membuatnya menderita dalam proses sekarat dan menjelang ajal. Suspected awareness Konteks suspected awareness terjadi saat si pasien mencurigai dirinya bahwa ia sekarat dan tidak yakin namun para personil rumah sakit juga mengetahui dan yakin bahwa si pasien dalam keadaan sekarat. Dalam konteks ini si pasien yang sekarat berusaha menggambarkan informasi dan keadaan yang dialaminya dengan kemampuan yang dimilikinya namun pasien dan personil rumah sakit akan menghindari permintaan atau keinginan si pasien untuk mengetahui informasi tentang penyakit atau apa yang dialami pasien agar tidak membuat emosional pasien terguncang sehingga ia bisa dapat bertahan dalam menghadapi situasi sekarat tersebut. Mutual pretense

12 Dalam mutual pretense, antara staff rumah sakit dan pasien sama sama menyadari bahwa si pasien dalam keadaan sekarat dan akan menjelang ajal. Namun si pasien akan cenderung menghindari untuk membicarakannya dan staff rumah sakit memposisikan dirinya untuk tidak membahas hal tersebut dengan pasien walaupun si pasien meminta untuk mendiskusikan atau menanyakannya. Dengan kata lain konteks mutual pretense ini pengetahuan tentang si pasien yang akan menjelang ajal diikuti dengan panghindaran diskusi untuk mencegah terjadinya kesedihan bagi si pasien. Open awareness Pada situasi ini Pasien yang sekarat dan staff rumah sakit sama-sama mengetahui bahwa si pasien sekarat dan akan menjelang ajal serta menyatakan secara terbuka situasi tersebut. Staff rumah sakit berusaha untuk membuat hari-hari terkahir si pasien senyaman mungkin dan tidak mengalami kesakitan da si pasien berusaha menghadapi ajalnya dengan tanggung jawab dan harga diri. Deggan kata lain dalam konteks ini pasien dan personil rumah sakit saling bekerja sama dan mendukung agar si pasien dapat menghadapi masa sekaratnya. Konteks kesadaran terhadap situasi sekarat dan kematian yang diidentifikasi oleh Glaser dan strauss berdasarkan pada setting sosial (termasuk interaksi sosial) dan kontrol informasi mengenai pasien yang sekarat di rumah sakit. Pada konteks closed awareness, setting sosial tertutup dan informasi mengenai keadaan pasien tidak diberitahukan pada pasien sedangkan sebaliknya pada open awareness setting sosial terbuka dan adanya pemberian informasi pada pasien. Dengan kata lain konteks kesadaran yang berbeda merepresentasikan cara yang berbeda dalam mengatur pengalaman keadaan sekarat yang dialami oleh pasien, disaat kondisi sekarat mulai dirasakan oleh pasien lalu pasien dan personil rumah sakit mulai berinteraksi maka konteks kesadaran yang tadinya berada dalam situasi yang tertutup berubah menjadi lebih terbuka.namun bagi beberapa orang keadaan yang tertutup akan membuatnya lebih mudaj untuk menghadapi kondisi sekarat dan kematian. Konteks kesadaran terhadap sistuasi sekarat dan menghadapi kematian menjadi penting karena adanya peningkatan fakta bahwa orang Amerika meninggal karena keadaan kronis membuat mereka membutuhkan hospitalisasi untuk memperpanjang waktu hidup mereka. Olehh karena itu terjadi peningkatan keadaan sekarat yang

13 dialami oleh pasien di rumah sakit. Dengan memanipulasi setting sosial dan mengendalikan arus informasi yang ada, personil rumah sakit dapat memilih konteks kesadaran yang dianggap paling membuat pasien nyaman dan sesuai dengan keadaan pasien. Pendekatan konteks kesadaran yang diidentifikasi oleh Glaser dan Strauss mirip dengan tahap proses sekarat yang dijelaskan oleh Kubler Ross. Pertama 4 macam konteks kesadaran hanya sesuai dengan saat pasien tersebut sadar dan berada di rumah sakit pada periode yang memungkinkan sebelum ia meninggal, hal tersebut membuat pasien yang dalam keadaan tidak sadar/koma tidak sesuai dengan konteks ini. Kedua konteks kesadaran tersebut hanya dapat diaplikasikan apabila staff rumah sakit mengatur informasi atau pengetahuan tentang kondisi sekarat yang dialami pasien serta terakhir para pasien yang diteliti oleh Glaser dan strauss merupakan pasien dengan status sosial ekonomi diatas rata-rata dan membayar sendiri biaya perawatannya. Hal tersebut menempatkan para pasien yang sekarat tersebut lebih memiliki posisi yang lebih menguntungkankarena dapat bernegosiasi dengan staff rumah sakit untuk mendapatkan informasi dan hasilnya mereka menjadi tidak tipikal. Dengan kata lain Glasser dan Strauss menggambarkan bahwa keadaan sekarat dan kematian dilihat sebagai proses yang disruptive atau menganggu oleh personil rumah sakit yang mengatur setting sosial dan arus informasi dalam rangka meminimalisasi gangguan terhadap setting sosial yang dibuat order. 2.5 fase yang biasanya dilalui oleh seseorang ketika mengalami duka cita Menurut Dr. Elisabeth Kubler-Ross, seorang psikiatri dari Swiss, Ada lima fase yang dilalui seseorang akibat kematian salah seorang anggota keluarga atau teman dekat yaitu shock, denial, anger, mourning dan recovery. 1. Shock (Terkejut) Perasaan terkejut dan tidak percaya dengan kabar yang didengar. Dalam diri bilang Tidak, ini tidak boleh dan tidak mungkin terjadi. 2. Denial (Penyangkalan) Individu merasa kematian hanyalah mimpi buruk saja, dan bukan merupakan suatu kenyataan. Menurut Kubler-Ross, kata meninggal merupakan suatu kata yang memperhalus kata mati sebagai produk dari budaya masyarakat yang menyangkal kematian. 3. Anger (Kemarahan) Individu tidak terima dengan kematian dan mulai menyalahkan semua pihak yang menyebabkan

14 itu terjadi. Individu bahkan cenderung menyalahkan Tuhan (Ini adalah reaksi wajar bagi orangorang yang mengakui adanya Tuhan yang Maha Kuasa), juga menyalahkan situasi dan orang lain, dokter dan tim medis, ambulan yang tidak tersedia dan rumah sakit. 4. Mourning (Berkabung) Menurut Kubler-Ross, Fase ini merupakan fase yang berlangsung cukup lama, bisa berlangsung dalam beberapa bulan atau mungkin beberapa tahun. Perasaan depresi, rasa bersalah, rasa kehilangan, kesepian, panik dan menangis tanpa pemicu yang jelas bisa saja ditampakkan dalam fase ini, bahkan bisa termanifestasi dalam penyakit fisik ringan. 5. Recovery (Pemulihan) Menurut beberapa orang, kematian tidak bisa dipulihkan karena kematian telah mengubah hidup mereka selamanya dan tidak bisa mengembalikan situasi kembali seperti sebelumnya. Namun demikian rasa sakit akibat kematian akan berkurang seiring dengan berjalannya waktu.

15 BAB III PENUTUP 2.1 Kesimpulan Mati dan proses kematian merupakan kondisi yang terkait erat dengan masa tua dan proses penuaan. Lebih dari itu, mati dan proses kematian menjadi masalah sosial, karena pemahaman yang kurang mengenai hal itu dengan penelitian yang juga kurang dan belum ada teknologi yang mampu memperhitungkan mati dan proses kematian. Teori Elizabeth Kubler-Ross (1969) mengenai fase-fase menjelang kematian, yaitu: Penolakan (denial), Amarah (anger), Tawar-menawar (bargaining), Depresi (depression), Penerimaan (acceptance). 2.2 Saran Diharapkan mahasiswa/i keperawatan dapat memahami mengenai materi death and dying ini dalam psikologi perkembangan. Gunanya untuk diaplikasikan sendiri kepada pasien nantinya.

16 DAFTAR PUSTAKA Monks, F. J dkk Psikologi Perkembangan. Yogjakarta: Gajah Mada University Press. Papalia, D.E., Old, S.W., Feldman, R.D.,2008. Psikologi Perkembangan edisi kesembilan. Jakarta: Kencana Prenada media group.

Dying & Bereavement. Unita Werdi Rahajeng, M.Psi

Dying & Bereavement. Unita Werdi Rahajeng, M.Psi Dying & Bereavement Unita Werdi Rahajeng, M.Psi www.unita.lecture.ub.ac.id Kematian Berakhirnya fungsi-fungsi biologis tertentu, seperti pernafasan dan tekanan darah, serta kekakuan tubuh dianggap sebagai

Lebih terperinci

Selamat Membaca dan Memahami Materi Rentang Perkembangan Manusia II

Selamat Membaca dan Memahami Materi Rentang Perkembangan Manusia II Selamat Membaca dan Memahami Materi Rentang Perkembangan Manusia II KEMATIAN oleh : Triana Noor Edwina DS Fakultas Psikologi Univ Mercu Buana Yogyakarta Persepsi mengenai kematian Persepsi yang berbeda-beda

Lebih terperinci

Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995).

Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995). PENYAKIT TERMINAL Pengertian Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995). Penyakit pada stadium lanjut,

Lebih terperinci

Selamat Membaca dan Memahami Materi Rentang Perkembangan Manusia II

Selamat Membaca dan Memahami Materi Rentang Perkembangan Manusia II Selamat Membaca dan Memahami Materi Rentang Perkembangan Manusia II KEMATIAN oleh : Dr Triana Noor Edwina DS, M.Si, Psikolog Fakultas Psikologi Univ Mercu Buana Yogyakarta Persepsi mengenai kematian Persepsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV)/Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) pertamakali ditemukan di propinsi Bali, Indonesia pada tahun 1987 (Pusat Data dan Informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hidup semua orang pasti akan mengalami kematian, terutama kematian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hidup semua orang pasti akan mengalami kematian, terutama kematian BAB I PENDAHULUAN I.I Latar belakang Dalam hidup semua orang pasti akan mengalami kematian, terutama kematian seorang ayah. Kematian adalah keadaan hilangnya semua tanda tanda kehidupan secara permanen

Lebih terperinci

BERDUKA DAN KEHILANGAN. Niken Andalasari

BERDUKA DAN KEHILANGAN. Niken Andalasari BERDUKA DAN KEHILANGAN Niken Andalasari DEFENISI KEHILANGAN adalah kenyataan/situasi yang mungkin terjadi dimana sesuatu yang dihadapi, dinilai terjadi perubahan, tidak lagi memungkinkan ada atau pergi/hilang.

Lebih terperinci

PENYAKIT TERMINAL PERBEDAAN ANAK DENGAN DEWASA DALAM MENGARTIKAN KEMATIAN, 1. Jangan berfikir kognitif dewasa dengan anak tentang arti kematian

PENYAKIT TERMINAL PERBEDAAN ANAK DENGAN DEWASA DALAM MENGARTIKAN KEMATIAN, 1. Jangan berfikir kognitif dewasa dengan anak tentang arti kematian PENYAKIT TERMINAL PENGERTIAN Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995). Penyakit pada stadium lanjut,

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Kematian terlihat sebagai konsep sederhana untuk dijelaskan yaitu waktu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker, BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker, diabetes melitus, cedera dan penyakit paru obstruktif kronik serta penyakit kronik lainnya merupakan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. (Wawancara dengan Bapak BR, 3 Maret 2008)

1. PENDAHULUAN. (Wawancara dengan Bapak BR, 3 Maret 2008) 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketika putri saya meninggal dunia, saya merasa kehilangan bagian dari diri saya. Saya merasa tidak utuh dan segala sesuatu tidak akan pernah sama lagi. Beberapa hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Totok S. Wiryasaputra, Pendampingan Pastoral Orang Sakit, Seri Pastoral 245, Pusat Pastoral Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Totok S. Wiryasaputra, Pendampingan Pastoral Orang Sakit, Seri Pastoral 245, Pusat Pastoral Yogyakarta, BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Setiap orang tentunya pernah merasakan dan berada dalam keadaan sakit, baik itu sakit yang sifatnya hanya ringan-ringan saja seperti flu, batuk, pusing

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PSIKOLOGI TENTANG MEMAKNAI HIDUP. spontan diresponi dengan berbagai cara, dengan tujuan agar diri tetap terjaga.

BAB II PENDEKATAN PSIKOLOGI TENTANG MEMAKNAI HIDUP. spontan diresponi dengan berbagai cara, dengan tujuan agar diri tetap terjaga. BAB II PENDEKATAN PSIKOLOGI TENTANG MEMAKNAI HIDUP II. 1. Pendekatan Psikologi Setiap kejadian, apalagi yang menggoncangkan kehidupan akan secara spontan diresponi dengan berbagai cara, dengan tujuan agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan di RS Islam Surakarta, pada tahun 2013 pasien kanker

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan di RS Islam Surakarta, pada tahun 2013 pasien kanker 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kanker paru merupakan penyakit yang memiliki tingkat morbiditas yang tinggi hampir di seluruh dunia. Kasus kanker paru pada tahun 2010 menurut National Cancer

Lebih terperinci

Pengertian Kehilangan adalah perubahan dari sesuatu yang ada menjadi tidak ada atau situasi yang diharapkan terjadi tidak tercapai. Kehilangan dapat d

Pengertian Kehilangan adalah perubahan dari sesuatu yang ada menjadi tidak ada atau situasi yang diharapkan terjadi tidak tercapai. Kehilangan dapat d KEHILANGAN & BERDUKA Oleh Mfm Pengertian Kehilangan adalah perubahan dari sesuatu yang ada menjadi tidak ada atau situasi yang diharapkan terjadi tidak tercapai. Kehilangan dapat diartikan juga sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan. intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan. intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin menuntut pengorbanan dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Lazarus menyebut pengatasan masalah dengan istilah coping. Menurut

BAB II LANDASAN TEORI. Lazarus menyebut pengatasan masalah dengan istilah coping. Menurut 12 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pengatasan Masalah Lazarus menyebut pengatasan masalah dengan istilah coping. Menurut Lazarus dan Folkman (1984) pengatasan masalah merupakan suatu proses usaha individu

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA

ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA Sepanjang daur kehidupan tidak terlepas dari situasi yang dapat mempengaruhi respon emosi individu. Salah satu situasi yang mempengaruhi emosi individu adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) merupakan suatu gangguan perkembangan yang mengakibatkan ketidakmampuan mengatur perilaku, khususnya untuk mengantisipasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. cerebral palsy, maka peneliti dapat memberi kesimpulan dari ketiga subjek terkait

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. cerebral palsy, maka peneliti dapat memberi kesimpulan dari ketiga subjek terkait BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai bagaimana gambaran proses penerimaan ibu dengan anak yang mengalami cerebral palsy,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga menimbulkan beberapa macam penyakit dari mulai penyakit dengan kategori ringan sampai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ibu Tiri Istilah ibu tiri secara harfiyah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah Ibu merupakan panggilan yang takzim kepada wanita, sedangkan tiri berarti bukan darah daging

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehadiran anak umumnya merupakan hal yang dinanti-nantikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehadiran anak umumnya merupakan hal yang dinanti-nantikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran anak umumnya merupakan hal yang dinanti-nantikan oleh orang tua. Anak merupakan harta berharga dan anugerah dari Tuhan. Anak juga merupakan pemacu harapan

Lebih terperinci

DIPA TRI WISTAPA MEMBILAS PILU. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

DIPA TRI WISTAPA MEMBILAS PILU. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com DIPA TRI WISTAPA MEMBILAS PILU Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com MEMBILAS PILU Oleh: Dipa Tri Wistapa Copyright 2014 by Dipa Tri Wistapa Penerbit Dipa Tri Wistapa Website dipoptikitiw@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. reaksi fisik yang disebabkan karena persepsi seseorang terhadap kehilangan (loss).

BAB II LANDASAN TEORITIS. reaksi fisik yang disebabkan karena persepsi seseorang terhadap kehilangan (loss). BAB II LANDASAN TEORITIS A. GRIEF 1. Definisi Grief Menurut Rando (1984), grief merupakan proses psikologis, sosial, dan reaksi fisik yang disebabkan karena persepsi seseorang terhadap kehilangan (loss).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker adalah pertumbuhan abnormal dari sel-sel yang disebabkan oleh beberapa perubahan dalam ekspresi gen yang menyebabkan ketidakseimbangan regulasi proliferasi

Lebih terperinci

Respons Orang Tua Korban Pembunuhan terhadap Pembunuh Anak Tunggalnya

Respons Orang Tua Korban Pembunuhan terhadap Pembunuh Anak Tunggalnya Judul Skripsi : Respons Orang Tua Korban Pembunuhan terhadap Pembunuh Anak Tunggalnya Pembimbing: Dr. Hendro Prabowo, S.Psi Oleh : Monica Lutfy Setyawan 14511602 Latar Belakang Masalah Dalam berinteraksi

Lebih terperinci

Penyakit terminal. Tidak dapat disembuhkan Berakhir dengan kematian

Penyakit terminal. Tidak dapat disembuhkan Berakhir dengan kematian Pendahuluan Semua yang bernyawa pasti akan mati. Kematian : diketahui / tidak diketahui Diberi tahu / tidak diberi tahu Dalam waktu dekat / waktu jauh Dengan persiapan / tanpa persiapan Tujuan akhir :

Lebih terperinci

BAB III TEMUAN PENELITIAN. kedukaan X mahasiswi Fakultas Teologi UKSW pasca kematian kedua orang tua.

BAB III TEMUAN PENELITIAN. kedukaan X mahasiswi Fakultas Teologi UKSW pasca kematian kedua orang tua. BAB III TEMUAN PENELITIAN Dalam bab ini saya akan membahas temuan hasil penelitian terkait studi kasus kedukaan X mahasiswi Fakultas Teologi UKSW pasca kematian kedua orang tua. Mengawali deskripsi hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian setiap orang. Ketika menikah, tentunya orang berkeinginan untuk mempunyai sebuah keluarga yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang tua menginginkan dan mengharapkan anak yang dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan pintar. Anak-anak yang patuh, mudah diarahkan,

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab Pendahuluan telah dijelaskan bahwa penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran proses grief pada ayah yang anaknya meninggal dunia secara mendadak, serta

Lebih terperinci

KELAHIRAN Kelahiran: - Suatu kerahasiaan hidup yang menimbulkan kekaguman dan perhatian periode memberikan harapan baik - Menjaga kontinuitas manusia

KELAHIRAN Kelahiran: - Suatu kerahasiaan hidup yang menimbulkan kekaguman dan perhatian periode memberikan harapan baik - Menjaga kontinuitas manusia KELAHIRAN, USIA TUA DAN KEMATIAN DIVISI BHP FK USU KELAHIRAN Kelahiran: - Suatu kerahasiaan hidup yang menimbulkan kekaguman dan perhatian periode memberikan harapan baik - Menjaga kontinuitas manusia

Lebih terperinci

Nomor : Fakultas : Angkatan / Semester : PETUNJUK PENGISIAN

Nomor : Fakultas : Angkatan / Semester : PETUNJUK PENGISIAN Nomor : Fakultas : Angkatan / Semester : PETUNJUK PENGISIAN 1. Bacalah pernyataan-pernyataan pada lembar berikut, kemudian jawablah dengan sungguh-sungguh sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. 2. Jawablah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita. Setiap tahun lebih dari 250.000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang

Lebih terperinci

Gambaran Penerimaan Orang Tua Terhadap Anak Autisme Serta Peranannya Dalam Terapi Autisme. Sri Rachmayanti Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma

Gambaran Penerimaan Orang Tua Terhadap Anak Autisme Serta Peranannya Dalam Terapi Autisme. Sri Rachmayanti Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Gambaran Penerimaan Orang Tua Terhadap Anak Autisme Serta Peranannya Dalam Terapi Autisme Sri Rachmayanti Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma JURNAL BAB 1 Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh

Lebih terperinci

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh : Yustina Permanawati F 100 050 056 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN A. Rangkuman Seluruh Subjek Untuk hasil penelitian diketahui bahwa untuk tahapan pertama yaitu subjek I, II, dan III kurang memiliki pengingkaran saat pertama munculnya payudara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kematian sejatinya adalah suatu proses yang pasti akan dialami oleh manusia. Kematian merupakan akhir dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kematian sejatinya adalah suatu proses yang pasti akan dialami oleh manusia. Kematian merupakan akhir dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kematian sejatinya adalah suatu proses yang pasti akan dialami oleh manusia. Kematian merupakan akhir dari keseluruhan proses kehidupan yang dijalani oleh manusia.

Lebih terperinci

OLEH : Letkol Laut ( K/W) Drg. R Bonasari L Tobing, M.Si INTERVENSI PSIKOSOSIAL PADA BENCANA

OLEH : Letkol Laut ( K/W) Drg. R Bonasari L Tobing, M.Si INTERVENSI PSIKOSOSIAL PADA BENCANA OLEH : Letkol Laut ( K/W) Drg. R Bonasari L Tobing, M.Si INTERVENSI PSIKOSOSIAL PADA BENCANA Letkol Laut (K/W) drg. R. Bonasari L.T, M.Si Dikum Terakhir : Magister Sains Psikologi UI Jakarta Dikmil Terakhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana seseorang akan kehilangan orang yang meninggal dengan penyebab dan peristiwa yang berbeda-beda

Lebih terperinci

Implementasi PFA pada Anak dan Remaja di Satuan Pendidikan

Implementasi PFA pada Anak dan Remaja di Satuan Pendidikan Implementasi PFA pada Anak dan Remaja di Satuan Pendidikan Yogyakarta, 11 Februari 2017 Wahyu Cahyono hanyasatukata@yahoo.com Pusat Krisis Fakultas Psikologi UI Diskusi Jika kita mengalami situasi sulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam diri manusia, dibuktikan dengan kata mutiara kesehatan bukanlah

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam diri manusia, dibuktikan dengan kata mutiara kesehatan bukanlah BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Sehat merupakan dambaan dari semua orang. Dengan sehat orang dapat melakukan segala aktivitas untuk mencapai apa yang diinginkan. Bahkan secara makro negara

Lebih terperinci

STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta )

STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta ) STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta ) Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI. Menderita penyakit yang belum ada obatnya adalah merupakan suatu

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI. Menderita penyakit yang belum ada obatnya adalah merupakan suatu 100 BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan Menderita penyakit yang belum ada obatnya adalah merupakan suatu kenyataan yang harus ditanggung oleh para ODHA. Terinfeksinya ODHA dilatarbelakangi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal yang tidak pasti dari kematian adalah waktu datang dan proses menjelangnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal yang tidak pasti dari kematian adalah waktu datang dan proses menjelangnya. BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kematian merupakan suatu hal yang pasti akan terjadi dalam kehidupan ini. Hal yang tidak pasti dari kematian adalah waktu datang dan proses menjelangnya. Hal ini menjadi

Lebih terperinci

Dari aspek pengungkapan dan pertukaran informasi, komunikasi digolongkan menjadi 2 bentuk sebagai berikut.

Dari aspek pengungkapan dan pertukaran informasi, komunikasi digolongkan menjadi 2 bentuk sebagai berikut. Dalam profesi kedokteran terdapat tiga komponen penting yaitu komponen ilmu dan teknologi kedokteran, komponen moral dan etik kedokteran, serta komponen hubungan interpersonal antara dokter dan pasien.

Lebih terperinci

KEHILANGAN DAN BERDUKA. Adalah suatu situasi aktual maupun potensial yang dapat dialami individu ketika

KEHILANGAN DAN BERDUKA. Adalah suatu situasi aktual maupun potensial yang dapat dialami individu ketika KEHILANGAN DAN BERDUKA A. KEHILANGAN ( LOSS ) Adalah suatu situasi aktual maupun potensial yang dapat dialami individu ketika berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik sebagian atau keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN PENUTUP. kesimpulan penelitian sebagai berikut: menjelang kematian menurut Elizabeth Kübler-Ross adalah sebagai. dan penerimaan.

BAB V KESIMPULAN DAN PENUTUP. kesimpulan penelitian sebagai berikut: menjelang kematian menurut Elizabeth Kübler-Ross adalah sebagai. dan penerimaan. BAB V KESIMPULAN DAN PENUTUP A. KESIMPULAN Dengan menggunakan teori pengalaman menjelang kematian Elizabeth Kübler-Ross sebagai kerangka berpikir, penulis mengambil kesimpulan penelitian sebagai berikut:

Lebih terperinci

KEMATIAN DALAM PERSPEKTIF ILMU KEDOKTERAN

KEMATIAN DALAM PERSPEKTIF ILMU KEDOKTERAN KEMATIAN DALAM PERSPEKTIF ILMU KEDOKTERAN Kematian menjadi suatu fenomena yang selalu menarik untuk dibicarakan karena setiap manusia pasti akan mengalaminya. Kematian merupakan bagian mutlak dalam sejarah

Lebih terperinci

spiritual Firdawsyi nuzula, S.Kp.,M.Kes Akademi kesehatan rustida prodi diii keperawatan

spiritual Firdawsyi nuzula, S.Kp.,M.Kes Akademi kesehatan rustida prodi diii keperawatan spiritual Firdawsyi nuzula, S.Kp.,M.Kes Akademi kesehatan rustida prodi diii keperawatan Spiritual, merupakan keyakinan dalam hubungannya dengan yang maha kuasa dan maha pencipta dan percaya pada Allah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker adalah sel-sel tubuh yang tumbuh tanpa kendali dan dapat menyebar ke seluruh tubuh. Kanker merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi pada manusia modern.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Kehilangan (loss) 1.1. Definisi kehilangan Kehilangan adalah suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian

Lebih terperinci

TIM CMHN BENCANA DAN INTERVENSI KRISIS

TIM CMHN BENCANA DAN INTERVENSI KRISIS TIM CMHN BENCANA DAN INTERVENSI KRISIS TUJUAN Memahami pengertian bencana dan krisis Memahami penyebab terjadinya bencana Mengidentifikasi proses terjadinya bencana Mengidentifikasi respons individu terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit kanker adalah penyakit yang timbul akibat pertumbuhan tidak normal sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Sel kanker tersebut akan membelah

Lebih terperinci

PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK PENDERITA AUTIS DI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK PENDERITA AUTIS DI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK PENDERITA AUTIS DI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Diajukan oleh : PITTARI MASHITA PURNOMO F. 100

Lebih terperinci

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG 6 Eni Mulyatiningsih ABSTRAK Hospitalisasi pada anak merupakan suatu keadaan krisis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Seseorang yang mengalami peristiwa membahagiakan seperti dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Seseorang yang mengalami peristiwa membahagiakan seperti dapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai pengalaman baik positif maupun negatif tidak dapat lepas dari kehidupan seseorang. Pengalaman-pengalaman tersebut akan memberi pengaruh yang pada akhirnya

Lebih terperinci

PENERIMAAN KELUARGA PASIEN SKIZOFRENIA YANG MENJALANI RAWAT INAP NASKAH PUBLIKASI

PENERIMAAN KELUARGA PASIEN SKIZOFRENIA YANG MENJALANI RAWAT INAP NASKAH PUBLIKASI PENERIMAAN KELUARGA PASIEN SKIZOFRENIA YANG MENJALANI RAWAT INAP NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian lansia Menurut Ernawati (2009), lansia adalah orang yang berusia 50 tahun atau lebih. Pendapat yang serupa juga mengatakan bahwa lansia merupakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Dampak skizofrenia bagi keluarga sangatlah besar, ini menyebabkan seluruh keluarga ikut merasakan penderitaan tersebut. Jika keluarga tidak siap dengan hal ini,

Lebih terperinci

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA Oleh: Alva Nadia Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-3, dengan Tema: Kekerasan Pada Anak: Efek Psikis, Fisik, dan Tinjauan Agama Dunia Maya,

Lebih terperinci

BERPIKIR POSITIF MINIMALKAN PARANOID Oleh : L. Rini Sugiarti, M.Si., psikolog*

BERPIKIR POSITIF MINIMALKAN PARANOID Oleh : L. Rini Sugiarti, M.Si., psikolog* BERPIKIR POSITIF MINIMALKAN PARANOID Oleh : L. Rini Sugiarti, M.Si., psikolog* Tidak ada yang benar bagi seorang paranoid. Melihat orang tersenyum; seolah mengejek dirinya, mendengar orang saling bercakap

Lebih terperinci

bersalah, dan kematian. Penderitaan bisa berupa kesulitan-kesulitan. Hal yang paling mendasar

bersalah, dan kematian. Penderitaan bisa berupa kesulitan-kesulitan. Hal yang paling mendasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Frankl (2008), ada tiga serangkai tragedi dalam kehidupan, yaitu penderitaan, rasa bersalah, dan kematian. Penderitaan bisa berupa kesulitan-kesulitan.

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. pertolongan medis dengan harapan dapat menghilangkan keluhan-keluhan

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. pertolongan medis dengan harapan dapat menghilangkan keluhan-keluhan BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Depresi merupakan salah satu bentuk gangguan jiwa yang dilatarbelakangi oleh berbagai permasalahan kehidupan yang dihadapi oleh setiap individu. Beberapa dekade

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dicintai, dapat lebih memaknai kehidupannya dan memiliki perasaan. yang mengalami penderitaan dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. dicintai, dapat lebih memaknai kehidupannya dan memiliki perasaan. yang mengalami penderitaan dalam hidupnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hidup adalah suatu misteri. Berbagai pengalaman baik positif ataupun negatif tidak lepas dari kehidupan seseorang. Pengalamanpengalaman tersebut dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupakan suatu kebutuhan mutlak manusia untuk berinteraksi dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal. Sel kanker tumbuh dengan cepat, sehingga sel kanker dapat

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI DAMPAK KEMATIAN IBU TERHADAP KONDISI PSIKOLOGIS REMAJA PUTRI

NASKAH PUBLIKASI DAMPAK KEMATIAN IBU TERHADAP KONDISI PSIKOLOGIS REMAJA PUTRI NASKAH PUBLIKASI DAMPAK KEMATIAN IBU TERHADAP KONDISI PSIKOLOGIS REMAJA PUTRI Oleh: PUJI ASTUTI ULY GUSNIARTI PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Hospitalisasi (rawat inap) pada pasien anak dapat menyebabkan kecemasan dan stres pada semua tingkat usia. Penyebab dari kecemasan ini dipengaruhi oleh banyak faktor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kalangan pakar pakar ilmu pengetahuan, ilmu hukum, dan juga ilmu

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kalangan pakar pakar ilmu pengetahuan, ilmu hukum, dan juga ilmu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini, tindak kejahatan korupsi telah menjadi sasaran pembahasan dalam berbagai kalangan pakar pakar ilmu pengetahuan, ilmu hukum, dan juga ilmu psikologi. Korupsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah berfirman dalam Q.S Ali Imran, ayat 185 yang berbunyi: Tiap-tiap yang

BAB I PENDAHULUAN. Allah berfirman dalam Q.S Ali Imran, ayat 185 yang berbunyi: Tiap-tiap yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Allah berfirman dalam Q.S Ali Imran, ayat 185 yang berbunyi: Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu.

Lebih terperinci

Adakah ada yang Akan Mendoakan Kita?

Adakah ada yang Akan Mendoakan Kita? Adakah ada yang Akan Mendoakan Kita? Oleh, FizRahman.com Seorang pengarah yang berjaya, jatuh di kamar mandi dan akhirnya stroke. Sudah 7 malam dirawat di RS di ruang ICU.. Di saat orang-orang terlelap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk hidup membutuhkan pemenuhan kebutuhan dasar yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah sebuah teori yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. xiv

BAB I PENDAHULUAN. xiv xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindakan operasi atau pembedahan walaupun minor/mayor merupakan pengalaman yang sulit dan bisa menimbulkan kecemasan bagi hampir semua pasien dan keluarganya. Kecemasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan individu manusia, karena dengan sehat jiwa seseorang mampu berkembang secara fisik, mental dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prosedur pembedahan. Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) Pembedahan / operasi

BAB I PENDAHULUAN. prosedur pembedahan. Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) Pembedahan / operasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindakan operasi merupakan pengalaman yang biasa menimbulkan kecemasan, kecemasan biasanya berhubungan dengan segala macam prosedur asing yang dijalani pasien dan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasien dengan penyakit kronis pada stadium lanjut tidak hanya mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Pasien dengan penyakit kronis pada stadium lanjut tidak hanya mengalami BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit kronik merupakan suatu kondisi dimana terjadi keterbatasan pada kemampuan fisik, psiologis dan kognitif dalam melakukan fungsi harian, atau kondisi yang memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organisation (WHO) tahun 2003 mendefinisikan sehat

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organisation (WHO) tahun 2003 mendefinisikan sehat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organisation (WHO) tahun 2003 mendefinisikan sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta bebas dari penyakit atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa (Purwanto, 1998). Periode ini dianggap sebagai masa-masa yang sangat penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. (Stanley Hall dalam Panuju, 2005). Stres yang dialami remaja berkaitan dengan proses perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengalaman positif maupun negatif tidak dapat dilepaskan dalam. kehidupan seseorang. Berdasarkan pengalaman-pengalaman tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pengalaman positif maupun negatif tidak dapat dilepaskan dalam. kehidupan seseorang. Berdasarkan pengalaman-pengalaman tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan merupakan suatu misteri yang dijalani seseorang. Pengalaman positif maupun negatif tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan seseorang. Berdasarkan pengalaman-pengalaman

Lebih terperinci

BAB II RINGKASAN CERITA. sakit dan mengantarkan adik-adiknya ke sekolah. Karena sejak kecil Lina

BAB II RINGKASAN CERITA. sakit dan mengantarkan adik-adiknya ke sekolah. Karena sejak kecil Lina BAB II RINGKASAN CERITA Ada dua kewajiban yang paling di benci Lara yang harus di lakukannya setiap pagi. Lara harus mengemudi mobil ayahnya yang besar dan tua ke rumah sakit dan mengantarkan adik-adiknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan ini, tidak semua orang berada pada kondisi fisik yang sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan ada

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Semua orangtua menginginkan anak lahir dengan keadaan fisik yang

BABI PENDAHULUAN. Semua orangtua menginginkan anak lahir dengan keadaan fisik yang BAB I PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah penelitian Semua orangtua menginginkan anak lahir dengan keadaan fisik yang sempurna, tetapi terkadang keinginan tersebut bertolak belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperlancarkan darah dari zat toksin dan berbagai zat sisa. mengatur keseimbangan asam basa, mempertahankan volume dan

BAB I PENDAHULUAN. memperlancarkan darah dari zat toksin dan berbagai zat sisa. mengatur keseimbangan asam basa, mempertahankan volume dan 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Ginjal merupakan salah satu organ tubuh yang berfungsi untuk memperlancarkan darah dari zat toksin dan berbagai zat sisa metabolisme tubuh yang tidak diperlukan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu proses berkelanjutan dalam kehidupan yang ditandai dengan berbagai perubahan ke arah penurunan. Problematika yang harus dihadapi

Lebih terperinci

Teori Etologi. Rizki Dawanti, M.Psi., Psikolog. Teori etologi Bowlby. Darwin dan Teori Evolusi. Etologi Modern. Evaluasi Teori.

Teori Etologi. Rizki Dawanti, M.Psi., Psikolog. Teori etologi Bowlby. Darwin dan Teori Evolusi. Etologi Modern. Evaluasi Teori. Modul ke: Teori Etologi Fakultas PSIKOLOGI Program Studi PSIKOLOGI Rizki Dawanti, M.Psi., Psikolog. Darwin dan Teori Evolusi Etologi Modern Teori etologi Bowlby Evaluasi Teori Eksperimen Lorenz Daftar

Lebih terperinci

STRATEGI KOPING PADA KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS YANG MENGALAMI AMPUTASI. Skripsi

STRATEGI KOPING PADA KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS YANG MENGALAMI AMPUTASI. Skripsi STRATEGI KOPING PADA KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS YANG MENGALAMI AMPUTASI Skripsi Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Diajukan oleh : DONA ENDARJANTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan keadaan dimana fungsi fisik, emosional, intelektual, sosial dan perkembangan atau spiritual seseorang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semua orang, hal ini disebabkan oleh tingginya angka kematian yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semua orang, hal ini disebabkan oleh tingginya angka kematian yang disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit kanker adalah penyakit yang sangat berbahaya bahkan dapat mengakibatkan kematian. Sampai saat ini kanker masih menjadi momok bagi semua orang, hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya terlahir sempurna tanpa ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya terlahir sempurna tanpa ada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya terlahir sempurna tanpa ada kekurangan baik fisik maupun mentalnya. Akan tetapi, terkadang terjadi keadaan dimana

Lebih terperinci

KONSEP KEHILANGAN DAN BERDUKA

KONSEP KEHILANGAN DAN BERDUKA KONSEP KEHILANGAN DAN BERDUKA KONSEP TEORIKehilangan adalah penarikan sesuatu dan atau seseorang stau situasi yang berharga / bernilai, baik sebagai pemisahan yang nyata maupun yang diantisipasi. Jenis-jenis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. organisme hidup saling berinteraksi. Dalam memberikan asuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. organisme hidup saling berinteraksi. Dalam memberikan asuhan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk holistik memiliki makna bahwa manusia adalah makhluk yang utuh atau menyeluruh yang terdiri atas unsur biologis, psikologis, sosial, dan spiritual.

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. dan memiliki gangguan somatoform tipe konversi sejak tiga tahun yang. setalah subjek mengalami gangguan somatoform, subjek mengalami

BAB V PEMBAHASAN. dan memiliki gangguan somatoform tipe konversi sejak tiga tahun yang. setalah subjek mengalami gangguan somatoform, subjek mengalami BAB V PEMBAHASAN A. Rangkuman Hasil Penelitian Subjek merupakan seorang pria berusia 39 tahun, sudah berkeluarga dan memiliki gangguan somatoform tipe konversi sejak tiga tahun yang lalu. Masa kanak-kanak

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian ini. Selanjutnya juga akan dipaparkan hasil diskusi dan saran. 5.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah orang dengan gangguan skizofrenia dewasa ini semakin. terutama di negara-negara yang sedang berkembang seperti indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah orang dengan gangguan skizofrenia dewasa ini semakin. terutama di negara-negara yang sedang berkembang seperti indonesia dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah orang dengan gangguan skizofrenia dewasa ini semakin mengalami peningkatan dan menjadi masalah kesehatan masyarakat utama, terutama di negara-negara yang

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA RUMAH SAKIT UMUM KELAS D KOJA Jl. Walang Permai No. 39 Jakarta Utara PANDUAN ASESMEN PASIEN TERMINAL

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA RUMAH SAKIT UMUM KELAS D KOJA Jl. Walang Permai No. 39 Jakarta Utara PANDUAN ASESMEN PASIEN TERMINAL PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA RUMAH SAKIT UMUM KELAS D KOJA Jl. Walang Permai No. 39 Jakarta Utara PANDUAN ASESMEN PASIEN TERMINAL I. DEFINISI Pelayanan pada tahap terminal adalah pelayanan yang diberikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak Pengertian Hospitalisasi. anak dan lingkungan (Wong, 2008).

BAB II LANDASAN TEORI Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak Pengertian Hospitalisasi. anak dan lingkungan (Wong, 2008). BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak 2.1.1. Pengertian Hospitalisasi Hospitalisasi adalah suatu keadaan dimana seseorang yang sakit yang membutuhkan perawatan secara intensif

Lebih terperinci