BAB 3. Metodologi Penelitian. 3.1 Rencana Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3. Metodologi Penelitian. 3.1 Rencana Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian"

Transkripsi

1 BAB 3 Metodologi Penelitian Rencana Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian Tempat penelitian dilakukan di dua tempat yaitu di Laboratorium Hidraulika, Program Studi Teknik Kelautan, Institut Teknologi Bandung dengan menggunakan saluran gelombang (wave flume). Waktu penelitian dilaksanakan selama kurang lebih 4 (empat) bulan Pelaksana dan organisasi Penelitian tugas akhir studi perangkat konversi energi gelombang ini merupakan lanjutan dari penelitian perangkat konversi energi gelombang yang telah dilakukan sebelumnya dan dilakukan oleh dua orang mahasiswa dan dibantu oleh dua orang teknisi Rencana Kerja Rencana kerja dibuat sebagai pedoman dalam pelaksanaan penelitian di laboratorium, sehingga kegiatan yang dilakukan sesuai dengan yang diharapkan. Untuk lebih jelasnya rencana kerja yang dilakukan untuk penelitiantugas akhir studi perangkat konversi energi gelombang ini dapat dilihat pada Tabel 3.1 Dasar Teori 3-1

2 Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian no keterangan 1 pengukuran titik berat alat 2 pengukuran frekuensi pribadi alat 4 pengolahan data 3 pengambilan data kecepatan sudut 4 pengolahan data 5pembuatan laporan agustus I agustus II agustus III agustus IV september I september II september III september IV oktober I oktober II Metodologi Penelitian Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan model fisik di laboratorium. Metode ini digunakan karena prototip dari benda yang diujikan belum tersedia di dunia nyata dan juga karena perlu dilihat bagaimana respons dari benda uji tersebut akibat perlakuan hidrodinamika Saluran Gelombang Saluran gelombang yang ada di laboratorium ini dibangun dengan menggunakan struktur baja, di sepanjang saluran digunakan dinding kaca yang memungkinkan pengamatan di seluruh tempat. Pada salah satu ujung saluran terdapat pembangkit gelombang tipe piston sedangkan pada ujung yang lainnya dibangun struktur pantai yang berfungsi sebagai peredam gelombang, wave flume dapat dilihat pada Gambar 3.1. Saluran Gelombang ini mempunyai dimensi sebagai berikut: Panjang 40 m Lebar 1.2 m Tinggi 1.5 m Metoda Penelitian 3-2

3 Gambar 3.1 Saluran Gelombang (Wave Flume) Laboratorium Teknik Kelautan-ITB Saluran gelombang yang digunakan terdiri dari: Mesin motor listrik pembangkit gelombang dengan paddle Pantai buatan pada akhir saluran gelombang yang berfungsi untuk meredam energi gelombang. Wave damper pada awal saluran gelombang untuk mengurangi beban gelombang balik dari belakang. Alat pencatat/perekam gelombang tipe resistant wave gauge. Prinsip kerja dari alat ukur atau perekam gelombang (wave gauge) ini adalah dengan mengirimkan sinyal ke permukaan air dan menerima kembali pantulan sinyal dari permukaan air tersebut. Interval waktu antara pengiriman sinyal dan penerimaan sinyal di konversikan menjadi jarak vertikal dari posisi alat ke permukaan air. Tersedia 4 buah alat perekam gelombang di sertai dengan perangkat lunak yang masing-masing di sambungkan dengan 1 buah komputer. Untuk penelitian ini, jumlah wave gauge yang digunakan sebanyak 3 buah. Wave gauge dapat dilihat pada Gambar 3.2. Metoda Penelitian 3-3

4 Gambar 3.2 Alat perekam gelombang (wave gauge) yang digunakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat sketsa layout saluran gelombang (wave flume) pada Gambar 3.3 dan Gambar 3.4. Gambar 3.3 Layout saluran gelombang (wave flume) tampak samping. Metoda Penelitian 3-4

5 Gambar 3.4 Layout saluran gelombang (wave flume) tampak atas Evaluasi Kapasitas Saluran Gelombang Untuk mencari tahu gelombang yang akan digunakan dalam penelitian, kemampuan dan kapasitas dari wave flume yang digunakan harus kita ketahui. Oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan beberapa pengujian berdasarkan beberapa kedalaman air, nilai rpm dan posisi paddle yang berbeda-beda. Kedalaman air yang digunakan di saluran gelombang untuk penentuan kapasitas alat wave generator adalah 60, 80, dan 100 cm. Posisi paddle yang digunakan adalah paddle 1, 3, 5, 7, dan 9. Untuk kecepatan paddle yang digunakan adalah 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 rpm. Contoh penamaan data evaluasi kapasitas saluran gelombang : A060p1rpm2 A percobaan kemampuan alat 060 kedalaman (60, 80, 100 cm) p1 posisi paddle (1, 3, 5, 7, 9) rpm2 rpm (2, 4, 6, 8, 10, 12) Kalibrasi Resistant Wave Gauge Kalibrasi alat wave maker dilakukan untuk menentukan konversi satuan volt (V) pada probe wave gauge menjadi centimeter (cm) untuk menghasilkan data tinggi gelombang. Metoda Penelitian 3-5

6 Langkah pengambilan data kalibrasi 1. Nyalakan probe, kemudian set posisi probe pada posisi 0, ambil data pengukuran selama 5 menit 2. Turunkan probe sejauh 10 cm, hal ini dilakukan dengan setting fix pada alat kendali probe, kemudian ambil data pengukuran selama 5 menit 3. Probe diturunkan lagi sejauh 10 cm, hingga posisi probe sekarang berada pada titik -20, kemudian ambil data pengukuran selama 5 menit dengan selang pengambilan data selama 0,05 (1/20) detik Langkah pengolahan data Data percobaan yang digunakan adalah data pada probe 1,2 dan 3.data probe 4,5, dan 6 tidak digunakan karena probe tidak terpasang. Satuan data adalah volt. Contoh format data yang dihasilkan dari pengambilan data dapat dilihat pada Gambar 3.5 Metoda Penelitian 3-6

7 Probe 1 Probe 3 Probe 5 Probe 2 Probe 4 Probe 6 Tidak digunakan Gambar 3.5 Contoh format data yang dihasilkan dari pengambilan data Data dari ketiga probe tersebut kemudian dirata-rakan, hal ini dilakukan untuk setiap posisi probe seperti dapat dilihat pada Tabel 3.2. Metoda Penelitian 3-7

8 Tabel 3.2 Nilai tegangan rata-rata untuk tiap probe terhadap kedalaman Posisi (cm) Probe 1 (volt) Probe 2 (volt) Probe 3 (volt) Kemudian plot grafik posisi paddle (cm) terhadap data probe (volt) yang telah dirata-ratakan, lalu tambahkan persamaan garis, untuk grafik ini yang digunakan adalah persamaan garis linear. Grafik nilai kedalaman terhadap tegangan untuk kalibrasi alat dapat dilihat pada Gambar Kalibrasi Alat Posisi Probe (cm) probe 1 probe 2 probe Data bacaan Resistant Wave Gauge (volt) Gambar 3.6 Grafik kalibrasi alat Persamaan yang diperoleh kemudian digunakan untuk mengolah data probe (volt) menjadi ketinggian gelombang, H (cm) seperti terlihat pada Tabel 3.3. Metoda Penelitian 3-8

9 Tabel 3.3 Persamaan posisi (cm) terhadap tegangan (volt) untuk tiap-tiap probe Probe 1 Probe 2 Probe 3 y = x y = x y = x Kemampuan Alat Wavemaker Pengambilan data untuk menentukan kemampuan alat wavemaker dilakukan untuk mengetahui tinggi gelombang berikut periodenya yang mampu dihasilkan oleh pembangkit gelombang. Setelah mengetahui kemampuan alat wave maker, kemudian dapat ditentukan mode percobaan untuk pengujian perangkat konversi gelombang. Langkah pengambilan data 1. Pengambilan data dilakukan pada kedalaman 60, 80, dan 100 cm 2. Untuk satu kedalaman, pengambilan data dilakukan dengan variasi 4 buah paddle, yaitu paddle 1, 3, 5, dan 7 dan kode untuk paddle adalah p. Untuk tiap paddle dilakukan pengambilan data pada rpm 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 kode untuk rpm yang digunakan adalah rpm 3. Contoh kode percobaan : A060p1rpm2 A percobaan kemampuan alat 060 kedalaman (60, 80, 100 cm) p1 posisi paddle (1, 3, 5, 7, 9) rpm2 rpm (2, 4, 6, 8, 10, 12) Langkah pengolahan data 1. Data yang digunakan adalah data pada probe 1, 2, dan 3, karena probe 4,5 dan 6 tidak dipasang. Contoh format data yang dihasilkan dari pengambilan data dapat dilihat pada Gambar 3.7. Metoda Penelitian 3-9

10 Probe 1 Probe 3 Probe 5 Probe 2 Probe 4 Probe 6 Tidak digunakan Gambar 3.7 Contoh format data yang dihasilkan dari pengambilan data. 2. Data dari tiap2 mode kemudian dirubah menjadi data tinggi gelombang, H (cm) dengan menggunakan persamaan yang telah diperoleh dari kalibrasi alat sebelumnya. 3. Data tinggi gelombang ini kemudian dijadikan data tinggi gelombang zero-mean. 4. Setelah dilakukan proses zero-mean, data pada probe 2 kemudian diolah dengan zero up-crossing untuk menghasilkan Hs dan Ts. Data yang digunakan adalah data probe 2 karena data probe 1 digunakan untuk melihat gelombang pantul dan data probe 3 dipengaruhi oleh adanya alat di depan probe. Metoda Penelitian 3-10

11 5. Proses zero up-crossing dilakukan dengan bantuan program MATLAB 6.5 dengan format input program dapat dilihat pada Tabel 3.4 Tabel 3.4 Format input program zero up-crossing t η Dengan kolom 1 adalah interval pengambilan data (0.05 detik) dan kolom kedua adalah data elevasi muka air (cm) 6. Plot grafik Hs terhadap Ts untuk masing2 kedalaman, sehingga dihasilkan 3 buah grafik, masing-masing untuk kedalaman 60, 80, dan 100 cm. Grafik kemampuan alat untuk kedalaman pengukuran yang berbeda-beda dapat dilihat pada Gambar 3.8. Metoda Penelitian 3-11

12 Kemampuan Alat, Kedalaman 60 cm 35 Hs (cm) paddle 1 paddle 3 paddle 5 paddle 7 paddle 9 Log. (paddle 1) Log. (paddle 3) Log. (paddle 5) Log. (paddle 7) Log. (paddle 9) Ts (s) Gambar 3.8 (a) Grafik kemampuan alat untuk kedalaman 60 cm Kemampuan Alat, Kedalaman 80 cm 45 Hs (cm) paddle 1 paddle 3 paddle 5 paddle 7 paddle 9 Log. (paddle 1) Log. (paddle 3) Log. (paddle 5) Log. (paddle 7) Log. (paddle 9) Ts (s) Gambar 3.8 (b) Grafik kemampuan alat untuk kedalaman 80 cm Metoda Penelitian 3-12

13 Kemampuan Alat, Kedalaman 100 cm 40 Hs (cm) paddle 1 paddle 3 paddle 5 paddle 7 paddle 9 Log. (paddle 1) Log. (paddle 3) Log. (paddle 5) Log. (paddle 7) Log. (paddle 9) Ts (s) Gambar 3.8 (c) Grafik kemampuan alat untuk kedalaman 100 cm Analisa data kemampuan alat Data kemampuan alat untuk tiap kedalaman percobaan disajikan pada Tabel 3.5. Dari tabel tersebut dapat terlihat bahwa : Pada kedalaman 100 cm, nilai Hs untuk paddle 9 lebih kecil daripada nilai Hs untuk paddle 7, hal ini diperkirakan karena gelombang yang dihasilkan telah pecah. Adapun untuk paddle 9 pada rpm 12 tidak terdapat data Hs dan Ts dimana pengambilan data tidak dilakukan karena dikhawatirkan dapat merusak alat pembangkit gelombang. Metoda Penelitian 3-13

14 Tabel 3.5 Data kemampuan alat untuk tiap kedalaman Kedalaman Paddle rpm Hs Ts Metoda Penelitian 3-14

15 Tabel 3.5 (lanjutan) Data kemampuan alat untuk tiap kedalaman Kedalaman Paddle rpm Hs Ts Metoda Penelitian 3-15

16 Tabel 3.5 (lanjutan) Data kemampuan alat untuk tiap kedalaman Kedalaman Paddle rpm Hs Ts N/A N/A Metoda Penelitian 3-16

17 3.2.3 Benda Uji Benda uji yang diujicobakan pada percobaan ini merupakan alat penerima gelombang yang menggunakan prinsip dinamo untuk menghasilkan listrik. Untuk percobaan ini, model yang digunakan berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang = 48 cm tinggi = 40 cm dan lebar = 8.2 cm. Model ini memiliki 3 buah lubang pada kedua sisinya, dimana lubang ini digunakan untuk memasang alat pada wavemaker dan berfungsi sebagai sumbu putar alat ketika berosilasi dikarenakan gaya gelombang. Pada bagian atas model terdapat batang besi sepanjang 13 cm yang digunakan untuk meletakkan pemberat, dan dibagian bawah model juga terdapat batang besi sepanjang 35 cm yang digunakan untuk memasang pemberat seberat kurang lebih 8 kg. Bentuk benda uji untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.8. Metoda Penelitian 3-17

18 (a) (b) (c) (d) (e) Gambar 3.9 Benda uji (a) tampak depan (b) tampak samping (c) tampak atas (d) tampak isometrik (d) perbandingan dengan manusia. Metoda Penelitian 3-18

19 Dimensi dan Berat Benda Uji Seperti telah dijelaskan sebelumnya benda uji berbentuk persegi panjang dengan panjang = 48 cm tinggi = 40 cm dan lebar = 8.2 cm. Jarak lubang pertama dari atas model 20 cm, dan jarang antar lubang 10 cm. Lubang putar pada model kemudian diberi kode H (hole) dan penomoran lubang dilakukan dari atas ke bawah. Dimensi model untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran A. Pada bagian atas model akan dipasang beban dengan jumlah pemasangan divariasikan mulai dari 2,3,4, dan 5 buah, yang akan diberi kode A (atas). Pada bagian bawah model dipasang beban seberat kurang lebih 8 kg yang akan diberi kode B (bawah) dengan jarak pemasangan beban bawah bervariasi mulai dari 5, 10, 15, 20, dan 25 cm dari bagian bawah wave collector. Tabel 3.6 di bawah ini menunjukkan kode percobaan yang digunakan beserta kombinasinya. Dari tabel ini kemudian bisa diketahui bahwa jumlah kombinasi yang digunakan pada benda uji sebanyak 60 buah. Tabel 3.6 Kode percobaan dan kombinasi yang digunakan pada benda uji. H, lubang putar B, jarak pemberat bawah (cm) A, jumlah beban atas Berat benda uji ditimbang tanpa merubah kombinasi lubang putar (H) dan jarak pemberat bawah (B) tetapi pada kondisi kosong (tanpa beban), dengan pemberat bawah, dan dengan merubah kombinasi berat beban atas. Berat benda uji pada berbagi kondisi tersebut disajikan dalam Tabel 3.7 dan proses penimbangan benda uji dapat dilihat pada Gambar Metoda Penelitian 3-19

20 Gambar 3.10 Proses penimbangan Benda uji Tabel 3.7 Berat benda uji pada berbagai kondisi Berat benda uji (kg) kosong = 4.34 B = A1 = 13.1 A2 = A3 = 15 A4 = A5 = Keserupaan Benda Uji Nilai skala yang digunakan pada percobaan ini diperoleh dengan membandingkan ukuran prototip terhadap model, dimana prototip dirancang untuk memiliki tinggi 2 m sedangkan model memiliki tinggi 48 cm sehingga diperoleh nilai skala tinggi N t : N t = p t tm 200 = = Metoda Penelitian 3-20

21 Model bukan merupakan model terdistorsi sehingga nilai skala tinggi sama dengan nilai skala panjang dan lebar, yaitu : N t = N p = N l = 4.17 Panjang, lebar, dan tebal prototip dan model dapat dilihat pada Tabel 3.8 di bawah ini. Tabel 3.8 Perbandingan ukuran prototip dan model benda uji. Ukuran (cm) Prototip Model Tinggi Panjang Lebar Adapun untuk mengetahui nilai skala perioda, N T kita gunakan persamaan 2.24 yaitu : N T = N L maka N T = = 2.04 Kemudian nilai skala berat diperoleh dengan menggunakan cara berikut : W = m.g = ρ.g.v = ρ.g.p.l.t N w = ρ. g p ρ. g m p m. p. l. t. p p m. l p m. t p m = N ρ.n g.n L.N H.N V N ρ, N g = 1 N L =N H =N V = 3 N L = = Sehingga diperoleh tabel perbandingan berat model dan prototip sebagai berikut : Metoda Penelitian 3-21

22 Tabel 3.9 Perbandingan berat model dan prototip Berat (kg) Model Prototip kosong B A A A A A Titik Berat Benda Uji Untuk mengetahui titik berat dari perangkat konversi energi gelombang, dilakukan pengambilan data titik berat dengan metoda sebagai berikut : 1. Model digantung dengan menggunakan kawat pada kedua ujung model pada sebatang besi. 2. Kemudian model yang telah digantung pada sebatang besi tersebut diletakkan pada sebuah tumpuan, dalam hal ini tumpuan juga terbuat dari besi. 3. Model kemudian digeser sampai seimbang, setelah seimbang, dihitung jarak dari titik ujung model dikaitkan terhadap titik tumpu yang merupakan posisi titik berat model. 4. Perhitungan titik berat dilakukan sebanyak 20 kali, karena digunakan 5 buah kombinasi jarak beban bawah dan 4 buah kombinasi berat beban atas. Contoh mode percobaan adalah sebagai berikut : HX B5 A2 Titik putar yang digunakan; tidak berpengaruh dalam pengukuran titik berat Jarak pemberat bawah = 5 cm Jumlah pemberat atas = 2 buah Ilustrasi pengambilan data titik berat model dapat dilihat pada Gambar 3.11, dan nilai titik berat untuk tiap-tiap mode percobaan bisa dilihat pada Tabel 3.10 sedangkan proses pengambilan data titik berat dapat dilihat pada Gambar Metoda Penelitian 3-22

23 x Gambar 3.11 Metoda pengukuran titik berat Metoda Penelitian 3-23

24 Tabel 3.10 Nilai titik berat Mode Jarak titik berat, x (cm) HXB5A HXB5A3 49 HXB5A4 47 HXB5A5 46 HXB10A HXB10A HXB10A4 49 HXB10A5 47 HXB15A HXB15A3 53 HXB15A HXB15A HXB20A HXB20A HXB20A HXB20A HXB25A HXB25A HXB25A HXB25A Metoda Penelitian 3-24

25 Gambar 3.12 Proses pengukuran titik berat Perioda Natural Benda Uji Perioda natural atau disebut juga perioda sendiri perlu diketahui untuk memperkirakan resonansi pada model. Dalam percobaan ini, dilakukan 2 metoda untuk mengetahui perioda natural model. Yang pertama dengan melakukan pengukuran di lab, sedangkan yang kedua perioda natural dihitung dengan menggunakan metoda analitis. Langkah Pengambilan Data Pengukuran di lab dilakukan dengan merekam respon benda uji setelah diberi simpangan awal, langkah pengukuran yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Benda uji dipasang pada wavemaker kosong (tidak diisi air) dan konfigurasi benda uji disesuaikan dengan mode percobaan yang akan dilakukan. 2. Kamera digital dipasang pada tripod untuk merekam pergerakan Benda uji. Pemasangan kamera dan tripod harus tegak lurus terhadap benda uji. 3. Clipper untuk mengetahui mode percobaan yang sedang dilaksanakan dipersiapkan. Contoh clipper yang digunakan dalam percobaan dapat dilihat pada Gambar Metoda Penelitian 3-25

26 Gambar 3.13 Contoh clipper yang digunakan dalam percobaan perioda natural. 4. Benda uji kemudian diberi simpangan awal, lalu dilepas. 5. Pergerakan harmonik model kemudian direkam. Alat bantu yang digunakan adalah kamera digital Panasonic DMC-FZ50 dengan kemampuan pengambilan gambar 30 fps. Contoh sekuens percobaan perioda natural dapat dilihat pada Gambar Setelah perekaman untuk satu mode percobaan selesai dilakukan, benda uji kemudian dipersiapkan kembali seperti pada langkah 1. Langkah Pengolahan Data Dari total 60 kombinasi mode benda uji, sebanyak 11 mode percobaan tidak digunakan karena benda uji tidak seimbang pada ke-11 mode tersebut. Langkah pengolahan data untuk 49 data rekaman percobaan lainnya kemudian diolah dengan cara sebagai berikut : 1. File rekaman percobaan dalam format *.MOV diolah dengan menggunakan software ffmpeg.rev Software ffmpeg.rev10464 berguna untuk mengurai file rekaman (dalam percobaan ini format file *.MOV) menjadi gambar tiap frame (dalam percobaan ini format gambar yang digunakan adalah *.jpg). Langkah run software ffmpeg.rev10464 yaitu dengan mengetik cmd pada run Windows XP(start menu>run>cmd), yang akan menampilkan window command. Metoda Penelitian 3-26

27 Gambar 3.14 Sekuens percobaan perioda natural Pada window command ini kemudian kita masukkan path menuju folder dimana software ffmpeg.rev10464 terdapat. Kemudian masukkan perintah ffmpeg i <nama file>.mov %04d.jpg lalu tekan enter. Software ffmpeg.rev10464 kemudian akan secara otomatis mengurai file *.MOV menjadi *.jpg. Ilustrasi software ffmpeg.rev10464 dan penjelasan perintah yang digunakan dapat dilihat pada Gambar Metoda Penelitian 3-27

28 path folder input format file format file output software yang nama file jumlah digunakan digit file output Gambar 3.15 Tampilan software ffmpeg.rev10464 dan penjelasan perintah yang digunakan File gambar per-frame kemudian diamati untuk mengetahui frame pada simpangan maksimum sebanyak n perioda. Frame awal dan frame akhir kemudian dicatat, sehingga dihasilkan perioda natural, Tn melalui rumus Tn = dimana : Tn frame frame akhir frame awal akhir frame awal 30 n = perioda natural (detik) = nomor frame simpangan maksimum akhir pengamatan = nomor frame simpangan maksimum awal pengamatan 30 = kemampuan pengambilan gambar kamera (30 frame per second) n = jumlah perioda pengamatan (3.1) Setelah dilakukan pengolahan terhadap data rekaman, kemudian dihasilkan perioda natural, Tn (detik) yang disajikan pada Tabel 3.11, mode percobaan yang tidak seimbang tidak memiliki frekuensi natural. Metoda Penelitian 3-28

29 Tabel 3.11 Perioda natural model mode Tn (detik) mode Tn (detik) mode Tn (detik) H1B5A H2B5A H3B5A2 - H1B5A H2B5A H3B5A3 - H1B5A H2B5A H3B5A4 - H1B5A H2B5A H3B5A5 - H1B10A H2B10A H3B10A H1B10A H2B10A H3B10A3 - H1B10A H2B10A H3B10A4 - H1B10A H2B10A H3B10A5 - H1B15A H2B15A H3B15A H1B15A H2B15A H3B15A3 - H1B15A H2B15A H3B15A4 - H1B15A H2B15A H3B15A5 - H1B20A H2B20A H3B20A H1B20A H2B20A H3B20A H1B20A H2B20A H3B20A H1B20A H2B20A H3B20A5 - H1B25A H2B25A H3B25A H1B25A H2B25A H3B25A H1B25A H2B25A H3B25A H1B25A H2B25A H3B25A5 - Perioda natural model secara analitis diperoleh dengan menggunakan rumus Tn = 2π I mgd Dimana Tn = perioda natural (detik) I = momen inersia m = massa g = percepatan gravitasi d = selisih jarak titik berat terhadap titik putar (3.2) Metoda Penelitian 3-29

30 hasil perhitungan perioda natural secara analitis dapat dilihat pada Tabel Tabel 3.12 Nilai perioda natural berdasarkan metoda analitis Mode Tn (analitis), Tn (analitis), Tn (analitis), Mode Mode detik detik detik H1B5A H2B5A H3B5A H1B5A H2B5A H3B5A H1B5A H2B5A H3B5A H1B5A H2B5A H3B5A H1B10A H2B10A H3B10A H1B10A H2B10A H3B10A H1B10A H2B10A H3B10A H1B10A H2B10A H3B10A H1B15A H2B15A H3B15A H1B15A H2B15A H3B15A3 - H1B15A H2B15A H3B15A H1B15A H2B15A H3B15A H1B20A H2B20A H3B20A H1B20A H2B20A H3B20A H1B20A H2B20A H3B20A H1B20A H2B20A H3B20A H1B25A H2B25A H3B25A H1B25A H2B25A H3B25A H1B25A H2B25A H3B25A H1B25A H2B25A H3B25A Adapun perbandingan perioda natural hasil pengukuran di lab dengan perioda natural metoda analitis dapat dilihat pada Tabel Metoda Penelitian 3-30

31 Tabel 3.13 Perbandingan perioda natural hasil pengukuran dan metoda analitis Mode Tn (ukur), detik Tn (analitis), detik Mode Tn (ukur), detik Tn (analitis), detik Mode Tn (ukur), detik Tn (analitis), detik H1B5A H2B5A H3B5A H1B5A H2B5A H3B5A H1B5A H2B5A H3B5A H1B5A H2B5A H3B5A H1B10A H2B10A H3B10A H1B10A H2B10A H3B10A H1B10A H2B10A H3B10A H1B10A H2B10A H3B10A H1B15A H2B15A H3B15A H1B15A H2B15A H3B15A3 - #DIV/0! H1B15A H2B15A H3B15A H1B15A H2B15A H3B15A H1B20A H2B20A H3B20A H1B20A H2B20A H3B20A H1B20A H2B20A H3B20A H1B20A H2B20A H3B20A H1B25A H2B25A H3B25A H1B25A H2B25A H3B25A H1B25A H2B25A H3B25A H1B25A H2B25A H3B25A Kecepatan Sudut Benda Uji Kecepatan sudut benda uji perlu diketahui untuk mengetahui daya input yang dapat dihasilkan oleh benda uji. Pengambilan data kecepatan sudut benda uji terbagi kedalam 3 tahap, yaitu : 1. Tahap pra pelaksanaan percobaan Metoda Penelitian 3-31

32 Pada tahap ini dilakukan pemilihan untuk menyesuaikan mode benda uji dan kemampuan wavemaker. 2. Tahap pelaksanaan percobaan Tahap pelaksanaan percobaan merupakan tahap pengambilan data di laboratorium dari mode benda uji yang telah dipilih sebelumnya. 3. Tahap pengolahan data percobaan Tahap ini merupakan tahap pengolahan data percobaan yang telah diambil di laboratorium. Pra Pelaksanaan Percobaan Tahap pra pelaksanaan percobaan merupakan tahap pemilihan mode percobaan yang akan dilaksanakan. Pemilihan mode percobaan dilakukan dengan memilih beberapa nilai perioda natural benda uji terlebih dahulu. Mode percobaan yang dipilih untuk pelaksanaan percobaan beserta nilai perioda naturalnya dapat dilihat pada Tabel Tabel 3.14 Mode percobaan untuk pelaksanaan percobaan kecepatan sudut. Benda uji Tn (detik) H1B10A H2B10A H2B5A H3B15A H3B20A H3B20A H3B25A Setelah diperoleh mode percobaan yang akan digunakan, kemudian dilakukan pemilihan terhadap data kemampuan wavemaker. Dalam hal ini, dipilih perioda wavemaker yang berdekatan dengan perioda natural benda uji untuk melihat proses resonansi. Percobaan akan dilakukan pada 2 kedalaman air yaitu 100 dan 80 cm dan mode wavemaker yang dipilih beserta periodanya dapat dilihat pada Tabel 3.15 Metoda Penelitian 3-32

33 Tabel 3.15 Mode wavemaker yang digunakan dan periodanya (a) kedalaman 100 cm (b) kedalaman 80 cm (a) Wavemaker T (detik) A100p1rpm A100p5rpm A100p7rpm A100p9rpm A100p9rpm (b) Wavemaker T (detik) A080p1rpm A080p5rpm A080p9rpm A080p1rpm A080p3rpm A080p9rpm A080p7rpm A080p3rpm Setelah mode benda uji dan mode wavemaker ditentukan dihasilkan tabel perbandingan perioda wavemaker dan perioda natural benda uji. Dari tabel ini dapat diketahui bahwa jumlah total percobaan yang dilakukan sebanyak total 91 percobaan, yaitu 35 percobaan untuk kedalaman 100 cm dan 56 percobaan untuk kedalaman 80 cm. Kombinasi mode wavemaker dan mode benda uji dapat dilihat pada Tabel Penjelasan mengenai kode percobaan untuk wavemaker dan benda uji dapat dilihat pada Lampiran B. Metoda Penelitian 3-33

34 Tabel 3.16 Kombinasi mode wavemaker dan mode benda uji (a) kedalaman 100 cm (b) kedalaman 80 cm. (a) Wavemaker T (detik) Benda uji Tn(detik) A100p1rpm H1B10A H2B10A H2B5A H3B15A H3B20A H3B20A H3B25A A100p5rpm H1B10A H2B10A H2B5A H3B15A H3B20A H3B20A H3B25A A100p7rpm H1B10A H2B10A H2B5A H3B15A H3B20A H3B20A H3B25A A100p9rpm H1B10A H2B10A H2B5A H3B15A H3B20A H3B20A H3B25A Metoda Penelitian 3-34

35 Tabel 3.16 (lanjutan) Kombinasi mode wavemaker dan mode benda uji (a) kedalaman 100 cm (b) kedalaman 80 cm. (a) Wavemaker T (detik) Benda uji Tn (detik) A100p9rpm H1B10A H2B10A H2B5A H3B15A H3B20A H3B20A H3B25A (b) Wavemaker T Tn T Tn Benda uji Wavemaker Benda uji (detik) (detik) (detik) (detik) A080p1rpm H1B10A A080p3rpm H1B10A H2B10A H2B10A H2B5A H2B5A H3B15A H3B15A H3B20A H3B20A H3B20A H3B20A H3B25A H3B25A A080p5rpm H1B10A A080p9rpm H1B10A H2B10A H2B10A H2B5A H2B5A H3B15A H3B15A H3B20A H3B20A H3B20A H3B20A H3B25A H3B25A Metoda Penelitian 3-35

36 Tabel 3.16 (lanjutan) Kombinasi mode wavemaker dan mode benda uji (a) kedalaman 100 cm (b) kedalaman 80 cm. Wavemaker T Tn T Tn Benda uji Wavemaker Benda uji (detik) (detik) (detik) (detik) A080p9rpm H1B10A A080p7rpm H1B10A H2B10A H2B10A H2B5A H2B5A H3B15A H3B15A H3B20A H3B20A H3B20A H3B20A H3B25A H3B25A A080p1rpm H1B10A A080p3rpm H1B10A H2B10A H2B10A H2B5A H2B5A H3B15A H3B15A H3B20A H3B20A H3B20A H3B20A H3B25A H3B25A Tabel 3.16 kemudian dikembangkan lebih lanjut untuk memperoleh lembar kontrol percobaan. Lembar kontrol percobaan disusun untuk memudahkan pelaksanaan percobaan dan efisiensi percobaan. Pertimbangan dalam penyusunan lembar kontrol percobaan dilakukan berdasarkan kemudahan pemasangan atau perubahan konfigurasi benda uji dan wavemaker. Lembar kontrol percobaan kecepatan sudut dapat dilihat pada Lampiran C. Pelaksanaan Percobaan Pelaksanaan percobaan merupakan proses perekaman respon benda uji akibat gaya gelombang yang dihasilkan oleh wavemaker. Metoda ini digunakan karena pototip benda yang diujikan belum tersedia di dunia nyata dan juga karena perlu dilihat bagaimana respons dari struktur tersebut akibat perlakuan hidrodinamika. Pada penelitian ini karena bentuk asli dari perangkat yang akan didesain belum ada maka pembuatan model fisik dikerjakan dengan Metoda Penelitian 3-36

37 asumsi bahwa keserupaan fisik, keserupaan dinamik, dan keserupaan kinematik telah dipenuhi. Dalam proses pelaksanaan percobaan terdapat beberapa perubahan pada konfigurasi wavemaker, diantaranya karena keterbatasan wavemaker dan juga terdapat beberapa percobaan tambahan untuk mengetahui respon benda uji pada rpm yang berbeda. Sekuens salah satu percobaan kecepatan sudut benda uji dapat dilihat pada Gambar Gambar 3.16 Sekuens percobaan kecepatan sudut Metoda Penelitian 3-37

38 Adapun langkah percobaan yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Tangki diisi air dengan kedalaman 100 cm 2. Model dipasang pada tempatnya dan disesuaikan dengan mode percobaan yang akan dilaksanakan. 3. Kamera digital dipasang di tripod untuk merekam respon model akibat gelombang. Pemasangan kamera digital perlu diperhatikan agar tegak lurus model. 4. Clipper dipersiapkan untuk mengetahui mode percobaan yang akan dilakukan. Perbedaan clipper pada percobaan kecepatan sudut dengan percobaan perioda natural adalah pada clipper percobaan kecepatan sudut tercantum mode wavemaker yang digunakan. Contoh clipper yang digunakan pada percobaan ini dapat dilihat pada Gambar Gambar 3.17 Contoh clipper pada percobaan kecepatan sudut. 5. Wavemaker di set pada mode percobaan yang dilaksanakan. 6. Komputer dipersiapkan untuk merekan tinggi muka air 7. Perekaman gambar dilakukan bersamaan dengan pencatatan data pada komputer, keduanya berlangsung sekitar detik dan selesai pada waktu yang bersamaan. 8. Setelah perekaman selesai, benda uji kemudian dipasang pada mode percobaan selanjutnya apabila tidak ada perubahan pada rpm wavemaker dan percobaan dilakukan seperti pada langkah 2 s/d Apabila perekaman untuk satu posisi paddle telah selesai, selanjutnya posisi paddle diubah untuk menyesuaikan dengan mode wavemaker pada percobaan berikutnya. Percobaan kembali dilakukan seperi pada langkah 2 s/d 8. Metoda Penelitian 3-38

39 10. Setelah seluruh percobaan untuk kedalaman 100 cm selesai, air diturunkan sebanyak 20 cm, sehingga kedalaman air menjadi 80 cm. Percobaan dilakukan sesuai dengan langkah percobaan 2 s/d 9. Percobaan dilakukan sampai seluruh mode percobaan selesai dilakukan. Pengolahan Data Percobaan Pengolahan data percobaan dilakukan dengan menggunakan software ffmpeg.rev10464 seperti halnya percobaan perioda natural. Tetapi sebelum dilakukan pengolahan data percobaan dengan menggunakan software ffmpeg.rev10464 terlebih dahulu dilakukan pemilihan terhadap data hasil pecobaan. Hal ini dikarenakan tidak semua mode percobaan menghasilkan data rekaman yang dapat diamati. Dikarenakan adanya beberapa perubahan, terjadi pertambahan data rekaman percobaan menjadi 137 percobaan. Dari 137 percobaan pada kedua kedalaman air dihasilkan 34 data percobaan yang dapat diamati yaitu sebanyak 25 percobaan pada kedalaman 100 cm dan 9 percobaan pada kedalaman 80 cm. Data ini kemudian diolah dengan menggunakan software ffmpeg.rev Data percobaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.17 dan Tabel Metoda Penelitian 3-39

40 Tabel 3.17 Data rekaman percobaan kecepatan sudut yang diolah untuk kedalaman 100 cm. Wavemaker Benda uji Nomor Kedalaman Lubang Jarak beban Jumlah beban pecobaan Paddle Rpm air (cm) putar bawah (cm) atas (buah) Metoda Penelitian 3-40

41 Tabel 3.18 Data rekaman percobaan kecepatan sudut yang diolah untuk kedalaman 80 cm Wavemaker Benda uji Nomor Kedalaman Lubang Jarak beban Jumlah beban percobaan Paddle Rpm air (cm) putar bawah (cm) atas (buah) H2 B10 A H1 B10 A H2 B10 A H1 B10 A H1 B10 A H3 B20 A H1 B10 A H1 B10 A H1 B10 A Sumber-sumber Kesalahan Penghitungan Beberapa sumber kesalahan penghitungan dalam percobaan antara lain : Keterbatasan alat, dan pemilihan dari titik maksimum dan titik minimum dari gambar sekuensial. Human error, seperti kesalahan paralaks pada saat peletakan alat rekam di laboratorium sehingga memungkinkan terjadinya kemiringan posisi alat rekam terhadap objek rekaman. Metoda Penelitian 3-41

Data rekaman percobaan yang telah diolah kemudian diamati untuk mengetahui respon model akibat gaya gelombang.

Data rekaman percobaan yang telah diolah kemudian diamati untuk mengetahui respon model akibat gaya gelombang. BAB 4 Analisa Data 4 Data rekaman percobaan yang telah diolah kemudian diamati untuk mengetahui respon model akibat gaya gelombang. 4.1 Analisa Respons Benda Uji Untuk memperoleh data kecepatan sudut,

Lebih terperinci

Bab 3 DESKRIPSI PEKERJAAN. 3.1 Gambaran Umum Pekerjaan Lokasi dan Alat

Bab 3 DESKRIPSI PEKERJAAN. 3.1 Gambaran Umum Pekerjaan Lokasi dan Alat Bab 3 DESKRIPSI PEKERJAAN Uji Model Fisik Pemecah Gelombang Tipe Tiang Pancang Bertirai 3.1 Gambaran Umum Pekerjaan 3.1.1 Lokasi dan Alat Pekerjaan uji fisik yang dilakukan di Laboratorium Gelombang Teknik

Lebih terperinci

Modul Praktikum I. Profil Gelombang LABORATORIUM GELOMBANG PROGRAM STUDI TEKNIK KELAUTAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

Modul Praktikum I. Profil Gelombang LABORATORIUM GELOMBANG PROGRAM STUDI TEKNIK KELAUTAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN I LABORATORIUM GELOMBANG PROGRAM STUDI TEKNIK KELAUTAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2013 Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Gambar... iii BAB I Tujuan Praktikum... I-1

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN Bab 4 METODOLOGI PENELITIAN Uji Model Fisik Pemecah Gelombang Tipe Tiang Pancang Bertirai 4.1 Kalibrasi Data yang di dapat dari probe berupa satuan voltase. Data yang di dapat harus diolah terlebih dahulu

Lebih terperinci

PENGUJIAN KOEFISIEN TRANSMISI PADA MODEL PEMECAH GELOMBANG TENGGELAM DARI STRUKTUR AKRESI MINERAL

PENGUJIAN KOEFISIEN TRANSMISI PADA MODEL PEMECAH GELOMBANG TENGGELAM DARI STRUKTUR AKRESI MINERAL PENGUJIAN KOEFISIEN TRANSMISI PADA MODEL PEMECAH GELOMBANG TENGGELAM DARI STRUKTUR AKRESI MINERAL TUGAS AKHIR Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Oleh Darmastyo W. Sudarto

Lebih terperinci

UJI MODEL FISIK PEMECAH GELOMBANG TIPE TIANG PANCANG BERTIRAI

UJI MODEL FISIK PEMECAH GELOMBANG TIPE TIANG PANCANG BERTIRAI UJI MODEL FISIK PEMECAH GELOMBANG TIPE TIANG PANCANG BERTIRAI LAPORAN TUGAS AKHIR Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Oleh RUSLI ZULFIKAR 155 05 017 Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN III.1 Lokasi dan Waktu Penelitan Percobaan dilaksanakan pada Tangki uji gelombang di Laboratorium Teknik Kelautan Universitas Hasanuddin. Gambar 3.1 III.2 Jenis Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121 SBMPTN 017 Fisika Soal SBMPTN 017 - Fisika - Kode Soal 11 Halaman 1 01. 5 Ketinggian (m) 0 15 10 5 0 0 1 3 5 6 Waktu (s) Sebuah batu dilempar ke atas dengan kecepatan awal tertentu. Posisi batu setiap

Lebih terperinci

Lely Etika Sari ( ) Dosen Pembimbing : Ir. J. Lubi

Lely Etika Sari ( ) Dosen Pembimbing : Ir. J. Lubi STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI MASSA BANDUL TERHADAP POLA GERAK BANDUL DAN VOLTASE BANGKITAN GENERATOR PADA SIMULATOR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GELOMBAN LAUT SISTEM BANDUL KONIS Lely Etika Sari (2107100088)

Lebih terperinci

Bab 5 PENGAMBILAN DATA LABORATORIUM. 5.1 Penamaan kode Run

Bab 5 PENGAMBILAN DATA LABORATORIUM. 5.1 Penamaan kode Run Bab 5 PENGAMBILAN DATA LABORATORIUM Uji Model Fisik Pemecah Gelombang Tipe Tiang Pancang Bertirai 5.1 Penamaan kode Run Sebelum menjalankan percobaan, agar percobaan berlangsung tertib, masing-masing percobaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro, Jurusan Teknik

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro, Jurusan Teknik III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Lampung dan dilaksanakan mulai bulan September

Lebih terperinci

UJI MODEL GEOMETRI KONSTRUKSI PELINDUNG KOLAM PELABUHAN BIRA KABUPATEN BULUKUMBA

UJI MODEL GEOMETRI KONSTRUKSI PELINDUNG KOLAM PELABUHAN BIRA KABUPATEN BULUKUMBA UJI MODEL GEOMETRI KONSTRUKSI PELINDUNG KOLAM PELABUHAN BIRA KABUPATEN BULUKUMBA Juswan 1 A. Haris MUHAMMAD 1 and Amalia NURDIN 1 1 Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin Makassar

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Semua mekanisme yang telah berhasil dirancang kemudian dirangkai menjadi satu dengan sistem kontrol. Sistem kontrol yang digunakan berupa sistem kontrol loop tertutup yang menjadikan

Lebih terperinci

TUJUAN PERCOBAAN II. DASAR TEORI

TUJUAN PERCOBAAN II. DASAR TEORI I. TUJUAN PERCOBAAN 1. Menentukan momen inersia batang. 2. Mempelajari sifat sifat osilasi pada batang. 3. Mempelajari sistem osilasi. 4. Menentukan periode osilasi dengan panjang tali dan jarak antara

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 CALON TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2015

SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 CALON TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2015 HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 CALON TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2015 Bidang Fisika Waktu : 180 menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS ANTENA

BAB 4 HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS ANTENA BAB 4 HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS ANTENA Pengukuran terhadap antena dilakukan setelah antena dirancang. Pengukuran dilakukan untuk dua buah antena yaitu antena mikrostrip array elemen dan antena mikrostrip

Lebih terperinci

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. 1 D49 1. Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. Hasil pengukuran adalah. A. 4,18 cm B. 4,13 cm C. 3,88 cm D. 3,81 cm E. 3,78 cm 2. Ayu melakukan

Lebih terperinci

APLIKASI METODE FUNGSI TRANSFER PADA ANALISIS KARAKTERISTIK GETARAN BALOK KOMPOSIT (BAJA DAN ALUMINIUM) DENGAN SISTEM TUMPUAN SEDERHANA

APLIKASI METODE FUNGSI TRANSFER PADA ANALISIS KARAKTERISTIK GETARAN BALOK KOMPOSIT (BAJA DAN ALUMINIUM) DENGAN SISTEM TUMPUAN SEDERHANA APLIKASI METODE UNGSI TRANSER PADA ANALISIS KARAKTERISTIK GETARAN BALOK KOMPOSIT (BAJA DAN ALUMINIUM) DENGAN SISTEM TUMPUAN SEDERHANA Naharuddin, Abdul Muis Laboratorium Bahan Teknik, Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perencanaan Proses perencanaan mesin pembuat es krim dari awal sampai akhir ditunjukan seperti Gambar 3.1. Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa Perhitungan

Lebih terperinci

DASAR PENGUKURAN MEKANIKA

DASAR PENGUKURAN MEKANIKA DASAR PENGUKURAN MEKANIKA 1. Jelaskan pengertian beberapa istilah alat ukur berikut dan berikan contoh! a. Kemampuan bacaan b. Cacah terkecil 2. Jelaskan tentang proses kalibrasi alat ukur! 3. Tunjukkan

Lebih terperinci

Bab III Metode Penelitian

Bab III Metode Penelitian Bab III Metode Penelitian 3.1 Tahapan Penelitian Studi penelitian yang telah dilakukan bersifat eksperimental di Kolam Gelombang Laboratorium Lingkungan dan Energi Laut, Jurusan Teknik Kelautan FTK, ITS

Lebih terperinci

Soal 2 : Osilasi dari tabung berisi air

Soal 2 : Osilasi dari tabung berisi air Kompetisi Eksperimen Soal 8 April 009 Hal. of 5 Soal : Osilasi dari tabung berisi air Pada eksperimen ini, anda diminta melakukan pengukuran untuk menentukan ketebalan ( t ) tabung aluminium yang rongganya

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB III PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 3.1 Perencanaan Dalam Robot Pengirim terdapat sistem elektronis dan sistem mekanis di dalamnnya, dalam hal ini sistem mekanis di kendalikan oleh sistem elektronis seperti

Lebih terperinci

BAB III UJI LABORATORIUM. Pengujian bahan yang akan diuji merupakan bangunan yang terdiri dari 3

BAB III UJI LABORATORIUM. Pengujian bahan yang akan diuji merupakan bangunan yang terdiri dari 3 BAB III UJI LABORATORIUM 3.1. Benda Uji Pengujian bahan yang akan diuji merupakan bangunan yang terdiri dari 3 dimensi, tiga lantai yaitu dinding penumpu yang menahan beban gempa dan dinding yang menahan

Lebih terperinci

Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI

Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI 2. Sistem Osilasi Pegas A. Tujuan 1. Menentukan besar konstanta gaya pegas tunggal 2. Menentukan besar percepatan gravitasi bumi dengan sistem pegas 3. Menentukan konstanta gaya pegas gabungan (specnya)

Lebih terperinci

Validasi Teknik Video Tracking Pada Praktikum Bandul Matematis Untuk Mengukur Percepatan Gravitasi Bumi

Validasi Teknik Video Tracking Pada Praktikum Bandul Matematis Untuk Mengukur Percepatan Gravitasi Bumi Validasi Teknik Video Tracking Pada Praktikum Bandul Matematis Untuk Mengukur Percepatan Gravitasi Bumi Yeni Tirtasari1,a), Fourier Dzar Eljabbar Latief 2,b), Abd. Haji Amahoru1,c) dan Nadia Azizah1,d)

Lebih terperinci

BAB USAHA DAN ENERGI I. SOAL PILIHAN GANDA

BAB USAHA DAN ENERGI I. SOAL PILIHAN GANDA 1 BAB USAHA DAN ENERGI I. SOAL PILIHAN GANDA 01. Usaha yang dilakukan oleh suatu gaya terhadap benda sama dengan nol apabila arah gaya dengan perpindahan benda membentuk sudut sebesar. A. 0 B. 5 C. 60

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium terpadu jurusan teknik elektro, fakultas teknik,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium terpadu jurusan teknik elektro, fakultas teknik, III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di laboratorium terpadu jurusan teknik elektro, fakultas teknik, universitas lampung dan mulai dilaksanakan pada bulan november 2013

Lebih terperinci

PERANCANGAN KINCIR TERAPUNG PADA SUNGAI UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK

PERANCANGAN KINCIR TERAPUNG PADA SUNGAI UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK PERANCANGAN KINCIR TERAPUNG PADA SUNGAI UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK Jones Victor Tuapetel 1), Diyan Poerwoko 2) 1, 2) Program Studi Teknik Mesin Institut Teknologi Indonesia E-mail: jvictor_tuapetel@yahoo.com,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA PERCOBAAN

BAB IV HASIL DAN ANALISA PERCOBAAN BAB IV HASIL DAN ANALISA PERCOBAAN 4.1 HASIL PENGUJIAN MATERIAL Langkah pertama yang dilakukan sebelum penelitian ini dimulai adalah melakukan pengujian material penyusun geopolimer (precursor dan activator)

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2011 Yogyakarta, 26 Juli Intisari

SEMINAR NASIONAL TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2011 Yogyakarta, 26 Juli Intisari Sistem Pendorong pada Model Mesin Pemilah Otomatis Cokorda Prapti Mahandari dan Yogie Winarno Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma J1. Margonda Raya No.100, Depok 15424

Lebih terperinci

RESPON DINAMIS STRUKTUR BANGUNAN BETON BERTULANG BERTINGKAT BANYAK DENGAN KOLOM BERBENTUK PIPIH

RESPON DINAMIS STRUKTUR BANGUNAN BETON BERTULANG BERTINGKAT BANYAK DENGAN KOLOM BERBENTUK PIPIH RESPON DINAMIS STRUKTUR BANGUNAN BETON BERTULANG BERTINGKAT BANYAK DENGAN KOLOM BERBENTUK PIPIH Youfrie Roring Marthin D. J. Sumajouw, Servie O. Dapas Fakultas Teknik, Jurusan Sipil, Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN SISTEM POROS-ROTOR

BAB III PEMODELAN SISTEM POROS-ROTOR BAB III PEMODELAN SISTEM POROS-ROTOR 3.1 Pendahuluan Pemodelan sistem poros-rotor telah dikembangkan oleh beberapa peneliti. Adam [2] telah menggunakan formulasi Jeffcot rotor dalam pemodelan sistem poros-rotor,

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 sampai dengan September 2011. Kegiatan penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu pembuatan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Pada penelitian ini, data teknis yang digunakan adalah data teknis dari struktur bangunan gedung Binus Square. Berikut adalah parameter dari komponen

Lebih terperinci

Karakteristik Gelombang terhadap Struktur

Karakteristik Gelombang terhadap Struktur II LABORATORIUM GELOMBANG PROGRAM STUDI TEKNIK KELAUTAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2013 Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Gambar... iii Daftar Tabel Daftar Gambar i

Lebih terperinci

Dibuat oleh invir.com, dibikin pdf oleh

Dibuat oleh invir.com, dibikin pdf oleh 1. Energi getaran selaras : A. berbanding terbalik dengan kuadrat amplitudonya B. berbanding terbalik dengan periodanya C. berbanding lurus dengan kuadrat amplitudonya. D. berbanding lurus dengan kuadrat

Lebih terperinci

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN Kumpulan Soal Latihan UN UNIT MEKANIKA Pengukuran, Besaran & Vektor 1. Besaran yang dimensinya ML -1 T -2 adalah... A. Gaya B. Tekanan C. Energi D. Momentum E. Percepatan 2. Besar tetapan Planck adalah

Lebih terperinci

4 RANCANGAN SIMULATOR GETARAN DENGAN OUTPUT ARAH GETARAN DOMINAN VERTIKAL DAN HORIZONTAL

4 RANCANGAN SIMULATOR GETARAN DENGAN OUTPUT ARAH GETARAN DOMINAN VERTIKAL DAN HORIZONTAL 33 4 RANCANGAN SIMULATOR GETARAN DENGAN OUTPUT ARAH GETARAN DOMINAN VERTIKAL DAN HORIZONTAL Perancangan simulator getaran ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu : pengumpulan konsep rancangan dan pembuatan

Lebih terperinci

BAB IV PEMODELAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMODELAN DAN ANALISIS BAB IV PEMODELAN DAN ANALISIS Pemodelan dilakukan dengan menggunakan kontur eksperimen yang sudah ada, artificial dan studi kasus Aceh. Skenario dan persamaan pengatur yang digunakan adalah: Eksperimental

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. 1. Pembuatan rangkaian elektronika di Laboratorium Elektronika Jurusan

III. METODOLOGI PENELITIAN. 1. Pembuatan rangkaian elektronika di Laboratorium Elektronika Jurusan 19 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua tempat, yaitu: 1. Pembuatan rangkaian elektronika di Laboratorium Elektronika Jurusan Teknik Elektro Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENGUKURAN

BAB III METODOLOGI PENGUKURAN BAB III METODOLOGI PENGUKURAN Kincir angin merupakan salah satu mesin konversi energi yang dapat merubah energi kinetic dari gerakan angin menjadi energi listrik. Energi ini dibangkitkan oleh generator

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PADANG DINAS PENDIDIKAN PRA UJIAN NASIONAL KOTA PADANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PEMERINTAH KOTA PADANG DINAS PENDIDIKAN PRA UJIAN NASIONAL KOTA PADANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 PEMERINTAH KOTA PADANG DINAS PENDIDIKAN PRA UJIAN NASIONAL KOTA PADANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : FISIKA Satuan Pendidikan : SMA Kelas / Program : XII / IPA Paket : 04 Hari / Tanggal :

Lebih terperinci

SNMPTN 2011 FISIKA. Kode Soal Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini.

SNMPTN 2011 FISIKA. Kode Soal Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini. SNMPTN 2011 FISIKA Kode Soal 999 Doc. Name: SNMPTN2011FIS999 Version: 2012-10 halaman 1 01. Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini. Percepatan ketika mobil bergerak semakin

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flowchart Perencanaan Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Proses Perancangan mesin pemotong umbi seperti yang terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai mm Studi Literatur

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dan perancangan tugas akhir dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011 sampai dengan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Konstruksi Prototipe Manipulator Manipulator telah berhasil dimodifikasi sesuai dengan rancangan yang telah ditentukan. Dimensi tinggi manipulator 1153 mm dengan lebar maksimum

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KUAT LENTUR NORMAL DENGAN DUA TITIK PEMBEBANAN BAB I DESKRIPSI

METODE PENGUJIAN KUAT LENTUR NORMAL DENGAN DUA TITIK PEMBEBANAN BAB I DESKRIPSI METODE PENGUJIAN KUAT LENTUR NORMAL DENGAN DUA TITIK PEMBEBANAN BAB I DESKRIPSI 1.1 Maksud dan Tujuan 1.1.1 Maksud Metode Pengujian Kuat Lentur Beton Normal Dengan Dua titik Pembebanan dimaksudkan sebagai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai November

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai November 23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai November 2014 di Laboratorium Pemodelan Fisika dan Laboratorium Elektronika Dasar Jurusan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESAIN PENGGETAR MOLE PLOW Prototip mole plow mempunyai empat bagian utama, yaitu rangka three hitch point, beam, blade, dan mole. Rangka three hitch point merupakan struktur

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis 4. 1 Perancangan Mekanisme Sistem Penggerak Arah Deklinasi Komponen penggerak yang dipilih yaitu ball, karena dapat mengkonversi gerakan putaran (rotasi) yang

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 17 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Studi Literatur Penelitian ini mengambil sumber dari jurnal-jurnal pendukung kebutuhan penelitian. Jurnal yang digunakan berkaitan dengan pengaruh gerusan lokal terhdadap

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari alat peraga Oscillating Water Column. 3.1. Gambaran Alat Alat yang

Lebih terperinci

PERANCANGAN PENGUKUR MAGNITUDO DAN ARAH GEMPA MENGGUNAKAN SENSOR ACCELEROMETER ADXL330 MELALUI TELEMETRI

PERANCANGAN PENGUKUR MAGNITUDO DAN ARAH GEMPA MENGGUNAKAN SENSOR ACCELEROMETER ADXL330 MELALUI TELEMETRI Jurnal Sistem Komputer Unikom Komputika Volume 1, No.2-2012 PERANCANGAN PENGUKUR MAGNITUDO DAN ARAH GEMPA MENGGUNAKAN SENSOR ACCELEROMETER ADXL330 MELALUI TELEMETRI Hidayat 1, Usep Mohamad Ishaq 2, Andi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m)

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) LAMPIRAN 74 75 Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) : 15,4 kg Diameter silinder pencacah (D) : 37,5cm = 0,375 m Percepatan gravitasi (g) : 9,81 m/s 2 Kecepatan putar

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Perencanaan Rangka Mesin Peniris Minyak Proses pembuatan mesin peniris minyak dilakukan mulai dari proses perancangan hingga finishing. Mesin peniris minyak dirancang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Revie dan Jorry, 2016) Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan atau

Lebih terperinci

ANALISA PUTARAN RODA GIGI PADA KINCIR AIR TERHADAP TEGANGAN YANG DIHASILKAN GENERATOR MINI DC

ANALISA PUTARAN RODA GIGI PADA KINCIR AIR TERHADAP TEGANGAN YANG DIHASILKAN GENERATOR MINI DC ANALISA PUTARAN RODA GIGI PADA KINCIR AIR TERHADAP TEGANGAN YANG DIHASILKAN GENERATOR MINI DC Sugeng Triyanto Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma ABSTRAKSI Kata kunci : Putaran,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Pengujian yang dilakukan pada mesin CNC adalah pertama memerintahkan motor untuk bergerak ke kanan dan ke kiri (STEP LEFT dan STEP RIGHT). Kedua adalah pengujian memerintahkan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas hasil dan pembahasan dari perangkat yang telah dirancang dan dibuat. Sebelum dibahas mengenai hasil dan pembahasan dilakukan terlebih dahulu pengujian dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diperlukan dengan beberapa cara yang dilakukan, antara lain:

BAB III METODE PENELITIAN. diperlukan dengan beberapa cara yang dilakukan, antara lain: BAB III METODE PENELITIAN Dalam pembuatan kendali robot omni dengan accelerometer dan keypad pada smartphone dilakukan beberapa tahapan awal yaitu pengumpulan data yang diperlukan dengan beberapa cara

Lebih terperinci

SILABUS MATA KULIAH FISIKA DASAR

SILABUS MATA KULIAH FISIKA DASAR LAMPIRAN TUGAS Mata Kuliah Progran Studi Dosen Pengasuh : Fisika Dasar : Teknik Komputer (TK) : Fandi Susanto, S. Si Tugas ke Pertemuan Kompetensi Dasar / Indikator Soal Tugas 1 1-6 1. Menggunakan konsep

Lebih terperinci

BAB VI PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PANTAI

BAB VI PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PANTAI 145 BAB VI PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PANTAI 6.1. Perhitungan Struktur Revetment dengan Tumpukan Batu Perhitungan tinggi dan periode gelombang signifikan telah dihitung pada Bab IV, data yang didapatkan

Lebih terperinci

3. (4 poin) Seutas tali homogen (massa M, panjang 4L) diikat pada ujung sebuah pegas

3. (4 poin) Seutas tali homogen (massa M, panjang 4L) diikat pada ujung sebuah pegas Soal Multiple Choise 1.(4 poin) Sebuah benda yang bergerak pada bidang dua dimensi mendapat gaya konstan. Setelah detik pertama, kelajuan benda menjadi 1/3 dari kelajuan awal benda. Dan setelah detik selanjutnya

Lebih terperinci

PENGUKURAN GETARAN PADA POROS MODEL VERTICAL AXIS OCEAN CURRENT TURBINE (VAOCT) DENGAN METODE DIGITAL IMAGE PROCESSING

PENGUKURAN GETARAN PADA POROS MODEL VERTICAL AXIS OCEAN CURRENT TURBINE (VAOCT) DENGAN METODE DIGITAL IMAGE PROCESSING PRESENTASI TESIS (P3) PENGUKURAN GETARAN PADA POROS MODEL VERTICAL AXIS OCEAN CURRENT TURBINE (VAOCT) DENGAN METODE DIGITAL IMAGE PROCESSING HEROE POERNOMO 4108204006 LATAR BELAKANG Pengaruh getaran terhadap

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun keseluruhan sistem, prosedur pengoperasian sistem, implementasi dari sistem dan evaluasi hasil pengujian

Lebih terperinci

HAND OUT FISIKA DASAR I/GELOMBANG/GERAK HARMONIK SEDERHANA

HAND OUT FISIKA DASAR I/GELOMBANG/GERAK HARMONIK SEDERHANA GELOMBAG : Gerak Harmonik Sederhana M. Ishaq Pendahuluan Gerak harmonik adalah sebuah kajian yang penting terutama jika anda bergelut dalam bidang teknik, elektronika, geofisika dan lain-lain. Banyak gejala

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pengujian dan analisis alat peraga sistem kendali pendulum terbalik yang meliputi pengujian dimensi mekanik, pengujian dimensi dan massa

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. STUDI LITERATUR Studi literatur dilakukan dengan mengkaji pustaka atau literature berupa jurnal, tugas akhir ataupun thesis yang berhubungan dengan metode perhitungan kecepatan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Bab ini akan menjelaskan mengenai perancangan serta realisasi perangkat keras maupun perangkat lunak pada perancangan skripsi ini. Perancangan secara keseluruhan terbagi menjadi

Lebih terperinci

SASARAN PEMBELAJARAN

SASARAN PEMBELAJARAN OSILASI SASARAN PEMBELAJARAN Mahasiswa mengenal persamaan matematik osilasi harmonik sederhana. Mahasiswa mampu mencari besaranbesaran osilasi antara lain amplitudo, frekuensi, fasa awal. Syarat Kelulusan

Lebih terperinci

BAB II SISTEM KENDALI GERAK SEGWAY

BAB II SISTEM KENDALI GERAK SEGWAY BAB II SISTEM KENDALI GERAK SEGWAY Sistem merupakan suatu rangkaian beberapa organ yang menjadi satu kesatuan. Maka sistem kendali gerak adalah suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen pengendali

Lebih terperinci

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM BALOK ANAK DAN BALOK INDUK MENGGUNAKAN PELAT SEARAH

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM BALOK ANAK DAN BALOK INDUK MENGGUNAKAN PELAT SEARAH ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM BALOK ANAK DAN BALOK INDUK MENGGUNAKAN PELAT SEARAH David Bambang H NRP : 0321059 Pembimbing : Daud Rachmat W., Ir., M.Sc. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN

Lebih terperinci

Jika massa jenis benda yang tercelup tersebut kg/m³, maka massanya adalah... A. 237 gram B. 395 gram C. 632 gram D.

Jika massa jenis benda yang tercelup tersebut kg/m³, maka massanya adalah... A. 237 gram B. 395 gram C. 632 gram D. 1. Perhatikan gambar. Jika pengukuran dimulai pada saat kedua jarum menunjuk nol, maka hasil pengukuran waktu adalah. A. 38,40 menit B. 40,38 menit C. 38 menit 40 detik D. 40 menit 38 detik 2. Perhatikan

Lebih terperinci

BAB 4 STUDI KASUS. Sandi Nurjaman ( ) 4-1 Delta R Putra ( )

BAB 4 STUDI KASUS. Sandi Nurjaman ( ) 4-1 Delta R Putra ( ) BAB 4 STUDI KASUS Struktur rangka baja ringan yang akan dianalisis berupa model standard yang biasa digunakan oleh perusahaan konstruksi rangka baja ringan. Model tersebut dianggap memiliki performa yang

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI II LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMP/MTS SEDERAJAT

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI II LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMP/MTS SEDERAJAT SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI II LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMP/MTS SEDERAJAT 1. USAHA Sebuah benda bermassa 50 kg terletak pada bidang miring dengan sudut kemiringan 30 terhadap bidang horizontal. Jika

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. maka dari hukum Newton diatas dapat dirumuskan menjadi: = besar dari gaya Gravitasi antara kedua massa titik tersebut;

BAB II DASAR TEORI. maka dari hukum Newton diatas dapat dirumuskan menjadi: = besar dari gaya Gravitasi antara kedua massa titik tersebut; BAB II DASAR TEORI Pada bab ini penulis akan menjelaskan teori - teori penunjang yang diperlukan dalam merancang dan merealisasikan tugas akhir ini. Teori - teori yang digunakan adalah gaya gravitasi,

Lebih terperinci

Osilasi Harmonis Sederhana: Beban Massa pada Pegas

Osilasi Harmonis Sederhana: Beban Massa pada Pegas OSILASI Osilasi Osilasi terjadi bila sebuah sistem diganggu dari posisi kesetimbangannya. Karakteristik gerak osilasi yang paling dikenal adalah gerak tersebut bersifat periodik, yaitu berulang-ulang.

Lebih terperinci

PENGARUH PROFIL POROS PENGGERAK TERHADAP GERAKAN SABUK DALAM SUATU SISTEM BAN BERJALAN. Ishak Nandika G., Adri Maldi S.

PENGARUH PROFIL POROS PENGGERAK TERHADAP GERAKAN SABUK DALAM SUATU SISTEM BAN BERJALAN. Ishak Nandika G., Adri Maldi S. PENGARUH PROFIL POROS PENGGERAK TERHADAP GERAKAN SABUK DALAM SUATU SISTEM BAN BERJALAN Ishak Nandika G., Adri Maldi S. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh profil sudut ketirusan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Pengukuran Besaran Elektrik,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Pengukuran Besaran Elektrik, 23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Pengukuran Besaran Elektrik, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Lampung dari bulan Agustus

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Studi Literatur Penelitian ini mengambil sumber dari jurnal-jurnal pendukung kebutuhan penelitian. Jurnal yang digunakan berkaitan dengan pengaruh gerusan lokal terhadap perbedaan

Lebih terperinci

BAB V Pengujian dan Analisis Mesin Turbojet Olympus

BAB V Pengujian dan Analisis Mesin Turbojet Olympus BAB V Pengujian dan Analisis Mesin Turbojet Olympus Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian serta analisis hasil pengujian yang dilakukan. Validasi dilakukan dengan membandingkan hasil pengujian terhadap

Lebih terperinci

drimbajoe.wordpress.com

drimbajoe.wordpress.com 1. Suatu bidang berbentuk segi empat setelah diukur dengan menggunakan alat ukur yang berbeda, diperoleh panjang 5,45 cm, lebar 6,2 cm, maka luas pelat tersebut menurut aturan penulisan angka penting adalah...

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. hexapod. Dalam bab tersebut telah dibahas mengenai struktur robot, analisa

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. hexapod. Dalam bab tersebut telah dibahas mengenai struktur robot, analisa BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada Bab 3 telah dibahas tahapan yang dilakukan dalam merancang sistem hexapod. Dalam bab tersebut telah dibahas mengenai struktur robot, analisa keseimbangan, analisa pusat

Lebih terperinci

Olimpiade Sains Nasional Eksperimen Fisika Tingkat Sekolah Menengah Atas Agustus 2008 Waktu: 4 jam

Olimpiade Sains Nasional Eksperimen Fisika Tingkat Sekolah Menengah Atas Agustus 2008 Waktu: 4 jam Olimpiade Sains Nasional 008 Eksperimen Fisika Hal dari Olimpiade Sains Nasional Eksperimen Fisika Tingkat Sekola Menenga Atas Agustus 008 Waktu: 4 jam Petunjuk umum. Hanya ada satu soal eksperimen, namun

Lebih terperinci

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISA. Tempat Melakukan Pengujian : Peralatan Yang Dibutuhkan :

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISA. Tempat Melakukan Pengujian : Peralatan Yang Dibutuhkan : 5.1. Pengujian Alat BAB V PENGUJIAN DAN ANALISA Pengujian alat dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah alat tersebut dapat bekerja dengan baik atau tidak. 5.1.1. Tempat dan Peralatan Tempat Melakukan

Lebih terperinci

Tujuan. Pengolahan Data MOMEN INERSIA

Tujuan. Pengolahan Data MOMEN INERSIA Tujuan Pengolahan Data Pembahasan Kesimpulan MOMEN INERSIA MOMEN INERSIA Tujuan Percobaan Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu: 1. Menentukan konstanta pegas spiral dan momen inersia

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian dan analisa dari setiap modul yang mendukung sistem secara keseluruhan. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah

Lebih terperinci

USAHA, ENERGI & DAYA

USAHA, ENERGI & DAYA USAHA, ENERGI & DAYA (Rumus) Gaya dan Usaha F = gaya s = perpindahan W = usaha Θ = sudut Total Gaya yang Berlawanan Arah Total Gaya yang Searah Energi Kinetik Energi Potensial Energi Mekanik Daya Effisiensi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PADANG DINAS PENDIDIKAN UJIAN SEKOLAH (USEK) KOTA PADANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PEMERINTAH KOTA PADANG DINAS PENDIDIKAN UJIAN SEKOLAH (USEK) KOTA PADANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 PEMERINTAH KOTA PADANG DINAS PENDIDIKAN UJIAN SEKOLAH (USEK) KOTA PADANG TAHUN PELAJARAN 204/205 Mata Pelajaran : FISIKA Satuan Pendidikan : SMA/MA Kelas / Program : XII / IPA Paket : 0 Hari / Tanggal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendahuluan Bab ini berisikan uraian seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Mulai Studi

Lebih terperinci

Tabel 4.1. Hasil pengujian alat dengan variasi besar beban. Beban (kg)

Tabel 4.1. Hasil pengujian alat dengan variasi besar beban. Beban (kg) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Hasil Pengujian Pengujian dilakukan untuk mendapatkan nilai tegangan dan arus listrik. Pengujian dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: Menentukan beban yang akan

Lebih terperinci

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003 Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003 UAN-03-01 Perhatikan tabel berikut ini! No. Besaran Satuan Dimensi 1 Momentum kg. ms 1 [M] [L] [T] 1 2 Gaya kg. ms 2 [M] [L] [T] 2 3 Daya kg. ms 3 [M] [L] [T] 3 Dari

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Mesin Cetak Bakso Dibutuhkan mesin cetak bakso dengan kapasitas produksi 250 buah bakso per menit daya listriknya tidak lebih dari 3/4 HP dan ukuran baksonya

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi sistem yang dibuat. Gambar 3.1 menunjukkan blok diagram sistem secara keseluruhan. Anak Tangga I Anak Tangga II Anak

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT. Logika LOW = 0 Volt, sehingga keluaran dari sistem sensor cahaya yang akan. keluaran yang relatif stabil terhadap pembebanan.

BAB IV PENGUJIAN ALAT. Logika LOW = 0 Volt, sehingga keluaran dari sistem sensor cahaya yang akan. keluaran yang relatif stabil terhadap pembebanan. BAB IV PENGUJIAN ALAT 4.1 Pengujian Catu Daya Seperti diketahui bahwa untuk keperluan pensinyalan data digital diperlukan sumber tegangan yang memiliki level TTL, yaitu Logika HIGH = +5 Volt, serta Logika

Lebih terperinci

Studi Eksperimen; Analisa Redaman Gelombang pada Floating Concrete Breakwater Tipe Catamaran

Studi Eksperimen; Analisa Redaman Gelombang pada Floating Concrete Breakwater Tipe Catamaran Studi Eksperimen; Analisa Redaman Gelombang pada Floating Concrete Breakwater Tipe Catamaran Januar Saleh Kaimuddin, Dr. Yoyok Setyo Hadiwidodo, S.T, M.T. dan Suntoyo, S.T, M.Eng, Ph.D. Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan sinyal getaran untuk mendeteksi kerusakan elemen bola pada bantalan. Bantalan normal dan bantalan cacat elemen bola akan diuji

Lebih terperinci