BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Setiap manusia pasti mengalami proses pembelajaran untuk mencapai kemajuan hidup. Proses pembelajaran yang tepat akan mempengaruhi kesuksesan belajar siswa dalam hasil belajarnya. Salah satu aspek yang berperan penting bagi keberhasilan pembelajaran adalah model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan model pembelajaran yang dianggap efektif untuk meningkatkan hasil belajar pada penelitian ini. Berikut ini akan diuraikan mengenai hakikat pembelajaran, pembelajaran Bahasa Indonesia SD, hasil belajar Bahasa Indonesia SD, model pembelajaran, model pembelajaran kooperatif, serta model pembelajaran kooperatif tipe TGT Hakikat Pembelajaran Siswa belajar ketika terjadi proses pembelajaran. Pembelajaran sendiri adalah suatu proses kreatif yang mendorong siswa untuk berbuat sesuatu sehingga membangun pengetahuannya secara mandiri dan mengeluarkan seluruh potensi yang terdapat dalam dirinya. (Abidin, 2013, h. 3). Sedangkan menurut Komalasari (2010, h. 3), pembelajaran adalah suatu sistem atau proses membelajarkan peserta didik yang direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi agar peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Pendapat ini diperkuat oleh Sagala (2010, h. 61) yang menyatakan bahwa pembelajaran adalah kegiatan yang direncanakan untuk membantu seseorang untuk menguasai suatu kompetensi tertentu. Menurut Hamalik (2010, h. 64,65) proses belajar mengajar yang terdapat pada suatu pembelajaran di kelas terdiri atas beberapa aspek yang saling berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan pendidikan. Aspek-aspek tersebut meliputi: 1. Aspek tujuan instruksional 8

2 9 Tujuan instruksional harus dirumuskan secara jelas dan spesifik karena menentukan arah pembelajaran. Selain itu juga harus bepusat pada perubahan perilaku siswa yang diinginkan, operasional, serta dapat diamati dan diukur. 2. Aspek materi pelajaran Materi pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa dirumuskan berdasarkan tujuan instruksional yang akan dicapai. Materi pelajaran diperoleh melalui sumber bahan pelajaran yang berkenaan dengan mata pelajaran tertentu. 3. Aspek metode dan strategi belajar mengajar Pemilihan metode dan strategi belajar mengajar harus didasarkan pada tujuan instruksional dan materi pelajaran. Strategi belajar mengajar mengandung kegiatan-kegiatan siswa yang belajar dan kegiatan guru yang mengajar. 4. Aspek media instruksional Media merupakan penunjang kegiatan belajar mengajar agar dapat berlangsung secara efektif dan efisien. 5. Aspek penilaian Penilaian befungsi untuk mengukur dan menilai ketercapaian tujuan instruksional dan kemajuan belajar siswa. 6. Aspek penunjang fasilitas, waktu, tempat, dan perlengkapan Aspek ini turut mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran. Walaupun aspek-aspek sebelumnya telah dirancang dengan baik, tanpa fasiltas, waktu, tempat, dan perlengkapan yang cukup maka sangat sulit proses belajar mengajar berhasil dengan baik. 7. Aspek ketenagaan Faktor guru dan siswa turut menentukan keberhasilan pembelajaran, sebab faktor inilah yang menajdi subyek pembelajaran. Keaktifan siswa dan guru besar pengaruhnya terhadap keberhasilan pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan sistematis yang telah dirancang untuk memfasilitasi peserta didik

3 10 dalam menguasai sejumlah kompetensi tertentu sehingga dapat mengembangkan seluruh potensi yang terdapat pada dirinya. Di dalam pembelajaran terdapat proses belajar yang dialami oleh siswa. Belajar adalah proses interaksi antara lingkungan dan individu yang diarahkan pada tujuan dan proses berbuat (melihat, mengamati, dan memahami sesuatu) melalui berbagai pengalaman (Hosnan, 2014, h. 7). Berbagai aktivitas belajar diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Menurut Hamalik (2010, h. 54) belajar memiliki delapan prinsip yaitu sebagai berikut: 1. Belajar bertujuan untuk pengembangan perilaku siswa. 2. Belajar didasarkan atas kebutuhan dan motivasi tertentu. 3. Belajar dilaksanakan dengan latihan daya-daya, membentuk hubungan asosiasi, dan melalui penguatan. 4. Belajar bersifat keseluruhan yang menitikberatkan pemahaman, berpikir kritis, dan pembentukan pengalaman. 5. Belajar membutuhkan bimbingan. 6. Belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. 7. Belajar dapat diperoleh melalui kemampuan memecahkan masalah. 8. Hasil belajar dapat ditransferkan dalam situasi lain Pembelajaran Bahasa Indonesia SD Pembelajaran Bahasa sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di tingkat SD memiliki peranan penting yaitu bukan hanya untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi, namun juga sebagai sarana untuk menguasai berbagai bidang ilmu pengetahuan sehingga para filsuf menempatkan bahasa sebagai induk pengetahuan disamping Matematika. (Abidin, 2013, h. 6). Bahasa dikatakan sebagai alat komunikasi masyarakat berupa bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang memiliki makna (Mila, 2011, h. 2). Bahasa nasional bangsa Indonesia adalah Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia dijadikan sebagai bahasa pemersatu untuk

4 11 kebutuhan komunikasi antar bangsa. Pembelajaran Bahasa Indonesia pada tingkat SD menurut Permendiknas No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dilatar belakangi oleh pentingnya pemahaman bahasa dengan baik oleh bangsa Indonesia karena bahasa merupakan alat komunikasi yang memegang peran penting bagi penguasaan ilmu pengetahuan. Sehingga melalui pembelajaran Bahasa Indonesia diharapkan peserta didik dapat berkomunikasi menggunakan Bahasa Indonesia secara baik dan benar, baik lisan maupun tulisan serta menumbuhkan sikap menghargai karya sastra bangsa Indonesia. Menurut Permendiknas No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, pembelajaran Bahasa Indonesia di SD dilaksanakan dengan tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis 2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara 3. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan 4. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial 5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa 6. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Ruang lingkup pembelajaran Bahasa Indonesia mencakup kemampuan berbahasa dan bersastra yang meliputi empat aspek, yaitu mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca, dan menulis. Pada akhir pendidikan di SD/MI, peserta didik harus membaca minimal sembilan buku sastra dan non sastra. (Permendiknas No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi). Menurut Abidin (2013, h.

5 12 93,125,147,181) menyimak adalah kegiatan yang dilakukan dengan penuh saksama untuk memahami pesan yang terkadung dalam bahasan yang didengarkan melalui lisan. Berbicara pada dasarnya adalah kemampuan seseorang untuk menyampaikan gagasannya melalui lisan kepada orang lain. Membaca adalah proses untuk mendapatkan informasi yang terdapat pada bacaan untuk memperoleh pemahaman. Sedangkan menulis adalah proses untuk mengemukakan ide atau gagasan malalui tulisan. Jika dilihat dari uraian di atas, pembelajaran Bahasa Indonesia di SD menekankan pada kemampuan berbahasa untuk berkomunikasi secara baik dan benar serta apresiasi terhadap karya sastra bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, pembelajaran yang dilaksanakan haruslah menekankan pada praktik berkomunikasi secara langsung bagi siswa. Sehingga pembelajaran yang terjadi menjadi kontekstual dan terbiasa untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari bagi siswa. Pembelajaran bahasa harus dilaksanakan dengan melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran. Guru sebagai pengajar harus menciptakan suasana belajar yang menantang agar siswa secara aktif mengembangkan seluruh potensinya dalam kegiatan berbahasa dan bersastra. Suasana belajar yang menantang akan berpengaruh terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia siswa Hasil Belajar Bahasa Indonesia SD Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya satu aspek potensi manusia saja, namun meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap (Suprijono, 2011, h. 7). Hasil belajar juga dapat dikatakan sebagai perubahan perilaku akibat belajar. Perubahan perilaku tersebut disebabkan karena siswa mampu menguasai seluruh beban yang diberikan ketika proses pembelajaran. Pencapaian didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, yaitu berupa aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor (Purwanto, 2014, h. 46). Secara umum hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2012, h. 22).

6 13 Menurut Benyamin Bloom, hasil belajar dibagi dalam tigas ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Ranah kognitif (intelektual) yang terdiri dari enam aspek, meliputi pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif (sikap) terdiri dari lima aspek, meliputi penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Sedangkan ranah psikomotor (keterampilan dan kemampuan bertindak) meliputi enam aspek, yaitu gerakan reflex, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif. Dari ketiga ranah di atas, ranah kognitif yang paling banyak dinilai karena berkaitan dengan siswa dalam menguasai bahan pelajaran. (Sudjana, 2012, h. 23). Hasil belajar siswa yang diukur dalam penelitian ini hanya hasil belajar pada ranah kognitif saja. Sedangkan aspek bahasa yang akan ditingkatkan dalam penelitian ini adalah aspek membaca dengan SK 7. Memahami teks melalui membaca intensif, membaca nyaring, dan membaca pantun dan KD 7.1 Menemukan kalimat utama pada tiap paragraf melalui membaca intensif. Terdapat banyak hal yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Salah satunya adalah model pembelajaran. Ada berbagai model pembelajaran inovatif yang belakangan ini berkembang. Salah satu model pembelajaran yang dianggap peneliti memiliki pengaruh baik terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia adalah model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Hal ini dikarenakan model pembelajaran ini menekankan pada aktivitas kelompok untuk melaksanakan suatu tugas yang mendorong siswa untuk berkompetisi memenangkan permainan. Sehingga siswa akan tertantang untuk terus aktif belajar melalui kelompoknya. Sebelum dijelaskan mengenai model pembelajaran kooperatif tipe TGT, peneliti terlebih dahulu akan memaparkan hakikat model pembelajaran, model pembelajaran kooperatif, barulah dijelaskan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

7 Model Pembelajaran Menurut (Komalasari, 2010, h. 57), model pembelajaran adalah bentuk khas pembelajaran yang disajikan oleh guru dari awal sampai akhir. Model pembelajaran juga dapat dikatakan sebagai pembungkus antara pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik. Pendekatan pembelajaran adalah titik tolak atau cara pandang terhadap proses pembelajaran (Sanjaya, 2011, h. 127). Strategi pembelajaran meliputi kegiatan atau pemakaian teknik yang dilakukan oleh pengajar mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan, evaluasi, serta program tindak lanjut untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu (Iskandarwassid & Sunendar, 2011, h. 9). Teknik pembelajaran adalah cara yang dilakukan oleh pengajar dalam mengaplikasikan metode secara khusus. Sedangkan taktik pembelajaran adalah gaya pengajar dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran yang individual (Komalasari, 2010, h. 56). Selanjutnya Komalasari (2010, h. 56) menyatakan penjelasan tersebut ke dalam sebuah 2.1 sebagai berikut: Gambar 2.1 Kesatuan antara Pendekatan, Strategi, Metode, Tehnik, dan Taktik dalam Model Pembelajaran Pendekatan Pembelajaran Model Pembelajaran Strategi Pembelajaran Metode Pembelajaran Tehnik Pembelajaran Taktik pembelajaran Model Pembelajaran Sedangkan menurut Joyce & Weil dalam Rusman (2011, h. 133) model pembelajaran adalah suatu rencana yang digunakan untuk membentuk kurikulum,

8 15 merencakan pembelajaran di kelas, dan merancang bahan ajar. Pendapat ini senada dengan yang diungkapkan oleh Hosnan (2014, h. 181) yang menyatakan bahwa model pembelajaran adalah sebuah kerangka konseptual yang menjelaskan langkahlangkah pembelajaran secara sistematis untuk mencapai tujuan tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi pengajar untuk merencanakan dan melaksanakan strategi dan aktivitas prinsip pembelajaran. Jadi berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah sebuah prosedur pembelajaran yang sistematis yang dijadikan sebagai pedoman dalam menyusun kegiatan pembelajaran yang mencakup pendekatan, strategi, metode, tehnik, dan taktik pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Menurut Rusman (2011, h. 136) model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu. 2. Mempunyai misi atau tujuan pembelajaran tertentu. 3. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan pembelajaran di kelas. 4. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: a. urutan langkah-langkah pembelajaran (syntax) b. adanya prinsip-prinsip reaksi c. sistem sosial d. sistem pendukung 5. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran, meliputi dampak pembelajaran yaitu hasil belajar yang dapat diukur, dampak pengiring yaitu hasil belajar jangka panjang. 6. Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya.

9 Model Pembelajaran Kooperatif Karakteristik siswa pada jenjang SD adalah senang bermain dan berkelompok. Oleh karena itu, dibutuhkan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa tersebut. Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa SD adalah model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada kerja sama antar siswa. Pengertian model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) menurut Arends (2008, h. 4) adalah model pembelajaran yang menuntut kerja sama dan interdependensi siswa dalam struktur tugas (task structure) dan struktur tujuan (goal structure). Sedangkan menurut Komalasari (2010, h. 202), model pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan siswa belajar secara berkelompok kolaboratif yang terdiri dari empat sampai enam siswa dengan anggota kelompok yang heterogen. Pendapat ini diperkuat oleh Rusman (2011, h. 204) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan siswa secara berkelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Rusman (2011, h. 207) juga menyatakan bahwa ciri-ciri pembelajaran kooperatif meliputi: 1. Pembelajaran secara tim 2. Didasarkan pada manajemen kooperatif 3. Kemauan untuk bekerja sama 4. Keterampilan bekerja sama Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang menempatkan siswanya secara berkelompok untuk saling bekerjasama menyelesaikan suatu tugas yang ditentukan oleh pengajar dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Sanjaya (2011, h. 246) mengemukakan bahwa terdapat empat prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif, meliputi: 1. Prinsip ketergantungan positif (Positive Interdependence)

10 17 2. Tanggung jawab perseorangan (Individual Accountability) 3. Interaksi tatap muka (Face to Face Promotion Interaction) 4. Partisipasi dan Komunikasi (Partisipation Communication) Model pembelajaran kooperatif memiliki empat tahapan keterampilan kooperatif yang dikemukakan oleh Hosnan (2014, h. 242) yaitu sebagai berikut: 1. Forming (pembentukan), yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk membentuk kelompok dan sikap yang sesuai dengan norma. 2. Functioning (pengaturan), yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk mengetahui aktivitas kelompok dalam menyelesaikan tugas dan membina hubungan kerja sama diantara anggota kelompok. 3. Formating (perumusan), yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk pembentukan pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan-bahan yang dipelajari, merangsang penggunaan tingkat berpikir yang lebih tinggi, dan menekankan penguasaan serta pemahaman dari materi yang diberikan. 4. Fermenting (penyerapan), yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk merangsang pamahaman konsep sebelum pembelajaran, konflik kognitif, mencari lebih banyak informasi, dan mengkomunikasikan pemikiran untuk memperoleh kesimpulan. Menurut Warsono & Hariyanto (2013, h. 161), implementasi pembelajaran kooperatif dilaksanakan dengan mengarahkan siswa untuk saling bertukar pikiran tentang hal-hal sebagai berikut: 1. Siswa bekerja sama tentang suatu tugas bersama, atau kegiatan pembelajaran yang akan tertangani dengan baik melalui karya suatu kelompok kerja. 2. Siswa bekerja sama dalam suatu kelompok kecil yang terdiri dari 2-6 orang. 3. Siswa bekerja sama, berperilaku pro-sosial untuk menyelesaikan tugas bersama atau kegiatan pembelajaran.

11 18 4. Siswa saling bergantung secara positif, aktivitas pembelajaran diberi struktur sedemikian rupa sehingga setiap siswa saling membutuhkan satu sama lain untuk menyelesaikan tugas bersama. 5. Setiap siswa bertanggungjawab secara individu terhadap tugas yang menjadi bagiannya. Untuk melaksanakan model pembelajaran kooperatif, diperlukan langkahlangkah (prosedur) pembelajaran yang jelas. Rusman (2011, h. 211) membagi langkah-langkah pembelajaran kooperatif ke dalam tiga tahap pada tabel 2.1 berikut: Tabel 2.1 Tahap-Tahap Model Pembelajaran Kooperatif Tahap Tahap 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Tahap 2 Menyajikan informasi Tahap 3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. Tahap 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar. Tingkah Laku Guru Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pembelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari dan memotivasi siswa belajar. Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan. Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok belajar agar melakukan transisi secara efektif dan efisien. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.

12 19 Tahap 5 Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. Selanjutnya Rusman (2011, h. 212) meringkas bahwa pada dasarnya model pembelajaran kooperatif terdiri dari empat tahap, yaitu sebagai berikut: 1. Penjelasan materi Pada tahap ini berisi penjelasan pokok-pokok materi sebelum siswa belajar secara berkelompok. Tujuannya adalah agar siswa dapat memahami pokok materi pelajaran. 2. Belajar kelompok Setelah siswa paham terhadap materi kelompok, maka siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya. 3. Penilaian Penilaian pembelajaran kooperatif dapat dilakukan melalui tes maupun non tes, baik dilakukan secara individu maupun kelompok. 4. Pengakuan tim Tahap ini berisi penetapan kelompok yang dianggap paling menonjol dalam satu kelas. Selanjutnya kelompok tersebut diberikan hadiah atau penghargaan untuk memotivasi siswa agar mempertahankan prestasinya. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif yang sudah jelas harus didukung pengelolaan kelas yang tepat. Hosnan, (2014, h. 245) menyatakan pengelolaan kelas model pembelajaran kooperatif terdiri dari tiga bagian, yaitu sebagai berikut: 1. Pengelompokan Pengelompokan dibagi menjadi dua macam, yaitu pengelompokan homogen dan hiterogen. Pengelompokan homogen (ability grouping)

13 20 adalah mengelompokkan siswa dengan kemampuan yang sama dalam satu kelompok. Sedangkan pengelompokan hiterogen (kemacam-ragaman) adalah dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang sosio ekonomi dan etnik, serta kemampuan akademis. 2. Semangat gotong royong Agar pembelajaran kooperatif dapat berjalan dengan lancar maka setiap anggota kelompok harus memiliki semangat gotong royong. Pengajar dapat meningkatkan semangat gotong royong siswa melalui beberapa cara diantaranya dengan kesamaan kelompok, identitas kelompok, serta sapaan dan sorak kelompok. 3. Penataan ruang kelas Pelaksanaan pembelajaran juga dipengaruhi oleh penataan ruang kelas. Oleh karena itu penataan ruang kelas harus mempertimbangkan ukuran ruang kelas, jumlah siswa, tingkat kedewasaan siswa, serta pengalaman guru dan siswa dalam melaksanakan metode pembelajaran gotong royong. Pembelajaran kooperatif dinilai sesuai untuk diaplikasikan dalam berbagai mata pelajaran, baik untuk matematika, sains, ilmu sosial, bahasa dan sastra, seni, dan lain-lain (Warsono & Hariyanto, 2013, h. 166). Oleh karena itu, peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif untuk diaplikasikan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SD. Karena selain sesuai untuk pembelajaran Bahasa Indonesia, model pembelajaran kooperatif juga sesuai dengan karakteristik siswa SD yang masih senang berkelompok dan bermain Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament Model pembelajaran kooperatif memiliki tipe yang beraneka ragam, diantaranya tipe Student Teams Achevement Division (STAD), Investigasi Kelompok (Group Investigation), Jigsaw, Teams Games Tornaments (TGT), Make a Macth (Cari Pasangan), Cooperative Script, Think Pair and Share (Pikir Bareng dan Berbagi), Numbered Heads Together (Kepala Bernomor), Modification Numbered

14 21 Heads (Kepala Bernomor Struktur), Snowball Throwing (Gelundungan Bola Salju), dan lain-lain. Pada penelitian ini peneliti akan menggunakan model pempelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament. Menurut Saco, TGT merupakan tipe model pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa untuk memainkan permainan sehingga siswa akan tertantang untuk menghasilkan skor tertinggi untuk timnya. Permainan dalam TGT dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka. Turnamen harus memungkinkan siswa dengan berbagai kemampuan menghasikan skor sebanyak-banyaknya bagi timnya. Permainan yang dikemas dalam bentuk turnamen dapat dijadikan sebagai penilaian alternatif atau sebagai review materi pelajaran (Rusman, 2011, h. 224). Sedangkan menurut Warsono & Hariyanto (2013, h. 197), TGT merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Robert Slavin sebagai sebuah aktivitas pembelajaran yang mendorong siswa untuk bermain sambil belajar secara tim dan mendorong kompetisi terhadap tim yang lain. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa membedakan status, melibatkan teman sebagai tutor sebaya dan mengandung permainan dan reinforment. (Shoimin, 2014, h. 203). Shoimin (2014, h. 204) juga mengemukakan bahwa terdapat lima komponen utama dalam TGT, meliputi: 1. Penyajian Kelas Pada awal pembelajaran, guru menyajikan materi pembelajaran secara langsung (ceramah) ataupun diskusi langsung yang dipimpin oleh guru. Pada kegiatan ini siswa harus benar-benar memperhatikan guru karena akan sangat membantu ketika kerja kelompok dan permainan karena akan membantu menghasilkan skor kelompok. 2. Kelompok (Team) Siswa dalam kelompok harus hiterogen yang terdiri daei 4 sampai 5 orang siswa. Kehetoregenan siswa dalam kelompok dapat dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin, dan rasa tau etnik.fungsi berkelompok adalah

15 22 agar siswa lebih mempersiapkan kelompoknya untuk memahami materi pembelajaran agar siap saat game dimulai. 3. Game Game dapat berupa pertanyaan-pertanyaan untuk menguji pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran yang didapatkan dari pembelajaran langsung dan kelompok. 4. Tournament Tournament dapat dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok telah menyelesaikan lembar kerja siswa. 5. Team Recognizer (penghargaan kelompok) Pada akhir kegiatan, guru mengumumkan kelompok yang menang dalam pertandingan, namun masing-masing kelompok juga akan mendapatkan sertifikat atau hadiah jika telah memenuhi ketentuan minimum skor. Sejalan dengan pendapat Shoimin, Slavin (2015, h. 163) juga menyatakan bahwa TGT terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut: 1. Presentasi di kelas Komponen presentasi di kelas terdiri dari penyampaian materi yang akan digunakan untuk permainan. Penyampaian materi berupa pembelajaran langsung yang mengarahkan siswa untuk memberi perhatian penuh terhadap presentasi guru yang akan berpengaruh terhadap kemampuan memenangkan permainan. 2. Tim Tim terdiri atas empat atau lima siswa yang heterogen dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan etnisitas. Fungsi kegiatan ini adalah memastikan seluruh anggota kelompok belajar untuk persiapan mengikuti permainan. Komponen ini terdiri dari kegiatan pembahasan masalah bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tiam ada yang membuat kesalahan. Anggota tim harus memberikan

16 23 yang terbaik untuk timnya. Tim ini dapat mengembangkan hubungan antar kelompok, rasa harga diri, dan penerimaan terhadap siswa-siswa mainstream. 3. Game Game tediri atas pertanyaan yang relevan dengan isi matei yang dipelajari siswa pada saat presentasi di kelas dan kerja tim. Setiap anggota tim bersaing untuk menjawab pertanyaan yang telah dirancang oleh guru. 4. Turnamen Turnamen adalah sebuah struktur ketika game berlangsung. Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit setelah guru melakukan presentasi di kelas dan kelompok melaksanakan kerja tim. Kegiatan ini memungkinkan setiap siswa untuk berkontribusi terhadap skor yang diperoleh oleh timnya jika mereka melakukan yang terbaik. 5. Rekognisi tim Tim akan mendapatkan sertifikat atau penghargaan jika mencapai skor dengan kriteria tetentu. Selain itu Shoimin (2014, h. 205) juga mengemukakan langkah-langkah pelaksanaan TGT yang dibagi ke dalam lima bagian, yaitu: 1. Penyajian Kelas (Class Presentation) Pada awal pembelajaran, guru menyampaikan tujuan pembelajaran, pokok materi, dan penjelasan singkat tentang lembar kerja siswa yang dibagikan kepada kelompok. 2. Belajar dalam Kelompok (Teams) Guru membagi siswa dalam kelompok dengan jumlah sekitar 5 sampai 6 siswa dalam satu kelompok berdasarkan kriteria kemampuan (prestasi) peserta didik, jenis kelamin, etnik, dan ras. Selanjutnya siswa diminta untuk mengerjakan lembar kerja siswa secara berkelompok agar semua anggota kelompok lebih memahami materi pembelajaran. Ketika kegiatan kelompok, peserta didik dikondisikan untuk mendiskusikan masalah,

17 24 membandingkan jawaban, memeriksa, dan memperbaiki kesalahankesalahan teman dalam satu kelompoknya. 3. Permainan (Games) Permainan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan materi pembelajaran, dirancang untuk menguji pemahaman masing-masing siswa dalam kelompok yang didapat dari penyajian kelas dan belajar kelompok. 4. Pertandingan atau Lomba (Tournament) Tournament atau lomba adalah kegiatan belajar ketika persaingan permainan antar kelompok dimulai. Kegiatan ini dilaksanakan setelah satu unit selesai atau setelah guru selesai presentasi dan siswa telah mengerjakan lembar kerja siswa. 5. Penghargaan Kelompok (Team Recognition) Setelah pertandingan berakhir, maka guru akan membagikan hadiah kepada kelompok dengan skor terbaik. Namun setiap kelompok juga akan tetap mendapatkan hadiah ataupun sertifikat jika telah memenuhi kriteria skor yang telah ditentukan. Sedangkan langkah-langkah pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini sesuai dengan dikemukakan Slavin dan Shoimin di atas disajikan dalam tabel 2.2 berikut: Tahap 1 Tabel 2.2 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Tahap Tingkah Laku Guru Penyajian Kelas (Class Presentation) 1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 2. Guru menyampaikan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan hari ini. 3. Guru memotivasi siswa untuk belajar. 4. Guru menjelaskan inti materi pembelajaran. 5. Guru menjelaskan secara singkat tentang lembar

18 25 Tahap 2 Belajar dalam Kelompok (Teams) Tahap 3 Permainan (Games) Tahap 4 Pertandingan atau Lomba (Tournament) Tahap 5 Penghargaan Kelompok (Team Recognition) kerja siswa yang dibagikan kepada kelompok. 1. Guru membagi siswa dalam kelompok dengan jumlah sekitar 4 sampai 5 siswa dalam satu kelompok berdasarkan kriteria kemampuan (prestasi) peserta didik, jenis kelamin, etnik, dan ras. 2. Guru membimbing siswa dalam mengerjakan lembar kerja siswa secara berkelompok agar semua anggota kelompok lebih memahami materi pembelajaran. 3. Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. 4. Guru mengkonfirmasi hasil diskusi kelompok 1. Guru merancang aturan permainan yang menarik dan sesuai denga materi pembelajaran. 2. Guru menjelaskan aturan permainan. 3. Guru membimbing pelaksanaan permainan. 1. Guru menjadi pemimpin jalannya pertandingan. 2. Guru menjadi juri dalam pertandingan. Guru memberikan penghargaan bagi kelompok dengan skor terbanyak. Adapun cara menentukan efektif atau tidaknya model pembelajaran kooperatif tipe TGT untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas 4 di SD Negeri 4 Tanggung pada penelitian ini didasarkan pada uji T menggunakan Independent Sample T Test pada SPSS Independent Sample T Test atau Uji T

19 26 Sampel Independen adalah penafsiran data dengan dua kasus yang berbeda, dengan cara membandingkan rata-rata dua kelompok data. Syaratnya data harus berupa variabel kuantitatif dalam dua kelompok yang berbeda dengan data berdistribusi normal. (Slameto, 2015, h.301). Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dikatakan efektif untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia jika hasil uji Independent Sample T Test nya menunjukkan signifikansi < 0, Kajian Penelitian yang Relevan Penelitian ini berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh Eka Lukmanul Hakim (2013) yang berjudul Penerapan Model Team Games Tournament untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia tentang Konsep Membaca Pemahaman pada Siswa Kelas 4 SD Negeri 02 Koripan Kecamatan Matesih Tahun 2012/2013 yang menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran Bahasa Indonesia tentang konsep membaca pemahaman. Pada saat pra siklus sebelum diberikan tindakan dengan menggunakan model pembelajaran tipe TGT dari 20 siswa hanya terdapat 9 siswa yang tuntas. Sedangkan setelah diajar dengan menggunakan model pembelajaran tipe TGT dari 20 siswa hanya terdapat 2 siswa saja yang tidak tuntas. Penelitian yang serupa dilakukan oleh Endang Sri Paryanti (2012) yang berjudul Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia tentang Konsep Membaca Pemahaman melalui Penerapan Model Team Game Tournament pada Siswa Kelas IV SD Negeri 04 Jatisobo Kecamatan Jatipuro Tahun Pelajaran 2011/2012 yang membuktikan bahwa pada siklus I pembelajaran dengan model TGT dari 20 siswa sebanyak 11 siswa hasil belajarnya tuntas, selanjutnya pada siklus II ketuntasan hasil belajar siswa meningkat menjadi 15 siswa, kemudian meningkat kembali pada siklus III yaitu jumlah ketuntasan mencapai 18 siswa. Pembuktian bahwa model pembejaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia juga dilakukan melalui penelitian Pt. Indah Utami Dewi, dkk dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif

20 27 Tipe TGT Berbasis Penilaian Kinerja terhadap Keterampilan Berbicara Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas 5 SD. Penelitian tersebut membuktikan bahwa terjadi perbedaan rata-rata hasil tes keterampilan berbicara antara kelas kontrol dan eksperimen. Kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata 73,66 sedangkan kelas kontrol memiliki rata-rata 69,06. Jadi, kelas eksperimen yang diberikan tindakan berupa pembelajaran dengan model TGT memiliki hasil belajar lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional. Penelitian yang dilakukan oleh Muawanah (2015) yang berjudul Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Pokok Bahasan Bangun Ruang Sederhana Semester II Kelas 4 di MI Sultan Fatah Demak Tahun Pelajaran menunjukkan bahwa ratarata hasil belajar kelas eksperimen yang menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT sebesar 64,32 lebih tinggi dari pada kelas kontrol yaitu 55,61. Penelitian yang dilaksanakan oleh Endang Sri Indriyati (2012) yang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa melalui Operasi Hitung Bilangan Bulat dengan Model Pembelajaran Team Game Tournament (TGT) pada Siswa Kelas IV SD Gumawang 01 Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012 juga menyatakan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar Matematika pada siswa kelas 4 SD Negeri Gumawang 1 Kecamatan Pecalungan Kabupaten Batang Semester II Tahun 2011/2012. Nilai ulangan siswa yang pada awalnya memiliki rata-rata 55, kemudian pada siklus 1 menjadi 69 dan pada siklus 2 menjadi Kerangka Pikir Berdasarkan latar belakang masalah dan kajian teori dapat disusun suatu kerangka berpikir untuk memperjelas arah dan maksud penelitian. Kerangka berpikir ini disusun berdasarkan variabel yang dipakai dalam penelitian yaitu, penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap hasil belajar. Berikut ini gambar 2.2 menyajikan kerangka pikir pada penelitian ini

21 28 Gambar 2.2 Kerangka Pikir Pembelajaran Bahasa Indonesia Hasil observasi dan wawancara: 1. Ketuntasan hasil belajar siswa SD Negeri 3 Tanggung dan SD Negeri 4 Tanggung sekitar 55%. 2. Siswa yang aktif ketika proses pembelajaran hanya 50%. 3. Metode pembelajaran berupa ceramah, tanya jawab, dan diskusi. Namun ketika berdiskusi hanya sebagian siswa yang mendominasi. Penelitian Eksperimen Kelas Kontrol (Pembelajaran konvensional yang diterapkan di SD N 4 Tanggung) Kelas Eksperimen (Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT) Langkah-Langkah Pembelajaran: 1. Penjelasan materi melalui ceramah 2. Tanya jawab tentang materi pembelajaran 3. Pembagian kelompok secara acak 4. Pembagian lembar kerja siswa untuk kelompok 5. Konfirmasi jawaban kelompok Hasil Belajar dibandingkan Hasil Belajar Langkah-Langkah Pembelajaran: 1. Penyajian kelas (penjelasan tujuan pembelajaran, pokok-pokok materi, dan petunjuk lembar kerja siswa) 2. Belajar kelompok (pembagian kelompok berdasarkan kemampuan akademik dan jenis kelamin, serta mengerjakan LKS berkelompok) 3. Permainan (setiap anggota kelompok siap untuk bermain tentang materi pembelajaran) 4. Perlombaan (kompetisi antar kelompok) 5. Penghargaan (pemberian penghargaan kepada kelompok pemenang)

22 29 Penelitian ini didasarkan pada hasil observasi dan wawancara di kelas 4 SD Negeri 3 Tanggung dan SD Negeri 4 Tanggung. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara didapatkan data bahwa ketuntasan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas 4 SD Negeri 3 Tanggung dan SD Negeri 4 Tanggung sekitar 55%. Ketika proses pembelajaran Bahasa Indonesia hanya terdapat 50% siswa saja yang aktif. Hasil belajar yang diperoleh siswa juga dipengaruhi oleh pembelajaran konvensional yang diterapkan guru kelas 4 SD Negeri 3 Tanggung dan SD Negeri 4 Tanggung. Pembelajaran konvensional yang diterapkan pembelajaran dengan ceramah, tanya jawab, dan diskusi. Namun diskusi yang diterapkan oleh guru di dalam kelas hanya membuat siswa dengan kemampuan akademik tinggi saja yang mendominasi kelampok. Sedangkan siswa dengan kemampuan akademik rendah justru semakin sulit untuk memahami materi pembelajaran ketika diterapkan metode diskusi. Oleh karena itu, peneliti ingin mengujicobakan pembelajaran kooperatif tipe TGT melalui penelitian dengan jenis eksperimen. Peneliti ingin mengetahui efektivitas pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas 4 SD Negeri 4 Tanggung, karena pada dasarnya pembelajaran kooperatif tipe TGT juga menekankan pada aspek kerja sama seperti metode diskusi yang telah diterapkan oleh guru sekolah tersebut. Penelitian eksperimen yang dilakukan oleh peneliti dengan membandingkan antara kelas eksperimen yang mengimplementasikan pembelajaran kooperatif tipe TGT dan kelas kontrol yang mengimplementasikan pembelajaran kovensional yang biasa diterapkan di kelas tersebut. Pembelajaran kooperatif tipe TGT yang diterapkan di kelas eksperimen dilaksanakan dengan langkah-langkah pembelajaran yang dimulai dari penyajian kelas. Penyajian kelas merupakan tahap awal untuk memasuki materi pembelajaran, yang terdiri dari penyampaian tujuan pembelajaran, penjelasan singkat materi pembelajaran, dan penjelasan petunjuk pengerjaan lembar kerja siswa. Tahap kedua adalah belajar kelompok. Dalam tahap belajar kelompok terdapat kegiatan pembagian kelompok berdasarkan kemampuan akademik dan jenis kelamin untuk mengerjakan

23 30 lembar kerja siswa secara berkelompok. Tahap ketiga adalah permainan. Pada tahap ini setiap anggota kelompok siap untuk bermain tentang materi pembelajaran. Tahap keempat adalah perlombaan. Setiap kelompok berkompetisi untuk menyelesaikan permainan sebaik mungkin untuk memenangkan perlombaan. Selanjutnya tahap akhir dari pembelajaran adalah penghargaan. Pada tahap ini guru akan memberikan penghargaan kepada kelompok pemenang. Sedangkan pembelajaran konvensional yang diterapkan pada kelas kontrol terdiri dari aktivitas penjelasan materi melalui ceramah. Selanjutnya untuk mengecek pemahaman siswa, maka guru melaksanakan tanya jawab terhadap siswa. Setelah guru melakukan tanya jawab tentang materi pembelajaran, maka guru siap untuk melakukan pembagian kelompok secara acak tanpa memperdulikan heterogenitas. Setelah siswa duduk bersama kelompoknya, maka guru akan membagikan lembar kerja siswa untuk dikerjakan siswa secara berkelompok. Pada akhir pembelajaran guru meminta setiap perwakilan kelompok untuk melaporkan hasil diskusinya, sedangkan guru mengkonfirmasi dan meluruskan masing-masing hasil kerja kelompok. Setelah guru melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe TGT di kelas eksperimen dan pembelajaran kovensional di kelas kontrol, maka hasil dari pembelajaran dengan model pembelajaran yang berbeda tersebut dibandingkan. Apakah hasil pembelajaran dengan model kooperatif tipe TGT lebih efektif dari pembelajaran dengan model konvensional, atau sebaliknya. 2.4 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka dirumuskan suatu hipotesis sebagai berikut. H : Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT tidak efektif untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas 4 di SD Negeri 4 Tanggung Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Ajaran 2015/2016

24 31 H a : Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT efektif untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia kelas 4 di SD Negeri 4 Tanggung Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Ajaran 2015/2016.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan aspek penting bagi kehidupan manusia. Di dalam kehidupan sehari-hari, bahasa digunakan sebagai alat komunikasi ketika manusia berinteraksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti akan menunjukkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu faktor penting dalam pembelajaran yang digunakan oleh guru demi tercapainya keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Rusman (2011:201) Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori kontruktivisme. Soejadi dalam Teti Sobari,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar Belajar merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sejak lahir manusia telah memulai

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. hasil belajar. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku

LANDASAN TEORI. hasil belajar. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku LANDASAN TEORI A. Hasil Belajar Bahasa Indonesia 1. Definisi Hasil belajar Belajar dan mengajar sebagai suatu proses mengandung tiga unsur, yaitu: tujuan pengajaran (instruksional), pengalaman (proses)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Sudjana (2011: 22), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Pengalaman belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini dibahas teori-teori yang relevan dengan penelitian ini agar dapat memberi gambaran umum tentang latar peneliti dan sebagai bahan rujukan pembahasan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai

I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai pengalaman belajar. Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan pokok dalam seluruh proses pendidikan

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORITIS. 2.1 Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk

II. KERANGKA TEORITIS. 2.1 Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk II. KERANGKA TEORITIS A. Tinjauan Pustaka 2.1 Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif untuk kelompok kecil. Model

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Kooperatif Menurut E. Slavin (2008), pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam suatu kelas dijadikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) tanggung jawab, kejujuran, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) tanggung jawab, kejujuran, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KAJIAN TEORI 2.1.1. Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa dapat belajar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran Matematika Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Cooperative Learning Tipe Make A Match 2.1.1 Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan yang digunakan oleh guru untuk mencapai keberhasilan dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pembelajaran Matematika Menurut isjoni (2010:11), pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya

Lebih terperinci

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui II. KAJIAN TEORI 2.1 Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan

Lebih terperinci

PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT PADA SISWA KELAS V SDN 07 SUMBERPUCUNG MALANG

PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT PADA SISWA KELAS V SDN 07 SUMBERPUCUNG MALANG JURNAL ILMIAH MATEMATIKA DAN PEMBELAJARANNYA Volume 1 Nomor 1 (2015) ISSN: 2460-3481 PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT PADA SISWA KELAS V SDN 07 SUMBERPUCUNG

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan, kemauan, minat, sikap, kemampuan untuk berpikir logis, praktis,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Aktivitas Belajar Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya di lingkungan itu" (Piaget dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Menurut Nurhadi (2004: 112), pembelajaran kooperatif adalah pendekatan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Menurut Nurhadi (2004: 112), pembelajaran kooperatif adalah pendekatan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Menurut Nurhadi (2004: 112), pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli yang mendukung penelitian. Dari beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran TGT Ismail (2002:12) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran mengutamakan adanya kerja sama, yakni

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Makna Belajar Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa dapat belajar lebih santai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Model pembelajaran kooperatif tipe GI merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KajianTeori 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar menurut Anni ( 2004:4 ) merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar Hasil belajar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa memahami konsep-konsep yang sulit dalam pemecahan masalah.

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa memahami konsep-konsep yang sulit dalam pemecahan masalah. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik. Selain itu juga, model pembelajaran kooperatif efektif untuk mengembangkan keterampilan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN TINGKAT PEMAHAMAN SISWA DALAM PELAJARAN EKONOMI SMA PADA ERA MEA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN TINGKAT PEMAHAMAN SISWA DALAM PELAJARAN EKONOMI SMA PADA ERA MEA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN TINGKAT PEMAHAMAN SISWA DALAM PELAJARAN EKONOMI SMA PADA ERA MEA Widyo Pramono Universitas Negeri Surabaya widyo@rocketmail.com

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN IPA

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN IPA Juhji 9 MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN IPA Oleh: Juhji 1 Abstrak. Tujuan penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode STAD Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok serta di dalamnya menekankan kerjasama.

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PERKEMBANGAN NEGARA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PERKEMBANGAN NEGARA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 4 No. 1 Maret 2017, hal 39-44 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PERKEMBANGAN NEGARA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT Hj. Annisa NIP.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Model Cooperative Learning

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Model Cooperative Learning 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Cooperative Learning 2.1.1 Pengertian Model Cooperative Learning Cooperative learning dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan nama pembelajaran kooperatif. Cooperative

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri.

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri. BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Teori konstruktivisme dalam belajar adalah peserta didik agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Efektivitas Pembelajaran Efektivitas berasal dari bahasa inggris yaitu Effective yang berarti berhasil, tepat atau manjur. Eggen dan Kauchak (dalam Artanti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan manusia diperlukan manusia yang lainnya, manusia tidak bisa hidup seorang diri. Komunikasi merupakan jembatan untuk menjalin hubungan dengan

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI Abstrak. Yulia Ayu Astuti. K8409074. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila perlu. 1

BAB II KAJIAN TEORI. memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila perlu. 1 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis 1. Pembelajaran Kooperatif Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivisme. Pada dasarnya pendekatan teori konstruktivisme dalam belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat membantu pencapaian keberhasialn pembelajaran. Ditegaskan oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli. memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai positif dengan

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli. memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai positif dengan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli Menurut Djamarah dan Syaiful (1999:22), Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam menyusun sebuah laporan Penelitian Tindakan Kelas, tentunya penulis tidak dapat hanya mengandalkan pengetahuan pribadi yang dimiliki tanpa bantuan sumber-sumber yang relevan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Makna Belajar Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang hayat, artinya belajar adalah proses yang terus-menerus, yang tidak pernah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang

BAB II KAJIAN TEORI. belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang menggunakan paham kontruktivisme pembelajaran merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Kajian Tentang Model Pembelajaran Cooperative Learning a. Pengertian Model Pembelajaran Menurut Agus Suprijono (2009: 46) mengatakan bahwa model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benyamin (dalam Haris, 2006: 18) menyatakan bahwa IPA atau sains adalah sebuah pertanyaan mengenai pengetahuan tentang alam melalui suatu metode seperti metode observasi

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. X, No. 2, Tahun 2012 Istiningrum & Sukanti Halaman 64-79

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. X, No. 2, Tahun 2012 Istiningrum & Sukanti Halaman 64-79 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS X AK 2 SMK YPKK 2 SLEMAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Oleh: Istiningrum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru merupakan pemegang peran utama dalam proses pembelajaran karena guru mempunyai peranan penting dalam keberhasilan siswa menerima dan menguasai pelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu dalam bentuk tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1991: 62) berpendapat. bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa.

BAB II KAJIAN TEORI. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1991: 62) berpendapat. bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa. BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan. semua mencapai hasil belajar yang tinggi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan. semua mencapai hasil belajar yang tinggi. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Pembelajaran Kooperatif Kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar Pengertian prestasi belajar menurut Slameto (2003: 10) yaitu sebagai suatu perubahan yang dicapai seseorang setelah mengikuti proses belajar. Perubahan ini meliputi

Lebih terperinci

BAB V MODEL BERBASIS MULTIKULTURAL DAN PEMBELAJARANYA DALAM MASYARAKAT DWIBAHASAWAN

BAB V MODEL BERBASIS MULTIKULTURAL DAN PEMBELAJARANYA DALAM MASYARAKAT DWIBAHASAWAN 189 BAB V MODEL BERBASIS MULTIKULTURAL DAN PEMBELAJARANYA DALAM MASYARAKAT DWIBAHASAWAN Implementasi pendidikan multikultural di sekolah perlu diperjelas dan dipertegas. Bentuk nyata pembelajaran untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penguasaan matematika yang kuat sejak dini (BNSP, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. penguasaan matematika yang kuat sejak dini (BNSP, 2007). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sri Istikomah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sri Istikomah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap jenjang pendidikan dapat berperan serta dalam menyiapkan sumber daya manusia, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Dalam pembelajaran matematika,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Kooperatif Menurut Nurulhyati dalam Rusman (2012:203) pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. subjek dengan lingkungannya dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. subjek dengan lingkungannya dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses psikis yang berlangsung dalam interaksi antara subjek dengan lingkungannya dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengatahuan,

Lebih terperinci

Macam-Macam Model Pembelajaran

Macam-Macam Model Pembelajaran Medel pembelajaran kel.5 1. `Pembelajaran Istilah pembelajaran sama dengan proses belajar mengajar. Dalam konteks pembelajaran terdapat dua komponen penting, yaitu guru dan peserta didik yang saling berinteraksi.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Suprijono, (2012:46) model pembelajaran yaitu pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan subyek, karena masing-masing memiliki kesadaran dan kebebasan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan subyek, karena masing-masing memiliki kesadaran dan kebebasan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembelajaran adalah proses pendidikan dalam lingkup persekolahan. Di dalamnya terjadi proses sosialisasi individu siswa dengan lingkungan sekolah, seperti guru,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari pembentukan Negara RI adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tentunya menuntut adanya penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Definisi belajar ada beraneka ragam karena hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

Lebih terperinci

Oleh. Sarlin K. Dai Meyko Panigoro La Ode Rasuli Pendidikan Ekonomi

Oleh. Sarlin K. Dai Meyko Panigoro La Ode Rasuli Pendidikan Ekonomi MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DENGAN MENGGUNAKAN LKS PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI KELAS XI IPS 3 SMA NEGERI 1 TILAMUTA

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang II. KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya model pembelajaran kooperatif. Secara bahasa kooperatif berasal dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya model pembelajaran kooperatif. Secara bahasa kooperatif berasal dari 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Kooperatif Pada masa sekarang banyak model pembelajaran yang sering digunakan, salah satunya model pembelajaran kooperatif. Secara bahasa kooperatif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT)

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT) Pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT), pada mulanya dikembangkan oleh David De Vries

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari kelas 1 samapai kelas 6. Adapun ruang lingkup materinya sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari kelas 1 samapai kelas 6. Adapun ruang lingkup materinya sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran Matematika SD Matematika merupakan salah satu matapelajaran wajib di SD yang diberikan dari kelas 1 samapai kelas 6. Adapun ruang lingkup materinya sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangatlah berperan penting dalam kehidupan sehari-hari terlebih bagi dunia pendidikan. Bahasa merupakan sebuah jembatan bagi pemerolehan ilmu-ilmu pembelajaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu kelestarian dan kemajuan bangsa. Pada konteks ini, pendidikan bukan hanya sekedar media dalam menyampaikan dan

Lebih terperinci

Surakarta, Indonesia ABSTRAK

Surakarta, Indonesia ABSTRAK Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 3 No. 2 Tahun 2014 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 2337-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa Indonesia Pengertian bahasa telah banyak didefinisikan oleh para ahli menurut pandangan mereka masing-masing. Sedangkan pengertian umum bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Roger dkk 1992 dalam Huda (2012:29) menyatakan pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan kualitas pendidikan yang juga tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan kualitas pendidikan yang juga tidak terlepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam peningkatan kualitas pendidikan yang juga tidak terlepas dari peningkatan kualitas sumber daya manusia, komponen yang selama ini dianggap sangat berpengaruh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar 1. Defenisi Belajar pada hakikatnya adalah penyempurnaan potensi atau kemampuan pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia dengan dunia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling ketergantungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengalamannya kepada siswa pada setiap mata pelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengalamannya kepada siswa pada setiap mata pelajaran. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang SMK Negeri 1 Salatiga merupakan salah satu sekolah kejuruan di Salatiga yang mempunyai banyak prestasi. Prestasi siswa tentu tidak mungkin diperoleh begitu saja

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model Pembalajaran Kooperatif Tipe STAD 2.1.1.1. Model Pembalajaran Kooperatif Mohamad Nur (2011:1) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan teknik-teknik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori Hakikat Pembelajaran Matematika Menurut H.W. Fowler dalam Pandoyo (1997:1) Matematika merupakan mata

BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori Hakikat Pembelajaran Matematika Menurut H.W. Fowler dalam Pandoyo (1997:1) Matematika merupakan mata 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori 1.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika Menurut H.W. Fowler dalam Pandoyo (1997:1) Matematika merupakan mata pelajaran yang yang bersifat abstrak, sehingga dituntut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa Indonesia. Disana dipaparkan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan yang relatif permanen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS. menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS. menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan 34 BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian Penelitian ini adalah jenis penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan bentuk kajian reflektif yang dilakukan peneliti untuk tujuan perbaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belajar merupakan proses dan unsur dasar dalam setiap jenjang pendidikan. Dalam keseluruhan proses pendidikan, proses belajarlah yang menjadi kegiatan paling pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menuntut manusia untuk selalu berpikir dan mencari hal-hal baru.

BAB I PENDAHULUAN. menuntut manusia untuk selalu berpikir dan mencari hal-hal baru. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia sangatlah penting. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin berkembang telah menuntut manusia untuk selalu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (class action research). Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar Aunurrahman ( 2012 : 35 ) belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan di sekolah dasar. Dalam mengajarkan mata pelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan di sekolah dasar. Dalam mengajarkan mata pelajaran Ilmu BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar. Dalam mengajarkan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran dapat di artikan sebagai pedoman atau acuan dalam menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVIII/November 2014

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVIII/November 2014 PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR KELAS IV B SD NEGERI TAHUNAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD Fathonah Guru Kelas IVB SD Negeri Tahunan Yogyakarta Abstrak Penelitian tindakan kelas ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diartikan sebagai suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar dan penting bagi pembangunan suatu negara. Dengan adanya pendidikan maka akan tercipta

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia, sebagai salah satu identitas atau pembeda dari bangsa lain, selain sebagai bahasa persatuan juga berkedudukan sebagai bahasa negara dan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk dapat mengaplikasikanya dalam kehidupan sehari harinya.

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk dapat mengaplikasikanya dalam kehidupan sehari harinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi saat ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Kualitas sumber daya manusia ini hanya dapat diperoleh dari proses belajar yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dalam ilmu pengetahuan sebagai penggerak utama perubahan menuntut pendidikan untuk terus maju melakukan adaptasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar peserta didik mendapatkan pengalaman belajar dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar peserta didik mendapatkan pengalaman belajar dari kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan proses interaksi yang terjadi antara guru dengan peserta didik agar peserta didik mendapatkan pengalaman belajar dari kegiatan tersebut. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Bahasa merupakan sesuatu yang penting untuk dikuasai karena bahasa adalah sarana interaksi dan alat komunikasi antar manusia. Negara Indonesia merupakan

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH NURUL FITRI A1D PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI 2014

SKRIPSI OLEH NURUL FITRI A1D PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI 2014 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI GAYA DI KELAS IV SD NEGERI NO.76/IX MENDALO DARAT SKRIPSI OLEH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan suatu proses yang berkelanjutan. Pendidikan merupakan pengulangan yang perlahan tetapi pasti dan terus-menerus sehingga sampai pada bentuk yang

Lebih terperinci