2. Perkembangan Makroekonomi Terkini

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "2. Perkembangan Makroekonomi Terkini"

Transkripsi

1 2. Perkembangan Makroekonomi Terkini Penguatan pertumbuhan ekonomi triwulan I-2007 terus berlanjut, ditopang oleh perbaikan permintaan domestik khususnya investasi swasta. Pertumbuhan ekonomi triwulan I-2007 diprakirakan sebesar 5,4%. Ekspor merupakan kontributor utama pertumbuhan ekonomi, meskipun pada triwulan I-2007 pertumbuhannya melambat seiring dengan melambatnya pertumbuhan permintaan global. Investasi dunia usaha mulai pulih, didukung oleh kondisi permintaan eksternal, konsumsi rumah tangga, stabilitas makroekonomi, dan ketersediaan sumber dana. Namun kurang didukung oleh implementasi kebijakan pengembangan investasi dan pembangunan infrastruktur yang memadai. Meskipun pertumbuhan ekonomi terus berlanjut, perekonomian Indonesia pada triwulan I-2007 diprakirakan masih berada di bawah tingkat potensialnya. Peningkatan output gap masih berlanjut hingga triwulan III- 2007, dan baru mereda menuju titik nol pada awal Sementara itu, kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mengalami surplus terkait dengan perbaikan kinerja transaksi berjalan. Dengan perkembangan tersebut, pada triwulan I-2007 cadangan devisa menjadi sebesar USD 47,2 miliar, atau setara 5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. %, y-o-y 15 PERTUMBUHAN EKONOMI Pertumbuhan ekonomi triwulan I-2007 masih berada pada fase ekspansi, dan diprakirakan tumbuh sebesar 5,4% (y-o-y) (Grafik 2.1). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi triwulan yang sama tahun 2006 sebesar % (y-o-y). Fase ekspansi pertumbuhan ekonomi tersebut terlihat pada perkembangan leading indicator Produk Domestik Bruto (PDB) yang menunjukkan ekspansi pertumbuhan ekonomi akan terjadi pada kurun waktu 1-2 triwulan ke depan. Bencana banjir yang menimpa wilayah Jakarta dan sekitarnya pada bulan Februari memberikan dampak yang tidak terlalu besar pada keseluruhan pertumbuhan ekonomi PDB 1993 PDB 2000 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Grafik 2.1 Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Permintaan Agregat Konsumsi swasta sebagai salah satu kontributor utama pertumbuhan ekonomi diprakirakan tumbuh sebesar 3,8% (y- o-y) pada triwulan I-2007 (Tabel 2.1). Meskipun tumbuh terbatas, pertumbuhan konsumsi swasta menunjukkan tren yang meningkat dan berada pada fase ekspansi. Hal ini disebabkan oleh penurunan suku bunga dan peningkatan pembiayaan konsumsi swasta pada triwulan I Peningkatan konsumsi juga didukung oleh meningkatnya daya beli masyarakat 3

2 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2007 Tabel 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan %YoY, Tahun Dasar 2000 sebagaimana ditunjukkan oleh pertumbuhan riil M1 dan kredit konsumsi riil seiring dengan tren laju inflasi yang menurun * Hasil survei beberapa instansi juga 2006 I II III IV I* menunjukkan perbaikan konsumsi swasta. Survei Danareksa (Grafik 2.3) memperlihatkan perbaikan keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian secara moderat, terutama disebabkan oleh keyakinan 5,9 6,1 5,5 5,4 konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini terkait dengan membaiknya ketersediaan lapangan kerja. Sementara Survei Konsumen Bank Indonesia dan BPS menunjukkan keyakinan konsumen masih pada level yang pesimis, namun sedikit meningkat ke arah optimis. Dari sisi produsen/ pedagang, kegiatan penjualan eceran menunjukkan akselerasi pertumbuhan yang cukup kuat. Hasil Survei Penjualan Eceran memperlihatkan bahwa pertumbuhan riil indeks penjualan eceran yang sempat negatif sejak awal 2006, telah berubah menjadi positif dan terus meningkat sejak 7,0 lead = (-) 12 r =0.35 6,0 4,0 3,0 September Sementara itu, indikator di sektor riil juga menunjukkan adanya perbaikan konsumsi swasta. Penjualan mobil (Grafik 2.2) sejak semester II-2006 menunjukkan adanya peningkatan. (%) (%) Indikator TOTAL KONSUMSI 3,8 5,6 2,8 3,5 3,9 4,8 KONSUMSI SWASTA 2,9 3,0 3,0 3,8 3,2 3,8 KONSUMSI PEMERINTAH 11,5 28,8 1,7 2,2 9,6 13,5 TOTAL INVESTASI 1,1 1,1 1,3 8,2 2,9 8,8 EKSPOR BARANG DAN JASA 11,6 11,3 8,2 6,1 9,2 7,6 IMPOR BARANG DAN JASA 2,8 7,5 10,1 9,7 7,6 8,7 PDB * Angka Proyeksi Bank Indonesia gkonsrt (yoy) (rhs) gmobil (yoy) gmobil_sa_cma (mtm) ,0 Grafik 2.2 Pertumbuhan Penjualan Mobil 2,0 1,0-1,0 Investasi pada triwulan I-2007 sebagaimana dicerminkan oleh Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) juga berada pada fase ekspansi. Leading indicator investasi menunjukkan kondisi ini. Selain leading indicator, beberapa indikator dini dan hasil survey mengindikasikan adanya pemulihan investasi. Berdasarkan perkembangan tersebut, PMTB triwulan I-2007 diprakirakan tumbuh sebesar 8,8% (y-o-y) (Grafik 2.4) Index Consumer Confidence Present Situatuions Index (PSI) Expectation Index Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Grafik 2.3 Survei Kepercayaan Konsumen Danareksa Pulihnya kegiatan investasi dapat dilihat dari perkembangan terakhir beberapa indikator dini yang membaik. Konsumsi semen, sebagai salah satu indikator dini investasi bangunan mencatat pertumbuhan yang positif pada 3 bulan terakhir, setelah beberapa bulan sebelumnya mencatat pertumbuhan negatif. Demikian juga investasi mesin, peralatan dan alat angkut, yang mewakili indikator dini investasi non bangunan, menunjukkan pemulihan setelah mengalami kontraksi pasca kenaikan harga BBM 1 Oktober 2005 lalu. Sejak triwulan IV-2006 investasi non bangunan mulai menunjukkan pertumbuhan yang positif. Perkembangan yang baik ini menyebabkan pertumbuhan investasi total meningkat cukup signifikan. Namun demikian, mengingat pertumbuhan impor barang modal yang menurun, 4

3 (kontribusi, yoy) 3,00 bangunan non bangunan PMTB (rhs) 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0-0,50-1,00-1,50 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV * 2005** 2006*** Grafik 2.4 Jenis Investasi (PMTB) 4,00 3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0-0,50-1,00 (%,) lead = (-) 4 r = investasi belum menunjukkan pertumbuhan yang kuat dan berkesinambungan. Beberapa hasil survei menunjukkan optimisme pengusaha terhadap kondisi bisnis yang meningkat. Sikap optimis tersebut tercermin pada kenaikan jumlah responden survei yang akan melakukan investasi dalam kurun waktu 6 bulan ke depan. Minat berinvestasi para pengusaha tersebut didorong oleh meningkatnya permintaan masyarakat dan kondisi pasar yang kondusif. Selanjutnya, berdasarkan survei BPS, tingkat kepercayaan pengusaha terhadap kondisi perekonomian terus membaik, tercermin pada perkembangan indeks tendensi bisnis yang meningkat. Tingkat kepercayaan yang membaik tersebut terutama dipicu oleh kenaikan pendapatan usaha. Lebih jauh, hasil survei Japan External Trade Organisation (JETRO) juga mendukung kedua survei di atas (Grafik 2.6). Hasil survei JETRO menunjukkan peningkatan keyakinan berusaha perusahaanperusahaan Jepang di Indonesia DI ginv (rhs) ginvswasta (rhs) gkiriil (yoy) gkiriil_sa_cma(mtm) Grafik 2.5 Pertumbuhan Kredit Investasi Riil dan PMTB Country Total Manufacturing Grafik 2.6 Survei Jetro Non Manufacturing Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Mar [At present] [Outlook] Dari sisi pembiayaan, dukungan terhadap kegiatan investasi mulai tampak. Dukungan ini tercermin dari peningkatan kredit investasi (Grafik 2.5), meskipun belum terlalu kuat. Dukungan pembiayaan terhadap pertumbuhan investasi yang kuat dan berkesinambungan perlu dicermati, mengingat penurunan suku bunga kredit relatif masih lambat. Ekspor barang dan jasa triwulan I-2007 diprakirakan tumbuh sebesar 7,6% (y-o-y), melemah dibanding pertumbuhan triwulan I-2006 yang mencapai di atas 10% (Grafik 2.8). Faktor utama penyebab melemahnya ekspor barang dan jasa tersebut adalah melemahnya permintaan dunia. Selain faktor permintaan dunia, gangguan produksi kelapa sawit akibat curah hujan yang terlalu besar juga menghambat ekspor Indonesia, mengingat komoditas ini memiliki pangsa yang relatif besar terhadap total ekspor. Selain itu bencana banjir yang melanda DKI Jakarta sempat menghambat kelancaran kegiatan ekspor. Pertumbuhan impor barang dan jasa triwulan I-2007 diprakirakan sebesar 8,7% (y-o-y), melambat dibanding periode sebelumnya, meskipun secara keseluruhan masih menunjukkan trend yang meningkat (Grafik 2.9). Prakiraan ini didasarkan pada perkembangan leading indicator impor yang berada pada fase ekspansi untuk 1-2 triwulan ke depan. Melambatnya pertumbuhan impor barang dan jasa pada triwulan I-2007 di antaranya disebabkan oleh impor barang modal yang menurun. Namun demikian, apabila dilihat rincian impor barang modal berdasarkan golongan barang (HS), terdapat peningkatan 5

4 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2007 Indeks pertumbuhan impor barang yang terkait dengan peningkatan kapasitas produksi. Jenis impor barang modal tersebut antara lain besi/baja, mesin serta pesawat mekanik, serta mesin dan peralatan listrik. Sementara itu, impor barang konsumsi, bahan baku/penolong meningkat, sejalan dengan pertumbuhan kegiatan konsumsi dan produksi ITB 1* 2* 3* 4* 1* 2* 3* 4* 1* 2* 3* 4* 1* (%,yoy) Order dr DN Order dr LN Order Brg. Input Grafik 2.7 Indeks Tendensi Bisnis gxpertanian (val) gxindustri (val) PDB ekspor (rhs) gxmineral/ pertambangan (val) Grafik 2.8 Ekspor Menurut Kelompok Barang Harga Jual Riil (Rhs) I II III IV I II III IV I II III* IV* I* (%, yoy) I II III IV I II III IV I II III* IV* I* PDB Impor (rhs) gmbarang modal (val) Rata2 gmbarang Modal gmbarang Konsumsi (val) Rata2 gmbahan baku Grafik 2.9 Impor Menurut Kelompok Barang gmbahan Baku (val) Rata2 gmbarang konsumsi Operasi Keuangan Pemerintah Implementasi PP No 8 tahun 2006 dan PP No 79 tahun 2006 terkait tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah belum secara efektif dan signifikan mempengaruhi realisasi belanja modal pemerintah. Beberapa kemudahan dan penyederhanaan pelaksanaan lelang yang diharapkan dapat memperbaiki proses pencairan anggaran baik di kementerian, lembaga negara serta Pemerintah Daerah dan pimpinan BUMN BUMD belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Hal ini tercermin dari realisasi belanja modal 2 bulan pertama tahun 2007 baru mencapai Rp1,3 triliun, lebih rendah dibanding realisasi periode yang sama tahun 2006 yang mencapai Rp1,7 triliun. Untuk keseluruhan triwulan I-2007, APBN diprakirakan mencatat surplus Rp 11,2 triliun atau 0,3% dari PDB, meningkat dibanding periode yang sama tahun 2006 dengan surplus 4,6 triliun atau 0,2% dari PDB. Meningkatnya surplus APBN triwulan I-2007 diprakirakan didukung oleh meningkatnya penerimaan pajak yang mencapai Rp 110,3 triliun. Dampak fiskal terhadap sektor riill (sampai dengan Februari 2007), khususnya terhadap konsumsi dan investasi meningkat dibanding dengan periode yang sama tahun Sementara dampak transfer pemerintah ke sektor riil hingga Februari 2007 lebih rendah dari periode yang sama tahun Realisasi konsumsi pemerintah di awal 2007 mencapai sekitar 11,9%, terutama digunakan untuk pengeluaran belanja pegawai, belanja barang dan dana perimbangan. Realisasi konsumsi pemerintah 2007 memberikan dampak kepada sektor riil sebesar Rp40,3 triliun lebih tinggi dibanding tahun 2006 sebesar Rp35,3 triliun. Sementara itu dampak investasi pemerintah ke sektor riil, meskipun meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya, namun realisasi pengeluaran investasi di awal 2007 baru mencapai 8,7%, lebih rendah dibanding awal tahun 2006 yang mencapai 9,1%. Dampak investasi pemerintah ke sektor riil meningkata dari Rp1 triliun pada tahun 2006 menjadi Rp15,8 triliun pada tahun Sedangkan menurunnya transfer 6

5 pemerintah pada periode laporan dibanding periode yang sama tahun lalu terkait dengan ditiadakannya bantuan langsung tunai pada APBN 2007, yang pada triwulan I-2006 mencapai Rp 4,5 triliun. Realisasi pembayaran utang luar negeri yang lebih rendah, menyebabkan pengeluaran pemerintah dalam valas lebih rendah di banding sisi penerimaannya. Hal ini menyebabkan operasi keuangan pemerintah triwulan I-2007 berdampak pada bertambahnya cadangan devisa. Selama triwulan I-2007 terdapat penerbitan global bond yang berhasil menyerap dana sebesar USD1,5 miliar, atau setara dengan Rp13,34 triliun. Sementara total pembayaran utang luar negeri pada triwulan I sebesar Rp12,4 triliun. Dengan demikian keuangan pemerintah memberikan dampak inflow sebesar Rp 30,7 triliun selama triwulan I %YoY, Tahun Dasar 2000 Tabel 2.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran Sektor * 2006 I II III IV I* Pertanian 6,4 1,5 2,2 1,8 3,0 0,6 Pertambangan & Penggalian 2,7 4,0 1,6 0,7 2,2 0,6 Industri Pengolahan 2,9 3,7 5,9 5,9 4,6 5,7 Listrik, Gas & Air Bersih 5,1 4,4 5,7 8,1 5,9 6,9 Bangunan 7,4 8,7 9,3 10,4 9,0 8,7 Perdagangan, Hotel & Restoran 4,4 5,5 7,5 7,0 6,1 7,1 Pengangkutan & Komunikasi 11,5 13,3 13,6 15,9 13,6 15,1 Keuangan, Persewaan & Jasa 5,7 5,3 4,7 6,8 5,6 5,8 Jasa-jasa 5,8 6,1 6,9 6,0 6,2 4,3 PDB 5,9 6,1 5,5 5,4 * Angka Proyeksi Bank Indonesia Penawaran Agregat PDB sisi penawaran pada triwulan I-2007 diprakirakan tumbuh sebesar 5,4% (y-o- y), melambat dibanding 2 (dua) triwulan sebelumnya (Tabel 2.2). Perlambatan hampir terjadi di seluruh sektor ekonomi. Pembentukan PDB masih didominasi oleh sektorsektor yang bersifat tradable, seperti sektor industri pengolahan (27,9%) dan sektor pertanian (14,3%). Sedangkan dari sektorsektor yang bersifat non-tradable, pembentukan PDB terutama didukung oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran (16,9%), serta keuangan, persewaan, dan jasa (9,3%). Sektor industri pengolahan pada triwulan I diprakirakan tumbuh sebesar 5,7%, melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan sektor industri pengolahan terutama didukung oleh masih kondusifnya permintaan pasar baik dari dalam maupun luar negeri, tingkat inflasi yang lebih rendah, dan penurunan tingkat suku bunga. Pertumbuhan indeks produksi sektor pengolahan hasil Survei Produksi Bank Indonesia yang disertai oleh peningkatan kapasitas produksi mengkonfirmasi pertumbuhan sektor industri pengolahan triwulan I Demikian pula hasil survei Jetro menunjukkan adanya perbaikan berbisnis di sektor industri pengolahan, tercermin dari perbaikan sentimen bisnis triwulan I-2007 dan outlook bisnis ke depan. Pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) pada triwulan I-2007 diprakirakan sebesar 7,1% (y-o-y), hampir sama dengan pertumbuhan triwulan IV sebesar 7,0% (y-o-y). Peningkatan arus bongkar muat kargo di 4 (empat) pelabuhan utama, yaitu Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Perak dan Ujung Pandang mendukung pertumbuhan sektor PHR. Banjir yang melanda wilayah provinsi DKI 7

6 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2007 Jakarta dan Jawa Barat (Bogor, Depok, dan Bekasi) pada awal Februari 2007 tidak berpengaruh signifikan pada pertumbuhan sektor PHR. Pertumbuhan sektor perdagangan yang cukup tinggi, prospek ke depan yang membaik, serta menurunnya risiko kredit di sektor ini (tercermin dari rasio kredit bermasalah/npl yang terus menurun), menyebabkan pembiayaan di sektor perdagangan meningkat cukup signifikan sejak triwulan IV Sementara itu, pertumbuhan sektor pertanian diprakirakan melambat dibandingkan triwulan sebelumnya, yakni dari 1,84% (y-o-y) pada triwulan IV-2006 menjadi 0,61% (y-o-y) pada triwulan I Turunnya produksi padi pada bulan Januari dan Februari 2007 disebabkan oleh mundurnya musim hujan yang berdampak pada mundurnya musim tanam. Panen raya pada bulan Maret 2007, tidak mampu mendorong pertumbuhan produksi padi triwulan I-2007 lebih tinggi dari triwulan IV Penurunan luas panen semakin memperburuk produksi padi triwulan I Banjir yang melanda wilayah provinsi DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat (Bogor, Depok, dan Bekasi) pada awal Februari 2007 juga cukup berdampak terhadap pertumbuhan sektor pertanian nasional. Luas lahan yang tergenang mencapai hektar. Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit di sektor pertanian pada triwulan I-2007 menurun, meskipun NPL sektor ini mengalami tren yang menurun. Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan I-2007 diprakirakan tumbuh relatif sama dengan triwulan IV-2006, yaitu dari 0,7% menjadi 0,6% (y-o-y). Pertumbuhan sektor ini didukung oleh pertumbuhan ekspor batu bara, dan membaiknya kinerja sub sektor minyak dan gas bumi. Dari sisi pembiayaan, pertumbuhan kredit yang disalurkan kepada sektor pertambangan dan penggalian terus meningkat, bahkan telah jauh melampaui angka rata-rata pertumbuhan sebelum kenaikan BBM Oktober Sementara itu, NPL sektor ini pun terus menurun sejak awal tahun NPL pada bulan Februari 2007 mencapai 6,41%. Sektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan mampu tumbuh sebesar 15,1% pada triwulan I-2007, meskipun banjir yang melanda DKI Jakarta dan sekitarnya diprakirakan dapat menghambat sektor pengangkutan dan mengakibatkan kerusakan infrastruktur pendukung. Tingginya mobilitas masyarakat serta tingginya teknologi dan inovasi di bidang komunikasi berperan dalam mendukung tingginya pertumbuhan di sektor ini. Hal ini tercermin dari tingginya pertumbuhan jumlah pengguna telepon seluler yang berdampak pada tingginya penggunaan pulsa. Sementara itu, pertumbuhan sektor bangunan diprakirakan mencapai 8,74% (y-o- y), tercermin dari tingginya pertumbuhan pembangunan properti komersial, terutama untuk perkantoran, apartemen, dan lahan industri. Sementara itu, kredit yang disalurkan bank melalui kredit properti maupun kredit konstruksi masih mengalami pertumbuhan yang meningkat, terutama sejak kenaikan harga BBM pada Oktober Tren pertumbuhan yang meningkat ini terjadi seiring mulai membaiknya daya beli masyarakat dan kecenderungan turunnya suku bunga kredit. Perbaikan kinerja sektor ini juga terlihat pada NPL yang terus menurun, seiring dengan penurunan tingkat suku bunga kredit. NPL pada bulan Februari 2007 mencapai 5,78%. 8

7 0, ,1 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Kesenjangan Output (Output Gap) Memperhatikan perkembangan sisi permintaan dan penawaran di atas, perekonomian Indonesia pada triwulan I-2007 diprakirakan masih berada di bawah tingkat potensialnya. Prakiraan ini didukung oleh kajian Bank Indonesia yang menunjukkan bahwa peningkatan kesenjangan output yaitu perbedaan antara PDB potensial dan PDB aktual masih berlanjut hingga triwulan III-2007, dan mulai menurun pada triwulan IV Pergerakannya mulai mereda, menuju titik nol pada saat memasuki 2008, seiring dengan makin kuatnya pertumbuhan investasi. Akselerasi output gap menuju titik nol melambat Periode output gap NERACA PEMBAYARAN INDONESIA menyempit menuju titik nol Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan I- Output Gap Accelerated Output Gap 2007 mencatat surplus, sehingga mendukung kesimbangan eksternal dan kestabilan nilai tukar rupiah. Surplus transaksi Grafik 2.10 berjalan didukung oleh kinerja ekspor nonmigas terkait dengan Estimasi dan Akselerasi Perubahan Output Gap harga komoditas yang masih tinggi di pasar internasional. Sementara untuk arus modal dan finansial didukung oleh arus masuk dalam bentuk SUN, termasuk hasil penerbitan obligasi valas. Dengan kinerja yang cukup baik, NPI secara keseluruhan mampu mengumpulkan devisa menjadi sebesar USD 47,2 miliar, mampu mencukupi kebutuhan impor dan pembayaran utang luar negeri selama 5 bulan. -0,15-0,2-0,25-0,3 Transaksi Berjalan Transaksi berjalan triwulan I-2007 diprakirakan mencatat surplus sebesar USD 3,2 miliar. Surplus transaksi berjalan ini terutama dipengaruhi oleh masih tingginya harga komoditas non migas di pasar internasional, sehingga nilai ekspor tumbuh sebesar 9,7%. Pertumbuhan ekspor ini lebih tinggi dari prakiraan awal sebesar 5,7%. Selain itu pertumbuhan impor yang lebih rendah dari pertumbuhan ekspor, memperkuat peningkatan surplus transaksi berjalan, yaitu sebesar USD 7,7 miliar. Ekspor non migas triwulan I-2007 diprakirakan tumbuh 15,9% (y-o-y). Tingginya pertumbuhan ekspor non migas didukung oleh perkembangan sisi eksternal yang kondusif, yaitu tingginya harga komoditas serta berlanjutnya ekspansi ekonomi negara mitra dagang dan ekonomi dunia. Selain dari sisi nominal, ekspor non migas juga meningkat dari sisi volume. Tujuh dari 10 komoditas utama ekspor non migas mengalami kenaikan baik volume maupun nilai, yaitu tekstil dan produk tekstil, tembaga, batu bara, mesin dan mekanik, produk kimia, karet, serta kertas. Dengan perkembangan ini, nilai ekspor 10 komoditas utama nonmigas tumbuh sebesar 16,4% (y-o-y), atau berkontribusi 73% terhadap total ekspor nonmigas. Sejalan dengan penurunan produksi minyak dan berlangsungnya konversi energi domestik (prioritas penggunaan gas untuk kepentingan domestik), realisasi nilai ekspor minyak dan gas triwulan I-2007 turun 8,7%. Diaplikasikannya konversi energi menyebabkan ekspor gas turun cukup signifikan, mencapai 21,4% (y-o-y), sementara ekspor minyak turun 4,9% (y-o-y). 9

8 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2007 Impor non migas Januari 2007 mencapai USD 5,3 miliar, atau tumbuh 15,2% (y-o- y). Pertumbuhan ini sama dengan prakiraan rata-rata impor nonmigas triwulan I Impor bahan baku, yang berperan dominan yaitu 74% dari impor non migas, tumbuh 17,5%, diikuti oleh impor barang konsumsi yang tumbuh sebesar 53,8%. Dengan perkembangan ini diprakirakan impor non migas pada triwulan I-2007 tumbuh cukup tinggi. Impor migas triwulan I-2007 diprakirakan tumbuh relatif rendah yaitu 1,6% (y-oy). Rendahnya pertumbuhan impor nonmigas ini sejalan dengan penurunan tingkat konsumsi BBM domestik tahun Defisit transaksi jasa-jasa dan pendapatan cenderung turun pada triwulan I Transaksi jasa-jasa bersih diprakirakan mencatat defisit USD 3,0 miliar, lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Menurunnya defisit transaksi jasa-jasa disebabkan oleh turunnya pembayaran jasa transportasi untuk kegiatan impor yang melambat pada triwulan I Demikian juga defisit pada transaksi pendapatan bersih cenderung menurun, terutama bersumber dari menurunnya pembayaran bunga yang disebabkan turunnya posisi utang luar negeri. Sementara itu, transaksi transfer bersih masih mencatat surplus sebesar USD 1,2 miliar. Neraca Modal dan Finansial Transaksi modal dan financial (TMF) pada triwulan I-2007 mengalami surplus yang lebih rendah dari prakiraan semula. Prakiraan awal surplus TMF sebesar USD 1,5 miliar menjadi hanya sebesar USD 128 juta. Hal ini terjadi disebabkan oleh aliran modal investasi portofolio asing (FPI) di sisi liabilities yang juga lebih rendah dari prakiraan awal, yaitu dari sebesar USD 3,2 miliar, menjadi USD 2,3 miliar. Hal yang sama juga terjadi pada realisasi penerbitan obligasi valas, diprakirakan sebesar USD 2 miliar, terealisasi USD 1,5 miliar, demikian juga pembelian saham oleh pihak asing yang juga menurun. Sementara aliran bersih modal Foreign Direct Investment (FDI) cukup kuat, namun masih lebih rendah dari aliran modal investasi portofolio. Cadangan Devisa Dengan berbagai perkembangan tersebut di atas, realisasi NPI triwulan I-2007 diprakirakan mencatat surplus. Surplus NPI selanjutnya menyebabkan posisi cadangan devisa pada triwulan I 2007 menjadi US$ 47,2 miliar, atau cukup membiayai impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah selama 5 bulan.. Peningkatan cadangan devisa yang terjadi akan memberikan kontribusi positif bagi stabilitas makroekonomi di masa datang. KEBIJAKAN MAKROEKONOMI Sampai dengan triwulan I-07 (Februari 2007), 42 tindakan/ keluaran (78%) telah dapat diselesaikan dari 54 yang direncanakan hingga Februari Di bidang iklim investasi, rencana tindakan yang telah diselesaikan per Februari 2007 telah 10

9 mencapai 42 tindakan dari rencana 54 tindakan, penyelesaian tersebut antara lain meliputi bidang umum (16), bidang kepabeanan (10), bidang perpajakan (5), bidang ketenagakerjaan (6), dan bidang UKMK (5). Beberapa kebijakan penting antara lain yang terkait dengan Penanaman Modal dan Ekspor masih dalam proses penyempurnaan dan penyelesaian. Terkait dengan penanaman modal, telah disahkannya RUU Penanaman modal oleh DPR pada akhir Maret 2007 diharapkan dapat mendorong meningkatnya investasi asing di Indonesia. Beberapa azas penting yang terkandung dalam UU ini meliputi kepastian hukum, keterbukaan, akuntabilitas dan perlakuan yang sama antara PMDN dan PMA. Namun demikian, beberapa pasal masih menjadi polemik di masyarakat antara lain terkait dengan hak guna usaha oleh asing yang mencapai 95 tahun disamping perlakuan yang sama terhadap asing yang mendorong kekhawatiran terhadap industri kecil dalam negeri. Penyempurnaan organisasi Tim Nasional Peningkatan Ekspor dan Peningkatan Investasi (PEPI) yang bertugas merumuskan kebijakan dan mendorong peningkatan ekspor dan investasi. Kemajuan terutama tampak pada kebijakan yang terkait dengan dengan perdagangan, kepabeanan dan pajak. Beberapa kebijakan yang terkait dengan perdagangan, kepabean dan pajak mengindikasikan banyak kemajuan. Di bidang perdagangan, sebanyak 8 peraturan perundangan-undangan yang menyangkut perizinan di bidang perdagangan telah disempurnakan dan disederhakan melalui SK Menteri Perdagangan antara lain Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Surat Izin Perwakilan Perusahaan (P3A), Surat Izin Kegiatan Usaha Surveyor (SIKUS) disamping waktu penerbitan SIUP yang hanya 5 hari. Di bidang kepabeanan, beberapa kebijakan antara lain penyederhanaan prosedur pemeriksaan kepabeanan, berbagai peraturan untuk percepatan arus barang, target pengurangan time release untuk jalur hijau dan jalur merah, penambahan importir pada jalur prioritas. Di bidang pajak, beberapa peraturan seperti adanya fasilitas penurunan tariff pajak secara bertahap, penyederhanaan prosedur pajak serta penghapusan 2% penalti PPN diharapkan mendorong peningkatan investasi. Pelaksanaan paket kebijakan perbaikan Iklim investasi selama setahun meskipun terus mengindikasikan perbaikan namun dirasa belum berdampak signifikan terhadap peningkatan investasi di dalam negeri. Meskipun kebijakan No. 3/2006 telah dilaksanakan selama setahun, dampak kebijakan perbaikan iklim investasi dirasa masih kurang memberikan pengaruh signifikan bagi peningkatan investasi di Indonesia. Kurangnya sosialisasi kebijakan oleh Pemerintah terhadap pelaku baik dalam negeri maupun asing dan belum terselesaikan permasalahan struktural penting lainnya seperti perburuhan, kepastian hukum dan kondisi infrastrukur diprakirakan menjadi kendala utama bagi peningkatan investasi di Indonesia. Namun demikian, beberapa indikator yang didapatkan dari survei LPEM FEUI dan Bank Dunia menunjukkan adanya peningkatan efisiensi kerja dari birokrasi pemda, ditinjau dari waktu dan pungutan tidak resmi yang makin berkurang. 11

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini 2. Perkembangan Makroekonomi Terkini Penguatan pertumbuhan ekonomi diprakirakan berlanjut pada triwulan II-2007. Setelah mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi pada triwulan I-2007, PDB diprakirakan tumbuh

Lebih terperinci

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2007 2. Perkembangan Makroekonomi Terkini Penguatan pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakan terus berlanjut pada triwulan IV-2007. PDB triwulan IV-2007 diprakirakan

Lebih terperinci

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini 2. Perkembangan Makroekonomi Terkini Secara umum perekonomian Indonesia pada triwulan III-2006 menunjukkan perkembangan yang semakin membaik disertai dengan stabilitas makroekonomi. Membaiknya pertumbuhan

Lebih terperinci

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2006 2. Perkembangan Makroekonomi Terkini Secara umum perekonomian Indonesia pada triwulan IV-2006 mengindikasikan perkembangan yang terus membaik. Pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN Kinerja perekonomian Indonesia masih terus menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa triwulan

Lebih terperinci

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini 2. Perkembangan Makroekonomi Terkini Secara umum, perekonomian nasional pada triwulan I-2006 menunjukkan kinerja yang membaik. Kondisi tersebut tercermin pada terjaganya kestabilan makroekonomi dengan

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 Dalam tahun 2000 pemulihan ekonomi terus berlangsung. Namun memasuki tahun

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

UMKM & Prospek Ekonomi 2006

UMKM & Prospek Ekonomi 2006 UMKM & Prospek Ekonomi 2006 Oleh : B.S. Kusmuljono Ketua Komite Nasional Pemberdayaan Keuangan Mikro Indonesia (Komnas PKMI) Komisaris BRI Disampaikan pada : Dialog Ekonomi 2005 & Prospek Ekonomi Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri APRIL 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi April 2017 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017 Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian 4. Outlook Perekonomian Pada tahun 2007-2008, ekspansi perekonomian Indonesia diprakirakan terus berlanjut dengan dilandasi oleh stabilitas makroekonomi yang terjaga. Pertumbuhan ekonomi pada 2007 diprakirakan

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

BAB II PROSES PEMULIHAN EKONOMI TAHUN 2003

BAB II PROSES PEMULIHAN EKONOMI TAHUN 2003 BAB II PROSES PEMULIHAN EKONOMI TAHUN 23 Secara ringkas stabilitas moneter dalam tahun 23 tetap terkendali, seperti tercermin dari menguatnya nilai tukar rupiah; menurunnya laju inflasi dan suku bunga;

Lebih terperinci

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 25 2. Perkembangan Makroekonomi Terkini Secara keseluruhan, kinerja ekonomi Indonesia pada triwulan III-25 tidak sebaik dibandingkan perkiraan sebelumnya. Pertumbuhan

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2004

BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2004 BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 24 Kondisi ekonomi menjelang akhir tahun 24 dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, sejak memasuki tahun 22 stabilitas moneter membaik yang tercermin dari stabil dan

Lebih terperinci

Sumber pertumbuhan ekonomi tahun 2012 diprakirakan sebagian besar disumbang oleh permintaan domestik.

Sumber pertumbuhan ekonomi tahun 2012 diprakirakan sebagian besar disumbang oleh permintaan domestik. Jakarta, 11/11/2012 (Kominfonewscenter) Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan IV 2012 dan keseluruhan tahun 2012 diprakirakan tumbuh pada kisaran 6,1%-6,5%. Sumber pertumbuhan ekonomi tahun 2012

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th.XI, 5 Februari 2013 Ekonomi Jawa Timur Tahun 2012 Mencapai 7,27 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 No. 06/08/62/Th. V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah triwulan I-II 2011 (cum to cum) sebesar 6,22%. Pertumbuhan tertinggi pada

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi wa April Pertumbuhan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) mengalami akselerasi pada April. Posisi M2 tercatat sebesar Rp5.042,1

Lebih terperinci

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN 2009

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN 2009 Perkembangan Asumsi Makro BAB I BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN 2009 1.1 Pendahuluan Memasuki tahun 2009, efek lanjutan dari pelemahan ekonomi global semakin dirasakan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2004 185 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2004, Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2008 Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 Asumsi Dasar dan Kebijakan Fiskal 2008 Sesuai dengan ketentuan UU Nomor 17 Tahun 2003, Pemerintah Pusat diwajibkan untuk menyampaikan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 31/05/35/Th. X, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2012 (c-to-c) mencapai 7,19 persen Ekonomi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Tahun 27 Perekonomian Indonesia pada Tahun 27 tumbuh 6,32%, mencapai pertumbuhan tertinggi dalam lima tahun terakhir. Dari sisi produksi, semua sektor mengalami ekspansi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAANN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJAA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGAR RAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel...

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA TRIWULAN IV-2004 Kegiatan usaha pada triwulan IV-2004 ekspansif, didorong oleh daya serap pasar domestik Indikasi ekspansi, diperkirakan berlanjut pada triwulan I-2005 Kegiatan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Umum... 1.2 Realisasi Semester I Tahun 2013... 1.2.1 Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 No. 09/02/36/Th. VIII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 Secara total, perekonomian Banten pada triwulan IV-2013 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ember Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 ( dalam arti luas) pada ember mengalami peningkatan. Posisi M2 pada ember tercatat sebesar Rp4.076,3 T, atau tumbuh

Lebih terperinci

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2015 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun 2015 Indikator a. Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 5,7 4,7 *) b. Inflasi (%, yoy) 5,0 3,35

Lebih terperinci

Perekonomian Suatu Negara

Perekonomian Suatu Negara Menteri Keuangan RI Jakarta, Maret 2010 Perekonomian Suatu Negara Dinamika dilihat dari 4 Komponen= I. Neraca Output Y = C + I + G + (X-M) AS = AD II. Neraca Fiskal => APBN Total Pendapatan Negara (Tax;

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap kuat tetapi tekanan semakin meningkat Indikator ekonomi global telah sedikit membaik, harga komoditas telah mulai meningkat

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 1 2 3 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jan-12 Mar-12 May-12 Jul-12 Sep-12 Nov-12 Jan-13 Mar-13 May-13 Jul-13 Sep-13 Nov-13 Jan-14 Mar-14 May-14 Jul-14 Sep-14 Nov-14 Jan-15 35.0 30.0

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Nomor. 30/AN/B.AN/2010 0 Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Tahun 28 Perekonomian Indonesia tahun 28 tumbuh 6,6%(yoy), mengalami perlambatan dibandingkan pertumbuhan tahun 27 (6,28%). Dari sisi produksi, pertumbuhan ekonomi didorong

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) DIREKTORAT PERENCANAAN MAKRO FEBRUARI

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN FEBRUARI 2002

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN FEBRUARI 2002 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN FEBRUARI 2002 Kepercayaan masyarakat baik dalam maupun luar negeri masih relatif lemah sebagaimana yang tercermin dari survei yang dilakukan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009 PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009 I. ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 1. Pertumbuhan Ekonomi Dalam UU APBN 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan sebesar 6,0%.

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian tersebut masih

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 No. 06/02/62/Th. VI, 6 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah tahun 2011 (kumulatif tw I s/d IV) sebesar 6,74 persen.

Lebih terperinci

SIGC Insight: Indonesia Sectoral Report Vol. 2

SIGC Insight: Indonesia Sectoral Report Vol. 2 SIGC Insight: Indonesia Sectoral Report Vol. 2 Eric Sugandi Chief Economist eric.sugandi@skhaconsulting.com Ekonomi Indonesia mungkin akan segera memasuki tahap ekspansi pada siklus bisnisnya. Skha Institute

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kerangka ekonomi makro daerah akan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang telah dicapai pada tahun 2010 dan perkiraan tahun

Lebih terperinci

Februari 2017 RESEARCH TEAM

Februari 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada kuartal terakhir ini,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK PROSPEK DAN RISIKO KEBIJAKAN BANK INDONESIA 2 2 PERTUMBUHAN EKONOMI DUNIA TERUS MEMBAIK SESUAI PERKIRAAN... OUTLOOK

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik BAB V Kesimpulan dan Saran 5. 1 Kesimpulan 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto. Indonesia merupakan negara pengekspor energi seperti batu bara dan gas alam. Seiring

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN III-2014

INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN III-2014 No. 65/11/63/Th. XVIII/5 November 2014 INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN III-2014 Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang dihasilkan Badan Pusat

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN II/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN II/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN II/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 Dalam triwulan II/2001 proses pemulihan ekonomi masih diliputi oleh ketidakpastian.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI... HALAMAN DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR... i iii iv vi vii BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF... I-1 A. PROSES PEMULIHAN EKONOMI TAHUN 2003... I-1 B. TANTANGAN DAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JULI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JULI 2017 No. 52/09/36/Th.XI, 4 September PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JULI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JULI NAIK 29,23 PERSEN MENJADI US$990,19 JUTA Nilai ekspor Banten naik 29,23 persen dibanding ekspor

Lebih terperinci

PROYEKSI MAKROEKONOMI INDONESIA

PROYEKSI MAKROEKONOMI INDONESIA PROYEKSI MAKROEKONOMI INDONESIA 2009-2013 Biro Riset LMFEUI Gejolak makroekonomi mulai terjadi sejalan dengan fluktuasi harga energi dan komoditas sejak semester kedua 2007. Fluktuasi tersebut disusul

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian 4. Outlook Perekonomian Ekspansi perekonomian Indonesia diprakirakan masih akan terus berlangsung pada 2008, melanjutkan perkembangan yang membaik selama 2007. Pertumbuhan ekonomi 2008 diprakirakan mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian global yang terjadi saat ini sebenarnya merupakan perkembangan dari proses perdagangan internasional. Indonesia yang ikut serta dalam Perdagangan internasional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002 Posisi uang primer pada akhir Januari 2002 menurun menjadi Rp 116,5 triliun atau 8,8% lebih rendah dibandingkan akhir bulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN APRIL 2002

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN APRIL 2002 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN APRIL 2002 Pada bulan April 2002 pemerintah berhasil menjadwal ulang cicilan pokok dan bunga utang luar negeri pemerintah dalam Paris Club

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT DESEMBER 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR DESEMBER 2016 MENCAPAI USD 2,29 MILYAR No. 08/02/32/Th.XIX, 01

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JUNI 2001

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JUNI 2001 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JUNI 2001 Kondisi ekonomi makro bulan Juni 2001 tidak mengalami perbaikan dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Kepercayaan masyarakat

Lebih terperinci

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Boks I Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Gambaran Umum Perkembangan ekonomi Indonesia saat ini menghadapi risiko yang meningkat seiring masih berlangsungnya krisis

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2017 No. 24/05/36/Th.XI, 2 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET NAIK 9,30 PERSEN MENJADI US$995,96 JUTA Nilai ekspor Banten pada Maret naik 9,30 persen dibanding

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH

PERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH PERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH Asumsi nilai tukar rupiah terhadap US$ merupakan salah satu indikator makro penting dalam penyusunan APBN. Nilai tukar rupiah terhadap US$ sangat berpengaruh

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar Mar Apr'15 % (yoy)

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar Mar Apr'15 % (yoy) Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa il Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada il mengalami perlambatan. Posisi M2 akhir il sebesar Rp4.274,9 T, atau

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan I-9 Secara tahunan (yoy) perekonomian Indonesia triwulan I-9 tumbuh 4,37%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (5,18%). Sementara secara triwulanan

Lebih terperinci

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 sebesar 5,12 persen melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th. X, 5 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan III Tahun 2012 (y-on-y) mencapai 7,24 persen

Lebih terperinci