BAB 3. Metodologi Penelitian. 3.1 Rencana Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian
|
|
- Iwan Gunawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 3 Metodologi Penelitian Rencana Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian Tempat penelitian dilakukan di dua tempat yaitu di Laboratorium Hidraulika, Program Studi Teknik Kelautan, Institut Teknologi Bandung dengan menggunakan saluran gelombang (wave flume). Waktu penelitian dilaksanakan selama kurang lebih 4 (empat) bulan Pelaksana dan organisasi Penelitian tugas akhir studi perangkat konversi energi gelombang ini merupakan lanjutan dari penelitian perangkat konversi energi gelombang yang telah dilakukan sebelumnya dan dilakukan oleh dua orang mahasiswa dan dibantu oleh dua orang teknisi Rencana Kerja Rencana kerja dibuat sebagai pedoman dalam pelaksanaan penelitian di laboratorium, sehingga kegiatan yang dilakukan sesuai dengan yang diharapkan. Untuk lebih jelasnya rencana kerja yang dilakukan untuk penelitiantugas akhir studi perangkat konversi energi gelombang ini dapat dilihat pada Tabel 3.1 Dasar Teori 3-1
2 Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian no keterangan 1 pengukuran titik berat alat 2 pengukuran frekuensi pribadi alat 4 pengolahan data 3 pengambilan data kecepatan sudut 4 pengolahan data 5pembuatan laporan agustus I agustus II agustus III agustus IV september I september II september III september IV oktober I oktober II Metodologi Penelitian Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan model fisik di laboratorium. Metode ini digunakan karena prototip dari benda yang diujikan belum tersedia di dunia nyata dan juga karena perlu dilihat bagaimana respons dari benda uji tersebut akibat perlakuan hidrodinamika Saluran Gelombang Saluran gelombang yang ada di laboratorium ini dibangun dengan menggunakan struktur baja, di sepanjang saluran digunakan dinding kaca yang memungkinkan pengamatan di seluruh tempat. Pada salah satu ujung saluran terdapat pembangkit gelombang tipe piston sedangkan pada ujung yang lainnya dibangun struktur pantai yang berfungsi sebagai peredam gelombang, wave flume dapat dilihat pada Gambar 3.1. Saluran Gelombang ini mempunyai dimensi sebagai berikut: Panjang 40 m Lebar 1.2 m Tinggi 1.5 m Metoda Penelitian 3-2
3 Gambar 3.1 Saluran Gelombang (Wave Flume) Laboratorium Teknik Kelautan-ITB Saluran gelombang yang digunakan terdiri dari: Mesin motor listrik pembangkit gelombang dengan paddle Pantai buatan pada akhir saluran gelombang yang berfungsi untuk meredam energi gelombang. Wave damper pada awal saluran gelombang untuk mengurangi beban gelombang balik dari belakang. Alat pencatat/perekam gelombang tipe resistant wave gauge. Prinsip kerja dari alat ukur atau perekam gelombang (wave gauge) ini adalah dengan mengirimkan sinyal ke permukaan air dan menerima kembali pantulan sinyal dari permukaan air tersebut. Interval waktu antara pengiriman sinyal dan penerimaan sinyal di konversikan menjadi jarak vertikal dari posisi alat ke permukaan air. Tersedia 4 buah alat perekam gelombang di sertai dengan perangkat lunak yang masing-masing di sambungkan dengan 1 buah komputer. Untuk penelitian ini, jumlah wave gauge yang digunakan sebanyak 3 buah. Wave gauge dapat dilihat pada Gambar 3.2. Metoda Penelitian 3-3
4 Gambar 3.2 Alat perekam gelombang (wave gauge) yang digunakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat sketsa layout saluran gelombang (wave flume) pada Gambar 3.3 dan Gambar 3.4. Gambar 3.3 Layout saluran gelombang (wave flume) tampak samping. Metoda Penelitian 3-4
5 Gambar 3.4 Layout saluran gelombang (wave flume) tampak atas Evaluasi Kapasitas Saluran Gelombang Untuk mencari tahu gelombang yang akan digunakan dalam penelitian, kemampuan dan kapasitas dari wave flume yang digunakan harus kita ketahui. Oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan beberapa pengujian berdasarkan beberapa kedalaman air, nilai rpm dan posisi paddle yang berbeda-beda. Kedalaman air yang digunakan di saluran gelombang untuk penentuan kapasitas alat wave generator adalah 60, 80, dan 100 cm. Posisi paddle yang digunakan adalah paddle 1, 3, 5, 7, dan 9. Untuk kecepatan paddle yang digunakan adalah 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 rpm. Contoh penamaan data evaluasi kapasitas saluran gelombang : A060p1rpm2 A percobaan kemampuan alat 060 kedalaman (60, 80, 100 cm) p1 posisi paddle (1, 3, 5, 7, 9) rpm2 rpm (2, 4, 6, 8, 10, 12) Kalibrasi Resistant Wave Gauge Kalibrasi alat wave maker dilakukan untuk menentukan konversi satuan volt (V) pada probe wave gauge menjadi centimeter (cm) untuk menghasilkan data tinggi gelombang. Metoda Penelitian 3-5
6 Langkah pengambilan data kalibrasi 1. Nyalakan probe, kemudian set posisi probe pada posisi 0, ambil data pengukuran selama 5 menit 2. Turunkan probe sejauh 10 cm, hal ini dilakukan dengan setting fix pada alat kendali probe, kemudian ambil data pengukuran selama 5 menit 3. Probe diturunkan lagi sejauh 10 cm, hingga posisi probe sekarang berada pada titik -20, kemudian ambil data pengukuran selama 5 menit dengan selang pengambilan data selama 0,05 (1/20) detik Langkah pengolahan data Data percobaan yang digunakan adalah data pada probe 1,2 dan 3.data probe 4,5, dan 6 tidak digunakan karena probe tidak terpasang. Satuan data adalah volt. Contoh format data yang dihasilkan dari pengambilan data dapat dilihat pada Gambar 3.5 Metoda Penelitian 3-6
7 Probe 1 Probe 3 Probe 5 Probe 2 Probe 4 Probe 6 Tidak digunakan Gambar 3.5 Contoh format data yang dihasilkan dari pengambilan data Data dari ketiga probe tersebut kemudian dirata-rakan, hal ini dilakukan untuk setiap posisi probe seperti dapat dilihat pada Tabel 3.2. Metoda Penelitian 3-7
8 Tabel 3.2 Nilai tegangan rata-rata untuk tiap probe terhadap kedalaman Posisi (cm) Probe 1 (volt) Probe 2 (volt) Probe 3 (volt) Kemudian plot grafik posisi paddle (cm) terhadap data probe (volt) yang telah dirata-ratakan, lalu tambahkan persamaan garis, untuk grafik ini yang digunakan adalah persamaan garis linear. Grafik nilai kedalaman terhadap tegangan untuk kalibrasi alat dapat dilihat pada Gambar Kalibrasi Alat Posisi Probe (cm) probe 1 probe 2 probe Data bacaan Resistant Wave Gauge (volt) Gambar 3.6 Grafik kalibrasi alat Persamaan yang diperoleh kemudian digunakan untuk mengolah data probe (volt) menjadi ketinggian gelombang, H (cm) seperti terlihat pada Tabel 3.3. Metoda Penelitian 3-8
9 Tabel 3.3 Persamaan posisi (cm) terhadap tegangan (volt) untuk tiap-tiap probe Probe 1 Probe 2 Probe 3 y = x y = x y = x Kemampuan Alat Wavemaker Pengambilan data untuk menentukan kemampuan alat wavemaker dilakukan untuk mengetahui tinggi gelombang berikut periodenya yang mampu dihasilkan oleh pembangkit gelombang. Setelah mengetahui kemampuan alat wave maker, kemudian dapat ditentukan mode percobaan untuk pengujian perangkat konversi gelombang. Langkah pengambilan data 1. Pengambilan data dilakukan pada kedalaman 60, 80, dan 100 cm 2. Untuk satu kedalaman, pengambilan data dilakukan dengan variasi 4 buah paddle, yaitu paddle 1, 3, 5, dan 7 dan kode untuk paddle adalah p. Untuk tiap paddle dilakukan pengambilan data pada rpm 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 kode untuk rpm yang digunakan adalah rpm 3. Contoh kode percobaan : A060p1rpm2 A percobaan kemampuan alat 060 kedalaman (60, 80, 100 cm) p1 posisi paddle (1, 3, 5, 7, 9) rpm2 rpm (2, 4, 6, 8, 10, 12) Langkah pengolahan data 1. Data yang digunakan adalah data pada probe 1, 2, dan 3, karena probe 4,5 dan 6 tidak dipasang. Contoh format data yang dihasilkan dari pengambilan data dapat dilihat pada Gambar 3.7. Metoda Penelitian 3-9
10 Probe 1 Probe 3 Probe 5 Probe 2 Probe 4 Probe 6 Tidak digunakan Gambar 3.7 Contoh format data yang dihasilkan dari pengambilan data. 2. Data dari tiap2 mode kemudian dirubah menjadi data tinggi gelombang, H (cm) dengan menggunakan persamaan yang telah diperoleh dari kalibrasi alat sebelumnya. 3. Data tinggi gelombang ini kemudian dijadikan data tinggi gelombang zero-mean. 4. Setelah dilakukan proses zero-mean, data pada probe 2 kemudian diolah dengan zero up-crossing untuk menghasilkan Hs dan Ts. Data yang digunakan adalah data probe 2 karena data probe 1 digunakan untuk melihat gelombang pantul dan data probe 3 dipengaruhi oleh adanya alat di depan probe. Metoda Penelitian 3-10
11 5. Proses zero up-crossing dilakukan dengan bantuan program MATLAB 6.5 dengan format input program dapat dilihat pada Tabel 3.4 Tabel 3.4 Format input program zero up-crossing t η Dengan kolom 1 adalah interval pengambilan data (0.05 detik) dan kolom kedua adalah data elevasi muka air (cm) 6. Plot grafik Hs terhadap Ts untuk masing2 kedalaman, sehingga dihasilkan 3 buah grafik, masing-masing untuk kedalaman 60, 80, dan 100 cm. Grafik kemampuan alat untuk kedalaman pengukuran yang berbeda-beda dapat dilihat pada Gambar 3.8. Metoda Penelitian 3-11
12 Kemampuan Alat, Kedalaman 60 cm 35 Hs (cm) paddle 1 paddle 3 paddle 5 paddle 7 paddle 9 Log. (paddle 1) Log. (paddle 3) Log. (paddle 5) Log. (paddle 7) Log. (paddle 9) Ts (s) Gambar 3.8 (a) Grafik kemampuan alat untuk kedalaman 60 cm Kemampuan Alat, Kedalaman 80 cm 45 Hs (cm) paddle 1 paddle 3 paddle 5 paddle 7 paddle 9 Log. (paddle 1) Log. (paddle 3) Log. (paddle 5) Log. (paddle 7) Log. (paddle 9) Ts (s) Gambar 3.8 (b) Grafik kemampuan alat untuk kedalaman 80 cm Metoda Penelitian 3-12
13 Kemampuan Alat, Kedalaman 100 cm 40 Hs (cm) paddle 1 paddle 3 paddle 5 paddle 7 paddle 9 Log. (paddle 1) Log. (paddle 3) Log. (paddle 5) Log. (paddle 7) Log. (paddle 9) Ts (s) Gambar 3.8 (c) Grafik kemampuan alat untuk kedalaman 100 cm Analisa data kemampuan alat Data kemampuan alat untuk tiap kedalaman percobaan disajikan pada Tabel 3.5. Dari tabel tersebut dapat terlihat bahwa : Pada kedalaman 100 cm, nilai Hs untuk paddle 9 lebih kecil daripada nilai Hs untuk paddle 7, hal ini diperkirakan karena gelombang yang dihasilkan telah pecah. Adapun untuk paddle 9 pada rpm 12 tidak terdapat data Hs dan Ts dimana pengambilan data tidak dilakukan karena dikhawatirkan dapat merusak alat pembangkit gelombang. Metoda Penelitian 3-13
14 Tabel 3.5 Data kemampuan alat untuk tiap kedalaman Kedalaman Paddle rpm Hs Ts Metoda Penelitian 3-14
15 Tabel 3.5 (lanjutan) Data kemampuan alat untuk tiap kedalaman Kedalaman Paddle rpm Hs Ts Metoda Penelitian 3-15
16 Tabel 3.5 (lanjutan) Data kemampuan alat untuk tiap kedalaman Kedalaman Paddle rpm Hs Ts N/A N/A Metoda Penelitian 3-16
17 3.2.3 Benda Uji Benda uji yang diujicobakan pada percobaan ini merupakan alat penerima gelombang yang menggunakan prinsip dinamo untuk menghasilkan listrik. Untuk percobaan ini, model yang digunakan berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang = 48 cm tinggi = 40 cm dan lebar = 8.2 cm. Model ini memiliki 3 buah lubang pada kedua sisinya, dimana lubang ini digunakan untuk memasang alat pada wavemaker dan berfungsi sebagai sumbu putar alat ketika berosilasi dikarenakan gaya gelombang. Pada bagian atas model terdapat batang besi sepanjang 13 cm yang digunakan untuk meletakkan pemberat, dan dibagian bawah model juga terdapat batang besi sepanjang 35 cm yang digunakan untuk memasang pemberat seberat kurang lebih 8 kg. Bentuk benda uji untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.8. Metoda Penelitian 3-17
18 (a) (b) (c) (d) (e) Gambar 3.9 Benda uji (a) tampak depan (b) tampak samping (c) tampak atas (d) tampak isometrik (d) perbandingan dengan manusia. Metoda Penelitian 3-18
19 Dimensi dan Berat Benda Uji Seperti telah dijelaskan sebelumnya benda uji berbentuk persegi panjang dengan panjang = 48 cm tinggi = 40 cm dan lebar = 8.2 cm. Jarak lubang pertama dari atas model 20 cm, dan jarang antar lubang 10 cm. Lubang putar pada model kemudian diberi kode H (hole) dan penomoran lubang dilakukan dari atas ke bawah. Dimensi model untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran A. Pada bagian atas model akan dipasang beban dengan jumlah pemasangan divariasikan mulai dari 2,3,4, dan 5 buah, yang akan diberi kode A (atas). Pada bagian bawah model dipasang beban seberat kurang lebih 8 kg yang akan diberi kode B (bawah) dengan jarak pemasangan beban bawah bervariasi mulai dari 5, 10, 15, 20, dan 25 cm dari bagian bawah wave collector. Tabel 3.6 di bawah ini menunjukkan kode percobaan yang digunakan beserta kombinasinya. Dari tabel ini kemudian bisa diketahui bahwa jumlah kombinasi yang digunakan pada benda uji sebanyak 60 buah. Tabel 3.6 Kode percobaan dan kombinasi yang digunakan pada benda uji. H, lubang putar B, jarak pemberat bawah (cm) A, jumlah beban atas Berat benda uji ditimbang tanpa merubah kombinasi lubang putar (H) dan jarak pemberat bawah (B) tetapi pada kondisi kosong (tanpa beban), dengan pemberat bawah, dan dengan merubah kombinasi berat beban atas. Berat benda uji pada berbagi kondisi tersebut disajikan dalam Tabel 3.7 dan proses penimbangan benda uji dapat dilihat pada Gambar Metoda Penelitian 3-19
20 Gambar 3.10 Proses penimbangan Benda uji Tabel 3.7 Berat benda uji pada berbagai kondisi Berat benda uji (kg) kosong = 4.34 B = A1 = 13.1 A2 = A3 = 15 A4 = A5 = Keserupaan Benda Uji Nilai skala yang digunakan pada percobaan ini diperoleh dengan membandingkan ukuran prototip terhadap model, dimana prototip dirancang untuk memiliki tinggi 2 m sedangkan model memiliki tinggi 48 cm sehingga diperoleh nilai skala tinggi N t : N t = p t tm 200 = = Metoda Penelitian 3-20
21 Model bukan merupakan model terdistorsi sehingga nilai skala tinggi sama dengan nilai skala panjang dan lebar, yaitu : N t = N p = N l = 4.17 Panjang, lebar, dan tebal prototip dan model dapat dilihat pada Tabel 3.8 di bawah ini. Tabel 3.8 Perbandingan ukuran prototip dan model benda uji. Ukuran (cm) Prototip Model Tinggi Panjang Lebar Adapun untuk mengetahui nilai skala perioda, N T kita gunakan persamaan 2.24 yaitu : N T = N L maka N T = = 2.04 Kemudian nilai skala berat diperoleh dengan menggunakan cara berikut : W = m.g = ρ.g.v = ρ.g.p.l.t N w = ρ. g p ρ. g m p m. p. l. t. p p m. l p m. t p m = N ρ.n g.n L.N H.N V N ρ, N g = 1 N L =N H =N V = 3 N L = = Sehingga diperoleh tabel perbandingan berat model dan prototip sebagai berikut : Metoda Penelitian 3-21
22 Tabel 3.9 Perbandingan berat model dan prototip Berat (kg) Model Prototip kosong B A A A A A Titik Berat Benda Uji Untuk mengetahui titik berat dari perangkat konversi energi gelombang, dilakukan pengambilan data titik berat dengan metoda sebagai berikut : 1. Model digantung dengan menggunakan kawat pada kedua ujung model pada sebatang besi. 2. Kemudian model yang telah digantung pada sebatang besi tersebut diletakkan pada sebuah tumpuan, dalam hal ini tumpuan juga terbuat dari besi. 3. Model kemudian digeser sampai seimbang, setelah seimbang, dihitung jarak dari titik ujung model dikaitkan terhadap titik tumpu yang merupakan posisi titik berat model. 4. Perhitungan titik berat dilakukan sebanyak 20 kali, karena digunakan 5 buah kombinasi jarak beban bawah dan 4 buah kombinasi berat beban atas. Contoh mode percobaan adalah sebagai berikut : HX B5 A2 Titik putar yang digunakan; tidak berpengaruh dalam pengukuran titik berat Jarak pemberat bawah = 5 cm Jumlah pemberat atas = 2 buah Ilustrasi pengambilan data titik berat model dapat dilihat pada Gambar 3.11, dan nilai titik berat untuk tiap-tiap mode percobaan bisa dilihat pada Tabel 3.10 sedangkan proses pengambilan data titik berat dapat dilihat pada Gambar Metoda Penelitian 3-22
23 x Gambar 3.11 Metoda pengukuran titik berat Metoda Penelitian 3-23
24 Tabel 3.10 Nilai titik berat Mode Jarak titik berat, x (cm) HXB5A HXB5A3 49 HXB5A4 47 HXB5A5 46 HXB10A HXB10A HXB10A4 49 HXB10A5 47 HXB15A HXB15A3 53 HXB15A HXB15A HXB20A HXB20A HXB20A HXB20A HXB25A HXB25A HXB25A HXB25A Metoda Penelitian 3-24
25 Gambar 3.12 Proses pengukuran titik berat Perioda Natural Benda Uji Perioda natural atau disebut juga perioda sendiri perlu diketahui untuk memperkirakan resonansi pada model. Dalam percobaan ini, dilakukan 2 metoda untuk mengetahui perioda natural model. Yang pertama dengan melakukan pengukuran di lab, sedangkan yang kedua perioda natural dihitung dengan menggunakan metoda analitis. Langkah Pengambilan Data Pengukuran di lab dilakukan dengan merekam respon benda uji setelah diberi simpangan awal, langkah pengukuran yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Benda uji dipasang pada wavemaker kosong (tidak diisi air) dan konfigurasi benda uji disesuaikan dengan mode percobaan yang akan dilakukan. 2. Kamera digital dipasang pada tripod untuk merekam pergerakan Benda uji. Pemasangan kamera dan tripod harus tegak lurus terhadap benda uji. 3. Clipper untuk mengetahui mode percobaan yang sedang dilaksanakan dipersiapkan. Contoh clipper yang digunakan dalam percobaan dapat dilihat pada Gambar Metoda Penelitian 3-25
26 Gambar 3.13 Contoh clipper yang digunakan dalam percobaan perioda natural. 4. Benda uji kemudian diberi simpangan awal, lalu dilepas. 5. Pergerakan harmonik model kemudian direkam. Alat bantu yang digunakan adalah kamera digital Panasonic DMC-FZ50 dengan kemampuan pengambilan gambar 30 fps. Contoh sekuens percobaan perioda natural dapat dilihat pada Gambar Setelah perekaman untuk satu mode percobaan selesai dilakukan, benda uji kemudian dipersiapkan kembali seperti pada langkah 1. Langkah Pengolahan Data Dari total 60 kombinasi mode benda uji, sebanyak 11 mode percobaan tidak digunakan karena benda uji tidak seimbang pada ke-11 mode tersebut. Langkah pengolahan data untuk 49 data rekaman percobaan lainnya kemudian diolah dengan cara sebagai berikut : 1. File rekaman percobaan dalam format *.MOV diolah dengan menggunakan software ffmpeg.rev Software ffmpeg.rev10464 berguna untuk mengurai file rekaman (dalam percobaan ini format file *.MOV) menjadi gambar tiap frame (dalam percobaan ini format gambar yang digunakan adalah *.jpg). Langkah run software ffmpeg.rev10464 yaitu dengan mengetik cmd pada run Windows XP(start menu>run>cmd), yang akan menampilkan window command. Metoda Penelitian 3-26
27 Gambar 3.14 Sekuens percobaan perioda natural Pada window command ini kemudian kita masukkan path menuju folder dimana software ffmpeg.rev10464 terdapat. Kemudian masukkan perintah ffmpeg i <nama file>.mov %04d.jpg lalu tekan enter. Software ffmpeg.rev10464 kemudian akan secara otomatis mengurai file *.MOV menjadi *.jpg. Ilustrasi software ffmpeg.rev10464 dan penjelasan perintah yang digunakan dapat dilihat pada Gambar Metoda Penelitian 3-27
28 path folder input format file format file output software yang nama file jumlah digunakan digit file output Gambar 3.15 Tampilan software ffmpeg.rev10464 dan penjelasan perintah yang digunakan File gambar per-frame kemudian diamati untuk mengetahui frame pada simpangan maksimum sebanyak n perioda. Frame awal dan frame akhir kemudian dicatat, sehingga dihasilkan perioda natural, Tn melalui rumus Tn = dimana : Tn frame frame akhir frame awal akhir frame awal 30 n = perioda natural (detik) = nomor frame simpangan maksimum akhir pengamatan = nomor frame simpangan maksimum awal pengamatan 30 = kemampuan pengambilan gambar kamera (30 frame per second) n = jumlah perioda pengamatan (3.1) Setelah dilakukan pengolahan terhadap data rekaman, kemudian dihasilkan perioda natural, Tn (detik) yang disajikan pada Tabel 3.11, mode percobaan yang tidak seimbang tidak memiliki frekuensi natural. Metoda Penelitian 3-28
29 Tabel 3.11 Perioda natural model mode Tn (detik) mode Tn (detik) mode Tn (detik) H1B5A H2B5A H3B5A2 - H1B5A H2B5A H3B5A3 - H1B5A H2B5A H3B5A4 - H1B5A H2B5A H3B5A5 - H1B10A H2B10A H3B10A H1B10A H2B10A H3B10A3 - H1B10A H2B10A H3B10A4 - H1B10A H2B10A H3B10A5 - H1B15A H2B15A H3B15A H1B15A H2B15A H3B15A3 - H1B15A H2B15A H3B15A4 - H1B15A H2B15A H3B15A5 - H1B20A H2B20A H3B20A H1B20A H2B20A H3B20A H1B20A H2B20A H3B20A H1B20A H2B20A H3B20A5 - H1B25A H2B25A H3B25A H1B25A H2B25A H3B25A H1B25A H2B25A H3B25A H1B25A H2B25A H3B25A5 - Perioda natural model secara analitis diperoleh dengan menggunakan rumus Tn = 2π I mgd Dimana Tn = perioda natural (detik) I = momen inersia m = massa g = percepatan gravitasi d = selisih jarak titik berat terhadap titik putar (3.2) Metoda Penelitian 3-29
30 hasil perhitungan perioda natural secara analitis dapat dilihat pada Tabel Tabel 3.12 Nilai perioda natural berdasarkan metoda analitis Mode Tn (analitis), Tn (analitis), Tn (analitis), Mode Mode detik detik detik H1B5A H2B5A H3B5A H1B5A H2B5A H3B5A H1B5A H2B5A H3B5A H1B5A H2B5A H3B5A H1B10A H2B10A H3B10A H1B10A H2B10A H3B10A H1B10A H2B10A H3B10A H1B10A H2B10A H3B10A H1B15A H2B15A H3B15A H1B15A H2B15A H3B15A3 - H1B15A H2B15A H3B15A H1B15A H2B15A H3B15A H1B20A H2B20A H3B20A H1B20A H2B20A H3B20A H1B20A H2B20A H3B20A H1B20A H2B20A H3B20A H1B25A H2B25A H3B25A H1B25A H2B25A H3B25A H1B25A H2B25A H3B25A H1B25A H2B25A H3B25A Adapun perbandingan perioda natural hasil pengukuran di lab dengan perioda natural metoda analitis dapat dilihat pada Tabel Metoda Penelitian 3-30
31 Tabel 3.13 Perbandingan perioda natural hasil pengukuran dan metoda analitis Mode Tn (ukur), detik Tn (analitis), detik Mode Tn (ukur), detik Tn (analitis), detik Mode Tn (ukur), detik Tn (analitis), detik H1B5A H2B5A H3B5A H1B5A H2B5A H3B5A H1B5A H2B5A H3B5A H1B5A H2B5A H3B5A H1B10A H2B10A H3B10A H1B10A H2B10A H3B10A H1B10A H2B10A H3B10A H1B10A H2B10A H3B10A H1B15A H2B15A H3B15A H1B15A H2B15A H3B15A3 - #DIV/0! H1B15A H2B15A H3B15A H1B15A H2B15A H3B15A H1B20A H2B20A H3B20A H1B20A H2B20A H3B20A H1B20A H2B20A H3B20A H1B20A H2B20A H3B20A H1B25A H2B25A H3B25A H1B25A H2B25A H3B25A H1B25A H2B25A H3B25A H1B25A H2B25A H3B25A Kecepatan Sudut Benda Uji Kecepatan sudut benda uji perlu diketahui untuk mengetahui daya input yang dapat dihasilkan oleh benda uji. Pengambilan data kecepatan sudut benda uji terbagi kedalam 3 tahap, yaitu : 1. Tahap pra pelaksanaan percobaan Metoda Penelitian 3-31
32 Pada tahap ini dilakukan pemilihan untuk menyesuaikan mode benda uji dan kemampuan wavemaker. 2. Tahap pelaksanaan percobaan Tahap pelaksanaan percobaan merupakan tahap pengambilan data di laboratorium dari mode benda uji yang telah dipilih sebelumnya. 3. Tahap pengolahan data percobaan Tahap ini merupakan tahap pengolahan data percobaan yang telah diambil di laboratorium. Pra Pelaksanaan Percobaan Tahap pra pelaksanaan percobaan merupakan tahap pemilihan mode percobaan yang akan dilaksanakan. Pemilihan mode percobaan dilakukan dengan memilih beberapa nilai perioda natural benda uji terlebih dahulu. Mode percobaan yang dipilih untuk pelaksanaan percobaan beserta nilai perioda naturalnya dapat dilihat pada Tabel Tabel 3.14 Mode percobaan untuk pelaksanaan percobaan kecepatan sudut. Benda uji Tn (detik) H1B10A H2B10A H2B5A H3B15A H3B20A H3B20A H3B25A Setelah diperoleh mode percobaan yang akan digunakan, kemudian dilakukan pemilihan terhadap data kemampuan wavemaker. Dalam hal ini, dipilih perioda wavemaker yang berdekatan dengan perioda natural benda uji untuk melihat proses resonansi. Percobaan akan dilakukan pada 2 kedalaman air yaitu 100 dan 80 cm dan mode wavemaker yang dipilih beserta periodanya dapat dilihat pada Tabel 3.15 Metoda Penelitian 3-32
33 Tabel 3.15 Mode wavemaker yang digunakan dan periodanya (a) kedalaman 100 cm (b) kedalaman 80 cm (a) Wavemaker T (detik) A100p1rpm A100p5rpm A100p7rpm A100p9rpm A100p9rpm (b) Wavemaker T (detik) A080p1rpm A080p5rpm A080p9rpm A080p1rpm A080p3rpm A080p9rpm A080p7rpm A080p3rpm Setelah mode benda uji dan mode wavemaker ditentukan dihasilkan tabel perbandingan perioda wavemaker dan perioda natural benda uji. Dari tabel ini dapat diketahui bahwa jumlah total percobaan yang dilakukan sebanyak total 91 percobaan, yaitu 35 percobaan untuk kedalaman 100 cm dan 56 percobaan untuk kedalaman 80 cm. Kombinasi mode wavemaker dan mode benda uji dapat dilihat pada Tabel Penjelasan mengenai kode percobaan untuk wavemaker dan benda uji dapat dilihat pada Lampiran B. Metoda Penelitian 3-33
34 Tabel 3.16 Kombinasi mode wavemaker dan mode benda uji (a) kedalaman 100 cm (b) kedalaman 80 cm. (a) Wavemaker T (detik) Benda uji Tn(detik) A100p1rpm H1B10A H2B10A H2B5A H3B15A H3B20A H3B20A H3B25A A100p5rpm H1B10A H2B10A H2B5A H3B15A H3B20A H3B20A H3B25A A100p7rpm H1B10A H2B10A H2B5A H3B15A H3B20A H3B20A H3B25A A100p9rpm H1B10A H2B10A H2B5A H3B15A H3B20A H3B20A H3B25A Metoda Penelitian 3-34
35 Tabel 3.16 (lanjutan) Kombinasi mode wavemaker dan mode benda uji (a) kedalaman 100 cm (b) kedalaman 80 cm. (a) Wavemaker T (detik) Benda uji Tn (detik) A100p9rpm H1B10A H2B10A H2B5A H3B15A H3B20A H3B20A H3B25A (b) Wavemaker T Tn T Tn Benda uji Wavemaker Benda uji (detik) (detik) (detik) (detik) A080p1rpm H1B10A A080p3rpm H1B10A H2B10A H2B10A H2B5A H2B5A H3B15A H3B15A H3B20A H3B20A H3B20A H3B20A H3B25A H3B25A A080p5rpm H1B10A A080p9rpm H1B10A H2B10A H2B10A H2B5A H2B5A H3B15A H3B15A H3B20A H3B20A H3B20A H3B20A H3B25A H3B25A Metoda Penelitian 3-35
36 Tabel 3.16 (lanjutan) Kombinasi mode wavemaker dan mode benda uji (a) kedalaman 100 cm (b) kedalaman 80 cm. Wavemaker T Tn T Tn Benda uji Wavemaker Benda uji (detik) (detik) (detik) (detik) A080p9rpm H1B10A A080p7rpm H1B10A H2B10A H2B10A H2B5A H2B5A H3B15A H3B15A H3B20A H3B20A H3B20A H3B20A H3B25A H3B25A A080p1rpm H1B10A A080p3rpm H1B10A H2B10A H2B10A H2B5A H2B5A H3B15A H3B15A H3B20A H3B20A H3B20A H3B20A H3B25A H3B25A Tabel 3.16 kemudian dikembangkan lebih lanjut untuk memperoleh lembar kontrol percobaan. Lembar kontrol percobaan disusun untuk memudahkan pelaksanaan percobaan dan efisiensi percobaan. Pertimbangan dalam penyusunan lembar kontrol percobaan dilakukan berdasarkan kemudahan pemasangan atau perubahan konfigurasi benda uji dan wavemaker. Lembar kontrol percobaan kecepatan sudut dapat dilihat pada Lampiran C. Pelaksanaan Percobaan Pelaksanaan percobaan merupakan proses perekaman respon benda uji akibat gaya gelombang yang dihasilkan oleh wavemaker. Metoda ini digunakan karena pototip benda yang diujikan belum tersedia di dunia nyata dan juga karena perlu dilihat bagaimana respons dari struktur tersebut akibat perlakuan hidrodinamika. Pada penelitian ini karena bentuk asli dari perangkat yang akan didesain belum ada maka pembuatan model fisik dikerjakan dengan Metoda Penelitian 3-36
37 asumsi bahwa keserupaan fisik, keserupaan dinamik, dan keserupaan kinematik telah dipenuhi. Dalam proses pelaksanaan percobaan terdapat beberapa perubahan pada konfigurasi wavemaker, diantaranya karena keterbatasan wavemaker dan juga terdapat beberapa percobaan tambahan untuk mengetahui respon benda uji pada rpm yang berbeda. Sekuens salah satu percobaan kecepatan sudut benda uji dapat dilihat pada Gambar Gambar 3.16 Sekuens percobaan kecepatan sudut Metoda Penelitian 3-37
38 Adapun langkah percobaan yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Tangki diisi air dengan kedalaman 100 cm 2. Model dipasang pada tempatnya dan disesuaikan dengan mode percobaan yang akan dilaksanakan. 3. Kamera digital dipasang di tripod untuk merekam respon model akibat gelombang. Pemasangan kamera digital perlu diperhatikan agar tegak lurus model. 4. Clipper dipersiapkan untuk mengetahui mode percobaan yang akan dilakukan. Perbedaan clipper pada percobaan kecepatan sudut dengan percobaan perioda natural adalah pada clipper percobaan kecepatan sudut tercantum mode wavemaker yang digunakan. Contoh clipper yang digunakan pada percobaan ini dapat dilihat pada Gambar Gambar 3.17 Contoh clipper pada percobaan kecepatan sudut. 5. Wavemaker di set pada mode percobaan yang dilaksanakan. 6. Komputer dipersiapkan untuk merekan tinggi muka air 7. Perekaman gambar dilakukan bersamaan dengan pencatatan data pada komputer, keduanya berlangsung sekitar detik dan selesai pada waktu yang bersamaan. 8. Setelah perekaman selesai, benda uji kemudian dipasang pada mode percobaan selanjutnya apabila tidak ada perubahan pada rpm wavemaker dan percobaan dilakukan seperti pada langkah 2 s/d Apabila perekaman untuk satu posisi paddle telah selesai, selanjutnya posisi paddle diubah untuk menyesuaikan dengan mode wavemaker pada percobaan berikutnya. Percobaan kembali dilakukan seperi pada langkah 2 s/d 8. Metoda Penelitian 3-38
39 10. Setelah seluruh percobaan untuk kedalaman 100 cm selesai, air diturunkan sebanyak 20 cm, sehingga kedalaman air menjadi 80 cm. Percobaan dilakukan sesuai dengan langkah percobaan 2 s/d 9. Percobaan dilakukan sampai seluruh mode percobaan selesai dilakukan. Pengolahan Data Percobaan Pengolahan data percobaan dilakukan dengan menggunakan software ffmpeg.rev10464 seperti halnya percobaan perioda natural. Tetapi sebelum dilakukan pengolahan data percobaan dengan menggunakan software ffmpeg.rev10464 terlebih dahulu dilakukan pemilihan terhadap data hasil pecobaan. Hal ini dikarenakan tidak semua mode percobaan menghasilkan data rekaman yang dapat diamati. Dikarenakan adanya beberapa perubahan, terjadi pertambahan data rekaman percobaan menjadi 137 percobaan. Dari 137 percobaan pada kedua kedalaman air dihasilkan 34 data percobaan yang dapat diamati yaitu sebanyak 25 percobaan pada kedalaman 100 cm dan 9 percobaan pada kedalaman 80 cm. Data ini kemudian diolah dengan menggunakan software ffmpeg.rev Data percobaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.17 dan Tabel Metoda Penelitian 3-39
40 Tabel 3.17 Data rekaman percobaan kecepatan sudut yang diolah untuk kedalaman 100 cm. Wavemaker Benda uji Nomor Kedalaman Lubang Jarak beban Jumlah beban pecobaan Paddle Rpm air (cm) putar bawah (cm) atas (buah) Metoda Penelitian 3-40
41 Tabel 3.18 Data rekaman percobaan kecepatan sudut yang diolah untuk kedalaman 80 cm Wavemaker Benda uji Nomor Kedalaman Lubang Jarak beban Jumlah beban percobaan Paddle Rpm air (cm) putar bawah (cm) atas (buah) H2 B10 A H1 B10 A H2 B10 A H1 B10 A H1 B10 A H3 B20 A H1 B10 A H1 B10 A H1 B10 A Sumber-sumber Kesalahan Penghitungan Beberapa sumber kesalahan penghitungan dalam percobaan antara lain : Keterbatasan alat, dan pemilihan dari titik maksimum dan titik minimum dari gambar sekuensial. Human error, seperti kesalahan paralaks pada saat peletakan alat rekam di laboratorium sehingga memungkinkan terjadinya kemiringan posisi alat rekam terhadap objek rekaman. Metoda Penelitian 3-41
Data rekaman percobaan yang telah diolah kemudian diamati untuk mengetahui respon model akibat gaya gelombang.
BAB 4 Analisa Data 4 Data rekaman percobaan yang telah diolah kemudian diamati untuk mengetahui respon model akibat gaya gelombang. 4.1 Analisa Respons Benda Uji Untuk memperoleh data kecepatan sudut,
Lebih terperinciBab 3 DESKRIPSI PEKERJAAN. 3.1 Gambaran Umum Pekerjaan Lokasi dan Alat
Bab 3 DESKRIPSI PEKERJAAN Uji Model Fisik Pemecah Gelombang Tipe Tiang Pancang Bertirai 3.1 Gambaran Umum Pekerjaan 3.1.1 Lokasi dan Alat Pekerjaan uji fisik yang dilakukan di Laboratorium Gelombang Teknik
Lebih terperinciModul Praktikum I. Profil Gelombang LABORATORIUM GELOMBANG PROGRAM STUDI TEKNIK KELAUTAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
I LABORATORIUM GELOMBANG PROGRAM STUDI TEKNIK KELAUTAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2013 Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Gambar... iii BAB I Tujuan Praktikum... I-1
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
Bab 4 METODOLOGI PENELITIAN Uji Model Fisik Pemecah Gelombang Tipe Tiang Pancang Bertirai 4.1 Kalibrasi Data yang di dapat dari probe berupa satuan voltase. Data yang di dapat harus diolah terlebih dahulu
Lebih terperinciPENGUJIAN KOEFISIEN TRANSMISI PADA MODEL PEMECAH GELOMBANG TENGGELAM DARI STRUKTUR AKRESI MINERAL
PENGUJIAN KOEFISIEN TRANSMISI PADA MODEL PEMECAH GELOMBANG TENGGELAM DARI STRUKTUR AKRESI MINERAL TUGAS AKHIR Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Oleh Darmastyo W. Sudarto
Lebih terperinciUJI MODEL FISIK PEMECAH GELOMBANG TIPE TIANG PANCANG BERTIRAI
UJI MODEL FISIK PEMECAH GELOMBANG TIPE TIANG PANCANG BERTIRAI LAPORAN TUGAS AKHIR Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Oleh RUSLI ZULFIKAR 155 05 017 Program Studi Teknik
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN III.1 Lokasi dan Waktu Penelitan Percobaan dilaksanakan pada Tangki uji gelombang di Laboratorium Teknik Kelautan Universitas Hasanuddin. Gambar 3.1 III.2 Jenis Penelitian Penelitian
Lebih terperinciSoal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121
SBMPTN 017 Fisika Soal SBMPTN 017 - Fisika - Kode Soal 11 Halaman 1 01. 5 Ketinggian (m) 0 15 10 5 0 0 1 3 5 6 Waktu (s) Sebuah batu dilempar ke atas dengan kecepatan awal tertentu. Posisi batu setiap
Lebih terperinciLely Etika Sari ( ) Dosen Pembimbing : Ir. J. Lubi
STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI MASSA BANDUL TERHADAP POLA GERAK BANDUL DAN VOLTASE BANGKITAN GENERATOR PADA SIMULATOR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GELOMBAN LAUT SISTEM BANDUL KONIS Lely Etika Sari (2107100088)
Lebih terperinciBab 5 PENGAMBILAN DATA LABORATORIUM. 5.1 Penamaan kode Run
Bab 5 PENGAMBILAN DATA LABORATORIUM Uji Model Fisik Pemecah Gelombang Tipe Tiang Pancang Bertirai 5.1 Penamaan kode Run Sebelum menjalankan percobaan, agar percobaan berlangsung tertib, masing-masing percobaan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro, Jurusan Teknik
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Lampung dan dilaksanakan mulai bulan September
Lebih terperinciUJI MODEL GEOMETRI KONSTRUKSI PELINDUNG KOLAM PELABUHAN BIRA KABUPATEN BULUKUMBA
UJI MODEL GEOMETRI KONSTRUKSI PELINDUNG KOLAM PELABUHAN BIRA KABUPATEN BULUKUMBA Juswan 1 A. Haris MUHAMMAD 1 and Amalia NURDIN 1 1 Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin Makassar
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer
BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN Semua mekanisme yang telah berhasil dirancang kemudian dirangkai menjadi satu dengan sistem kontrol. Sistem kontrol yang digunakan berupa sistem kontrol loop tertutup yang menjadikan
Lebih terperinciTUJUAN PERCOBAAN II. DASAR TEORI
I. TUJUAN PERCOBAAN 1. Menentukan momen inersia batang. 2. Mempelajari sifat sifat osilasi pada batang. 3. Mempelajari sistem osilasi. 4. Menentukan periode osilasi dengan panjang tali dan jarak antara
Lebih terperinciSOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 CALON TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2015
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 CALON TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2015 Bidang Fisika Waktu : 180 menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS ANTENA
BAB 4 HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS ANTENA Pengukuran terhadap antena dilakukan setelah antena dirancang. Pengukuran dilakukan untuk dua buah antena yaitu antena mikrostrip array elemen dan antena mikrostrip
Lebih terperinciFISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.
1 D49 1. Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. Hasil pengukuran adalah. A. 4,18 cm B. 4,13 cm C. 3,88 cm D. 3,81 cm E. 3,78 cm 2. Ayu melakukan
Lebih terperinciAPLIKASI METODE FUNGSI TRANSFER PADA ANALISIS KARAKTERISTIK GETARAN BALOK KOMPOSIT (BAJA DAN ALUMINIUM) DENGAN SISTEM TUMPUAN SEDERHANA
APLIKASI METODE UNGSI TRANSER PADA ANALISIS KARAKTERISTIK GETARAN BALOK KOMPOSIT (BAJA DAN ALUMINIUM) DENGAN SISTEM TUMPUAN SEDERHANA Naharuddin, Abdul Muis Laboratorium Bahan Teknik, Jurusan Teknik Mesin
Lebih terperinciBAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR
BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perencanaan Proses perencanaan mesin pembuat es krim dari awal sampai akhir ditunjukan seperti Gambar 3.1. Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa Perhitungan
Lebih terperinciDASAR PENGUKURAN MEKANIKA
DASAR PENGUKURAN MEKANIKA 1. Jelaskan pengertian beberapa istilah alat ukur berikut dan berikan contoh! a. Kemampuan bacaan b. Cacah terkecil 2. Jelaskan tentang proses kalibrasi alat ukur! 3. Tunjukkan
Lebih terperinciBab III Metode Penelitian
Bab III Metode Penelitian 3.1 Tahapan Penelitian Studi penelitian yang telah dilakukan bersifat eksperimental di Kolam Gelombang Laboratorium Lingkungan dan Energi Laut, Jurusan Teknik Kelautan FTK, ITS
Lebih terperinciSoal 2 : Osilasi dari tabung berisi air
Kompetisi Eksperimen Soal 8 April 009 Hal. of 5 Soal : Osilasi dari tabung berisi air Pada eksperimen ini, anda diminta melakukan pengukuran untuk menentukan ketebalan ( t ) tabung aluminium yang rongganya
Lebih terperinciBAB III PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB III PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 3.1 Perencanaan Dalam Robot Pengirim terdapat sistem elektronis dan sistem mekanis di dalamnnya, dalam hal ini sistem mekanis di kendalikan oleh sistem elektronis seperti
Lebih terperinciBAB III UJI LABORATORIUM. Pengujian bahan yang akan diuji merupakan bangunan yang terdiri dari 3
BAB III UJI LABORATORIUM 3.1. Benda Uji Pengujian bahan yang akan diuji merupakan bangunan yang terdiri dari 3 dimensi, tiga lantai yaitu dinding penumpu yang menahan beban gempa dan dinding yang menahan
Lebih terperinciLaboratorium Fisika Dasar Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI
2. Sistem Osilasi Pegas A. Tujuan 1. Menentukan besar konstanta gaya pegas tunggal 2. Menentukan besar percepatan gravitasi bumi dengan sistem pegas 3. Menentukan konstanta gaya pegas gabungan (specnya)
Lebih terperinciValidasi Teknik Video Tracking Pada Praktikum Bandul Matematis Untuk Mengukur Percepatan Gravitasi Bumi
Validasi Teknik Video Tracking Pada Praktikum Bandul Matematis Untuk Mengukur Percepatan Gravitasi Bumi Yeni Tirtasari1,a), Fourier Dzar Eljabbar Latief 2,b), Abd. Haji Amahoru1,c) dan Nadia Azizah1,d)
Lebih terperinciBAB USAHA DAN ENERGI I. SOAL PILIHAN GANDA
1 BAB USAHA DAN ENERGI I. SOAL PILIHAN GANDA 01. Usaha yang dilakukan oleh suatu gaya terhadap benda sama dengan nol apabila arah gaya dengan perpindahan benda membentuk sudut sebesar. A. 0 B. 5 C. 60
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium terpadu jurusan teknik elektro, fakultas teknik,
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di laboratorium terpadu jurusan teknik elektro, fakultas teknik, universitas lampung dan mulai dilaksanakan pada bulan november 2013
Lebih terperinciPERANCANGAN KINCIR TERAPUNG PADA SUNGAI UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK
PERANCANGAN KINCIR TERAPUNG PADA SUNGAI UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK Jones Victor Tuapetel 1), Diyan Poerwoko 2) 1, 2) Program Studi Teknik Mesin Institut Teknologi Indonesia E-mail: jvictor_tuapetel@yahoo.com,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN ANALISA PERCOBAAN
BAB IV HASIL DAN ANALISA PERCOBAAN 4.1 HASIL PENGUJIAN MATERIAL Langkah pertama yang dilakukan sebelum penelitian ini dimulai adalah melakukan pengujian material penyusun geopolimer (precursor dan activator)
Lebih terperinciSEMINAR NASIONAL TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2011 Yogyakarta, 26 Juli Intisari
Sistem Pendorong pada Model Mesin Pemilah Otomatis Cokorda Prapti Mahandari dan Yogie Winarno Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma J1. Margonda Raya No.100, Depok 15424
Lebih terperinciRESPON DINAMIS STRUKTUR BANGUNAN BETON BERTULANG BERTINGKAT BANYAK DENGAN KOLOM BERBENTUK PIPIH
RESPON DINAMIS STRUKTUR BANGUNAN BETON BERTULANG BERTINGKAT BANYAK DENGAN KOLOM BERBENTUK PIPIH Youfrie Roring Marthin D. J. Sumajouw, Servie O. Dapas Fakultas Teknik, Jurusan Sipil, Universitas Sam Ratulangi
Lebih terperinciBAB III PEMODELAN SISTEM POROS-ROTOR
BAB III PEMODELAN SISTEM POROS-ROTOR 3.1 Pendahuluan Pemodelan sistem poros-rotor telah dikembangkan oleh beberapa peneliti. Adam [2] telah menggunakan formulasi Jeffcot rotor dalam pemodelan sistem poros-rotor,
Lebih terperinci3. METODOLOGI PENELITIAN
3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 sampai dengan September 2011. Kegiatan penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu pembuatan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Pada penelitian ini, data teknis yang digunakan adalah data teknis dari struktur bangunan gedung Binus Square. Berikut adalah parameter dari komponen
Lebih terperinciKarakteristik Gelombang terhadap Struktur
II LABORATORIUM GELOMBANG PROGRAM STUDI TEKNIK KELAUTAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2013 Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Gambar... iii Daftar Tabel Daftar Gambar i
Lebih terperinciDibuat oleh invir.com, dibikin pdf oleh
1. Energi getaran selaras : A. berbanding terbalik dengan kuadrat amplitudonya B. berbanding terbalik dengan periodanya C. berbanding lurus dengan kuadrat amplitudonya. D. berbanding lurus dengan kuadrat
Lebih terperinciMEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN
Kumpulan Soal Latihan UN UNIT MEKANIKA Pengukuran, Besaran & Vektor 1. Besaran yang dimensinya ML -1 T -2 adalah... A. Gaya B. Tekanan C. Energi D. Momentum E. Percepatan 2. Besar tetapan Planck adalah
Lebih terperinci4 RANCANGAN SIMULATOR GETARAN DENGAN OUTPUT ARAH GETARAN DOMINAN VERTIKAL DAN HORIZONTAL
33 4 RANCANGAN SIMULATOR GETARAN DENGAN OUTPUT ARAH GETARAN DOMINAN VERTIKAL DAN HORIZONTAL Perancangan simulator getaran ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu : pengumpulan konsep rancangan dan pembuatan
Lebih terperinciBAB IV PEMODELAN DAN ANALISIS
BAB IV PEMODELAN DAN ANALISIS Pemodelan dilakukan dengan menggunakan kontur eksperimen yang sudah ada, artificial dan studi kasus Aceh. Skenario dan persamaan pengatur yang digunakan adalah: Eksperimental
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. 1. Pembuatan rangkaian elektronika di Laboratorium Elektronika Jurusan
19 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua tempat, yaitu: 1. Pembuatan rangkaian elektronika di Laboratorium Elektronika Jurusan Teknik Elektro Universitas
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENGUKURAN
BAB III METODOLOGI PENGUKURAN Kincir angin merupakan salah satu mesin konversi energi yang dapat merubah energi kinetic dari gerakan angin menjadi energi listrik. Energi ini dibangkitkan oleh generator
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA PADANG DINAS PENDIDIKAN PRA UJIAN NASIONAL KOTA PADANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015
PEMERINTAH KOTA PADANG DINAS PENDIDIKAN PRA UJIAN NASIONAL KOTA PADANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : FISIKA Satuan Pendidikan : SMA Kelas / Program : XII / IPA Paket : 04 Hari / Tanggal :
Lebih terperinciSNMPTN 2011 FISIKA. Kode Soal Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini.
SNMPTN 2011 FISIKA Kode Soal 999 Doc. Name: SNMPTN2011FIS999 Version: 2012-10 halaman 1 01. Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini. Percepatan ketika mobil bergerak semakin
Lebih terperinciBAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR
BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flowchart Perencanaan Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Proses Perancangan mesin pemotong umbi seperti yang terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai mm Studi Literatur
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dan perancangan tugas akhir dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011 sampai dengan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Konstruksi Prototipe Manipulator Manipulator telah berhasil dimodifikasi sesuai dengan rancangan yang telah ditentukan. Dimensi tinggi manipulator 1153 mm dengan lebar maksimum
Lebih terperinciMETODE PENGUJIAN KUAT LENTUR NORMAL DENGAN DUA TITIK PEMBEBANAN BAB I DESKRIPSI
METODE PENGUJIAN KUAT LENTUR NORMAL DENGAN DUA TITIK PEMBEBANAN BAB I DESKRIPSI 1.1 Maksud dan Tujuan 1.1.1 Maksud Metode Pengujian Kuat Lentur Beton Normal Dengan Dua titik Pembebanan dimaksudkan sebagai
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai November
23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai November 2014 di Laboratorium Pemodelan Fisika dan Laboratorium Elektronika Dasar Jurusan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESAIN PENGGETAR MOLE PLOW Prototip mole plow mempunyai empat bagian utama, yaitu rangka three hitch point, beam, blade, dan mole. Rangka three hitch point merupakan struktur
Lebih terperinciBAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR
BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa
Lebih terperinciBab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis
Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis 4. 1 Perancangan Mekanisme Sistem Penggerak Arah Deklinasi Komponen penggerak yang dipilih yaitu ball, karena dapat mengkonversi gerakan putaran (rotasi) yang
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN
17 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Studi Literatur Penelitian ini mengambil sumber dari jurnal-jurnal pendukung kebutuhan penelitian. Jurnal yang digunakan berkaitan dengan pengaruh gerusan lokal terhdadap
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN ALAT
BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari alat peraga Oscillating Water Column. 3.1. Gambaran Alat Alat yang
Lebih terperinciPERANCANGAN PENGUKUR MAGNITUDO DAN ARAH GEMPA MENGGUNAKAN SENSOR ACCELEROMETER ADXL330 MELALUI TELEMETRI
Jurnal Sistem Komputer Unikom Komputika Volume 1, No.2-2012 PERANCANGAN PENGUKUR MAGNITUDO DAN ARAH GEMPA MENGGUNAKAN SENSOR ACCELEROMETER ADXL330 MELALUI TELEMETRI Hidayat 1, Usep Mohamad Ishaq 2, Andi
Lebih terperinciLampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m)
LAMPIRAN 74 75 Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) : 15,4 kg Diameter silinder pencacah (D) : 37,5cm = 0,375 m Percepatan gravitasi (g) : 9,81 m/s 2 Kecepatan putar
Lebih terperinciBAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR
BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Perencanaan Rangka Mesin Peniris Minyak Proses pembuatan mesin peniris minyak dilakukan mulai dari proses perancangan hingga finishing. Mesin peniris minyak dirancang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Revie dan Jorry, 2016) Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan atau
Lebih terperinciANALISA PUTARAN RODA GIGI PADA KINCIR AIR TERHADAP TEGANGAN YANG DIHASILKAN GENERATOR MINI DC
ANALISA PUTARAN RODA GIGI PADA KINCIR AIR TERHADAP TEGANGAN YANG DIHASILKAN GENERATOR MINI DC Sugeng Triyanto Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma ABSTRAKSI Kata kunci : Putaran,
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Pengujian yang dilakukan pada mesin CNC adalah pertama memerintahkan motor untuk bergerak ke kanan dan ke kiri (STEP LEFT dan STEP RIGHT). Kedua adalah pengujian memerintahkan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas hasil dan pembahasan dari perangkat yang telah dirancang dan dibuat. Sebelum dibahas mengenai hasil dan pembahasan dilakukan terlebih dahulu pengujian dari
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. diperlukan dengan beberapa cara yang dilakukan, antara lain:
BAB III METODE PENELITIAN Dalam pembuatan kendali robot omni dengan accelerometer dan keypad pada smartphone dilakukan beberapa tahapan awal yaitu pengumpulan data yang diperlukan dengan beberapa cara
Lebih terperinciSILABUS MATA KULIAH FISIKA DASAR
LAMPIRAN TUGAS Mata Kuliah Progran Studi Dosen Pengasuh : Fisika Dasar : Teknik Komputer (TK) : Fandi Susanto, S. Si Tugas ke Pertemuan Kompetensi Dasar / Indikator Soal Tugas 1 1-6 1. Menggunakan konsep
Lebih terperinciBAB VI PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PANTAI
145 BAB VI PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PANTAI 6.1. Perhitungan Struktur Revetment dengan Tumpukan Batu Perhitungan tinggi dan periode gelombang signifikan telah dihitung pada Bab IV, data yang didapatkan
Lebih terperinci3. (4 poin) Seutas tali homogen (massa M, panjang 4L) diikat pada ujung sebuah pegas
Soal Multiple Choise 1.(4 poin) Sebuah benda yang bergerak pada bidang dua dimensi mendapat gaya konstan. Setelah detik pertama, kelajuan benda menjadi 1/3 dari kelajuan awal benda. Dan setelah detik selanjutnya
Lebih terperinciPENGUKURAN GETARAN PADA POROS MODEL VERTICAL AXIS OCEAN CURRENT TURBINE (VAOCT) DENGAN METODE DIGITAL IMAGE PROCESSING
PRESENTASI TESIS (P3) PENGUKURAN GETARAN PADA POROS MODEL VERTICAL AXIS OCEAN CURRENT TURBINE (VAOCT) DENGAN METODE DIGITAL IMAGE PROCESSING HEROE POERNOMO 4108204006 LATAR BELAKANG Pengaruh getaran terhadap
Lebih terperinciBAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun
BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun keseluruhan sistem, prosedur pengoperasian sistem, implementasi dari sistem dan evaluasi hasil pengujian
Lebih terperinciHAND OUT FISIKA DASAR I/GELOMBANG/GERAK HARMONIK SEDERHANA
GELOMBAG : Gerak Harmonik Sederhana M. Ishaq Pendahuluan Gerak harmonik adalah sebuah kajian yang penting terutama jika anda bergelut dalam bidang teknik, elektronika, geofisika dan lain-lain. Banyak gejala
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pengujian dan analisis alat peraga sistem kendali pendulum terbalik yang meliputi pengujian dimensi mekanik, pengujian dimensi dan massa
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. STUDI LITERATUR Studi literatur dilakukan dengan mengkaji pustaka atau literature berupa jurnal, tugas akhir ataupun thesis yang berhubungan dengan metode perhitungan kecepatan
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN ALAT
BAB III PERANCANGAN ALAT Bab ini akan menjelaskan mengenai perancangan serta realisasi perangkat keras maupun perangkat lunak pada perancangan skripsi ini. Perancangan secara keseluruhan terbagi menjadi
Lebih terperinciSASARAN PEMBELAJARAN
OSILASI SASARAN PEMBELAJARAN Mahasiswa mengenal persamaan matematik osilasi harmonik sederhana. Mahasiswa mampu mencari besaranbesaran osilasi antara lain amplitudo, frekuensi, fasa awal. Syarat Kelulusan
Lebih terperinciBAB II SISTEM KENDALI GERAK SEGWAY
BAB II SISTEM KENDALI GERAK SEGWAY Sistem merupakan suatu rangkaian beberapa organ yang menjadi satu kesatuan. Maka sistem kendali gerak adalah suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen pengendali
Lebih terperinciANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM BALOK ANAK DAN BALOK INDUK MENGGUNAKAN PELAT SEARAH
ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM BALOK ANAK DAN BALOK INDUK MENGGUNAKAN PELAT SEARAH David Bambang H NRP : 0321059 Pembimbing : Daud Rachmat W., Ir., M.Sc. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN
Lebih terperinciJika massa jenis benda yang tercelup tersebut kg/m³, maka massanya adalah... A. 237 gram B. 395 gram C. 632 gram D.
1. Perhatikan gambar. Jika pengukuran dimulai pada saat kedua jarum menunjuk nol, maka hasil pengukuran waktu adalah. A. 38,40 menit B. 40,38 menit C. 38 menit 40 detik D. 40 menit 38 detik 2. Perhatikan
Lebih terperinciBAB 4 STUDI KASUS. Sandi Nurjaman ( ) 4-1 Delta R Putra ( )
BAB 4 STUDI KASUS Struktur rangka baja ringan yang akan dianalisis berupa model standard yang biasa digunakan oleh perusahaan konstruksi rangka baja ringan. Model tersebut dianggap memiliki performa yang
Lebih terperinciSOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI II LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMP/MTS SEDERAJAT
SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI II LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMP/MTS SEDERAJAT 1. USAHA Sebuah benda bermassa 50 kg terletak pada bidang miring dengan sudut kemiringan 30 terhadap bidang horizontal. Jika
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. maka dari hukum Newton diatas dapat dirumuskan menjadi: = besar dari gaya Gravitasi antara kedua massa titik tersebut;
BAB II DASAR TEORI Pada bab ini penulis akan menjelaskan teori - teori penunjang yang diperlukan dalam merancang dan merealisasikan tugas akhir ini. Teori - teori yang digunakan adalah gaya gravitasi,
Lebih terperinciOsilasi Harmonis Sederhana: Beban Massa pada Pegas
OSILASI Osilasi Osilasi terjadi bila sebuah sistem diganggu dari posisi kesetimbangannya. Karakteristik gerak osilasi yang paling dikenal adalah gerak tersebut bersifat periodik, yaitu berulang-ulang.
Lebih terperinciPENGARUH PROFIL POROS PENGGERAK TERHADAP GERAKAN SABUK DALAM SUATU SISTEM BAN BERJALAN. Ishak Nandika G., Adri Maldi S.
PENGARUH PROFIL POROS PENGGERAK TERHADAP GERAKAN SABUK DALAM SUATU SISTEM BAN BERJALAN Ishak Nandika G., Adri Maldi S. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh profil sudut ketirusan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Pengukuran Besaran Elektrik,
23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Pengukuran Besaran Elektrik, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Lampung dari bulan Agustus
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN A. Studi Literatur Penelitian ini mengambil sumber dari jurnal-jurnal pendukung kebutuhan penelitian. Jurnal yang digunakan berkaitan dengan pengaruh gerusan lokal terhadap perbedaan
Lebih terperinciBAB V Pengujian dan Analisis Mesin Turbojet Olympus
BAB V Pengujian dan Analisis Mesin Turbojet Olympus Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian serta analisis hasil pengujian yang dilakukan. Validasi dilakukan dengan membandingkan hasil pengujian terhadap
Lebih terperincidrimbajoe.wordpress.com
1. Suatu bidang berbentuk segi empat setelah diukur dengan menggunakan alat ukur yang berbeda, diperoleh panjang 5,45 cm, lebar 6,2 cm, maka luas pelat tersebut menurut aturan penulisan angka penting adalah...
Lebih terperinciBAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. hexapod. Dalam bab tersebut telah dibahas mengenai struktur robot, analisa
BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada Bab 3 telah dibahas tahapan yang dilakukan dalam merancang sistem hexapod. Dalam bab tersebut telah dibahas mengenai struktur robot, analisa keseimbangan, analisa pusat
Lebih terperinciOlimpiade Sains Nasional Eksperimen Fisika Tingkat Sekolah Menengah Atas Agustus 2008 Waktu: 4 jam
Olimpiade Sains Nasional 008 Eksperimen Fisika Hal dari Olimpiade Sains Nasional Eksperimen Fisika Tingkat Sekola Menenga Atas Agustus 008 Waktu: 4 jam Petunjuk umum. Hanya ada satu soal eksperimen, namun
Lebih terperinciBAB V PENGUJIAN DAN ANALISA. Tempat Melakukan Pengujian : Peralatan Yang Dibutuhkan :
5.1. Pengujian Alat BAB V PENGUJIAN DAN ANALISA Pengujian alat dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah alat tersebut dapat bekerja dengan baik atau tidak. 5.1.1. Tempat dan Peralatan Tempat Melakukan
Lebih terperinciTujuan. Pengolahan Data MOMEN INERSIA
Tujuan Pengolahan Data Pembahasan Kesimpulan MOMEN INERSIA MOMEN INERSIA Tujuan Percobaan Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu: 1. Menentukan konstanta pegas spiral dan momen inersia
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian dan analisa dari setiap modul yang mendukung sistem secara keseluruhan. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah
Lebih terperinciUSAHA, ENERGI & DAYA
USAHA, ENERGI & DAYA (Rumus) Gaya dan Usaha F = gaya s = perpindahan W = usaha Θ = sudut Total Gaya yang Berlawanan Arah Total Gaya yang Searah Energi Kinetik Energi Potensial Energi Mekanik Daya Effisiensi
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA PADANG DINAS PENDIDIKAN UJIAN SEKOLAH (USEK) KOTA PADANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015
PEMERINTAH KOTA PADANG DINAS PENDIDIKAN UJIAN SEKOLAH (USEK) KOTA PADANG TAHUN PELAJARAN 204/205 Mata Pelajaran : FISIKA Satuan Pendidikan : SMA/MA Kelas / Program : XII / IPA Paket : 0 Hari / Tanggal
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendahuluan Bab ini berisikan uraian seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Mulai Studi
Lebih terperinciTabel 4.1. Hasil pengujian alat dengan variasi besar beban. Beban (kg)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Hasil Pengujian Pengujian dilakukan untuk mendapatkan nilai tegangan dan arus listrik. Pengujian dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: Menentukan beban yang akan
Lebih terperinciFisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003
Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003 UAN-03-01 Perhatikan tabel berikut ini! No. Besaran Satuan Dimensi 1 Momentum kg. ms 1 [M] [L] [T] 1 2 Gaya kg. ms 2 [M] [L] [T] 2 3 Daya kg. ms 3 [M] [L] [T] 3 Dari
Lebih terperinciBAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Mesin Cetak Bakso Dibutuhkan mesin cetak bakso dengan kapasitas produksi 250 buah bakso per menit daya listriknya tidak lebih dari 3/4 HP dan ukuran baksonya
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN SISTEM
BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi sistem yang dibuat. Gambar 3.1 menunjukkan blok diagram sistem secara keseluruhan. Anak Tangga I Anak Tangga II Anak
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN ALAT. Logika LOW = 0 Volt, sehingga keluaran dari sistem sensor cahaya yang akan. keluaran yang relatif stabil terhadap pembebanan.
BAB IV PENGUJIAN ALAT 4.1 Pengujian Catu Daya Seperti diketahui bahwa untuk keperluan pensinyalan data digital diperlukan sumber tegangan yang memiliki level TTL, yaitu Logika HIGH = +5 Volt, serta Logika
Lebih terperinciStudi Eksperimen; Analisa Redaman Gelombang pada Floating Concrete Breakwater Tipe Catamaran
Studi Eksperimen; Analisa Redaman Gelombang pada Floating Concrete Breakwater Tipe Catamaran Januar Saleh Kaimuddin, Dr. Yoyok Setyo Hadiwidodo, S.T, M.T. dan Suntoyo, S.T, M.Eng, Ph.D. Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan sinyal getaran untuk mendeteksi kerusakan elemen bola pada bantalan. Bantalan normal dan bantalan cacat elemen bola akan diuji
Lebih terperinci