LAPORAN KINERJA. Tahun 2016 BADAN STANDARDISASI NASIONAL BADAN STANDARDISASI NASIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN KINERJA. Tahun 2016 BADAN STANDARDISASI NASIONAL BADAN STANDARDISASI NASIONAL"

Transkripsi

1 LAPORAN KINERJA BADAN STANDARDISASI NASIONAL Tahun 2016 BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2017

2 LAPORAN KINERJA BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN 2016 BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2017 i

3 DAFTAR ISI Halaman Judul Daftar Isi Daftar Tabel dan Gambar Daftar Istilah dan Singkatan Nilai-Nilai BSN Kata Pengantar Pernyataan Hasil Reviu Ringkasan Eksekutif i iii v viii x xi xiii xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 2 B. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi 3 C. Mandat dan Peran Strategis 6 D. Sistematika Laporan 7 BAB II STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN A. Kondisi Umum 12 B. Tujuan Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian 15 C. Arah Kebijakan Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian 16 D. Arah Kebijakan Nasional 17 ii

4 BAB III PERENCANAAN STRATEGIS DAN PERJANJIAN KINERJA A. Perencanaan Strategis 21 B. Rencana Kerja dan Anggaran 26 C. Perjanjian Kinerja 27 D. Pengukuran Kinerja 29 BAB IV AKUNTABILITAS KINERJA A. Capaian Indikator Kinerja Utama 38 B. Realisasi Anggaran 140 BAB V PENUTUP Lampiran: 1) Struktur Organisasi 2) Perjanjian Kinerja iii

5 DAFTAR TABEL DAN GAMBAR BAB I Gambar 1.1 Komposisi Pegawai Berdasarkan Usia 5 Gambar 1.2 Komposisi Pegawai berdasarkan Tingkat Pendidikan 5 BAB II Gambar 2.1 Pola hubungan Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian 15 Gambar 2.2 Tahapan dan skala prioritas pencapaian strategi standardisasi 17 BAB III Tabel 3.1 Alokasi anggaran BSN tahun 2016 berdasarkan Program dan Kegiatan 26 Tabel 3.2 Perjanjian Kinerja BSN Tahun Tabel 3.3 Tata cara pengukuran IKU BSN 30 Tabel 3.4 Penjelasan Indikator Kinerja Utama BSN Gambar 3.1 Proses Review Renstra BSN oleh Kemenpan dan RB 20 Gambar 3.2 Peta rencana strategis BSN berdasarkan Balance Scorecard 25 BAB Tabel 4.1 Capaian Kinerja BSN tahun Tabel 4.2 Target, Realisasi dan Capaian IKU 1 Tahun Tabel 4.3 Target, Realisasi dan Capaian IKU 2 43 Tabel 4.4 Target, Realisasi dan Capaian IKU 3 46 Tabel 4.5 Penelitian Yang telah Dimafaatkan oleh Pemangku Kepentingan 46 Tabel 4.6 Target, Realisasi dan Capaian IKU 4 51 Tabel 4.7 Jenis Sertifikasi Industri oleh Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) 51 Tabel 4.8 Target, Realisasi dan Capaian IKU 5 53 Tabel 4.9 Indeks Persepsi Masyarakat terhadap Standardisasi 54 Tabel 4.10 Target, Realisasi dan Capaian Indikator 6 65 Tabel 4.11 Target dan realisasi penetapan SNI dibandingkan dengan usulan PNPS 70 Tabel 4.12 Monitoring target Quick Win 12 bulan penetapan SNI 71 Tabel 4.13 Sekretariat Komtek/SubKomtek Perumusan SNI yang dikelola BSN 72 Tabel 4.14 Rekapitulasi Pelaksanaan Workshop SDM Perumusan SNI 75 Tabel 4.15 Distribusi fasilitasi perumusan SNI adopsi SI 78 Tabel 4.16 Target, Realisasi dan Capaian Indikator 7 82 Tabel 4.17 Daftar penelitian yang dilakukan tahun Tabel 4.18 Bentuk beberapa kerjasama di bidang SPK 87 Tabel 4.19 Target, Realisasi dan Capaian Sasaran 8 88 Tabel 4.20 Beberapa usulan penyusunan SNI dari Pemda dan Universitas 90 Tabel 4.21 Perkembangan penanganan outgoing notifikasi dan Enquiry tahun iv

6 Tabel 4.22 Notifikasi Rancangan Regulasi teknis dan Regulasi Teknis tahun Tabel 4.23 Industri/organisasi yang difasilitasi untuk menerapkan SNI pada tahun Tabel 4.24 Target, Realisasi dan Capaian Sasaran Tabel 4.25 Target, Realisasi dan Capaian IKU Tabel 4.26 LPK yang diakreditasi KAN 107 Tabel 4.27 Target, Realisasi dan Capaian IKU Tabel 4.28 Skema akreditasi KAN yang diakui di tingkat internasional (MRA/MLA) 111 Tabel 4.29 Target, Realisasi dan Capaian IKU Tabel 4.30 Target, Realisasi dan Capaian IKU Tabel 4.31 Bidang Pengukuran: Photometry and Radiometry, Dr. T. Zama 115 Tabel 4.32 Bidang Pengukuran: Force, Torque, Dr. K. Ogushi (NMIJ Jepang) 116 Tabel 4.33 Bidang Pengukuran: Flow and Volume, Dr. T. Shimada 116 Tabel 4.34 Bidang Pengukuran: Electrical, Dr. N Kaneko (NMIJ Jepang) 116 Tabel 4.35 Bidang Pengukuran: Chemistry, Dr Igor Maksimov (NMIJ Jepang) 117 Tabel 4.36 Bidang Pengukuran: Chemistry, Dr Byungjoo Kim (KRISS Korea) 117 Tabel 4.37 Target, Realisasi dan Capaian IKU Tabel 4.38 Target, Realisasi dan Capaian IKU Tabel 4.39 Deskripsi Sub Unsur Indikator Capaian IKU 125 Tabel 4.40 Target, Realisasi dan Capaian IKU Tabel 4.41 Target, Realisasi dan Capaian IKU Tabel 4.42 Capaian kinerja pengelolaan keuangan BSN tahun Tabel 4.43 Target, Realisasi dan Capaian IKU Tabel 4.44 Target, Realisasi dan Capaian IKU Tabel 4.45 Target, Realisasi dan Capaian IKU Tabel 4.46 Target, Realisasi dan Capaian IKU Tabel 4.47 Pagu dan Realisasi Anggaran BSN pada tahun Gambar 4.1 Produk Produk bersertifikat SNI 43 Gambar 4.2 Grafik Jumlah Jenis Produk Bersertifikat SNI di Indoensia 44 Gambar 4.3 Kunjungan Industri oleh BSN 52 Gambar 4.4 Kepala BSN, Bambang Prasetya dan Menteri KLHK, Siti Nurbaya 52 Gambar 4.5 SNI Corner, mendekatkan SNI dan BSN ke Publik 57 Gambar 4.6 Pemberitaan SNI di media massa 58 Gambar 4.7 SNI Channel sebagai media penyebarluasan informasi standardisasi 58 Gambar 4.8 Pembinaan Penerapan SNI kepada UMKM 59 Gambar 4.9 Indonesia juara I dan III Olimpade Standar Internasional di Korea 60 Gambar 4.10 Edukasi SNI melalui Zona SNI di Taman Pintar Yogyakarta 61 Gambar 4.11 Menteri Ristekdikti, Walikota Surakarta, dan Deputi IPS BSN 62 Gambar 4.12 Bincang Inspiratif Kompas TV untuk edukasi SNI ke masyarakat 63 Gambar 4.13 Keterlibatan TDA dalam mendukung sosialisasi dan penerapan SNI 63 Gambar 4.14 Perkembangan jumlah penetapan SNI tahun Gambar 4.15 Rekomendasi persetujuan MTPS untuk Komtek/Sub Komtek 67 Gambar 4.16 Rekomendasi persetujuan PNPS tahun Gambar 4.17 Rapat MTPS di BSN 69 Gambar 4.18 Tata Cara penyusunan SNI sesuai PSN 01 : Gambar 4.19 Perbandingan antara persetujuan PNPS dan realisasi penetapan SNI 71 Gambar 4.20 Workshop Pengembangan SDM dalam Perumusan SNI 75 Gambar 4.21 Penganugerahan HTCA kepada Komtek dan Subkomtek 77 Gambar 4.22 E-ballot sebagai salah satu tahapan proses tahapan perumusan SNI 81 Gambar 4.23 Pelaksanaan PPIS di UNDIP 86 Gambar 4.24 Aplikasi database pengelolaan data penelitian 86 v

7 Gambar 4.25 Penandatanganan nota kesepahaman antara BSN dengan Polri 91 Gambar 4.26 Rekapitulasi MoU Kerjasama Bilateral 92 Gambar 4.27 Penyelenggarakan PASC ke -39 di Bali, Indonesia 94 Gambar 4.28 Perkembangan peran serta BSN memberikan tanggapan ISO 96 Gambar 4.29 Perkembangan peran serta BSN memberikan tanggapan IEC 96 Gambar 4.30 Status Keanggotaan ISO 97 Gambar 4.31 Keaktifan Indonesia dalam keanggotaan ISO 97 Gambar 4.32 Status Keanggotaan IEC 98 Gambar 4.33 Keaktifan Indonesia dalam keanggotaan IEC 98 Gambar 4.34 Pelaksanaan Sidang ISO/TC 2017/SC 7 di Yogyakarta 99 Gambar 4.35 Penyerahan sertifikat SNI kepada CV. Hari Mukti Teknik, role model BSN 104 Gambar 4.36 Penganugerahan SNI Award tahun 2016 kepada Penerap SNI Terbaik 104 Gambar 4.37 Prosedur akreditasi LPK 107 Gambar 4.38 Perkembangan Jumlah LPK yang diakreditasi oleh KAN 109 Gambar BSN mengikuti APLAC PAC Joint Annual Mettings 2016 di Taiwan 110 Gambar 4.40 Gambaran Pengakuan Skema Akreditasi di tingkat Regional dan Internasional 111 Gambar 4.41 Rencana pembangunan laboratorium SNSU 118 Gambar 4.42 Pertumbuhan RMP dan PUP yang diakreditasi oleh KAN tahun Gambar 4.43 Talkshow UMKM penerap SNI 123 Gambar 4.44 Grafik jumlah masyarakat yang menyukai akun Facebook BSN 124 Gambar 4.45 Grafik jumlah masyarakat yang menjadi follower di akun Twitter BSN 125 Gambar 4.46 Pemanfaat Layanan Informasi SPK Tahun Gambar 4.47 Pemanfaat Layanan Informasi SPK berdasarkan kelompok pengguna 127 Gambar 4.48 Pengunjung Portal Informasi Standardisasi BSN Tahun Gambar 4.49 Perbandingan Nilai RB BSN tahun 2015 dan Gambar 4.50 Pelaksanaan Penilaian RB tahun Gambar 4.51 LAKIP BSN, LAKIP Eselon I dan Lakip Eselon II 135 Gambar 4.52 Perkembangan hasil evaluasi LAKIP BSN tahun Gambar 4.53 Peningkatan Kompetensi Pegawai tentang Analisis STRACAP 137 Gambar 4.54 Piagam Penghargaan Kepatuhan Layanan Publik 139 Gambar 4.55 Hasil penilaian kepatuhan tahun 2016 oleh Ombudsman RI 140 Gambar 4.56 Grafik Perkembangan Realisasi Anggaran BSN 142 vi

8 DAFTAR ISTILAH dan SINGKATAN SNI : Standar Nasional Indonesia RSNI : Rancangan Standar Nasional Indonesia SNSU : Standar Nasional untuk Satuan Ukuran ISO : Organisasi Standar Dunia, International Organization for Standardization IEC : Organisasi Standar Dunia khusus bidang listrik dan elektronika,international Electrotechnical Commission Codex Allimentarius : Organisasi Standar Dunia khusus bidang Pangan, dibentuk oleh FAO dan WHO IKU : Indikator Kinerja Utama MEA atau AEC : Masyarakat Ekonomi ASEAN, ASEAN Economic Community (AEC) ILAC : Forum kerjasama badan akreditasi dunia bidang laboratorium dan lembaga inspeksi,international Laboratory Accreditation Cooperation IAF : Forum kerjasama badan akreditasi dunia bidang lembaga sertifikasi, International Accreditation Forum PAC : Forum kerjasama badan akreditasi negara Pasifik bidang lembaga sertifikasi, Pacific Accreditation Cooperation APLAC : Forum kerjasama badan akreditasi negara Asia-Pasifik bidang laboratorium dan lembaga inspeksi, Asia Pasific Laboratory Accreditation Cooperation KSNSU : Komite Standar Nasional untuk Satuan Ukuran SNSU Standar Nasional Satuan Ukuran, standar pengukuran nasional yang dapat ditelusur ke standar pengukuran Internasional (SI) KAN : Komite Akreditasi Nasional LPK : Lembaga Penilaian Kesesuaian, termasuk laboratorium, lembaga sertifikasi, lembaga inspeksi, lembaga verifikasi, dan lembaga penilai LPPHPL : Lembaga Penilai Pengelolaan Hutan Produksi Lestari LVLK : Lembaga Verifikasi Legalitas Kayu PNPS : Program Nasional Perumusan Standar MTPS : Manajemen Teknis Perumusan Standar Komtek : Komite Teknis, komite yang bertugas menyusun SNI vii

9 SubKomtek : Sub Komite Teknis, bagian Komite Teknis yang ditugaskan menyusun SNI TAS-QC : Tenaga Ahli Standardisasi yang berfungsi sebagai pengendali mutu dalam perumusan SNI MASTAN : Masyarakat Standardisasi, organisasi masyarakat yang peduli dengan standardisasi dan penilaian kesesuaian APEC : Organisasi Kerjasama Ekonomi di wilayah AsiaPasifik,AsiaPacific Economic Cooperation APEC SCSC : Bagian dari APEC untuk bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian, AsiaPacific Economic Cooperation Sub Committee on Standard and Conformance TBT-WTO : Technical Barrier to Trade, hambatan teknis dalam perdagangan yang terdapat dalam perjanjian Perdagangan Dunia (World Trade Organization, WTO) CMC : Calibration and Measurement Capabilty, Kemampuan Kalibrasi dan Pengukuran PSN : Pedoman Standardisasi Nasional CIPM : Convention du Metre, telah berpartisipasi dalam Committe Interational des Poids et Mesures GRP : Good Regulatory Practices ISO TC : Technical Committee yang dibentuk oleh ISO viii

10 NILAI-NILAI BSN 1. INTEGRITAS Kemampuan untuk mewujudkan hal yang telah disanggupi karena SDM BSN menyadari bahwa kelangsungan hidup jangka panjang BSN ditentukan oleh kemampuan personelnya dalam mewujudkan apa saja yang mereka sanggupi bagi berbagai pemangku kepentingan. 2. KEJUJURAN Kejujuran Kemampuan untuk mengatakan sesuatu sebagaimana adanya Kecepatan karena kejujuran merupakan fondasi dalam menjalankan bisnis di bidang penyediaan informasi (trustworthy healing information) pada era teknologi informasi ini. 3. KECEPATAN Kemampuan untuk merespon dengan cepat setiap perubahan karena kecepatan Integritas NILAI BSN menjadi faktor penentu kelangsungan hidup dan pertumbuhan institusi. 4. KETERBUKAAN Kemampuan untuk menerima hal baru dan/atau yang berbeda karena lingkungan kompetitif menuntut personel BSN untuk melakukan improvement Keterbukaan berkelanjutan terhadap proses yang digunakan untuk menyediakan layanan bagi customer. Keterbukaan atas hal yang baru merupakan Teamwork prasyarat untuk melakukan improvement berkelanjutan. 5. TEAMWORK Kemampuan untuk mecapai tujuan bersama melalui kerjasama karena masing-masing SDM BSN menyadari sebagai makhluk sosial akan mampu mewujudkan karya-karya besar melalui kerjasama. ix

11 KATA PENGANTAR Prof. Dr. Ir. Bambang Prasetya M.Sc Kepala Badan Standardisasi Nasional Alhamdulillahi Rabbal alamiin, puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga Laporan Kinerja Badan Standardisasi Nasional Tahun 2016 dapat disusun dengan baik. Laporan Kinerja ini merupakan perwujudan pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian visi dan misi BSN pada Tahun Anggaran Laporan Kinerja BSN Tahun 2016 ini merupakan laporan akuntabilitas tahun kedua dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun yang menggambarkan sejumlah capaian kinerja tahun 2016 dibandingkan dengan target kinerja yang telah ditetapkan tahun 2016 beserta analisisnya. Berbagai kebijakan dan upaya diambil sebagai langkah demi mewujudkan visi BSN yaitu Terwujudnya infrastruktur mutu nasional yang handal untuk meningkatkan daya saing dan kualitas hidup bangsa terutama untuk melindungi pasar domestik, memperkuat penetrasi produk nasional terhadap pasar x

12 luar negeri, serta mampu menjamin keselamatan, keamanan, kesehatan dan kelestarian lingkungan. Penyusunan Laporan Kinerja BSN mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, serta Rencana Strategis BSN Tahun sebagaimana telah ditetapkan dalam Peraturan Kepala Badan Standardisasi Nasional No. 4 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Badan Standardisasi Nasional Tahun Kami berharap dengan disusunnya Laporan Kinerja BSN Tahun 2016 ini dimaksudkan akan dapat diperoleh manfaat dan umpan balik bagi perbaikan dan peningkatan kinerja bagi seluruh unit kerja di lingkungan BSN. Masukan dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk penyempurnaan di masa yang akan datang Jakarta, 27 Februari 2017 Badan Standardisasi Nasional, Bambang Prasetya xi

13 xii

14 RINGKASAN EKSEKUTIF Mengacu pada Visi dan misi Presiden RI yang dituangkan dalam Program Nawa Cita, Presiden berjanji untuk melakukan aksi Berdikari dalam Bidang Ekonomi. Dalam Program Aksi ke-15 dinyatakan bahwa Presiden berkomitmen untuk mengembangkan kapasitas perdagangan nasional, antara lain, melalui Implementasi dan pengembangan Standar Nasional Indonesia (SNI) secara konsisten untuk mendorong daya saing produk nasional dalam rangka penguasaan pasar domestik dan penetrasi pasar internasional serta melindungi pasar domestik dari barang-barang berstandar rendah. Dengan rencana aksi tersebut, diyakini bahwa penerapan SNI akan mampu meningkatkan daya saing produk nasional agar mampu bersaing di pasar internasional dan mampu melindungi masyarakat dari produk yang membahayakan keselamatan, kesehatan, dan keamanan penggunanya, serta meningkatkan daya saing produk domestik. Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian menjadi pilar yang strategis untuk meningkatkan daya saing terutama dalam melindungi pasar domestik, memperkuat penetrasi produk nasional terhadap pasar luar negeri, turut serta dalam menjamin keselamatan, keamanan, kesehatan dan kelestarian lingkungan. Berkaitan dengan hal tersebut, BSN menetapkan visi : Terwujudnya infrastruktur mutu nasional yang handal untuk meningkatkan daya saing dan kualitas hidup bangsa, dengan 4 misi, yaitu : 1) Merumuskan, menetapkan, dan memelihara Standar Nasional Indonesia (SNI) yang berkualitas dan bermanfaat bagi pemangku kepentingan; 2) Mengembangkan dan mengelola Sistem Penerapan Standar, Penilaian Kesesuaian, dan Ketertelusuran Pengukuran yang handal untuk mendukung implementasi kebijakan nasional di bidang Standardisasi dan Pemangku Kepentingan; 3) Mengembangkan budaya, kompetensi, dan sistem informasi di bidang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian sebagai upaya untuk meningkatkan efektifitas implementasi Sistem Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian; xiii

15 4) Merumuskan, mengoordinasikan, dan mengevaluasi pelaksanaan Kebijakan Nasional, Sistem dan Pedoman di bidang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian yang efektif untuk mendukung daya saing dan kualitas hidup bangsa. Dalam mencapai visi dan misi, BSN menetapkan tujuan strategis, sasaran strategis dan Indikator Kinerja Utama (IKU) yang ingin dicapai dalam tahun Secara umum pencapaian IKU pada tahun 2016 sudah sesuai dengan target yang ditetapkan, kecuali beberapa IKU yang berada dibawah target. Dari 21 IKU dengan target kinerja, terdapat 16 IKU yang telah memenuhi target kinerja, 4 IKU masih belum memenuhi target kinerja, sementara 1 IKU belum bisa ditentukan karena belum ada nilai dari Kementerian PAN dan RB. Empat IKU masih belum memenuhi target tersebut adalah Tingkat persepsi masyarakat terhadap standardisasi dan penilaian kesesuaian, Jumlah SNI yang ditetapkan, Jumlah industri/organisasi yang disertifikasi, dan Opini BPK atas laporan keuangan. Capain kinerja berdasarkan Sasaran Strategis, Indikator kinerja Utama, Target dan capaian tahun 2016 dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel Sasaran Strategis, Indikator kinerja Utama, Target dan Capaian BSN Tahun 2016 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI PERSEN REALISASI Stakeholder Perspectives 1. Meningkatnya daya saing produk berstandar 1. Pertumbuhan kontribusi SPK terhadap ekspor produk unggulan nasional 2. Pertumbuhan jenis produk ber- SNI yang diperdagangkan di dalam negeri 5% 11,6% 232% 7% 9,3% 133% Customer Perspectives 2. Meningkatnya penerapan SNI oleh pemangku kepentingan 3. Persentase hasil penelitian yang dimanfaatkan oleh pemangku kepentingan 4. Jumlah industri/organisasi yang mendapat sertifikat/tanda SNI dari Lembaga Penilaian Kesesuaian yang diakreditasi KAN 40% 44% 110% industri/ organisasi industri/ organisasi 119% xiv

16 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI PERSEN REALISASI 5. Tingkat persepsi masyarakat terhadap standardisasi dan penilaian kesesuaian 3,8 (skor) 3,75 (skor) 99% Internal Process Perspectives 6. Jumlah SNI yang ditetapkan SNI SNI 99% 3. Meningkatnya kapasitas dan kualitas pengembangan SNI 7. Persentase hasil penelitian yang mendukung pengembangan SNI 75% 82% 109% 8. Persentase hasil kerjasama bidang SPK yang digunakan untuk penyusunan SNI 75% 75% 100% 9. Jumlah industri/ organisasi yang disertifikasi 50 industri/ organisasi 39 industri/ organisasi 78% 4. Meningkatnya kapasitas dan kualitas sistem penerapan standar dan penilaian kesesuaian 10. Jumlah LPK yang diakreditasi KAN 11. Jumlah skema akreditasi KAN yang diakui di tingkat internasional (MRA/MLA) 1496 LPK 1641 LPK 110% 9 Skema 9 Skema 100% 12. Jumlah skema akreditasi KAN yang dikembangkan untuk mendukung kepentingan nasional 13 Skema 23 Skema 154% 5. Meningkatnya kapasitas dan kualitas sistem ketertelusuran pengukuran 13. Jumlah kemampuan pengukuran dan kalibrasi yang tertelusur dan diakui secara Internasional 14. Jumlah produsen bahan acuan dan penyelenggara uji profisiensi yang diakreditasi oleh KAN 140 Kemampuan Pengukuran 145 Kemampuan Pengukuran 104% 9 Lembaga 11 Lembaga 122% 6. Meningkatnya budaya mutu 15. Jumlah masyarakat yang mendapat edukasi dan berpartisipasi di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian orang orang 102,5% xv

17 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI PERSEN REALISASI 16. Jumlah akses terhadap informasi di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian akses akses 270% Learning and Growth Perspective 17. Opini BPK atas laporan keuangan WTP (opini) WDP (opini) 75% 7. Meningkatnya kinerja sistem pengelolaan anggaran, sumber daya manusia, tata kelola dan organisasi yang profesional 18. Tingkat pelaksanaan Reformasi Birokrasi 19. Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja BSN 20. Indeks kompetensi dan integritas SDM 75 (nilai) 75,38 (nilai) 100% 70 (BB) NA NA > 90 (nilai) 97 (nilai) Nilai kepatuhan layanan publik 70 (nilai) 104 (nilai) 149% Beberapa hambatan dan kendala yang dihadapi dalam pencapaian target tersebut diatas, antara lain : 1. Dalam melakukan bimbingan kepada UMKM belum cukup tersedianya SNI untuk UMKM, belum tersedianya laboratorium yang diakreditasi KAN dengan ruang lingkup UMKM, dan belum terpenuhinya standar sarana yang diperlukan untuk memproduksi terutama pada UMKM pangan maupun faktor non-teknis lainnya seperti perijinan, merek, belum ada pasar untuk produk yang mereka hasilkan dan spesifikasi produk yang masih mengalami perubahan 2. Peran serta pemerintah daerah dalam mendukung penyusunan SNI sesuai potensi/kebutuhan daerah, dan penerapan SNI industri/umkm daerah masih belum memadai 3. Tingkat pemahaman/persepsi masyarakat di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian terutama dalam hal sertifikasi SNI kepada masyarakat melalui berbagai media massa, terutama media berbasis Information Technology (IT) 4. Koordinasi dan kerjasama antara BSN dengan pihak-pihak terkait dan sinergi dalam kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian di Indonesia termasuk dalam program dan penganggaran masih perlu ditingkatkan xvi

18 Langkah-langkah ke depan yang harus dilakukan oleh BSN dalam upaya memperbaiki kinerja dan menghadapi tantangan ke depan, antara lain: 1. Meningkatkan bimbingan untuk industri khususnya UMKM di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian 2. Meningkatkan peran serta pemerintah daerah dalam mendukung penyusunan SNI sesuai potensi/kebutuhan daerah, penerapan SNI industri/umkm daerah 3. Meningkatkan sosialisasi di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian terutama dalam hal sertifikasi SNI kepada masyarakat melalui berbagai media massa, terutama media berbasis Information Technology (IT) 4. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antara BSN dengan pihak-pihak terkait dan sinergi dalam kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian di Indonesia termasuk dalam program dan penganggaran. Selain capaian kinerja tersebut, BSN juga memperoleh penghargaan berupa : Predikat Kepatuhan Tinggi atas Standar pelayanan Publik sesuai dengan UU No 25 Tahun 2009 oleh Ombudsman Republik Indonesia (Peringkat 2 kategori Lembaga Negara). Selain melaksanakan pengukuran kinerja, dalam rangka meningkatkan efektifitas pengelolaan kinerja, telah dilaksanakan evaluasi terhadap pencapaian perjanjian kinerja secara berkala pada seluruh unit kerja di BSN. Hasil evaluasi tersebut digunakan sebagai masukan dalam pengambilan keputusan. Implementasi manajemen akuntabilitas kinerja di BSN telah berjalan cukup baik walaupun masih membutuhkan penyempurnaan. Segala upaya perbaikan terus dilakukan untuk meningkatkan kinerja organisasi secara berkelanjutan. xvii

19 1

20 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu alasan penting ditetapkannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian adalah adanya keyakinan bahwa standardisasi dan penilaian kesesuaian menjadi pilar yang strategis untuk meningkatkan daya saing terutama dalam melindungi pasar domestik, memperkuat penetrasi produk nasional terhadap pasar luar negeri, turut serta memberikan jaminan kepada masyarakat dalam hal keselamatan, keamanan, kesehatan dan kelestarian fungsi lingkungan hidup. Sejalan dengan hal tersebut, Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun , sebagai upaya untuk mewujudkan kemandirian dalam bidang ekonomi, Presiden berkomitmen untuk mengembangkan kapasitas perdagangan nasional yang dilakukan antara lain melalui implementasi dan pengembangan Standar Nasional Indonesia (SNI) secara konsisten untuk mendorong daya saing produk nasional dalam rangka penguasaan pasar domestik dan penetrasi pasar internasional serta melindungi pasar domestik dari barang-barang berstandar rendah. Badan Standardisasi Nasional (BSN) sebagai Lembaga Pemerintah memiliki tanggung jawab besar untuk melaksanakan amanah tersebut. Maka dari itu melalui Rencana Strategis BSN Tahun , BSN telah berkomitmen untuk mewujudkan infrastruktur mutu nasional yang handal untuk meningkatkan daya saing dan kualitas hidup bangsa. Dalam mengupayakan komitmen tersebut, BSN melaksanakan prinsipprinsip good governance sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999, dimana salah satunya adalah azas akuntabilitas, yaitu setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Akuntabilitas tersebut salah satunya diwujudkan dalam bentuk penyusunan Laporan Kinerja (LKj). Laporan Kinerja disusun sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban BSN dalam melaksanakan tugas dan fungsi selama Tahun 2016 dalam rangka melaksanakan misi dan mencapai visi BSN serta sebagai alat kendali dan pemacu peningkatan kinerja setiap unit kerja di lingkungan BSN, serta sebagai salah satu alat 2

21 untuk mendapatkan masukan bagi pemangku kepentingan demi perbaikan kinerja BSN. Dasar penyusunan LKj BSN Tahun 2016 adalah : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme; 2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah; 5. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; 7. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah; 8. Peraturan Kepala Badan Standardisasi Nasional Nomor 4 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Badan Standardisasi Nasional Tahun B. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Badan Standardisasi Nasional dibentuk dengan Keputusan Presiden Nomor 13 Tahun 1997 yang diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 166 Tahun 2000 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non-Departemen, dengan tugas pokok BSN adalah mengembangkan dan membina kegiatan standardisasi di Indonesia. Kemudian Keputusan Presiden tersebut diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001, terakhir diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedelapan atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang 3

22 Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian. Badan Standardisasi Nasional melaksanakan tugas pemerintahan di bidang standardisasi, akreditasi dan penilaian kesesuaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. Untuk menjalankan tugas pokok tersebut, BSN menyelenggarakan fungsi: a. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang standardisasi nasional; b. Pengkoordinasian kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BSN; c. Pelancaran dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang standardisasi nasional; d. Penyelenggaraan kegiatan kerjasama dalam negeri dan internasional di bidang standardisasi; e. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, persandian, perlengkapan dan rumah tangga. Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi organisasi yang telah ditetapkan, dilakukan pembagian tugas dan kewenangan sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional Nomor 965/BSN-1/HK.35/05/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Kepala BSN Nomor 4 Tahun 2013 tentang perubahan kedua atas Keputusan Kepala BSN Nomor 965/BSN/HL.35/05/2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Standardisasi Nasional, struktur organisasi BSN seperti pada Gambar pada Lampiran 1. Badan Standardisasi Nasional dipimpin oleh Kepala. Dalam menjalankan tugasnya, Kepala BSN dibantu oleh 1 (satu) Sekretaris Utama dan 3 (tiga) Deputi, yaitu : Deputi Bidang Penelitian dan Kerjasama Standardisasi, Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi, dan Deputi Bidang Informasi dan Pemasyarakatan Standardisasi. 1. Sekretaris Utama mempunyai tugas mengkoordinasikan perencanaan, pembinaan, pengendalian administrasi, dan sumber daya di lingkungan BSN 2. Deputi Bidang Penelitian dan Kerjasama Standardisasi mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan di bidang pengembangan standar, penelitian dan pengembangan standardisasi, dan kerjasama standardisasi. 3. Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi bertugas mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan di bidang penerapan standar dan akreditasi. 4

23 Jumlah 4. Deputi Bidang Informasi dan Pemasyarakatan Standardisasi mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan di bidang informasi dan dokumentasi serta pendidikan dan pemasyarakatan standardisasi Sampai dengan 31 Desember 2016 BSN memiliki personel sebanyak 398 orang. Gambaran mengenai komposisi pegawai BSN sebagaimana ditunjukkan pada grafik di bawah ini. Jumlah Pegawai Berdasarkan Usia < Usia Gambar 1.1 Komposisi Pegawai Berdasarkan Usia Tingkat Pendidikan Pegawai BSN < S-1 S-1 S-2 S Gambar 1.2 Komposisi Pegawai berdasarkan Tingkat Pendidikan 5

24 C. Mandat dan Peran Strategis Dalam menghadapi era globalisasi, beberapa negara sepakat untuk membentuk organisasi perdagangan dunia (World Trade Organization, WTO). Indonesia telah meratifikasi Perjanjian Pembentukan WTO melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia). Untuk mengurangi hambatan teknis dalam perdagangan, WTO mengatur penurunan tarif secara bertahap dan instrumen non-tarif. Adapun instrumen non-tarif ini diatur antara lain melalui perjanjian Hambatan Teknis dalam Perdagangan (Technical Barriers to Trade, TBT) dan perjanjian Sanitary and Phytosanitary (SPS). Perjanjian TBT disusun untuk menjamin agar standar, regulasi teknis, dan prosedur penilaian kesesuaian tidak menimbulkan hambatan teknis yang tidak perlu dalam perdagangan. Perjanjian SPS disusun untuk mengatur perlindungan terhadap kehidupan dan kesehatan manusia, hewan, dan tanaman. Implikasi dari pelaksanaan UU tersebut diatas, Indonesia tentunya harus siap dengan keadaan dimana tidak ada lagi pembatasan lalu lintas perdagangan antar negara melalui tarif. Pemberlakuan standar merupakan salah satu instrumen yang memungkinkan pembatasan tersebut. Tahun 2015 merupakan momentum awal mulai diberlakukannnya mekanisme tersebut dalam lingkup regional ASEAN dengan diimplementasikannya ASEAN Economic Community (AEC) atau lebih dikenal dengan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). ASEAN sebagai masyarakat ekonomi dengan basis produksi dan pasar tunggal semestinya menjadi langkah strategis utama bagi Indonesia, untuk melangkah dan merebut pasar global yang lebih luas. Ketentuan Umum Standar dan Kesesuaian (Common Rules of Standards and Conformance), sebagai salah satu pilar utama yang diperlukan untuk dapat mewujudkan aliran barang secara bebas di pasar ASEAN, harus digunakan sebagai basis pengembangan Infrastruktur Mutu Nasional. Dengan ketersediaan infrastruktur mutu yang memadai, Indonesia akan mampu memenuhi kewajibannya untuk melindungi kepentingan bangsa dan negara serta mendorong daya saing nasional di kancah AEC dan aliansi ekonomi regional dan internasional lainnya. Kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian juga diharapkan mampu meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap produk nasional di pasar domestik. Kepercayaan masyarakat dibangun dengan memberikan keyakinan bahwa hanya produk yang telah memenuhi SNI yang mampu memberikan jaminan mutu yang sesuai, mampu melindungi keselamatan, keamanan, kesehatan serta menjamin fungsi lingkungan hidup. Kepercayaan masyarakat tersebut dibuktikan melalui kesadaran atau keinginan masyarakat 6

25 untuk membeli produk bertanda SNI. Masyarakat sadar bahwa produk yang memenuhi persyaratan SNI memiliki nilai tambah dibandingkan dengan produk yang tidak memenuhi persyaratan SNI. Beberapa kendala yang masih dihadapi dalam kaitannya dengan implementasi standardisasi dan penilaian kesesuaian, antara lain: 1) Kurangnya kesadaran pelaku usaha terhadap standar. Hal ini tampak dari sebagian besar SNI diterapkan oleh pelaku usaha sebagai respon dari pemberlakuan regulasi SNI secara wajib. Dari sebanyak SNI yang telah ditetapkan oleh BSN, 205 diantaranya adalah SNI yang diberlakukan secara wajib. 2) Kurangnya kesadaran dan kepercayaan konsumen tentang pentingnya standar untuk melindungi kepentingannya. Konsumen kalangan menengah keatas akan memilih barang karena merek (telah lolos uji standar tertentu, baik SNI maupun non SNI), sedangkan bagi kalangan bawah dengan kemampuan finansial terbatas akan memilih barang karena pertimbangan harga yang murah); 3) Kurang tepatnya kebijakan dalam penerapan standar. Hal ini tampak dari titik berat program penerapan standar dilakukan melalui pemberlakuan SNI secara wajib dan belum mencakup pemberian informasi dan insentif kepada pelaku usaha untuk dapat memanfaatkan pasar yang lebih besar, padahal SNI hanya dapat diberlakukan secara wajib dengan alasan perlindungan kepentingan publik dan lingkungan, serta hanya berlaku di wilayah teritorial Republik Indonesia; 4) Kurangnya program pembinaan untuk mendorong penerapan standar secara sukarela bagi pelaku usaha untuk menumbuhkan kesadaraan memproduksi barang yang bermutu sesuai dengan keinginan pelanggan; 5) Masih lemahnya penegakan hukum bagi pelaku usaha yang melanggar ketentuan praktek penerapan standar, sehingga dapat merugikan pelaku usaha yang sungguhsungguh telah menerapkan standar; 6) Kurangnya infrastruktur mutu yang terdistribusi secara merata di wilayah Indonesia, sehingga menyulitkan pelaku usaha dalam proses pengujian dan sertifikasi dan berdampak biaya tinggi. D. Sistematika Laporan Sistematika penyajian Laporan Kinerja BSN Tahun 2016 adalah sebagai berikut: 1. Ringkasan Eksekutif. Bagian ini menguraikan secara singkat tentang tujuan dan sasaran yang akan dicapai beserta hasil capaian, kendala-kendala yang dihadapi dalam mencapai 7

26 tujuan dan sasaran, langkah-langkah yang diambil, serta langkah antisipatifnya. 2. Bab I Pendahuluan. Bagian ini menguraikan tentang tugas, fungsi dan struktur organisasi, peran strategis BSN, dan sistematika laporan. 3. Bab II Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian Bagian ini menguraikan tentang kondisi umum, tujuan dan arah kebijakan. 4. Bab III Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Bagian ini menguraikan tentang rencana strategis dan penetapan/perjanjian kinerja BSN Tahun Bab IV Akuntabilitas Kinerja Bagian ini menguraikan tentang pengukuran, sasaran dan akuntabilitas pencapaian kinerja serta realisasi anggaran BSN Tahun Bab V Penutup Bagian ini menguraikan tentang keberhasilan dan kegagalan pencapaian sasaran yang telah ditetapkan, permasalahan dan kendala, serta strategi pemecahannya untuk tahun mendatang. 8

27 9

28 10

29 11

30 BAB II STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN A. Kondisi Umum Infrastruktur mutu nasional, yang diatur dalam Undang Undang Nomor 20 tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian meliputi Standardisasi, Akreditasi, dan Penilaian Kesesuian. BSN sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian di Indonesia perlu memastikan bahwa pelaksanaan perencanaan SNI, perumusan SNI, penetapan SNI, penerapan dan pemberlakuan SNI, pemeliharaan SNI, pengujian, inspeksi, sertifikasi, akreditasi, pengelolaan standar nasional satuan ukuran, pengendalian tanda SNI, dan sistem informasi standardisasi dan penilaian kesesuaian sesuai dengan ketentuan yang berlaku. BSN menetapkan SNI, berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga pemerintah lainnya, mengkoordinasikan fungsi dan kegiatan perumusan SNI dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian, dengan prinsipprinsip perumusan SNI sebagaimana yang diatur dalam Pedoman Standardisasi Nasional (PSN) 01:2015 yaitu prinsip transparansi dan keterbukaan, konsensus dan tidak memihak, efektif dan relevan, koheren dan dimensi pengembangan. Perumusan SNI juga harus harmonis dengan kaidah-kaidah yang berlaku di badan standar tingkat Internasional, seperti ISO, IEC, dan Codex Alimentarius. BSN diberikan amanah oleh UU No. 20 tahun 2014 untuk mengelola seluruh Komite Teknis ke BSN yang berjumlah 116 Komtek dari 20 K/L. Indonesia telah memiliki lebih dari SNI yang mencakup berbagai standar produk, sistem, proses, maupun metode pengujian, sebanyak 205 SNI diantaranya diberlakukan secara wajib. Penerapan SNI dilakukan oleh pelaku usaha/industri/personel dengan Pelaku industri/organisasi pemegang SPPT SNI. Sertifikat diberikan apabila telah dinyatakan memenuhi SNI oleh lembaga sertifikasi. Sampai saat ini lebih dari penerap yang meliputi produk, sistem manajemen, HACCP, ekolabel, personel, legalitas kayu, dan pangan organik. Selain itu BSN juga ditugaskan untuk membina role model UKM bersertifikasi SNI sebanyak UKM hingga tahun 2025 untuk mendorong daya saing 52 juta UKM Indonesia, hingga saat ini BSN telah membina 400 role model UKM. Sesuai Keputusan Presiden No 78 Tahun 2001 tentang Komite Akreditasi Nasional, untuk melaksanakan tugas BSN di bidang akreditasi, pemerintah membentuk Komite 12

31 Akreditasi Nasional (KAN). KAN bertanggung jawab melakukan akreditasi terhadap lembaga penilaian kesesuaian (LPK), antara lain laboratorium, lembaga sertifikasi produk, lembaga sertifikasi sistem manajemen, lembaga sertifikasi personel (termasuk profesi), lembaga inspeksi, serta lembaga penilaian kesesuaian lainnya yang terkait dengan kegiatan kerjasama akreditasi internasional dalam lingkup International Laboratory Accreditation Cooperation (ILAC) dan International Accreditation Forum (IAF). LPK dapat berupa lembaga pemerintah maupun lembaga non-pemerintah dengan persyaratan kompetensi tertentu. Persyaratan kompetensi tersebut harus harmonis dengan persyaratan internasional (dalam forum ILAC dan IAF). KAN dapat mengembangkan sistem akreditasi LPK yang diperlukan dan mengupayakan pengakuan internasional melalui ILAC dan IAF. Untuk mendukung fungsi akreditasi KAN, BSN telah berhasil membuat 23 skema akreditasi. Penerapan SNI didukung oleh sekitar LPK dengan rincian laboratorium, 32 lembaga inspeksi, dan 156 lembaga sertifikasi yang telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasonal. Hasil uji, kalibrasi, dan sertifikasi oleh lembaga penilaian kesesuaian yang diakreditasi oleh KAN tersebut, pada saat ini telah diakui di tingkat regional maupun internasional melalui perjanjian saling pengakuan antara KAN dengan badan-badan akreditasi negara lain, anggota Asia Pacific Laboratory Accreditation Cooperation (APLAC), Pacific Accreditation Cooperation (PAC), International Laboratory Accrediitation Cooperation (ILAC), dan International Accreditation Forum (IAF). Dalam pengembangan standar nasional, Indonesia telah menjadi anggota the International Organization for Standardization (ISO), International Electrotechnical Committee (IEC), CODEX Alimentarius Commission (CAC), dan International Telecommunication Union (ITU). Keanggotaan Indonesia di dalam organisasi pengembangan standar internasional tersebut, tentunya harus dapat dimanfaatkan sebagai basis pengembangan SNI dan basis untuk memperoleh informasi tentang pengembangan standardisasi di negara-negara lain. Partisipasi dalam organisasi standardisasi internasional tersebut dapat memperjuangkan kepentingan Indonesia dalam mendukung ekonomi nasional. Dalam pengelolaan standar nasional satuan ukuran (SNSU), BSN berkoordinasi dengan lembaga yang berada di dalam koordinasi Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, antara lain Pusat Penelitian Metrologi LIPI dan Pusat Teknologi Kedokteran dan Metrologi Radiasi BATAN, yang baru mencakup besaran fisik, sedangkan untuk pengukuran kimia baru pada tahap pengembangan oleh Pusat Penelitian Kimia LIPI dan belum memulai proses untuk memperoleh pengakuan internasional. Kebutuhan acuan pengukuran selalu berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi dan proses produksi. Ke depan, pengelolaan SNSU perlu memperluas cakupan untuk pengukuran 13

32 mikrobiologi, alat kesehatan, biomedis, in-vitro diagnostik, laboratorium obat, pengukuran nano, dan berbagai pengukuran lain yang dibutuhkan sesuai perkembangan teknologi. Mikrobiologi dan alat kesehatan akan dikembangkan oleh BSN berdasarkan amanat dalam RPJMN Di dalam pengelolaan teknis ilmiah Standar Nasional Satuan Ukuran (SNSU), Indonesia telah menjadi anggota Convention du Metre, telah berpartisipasi dalam Committe Interational des Poids et Mesures (CIPM) Multilateral Recognition Arrangement, dan telah memperoleh pengakuan terhadap 145 kemampuan teknis pengelolaan dan diseminasi SNSU yang diakui di seluruh dunia serta dipublikasikan di dalam basis data acuan pengukuran dunia, Appendix C of CIPM MRA ( Namun, saat ini jumlah kemampuan kalibrasi dan pengukuran Indonesia berada sangat jauh di bawah China, Korea, dan bahkan di bawah negara-negara yang baru menjadi anggota Konvensi Meter pada decade an. Untuk itu sedang dilakukan penataan kelembagaan melalui re-organisasi BSN untuk mengintegrasikan pengelolaan Standardisasi, Akreditasi dan SNSU Pada prinsipnya penerapan SNI bersifat sukarela, namun untuk kepentingan keselamatan, kesehatan, keamanan dan perlindungan fungsi lingkungan hidup, instansi Pemerintah (regulator) yang berwenang dapat memberlakukan SNI secara wajib. Dalam pemberlakuan SNI wajib, masih terdapat kelemahan dalam pengawasan dan penegakan hukum sehingga di pasar masih banyak dijumpai produk-produk domestik maupun produk impor yang tidak memenuhi persyaratan tersebut. Pemerintah diharapkan dapat mengimplementasikan Good Regulatory Practices (GRP) secara efektif untuk memastikan pemenuhan minimal yang ditetapkan di dalam regulasi teknis berbasis SNI. Untuk penyiapan pelaku usaha dalam menerapkan SNI, diperlukan pembinaan melalui bimbingan penerapan SNI dan pemberian insentif sertifikasi pada pelaku usaha terutama UKM. Peran serta masyarakat dalam standardisasi dan penilaian kesesuaian tidak hanya sebagai konsumen yang pasif, namun bisa dimulai dari proses perencanaan standar sampai dengan penerapan dan pengawasan. Peran tersebut dapat ditingkatkan melalui upaya pemasyarakatan pada seluruh pemangku kepentingan melalui berbagai media, termasuk penggunaan teknologi informasi dan didukung dengan dokumentasi standar yang memadai. Peningkatkan budaya standar diperlukan untuk pencapaian tujuan dan sasaran pengembangan standardisasi nasional yang sangat bergantung pada kesadaran seluruh pihak. Lebih lanjut pola hubungan/keterkaitan antar aktivitas standardisasi dan penilaian kesesuaian dan kelembagaan yang mendukungnya baik di tingkat nasional maupun internasional yang tercakup dalam Sistem Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian sesuai Undang-undang Nomor 20 tahun 2014 dapat digambarkan sebagai berikut: 14

33 Gambar 2.1 Pola hubungan Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian B. Tujuan Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian di Indonesia diatur dalam Undang Undang No.20 tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian yang mencakup Metrologi Teknik, Standar, Pengujian, dan Mutu. Konsep tersebut mengacu pada konsep internasional tentang Measurement, Standard, Testing and Quality Management (MSTQ) Infrastructure, yang bertujuan untuk: 1) Meningkatkan perlindungan kepada konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja, dan masyarakat lainnya baik untuk keselamatan, keamanan, kesehatan maupun pelestarian fungsi lingkungan hidup; 2) Membantu kelancaran perdagangan; 3) Mewujudkan persaingan usaha yang sehat dalam perdagangan. Standardisasi dan penilaian kesesuaian merupakan salah satu instrumen yang diharapkan mampu meningkatkan daya saing nasional. Hal ini menjadi salah satu alasan ditetapkannya UU No. 20 Tahun 2014 tersebut. Dalam konteks standardisasi dan penilaian kesesuaian, peningkatan daya saing nasional dilakukan melalui upaya : 1) Peningkatan jaminan mutu, efisiensi produksi, daya saing nasional, persaingan usaha yang sehat dan transparan dalam perdagangan, kepastian usaha, dan 15

34 kemampuan pelaku usaha, serta kemampuan inovasi teknologi; 2) Peningkatan perlindungan kepada konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja, dan masyarakat lainnya, serta negara, baik dari aspek keselamatan, keamanan, kesehatan, maupun pelestarian fungsi lingkungan hidup; dan 3) Peningkatan kepastian, kelancaran, dan efisiensi transaksi perdagangan barang dan/atau jasa di dalam negeri dan luar negeri meningkatkan perlindungan kepada konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja, dan masyarakat lainnya baik untuk keselamatan, keamanan, kesehatan maupun pelestarian fungsi lingkungan hidup. C. Arah Kebijakan Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian Sejalan dengan dasar hukum penetapan standardisasi nasional serta tantangan yang dihadapi serta mempertimbangkan rencana pembangunan jangka panjang nasional yang menjadi basis pembangunan ekonomi Indonesia sampai dengan tahun 2025, tujuan Standardisasi Nasional adalah mewujudkan sistem standardisasi nasional untuk meningkatkan daya saing dan kualitas hidup bangsa. Sebagai ukuran tercapainya tujuan standardisasi nasional dalam kurun waktu 10 tahun mendatang, pengembangan standardisasi nasional diarahkan untuk mencapai sasaran pokok untuk masing-masing tujuan sebagai berikut: 1) Terwujudnya sistem standardisasi nasional untuk melindungi keselamatan, keamanan, dan kesehatan masyarakat serta kelestarian lingkungan hidup, 2) Terwujudnya sistem standardisasi nasional untuk meningkatkan kepercayaan terhadap produk nasional di pasar domestik, 3) Terwujudnya sistem standarisasi nasional untuk membuka akses produk nasional ke pasar global, 4) Terwujudnya sistem standardisasi nasional sebagai platform sistem inovasi nasional, 5) Terwujudnya sistem standardisasi nasional untuk meningkatkan keunggulan kompetitif produk nasional, 16

35 Gambar 2.2 Tahapan dan skala prioritas pencapaian strategi standardisasi nasional D. Arah Kebijakan Nasional Sesuai Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2016, BSN bertugas untuk mengembangkan dan membina kegiatan standardisasi nasional, terus-menerus mengupayakan penguatan infrastruktur mutu tersebut dalam rangka meningkatkan daya saing nasional. Infrastruktur mutu tersebut terdiri dari tiga pilar yakni: (1) standardisasi; (2) penilaian kesesuaian; dan (3) metrologi untuk mendukung penerapan SNI. Prioritas Pembangunan Bidang Standardisasi ditujukan untuk mendukung produk nasional dalam menghadapi proses globalisasi. Standardisasi nasional diupayakan dapat meningkatkan pengembangan harmonisasi SNI terhadap standar internasional, sebagai bagian strategi memperlancar perdagangan produk-produk Indonesia di pasar internasional. Dalam mengembangkan standar dan penilaian kesesuaian untuk mengurangi hambatan perdagangan tersebut, Indonesia berperan aktif juga dalam organisasi di tingkat regional ASEAN, pasifik serta internasional. 17

36 18

37 19

38 BAB III PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dalam upaya untuk memperkuat peran BSN dalam melaksanakan tugas di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian di Indonesia, BSN telah menetapkan visi dan misi sebagaiman tertuang dalam RENSTRA BSN tahun Untuk mencapai visi dan misi tersebut, BSN telah menetapkan kinerja organisasi dengan menggunakan pendekatan Balanced Scorecard (BSC), agar pengelolaan kinerja BSN dapat dilakukan secara terukur dan terstruktur dengan penekanan pada empat perspektif yang berimbang dan di cascading (diturunkan) dari tingkat organisasi sampai sampai dengan tingkat staf (SKP, sasaran kinerja pegawai). Hal tersebut dilakukan dalam rangka mendukung penguatan pelaksanaan Reformasi Birokrasi BSN dan pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang lebih baik. Adapun upaya perbaikan yang telah dilaksanakan antara lain sebagai berikut: 1. Melakukan review RENSTRA BSN Tahun edisi pertama yang ditetapkan Kepala BSN Nomor 4 Tahun 2015 dengan memetakan peta strategi dan indikator kinerja dengan 7 Sasaran Strategis (SS) dan 21 Indikator Kinerja Utama (IKU) setelah mendapatkan masukan berdasarkan evaluasi pelaksaaan Akuntabilitas Instansi Pemerintah dari Evaluator Kementerian PAN dan RB tahun Gambar 3.1 Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja BSN oleh Kementerian PAN dan RB 20

39 2. Penandatanganan Penetapan Kinerja (Tapkin) tahun 2016, sebagai perjanjian kinerja antara Kepala BSN dengan Eselon I dan berjenjang antara Eselon I dengan Eselon II. 3. Memperkuat sistem monitoring capaian kinerja BSN, termasuk didalamnya sistem pengumpulan data kinerja berbasis Informasi dan Teknologi (aplikasi SIPP, ) 4. Cascading Sasaran Strategis dan indikator kinerja sampai level staf (SKP, Sasaran Kinerja Pegawai) 5. Penerapan sistem penilaian kinerja individu/pegawai berbasis Informasi dan Teknologi (aplikasi SIMPEG, ). A. Perencanaan Strategis Badan Standardisasi Nasional bertanggung jawab dalam menjalankan sebagian urusan pemerintahan di bidang standardisasi secara nasional. Dalam kurun waktu dengan berorientasi kepada hasil yang ingin dicapai selama 5 (lima) tahun dan memperhitungkan potensi, peluang, serta kendala yang ada maupun tantangan yang mungkin terjadi, BSN diharapkan menjadi lembaga yang terdepan dalam mengupayakan tujuan standardisasi nasional. Untuk merealisasikan dan mewujudkan tujuan standardisasi nasional maka Kepala BSN menetapkan visi berikut: VISI Terwujudnya infrastruktur mutu nasional yang handal untuk meningkatkan daya saing dan kualitas hidup bangsa Dalam upaya mewujudkan infrastruktur mutu nasional yang handal, BSN bertugas mengkoordinasikan elemen infrastruktur mutu yang meliputi standar, penilaian kesesuaian (pengujian, inspeksi, kalibrasi, dan sertifikasi) dan metrologi menjadi suatu sistem yang terpadu, harmonis, kompeten dan diakui di tingkat internasional dengan memegang teguh kaidah-kaidah sesuai dengan peraturan yang berlaku dan memperhatikan kebutuhan pihakpihak yang berkepentingan (stakeholder). Daya saing berarti bahwa apabila SNI tersebut diimplementasikan oleh pelaku usaha 21

40 atau organisasi, akan memberikan nilai yang lebih tinggi. Dalam skala yang lebih luas, akan memberikan dampak yang lebih baik bagi perekonomian nasional. Sedangkan kualitas hidup bangsa memiliki makna bahwa standar dan penilaian kesesuaian akan mampu menjamin keamanan, keselamatan, dan kesehatan masyarakat serta pelindungan fungsi lingkungan hidup. Untuk mewujudkan visi standardisasi dan penilaian kesesuian tersebut, maka misi yang diemban oleh BSN adalah : MISI 1. Mengembangkan kebijakan standardisasi dan penilaian kesesuaian berbasis iptek dan sistem internasional 2. Meningkatkan penerapan standardisasi dan penilaian kesesuaian 3. Meningkatkan budaya standar di masyarakat 4. Mengembangkan sistem pengendalian dan evaluasi pelaksanaan standardisasi dan penilaian kesesuaian 2019 adalah: Adapun tujuan pembangunan standardisasi dan penilaian kesesuaian tahun TUJUAN 1. Mewujudkan sistem pengembangan SNI yang efektif dan efisien mendukung daya saing dan kualitas hidup bangsa. 2. Mewujudkan sistem penerapan standar, penilaian kesesuaian, dan ketelusuran pengukuran yang efektif dan efisien mendukung daya saing dan kualitas hidup bangsa. 3. Mewujudkan peningkatan budaya mutu, kompetensi, dan efektifitas sistem informasi standardisasi dan penilaian kesesuaian. 4. Mewujudkan tata kelola yang efektif, efisien dan akuntabel. 22

41 SASARAN STRATEGIS Stakeholder Perspektif SS 1. Meningkatnya daya saing produk berstandar, dengan IKU: 1. Pertumbuhan kontribusi SPK terhadap ekspor produk unggulan nasional 2. Pertumbuhan jenis produk ber- SNI yang diperdagangkan di dalam negeri Customer Perspektif SS 2. Meningkatnya penerapan SNI oleh pemangku kepentingan, dengan IKU: 3. Persentase hasil penelitian yang dimanfaatkan oleh pemangku kepentingan 4. Jumlah industri/organisasi yang mendapat sertifikat/tanda SNI dari Lembaga Penilaian Kesesuaian yang diakreditasi KAN 5. Tingkat persepsi masyarakat terhadap standardisasi dan penilaian kesesuaian Internal Process Perspectif SS 3. Meningkatnya kapasitas dan kualitas pengembangan SNI, dengan IKU: 6. Jumlah SNI yang ditetapkan 7. Persentase hasil penelitian yang mendukung pengembangan SNI 8. Persentase hasil kerjasama bidang SPK yang digunakan untuk penyusunan SNI SS 4. Meningkatnya kapasitas dan kualitas sistem penerapan standar dan penilaian kesesuaian, dengan IKU: 9. Jumlah industri/ organisasi yang disertifikasi 10. Jumlah LPK yang diakreditasi KAN 11. Jumlah skema akreditasi KAN yang diakui di tingkat internasional (MRA/MLA) 12. Jumlah skema akreditasi KAN yang dikembangkan untuk mendukung kepentingan nasional SS 5. Meningkatnya kapasitas dan kualitas sistem ketertelusuran pengukuran, dengan IKU: 13. Jumlah kemampuan pengukuran dan kalibrasi yang tertelusur dan diakui secara Internasional 14. Jumlah produsen bahan acuan dan penyelenggara uji profisiensi yang diakreditasi oleh KAN SS 6. Meningkatnya budaya mutu, dengan IKU: 23

42 15. Jumlah masyarakat yang mendapat edukasi dan berpartisipasi di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian 16. Jumlah akses terhadap informasi di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian Learning and Growth Perspektif SS 7. Meningkatnya kinerja sistem pengelolaan anggaran, sumber daya manusia, tata kelola dan organisasi yang profesional, dengan IKU 17. Opini BPK atas laporan keuangan 18. Tingkat pelaksanaan Reformasi Birokrasi 19. Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja BSN 20. Indeks kompetensi dan integritas SDM 21. Nilai kepatuhan layanan publik Berdasarkan sasaran strategis tersebut, BSN menetapkan 4 (empat) arah kebijakan sebagai berikut: KEBIJAKAN 1. Meningkatkan kualitas SNI sesuai dengan kebutuhan pasar, 2. Meningkatkan kualitas sistem dan infrastruktur penerapan standar dan penilaian kesesuaian, 3. Membangun budaya standar, 4. Memperkuat kelembagaan dan peran BSN. PETA STRATEGIS Dalam pendekatan Balanced Scorecard (BSC), BSN telah memetakan 7 (tujuh) sasaran strategis menjadi 4 (empat) perspective, yaitu 1. Stakeholder perspective 2. Customer perspective 3. Internal process perspective 4. Learn and growth perspective. Peta rencana strategis BSN sebagaimana ditunjukkan pada Gambar

43 LEARN & GROWTH PERSPECTIVE INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE CUSTOMERRS PERSPECTIVE STAKEHOLDERS PERSPECTIVE SS 1. Meningkatnya daya saing produk berstandar SS 2. Meningkatnya penerapan SNI oleh pemangku kepentingan Delivering factor SS 3. Meningkatnya kapasitas dan kualitas pengembangan SNI SS 4. Meningkatnya kapasitas dan kualitas sistem penerapan standar dan penilaian kesesuaian SS 5. Meningkatnya kapasitas dan kualitas sistem ketertelusuran pengukuran SS 6. Meningkatnya budaya mutu Enabling factor SS 7. Meningkatnya kinerja sistem pengelolaan anggaran, sumber daya manusia, tata kelola dan organisasi yang profesional Gambar 3.2 Peta rencana strategis BSN berdasarkan sasaran strategis dengan pendekatan Balance Scorecard 25

44 B. Rencana Kerja dan Anggaran Dengan memperhatikan RKP 2016 dan berpedoman pada Renstra , BSN menyusun Rencana Kerja (Renja) yang memuat kebijakan, program, dan kegiatan yang meliputi kegiatan pokok serta kegiatan pendukung untuk mencapai sasaran program, dan dirinci menurut indikator keluaran, sasaran keluaran pada tahun rencana, prakiraan sasaran tahun berikutnya, pagu anggaran, serta cara pelaksanaannya. Dari Renja yang telah disusun dan pagu anggaran yang telah ditetapkan, BSN menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) yang memuat informasi kinerja yang meliputi program, kegiatan dan sasaran kinerja, serta rincian anggaran. Informasi pendanaan dalam RKA memuat informasi Rincian Anggaran, antara lain: output, komponen input, jenis belanja, dan kelompok belanja. Dalam tahun 2016 BSN mendapatkan total pagu anggaran sebesar Rp ,- untuk melaksanakan 3 program dengan rincian alokasi anggaran sebagai berikut: (1) Program Pengembangan Standardisasi Nasional; (2) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BSN; dan (3) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur BSN. Rincian alokasi anggaran tersebut di atas dapat disajikan sebagai berikut: Tabel 3.1 Alokasi anggaran BSN tahun 2016 berdasarkan Program dan Kegiatan KODE PROGRAM/KEGIATAN ANGGARAN 2016 (Rp) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BSN Peningkatan Pelayanan Hukum, Organisasi dan Humas BSN Peningkatan Perencanaan, Keuangan dan Tata Usaha BSN Peningkatan Penyelenggaraan Pengawasan Internal BSN Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur BSN Peningkatan Sarana dan Prasarana Fisik BSN

45 KODE PROGRAM/KEGIATAN ANGGARAN 2016 (Rp) Program Pengembangan Standardisasi Nasional Pengembangan Sistem Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian Peningkatan Akreditasi Laboratorium dan Lembaga Inspeksi Peningkatan Akreditasi Lembaga Sertifikasi 3556 Peningkatan Informasi dan Dokumentasi Standardisasi 3557 Kerjasama Standardisasi 3558 Pendidikan dan Pemasyarakatan Standardisasi 3559 Penelitian dan Pengembangan Standardisasi 3560 Perumusan Standar 3561 Peningkatan Penerapan Standar C. Perjanjian Kinerja Perjanjian kinerja BSN tahun 2016 yang dijabarkan ke dalam IKU BSN sebagaimana Tabel 3.2 berikut ini. Tabel 3.2 Perjanjian Kinerja BSN Tahun 2016 No. Sasaran Strategis IKU Target Stakeholder Perspektif SS 1 Meningkatnya daya saing produk berstandar 1. Pertumbuhan kontribusi SPK terhadap ekspor produk unggulan nasional 2. Pertumbuhan jenis produk ber- SNI yang diperdagangkan di dalam negeri 5% 7% 27

46 No. Sasaran Strategis IKU Target Customer Perspektif SS 2 Meningkatnya penerapan SNI oleh pemangku kepentingan 3. Persentase hasil penelitian yang dimanfaatkan oleh pemangku kepentingan 40% 4. Jumlah industri/organisasi yang mendapat sertifikat/tanda SNI dari Lembaga Penilaian Kesesuaian yang diakreditasi KAN industri/ organisasi 5. Tingkat persepsi masyarakat terhadap standardisasi dan penilaian kesesuaian 3,8 (skor) Internal Process Perspectif SS 3 Meningkatnya kapasitas dan kualitas pengembangan SNI 6. Jumlah SNI yang ditetapkan SNI 7. Persentase hasil penelitian yang mendukung pengembangan SNI 75% 8. Persentase hasil kerjasama bidang SPK yang digunakan untuk penyusunan SNI 75% SS 4 Meningkatnya kapasitas dan kualitas sistem penerapan standar dan penilaian kesesuaian 9. Jumlah industri/organisasi yang disertifikasi 50 Industri/ organisasi 10. Jumlah LPK yang diakreditasi KAN LPK 11. Jumlah skema akreditasi KAN yang diakui di tingkat internasional (MRA/MLA) 9 Skema 12. Jumlah skema akreditasi KAN yang dikembangkan untuk mendukung kepentingan nasional 13 Skema SS 5 Meningkatnya kapasitas dan kualitas sistem ketertelusuran pengukuran 13. Jumlah kemampuan pengukuran dan kalibrasi yang tertelusur dan diakui secara Internasional 14. Jumlah produsen bahan acuan dan penyelenggara uji profisiensi yang diakreditasi oleh KAN 140 Kemampuan pengukuran 9 Lembaga 28

47 No. Sasaran Strategis IKU Target SS 6 Meningkatnya budaya mutu 15. Jumlah masyarakat yang mendapat edukasi dan berpartisipasi di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian org 16. Jumlah akses terhadap informasi di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian akses Learning and Growth Perspectif SS 7 Meningkatnya kinerja sistem pengelolaan anggaran, sumber daya manusia, tata kelola dan organisasi yang profesional 17. Opini BPK atas laporan keuangan WTP (opini) 18. Tingkat pelaksanaan Reformasi Birokrasi 19. Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja BSN 75 (nilai) 70 (BB) 20. Indeks kompetensi dan integritas SDM > 90% 21. Nilai kepatuhan layanan publik 70 (nilai) D. Pengukuran Kinerja Dalam rangka mengukur capaian indikator kinerja BSN Tahun 2016, BSN berpedoman kepada Peraturan Kepala Badan Standardisasi Nasional Nomor Keputusan Kepala BSN Nomor 45A/KEP/BSN/3/2016 tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional Nomor 28A/KEP/BSN/2/2015 tantang Penetapan Indikator Kinerja Utama di lingkungan Badan Standardisasi Nasional. Pengukuran capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) ditetapkan berdasarkan ketentuan sebagaimana Tabel 3.3 di bawah ini. 29

48 Tabel 3.3 Tata cara pengukuran IKU BSN SASARAN INDIKATOR KINERJA PENJELASAN / PERHITUNGAN SUMBER DATA 2016 satuan Stakeholder Perspectives 1 Meningkatnya daya saing produk berstandar 1 Pertumbuhan kontribusi SPK terhadap ekspor produk unggulan nasional Xn Xn x 100% Xn-1 Xn = Nilai ekspor tahun n (USD) Xn-1= nilai ekspor tahun n-1 (USD) 5 % Data 10 produk ekspor unggulan dari Kemendag, SNI produk yang harmonis dari PPS, HS Number dari Puslitbang 2 Pertumbuhan jenis produk ber- SNI yang diperdagangkan di dalam negeri Xn Xn x 100% Xn-1 Xn = Jumlah jenis produk ber SNI tahun n Xn-1= Jumlah jenis produk ber SNI tahun n-1 7 % Data LSPro lingkup jenis SNI produk dari PALS, daftar produk ber SNI yang diperdagangkan dari asosiasi retailer Customer Perspectives 2 Meningkatnya penerapan SNI oleh pemangku kepentingan 3 Persentase hasil penelitian yang dimanfaatkan oleh pemangku kepentingan Xn x 100% Yn Xn = hasil kajian atau penelitian yang dimanfaatkan oleh pemangku kepentingan tahun n Yn = total hasil penelitian tahun n 40 % Data jumlah SNI yang digunakan stakeholder 4 Jumlah industri/organisasi yang mendapat sertifikat/tanda SNI dari Lembaga Penilaian Kesesuaian yang diakreditasi KAN Jumlah industri/ organisasi yang mendapat sertifikat/tanda SNI Industri/ Organisasi Data jumlah pelaku usaha yang mendapat sertifikat tanda SNI dari lembaga sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN 30

49 SASARAN INDIKATOR KINERJA PENJELASAN / PERHITUNGAN SUMBER DATA 2016 satuan 5 Tingkat persepsi masyarakat terhadap standardisasi dan penilaian kesesuaian Indeks persepsi masyarakat dengan skala likert 1-5 Internal Process Perspectives 3,8 Skor Survei oleh lembaga survei terpercaya 3 Meningkatnya kapasitas dan kualitas pengembangan SNI 6 Jumlah SNI yang ditetapkan Jumlah SNI SNI Komite teknis, BSN (PPS, HOH, Pusido) 7 Persentase hasil penelitian yang mendukung pengembangan SNI hasil kajian atau penelitian yang mendukung pengembangan SNI tahun n x 100% total hasil penelitian tahun n 75 % BSN, Kementerian/ Lembaga terkait, Asosiasi, responden, dll 8 Persentase hasil kerjasama bidang SPK yang digunakan untuk penyusunan SNI hasil kerjasama bidang SPK yang digunakan untuk penyusunan SNI x 100% total hasil kerjasama yang dilakukan 75 % BSN, Kementerian/ Lembaga terkait, TBT, ISO, IEC, SDO lain 4 Meningkatnya kapasitas dan kualitas sistem penerapan standar dan penilaian kesesuaian 9 Jumlah industri/ organisasi yang disertifikasi jumlah industri/organisasi yang disertifikasi dari industri/organisasi yang difasilitasi (kumulatif) 10 Jumlah LPK yang diakreditasi KAN Jumlah LPK yang diakreditasi oleh KAN pada akhir tahun anggaran (kumulatif) 50 Industri/ Organisasi Jumlah klien Lembaga Sertifikasi 1496 LPK Data jumlah LPK yang diakreditasi oleh KAN (kumulatif) 11 Jumlah skema akreditasi KAN yang diakui di tingkat internasional (MRA/MLA) Jumlah skema akreditasi KAN yang diakui di tingkat internasional (MRA/MLA) (kumulatif) 9 Skema Data jumlah skema akreditasi KAN yang diakui dalam MRA dan MLA (kumulatif) 12 Jumlah skema akreditasi KAN yang dikembangkan untuk mendukung kepentingan nasional Jumlah skema akreditasi KAN (kumulatif) 13 Skema Data jumlah skema akreditasi yang dioperasikan oleh KAN (kumulatif) 31

50 SASARAN INDIKATOR KINERJA PENJELASAN / PERHITUNGAN SUMBER DATA 2016 satuan 5 Meningkatnya kapasitas dan kualitas sistem ketertelusuran pengukuran 13 Jumlah kemampuan pengukuran dan kalibrasi yang tertelusur dan diakui secara Internasional Jumlah kemampuan pengukuran yang dipublikasikan di CIPM MRA 140 Kemampuan pengukuran Data jumlah CMC (entry) dari NMI dan DI yang telah diases oleh KAN sesuai dengan skema CIPM MRA (kumulatif) 14 Jumlah produsen bahan acuan dan penyelenggara uji profisiensi yang diakreditasi oleh KAN Jumlah produsen bahan acuan dan penyelenggara uji profisiensi (kumulatif) 9 Lembaga Data jumlah produsen bahan acuan dan penyelenggara uji prifisiensi yang dikreditasi oleh KAN (kumulatif) 6 Meningkatnya budaya mutu 15 Jumlah masyarakat yang mendapat edukasi dan berpartisipasi di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian Jumlah masyarakat yang mendapat edukasi dan berpartisipasi di bidang SPK orang Data masyarakat yang mendapat edukasi baik online maupun offline dan berperan serta di bidang SPK dari seluruh Unit Kerja 16 Jumlah akses terhadap informasi di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian Jumlah akses terhadap informasi SPK 1,4 juta akses Data dari Pusido dan pusat-pusat lain yang melakukan akses informasi SPK 32

51 SASARAN INDIKATOR KINERJA PENJELASAN / PERHITUNGAN SUMBER DATA 2016 satuan Learning and Growth Perspectives 7 Meningkatnya kinerja sistem pengelolaan anggaran, sumber daya manusia, tata kelola dan organisasi yang profesional 17 Opini BPK atas laporan keuangan Pernyataan pemeriksa dalam hal ini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas hasil pemeriksaan terhadap laporan keuangan BSN pada tahun (n-1) 18 Tingkat pelaksanaan Reformasi Birokrasi Hasil penilaian pelaksanaan Reformasi Birokrasi BSN yang dilakukan oleh Tim Evaluator KemenPANRB WTP Opini Data dari BPK 75 Nilai Data dari KemenPANRB 19 Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja BSN Hasil penilaian pelaksanaan akuntabilitas kinerja BSN yang dilakukan oleh Tim Evaluator KemenPANRB 70 (BB) Nilai Data dari KemenPANRB 20 Indeks kompetensi dan integritas SDM Jml ASN dengan nilai prestasi kerja lebih dari cukup tanpa ada unsur perilaku kerja yg bernilai cukup x 100 Jml ASN BSN > 90 Nilai Data HOH 21 Nilai kepatuhan layanan publik Penilaian kepatuhan terhadap layanan publik yang dilakukan oleh Ombudsman RI. (skala menyesuaikan aturan ombudsman) 70 Nilai Data dari Ombudsman 33

52 Untuk lebih menjelaskan mengenai indikator kinerja utama yang dimaksud berikut deskripsi penjelasan indikator kinerja utama BSN 2016 yang terdapat pada tabel 3.4 berikut. Tabel 3.4 Penjelasan Indikator Kinerja Utama BSN 2016 Indikator Penjelasan Indikator 1 Bentuk kontribusi SPK terhadap ekspor dapat dijelaskan bahwa setiap negara tujuan ekspor selalu mensyaratkan spesifikasi teknis (termasuk SNI atau standar nasional tujuan ekspor atau standar internasional). Untuk memastikan kesesuaiannya dengan standar maka dilakukan sertfifikasi atau pengujian oleh LPK yang diakreditasi oleh KAN. Eksportir menggunakan sertifikat atau hasil uji laboratorium agar produk bisa masuk ke negara tujuan ekspor. Pemilihan produk unggulan berdasarkan Produk Unggulan Nasional (PUN) yang ditetapkan oleh Kementerian Perdagangan, yaitu udang, kopi, minyak kelapa sawit, kakao, karet dan produk karet, tekstil dan produk tekstil, alas kaki, elektronika, komponen kendaraan bermotor, dan furniture Indikator 2 Pertumbuhan jenis produk ber-sni yang diperdagangkan di dalam negeri merupakan indikator dari tercapainya sasaran strategis untuk meningkatkan daya saing produk berstandar. Semakin banyak produk yang telah menerapkan SNI dan diperdagangkan di pasar, berarti telah terjadi peningkatan kepercayaan masyarakat dalam menggunakan produk ber-sni Indikator 3 Pemanfaatan hasil penelitian diperoleh melalui survey terhadap pemangku kepentingan (instansi pemerintah terkait/regulator di pusat dan daerah; Asosiasi/Industri; Perguruan Tinggi; Lembaga Penelitian; Peneliti dan Pemerhati Standardidsasi). Semakin banyak hasil penelitian yang dimanfaatkan stakeholder, berarti kualitas penelitian semakin baik. Indikator 4 Jumlah industri/organisasi dihitung berdasarkan jumlah sertifikat kesesuaian suatu Barang, Jasa, Sistem, Proses, atau Personal yang telah memenuhi SNI. Data sertifikat tersebut diperoleh dari Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) yang diakreditasi KAN Indikator 5 Tingkat persepsi terhadap SPK dilakukan melalui survei terhadap responden yang terdiri dari unsur akademisi, pelaku usaha, konsumen dan pemerintah di beberapa kota di Indonesia dengan pertanyaan terkait dengan persepsi responden mengenai Pengetahuan tentang BSN, Pengenalan tentang SNI, Penerapan SNI, dan Sertifikasi SNI Indikator 6 Indikator kinerja jumlah penetapan SNI merupakan jumlah SNI yang telah ditetapkan oleh Kepala BSN. Dalam hal ini, jumlah SNI adalah akumulasi dari keseluruhan SNI yang telah ditetapkan sampai dengan sampai saat ini. 34

53 Indikator Penjelasan Indikator 7 Kajian/penelitian yang mendukung pengembangan SNI merupakan penelitian yang menghasilkann rekomendasi untuk memberikan masukan dalam pengembangan/ penyusunan SNI tertentu. Indikator 8 Kerjasama bidang SPK dalam penyusunan standar dilakukan dengan memberikan usulan PNPS, usulan draft SNI, dan ikut memberikan tanggapan RSNI, dan menggunakan standar internasional atau standar negara lain atau standar suatu asosiasi sebagai acuan penyusunan SNI, serta mengadopsi standar internasional atau standar negara lain atau standar suatu asosiasi menjadi SNI. Indikator 9 BSN menginisiasi mememberikan insentif penerapan SNI bagi UMK dan organisasi layanan dalam menerapkan SNI, melalui bimbingan/pendampingan penerapan SNI Indikator 10 Kegiatan penilaian kesesuaian dilakukan oleh LPK yang telah diakreditasi KAN, yang terdiri dari laboratorium penguji, laboratorium kalibrasi, laboratorium medik, lembaga inspeksi, dan lembaga sertifikasi. Indikator 11 Keberterimaan skema akreditasi di tingkat internasional, dilakukan melalui MRA dengan APLAC dan ILAC untuk bidang sistem akreditasi laboratorium penguji, laboratorium kalibrasi, laboratorium medik dan lembaga inspeksi. Sementara untuk bidang sistem akreditasi lembaga sertifikasi, dilakukan melalui MLA dengan PAC IAF. Indikator 12 Disamping pengembangan skema akreditasi yang diakui di tingkat internasional (MRA/MLA), telah dikembangkan pula skema akreditasi untuk mendukung kepentingan nasional, baik di wilayah regulasi maupun non-regulasi Indikator 13 Kemampuan pengukuran dan kalibrasi yang tertelusur dan diakui secara Internasional adalah pengakuan kemampuan kalibrasi dan pengukuran (calibration & measurement capability (CMC)) terhadap lembaga metrologi nasional (LMN) dalam kesepakatan saling pengakuan yang dikelola oleh Panitia Internasional Timbangan dan Ukuran (CIPM MRA, Comite lnternationale des Poids et Measures Mutual Recognition Arrangement). Pengakuan internasional terhadap kemampuan pengukuran metrologi nasional ini diperoleh melalui tahapan peer review kompetensi (mencakup penerapan sistem manajemen mutu laboratorium dan hasil uji banding) Pusat Penelitian Metrologi LIPI selaku LMN oleh reviewer dari Asia- Pacific Metrology Programme (APMP). Indikator 14 Keberadaan penyelenggara uji profisiensi (PUP) dibutuhkan sebagai bagian dari jaminan mutu hasil pengujian/kalibrasi serta digunakan untuk penilaian kompetensi teknis laboratorium penguji/kalibrasi, sedangkan produsen bahan acuan (RMP) dibutuhkan untuk menjamin ketertelusuran hasil pengujian/kalibrasi. 35

54 Indikator Indikator 15 Indikator 16 Indikator 17 Indikator 18 Indikator 19 Indikator 20 Indikator 21 Penjelasan Masyarakat yang mendapat edukasi dan berpartisipasi di bidang standardisasi dan panilaian kesesuaian diartikan sebagai masyarakat yang mendapatkan manfaat dari penyediaan paket informasi standardisasi, pembimbingan UKM, pendidikan standardisasi (dosen/guru & mahasiswa/siswa), pelatihan standardisasi (Instruktur & peserta), dan masyarakat yang berpartisipasi dalam edukasi, diklat, pameran, sosialisasi dan pemasyarakatan standardisasi. Jumlah akses informasi standardisasi dan penilaian kesesuaian berbasis Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) adalah jumlah akses terhadap informasi SPK melalui visit ke web BSN. Tingkat opini laporan keuangan, adalah suatu keadaan yang menggambarkan kualitas dan akuntabilitas suatu Instansi Pemerintah yang dilihat mulai dari perencanaan anggaran sampai dengan pelaporan realisasi anggaran. Indikator ini diukur melalui hasil penilaian pelaksanaan Reformasi Birokrasi BSN yang dilakukan oleh Tim Evaluator Kemenpan dan RB dengan mengacu pada kriteria-kriteria pelaksanaan 8 area perubahan sesuai Pertaruran Menteri PAN dan RB sehingga dapat diketahui tingkat pelaksanaan Reformasi Birokrasi di BSN. Tingkat kualitas akuntabilitas Kinerja BSN dinilai berdasarkan evaluasi yang dilakukan oleh Kementerian PAN dan RB. Unsur penilaian tersebut meliputi Perencanaan kinerja, Pengukuran kinerja, Capaian kinerja, Evaluasi kinerja, dan Pelaporan kinerja. Indeks kompetensi dan integritas SDM ini dinilai dari jumlah ASN BSN yang memiliki nilai prestasi kerja lebih dari cukup tanpa ada unsur perilaku kerja yg bernilai cukup. Nilai prestasi kerja dinilai berdasarkan penilaian SKP (sasaran kinerja pegawai) melalui aplikasi SIMPEG ( ). Pengukuran indikator kinerja ini diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Ombudsman RI atas penyelenggaraan pelayanan publik. Penelitian kepatuhan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kepatuhan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam memenuhi komponen standar pelayanan sebagaimana telah diatur dalam UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik 36

55 37

56 BAB IV AKUNTABILITAS KINERJA A. Capaian Indikator Kinerja Utama BSN melakukan reviu capaian penetapan kinerja secara berkala setiap triwulan. Reviu tersebut merupakan evaluasi/penelaahan terhadap perjanjian kinerja 2016 pada suatu satuan kerja sebagai langkah untuk segera melakukan perbaikan bila tidak sesuai target serta perbaikan pengelolaan kinerja di masa mendatang sesuai dengan kaidah sebagaimana diatur dalam Peraturan Kepala BSN Nomor 4 tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Monitoring dan Evaluasi serta Pelaporan Kinerja pada Badan Standardisasi Nasional, sehingga diharapkan pencapaian kinerja dapat disempurnakan dan benar-benar mampu mendongkrak kinerja serta lebih selaras dengan sasaran strategi BSN. Evaluasi perjanjian kinerja tersebut dilaksanakan pada semua unit eselon I dan unit eselon II di lingkungan BSN. Pelaksanaan evaluasi dan analisis kinerja dilakukan melalui pengukuran kinerja dengan menggunakan formulir pengukuran kinerja sesuai Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan program sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi BSN. Pengukuran kinerja dimaksud merupakan hasil dari suatu penilaian yang didasarkan pada Indikator Kinerja Utama (IKU) yang telah disepakati dalam Penetapan Kinerja BSN tahun Secara ringkas capaian kinerja BSN tahun 2016 sebagaimana Tabel 4.1 berikut. Tabel 4.1 Capaian Kinerja BSN tahun 2016 No. IKU Target Realisasi Persen Capaian SS 1 1. Pertumbuhan kontribusi SPK terhadap ekspor produk unggulan nasional 2. Pertumbuhan jenis produk ber- SNI yang diperdagangkan di dalam negeri 5% 11,6% 232% 7% 9,30% 133% 38

57 No. IKU Target Realisasi Persen Capaian SS 2 3. Persentase hasil penelitian yang dimanfaatkan oleh pemangku kepentingan 40% 44% 110% 4. Jumlah industri/organisasi yang mendapat sertifikat/tanda SNI dari Lembaga Penilaian Kesesuaian yang diakreditasi KAN industri/ org industri/ org 119% 5. Tingkat persepsi masyarakat terhadap standardisasi dan penilaian kesesuaian 3,8 (skor) 3,75 (skor) 99% SS 3 6. Jumlah SNI yang ditetapkan SNI SNI 99% 7. Persentase hasil penelitian yang mendukung pengembangan SNI 8. Persentase hasil kerjasama bidang SPK yang digunakan untuk penyusunan SNI 75% 82% 109% 75% 75% 100% SS 4 9. Jumlah industri/ organisasi yang disertifikasi 50 Industri/ Organisasi 39 Industri/ Organisasi 78% 10. Jumlah LPK yang diakreditasi KAN LPK LPK 110% 11. Jumlah skema akreditasi KAN yang diakui di tingkat internasional (MRA/MLA) 12. Jumlah skema akreditasi KAN yang dikembangkan untuk mendukung kepentingan nasional 9 Skema 9 Skema 100% 13 Skema 23 Skema 154% SS Jumlah kemampuan pengukuran dan kalibrasi yang tertelusur dan diakui secara Internasional 140 Kemampuan pengukuran 145 Kemampuan pengukuran 104% SS Jumlah produsen bahan acuan dan penyelenggara uji profisiensi yang diakreditasi oleh KAN 15. Jumlah masyarakat yang mendapat edukasi dan berpartisipasi di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian 9 Lembaga 11 Lembaga 122% org org 102,5% 39

58 No. IKU Target Realisasi Persen Capaian 16. Jumlah akses terhadap informasi di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian akses akses 82% SS Opini BPK atas laporan keuangan WTP (opini) WDP (opini) 75% 18. Tingkat pelaksanaan Reformasi Birokrasi 75 (nilai) 75,38 (nilai) 100% 19. Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja BSN 70 (BB) Belum ada nilai NA 20. Indeks kompetensi dan integritas SDM > 90 (nilai) 97 (nilai) 108% 21. Nilai kepatuhan layanan publik 70 (nilai 104 (nilai) 149% SASARAN STRATEGIS 1 Meningkatnya daya saing produk berstandar Sesuai Visi dan misi Presiden RI yang dituangkan dalam Program Nawa Cita, Presiden berjanji untuk melakukan aksi Berdikari dalam Bidang Ekonomi. Dalam Program Aksi ke-15 dinyatakan bahwa Presiden berkomitmen untuk mengembangkan kapasitas perdagangan nasional, pada butir ke-4, melalui Implementasi dan pengembangan Standar Nasional Indonesia (SNI) secara konsisten untuk mendorong daya saing produk nasional dalam rangka penguasaan pasar domestik dan penetrasi pasar internasional serta melindungi pasar domestik dari barang-barang berstandar rendah. Dari rencana aksi tersebut, diyakini bahwa penerapan SNI akan mampu meningkatkan daya saing produk nasional agar mampu bersaing di pasar internasional dan mampu melindungi masyarakat dari produk yang membahayakan keselamatan, kesehatan, dan keamanan penggunanya, serta meningkatkan daya saing produk domestik di pasarnya sendiri. Dengan demikian Sasaran Strategis Meningkatkan daya saing produk berstandar ini sangat relevan dengan keinginan Pemerintah. Untuk implementasi ini disusun 2 indikator untuk mengukur peran standardisasi dan penilaian kesesuaian (SPK) dalam meningkatkan daya saing produk nasional, yaitu : 40

59 1. Pertumbuhan kontribusi SPK terhadap ekspor produk unggulan nasional 2. Pertumbuhan jenis produk ber-sni yang diperdagangkan di dalam negeri Indikator 1. Pertumbuhan kontribusi SPK terhadap ekspor produk unggulan nasional SPK diyakini memberikan kontribusi dalam perdagangan internasional karena setiap negara memiliki kepentingan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan produk/jasa. Disisi lain negara harus menjamin produk/jasa yang diterima dari negara lain sesuai dengan spesifikasi teknis (standar) yang diperlukan. Untuk kepentingan tersebut setiap negara berkewajiban untuk menetapkan persyaratan terutama standar dan tata cara melakukan penilaian kesesuaian terhadap standar tersebut. Indikator ini ditetapkan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi standardisasi dan penilaian kesesuaian (SPK) memberikan dampak bagi negara terutama dalam memperkuat ekspor produk-produk yang menjadi unggulan nasional. Bentuk kontribusi SPK terhadap ekspor dapat dijelaskan bahwa setiap negara tujuan ekspor selalu mensyaratkan spesifikasi teknis (termasuk SNI atau standar nasional tujuan ekspor atau standar internasional). Untuk memastikan kesesuaiannya dengan standar maka dilakukan sertfifikasi atau pengujian oleh LPK yang diakreditasi oleh KAN. Eksportir menggunakan sertifikat atau hasil uji laboratorium agar produk bisa masuk ke negara tujuan ekspor. Data sertifikasi/pengujian diperoleh dari laboratorium dan lembaga sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN. Pemilihan produk unggulan berdasarkan Produk Unggulan Nasional (PUN) yang ditetapkan oleh Kementerian Perdagangan, yaitu udang, kopi, minyak kelapa sawit, kakao, karet dan produk karet, tekstil dan produk tekstil, alas kaki, elektronika, komponen kendaraan bermotor, dan furniture. Data ekspor diperoleh dari data statistik yang dipublikasikan Badan Pusat Statistik. Hasil perhitungan pertumbuhan kontribusi SPK terhadap ekspor produk unggulan nasional, sebagaimana disajikan dalam Tabel

60 Tabel 4.2 Target, Realisasi dan Capaian IKU 1 No Indikator Kinerja Satuan Capaian 2015 Capaian Target Realisasi % Target % Capaian 1 Pertumbuhan kontribusi SPK terhadap ekspor produk unggulan nasional Persentase IKU baru 5 11, Capaian indikator ini menunjukkan presentase yang sangat baik, tercapai 11,6% dari target sebesar 5%. Artinya SPK memberikan kontribusi yang siginifikan terhadap pertumbuhan ekspor produk unggulan nasional. Hal ini menunjukkan bahwa upaya-upaya untuk meningkatkan kinerja bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian memberikan dampak yang positif dalam peningkatan ekspor produk nasional. Indikator 2. Pertumbuhan jenis produk ber-sni yang diperdagangkan di dalam negeri Standar Nasional Indonesia (SNI) yang ditetapkan BSN pada dasarnya merupakan suatu dokumen yang berisikan ketentuan teknis, pedoman dan karakteristik kegiatan atau produk yang berlaku secara nasional untuk membentuk keteraturan yang optimum dalam konteks keperluan tertentu. Bagi pelaku usaha, penerapan SNI akan memberikan kepastian tentang batas-batas ketentuan teknis yang sebaiknya dipenuhi sehingga dapat meningkatkan efisiensi produksi, level mutu, keamanan, dan keandalan produk. Dengan demikian, penerapan SNI diharapkan akan memberi nilai tambah terhadap produk, meningkatkan akses produk ke pasar yang lebih baik, sehingga dapat meningkatkan daya saing produk. Oleh karena itu, pertumbuhan jenis produk ber-sni yang diperdagangkan di dalam negeri merupakan indikator dari tercapainya sasaran strategis untuk meningkatkan daya saing produk berstandar. Semakin banyak produk yang telah menerapkan SNI dan diperdagangkan di pasar, diharapkan telah tercapainya peningkatan kepercayaan masyarakat dalam menggunakan produk ber-sni sehingga meningkatkan daya saingnya. Berdasarkan data sertifikat kesesuaian yang diberikan Lembaga Sertifikasi yang telah diakreditasi KAN kepada penerap SNI, jenis SNI yang telah menjadi acuan dalam penerapan produk yang diperdagangkan di pasar sampai Desember 2016 adalah sebanyak 42

61 575 SNI. Data tersebut mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 526 SNI, sehingga jenis produk ber-sni yang diperdagangkan di dalam negeri mengalami pertumbuhan sebesar 9,3%. Realisasi tersebut melebihi target yang telah ditetapkan dengan capaian sebesar 133%, sebagaimana diuraikan pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Target, Realisasi dan Capaian IKU 2 No Indikator Kinerja Satuan Capaian 2015 Capaian Target Realisasi % Target % Capaian 2 Pertumbuhan jenis produk ber- SNI yang diperdagangkan di dalam negeri Persentase IKU baru Besarnya capaian tersebut menunjukkan bahwa kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian pada dasarnya sudah dapat diterima oleh stakeholder. Pelaku usaha telah menggunakan SNI sebagai dasar produksinya, yang didukung dengan ketersediaan infrastruktur pelaksanaan penerapan standar, khususnya lembaga sertifikasi. Dengan meningkatnya jenis produk ber-sni yang diperdagangkan di dalam negeri, diharapkan akan meningkatkan nilai tambah produk dan meningkatkan daya saing produk. Data tahun 2016 menunjukkan bahwa sertifikat SNI paling banyak diberikan, berturut-turut 5 jenis produk terbanyak adalah produk air minum dalam kemasan (491 sertifikat), ban kendaraan (390 sertifikat), pelek kendaraan (180 sertifikat), helm (124 sertifikat), dan baja (115 sertifikat). Gambar 4.2 menujukkan jumlah sertifikat SNI berdasarkan produk pada tahun Gambar 4.1 Produk Produk bersertifikat SNI 43

62 Jumlah Jenis Produk Bersertifikat SNI Produk Lainnya Pipa Baja Minyak Goreng Kopi Kertas Bola Bakso Battery Minuman Teh Instan Gula Air Conditioner Kabel PVC Tusuk Kontak Kawat Baja Mainan Mesin Cuci Garam sepatu Sepeda Lampu Ubin Keramik Tepung Terigu SIR Semen Pupuk Baja Helm Pelek Ban Air Minum dalam kemasan Gambar 4.2 Grafik Jumlah Jenis Produk Bersertifikat SNI di Indoensia 44

63 .SASARAN STRATEGIS 2 Meningkatnya penerapan SNI oleh pemangku kepentingan Indikator 3. Persentase hasil penelitian yang dimanfaatkan oleh pemangku kepentingan Program penelitian disusun berdasarkan hasil inventarisasi permasalahan dan peneropongan arah pengembangan standardisasi dan penilaian kesesuaian ke depan. Untuk mengetahui ketepatan pemilihan topik penelitian dan pengembangan standardisasi oleh pemangku kepentingan, maka BSN perlu melakukan pengukuran terhadap hal tersebut melalui survei kepada pemangku kepentingan (stakeholder) BSN. Survei dilakukan untuk mengetahui pendapat pemangku kepentingan terhadap hasil penelitian sebanyak 12 judul yang telah dilakukan oleh BSN tahun Survei dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada pemangku kepentingan sebagai responden yang meliputi instansi pemerintah terkait/regulator di pusat dan daerah; Asosiasi/Industri; Perguruan Tinggi; Lembaga Penelitian; Peneliti dan Pemerhati Standardidsasi, dengan rincian : 1. BSN 2. Kementerian ESDM 3. Kementerian Perindustrian 4. Kementerian Pariwisata 5. Kementerian Koperasi dan UMKM 6. Komite Akreditasi Nasional (KAN) 7. Dinas Perindustrian dan Energi Propinsi DKI Jakarta 8. Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan Propinsi DKI Jakarta 9. Peneliti dan Pemerhati Standardisasi 10. Lembaga Penelitian di instansi pemerintah 11. Perguruan Tinggi (Universitas) Pemanfaatan diartikan sebagai peruntukan/penggunaan dari hasil penelitian untuk mendukung tugas masing-masing responden, yang dikelompokkan dalam kategori sebagai berikut: 1. Bahan acuan terkait penguatan posisi Indonesia di forum internasional 2. Bahan acuan dalam penyusunan regulasi berbasis Standardisasi dan Penilaian 45

64 Kesesuaian (SPK) 3. Bahan acuan dalam penyusunan Program Nasional Pengembangn Standar (PNPS), dan atau 4. Bentuk pemanfaatan lainnya Tabel 4.4 Target, Realisasi dan Capaian IKU 3 No Indikator Kinerja Satuan Capaian 2015 Capaian Target Realisasi % Target % Capaian 3 Persentase hasil penelitian yang dimanfaatkan oleh pemangku kepentingan Persentase Target kineja yang ditetapkan sebesar 40%, artinya jumlah penelitian yang dilakukan oleh BSN dikatakan berhasil apabila 40 persen diantaranya untuk memenuhi kebutuhan pemangku kepentingan. Dari hasil survei dapat disimpulkan bahwa capaian kinerja pada tahun 2016 sebesar 44% dari target kiner sebesar 40%, artinya kinerja indikator ini dapat dicapai 110% dari target. Sedangkan dibandingkan target kinerja tahun 2019, kinerja tersebut juga telah memberikan kontribusi 80%. Tabel 4.5 memperlihatkan gambaran pemanfaatan hasil penelitian berdasarkan judul penelitian. Tabel 4.5 Penelitian Yang telah Dimafaatkan oleh Pemangku Kepentingan No Judul Penelitian Rekomendasi Penelitian 1. Kajian Kesiapan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) Mendukung Pemberlakuan ASEAN Economic Community (AEC) 2015 Mengembangkan/merumuskan SNI sektor EEE; Kayu dan Produk Kayu; Peralatan Kesehatan dan Obat Tardisional, Otomotif dan Bangunan dan Konstruksi Tindak lanjut hasil penelitian BSN telah berkoordinasi dengan Kementrian Perindustrian; kementrian Perdagangan, Kementrian ESDM untik mendorong pengembangan/ perumusan SNI tersebut. Pemanfaatan Bahan acuan terkait penguatan posisi Indonesia di forum regional ASEAN 46

65 No Judul Penelitian Rekomendasi Penelitian 2. Kajian Penerapan SNI Wajib terhadap Perdagangan K3L dan Pelaku Usaha 1. Perumusan SNI produk memperhatikan kodefikasi HS, untuk mempermudah system penomoran produk dengan referensi HS dalam penyusunannya 2. SNI perlu dikaji untuk kepentingan nasional (National Differences). 3. Proses pembahasan SNI ditekankan pada substansi persyaratan mutu dan K3L. 4. Produk SNI meliputi lampu swabalast untuk parameter uji perlindungan kejut listrik (41%), ban sepeda motor dengan parameter uji breaking energy (77%), tusuk kontak untuk parameter fungsi pembumian, uji tahan panas (30-90%), dan saklar untuk parameter resistensi panas (75%) dan parameter uji kawat pijar (66,67%). Perlu direview untuk memastikan validitas SNI Tindak lanjut hasil penelitian Pemanfaatan Koordinasi internal BSN Bahan acuan dalam penyusunan regulasi berbasis SPK 3. Kajian Standar Fasilitas Umum Taman Kota di Indonesia 1. Merevisi SNI Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan 2. Perlu dirumuskan dan dikembangkan standar terkait fasilitas taman 3. Aspek K3L Fasilitas taman kota perlu diperhatikan dalam SNI BSN berkoordinasi dengan Komite Teknis terkait Bahan acuan dalam penyusunan PNPS 4. Kajian Identifikasi Standardisasi Jasa Pariwisata Indonesia 1. Perlu peningkatan sosialisasi standardisasi dan sertifikasi usaha pariwisata 2. Perlu adopsi ISO 18513:2003 (daftar terminologi hotel dan akomodasi dapat dilihat pada Tabel 11). 3. Perlu penetapan SNI yang sesuai dengan prioritas program Kementerian Pariwisata BSN dengan Pariwisata berkoordinasi Kementrian Bahan acuan dalam penyusunan PNPS 47

66 No Judul Penelitian Rekomendasi Penelitian 5. Manfaat Penerapan Standar oleh UKM 6. Penelitian Dampak Pemberlakuan SNI Kelompok Mainan Anak secara Wajib pada Industri dan LPK, dan Penyusunan Kategori SNI Mainan Anak 7. Panduan Identifikasi Mainan Anak terhadap SNI dan Standar terkait 1. Manfaat ekonomi penerapan SNI di UKM wajib dilaksanakan oleh BSN dan instansi pembina dengan tujuan untuk meingkatkan penerapan SNI pada produk UKM; 2. Persyaratan untuk mendapatkan pembimbingan dalam rangka sertifikasi SNIkepada UKM terbina, yaitu: nilai penjualan (omset); 3. komitmen UKM dalam penerapan SNI; 3.Inovasi teknologi; 4. Permintaan konsumen terkait dengan Jaminan mutu. 1. Diperlukannya sosialisasi terkait dengan pemahaman; meliputi: mainan anak; batas umur mainan anak; produk yang mirip dengan mainan anak; 2. Sosialisasi terkait dengan biaya sertifikasi tanda SNI Produk Mainan Anak 3. Kementrian terkait (pembina) perlu mengembangkan infrastruktur industri atau insentif; dengan focus rantai pendukung industry mainan anak (bahan baku; standardisasi bahan baku dan penguatan industry hulu mainan anak). Tindak lanjut hasil penelitian Rekomendasi tersebut telah disampaikan kepada Kementrian Koperasi dan UKM; Kementrian Perindustrian 1. BSN berkoordinasi dengan Kementrian/Instansi Pembina melakukan sosialisasi terkait dengan SNI mainaan anak; 2. BSN; KAN dan Kementrian terkait berkoordinasi untuk melakukan sosialisasi biaya sertifikasi Pemanfaatan Bahan acuan dalam penyusunan regulasi berbasis SPK Bahan acuan dalam penyusunan regulasi berbasis SPK Bahan acuan dalam penyusunan regulasi berbasis SPK 48

67 No Judul Penelitian Rekomendasi Penelitian 8. Pengembangan Standar Nasional Indonesia Komponen Mobil Listrik Mengusulkan kepada Komite Teknis Kenderaan Bertenaga Listrik untuk melakukan pengembangan PNPS dan Draft RSNI : - SNI ISO 8713 : 2012., Kendaraan berpenggerak (propulsi) listrik - Vocabulary, - SNI IEC Sel sekunder Lithium - ion untuk penggerak kendaraan listrik Bagian 1 : Pengujian Kinerja, - SNI IEC IEC Sel lithium-ion sekunder untuk penggerak kendaraan listrik Bagian 2 - Keandalan dan penyalahgunaan pengujian Tindak lanjut hasil penelitian BSN telah mengusulkan kepada Komtek Kenderaan Bertenaga Listrik untuk melakukan pengembangan 3 PNPS dan Draft RSNI meliputi: -- SNI ISO 8713 : 2012., Kendaraan berpenggerak (propulsi) listrik - Vocabulary, - SNI IEC Sel sekunder Lithium - ion untuk penggerak kendaraan listrik Bagian 1 : Pengujian Kinerja, - SNI IEC IEC Sel lithium-ion sekunder untuk penggerak kendaraan listrik Bagian 2 - Keandalan dan penyalahgunaan pengujian Pemanfaatan Bahan acuan dalam penyusunan PNPS 9. Penerapan SNI ISO 9001:2008 Sistem Manajemen Mutu pada UMKM Produk Garmen Perusahaan Garmen di Jakarta Timur dijadikan pilot project untuk pelatihan SNI ISO 9001:2008 dan dijadikan sebagai roll model untuk pembinaan oleh BSN dalam rangka penerapan SNI ISO 9001:20018: Sistem Manajemen Mutu BSN melakukan pembinaan kepada Perusahaan Garmen di Wilayah Jakarta Timur Bentuk pemanfaatan lainnya 10. Perkembangan Standardisasi Nanoteknologi di Indonesia dalam Rangka Memproteksi Produl- Produk Nano Non-standar Melakukan pengembangan SNI produk Nano Tekonologi dan pengembangan LPK yang dapat menangani pengujian dan sertifikasi produk nano teknologi BSN memberikan masukan kepada kementrian terkait pemetaan produk nanoteknologi yang akan dirumuskan SNI produk nano teknologi Bahan acuan dalam penyusunan PNPS 11. Kesiapan SNI dan Lembaga Penilaian Kesesuaian Mendukung Perdagangan APEC 2020 Melakukan pengembangan SNI terkait dengan 24 (Produk Elektrik dan Elektronik) Valuntary Action Plan (VAP) APEC SCSC BSN telah berkoordinasi dengan Kementrian ESDM dalam rangka pengembangan SNI terkait dengan 24 produk (Produk Elektrik dan Elektronik) (VAP) APEC SCSC Bahan acuan terkait penguatan posisi Indonesia di forum regional Asia Pasifik 12. Penguatan Posisi Indonesia di Bidang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Diusulkan untuk merumuskan dan menetapkan SNI dan regulasi teknis terkait dengan produk LCD; LED; Panel Display dan Lensa Kotak dalam rangka meningkatkan daya saing dan memperkuat posisi Indonesia dalam perdagangan MEA BSN berkoordinasi dengan Komite Teknis terkait dengan pengembangan PNPS untuk produk LCD; LED; Panel Display dan Lensa Kotak Bahan acuan terkait penguatan posisi Indonesia di forum regional ASEAN 49

68 Rencana ke depan atau terobosan dalam rangka peningkatan pemanfaatan hasil penelitian tahun 2017 sampai dengan 2019, bahwa di dalam pengusulan judul penelitian harus memparhatikan, antara lain: 1. Program dan Rencana Startegis BSN (Renstra BSN Tahun Anggaran 2015 sd 2019) 2. Kebutuhan Standar oleh pemangku kepentingan (stakeholders), meliputi: Komite Teknis; Regulator (Kementerian dan Lembaga, K/L) 3. Isu nasional dari pemerintah 4. Isu perkembangan standardisasi internasional 5. Trend isu yang hangat di masayarkat terkait dengan standardisasi (Hot Issues) Indikator 4. Jumlah industri/organisasi yang mendapat sertifikat/tanda SNI dari Lembaga Penilaian Kesesuaian yang diakreditasi KAN Sertifikat kesesuaian merupakan bukti kesesuaian suatu Barang, Jasa, Sistem, Proses, atau Personal telah memenuhi SNI. Sertifikat kesesuaian diberikan oleh Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) yang diakreditasi KAN kepada pelaku usaha, khususnya industri/organisasi, setelah melalui proses penilaian kesesuaian terhadap persyaratan SNI. Semakin banyak jumlah sertifikat kesesuaian yang diberikan oleh LPK menunjukkan bahwa penggunaan SNI oleh pelaku usaha telah semakin meningkat. Oleh karena itu, indikator jumlah sertifikat kesesuaian dari LPK yang diakreditasi KAN yang diberikan kepada industri/organisasi menunjukkan tingkat pencapaian sasaran strategis untuk meningkatkan penerapan SNI oleh pemangku kepentingan. Berdasarkan data sertifikat kesesuaian yang diberikan Lembaga Sertifikasi yang telah diakreditasi KAN kepada pelaku usaha, jumlah sertifikat kesesuaian yang telah diberikan oleh LPK sampai dengan Desember 2016 adalah sebanyak sertifikat. Realisasi tersebut melebihi target yang telah ditetapkan yaitu sertifikat. Dengan demikian, capaian untuk indikator kinerja ini adalah sebesar 119%, sebagaimana diuraikan pada Tabel

69 Tabel 4.6 Target, Realisasi dan Capaian IKU 4 No Indikator Kinerja Satuan Capaian 2015 Capaian Target Realisasi % Target % Capaian 4 Jumlah industri/ organisasi yang mendapat sertifikat/ Tanda SNI dari Lembaga Penilaian Kesesuaian yang diakreditasi KAN Industri/ organisasi Peningkatan industri/organisasi yang memperoleh sertifikat kesesuaian berbasis SNI ini mencerminkan meningkatnya tingkat penerapan pelaku usaha/organisasi untuk melakukan sertifikasi berbasis SNI karena meningkatnya kesadaran pelaku usaha memproduksi produk berdasarkan SNI, dorongan kesadaran masyarakat menggunakan produk ber-sni serta dilakukannya SNI secara wajib oleh regulator. Tabel 4.7 memperlihatkan peningkatan jumlah sertifikat tahun berdasarkan jenis sertifikasi. Tabel 4.7 Jenis Sertifikat Industri/Organisasi dari Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) No Jenis Sertifikat Kesesuaian Tahun Sertifikat Sistem Manajemen Lingkungan (SNI ISO 14001) Sertifikat Ekolabel 7 3 Sertifikat Sistem Manajemen Mutu (SNI ISO 9001) Sertifikat Hazzard Analytical Critical Control Point (HACCP) 91 5 Sertifikat Sistem Manajamen Keamanan Pangan (SNI ISO 22001) Sertifikat Sistem Manajamen Keamanan Informasi (SNI ISO 17001) 39 7 Sertifikat Sistem Manajemen Alat Kesehatan 10 8 Sertifikat Produk (SPPT SNI) Sertifikat Organik Sertifikat Sistem Manajemen Energi 3 11 Sertifikat Verifikasi/Validasi Gas Rumah Kaca (GRK) 3 12 Sertifikat Penilaian Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) Sertifikat Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) Sertifikat Usaha Pariwisata 580 Total

70 Gambar 4.3 Kunjungan Industri ke Pindo Deli Pulp and Paper Karawang salah satu industri yang telah mendapatkan sertifikat SNI Gambar 4.4 Kepala BSN, Bambang Prasetya dan Menteri KLHK, Siti Nurbaya meninjau produk Green Fine Aggregate milik PT. ANTAM (Persero) 52

71 Indikator 5. Tingkat persepsi masyarakat terhadap standardisasi dan penilaian kesesuaian Untuk melihat gambaran pemahaman masyarakat yang meliputi kesadaran (awareness), pengetahuan (knowledge) dan sikap (attitude) masyarakat mengenai standardisasi dan penilaian kesesuaian, BSN melakukan survei persepsi masyarakat terhadap SPK. Survei persepsi tersebut dilakukan dengan mengambil responden sebanyak orang yang dilakukan di 10 kota besar, yaitu Medan, Riau, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Samarinda, Makassar, Manado dan Bali. Survei ditujukan kepada stakeholder yang terdiri dari unsur akademisi, pelaku usaha, konsumen dan pemerintah dengan pertanyaan terkait dengan persepsi responden mengenai : 1. Pengetahuan tentang BSN 2. Pengenalan tentang SNI 3. Penerapan SNI 4. Sertifikasi SNI Tabel 4.8 Target, Realisasi dan Capaian IKU 5 No Indikator Kinerja Satuan 5 Tingkat persepsi masyarakat terhadap standardisasi dan penilaian kesesuaian Nilai (Skor, 1-5) Capaian 2015 Capaian % Target Realisasi % Target Capaian 3,5 3,8 3, ,5 83 Berdasarkan hasil survei tersebut, secara umum tingkat persepsi masyarakat terhadap SPK menghasilkan nilai sebesar 75,02 (skala 100) atau 3,75 (skala 5), termasuk dalam kategori baik/positif. Ketika masyarakat mempunyai persepsi yang positif terhadap SPK, artinya masyarakat sudah mempunyai kesadaran (awareness), pengetahuan dan sikap yang baik mengenai SPK. Nilai ini tidak mencapai target tahun 2016, yang diharapkan sebesar 3,8 (skala 5) atau hanya tercapai 98,7 %. Dari keempat poin yang ditanyakan kepada responden, rata-rata pemahaman responen terhadap pengetahuan tentang BSN, pengenalan tentang SNI, dan penerapan SNI sudah baik. Namun pemahaman terhadap sertifikasi SNI masih rendah. Secara keseluruhan hasil survei ditunjukkan dalam Tabel 4.9 di bawah ini. 53

72 Tabel 4.9 Indeks Persepsi Masyarakat terhadap Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian Tahun 2016 dibandingkan Tahun 2015 No Komponen Survei 2015 Survei 2016 Keterangan 1. Lokasi responden 10 kota, 1. Makassar 2. Medan 3. Riau 4. Jakarta 5. Bandung 6. Yogyakarta 7. Surabaya 8. Samarinda 9. Bali 10. Manado 10 Kota : 1. Makassar 2. Medan 3. Riau 4. Jakarta 5. Bandung 6. Yogyakarta 7. Surabaya 8. Samarinda 9. Bali 10. Manado Lokasi sama dengan tahun Jumlah responden 3. Komposisi a. Konsumen b. Pelaku usaha c. Akademisi d. Pemerintah a. 31,53% b. 32,04% c. 14,92% d. 21,51 % 4. Indeks Persepsi 66,17 (skala 100) atau 3,3 (skala 5) 5. Elemen Kuesioner a. 27,40% b. 34,26% c. 17,90% d. 20,40 % 75,021 (skala 100) atau 3,76 (skala 5) Jumlah responden sama dengan tahun sebelumnya Komposisi resonden hampir sama dengan tahun lalu Secara keseluruhan indeks persepsi tahun 2016 meningkat dari tahun sebelumnya karena adanya kemajuan pengetahuan masyarakat mengenai BSN, tugas BSN dan proses sertifikasi SNI. a. Pengetahua n tentang BSN 49,2 (skala 100) 76,5 (skala 100) Pada tahun 2016 pengetahuan masyarakat tentang BSN melonjak dari tahun sebelumnya. Hasil survei menunjukkan, responden sudah lebih mengenal tentang BSN beserta tugasnya. Hal ini membuktikan trend positif pengenalan masyarakat akan kelembagaan BSN dan tugas-tugas BSN. Sebagian besar (76,5%) responden sudah paham bahwa BSN bertugas menetapkan SNI. 54

73 No Komponen Survei 2015 Survei 2016 Keterangan b. Pengenalan Tentang SNI c. Persepsi mengenai Penerapan SNI 87,4 (skala 100) 86,78 (skala 100) 77,6 (skala 100) 78,05 (skala 100) Hasil survei 2016 : Pengenalan masyarakat tentang SNI tidak meningkat secara signifikan atau cenderung stabil Mayoritas yang tidak tahu SNI juga tidak tahu BSN, sedangkan yang tahu tentang SNI, belum tentu tahu mengenai BSN. Hal ini diartikan bahwa eksistensi BSN lebih banyak terbantu dengan pengetahuan masyarakat tentang SNI. Profesi yang belum banyak tahu tentang SNI adalah para pelaku UKM, sementara profesi yang paling banyak mengetahui tentang SNI adalah PNS, karyawan BUMN/industri. Untuk itu, UKM perlu menjadi target utama dalam sosialsiasi SNI termasuk prosedur sertifikasi SNI. Mayoritas responden sudah paham bahwa SNI tidak hanya produk tetapi juga jasa, penerapan SNI wajib karena adanya unsur K3L serta dampak positif penerapan SNI Namun untuk pertanyaan mengenai pengawasan produk bertanda SNI di pasar memperoleh sentimen negatif dari responden. d. Pemahaman dan Persepsi mengenai Sertifikasi SNI 50,48 (skala 100) 58,75 (skala 100) Pengetahuan masyarakat sebagian masih beranggapan bahwa yang melaksanakan sertifikasi SNI adalah BSN. Responden yang memberikan persepsi positif bahwa proses sertifikasi SNI itu mudah dan adanya keringanan biaya sertifikasi dari pemerintah semakin meningkat dibanding tahun lalu. Hal ini dimungkinkan dampak adanya program BSN dan KL lain mengenai fasilitasi pembinaan penerapan SNI bagi UMKM. Berdasarkan hasil survei, masyarakat sudah memahami pentingnya penerapan SNI, namun terkait dengan sertifikasi SNI, masyarakat masih beranggapan bahwa sertifikasi SNI itu tidak mudah. Sebagian besar responden baik dari unsur pelaku usaha, pemerintah, akademisi dan konsumen juga masih beranggapan bahwa sertifikasi SNI dilakukan oleh BSN. Terkait dengan pertanyaan tentang pengawasan produk bertanda SNI di pasaran, masyarakat juga masih mempunyai persepsi yang rendah, artinya masyarakat belum 55

74 percaya dengan pengawasan untuk peredaran produk bertanda SNI yang dilakukan oleh pemerintah selama ini. Hasil dari kegiatan survei ini dijadikan masukan dan saran yang dapat membantu BSN dalam menjalankan kegiatan SPK yang sesuai dengan kebutuhan dan apsirasi masyarakat. Hasil survei ini juga digunakan untuk mengembangkan strategi yang efektif dalam melakukan pembinaan masyarakat dan pelaku usaha baik melalui kegiatan pendidikan, pelatihan, konsultansi, bimbingan teknis, diseminasi maupun pemasyarakatan standardisasi. Pengenalan masyarakat tentang kelembagaan BSN meningkat cukup signifikan. Hal ini dimungkinkan karena publikasi/pemberitaan mengenai BSN dan SNI meningkat tajam di tahun 2016 baik melalui media massa konvensional maupun melalui media digital (media sosial dan online, antara lain website Facebook Badan Standardisasi Nasional, dan SNI Channel Publikasi mengenai BSN dan SNI di media massa tahun ini mencapai pemberitaan, sedangkan di tahun 2015 hanya mencapai 921 pemberitaan. Pada tahun 2016, BSN juga gencar melakukan promosi dan edukasi melalui media sosial dan melakukan pendekatan ke UMKM melalui pembinaan penerapan SNI. Pemahaman masyarakat yang meningkat mengenai institusi BSN sebagai yang menetapkan SNI, dan adanya kegiatan fasilitasi pembinaan penerapan SNI dari BSN membuat tingkat persepsi masyarakat terhadap SPK meningkat di tahun 2016 ini. Beberapa kegiatan penting yang mendukung capaian tersebut dapat dijelaskan melalui kegiatan pendidikan, pelatihan, bimbingan teknis, diseminasi dan pemasyarakatan standardisasi dilakukan selama tahun 2016, antara lain sebagai berikut: 1. Informasi Standardisasi a. Peningkatan akses informasi standardisasi, melalaui peningkatan layanan dokumentasi dan perpustakaan, koleksi buku, standar dan e-book, Pengembangan perpustakaan digital (content digital library), Literasi informasi standardisasi Pengelolaan layanan perpustakaan dan dokumentasi, dan pengelolaan dokumentasi dan data. b. Pengembangan dan Perluasan SNI Corner, di 4 lokasi, yaitu Baristan Surabaya, Universitas Negeri Jember, Universitas Jenderal Soedirman, dan Direktorat Teknik dan Lingkungan Mineral dan Batubara - Kementerian ESDM 56

75 Gambar 4.5 SNI Corner, mendekatkan SNI dan BSN ke Publik c. Penambahan Jejaring & diseminasi kemasan informasi, melalui pengembangan kemasan informasi standardisasi berupa 16 kemasan informasi tercetak (kalender, brosur, booklet, bulletin, direktory SNI Wajib, dan sebagainya) d. Penambahan kerjasama jejaring informasi standardisasi di 5 anggota INSTANET, yaitu UPT Perpustakaan IPB, UPT Perpustakaan ITB, dan BPSMB- LT Jember e. Penerjemahan dan alih bahasa dokumen standardisasi sebanyak 141 dokumen SNI diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dan 2 dokumen standardisasi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. f. Diseminasi informasi standardisasi sejumlah publikasi yang disampaikan kepada unit kerja pemerintah, swasta, organisasi dan pengguna perseorangan. g. Partisipasi di 3 pameran yang diselenggarakan sepanjang 2016, yaitu : BMN 2016, RiTech Expo, UMKM di JHCC. h. Diseminasi informasi SPK dengan Disperindag Semarang dan Direktorat Teknik dan Lingkungan Mineral dan Batubara - Kementerian ESDM i. Layanan Penelusuran informasi Standardisasi dan Penlilaian Kesesuaian (inquiry), sebanyak 1914 penelusur melalui , telepon, datang langsung ke petugas Layanan informasi BSN. j. Pembuatan video succes story UMKM Penerap SNI yaitu CV. Hari Mukti Teknik, Bantul, Yogyakarta sebagai produsen mesin cuci merk Kanaba. 57

76 Gambar 4.6 Pemberitaan SNI di media massa 2. Pengembangan Sistem Informasi Standardisasi a. Pembuatan Aplikasi Redesaian Portal Website ; b. Pengelolaan konten website BSN c. Monitoring jaringan PC Client ; d. Pemeliharaan infrastruktur jaringan teknologi informasi ; e. Pelaksanaan program SNI Channel Gambar 4.7 SNI Channel sebagai salah satu media penyebarluasan informasi standardisasi 58

77 Gambar 4.8 Pembinaan Penerapan SNI kepada UMKM, mendekatkan BSN kepada masyarakat dan membantu UMKM dalam pemenuhan SNI 2. Pendidikan Standardisasi a. Peningkatan Jejaring Pendidikan Tinggi, melalui penyelenggaran pendidikan standardisasi di 3 perguruan tinggi (UNDIP, UNMAS, Universitas Jember, UNSRI), penyusunan Road Map Penddiikan Standardisasi (UNMAS dan Universitas Balikpapan), pembentukan pengurus FORSTAN; dan penyelenggaraan Forum Pendidikan Standardisasi. b. Partisipasi di forum Internasional, meliputi mengikuti sidang ICES (International Cooperation for Education about Standardization) dan mengikuti Olimpiade Standar Internasional Tingkat Sekolah Menengah di Korea, delegasi Indonesia menjadi Juara I dan III c. Penyelenggaraan Kompetisi Essay Standardisasi Tingkat Nasional SMA/SMK Tahun 2016 yang diikuti oleh 40 peserta. d. Layanan Pelatihan Standardisasi melalui penyusunan dan penyempurnaan materi pendidikan dan pelatihan e. Pembinaan dan Pengembangan kompetensi instruktur pelatihan f. Pengembangan Materi e-learning Economic Benefit of Standard dalam bentuk video presentasi, flipbook dan video animasi g. Layanan jasa pelatihan standardisasi, 8 paket layanan pelatihan publik dan 43 layanan pelatihan in-house 59

78 Gambar 4.9 Indonesia juara I dan III Olimpade Standar Internasional di Korea tahun Promosi Standardisasi a. Pembuatan media promosi, dengan booklet substansi SNI mengenai Alat Tangkap Ikan sebanyak eksemplar, Lesson Learned UKM penerap SNI melalui audio visual sebanyak 4 jenis, dan materi promosi infografis sertifikasi SNI b. Mengadakan sosialisasi SNI alat Tangkap Ikan, edukasi SNI melalui Jelajah SNI (Lesson Learned penerapan SNI) pada 5 UKM di Jateng, dan Talk show manfaat penerap SNI dalam meningkatkan daya saing produk. c. Promosi SNI Award melalui Radio Smart FM, Elshinta dan Delta FM, Majalah Swa, Koran Jawa Pos, Majalah Sindo Weekly, SMS Blasting dan Blasting kepada segenap stakeholder BSN d. Promosi SNI melalui pemasangan banner di media online Swa.co.id, media online fajar.co.id, celebes.co.id, antara.co.id, e. Promosi penerima SNI Award di Metro TV, harian Media Indonesia, media social dan sms blasting f. Edukasi SNI melalui transportasi publik dan di jalan tol, liputan edukasi SNI 60

79 melalui gerak jalan santai di Kompas TV, Promosi SNI melalui peta mudik, Promosi SPK melalui program Economic Challenges di di Metro TV g. Edukasi SNI kepada public melalui Pemasangan infografis dan audio visual di Taman Pintar Jogjakarta, Edukasi SNI kepada publk melalui edugames standardisasi pada pameran HAKTEKNAS h. Pencetakan majalah SNI Valuasi sebanyak 4 edisi dengan masing-masing eksemplar Gambar 4.10 Edukasi SNI melalui Zona SNI di Taman Pintar Yogyakarta i. Pembinaan Masyarakat untuk Meningkatkan Partisipasi dalam Pengembangan SNI j. Pembinaan masyarakat dalam pengembangan SNI sebanyak 2 komunitas (MASTAN, PUPUK) untuk Rancangan SNI Asap Cair, komponen pesawat terbang, ekolabel produk rotan, Konverter Kit. k. Forum Diskusi Peningkatan partisipasi Konsumen dalam kegiatan standardisasi yang dihadiri 80 orang peserta. l. Temu Nasional Masyarakat Standardisasi yang dihadiri 150 orang m. Pembinaan kelompok masyarakat dalam penerapan SNI sebanyak 4 komunitas yaitu komunitas TDA, PUPUK, Flipmas dan MASTAN n. Pembinaan masyarakat sebagai Fasilitator SNI Award o. Pembinaan role model pelaku usaha PT KANABA dalam penerapan SNI 61

80 p. Peningkatan Partisipasi Masyarakat Standardisasi di Forum Internasional Laporan Sidang ISO COPOLCO ke 36, dan sidang IFAN q. Benchmarking dan sharing knowledge dengan Badan Standardisasi dari Malaysia r. Analisis kompetensi penyelenggara pelatihan berdasarkan SNI ISO 29990:2013 di RCChem Bandung Gambar 4.11 Menteri Ristekdikti, Walikota Surakarta, dan Deputi IPS BSN menghadiri stand BSN di Pameran Harteknas Kota Surakarta ditemani Si Rino (maskot BSN) 62

81 Gambar 4.12 Bincang Inspiratif Kompas TV dalam rangka edukasi SNI ke masyarakat Gambar 4.13 Keterlibatan TDA dalam mendukung sosialisasi dan penerapan SNI 63

82 Peningkatan persepsi masyarakat terhadap SPK terutama terkait dengan sertifikasi SNI Produk masih perlu ditingkatkan. Untuk meningkatkan persepsi masyarakat mengenai hal ini maka diperlukan upaya edukasi kepada pemangku kepentingan khususnya kepada pelaku usaha (besar dan UMKM) mengenai mekanisme sertifikasi SNI. BSN juga perlu terus melakukan pembinaan penerapan SNI kepada pelaku usaha dan masyarakat, sehingga mereka mempunyai tingkat kesadaran dan pemahaman yang baik. Dengan kegiatan ini diharapkan keberadaan BSN dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. SASARAN STRATEGIS 3 Meningkatnya kapasitas dan kualitas pengembangan SNI Indikator 6. Jumlah SNI yang ditetapkan Sesuai Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesesuaian, BSN bertanggung jawab untuk menetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI). SNI merupakan tool untuk dapat melindungi masyarakat Indonesia terkait aspek keamanan, kesehatan, keselamatan dan pelestarian fungsi lingkungan hidup (K3L) serta untuk meningkatkan daya saing produk Indonesia sebagaimana tujuan standardisasi dan penilaian kesesuaian. Oleh karena itu, SNI harus disusun sesuai dengan kebutuhan para pemangku kepentingan, yaitu regulator, pelaku usaha, para ahli/pakar dan konsumen. Dengan demikian, penetapan SNI merupakan kinerja yang sangat penting bagi BSN. SNI disusun dengan berpedoman pada PSN 01:2015 Pengembangan Standar Nasional Indonesia yang memuat tentang tata cara pengembangan SNI, meliputi tata cara perumusan SNI mulai dari pengusulan Program Nasional Perumusan SNI (PNPS), pelaksanaan rapat teknis dan rapat konsensus Komtek/SubKomtek, jajak pendapat, penetapan dan publikasi, serta tata cara kaji ulang dalam rangka pemeliharaan SNI. Tata cara penyusunan SNI dapat dilihat pada Gambar 4.19 Indikator kinerja Jumlah penetapan SNI merupakan jumlah SNI yang telah ditetapkan oleh Kepala BSN. Dalam hal ini, jumlah SNI adalah akumulasi dari keseluruhan SNI yang ada sampai saat ini. Capaian kinerja Jumlah SNI yang ditetapkan adalah sebagaimana diuraikan pada Tabel 4.10 Data menunjukkan bahwa jumlah SNI yang ditetapkan belum mencapai target yang ditetapkan, dengan persentase capaian sebesar 99 %. Dari target jumlah SNI dapat dicapai SNI. Capaian tersebut dibandingkan dengan target tahun 2019, 64

83 Jumlah SNI sebanyak SNI, telah dicapai 87 % (Tabel 4.10) Tabel 4.10 Target, Realisasi dan Capaian Indikator 6 Tahun 2016 No Indikator Kinerja 6 Jumlah SNI yang ditetapkan Satuan Capaian 2015 Capaian Target Realisasi % Target % capaian SNI Ketidaktercapainya target tersebut disebabkan adanya kebijakan Pemerintah penghematan/pemotongan anggaran, sehingga kaji ulang beberapa SNI yang sudah direncanakan tidak dilakukan, yang berakibat tidak tercapainya jumlah SNI yang ditetapkan. Namun demikian capaian tersebut masih dalam kendali program penyusunan SNI. Penetapan SNI yang belum dapat dilaksanakan tersebut akan dilanjutkan tahun Kalau dilihat dari perkembangan kinerja jumlah penetapan SNI dalam kurun waktu yang ditujukkan Gambar 4.14 dapat dikatakan sudah cukup baik Total SNI Gambar 4.14 Perkembangan jumlah penetapan SNI tahun Pencapaian kinerja penetapan SNI tersebut merupakan hasil dari rangkaian kegiatan Perumusan Standar, yang meliputi: 1) Perumusan kebijakan pengembangan standar 2) Pengendalian proses perumusan SNI hingga RASNI siap ditetapkan 65

84 3) Pembinaan Sumber Daya Manusia Perumusan SNI 4) Peningkatan Kinerja Komtek/SubKomtek 5) Fasilitasi Perumusan SNI dan Kaji Ulang SNI Masing-masing rangkaian kegiatan tgersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. 1). Perumusan kebijakan pengembangan standar Perumusan kebijakan pengembangan standar dilakukan oleh MTPS (Manajemen Teknis Perumusan Standar). MTPS yang beranggotakan 24 orang wakil dari berbagai K/L yang mengelola Komite Teknis/SubKomite Teknis Perumusan SNI, dan wakil dari pemangku kepentingan lain yang terlibat dalam perumusan SNI. Selama tahun 2016, MTPS telah melaksanakan 9 kali pertemuan, dan menghasilkan 3 paket rekomendasi kebijakan. Pertama, rekomendasi terkait pembentukan/ perubahan Komite Teknis perumusan SNI, yang terdiri dari : 1). Rekomendasi persetujuan 14 (empat belas) pembentukan dan 1 (satu) perubahan sekretariat Komtek 2). Rekomendasi persetujuan pelimpahan 1 (satu) Komite Teknis Kendaraan dan Peralatan Pemadam Kebakaran ke BSN 3). Rekomendasi persetujuan perubahan keanggotaan 47 (empat puluh tujuh) Komite Teknis dan 6 (enam) Sub Komite Teknis. 4). Rekomendasi persetujuan penambahan dan perubahan ruang lingkup 16 (enam belas) Komite Teknis/Sub Komite Teknis. 5). Rekomendasi pengaktifan kembali 2 (dua) Komite Teknis Rekomendasi hasil MTPS terkait Komtek/Sub Komtek untuk tahun 2016 tersebut di atas dapat digambarkan sebagaimana Gambar 4.15 di bawah ini. 66

85 Gambar 4.15 Rekomendasi persetujuan MTPS untuk Komtek/Sub Komtek tahun 2016 Kedua, rekomendasi persetujuan usulan Program Nasional Perumusan Standar (PNPS) dari Komite Teknis perumusan SNI, yang meliputi : 1). Persetujuan PNPS sebanyak 712 judul, dengan rincian sebagai berikut : 420 PNPS baru 187 PNPS revisi 5 PNPS amandeman 37 PNPS terjemahan Perpanjangan 63 PNPS 2). Persetujuan pembatalan untuk 38 usulan PNPS yang ditetapkan sebelum 2016; 3). Persetujuan rekomendasi abolisi 41 judul SNI hasil kaji ulang dari Komite Teknis Dari 712 judul rekomendasi hasil MTPS terkait pengajuan PNPS untuk tahun 2016 tersebut di atas dapat digambarkan sebagaimana Gambar 4.16 di bawah ini. 67

86 PNPS Baru PNPS Revisi PNPS Amandemen PNPS Terjemahan PNPS Perpanjangan Gambar 4.16 Rekomendasi persetujuan PNPS tahun 2016 Gambar 4.17 Rapat MTPS di BSN 68

87 Gambar 4.18 Tata Cara penyusunan SNI sesuai PSN 01 : 2015 Ketiga, rancangan Pedoman Standardisasi Nasional (PSN) terkait pengembangan SNI, yang terdiri dari: (1) Revisi PSN 01:2015 tentang Pedoman Pengembangan SNI (Perka BSN No 8 tahun 2015), telah dirumuskan dan dilakukan public hearing untuk sosialisasi materi revisi PSN 01:2015 (Jakarta, tanggal 6 Desember 2016). (2) Revisi PSN 02:2007 tentang Pengelolaan Panitia Teknis Perumusan SNI, telah dirumuskan dan dilakukan public hearing revisi PSN 02:2007 (Jakarta, tanggal 6 Desember 2016). (3) Penyusunan Rancangan PSN tentang Adopsi Standar Internasional dan Publikasi Internasional lainnya, telah dirumuskan dan dilakukan public hearing (Jakarta, tanggal 23 November 2016) (4) Revisi PSN 06:2007 tentang Tata cara penomoran Standar Nasional Indonesia, 69

88 telah dirumuskan dan dilakukan public hearing revisi PSN 08:2007 (Jakarta, tanggal 23 November 2016). Pedoman ini digunakan sebagai acuan oleh para pemangku kepentingan untuk menjaga keteraturan dalam proses pengembangan SNI. 2). Pengendalian proses perumusan SNI Pengendalian proses perumusan SNI dilakukan dengan : (1). Pengendalian proses perumusan SNI yang berkualitas Kegiatan pengendalian proses perumusan SNI ini merupakan kegiatan yang mendukung tercapainya output SNI yang berkualitas dan taat azas. Hal yang dilakukan antara lain koordinasi dan penyelesaian masalah dengan Sekretariat Komite Teknis/Sub Komite Teknis, pengelolaan Sekretariat dan Komite Teknis serta pengendalian proses perumusan SNI baik di rapat teknis maupun rapat konsensus. Mengacu pada penetapan kinerja PPS tahun 2016, ealisasi penetapan SNI pada tahun 2016 mencapai 495 SNI, yang terdiri dari : 335 SNI baru; 140 SNI revisi; 3 amandemen SNI; 3 ralat SNI, 13 SNI terjemahan dan 3 konfirmasi SNI hasil kaji ulang rekomendasi tetap. Selain itu juga ada SK penetapan abolisi untuk 10 SNI. Tabel 4.11 Target dan realisasi penetapan SNI dibandingkan dengan usulan PNPS URAIAN TAHUN Target SNI menurut Penetapan Kinerja Realisasi penetapan SNI Usulan SNI berdasarkan kebutuhan pasar (PNPS) Perbandingan realisasi penetapan SNI dengan usulan SNI berdasarkan kebutuhan pasar (PNPS) antara tahun 2015 dan 2016 tersebut di atas dapat digambarkan sebagaimana Diagram 6 di bawah ini. 70

89 PNPS SNI Gambar 4.19 Perbandingan antara persetujuan PNPS dan realisasi penetapan SNI tahun 2015 dan 2016 (2). Pengendalian penyelesaian SNI tepat waktu Pengendalian dilakukan dengan implementasi Sistem Manajemen Mutu (SMM) sesuai SNI ISO Sistem ini bertujuan untuk memastikan bahwa perkembangan proses perumusan SNI senantiasa dimonitor, dan tindakan koreksi dilakukan apabila terjadi perlambatan proses. Berdasarkan monitoring pencapaian target waktu penetapan 12 bulan dari 490 SNI yang diselesaikan pada tahun 2016, maka diketahui statusnya sebagai berikut: Tabel 4.12 Monitoring target Quick Win 12 bulan penetapan SNI Bidang Bidang Mekanika, Elektroteknika dan Konstruksi Bidang Lingkungan dan Serbaneka Bidang Kimia dan Pertambangan Bidang Pertanian, Pangan dan Kesehatan SNI yang ditetapkan SNI < 12 bulan SNI > 12 bulan Rata-rata (bulan) , , , ,18 Total ,71 71

90 (3). Sekretariat Komtek Perumusan SNI yang dikelola BSN Sampai tahun 2016, Komite Teknis Perumusan SNI berjumlah 116 dan Sub Komite Teknis berjumlah 25, dengan pengelolaan Sekretariat Komtek/Sub Komtek dikelola oleh PPS-BSN dan Kementerian/Lembaga lain sesuai dengan tugas, pokok dan fungsinya. Dari jumlah Komtek/Sub Komtek tersebut di atas, sekretariat yang dikelola oleh PPS sampai dengan akhir tahun 2016 telah ada 28 (dua puluh delapan) Sekretariat Komtek. Hal ini sejalan dengan amanat renstra BSN untuk meningkatkan jumlah sekretariat yang mengelola Komtek/Sub Komtek, sehingga dapat mengurangi ketergantungan proses perumusan SNI terhadap K/L lain. Secara lebih lengkap 28 (dua puluh delapan) Sekretariat Komtek/Sub Komtek yang dikelola oleh PPS-BSN dapat dilihat pada Tabel 4.13 di bawah ini. Tabel 4.13 Sekretariat Komtek/SubKomtek Perumusan SNI yang dikelola BSN No Komtek/ Sub Nama Komtek Komtek Sistem Manajemen Mutu Lembaga penilaian kesesuaian Halal Manajemen pariwisata Manajemen risiko Nanoteknologi Terapetik Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga Kontrasepsi Produk Optik dan Fotonik Prasarana Laboratorium Biologi dan Kimia Sistem Manajemen Peralatan Kesehatan Produk Higiene Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga Sterilisasi Produk Pelayanan Kesehatan Kendaraan dan Peralatan Pemadam Kebakaran Penanggulangan bencana Bio Security Level- BSL Unit Pengolah Air Minum Standar dasar Metode dan pengujian mikrobiologi Metode dan pengujian umum, khusus kimia pangan Teknologi Grafika Kendaraan jalan raya bertenaga listrik Kakao dan Produk Kakao Kopi dan Produk Kopi Bioteknologi Analisis sensori Sistem Manajemen Keamanan Pangan 72

91 (4). Waktu rata-rata penetapan SNI Pada tahun 2016, penetapan SNI masih memerlukan waktu rata-rata 14,71 bulan. Angka ini merupakan perbaikan dari waktu rata-rata tahun 2015 sebesar 15 bulan. Namun demikian masih diperlukan upaya untuk mencapai target waktu rata-rata penetapan SNI 13 bulan pada tahun Adapun penyebab belum tercapainya sasaran waktu rata-rata penetapan SNI antara lain disebabkan oleh hal-hal berikut: a. Adanya perpanjangan PNPS karena proses perumusan SNI masih memerlukan waktu tambahan; b. Substansi SNI masih banyak perdebatan dalam pembahasan di rapat teknis, sehingga memerlukan lebih banyak rapat untuk pembahasan; c. Sulitnya mempertemukan jadwal waktu anggota Komtek/Sub Komtek karena kesibukan masing-masing sehingga jadwal rapat sering mengalami penundaan karena kesulitan menentukan waktu penyelenggaraan rapat pembahasan; d. Adanya beberapa faktor non teknis, misalnya tidak tersedianya ruang rapat, pengalihan anggaran K/L dari semula untuk kegiatan Komtek menjadi untuk kegiatan prioritas lain dll. (5) Pemanfaatan Sistem Informasi Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian (SISPK) Dengan mulai berlakunya Peraturan Kepala BSN Nomor 8 tahun 2015 tentang Pengembangan SNI yang mulai berlaku tanggal 18 Desember 2016, BSN telah mengembangkan Sistem Informasi Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian (SISPK) untuk mendukung proses pengembangan SNI yang sesuai dengan Perka BSN No 8 tahun 2015, sehingga seluruh proses perumusan SNI yang sebelumnya dilakukan melalui SISNI (Sistem Informasi SNI), seluruhnya akan berpindah ke SISPK mulai terhitung tanggal 18 Desember Terkait dengan proses perumusan SNI, maka sejak tanggal 18 Desember 2016, proses berikut menggunakan SISPK : a. Pengusulan PNPS, baik oleh Komite Teknis maupun oleh masyarakat, dilakukan melalui SISPK sejak bulan Agustus hingga September 2016 b. Publikasi usulan PNPS yang masuk untuk mendapatkan tanggapan masyarakat pada bulan Oktober 2016 c. Persetujuan PNPS pada bulan Desember 2016 d. Jajak pendapat untuk Rancangan SNI dengan menggunakan peraturan baru sejak 18 Desember

92 Untuk mendukung pemanfaatan SISPK oleh Komite Teknis, telah dilakukan sosialisasi SISPK kepada Komtek yang dilakukan di Jakarta pada tanggal 23 Juni ). Pembinaan Sumber Daya Manusia Perumusan SNI (1) Workshop Perumusan SNI Workshop Tahun 2016 dilaksanakan di berbagai kota di Indonesia. Tidak hanya di daerah Jakarta tetapi juga kota-kota di luar jabodetabek dan Pulau Jawa. Ada 7 Kota pelaksanaan Workshop Perumusan SNI yang dilaksanakan, yakni Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang Selatan, Bandung, Solo dan Palembang. Tujuan pelaksanaan workshop tidak hanya pembinaan sumber daya manusia, tetapi sekaligus menyaring inspirasi dari masyarakat daerah terkait produk unggulan di daerah masing-masing untuk dirumuskan menjadi SNI. Workshop penguatan sumber daya perumusan SNI yang dilaksanakan, terdiri dari: 1. Editor dan Konseptor SNI 2. Sekretariat Komtek 3. Kompetensi SDM Daerah 4. PSN dan Produk Hukum 5. SISPK (Sistem Informasi Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian) 6. Skema SNI Wajib 7. ISO Keselamatan, kesehatan, keamanan dan Lingkungan. Pelaksanaan workshop tersebut mengikuti silabus yang telah disusun pada tahun

93 Gambar 4.20 Workshop Pengembangan SDM dalam Perumusan SNI (2) Peningkatan kompetensi sumber daya manusia perumusan standar Kegiatan ini lebih bertujuan untuk meningkatkan kompetensi sumberdaya internal BSN khususnya pemahaman ISO yang banyak diterapkan melalui training ISO. Adapun training yang dilakukan meliputi level awarenes dan level kompetensi, yaitu: 1. Workshop Internal Skema SNI Wajib (40 Orang) 2. Workshop Internal lingkup K3L (40 Orang) 3. Training transisi ISO ke ISO 9001:2015 (40 Orang) Secara keseluruhan kegiatan pelatihan yang diadakan seperti tabel berikut: Tabel 4.14 Rekapitulasi Pelaksanaan Workshop SDM Perumusan SNI No Jenis Training/Workshop Tempat Waktu Jumlah Audience (orang) 1 Workshop Konseptor Jakarta 7-Apr Workshop editor Jakarta 14-Apr Workshop Internal Skema SNI Wajib Jakarta 16-Mar Workshop Internal lingkup K3L Jakarta 29-Mar Pelatihan SISPK Jakarta 23-Jun Workshop Pengembangan kompetensi daerah (Solo) Solo 9-Aug Workshop Pengembangan kompetensi daerah (Palembang) Palembang 21-Jul Training transisi ISO ke ISO 9001:2015 Jakarta Jun

94 No Jenis Training/Workshop Tempat Waktu Jumlah Audience (orang) 9 Pemahaman PSN dan Produk Hukum Bandung Februari Bimtek Konseptor RSNI Bidang Maret Depok informasi Geografi / Geomatika Bimtek Editor RSNI Bidang informasi Maret Depok Geografi / Geomatika Penyusunan Rancangan SNI dan Pedoman Bandung 17 Maret Bimtek Pengelolaan komtek Jakarta Juni Workshop Bimtek Pengelolaan komtek Bogor Agustus WS Konseptor Editor Serpong September WS Konseptor Editor Bogor November WS Konseptor Editor Jakarta November Total Peserta 714 4). Evaluasi Kinerja Komtek/SubKomtek Komite Teknis dan Sub Komite Teknis merupakan kepanjangan tangan BSN dalam perumusan SNI. Oleh karena itu telah menjadi tanggung jawab BSN melalui Pusat Perumusan Standar untuk membina Komite Teknis dan Sub Komite Teknis tersebut dan melakukan evaluasi untuk memonitor kinerja Komite Teknis. Evaluasi kinerja Komite Teknis dan Sub Komite Teknis dilakukan berdasarkan Pedoman Standardisasi Nasional tentang Pengelolaan Komite Teknis dan Subkomite Teknis. Evaluasi ini dilakukan secara rutin setiap tahun. Hasil evaluasi ini digunakan sebagai dasar perbaikan pengelolaan Komite Teknis dan Sub Komite Teknis, baik yang bersekretariat di BSN maupun di Kementerian/ Lembaga lain. Evaluasi kinerja dilakukan mulai dari bulan Mei sampai Agustus 2016, dengan menggunakan 4 kriteria sebagai berikut: 1. Penyelesaian PNPS sampai dengan Penyerahan RSNI3 ke BSN; 2. Waktu Perumusan SNI dari PNPS hingga Penyerahan RSNI3 ke BSN (kecuali metode republikasi cetak ulang); 3. Pemeliharaan SNI 4. Kinerja Sekretariat; Hasil evaluasi kinerja ini juga digunakan sebagai dasar dalam penganugerahan Herudi Technical Committee Award (HTCA) kepada Komite Teknis dan Sub Komite Teknis. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut didapatkan 5 (lima) Komtek/Subkomtek dengan 76

95 nilai tertinggi, yang menjadi nominee penerima penghargaan HTCA 2016, yaitu : 1. Komite Teknis Produk Perikanan 2. Komite Teknis Produk Perikanan Non Konsumsi 3. Komite Teknis Tekstil dan Produk Tekstil 4. Komite Teknis Standar Dasar, 5. Komite Teknis Sistem Manajemen Mutu Komite Teknis yang menerima penghargaan tertinggi HTCA 2016 adalah Komite Teknis Produk Perikanan.. Gambar 4.21 Penganugerahan HTCA kepada Komite Teknis dan Sub Komite Teknis 5). Fasilitasi Perumusan SNI dalam rangka harmonisasi standar Pada tahun 2016, dalam rangka untuk mendukung kesiapan Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), dan program penyiapan SNI untuk regulasi teknis berbasis pemberlakuan SNI, maka BSN melakukan beberapa kegiatan berikut: 1) memberikan dukungan fasilitasi perumusan SNI melalui adopsi standar internasional yang menjadi sektor prioritas; 2) memberikan rekomendasi kertas posisi Indonesia dalam harmonisasi standar di 77

96 ASEAN; dan 3) memberikan tanggapan terhadap draft standar internasional yang sedang disusun. (1) Fasilitasi Perumusan SNI Pada tahun 2016, fasilitasi perumusan SNI melalui adopsi standar internasional dengan metode republikasi cetak ulang, diberikan kepada 10 (sepuluh) Komite Teknis dan 1 (satu) Sub Komite Teknis dengan total 122 judul untuk dirumuskan menjadi SNI. Jumlah dan rincian distribusinya per Komtek/Sub Komtek dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 4.15 Distribusi fasilitasi perumusan SNI adopsi SI No Komtek Fasilitasi RSNI Keselamatan Pemanfaat Tenaga 15 Listrik Lengkapan Listrik Elektronika Untuk Keperluan 6 Rumah Tangga Industri Karet dan Plastik S2 Crumb Rubber Sistem Manajemen Mutu Lembaga Penilaian Kesesuaian Nanoteknologi Standar Dasar Metode dan pengujian mikrobiologi Analisis Sensori 26 TOTAL 122 (2) Penyusunan rekomendasi kertas posisi Indonesia dalam harmonisasi standar di ASEAN Forum di ASEAN yang memerlukan posisi Indonesia dalam harmonisasi standar adalah sebagai berikut : a. ACCSQ Working Group on Standards and MRA b. Task Force on Wood-based Products c. Task Force on Building and Construction d. Automotive Working Group e. Joint Sectoral Committee on Electrical and Electronic Equipment f. Rubber-based Product Working Group g. Prepared Foodstuff Product Working Group 78

97 (3). Tanggapan terhadap draft standar internasional Tanggapan terhadap darft standar internasional telah dilakukan dengan memfasilitasi Komtek/Subkomtek yang sesuai untuk berfungsi sebagai National Mirror Committee terhadap Technical Committee yang ada di ISO dan IEC. Fasilitasi dilakukan dalam bentuk rapat teknis, atau melalui sirkulasi. Dalam pelaksanaannya, terdapat permintaan tanggapan sebanyak ballot, yang terdiri dari 397 dari IEC dan 982 dari ISO. Tanggapan yang dapat diberikan sebanyak (92,17 %) ballot, yang terdiri dari 386 dari IEC dan 885 dari ISO. Kendala yang dihadapi dalam partisipasi pengembangan standar internasional adalah keterbatasan anggaran, sehingga terpaksa pertemuan National Mirror Committee terpaksa dibatasi, yang menyebabkan tingkat partisipasi (dalam bentuk tanggapan) menjadi tidak optimal. Selain itu, karena kurangnya kehadiran secara fisik dalam pertemuan Technical Committee ISO dan IEC, maka di beberapa TC, Indonesia mendapatkan peringatan supaya lebih aktif hadir dalam pertemuan TC, yang apabila tidak dilakukan, akibatnya adalah penurunan posisi keanggotaan TC dari P-member (participating) menjadi O-member (observer). Memperhatikan realisasi capaian dan kendala serta peluang perbaikan yang masih terbuka lebar, maka untuk peningkatan kinerja di masa datang perlu dipertimbangkan hal-hal berikut: (1). Penataan Komite Teknis dalam hal ruang lingkup, sekretariat, dan keanggotaan, sehingga ruang lingkup Komite Teknis tidak terlalu luas, dukungan sumber daya sekretariat yang memadai, keanggotaan yang kompeten dan mewakili, sehingga Komite Teknis menjadi lebih efektif dalam melakukan tugasnya. (2). Memperbanyak Komite Teknis yang bersekretariat di BSN, baik dengan pembentukan Komite Teknis baru atau pengalihan sekretariat Komite Teknis dari K/L ke BSN. Dengan demikian kendali BSN terhadap proses pengembangan SNI menjadi lebih kuat, sehingga kinerja BSN dalam pengembangan SNI menjadi lebih baik. Konsekuensi dari kebijakan ini adalah perlunya tambahan anggaran untuk mendukung proses perumusan SNI. (3). Peningkatan pemanfaatan Sistem Informasi Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian (SISPK). Sosialisasi/pelatihan SISPK kepada Komtek dan stakeholder lainnya perlu dilakukan sehingga SISPK dapat dimanfaatkan dengan lebih optimal sehingga proses perumusan SNI menjadi lebih efisien, efektif dan transparan. Selain itu SISPK perlu lebih dikembangkan sehingga dapat mengakomodasi kebutuhan dalam perumusan SNI yang belum terpikirkan pada awal pengembangan. (4). Peningkatan partisipasi dalam perumusan standar internasional (ISO, IEC dan CAC). 79

98 Partisipasi dilakukan dengan memberikan tanggapan terhadap draft standar internasional (melalui e-ballot) melalui National Mirror Committee (NMC), serta dengan mengirimkan expert yang sesuai pada pertemuan Technical Committee (TC) pada ISO, IEC dan CAC, agar dapat menyampaikan posisi Indonesia dalam pertemuan tersebut. Selain itu, diperlukan penguatan NMC dengan cara merekrut semakin banyak tenaga ahli sesuai dengan ruang lingkup NMC. (5). Fasilitasi kaji ulang SNI, dengan mereviu kesesuaiannya dengan perkembangan teknologi dan situasi saat ini. (6). Penguatan perencanaan kegiatan dan penetapan target yang realistis, untuk menghindari target yang tidak mungkin dicapai 80

99 Gambar 4.22 E-ballot sebagai salah satu tahapan proses tahapan perumusan SNI untuk mewadahi masukan dan kepentingan para pihak secara luas melalui internet 81

100 Indikator 7. Persentase hasil penelitian yang mendukung pengembangan SNI No Indikator Kinerja Satuan Tabel 4.16 Target, Realisasi dan Capaian Indikator 7 Capai an 2015 Capaian Target Realisasi % Target % Capaian 7 Persentase hasil penelitian yang mendukung pengembangan SNI Persentase Untuk mendapatkan SNI yang berkualitas diperlukan hasil kajian/penelitian yang komprehensif baik pada saat awal direncanakan perumusan SNI, penyusunan SNI, penerapan/pemberlakuan maupun setelah diterapkannya SNI. Dengan demikian pengembangan SNI akan memberikan manfaat sesuai dengan tujuan SNI tersebut dibuat. Pada tahun 2016, BSN melakukan kegiatan penelitian sebanyak 17 penelitian yang dilakukan dengan menggunakan APBN 2016 (Tabel 4.17). Dari daftar penelitian tersebut, 14 penelitian diantaranya untuk mendukung pengembangan standardisasi, atau sebanyak 82% atau target tercapai 110% dari target. Sedangkan 3 penelitian yang lain ditujukan untuk mendukung pelaksanaan penilaian kesesuaian (Analisis Skema Sertifikasi dan Liabilitas Produk Elektrik-Elektronik (EE) pada Regulasi Teknis Berbasis SNI), pengelolaan SNSU (Analisis Pengelolaan Standar Nasional Satuan Ukuran (SNSU) di Indonesia), dan kesiapan TPP (Analisis Kesiapan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK): Skenario Indonesia Menghadapi Trans-Pacific Partnership (TPP)). Tabel 4.17 Daftar penelitian yang dilakukan tahun 2016 No Judul Penelitian 1. Analisis Kebutuhan Standar untuk Memperkuat Pengujian Produk Berbasis Mikrobiologi dan Bioteknologi pada Sektor Pangan dan Pertanian, 2 Standardisasi Kandungan Aflatoxin pada Produk Pala (Nutmeg) dalam Rangka Penguatan Posisi Indonesia dalam Pengembangan Standar Internasional, Rekomendasi/ Instansi terkait Kementan, KKP, Kemkes, BPOM Kementan, BPOM Standar yang terkait SNI terkait Pengujian Produk Berbasis Mikrobiologi dan Bioteknologi pada Sektor Pangan dan Pertanian SNI Kandungan Aflatoxin pada Produk Pala (Nutmeg) 82

101 No Judul Penelitian 3 Standardisasi Selang Karet dan Seal Cap Tabung Gas LPG: Sebuah Upaya untuk Perlindungan K3L, 4 Kandungan Metil Merkuri pada Ikan dalam Rangka Penguatan Posisi Indonesia dalam Pengembangan Standar Internasional, 5 Pengaruh Standar Privat (Private Standard) Terhadap Akses Produk Indonesia ke Pasar 6Global Sektor Perikanan (Marine), Kehutanan dan Pertanian, 6 Standar Metode Perhitungan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) pada Perkebunan Kelapa Sawit dalam Mendukung Posisi Indonesia di TBT WTO, 7 Efektivitas Implementasi dan Pengawasan Pemberlakuan Wajib SNI dalam Pengadaan Barang Meter Air, 8 Analisis Kesesuaian Pemberlakuan SNI secara Wajib dalam Program Nasional Regulasi Teknis (PNRT) Berdasarkan Pedoman Standardisasi (PSN) 301, 9 Kesesuaian Program Nasional Perumusan Standar (PNPS) sesuai kebutuhan Pemangku Kepentingan (Stakeholders), 10 Regulatory Impact Analisys (RIA) Bidang Standardisasi Terhadap Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Biskuit Secara Wajib, 11 Analisis Ketersediaan dan Kebutuhan Pengembangan SNI Bidang Kemaritiman Pada Industri Kapal Nelayan dan Kapal Perintis Nasional, 12 Metode Statistik dalam Standardisasi, Penilaian Kesesuaian dan Metrologi: Bagian 2 Penilaian Kesesuaian. 13 Standardisasi Komponen Baterai Mobil Listrik Rekomendasi/ Instansi terkait Kemperin Standar yang terkait SNI Selang Karet dan Seal Cap Tabung Gas LPG KKP SNI Kandungan Metil Merkuri pada Ikan Kemtan, KKP, KLHK Kemtan, KLHK Kemen PU Pera Kemperin Kemperin, Kemtan, Kemdag, Kem ESDM, KKP, BPOM MTPS (Manajemen Teknis Perumusan Standar) Kemperin, BPOM KKP, Maritim LIPI Kemperin, ESDM, Dikti Kemenko Kem Kemristek Standar kebutuhan khusus untuk pasar produk perikanan, kehutanan dan perikanan SNI Metode Perhitungan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) pada Perkebunan Kelapa Sawit SNI Meter air SNI yang diberlakukan wajib Program Perumusan (PNPS) SNI Biskuit Nasional Standar SNI terkait industry kapal nelayan dan kapan perintis Metode Statistik untuk SNI SNI baterai mobil listrik 83

102 No Judul Penelitian 14 Pengembangan SNI Produk Prioritas Perikanan dan Kelautan Propinsi Sulawesi Utara 15 Analisis Skema Sertifikasi dan Liabilitas Produk Elektrik- Elektronik (EE) pada Regulasi Teknis Berbasis SNI 16 Analisis Pengelolaan Standar Nasional Satuan Ukuran (SNSU) di Indonesia 17 Analisis Kesiapan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK): Skenario Indonesia Menghadapi Trans-Pacific Partnership (TPP) Rekomendasi/ Instansi terkait KKP, Kemenko Maritim, Pemprov. Sulut Regulator/pemerintah yang memberlakukan regulasi teknis berbasis SNI dan juknis, KAN, Kemenkum HAM, BSN Kemen PAN RB, Bappenas, LIPI, Kemendag, BATAN Antisipasi yang harus dilakukan dalam kaitannya dengan kesiapan SNI dan LPK Standar yang terkait SNI prosuk perikanan dan kelautan Produk Elektrik-Elektronik (EE) pada Regulasi Teknis Berbasis SNI Pengelolaan SNSU dapat menjamin transparansi sistem penyelenggaraan metrologi di forum Internasional, sehingga kredibilitas pengukuran di Indonesia mendapatkan pengakuan internasional Kesiapan Indonesia Menghadapi Trans-Pacific Partnership (TPP) Capaian target tersebut didukung dengan ketersediaan SDM yang ada, meskipun kalau dibandingkan dengan kebutuhan BSN akan kajian/penelitian masih kurang. Saat ini jumlah peneliti di BSN baru 12 orang, dengan kualifikasi S2 kebawah, sedangkan kebutuhan ideal sebanyak 50 orang, dainataranya dengan kualifikasi S3 dan professor. Disamping capaian kinerja di atas, BSN telah menerbitkan karya ilmiah yang mendukung tugas di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian, antara lain: 1. Publikasi hasil penelitian dan pengembangan standardisasi, berupa : a. Jurnal Standardisasi dengan terbitan Volume 17 Nomor 1, 2, dan 3 Tahun Makalah yang diterbitkan dalam Jurnal Standardisasi berasal dari peneliti BSN dan dari luar BSN, seluruhnya terdiri dari 24 Karya Tulis Ilmiah (KTI) hasil penelitian di bidang Standardisasi dan penilaian kesesuaian. b. Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Standardisasi (PPIS). PPIS tahun 2016 diselenggarakan sebanyak 1 kali di UNDIP Semarang pada tanggal 25 Agustus 2016, dengan mempresentasikan 27 KTI/Makalah Ilmiah hasil penelitian di bidang standardisasi. KTI yang dipresentasikan pada PPIS baik oral maupun poster diterbitkan dalam Prosiding PPIS. Rekomendasi yang penting dari Prosiding ini agar dikembangkan SNI produk Solar PV, LED Lighting, dan 84

103 Electromagnetic Compatibility (EMC). c. Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang diterbitkan oleh sarana publikasi standardisasi, meliputi: 24 KTI dipublikasikan dalam Jurnal Standardisasi 17 KTI dipublikasikan dalam prosiding PPIS Kerjasama penelitian, melakukan 3 penelitian, yaitu : a. Pengembangan SNI Komponen Mobil Listrik (kerjasama dengan Universitas Sebelas Maret, UNS), yang menghasilkan : - Draft RSNI Baterai Sel ion Litium Fero Fosfat (LiFePO4) - Draft RSNI Modul Baterai Mobil Listrik Kedua draft RSNI tersebut telah diteruskan kepada Komite Teknis (Komtek) Kendaraan Jalan Raya Bertenaga Listrik untuk diusulkan menjadi Program Nasional Perumusan Standar(PNPS) Tahun Anggaran b. Pengembangan SNI Komponen Mobil Listrik (kerjasama dengan PT. Nippres), yang menghasilkan : - Draft RSNI ISO :2011 Electrically propelled road vehicles -- Test specification for litium-ion traction battery packs and systems -- Part 1: High-power applications - Draft RSNI ISO :2012 Electrically propelled road vehicles -- Test specification for litium-ion traction battery packs and systems -- Part 2: High-energy applications, - Draft RSNI ISO :2014 Electrically propelled road vehicles -- Test specification for litium-ion traction battery packs and systems -- Safety Performance Requirement. c. Pengembangan SNI Produk Perikanan Prioritas di Sulawesi Utara (kerjasama dengan Universitas Sam Ratulangi (UNSRAT) Manado), menghasilkan : - Draft RSNI Ikan cakalang asap dengan menggunakan pengasapan cangkang pala - Draft RSNI Mutu teripang asap. Untuk pengelolaan database penelitian BSN, telah dikembangkan aplikasi database pengelolaan data penelitian yang dapat digunakan secara bersama di internal. Database berupa Repositori ini memuat data penelitian termasuk data primer penelitian, data sekunder penelitian, data personel penelitian, datadukung lainnya, serta hasil penelitian baik berupa full text maupun statistik. Database ini dapat diakses melalui alamat internet: 85

104 Upaya peningkatan kinerja ke depan, perlu ditingkatkan dengan menyusun dan melaksanakan program secara optimal sehingga dapat mencapai target yang direncanakan, dan didukung anggaran dan sumberdaya lainnya (terutama sumberdaya manusia) yang memadai. Gambar 4.23 Pelaksanaan Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Standardisasi (PPIS) di UNDIP Gambar 4.24 Aplikasi database pengelolaan data penelitian 86

105 Indikator 8. Persentase hasil kerjasama bidang SPK yang digunakan untuk penyusunan SNI Kerjasama BSN di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian dimaksudkan untuk memperkuat sinergi dan harmonisasi sistem standardisasi dan penilaian kesesuaian baik di tingkat nasional maupun tingkat internasional. Di tingkat nasional, BSN bersamasama dengan stakeholder yang lain bersinergi terutama untuk memperkuat posisi standardisasi nasional agar daya saing produk nasional meningkat serta untuk melindungi masyarakat dari peredaran produk impor yang tidak sesuai standar. Sedang di tingkat internasional, kerjasama diharapkan dapat meningkatkan keberterimaan produk nasional melalui harmonisasi standar internasional dengan SNI dan pengakuan sistem penilaian kesesuaian. Kerjasama bidang SPK dalam penyusunan standar biasanya dilakukan dengan memberikan usulan PNPS, usulan draft SNI, dan ikut memberikan tanggapan RSNI, dan menggunakan standar internasional atau standar negara lain atau standar suatu asosiasi sebagai acuan penyusunan SNI, serta mengadopsi standar internasional atau standar negara lain atau standar suatu asosiasi menjadi SNI. Tabel 4.18 menunjukkan bentuk beberapa kerjasama di bidang SPK. Tabel 4.18 Bentuk beberapa kerjasama di bidang SPK. No Kerjasama Lingkup Keterangan 1 Kerjasama dalam Kementerian dan K/L memberikan usulan PNPS, usulan draft negeri Lembaga (K/L) SNI, dan ikut memberikan tanggapan RSNI Pemda Memberikan usulan perumusan SNI Universitas Memberikan usulan perumusan SNI dan ikut memberikan tanggapan RSNI Masyarakat/Kelompok masyarakat/swasta Memberikan usulan perumusan SNI dan ikut memberikan tanggapan RSNI 2 Kerjasama internasional Bilateral Pertukaran informasi standar, referensi standar dan adopsi standar menjadi SNI Regional Memberikan posisi untuk kebijakan standar regional Multilateral BSN mengusulkan draft standar, memberikan posisi atas draft standar internasional, dan menggunakan standar internasional untuk acuan penyusunan SNI, serta mengadopsi standar internasional menjadi SNI TBT-WTO Memberikan informasi/ tanggapan atas rencana pemberlakuan SNI wajib/regulasi teknis 87

106 Dari 8 lingkup kerjasama yang dilakukan oleh BSN, kerjasama yang sangat mendukung dalam perumusan SNI adalah 6 kerjasama yaitu kerjasama dengan K/L, Pemda, Universitas, Masyarakat/Kelompok masyarakat, Bilateral, dan Multilateral. Dengan demikian kinerja hasil kerjasama bidang SPK yang digunakan untuk penyusunan SNI sebesar 75% dapat dicapai sesuai dengan target (Tabel 4.19). No Indikator Kinerja Satuan 8 Persentase hasil kerjasama bidang SPK yang digunakan untuk penyusunan SNI Tabel 4.19 Target, Realisasi dan Capaian Indikator 8 Capaian 2015 Capaian % Target Realisasi % Target Capaian Persentase % Untuk mencapai target hasil kerjasama bidang SPK yang digunakan untuk penyusunan SNI sebesar 75%, upaya yang dilakukan adalah dengan mengembangkan kerjasama baik di tingkat nasional (kerjasama dengan Pemerintah Daerah, Perguruan Tinggi dan pihak swasta) dan internasional (kerjasama bilateral, regional dan multilateral). A. Kerjasama Standardisasi dalam negeri Kerjasama standardisasi dalam negeri meliputi Kementerian/Lembaga, Pemda, Universitas, dan masyarakat/kelompok masyarakat/swasta. Kegiatan kerjasama standardisasi ini ditujukan untuk mengidentifikasi kebutuhan akan standar, mendorong partisipasi pelaku usaha di daerah untuk ikut dalam kegiatan pengembangan standar, meningkatkan peran serta Pemerintah Daerah dalam menetapkan kebijakan untuk mendukung daya saing produk nasional melalui pengembangan standar. Faktor-faktor yang dapat menjadi bahan pertimbangan antara lain kesiapan infrastruktur mutu di daerah, produk unggulan daerah, kondisi geografis yang sifatnya spesifik, dukungan sarana teknologi informasi, dan lain-lain. Pada tahun 2016, BSN telah menandatangani kesepakatan kerjasama dalam bidang SPK dengan 35 lembaga lain, dengan rincian sebagai berikut: 1. Yayasan INOTEK 2. Sekolah Tinggi Manajemen IMMI, Jakarta 3. GUMKEMINDO 88

107 4. Universitas Muhammadiyah Mataram 5. Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat 6. PT. Pertamina 7. Pemerinatah Kabupaten Pamekasan 8. Badan Informasi Geospasial 9. PT. ANTAM 10. Pemerintah Kabupaten Malang 11. Universitas Muhammadiyah Malang 12. Universitas Sam Ratulangi 13. Pemprov. D. I. Yogyakarta 14. Universitas Katolik Sugijapranata Semarang 15. Universitas Muhammadiyah Sukabumi 16. Badan Pusat Statistik 17. Universitas Trisakti 18. BNSP 19. Pemkab Sumedang 20. LPJK Nasional 21. Universitas Negeri Yogyakarta 22. Institut Tekologi Bandung 23. Universitas Islam Indonesia 24. Universitas Muhammadiyah Surakarta 25. Universitas Muhammadiyah Magelang 26. Universitas Pancasila 27. Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan 28. Kementerian Dalam Negeri 29. Kepolisian RI 30. Pemerintah Kabupaten Madiun 31. Pemerintah Kabupaten Garut 32. PT. Margo Cipta Selaras 33. Yayasan Danamon Peduli 34. Taman Pintar Yogyakarta 35. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kerjasama BSN dengan K/L pada umumnya mencakup mengkoordinasikan program dan kegiatan standardisasi dan penilaian yang antara lain dengan memberikan usulan PNPS, usulan draft SNI, dan ikut memberikan tanggapan RSNI dengan berpartisipasi dalam Komtek SNI. Sebagian besar Sekretariat Komtek Perumusan SNI berada di K/L. Komtek 89

108 Perumusan ini yang memiliki peran yang sangat penting dalam menyusun SNI mulai draft awal sampai dengan rancangan akhir SNI (RASNI). Dalam kerjasama BSN dengan pemerintah daerah, difokuskan pada upaya-upaya menggali potensi daerah agar dapat dikembangkan melalui kegiatan SPK. Pada tahun 2016, BSN telah melakukan kegiatan berupa sosialisasi/workshop/seminar, bimbingan penerapan SNI di 11 daerah yang telah melakukan Kesepakatan Bersama dengan topik terkait standardisasi seperti peran standardisasi bagi peningkatan daya saing produk unggulan daerah, penerapan SNI bagi UKM produk unggulan daerah, regulasi berbasis SNI, sertifikasi produk untuk UMKM, penerapan SNI pada produk olahan Makanan dan minuman, dan sistem manajemen energi. Disamping itu pemerintah daerah dapat memberikan masukan untuk penyusunan program perumusan sesuai dengan potensi yang dimiliki daerah tersebut. Pemerintah Kabupaten Malang merupakan contoh daerah yang mengajukan untuk penyusunan SNI Kripik buah-buahan. Kerjasama BSN dengan Universitas tidak hanya mencakup dalam penyusunan SNI, tetapi juga dalam mengembangkan pendidikan standardisasi bagi mahasiswa melalui penyusunan kurikulum dan silabus bahan ajar di perguruan tinggi, pembukaan program studi standardisasi, dan pemanfaatan fasilitas perguruan tinggi sebagai lembaga sertifikasi dan laboratorium yang mendukung aktivitas pengujian dan sertifikasi. Dalam penyusunan SNI diperlukan tenaga ahli yang berasal perguruan tinggi terutama dalam menyusun draft SNI dan hasil penelitian atau kajian akan menjadi bahan masukan saat penyusunan SNI dilakukan. Sampai saat ini BSN telah melakukan kesekatan kerjasama dengan 42 Universitas di seluruh Indonesia. Tabel menyajikan beberapa usulan penyusunan SNI dari Pemda dan Universitas. Tabel 4.20 Beberapa usulan penyusunan SNI dari Pemda dan Universitas No. Kesepakatan Bersama Usulan Penyusunan SNI 1. Universitas Jenderal Sudirman 1. SNI Gula Kelapa Cair Purwokerto 2. SNI Keripik Tempe 3. SNI Getuk Goreng 2. Universitas Muhammadiyah 4. SNI Desa Wisata Magelang 3. Universitas Muhammadiyah 5. SNI Mesin Pengolahan Limbah Sukabumi 4. Univeristas Gadjah Mada 6. SNI Landslide Early Warning System (LEWS) 5. Pemerintah Kabupaten Malang 7. SNI Kripik Buah-buahan 90

109 Gambar 4.25 Penandatanganan nota kesepahaman antara BSN dengan POLRI Kerjasama BSN dengan masyarakat/kelompok masyarakat/swasta ditujukan disamping penyusunan SNI, juga langkah untuk memperkuat penerapan SNI yang dilakukan melalui pendampingan penerapan SNI bagi UMKM serta penyediaan dokumen standar dan informasi standardisasi. Masyarakat dapat memberikan masukan dalam penyusunan SNI dalam wadah MASTAN (Masyarakat Standardisasi) terutama pada saat RSNI (Rancangan SNI) dilakukan e-balloting melalui SISPK (Sistem Informasi Standardisasi dan penilaian Kesesuaian). B. Kerjasama Standardisasi Internasional Kerjasama standardisasi internasional difokuskan pada kerjasama di tingkat bilateral, regional dan multilateral. 1.Kerjasama Bilateral Kerjasama di tingkat bilateral diarahkan guna mendukung pengembangan Standar Nasional Indonesia (SNI) melalui tukar menukar informasi mengenai pengembangan standar di kedua negara. Hal ini ditindaklanjuti dengan merekomendasikan pengembangan standar melalui adopsi standar ke dalam standar nasional. Kerjasama dilakukan dengan institusi di negara mitra yang bertanggung jawab dalam pengembangan standaridisasi termasuk badan standardisasi nasional (NSB) maupun dengan organisasi yang mengembangkan standar (SDO). Selain itu, kerjasama di tingkat bilateral juga diarahkan untuk memfasilitasi perdagangan termasuk bidang standar dan keberterimaan hasil uji dan sertifikat produk oleh lembaga sertifikasi produk antar kedua negara. 91

110 Gambar 4.26 Rekapitulasi MoU Kerjasama Bilateral Dalam penyusunan SNI tahun 2016, BSN telah mengadopsi standar ASTM sebanyak 30 standar dan paling tidak 1 standar IAPMO. Dalam konteks kerjasama Bilateral, pada tahun 2016, BSN telah menandatangani 2 MoU dengan NSBs/SDOs, yaitu: 1. National Association of Corrosion Engineers (NACE). Penandatanganan MoU dilakukan secara desk to desk, di mana pihak BSN diwakili oleh Dr. Ir. Puji Winarni, M.A., selaku Plt. Deputi Bidang Penelitian dan Kerjasama Standardisasi, sedangkan pihak NACE diwakili Robert H. Chalker, selaku Chief Executive Officer (CEO) of NACE. 2. Bureau of Indian Standards (BIS), ditandatangani pada tanggal 12 Desember 2016 di New Delhi, India bersamaan dengan kunjungan Presiden RI. Dalam penandatanganan MoU ini, BSN diwakili oleh pihak Kementerian Luar Negeri RI. Kedua penandatanganan MoU tersebut melengkapi 12 MoU yang telah ditandatangani di tahun-tahun sebelumnya: 1. American Society for Testing and Materials (ASTM International); 2. The International Association of Plumbing and Mechanicals Officials (IAPMO); 3. Belarusian State Centre for Accreditation (BSCA); 4. Gulf Standardization Organization (GSO); 92

111 5. Japan Industrial Standards Committee (JISC); 6. Ministério do Comércio, Indústria, e Ambiente - República Democrática de Timor- Leste (MCIA-RDTL) 7. Saudi Arabia Standards Organization (SASO); 8. Agency for Standardization, Metrology and Certification of the Republic of Uzbekistan (UZSTANDARD); 9. The Bhutan Standards Bureau (BSB); 10. Korean Agency for Technology and Standards (KATS); 11. British Standard Institution (BSI); 12. The Institute of Standards and Industrial Research of Iran (ISIRI); 2. Forum Regional a. ASEAN. Sebagai National Focal Point forum ACCSQ (ASEAN Consultative Committee for Standards and Quality), BSN bertugas memonitor perkembangan seluruh Working Group (WG) dibawah ACCSQ dan melakukan koordinasi dengan institusi terkait di tingkat nasional serta mengambil langkah-langkah yang diperlukan dalam meningkatkan komunikasi untuk memenuhi kesepakatan yang telah ditetapkan dalam ASEAN Economic Community (AEC) Score Card. BSN bertanggung jawab mengkoordinasikan harmonisasi standar, penilaian kesesuaian dan regulasi teknis antar negara anggota ASEAN. BSN memberikan tanggapan/posisi Indonesia atas isu-isu standar dan penilaian kesesuaian ASEAN. b. APEC SCSC. Dalam forum Asia Pacific Economic Cooperation (APEC), BSN bertanggung jawab menangani bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian serta bertindak sebagai focal point nasional di forum APEC on Sub Committee on Standard and Conformance (APEC SCSC). Hal ini merupakan bagian komitmen Indonesia dalam mencapai dan mewujudkan APEC Bogor Goals. Dalam forum APEC SCSC, BSN menyampaikan update secara regular Collective Action Plan (CAP) dan Voluntary Action Plan (VAP) serta aktif dalam memberikan input dan tanggapan dalam setiap project APEC yang dikirimkan oleh anggota ekonomi APEC lain, salah satunya adalah APEC Project on Silver Economy dari Australia. BSN turut berpartisipasi aktif dalam menghadiri pertemuan Plenary APEC SCSC 1 dan 2, untuk menyampaikan posisi dan kepentingan Indonesia serta laporan kegiatan yang menjadi tanggung jawab Indonesia (CAP dan VAP). Pada tahun 2016, BSN menghadiri sidang APEC SCSC 1 pada tanggal Februari 2016 di Lima, Peru. 93

112 c. PASC Forum Pasific Asia Standard Congress (PASC) memfasilitasi perkembangan standardisasi tingkat regional dan internasional yang beranggotakan 24 negara di kawasan Asia Pasifik. Indonesia dapat memanfaatkan forum PASC untuk menggalang dukungan dalam pemilihan posisi atau jabatan strategis di forum ISO, IEC dan ITU-T sehingga kepentingan Indonesia di bidang standardisasi dapat diperjuangkan secara lebih maksimal. Pada tahun 2016, BSN mendapat kesempatan untuk menjadi tuan rumah dalam pertemuan PASC ke 39 yang diselenggarakan pada tanggal 9-13 Mei Dalam sidang Plenary PASC tersebut, dibahas perkembangan kegiatan standardisasi di dalam forum ISO/IEC/ITU, COPANT, GSO, APEC, dan lain-lain. Dalam kesempatan sidang PASC ke-39 ini pula, Indonesia sebagai salah satu konseptor standar ISO, menyampaikan proposal baru di bidang peringatan dini bencana longsor, berupa NWIP ISO/TC 292 Security and Resilient about Land Slide Early Warning System. Proposal tersebut mendapat dukungan mayoritas dari anggota PASC lainnya. Gambar 4.27 Penyelenggarakan PASC ke - 39 di Bali, Indonesia d. FTA (Free Trade Agreement) BSN berpartisipasi aktif dalam forum negosiasi ASEAN dengan negara mitra baik ASEAN + 1 Negara Mitra maupun ASEAN + 6 (RCEP). Dalam forum ini, partisipasi BSN melakukan negosiasi di bidang Standard, Technical Regulations, dan Conformity Assessment (STRACAP). Selama tahun 2016, telah dihasilkan dua kertas posisi dalam rangka partisipasi BSN dalam forum ASEAN + 1 (ASEAN-China FTA Sub Committee on STRACAP ke-4, dan ASEAN-Hongkong Working group on STRACAP ke-4). BSN juga berpartisipasi dalam perundingan bilateral Indonesia Australia 94

113 Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA CEPA) dan Indonesia EU CEPA untuk memperkuat posisi Indonesia khususnya dibidang STRACAP. 3. Multilateral Kegiatan difokuskan pada penguatan posisi Indonesia khususnya dalam kontribusi dan partisipasi aktif Indonesia dalam perumusan standar internasional ISO dan IEC, serta memfasilitasi kerjasama dalam mendukung perumusan SNI, dan implementasinya dalam mendukung perdagangan. Hal ini dilakukan dengan melakukan koordinasi dengan stakeholders terkait baik kementerian/lembaga maupun pihak swasta. Dalam penyusunan SNI tahun 2016, BSN telah melakukan adopsi standar ISO sebanyak 99 standar, standar IEC sebanyak 16 standar, dan standar ISO/IEC sebanyak 23 standar. Kegiatan yang dilakukan dalam kaitannya dengan forum ini yang mendukung penyusunan standar antara lain: 1). menyelenggarakan seminar dalam rangka kunjungan Sekretaris International Electrotechnical Commision System of Conformity Assesment Schemes for Electrotechnical Equipment and Component (IECEE). Hal ini dimanfaatkan sebagai moment pertemuan dan ajang diskusi dengan stakeholder penilaian kesesuaian bidang ketenagalistrikan yang dihadiri sekitar 40 peserta. Dalam pertemuan ini telah diidentifikasi permasalahan beserta tindaklanjutnya, yang dihadapi National Certification Body (NCB) Certification Body Test Laboratory (CBTL) Indonesia dalam memperoleh klien IEC Certification Body Scheme (IEC CB Scheme). 2). membentuk Komite Nasional untuk IEC (KOMNAS IEC) Indonesia yang beranggotakan wakil-wakil dari para pemangku kepentingan terkait. Pada tahun 2016, KOMNAS IEC telah melaksanakan dua kali pertemuan tahunan yang membahas kebijakan nasional di bidang kelistrikan dan partisipasi aktif stakeholders Indonesia dalam kegiatan standardisasi IEC. 3). memberikan tanggapan terhadap draft internasional standar. Selama tahun 2016, BSN telah memberikan tanggapan sebanyak 960 draft ISO (100%) dan 396 buah (100%) untuk draft IEC. 95

114 Gambar 4.28 Perkembangan peran serta BSN memberikan tanggapan terhadap standar ISO Gambar 4.29 Perkembangan peran serta BSN memberikan tanggapan terhadap standar IEC Dalam Komite Teknis ISO, Indonesia menjadi P-member di 34 TC/ 62 SC, dan O- Member di 111 TC/ 40 SC. Selain itu, Indonesia juga menjadi Co-Chair twinning program ISO/TC 207/SC 1 (Environmental Management Systems) dan Co-Secretary twinning program untuk ISO/TC 207/SC 7/WG 5. Dalam ISO/TC 207 Environmental Management Working Group (WG) 9, Indonesia mengusulkan project Land Degradation and Desertification (ISO 14055). Kemudian pada ISO/TC 207/SC 7/WG 7 Framework Standard, Indonesia menjadi Convenor, Project Leader dan Secretary yang mengusulkan serta 96

115 Jumlah TC/SC mengembangkan standar Guidance with framework and principles for methodologies on climate actions (ISO 14080). Pada tahun ini juga, Indonesia mengusulkan draft SNI terkait Landslide Early Warning System (LEWS) untuk dikembangkan menjadi standar internasional ISO di bawah Komite ISO/TC 292 Security and Resilience. Selanjutnya, Indonesia menjadi Convenor ISO/TC 296/WG 1 Terminology of bamboo products ISO Membership Status Jumlah P-Member TC Jumlah P-Member SC Jumlah O-Member TC Jumlah O-Member SC Keterangan: TC = Technical Committee SC = Sub Committee Gambar 4.30 Status Keanggotaan ISO Gambar 4.31 Keaktifan Indonesia dalam keanggotaan ISO 97

116 Dalam Komite Teknis IEC, Indonesia menjadi P-Member di 10 TC/ 13 SC, dan O- Member di 22 TC/ 19 SC. Terdapat perubahan struktur organisasi komite teknis di IEC dimana Indonesia berpartisipasi. Beberapa komite teknis ada yang dilebur menjadi satu dan ada pula yang dibubarkan. Keterangan: TC = Technical Committee SC = Sub Committee Gambar 4.32 Status Keanggotaan IEC Gambar 4.33 Keaktifan Indonesia dalam keanggotaan IEC 98

117 4). Indonesia menjadi tuan rumah Working Group Meeting ISO/TC 207/SC 7 serta hadir pada sidang pleno ISO/TC 207. Delri dalam Sidang ISO/TC 207/SC 7 dan ISO/TC 207 Indonesia menyampaikan dan mempertahankan posisinya dalam substansi standar terkait manajemen lingkungan, gas rumah kaca serta sebagai lead dalam pengembangan standar ISO Gambar 4.34 Pelaksanaan Sidang ISO/TC 2017/SC 7 di Yogyakarta 5). Mengikuti Sidang ke-39 ISO General Assembly diselenggarakan di Beijing, Cina pada tanggal September ). Mengikuti Sidang ke-80 IEC/GM diselenggarakan di Berlin, Jerman 7). Mengikuti The 80th IEC-GM di Frankfurt, pada tanggal Oktober 2016, yang membahas isu-isu penting perkembangan terakhir terkait kegiatan Manajemen di IEC seperti SMB, CB, CAB dan MSB, dan membahas kegiatan teknis di TC IEC. 8). Mengikuti ISO/TC 176, tanggal 28 November 2 Desember 2016 di Rotterdam. 4. Forum WTO TBT. a. Notifikasi dalam Pelaksanaan Perjanjian TBT WTO Selama tahun 2016, BSN sebagai Notification Body (NB) dan Enquiry Point (EP) telah menyampaikan notifikasi rancangan maupun regulasi teknis ke Sekretariat WTO (outgoing notification) melalui TBT Notification submission System (TBT NSS), merespon enquiry (pertanyaan) dari anggota WTO atas regulasi teknis Indonesia dan merespon notifikasi regulasi teknis dari anggota WTO (incoming notification). Jumlah notifikasi serta 99

118 enquiry yang disampaikan oleh Indonesia pada tabel berikut : Tabel 4.21 Perkembangan penanganan outgoing notifikasi dan Enquiry tahun Notifikasi Regulasi Teknis Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun Adendum Enquiry Tabel 4.22 Notifikasi Rancangan Regulasi teknis dan Regulasi Teknis tahun Tahun Rancangan regulasi teknis Regulasi Teknis Total Notifikasi Selama tahun 2016 terdapat kurang lebih notifikasi yang diterima oleh BSN dan beberapa diantaranya dianggap berpotensi menghambat akses pasar Indonesia ke negara yang menjadi tujuan ekspor Indonesia. BSN melakukan rapat kooordinasi dengan beberapa K/L terkait untuk pembahasan hambatan perdagangan terkait antara lain: Country of origin labelling dari Australia, Microbeads pada produk kosmetik, produk kayu dari Korea, produk pangan dari EU, Canada Tobacco, Methylisothiazolinone pada produk kosmetik. Selain hal tersebut diatas, beberapa regulasi teknis negara anggota WTO telah ditanggapi oleh Indonesia antara lain kebijakan rokok Canada, Regulation (EC) No 1223/2009 of the European Parliament and of the Council on cosmetic products. b. Partisipasi Indonesia dalam Forum Komite TBT dan FTA STRACAP Selain menerima pertanyaan, BSN juga sebagai koordinator untuk memfasilitasi posisi Indonesia ke forum Komite TBT, selama tahun 2016 pada sidang Komite TBT yang dilaksanakan 3 kali selama setahun yaitu bulan Maret, Juni dan November. Terdapat 9 regulasi teknis anggota WTO yang daftarkan pada agenda specific trade concern baik posisi defensif maupun ofensif. Selain itu juga Indonesia juga mengikuti sidang DSB terkait sengketa regulasi teknis Indonesia dan sidang AHKFTA di Cambodia. Merkipun target kiner tercapai, namun masih ditemukan beberapa kendala dalam pencapaian kinerja ini diantaranya : 100

119 1). Masih belum aktifnya peran pemerintah daerah dalam mengidentifikasi kebutuhan standar berdasarkan potensi daerahnya; 2). Belum optimalnya partisipasi universitas, pemda, dan pelaku usaha di daerah untuk ikut dalam kegiatan pengembangan standar; 3). Kendala faktor-faktor yang dapat menjadi bahan pertimbangan antara lain kesiapan infrastruktur mutu di daerah, produk unggulan daerah, kondisi geografis yang sifatnya spesifik, dukungan sarana teknologi informasi, dll. Untuk mendapatkan kinerja lebih baik dimasa mendatang antara lain dengan : 1). Mensosialisasikan kepada aparatur pemerintah daerah untuk dapat aktif dalam mengidentifikasi produk unggulan daerahnya agar dapat memenuhi standar sehingga dapat bersaing di pasar; 2). Mendekatkan layanan standardisasi di daerah dan stakeholder yang lain; 3). Mendorong pelaku usaha di daerah agar aktif dalam pengembangan standar dengan cara mengedukasi pentingnya penerapan SNI dalam dunia perdagangan. SASARAN STRATEGIS 4 Meningkatnya kapasitas dan kualitas sistem penerapan standar dan penilaian kesesuaian Indikator 9. Jumlah industri/organisasi yang disertifikasi SNI dikatakan memberikan manfaat, salah satunya, apabila telah diacu oleh industri/organisasi dalam mengoperasikan bisnis atau memproduksi barang sesuai SNI melalui sertifikasi. Sebagai upaya BSN memberikan contoh bagi pelaku usaha dalam menerapkan SNI, melalui upaya bimbingan/pendampingan penerapan (role model) BSN menginisiasi mememberikan insentif penerapan SNI bagi UMK dan organisasi layanan. Kegiatan dilakukan dalam bentuk workshop pemahaman SNI dan bimbingan penerapan SNI, sampai siap disertifikasi. Pada tahun 2015, jumlah industri/organisasi yang telah mendapat fasilitasi peningkatan kompetensi untuk menerapkan SNI adalah sebanyak 312 industri/organisasi, dengan capaian 6% atau sebanyak 19 industri/organisasi siap disertifikasi. Pada tahun 2016, kegiatan tersebut dilanjutkan dengan memberikan fasilitasi kepada 110 industri/organisasi dengan target capaian sebesar industri/organisasi yang difasilitasi untuk menerapkan SNI pada tahun 2016 tersebut sebanyak 20 industri/organisasi yang terdiri dari 13 UMK sektor pangan, 2 organisasi pelayanan publik dalam menerapkan sistem 101

120 manajemen mutu, dan 5 organisasi pengelola pasar rakyat (Tabel 4.23). Tabel 4.23 Industri/organisasi yang difasilitasi untuk menerapkan SNI pada tahun 2016 No Nama Industri/Organisasi 1 UMK Pendekar Tempe Sakti, Surabaya 2 UMK Rumah Tempe Indonesia, Bogor Sektor Usaha Acuan penerapan SNI Target Pelaksanaan Penyelesaian Tahun Tahun Status per Desember 2016 UKM pangan SNI 3144:2015 v Siap disertifikasi UKM pangan SNI 3144:2015 v Siap disertifikasi 3 UMK Nurlaela, Belitung UKM pangan SNI CAC/RCP 1:2011 v v Dalam proses pembimbingan 4 UMK Zahra, Belitung UKM pangan SNI CAC/RCP 1:2011 v v Dalam proses pembimbingan 5 UMK Hikmah, Belitung UKM pangan SNI CAC/RCP 1:2011 v v Dalam proses pembimbingan 6 UMK Krispi Jaya, Belitung UKM pangan SNI CAC/RCP 1:2011 v v Dalam proses pembimbingan 7 UMK Dahlia, Belitung UKM pangan SNI CAC/RCP 1:2011 v v Dalam proses pembimbingan 8 UMK Bakti Mandiri, Belitung UKM pangan SNI CAC/RCP 1:2011 v v Dalam proses pembimbingan 9 UMK Dina Dini, Belitung UKM pangan SNI CAC/RCP 1:2011 v v Dalam proses pembimbingan 10 UMK ANT, Belitung UKM pangan SNI CAC/RCP 1:2011 v v Dalam proses pembimbingan 11 UMK Alifah, Belitung UKM pangan SNI CAC/RCP 1:2011 v v Dalam proses pembimbingan 12 UMK Jifast UKM pangan SNI ISO 9001:2008 v v Dalam proses pembimbingan 13 Pasar Rakyat Pasar Ibuh, Payakumbuh Organisasi Pengelola Pasar SNI 8152:2015 v v Dalam proses pembimbingan 14 Pasar Rakyat Pasar Bunder, Sragen Organisasi Pengelola Pasar SNI 8152:2015 v v Dalam proses pembimbingan 15 Pasar Rakyat Pasar Ir Soekarno, Sukoharjo Organisasi Pengelola Pasar SNI 8152:2015 v v Dalam proses pembimbingan 16 Pasar Rakyat Pasar Batang Ase, Maros Organisasi Pengelola Pasar SNI 8152:2015 v v Dalam proses pembimbingan 17 Pasar Rakyat Pasar Lambocca, Bantaeng Organisasi Pengelola Pasar SNI 8152:2015 v v Dalam proses pembimbingan 18 Kantor Pelayanan Publik Organisasi SNI 9001:2015 v v Siap disertifikasi Perijinan, Madiun Pelayanan Publik 19 Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pemprov Banten Organisasi Pelayanan Publik SNI 9001:2015 v v Dalam proses pembimbingan 20 Somya Pertiwi, Bali, Pertanian Organik SNI 6729:2013 v v Sudah sertifikasi SNI 6729:2013, dan akan dikembangkan untuk menjadi role model desa wisata pertanian organik berbasis standar Dengan demikian secara aklumulatif selama periode , jumlah industri/organisasi tersebut sebanyak 39 buah. Sehingga capaian kinerja indikator ini 102

121 sebesar 39 dari 50 industri/organisasi, atau sebesar 78%. Gambaran capaian indikator jumlah industri/organisasi yang disertifikasi sebagaimana Tabel Tabel 4.24 Target, Realisasi dan Capaian Sasaran 9 No Indikator Kinerja Satuan Capaian 2015 Capaian Target Realisasi % Target % capaian 9 Jumlah industri/ organisasi yang disertifikasi industri/ organisasi ,22 Dalam melakukan pembinaan penerapan SNI kepada UMKM, BSN bekerjasama dengan K/L lain seperti KKP, BPOM, dan Pemda; dan komunitas pembina UMKM seperti PUPUK, INOTEK, PNM, dan FLIPMAS. Capaian kinerja ini masih belum dapat dikatakan memuaskan karena ada beberapa kendala yang dihadapi dalam pembinaan penerapan SNI produk ini antara lain belum tersedianya SNI, belum tersedianya laboratorium yang diakreditasi KAN dengan ruang lingkup dimaksud, dan belum terpenuhinya standar sarana yang diperlukan untuk memproduksi terutama pada UMKM pangan maupun faktor non-teknis lainnya seperti perijinan, merek, belum ada pasar untuk produk yang mereka hasilkan dan spesifikasi produk yang masih mengalami perubahan. Sedangkan UMKM lainnya masih akan dilanjutkan pembinaannya dengan fokus pada pemenuhan standar sarana produksinya terlebih dahulu yaitu UMKM Pas Mantab, CV. Pradipta Jaya Food, Kelompok Usaha Pelita 15, dan Pempek dengan dibantu oleh KKP dan Dinas setempat dan UD. Dikari (Kerupuk Jawara) kerjasama dengan PNM. Ada 4 industri yang masih dalam tahap pengembangan SNI-nya yaitu CV. Gede Darma Putra / GDP Filter (IGW Home Ultrafilter), PT. Maxzer Solusi Steril (Sulis), PT.Bumibraja Nusantara (Bumibraja) dan Gesit. Sedangkan 1 (produk bawang goreng) masih dalam tahap usulan penambahan ruang lingkup untuk laboratorium yang diakreditasi KAN. Untuk peningkatan pelaksanaan pembinaan UMKM kedepan, sebaiknya pembimbingan terhadap industri/organisasi terutama bagi UMKM diupayakan melalui konsep partnership bersama Kementerian/Lembaga terkait, Pemerintah Daerah, dan organisasi lainnya, disertai dengan perbaikan dalam mekanisme pelaksanaan kegiatan. 103

122 Gambar 4.35 Penyerahan sertifikat SNI kepada CV. Hari Mukti Teknik, salah satu role model hasil bimbingan BSN Gambar 4.36 Penganugerahan SNI Award tahun 2016 terhadap Penerap SNI Terbaik 104

123 Indikator 10. Jumlah LPK yang diakreditasi KAN Untuk memastikan kesesuaian barang, jasa, proses, sistem atau personal sesuai dengan persyaratan SNI, maka diperlukan kegiatan penilaian kesesuaian. Kegiatan penilaian kesesuaian dilakukan oleh Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) yang telah diakreditasi KAN, baik laboratorium penguji, laboratorium medik, lembaga inspeksi ataupun lembaga sertifikasi. Oleh karena itu peranan LPK sangat diperlukan dalam kegiatan penerapan SNI. Sampai Desember 2016, jumlah LPK yang diakreditasi KAN adalah LPK, dengan rincian sebagaimana Tabel Jumlah tersebut lebih besar dari target yang telah ditetapkan yaitu LPK sehingga capaian realisasi sebesar 110% sebagaimana diuraikan pada Tabel Tabel 4.25 Target, Realisasi dan Capaian IKU 10 No Indikator Kinerja 10 Jumlah LPK yang diakreditasi KAN Satuan Jumlah LPK Capaian 2015 Capaian Target Realisasi % Target % Capaian Pengelolaan akreditasi LPK bertujuan memastikan pelaksanaan akreditasi LPK berjalan efektif, serta penilaian kesesuaian yang dilakukan LPK yang diakreditasi memenuhi standar mutu yang dapat diterima di tingkat regional maupun internasional. Pada tahun 2016, peningkatan kualitas pengelolaan tersebut meliputi: 1). Peningkatan manajemen akreditasi LPK Beberapa upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan manajamen akreditasi dilakukan dengan; (a) Penggunaan aplikasi KAN Management Information System (KAN-MIS) untuk memperlancar manajemen akreditasi. KAN MIS telah disosialisasikan kepada LPK, asesor, anggota Panitia Teknis Akreditasi, anggota Konsil KAN dan Sekretariat KAN. Dengan aplikasi ini, LPK tidak perlu lagi datang ke Sekretariat KAN untuk melakukan pendaftaran dan dapat mengunggah dokumen-dokumen persyaratan akreditasi serta tindak lanjut hasil asesmen secara on-line melalui website KAN. Dengan demikian, proses akredatasi berjalan lebih cepat dan transparan. (b) Penyempurnaan prosedur proses akreditasi 105

124 Dalam kaitannya dengan lamanya proses akreditasi, yang seringkali kali menjadi keluhan LPK, baik pada pelaksanaan asesmen awal, asesmen ulang dan kunjungan pengawasan. Upaya telah dilakukan dengan memperbaiki informasi pengingat bagi LPK dan tindaklanjut yang diambil ketika keterlambatan masih terjadi berupa pembekuan dan pencabutan status akreditasi. 2) Peningkatan Sistem Akreditasi LPK, dilaklukan dengan melakukan revisi KAN 01 Syarat dan Aturan Akreditasi Laboratroium dan Lembaga Inspeksi Terdapat beberapa perubahan penting dalam KAN 01, antara lain perihal partisipasi dalam uji profisiensi, pembekuan status akreditasi karena diemukannya ketidaksesuaian yang serius pada kunjungan pengawasan (surveilen), dan penggunaan simbol akreditasi KAN. Di samping itu, dilakukan perbaikan perekaman asesor. Rekaman asesor individual sekarang tersedia secara lengkap sehingga memudahkan penelusuran. 3) Peningkatan Kemampuan LPK, dilakukan dengan: (a) pengembangan evaluasi kompetensi teknis laboratorium melalui penyelenggaraan uji profisiensi (UP) bagi laboratorium yang telah diakreditasi oleh KAN (b) Pertemuan Teknis LPK, yang memberikan wadah untuk saling bertukar informasi dan pengalaman dalam pelaksnaan akraditasi dan sertifikasi diantara LPK, asesor, Panitia teknis, Konsil KAN dan juga Sekretariat KAN 4) Peningkatan Kompetensi Asesor, dilakukan melalui: (a) Pelatihan untuk calon asesor di bidang akreditasi laboratorium kalibrasi, laboratorium penguji dan laboratorium lingkungan, lembaga sertifikasi produk, dan lembaga sertifikasi usaha pariwisata. (b) Pertemuan untuk penyegaran bagi asesor dan anggota Panitia Teknis, Sosialisasi kebijakan, prosedur dan persyaratan teknis akreditasi terkini (c) Workshop membahas evaluasi hasil uji banding laboratorium kalibrasi di bidang dimensional, suhu, kelistrikan, massa dan volume dengan nara sumber para pakar di bidang yang bersangkutan. Workshop diikuti oleh wakil-wakil laboratoroium peserta program uji banding. (d) Peningkatan kompetensi bagi Sekretariat KAN dilakukan melalui pelatihan standarstandar penilaian kesesuaian (SNI ISO/IEC 17025, SNI ISO/IEC 17020, SNI ISO 15189, dan SNI ISO/IEC 17043) 5). Peningakatan Layanan akreditasi Layanan akreditasi dilakukan sesuai prosedur akreditasi (Gambar 4.27). Tahun 2016, untuk memberikan layanan akreditasi telah dilakukan asesmen dalam rangka akreditasi awal/ulang/penambahan lingkup sebanyak 372 LPK dan surveilen/witness sebanyak 731 LPK. 106

125 Untuk mengevaluasi kepuasan layanan akreditasi telah dilakukan survei kepuasan layanan akreditasi, dengan hasil skor tingkat persepsi kepuasan sebesar nilai 3.84 (skala 1-5) dinilai memuaskan. Gambar 4.37 Prosedur akreditasi LPK Perkembangan jumlah LPK dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan jumlah (Gambar 4.28), upaya perbaikan terus-menerus untuk kepuasan layanan dan meningkatkan kinerja pelaksanaan akreditasi tetap perlu dilakukan. 107

126 Tabel 4.26 LPK yang diakreditasi KAN No. Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) Jumlah LPK 1. Laboratorium Penguji Laboratorium Kalibrasi Lembaga Inspeksi Laboratorium Medik Lembaga Penyelenggara Uji Profisiensi Produsen Bahan Acuan 0 7. Lembaga Sertifikasi Produk Lembaga Verifikasi Legalitas Kayu Lembaga Sertifikasi Personel Lembaga Sertifikasi Organik Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Keamanan Pangan Lembaga Sertifikasi HACCP Lembaga Sertifikasi Sistem Manajamen Kemanan Informasi Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu Alat Kesehatan Lembaga Sertifikasi Usaha Pariwisata Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Lingkungan Lembaga Penilai Pengelolaan Hutan Produksi Lestari Lembaga Sertifikasi Ekolabel Lembaga Validasi dan Verifikasi Gas Rumah Kaca Lembaga Sertifikasi Manajemen Energi 1 Jumlah

127 Jumlah LPK JML LPK Gambar 4.38 Perkembangan Jumlah LPK yang diakreditasi oleh KAN Indikator 11. Jumlah skema akreditasi KAN yang diakui di tingkat internasional (MRA/MLA) Tabel 4.27 Target, Realisasi dan Capaian IKU 11 No Indikator Kinerja Satuan Capaian 2015 Capaian Target Realisasi % Target % Capaian 11. Jumlah skema akreditasi KAN yang diakui di tingkat internasional (MRA/MLA) skema Untuk meningkatkan keberterimaan di tingkat internasional dari hasil penilaian kesesuaian (pengujian/inspeksi/sertifikasi) yang dikeluarkan oleh LPK yang diakreditasi oleh KAN adalah skema akreditasi yang dioperasikan oleh KAN harus mendapatkan pengakuan dari badan akreditasi di dunia melalui proses Mutual Recognition Arrangement (MRA) dan Recognition Arrangement (MLA). Untuk bidang akreditasi laboratorium penguji, laboratorium kalibrasi, laboratorium medik dan lembaga inspeksi, MRA dilakukan melalui organisasi Asia Pacific Laboratory Accreditation Cooperation (APLAC) dan International Laboratory Accreditation Cooperation 109

128 (ILAC). Sedangkan untuk bidang akreditasi lembaga sertifikasi dilakukan MLA dengan organisasi Pacific Accreditation Cooperation (PAC) dan International Accreditation Forum (IAF) untuk lingkup lembaga sertifikasi sistem manajemen mutu, lembaga sertifikasi sistem manajemen lingkungan, lembaga sertifikasi produk, lembaga sertifikasi sistem manajemen keamanan pangan dan lembaga sertifikasi personel. Melalui pengakuan MRA dan MLA ini akan meningkatkan keberterimaan hasil uji, kalibrasi dan inspeksi serta sertifikat pelaku usaha dalam transaksi internasional untuk mendukung daya saing produk nasional. Gambar BSN mengikuti APLAC PAC Joint Annual Mettings 2016 di Taiwan Sampai Desember tahun 2016, jumlah skema akreditasi KAN yang diakui di tingkat internasional (MRA/MLA) mencakup 9 skema. Capaian tersebut telah sesuai dengan target yang telah ditetapkan yaitu 9 Skema atau 100%, sebagaimana diuraikan pada Tabel

129 Tabel 4.28 Skema akreditasi KAN yang diakui di tingkat internasional (MRA/MLA) No Skema Akreditasi Pengakuan MRA dan MLA 1. Laboratorium Pengujian (ISO/IEC 17025) APLAC/ILAC 2. Laboratorium Kalibrasi (ISO/IEC 17025) APLAC/ILAC 3. Lembaga Inspeksi (ISO/IEC 17020) APLAC/ILAC 4. Laboratorium Medik (ISO 15189) APLAC/ILAC 5. Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Lingkungan (ISO/IEC 17021) 6. Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu (ISO/IEC 17021) PAC/IAF PAC/IAF 7. Lembaga Sertifikasi Produk (ISO/IEC 17065) PAC/IAF 8. Lembaga Sertifikasi Sistem Manajamen Keamanan Pangan (ISO 22003) PAC/IAF 9. Lembaga Sertifikasi Personel (ISO/IEC 17024) PAC/IAF Gambar 4.40 Gambaran Pengakuan Skema Akreditasi di tingkat Regional dan Internasional 111

130 Indikator 12. Jumlah skema akreditasi KAN yang dikembangkan untuk mendukung kepentingan nasional Tabel 4.29 Target, Realisasi dan Capaian IKU 12 No Indikator Kinerja Satuan Capaian 2015 Capaian Target Realisasi % Target % Capaian 12 Jumlah skema akreditasi KAN yang dikembangkan untuk mendukung kepentingan nasional Skema % Disamping pengembangan skema akreditasi yang diakui di tingkat internasional (MRA/MLA), telah dikembangkan pula skema akreditasi untuk mendukung kepentingan nasional, baik di wilayah regulasi maupun non-regulasi. Sampai Desember tahun 2016, jumlah skema akreditasi KAN yang dikembangkan untuk mendukung kepentingan nasional berjumlah 23 skema. Capaian tersebut lebih tinggi dari target yang telah ditetapkan yaitu 18 Skema atau 122%, sebagaimana diuraikan pada Tabel Skema akreditasi tersebut adalah: 1) Akreditasi Laboratorium Pengujian (ISO/IEC 17025), 2) Akreditasi Laboratorium Kalibrasi (ISO/IEC 17025), 3) Akreditasi Lembaga Inspeksi (ISO/IEC 17020), 4) Akreditasi Laboratorium Medik (ISO 15189), 5) Akreditasi Penyelenggara Uji Profisiensi (ISO/IEC 17043), 6) Akreditasi Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Lingkungan (ISO 14001), 7) Akreditasi Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Energi (ISO 50001), 8) Akreditasi Lembaga Verfikasi/Validasi Gas Rumah Kaca (ISO 14065), 9) Akreditasi Lembaga Sertifikasi Ekolabel (ISO/IEC 17065), 10) Akreditasi Lembaga Penilaian Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (Regulasi Permen Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Perdirjen PHPL), 11) Akreditasi Lembaga Verfiksi Legalitas Kayu (Regulasi Permen Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Perdirjen PHPL), 12) Akreditasi Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu (ISO 9001), 13) Akreditasi Lembaga Sertifikasi Hazzard Analytical Critical Control Point, 14) Akreditasi Lembaga Sertifikasi Usaha Pariwisata (Regulasi Permen 112

131 Pariwisata), 15) Akreditasi Lembaga Sertifikasi Sistem Manajamen Keamanan Pangan (ISO/TS 22003), 16) Akreditasi Lembaga Sertifikasi Sistem Manajamen Keamanan Informasi (ISO 27006), 17) Akreditasi Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Keamanan Rantai Pasok (ISO 28000), 18) Akreditasi Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Alat Kesehatan, 19) Akreditasi Lembaga Sertifikasi Produk (ISO/IEC 17065), 20) Akreditasi Lembaga Sertifikasi Organik (ISO/IEC 17065), 21) Akreditasi Lembaga Sertifikasi Personel (ISO/IEC 17024), 22) Akreditasi Lembaga Sertifikasi Halal (ISO/IEC 17065, ISO/TS 22003, OIC/SMIIC 2),dan 23) Akreditasi Sistem Manajemen Biosafety Laboratorium SASARAN STRATEGIS 5 Meningkatnya kapasitas dan kualitas sistem ketertelusuran pengukuran Indikator 13. Jumlah kemampuan pengukuran dan kalibrasi yang tertelusur dan diakui secara Internasional Indikator kinerja ini merupakan landasan teknis bagi pengakuan internasional terhadap akreditasi lembaga penilaian kesesuaian yang berbasis pengukuran. Para pengguna jasa kalibrasi dan pengujian harus memiliki keyakinan bahwa standar- standar nasional pengukuran yang menjadi acuan di negara-negara yang terlibat kesepakatan itu ekivalen dan terkait satu sama lain. Oleh karena itu diperlukan adanya pengakuan terhadap kemampuan pengukuran metrologi nasional yang secara spesifik dinyatakan sebagai kemampuan kalibrasi dan pengukuran (calibration and measurement capability, CMC) yang dimiliki oleh lembaga metrologi nasional (LMN). Kemampuan pengukuran dan kalibrasi yang tertelusur dan diakui secara Internasional adalah pengakuan kemampuan kalibrasi dan pengukuran terhadap lembaga metrologi nasional (LMN) dalam kesepakatan saling pengakuan yang dikelola oleh Panitia Internasional Timbangan dan Ukuran (CIPM MRA, Comite lnternationale des Poids et Measures Mutual Recognition Arrangement). Pencapaian target Indikator Kinerja Pengakuan Internasional Terhadap Kemampuan 113

132 Pengukuran Metrologi Nasional ini diukur dengan cara menghitung akumulasi kemampuan kalibrasi dan pengukuran (CMC) yang telah berhasil terdaftar dalam appendix C - CIPM MRA. Kemampuan kalibrasi dan pengukuran tersebut dipublikasikan melalui website kcdb.bipm.org. Apabila kemampuan ketertelusuran pengukuran ini tidak dapat dipenuhi oleh LMN maka akan terjadi banyak sekali kerugian yang harus ditanggung oleh Indonesia, antara lain: a. Semua laboratorium kalibrasi di Indonesia akan mengkalibrasikan standarnya ke luar negeri. Industri juga harus mengkalibrasikan standar atau peralatan ukurnya, yang tidak bisa dikalibrasi di dalam negeri, ke luar negeri. Di samping biaya yang jauh lebih tinggi, kalibrasi peralatan di luar negeri juga membutuhkan waktu yang lebih lama. b. Tidak diakuinya LMN oleh masyarakat internasional praktis akan mengakibatkan kehilangan kegunaannya dalam jangka panjang. c. Hilangnya peluang untuk memberikan dukungan teknis bagi ekspor nasional secara berkelanjutan. d. Komite Akreditasi Nasional (KAN) tidak akan diakui secara internasional, sehingga dukungan teknis penilaian kesesuaian kepada daya saing nasional tidak akan memberikan luaran seperti yang diharapkan. e. Apabila kebergantungan pada LMN luar negeri tidak bisa dikurangi maka dapat menyebabkan tidak kondusifnya penguatan fundamental ekonomi nasional. f. Perlindungan masyarakat dari permasalahan yang berkaitan dengan mutu kehidupan seperti kesehatan, kemanan dan lingkungan hidup tidak bisa dijamin. Indikator Kinerja yang digunakan untuk mengukur peningkatan kapasitas dan kualitas pengelolaan standar nasional satuan ukuran Jumlah Kemampuan pengukuran dan kalibrasi yang tertelusur dan diakui secara Internasional, yang diperoleh pada akhir tahun anggaran berjalan. Target kinerja pada tahun 2016 adalah 140 pengakuan internasional (kemampuan kalibrasi dan pengukuran) lembaga pengelola teknis ilmiah SNSU dipublikasikan di appendix C-CIPM MRA. Pengakuan internasional terhadap kemampuan pengukuran metrologi nasional ini diperoleh melalui tahapan peer review kompetensi (mencakup penerapan sistem manajemen mutu laboratorium dan hasil uji banding) Puslit Metrologi LIPI selaku lembaga metrologi nasional dan Puslit Kimia LIPI selaku lembaga metrologi nasional untuk bidang khusus yang ditunjuk (Disignated Institute, DI) oleh reviewer yang disetujui oleh Asia-Pacific Metrology Programme (APMP). Capaian pada tahun 2016 sebagaimana diuraikan pada Tabel 4.30, menunjukkan 114

133 bahwa Kemampuan pengukuran dan kalibrasi yang tertelusur dan diakui secara Internasional yang dipublikasikan di appendix C-CIPM MRA mencapai target yang ditetapkan, dengan persentase capaian sebesar 104 %. Dari target kemampuan pengukuran 140 dapat dicapai 145 kemampuan. Capaian tersebut dibandingkan dengan target tahun 2019, sebanyak 200 kemampuan pengukuran, telah dicaopai 72 %. Tabel 4.30 Target, Realisasi dan Capaian IKU 13 No Indikator Kinerja Satuan Capaian 2015 Capaian 2016 Target 2019 Target Realisasi % Target % realisasi 13 Jumlah kemampuan pengukuran dan kalibrasi yang tertelusur dan diakui secara Internasional Kemampuan pengukuran BSN telah melakukan fasilitasi kepada Lembaga Metrologi Nasional (LMN) untuk dapat diakui kemampuan kalibrasinya pada CIPM MRA agar dapat meningkatkan jumlah pengakuan atas kemampuan pengukuran dan kalibrasi LMN. Upaya dilakukan antara lain : 1. Memperluas lingkup metrologi kimia dengan penunjukan Puslit Kimia LIPI sebagai Lembaga Metrologi Nasional yang ditunjuk untuk bidang metrologi kimia. 2. Melakukan Uji Banding Antar lembaga metrologi nasional di tingkat internasional (CIPM Key/Supplementary Comparison), di tingkat regional (Asia Pacific Metrology Programme APMP Key/Supplementary Comparison) maupun secara bilateral dengan lembaga metrologi nasional negara lain yang telah diakui dalam skema CIPM MRA. 3. Peer review Puslit Metrologi LIPI dan Puslit Kimia LIPI untuk 5 bidang yang meliputi 28 macam alat ukur/analit dengan 68 entry (kemampuan ukur), sebagai berikut: Tabel 4.31 Bidang Pengukuran: Photometry and Radiometry, Dr. T. Zama (NMIJ Jepang), pada tanggal 4 6 Oktober 2016 Quantity Gloss Responsivity, UV, Broadband Irradiance Transmittance, Regular, Spectral Instrument or Artifact General Material UV Radiometri Spectally Neutral Material 115

134 Tabel 4.32 Bidang Pengukuran: Force, Torque, Dr. K. Ogushi (NMIJ Jepang), pada tanggal 9 11 Agustus 2016 Quantity Force : tension and compresion Force Torque : clockwise and counter clockwise Torque : clockwise and counter clockwise Torque : clockwise and counter clockwise Torque : clockwise and counter clockwise Instrument or Artifact Force Measuring Device Universal Testing Machine Torque Measuring Device Reference Torque Wrench Torque Wrench Tester Hand Torque Wrench Tabel 4.33 Bidang Pengukuran: Flow and Volume, Dr. T. Shimada (NMIJ Jepang), pada tanggal 9 11 Agustus 2016 Quantity Glas Flow rate Water Flow rate Volume Volume Volume Volume Instrument or Artifact Gas Meter Water Meter Burettes One Mark Pippetes Volumetric flacks Graduated Measuring Cylinders Tabel 4.34 Bidang Pengukuran: Electrical, Dr. N Kaneko (NMIJ Jepang), pada tanggal 9 11 Agustus 2016 Quantity DC resistance standards and sources: low values DC resistance standards and sources: Multiple range DC resistance meters: Low values DC resistance meters: Intermediate values Capacitance: capacitance and dissipation factor for low loss capacitors Capacitance: capacitance and dissipation factor for dielectric capacitors Capacitance: meters Inductance: self inductance and equivalent series resistance. low values Inductance: meters Instrument or Artifact Fixed resistor Multifunction calibrator Micro ohmmeter multimeter Ohmmeter multimeter Standard capacitor fix capacitor. capacitance box LCR meters Fixed inductor. variable inductor. inductance box LCR meters Tabel 4.35 Bidang Pengukuran: Chemistry, Dr Igor Maksimov (NMIJ Jepang), pada tanggal 9 11 Agustus

135 Measurement Services Matrix Analyte or Component Category ph Aquoeus buffer solution ph Tabel 4.36 Bidang Pengukuran: Chemistry, Dr Byungjoo Kim (KRISS Korea), pada tanggal 9 11 Agustus 2016 Measurement Services Matrix Analyte or Component Category Preservatives Soy sauce Benzoic acid Preservatives Soy sauce Methyl paraben Preservatives Soy sauce n-butyl paraben Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah rendahnya cantuman kemampuan pengukuran dan kalibrsi pada kesepakatan saling pengakuan (Mutual Recognition Arrangements/MRA) dalam forum Komite Internasional Timbangan dan Ukuran (Committee Internationale des Poids et Mesures/CIPM) per tahun yang dapat dimanfaatkan oleh laboratorium kalibrasi atau pelaku usaha untuk memperoleh ketertelusuran pengukuran dari kalibrasi atau proses produksi di Indonesia. Untuk meningkatkan kemampuan pengukuran di Indonesia, BSN telah mengusulkan kepada Pemerintah untuk membangun laboratorium acuan agar pengelolaan SNSU di bidang metrologi biologi dan alat kesehatan, yang akan dibangun di Kawasan Puspiptek Serpong. Disamping itu koordinasi antar LMN yang potensial, dalam hal ini Pusat Penelitian Kimia LIPI, Pusat Penelitian Metrologi LIPI dan BATAN terus dilakukan, terutama untuk memperkuat metrologi di Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 10 tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian, Pasal 43 ayat (2) bahwa dalam melakukan pengelolaan standar nasional satuan ukuran, BSN bekerja sama dengan kementerian dan/atau lembaga pemerintah nonkementerian lainnya berdasarkan kompetensi teknisnya. 117

136 Gambar 4.41 Rencana pembangunan laboratorium SNSU bidang metrologi biologi dan alat kesehatan Indikator 14. Jumlah produsen bahan acuan dan penyelenggara uji profisiensi yang diakreditasi oleh KAN Pengukuran indikator ini dengan menghitung data jumlah kumulatif produsen bahan acuan dan penyelenggara uji prifisiensi yang dikreditasi oleh KAN yang diukur pertahun. Keberadaan penyelenggara uji profisiensi (PUP) dibutuhkan sebagai bagian dari jaminan mutu hasil pengujian/kalibrasi serta digunakan untuk penilaian kompetensi teknis laboratorium penguji/kalibrasi, sedangkan produsen bahan acuan (RMP) dibutuhkan untuk menjamin ketertelusuran hasil pengujian/kalibrasi. a. Produsen bahan acuan Penggunaan bahan acuan (reference materials, RM) dan/atau bahan acuan bersertifikat (certified reference materials, CRM) di laboratorium pengujian dan kalibrasi sangat penting untuk menjamin bahwa rantai ketertelusuran yang dibangun ke satuan SI (standar satuan internasional) tidak terputus. Tanpa ketertelusuran metrologi, hasil pengukuran/pengujian tidak dapat dibandingkan dengan pengukuran/pengujian lain. Penggunaan CRM ini juga sangat diperlukan dalam hal kalibrasi tidak dapat tertelusur langsung ke satuan SI sehingga keberadaan produsen bahan acuan menjadi sangat penting agar dapat dilakukan karakterisasi bahan secara fisik maupun kimiawi. 118

137 Disamping itu, bahan acuan juga sangat penting digunakan dalam validasi metode yang dilakukan di laboratorium pengujian/kalibrasi. Bahan acuan berperan sangat efektif untuk mengases ketelitian dan kepresisian proses pengukuran/pengujian. Singkat kata, salah satu faktor kunci yang berpengaruh pada kemampuan laboratorium untuk menghasilkan data uji yang handal adalah ketersediaan bahanbahan acuan dengan nilai-nilai yang disertifikasi yang dapat dijadikan pegangan para penggunanya. Untuk tujuan tersebut, tentunya hanya CRM yang dikeluarkan oleh produsen bahan acuan yang diakreditasi saja yang mampu memberikan keyakinan pada keandalan bahan acuan. Sesuai dengan kebijakan ILAC terkait dengan ketertelusuran metrologi dari CRM yang dihasilkan oleh produsen bahan acuan yang diakreditasi saja yang diakui ketertelusuran pengukurannya. Bahan acuan yang dihasilkan dari produsen bahan acuan yang tidak diakreditasi dianggap sebagai bahan habis pakai saja dan laboratorium diharuskan untuk menunjukkan bahwa bahan acuan tersebut cocok dengan tujuan penggunaan bahan acuan. Penggunaan bahan acuan dari produsen bahan acuan yang diakreditasi menghindarkan laboratorium dari keharusan memverifikasi bahan habis pakai. Persyaratan akreditasi produsen bahan acuan adalah ISO Guide 34: General requirements for the competence of reference material producers sebagai standard yang digunakan untuk akreditasi produsen bahan acuan di seluruh dunia. Badan akreditasi menggunakan standard ini untuk mengases kompetensi produsen bahan acuan yang mencakup: Operasi sistem manajemen Kompetensi teknis staf Perencanaan produksi Homogenitas dan stabilitas bahan acuan Ketertelusuran metrologi dari nilai yang disertifikasi Proses distribusi bahan acuan Potensi lembaga yang memproduksi bahan acuan di Indonesia ada. Beberapa lembaga sebenarnya sudah membuat bahan acuan sesuai dengan standard sektoral atau lembaga afiliasinya. Namun demikian sampai saat ini belum ada produsen bahan acuan yang diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN). Hal ini disebabkan oleh masih kurangnya sosialisasi ataupun pemahaman terhadap ISO Guide 34. Untuk mengatasi hal ini, BSN melakukan beberapa terobosan antara lain mendatangkan expert dari negara-negara maju dalam suatu pelatihan ISO Guide

138 dengan bantuan EU Trade Support Program dan pelatihan-pelatihan pendukungnya. b. Penyelenggaran uji profisiensi Penyelenggara uji profisiensi (PUP) yang ingin diakui secara formal kompetensinya dalam perencanaan dan implementasi program uji profisiensinya terhadap persyaratan internasional diakreditasi terhadap SNI ISO/IEC Akreditasi SNI ISO/IEC juga akan meningkatkan kepercayaan pengguna uji profisiensi (pengguna laboratorium, laboratorium, badan akreditasi, regulator, asesor, panitia teknis dan lain-lain) bahwa program uji profisiensi yang dijalankan dioperasikan secara kompeten yang berkesesuaian dengan persyaratan manajemen dan teknis SNI ISO/IEC Uji profisiensi adalah evaluasi unjuk kerja peserta uji profisiensi terhadap kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dengan cara uji banding antar laboratorium. Untuk kerja laboratorium ini bukan hanya sangat penting bagi laboratorium sendiri, namun juga sangat penting bagi pengguna laboratorium, regulator, badan akreditasi dan pihakpihak terkait lainnya yang menggunakan jasa laboratorium baik langsung maupun tidak langsung. Uji profisiensi diperlukan untuk memberikan jaminan kebenaran hasil pengujian/kalibrasi serta untuk penilaian kompetensi teknis laboratorium penguji/kalibrasi. Uji profisiensi juga dapat digunakan oleh laboratorium ataupun produsen bahan acuan untuk: Untuk validasi metode Untuk karakterisasi CRM ataupun RM Untuk pembandingan hasil 2 lab atau lebih atas inisiatif sendiri Untuk mendukung CMC lembaga metrologi nasional ataupun laboratorium kalibrasi Program uji profisiensi harus dirancang dengan baik dan harus diolah dengan robust statistic sehingga evaluasi unjuk kerja perserta dapat dilakukan dengan baik. Peserta dapat mengambil manfaat program ini dengan cara memonitor kecenderungan unjuk kerjanya dan mengidentifikasi permasalahan untuk melakukan tindakan perbaikan dan peningkatan. Standar kompetensi penyelenggara uji profisiensi adalah SNI ISO/IEC yang digunakan di seluruh dunia untuk akreditasi lembaga penyelenggara uji profisiensi. Persyaratan ini mencakup manajemen, perencanaan dan desain, personel, jaminan mutu dan kerahasaiaan pengorganisasian program uji profisiensi. Pada tahun 2016, PUP yang diakreditasi oleh KAN sebanyak 11 lembaga penyelenggara uji profisiensi. 120

139 Capaian Indikator ini pada tahun 2016 sebagaimana diuraikan pada Tabel 4.37, menunjukkan bahwa Jumlah produsen bahan acuan dan penyelenggara uji profisiensi yang diakreditasi oleh KAN telah mencapai target yang ditetapkan, dengan persentase capaian sebesar 122%. Dari target kinerja 9 LPK dapat dicapai 11 LPK. Capaian tersebut dibandingkan dengan target tahun 2019, sebanyak 15 LPK, telah dicapai 73%. Tabel 4.37 Target, Realisasi dan Capaian IKU 14 No Indikator Kinerja Satuan Capaian 2015 Capaian Target Realisasi % Target % Capaian 14 Jumlah produsen bahan acuan dan penyelenggara uji profisiensi yang diakreditasi oleh KAN Lembaga Saat ini telah ada 4 penyelenggara uji profisiensi yang masih dalam tahap proses akreditasi, sedangkan untuk menggalakkan produsen bahan acuan untuk diakreditasi BSN mendorong Pusat Penelitian Kimia LIPI yang ditunjuk sebagai lembaga metrologi nasional bidang kimia untuk dapat diakreditasi sebagai produsen bahan acuan. Saat ini service P2K LIPI yang diajukan untuk diakreditasi dan CIPM MRA masih sebatas pada memberikan nilai acuan untuk program uji profisiensi PUP RMP Gambar 4.42 Pertumbuhan produsen bahan acuan (RMP) dan penyelenggara uji profisiensi (PUP) yang diakreditasi oleh KAN tahun

140 SASARAN STRATEGIS 6 Meningkatnya budaya mutu SNI dikatakan telah berhasil salah satunya adalah apabila SNI telah menjadi acuan atau kebutuhan hidup dalam aktivitas sehari-hari, dimanapun berada. Itu artinya, penggunaan SNI telah menjadi budaya, dengan kata lain masyarakat telah memiliki budaya mutu. Peningkatan budaya mutu tersebut dapat diketahui dari indictor meningkatnya 1) Jumlah masyarakat yang mendapat edukasi dan berpartisipasi di bidang standardisasi dan panilaian kesesuaian, dan 2) Jumlah akses terhadap informasi di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian. Indikator 15. Jumlah masyarakat yang mendapat edukasi dan berpartisipasi di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian Masyarakat yang mendapat edukasi dan berpartisipasi di bidang standardisasi dan panilaian kesesuaian diartikan sebagai masyarakat yang mendapatkan manfaat dari paket informasi standardisasi, pembimbingan UKM, pendidikan standardisasi (dosen/guru & mahasiswa/siswa), pelatihan standardisasi (Instruktur & peserta), dan masyarakat yang berpartisipasi dalam edukasi, diklat, pameran, sosialisasi dan pemasyarakatan standardisasi. Tabel 4.38 Target, Realisasi dan Capaian IKU 15 No Indikator Kinerja Satuan Capaian 2015 Capaian Target Realisasi % Target % capaian 15 Jumlah masyarakat yang mendapat edukasi dan berpartisipasi di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian orang IKU baru , ,0 Pada tahun 2016, capaian indikator kinerja untuk prosentase peningkatan jumlah masyarakat yang berpartisipasi dalam kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian 122

141 (SPK) mengalami perubahan dengan ditambahkannya masyarakat yang mendapat edukasi SPK. Masyarakat yang mendapat edukasi SPK dihitung dari masyarakat yang mendapat edukasi dan terpapar kegiatan promosi dari media massa, baik radio, TV, media online, media cetak, dari pertemuan/kampanye massal. Pada era keterbukaan dengan canggihnya perkembangan teknologi informasi, strategi promosi suatu lembaga/organisasi cenderung beralih dari media konvensional ke media nonkonvensional seperti media online/media digital dan pemanfaatan media sosial. Pada tahun 2016 edukasi publik banyak dilakukan melalui media digital, sedangkan promosi melalui media konvensional tetap dilakukan seperti di radio dan televisi dengan melalui sistem partnership, mengingat dana yang terbatas. Sedangkan kegiatan Sosialisasi substansi SNI kepada pelaku usaha dan LPK tetap dilakukan melalui forum workshop/fgd/pertemuan. Capaian indikator jumlah masyarakat yang mendapat edukasi dan berpartisipasi dalam kegiatan SPK tahun 2016 mencapai orang yang meliputi peserta yang mendapatkan manfaat dari paket informasi standardisasi, pembimbingan UKM, pendidikan standardisasi (dosen/guru & mahasiswa/siswa), pelatihan standardisasi (Instruktur & peserta), dan masyarakat yang berpartisipasi dalam edukasi, diklat, pameran, sosialisasi dan pemasyarakatan standardisasi. Capaian tersebut melebihi target 2016 sebesar orang, sehingga dapat dicapaiannya sebesar 102,5% (Tabel 4.38). Gambar 4.43 Talkshow UMKM penerap SNI 123

142 Angka tersebut belum termasuk jumlah masyarakat yang berpartisipasi dalam edukasi, diklat, pameran, sosialisasi dan pemasyarakatan standardisasi melalui TV, Radio dan e-learning, dimana jumlah partisipasi melalui media TV, Radio dan e-learning sejumlah orang. Sehingga apabila dijumlahkan seluruh pertisipan melalui seluruh media yang digunakan mencapai orang. Kecenderungan masyarakat saat ini yang lebih suka membaca artikel dari media online, menjadi alternatif bagi strategi promosi ke depannya. Namun begitu untuk menarik minat masyarakat dalam membaca artikel tentang SNI, diperlukan pengemasan artikel dan judul yang menarik sehingga masyarakat ada ketertarikan untuk membaca. Meskipun demikian, pencapaian ini masih rendah dibandingkan dengan jumlah penduduk usia produktif di Indonesia di mana Tahun 2016, dimana usia produktif Indonesia mencapai 178 juta, yang berarti capaian edukasi SNI tersebut baru menyasar 11 persennya. Hal in berarti masih perlu usaha yang keras dalam menyebarluaskan informasi dan edukasi SPK kepada masyarakat Indonesia, antara lain dengan memanfaatkan media yang selalu berkembang dengan cepat. Pemanfaatan media social yang semakin digemari masyarakat menjadi salah satu pilihan yang akan dilakukan lebih masif untuk peningkatan partisipasi masyarakat, misalnya melalui twitter, istagram, dan facebook. Gambar 4.44 Grafik peningkatan jumlah masyarakat yang menyukai akun Facebook BSN 124

143 Gambar 4.45 Grafik peningkatan jumlah masyarakat yang menjadi follower di akun Twitter BSN Unsur Indikator Jumlah masyarakat yang mendapat edukasi dan berpartisipasi di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian. Tabel 4.39 Deskripsi Sub Unsur Indikator Capaian IKU Sub Unsur Indikator Satuan Target Capaian 1. Jumlah pemanfaat paket informasi standardisasi; 2. Jumlah peserta pembimbingan UKM; 3. Jumlah peserta pendidikan standardisasi (dosen/guru & mahasiswa/siswa); 4. Jumlah peserta pelatihan standardisasi (Instruktur & peserta); 5. Jumlah masyarakat yang berpartisipasi dalam edukasi, diklat, pameran, sosialisasi dan pemasyarakatan standardisasi Jumlah masyarakat yang berpartisipasi dalam edukasi, diklat, pameran, sosialisasi dan pemasyarakatan standardisasi melalui TV, Radio dan e-learning Orang Orang/ Pengunjung /Pembaca Jumlah total orang

144 Indikator 16. Jumlah akses terhadap informasi di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap SPK, BSN menyediakan beberapa infomasi SPK yang meliputi informasi berbasis TIK dan layanan offline melalui layanan terpadu, disebut LITe (Layanan Informasi Terpadu), yang meliputi layanan perpustakaan dan layanan informasi bidang standardisasi, diantaranya informasi tentang Standar Nasional Indonesia (SNI) dan regulasi teknis, standar internasional, mancanegara dan hal lainnya terkait standardisasi yang dapat memenuhi kebutuhan informasi di kalangan stakeholder standardisasi. Perpustakaan BSN memberikan layanan kepada penggunanya berupa : Layanan peminjaman koleksi hanya untuk internal BSN Layanan baca ditempat bagi pengguna umum Penyediaan dokumen standar, antara lain: SNI, ISO, IEC dan ASTM serta pemesanan standar asing lainnya Layanan fotokopi koleksi referensi Jumlah akses informasi standardisasi dan penilaian kesesuaian berbasis Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) adalah jumlah akses terhadap informasi SPK melalui visit ke web BSN. Target tahun 2016 adalah akses, sedangkan capaiannya adalah Terjadi peningkatan akses sebesar 270%. Tabel 4.40 Target, Realisasi dan Capaian IKU 16 No Indikator Kinerja Satuan 16 Jumlah akses terhadap informasi di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian akses Capaian 2015 IKU baru Capaian % Target Realisasi % Target Capaian ,5 126

145 Jumlah akses informasi standardisasi dan penilaian kesesuaian (SPK) dihitung dari jumlah akses yang berbasis TIK (online) maupun jumlah akses melalui offline, meliputi jumlah akses terhadap informasi SPK melalui visit ke website BSN , pengguna yang memanfaatkan layanan informasi terpadu, kontak layanan, faksimile, dan juga surat menyurat. Perkembangan jumlah pengguna layanan informasi baik online dan offline dapat dilih at pada grafik di bawah ini : Gambar 4.46 Pemanfaat Layanan Informasi SPK Tahun 2016 Gambar 4.47 Pemanfaat Layanan Informasi SPK berdasarkan kelompok pengguna Tahun

146 Gambar 4.48 Pengunjung Portal Informasi Standardisasi BSN Tahun 2016 Kinerja memperlihatkan capaian yang sangat signifikan, yaitu sebesar 270%. Berdasarkan capaian kinerja tersebut, ke depan target indikator harus dilakukan dikaji kembali. Target kinerja harus mempertimbangkan juga perkembangan teknologi informasi saat ini yang sangat pesat dan juga kebutuhan SPK yang semakin meningkat. SASARAN STRATEGIS 7 Meningkatnya kinerja sistem pengelolaan anggaran, sumber daya manusia, tata kelola dan organisasi yang profesional Indikator 17. Opini BPK atas laporan keuangan Sebagai salah satu lembaga negara pengguna APBN, BSN berkewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. Salah satu upaya untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Tingkat opini laporan keuangan, adalah suatu keadaan yang menggambarkan kualitas dan akuntabilitas suatu Instansi Pemerintah yang dilihat mulai dari perencanaan 128

147 anggaran sampai dengan pelaporan realisasi anggaran. Untuk kesesuaian tersebut maka Laporan Keuangan disusun sesuai Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) yang disertai dengan bukti verifikasi dokumen anggaran sehingga lebih cermat dan akurat. Agar lebih cermat dan akurat dalam penyusunannya maka dilakukan dilakukan rekonsiliasi data realisasi penggunaan anggaran dengan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) dan DAPK Direktur Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan. Selanjutnya laporan tersebut diserahkan untuk dinilai oleh Badan Pemeriksa Keuangan sebagai auditor eksternal. Dalam menetapkan opini atas laporan keuangan Instansi Pemerintah, BPK menggunakan 3 (tiga) kriteria penilaian yaitu kriteria kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, kriteria Sistem Pengendalian Internal, dan kriteria kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintah. Terdapat empat jenis opini yang dapat diberikan oleh BPK yaitu Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), Wajar Dengan Pengecualian (WDP), Tidak memberikan pendapat (Disclaimer), dan Tidak Wajar (TD). Laporan Keuangan BSN mencakup seluruh aspek keuangan yang dikelola oleh BSN. Laporan Keuangan ini dihasilkan melalui Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang memuat serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan dan pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada BSN. Pemberian opini Laporan Keuangan dilakukan oleh BPK berdasarkan pemeriksaan dengan maksud untuk memberikan kejelasan yang memadai bahwa laporan keuangan telah disajikan dengan wajar sesuai prinsip akuntansi yang berlaku. Pemeriksaan tersebut dapat menghasilkan opini yaitu : Wajar Tanpa Pengecualian (WTP, Nilai capaian setara 100%), Wajar Dengan Pengecualian (WDP, Nilai capaian setara 75%), Tidak Wajar (TW, Nilai Capaian setara 50%), Tidak Memberikan Pendapat (TMP/Disclaimer, Nilai Capaian setara 25%). Tabel 4.41 Target, Realisasi dan Capaian IKU 17 No Indikator Kinerja Satuan Capaian 2015 Capaian Target Realisasi % Target % capaian 17 Opini BPK atas laporan keuangan Opini WTP WTP WDP 75 WTP 75 BSN menetapkan target mendapatkan opini WTP untuk Laporan Keuangan BSN tahun BSN telah mendapatkan opini WTP atas Laporan Keuangan ini sebanyak 7 kali 129

148 secara berturut-turut, sejak tahun 2009 sampai dengan tahun Namun demikian pada tahun 2016, capaian indikator kinerja ini tidak tercapai karena Laporan Keuangan BSN tahun 2015 oleh auditor BPK mendapatkan opini WDP atau capaian 75%. Capaian tersebut telah menjadi bahan evaluasi perbaikan BSN dalam melakukan pengelolaan keuangan. Untuk mendapatkan opini WTP kembali, upaya-upaya yang telah dilakukan selama tahun 2016 antara lain: a. Peningkatan Penerapan Sistem Akuntansi Pemerintah (SAP) yang didukung dengan dukungan teknologi informasi. b. Optimalisasi peran dalam melakukan reviu, monitoring tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK. c. Kerjasama tim antar unit kerja di BSN. d. Peningkatan kualitas dan kapasitas SDM pengelola keuangan terkait dengan pelaksanaan aturan pengelolaan keuangan negara e. Penguatan Sistem Pengendalian Internal (SPIP) f. Meningkatkan pemahaman terhadap peraturan perundang-undangan terkait keuangan negara Tabel 4.42 Capaian kinerja pengelolaan keuangan BSN tahun Uraian Opini BPK WDP WTP WTP WTP WTP WTP WTP WDP Indikator 18. Tingkat pelaksanaan Reformasi Birokrasi BSN sebagai lembaga pemerintah wajib melaksanakan reformasi birokrasi sesuai amanat Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi , dengan melaksanakan 8 area perubahan yaitu (1) Penataan organisasi, (2) peningkatan tata laksana, (3) Penataan Peraturan Perundang-undangan, (4) Penataan Sumber Daya Manusia Aparatur, (5) Peningkatan Pengawasan, (6) Peningkatan Akuntabilitas, (7) Peningkatan Pelayanan Publik, (8) Perubahan Pola Pikir (mind set) dan Budaya Kerja (culture set) Aparatur Birokrasi. Dengan pelaksanaan 8 area perubahan, diharapkan Reformasi Birokrasi menghasilkan sasaran : a. terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme; 130

149 b. meningkatnya kualitas pelayanan publik kepada masyarakat; dan c. meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi. Oleh karena itu Tingkat Pelaksanaan Reformasi Birokrasi dijadikan salah satu indikator kinerja sasaran Meningkatnya kinerja sistem pengelolaan anggaran, sumber daya manusia, tata kelola dan organisasi yang profesional. Indikator ini diukur melalui hasil penilaian pelaksanaan Reformasi Birokrasi BSN yang dilakukan oleh Tim Evaluator Kemenpan dan RB dengan mengacu pada kriteria-kriteria pelaksanaan 8 area perubahan sesuai Pertaruran Menteri PAN dan RB sehingga dapat diketahui tingkat pelaksanaan Reformasi Birokrasi di BSN. BSN telah menyusun dan melaksanakan program RB sejak tahun 2012, dan telah dilakukan evaluasi setiap tahun baik secara internal melaui Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) maupun evaluasi oleh tim eksternal yang dari Kementerian PAN dan RB. Pada tahun 2016, telah ditetapkan target nilai pelaksanaan RB BSN sebesar 70 (nilai dari skala 1 sd. 100). Berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan Reformasi Birokrasi BSN yang disampaikan Ketua Tim Evaluator Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dalam exit meeting, nilai sementara pelaksanaan Reformasi Birokrasi BSN untuk program pengungkit sebesar 75,38. Jika nilai tersebut tidak berubah saat pleno evaluator, maka target pada Tahun 2016 untuk sasaran Tingkat pelaksanaan Reformasi Birokrasi dapat tercapai. Dengan nilai tersebut, nilai pelaksanaan RB tercapai 100 % dari target. Bila dibandingkan target tahun 2019, capaian kinerja nilai pelaksanaan RB BSN telah mencapai 94,23 %. Kenaikan capaian kinerja 2016 dibandingkan 2015 dapat ditunjukkan pada diagram berikut : Tabel 4.43 Target, Realisasi dan Capaian IKU 18 No Indikator Kinerja Satuan Capaian 2015 Capaian Target Realisasi % Target % Capaian 18 Tingkat pelaksanaan Reformasi Birokrasi Nilai 68, , ,23 Untuk meningkatkan nilai pelaksnaan Reformasi Birokrasi BSN ke depan, diperlukan perbaikan dengan rencana aksi sebagai berikut : 1) Menyusun rencana perubahan pada setiap area dengan dilengkapi target-target spesifik yang ingin dicapai sesuai dengan perkembangan terkini dalam 131

150 pemerintahan, serta ukuran keberhasilannya; 2) Evaluasi capaian Quickwin secara berkala untuk memastikan perbaikan yang konsisten, 3) Melakukan evaluasi terhadap kebijakan yang telah ditetapkan BSN, untuk mengidentifikasi peraturan perundang-undangan yang diharmonis, tumpang tindih, penyederhanaan atau penyempurnaan; 4) Melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala terhadap SOTK yang baru untuk menilai efektivitasnya; 5) Mengoptimalkan penggunaan peta proses bisnis sebagai cara untuk menggambarkan hubungan antar unit kerja dan hubungan BSN dengan organisasi lain; 6) Integrasi penerapan e-gov dalam rangka mendukung proses birokrasi dan pemberian pelayanan public; 7) Identifikasi peta kompetensi pegawai yang dapat digunakan sebagai dasar untuk pengembangan kompetensi serta mutasi atau promosi; 8) Penetapan target-target kinerja individu pegawai terkait dengan target kinerja organisasi dan kinerja individu level diatasnya; 9) Melakukan monev dan tindak lanjut atas pelaksanaan Whistle Blowing System (WBS) dan benturan kepentingan; 10) Melakukan pembangunan yang intensif atas unit kerja dalam upaya membentuk unit kerja menuju WBK/WBBM; 11) Sudah dilakukan Inovasi-inovasi pelayanan, perlu terus dilanjutkan; 12) Percepatan terhadap respon pengaduan untuk peningkatan kualitas pelayanan. Gambar 4.49 Pelaksanaan Penilaian RB BSN Tahun

151 Perbandingan Nilai RB 2015 dan Target Capaian Target Capaian Gambar 4.50 Perbandingan nilai RB BSN tahun 2015 dan 2016 Indikator 19. Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja BSN Tingkat kualitas akuntabilitas Kinerja BSN dinilai berdasarkan evaluasi yang dilakukan oleh Kementerian PAN dan RB. Unsur penilaian tersebut meliputi Perencanaan kinerja, Pengukuran kinerja, Capaian kinerja, Evaluasi kinerja, dan Pelaporan kinerja. Akuntabilitas kinerja digambarkan dalam suatu Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) yang memberikan gambaran secara jelas, transparan, dan dapat dipertanggungjawabkan tentang kinerja suatu instansi pemerintah. Hasilnya dapat membantu pimpinan dan seluruh jajaran dalam mencermati berbagai permasalahan sebagai bahan acuan dalam menyusun rencana kinerja di tahun berikutnya. Diharapkan rencana kinerja di tahun mendatang dapat disusun lebih fokus, efektif, efisien, terukur, transparan dan dapat dipertanggunjawabkan. Pada tahun 2016, BSN telah menyusun 1 dokumen LAKIP BSN tahun 2015, 4 dokumen Laporan Kinerja unit Eselon I tahun 2015, dan 11 (sebelas) dokumen Laporan Kinerja unit Eselon II tahun Kementerian PAN dan RB melakukan evaluasi terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) BSN. Berdasarkan hasil evaluasi LAKIP BSN tahun 2015 yang dilakukan pada tahun 2016, sampai dengan Laporan ini disusun, Kementerian PAN dan RB belum menyampaikan hasil evaluasi akuntabilitas kinerja BSN tahun Dengan demikian penilaian terhadap kinerja Tingkat kualitas akuntabilitas Kinerja BSN belum dapat 133

152 dilakukan pada LAKIP ini. Namun demikian, kalau mengacu pada hasil penilaian akuntabilitas kinerja dari tahun cenderung mengalami peningkatan (Lihat Gambar 4.42). Tabel 4.44 Target, Realisasi dan Capaian IKU 19 No Indikator Kinerja Satuan Capaian 2015 Capaian Target Realisasi % Target % Capaian 18 Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja BSN Nilai (predikat) 64,2 (B) 70 (BB) NA NA 80 (A) - Untuk meningkatkan kualitas akuntabilitas, BSN telah menindaklanjuti dari hasil evaluasi AKIP BSN Tahun 2015, dengan melakukan penyempurnaan antara lain: Mereviu dan menyempurnakan IKU, baik tingkat BSN maupun unit kerja dibawahnya dan memastikannya sudah lebih spesifik, relevan, terukur dan khas atau unik menggambarkan efektivitas dan alasan keberadaan entitas IKU tersebut. Penyempurnaan IKU ditetapkan dengan Keputusan Kepala BSN Nomor 45A/KEP/BSN/3/2016 tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional Nomor 28A/KEP/BSN/2/2015 tantang Penetapan Indikator Kinerja Utama di lingkungan Badan Standardisasi Nasional. Melakukan cascading dari IKU lembaga dalam Perjanjian Kinerja yang terukur, relevan dan menggambarkan kekhasan, keunikan, keutamaan dan alasan keberadaan entitas, mulai dari tingkat Kepala Badan, eselon I, II, III, dan IV, sampai dengan SKP (sasaran kinerja pegawai) Melakukan monitoring dan mengukur pencapaian kinerja dalam aplikasi SIPP ( serta memberikan penghargaan terhadap Unit Kerja yang mampu menunjukkan kinerja dan penyerapan anggaran Tahun 2015 Meningkatkan transparansi dengan mengunggah dokumen akuntabilitas kinerja melalui web BSN ( antara Renstra, Perjanjian Kinerja, IKU, dan LAKIP mulai dari Kepala BSN, Eselon I dan Eselon II. melakukan perbaikan implementasi AKIP di BSN, pada tahun 2016 dengan diterbitkan Peraturan Kepala BSN Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di lingkungan Badan Standardisasi Nasional. Pedoman SAKIP ini menjadi pedoman bagi Unit 134

153 Kerja di lingkungan BSN untuk perbaikan proses pengambilan keputusan dalam upaya mencapai tata kelola pemerintahan yang baik di BSN dan mendorong secara terus menerus untuk peningkatan kinerja seluruh Unit Kerja secara akuntabel. Gambar 4.51 LAKIP BSN, LAKIP Eselon I dan Lakip Eselon II Gambar 4.52 Perkembangan hasil evaluasi LAKIP BSN tahun

154 Indikator 20. Indeks kompetensi dan integritas SDM Penilaian indeks kompetensi dan integritas SDM menjadi sangat penting, mengingat kualitas SDM yang direpresentasikan dari kompetensi dan integritasnya sangat berperan penting dalam mencapai keberhasilan organisasi. Indeks kompetensi dan integritas SDM ini dinilai dari jumlah ASN BSN yang memiliki nilai prestasi kerja lebih dari cukup tanpa ada unsur perilaku kerja yg bernilai cukup. Nilai prestasi kerja dinilai berdasarkan penilaian SKP (sasaran kinerja pegawai) melalui aplikasi SIMPEG ( ). Capaian indikator kinerja Prosentase ASN dengan Nilai Prestasi kerja lebih dari cukup tanpa ada unsur perilaku kerja yg bernilai cukup, pada tahun 2016 tercapai 97% dari target 90%. Dengan demikian capaian kinerja indikator ini tercapai 107% dari target, bahkan dibandingkan target kinerja tahun 2019, realisasi ini telah dapat dipenuhi. Untuk perbaikan kinerja indikator ini, perlu dievaluasi untuk mendapatkan indikator yang lebih tajam sehingga didapatkan indikator yang lebih memberikan dampak/impact yang lebih baik lagi bagi organisasi. Tabel 4.45 Target, Realisasi dan Capaian IKU 20 No Indikator Kinerja Satuan Capaian 2015 Capaian Target Realisasi % Target % Capaian 20 Indeks kompetensi dan integritas SDM nilai IKU baru >

155 Gambar 4.53 Peningkatan Kompetensi Pegawai tentang Analisis STRACAP di IAPMO, USA Indikator 21. Nilai kepatuhan layanan publik Pengukuran indikator kinerja ini diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Ombudsman RI atas penyelenggaraan pelayanan publik. Penelitian kepatuhan tersebut dimaksudkan untuk mendorong kepatuhan terhadap standar pelayanan publik dalam rangka mempercepat peningkatan kualitas pelayanan publik. Selain itu juga penelitian kepatuhan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kepatuhan Pemerintah Pusat dan Pemerintah 137

156 Daerah dalam memenuhi komponen standar pelayanan sebagaimana telah diatur dalam UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik dalam rangka pencapaian target RPJMN tahun Dasar Hukum pelaksanaan penelitian kepatuhan Undang Undang 25 Tahun 2009 adalah : 1. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik 3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Peraturan Ombudsman Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2015 tentang Penelitian Kepatuhan Terhadap Standar Pelayanan Publik Penelitian Kepatuhan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 dibatasi pada produk pelayanan administratif. Pelayanan administratif menurut penjelasan pasal 5 ayat 7 UU No. 25 Tahun 2009 yaitu tindakan administratif oleh Pemerintah dan Non Pemerintah berupa pelayanan pemberian dokumen oleh Pemerintah. Penelitian dilakukan di 22 Kementerian, 15 Lembaga, 33 Pemerintah Provinsi dan 114 Pemerintah Kabupaten/ Kota. Penelitian dilakukan dalam 2 periode. Pengukuran indikator kinerja ini diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Ombudsman RI atas penyelenggaraan pelayanan publik berdasarkan UU No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Variabel panilaian ini antara lain terkait dengan: (1) Standar pelayanan, (2) Ketersediaan maklumat layanan, (3) Ketersediaan sistem informasi pelayanan publik, (4) Sarana dan prasarana fasilitas (ruang tunggu, toliet) (5) Pelayanan khusus (seperti ram, kursi roda, toilet khusus, ruang menyusui dan lainlain), (6) Pengelolaan pengaduan (sarana prasarana pengaduan, tara cara, dan petugas) (7) Penilaian kinerja (ketersediaan pengukuran kepuasan pelanggan) (8) Keterseduiaan visi, misi, moto pelayanan, (9) Atribut (identitas petugas) (10) Pelayanan terpadu. Dalam penilaian tersebut, BSN mendapatkan nilai 104, yang berarti tingkat kepatuhan BSN dalam menyelenggarakan layanan publik TINGGI atau kategori HIJAU. Hal tersebut melebihi nilai yang ditargetkan, yaitu sebesar 70 (atau 148% dari yang ditargetkan). Bahkan bila dibandingkan dengan target Nilai kepatuhan layanan publik tahun 2019, sebesar 90, capaian kinerja ini telah melampaui target tahun 2019, sebesar 116% (Tabel 138

157 4.46) Tabel 4.46 Target, Realisasi dan Capaian IKU 21 No Indikator Kinerja Satuan Capaian 2015 Target Capaian Realisas i % Target % Capaian 21 Nilai kepatuhan layanan publik Nilai (0-110) 64, Gambar 4.54 Piagam Penghargaan Kepatuhan Layanan Publik 139

158 Gambar 4.55 Hasil penilaian kepatuhan tahun 2016 oleh Ombudsman RI B. Realisasi Anggaran Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 258/KMK.02/2013, BSN mendapatkan total pagu anggaran sebesar Rp ,-. Kemudian mengalami beberapa kali perubahan sehingga anggaran BSN tahun 2016 terakhir menjadi Rp ,- Penggunaan anggaran tersebut untuk melaksanakan 3 program dengan rincian alokasi anggaran sebagai berikut: (1) Program Pengembangan Standardisasi Nasional sebesar Rp ,-; (2) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BSN sebesar Rp ,-; dan (3) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur BSN sebesar Rp ,-. Ketiga program tersebut terbagi dalam 13 kegiatan dengan pagu alokasi anggaran per kegiatan sebagaimana dirinci dalam Tabel Realisasi Belanja Badan Standardisasi Nasional pada Tahun Anggaran 2016 adalah sebesar Rp , atau 94,96,% dari pagu anggaran Badan Standardisasi Nasional sebesar Rp ,. Rincian penyerapan anggaran berdasarkan program dan kegiatan ditampilkan dalam Tabel Penyerapan anggaran BSN tahun 2016 tersebut telah memenuhi target dimana BSN telah menetapkan target penyerapan anggaran tahun 2016 sebesar 95%. Perbandingan realisasi penyerapan DIPA untuk tahun anggaran tersaji dalam Gambar 4.56 Berdasarkan data tersebut, persentase realisasi penyerapan angaran BSN dari Tahun Anggaran 2010 sampai dengan 2016, terus mengalami peningkatan. 140

159 Tabel 4.47 Pagu dan Realisasi Anggaran BSN pada tahun 2016 KODE PROGRAM/KEGIATAN ANGGARAN 2016 REALISASI 2016 Rp % Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BSN 3549 Peningkatan Pelayanan Hukum, Organisasi dan Humas BSN 3550 Peningkatan Perencanaan, Keuangan dan Tata Usaha BSN ,82% 96,86% 3551 Peningkatan Penyelenggaraan Pengawasan Internal BSN ,11% Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur BSN ,67% 3552 Peningkatan Sarana dan Prasarana Fisik BSN Program Pengembangan Standardisasi Nasional ,67% 3553 Pengembangan sistem standardisasi dan penilaian kesesuaian ,01% 3554 Peningkatan Akreditasi Laboratorium dan Lembaga Inspeksi ,43% 3555 Peningkatan Akreditasi Lembaga Sertifikasi 3556 Peningkatan Informasi dan Dokumentasi Standardisasi ,95% ,39% 3557 Kerjasama Standardisasi ,26% 3558 Pendidikan dan Pemasyarakatan Standardisasi Penelitian dan Pengembangan Standardisasi ,71% 76,35% 3560 Perumusan Standar 3561 Peningkatan Penerapan Standar JUMLAH ,77% 98,83% 94,96% 141

160 98.00% 96.00% 97.33% 96.8% 95.97% 94.00% 94.96% 92.00% 90.00% 90.36% 88.00% 86.00% Realisasi Anggaran BSN Gambar 4.56 Grafik Perkembangan Realisasi Anggaran BSN tahun Penyerapan kinerja BSN tahun 2016 melebihi realisasi secara nasional yaitu sebesar 94,96 %. untuk itu diharapkan kinerja penyerapan anggaran untuk tahun yang akan datang dapat ditingkatkan menjadi lebih baik. Upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kinerja penyerapan anggaran antara lain: 1. Pengembangan sistem aplikasi yang mendukung perencanaan keuangan dan kegiatan, pengelolaan keuangan, dan monitoring pelaksanaan kegiatan. Saat ini sedang dikembangkan SIPP (sistem informasi perencanaan dan program) yang diharapkan dapat mempermudah proses perencanaan, pelaksanaan anggaran, pengelolaan keuangan, dan monitoring dan evaluasi kinerja dan anggaran, 2. Peningkatan kompetensi SDM pengelola anggaran melalui pelatihan dan workshop serta sosialisasi peraturan-peraturan tentang pengelolaan keuangan dan anggaran, 3. Pengembangan SOP (standard operational procedures) di bidang pengelolaan anggaran sebagai acuan bagi para pengelola anggaran dalam melaksanakan kegiatan dan membelanjakan anggaran, 4. Peningkatan pengawasan internal yang dilakukan oleh APIP, untuk memperkuat sistem pengendalian internal. 142

161 143

162 144

163 145

164 BAB V PENUTUP Laporan Kinerja BSN ini merupakan laporan pertanggungjawaban atas pencapaian pelaksanaan visi dan misi BSN menuju good governance dengan mengacu pada Rencana Strategis tahun Penyusunan Laporan Kinerja BSN mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP), dan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi. Laporan Kinerja ini merupakan Laporan Kinerja BSN tahun kedua pelaksanaan RPJMN tahun Tantangan globalisasi menuntut daya saing yang tinggi agar mampu memenangi persaingan tersebut. Standardisasi dan penilaian kesesuaian diyakini dapat meningkatkan daya saing perekonomian nasional yang diharapkan mampu melindungi konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja, dan masyarakat lainnya untuk keselamatan, keamanan, kesehatan maupun pelestarian fungsi lingkungan hidup; membantu kelancaran perdagangan; dan mewujudkan persaingan usaha yang sehat dalam perdagangan. Sebagai lembaga pemerintah yang bertanggung dalam mengkoordinasikan kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian di Indonesia, BSN telah mampu menjalankan tugasnya dengan baik. BSN telah berhasil mengatasi tantangan tersebut, sehingga tugas yang diemban dapat diselesaikan sesuai dengan harapan. Hal ini tampak pada pencapaian IKU pada tahun 2016 secara umum sudah sesuai dengan target yang ditetapkan. Dari 21 target kinerja BSN 2016 sebanyak 16 kinerja telah dapat dicapai sesuai target bahkan 12 diantaranya melampaui target yang ditetapkan, 4 kinerja masih belum memenuhi dan perlu ditingkatkan, sedangkan 1 kinerja belum dapat dinilai karena belum ada hasil dari Kementerian PAN dan RB. Langkah-langkah ke depan yang harus dilakukan oleh BSN dalam upaya memperbaiki kinerja dan menghadapi tantangan ke depan, antara lain: a) Meningkatkan bimbingan untuk industri khususunya UMKM di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian b) Meningkatkan peran serta pemerintah daerah dalam mendukung penyusunan SNI sesuai potensi/kebutuhan daerah, penerapan SNI industri/umkm daerah c) Meningkatkan sosialisasi di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian terutama dalam hal sertifikasi SNI kepada masyarakat melalui berbagai media massa, terutama media berbasis Information Technology (IT) 146

165 d) Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antara BSN dengan pihak-pihak terkait dan sinergi dalam kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian di Indonesia termasuk dalam program dan penganggaran. Akhirnya dengan disusunnya Laporan Kinerja ini, diharapkan dapat memberikan informasi secara transparan kepada seluruh pihak yang terkait mengenai tugas fungsi BSN, sehingga dapat memberikan umpan balik guna peningkatan kinerja pada periode berikutnya. Secara internal Laporan Kinerja ini harus memotivasi untuk lebih meningkatkan kinerja organisasi dengan memperhatikan perkembangan kebutuhan pemangku kepentingan, sehingga BSN dapat semakin dirasakan keberadaannya oleh masyarakat dengan pelayanan yang profesional. Badan Standardisasi Nasional Kepala, Bambang Prasetya 147

166 LAMPIRAN 1) Struktur Organisasi 2) Perjanjian Kinerja 148

167 LAMPIRAN 1. STRUKTUR ORGANISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL 149

168 LAMPIRAN 2. PERJANJIAN KINERJA BSN

169 151

LAPORAN KINERJA 2017

LAPORAN KINERJA 2017 L LAPORAN KINERJA 2017 BADAN STANDARDISASI NASIONAL Badan Standardisasi Nasional Gedung BPPT I Lt 9-14 Jl. MH. Thamrin No.8, Kebon Sirih, Jakarta Pusat Telp +62 21-3927422 Fax +62 21 3927527 bsn_sni www.bsn.go.id

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS KEDEPUTIAN BIDANG PENERAPAN STANDAR DAN AKREDITASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN

RENCANA STRATEGIS KEDEPUTIAN BIDANG PENERAPAN STANDAR DAN AKREDITASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN RENCANA STRATEGIS KEDEPUTIAN BIDANG PENERAPAN STANDAR DAN AKREDITASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN 2015 2019 JAKARTA 2015 Kata Pengantar Dalam rangka melaksanakan amanat Undang-Undang No. 25 Tahun

Lebih terperinci

Renstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN

Renstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN 2015-2019 BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2015 Kata Pengantar Dalam rangka melaksanakan amanat Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

daftar isi Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Istilah Nilai-Nilai BSN Kata Pengantar Ringkasan Eksekutif

daftar isi Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Istilah Nilai-Nilai BSN Kata Pengantar Ringkasan Eksekutif iii iv daftar isi v vi vii viii ix x xii Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Istilah Nilai-Nilai BSN Kata Pengantar Ringkasan Eksekutif 1 BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 2 B. Tugas, Fungsi

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... Daftar Isi... BAB I PENDAHULUAN Kondisi Umum Potensi dan Permasalahan 6

Daftar Isi. Kata Pengantar... Daftar Isi... BAB I PENDAHULUAN Kondisi Umum Potensi dan Permasalahan 6 RENCANA STRATEGIS PUSAT AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI KEDEPUTIAN BIDANG PENERAPAN STANDAR DAN AKREDITASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN 2015 2019 JAKARTA 2015 Kata Pengantar Dalam rangka

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2016 DEPUTI BIDANG PENELITIAN DAN KERJASAMA STANDARDISASI

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2016 DEPUTI BIDANG PENELITIAN DAN KERJASAMA STANDARDISASI LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2016 DEPUTI BIDANG PENELITIAN DAN KERJASAMA STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2017 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN

Lebih terperinci

DEPUTI BIDANG PENELITIAN DAN KERJASAMA STANDARDISASI

DEPUTI BIDANG PENELITIAN DAN KERJASAMA STANDARDISASI LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PENELITIAN DAN KERJASAMA STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Sebagai salah satu unit eselon I BSN, Deputi

Lebih terperinci

BADAN STANDARDISASI NASIONAL RENCANA STRATEGIS DEPUTI BIDANG PENELITIAN DAN KERJASAMA STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN

BADAN STANDARDISASI NASIONAL RENCANA STRATEGIS DEPUTI BIDANG PENELITIAN DAN KERJASAMA STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN BADAN STANDARDISASI NASIONAL RENCANA STRATEGIS DEPUTI BIDANG PENELITIAN DAN KERJASAMA STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN 2015 2019 JAKARTA 2015 Kata Pengantar Dengan telah ditetapkannya Undang-Undang

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS PUSAT INFORMASI DAN DOKUMENTASI STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN

RENCANA STRATEGIS PUSAT INFORMASI DAN DOKUMENTASI STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN RENCANA STRATEGIS PUSAT INFORMASI DAN DOKUMENTASI STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN 2015-2019 BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2015 KATA PENGANTAR Rencana Strategis Pusat Informasi dan Dokumentasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Kondisi Umum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Kondisi Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Kondisi Umum Badan Standardisasi Nasional (BSN) merupakan Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang pertama kali dibentuk dengan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 13 Tahun 1997

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.732, 2015 BSN. Rencana Strategis. Tahun 2015-2019. PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA STRATEGIS BADAN STANDARDISASI NASIONAL

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2017 BIDANG LINGKUNGAN DAN SERBANEKA

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2017 BIDANG LINGKUNGAN DAN SERBANEKA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2017 BIDANG LINGKUNGAN DAN SERBANEKA PUSAT PERUMUSAN STANDAR BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2018 KATA PENGANTAR Laporan akuntabilitas kinerja merupakan wujud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG P emerintahan yang baik dan bersih dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) merupakan syarat mutlak bagi setiap penyelenggara negara untuk mewujudkan aspirasi masyarakat

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN STANDARDISASI. Revisi 1

RENCANA STRATEGIS PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN STANDARDISASI. Revisi 1 RENCANA STRATEGIS PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN STANDARDISASI Revisi 1 BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2016 RENCANA STRATEGIS PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL

Lebih terperinci

BIDANG KIMIA DAN PERTAMBANGAN

BIDANG KIMIA DAN PERTAMBANGAN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2017 BIDANG KIMIA DAN PERTAMBANGAN PUSAT PERUMUSAN STANDAR Badan Standardisasi Nasional 2018 RINGKASAN EKSEKUTIF Merujuk Renstra PPS tahun 2015-2019,

Lebih terperinci

Pedoman Standardisasi Nasional Nomor 301 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) secara Wajib

Pedoman Standardisasi Nasional Nomor 301 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) secara Wajib LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR : 1 TAHUN 20118.A/PER/BSN/2/2010 TANGGAL : 1 Februari 2011 Pedoman Standardisasi Nasional Nomor 301 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberlakuan

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Tahun 2014

Laporan Kinerja Tahun 2014 Laporan Kinerja Tahun 2014 Kedeputian Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi Badan Standardisasi Nasional Gd. BPPT I Lt. 9-14 Jl. MH. Thamrin, Jakarta Ikhtisar Eksekutif Laporan Kinerja Kedeputian Bidang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN STANDARDISASI NASIONAL. SNI. Pemberlakuan. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN STANDARDISASI NASIONAL. SNI. Pemberlakuan. Pedoman. No.105, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN STANDARDISASI NASIONAL. SNI. Pemberlakuan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN STANDARDISASI NASIONAL

Lebih terperinci

SISTEM STANDARDISASI NASIONAL

SISTEM STANDARDISASI NASIONAL SALINAN LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR : 3401/BSN-I/HK.71/11/2001 TANGGAL : 26 November 2001 SISTEM STANDARDISASI NASIONAL BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan

Lebih terperinci

BADAN STANDARDISASI NASIONAL

BADAN STANDARDISASI NASIONAL PERATURAN KEPALA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA STRATEGIS TAHUN 2015-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 19 ayat (2) Undang-Undang

Lebih terperinci

BADAN STANDARDISASI NASIONAL Jakarta, November 2013

BADAN STANDARDISASI NASIONAL Jakarta, November 2013 BADAN STANDARDISASI NASIONAL Jakarta, November 2013 latar belakang: INFRASTRUKTUR PASAR GLOBAL BIPM Ketertelusuran Pengukuran WTO; OIML Regulasi Penilaian Kesesuaian PASAR GLOBAL Akreditasi ILAC; IAF Standar

Lebih terperinci

Rencana Strategis SEKRETARIAT UTAMA

Rencana Strategis SEKRETARIAT UTAMA Rencana Strategis SEKRETARIAT 2015 - UTAMA 2019 RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT UTAMA BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN 2015-2019 SEKRETARIAT UTAMA BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2015 DAFTAR ISI Daftar Isi...

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pemerintah

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN STANDARDISASI MUTU EKSPOR DI INDONESIA DAN DINAMIKANYA TERHADAP EKSPOR PERIKANAN INDONESIA

BAB III KEBIJAKAN STANDARDISASI MUTU EKSPOR DI INDONESIA DAN DINAMIKANYA TERHADAP EKSPOR PERIKANAN INDONESIA BAB III KEBIJAKAN STANDARDISASI MUTU EKSPOR DI INDONESIA DAN DINAMIKANYA TERHADAP EKSPOR PERIKANAN INDONESIA Telah disinggung pada bab sebelumnya bahwa kebijakan standardisasi akan menuntut kesungguhan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Pemerintah Negara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa dalam rangka mendukung peningkatan produktivitas, daya guna produksi,

Lebih terperinci

2 Mengingat penyelenggaraan kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, hur

2 Mengingat penyelenggaraan kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, hur LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.216, 2014 PERDAGANGAN. Standardisasi. Penilaian Kesesuaian Perumusan. Pemberlakuan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5584) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BIDANG MEKANIKA, ELEKTRONIKA DAN KONSTRUKSI

BIDANG MEKANIKA, ELEKTRONIKA DAN KONSTRUKSI LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2017 BIDANG MEKANIKA, ELEKTRONIKA DAN KONSTRUKSI PUSAT PERUMUSAN STANDAR Badan Standardisasi Nasional 2018 RINGKASAN EKSEKUTIF Merujuk Renstra Pusat

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN STANDAR NASIONAL INDONESIA DALAM MENDUKUNG PRODUK UNGGULAN DAERAH SULAWESI SELATAN

PENGEMBANGAN STANDAR NASIONAL INDONESIA DALAM MENDUKUNG PRODUK UNGGULAN DAERAH SULAWESI SELATAN PENGEMBANGAN STANDAR NASIONAL INDONESIA DALAM MENDUKUNG PRODUK UNGGULAN DAERAH SULAWESI SELATAN Dr. Dra. Zakiyah, MM Kepala Pusat Perumusan Standar-BSN Makassar, 25 Oktober 2017 OUTLINE SEJARAH STANDARDISASI

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS KEDEPUTIAN BIDANG INFORMASI DAN PEMASYARAKATAN STANDARDISASI

RENCANA STRATEGIS KEDEPUTIAN BIDANG INFORMASI DAN PEMASYARAKATAN STANDARDISASI RENCANA STRATEGIS 2015-2019 KEDEPUTIAN BIDANG INFORMASI DAN PEMASYARAKATAN STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL JAKARTA 2015 DAFTAR ISI DAFTAR ISI ii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Kondisi Umum 1 1.2 Potensi

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 KEDEPUTIAN BIDANG PENELITIAN DAN KERJASAMA STANDARDISASI

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 KEDEPUTIAN BIDANG PENELITIAN DAN KERJASAMA STANDARDISASI Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 KEDEPUTIAN BIDANG PENELITIAN DAN KERJASAMA STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2015 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

Lebih terperinci

- 2 - Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:

- 2 - Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN: - 2 - Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN: Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN. BAB I

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 199, 2000 BADAN STANDARISASI. Standarisasi Nasional. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, - 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung peningkatan produktivitas, daya

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 58/Permentan/OT.140/8/ TENTANG PELAKSANAAN SISTEM STANDARDISASI NASIONAL DI BIDANG PERTANIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 58/Permentan/OT.140/8/ TENTANG PELAKSANAAN SISTEM STANDARDISASI NASIONAL DI BIDANG PERTANIAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 58/Permentan/OT.140/8/2007................... TENTANG PELAKSANAAN SISTEM STANDARDISASI NASIONAL DI BIDANG PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

BIDANG PERTANIAN, PANGAN DAN KESEHATAN

BIDANG PERTANIAN, PANGAN DAN KESEHATAN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2017 BIDANG PERTANIAN, PANGAN DAN KESEHATAN PUSAT PERUMUSAN STANDAR - BSN Badan Standardisasi Nasional 2018 RINGKASAN EKSEKUTIF Merujuk Renstra

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIDANG SISTEM KOMUNIKASI DATA DAN JARINGAN INFORMASI STANDARDISASI TAHUN ANGGARAN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIDANG SISTEM KOMUNIKASI DATA DAN JARINGAN INFORMASI STANDARDISASI TAHUN ANGGARAN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIDANG SISTEM KOMUNIKASI DATA DAN JARINGAN INFORMASI STANDARDISASI TAHUN ANGGARAN 2016 BADAN STANDARDISASI NASIONAL JAKARTA 2017 KATA PENGANTAR Puji dan

Lebih terperinci

SISTEM STANDARDISASI NASIONAL (SSN)

SISTEM STANDARDISASI NASIONAL (SSN) SISTEM STANDARDISASI NASIONAL (SSN) 1 SISTEM STANDARDISASI NASIONAL 1. Tatanan jaringan sarana dan kegiatan standarisasi yang serasi, selaras dan terpadu serta berwawasan nasional. 2. Merupakan dasar dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 122 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan di dalam bab-bab sebelumnya mengenai pengaturan pengaturan technical barrier to trade sebagai salah satu perjanjian

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG S etiap instansi Pemerintah mempunyai kewajiban menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) atau Laporan Kinerja pada akhir periode anggaran.

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS PUSAT PERUMUSAN STANDAR

RENCANA STRATEGIS PUSAT PERUMUSAN STANDAR BADAN STANDARDISASI NASIONAL RENCANA STRATEGIS PUSAT PERUMUSAN STANDAR KEDEPUTIAN BIDANG PENELITIAN DAN KERJASAMA STANDARDISASI - BSN 2015 2019 JAKARTA 2015 Daftar isi Daftar isi... i Kata Pengantar...ii

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat :

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat : BAB I PENDAHULUAN I.1 KONDISI UMUM ORGANISASI B agian Hukum dibentuk berdasarkan Keputusan Kepala BSN Nomor 965/BSN-I/HK.35/05/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Standardisasi Nasional. Bagian

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan Departemen perdagangan adalah departemen dalam pemerintahan indonesia yang membidangi urusan perdagangan. Departemen perdagangan dipimpin oleh

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Pusat Sistem Penerapan Standar Badan Standardisasi Nasional. Gedung BPPT I, Lantai 10 Jl. MH. Thamrin, No.

Laporan Kinerja Pusat Sistem Penerapan Standar Badan Standardisasi Nasional. Gedung BPPT I, Lantai 10 Jl. MH. Thamrin, No. Laporan Kinerja 2014 Pusat Sistem Penerapan Standar Badan Standardisasi Nasional Gedung BPPT I, Lantai 10 Jl. MH. Thamrin, No. 8, Jakarta Pusat Ikhtisar Eksekutif Penyusunan Laporan Kinerja Pusat Sistem

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G STANDARDISASI, PEMBINAAN DAN PENGAWASAN STANDAR NASIONAL INDONESIA BIDANG INDUSTRI MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif. vii

Ikhtisar Eksekutif. vii Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat (stakeholders) dalam menjalankan visi dan misi

Lebih terperinci

2 global sebagai sarana peningkatan kemampuan ekonomi bangsa Indonesia. Untuk melindungi kepentingan negara dalam menghadapi era globalisasi tersebut

2 global sebagai sarana peningkatan kemampuan ekonomi bangsa Indonesia. Untuk melindungi kepentingan negara dalam menghadapi era globalisasi tersebut TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERDAGANGAN. Standardisasi. Penilaian Kesesuaian Perumusan. Pemberlakuan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

legal opinion Subbagian Analisa dan Bantuan Hukum Biro Hukum, Organisasi dan Humas

legal opinion Subbagian Analisa dan Bantuan Hukum Biro Hukum, Organisasi dan Humas legal opinion Subbagian Analisa dan Bantuan Hukum Biro Hukum, Organisasi dan Humas Semester 2 Tahun Identifikasi Penataan Peraturan Kepala dengan Peraturan Perundang-undangan Lain 1. Latar Belakang Peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA MESIN PENGHANCUR (CRUSHER) BAHAN BAKU PUPUK ORGANIK - SYARAT MUTU DAN CARA UJI SECARA WAJIB DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maksud dari penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Bidang Dokumentasi dan Perpustakaan - BSN ini adalah sebagai pertanggungjawaban kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG P emerintahan yang baik dan bersih dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) merupakan syarat mutlak bagi setiap penyelenggara negara untuk mewujudkan aspirasi masyarakat

Lebih terperinci

PUSAT PERUMUSAN STANDAR - BSN

PUSAT PERUMUSAN STANDAR - BSN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 PUSAT PERUMUSAN STANDAR - BSN Badan Standardisasi Nasional 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Merujuk Renstra PPS tahun 2015 2019, maka untuk mewujudkan

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Pusat Sistem Penerapan Standar Badan Standardisasi Nasional. Gedung I BPPT, Lantai 10 Jl. MH. Thamrin, No.

Laporan Kinerja Pusat Sistem Penerapan Standar Badan Standardisasi Nasional. Gedung I BPPT, Lantai 10 Jl. MH. Thamrin, No. Laporan Kinerja 2015 Pusat Sistem Penerapan Standar Badan Standardisasi Nasional Gedung I BPPT, Lantai 10 Jl. MH. Thamrin, No. 8, Jakarta Pusat Ringkasan Eksekutif Penyusunan Laporan Kinerja Pusat Sistem

Lebih terperinci

legal opinion Subbagian Analisa dan Bantuan Hukum Biro Hukum, Organisasi dan Humas

legal opinion Subbagian Analisa dan Bantuan Hukum Biro Hukum, Organisasi dan Humas legal opinion Subbagian Analisa dan Bantuan Hukum Biro Hukum, Organisasi dan Humas Semester 1 Tahun 2015 Identifikasi Penataan Peraturan Kepala dengan Peraturan Perundang-undangan Lain 1. Latar Belakang

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

Pengembangan SNI. Y Kristianto Widiwardono Pusat Perumusan Standar-BSN

Pengembangan SNI. Y Kristianto Widiwardono Pusat Perumusan Standar-BSN Pengembangan SNI Y Kristianto Widiwardono Pusat Perumusan Standar-BSN Struktur organisasi BSN Kepala Badan Standardisasi Nasional Sekretaris Utama Inspektorat Sekretariat Unit Nasional Korpri BSN Biro

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Tahun 2015

Laporan Kinerja Tahun 2015 Laporan Kinerja Tahun 2015 Kedeputian Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi Badan Standardisasi Nasional Gedung I. BPPT Lantai. 9-14 Jl. MH. Thamrin, Jakarta Ikhtisar Eksekutif Laporan Kinerja Kedeputian

Lebih terperinci

PUSAT PERUMUSAN STANDAR - BSN

PUSAT PERUMUSAN STANDAR - BSN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2016 PUSAT PERUMUSAN STANDAR - BSN Badan Standardisasi Nasional 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Merujuk Renstra PPS tahun 2015-2019, maka untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB III STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) 3.1 Peraturan Perundang Undangan Standar Nasional Indonesia (SNI)

BAB III STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) 3.1 Peraturan Perundang Undangan Standar Nasional Indonesia (SNI) BAB III STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) 3.1 Peraturan Perundang Undangan Standar Nasional Indonesia (SNI) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN

Lebih terperinci

BIDANG MEKANIKA, ELEKTROTEKNIKA DAN KONSTRUKSI

BIDANG MEKANIKA, ELEKTROTEKNIKA DAN KONSTRUKSI LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2016 BIDANG MEKANIKA, ELEKTROTEKNIKA DAN KONSTRUKSI PUSAT PERUMUSAN STANDAR Badan Standardisasi Nasional 2017 RINGKASAN EKSEKUTIF Merujuk Renstra

Lebih terperinci

Laporan Kinerja (LKj) Eselon II Tahun 2017

Laporan Kinerja (LKj) Eselon II Tahun 2017 Laporan Kinerja (LKj) Eselon II Tahun 2017 Pusat Akreditasi Laboratorium dan Lembaga Inspeksi Badan Standardisasi Nasional Gedung Menara Thamrin Lantai 11 Jl. M. H. Thamrin Kav. 3 Jakarta Pusat 10340 Indonesia

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif. Kata Pengantar

Ringkasan Eksekutif. Kata Pengantar Ringkasan Eksekutif Penyusunan Laporan Kinerja Pusat Sistem Penerapan Standar Tahun 2016, pada hakekatnya merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang diamanatkan selama tahun

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN I. UMUM Untuk mencapai tujuan dibentuknya Pemerintah Negara Republik Indonesia yang diamanatkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G STANDARDISASI, PEMBINAAN DAN PENGAWASAN STANDAR NASIONAL INDONESIA BIDANG INDUSTRI MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK

Lebih terperinci

PEMBINAAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH MELALUI PENERAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Selatan

PEMBINAAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH MELALUI PENERAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Selatan 2014 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PEMBINAAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH MELALUI PENERAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi

Lebih terperinci

K A T A P E N G A N T A R

K A T A P E N G A N T A R K A T A P E N G A N T A R Puji Syukur ke hadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga Bagian Keuangan dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Bagian

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1 Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (Ditjen P2HP), melalui Keputusan Direktur Jenderal P2HP Nomor KEP.70/DJ-P2HP/2010 tanggal 17

Lebih terperinci

BADAN STANDARDISASI NASIONAL

BADAN STANDARDISASI NASIONAL LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PUSAT PENDIDIKAN DAN PEMASYARAKATAN STANDARDISASI TAHUN ANGGARAN 2014 BADAN STANDARDISASI NASIONAL JAKARTA 2015 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan

Lebih terperinci

Kelembagaan Metrologi Nasional. - Jakarta, 20 Oktober 2016

Kelembagaan Metrologi Nasional. - Jakarta, 20 Oktober 2016 Kelembagaan Metrologi Nasional donny@bsn.go.id - Jakarta, 20 Oktober 2016 1 Perjalanan Sejarah Lembaga Pengelola Standar Nasional Satuan Ukuran (SNSU) di Indonesia Stichting Fonds voor de Normalisatie

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) KACA UNTUK BANGUNAN BLOK KACA SPESIFIKASI DAN METODA UJI SECARA WAJIB DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2018 Kepala Biro Perencanaan, Keuangan dan Tata Usaha Badan Standardisasi Nasional. M.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2018 Kepala Biro Perencanaan, Keuangan dan Tata Usaha Badan Standardisasi Nasional. M. KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Biro Perencanaan, Keuangan dan Tata Usaha (Biro PKT) Badan Standardisasi Nasional (BSN) merupakan perwujudan pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian visi dan misi Biro

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA (LKj) BSN 2016 PUSAT AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI

LAPORAN KINERJA (LKj) BSN 2016 PUSAT AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI LAPORAN KINERJA (LKj) BSN 2016 PUSAT AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI Januari 2017 KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Pusat Akreditasi Laboratorium dan Lembaga Inspeksi (PALLI), Kedeputian Bidang

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI

LAPORAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI LAPORAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI 2017 KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Badan Pusat Statistik Kota Cimahi ini dibuat berdasarkan Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) CERMIN KACA LEMBARAN BERLAPIS PERAK SECARA WAJIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N 1 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Arah kebijakan Inspektorat Kabupaten Bandung adalah Pembangunan Budaya Organisasi Pemerintah yang bersih, akuntabel, efektif dan Profesional dan Peningkatan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) KOMPOR GAS TEKANAN RENDAH JENIS DUA DAN TIGA TUNGKU DENGAN SISTEM PEMANTIK SECARA WAJIB DENGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEINDUSTRIAN. SNI. Industri.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEINDUSTRIAN. SNI. Industri. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.308, 2009 DEPARTEMEN PEINDUSTRIAN. SNI. Industri. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 86/M-IND/PER/9/2009 TENTANG STANDAR NASIONAL INDONESIA BIDANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA ALAT PEMELIHARAAN TANAMAN SPRAYER GENDONG SEMI OTOMATIS SYARAT MUTU DAN METODE UJI SECARA WAJIB

Lebih terperinci

REKOMENDASI TEMU KOMITE TEKNIS 2017

REKOMENDASI TEMU KOMITE TEKNIS 2017 REKOMENDASI TEMU KOMITE TEKNIS 2017 Rekomendasi Penguatan Pengembangan Standar Jangka Menengah (5 Tahun) 2 1. Forum koordinasi penggalangan umpan balik dari pemangku kepentingan dalam pengembangan SNI

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.491, 2015 KEMENKOMINFO. Akuntabilitas Kinerja. Pemerintah. Sistem. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I A. Latar Belakang Tahun 2015 merupakan tahun pertama dalam pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015 2019. Periode ini ditandai dengan fokus pembangunan pada pemantapan

Lebih terperinci

2011, No Pedoman Standardisasi Nasional tentang panduan keberterimaan regulasi teknis, standar dan prosedur penilaian kesesuaian untuk produk pe

2011, No Pedoman Standardisasi Nasional tentang panduan keberterimaan regulasi teknis, standar dan prosedur penilaian kesesuaian untuk produk pe BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.106, 2011 BADAN STANDARDISASI NASIONAL. Pedoman Standardinasi Nasional. PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI 2015-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Rencana strategis (Renstra) 2015 2019 Biro Hukum dan Organisasi

Lebih terperinci

BADAN STANDARDISASI NASIONAL PERATURAN KERALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL N0M0R3TAHUN 2017 TENTANG

BADAN STANDARDISASI NASIONAL PERATURAN KERALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL N0M0R3TAHUN 2017 TENTANG Salinan BADAN STANDARDISASI NASIONAL PERATURAN KERALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL N0M0R3TAHUN 2017 TENTANG KOMITE NASIONAL PENANGANAN HAMBATAN TEKNIS PERDAGANGAN DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.216, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Pemberlakuan. SNI. Produk Melamin. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/M-IND/PER/2/2012 TENTANG PEMBERLAKUAN

Lebih terperinci

Yuuk..belajar lagi!!!

Yuuk..belajar lagi!!! Yuuk..belajar lagi!!! SUB SISTEM PENERAPAN STANDAR 1. Mendukung terwujudnya jaminan mutu barang, jasa, proses, sistem atau personil sehingga memberi kepercayaan pelanggan 2. menjamin peningkatan produktivitas,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.227, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. Pupuk Anorganik Majemuk. SNI. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/M-IND/PER/2/2014 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR

Lebih terperinci

BSN) BADAN STANDARDISASI NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR : 07/KEP/BSN/2/2013

BSN) BADAN STANDARDISASI NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR : 07/KEP/BSN/2/2013 BSN) PERATURAN KEPALA NOMOR : 07/KEP/BSN/2/2013 TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA KEPALA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 3 dan Pasal 4 Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1997 TENTANG BADAN STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1997 TENTANG BADAN STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1997 TENTANG BADAN STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sejalan dengan tahap perkembangan kemampuan nasional di bidang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.153, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Pemberlakuan. SNI. Regulator. LPG. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/M-IND/PER/1/2012 TENTANG PEMBERLAKUAN

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BIRO PERENCANAAN, KEUANGAN DAN TATA USAHA TAHUN

RENCANA STRATEGIS BIRO PERENCANAAN, KEUANGAN DAN TATA USAHA TAHUN RENCANA STRATEGIS BIRO PERENCANAAN, KEUANGAN DAN TATA USAHA TAHUN 2015-2019 N W E S RENCANA STRATEGIS TAHUN 2015-2019 BIRO PERENCANAAN, KEUANGAN DAN TATA USAHA - BSN BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2015 DAFTAR

Lebih terperinci

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT 2015 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2014 Nomor : LAP-3/IPT/2/2015 Tanggal :

Lebih terperinci

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015 BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015 Jl. Angkasa I No. 2 Kemayoran, Jakarta 10720 Phone : (62 21) 65866230, 65866231, Fax : (62

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BIRO PERENCANAAN, KEUANGAN DAN TATA USAHA - BSN BADAN STANDARDISASI NASIONAL

LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BIRO PERENCANAAN, KEUANGAN DAN TATA USAHA - BSN BADAN STANDARDISASI NASIONAL LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BIRO PERENCANAAN, KEUANGAN DAN TATA USAHA - BSN BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2017 DAFTAR ISI Halaman Sampul... ii Daftar Isi.... iii Kata Pengantar. iv Ringkasan Eksekutif. v

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG BADAN STANDARDISASI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG BADAN STANDARDISASI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG BADAN STANDARDISASI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.691, 2014 BSN. Standardisasi Nasional. Tahun 2015-2025. Strategi. PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI STANDARDISASI NASIONAL

Lebih terperinci