BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Kependidikan 1. Media Pembelajaran Secara umum media merupakan kata jamak dari medium, yang berarti perantara atau pengantar. Kata media berlaku untuk berbagai kegiatan atau usaha, seperti media dalam penyampaian pesan. Istilah media dalam bidang pengajaran atau pendidikan menjadi media pendidikan atau media pembelajaran (Wina Sanjaya, 2006: 163). Menurut Daryanto (2010: 5) media pembelajaran adalah media yang digunakan sebagai alat dan bahan kegiatan pembelajaran. Menurut R. Ibrahim dan Nana Syaodih (1996), media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar mengajar. Gagne dan Briggs (Azhar Arsyad, 2004: 4) secara implisit menyatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pembelajaran. Alat yang digunakan terdiri dari buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film slide, foto, gambar, grafik, televisi dan komputer. Berdasarkan beberapa pendapat ahli, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah semua alat dan bahan yang digunakan untuk 10

2 membantu guru menyampaikan pesan dalam kegiatan pembelajaran guna mencapai tujuan pendidikan. Media pembelajaran juga dapat meningkatkan kegiatan belajar siswa. Siswa tidak hanya mendengarkan uraian dari guru, namun juga dapat melakukan aktivitas lain seperti melakukan pengamatan. 2. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) a. Pengertian Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar Pendidikan Nasional mengungkapkan bahwa lembar kegiatan siswa (student work sheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang berupa petunjuk atau langkahlangkah untuk menyelesaikan suatu tugas (Andi Prastowo, 2011: 203). Menurut Suhardi (2012: 47) LKS atau Lembar Kerja Siswa merupakan salah satu media pembelajaran yang berfungsi untuk meningkatkan keterlibatan dan aktivitas dalam proses pembelajaran. LKS dapat dimanfaatkan untuk mengoptimalkan tercapainya hasil pembelajaran, khususnya hasil belajar siswa. Andi Prastowo (2011: 204) menambahkan bahwa tugas dalam LKS harus jelas pencapaian kompetensi dasarnya. Tugas-tugas yang diberikan kepada siswa dapat berupa tugas-tugas teoritis dan/atau tugas-tugas praktis. Tugas teoritis misalnya berupa tugas membaca sebuah artikel tertentu atau membuat resume untuk dipresentasikan. Tugas praktis dapat berupa kerja laboratorium atau kerja lapangan 11

3 b. Pentingnya LKS pada Kegiatan Pembelajaran LKS merupakan bahan ajar yang memiliki peran penting bagi kegiatan pembelajaran. Seperti yang telah dikemukaan oleh Andi Prastowo (2011: ), sebagai bahan ajar LKS memiliki empat fungsi utama, yaitu: (1) Lebih mengaktifkan siswa dan meminimalkan peran pendidik. (2) Mempermudah siswa untuk memahami materi yang diberikan. (3) Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih. (4) Memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada siswa. LKS diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, oleh karena itu tujuan dibuatnya setidaknya memiliki empat tujuan yakni: Pertama, menyajikan bahan ajar yang memudahkan siswa untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan. Kedua, menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan. Ketiga, melatih kemandirian belajar siswa. Keempat, tujuannya adalah untuk pendidik dalam memberikan tugas kepada siswa. c. Unsur-unsur LKS sebagai Bahan Ajar Pedoman umum pemilihan dan pemanfaatan bahan ajar Pendidikan Nasional (Andi Prastowo 2011: 208) menyatakan bahwa LKS sebagai bahan ajar terdiri dari enam unsur utama yaitu: (1) Judul (2) Petunjuk belajar 12

4 (3) Kompetensi dasar atau materi pokok (4) Informasi pendukung (5) Tugas atau langkah kerja (6) Penilaian Dilihat dari formatnya, LKS memuat delapan unsur, yaitu: (1) Judul (2) Kompetensi dasar yang akan dicapai (3) Waktu penyelesaian (4) Peralatan/bahan yang diperlukan saat pelaksanaan kegiatan (5) Informasi singkat (6) Langkah kerja (7) Tugas (8) Laporan yang harus dikerjakan Carin dan Sund (1975: 146) memaparkan bahwa LKS secara umum memuat hal-hal sebagai berikut: (1) Tujuan kegiatan yang dilakukan oleh siswa. (2) Alat dan bahan yang diperlukan saat melakukan kegiatan. (3) Apersepsi, dapat berupa pertanyaan awal yang memancing minat siswa. (4) Langkah kerja yang harus dilakukan siswa. (5) Pertanyaan diskusi untuk menuntun siswa melakukan analisis data dan menemukan kosep atau fakta. (6) Pertanyaan yang mengarah untuk membuat kesimpulan. 13

5 (7) Rangkuman materi dari konsep yang akan dicapai. Berdasarkan pendapat ahli, peneliti menyimpulkan bahwa LKS sebagai bahan ajar paling tidak memuat hal-hal berikuit ini: (1) Judul (2) Kompetensi Dasar yang harus dicapai. (3) Tujuan kegiatan yang dilakukan siswa. (4) Alat dan bahan yang diperlukan siswa saat melakukan kegiatan (5) Informasi singkat atau prinsip dasar (6) Langkah kerja (7) Tugas diskusi (berupa pertanyaan yang menuntun siswa melakukan analisis data untuk menemukan fakta atau konsep serta menyimpulkan) 3. Guided Discovery a. Pengertian Guided Discovery Menurut Suryosubroto (2009: 178), metode discovery merupakan suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran, perseorangan, manipulasi objek, dan percobaan sebelum sampai pada generalisasi. Sebelum siswa mengetahui suatu pengertian, guru tidak menjelaskan dengan kata-kata. Penggunaan metode discovery dalam kegiatan belajar mengajar, memperkenankan siswa menemukan sendiri informasi yang biasa diberitahukan lewat metode ceramah. Menurut Sani (2013: 220), discovery adalah penemuan konsep atau fakta berdasarkan data yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. Metode pembelajaran discovery menuntut guru untuk lebih 14

6 kreatif menciptakan situasi yang dapat membuat siswa belajar aktif menemukan pengetahuan sendiri. Bruner (Winataputra, 2008: 318) menyatakan bahwa belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan (discovery learning). Siswa harus aktif mengidentifikasi prinsip-prinsip kunci yang ditemukannya sendiri, agar belajar menjadi bermakna dan memiliki struktur informasi yang kuat. Bruner menambahkan bahwa belajar penemuan (discovery learning) adalah proses belajar yang guru harus menciptakan situasi belajar yang terdapat permasalahan, menstimulus siswa dengan pertanyaan-pertanyaan, mendorong siswa mencari jawaban sendiri, dan melakukan eksperimen. Bentuk lain dari belajar penemuan (discovery learning) adalah guru menyajikan contoh-contoh dan siswa bekerja dengan contoh tersebut sampai dapat menemukan sendiri hubungan antar konsep. Menurut Amalia Sapriati (2009: 1.28) ada dua macam atau jenis pembelajaran penemuan, yaitu pembelajaran penemuan murni (free discovery) dan pembelajaran penemuan terarah atau penemuan terbimbing (guided discovery). Pembelajaran penemuan murni (free discovery) merupakan pembelajaran penemuan tanpa adanya petunjuk atau arahan. Sedangkan pembelajaran penemuan terarah/terbimbing (guided discovery) merupakan pembelajaran yang membutuhkan peran guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajarannya. 15

7 Metode guided discovery atau penemuan terbimbing merupakan metode pembelajaran yang menciptakan situasi belajar yang melibatkan siswa belajar secara aktif dan mandiri dalam menemukan suatu konsep atau fakta. Proses penemuan tersebut, guru bertindak sebagai fasilitator dan pembimbing. Oemar Hamalik (2005: 188) mengungkapkan bahwa guided discovery melibatkan siswa dalam menjawab pertanyaanpertanyaan guru. Siswa melakukan discovery, sedangkan guru membimbing mereka kearah yang tepat. Menurut Hanafiah dan Cucu Suhana (2010: 77), guided discovery yaitu pelaksanaan penemuan dilakukan atas petunjuk dari guru. Pembelajarannya dimulai dari guru mengajukan berbagai pertanyaan yang melacak, dengan tujuan untuk mengarahkan peserta didik kepada titik kesimpulan kemudian siswa melakukan percobaan untuk membuktikan pendapat yang dikemukakan. Berdasarkan pendapat ahli, peneliti menyimpulkan bahwa metode guided discovery merupakan metode yang melibatkan siswa secara aktif dalam melakukan percobaan dengan tujuan untuk menemukan sendiri konsep atau fakta dengan bimbingan dan petunjuk dari guru. b. Langkah-langkah Guided Discovery Menurut Bruner (Winataputra, 2008: 3.19), tahap-tahap penerapan belajar penemuan, yaitu; (1) stimulus (pemberian perangsang/stimuli), (2) problem statement (mengidentifikasi masalah), (3) data collection 16

8 (pengumpulan data), (4) data processing (pengolahan data), (5) verifikasi, dan (6) generalisasi. Menurut Dadan Djuanda, dkk. (2009: ) pembelajaran model guided discovery terdiri dari 8 tahapan, yaitu; (1) Observasi untuk menemukan masalah, (2) Merumuskan Masalah, (3) Mengajukan Hipotesis, (4) Merencanakan pemecahan masalah melalui percobaan atau cara lain, (5) Melaksanakan percobaan, (6) Melaksanakan pengamatan dan pengumpulan data, (7) Analisis data, (8) Menarik kesimpuilan atas percobaan yang telah dilakukan satau penemuan. Berdasarkan kajian dari ahli, peneliti menyimpulkan bahwa langkah-langkah pembelajaran dengan metode guided discovery dilaksanakan dengan sebagai berikut: (1) Observasi/stimulus, dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan, menganjurkan siswa untuk mengamati gambar, atau membaca buku terkait materi yang akan diberikan. (2) Merumuskan masalah, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi adanya masalah yang ditemukan pada tahap observasi. (3) Merumuskan hipotesis, merumuskan jawaban sementara dari rumusan masalah. (4) Melaksanakan percobaan, sebagai sarana untuk menjawab permasalahan dan menemukan fakta. 17

9 (5) Mengumpulkan data, memberikan kesempatan kepada siswa mengumpulkan informasi. (6) Menganalisis data, mengolah data yang telah diperoleh oleh siswa. (7) Menyimpulkan, siswa menarik kesimpulan atas percobaan yang telah dilakukan sekaligus verifikasi. c. Kelebihan dan Kekurangan Guided Discovery Metode guided discovery memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan sehingga diperlukan pemahaman dalam melaksanakan metode tersebut. Suryosubroto (2009: 185) mengungkapkan beberapa kelebihan dari metode discovery sebagai berikut: (1) Membantu siswa mengembangkan penguasaan ketrampilan dan proses kognitif. (2) Pengetahuan yang didapatkan bersifat kukuh. (3) Membangkitkan gairah belajar siswa. (4) Memberi kesempatan pada siswa bergerak lebih maju sesuai kemampuan. (5) Siswa lebih merasa terlibat dan termotivasi sendiri untuk belajar, karena siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya. (6) Membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan diri melalui proses proses penemuan. 18

10 Metode discovery juga memiliki beberapa kelemahan, seperti yang diungkapkan oleh Djamarah, dkk (2002: 83) sebagai berikut: (1) Siswa harus memiliki kesiapan mental. (2) Siswa harus memiliki keinginan untuk mengetahui keadaan lingkungan sekitarnya dengan baik. (3) Metode discovery kurang berhasil digunakan di kelas besar. (4) Penggunaan metode discovery mungkin akan mengecewakan bagi guru dan siswa yang sudah terbiasa dengan perencanaan dan pengajaran tradisional. (5) Penggunaan metode discovery terlalu mementingkan memperoleh pengertian saja atau pembentukan sikap danketerampilan siswa. 4. Keterampilan Proses Sains Nuryani Y. Rustaman (2005: 78) mengemukakan bahwa keterampilan proses melibatkan keterampilan intelektual, manual dan sosial. Keterampilan tersebut terlihat saat siswa berpikir, menggunakan alat dan bahan, dan proses siswa ketika berinteraksi. 19

11 (2011: 19): Beberapa keterampilan proses sains dan indikator menuruit Warianto Tabel 1. Indikator Keterampilan Proses Sains No Keterampilan Proses Sains 1. Mengobservasi 2. Mengklasifikasi 3. Menafsirkan 4. Meramalkan Mengajukan pertanyaan Merumuskan hipotesis Merencanakan percobaan Menggunakan alat/bahan 9. Menerapkan konsep 10. Berkomunikasi 11. Melaksanakan percobaan Indikator a. Menggunakan sebanyak mungkin indera b. Mengumpulkan fakta a. Mencatat setiap pengamatan secara terpisah b. Mencari perbedaan dan persamaan c. Mengontraskan ciri-ciri d. Mencari dasar pengelompokan a. Menghubungkan hasil-hasil pengamatan b. Menemukan pola dalam suatu seri pengamatan c. Menyimpulkan a. Menggunakan pola-pola hasil pengamatan b. Mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati a. Bertanya apa, bagaimana, dan mengapa b. Bertanya untuk meminta penjelasan c. Mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis a. Mengetahui bahwa ada lebih dari satu kemungkinan penjelasan dari satu kejadian b. Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu diuji kebenarannya dalam memperoleh bukti lebih banyak atau melakukan cara pemecahan masalah a. Menentukan alat/bahan/sumber yang akan digunakan b. Menentukan variabel atau faktor penentu. c. Menentukan apa yang akan diukur, diamati, dicatat d. Menentukan apa yang akan dilaksanakan berupa langkah kerja a. Memakai alat dan bahan b. Mengetahui alasan mengapa menggunakan alat/bahan c. Mengetahui bagaimana menggunakan alat dan bahan a. Menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru b. Mengguanakan konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi a. Memerikan/menggambarkan data empiris hasil percobaan atau pengamatan dengan grafik atau tabel atau diagram b. Menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis c. Menjelaskan hasil percobaan atau penelitian d. Membaca grafik atau tabel diagram e. Mendiskusikan hasil kegiatan suatu masalah atau suatu peristiwa f. Mengubah betuk penyajian a. Melakukan percobaan Warianto (2011: 19) 20

12 Keterampilan proses sains penting untuk dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran sains. Beberapa alasan pentingnya keterampilan proses diungkapkan oleh Semiawan (1992: 14-15) yaitu: (1) IPTEK berkembang semakin cepat, tidak memungkinkan guru mengajarkan semua konsep dan fakta pada siswa. (2) Konsep yang rumit dan abstrak akan lebih dipahami siswa jika disertai dengan contoh konkret. (3) Penemuan dan perkembangan IPTEK yang bersifat relatif. (4) Pengembangan sikap dan nilai dalam diri peserta didik perlu dikembangkan dalam proses belajar-mengajar. B. Kajian Keilmuan 1. Ciri-Ciri Umum Jamur Ilmu yang mempelajari jamur (Fungi) adalah Mikologi. Fungi adalah kelompok organisme eukariotik (selnya mempunyai membran inti) dan merupakan salah satu Kingdom dalam klasifikasi makhluk hidup. Dahulu, fungi dimasukkan dalam Kingdom Plantae, namun sekarang berada dalam Kingdom tersendiri. Ciri-ciri organisme yang masuk dalam Kingdom Fungi yaitu: a. Uniseluler dan Multiseluler Jamur bersifat uniseluler artinya jamur tersusun oleh satu sel dan jamur bersifat multiseluler artinya jamur tersusun oleh banyak sel. 21

13 Indrawati Gandjar, dkk. (2006: 3) menyebutkan bahwa jamur tumbuh sebagai hifa atau sebagai sel khamir. 1) Hifa Hifa merupakan bagian penting tubuh jamur, karena memiliki fungsi menyerap nutrien dari lingkungan dan membentuk struktur untuk reproduksi. Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa. Hifa fungi membentuk massa saling menjalin, disebut miselium (Campbell et. al., 2008: 205). Menurut Indrawati Gandjar, dkk. (2006: 12) berdasarkan morfologi hifa, ada 2 jenis hifa yaitu bersekat (septa) dan tidak bersekat (asepta). Hifa yang bersekat dan memiliki satu inti disebut hifa monositik, sedangkan hifa yang tidak bersepta sehingga memiliki banyak inti disebut hifa senositik. Indrawati Gandjar, dkk. (2006: 11) menyatakan bahwa berdasarkan fungsinya, hifa fungi dibedakan atas dua tipe, yaitu: a) Hifa Vegetatif Hifa yang umumnya rebah pada permukaan substrat atau tumbuh ke dalam substrat dan berfungsi untuk mengabsorbsi nutrien yang diperlukan untuk kehidupan fungi. 22

14 b) Hifa Fertil Hifa yang umumnya tegak pada miselium yang ada di permukaan substrat dan berperan untuk reproduksi. Hifa fertil dapat berupa sporangiofor, konidiofor, atau karpus. 2) Khamir Khamir merupakan fungi uniseluler. Khamir dapat bersifat dimorfistik yang artinya memiliki dua fase dalam siklus hidupnya. Fase tersebut yaitu fase hifa (membentuk miselium) dan fase khamir (membentuk sel tunggal) (Indrawati Gandjar, dkk, 2006: 14). b. Heterotrof Campbell et. al. (2008: 205) menyebutkan bahwa fungi mendapatkan makanan dengan mengabsorpsi nutrien dari lingkungan di luar tubuhnya. Fungi memerlukan bahan organik dari luar untuk kebutuhan nutrisinya atau disebut dengan heterotrof. c. Tidak Berklorofil Jamur tidak berklorofil. Klorofil merupakan pigmen pemberi warna hijau pada tumbuhan, alga, dan bakteri fotosintetik. Muthalib menyatakan bahwa pigmen tersebut berperan dalam proses fotosintesis tumbuhan dengan menyerap dan mengubah energi cahaya 23

15 menjadi energi kimia (Nio Song Ai dan Yunia Banyo, 2011: 167). Oleh karena itu, jamur tidak melakukan fotosintesis. d. Dinding Sel Tersusun atas Kitin Dinding sel fungi diperkuat oleh kitin (Campbell et. al., 2008: 205). Kitin adalah polisakarida utama dalam dinding sel fungi dan merupakan suatu polimer dari N-asetilglukosamin (Indrawati Gandjar, dkk, 2006: 213). e. Penghasil Spora Fungi menghasilkan spora untuk reproduksi yang dapat dilakukan secara seksual maupun aseksual. Spora seksual terbentuk melalui peleburan antara hifa yang berbeda jenis [hifa (+) dan hifa (-)]. Spora aseksual dibentuk oleh hifa-hifa fertil. (Indrawati Gandjar, dkk, 2006: 47) f. Hidup Di Daerah Lembab/Mengandung zat Organik Fungi sering ditemukan di daerah yang lembab dan banyak terkandung zat organik. Tempat tumbuh fungi erat kaitannya dengan cara memperoleh nutrisi. Campbell et. al., (2008: 205) menjelaskan bahwa fungi memegang banyak peranan dalam komunitas ekologis. Fungi hidup sebagai dekomposer (saprofit), parasit, atau mutualis. Fungi dekomposer atau saprofit memecah dan menyerap nutrien dari 24

16 zat-zat organik yang mati seperti kayu yang lapuk atau batang kayu yang mati, contohnya jamur tiram (Pleurotus ostreatus). Fungi parasit mengabsopsi nutrien dari sel-sel inang yang masih hidup, contohnya Ganoderma sp. yang sampai saat ini masih menjadi hama utama pada perkebunan kelapa sawit. Fungi mutualis juga mengabsorpsi nutrien dari inang, namun fungi ini juga menguntungkan untuk inang tersebut. Contoh fungi mutualis yaitu mikoriza dan liken. Mikoriza adalah jamur yang bersimbioseis dengan akar tumbuh-tumbuhan. Liken adalah simbiosis mutualisme antara alga dan fungi. 2. Klasifikasi Jamur Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) klasifikasi adalah penyusunan bersistem dalam kelompok atau golongan menurut kaidah atau standar yang ditetapkan. Berdasarkan pengertian tersebut maka, klasifikasi fungi adalah pengelompokan fungi ke dalam kelompok tertentu dengan kaidah yang telah ditetapkan. Klasifikasi fungi menurut Alexopoulos (1996) dapat disajikan pada Gambar 1. 25

17 Gambar 1. Hubungan Filogenik Hewan dan Fungi (Alexopoulos et. al., 1996: 69) Gambar 1 menunjukkan bahwa hubungan kekerabatan fungi lebih dekat dengan hewan daripada dengan tumbuhan. Kingdom Animalia dan Kingdom Fungi terpisah karena fungi tidak memiliki kemampuan fagototrof. Zygomycota hifa tidak bersekat sehingga terpisah dengan Ascomycota dan Basidiomycota. Reproduksi seksual dengan pembentukan askospora memisahkan Ascomycota dengan Basidiomycota yang reproduksi seksualnya dengan pembentukan basidiospora. 26

18 Alexopoulos tidak memasukkan Deuteromycota ke dalam sistem klasifikasi Fungi. Hal ini dikarenakan pada Deuteromycota tidak diketahui reproduksi seksualnya. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 2. Gambar 2. Klasifikasi Fungi (Alexopoulos, 1996: 62) Berdasarkan sistem klasifikasi oleh Alexopoulos (1996), jamur dikelompokkan menurut struktur hifa dan cara reproduksi seksualnya. a. Divisi Zygomycota Zygomycota memiliki hifa yang tidak bersepta dan bersifat senositik. Reproduksi secara seksual dan aseksual. Siklus hidup Zygomycota disajikan dalam Gambar 3. 27

19 Gambar 3. Siklus Hidup Zygomycota (Campbell, et. al., 2008: 212) Reproduksi aseksual pada Zygomycota yaitu zigospora akan tumbuh sporangiofor yang pada ujungnya akan membentuk sporangium, yaitu suatu struktur pada reproduksi aseksual yang membentuk sporangiospora. Sporangiospora terbentuk di dalam kantung sporangium. Zigospora merupakan spora seksual dari Zygomycota. Menurut Indrawati Gandjar, dkk. (2006: 55), pembentukan zigospora dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) Apabila ada dua koloni yang kompatibel, menghasilkan miselium vegetatif yang pasangan (mating type) berbeda, maka hifa dari 28

20 kedua tipe ini dapat menghasilkan zigofor (hifa aerial khusus yang fertil). 2) Kedua zigofor yang berbeda ini akan saling mendekat sampai bersentuhan. 3) Dinding masing-masing zigofor akan melebur di titik sentuhan dan zigofor akan membengkak menjadi progametangium yang berinti banyak. 4) Setiap progametangium akan berkembang menjadi gametangium dengan membentuk suatu sekat atau dinding sel yang memisahkannya dari bagian zigofor yang terdekat, yang kemudian dinamakan suspensor. 5) Dinding yang menisahkan kedua gametangia kemudian lisis dan kedua gametangia melebur menjadi zigospora. b. Divisi Ascomycota Ciri-ciri Ascomycota antara lain memiliki hifa yang bersekat. Reproduksi Ascomycota secara seksual dan aseksual Campbell, et. al. (2008: 213). Siklus hidup Ascomycota, secara umum dapat dilihat pada Gambar 4. 29

21 Gambar 4. Siklus Hidup Ascomycota (Campbell, 2008: 214) Indrawati Gandjar, dkk. (2006: 56-59) menjelaskan reproduksi aseksual Ascomycota adalah dengan membentuk konidia. Konidia dibentuk oleh sel konidiogenos (sel aseksual tunggal) yang terbentuk langsung dari sel pada hifa. Letak konidia berada di ujung hifa. Reproduksi seksual menghasilkan karpus (tubuh buah) seksual. Tubuh buah merupakan suatu struktur atau organ dari miselium berbentuk menyolok yang menghasilkan spora seksual atau spora aseksual (Indrawati Gandjar, dkk., 2006: 223). Karpus seksual dihasilkan askus yang menghasilkan spora seksual yang disebut 30

22 askospora (Indrawati Gandjar, dkk., 2006: 48). Menurut Indrawati Gandjar, dkk. (2006: 53) pembentukan askospora adalah sebagai berikut: 1) Apabila dua hifa yang kompatibel bersentuhan, maka pada titik sentuh terjadi lisis sehingga nukleus dari hifa (+) dapat masuk ke dalam hifa (-), atau juga disebutkan bahwa nukleus dari hifa anteridium masuk ke dalam hifa oogonium. 2) Dalam hifa oogonium akan terdapat dua macam nukleus. 3) Sel oogonium kemudian membesar, memanjang, dan ujungnya membengkok. Pada fase ini sel tersebut dinamakan ascus mother cell. 4) Dalam ascus mother cell terjadi mitosis, yaitu nukleus yang (+) dan yang (-) masing-masing membelah diri. Kemudian nukleusnukleus (+) dan (-) yang ada di ujung terpisah dari pasangannya oleh suatu sekat. 5) Selanjutnya terjadi proses kariogami yang dilanjutkan dengan meiosis dan mitosis, sehingga di dalam sel yang kemudian memanjang dan disebut askus terdapat delapan nukleus, yaitu 4 dari nukleus yang (+) dan 4 dari nukleus yang (-). Dinding sel berkembang disekeliling nukleus membentuk askospora. Reproduksi pada khamir memiliki beberapa tipe reproduksi aseksual yaitu dengan pertunasan, pembelahan, atau dengan produksi 31

23 konidia. Reproduksi seksual terjadi antara sel-sel dari strain tunggal dan menghasilkan askus (Indrawati Gandjar, dkk., 2006: 65-67). c. Divisi Basidiomycota Basidiomycota banyak jenis-jenis yang karpusnya besar dan dapat dilihat dengan kasat mata. Indrawati Gandjar, dkk., (2006: 14) menjelaskan bahwa hifa pada Basidiomycota memiliki septa yang membagi hifa tersebut menjadi kompartemen-kompartemen. Basidiomycota memiliki tiga macam hifa, yaitu hifa primer, hifa sekunder, dan hifa tersier yang pada proses terbentuknya akan dijelaskan pada Gambar 5 Siklus Hidup Basidiospora. Berdasarkan Gambar 5 dapat diketahui bahwa reproduksi seksual Basidiomycota adalah dengan menghasilkan spora aseksual yang disebut basidiospora. Proses terbentuknya basidiospora dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Hifa (+) dan hifa (-) yang berinti tunggal (hifa primer) mengadakan perkawinan sehingga menghasilkan hifa berinti ganda (hifa dikariotik atau hifa sekunder). 2) Hifa-hifa dikariotik membentuk masa padat (miselium dikariotik). 3) Miselium dikariotik akan tumbuh tubuh buah (basidiokarp). 4) Kemudian di bagian bawah basidiokarp akan terbentuk basidium yang terletak pada sekat-sekat bagian bawah. 32

24 Gambar 5. Siklus Hidup Basidiospora (Campbell et. al., 2008: 216) 5) Pada basidium terjadi penggabungan inti haploid (n) menjadi inti diploid (2n). Inti haploid kemudian mengalami pembelahan secara meiosis menghasilkan 4 inti haploid (n) disebut hifa tersier. 6) Inti haploid (n), kemudian akan menjadi inti spora basidium (basidiospora) yang terbentuk pada ujung basidium (mempunyai 4 basidiospora). Reproduksi aseksual pada Basidiomycota adalah dengan membentuk spora aseksual yang disebut konidia. Konidia dibentuk 33

25 oleh sel konidiogenos (sel aseksual tunggal) yang terbentuk langsung dari sel pada hifa. Letak konidia berada di ujung hifa. (Indrawati Gandjar, dkk., 2006: 56-59) 3. Peran Jamur dalam Kehidupan Jamur memiliki peranan bagi kehidupan lingkungan disekitarnya baik menguntungkan maupun merugikan. Campbell et. al. (2008: ) menyatakan bahwa jamur berperan sebagai patogen dan juga memberikan keuntungan pada lingkungan. a. Jamur yang Merugikan Sekitar 30% dari spesies fungi (yang telah diketahui) hidup sebagai parasit atau patogen, terutama pada tanaman. Puccinia graminis adalah salah satu jamur dari divisi Basidiomycota yang menyebabkan stem rust (batang menghitam) pada gandum. Serangan fungi patogen dapat menyebabkan tanaman padi-padian mengalami kerusakan dan gagal panen antara 10% - 50% setiap tahun (Campbell et. al., 2008: 219). Beberapa jamur yang menyerang tanaman pangan juga bersifat toksik bagi manusia. Aspergillus merupakan salah satu jamur dari divisi Ascomycota yang mengontaminasi padi-padian dan kacang-kacangan yang tidak disimpan dengan baik. Rhizopus stolonifer merupakan salah satu jamur dari divisi Zygomycota yang 34

26 tumbuh baik pada media roti, sehingga dapat merusaknya (Campbell et. al., 2008: 219). b. Jamur yang Menguntungkan Jamur memiliki peranan penting bagi lingkungan yaitu, dapat bertindak sebagai dekomposer. Cendawan pada divisi Basidiomycota merupakan jamur yang banyak dimanfaatkan oleh manusia untuk dimakan. Manusia menggunakan khamir untuk mengembangkan roti dan memproduksi minuman beralkohol (Campbell et. al., 2008: 220). Jamur juga banyak dimanfaatkan dalam dunia medis. Penicillium merupakan salah satu jamur dari divisi Ascomycota yang dapat menghasilkan antibiotik. Para peneliti menggunakan khamir Saccharomyces untuk mempelajari genetika molekular eukariota, karena sel-selnya yang mudah dikultur dan dimanipulasi (Campbell et. al., 2008: 220). Berdasarkan penjabaran mengenai jamur yang merugikan dan menguntungkan maka, peneliti menyimpulkan bahwa jamur bersifat merugikan, karena menyebabkan penyakit atau kerusakan pada kehidupan makhluk hidup (manusia, hewan, tumbuhan) dan lingkungan. Jamur bersifat menguntungkan, karena memberikan manfaat dalam hal kesehatan dan pangan bagi kehidupan makhluk hidup (manusia, hewan, tumbuhan). Jamur juga memberikan manfaat untuk lingkungan, yaitu berperan sebagai dekomposer. 35

27 C. Kerangka Berpikir KOMPETENSI DASAR: KD 3.6 : Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri dan cara reproduksinya melalui pengamatan secara teliti dan sistematis. KD 4.6 : Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan lingkungan dalam bentuk laporan tertulis. Hasil Observasi di SMA N 1 Prambanan: 1. Kegiatan pengamatan jamur belum pernah dilakukan secara langsung atau hanya sebatas pengamatan gambar pada buku. 2. Pembelajaran Biologi masih berpusat pada guru. 3. Keterampilan proses sains siswa belum berkembang secara optiomal. 4. Belum ada media pembelajaran yang mendukung untuk mengembangkan keterampilan proses sains siswa. Siswa dituntut aktif melakukan pengamatan langsung (praktikum) terhadap objek jamur. Media pembelajaran yang mendukung kegiatan pengamatan langsung pada objek jamur serta untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Guided Discovery pada Materi Fungi Uji Kelayakan LKS Guided Discovery Oleh 2 Ahli Materi, kelayakan ditinjau dari konsep materi fungi dan petunjuk praktikum. Oleh 2 Ahli Media, kelayakan ditinjau dari aspek keterampilan proses sains, kesesuaian dengan KD, Bahasa, dan Penyajian Layak untuk digunakan dengan revisi Revisi Uji coba LKS pada siswa kelas X MIA 4 SMA N 1 Prambanan Penilaian guru berdasarkan aspek keterampilan proses sains, kesesuaian dengan KD, Bahasa, dan Penyajian Penilaian siswa berdasarkan aspek keterampilan proses sains, kesesuaian dengan KD, Bahasa, dan Penyajian Revisi Akhir Produk akhir LKS Guided Discovery pada Materi Fungi Gambar 6. Mekanisme Kerangka Berpikir 36

Fungi pada awal ditemukannya dikelompokkan sebagai tumbuhan. Dalam perkembangannya, fungi dipisahkan dari tumbuhan karena banyak hal yang berbeda.

Fungi pada awal ditemukannya dikelompokkan sebagai tumbuhan. Dalam perkembangannya, fungi dipisahkan dari tumbuhan karena banyak hal yang berbeda. IMA YUDHA PERWIRA Mikologi merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang jamur, banyak orang juga menyebut cendawan. Fungi adalah nama regnum/kingdom dari sekelompok besar makhluk hidup eukariotik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jamur (fungi) banyak kita temukan di lingkungan sekitar kita. Jamur tumbuh subur terutama di musim hujan karena jamur menyukai habitat yang lembab. Akan tetapi, jamur

Lebih terperinci

Bab. Kingdom Fungi. A. Ciri-Ciri Jamur B. Klasifikasi Jamur C. Peranan Jamur bagi Kehidupan

Bab. Kingdom Fungi. A. Ciri-Ciri Jamur B. Klasifikasi Jamur C. Peranan Jamur bagi Kehidupan Bab 4 Morchella esculenta merupakan jamur Ascomycota yang membentuk tubuh buah. Kingdom Fungi Hasil yang harus Anda capai: memahami prinsip-prinsip pengelompokan makhluk hidup. Sumber: www.moremushroomhunting.com

Lebih terperinci

JAMUR (fungi) Oleh : Firman Jaya,S.Pt.,MP 4/3/2016 1

JAMUR (fungi) Oleh : Firman Jaya,S.Pt.,MP 4/3/2016 1 JAMUR (fungi) Oleh : Firman Jaya,S.Pt.,MP 4/3/2016 1 Pendahuluan JAMUR FUNGI KAPANG MOLD KHAMIR YEAST JAMUR MUSHROOM 4/3/2016 2 Karakteristik Fungi: Apakah fungi termasuk tanaman? Fungi heterotrophs. -

Lebih terperinci

KELOMPOK G EUKARYOTA. Yudi Prasetiyo Dony Pratama Akhira Yanti Ningsih Ritonga Mey Laurentya Manalu Ramsiah Diliana Cahaya Mora Siregar

KELOMPOK G EUKARYOTA. Yudi Prasetiyo Dony Pratama Akhira Yanti Ningsih Ritonga Mey Laurentya Manalu Ramsiah Diliana Cahaya Mora Siregar KELOMPOK G EUKARYOTA Yudi Prasetiyo Dony Pratama Akhira Yanti Ningsih Ritonga Mey Laurentya Manalu Ramsiah Diliana Cahaya Mora Siregar 1. Pengertian Sel yang mempunyai struktur yang kompleks. Inti dan

Lebih terperinci

Fungi/Jamur/Mycota. Perkuliahan Kapita Selekta Biologi SMA 1

Fungi/Jamur/Mycota. Perkuliahan Kapita Selekta Biologi SMA 1 Fungi/Jamur/Mycota Perkuliahan Kapita Selekta Biologi SMA 1 Karakteristik Habitat luas (akuatik terestrial ) Punya sifat hewan & tumbuhan sifat hewan.? sifat tumbuhan.? Sifat hidup : - Parasit (?) obligat/fakultatif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembelajaran, menurut BSNP (2007: 6), merupakan proses interaksi antara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembelajaran, menurut BSNP (2007: 6), merupakan proses interaksi antara BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Kependidikan 1. Pembelajaran Biologi Pembelajaran, menurut BSNP (2007: 6), merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan guru dan sumber belajar dalam suatu lingkungan

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA DEWI FATMAWATI

LEMBAR KERJA SISWA DEWI FATMAWATI 2015 LEMBAR KERJA SISWA DEWI FATMAWATI 4401413046 Kompetensi Dasar: Mendeskripsikan ciri-ciri dan jenis-jenis jamur berdasarkan hasil pengamatan, percobaan, dan kajian literatur, serta peranannya bagi

Lebih terperinci

Gambar 1.2: reproduksi Seksual

Gambar 1.2: reproduksi Seksual Jamur Roti (Rhizopus nigricans) Jika roti lembab disimpan di tempat yang hangat dan gelap, beberapa hari kemudian akan tampak jamur tumbuh diatasnya. Spora yang berkecambah pada permukaan roti akan membentuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (R&D) bertujuan untuk menghasilkan sebuah produk berupa Lembar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (R&D) bertujuan untuk menghasilkan sebuah produk berupa Lembar BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian Research and Development (R&D) bertujuan untuk menghasilkan sebuah produk berupa Lembar Kegiatan Siswa (LKS) melalui

Lebih terperinci

By: Aini Maskuro, S.Pd

By: Aini Maskuro, S.Pd KINGDOM FUNGI CIRI- CIRI UMUM KLASIFIKASI By: Aini Maskuro, S.Pd PERANAN CIRI- CIRI UMUM Termasuk organisme eukariotik Organisme heterotrof saprofit parasit bersimbiosis alga gol. Chloropypyta (Lichen)

Lebih terperinci

JAMUR. YAYASAN WIDYA BHAKTI SMA SANTA ANGELA Jl. Merdeka 24, Bandung BAB. 6 :

JAMUR. YAYASAN WIDYA BHAKTI SMA SANTA ANGELA Jl. Merdeka 24, Bandung BAB. 6 : YAYASAN WIDYA BHAKTI SMA SANTA ANGELA Jl. Merdeka 24, Bandung 4214714 BAB. 6 : JAMUR Tujuan : Setelah mempelajari bab ini siswa diharapkan dapat : 1. membandingkan ciri-ciri jamur dengan organisme lain

Lebih terperinci

A. KARAKTERISTIK UMUM FUNGI

A. KARAKTERISTIK UMUM FUNGI BAB 8 FUNGI A. KARAKTERISTIK UMUM FUNGI Fungi adalah organisme eukariot yang mempunyai dinding sel dan pada umumnya tidak motil. Karakteristik ini menyerupai karakteristik tumbuhan. Namun demikian fungi

Lebih terperinci

CENDAWAN PATOGEN TUMBUHAN

CENDAWAN PATOGEN TUMBUHAN CENDAWAN PATOGEN TUMBUHAN APA ITU CENDAWAN? Organisme eukariotik, heterotropik, tidak memiliki klorofil, mengambil nutrisi dengan cara absorpsi, berspora, dan umumnya bereproduksi secara seksual dan aseksual.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon

TINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon TINJAUAN PUSTAKA Jabon (Anthocephalus cadamba) merupakan salah satu jenis tumbuhan lokal Indonesia yang berpotensi baik untuk dikembangkan dalam pembangunan hutan tanaman maupun untuk tujuan lainnya, seperti

Lebih terperinci

RANGKUMAN BIOLOGI JAMUR (FUNGI) Semester 2. kusnul latifah X MIA 8 (ICT) Ifahlatifah7192gmail.com

RANGKUMAN BIOLOGI JAMUR (FUNGI) Semester 2. kusnul latifah X MIA 8 (ICT) Ifahlatifah7192gmail.com RANGKUMAN BIOLOGI JAMUR (FUNGI) Semester 2 kusnul latifah X MIA 8 (ICT) Ifahlatifah7192gmail.com A. Jamur ( Fungi) a. Pengertian ( explanation) - Menurut kamus KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) jamur

Lebih terperinci

FUNGI (JAMUR) by Ms. Evy Anggraeny SMA Regina Pacis Jakarta

FUNGI (JAMUR) by Ms. Evy Anggraeny SMA Regina Pacis Jakarta FUNGI (JAMUR) by Ms. Evy Anggraeny SMA Regina Pacis Jakarta 1 2 Jumlah sel Jamur Uniseluler, misalnya Saccharomyces cereviceae Multiseluler, misalnya Lepiota sp 3 Bentuk Tubuh Buah Jamur Berbentuk payung

Lebih terperinci

FUNGI (JAMUR) by Ms. Evy Anggraeny SMA Regina Pacis Jakarta. november

FUNGI (JAMUR) by Ms. Evy Anggraeny SMA Regina Pacis Jakarta. november FUNGI (JAMUR) by Ms. Evy Anggraeny SMA Regina Pacis Jakarta november 2014 1 november 2014 2 Uniseluler, misalnya Saccharomyces cereviceae Multiseluler, misalnya Lepiota sp november 2014 3 Berbentuk payung

Lebih terperinci

Mengamati Struktur Tubuh Jamur Tempe dan Jamur Oncom

Mengamati Struktur Tubuh Jamur Tempe dan Jamur Oncom Mengamati Struktur Tubuh Jamur Tempe dan Jamur Oncom I. Tujuan : Untuk mengetahui struktur tubuh jamur dan perbedaannya. II. Dasar Teori : Jamur adalah tumbuhan yang berinti, berspora, dan tidak berklorofil,

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi pokok Alokasi Waktu : SMA N 1 KEDUNGWUNI : BIOLOGI : X IPA/ 1(satu) : FUNGI/ JAMUR : 6 X 45 menit Standar kompetensi

Lebih terperinci

PRAKTIKUM PENGAMATAN JAMUR TEMPE( Rhizopus orizae ) DENGAN MENGGUNAKAN MIKROSKOP

PRAKTIKUM PENGAMATAN JAMUR TEMPE( Rhizopus orizae ) DENGAN MENGGUNAKAN MIKROSKOP PRAKTIKUM JAMUR TEMPE( Rhizopus orizae ) Posted by Jordyanalcaff 07.14, under biologi No comments PRAKTIKUM PENGAMATAN JAMUR TEMPE( Rhizopus orizae ) DENGAN MENGGUNAKAN MIKROSKOP Tujuan Kegiatan Untuk

Lebih terperinci

Latihan uji kompetensi bab Jamur: Bagian I

Latihan uji kompetensi bab Jamur: Bagian I 1. Rhizopus adalah jamur yang dimanfaatkan manusia untuk pembuatan tempe. Pembiakan secara generatif dari jamur tersebut terjadi dengan pembentukan. a. Rhizospora b. Sporangiospora c. Zygospora d. Askospora

Lebih terperinci

Kuliah Kapang. Nur Hidayat Materi Kuliah Minggu 3 Bioindustri Kapang

Kuliah Kapang. Nur Hidayat Materi Kuliah Minggu 3 Bioindustri   Kapang Kuliah Kapang Nur Hidayat Materi Kuliah Minggu 3 Bioindustri http://ptp2007.wordpress.com http://bioindustri.blogspot.com Kapang Tujuan Mampu menjabarkan berbagai tipe kapang yang penting dalam industri

Lebih terperinci

SUATU MODEL PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN SLIDE CULTURE UNTUK PENGAMATAN STRUKTUR MIKROSKOPIS KAPANG PADA MATAKULIAH MYCOLOGI

SUATU MODEL PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN SLIDE CULTURE UNTUK PENGAMATAN STRUKTUR MIKROSKOPIS KAPANG PADA MATAKULIAH MYCOLOGI SUATU MODEL PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN SLIDE CULTURE UNTUK PENGAMATAN STRUKTUR MIKROSKOPIS KAPANG PADA MATAKULIAH MYCOLOGI SUNDARI 1 1 Dosen Pada Program Studi Pendidikan Biologi Email: sundari_sagi@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Bioindustri Minggu 5 Oleh : Sri Kumalaningsih

Bioindustri Minggu 5 Oleh : Sri Kumalaningsih Bioindustri Minggu 5 Oleh : Sri Kumalaningsih Pendahuluan Tubuh berupa benang tunggal bercabang-cabang (disebut miselium/a) Tidak berkhlorofil Hidupnya harus heterotrof (menguatkan pendapat bahwa jamur

Lebih terperinci

INTRUMEN PEMBELAJARAN

INTRUMEN PEMBELAJARAN 268 Lampiran 10 INTRUMEN PEMBELAJARAN PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS INKUIRI TERBIMBING (GUIDED INQUIRY) PADA MATERI JAMUR UNTUK MEMBERDAYAKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS Oleh PRIHATIN NIM : S831308035 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Taman Nasional Berbak merupakan kawasan konservasi hutan rawa terluas di Asia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Taman Nasional Berbak merupakan kawasan konservasi hutan rawa terluas di Asia 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Taman Nasional Berbak merupakan kawasan konservasi hutan rawa terluas di Asia Tenggara yang belum terjamah oleh eksploitasi manusia. Keunikan TNB

Lebih terperinci

Ciri-Ciri. 1. Molds (fungi filamentus) 2. Yeast (fungi uniselular) 3. Mushrooms (fungi makroskopik)

Ciri-Ciri. 1. Molds (fungi filamentus) 2. Yeast (fungi uniselular) 3. Mushrooms (fungi makroskopik) JAMUR Makhrus Aly Ciri-Ciri Eukariotik Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh

Lebih terperinci

Pendahuluan. UNSYIAH Universitas Syiah Kuala 9/28/2016. Pohon Kehidupan. Tiga Domain Kehidupan

Pendahuluan. UNSYIAH Universitas Syiah Kuala 9/28/2016. Pohon Kehidupan. Tiga Domain Kehidupan Pengantar Biologi MPA-107, 3 (2-1) Kuliah 13 BIOSISTEMATIKA & EVOLUSI: MIKROORGANISME Tim Pengantar Biologi Jurusan Biologi FMIPA Unsyiah Pendahuluan Mikroorganisme, atau mikroba, adalah makhluk hidup

Lebih terperinci

GUNAKAN ALAS KAKIMU ATAU..

GUNAKAN ALAS KAKIMU ATAU.. Ciri-Ciri Umum Jamur GUNAKAN ALAS KAKIMU ATAU.. Abstrak Misetoma merupakan suatu lesi lokal yang membengkak disertai granula yang merupakan koloni-koloni padat dari jamur penyebab dan juga keluarnya cairan

Lebih terperinci

Mengenal Jamur (Fungi)

Mengenal Jamur (Fungi) Bab6 Mengenal Jamur (Fungi) Pernahkah kalian mengantar ibumu pergi ke pasar? Cobalah lihat, jika ada sayuran berbentuk payung, lembaran-lembaran, atau seperti bola. Itulah jamur. Jamur adalah sayuran lezat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tubuhnya terdiri dari benang-benang yang disebut hifa yang dapat membentuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tubuhnya terdiri dari benang-benang yang disebut hifa yang dapat membentuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jamur Fungi merupakan tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof, tipe sel eukarotik. Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler. Tubuhnya terdiri dari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan-keterampilan. Merujuk. pemikiran Gagne (Suprijono, 2011 : 5-7), hasil belajar berupa:

BAB II KAJIAN TEORITIS. sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan-keterampilan. Merujuk. pemikiran Gagne (Suprijono, 2011 : 5-7), hasil belajar berupa: BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teori 1. Hasil belajar Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan-keterampilan. Merujuk pemikiran

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Biology for Senior High School 1

KATA PENGANTAR. Biology for Senior High School 1 KATA PENGANTAR Biology for Senior High School 1 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia dan limpahan rahmat, hidayah serta inayah NYA, sehingga saya dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

EVOLUSI FUNGI DAN HEWAN

EVOLUSI FUNGI DAN HEWAN EVOLUSI FUNGI DAN HEWAN Pendahuluan Setelah Anda memahami materi pada modul 3 tentang evolusi prokariota, protista, dan tumbuhan, pada modul 4 ini, selanjutnya Anda dapat mempelajari evolusi fungi dan

Lebih terperinci

Nama : Novita Purnamasari Hendarmin NIM : Hari, Tanggal : Kamis,10 Desember 2015

Nama : Novita Purnamasari Hendarmin NIM : Hari, Tanggal : Kamis,10 Desember 2015 Nama : Novita Purnamasari Hendarmin NIM : 1503646 Hari, Tanggal : Kamis,10 Desember 2015 1. Jelaskan perbedaan antara bakteri, fungi, algae dan virus! Ciri-ciri -Memiliki sifat antara benda mati dan benda

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Istilah jamur atau fungi berasal dari bahasa Yunani, yaitu fungus/hifa

TINJAUAN PUSTAKA. Istilah jamur atau fungi berasal dari bahasa Yunani, yaitu fungus/hifa TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Jamur Istilah jamur atau fungi berasal dari bahasa Yunani, yaitu fungus/hifa (mushroom) yang berarti tumbuh dengan subur. Istilah ini selanjutnya ditujukan kepada jamur yang

Lebih terperinci

MORFOLOGI DAN STRUKTUR MIKROORGANISME. Dyah Ayu Widyastuti

MORFOLOGI DAN STRUKTUR MIKROORGANISME. Dyah Ayu Widyastuti MORFOLOGI DAN STRUKTUR MIKROORGANISME Dyah Ayu Widyastuti Mikrobiologi Micros: kecil/renik Bios: hidup Mikrobiologi kajian tentang mikroorganisme meliputi aspek: morfologi, fisiologi, reproduksi, ekologi,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. klasikal tuntas (persentase kelulusan siswa secara klasikal s95%)

BAB V PENUTUP. klasikal tuntas (persentase kelulusan siswa secara klasikal s95%) A. Kesimpulan BAB V PENUTUP Penerapan model pembelajaran kooperatif melalui pendekatan Numbered Heads Together efektif terhadap hasil belajar siswa kelas X pada materi pokok Jamur di SMA Kristen 1 Kupang

Lebih terperinci

KOMPETENSI INTI, KOMPETENSI DASAR, DAN INDIKATOR. KI 1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang

KOMPETENSI INTI, KOMPETENSI DASAR, DAN INDIKATOR. KI 1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang BAB 7 FUNGI KOMPETENSI INTI, KOMPETENSI DASAR, DAN INDIKATOR A. Kompetensi Inti KI 1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI 2 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli

Lebih terperinci

REPRODUKSI JAMUR. Disampaikan dalam Pembimbingan OSN SMA 9 YOGYAKARTA. Reproduksi Jamur. Disusun oleh Anna Rakhmawati

REPRODUKSI JAMUR. Disampaikan dalam Pembimbingan OSN SMA 9 YOGYAKARTA. Reproduksi Jamur. Disusun oleh Anna Rakhmawati EGIATAN BELAJAR 1 REPRODUSI JAMUR Disusun oleh Anna Rakhmawati Email: anna_rakhmawati@uny.ac.id Disampaikan dalam Pembimbingan OSN SMA 9 YOGYAARTA 18 Desember 2013 Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian besar hutan Indonesia termasuk dalam kategori hutan hujan tropis karena memiliki curah hujan tinggi dan suhu hangat sepanjang tahun. Hutan hujan tropis merupakan

Lebih terperinci

MODUL MATA PELAJARAN IPA

MODUL MATA PELAJARAN IPA KERJASAMA DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA DENGAN FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA MODUL MATA PELAJARAN IPA Klasifikasi Makhluk Hidup dan Ciri-ciri Makhluk Hidup untuk kegiatan PELATIHAN PENINGKATAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI I. Morfologi Jamur Benang

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI I. Morfologi Jamur Benang LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI I Morfologi Jamur Benang Oleh Nama : PUTRI IGA UNTARI NIM : 08101004050 Kelompok : X (Sepuluh) Asisten : Fenky Marsandi LABORATORIUM MIKROBIOLOGI JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

MAKALAH JAMUR OLEH : NAMA : RIFALDY TRI SETYA KELAS : X MIPA 1 N I S :

MAKALAH JAMUR OLEH : NAMA : RIFALDY TRI SETYA KELAS : X MIPA 1 N I S : MAKALAH JAMUR OLEH : NAMA : RIFALDY TRI SETYA KELAS : X MIPA 1 N I S : 8 4 9 5 SMA NEGERI 4 WATAMPONE TAHUN PELAJARAN 2016 KATA PENGANTAR Assalamualaikum wr.wb Puji dan syukur senantiasa penulis ucapkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum, jamur dapat didefinisikan sebagai organisme eukariotik yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum, jamur dapat didefinisikan sebagai organisme eukariotik yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. JAMUR 1. Struktur Jamur Secara umum, jamur dapat didefinisikan sebagai organisme eukariotik yang mempunyai inti dan organel. Jamur tersusun dari hifa yang merupakan benangbenang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa untuk menemukan pengetahuan memerlukan suatu keterampilan. mengamati, melakukan eksperimen, menafsirkan data

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa untuk menemukan pengetahuan memerlukan suatu keterampilan. mengamati, melakukan eksperimen, menafsirkan data 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keterampilan Proses Sains Keterampilan proses sains (KPS) adalah pendekatan yang mengarahkan bahwa untuk menemukan pengetahuan memerlukan suatu keterampilan mengamati, melakukan

Lebih terperinci

MIKROBIOLOGI BAKTERI

MIKROBIOLOGI BAKTERI 1 MIKROBIOLOGI BAKTERI (Nurwahyuni Isnaini) Tugas I Disusun untuk memenuhi tugas brosing artikel webpage Oleh RIZKA RAMADHANTY NIM:G0C015080 PRORAM DIPLOMA DIII ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

Kapang. Kuliah Kapang. Tujuan. Tiap orang mengenal kapang

Kapang. Kuliah Kapang. Tujuan. Tiap orang mengenal kapang Kuliah Kapang Tujuan Kapang Mampu menjabarkan berbagai tipe kapang Mampu memberikan setidaknya satu contoh dari tiap-tiap kelompok utama kapang yang penting bagi lingkungan Tiap orang mengenal kapang Tanaman

Lebih terperinci

Nimas Mayang Sabrina S, STP, MP, MSc Lab. Bioindustri, Jur Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya

Nimas Mayang Sabrina S, STP, MP, MSc Lab. Bioindustri, Jur Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT BIOINDUSTRI KAPANG (JAMUR) Nimas Mayang Sabrina S, STP, MP, MSc Lab. Bioindustri, Jur Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya Email : nimas.sunyoto@ub.ac.id

Lebih terperinci

A. Reproduksi Vegetatif : yaitu reproduksi dengan cara Pertunasan, Pembelahan, Pembelahan tunas dan Sporulasi aseksual B. Reproduksi Seksual : yaitu

A. Reproduksi Vegetatif : yaitu reproduksi dengan cara Pertunasan, Pembelahan, Pembelahan tunas dan Sporulasi aseksual B. Reproduksi Seksual : yaitu A. Reproduksi Vegetatif : yaitu reproduksi dengan cara Pertunasan, Pembelahan, Pembelahan tunas dan Sporulasi aseksual B. Reproduksi Seksual : yaitu reproduksi dengan Spora seksual. A. Reproduksi Vegetatif

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yaitu suatu metode. bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa.

II. LANDASAN TEORI. Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yaitu suatu metode. bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. II. LANDASAN TEORI 1. Inkuiri Terbimbing Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yaitu suatu metode pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup

Lebih terperinci

MAILA WALUYANTI K

MAILA WALUYANTI K IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN BIOLOGI (STUDI KEANEKARAGAMAN JAMUR BASIDIOMYCOTA) SEBAGAI SUMBER BELAJAR MATERI FUNGI SMA KELAS X SEMESTER GANJIL KURIKULUM KTSP Skripsi Oleh: MAILA WALUYANTI K4303004 FAKULTAS

Lebih terperinci

JAMUR (fungi) Oleh : Firman Jaya,S.Pt.,MP 4/3/2016 1

JAMUR (fungi) Oleh : Firman Jaya,S.Pt.,MP 4/3/2016 1 JAMUR (fungi) Oleh : Firman Jaya,S.Pt.,MP 4/3/2016 1 JAMUR FUNGI KAPANG MOLD KHAMIR YEAST JAMUR MUSHROOM 4/3/2016 2 OUTLINE PENDAHULUAN CIRI-CIRI KHAMIR Struktur/ morfologi Pengelompokkan Cara Reproduksi

Lebih terperinci

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Proses pembelajaran merupakan salah satu tahap yang sangat menentukan terhadap keberhasilan belajar siswa. Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Secara taksonomi, Fusarium digolongkan ke dalam:

TINJAUAN PUSTAKA. Secara taksonomi, Fusarium digolongkan ke dalam: 17 TINJAUAN PUSTAKA Penyakit Layu (Fusarium solani) Biologi Secara taksonomi, Fusarium digolongkan ke dalam: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Fungi : Ascomycota : Ascomycetes : Hypocreales

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada materi pokok Jamur

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada materi pokok Jamur 38 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada materi pokok Jamur menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Learning),

Lebih terperinci

1. Sebutkan 5 konsep fungi yang harus Anda ketahui! 2. Hubungan hifa dan miselium Hifa Miselium Senositik asenositik Senositik asenositik 3. Cara Reproduksi jamur 4. Klasifikasi Jamur 5. Tuliskan 3 macam

Lebih terperinci

Penggolongan Organisme dan Taksonomi Mikrobia. 5Maret 2015

Penggolongan Organisme dan Taksonomi Mikrobia. 5Maret 2015 Penggolongan Organisme dan Taksonomi Mikrobia 5Maret 2015 Taksonomi Carolus Linnaeus (1707-1778) Botaniawan, Sweden Pioneer dibidang taksonomi organisme 1766-1763 mengajukan konsep sistem pemberian nama

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996) taksonomi penyakit busuk pangkal batang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996) taksonomi penyakit busuk pangkal batang TINJAUAN PUSTAKA Biologi Jamur Busuk Pangkal Batang Menurut Agrios (1996) taksonomi penyakit busuk pangkal batang (Ganoderma spp.) adalah sebagai berikut: Kingdom Phylum Class Subclass Order Family Genus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun yang diserang rusak dan kering sehingga aktivitas fotosintesa terganggu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun yang diserang rusak dan kering sehingga aktivitas fotosintesa terganggu. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Bercak Daun Kelapa (BDK) Penyakit BDK adalah penyakit yang dapat menurunkan produktifitas karena daun-daun yang diserang rusak dan kering sehingga aktivitas fotosintesa

Lebih terperinci

JAMUR / FUNGI (Tugas Makalah)

JAMUR / FUNGI (Tugas Makalah) JAMUR / FUNGI (Tugas Makalah) Dosen Pembimbing Mata kuliah : Panca Nugrahini, S.T., M.T. : Mikrobiologi Industri Disusun : Angga Kusuma J (14150401004) Dika Kameswara (14150401014) M Wafi Eriza (14150401028)

Lebih terperinci

Bagi mahasiswa. SKS / minggu

Bagi mahasiswa. SKS / minggu SKS / minggu : Bagi mahasiswa 50 (lima puluh) menit untuk acara tatap muka terjadual dengan Dosen (Tenaga Pendidik), dapat berupa perkuliahan, diskusi kelas, presentasi tugas, dan sejenisnya; 60 (enam

Lebih terperinci

ISOLASI JAMUR TERBAWA BENIH (Laporan Praktikum Mikrobiologi Pertanian) Oleh Tety Maryenti

ISOLASI JAMUR TERBAWA BENIH (Laporan Praktikum Mikrobiologi Pertanian) Oleh Tety Maryenti ISOLASI JAMUR TERBAWA BENIH (Laporan Praktikum Mikrobiologi Pertanian) Oleh Tety Maryenti 1014121179 A. Latar Belakang PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2011 I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Praktikum Pratikum berasal dari kata praktik yang artinya pelaksanaan secara nyata apa yang disebut dalam teori. Sedangkan pratikum adalah bagian dari pengajaran yang bertujuan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh : NOOR SRI ASIH

SKRIPSI. Disusun Oleh : NOOR SRI ASIH PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA PADA MATERI POKOK JAMUR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STAD UNTUK SISWA KELAS X C MAN TEMPEL TAHUN AJARAN 2008/2009 SKRIPSI Diajukan kepada

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN BIOLOGI PADA SIKLUS PERTUMBUHAN JAMUR SEBAGAI SUMBER BELAJAR MATERI FUNGI SMA KELAS X SEMESTER GANJIL KURIKULUM KTSP

IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN BIOLOGI PADA SIKLUS PERTUMBUHAN JAMUR SEBAGAI SUMBER BELAJAR MATERI FUNGI SMA KELAS X SEMESTER GANJIL KURIKULUM KTSP IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN BIOLOGI PADA SIKLUS PERTUMBUHAN JAMUR SEBAGAI SUMBER BELAJAR MATERI FUNGI SMA KELAS X SEMESTER GANJIL KURIKULUM KTSP Skripsi Oleh: NURMIYATI K4303006 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam proses pembelajaran siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan pada kemampuan siswa

Lebih terperinci

KEGIATAN PRAKTIKUM 3 JAMUR ROTI Rhizopus stolonifer

KEGIATAN PRAKTIKUM 3 JAMUR ROTI Rhizopus stolonifer KEGIATAN PRAKTIKUM 3 JAMUR ROTI Rhizopus stolonifer A. Judul Mengidentifikasi Jamur Roti B. Tujuan Melalui kegiatan pengamatan terhadap jamur roti mahasiswa dapat mendeskripsikan struktur, klasifikasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kosong dari sebagian besar pendidikan, terutama pada akhir abad ke-19

II. TINJAUAN PUSTAKA. kosong dari sebagian besar pendidikan, terutama pada akhir abad ke-19 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Discovery Metode penemuan atau discovery telah berkembang dari berbagai gerakan pendidikan dan pemikiran yang mutakhir, salah satunya dari gerakan pendidikan progresif

Lebih terperinci

BAB. II KAJIAN PUSTAKA

BAB. II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB. II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktivitas Belajar Pengertian aktivitas adalah semua kegiatan seseorang dalam mengikuti suatu kegiatan baik secara kelompok maupun perorangan atau individu. Menurut

Lebih terperinci

Laboratorium Budidaya Tanaman Anggrek DD Orchids Nursery Kota. mahasiswa dan dosen, termasuk bidang kultur jaringan tanaman.

Laboratorium Budidaya Tanaman Anggrek DD Orchids Nursery Kota. mahasiswa dan dosen, termasuk bidang kultur jaringan tanaman. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mikroorganisme terdapat di berbagai tempat seperti tanah, debu, air, udara, kulit dan selaput lendir. Mikroorganisme dapat berupa bakteri, fungi, protozoa dan lain-lain.

Lebih terperinci

BAB II KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN MOTIVASI BELAJAR DALAM KEGIATAN FIELD TRIP PADA KONSEP EKOSISTEM

BAB II KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN MOTIVASI BELAJAR DALAM KEGIATAN FIELD TRIP PADA KONSEP EKOSISTEM 7 BAB II KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN MOTIVASI BELAJAR DALAM KEGIATAN FIELD TRIP PADA KONSEP EKOSISTEM A. Keterampilan Proses Sains 1. Pengertian Keterampilan Proses Sains Keterampilan proses sains melibatkan

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. a. Diaspora Spora yang berfungsi sebagai agen penyebaran seperti pada fungi, lumut dan paku-pakuan.

BAB 1. PENDAHULUAN. a. Diaspora Spora yang berfungsi sebagai agen penyebaran seperti pada fungi, lumut dan paku-pakuan. BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum Spora Definisi umum spora adalah unit reproduksi baik seksual maupun aseksual pada bakteri, algae, fungi, dan sebagian tumbuhan seperti lumut dan tumbuhan paku. Menurut

Lebih terperinci

Khamir. Karakteristik Khamir

Khamir. Karakteristik Khamir Khamir Termasuk kapang, namun berbentuk sel tunggal/uniseluler. Dari kelompok Ascomycetes dan Basidiomycetes Tersebar luas di alam. Ada yang bermanfaat adapula yg merugikan bagi manusia. Manfaat: untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing. arah (ceramah reflektif) dan sistem dua arah (penemuan terbimbing).

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing. arah (ceramah reflektif) dan sistem dua arah (penemuan terbimbing). II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing Menurut Hamalik (2002:187) dilihat dari besarnya kelas, pendekatan penemuan terbimbing dapat dilaksanakan dengan dua sistem komunikasi yaitu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum, melalui pendekatan inkuiri pada subkonsep faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis dilakukan dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran- lembaran yang berisi tugas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran- lembaran yang berisi tugas II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar Kerja Siswa 1. Pengertian Lembar Kerja Siswa Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran- lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan peserta didik. LKS biasanya berupa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. inovatif. Menyadari bagaimana cara memikirkan pemecahan permasalahan

I. PENDAHULUAN. inovatif. Menyadari bagaimana cara memikirkan pemecahan permasalahan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tantangan global menuntut dunia pendidikan untuk selalu berkembang dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Pemerintah di beberapa negara mengajukan salah satu cara untuk

Lebih terperinci

MORFOLOGI KAPANG DAN KHAMIR

MORFOLOGI KAPANG DAN KHAMIR MORFOLOGI KAPANG DAN KHAMIR I. TUJUAN 1. Mengamati morfologi dan struktur sel kapang dan khamir secara makroskopik maupun mikroskopik. 2. Membedakan kapang tingkat tinggi dan rendah. 3. Mengetahui teknik

Lebih terperinci

Mikroorganisme dalam Industri Fermentasi

Mikroorganisme dalam Industri Fermentasi Mikroorganisme dalam Industri Fermentasi Mas ud Effendi Agroindustri Produk Fermentasi TIP FTP - UB Mikrobia yang sering digunakan dalam fermentasi Bakteri (bacteria) Khamir (yeast) Jamur (fungi) 1 Bakteri

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman kakao menurut Cronquist (1981) adalah sebagai berikut Kerajaan : Plantae

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman kakao menurut Cronquist (1981) adalah sebagai berikut Kerajaan : Plantae 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 1. Deskripsi Tanaman Kakao Klasifikasi tanaman kakao menurut Cronquist (1981) adalah sebagai berikut Kerajaan : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Bangsa : Malvales

Lebih terperinci

PENICILLIUM CHRYSOGENUM

PENICILLIUM CHRYSOGENUM PENICILLIUM CHRYSOGENUM Oleh : Andriani Diah I. B1J012011 Istiqomah B1J012019 Yenita Riani B1J012102 TUGAS TERSTRUKTUR MIKOLOGI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS

Lebih terperinci

KINGDOM PROTISTA. Dyah Ayu Widyastuti

KINGDOM PROTISTA. Dyah Ayu Widyastuti KINGDOM PROTISTA Dyah Ayu Widyastuti Tree of Life Three-domain tree of life based on small subunit rrna sequences (modified from N. R Pace, ASM News 62: 464, 1996) Protista Salah satu Kingdom dalam klasifikasi

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMP Kelas / Semester : VII (tujuh)/semester II Mata Pelajaran : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) Standar Kompetensi : 7. Memahami saling ketergantungan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi saat ini membawa berbagai perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi saat ini membawa berbagai perubahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya perkembangan teknologi saat ini membawa berbagai perubahan dalam segala bidang. Peranan teknologi semakin dirasakan di berbagai sektor terutama dalam sektor

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Cendawan Rhizosfer Hasil eksplorasi cendawan yang dilakukan pada tanah rhizosfer yang berasal dari areal tanaman karet di PT Perkebunan Nusantara VIII, Jalupang, Subang,

Lebih terperinci

Gambar 8.9 Macam-macam spora aseksual pada Fungi (sumber: Pelczar,1986)

Gambar 8.9 Macam-macam spora aseksual pada Fungi (sumber: Pelczar,1986) Gambar 8.9 Macam-macam spora aseksual pada Fungi (sumber: Pelczar,1986) Spora aseksual yang paling banyak ditemukan pada fungi adalah konidiospora atau disebut konidia/konidium saja. Konidium dibentuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Fungi mikoriza arbuskular (FMA) merupakan fungi obligat, dimana untuk

TINJAUAN PUSTAKA. Fungi mikoriza arbuskular (FMA) merupakan fungi obligat, dimana untuk II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fungi Mikoriza Arbuskular Fungi mikoriza arbuskular (FMA) merupakan fungi obligat, dimana untuk kelangsungan hidupnya fungi berasosiasi dengan akar tanaman. Spora berkecambah dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, proses, dan produk. Sains (fisika) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang kini mulai ditanam di beberapa daerah dataran tinggi di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. yang kini mulai ditanam di beberapa daerah dataran tinggi di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanaman stroberi (Fragaria holland Newton) merupakan tanaman buah yang kini mulai ditanam di beberapa daerah dataran tinggi di Indonesia. Tanaman stroberi dapat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kitin dan Bakteri Kitinolitik Kitin adalah polimer kedua terbanyak di alam setelah selulosa. Kitin merupakan komponen penyusun tubuh serangga, udang, kepiting, cumi-cumi, dan

Lebih terperinci

KISI KISI PENULISAN SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2009/2010

KISI KISI PENULISAN SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2009/2010 KISI KISI PENULISAN SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2009/2010 Mata Pelajaran : Biologi Alokasi Waktu : 120 Menit Kelas/Program : X Bentuk : PG dan Essay Semester : 1 Jumlah : 30 PG dan

Lebih terperinci

15. Metode Discovery

15. Metode Discovery 15. Metode Discovery Salah satu metode mengajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah yang sudah maju adalah metode discovery, hal itu disebabkan karena metode discovery ini: (a) Merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi penyakit busuk pangkal batang (Ganodermaspp.) Spesies : Ganoderma spp. (Alexopolus and Mims, 1996).

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi penyakit busuk pangkal batang (Ganodermaspp.) Spesies : Ganoderma spp. (Alexopolus and Mims, 1996). 5 TINJAUAN PUSTAKA Biologi penyakit busuk pangkal batang (Ganodermaspp.) Kingdom Divisio Class Ordo Famili Genus : Myceteae : Eumycophyta : Basidiomycetes : Aphyllophorales : Ganodermataceae : Ganoderma

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Jumlah Jamur yang Terdapat pada Dendeng Daging Sapi Giling dengan Perlakuan dan Tanpa Perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Jumlah Jamur yang Terdapat pada Dendeng Daging Sapi Giling dengan Perlakuan dan Tanpa Perlakuan IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jumlah Jamur yang Terdapat pada Dendeng Daging Sapi Giling dengan Perlakuan dan Tanpa Perlakuan Jumlah jamur yang terdapat pada dendeng daging sapi giling dengan perlakuan dan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FUNGI MIKROSKOPIS

LAPORAN PRAKTIKUM FUNGI MIKROSKOPIS LAPORAN PRAKTIKUM FUNGI MIKROSKOPIS Diajukan untuk Memenuhi Tugas Praktikum Mata Kuliah: Botani Criptogame Dosen Pengampu: Ipin Aripin, M.Pd Disusun Oleh: Wahyu lutfi imam abdulloh 16.24.1.0008 PROGRAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat penting dalam rangka meningkatkan serta

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat penting dalam rangka meningkatkan serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dan tidak bisa terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan merupakan suatu hal yang memiliki

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MEDAN AREA

UNIVERSITAS MEDAN AREA teknologi yang diperkenalkan kepada masyarakat melalui publikasi jurnal dan bahan ajar. BAB II. STUDI PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Jamur Tiram Jamur tiram adalah jamur dengan bentuk tudung yang menyerupai

Lebih terperinci