BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 42 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Permasalahan pada kapasitas data adalah terjadinya kepadatan trafik (pada 3G). Yang mana akan memberikan dampak yang jelek baik dari performa signaling dan juga pencapaian availability yang tidak mencapai 100% di disebabkan oleh transmisi yang mengalami kepadatan trafik. Ada 2 jenis kepadatan trafik yang ditemukan dalam melakukan penelitian diantaranya sebagai berikut : 1. Kepadatan Pada Link HOP 2. Kepadatan pada LAN (Wiring Transmisi) 4.1 Kepadatan Link HOP Berikut ini adalah kasus yang terjadi pada link 1124_Taman Gandaria <> 1302_Ahmad Dahlan. Berawal dari komplain dari beberapa customer yang mengalami slow speed internet dan dilakukan pengecekan di sekitaran customer untuk menentukan site yang mengcover customer yang mempunyai permasalahan dengan internetnya. Berikut adalah contoh hasil pengecekan dicustomer

2 43 Gambar 4.1 Gambar survey lokasi site cover Dari gambar 4.1, maka data yang didapatkan adalah network type, ini adalah menunjukan jenis dari sinyal yang digunakan oleh customer 2G atau 3G, kemudian Signal strength atau sering biasa disebut RSSI (Receive Signal Strengh Indicator) kekuatan dari sinyal yang diterima, dimana untuk mendapatkan layanan internet yang nyaman Signal strength atau biasa disebut RSSI (received Signal Strength Indicator diatas -90 dbm dan informasi yang paling penting adalah informasi tentang nama site yang mengcover si customer complaint, adapun detail data hasil test call di area customer komplain seperti berikut ini.

3 44

4 45 Dari data tabel diatas maka tahap berikutnya adalah melihat rootpath atau wiring transmisi yang dilewati oleh site yang mengalami masalah dan berikut ini adalah gambar rootpathnya untuk site Ahmad Dahlan Gambar 4.2 Diagram Transmisi Site 1302_Ahmad Dahlan Pada link 1124 to 1302 didapatkan utilisasi atau pemakaian dari kapasitas yang tersedia yaitu %. sedangkan kapasitas yang tersedia hanya Mbps sedangkan link 1124 to 1302 di lewati oleh 6 NodeB diantaranya adalah 3G 1302_Ahmad Dahlan, 3G 1305_Kramat Pela, 3G PC074_Grand Mahakam, 3GPC382_RS Pertamina, 3GPC537_Apt Simprug Terace, 3G 241PX398_Blok M Plaza, dan 3G PC545_Ghara Iskandar, tentunya dengan kapasitas 17,86 Mbps dengan dilewati oleh 7 NodeB. Inilah yang menyebabkan terjadinya complain dari pelanggan yang mengalami gangguan kecepatan internet pada pelanggan yang menggunakan layanan data, sedangkan untuk 2G tidak ada masalah

5 dikareanakan 2G yang melalui link ini masih berbasis E1 belum menggunakan SIU. 46 Gambar 4.3 Gambar Utilisasi Link Hop 1302 to 1124 Pada gambar 4.3 merupakan pantauan utilisasi selama 24 jam, jarak antara 0 80 adalah batas aman sedang jarak merupakan area kepadatan trafik dan dapat kita lihat grafik dimana Tx pada jam 06:30 AM 02:00 sudah memasuki area kepadatan trafik yaitu 80% ke atas, kemudian kembali normal pada jam 02:00 AM 06:00 AM yang mana pada jam ini merupakan waktu orang sedang instirahat maka bisa di pastikan untuk layanan internet akan sangat baik dan seterusnya inilah indikasi yang menunjukan bahwa link ini harus segera di upgrade kapasitasnya. Berikut ini adalah data link yang harus segera di upgrade capacity modulation.

6 47 Gambar 4.4 Gambar Transmisi MLTN 1124<> 1302 Pada gambar ini menunjukan HOP 1124 to 1302, dapat kita lihat RX Level dbm dan yang standby dbm serta TX adalah 9 dbm, dengan configurasi 1+1 HS (Hot Standby) yang artinya jika salah satu RAU atau MMU rusak maka akan secara otomatis link akan berpindah ke link RAU yang standby karena sebelumnya telah di setting mode Automatic. Gambar 4.5 Sebelum Upgrade configure Radio Link

7 Dapat kita lihat pada gambar ini adalah untuk pengaturan ID name untuk NE dan 48 FE, capacity modulation 34+2 C-QPSK serta mode 1+1 Hot yang artinya kapasitas dari link ini memiliki kemampuan drop E1 hanya 16E1. Mode HS (Hot Standby) ketika RAU1 bekerja maka RAU2 akan standby dan apabila RAU1 rusak maka RAU2 yang akan bekerja bisa disetting secara automatic atau manual tergantung dari pengaturannya. Dan pada tampilan diatas bisa dilihat pada halaman ini merupakan tempat pengaturan Tx frequensi yang digunakan. Gambar 4.6 Inventory Transmisi 1124<>1302 Dari data- data existing diatas maka dapat kita lihat data tentang material yang terinstal, posisi port serta produk nomornya dan saat ini material yang terinstal sebagai berikut : 1. MMU2B 2 unit (configure 1+1 HS). Kapasitas dari MMU2B maksimal 16E1 atau sekitar 38 Mbps 2. RAU1 15/88 2 unit.

8 49 Karena kapasitas maksimal sudah dilakukan seperti pada gambar 4.5, untuk mengupgrade kapasitasnya maka yang menjadi perhatian adalah menyiapkan material sebagai berikut : 1. MMU2H 2 unit 2. RAUXu 15/88 2 unit Kapasitas dari MMU2H adalah 154 Mbps, diharapkan dengan dilakukan penggantian atau upgrde kapasitasnya availability akan tercapai 100% yang mana issue yang disebabkan adanya kepadatan trafik serta kesediaan untuk packet data untuk site-site baru. Untuk melakukan upgrade kapasitas ini maka penggantian perangkat harus dilakukan dari dua sisi untuk mempercepat proses pelaksanaan karena impact dari pekerjaan ini akan menyebabkan site yang melewati link ini akan down. Berikut ini adalah flowchart untuk upgrade :

9 50 Gambar 4.7 Flowchart Upgrade Kapasitas Flowchart ini sebagai panduan sebelum dilakukan execute pekerjaan upgrade kapasitas pada satu hop dengan transmisi yang digunakan adalah MLTN agar pada saat dilakukan kendala tidak mengalami kesulitan seperti kehilangan data baik frekuensi, TX power atau juga crossconnect existing pada link tersebut. Pada flowcard dengan mengaktifkan software BPSTP dimana fungsi dari program ini

10 untuk membackup data yang sudah ada yaitu dengan mengupload artinya backup data dari MLTN ke PC (notebook). 51 Kemudian tahap berikutnya connect ke perangkt MLTN dan melakukan save report, tahap berikutnya dengan menekan tombol BR yang ada pada MMU yang bertujuan agar configure dan juga crossconnect yang ada pada MMU tidak hilang karena akan di ganti dengan MMU 2H, kemudian kabel RPM yang terhubung ke MMU di lepas kemudian cabut MMU dari AMM, masukan MMU 2H dan hubungkan kembali kabel RPM ke MMU yang baru kumudian bukan kembali program BPSTP dan download data yang sudah di upload sebelumny kemuadian jika diharusnya upgrade software maka langsung di upgrade dari software yang sudah disediakan pada PC. Gambar 4.8 Setelah Upgrade HOP 1124 to 1302

11 52 Pada tampilan di atas tidak ada perubahan yang signifikan setelah dilakukan upgrade dengan swap MMUB ke MMU2H dan RAU2 15/88HP menjadi RAU2 Xu 15/88 hanya saja yang membedakan adalah type MMU yang digunakan serta RAU yang digunakan memiliki kapasitas yang lebih besar, Sedangkan RX Level pada RAU dbm dan RAU2 (Standby dbm) tidak berpengaruh atau mengalami perubahan masih sama dengan sebelumnya. Gambar 4.9 Setelah Upgrade Configure Radio Link Pada gambar 4.9 ini bisa kita lihat channel spacing 28 dan capacity modulation 154 Mbps, power 9 dbm serta drop E1 adalah 16 E1 sedangkan packet link capacity yang tersisa dari 154Mbps adalah Mbps, dimana link capacity yang sebelumnya yang tersedia hanya 17,86 Mbps (Gambar 4.5) menjadi 121,25 Mbps kenaikan sekitar Mbps, maka ketersediaan packet link Mbps dengan demikian diharapkan akan menghidari terjadinya kepadatan trafik.

12 53 Gambar 4.10 Inventory Perangkat yang terinstal Setelah Upgrade Setelah upgrade dapat dilihat pada gambar 4.11 yang dilakukan penggantian hanya MMU serta RAUnya saja sedangkan untuk yang lain tidak ada perubahan.

13 54 Gambar 4.11 Utilisasi Link Normal 1302 to 1124 WAN utilisasi link 1302 to 1124 setelah upgrade bisa dilihat pada gambar 4.11 Jika dibandingkan pada sebelumnya yaitu pada gambar 4.4 tentu bisa dilhat perbedaannya yang mana bisa dilihat Tx (garis merah) menunjukan penggunaan dari kapasitas yang tersedia dalam level aman maksimal 40%. 4.2 Kepadatan LAN Wiring Transmisi Kepadatan trafik pada lan ini pada dasarnya dampak yang di timbulkan sama dengan pembahasan sebelumnya hanya saja yang membedakan adalah solusi atau pemecahan permasalahan yang tidak sama, berikut ini adalah masalah yang di timbulkan oleh kepadatan trafik lan untuk site 1308_Bintaro Veteran.

14 55 Gambar 4.12 Wiring transmisi 1308_Bintaro Veteran Pada gambar wiring transmisi 1308 terdapat 1 MSTP yang mempunyai kapasitas 1000 Mbps, dan jika diamati total ada 33 NodeB dan 14 BTS (Abis over IP). Dengan adanya wiring yang sudah ada maka langkah berikutnya adalah melakukan utilisasi pada setiap lan untuk menentukan lan manakah yang sudah mengalami overload. Gambar 4.13 Monitoring wiring transmisi

15 56 Dari gambar diatas dapat kita lihat LAN utilisasi MSTP 1275 ke arah TN0587 pemakaian 14,6% dari 1000 Mbps, sedangkan pada LAN TN 0587 to 1036_Pondok Pinang pemakaian LAN 91,9% dari 100 Mbps sedangkan pada LAN yang lainnya pemakaian masih dibawah 40% maka inilah yang memicu terjadinya congestion dan berimpak terjadinya slow speed internet pada NodeB yang melalui link 1308, yang mana juga berimbas munculnya alarm 2G yaitu LAPD Paging Overload. Berikut ini adalah monitoring utilisasi untuk LAN. Jumlah utilisasi MSTP 14.6% x 1000 Mbps = 146 Mbps Sedangkan total LAN yang ada pada drawing AMM ada 7 yaitu : Utilisasi LAN (01) 0587 <> 1036 = 91.9% x 100 = 91.9 Mbps LAN (02) 18.1% = 18.1 Mbps LAN (03) 18.1% = 18.1 Mbps LAN (04 ) 18.5% = 18.5 Mbps LAN (05) 29% = 29 Mbps LAN (06) 40% = 40 Mbps LAN (07) 7% = 7Mbps LAN under 01 adalah LAN 04, LAN 05, LAN 06 dan LAN 07.

16 57 Gambar 4.14 Monitor Utilisasi LAN TN 0587 to 3174 Dari gambar grafik utilisasi diatas bisa kita lihat dimana kapasitas maksimal LAN tersebut diatas adalah 100 Mbps, pada level 80% keatas adalah merupakan area kepadatan trafik yang memberikan indikasi bahwa kapasitas dari LAN tersebut telah maksimal dalam pemakaiannya dan dari hasil monitoring selama 24 jam, nampak bahwa start jam 6:00 AM sampai 2:30 AM link mengalami kepadatan trafik.

17 58 Gambar 4.15 Performa Trafik LAN 1/8/3 Dari pantauan performa trafik LAN 0578 to 3174 terdapat Packet loss yang selalu counting, jika dilihat interval time durasi selama 15 menit total packet loss 9.473E-6 dan selama 24 jam nampak packet loss terus counting naik menjadi 1.122E-3, yang mana packet loss yang terus menerus counting ini dikarenakan kepadatan pengguna jaringan, hal ini didasarkan pada gambar hasil penemuan utilisasi LAN TN 0578 to Berikut ini adalah sebagian list yang melewati link 1308 yang menunjukan terjadi kepadatan trafik pada drawing transmisi disite 1308_Bintaro Veteran.

18 59 Tabel 4.2 List Site Worch cell Standar KPI availability rata rata untuk 1 area atau cluster adalah 98.8%,dan jika kita lihat pada tabel 4.2 terdapat beberapa jumlah site yang memiliki availability dibawah 98.8 % yang terjadi selama 3 hari berturut turut kemudian setelah kita telusuri incident yang terjadi selama 3 hari tersebut dengan melihat histori dari alarm, temperature, dan vswr semuanya aman. Kemudian lanjut ke tahap berikutnya dengan melakukan pengecekean transmisi dari Near End (NE) hingga ke Far End (FE) maka diketahui seluruh nodeb diatas menginduk ke site HUT 1308_Bintaro Veteran. Seperti dijelaskan pada gambar 4.13 dan gambar 4.14 yaitu adanya kepadatan trafik LAN pada HUT 1308, yang menyebabkan worch cell beberapa nodeb yang VLANnya melalui LAN 1/8/3 pada site 1308, sedang impact yang ditimbulkan akibat terjadinya conges LAN 1/8/3 untuk 2G adalah adanya alarm LAPD paging Overload, berikut ini list site yang mengalami LAPD Paging Overload

19 60 Gambar 4.16 List site 2G impact Conges 1308 Alarm LAPD Paging Overload adalah impact dari conges LAN 1/8/3, dan yang mengalami Overload LAPD Paging adalah site 2G yang sudah Over IP. Alarm ini dapat dilihat dengan menggunakan software Winfiol atau Secure CRT dan menggunakan command : rxasp:mo=rxotg-xx;, xx ini diganti dengan memasukan RBLT atau dengan menggunakan command rxasp:moty=rxotrx;, command ini digunakan untuk melakukan pengecekan atau monitor alarm trx dalam 1 BSC. Jika keadaan utilisasi AMM pada 1308_Bintaro Veteran sudah melebihi dari 80% sudah dapat dipastikan impact yang terjadi pada nodeb adalah slow speed internet atau laju bit lambat bagi user/customer yang di cover oleh LAN 1/8/3 karena akan berpengaruh performa layanan HSDPA dan standar utilisasi pemakaian packet data adalah 60% keatas sudah harus di upgrade. Untuk permasalahan kedua ini solusi yang dilakukan pada dasarnya sama dengan permasalahan yang pertama yaitu dengan mengupgrade kapasitasnya

20 61 untuk langkah awalnya sama dengan permasalahan pertama yaitu melihat drawing nodeb yang dilalui dengan mengamati utilisasi serta drawing TRM. Setelah ditemukan drawing transmisinya untuk memonitoring utilisasi pada setiap LAN. setelah ditemukan LAN yang congest berdasarkan dengan melihat utilisasi maka yang harus dilakukan sekarang adalah merancang/ design ulang LAN untuk drawing AMM yang ada di HUT 1308, serta me.mpersiapkan material yang butuhkan untuk perancangan baru 1. 2 patch core single mode 2. 2 SFP Single mode 3. RJ Kabel 8 Pair Gambar 4.17 Gambar Patchcore dan SFP single Mode

21 62 Solusi dari problem kedua adalah dengan membagi drawing AMM dengan membuat jalur baru/penarikan baru MSTP dan berikut ini adalah gambar drawing AMM setelah penarikan baru Gambar 4.18 After Upgrade Drawing AMM 1308 Pada gambar diatas bisa kita lihat perubahan drawing AMM transmisi dimana sebelumnya upgrade hanya terdapat satu MSTP serta terkoneksi ke MLTN Arah 0587, setelah proses upgrade terdapat 2 MSTP. Untuk MSTP yang pertama terkoneksi ke Ipaso Arah 3174 & 0584E dan dibebani oleh 9 nodeb dan MSTP 2 terkoneksi ke Ipaso arah 0585 dan 1322 yang dibebani oleh 23 nodeb, sedikit penjelasan bahwa MSTP ini memiliki kapasitas 1000 Mbps. Dengan dilakukannya upgrade ini yaitu dengan merubah design drawing AMM problem pencapaian availability akan mencapai 100% pada nodeb dan alarm overload LAPD Paging pada 2G akan hilang, bisa memberikan pelayanan jaringan lebih

22 baik dan kesiapan atau ketersediaan jaringan apabila akan dilakukan penambahan BTS baru atau site baru. 63 Gambar 4.19 Throughput 1308 pada TRM IPASO Ini adalah penampakan throughput untuk perangkat Ipaso (NEC). Pada grafik diatas garis kuning menunjukan MSTP (TX) sedangkan RX ditunjukan dengan garis warna biru muda, sedangkan garis yang lainnya menunjukan pemakain LAN. Berikut ini beberapa data test HSDPA yang dilakukan di beberapa site yang sebelumnya mengalami kepadatan trafik

23 64 Gambar 4.20 Netpersec test HSDPA Test HSDPA adalah salah satu ketentuan yang harus dilakukan untuk menetukan bahwa pekerjaan yang dilakukan sedah sesuai atau diharapkan, dengan menggunakan software Total Commander untuk download atau upload data serta Netpersec untuk melihat laju bit, adapun standar dari EID (Ericsson Indonesia) menentukan current minimal 2.4 Mbps, dan test dilakukan selama 15 menit. Gambar 4.20 merupakan test HSDPA, tes ini diambil dari salah satu site yang sebelumnya availability selalu dibawah 100%, setelah upgrade kapasitas bisa dilihat kecepatan selama 00:02:39 menit kecepetan masih stabil 2.9 Mbps dengan kecepetan rata 3.2 Mbps sedangkan kecepatan maksimal adalah 4.1 Mbps, sedangkan pada gambar 4.21 bisa kita lihat pada waktu 00:08:19 kecepatan naik menjadi 3.8Mbps dengan kecepatan rata rata 3.8Mbps dan kecepatan maksimal 4.2 Mbps,

24 65 Gambar 4.21 Gambar test HSDPA Dari gambar 4.20 dan 4.21 test HSDPA ini di ambil dari site 5567G_Bintaro Kesehatan pada sector 2 dengan jarak dari tower sekitar 100 m. Berikut ini lapiran beberapa NodeB yang di melewati Link 1308, dan yang saya tampilkan disini hanyalah internal alarm dan handle trafficnya a. 0584_Bintaro Kesehatan ID 3G 5672G Gambar 4.22 Monitoring Traffic NodeB 0584

25 66 b. 1036_Pondok Pinag ID 3G 5120G Gambar 4.23 Monitoring NodeB 1036 Pada monitor nodeb 1036 termonitor alarm clear traffic/user banyak c. Mang Kabayan Bintaro ID 3G G Gambar 4.24 Monitoring NodeB G

26 67 Dari data NodeB 3 site diatas dapat dilihat bahwa alarm nol sedangkan jumlah pemakai pada NodeB lumayan padat, dan laju bit juga saya ambil dari satu site untuk menjadi acuan diharapkan tidak ada lagi customer complain setelah di lakukan upgrade kapasitas serta pencapaian avalability bisa tercapai 100%. Berikut ini adalah report availability yang termonitor mulai tanggal 25 Mei samapai 27 mei 2014, bisa dilihat terdapat dua nodeb yang avalabelitynya dibawah seratus persen hal ini dikarenakan adanya external alarm high temperature yang menyebabkan nodeb down dan yang satu lagi disebabkan oleh power PLN off, sehingga perangkat tidak mendapat supply power.

27 68

BAB III PEMBAHASAN. Perangkat transmisi terdiri dari berbagai macam produk yang digunakan

BAB III PEMBAHASAN. Perangkat transmisi terdiri dari berbagai macam produk yang digunakan 1 BAB III PEMBAHASAN Perangkat transmisi terdiri dari berbagai macam produk yang digunakan oleh PT. XL Axiata dan berikut ini akan dijabarkan beberapa perangkat yang di temukan dilapangan pada saat proses

Lebih terperinci

UPGRADE KAPASITAS UNTUK LAYANAN 3.5G HSDPA PADA OPERATOR SELULER PT. XL AXIATA. Whisnu Akbar. Program Studi Sarjana Strata (S1), Teknik Elektro

UPGRADE KAPASITAS UNTUK LAYANAN 3.5G HSDPA PADA OPERATOR SELULER PT. XL AXIATA. Whisnu Akbar. Program Studi Sarjana Strata (S1), Teknik Elektro UPGRADE KAPASITAS UNTUK LAYANAN 3.5G HSDPA PADA OPERATOR SELULER PT. XL AXIATA Whisnu Akbar Program Studi Sarjana Strata (S1), Teknik Elektro Universitas Mercubuana Jakarta ABSTRAK Dengan semakin banyaknya

Lebih terperinci

BAB IV PENANGANAN GANGGUAN DAN. PERFORMANCE MONITORING PADA LINK EoS

BAB IV PENANGANAN GANGGUAN DAN. PERFORMANCE MONITORING PADA LINK EoS BAB IV PENANGANAN GANGGUAN DAN PERFORMANCE MONITORING PADA LINK EoS Pada jaringan SDH, penanganan gangguan dilakukan berdasarkan complaint dari pelanggan atau user yang menggunakan jaringan tersebut. Saat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL YANG DIHARAPKAN

BAB IV HASIL YANG DIHARAPKAN 34 BAB IV HASIL YANG DIHARAPKAN 4.1 PERFORMANSI LINK BACKHAUL Dalam studi kasus ini, link backhaul dari jaringan MPLS VPN IP mempunyai 2 link backhaul yaitu main link backhaul dan backup link backhaul.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Untuk pengumpulan dan pengolahan data hasil pengukuran dari perangkat telekomunikasi pelanggan yang dapat menimbulkan gangguan intermittent, maka kita perlu melakukan

Lebih terperinci

SITE XXX. Indoor Walk Test Overview

SITE XXX. Indoor Walk Test Overview LAPORAN PERCOBAAN PERBANDINGAN PENGGUNAAN LINE AMPLIFIER 33 dbm dengan 26 dbm SITE XXX Pendahuluan Percobaan perbandingan kedua Line Amplifier ini adalah karena adanya kebutuhan dari Operator Sellular

Lebih terperinci

BAB III. PERANCANGAN ETHERNET OVER SDH ( EoS )

BAB III. PERANCANGAN ETHERNET OVER SDH ( EoS ) BAB III PERANCANGAN ETHERNET OVER SDH ( EoS ) Sebelum melakukan implementasi perlu dilakukan beberapa tahapan-tahapan dalam perancangan dimulai dari melihat alokasi port yang akan digunakan menentukan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PENYELESAIAN ALARM 7745 CHANNEL FAILURE RATE ABOVE DEFINE THRESHOLD. Alarm 7745 yang terjadi pada BTS Nokia akan berdampak langsung

BAB IV ANALISA PENYELESAIAN ALARM 7745 CHANNEL FAILURE RATE ABOVE DEFINE THRESHOLD. Alarm 7745 yang terjadi pada BTS Nokia akan berdampak langsung BAB IV ANALISA PENYELESAIAN ALARM 7745 CHANNEL FAILURE RATE ABOVE DEFINE THRESHOLD Alarm 7745 yang terjadi pada BTS Nokia akan berdampak langsung kepada pelanggan (Live Network). Biasanya pelanggan akan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS HASIL IMPLEMENTASI

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS HASIL IMPLEMENTASI BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS HASIL IMPLEMENTASI Pada bab ini akan membahas mengenai skenario pengujian dan hasil analisis dari tugas akhir ini. Sebelum masuk ke tahap pengujian akan dijelaskan terlebih

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM 4.1 Spesifikasi Sistem Berikut adalah spesifikasi perangkat keras yang akan digunakan dalam rancangan jaringan sesuai acuan topologi external network perusahaan.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERFORMANSI BTS CDMA 20001X PT BAKRIE TELECOM COVERAGE KOTA BEKASI

BAB IV ANALISA PERFORMANSI BTS CDMA 20001X PT BAKRIE TELECOM COVERAGE KOTA BEKASI BAB IV ANALISA PERFORMANSI BTS CDMA 20001X PT BAKRIE TELECOM COVERAGE KOTA BEKASI Sebelum menganalisa suatu masalah pada jaringan telepon selular khususnya jaringan CDMA, harus terlebih dahulu diketahui

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Topologi Jaringan. Topologi jaringan adalah susunan berbagai elemen jaringan (link, node, dan

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Topologi Jaringan. Topologi jaringan adalah susunan berbagai elemen jaringan (link, node, dan BAB II DASAR TEORI 2.1 Topologi Jaringan Topologi jaringan adalah susunan berbagai elemen jaringan (link, node, dan lainnya) yang menggambarkan bagaimana berbagai elemen jaringan saling terhubung satu

Lebih terperinci

Gambar 1 : Ruang Co-Location Cikarang

Gambar 1 : Ruang Co-Location Cikarang Nama : Sentanu Eddy Pramandang NIM : 06324020 Minggu Kesembilan Pemindahan switch layer 2 CISCO 29xx ke switch layer 2 CISCO 39xx di ruang Co-Location Cikarang (5 Oktober 2009) Ruang Co-Location berisi

Lebih terperinci

BAB 3. Analisis Routing Protokol BGP & OSPF

BAB 3. Analisis Routing Protokol BGP & OSPF BAB 3 Analisis Routing Protokol BGP & OSPF 3.1 Existing Network PT. Orion Cyber Internet memiliki dua network besar, yaitu network Core dan network POP. Network core meliputi network inti yang akan menghubungkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGEMBANGAN

BAB III METODE PENGEMBANGAN BAB III METODE PENGEMBANGAN di bawah. 3.1. Perancangan Sistem dan Blok Diagram Sistem Perancangan sistem yang digunakan dapat dijelaskan dengan blok diagram Gambar 3.1 PERANCANGAN PENERAPAN PERSIAPAN DATA

Lebih terperinci

BAB III IMPLEMENTASI DAN PERFORMANSI

BAB III IMPLEMENTASI DAN PERFORMANSI 32 BAB III IMPLEMENTASI DAN PERFORMANSI 3.1 Mekanisme Analisis QoS (Quality of Service) Jaringan ASTInet Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai mekanisme analisis QoS (Quality of Service) di Head Office

Lebih terperinci

B A B IV A N A L I S A

B A B IV A N A L I S A 76 B A B IV A N A L I S A 4.1 Analisa Utilisasi Pada sisi akses, parameter yang berkaitan dengan transfer data selain bandwidth juga dikenal dengan parameter throughput. Throughput adalah jumlah bit-bit

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. PT. Vektordaya Mekatrika memiliki struktur organisasi seperti yang ditunjukan pada bagan dibawah ini :

BAB 3 METODOLOGI. PT. Vektordaya Mekatrika memiliki struktur organisasi seperti yang ditunjukan pada bagan dibawah ini : 1 BAB 3 METODOLOGI 3.1 Struktur Organisasi PT. Vektordaya Mekatrika memiliki struktur organisasi seperti yang ditunjukan pada bagan dibawah ini : Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT. Vektordaya Mekatrika

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUJIAN SISTEM. dengan menggunakan teknologi EoMPLS agak sulit dilakukan secara

BAB 4 PENGUJIAN SISTEM. dengan menggunakan teknologi EoMPLS agak sulit dilakukan secara BAB 4 PENGUJIAN SISTEM 4.1 Persiapan Simulasi Dikarenakan untuk mengimplementasikan sistem jaringan VPN dengan menggunakan teknologi EoMPLS agak sulit dilakukan secara langsung ke dalam sistem jaringan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI

BAB III PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI BAB III PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI 3.1 Perancangan Sistem Pada bab ini akan dijelaskan tentang perancangan dan metode pengambilan data dari jaringan ad hoc pada aplikasi video conference. Dan akan dibagi

Lebih terperinci

B AB 1 PENDAHULUAN. pegawai negeri sipil, data-data transaksi, beserta dokumen-dokumen peserta

B AB 1 PENDAHULUAN. pegawai negeri sipil, data-data transaksi, beserta dokumen-dokumen peserta B AB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Taspen (Persero) adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ditugaskan oleh pemerintah untuk menyelenggarakan program asuransi sosial pegawai negeri

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DATA. Gambar 4.1 Tampilan pada Wireshark ketika user melakukan register. 34 Universitas Indonesia

BAB 4 ANALISA DATA. Gambar 4.1 Tampilan pada Wireshark ketika user melakukan register. 34 Universitas Indonesia BAB 4 ANALISA DATA Pada bab ini akan dibahas hasil pengukuran data dari layanan IMS pada platform IPTV baik pada saat pelanggan (user) di home network maupun pada saat melakukan roaming atau berada pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tersebut dapat diketahui hasil sinyal Wi-Fi. 1. Pergerakan penumpang Terminal 3

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tersebut dapat diketahui hasil sinyal Wi-Fi. 1. Pergerakan penumpang Terminal 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan mengetahui parameter sistem seperti langkah langkah pengumpulan pergerakan penumpang dan konfigurasi sistem pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENILITIAN

BAB III METODOLOGI PENILITIAN BAB III METODOLOGI PENILITIAN 3.1 Rancangan Penilitian Penilitian ini meliputi dari pengamatan dilapangan pada jaringan Kantor Pajak Jakarta Pusat yang terhubung dengan Kantor Pusat PT Indosat dengan kapasitas

Lebih terperinci

BAB III PARAMETER PERFORMANSI TRAFIK MULTIBAND CELL

BAB III PARAMETER PERFORMANSI TRAFIK MULTIBAND CELL BAB III PARAMETER PERFORMANSI TRAFIK MULTIBAND CELL 3.1. Sistem MBC Setelah band frekuensi BCCH telah diidentifikasi, perlu untuk memilih apakah ini harus di subcell UL atau subcell OL. BCCH dapat ditempatkan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM NATIVE IP

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM NATIVE IP BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM NATIVE IP Teknologi native ip merupakan teknologi yang diharapkan mampu meningkatkan jaringan 3G khususnya di sisi layanan data. Kemampuan meningkatkan layanan data

Lebih terperinci

MAKALAH KONSEP SISTEM INFORMASI

MAKALAH KONSEP SISTEM INFORMASI MAKALAH KONSEP SISTEM INFORMASI Jaringan 2G & 3G Disusun oleh: - RIDLO PAMUJI 13111111/22 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA 2015/2016 KATA

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN Tahapan dan konsep penelitian yang akan dilakukan terangkum pada Gambar Gambar Flowchart Tahapan Peneliti 38 3.1 Pengecekan pada sebuah perangkat `Pada analisa alarm IP clock

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM IV Sistem Jaringan - 3 Wereless LAN (WLAN)

LAPORAN PRAKTIKUM IV Sistem Jaringan - 3 Wereless LAN (WLAN) LAPORAN PRAKTIKUM IV Sistem Jaringan - 3 Wereless LAN (WLAN) Wireless LAN AP Cient O L E H Nama : Wahyudi Rahmat NIM : 0506021286 Fak/Jur : F S T/Teknik Elektro Fakultas Sains Dan Teknik Universitas Nusa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISA. radio IP menggunakan perangkat Huawei radio transmisi microwave seri 950 A.

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISA. radio IP menggunakan perangkat Huawei radio transmisi microwave seri 950 A. 76 BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISA Pada Bab IV ini akan disajikan hasil penelitian analisa performansi kinerja radio IP menggunakan perangkat Huawei radio transmisi microwave seri 950 A. Pada penelitian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA SISTEM PROTEKSI MS-SP RING PADA RING 2

BAB IV ANALISA SISTEM PROTEKSI MS-SP RING PADA RING 2 BAB IV ANALISA SISTEM PROTEKSI MS-SP RING PADA RING 2 4.1 Desain Jaringan Optik Prinsip kerja dari serat optic ini adalah sinyal awal/source yang berbentuk sinyal listrik ini pada transmitter diubah oleh

Lebih terperinci

B A B III I M P L E M E N T A S I E T H E R N E T O V E R

B A B III I M P L E M E N T A S I E T H E R N E T O V E R 54 B A B III I M P L E M E N T A S I E T H E R N E T O V E R I P 3.1 Umum Antarmuka jaringan (network Interface) yang menghubungkan antara perangkat-perangkat komunikasi terus berkembang diantaranya adalah

Lebih terperinci

SWITCH ACCESS POINT WEB SERVER. dan DATABASE SERVER KOMPUTER KASIR PERANGKAT ANDROID. = Koneksi menggunakan kabel. = Koneksi menggunakan wireless

SWITCH ACCESS POINT WEB SERVER. dan DATABASE SERVER KOMPUTER KASIR PERANGKAT ANDROID. = Koneksi menggunakan kabel. = Koneksi menggunakan wireless BAB 3 Perancangan sistem 3.1 Diagram blok perancangan sistem WEB SERVER dan DATABASE SERVER SWITCH KOMPUTER KASIR ACCESS POINT PERANGKAT ANDROID Gambar 3.1. Blok diagram sistem = Koneksi menggunakan kabel

Lebih terperinci

OPTIMALISASI LOAD BALANCING DUA ISP UNTUK MANAJEMEN BANDWIDTH BERBASIS MIKROTIK. Futri Utami 1*, Lindawati 2, Suzanzefi 3

OPTIMALISASI LOAD BALANCING DUA ISP UNTUK MANAJEMEN BANDWIDTH BERBASIS MIKROTIK. Futri Utami 1*, Lindawati 2, Suzanzefi 3 OPTIMALISASI LOAD BALANCING DUA ISP UNTUK MANAJEMEN BANDWIDTH BERBASIS MIKROTIK Futri Utami 1*, Lindawati 2, Suzanzefi 3 1 Program Studi Teknik Telekomunikasi DIV, Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PENGAMATAN. transmisi data dari Arduino ke Raspberry Pi 2 dan Arduino ke PC pembanding.

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PENGAMATAN. transmisi data dari Arduino ke Raspberry Pi 2 dan Arduino ke PC pembanding. BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PENGAMATAN Dalam bab ini penulis akan menguraikan dan menjelaskan beberapa hasil pengujian dari hasil penelitian tugas akhir ini. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA KINERJA DWDM HUAWEI BWS1600 PADA LINK KEBAGUSAN JAMPANG

BAB IV ANALISA KINERJA DWDM HUAWEI BWS1600 PADA LINK KEBAGUSAN JAMPANG BAB IV ANALISA KINERJA DWDM HUAWEI BWS1600 PADA LINK KEBAGUSAN JAMPANG Seiring perkembangan zaman, sistem telekomunikasi membutuhkan kapasitas jaringan yang lebih besar dan kecepatan lebih cepat, sehingga

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN IMPLEMENTASI RADIO COMBA DI BANK MANDIRI TAMAN GALAXY

BAB IV ANALISA DAN IMPLEMENTASI RADIO COMBA DI BANK MANDIRI TAMAN GALAXY BAB IV ANALISA DAN IMPLEMENTASI RADIO COMBA DI BANK MANDIRI TAMAN GALAXY 4.1 KONFIGURASI JARINGAN BANK MANDIRI TAMAN GALAXY PT.INDOSAT PUSAT Adapun konfigurasi jaringan secara keseluruhan adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB IV PENERAPAN DAN ANALISA

BAB IV PENERAPAN DAN ANALISA BAB IV PENERAPAN DAN ANALISA 4.1 Analisa Awal Dari hasil pengamatan pada BAB III diketahui bahwa pada site Mall Alam Sutera terdapat high RTWP pada sektor 2 dan interfrensi 2G pada semua sektor 4.2 Analisa

Lebih terperinci

BAB III JARINGAN VPN IP SAAT INI PADA PERUSAHAAN X

BAB III JARINGAN VPN IP SAAT INI PADA PERUSAHAAN X BAB III JARINGAN VPN IP SAAT INI PADA PERUSAHAAN X 3.1 Topologi Jaringan VPN IP Cakupan yang dibahas di dalam tugas akhir ini adalah layanan VPN IP Multiservice, dan digunakan topologi jaringan berbentuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Komunikasi Seluler GSM GSM merupakan salah satu teknologi seluler yang banyak digunakan pada saat ini. GSM adalah generasi kedua dalam teknologi seluler yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB III. SINKRONISASI PTP (Precision Time Protocol) IEEE 1588 v2 PADA JARINGAN INDOSAT DI WILAYAH KAYOON, JAWA TIMUR

BAB III. SINKRONISASI PTP (Precision Time Protocol) IEEE 1588 v2 PADA JARINGAN INDOSAT DI WILAYAH KAYOON, JAWA TIMUR BAB III SINKRONISASI PTP (Precision Time Protocol) IEEE 1588 v2 PADA JARINGAN INDOSAT DI WILAYAH KAYOON, JAWA TIMUR Ethernet merupakan salah satu teknologi yang paling banyak diminati untuk beberapa tahun

Lebih terperinci

= Create VLAN Ethernet Packet Data Mini Link-TN Rel 4 Ericsson =

= Create VLAN Ethernet Packet Data Mini Link-TN Rel 4 Ericsson = = Create VLAN Ethernet Packet Data Mini Link-TN Rel 4 Ericsson = Page 1 "Ethernet" Packet Da Jika kita meng-config kita melakukan Con "RL-IME" pada NPU "Ethernet" Packet Data Page 2 Kita Configure RL-I

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah studi kepustakaan, percobaan dan analisis. 3.1.1. Studi Kepustakaan Studi literatur dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN ANALISA BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1. Konfigurasi dan Kapasitas BTS Konfigurasi dan Kapasitas TRX BTS yang dianalisa performansinya adalah sebagai berikut: 1. MERUYASLTNMD(1800) Memiliki kapasitas 15 TRX dengan

Lebih terperinci

Optimasi Jaringan Wideband Code Division Multiple Access Untuk Meningkatkan Throughput Internet

Optimasi Jaringan Wideband Code Division Multiple Access Untuk Meningkatkan Throughput Internet Optimasi Jaringan Wideband Code Division Multiple Access Untuk Meningkatkan Throughput Internet M. Iman Nur Hakim 1 Pande Ketut Sudiarta 2 I G.A.K. Diafari Djuni H. 3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PANDUAN SCANLOGIC CS-3290 / RS-920 POSTEL 29226/SDPPI/2013

PANDUAN SCANLOGIC CS-3290 / RS-920 POSTEL 29226/SDPPI/2013 PANDUAN SCANLOGIC CS-3290 / RS-920 POSTEL 29226/SDPPI/2013 Radio Frequency = 430.5 ~ 432.0 MHz, 433.05 ~ 434.79 MHz BAGIAN-BAGIAN SCANNER BAGIAN-BAGIAN CRADLE 1. Lensa 2. Tombol scan 3. Indikator charger

Lebih terperinci

Monitoring Sinyal WLAN Menggunakan inssider

Monitoring Sinyal WLAN Menggunakan inssider Monitoring Sinyal WLAN Menggunakan inssider Arsyan Andregate arsyanzone.178@gmail.com http://andregatemedia.blogspot.com Lisensi Dokumen: Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan, dimodifikasi

Lebih terperinci

Gambar II.7 Skema 2 nd Generation (2G) Network. 2) BTS / RBS : Base Transceiver Station / Radio Base Station

Gambar II.7 Skema 2 nd Generation (2G) Network. 2) BTS / RBS : Base Transceiver Station / Radio Base Station 2.2 Skema 2 nd Generation Network Gambar II.7 Skema 2 nd Generation (2G) Network Keterangan dari gambar diatas adalah : 1) MS : Mobile Station 2) BTS / RBS : Base Transceiver Station / Radio Base Station

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan teknologi yang semakin pesat di berbagai belahan dunia, membuat semua orang ingin berkomunikasi tanpa terbatasi adanya jarak dan kecepatan. Saat ini manusia

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA ANALISIS DAN PERANCANGAN INFRASTRUKTUR JARINGAN NIRKABEL SEBAGAI MEDIA AKSES INTERNET PADA PT.

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA ANALISIS DAN PERANCANGAN INFRASTRUKTUR JARINGAN NIRKABEL SEBAGAI MEDIA AKSES INTERNET PADA PT. UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2006/2007 ANALISIS DAN PERANCANGAN INFRASTRUKTUR JARINGAN NIRKABEL SEBAGAI MEDIA AKSES INTERNET PADA

Lebih terperinci

BAB III JARINGAN BWA WIMAX

BAB III JARINGAN BWA WIMAX BAB III Jaringan BWA WIMAX 58 BAB III JARINGAN BWA WIMAX Sebelum kita membahas mengenai optimalisasi jaringan BWA WiMax yang akan dibahas dalam BAB IV, dibutuhkan pengetahuan dan informasi mengenai jaringan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAR TEORI

BAB III LANDASAR TEORI BAB III LANDASAR TEORI 3.1 Sistem Transmisi PDH Plesiochronous Digital Hierarchy (PDH) adalah teknologi yang digunakan dalam jaringan telekomunikasi untuk mengangkut data dalam jumlah besar melalui peralatan

Lebih terperinci

KUALITAS LAYANAN DATA PADA JARINGAN CDMA x EVOLUTION-DATA ONLY (EVDO)

KUALITAS LAYANAN DATA PADA JARINGAN CDMA x EVOLUTION-DATA ONLY (EVDO) KUALITAS LAYANAN DATA PADA JARINGAN CDMA 2000 1x EVOLUTION-DATA ONLY (EVDO) Eva Yovita Dwi Utami, Peni Listyaningsih KUALITAS LAYANAN DATA PADA JARINGAN CDMA 2000 1x EVOLUTION-DATA ONLY (EVDO) Eva Yovita

Lebih terperinci

Monitoring Sinyal WLAN Menggunakan Xirrus Wi-Fi Inspector

Monitoring Sinyal WLAN Menggunakan Xirrus Wi-Fi Inspector Monitoring Sinyal WLAN Menggunakan Xirrus Wi-Fi Inspector Arsyan Andregate arsyanzone.178@gmail.com http://andregatemedia.blogspot.com Lisensi Dokumen: Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan suatu cara berpikir yang dimulai dari menentukan suatu permasalahan, pengumpulan data baik dari buku-buku panduan maupun studi lapangan, melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan jaringan komputer pada suatu perusahaan menjadi sangat penting karena memberikan kemudahan manusia dalam berbagai hal pekerjaan. Kumpulan jaringan

Lebih terperinci

PANDUAN PENGGUNA. GPS Vehicle Tracker (GPS+GSM+SMS/GRPS) TK110N

PANDUAN PENGGUNA. GPS Vehicle Tracker (GPS+GSM+SMS/GRPS) TK110N PANDUAN PENGGUNA GPS Vehicle Tracker (GPS+GSM+SMS/GRPS) TK110N Panduan pengguna ini khusus dibuat oleh Smart GPS Indonesia sebagai petunjuk penggunaan daripada fungsi dan fitur GPS Vehicle Tracker 1. Aksesoris

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB 5. IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Dalam implementasi sistem jaringan ini akan menerapkan semua yang telah direncanakan dan didesain pada tahap sebelumnya yaitu tahap design dan simulasi. Untuk perangkat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN Analisis Hasil Pengukuran di Area Sekitar UMY

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN Analisis Hasil Pengukuran di Area Sekitar UMY BAB IV ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN 4.1. Analisis Hasil Pengukuran di Area Sekitar UMY Pengukuran dilakukan menggunakan metode drive test jaringan guna mengetahui optimal atau tidaknya jaringan provider

Lebih terperinci

KONEKSI JARINGAN KECAMATAN KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KONEKSI JARINGAN KECAMATAN KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KONEKSI JARINGAN KECAMATAN KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ICON+ COMPANY PROFILE PROFILE ICON+ Berdiri 3 Oktober 2000 Anak perusahaan PT PLN ( Persero ) : 84. 858. 999 saham milik PT PLN

Lebih terperinci

BAB IV PENERAPAN DAN ANALISIS HASIL. Pengamatan awal dilakukan dengan capture RTWP menggunakan LMT

BAB IV PENERAPAN DAN ANALISIS HASIL. Pengamatan awal dilakukan dengan capture RTWP menggunakan LMT BAB IV PENERAPAN DAN ANALISIS HASIL 4.1 Pengamatan Awal Pengamatan awal dilakukan dengan capture RTWP menggunakan LMT browser pada sisi RNC untuk mengetahui real time RTWP dan Selanjutnya pengamatan dengan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dijelaskan mengenai bagaimana perancangan fire alarm sistem yang dapat ditampilkan di web server dengan koneksi Wifi melalui IP Address. Perancangan alat ini

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. 1. Dua unit laptop, dengan spesifikasi sebagai berikut: a. Transmitter, ACER Aspire 5622WLCi dengan spesifikasi Intel Core 2

III. METODE PENELITIAN. 1. Dua unit laptop, dengan spesifikasi sebagai berikut: a. Transmitter, ACER Aspire 5622WLCi dengan spesifikasi Intel Core 2 III. METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan Perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1. Dua unit laptop, dengan spesifikasi sebagai berikut: a. Transmitter, ACER

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 34 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab IV ini akan dibahas tentang analisis data dan pembahasan berdasarkan perencanaan dari sistem yang dibuat. Rancangan alat indikator alarm ini digunakan untuk

Lebih terperinci

Perangkat pendukung dan tools yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Tools Laptop Kabel Ethernet sebagai media Logi

Perangkat pendukung dan tools yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Tools Laptop Kabel Ethernet sebagai media Logi BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Peneltian Pengukuran dan observasi yang dilakukan penulis di lapangan menggunakan bantuan tools aplikasi yang dilakukan secara aktual. Pada metode penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk merancang dan membuat jaringan WLAN dan penempatan Access Point sesuai dengan keadaan bangunan yang berada di gedung

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Metodologi. Gambar 3.1 Kerangka Metodologi

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Metodologi. Gambar 3.1 Kerangka Metodologi BAB 3 METODOLOGI 3.1 Metodologi Gambar 3.1 Kerangka Metodologi 47 48 Dari kerangka yang telah dibuat, dapat dilihat bahwa metodologi dimulai dengan melakukan analisa sistem yang sedang berjalan yaitu melihat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Konfigurasi Pelanggan MPLS PT. Astra Graphia 73135 PT. ASTRA GRAPHIA, BADAN PERPUSTAKAAN & ARSIP DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA, JL.PERINTIS KEMERDEKAAN NO. 1 PULOGADUNG,

Lebih terperinci

Ika Nur Khana

Ika Nur Khana WirelessMon, Very Handle to Capturing your WiFi Network Access Ika Nur Khana Ikanur.khana@yahoo.co.id http://mine-ink.com Lisensi Dokumen: Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan, dimodifikasi

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISA SERTA APLIKASI ANTENA. OMNIDIRECTIONAL 2,4 GHz

BAB IV DATA DAN ANALISA SERTA APLIKASI ANTENA. OMNIDIRECTIONAL 2,4 GHz BAB IV DATA DAN ANALISA SERTA APLIKASI ANTENA OMNIDIRECTIONAL 2,4 GHz 4.1 Umum Setelah melakukan proses perancangan dan pembuatan antena serta pengukuran atau pengujian antena Omnidirectional 2,4 GHz,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Sistem 4.1.1 Software PRTG Perancangan sistem monitoring jaringan ini menggunakan aplikasi PRTG System Monitor yang dijalankan pada sistem operasi Windows. PRTG

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN SIMULASI

BAB III PERENCANAAN DAN SIMULASI BAB III PERENCANAAN DAN SIMULASI Pada bab 3 ini menjelaskan planning, kondisi geografis site, drive test dan parameter parameter yang telah di ambil data nya, kemudian akan diolah untuk melakukan proses

Lebih terperinci

BAB IV DISKRIPSI KERJA PRAKTEK

BAB IV DISKRIPSI KERJA PRAKTEK BAB IV DISKRIPSI KERJA PRAKTEK Pada bab ini berisi langkah lengkap tentang bagaimana menginstal aplikasi wireshark pada OS Windows dan dapat dibaca pada subbab selanjutnya. Untuk menggunakan aplikasi Wireshark

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang aplikasi manajemen komputer klien pada jaringan komputer warnet 1.2 Perumusan masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang aplikasi manajemen komputer klien pada jaringan komputer warnet 1.2 Perumusan masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya teknologi terutama pada teknologi internet, menyebabkan banyak pengguna yang mengakses berbagai jenis fitur mulai dari browsing, download data

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Bab ini secara rinci akan membahas mengenai langkah-langkah yang diterapkan terhadap rancangan infrastruktur jaringan yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah proses implementasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PERENCANAAN

BAB III METODE PERENCANAAN BAB III METODE PERENCANAAN 3.1 PRINSIP PERANCANGAN MICROWAVE LINK Kondisi iklim tidak dapat diprediksi secara akurat, namun jika telah dilakukan pengamatan terhadap perubahan iklim selama beberapa tahun,

Lebih terperinci

BAB 3 Metode dan Perancangan 3.1 Metode Top Down

BAB 3 Metode dan Perancangan 3.1 Metode Top Down BAB 3 Metode dan Perancangan 3.1 Metode Top Down Menurut Setiabudi (2009) untuk membangun sebuah sistem, diperlukan tahap-tahap agar pembangunan itu dapat diketahui perkembangannya serta memudahkan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelancaran operasional dalam suatu instansi didukung oleh berbagai jenis perangkat yang saling berhubungan menggunakan berbagai sistem dan aplikasi. Sehingga apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. global untuk komunikasi bergerak digital. GSM adalah nama dari sebuah group

BAB I PENDAHULUAN. global untuk komunikasi bergerak digital. GSM adalah nama dari sebuah group Laporan Tugas Akhir-BAB I BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Global System for Mobile communication (GSM) adalah sebuah standar global untuk komunikasi bergerak digital. GSM adalah nama dari sebuah group

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN SIMULASI RT/RW WIRELESS NET DENGAN ROUTER MIKROTIK

PERANCANGAN DAN SIMULASI RT/RW WIRELESS NET DENGAN ROUTER MIKROTIK PERANCANGAN DAN SIMULASI RT/RW WIRELESS NET DENGAN ROUTER MIKROTIK Franky Sunarto Ricky Adhiputra Wibowo Universitas Bina Nusantara, Jl. KH. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta Barat 11480, 021 5345830 sassy_b_boy@yahoo.com,

Lebih terperinci

Pembuatan Sistem Jaringan Komputer LAN dengan mikrotik RouterBoard 750. Achmad Muharyadi

Pembuatan Sistem Jaringan Komputer LAN dengan mikrotik RouterBoard 750. Achmad Muharyadi Pembuatan Sistem Jaringan Komputer LAN dengan mikrotik RouterBoard 750 Achmad Muharyadi 23109113 Latar Belakang Mikrotik merupakan salah satu system operasi yang berbasis linux. Dibandingkan dengan distro

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA KEY PERFORMANCE INDICATOR (KPI) 3RD CARRIER CELL PADA JARINGAN 3G

TUGAS AKHIR ANALISA KEY PERFORMANCE INDICATOR (KPI) 3RD CARRIER CELL PADA JARINGAN 3G TUGAS AKHIR ANALISA KEY PERFORMANCE INDICATOR (KPI) 3RD CARRIER CELL PADA JARINGAN 3G Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun oleh : Nama : Dyan Tri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi 3G yang menawarkan kecepatan data lebih cepat dibanding GSM.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi 3G yang menawarkan kecepatan data lebih cepat dibanding GSM. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini perkembangan teknologi komunikasi semakin cepat khususnya teknologi 3G yang menawarkan kecepatan data lebih cepat dibanding GSM. Beberapa perusahaan telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PENERAPAN

BAB III PERANCANGAN DAN PENERAPAN 38 BAB III PERANCANGAN DAN PENERAPAN 3.1 Perancangan Sistem Perancangan pada tugas akhir ini dilakukan untuk memberikan solusi atas permasalahan yang ada di Jaringan Multi Operator In-Building Coverage.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN IMPLEMENTASI RADIO ETHERNET IP BASE (INTERNET PROTOKOL BASE) GALERI PT. INDOSAT

BAB IV ANALISA DAN IMPLEMENTASI RADIO ETHERNET IP BASE (INTERNET PROTOKOL BASE) GALERI PT. INDOSAT 41 BAB IV ANALISA DAN IMPLEMENTASI RADIO ETHERNET IP BASE (INTERNET PROTOKOL BASE) GALERI PT. INDOSAT 4.1. Konfigurasi Umum Galeri PT. Indosat Gambar 4.1. Konfigurasi umum galeri PT. Indosat Secara umum

Lebih terperinci

BAB III IMPLEMENTASI DAN PERENCANAAN

BAB III IMPLEMENTASI DAN PERENCANAAN BAB III IMPLEMENTASI DAN PERENCANAAN 3.1 Tahapan Proses Penelitian Pada bab ini akan dijelaskan tentang proses penelitian yang dibagi dalam beberapa tahap seperti berikut: 1. Mempelajari konfigurasi layanan

Lebih terperinci

BAB III PROSES OPTIMISASI TRANSCODERPOOL

BAB III PROSES OPTIMISASI TRANSCODERPOOL BAB III PROSES OPTIMISASI TRANSCODERPOOL 3.1 Diagram Alur Optimisasi Transcoder Pool Dalam proses optimisasi transcoder ini dilakukan dengan cara pengecekkan kondisi TRApool untuk dilanjutkan dengan metode

Lebih terperinci

BAB 4. PERANCANGAN Pada bab ini akan menjelaskan tahap perancangan, simulasi dan uji coba pertama bagaimana fitur Hot Standby Router Protocol pada router Cisco dalam menjaga avaibility jaringan komputer

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA JARINGAN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA JARINGAN BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA JARINGAN 4.1 Pengujian Coverage Jaringan WLAN Pengujian Coverage WLAN menggunakan 2 cara, yaitu: a. Pengujian dengan deteksi sinyal WLAN di desktop computer, Seperti terlihat

Lebih terperinci

BAB 4. PERANCANGAN. Gambar 4.1 Desain Alur Registrasi Sumber: (Hasil olah data Penulis)

BAB 4. PERANCANGAN. Gambar 4.1 Desain Alur Registrasi Sumber: (Hasil olah data Penulis) BAB 4. PERANCANGAN Pada bab ini akan menjelaskan tahap perancangan, simulasi dan uji coba pertama bagimana fitur Tail End Hop Off (TEHO) pada Cisco IP Telephony mengoptimalisasi jaringan komputer yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL OPTIMASI THIRD CARRIER

BAB IV ANALISA HASIL OPTIMASI THIRD CARRIER BAB IV ANALISA HASIL OPTIMASI THIRD CARRIER Site yang diamati pada Tugas Akhir ini adalah site TELKOMSEL yang telah di optimasi menggunakan third carrier (f 3 ). Penulis melakukan penelitian pada site

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA KONFIGURASI, JARAK KEMAMPUAN, DAN INTERFACE

BAB IV ANALISA KONFIGURASI, JARAK KEMAMPUAN, DAN INTERFACE BAB IV ANALISA KONFIGURASI, JARAK KEMAMPUAN, DAN INTERFACE 4.1 Analisa Konfigurasi Konfigurasi pada Gigabit Passive Optical Network (GPON) terbagi menjadi 2, yaitu Konfigurasi Logic dan Konfigurasi Fisik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PENGAMATAN. pengujian perangkat lunak (software) dan kinerja keseluruhan sistem, serta analisa

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PENGAMATAN. pengujian perangkat lunak (software) dan kinerja keseluruhan sistem, serta analisa BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PENGAMATAN Dalam bab ini penulis akan menguraikan dan menjelaskan beberapa hasil pengujian dari hasil penelitian tugas akhir ini. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN MINILINK ERICSSON

BAB III PERENCANAAN MINILINK ERICSSON BAB III PERENCANAAN MINILINK ERICSSON Tujuan utama dari perancangan Minilink Ericsson ini khususnya pada BTS Micro Cell adalah merencanakan jaringan Microwave untuk mengaktifkan BTS BTS Micro baru agar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian VRRP VRRP (Virtual Routing Redundancy Protocol) merupakan salah satu protokol open source redundancy yang artinya dapat digunakan di berbagai merek perangkat dan dirancang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Layanan multimedia streaming saat ini telah berkembang pesat seiring dengan perkembangan internet. Dengan tersedianya layanan multimedia streaming kita dapat melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Biaya yang harus dikeluarkan untuk berlangganan jalur koneksi internet melalu ISP (Internet Service Provider) yang relatif mahal untuk pengusaha Warnet karena sebagian

Lebih terperinci

OPTIMALISASI LOAD BALANCING DUA ISP UNTUK MANAJEMEN BANDWIDTH BERBASIS MIKROTIK

OPTIMALISASI LOAD BALANCING DUA ISP UNTUK MANAJEMEN BANDWIDTH BERBASIS MIKROTIK OPTIMALISASI LOAD BALANCING DUA ISP UNTUK MANAJEMEN BANDWIDTH BERBASIS MIKROTIK FUTRI UTAMI 1), HJ. LINDAWATI 2), SUZANZEFI 3) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Program Studi D IV Teknik Telekomunikasi,

Lebih terperinci

PERCOBAAN 8 WIRELESS LAN MODE INFRASTRUKTUR (SETTING ACCESS POINT)

PERCOBAAN 8 WIRELESS LAN MODE INFRASTRUKTUR (SETTING ACCESS POINT) PERCOBAAN 8 WIRELESS LAN MODE INFRASTRUKTUR (SETTING ACCESS POINT) A. TUJUAN 1. Mahasiswa mengetahui cara kerja WLAN 2. Mahasiswa mampu mengkonfigurasi sebuah Access Point 3. Mahasiswa dapat mengukur beberapa

Lebih terperinci

D I S U S U N OLEH : YOHANA ELMATU CHRISTINA ( ) TEKNIK INFORMATIKA / KELAS MALAM SEMESTER

D I S U S U N OLEH : YOHANA ELMATU CHRISTINA ( ) TEKNIK INFORMATIKA / KELAS MALAM SEMESTER D I S U S U N OLEH : YOHANA ELMATU CHRISTINA (011140020) TEKNIK INFORMATIKA / KELAS MALAM SEMESTER 3 2015 1. Pengertian Kualitas Layanan (Quality Of Service) a. Para Ahli (Menurut Ferguson & Huston 1998),

Lebih terperinci