BAB 4 HASIL SIMULASI PROSES PENGUMPANAN MATERIAL PADA PENGGILINGAN AWAL DAN ANALISISNYA. Software simulasi ini menampilkan 3 form tampilan yaitu:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 HASIL SIMULASI PROSES PENGUMPANAN MATERIAL PADA PENGGILINGAN AWAL DAN ANALISISNYA. Software simulasi ini menampilkan 3 form tampilan yaitu:"

Transkripsi

1 BAB 4 HASIL SIMULASI PROSES PENGUMPANAN MATERIAL PADA PENGGILINGAN AWAL DAN ANALISISNYA 4.1 Pembahasan Hasil Penelitian Tampilan Software Software simulasi ini menampilkan 3 form tampilan yaitu: a. Form simulasi Gambar 4.1 Tampilan awal 68

2 b. Form komposisi Gambar 4.2 Tampilan Komposisi Material 69

3 c. Form aktual setting motor Gambar 4.3 Tampilan Setting Motor Cara Kerja Software Mula-mula nilai SM,LSF dan AM dimasukkan sesuai dengan target kualitas semen. Ketiga parameter ini merupakan penentu sifat semen. Penjelasan tentang ketiga parameter tersebut telah dibahas di bab 2. Lalu diatur nilai Fe 2 O 3 yang dijadikan acuan untuk mendapatkan perbandingannya dengan ketiga campuran yang lain. Kemudian juga diatur nilai set point, dimana nilai set point ini adalah banyaknya semen yang ingin dihasilkan setiap jamnya. Hal yang sama juga dilakukan untuk konversi nilai rpm ke bentuk ton/jam (catatan: nilai konversi ini sebenarnya berbeda-beda untuk setiap bagian material. Hal ini tergantung dari bin masing-masing material. Dalam hal ini diasumsikan 70

4 sama untuk setiap material). Berikutnya diatur nilai-nilai yang ada di kiri tengah, dimana matriks 4x4 ini merupakan penentu komposisi kandungan CaO, SiO 2, Al 2 O 3 dan Fe 2 O 3 pada masing-masing material. Kemudian diatur settingan motor untuk Limestone, silica, shale dan iron ore sesuai dengan persamaan keadaan ruang masing-masing material (state space). Hal yang sama juga dilakukan pada Tegangan input masing-masing material. Kemudian saat di klik button start simulation maka tampilan layar akan seperti gambar 4.1 diatas. Saat program dijalankan, proses akan dimulai dengan perhitungan perbandingan nilai Fe 2 O 3 dengan ketiga campuran lainnya dengan melibatkan nilai SM,LSF dan AM. Setelah Perbandingan ketiga nilai tersebut didapatkan, maka keempat nilai perbandingan tersebut di total dan kemudian di proses dengan perhitungan untuk mendapatkan persentase kandungan masing-masing campuran. Setelah persentase masing-masing campuran didapatkan maka diperoleh kuantitas masing-masing material yang diproses dari persentase masing-masing campuran dengan setting point yang telah dimasukkan. Nilai kuantitas masing-masing material ini hanya bersifat sebagai informasi bagi operator. Nilai yang kemudian diproses untuk menghasilkan setting point masing-masing material adalah persentase masing-masing campuran. Caranya yaitu dengan mengkalikan antara invers matriks 4x4 yang nilai-nilainya berasal dari laboratorium dengan persentase masing-masing campuran. Hal ini disebabkan karena matriks 4x4 tersebut digunakan sebenarnya untuk mendapatkan nilai persentase masing-masing campuran. Jadi untuk mendapatkan persentase masing-masing material dengan matriks yang sama, 71

5 maka terlebih dahulu harus diinverskan nilai matriksnya kemudian dapat dikalikan dengan persentase masing-masing campuran. Untuk nilai komposisi matriks 4x4 dapat dimasukkan dengan mengklik tombol komposisi material. Tampilannya dapat dilihat pada gambar 4.2. Setelah mendapatkan persentase masing-masing campuran, maka nilainya ditotal. Kemudian melalui perhitungan antara persentase campuran dengan total dan kemudian dikalikan dengan setting point yang telah dimasukkan, maka didapatkan kuantitas masing-masing material. Kemudian kuantitas masing-masing material yang jatuh tersebut dianggap sebagai debit masing-masing material yang jatuh dari masing-masing bin, dengan persepsi bahwa nilai-nilai ini merupakan debit keluaran setting point (yang diharapkan). Kemudian debit keluaran setting point masing-masing material ini dikonversikan ke bentuk putaran motor (rpm) yang dihasilkan dengan konversi antara rpm dan ton/jam yang diatur sebelumnya. Kemudian proses akan beralih ke nilai-nilai persamaan keadaan ruang sistem motor yang kita atur pada masing-masing motor. Tampilannya dapat dilihat pada gambar 4.3. Nilai-nilai persamaan ruang tersebut kemudian di konversikan ke fungsi waktu dengan menggunakan teori runge kutta orde 4. Proses konversi dengan metode runge kutta ini dilakukan setiap waktu (terus menerus sesuai dengan nilai interval waktu yang kita atur pada kolom interval waktu). Setelah nilai putaran motor aktualnya didapatkan, maka seharusnya nilai tersebut harus dibandingkan dengan nilai setting pointnya. Hal ini dilakukan dengan prinsip PID controller. Dimana fungsi PID controller ini yaitu untuk 72

6 mengurangi nilai error antara setting point(nilai yang diinginkan) dengan actual point (kenyataan dilapangan) dengan cara menghasilkan suatu manipulasi sinyal. Dimana diharapkan nilai kecepatan motor yang dihasilkan oleh sistem nantinya sama atau mendekati nilai setting pointnya/yang diinginkan. Setelah didapatkan nilai aktual yang mendekati nilai setting pointnya melalui kompensasi sinyal, maka berikutnya akan dikonversikan kembali ke bentuk ton/jam dengan variabel yang telah dimasukkan. Sebagai catatan, nilai tegangan masukan dapat diubah-ubah walaupun saat proses berjalan. Kemudian setelah didapatkan nilai aktualnya, maka dapat diketahui kapasitas material pada masing-masing bin. Hal ini dilakukan dengan integral hasil pengurangan kapasitas material yang masuk dengan kapasitas material yang keluar. Namun integral tidak dapat dimasukkan ke dalam proses pemograman. Untuk itu di dalam proses pemograman ini, dilakukan konversi numerik lagi dengan menggunakan metode runge kutta kembali. Nilai ini juga bersifat real time mengikuti jatuhnya material yang masuk dan material yang keluar pada masing-masing bin. Material yang masuk pada tiap bin tidak berlangsung secara terus menerus. Material hanya akan ditumpahkan ke dalam bin jika nilai material di dalam bin itu sendiri telah mencapai nilai tertentu yang dianggap sebagai standar nilai terendah untuk suatu bin. Misalnya dalam program ini proses pengisian bin hanya dilakukan saat material 100 ton atau dibawahnya. Setelah mencapai batas maksimumnya, pada program ini 200 ton/jam, maka proses pengisian ini berhenti. Begitu juga pada saat kapasitas material pada bin terus menurun sampai 100 ton/jam kembali, maka material akan kembali diisi. 73

7 4.1.3 Tampilan Grafik dan analisa grafik Actual Point, Set Point dan Volt Motor Limestone Volt Actual Point Volt Set Point Second Gambar 4.4 Perbandingan Set point, Actual point, Volt Motor dari Limestone Persamaan keadaan ruang yang digunakan pada sistem motor limestone adalah: 0 ω mlm = 62,5 1 6,5. ωmlm + ealm 15 47,5 Dengan menggunakan persamaan keadaan ruang diatas pada motor limestone, maka motor akan mencapai kecepatan yang diinginkan sekitar 72 detik (sumbu x pada grafik adalah 1/10 detik). Agar nilai kecepatan actual motor hasil perhitungan terhadap persamaan keadaan ruang diatas dapat mencapai nilai yang diinginkan maka harus dimanipulasi. Hasil manipulasi nya dimasukkan ke tegangan input ea, nilai tegangan input positif sekitar 0,05. Dari grafik diatas dapat dilihat kalau nilai ea stabil pada saat yang bersamaan dengan stabilnya kecepatan motor aktual hasil hitungan dengan kecepatan motor yang diinginkan. Pada grafik juga dapat dilihat kalau tegangan input lebih tinggi 74

8 daripada kedua nilai lainnya. Hal ini diakibatkan oleh persamaan keadaan ruang yang dipakai pada sistem Actual Point, Set Point dan Volt Motor Shale Volt Actual Point Volt Set Point Second Gambar 4.5 Perbandingan Set point, Actual point, Volt Motor dari Shale Persamaan keadaan ruang yang digunakan pada sistem motor shale adalah: 0 ω msh = ,62. ωmsh + eash Dengan menggunakan persamaan keadaan ruang diatas pada motor shale, maka motor akan mencapai kecepatan yang diinginkan sekitar 72,7 detik (sumbu x pada grafik adalah 1/10 detik). Agar nilai kecepatan actual motor hasil perhitungan terhadap persamaan keadaan ruang diatas dapat mencapai nilai yang diinginkan maka harus dimanipulasi. Manipulasi ini dilakukan dengan menggunakan PID controller. Hasil manipulasi nya dimasukkan ke tegangan input ea bagi motor shale. Dari grafik diatas nilai tegangan input ea terlihat 75

9 berjalan seimbang dengan actual point, akibatnya grafik tegangan input dan kecepatan aktualnya berhimpitan sehingga hanya terlihat salah satunya. Hal ini diakibatkan oleh persamaan keadaan ruang yang dipakai pada sistem Actual Point, Set Point dan Volt Motor Silica Volt Actual Point Volt Set Point -0.1 Second Gambar 4.6 Perbandingan Set point, Actual point, Volt Motor dari Silica Persamaan keadaan ruang yang digunakan pada sistem motor Silica adalah: 0 ω msi = ωmsi + easi Dengan menggunakan persamaan keadaan ruang seperti diatas maka kecepatan motor actual akan seimbang dengan kecepatan setting pointnya saat detik ke 63,5. Untuk mencapai nilai setting point ini, maka dilakukan manipulasi sinyal juga seperti kedua jenis motor material diatas. Nilai manipulasi ini akan menggantikan nilai tegangan masukan pada perhitungan. Akibatnya nilai 76

10 tegangan masukannya juga bersifat dinamis dan memiliki titik steady state. Sehingga terlihat perubahan pada nilai tegangan input motor silica. Kebetulan dengan system yang digunakan pada motor silica ini, perubahan nilai tegangan inputnya bernilai sama dengan kecepatan motor actual hasil manipulasinya, sehingga pada grafik garis antara tegangan input dan kecepatan motor aktualnya berhimpit Actual Point, Set Point dan Volt Motor Iron Ore Volt Actual Point Volt Set Point Second Gambar 4.7 Perbandingan Set point, Actual point, Volt Motor dari Iron Ore Bentuk persamaan keadaan ruang yang digunakan pada motor iron ore adalah: 0 ω msi = ωmsi + easi Pada grafik hubungan antara kecepatan motor aktual, kecepatan motor set point dan tegangan input iron ore kali ini terlihat hubungan yang cukup jauh antara tegangan inputnya dan kecepatan motor aktual yang telah dimanipulasi. Hal ini diakibatkan 77

11 selain karena system yang digunakan, juga karena nilai kompesator untuk menghasilkan nilai manipulasi sinyal tegangan masukannya juga. Begitu juga untuk waktu yang diperlukan untuk mencapai nilai stabil untuk kecepatan aktual motor hasil manipulasinya terhadap kecepatan setting point motornya. Hal ini salah satunya diakibatkan karena nilai debit keluaran setting point iron ore sendiri sangat kecil. Dalam simulasi ini dapat dilihat kalau semakin besar nilai debit keluaran setting point, maka semakin besar juga nilai kecepatan motor setting pointnya. Kecepatan motor aktual yang dimanipulasi untuk mengejar nilai setting pointnya juga semakin cepat kalau nilai kecepatan motor setting pointnya semakin besar. Namun hal ini juga sekali lagi dipengaruhi oleh nilai kompensator PID nya masing-masing. 78

12 4.2 Penyajian Data Penelitian Tabel 4.1 Raw Mix Design Raw Mix Design tipe I Raw Bahan LS SI Sh Fe Dust meal Ash clk. Oksida pure content Design RCO3 0,00 0,50 0,00 0,00 0,00 Fe2O3 1,08 2,00 3,48 68,60 3,47 3,57 8,80 3,64 CaO 85,95 0,00 3,07 5,02 73,63 65,70 0,00 64,74 SiO2 7,38 89,30 60,50 7,50 13,75 20,60 5,05 21,03 Al2O3 2,44 6,10 20,20 6,10 5,48 5,35 36,40 5,80 MgO 0,43 0,00 0,42 4,69 0,58 0,53 1,44 0,54 LoI 41,61 1,60 9,70 5,90 38,27 35,80 perubahan 0,60 H2O 10,37 5,60 8,00 4,20 0,00 parameter 0,80 LSF 342,87 0,00 1,50 9,10 151,01 99,10 94,90 SM 2,10 11,00 2,60 0,10 1,54 2,31 2,23 IM 2,26 3,10 5,80 0,10 1,58 1,50 1,59 Total 97,28 97,40 87,70 91,90 96,91 95,74 26,50 Perubahan 57,70 bahan 9,20 Perbandingan pemakaian ash terhadap klinker 98,55 1,45 16,80 Mix dry 83,25 4,45 10,20 2,10 100,00 11,10 Mix wet 83,77 4,25 10,00 1,98 100, LoI 58,39 98,40 90,30 94,10 Wgt Ignt 48,61 4,38 9,21 1,98 64,18 % Wg. Lgn 75,74 6,82 14,36 3,08 100,00 Total wet 92,88 4,71 11,09 2,19 111,00 79

13 4.3 Pengolahan terhadap data yang terkumpul Analisa hubungan antar komposisi Pada simulasi ini terdapat beberapa variable input seperti LSF, AM dan SM. Jika dilakukan percobaan dengan mengubah salah satu nilai ini, maka terdapat perubahan-perubahan terhadap nilai-nilai tertentu yang akan dilampirkan berikut Pengaruh LSF pada CaO, SiO 2, Al 2 O 3, dan Fe 2 O 3 Perbandingan LSF terhadap C, S, A dan Fe LSF CaO SiO3 Al2O3 Fe2O Gambar 4.8 Perbandingan LSF terhadap CaO, SiO 2, Al 2 O 3, dan Fe 2 O 3 Dari grafik perubahan LSF diatas terlihat bahwa perubahan LSF berbanding lurus dengan perubahan pada grafik CaO. Sedangkan dengan ketiga grafik campuran lainnya berbanding terbalik. Ini memperlihatkan bahwa parameter LSF ini merupakan penentu kualitas berdasarkan banyaknya kandungan CaO pada campuran semen. 80

14 Tabel 4.2 Perbandingan LSF terhadap CaO, SiO 2, Al 2 O 3, dan Fe 2 O 3 LSF CaO SiO3 Al2O3 Fe2O Pengaruh SM pada CaO, SiO 2, Al 2 O 3, dan Fe 2 O 3 Tabel 4.3 Perbandingan SM terhadap CaO, SiO 2, Al 2 O 3, dan Fe 2 O 3 AM CaO SiO3 Al2O3 Fe2O

15 Perbandingan SM terhadap C, S, A dan Fe SM CaO SiO3 Al2O3 Fe2O3 Gambar 4.9 Perbandingan SM terhadap CaO, SiO 2, Al 2 O 3, dan Fe 2 O 3 Pada grafik perubahan SM terlihat bahwa perubahan nilai SM berbanding lurus dengan CaO dan SiO 2 dan berbanding terbalik dengan perubahan grafik kedua campuran yang lain. Hal ini disebabkan karena parameter SM ini melihat kualitas campuran semen berdasarkan banyaknya kandungan CaO dan SiO 2. Namun pengaruhnya lebih banyak pada SiO 2. Sedangkan pada CaO pengaruh berbanding lurusnya kecil sekali. Hal ini menunjukkan bahwa SM lebih ditujukan pada banyaknya kandungan SiO 2. 82

16 Pengaruh AM pada CaO, SiO 2, Al 2 O 3, dan Fe 2 O 3 Tabel 4.4 Perbandingan AM terhadap CaO, SiO 2, Al 2 O 3, dan Fe 2 O 3 SM CaO SiO3 Al2O3 Fe2O Perbandingan AM terhadap C, S, A dan Fe AM CaO SiO3 Al2O3 Fe2O Gambar 4.10 Perbandingan AM terhadap CaO, SiO 2, Al 2 O 3, dan Fe 2 O 3 Pada grafik perubahan AM diatas terlihat bahwa yang berbanding lurus dengan perubahan nilai AM adalah perubahan grafik campuran CaO dan grafik campuran Al 2 O 3. Sedangkan dengan kedua grafik campuran lainnya berbanding terbalik. Walaupun berbanding lurus dengan grafik campuran CaO dan grafik campuran Al 2 O 3, akan tetapi perubahan yang lebih tajam terjadi 83

17 pada grafik campuran Al 2 O 3. Hal ini hampir sama dengan grafik perubahan SM. Jadi terlihat bahwa perubahan CaO yang berbanding lurus dengan grafik perubahan AM tersebut tipis sekali Pengaruh LSF pada limestone, shale,silica, dan Iron Ore Perbandingan LSF terhadap Limestone, Shale, Silica dan Iron Ore LSF Limestone Shale Silica Iron Ore Gambar 4.11 Perbandingan LSF terhadap limestone, shale,silica, dan Iron Ore Pada grafik diatas terlihat bahwa pengaruh LSF hanya berbanding lurus dengan Limestone. Sedangkan pada ketiga material yang lain malah berbanding terbalik. Hal ini menunjukkan bahwa pada material Limestone terkandung banyak campuran CaO, karena grafik perubahan LSF hanya 84

18 berbanding lurus dengan campuran CaO. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada material limestone terkandung sebagian besar(hampir keseluruhan) campuran CaO. Tabel 4.5 Perbandingan LSF terhadap Limestone, Shale, Silica & Iron Ore LSF Limestone Shale Silica Iron Ore Pengaruh SM pada limestone, shale,silica, dan Iron Ore Tabel 4.6 Perbandingan SM terhadap Limestone, Shale, Silica & Iron Ore SM Limestone Shale Silica Iron Ore

19 Perbandingan SM terhadap Limestone, Shale, Silica dan Iron Ore SM Limestone Shale Silica Iron Ore Gambar 4.12 Perbandingan SM terhadap limestone, shale,silica, dan Iron Ore Pada grafik perubahan SM terhadap keempat material, terlihat bahwa grafik material yang berbanding lurus dengan grafik perubahan SM adalah grafik material limestone dan silica. Sedangkan dengan kedua material yang lain berbanding terbalik. Perhatikan, pada grafik perubahan nilai SM ini terlihat bahwa perubahan kandungan material limestone yang berbanding lurus tersebut sangat tipis. Hal ini sama dengan grafik perubahan campuran CaO. Sedangkan pada grafik perubahan material silica, perubahan yang dihasilkan lebih menonjol. Dari kedua perubahan ini dapat disimpulkan bahwa perubahan nilai limestone disini hanya mengikuti perubahan nilai CaO, dimana perubahannya sangat kecil. Sedangkan pada silica lebih menonjol 86

20 karena mengikuti perubahan SiO 2. Jadi dapat disimpulkan bahwa didalam material silica sebagian besar mengandung campuran SiO Pengaruh AM pada limestone, shale,silica, dan Iron Ore Perbandingan AM terhadap Limestone, Shale, Silica dan Iron Ore AM Limestone Shale Silica Iron Ore Gambar 4.13 Perbandingan AM terhadap limestone, shale,silica, dan Iron Ore Tabel 4.7 Perbandingan AM terhadap Limestone, Shale, Silica & Iron Ore AM Limestone Shale Silica Iron Ore

21 Pada grafik perubahan nilai AM terlihat bahwa grafik material yang berbanding lurus hanya pada grafik perubahan shale. Sedangkan pada ketiga material yang lain berbanding terbalik. Perhatikan lagi pada grafik perubahan AM sebelumnya terhadap keempat campuran. Grafik perubahan campuran yang berbanding lurus dengan grafik perubahan AM hanya grafik CaO dan Al 2 O 3. Namun yang lebih dominan berubah adalah grafik campuran Al 2 O 3. Oleh karena grafik material yang berubah hanya grafik shale (clay/tanah liat) maka dapat disimpulkan bahwa didalam shale terdapat banyak campuran Al 2 O 3 dan sedikit CaO Jika dilakukan perubahan terhadap nilai LSF misalnya dinaikkan, maka perubahan yang terjadi adalah kenaikan terhadap nilai CaO. Sedangkan untuk ketiga campuran lain yaitu SiO 2,Al 2 O 3, dan Fe 2 O 3 mengalami penurunan. Sedangkan pengaruhnya untuk keempat material yaitu limestone juga mengalami kenaikan dan ketiga material lain yaitu shale, silica dan Iron ore mengalami penurunan. LSF CaO Limestone Jika dilakukan perubahan terhadap nilai AM, dimisalkan nilai AM diturunkan, maka efek terhadap keempat campuran adalah nilai CaO dan Al 2 O 3 juga turun. Sedangkan kedua nilai lainnya yaitu SiO 2 dan Fe 2 O 3 mengalami kenaikan. Sedangkan untuk keempat material yang lain, pengaruhnya adalah limestone mengalami kenaikan,begitu juga untuk silica dan iron ore. Sedangkan untuk shale mengalami penurunan. AM CaO & Al 2 O 3 Shale 88

22 Jika perubahan dilakukan pada nilai SM, misalnya jika diturunkan,maka pengaruhnya terhadap terhadap keempat campuran adalah CaO dan SiO 2 juga mengalami penurunan. Sedangkan untuk kedua campuran yang lain mengalami kenaikan. Untuk keempat material yang lain, yang mengalami penurunan adalah Limestone dan silica. Sedangkan untuk shale dan iron ore malah mengalami kenaikan. SM CaO & SiO 2 Limestone & Silica Untuk lebih jelasnya akan disertakan tabel keterkaitan antara LSF, AM dan SM terhadap keempat campuran dan keempat material Tabel 4.8 Perbandingan Pengaruh LSF, SM, AM CaO SiO 2 A l2 O 3 Fe 2 O 3 Limestone Shale Silica Iron Ore LSF Lurus terbalik Terbalik terbalik lurus terbalik terbalik terbalik SM Lurus lurus Terbalik terbalik lurus terbalik lurus terbalik AM Terbalik terbalik Lurus terbalik terbalik Lurus terbalik terbalik Analisa Komposisi Material Aliran keempat material baik set point maupun aktual point telah di bahas pada bab 3. Namun terdapat sedikit perbedaan antara simulasi pada software dengan perhitungan yang telah di bahas. Perbedaan tersebut terletak pada kapasitas bin. Secara teoritis kapasitas bin berikutnya ditentukan oleh kapasitas bin saat ini yang dijumlahkan dengan interval waktu yang dikalikan dengan selisih antara kapasitas input material yang masuk ke dalam bin dan kapasitas output material yang keluar dari bin. Namun jika set point outputnya lebih besar dari pada kapasitas input aktual dari bin, maka akibatnya kapasitas output aktual material 89

23 yang nilainya telah di manipulasi mengikuti nilai set point juga akan melebihi input aktual material ke dalam bin. Dalam perhitungan nilai ini seharusnya bernilai minus. Namun dalam simulasi ini material yang nilai output nya melebihi nilai kapasitas inputnya maka kapasitas bin nya akan bernilai nol dan input akan terlihat selalu on. Hal ini berarti bahwa input yang masuk selalu keluar kembali tanpa tersisa di bin. Akibatnya hasil produksi semen tidak akan sesuai dengan target produksi yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu perlu di perhatikan bahwa kapasitas input material tidak boleh lebih kecil daripada kapasitas material yang keluar dari bin. Dari hasil simulasi didapat nilai ideal untuk setiap output yang ditampilkan dalam bentuk angka dalam software simulasi. Tetapi jika dibandingkan dengan data dari lapangan terdapat perbedaan nilai akhir, yang nantinya disebut sebagai error. Perbedaan hasil tidak menunjukkan bahwa hasil simulasi salah, melainkan terdapat faktor lingkungan, faktor human error atau faktor machine error yang membuat adanya perbedaan antara hasil simulasi dengan data lapangan. Ini dapat ditampilkan dalam tabel berikut Tabel 4.9 Perbandingan error Limestone Silica Shale Iron Ore Raw Mill Pure % Wg. Lgn % Wg. Lgn 75,74 6,82 14,36 3,

BAB 3 PEMODELAN PROSES PENGUMPANAN PADA PROSES PENGGILINGAN AWAL. dan kemudian disimulasikan kedalam sistem kendali penyusun komposisi raw material

BAB 3 PEMODELAN PROSES PENGUMPANAN PADA PROSES PENGGILINGAN AWAL. dan kemudian disimulasikan kedalam sistem kendali penyusun komposisi raw material 43 BAB 3 PEMODELAN PROSES PENGUMPANAN PADA PROSES PENGGILINGAN AWAL Pada bab 3 ini akan dibahas pemodelan dari sistem produksi yang telah berjalan dan kemudian disimulasikan kedalam sistem kendali penyusun

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Sistem Komputer Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap tahun 2003/2004

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Sistem Komputer Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap tahun 2003/2004 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Sistem Komputer Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap tahun 2003/2004 PEMODELAN DINAMIK DAN SIMULASI SISTEM PROSES PENGUMPANAN MATERIAL PADA PABRIK SEMEN Johan Tanadi

Lebih terperinci

4. BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS. pengujian simulasi open loop juga digunakan untuk mengamati respon motor DC

4. BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS. pengujian simulasi open loop juga digunakan untuk mengamati respon motor DC 4. BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS 4.1 Pengujian Open Loop Motor DC Pengujian simulasi open loop berfungsi untuk mengamati model motor DC apakah memiliki dinamik sama dengan motor DC yang sesungguhnya. Selain

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Sistem Komputer Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap tahun 2003/2004

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Sistem Komputer Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap tahun 2003/2004 ii iii iv UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Sistem Komputer Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap tahun 2003/2004 PEMODELAN DINAMIK DAN SIMULASI PROSES PENGGILINGAN AKHIR PADA PABRIK SEMEN Hengky Suleman

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA 50 BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA Pengukuran dan analisa dilakukan untuk mengetahui apakah rancangan rangkaian yang telah dibuat bekerja sesuai dengan landasan teori yang ada dan sesuai dengan tujuan pembuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggerakan belt conveyor, pengangkat beban, ataupun sebagai mesin

BAB I PENDAHULUAN. menggerakan belt conveyor, pengangkat beban, ataupun sebagai mesin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Motor DC atau motor arus searah yaitu motor yang sering digunakan di dunia industri, biasanya motor DC ini digunakan sebagai penggerak seperti untuk menggerakan

Lebih terperinci

Analisa Kestabilan Sistem dalam Penelitian ini di lakukan dengan dua Metode Yaitu:

Analisa Kestabilan Sistem dalam Penelitian ini di lakukan dengan dua Metode Yaitu: Analisa Kestabilan Sistem dalam Penelitian ini di lakukan dengan dua Metode Yaitu: o Analisa Stabilitas Routh Hurwith 1. Suatu metode menentukan kestabilan sistem dengan melihat pole-pole loop tertutup

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN Tujuan dari uji coba dan analisa adalah untuk mengetahui kinerja dari pengendali MPC tanpa constraint dan MPC tanpa constraint dengan observer dengan parameter penalaan yang

Lebih terperinci

Tabel 1. Parameter yang digunakan pada proses Heat Exchanger [1]

Tabel 1. Parameter yang digunakan pada proses Heat Exchanger [1] 1 feedback, terutama dalam kecepatan tanggapan menuju keadaan stabilnya. Hal ini disebabkan pengendalian dengan feedforward membutuhkan beban komputasi yang relatif lebih kecil dibanding pengendalian dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis penerapan Kontroler PID Pada AVR Untuk Menjaga Kestabilan Tegangan di PLTP Wayang Windu

BAB I PENDAHULUAN. Analisis penerapan Kontroler PID Pada AVR Untuk Menjaga Kestabilan Tegangan di PLTP Wayang Windu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Energi listrik merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi umat manusia. Tanpa energi listrik manusia akan mengalami kesulitan dalam menjalankan aktifitasnya sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN EVALUASI SISTEM. dibandingkan dengan hasil running program dari penelitian yang telah dicoba

BAB IV PENGUJIAN DAN EVALUASI SISTEM. dibandingkan dengan hasil running program dari penelitian yang telah dicoba BAB IV PENGUJIAN DAN EVALUASI SISTEM Hasil running program simulator dilakukan dalam Tugas Akhir ini akan dibandingkan dengan hasil running program dari penelitian yang telah dicoba langsung menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN SISTEM

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN SISTEM BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN SISTEM 4.1 Pengujian Perangkat Keras (Hardware) Pengujian perangkat keras sangat penting dilakukan karena melalui pengujian ini rangkaian-rangkaian elektronika dapat diuji

Lebih terperinci

Modeling. A. Dasar Teori

Modeling. A. Dasar Teori A. Dasar Teori Modeling 1. Bump Test Bump Test merupakan pengujian yang umum digunakan dalam sistem stabil. Sebuah step input diberukan ke sistem dan responnya dicatat. Sebagai contoh, sistem dengan transfer

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka 59 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat Mulai Tinjauan pustaka Simulasi dan perancangan alat untuk pengendali kecepatan motor DC dengan kontroler PID analog

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. (secara hardware).hasil implementasi akan dievaluasi untuk mengetahui apakah

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. (secara hardware).hasil implementasi akan dievaluasi untuk mengetahui apakah BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pelaksanaan dari perancangan telah dibuat dan dijelaskan pada Bab 3, kemudian perancangan tersebut diimplementasi ke dalam bentuk yang nyata (secara hardware).hasil implementasi

Lebih terperinci

FUZZY LOGIC UNTUK KONTROL MODUL PROSES KONTROL DAN TRANSDUSER TIPE DL2314 BERBASIS PLC

FUZZY LOGIC UNTUK KONTROL MODUL PROSES KONTROL DAN TRANSDUSER TIPE DL2314 BERBASIS PLC FUZZY LOGIC UNTUK KONTROL MODUL PROSES KONTROL DAN TRANSDUSER TIPE DL2314 BERBASIS PLC Afriadi Rahman #1, Agus Indra G, ST, M.Sc, #2, Dr. Rusminto Tjatur W, ST, #3, Legowo S, S.ST, M.Sc #4 # Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Uji tracking setpoint

Uji tracking setpoint Validasi model Uji tracking setpoint Pengujian dilakukan dengan BOD konstan, yaitu 2200 mg/l. Untuk mencapai keadaan steady, sistem membutuhan waktu sekitar 30 jam. Sedangkan grafik kedua yang merupakan

Lebih terperinci

Kendali Perancangan Kontroler PID dengan Metode Root Locus Mencari PD Kontroler Mencari PI dan PID kontroler...

Kendali Perancangan Kontroler PID dengan Metode Root Locus Mencari PD Kontroler Mencari PI dan PID kontroler... DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING... i LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI... ii HALAMAN PERSEMBAHAN... iii HALAMAN MOTTO... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB III DINAMIKA PROSES

BAB III DINAMIKA PROSES BAB III DINAMIKA PROSES Tujuan Pembelajaran Umum: Setelah membaca bab ini diharapkan mahasiswa dapat memahami Dinamika Proses dalam Sistem Kendali. Tujuan Pembelajaran Khusus: Setelah mengikuti kuiah ini

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM Pada bab ini menjelaskan tentang perancangan dan pembuatan sistem kontrol, baik secara software maupun hardware yang digunakan untuk mendukung keseluruhan sistem

Lebih terperinci

SISTEM PENGATURAN MOTOR DC MENGGUNAKAN PROPOTIONAL IINTEGRAL DEREVATIVE (PID) KONTROLER

SISTEM PENGATURAN MOTOR DC MENGGUNAKAN PROPOTIONAL IINTEGRAL DEREVATIVE (PID) KONTROLER SISTEM PENGATURAN MOTOR DC MENGGUNAKAN PROPOTIONAL IINTEGRAL DEREVATIVE (PID) KONTROLER Nursalim Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana Jl. Adisucipto-Penfui Kupang,

Lebih terperinci

Herry gunawan wibisono Pembimbing : Ir. Syamsul Arifin, MT

Herry gunawan wibisono Pembimbing : Ir. Syamsul Arifin, MT PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN DAYA REAKTOR NUKLIR MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY DI PUSAT TEKNOLOGI NUKLIR BAHAN DAN RADIOMETRI BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL (PTNBR BATAN) BANDUNG Herry gunawan wibisono 2406

Lebih terperinci

SIMULATOR RESPON SISTEM UNTUK MENENTUKAN KONSTANTA KONTROLER PID PADA MEKANISME PENGENDALIAN TEKANAN

SIMULATOR RESPON SISTEM UNTUK MENENTUKAN KONSTANTA KONTROLER PID PADA MEKANISME PENGENDALIAN TEKANAN SIMULATOR RESPON SISTEM UNTUK MENENTUKAN KONSTANTA KONTROLER PID PADA MEKANISME PENGENDALIAN TEKANAN Dwiana Hendrawati Prodi Teknik Konversi Energi Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof.

Lebih terperinci

Selvi Eka Puspitasari Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Totok Soehartanto, DEA.

Selvi Eka Puspitasari Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Totok Soehartanto, DEA. Analisis Sistem Pengendalian Level Air pada Liquid Separator dan Coalescer untuk Mengantisipasi Terjadinya Fenomena Oil Spill, HESS (Indonesia-Pangkah) Limited, Gresik Selvi Eka Puspitasari 2407 100 027

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. Pengujian minimum system bertujuan untuk mengetahui apakah minimum

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. Pengujian minimum system bertujuan untuk mengetahui apakah minimum BAB IV PENGUJIAN SISTEM Pengujian sistem yang dilakukan penulis merupakan pengujian terhadap perangkat keras dan.perangkat lunak dari sistem secara keseluruhan yang telah selesai dibuat untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB 5. Pengujian Sistem Kontrol dan Analisis

BAB 5. Pengujian Sistem Kontrol dan Analisis BAB 5 Pengujian Sistem Kontrol dan Analisis 5.1. Aplikasi Display Controller Pengujian sistem kontrol dilakukan dengan menggunakan aplikasi program Visual C# untuk menampilkan grafik, dan mengambil data

Lebih terperinci

Desain dan Implementasi Model Reference Adaptive Control untuk Pengaturan Tracking Optimal Posisi Motor DC

Desain dan Implementasi Model Reference Adaptive Control untuk Pengaturan Tracking Optimal Posisi Motor DC Desain dan Implementasi Model Reference Adaptive Control untuk Pengaturan Tracking Optimal Posisi Motor DC Dinar Setyaningrum 22081000018 Teknik Sistem Pengaturan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Rabu,

Lebih terperinci

M.FADHILLAH RIFKI ( ) Pembimbing: Dr.Ir. Bambang Sampurno, MT

M.FADHILLAH RIFKI ( ) Pembimbing: Dr.Ir. Bambang Sampurno, MT IMPLEMENTASI KONTROL PD UNTUK MENGATUR KECEPATAN MOTOR DC PADA ECVT (ELECTRIKAL CONTINUOUSLY VARIABLE TRANSMISSION) M.FADHILLAH RIFKI (2108.100.512) Pembimbing: Dr.Ir. Bambang Sampurno, MT Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Penelitian Pengujian dilakukan di Laboratorium Keairan dan Lingkungan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Didapatkan hasil dari penelitian dengan aliran superkritik

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 PLC (Programmable Logic Controller) Pada sub bab ini penulis membahas tentang program PLC yang digunakan dalam system ini. Secara garis besar program ini terdiri

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KECEPATAN MOTOR DC MENGGUNAKAN SENSOR ENCODER DENGAN KENDALI PI

PENGENDALIAN KECEPATAN MOTOR DC MENGGUNAKAN SENSOR ENCODER DENGAN KENDALI PI PENGENDALIAN KECEPATAN MOTOR DC MENGGUNAKAN SENSOR ENCODER DENGAN KENDALI PI Jumiyatun Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tadolako E-mail: jum@untad.ac.id ABSTRACT Digital control system

Lebih terperinci

Perancangan sistem kontrol dengan root locus (lanjutan) Dasar Sistem Kontrol, Kuliah 12

Perancangan sistem kontrol dengan root locus (lanjutan) Dasar Sistem Kontrol, Kuliah 12 Perancangan sistem kontrol dengan root locus (lanjutan) Meningkatkan respons transien dengan kompensasi bertingkat Tujuan : merancang respons sistem kontrol dengan %OS yang diinginkan serta settling time

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS 4.1 Pengukuran Jarak Dengan Sensor Ultrasonik Pengujian dilakukan pada sensor ultrasonik PING))), untuk menentukan jarak sensor terhadap dinding. Data yang diambil merupakan

Lebih terperinci

Bab IV Pengujian dan Analisis

Bab IV Pengujian dan Analisis Bab IV Pengujian dan Analisis Setelah proses perancangan, dilakukan pengujian dan analisis untuk mengukur tingkat keberhasilan perancangan yang telah dilakukan. Pengujian dilakukan permodul, setelah modul-modul

Lebih terperinci

48 juta ton naik 17,7%

48 juta ton naik 17,7% KESIMPULAN PERSAINGAN INDUSTRI KEBUTUHAN KONSUMEN KEPUASAN PELANGGAN 48 juta ton naik 17,7% PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, Tbk. ORDINARY PORTLAND CEMENT UNIT RAW MILL P 1-2 KUALITAS RAW MEAL PENYIMPANGAN

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. selanjutnya perancangan tersebut diimplementasikan ke dalam bentuk yang nyata

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. selanjutnya perancangan tersebut diimplementasikan ke dalam bentuk yang nyata BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pelaksanaan dari perancangan yang sudah dibuat dan dijelaskan pada Bab 3 selanjutnya perancangan tersebut diimplementasikan ke dalam bentuk yang nyata (secara hardware).

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berefisiensi tinggi agar menghasilkan produk dengan kualitas baik dalam jumlah

BAB II LANDASAN TEORI. berefisiensi tinggi agar menghasilkan produk dengan kualitas baik dalam jumlah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Didalam dunia industri, dituntut suatu proses kerja yang aman dan berefisiensi tinggi agar menghasilkan produk dengan kualitas baik dalam jumlah banyak serta dengan waktu

Lebih terperinci

Syahrir Abdussamad, Simulasi Kendalian Flow Control Unit G.U.N.T Tipe 020 dengan Pengendali PID

Syahrir Abdussamad, Simulasi Kendalian Flow Control Unit G.U.N.T Tipe 020 dengan Pengendali PID Syahrir Abdussamad, Simulasi Kendalian Control Unit G.U.N.T Tipe dengan Pengendali PID MEDIA ELEKTRIK, Volume 4 Nomor, Juni 9 SIMULASI KENDALIAN FLOW CONTROL UNIT G.U.N.T TIPE DENGAN PENGENDALI PID Syahrir

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. 1. Pembuatan rangkaian elektronika di Laboratorium Elektronika Jurusan

III. METODOLOGI PENELITIAN. 1. Pembuatan rangkaian elektronika di Laboratorium Elektronika Jurusan 19 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua tempat, yaitu: 1. Pembuatan rangkaian elektronika di Laboratorium Elektronika Jurusan Teknik Elektro Universitas

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pengujian dan analisis alat peraga sistem kendali pendulum terbalik yang meliputi pengujian dimensi mekanik, pengujian dimensi dan massa

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Simulasi pemodelan pada HEC-RAS memodelkan aliran permanen (steady flow) yang selanjutnya membandingkan kedalaman dan kecepatan aliran pada eksperimen di laboratorium dengan

Lebih terperinci

Perancangan Alat Fermentasi Kakao Otomatis Berbasis Mikrokontroler Arduino Uno

Perancangan Alat Fermentasi Kakao Otomatis Berbasis Mikrokontroler Arduino Uno 1 Perancangan Alat Fermentasi Kakao Otomatis Berbasis Mikrokontroler Arduino Uno Anggara Truna Negara, Pembimbing 1: Retnowati, Pembimbing 2: Rahmadwati. Abstrak Perancangan alat fermentasi kakao otomatis

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 68 BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Bab ini membahas tentang program yang telah dianalisis dan dirancang atau realisasi program yang telah dibuat. Pada bab ini juga akan dilakukan pengujian program. 4.1

Lebih terperinci

A. Dasar Pengendalian Posisi Blok diagram kendali posisi kita adalah sebagai berikut

A. Dasar Pengendalian Posisi Blok diagram kendali posisi kita adalah sebagai berikut ANALOG SERVO MOTOR DC A. Tujuan praktikum: 1. Memahami prinsip dasar pengendalian posisi dan kecepatan pada motor DC 2. Memahami unjuk kerja pada saat transient dan steady state pada pengendalian kecepatan

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Kontrol PID Untuk Pengendali Sumbu Azimuth Turret Pada Turret-gun Kaliber 20mm

Perancangan Sistem Kontrol PID Untuk Pengendali Sumbu Azimuth Turret Pada Turret-gun Kaliber 20mm A512 Perancangan Sistem Kontrol PID Untuk Pengendali Sumbu Azimuth Turret Pada Turret-gun Kaliber 20mm Danu Wisnu, Arif Wahjudi, dan Hendro Nurhadi Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Industri, Institut

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM KENDALI KECEPATAN KURSI RODA LISTRIK BERBASIS DISTURBANCE OBSERVER

RANCANG BANGUN SISTEM KENDALI KECEPATAN KURSI RODA LISTRIK BERBASIS DISTURBANCE OBSERVER RANCANG BANGUN SISTEM KENDALI KECEPATAN KURSI RODA LISTRIK BERBASIS DISTURBANCE OBSERVER Firdaus NRP 2208 204 009 PROGRAM MAGISTER BIDANG KEAHLIAN TEKNIK ELEKTRONIKA TEKNIK ELEKTRO Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

BAB IV. ANALISA dan PENGUJIAN ALAT

BAB IV. ANALISA dan PENGUJIAN ALAT BAB IV ANALISA dan PENGUJIAN ALAT Dalam bab ini akan disampaikan pengujian disertakan teori perhitungan pergerakkan motor DC, motor stepper, interpolasi motor stepper, input digital fotosensor, barcode

Lebih terperinci

Analisis Penambahan Additive Batu Gamping Terhadap Kualitas Komposisi Kimia Semen Portland

Analisis Penambahan Additive Batu Gamping Terhadap Kualitas Komposisi Kimia Semen Portland Analisis Penambahan Limestone Terhadap Kualitas Komposisi Kimia Semen Portland 64 Analisis Penambahan Batu Gamping Terhadap Kualitas Komposisi Kimia Semen Portland Analysis of Addition of Limestone to

Lebih terperinci

Kegiatan 2 : STARTING MOTOR ARUS SEARAH DENGAN MENGGUNAKAN TAHANAN

Kegiatan 2 : STARTING MOTOR ARUS SEARAH DENGAN MENGGUNAKAN TAHANAN Kegiatan 2 : STARTING MOTOR ARUS SEARAH DENGAN MENGGUNAKAN TAHANAN 2.1. Latar Belakang Mahasiswa perlu mengetahui aspek starting motor arus searah (Direct Current = DC) karena starting motor DC merupakan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA HASIL SIMULASI

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA HASIL SIMULASI BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA HASIL SIMULASI Pada bab ini akan dijelaskan hasil analisa perancangan kontrol level deaerator yang telah dimodelkan dalam LabVIEW sebagaimana telah dibahas pada bab III. Dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan oleh penyusun dalam melakukan penelitian skripsi ini antara lain: 1. Studi Pustaka, yaitu dengan cara mencari, menggali dan mengkaji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian PT Semen Padang merupakan salah satu produsen semen terkemuka di Indonesia. PT Semen Padang menjadi industri semen pertama di Indonesia yang dibangun pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA PERCOBAAN

BAB IV HASIL DAN ANALISA PERCOBAAN BAB IV HASIL DAN ANALISA PERCOBAAN 4.1 HASIL PENGUJIAN MATERIAL Langkah pertama yang dilakukan sebelum penelitian ini dimulai adalah melakukan pengujian material penyusun geopolimer (precursor dan activator)

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI ASH BATUBARA TERHADAP KUALITAS KLINKER PORTLAND CEMENT PADA PT. SEMEN TONASA UNIT III

PENGARUH KOMPOSISI ASH BATUBARA TERHADAP KUALITAS KLINKER PORTLAND CEMENT PADA PT. SEMEN TONASA UNIT III PENGARUH KOMPOSISI ASH BATUBARA TERHADAP KUALITAS KLINKER PORTLAND CEMENT PADA PT. SEMEN TONASA UNIT III Nurlianti Dahliar*, Sri Widodo*, Adi Tonggiroh* *) Teknik Pertambangan Universitas Hasanuddin Sari:

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT 4.1 Umum Robot merupakan kesatuan kerja dari semua kerja perangkat penyusunnya. Perancangan robot dimulai dengan menggali informasi dari berbagai referensi, temukan ide,

Lebih terperinci

KENDALI KECEPATAN MOTOR DC DENGAN 4 KUADRAN. Skema konverter dc-dc 4-kuadran untuk pengendalian motor dc

KENDALI KECEPATAN MOTOR DC DENGAN 4 KUADRAN. Skema konverter dc-dc 4-kuadran untuk pengendalian motor dc KENDALI KECEPATAN MOTOR DC DENGAN 4 KUADRAN Konverter dc-dc 4-kuadran merupakan konverter dc-dc yang dapat bekerja secara bidirectional baik arus maupun tegangan kerjanya, sehingga sangat cocok untuk aplikasi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Perancangan Perangkat Keras

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Perancangan Perangkat Keras BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perancangan Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil perancangan meliputi hasil perancangan perangkat keras dan perancangan sistem kendali. 4.1.1 Hasil Perancangan

Lebih terperinci

Hamzah Ahlul Fikri Jurusan Tehnik Elektro, FT, Unesa,

Hamzah Ahlul Fikri Jurusan Tehnik Elektro, FT, Unesa, Pengendalian Kecepatan Motor Induksi Tiga Fasa Menggunakan Kontrol Fuzzy Logic Hamzah Ahlul Fikri Jurusan Tehnik Elektro, FT, Unesa, email: fikrihamzahahlul@gmail.com Subuh Isnur Haryudo Jurusan Tehnik

Lebih terperinci

PENDETEKSI OTOMATIS ARAH SUMBER CAHAYA MATAHARI PADA SEL SURYA. Ahmad Sholihuddin Universitas Islam Balitar Blitar Jl. Majapahit no 4 Blitar.

PENDETEKSI OTOMATIS ARAH SUMBER CAHAYA MATAHARI PADA SEL SURYA. Ahmad Sholihuddin Universitas Islam Balitar Blitar Jl. Majapahit no 4 Blitar. PENDETEKSI OTOMATIS ARAH SUMBER CAHAYA MATAHARI PADA SEL SURYA Ahmad Sholihuddin Universitas Islam Balitar Blitar Jl. Majapahit no 4 Blitar Abstrak Penerapan teknologi otomatis dengan menggunakan sistem

Lebih terperinci

PERANCANGAN PENGENDALI POSISI LINIER UNTUK MOTOR DC DENGAN MENGGUNAKAN PID

PERANCANGAN PENGENDALI POSISI LINIER UNTUK MOTOR DC DENGAN MENGGUNAKAN PID PERANCANGAN PENGENDALI POSISI LINIER UNTUK MOTOR DC DENGAN MENGGUNAKAN PID Endra 1 ; Nazar Nazwan 2 ; Dwi Baskoro 3 ; Filian Demi Kusumah 4 1 Jurusan Sistem Komputer, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem kendali PID paling banyak digunakan dalam pengendalian di industri. Keberhasilan pengendali PID tergantung ketepatan dalam menentukan konstanta (penguatan) PID

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 54 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Dalam bab ini akan dibahas tentang pengujian berdasarkan perencanaan dari sistem yang dibuat. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kinerja dari sistem mulai dari blok-blok

Lebih terperinci

LAPORAN SIMULASI SISTEM WATER LEVEL CONTROL DENGAN PID DAN SILO TO SILO DENGAN MENGGUNAKAN KONVEYER

LAPORAN SIMULASI SISTEM WATER LEVEL CONTROL DENGAN PID DAN SILO TO SILO DENGAN MENGGUNAKAN KONVEYER LAPORAN SIMULASI SISTEM WATER LEVEL CONTROL DENGAN PID DAN SILO TO SILO DENGAN MENGGUNAKAN KONVEYER Dajukan sebagai tugas Final Mata Kuliah Teknik Kendali Proses Disusun oleh : M. Yusuf (D4 2 288) Ruli

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari alat peraga sistem pengendalian ketinggian air. 3.1. Gambaran Alat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk mengungkapkan perilaku dinamik suatu sistem fisik seperti mekanik, listrik, hidrolik dan lain sebagainya, umumnya sistem fisik dimaksud dimodelkan dengan sistem

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada skripsi ini dilakukan beberapa pengujian dan percobaan untuk mendapatkan hasil rancang bangun Quadcopter yang stabil dan mampu bergerak mandiri (autonomous). Pengujian

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PID CONTROLLER PADA AVR (AUTOMATIC VOLTAGE REGULATOR)

ANALISIS PENERAPAN PID CONTROLLER PADA AVR (AUTOMATIC VOLTAGE REGULATOR) ANALISIS PENERAPAN PID CONTROLLER PADA AVR (AUTOMATIC VOLTAGE REGULATOR) Indar Chaerah Gunadin Dosen Jurusan Teknik Elektro Universitas Hasanuddin Abstrak Perubahan daya reaktif yang disuplai ke beban

Lebih terperinci

PERANCANGAN REMOTE TERMINAL UNIT (RTU) PADA SIMULATOR PLANT TURBIN DAN GENERATOR UNTUK PENGENDALIAN FREKUENSI MENGGUNAKAN KONTROLER PID

PERANCANGAN REMOTE TERMINAL UNIT (RTU) PADA SIMULATOR PLANT TURBIN DAN GENERATOR UNTUK PENGENDALIAN FREKUENSI MENGGUNAKAN KONTROLER PID Oleh: Mahsun Abdi / 2209106105 Dosen Pembimbing: 1. Dr.Ir. Mochammad Rameli 2. Ir. Rusdhianto Effendie, MT. Tugas Akhir PERANCANGAN REMOTE TERMINAL UNIT (RTU) PADA SIMULATOR PLANT TURBIN DAN GENERATOR

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing : Hendro Nurhadi, Dipl. Ing. Ph.D. Oleh : Bagus AR

Dosen Pembimbing : Hendro Nurhadi, Dipl. Ing. Ph.D. Oleh : Bagus AR Dosen Pembimbing : Hendro Nurhadi, Dipl. Ing. Ph.D. Oleh : Bagus AR 2105100166 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Control system : keluaran (output) dari sistem sesuai dengan referensi yang diinginkan Non linear

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISA. 4.1 Pengujian Fungsi Alih Tegangan (Duty Cycle) terhadap Motor

BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISA. 4.1 Pengujian Fungsi Alih Tegangan (Duty Cycle) terhadap Motor BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISA Ada beberapa percobaan yang dilakukan. 4.1 Pengujian Fungsi Alih Tegangan (Duty Cycle) terhadap Motor Pengujian ini dilakukan dengan memberikan input PWM pada motor kemudian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Nama Alat : Alat Kalibrasi Cenrtifuge non Contact Berbasis. c. Ukuran : panjang 14,5 cm X tinggi 6 cm X lebar 9 cm

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Nama Alat : Alat Kalibrasi Cenrtifuge non Contact Berbasis. c. Ukuran : panjang 14,5 cm X tinggi 6 cm X lebar 9 cm BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Spesifikasi Alat a. Nama Alat : Alat Kalibrasi Cenrtifuge non Contact Berbasis Microcontroler ATMega8 b. Tegangan : 5 V (DC) c. Ukuran : panjang 14,5 cm X tinggi 6 cm X

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA KENDALI PROPORTIONAL INTEGRAL DERIVATIVE PADA SISTEM REAL TIME UNTUK MEMPELAJARI TANGGAPAN TRANSIEN

PENERAPAN ALGORITMA KENDALI PROPORTIONAL INTEGRAL DERIVATIVE PADA SISTEM REAL TIME UNTUK MEMPELAJARI TANGGAPAN TRANSIEN PENERAPAN ALGORITMA KENDALI PROPORTIONAL INTEGRAL DERIVATIVE PADA SISTEM REAL TIME UNTUK MEMPELAJARI TANGGAPAN TRANSIEN Isnan Nur Rifai 1, Panji Saka Gilab Asa 2 Diploma Elektronika Dan Instrumentasi Sekolah

Lebih terperinci

Pembuatan Model Quadcopter yang Dapat Mempertahankan Ketinggian Tertentu

Pembuatan Model Quadcopter yang Dapat Mempertahankan Ketinggian Tertentu Jurnal Teknik Elektro, Vol. 9, No. 2, September 26, 49-55 ISSN 4-87X Pembuatan Model Quadcopter yang Dapat Mempertahankan Ketinggian Tertentu DOI:.9744/jte.9.2.49-55 Wili Kumara Juang, Lauw Lim Un Tung

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Mikrokontroller AVR Mikrokontroller adalah suatu alat elektronika digital yang mempunyai masukan serta keluaran serta dapat di read dan write dengan cara khusus. Mikrokontroller

Lebih terperinci

Simulasi Proses Pengisian Bak Pengumpul PDAM dari Raw Water Intake dengan Kontrol PID

Simulasi Proses Pengisian Bak Pengumpul PDAM dari Raw Water Intake dengan Kontrol PID Simulasi Proses Pengisian Bak Pengumpul PDAM dari Raw Water Intake dengan Kontrol PID Tetti Novalina Manik 1), Nurma Sari 1) dan Nurul Aina 2) Abstrak: Sistem pengolahan air bersih terdiri dari beberapa

Lebih terperinci

External Permanent Magnets (EPMs) yang ditempatkan pada kulit perut. Dalam. proses pembedahan dibutuhkan bantuan alat instrumentasi yang memiliki

External Permanent Magnets (EPMs) yang ditempatkan pada kulit perut. Dalam. proses pembedahan dibutuhkan bantuan alat instrumentasi yang memiliki External Permanent Magnets (EPMs) yang ditempatkan pada kulit perut. Dalam proses pembedahan dibutuhkan bantuan alat instrumentasi yang memiliki kepresisian yang tinggi sehingga dapat mengurangi resiko

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Pengendalian Level pada Knock Out Gas Drum Menggunakan Pengendali PID di Plant LNG

Rancang Bangun Sistem Pengendalian Level pada Knock Out Gas Drum Menggunakan Pengendali PID di Plant LNG Rancang Bangun Sistem Pengendalian Level pada Knock Out Gas Drum Menggunakan Pengendali PID di Plant LNG Paisal Tajun Aripin 1, Erna Kusuma Wati 1, V. Vekky R. Repi 1, Hari Hadi Santoso 1,2 1 Program Studi

Lebih terperinci

Laboratorium Perancangan dan Pengendalian Proses Jurusan Teknik Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Laboratorium Perancangan dan Pengendalian Proses Jurusan Teknik Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Disusun Oleh : Medha Bhaswara (2307.100.083) Katlea Fitriani (2307.100.099) Dibimbing Oleh : Ir. Musfil AS, M.Eng.Sc Laboratorium Perancangan dan Pengendalian Proses Jurusan Teknik Kimia Institut Teknologi

Lebih terperinci

DT-51 Application Note

DT-51 Application Note DT-51 Application Note AN116 DC Motor Speed Control using PID Oleh: Tim IE, Yosef S. Tobing, dan Welly Purnomo (Institut Teknologi Sepuluh Nopember) Sistem kontrol dengan metode PID (Proportional Integral

Lebih terperinci

REZAN NURFADLI EDMUND NIM.

REZAN NURFADLI EDMUND NIM. MEKATRONIKA Disusun oleh : REZAN NURFADLI EDMUND NIM. 125060200111075 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK MALANG 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Respon berasal

Lebih terperinci

BAB V KALIBRASI DAN PENGUJIAN SISTEM 72 BAB V KALIBRASI DAN PENGUJIAN SISTEM

BAB V KALIBRASI DAN PENGUJIAN SISTEM 72 BAB V KALIBRASI DAN PENGUJIAN SISTEM BAB V KALIBRASI DAN PENGUJIAN SISTEM 72 BAB V KALIBRASI DAN PENGUJIAN SISTEM 5.1 Kalibrasi Pengertian kalibrasi menurut ISO adalah seperangkat operasi dalam kondisi tertentu yang bertujuan untuk menentukan

Lebih terperinci

DISAIN KOMPENSATOR UNTUK PLANT MOTOR DC ORDE SATU

DISAIN KOMPENSATOR UNTUK PLANT MOTOR DC ORDE SATU DISAIN KOMPENSATOR UNTUK PLANT MOTOR DC ORDE SATU TUGAS PAPER ANALISA DISAIN SISTEM PENGATURAN Oleh: FAHMIZAL(2209 05 00) Teknik Sistem Pengaturan, Teknik Elektro ITS Surabaya Identifikasi plant Identifikasi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Bab ini membahas tentang pengujian dan analisa dari Sistem Simulasi yang telah di desain pada bab sebelumnya. Secara umum pengujian ini bertujuan untuk mengecek apakah piranti

Lebih terperinci

BAB IV HASIL YANG DIPEROLEH

BAB IV HASIL YANG DIPEROLEH BAB IV : HASIL YANG DIPEROLEH 25 BAB IV HASIL YANG DIPEROLEH Model yang telah diturunkan pada bab 3, selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan MATLAB 7.0 untuk mendapatkan hasil numerik. 4.1 Simulasi

Lebih terperinci

Implementasi Modul Kontrol Temperatur Nano-Material ThSrO Menggunakan Mikrokontroler Digital PIC18F452

Implementasi Modul Kontrol Temperatur Nano-Material ThSrO Menggunakan Mikrokontroler Digital PIC18F452 Implementasi Modul Kontrol Temperatur Nano-Material ThSrO Menggunakan Mikrokontroler Digital PIC18F452 Moh. Hardiyanto 1,2 1 Program Studi Teknik Industri, Institut Teknologi Indonesia 2 Laboratory of

Lebih terperinci

II Protokol Remote Link II Protokol Modbus II Request Read N Bits. 16 II Request Read N Words. 16 II

II Protokol Remote Link II Protokol Modbus II Request Read N Bits. 16 II Request Read N Words. 16 II ABSTRAK Perkembangan dalam bidang industri dewasa ini semakin maju. Sebagian besar bidang industri telah menggunakan teknologi otomasi industri, pengendalian mesin-mesin industri telah dilakukan dengan

Lebih terperinci

MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN

MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN Muhammad Aldo Aditiya Nugroho (13213108) Asisten: Jedidiah Wahana(13212141) Tanggal Percobaan: 12/03/16 EL3215 Praktikum Sistem Kendali Laboratorium Sistem Kendali dan

Lebih terperinci

Membuat grafik histogram dan polygon serta mencetaknya ke printer

Membuat grafik histogram dan polygon serta mencetaknya ke printer Modul ke: Membuat grafik histogram dan polygon serta mencetaknya ke printer Mahasiswa dapat membuat histogram dan poligon, kemudian mencetaknya ke printer. Fakultas FEB Nawindah,S.Kom,M.Kom Program Studi

Lebih terperinci

Identifikasi Self Tuning PID Kontroler Metode Backward Rectangular Pada Motor DC

Identifikasi Self Tuning PID Kontroler Metode Backward Rectangular Pada Motor DC Identifikasi Self Tuning PID Kontroler Metode Backward Rectangular Pada Motor DC Andhyka Vireza, M. Aziz Muslim, Goegoes Dwi N. 1 Abstrak Kontroler PID akan berjalan dengan baik jika mendapatkan tuning

Lebih terperinci

Oleh : Dia Putranto Harmay Dosen Pembimbing : Ir. Witantyo, M.Eng. Sc

Oleh : Dia Putranto Harmay Dosen Pembimbing : Ir. Witantyo, M.Eng. Sc Oleh : Dia Putranto Harmay 2105.100.145 Dosen Pembimbing : Ir. Witantyo, M.Eng. Sc Latar Belakang Usman Awan dkk, 2001 Merancang dan membuat dynamometer jenis prony brake dengan menggunakan strain gauge

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengujian Terdahulu Agregat Halus Habibi (2016) dalam penelitiannya yang berjudul Kajian Perbandingan Kuat Tekan Beton Terhadap Jenis Pasir Di Yogyakarta melakukan pemeriksaan

Lebih terperinci

Sedangkan untuk hasil perhitungan dengan parameter tuning PID diperoleh :

Sedangkan untuk hasil perhitungan dengan parameter tuning PID diperoleh : 4.2 Self Tuning PID Controller Untuk lebih memaksimalkan fungsi controller maka perlu dilakukan tuning lebih lanjut terhadap parameter PID pada controller yaitu pada nilai PB, Ti, dan Td. Seperti terlihat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini merupakan penjelasan dari rangkaian power supply:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini merupakan penjelasan dari rangkaian power supply: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penjelasan Rangkaian 4.1.1 Rangkaian Power Supply Berikut ini merupakan penjelasan dari rangkaian power supply: Gambar 4.1 Rangkaian Power Supply Pada rangkaian diatas menggunakan

Lebih terperinci

Perancangan dan Simulasi MRAC PID Control untuk Proses Pengendalian Temperatur pada Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR)

Perancangan dan Simulasi MRAC PID Control untuk Proses Pengendalian Temperatur pada Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-128 Perancangan dan Simulasi MRAC PID Control untuk Proses Pengendalian Temperatur pada Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR)

Lebih terperinci

BAB II TEORI. Proses pengaturan atau pengendalian suatu atau beberapa besaran

BAB II TEORI. Proses pengaturan atau pengendalian suatu atau beberapa besaran BAB II TEORI II.. Sistem Kontrol Proses pengaturan atau pengendalian suatu atau beberapa besaran (Variabel,Parameter) agar berada pada suatu harga tertentu disebut dengan sistem control. Pengontrolan ini

Lebih terperinci

pengendali Konvensional Time invariant P Proportional Kp

pengendali Konvensional Time invariant P Proportional Kp Strategi Dalam Teknik Pengendalian Otomatis Dalam merancang sistem pengendalian ada berbagai macam strategi. Strategi tersebut dikatakan sebagai strategi konvensional, strategi modern dan strategi berbasis

Lebih terperinci

BAB IV PENGATURAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PENGATURAN DAN PENGUJIAN BAB IV PENGATURAN DAN PENGUJIAN 4.1 Pengaturan Awal Dalam pembahasan mengenai pokok permasalahan yang tertuang pada BAB sebelumnya telah dijelaskan bahwa tujuan yang dilakukan adalah bagaimana membuat

Lebih terperinci

Tujuan Pengendalian 1. Keamanan (safety) 2. Batasan Operasional (Operability) 3. Ekonomi Pengendalian keamanan (safety) reaktor eksotermis isu-isu lin

Tujuan Pengendalian 1. Keamanan (safety) 2. Batasan Operasional (Operability) 3. Ekonomi Pengendalian keamanan (safety) reaktor eksotermis isu-isu lin Bab01 Pendahuluan Kompetensi 1. mampu menjelaskan pentingnya sistem dalam industri kimia a) menjelaskan syarat beroperasinya suatu pabrik b) menjelaskan mengapa pabrik tidak dapat berjalan steady c) menjelaskan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. ini adalah paving block dengan tiga variasi bentuk yaitu berbentuk tiga

III. METODE PENELITIAN. ini adalah paving block dengan tiga variasi bentuk yaitu berbentuk tiga 20 III. METODE PENELITIAN A. Umum Pelaksanaan penelitian dilakukan di Laboratorium Struktur Bahan dan Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung. Obyek dalam penelitian ini adalah paving block dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT Pada BAB ini, akan dibahas tentang hasil pengujian alat yang telah dirancang, dari sisi hardware dan software-nya. Pengujian hardware dan software tersebut meliputi :

Lebih terperinci