BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pentingnya Makanan Bagi Kesehatan Makanan adalah segala sesuatu yang dipakai atau yang dipergunakan oleh manusia supaya dapat hidup. Zat makanan yang diperlukan oleh tubuh manusia dapat meliputi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air. Protein, lemak, dan karbohidrat disebut zat makanan pokok karena banyak memberikan kalori. Menurut Irianto (2007), zat-zat makanan yang baik harus memenuhi syarat : 1. Harus cukup memenuhi kalori. 2. Harus ada perbandingan yang baik antara zat makanan pokok. 3. Protein yang masuk cukup dan mengandung asam amino. 4. Harus cukup mengandung vitamin. 5. Harus cukup mengandung garam mineral. 6. Harus mudah dicernakan oleh alat pencerna. 7. Harus bersifat hygienis. 2.2.Sapi Menurut Murtidjo (1990), pada umumnya bangsa sapi yang terbesar di seluruh penjuru dunia berasal dari bangsa sapi primitif yang telah mengalami dosmetikasi (penjinakan). Pada garis besarnya sapi dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu : 1. Bos indicus (zebu/sapi berponok) 9

2 9 Bos indicus berkembang di India dan akhirnya menyebar ke berbagai Negara, terlebih daerah tropis seperti Asia tenggara (termasuk Indonesia), Afrika, Amerika, dan Australia. 2. Bos Taurus Bos Taurus adalah bangsa sapi yang menurunkan bangsa-bangsa sapi potong dan perah di Eropa. Golongan ini akhirnya menyebar keseluruh penjuru dunia, terlebih Amerika, Australia, dan Selandia Baru. Belakangan ini keturunan Bos Taurus telah banyak diternakkan dan dikembangkan di Indonesia. 3. Bos Sondaicu ( Bos bibos) Golongan sapi ini merupakan sumber asli bangsa-bangsa sapi di Indonesia. Sapi yang kini ada merupakan keturunan banteng (Bos Bibos), dewasa ini kita kenal dengan nama sapi Bali, sapi Madura, sapi jawa, sapi Sumatera, dan sapi lokal lainnya Karakteristik Sapi 1. Umur Sapi Menafsir umur sapi merupakan salah satu pengetahuan yang perlu dikuasai oleh peternak. Umur sapi dapat dideskripsikan dari : a. Catatan tanggal lahir Hasil catatan tanggal lahir yang dilakukan oleh peternak. Akan tetapi hal ini hanya dilakukan oleh peternak tradisional. b. Keadaan gigi serinya. Pada prinsipnya, taksiran dengan metode gigi sapi adalah memperhitungkan pertumbuhan, penggantian, dan kehausan gigi sapi.

3 10 1. Sapi yang memiliki gigi susu semua pada rahang bawah, mempunyai umur sekitar kurang dari 1,5 tahun. 2. Sapi yang memiliki gigi tetap sepasang pada rahang bawah, mempunyai umur sekitar 2 tahun. 3. Sapi yang memiliki gigi tetap dua pasang pada rahang bawah, mempunyai umur sekitar 3 tahun. 4. Sapi yang memiliki gigi tetap tiga pasang rahang bawah, mempunyai umur sekitar 3,5 tahun. 5. Sapi yang memiliki gigi tetap empat pasang pada rahang bawah, mempunyai umur sekitar 4 tahun. 6. Sapi yang memiliki gigi tetap lengkap empat pasang, tapi 25% bagian telah aus, mempunyai umur sekitar 6 tahun. 7. Sapi yang memiliki gigi lengkap empat pasang, tapi 75% bagian telah aus, mempunyai umur diatas 8 tahun. 8. Sapi yang memiliki gigi tetap lengkap empat pasang, tapi 75% bagian telah aus, mempunyai umur diatas 8 tahun. c. Keadaan tanduk, khususnya dengan memperhatikan gelang-gelang pada tanduk. Sapi jantan akan menimbulkan gelang yang pertama setahun lebih lambat dari sapi yang betina. 2. Jenis Sapi Jenis-jenis sapi potong yang terdapat di Indonesia saat ini adalah sapi asli Indonesia dan sapi yang diimpor. Sapi-sapi Indonesia yang dijadikan sumber

4 11 daging adalah sapi Ongole, sapi PO (peranakan ongole), sapi Aceh, sapi Brahman, sapi Bali, dll. a. Sapi Ongole Bangsa sapi ini berasal dari India (Madras) yang beriklim tropis dan bercurah hujan rendah. Sapi ongole ini di Eropa disebut zebu, sedangkan di jawa sangat populer dengan sebutan sapi benggala. Ukuran tubuh besar dan panjang sehingga merupakan jenis sapi yang paling banyak dipelihara untuk dijadikan sapi potong. b. Sapi Bali Sapi bali merupakan keturunan dari sapi liar yang disebut banteng yang telah mengalami proses penjinakan beradab-adab lamanya. Sapi Bali termasuk tipe sapi pedaging dan pekerja. Bentuk tubuh menyerupai banteng, tinggi badan sapi dewasa mempunyai 130 cm dan berat badan sapi jantan mencapai 450 kg sedangkan betina kg. c. Sapi Aceh Sapi ini merupakan sapi asli Indonesia karena sudah ada sejak zaman Kerajaan Sultan Iskandar Muda. Sapi ini adalah hasil persilangan antara bos indicus dengan banteng, dengan beberapa keunggulan sehingga banyak disiplin untuk sapi pembibitan. d. Sapi Brahman Bangsa sapi ini semula berkembang di Amerika Serikat kemudian tersebar luas baik di daerah tropis maupun subtropis, yakni Australia dan juga di Indonesia sapi ini termasuk tipe sapi potong yang baik di daerah tropis.

5 12 Walaupun di daerah kurang subur, tetapi sapi Brahman tumbuh cepat karena pakannya sedarhana. 3. Berat Sapi Memberikan taksiran berat sapi, merupakan salah satu cakupan ketrampilan yang menjadi tututan bagi peternak. Secara sederhana berat sapi dapat dihitung dengan rumus terapan sebagai berikut : Berat sapi = Pt x Ld x 70 Ld = Lingkar dada sapi 4. Jenis Kelamin Sapi Peternakan sapi potong biasanya memelihara keduanya, baik sapi jantan maupun betina. Tetapi untuk sapi potong biasanya peternak memilih sapi jantan karena pertumbuhannya lebih cepat dari sapi betina Tujuan Pemeliharaan Sapi Menurut Murtidjo (1990), dalam sebuah usaha peternakan sapi potong, bibit ternak yang di beli mempunyai arti penting dalam mendukung keberhasilan usaha. Sehingga pemeliharaan bibit ternak harus disesuaikan dengan tujuan ternak sapi potong tersebut sehingga mendapatkan hasil yang maksimal seperti tujuan yang diinginkan. Adapun tujuan pemeliharaan : a. Usaha pemeliharaan sapi potong bibit. Usaha ini bertujuan mengembangbiakkan sapi potong sehingga diharapkan keuntungan yang di dapat adalah hasil keturunannya.

6 13 b. Usaha pemeliharaan sapi potong untuk penggemukan. Usaha ini bertujuan untuk mendapat hasil dari penggemukan sapi menjadi gemuk. Sebagian besar peternak memilih untuk melakukan penggemukan sapi potong atau disebut juga fattening Cara Pemeliharaan Sapi Menurut Murtidjo (1990), adapun cara pemeliharaan sapi potong biasa diterapkan adalah : a. Pasture Fattening Sapi biasanya dilepaskan di padang penggembalaan. Jadi, sapi merumput sendiri sampai kenyang, kemudian menjelang petang hari dikandangkan dan esoknya di lepas lagi. Sapi yang dipilih yang berumur 2,5 tahun dan lama penggemukan berlangsung 6 8 bulan. Sapi tidak diberi makan penguat, sapi menjadi gemuk hanya merumput. b. Dry lot Fattening Pada sistem penggemukan seperti ini, sapi yang digemukkan tinggal di dalam kandang terus-menerus. Sapi-sapi itu tidak digembalakan ataupun dipekerjakan. Pemeliharaan sapi dengan cara ini, sapi hanya diberi pakan penguat saja, seperti bahan baku biji-bijian jagung, bungkil kepala dan gandum. Pemeliharaan seperti ini pada prakteknya memerlukan biaya yang cukup tinggi dan lamanya penggemukan sekitar 4 6 bulan. c. Kombinasi Pasture Dry Lot Fattening Penggemukan dengan cara ini sangat cocok dilakukan di lingkungan tropis yang memiliki dua musim. Pada musim penghujan, ketika rumput tumbuh

7 14 sangat subur di padang penggembalaan, sapi-sapi dilepas untuk merumput sendiri. Tetapi di musim kemarau, pada saat rumput sangat terbatas jumlahnya, sapi-sapi dikandangkan dan diberi makan biji-bijian dan pakan hijauan kering lainnya seperti jerami Pakan Sapi Jenis Pakan Menurut Sugeng (2000), sapi yang sehat memerlukan jumlah pakan yang cukup dan berkualitas, baik dari segi kondisi pakan maupun imbangan nutrisi yang dikandungnya. Jenis pakan yang biasa diberikan untuk sapi: 1. Pakan Hijauan Pakan hijauan adalah semua bahan pakan yang berasal dari tanaman atupun tumbuhan berupa daun-daunan, terkadang termasuk batang, ranting, dan bunga. Pada umumnya pakan hijauan adalah rumput seperti rumput gajah dan rumput benggala dan jerami. 2. Pakan Penguat (Konsentrat) Bahan pangan penguat ini meliputi bahan makanan yang bersal dari bijibijian seperti jagung giling, menir, dedak, bungkil kelapa, dan berbagai umbi. Pakan penguat berfungsi untuk meningkatkan dan memperkaya nilai gizi pada bahan pakan lain yang nilai gizinya rendah. Sehingga sapi yang sedang tumbuh ataupun yang sedang dalam masa penggemukan harus diberikan pakan penguat yang cukup.

8 15 3. Pakan Tambahan Pakan tambahan bagi ternak sapi biasanya berupa vitamin, mineral, dan urea. Pakan tambahan ini dibutuhkan oleh sapi yang dipelihara secara intensif, yang hidupnya berada di dalam kandang terus-menerus. Vitamin yang dibutuhkan ternak sapi adalah vitamin A dan vitamin D, sedangkan mineral yang dibutuhkan terutama Ca dan P. Pada umumnya pakan tambahan vitamin dan mineral berupa feed-supplement Nutrisi Pakan Menurut Andoko (2012), makanan ternak sapi potong dari sudut nutrisi merupakan salah satu unsur yang sangat penting untuk menunjang kesehatan, pertumbuhan, dan reproduksi ternak. Makanan sangat esensial bagi ternak sapi. Makanan yang baik akan menjadikan ternak sanggup menjalankan fungsi proses dalam tubuh secara normal. Bahan baku makanan yang diperlukan dalam menyusun bahan makanan sapi, terutama tersusun atas kadar air, protein, lemak, serat kasar, sumber mineral, dan karbohidrat. 1. Air Air merupakan bahan pakan utama yang terkadang terlukapan mendapat perhatian dari para peternak. Oleh karena itu tubuh hewan terdiri dari 70% air, maka air benar-benar termasuk kebutuhan utama yang tidak bisa diabaikan. Bila sampai terjadi pengurangan air hingga 20%, hewan bersangkutan akan mati. Kebutuhan air bagi hewan ternak tergantung pada berbagai faktor: kondisi iklim, jenis sapi, umur, dan jenis pakan yang disediakan. Kebutuhan air bagi sapi yang

9 16 lebih muda lebih banyak, apalagi jika kondisi lingkungan atau suhu meningkat. Kebutuhan air tersebut dapat terpenuhi melalui air minum, air yang terkandung di dalam pakan, dan air yang berasal dari proses metabolisme zat pakan dalam tubuh. Sapi memerlukan 3 6 liter air per 1 kg pakan kering. 2. Protein Protein berfungsi untuk mengganti dan membangun sel tubuh yang rusak. Karena protein tidak dapat di bentuk dalam tubuh, tetapi mutlak diperlukan, maka pakan sapi harus mengandung protein. Protein bisa diperoleh dari bahanbahan pakan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang berupa hijauan leguminosa seperti daun turi, daun lamtoro, ataupun dari biji-bijian seperti bungkil kedelai, ataupun bungkil kacang tanah. Sumber protein juga bisa berasal dari hewan, misalnya tepung darah, tepung ikan, dan tepung daging. 3. Lemak Sebagai sumber energi, lemak juga berfungsi sebagai pelarut vitamin A, D, E, dan K. Di dalam tubuh sapi, lemak yang terkandung dalam bahan pakan diubah menjadi patih dan gula. Sumber lemak utama terdapat pada pakan berbutir seperti bungkil kacang tanah, bungkil kelapa, dan bungkil kedelai. 4. Serat Kasar Serat kasar diperoleh dari pakan hijauan jenis lenguminose seperti daun turi dan petai cina. Kandungan serat kasar yang diperlukan ternak sapi paling sedikit 13% dari bahan kering di dalam ransum. Serat kasar berfungsi menjaga alat pencernaan agar bekerja baik, membuat kenyang dan mendorong keluarnya kelenjar pencernaan.

10 17 5. Mineral untuk Sapi potong Beberapa unsur penting mineral yang diperlukan ialah natrium (Na), klor (Cl), kalsium (Ca), forsor (P), sulfur (S), ferum (Fe), Kalium (K), magnesium (Mg), iodium (I), kuprum (Cu), kobalt (Co), seng (Zn), dan selenium (Se). Pada umumnya unsur-unsur ini banyak terdapat di dalam ransum pakan. Namun sering kali, perlu ditambahkan unsur mineral, terutama garam (NaCl), Kalium (Ca), dan Fosfor (P). 6. Karbohidrat Karbohidrat adalah senyawa yang terbentuk dari senyawa molekul karbon, hidrogen, dan oksigen. Sebagai salah satu jenis zat gizi, fungsi utama karbohidrat adalah penghasil energi di dalam tubuh. Proses pembakaran karbohidrat akan digunakan oleh sapi untuk berbagai fungsi penting seperti bernafas, kontraksi jantung, dan aktivitas lainnya. Bahan pakan yang banyak mengandung karbohidrat untuk pakan sapi adalah biji-bijian, seperti jagung, gandum, dan jewawut Kendala dalam Ketersediaan Pakan Menurut Sugeng (2000), terbatasnya pakan ternak sapi, terutama pakan hijauan yang tersedia sepanjang tahun merupakan kendala besar dalam proses penggemukan sapi potong. Adapun kendala dalam keterediaan pakan adalah: 1. Pada umumnya produksi hijauan pakan ternak adalah musiman sehingga kontinuitas yang diperlukan sepanjang tahun sering kurang terjamin. Pakan

11 18 hijauan berbeda dengan pakan penguat atau pakan berbiji yang bisa di datangkan dari mana dan kapan saja. 2. Pengadaan pakan hijauan umumnya di hasilkan atau dibeli di lingkungan sekitar. Terkadang jumlahnya sangat berlimpah dan berlebihan bila musim panen lokal namun terkadang juga sangat terbatas dan penyediaannya pun dalam waktu singkat. Volume, kualitas, dan kontinoitas penyediaan hijuan masih belum memadai sebab para peternak masih menggunakan sistem pemanfaatan sisa-sisa atau hasil ikutan tanaman berupa jerami ataupun sisa hasil panen lainnya Tindakan Hygienis/ Sanitasi Tindakan hygienis ialah usaha penjagaan kesehatan melalui kebersihan agar ternak bebas dari suatu infeksi penyakit, baik virus, maupun parasit. Tindakan hygienis berikut biasa dilakukan oleh para peternak guna membebaskan infeksi penyakit tersebut. 1. Kebersihan Peralatan Menjaga kebersihan dengan cara menyucihamakan peralatan, segala peralatan yang pernah dipakai harus disucihamakan dengan cara: a. Disemprot, disiram, atau direndam dengan cairan desinfektan: Creolin, Lysol, ataupun bahan paten lain. b. Dijemur langsung pada cahaya matahari. c. Disiram atau direndam dengan air mendidih, dan d. Dikapur dinding kandangnya dengan cairan kapur kental atau cat bagianbagian tertentu dengan teer.

12 19 2. Kebersihan Kandang Sangat penting untuk menjaga kebersihan kandang baik dalam maupun di luar kandang. Adapun hal-halyang perlu diperhatikan adalah: a. Kelembaban udara dan lantai harus dihindarkan dengan cara ventilasi kandang diatur secara sempurna dan sinar matahari pagi diusahakan bisa masuk ke dalam kandang. Usahakan populasi ternak sapi di dalam kandang tidak terlalu padat. b. Kotoran di tampung di tempat penampungan khusus yang letaknya agak jauh dari kandang sehingga mengurangi lalat. c. Sisa-sisa pakan yang mungkin berserakan dan juga semak-semak yang tumbuh di sekitar kandang harus dibersihkan. d. Pakan dan air minum harus bersih dan tidak terkontaminasi. e. Kandang dan lingkungan agar tidak lembab, basah atau banyak kubangan air. f. Bersihkan rumput- rumput liar yang ada di sekitar kandang. g. Berantas perantara perkembangan yaitu siput, sebaiknya secara biologi, misalnya dengan pemeliharaan itik/bebek. h. Hindari penumpukan sisa pakan. 3. Sistem Pengembalaan Jika menggunakan sistem pengembalaan, hindari lahan pengembalaan becek. Selanjutnya usahakan pengembalaan di lokasi yang bergilir, jangan menggunkan padang pengembalaan yang sama secara terus menerus. Hindari

13 20 pengembalaan di padang rumput yang diberi pupuk kandang yang tidak jelas asal usulnya. Untuk mencegah perkembangan cacing hati, dapat dilakukan dengan cara menebar copper sulphate di lapangan pengembalaan. 4. Kebersihan Kulit Ternak yang Dipelihara Kulit yang sehat dan bersih saja yang bisa berfungsi dengan baik, sedangkan kulit yang kotor tak bisa berfungsi dengan baik. Kulit menjadi kotor akibat kotoran seperti kulit ari yang mengelupas, serta tebu dan lumpur yang melekat bersama keringat dan lemak kulit. Sedangkan sapi yang selalu berada di dalam kandang biasanya menjadi kotor akibat debu dan kotorannya sendiri. Sapi yang kulitnya kotor bisa menimbulkan radang kulit. Oleh karena itu, untuk menjaga kebersihan kulit ini, ternak sapi perlu dimandikan dan disikat. 5. Kebersihan Petugas Petugas harus mencuci hamakan diri dengan cara mencuci anggota badan denga air hangat dan sabun, kemudian menggosok dengan obat-obatan penyuci hama atau desinfektan. 6. Kebersihan Bahan Pakan dan Kandungann Racun Bahan pakan yang kotor dan beracun akan menggagu kesehatan ternak misalnya: a. Pakan yang kotor akibat keadaan air dan tanah, seperti rumput yang bercampur lumpur karena terkena banjir, pakan yang tercemar akibat hama ulat ataupun tercemar cendawa, serta pakan yang sudah busuk. b. Hijauan yang beracun akibat racun terjadi secara alamiah di dalam tumbuhan itu sendiri sepeti daun koro, faun singkong racun, turi bunga

14 21 merah, ataupun yang terkena racun kimia akan sangat berbahaya bagi kesehatan ternak Daging Daging merupakan bahan makanan utama yang dikonsumsi manusia baik diperoleh dari hewan-hewan piaraan atau hewan buruan daging juga didefenisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk hasil pengolahan jaringan-jaringan tersebut yang sesuai untuk dimakan serta tidak menimbulkan gangguan kesehatan. Organ- organ misalnya hati, ginjal, otak, paru-paru, jantung, limpa, pankreas, dan jaringan otot. (Sueparno, 1994) Karakteristik kimia daging Komposisi daging segar tergantung pada jenis hewan, kondisi hewan, jenis daging dan cara penanganannya. Daging berlemak mengandung kadar air dan protein yang rendah. Kadar air daging dari hewan mudah lebih banyak dari hewan tua. (Anonimous, 2013) Karakteristik Fisik Daging Secara fisik daging tersusun atas serabut-serabut otot yang sejajar dan terikat bersama-sama oleh suatu jaringan ikat. Bagian luar otot terbungkus membran transparan yang disebut epimisium. Lapisan epimesium ini terdiri dari jaringan ikat yang berupa serabut kolagen dan elastin. Pada bagian otot terdapat jaringan iakt yang membentuk sekat-sekat yang menyelubungi sekelompok jaringan otot. Sekat-sekat ini disebut perimisium yang banyak urat darah dan urat saraf. Masing-masing serabut otot dilindungi oleh sebuah membran jaringan ikat yang tipis (endomisium).

15 22 Untuk mengetahui keadaan fisik daging masih dalam keadaan baik atau tidak, ada 3 hal yang perlu diperhatikan: a. Warna daging Warna daging tergantung dari hewannya. Daging yang baik mempunyai warna yang sama antara bagian dalam serta bagian luar daging sebab jika warna bagian luar saja yang tampak segar mungkin telah terjadi pemalsuan, misalnya dengan menambah zat warna pada daging. b. Bau Daging Bau daging adalah khas, sesuai dengan bau hewannya. Jika telah terjadi proses pembusukan, maka bau daging akan berubah. Untuk mengetahui apakah daging telah membusuk atau tidak dapat diketahui dari bau yang keluar dari sendi-sendi tulang, selain itu daging digemari serangga (lalat) yang jumlahnya makin banyak jika daging telah membusuk terutama pada daging yang tidak dilindungi atau ditutup. Permukaan daging yang lendir serta tampak mengkilat adalah tanda lain dari daging yang telah membusuk. c. Konsistensi Daging Daging yang baik adalah yang mempunyai konsistensi mastis bila ditekan dan agak berdenyut, mempunyai turgor dan bila dipegang terasa basah kering, artinya sekalipun radasanya basah, tetapi tidak sampai membasahi tangan sipemegang.(anonimous, 2013).

16 Metode Pemeriksaan Cacing Hati dengan Mikroskop. Metode periksaan sampel di lakukan dengan menggunakan mikroskop dilaboratorium Balai Tehnik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Menular (BTKL & PPM) Medan bagian Instalasi Entomologi Cacing hati (Fasciola hepatica) Cacing dewasa bentuknya seperti daun dan mempunyai bahu, panjangnya 30 mm lebar 13 mm, batil isap mulut dan batil isap perut hampir sama besarnya dan letakknya berdekatan. Tracustus digestifus mempunyai caecum yang bercabanga-cabang. Cacing ini hermafrodit, telur mempunyai operkulum, ukuran 140 x 80 mikron (Rosdiana,S. 2009) Morfologi Cacing Hati (Fasciola hepatica) Cacing dewasa dalam saluran empedu menghasilkan telur-telur yang terbawa oleh cairan empedu masuk ke dalam lumen usus dan keluar ke alam bebas bersama tinja, telur-telur tidak berembrio, mempunyai operkulum, besar, ovoid, kuning kecoklatan, dan berukuran µm x µm. Mirasidium berkembang dalam waktu 1 sampai 2 minggu dan keluar dari telur untuk menginfeksi hospes perantara keong. Serkaria keluar dari keong setelah terbentuknya sporokista dan dua atau tiga generasi redia. Serkaria mengadakan enkistasi pada tanaman air, seperti, seledri air. (Garcia, 1996).

17 Siklus Hidup Fasciola hepatica Pada Sapi Gambar 1. Siklus Hidup Fasciola hepatica Pada Hewan ( 1. Telur keluar ke alam bebas bersama feses sapi. Bila menemukan habitat basah. telur menetas dan menjadi larva bersilia, yang disebut Mirasidium. 2. Mirasidium masuk ke dalam tubuh siput Lymnea akan tumbuh menghasilkan Sporokista. 3. Sporokista seara partenogenesis akan menghasilkan Redia 4. Redia secara paedogenesis akan membentuk serkaria. Serkaria meninggalkan tubuh siput menempel pada rumput dan berubah menjadi metaserkaria.

18 25 5. Metaserkasria termakan oleh hewan ternak berkembang menjadi cacing muda yang selanjutnya bermigrasi ke saluran empedu pada hati inang yang baru untuk memulai daur hidupnya (Boray, 2007) Siklus Hidup Fasciola hepatica Pada Manusia Gambar 2. Siklus Hidup Fasciola hepatica Pada Manusia ( Manusia terinfeksi umumnya karena memakan hati sapi yang pengelolaannya kurang sempurna dimana hati sapi mengandung cacing hati, cacing mudah memulai penyebarannya dalam usus manusia. Cacing menembus

19 26 dinding usus dan masuk melewati rongga perut sampai ke hati. Setelah cacing menembus lapisan hati, sampailah cacing ke saluran empedu dan kantung empedu. Dalam saluran empedu, cacing mudah menjadi cacing dewasa dalam jangka waktu 1 2 bulan. Cacing yang dewasa akan bertelur. Bersama cairan empedu, telur berhasil masuk ke dalam saluran usus dan dapat di temukan dalam tinja (fases). ( Entjang, 2001). Manusia terinfeksi karena memakan tanaman air yang tidak dimasak di mana metaserkaria mengadakan enkistasi. Larva masuk kedalam hati dengan menembus kapsul (kapsul Clissoni) dan mengembara ke selurus parenkin hati selama 9 minggu. Larva akhirnya masuk ke dalam saluran empedu, di mana larva menjadi dewasa dan menghasilkan telur. Cacing dewasa dapat manjadi panjang > 1 inci dan lebar > 0,5 inci (Garcia, 1996) Morfologi Telur dan Larva Fasciola hepatica Telur larva Mirasidium masuk ke dalam tubuh siput (Lymnea Sporokista) berkembang menjadi larva (II): Redia Larva (III): serkaria yang berekor, kemudian keluar dari tubuh keong Kista yang menempel pada tetumbuhan air terutama selada air (Nasturqium officinale), kemudian termakan hewan ternak, apabila memakan selada air yang mengandung cacing maka cacing akan masuk ke dalam tubuh dan menjadi cacing dewasa dan akan menyebabkan Fascioliasis. (Budi, 2006). Cara hidup dari tiap-tiap jenis keong tersebut dapat berbeda-beda (berair, setengah berair). Telur cacing hati ini akan ditemukan pada pemeriksaan tinja dan

20 27 cairan usus. Pada stadium permulaan penyakit ini tidak ditemukan telur. Pemeriksaan mikroskopis dapat dilakukan dengan metode serologis (CFT) dan tes kulit (antigen didapat dari cacing dewasa). Dianjurkan pemakaian test Immunofluorescent tidak langsung dengan mempergunakan mirasidium Fasciola sebagai antigen. ( Irianto Kus, 2009) Penyakit Fasciola hepatica Pada Manusia Menurut Entjang (2001) penderita Fasciola hepatica bisa mengalami: a. Gejala- gejala yang akan timbul seperti: demam, nyeri lambung, pembesaran hati, nyeri perut pada ulu hati, dan muntah. b. Penderita akan mengalami diare dan icterus c. Fasciola hepatica yang hidup di dalam saluran empedu dan parenchym liver menimbulkan peradangan berupa hyperplasia, necrosa dab fibrosa Pencegahan Fasciola hepatica Agar masyarakat terhindar dari makanan dan minuman yang dapat membahayakan kesehatan, pemerintah menetapkan standar dan persyaratan agar makanan dan minuman layak dan aman dikonsumsi oleh masyarakat. Hal ini dinyatakan dalam Undang-Undang No. 23 ayat 1 yaitu : Pengamanan makanan dan minuman diselenggarakan untuk melindungi masyarakat dari makanan dan minuman yang tidak memenuhi ketentuan standar dan persyaratan kesehatan (Fardiaz, 1992). Pencegahan yang efektif sulit dilakukan karena sulit untuk menghindarkan sapi dari sawah atau daerah basah yang merupakan habitat siput,

21 28 mungkin dapat digunakan bebek yang digembalakan sehabis panen untuk memberantas siput (Brotowidoyo 1987). Pencegahan jangka panjang tergantung eradikasi penyakit pada hewan hebivora, pengobatan untuk hewan peliharaan mungkin dapat diberikan, tetapi untuk binatang air tidak memungkinkan. Infeksi pada manusia di daerah endemi dapat dicegah dengan tidak makan sayur mentah (Brown 1997). Menurut Suweta (1982) upaya pengendalian penyebarluasan penyakit dapat dilaksanakan dengan memutuskan siklus hidup cacing, yaitu dengan membrantas siput yang hidup di air persawahan dan lainnya dengan cara: a. Pencegahan dilakukan dengan membrantas siput air, tanaman air (sayuran dari daerah endemis jangan dimakan atau di jual di pasaran. b. Hati sapi harus di masak terlebih dahulu sampai matang sebelum dimakan. c. Usaha pencegahan dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan masyarakat dengan menekankan bahaya dari tumbuhan air yang banyak terdapat binatang atau keong. d. Pengobatan terhadap hewan yang terkena infeksi cacing hati. e. Hindari konsumsi sayuran air yang mentah atau meminum air yang tercemar metacerkaria. f. Mengeringkan tempat-tempat berair yang tidak diperlukan sehingga siput-siput mati kekeringan.

22 29 g. Dengan menggalakkan pemeliharaan itik (bebek) di lahan sawah, karena bebek akan memakan siput-siput yang menjadi tempat berkembang biak larva cacing hati. Menurut Lubis (1983) pencegahan infeksi cacing dapat dilakukan dengan memberikan ransum yang baik sangat perlu diperhatikan untuk menambah daya tahan ternak.

23 Kerangka Konsep Ditemukan cacing dewasa Hati Sapi Sapi Pemeriksaan laboratorium Tidak ditemukan cacing dewasa Ditemukan telur cacing Feses Sapi Mikroskop Tidak ada ditemukan telur cacing k Menteri Kesehatan no: 424/ Menkes/ SK/ VI. 2006

BAB I PENDAHULUAN. pada manusia. Organisasi Kesehatan Dunia World Healt Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. pada manusia. Organisasi Kesehatan Dunia World Healt Organization (WHO) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan penyakit pada ternak merupakan salah satu hambatan yang di hadapi dalam pengembangan peternakan. Peningkatan produksi dan reproduksi akan optimal, bila secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi potong pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu sapi lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi potong merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organisasi Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama dalam suatu pembagian kerja untuk mencapai tujuan bersama (Moekijat, 1990). Fungsi struktur

Lebih terperinci

TEKNIS BUDIDAYA SAPI POTONG

TEKNIS BUDIDAYA SAPI POTONG TEKNIS BUDIDAYA SAPI POTONG Oleh : Ir. BERTI PELATIHAN PETANI DAN PELAKU AGRIBISNIS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BONE TA. 2014 1. Sapi Bali 2. Sapi Madura 3.

Lebih terperinci

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah : BUDIDAYA SAPI POTONG I. Pendahuluan. Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Boer Jawa (Borja) Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Potong Sapi potong adalah jenis sapi yang khusus dipelihara untuk digemukkan karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup baik. Sapi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking TINJAUAN PUSTAKA Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara

Lebih terperinci

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah peternak yang mengusahakan anakan ternak sapi dengan jumlah kepemilikan sapi betina minimal 2 ekor.

Lebih terperinci

Sistem Pencernaan Manusia

Sistem Pencernaan Manusia Sistem Pencernaan Manusia Manusia memerlukan makanan untuk bertahan hidup. Makanan yang masuk ke dalam tubuh harus melalui serangkaian proses pencernaan agar dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Proses

Lebih terperinci

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau. Budidaya dan Pakan Ayam Buras Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau. PENDAHULUAN Ayam kampung atau ayam bukan ras (BURAS) sudah banyak dipelihara masyarakat khususnya masyarakat

Lebih terperinci

TERNAK PERAH SEBAGAI PRODUSEN SUSU

TERNAK PERAH SEBAGAI PRODUSEN SUSU TERNAK PERAH SEBAGAI PRODUSEN SUSU TIK : Setelah mengikuti kuliah II ini mahasiswa dapat menjelaskan peranan ternak perah dalam kehidupan manusia Sub pokok bahasan : 1. Peranan susu dan produk susu dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Bali (Bos sondaicus)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Bali (Bos sondaicus) 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penampilan Produksi Sapi Madura Sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Bali (Bos sondaicus) dengan sapi PO maupun sapi Brahman, turunan dari Bos indicus. Sapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil domestikasi dari banteng (Bibos banteng) (Hardjosubroto, 1994). Menurut Williamson dan Payne (1993),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sapi bali merupakan salah satu sapi lokal asli Indonesia yang tersebar

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sapi bali merupakan salah satu sapi lokal asli Indonesia yang tersebar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi bali merupakan salah satu sapi lokal asli Indonesia yang tersebar hampir di seluruh Nusantara. Populasisapibali dibandingkan dengan sapi lainnya seperti sapi ongole,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan TINJAUAN PUSTAKA Sumberdaya Pakan Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam 9 II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Usahaternak Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam pembangunan pertanian. Sektor ini memiliki peluang pasar yang sangat baik, dimana pasar domestik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan kebutuhan daging sapi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan daging sapi. Ternak sapi,

Lebih terperinci

KLASIFIKASI PENGGEMUKAN KOMODITAS TERNAK SAPI Oleh, Suhardi, S.Pt.,MP

KLASIFIKASI PENGGEMUKAN KOMODITAS TERNAK SAPI Oleh, Suhardi, S.Pt.,MP KLASIFIKASI PENGGEMUKAN KOMODITAS TERNAK SAPI Oleh, Suhardi, S.Pt.,MP INTENSIF SEMI INENSIF EKSTENSIF SAPI Karbohidrat yg mudah larut Hemiselulosa Selulosa Pati Volatile Vatti Acids Karbohidrat By pass

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pakan Ayam Pakan merupakan bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, hewan,ataupun bahan lain yang diberikan kepada ternak. Pakan tersebut diberikan kepada ayam dalam

Lebih terperinci

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN Ternak kambing sudah lama diusahakan oleh petani atau masyarakat sebagai usaha sampingan atau tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasil produksi (baik daging, susu,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Sapi Penggolongan sapi ke dalam suatu Genera berdasarkan pada persamaan karakteristik yang dimilikinya. Karakteristik yang dimiliki tersebut akan diturunkan ke generasi

Lebih terperinci

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA AgroinovasI SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA Ternak ruminansia seperti kambing, domba, sapi, kerbau dan rusa dan lain-lain mempunyai keistimewaan dibanding ternak non ruminansia yaitu

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan gizi kacang hijau per 100 gr. Tabel 1.2 Perbandingan kandungan protein kacang hijau per 100 gr

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan gizi kacang hijau per 100 gr. Tabel 1.2 Perbandingan kandungan protein kacang hijau per 100 gr BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu jenis tanaman kacang-kacangan yang sangat populer di Indonesia adalah kacang hijau (Vigna radiata.wilczek). Kacang hijau ialah tanaman penting ketiga di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan usaha ternak ayam sangat ditentukan oleh penyediaan pakan yang memadai baik kuantitas maupun kualitas, karena pakan merupakan unsur utama dalam pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Budidaya Sapi Potong Ternak sapi khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasil bahan makanan berupa daging yang memiliki nilai

Lebih terperinci

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN AgroinovasI FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN Usaha penggemukan sapi potong semakin menarik perhatian masyarakat karena begitu besarnya pasar tersedia untuk komoditas ini. Namun demikian,

Lebih terperinci

Pakan ternak. Dibutuhkan oleh ternak untuk : 1. Hidup pokok 2. Pertumbuhan 3. Produksi 4. Mengganti sel yang rusak pada jaringan

Pakan ternak. Dibutuhkan oleh ternak untuk : 1. Hidup pokok 2. Pertumbuhan 3. Produksi 4. Mengganti sel yang rusak pada jaringan Pakan ternak Dibutuhkan oleh ternak untuk : 1. Hidup pokok 2. Pertumbuhan 3. Produksi 4. Mengganti sel yang rusak pada jaringan Melalui proses pencernaan, penyerapan dan metabolisme SUMBER ENERGI (JERAMI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar yang terus meningkat. Menurut Trubus (2012), permintaan

Lebih terperinci

PRAKTIKUM III PENGENALAN BAHAN PAKAN TERNAK (FEEDS STUFF)

PRAKTIKUM III PENGENALAN BAHAN PAKAN TERNAK (FEEDS STUFF) 3.1 Landasan Teori PRAKTIKUM III PENGENALAN BAHAN PAKAN TERNAK (FEEDS STUFF) Berbagai ragam bahan makanan ternak telah dikenal dan dipergunakan sebagai bahan penyusun Pakan untuk memenuhi kebutuhan ternak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah bertujuan utama untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan efisien pakan yang baik serta mendapatkan hasil samping berupa anak. Peningkatan produksi

Lebih terperinci

KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN

KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN 1 KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN M.K. Pengantar Ilmu Nutrisi Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB Zat makanan adalah unsur atau senyawa kimia dalam pangan / pakan yang dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegypti Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. [2,12] Aedes aegypti tersebar luas di wilayah tropis

Lebih terperinci

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN NINA MARLINA DAN SURAYAH ASKAR Balai Penelitian Ternak, P.O. Box 221, Bogor 16002 RINGKASAN Salah satu jenis pakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus)

I. PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi Bali adalah salah satu bangsa sapi murni yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus) dan mempunyai bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman sawi (Brassica juncea, L.) merupakan jenis sayuran yang banyak digemari oleh masyarakat. Sawi mengandung kalori sebesar 22,0 kalori selain itu juga mengandung

Lebih terperinci

PAKAN AYAM BURAS INSTALASI PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN DKI JAKARTA 1996

PAKAN AYAM BURAS INSTALASI PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN DKI JAKARTA 1996 PAKAN AYAM BURAS INSTALASI PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN DKI JAKARTA 1996 KATA PENGANTAR Usahatani ayam buras merupakan salah satu usaha yang telah lama dilakukan oleh para peternak di

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA DKI Jakarta merupakan wilayah terpadat penduduknya di Indonesia dengan kepadatan penduduk mencapai 13,7 ribu/km2 pada tahun

Lebih terperinci

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39 Ketersediaan sumber pakan hijauan masih menjadi permasalahan utama di tingkat peternak ruminansia. Pada musim kemarau tiba mereka terpaksa harus menjual dengan harga murah untuk mengatasi terbatasnya hijauan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Organik Cair Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab pencemaran berupa zat atau bahan yang dianggap tidak memiliki manfaat bagi masyarakat.

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI I. Pendahuluan Ternak ruminansia diklasifikasikan sebagai hewan herbivora karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi perah merupakan salah satu jenis sapi yang dapat mengubah pakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi perah merupakan salah satu jenis sapi yang dapat mengubah pakan 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Perah Sapi perah merupakan salah satu jenis sapi yang dapat mengubah pakan yang dikonsumsi menjadi susu sebagai produk utamanya baik untuk diberikan kepada anaknya maupun

Lebih terperinci

TREMATODA PENDAHULUAN

TREMATODA PENDAHULUAN TREMATODA PENDAHULUAN Trematoda termasuk dalam filum Platyhelminthes Morfologi umum : Pipih seperti daun, tidak bersegmen Tidak mempunyai rongga badan Mempunyai 2 batil isap : mulut dan perut. Mempunyai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar dipelihara setiap negara sebagai sapi perahan (Muljana, 2010). Sapi FH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar dipelihara setiap negara sebagai sapi perahan (Muljana, 2010). Sapi FH 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Friesian Holstien Sapi FH telah banyak tersebar luas di seluruh dunia. Sapi FH sebagian besar dipelihara setiap negara sebagai sapi perahan (Muljana, 2010). Sapi FH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu sebanyak-banyaknya, disamping hasil lainnya. Macam - macam sapi perah yang ada di dunia adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. klasifikasi taksonomi sebagai berikut : Phylum : Chordata; Subphylum :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. klasifikasi taksonomi sebagai berikut : Phylum : Chordata; Subphylum : 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Brahman Cross Menurut Blakely dan Bade (1994), bahwa bangsa sapi mempunyai klasifikasi taksonomi sebagai berikut : Phylum : Chordata; Subphylum : Vertebrata; Class :

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ternak disamping manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan adalah faktor manajemen lingkungan. Suhu dan kelembaban yang

Lebih terperinci

BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN

BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

: PENGGEMUKAN SAPI DI INDONESIA

: PENGGEMUKAN SAPI DI INDONESIA Tatap muka ke 6 POKOK BAHASAN : PENGGEMUKAN SAPI DI INDONESIA Tujuan Instruksional Umum : Mengetahui program penggemukan dan cara penggemukan sapi potong di Indonesia. Tujuan Instruksional Khusus : Mengetahui

Lebih terperinci

Manajemen Pakan pada Itik

Manajemen Pakan pada Itik Manajemen Pakan pada Itik Pakan merupakan kebutuhan utama dalam usaha pemeliharaan ternak itik. Biaya untuk ransum menempati presentase terbesar dibandingkan dengan biaya lainnya. Kita ketahui bersama

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar PENGANTAR Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan sektor peternakan dalam rangka mendukung upaya pemerintah dalam program pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pakan merupakan salah satu komponen yang sangat menunjang kegiatan usaha budidaya perikanan, sehingga pakan yang tersedia harus memadai dan memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang

I. PENDAHULUAN. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang memiliki banyak manfaat yaitu selain dapat dimanfaatkan sebagai sayur, lalapan, salad

Lebih terperinci

KEBUTUHAN NUTRISI ITI PEDAGING : SUPRIANTO NIM : I

KEBUTUHAN NUTRISI ITI PEDAGING : SUPRIANTO NIM : I TUGAS INDIVIDU RANSUM UNGGAS/NON RUMINANSIA KEBUTUHAN NUTRISI ITI PEDAGING NAMA : SUPRIANTO NIM : I111 13 303 KELAS : A GANJIL FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Protein hewani merupakan zat makanan yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin meningkat seiring dengan meningkatnya

Lebih terperinci

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pemeliharaan ternak percobaan dilakukan dari bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein dan zat-zat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ascaris lumbricoides Manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus. Sebagian besar nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan masyarakat Indonesia (FKUI, 1998). Termasuk dalam

Lebih terperinci

Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si

Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si Pelatihan dan Pendidikan Baby Sitter Rabu 4 November 2009 Pengertian Gizi Kata gizi berasal dari bahasa Arab Ghidza yang berarti makanan Ilmu gizi adalah ilmu

Lebih terperinci

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA A. GINJAL SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA Sebagian besar produk sisa metabolisme sel berasal dari perombakan protein, misalnya amonia dan urea. Kedua senyawa tersebut beracun bagi tubuh dan harus dikeluarkan

Lebih terperinci

Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VII VII. SISTEM PRODUKSI TERNAK KERBAU

Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VII VII. SISTEM PRODUKSI TERNAK KERBAU Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VII VII. SISTEM PRODUKSI TERNAK KERBAU Tujuan Instruksional Umum : Mengetahui sistem produksi ternak kerbau sungai Mengetahui sistem produksi ternak kerbau lumpur Tujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang memiliki iklim tropis. Daerah tropis

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang memiliki iklim tropis. Daerah tropis 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang memiliki iklim tropis. Daerah tropis dibagi dalam dua kelompok iklim utama yaitu tropis basah dan tropis kering yang masing-masing sangatlah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring meningkatnya pertumbuhan penduduk, kebutuhan pangan semakin meningkat pula. Pangan yang dibutuhkan oleh masyarakat jenisnya beragam, salah satunya pemenuhan

Lebih terperinci

Petunjuk Praktis Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi

Petunjuk Praktis Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi i PETUNJUK PRAKTIS MANAJEMEN PENGELOLAAN LIMBAH PERTANIAN UNTUK PAKAN TERNAK SAPI Penyusun: Nurul Agustini Penyunting: Tanda Sahat Panjaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antar jenis tanaman menyebabkan tanaman ini tersisih dan jarang ditanam dalam

BAB I PENDAHULUAN. antar jenis tanaman menyebabkan tanaman ini tersisih dan jarang ditanam dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Tanaman koro pedang telah lama dikenal di Indonesia, namun kompetisi antar jenis tanaman menyebabkan tanaman ini tersisih dan jarang ditanam dalam skala luas.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Analog Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras. Disebut beras analog karena bentuknya yang oval menyerupai beras, tapi tidak terproses

Lebih terperinci

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya murah. Telur dapat

Lebih terperinci

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan PROSES PEMBUATAN TELUR ASIN SEBAGAI PELUANG USAHA Oleh : Andi Mulia, Staff Pengajar di UIN Alauddin Makassar Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan dan gizi merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pembangunan. Komponen ini merupakan kontribusi dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas,

Lebih terperinci

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia umumnya digunakan untuk menggambarkan makanan yang dianggap bermanfaat bagi kesehatan, melebihi diet sehat normal yang diperlukan bagi nutrisi manusia. Makanan Sehat "Makanan Kesehatan" dihubungkan dengan

Lebih terperinci

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis)

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis) BAB II TIJAUAN PUSTAKA A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis) Enterobiasis/penyakit cacing kremi adalah infeksi usus pada manusia yang disebabkan oleh cacing E. vermicularis. Enterobiasis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikroorganisme Lokal (MOL) Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan utama

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Lokal di Indonesia Menurut Hardjosubroto (1994) bahwa sapi potong asli indonesia adalah sapi-sapi potong yang sejak dulu sudah terdapat di Indonesia, sedangkan sapi lokal

Lebih terperinci

Beberapa penyakit yang sering menyerang ternak kambing dan dapat diobati secara tradisional diantaranya adalah sebagai berikut:

Beberapa penyakit yang sering menyerang ternak kambing dan dapat diobati secara tradisional diantaranya adalah sebagai berikut: PENDAHULUAN Alternatif pengobatan tradisional pada ternak merupakan suatu solusi yang tentunya sangat bermanfaat bagi peternak kecil.disamping mudah didapatkan disekitar kita serta biayanya relatif murah,

Lebih terperinci

Cara pengeringan. Cara pengeringan akan menentukan kualitas hay dan biaya yang diperlukan.

Cara pengeringan. Cara pengeringan akan menentukan kualitas hay dan biaya yang diperlukan. Cara pengeringan Cara pengeringan akan menentukan kualitas hay dan biaya yang diperlukan. Prinsip pengeringan adalah CEPAT agar penurunan kualitas dapat ditekan. Cara pengeringan 1. Sinar matahari. Untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika. 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengenalan Tanaman Sorgum Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika. Tanaman ini sudah lama dikenal manusia sebagai penghasil pangan, dibudidayakan

Lebih terperinci

JENIS PAKAN. 1) Hijauan Segar

JENIS PAKAN. 1) Hijauan Segar JENIS PAKAN 1) Hijauan Segar Hijauan segar adalah semua bahan pakan yang diberikan kepada ternakdalam bentuk segar, baik yang dipotong terlebih dahulu (oleh manusia) maupun yang tidak (disengut langsung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi potong merupakan sumber utama sapi bakalan bagi usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi potong merupakan sumber utama sapi bakalan bagi usaha 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi potong merupakan sumber utama sapi bakalan bagi usaha penggemukan. Penggemukan sapi potong umumnya banyak terdapat di daerah dataran tinggi dengan persediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur,

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki areal perkebunan jambu mete (Anacardium occidentale L.) seluas 560.813 ha, tersebar di propinsi Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,

Lebih terperinci

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39 Jawabannya tentu tidak. Ada beberapa teknologi pengawetan hijauan pakan ternak seperti silase, hay, amoniasi, fermentasi. Namun masing-masing teknologi tersebut mempnuyai kekurangan dan kelebihan. Salah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan produksi protein hewani untuk masyarakat Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh peningkatan penduduk, maupun tingkat kesejahteraan

Lebih terperinci

JENIS DAN KARAKTER JANGKRIK Jangkrik di Indonesia tercatat ada 123 jenis yang tersebar di pelosok daerah. Namun hanya dua jenis saja yang umum dibudid

JENIS DAN KARAKTER JANGKRIK Jangkrik di Indonesia tercatat ada 123 jenis yang tersebar di pelosok daerah. Namun hanya dua jenis saja yang umum dibudid RUANG LINGKUP BUDIDAYA PEMELIHARAAN JANGKRIK KALUNG KUNING A. UDJIANTO Balai Penelitian Ternak, Po Box 221, Ciawi Bogor RINGKASAN Komoditas jangkrik ini dapat memberikan tambahan penghasilan disamping

Lebih terperinci

Budidaya Ternak Kambing Dan Domba

Budidaya Ternak Kambing Dan Domba Budidaya Ternak Kambing Dan Domba Disusun oleh : Wasis Budi Hartono ( Penyuluh Pertanian BP3K Sanankulon ) A. Pendahuluan Pola peternakan kambing dan domba potong atau pedaging di Indonesia sebagian besar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Statistik peternakan pada tahun 2013, menunjukkan bahwa populasi

BAB I PENDAHULUAN. Statistik peternakan pada tahun 2013, menunjukkan bahwa populasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Statistik peternakan pada tahun 2013, menunjukkan bahwa populasi kambing di Indonesia berjumlah 18 juta ekor. Jumlah ini sangat besar dibandingkan dengan jenis ternak

Lebih terperinci

GIZI. Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan

GIZI. Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan GIZI Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan Lanjutan Gizi : Arab gizzah : zat makanan sehat Makanan : segala sesuatu yang

Lebih terperinci

LOGO VITAMIN DAN MINERAL

LOGO VITAMIN DAN MINERAL LOGO VITAMIN DAN MINERAL Widelia Ika Putri, S.T.P., M.Sc Vitamin - Zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil - Pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh - Zat pengatur pertumbuhan

Lebih terperinci

TELUR ASIN PENDAHULUAN

TELUR ASIN PENDAHULUAN TELUR ASIN PENDAHULUAN Telur asin,merupakan telur itik olahan yang berkalsium tinggi. Selain itu juga mengandung hampir semua unsur gizi dan mineral. Oleh karena itu, telur asin baik dikonsumsi oleh bayi

Lebih terperinci

PENYUSUNAN RANSUM UNTUK ITIK PETELUR

PENYUSUNAN RANSUM UNTUK ITIK PETELUR PENYUSUNAN RANSUM UNTUK ITIK PETELUR BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN INSTALASI PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAKARTA 2000 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadiran

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PENGOLAHAN LIMBAH KAKAO MENJADI BAHAN PAKAN TERNAK

KARYA TULIS ILMIAH PENGOLAHAN LIMBAH KAKAO MENJADI BAHAN PAKAN TERNAK KARYA TULIS ILMIAH PENGOLAHAN LIMBAH KAKAO MENJADI BAHAN PAKAN TERNAK Karya tulis ilmiah ini dibuat untuk memenuhi salah satu mata kuliah yaitu Pendidikan Bahasa Indonesia dari Dosen : Rika Widiawati,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH)

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Perah Usaha peternakan sapi perah di Indonesia diklasifikasikan berdasarkan skala usahanya yaitu perusahaan peternakan sapi perah dan peternakan sapi perah rakyat (Sudono,

Lebih terperinci

Feed Wafer dan Feed Burger. Ditulis oleh Mukarom Salasa Selasa, 18 Oktober :04 - Update Terakhir Selasa, 18 Oktober :46

Feed Wafer dan Feed Burger. Ditulis oleh Mukarom Salasa Selasa, 18 Oktober :04 - Update Terakhir Selasa, 18 Oktober :46 Pakan mempunyai peranan yang sangat penting didalam kehidupan ternak. Kita ketahui bahwa biaya pakan merupakan biaya terbesar dari total biaya produksi yaitu mencapai 70-80 %. Kelemahan sistem produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Zat gizi dalam makanan yang telah dikenal adalah karbohidrat, lemak,

BAB I PENDAHULUAN. Zat gizi dalam makanan yang telah dikenal adalah karbohidrat, lemak, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zat gizi dalam makanan yang telah dikenal adalah karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan protein. Protein dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan ataupun penggantian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat menuntut produksi lebih dan menjangkau banyak konsumen di. sehat, utuh dan halal saat dikonsumsi (Cicilia, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat menuntut produksi lebih dan menjangkau banyak konsumen di. sehat, utuh dan halal saat dikonsumsi (Cicilia, 2008). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat Indonesia akan gizi menuntut dikembangkannya berbagai industri pangan. Salah satu sektor yang turut berperan penting dalam ketersediaan bahan pangan

Lebih terperinci

7 Manfaat Daun Singkong

7 Manfaat Daun Singkong 7 Manfaat Daun Singkong Manfaat Daun Singkong Penduduk asli negara Indonesia tentunya sudah tidak asing lagi dengan pohon singkong. Pohon singkong merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak ditanam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga membutuhkan ketersediaan pakan yang cukup untuk ternak. Pakan merupakan hal utama dalam tata laksana

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan hewan ternak perah lainnya. Keunggulan yang dimiliki sapi perah tersebut membuat banyak pengusaha-pengusaha

Lebih terperinci

MATERI. Lokasi dan Waktu

MATERI. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembuatan pelet ransum komplit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging adalah salah satu hasil ternak yang hampir tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan manusia. Selain penganekaragaman sumber pangan, daging juga dapat menimbulkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci