Lampiran 1 Prosedur analisis sifat fisikokimia minyak jarak pagar

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Lampiran 1 Prosedur analisis sifat fisikokimia minyak jarak pagar"

Transkripsi

1 LAMPIRAN - LAMPIRAN

2 56

3 57 Lampiran 1 Prosedur analisis sifat fisikokimia minyak jarak pagar A. Kandungan Asam Lemak Bebas (ALB) (SNI ) Analisis kandungan ALB digunakan untuk mengetahui jumlah asam lemak bebas yang terkandung di dalam minyak. 1. Netralkan etanol 95% dengan menggunakan NaOH ),1 N dan indikator pp. 2. Timbang 2 5 gram sampel minyak. 3. Larutkan sampel minyak yang telah ditimbang dengan 50 ml etanol yang telah dinetralkan. 4. Panaskan dengan mengunakan penangas air sampai suhunya 80 o C sambil diaduk aduk. 5. Setelah selama kurang lebih 10 menit atau setelah larutan homogen, tambahkan 2 tetes indikator pp. 6. Titrasi dengan menggunakan NaOH yang diketahui normalitasnya. 7. Hitung jumlah asam lemak bebas dengan menggunakan rumus sebagai berikut Dimana : ALB = Asam Lemak Bebas (%) M = Bobot molekul asam lemak dominan V = Volume NaOH yang habis untuk titrasi (ml) T = Normalitas NaOH yang digunakan dalam titrasi (N) m = Bobot sampel yang dianalisis (gram) B. Bilangan Asam (SNI ) 1. Netralkan etanol 95% dengan menggunakan NaOH ),1 N dan indikator pp. 2. Timbang 2 5 gram sampel minyak. 3. Larutkan sampel minyak yang telah ditimbang dengan 50 ml etanol yang telah dinetralkan. 4. Panaskan dengan mengunakan penangas air sampai suhunya 80 o C sambil diaduk aduk.

4 58 5. Setelah selama kurang lebih 10 menit atau setelah larutan homogen, tambahkan 2 tetes indikator pp. 6. Titrasi dengan menggunakan NaOH yang diketahui normalitasnya. 7. Hitung nilai bilangan asam dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Dimana : V = Volume NaOH yang habis untuk titrasi (ml) T = Normalitas NaOH yang digunakan dalam titrasi (N) m = Bobot sampel yang dianalisis (gram) C. Densitas (Metode Anton Paar) 1. Hidupkan alat melalui tombol yang ada di bagian belakang alat 2. Warming up sekitar 15 menit 3. Pilih method yang diinginkan, misalnya: Lubricant, Fuel, Crude Oil, Brix atau yang lain 4. Sambungkan selang pumpa ke adapter dan aktifkan pompa 5. Setelah pompa dimatikan, pastikan nilai density udara pada 20 o C adalah gr/cm 3 (Faktor koreksi ), dalam range s/d Alat siap digunakan untuk pengukuran 7. Gunakan syringe secara selektif untuk menghindari kontaminasi, dan pisahkan menjadi 4 buah, misalnya untuk air, lubricant, crude oil dan solvent pelarut. 8. Bila telah didapatkan hasil pengukuran, segera bilas U-tube dengan solvent yang dapat melarutkan sampel. 9. Lakukan pembilasan minimal 5 kali dengan syringe pada U-tube, bila kurang, bilas lagi sampai benar-benar bersih 10. Masukan solvent pengering seperti toluene atau acetone 2 atau 3 kali syringe. 11. Sambungkan selang pumpa ke adapter, lalu aktifkan pumpa, pumpa akan otomatis berhenti setelah 10 menit, tetapi pumpa dapat dimatikan kapan saja bila diyakini U-tube sudah bersih dan kering.

5 Matikan pumpa, lalu tunggu suhu mencapai 20 0 C, dan nilai density udara didapatkan nilai gr/cm Alat siap untuk digunakan untuk sampel selanjutnya atau dimatikan. D. Bilangan Iod (AOAC, 1995) 1. Timbang 0,5 gram sampel minyak yang telah disaring 2. Masukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml, lalu larutkan dengan 10 ml kloroform atau tetraklorida 3. Tambahkan 25 ml pereaksi hanus. 4. Semua bahan diatas dicampur merata dan disimpan di dalam ruangan gelap selama satu jam. Sebagian iodium akan dibebaskan dari larutan. 5. Setelah penyimpanan, ke dalamnya ditambahkan 10 ml larutan KI 15 %. Iod yang dibebaskan kemudian dititrasi dengan larutan Na 2 S 2 O 3 0,1 N sampai warna biru larutan tidak terlalu pekat. 6. Selanjutnya ditambahkan larutan kanji satu persen dan titrasi kembali sampai warna biru hilang. Blanko dibuat dengan cara yang sama tanpa menggunakan minyak Dimana : B = Volume Na 2 SO 3 blanko (ml) S = Volume Na 2 SO 3 sampel (ml) N = Normalitas Na 2 SO 3 yang digunakan dalam titrasi (N) m = Bobot sampel yang dianalisis (gram) E. Viskositas 30 o C (metode Brookfield) 1. Siapkan larutan yang akan diukur viskositasnya sebanyak + 10 ml. 2. Tentukan kisaran perkiraan maksimum nilai viskositas larutan. 3. Masukkan sampel ke dalam tube sebanyak 6,7 ml. 4. Lakukan zeroing sebelum melakukan pengukuran. 5. Pasang spindel SC4-18 pada ulir. 6. Tentukan kecepatan pengukuran yang dikehendaki. 7. Nyalakan viscometer. 8. Lihat nilai torsi yang diperoleh, hasil pengukuran dianggap valid hanya untuk pengukuran dengan nilai torsi di atas 10%. 9. Catat nilai viskositas yang terukur.

6 60 Lampiran 2 Prosedur analisis sifat fisikokimia Coal Dust Suppressant (CDS) A. Densitas 1. Hidupkan alat melalui tombol yang ada di bagian belakang alat 2. Warming up sekitar 15 menit 3. Pilih method yang diinginkan, misalnya: Lubricant, Fuel, Crude Oil, Brix atau yang lain 4. Sambungkan selang pumpa ke adapter dan aktifkan pompa 5. Setelah pompa dimatikan, pastikan nilai density udara pada 20 o C adalah gr/cm 3 (Faktor koreksi ), dalam range s/d Alat siap digunakan untuk pengukuran 7. Gunakan syringe secara selektif untuk menghindari kontaminasi, dan pisahkan menjadi 4 buah, misalnya untuk air, lubricant, crude oil dan solvent pelarut. 8. Bila telah didapatkan hasil pengukuran, segera bilas U-tube dengan solvent yang dapat melarutkan sampel. 9. Lakukan pembilasan minimal 5 kali dengan syringe pada U-tube, bila kurang, bilas lagi sampai benar-benar bersih 10. Masukan solvent pengering seperti toluene atau acetone 2 atau 3 kali syringe. 11. Sambungkan selang pumpa ke adapter, lalu aktifkan pumpa, pumpa akan otomatis berhenti setelah 10 menit, tetapi pumpa dapat dimatikan kapan saja bila diyakini U-tube sudah bersih dan kering. 12. Matikan pumpa, lalu tunggu suhu mencapai 20 0 C, dan nilai density udara didapatkan nilai gr/cm Alat siap untuk digunakan untuk sampel selanjutnya atau dimatikan. B. Viskositas 1. Siapkan larutan yang akan diukur viskositasnya sebanyak + 10 ml. 2. Tentukan kisaran perkiraan maksimum nilai viskositas larutan. 3. Masukkan sampel ke dalam tube sebanyak 6,7 ml. 4. Lakukan zeroing sebelum melakukan pengukuran. 5. Pasang spindel SC4-18 pada ulir.

7 61 6. Tentukan kecepatan pengukuran yang dikehendaki. 7. Nyalakan viscometer. 8. Lihat nilai torsi yang diperoleh, hasil pengukuran dianggap valid hanya untuk pengukuran dengan nilai torsi di atas 10%. 9. Catat nilai viskositas yang terukur. C. ph 1. Siapkan larutan yang akan diukur ph-nya. 2. Nyalakan alat pengukur ph portabel Schott pada mode AR (Auto Read) 3. Celupkan ujung elektroda pada larutan sampel. 4. Tunggu sampai nilai ph muncul dan indicator AR stabil.

8 62 Lampiran 3 Prosedur analisis Evaporation Rate (ASTM D ) 1. Timbang gram sampel debu batubara atau partikel batubara 2. Tambahkan formula CDS pada sampel debu batubara kemudian aduk secara merata. 3. Simpan dalam oven pada suhu 60 o C selama 4 jam. 4. Setelah 4 jam, keluarkan sampel dari oven dan dinginkan dalam desikator. 5. Timbang kembali sampel debu batubara yang telah di oven. 6. Dapatkan nilai evaporasi blanko dengan cara menghitung penguapan pada sampel debu batubara tanpa penambahan formula CDS. 7. Hitung nilai Evaporation Rate sebagai banyaknya penguapan per banyaknya sampel menggunakan rumus perhitungan. Dimana : Es = Bobot sampel setelah evaporasi (gram) Eb = Evaporasi blanko B0 = Bobot awal sampel (gram) b = Bobot sampel yang dianalisis (gram)

9 63 Lampiran 4 Prosedur analisis Dustiness Index (ASTM D547-41) 1. Siapkan tabung pendebuan yang memiliki penampung debu pada bagian atas, tengah dan bawah. 2. Simpan sejumlah sampel di penampung debu bagian atas. 3. Secara tiba-tiba kemudian buka penampung atas, sehingga debu jatuh ke dalam tabung. 4. Diamkan tabung selama 15 detik kemudian tutup bagian atas dan tengah tabung. 5. Selama 5 menit debu yang jatuh ditampung pada penampung tengah dan ditimbang. 6. Nilai Dustiness Index kemudian dihitung sebagai persentase banyaknya debu yang tertampung dibagi banyaknya sampel debu batubara yang digunakan dalam analisis.

10 64 Lampiran 5 Data hasil analisis densitas CDS (g/cm 3 ) dan analisis ragamnya menggunakan software Microsoft Excell Tabel data hasil pengukuran nilai densitas formula CDS (g/cm 3 ) Ulangan Konsentrasi Gliserol 5% 10% 15% Total 1 1, , , , , ,01341 Total 2, , , ,07100 Rataan F 1, , , ,01183 Simpangan baku (S) : 0, , ,00170 Penyapuan Ulangan Konsentrasi Gliserol 5% 10% 15% 1-0, , , , , ,00120 Penyapuan Rataan -0,0004 3,75E-05 0,00038 Setelah dilakukan penyapuan, diperoleh nilai : JK (perlakuan) JK (sisaan) 3,16137E-07 6,95171E-06 Dengan menggunakan nilai-nilai jumlah kuadrat di atas, maka tabel analisis ragamnya adalah sebagai berikut Analisis Ragam Sumber keragaman Perlakuan Galat Jumlah kuadrat DB Kuadrat tengah F hitung F tabel 3,16137E ,58069E-07 0, ,55 6,95171E ,31724E-06 Karena nilai F hitung = 0, lebih kecil daripada F tabel (α = 0,05, db1:db2 = 2:3) : 9,55, maka efek perlakuan penambahan gliserol terhadap nilai densitas formula CDS tidak bersifat nyata.

11 65 Lampiran 6 Data hasil analisis ph CDS dan analisis ragamnya menggunakan software Microsoft Excell Tabel data hasil pengukuran ph formula CDS Ulangan Konsentrasi Gliserol 5% 10% 15% Total 1 5,54 5,43 5,19 2 6,91 6,73 6,82 Total 12,44 12,16 12,01 36,61 Rataan 6,22 6,08 6,01 6,10 Simpangan baku (S) : 0,97 0,92 1,15 Penyapuan Ulangan Konsentrasi Gliserol 5% 10% 15% 1-0,69-0,65-0,82 2 0,69 0,65 0,82 Penyapuan Rat 0,12-0,02-0,10 Setelah dilakukan penyapuan, diperoleh nilai : JK (perlakuan) 0, JK (sisaan) 3, Dengan menggunakan nilai-nilai jumlah kuadrat di atas, maka tabel analisis ragamnya adalah sebagai berikut Analisis Ragam Sumber keragaman Jumlah kuadrat DB Kuadrat tengah F hitung F tabel Perlakuan Galat 0, , , ,55 3, , Karena nilai F hitung = 0,01151 lebih kecil daripada F tabel (α = 0,05, db1:db2 = 2:3) : 9,55, maka efek perlakuan penambahan gliserol terhadap nilai ph formula CDS tidak bersifat nyata.

12 66 Lampiran 7 Data hasil analisis nilai viskositas formula CDS (cp) dan analisis ragamnya menggunakan software Microsoft Excell Tabel data hasil pengukuran nilai viskositas formula CDS (cp) Ulangan Konsentrasi Gliserol 5% 10% 15% Total 1 66,65 63,40 62, ,25 84,00 81,95 Total 150,90 147,40 144,90 443,20 Rataan F 75,45 73,70 72,45 73,87 Simpangan baku (S) : 12,45 14,57 13,44 Penyapuan Ulangan Konsentrasi Gliserol 5% 10% 15% 1-8,80-10,30-9,50 2 8,80 10,30 9,50 Penyapuan Rataan 1,58-0,17-1,42 Setelah dilakukan penyapuan, diperoleh nilai : JK (perlakuan) 4,54 JK (sisaan) 547,56 Dengan menggunakan nilai-nilai jumlah kuadrat di atas, maka tabel analisis ragamnya adalah sebagai berikut Analisis Ragam Sumber keragaman Jumlah kuadrat DB Kuadrat tengah F hitung F tabel Perlakuan Galat 4, , , ,55 547, ,52 Karena nilai F hitung = 0,01244 lebih kecil daripada F tabel (α = 0,05, db1:db2 = 2:3) : 9,55, maka efek perlakuan penambahan gliserol terhadap nilai viskositas formula CDS tidak bersifat nyata.

13 67 Lampiran 8 Data hasil analisis nilai Evaporation Rate formula CDS (g ev/g debu) dan analisis ragamnya menggunakan software Microsoft Excell Tabel data hasil pengukuran nilai Evaporation Rate (g ev/g debu) Pengenceran Konsentrasi Gliserol 5% 10% 15% Rataan P 50 kali 0, , , , , , , , kali 0, , , , , , , , kali 0, , , , , , , , Rataan F 0, , , , Rataan Pengenceran - Konsentrasi Gliserol Pengenceran Konsentrasi Gliserol 5% 10% 15% 50 kali 0, , , kali 0, , , kali 0, , ,54471 Rataan 0, , ,49767 Rataan 0, , ,59527 Efek Interaksi Data Pengenceran Konsentrasi Gliserol 5% 10% 15% Sisaan 50 kali -0, , ,0029-0, kali -0, , , , kali 0, , , , Sisaan 0, , ,03608

14 68 Nilai Sisaan Pengenceran Konsentrasi Gliserol 5% 10% 15% 50 kali -0, , , , , , kali 0, , , , , , kali 0, , , , , , Kuadrat Sisaan Pengenceran Konsentrasi Gliserol 5% 10% 15% 50 kali 0, , , , , , kali 0, ,37E-05 9,55037E-05 0, ,37E-05 9,55037E kali 0, , ,56881E-06 0, , ,56881E-06 Jumlah kuadrat (Pengenceran) 0, Jumlah kuadrat (kons. Gliserol) 0, Jumlah kuadrat (interaksi) 0, Jumlah kuadrat (galat) 0, Analisis Ragam Sumber keragaman Jumlah kuadrat DB Kuadrat tengah F hitung F tabel Efek Pengenceran 0, , , ,26 Efek Konsentrasi 0, , , ,26 Efek Interaksi 0, , , ,63 Galat 0, , Karena nilai F hitung pengenceran, formula dan interaksi lebih kecil daripada F tabel (α = 0,05), maka efek perlakuan penambahan gliserol terhadap nilai Evaporation Rate formula CDS tidak bersifat nyata.

15 69 Lampiran 9 Data hasil analisis nilai Dustiness Index CDS dan analisis ragamnya menggunakan Microsoft Excell Tabel data hasil analisis nilai Dustiness Index (DI) CDS (%) Tabel Data Pengenceran Konsentrasi Gliserol 5% 10% 15% Rataan P 50 kali 0, , , , , , , , kali 0, , , , , , , , kali 0, , , , , , , , Rataan F 0, , , , Pengenceran 50 kali 100 kali 150 kali Konsentrasi Gliserol 5% 10% 15% 0, , , , , , , , ,18166 Efek Interaksi Data Pengenceran Konsentrasi Gliserol 5% 10% 15% Sisaan 50 kali -0, , ,0029-0, kali -0, , , , kali 0, , , , Sisaan 0, , ,03608 Nilai Sisaan Pengenceran Konsentrasi Gliserol 5% 10% 15% 50 kali 0, , , , , , kali 0, , , , , , kali 0, , , , , ,03234

16 70 Kuadrat Sisaan Pengenceran Konsentrasi Gliserol 5% 10% 15% 50 kali 4,94638E-05 1,29E-06 1,78E-05 4,94638E-05 1,29E-06 1,78E kali 0, , , , , , kali 0, , , , , , Jumlah kuadrat (Pengenceran) 0, Jumlah kuadrat ( Formula) 0, Jumlah kuadrat (interaksi) 0, Jumlah kuadrat (galat) 0, Analisis Ragam Sumber keragaman Jumlah kuadrat DB Kuadrat tengah F hitung F tabel Efek Pengenceran 0, , , ,26 Efek Konsentrasi 0, , , ,26 Efek Interaksi 0, , , ,63 Galat 0, , Karena nilai F hitung pengenceran (9,85) lebih besar daripada F tabel (α = 0,05) (4,26), maka efek perlakuan penambahan gliserol terhadap nilai Dustiness Index formula CDS bersifat nyata. Untuk mengetahui pada taraf pengenceran berapa yang bersifat nyata, maka dilakukan uji pembandingan Uji Beda Nyata Fisher / Beda Nyata Terkecil (Uji BNT). Simpangan Baku ( Ragam) Pengenceran Konsentrasi Gliserol Total 5% 10% 15% 50 kali 0, , , , kali 0, , , , kali 0, , , , Total 0, , ,

17 71 S2g A = 0, Sg A = 0, S2g B = 0, Sg B = 0, S2g C = 0, Sg C = 0, Nilai BNT = t (α/2,db galat). Sg., t (0,05/2, 3) = 3,182 Nilai BNT = 3,182. Sg. = 3,182. Sg. Untuk formula A (konsentrasi penambahan gliserol : 5%) t Sg (2/2) = 0, A = -0, = -0, = -0, Untuk formula B (konsentrasi penambahan gliserol : 10%) t Sg (2/2) = 0, B = -0, = -0, = -0, Untuk formula C (konsentrasi penambahan gliserol : 15%) t Sg (2/2) = 0, C = -0, = -0, = -0, Dari ketiga formulasi tersebut di atas terlihat bahwa pengaruh pengenceran terlihat nyata pada formula B antara selang pengenceran 50 dengan 150 kali. Selain selang pengenceran tersebut, pengenceran tidak berpengaruh nyata terhadap nilai Dustiness Index formula CDS

18 72 Lampiran 10 Diagram alir proses produksi CDS Gliserol Kasar Unit Pemurnian Gliserol Asam Fosfat Teknis Pengadukan 30 menit, 300 rpm Pemisahan (Penyaring Vakum) Garam Kalium Fosfat Fraksi Cair (Settling Tank) Asam Lemak Gliserol 80% Surfaktan SLS Polimer PVA Konsentrat Air konsentrat Unit Formulasi CDS Air Produk Pengadukan Produk menit, rpm Produk Akhir CDS

19 73 Lampiran 11 Perhitungan neraca massa produksi CDS Kapasitas produksi CDS = kg /tahun = 166,7 kg/hari Waktu operasi Basis perhitungan = 300 hari/tahun = 1 hari operasi 1. REAKTOR PEMURNIAN GLISEROL KASAR HASIL SAMPING PRODUKSI BIODIESEL JARAK PAGAR Komposisi gliserol kasar hasil samping produksi biodiesel jarak pagar terdiri dari 50% gliserol dan sisanya adalah pengotor ( sabun dan sisa katalis basa) Produksi CDS = 33,33 kg/kg gliserol Konversi gliserol kasar (G50) menjadi gliserol teknis (G80) = 40% Bahan baku gliserol kasar yang dibutuhkan per hari : = = 11,91 kg Gliserol kasar Reaktor Pemurnian Campuran Asam Fosfat Asam fosfat yang digunakan = 5% massa gliserol kasar = 0,05 x 16,67 = 0,8335 kg. Campuran = Gliserol kasar + Asam fosfat = 11,91kg + 0,59kg = 12,50kg 2. PENYARINGAN K 3 PO 4 Campuran Filter Fraksi Cair Garam K 3 PO 4 yang dihasilkan Fraksi Cair = 20% campuran = 0,2 x 12,5 kg = 2,5kg = 80% campuran = 0,8 x 12,5 = 10kg

20 74 3. TANGKI PENGENDAPAN Asam Lemak Fraksi Cair Tangki Pengendapan Gliserol Fraksi Cair Asam Lemak Gliserol = 10kg = 50% Fraksi Cair = 0,5 x 10 kg = 5kg = 50% Fraksi Cair = 0,5 x 10kg = 5kg 4. REAKTOR FORMULASI Polimer PVA Gliserol Surfaktan SLS Reaktor Formulasi CDS Air Gliserol = 5kg Polimer PVA = 2,67 x gliserol = 2,67 x 5kg = 13,336kg Surfaktan SLS = 2,67 x gliserol = 2,67 x 5kg = 13,336kg Air = 27 x gliserol = 27 x 5kg = 135,03kg Produk CDS = Gliserol + Polimer PVA + Surfaktan SLS + Air = 5kg + 13,336kg + 13,336kg + 135,03kg = 166,7kg.

21 Lampiran 12 Diagram instrumen dan pemipaan (Piping and Instrumentations Diagram) serta tata letak ruang produksi, ruang penyimpanan dan kantor industri CDS Tangki Gliserol Kasar Tangki Asam Fosfat Motor (0,5 HP) Termometer T Reaktor Pemurnian Gliserol Kasar Kontainer Polimer Tangki Air Heater Tangki Gliserol Surfaktan SLS Hasil Pemurnian Pompa Vakum Settling Tank Tangki Formulasi CDS Garam Kalium Fosfat Tangki Asam Lemak Tangki Penyimpanan Produk CDS Diagram instrumen dan pemipaan

22 Tangki Gliserol Kasar Tangki Asam Fosfat Tangki Surfaktan Kontainer Polimer Tangki Air Gudang Produk Reaktor Pemurnian Gliserol Kasar Reaktor Formulasi Filter Press Tangki Pengendapa n Tangki Gliserol Kantor Unit Pemurnian K3PO4 Unit Pemurnian K3PO4 Laboratorium Tata letak ruang produksi, ruang penyimpanan dan kantor industri CDS

23 77 Lampiran 13 Rincian dana investasi dan modal kerja pembangunan industri CDS A. Bangunan dan Peralatan Proses No. Uraian Jumlah Satuan Harga/satuan 1. Tangki Stainless Steel, 100 L 2. Tangki Stainless Steel, 50 L Unit Purifikasi (Rp) Biaya (Rp) 2 unit unit Motor Pengaduk (1 HP) 1 unit Pemasangan pipa 1 Paket Tangki Stainless Steel (200 L) 6. Tangki Stainless Steel, 100 L Unit Formulasi CDS 2 unit unit B. Kendaraan No. Uraian Jumlah Satuan Harga/satuan Jumlah (Rp) Biaya (Rp) 1. Mobil Pick Up 1 unit Sepeda Motor 1 unit C. Biaya Perizinan No. Uraian Jumlah Satuan Harga/satuan 1. Izin Mendirikan Bangunan Jumlah (Rp) Biaya (Rp) 1 lot UKL / UPL 1 lot Izin pertanahan 1 lot Jumlah

24 D. DED dan pengawasan / pemeliharaan peralatan selama konstruksi Gambar keteknikan detail / Detailed Engineering Design (DED) dihitung berdasarkan persentase (0,5%) dari jumlah total investasi. Dengan demikian, diperoleh nilai DED dan pengawasan/pemeliharaan peralatan selama konstruksi adalah 0,5% x Rp ,- = Rp ,-

25 Lampiran 14 Proyeksi biaya produksi, penerimaan dan net income industri CDS CDS FINANCIAL ANALYSIS III. MODAL KERJA (x Rp 1000,-) Year 1 Year 2 Year 3 Year 4 Year 5 days 1 Account Receivable 30 product Inventory 10 product+raw mat Account Payable 30 raw mat Working Capital Loan for Working Capital IV. DEPRESIASI (x Rp 1000,- Year 1 Year 2 Year 3 Year 4 Year 5 1 Mesin dan Peralatan 20 tahun Bangunan Perumahan 20 tahun Kendaraan 5 tahun V. PRODUCTION COST (x Rp 1000,-) Year 1 Year 2 Year 3 Year 4 Year 5 1 Variable Cost AVERAGE PRODUCTION CAPACITY 75% 90% 100% 100% 100% - Raw Material Pemakaian Gliserol kasar per tahu 4 Ton Sub Total Raw Material - IDRx1000/ton Bahan Kimia Qty Unit Harga IDRx1000/ton a. Gliserol 0 ton b. Polimer PVA 4 ton

26 Lampiran 14. Proyeksi biaya produksi, penerimaan dan net income industry CDS (lanjutan) Year 6 Year 7 Year 8 Year 9 Year 10 Year 11 Year 12 Year 13 Year 14 Year Year 6 Year 7 Year 8 Year 9 Year 10 Year 11 Year 12 Year 13 Year 14 Year Year 6 Year 7 Year 8 Year 9 Year 10 Year 11 Year 12 Year 13 Year 14 Year % 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

27 Lampiran 14. Proyeksi biaya produksi, penerimaan dan net income industry CDS (lanjutan) c. Surfaktan SLS 4 ton d. Akuades 91 ton Sub Total Bahan Kimia Utilities Cost Tenga Kerja : Langsung a. Operator 2 orang b. Maintenance - orang Total Variable Cost BIAYA PRODUKSI LANGSUNG (x Rp 1000,-) HARGA POKOK PENJUALAN PER TON PRODUK (x Rp 1000,-) Fixed Cost Tenaga Kerja : Tidak Langsung a. Kepala Pabrik 1 orang b. Manajer - orang c. Staf - orang d. Administrasi - orang e. Satpam - orang Repair & Maintenance 5,0% Equip cost/tahun Overhead & Adm 5,0% Biaya TK Biaya Asuransi 3,0% Equip cost/tahun Biaya Pemasaran 2,5% Penjualan Depresiasi Interest for Invest. 10% Interest for Work. Cap. 12% Total Fixed Cost TOTAL PRODUCTION COST (x Rp 1000,-)

28 Lampiran 14. Proyeksi biaya produksi, penerimaan dan net income industry CDS (lanjutan)

29 Lampiran 14. Proyeksi biaya produksi, penerimaan dan net income industry CDS (lanjutan) VI. INCOME (x Rp 1000,-) Year 1 Year 2 Year 3 Year 4 Year 5 - CDS Production 50 Ton/tahun Losses 0,001% 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Total CDS Production Produksi FFA 2 Ton/tahun Produksi K3PO4 1 Ton/tahun Revenue Harga Jual CDS IDRx1000/ton FFA IDRx1000/ton K3PO IDRx1000/ton TOTAL REVENUE (x Rp 1000,-) VII. NET INCOME STATEMENT (x Rp 1000,-) Year 1 Year 2 Year 3 Year 4 Year 5 - Total Sales Revenue Production Cost Profit Before Tax (63.983) Tax 30% (19.195) Profit After Tax (44.788) Retained Earning (44.788) (24.840) Operating Margin BEP (Rupiah) Average BEP

30 Lampiran 14. Proyeksi biaya produksi, penerimaan dan net income industry CDS (lanjutan) Year 6 Year 7 Year 8 Year 9 Year 10 Year 11 Year 12 Year 13 Year 14 Year ,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0, Year 6 Year 7 Year 8 Year 9 Year 10 Year 11 Year 12 Year 13 Year 14 Year

31 Lampiran 14. Proyeksi biaya produksi, penerimaan dan net income industry CDS (lanjutan) VIII. FINANCIAL RETURN (x Rp 1000,-) Penerimaan Bersih Year -1 Year 1 Year 2 Year 3 Year 4 Year 5 - Year's Net Profit (44.788) Depreciation (25.298) Pengeluaran bersih - Investasi + IDC Modal Kerja Long Term Loan Repayment Short Term Loan Repayment ANNUAL CASH FLOW ( ) ( ) (9.391) ,000 0,909 0,826 0,751 0,683 0,621 ( ) ( ) (7.761) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ACC. CASH FLOW ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) (75.290) Internal Rate of Return (IRR) = 21,49% (15 years) Net Present Value (NPV) = (15 years) Pay Back Periode (PBP) = 7,23 years Net Benefit Cost ( NetB/C) = 2,04 Return on Investment (ROI) -35,59% 15,85% 53,18% 57,61% 62,20% Return on Equity (ROE) -72,69% 32,38% 108,63% 117,67% 127,05% Average ROI 57,29% Average ROE 117,01%

32 Lampiran 14. Proyeksi biaya produksi, penerimaan dan net income industry CDS (lanjutan) Year 6 Year 7 Year 8 Year 9 Year 10 Year 11 Year 12 Year 13 Year 14 Year ,564 0,513 0,467 0,424 0,386 0,350 0,319 0,290 0,263 0, (68.385) (12.786) ,61% 70,61% 70,61% 70,61% 70,61% 70,61% 70,61% 70,61% 70,61% 70,61% 144,22% 144,22% 144,22% 144,22% 144,22% 144,22% 144,22% 144,22% 144,22% 144,22%

33 Lampiran 14. Proyeksi biaya produksi, penerimaan dan net income industry CDS (lanjutan) IX. FUND FLOW STATEMENT (x Rp 1000,-) Construction Year CASH INFLOW Year -1 Year 1 Year 2 Year 3 Year 4 Year 5 Sales Revenue Account Receivable Equity Investment Debt Working Capital Debt Total Cash Inflow CASH OUTFLOW Capital Expenditure Cash Expenses (excl. interest, depreciation) Account Payable Investmen Debt Working Capital Debt Interest Charge Taxes (19.195) Inc. Inventory Total Cash Inflow NET CASH OUTFLOW (x Rp 1000,-) ( ) (32.209) Beginning Cash Balance (74.127) ( ) (56.169) Ending Cash Balance (74.127) ( ) (56.169)

34 Lampiran 14. Proyeksi biaya produksi, penerimaan dan net income industry CDS (lanjutan) Year 6 Year 7 Year 8 Year 9 Year 10 Year 11 Year 12 Year 13 Year 14 Year

35 Lampiran 14. Proyeksi biaya produksi, penerimaan dan net income industry CDS (lanjutan) X. BALANCE SHEET Construction Year Year -1 Year 1 Year 2 Year 3 Year 4 Year 5 ASSETS Current Assets - Ending Cash Balance (74.127) ( ) (56.169) Account Receivable Inventory Total Current Assets Fixed Investment Less Accum Depreciation Net Fixed Assets TOTAL ASSETS (x Rp 1000,-) LIABILITIES AND EQUITY Liabilities - Account Payable Long Term Loan Balance Short Term Loan Balance (0) Total Liabilities Equity - Share Capital Retairned Earnings - (44.788) (24.840) Total Equity TOTAL LIABILITIES AND EQUITY (x Rp 1000,-)

36 Lampiran 14. Proyeksi biaya produksi, penerimaan dan net income industry CDS (lanjutan) Year 6 Year 7 Year 8 Year 9 Year 10 Year 11 Year 12 Year 13 Year 14 Year (10.582) (30.072) (49.562) (69.052) (88.542) ( ) ( ) ( ) ( )

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Peningkatan nilai tambah produk turunan minyak jarak pagar mutlak diperlukan agar industri biodiesel jarak pagar dapat berkembang dengan baik. Saat ini, perkembangan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisikokimia Minyak Jarak Pagar Sifat fisikokimia minyak jarak pagar merupakan salah satu informasi awal yang harus diperoleh untuk memproduksi biodiesel jarak pagar. Informasi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pohon Industri Turunan Kelapa Sawit

Lampiran 1. Pohon Industri Turunan Kelapa Sawit LAMPIRAN Lampiran 1. Pohon Industri Turunan Kelapa Sawit 46 Lampiran 2. Diagram alir proses pembuatan Surfaktan Metil Ester Sulfonat (MES) Metil Ester Olein Gas SO 3 7% Sulfonasi Laju alir ME 100 ml/menit,

Lebih terperinci

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain safety-nya terjamin dan dapat mendatangkan profit. Investasi pabrik merupakan dana atau modal

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos LAMPIRA 30 Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos A. Kadar Air Bahan (AOAC 1984) Cawan alumunium kosong dimasukkan ke dalam oven selama 15 menit pada temperatur 100 o C. Cawan porselen kemudian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji karet, dan bahan pembantu berupa metanol, HCl dan NaOH teknis. Selain bahan-bahan di atas,

Lebih terperinci

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain safety-nya terjamin dan dapat mendatangkan profit. Investasi pabrik merupakan dana atau modal

Lebih terperinci

BAB IX INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI. yang siap beroperasi termasuk untuk start up dan modal kerja. Suatu pabrik yang

BAB IX INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI. yang siap beroperasi termasuk untuk start up dan modal kerja. Suatu pabrik yang BAB IX INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik merupakan dana atau

Lebih terperinci

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain safety-nya terjamin dan dapat mendatangkan profit. Investasi pabrik merupakan dana atau modal

Lebih terperinci

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku Bahan baku yang digunakan untuk penelitian ini adalah gliserol kasar (crude glycerol) yang merupakan hasil samping dari pembuatan biodiesel. Adsorben

Lebih terperinci

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain safety-nya terjamin dan dapat mendatangkan profit. Investasi pabrik merupakan dana atau modal

Lebih terperinci

Desikator Neraca analitik 4 desimal

Desikator Neraca analitik 4 desimal Lampiran 1. Prosedur Uji Kadar Air A. Prosedur Uji Kadar Air Bahan Anorganik (Horwitz, 2000) Haluskan sejumlah bahan sebanyak yang diperlukan agar cukup untuk analisis, atau giling sebanyak lebih dari

Lebih terperinci

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI. yang siap beroperasi termasuk untuk start up dan modal kerja. Suatu pabrik yang

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI. yang siap beroperasi termasuk untuk start up dan modal kerja. Suatu pabrik yang 113 IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik merupakan dana

Lebih terperinci

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu 40 Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat 1. Kadar air (AOAC 1995, 950.46) Cawan kosong yang bersih dikeringkan dalam oven selama 2 jam dengan suhu 105 o C dan didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang.

Lebih terperinci

a. Kadar Air (SNI) ), Metode Oven b. Kadar Abu (SNI ), Abu Total

a. Kadar Air (SNI) ), Metode Oven b. Kadar Abu (SNI ), Abu Total LAMPIRAN 35 Lampiran 1. Prosedur Analisis Biji Jarak Pagar a. Kadar Air (SNI) 01-2891-1992), Metode Oven Sampel ditimbang dengan seksama sebanyak 1-2 gram pada sebuah botol timbang bertutup yang sudah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian kali ini terdiri dari bahan utama yaitu biji kesambi yang diperoleh dari bantuan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Lebih terperinci

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI 125 IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik merupakan dana

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan. Bentuk Bentuk Laporan Keuangan Perusahaan. Basharat Ahmad. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

Manajemen Keuangan. Bentuk Bentuk Laporan Keuangan Perusahaan. Basharat Ahmad. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen Manajemen Keuangan Modul ke: Bentuk Bentuk Laporan Keuangan Perusahaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Basharat Ahmad Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Materi Pembelajaran Neraca Laporan Rugi Laba

Lebih terperinci

BAB. IX INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

BAB. IX INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI 154 BAB. IX INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik merupakan dana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini didahului dengan perlakuan awal bahan baku untuk mengurangi pengotor yang terkandung dalam abu batubara. Penentuan pengaruh parameter proses dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. Bahan dan Alat 1. Alat 2. Bahan

III. METODOLOGI A. Bahan dan Alat 1. Alat 2. Bahan III. METODOLOGI A. Bahan dan Alat 1. Alat Peralatan yang digunakan untuk memproduksi MESA adalah Single Tube Falling Film Reactor (STFR). Gambar STFR dapat dilihat pada Gambar 6. Untuk menganalisis tegangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. 2. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Teknik Pengolahan

Lebih terperinci

NET PROFIT: Penjualan : 40 Biaya : 26-14

NET PROFIT: Penjualan : 40 Biaya : 26-14 6. RENCANA KEUANGAN (Finansial Plan) 6.1. PRoyeksi Laporan Laba Rugi Laporan rugi laba (income statement atau profit and loss statement/ P&L) adalah "gambaran bergerak" yang menggambarkan kemampuan perusahaan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Proksimat Biji Jarak Pagar 100%

Lampiran 1. Prosedur Analisis Proksimat Biji Jarak Pagar 100% LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Proksimat Biji Jarak Pagar 1. Kadar Air (SNI 01-2891-1992), Metode Oven Sampel ditimbang dengan seksama sebanyak 1 2 gram pada sebuah botol timbang bertutup yang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Diagram alir pembuatan sabun transparan

Lampiran 1. Diagram alir pembuatan sabun transparan LAMPIRAN Lampiran 1. Diagram alir pembuatan sabun transparan Lampiran 2. Formula sabun transparan pada penelitian pendahuluan Bahan I () II () III () IV () V () Asam sterarat 7 7 7 7 7 Minyak kelapa 20

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur analisis sifat fisikokimia minyak dan biodiesel. 1. Kadar Air (Metode Oven, SNI )

Lampiran 1. Prosedur analisis sifat fisikokimia minyak dan biodiesel. 1. Kadar Air (Metode Oven, SNI ) LAMPIRAN 39 Lampiran 1. Prosedur analisis sifat fisikokimia minyak dan biodiesel 1. Kadar Air (Metode Oven, SNI 01-3555-1998) Cawan aluminium dipanaskan di dalam oven pada suhu 105 o C selama 1 jam, kemudian

Lebih terperinci

Gambar 7 Desain peralatan penelitian

Gambar 7 Desain peralatan penelitian 21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah pemucat bekas yang diperoleh dari Asian Agri Group Jakarta. Bahan bahan kimia yang digunakan adalah

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilaksanakan mulai 1 Agustus 2009 sampai dengan 18 Januari 2010 di Laboratorium SBRC (Surfactant and Bioenergy Research Center) LPPM IPB dan Laboratorium

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dimulai pada bulan Mei hingga Desember 2010. Penelitian dilakukan di laboratorium di Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi (Surfactant

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

BAHAN DAN METODE. Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2013 di Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian, Medan. Bahan Penelitian Bahan utama yang

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian 14 BAB V METODOLOGI 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian No. Nama Alat Jumlah 1. Oven 1 2. Hydraulic Press 1 3. Kain saring 4 4. Wadah kacang kenari ketika di oven 1 5.

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi) Proses Pembuatan Biodiesel (Proses TransEsterifikasi) Biodiesel dapat digunakan untuk bahan bakar mesin diesel, yang biasanya menggunakan minyak solar. seperti untuk pembangkit listrik, mesinmesin pabrik

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS A.1 Pengujian Viskositas (menggunakan viskosimeter) (Jacobs, 1958) Viskositas Saos Tomat Kental diukur dengan menggunakan viskosimeter (Rion Viscotester Model VT-04F). Sebelum

Lebih terperinci

CARA-CARA UNTUK MEMUDAHKAN PEMBUATAN ALTERNATIF BUDGET TAHUNAN DAN PROYEKSI KEUANGAN PROYEK

CARA-CARA UNTUK MEMUDAHKAN PEMBUATAN ALTERNATIF BUDGET TAHUNAN DAN PROYEKSI KEUANGAN PROYEK CARA-CARA UNTUK MEMUDAHKAN PEMBUATAN ALTERNATIF BUDGET TAHUNAN DAN PROYEKSI KEUANGAN PROYEK Mengapa Perlu Membuat Financial Projections 1. Adakah teman atau saudara kita yang ingin memulai bisnis, tetapi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Lingkup Penelitian Penyiapan Gliserol dari Minyak Jarak Pagar (Modifikasi Gerpen 2005 dan Syam et al.

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Lingkup Penelitian Penyiapan Gliserol dari Minyak Jarak Pagar (Modifikasi Gerpen 2005 dan Syam et al. 13 BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji jarak pagar dari Indramayu, klinker Plan 4 dari PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Cibinong, dan gipsum sintetis.

Lebih terperinci

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI. keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI. keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik 126 IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik merupakan dana

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Teknologi Hasil

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Teknologi Hasil III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. o C dan dinginkan lalu ditimbang. Labu lemak yang akan digunakan

LAMPIRAN. o C dan dinginkan lalu ditimbang. Labu lemak yang akan digunakan LAMPIRAN 63 LAMPIRAN Lampiran 1 Prosedur analisis proksimat biji karet dan biji jarak pagar 1. Kadar air ( AOAC 1999) Metode pengukuran kadar air menggunakan metode oven. Prinsip pengukuran kadar air ini

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan BAB V METODOLOGI 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan 5.1.1 Alat yang Digunakan Tabel 5. Alat yang Digunakan No. Nama Alat Ukuran Jumlah 1. Baskom - 3 2. Nampan - 4 3. Timbangan - 1 4. Beaker glass 100ml,

Lebih terperinci

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g) Lampiran 1. Metode analisis proksimat a. Analisis kadar air (SNI 01-2891-1992) Kadar air sampel tapioka dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri. Cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April September 2013 bertempat di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April September 2013 bertempat di 27 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan April September 2013 bertempat di Laboratorium Kimia dan Biokimia, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

ESTERIFIKASI MINYAK LEMAK [EST]

ESTERIFIKASI MINYAK LEMAK [EST] MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA ESTERIFIKASI MINYAK LEMAK [EST] Disusun oleh: Lia Priscilla Dr. Tirto Prakoso Dr. Ardiyan Harimawan PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

III. METODA PENELITIAN

III. METODA PENELITIAN III. METODA PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium Proses Balai Besar Industri Agro (BBIA), Jalan Ir. H. Juanda No 11 Bogor. Penelitian dimulai pada bulan Maret

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS A.1 Pengujian Viskositas (menggunakan viskosimeter) (Jacobs, 1958) Viskositas Saos Tomat Kental diukur dengan menggunakan viskosimeter (Brookfield Digital Viscometer Model

Lebih terperinci

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari BAB V METODOLOGI 5.1 Pengujian Kinerja Alat Press Hidrolik 5.1.1 Prosedur Pembuatan Minyak Kedelai Proses pendahuluan Blanching Pengeringan Pembuangan sisa kulit ari pengepresan 5.1.2 Alat yang Digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 LOKASI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analisa dan Laboratorium Proses Industri Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Sumatera

Lebih terperinci

LAMPIRANA DIAGRAM ALIR METODE PENELITIAN

LAMPIRANA DIAGRAM ALIR METODE PENELITIAN LAMPIRANA DIAGRAM ALIR METODE PENELITIAN Tilupl Gambar A.1 Diagram Alir Metode Penelitian A-1 LAMPIRAN B PROSEDUR PEMBUATAN COCODIESEL MELALUI REAKSI METANOLISIS B.l Susunan Peralatan Reaksi metanolisis

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi azeotropik kontinyu dengan menggunakan pelarut non polar.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. BAHAN DAN ALAT Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah Red Palm Olein (RPO) dan Mi Instan. RPO merupakan CPO yang telah mengalami proses netralisasi secara kimia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Produksi Kerupuk Terfortifikasi Tepung Belut Bagan alir produksi kerupuk terfortifikasi tepung belut adalah sebagai berikut : Belut 3 Kg dibersihkan dari pengotornya

Lebih terperinci

BAB IX INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

BAB IX INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI BAB IX INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik merupakan dana atau

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT B. METODE PENELITIAN. 1. Analisis Mutu Minyak Sawit Kasar. 2. Pengukuran Densitas Minyak Sawit Kasar

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT B. METODE PENELITIAN. 1. Analisis Mutu Minyak Sawit Kasar. 2. Pengukuran Densitas Minyak Sawit Kasar III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak sawit kasar (crude palm oil/cpo) CPO yang berasal dari empat perusahaan di Indonesia, yaitu PT. Sinar Meadow

Lebih terperinci

III. METODOLOGI F. ALAT DAN BAHAN

III. METODOLOGI F. ALAT DAN BAHAN III. METODOLOGI F. ALAT DAN BAHAN 1. Alat Alat-alat yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan rangkaian peralatan proses pembuatan faktis yang terdiri dari kompor listrik,panci, termometer, gelas

Lebih terperinci

Kadar protein (%) = (ml H 2 SO 4 ml blanko) x N x x 6.25 x 100 % bobot awal sampel (g) Keterangan : N = Normalitas H 2 SO 4

Kadar protein (%) = (ml H 2 SO 4 ml blanko) x N x x 6.25 x 100 % bobot awal sampel (g) Keterangan : N = Normalitas H 2 SO 4 LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis. 1. Kadar Air (AOAC, 1999) Sebanyak 3 gram sampel ditimbang dalam cawan alumunium yang telah diketahui bobot keringnya. tersebut selanjutnya dikeringkan dalam oven

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu. 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) :

Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu. 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) : Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) : Rendemen merupakan persentase perbandingan antara berat produk yang diperoleh dengan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERHITUNGAN. Lampiran 1. Perhitungan % FFA dan % Bilangan Asam Minyak Jelantah. = 2 gram + 3,5 gram. = 5,5 gram (Persamaan (2))

LAMPIRAN PERHITUNGAN. Lampiran 1. Perhitungan % FFA dan % Bilangan Asam Minyak Jelantah. = 2 gram + 3,5 gram. = 5,5 gram (Persamaan (2)) LAMPIRAN PERHITUNGAN Lampiran 1. Perhitungan % FFA dan % Bilangan Asam Minyak Jelantah Data: m Minyak jelantah ml NaOH 1 gram 2 gram + 3,5 gram 5,5 gram (Persamaan (2)) Banyaknya katalis untuk 100 ml minyak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan utama yang digunakan di dalam penelitian ini adalah minyak sawit kasar (crude palm oil/cpo) yang diperoleh dari PT Sinar Meadow Internasional Indonesia, Jakarta.

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 CARA KERJA PENGUJIAN FISIKOKIMIA

LAMPIRAN 1 CARA KERJA PENGUJIAN FISIKOKIMIA LAMPIRAN 1 CARA KERJA PENGUJIAN FISIKOKIMIA 1.1. Cara Kerja Pengujian Total Padatan Terlarut 1. Ujung depan refraktometer diarahkan ke sumber cahaya. Fokus pembacaan skala diatur sehingga diperoleh pembacaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGUJIAN. Rempah UPT.Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Jl. STM

BAB III METODE PENGUJIAN. Rempah UPT.Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Jl. STM BAB III METODE PENGUJIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pengujian Pengujian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Nabati dan Rempah- Rempah UPT.Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Jl. STM No. 17 Kampung

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian BAB V METODOLOGI Penelitian ini akan dilakukan 2 tahap, yaitu : Tahap I : Tahap perlakuan awal (pretreatment step) Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan. Perencanaan Keuangan Jangka Panjang Perusahaan. Basharat Ahmad. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

Manajemen Keuangan. Perencanaan Keuangan Jangka Panjang Perusahaan. Basharat Ahmad. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen Manajemen Keuangan Modul ke: Perencanaan Keuangan Jangka Panjang Perusahaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Basharat Ahmad Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Perencanaan Keuangan Berkaitan dengan

Lebih terperinci

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g)

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g) LAMPIRAN 42 Lampiran 1. Prosedur Analisis mutu kompos A. Kadar Air Bahan (AOAC, 1984) Cawan porselen kosong dan tutupnya dimasukkan ke dalam oven selama 15 menit pada suhu 100 o C.Cawan porselen kemudian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 2 tahap, yaitu :

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 2 tahap, yaitu : BAB V METODOLOGI Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 2 tahap, yaitu : Tahap I : Tahap perlakuan awal (pretreatment step) Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji nyamplung dari cangkangnya

Lebih terperinci

PRA-RANCANGAN PABRIK PEMBUATAN MINYAK MAKAN MERAH DARI CRUDE PALM OIL (CPO) DENGAN KAPASITAS TON / TAHUN

PRA-RANCANGAN PABRIK PEMBUATAN MINYAK MAKAN MERAH DARI CRUDE PALM OIL (CPO) DENGAN KAPASITAS TON / TAHUN PRA-RANCANGAN PABRIK PEMBUATAN MINYAK MAKAN MERAH DARI CRUDE PALM OIL (CPO) DENGAN KAPASITAS 50.000 TON / TAHUN TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Teknik Kimia Oleh : LAMSIHAR

Lebih terperinci

INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik merupakan dana atau

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen 18 BAB V METODOLOGI 5.1 Pengujian Kinerja Alat Press Hidrolik 5.1.1 Prosedur Pembuatan Minyak Wijen Biji Wijen Pembersihan Biji Wijen Pengovenan Pengepresan Pemisahan Minyak biji wijen Bungkil biji wijen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. ALAT DAN BAHAN Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah jarak pagar varietas Lampung IP3 yang diperoleh dari kebun induk jarak pagar BALITRI Pakuwon, Sukabumi.

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu:

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu: BAB V METODOLOGI Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu: Tahap : Tahap Perlakuan Awal ( Pretreatment ) Pada tahap ini, biji pepaya dibersihkan dan dioven pada suhu dan waktu sesuai variabel.

Lebih terperinci

Analisa Rasio Keuangan

Analisa Rasio Keuangan 1 MODUL 3 Analisa Rasio Keuangan Tujuan Pembelajaran : 1. Bagaimana analisa laporan keuangan dapat membantu menejer untuk menilai kesehatan keuangan perusahaan 2. Menghitung ratio profitabilitas, likuiditas,

Lebih terperinci

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik merupakan dana atau

Lebih terperinci

Handout : Analisis Rasio Keuangan Dosen : Nila Firdausi Nuzula, PhD Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya. Financial Statement Projection

Handout : Analisis Rasio Keuangan Dosen : Nila Firdausi Nuzula, PhD Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya. Financial Statement Projection 1 Handout : Analisis Rasio Keuangan Dosen : Nila Firdausi Nuzula, PhD Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya Financial Statement Projection Tujuan Financial Forecasting Saat perusahaan menyusun

Lebih terperinci

LAMPIRAN A A.1 Pengujian Total Padatan Terlarut (SNI yang dimodifikasi*) Dengan pengenceran A.2 Pengujian Viskositas (Jacobs, 1958)

LAMPIRAN A A.1 Pengujian Total Padatan Terlarut (SNI yang dimodifikasi*) Dengan pengenceran A.2 Pengujian Viskositas (Jacobs, 1958) LAMPIRAN A A.1 Pengujian Total Padatan Terlarut (SNI 01-3546-2004 yang dimodifikasi*) Penentuan Total Padatan Terlarut (%Brix) saos tomat kental dilakukan dengan menggunakan Hand-Refraktometer Brix 0-32%*.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana

BAB III METODE PENELITIAN. Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana 34 BAB III METODE PENELITIAN Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana reaktor diisi dengan seed stirena berupa campuran air, stirena, dan surfaktan dengan jumlah stirena yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli September 2013 bertempat di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli September 2013 bertempat di III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli September 2013 bertempat di Laboratorium Pengolahan Limbah Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga, 24 BAB III METODA PENELITIAN A. Alat dan Bahan 1. Alat Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah semua alat gelas yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tabel dan grafik produksi minyak bumi di Indonesia (Kementrian ESDM, 2010)

Lampiran 1. Tabel dan grafik produksi minyak bumi di Indonesia (Kementrian ESDM, 2010) LAMPIRAN Lampiran 1. Tabel dan grafik produksi minyak bumi di Indonesia (Kementrian ESDM, 2010) Tahun Minyak bumi (barrel) Kondensat (barrel) Total (barrel) 2000 465.354.004 52.061.690 517.415.694 2001

Lebih terperinci

BABffl METODOLOGIPENELITIAN

BABffl METODOLOGIPENELITIAN BABffl METODOLOGIPENELITIAN 3.1. Baban dan Alat 3.1.1. Bahan-bahan yang digunakan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah CPO {Crude Palm Oil), Iso Propil Alkohol (IPA), indikator phenolpthalein,

Lebih terperinci

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik merupakan dana atau

Lebih terperinci

INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik merupakan dana atau

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. BAHAN DAN ALAT Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah beras varietas Cisadane dan daun mindi, serta bahan-bahan kimia seperti air suling/aquades, n-heksana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN y BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini, adalah : heksana (Ceih), aquades, Katalis Abu Tandan Sawit (K2CO3) pijar, CH3OH, Na2S203, KMn04/H20,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 36 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Asumsi Setelah melakukan Feasibility Study mengenai Kajian Kelayakan Pembangunan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Kapasitas 45 ton TBS/jam, diperoleh kesimpulan bahwa PKS

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran METDE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Sebagian besar sumber bahan bakar yang digunakan saat ini adalah bahan bakar fosil. Persediaan sumber bahan bakar fosil semakin menurun dari waktu ke waktu. Hal ini

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas bahan-bahan untuk persiapan bahan, bahan untuk pembuatan tepung nanas dan bahan-bahan analisis. Bahan

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pengujian kualitas fisik telur dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pengujian kualitas kimia telur dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan Kimia Dan Peralatan. 3.1.1. Bahan Kimia. Minyak goreng bekas ini di dapatkan dari minyak hasil penggorengan rumah tangga (MGB 1), bekas warung tenda (MGB 2), dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6.

BAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6. BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat alat 1. Neraca Analitik Metter Toledo 2. Oven pengering Celcius 3. Botol Timbang Iwaki 4. Desikator 5. Erlenmayer Iwaki 6. Buret Iwaki 7. Pipet Tetes 8. Erlenmayer Tutup

Lebih terperinci

BAB IX INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

BAB IX INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI 160 BAB IX INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik merupakan dana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari bonggol nanas dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 22 23 3.2 Metode Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratoriun Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS GLISEROL HASIL SAMPING BIODIESEL JARAK PAGAR

HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS GLISEROL HASIL SAMPING BIODIESEL JARAK PAGAR IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS GLISEROL HASIL SAMPING BIODIESEL JARAK PAGAR Gliserol hasil samping produksi biodiesel jarak pagar dengan katalis KOH merupakan satu fase yang mengandung banyak pengotor.

Lebih terperinci

Statement of Cash Flow

Statement of Cash Flow Statement of Cash Flow Tinjauan Histori (Historical Perspective) Pada tahun 1971 APB mengeluarkan Opinion no 19 yang mensyaratkan disertakannya Fund Statement bersama-sama dengan balance sheet dan income

Lebih terperinci

BAB 6 ASPEK KEUANGAN

BAB 6 ASPEK KEUANGAN BAB 6 ASPEK KEUANGAN 6.1. Kebutuhan Investasi Tahun ke-0 Dalam menjalankan usaha ini, FVN melakukan investasi awal sebesar Rp 100.000.000,- sebelum masuk ke tahun pertama. FVN perlu membeli semua kebutuhan

Lebih terperinci

ANALISA RASIO LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA PERUSAHAAN PT ASTRA AGRO LESTARI TBK

ANALISA RASIO LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA PERUSAHAAN PT ASTRA AGRO LESTARI TBK ANALISA RASIO LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA PERUSAHAAN PT ASTRA AGRO LESTARI TBK Denny Erica Program Studi Manajemen Informatika AMIK BSI Jakarta denny.dea@bsi.ac.id ABSTRACT As one of the largest

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS EKONOMI

BAB VI ANALISIS EKONOMI Prarancangan Pabrik Methacrolein 82 BAB VI ANALISIS EKONOMI Pada prarancangan pabrik Methacrolein ini dilakukan evaluasi atau penilaian investasi dengan maksud untuk mengetahui kelayakan pabrik yang dirancang

Lebih terperinci