BAB I PENDAHULUAN. Berle dan Means (1932) menggambarkan bahwa ciri-ciri perusahaan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Berle dan Means (1932) menggambarkan bahwa ciri-ciri perusahaan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berle dan Means (1932) menggambarkan bahwa ciri-ciri perusahaan publik di US (United States) antara lain adalah dimiliki secara tersebar, tidak terdapat keterlibatan pemilik, dan kekuasaannya ada di tangan manajer (Attig dan Gadhoum, 2003). Sebaliknya, kepemilikan perusahaan di berbagai negara di luar US cenderung terkonsentrasi dan dikendalikan oleh pemilik ultimat melalui rantai kepemilikan piramida, silang, atau kombinasi dari keduanya (La Porta et al., 1999, Claessens et al., 2000, Bukart, 2003). Penelitian Claessens et al. (2000) bahkan menunjukkan bukan saja bentuk kepemilikan perusahaan publik di Hongkong, Korea, Malaysia, Philiphina, Singapura, Taiwan dan Thailand sebagian besar terkonsentrasi, pemilik ultimat dari perusahaan di banyak negara tersebut adalah keluarga. Banyak negara berkembang termasuk Indonesia, mayoritas kepemilikan perusahaannya terkonsentrasi pada keluarga melalui kepemilikan ultimat. Claessens et al., (2000) menemukan bahwa berdasarkan data tahun 1996, sebesar 68.6% perusahaan publik di Indonesia dikendalikan oleh keluarga. Angka tersebut meningkat menjadi 79,20% pada tahun 2009 (Sugiharto, 2009). Ali et al., (2007) mendefinisikan perusahaan keluarga sebagai perusahaan yang dikelola dan dikendalikan oleh keluarga pendiri. Anggota keluarga dapat terlibat dalam manajemen perusahaan baik sebagai eksekutif puncak (CEO), atau 1

2 sebagai dewan komisaris dalam rangka mengendalikan perusahaan. Dalam penelitiannya, Ali et al. (2007) mengukur pengelolaan dan pengendalian itu dari keterlibatan anggota keluarga dalam eksekutif puncak (CEO) atau anggota dewan komisaris. Penelitian ini menggunakan definisi perusahaan keluarga jika keluarga pendiri memiliki kepemilikan minimal 50%. Fenomena perusahaan keluarga di Indonesia tidak melepaskan kendali, sehingga tidak perlu mementingkan kontrol. Perusahaan keluarga di Indonesia tidak melepaskan kendali dan keluarga secara otomatis ikut mengontrol perusahaan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini tidak menginvestigasi mengenai hak kontrol keluarga tetapi lebih mementingkan investigasi mengenai hak aliran kas atau kepemilikan saham yang dimiliki oleh keluarga. Di Indonesia, keluarga lebih mementingkan untuk menjaga reputasi perusahaan dalam jangka panjang, hal ini sejalan dengan teori stewardship. Keluarga bisa mempengaruhi kualitas laba akuntansi dan kinerja perusahaan. Wang (2004) menyatakan bahwa kualitas laba akuntansi dipengaruhi melalui dua cara yaitu melalui pengaruh entrenchment dan pengaruh alignment. Wang (2004) menyatakan bahwa dalam pengaruh entrenchment, laba dikelola secara oportunis dan kualitas laba rendah. Sebaliknya, dalam pengaruh alignment, laba tidak dikelola secara oportunis dan laba memiliki kualitas tinggi. Pengaruh entrenchment konsisten dengan pandangan tradisional bahwa perusahaan keluarga menciptakan insentif untuk melakukan ekspropriasi terhadap pemegang saham minoritas (Fama dan Jensen, 1983, Morck et al., 1998, Shleifer dan Vishny, 1997, Wang et al., 2004). 2

3 Hasil penelitian Fama dan Jensen, (1983), Morck et al., (1998), Shleifer dan Vishny, (1997) mendukung bahwa perusahaan keluarga kurang efisien dan cenderung melakukan ekspropriasi terhadap pemegang saham minoritas. Akan tetapi, hasil penelitian mereka tidak konsisten dengan hasil penelitian Gomes (2000), Fan dan Wong (2002), Anderson dan Reeb (2003), Wang (2004), Ali et al. (2007) yang menunjukkan bahwa perusahaan keluarga memiliki laba yang berkualitas, lebih efisien, dan tidak melakukan ekspropriasi. Selanjutnya, dalam argumen pengaruh alignment, keluarga bisa memonitor perusahaan secara efektif (Demsetz dan Lehn, 1985, Shleifer dan Vishny, 1997, Wang, 2004). Hal tersebut menunjukkan bahwa keluarga bisa membuat keputusan lebih cepat dan memiliki insentif untuk menciptakan loyalitas pegawai dalam jangka panjang (Weber et al., 2003, dan Wang, 2004). Oleh karena itu, argumen pengaruh alignment memprediksi bahwa perusahaan keluarga tidak berperilaku oportunis dalam melaporkan laba akuntansi (Wang, 2004). Tindakan oportunis tersebut bisa merusak reputasi perusahaan, kekayaan perusahaan dan kinerja perusahaan jangka panjang (Wang, 2004). Hasil penelitian Wang (2004) menunjukkan bahwa kepemilikan keluarga menyelaraskan kepentingan antara keluarga dan pemegang saham lainnya. Keselarasan kepentingan tersebut dapat meningkatkan komunikasi antara keluarga dan pemegang saham lainnya melalui informasi akuntansi yang berkualitas. Selanjutnya, Wang (2004) dan Warfield (1995) menyatakan bahwa perusahaan keluarga tidak melakukan pengelolaan laba sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan. 3

4 Salah satu karakteristik perusahaan-perusahaan yang diperdagangkan secara publik adalah memiliki pemisahan antara kepemilikan dan kontrol (Jensen dan Meckling, 1976, Demsetz dan Lehn, 1985, Shleifer dan Vishny, 1997, Wang, 2004). Di Indonesia perusahaan-perusahaan yang sahamnya diperdagangkan secara publik, banyak dimiliki oleh keluarga. Hak aliran kas merupakan persentase kepemilikan saham (Claessens et al., 2002). Hak aliran kas tersebut merupakan hak keuangan pemegang saham atas perusahaan (La Porta et al., 1999), dan hak untuk mendapatkan dividen (Du dan Dai, 2007). Hak kontrol merupakan hak suara untuk ikut serta dalam menentukan kebijakan perusahaan (La Porta et al., 1999, dan Du dan Dai, 2005), seperti memilih anggota dewan direksi. Hak untuk menentukan kebijakan perusahaan ini meliputi kebijakan yang terkait dengan penerbitan saham, pemecahan saham (stock splits), dan menentukan operasi perusahaan (La Porta et al., 1999, dan Siregar, 2006). Pemisahan kepemilikan dan kontrol tersebut menimbulkan konflik keagenan (Ali et al., 2007). Ali et al. (2007) dan Demsetz dan Lehn (1985) menyatakan bahwa perusahaan keluarga sedikit menghadapi masalah keagenan Type I, yaitu, masalah keagenan yang timbul dari pemisahan antara pemilik dan manajemen. Perusahaan keluarga tidak menghadapi masalah keagenan Type I karena kemampuan keluarga untuk memonitor manajer. Keluarga juga memberikan kompensasi berdasarkan ukuran kinerja akuntansi (Chen, 2005 dan Ali et al., 2007), sehingga manajer tidak melakukan pengelolaan laba dan tidak bertindak oportunis (Anderson dan Reeb, 2003 dan Ali et al., 2007). 4

5 Perusahaan keluarga lebih banyak menghadapi masalah keagenan Type II, yaitu, masalah keagenan antara keluarga (sebagai pemegang saham pengendali) dan pemegang saham non pengendali. Masalah keagenan Type II adalah seperti tindakan pengelolaan laba akuntansi dengan menyembunyikan transaksi pihak ketiga dan melakukan tindakan ekspropriasi terhadap pemegang saham non pengendali (Ali et al., 2007) serta melakukan manfaat privat 1 melalui kebijakan perusahaan (Gilson dan Gordon, 2003). Jensen dan Meckling (1994) menyatakan bahwa teori keagenan memiliki kelemahan yaitu pertama, teori keagenan ini terlalu sederhana, sedangkan masalah manusia begitu kompleks. Teori keagenan tidak bisa menangkap hubungan interaksi antar manusia. Kedua, individu harus memaksimalkan utilitasnya sendiri sehingga konflik kepentingan seringkali tidak dapat dihindarkan. Dalam teori keagenan, individu diasumsikan memiliki sifat untuk mengutamakan kepentingannya sendiri (Eisenhardt, 1989). Individu juga diasumsikan memiliki keterbatasan rasional (bounded rationality) dan informasi didistribusikan secara asimetri melalui organisasi (Demski dan Feltham, 1978; Eisenhardt, 1989). 1 Keluarga pengendali memperoleh manfaat privat atas kontrol melalui kebijakan perusahaan (Gilson dan Gordon, 2003) pertama, memberikan gaji dan tunjangan, bonus dan kompensasi yang besar, dana pensiun yang tinggi serta tidak membagikan dividen sehingga sumber daya yang dimiliki diekspropriasi oleh pemegang saham pengendali. Kedua, melakukan kebijakan kontraktual dengan pihak lain (tunneling), meliputi: harga transfer yang lebih murah kepada perusahaan yang berada dalam perusahaan si pengendali, penjualan aktiva kepada pihak lain dengan harga lebih rendah dari harga pasar, dan jaminan aktiva untuk kepentingan pemegang saham pengendali. Ketiga, melakukan kebijakan penjualan kontrol kepada pihak lain dengan harga premium sehingga bisa meningkatkan harga saham yang dimiliki pemegang saham pengendali dibandingkan dengan harga saham pemegang saham minoritas. Keempat, melakukan freezing out, yaitu menjual saham perusahaan kepada pihak lain dengan harga yang lebih murah dari harga pasar. Harga saham pemegang saham minoritas akan terdiskonto oleh manfaat privat kontrol yang dimiliki pemegang saham pengendali. 5

6 Selama ini, penelitian mengenai perusahaan keluarga dan kinerja perusahaan telah dilakukan dengan menggunakan dua pandangan teori yaitu teori keagenan dan teori stewardship. Penelitian mengenai perusahaan keluarga dengan menggunakan teori keagenan telah dilakukan oleh Demsetz (1983), Shleifer dan Vishny (1997), Anderson dan Reeb (2003), Fan dan Wong (2002), Wang (2004), Ali et al. (2007). Sedangkan penelitian yang menggunakan teori stewardship telah dilakukan oleh Davis et al. (1997), Fox dan Hamilton (1994), O Neil dan Lee (2003), Chu (2009). Temuan hasil penelitian Davis et al. (1997), Fox dan Hamilton (1994), O Neil dan Lee (2003), Chu (2009) lebih mendukung pada teori stewardship. Teori stewardship menawarkan pandangan alternatif (Davis, Schoorman dan Donaldson, 1997, Hamilton, 1994, Lee dan O Neil, 2003). Kunci penting dari argumen tersebut adalah kepentingan manajer selaras dengan kepentingan pemilik (Lee dan O Neil, 2003). Teori stewardship lebih cocok digunakan pada perusahaan keluarga, karena pemegang saham pengendali berada di tangan keluarga (Chu, 2009). Teori stewardship memiliki beberapa kelebihan yaitu pertama, keluarga bersedia meletakkan kepentingan pribadi untuk kepentingan perusahaan (Corbetta dan Salvato, 2004, Eddleston dan Kellermanns, 2007, Eddleston et al., 2007). Kedua, keluarga lebih mendahulukan kepentingan bersama, pro organisasi dan kepercayaan (Davis et al., 1997). Ketiga, faktor penting dalam teori stewardship adalah budaya bangsa yaitu budaya kebersamaan dan power distance (Hofstede, 1980, 1991, Davis et 6

7 al., 1997, Lee dan O Neil, 2003). Teori stewardship cocok digunakan pada negara yang memiliki budaya power distance tinggi 2 (Lee dan O Neil, 2003) dan cocok digunakan pada perusahaan keluarga (Chu, 2009), karena pemegang saham pengendali berada di tangan keluarga. Ketika manajemen perusahaan ada di tangan keluarga dan kontrol perusahaan ada pada keluarga, maka kepentingan keluarga dengan berbagai pihak yang berkepentingan akan selaras. Keempat, pemilik bisa menyelaraskan kepentingan dengan manajemen untuk dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Kerangka kerja stewardship menetapkan pembuatan keputusan yang bersifat partisipasi, orientasi jangka panjang, kebersamaan dan hubungan kepercayaan (Agyris, 1964, dan Davis et al., 1997). Penyelarasan kepentingan (Wang, 2004 dan Warfield, 1995) sejalan dengan teori stewardship. Teori stewardship memberi pandangan alternatif (Davis et al., 1997) yaitu mengutamakan adanya keselarasan kepentingan antara pemegang saham pengendali dan non pengendali. Penyelarasan kepentingan dapat menurunkan perilaku oportunis terhadap pengelolaan laba. Selain uraian di atas, anggota keluarga juga bertindak untuk mengutamakan kepentingan perusahaan (Eddleston et al., 2008, Corbetta dan Salvato, 2004, Eddleston dan Kellermanns, 2007, Eddleston et al., 2007). 2 Lee dan O Neil (2003) memfokuskan pada dua ukuran budaya nasional seperti yang dilakukan Hofstede (1980, 1991) yaitu individualim/collectivism dan power distance. Dalam budaya collectivist, dimana kepentingan kelompok dinilai di atas kepentingan individu, manajer bertindak atas dasar hubungan jangka panjang dan memiliki tingkat kepercayaan (trust) yang tinggi. Dalam budaya power distance tinggi, dimana individu menyerahkan power pada pemegang jabatan yang lebih tinggi, manajer menerima peran yang terimplikasikan oleh hirarki dan kurang bertindak dalam cara yang menyebabkan terjadinya konflik dengan prinsipal. 7

8 Penelitian ini diharapkan dapat mengisi gap penelitian yang belum konsisten atas pengaruh perusahaan keluarga terhadap laba dan kinerja perusahaan. Hasil penelitian yang belum konsisten yaitu ada yang berpendapat bahwa perusahaan keluarga melakukan tindakan ekspropriasi dan melakukan pengelolaan laba (Fama dan Jensen, 1983, Morck et al., 1998, Shleifer dan Vishny, 1997). Hasil penelitian Gomes (2000), Fan dan Wong (2002), Anderson dan Reeb (2003), Wang (2004), Ali et al. (2007) yang menunjukkan bahwa perusahaan keluarga memiliki laba yang berkualitas, lebih efisien, dan tidak melakukan ekspropriasi. Berdasarkan uraian tersebut, terdapat dua isu masalah penelitian yaitu pengaruh kepemilikan perusahaan keluarga terhadap kualitas laba dan pengaruh kepemilikan perusahaan keluarga terhadap kinerja perusahaan dengan menggunakan teori stewardship, yaitu: 1. Pengaruh kepemilikan keluarga terhadap kualitas laba. 2. Pengaruh kepemilikan keluarga terhadap kinerja perusahaan. Isu pertama penelitian ini adalah kepemilikan keluarga dan implikasinya terhadap kualitas laba. Dalam kepemilikan keluarga, keluarga bisa mempengaruhi kualitas laba yang dilaporkan. Penelitian ini menggunakan argumen pengaruh alignment yaitu perusahaan keluarga tidak melakukan pengelolaan terhadap laba (Wang, 2004), dan tidak melakukan ekspropriasi (Gomes, 2000, dan Fan dan Wong, 2002). Dalam argumen pengaruh alignment, perusahaan keluarga menciptakan insentif jangka panjang untuk perusahaan keluarga dan menyelaraskan kepentingan antara keluarga dan para pemegang saham, sehingga meningkatkan 8

9 kualitas laba (Wang, 2004). Hasil penelitian Wang (2004) mengimplikasikan bahwa kepemilikan keluarga menyelaraskan kepentingan dengan meningkatkan komunikasi antara keluarga dan pemegang saham lainnya melalui informasi akuntansi yang berkualitas tinggi. Hasil penelitian tersebut juga mengimplikasikan bahwa keluarga tidak melakukan pengelolaan laba. Claessens et al. (2002) menyatakan bahwa banyak literatur menunjukkan argumen positive incentive effect berhubungan dengan kepemilikan saham atas hak aliran kas. Fan dan Wong (2002) menyatakan bahwa kepemilikan terkonsentrasi memiliki insentif pengaruh alignment yaitu semakin meningkat kepemilikan saham oleh pemilik semakin minimum tingkat yang diperlukan untuk kontrol efektif. Semakin tinggi kepemilikan saham tersebut akan meningkatkan keselarasan kepentingan antara pemilik pengendali dan non pengendali (Fan dan Wong, 2002). Fan dan Wong (2002) konsisten dengan Gomes (2000) yang menyatakan bahwa kepemilikan terkonsentrasi memiliki komitmen untuk membangun reputasi untuk tidak melakukan ekspropriasi terhadap pemegang saham minoritas. Isu kedua penelitian ini adalah kepemilikan keluarga dan pengaruhnya terhadap kinerja perusahaan. Hasil penelitian tentang pengaruh perusahaan keluarga terhadap kinerja perusahaan masih menjadi perdebatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja perusahaan keluarga lebih baik dibandingkan dengan kinerja perusahaan non keluarga (Anderson dan Reeb, 2003). Peneliti lain menunjukkan hasil penelitian bahwa kepemilikan keluarga berhubungan secara positif terhadap kinerja perusahaan (Chu, 2009, Gedajlovic dan Shapiro, 1998, 9

10 Kang dan Shivadasani, 1995, Shleifer dan Vishny, 1986, Short, 1994, Thomsen dan Pederson, 2000, McConnell dan Sarvaes, 1990). Claessens et al. (2002) menunjukkan bahwa hak aliran kas di tangan pemilik pengendali berhubungan positif dengan nilai perusahaan yang diukur dengan rasio market-to-book. Hasil penelitian Claessens et al. (2002) tersebut konsisten dengan argumen positive incentive effect. Peneliti lainnya menemukan adanya hubungan negatif antara kepemilikan terkonsentrasi dengan kinerja perusahaan (Rao dan Lee-Sing, 1996 dalam Morck, 2000). Rao dan Lee-Sing (1996) dalam Morck (200) menemukan bahwa hubungan perusahaan dan kinerja tidak berhubungan di Canada tetapi ada hubungan lemah, hubungan negatif di US. Dalam argumen pengaruh alignment, hasil penelitian Wang (2004) mengimplikasikan bahwa keluarga tidak melakukan pengelolaan laba sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Hasil penelitian Wang (2004) tersebut konsisten dengan Anderson dan Reeb (2003) bahwa perusahaan keluarga memiliki kinerja perusahaan lebih baik dari perusahaan non keluarga. Kedua isu penelitian tersebut diinvestigasi dengan menggunakan teori stewardship. Teori stewardship menawarkan pandangan alternatif (Davis, Schoorman dan Donaldson, 1997, Fox dan Hamilton, 1994, Lee dan O Neil, 2003). Kunci argumen tersebut adalah kepentingan manajer selaras dengan kepentingan pemilik (Lee dan O Neil, 2003). Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan bukti konfirmasi terhadap para pendukung pandangan tradisional. Menurut pandangan tradisional, perusahaan keluarga melakukan ekspropriasi terhadap pemegang saham minoritas 10

11 dan melakukan pengelolaan laba. Sementara itu, hasil penelitian Wang (2004) menunjukkan bahwa keluarga menyelaraskan kepentingan dengan pemegang saham lainnya. Wang (2004) dan Warfield (1995) menyatakan bahwa perusahaan keluarga menyelaraskan kepentingan, tidak melakukan pengelolaan laba sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan. 1.2 Permasalahan Penelitian Penelitian sebelumnya di Indonesia terkait dengan kepemilikan ultimat 3 telah dilakukan oleh Siregar (2006) dan Sanjaya (2010). Hasil penelitian Siregar (2006) menunjukkan bahwa hak aliran kas berpengaruh positif terhadap dividen, dan hak kontrol berpengaruh negatif terhadap dividen. Hak kontrol melebihi hak aliran kas memiliki insentif untuk melakukan ekspropriasi terhadap pemegang saham minoritas. Penelitian berikutnya adalah Sanjaya (2010) meneliti kepemilikan ultimat dan pengelolaan laba. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa konsentrasi hak kontrol mendorong pemegang saham pengendali untuk mengelola laba (pengaruh entrenchment). Hak aliran kas berpengaruh secara negatif terhadap pengelolaan laba (pengaruh alignment). Penelitian Siregar (2006) dan Sanjaya (2010) mendukung penggunaan teori keagenan dan mendukung hasil penelitian dengan adanya entrenchment dan 3 Kepemilikan ultimat adalah kepemilikan langsung dan tidak langsung atas hak aliran kas dan hak kontrol (La Porta et al., 1999; Lins, 2003). Kepemilikan langsung adalah saham-saham yang terdaftar atas namanya sendiri. Kepemilikan tidak langsung adalah saham-saham yang dimiliki melalui rantai kepemilikan (La Porta et al., 1999, 2002). Kepemilikan imediat adalah kepemilikan langsung dan tidak memiliki rantai kepemilikan serta hak aliran kas sama dengan hak kontrolnya, di luar kepemilikan publik. 11

12 ekspropriasi, dan tidak memisahkan pengelolaan laba akrual innate 4 dan diskresioner. Padahal menurut Francis et al. (2005), akrual dapat dipisahkan menjadi akrual diskresioner (tindakan manajer secara oportunis) dan akrual innate (terjadi karena fundamental ekonomi, dan model bisnis perusahaan). Selanjutnya, Francis et al. (2005) menyatakan bahwa akrual innate merupakan kesalahan yang tidak disengaja (unintentional error) yang timbul dari manajemen karena kegagalan dan ketidakpastian lingkungan. Sementara kesalahan estimasi yang disengaja (intentional estimation error) timbul dari insentif manajemen untuk memanipulasi laba (Francis et al., 2005). Penelitian ini memisahkan akrual menjadi akrual diskresioner dan akrual innate untuk bisa mengidentifikasi mana yang lebih mendominasi terjadinya pengelolaan laba karena tindakan oportunis atau yang terjadi karena kondisi ekonomi. Berikutnya, berdasarkan budaya nasional seperti yang dinyatakan Hofstede (1980, 1991) yaitu individualim/collectivism dan power distance dalam penelitian Lee dan O Neil (2003). Teori stewardship menawarkan pandangan alternatif (Davis, Schoorman dan Donaldson, 1997, Fox dan Hamilton, 1994, Lee dan O Neil, 2003). Kunci argumen tersebut adalah kepentingan manajer selaras 4. Akrual innate merupakan kesalahan yang tidak disengaja (unintentional error) yang timbul dari manajemen karena kegagalan dan ketidakpastian lingkungan. Sementara kesalahan estimasi yang disengaja (intentional estimation error) timbul dari insentif manajemen untuk memanipulasi laba (Francis et al., 2005). Faktorfaktor innate merupakan komponen kualitas akrual yang mencerminkan fundamental ekonomi (Francis et al., 2005). Komponen kualitas akrual innate tergantung pada model bisnis perusahaan dan lingkungan operasi perusahaan (Kent et al., 2008). Faktor-faktor diskresioner merupakan akrual yang mencerminkan pilihan managerial. Akrual diskresioner merupakan pilihan akrual yang mencerminkan tindakan oportunis (yang memperburuk risiko informasi) dan pengukuran kinerja (yang mengurangi risiko informasi) (Francis et al., 2005). 12

13 dengan kepentingan pemilik (Lee dan O Neil, 2003). Manajer perusahaan bertindak atas dasar hubungan jangka panjang dan memiliki tingkat kepercayaan lebih tinggi. Sedangkan, dalam budaya power distance tinggi, individu menyerahkan power pada pemegang jabatan lebih tinggi, dan manajer tidak bertindak yang dapat menyebabkan terjadinya konflik dengan pihak lain. Seperti telah disebutkan di atas, penelitian kepemilikan keluarga terhadap laba akuntansi telah dilakukan melalui dua cara berlawanan yaitu pengaruh entrenchment, yang diasumsikan terjadi pengelolaan laba dan kualitas laba menjadi rendah, dan pengaruh alignment, yang diasumsikan tidak terjadi pengelolaan laba dan laba menjadi berkualitas. Masalah entrenchment terjadi karena pemilik pengendali memiliki hak aliran kas yang rendah (Claessens et al., 2000, Faccio dan Lang, 2002, Lins, 2003, Attig dan Gadhoum, 2003, Bosec dan Laurin, 2008). Sebaliknya, dalam alignment, kepemilikan keluarga memberikan komitmen yang dapat dipercaya bahwa pemilik pengendali membangun reputasi untuk tidak melakukan ekspropriasi terhadap pemegang saham minoritas (Gomes, 2000, dan Fan dan Wong, 2002). Pemilik pengendali memiliki kontrol yang efektif untuk meningkatkan keselarasan kepentingan dengan pemegang saham minoritas. Argumen pengaruh alignment tersebut sejalan dengan teori stewardship yang lebih mengutamakan adanya keselarasan kepentingan. Dengan demikian, ada kemungkinan bahwa perilaku manajemen laba dalam perusahaan terkonsentrasi oleh keluarga lebih cocok bila dijelaskan dengan menggunakan teori stewardship. Teori stewardship menjelaskan bahwa keluarga yang lebih 13

14 mengutamakan kebersamaan dan keselarasan kepentingan keluarga bila menguasai sebuah perusahaan akan memiliki kecenderungan untuk menjaga reputasi perusahaan dalam jangka panjang. Masalah kedua penelitian ini adalah, apakah kepemilikan keluarga berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Masalah penelitian ini timbul karena belum konsistennya hasil penelitian tentang pengaruh perusahaan keluarga terhadap kinerja perusahaan dan masih menjadi perdebatan. Beberapa peneliti menunjukkan bahwa kepemilikan keluarga berhubungan positif dengan kinerja perusahaan (Anderson dan Reeb, 2003, Gedajlovic dan Shapiro, 1998, Kang dan Shivadasani, 1995, Shleifer dan Vishny, 1986, Short, 1994, Thomsen dan Pederson, 2000, McConnell dan Sarvaes, 1990). Peneliti lainnya menemukan adanya hubungan negatif antara kepemilikan keluarga dengan kinerja perusahaan (Claessens et al., 2000, Holderness dan Sheehan, 1988, Morck et al., 2000). Dalam argumen pengaruh alignment, keluarga tidak bertindak oportunis dalam melaporkan laba karena keluarga menjaga reputasi, kekayaan dan kinerja jangka panjang perusahaan (Wang, 2004). Kepemilikan keluarga berhubungan signifikan terhadap kualitas laba (Demsetz dan Lehn, 1985, Wang, 2004). Grosmann dan Hart (1986) memberikan bukti empiris bahwa kepemilikan terkonsentrasi bisa mengurangi konflik keagenan. Hal ini menunjukkan bahwa pemegang saham pengendali akan menyelaraskan kepentingan dengan pemegang saham non pengendali. Selain itu, laba akuntansi juga digunakan untuk menyelaraskan kepentingan anggota keluarga dengan pemegang saham lainnya 14

15 (Bushman dan Smith, 2001, Healy dan Kaplan, 1985, Warfield et al., 1995, Wang, 2004). 1.3 Motivasi Penelitian Penelitian ini dimotivasi karena belum adanya penelitian terdahulu yaitu Francis et al. (2005) yang memisahkan akrual menjadi akrual diskresioner dan akrual innate. Penelitian sebelumnya di Indonesia dilakukan oleh Siregar (2006) dan Sanjaya (2010) belum memisahkan akrual yang dipicu oleh faktor-faktor innate dan diskresioner. Penelitian Siregar (2006) dan Sanjaya (2010) mendukung terjadinya entrenchment dan tindakan ekspropriasi, karena tidak memisahkan akrual menjadi akrual diskresioner dan akrual innate, padahal menurut Francis et al. (2005), akrual dipisahkan menjadi akrual diskresioner dan innate. Oleh karena itu, penelitian ini memisahkan akrual menjadi akrual diskresioner dan akrual innate, karena untuk mengidentifikasi dominasi akrual yang terjadi, apakah karena tindakan oportunis manajemen perusahaan atau karena disebabkan oleh kondisi ekonomi. Penelitian ini juga dimotivasi oleh karena Siregar (2006) dan Sanjaya (2010) menggunakan teori keagenan. Penelitian ini melihat dari perspektif yang berbeda yaitu menggunakan teori stewardship. Penelitian ini menggunakan teori stewardship karena mendasarkan pada budaya nasional yang ada di Indonesia yaitu budaya collectivist dan power distance seperti yang dinyatakan dalam Hofstede (1980, 1991) dan Lee dan O Neil (2003). Selanjutnya, menurut Davis et al. (1997) dan Hamilton (1994) menyatakan bahwa penelitian mengenai teori 15

16 stewardship memberi pandangan alternatif. Dalam teori stewardship diasumsikan individu lebih mementingkan organisasi, menerapkan perilaku kebersamaan atau kolektif, dan mementingkan kerjasama kelompok dari pada kepentingan diri sendiri (Davis et al., 1997). Individu tidak dimotivasi oleh tujuan untuk kepentingan diri sendiri, tetapi dimotivasi untuk memiliki tujuan bersama yaitu meningkatkan kinerja perusahaan. Indonesia memiliki budaya kebersamaan atau kolektif dan power distance tinggi. Budaya bangsa merupakan faktor penting dalam teori stewardship (Davis dan Donaldson, 1997, Hofstede, 1980, 1991). Dalam budaya kolektif kepentingan kelompok lebih diutamakan dibandingkan kepentingan individu. Individuindividu melakukan tindakan untuk hubungan jangka panjang dan memiliki kepercayaan yang tinggi. Dalam budaya power distance tinggi individu menyerahkan kekuasaan (power) pada atasan atau pemegang jabatan yang memiliki posisi lebih tinggi. Individu menerima peran dalam hirarki yang ada dan tidak melakukan tindakan yang bisa menimbulkan konflik. Teori stewardship lebih cocok digunakan dalam perusahaan keluarga (Chu, 2009), karena ketika manajemen dan kontrol ada pada keluarga, maka terjadi keselarasan kepentingan antara manajer dan pemilik. Teori stewardship diasumsikan dapat meningkatkan keselarasan kepentingan (alignment) antara pemegang saham pengendali dan non pengendali. Lee dan O Neil (2003) menunjukkan bahwa budaya di Jepang menciptakan keselarasan kepentingan antara manager dan pemegang saham atau antara pemegang saham mayoritas dengan pemegang saham minoritas. Donaldson dan Davis (1989, 1991) yang 16

17 menyatakan bahwa individu-individu bertindak untuk kepentingan organisasi dan dalam kepentingan terbaik bagi organisasi. Dalam teori stewardship diasumsikan bahwa individu-individu meletakkan pilihan bersama pilihan kepentingan pribadi dan memaksimalkan kinerja perusahaan. Selanjutnya, teori stewardship lebih memfokuskan pada peningkatan hubungan dengan filosofi stewardship, seperti kepercayaan (trust), komunikasi terbuka, pemberdayaan, orientasi jangka panjang dan peningkatan kinerja perusahaan (Davis et al., 1997). Dengan demikian, teori stewardship lebih memberi pencerahan dibandingkan dengan teori keagenan. Teori keagenan dianggap membatasi generalisasi hasil penelitian karena dalam teori keagenan individu harus bisa memaksimalkan utilitasnya sendiri dan mementingkan kepentingannya sendiri. Sementara itu, dalam teori stewardship, individu diharapkan mampu meningkatkan hubungan dengan pihak lain agar reputasi perusahaan bisa bertahan serta kelangsungan hidup perusahaan bisa berlanjut. Teori stewardship tersebut sejalan dengan argumen pengaruh alignment. Dalam argumen pengaruh alignment diasumsikan bahwa kepemilikan yang terkonsentrasi membangun reputasi untuk tidak melakukan ekspropriasi terhadap pemegang saham minoritas (Gomes, 2000, Fan dan Wong, 2002). Dalam kepemilikan terkonsentrasi, keluarga pengendali bisa memonitor perusahaan secara efektif (Demsetz dan Lehn, 1985, Shleifer dan Vishny, 1997, Wang, 2004). Hal tersebut menunjukkan bahwa keluarga pengendali bisa membuat keputusan lebih cepat dan memiliki insentif untuk menciptakan loyalitas pegawai dalam jangka panjang (Weber et al., 2003, Wang, 2004). 17

18 Lee dan O Neil (2003) memfokuskan pada dua ukuran budaya nasional seperti yang dinyatakan oleh Hofstede (1980, 1991) yaitu collectivism (kebersamaan) dan power distance pada perusahaan keluarga. Dalam budaya collectivism, individu lebih mementingkan kepentingan bersama dibandingkan kepentingan individu. Sedangkan dalam power distance, individu menyerahkan power kepada orang yang memiliki posisi lebih tinggi dan manajer menerima persan yang ada dalam hirarki. Budaya collectivism (kebersamaan) dan power distance dapat menciptakan keselarasan kepentingan antara pemegang saham pengendali dan non pengendali, sehingga dapat mengurangi tindakan pengelolaan laba dan dapat meningkatkan kinerja peruahaan. Selain motivasi di atas, penelitian ini juga dimotivasi oleh motivasi karena adanya hasil penelitian mengenai kualitas laba perusahaan keluarga yang masih menjadi perdebatan. Beberapa peneliti menyatakan bahwa susunan kepemilikan berhubungan negatif dengan pengelolaan laba. Sedangkan, peneliti lainnya menyatakan bahwa susunan kepemilikan berhubungan positif dengan pengelolaan laba. Laba akuntansi sering digunakan dalam kontrak untuk menyelaraskan kepentingan dengan anggota keluarga (manager atau direktur) dengan pemegang saham dari luar (Bushman dan Smith, 2001, Healy dan Kaplan, 1985, Warfield, et al., 1995, Wang, 2006). Selanjutnya, laba akuntansi juga digunakan oleh anggota keluarga untuk melakukan tindakan ekspropriasi terhadap kekayaan pemegang saham lainnya (Jensen dan Meckling, 1976). 18

19 1.4 Kontribusi Penelitian Kontribusi penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi dalam pengembangan teori, metodologi penelitian, penentuan kebijakan, dan praktik. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi pada pengembangan teori keagenan dalam menjelaskan fenomena struktur kepemilikan keluarga. Kontribusi pengembangan teori, penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi untuk pengembangan teori, pertama, pengembangan teori stewardship dalam kepemilikan keluarga. Teori stewardship lebih memfokuskan pada meningkatkan hubungan dengan pihak-pihak yang berkepentingan agar dapat mempertahankan reputasi perusahaan. Teori stewardship memberi pandangan alternatif (Davis et al., 1997 dan Fox Hamilton, 1994), lebih mementingkan organisasi, menerapkan perilaku kolektif, dan mementingkan kerjasama kelompok (Davis dan Donaldson, 1997). Manajer dimotivasi oleh tujuan agar bisa menyelaraskan kepentingan dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Hal ini berlawanan dengan teori keagenan diasumsikan bahwa manusia lebih mementingkan kepentingan individu. Teori keagenan telah dikritik oleh Jensen dan Meckling (1994), bahwa teori ini terlalu sederhana, sedangkan masalah manusia begitu kompleks. Oleh karena itu, muncul teori stewardship dari ilmu psikologi dan sosiologi (Donaldson dan Davis, 1991). Selanjutnya, kontribusi pengembangan teori kedua adalah memberi masukan mengenai pengembangan teori manajemen laba efisien dan manajemen laba oportunistik. Akrual innate (manajemen laba efisien) terjadi karena dipicu oleh model bisnis perusahaan dan lingkungan operasi perusahaan, sedangkan 19

20 akrual diskresioner (manajemen laba oportunistik) merupakan subjek intervensi bagi manajemen. Dalam hal ini, akrual innate merupakan kesalahan yang tidak disengaja (unintentional error) yang timbul dari manajemen karena kegagalan dan ketidakpastian lingkungan, sedangkan kesalahan estimasi yang disengaja (intentional estimation error) timbul dari insentif manajemen untuk memanipulasi laba (Francis et al., 2005). Pengembangan teori tentang manajemen laba masih terus berlanjut karena laba akuntansi sering digunakan dalam kontrak untuk menyelaraskan kepentingan dengan anggota keluarga (manajer) dengan pemegang saham dari luar (Bushman dan Smith, 2001, Healy dan Kaplan, 1995, Warfield, et al., 1985, Wang, 2006). Selama ini, laba akuntansi juga digunakan oleh anggota keluarga untuk melakukan tindakan ekspropriasi terhadap kekayaan pemegang saham lainnya (Jensen dan Meckling, 1976). Oleh karena itu, dalam penelitian ini diharapkan tidak terjadi tindakan pengelolaan laba, tindakan ekspropriasi dan entrenchment dalam perusahaan keluarga, karena dalam perusahaan keluarga, manajemen dan kontrol ada pada keluarga, maka terdapat keselarasan kepentingan antara manajer dan pemilik. Kontribusi pengembangan teori ketiga ialah memberi masukan mengenai kinerja perusahaan dan nilai perusahaan. Penelitian sebelumnya, yaitu penelitian Anderson dan Reeb (2003), menunjukkan bahwa perusahaan keluarga memiliki kinerja yang baik. Hasil penelitian Anderson dan Reeb (2003) sesuai dengan karakteristik perusahaan keluarga karena memiliki jangka waktu investasi lebih lama dan keluarga akan mempertahankan reputasi perusahaannya. Perusahaan 20

21 keluarga membuat keputusan investasi yang dapat memaksimalkan nilai perusahaan dalam jangka panjang, sehingga memberi efisiensi investasi lebih tinggi (James, 1999, dan Anderson dan Reeb, 2003) dan mengurangi insentif untuk membuat keputusan investasi myopic oleh manajer (Stein, 1988, 1989). Kontribusi metodologi; kontribusi metodologi dalam penelitian ini adalah memberi masukan pada metodologi mengenai pengukuran akrual innate dan diskresioner yang dalam penelitian mengenai manajemen laba. Selama ini akrual tidak dipisahkan menjadi akrual innate dan akrual diskresioner. Pengukuran akrual innate dan diskresioner diukur dengan menggunakan pengukuran Dechow dan Dichev (2002) yang mengukur secara langsung mengenai kualitas akrual. Komponen akrual innate dan akrual diskresioner menggunakan ukuran Francis, et al. (2005). Ukuran Dechow dan Dichev (2002) mengukur secara langsung dan mengembangkan akrual yang mencerminkan arus kas aktual untuk menentukan laba akrual. Akrual innate merupakan kesalahan yang tidak disengaja (unintentional error) yang timbul dari manajemen karena kegagalan dan ketidakpastian lingkungan, sedangkan kesalahan estimasi yang disengaja (intentional estimation error) timbul dari insentif manajemen untuk memanipulasi laba (Francis et al., 2005). Kontribusi kebijakan dan praktik, memberi masukan kepada regulator bahwa nilai perusahaan bisa meningkat atau menurun karena timbul dari asimetri informasi antara pemilik dan manajer atau antara pemegang saham pengendali dan pemegang saham non pengendali. Penelitian ini membantu regulator untuk mempertimbangkan bahwa susunan kepemilikan dapat mempengaruhi 21

22 pengelolaan laba dan kinerja perusahaan. Dalam pembuatan regulasi diharapkan dapat memberi masukan kepada regulator untuk membuat regulasi dan melindungi para pemegang saham non pengendali. 1.5 Tujuan Penelitian Fenomena kepemilikan keluarga di Indonesia terdapat pada perusahaan publik di Indonesia. Tujuan penelitian ini diformulasi berdasar permasalahan penelitian. Permasalahan penelitian diurai berdasar isu penelitian. Dengan demikian, tujuan penelitian ini adalah: 1. Menyediakan bukti secara empiris apakah kepemilikan keluarga berpengaruh positif terhadap kualitas laba, 2. Menyediakan bukti secara empiris apakah kepemilikan keluarga berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan, Tabel 1.1 Keterkaitan antara Tujuan, Masalah, dan Isu Penelitian Isu Penelitian Masalah Penelitian Tujuan Penelitian Manajemen Laba Kinerja Perusahaan Apakah kepemilikan keluarga berpengaruh positif terhadap kualitas laba? Apakah kepemilikan keluarga berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Menginvestigasi mengenai apakah kepemilikan keluarga berpengaruh positif terhadap pengelolaan laba. Menginvestigasi mengenai apakah kepemilikan keluarga berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. 1.6 Lingkup Penelitian Lingkup penelitian ini adalah fenomena perusahaan yang dimiliki oleh keluarga yang terdapat pada perusahaan-perusahaan publik di Indonesia dan 22

23 fenomena kepemilikan keluarga dan perilaku perusahaan keluarga mengenai kualitas laba, dan kinerja perusahaan. Kedua isu yang ada diinvestigasi dengan menggunakan teori stewardship. Teori stewardship sejalan dengan argumen alignment, yaitu terdapatnya keselarasan kepentingan antara pemegang saham pengendali dan non pengendali. Keselarasan kepentingan tersebut dapat mengurangi terjadinya konflik kepentingan antara pemegang saham pengendali dengan pemegang saham non pengendali. Keselarasan kepentingan tersebut juga mengurangi terjadinya pengelolaan laba dan ekspropriasi, sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan. 23

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN, DAN SARAN. Simpulan penelitian ini berdasarkan temuan empiris hasil pengujian

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN, DAN SARAN. Simpulan penelitian ini berdasarkan temuan empiris hasil pengujian BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN, DAN SARAN 5.1 Simpulan Simpulan penelitian ini berdasarkan temuan empiris hasil pengujian hipotesis penelitian. Simpulan dibagi menjadi empat bagian, yaitu simpulan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masalah keagenan menjadi isu sentral dalam berbagai literatur keuangan karena adanya keterbatasan dari pemilik yang tidak dapat mengelola sendiri perusahaannya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Teori Keagenan Seperti yang diungkapkan oleh Gilson dan Gordon (2003), masalah keagenan mempunyai dua sisi, yaitu masalah keagenan klasik antara prinsipal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. (pemilik modal) dan agen (pihak yang mengelola perusahaan) dalam bentuk

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. (pemilik modal) dan agen (pihak yang mengelola perusahaan) dalam bentuk 9 BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Teori Keagenan Teori keagenan merupakan dasar teori yang mendasari praktik bisnis perusahaan. Teori ini memberikan penjelasan hubungan kontrak antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Djemat, dan Soembodo (2003) juga menemukan bahwa rata-rata sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. Djemat, dan Soembodo (2003) juga menemukan bahwa rata-rata sebanyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia, sebagian besar perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia masih dimiliki secara mayoritas atau dominan oleh keluarga pendiri perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang akan diteliti. Bab ini juga menguraikan tentang motivasi penelitian, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. yang akan diteliti. Bab ini juga menguraikan tentang motivasi penelitian, tujuan BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang latar belakang permasalahan dan masalah yang akan diteliti. Bab ini juga menguraikan tentang motivasi penelitian, tujuan penelitian, dan kontribusi penelitian.

Lebih terperinci

Penelitian mengenai perusahaan keluarga telah beberapa dilakukan di Amerika Serikat. Dalam (Anderson dan Reeb, 2004), perusahaan keluarga mempunyai

Penelitian mengenai perusahaan keluarga telah beberapa dilakukan di Amerika Serikat. Dalam (Anderson dan Reeb, 2004), perusahaan keluarga mempunyai I. PENDAHULUAN Perusahaan keluarga merupakan salah satu dasar komunitas bisnis, mayoritas perusahaan di seluruh dunia dimiliki oleh keluarga (Burkart et al., 2003). Di Indonesia, lebih dari 90 persen bisnis

Lebih terperinci

II. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

II. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Mayoritas perusahaan di Negara Indonesia dikuasai oleh bisnis keluarga. Family control berpotensi dapat menghasilkan kinerja perusahaan yang lebih baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang untuk menunjukan performa yang lebih baik. Seperti halnya

BAB I PENDAHULUAN. berkembang untuk menunjukan performa yang lebih baik. Seperti halnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan secara global menuntut banyak perusahaan di negara berkembang untuk menunjukan performa yang lebih baik. Seperti halnya Indonesia, yang harus dapat mencapai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian terkait hubungan antara struktur kepemilikan dengan kinerja

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian terkait hubungan antara struktur kepemilikan dengan kinerja BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian terkait hubungan antara struktur kepemilikan dengan kinerja perusahaan merupakan pembahasan yang luas tentang tatakelola perusahaan. Isu ini masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari perusahaan dewasa ini. Perusahaan terus berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari perusahaan dewasa ini. Perusahaan terus berusaha untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan perusahaan merupakan aspek yang tidak dapat terlepas dari perusahaan dewasa ini. Perusahaan terus berusaha untuk memaksimalkan keuangannya demi mensejahterahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan ekspansi dan pertumbuhan operasi yang berkelanjutan.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan ekspansi dan pertumbuhan operasi yang berkelanjutan. BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Perusahaan membutuhkan sejumlah modal untuk pembiayaan kegiatan operasional dan investasi. Modal dalam jumlah yang besar merupakan hal yang vital bagi perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kenyataannya, informasi yang diberikan perusahaan dalam laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. kenyataannya, informasi yang diberikan perusahaan dalam laporan keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan menerbitkan laporan keuangan sebagai sumber informasi utama bagi para penggunanya. Laporan keuangan harus mencerminkan keadaan dan kenyataan ekonomi perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umumnya didominasi oleh perusahaan keluarga. Faktanya kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. umumnya didominasi oleh perusahaan keluarga. Faktanya kepemilikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asia merupakan emerging market dan memilki karakteristik perusahaan yang berbeda dari negara-negara lain, perusahaan di Asia umumnya didominasi oleh perusahaan keluarga.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi laporan keuangan yang tidak mencerminkan keadaan atau kondisi laporan

BAB I PENDAHULUAN. informasi laporan keuangan yang tidak mencerminkan keadaan atau kondisi laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manajemen laba sering kali dianggap negatif atau buruk oleh banyak pihak terutama investor, karena pada umumnya manajemen laba menyebabkan tampilan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemisahan kepemilikan dan kontrol dalam perusahaan merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. Pemisahan kepemilikan dan kontrol dalam perusahaan merupakan hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemisahan kepemilikan dan kontrol dalam perusahaan merupakan hal yang biasa pada lingkungan bisnis modern saat ini, dengan semakin banyak perusahaan yang terdaftar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Family Firms Keterlibatan keluarga dalam bisnis perusahaan merupakan perbedaan utama antara perusahaan keluarga dan perusahaan non keluarga. Ensley dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. operasi yang netral dari proses tersebut). Menurut Scott (2009), manajemen laba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. operasi yang netral dari proses tersebut). Menurut Scott (2009), manajemen laba BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Manajemen laba Schipper (1989) mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu intervensi dengan tujuan tertentu dalam proses pelaporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tipe kepemilikan berkaitan dengan tipe konflik keagenan yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. Tipe kepemilikan berkaitan dengan tipe konflik keagenan yang dialami BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tipe kepemilikan berkaitan dengan tipe konflik keagenan yang dialami perusahaan. Perusahaan keluarga memiliki karakteristik kepemilikan yang berbeda dengan perusahaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori keagenan mengungkapkan hubungan antara pemilik (principal) dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori keagenan mengungkapkan hubungan antara pemilik (principal) dan 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Theory Agency) Teori keagenan mengungkapkan hubungan antara pemilik (principal) dan manajemen (agen). Menurut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. 2.1 Teori Keagenan (Agency Theory) antara Pemegang Saham Pengendali

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. 2.1 Teori Keagenan (Agency Theory) antara Pemegang Saham Pengendali BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Teori Keagenan (Agency Theory) antara Pemegang Saham Pengendali dan Pemegang Saham Nonpengendali Pada kepemilikan perusahaan yang tersebar terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2010 Japan Credit Rating Agency Ltd. merevisi naik peringkat

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2010 Japan Credit Rating Agency Ltd. merevisi naik peringkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada tahun 2010 Japan Credit Rating Agency Ltd. merevisi naik peringkat kredit dan investasi Indonesia dari BB+ menjadi BBB-. Selanjutnya pada tahun 2011 Fitch

Lebih terperinci

PENGARUH PEMISAHAN HAK ALIRAN KAS DAN HAK KONTROL TERHADAP DIVIDEN. Baldric siregar STIE YKPN Yogyakarta ABSTRACT

PENGARUH PEMISAHAN HAK ALIRAN KAS DAN HAK KONTROL TERHADAP DIVIDEN. Baldric siregar STIE YKPN Yogyakarta ABSTRACT PENGARUH PEMISAHAN HAK ALIRAN KAS DAN HAK KONTROL TERHADAP DIVIDEN Baldric siregar STIE YKPN Yogyakarta ABSTRACT The expropriation of minority shareholders by those of controlling shareholder is the main

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. (principal) yang mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. (principal) yang mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi Hubungan keagenan merupakan sebuah kontrak antara satu orang atau lebih (principal) yang mempekerjakan orang lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan pengelolaan perusahaan Pemisahan ini sejalan dengan teori

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan pengelolaan perusahaan Pemisahan ini sejalan dengan teori BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perekonomian modern menekankan pemisahan kepemilikan perusahaan dari manajemen dan pengelolaan perusahaan Pemisahan ini sejalan dengan teori keagenan (agency theory) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laba merupakan instrumen pengukur kinerja operasional perusahaan. Informasi laba

BAB I PENDAHULUAN. Laba merupakan instrumen pengukur kinerja operasional perusahaan. Informasi laba BAB I PENDAHULUAN Pada bagian awal penelitian ini disajikan latar belakang masalah, masalah penelitian, motivasi penelitian, tujuan penelitian, perbedaan dengan penelitian sebelumnya, kontribusi penelitian

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN PENELITIAN. penelitian. Bagian ini diakhiri dengan menyajikan keterbatasan penelitian dan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN PENELITIAN. penelitian. Bagian ini diakhiri dengan menyajikan keterbatasan penelitian dan BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN PENELITIAN Bagian terakhir penelitian ini menyajikan simpulan penelitian, implikasi penelitian yang meliputi implikasi teoritis dan implikasi praktik dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dimungkiri pondasi ekonomi di negara-negara tersebut memang

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dimungkiri pondasi ekonomi di negara-negara tersebut memang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Landasan perekonomian yang kuat di suatu negara merupakan sebuah saka guru bagi terciptanya kesejahteraan rakyat di masa yang akan datang. Ungkapan ini seakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. 2.1 Teori Keagenan (Agency Theory) antara Pemegang Saham Pengendali

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. 2.1 Teori Keagenan (Agency Theory) antara Pemegang Saham Pengendali BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Teori Keagenan (Agency Theory) antara Pemegang Saham Pengendali dan Pemegang Saham Non Pengendali Pada saat manajer-pemilik adalah pemegang saham tunggal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (seperti : perusahaan awalnya mempunyai satu macam produk dengan

BAB I PENDAHULUAN. (seperti : perusahaan awalnya mempunyai satu macam produk dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam menjalankan operasionalnya, pada titik tertentu perusahaan akan menemukan pilihan untuk mengembangkan usahanya (seperti : perusahaan awalnya mempunyai satu macam

Lebih terperinci

Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan

Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan Tugas S2 matrikulasi: Ekonomi Bisnis & Financial Dosen: Dr. Prihantoro, SE., MM Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pemisahan antara kepemilikan saham dan manajemen di perusahaanperusahaan besar sangat diperlukan. Sebagian besar perusahaan itu memiliki ratusan atau ribuan pemegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membandingkan dengan perusahaan lain sehingga dapat menilai apakah

BAB I PENDAHULUAN. membandingkan dengan perusahaan lain sehingga dapat menilai apakah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal yang berkembang saat ini dapat dijadikan lahan bisnis dan memberikan peluang keuntungan yang sangat besar bagi para investor. Untuk itu dapat dipastikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teori keagenan yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976) mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan kepentingan antara pemilik perusahaan (principal)

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : HARTAWAN HARI MAYASTO B

SKRIPSI. Oleh : HARTAWAN HARI MAYASTO B PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN MANAJERIAL, STRUKTUR KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, UKURAN PERUSAHAAN DAN JUMLAH DEWAN KOMISARIS PERUSAHAAN TERHADAP PENGATURAN LABA ( EARNINGS MANAGEMENT ) ( Ditinjau dari Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itulah, pemerintah maupun investor memberikan perhatian yang lebih dalam

BAB I PENDAHULUAN. itulah, pemerintah maupun investor memberikan perhatian yang lebih dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di negara Indonesia, isu mengenai tata kelola perusahaan mengemuka setelah Indonesia mengalami krisis yang berkepanjangan sejak tahun 1998. Sejak itulah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan manfaat penelitian secara empiris dan praktis. penggunaan dana, perolehan dana, dan pengelolaan aktiva (Brigham dan Houston,

BAB I PENDAHULUAN. dan manfaat penelitian secara empiris dan praktis. penggunaan dana, perolehan dana, dan pengelolaan aktiva (Brigham dan Houston, 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I berisi beberapa sub bab yang menjelaskan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajer (agen). Manajemen ditunjuk sebagai pengelola perusahaan oleh pihak

BAB I PENDAHULUAN. manajer (agen). Manajemen ditunjuk sebagai pengelola perusahaan oleh pihak BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penelitiaan. Bagian 1.1 menjelaskan mengenai latar

Lebih terperinci

SEMINAR AKUNTANSI. Teori Agensi (AgenCy Theory)

SEMINAR AKUNTANSI. Teori Agensi (AgenCy Theory) SEMINAR AKUNTANSI Teori Agensi (AgenCy Theory) ISU/ FENOMENA MASALAH TEORI UTAMA (GRAND THEORY) Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa agency theory menjelaskan hubungan keagenan yang terjadi antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnis yang semakin ketat. Kinerja perusahaan, terutama perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnis yang semakin ketat. Kinerja perusahaan, terutama perusahaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kinerja perusahaan merupakan issue yang penting terutama di era globalisasi ini. Perusahaan dituntut untuk terus meningkatkan kinerjanya tidak hanya agar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. harus berupaya secara efisien dan efektif untuk mengelola perusahaan agar dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. harus berupaya secara efisien dan efektif untuk mengelola perusahaan agar dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan perusahaan adalah untuk memperoleh profitabilitas yang tinggi agar dapat bertahan hidup dan berkembang secara berkelanjutan. Manajemen harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Struktur kepemilikan dapat menyebabkan masalah keagenan yaitu tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Struktur kepemilikan dapat menyebabkan masalah keagenan yaitu tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Struktur kepemilikan dapat menyebabkan masalah keagenan yaitu tidak selarasnya tindakan yang dilakukan manajer (agen) dengan kepentingan pemegang saham (prinsipal).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kreditor dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan investasi dana

BAB I PENDAHULUAN. kreditor dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan investasi dana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan keuangan dapat memberikan informasi kepada para investor dan kreditor dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan investasi dana mereka, pemilihan penggunaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Perekonomian di dunia telah berkembang tanpa mengenal batas negara karena pengaruh globalisasi. Setiap pemilik perusahaan multinasional saling bersaing untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agensi yaitu manajer melalui tindakan oportunis manajemen untuk kepuasannya,

BAB I PENDAHULUAN. agensi yaitu manajer melalui tindakan oportunis manajemen untuk kepuasannya, 0 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam perusahaan informasi laba sangat penting, informasi laba sebagai bagian dari laporan keuangan, informasi tersebut selalu menjadi target rekayasa para agensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mengenai struktur kepemilikan, struktur modal, corporate

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mengenai struktur kepemilikan, struktur modal, corporate BAB I PENDAHULUAN Bab Iberisi penjelasan latar belakang penelitian yang dilakukan, yaitu mengenai struktur kepemilikan, struktur modal, corporate governance, dan agency cost. Selanjutnya, dalam bab ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hampir sama di seluruh dunia baik pada negara berkembang ataupun negara

BAB I PENDAHULUAN. hampir sama di seluruh dunia baik pada negara berkembang ataupun negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepemilikan perusahaan saat ini memiliki pola perkembangan yang hampir sama di seluruh dunia baik pada negara berkembang ataupun negara maju. Struktur kepemilikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Mekanisme Corporate Governance Mekanisme corporate governance memiliki kemampuan dalam kaitannya menghasilkan suatu laporan keuangan yang memiliki kandungan informasi laba (Boediono,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Teori Keagenan Teori keagenan secara mendetail pertama kali dinyatakan oleh Jensen dan Meckling (1976). Jensen dan Meckling (1976) menyebut manajer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan go public merupakan istilah yang tidak asing lagi di

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan go public merupakan istilah yang tidak asing lagi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan go public merupakan istilah yang tidak asing lagi di masyarakat. Perusahaan ini menggambarkan perusahaan yang menawarkan sahamnya kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian International Financial Reporting Standard (IFRS) seringkali dianggap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian International Financial Reporting Standard (IFRS) seringkali dianggap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian International Financial Reporting Standard (IFRS) seringkali dianggap sebagai standar akuntansi yang berkualitas tinggi(zeghal, Chtourou, & Fourati, 2012).Sampai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Keagenan Teori agensi adalah teori yang menyatakan hubungan keagenan dengan prinsipal yang di dalamnya agen bertindak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem mengumpulkan, memproses data dan kemudian menyebar luaskan

BAB I PENDAHULUAN. sistem mengumpulkan, memproses data dan kemudian menyebar luaskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pencatatan akuntansi tidak lagi dilakukan secara manual, melainkan telah menggunakan teknologi, yaitu menggunakan sistem. Akuntansi merupakan suatu sistem

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. antara manajer ( agent) sebagai pengelola dengan pemegang saham ( principal)

BAB 1 PENDAHULUAN. antara manajer ( agent) sebagai pengelola dengan pemegang saham ( principal) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Peningkatan kekayaan pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan sebagai tujuan utama perusahaan kadang tidak sejalan dengan tujuan pihak manajemen perusahaan,

Lebih terperinci

PENGARUH KEPEMILIKAN ULTIMAT TERHADAP KEINFORMATIFAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI

PENGARUH KEPEMILIKAN ULTIMAT TERHADAP KEINFORMATIFAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI PENGARUH KEPEMILIKAN ULTIMAT TERHADAP KEINFORMATIFAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI Disusun oleh : Isabella Henny Susilowati NPM : 09 04 17561 Pembimbing : I Putu Sugiartha Sanjaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Laba merupakan indikator yangdigunakan untuk menilai prestasi perusahaan melalui kinerja operasional perusahaan. Laba pada laporan keuangan memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibedakan menjadi dua yaitu pihak eksternal dan pihak internal.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibedakan menjadi dua yaitu pihak eksternal dan pihak internal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang secara formal wajib dipublikasikan sebagai sarana pertanggungjawaban pihak manajemen terhadap pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral, sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral, sebagai sumber penyalahgunaan informasi yang merugikan pihak-pihak yang berkepentingan. Belum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi di berbagai negara. Krisis ekonomi global mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi di berbagai negara. Krisis ekonomi global mulai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dampak krisis ekonomi global yang terus berkelanjutan berdampak pada kegiatan ekonomi di berbagai negara. Krisis ekonomi global mulai berimbas pada Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TEORI AGENSI, PERATURAN BAPEPAM VIII G.7, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, NILAI PERUSAHAAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II TEORI AGENSI, PERATURAN BAPEPAM VIII G.7, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, NILAI PERUSAHAAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 14 BAB II TEORI AGENSI, PERATURAN BAPEPAM VIII G.7, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, NILAI PERUSAHAAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Teori Agensi (Agency Theory) Jensen dan Meckling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh family..., Maydeliana Ayub..., FE UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh family..., Maydeliana Ayub..., FE UI, 2008 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Good Corporate Governance (GCG) mulai banyak diterapkan oleh perusahaan di Indonesia semenjak terjadinya krisis ekonomi yang banyak menghantam perusahaan yang tidak

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manajemen laba (earnings mangement) merupakan fenomena yang sukar untuk dihindari karena fenomena ini merupakan dampak dari penggunaan dasar akrual dalam penyusunan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. tinggi kepemilikan saham manajerial maka financial distress semakin rendah. Jensen

BAB V PENUTUP. tinggi kepemilikan saham manajerial maka financial distress semakin rendah. Jensen BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa: Pertama, kepemilikan saham manajerial berpengaruh negatif terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik buruknya kinerja keuangan. Untuk mengetahui baik buruknya kinerja keuangan

BAB I PENDAHULUAN. baik buruknya kinerja keuangan. Untuk mengetahui baik buruknya kinerja keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan termasuk salah satu organisasi yang memiliki tujuan utama yaitu keberhasilan dalam mencapai tujuan perusahaan. Tujuan perusahaan dapat dilihat dari

Lebih terperinci

EKSPROPRIASI MELALUI UTANG DALAM STRUKTUR KEPEMILIKAN ULTIMAT. Dr. Baldric Siregar, M.B.A., Ak. 1 STIE YKPN Yogyakarta

EKSPROPRIASI MELALUI UTANG DALAM STRUKTUR KEPEMILIKAN ULTIMAT. Dr. Baldric Siregar, M.B.A., Ak. 1 STIE YKPN Yogyakarta EKSPROPRIASI MELALUI UTANG DALAM STRUKTUR KEPEMILIKAN ULTIMAT Dr. Baldric Siregar, M.B.A., Ak. 1 STIE YKPN Yogyakarta (siregar@accountant.com) ABSTRACT This study addresses ultimate ownership issue and

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dalam laporan tahunan harus disertai pengungkapan yang penuh

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dalam laporan tahunan harus disertai pengungkapan yang penuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan media komunikasi yang digunakan untuk menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Informasi dalam laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan UKDW. membutuhkannya. Konsep dari International Accounting Standars Board (IASB)

BAB I. Pendahuluan UKDW. membutuhkannya. Konsep dari International Accounting Standars Board (IASB) BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Investor akan memerlukan laporan keuangan yang berguna dan berkualitas untuk melakukan investasi dalam suatu perusahaan. Laporan keuangan adalah informasi keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi era globalisasi dan Asean Economic Community, perusahaan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi era globalisasi dan Asean Economic Community, perusahaan UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi dan Asean Economic Community, perusahaan dituntut untuk gesit dalam mengembangkan inovasi dan strategi yang baru agar mampu bersaing dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dua komponen akrual yang utama yaitu discretionary accrual dan

BAB I PENDAHULUAN. Dua komponen akrual yang utama yaitu discretionary accrual dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan alat utama bagi perusahaan untuk menyampaikan informasi keuangan mengenai pertanggungjawaban pihak manajemen. Dalam akuntansi terdapat dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah laporan keuangan. Laporan keuangan selain merupakan media

BAB I PENDAHULUAN. adalah laporan keuangan. Laporan keuangan selain merupakan media BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu sumber informasi bagi pihak eksternal yang dapat membantu dalam menaksir kemampuan perusahaan memperoleh laba adalah laporan keuangan. Laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengurangi konflik keganenan dapat melalui kebijakan dividen.

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengurangi konflik keganenan dapat melalui kebijakan dividen. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Salah satu tujuan manajemen keuangan terkait dengan keputusan untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham, namun seringkali terjadi konfik antara pemegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai keputusan bisnis. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts

BAB I PENDAHULUAN. berbagai keputusan bisnis. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan bentuk komunikasi perusahaan kepada berbagai pihak yang bersangkutan dengan operasional bisnis perusahaan. Informasiinformasi pada laporan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengukur tingkat kesehatan keuangan (financial health) suatu perusahaan. yaitu menggunakan analisis rasio keuangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengukur tingkat kesehatan keuangan (financial health) suatu perusahaan. yaitu menggunakan analisis rasio keuangan. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kinerja Keuangan Informasi mengenai kinerja keuangan sangat diperlukan investor dalam menentukan kebijakan investasi. Kinerja keuangan digunakan untuk mengukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal yang berkembang saat ini dapat memberikan peluang

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal yang berkembang saat ini dapat memberikan peluang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal yang berkembang saat ini dapat memberikan peluang keuntungan yang sangat besar bagi para investor. Untuk satu atau lebih investasi tentu saja investor

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN. 5.1.Simpulan. Penelitian ini didisain untuk menguji pengaruh excess cash holdings terhadap nilai

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN. 5.1.Simpulan. Penelitian ini didisain untuk menguji pengaruh excess cash holdings terhadap nilai 154 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN 5.1.Simpulan Penelitian ini didisain untuk menguji pengaruh excess cash holdings terhadap nilai perusahaan dan menguji peran corporate governance dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Jensen dan Mekling, 1976). Asumsi dasar dalam teori keagenan (agency

BAB I PENDAHULUAN. (Jensen dan Mekling, 1976). Asumsi dasar dalam teori keagenan (agency 1 BAB I PENDAHULUAN Teori keagenan menyatakan bahwa perusahaan yang memisahkan fungsi pengelolaan dengan fungsi kepemilikan akan rentan terhadap konflik keagenan (Jensen dan Mekling, 1976). Asumsi dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, proses penyusunan laporan keuangan dapat dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, proses penyusunan laporan keuangan dapat dipengaruhi oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang digunakan oleh pemangku kepentingan (pihak eksternal perusahaan) dalam menilai kinerja perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas kerja serta mengurangi penyimpangan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas kerja serta mengurangi penyimpangan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Dalam rangka penerapan tata kelola perusahaan yang baik, Bapepam melalui surat edaran Bapepam No.SE-03/PM/2000 merekomendasikan imbauan perusahaan publik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut agency conflict disebabkan pihak-pihak yang terkait yaitu prinsipal

BAB I PENDAHULUAN. disebut agency conflict disebabkan pihak-pihak yang terkait yaitu prinsipal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut agency theory, adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik. Terjadinya konflik yang disebut agency conflict

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya konflik kepentingan antara shareholder dan manajer, karena

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya konflik kepentingan antara shareholder dan manajer, karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah agensi telah menarik perhatian yang sangat besar dari para peneliti di bidang akuntansi keuangan (Fuad, 2005). Masalah agensi timbul karena adanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Agensi Jensen dan Meckling (1976) dalam Muliati (2011) mengatakan bahwa hubungan antara pemilik dan pemegang saham (prinsipal) dengan manajer (agen/investor)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah klasik antara prinsipal dan agen (Jensen dan Murphy, 1990). Manajer

BAB I PENDAHULUAN. masalah klasik antara prinsipal dan agen (Jensen dan Murphy, 1990). Manajer 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Konflik kepentingan antara pemegang saham dan manajer adalah contoh masalah klasik antara prinsipal dan agen (Jensen dan Murphy, 1990). Manajer berusaha untuk memaksimalkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan kontrak dimana satu atau lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan. SFAC (Statement of Accounting Concepts) No.1 menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan. SFAC (Statement of Accounting Concepts) No.1 menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Informasi laba adalah komponen laporan keuangan yang secara umum menjadi perhatian utama para pengguna laporan keuangan dalam menilai kinerja suatu perusahaan. SFAC

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Masalah agensi antara manajer dan pemegang saham pada banyak perusahaan di Amerika Serikat telah diidentifikasi oleh Barle dan Means (1932) sebagai akibat

Lebih terperinci

BAB I. PENGANTAR. A. Latar Belakang. Manajer akan meningkatkan nilai bagi pemegang saham melalui investasi yang

BAB I. PENGANTAR. A. Latar Belakang. Manajer akan meningkatkan nilai bagi pemegang saham melalui investasi yang 1 BAB I. PENGANTAR A. Latar Belakang Manajer akan meningkatkan nilai bagi pemegang saham melalui investasi yang memberikan tingkat pengembalian lebih besar daripada biaya modal. Kalau hal ini terjadi berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Informasi laba sebagai bagian dari laporan keuangan, sering menjadi target

BAB I PENDAHULUAN. Informasi laba sebagai bagian dari laporan keuangan, sering menjadi target BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi laba sebagai bagian dari laporan keuangan, sering menjadi target rekayasa melalui tindakan oportunis manajemen untuk memaksimumkan kepuasaannya, tetapi

Lebih terperinci

PERNYATAAN KEASLIAN...

PERNYATAAN KEASLIAN... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i PRASYARAT GELAR... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv SURAT PERNYATAAN KEASLIAN... v UCAPAN TERIMA KASIH... vi ABSTRAK... viii ABSTRACT...

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB II TELAAH PUSTAKA BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi (Agency Theory) Teori agensi berasumsi bahwa semua individu akan bertindak untuk memenuhi kepentingannya sendiri. Agen diasumsikan akan menerima

Lebih terperinci

12 Universitas Indonesia

12 Universitas Indonesia BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tipe Kepemilikan Dalam Perusahaan Menurut teori klasik managerial Firm (Baumol, 1959; Galbraith 1967; Marris, 1964; Williamson, 1964) seperti yang dikutip oleh Gόrriz dan Fumás

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori ini pertama kali dicetuskan oleh Jensen dan Meckling (1976) yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori ini pertama kali dicetuskan oleh Jensen dan Meckling (1976) yang 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori ini pertama kali dicetuskan oleh Jensen dan Meckling (1976) yang menyatakan bahwa teori keagenan merupakan teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate governance terhadap manajemen laba di industri perbankan Indonesia. Konsep good corporate

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang manajer memiliki peran utama untuk memaksimalkan kekayaan para pemegang saham. Hal ini dilakukan juga untuk semakin meningkatkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan oleh berbagai pihak yang berkepentingan atas suatu

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan oleh berbagai pihak yang berkepentingan atas suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laba merupakan indikator penting dan sering digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan oleh berbagai pihak yang berkepentingan atas suatu perusahaan, pada era globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. struktur kepemilikan dan control contestability pada perusahaan non-keuangan di

BAB I PENDAHULUAN. struktur kepemilikan dan control contestability pada perusahaan non-keuangan di BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang yang mendasari penelitian struktur kepemilikan dan control contestability pada perusahaan non-keuangan di Indonesia. Struktur kepemilikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. manajer dalam memilih kebijakan akuntansi yang mempengaruhi laba untuk

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. manajer dalam memilih kebijakan akuntansi yang mempengaruhi laba untuk BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Manajemen Laba 2.1.1 Definisi Manajemen Laba Scott (2003) mengungkapkan bahwa manajemen laba adalah keputusan manajer dalam memilih kebijakan akuntansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran pemegang saham, maka terjadi peningkatan pada nilai pemegang

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran pemegang saham, maka terjadi peningkatan pada nilai pemegang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan perusahaan adalah memaksimumkan kekayaan/nilai perusahaan bagi pemegang saham/pemilik. Peningkatan nilai perusahaan dapat melalui peningkatan kemakmuran para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdapat beberapa kasus praktik income smoothing (perataan laba) yang pernah terjadi,

BAB I PENDAHULUAN. terdapat beberapa kasus praktik income smoothing (perataan laba) yang pernah terjadi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktik income smoothing (perataan laba) bukanlah hal baru yang terjadi di tengah perekonomian Indonesia. Berdasarkan data dari Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan keagenan merupakan kontrak antara pemilik perusahaan (principal)

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan keagenan merupakan kontrak antara pemilik perusahaan (principal) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan keagenan merupakan kontrak antara pemilik perusahaan (principal) dengan manajemen (agent). Masalah keagenan terjadi ketika manajemen melakukan tindakan yang

Lebih terperinci