HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL ORANG TUA DENGAN UNGGAH-UNGGUH BAHASA JAWA PESERTA DIDIK SMP NEGERI 2 KALIWIRO KABUPATEN WONOSOBO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL ORANG TUA DENGAN UNGGAH-UNGGUH BAHASA JAWA PESERTA DIDIK SMP NEGERI 2 KALIWIRO KABUPATEN WONOSOBO"

Transkripsi

1 HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL ORANG TUA DENGAN UNGGAH-UNGGUH BAHASA JAWA PESERTA DIDIK SMP NEGERI 2 KALIWIRO KABUPATEN WONOSOBO Aris Hidayat, Gusti Surawening Pradanasiwi Universitas Muhammadiyah Purworejo ABSTRAK Bahasa Jawa pada hakekatnya merupakan identitas dan sebagai pembentuk budi pekerti orang Jawa. Bahasa Jawa memiliki unggah-ungguh bahasa yang khas. Unggah-ungguh adalah tata cara berbahasa sesuai dengan tata krama, yakni tata cara berbicara terhadap orang lain dan tindak tanduk serta tingkah laku yang baik dan tepat. Sekolah atau pendidikan formal menjadi salah satu cara menanamkan pendidikan karakter bagi para peserta didik. Akan tetapi, keterbatasan waktu belajar di sekolah menuntut peran serta orang tua dalam membantu pembentukan karakter peserta didik, tingkat pendidikan formal orang tua mempengaruhi cara mendidik dan membentuk karakter peserta didik. Karakter peserta didik yang baik dapat terlihat dari sopan santun dan cara bicara peserta didik. Sopan santun keseharian peserta didik di sekolah mencerminkan kebiasaan peserta didik dalam keluarga. Kata-kata kunci : pendidikan karakter, peserta didik, unggah-ungguh A. Pendahuluan bahasa Jawa Bahasa Jawa ialah bahasa ibu orang-orang Jawa yang tinggal terutama, di propinsi Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Timur (Pudjasoedarma, 1979:1). Bahasa Jawa berkedudukan sebagai bahasa daerah dan identitas daerah. Selain sebagai bahasa daerah dan bahasa ibu, bahasa Jawa dijadikan sebagai media pembentuk budi pekerti yang sesuai dengan unggahungguh pada generasi muda, karena dalam bahasa Jawa terdapat tingkat tutur yang digunakan untuk membedakan tingkat sosial penuturnya. Tingkat tutur tersebut adalah untuk menghormati lawan tutur atau lawan bicaranya. Dalam berkomunikasi dengan orang tua banyak yang tidak memperhatikan unggah-ungguh.unggah-ungguh adalah tata cara berbahasa sesuai dengan tata krama, yakni tata cara berbicara terhadap orang lain dan tindak tanduk serta tingkah laku yang baik dan tepat. Undha usuk adalah variasi-variasi bahasa yang perbedaan antara satu dan lainnya ditentukan oleh perbedaan sikap santun yang Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 41

2 ada pada pembicara terhadap mitra bicara (Sutardjo, 2008:16). Unggah-ungguh bahasa tersebut mewujudkan adat sopan santun bahasa jawa, karena kebiasaan menggunakan sopan santun bahasa adalah ciri kepribadian masyarakat jawa (Sutardjo, 2008:10-11). Upaya pelestarian perlu dilakukan mengingat saat ini ada gejala yang menunjukkan bahwa Bahasa Jawa akan ditinggalkan oleh penuturnya, terutama kaum muda. Upaya yang paling tepat dan harus dilakukan adalah melalui jalur pendidikan, yaitu melalui pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa dalam kerangka Budaya Jawa. Jalur ini merupakan upaya yang dapat dikatakan sangat efektif dalam usaha pelestarian Kebudayaan dan Bahasa Jawa. Upaya pelestarian Bahasa Jawa kiranya tidak cukup jika hanya melalui pembelajaran di sekolah. Dalam kenyataannya bahwa hampir sebagian besar masyarakat Jawa Tengah menggunakan Bahasa Jawa dalam kegiatan non-formal sehari-hari, baik dalam keluarga, dengan masyarakat, maupun dalam situasisituasi formal yang mengharuskan orang berbahasa Jawa. Bahasa Jawa juga sebagai sarana pendidikan karakter yang paling baik. Pendidikan ini dimulai dari keluarga atau orang tua. Tingkat pendidikan formal orang tua dapat menentukan tingkat perhatian dan bimbingan dalam proses pembelajaran peserta didik di rumah yang pada akhirnya dapat berpengaruh pada prestasi belajar peserta didik. Bimbingan dan perhatian orang tua dalam belajar terhadap anak di rumah berguna dalam membantu mengatasi masalah-masalah belajar atau kesulitan belajar dan membantu menyelesaikan tugas sekolah (Parmonodewo, 2003:125). Lebih lanjut Parmonodewo (2003:126) menyatakan bahwa kualitas bimbingan orang tua dalam membantu belajar di rumah dipengaruhi oleh tingkat pendidikan formal orang tua. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal orang tua semakin menunjang proses bimbingan belajar di rumah. Pendidikan karakter dapat diaplikasikan terutama pada mata pelajaran Bahasa Jawa. Bahasa Jawa dianggap tepat karena bahasanya sangat membedakan sopan santun berbicara antara pembicara dengan mitra bicara. Variasi-variasi bahasa yang perbedaan antara satu dan lainnya ditentukan oleh perbedaan sikap santun yang ada pada diri pembicara terhadap mitra bicara (Sutardjo, 2008:11). Proses pembelajaran pada hakekatnya terjadi dua kegiatan yang berbeda, yaitu Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 42

3 kegiatan belajar dan kegiatan mengajar. Secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahap perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif mantap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif (Syah, 2004:137), sedangkan mengajar merupakan usaha mewariskan kebudayaan masyarakat pada generasi berikut sebagai generasi penerus (Slameto,2010:30). Keterbatasan waktu belajar di sekolah menuntut peran serta orang tua dalam membantu pembentukan karakter peserta didik, tingkat pendidikan formal orang tua mempengaruhi cara mendidik dan membentuk karakter peserta didik. Karakter peserta didik yang baik dapat terlihat dari sopan santun dan cara bicara peserta didik. Sopan santun keseharian peserta didik di sekolah mencerminkan kebiasaan peserta didik dalam keluarga. Disinilah akan terlihat bagaimana peran orang tua dalam pembentukan karakter peserta didik. Berdasarkan uraian maka dilakukan penelitian tentang hubungan tingkat pendidikan formal orang tua dengan unggah-ungguh bahasa Jawa peserta didik SMP Negeri 2 Kaliwiro Kabupaten Wonosobo, sebagai salah satu cara untuk mengetahui faktor apa sajakah yang mempengaruhi semakin berkurangnya pengguna bahasa Jawa, diantaranya dengan membandingkan dengan tingkat pendidikan formal orang tua. B. Unggah-ungguh Bahasa Jawa sebagai sumber pendidikan karakter Pendidikan karakter pada dasarnya adalah pendidikan budi pekerti dengan cara menanamkan nilai-nilai moral kepada peserta didik. Nilai adalah sesuatu yang kita iakan atau kita aminkan. Nilai moral merupakan nilai tertinggi, yang memiliki ciri-ciri: (1) berkaitan dengan pribadi manusia yang bertanggung jawab, (2) berkaitan dengan hati nurani, (3) mewajibkan manusia secara absulut yang tidak bisa ditawar-tawar, dan (4) bersifat formal. Nilai moral berkaitan juga dengan apa yang seyogyanya tidak dilakukan karena berkaitan dengan prinsip moralitas yang ditegakkan (Kbj5, 2012) Nilai moral terdiri dari ajaran-ajaran, wejangan-wejangan, khotbah-khotbah, kumpulan peraturan dan ketetapan baik lisan atau tertulis, tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar ia menjadi manusia yang baik. Nilai moral yang terkandung dalam bahasa dan sastra Jawa yang berwujud tata nilai kehidupan Jawa, seperti norma, keyakinan, Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 43

4 kebiasaan, konsepsi, dan simbol-simbol yang hidup dan berkembang dalam masyarakat Jawa, toleransi, kasih sayang, gotong royong, andhap asor, kemanusiaan, nilai hormat, tahu berterima kasih, dan lainnya dapat digunakan sebagai sumber pendidikan karakter (Kbj5, 2012). Realisiasi pendidikan budi pekerti bangsa yang digali dari sumber bahasa dan sastra Jawa dapat dimulai dari kalangan pendidikan melalui pembelajaran bahasa dan sastra Jawa dan pengembangan kultur sekolah. Dalam pembelajaran bahasa dan sastra Jawa, hendaknya dapat berlangsung melalui proses membuat bermakna dimata peserta didik, sehingga akan terjadi internalisasi nilai-nilai dalam diri siswa. Pengembangkan kultur sekolah dapat dilakukan dengan cara memberi keteladanan secara langsung sesuai dengan nilai-nilai cultural bahasa dan sastra Jawa. Pendidikan karakter pada dasarnya adalah pendidikan budi pekerti dengan cara menanamkan nilai-nilai moral kepada peserta didik (Kbj5, 2012). Bahasa Jawa juga sebagai sarana pendidikan karakter yang paling baik, maka setelah kita mengetahui penyebab kemerosotan penggunaan bahasa Jawa kita juga harus mencari solusi dari permasalahan yang didapat. Melalui unggahungguh basa, siswa dapat ditanamkan nilai-nilai sopan santun. Upaya yang lain adalah melalui berbagai karya sastra Jawa. Sastra wayang misalnya, selain berfungsi sebagai tontonan (pertunjukan) juga berfungsi sebagai tuntunan (pendidikan). Melalui sastra wayang, para siswa dapat ditanamkan nilai-nilai etika, estetika, sekaligus logika. Ungkapan tradisonal Jawa juga banyak mengandung nilai-nilai local Jawa untuk kepentingan pendidikan. Semboyan pendidikan nasional kita Ing ngarsa sung tuladha, Ing madya mangun karsa, dan Tutwuri Handayani juga berasal dari ungkapan tradisional Jawa. Dalam khasanah bahasa dan sastra Jawa banyak mengandung nilai-nilai lokal Jawa yang dapat berfungsi untuk mengembangkan fungsi edukatif, yaitu fungsi untuk pembentukan kepribadian (Kbj5, 2012). C. Tingkat Tutur Bahasa Jawa Unggah-ungguh basa jawa dapat dibedakan menjadi berbagai jenis tingkatan, menurut Sasangka (2009:15-27) pada dasarnya tingkat tutur dalam bahasa jawa dapat dibedakan menjadi dua yakni ngoko (ragam ngoko) dan krama (ragam krama). Jika terdapat bentuk unggah-ungguh yang lain dapat dipastikan Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 44

5 bahwa bentuk-bentuk itu hanya merupakan varian dari ragam ngoko atau krama. Varian bahasa jawa yang ada diantaranya terbagi menjadi 3 yakni ngoko, madya, dan krama (Sutardjo, 2008:20). Pendapat lain dikatakan oleh Ki Padmasusastra (dalam Sutardjo, 2008:20) yakni unggah-ungguh basa jawa dibedakan menjadi 6 tataran, yaitu ngoko, krama, kram inggil, krama desa, basa kedhaton atau basa bagongan, dan basa kasar. Sedangkan Soepomo (dalam Sutardjo, 2008:21) berpendapat bahwa unggah-ungguh basa dapat dibedakan menjadi 9, yaitu mudha krama, kramantara, wredha krama, madya krama, madyantara, madya ngoko, basa antya, antya basa, dan ngoko lugu. Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat dilihat bahwa pendapat dari Sasangka (2009:15-27) yang paling mudah dipelajari, karena tidak terlalu banyak membedakan tataran unggah-ungguh basa. Ngoko itu sendiri yakni bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari tanpa ada unsur untuk menghormati satu sama lain, biasanya digunakan oleh sesama teman dan orang tua pada anaknya. Sedangkan krama adalah bahasa yang yang dalam penyampaiannya mengandung unsur untuk menghormati dengan kadar kehalusan dan penghormatannya yang tinggi (Sutardjo, 2008:33-34). Bahasa ngoko digunakan untuk berkomunikasi dengan orang yang sudah terbiasa serta yang dianggap sesama atau satu strata sosial. Adapun bahasa krama digunakan untuk berkomunikasi dengan orang yang belum terbiasa dan yang strata sosialnya lebih tinggi (Harjawiyana, 2001:2). Bahasa Jawa merupakan bahasa yang kaya akan variasi bahasanya. Sudaryanto (dalam Sasangka, 2009:18), membagi tingkat tutur bahasa Jawa menjadi empat, yaitu: ngoko,ngoko alus, krama, dan krama alus. Kajian lain yang lain adalah kajian yang dilakukan oleh Ekowardono, dkk (dalam Sasangka, 2009:18), mengelompokkan unggah-ungguh bahasa Jawa menjadi dua, yaitu : ngoko dan krama. Jika unggah-ungguh ngoko ditambah kata krama inggil, unggah-ungguh tersebut akan berubah menjadi ngoko alus. Jika unggah-ungguh krama ditambah krama inggil, unggah-ungguh tersebut berubah menjadi krama alus. Tanpa pemunculan kata krama inggil, unggahungguh itu hanya berupa ngoko lugu atau krama lugu. Menurut Kridalaksana (2001:22), mengemukakan bahwa secara garis besar, unggah-ungguh basa dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: ngoko, madya, dan krama. Selain itu Koentjaraningrat (1984:21), Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 45

6 menyebutkan bahwa terdapat tiga gaya yang paling mendasar, yaitu gaya tidak resmi, gaya setengah resmi, dan gaya resmi (yaitu ngoko, madya, dan krama), dan ada enam gaya lain yang terbentuk dari kombinasi dari ketiga gaya dasar tersebut. Kecuali dari kesembilan gaya bahasa tersebut, masih ada basa kedhaton atau bagongan. Kosakata bahasa Jawa dipakai untuk membicarakan milik, bagian tubuh, tindakan, atau sifat-sifat orang kedua yang sederajat, atau orang ketiga yang lebih tinggi kedudukannya atau lebih senior umurnya. Skema pembagian unggah-ungguh basa adalah sebagai berikut: 1) basa ngoko: ngoko lugu, ngoko andhap;2)basa madya:madya ngoko, madya krama, madyantara;3)basa krama:mudho krama, kramantara, wredha krama, krama inggil, krama desa. Unggah-ungguh basa Jawa berdasarkan pada leksikon atau kata bakunya ada tiga, yaitu, ngoko, madya, dan krama. Atau unggah-ungguh basa mempunyai makna dan manfaat yang dapat mewujudkan sopan satun pada bab bahasa (linguistic etiquette), yang dibagi menjadi tiga, yaitu: 1)low honorifict yang artinya sopan santun rendah;2)midle honorifict, artinya sopan santun cukup atau sedang;3)high honorifict, artinya sopan santun yang tinggi (Sutardjo, 2008:20). Unggah-ungguh basa Jawa yang sampai saat ini masih digunakan, yaitu ragam ngoko dan ragam krama. Kedua ragam tersebut memiliki beberapa variasi, yaitu ngoko lugu dan ngoko alus serta krama lugu dan krama alus. D. Faktor yang mempengaruhi menurunnya tingkat penggunaan bahasa Jawa dan cara penanggulangannya Menurut Purwo (dalam embunsayan, 2012) ada beberapa faktor yang menyebabkan bahasa menjadi punah selain globalisasi dan modernisasi, yaitu: a. Bahasa mati karena penduduknya mati semua karena wabah penyakit parah, seperti yang dialami penduduk asli Tasmania b. Ada bahasa yang mati karena ditinggalkan oleh para penuturnya. Karena mereka meninggalkan bahasa ibunya dan pindah ke bahasa lain karena dipaksa. Ini terjadi pada penduduk asli Australia. c. Penuturnya terpaksa memilih pindah kebahasa lain karena bahasa lain dianggap lebih maju dan modern, sedangkan bahasa ibu dianggap terbelakang. Seperti yang terjadi pada Masyarakat Papua Nugini. Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 46

7 d. Penuturnya berjumlah di bawah di Indonesia ada 109 lebih bahasa yang penuturnya di bawah jumlah itu. e. Mengajarkan bahasa non-ibu sebagai bahasa pendidikan. Para pelajar Bahasa Jawa dialek Banyumas tidak bersusah payah mempelajari Bahasa Jawa dialek Surakarta yang terlalu sulit bagi mereka, baik dari segi fonologi, morfologi, maupun kosa katanya (Embunsayan, 2012). Dalam situasi-situasi formal inilah hendaknya kita lebih menggiatkan pemakaian Bahasa Jawa tidak menjadi asing di rumah kita sendiri, khususnya bagi generasi muda. Karena memang generasi muda Etnis Jawa saat ini telah banyak yang tidak bias berbahasa Jawa terutama Bhasa Jawa ragam krama. Padahal ini penting kaitannya dengan unggah-ungguh (tingkat tutur) dalam kehidupan masyarakat. Unggahungguh ini bias secara otomatis tertanam dalam jiwa orang manakala ia memahami unggah-ungguh dalam berbahasa. Dalam kegiatan non-formal lain, misalnya pemakaian Bahasa Jawa dalam kesenian, khususnya sastra, juga tak kalah pentingnya. Saat ini karya Sastra Jawa sangat sedikit, cerpen, novel, drama. Yang masih sering muncul adalah dalam bentuk tembang campursari. Akan tetapi, ini pun tampaknya telah mulai meredup (Embunsayan, 2012). E. Hubungan tingkat pendidikan formal orang tua dengan unggah-ungguh Bahasa Jawa peserta didik Data hasil penelitian tingkat pendidikan formal orang tua peserta didik berupa skor angket dan tes kemampuan unggah-ungguh bahasa Jawa peserta didik berupa nilai dari tes yang telah diberikan kepada peserta didik sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 122 orang tua peserta didik yang dijadikan sebagai sampel memiliki tingkat pendidikan formal yang bervariasi. Skor maksimal untuk angket tingkat pendidikan formal orang tua peserta didik, yaitu 32 yang menunjukan tingkat pendidikan formal orang tua peserta didik tinggi. Skor tingkat pendidikan formal orang tua peserta didik terendah 10 dan tertinggi 30, sehingga skor 10 dikategorikan untuk orang tua peserta didik dengan tingkat pendidikan formal rendah dan skor 30 dikategorikan untuk orang tua peserta didik dengan tingkat pendidikan formal tinggi. Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 47

8 Data tingkat kemampuan unggah-ungguh bahasa Jawa peserta didik diperoleh dari tes kemampuan unggah-ungguh bahasa Jawa peserta didik yang telah diberikan sebelumnya. Data skor nilai tes kemampuan unggahungguh bahasa Jawa peserta didik diperoleh skor terendah 4 dan tertinggi 9 dengan ratarata 6,66. Skor maksimal untuk kemampuan unggah-ungguh bahasa Jawa peserta didik adalah 10 yang menunjukan skor kemampuan unggah-ungguh bahasa Jawa peserta didik tinggi, sehingga nilai 9 dikategorikan nilai yang tinggi dan nilai 4 dikategorikan sebagai nilai yang rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa data unggah-ungguh bahasa Jawa peserta didik SMP Negeri 2 Kaliwiro termasuk dalam kriteria baik. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil tes kemampuan unggah-ungguh bahasa Jawa yang telah diberikan kepada peserta didik dengan rata-rata 6,66. Berdasarkan persentase keseluruhan dari 122 sampel peserta didik didapat 5,74% peserta didik dengan hasil tes baik, 92,64% peserta didik dengan hasil tes cukup, dan 1,64% dengan hasil tes rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan peserta didik dalam unggah-ungguh bahasa Jawa cukup baik. Latar belakang tingkat pendidikan formal orang tua peserta didik SMP Negeri 2 Kaliwiro yang dijadikan sampel sebanyak 122 memiliki tingkat pendidikan formal setingkat dasar dan menengah sebanyak 95,9%, orang tua peserta didik dengan tingkat pendidikan formal tinggi sebanyak 3,28%, dan orang tua peserta didik tidak berpendidikan formal sebanyak 0,82%. Hal tersebut menunjukkan bahwa latar belakang tingkat pendidikan formal orang tua peserta didik rata-rata cukup baik, yaitu setingkat sekolah dasar dan menengah. Berdasarkan perhitungan dengan korelasi produk momen diperoleh besarnya nilai korelasi antara variabel tingkat pendidikan formal orang tua dengan unggah-ungguh bahasa Jawa peserta didik (rxy) sebesar 0,606. Harga rtabel dengan taraf kesalahan yang ditetapkan 5% (tingkat kepercayaan 95%) dan jumlah sampel 122 memiliki nilai sebesar 0,176, sehingga nilai rhitung lebih besar dari nilai rtabel. Besarnya nilai rhitung dari rtabel menunjukkan adanya hubungan yang saling mempengaruhi dan terkait antara pendidikan formal orang tua dengan unggahungguh bahasa Jawa peserta didik SMP Negeri 2 Kaliwiro. Menurut Sugiyono (2009:149), harga rhitung > rtabel menunjukkan adanya hubungan yang positif dan Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 48

9 signifikan. Hubungan pendidikan formal orang tua dengan unggah-ungguh bahasa Jawa peserta didik memiliki nilai korelasi sebesar 0,606 termasuk tingkat hubungan yang kuat. Pendidikan formal orang tua yang tinggi diasumsikan dapat membantu menyelesaikan tugas-tugas belajar yang belum sepenuhnya tersampaikan di sekolah. Seperti halnya dalam pendidikan karakter peserta didik yang tidak akan tercapai sepenuhnya tanpa peran serta orang tua. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal orang tua maka akan lebih kolektif dalam cara mendidik anak di rumah. Cara orang tua mendidik anak besar pengaruhnya terhadap cara belajar anak (Slameto,2010:61). Uji signifikasi koefisien korelasi menggunakan uji F, diperoleh Fhitung sebesar 47,954. Harga Ftabel dengan taraf kesalahan 5% dengan jumlah sampel 122 menunjukkan nilai 3,07 menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan formal dan unggah-ungguh bahasa jawa peserta didik. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sugiyono (2009:162), jika harga Fhitung > harga Ftabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, jadi koefisien korelasi yang ditemukan adalah signifikan. Dengan kuatnya hubungan antara tingkat pendidikan formal orang tua dengan unggah-ungguh bahasa Jawa peserta didik, dapat diketahui bahwa peserta didik yang memiliki latar belakang orang tua berpendidikan formal tinggi dapat berpengaruh terhadap unggah-ungguh bahasa Jawa peserta didik. Hal tersebut terjadi karena peserta didik mendapatkan bantuan dalam kesulitan-kesulitan dengan unggah-ungguh bahasa Jawa lebih banyak, karena orang tua yang berpendidikan formal lebih tinggi memiliki lebih banyak cara dalam mengatasi kesulitan yang dialami oleh peserta didik sehingga unggahungguh peserta didik dapat lebih baik. Peserta didik dengan latar belakang orang tua berpendidikan formal rendah berpengaruh terhadap unggah-ungguh bahasa Jawa peserta didik, dimana unggah-ungguh bahasa Jawanya tidak sebaik peserta didik yang latar belakang orang tuanya berpendidikan formal tinggi. Hal ini terjadi karena peserta didik dalam meminta bantuan kesulitan terbatas oleh pengetahuan orang tua yang memiliki latar belakang pendidikan formal rendah. Ketika kesulitan peserta didik tidak dapat dibantu oleh orang tua akan berdampak Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 49

10 pada psikologis peserta didik, dimana faktor orang tua adalah yang terpenting dalam perkembangan psikologis peserta didik (Slameto, 2010: ). Kerawanan hubungan peserta didik dengan orang tua dapat menyebabkan masalah psikologis dalam diri peserta didik baik di rumah maupun di sekolah. F. Kesimpulan Pembahasan data didapatkan tingkat pendidikan formal orang tua peserta didik cukup baik, yaitu dari sampel sebanyak 122, didapat 95,5% pendidikan formal orang tua setingkat dasar dan menengah, 3,28% pendidikan formal tinggi, dan 0,82% tidak mengenyam pendidikan formal. Selanjutnya hasil tes unggahungguh bahasa Jawa peserta didik didapatkan cukup baik dimana 5,74% dengan hasil baik, 92,64% baik, dan 1,64% kurang. Selanjutnya hasil tadi dikorelasikan dengan mengguanakan menggunakan rumus korelasi product moment, dengan hasil (rxy) 0,606, dengan rtabel taraf kesalahan 5% dan tingkat kepercayaan 95% didapat skor 0,176, maka rhitung > rtabel. Hal tersebut membuktikan bahwa tingkat pendidikan formal orang tua dengan unggah-ungguh bahasa Jawa terdapat hubungan yang kuat. Daftar Pustaka Embunsayan Diakses melalui diunggah pada 31 Mei Harjawiyana, H dan Th. Supriya Kamus Unggah-Ungguh Bahasa Jawa. Yogyakarta: Kanisius. Kbj Diakses melalui diunggah pada 31 Mei Koentjaraningrat Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka. Kridalaksana, Harimurti, dkk Wiwaha Pengantar Bahasa dan Kebudayaan Jawa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Parmonodewo, S Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Poedjosudarma, Soepomo, dkk Tingkat Tutur Bahasa Jawa. Jakarta: Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Sasangka, Sry S.T.W Unggah-Ungguh Bahasa Jawa. Jakarta: Paramalingua. Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 50

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu warisan budaya bangsa. Pemerintah mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu warisan budaya bangsa. Pemerintah mengeluarkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa daerah adalah bahasa ibu yang seyogyanya harus dilestarikan keberadaanya agar tidak hilang dalam jati diri anak bangsa. Bahasa daerah merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan suatu keunggulan kecerdasan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan suatu keunggulan kecerdasan manusia yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu keunggulan kecerdasan manusia yang sangat diperlukan oleh masyarakt manusia (Gardner dalam Sukardi, 2005: 67). Kecerdasan yang dimiliki

Lebih terperinci

PEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI

PEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI PEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi syarat-syarat

Lebih terperinci

keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada (Yamin, 2010:64). Tetapi terkadang dalam

keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada (Yamin, 2010:64). Tetapi terkadang dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Berbagai keragaman di setiap wilayahnya membuat Indonesia disebut sebagai

Lebih terperinci

NILAI-NILAI LOKAL DALAM PEMBELAJARAN BAHASA JAWA DI SMA/SMK* Oleh: Sutrisna Wibawa

NILAI-NILAI LOKAL DALAM PEMBELAJARAN BAHASA JAWA DI SMA/SMK* Oleh: Sutrisna Wibawa 1 NILAI-NILAI LOKAL DALAM PEMBELAJARAN BAHASA JAWA DI SMA/SMK* Oleh: Sutrisna Wibawa Kedaulatan Rakyat edisi Senin, 18 Juli 2005 memuat berita bahwa mulai tahun ajaran 2005-2006 di DIY, bahasa Jawa akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lisan. Secara tertulis merupakan hubungan tidak langsung, sedangkan secara. sebuah percakapan antar individual atau kelompok.

BAB I PENDAHULUAN. lisan. Secara tertulis merupakan hubungan tidak langsung, sedangkan secara. sebuah percakapan antar individual atau kelompok. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasai untuk dapat menjalin hubungan dengan manusia lain dalam lingkungan masyarakat. Ada dua cara untuk dapat melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembelajaran bahasa Jawa antara lain untuk melestarikan budaya Jawa dan membentuk budi pekerti generasi bangsa. Hal tersebut tertuang dalam standar isi

Lebih terperinci

KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR PROGRAM KURIKULUM 2013 MUATAN LOKAL BAHASA JAWA

KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR PROGRAM KURIKULUM 2013 MUATAN LOKAL BAHASA JAWA KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR PROGRAM KURIKULUM 2013 MUATAN LOKAL BAHASA JAWA I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama anak, tempat anak meniru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama anak, tempat anak meniru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama anak, tempat anak meniru perilaku orang tua. Orang tua memiliki peran penting dalam membimbing, mengawasi, mengarahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa dapat digunakan manusia dalam menyampaikan ide, gagasan,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa dapat digunakan manusia dalam menyampaikan ide, gagasan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa dapat digunakan manusia dalam menyampaikan ide, gagasan, keinginan, perasaan serta pengalamannya kepada orang lain. Tanpa bahasa manusia akan lumpuh dalam berkomunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan bahasa sebagai alat untuk menyampaikan ide,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan bahasa sebagai alat untuk menyampaikan ide, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan bahasa sebagai alat untuk menyampaikan ide, pikiran, dan gagasan kepada pihak lain dalam suatu masyarakat. Hal ini sebagaimana dikemukakan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN UNGGAH-UNGGUHING BAHASA JAWA SEBAGAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA SISWA KELAS 5 SD MUHAMMADIYAH PK BOYOLALI

PEMBELAJARAN UNGGAH-UNGGUHING BAHASA JAWA SEBAGAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA SISWA KELAS 5 SD MUHAMMADIYAH PK BOYOLALI PEMBELAJARAN UNGGAH-UNGGUHING BAHASA JAWA SEBAGAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA SISWA KELAS 5 SD MUHAMMADIYAH PK BOYOLALI Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh suku, daerah dan bangsa dalam bersosial. Tanpa adanya bahasa, komunikasi antar manusia akan terhambat. Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Manusia memerlukan bahasa sebagai alat komunikasi. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Manusia memerlukan bahasa sebagai alat komunikasi. Bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak pernah terlepas dari bahasa. Manusia memerlukan bahasa sebagai alat komunikasi. Bahasa bagaikan udara bagi manusia untuk

Lebih terperinci

Pemberdayaan Ibu Rumah Tangga dalam Pembelajaran Unggah-Ungguh Bahasa Jawa sebuah Upaya Pendidikan Karakter Anak

Pemberdayaan Ibu Rumah Tangga dalam Pembelajaran Unggah-Ungguh Bahasa Jawa sebuah Upaya Pendidikan Karakter Anak Pemberdayaan Ibu Rumah Tangga dalam Pembelajaran Unggah-Ungguh Bahasa Jawa sebuah Upaya Pendidikan Karakter Anak Oleh: Alfiah 1), Mukhlis 2), Yuli Kurniati W 3) Abstrak Iptek bagi masyarakat (IbM) ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk individu dimana manusia mempunyai perasaan, jiwa, hati dan pikiran masing-masing

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN : BAHASA JAWA

SILABUS MATA PELAJARAN : BAHASA JAWA SILABUS MATA PELAJARAN : BAHASA JAWA Satuan Pendidikan : SMP N 1 PIYUNGAN Kelas/Semester : VII / I Kompetensi Inti : KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya. KI 2 : Menghargai dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan bahasa dalam kehidupan manusia amat penting. Oleh karena itu, wajar jika bahasa menjadi perhatian banyak orang, terutama para ahli bahasa dan mereka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. wajib untuk Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Dasar. Sekolah Dasar

BAB 1 PENDAHULUAN. wajib untuk Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Dasar. Sekolah Dasar BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran muatan lokal yang tercantum dalam Garis- Garis Besar Program Pengajaran ialah mata pelajaran Bahasa Jawa sebagai mata pelajaran wajib untuk Sekolah

Lebih terperinci

Oleh: Ashudi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Kata Kunci: Berbicara, Unggah-Ungguh Bahasa Jawa, Bermain Peran

Oleh: Ashudi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Kata Kunci: Berbicara, Unggah-Ungguh Bahasa Jawa, Bermain Peran Upaya Peningkatan Keterampilan Berbicara dengan Unggah-Ungguh Bahasa Jawa Melalui Metode Pembelajaran Bermain Peran (Role Playing) Pada Siswa Kelas XI di SMA Islam Sudirman Kaliangkrik Kabupaten Magelang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jawa memiliki berbagai karya yang mencerminkan pemikiran, perilaku, aturan

BAB I PENDAHULUAN. Jawa memiliki berbagai karya yang mencerminkan pemikiran, perilaku, aturan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya suatu bangsa mencerminkan peradapan kehidupan masyarakatnya. Budaya Jawa sebagai salah satu kekayaan budaya daerah di Indonesia mencerminkan peradapan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BAHASA JAWA PADA ANAK USIA 8 DAN 9 TAHUN DI DESA LUNDONG KECAMATAN KUTOWINANGUN KABUPATEN KEBUMEN

PENGGUNAAN BAHASA JAWA PADA ANAK USIA 8 DAN 9 TAHUN DI DESA LUNDONG KECAMATAN KUTOWINANGUN KABUPATEN KEBUMEN PENGGUNAAN BAHASA JAWA PADA ANAK USIA 8 DAN 9 TAHUN DI DESA LUNDONG KECAMATAN KUTOWINANGUN KABUPATEN KEBUMEN Oleh : Ani Lestari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa anisetiyawan27@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana, 1982:17). Bahasa

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JAWA KRAMA MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 KAJORAN KABUPATEN MAGELANG

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JAWA KRAMA MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 KAJORAN KABUPATEN MAGELANG UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JAWA KRAMA MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 KAJORAN KABUPATEN MAGELANG Endah Nurcahyani endah_tamtam@yahoo.co.id Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena kurangnya minat dan motivasi belajar bahasa Jawa. lingkungan sekolah maupun luar sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena kurangnya minat dan motivasi belajar bahasa Jawa. lingkungan sekolah maupun luar sekolah. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penerapan berbicara bahasa Jawa belum sepenuhnya dilaksanakan dalam pembelajaran bahasa Jawa, karena dalam proses belajar mengajar guru masih menggunakan bahasa

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JAWA KRAMA DENGAN METODE BERMAIN PERAN PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH KUTOWINANGUN

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JAWA KRAMA DENGAN METODE BERMAIN PERAN PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH KUTOWINANGUN PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JAWA KRAMA DENGAN METODE BERMAIN PERAN PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH KUTOWINANGUN Oleh : Upun Karolina pendidikan bahasa dan sastra jawa ipolienz@yahoo.co.id

Lebih terperinci

KESALAHAN PENGGUNAAN TINGKAT TUTUR BAHASA JAWA PADA KARANG TARUNA DI DESA GEMEKSEKTI KECAMATAN KEBUMEN KABUPATEN KEBUMEN

KESALAHAN PENGGUNAAN TINGKAT TUTUR BAHASA JAWA PADA KARANG TARUNA DI DESA GEMEKSEKTI KECAMATAN KEBUMEN KABUPATEN KEBUMEN KESALAHAN PENGGUNAAN TINGKAT TUTUR BAHASA JAWA PADA KARANG TARUNA DI DESA GEMEKSEKTI KECAMATAN KEBUMEN KABUPATEN KEBUMEN Oleh: Iham Rasidi program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa ilhamrasidi12@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa daerah memiliki fungsi dan peran utama dalam hal pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa daerah memiliki fungsi dan peran utama dalam hal pengembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa daerah memiliki fungsi dan peran utama dalam hal pengembangan bahasa nasional. Fungsi dan peran tersebut di ataranya, yaitu: (a) sebagai lambang kebaggaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melalui bahasa manusia dapat berkomunikasi dengan sesama untuk memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk menyatakan pikiran dan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Dalam penelitian ini dapat disimpulkan dua hal yang merupakan jawaban dari perumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya. Simpulan dari penelitian

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Sutarni Neni Sugianti NIM

SKRIPSI. Oleh Sutarni Neni Sugianti NIM HUBUNGAN INTENSITAS PENGGUNAAN BAHASA JAWA PADA HARI WAJIB BERBAHASA JAWA DENGAN MOTIVASI BELAJAR BAHASA JAWA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI KEPUTRAN 1 YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sekitar serta individu lainnya, maupun berdirinya suatu komunitas bangsa dan

PENDAHULUAN. sekitar serta individu lainnya, maupun berdirinya suatu komunitas bangsa dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak seorang bayi lahir dari rahim ibunya dan mulai berinteraksi dengan alam sekitar serta individu lainnya, maupun berdirinya suatu komunitas bangsa dan mengikrarkan

Lebih terperinci

Analisis Kesalahan Menulis Karangan Narasi Ragam Krama pada Siswa Kelas XI SMA Islam Sudirman Kaliangkrik Kabupaten Magelang

Analisis Kesalahan Menulis Karangan Narasi Ragam Krama pada Siswa Kelas XI SMA Islam Sudirman Kaliangkrik Kabupaten Magelang Analisis Kesalahan Menulis Karangan Narasi Ragam Krama pada Siswa Kelas XI SMA Islam Sudirman Kaliangkrik Kabupaten Magelang Oleh: Amelinda Putri Widya Sony Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa menunjukkan cermin pribadi seseorang. Karakter, watak, atau pribadi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa menunjukkan cermin pribadi seseorang. Karakter, watak, atau pribadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa menunjukkan cermin pribadi seseorang. Karakter, watak, atau pribadi seseorang dapat diidentifikasi dari perkataan yang ia ucapkan. Penggunaan bahasa yang

Lebih terperinci

PEMEROLEHAN BAHASA JAWA PADA ANAK USIA DINI DI LINGKUNGAN PENUTUR MULTIBAHASA SERTA STRATEGI PEMERTAHANANNYA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BUDAYA BANGSA

PEMEROLEHAN BAHASA JAWA PADA ANAK USIA DINI DI LINGKUNGAN PENUTUR MULTIBAHASA SERTA STRATEGI PEMERTAHANANNYA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BUDAYA BANGSA -Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III- 78 PEMEROLEHAN BAHASA JAWA PADA ANAK USIA DINI DI LINGKUNGAN PENUTUR MULTIBAHASA SERTA STRATEGI PEMERTAHANANNYA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BUDAYA BANGSA Favorita

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengantar Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah menjadi suatu wilayah yang kompleks masyarakatnya. Keadaan ini terjadi karena sekarang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu ciri pembeda utama antara manusia dengan makhluk hidup lainnya. Selain

BAB I PENDAHULUAN. satu ciri pembeda utama antara manusia dengan makhluk hidup lainnya. Selain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana komunikasi dalam hidup ini. Bahasa merupakan sebuah lambang dalam berkomunikasi. Bahasa menjadi salah satu ciri pembeda

Lebih terperinci

Arah Pelestarian Bahasa Jawa Krama di Surakarta. Oleh. Sri Marmanto. Fakultas Sastra dan Seni Rupa. Universitas Sebelas Maret Surakarta

Arah Pelestarian Bahasa Jawa Krama di Surakarta. Oleh. Sri Marmanto. Fakultas Sastra dan Seni Rupa. Universitas Sebelas Maret Surakarta MR Arah Pelestarian Bahasa Jawa Krama di Surakarta Oleh Sri Marmanto Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta Bahasa Jawa (BJ) adalah bahasa ibu (mother tongue ) dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional harus memberikan dasar bagi keberlanjutan kehidupan bangsa dengan segala aspek kehidupan bangsa yang mencerminkan karakter bangsa masa kini.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. yang dirasa relevan dan perlu, dengan harapan dapat menjadi sebuah kontribusi

BAB V PENUTUP. yang dirasa relevan dan perlu, dengan harapan dapat menjadi sebuah kontribusi BAB V PENUTUP Pada bagian akhir dari pembahasan ini, penulis mengambil sebuah konklusi atau kesimpulan yang diperoleh berdasarkan analisis yang disesuaikan dengan tujuan pembahasan skripsi ini. Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa pergaulan dalam kehidupan sehari-hari selain Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa pergaulan dalam kehidupan sehari-hari selain Bahasa Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa pergaulan dalam kehidupan sehari-hari selain Bahasa Indonesia adalah Bahasa Jawa. Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh penduduk suku bangsa Jawa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dan memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau sering disebut kebudayaan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari berbagai etnik dan berada dalam keberagaman budaya. Belajar dari sejarah bahwa kemajemukan

Lebih terperinci

ANALISIS FONOLOGI DAN LEKSIKOLOGI BAHASA JAWA DI DESAPAKEM KECAMATAN GEBANGKABUPATEN PURWOREJO

ANALISIS FONOLOGI DAN LEKSIKOLOGI BAHASA JAWA DI DESAPAKEM KECAMATAN GEBANGKABUPATEN PURWOREJO ANALISIS FONOLOGI DAN LEKSIKOLOGI BAHASA JAWA DI DESAPAKEM KECAMATAN GEBANGKABUPATEN PURWOREJO Pramu Tri Kurniawan Universitas Muhammadiyah Purworejo e-mail: Pramukurniawan@yahoo.com Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk menyampaikan pendapat, ide, gagasan, maupun perasaan. Bahasa sebagai satu-satunya alat komunikasi terbaik

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGUASAAN DIKSI DENGAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 15 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

HUBUNGAN PENGUASAAN DIKSI DENGAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 15 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 HUBUNGAN PENGUASAAN DIKSI DENGAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 15 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 Oleh Azmayunira Muharramah Sabran Dr. Wisman Hadi, M.Hum. Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gunakan, seperti halnya Bahasa Jawa. Bahasa Jawa digunakan sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. gunakan, seperti halnya Bahasa Jawa. Bahasa Jawa digunakan sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu identitas yang penting dalam menjalani komunikasi. Hubungan komunikasi yang baik tergantung bahasa yang digunakan. Setiap daerah memiliki

Lebih terperinci

a. Hakekat peradaban manusia Koentjaraningrat berpendapat bahwa kata peradaban diistilahkan dengan civilization, yang biasanya dipakai untuk menyebut

a. Hakekat peradaban manusia Koentjaraningrat berpendapat bahwa kata peradaban diistilahkan dengan civilization, yang biasanya dipakai untuk menyebut a. Hakekat peradaban manusia Koentjaraningrat berpendapat bahwa kata peradaban diistilahkan dengan civilization, yang biasanya dipakai untuk menyebut unsur-unsur kebudayaan yang dianggap halus, maju, dan

Lebih terperinci

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PELESTARIAN BAHASA DAN BUDAYA JAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PELESTARIAN BAHASA DAN BUDAYA JAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PELESTARIAN BAHASA DAN BUDAYA JAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, Menimbang : a. bahwa Bahasa dan Budaya Jawa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa.

PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa. 1 PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa. Dalam interaksi sosial masyarakat Jawa, lebih cenderung menggunakan komunikasi

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN TEORY

BAB III DATA DAN TEORY BAB III DATA DAN TEORY A. Data Perancangan 1. Data Anak Anak adalah seorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa atau belum mengalami masa pubertas. Di masa ini pendidikan untuk mereka sangatlah penting

Lebih terperinci

RANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG BAHASA, SASTRA, DAN AKSARA JAWA

RANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG BAHASA, SASTRA, DAN AKSARA JAWA RANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG BAHASA, SASTRA, DAN AKSARA JAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : GUBERNUR JAWA TENGAH,

Lebih terperinci

PEMILIHAN BAHASA DALAM MASYARAKAT PEDESAAN DI KABUPATEN TEGAL DAN IMPLIKASINYA SEBAGAI ALTERATIF BAHAN AJAR MATA KULIAH SOSIOLINGUISTIK.

PEMILIHAN BAHASA DALAM MASYARAKAT PEDESAAN DI KABUPATEN TEGAL DAN IMPLIKASINYA SEBAGAI ALTERATIF BAHAN AJAR MATA KULIAH SOSIOLINGUISTIK. PEMILIHAN BAHASA DALAM MASYARAKAT PEDESAAN DI KABUPATEN TEGAL DAN IMPLIKASINYA SEBAGAI ALTERATIF BAHAN AJAR MATA KULIAH SOSIOLINGUISTIK Leli Triana ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini. Akan tetapi, perkembangan teknologi dan industri yang menghasilkan budaya teknokrasi

BAB I PENDAHULUAN. ini. Akan tetapi, perkembangan teknologi dan industri yang menghasilkan budaya teknokrasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah hamba Allah yang termulia yang melebihi makhluk mana pun di dunia ini. Akan tetapi, perkembangan teknologi dan industri yang menghasilkan budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki keragaman budaya. Salah satu contoh kekayaan budaya tersebut adalah beragamnya bahasa daerah yang tersebar di

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA KRAMA LUGU

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA KRAMA LUGU PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA KRAMA LUGU PADA SISWA KELAS II SDN PRAJEKSARI 02 KABUPATEN MAGELANG Tatin Wasiyat Ernawati SDN Prajeksari 02 Kabupaten

Lebih terperinci

Dalam Acara ORIENSTASI STUDI DAN PENGENALAN KAMPUS BAGI MAHASISWA BARU TAHUN AKADEMIK 2016/2017. Drs. Suprijatna

Dalam Acara ORIENSTASI STUDI DAN PENGENALAN KAMPUS BAGI MAHASISWA BARU TAHUN AKADEMIK 2016/2017. Drs. Suprijatna Dalam Acara ORIENSTASI STUDI DAN PENGENALAN KAMPUS BAGI MAHASISWA BARU TAHUN AKADEMIK 2016/2017 Drs. Suprijatna 1. Pendidikan harus merupakan aset atau modal kekuatan yang bisa menumbuhkan peradaban bangsa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Anak sekolah di taman kanak-kanak hingga mahasiswa di

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Anak sekolah di taman kanak-kanak hingga mahasiswa di BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setelah bangsa Indonesia berhasil lepas dari belenggu penjajahan dengan diproklamasikannya Negara Kesatuan Republik Indonesia, bahasa Indonesia memiliki peran yang lebih

Lebih terperinci

SILABUS Satuan pendidikan : SMP N 2 DEPOK Kelas/Semester : VIII / Ganjil Kompetensi Inti :

SILABUS Satuan pendidikan : SMP N 2 DEPOK Kelas/Semester : VIII / Ganjil Kompetensi Inti : KI1 KI2 KI3 KI4 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya. SILABUS Satuan pendidikan : SMP N 2 DEPOK Kelas/Semester : VIII / Ganjil Kompetensi Inti : Menghargai dan menghayati perilaku jujur,

Lebih terperinci

KAJIAN FONOLOGI DAN LEKSIKON BAHASA JAWA DI DESA WANAYASA KECAMATAN WANAYASA KABUPATEN BANJARNEGARA

KAJIAN FONOLOGI DAN LEKSIKON BAHASA JAWA DI DESA WANAYASA KECAMATAN WANAYASA KABUPATEN BANJARNEGARA KAJIAN FONOLOGI DAN LEKSIKON BAHASA JAWA DI DESA WANAYASA KECAMATAN WANAYASA KABUPATEN BANJARNEGARA Oleh: Fita Andriyani Eka Kusuma pendidikan bahasa dan sastra jawa phitaandriyani@gmail.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 57 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 57 TAHUN 2013 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 57 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG BAHASA, SASTRA, DAN AKSARA JAWA DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan, baik melalui

Lebih terperinci

2016 PENGGUNAAN TINGKAT TUTUR BAHASA JAWA CIREBON DI KALANGAN GENERASI MUDA

2016 PENGGUNAAN TINGKAT TUTUR BAHASA JAWA CIREBON DI KALANGAN GENERASI MUDA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa Jawa merupakan bahasa ibu yang digunakan oleh masyarakat Jawa, terutama masyarakat yang tinggal di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa

Lebih terperinci

ABSTRAK

ABSTRAK STIMULUS KESANTUNAN BERBAHASA MEMBENTUK KARAKTER PADA ANAK Octaria Putri Nurharyani Roch Widjatini Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto Email: octariaputri97@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

Etika dan Penggunaan Unggah-ungguh Bahasa Jawa dalam Roman Nona Sekretaris karya Suparto Brata dan Skenario Pembelajarannya di SMA Kelas X

Etika dan Penggunaan Unggah-ungguh Bahasa Jawa dalam Roman Nona Sekretaris karya Suparto Brata dan Skenario Pembelajarannya di SMA Kelas X Etika dan Penggunaan Unggah-ungguh Bahasa Jawa dalam Roman Nona Sekretaris karya Suparto Brata dan Skenario Pembelajarannya di SMA Kelas X Oleh: Hana Pebri Ristiadi Program Studi Pendidikan Bahasa dan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BAHASA JAWA ANAK USIA SD DI DESA TANJUNGREJO KECAMATAN BAYAN KABUPATEN PURWOREJO

PENGGUNAAN BAHASA JAWA ANAK USIA SD DI DESA TANJUNGREJO KECAMATAN BAYAN KABUPATEN PURWOREJO PENGGUNAAN BAHASA JAWA ANAK USIA SD DI DESA TANJUNGREJO KECAMATAN BAYAN KABUPATEN PURWOREJO Oleh : Syaiful Anwar pendidikan bahasa dan sastra jawa anwarsindonesia@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimensi ini berpengaruh baik secara langsung ataupun tidak langsung terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dimensi ini berpengaruh baik secara langsung ataupun tidak langsung terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era global ditandai dengan pengaruhnya yang cukup signifikan terhadap perubahan kehidupan manusia, baik ekonomi, politik dan kebudayaan.tiga dimensi ini berpengaruh

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN : BAHASA JAWA

SILABUS MATA PELAJARAN : BAHASA JAWA SILABUS MATA PELAJARAN : BAHASA JAWA Satuan Pendidikan : SMP N 3 Sewon Kelas/ Semester : VII/ 1 Kompetensi Inti : KI1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya. KI2 KI3 KI4 : Menghargai dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan karakter sebagian pemuda-pemudi saat ini sehubungan dengan pendidikan karakter atau kodratnya sebagai makhluk sosial, dapat dikatakan sangat memprihatinkan.

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data 1. Data Hasil Angket tentang Komunikasi Terbuka Orang Tua dengan Anak Siswa Kelas V SDN Tambakaji 04 Ngaliyan Semarang Data tentang komunikasi terbuka

Lebih terperinci

Oleh : Anggit Sasongko program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa

Oleh : Anggit Sasongko program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR BAHASA JAWA SISWA KELAS X SMK N 1 WADASLINTANG KABUPATEN WONOSOBO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh : Anggit Sasongko

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. khas sekaligus aset bagi bangsa Indonesia. Generasi muda sudah banyak

BAB I PEDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. khas sekaligus aset bagi bangsa Indonesia. Generasi muda sudah banyak BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang beraneka ragam budaya yang merupakan ciri khas sekaligus aset bagi bangsa Indonesia. Generasi muda sudah banyak melupakan kebudayaan

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOMIK UNGGAH-UNGGUH DI DIY BERJUDUL ORA ILOK!

PERANCANGAN KOMIK UNGGAH-UNGGUH DI DIY BERJUDUL ORA ILOK! PERANCANGAN KOMIK UNGGAH-UNGGUH DI DIY BERJUDUL ORA ILOK! PENCIPTAAN KARYA DESAIN Oleh : Yusup Amy Purwadi NIM 0911932024 PROGRAM STUDI S-1 DISAIN KOMUNIKASI VISUAL JURUSAN DISAIN FAKULTAS SENI RUPA INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. materi terhadap peserta didik/siswa dalam rangka mencerdaskan anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. materi terhadap peserta didik/siswa dalam rangka mencerdaskan anak 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Tcori 1. Pengertian Belajar dan Pelajaran Kegiatan belajar dan pelajaran dilakukan untuk menyampaikan materi terhadap peserta didik/siswa dalam rangka mencerdaskan

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA PENGALAMAN PRIBADI DENGAN METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS VIII-D SMP NEGERI 2 KARANGANYAR KEBUMEN

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA PENGALAMAN PRIBADI DENGAN METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS VIII-D SMP NEGERI 2 KARANGANYAR KEBUMEN UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA PENGALAMAN PRIBADI DENGAN METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS VIII-D SMP NEGERI 2 KARANGANYAR KEBUMEN Iman Ponco Ariyanto Coolcoco45@yahoo.com Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah salah satu alat atau media komunikasi bagi manusia. Bahasa sendiri memiliki hubungan yang erat dengan sistem sosial dan sistem komunikasi. Sistem

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atik Rahmaniyar, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atik Rahmaniyar, 2015 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan karakter secara eksplisit maupun implisit telah terbentuk dalam berbagai mata pelajaran yang diajarkan. Melalui pendidikan karakter diharapkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa Indonesia memang sangat majemuk. Oleh karena itu lahir sumpah pemuda, dan semboyan bhineka

Lebih terperinci

ARTIKEL SKRIPSI OLEH : WIKANINGSIH NPM P

ARTIKEL SKRIPSI OLEH : WIKANINGSIH NPM P PENGARUH PEMBERIAN LAYANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI TERHADAP TATA KRAMA PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII - G SMP NEGERI TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2015/2016 ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam menjalani kehidupannya di masyarakat yang penuh dengan berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang dimilikinya.

Lebih terperinci

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wujud pengembangan bahasa salah satunya yaitu mampu berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wujud pengembangan bahasa salah satunya yaitu mampu berkomunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wujud pengembangan bahasa salah satunya yaitu mampu berkomunikasi secara lisan dengan lingkungannya. Sehubungan dengan itu, bahasa Jawa yang masih dipakai di

Lebih terperinci

PERBEDAAN PEMBENTUKAN KARAKTER MANDIRI DAN TANGGUNG JAWAB SISWA SMP PADA PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

PERBEDAAN PEMBENTUKAN KARAKTER MANDIRI DAN TANGGUNG JAWAB SISWA SMP PADA PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER PERBEDAAN PEMBENTUKAN KARAKTER MANDIRI DAN TANGGUNG JAWAB SISWA SMP PADA PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DALAM PEMBELAJARAN PKn RINGKASAN SKRIPSI Oleh : ENDAH KUSUMASTUTI

Lebih terperinci

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH SMP/MTs MATA PELAJARAN BAHASA DAERAH KURIKULUM 2006 TAHUN PELAJARAN 2017/2018 KOTA SURABAYA

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH SMP/MTs MATA PELAJARAN BAHASA DAERAH KURIKULUM 2006 TAHUN PELAJARAN 2017/2018 KOTA SURABAYA KISI-KISI UJIAN SEKOLAH SMP/MTs MATA PELAJARAN BAHASA DAERAH KURIKULUM 2006 TAHUN PELAJARAN 2017/2018 KOTA SURABAYA NO KOMPETENSI DASAR KELAS MATERI INDIKATOR 1. 2. Menceritakan riwayat hidup paraga/tokoh

Lebih terperinci

Oleh: Sinta Anggun Destyanningrum Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

Oleh: Sinta Anggun Destyanningrum Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Korelasi Antara Kebiasaan Membaca dan Peran Orang Tua terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman Wacana Berbahasa Jawa Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Purworejo Tahun Pelajaran 013/014 Oleh: Sinta Anggun Destyanningrum

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERENCANAAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BAHASA DI SD BERBASIS BUDAYA LOKAL. Oleh Supartinah, M.Hum.

PENGEMBANGAN PERENCANAAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BAHASA DI SD BERBASIS BUDAYA LOKAL. Oleh Supartinah, M.Hum. PENGEMBANGAN PERENCANAAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BAHASA DI SD BERBASIS BUDAYA LOKAL Oleh Supartinah, M.Hum. supartinah@uny.ac.id Pendahuluan Budaya dapat diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir,

Lebih terperinci

Ninda Beny Asfuri, S.Pd, M.Pd ABSTRAK. Kata Kunci : Keterampilan Berbicara, Bahasa Jawa, Role Playing

Ninda Beny Asfuri, S.Pd, M.Pd ABSTRAK. Kata Kunci : Keterampilan Berbicara, Bahasa Jawa, Role Playing PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JAWA KRAMA PADA PESERTA DIDIK KELAS IV SD NEGERI 02 MALANGJIWAN COLOMADU TAHUN AJARAN 2016/2017 Ninda Beny Asfuri, S.Pd, M.Pd

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, kebudayaan ini tersebar

Lebih terperinci

PENGARUH BAHASA PENGANTAR PEMBELAJARAN DAN BAHASA IBU TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA JAWA KELAS III SD SE-KECAMATAN PEJAGOAN

PENGARUH BAHASA PENGANTAR PEMBELAJARAN DAN BAHASA IBU TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA JAWA KELAS III SD SE-KECAMATAN PEJAGOAN PENGARUH BAHASA PENGANTAR PEMBELAJARAN DAN BAHASA IBU TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA JAWA KELAS III SD SE-KECAMATAN PEJAGOAN Jannatun Indriyani 1, Ngatman 2, Joharman 3 Mahasiswa FKIP PGSD, Dosen FKIP PGSD

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. Secara keseluruhan penelitian dan pembahasan tentang novel Serat

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. Secara keseluruhan penelitian dan pembahasan tentang novel Serat 181 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Secara keseluruhan penelitian dan pembahasan tentang novel Serat Prabangkara karya Ki Padmasusastra menghasilkan beberapa temuan penting yang dapat

Lebih terperinci

pentransferan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Kebudayaan R.I. Fuad Hasan berpendapat bahwa, "Sebaik apapun kurikulum jika

pentransferan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Kebudayaan R.I. Fuad Hasan berpendapat bahwa, Sebaik apapun kurikulum jika 2 bahwa guru merupakan pihak pertama yang paling bertanggung jawab dalam pentransferan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Terkait dengan pernyataan tersebut, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem,

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai BAB I A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial tentunya manusia dituntut untuk mampu berinteraksi dengan individu lain dalam rangka

Lebih terperinci

INTERNALISASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DAN PELESTARIAN BUDAYA DAERAH MELALUI PERTUNJUKAN KETHOPRAK

INTERNALISASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DAN PELESTARIAN BUDAYA DAERAH MELALUI PERTUNJUKAN KETHOPRAK INTERNALISASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DAN PELESTARIAN BUDAYA DAERAH MELALUI PERTUNJUKAN KETHOPRAK Budi Waluyo, Astiana Ajeng Rahadini, Favorita Kurwidaria, Dewi Pangestu Said 229 SEMNASBAHTERA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cerdas, sehat, disiplin, dan betanggung jawab, berketrampilan serta. menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi misi dan visi

BAB I PENDAHULUAN. cerdas, sehat, disiplin, dan betanggung jawab, berketrampilan serta. menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi misi dan visi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perwujudan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu dalam rangka membentuk generasi bangsa yang memiliki karakter dengan kualitas akhlak mulia, kreatif,

Lebih terperinci

INTERFERENSI BAHASA JAWA DALAM KARANGAN NARASI BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI

INTERFERENSI BAHASA JAWA DALAM KARANGAN NARASI BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI INTERFERENSI BAHASA JAWA DALAM KARANGAN NARASI BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

Dalam makalah ini akan dipaparkan sebuah laporan pengamatan terhadap perkembangan bahasa terhadap eksistensi suatu budaya khususnya budaya lokal.

Dalam makalah ini akan dipaparkan sebuah laporan pengamatan terhadap perkembangan bahasa terhadap eksistensi suatu budaya khususnya budaya lokal. 1 BAB I PENDAHULUAN Sebuah masyarakat tidak akan lepas dari suatu bahasa yang mengikat elemen-elemennya. Komunikasi yang terjadi antar manusia dalam masyarakat selalu menggunakan bahasa sebagai perantaranya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, dan terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, dan terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia dini sering disebut anak prasekolah, memiliki masa peka dalam perkembangannya, dan terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespons

Lebih terperinci