PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV MI NUR ILHAM SEMUNAI KECAMATAN PINGGIR

Transkripsi

1 1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV MI NUR ILHAM SEMUNAI KECAMATAN PINGGIR Oleh Indrayani. BS 1, Eddy Noviana 2, Hendri Marhadi 3 Abstrak The average results of the fourth grade social studies students Semunai Kecamatan Pinggir before the action low at 50.54, the meaning is under KKM 70there are 72% did not complete, while the learning results after implementing the learning model concept maps on the first daily test is category is not finished because it does not completely 85%, on the second daily test is complete category because it meets the requirements of 85% and all the students have achieved KKM 70, means an increase learning outcomes of actions with the first cycle and second cycle by 48%. The average increase in the percentage of teacher s activities on the application of the learning concept maps based on the first cycle was 63.88% in the fair category, while in the second cycle was 90.28% in the excellent category. Means an increase in activity by the teacher first and second cycle of 22.23%. The average increase in the percentage of student activity on the application of the map mapping based pembelajara first cycle was 65.28% in the category of fairly and on the second cycle to 81.95% in the good category, meaning there was an increase in first cycle to second cycle is %. From the above explanation shows that the application of the learning models map mapping can improve student learning result IPS MI Nur Ilham Semunai Kecamatan Pinggir. Keywords: map mapping, the result of social studies PENDAHULUAN Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada jenjang pendidikan memfokuskan kajiannya kepada hubungan antar manusia dan proses membantu pengembangan kemampuan dalam hubungan tersebut pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dikembangkan melalui kajian ini ditunjukkan untuk mencapai keserasian dan keselarasan dalam kehidupan masyarakat. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sudah lama dikembangkan dan dilaksanakan khususnya di SD. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ini tidak dapat disangkal telah membawa beberapa hasil, walaupun belum optimal. Hal ini disebabkan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran IPS sebagai berikut: a) diawal pembelajaran, appersepsi yang dilakukan kurang dikaitkan dengan konsep-konsep yang relevan dengan yang sudah ada dalam struktur kognitif (otak) siswa, b) dalam penyampaian pembelajaran tidak optimal karena dari awal sampai akhir kegiatan belajar siswa hanya mendengarkan dan melihat, mencatat materi dari buku paket dan mengerjakan tugas serta menjawab soal evaluasi. Oleh sebab penyampaian pembelajaran yang dilakukan guru seperti diatas maka timbullah gejala-gejala sebagai berikut: a) hal ini terlihat kurangnya rasa antusias siswa untuk belajar b) kebanyakan siswa kurang tertarik mengikuti pelajaran sehingga mereka tidak memperhatikan penjelasan materi dan lebih 1. Mahasiswa program studi PGSD Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Riau, NIM Eddy Noviana, S.Pd.,M.Pd, sebagai Dosen Pembimbing I, Staf Pengajar Program Studi PGSD Jurusan ilmu Pendidikan FKIP Universitas Riau. Eddy@unri.ac.id 3. Hendri Marhadi, S.E.,M.Pd. sebagai Dosen Pembimbing II, Staf Pengajar Program Studi PGSD Jurusan ilmu Pendidikan FKIP Universitas Riau. hendri_m29@yahoo.co.id

2 2 memilih mengobrol dengan teman sebangkunya, c) hanya siswa yang duduk dibangku barisan depan saja yang terlihat antusias mendengarkan penjelasan materi. Pada saat ulangan harian siswa kebanyakan masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) IPS. Setelah dilihat dari lembar jawaban siswa ternyata hanya 7 siswa (28%) yang mencapai KKM dan 18 siswa (72%) yang tidak mencapai KKM dari 25 siswa, dan rata-rata diperoleh hanya 54,40. Berdasarkan hal-hal diatas nampak bahwa betapa pentingnya peranan pendidikan IPS pada semua tingkat apalagi pada tingkat Madrasah Ibtidaiyah (MI) dalam mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan sosial agar siswa menjadi warga negara Indonesia yang baik. Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan diatas maka peneliti akan mengambil suatu tindakan penelitian dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Peta Konsep Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Kelas IV MI Nur Ilham Semunai Kecamatan Pinggir. Pembelajaran konsep dirancang untuk memperjelas dan memperkenalkan muatan pengetahuan. Kegiatan dimulai dengan memformulasikan konsep melalui ilustrasi, kartu kata, atau benda lainnya yang disebut contoh. Siswa yang lebih dulu memahami konsep diminta untuk memberikan contohnya sendiri. Sementara yang lainnya terus mencari bentuk konsep yang diminta guru. Dengan alasan tersebut, pembelajaran konsep sangat cocok digunakan karena kemampuan berpikir siswa terus ditingkatkan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Melalui pengalaman ini siswa jadi terampil dalam mengidentifikasikan hubungan yang terdapat pada contoh-contoh. Dengan pemilihan contoh-contoh, penggunaan pembelajaran konsep dapat dilakukan pada semua bidang studi (Trianto 2007:159). Model pembelajaran saat ini lebih menekan pada aspek kebutuhan formal dibanding kebutuhan formal dibanding kebutuhan real siswa sehingga proses pembelajaran terkesan sebagai pekerjaan administratif dan belum mengembangkan potensi anak. Dengan pembelajaran seperti itu maka siswa dikelas tidak dapat terakomodasi sehingga sulit tercapai tujan spesifik pembelajaran terutama bagi siswa berkemampuan rendah Adapun yang dimaksud dengan peta konsep adalah ilustrasi grafis konkret yang mengindikasikan bagaimana sebuah konsep tunggal dihubungkan ke konsepkonsep lain pada kategori yang sama. Peta konsep merupakan cara lain untuk menguatkan pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap bahan-bahan yang telah dibacanya. Pengetahuan awal menurut ausubel, (dalam Suprijono, 2009:157) adalah menggaris bawahi ide-ide utama dalam situasi pembelajaran baru dan mengaitkan ide-ide baru tersebut dengan pengetahuan yang telah ada pada pembelajaran Dalam mengimplementasikan materi IPS dengan menerapkan model pembelajaran peta konsep membuat informasi abstrak menjadi konkret dan sangat bermanfaat meningkatkan daya ingatan suatu konsep pembelajaran,dimana pemikiran itu memiliki bentuk.

3 3 Pelaksanaan pembelajaran yang dapat dilakukan guru dan siswa dalam menerapkan model pembelajaran peta konsep menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: a. Memilih dan mengidentifikasi satu konsep yang akan diajarkan. b. Memilih ciri-ciri- dan contoh-contoh dari konsep itu. c. Menentukan contoh-contoh yang berhubungan dan yang tidak hubungan d. Memperkenalkan semua proses tersebut kepada siswa e. Memaparkan contoh-contoh dan daftar ciri-cirinya. f. Menentukan defenisi konsep. g. Memberikan contoh-contoh lain h. Mendiskusikan proses tersebut dengan siswa. i. Memberikan evaluasi. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah Penerapan Model Pembelajaran Peta Konsep dapat Meningkatkan Hasil Belajar IPS di Kelas IV MI Nur Ilham Semunai Kecamatan Pinggir. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk Meningkat hasil belajar IPS kelas IV MI Nur Ilham Semunai Kecamatan Pinggir melalui Penerapan Model Pembelajaran Peta Konsep. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di kelas IV MI Nur Ilham Semunai Kecamatan Pinggir. Waktu penelitian dimulai semester II tahun pelajaran 2012/2013 yang dimulai dari bulan Januari sampai bulan Mei Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus dengan 6 kali pertemuan. Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas kolaboratif. Peneliti dan guru bekerja sama dalam merencanakan tindakan kelas dan merefleksi hasil tindakan. Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh peneliti dan guru kelas bertindak sebagai pengamat selama proses pembelajaran berlangsung. Sesuai dengan jenis penelitian tindakan kelas kolaboratif ini, maka desain penelitian tindakan kelas adalah model siklus dengan pelaksanaannya dengan dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Siklus I terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Hasil pengamatan dan refleksi pada siklus I diadakan perbaikan proses pembelajaran pada siklus II. Instrumen dalam penelitian ini yaitu Perangkat Pembelajaran yang terdiri dari silabus, RPP, dan LKS kemudian instrumen pengumpul data yang terdiri dari observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi. Data yang diperoleh melalui lembar pengamatan dan tes hasil belajar IPS kemudian dianalisis. Teknik analisis data yang akan digunakan adalah statistik deskriptif yang bertujuan untuk mendiskripsikan data tentang aktifitas siswa dan guru selama proses pembelajaran dan data tentang ketuntasan belajar IPS siswa. Analisis data tentang aktivitas guru dan siswa didasarkan dari hasil lembar pengatan selama proses pembelajaran. Lembar pengamatan berguna untuk mengamati seluruh aktifitas yang dilakukan oleh guru dan siswa selama proses pembelajaran dan dapat dihitung dengan rumus:

4 4 P = % Keterangan : P = Angka persentase F = Frekuensi aktivitas N = Banyak individu Analisis data untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa mengacu pada kategori seperti pada tabel berikut. Tabel 1 Kategori aktivitas guru dan siswa % Interval Kategori Baik sekali Baik Cukup <69 Kurang baik Sumber. KTSP 2007 (dalam Parhusip, 2011:50) Hasil belajar IPS siswa dikatakan meningkatakan apabila skor ulangan siklus I dan ulangan siklus II lebih tinggi dari skor dasar terhadap KKM yang di tetapkan. Skor ulangan siklus I dan ulang siklus II dianalisis untuk mengetahui ketercapaian KKM yang ditetapkan. Hasil belajar siswa dihitung dengan menggunakan rumus: 1. Ketuntasan individu dengan rumus : Jumlah Individu yang menjawab benar Ketuntasan Individu x 100 Jumlah Soal Dengan kriteria apabila seorang siswa (individu) telah mencapai KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 65 dikatakan tuntas secara individu. 2. Peningkatan hasil belajar dengan rumus: Keterangan: P : Peningkatan Hasil Belajar Posrate : Nilai sesudah diberikan tindakan Baserate : Nilai sebelum diberikan tindakan 3. Ketuntasan Klasikal Dikatakan tuntas apabila suatu kelas telah mencapai 80% dari jumlah siswa yang tuntas dengan nilai 75 maka kelas itu dikatakan tuntas. HASIL DAN PEMBAHASAN Tahap Persiapan Penelitian Pada tahap persiapan peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan yaitu berupa perangkat pembelajaran dan instrumen pengumpulan

5 5 data. Perangkat pembelajaran terdiri dari bahan ajar berupa silabus, RPP, Lembar Kerja Siswa. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah lembar pengamatan dan tes hasil belajar IPS. Pada tahap ini ditetapkan bahwa kelas yang dilakukan tindakan adalah kelas IV. Tahap Pelaksanaan Proses Pembelajaran Pada penelitian ini proses pembelajaran menerapkan model pembelajaran Peta Konsep, dilaksanakan dalam enam kali pertemuan dengan dua kali ulangan siklus. Siklus pertama dilaksanakan tiga kali pertemuan. Dua kali melaksanakan proses pembelajaran dan satu kali Ulangan Harian I. Berdasarkan data yang telah yang telah terkumpul kemudian dievaluasi guna menyempurnakan tindakan. Kemudian dilanjutkan dengan siklus kedua yang dilaksanakan tiga kali pertemuan. Hasil Penelitian Untuk melihat keberhasilan tindakan, data yang diperoleh diolah sesuai dengan teknik analisis data yang ditetapkan. Data tentang aktivitas guru dan siswa. Selama proses pembelajaran berlangsung diadakan pengamatan terhadap aktivitas siswa dan guru. Berdasarkan pengamatan aktivitas siswa dan guru pada pertemuan pertama, belum terlaksana sepenuhnya seperti yang direncanakan, disebabkan siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran Peta Konsep. Sedangkan pada pertemuan berikutnya aktivitas guru dan siswa mulai mendekati kearah yang lebih baik sesuai RPP. Peningakatan ini menunjukkan adanya keberhasilan pada setiap pertemuan. Data hasil observasi guru dapat dilihat pada Tabel Rata-rata peningkaan aktivitas guru pada siklus I dan siklus II pada Tabel dibawah ini. Tabel 2 Aktivitas Guru pada siklus I dan siklus II Persentase Siklus Pertemuan Kategori Aktivitas Guru 1 63,88 % Cukup I 2 72,22 % Cukup II 1 88,89 % Baik 2 91,67 % Baik Sekali Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa akltivitas guru selama kegiatan pembelajaran pada Siklus I dan Siklus II mengalami peningkatan. Siklus I pertemuan ke 2 aktivitas guru yaitu 63,8% (kategori cukup). Pada Siklus I pertemuan ke 2 aktivitas guru adalah 72,22% (kategori cukup), dan rata-rata aktivitas guru pada Siklus I adalah 68,05% (kategori cukup). Sedangkan pada siklus II pertemuan I aktivitas guru yaitu 88,89% (kategori baik). Pada Siklus II pertemuan 2 aktivitas guru adalah 91,67% (kategori baik sekali), dan rata-rata aktivitas guru pada siklus II adalah 90,28% (kategori baik sekali)

6 6 Grafik 1 Hasil Analisis Aktivitas Guru pertemuan 1 Pertemuan 2 pertemuan 1 Pertemuan 2 Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa rata-rata peningkatan persentase aktivitas guru pada siklua I adalah 68,05% pada kategori cukup, sedangkan pada siklus II adalah 90,28% pada kategori baik sekali. Artinya terjadi peningkatan aktivitas guru berdasarkan siklus I hingga siklus II sebesar 22,23%. Data hasil observasi tentang aktivitas belajar siswa pada siklus I dan siklus II yang disajikan dalam Tabel dibawah ini. Tabel 3 Aktivitas Siswa pada siklus I dan siklus II Siklus Pertemuan Persentase Aktivitas Siswa Kategori I 1 66,67 % Cukup 2 63,89% Cukup II 1 75,00 % Baik 2 88,89 % Baik Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I presentase keaktifan siswa dala, belajar cenderung meningkat. Pada pertemuan rata-rata aktivitas siswa yaitu 66,67% dengan kategori cukup. Pada pertemuan kedua menurun dengan rata-rata 63,89% kategori cukup. Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I adalah 65,28 % dengan kategori cukup. Sedangkan pada siklus II rata-rata aktivitas siswa pada pertemuan pertama yaitu 75,00% dengan kategori baik, kemudian pada pertemuan kedua aktivitas siswa menjadi 88,89% dengan kategori baik. Rata-rata aktivitas siswa pada siklus II yaitu 81,95% dengan kategori baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini:

7 7 Grafik 2 Hasil Analisis Aktivitas Siswa pertemuan 1 Pertemuan 2 pertemuan 1 Pertemuan 2 Secara umum rata-rata aktivitas siswa pada penerapan model pembelajaran peta konsep terjadi peningkatan berdasarkan siklus I yaitu 65,28% pada kategori cukup kemudian meningkat pada siklus II menjadi 81,95% pada kategori baik. Artinya terjadi peningkatan aktivitas siswa berdasarkan siklus I hingga siklus II sebesar 16,67% Untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil ketuntasan belajar ulangan harian I dan ulangan harian II yang disajikan pada Tabel di bawah ini: Tabel 4 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Tindakan Rata-Rata Peningkatan % Peningkatan Sebelum Tindakan 54,40 16,80 30,88% Siklus I 71,20 Siklus II 85,60 31,20 57,35% Rata-rata skor dasar siswa 54,40 meningkat pada ulangan harian siklus I yaitu 71,20. Peningkatan nilai rata dari skor dasar ke siklus I yaitu sebesar 16,80 atau 30,88%. Pada ulangan harian II juga mengalami peningkatan yaitu 85,60 atau 31,20 Peningkatan rata-rata hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II yaitu 48 atau 88,23%. Peningkatan rata-rata hasil belajar siswa dari siklus I hingga siklus II dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

8 8 Grafik 3 Rata Rata hasil Belajar Siswa Skor Dasar UH 1 Siklus 1 UH 1 Siklus Dari grafik dapat dilihat peningkatan rata-rata hasil belajar siswa dan persentase ketuntasannya dari skor dasar ke siklus I dan dari skor dasar ke siklus II. Peningkatan hasil belajar dari skor dasar ke siklus I adalah 13,7% dan peningkatan hasil belajar dari skor dasar kesiklus II adalah 30,9%. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis data siklus I dan siklus II maka penerapan model pembelajaran inkuiri dalam proses pembelajaran telah meningkatkan beberapa hal seperti: 1. Peningkatan Aktivitas Guru Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa rata-rata persentase aktivitas guru berdasarkan siklus I adalah 68,05% dengan kategori cukup. Sedangkan pada siklus II rata-rata persentase aktivitas guru adalah 90,28% kategori baik sekali. Artinya peningkatan aktivitas guru berdasarkan siklus I hingga siklus II sebesar 22,23%. Peningkatan aktivitas guru rata-rata meningkat setiap siklus, hal ini karena guru sudah melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan langkah langkah pembelajaran sehingga proses pembelajaran berjalan baik. Pengelolaan kelas yang dilakukan pihak guru akan mempengaruhi aktivitas dan hasil belajar siswa. Jadi peran guru sangat penting dalam pembelajaran, tanpa peran aktif guru hasil belajar yang di capai siswa tidak optimal. Penerapan model pembelajaran peta konsep seperti diatas, diidentifikasi oleh guru merupakan suatu cara yang dapat ditempuh dalam mengajar konsep. Mengidentifikasi konsep terlebih dahulu untuk diajarkan oleh guru merupakan salah satu penerapan model pembelajaran peta konsep sebab dengan model tersebut guru benar-benar menguasai konsep IPS yang hendak diajarkan. Penerapan model pembelajaran peta konsep dapat membantu memfasilitasi hubungan yang lebih sepadan antara guru (yang lebih berkuasa) dengan siswa (yang kurang berdaya). Dalam pandangan siswa, ada dua potensi penting dalam

9 9 satu keadaan yang kurang berdaya berdasarkan pada guru yang lebih berkuasa. 1) Menahan usaha-usaha hegemonitas guru dan, 2) Melepaskan semua tuntutan untuk berkuasa melepaskan pengawasan (kontrol) dan rasa tanggung jawab hanya semata ditangan guru. Proses pemetaan konsep mmberikan siswa sejumlah kemerdekaan. Mengurangi kemungkinan siswa melawan dan mensabutase atau tergantung pasif. Guru hendaknya berdasarkan belajar yang efektif dan bermakna dapat berlangsung bila hubungan-hubungan dapat di pahami antara konsep-konsep baru dengan konsep-konsep yang telah terbentuk di dalam struktur kognitif siswa. Dengan demikian penggunaan teknik pemetaan konsep dalam proses belajar mengajar IPS di kelas dapat mengurangi kepasifan siswa dan memacu peningkatan minat serta partisipasi mereka dalam proses belajar mengajar yang bermakna. Bila siswa mengetahui sebelumnya bahwa mereka akan terlibat dalam suatu kegiatan belajar seperti pemetaan konsep, maka perhatian nya akan lebih besar dan menjadi lebih berminat untuk melibatkan diri dalam proses belajarnya sendiri. 2. Peningkatan Aktivitas Siswa Secara umum aktivitas siswa pada pelaksanaan pembelajaran dengan peta konsep terjadi peningkatan berdasarkan siklus I yaitu 65,28%, kemudian meningkat pada siklus II menjadi 81,95%. Artinya ada peningkatan aktivitas siswa penerapan model pembelajaran peta konsep berdasarkan siklusi hingga Siklus II sebesar 16,67%. Oleh karena itu peta konsep itu mengungkapkan konsep-konsep dan proposisi-proposisi yang dimiliki seseorang. Demikian pula siswa dapat mengadakan diskusi untuk saling mengemukakan mengapa suatu hubungan proposisional itu baik. Dengan cara ini dapat diketahui kekurangan dalam mengaitkan konsep-konsep 3. Hasil belajar siswa Berdasarkan tabel diatas menunjukkan ketuntasan individu pada ulangan harian I adalah 71,20% secara klasikal kelas IV pada ulangan harian I tidak tuntas karena tidak memenuhi persyaratan 85%. Sedangkan ketuntasan individual pada ulangan harian II adalah 85,60%. Secara klasikal kelas IV pada ulangan harian II adalah tuntas karena sudah memiliki persyaratan 85%. Secara klasikal kelas tersebut di kategorikan tuntas apabila suatu kelas telah mencapai skor 85% berdasarkan jumlah yang tuntas atau KKM 70 maka kelas tersebut dikatakan tuntas (90,00%). Meningkatnya nilai siswa pada siklus I dibandingkan sebelum penerapan model pembelajaran peta konsep maupun pada siklus II, menunjukkanbahwa perbaikan pembelajaran yang dibawakan dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi. Artinya, perencanaan pembelajaran yang dibuat sesuai (cocok) untuk mengatasi permasalahan (gejala) yang terjadi didalam kelas pada mata pelajran IPS berdasarkan siklus I hingga siklus II menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran peta konsep dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV MI Nur Ilham Semunai Kecamatan Pinggir Tahun Pelajaran 2012/2013.

10 10 SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian penerapan model pembelajaran peta konsep dapat meningkatkan hasil belajar IPS MI Nur Ilham, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Penerapan model pembelajaran peta konsep dapat meningkatkan aktivitas guru, dapat dilihat adanya peningkatan aktivitas guru dari siklus I hingga siklus II sebesar 22,23 %. 1. Penerapan model pembelajaran peta konsep dapat meningkatkan aktivitas siswa, hal ini dapat dilihat adanya peningkatan aktivitas siswa dari siklus I hingga siklus II sebesar 16,67 %. 2. Penerapan model pembelajaran peta konsep dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa, baik secara individu maupun maupun secara klasikal. Adapun peningkatan persentase secara individu adalah 85,60 %, sedangkan persentase secara klasikal adalah 90 %. 3. Penerapan model pembelajaran peta konsep sangat membantu dalam memperbaiki hasil belajar. Berdasarkan kesimpulan dapat dikemukakan saran sebagai berikut: 1. Guru dapat menerapkan model pembelajaran peta konsep, karena dapat meningkatkan aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS. 2. Guru dapat menerapkan model pembelajaran peta konsep untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 3. Guru hendaknya lebih teliti dalam penerapan model pembelajaran peta konsep, jangan sebatas pengetahuan yang dimiliki saja, sebaiknya lebih memahami bagaimana pelaksanaan pembelajaran yang lebih baik. 4. Guru harus lebih bersemangat dalam melaksanakan tugas mengajar dan memberikan motivasi agar siswa berminat mengikuti pelajaran. UCAPAN TERIMAKASIH Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan, rasa hormat, dan ucapan trima kasih yang setulusnya kepada: 1. Dr. H. M. Nur Mustafa, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau. 2. Drs. Zariul Antosa, M.Sn selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Riau 3. Drs. H. Lazim N, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Univesitas Riau 4. Eddy Noviana, S.Pd.,M.Pd selaku Pembimbing I dan Hendri Marhadi, S.E.,M.Pd sebagai Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak dan Ibu dosen Program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasr FKIP Universitas Riau yang telah membekali ilmu kepada peneliti. 6. Bapak kepala sekolah, guru dan siswa kelas IV MI Nur Ilham Semunai Kecamatan Pinggir yang telah memberi kesempatan kepada peneliti selama penelitian berlangsung. 7. Keluarga, sahabat-sahabat, teman-teman mahasiswa seangkatan yang tidak bisa disebutkan satu persatu, semoga kebersamaan ini akan abadi. Semoga Allah SWT memberikan keridhoannya atas bantuan semuanya.

11 DAFTAR PUSTAKA Bloom (Suprijono 2009) Cooperative Learning;Teori & Aplikasi Paikem. Yogjakarta: Pustaka Pelajar. Clark Richard (Sudjana 1987 :39) Dasar-dasar proses belajar mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Djamarah & Zein (Trianto 2002:17 ) Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik.Jakarta : PT Putra Grafika Gimin dkk 2008, Model-Model Pembelajaran,Pendidikan &Latihan Profesi Guru3 Pekanbaru : Cindikia Insani. Melvin,L Siberman Aktif learning,101cara belajar siswa aktif, Bandung: Insani Madani Islamic Publishen. Martin (Trianto 1994) Mendesain Model Model Pembelajaran Inovatif Progresif Jakarta : PT. Grafika. Mulyasa H (2009 :73) Praktek Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: PT. Remaja, Rosdakarya Sudjana, Nana (1991 : 29) Dasar-Dasar Profesi Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo Slameto (1980 :18) Belajar & Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT. Rineka Cipta. 11