MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN SUPERITEM SECARA KOOPERATIF

Transkripsi

1 MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN SUPERITEM SECARA KOOPERATIF Multiana Riyaningsih Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammaiyah Purworejo Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa dan meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan tes. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data, penyajian data, kesimpulan, penilaian acuan norma (PAN), dan perhitungan nilai rata-rata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keaktifan belajar siswa dengan lembar observasi pada siklus I mencapai 24% dan meningkat pada siklus II menjadi 83% siswa yang memperoleh nilai dalam kategori minimal baik. Siswa dalam kategori minimal baik adalah siswa yang berpartisipasi aktif dan tidak malu untuk bertanya. Sedangkan hasil tes pemahaman konsep dengan menggunakan pendekatan pembelajaran superitem secara kooperatif mencapai 34,48% dan meningkat pada siklus II menjadi 75,86% siswa yang memperoleh nilai dalam kategori minimal baik. Siswa dalam kategori minimal baik adalah siswa yang mampu menyebutkan contoh suatu konsep dan mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep. Kata kunci: pemahaman konsep, keaktifan belajar, superitem, kooperatif PENDAHULUAN Matematika merupakan sarana untuk memecahkan masalah kehidupan seharihari, bagi sains, perdagangan, dan industri. Untuk itu matematika dipelajari dari jenjang SD sampai Perguruan Tinggi. Salah satu tujuan pembelajaran matematika menurut Peraturan mentri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 adalah agar siswa memiliki kemampuan pemahaman konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah. Berdasarkan hasil obervasi yang dilakukan oleh peneliti di kelas VII C MTs Negeri Purworejo, terdapat permasalahan yang dihadapi oleh siswa diantaranya siswa tidak mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru. Ada siswa yang izin keluar, siswa bercanda dengan teman sebangku. Siswa belum 33

2 mampu menyebutkan contoh dari suatu konsep yang disampaikan oleh guru. Dan siswa belum mampu menyatakan pengertian dari suatu konsep. Permasalahan yang diperoleh menunjukkan bahwa pemhaman konsep dan keaktfan belajar masih rendah. Pemahaman menurut Menurut Nana Sudjana (2010: 46), Pemahaman (understanding) adalah kemampuan menjelaskan suatu situasi dengan kata-kata yang berbeda dan dapat menarik kesimpulan. Konsep menurut Rosser dalam Syaiful Sagala (2013: 73), menyatakan bahwa konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut yang sama. Orang mengalami stimulus-stimulus berbeda, membentuk konsep sesuai pengelompokan stimulus-stimulus dengan cara tertentu. Pemahaman konsep merupakan kompetensi yang ditunjukkan siswa dalam memahami konsep dan dalam melakukan prosedur secara luwes, akurat, efisien, dan tepat. Untuk melihat apakah siswa sudah memahami suatu konsep maka siswa harus mampu: menyatakan ulang sebuah konsep, memberikan contoh dan bukan contoh dari konsep, menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis, diagram, dan tabel, serta mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep. Keaktifan anak dalam belajar merupakan persoalan penting dan mendasar yang harus dipahami, dilandasi, dan dikembangkan oleh setiap guru di dalam proses pembelajaran. Menurut Aunurrahman (2014: 119), keaktifan belajar ditandai oleh adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosional, dan fisik jika dibutuhkan. Indikator-indikator tersebut adalah sebagai berikut. Visual activities (membaca), Oral activities (lisan), Listerning activities (mendengarkan), Wraiting activities (menulis), Mental activities (memecahkan soal), dan Emotional activities (emosional). Superitem adalah sebuah pendekatan pemberian tugas atau soal kepada siswa oleh guru, yang dimulai dari tugas atau soal yang sederhana meningkat pada tugas atau soal yang lebih kompleks (Miftahul Huda, 2015: 275). Langkah-langkah pembelajaran menggunakan superitem yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pembelajaran superitem adalah: guru menyampaikan materi yang akan dipelajari, guru meminta siswa untuk membaca materi yang telah dipelajari, guru memberikan tugas yang sederhana dengan ketentuan waktu, guru memberikan tugas yang lebih kompleks dengan ketentuan waktu, guru dan siswa membahas tugas secara bersama-sama, dan guru menyimpulkan hasil pembelajaran. Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) Menurut Aris Shoimin (2014: 45), merupakan suatu model pembelajaran yang mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok 34

3 kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam kelompok kooperatif, pembelajaran menjadi sebuah aktivitas yang bisa membuat para siswa lebih unggul diantara teman-taman sebayanya. Pembelajaran dengan pendekatan superitem secara kooperatif merupakan pembelajaran berkelompok dengan setiap kelompok diberikan tugas atau soal pada setiap kali pertemuan. Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan superitem secara kooperatif adalah: guru menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran memotivasi siswa belajar, guru menyampaikan materi yang akan dipelajari, guru menjelaskan kepada siswa tentang pendekatan pembelajaran superitem secara kooperatif dan bagaimana caranya membentuk kelompok, guru memberikan soal bentuk superitem kepada setiap kelompok, guru meminta siswa untuk menjawab di depan hasil diskusi dengan kelompok, guru dan siswa membahas tugas secara bersama-sama, guru memberi pujian kepada siswa yang ikut aktif dan menjawab soal, dan guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika, dan untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas VII C MTs Negeri Purworejo tahun pelajaran 2015/2016 dengan dengan pendekatan pembelajaran Superitem secara kooperatif. METODE PENELITIAN Jenis penelitan ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan di MTs Negeri Purworejo.. Dengan alamat Jalan Keseneng Kecamatan Purworejo Kabupaten Purworejo. Subjek yang diteliti adalah siswa kelas VII-C semester II MTs Negeri Purworejo. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, yang setiap siklusnya meliputi tahap perencanaan (planning), pelaksanaan (actioning), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Metode pengumpulan data menggunakan observasi, tes, dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran, lembar observasi keaktifan belajar dan tes. Teknik analisis data dengan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dari hasil perhitungan hasil tes pemahaman konsep siswa diperoleh data bahwa pada siklus I yaitu soal nomor satu mencangkup memberikan contoh dari suatu konsep, siswa masih kesulitan dalam menyelesaikannya. Pada soal nomor dua poin a dan b, mencangkup 35

4 menyatakan ulang suatu konsep, serta pada poin c mencakup menyajikan konsep kedalam berbagai bentuk representasi matematika, siswa sudah mampu menyelesaikan dengan baik. Pada soal nomor tiga poin a mencangkup menyatakan ulang suatu konsep, dan poin b mencakup menyajikan konsep matematika dalam bentuk representasi matematis. Siswa sudah bisa menyelesaikan dengan baik. Pada soal nomor empat yang mencangkup menyajikan konsep matematika dalam bentuk representasi matematis, siswa sudah mampu menyajikan kedalam bentuk diagram. Soal nomor lima pada poin a mencakup mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep, siswa sudah mampu menyajikan data kedalam bentuk diagram yang sesuai dengan data, poin b mencakup menyajikan konsep matematika dalam bentuk representasi matematis, siswa sudah mampu menyajikan kedalam bentuk diagram yang dimaksudkan, dan pada poin c serta d, mencakup menyatakan ulang sebuah konsep, siswa sudah mampu menunjukan data yang dimaksudkan. Dan nomor 6 mencakup mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep, siswa masih belum mampu menentukan mean dari data yang frekuensinya ada yang belum diketahui. Dari kekurangan siklus I dilakukan refleksi untuk memperbaiki kekurangan tersebut dengan memberikan motivasi dan pengarahan kepada siswa dalam proses pembelajaran serta dalam soal superitem diberikan permasalahan yang berkaitan dengan kekurangan dalam siklus I. Hasil tes pada siklus II yaitu nomor 1 yang mencangkup menyajikan konsep kedalam berbagai representati matematis, siswa dapat menyajikan kedalam bentuk tabel, pada poin b yang mencakup mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep, siswa mampu menyebutkan peluang munculnya semua angka, pada poin c yang mencakup menyatakan ulang suatu konsep, siswa mampu menjelaskan apa yang dimaksud dari peluang, dan pada poin d yang mencakup memberikan contoh dari suatu konsep, siswa sudah mampu menyebutkan contoh yang diminta walaupun baru menyebutkan 2 dari 3 yang diminta. Pada soal nomor dua dan nomor 3 yang mencangkup mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep, siswa sudah mampu menentukan berapa banyaknya siswa yang tidak lulus ujian, serta siswa mampu menyebutkan peluang teambilnya kelereng putih dan kelereng merah. Pada soal nomor 4 poin a yang mencakup menyajikan konsep kedalam berbagai bentuk representasi matematis, siswa sudah mampu menyajikan ruang sampel pelemparan dua buah dadu dalam bentuk tabel, pada poin b yang mencakup mengembngkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep, siswa sudah mampu menyebutkan jumlah titik sampel dari pelemparan dua buah dadu, dan pada poin c yang mencakup menyatakan ulang suatu konsep, siswa mengetahui apa yang dimaksud dengan ruang sampel. Serta pada soal nomor 5 yang 36

5 mencakup mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep, siswa sudah bisa menjawab peluang terambilnya bola yang bernomor 3 dan 4 serta terambilnya bola kedua bernomor genap. Pada siklus I Pertemuan I siswa masih bingung dalam mengerjakan soal superitem yang diberikan dan masih malu-malu untuk mengeluarkan pendapatnya dalam kelompok, masih banyak siswa yang bertanya kepada Peneliti tentang mengerjakan soal superitem. Masih banyak anggota yang pasif dalam kelompok. Secara keseluruhan siswa belum menggunakan waktu yang diberikan secara baik. Pertemuan kedua siswa mulai mengungkakapkan pendapatnya ketika berdiskusi. Masih ada siswa yang jalan-jalan sendiri ketika proses pembelajaran berlangsun. Sudah ada siswa yang bertanya ketika kelompok lain maju presentasi dan ada sebagian kelompok yang masih sering bertanya kepada Peneliti. Pada siklus II Pertemuan pertama, siswa mulai berani mengeluarkan pendapatnya dalam berdiskusi, siswa tidak terlalu kesulitan dalam mengerjakan soal superitem, sudah ada kelompok yang siap maju untuk mempresentsikan hasil diskusi mereka. Pertemuan kedua, siswa mulai terbiasa mengeluarkan pendapat dalam diskusi daan bekerja sama dalam kelompok dalam menyelelesaikan soal superitem, ada siswa yang bertanya kepada kelompok yang presentasi. Diagram batang berikut merupakan diagram hasil perhitungan pemahaman konsep dan keaktifan belajar. Dari hasil pengukuran pemahaman konsep siswa dengan tes, diperoleh persentase dari aspek pertama menyatakan kembali sebuah konsep matematika pada siklus I yaitu 34,48% dimana siswa yang mendapat nilai dalam kategori minimal baik, serta siswa masih belum menyebutkan contoh suatu konsep dan mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep. Aspek ini meningkat 41,34% menjadi 75,86% dimana siswa yang mendapat nilai minimal baik pada siklus II, serta siswa mampu menyebutkan contoh suatu konsep dan mampu mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep. Siswa dalam kategori minimal baik adalah siswa yang sudah mampu menyebutkan contoh suatu konsep dan mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep. 37

6 Dari hal-hal yang terjadi pada siklus I tersebut mengalami peningkatan pada siklus II. Dalam siklus II siswa yang masih malu bertanya kepada guru berkurang menjadi 8 siswa. Siswa yang pasif dan hanya mengandalkan jawaban dari teman dalam kelompoknya berkurang dan sudah ikut berpartisipasi dalam kelompok. Terdapat indikator yang belum terpenuhi pada siklus I yaitu baru 24% meningkat pada siklus II menjadi 83% siswa yang mendapat nilai dalam kategori minimal baik. Siswa dalam kategori minimal baik adalah siswa yang berpartisipasi aktif dan tidak malu untuk bertanya. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil observasi keaktifan belajar siklus I dan siklus II, dan tes pemahaman konsep siklus I dan tes siklus II, Peneliti menyimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran matematika dengan pendekatan pembelajaran superitem secara kooperatif pada siswa kelas VII C MTs Negeri Purworejo mampu meningkatkan pemahaman konsep dan keaktifan belajar siswa. Pembelajaran metemarika guru dapat menerapkan pendekatan pembelajaran superitem secara kooperatif untuk mengerjakan materi statistika serta pokok-pokok bahasan lain khususnya materi yang cocok disusun dalam bentuk soal superitem baru dalam pembelajaran. Pendekatan pembelajaran superitem secara kooperatif baik untuk ditrapkan karena mampu meningkatkan keaktifan belajar dan pemahaman konsep. DAFTAR PUSTAKA Agus Suprijono Cooperative Learning Teori & Aplikasi Pakem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Aunurrahman Belajar Dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Aris Shoimin Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum Yogyakarta: AR- Ruzz Media. Miftahul Huda Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nana Sudjana Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Syaiful Sagala Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. 38