Penerapan Model Quantum Teaching berbantuan Game pada Materi Pecahan di Kelas V SD

Transkripsi

1 Penerapan Model Quantum Teaching berbantuan Game pada Materi Pecahan di Kelas V SD Husnul Khatimah Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Aceh Barat Daya husnulkhatimah.mtk@gmail.com ABSTRAK Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang masih dianggap sulit dipahami oleh siswa. Kesulitan siswa dalam pelajaran matematika salah satunya pada materi pecahan. Materi pecahan masih sering dipahami sebagai materi abstrak sehingga belajar pecahan menjadi beban yang menjemukan dan tidak menarik minat siswa. Untuk mengatasi kesulitan siswa dalam materi pecahan, diperlukan adanya upaya guru dalam menggunakan model dan media pembelajaran yang dapat memberdayakan siswa. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar siswa di kelas V A pada model quantum teaching dan di kelas V B setelah diimplementasikan model quantum teaching. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa hasil belajar siswa berkaitan dengan model quantum teaching baik selama dan setelah diimplementasikan pada materi pecahan, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas V A dan V B dalam kriteria total Baik, tetapi hasilnya belum mencapai ketuntasan dari nilai kkm 75. Kata Kunci : Quantum Teaching, Game, Pecahan, SD PENDAHULUAN Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter. Siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun disiplin yang tinggi. Kurikulum 2013 menekankan penerapan pendekatan saintifik, meliputi: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan (Permendikbud, 2013). Dalam kurikulum 2013 ini diharapkan siswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran menuntut adanya perubahan setting dan bentuk pembelajaran tersendiri yang berbeda dengan pembelajaran konvensional. Dalam pembelajaran di sekolah, matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang masih dianggap sulit dipahami oleh siswa. Banyak pendapat yang dikemukakan oleh berbagai pihak yang menyatakan bahwa banyak siswa mengalami kesulitan belajar matematika (Soedjadi, 2001). Sebagian siswa masih beranggapan bahwa matematika merupakan sederetan rumus-rumus yang sangat rumit dan membosankan, sehingga menyebabkan siswa tidak menyukai pelajaran matematika dan mengakibatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika rendah atau kurang memuaskan. Kesulitan siswa dalam pelajaran matematika salah satunya pada materi pecahan. Materi pecahan masih sering dipahami sebagai materi abstrak sehingga belajar pecahan menjadi beban yang menjemukan dan tidak menarik minat siswa. Kesulitan guru dalam 25

2 Husnul Khatimah mengajar pecahan bahwa siswa kurangnya pemahaman tentang konsep-konsep sebelumnya sedangkan guru lebih sering mengatakan siswa sudah lupa pekerjaan sebelumnya (Harvey, 2012). Pembagian pecahan adalah salah satu konsep yang sulit bagi banyak anak. Anak-anak cenderung menyerap prosedur mekanik dalam pembagian pecahan (Okazaki and Kayoma, dalam Yim 2010), dan algoritma ini salah satu aturan yang paling misterius di matematika dasar (van de Walle dalam Yim 2010). Menurut Makmum (2005) bahwa salah satu faktor penyebab kesulitan belajar siswa adalah cukup tidaknya waktu, serta tepat tidaknya penggunaan waktu tersebut untuk belajar. Dengan demikian guru harus dapat mempergunakan waktu secara efektif dalam proses pembelajaran agar siswa mampu menguasai materi pelajaran dengan baik. Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara singkat dengan guru menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi pecahan. Hal ini disebabkan pada saat siswa belajar di kelas kurang aktif, kurang kreatif dan malu untuk bertanya walaupun ada yang mereka tidak mengerti. Sering juga ditemui siswa lebih senang bertanya kepada temannya dari pada kepada gurunya karena siswa merasa malu ketika ingin bertanya kepada guru. Untuk memahami konsep matematika yang bersifat abstrak di butuhkan aktifitas dan kreatifitas yang tinggi dari siswa. Oleh sebab itu pembelajaran harus di arahkan agar dapat membangkitkan aktifitas siswa tersebut salah satunya adalah belajar dengan cara kelompok. Dengan cara berkelompok, siswa dapat berdiskusi satu sama lain, siswa dapat bertukar informasi dan siswa yang pintar dapat membantu siswa yang kurang pintar. Salah satu masalah yang dialami siswa yaitu kesulitan memahami konsep yang benar, misalnya siswa tidak mampu memahami adalah seberapa banyak itu dari 2 (Newstead and Murray, 1998). Untuk mengatasi kesulitan siswa dalam materi pecahan, diperlukan adanya upaya guru dalam menggunakan model dan media pembelajaran yang dapat memberdayakan siswa. Guru dituntut untuk menggunakan metode yang bervariasi tidak hanya ceramah saja, tetapi juga menggunakan metodemetode lainnya seperti metode pembelajaran yang lebih menekankan pada pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Selain itu juga guru dituntut untuk menggunakan media pembelajaran yang kongkrit. Salah satu model pembelajaran yang dipandang sejalan dengan saintifik adalah model quantum teaching. Model pembelajaran quantum teaching merupakan suatu model pembelajaran yang dapat membuat siswa langsung mengalami permasalahan, menemukan sendiri jawaban atas permasalahan dan beraktivitas sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai saat ini. quantum teaching adalah pengubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya yang terfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas (de Porter, 2005). Hasil penelitian Haryani (2004) menyimpulkan bahwa penerapan quantum teaching meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal yang berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa dan berpengaruh terhadap ketuntasan belajar siswa, melibatkan seluruh aktivitas siswa sehingga siswa menjadi mandiri,bertanggung jawab, berkomitmen, dan jujur serta menjadikan kelas belajar menjadi lebih menarik dan menyenangkan. Hidayah (2008), penerapan model quantum teaching untuk meningkatakan hasil belajar siswa matematika siswa kelas IV SD Negeri 145 Pekan Baru menjelaskan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model quantum teaching dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Yuhasriati (2016), dalam penelitiannya meyimpulkan bahwa selama proses pembelajaran dengan quantum 26

3 teaching, siswa terasa dihargai, sehingga siswa menunjukkan sikap tanggung jawab, penuh semangat, dan memiliki berkomitmen dalam belajar Ada beberapa tahapan belajar yang terdapat dalam model quantum teaching yang dikenal dengan Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan (TANDUR). Melalui model quantum teaching diharapkan guru mampu membuat materi pecahan lebih mudah dipahami siswa dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian siswa mampu memperkuat pemahamannya tentang materi pecahan. Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan adalah game. Melalui game, diharapkan siswa dapat memperoleh kesenangan tanpa adanya paksaan. Dengan demikian, melalui game dapat disisipkan materi pelajaran sehingga siswa tidak hanya bermain tetapi mereka juga dapat melakukan proses belajar. Menurut Yulianty (2011:7), bermain merupakan suatu proses alamiah yang dengan sendirinya dilakukan oleh anak-anak. Game selalu menarik untuk diikuti, demikian pula halnya dengan program komputer yang mengemas informasi dalam bentuk permainan. Program yang berisi permainan dapat memberi motivasi bagi siswa untuk mempelajari informasi yang ada di dalamnya. Hal ini sangat berkaitan erat dengan esensi bentuk permainan yang selalu menampilkan masalah menantang yang perlu dicari solusinya oleh pemakai (Uno dan Lamatenggo, 2010:137). Permainan dapat memberikan pengalaman-pengalaman nyata yang dapat membantu siswa untuk meningkatkan kognitifnya. Bagi sebagian siswa mungkin belajar matematika itu susah dan membosankan sehingga matematika menjadi sebuah pelajaran yang tidak difavoritkan dan mungkin ditakuti. Berbagai hal yang muncul terkait dengan kesulitan siswa dalam memahami materi pecahan, untuk itu perlu diterapkan suatu keadaan yang dapat membangun motivasi siswa untuk belajar dikarenakan apabila kesulitan siswa tidak diatasi maka siswa akan mengalami kesulitan dalam memahami materi pecahan di jenjang selanjutnya. Salah satu cara adalah dengan menggunakan model quantum teaching berbantuan game, dengan adanya bantuan game diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dengan model quantum teaching. Azas utama quantum teaching adalah bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka. Melalui model pembelajaran quantum teaching, guru diharapkan dapat membawa siswa ke dalam dunia nyata dengan memberi pemahaman mengenai hakekat ilmu pengetahuan. Dalam model quantum teaching siswa dapat berperan aktif selama proses pembelajaran sehingga dengan adanya game dapat membuat siswa mudah memahami materi yang disampaikan. METODE PENELITIAN Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian deskriptif. Bogdan dan Taylor (dalam Sugiyono, 2010) menyebutkan bahwa penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, yaitu ucapan atau tulisan dan perilaku yang dapat diamati dari orang-orang (subjek) itu sendiri. Pendekatan kualitatif lebih melihat sesuatu sebagaimana adanya dalam suatu kesatuan yang saling terkait yang lebih menekankan pada proses daripada dampak atau hasil (Moleong, 2005:44). Jenis penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai apa adanya (sugiyono, 2010). Penelitian ini melihat dan menganalisis hasil belajar siswa selama 27

4 Husnul Khatimah bermain game dengan model quantum teaching dan setelah diimplementasikan model quantum teaching. Lokasi penelitian dilaksanakan di SD Islam Terpadu Al-Azhar Banda Aceh. SD IT Al-Azhar Banda Aceh terletak di Jalan Mutiara Dusun Lamnyong II, Desa Lamgugob Kecamatan Syiah Kuala. Penelitian ini dilaksanakan selama lima kali pertemuan pada materi pecahan, pertemuan pertama dilaksanakan pada Rabu, 28 Oktober 2015, pertemuan kedua dilaksanakan pada Kamis, 29 Oktober 2015, pertemuan ketiga dilaksanakan pada Rabu, 4 November 2015, pertemuan keempat pada kamis, 5 November 2015 dan pertemuan kelima pada Sabtu, 7 November Kemudian peneliti juga melakukan perpanjangan pengamatan yaitu pada kelas yang tidak memainkan game materi pecahan selama tiga kali pertemuan, yaitu pada tanggal 25 Januari 2016, 27 Januari 2016, dan 1 Februari Subjek penelitian ini adalah 6 siswa kelas V A dan 6 siswa kelas V B yaitu 3 orang siswa perempuan dan 3 orang siswa laki-laki. Subjek dipilih berdasarkan rekomendasi dari guru yang mengajar di sekolah tersebut, yaitu kelas V A yang diajarkan dengan menggunakan model quantum teaching berbantuan game dan kelas V B yang diajarkan dengan model quantum teaching tanpa berbantuan game. kemudian peneliti juga melakukan perpanjangan pengamatan dengan siswa kelas V B, dimana siswa tersebut juga memainkan game yang sama dengan kelas V A, tetapi siswa kelas V B tidak diajarkankan lagi dengan menggunakan model quantum teaching. Tes merupakan sejumlah soal yang diberikan kepada siswa sebagai subjek penelitian. Tes tersebut berbentuk essay yang berjumlah 6 soal. Post test digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada model quantum teaching di kelas V A dan setelah diimplementasikan model quantum teaching di kelas V B. Bentuk instrumen post-test adalah instrumen yang sama. Hal ini dimaksud agar hasil dari penelitian ini dapat digenaralisasikan secara umum dalam pembelajaran matematika. Analisis tes dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada materi pecahan melalui model quantum teaching. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan rumus persentase: P 100% Keterangan : f = Frekuensi N = Jumlah Siswa P = Presentase Dari rata-rata persentase tersebut ditetapkan jumlah siswa yang masuk kriteria baik sekali, baik, cukup, dan kurang berdasarkan kriteria yang dikemukakan oleh Arikunto (2009:245): Tabel 3.2 Kriteria Nilai Total 28 Skor Nilai (%) Baik Sekali Baik Cukup 55 Kurang Kriteria HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hasil belajar siswa selama pembelajaran quantum teaching di kelas V A Disajikan dalam Tabel 1.

5 Tabel 1 Hasil Tes Siswa No Nilai Keterangan 1 70 Tidak Tuntas 2 69 Tidak Tuntas 3 75 Tuntas 4 80 Tuntas 5 43 Tidak Tuntas 6 58 Tidak Tuntas Jumlah 395 Rata-rata Baik Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa 65,83 dan terdapat 4 siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar, yaitu yang memperoleh nilai kurang dari 75, sedangkan 2 siswa telah mencapai ketuntasan yaitu memperoleh nilai di atas 75. Presentase banyaknya siswa yang tuntas belajar adalah sebagai berikut: 33,33% Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas V A belum tuntas. Hasil belajar siswa setelah diimplementasikan model quantum teaching di kelas V B disajikan dalam Tabel 2 Tabel 2. Hasil Tes Siswa No Nilai Keterangan 1 50 Tidak Tuntas 2 65 Tidak Tuntas 3 83 Tuntas 4 75 Tuntas 5 40 Tidak Tuntas 6 85 Tuntas Jumlah 398 Rata-rata Baik 29

6 Husnul Khatimah Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa 66,33 dan terdapat 3 siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar, yaitu yang memperoleh nilai kurang dari 75, sedangkan 3 siswa telah mencapai ketuntasan yaitu memperoleh nilai di atas 75. Presentase banyaknya siswa yang tuntas belajar adalah sebagai berikut: 50% Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas V B belum tuntas. PENUTUP Simpulan Simpulan dari penelitian ini yaitu: hasil belajar siswa berkaitan dengan model quantum teaching baik selama dan setelah diimplementasikan pada materi pecahan, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas V A dan V B dalam kriteria total Baik, tetapi hasilnya belum mencapai ketuntasan dari nilai kkm 75. Saran Berdasarkan simpulan di atas, maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut: 1) guru diharapkan untuk terus berupaya dalam menggunakan game dalam pembelajaran matematika. 2) waktu bermain game harus disesuaikan dengan pembelajaran yang diberikan 3) siswa boleh menggunakan buku pembelajaran dalam bermain game. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Sebagai Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. DePorter, B., Reardon. M., Nourie, S.S. ( 2005). QuantumTeaching (Mempraktikakan Quantum Learning di Ruang-ruang kelas ). Bandung: Kaifa. Harvey, R. (2012). Stretching student teachers understanding of fractions. Mathematics Education Research Group of Australasia, Inc. Haryani, T. (2004). Penerapan Pembelajaran Quantum Teaching Sebagai Upaya Peningkatkan Keterampilan Operasi Hitung Perkalian Bagi Siswa Kelas V SD Negeri Ledok 07 Salatiga. Skripsi. Jurusan Pendidikan Matematika UNNES. Hidayah, R. (2008). Penerapan Model Quantum Teaching untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD N 145 Peukanbaru. Diakses pada tanggal 28 Juli 2015, dari /1/JURNAL.pdf. Makmum, S. (2005). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Moleong, L.J. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif; Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Newstead, K and Hanlie, M. (1998). Young Students Constructions of Fractions. South Africa: Mathematics Learnig and Teaching Initiative. Diakses 29 Agustus 30

7 2015, dari doi= &rep= rep1&type=pdf. Soedjadi, R. (2001). Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif a dan R&D. Bandung : CV. Alfabeta. Uno, H.B. dan Lamatenggo, N. (2010). Teknologi Komunikasi dan Informasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Yim, J. (2009). Children s strategies for division by fractions in the context of the area of a rectangle. Springer Science + Business Media B.V Yuhasriati, dan Yulianti (2016). Hasil Belajar Persamaan Linear Satu Variabel dengan Quantum Teaching. Serambi Akademica 4(2): Yulianty, R. (2011). Permainan yang Meningkatkan kecerdasan Anak Modern dan Tradisional. Jakarta: Laskar Aksar 31