BAB IV. Tinjauan terhadap Proses Pemindahan Ibu Kota Propinsi Dari Kota. Ambon ke Negeri Makariki Berdasarkan Teori Petukaran Sosial

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV. Tinjauan terhadap Proses Pemindahan Ibu Kota Propinsi Dari Kota. Ambon ke Negeri Makariki Berdasarkan Teori Petukaran Sosial"

Transkripsi

1 BAB IV Tinjauan terhadap Proses Pemindahan Ibu Kota Propinsi Dari Kota Ambon ke Negeri Makariki Berdasarkan Teori Petukaran Sosial 4.1 Analisis proses Pertukaran Dalam bab ini penulis akan menganalisis proses petukaran pemindahan Ibu Kota provinsi Maluku dari Kota Ambon ke Makariki dengan menggunakan teori pertukaran sosial dari Peter Blau. 1. Pemindahan ibu kota provinsi Maluku ke dataran Nusa Ina, merupakan komitmen dan kerinduan bersama masyarakat Maluku tengah. Sebagai entitas dari masyarakat nusa ina, masyarakat negeri Makariki MENERIMA lokasi ibu kota Provinsi Maluku dipindahkan ke petuanan negeri Makariki, Kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah. Masyarakat negeri Makariki menerima lokasi ibu kota provinsi Maluku dipindahkan ke daerah Makariki karena masyarakat Makariki telah memikirkan keuntungan yang mereka dapatkan. Mendapat lapangan pekerjaan dengan mudah, dengan demikian peningkatan pendapatan ekonomi masyarakat akan lebih baik. Kemudian daerah/tanah yang diberikan masyarakat Makariki kepada pemerintah daerah provinsi Maluku berjarak jauh dari daerahdaerah pertanian milik masyarakat setempat. Dengan demikian proses pembangunan kota tidak mengganggu proses pertanian masyarakat. 1 Dari data yang ditemukan diatas, maka, dalam prinsip pertukaran Blau, di bagian proposisi rasionalitas mengatakan, semakin banyak keuntungan dalam sebuah proses pertukarn antara satu sama lain,maka semakin besar kemungkinan mereka melakukan pertukaran tersebut. 1 Hasil wawancara dengan sekertaris negeri, Semmy wattimena di ruang kerja 8 september

2 Kesepakatan bagian pertama ini, bagi masyarakat Makariki, mereka merasa adanya keuntungan yang mereka dapatkan dari proses ini, dengan demikian mereka melakukan aktivitas pertukaran tersebut, sama seperti yang dikatakan oleh Blau dalam proposisi rasionalitasnya. Dalam hal ini, teori proposisi rasionalitas Blau sejalan dengan aktivitas pertukaran yang dilakukan oleh masyarakat Makariki. 2. Bahwa relevan dengan pemindahan ibu kota provinsi Maluku ke negeri petuanan Makariki, masyarakat Negeri Makariki menyerahkan TANAH NEGERI seluas 200ha di KM secara Cuma-Cuma. Lahan kosong yang dimiliki oleh negeri Makariki seluas 200 ha diberikan kepada pemerintah daerah provinsi Maluku untuk pembangunan ibu kota tersebut, disebabkan oleh beberapa hal, pertama,area ini ialah area kosong dengan demikian mereka tidak ada salahnya diberikan untuk pembangunan kota demi menyelamatkan segala persoalan(banjir, kepadatan penduduk yang selalu meningkat, dengan daya tampung daerah yang tidak lagi memadai di pulau yang kecil) yang di hadapi kota ambon yang adalah ibu kota provinsi Maluku saat ini. Kedua: Pertanyaan yang muncul dalam kesepakatan kedua ini ialah mengapa tanah ini tidak dijual oleh masyarakat Makariki kepada Pemarintah Maluku? ada beberapa pertimbangan dari masyarakat Makariki, a. Apabila tanah ini di jual, hubungan kedekatan antara pemerintah dengan masyarakat akan terputus pada saat transaksi jual beli. Hal ini dinyatakan karena selama ini hubungan pemerintah daerah dengan masyrakat Makariki begitu jauh. Oleh karena itu melalui proses ini ada kerinduan dari masyarakat Makariki untuk menjalin hubungan yang baik dengan pemerintah daerah. b. Dengan sengaja masyarakat negeri Makariki membuat ikatan kepada pemerintah untuk merealisasikan kesepakatan-kesepakatan tersebut. c. Tanah negeri adalah tanah adat yang mereka maknai sebagai tanah peninggalan leluhur mereka. Sebagai penghormatan terhadap tanah yang diberikan oleh leluhur, 37

3 masyarakat negeri Makariki tidak ingin menjual untuk kepentingan negerinya saja, melainkan diberikan untuk kepentingan banyak orang. Blau memliki empat kelas umum atau kelas penghargaan terhadap proses pertukaran antara lain; Uang, penerimaan sosial, penghormatan dan pemenuhan. Dalam banyak hubungan sosial, uang merupakan penghargaan yang tidak pantas dan merupakan penghargaan yang kurang bernilai. 2 Kesepakatan bagian kedua ini, Blau setuju dengan aktivitas pertukaran yang dilakukan oleh masyarakat Makariki. Karena menurutnya, uang tidak pantas dijadikan alat pertukaran karena uang dinilai sebagai sesuatu yang kurang bernilai dalam sebuah proses penghargaan dalam sebuah pertukaran sosial. Dengan demikian masyarakat negeri Makariki memiliki peluang untuk mendapatkan penghargaan yang pantas atas proses pemindahan ibu kota dimaksud. 3. Sebagai bentuk imbalan jasa atas pemberian tanah dimaksud, pemerintah provinsi Maluku membangun sebuah gedung gereja yang representative sebagai sarana peribadatan Jemaat GPM Makariki, yang peletakan batu penjuru gedung gereja bersamaan dengan pencanangan ibukota provinsi Maluku. Sebagai wujud terima kasih atas pemberian tanah miliki mayarakat negeri Makariki kepada pemerintah daerah, maka pemerintah daerah sementara membangun gedung gereja dengan kucuran dana sebesar Rp8 miliar. Gedung gereja dimaknai masyarakat sebagai Rumah Tuhan yang suci dan sangat sakral. Oleh sebab itu, pemberian gedung gereja kepada jemaat/masyarakat Makariki dilihat 2 Turner, The Structure of Sociological Theory,

4 sebagai suatu berkat dari Tuhan kepada jemaatnya di Makariki. dengan demikian, masyarakat Makariki tidak ada alasan untuk menolak pembangunan tersebut. Menurut temuan penulis, masyarakat Makariki telah memiliki dua gedung gereja yang penulis lihat, sudah cukup baik dan layak untuk ditempati sebagai tempat beribadah. Bahkan kadang-kadang gedung gereja induk masih cukup tempat duduk yang kosong pada waktuwaktu beribadah. Menurut penulis, apabila dana tersebut dialokasikan untuk pendidikan warga jemaat/masyarakat demi menciptakan dan meningkatkan sumber daya manusia, maka akan lebih baik masyarakat/ warga jemaat digenerasi berikutnya. Mungkin saja sepuluh(10) tahun kedepan, lebih dari 200 anak di jemaat Makariki memiliki tingkat akademik lebih dari seorang sarjana. Namun disisi lain, warga masyarakat Makariki beragama kristen, dengan demikian keberadaan gedung gereja baru merupakan bagian dari kesiapan masyarakat Makariki dalam hal ini jemaat Makariki untuk mempersiapkan diri dalam menjambut pemindahan ibu kota provinsi tersebut. kuraang dari dua ribu (2000) para pegawai negeri daerah secara serentak akan dipindahkan di area-area sekitar kota yang baru, otomatis bagi pegawai yang beragama kristen sangant membutuhkan tempat untuk mengambil bagian dalam persekutuan kristen. 4. Tanah pemberian masyarakat Negeri Makariki seluas 200ha tersebut, tidak diperbolehkan untuk dijual belikan oleh pemerintah provinsi Maluku kepada pihak lain, tetapi hanya digunakan bagi pembangunan sarana dan prasarana pemerintahan. Poin ke empat di atas mempertegas tujuan dari pemberian tanah kepada Pemerintah. Hal ini dinyatakan oleh sekertaris negeri/desa Makariki pada saat diwawancarai. Pemerintah daerah dilarang menjual tanah yang telah diberikan itu kepada pemiliki-pemilik perusahaan atau pabrik yang nantinya akan merusak lingkungan hidup di daerah tersebut. Tanah yang 39

5 diberikan ini semata-mata hanya diperuntukan bagi pembangunan gedung-gedung pemerintahan dan lainnya kecuali pabrik. Dalam poin ini, masyarakat Makariki ingin melindungi lingkungan hidup yang selama ini telah dijaga dan dilestarikan bersama, bukan hanya oleh masyarakat Makariki, tetapi oleh masyarakat di negeri-negeri tetangga. 5. Negeri Makariki merupakan salah satu negeri adat di dataran pulau Seram, maka dalam pembangunan ibu kota provinsi Maluku kedepan, perlu memperhatikan tatanan adat istiadat yang hidup dan berkembang sebagai budaya bangsa. 6. Lokasi pusat pemerintahan negeri Makariki saat ini, adalah lokasi interaksi sosial masyarakat negeri Makariki yang telah dihuni dari para leluhur hingga generasi saat ini, maka untuk kepentingan pelayanan dan pembangunan ibu kota provinsi kedepan, masyarakat negeri Makariki menolak pemindahan pusat pemerintahan negeri Makariki ke daerah lain. Dalam proses pemindahan ibu kota Provinsi Maluku dari kota Ambon ke negeri Makariki, ketakutan masyarakat Makariki ialah terlihat dari cara mereka mengusulkan poin ke lima(5) dan enam(6). Pada poin ke lima(5), masyarakat Makariki mengungkapkan harapannya bagi pemerintah untuk memperhatikan adat istiadat, tradisi, upacara-upacara adat yang telah menjadi budaya di negeri Makariki. misalnya tradisi timbah ikang nas.i 3 apabila pembangunan kota dilakukan, tentu pemerintah akan membangun pelabuhan di pantai Makariki. apabila pemerintah tidak memperhatikan tempat-tempat dimana ikan nasi itu 3 Timbah ikang nasi ialah ikan-ikan kecil yang berukuran sebesar biji nasi yang naik kepermukaan air laut ditepi pantai negeri Makariki. ikan-ikan ini naik setiap tahun pada antara bulan april-agustus. Dan masyarakat Makariki berbondong-bondong pergi dan menangkap ikan-ikan tesebut dengan penuh sukacita bersama.menarinya ialah, ikan-ikan tersebut hanya ada di Makariki.desa-desa tetangga pun tidak perna menikmati kebiasaan atau tradisi ini. Hal ini juga dimaknai masyarakat sebagai berkat tersendiri dari Tuhan. 40

6 berada, maka lama kemudian, tradisi ini akan hilang. Oleh sebab itu izak Titihalawa yang berprofesi sebagai Tuan Tanah negeri Makariki mengharapkan perhatian pemerintah untuk melindungi kekayaan lokal negeri Makariki yang menjadi tradisi masyarakat untuk tetap dilestarikan. Poin ke enam(6) ini muncul, karena pada saat itu, ada isu yang berkembang, bahwa tempat tinggal atau negeri Makariki sekarang ini akan di pindahkan ke tempat lain demi mempermudah proses pembangunan tersebut. menyikapi informasi ini, negeri Makariki secara tegas menolak dan mengusulkannya dalam kesepakatan ini. Tempat tinggal yang telah ditempati sejak zaman dulu itu dihargai anak-anak negeri sebagai titipan dari leluhurnya Sebagai ungkapan trima kasih dan wujud kepedulian pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kebupaten Maluku tengah atas pemberian tanah negeri Makariki dimaksud maka diharapkan : a. Program-program pemerintah, baik pemberdayaan masyarakat, pembangunan infrastruktur jalan/jembatan, pendidikan, kesehatan dan lain-lain mempertimbangkan kepentingan masyarakat negeri Makariki. b. Memberikan kesempatan/beasiswa kepada anak-anak negeri Makariki melanjutkan pendidikan Diploma, S1 pada lembaga pendidikan yang memiliki ikatan dinas/kerja dengan pemerintah, serta lanjutan pendidikan strata 2 kepada PNS asal negeri Makariki. c. Memberikan kesempatan kerja kepada anak-anak negeri Makariki untuk mengabdi di daerahnya pada saat rekrutmen PNS per-tahun sebanyak 10 orang, /pegawai BUMD/BUMN/instansi vertical. 4 Wawancara dengan efrain watimena.20 september 2014, di rumahnya. 41

7 Harapan besar masyarakat Makariki kepada pemerintah daerah Maluku ialah tertuang dalam poin ke tujuh(7) di atas. Penulis akan menganalisisnya per sub poin sebagai berikut: Sub Poin a. Poin yang pertama masyarakat/jemaat Makariki mengharapkan perhatian pemerintah di bidang pembangunan infrastruktur lebih mempedulikan kepantingan masyarakat Makariki, dalam hal ini, penataan dalam negeri/kampung untuk mejadi lebih baik. Sub poin b. Pemerintah Memeberikan beasiswa kepada rakyatnya yang membutuhkan pendidikan yang lebih baik merupakan salah satu tanggung jawab dari pemerintah tersebut. dalam perumusan poin ini, yang menjadi pertanyaan ialah mengapa masyarakat negeri Makariki meminta pemerintah untuk melakukan tugasnya? Apakah karena selama ini masyarakat negeri Makariki tidak pernah menerima bantuan beasiswa dari pemerintah? Jawabannya ialah pemerintah daerah Maluku tidak pernah memberikan bantuan beasiswa itu anak negeri Makariki. dengan demikian sangat wajar apabila masyarakat Makariki meminta pemimpinnya untuk memberikan bantuan kepada meraka. Dari hasil data statistik kepandudukan dan pekerjaan masyarakat Makariki sebegian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani. Otomatis, untuk mengsekolahkan anak-anak sampai ke perguruan tinggi agak selit karena dihadapi dengan kondisi keuangan yang menipis dan ketergantungan hidupnya dari alam. Menurut Blau, dalam pinsip ketidakseimbangan, semakin stabil dan seimbang bagian hubungan pertukaran, maka bagian yang lain akan menjadi tidak stabil dan seimbang. Apakah bagian yang ini akan terrealisasikan? Pemerintah lebih fokous pada bagian lain sehingga tidak mecantumkan berapa banyak orang yang mendapat beasiswa tersebut, dan tidak ada kualifikasi bagi para calon terima beasiswa. Kemudian berapa lama hal ini akan 42

8 bertahan? Pertanyaan-pertanyaan ini yang akan menjadi bahan pertimbangan, apakah bagian ini dapat terrealisasi ataukah tidak? Sub poin c. Memberi jatah sepuluh(10) per tahun orang bagi anak negeri Makariki untuk menjadi seorang pegawai negeri sipil, menurut masyarakat Makariki sudah cukup banyak. Dengan demikian kualitas hidup masyarakat Makariki makin lebih baik ke depan. Namun yang menjadi kendala ialah untuk menjadi seorang pegawai negeri sipil ialah ia harus mengikuti tes atau seleksi yang di tetapkan oleh panitia pelaksanaan penerimaan. Pertanyaannya ialah apakah ke sepuluh orang pertahun ini tidak mengikiti seleksi tersebut? kalaupun mengikuti, apabila beberapa diantara ke sepuluh orang itu, masih saja lulus dan menjadi pegawai Negeri sipil? Apabila pemerintah tetap melaksanakan kesepakatan ini, dalam hal ini meluluskan pegawai Negeri sipil yang tidak kompeten, maka pemerintah sendiri telah melanggar undang-undang yang berlaku di negara ini. Oleh sebab itu, masyarakat negeri Makariki yang ingin menjadi pegawai negeri sipil(pns) maka dia harus memenuhi standart-standrat yang telah ditentukan. Perlu diketahui, hal ini bisa Dikatakan pertukaran, apabila orang Makariki akan menjadi PNS tanpa tes seleksi, kemudian di tukarkan dengan tanah milik warga masyarakat Makariki tersebut. Menurut Blau Dalam prinsip keadilan dalam proses pertukaran: Kurangnya pelaksanaan norma yang adil dalam pertukaran, pihak yang dirugikan memberikan sanksi kepada pihak yang melanggar norma pertukaran yang ada. Dengan demikian kesepakatan dalam poin ini dinilai sebagai basa-basi. Dan secara otomatis pemerintah tidak akan melanggar aturan yang mereka buat tersebut. dan masyarakat Makariki harus melewati prosedur yang di tentukan. Dalam hal ini kesepakatan dalam poin ini akan mubasir dan tidak berguna. Karena setiap warga negara berhak menjadi pegawai negeri sipil apabila telah melewati fase-fase penyeleksian. Bukan hasil jatah dari beberapa 43

9 kelompok yang memiliki kepentingan balas jasa. Oleh sebab itu analisis Blau dalam proses ini mungkin akan terjadi. Pihak yang dirugikan/masyarakat Makariki akan memberikan sangksi kepada pemerintah atau pihak yang melanggar norma pertukaran yang adil 8. Apabila di kemudian hari pemerintah provinsi Maluku tidak merealisasikan kesepakatan masyrakat negeri Makariki sebagaimana poin 3-7, maka tanah pemberian sebagaimana pada poin 2 di atas, dikembalikan kepada masyarakat Negeri Makariki. 5 Pemerintah provinsi Maluku harus merealisasikan kesepakatan tersebut. karena diikat dalam poin ke delapan(8). Namun pada poin 3-7 penulis menemukan banyak kejanggalan yang memungkinkan pemerintah provinsi Maluku untuk tidak melakukannya. Dan ada yang mereka akan lakukan dalam kesepakatan tersebut, karena itu sudah menjadi tanggung jawab dan tugas mereka kepada seluruh masyarakat, bukan hanya kepada masyarakat Makariki saja. Dan tanpa pemberian tanah dari masyarakat Makariki pun, pemerintah akan melakukannya. Menurut Blau hubungan pertukaran selalu terjadi di bawah anggapan mengenai timbal balik dan keadilan, memaksa mereka yang menerima pelayanan yang berharga untuk menyediakan penghargaan dalam pembayaran. Dalam menyediakan gedung gereja tersebut, bawahan/masyarakat Makariki dituntun oleh norma pertukaran yang adil dimana harga yang mereka tawarkan dalam menawarkan pemenuhan sebanding dengan nilai dari pelayanan yang mereka terima dari pimpinan/pemerintah daerah. Sebagai tambahan bahwa pelaku terikat dalam pertukaran dengan pemimpin dan sebagai tingkatan bahwa pelayanan yang disediakan oleh pemimpin sangat dihargai, pengabdian harus diterima sebagai perintah yang sah sehubungan dengan norma timbal balik dan keadilan yang muncul dalam semua pertukaran. Dengan kondisi ini, perlu mengembangkan norma tambahan yang menetapkan bagaimana 5 Arsip pemerintah negeri Makariki, hasil pertemuan pemerintah negeri Makariki dan elemen masyarakat pada tanggal 14 april

10 pertukaran dengan pimpinan dilakukan untuk mengatur keperluan timbal balik dan mempertahankan keadilan pertukaran. Pemimpin yang menyesuaikan diri dengan kemunculan norma dapat yakin pada diri mereka sendiri bahwa kepemimpinan mereka akan dipertimbangkan sebagai pemerintah yang sah. Blau menekankan bahwa jika pemimpin berdiam diri dengan norma yang mengatur pertukaran pelayanan mereka untuk pemenuhan, norma yang memuat persetujuan negatif akan muncul diantara bawahan menekankan kebutuhan untuk memenuhi permintaan pimpinan. Melalui proses ini, bawahan melatih kontrol dari tindakan sosial satu sama lain dan mempromosikan integrasi golongan atas dan bawah dari suatu hubungan pertukaran. Wewenang, diletakkan pada norma yang sama dalam keseluruhan bawahan yang memaksa anggotanya untuk memenuhi perintah atasan. Dalam berbagai bentuk organisasi sosial, norma-norma ini muncul dari pertukaran yang kompetitif diantara seluruh kelompok pelaku. Untuk melanggar persetujuan normatif tersebut, pelaku pertukaran harus diberi sosialisasi mengenai nilai-nilai yang sama yang menjelaskan bukan hanya apa saja pertukaran adil dalam situasi yang ada, melainkan juga cara pertukaran harus dilembagakan ke dalam norma untuk pimpinan dan bawahan. Walaupun ada kemungkinan pelaku untuk sampai pada kesepakatan bersama secara normatif pada proses pertukaran, kumpulan awal dari nilai-nilai yang sama melengkapi pengesahan kekuatan. Pelaku dapat memasuki pertukaran dengan penjelasan situasi yang sama yang dapat menyediakan sebuah kerangka umum untuk peraturan normatif dari kemunculan kekuatan yang berbeda. Tanpa nilai-nilai yang sama, persaingan untuk kekuatan dapat menjadi besar. Ketiadaan pedoman mengenai timbal balik dan pertukaran yang adil, ketegangan dan tekanan akan berlangsung seolah definisi dari ini berhasil. Menurut Blau, pengesahan memerlukan bukan semata-mata hanya penerimaan yang bersifat toleran, tapi juga konfirmasi dan promosi aktif dari bentuk-bentuk sosial dari 45

11 nilai umum, baik yang sudah ada sebelumnya atau yang muncul dalam perkumpulan interaksi sosial. Dengan pengesahan kekuasaan melalui peraturan normatif, seperti yang ditegaskan oleh nilai-nilai umum, struktur organisasi kolektif diubah. Salah satu perubahan yang jelas adalah kemunduran persaingan interpersonal, presentasi untuk pelaku sekarang tentang perubahan diri dari perhatian untuk membuat orang lain terkesan dengan kualitas mereka yang berharga menuju pada penekanan untuk menetapkan status mereka sebagai anggota kelompok yang setia. Bawahan mulai untuk menerima status mereka dan memainkan peran perilaku mereka untuk memastikan bahwa mereka menerima penerimaan sosial dari sesama sebagai penghargaan untuk kepatuhan terhadap norma kelompok. Pemimpin dapat menjadi pribadi yang rendah hati karena mereka tidak lagi harus menunjukkan kekuasaan mereka setiap kali menemui bawahan khususnya norma sekarang menunjukkan kapan dan bagaimana mereka harus mematuhi dan menghargai untuk menyediakan pelayanan yang bernilai. Dengan pengesahan kekuatan sebagai wewenang, proses interaktif (melibatkan cara anggota kelompok memahami situasi dan mengenalkan diri mereka pada orang lain) mengalami perubahan yang dramatis, mengurangi tingkat persaingan dan meningkatkan integrasi kelompok. Dengan kejadian ini, jumlah interaksi secara langsung antara pimpinan dan bawahan biasanya mengalami kemunduran karena kekuatan tidak lagi harus dinegosiasikan. Kemunduran pada interaksi secara langsung ini menandai pembentukan kelompok bawah yang jelas dimana anggota yang berinteraksi dengan sesama golongan sosial. Oleh sebab itu menghindari kerugian dari interaksi dengan orang dari golongan sosial yang lebih rendah atau lebih tinggi dari mereka. Dalam berinteraksi diantara pemerintah provinsi dan jemaat Makariki, jemaat Makariki harusnya menghindari kerugian besar dari interaksi dengan pemerintah provinsi. 46

12 Kesepakatan-kesepakatan di atas murni tugas pemerintah tetapi didalamnya juga ada Gereja yang mengawal berjalannya proses pemindahan Ibu Kota. Dan tanpa pemberian tanah dari masyarakat Makariki pun, hal-hal di maksud harus di lakukan oleh pemerintah kepada rakyatnya. Termasuk rakyatnya yang berada di negeri Makariki. tanggung jawab pemerintah ialah untuk mengsejahtrakan masyarakatnya. Dalam hal ini, juga masyarakat Makariki. sebagai pimpinan masyarakat Maluku, harusnya lebih bijaksana untuk memperhatikan kebutuhan masyarakatnya. kesepakatan di buat kemudian disetejui oleh pemerintah. Hal ini berarti pemerintah menyetujui sesuatu hal yang menjadi tanggung jawabnya walaupun tanpa pemberian tanah tersebut. penulis menilai hal ini sebagai bentuk pembodohan terhadap masyarakat. Kesepakatan yang di buat oleh masyarakat negeri Makariki ini di latarblakangi oleh situasi atau kondisi sosial yang terjadi sebelumnya. Masyarakat negeri Makariki merupakan masyarakat yang sementara mengalami proses untuk perkembangan sumbar daya manusia yang lebih baik. Perkembangan suatu masyarakat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi sosial. Demikian juga dengan hasil rumusan yang menjadi kesepakatan bersama antara pemerintah daerah Maluku dengan masyarakat Makariki. Kondisi yang kurang diperhatikan oleh pemerintah, atau kondisi yang jarang mendapkan sentuhan dari pemerintah, mengakibatkan timbulnya ide-ide yang dengan sengaja, merupakan permintaan masyarakat Makariki terhadap perhatian pemerintah untuk lebih memperhatikan masyarakat negeri Makariki. hal ini semata-mata hanya sebuah kerinduan masyarakat Makariki untuk lebih dekat dengan pemimpinya diwujudkan dalam perumusan yang menjadi kesepakatan tersebut. Dengan kata lain masyarakat negeri Makariki menginginkan otonomi khusus dari pemerintah daerah untuk lebih memfokoskan perhatiannya kepada kepentingan masyarakatnya yang ada di negeri Makariki. 47

13 Apabila proses ini dilakukan secara adil dan bertanggung jawab, maka untuk meningkatkan kemajuan masyarakat dan jemaat secara sumber daya manusia, akan lebih mudah peningkatannya. Dengan demikian masyarakat/jemaat Makariki akan mampu bersaing secara sehat di negerinya sendiri. Dan tidak menjadi budak di negeri yang mereka cintai itu. 4.2 Kebijakan Politik Pemindahan Ibu Kota Maluku ke Makariki Penulis melihat pemindahan ibu kota provinsi Maluku dari Ambon ke Makariki pada Sabtu (14/9) Langkah ini sudah tepat sekaligus mengukir catatan bersejarah dalam perjalanan panjang membangun 'bumi raja-raja. Penuulis berpendapat bahwa berbagai komponen untuk tidak mempolemikkan dan mempertentangkan pencanangan pemindahan ibu kota yang dilakukan di cangkan. Pencanangan tersebut tidak serta merta berbagai urusan pemerintahan dan sosial kemasyarakatan maupun pegawai dipindahkan ke Makariki, tetapi membutuhkan waktu 10 hingga 20 tahun untuk merealisasikannya. "Mungkin juga 30 tahun baru aktivitas pemerintahan dan pelayanan sosial kemasyarakatan pindah dari Ambon ke Makariki, karena harus melewati berbagai tahapan di samping dibutuhkan dana sangat besar untuk membangun berbagai infrastruktur pendukung yang dibutuhkan. Tetapi ini keputusan politik yang menentukan masa depan Maluku secara keseluruhan. Penulis melihat banyak komponen masyarakat melontarkan isu dan pikiran beragam melalui media massa tentang pemindahan ibu kota provinsi Maluku tersebut. Tetapi hal itu dianggap wajar dan sehat dalam sistem pemerintahan serta menjadi pilar tegaknya demokratisasi dalam kematangan dan perkembangan pembangunan di Maluku. Gubernur menegaskan alasan mendasar pencanangan pemindahan ibu kota ke Makariki semata-mata karena pertimbangan komprehensif akan perkembangan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat di seluruh Maluku. Khusus Kota Ambon sebagai ibu kota saat ini realitas fisiknya seperti penggunaan lahan, kependudukan, sektor ekonomi, 48

14 sarana dan prasarana transportasi, listrik, air bersih, telekomunikasi, drainase, persampahan dan realitas sosial dalam rentang waktu tahun mendatang, akan berada pada titik puncak pemanfaatan dan sulit dikembangkan karena telah berada pada titik jenuhnya. Penulis memang betul daya dukung Ambon sudah tidak bisa dipaksakan lagi karena luas kota tidak mungkin bertambah. Ambon dari waktu ke waktu terasa menjadi semakin sesak akibat tingkat perkembangan kota yang mengalami kemajuan pesat pada semua aspek, baik pertumbuhan ekonomi, infrastruktur hingga pertumbuhan penduduk yang sangat besar, bahkan terjadi 'ledakan' dalam beberapa tahun terakhir. Pertumbuhan penduduk Kota Ambon dalam beberapa tahun terakhir bisa dibilang meledak. Hasil sensus penduduk 2010 mencatat pertambahan penduduk Kota Ambon tahun ,31 persen, katanya. Sedangkan data terbaru yang merujuk pada Data Agregat Kependudukan per kecamatan (DAK-2) per 31 Desember 2012 penduduk kota Ambon mencapai jiwa atau meningkat 15,2 persen dari data Sensus Laporan BPS mencatat angka pertumbuhan ekonomi Maluku tahun 2012 mencapai 7,06 persen atau melebihi angka pertumbuhan nasional yang hanya 6,23 persen. Berdasarkan data tersebut serta hasil studi tim peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB), maka Kota Ambon pada titik tertentu perbandingan antara pertumbuhan penduduk dan daya dukung kota akan mengalami ketimpangan yang kritis atau tidak mampu lagi menopang kehidupan masyarakat perkotaan yang tinggal, sehingga perlu disikapi secara bijak dan ditindak lanjuti agar Ambon tetap menjadi kota yang maju dan berkembang seiring dengan kemampuan dan kapasitasnya. "Ambon memiliki catatan historis yang tidak mungkin terpisahkan dari Maluku. Maluku dikenal karena Kota Ambon. Orang di mana-mana memaknai Ambon sebagai representasi utuh dari Maluku. Inilah esensi yang tidak bisa memisahkan entitas Kota Ambon dari nama besar Maluku. Ambon tetap menjadi 'manise', kebanggaan orang Maluku. Di sisi lain, 49

15 kebutuhan ibu kota masa depan Maluku harus merupakan sebuah wilayah yang secara utuh memiliki potensi dan kapasitas besar dan memadai guna menampung seluruh tuntutan dan dinamika pembangunan di masa mendatang. Karel Ralahalu menegaskan, selama 10 tahun kepemimpinannya sebagai gubernur telah meletakkan dasar-dasar pembangunan Maluku pada jalur yang tepat, terarah dan terukur, termasuk melakukan lompatan-lompatan besar pembangunan berkelanjutan, terutama pemanfaatan potensi sumber daya alam yang melimpah bagi kesejahteraan masyarakat. Khusus menyangkut rencana pemindahan ibu kota ke Pulau Seram karena merupakan pulau terbesar di Maluku dengan luas lahan yang tersedia untuk pembangunan jangka panjang serta kaya akan berbagai potensi sumber daya alam baik di darat, laut maupun di perut bumi. Di masa mendatang, tambah gubernur, Pulau Seram yang dikenal dengan sebutan Nusa Ina atau Pulau Ibu akan dimekarkan menjadi beberapa pusat pertumbuhan dan pemerintahan, diantaranya Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), Kawasan pengembangan Ekonomi Terpadu (Kapet) Seram di Maluku Tengah maupun berbagai industri pertambangan, perkebunan kelapa sawit dan lainnya. "Ke depan Pulau Seram yang kaya berbagai potensi sumber daya alam akan menjadi 'ibu negeri' yang memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat di Maluku," harap gubernur. Gubernur berharap pencanangan pemindahan ibu kota Maluku tersebut akan menciptakan lompatan besar bagi kemajuan pembangunan daerah serta peningkatan ekonomi serta kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat di Maluku di masa mendatang. 4.3 Dampak Ekonomi Masyarakat Maluku harus bangga bahwa ibu kota provinsi Maluku sudah dialihkan dari pulau Ambon ke pulau Seram, yang besar dan kaya akan sumber daya alam sehingga akses ekonomi akan lebih terbuka ketimbang tetap di pulau Ambon yang terus dilanda bencana. Banjir dan tanah longsor saat musim hujan. Kelompok amtenar maupun anggota 50

16 DPRD Maluku diminta untuk berhenti mempolemikan pemindahan ibu kota provinsi ke pulau Seram kalau cuma karena kepentingan politik sesaat yaitu pemilihan legislatif 2014 untuk meraih suara masyarakat di kota Ambon. Rata-rata kelompok yang tidak setuju pemindahan ibu kota provinsi Maluku ke pulau Seram tidak mempunyai argumentasi yang kuat dan masuk akal. Kelompok amtenar misalnya hanya melihat Ambon sebatas kota yang memiliki latar belakang sejarah. Hampir pasti beberapa anggota DPRD Maluku yang terus mempolemikkan pemindahan ibu kota provinsi ke Makariki, adalah calon anggota legislative dari daerah pemilihan Kota Ambon. Mereka takut kalau setuju kota provinsi di pindahkan ke Seram akan membuat masyarakat di Ambon tidak memberikan suara bagi mereka dalam pemilihan legislatif 2014 nanti. Lalu apa tanggapan beberapa pengamat sosial ekonomi di daereah ini soal pemindahan ibu kota provinsi? Mereka menilai pemindahan ibu kota provinsi ke dataran Makariki pulau Seram adalah solusi yang tepat untuk mencairkan persoalan keteringgalan Maluku. Masalah ekonomi dan sosial menilai, pemindahan ibu kota provinsi dari kota Ambon ke pulau Seram adalah salah satu solusi untuk membawa Maluku keluar dari ketertinggalan. Penulis melihat, kota Ambon saat ini tidak bisa dikembangkan lagi. Kesempatan berusaha oleh masyarakat sangat kecil bahkan tidak ada sama sekali karena terbatasnya lahan serta mahalnya harga tanah di kota Ambon, membuat kalangan usahawan enggan menanam investasi. Selain itu harga ikan dan sayuran serta makanan kebun berupa umbi-umbian sangat mahal karena semuanya didatangkan dari luar pulau Ambon yang sudah tentu memerlukan transportasi yang mahal. Jika kota provinsi dipindahkan ke Seram, akses ekonomi akan lebih terbuka cepat karena di pulau Seram memiliki lahan pertanian dan perkebunan yang luas dan subur, belum lagi perikanan dan pertambangan sehingga investasi akan lebih banyak diarahkan kesana. Dan itu berarti lapangan kerja akan terbuka lebar sehingga pengangguran yang bertumpuk saat ini di Ambon dapat dikurangi. Penulis sangat tidak setuju kalau orang yang 51

17 tidak ingin memindahkan ibu kota provinsi ke Makariki cuma dengan alasan Ambon kota sejarah. Apa artinya kota sejarah lalu kita tetap seperti dahulu tidak berkembang dan maju? Penulis kira itu pendapat yang kurang keliru dan kurang tepat. Kalau kota sejarah itu seperti Yogjakarta, Bali karena kota-kota itu punya identitas kota sejarah. Kalau orang mulai masuk kota Yogjakarta, langsung orang terinspirasi oh iya memang ini kota sejarah. Tetapi kota Ambon, sejarah apanya? Jalan-jalan saja tidak lebih dari sebuah kota kecamatan. Kalau kota sejarah, di tengah kota Ambon harus ada hutan kota dan hutan kota itu kita tanam tanaman-tanaman ciri khas Maluku seperti cengkeh, pala, sagu, gandaria, durian, salak dan lain-lain sehingga dari hutan kota itu, tergambar jelas indentitas Maluku sebagai kota rempah-rempah yang sudah dikenal dari jaman Portugis. Tapi bagaimana hal itu bisa dilakukan dengan kota Ambon yang kecil begini? Pusat kota saja tidak lebih dari 10 hektar. Jadi kalau kota Provinsi di Makariki, pusat kota itu bisa lebih dari 500 hektar itu berarti luas kota provinsi yang baru di Makariki seperti dari pantai Hukurila sampai di dermaga pelabuhan Hitu atau dari pelabuhan Hunimoa sampai ke Bandara Pattimura. Kalau itu baru Maluku bisa tepuk dada. Tetapi kalau di Ambon, jika ada tamu asing yang datang, kita jadi malu. Kedudukan kota provinsi di Ambon ini juga pernah di komentari sejumlah anggota DPR-RI sewaktu berkunjung ke Ambon beberapa tahun lalu. Mereka menilai Maluku tidak akan maju kalau ibu kota provinsi berada di pulau kecil. Penulis sangat mengapresiasi usaha dan kerja keras mantan gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu dan Ketua DPRD Maluku Fatani Sohilauw bersama beberapa anggota DPRD yang dengan pemikiran baik serta mencintai rakyat Maluku sudah mencanangkan ibu kota provinsi di Makariki. Penulis melihat, perpindahan ini, sekaligus membuka wilayah perekonomian baru. Wilayah yang tadinya tidak ada aktivitas ekonomi, akhirnya mendapat bagian. 52

18 Kota Ambon kata dia, tetap akan menjadi kota. Aktivitas seperti biasa. Ambon bisa dipastikan menjadi kota pariwisata yang lebih makmur, kota pendidikan, pusat perdagangan di Maluku. Pengembangan kota Ambon kata dia, bahkan akan lebih maju lagi, jika beban yang selama ini dipukul dialihkan ke wilayah lain. Kota Ambon ke depan akan menjadi lebih indah, dan bersih, tandasnya Dampak Sosial Melihat dampak soisal dalam pembanguanan Maluku berkelanjutan penulis beranggapan Makariki yang berada di Pulau Seram layak untuk dijadikan ibu kota Provinsi Maluku yang baru asalkan pemerintah juga harus mensejehterakan masyarakat setempat. Penulis melihat Pemerintah Provinsi Maluku (Pemprov Maluku) dengan mempertimbangkan daya dukung wilayah Kota Ambon seluas 377 kilometer persegi tidak mampu lagi menampung berbagai aktivitas. Terlebih lagi, tingkat kepadatan penduduk Kota Ambon saat ini lebih dari jiwa per kilometer persegi, sedangkan di Pulau Seram hanya jiwa per kilometer persegi. Jadi untuk memakamkan orang meninggal saja di Ambon saat ini cenderung sulit, belum lagi ancaman kemacetan lalu lintas, longsor dan banjir, kesulitan air bersih, dan sampah berserakan. Oleh karena itu, menurut penulis, sudah saatnya melakukan terobosan untuk penyiapan ibu kota Provinsi Maluku yang baru di Pulau Seram. diharapkan akan mendorong lompatan-lompatan yang besar dalam membangun Maluku yang lebih maju lagi sebab akan tumbuh sentra-sentra pemerintahan dan perekonomian maupun perdagangan baru yang memungkinkan terjadi percepatan pembangunan dan kesejahteraan rakyat Maluku. Beberapa waktu yang lalu, Maluku meraih predikat daerah termiskin ketiga dan terkorup keempat secara nasional di Indonesia. Kondisi ini masih tercium keingatan publik hingga saat ini. Akan tetapi pemerintah tak tinggal diam, butuh kerja ekstra dan langkah strategis pembangunan dalam menggerakan semua simpul kekuatan ekonomi dari berbagai 53

19 sektor pembangunan kedepan. Realitas ini harus dijadikan koreksi secara konprehensif oleh pemerintah daerah sebagai batu loncatan dalam menyonsong pembangunan Maluku dimasa datang. Memasuki awal tahun 2011, pemerintah daerah sudah harus menyiapkan serta memiliki Master Plan pembangunan baik jangka pendek maupun jangka menengah kedepan dalam merumuskan dan mendesain pembangunan daerah dalam kurun waktu beberapa tahun kedepan. Atau selebihnya memiliki terobosan baru dalam mengejar ketertinggalan dan mengangkat derajat kesejahteraan rakyat, karena jika tidak maka akan berakibat fatal terhadap nasib daerah ini. Untuk itu seiring dengan kekhawatiran yang muncul oleh banyak pihak dewasa ini, Bagaimana arah dari konsepsi pembangunan Maluku untuk tahun ini dan kedepan?. Tentunya pertanyaan ini hanya bisa dijawab oleh pemerintah daerah maupun kelompok aktor perancang pembangunan yang ada didalamnya. Ada banyak konsep program pemerintah daerah yang menjadi skala prioritas dan ditawarkan untuk tahun ini, mulai dari Pemberdayaan Masyarakat, Pengentasan kemiskinan, percepatan laju pembangunan kawasan tertinggal, pertumbuhan ekonomi daerah bahkan sampai peningkatan ekonomi masyarakat kecil. kesemuanya adalah program daur ulang yang masih sebatas konsep belaka, hingga kini pun belum sepenuhnya menjadi aksi riil dari pemerintah daerah karena dasar masih memiliki kebijakan setengah hati. Butuh kekuatan fool guna mengakomodir semua konsep tersebut. Sehingga pembangunan kedepan tepat sasaran menurut garis perencanaannya. Maluku memiliki banyak potensi sumber daya dan sektor unggulan yang dominan. Sangat baik bila dijadika sebagaii aset pembangunan daerah kedepan. Ironisnya kondisi ini sangat berbanding terbalik dengan dampak pembangunan saat ini. Proses dan arah kebijakan pembangunan belum berada pada jalur koridornya, parahnya lagi tidak adanya transparansi pemerintah daerah terkait kebijakan yang sudah dibuat. Akibatnya perencanaan pembangunan bersifat kongkalikong anatar eksekutif dan legislative hingga berorientasi profit demi kepentingan 54

20 pribadi dan kelompok. Akibatnya dampak kesenjangan sosial dan ekonomi seperti tingkat pengangguran dan angka kemiskinan kian terbuka lebar, serta aksesibilitas masyarakat terhadap layanan pendidikan, kesehatan dan infrstruktur dasar seperti jalan, air bersih, dan energi akan sangat terbatas. Kondisi ini juga dapat dilihat berdasarkan pertumbuhan ekonomi Maluku pada 2008 lalu mencapai 5 % dan pada tahun 2009 merangkak naik menjadi 5,4 % (Ameks, edisi Rabu o4/08/2010). Sementara dalam menelisik predikat angka kemiskinan Maluku pada tahun 2009 mencapai 28,23 % dan akhir Maret 2010 mencapai 27,73 % dengan tingkat pengangguran pada tahun 2009 mencapai 10,57 %. Realitas indikator ekonomi-sosial diatas mengansumsikan bahwa, pembangunan Maluku masih banyak butuh pembenahan diberbagai sektor. Langkah ini perlu dipacu kembali dengan mengubah pola paradigma pembangunan daerah dengan menjadikan masyarakat sebagai subyek dan bukan obyek dari pembangunan. Pola pemberdayaan masih cenderung top-down dan mengabaikan kondisi spesifik lokal masyarakat setempat banyak menemui kegagalan. Hal ini sebetulnya tidak hanya menyebabkan pemborosan anggaran namun yang lebih penting yaitu lunturnya kredibilitas pemerintah dimata masyarakat dan akan memengaruhi keseriusan dalam mengimplementasikan program-program lanjutan. 55

21 TINJAUAN REFLEKSI KRITIS DAMPAK PEMINDAHAN IBU KOTA MALUKU KE MAKARIKI 1.1 Peran Pemerintah dalam membangun kesejahteraan di Maluku Peran pemerintah dalam proses Peningkatan daya saing daerah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia (SDM). Pembangunan manusia sebagai insan antara lain menekankan pada pendidikan yang tinggi, masyarakat yang sehat dan berkecukupan gizi. Untuk itu, Pemerintah Provinsi Maluku harus memprioritaskan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia SDM antara lain melalui peningkatan pelayanan pendidikan dan kesehatan yang lebih bermutu, merata dan murah. Peningkatan pelayanan pendidikan yang lebih bermutu, merata dan murah akan diprioritaskan pada rintisan wajib belajar 12 tahun, beasiswa untuk siswa dari keluarga tidak mampu, pengembangan sekolah unggulan. Sementara itu, pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan murah akan diprioritaskan pada pelayanan kesehatan gratis di puskesmas untuk masyarakat miskin dalam agenda pembangunana ibu kota Provinsi yang baru di rasa sangat perlu, peningkatan fasilitasi pelayanan kesehatan rujukan masyarakat miskin, peningkatan ketersediaan dokter antara lain melalui beasiswa untuk lulusan SMA berprestasi, peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas dan rumah sakit. 1.2 Kontribusi Agama-Agama Bagi Pembanguanan Sosial Pembangunan di Maluku dalam rangkah pemindahan ibu kota Maluku ke Makariki tidak bisa terlepas dari peran agama-agama. Agama memainkan peranan strategis dalam pembangunan di Maluku dalam menyuarakan suara prefetiknya. Peran strategis tersebut 56

22 terbentuk karena agama mampu membentuk karakter dan perilaku positf masyarakat, meningkatkan motivasi, serta membatasi perilaku negatif masyarakat dalam menanggapi perpindahan ibu kota yang juga akan berdampak bagi kesejahteraan umum. Pada spektrum pembangunan yang lebih essensial, agama memiliki fungsi edukatif (mendidik), fungsi salvatif (penyelamatan), fungsi profetik (kenabian), fungsi integratif (pemersatu), fungsi transformatif (mengubah) dan fungsi solutif (pemecahan masalah). Fungsi fungsi itulah yang saling bertukar peran sesuai dengan situasi dan kondisi sosial yang dihadapi. Berpijak dari pentingnya peranan agama dalam pembangunan Maluku ke depan, maka peran agama sesungguhnya tidak dapat dipisahkan dari pembangunan di Maluku Spirit pembebasan terhadap nilai-nilai kemanusiaan universal bersumber dari seluruh agama. Untuk itu, agama menjadi identik dengan kerja advokasi untuk manusia yang tidak diuntungkan/beruntung serta berada di level paling bawah. Muncul institusi, birokrasi dan hiarki dalam masyarakat beragama. Proses ini mengakibatkan agama-agama sibuk mengurusi dan mengawal kekuasaannya,akibatnya kehilangan élan prophetiknya--yang menyemangati kehadiran para nabi pembawa agama-agama. Ketiga, ritus peribadatan, upacara-upacara keagamaan spektakuler telah mengaburkan konsep ajaran paling konkret dalam agama, membantu mereka yang miskin dan termarjinalkan yang diperlakukan secara yidak adil oleh pemerintah. Politisasi agama untuk kepentingan pribadi atau kelompok. Prilaku seperti ini tidak saja mengkotak-kotakan manusia menurut agama dan keyakinannya, tetapi juga telah mengakibatkan kekerasan dan pendarahan dalam kehidupan umat manusia agama dijadikan sebagai alat legitimasi. Mengingat dewasa ini agama-agama lebih banyak bermain di domain sosio-politik. Dampaknya agama-agama pun terjebak dalam ketegangan-ketegangan idiologis yang ingin saling menghigemoni dan mendominasi. Secara sosio-historis dalam kehidupan masyarakat plural, agama sebagai kekuatan sosial sering menjadi persoalan. Ignas Kleden 57

23 mengemukakan: Agama sebagai kekuatan sosial atau lembaga cenderung mempunyai sejumlah kekuasaan dalam dirinya, dan selalu terdapat proses sosial dimana kekuasaan agama diperluas menjadi kekuasaan dunia, dan kekuasaan dunia diperluas ke dalam kekuasaan agama. Pada konteks ini agama ditemukan sebagai kekuatan idiologis dan kekuasaan. Untuk itu peran profetik agama-agama di Maluku seharusnya berperan dalam mengawal pemerintah dalam menentukan kebijakan-kebijakan berkelanjutan terutama dalam konteks pemindahan ibu Kota Maluku ke Makariki. 1.3 Peran Pemerintah Desa Seiring bergulirnya reformasi dan tuntutan demokrasi yang semakin berkembang, maka keterlibatan semua pihak menjadi suatu kebutuhan. Lembaga Pemerintah bukan lagi satu-satunya kekuatan dalam Negara. Akan tetapi Lembaga-lembaga Non Pemerintah seperti Koperasi, Dunia Usaha, LSM, serta organisasi kemasyarakatan lainnya merupakan kekuatan baru dalam menunjang Pelaksanaan Pembangunan Negara saat ini. Keinginan Lembagalembaga Non Pemerintah dan Masyarakat untuk berpartisipasi dalam kehidupan kepemerintahan dan pelaksanaan pembangunan semakin tinggi, baik di tingkat Pusat maupun sampai pada Tingkat Desa/Kelurahan terutama dalam konteks pemindahan Ibu Kota Ambon ke Makariki. Selain Pemerintah Desa dan Masyarakat sebagai pelaku dalam pembangunan, maka keterlibatan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) yang merupakan merupakan mitra kerja pemerintah desa, bertugas membantu menyelesaikan permasalahan Politik, Ekonomi, Sosial dan Budaya serta bersamasama dengan Pemerintah Desa dan Masyarakat merencanakan Program Pembangunan Desa. Peran Pelaku Pembangunan di era reformasi ini cenderung mengalami pergeseran. Partisipasi pelaku-pelaku pembangunan sangat diperlukan dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan pada semua aspek kehidupan. Untuk itulah Penulis cenderung melihat permasalahan bagaimana peran LKMD dalam pembangunan desa, bagaimana partisipasi masyarakat desa, bagaimana peran 58

24 Pemerintah Desa serta bagaimana implikasinya terhadap Ketahanan Wilayah yang diimplementasikan Pembangunan Desa dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Wilayah. Pemerintah Desa dalam meningkatkan pelaksanaan pembangunan desa di Makariki dalam konteks pembangunan menyabut pemindahan ibu kota perlu mendukung Pemerintah Provinsi, khususnya dalam konteks pembangunan. Penulis melihat peran Pemerintah Desa sebagai penggerak dan pembina masyarakat dalam pembangunan belum maksimal melakukan perbaikan menuju peningkatan kesejahteraan khususnya dalam menyambut pemindahan ibu Kota Maluku di Makariki. 59

BAB III. Pertukaran Sosial di Negeri Makariki. Sejalan dengan penelitian seperti yang dimaksudkan dalam bab satu, maka dalam ini,

BAB III. Pertukaran Sosial di Negeri Makariki. Sejalan dengan penelitian seperti yang dimaksudkan dalam bab satu, maka dalam ini, BAB III Pertukaran Sosial di Negeri Makariki 3.1 Pengantar Sejalan dengan penelitian seperti yang dimaksudkan dalam bab satu, maka dalam ini, penulis akan menguraikan secara berurut kondisi umum wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kilometer 5 negeri Makariki sebagai simbol di mulainya pemindahan ibu kota provinsi

BAB I PENDAHULUAN. kilometer 5 negeri Makariki sebagai simbol di mulainya pemindahan ibu kota provinsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tanggal 24 Agustus 2013 pemerintah Maluku yang pada saat itu dipimpin oleh Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu telah melakukan pencanangan batu prasasti di kilometer

Lebih terperinci

VISI TERWUJUDNYA KABUPATEN MANOKWARI SELATAN YANG AMAN, DAMAI, MAJU DAN SEJAHTERA SERTA MAMPU BERDAYA SAING

VISI TERWUJUDNYA KABUPATEN MANOKWARI SELATAN YANG AMAN, DAMAI, MAJU DAN SEJAHTERA SERTA MAMPU BERDAYA SAING VISI DAN MISI MARKUS WARAN, ST DAN WEMPI WELLY RENGKUNG, SE CALON BUPATI DAN WAKIL BUPATI KABUPATEN MANOKWARI SELATAN PILKADA 2015 ------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH 4.1. Strategi dan Tiga Agenda Utama Strategi pembangunan daerah disusun dengan memperhatikan dua hal yakni permasalahan nyata yang dihadapi oleh Kota Samarinda dan visi

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2011 dan Perkiraan Tahun 2012 Kerangka Ekonomi Daerah dan Pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Terwujudnya Masyarakat Bengkulu Utara yang Mandiri, Maju, dan Bermartabat Visi pembangunan Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2011-2016 tersebut di atas sebagai

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:a.bahwa setiap warga negara berhak untuk

Lebih terperinci

POLICY BRIEF ANALISIS PERAN MODAL SOSIAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KAWASAN PERBATASAN

POLICY BRIEF ANALISIS PERAN MODAL SOSIAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KAWASAN PERBATASAN POLICY BRIEF ANALISIS PERAN MODAL SOSIAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KAWASAN PERBATASAN Ir. Sunarsih, MSi Pendahuluan 1. Kawasan perbatasan negara adalah wilayah kabupaten/kota yang secara

Lebih terperinci

I. Permasalahan yang Dihadapi

I. Permasalahan yang Dihadapi BAB 34 REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DI WILAYAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATRA UTARA, SERTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN PROVINSI JAWA TENGAH I. Permasalahan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dilihat dari demografi, potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia,

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dilihat dari demografi, potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap daerah di Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Perbedaan ini dapat dilihat dari demografi, potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia, aksesibilitas

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH Perencanaan dan implementasi pelaksanaan rencana pembangunan kota tahun 2011-2015 akan dipengaruhi oleh lingkungan strategis yang diperkirakan akan terjadi dalam 5 (lima)

Lebih terperinci

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB - VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Strategi adalah langkah-langkah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, yang dirumuskan dengan kriterianya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam sejarah masyarakat Maluku, budaya sasi merupakan kearifan lokal masyarakat yang telah ada sejak dahulu kala dan merupakan komitmen bersama baik oleh masyarakat, tokoh

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 228

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG POLA PENGEMBANGAN TRANSPORTASI WILAYAH

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG POLA PENGEMBANGAN TRANSPORTASI WILAYAH SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG POLA PENGEMBANGAN TRANSPORTASI WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V.1. Visi Menuju Surabaya Lebih Baik merupakan kata yang memiliki makna strategis dan cerminan aspirasi masyarakat yang ingin perubahan sesuai dengan kebutuhan, keinginan,

Lebih terperinci

BAB 7 KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB 7 KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB 7 KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 7.1 Kebijakan Umum Perumusan arah kebijakan dan program pembangunan daerah bertujuan untuk menggambarkan keterkaitan antara bidang urusan pemerintahan

Lebih terperinci

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Dalam memahami karakter sebuah wilayah, pemahaman akan potensi dan masalah yang ada merupakan hal yang

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN BAB V. PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih yang disampaikan pada waktu pemilihan kepala daerah (Pemilukada)

Lebih terperinci

BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI

BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI Mengacu kepada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa setiap warga negara berhak untuk

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 165 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan 1. Kesejahteraan masyarakat di tiga kabupaten pemekaran : a. Berdasarkan Klassen Typology yang dimodifikasi, Kabupaten Rokan Hilir adalah kabupaten pemekaran

Lebih terperinci

FRAKSI KEBANGKITAN NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Alamat : Jalan Malioboro Nomor 54 Yogyakarta, Telp:

FRAKSI KEBANGKITAN NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Alamat : Jalan Malioboro Nomor 54 Yogyakarta, Telp: FRAKSI KEBANGKITAN NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Alamat : Jalan Malioboro Nomor 54 Yogyakarta, Telp: 0274-512688 TANGGAPAN FRAKSI KEBANGKITAN NASIONAL TERHADAP VISI

Lebih terperinci

Perluasan Lapangan Kerja

Perluasan Lapangan Kerja VII Perluasan Lapangan Kerja Perluasan lapangan kerja untuk menciptakan lapangan kerja dalam jumlah dan mutu yang makin meningkat, merupakan sebuah keniscayaan untuk menyerap angkatan kerja baru yang terus

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 VISI Dalam periode Tahun 2013-2018, Visi Pembangunan adalah Terwujudnya yang Sejahtera, Berkeadilan, Mandiri, Berwawasan Lingkungan dan Berakhlak Mulia. Sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang berkembang maju pesat

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang berkembang maju pesat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang berkembang maju pesat dalam pembangunan, dengan Kota Bandar Lampung sebagai ibukota provinsinya. Pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI KUDUS, Menimbang :

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi, BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien.

Lebih terperinci

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Sebagaimana amanat Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (PEPD) maka ada 3 (tiga) komponen yang memajukan

Lebih terperinci

Bab V Kesimpulan Dan Saran. kabupaten Maluku Tenggara Barat provinsi Maluku. Ijin pengelolaan disahkan

Bab V Kesimpulan Dan Saran. kabupaten Maluku Tenggara Barat provinsi Maluku. Ijin pengelolaan disahkan Bab V Kesimpulan Dan Saran A. Kesimpulan PT Karya Jaya Berdikari merupakan salah satu perusahaan representasi negara untuk mengelola sumber daya hutan model HPH (Hak Pengusahaan Hutan) di kabupaten Maluku

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Bab ini akan menjabarkan visi dan misi pembangunan di Kabupaten Malang selama 5 tahun mendatang (2016-2021). Hal ini sejalan dengan amanat di dalam pasal 263

Lebih terperinci

PENJELASAN SUBTEMA IDF. Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago

PENJELASAN SUBTEMA IDF. Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago PENJELASAN SUBTEMA IDF Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago 2018 DISPARITAS REGIONAL Dalam Nawacita, salah satu program prioritas Presiden Joko Widodo adalah membangun Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI SKPD Analisis Isu-isu strategis dalam perencanaan pembangunan selama 5 (lima) tahun periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep governance dikembangkan sebagai bentuk kekecewaan terhadap konsep government yang terlalu meletakkan negara (pemerintah) dalam posisi yang terlalu dominan. Sesuai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN BA B PENDAHULUAN I 1.1. Latar Belakang Sebagai bangsa yang besar dengan kekayaan potensi sumber daya alam yang luar biasa, sebenarnya Indonesia memiliki peluang yang besar untuk menjadi pelaku ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang 18.110 pulau. Sebaran sumberdaya manusia yang tidak merata

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan 16 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Urusan rumah tangga sendiri ialah urusan yang lahir atas dasar prakarsa

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH Penyelenggaraan otonomi daerah sebagai wujud implementasi Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memunculkan berbagai konsekuensi berupa peluang,

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi didefinisikan sebagai suatu kondisi ideal masa depan yang ingin dicapai dalam suatu periode perencanaan berdasarkan pada situasi dan kondisi saat ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena ketimpangan kesejahteraan telah mengurung masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena ketimpangan kesejahteraan telah mengurung masyarakat 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Fenomena ketimpangan kesejahteraan telah mengurung masyarakat Indonesia selama puluhan tahun. Keadaan ini mendapat tanggapan reaktif dari masyarakat, sehingga

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Pada bab sebelumnya telah diuraikan gambaran umum Kabupaten Kebumen sebagai hasil pembangunan jangka menengah 5 (lima) tahun periode yang lalu. Dari kondisi yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan beribu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan beribu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan beribu pulau yang terletak di antara dua benua, yaitu Benua Asia dan Benua Australia serta dua samudera,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam proses pembangunan ekonomi. Permasalahan kemiskinan dialami oleh setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang

Lebih terperinci

RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO

RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO Membangun kembali fundamental ekonomi yang sehat dan mantap demi meningkatkan pertumbuhan, memperluas pemerataan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara besar dengan pemilikan sumber daya alam yang melimpah, dalam pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, disebutkan bahwa setiap Provinsi, Kabupaten/Kota wajib menyusun RPJPD

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak hidup

Lebih terperinci

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hak atas pangan telah diakui secara formal oleh banyak negara di dunia, termasuk Indonesia. Akhir -akhir ini isu pangan sebagai hal asasi semakin gencar disuarakan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Salam Sejahtera,

KATA PENGANTAR. Salam Sejahtera, KATA PENGANTAR Salam Sejahtera, Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan karunianya, penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Kabupaten Rote Ndao Tahun 2015 dapat diselesaikan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016

RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PENGALIHAN SAHAM DAN BATASAN LUASAN LAHAN DALAM PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL DAN PEMANFAATAN PERAIRAN DI SEKITARNYA DALAM RANGKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. prioritas utama dalam pemenuhannya. Seiring dengan perkembangan jaman dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. prioritas utama dalam pemenuhannya. Seiring dengan perkembangan jaman dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan primer bagi umat manusia di mana pun berada selalu menjadi prioritas utama dalam pemenuhannya. Seiring dengan perkembangan jaman dan pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

penelitian 2010

penelitian 2010 Universitas Udayana, Bali, 3 Juni 2010 Seminar Nasional Metodologi Riset dalam Arsitektur" Menuju Pendidikan Arsitektur Indonesia Berbasis Riset DESAIN PERMUKIMAN PASCA-BENCANA DAN METODA PARTISIPASI:

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian dan sektor basis baik tingkat Provinsi Sulawsi Selatan maupun Kabupaten Bulukumba. Kontribusi sektor

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan

Lebih terperinci

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG Misi untuk mewujudkan sumberdaya manusia yang cerdas, sehat, beriman dan berkualitas tinggi merupakan prasyarat mutlak untuk dapat mewujudkan masyarakat yang maju dan sejahtera. Sumberdaya manusia yang

Lebih terperinci

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 V-1 BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Permasalahan dan tantangan yang dihadapi, serta isu strategis serta visi dan misi pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS A. Permasalahan Pembangunan Dari kondisi umum daerah sebagaimana diuraikan pada Bab II, dapat diidentifikasi permasalahan daerah sebagai berikut : 1. Masih tingginya angka

Lebih terperinci

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015 KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015 Topik #10 Wajib Belajar 12 Tahun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Menjawab Daya Saing Nasional Latar Belakang Program Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH. hasil yang diharapkan dari program dan kegiatan selama periode tertentu.

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH. hasil yang diharapkan dari program dan kegiatan selama periode tertentu. BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH Prioritas dan sasaran pembangunan merupakan penetapan target atau hasil yang diharapkan dari program dan kegiatan selama periode tertentu. Penetapan prioritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, semakin membuka kesempatan yang cukup luas bagi daerah untuk mewujudkan otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab,

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD 3.1.1 Permasalahan Infrastruktur Jalan dan Sumber Daya Air Beberapa permasalahan

Lebih terperinci

Boks 2. PERINGKAT DAYA SAING INVESTASI DAERAH PROVINSI JAMBI

Boks 2. PERINGKAT DAYA SAING INVESTASI DAERAH PROVINSI JAMBI Boks 2. PERINGKAT DAYA SAING INVESTASI DAERAH PROVINSI JAMBI Beberapa masalah ekonomi makro yang perlu diantisipasi pada tahap awal pembangunan daerah adalah menurunnya daya beli masyarakat, yang diikuti

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 VISI Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menjelaskan bahwa visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PEMBINAAN LEMBAGA ADAT

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PEMBINAAN LEMBAGA ADAT BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PEMBINAAN LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PERESMIAN PROYEK-PROYEK PEMBANGUNAN DAN PENCANANGAN KOTA TERPADU MANDIRI DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PERESMIAN PROYEK-PROYEK PEMBANGUNAN DAN PENCANANGAN KOTA TERPADU MANDIRI DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT 1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PERESMIAN PROYEK-PROYEK PEMBANGUNAN DAN PENCANANGAN KOTA TERPADU MANDIRI DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT Hari Tanggal : Sabtu /17 Mei 2008 Pukul : 10.50 WIB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya persoalan yang dihadapi oleh negara, telah terjadi pula perkembangan penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS Perencanaan pembangunan antara lain dimaksudkan agar Pemerintah Daerah senantiasa mampu menyelaraskan diri dengan lingkungan. Oleh karena itu, perhatian kepada mandat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SABU RAIJUA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SABU RAIJUA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SABU RAIJUA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SABU RAIJUA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SABU RAIJUA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SABU RAIJUA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

- 1 - MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DESA

- 1 - MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DESA - 1 - MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK

Lebih terperinci

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI 1 BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOGIRI, Menimbang : a. bahwa penanaman

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SABU RAIJUA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SABU RAIJUA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SABU RAIJUA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PENATAAN RUANG DALAM PERSPEKTIF PERTANAHAN

PENATAAN RUANG DALAM PERSPEKTIF PERTANAHAN PENATAAN RUANG DALAM PERSPEKTIF PERTANAHAN Oleh : Ir. Iwan Isa, M.Sc Direktur Penatagunaan Tanah Badan Pertanahan Nasional PENGANTAR Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Kuasa untuk kesejahteraan bangsa

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2009 NOMOR 27 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI Tanggal : 29 Desember 2009 Nomor : 27 Tahun 2009 Tentang : PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBENTUKAN DAN BUKU ADMINISTRASI RUKUN WARGA

Lebih terperinci

Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014

Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014 Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2013 ISU STRATEGIS, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2014 A. Isu Strategis

Lebih terperinci

2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah. (RPJPD) Provinsi Riau , maka Visi Pembangunan

2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah. (RPJPD) Provinsi Riau , maka Visi Pembangunan BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Sesuai dengan amanat Peraturan Daerah Nomor 9 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Riau 2005-2025, maka Visi Pembangunan

Lebih terperinci

PERSYARATAN DAN PROSEDUR PEMBENTUKAN DAERAH OTONOMI BARU

PERSYARATAN DAN PROSEDUR PEMBENTUKAN DAERAH OTONOMI BARU PERSYARATAN DAN PROSEDUR PEMBENTUKAN DAERAH OTONOMI BARU www. luwukpos.blogspot.co.id I. PENDAHULUAN Otonomi daerah secara resmi telah diberlakukan di seluruh wilayah Indonesia sejak tahun 2001. Pada hakekatnya

Lebih terperinci