RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) HUKUM PEMILU
|
|
- Yuliani Pranata
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) HUKUM PEMILU (MANUAL MAHASISWA) Bobot sks Kode Mata Kuliah : : 2 sks FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2 PENGESAHAN 1. Nama Mata Kuliah : Hukum Pemilu 2. Bobot sks : 2 sks 3. Penyusun : 1. Dr. Muchamad Ali Safa at, S.H., M.H. 2. Ibnu Sam Widodo, S.H., M.H. 4. Bagian : Hukum Tata Negara Menyetujui Ketua Bagian Malang, Penyusun, Herlin Wijayati, S.H., M.H. Dr. Muchamad Ali Safa'at, S.H., M.H. NIP NIP Menyetujui Pembantu Dekan I, Dr. Muchamad Ali Safa'at, S.H., M.H. NIP
3 A. PENGANTAR Mata kuliah Hukum Pemilu adalah mata kuliah yang wajib ditempuh oleh mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Brawijaya yang memilih konsentrasi Hukum Tata Negara. Mata kuliah hukum pemilu diberikan pada semeter VI (enam). Melalui mata kuliah ini akan disampaikan pengetahuan teoretis tentang Pemilu serta pengetahuan hukum pemilu. Di dalam mata kuliah ini juga akan dikembangkan kemampuan analitis dan kemahiran mahasiswa dalam menganalisis persoalan pemilu dengan teori, prinsip negara hukum dan negara demokrasi, serta hukum positif. Model pembelajaran pada mata kuliah ini dilaksanakan dengan menggunakan metode kuliah dengan pengantar dari dosen dan dilanjutkan dengan diskusi mahasiswa (student center learning) untuk melakukan proses pembelajaran secara mandiri, bekerjasama dalam kelompok, memformulasi pemikiran dan jawaban atas isu hukum, serta mempresentasikan hasil kerja secara lisan di muka kelas. B. PERENCANAAN PEMBELAJARAN 1. Nama : Hukum Pemilu 2. Kode : HKN Sasaran : Mahasiswa Konsentrasi Hukum Tata Negara 4. Pengelola : Bagian Hukum Tata Negara 5. Dosen Pengampu : 1. Dr. Muchamad Ali Safa at 6. Tujuan Pembelajaran 2. Ibnu Samwidodo, SH. MH. Mahasiswa mampu memahami teori, asas, dan hukum pemilihan umum dan memiliki kemahiran menganalisis permasalahan dalam pelaksanaan pemilihan umum. 7. Materi Pembelajaran a. Demokrasi dan Pemilu. b. Dimensi sistem Pemilu. 2
4 c. Macam-macam sistem Pemilu (Electoral Formula). d. Sejarah Pemilu di Indonesia. e. Pemilihan umum DPR dan DPD f. Pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden. g. Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. h. Penyelenggara Pemilihan Umum. i. Penyelesaian Sengketa Pemilihan Umum JADWAL KEGIATAN MATA KULIAH HUKUM PEMILU SEMESTER GASAL 2014/2015 TATAP MUKA I POKOK BAHASAN PENDAHULUAN DAN KONTRAK BELAJAR SUBSTANSI METODE WAKTU FASILITAS Urgensi studi hukum pemilihan umum Penjelasan silabi dan SAP Kontrak belajar Kuliah mimbar Tanya Jawab 100 Laptop, LCD, Papan Tulis, Spidol II III - IV V Demokrasi dan Pemilu Dimensi sistem Pemilu Macam-macam sistem Pemilu (Electoral Formula) Makna Pemilu dalam negara demokrasi Tujuan dan asas-asas demokrasi dalam Pemilu Pilihan demokrasi, langsung dan tidak langsung. Frekuensi Pemilu Assembly Size District Magnituted Electoral Formula Electoral treshold, parliamentary treshold, presidential treshold Konversi Suara Menjadi Perolehan Kursi Mayoritas Pluralitas Semi Proporsional Proporsional Kuliah mimbar Tanya Jawab Diskusi Kelas Diskusi Kelas VI VII Sejarah Pemilu di Indonesia Pemilihan umum DPR dan DPD Dasar Hukum Kuliah 100 Sistem Pemilu Penyelenggara Pemilu Hasil Pemilu mimbar Dasar Hukum Diskusi 100 Sistem yang digunakan Tahapan-tahapan Parliamentary trashold dan district magnituted 3
5 VIII - IX X XI Pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Penghitungan perolehan kursi Penghitungan calon jadi UTS Dasar Hukum Diskusi 100 Presidential Treshold Persyaratan pasangan calon Tahapan Penentuan calon terpilih Dasar Hukum Diskusi 100 Persyaratan calon Tahapan Penentuan calon terpilih XII XIII- XIV XV-XVI Penyelenggara Pemilihan Umum Penyelesaian Sengketa Pemilihan Umum KPU Bawaslu DKPP Sengketa Administratif Sengketa PTUN Pelanggaran Pidana Sengketa Hasil UAS Diskusi 100 Diskusi Metode Pembelajaran a. Umum Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode Student Centered Learning (SCL) dengan pendekatan Problem Based Learning (PBL). Perkuliahan dengan metode ceramah hanya akan digunakan untuk tiga pokok bahasan, yaitu pada Pertemuan I, II, dan VI. Metode PBL dilakukan dengan memberikan pengantar terlebih dahulu kepada mahasiswa mengenai topik bahasan yang akan didiskusikan, mengidentifikasi bersama-sama konsep dan isu hukum yang harus dikuasai, kasus yang harus dianalisis atau menjadi contoh, melakukan pembagian tugas, presentasi, dan diskusi kelas. Mahasiswa dibagi menjadi kelompok sesuai dengan luasan tema yang akan dibahas. b. Struktur Tutorial Tutorial dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Penjelasan singkat topik yang akan dibahas 2. Penetapan konsep hukum dan isu hukum yang harus dijawab. 3. Pengumpulan informasi dan belajar secara mandiri disertai contoh analisis kasus. 4. Diskusi Mahasiswa 5. Klarifikasi oleh Tutor Penjelasan setiap langkah adalah sebagai berikut: Langkah 1: Penjelasan singkat topik yang akan dibahas a. Tutor menjelaskan secara singkat topik bahasan dan materi yang akan dibahas pada pertemuan yang akan datang. b. Dalam memberikan penjelasan dosen tidak memberikan pengertian penjelasan dari konsep hukum atau isu hukum terkait topik. 4
6 Langkah 2: Penetapan konsep hukum dan isu hukum yang harus dijawab. a. Tutor sudah memiliki rancangan konsep dan isu hukum dari suatu topik yang akan dibahas. b. Mahasiswa diminta menyampaikan konsep hukum dan isu hukum yang harus dipahami. c. Dosen membuat daftar. d. Mahasiswa diajak menyepakati mana konsep hukum dan isu hukum yang akan dipelajari. e. Mahasiswa dibagi menjadi kelompok-kelompok dan pembagian tugas. Langkah 3: Pengumpulan informasi dan belajar secara mandiri disertai contoh analisis kasus. a. Mahasiswa diminta secara berkelompok dan mandiri mencari jawaban dan penjelasan atas pertanyaan yang telah dibagi sesuai penugasan masing-masing. b. Mahasiswa mendiskusikan dan merumuskan jawaban dan membuat analisis contoh kasus. c. Mahasiswa membuat bahan presentasi yang mudah dipahami oleh mahasiswa yang lain. Langkah 4: Diskusi Mahasiswa a. Mahasiswa menyampaikan hasil diskusi kelompok dihadapan kelas disertai dengan bahan tayangan. b. Proses diskusi dengan mahasiswa yang lain dipandu moderator. c. Moderator mengidentifikasi hal-hal yang belum jelas atau masih menjadi perdebatan. Langkah 5: Klarifikasi a. Tutor mereview proses diskusi secara keseluruhan. b. Tutor mengklarifikasi konsep atau isu hukum yang belum jelas atau masih terdapat perdebatan. c. Peran dan Tanggungjawab Mahasiswa Di dalam pembelajaran dengan menggunakan metode SCL PBL, pembelajaran tidak hanya dilakukan terkait dengan materi tetapi juga ketrampilan kerja kelompok dan berdiskusi. Dalam proses ini akan terdapat pengalaman pembelajaran sebagai pemimpin, sebagai peserta, cara menyampaikan pendapat, serta cara merumuskan pikiran dalam tulisan dan bahan tayangan. Peran pembelajar dalam kegiatan tutorial adalah: 1) Saling memperkenalkan diri agar suasana cair dan tidak ada hambatan dalam berinteraksi. 2) Setiap kelompok memilih satu orang ketua dan sekretaris secara demokratis. 3) Menetapkan prosedur kerja bersama-sama. 5
7 4) Pokok bahasan, konsep, dan isu hukum harus dibaca oleh semua anggota. 5) Ketua kelompok memimpin proses diskusi dan menentukan mekanisme kerja kelompok. 6) Setiap anggota kelompok harus memperoleh tugas secara berimbang dan menyampaikan hasil kerjanya dalam diskusi kelompok. 7) Ketua kelompok memimpin diskusi untuk merumuskan hasil kerja bersama. 8) Sekretaris mencatat proses diskusi dan memformulasikan hasilnya. 9) Kelompok membagi tugas dalam proses presentasi dan diskusi kelas. Sedangkan tanggungjawab pembelajar adalah: 1) Menghargai proses diskusi. 2) Mengembangkan ketrampilan berkomunikasi. 3) Bertanggungjawab dalam kehadiran diskusi, menyelesaikan tugas, menyajikan dan mengidentifikasi informasi yang relevan dan keakuratannya. 4) Kesadaran diri/evaluasi diri. d. Tugas dan Peran Tutor 1) Persiapan a) Mengetahui struktur dan latar belakang skenario sebagai bahan diskusi. b) Memahami referensi yang telah disiapkan. c) Memiliki gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa. d) Memberikan fasilitasi pembelajaran berupa pertanyaan, metafora, konsep. e) Mendiagnosis adanya potensi kekeliruan. f) Evaluasi diri apakah mendorong atau menghambat mahasiswa. 2) Interaksi a) Mendorong mahasiswa mengemukakan pendapat. b) Mendorong mahasiswa bekerja secara kelompok. c) Mengamati perilaku mahasiswa yang negatif dan mengupayakan penyelesaian. d) Mengidentifikasi hal-hal yang perlu diklarifikasi. e) Mengajukan pertanyaan dan mengelaborasi. 3) Klarifikasi dan Tindak lanjut a) Mengklarifikasi jika terdapat miskonsepsi. b) Mengklarifikasi jika terdapat hal-hal yang belum jelas. c) Memberikan dorongan penelusuran dan pembelajaran lebih lanjut. d) Memberikan umpan balik atas proses diskusi. e) Menjelaskan sumber rujukan, bahan, dan referensi untuk pembelajaran lebih lanjut. 6
8 Peran Tutor Meliputi: 1) Sebagai fasilitator. 2) Sebagai pendengar. 3) Sebagai pencatat. 4) Sebagai evaluator 9. Luaran Pembelajaran a. Ranah Knowledge (30%) Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang teori, asas, dan hukum Pemilu. b. Ranah Skills (40%) Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa memiliki kemahiran menerapkan asas dan hukum pemilu dalam penyelenggaraan Pemilu. c. Ranah Attitudes & Abilities (30%) Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa memiliki pemahaman dan kemampuan mandiri menyelesaikan persoalan-persoalan hukum yang terjadi dalam penyelenggaraan Pemilu. 10. Evaluasi Pembelajaran Komponen evaluasi penilai terdiri atas: a. Tugas Terstruktur 1 : 10% b. Ujian Tengah Semester (UTS) : 20% c. Tugas Terstruktur 2 : 10% d. Ujian Akhir Semester (UAS) : 40% e. Presensi dan keaktifan diskusi : 20% Jumlah 100% 11. Bahan, Sumber Informasi, dan Referensi a. Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 b. UU Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden c. UU Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggara Pemilihan Umum d. UU Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD e. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota f. Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Cetakan ke 3, Rajawali Press, Jakarta, g. Sigit Pamungkas, Perihal Pemilu, Laboratorium Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIPOL UGM, Yogyakarta, h. Arend Lijphart, Electoral System and Party System, Oxford University Pers, i. Arend Lijphart, Pattern of Democracy, Yale University Pers,
9 j. Pippa Noris, Choosing Electoral System: Proportional, Majoritarian and Mixed Systems; International Political Science Review Vol. 18 (3). k. IFES, Sistem Pemilu, l. Topo Santoso & Didik Supriyanto, Mengawasi Pemilu Mengawal Demokrasi, Murai Kencana, m. Janedjri, Politik Hukum Pemilu. Jakarta: Konstitusi Press, Resiko Kegagalan No. Risiko Kegagalan Antisipasi 1. Jumlah pertemuan tidak lengkap Dilakukan pertemuan pengganti dengan jadwal disepakati bersama mahasiswa 2. Ada mahasiswa yang kurang aktif Test tertulis pada UTS dan UAS untuk mengukur hasil pembelajaran. 3. Perubahan aturan Penyesuaian tema diskusi dan perubahan aturan 13. Skenario Pertemuan 1: Mahasiswa memahami urgensi memahami hukum Pemilu dalam kerangka konsentrasi Hukum Tata Negara, ruang lingkup Hukum Pemilu, keterkaitan Hukum Pemilu dengan bidang hukum dan ilmu lain, materi Hukum Pemilu, dan profesi-profesi yang harus memahami hukum Pemilu. Skenario: a) Tutor menyampaikan tentang urgensi mata kuliah Hukum Pemilu. b) Tutor menyampaikan ruang lingkup dan substansi hukum Pemilu berdasarkan Silabus dan SAP. c) Tutor menyampaikan hubungan antara Hukum Pemilu dengan bidang hukum dan ilmu lain. d) Tutor menyampaikan rencana strategi dan metode pembelajaran dan manual mahasiswa. e) Tutor menyepakati hal-hal yang diperlukan dalam proses pembelajaran. Bahan Bacaan: SAP, Silabus, dan RPKPS. Pertemuan 2: 8
10 Mahasiswa memahami kedudukan dan makna Pemilu dalam negara demokrasi, tujuan pelaksanaan Pemilu, serta asas-asas Pemilu yang demokratis. Skenario: 1. Tutor menjelaskan tentang: a. Hubungan antara Pemilu sebagai mekanisme pelaksanaan demokrasi prosedural. b. Mengapa Pemilu harus dilakukan secara berkala dalam negara demokrasi. c. Apa saja asas-asas yang harus terwujud dalam pelaksanaan Pemilu yang demokratis yang meliputi: a. langsung b. umum c. bebas d. rahasia e. jujur; dan f. adil d. Menguraikan contoh-contoh pelaksanaan Pemilu di negara demokrasi dan di negara otoriter. 2. Tutor harus memastikan mahasiswa memahami materi dengan membuka ruang tanya jawab atau mendorong mahasiswa untuk menyampaikan pendapat. Sebagai contoh: a. Apakah ada negara demokrasi yang tidak menyelenggarakan Pemilu? b. Apakah setiap negara yang menyelenggarakan Pemilu adalah negara yang demokratis? c. Apa akibatnya jika asas-asas Pemilu tidak dijalankan? 3. Di akhir pertemuan, Tutor menyampaikan rencana dan skenario pertemuan selanjutnya. Bahan Bacaan: a. Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Cetakan ke 3, Rajawali Press, Jakarta, b. Sigit Pamungkas, Perihal Pemilu, Laboratorium Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIPOL UGM, Yogyakarta, Pertemuan 3 dan 4: Mahasiswa memahami dimensi-dimensi yang terdapat dalam sistem dan Hukum Pemilu yang saling mempengaruhi serta mampu menggunakannya untuk menentukan contoh kasusnya di Indonesia. Skenario 1. Langkah 1: Penjelasan singkat topik yang akan dibahas 9
11 Pada pertemuan sebelumnya Tutor menjelaskan secara singkat dimensidimensi atau aspek-aspek yang terdapat dan saling berpengaruh dalam suatu sistem Pemilu. 2. Langkah 2: Penetapan Konsep dan Isu Hukum yang harus dijawab Disepakati konsep dan isu hukum yang harus dijelaskan, setidaknya meliputi: 1) Pilihan demokrasi langsung dan tidak langsung; 2) Frekuensi pelaksanaan Pemilu; 3) Assembly size; 4) District magnitude; 5) Electoral formula; 6) Treshold; 7) Konversi suara menjadi perolehan kursi; 8) Hubungan antara satu dimensi dengan dimensi yang lain; 9) Contoh dalam kasus di Indonesia; 3. Langkah 3: Pengumpulan informasi dan belajar secara mandiri disertai contoh analisis kasus. a. Mahasiswa dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok I membahas tentang Pilihan demokrasi, frekuensi pelaksanaan Pemilu, assembly size, dan district magnitude. Kelompok II membahas tentang electoral formula, treshold, dan konversi suara menjadi kursi. b. Mahasiswa melakukan kerja dan diskusi kelompok untuk mencari jawaban tentang konsep dan isu hukum yang telah ditentukan. c. Kelompok mahasiswa merumuskan jawabannya dalam bentuk tayangan. 4. Langkah 4: Diskusi Mahasiswa a. Mahasiswa mempresentasikan hasil kerja dan diskusi kelompok dihadapan kelas. b. Mahasiswa lain mengajukan pertanyaan atau menanggapi presentasi. c. Dilakukan secara bergantian. 5. Langkah 5: Klarifikasi oleh Tutor a. Tutor mereview proses diskusi secara keseluruhan. b. Tutor mengklarifikasi konsep atau isu hukum yang belum jelas atau masih terdapat perdebatan. c. Tutor harus memastikan bahwa semua konsep dan isu hukum telah dipahami oleh mahasiswa. Bahan Bacaan: a. Arend Lijphart, Electoral System and Party System, Oxford University Pers, b. Arend Lijphart, Pattern of Democracy, Yale University Pers, c. Pippa Noris, Choosing Electoral System: Proportional, Majoritarian and Mixed Systems; International Political Science Review Vol. 18 (3). 10
12 d. IFES, Sistem Pemilu, Pertemuan 5: Mahasiswa mengetahui dan dapat membedakan macam-macam sistem Pemilu (electoral formula). Skenario 1. Langkah 1: Penjelasan singkat topik yang akan dibahas Pada pertemuan sebelumnya Tutor menjelaskan secara singkat terdiri dari apa sajakah dan pengklasifikasian sistem Pemilu. 2. Langkah 2: Penetapan Konsep dan Isu Hukum yang harus dijawab Disepakati konsep dan isu hukum yang harus dijelaskan, setidaknya meliputi: 1) Mayoritas Pluralitas; a) First Past the Post b) Block Vote c) Alternative Vote d) Two Round System 2) Semi Proporsional; a) Single Non Transferable Vote b) Paralel System c) Limited Vote 3) Proporsional; a) Party List b) Single Transferable Vote c) Largest Remainder d) Hight Average 4) Bagaimana pengaruh pilihan sistem terhadap aspek lain? 5) Bagaimana penerapan sistem tersebut terhadap data hasil Pemilu 2014? 3. Langkah 3: Pengumpulan informasi dan belajar secara mandiri disertai contoh analisis kasus. a. Mahasiswa dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok I membahas tentang Sistem Mayoritas Pluralitas. Kelompok II membahas tentang sistem Semi Proporsional. Kelompok III membahas tentang sistem Proporsional. b. Mahasiswa melakukan kerja dan diskusi kelompok untuk mencari jawaban tentang konsep dan isu hukum yang telah ditentukan. c. Kelompok mahasiswa merumuskan jawabannya dalam bentuk tayangan. 11
13 4. Langkah 4: Diskusi Mahasiswa a. Mahasiswa mempresentasikan hasil kerja dan diskusi kelompok dihadapan kelas. b. Mahasiswa lain mengajukan pertanyaan atau menanggapi presentasi. c. Dilakukan secara bergantian. 5. Langkah 5: Klarifikasi oleh Tutor a. Tutor mereview proses diskusi secara keseluruhan. b. Tutor mengklarifikasi konsep atau isu hukum yang belum jelas atau masih terdapat perdebatan. c. Tutor harus memastikan bahwa semua konsep dan isu hukum telah dipahami oleh mahasiswa dan mampu membuat contoh kasus penerapan masing-masing sistem. Bahan Bacaan: a. Arend Lijphart, Electoral System and Party System, Oxford University Pers, b. Arend Lijphart, Pattern of Democracy, Yale University Pers, c. Pippa Noris, Choosing Electoral System: Proportional, Majoritarian and Mixed Systems; International Political Science Review Vol. 18 (3). d. IFES, Sistem Pemilu, Pertemuan 6 Mahasiswa memahami dasar hukum, sistem, penyelenggara, dan hasil dalam Pemilu yang pernah dilakukan di Indonesia. Skenario: a) Tutor menyampaikan materi tentang Sejarah Pemilu di Indonesia yang meliputi: 1) Dasar hukum 2) Sistem Pemilu 3) Penyelenggara 4) Hasil Pemilu b) Tutor membandingkan penyelenggaraan Pemilu yang pernah dilakukan. c) Tutor membuka kesempatan tanya jawab. Bahan Bacaan: Janedjri, Politik Hukum Pemilu. Jakarta: Konstitusi Press, Pertemuan 7: 12
14 Mahasiswa memahami ketentuan dan mekanisme dalam Pemilu anggota DPR dan DPRD serta menerapkan sistem yang digunakan terhadap hasil Pemilu. Skenario 1. Langkah 1: Penjelasan singkat topik yang akan dibahas Pada pertemuan sebelumnya Tutor menjelaskan secara singkat tentang ketentuan penyelenggaraan Pemilihan Umum anggota DPR dan DPRD. 2. Langkah 2: Penetapan Konsep dan Isu Hukum yang harus dijawab Disepakati konsep dan isu hukum yang harus dijelaskan, setidaknya meliputi: 1) Apakah dasar hukum penyelenggaraan Pemilu anggota DPR dan DPD tahun 2014? 2) Sistem apakah yang digunakan?; 3) Apa saja tahapan penyelenggaraan Pemilu?; 4) Apakah yang dimaksud Parliamentary treshold dan apa hubungannya dengan district magnitude; 5) Bagaimanakah cara penghitungan perolehan kursi?; 6) Bagaimanakah cara penentuan calon terpilih?; 3. Langkah 3: Pengumpulan informasi dan belajar secara mandiri disertai contoh analisis kasus. a. Mahasiswa didorong untuk mencari jawaban dari pertanyaan konsep dan isu hukum secara mandiri. b. Mahasiswa diminta untuk mengakses data hasil Pemilu 2014 dan mengaplikasikan konsep terhadap data tersebut untuk Jawa Timur dan DAPIL Malang Raya. Data yang dimaksud adalah: 1) Hasil Pemilu DPD: lamp_model_e-1_dpd_2014.pdf 2) Hasil Pemilu DPR: Perolehan_suara_parpol.pdf 3) Rekapitulasi Perolehan Suara Nasional Partai Politik: c. Mahasiswa merumuskan jawabannya dalam bentuk paper. 4. Langkah 4: Diskusi Mahasiswa a. Mahasiswa dipilih secara acak mempresentasikan hasil kerja. b. Mahasiswa lain mengajukan pertanyaan atau menanggapi presentasi. 5. Langkah 5: Klarifikasi oleh Tutor d. Tutor mereview proses diskusi secara keseluruhan. e. Tutor mengklarifikasi konsep atau isu hukum yang belum jelas atau masih terdapat perdebatan. f. Tutor harus memastikan bahwa semua konsep dan isu hukum telah dipahami oleh mahasiswa. 13
15 Bahan Bacaan: a. UU Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggara Pemilihan Umum b. UU Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD Pertemuan 10: Mahasiswa memahami ketentuan dan mekanisme dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, dan menerapkan sistem yang digunakan terhadap hasil Pemilu. Skenario 1. Langkah 1: Penjelasan singkat topik yang akan dibahas Pada pertemuan sebelumnya Tutor menjelaskan secara singkat tentang ketentuan penyelenggaraan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden. 2. Langkah 2: Penetapan Konsep dan Isu Hukum yang harus dijawab Disepakati konsep dan isu hukum yang harus dijelaskan, setidaknya meliputi: 1) Apakah dasar hukum penyelenggaraan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014? 2) Sistem apakah yang digunakan? 3) Apakah yang dimaksud dengan Presidential Treshold? Apa tujuannya? 4) Apa sajakah persyaratan yang harus dipenuhi oleh pasangan calon? 5) Apa saja tahapan penyelenggaraan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden? 6) Bagaimanakah cara penentuan calon terpilih? 3. Langkah 3: Pengumpulan informasi dan belajar secara mandiri disertai contoh analisis kasus. a. Mahasiswa didorong untuk mencari jawaban dari pertanyaan konsep dan isu hukum secara mandiri. b. Mahasiswa diminta untuk mengakses data hasil Pemilu 2014 dan mengaplikasikan konsep terhadap data tersebut. Data yang dimaksud adalah: 1) Keputusan Penetapan Pasangan Calon: koleksigambar/sk_kpu_535_ pdf 2) Hasil Penghitungan Suara: _Nasional_Rekapitulasi_2014_-_New_-_Final_2014_07_22.pdf 3) Penetapan hasil rekapitulasi: DD1_Pilpres_2014.pdf 14
16 4) Penetapan calon terpilih: SK_KPU_536_ pdf c. Mahasiswa merumuskan jawabannya dalam bentuk paper. 4. Langkah 4: Diskusi Mahasiswa a. Mahasiswa dipilih secara acak mempresentasikan hasil kerja. b. Mahasiswa lain mengajukan pertanyaan atau menanggapi presentasi. 5. Langkah 5: Klarifikasi oleh Tutor a. Tutor mereview proses diskusi secara keseluruhan. b. Tutor mengklarifikasi konsep atau isu hukum yang belum jelas atau masih terdapat perdebatan. c. Tutor harus memastikan bahwa semua konsep dan isu hukum telah dipahami oleh mahasiswa. Bahan Bacaan: a. UU Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggara Pemilihan Umum. b. UU Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden. Pertemuan 11: Mahasiswa memahami ketentuan dan mekanisme dalam Pemilihan Kepala Daerah. Skenario 1. Langkah 1: Penjelasan singkat topik yang akan dibahas Pada pertemuan sebelumnya Tutor menjelaskan secara singkat tentang ketentuan penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah. 2. Langkah 2: Penetapan Konsep dan Isu Hukum yang harus dijawab Disepakati konsep dan isu hukum yang harus dijelaskan, setidaknya meliputi: 1) Apakah dasar hukum penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah? 2) Sistem apakah yang digunakan? 3) Apa sajakah persyaratan yang harus dipenuhi oleh pasangan calon? 4) Apa saja tahapan penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah? 5) Bagaimanakah cara penentuan calon terpilih? 3. Langkah 3: Pengumpulan informasi dan belajar secara mandiri disertai contoh analisis kasus. a. Mahasiswa didorong untuk mencari jawaban dari pertanyaan konsep dan isu hukum secara mandiri. b. Mahasiswa merumuskan jawabannya dalam bentuk paper. 15
17 4. Langkah 4: Diskusi Mahasiswa a. Mahasiswa dipilih secara acak mempresentasikan hasil kerja. b. Mahasiswa lain mengajukan pertanyaan atau menanggapi presentasi. 5. Langkah 5: Klarifikasi oleh Tutor a. Tutor mereview proses diskusi secara keseluruhan. b. Tutor mengklarifikasi konsep atau isu hukum yang belum jelas atau masih terdapat perdebatan. c. Tutor harus memastikan bahwa semua konsep dan isu hukum telah dipahami oleh mahasiswa. Bahan Bacaan: a. UU Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggara Pemilihan Umum. b. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota. Pertemuan 12: Mahasiswa memahami lembaga-lembaga penyelenggara Pemilu, tugas dan fungsi, serta hubungan antar penyelenggara Pemilu. Skenario 1. Langkah 1: Penjelasan singkat topik yang akan dibahas Pada pertemuan sebelumnya Tutor menjelaskan secara singkat tentang ketentuan penyelenggara Pemilu. 2. Langkah 2: Penetapan Konsep dan Isu Hukum yang harus dijawab Disepakati konsep dan isu hukum yang harus dijelaskan, setidaknya meliputi: 1) Lembaga apa saja yang termasuk dalam kategori penyelenggara Pemilu? 2) Apa fungsi masing-masing? 3) Apa tugas dan tanggungjawab masing-masing? 4) Bagaimana hubungan di antara lembaga penyelenggara Pemilu? 3. Langkah 3: Pengumpulan informasi dan belajar secara mandiri disertai contoh analisis kasus. a. Mahasiswa didorong untuk mencari jawaban dari pertanyaan konsep dan isu hukum secara mandiri. b. Mahasiswa merumuskan jawabannya dalam bentuk paper. 4. Langkah 4: Diskusi Mahasiswa a. Mahasiswa dipilih secara acak mempresentasikan hasil kerja. b. Mahasiswa lain mengajukan pertanyaan atau menanggapi presentasi. 16
18 5. Langkah 5: Klarifikasi oleh Tutor a. Tutor mereview proses diskusi secara keseluruhan. b. Tutor mengklarifikasi konsep atau isu hukum yang belum jelas atau masih terdapat perdebatan. c. Tutor harus memastikan bahwa semua konsep dan isu hukum telah dipahami oleh mahasiswa. Bahan Bacaan: UU Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggara Pemilihan Umum. Pertemuan Skenario 1. Langkah 1: Penjelasan singkat topik yang akan dibahas Pada pertemuan sebelumnya Tutor menjelaskan secara singkat tentang jenis-jenis sengketa, pelanggaran, dan mekanisme penyelesaian. 2. Langkah 2: Penetapan Konsep dan Isu Hukum yang harus dijawab Disepakati konsep dan isu hukum yang harus dijelaskan, setidaknya meliputi: 1) Apa kreteria pelanggaran adminitratif dan pelanggaran pidana? 2) Bagaimana mekanisme penyelesaian pelanggaran tersebut? 3) Bagaimana hubungan antara Bawaslu, KPU, dan PTUN dalam penyelesaian pelanggaran admiistratif? 4) Apakah yang dimaksud sengketa hasil? 5) Bagaimana mekanisme penyelesaian sengketa hasil? 3. Langkah 3: Pengumpulan informasi dan belajar secara mandiri disertai contoh analisis kasus. a. Mahasiswa dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok I membahas tentang Sengketa Administratif dan penyelesaiannya. Kelompok II membahas tentang penyelesaian pelanggaran pidana dan sengketa hasil.. b. Mahasiswa melakukan kerja dan diskusi kelompok untuk mencari jawaban tentang konsep dan isu hukum yang telah ditentukan. c. Kelompok mahasiswa merumuskan jawabannya dalam bentuk tayangan. 4. Langkah 4: Diskusi Mahasiswa a. Mahasiswa mempresentasikan hasil kerja dan diskusi kelompok dihadapan kelas. b. Mahasiswa lain mengajukan pertanyaan atau menanggapi presentasi. c. Dilakukan secara bergantian. 5. Langkah 5: Klarifikasi oleh Tutor a. Tutor mereview proses diskusi secara keseluruhan. 17
19 b. Tutor mengklarifikasi konsep atau isu hukum yang belum jelas atau masih terdapat perdebatan. c. Tutor harus memastikan bahwa semua konsep dan isu hukum telah dipahami oleh mahasiswa dan mampu membuat contoh kasus penerapan masing-masing sistem. Bahan Bacaan: a. Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun b. UU Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden. c. UU Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggara Pemilihan Umum d. UU Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD. e. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota. f. Topo Santoso & Didik Supriyanto, Mengawasi Pemilu Mengawal Demokrasi, Murai Kencana, g. Janedjri, Politik Hukum Pemilu. Jakarta: Konstitusi Press,
RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN (MANUAL MAHASISWA)
RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN (MANUAL MAHASISWA) Bobot sks Kode Mata Kuliah Penyusun : 2 (dua) sks : HKK4003 : Dr. Indah Dwi Qurbani, S.H.,
Lebih terperinciMODUL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (MANUAL DOSEN)
MODUL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (MANUAL DOSEN) Bobot sks : 2 sks Kode Mata Kuliah : 4007 Penyusun : Emi Setyaningsih, M.Phil Galieh Damayanti, SH., M H Mohammad Anas, M.Phil Prisca Kiki Wulandari, S.Pd,
Lebih terperinciContoh Pendidikan Karakter Dalam Mata Kuliah: Sikap Mental Etika Profesi
Majelis Pendidikan Tinggi Dewan Pendidikan Tinggi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Kopertis Wilayah V Yogyakarta, 4 April 2017 Contoh Pendidikan Karakter Dalam Mata Kuliah: Sikap Mental
Lebih terperinci2 Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengawasan Pemilihan Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembar
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.773, 2015 BAWASLU. Pemilihan Umum. Pengawasan. Perubahan. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN
Lebih terperinciBADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 11 TAHUN
Lebih terperinciKODIFIKASI UNDANG-UNDANG PEMILU
SEMINAR KODIFIKASI UNDANG-UNDANG NASKAH AKADEMIK RENCANGAN UNDANG-UNDANG JAKARTA, 18 MEI 2016 Anggota DPR, DPD, DPRD PERUBAHAN UUD 1945 Presiden dan Wakil Presiden PEMILIHAN Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Lebih terperinciPEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS
PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS Anang Dony Irawan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surabaya Jl. Sutorejo No. 59 Surabaya 60113 Telp. 031-3811966,
Lebih terperinciDaftar Isi Undang undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum
Daftar Isi Undang undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum Buku Bab Bagian Par Kesatu Ketentuan Umum I Pengertian Istilah 3 II Asas, Prinsip dan Tujuan 7 Kedua Penyelenggara Pemilu I KPU 9 Kesatu
Lebih terperinciMuchamad Ali Safa at
Muchamad Ali Safa at FUNGSI DAN TUJUAN Fungsi: sarana perwujudan kedaulatan rakyat; Tujuan menghasilkan wakil rakyat (anggota DPR, DPD dan DPRD) yang aspiratif, berkualitas, dan bertanggung jawab ASAS
Lebih terperinciS I L A B I A. IDENTITAS MATA KULIAH NAMA MATA KULIAH : HUKUM PIDANA PERS STATUS MATA KULIAH : WAJIB KONSENTRASI KODE MATA KULIAH : JUMLAH SKS : 2
S I L A B I A. IDENTITAS MATA KULIAH NAMA MATA KULIAH : HUKUM PIDANA PERS STATUS MATA KULIAH : WAJIB KONSENTRASI KODE MATA KULIAH : JUMLAH SKS : 2 B. DESKRIPSI MATA KULIAH Hukum Pidana Pers merupakan mata
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pemaparan dalam hasil penelitian dan pembahasan
136 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan dalam hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka yang menjadi kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pilkada di Indonesia
Lebih terperinciPENGKODIFIKASIAN UNDANG-UNDANG PEMILU
Policy Brief [01] Kodifikasi Undang-undang Pemilu Oleh Sekretariat Bersama Kodifikasi Undang-undang Pemilu MASALAH Dalam rangka menyelenggarakan pemilu legislatif, pemilu presiden, dan pilkada, dalam 15
Lebih terperinciPenjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik... 133 I. Umum... 133 II. Pasal Demi Pasal...
DAFTAR ISI Hal - Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum... - BAB I Ketentuan Umum... 4 - BAB II Asas Penyelenggara Pemilu... 6 - BAB III Komisi Pemilihan
Lebih terperinciBAB III BAWASLU DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA PEMILU. A. Kewenangan Bawaslu dalam Menyelesaikan Sengketa Pemilu
41 BAB III BAWASLU DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA PEMILU A. Kewenangan Bawaslu dalam Menyelesaikan Sengketa Pemilu Pemilihan umum merupakan pesta demokrasi yang dilakukan untuk memilih seorang pemimpin.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencerminkan dengan agak akurat partisipasi serta aspirasi masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gerakan Reformasi tidak hanya memasang target rezim orde baru berakhir, tetapi juga bertujuan membangun Indonesia yang demokratis dan berkeadilan. Pemilu tidak saja
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.98, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU. Dana Kampanye Pemilihan Umum. Anggota DPR, DPD, DPRD. Pengawasan. Pedoman. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN
Lebih terperinciA. IDENTITAS MATA KULIAH
SILABUS A. IDENTITAS MATA KULIAH Nama Matakuliah : Ilmu Pendidikan Nomor Kode : Jumlah sks : 2 sks Semester : 1 Program Studi : Sastra Agama dan Pendidikan Bahasa Bali Jenjang : S1 Prasyarat : - Dosen
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. sistem-sistem yang diterapkan dalam penyelenggaraan Pemilu di kedua Pemilu itu
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Pembahasan dalam bab sebelumnya (Bab IV) telah diuraikan beberapa ketentuan pokok dalam penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu). Pemilu anggota DPR, DPD dan DPRD 2009 dan 2014
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 65/PUU-XIV/2016 Konstitusinalitas KPU Sebagai Penyelenggara Pemilihan Kepala Daerah Pada Rezim Pemilihan Kepala Daerah Bukan Pemilihan Umum I. PEMOHON 1. Muhammad Syukur
Lebih terperinciPENTINGNYA KETERWAKILAN PEREMPUAN DI LEMBAGA PENYELENGGARA PEMILU
PENTINGNYA KETERWAKILAN PEREMPUAN DI LEMBAGA PENYELENGGARA PEMILU DIAN KARTIKASARI, KOALISI PEREMPUAN INDONESIA DISKUSI MEDIA PUSKAPOL, PENTINGNYA KETERWAKILAN PEREMPUAN DALAM KPU DAN BAWASLU, JAKARTA,
Lebih terperinciBADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN PENETAPAN HASIL PEMILIHAN UMUM DAN PENGGANTIAN CALON TERPILIH
Lebih terperinciPERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG
PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat prinsipil. Karenanya dalam rangka pelaksanaan hak-hak asasi adalah suatu keharusan bagi pemerintah
Lebih terperinciKODIFIKASI UNDANG-UNDANG PEMILU. Sekretariat Bersama Kodifikasi Undang-undang Pemilu
KODIFIKASI UNDANG-UNDANG Sekretariat Bersama Kodifikasi Undang-undang Pemilu TAHAP KE-1 KAJIAN DAN SIMULASI SISTEMATIKA KODIFIKASI TAHAP KE-2 Jun-Des 2014 Jun 2015 April 2016 KAJIAN DAN SIMULASI MATERI
Lebih terperinciDAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR SINGKATAN... ABSTRACT...
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR SINGKATAN... ABSTRACT... INTISARI... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR
Lebih terperinciBADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG
BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA
Lebih terperinciGBHN = Demokrasi Mayoritas Muchamad Ali Safa at 1
GBHN = Demokrasi Mayoritas Muchamad Ali Safa at 1 Dengan menggunakan teori Arend Lijphart (1999) tentang pola negara demokrasi, Tulisan Yudi Latif berjudul Basis Sosial GBHN (Kompas,12/2/2016) memberikan
Lebih terperinciSEJARAH PEMILU DI INDONESIA. Muchamad Ali Safa at
SEJARAH PEMILU DI INDONESIA Muchamad Ali Safa at Awal Kemerdekaan Anggota KNIP 200 orang berdasarkan PP Nomor 2 Tahun 1946 tentang Pembaharuan KNIP (100 orang wakil daerah, 60 orang wakil organisasi politik,
Lebih terperinciBADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG
1 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN PENETAPAN JUMLAH KURSI DAN DAERAH PEMILIHAN PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPRD
Lebih terperinciPerolehan Suara Menjadi Kursi
Cara Penghitungan Perolehan Suara Menjadi Kursi DPR dan DPRD Pemilu 2014 Cara Penghitungan Perolehan Suara Menjadi Kursi DPR dan DPRD Pemilu 2014 Indonesian Parliamentary Center (IPC) 2014 Cara Penghitungan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.792, 2013 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Pemberian Keterngan. Perselisihan Hasil Pemilu. MK. Bawaslu. Tata Cara. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 13 TAHUN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkataan yaitu, demos yang berarti rakyat dan cratein yang berarti
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demokrasi Istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua perkataan yaitu, demos yang berarti rakyat dan cratein yang berarti memerintah. Dengan demikian Demokrasi
Lebih terperinciBADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG
BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 24 TAHUN
Lebih terperinciManual Prosedur Pelaksanaan Matrikulasi dan Perkuliahan
Manual Prosedur Pelaksanaan Matrikulasi dan Perkuliahan JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014 Manual Prosedur Pelaksanaan Matrikulasi dan Perkuliahan Jurusan Manajemen
Lebih terperinciBAB II PELAKSANA PENGAWASAN
- 2 - c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum tentang Pengawasan Penataan Daerah Pemilihan dan Alokasi
Lebih terperinciStandard Operating Procedure. FASILITATOR PBL (Problem Based Learning)
Standard Operating Procedure FASILITATOR PBL (Problem Based Learning) PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 07 0 LEMBAR IDENTIFIKASI Nama Dokumen :
Lebih terperinciKOMISI PEMILIHAN UMUM
KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BOJONEGORO Jl. K.H.R. Moh. Rosyid No. 93 Bojonegoro Email : kpubojonegoro@gmail.com website : kpud-bojonegorokab.go.id 1.1 Kondisi Umum Komisi Pemilihan Umum (KPU) adalah
Lebih terperinciPEMILIHAN UMUM. R. Herlambang Perdana Wiratraman, SH., MA. Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 6 Juni 2008
PEMILIHAN UMUM R. Herlambang Perdana Wiratraman, SH., MA. Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 6 Juni 2008 Sub Pokok Bahasan Memahami Sistem Pemilu dalam Ketatanegaraan
Lebih terperinciBADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG
BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 15 TAHUN
Lebih terperinciTujuan, Metodologi, dan Rekan Survei
Sejak reformasi dan era pemilihan langsung di Indonesia, aturan tentang pemilu telah beberapa kali mengalami penyesuaian. Saat ini, empat UU Pemilu yang berlaku di Indonesia kembali dirasa perlu untuk
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.245, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5588) PERATURAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciParagraf 2 KPU Provinsi. Pasal 9
- 12 - Paragraf 2 KPU Provinsi Pasal 9 (1) Tugas dan wewenang KPU Provinsi dalam penyelenggaraan Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah meliputi:
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA
PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciOleh : Dr. Muhammad, S.IP., M.Si. (Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum)
Oleh : Dr. Muhammad, S.IP., M.Si. (Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum) Disampaikan dalam RAKORNAS dalam Rangka Pemantapan Pelaksanaan Pemilu DPR, DPD, dan DPRD Tahun 2014, Balai Sidang Jakarta Convention
Lebih terperinciBudiarjo, Miriam Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Daftar Pustaka Ali Safa at, Muchamad. 2001. Pembubaran Partai Politik Pengaturan dan Praktik Pembubaran Partai Politik dalam Pergulatan republik. Jakarta: Rajawali Pers. Amal, Ichlasul. 1988. Teori-teori
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PENGAWASAN ATAS PENDAFTARAN,
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG
Lebih terperinciURGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014
KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014 Disampaikan pada acara Round Table Discussion (RTD) Lemhannas, Jakarta, Rabu 12 Oktober
Lebih terperinciBADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG
BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN KETERANGAN DALAM PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.23, 2015 PEMERINTAHAN DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Penetapan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5656) UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciDAFTAR RIWAYAT HIDUP CALON ANGGOTA TIM SELEKSI BAWASLU PROVINSI PROVINSI.
LAMPIRAN 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP CALON ANGGOTA TIM SELEKSI BAWASLU PROVINSI PROVINSI. 1. 2. *) 3. : 4. : 5. Agama : 6. : 7. Status Perkawinan : a. Belum /sudah/pernah kawin *) 8. : b. istri/suami *)......
Lebih terperinciPakuan Law Review Volume 3, Nomor 2, Juli-Desember 2017
PERSPEKTIF PENGATURAN TINDAK PIDANA DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN STUDI TERHADAP UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN
Lebih terperinciPROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014
MANUAL PROSEDUR PELAKSANAAN KULIAH Kode Dokumen : 0110507014 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014 1 MANUAL PROSEDUR PELAKSANAAN KULIAH Program
Lebih terperinciRingkasan Putusan. 1. Pemohon : HABEL RUMBIAK, S.H., SPN. 2. Materi pasal yang diuji:
Ringkasan Putusan Sehubungan dengan sidang pembacaan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 130/PUU-VI/2008 tanggal 30 Desember 2009 atas Undang-undang 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan
Lebih terperinciManual Prosedur Pelaksanaan Matrikulasi dan Perkuliahan
Manual Prosedur Pelaksanaan Matrikulasi dan Perkuliahan PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013 Manual Prosedur Pelaksanaan
Lebih terperinciBEBERAPA MASALAH DALAM PENYELESAIAN PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM 1
BEBERAPA MASALAH DALAM PENYELESAIAN PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM 1 Oleh: A. Mukthie Fadjar 2 I. Pendahuluan Salah satu kewenangan konstitusional yang diberikan kepada Mahkamah Konstitusi (disingkat
Lebih terperinciKOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KENDAL. SALINAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KENDAL NOMOR: 11/Kpts/KPU-Kab-012.
KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KENDAL SALINAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KENDAL NOMOR: 11/Kpts/KPU-Kab-012.329248/TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PENCALONAN PEMILIHAN BUPATI
Lebih terperinci2 Mengingat : Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 101, Tambaha
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1985, 2014 PERATURAN BERSAMA. Pemilihan Umum. Penyelenggaraan. Tata Laksana. PERATURAN BERSAMA KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA, BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM
Lebih terperinciBAHAN RATAS RUU PENYELENGGARAAN PEMILU SELASA, 13 SEPTEMBER 2016
BAHAN RATAS RUU PENYELENGGARAAN PEMILU SELASA, 13 SEPTEMBER 2016 NO. ISU STRATEGIS URAIAN PERMASALAHAN USULAN KPU 1. Penyelenggara - KPU dalam relasi dengan lembaga lain terkesan ditempatkan sebagai subordinat.
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA
PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciMANUAL PROSEDUR PELAKSANAAN KULIAH. Kode Dokumen :
MANUAL PROSEDUR PELAKSANAAN KULIAH Kode Dokumen : 01102 07014 JURUSAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2011 MANUAL PROSEDUR PELAKSANAAN KULIAH Jurusan Ilmu Komunikasi Kode Dokumen : 01102 07014
Lebih terperinciPILPRES & PILKADA (Pemilihan Presiden dan Pemilihan Kepala Daerah)
PILPRES & PILKADA (Pemilihan Presiden dan Pemilihan Kepala Daerah) R. Herlambang Perdana Wiratraman, SH., MA. Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 21 Mei 2008 Pokok
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemilihan umum
Lebih terperinciBADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG
BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PELAPORAN DAN PENANGANAN PELANGGARAN PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 101, 2011 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5246) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN
Lebih terperinciElectoral Law. Electoral Process. Electoral Governance
Gregorius Sahdan, S.IP, M.A Direktur The Indonesian Power for Democracy (IPD), Staf Pengajar Pada Program Studi Ilmu Pemerintahan STPMD APMD Yogyakarta Email: gorissahdan@yahoo.com Nohp: 085 253 368 530
Lebih terperinciSILABI MATA KULIAH HUKUM HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL
SILABI MATA KULIAH HUKUM HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL Fakultas Jurusan/ Prodi Mata Kuliah : Syari ah : Hukum Bisnis Syariah : Hukum HKI Kode Mata Kuliah : 0822236 SKS : 2 Standar kompetensi : memahami
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PROSES PERKULIAHAN FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS TADULAKO (SOP-FAPETKAN-UTD )
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS TADULAKO (SOP-FAPETKAN-UTD-15-003) Revisi ke : Satu Dibuat oleh : Penjaminan Mutu Fakultas Peternakan dan Perikanan UNTAD Dikaji ulang oleh : Wakil Dekan 1
Lebih terperinciBADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG
BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PENGAWASAN ATAS PENDAFTARAN, VERIFIKASI PARTAI POLITIK CALON PESERTA
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA
PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciBADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG
BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN
Lebih terperinciKONTRAK PERKULIAHAN (PEDOMAN PERKULIAHAN MAHASISWA)
KONTRAK PERKULIAHAN (PEDOMAN PERKULIAHAN MAHASISWA) Mata Kuliah Kode Mata MT Bobot SKS Alokasi Waktu Dosen Pembina : Hukum Keuangan : 2MKK125 : 2 SKS : 16 X 90 Menit : FAHARUDIN, S.H., M.H. A. Manfaat
Lebih terperinciKEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KPU KABUPATEN TABANAN Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tabanan sebagai suatu sub sistem dari Komisi Pemilihan Umum,
KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KPU KABUPATEN TABANAN Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tabanan sebagai suatu sub sistem dari Komisi Pemilihan Umum, menempati kedudukan yang cukup penting dalam menjaga proses
Lebih terperinciBAB III Pastikan proses penetapan calon terpilih berdasarkan rekapitulasi hasil penghitungan suara sesuai tingkatannya
BAB III Pastikan proses penetapan calon terpilih berdasarkan rekapitulasi hasil penghitungan suara sesuai tingkatannya Bab ini menjelaskan tentang: A. Penetapan Calon Terpilih Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi
Lebih terperinciBAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN
28 BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN Dalam bab tiga ini akan menjelaskan analisis sistem yang sedang berjalan dan pemecahan masalah. Analisis dan pemecahan masalah di dapat dari sumber data yang diperoleh
Lebih terperinciPedoman Perkuliahan Agronomi Lanjut. Roedhy Poerwanto Ade Wachyar Iskandar Lubis Harjadi
Pedoman Perkuliahan Agronomi Lanjut Roedhy Poerwanto Ade Wachyar Iskandar Lubis Harjadi Satuan Kredit Semester kegiatan tatap muka terjadwal dengan dosen selama 50 menit, kegiatan akademik terstruktur
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KERJA (KAK)
(KAK) SOSIALISASI UU PEMILU NO. 07 TAHUN 2017 DI KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN ANGGARAN 2018 BADAN KESATUAN BANGSA, POLITIK DAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2018
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN BERSAMA KOMISI PEMILIHAN UMUM, BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, DAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM NOMOR 13 TAHUN 2012 NOMOR 11 TAHUN 2012 NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PENYELENGGARA
Lebih terperinciBAB 1 Pendahuluan L IHA PEMILIHAN UMUM
BAB 1 Pendahuluan SI L IHA N PEM UMUM MI KO I 2014 PEMILIHAN UMUM A. Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan yang telah mengalami
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.983, 2013 KEPOLISIAN. Penyidikan. Tindak Pidana. Pemilu. Tata Cara. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENYIDIKAN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemilihan umum
Lebih terperinciRENCANA PROGRAM DANKEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER/RENCANA PEMBELAJARAN/GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN &SATUAN ACARA PERKULIAHAN
RENCANA PROGRAM DANKEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER/RENCANA PEMBELAJARAN/GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN &SATUAN ACARA PERKULIAHAN KLINIK HUKUM ANTI KORUPSI PROGRAM STUDI S1 ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM
Lebih terperinciPERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA
DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU PENYELENGGARA
Lebih terperinciSILABUS DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN
SILABUS DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN Nama Mata Kuliah : Bobot sks : 3 sks Tim Penyusun :1. Drs. Zusihadi (Ketua) 2. Drs. Hardowiyono, M. Si 3. Muslih Subandi, SH 4. Ikaningtyas, SH., LLM 5. Muhammad Anas,
Lebih terperinciKEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA PANGKALPINANG. NOMOR : 06/Kpts/KPU-Kota /2013 TENTANG
KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA PANGKALPINANG NOMOR 06/Kpts/KPU-Kota-009.436512/2013 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PEMANTAUAN DAN TATA CARA PEMANTAUAN PADA PEMILIHAN UMUM WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA PANGKALPINANG
Lebih terperinciPEMILU. Oleh : Nur Hidayah
PEMILU Oleh : Nur Hidayah A. PENGERTIAN PEMILU Merupakan salah satu sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang berdasarkan pada demokrasi perwakilan. Pemilu diartikan sebagai mekanisme penyeleksian dan
Lebih terperinciPEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN
BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN Kegiatan pembelajaran di Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dengan menekankan
Lebih terperinciKOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KEBUMEN. SALINAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 12/Kpts/KPU-Kab /V/2015 TENTANG
KOMISI PEMILIHAN UMUM SALINAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR : 12/Kpts/KPU-Kab-012.329455/V/2015 TENTANG PENETAPAN JUMLAH SUARA SAH DAN KURSI PARTAI POLITIK HASIL PEMILU ANGGOTA DPRD TAHUN 2014
Lebih terperinciBADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG
BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 3 TAHUN
Lebih terperinciTerm Of Reference. Diskusi Publik Proyeksi Penegakan Hukum Pemilu dan Pemilihan Kepala Daerah Kedepan. Jakarta, 13 November 2014
Jalan Tebet Timur IVA No. 1, Tebet Jakarta Selatan, Indonesia Telp. 021-8300004, Faks. 021-83795697 perludem@cbn.net.id, perludem@gmail.com www.perludem.or.id Term Of Reference Diskusi Publik Proyeksi
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN
SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH: MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KODE: IN 503 Dr. H. ANDOYO SASTROMIHARJO, M.Pd. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA 2013 Tujuan Pembelajaran
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan
Lebih terperinciSistem Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD Tahun 2014 Oleh Husni Kamil Manik (Ketua KPU RI Periode )
Sistem Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD Tahun 2014 Oleh Husni Kamil Manik (Ketua KPU RI Periode 2012-2017) I. Pemilihan Umum Pengisian lembaga perwakilan dalam praktik ketatanegaraan demokratis lazimnya
Lebih terperinciKOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR: 09/Kpts/KPU-Prov-010/2011 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PEMANTAU DAN
Lebih terperinciDemokrat Peduli, Serap Aspirasi, dan Beri Solusi Untuk Kesejahteraan Rakyat
PANDANGAN FRAKSI FRAKSI PARTAI DEMOKRAT DPR RI TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM DALAM PEMBICARAAN TINGKAT II (PENGAMBILAN KEPUTUSAN) PADA RAPAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasca reformasi tahun 1998, landasan hukum pemilihan umum (pemilu) berupa Undang-Undang mengalami perubahan besar meskipun terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasca reformasi tahun 1998, landasan hukum pemilihan umum (pemilu) berupa Undang-Undang mengalami perubahan besar meskipun terjadi kesinambungan dibandingkan dengan
Lebih terperinciNEGARA-NEGARA YANG MELAKUKAN PERUBAHAN SISTEM PEMILU
NEGARA-NEGARA YANG MELAKUKAN PERUBAHAN SISTEM PEMILU SISTEM PEMILU Pilihan atas sistem pemilu merupakan salah satu keputusan kelembagaan yang paling penting bagi negara demokrasi di manapun. Pilihan sistem
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan
BAB I I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.906, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA. Pemilu. Penyelenggara Kode Etik. PERATURAN BERSAMA KOMISI PEMILIHAN UMUM, BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, DAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA
Lebih terperinci