TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
|
|
- Siska Oesman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Family Firms Keterlibatan keluarga dalam bisnis perusahaan merupakan perbedaan utama antara perusahaan keluarga dan perusahaan non keluarga. Ensley dan Pearson (2005) menyimpulkan bahwa keterlibatan anggota keluarga dalam tim manajemen perusahaan dapat meningkatkan kepercayaan dan kemampuan, rasa memiliki dalam tim, serta arah strategik perusahaan dan mengurangi konflik yang terjadi. Villalonga dan Amit (2009) mendefinisikan perusahaan keluarga (Family Firms) sebagai suatu bentuk perusahaan dengan kepemilikan dan manajemen yang dikelola dan dikontrol oleh pendiri atau anggota keluarganya baik yang tergolong keluarga inti maupun perluasannya (baik yang memiliki hubungan darah atau ikatan perkawinan). Jorissen, et al. (2002) dalam penelitiannya mengklasifikasikan perusahaan merupakan perusahaan keluarga ketika keluarga memiliki mayoritas saham. Keluarga merupakan suatu kelas khusus dari large shareholding yang memiliki struktur insentif yang unik, kekuasaan yang kuat dalam perusahaan dan 9
2 motif yang kuat untuk menetapkan keputusan keuangan penting (Anderson, et al., 2003). Theories of The Firms menyatakan dua karakteristik utama yang membedakan perusahaan keluarga dan perusahaan non keluarga dalam membuat keputusan. Pertama, perusahaan yang dikendalikan oleh keluarga memiliki keinginan kuat untuk mempertahankan kontrol yang memungkinkan keluarga menikmati manfaat pribadi. Kedua, terkait dengan kesejahteraan investor dan risiko sumber daya manusia, dalam hal ini perusahaan keluarga cenderung lebih risk averse dibandingkan perusahaan non keluarga. Dengan demikian, perusahaan yang dikendalikan keluarga dapat memaksimalkan nilai perusahaan dan kepentingan pribadi. Perbedaan struktur kepemilikan dapat menyebabkan kinerja perusahaan keluarga berpotensi menimbulkan keuntungan dan kerugian (Anderson dan Reeb, 2003a). Struktur kepemilikan merupakan faktor paling penting untuk menentukan sifat dari agency problem. Dua aspek kunci dari struktur kepemilikan perusahaan adalah konsentrasi dan komposisi (Capulong et al., 2000). Tingkat konsentrasi kepemilikan dalam suatu perusahaan menentukan distribusi kekuasaan antara manajer dan pemegang saham. Ketika kepemilikan menyebar, kontrol 10
3 pemegang saham cenderung lemah sehingga mereka memiliki insentif yang rendah untuk memantau manajer karena masalah free rider (pemegang saham tersebar tidak tertarik dalam memonitor karena mereka hanya memiliki sebagian kecil saham dan akan menanggung semua biaya monitor sehingga keuntungan yang mereka terima berkurang). Akibatnya, kontrol yang efektif berakhir di tangan manajemen. Di sisi lain, ketika kondisi kepemilikan terkonsentrasi, pemegang saham dapat memainkan peran penting dalam mengawasi manajemen. Aspek kunci kedua adalah komposisi, yang terkait dengan peningkatan pengendalian pemegang saham. Seorang pemegang saham dapat menjadi individu, keluarga atau kelompok keluarga, bank, perusahaan asuransi, dan sebagainya. Keluarga akan lebih tertarik pada manfaat kontrol dan going concern perusahaan, sedangkan pemegang saham cenderung tertarik pada keuntungan saja. Dengan demikian, setiap jenis large shareholdings memiliki insentif dan motivasi yang berbeda (Holderness dan Sheehan, 1988). Pengaruh keluarga memberikan keuntungan yang kompetitif bagi perusahaan. Pertama, perusahaan keluarga lebih fokus pada going concern perusahaan dari pada sekedar nilai pasar saham sedangkan perusahaan non keluarga lebih fokus pada peningkatan 11
4 kinerja perusahaan Kedua, perusahaan keluarga memiliki insentif dan kontrol yang kuat untuk memantau manajer agar dapat mengurangi masalah free rider sehingga dapat mengurangi konflik keagenan dan memaksimalkan nilai perusahaan. Hal ini konsisten dengan argumen Gorton dan Kahl (1999) bahwa keluarga adalah monitor yang lebih baik dari jenis large shareholding lainnya (pemerintah, pemegang saham institusional, bank). Mereka menyatakan keluarga berurusan dengan uang mereka sendiri dalam perusahaan yang mereka kendalikan sehingga mereka bisa memonitor para manajer. Ketiga, perusahaan keluarga memiliki informasi yang lebih baik mengenai kondisi perusahaan, sehingga dapat membuat keputusan investasi atau lainnya dengan lebih baik dari pada perusahaan non keluarga. Keempat, keluarga memiliki reputasi (adanya kepercayaan dari stakeholder) sehingga perusahaan menjadi lebih efisien. Dengan demikian perusahaan yang dikendalikan keluarga memiliki struktur insentif yang mengakibatkan biaya agensi lebih rendah. Disisi lain, pengaruh kepemilikan keluarga berpotensi menyebabkan pihak keluarga menggunakan insentif dan kekuasaannya untuk menguntungkan pihak keluarga dengan mengorbankan para stakeholder (adanya agency problem) sehingga menyebabkan 12
5 menurunnya kinerja perusahaan (Shleifer dan Vishny, 1997; Anderson dan Reeb, 2003a). Pertama, perusahaan yang dikendalikan keluarga lebih mengutamakan pertumbuhan dan going concern perusahaan. Kedua, keluarga sebagai pemegang saham mayoritas selalu memastikan bahwa manajemen perusahaan harus berasal dari pihak keluarga atau manajer profesional yang dapat memenuhi kebutuhan pemilik. Ketiga, keluarga mampu mengambil alih kekayaan dari perusahaan melalui kompensasi yang berlebihan seperti pada rencana rekapitalisasi yang dilakukan Ford Motor meningkatkan hak suara keluarga tanpa memberikan kompensasi kepada pemegang saham lainnya (Schack dalam Anderson dan Reeb 2003a), RPT (Cheung, et al., 2004), dan special dividends. DeAngelo dan DeAngelo (1985) menyatakan bahwa keinginan keluarga untuk special dividends dapat berdampak pada penurunan kinerja perusahaan. Perusahaan harus melakukan ekspansi modal perusahaan dikarenakan dana yang tersedia berkurang akibat adanya special dividends. Selanjutnya, studi yang dilakukan oleh Gomez- Mejia et al. (2001) dan Schulze, et al. (2001) menyatakan bahwa bisnis keluarga sebenarnya menanggung biaya agen yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan non-keluarga, hal ini dikarenakan 13
6 keluarga tidak mau memecat anggota keluarga yang tidak potensial yang menyebabkan adanya entrenchment. Mereka juga berpendapat bahwa masalah keagenan di perusahaan keluarga lebih sulit untuk dikelola karena self-control dan masalah lain yang disebabkan oleh altruisme. Altruisme memungkinkan keluarga untuk mengorbankan konsumsi mereka untuk kesejahteraan keturunan mereka. Dengan demikian peran keluarga dalam memilih manajer dan direktur dari pihak keluarga membuat pihak ketiga sulit untuk mendapatkan kontrolnya sehingga pihak ketiga kurang tertarik dan mengakibatkan penurunan nilai perusahaan. Morck et al. (1999) dalam penelitiannya di Kanada juga menyatakan bahwa kepemilikan keluarga mengarah pada kinerja keuangan yang buruk. Kendali keluarga oleh ahli waris menyebabkan pertumbuhan lebih lambat karena inefisiensi yang disebabkan oleh entrenchment, hambatan tinggi terhadap kontrol di luar dan investasi yang rendah. Faccio, et al. (2001) melaporkan bahwa kepemilikan keluarga di Asia Timur menimbulkan adanya agency conflict sehingga menghambat kinerja perusahaan. Banyak perusahaan keluarga menggunakan struktur kontrol piramida yang memungkinkan keluarga untuk mengontrol banyak perusahaan tanpa terlalu banyak investasi dari 14
7 kekayaan mereka sendiri dalam perusahaan (fenomena konglomerasi). Claessens et al. (2002) juga menyelidiki peran struktur piramida di perusahaan Asia Timur. Mereka menemukan bahwa nilai perusahaan jatuh ketika hak kontrol dari pemegang saham keluarga melebihi arus kas kepemilikan sehingga menyebabkan adanya entrenchment. Lins (2003) juga menemukan bahwa pengaruh dari struktur piramida itu lemah di negara-negara dengan perlindungan hukum yang lebih baik. Hal ini juga konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Lemmon dan Lins (2003). Mereka menemukan bahwa kepemilikan keluarga di kebanyakan perusahaan di Asia Timur menurunkan kinerja perusahaan. Berdasarkan beberapa penelitian, kinerja perusahaan keluarga di Amerika Serikat lebih baik daripada perusahaan keluarga di Asia. Hal ini dikarenakan benefit perusahaan keluarga di AS lebih besar daripada cost-nya (McConaughy, et al., 1998; Gorton dan Kahl, 1999; Anderson dan Reeb, 2003a; Villalonga dan Amit., 2006) dan AS merupakan negara yang memiliki perlindungan hukum yang sangat kuat (Burkart, Panunzi, dan Shleifer, 2003) sehingga mencegah perusahaan keluarga untuk melakukan tindakan yang dapat merugikan para stakeholder, shareholder, maupun perusahaan. Sedangkan 15
8 perusahaan keluarga di Asia, cost-nya lebih besar dari benefit (Faccio, et al., 2001; Claessens, et al., 2002; Lemmon dan Lins, 2003). Hal ini dikarenakan, Asia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki perlindungan hukum yang lemah (La Porta, et al., 1999; Lins, 2003) sehingga perusahaan keluarga cenderung melakukan tindakan-tindakan yang merugikan para stakeholder dan minority shareholder (Morck et al., 1999; Gomez-Mejia et al., 2001; Schulze, et al., 2001). Dengan demikian, kinerja perusahaan keluarga di Asia mengalami penurunan. Struktur kontrol di Asia menciptakan masalah insentif yang sama pada perusahaan keluarga di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang. Keluarga biasanya menggunakan benefit pemegang saham minoritas untuk hal-hal yang mereka inginkan dan mengurangi nilai perusahaan. La Porta, et al. (1999) menemukan bahwa Indonesia memiliki konsentrasi kepemilikan tertinggi dan tingkat perlindungan hukum atas pemegang saham minoritas yang rendah. Claessens, et al. (1999a) juga menemukan bahwa sebanyak 67,1% perusahaan perusahaanperusahaan di Indonesia dikendalikan oleh keluarga dan hanya 0,6% saja yang secara langsung memiliki kepemilikan yang tersebar. Selain itu, Indonesia menunjukkan struktur kepemilikan piramid yang 16
9 terbesar yaitu 66.9% dan sekitar 4/5 perusahaaan memiliki manajer yang merupakan anggota pemegang saham mayoritas. Related Party Transaction Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.7 (IAI,2007), Related Party adalah pihak-pihak yang dianggap memiliki hubungan istimewa bila satu pihak mempunyai kemampuan untuk mengendalikan pihak lain atau mempunyai pengaruh signifikan atas pihak lain dalam mengambil keputusan keuangan dan operasional. Sedangkan Related Party Transaction merupakan suatu pengalihan sumber daya atau kewajiban antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa, tanpa menghiraukan apakah suatu harga diperhitungkan. Hubungan istimewa dengan suatu pihak dapat mempunyai dampak atas posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan pelapor. Transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa juga dapat dilakukan dengan harga yang berbeda dibanding dengan transaksi serupa yang dilakukan antara pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa. Berikut merupakan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa menurut PSAK No. 7 : 17
10 a) Perusahaan yang melalui satu atau lebih perantara (intermediaries), mengendalikan atau dikendalikan oleh, atau berada di bawah pengendalian bersama, dengan perusahaan pelapor (termasuk holding companies, subsidiaries, dan fellow subsidiaries). b) Perusahaan asosiasi, yang merupakan suatu perusahaan yang investornya mempunyai pengaruh yang signifikan dan bukan merupakan anak perusahaan maupun joint venture dari investornya (PSAK No. 40, IAI, 2007). c) Perorangan yang memiliki, baik secara langsung maupun tidak langsung, suatu kepentingan hak suara di perusahaan pelapor yang berpengaruh secara signifikan, dan anggota keluarga dekat dari perorangan tersebut (yang dimaksud dengan anggota keluarga dekat adalah mereka yang dapat diharapkan memengaruhi atau dipengaruhi perorangan tersebut dalam transaksinya dengan perusahaan pelapor). d) Karyawan kunci, yaitu orang-orang yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin, dan mengendalikan kegiatan perusahaan pelapor yang meliputi anggota dewan komisaris, direksi, dan manajer dari 18
11 perusahaan serta anggota keluarga dekat orangorang tersebut. e) Perusahaan dimana kepentingan substansial dalam hak suara dimiliki baik secara langsung maupun tidak langsung, oleh setiap orang yang diuraikan dalam poin (c) atau (d), atau setiap orang tersebut mempunyai pengaruh signifikan atas perusahaan tersebut. Ini mencakup perusahaan-perusahaan yang dimiliki anggota dewan komisaris, direksi, atau pemegang saham utama dari perusahaanperusahaan yang mempunyai anggota manajemen kunci yang sama dengan perusahaan pelapor. Jenis RPT dalam PSAK No. 7 adalah pembelian atau penjualan barang, pembelian atau penjualan properti dan aset lain, pemberian atau penerimaan jasa, pengalihan riset dan pengembangan, pendanaan (termasuk pemberian pinjaman dan penyetoran modal baik secara tunai maupun dalam bentuk natura), garansi dan penjaminan (collateral) dan kontrak manajemen. Tiga karakteristik menurut Kohlbeck dan Mayhew (2004) yang memotivasi dewan direksi untuk memulai RPT. Pertama, RPT merupakan bagian dari perjanjian kompensasi manajemen atau dewan direksi. Misalnya, perusahaan yang terikat dalam RPT dapat menyediakan 19
12 kompensasi kas yang lebih rendah untuk menunjukkan keuntungan apabila bergabung (Murphy dalam Kohlbeck dan Mayhew,2004). Kedua, tingkat kompensasi stock option yang lebih tinggi dapat memunculkan keinginan untuk melakukan RPT. Ketiga, kepemilikan perusahaan dapat menciptakan insentif dan kesempatan untuk memulai RPT. Loon et al. (2009) juga menyatakan bahwa dengan adanya RPT, pertama Related Party akan terhindar dari hambatan atau keterlambatan yang biasa terjadi dengan pihak ketiga. Kedua, RPT memberikan kemudahan dalam bertransaksi, seperti pihak-pihak yang berhubungan dapat berbagi informasi dan pengetahuan yang relevan bagi perkembangan perusahaan. Ketiga, RPT memudahkan perusahaan dalam memperoleh pinjaman yang dapat digunakan untuk investasi. Terdapat dua hipotesis yang bertolak belakang mengenai RPT (Gordon, et al., 2004). Hipotesis pertama, RPT merupakan transaksi yang dapat menciptakan sebuah nilai yaitu pertimbangan dalam perolehan efisiensi (efficient transaction) sebagaimana yang menjadi keinginan perusahaan. Khanna dan Palepu (1997;1999) menyatakan bahwa RPT akan membantu perusahaan untuk beroperasi lebih efisien dengan meminimalkan biaya transaksi melalui hubungan bisnis yang kuat terutama di negara yang sedang 20
13 berkembang. Sebuah perusahaan dapat menerima bantuan keuangan melalui pasar keuangan internal mereka, kelompok bisnis dapat mengalokasikan modal antara perusahaan-perusahaan dalam kelompok yang dapat meningkatkan manfaat ekonomi, terutama ketika pendanaan eksternal langka dan tidak pasti. Hipotesis kedua menyatakan bahwa RPT dapat mengakibatkan conflict of interest melalui aktivitas tunneling (Johnson, et al., 2000). Tunneling merupakan pengambilalihan kekayaan yang dilakukan pemegang saham mayoritas terhadap pemegang saham minoritas yang secara langsung mengekspropriasi pemegang saham minoritas. Djankov, La Porta, Lopez-de-silane dan Shleifer (2008) menyatakan bahwa RPT dapat memberikan kesempatan pemegang saham mayoritas melakukan aktivitas tunneling. Transaksi tersebut dapat dilakukan dengan cara menjual aset atau sekuritas dengan harga yang lebih rendah atau lebih tinggi dari harga pasar, tidak membagikan dividen maupun mempertahankan anggota keluarga yang sudah tidak kompeten untuk menduduki posisi penting di perusahaan. Bertrand, Mehta dan Mullainathan (2000) menemukan bukti di India bahwa pemegang saham mayoritas menggunakan RPT untuk mengalihkan sumberdaya dari perusahaan yang memiliki hak arus 21
14 kas yang rendah dengan perusahaan yang memiliki hak arus kas yang lebih tinggi dengan menggunakan struktur kepemilikan piramida. Cheung, et al. (2004) juga menunjukkan bahwa pasar bereaksi negatif terhadap informasi mengenai RPT karena RPT cenderung digunakan untuk mengambil alih pemegang saham minoritas. Chen, et al (2009) menunjukkan bahwa ketika perusahaan di Cina dikendalikan oleh Related Party, semakin tinggi tingkat RPT maka semakin buruk kinerja operasional perusahaan. Munir dan Gul (2010) mengungkapkan bahwa RPT yang dilakukan oleh perusahaan keluarga digunakan secara oportunis untuk mengambil alih pemegang saham minoritas. Wen- Yi Lin, et al (2010) dalam penelitiannya di Taiwan juga menunjukkan bahwa kinerja perusahaan berhubungan negatif dengan RPT yang digunakan untuk ekspropriasi. Pengaruh Family Control terhadap Related Party Transaction Sebagian besar perusahaan di dunia seperti Eropa Barat, Asia Selatan dan Asia Timur, Timur Tengah, Amerika Latin dan Afrika dikendalikan oleh keluarga (La Porta, et al., 1998; Claessens, et al., 1999; Faccio dan Lang, 2002). Claessens, et al (1999) menemukan lebih dari 50 persen perusahaan publik di negara- 22
15 negara Asia Timur dikendalikan oleh keluarga. Faccio dan Lang (2002) juga mencatat bahwa sekitar 50% perusahaan publik di Eropa Barat dikendalikan oleh keluarga. Perusahaan yang dikontrol oleh keluarga juga lazim di Australia (Mroczkowski dan Tanewski, 2005). Pemilik saham keluarga yang memegang kontrol cenderung bukan hanya memaksimalkan nilai perusahaan namun juga keuntungan keluarga (Burkart, Panunzi, & Shleifer (2003) dan Bertrand, Mehta dan Mullainathan (2000)) dan memiliki kemungkinan mengambil alih hak dari pemegang saham minoritas dengan menggunakan sumber daya perusahaan untuk kebutuhan pribadi. Keluarga yang memegang kendali tersebut juga dapat mengalokasikan dana untuk proyek yang tidak memberikan keuntungan pada perusahaan namun memberikan keuntungan pribadi (LaPorta et al., 1998). Deng et al. (2008) juga mengungkapkan bahwa pemegang saham mayoritas di China melakukan ekspropriasi melalui RPT (penjualan aset, transfer pricing barang dan jasa,dll). Ekspropriasi merupakan masalah utama yang terjadi di perusahaan-perusahaan di 9 negara di Asia Timur (Claessens et al.,2000). Mereka menyatakan bahwa perusahaan yang dikendalikan oleh keluarga melakukan ekspropriasi (RPT) terhadap pemegang 23
16 saham minoritas melalui struktur kepemilikan piramid, cross-holding dan perangkapan manajemen oleh pemilik. Claessens et al., (1999a) menyatakan bahwa Indonesia memiliki struktur kepemilikan piramid yang terbesar yaitu 66.9% dari sampel perusahaan Indonesia dan kedua terbesar dalam perangkapan manajemen dan pemilik, setelah Malaysia, yaitu 84.6% dari sampel perusahaan Indonesia. Claessens et al., (2002) menemukan bahwa pada tahun 1996, dominasi keluarga yang menyebabkan adanya perbedaan kepemilikan dan kontrol dari perusahaan-perusahaan di Indonesia. Besarnya hak kontrol dari keluarga yang melebihi hak arus kas kepemilikan menyebabkan perusahaan cenderung melakukan RPT. Dyanti et al., (2012) dalam penelitiannya pada 102 perusahaan di Indonesia Tahun menemukan bahwa kepemilikan keluarga dapat mempengaruhi intensi perusahaan untuk melakukan RPT dalam hal ekspropriasi. Berdasarkan penjelasan dan penelitian sebelumnya, peneliti berpendapat bahwa family firm di Indonesia memiliki motivasi yang lebih kuat untuk melakukan RPT sebagai transaksi yang mengekspropriasi pemegang saham minoritas. Dengan demikian, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut : 24
17 H1: Family Firm melakukan Related Party Transaction yang lebih besar dibandingka Non- Family Firm. Kinerja Perusahaan Kinerja perusahaan merupakan hasil yang dicapai suatu perusahaan dengan mengelola sumber daya yang ada dalam perusahaan seefektif dan seefisien mungkin guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan manajemen (Stoner et al., 1996:9). Terdapat dua jenis ukuran kinerja yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja suatu perusahaan yaitu market performance menggunakan Tobin s Q dan operating performance menggunakan ROA Market Performance Tobin s Q diperkenalkan pertama kali oleh James Tobin pada tahun James Tobin adalah ekonom Amerika yang berhasil meraih nobel di bidang ekonomi dengan mengajukan dugaan bahwa nilai pasar suatu perusahaan seharusnya sama dengan biaya penggantian aktiva perusahaan tersebut sehingga menciptakan keadaan ekuilibrium. Tobin s Q merupakan indikator untuk mengukur kinerja suatu perusahaan yang dapat menunjukan proforma manajemen dalam mengelola aktiva perusahaan dari sisi potensi nilai pasar suatu perusahaan. Nilai Tobin s 25
18 Q dapat menggambarkan suatu kondisi peluang investasi yang dimiliki perusahaan (Lang, et al.,1989) atau potensi pertumbuhan perusahaan (Tobin, 1969). Namun, nilai Tobin s Q menjadi kurang relevan untuk mengetahui kondisi peluang investasi ketika kondisi pasar tidak stabil. Doug Henwood dalam bukunya Wall Street, menyatakan bahwa Tobin s Q gagal memprediksi investasi secara akurat. Doug Henwood juga menjelaskan bahwa makalah yang dikeluarkan oleh Tobin dan Brainard pada tahun 1977, Tobin s Q pada periode dapat menjelaskan investasi secara akurat. Namun pada tahun-tahun berikutnya dimana terjadi market bearish, nilai Tobin s Q tidak dapat menggambarkan keadaan investasi yang ada. Operating Performance Return on Asset (ROA) dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas aktiva secara keseluruhan. Semakin besar nilai ROA, maka semakin baik kemampuan perusahaan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya untuk menghasilkan laba, begitu sebaliknya (Kieso, et al 2002 : 223). Menurut Grullon, et al. (2005), Return on Assets (ROA) adalah ukuran kinerja akuntansi yang tepat yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja suatu perusahaan dibandingkan Return on Equity (ROE). 26
19 Pertama, ROA tidak sensitif terhadap adanya perubahan struktur modal karna ROA diukur dengan menggunakan EBITDA (Earning Before Interest Taxes Depreciation Amortization) sedangkan ROE sebaliknya. Kedua, ROA tidak terpengaruh oleh faktor khusus seperti pajak penghasilan yang dapat mengaburkan nilai. Pendapat Grullon juga didukung oleh pernyataan Barber dan Lyon (1996) bahwa ROA merupakan alat ukur terbaik untuk menilai kinerja perusahaan dalam berbagai situasi. Pengaruh Perbedaan Related Party Transaction antara Family Firms vs Non-Family Firms terhadap Kinerja Perusahaan RPT merupakan transaksi yang dapat meningkatkan efisiensi suatu perusahaan (Gordon, et al., 2004; Khanna dan Palepu, 1997). Namun, di sisi lain RPT juga digunakan oleh perusahaan sebagai alat untuk melakukan tunneling yang berpotensi menimbulkan conflict of interest (Johnson, et al., 2000; Cheung, et al., 2008). Gordon, et al. (2004) menyatakan bahwa RPT yang dilakukan perusahaan lebih cenderung menimbulkan conflict of interest sehingga mengakibatkan penurunan kinerja perusahaan. Faccio, et al. (2001) dan Cheung, et al. (2004) dalam 27
20 penelitiannya juga menunjukkan bahwa kinerja perusahaan berhubungan negatif dengan RPT. Berbeda dengan kondisi perusahaan keluarga di Amerika Serikat yang menggunakan kontrol untuk meningkatkan kinerja perusahaan (Anderson dan Reeb, 2003a; McConaughy, et al. 1998). Keterlibatan keluarga (family control) dalam perusahaan-perusahaan di Asia menimbulkan conflict of interest antara pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas (Claessens, et al., 2002; Chen, et al., 2009; Munir dan Gul (2010); Wen-Yi Lin, et al., 2010) yang lebih kuat, sehingga menurunkan kinerja perusahaan. Keluarga menggunakan kontrol dan kepemilikan saham yang dimiliki untuk mencapai kepentingan mereka sendiri dengan mengorbankan para stakeholder dan minority shareholder (Capulong et al., 2000, Shleifer dan Vishny, 1997 dalam Djankov, et al., 2008). Salah satu cara ekspropriasi yang digunakan adalah melalui RPT. RPT digunakan oleh perusahaan keluarga untuk melakukan ekspropriasi kekayaan pemegang saham minoritas. Melalui RPT, keluarga dapat dengan mudah memperoleh keuntungan pribadi sehingga hal ini mengakibatkan penurunan kinerja perusahaan. Berdasarkan uraian diatas, peneliti berpendapat bahwa RPT dalam hal ekspropriasi yang lebih 28
21 didominasi oleh keluarga dapat mengakibatkan penurunan kinerja perusahaan di Indonesia. Dengan demikian, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: H2: Pengaruh negatif Related Party Transaction terhadap kinerja perusahaan yang lebih kuat pada family firms. 29
22 30
II. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
II. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Mayoritas perusahaan di Negara Indonesia dikuasai oleh bisnis keluarga. Family control berpotensi dapat menghasilkan kinerja perusahaan yang lebih baik
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Teori Keagenan Seperti yang diungkapkan oleh Gilson dan Gordon (2003), masalah keagenan mempunyai dua sisi, yaitu masalah keagenan klasik antara prinsipal
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN
BAB IV HASIL PENELITIAN Gambaran umum Objek Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan tahunan. Penelitian ini menggunakan data selama 5 tahun, yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terlepas dari perusahaan dewasa ini. Perusahaan terus berusaha untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan perusahaan merupakan aspek yang tidak dapat terlepas dari perusahaan dewasa ini. Perusahaan terus berusaha untuk memaksimalkan keuangannya demi mensejahterahkan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. (pemilik modal) dan agen (pihak yang mengelola perusahaan) dalam bentuk
9 BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Teori Keagenan Teori keagenan merupakan dasar teori yang mendasari praktik bisnis perusahaan. Teori ini memberikan penjelasan hubungan kontrak antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang untuk menunjukan performa yang lebih baik. Seperti halnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan secara global menuntut banyak perusahaan di negara berkembang untuk menunjukan performa yang lebih baik. Seperti halnya Indonesia, yang harus dapat mencapai
Lebih terperinciPenelitian mengenai perusahaan keluarga telah beberapa dilakukan di Amerika Serikat. Dalam (Anderson dan Reeb, 2004), perusahaan keluarga mempunyai
I. PENDAHULUAN Perusahaan keluarga merupakan salah satu dasar komunitas bisnis, mayoritas perusahaan di seluruh dunia dimiliki oleh keluarga (Burkart et al., 2003). Di Indonesia, lebih dari 90 persen bisnis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masalah keagenan menjadi isu sentral dalam berbagai literatur keuangan karena adanya keterbatasan dari pemilik yang tidak dapat mengelola sendiri perusahaannya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Perekonomian di dunia telah berkembang tanpa mengenal batas negara karena pengaruh globalisasi. Setiap pemilik perusahaan multinasional saling bersaing untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Djemat, dan Soembodo (2003) juga menemukan bahwa rata-rata sebanyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia, sebagian besar perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia masih dimiliki secara mayoritas atau dominan oleh keluarga pendiri perusahaan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN, DAN SARAN. Simpulan penelitian ini berdasarkan temuan empiris hasil pengujian
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN, DAN SARAN 5.1 Simpulan Simpulan penelitian ini berdasarkan temuan empiris hasil pengujian hipotesis penelitian. Simpulan dibagi menjadi empat bagian, yaitu simpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Manajer diharapkan menggunakan resources yang ada sematamata
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada perusahaan korporasi yang relatif besar umumnya terdapat pemisahan fungsi pemilikan dan pengelolaan perusahaan. Pemegang saham mengalami kesulitan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berle dan Means (1932) menggambarkan bahwa ciri-ciri perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berle dan Means (1932) menggambarkan bahwa ciri-ciri perusahaan publik di US (United States) antara lain adalah dimiliki secara tersebar, tidak terdapat keterlibatan
Lebih terperinci1 Universitas Indonesia
1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pemisahan antara kepemilikan saham dan manajemen di perusahaanperusahaan besar sangat diperlukan. Sebagian besar perusahaan itu memiliki ratusan atau ribuan pemegang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. variabel pengembalian yang akan menentukan nilai saham bagi pemilik dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Dividen Dividen merupakan aliran tunai bersih bebas yang didistribusikan perusahaan kepada pemilik saham. Dividen tunai yang diharapkan merupakan variabel
Lebih terperinciBAB II TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pihak-Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa
BAB II TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Pihak-Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 7 (revisi 2009) tentang Pengungkapan Pihak-Pihak yang Mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. modal sangatlah penting didapatkan dari sumber-sumber keuangan, baik dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisnis properti merupakan sebuah bisnis yang padat modal, sehingga modal sangatlah penting didapatkan dari sumber-sumber keuangan, baik dari dalam instansi atau perusahaaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. umumnya didominasi oleh perusahaan keluarga. Faktanya kepemilikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asia merupakan emerging market dan memilki karakteristik perusahaan yang berbeda dari negara-negara lain, perusahaan di Asia umumnya didominasi oleh perusahaan keluarga.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. struktur kepemilikan dan control contestability pada perusahaan non-keuangan di
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang yang mendasari penelitian struktur kepemilikan dan control contestability pada perusahaan non-keuangan di Indonesia. Struktur kepemilikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2010 Japan Credit Rating Agency Ltd. merevisi naik peringkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada tahun 2010 Japan Credit Rating Agency Ltd. merevisi naik peringkat kredit dan investasi Indonesia dari BB+ menjadi BBB-. Selanjutnya pada tahun 2011 Fitch
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Argumentasi mengenai pengaruh diversifikasi pada nilai perusahaan masih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Argumentasi mengenai pengaruh diversifikasi pada nilai perusahaan masih bergulir dan menjadi perdebatan sampai saat ini. Beberapa penelitian terdahulu belum sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan kegiatan operasionalnya Astuti (2014). sendiri. Banyak perusahaan yang sukses dan berkembang akibat dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan yang didirikan mempunyai tujuan utama. Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan keuntungan. Untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan yang didirikan mempunyai tujuan utama. Tujuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan yang didirikan mempunyai tujuan utama. Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan keuntungan. Untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan manfaat penelitian secara empiris dan praktis. penggunaan dana, perolehan dana, dan pengelolaan aktiva (Brigham dan Houston,
1 BAB I PENDAHULUAN Bab I berisi beberapa sub bab yang menjelaskan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja operasional perusahaan dilihat dari kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Baik kreditur maupun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. (principal) yang mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi Hubungan keagenan merupakan sebuah kontrak antara satu orang atau lebih (principal) yang mempekerjakan orang lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu mengenai struktur kepemilikan, struktur modal, corporate
BAB I PENDAHULUAN Bab Iberisi penjelasan latar belakang penelitian yang dilakukan, yaitu mengenai struktur kepemilikan, struktur modal, corporate governance, dan agency cost. Selanjutnya, dalam bab ini
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertalian keluarga, baik yang tergolong keluarga inti atau perluasannya (baik yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perusahaan Keluarga Menurut Sugiarto (2009), perusahaan keluarga didefinisikan sebagai suatu bentuk perusahaan dengan kepemilikan dan manajemen yang dikelola dan dikontrol oleh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. antara manajer ( agent) sebagai pengelola dengan pemegang saham ( principal)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Peningkatan kekayaan pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan sebagai tujuan utama perusahaan kadang tidak sejalan dengan tujuan pihak manajemen perusahaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengaruh family..., Maydeliana Ayub..., FE UI, 2008
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Good Corporate Governance (GCG) mulai banyak diterapkan oleh perusahaan di Indonesia semenjak terjadinya krisis ekonomi yang banyak menghantam perusahaan yang tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang akan diteliti. Bab ini juga menguraikan tentang motivasi penelitian, tujuan
BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang latar belakang permasalahan dan masalah yang akan diteliti. Bab ini juga menguraikan tentang motivasi penelitian, tujuan penelitian, dan kontribusi penelitian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perusahaan pada umumnya melakukan kegiatan operasi jual beli untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan pada umumnya melakukan kegiatan operasi jual beli untuk mendukung kegiatan usahanya. Transaksi jual beli tidak hanya dilakukan perusahaan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bisnis di negara-negara Asia Timur. Misalnya, ketika pasar modal eksternal tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pinjaman berelasi 1 merupakan hal yang sering dilakukan dalam kelompok bisnis di negara-negara Asia Timur. Misalnya, ketika pasar modal eksternal tidak 2 berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lahirnya General Agreement on Trade and Tariff (GATT) dan World Trade
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena globalisasi secara tidak langsung telah mendorong merebaknya konglomerasi dan divisionalisasi atau departemenisasi perusahaan. Lahirnya General Agreement
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate governance terhadap manajemen laba di industri perbankan Indonesia. Konsep good corporate
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini Indonesia merupakan negara berkembang yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Dengan tingginya pertumbuhan ekonomi di Indonesia membuat para investor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam mengurangi konflik keganenan dapat melalui kebijakan dividen.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Salah satu tujuan manajemen keuangan terkait dengan keputusan untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham, namun seringkali terjadi konfik antara pemegang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian terkait hubungan antara struktur kepemilikan dengan kinerja
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian terkait hubungan antara struktur kepemilikan dengan kinerja perusahaan merupakan pembahasan yang luas tentang tatakelola perusahaan. Isu ini masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi, perusahaan dapat memperoleh dana untuk memperluas usahanya, salah satunya dengan mendaftarkan perusahaan pada pasar modal. Menurut
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN. 5.1.Simpulan. Penelitian ini didisain untuk menguji pengaruh excess cash holdings terhadap nilai
154 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN 5.1.Simpulan Penelitian ini didisain untuk menguji pengaruh excess cash holdings terhadap nilai perusahaan dan menguji peran corporate governance dalam
Lebih terperinciPENGARUH PEMISAHAN HAK ALIRAN KAS DAN HAK KONTROL TERHADAP DIVIDEN. Baldric siregar STIE YKPN Yogyakarta ABSTRACT
PENGARUH PEMISAHAN HAK ALIRAN KAS DAN HAK KONTROL TERHADAP DIVIDEN Baldric siregar STIE YKPN Yogyakarta ABSTRACT The expropriation of minority shareholders by those of controlling shareholder is the main
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. perusahaan. Kinerja keuangan merupakan suatu hasil pelaporan yang menunjukkan kondisi serta
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kinerja Keuangan Kinerja keuangan merupakan salah satu aspek penilaian mengenai kondisi yang dimiliki perusahaan. Kinerja keuangan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah laporan keuangan. Laporan keuangan selain merupakan media
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu sumber informasi bagi pihak eksternal yang dapat membantu dalam menaksir kemampuan perusahaan memperoleh laba adalah laporan keuangan. Laporan
Lebih terperinciMagister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta
I. Pendahuluan 1. Fungsi Manajemen Keuangan 1.1. Keputusan Alokasi Dana Keputusan alokasi dana meliputi: investasi jangka pendek (kas, piutang, persediaan dan efek atau short term investment) maupun keputusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembangnya perusahaan multinasional. Dalam perusahaan multinasional
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pesatnya pertumbuhan kegiatan ekonomi internasional turut merangsang berkembangnya perusahaan multinasional. Dalam perusahaan multinasional terjadi berbagai
Lebih terperinciakibatnya dapat menghambat tingkat pertumbuhan perusahaan (rate of growth)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan merupakan tempat yang didirikan untuk melakukan proses produksi barang atau jasa. Perusahaan yang telah berkembang secara baik, umumnya memutuskan untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kelangsungan hidup maupun kemampuan berkembang suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan modal. Ada berbagai upaya yang dapat dilakukan perusahaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuan perusahaan dalam menjual saham yaitu untuk mendapatkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan perusahaan dalam menjual saham yaitu untuk mendapatkan tambahan modal, sedangkan bagi investor dengan membeli saham dan menanamkan modalnya di suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketat, khususnya bidang ekonomi. Para pemilik perusahaan saling bersaing. menghasilkan suatu laba bagi perusahaan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi dimana persaingan di berbagai bidang semakin ketat, khususnya bidang ekonomi. Para pemilik perusahaan saling bersaing dengan perusahaan lain untuk
Lebih terperinciyang diangkat oleh pemegang saham bertindak atas kepentingan pemegang saham.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama perusahaan adalah untuk menaikkan nilai perusahaan dengan cara memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Karena itu diharapkan manajer yang diangkat oleh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tujuan utama didirikannya perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan para pemilik modal (principal). Pemilik dalam hal ini adalah pemegang saham yang telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan ekspansi dan pertumbuhan operasi yang berkelanjutan.
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Perusahaan membutuhkan sejumlah modal untuk pembiayaan kegiatan operasional dan investasi. Modal dalam jumlah yang besar merupakan hal yang vital bagi perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting dalam sebuah perusahaan, yaitu untuk membuat keputusan-keputusan
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Manajer keuangan dalam sebuah perusahaan memiliki tugas yang sangat penting dalam sebuah perusahaan, yaitu untuk membuat keputusan-keputusan keuangan yang tepat dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistem ekonomi pasar bebas, banyak perusahaan saat ini semakin giat dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan tatanan perekonomian yang telah berkembang dan mengarah pada sistem ekonomi pasar bebas, banyak perusahaan saat ini semakin giat dan terdorong untuk
Lebih terperinciPernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 7 PENGUNGKAPAN PIHAK-PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 7 PENGUNGKAPAN PIHAK-PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 7 tentang Pengungkapan Pihak- Pihak yang Mempunyai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. megancam perekonomian negara-negara berkembang, termasuk industri asuransi.
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Krisis keuangan yang terjadi di Eropa dan beberapa negara Asia megancam perekonomian negara-negara berkembang, termasuk industri asuransi. Namun di Indonesia industri
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengukur tingkat kesehatan keuangan (financial health) suatu perusahaan. yaitu menggunakan analisis rasio keuangan.
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kinerja Keuangan Informasi mengenai kinerja keuangan sangat diperlukan investor dalam menentukan kebijakan investasi. Kinerja keuangan digunakan untuk mengukur
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. 2.1 Teori Keagenan (Agency Theory) antara Pemegang Saham Pengendali
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Teori Keagenan (Agency Theory) antara Pemegang Saham Pengendali dan Pemegang Saham Nonpengendali Pada kepemilikan perusahaan yang tersebar terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance, GCG) telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance, GCG) telah menjadi isu hangat yang semakin berkembang di Indonesia. Konsep ini menjadi sering dibicarakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang popular. Alasan Corporate Governancemenjadi topik yang popular adalah,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama beberapa tahun terakhir, Corporate Governance menjadi topik yang popular. Alasan Corporate Governancemenjadi topik yang popular adalah, pertama Corporate
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistem mengumpulkan, memproses data dan kemudian menyebar luaskan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pencatatan akuntansi tidak lagi dilakukan secara manual, melainkan telah menggunakan teknologi, yaitu menggunakan sistem. Akuntansi merupakan suatu sistem
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi saat ini, tuntutan untuk mengelola suatu entitas adalah dengan akuntabilitas dan transparansi sangat diperlukan. Akuntabilitas dan transparansi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan hidup suatu perusahaan di era globalisasi sekarang ini.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendanaan merupakan salah satu komponen penting dalam keberlangsungan hidup suatu perusahaan di era globalisasi sekarang ini. Keputusan pendanaan akan berkaitan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Kerangka Teoritis 1. Agency Theory Dalam penelitian ini, teori yang digunakan adalah teori agensi. Jensen and Meckling (1976) menjelaskan hubungan
Lebih terperinciBAB II TELAAH PUSTAKA
BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi (Agency Theory) Teori agensi berasumsi bahwa semua individu akan bertindak untuk memenuhi kepentingannya sendiri. Agen diasumsikan akan menerima
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan (Agency Theory) menyebutkan bahwa hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. dividen (dividend policy). Keputusan pembagian dividen seringkali menimbulkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu fungsi dari manajemen keuangan adalah mengambil kebijakan dividen (dividend policy). Keputusan pembagian dividen seringkali menimbulkan masalah yang harus
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Hubungan agensi terjadi karena adanya suatu perjanjian atau kontrak yang
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Hubungan agensi terjadi karena adanya suatu perjanjian atau kontrak yang dilakukan oleh principal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam menjalankan kegiatan bisnisnya, perusahaan memiliki beberapa tujuan diantaranya adalah kelangsungan hidup perusahaan (going concern), laba dalam jangka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nilai investasi pada masa yang akan datang. Tujuan utama kegiatan investasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi merupakan suatu kegiatan menempatkan sejumlah dana selama periode tertentu dengan harapan memperoleh penghasilan dan atau peningkatan nilai investasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bagi perusahaan serta para pemangku kepentingannya, pajak merupakan salah satu beban utama yang akan mengurangi laba bersih (Mardiasmo, 2009:1; dalam Kadariyanty,
Lebih terperinciBAB II TEORI AGENSI, PERATURAN BAPEPAM VIII G.7, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, NILAI PERUSAHAAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
14 BAB II TEORI AGENSI, PERATURAN BAPEPAM VIII G.7, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, NILAI PERUSAHAAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Teori Agensi (Agency Theory) Jensen dan Meckling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dunia bisnis semakin hari semakin ketat dan sangat kompetitif. Terbukti jika perusahaan tidak dapat menghadapi tantangan ini sangat banyak perusahaan-perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai harapan akan mendapatkan keuntungan dari modal yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ketika menanamkan modal di perusahaan emiten, pemegang saham mempunyai harapan akan mendapatkan keuntungan dari modal yang ditanamkannya itu. Dalam hal ini
Lebih terperinci1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengaruh struktur kepemilikan terhadap kinerja perusahaan merupakan salah satu topik penelitian yang telah banyak dipelajari baik secara literatur maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham (Brigham, 1996). Akan tetapi, di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan sistem teknologi informasi dan bertambah luasnya ilmu pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era globalisasi seperti
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Penelitian ini menggunakan teori keagenan, dimana teori ini sering kali digunakan sebagai landasan dalam penelitian mengenai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk meningkatkan nilai
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan, salah satunya adalah mengoptimalkan nilai pemegang saham. Dengan memaksimalkan nilai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya bank-bank komersial dan lembaga
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan, antara Lain : Rizka Putri Indahningrum dan Ratih Handayani, (2009)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang mendasari tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan, antara Lain : 2.1.1 Rizka Putri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan usaha yang semakin keras menuntut perusahaan untuk semakin meningkatkan nilai perusahaannya. Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Persaingan yang dihadapi di era globalisasi ini, menuntut perusahaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Persaingan yang dihadapi di era globalisasi ini, menuntut perusahaan untuk melakukan pengembangan pasar untuk meningkatkan permintaan pasar. Permintaan pasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. agensi yaitu manajer melalui tindakan oportunis manajemen untuk kepuasannya,
0 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam perusahaan informasi laba sangat penting, informasi laba sebagai bagian dari laporan keuangan, informasi tersebut selalu menjadi target rekayasa para agensi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. hubungan keagenan antara pemilik perusahaan (principal) dan manajemen
13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Keagenan Teori keagenan menggambarkan perusahaan sebagai titik temu hubungan keagenan antara pemilik perusahaan (principal) dan manajemen perusahaan sebagai agent.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Laba merupakan instrumen pengukur kinerja operasional perusahaan. Informasi laba
BAB I PENDAHULUAN Pada bagian awal penelitian ini disajikan latar belakang masalah, masalah penelitian, motivasi penelitian, tujuan penelitian, perbedaan dengan penelitian sebelumnya, kontribusi penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manajemen dan pengelolaan perusahaan Pemisahan ini sejalan dengan teori
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perekonomian modern menekankan pemisahan kepemilikan perusahaan dari manajemen dan pengelolaan perusahaan Pemisahan ini sejalan dengan teori keagenan (agency theory) yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pada era globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas. Hal tersebut disebabkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Proses bisnis entitas usaha menunjukkan pola yang semakin kompleks pada era globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas. Hal tersebut disebabkan karena peningkatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen perusahaan dalam rangka mendanai operasional perusahaan
13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kebijakan Hutang Pada dasarnya kebijakan hutang perusahaan merupakan tindakan manajemen perusahaan dalam rangka mendanai operasional perusahaan dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipicu oleh fenomena gagal bayar subprime mortgage bertransformasi menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis finansial tercatat banyak terjadi hingga tahun 2013. Krisis tersebut menimpa perusahaan, baik di negara berkembang maupun negara maju. Kegagalan menjaga likuiditas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama didirikannya perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Kesejahteraan dapat ditingkatkan melalui kinerja perusahaan (firm performance)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh calon investor sebelum melakukan investasi adalah memastikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi merupakan suatu kegiatan menempatkan sejumlah dana selama periode tertentu dengan harapan dapat memperoleh penghasilan dan atau peningkatan nilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. maka para investor atau pemilik perusahaan menyerahkan pengelolaan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam resiko dan ketidakpastian yang sering kali sulit diprediksikan oleh para investor. Untuk
Lebih terperinciPENGARUH TATA KELOLA TERHADAP PRAKTIK EKSPROPRIASI DENGAN KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI
PENGARUH TATA KELOLA TERHADAP PRAKTIK EKSPROPRIASI DENGAN KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI Dewi Diah Fakhriyyah, Bambang Purnomosidhi dan Imam Subekti Universitas Brawijaya dewi.d.fakh@gmail.com,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. modal dan industri-industri sekuritas yang ada pada suatu negara tersebut. Peranan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian suatu negara dapat diukur dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan mengetahui tingkat perkembangan dunia pasar modal dan industri-industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba (Cheng, et.al.,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah perusahaan pada dasarnya memiliki tujuan utama yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Kesejahteraan dapat di tingkatkan dengan terciptanya kinerja
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengantisipasi persaingan yang semakin tajam. Akan tetapi, dalam praktiknya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, perusahaan melakukan pengembangan usaha untuk mengantisipasi persaingan yang semakin tajam. Akan tetapi, dalam praktiknya dunia usaha mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen, terutama kepada pemilik saham. Laporan keuangan juga merupakan alat untuk menyampaikan informasi
Lebih terperinci