EVALUASI COMMUNICATION APPREHENSION MAHASISWA AKUNTANSI UNIVERSITAS SANATA DHARMA S K R I P S I

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI COMMUNICATION APPREHENSION MAHASISWA AKUNTANSI UNIVERSITAS SANATA DHARMA S K R I P S I"

Transkripsi

1 EVALUASI COMMUNICATION APPREHENSION MAHASISWA AKUNTANSI UNIVERSITAS SANATA DHARMA S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Oleh : Pradita Ardiyan NIM: PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA 2017

2 EVALUASI COMMUNICATION APPREHENSION MAHASISWA AKUNTANSI UNIVERSITAS SANATA DHARMA S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Oleh : Pradita Ardiyan NIM: PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA 2017 i

3 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5 LEMBAR PERSEMBAHAN Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan allah dari awal sampai akhir -Pengkhotbahan 3:11- Karena Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu dan tidak ada rencana-mu yang gagal -Ayub 42:2- Skripsi ini dipersembahkan untuk : Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria Bapak dan Ibu yang aku sayangi Adik-adikku, Dana dan Deva Sahabat- sahabatku iv

6 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8 KATA PENGANTAR Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma. Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada : 1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma. 2. Albertus Yudi Yuniarto, S.E., M.B.A., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma. 3. Drs. Yohanes Pembaptis Supardiyono, M.Si., Ak., QIA., CA., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Universitas Sanata Dharma. 4. Drs. Gabriel Anto Listianto, MSA., Ak., selaku pembimbing yang telah membantu serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Ilsa Haruti Suryandari, S.I.P., M.Sc., Ak. selaku dosen pembimbing akademik. 6. Semua dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma yang telah membagikan ilmu dan pengalamannya dalam proses perkuliahan. 7. Semua responden yang telah membantu peneliti dalam mengisi kuesioner. vii

9 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS... v LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... vi HALAMAN KATA PENGANTAR... vii HALAMAN DAFTAR ISI... ix HALAMAN DAFTAR TABEL... xi ABSTRAK... xii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 3 C. Batasan Masalah... 3 D. Tujuan Penelitian... 3 E. Manfaat Penelitian... 3 F. Sistematika Penelitian... 4 BAB II LANDASAN TEORI... 6 A. Communication Apprehension Pengertian Communication Communication Apprehension Communication Apprehension dan Akuntannsi Gender Faktor Penyebab Communication Apprehension Karakteristik Communication Apprehension Tipe-Tipe Communication Apprehension B. Personal Report Communication Apprehension C. Personal Report Communication Apprehension Scoring D. Penelitian Terdahulu BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Waktu dan Tempat Penelitian C. Subjek dan Obyek Penelitian D. Populasi dan Sampel E. Teknik Pengambilan Sampel F. Teknik Pengumpulan Data G. Teknik Analisis Data BAB IV GAMBARAN UMUM A. Profil Program Studi Akuntansi B. Populasi Sasaran ix

11 BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data Pengumpulan Data Mahasiswa Akuntansi Penentuan Sampel Penyebaran Kuesioner Pengumpulan Kuesioner Statistik Deskriptif Penentuan Skor Personal Report Communication Apprehension Uji Validitas Uji Reliabilitas Penghitungan Personal Report Communication Apprehension Penarikan Kesimpulan B. Pembahasan BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan B. Keterbatasan C. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

12 DAFTAR TABEL Tabel 1 Kuesioner Personal Report Communication Apprehension Tabel 2 Skor Kuesioner PRCA Tabel 3 Cara Menghitung Kuesioner Personal Report Communication Apprehension Tabel 4 Menafsirkan Skor Personal Report Communication Apprehension Tabel 5 Blue Print PRCA Tabel 6 Skor Kuesioner PRCA Tabel 7 Menarik Kesimpulan Tabel 8 Populasi dan Sasaran Tabel 9 Umur Responden Tabel 10 Jenis Kelamin Tabel 11 Data Populasi Mahasiswa Akuntansi Tabel 12 Sampel Penelitian Tabel 13 Penyebaran Kuesioner Tabel 14 Statistik Deskriptif Tabel 15 Uji Validitas Tabel 16 Uji Reliabel Tabel 17 Skor Rata-rata Aspek CA dan Skor PRCA Laki-laki dan Perempuan Angkatan Tabel 18 Skor Rata-rata Aspek CA dan Skor PRCA Berdasarkan IPK Angkatan Tabel 19 Skor rata-rata Aspek CA dan Skor PRCA Angkatan Tabel 20 Skor Rata-rata Aspek CA dan Skor PRCA Laki-laki dan Perempuan Angkatan Tabel 21 Skor Rata-rata Aspek CA dan Skor PRCA berdasarkan IPK Angkatan Tabel 22 Skor rata-rata Aspek CA dan Skor PRCA Angkatan Tabel 23 Skor Rata-rata Aspek CA dan Skor PRCA Laki-laki dan Tabel 24 Perempuan Angkatan Skor Rata-rata Aspek CA dan Skor PRCA berdasarkan IPK Angkatan Tabel 25 Skor rata-rata Aspek CA dan Skor PRCA Angkatan Tabel 26 Ringkasan Skor PRCA xi

13 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi memegang peran penting dalam proses interaksi dengan seseorang secara sosial. Komunikasi dapat dilakukan oleh siapa saja, dalam bentuk seperti melalui komunikasi verbal maupun non verbal. Komunikasi dilakukan demi mencapai tujuan yang sama yaitu agar makna pesan yang ingin disampaikan dapat tersampaikan dengan baik kepada orang yang menjadi penerima pesan. Keterampilan dalam menyampaikan informasi diperlukan setiap orang agar siap menghadapi kehidupan sehari-hari maupun dunia kerja. Komunikasi tidak hanya dibutuhkan oleh orang-orang dengan jurusan tertentu yang membutuhkan keterampilan komunikasi yang tinggi. Keterampilan dalam komunikasi sangat dibutuhkan bagi mahasiswa Akuntansi. Sebagai calon akuntan, mahasiswa Akuntansi harus mempunyai keterampilan dalam mengungkapkan informasi kepada pengguna baik dari sektor operasi, keuangan atau manajemen. Kullberg, et al (1989) meneliti delapan Kantor Akuntan Publik terbesar (The Big Eight) dan mengidentifikasi tiga keterampilan yang dibutuhkan agar sukses dalam profesi akuntan, yaitu: keterampilan berkomunikasi, keterampilan intelektual, keterampilan interpersonal. Setiap mahasiswa dapat berkomunikasi, tetapi tidak semua mahasiswa dapat berbicara dengan lancar dan menarik di depan umum. Salah satu masalah 1

16 2 yang sering dialami mahasiswa dalam berkomunikasi adalah kecemasan komunikasi. Mahasiswa yang mengalami kecemasan berkomunikasi dapat terjadi di dalam kelas, berhadapan dengan dosen dan teman, maupun kegiatan dilingkungan kampus yang berhubungan dengan komunikasi. Mahasiswa akan mengalami kecemasan komunikasi ketika dalam hal penampilan diri, seperti presentasi, bertanya kepada dosen, mengungkapkan ide atau pendapat di forum. Mahasiswa yang mengalami kecemasan berkomunikasi biasanya terlihat gugup, gemetar, berkeringat, dan jantung berdenyut kencang ketika mereka diminta untuk berkomunikasi. Berdasarkan riset yang telah dilakukan, beberapa peneliti menyimpulkan bahwa mahasiswa Akuntansi memerlukan keterampilan dalam berkomunikasi lisan. Menurut Aly dan Islam (2003); Arquero, et al (2007); Ilias, et al (2013), mengatakan bahwa keterampilan komunikasi dianggap penting untuk mencapai kesuksesan dalam Akuntansi. Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk mengindentifikasi keterampilan komunikasi mahasiswa Akuntansi dengan menggunakan tingkat kecemasan komunikasi (communication apprehension). Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti akan meneliti skripsi dengan judul Evaluasi Communication Apprehension Mahasiswa Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

17 3 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, dapat dirumuskan permasalahan: Bagaimana Communication Apprehension Mahasiswa Akuntansi Universitas Sanata Dharma? C. Batasan Masalah Dalam tulisan ini penulis membatasi permasalahan penelitian untuk mengevaluasi communication apprehension mahasiswa akuntansi Universitas Sanata Dharma untuk angkatan tahun 2013, 2014, dan 2015 D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui communication apprehension mahasiswa akuntansi Universitas Sanata Dharma. Diharapkan dengan adanya penelitian ini mahasiswa akuntansi dapat mengembangkan keterampilan komunikasi dalam bentuk komunikasi kelompok, individu, dan di depan umum. E. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat bermanfaat bagi : A. Universitas Sanata Dharma Hasil penelitian dapat memberikan manfaat untuk memperkaya pustaka sebagai bahan bacaan Universitas Sanata Dharma. Selain itu, hasil penelitian ini menjadikan sebuah referensi dan acuan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian tentang communication apprehension.

18 4 B. Mahasiswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan yang berarti mengenai pentingnya keterampilan komunikasi bagi mahasiswa Akuntansi. C. Penulis Hasil penelitian ini dapat memberikan pemahaman tentang communication apprehension dan sebagai langkah awal dalam mengembangkan penelitian. F. Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori Bab ini berisikan teori-teori yang berkaitan dengan keterampilan komunikasi. Bab III Metode Penelitian Bab ini membahas jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, subjek dan objek penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

19 5 Bab IV Gambaran Umum Bab ini memberikan gambaran mengenai data yang digunakan dalam penelitian, cara peneliti menentukan populasi sasaran, serta daftar dan profil perusahaan yang menjadi populasi sasaran penelitian. Bab V Analisis Data dan Pembahasan Bab ini akan menguraikan dan menjelaskan analisis data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan serta pembahasannya. Bab VI Penutup Bab ini menyajikan kesimpulan dari analisis dan pembahasan keterbatasan dalam penelitian dan saran bagi organisasi tempat penelitian.

20 BAB II LANDASAN TEORI A. Communication Apprehension 1. Pengertian communication Communication atau komunikasi merupakan suatu proses penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lain secara langsung maupun tidak langsung. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan seseorang. Oleh karena itu seseorang tidak dapat menghindari komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Mulyana (2007) Pengertian kata komunikasi itu sendiri berasal dari bahasa latin: communication yang berarti pemberitahuan atau pertukaran pikiran. Jadi secara garis besarnya, dalam suatu proses komunikasi haruslah terdapat unsur-unsur kesamaan makna agar terjadi pertukaran pikiran atau pengertian, antara komunikator sebagai pengirim pesan, dan komunikan sebagai penerima pesan. Effendy (2007) istilah komunikasi merujuk pada kalimat mendiskusikan makna, mengirim pesan dan memberikan informasi, pesan, atau gagasan pada orang lain dengan maksud agar orang lain tersebut memiliki kesamaan informasi, pesan, atau gagasan dengan pengirim pesan. 2. Pengertian Communication Apprehension Salah satu hal yang sering terjadi di dalam komunikasi adalah kecemasan komunikasi atau communication apprehension. Seseorang yang 6

21 7 cemas dalam berpartisipasi situasi komunikatif kurang dapat berkomunikasi secara efektif. Communication apprehension dengan istilah kecemasan komunikasi adalah perasaan cemas yang dirasakan oleh seseorang ketika menghadapi komunikasi. Hurt dalam Apollo (2007), kecemasaan komunikasi dengan istilah communication apprehension adalah kondisi seseorang yang mengalami kecemasan ketika berkomunikasi, baik di depan umum, diskusi kelompok dengan teman sebaya, ataupun komunikasi yang bersifat normal dengan teman sebaya maupun dosen. McCroskey (1984) Kecemasan komunikasi (communication apprehension) adalah sebuah ketakutan atau kecemasaan ketika menghadapi situasi komunikasi baik secara langsung maupun tidak langsung dengan satu orang maupun lebih. Boorom, et al (1998) kecemasan komunikasi bukan merupakan sebuah kompetensi komunikasi, namun tingkat kecemasan komunikasi yang rendah dianggap tidak perlu mencukupi untuk mencapai kompetensi komunikasi Berdasarkan Kamus Komunikasi dalam Elisetiawati (2014), kecemasan komunikasi (communication apprehension) adalah rasa cemas atau khawatir untuk berkomunikasi yang disebabkan ketidakpercayaan terhadap diri sendiri dan merasa tidak mampu yang dialami seseorang, sehingga mengakibatkan menarik diri dari komunikasi. Kecemasan merupakan sebuah perasaan yang dimiliki oleh setiap individu. Munculnya kecemasan melibatkan pikiran dan perasaan negatif, sehingga dapat memunculkan perilaku-perilaku dan respon yang tidak biasa.

22 8 Kecemasan komunikasi juga dapat diartikan sebagai ketakutan atau kecemasan terkait dengan tindakan komunikasi yang dilakukan oleh individu dalam berbagai bentuk komunikasi. Orang yang memiliki kecemasan berkomunikasi yang tinggi adalah orang yang merasa khawatir ketika harus ikut berpartisipasi dalam situasi komunikasi tertentu. Spielberg (1983), mendefinisikan istilah communication apprehension sebagai perasaan subjektif berupa ketegangan, ketakutan, gugup dan khawatir yang dikaitkan dengan sistem saraf otomatis. Jadi, berdasarkan penjelasaan diatas dapat disimpulkan bahwa kecemasaan berkomunikasi (communication apprehension) adalah sebuah perasaan gugup, takut, khawatir ketika berada dalam kondisi dimana seseorang mengharuskan untuk berkomunikasi dengan individu baik secara langsung maupun tidak langsung. 3. Communication apprehension dalam Akuntansi Akuntansi adalah tentang mengukur dan berkomunikasi. Kieso (2007) mengatakan bahwa akuntansi adalah suatu sistem informasi yang mengidentifikasi, mencatat dan mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa ekonomi dari suatu organisasi kepada para pengguna yang berkepentingan. Jika ilmu akuntansi diterapkan dalam pendidikan khususnya mahasiswa jurusan akuntansi, maka memiliki keterampilan berkomunikasi sangat diperlukan. Stanga dan Ladd (1990) menunjukkan bahwa mahasiswa jurusan akuntansi memiliki tingkat kecemasan berkomunikasi di atas rata-rata. Disisi

23 9 lain, Hassal, et al (2000) menunjukkan bahwa mahasiswa akuntansi memiliki kecenderungan untuk memiliki level yang tinggi pada kecemasan komunikasi secara tertulis maupun lisan. Oleh karena itu, seorang mahasiswa akuntansi dituntut untuk tidak hanya terampil untuk memecahkan suatu masalah tetapi juga harus terampil untuk mengkomunikasi suatu informasi kepada para pengguna. Faktor yang sering menghambat mahasiswa akuntansi dalam mengembangkan keterampilan dalam berkomunikasi adalah kecemasan komunikasi atau communication apprehension. 4. Communication Apprehension berdasarkan Gender Gender adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal nilai dan perilaku. Komunikasi pada laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan. Vanfossen (2001) mengungkapkan bahwa laki-laki cenderung lebih aktif dalam berkomunikasi sedangkan perempuan cenderung lebih pasif dalam berkomunikasi. Penelitian sebelumnya tentang gender terhadap kecemasan komunikasi lisan atau oral communication apprehension telah menghasilkan hasil yang bertentangan. Stanga dan Ladd (1990) melaporkan tidak ada perbedaan tingkat kecemasan komunikasi lisan antara mahasiswa akuntansi laki-laki dan perempuan. Namun, Simon, et al (1995) menemukan bahwa mahasiswa akuntansi dan manajemen perempuan lebih cemas mengenai komunikasi lisan daripada teman laki-laki mereka. Selanjutnya, ketika menganalisis empat aspek komunikasi mereka menemukan bahwa

24 10 mahasiswa perempuan secara signifikan lebih cemas dalam komunikasi pertemuan dan komunikasi di depan umum daripada mahasiswa laki-laki. Penelitian sebelumnya juga telah mengidentifikasi perbedaan gender, dengan mahasiswa perempuan menunjukkan tingkat kecemasan komunikasi lisan yang jauh lebih tinggi ketika berkomunikasi dalam pertemuan dan di depan umum (Gardner, et al., 2005; Arquero, et al., 2007). 5. Faktor-Faktor Penyebab Communication Apprehension Communication apprehension atau kecemasan komunikasi yang dialami individu disebabkan oleh beberapa faktor. McCroskey (1984) dalam Elisetiawati (2014), faktor yang menyebabkan individu mengalami kecemasan komunikasi adalah: a. Faktor Keturunan Faktor keturunan dapat menyebabkan kecemasan pada diri seseorang. Proses pembelajaran yang diterima dari orangtua akan mempengaruhi sikap seseorang. Dalam hal ini, artinya seseorang akan mengadopsi nilai-nilai yang diajarkan dari orangtua, misalnya seseorang yang sejak dini tidak diajarkan untuk berpendapat secara bebas oleh orangtua, maka individu tersebut akan menurunkan ajaran tersebut kepada generasi berikutnya. Sebaliknya, seseorang yang tumbuh dewasa dalam pola asuh yang memiliki kebebasan dan keterbukaan dalam mengemukakan pendapat, akan dapat membentuk generasi yang aktif.

25 11 b. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan dapat menyebabkan kecemasan pada diri seseorang. Lingkungan yang dimaksud seperti keluarga, teman sebaya, dan masyarakat di lingkungan tempat tinggal. Seseorang yang berada pada lingkungan yang memiliki kecenderungan mengalami kecemasan komunikasi, akan mengalami kecenderungan mengalami kecemasan komunikasi. c. Faktor Reinforcement Kecemasan komunikasi dipengaruhi oleh seberapa sering individu mendapat penguatan untuk melakukan komunikasi dari lingkungan sekitar. Individu yang menerima positive reinforcement dalam komunikasi akan dapat mengurangi kecemasan komunikasi, sedangkan individu yang jarang diberikan kesempatan untuk melakukan komunikasi dan tidak didorong untuk berkomunikasi akan mengembangkan sikap negatif mengenai komunikasi sehingga muncul kecemasan komunikasi. Reinforcement yang dimaksud adalah proses belajar, dimana individu yang aktif untuk belajar mengembangkan keterampilan komunikasi dapat mengurangi kecemasan komunikasi dibandingkan yang individu yang tidak belajar keterampilan komunikasi. d. Faktor Situasi Komunikasi Pemicu timbulnya kecemasan yang dialami seseorang adalah situasi komunikasi. Situasi formal merupakan situasi dimana seseorang

26 12 cenderung akan mengalami kecemasan komunikasi. Seseorang yang mampu berkomunikasi dengan baik ketika berada dalam situasi informal, yaitu ketika berbicara dengan temannya, belum tentu dapat berkomunikasi dengan baik ketika berkomunikasi dalam situasi formal seperti di dalam kelas, pidato dihadapan umum, rapat dan situasi-situasi formal lainnya. e. Faktor Penilaian Dalam situasi komunikasi tertentu seseorang merasa bahwa dirinya akan dinilai oleh orang lain, hal tersebut dapat menimbulkan kecemasan. Penilaian dianggap mampu membuat, mengangkat atau menjatuhkan harga diri seseorang. Individu yang akan melakukan komunikasi di depan umum cenderung memiliki pikiran-pikiran negatif yang belum tentu benar sehingga hal tersebut menyebabkan individu mengalami kecemasan ketika mengetahui bahwa seseorang sedang dinilai oleh penilai. f. Faktor Keterampilan dan Pengalaman Kurangnya keterampilan serta pengalaman dalam komunikasi dapat menyebabkan seseorang tidak tahu apa yang harus dilakukan sehingga menimbulkan kecemasan. Seseorang tidak tahu bagaimana untuk memulai pembicaraan dan apa yang harus dibicarakan. Sehingga untuk mengatasi kecemasan komunikasi, maka diperlukan latihan dan pengalaman. Pengetahuan tentang komunikasi memberikan keterampilan

27 13 untuk memulai, melanjutkan, dan mengakhiri pembicaraan yang baik dan benar. 6. Karakteristik Communication Apprehension McCroskey (1984) mengemukakan, bahwa individu yang mengalami communication apprehension atau kecemasan komunikasi, memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Ketidaknyamanan Internal (Internal Discomfort) Mahasiswa yang memiliki kecemasan komunikasi akan mengalami perasaan tidak nyaman pada diri. Ketidaknyamanan dalam diri mahasiswa akan menimbulkan respon-respon yang negatif seperti kekhawatiran atau ketakutan, sehingga individu akan memunculkan kepanikan, malu, tegang atau gugup. b. Penghindaran Komunikasi (Avoidance of Communication) Mahasiswa yang mengalami kecemasan komunikasi akan cenderung untuk tidak terlibat dalam situasi komunikasi. Mereka sering mencoba unutk menghindari situasi komunikasi seperti menjawab pertanyaan atau memberikan laporan lisan. Pada situasi tersebut, perilaku yang muncul biasanya berupa diam ataupun berbicara seperlunya atau memunculkan respon berupa kalimat pendek. c. Penarikan Diri (Communication Disruption) Mahasiswa yang mengalami kecemasan dalam berkomunikasi biasanya mencoba untuk secara fisik atau psikologis menarik diri dari

28 14 situasi komunikasi. Ketika mereka ditanya oleh dosen, mungkin mereka akan menjawab Saya tidak tahu. Hal ini dilakukan oleh mahasiswa untuk mundur dari keterlibatan komunikasi. d. Komunikasi Berlebihan (Overcommunication) Mahasiswa yang memiliki kecemasan komunikasi akan lebih memperdulikan kuantitas daripada kualitas dari komunikasi yang disampaikan. Mahasiswa cenderung menampilkan respon yang berlebihan untuk menunjukkan bahwa mahasiswa tersebut memiliki kualitas yang baik dalam melakukan presentasi namun sebenarnya perilaku itu muncul untuk menutupi komunikasi yang kurang pada diri individu. Sebagai contoh, individu ketika melakukan presentasi di depan kelas mengucapkan kalimat-kalimat yang tidak sesuai dengan topik yang dibawakan. 7. Tipe-Tipe Kecemasan Komunikasi McCroskey (1984) membagi empat tipe kecemasan komunikasi, diantaranya adalah: a. Traitlike Communication Apprehension Traitlike adalah kecemasan komunikasi yang relatif stabil dan relatif panjang waktunya ketika seseorang dihadapkan pada berbagai konteks komunikasi, seperti komunikasi group, meeting, interpersonal, dan public speaking.

29 15 b. Generalized-context Communication Apprehension Kecemasan komunikasi dalam sudut pandang ini menunjukkan kecemasan komunikasi timbul karena berada dalam tempat-tempat tertentu. Tipe ini memperlihatkan bahwa mahasiswa dapat sangat cemas saat berkomunikasi dalam satu konteks tetapi merasa tidak cemas saat berkomunikasi dalam konteks lain. c. Person-group Communication Apprehension Tipe ini menunjukkan reaksi dari mahasiswa dalam berkomunikasi jika dihadapkan pada mahasiswa lain. Kecemasan komunikasi yang dialami mahasiswa mahasiswa ketika ia berkomunikasi dalam konteks tertentu dan waktu tertentu akan memicu timbulnya kecemasan. d. Situational Communication Apprehension Kecemasan komunikasi yang berhubungan dengan situasi ketika seseorang mendapat perhatian yang tidak biasa dari orang lain. B. Personal Report Communication Apprehension Personal report communication apprehension adalah skala yang digunakan untuk mengukur communication apprehension atau kecemasan komunikasi yang telah dikembangkan oleh (McCroskey dan Beatty. 1986). Instrumen ini didasarkan pada empat konteks komunikasi diperkirakan sebagai yang paling relevan dengan kecemasan komunikasi. Konteks tersebut adalah berbicara dalam diskusi kelompok, berbicara dalam suatu pertemuan,

30 16 berbicara dengan individu lain, dan berbicara di depan umum. Setiap konteks diwakili oleh enam pertanyaan (McCroskey dan Beatty. 1986) 1. Group (komunikasi dalam diskusi kelompok) Mulyana (2007:82), mengemukakan bahwa komunikasi dalam kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka di dalam sebuah kelompok tersebut. Kelompok ini misalnya kelompok diskusi dan kelompok pemecahan masalah. Kecemasaan dalam diskusi kelompok (group) adalah tingkat kecemasan komunikasi ketika individu berkomunikasi dengan sekumpulan orang selama dalam suatu komunikasi kelompok kecil. McCroskey (1986) mengatakan bahwa kecemasan komunikasi group (komunikasi dalam diskusi kelompok) diuji dengan enam item pernyataan: a. Saya tidak suka berpartisipasi dalam diskusi kelompok b. Pada umumnya, saya nyaman saat berbicara dalam diskusi kelompok. c. Saya gugup saat berbicara dalam diskusi kelompok d. Saya suka berbicara di dalam diskusi kelompok e. Saya gugup saat berbicara dalam diskusi kelompok dengan orang-orang baru. f. Saya tenang saat berbicara dalam diskusi kelompok

31 17 2. Meeting (komunikasi saat pertemuan) Pertemuan adalah bentuk komunikasi yang dihadiri oleh beberapa orang untuk membicarakan dan memecahkan permasalahan tertentu, dimana melalui pertemuan berbagai masalah dapat dipecahkan. Mulyana (2007:167) pertemuan/rapat adalah sarana komunikasi dalam organisasi untuk pengambilan sebuah keputusan. Kecemasan saat dalam pertemuan (meeting) adalah tingkat kecemasan komunikasi ketika berkomunikasi dengan sekumpulan orang selama berada di dalam rapat ataupun pertemuan. McCroskey (1986) mengatakan bahwa meeting (komunikasi saat pertemuan) diuji dengan enam item pernyataan: a. Pada umumnya, saya gugup ketika harus berbicara dalam suatu pertemuan b. Biasanya, saya tenang ketika berbicara dalam suatu pertemuan c. Saya sangat tenang ketika dipanggil untuk mengungkapkan pendapat dalam suatu pertemuan d. Saya takut untuk mengungkapkan diri saya dalam suatu pertemuan e. saya tidak nyaman ketika berbicara dalam suatu pertemuan f. Saya sangat tenang ketika menjawab pertanyaan dalam suatu pertemuan 3. Komunikasi Interpersonal (komunikasi dengan individu lain) Mulyana (2007:81), komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun

32 18 nonverbal. Komunikasi interpersonal melibatkan hanya dua orang, seperti dua sejawat, dua sahabat dekat, dosen-mahasiswa, dan sebagainya. Ciri-ciri komunikasi interpersonal adalah pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak yang dekat, pihak-pihak yang berkomunikasi mengirim pesan secara simultan dan spontan, baik verbal maupun nonverbal. Kecemasaan dengan individu lain (interpersonal) adalah tingkat kecemasan komunikasi ketika berkomunikasi dengan individu dalam interaksi dengan satu orang. McCroskey (1986) mengatakan bahwa komunikasi interpersonal (komunikasi dengan individu lain) diuji dengan enam item pernyataan: a. Saya merasa sangat gugup, ketika berbicara dalam sebuah percakapan dengan seorang yang baru dikenal b. Saya tidak takut untuk berbicara dalam sebuah percakapan c. Saya biasanya sangat gugup ketika berbicara dalam sebuah percakapan d. saya biasanya sangat tenang ketika berbicara dalam sebuah percakapan e. Saya merasa sangat santai, ketika berbicara dalam sebuah percakapan dengan seorang yang baru dikenal. f. Saya takut untuk berbicara dalam sebuah percakapan. 4. Public speaking (komunikasi di depan umum) Mulyana (2007:82-83) komunikasi publik adalah komunikasi antara seseorang pembicara dengan sejumlah besar orang (khalayak) yang tidak bisa dikenali satu per satu. Komunikasi ini sering disebut pidato, ceramah,

33 19 atau kuliah umum. Komunikasi publik biasanya berlangsung lebih formal dan lebih sulit dari pada komunikasi interpersonal atau komunikasi kelompok, karena komunikasi publik menuntut persiapan pesan yang cermat, keberanian dan keterampilan menghadapi sejumlah besar orang. Kecemasaan di depan umum (public speaking) adalah tingkat kecemasan komunikasi ketika berkomunikasi dengan seseorang maupun banyak orang dalam situasi formal. McCroskey (1986), mengatakan bahwa public speaking (berbicara di depan umum) diuji dengan enam item pernyataan: a. Saya tidak takut ketika berbicara di depan umum. b. Bagian tertentu dari tubuh saya merasa sangat tegang dan kaku ketika berbicara di depan umum. c. Saya sangat santai ketika berbicara di depan umum. d. Pikiran saya menjadi bingung dan campur aduk ketika saya berbicara di depan umum. e. Saya berbicara di depan umum dengan penuh percaya diri. f. Saat berbicara di depan umum saya begitu gugup, saya lupa hal-hal yang akan saya sampaikan.

34 20 C. Personal Report Communication Apprehension Scoring Menghitung sub skor untuk keempat konteks komunikasi. Semua pertanyaan tentang communication apprehension diberikan skor yang disajikan pada tabel dibawah ini : 1. Kuesioner Personal Report Communication Apprehension Skala communication apprehension terdapat 24 pertanyaan, terdiri dari dua kelompok pertanyaan, yaitu 12 pertanyaan favorable (mendukung pertanyaan) dan 12 unfavorable (tidak medukung pertanyaan). Tabel 1. Kuesioner Personal Report Communication Apprehension Tema Group Butir Soal 1. Saya tidak suka berpartisipasi dalam diskusi kelompok 2. Pada umumnya, saya nyaman saat berpartisipasi dalam diskusi kelompok 3. Saya gugup ketika berpartisipasi dalam diskusi kelompok 4. Saya suka terlibat di dalam diskusi kelompok 5. Terlibat dalam diskusi kelompok dengan orangorang yang baru membuat saya gugup. 6. Saya tegang ketika berpartisipasi dalam diskusi kelompok. 7. Pada umumnya, saya gugup ketika harus berpartisipasi dalam pertemuaan 8. Biasanya, saya tenang ketika berpartisipasi dalam pertemuan Meeting 9. Saya sangat tenang ketika saya dipanggil untuk mengungkapkan pendapat dalam pertemuan 10. Saya takut untuk mengungkapkan diri saya dalam pertemuan Sumber : McCroskey (1984)

35 21 Tabel 1. Kuesioner Personal Report Communication Apprehension (lanjutan) 11. Saya tidak nyaman ketika berbicara dalam Meeting pertemuan (lanjutan) 12. Saya sangat tenang ketika menjawab pertanyaan dalam pertemuan 13. Saat dalam percakapan dengan seorang yang baru dikenal, saya merasa sangat gugup. 14. Saya tidak takut untuk berbicara dalam sebuah percakapan 15. Saya biasanya sangat tegang dan gugup dalam sebuah percakapan Interpersonal 16. Saya biasanya sangat tenang dan santai dalam sebuah percakapan 17. Saat dalam percakapn dengan seorang yang baru dikenal, saya merasa sangat santai 18. Saya takut untuk berbicara dalam sebuah percakapan 19. Saya tidak memiliki rasa takut ketika berbicara di depan umum 20. Bagian tertentu dari tubuh saya merasa sangat tegang dan kaku ketika berbicara di depan umum 21. Saya merasa santai ketika berbicara di depan Public speaking umum 22. Pikiran saya menjadi bingung dan campur aduk ketika saya berbicara di depan umum 23. Saya berbicara di depan umum dengan penuh percaya diri 24. Saat berbicara di depan umum saya begitu gugup, saya lupa hal-hal yang akan saya sampaikan. Sumber : McCroskey (1984) 2. Skor Personal Report Communication Apprehension Skala yang digunakan dalam penentuan skor personal report commuication apprehension dengan menggunakan skala likert dengan alternatif pilihan jawaban dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

36 22 Tabel 2. Skor Personal Report Communication Apprehension Pernyataan STS TS R S SS Favorable Unfavorable Keterangan : Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Ragu-ragu (R), Setuju (S), Sangat Setuju (SS). 3. Cara Menghitung Kuesioner Personal Report Communication Apprehension Cara yang digunakan untuk menghitung kuesioner personal report communication apprehension (PRCA) dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 3. Cara Menghitung Kuesioner PRCA Sub scores Scoring Formula Group 18 (1) + (2) (3) + (4) (5) + (6); Meeting 18 (7) + (8) + (9) (10) (11) + (12); Interpersonal 18 (13) + (14) (15) + (16) + (17) (18); Public speaking 18 + (19) (20) + (21) (22) + (23) (24); Skor PRCA Group + Meeting + Interpersonal + Public speaking Sumber: McCroskey (1984) Keterangan : Setiap skor 18 menunjukkan seberapa tingkat kecemasan +favorable -unfavorable Berdasarkan tabel 3 dapat dijabarkan cara penghitungan kuesioner personal report communication apprehension seperti dibawah ini: a. Penghitungan Group Communication apprehension (CA) group dihitung sebagai berikut : 18 (skor jawaban item 1) + (skor jawaban item 2) (skor jawaban item 3) + (skor jawaban item 4) (skor jawaban item 5) + (skor jawaban item 6)

37 23 b. Penghitungan Meeting Communication apprehension (CA) Meeting dihitung sebagai berikut : 18 - (skor jawaban item 7) + (skor jawaban item 8) (skor jawaban item 9) + (skor jawaban item 10) (skor jawaban item 11) + (skor jawaban item 12) c. Penghitungan Interpersonal Communication apprehension (CA) Interpersonal dihitung sebagai berikut: 18 - (skor jawaban item 13) + (skor jawaban item 14) (skor jawaban item 15) + (skor jawaban item 16) + (skor jawaban item 17) - (skor jawaban item 18) d. Penghitungan Public Speaking Communication Apprehension (CA) Public Speaking dihitung sebagai berikut : 18 + (skor jawaban item 19) - (skor jawaban item 20) + (skor jawaban item 21) - (skor jawaban item 22) + (skor jawaban item 23) - (skor jawaban item 24) e. Total skor keseluruhan Communication Apprehension (CA) keseluruhan dihitung sebagai berikut : Jumlah dari penghitungan group + jumlah dari penghitungan meeting + jumlah dari penghitungan interpersonal + jumlah dari penghitungan public speaking

38 24 4. Menafsirkan Skor Personal Report Communication Apprehension Berdasarkan hasil dari penghitungan tabel 3, dapat ditafsirkan skor Personal Report Communication Apprehension (PRCA) pada tabel dibawah ini: Tabel 4. Menafsirkan Skor PRCA: Rendah Sedang Tinggi PRCA < >80 Sumber : Byrne, et al (2009) Hasil penafsiran skor keseluruhan dengan menambahkan 4 konteks communication apprehension dengan skor minimum 24 dan skor maksimum 120 menunjukkan bahwa : 1. Skor dengan nilai CA < 50, maka kondisi ini dapat diartikan bahwa mahasiswa memiliki skor rendah. Hal ini berarti mahasiswa akuntansi mampu mengatasi kecemasan berkomunikasi mereka sendiri. Namun demikian mahasiswa akuntansi dapat berkomunikasi kapan saja dalam bentuk komunikasi kelompok, individu, dan di depan umum. 2. Mahasiswa dengan nilai CA diantara 50 80, maka kondisi ini dapat diartikan bahwa mahasiswa akuntansi memiliki skor sedang. Hal ini berarti mahasiswa akuntansi dapat berkomunikasi secara lisan. Namun demikian mahasiswa akuntansi akan cenderung lebih pasif untuk berkomunikasi dalam bentuk komunikasi kelompok, individu, dan di depan umum.

39 25 3. Mahasiswa dengan nilai CA > 80, maka kondisi ini dapat diartikan bahwa mahasiswa akuntansi memiliki skor tinggi. Hal ini berarti mahasiswa akuntansi tidak mampu mengatasi kecemasan berkomunikasi mereka sendiri. Mahasiswa akan mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dalam bentuk komunikasi kelompok, individu, dan di depan umum. D. Penelitian Terdahulu Penelitian ini berfokus pada communication apprehension. Jones (1994) melakukan penelitian tentang hal-hal yang menjadikan penyebab kecemasan komunikasi dilihat dari kegiatan di dalam kelas dengan studi exploratory. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala Personal Report Communication Apprehension (PRCA) milik McCroskey (1984). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecemasan mahasiswa tentang wawancara kerja dapat mencerminkan kesulitan komunikasi generik, permasalahan situasional, atau kombinasi keduanya. Gardner, et al (2005) melakukan penelitian tentang kecemasan komunikasi lisan dilihat dari kurikum dan prestasi akademik mahasiswa akuntansi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala Personal Report Communication Apprehension (PRCA) milik McCroskey (1984). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa tingkat akhir memiliki tingkat kecemasan komunikasi lebih tinggi dari mahasiswa awal.

40 26 Simons, et al (1995) melakukan penelitian tentang kecemasan komunikasi dilihat dari pengajaran dan kurikulum di jurusan akuntansi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala Personal Report Communication Apprehension (PRCA) milik McCroskey (1984). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penelitian terhadap oral communication apprehension menemukan bahwa jurusan akuntansi mahasiswa tingkat kedua melaporakan tingkat oral communication apprehension lebih tinggi dari jurusan bisnis lainnya. Aly dan Islam (2003) melakukan penelitian tentang hal-hal yang mempengaruhi kecemasan komunikasi di dalam kelas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala Personal Report Communication Apprehension (PRCA) milik McCroskey (1984). Hasil penelitian menunjukkan bahwa presentasi lisan oleh mahasiswa akan sesuai jika tujuan pembelajaran pedagogik adalah bagaimana mengembangkan strategi kognitif dalam memecahkan masalah. Oleh karenanya, kesempatan mahasiswa berbicara di depan publik menjadi sangat terbatas. Dengan demikian tujuan pembelajaran pedagogik seharusnya tidak hanya mengembangkan strategi kognitif dalam pemecahan masalah tetapi juga harus dapat mengembangkan kreativitas mahasiswa di dalam proses belajar mengajar. Elisetiawati (2014), melakukan penelitian tentang aspek yang menyebabkan kecemasan komunikasi. Metode yang digunakan dalam

41 27 penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti. Hasil penelitian mengatakan bahwa tingkat kecemasan komunikasi remaja akhir berada pada tingkat cukup atau sedang. Aspek yang paling menggambarkan kecemasaan komunikasi yaitu ketidaknyamanan internal, penghindaran komunikasi, penarikan diri besar, dan komunikasi berlebihan

42 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan atau memberikan gambaran mengenai objek penelitian melalui data sampel atau populasi. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai kecemasan komunikasi mahasiswa akuntansi. B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Maret Tempat Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang beralamat di Mrican, Trompol Pos 29 Yogyakarta C. Subjek dan Obyek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek dari penelitian ini adalah mahasiswa Akuntansi Universitas Sanata Dharma tahun Obyek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah Mahasiswa Akuntansi Universitas Sanata Dharma Tahun

43 29 D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini terdiri dari mahasiswa Akuntansi angkatan , Universitas Sanata Dharma. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Penentuan besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin : Keterangan: n : Ukuran sampel/jumlah respon N : Ukuran populasi e : Presentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel yang masih bisa ditolerir e = 0,1 Dalam rumus Slovin ada ketentuan sebagai berikut: Nilai e = 0,1 (10%) untuk populasi dalam jumlah besar Nilai e = 0,2 (20%) untuk populasi dalam jumlah kecil Jadi rentang sampel yang dapat diambil dari teknik Slovin adalah antara 10%-20% dari populasi penelitian.

44 30 E. Teknik Pengambilan Sampel Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel pada penelitian adalah non probability sampling dengan metode purposive sampling. Purposive sampling merupakan penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. F. Teknik Pengumpulan Data 1. Kuesioner Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang dikumpulkan dengan metode kuesioner yang memberikan secara langsung kepada mahasiswa Akuntansi Universitas Sanata Dharma angkatan tahun Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner tertutup yang sudah disertai alternatif jawaban sehingga responden cukup memberikan tanda ( ) pada salah satu jawaban yang sesuai dengan dirinya. Penelitian kuesioner diukur dengan skala likert 5 poin. Sikap responden yang sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju, dan sangat setuju. 2. Dokumentasi Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data secara tidak langsung dengan mengumpulkan data atau informasi serta melakukan penelusuran data historis. Metode ini digunakan untuk memberikan gambaran umum, visi dan misi, profil dari program studi Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

45 31 G. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini langkah-langkah untuk menganalisis data yaitu: 1. Mengumpulkan Data Mahasiswa Akuntansi Pengumpulan data mahasiswa akuntansi Universitas Sanata Dharma diperoleh dari sekretariat Fakultas Ekonomi dalam bentuk software Microsoft Excel. 2. Menentukan Sampel Penentuan besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin : N n 1 N( e) Keterangan: 2 n N e : Ukuran sampel/jumlah respon : Ukuran populasi : Presentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel yang masih bisa ditolerir e = 0,1 3. Menyebarkan Kuesioner Menyebarkan kuesioner kepada responden. Daftar pertanyaan yang digunakan adalah pertanyaan terstruktur sehingga responden hanya memberikan tanda centang ( ) pada jawaban yang dipilih, kemudian responden langsung mengembalikan kuesioner yang di isi.

46 32 4. Mengumpulkan kuesioner Data diperoleh dari responden yang mengisi kuesioner yang disebarkan oleh peneliti untuk diteliti. Data tersebut berupa hasil kuesioner dari mahasiswa akuntansi angkatan 2013, 2014, dan 2015 yang telah diminta untuk mengisi kuesioner berupa pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan communication apprehension. 5. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif adalah metode yang menggambarkan sifat-sifat data. Kegiatan statistik di sini berupa kegiatan pengumpulan data, penyusunan data penyajian data dalam bentuk tabel, grafik-grafik maupun diagram-diagram. Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif suatu data. 6. Menentukan Skor Kuesioner Personal Report Communication Apprehension Menentukan skor pada kuesioner Personal Report Communication Apprehension terdiri dari dua kelompok pertanyaan, yaitu 12 pertanyaan favorable (mendukung pertanyaan) dan 12 unfavorable (tidak medukung pertanyaan), dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 5 Blue Print Kuesioner PRCA Konteks Nomer Item Jumlah Favorable Unfavourable Group 1, 3, 5 2, 4, 6 6 Meeting 7, 10, 11 8, 9, 12 6 Interpersonal 13, 15, 18 14, 16, 17 6 Public Speaking 20, 22, 24 19, 21, 23 6

47 33 Skor untuk menentukan setiap pertanyaan di atas dengan menggunakan skala likert lima poin, skor dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 6 Skor Kuesioner Personal Report Communication Apprehension Pernyataan STS TS R S SS Favorable Unfavorable Uji Validitas Validitas adalah suatu pengukuran yang digunakan untuk mengukur sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur instrumen (daftar pertanyaan) dalam kuesioner dikatakan valid apabila pertanyaan tersebut dapat mengukur apa yang ingin diukur. Tinggi-rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mempunyai validitas yang tinggi pula. Syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah jika r = 0.3, jadi jika korelasi antara butir dengan skor total kurang dari 0.3 maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. 8. Uji Reliabilitas Reliabilitas menunjukkan keterandalan suatu alat ukur. Tujuan dari dilakukan uji reliabilitas adalah agar instrumen yang digunakan yaitu kuesioner dapat dipercaya (reliable). Pengujian reliabilitas pada penelitian ini menggunakan internal consistency, yaitu mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Internal consistency diukur dengan menggunakan koefisien Cronbach alpha. Jika koefisiensi alpha lebih besar daripada 0.60 maka dinyatakan

48 34 bahwa instrumen pengukuran yang digunakan dalam penelitian adalah handal. 9. Menghitung Personal Report Communication Apprehension Penghitungan Personal Report Communication Apprehension dapat diperoleh dengan cara: a. Penghitungan Group Communication apprehension (CA) group dihitung sebagai berikut : 18 (skor jawaban item 1) + (skor jawaban item 2) (skor jawaban item 3) + (skor jawaban item 4) (skor jawaban item 5) + (skor jawaban item 6) b. Penghitungan Meeting Communication apprehension (CA) Meeting dihitung sebagai berikut : 18 - (skor jawaban item 7) + (skor jawaban item 8) (skor jawaban item 9) + (skor jawaban item 10) (skor jawaban item 11) + (skor jawaban item 12) c. Penghitungan Interpersonal Communication apprehension (CA) Interpersonal dihitung sebagai berikut: 18 - (skor jawaban item 13) + (skor jawaban item 14) (skor jawaban item 15) + (skor jawaban item 16) + (skor jawaban item 17) - (skor jawaban item 18)

49 35 d. Penghitungan Public Speaking Communication Apprehension (CA) Public Speaking dihitung sebagai berikut : 18 + (skor jawaban item 19) - (skor jawaban item 20) + (skor jawaban item 21) - (skor jawaban item 22) + (skor jawaban item 23) - (skor jawaban item 24) e. Total Skor Keseluruhan Communication Apprehension (CA) keseluruhan dihitung sebagai berikut : Jumlah dari penghitungan group + jumlah dari penghitungan meeting + jumlah dari penghitungan interpersonal + jumlah dari penghitungan public speaking 9. Menarik Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh pada hasil penghitungan kuesioner communication apprehension adalah Tabel 7 Menarik Kesimpulan Rendah Sedang Tinggi PRCA < >80 Sumber : Byrne, et al (2009) Berdasarkan tabel 7 dapat ditarik kesimpulan seperti : 1. Mahasiswa dengan nilai CA < 50 menunjukkan tingkat rendah dari kecemasan komunikasi, maka mahasiswa dapat berkomunikasi kapan saja dalam bentuk komunikasi kelompok, individu, dan umum.

50 36 2. Mahasiswa dengan nilai CA diantara 50 80, menunjukkan tingkat sedang dari kecemasan komunikasi, maka mahasiswa akan cenderung lebih pasif untuk berkomunikasi dalam bentuk komunikasi kelompok, individu, dan umum. 3. Mahasiswa dengan nilai CA > 80, menunjukkan tingkat tinggi dari kecemasan komunikasi, maka mahasiswa akan kesulitan berkomunikasi dalam bentuk komunikasi kelompok, individu, dan umum.

51 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Profil Program Studi Akuntansi 1. Sejarah Singkat Program Studi (PS) Akuntansi Universitas Sanata Dharma (USD) berdiri sejak beralihnya Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Sanata Dharma menjadi Universitas Sanata Dharma (USD) berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 46/D/0/1993 tanggal 20 April Berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 48/D/0/1993 tanggal 26 April 1993, PS Akuntansi USD mendapatkan status terdaftar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa PS Akuntansi USD didirikan sejak tanggal 26 April Sebagai bentuk upaya perbaikan berkelanjutan dalam penyelenggaran suatu Program Studi dan evaluasi diri, maka PS Akuntansi USD mengajukan penilaian pengelolaan Program Studi kepada pihak yang berwenang yaitu Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT). Berdasarkan Keputusan BAN PT nomor: 03110/Ak-I-III- 017/USDAKT/VII/2000, PS Akuntansi USD dinyatakan terakreditasi dengan peringkat Akreditasi B (Baik). Pada tahun akademik 2015/2016, PS Akuntansi USD kembali mengajukan reakreditasi kepada BAN PT. Berdasarkan Keputusan BAN-PT nomor: 1151/SK/BAN- PT/Akred/S/XI/2015, PS Akuntansi USD dinyatakan terakreditasi dengan 37

52 38 peringkat Akreditasi B yang berlaku sejak tanggal 14 November 2015 sampai dengan 14 November Visi dan Misi Program Studi Akuntansi Visi dan misi Program Studi Akuntansi sebagaimana dicantumkan dalam Rencana Strategis Program Studi Akuntansi Tahun sebagai berikut: a. Visi PS Akuntansi: Menjadi Program Studi Akuntansi yang unggul dalam menghasilkan analis keuangan dan perpajakan, analis sistem informasi keuangan, dan auditor yang cerdas, humanis, dan profesional demi terwujudnya masyarakat yang semakin bermartabat b. Misi Program Studi Akuntansi: 1. Menyelenggarakan sistem pendidikan yang berlandaskan paradigma Pedagogi Ignasian yang berciri cura personalis, dialogis, pluralistik, dan transformatif; 2. Menyelenggarakan penelitian yang menghargai kebebasan akademik dan otonomi keilmuan untuk mengembangkan ilmu akuntansi; 3. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat yang mengasah kepekaan dan kepedulian sosial sebagai penerapan ilmu dan hasil penelitian untuk memberdayakan masyarakat.

53 39 Berdasarkan rumusan visi dan misi tersebut di atas, Program Studi Akuntansi merumuskan tujuan, sasaran, dan motto sebagai berikut : 1. Tujuan Tujuan Program Studi Akuntansi: a. Menghasilkan analis keuangan dan perpajakan, analis sistem informasi keuangan, dan auditor yang cerdas, humanis, dan professional; b. Menghasilkan karya penelitian yang independen, objektif, dan jujur di bidang ilmu akuntansi; c. Menghasilkan karya pengabdian kepada masyarakat yang terprogram untuk memberdayakan masyarakat. 2. Sasaran Program Studi Akuntansi mampu: a. Meningkatkan kualitas lulusan yang diukur dengan: 1. Masa tunggu lulusan untuk mendapat pekerjaan semakin pendek; 2. Kesesuaian dengan bidang pekerjaan: analis keuangan dan perpajakan, analis sistem informasi keuangan, dan auditor semakin tinggi; 3. Ketepatan waktu studi dan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). b. Meningkatkan kuantitas dan kualitas penelitian dosen yang dilaksanakan secara individu, kelompok, dan bersama mahasiswa yang diukur dengan: 1. Rata-rata karya ilmiah penelitian per dosen per tahun sesuai topik yang ditetapkan dalam Roadmap Penelitian;

BAB III Metode Penelitian

BAB III Metode Penelitian BAB III Metode Penelitian A. Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi penelitian merupakan tempat peneliti melakukan penelitian tentang efektivitas teknik restrukturisasi kognitif dalam mereduksi kecemasan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan lapangan (field research) yaitu penelitian yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa mengalami kecemasan komunikasi dapat terjadi didalam kelas, forum

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa mengalami kecemasan komunikasi dapat terjadi didalam kelas, forum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mahasiswa sama halnya dengan peserta didik yang lain, mereka juga samasama memiliki permasalahan. Mulai dari masalah akademik, masalah dengan orang tua,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antar variable yang digunakan dalam penelitian ini. Variable-variable

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antar variable yang digunakan dalam penelitian ini. Variable-variable 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini, korelasi (hubungan) digunakan untuk melihat hubungan antar variable yang digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif dan (b). Penelitian kualitatif (Azwar, 2007: 5). Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif dan (b). Penelitian kualitatif (Azwar, 2007: 5). Dalam 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian dapat diklasifikasikan dari berbagai cara dan sudut pandang. Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian dibagi atas dua macam, yaitu:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya.

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian kuantitatif, seperti yang dijelaskan oleh Arikunto (006. 1) bahwa penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. yaitu dukungan sosial teman sebaya sebagai variabel bebas (X) dan kebahagiaan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. yaitu dukungan sosial teman sebaya sebagai variabel bebas (X) dan kebahagiaan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini penulis menggunakan metode korelasional, yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel, yaitu dukungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 4 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Pedoman Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan jenis studi korelasi. Alasan peneliti menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. variabel keaktifan bertanya dengan berpikir kreatif siswa. dan berpikir kreatif sebagai variabel dependen (terikat).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. variabel keaktifan bertanya dengan berpikir kreatif siswa. dan berpikir kreatif sebagai variabel dependen (terikat). 62 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kuantitatif korelasional dimana penelitian yang akan dilaksanakan adalah penelitian yang ditujukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang banyak menggunakan angka-angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data serta penampilan dari hasilnya.

BAB III METODE PENELITIAN. yang banyak menggunakan angka-angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data serta penampilan dari hasilnya. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Menurut Arikunto (2010) penelitian kuantitatif adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian Universitas PGRI Ronggolawe (UNIROW) Tuban berdiri atas dasar SK Mendiknas RI Nomor: 08/D/O/2007 dengan memberikan ijin penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi penelitian adalah MTs Al Inayah yang berlokasi di jalan cijerokaso No.63 Kelurahan Sarijadi Bandung, Kecamatan Sukasari Bandung. MTs Al

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran angka tersebut, serta penampilan

BAB III METODE PENELITIAN. angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran angka tersebut, serta penampilan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam usaha menguji hipotesis yang telah disusun. Penelitian kuantitatif banyak dituntut menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada auditor yang bekerja di KAP (Kantor Akuntan Publik) yang berada di wilayah Jakarta Barat. Lokasi ini dipilih karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Laboratorium Percontohan Universitas Pendidikan Indonesia. 2. Subjek Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 46 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, yang suatu penelitian dituntut menggunakan angka mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap

Lebih terperinci

GAMBARAN KETERBUKAAN DIRI (Studi Deskriptif pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 48 Jakarta) Dwiny Yusnita Sari 1 Wirda Hanim 2 Dharma Setiawaty R.

GAMBARAN KETERBUKAAN DIRI (Studi Deskriptif pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 48 Jakarta) Dwiny Yusnita Sari 1 Wirda Hanim 2 Dharma Setiawaty R. 51 GAMBARAN KETERBUKAAN DIRI (Studi Deskriptif pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 48 Jakarta) Dwiny Yusnita Sari 1 Wirda Hanim 2 Dharma Setiawaty R. 3 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian 3.1.1. Pendekatan penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial yang hidup bermasyarakat, individu tidak dapat terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial yang hidup bermasyarakat, individu tidak dapat terlepas dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial yang hidup bermasyarakat, individu tidak dapat terlepas dari interaksi sosial. Interaksi dapat berlangsung baik antara individu dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 58 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah Korelasional. Menurut Azwar (2012) Penelitian Korelasional merupakan penelitian yang bertujuan menyelidiki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Variabel independent (X) : Iklim Organisasi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Variabel independent (X) : Iklim Organisasi 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini menguji hubungan variabel x dan y, kedua variabel tersebut adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang menguraikan tentang variabel penelitian, definisi operasional, metodologi pengumpulan data, validitas dan reliabilitas alat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian ex-post facto, karena dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian ex-post facto, karena dalam penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian ex-post facto, karena dalam penelitian ini tidak dibuat perlakuan/manipulasi terhadap variabel-variabelnya, tetapi hanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif (komperatif). Desain

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif (komperatif). Desain BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif (komperatif). Desain komparasional menurut Arikunto (2010:310) menyebutkan bahwa penelitian membandingkan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. fenomena atau masalah penelitian yang telah diabstraksi menjadi suatu konsep

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. fenomena atau masalah penelitian yang telah diabstraksi menjadi suatu konsep BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Menurut Suharsimi Arikunto (2006:118) Objek penelitian adalah fenomena atau masalah penelitian yang telah diabstraksi menjadi suatu konsep atau

Lebih terperinci

bagaimana seseorang melihat atau memahami dirinya (sense of self) serta

bagaimana seseorang melihat atau memahami dirinya (sense of self) serta 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di universitas, institut atau akademi. Mereka yang terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Variabel

BAB III METODE PENELITIAN. dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Variabel 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1) Identifikasi Variabel Agar dapat diteliti secara empiris maka suatu konsep harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Syarat utama sebelum melakukan sebuah penelitian adalah menentukan variabel-variabel penelitian agar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, Metode kuantitatif menurut Sugiono (2008) adalah metode penelitian yang berlandaskan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DITINJAU DARI KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KREATIVITAS PADA MAHASISWA

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DITINJAU DARI KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KREATIVITAS PADA MAHASISWA KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DITINJAU DARI KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KREATIVITAS PADA MAHASISWA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh: CITA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode yang digunakan. Kesalahan dalam menentukan metode akan

BAB III METODE PENELITIAN. metode yang digunakan. Kesalahan dalam menentukan metode akan BAB III METODE PENELITIAN.1 Metode Penelitian Metode merupakan suatu syarat penting yang tidak boleh ditinggalkan dalam penelitian, karna keberhasilan suatu penelitian tergantung dari pemilihan metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam pendidikan. Perguruan Tinggi diadakan dengan tujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi

Lebih terperinci

HASIL UJI VALIDITAS KUESIONER EMOTIONAL AUTONOMY

HASIL UJI VALIDITAS KUESIONER EMOTIONAL AUTONOMY LAMPIRAN I HASIL UJI VALIDITAS KUESIONER EMOTIONAL AUTONOMY No Item Nilai Validitas Keterangan 1 0,584 Item diterima 2 0,466 Item diterima 3 0,144 Item ditolak 4 0,439 Item diterima 5 0,114 Item ditolak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan pendekatan penelitian yang yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam usaha menguji hipotesis yang telah disusun. Penelitian kuantitatif banyak dituntut menggunakan angka,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset/DPPKA karena dinas inilah yang bertugas merumuskan kebijakan teknis,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Pendidikan Indonesia, yang beralamat di Jalan Setiabudhi No. 229 Bandung, Jawa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang menekankan analisisnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Operasional Variabel Penelitian, (c) Populasi, Sampel, Teknik Pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN. Operasional Variabel Penelitian, (c) Populasi, Sampel, Teknik Pengambilan 38 BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan menjelaskan tentang metode yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi : (a) Identifikasi Variabel Penelitian, (b) Depenisi Operasional Variabel Penelitian,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Peneliti menggunakan dua variabel dalam penelitian ini, yaitu:

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Peneliti menggunakan dua variabel dalam penelitian ini, yaitu: BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Peneliti menggunakan dua variabel dalam penelitian ini, yaitu: A. Variabel X: academic locus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. secara objektif (Notoatmodjo, 2005). mahasiswa semester akhir Fakultas Psikologi dan Kesehatan.

BAB III METODE PENELITIAN. secara objektif (Notoatmodjo, 2005). mahasiswa semester akhir Fakultas Psikologi dan Kesehatan. BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif yang merupakan suatu metode penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN dapat menurun, maka akan memberi pengaruh juga pada fisiologis dan perilaku secara umumnya. D. Hipotesis Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang diajukan adalah adanya hubungan negatif antara dukungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Dan Definisi Operasional 1. Variabel Menurut Sugiyono (2011), variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Menurut Arikunto (2002) desain penelitian merupakan serangkaian proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hipotesis yang telah disusun. Dalam penelitian yang bersifat kuantitatif ini, maka

BAB III METODE PENELITIAN. hipotesis yang telah disusun. Dalam penelitian yang bersifat kuantitatif ini, maka BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif dalam usaha menguji hipotesis yang telah disusun. Dalam penelitian yang bersifat kuantitatif ini, maka proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. digunakan peneliti serta kegiatan yang akan dilakukan selama proses penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. digunakan peneliti serta kegiatan yang akan dilakukan selama proses penelitian 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian (disebut juga rancangan penelitian; proposal penelitian atau usul penelitian) adalah penjelasan mengenai berbagai komponen yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. B. Definisi Operasional Variabel

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. B. Definisi Operasional Variabel BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel 1. Variabel Bebas : Kecerdasan Emosi 2. Variabel Tergantung : Stres Akademik 1. Kecerdasan Emosi B. Definisi Operasional Variabel Kecerdasan emosi sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk dalam penelitian komparatif. Menurut Sudjud

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk dalam penelitian komparatif. Menurut Sudjud BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian komparatif. Menurut Sudjud (dalam Arikunto, 2006) penelitian komparatif merupakan suatu penelitian yang dapat menemukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian mengenai program bimbingan melalui strategi kelompok untuk meningkatkan penyesuaian diri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dikemukakan sebelumnya, maka variabel-variabel yang akan digunakan. B. Definisi Operasional pada Wanita Pasca Melahirkan

BAB III METODE PENELITIAN. dikemukakan sebelumnya, maka variabel-variabel yang akan digunakan. B. Definisi Operasional pada Wanita Pasca Melahirkan BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian dan landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel Penelitian : Komitmen Organisasi B. Definisi Operasional Variabel Penelitian Komitmen organisasi adalah keinginan yang kuat untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dan Identifikasi Variabel Pendekatan penelitian ini menganalisa data dengan menggunakan angka-angka, rumus atau model matematis, atau biasa disebut pendekaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, hal ini dikarenakan penelitian yang akan dilakukan menggunakan metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. serta menguji hipotesis penelitian. Pada bagian pertama akan dijelaskan mengenai

BAB III METODE PENELITIAN. serta menguji hipotesis penelitian. Pada bagian pertama akan dijelaskan mengenai BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas metode yang digunakan dalam menjawab permasalahan serta menguji hipotesis penelitian. Pada bagian pertama akan dijelaskan mengenai pendekatan penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu dan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 2.1. Identifikasi Variabel Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan obyek penelitian dan merupakan faktor-faktor yang berpengaruh dalam suatu penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. numerikal (angka) yang diolah dengan metoda statistika.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. numerikal (angka) yang diolah dengan metoda statistika. 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada datadata numerikal (angka) yang diolah dengan metoda statistika. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bisa dikatakan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala

BAB III METODE PENELITIAN. bisa dikatakan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel adalah semua keadaan, faktor, kondisi perilaku atau tindakan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian (Hadi, 000). Variabel penelitian adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Yakni penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada pola-pola numerikal (angka)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. korelasional. Penelitian ini mengukur hubungan kepercayaan diri (X) dengan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. korelasional. Penelitian ini mengukur hubungan kepercayaan diri (X) dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuantitatif dengan pendekatan korelasional. Penelitian ini mengukur hubungan kepercayaan diri (X) dengan perilaku

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data, serta penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2006: 12). Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data, serta penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2006: 12). Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Jenis penelitian pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang dalam prosesnya banyak menggunakan angka-angka dari mulai

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Manajemen sumber daya manusia memiliki peranan yang penting terhadap keberhasilan audit dalam melaksanakan tanggung jawabnya. Program pengembangan SDM

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif, karena menggunakan data berupa angka angka yang kemudian dianalisa. Penelitian kuantitatif banyak dituntut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Balai Gadang, kecamatan Koto Tangah, kota Padang. Penelitian ini akan. dilaksanakan pada bulan April 2017 sampai selesai.

BAB III METODE PENELITIAN. Balai Gadang, kecamatan Koto Tangah, kota Padang. Penelitian ini akan. dilaksanakan pada bulan April 2017 sampai selesai. 42 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang yang beralamatkan di Sungai Bangek,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. B. Identifikasi Variabel Penelitian. C. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. B. Identifikasi Variabel Penelitian. C. Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode korelasi, yaitu metode yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara keaktifan berorganisasi dengan kepercayaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. lain yang harus dilakukan yaitu: yang akan dicapai.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. lain yang harus dilakukan yaitu: yang akan dicapai. 59 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian Sebelum mengadakan penelitian, langkah awal yang perlu dilakukan adalah persiapan penelitian agar tidak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terletak di sebelah selatan Kota Bandung yang berjarak sekitar ± 50 km dari pusat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terletak di sebelah selatan Kota Bandung yang berjarak sekitar ± 50 km dari pusat 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Taman Wisata Alam Cimanggu yang terletak di sebelah selatan Kota Bandung yang berjarak sekitar ± 50 km dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana pendekatan ini memnungkinkan dilakukannya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang

BAB III METODE PENELITIAN. untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif korelasional, jenis ini bertujuan untuk melihat apakah antara dua variabel atau lebih memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Dan Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Dan Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya akan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Alat Ukur DATA PRIBADI. Jenis Kelamin : Pria / Wanita IPK :... Semester ke :...

Lampiran 1 Alat Ukur DATA PRIBADI. Jenis Kelamin : Pria / Wanita IPK :... Semester ke :... LAMPIRAN Lampiran 1 Alat Ukur DATA PRIBADI Jenis Kelamin : Pria / Wanita IPK :... Semester ke :... DATA PENUNJANG PENGALAMAN INDIVIDU Jawablah pertanyaan berikut ini dengan cara melingkari pilihan jawaban

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang menggunakan angka-angka, rumus atau model matematis (Azwar, 2005: 5). Berdasarkan permasalahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menjelaskan atau

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menjelaskan atau BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat kuantitaif, maka proses penelitian banyak menggunakan angka mulai dari pengumpulan, penafsiran, dan penyajian hasil. Penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH BUDAYA KERJA TERHADAP KEMAMPUAN DAN KOMITMEN PEGAWAI

PENGARUH BUDAYA KERJA TERHADAP KEMAMPUAN DAN KOMITMEN PEGAWAI PENGARUH BUDAYA KERJA TERHADAP KEMAMPUAN DAN KOMITMEN PEGAWAI (Studi Kasus pada Inspektorat Jenderal Departemen Agama) STUDI KASUS IDA FARIDA 0740001081 BINUS BUSINESS SCHOOL PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dengan pendekatan kuantitatif, dimana dalam bab ini akan diuraikan menjadi dua bagian. Pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 45 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian sensus, menurut Arikunto (1996: 115) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lingkup Penelitian Penelitian ini menggunakan kuesioner dengan dibagikan melalui email dengan google.docs kepada respoden yang sesuai kriteria. Responden yang dituju adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. 1) Variabel Terikat (Dependent): Konflik Kerja (Y)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. 1) Variabel Terikat (Dependent): Konflik Kerja (Y) BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Korelasi (hubungan) dalam penelitian ini, digunakan untuk melihat hubungan antar variabel yang digunakan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dalam bentuk penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dalam bentuk penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dalam bentuk penelitian korelasional yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan secara sistematik dan akurat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ketautan akan kegagalan pada mahasiswa dengan status rentan DO di

BAB III METODE PENELITIAN. ketautan akan kegagalan pada mahasiswa dengan status rentan DO di BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian pada penelitian ini adalah harapan orangtua dan ketautan akan kegagalan pada mahasiswa dengan status rentan DO di Universitas Mercu Buana.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. besar siswa hanya berdiam diri saja ketika guru meminta komentar mereka mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. besar siswa hanya berdiam diri saja ketika guru meminta komentar mereka mengenai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan presentasi maupun diskusi biasanya melibatkan guru dan siswa maupun siswa dengan siswa dalam suatu proses belajar mengajar, di dalam kegiatan presentasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengunakan metode penelitian kuantitatif sebagai upaya

METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengunakan metode penelitian kuantitatif sebagai upaya BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini mengunakan metode penelitian kuantitatif sebagai upaya untuk mengetahui hubungan antar dua variabel penelitian. Penelitian kuantitatif lebih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap hasil penelitian. Kegiatan penelitian harus mengikuti langkah-langkah

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap hasil penelitian. Kegiatan penelitian harus mengikuti langkah-langkah 23 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan faktor penting yang sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian. Kegiatan penelitian harus mengikuti langkah-langkah atau prosedur kerja sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bisa mempertahankan hidupnya. Sebagai mahluk sosial manusia tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN. untuk bisa mempertahankan hidupnya. Sebagai mahluk sosial manusia tidak lepas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain untuk bisa mempertahankan hidupnya. Sebagai mahluk sosial manusia tidak lepas dari interaksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Unsur yang paling penting di dalam suatu penelitian adalah metode penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. Unsur yang paling penting di dalam suatu penelitian adalah metode penelitian, 33 BAB III METODE PENELITIAN Unsur yang paling penting di dalam suatu penelitian adalah metode penelitian, karena melalui proses tersebut dapat ditemukan apakah hasil dari suatu penelitian dapat dipertanggungjawabkan

Lebih terperinci

K U E S I O N E R PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL MAHASISWA YANG BERASAL DARI JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI

K U E S I O N E R PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL MAHASISWA YANG BERASAL DARI JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI K U E S I O N E R PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL MAHASISWA YANG BERASAL DARI JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI (Studi empiris pada mahasiswa jurusan akuntansi angkatan 2007 Di Unika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berhubungan langsung dengan permasalahan yang diteliti (Cooper dan

BAB III METODE PENELITIAN. berhubungan langsung dengan permasalahan yang diteliti (Cooper dan 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan data primer. Data primer merupakan data yang diperoleh secara

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN PENELITIAN

BAB IV LAPORAN PENELITIAN BAB IV LAPORAN PENELITIAN A. Orientasi Kancah Penelitian Penelitian kuantitatif tentang Hubungan antara Kepercayaan Diri dengan Minat Berwiraswasta pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 17 BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 3.1 Metode dan Jenis Penelitian Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis (Usman dan Akbar, 2008:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Jepara. Penelitian dimulai dari bulan Oktober 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Jepara. Penelitian dimulai dari bulan Oktober 2013. 44 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Jepara. Penelitian dimulai dari bulan Oktober 2013. 3.2 Teknik Pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. untuk memperkuat hasil penelitian yang ingin dicapai. Penelitian ini dilakukan pada

BAB III METODE PENELITIAN. untuk memperkuat hasil penelitian yang ingin dicapai. Penelitian ini dilakukan pada BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Waktu Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan hal yang sangat penting untuk ditetapkan, hal ini untuk memperkuat hasil penelitian yang ingin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan angka-angka dari mulai pengumpulan data, penafsiran terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan angka-angka dari mulai pengumpulan data, penafsiran terhadap BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Jenis penelitian pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang dalam prosesnya banyak menggunakan

Lebih terperinci

Berikut ini akan dijelaskan batasan variabel penelitian dan indikatornya, seperti dalam Tabel. 1, berikut ini:

Berikut ini akan dijelaskan batasan variabel penelitian dan indikatornya, seperti dalam Tabel. 1, berikut ini: METODA PENELITIAN Obyek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada auditor internal IGE Timor Leste, alasannya bahwa IGE merupakan satu-satunya internal auditor pemerintah di Timor Leste. Desain Penelitian

Lebih terperinci

BAB III DESAIN PENELITIAN

BAB III DESAIN PENELITIAN BAB III DESAIN PENELITIAN III.1 Objek Penelitian Objek yang diteliti adalah beberapa KAP-KAP lokal yang berdomisili di Jakarta Barat. Jumlah KAP yang di jadikan sebagai tempat riset sebanyak empat KAP,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menguraikan mengenai identifikasi variabel penelitian, defenisi oprasional,

BAB III METODE PENELITIAN. menguraikan mengenai identifikasi variabel penelitian, defenisi oprasional, BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan unsur paling penting dalam penelitian ilmiah, karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menemukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini dapat diklasifikasikan ke dalam penelitian pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan data yang dinyatakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitiatu

Lebih terperinci