PERSIAPAN, PROSEDUR DAN ALAT-ALAT BEDAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERSIAPAN, PROSEDUR DAN ALAT-ALAT BEDAH"

Transkripsi

1 PERSIAPAN, PROSEDUR DAN ALAT-ALAT BEDAH Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Mata Kuliah KMB II Disusun oleh : Vinda Astri Permatasari P KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA JURUSAN KEPERAWATAN 2014

2 FIBRO ADENOMA MAMMAE (FAM) A. PENGERTIAN FIBRO ADENOMA MAMMAE (FAM) Fibro adenoma mammae adalah tumor jinak dari kelenjar dan jaringan ikat pada payudara. FAM yang tumbuh dipayudara akan teraba sebagai benjolan bulat yang memiliki batas tegas. Fibro adenoma mammae (FAM) mudah digerakan (mobile), konsistensi padat dan kenyal, kadangkadang terasa nyeri bila ditekan. B. PENATALAKSANAAN PEMBEDAHAN FAM Sebelum pembedahan atau operasi dimulai, Instrumentator yang handal telah menyiapkan segala kebutuhan operasi. Seperti, menata instrumen dengan benar dan menyediakan kebutuhan operasi, sebagai berikut: 1. Persiapan Instrumen Bedah a. Clamp lurus kecil 2 buah b. Clamp bengkok kecil 2 buah c. Clamp bengkok sedang 2 buah d. Allys 1 buah e. Needle holder 2 buah f. Towel clips 4 buah g. Tangkai pisau No. 20 atau 22 1 buah h. Gunting jaringan 1 buah i. Gunting benang 1 buah j. Hak atau Eyelide 2 buah k. Nierbeken 1 buah l. Kom betadine 1 buah m. Desinfektan forcep 1 buah 2. Cara Kerja atau Teknik Pembedahan FAM a. Anestesi atau pembiusan

3 b. Atur posisi pasien telentang dengan punggung diganjal sama botol cairan infus agar payudara atau lokasi FAM membumbung ke depan. c. Tandai lokasi sayatan dengan spidol atau pulpen d. Team work cuci tangan e. Pasang jas operasi dan sarung tangan sesuai protap f. Lokasi FAM di disinfeksi secara melingkar dengan betadine g. Tutupi seluruh tubuh pasien dengan kain steril, pasang duk besar dan duk kecil sehingga yang tampak lokasi yang akan disayat atau lokasi FAM h. Bersihkan sisa betadine yang menempel di kulit dengan alkohol i. Sebelum penyayatan dimulai, uji efek anestesi dengan pinset chirurgi, jika rasa nyeri telah hilang, penyayatan siap dilakukan. j. Gunakan pisau no k. Kendalikan perdarahan dengan dram qaas dan jepit ujung pembuluh darah yang terputus dengan clamp bengkok, kemudian bisa digunakan elektrik cauter untuk koagulasi atau ikat ujung pembuluh darah dengan benang silk 2/0 atau plain 2/0. l. Kuak lokasi sayatan dengan Eyelide (mengangakan daerah subkutis, sehingga terlihat FAM yang akan diangkat) m. Fiksasi FAM dengan Allys n. Bebaskan FAM dari jaringan sekitar dengan gunting atau dengan elektrik cauter, sewaktu pembebasan dengan gunting, Allys berfungsi untuk mengangkat FAM yang telah terfiksasi. o. Setelah FAM dibebaskan dan terangkat dari sarangnya, jika ada perdarahan hentikan dengan kiat pada poin ke 11 diatas p. Jahit jaringan bekas FAM dengan benang cromich 2/0 q. Jika diperlukan, pasang drain untuk mengontrol perdarahan r. Jahit sub kutis dengan plain 2/0

4 s. Jahit kutis atau kulit dengan teknik subkutikuler menggunakan benang plain 4/0 atau vicril 4/0 atau dengan premilene 4/0 cutting non atraumatik. t. Setelah luka terjahit dengan rapi sampai ke kulit, maka bekas luka ditutup dengan qaas tambah betadine dan di fiksasi dengan plester. u. Pasien dirapikan dan dirawat di recovery room

5 SECTIO CAESAREA A. PENGERTIAN SECTIO CAESAREA Suatu tindakan instrumentasi untuk membantu persalinan (persalinan buatan) dengan cara janin dilahirkan melalui insisi dinding perut dan dinding rahim dimana berat janin diatas 500 gram B. INDIKASI a. Klien dengan kehamilan post date b. Klien dengan panggul sempit c. Klien dengan pre eklamsia d. Klien dengan plasenta previa totalis e. Klien dengan kehamilan primitua f. Klien dengan arrest dilatation C. PERSIAPAN OPERASI 1. Persiapan alat a. Alat tidak steril terdiri dari : 1) Alas meja dan meja operasi 2) Mesin suction 3) Mesin diathermi 4) Lampu operasi 5) Standar infus 6) Tempat sampah b. Set alat steril 1) Washing dan Dressing Forcep (desinfeksi klem) 1 buah 2) Towel Clems (Doek klems) 5 buah 3) Dissecting Forcep (pinset anatomis) 3 buah 4) Tissue Forcep (pinset anatomis) 3 buah 5) Scalp Blade dan Handle (hand fat mess) 1 buah

6 6) Delicate Hemostatic Forceps pean (mosquito klem pean bengkok kecil) 6 buah 7) Delicate Hemostatic Forceps pean (mosquito klem pean bengkok tanggung) 8) Retractor Us Army (Langeenbeck) 2 buah 9) Delicate Hemostatic Forceps Kocher (klem kokher) 2 buah 10) Metzenboum Scissor (gunting metzenboum) 1 buah 11) Surgical Scissor (gunting jaringan kasar bengkok) 1 buah 12) Surgical Scissor (gunting benang lurus) 1 buah 13) Needle Holder (nald foeder) 2 buah 14) Surgical Needle : round body, taper, cutting 15) Polypus and Ovum Forceps (Ring Klem) 6 buah 16) Mikulicz (Peritonium Klem) 4 buah 17) Abdominal retractors Fritsch (Haak berdaun dalam) 2 buah 18) Retractors kokher (Haak tajam gigi 4) 2 buah 19) Canule Suction (ujung suction) 1 buah c. Persiapan linen steril 1) Meja operasi 2) Duk Besar 8 3) Duk Kecil 6 4) Sarung meja mayo 1 5) Schort 6 6) Selang suction 1 7) Kabel Couter 1 8) Bengkok + kom ) Perlak karet + handuk kecil d. Bahan Habis Pakai 1) Paragon Mess ) Handschoen 6,5/7/7,5/8 4/4/4/4 3) Cairan Normal Saline 0,9% 1 flash 4) Catgut plain 0/1/0-2/0-3 1/1/1/1

7 5) Catgut chromic 2/1/0 3/3/2 6) Vicryl 0/safil 1 1/1 7) Monosyn 3-0/vicryl rapid 3-0 1/1 2. Persiapan pasien a. Puasa b. Menanggalkan semua perhiasan dan gigi palsu c. Personal hygiene d. Informed consent e. Persiapan psikologi 3. Prosedur a. Tim bedah cuci tangan b. Tim memakai jas operasi, sarung tangan c. Perawat mengatur posisi klien terlentang d. Berikan antiseptik untuk desinfeksi e. Pasang draping untuk mempersempit area pembedahan f. Pasang slang suction, kabel diathermi g. Perawat siap membacakan identitas, diagnosa tindakan yang akan dilakukan. h. Berikan handlemess no: 3 dan mess:20 untuk insisi kulit sampai lemak. i. Berikan arteri vanpean dan kabel diatermi untu merawat perdarahan. j. Berikan handlemess no: 3 dan mess:20 ke operator dan 2 cokker untuk asisten untuk insisi vasia. k. Berikan gunting metzenboum pada operator dan pinset cirurrgi, berikan richardson kepada asisten untuk memperluas insisi vasia. l. Berikan pinset anatomis ke operator untuk membuka otot secara tumpul m. Berikan pinset anatomis dan gunting metzenbourm untuk membuka peritoneum n. Berikan 4 peritoneum klem untuk memegang atas,bawah, kanan, kiri peritoneum.

8 o. Berikan deaver retractor untuk membuka rongga perut. p. Berikan kassa besar untuk melindungi usus q. Berikan metzenboum dan pinset anatomis pada operator untuk membuka segmen bawah rahim. r. Berikan arteri klem vanpean untuk memegang blader flap s. Berikan handlemess no:3 dan mess No:20 untuk insisi segmen bawah rahim. (Bayi keluar) t. Berikan suction untuk menyedot perdarahan u. Berikan 2 arteri klem vanpean dan gunting untuk memotong tali pusat. v. Berkan 4 ring klem untuk memegang insisi segmen bawah rahim w. Berikan bengkok untk tempat plasenta x. Berikan kassa besar untuk membersihkan uterus dari sisa-sisa plasenta y. Berikan hacting set dengan benang cromic no:2 untuk menjahit sudut kanan dan kiri insisi uterus. z. Berikan arteri klem vanpean untuk memegang benang aa. Berikan hacting set dengan benang cromic no:2 untuk menjahit endometrium dan myometri. bb. Berikan hacting set dengan benang plain no:00 untuk menjahit perimetrium. cc. (Evaluasi perdarahan), jika masih terjadi perdarahan perawat menyiapkan jahitan. dd. Menghitung dan mengeluarkan kassa besar. ee. Berikan cairan NaCl 0,9 % (bila perlu) untuk mencuci intra abdoment. ff. Berikan hacting set dengan benang plain no:1 untuk menjahit peritoneum gg. Berikan hacting set dengan benang plain no:00 untuk menjahit otot hh. Berikan hacting set dengan benang cromic no:2 atau vicril no:0 untuk menjahit vasia ii. Berikan hacting set dengan benang plain no:000 atau no:00 untuk menjahit lemak jj. Berikan hacting set dengan benang zeide no:000 atau no:00 atau prolin no:000 untuk menjahit kulit

9 kk. Berikan kasa basah kepada asisten untuk membersihkan darah dan sisa antiseptic ll. Berikan kasa steril dan desinfektan untuk menutup luka operasi. mm. Operasi selesai

10 ORIF (OPEN REDUCTION AND INTERNAL FIXATION) A. PENGERTIAN ORIF (OPEN REDUCTION AND INTERNAL FIXATION) B. TUJUAN TINDAKAN OPERASI Tujuan dari operasi ORIF untuk mempertahankan posisi fragmen tulang agar tetap menyatu dan tidak mengalami pergeseran. Internal fiksasi ini berupa Intra Medullary Nail biasanya digunakan untuk fraktur tulang panjang dengan tipe fraktur tranvers C. PERSIAPAN PERIOPERATIVE 1. Keadaan pre operasi : a. Klien menjalani program puasa 6 jam sebelum operasi dimulai. b. Jenis Anestesi : General anestesi : Face mask c. Premedikasi yang diberikan : Muscle relaxan : Atracurium d. Induksi Anestesi : Untuk induksi digunakan Propofol 80 mg I.V secara pelan e. Anestesi inhalasi : O2, Halothane f. Rumatan : RL digrojog g. Posisi anastesi : Terlentang 2. Persiapan dan prosedur di Ruang OK a. Persiapan alat dan Ruangan 1) Alat tidak steril : Lampu operasi, Cuter unit, Meja operasi, Suction, Hepafik, Gunting 2) Alat Steril : Duk besar (3), Baju operasi (4), Selang suction steril, Selang cuter Steril,side 2/0, plain 2/0, berbagai macam ukuran jarum b. Set ORIF : 1) Koker panjang 2 2) Klem bengkok 6 3) Bengkok panjang 1 4) Pinset cirugis 2 5) Gunting jaringan 1 6) Kom 2

11 7) Bisturi 1 8) Hand mest 9) Platina 1 set 10) Kassa steril 11) Gunting benang 2 12) Penjepit kasa 1 13) Bor 1 14) Hak Pacul 1 15) Hak Sedang 1 16) Hak Duk 3 D. PROSEDUR OPERASI 1. Pasien sudah teranastesi GA 2. Tim bedah melakukan cuci tangan (Scrub) 3. Tim bedah telah memakai baju operasi (Gloving) 4. Lakukan disinfeksi pada area yang akan dilakukan sayatan dengan arah dari dalam keluar, alkohol 2x, betadine 2x 5. Pasang duk pada area yang telah di disinfeksi (Drapping) 6. Hidupkan cuter unit 7. Lakukan sayatan dengan hand mest dengan arah paramedian 8. Robek subkutis dengan menggunakan cuter hingga terlihat tulang yang fraktur 9. Lakukan pengeboran pada tulang 10. Pasang platina 11. Lakukan pembersihan bagian yang kotor dengan cairan NaCl 12. Jahit subkutis dengan plain 2/0 13. Jahit bagian kulit dengan side 2/0 14. Tutup luka dengan kassa betadine, setelah itu diberi hepafik

12 APPENDIKTOMI A. PENGERTIAN APPENDIKTOMI Appendiktomi adalah pembedahan untuk mengangkat appendiks dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. B. PERSIAPAN OPERASI APPENDIKTOMI 1. Persiapan Perawat a. Operator, perawat instrument, dan asisten operator melakukan cuci tangan dengan air mengalir, hibiscrub, dan disikat selama 3-5 menit. b. Menggunakan gown steril yang sudah disiapkan oleh circulating nurse. c. Memakai gloving (sarung tangan) dbantu perawat instrument. d. Circulating nurse membuka pembungkus instrument dengan tidak menyentuh bagian yang steril dan diterima oleh scrub nurse e. Memasang slop meja mayo, serta perlak dan dialasi dengan duk steril. f. Memasang mes, dan kanul suction g. Menyiapkan beatidine 10% dan alkohol 70% di dalam kom dibantu circulating nurse. h. Setelah itu mendesinfeksi dan drapping (memasang duk steril) i. Mendekatkan meja instrument atau mayo j. Menyambung dan memfiksasi selang suction, elektrik couter. k. Instrument operasi dan scrub nurse telah siap. 2. Persiapan Bahan Alat Habis Pakai a. AMHP dan AMBHP Bedah 1) Alkohol 70% 2) Mess no. 20 3) Hipavix 4) Silk no. 3/0 5) Plain no. 0 6) Betadine 10% 7) Sarung tangan 8) Kassa depers

13 9) Dermalon no. 3/0 10) Botol kecil 11) NaCL 12) Sufratulle 13) SILK no. 2/0 14) Chromic no. 0 15) Formalin b. AMPH anestesi 1) Tranfusi set 2) Abocath no. 18 3) EKG Elektroda 4) N2O 5) Spinal needle 6) Sevorane 7) O2 8) Cairan RL 9) Cairan infus 10) Lidodex 11) Tri way 12) Spuit 3cc, 5cc, 10cc 13) ET no. 7 14) N2O 15) Lidocain 16) Obat pre medikasi, indikasi dan lain-lain sesuai kebutuhan 3. Persiapan Instrumen a. Alat 1) Duk klem 5 buah 2) Pinset cirurgis 2 buah 3) Pinset anatomis 2 buah 4) Gunting jaringan 1 buah 5) Gunting benang 1 buah 6) Pean 10 buah 7) Kocher 4 buah 8) Steel deep 2 buah

14 9) Ovarium klem 1 buah 10) Needledoft 2 buah 11) Langen beck 2 buah 12) Needle holder 3 buah 13) Klem ellis 1 buah 14) Kom 2 buah 15) Bengkok 1 buah 16) Scapel mess no.4 1 buah b. Linen operasi 1) Baju operasi 3 buah 2) Duk steril 5 buah 3) Duk besar lubang 1 buah 4) Slup meja 1 buah 5) Perlak 1 buah c. Ruang operasi 1) Lampu penerangan ruangan 2) Lampu operasi 3) Meja operasi 4) Suction 5) Elektro cauter dan negative plat 6) Mesin anestesi 7) Tempat sampah infeksius 8) Tempat sampah medic tajam 9) Tempat instrument kotor (habis pakai) 10) Bak beisi desinfektan (saflon) untuk merendam instrument setelah operasi 11) Ember tertutup tempat linen kotor 4. Persiapan pasien Pasien ditidurkan dalam posisi supinasi yang selanjutnya dilakuakan anestesi (GA atau RA) dan dilakukan pemasangan monitor (EKG), pada kaki kanan atau kiri pasien dipasang negatif plat, pakaian dan selimut pasien diambil untuk dilakuakn tidakan septik aseptik. C. PROSEDUR OPERASI

15 a. Dilakukan desinfeksi di daerah yang akan dilakuakan incisi b. Densinfeksi yang prtama menggunakan kassa alkohol 70% dengan cara mengolesakan dari titik dalam ke luar atau secara seculer dan dilakukan berulang-ulang. c. Kemudian desinfeksi menggunakan betadin 10% denagn cara seperti pada no. b d. Dilakukan drapping pada daerah pubis sampai menutupi daerah menutupi ekstermitas bawah e. Drapping kedua dari abdomen atas sampai menutupi bagian ekstermitas atas f. Drapping ketiga pada daerah abdomen bagian samping kanan, dan bagian sudut dipasang duk klem. g. Drapping keempat padadaerah abdomen bagian samping kiri dan bagian sudutnya dipasang duk klem. h. Drapping terakhir yaitu menggunakan duk lubang besar yang menutupi seluruh tubuh pasien kecuali bagian yang mau dioperasi i. Sebelum dilakuakan operasi operator memimpin doa j. Operasi dimulai dengan incisi melalui titik Mc. Burney searah garis layer 4-5 cm k. Mengatasi perdarahan dengan cara diklem menggunakan pean dan dicauter. l. Insisi diperdalam lapis demi lapis sampai fasia m. Setelah sampai fasia incisi diperdalam sampa otot dan peritonium n. Sampai peritonium lalu dibuka dengan menggunakan gunting jaringan, dan ambil steel depper cari apendik o. Bila posisi apendik di retro cecal, terlebih dahulu dibebaskan menggunakan klem dan digunting selanjutnya dijahit ikat dengan silk 2/0 p. Setelah apendik terbebas dilakukan tindakan apendiktomi q. Dilakukan control perdarahan dengan steel depper. Steel depper yang dipakai di dalam abdomen yang berhubungan dengan usus dipakai kassa yang dibasahi NaCL. r. Sebelumnya ke empat sisi peritonium dipegang dengan koher, dilanjutkan control perdarahan setelah dinyatakan perdarahan

16 tidak ada peritonium dijahit dengan chromic O, dilanjutkan otot dan fasia s. Sebelum menjahit sub kutis dilakuakan desinfeksi dengan kassa betadin t. Menjahit sub kutis menggunakan plain no. 0 u. Jahitan kulit terakhir menggunakan benang Dermalon/silk no. 3/0 v. Luka insisi dan sekitarnya dibersihakan dengan kasssa NaCL dan luka diberi betadin lalu dikeringkan dengan kassa w. Luka incisi diberi sufratulle, ditutup dengan kassa kering lalu diplester dengan menggunakan hipavix, operasi selesai, pasien dirapikan kembali.

17 HEMOROIDEKTOMI A. PENGERTIAN HEMOROIDEKTOMI Suatu tindakan pembedahan dengan cara pengangkatan pleksus hemorroidalis dan mukosa atau tanpa mukosa yang hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebih. B. TEKNIK OPERASI HEMOROIDEKTOMI 1. Operasi Pada prinsipnya ada 2 penatalaksanaan hemorroid yaitu : Ada 2 prinsip dalam melakukan operasi hemoroid : a. Pengangkatan pleksus dan mukosa b. Pengangkatan pleksus tanpa mukosa Teknik pengangkatan dapat dilakukan menurut 3 metode: a. Metode Langen-beck (eksisi atau jahitan primer radier) Dimana semua sayatan ditempat keluar varises harus sejajar dengan sumbu memanjang dari rektum. b. Metode White head (eksisi atau jahitan primer longitudinal) Sayatan dilakukan sirkuler, sedikit jauh dari varises yang menonjol c. Metode Morgan-Milligan (Open) Semua primary piles diangkat dan luka dibiarkan terbuka kemudian dilakukan rendam duduk dengan Kalium Permanganat atau Salep d. Metode Ferguson (Close) Semua primary piles diangkat dan luka operasi dijahit lengkap (tertutup) e. Metode Semi-Open modifikasi Nurhayat-Basrul Dilakukan insisi V-terbalik di anocutan, dilakukan mucosal flap sampai pedikel hemorrhoid, lalu clamp jahit ikat dan ujung dari insisi V-shape inverted di jahitkan pada pedikel di mukosa rektum, sisi kanan dan kiri dibiarkan terbuka untuk drainage.

18 2. Non Operasi Dilakukan pada hemorroid derajat I dan II: a. Diet tinggi serat untuk melancarkan buang air besar b. Mempergunakan obat-obat flebo-dinamik dan sklerotika c. Rubber band ligation yaitu mengikat hemorroid dengan karet elastis ± 1 minggu. C. TEKNIK OPERASI HEMOROIDEKTOMI Teknik operasi (Morgan Milligan) 1. Posisi pasien litotomi atau knee-chest (menungging) 2. Anestesia dapat dilakukan dengan general, regional, atau lokal anestesia 3. Dilakukan proktoskopi untuk identifikasi hemorrhoid 4. Dibuat insisi triangular mulai dari kulit anal ke arah proksimal hingga pedikel hemorrhoid 5. Jaringan hemorrhoid di eksisi dengan gunting atau pisau, pedikel hemorrhoid diligasi dengan chromic catgut Defek kulit dan mukosa dapat dirawat secara terbuka atau dijahit sebagian 7. Tindakan diulang pada bagian yang lain 8. Lubang anus dibiarkan terbuka atau ditampon dengan spongostan. Ada 3 pilihan operasi untuk ambeien atau wasir yang telah sering dan banyak di lakukan di indonesia dan di dunia tentunya. Tentu ada keuntungan dan kerugiannya : 1. Mengangkat pile, ambeien atau wasir dengan membuang langsung jaringan nya ( haemorrhoidectomy ) Ini merupakan cara operasi sederhana dan sering di lakukan untuk kasus ambeien. Cara ini sudah lama di lakukan di indonesia oleh para ahli bedah. Benjolan yang keluar di tarik keluar dan di klem dan di jahit dengan tehnik penjahitan tertentu, keunggulan tehnik ini tentulah, lebih murah dalam hal biaya dengan waktu pengerjaan yang tidak terlalu lama dan kekambuhan lebih rendah. Sebaliknya kerugian tindakan ini adalah : nyeri yang hebat dan lama akibat kulit dan otot bisa ikut terpotong, perdarahan lebih banyak, dan bisa terjadi penyempitan rongga anus. 2. Dengan stapler haemorrhoid Merupakan cara yang lebih maju dengan bantuan alat yang dilakukan dengan menjahit benjolan di bagian dalam anus secara jelujur dan

19 memasang alat stepler ditarik dan di jepit dalam hitungan menit maka jaringan langsung terpotong dan terjahit. waktu yang cukup lama hanya saat menjahit jelujur saja dan berdasarkan orang yang sering melakukan maka stepler itu sendiri hanya butuh waktu menit untuk tenaga yang eksperient. Keuntunyannya painless, waktu pekerjaan yang singkat, perdarahan sangat minimal kecuali terjadi jahitan yang lepas atau tidak sempurna.jarang mengenai otot dan kulit disekitar anus. Kerugiannya adalah Biaya alat lebih mahal berkisar 3-5 juta tergantung pilihan alat yang digunakan dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing merek. 3. HAL dan RAR teknik HAL adalah Hemorrhoid Artery Ligation atau melakukan pengikatan arteri hemorrhoid dan RAR merupakan Recto Anal Repair yaitu dengan memperbaiki daerah anus dan rektum alias muara usus besar. Ini sebenarnya merupakan teknik yang sudah cukup lama di temukan di dunia, hanya mulai di sosialisasikan dilingkungan bedah dan bedah digestif indonesia pada dua tahun ini. Jadi pada alat ini selain probe dan alat yang berongga terdapat juga cahaya dari alat dan doppler usg untuk menentukan dengan pasti lokasi pembuluh darah yang akan di ikat. Keuntungan tehnik ini tentu ketepatan pembuluh yang akan dikat lebih akurat, perdarah lebih minimal dan sangat tidak nyeri. Kerugiannya tentu biaya yang sangat mahal dan alat yang sangat terbatas, denagn angka kekambuhan yang cukup besar karena kita tidak melakukan pemotongan jaringan,dan waktu operasi yang lebih lama. Perlu jadi catatan bahwa dari ketiga teknik operasi pada ambeien di atas pembiusannya sama yaitu bius spinal atau bius separuh badan. D. PERSIAPAN ALAT 1. Chromic atraumatik Cromatik Saturasi O2 4. Cairan RL 5. Tensi 6. Perlak 7. Duk Besar 3 8. Duk kecil 2 9. Calamicityne 10. Kasa Plester 12. Jarum (besar, sedang, kecil) 13. Jas Operasi 4

20 14. Handschoen 15. Scapel Pinset anatomis Pinset sirurgis Klem arteri Cocker Duk klem Needle Holder Bengkok Kom Gunting Bisturi 1 E. PELAKSANAAN ASISTEN ATAU INSTRUMEN No Tindakan Alat yang disiapkan 1 Atur posisi pasien Litothomy 2 Mempersempit area operasi Duk klem, duk besar, duk sedang 3 Antiseptic area operasi Kasa, betadin, alkohol, klem arteri 4 Klem posisi jam 12, 3, 6, 9 Siap klem 5 Sayat benjolan siap bisturi, dan kasa 6 Adanya perdarahan Siap klem, kasa 7 Klem posisi jam 12-3 dan pemotongan kulit dan mukosa 8 Posisi sama dengan arah jarum jam Benang dan Nail holder Gunting, kasa a. 3 6 b. 6 9 c Mengulangi jahitan memutar sesuai arah Siapkan benang jam atraumatik no Cek perdarahan kasa 11 Gunakan tampon Kasa tampon kenicer

21 12 Operasi selesai, klien dibersihkan - 13 Pasang DC Siapkan DC

22 A. PENGERTIAN HERNIOTOMI HERNIOTOMI Herniotomi adalah operasi pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong hernia dibuka dan isi hernia dibebaskkan kalau ada perlengketan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit ikat setingggi mungkin lalu dipotong. B. PROSES TINDAKAN HERNIOTOMI Membuat sayatan miring dua jari diatas sias, kemudian Kanalis inguinalis dibuka, memisahkan funikulus, dan kantong hernia dilepaskan dari dalam tali sperma, dilakukan duplikasi (pembuatan kantong hernia),kemudian isi hernia dibebaskan jika ada perlengketan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong. C. PERSIAPAN ALAT 1. Alat tidak steril a. Meja operasi b. Mesin cauter c. Lampu d. Tempat sampah medis e. Tempat sampah baju, duk operasi f. Mesin anestesi g. Tiang infuse 2. Bahan Medis Habis Pakai a. Kassa steril 100 b. Betadin 1 c. Alkohol 1 d. Polisorb no. 1 1 e. Plain no. 2/0 1 f. Surgipro no 2/0 1 g. Handscoen 4 h. Set infus 1 3. Set yang dipakai (instrument yang digunakan) a. Instrumen steril (set dasar ) 1) Mess ) Scapel mess 4 1 3) Pinset anatomis 2 4) Pinset cirurgis 2 5) Gunting jaringan 2 6) Needle Holder 3 7) Gunting benang 1 8) Hemostatic Forcep Kelly 6

23 9) Hemostatic Forcep Kocher 6 10) Hemostatic Forcep Rochester-Pean 9 11) Sponge Holding Forcep 2 12) Pengait Langenbeck 2 D. PELAKSANAAN ASISTEN ATAU INSTRUMEN 1. Disinfeksi daerah operasi 2. Alkohol, klem panjang, betadin, kom 2 buah 3. Penutupan area operasi (draping) Duk besar(2), duk lubang(1), duk sedang (2), duk klem 4 4. Insisi lokasi operasi 5. Skapel dan bisturi, pinset anatomis, kasa kering 6. Mengkater pembuluh darah Cutter, klem arteri 7. Mengedep perdarahan Kasa kering, klem arteri 8. Memisahkan jaringan Ohak dan hak kecil 9. Pengangkatan fasia 10. Koker dan klem 11. Pengangkatan kantong hernia Pinset sirurgis, pinset anatomi, klem, gunting 12. Mengikat kantong hernia dengan kasa gulung Kasa gulung 13. Penjahitan bassini 14. Side 2/0, neckholder, jarum dalam kecil, gunting 15. Heating peritoneum Cooker, neckholder, jarum, plan (2/0), gunting, klem arteri, kasa 16. Heating otot Cooker, neckholder, jarum, plan (2/0), gunting, klem arteri, kasa 17. Heating fasia Cooker, neckholder,jarum, polysorb, gunting, klem arteri. kasa 18. Heating subcutis Cooker, neckholder, jarum, plan (2/0), gunting, klem, kasa 19. Heting kulit Cooker, neckholder, jarum, cide (2/0). Gunting, klem, kasa 20. Disinfeksi araea jahitan Betadine, kasa, kom 21. Penutupan area operasi Kasa kering 2, kasa+betadine 2, hepafix 22. Merapihkan alat dan melepas duk 23. Memindahkan pasien Duk sedang, bed

24 LAPARATOMI A. PENGERTIAN LAPARATOMI 1999). Laparotomi adalah insisi melalui dinding perut atau abdomen (Samsi, C. Laparotomi merupakan penyayatan operasi melalui dinding abdominal midline atau flank untuk melakukan visualisasi organ di dalam abdominal (Boden 2005). B. PERSIAPAN INSTRUMEN a. 7 handle with 15 blade (deep knife) digunakan untuk cut deep, delicate tissue. b. 3 handle with 10 blade (inside knife) digunakan untuk superficial tissue. c. 4 handle with 20 blade (skin knife) digunakan untuk memotong kulit d. Scissors atau gunting e. Straight Mayo scissors disebut juga suture scissors. f. Curved Mayo scissors digunakan untuk menggunting jaringan berat (fascia, otot, uterus, breast). g. Metzenbaum scissors digunakan untuk mendilatasi jaringan. h. Clamping and occluding i. Instruments hemostat Hemostat digunakan untuk menjepit pembuluh darah atau jahitan. Rahangnya bisa lurus atau melengkung. Nama lain: Crile, snap atau stat. j. Klem Mosquito Digunakan untuk menjepit pembuluh darah kecil. Rahangnya bisa lurus atau melengkung k. Kelm Kelly Digunakan untuk menjepit pembuluh yang lebih besar dan jaringan. Tersedia dalam ukuran pendek dan panjang. Nama lainnya: Rochester Pean. l. Klem Burlisher Burlisher digunakan untuk menjepit pembuluh darah yang dalam. Burlishers memiliki dua cincin jari tertutup. Burlishers dengan cincin jari terbuka disebut hemostat amandel. Nama lain: Schnidt amandel forcep, Adson forcep. m. Right Angle Digunakan untuk menjepit sulit dijangkau dan menempatkan jahitan di belakang atau di sekitarnya. Nama lain: Mixter n. Grasiping and Holding Instruments Allis

25 Digunakan untuk mengambil atau memegang jaringan. Tersedia dalam ukuran pendek dan panjang. "Judd-Allis" memegang jaringan usus, sedangkan "heavy Allis" memegang jaringan payudara. o. Babcock Digunakan untuk memegang jaringan halus (usus, tabung ovarium, tuba). Tersedia dalam ukuran pendek dan panjang. p. Kocher Digunakan untuk memegang jaringan berat. Juga dapat digunakan sebagai penjepit. Rahang bisa lurus atau melengkung. Nama lain: Ochsner q. Sponge Forcep Backhaus towel clip r. Pick ups, thumb forceps and tissue forceps s. Retracting and Exposing InstrumentsDeaver Retractor (manual) Digunakan untuk menarik kembali sayatan dalam perut atau dada t. Richardson digunakan untuk menarik sayatan dalam perut atau dada u. Goulet Weitlaner retractor v. Alat penjahitan 1) Absorbable Plain Gut : Menyerap dalam 5-10 hari. kegunaan: jahitan subcue, knot amandel Chromic : Menyerap dalam hari; kegunaan: peritoneum, organ internal 2) Non-Absorbable C. TEKNIK LAPAROTOMI 1. Insisi Bila Insisi kulit dikerjakan melalui garis Langers (garis tranversal sejajar pada tubuh manusia) maka jaringan parut yang terbentuk adalah minimal 2. Jenis insisi a. Insisi pada garis tengah abdomen (mid-line incision) Paparan bidang pembedahan yang baik. Dapat diperluas ke cephalad (ke arah kranial). Penyembuhan dan kosmetik tidak sebaik insisi tranversal. Dipilih cara ini bila insisi tranversal diperkirakan tidak dapat memberikan paparan bidang pembedahan yang memadai. Dipilih pada kasus gawat-darurat. 1) Pemotongan pada linea alba dengan scalpel pada insisi garis tengah 2) Insisi diperdalam sehingga memotong lemak subkutis, anteror dan posterior sheath dari m.rectus serta peritoneum 3) Membuka peritoneum dengan scalpel secara hati- hati dan terlihat usus kecil yang menonjol dibalik insisi peritoneum 4) Insisi peritoneum diperluas ke cephalad dengan gunting Mayo kearah umbilicus b. Insisi pada garis tranversal abdomen bagian bawah (Pfannenstiel incision)

26 Sering digunakan pada pembedahan obstetri dan ginekologi. c. Insisi Gridiron (muscle-splitting incision) 1) Keuntungan Jarang terjadi herniasi pasca bedah Kosmetik lebih baik Kenyamanan pasca bedah bagi pasien lebih baik 2) Kerugian Daerah pemaparan (lapangan operasi) lebih terbatas Teknik relatif lebih sulit Perdarahan akibat pemisahan fascia dari lemak lebih banyak d. Jenis Insisi Traversal 1) Insisi Pfannenstiel : Kekuatan pasca bedah baik, Paparan bidang bedah kurang baik. Insisi kulit tranversal semilunar 2 cm suprasimfisis. 2) Insisi Maylard : Paparan bidang bedah lebih baik dibanding pfannenstiel. Dibanding insisi midline, nyeri pasca bedah kurang, penyembuhan lebih kuat dan pelekatan minimal namun, ekstensi ke bagian kranial sangat terbatas sehingga akses pada organ abdomen bagian atas sangat kurang. 3) Insisi Cherney : Perbedaan dengan insisi maylard : pemotongan m.rectus dilakukan pada origo di simfisis pubis; Penyembuhan bedah dengan kekuatan yang baik dan paparan bidang pembedahan terbatas.

27 SIRKUMSISI A. PENGERTIAN SIRKUMSISI Sirkumsisi adalah tindakan pengangkatan preputium penis secara melingkar dengan tujuan tertentu. B. ALAT DAN BAHAN SIRKUMSISI 1. Minor Set : a. Gunting mayo 1 b. Gunting kassa 1 c. Klem arteri 3-4 d. Pinset anatomis 1 e. Pinset sirurgis 1 f. Needle holder 1 2. Jarum jahit (kulit) 3. Benang catgut Benang yang dipakai yang adsorbable atau diserap, bisa pakai plain catgut (7hari) atau chromic catgut (20 hari) 4. Kassa steril 5. Duk steril 6. Plester 7. Sarung tangan steril 8. Anestesi lokal Menggunakan lidocain HCl 2%, tidak disarankan dengan campuran adrenalin. 9. Spuit 10. Povidon iodine 10% 11. Alkohol 70% 12. Kapas 13. Sufratulle atau salep antibiotik 14. Obat emergensi. C. TAHAP-TAHAP SIRKUMSISI 1. Persiapan Pasien a. Anamnesis:

28 1) Adakah kelainan hemostasis Riwayat perdarahan lama setelah luka Riwayat perdarahan lama setelah cabut gigi Riwayat perdarahan saat menggosok gigi Riwayat gampang lebam ketika kena benturan ringan Riwayat operasi sebelumnya Riwayat perdarahan lama pada keluarga 2) Adakah alergi obat Ada reaksi gatal- gatal, merah- merah, pusing, pingsan setelah makan makanan tertentu atau meminum obat tertentu 3) Adakah penyakit DM atau gula atau riwayat DM dalam keluarga 4) Adakah penyakit menular (hepatitis B, C, D, infeksi oportunistik) 5) Riwayat penyakit lain b. Pemeriksaan Fisik: Apakah anak demam, stress, ketakutan, ada penyakit jantung-paru Phimosis, paraphimosis, hipospadia, epispadia c. Informed consent Harus sudah ditandatangani orang tua dan saksi sebelum kita melaksanakan tindakan. Operator menandatangani dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pasien. 2. Pendekatan pada anak a. Alihkan perhatian anak dengan mengajak ngobrol atau berdoa. b. Jangan letakkan instrumen di tempat yang mudah terlihat. c. Usahakan jangan didampingi orangtua agar anak tidak cengeng. d. Usahakan anak tidak mendengar tangisan anak lain. 3. Cek ulang kesiapan alat dan bahan sebelum memulai tindakan 4. Lakukan Toilet Medan operasi

29 a. Ambil kassa dibasahi povidon iodine, lalu pegang dan tarik preputium penis dengan kasa tersebut menggunakan tangan kiri. b. Ambil kassa lagi yang dibasahi povidon iodine dengan tangan kanan, usap melingkar kearah pangkal penis. c. Dengan cara yang sama usap medan operasi dari pangkal penis melingkar dari dalam keluar hingga medan yang dikehendaki. d. Tutup medan operasi dengan duk steril. 5. Lakukan Anestesi. a. Blok (anestesi blok pada N. Dorsalis Penis) 1) Identifikasi pangkal penis, simpisis os pubis. 2) Suntik jarum tegak lurus di pangkal penis sampai menembus fasia buch (sensasi menembus kertas), jika jarum ditarik sedikit batang penis akan ikut sedikit terangkat, dan bila obat disuntikkan tidak terjadi edema. 3) Aspirasi terlebih dahulu, masukkan obat anestesi 0,5-1 cc. 4) Jarum dicabut sedikit, miringkan 30 derajat ke kanan tusukkan lagi, aspirasi, masukkan obat 0,5-1 cc. 5) Jarum dicabut sedikit miringkan 30 derajat ke kiri, aspirasi, masukkan obat 0,5-1 cc. 6) Masase pangkal penis. 7) Ujilah dengan menjepit preputium untuk mengetahui respon anak (tidak perlu ditanya sakit atau tidak tetapi lihatlah respon muka atau kaki anak.) b. Infiltrasi 1) Tarik dan regangkan batang penis. 2) Identifikasi pembuluh darah superfisial agar tidak hematom atau obat anestesi masuk pembuluh darah. 3) Lakukan anestesi infiltrasi pada lapisan subkutan ventral penis. 4) Aspirasi, bila tidak ada darah masukkan obat o,5 cc sambil mencabut jarum perlahan-lahan. 5) Masase untuk mempercepat penyebaran obat.

30 6) Ujilah dengan menjepit preputium (tidak perlu ditanya sakit atau tidak tetapi lihatlah respon muka atau kaki anak.) *Teknik blok dan infiltrasi sering digunakan bersamaan, namun bila teknik sudah benar sebenarnya cukup menggunakan salah satu teknik saja. 6. Membebaskan perlengketan glands penis a. Teknik klem Menarik preputium ke proksimal kemudian klem dibuka sambil didorong ke arah perlengketan. b. Teknik kassa Caranya sama, preputium ditarik dengan tangan kiri, tangan kanan memegang kasa untuk membebaskan perlengketan. *Perlengketan dibebaskan hingga tampak corona glandis. 7. Membersihkan smegma 8. Memulai Pengguntingan dan Penjahitan a. Pasang klem pada preputium di arah jam 6, 11, dan 1 dengan ujung klem. Tujuannya sebagai pemandu tindakan sirkumsisi. b. Lakukan pengguntingan kulit dorsum penis pada jam 12 sampai dengan 0,3-0,5 cm dari corona glandis. c. Lakukan jahit kendali. d. Lalu jahit frenulum pada jam 6 dengan jahitan angka 8 atau 0 dengan kuat (berikan jarak 0,5-1 cm dari pangkal frenulum), klem pada frenulum jangan dilepaskan karena sebagai pegangan atau pemandu langkah selanjutnya. e. Gunting secara melingkar dimulai dari dorsal pada titik jahitan jam 12 (samping frenulum) melingkari penis, sisakan mukosa sekitar 0,5 cm dari corona glandis. Pemotongan harus simetris dan sama panjang antara kulit dan mukosa. f. Kontrol perdarahan. g. Rapikan bekas guntingan dengan jahitan terputus pada kulit dan mukosa (jumlah jahitan bervariasi tergantung besar penis, biasanya 2-3 jahitan) h. Gunting sisa frenulum didepan jahitan.

31 i. Bersihkan penis dengan povidon iodine. 9. Beri salep antibiotik di sekitar luka atau dapat menggunakan tulle. 10. Balut dengan kassa steril dan plester. 11. Berikan obat oral (antibiotik dan analgesik) 12. Edukasi : a. Menjaga higienitas dan aktivitas b. Minum obat c. Follow up atau membuka kassa d. Nutrisi

32 NO ALAT NAMA ALAT FUNGSI Instrumen pemotong 1 Gunting mayo Gunting besar untuk memotong struktur yang liat (fascia, otot, uterus, breast) 2 Gunting metzenbaum Berukuran kecil dan digunakan untuk memotong jaringan 3 Gunting benang - Bengkok - Lurus Untuk memotong benang operasi, merapikan luka 4 Gunting pembalut / verban Untuk menggunting plester dan pembalut.

33 5 Skalpel - Scalpel handles - Scalpel blade/ bisturi/ mess/ blade Untuk menyayat berbagai organ/ jaringan atau bagian tubuh manusia. Instrumen pemegang 1 Pinset anatomis/ thumb forceps/ anatomic dissecting forceps - Standard - Adson dissecting forceps 2 Pinset sirurgis/ jaringan/ tissue forceps/ surgical forceps Untuk menjepit kasa sewaktu menekan luka, menjepit jaringan yang tipis dan lunak Untuk menjepit jaringan pada waktu diseksi dan penjahitan luka, memberi tanda pada kulit sebelum memulai insisi.

34 3 Pinset splinter/ pinset serpihan Untuk mengadaptasi tepitepi luka (mencegah overlapping), mengangkat serpihan dan mengeluarkannya dari jaringan 4 Klem bergigi (Kocher)/ hemostatic forcep kocher Untuk memegang kulit dengan kuat sehingga tidak menimbulkan kerusakan jaringan 5 Klem tidak bergigi (Pean)/ klem arteri Untuk menghentikan perdarahan - Dalam ukuran kecil : klem mosquito - Dalam ukuran lebih panjang : klem kelly/ rochester

35 6 Klem elis (allys) Untuk menjepit jaringan yang halus dan menjepit tumor kecil 7 Babcock clamp Untuk menjepit jaringan lunak seperti usus, tabung ovarium, tuba 8 Sponge Holding Forcep/ Klem Pemegang Kasa/ klem ovarium/ korentang foerster Untuk memegang kasa yangdigunakan sebagai retraktor, kasa penyerap air dari rongga dalam tubuh, dan kasa persiapan daerah operasi 9 Towel clamp (doek klem) Untuk menjepit kain operasi juga untuk memegang tulang coste ketika dilakukan traksi eksternal pada dinding dada

36 10 Needle holder (nald foeder)/ Nald Heacting Untuk memegang jarum jahit (nald heacting) dan sebagai penyimpul benang 11 Mixter right angle forceps Untuk menjepit sulit dijangkau dan menempatkan jahitan di belakang atau di sekitarnya 12 Korentang Untuk mengambil instrumen steril dan mengambil kasa, gaunoperasi, doek, dan laken steril 13 Mikulicz (Peritonium Klem) Untuk menjepit jaringan selaput perut

37 14 Polypus and Ovum/ placenta Forceps (Ring Klem) Untuk menghilangkan fragmen plasenta, polip endometrium yang kecil, atau kadang-kadang myoma submukosa pedunkulata yang kecil dalam rahim Instrumen Penarik (Retraktor) 1 Retractor Us Army Untuk menguakkan luka 2 Pengait Langenbeck/ retractors kocher Untuk menguakkan luka 3 Abdominal retractors Fritsch Untuk menyisihkan jaringan yang menghalangi gerakan sehingga dapat memberikan pemaparan yang lebih baik

38 4 Richardson retractor Untuk menarik sayatan dalam perut atau dada 5 Goulet retractor Untuk menarik luka sayatan yang dangkal/ superficial 6 Weitlaner retractor Untuk memegang luka terbuka sehingga dokter bedah dapat melakukan perbaikan di bawahnya 7 Deaver retractor Untuk memegang tepi sayatan abdomen agar tetap terbuka BENANG A. Jenis Benang

39 Ada tiga hal yang menentukan pemilihan jenis benang jahit, yaitu jenis bahannya, kemampuan tubuh untuk menyerapnya dan susunan filamentnya. Benang yang dapat diserap melalui reaksi enzimatik pada cairan tubuh kini banyak dipakai. Penyerapan benang oleh jaringan dapat berlangsung antara tiga hari sampai tiga bulan tergantung jenis benang dan kondisi jaringan yang dijahit. Menurut bahan asalnya, benang dibagi dalam benang yang terbuat dari usus domba meskipun namanya catgut dan dibedakan dalam catgut murni yang tanpa campuran dan catgat kromik yang bahannya bercampur larutan asam kromat. Catgut murni diserap cepat, kira kira dalam waktu satu minggu sedangkan catgut kromik diserap lebih lama kira kira 2-3 minggu. Disamping itu ada benang yang terbuat dari bahan sintetik, baik dari asam poliglikolik maupun dari poliglaktin-910 yang inert dan memiliki daya tegang yang besar. Benang ini dalam dipakai pada semua jaringan termasuk kulit. Benang yang dapat diserap menimbulkan reaksi jaringan setempat yang dapat menyebabkan fistel benang atau infiltrate jaringan yang mungkin ditandai adanya indurasi. Benang yang tidak dapat diserap oleh tubuh terbuat umumnya dari bahan yang tidak menimbulkan reaksi jaringan karena bukan merupakan bahan biologik. Benang ini dapat berasal dari sutera yang sangat kuat dan liat, dari kapas yang kurang kuat dan mudah terurai, dan dari polyester yang merupkan bahan sintetik yang kuat dan biasanya dilapisi Teflon. Selain itu terdapat juga benang nailon yang berdaya tegang besar, yang terbuat dari polipropilen yang terdiri atas bahan yang sangat inert dan baja yang terbuat dari baja tahan karat. Karena tidak dapat diserap maka benang akan tetap berada di jaringan tubuh. Benang jenis ini biasanya di gunakan pada jaringan yang sukar sembuh. Bila terjadi infeksi akan terbentuk fistel yang baru dapat sembuh setelah benang yang bersifat benda asing dikeluarkan. Benang alami terbuat dari sutera atau kapas. Kedua bahan alami ini dapat bereaksi dengan jaringan tubuh meskipun minimal karena mengandung juga bahan kimia alami. Daya tegangnya cukup dan dapat diperkuat bila dibasahi terlebih dahulu dengan larutan garam sebelum digunakan. Bahan sintetik terbuat dari polyester, nailon atau polipropilen yang umumnya dilapisi oleh bahan pelapis Teflon atau Dacron. Dengan lapisan ini, permukaannya lebih mulus sehingga tidak mudah bergulung atau terurai. Benang mempunyai daya tegang yang besar dan dipakai untuk jaringan yang memerlukan kekuatan penyatuan yang besar.

40 Menurut bentuk untaian seratnya, benang dapat berupa monofilament bila hanya terdiri dari satu serat saja, dan polifilamen bila terdiri atas banyak serat yang diuntai menjadi satu. Cara menguntainya dapat sejajar dibantu bahan pelapis atau di untai bersilang sehingga penampangnya lebih bulat, lebih lentur dan tidak mudah bergulung. Benang baja dapat berbentuk monofilament atau polifilamen, sering dipakai pada sternum setelah torakotomi, jika terkontaminasi mudah terjadi infeksi. 1. Seide (silk/sutera) Bersifat tidak licin seperti sutera biasa karena sudah dikombinasi dengan perekat, tidak diserap tubuh. Pada penggunaan disebelah luar maka benang harus dibuka kembali. Warna : hitam dan putih Ukuran : 5,0-3 Kegunaan : menjahit kulit, mengikat pembuluh arteri (arteri besar) dan sebagai teugel (kendali) 2. Plain catgut Diserap tubuh dalam waktu 7-10 hari Warna : putih dan kekuningan Ukuran : 5,0-3 Kegunaan : untuk mengikat sumber perdarahan kecil, menjahit subkutis dan dapat pula dipergunakan untuk menjahit kulit terutama daerah longgar (perut, wajah) yang tak banyak bergerak dan luas lukanya kecil. Plain catgut harus disimpul paling sedikit 3 kali, karena dalam tubuh akan mengembang. 3. Chromic catgut Berbeda dengan plain catgut, sebelum dipintal ditambahkan krom, sehinggan menjadi lebih keras dan diserap lebih lama hari. Warna : coklat dan kebiruan Ukuran : 3,0-3

41 Kegunaan : penjahitan luka yang dianggap belum merapat dalam waktu 10 hari, untuk menjahit tendo untuk penderita yang tidak kooperatif dan bila mobilisasi harus segera dilakukan. 4. Ethilon Benang sintetis dalam kemasan atraumatis (benang langsung bersatu dengan jarum jahit) dan terbuat dari nilon lebih kuat dari seide atau catgut. Tidak diserap tubuh, tidak menimbulkan iritasi pada kulit dan jaringan tubuh lain Warna : biru dan hitam Ukuran : 10,0-1,0 Penggunaan : bedah plastic, ukuran yang lebih besar sering digunakan pada kulit, nomor yang kecil digunakan pada bedah mata. 5. Ethibond Benang sintetis(polytetra methylene adipate). Kemasan atraumatis. Bersifat lembut, kuat, reaksi terhadap tubuh minimum, tidak terserap. Warna : hiaju dan putih Ukuran : 7,0-2 Penggunaan : kardiovaskular dan urologi 6. Vitalene Benang sintetis (polimer profilen), sangat kuat lembut, tidak diserap. Kemasan atraumatis Warna : biru Ukuran : 10,0-1 Kegunaan : bedah mikro terutama untuk pembuluh darah dan jantung, bedah mata, plastic, menjahit kulit 7. Vicryl Benang sintetis kemasan atraumatis. Diserap tubuh tidak menimbulkan reaksi jaringan. Dalam subkuitis bertahan 3 minggu, dalam otot bertahan 3 bulan Warna : ungu Ukuran : 10,0-1

42 Penggunaan : bedah mata, ortopedi, urologi dan bedah plastic 8. Supramid Benang sintetis dalam kemasan atraumatis. Tidak diserap Warna : hitam dan putih Kegunaan : penjahitan kutis dan subkutis 9. Linen Dari serat kapas alam, cukup kuat, mudah disimpul, tidak diserap, reaksi tubuh minimum Warna : putih Ukuran : 4,0-0 Penggunaan : menjahit usus halus dan kulit, terutama kulit wajah 10. Steel wire Merupakan benang logam terbuat dari polifilamen baja tahan karat. Sangat kuat tidak korosif, dan reaksi terhadap tubuh minimum. Mudah disimpul Warna : putih metalik Kemasan atraumatuk Ukuran : 6,0-2 Kegunaan : menjahit tendo B. Ukuran Benang Ukuran benang dinyatakan dalam satuan baku eropa atau dalam satuan metric. Ukuran terkecil standar eropa adalah 11,0 dan terbesar adalah ukuran 7. Ukuran benang merupakan salah satu factor yang menentukan kekuatan jahitan. Oleh karena itu pemilihan ukuran benang untuk menjahit luka bedah bergantung pada jaringan apa yang dijahit dan dengan pertimbangan factor kosmetik. Sedangkan kekuatan jahitan ditentukan oleh jumlah jahitan, jarak jahitan, dan jenis benangnya. Pada wajah digunakan ukuran yang kecil (5,0 atau 6,0)

43 Lokasi penjahitan Jenis benang Ukuran Fasia Semua 2,0-1 Otot Semua 3,0-0 Kulit Tak diserap 2,0-6,0 Lemak Terserap 2,0-3,0 Hepar Kromik catgut 2,0-0 Ginjal Semua catgut 4,0 Pancreas Sutera atau kapas 3,0 Usus halus Catgut, sutera, kapas 2,0-3,0 Usus besar Kromik catgut 4,0 Tendon Tak terserap 5,0-3, 0 Kapsul sendi Tak terserap 3,0-2,0 Peritoneum Kromik catgut 3,0-2,0 Bedah mikro Tak terserap 7,0-11,0

Disusun Oleh : MITRA DWI PURYANA

Disusun Oleh : MITRA DWI PURYANA LAPORAN TEKNIK INSTRUMENTASI DAN ASUHAN KEPERAWATAN Tn. M dengan End to End Anastomose Uretera pada Kasus Striktur Uretrea Di OK 3 Instalasi Bedah Sentral RSSA Malang Disusun Oleh : MITRA DWI PURYANA 1201410016

Lebih terperinci

Instruksi Kerja OvarioHisterectomy

Instruksi Kerja OvarioHisterectomy Instruksi Kerja OvarioHisterectomy Klinik Hewan Pendidikan Program Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya 2013 Instruksi Kerja OvarioHisterectromy Program Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya Kode Dokumen

Lebih terperinci

Perawatan Luka Post Operasi Sectio Caesarea. Fitri Yuliana, SST

Perawatan Luka Post Operasi Sectio Caesarea. Fitri Yuliana, SST Perawatan Luka Post Operasi Sectio Caesarea Fitri Yuliana, SST Pendahuluan Tak semua persalinan dapat berlangsung mulus, kadang terdapat indikasi medis yang mengharuskan seorang ibu melewati proses persalinan

Lebih terperinci

VULNUS LACERATUM. 1. Pengertian

VULNUS LACERATUM. 1. Pengertian VULNUS LACERATUM No Dokumen : SOP No.Revisi : 0 TanggalTerbit : Halaman :1 dari 4 1. Pengertian Vulnus atau lukaadalah hilang atau rusaknya sebagian kontinuitas jaringan yang dapat disebabkan oleh trauma

Lebih terperinci

SIRKUMSISI TUJUAN PEMBELAJARAN

SIRKUMSISI TUJUAN PEMBELAJARAN TUJUAN PEMBELAJARAN SIRKUMSISI Setelah menyelesaikan modul sirkumsisi, mahasiswa diharapkan mampu : 1. Menjelaskan kepentingan sirkumsisi secara medis 2. Menjelaskan teknik-teknik sirkumsisi 3. Melakukan

Lebih terperinci

Suturing Material. Kelompok 3 SMF ILMU BEDAH RS AL ISLAM

Suturing Material. Kelompok 3 SMF ILMU BEDAH RS AL ISLAM Suturing Material Kelompok 3 SMF ILMU BEDAH RS AL ISLAM Pemilihan Benang bergantung pada: Jenis bahannya Kemampuan tubuh untuk menyerapnya Susunan filamennya BENANG Sumber Alamiah Sintetik Absorpsi Absorbable

Lebih terperinci

: Memotong Prepusium dengan membuat irisan melingkar

: Memotong Prepusium dengan membuat irisan melingkar 1 DEFINISI : Memotong Prepusium dengan membuat irisan melingkar HUKUM KHITAN DALAM ISLAM Hukum khitan untuk lelaki Menurut jumhur (mayoritas ulama) -> wajib. oleh imam Syafi i, Ahmad, dan sebagian pengikut

Lebih terperinci

DAFTAR TILIK KETERAMPILAN PEMASANGAN IUD

DAFTAR TILIK KETERAMPILAN PEMASANGAN IUD DAFTAR TILIK KETERAMPILAN PEMASANGAN IUD Nama : NPM : Tanggal Ujian : Penguji : 1. Nilai 2 : Memuaskan : Memperagakan langkah langkah atau tugas sesuai Dengan prosedur standar atau pedoman 2. Nilai 1 :

Lebih terperinci

PENCABUTAN IMPLANT. No Sikap dan Prilaku. 1. Menyambut klien dan memperkenalkan diri dengan ramah

PENCABUTAN IMPLANT. No Sikap dan Prilaku. 1. Menyambut klien dan memperkenalkan diri dengan ramah PENCABUTAN IMPLANT No Sikap dan Prilaku. 1. Menyambut klien dan memperkenalkan diri dengan ramah Gambar 2. Menjelaskan tujuan dan proedur yang akan dilakukan kepada keluarga 3. Komunikasi dan kontak mata

Lebih terperinci

SOP PERAWATAN LUKA GANGREN

SOP PERAWATAN LUKA GANGREN SOP PERAWATAN LUKA GANGREN A. Alat dan Bahan Steril 1. Bak Instrument 1 buah 2. Pinset Anatomi 1 buah 3. Pinset Chirurgis 1 buah 4. Gunting 1 buah 5. Handschoon 1 pasang 6. Kasa, deppers 7. Korentang dalam

Lebih terperinci

Perawat instrument (Scrub Nurse) dan perawat sirkuler di kamar operasi.

Perawat instrument (Scrub Nurse) dan perawat sirkuler di kamar operasi. Perawat instrument (Scrub Nurse) dan perawat sirkuler di kamar operasi Ditulis pada Senin, 15 Februari 2016 03:14 WIB oleh fatima dalam katergori Kamar Bedah tag Kamar Bedah, Oka, Perawat Instrument, Perawat

Lebih terperinci

SOP PERAWATAN LUKA A. KLASIFIKASI LUKA BEDAH

SOP PERAWATAN LUKA A. KLASIFIKASI LUKA BEDAH SOP PERAWATAN LUKA A. KLASIFIKASI LUKA BEDAH 1. Luka bersih Luka operasi yang tidak terinfeksi, dimana tidak ditemukan adanya inflamasi dan tidak ada infeksi saluran pernafasan, pencernaan, dan urogenital.

Lebih terperinci

PERAWATAN KOLOSTOMI Pengertian Jenis jenis kolostomi Pendidikan pada pasien

PERAWATAN KOLOSTOMI Pengertian Jenis jenis kolostomi Pendidikan pada pasien PERAWATAN KOLOSTOMI Pengertian * Sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses (M. Bouwhuizen, 1991) * Pembuatan lubang sementara atau permanen dari

Lebih terperinci

Sectio Caesarea PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

Sectio Caesarea PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) Sectio Caesarea 1. Pengertian ( Definisi) Persalinan buatan, di mana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan

Lebih terperinci

TINDAKAN PEMBEDAHAN SOP. 1. Pengertian. 2. Tujuan. 3. Kebijakan

TINDAKAN PEMBEDAHAN SOP. 1. Pengertian. 2. Tujuan. 3. Kebijakan TINDAKAN PEMBEDAHAN No. Dokumen : SOP No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : KEPALA PUSKESMAS KOTA PUSKESMAS KOTA 1. Pengertian 2. Tujuan 3. Kebijakan 4. Referensi ROSALIA DALIMA NIP.19621231 198902 2

Lebih terperinci

Lembar Persetujuan Menjadi Peserta Penelitian

Lembar Persetujuan Menjadi Peserta Penelitian Lampiran 1 Lembar Persetujuan Menjadi Peserta Penelitian Kepatuhan Perawat dalam Penerapan Prosedur Tetap Perawatan Luka Post Operasi Sectio Caesarea di RSUD Langsa Tahun 212 Saya adalah mahasiswa Fakultas

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH 1. Pengertian Perawatan jenazah adalah perawatan pasien setelah meninggal, perawatan termasuk menyiapkan jenazah untuk diperlihatkan pada keluarga, transportasi

Lebih terperinci

RSUP DR.M.DJAMIL UPF: KEBIDANAN dan No.Indk: 1.7.A.35 PADANG KANDUNGAN CM 10 N a m a : Ermiyenti No.CM 35 14 54 LAPORAN OPERASI U m u r : 29 tahun Bangsal KR Nama dokter ahli bedah : Dr. Meidi Sulianta

Lebih terperinci

MEMASANG KATETER. A. PENGERTIAN Memasukkan selang karet atau plastik melalui uretra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan urine.

MEMASANG KATETER. A. PENGERTIAN Memasukkan selang karet atau plastik melalui uretra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan urine. MEMASANG KATETER A. PENGERTIAN Memasukkan selang karet atau plastik melalui uretra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan urine. B. TUJUAN 1. Menghilangkan distensi kandung kemih. 2. Sebagai penatalaksanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil tahu, yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan

Lebih terperinci

PROSEDUR PEMBERIAN MEDIKASI (OBAT)

PROSEDUR PEMBERIAN MEDIKASI (OBAT) PROSEDUR PEMBERIAN MEDIKASI (OBAT) A. Definisi Prosedur dan pemeriksaan khusus dalam keperawatan merupakan bagian dari tindakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang dilaksanakan secara rutin. Perawatan

Lebih terperinci

PENUNTUN BELAJAR KETERAMPILAN KLINIK DAN KONSELING IMPLAN-2

PENUNTUN BELAJAR KETERAMPILAN KLINIK DAN KONSELING IMPLAN-2 PENUNTUN BELAJAR KETERAMPILAN KLINIK DAN KONSELING IMPLAN-2 MENGGUNAKAN PENUNTUN BELAJAR Penuntun belajar keterampilan klinik dan konseling Implan-2 ini dirancang untuk membantu peserta mempelajari langkah-langkah

Lebih terperinci

- Memberi rasa nyaman pada klien. - Meningkatkan proses penyembuhan luka. Perawatan luka dilakukan jika luka kotor/luka basah

- Memberi rasa nyaman pada klien. - Meningkatkan proses penyembuhan luka. Perawatan luka dilakukan jika luka kotor/luka basah SOP perawatan luka ganggren SOP Perawatan Luka Ganggren Tujuan perawatan gangren: - Mencegah meluasnya infeksi - Memberi rasa nyaman pada klien - Mengurangi nyeri - Meningkatkan proses penyembuhan luka

Lebih terperinci

OLEH MEYRIA SINTANI NIM : C. 04a. 0314

OLEH MEYRIA SINTANI NIM : C. 04a. 0314 LAPORAN PENDAHULUAN Prosedur Tindakan Pengkajian Sistem Integumen, Prosedur Tindakan Wound Care, dan Penatalaksanaan Klien Luka Bakar Laporan pendahuluan ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah

Lebih terperinci

Persalinan Normal. 60 Langkah. Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat. Dikutip dari Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal

Persalinan Normal. 60 Langkah. Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat. Dikutip dari Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal Persalinan Normal 60 Langkah Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat Dikutip dari Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal PERSALINAN NORMAL 60 Langkah Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat KEGIATAN I. MELIHAT

Lebih terperinci

Modul 4 SIRKUMSISI PADA PHIMOSIS (No. ICOPIM: 5-640)

Modul 4 SIRKUMSISI PADA PHIMOSIS (No. ICOPIM: 5-640) Modul 4 Bedah Anak SIRKUMSISI PADA PHIMOSIS (No. ICOPIM: 5-640) 1. TUJUAN : 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi preputium penis,

Lebih terperinci

INJEKSI SUB CUTAN (SC)

INJEKSI SUB CUTAN (SC) INJEKSI SUB CUTAN (SC) NO ASPEK NG DI BOBOT.... Menempatkan alat dekat klien 2.. 1 Mengatur posisi klien sesuai penyuntikan 2 Memasang perlak/pengalas 2 Mendekatkan bengkok 2 4 Memilih tempat penyuntikan

Lebih terperinci

Aspirasi Vakum Manual (AVM)

Aspirasi Vakum Manual (AVM) Aspirasi Vakum Manual (AVM) Aspirasi Vakum Manual (AVM) merupakan salah satu cara efektif evakuasi sisa konsepsi pada abortus inkomplit. Evakuasi dilakukan dengan mengisap sisa konsepsi dari kavum uteri

Lebih terperinci

DAFTAR TILIK PEMASANGAN IMPLAN JADENA. Beri nilai setiap langkah klinik dengan mengunakan kriteria sebadai berikut :

DAFTAR TILIK PEMASANGAN IMPLAN JADENA. Beri nilai setiap langkah klinik dengan mengunakan kriteria sebadai berikut : DAFTAR TILIK PEMASANGAN IMPLAN JADENA Beri nilai setiap langkah klinik dengan mengunakan kriteria sebadai berikut 1. Perlu perbaikan 2. Mampu 3. Mahir Langkah langkah tidak dilakukan dengan benar dan atau

Lebih terperinci

DAFTAR TILIK ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) PETUNJUK

DAFTAR TILIK ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) PETUNJUK PROGRAM STUDI D IV BIDAN PENDIDIK SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) MITRA RIA HUSADA Komplek Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan Jl. Karya Bhakti No.3 Cibubur Jakarta Timur Telp (021) 873 0818, 8775

Lebih terperinci

6. Botol kecil steril untuk bahan pemeriksaan steril

6. Botol kecil steril untuk bahan pemeriksaan steril Prosedur Pemasangan Kateter Urin Ditulis pada Senin, 15 Februari 2016 00:50 WIB oleh fatima dalam katergori Kebutuhan Dasar tag KDM, Kateter, Eliminasi Uri http://fales.co/blog/prosedur-pemasangan-kateter-urin.html

Lebih terperinci

PROSEDUR STANDAR Tanggal Terbit : / /200

PROSEDUR STANDAR Tanggal Terbit : / /200 PENGERTIAN : 1. Dekontaminasi adalah langkah awal untuk memproses benda mati agar lebih aman ditangani petugas sebelum dicuci. 2. Pembersihan adalah proses menghilangkan secara fisik seluruh kotoran, darah

Lebih terperinci

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR PEMBERIAN NUTRISI PARENTERAL SOP

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR PEMBERIAN NUTRISI PARENTERAL SOP STANDART OPERASIONAL PROSEDUR PEMBERIAN NUTRISI PARENTERAL SOP Untuk memenuhi tugas matakuliah Keperawatan Medikal Bedah I yang dibina oleh Bapak Rudi Hamarno, M.Kep Oleh Kelompok 11 Pradnja Paramitha

Lebih terperinci

60 Langkah Asuhan Persalinan Normal

60 Langkah Asuhan Persalinan Normal 60 Langkah Asuhan Persalinan Normal I. MELIHAT TANDA DAN GEJALA KALA DUA 1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat

Lebih terperinci

Kebutuhan cairan dan elektrolit

Kebutuhan cairan dan elektrolit Kebutuhan cairan dan elektrolit Cairan adalah suatu kebutuhan pokok dan sebagian besar tubuh manusia terdiri dari cairan. Bila tubuh kehilangan cairan dalam jumlah yang besar maka akan terjadi perubahan

Lebih terperinci

2. POKOK BAHASAN / SUB POKOK BAHASAN

2. POKOK BAHASAN / SUB POKOK BAHASAN Modul 2 Bedah Anak POLIPEKTOMI REKTAL (No. ICOPIM: 5-482) 1. TUJUAN : 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi rektum dan isinya, menegakkan

Lebih terperinci

PRAKTIKUM 10 AUSKULTASI PARU, SUCTION OROFARINGEAL, PEMBERIAN NEBULIZER DAN PERAWATAN WSD

PRAKTIKUM 10 AUSKULTASI PARU, SUCTION OROFARINGEAL, PEMBERIAN NEBULIZER DAN PERAWATAN WSD PRAKTIKUM 10 AUSKULTASI PARU, SUCTION OROFARINGEAL, PEMBERIAN NEBULIZER DAN PERAWATAN WSD Sebelum melakukan percobaan, praktikan menonton video tentang suction orofaringeal dan perawatan WSD. Station 1:

Lebih terperinci

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan Rahmawati Minhajat Dimas Bayu Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2014 KETERAMPILAN SANITASI

Lebih terperinci

Aspirasi Vakum Manual (AVM) Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Aspirasi Vakum Manual (AVM) Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Aspirasi Vakum Manual (AVM) Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi No. Langkah/Kegiatan 1. Persiapan Lakukan konseling dan lengkapi persetujuan tindakan medis. 2. Persiapkan alat,

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERAWATAN JENASAH

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERAWATAN JENASAH STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERAWATAN JENASAH Oleh: MEITY MASITHA ANGGRAINI KESUMA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERAWATAN

Lebih terperinci

PERSYARATAN PRAKTIK BIDAN

PERSYARATAN PRAKTIK BIDAN Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : /MENKES/PER/X/00 Tanggal : Oktober 00 PERSYARATAN PRAKTIK BIDAN A. TEMPAT PRAKTIK. Tempat untuk praktik bidan mandiri terpisah dari ruangan keluarga terdiri

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) PERAWATAN LUKA POST OPERASI APPENDIKTOMI PADA ANAK

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) PERAWATAN LUKA POST OPERASI APPENDIKTOMI PADA ANAK 87 SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) PERAWATAN LUKA POST OPERASI APPENDIKTOMI PADA ANAK Di Sususn oleh : Vella Dolo Rosa ( 20160305011 ) PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS ILMU ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

Lebih terperinci

PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH Nama Mahasiswa : Mahardika Tempat Praktek : Ruang IBS RSST Tanggal Praktek : 12 Mei 2014 IDENTITAS KLIEN Nama pasien : Ny. T No RM : 49 12

Lebih terperinci

Asuhan Persalinan Normal. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Asuhan Persalinan Normal. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Asuhan Persalinan Normal Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Persalinan dan kelahiran dikatakan normal jika: Usia cukup bulan (37-42 minggu) Persalinan terjadi spontan

Lebih terperinci

SOP PERTOLONGAN PERSALINAN NORMAL

SOP PERTOLONGAN PERSALINAN NORMAL Status Revisi : 00 Halaman : 1 dari 11 Disiapkan Oleh: Diperiksa Oleh: Disetujui Oleh: Ka. Laboratorium Gugus Kendali Mutu Ka. Prodi Pengertian : Suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri)

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. N DENGAN HERNIA INGUINAL LATERAL DI INSTALASI BEDAH SENTRAL RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. N DENGAN HERNIA INGUINAL LATERAL DI INSTALASI BEDAH SENTRAL RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. N DENGAN HERNIA INGUINAL LATERAL DI INSTALASI BEDAH SENTRAL RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA A. PRE OPERASI. Identitas Klien Nama Umur Jenis kelamin Pekerjaan Alamat Tanggal MRS Tanggal

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis membahas kesenjangan yang ada di dalam teori dengan

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis membahas kesenjangan yang ada di dalam teori dengan BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini penulis membahas kesenjangan yang ada di dalam teori dengan kesenjangan yang ada di lahan praktek di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang. Dalam pembahasan ini penulis menggunakan

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIK KLINIK KETRAMPILAN DASAR KEBIDANAN

MODUL PRAKTIK KLINIK KETRAMPILAN DASAR KEBIDANAN MODUL PRAKTIK KLINIK KETRAMPILAN DASAR KEBIDANAN 2015 A K A D E M I K E B I D A N A N G R I Y A H U S A D A S U R A B A Y A KETERAMPILAN KLINIK INJEKSI I. DISKRIPSI MODUL Pendahuluan Tujuan Metode Penuntun

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KETENAGAAN PERAWAT DI KAMAR BEDAH

PENGELOLAAN KETENAGAAN PERAWAT DI KAMAR BEDAH PENGELOLAAN KETENAGAAN PERAWAT DI KAMAR BEDAH OLEH BAMBANG APARYANTO, S.KEP, NS NIP 19790611 200112 1 004 RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN NUNUKAN 2015 1 KEBUTUHAN PERAWAT KAMAR BEDAH Sesuai kebijakan

Lebih terperinci

FUNGSI DAN PERAN SCRUB NURSE

FUNGSI DAN PERAN SCRUB NURSE Lampiran 1 FUNGSI DAN PERAN SCRUB NURSE A. Pre Operasi ; 1. Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dan dokumentasi perawatan pasien selama pre operasi, 2. Menyiapkan lingkungan kamar

Lebih terperinci

Pengertian. Tujuan. Ditetapkan Direktur Operasional STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL. Tanggal Terbit 15 Februari 2011

Pengertian. Tujuan. Ditetapkan Direktur Operasional STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL. Tanggal Terbit 15 Februari 2011 LAMPIRAN RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT 2 Jl. Wates Km 5.5 Gamping, Sleman-55294 Telp 0274 6499706 Fax. 6499727 No Dokumen : Kep. 032/II/2011 MEMASANG INFUS No Revisi : 0 Halaman : 37 / 106 STANDAR

Lebih terperinci

METODA PENELITIAN. post test only control group design. Kelompok penelitian dibagi menjadi 3 yaitu

METODA PENELITIAN. post test only control group design. Kelompok penelitian dibagi menjadi 3 yaitu B A B I V METODA PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan desain post test only control group design. Kelompok penelitian dibagi menjadi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap Pada pemeriksaan didapatkan hasil data subjektif berupa identitas pasien yaitu

Lebih terperinci

1 PEMBERIAN NEBULIZER 1.1 Pengertian

1 PEMBERIAN NEBULIZER 1.1 Pengertian Pengertian Suction adalah : Tindakan menghisap lendir melalui hidung dan atau mulut. Kebijakan : Sebagai acuan penatalaksanaan tindakan penghisapan lendir, mengeluarkan lendir, melonggarkan jalan nafas.

Lebih terperinci

3 4 5 6 Tensimeter Stetoskop bioculer Stetoskop monoculer Timbangan dewasa Timbangan bayi Pengukur panjang bayi Arsip PAMJAKI Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : HK.0.0/MENKES/49/I/00 Tanggal

Lebih terperinci

BAB 2 ENDOSKOPI. membantu pemeriksaan dan tindakan dalam prosedur bedah. Endoskop adalah alat untuk

BAB 2 ENDOSKOPI. membantu pemeriksaan dan tindakan dalam prosedur bedah. Endoskop adalah alat untuk BAB 2 ENDOSKOPI Ilmu kedokteran dan teknologi kedokteran yang berkembang pesat telah menghasilkan prosedur diagnostik yang cepat dan tepat. Salah satunya adalah penggunaan endoskopi yang membantu pemeriksaan

Lebih terperinci

AKADEMI KEBIDANAN BAKTI INDONESIA BOGOR

AKADEMI KEBIDANAN BAKTI INDONESIA BOGOR YAYASAN PENDIDIKAN KESEHATAN BAKTI INDONESIA AKADEMI KEBIDANAN BAKTI INDONESIA BOGOR No. Izin : 50/D/O/2007 Akreditasi BAN-PT No : 021/BAN-PT/Ak-XII/DpI-III/VIII/2012 Kampus : Jl. Raya Bojong Kulur No.32,

Lebih terperinci

KOP DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK BERITA ACARA PEMERIKSAAN PRAKTIK BIDAN MANDIRI

KOP DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK BERITA ACARA PEMERIKSAAN PRAKTIK BIDAN MANDIRI Formulir XI KOP DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK BERITA ACARA PEMERIKSAAN PRAKTIK BIDAN MANDIRI Berdasarkan :. UU Kesehatan No. 36 tahun 009. Perda Kota Depok No. 05 tahun 0 tentang Perizinan dan Sertifikasi

Lebih terperinci

PENUNTUN PEMBELAJARAN

PENUNTUN PEMBELAJARAN PENUNTUN PEMBELAJARAN TEKNIK PENGAMBILAN, PEMBUATAN PRAPARAT LANGSUNG DAN PENGIRIMAN SEKRET URETHRA Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Fakulytas Kedokteran Unhas SISTEM UROGENITAL FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENGENDALIAN INFEKSI PADA HIPOSPADIA

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENGENDALIAN INFEKSI PADA HIPOSPADIA SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENGENDALIAN INFEKSI PADA HIPOSPADIA A. Latar Belakang Hipospadia merupakan kelainan kongenital berupa muara uretra yang terletak disebelah ventral penis dan proksimal ujung

Lebih terperinci

PENUNTUN PEMBELAJARAN ASPIRASI SUPRAPUBIK

PENUNTUN PEMBELAJARAN ASPIRASI SUPRAPUBIK PENUNTUN PEMBELAJARAN ASPIRASI SUPRAPUBIK Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Fakultas Kedokteran Unhas SISTEM UROGENITAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2017 1 TEHNIK ASPIRASI SUPRAPUBIK TUJUAN

Lebih terperinci

Biopsi payudara (breast biopsy)

Biopsi payudara (breast biopsy) Biopsi payudara (breast biopsy) Pemeriksaan histopatologi ialah dengan prosedur biopsi yaitu mengambil sampel jaringan payudara untuk menilai jaringan tersebut mengandung sel kanker atau bukan kanker.

Lebih terperinci

Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : HK.0.0/MENKES/49/I/00 Tanggal : 7 Januari 00 PERSYARATAN PRAKTIK BIDAN A. TEMPAT PRAKTIK. Tempat untuk praktik bidan perorangan/berkelompok terpisah dari ruangan

Lebih terperinci

SOP/ PROTAP PENGUKURAN TEKANAN DARAH

SOP/ PROTAP PENGUKURAN TEKANAN DARAH Puskesmas Kendit SOP/ PENGUKURAN TEKANAN DARAH RAWAT JALAN... drg. DINA FITRYA, M.Kes 19731026 200501 2 006 Pengerti Tatacara mengukur tekanan darah dengan menggunakan Tensimeter an Untuk mengetahui ukuran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui pengaruh perbedaan pemberian parasetamol dan tramadol

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui pengaruh perbedaan pemberian parasetamol dan tramadol BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah menjelaskan penelitian yang diusulkan tersebut termasuk ke dalam jenis atau metode yang mana tentang penelitian yang diusulkan tersebut

Lebih terperinci

PRAKTIKUM 7 PERAWATAN PASIEN YANG MENGGUNAKAN TRAKSI DAN ELASTIS BANDAGE

PRAKTIKUM 7 PERAWATAN PASIEN YANG MENGGUNAKAN TRAKSI DAN ELASTIS BANDAGE PRAKTIKUM 7 PERAWATAN PASIEN YANG MENGGUNAKAN TRAKSI DAN ELASTIS BANDAGE Station 1: Perawatan Pasien yang Menggunakan Traksi Gambaran Umum Traksi merupakan alat immobilisasi yang menggunakan kekuatan tarikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Faktor-faktor yang mempengaruhi Phlebotomy. 2. Tempat phlebotomy yang dilakukan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Faktor-faktor yang mempengaruhi Phlebotomy. 2. Tempat phlebotomy yang dilakukan. 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Faktor-faktor yang mempengaruhi Phlebotomy 1. Pelaksanaan phlebotomy. 2. Tempat phlebotomy yang dilakukan. 3. Peralatan phlebotomy dan cara penggunaanya. 4. Keadaan pasien.

Lebih terperinci

MODUL KETERAMPILAN KLINIK ASUHAN KEBIDANAN

MODUL KETERAMPILAN KLINIK ASUHAN KEBIDANAN MODUL KETERAMPILAN KLINIK ASUHAN KEBIDANAN AKADEMI KEBIDANAN GRIYA HUSADA SURABAYA PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN TAHUN 2013 i KATA PENGANTAR Dengan memanjadkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kepatuhan 2.1.1 Defenisi Kepatuhan Kepatuhan perawat profesional adalah sejauh mana perilaku seorang perawat sesuai dengan ketentuan yang telah diberikan pimpinan perawat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Sumatera Utara TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu. Terjadinya pengetahuan adalah setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

Lebih terperinci

Pengemasan dengan sterilisasi steam/gas. Sterilisasi dengan steam/gas. Pembungkus dapat ditembus oleh uap/gas Impermiabel bagi mikroba Tahan lama

Pengemasan dengan sterilisasi steam/gas. Sterilisasi dengan steam/gas. Pembungkus dapat ditembus oleh uap/gas Impermiabel bagi mikroba Tahan lama PERAWATAN DAN MAINTENANCE PREPARASI OPERASI Dr. Drh.Gunanti S,MS Bag Bedah dan Radiologi PERSIPAN PENGEMASAN Prinsip : bebas dari kontaminasi Peralatan dan bahan harus bersih : Alat dibersihkan manual/pembersih

Lebih terperinci

Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns AKPER HKBP BALIGE

Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns AKPER HKBP BALIGE Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns Kala I Bantu ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan dan kesakitan Jika ibu tampak kesakitan, dukungan yg dapat dierikan : Perubahan posisi, tetapi jika

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721) PANDUAN CUCI TANGAN RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) 787799, Fax (0721) 787799 Email : rsia_pbh2@yahoo.co.id BAB I DEFINISI Kebersihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam aspek, diantaranya pertolongan persalinan yang salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. macam aspek, diantaranya pertolongan persalinan yang salah satunya adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan keperawatan bidang kesehatan modern mencakup berbagai macam aspek, diantaranya pertolongan persalinan yang salah satunya adalah sectio caesaria. Di negara

Lebih terperinci

Cara Kerja : Mencegah masuknya spermatozoa / sel mani ke saluran tuba Lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas.

Cara Kerja : Mencegah masuknya spermatozoa / sel mani ke saluran tuba Lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas. KETERAMPILAN PEMASANGAN IUD (INTRA-UTERINE DEVICE) Susiana Candrawati B. LEARNING OUTCOME Setelah menjalani kepaniteraan klinik muda ini, mahasiswa diharapkan mampu : 1. Melakukan pemasangan IUD 2. Melakukan

Lebih terperinci

BAB II PELAYANAN BEDAH OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

BAB II PELAYANAN BEDAH OBSTETRI DAN GINEKOLOGI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan bedah atau tindakan di bidang obstetri dan ginekologi merupakan suatu tindakan kedokteran yang dibutuhkan untuk memungkinkan suatu tindakan operasi oleh dokter

Lebih terperinci

Nomer Station 1 Judul Station Perawatan Jenazah di RS Waktu yang

Nomer Station 1 Judul Station Perawatan Jenazah di RS Waktu yang Nomer Station 1 Judul Station Perawatan Jenazah di RS Waktu yang 7 menit dibutuhkan Tujuan station Menilai kemampuan prosedur perawatan jenazah HIV/AIDS di RS Area kompetensi 1. Komunikasi efektif pada

Lebih terperinci

PEMASANGAN NASO GASTRIC TUBE ( NGT )

PEMASANGAN NASO GASTRIC TUBE ( NGT ) PEMASANGAN NASO GASTRIC TUBE ( NGT ) Definisi Tujuan Persiapan alat 1. Naso gastric tube ukuran sesuai dengan kebutuhan 2. Sarung tangan bersih (steril) 3. Tissue 4. Plester 5. Gunting 6. Jelli yang dilarutkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kewaspadaan Umum/Universal Precaution 2.1.1. Defenisi Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga

Lebih terperinci

SISTEM UROGENITALIA PENUNTUN PEMBELAJARAN TEHNIK PEMERIKSAAN PROSTAT DENGAN COLOK DUBUR

SISTEM UROGENITALIA PENUNTUN PEMBELAJARAN TEHNIK PEMERIKSAAN PROSTAT DENGAN COLOK DUBUR TEHNIK PEMERIKSAAN PROSTAT DENGAN COLOK DUBUR SISTEM UROGENITAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2017 1 TEKNIK PEMERIKSAAN PROSTAT DENGAN COLOK DUBUR TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Mahasiswa

Lebih terperinci

PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN. Disampaikan Oleh; Ns, Mei Fitria K, S.Kep

PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN. Disampaikan Oleh; Ns, Mei Fitria K, S.Kep PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN Disampaikan Oleh; Ns, Mei Fitria K, S.Kep Pembalutan Pembalutan adalah penutupan suatu bagian tubuh yang cedera dengan bahan tertentu dan dengan tujuan tertentu Pembalut adalah

Lebih terperinci

Infeksi luka akibat sectio caesaria berbeda dengan luka persalinan normal.

Infeksi luka akibat sectio caesaria berbeda dengan luka persalinan normal. III.4.2 Resiko Persalinan Secara Sectio Caesaria Menurut MeduaSehat.com ( 2006 ), resiko persalinan secara Sectio Caesaria dibagi menjadi : 1. Resiko jangka pendek a. Infeksi pada bekas jahitan Infeksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penginjeksian medikasi adalah prosedur invasi yang melibatkan deposisi obat melalui jarum steril yang diinsersikan kedalam jaringan tubuh. Teknik aseptic harus dipertahankan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan suatu teori kontrol. Tetapi yang jika dihubungkan dengan perantara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan suatu teori kontrol. Tetapi yang jika dihubungkan dengan perantara 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tindakan Teori tindakan adalah teori perilaku manusia dan disengaja bagi perantara merupakan suatu teori kontrol. Tetapi yang jika dihubungkan dengan perantara tersebut

Lebih terperinci

DAFTAR PERINCIAN ALAT / BAHAN / SARANA MEDIK DAN PENUNJANG MEDIK

DAFTAR PERINCIAN ALAT / BAHAN / SARANA MEDIK DAN PENUNJANG MEDIK DAFTAR PERINCIAN ALAT / BAHAN / SARANA MEDIK DAN PENUNJANG MEDIK Praktek Bidan : Alamat Praktek RT RW Ds./Kel. NO NAMA ALAT 1 MINOR SURGERY SET Arteri klem lurus Arteri klem bengkok Gunting benang lurus

Lebih terperinci

REPAIR PERFORASI SEDERHANA (No. ICOPIM: 5-467)

REPAIR PERFORASI SEDERHANA (No. ICOPIM: 5-467) Modul 27 Bedah Anak REPAIR PERFORASI SEDERHANA (No. ICOPIM: 5-467) 1. TUJUAN : 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi, topografisaluran

Lebih terperinci

Prosedur Pertolongan Persalinan Normal

Prosedur Pertolongan Persalinan Normal Prosedur Pertolongan Persalinan Normal A. PERSIAPAN ALAT 1. Bak instrumen partus set a. Klem kocher 2 buah b. Gunting tali pusat 1 buah c. Gunting episiotomi 1 buah d. Setengah kocher 1 buah e. Kateter

Lebih terperinci

PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY DISLOKASI TMJ DAN AVULSI JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY DISLOKASI TMJ DAN AVULSI JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY DISLOKASI TMJ DAN AVULSI JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN Purwokerto, 2012 1 Blok M e d i c a

Lebih terperinci

DAFTAR TILIK UJIAN LABORATORIUM KEPERAWATAN MATERNITAS

DAFTAR TILIK UJIAN LABORATORIUM KEPERAWATAN MATERNITAS DAFTAR TILIK UJIAN LABORATORIUM KEPERAWATAN MATERNITAS I. PEMERIKSAAN KEHAMILAN 1. Melakukan validasi klien 2. Melakukan kontrak 3. Menyiapkan alat 4. Mencuci tangan 5. Mengkaji keadaan umum klien 6. Melakukan

Lebih terperinci

Perawatan Luka Dalam Praktik Kebidanan. By : Basyariah Lubis, SST, MKes

Perawatan Luka Dalam Praktik Kebidanan. By : Basyariah Lubis, SST, MKes Perawatan Luka Dalam Praktik Kebidanan By : Basyariah Lubis, SST, MKes Pengertian luka Luka adalah terputusnya jaringan di bawah dermis, luka juga suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan tubuh,

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Asuhan Persalinan Normal (APN)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Asuhan Persalinan Normal (APN) STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Asuhan Persalinan Normal (APN) Aspek Yang Dinilai Nilai MENGENALI GEJALA DAN TANDA KALA DUA 1 2 3 4 1. Mendengar, melihat dan memeriksa gejala dan tanda kala dua Ibu merasa

Lebih terperinci

Blok Gastroenterohepatologi Manual Keterampilan Prosedur Enema

Blok Gastroenterohepatologi Manual Keterampilan Prosedur Enema Blok Gastroenterohepatologi Manual Keterampilan Prosedur Enema Ibrahim Labeda Nurhaya Nurdin Asty Amalia Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2015 PROSEDUR ENEMA/HUKNAH I. TUJUAN Setelah pelatihan

Lebih terperinci

PANDUAN CLINICAL SKILL LABORATORIUM INJEKSI INSULIN. Oleh. Tim Endokrin dan Metabolik

PANDUAN CLINICAL SKILL LABORATORIUM INJEKSI INSULIN. Oleh. Tim Endokrin dan Metabolik PANDUAN CLINICAL SKILL LABORATORIUM INJEKSI INSULIN Oleh Tim Endokrin dan Metabolik PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014 TATA TERTIB Sebelum Praktikum

Lebih terperinci

Tali Pusat Pada Janin

Tali Pusat Pada Janin Tali Pusat Pada Janin Mesoderm connecting stalk yang juga memiliki kemampuan angiogenik, kemudian akan berkembang menjadi pembuluh darah dan connecting stalk tersebut akan menjadi tali pusat. Pada tahap

Lebih terperinci

Atonia Uteri. Perdarahan post partum dpt dikendalikan melalui kontraksi & retraksi serat-serat miometrium

Atonia Uteri. Perdarahan post partum dpt dikendalikan melalui kontraksi & retraksi serat-serat miometrium ATONIA UTERI Atonia Uteri Perdarahan post partum dpt dikendalikan melalui kontraksi & retraksi serat-serat miometrium Kontraksi & retraksi menyebabkan terjadinya pembuluh darah shg aliran darah ketempat

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1

LAMPIRAN. Lampiran 1 LAMPIRAN Lampiran 1 407 408 Lampiran 2 408 409 Lampiran 3 409 410 Lampiran 4 BUKU KIA 410 411 412 413 414 Lampiran 5 KSPR 414 415 416 Lampiran 6 416 LEAFLET PERSIAPAN PERSALINAN 417 418 LEAFLET TANDA-TANDA

Lebih terperinci

PROSEDUR TETAP OPERASI OVARIEKTOMI TIKUS

PROSEDUR TETAP OPERASI OVARIEKTOMI TIKUS Halaman CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM Dokumen nomor : Tanggal : Mengganti nomor : Tanggal : URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJUI OLEH Jabatan Peneliti

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN PERAWATAN KOLOSTOMI Purwanti,

LAPORAN PENDAHULUAN PERAWATAN KOLOSTOMI Purwanti, LAPORAN PENDAHULUAN PERAWATAN KOLOSTOMI Purwanti, 0906511076 A. Pengertian tindakan Penyakit tertentu menyebabkan kondisi-kondisi yang mencegah pengeluaran feses secara normal dari rektum. Hal ini menimbulkan

Lebih terperinci

PENUNTUN PEMBELAJARAN TEKNIK TINDAKAN SIRKUMSISI

PENUNTUN PEMBELAJARAN TEKNIK TINDAKAN SIRKUMSISI PENUNTUN PEMBELAJARAN TEKNIK TINDAKAN SIRKUMSISI Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Fakultas Kedokteran Unhas SISTEM UROGENITAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2017 TEKNIK TINDAKAN SIRKUMSISI

Lebih terperinci

JARINGAN NASIONAL PELATIHAN KLINIK KESEHATAN REPRODUKSI PUSAT PELATIHAN KLINIK PRIMER (P2KP) KABUPATEN POLEWALI MANDAR. ( Revisi )

JARINGAN NASIONAL PELATIHAN KLINIK KESEHATAN REPRODUKSI PUSAT PELATIHAN KLINIK PRIMER (P2KP) KABUPATEN POLEWALI MANDAR. ( Revisi ) JARINGAN NASIONAL PELATIHAN KLINIK KESEHATAN REPRODUKSI PUSAT PELATIHAN KLINIK PRIMER (P2KP) KABUPATEN POLEWALI MANDAR ( Revisi ) PENUNTUN BELAJAR KETERAMPILAN MENGGUNAKAN PENUNTUN BELAJAR. Perubahan Buku

Lebih terperinci