KESUKAAN PEMILIHAN WARNA DALAM MEWARNAI GAMBAR PADA ANAK KELOMPOK B DI TK GUGUS I TIMBULHARJO SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KESUKAAN PEMILIHAN WARNA DALAM MEWARNAI GAMBAR PADA ANAK KELOMPOK B DI TK GUGUS I TIMBULHARJO SKRIPSI"

Transkripsi

1 KESUKAAN PEMILIHAN WARNA DALAM MEWARNAI GAMBAR PADA ANAK KELOMPOK B DI TK GUGUS I TIMBULHARJO SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Zulfa Fauzia NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA APRIL 2017 i

2 ii

3 iii

4 iv

5 MOTTO The imagination is more important than any knowledge (Albert Einstein) All our dreams can come true if we have courage to pursue them (Walt Disney) v

6 PERSEMBAHAN 1. Ayah dan Ibu saya yang selalu mendukung setiap langkah dan cita- cita. 2. Prodi PGPAUD 2013 yang telah banyak memberikan pengalaman, bantuan, semangat, dan dorongan saya untuk segera menyelesaikan tugas akhir ini. 3. Agama, Bangsa, dan Negara. vi

7 KESUKAAN PEMILIHAN WARNA DALAM MEWARNAI GAMBAR PADA ANAK KELOMPOK B DI TK GUGUS I TIMBULHARJO Oleh Zulfa Fauzia NIM ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah persentase kesukaan pemilihan warna dalam mewarnai gambar pada anak kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendekatan kuantitatif dalam bentuk deskriptif. Terdapat 7 TK yang menjadi populasi, dari populasi ini terbagi menjadi 11 kelas kelompok B dengan jumlah 250 anak. Sejumlah 87 anak yang akan dijadikan sampel. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini mengunakan teknik observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa warna yang disukai anak dalam mewarnai gambar pada kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo adalah warna merah dengan rata- rata sebesar 80,17% dengan keterangan sifat yang ikut teramati yaitu gembira, ramah, dan riang. Pada warna jingga dengan rata- rata sebesar 83,05% dengan keterangan sifat yang ikut teramati yaitu sifat kehangatan, semangat, dan antusias. Dan pada warna kuning dengan rata- rata sebesar 79,89% dengan keterangan sifat berani, agresif, dan energik. Kesukaan warna tersebut dapat dilihat dari hasil mewarnai objek gambar seperti rumah, tumbuhan, hewan, dll dengan menggunakan krayon sebagai alat mewarnainya. Kata kunci: kesukaan pemilihan warna, mewarnai gambar vii

8 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-nya sehingga pada kesempatan ini skripsi yang berjudul Kesukaan Pemilihan Warna dalam Mewarnai Gambar pada Anak Kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo dapat terselesaikan tepat waktu guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat bimbingan, dukungan, kerjasama, dan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk kuliah di kampus yang penuh dengan gudang ilmu ini. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kemudahan dalam proses penyusunan skripsi. 3. Ketua Jurusan PAUD yang telah memberikan saran, motivasi, dan nasehat dalam penyusunan skripsi. 4. Bapak Dr. Harun, M.Pd. selaku dosen pembimbing I dan Ibu Rina Wulandari, M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang dengan sabar membimbing dalam menyusun skripsi dan berkenan meluangkan waktu untuk memberikan saran, arahan, dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Kepala Sekolah TK Aisyiyah Slanggen, TK PKK Tunas Harapan, dan TK Masyithoh Budi Lestari yang telah memberikan ijin penelitian dan sambutan yang sangat hangat di TK yang dipimpin. 6. Ayah dan Ibu serta keluarga besar tercinta yang selalu menyayangi, mendukung, viii

9 mendoakan, dan menasehati dengan penuh kesabaran. 7. Mas Nugroho Sulistya yang selalu sabar menemani kemanapun dan kapanpun dalam mencari referensi buku, memberi masukan dalam mengolah data, dan memotivasi serta mendukung saya. 8. Teman-temanku satu angkatan PG-PAUD 2013 yang selalu berjuang bersama. 9. Sahabatku tersayang kelompok calon istri muslimah Rumpik dan Kelompok Opera Anak Cihuiy serta teman-teman KKN Warungboto dan PPL TK ABA Demakan yang selalu memotivasi, memberikan bantuan, dan kasih sayang. 10. Serta semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi. Hanya doa yang dapat penulis panjatkan, semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini banyak memberi manfaat bagi penulis dan pembaca. Amiin. Yogyakarta, 11 April 2017 Penulis ix

10 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PENGESAHAN... MOTTO... PERSEMBAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... hal i ii iii iv v vi vii viii x xiii xiv xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... B. Identifikasi Masalah... C. Batasan Masalah... D. Rumusan Masalah... E. Tujuan Penelitian... F. Manfaat Penelitian BAB II KAJIAN TEORI A. Mewarnai Pengertian Mewarnai Alat Mewarnai AUD Manfaat Kegiatan Mewarnai Bagi AUD... B. Menggambar/ Melukis Pengertian Menggambar x

11 2. Jenis- Jenis Menggambar Bahan dan Peralatan Menggambar Teknik Menggambar... C. Warna Asal Mula Arti Warna Fisiologi Warna Pengembangan Warna Pengertian Warna Proses Terjadinya Warna Teori Warna Fungsi Warna Arti Warna... D. Emosi Anak Usia Dini Pengertian Emosi AUD Jenis Emosi AUD Perkembangan Emosi AUD... E. Kerangka Pikir Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian... B. Tempat dan Waktu Penelitian... C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional... D. Populasi dan Sampel Populasi Sampel... E. Teknik dan Insrumen Pengumpulan Data Teknik Pengumpulan Data Instrumen Pengumpulan Data... F. Validitas dan Reliabilitas Validitas xi

12 2. Reliabilitas... G. Teknik Analisis Data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian Deskripsi Umum Lokasi Penelitian Deskripsi Data Hasil Penelitian... B.Pembahasan Hasil Penelitian... C.Keterbatasan Penelitian BAB V SIMPULAN DAN SARAN A.Simpulan... B.Saran DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN xii

13 Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9. DAFTAR TABEL Jadwal Pelaksanaan Penelitian... Populasi TK B Gugus I Timbulharjo... Sampel TK B Gugus I Timbulharjo... Kisi-Kisi Penlilaian... Lembar penilaian... Hasil Persentase Warna Panas Merah... Hasil Persentase Warna Panas Jingga... Hasil Persentase Warna Panas Kuning... Hasil Persentase Ketiga Warna Panas... hal xiii

14 Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6. Gambar 7. Gambar 8. Gambar 9. Gambar10. DAFTAR GAMBAR Gelombang Elektromagnetik... Pembagian Warna Breswster... Diagram Lingkaran Warna oleh Herbert Ives... Susunan HUE Berdasarkan Klasifikasi Warna... Karakter Warna... Laras Harmonis dan Laras Kontras... Histogram Histogram Warna Panas pada Warna Merah dalam Kegiatan Mewarnai pada Anak Kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo... Histogram Histogram Warna Panas pada Warna Jingga dalam Kegiatan Mewarnai pada Anak Kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo... Histogram Histogram Warna Panas pada Warna Kuning dalam Kegiatan Mewarnai pada Anak Kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo... Histogram Histogram Ketiga Warna Panas dalam Kegiatan Mewarnai pada Anak Kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo... hal xiv

15 Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. DAFTAR LAMPIRAN Surat Ijin Penelitian... Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian... Pedoman Rubrik Penilaian... Data Subjek Penelitian... Data Hasil Penelitian... Recana Kegiatan Harian... Foto Kegiatan Penelitian... hal xv

16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan melukis/menggambar dan mewarnai ternyata merupakan kegiatan yang berbeda. Terbukti pada saat anak mewarnai, anak memilih warna akan dia gunakan untuk mengisi gambarnya sesuai dengan objek yang dilihatnya (kongkrit). Sedangkan pada saat anak menggambar maka anak akan memilih warna yang akan digunakannya sesuai dengan keinginan atau imajinasinya. Menurut Sumanto (2005) mewarnai adalah proses memberi warna pada suatu media. Mewarnai gambar diartikan sebagai proses memberi warna pada media yang sudah bergambar. Seperti halnya menurut pendapat Hajar Pamadhi (2017) yang menyatakan bahwa mewarnai merupakan proses memberi warna suatu media yang sudah bergambar sesuai dengan objek atau contoh yang diberikan. Menggambar menurut Sumanto (2005: 47) adalah kegiatan manusia untuk mengungkapkan apa yang dirasakan dan dialaminya baik mental maupun visual dalam bentuk garis dan warna. Menggambar adalah proses mengungkapkan ide, angan- angan, perasaan, pengalaman dan yang dilihatnya dengan menggunakan jenis peralatan menggambar tertentu. Menggambar dan mewarnai merupakan dua proses yang berbeda, terbukti pada saat anak mewarnai, anak memilih warna akan dia gunakan untuk mengisi gambarnya sesuai dengan objek yang dilihatnya (kongkrit). Sedangkan pada saat anak menggambar maka anak akan memilih warna yang akan digunakannya sesuai dengan keinginan atau imajinasinya. 1

17 Dalam melakukan kegiatan mewarnai gambar, ternyata terdapat perbedaan pula saat pemilihan warna yang disukai oleh anak-anak yang bertempat tinggal di kota dengan anak yang bertempat tinggal di desa. Anak-anak yang bertempat tinggal di kota cenderung untuk memilih warna yang bebas, berani, dan bermotif. Sedangkan anak-anak yang bertempat tinggal di desa cenderung memilih warna yang apa adanya dan anak yang tinggal di desa tidak menunjukkan keberanian yang lebih dalam memilih warna seperti anak-anak yang tinggal di kota yang disebut psycohomeostatis. Menurut Slamet Suyanto (2005: 25) tujuan pembelajaran seni adalah membantu anak mengekspresikan diri melalui seni yang dapat meningkatkan kreatifitas anak dengan mewujudkan imajinasinya dalam seni, melatih anak untuk mencintai keindahan, kerapian, dan keteraturan, memberi kesempatan anak untuk mengenal berbagai benda, warna, bentuk, dan tekstur secara kreatif dalam karya seni, dapat melatih otot-otot halus seperti otot-otot jari tangan dan melatih koordinasi antara tangan dan mata. Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan seni untuk anak usia dini adalah membantu anak dalam mengungkapkan sesuatu yang mereka ketahui, perasaan pada anak dan dapat mengungkapkan pada sebuah karya seni yang bermakna. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini dikarenakan saat peneliti mengobservasi dan mewawancarai guru di beberapa TK di Gugus I Timbulharjo, didapatkan data bahwa hampir semua TK yang ada di Gugus I Timbulharjo terdapat kegiatan mewarnai dihampir setiap harinya. Guru-guru di TK Gugus I Timbulharjo berkata bahwa mewarnai gambar sudah merupakan suatu menu makanan camilan 2

18 wajib untuk mereka. Hampir seluruh kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan media lembar kerja anak (LKA) dengan pembelajaran klasikal atau kelompok, maka untuk mengantisipasi anak yang sudah menyelesaikan kegiatan yang diberikan oleh guru sambil menunggu temannya yang lain, maka guru selalu mengarahkan anak-anak didiknya untuk mewarnai gambar tersebut. Kebetulan saat peneliti mengobservasi hasil karya anak sebelum melakukan penelitian, ternyata warna yang disukai anak di TK Gugus I Timbulharjo dan muncul dalam mewarnai gambarnya ialah warna-warna panas. Warna adalah suatu bentuk cahaya atau radiasi gelombang elektromagnetik, yang dihasilkan dari cahaya matahari yang berwarna putih. Mata manusia dapat melihat warna setelah cahaya matahari melewati sebuah prisma yang membiaskan dan memisahkan cahaya tersebut menjadi 7 (tujuh) frekuensi gelombang cahaya yang berbeda yaitu: merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu. Seseorang bisa melihat warna berkat adanya cahaya yang masuk ke mata. Untuk itu manusia tidak bisa melihat warna dalam ruang yang gelap tanpa cahaya (Skinner V.J, 2001). Kita hidup dapat melihat dunia yang luas dan beragam, dunia ini tampak sangat indah karena adanya warna, warna merupakan hal yang dapat kita lihat tapi tidak bisa kita rasakan. Warna itulah yang menyebabkan dunia terlihat berwarnawarni. Warna sekarang pun sudah terbagi menjadi bermacam macam. Dan terus mengalami pengembangan hingga saat kini. Warna pun sudah diteliti dan digunakan dari 2000 tahun yang lalu. Warna memiliki banyak sekali fungsi. Banyak orang yang mengenal warna, tapi tidak mengetahui dari mana warna berasal, apa saja macamnya, dan apa saja arti dari sebuah warna dalam kaitan dengan emosi. 3

19 Warna juga merupakan salah satu unsur penting dalam desain interior karena warna dapat menciptakan suasana ruang yang berkesan kuat, menyenangkan sehingga secara psikologi dapat memberi pengaruh emosional terhadap penggunanya (Pile, 1995). Menurut Sarwo Nugroho (2015), ditinjau secara subyektif atau psikologis, penampilan warna dapat diberikan ke dalam hue (rona warna atau corak warna), value (keterangan atau gelap-terang warna, tua-muda warna), dan chroma (murnikotor warna, cemerlang-suram warna, cerah-redup warna, intensita warna). Dan dari sifat khas dalam chroma, maka warna dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu kategori warna panas/hangat dan kategori warna dingin. Warna warna yang berdekatan dengan warna merah dan jingga digolongkan warna panas/hangat, sedangkan warna-warna yang berdekatan dengan warna biru sampai berpuncak pada warna biru kehijauan digolongkan warna dingin (Gon.H, dkk, 2008). Dilihat dari efek psikologi kedua kategori warna tersebut dapat mempengaruhi psikologi manusia yang melihat. Efek psikologi golongan warna hangat seperti merah dapat membangkitkan energi, aktif, antusias, bersemangat, meningkatkan aliran darah. Tetapi kalau penerapan warna merah terlalu banyak dapat merangsang kemarahan dan agresivitas. Sementara itu, efek psikologi warna dingin seperti biru dapat menimbulkan perasaan tenang, sejuk, tentram, hening dan damai, tapi hati-hati menerapkan warna biru dalam desain interior karena warna biru terlalu dominan bisa menimbulkan kelesuan. Warna hitam (Lüscher, 1984: 84) identik dengan penolakan sesuatu hal, melambangkan keterbuangan, penyerahan atau pelepasan secara keseluruhan dan 4

20 mempunyai pengaruh yang kuat terhadap setiap pasangan warna dalam satu kelompok. Di lapangan, peneliti mengamati seorang anak yang suka bermain fisik dengan teman sebayanya sendiri seperti memukul, menendang, dan berkata kasar. Anak tersebut sangat menyukai warna hitam, segala sesuatu kegiatan pembelajaran yang berkaitan dengan warna, dia selalu menggunakan warna hitam. Saat peneliti menyarankan anak tersebut untuk berganti warna dengan warna yang lain selain hitam dengan alasan warna hitam telah habis, anak tersebut lalu merebut warna hitam temannya yang lain dan tetap bersikukuh ingin menggunakan warna hitam. Pada saat peneliti mewawancarai teman-teman anak tersebut didapatkan hasil bahwa tak ada anak yang mau menjadi teman anak tersebut karena dia tak pernah mau bermain dengan mereka. Anak tersebut selalu bermain sendiri. Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru kelasnya didapatkan bahwa anak tersebut memang susah sekali untuk diatur dan melakukan segala hal sesuai dengan keinginannya sendiri. Namun jika teman anak tersebut melawannya maka dia akan membalas dengan sekuat tenaga, menjerit lalu menangis. Sedangkan menurut Lüscher (1984: 84) warna kuning secara simbolis sama dengan ucapan selamat datang yang hangatnya seperti sinar matahari, cita- cita setinggi langit, semangat yang penuh kecerahan, dan kegembiraan. Di lapangan peneliti mengamati seorang anak yang sangat menyukai warna kuning dalam mengerjakan kegiatan pembelajaran, memakai tas berwarna kuning, dan sampul buku tulis yang didominasi warna kuning. Anak itu selalu tersenyum dan terlihat enjoy dalam melakukan segala kegiatan pembelajaran, selalu menghibur temannya yang sedang sedih dan melerai temannya yang sedang berkelahi. Salah satu 5

21 kejadian yang peneliti sempat amati adalah anak yang menyukai warna kuning ini melerai temannya yang sedang berkelahi dengan anak yang menyukai warna hitam yang telah peneliti deskripsikan, lalu anak penyuka warna kuning ini menghibur teman-temannya tadi. Pada saat peneliti mewawancarai teman-teman anak tersebut didapatkan hasil bahwa semua anak menyukai dia dan merasa senang bila berada di dekatnya. Anak-anak tersebut berkata bahwa dia tak pernah marah dan menangis. Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru kelasnya didapatkan bahwa dia memang dianggap lebih dewasa daripada teman-temannya walaupun umur mereka sama, namun sifatnya yang dewasa lebih terlihat daripada teman yang lain. Ilmu tentang warna disebut chromatics. Teori warna sudah dikembangkan oleh Alberti (1435) dan diikuti oleh Leonardo da Vinci (1490). Teori warna mulai mendapat perhatian serius setelah dikembangkan oleh Sir Isac Newton (1704). Pada awalnya teori warna dikembangkan dengan warna dasar merah, kuning dan biru (red, yellow, blue atau RYB). Pencampuran warna dari warna dasar tersebut sudah dikembangkan oleh beberapa ahli seperti Sir Isaac Newton (1704) yang melakukan percobaan dengan prisma kaca dan mengungkapkan bahwa cahaya putih terdiri dari warna pelangi (warna spektrum). Lalu J. C. Le Blon (1731) menemukan bahwa warna utama merah, kuning dan biru dari pigmen. Hal tersebut merupakan permulaan teori RYB atau merah kuning biru sebagai warna utama. Hermann von helmholzt dan James Clerk Maxwell (1790) mendasarkan warna pada cahaya matahari dan bertumpu pada hukum-hukum fisika. Johann Wolfgang von Goethe (1810) menggolongkan warna menjadi dua warna utama yaitu kuning 6

22 (berhubungan dengan kecerahan) dan biru (dengan kegelapan). Michel Eugene Chevreul (1824) yang merupakan direktur utama perusahaan permadani di Perancis ini mengembangkan teori merah kuning biru. The laws of simultaneous Contrast of color (1839) mencetuskan teori harmoni khususnya pada warna tekstil. Sir David Brewster (1831) menyederhanakan warna-warna yang ada di alam menjadi 4 kelompok warna, yaitu warna primer, sekunder, tersier, dan warna netral. Warna merupakan pelengkap gambar serta mewakili suasana kejiwaan pelukisnya dalam berkomunikasi. Warna juga merupakan unsur yang sangat tajam untuk menyentuh kepekaan penglihatan sehingga mampu merangsang munculnya rasa haru, sedih, gembira, mood atau semangat, dan sebagainya. Pemilihan warna adalah satu hal yang sangat penting dalam menentukan respons dari calon pemakai/siswa. Warna adalah hal yang pertama dilihat oleh seseorang (terutama warna background). Warna akan membuat kesan atau mood untuk keseluruhan gambar/grafis. Warna merupakan unsur penting dalam grafis karena dapat memberikan dampak psikologis kepada orang yang melihat. Warna mampu memberikan sugesti yang mendalam kepada manusia. Molly E. Holzschlag, seorang pakar tentang warna, dalam tulisannya Creating Color Scheme membuat daftar mengenai kemampuan masing-masing warna ketika memberikan respons secara psikologis kepada pemirsanya (Kusrianto, 2007: 47). Dari berbagai macam teori warna peneliti akan mengamati mengenai kesukaan pemilihan warna pigmen dalam mewarnai gambar di TK Gugus I Timbulharjo pada kelompok B dengan menggunakan krayon sebagai alat tesnya. Peneliti akan mengamati persentase anak yang memunculkan warna pigmen 7

23 kesukaannya dalam kegiatan mewarnai gambar. Maka dalam penelitian ini peneliti akan meneliti tentang Kesukaan Pemilihan Warna dalam Mewarnai Gambar pada Anak Kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo. B. Identifikasi Masalah 1. Kegiatan mewarnai gambar berbeda dengan kegiatan melukis. 2. Warna pigmen yang disukai anak untuk mewarnai gambar dengan menggunakan krayon pada anak yang berada di lingkungan pedesaan berbeda dengan warna yang disukai anak yang berada di lingkungan perkotaan. 3. Anak yang suka memukul temannya sangat menyukai warna hitam. 4. Anak yang selalu terlihat ceria serta menghibur temannya sangat menyukai warna kuning. 5. Hampir setiap hari ada kegiatan mewarnai gambar di TK Gugus I Timbulharjo. 6. Dari hasil observasi peneliti kebetulan warna yang disukai anak di TK Gugus I Timbulharjo dan muncul dalam mewarnai gambarnya ialah warna- warna panas. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, maka batasan dalam penelitian ini dibatasi pada identifikasi masalah nomor satu, dua, lima, dan enam. D. Rumusan masalah 8

24 Berdasarkan batasan masalah, maka rumusan masalah penelitian ini adalah Berapakah persentase kesukaan pemilihan warna yang muncul dalam mewarnai gambar pada anak kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo? E. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui jumlah persentase kesukaan pemilihan warna yang muncul dalam mewarnai gambar pada anak kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo. F. Manfaat 1. Secara Praktis Secara praktis diharapkan penelitian ini dapat memberikan hasil persentase jumlah kesukaan pemilihan warna yang muncul dalam mewarnai gambar pada anak bagi para praktisi pendidikan, khususnya bagi sekolah, dan guru khususnya dalam hal pengamatan maupun penilaian untuk anak sebagai bantuan tindakan selanjutnya. 2. Secara Teoritis Secara teoritis dari penelitian ini dapat menambah data tentang persentase jumlah kesukaan pemilihan warna dalam mewarnai gambar di TK Gugus I Timbulharjo. 9

25 BAB II KAJIAN TEORI A. Mewarnai 1. Pengertian Mewarnai Menurut Sumanto (2005) mewarnai adalah proses memberi warna pada suatu media. Mewarnai gambar diartikan sebagai proses memberi warna pada media yang sudah bergambar. Mewarnai gambar merupakan terapi permainan yang kreatif untuk mengurangi stress dan kecemasan serta meningkatkan komunikasi pada anak. 2. Alat Mewarnai AUD Agar dapat mewarnai sebuah gambar dengan baik dan terlihat rapi, kita harus mengenal alat mewarnai gambar yang akan digunakan sehingga kita tahu harus menggunakan alat mewarnai yang mana yang tepat, oleh karena itu pada kesempatan ini kita akan belajar mengenal tentang macam-macam alat untuk mewarnai gambar beserta kelebihan dan kekurangannya. a) Krayon Krayon adalah sebuah alat untuk mewarnai gambar yang terbuat dari campuran lilin warna, air dan juga kapur. Krayon sangat mudah digunakan maka itu anak-anak TK biasanya mewarnai menggunakan krayon. Di samping itu kelebihan krayon adalah krayon memiliki warna - warna yang cerah dan dapat digunakan untuk mewarnai sebuah bidang gambar yang luas dengan mudah dan merata. Kekurangannya adalah, krayon lebih sulit digunakan untuk mewarnai sebuah bidang gambar yang sempit atau kecil. 10

26 b) Pensil Warna Pensil adalah sebuah alat tulis yang terbuat dari campuran grafit dan tanah liat yang dibungkus dengan kayu atau plastik, agar berwarna maka campuran-nya ditambah dengan pigmen warna. Kelebihan menggunakan pensil warna adalah dapat mewarnai sebuah bidang gambar dengan lebih detil, akan tetapi apabila mewarnai sebuah bidang gambar yang luas dengan pensil warna dibutuhkan sebuah kesabaran ekstra karena daya tulisnya yang kecil dan lebih tipis. c) Spidol Spidol adalah alat mewarnai gambar yang terbuat dari campuran tinta khusus warna yang ditambahkan alkohol kemudian disimpan dalam sebuah wadah berbentuk busa dan dibungkus dengan plastik keras dan di bagian ujung-nya diberi busa padat sebagai tempat keluarnya tinta tersebut. Spidol sangat mudah menguap bila dibiarkan cukup lama tanpa penutup, tinta spidol juga bisa menembus sisi belakang kertas kalau pewarnaan-nya terlalu tebal dan lebih boros dari pada krayon atau pensil warna tetapi spidol memiliki warna-warna yang jauh lebih cerah dari pada krayon atau pensil warna. Mewarnai dengan spidol juga lebih cepat dari pada menggunakan pensil warna walaupun sama-sama menggunakan ujung yang kecil dan runcing. d) Cat Air Cat air terbuat dari campuran pigmen serbuk warna, gum arab dan gliserin atau madu dan pada saat akan digunakan dicampur dengan air sebagai media pelarutnya. Kelebihan menggunakan cat air selain memiliki banyak sekali variasi warna adalah sangat cepat digunakan untuk mewarnai sebuah bidang gambar yang 11

27 luas dan cepat sekali mengering. Akan tetapi untuk menggunakan cat air sebagai alat mewarnai sebuah gambar dibutuhkan keahlian khusus, terutama untuk mewarnai di bagian gambar yang bidang warnanya kecil, untuk menggunakan cat air juga dibutuhkan alat tambahan yaitu kuas kecil. 3. Manfaat Kegiatan Mewarnai Bagi AUD Menurut Rusdarmawan (2009) manfaat kegiatan mewarnai bagi AUD ialah: a) Memberikan kesempatan pada anak untuk bebas berekspresi dan sangat terapeutik (sebagai permainan penyembuh/ therapeutic play ). b) Dengan bereksplorasi menggunakan gambar, anak dapat membentuk, mengembangkan imajinasi dan bereksplorasi dengan ketrampilan motorik halus. c) Mewarnai gambar juga aman untuk anak usia dini, karena menggunakan media kertas gambar dan crayon. d) Anak dapat mengeskpresikan perasaannya atau memberikan pada anak suatu cara untuk berkomunikasi, tanpa menggunakan kata. e) Sebagai terapi kognitif, pada anak menghadapi kecemasan karena proses hospitalisasi, karena pada keadaan cemas dan stress, kognitifnya tidak akurat dan negative. f) Bermain mewarnai gambar dapat memberikan peluang untuk meningkatkan ekspresi emosinal anak, termasuk pelepasan yang aman dari rasa marah dan benci.dapat digunakan sebagai terapi permainan kreatif yang merupakan metode penyuluhan kesehatan untuk merubah perilaku anak selama dirawat di rumah sakit. Anak-anak bisa belajar banyak hal dari kegiatan 12

28 mewarnai. Mereka sering belajar dengan baik ketika suatu pelajaran diajarkan dengan cara bermain. Berikut ini adalah beberapa manfaat dari kegiatan mewarnai yang di lakukan oleh anak- anak: a) Mengembangkan keterampilan motorik Ketika seorang anak mewarnai sering tidak dianggap sebagai pelajaran yang membangun keterampilan. Namun, mewarnai adalah kegiatan yang bagus untuk membantu anak-anak mengembangkan keterampilan motorik halus mereka. Pengembangan yang tepat dari keterampilan motorik halus mereka akan membantu anak-anak dikemudian hari ketika mereka belajar hal-hal seperti menulis, berpakaian dan mampu makan sendiri. Sering kali mewarnai adalah pengalaman pertama dalam belajar memahami alat tulis. Seorang anak belajar bagaimana mengkoordinasi tangan dan mata untuk fokus pada garis-garis dalam kertas mewarnai. b) Pemahaman pelajaran Para ahli percaya bahwa anak-anak belajar dengan baik melalui bermain. Sebuah kegiatan mewarnai sederhana dapat membantu pemahaman pelajaran yang diajarkan di kelas. Para guru pendidikan anak usia dini sering memberikan lembar mewarnai yang fokus pada huruf, bentuk dan angka. Tanpa disadari anak-anak bahwa mereka juga sudah belajar dengan lembar kegiatan mewarnai. Anak-anak juga dapat belajar pengenalan warna dan bagaimana menggunakan warna. 13

29 c) Ekspresi diri Beberapa anak-anak sering mengalami kesulitan untuk mengekspresikan perasaan mereka. Mewarnai dapat mengeluarkan ekspresi perasaan mereka dan mengungkapkan pikiran mereka dengan sangat bebas. Mewarnai juga dapat menjadi cara yang bagus untuk seorang anak bersantai setelah seharian sibuk dengan kegiatan mereka. Menggambar bebas juga dapat membantu mengembangkan imajinasi anak. d) Belajar konsentrasi Memperkenalkan kegiatan mewarnai pada anak dapat membantu mereka belajar bagaimana untuk berkonsentrasi dalam menyelesaikan tugas. Seorang anak akan sangat senang saat mereka berhasil menyelesaikan sebuah tugas. Selain itu, ketika seorang anak fokus pada tugas dan berhasil menyelesaikan kegiatan mewarnainya dia akan merasa bangga. Penyelesaian tugas mewarnai juga mengajarkan anak nilai kerja keras dan dedikasi. Ketika konsentrasi anak meningkatkan mereka akan dapat lebih fokus pada tugas-tugas lain yang lebih kompleks seperti matematika. e) Terampil dalam mengambil keputusan Memberikan anak-anak suatu kegiatan mewarnai membantu mereka mengembangkan keterampilan dalam mengambil keputusan mereka. Ketika menyelesaikan lembar mewarnai anak-anak dapat memutuskan apa warna yang akan digunakan dan kemana arah gambar. Seorang anak juga dapat membuat keputusan apakah ingin menyelesaikan kegiatannya atau tidak. 14

30 B. Menggambar/ Melukis 1. Pengertian Menggambar Menurut Sumanto (2005: 47) menggambar (drawing) adalah kegiatan manusia untuk mengungkapkan apa yang dirasakan dan dialaminya baik mental maupun visual dalam bentuk garis dan warna. Menggambar adalah proses mengungkapkan ide, angan- angan, perasaan, pengalaman dan yang dilihatnya dengan menggunakan jenis peralatan menggambar tertentu. Hasil kegiatan tersebut disebut gambar (picture). Secara luas menggambar adalah kegiatan berkarya (membuat gambar) yang berwujud dwimatra/ dua dimensi, sebagai perwujudan tiruan yang menyerupai sesuatu (orang, binatang, tumbuh- tumbuhan dan lainnya), termasuk juga lukisan, karya cetak, foto dan sejenisnya. Dalam arti sempit, menggambar adalah kegiatan untuk mewujudkan angan- angan (pikiran, perasaan) berupa hasil goresan benda runcing (pensil, pena, cayon, kapur, dan lain- lain) pada permukaan bidang datar (kertas, papan, dinding, dan sebagainya), yang hasilnya lebih mengutamakan tampilnya unsur garis. Menggambar dibuat dengan maksud untuk tujuan tertentu, seperti menggambar rencana bangunan, menggambar peta, menggambar reklame, menggambar ilustrasi, dan sebagainya. Dalam hal ini kebebasan berekspresi dan penuangan ide tidaklah sebebas seperti dalam melukis. Menggambar cenderung terikat masalah ketepatan bentuk, motif, pola, ukuran, proporsi, kejelasan, kesan warna alamiah. Sedangkan melukis pada hakekatnya adalah kegiatan menggambar yang fungsinya mengarah pada ekspresi seni murni secara bebas individual dan tidak selalu terikat pada ketentuan- ketentuan sepertihalnya menggambar. Melukis 15

31 adalah proses pengungkapan ide/ gagasan melalui unsur pigmen/ warna di atas kanvas, sehingga ada yang menyatakan bahwa warna adalah unsur yang utama dalam karya lukisan. Meskipun demikian tidaklah mudah untuk memisahkan perbedaan yang tegas antara gambar dengan lukisan, sebab dalam kenyataannya ada lukisan yang tidak berwarna sebaliknya ada gambar yang dibuat dengan memperhatikan penyelesaian unsur warna. Pada hakekatnya setiap pembuatan gambar mempunyai suatu tujuan tertentu, sehingga dihasilkan juga beragam jenis dan bentuknya. Diantara ada gambar yang dimaksudkan untuk mewujudkan pengalaman, pengamatan secara nyata, mewujudkan kejadian yang terlihat sekilas, mewujudkan ide khayalan, menjelaskan suatu peristiwa, objek, tempat, keadaan, untuk menghias, sebagai pedoman dan petunjuk untuk pembuatan barang/ benda, sebagai tanda, lambang dan sebagainya. 2. Jenis- Jenis Menggambar Menurut Sumanto (2005), berdasarkan cara pembuatannya menggambar dapat dibedakan: a) Menggambar secara bebas sesuai alat gambar yang digunakan tanpa memakai bantuan alat- alat mistar, jangka, dan sejenisnya. Hasilnya memiliki ciri bebas, spontan, kreatif, unik, dan bersifat individual. b) Menggambar yang dibuat dengan bantuan peralatan mistar (penggaris, jangka, busur derajat, dll). Hasilnya memiliki ciri terikat, statis, dan tidak spontan. Dari cara pembuatan gambar tersebut dapat dihasilkan jenis- jenis gambar yaitu: 16

32 gambar bentuk, gambar ilustrasi, gambar ornament/ dekoratif, gambar reklame, gambar huruf hias, gambar kartun, karikatur, gambar mistar proyeksi, dll. Dalam pembelajaran seni rupa di TK jenis menggambar yang bersifat bebas itulah yang dilatihkan. Antaralain menggambar bebas, menggambar imajinatif, mewarnai gambar, dan lainnya. Kreativitas yang dimaksudkan adalah kemampuan berolah seni rupa yang diwujudkan dengan keterampilan mengungkapkan ide, gagasan, pengalaman, pengamatan ke dalam goresan garis, bentuk, warna sesuai alat gambar yang digunakannya. 3. Bahan dan Peralatan Menggambar Bahan atau bidang gambar yang dapat digunakan dalam menggambar yaitu kertas gambar, kertas karton, papan tulis, dan bidang datar lainnya. Untuk kertas gambar ada yang berupa lembaran lebar/ besar atau yang sudah dikemas dalam bentuk buku gambar dengan ukuran A3, A4, atau yang lebih kecil lagi. Adapun peralatan yang umumnya digunakan untuk menggambar adalah sebagai berikut. a) Pensil Hitam dan Pensil Warna b) Crayon dan Pastel c) Tinta d) Cat Air e) Cat Poster f) Kuas dan Palet Gambar 4. Teknik Menggambar 17

33 Teknik penyelesaian gambar menurut Sumanto (2005: 51) ialah: a) Arsir b) Dussel c) Stipel d) Sapuan e) Campuran f) Khusus Teknik menggambar menurut Sumanto (2005: 53) ialah: a) Menggambar dengan Jari b) Menggambar dengan Tiupan c) Menggambar dengan Tarikan Benang d) Menggambar dengan Inkblot e) Menggambar dengan Crayon/ Pastel f) Menggambar Ekspresi g) Menggambar dengan Teknik Campuran C. Warna 1. Asal Mula Arti Warna Pada awal kehidupan, manusia dikendalikan oleh dua faktor yang ada di luar kekuasaannya yakni malam dan siang, gelap dan terang. Malam menciptakan suatu lingkungan yang mengharuskan manusia menghentikan kegiatannya. Mereka kembali ke guanya, menyelimuti tubuhnya dengan bulu lalu tidur atau memanjat sebatang pohon dan berbaring santai menunggu datangnya fajar. Siang hari 18

34 menciptakan suatu lingkungan di mana segala kegiatan dapat dilakukan. Mereka kembali ke tempat kerjanya atau berburu untuk mendapatkan makanan. Malam membuat mereka menjadi pasif, tenang dan aktifitas metabolisme kelenjarnya menjadi pelan. Siang memungkinkan mereka melakukan kegiatan, suatu peningkatan pada kegiatan metabolis dan pengeluaran kelenjar yang lebih banyak. Ini berarti memberikan tenaga dan dorongan yang lebih besar padanya. Warna- warna dihubungkan dengan kedua keadaan ini adalah biru tua yakni warna langit di malam hari dan kuning terang dari cahaya siang. Oleh karena itu menurut Lüscher (1984: 12) warna biru tua melambangkan keadaan sepi dan pasif, sedangkan warna kuning terang melambangkan harapan dan aktifitas. Tapi karena kedua warna ini melambangkan suasana malam dan siang, elemen keduanya merupakan faktor yang mengatur manusia dan bukan yang dapat dikontrolnya dan disebut warna Heteronomous yang berarti sesuatu yang diatur oleh kekuatan di luar kekuasaan manusia. Malam (biru gelap) mengharuskan manusia menghentikan kegiatannya dan memaksakan terciptanya ketenangan; siang (kuning terang) memungkinkan dilaksanakannya aktifitas, tapi tidak mengharuskannya. Manusia primitif aktifitasnya biasanya hanya satu atau dua buah bentuk yaitu berburu dan menyerang atau diburu dan mempertahankan diri dari serangan aktifitas yang mengarah kepada penghancuran atau melindungi diri dari kehancuran. Aksi ke luar dalam menyerang secara umum dilambangkan dengan warna merah, sedangkan pertahanan diri dilambangkan dengan warna hijau. Oleh karena 19

35 itu menurut Lüscher (1984: 13) baik menyerang (merah) maupun bertahan (hijau), sedikit sekali berada dalam kekuasaanya, maka kedua faktor ini disebut Autonomous atau terjadi dengan sendirinya. Sebaliknya, karena menyerang merupakan aksi ke luar untuk memperoleh sesuatu, maka kegiatan ini dianggap aktif, sedangkan bertahan berhubungan dengan hal mempertahankan diri dianggap pasif. 2. Fisiologi Warna Berdasarkan eksperimen psikologis, di mana seseorang disuruh memandang warna merah secara terus menerus untuk beberapa waktu, terbukti warna merah membangkitkan rangsangan pada susunan syaraf yaitu tekanan darah meningkat, keringat bertambah deras, dan debaran jantung semakin cepat (Lüscher, 1984: 13). Sedangkan warna biru terbukti dapat menurunkan tekanan darah, membuat debaran jantung dan tarikan napas menjadi lebih perlahan. Maka warna biru pekat memberikan pengaruh menenangkan dan bekerja terutama melalui bagian yang peka pada susunan syaraf otomatis (jaringan syaraf yang mengontrol seluruh bagian badan dan dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu susunan syaraf pusat atau SSP dan susunan syaraf otonomis atau SSO). Susunan syaraf pusat, dengan ketepatan yang wajar berhubungan langsung dengan faal tubuh dengan panca indera yang dikendalikan alam sadar. Sedangkan susunan syaraf otonomis, terutama yang berhubungan dengan faal tubuh yang tak dikendalikan alam sadar, bekerja atas dasar otonomis, bekerja sendiri. Debaran jantung, denyutan paru- paru, pencernaan makanan, atau semua proses rumit pada 20

36 tubuh manusia yang harus berlangsung terus tanpa harus diatur alam sadar adalah kelompok susunan syaraf otonomis. Susunan syaraf otonomis terdiri dari dua kelompok yang sifat pekerjaannya berlawanan yakni, susunan syaraf sympathetic dan susunan syaraf parasympathetic. Jaringan syaraf kedua ini menjurus ke masing- masing organ yang bergerak sendiri. Jantung, misalnya dalan keadaan normal berdenyut dalam batas- batas di antara kedua kelompok jaringan syaraf otonomis, tapi di bawah pengaruh psikis (misalnya rasa takut, marah, rangsangan). Susunan syaraf sympathetic bekerja lebih cepat daripada susunan syaraf parasympathetic dan denyutan jantung menjadi lebih cepat. Dalam pengertian umum dapat dikatakan bahwa di bawah pengaruh rangsangan, tekanan dan hasrat yang meningkat, susunan syaraf sympathetic mengatasi susunan syaraf parasympathetic. Susunan syaraf parasymphatetic berfungsi mengembalikan syaraf kepada keadaan normal bila terjadi tekanantekanan dan merupakan kelompok susunan syaraf yang dominan pada susunan syaraf otonomis dalam keadaan tenang, senang, dan santai. Sampai saat ini belum jelas diketahui dengan mekanisme syaraf yang mana warna dapat dilihat dan dikenal sebagai warna. Bila sebuah pertanyaan sederhana seperti, bagaimanakah kita melihat warna? melahirkan berbagai macam teori untuk memberi jawaban yang tepat, maka ada kemungkinan bahwa kita tidak mengerti apakah kita telah mengajukan pertanyaan yang salah atau keliru. Namun, teori kontras atau contrast theory ahli fisiologi Hering kelihatannya selaras dengan data- data hasil penelitian tes warna Lüscher. Menurut 21

37 teori Hering visual purple merupakan suatu zat atau substansi yang terdapat dalam retina mata yang juga dikenal dengan nama rhodopsin dibersihkan dengan warna cerah dan kembali ke keadaan semula kalau dibawa ke tempat gelap. Ini berarti terang berefek katabolis (menghancurkan) sementara gelap berefek anabolis (membangun, menumbuhkan kembali). Menurut Hering, warna putih mengarahkan visual purple ke katabolis dan mengembalkannya pada keadaan semula. Efek yang sama terjadi pada warna merah- biru dan kuning- biru yang mengakibatkan suatu efek pertentangan yang berlaku pada semua warna yang dinilai mempuyai sifat terang dan gelap. 3. Pengembangan Warna Menurut Lüscher (1984: 15) bahwa seorang anak yang baru lahir mulai mengembangkan kemampuan melihat dengan memperhatikan warna kontras yaitu terang dan gelap, kemudian memperhatikan gerakan dan setelah itu bentuk dan rupa. Pengamatan terhadap warna merupakan tingkat terakhir dalam pengembangan ini. Jadi, perhatian terhadap warna kontras adalah tingkat paling awal dan bentuk yang paling sederhana dalam pengamatan dengan pengelihatan. Pada manusia, pengertian yang sangat rumit menyangkut perasaanya, merupakan fungsi bagian otaknya yang lebih terpelajar yaitu cortex. Kemampuan mengenal dan membedakan bau suatu parfum dengan parfum lainnya adalah fungsi cortex dan merupakan hasil dari latihan mengenali sesuatu barang. Reaksi instinktif (naluriah) terhadap sesuatu bau yang tidak enak yang paling ringan ialah mengerutkan hidung, yang paling berat ialah rasa mual dan muntah. Hal ini bukanlah reaksi cortex tapi timbul di tengah- tengah bagian yang lebih sederhana 22

38 di otak yang berada lebih dekat ke pusat otak. Pada manusia zaman dahulu bagian ini lebih banyak bersekutu dengan otak. Visi warna hubungannya sama erat dengan otak yang terpelajar maupun otak yang primitif. Hal ini dibuktikan oleh Becker (1953) bahwa ada satu jaringan syaraf yang langsung mengarah dari titik pusat retina ke pusat otak (mesencephalon) dan bagian yang mengeluarkan hormon (pituitary system). Pengenalan warna, identifikasinya, penamaan dan setiap reaksi estetis lainnya adalah fungsi cortex. Oleh karena itu lebih cenderung merupakan hasil dari pengembangan dan pendidikan daripada aktibat naluriah atau jawaban dari suatu reaksi. Sebaliknya, fungsi visual yang refleksif dan naluriah menelusuri jaringan syaraf, sesuai dengan teori Becker, menuju bagian pusat otak yang jauh lebih primitif. Sistem bekerjanya sesuai dengan teori kontras dan mempengaruhi susunan fisik serta kelenjar melalui lender dalam suatu mekanisme yang belum diketahui jelas. 4. Pengertian Warna Warna adalah salah satu unsur seni rupa yang paling mudah ditangkap oleh indera mata jika terdapat cahaya. Warna juga merupakan salah satu unsur pokok dalam karya seni rupa karena segala sesuatu pengungkapan itu selalu menggunakan warna (Ida Siti Herawati: 1976). Warna adalah suatu proses yang terjadi dimana cahaya mengenai suatu benda. Setiap orang pasti menyukai warna karena kehadiran warna mampu memberikan keindahan dan nilai estetika. Selain itu, warna juga dianggap memiliki pengaruh terhadap psikologi seseorang. Umumnya orang akan memilih warna 23

39 sesuai dengan karakter masing-masing sehingga warna favorit seseorang terkadang tidak sama. Warna begitu bermanfaat dalam kehidupan manusia. Identitas suatu warna ditentukan panjang gelombang cahaya tersebut. Sebagai contoh warna biru memiliki panjang gelombang 460 nanometer. Panjang gelombang warna yang masih bisa ditangkap mata manusia berkisar antara nanometer (Edupaint, 2011). Warna dapat didefinisikan secara objektif/ fisik sebagai sifat cahaya yang dipancarkan atau secara subjektif/ psikologis sebagai bagian dari pengalaman indra penglihatan (Wong, 1986: 67). Secara objektif/ fisik, warna dapat diperikan oleh panjang gelombang. Dilihat dari panjang gelombang, cahaya yang nampak oleh mata merupakan salah satu bentuk pancaran energy yang merupakan bagian yang sempit dan gelombang elektromagnetik. Cahaya yang dapat dilihat oleh indra manusia mempunyai panjang gelombang 380 sampai 780 nanometer. Cahaya antara dua jarak nanometer tersebut dapat diurai melalui prisma kaca menjadi warna- warni pelangi yang disebut spektrum atau warna cahaya, mulai berkas cahaya ungu, violet, biru, hijau, kuning, jingga, hingga merah. Di luar cahaya ungu/ violet, terdapat gelombang ultraviolet, sinar X, sinar gamma, dan sinar cosmic yang barangkali merupakan inti dari matahari. Di luar cahaya merah terdapat gelombang- gelombang atau sinar inframerah, gelombang Hertz, gelombang radio pendek, dan gelombang radio panjang yang banyak digunakan untuk pemancaran radio dan TV. Secara subyektif/ psikologis, penampilan warna dapat diberikan ke dalam hue (rona warna atau corak warna), value (keterangan atau gelap- terang warna, 24

40 tua- muda warna), dan chroma (murni- kotor warna, cemerlang- suram warna, cerah- redup warna, intensitas warna). Sebagai bagian dari pengalaman indra penglihatan, warna merupakan pantulan cahaya dari sesuatu yang nampak, yang diterima mata berupa: cat, tekstil, batu, tanah, daun, kulit, rambut, dan lain- lain yang disebut pigmen atau warna badan (Sarwo Nugroho, 2015: 23). 5. Proses Terlihatnya Warna Proses terlihatnya warna adalah dikarenalan adanya cahaya yang menimpa suatu benda dan benda tersebut memantulkan cahaya ke mata (retina) sehingga terlihatlah warna, terkecuali orang yang buta warna. Benda berwarna merah karena sifat pigmen benda tersebut memantulkan warna merah dan menyerap warna pelangi lainnya. Benda berwarna hitam karena sifat pigmen benda tersebut menyerap semua warna pelangi. Sebaliknya, suatu benda yang berwarna putih karena sifat pigmen benda tersebut memantulkan semua warna pelangi atau semua panjang gelombang. Gambar 1. Gelombang Elektromagnetik 6. Teori Warna Berbicara tentang warna tidak akan terlepas dari teori-teori warna yang dinyatakan oleh beberapa ahli berikut ini: 25

41 a) Teori Sir Isaac Newton ( ) Dari pencobaannya, Newton menyimpulkan bahwa apabila dilakukan pemecahan warna spektrum dari sinar matahari, ditemukan warna-warna yang beraneka ragam meliputi merah, jingga, kuning, hijau, biru, dan ungu warna-warna ini sering disebut dengan mejikuhibiniu. Warna-warna tersebut bisa kita lihat ketika muncul pelangi setelah hujan reda. b) Teori Brewster Teori Brewster pertama kali dikemukakan pada tahun Teori ini menyederhanakan warna-warna yang ada di alam menjadi 4 kelompok warna, yaitu warna primer, sekunder, tersier, dan warna netral. Kelompok warna ini sering disusun dalam lingkaran warna Bewster. Lingkaran warna Brewster mampu menjelaskan teori kontras warna (komplementer), split komplementer, triad, dan tetrad. Gambar 2. Pembagian Warna Brewster 26

42 1) Warna primer: Merupakan warna dasar yang tidak merupakan campuran dari warna-warna lain. Warna yang termasuk dalam golongan warna primer adalah merah, biru, dan kuning. 2) Warna sekunder: Merupakan hasil pencampuran warna-warna primer dengan proporsi 1:1. Misalnya warna jingga merupakan hasil campuran warna merah dengan kuning, hijau adalah campuran biru dan kuning, dan ungu adalah campuran merah dan biru. 3) Warna tersier: Merupakan campuran salah satu warna primer dengan salah satu warna sekunder. Misalnya warna jingga kekuningan didapat dari pencampuran warna kuning dan jingga. 4) Warna netral: Warna netral merupakan hasil campuran ketiga warna dasar dalam proporsi 1:1:1. Warna ini sering muncul sebagai penyeimbang warnawarna kontras di alam. Biasanya hasil campuran yang tepat akan menuju hitam. Rumus yang diperoleh dari Teori Brewster tersebut oleh Herbert Ives disempurnakan menjadi skema lingkaran warna. Sampai sekarang skema/diagram lingkaran warna banyak digunakan oleh orang-orang yang berkecimpung di dunia seni rupa. Warna Panas dan Dingin Gambar 3. Diagram Lingkaran Warna oleh Herbert Ives 27

43 Lingkaran warna primer hingga tersier bisa dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu kelompok warna panas dan warna dingin. Warna panas dimulai dari kuning kehijauan hingga merah. Sementara warna dingin dimulai dari ungu kemerahan hingga hijau. c) Teori Munsell Pada tahun 1858, Munsell menyelidiki warna dengan standar warna untuk aspek fisik dan psikis. Berbeda dengan Newton dan Brewster, Munsell mengatakan warna pokok terdiri dari merah, kuning, hijau, biru dan jingga. Sementara warna sekunder terdiri dari warna jingga, hijau muda, hijau tua, biru tua dan nila. Warna merupakan elemen penting dalam semua lingkup disiplin seni rupa, bahkan secara umum warna merupakan bagian penting dari segala aspek kehidupan manusia. Hal tersebut dapat kita lihat dari semua benda yang dipakai oleh manusia, semua peralatan, pakaian, bahkan alam disekeliling kita merupakan benda yang berwarna. d) Teori Prang Dari sekian banyak warna, dapat dibagi dalam beberapa bagian yang sering dinamakan dengan sistem warna Prang System yang ditemukan oleh Louis Prang pada 1876 meliputi: 1) Hue, adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan nama dari suatu warna, seperti merah, biru, hijau dsb. Susunan hue berdasarkan klasifikasi warna yaitu warna- warna primer hasilnya kontras, kuat, tajam, birilian, tetapi nampak kurang menyatu karena masingmasing warnanya saling tidak ada hubungan sehingga kurang harmonis. Susunan warna sekunder hasilnya sedikit kurang kontras dan sedikit kurang 28

44 tajam karena warna- warnanya merupakan campuran dua warna primer, namun sedikit ada harmoni. Susunan warna tersier hasilnya semakin tidak kontras dan sedikit gelap, namun nampak menyatu dan harmonis karena masing- masing warnanya saling ada hubungan. Susunan warna kuarter hasilnya samar- samar kegelapan dan sama sekali tidak kontras, tetapi nampak harmonis. Gambar 4. Susunan HUE Berdasarkan Klasifikasi Warna (Henry, 1998: 238) Gambar 5. Karakter Warna (Henry, 1998: 238) 29

45 Warna Panas: K = Kuning (Yellow) KO = Kuning Oren (Deep Yellow) O = Oren (Orange) MO= Merah Oren (Red) M = Magenta Warna Dingin: U = Ungu (Violet) BU= Biru Ungu (Blue) B = Biru (Cyan) BH = Biru Hijau (Light Green) H = Hijau (Green) Warna Hangat: KH= Kuning Hijau (Moon Green) MU= Merah Ungu (Purple) Macam- macam kontras warna (kontras hue): a. Kontras Komplementer Adalah dua warna yang saling berseberangan (memiliki sudut 180 ) di lingkaran warna. Dua warna dengan posisi kontras komplementer menghasilkan hubungan kontras paling kuat. Misalnya jingga dengan biru. 30

46 b. Kontras Split Komplementer Adalah dua warna yang saling agak berseberangan (memiliki sudut mendekati 180 ). Misalnya jingga memiliki hubungan split komplementer dengan hijau kebiruan. c. Kontras Triad Komplementer Adalah tiga warna di lingkaran yang membentuk segitiga sama kaki dengan sudut 60. d. Kontras Tetrad Komplementer Disebut juga dengan double komplementer. Adalah empat warna yang membentuk bangun segi empat (dengan sudut 90 ). Gambar 6. Laras Harmonis dan Laras Kontras Hue (Henry, 1998: 241) 2) Value Adalah dimensi kedua atau mengenai terang gelapnya warna disebut juga dengan istilah brightness atau tingkat keterangan warna. Value merupakan nilai 31

47 gelap terang untuk memperoleh kedalaman karena pengaruh cahaya. Value dapat pula disebut suatu gejala cahaya yang menyebabkan perbedaan pancaran warna suatu objek. Value adalah alat untuk mengukur derajat tingkat keterangan suatu warna yaitu seberapa terang atau gelapnya suatu warna jika dibandingkan dengan skala value atau tingkatan value: tint, tone, shade. Pada skala value, terdapat Sembilan tingkatan gelap ke terang. Tingkatan ke 1, 2, dan 3 adalah value gelap yang disebut shade. Tingkatan 4, 5, dan 6 adalah value sedang yang disebut tone. Tingkatan 7, 8, dan 9 adalah value terang yang disebut tint. Value 1 adalah hitam yang dilihat sehari- hari, 0 merupakan hitam ideal atau hitam sempurna atau gelap total seperti jika memejamkan mata (hitam yang sama sekali tidak memancarkan cahaya). Value 9 adalah putih yang dilihat sehari- hari, 10 adalah putih ideal atau barangkali putih bukan seperti warna bahan, tetapi putih bening sebagai sumber cahaya. Value 5 adalah abu- abu atau value tengah- tengah. Dapat digambarkan bahwa value 9 keterangannya 100%, value 5 keterangannya 50%, dan value 1 keterangannya 0%. Value warna- warna ditentukan dengan referen abu- abu, seberapa lebih terang dan seberapa lebih gelap dari tingkatan abu- abu/ tingkatan value. Tingkatan hue bila dibandingkan dengan skala value terlihat: kuning, warna paling terang tingkatannya pas dengan value ke 8. Merah jingga dan biru hijau tingkat keterangannya pas dengan value ke 5. Ungu warna paling gelap tingkat keterangannya lebih pas dengan value ke 2. Kegunaan value ialah untuk mengubah cahaya yang mengenai objek/ benda ke dalam bentuk tiga dimensi semu, misalnya untuk membentuk gelap terang pada 32

48 gambar bentuk. Value terang (tint) dengan karakter positif, bergairah, meriah, feminine, manis, ringan, dan lain- lain tapi ada kesan murung untuk bagian yang terkena cahaya langsung, value sedang (tone) dengan karakter tegas, jujur, jantan, murni, terbuka, terkesan galak untuk bagian yang terkena cahaya normal. Value gelap (shade) dengan karakter berat, dalam, muram, mengerikan menakutkan untuk bagian yang tidak terkena cahaya atau bagian bayangan. 3) Intensity Seringkali disebut dengan chroma, adalah dimensi yang berhubungan dengan cerah atau suramnya warna. Warna- warna yang semakin rendah intensitasnya adalah warna yang semakin lemah yang merupakan warna yang tidak murni lagi, merupakan warna yang terendam atau karena tercampur bahan lain. Semakin rendah intensitas/ kekuatan suatu warna, akan semakin redup/ suram/ kusam dan akhirnya pada intensitas minimum warna akan kehilangan jati dirinya menjadi jenuh seperti kelabu. Misalnya warna merah, karena terendam atau tercampur warna lain (dalam hal ini terendam dengan warna komplemennya hijau) akan menjadi jenuh tidak ada unsur merahnya lagi sehingga nampak kelabu. Tinggi rendahnya intensitas warna, kuat lemahnya warna, cerah redupnya warna, atau murni kotornya warna adalah dimensi chroma yang sering disebut dengan istilah saturation. Tingkatan chroma adalah urutan perubahan hue dari intensitas tertinggi (maksimum) pada warna pelangi murni menuju ke intensitas terendah (minimum) pada warna jenuh. Jenuh artinya warna tersebut sudah tidak memiliki identitas lagi, 33

49 warna kelabu yang dapat disamakan dengan abu- abu netral pencampuran hitam dan putih. Cara menurunkan intensitas warna tidak ada jalan lain kecuali dengan cara mencampurkannya dengan warna komplemen. Semakin banyak tercampur dengan warna komplemen, suatu warna akan semakin redup. Warna redup berbeda dengan warna gelap/ tua, di mana warna gelap/ tua terjadi dari hue murni dicampur warna hitam (dimensi value), sedangkan warna redup menjadi suram/ kusam. Warna gelap/ tua tidak redup sebab intensitas warnanya masih tetap tinggi. Jika dua warna berkomplemen saling bercampur dalam kondisi sama kuatnya, maka akan menjadi jenuh di mana masing- masing kehilangan jati dirinya, dan warnanya kelabu coklat seperti warna tersier setingkat dengan abu- abu netral. Guna chroma adalah untuk mengubah karakter warna, misalnya warna merah murni yang karakternya garang, ganas, menyala, marah, dan sebagainya akan berubah karakternya menjadi lembut, sopan, kalem, tenang, dan sebagainya setelah diredupkan atau dicampur dengan warna komplemen yaitu hijau. Demikian pula dengan warna- warna yang lain akan berubah karakternya jika dicampur dengan warna komplemen lain.dikarenakan warna- warna suram/ redup ini karakternya cenderung tenang, kalem, lemah lembut, dan lain- lain, maka banyak digunakan untuk pewarnaan tekstil, busana, interior, cat tembok, dan lain- lain. Gradasi/ tingkatan chroma adalah hue/ warna- warna cerah/ murni berangsurangsur tercampur dengan warna komplemennya sedikit demi sedikit sampai pada tingkat yang paling suram atau sampai tingkat jenuh. 34

50 Harmoni chroma dapat dicapai dengan menjajarkan warna- warna chroma yang saling berdekatan pada skala chroma. Kontras chroma dapat dicapai dengan menjajarkan hue/ warna cemerlang/ murni dengan chroma warna pada tingkatan paling suram pada hue tersebut. Agar dapat merasakan hasil pencampuran chroma warna, dapat dilakukan eksperimen dengan membuat dua buah komposisi dan membandingkannya yaitu: komposisi warna- warna dengan hue penuh (tertinggi) yaitu warna- warna pelangi akan terlihat cemerlang, galak, kuat, tajam, kontras, dan mencolok. Komposisi warna- warna yang sama dengan warna pelangi tetapi dengan hue diturunkan intensitas chroma nya, yaitu masing- masing warnanya dicampur dengan komplemennya, hasilnya akan terlihat lembut, redup, kalem, dan tenang. 7. Fungsi Warna Karena begitu penting peranan warna bagi manusia warna sering kali dipakai sebagai elemen estetis, sebagai representasi dari alam, warna sebagai komunikasi, dan warna sebagai ekspresi. 1) Warna sebagi elemen estetika Di sini warna memerankan dirinya sebagai warna, yang mempunyai fungsi dalam membentuk sebuah keindahan. Namun keindahan disini bukan hanya sebagai keindahan semata. Melainkan sebagai unsus eksistensial benda-benda yang ada disekeliling kita. Karena dengan adanya warna kita dimudahkan dalam melihat dan mengenali suatu benda. Sebagai contoh apabila kita meletakkan sebuah benda di tempat yang sangat gelap, mata kita tidak mampu mendeteksi obyek tersebut dengan jelas. Di sini warna mempunyai fungsi ganda dimana bukan hanya 35

51 aspek keindahan saja namun sebagai elemen yang membentuk diferensial/ perbedaan antara obyek satu dengan obyek lain. 2) Warna sebagai representasi dari alam Warna merupakan penggambaran sifat obyek secara nyata, atau secara umum warna mampu menggambarkan sifat obyek secara nyata. Contoh warna hijau untuk menggambarkan daun, rumput; dan biru untuk laut, langit dan sebagainya. Warna dalam hal ini lebih mengacu pada sifat-sifat alami dari obyek tertentu misalnya padat, cair, jauh, dekat dll. 3) Warna sebagai alat/sarana/media komunikasi (fungsi representasi) Warna menempatkan dirinya sebagai bagian dari simbol. Warna merupakan lambang atau sebagai perlambang sebuah tradisi atau pola tertentu. Warna sebagi komunikasi seringkali dapat kita lihat dari obyek-obyek seperti bendera, logo perusahaan, fashion, dll. Warna merupakan sebuah perwakilan atau bahkan sebuah obyek pengganti bahasa formal dalam mengkomunikasikan sesuatu misalnya: merah perlambang kemarahan, patriotisme, seksualitas; kemudian putih sebagai perlambang kesucian, kebersihan, kebaikan dll. 8. Arti Warna Warna adalah bahasa universal visual yang paling umum dihadapi seharihari. Manusia selalu terpesona oleh warna. Secara psikologis, warna memang mempengaruhi kita. Efek psikologisnya sering jauh lebih dahsyat daripada pengalaman visual kita. Warna tertentu memiliki efek psikologi tertentu pula. Warna-warna tertentu dapat merangsang orang, menciptakan gairah, atau sebaliknya membuat orang depresi dan melemahkan. Warna tertentu malah 36

52 membuat orang lapar. Efek ini dikenal dengan chromodynamics. Hal ini sejalan dengan pendapat mengenai fisiologi warna oleh Lüscher (1984: 13) yang telah melakukan eksperimen psikologis di mana seseorang diminta memandang warna merah secara terus menerus untuk beberapa waktu, terbukti warna merah membangkitkan rangsangan pada susunan syaraf yaitu tekanan darah meningkat, keringat bertambah deras, dan debaran jantung semakin cepat. Kultur bisa sangat berbeda antar negara. Arti warna juga memberikan pengertian yang berbeda antara satu kultur ke kultur yang lain. Menurut President Asosiasi Desainer Produk Indonesia (ADPI) Mizan Allan deneve dalam (Republika Online: 2005), bukan hal aneh jika masyarakat Indonesia menyukai unsur kayu. Masyarakat Indonesia akrab dengan warna-warna kayu karena hidup pada lingkungan tropis. Contohnya batik yang didominasi warna kayu. Warna kayu dapat dikatakan sebagai salah satu ciri khas Indonesia. Disisi lain, masyarakat Indonesia juga memiliki pengalaman panjang dengan Belanda. Salah satu ''warisan'' Belanda kepada masyarakat Indonesia adalah warna hitam yang identik dengan wibawa, angker, sakral, dan disegani. Bahkan, ada ilmu komunikasi visual yang menggunakan warna untuk terapi warna atau yang disebut colourology (menggunakan warna untuk meyembuhkan). Metode ini sudah dipraktekkan oleh banyak kebudayaan kuno seperti Mesir dan Cina. Jika kita melihat sebuah logo atau lambang, maka logo atau lambang tersebut tidak lepas dari warna dan memiliki arti atau makna-makna yang tersembunyi. Warna dapat mempengaruhi dan dapat digunakan untuk kebaikan. Para psikolog dan dokter setuju bahwa efek warna tergantung pada persepsi seseorang tentang 37

53 warna tersebut. Jika sikap seseorang dianalisis terhadap warna, maka dimengerti bahwa ada warna yang disukai dan tidak. Perasaan nyaman maupun tidak nyaman muncul ketika seseorang memasuki sebuah ruangan, salah satu penyebabnya adalah penggunaan warna ruang yang tidak tepat. Fungsi utama dari ruangan tergantung dari pemilihan warna serta suasana yang ingin dimunculkan pada ruangan tersebut. Penerapan warna pada sebuah ruangan akan menimbulkan kesan perasaan tertentu. Bukan hanya pada ruangan saja, namun pada suatu logo atau lambang bahkan warna pakaian pun yang dipakai designer akan menimbulkan kesan perasaan tertentu. Hal ini sejalan dengan pendapat Sidik (1981: 12) bahwa dasar- dasar warna adalah ilmu dasar dalam mempelajari cara menata unsur- unsur rupa atau disebut dasa- dasar untuk memperoleh keindahan yang digunakan dalam bidang seni, desain, tata busana, arsitektur, dan sebagainya. Warna- warna yang dipilih ternyata menyampaikan pesan pada orang di sekeliling. Pesan itu bisa berarti menyejukkan, menggoda, gembira, atau menakutkan. Beberapa contoh psikologi warna dalam kehidupan sehari-hari misalnya, petugas keamanan yang memakai warna biru tua menyampaikan pesan berwibawa dan berkuasa, juru rawat yang memakai seragam warna hijau pupus menyiratkan kesan tenang dan damai. Warna sejak lama diketahui bisa memberikan pengaruh terhadap psikologi, emosi serta cara bertindak manusia. Warna juga menjadi bentuk komunikasi non verbal yang bisa mengungkapkan pesan secara instan dan lebih bermakna. Warna dapat juga menyampaikan pesan sublimasi 38

54 tentang persepsi dan indra sensori manusia yang akhirnya dapat mengubah cara kita berpikir tentang sebuah subjek. Pengaruh warna terhadap efek psikologis seseorang disebut dengan psikologi warna. Psikologi warna adalah satu hal yang terbentuk dalam benak manusia ketika melihat warna tertentu. Psikologi warna mempelajari dan mengidentifikasi persepsi manusia terhadap warna-warni benda yang ada di alam. Suasana hati seseorang bisa pula terpengaruh dengan adanya warna yang tertangkap indera penglihatan. Berikut adalah macam- macam warna dan artinya dalam psikologi warna (Waikins, 2001: 24): a) Warna Merah Asosiasi: Pada darah dan juga api. Karakter: Kuat, energik, marah, berani, bahaya, agresif, merangsang, panas. Respon Psikologis: Power, energi, kehangatan, cinta, nafsu, agresi, gairah, bahaya, berpendirian, dinamis, dan percaya diri. Merah adalah warna yang paling sering menarik perhatian. Warna ini memiliki karateristik merangsang saraf, kelenjar adrenal (endokrin) dan saraf sensorik. Merah juga meningkatkan sirkulasi darah dan kereaktivan darah itu sendiri. Warna merah juga paling ampuh untuk merangsang dan meningkatkan energi fisik, memperkuat motivasi, meningkatkan sirkulasi, dan berkaitan dengan seksualitas. Merah juga membangkitkan emosi dan menciptakan perasaan kegembiraan atau intensitas, juga memiliki karakter penuh dengan kekuatan dan antusias. Tetapi pada saat yang sama, warna ini dapat dianggap sebagai tuntutan 39

55 dan sikap agresif. Merah adalah warna yang kuat sekaligus hangat. Biasanya di gunakan untuk memberikan efek psikologi panas, berani, marah, dan berteriak. Beberapa studi juga mengindentifikasi merah sebagai warna yang sexy. Warna merah yang punya banyak arti, mulai dari cinta yang menggairahkan hingga kekerasan perang. Warna ini tak cuma memengaruhi psikologi tapi juga fisik. Penelitian menunjukkan menatap warna merah bisa meningkatkan detak jantung dan membuat kita bernapas lebih cepat. Warna Merah kadang berubah arti jika dikombinasikan dengan warna lain: Merah dikombinakan dengan Hijau, maka akan menjadi simbol Natal. Merah jika dikombinasikan denga Putih, akan mempunyai arti bahagia di budaya Oriental. Bisa berarti berani dan semangat yang berkobar-kobar. Singkatnya secara umum berhubungan dengan perasaan yang meledak-ledak. Warna merah mudah menarik perhatian dan meningkatkan nafsu. Pada bisnis makanan banyak menggunakan warna dominan merah karena ini dipercaya dapat meningkatkan nafsu makan pembeli, contohnya lihat saja warna Pizza Hut, McD, KFC yang juga ada merahnya b) Warna Kuning Asosiasi: Pada sinar matahari, bahkan pada mataharinya sendiri. Karakter: Terang, gembira, ramah, super, riang, cerah. Respon Psikologis: Muda, kekayaan, gembira, imajinasi, kreativitas, optimis, harapan, filosofi, ketidak-jujuran, pengecut (untuk budaya Barat), pengkhianatan, pencerahan, intelektualitas dan kekuasaan. Kuning adalah warna cerah yang dapat menarik banyak perhatian. Warna ini bisa dipakai sedikit untuk pemberitahuan, seperti cahaya kedua lampu rem yang 40

56 berada dikendaraan. Warna kuning menstimulasi berbagai fungsi tubuh, seperti aliran empedu dan cara kerja hati. Kuning memiliki sifat pencahar dengan cara mempromosikan sekresi asam lambung dan membantu pembuangan usus. Kuning juga berhubungan dengan intelektual dan proses mental. Warna cerah ini juga merangsang otak serta membuat lebih waspada dan tegas. Kuning adalah warna yang ceria, menyenangkan dan penuh energi. Tidak heran warna kuning identik dengan mainan anak-anak. Kuning juga biasanya di gunakan untuk mendapatkan perhatian dari orang yang melihat desain logo. Karena begitu kuatnya warna kuning ini, seringkali di gunakan untuk mendapatkan perhatian orang. Ingat rambu lalu lintas yang memberikan tanda bahaya. Semua di dominasi warna kuning atau merah karena sifatnya menarik perhatian. Di beberapa negara, kuning juga melambangkan pemisahan. Kuning adalah warna keramat dalam agama Hindu dan warna yang hangat. Warna kuning akan meningkatkan konsentrasi, itu sebabnya warna ini dipakai untuk kertas legal atau post it. Kuning juga merupakan warna persahabatan. Warna ini cukup menarik perhatian dan sangat baik jika dijadikan background untuk teks hitam karena akan lebih mencolok terlihat. c) Warna Orange Asosiasi: Awan jingga. Karakter: Dorongan, merdeka, anugerah, bahaya, kehangatan. Respon Psikologis: Energi, keseimbangan, kehangatan, kreatifitas, semangat, senang, periang, dan antusiasme. 41

57 Orange ialah kombinasi warna merah dan kuning. Merupakan warna hangat dan ramah yang membuat orang merasa nyaman. Orange berhubungan dengan cakra sakral dan diyakini bermanfaat untuk ginjal, saluran kemih dan organ repoduksi. Warna ini juga meningkatkan metabolisme, memperkuat paru-paru, limpa dan pankreas. Orange adalah hasil peleburan merah dan kuning, sehingga efek yang di hasilkan masih tetap sama, yaitu kuat dan hangat. Warna ini (selain merah dan biru) sering di gunakan pada tombol website yang penting, seperti buy now, register now dan lainnya yang sejenis, istilahnya adalah call to action button. Dari sisi psikologis sebenarnya warna oranye memberikan kesan tidak nyaman, dan sedikit gaduh. Mungkin karena sebab itulah warna ini paling banyak di pakai untuk menarik perhatian orang. Warna ini banyak sekali ditemukan dalam desain logo yang ingin menciptakan kesan bermain (playfulness) dan untuk menstimulasi sensori keriangan hingga selera makan dan menekankan sebuah produk yang tidak mahal. d) Warna Biru Asosiasi: Air, laut, langit, es. Karakter: Dingin, pasif, melankolis, sayu, sedih, tenang, jauh. Respon Psikologis: Sesuatu yang luas dan tanpa batas, berwibawa, percaya diri, kepercayaan, konservatif, keamanan, kesetiaan, kesuksessan, tekhnologi, kebersihan, keteraturan, kedamaian, kesejukkan, keakraban, relaksasi, sensitif, spiritualitas, stabilitas, kontemplasi, misteri, dingin, kesabaran dan bisa diandalkan. Dari semua warna dalam spektrum, para ilmuwan telah menemukan bahwa warna ini dapat mengurangi nafsu makan. Kemungkinan bahwa seseorang akan 42

58 makan lebih sedikit makanan dari piring berwarna biru. Dengan demikian, seseorang dapat menggunakan piring biru ketika mencoba untuk menurunkan berat badan dan mengurangi porsi makan. Biru juga dapat memperlambat denyut nadi dan suhu tubuh lebih rendah. Ini adalah warna yang menenangkan dan diyakini mengatasi insomnia, kecemasan, masalah tenggorokan, tekanan darah tinggi, migrain dan iritasi kulit. Warna ini juga meningkatkan ekspresi verbal, komunikasi, ekspresi artistik dan kekuatan. Biru yang kuat (biru tua) akan merangsang pemikiran yang jernih dan biru muda akan menenangkan pikiran dan membantu konsentrasi. Biru adalah warna favorit para pria dan termasuk warna yang dingin. Jika di dunia desain logo, biru sering di sebut warna corporate karena hampir semua perusahaan menggunakan warna biru sebagai warna utamanya. Tidak heran memang, karena biru merupakan warna yang termasuk tenang dan bersifat profesional. Efek lain warna biru adalah sering di anggap sebagai warna yang melambangkan kepercayaan dan trustfulness. Warna ini banyak digunakan sebagai warna pada logo Bank di Amerika Serikat untuk memberikan kesan tenang, terpercaya, ilmu dan wawasan. Warna ini sangat baik untuk menumbuhkan loyalitas konsumen. Bank-bank banyak menggunakan warna biru sebagai warna dominannya, demikian juga pendidikan. Contohnya Bank Mandiri, BCA, dll. Biru tua lebih cocok untuk acara formal atau seragam, sementara biru muda untuk yang sifatnya non formal. Untuk memberi kesan humor dan kreatifitas, cobalah campuran warna biru dan ungu. e) Warna Violet atau Ungu 43

59 Karakter: dingin, negative, diam, seperti biru namun lebih meriah. Respon Psikologis: Rasa hormat, fantasi, kecerdasan, romantis otoritas, spiritual, intuisi, misteri, kebijaksanaan, kebangsawanan, kemewahan, transformasi, kekasaran, keangkuhan, ramah, romantis, penguasa, kekuatan mental, fokus dan mandiri. Warna ini membawa perasaan damai dan saling memahami. Warna ini juga membantu tidur. Dari kelompok warna-warna lain radian warna violet ini dipercaya akan menghambat perkembangan tumor. Nafsu makan tidak terkendali bisa dikendalikan oleh warna ini. Ungu juga warna yang unik karena sangat jarang kita lihat di alam. Dengan menggunakan warna ungu kita bisa memberikan kesan unik pada desain logo kita, baik kita menggunakan secara dominan atau hanya sebagai aksen saja. Ungu adalah capuran warna merah dan biru. Menggambarkan sikap gempuran keras yang dilambangkan dengan warna biru. Perpaduan antara keintiman dan erotis atau menjurus ke pengertian yang dalam dan peka. Bersifat kurang teliti namun penuh harapan. Ungu dapat dengan mudah menarik perhatian orang. Untuk mengaplikasikan warna ini, sebaiknya padukan dengan warna lain sebagai aksen sehingga akan terlihat semakin indah. f) Warna Indigo Warna nila ini atau juga ungu lembayung dipercaya akan meningkatkan intuisi dan memperkuat sistem getah bening, kekebalan tubuh dan membantu memurnikan serta membersihkan tubuh. g) Warna Hijau 44

60 Asosiasi: Hijaunya alam, tumbuh- tumbuhan, sesuatu yang hidup. Karakter: Segar, muda, hidup, tumbuh. Respon Psikologis: Alami, Sehat, Keberuntungan, Pembaharuan, pertumbuhan, kesuburan, harmoni, optimisme, kebebasan, dan keseimbangan. Hijau dikaitkan dengan dunia alam. Karena hubungannya dengan alam, hijau dianggap sebagai warna menenangkan dan santai. Warna ini dapat membantu orang yang sering merasa tegang. Hijau akan menyeimbangkan emosi, menciptakan keterbukaan antar orang. Warna ini juga terkait dengan cakra jantung sehingga dipercaya membantu masalah emosional, seperti cinta, kepercayaan, dan kasih sayang. Para peneliti juga menemukan warna hijau dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa. Para siswa yang membaca materi tulisan di atas lembaran hijau transparan akan meningkatkan kecepatan membaca dan pemahaman. Efek rileksasi dan menenangkan dari warna ini mungkin jadi penyebabnya. Hijau adalah warna yang tenang karena biasanya di kaitkan dengan lingkungan dan alam. Di dalam desain, kita bisa menggunakan warna hijau untuk memberikan kesan segar. Dan dengan mudah kita bisa memberikan nuansa membumi dengan kombinasi warna hijau dan coklat gelap. Di Cina dan Perancis, kemasan dengan warna Hijau tidak begitu mendapat sambutan. Tetapi di Timur Tengah, warna Hijau sangat disukai. Banyak produk yang menekankan kealamian produk menggunakan warna ini sebagai pilihan. Untuk perusahaan-perusahaan yang berhubungan dengan eksplorasi alam, warna hijau banyak dipakai untuk menegaskan bahwa perusahannya berwawasan lingkungan. Warna ini termasuk 45

61 yang banyak dipakai khususnya dengan kampanye yang berhubungan dengan lingkungan. Kemasan deterjen juga tidak sedikit yang menggunakan warna hijau. h) Warna Coklat Asosiasi: Tanah, warna natural. Karakter: Kedekatan hati, sopan, arif, bijaksana, hemat, hormat. Respon Psikologis: Tanah, kesederhanaan, membumi, rendah hati, terpercaya, serius hangat, nyaman, aman, mewah,elegan, bijaksana, kesenangan, daya tahan (kuat), stabilitas, bobot, dan keanggunan. Coklat adalah warna bumi, memberikan kesan hangat, nyaman dan aman. Namun selain itu, coklat juga memberikan kesan sophisticated karena dekat dengan warna emas. Bisa di bayangkan kesan mahal dan ekslusif pada desain logo dengan kombinasi warna hitam dan coklat muda. Dan tidak lupa, coklat juga bisa memberikan nuansa dapat di andalkan dan kuat. Warna coklat ini biasanya di gunakan di firma hukum sebagai warna utama dalam desain logo perusahaan mereka. Salah satu logo terkenal yang memakai warna coklat adalah UPS sebuah perusahaan pengiriman barang ekspedisi karena warna ini juga melambangkan daya tahan. Penggunaan warna coklat yang berlebihan pada interior akan menimbulkan efek kesedihan. i) Warna Pink Respon Psikologis: feminim, romantis, cinta, kasih sayang, kelembutan, keceriaan, kemurnian, manja, lembut, kurang semangat, dan kekanak-kanakan. Warna ini di kenal juga dengan nama merah muda ialah warna yang feminin, kalau menggunakan warna ini pasti anda berurusan dengan sesuatu yang 46

62 bersifat kewanitaan. Efek cinta romantis juga bisa timbul dari warna pink ini, agak sedikit berbeda dengan warna merah yang lebih menggambarkan berani. Tetapi banyak juga desain logo perusahaan yang berani menggunakan warna pink ini dengan terang-terangan. Misalnya dengan kombinasi hitam dan pink sebuah desain bisa menjadi terlihat unik. Hal lain kini warna ini sudah mulai terasosiasi dengan kanker payudara. Warna yang disukai banyak wanita ini menyiratkan sesuatu yang lembut dan menenangkan, tapi kurang bersemangat dan membuat energi melemah. j) Warna Abu-Abu Asosiasi: Suasana suram, mendung, kelabu. Respon Psikologis: Netral, serius, bisa diandalkan, stabil, intelek, masa depan, kesederhanaan, kesedihan, dan kebimbangan. Warna abu-abu adalah warna alam. Di luar sana warna abu-abu merupakan warna yang permanen, misalnya batu atau karang. Sering di pakai untuk latar warna gambar semen atau dinding kusam. k) Warna Putih Asosiasi: Di Barat pada Salju, di Indonesia pada kafan. Karakter: Positif, merangsang, cerah, tegas, mengalah. Respon Psikologi: Bersih, natural, kosong, netral, awal baru, ketulusan, kemurnian dan kesucian. Pilihlah warna putih untuk meredakan rasa nyeri. Putih juga meberikan aura kebebasan dan keterbukaan. Rumah sakit dan pekerja rumah sakit menggunakan warna putih untuk menciptakan kesan steril. Namun, terlalu banyak warna putih 47

63 dapat memberikan rasa sakit kepala dan kelelahan mata karena cahaya yang dipantulkan. Putih adalah warna yang murni, tidak ada campuran apapun. Putih sering di anggap sebagai warna yang menimbulkan efek suci dan bersih. Ketika kita ingin membuat desain yang simple dan minimalis, menggunakan warna putih adalah langkah yang tepat (walaupun bukan cara satu-satunya). Warna yang sangat bisa dipadukan dengan warna apapun. Warna putih digunakan untuk ruang dengan area yang sempit dan kurang pencahayaan sehingga dapat memunculkan suasana yang cerah dan luas pada interior. Putih merupakan warna netral kita dapat menambah aksen dengan berbagai warna. Munculkan warna putih dengan aksen warna-warna cerah yang mampu memberi kesan lebih lembut pada sebuah ruang atau interior. Warna putih juga dapat menambah kejernihan mental, mendorong kita untuk membersihkan kekacauan, membersihkan pikiran dan tindakan. l) Warna Hitam Asosiasi: Kegelapan malam, kesengsaraan, bencana, perkabungan, keburukan. Karakter: Menekan, tegas, dalam, depresi. Respon Psikologi: Elegan, kuat, sophisticated, ketakutan, power, kecanggihan, kematian, misteri, seksualitas, kesedihan, keanggunan, independen, berwibawa, penyendiri, disiplin, dan berkemauan keras. Hitam adalah warna yang gelap, suram, menakutkan. Hitam punya reputasi buruk. Warna ini dipakai oleh para penjahat di komik atau film. Hitam juga melambangkan duka dan murung. Tapi, hitam juga punya sisi lain, misalnya saja untuk menyatakan sesuatu yang abadi, klasik, dan secara universal dianggap 48

64 sebagai warna yang melangsingkan dan juga elegan. Karena itu elemen apapun jika di taruh di atas background hitam akan terasa lebih bagus (misalnya, pada waktu menampilkan foto, portfolio atau produk). Pada budaya barat warna ini melambangkan kematian dan kesedihan. Dicampur dengan warna keemasan, hitam melambangakan Keanggunan (Elegance), Kemakmuran (Wealth) dan Kecanggihan (Sopiscated). Warna ini juga bisa berarti menunjukkan hal yang tegas, elegan, dan eksklusif, juga bisa mengandung makna rahasia. Dengan pemahaman efek dari berbagai macam-macam warna ini, maka akan mampu menerapkannya dalam dunia komunikasi visual, marketing, materi promosi (brosur, undangan, x banner, leaflet), corporate identity (kop surat, kartu nama, amplop) hingga pembuatan desain logo perusahaan yang menjadi titik awal dari program branding yang sukses dan berhasil. D. Emosi Anak Usia Dini 1. Pengertian Emosi AUD Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak, rencana seketika untuk mengatasi masalah yang telah ditanamkan secara berangsur-angsur oleh evolusi, Goleman (2005: 7). Akar kata emosi adalah movere, kata kerja dalam Bahasa Latin adalah menggerakkan atau bergerak. Kecenderungan bergerak merupakan hal mutlak dalam emosi. Emosi memancing tindakan, emosi menjadi akar dorongan untuk bertindak terpisah dari reaksi-reaksi yang tampak di mata. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia emosi di definisikan sebagai (1) luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat (2) keadaan dan reaksi 49

65 psikologis dan fisiologis. J.P Du Preez, Anthony Dio Martin (2003: 91) emosi adalah suatu reaksi tubuh menghadapi situasi tertentu. Sifat dan intensitas emosi biasanya terkait erat dengan aktivitas kognitif (berpikir) manusia sebagai hasil persepsi terhadap situasi. Emosi adalah hasil reaksi kognitif terhadap situasi spesifik. Emosi adalah suatu perasaan dan pikiran-pikiran khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak, Agus Efendi (2005: 176). Dari beberapa pendapat para ahli dapat diperoleh kesimpulan bahwa emosi adalah suatu keadaan gejolak jiwa yang berhubungan dengan pikiran dan perasaan yang meliputi rasa senang, cinta, terharu, sedih, marah, cemburu, cemas, takut, panik dan sebagainya. 2. Jenis Emosi AUD Berdasarkan hasil pengamatan terhadap ekspresi dan pola sistem saraf otonom, Lazarus (1991) mengategorikan emosi menjadu dua kategori, yaitu emosi primer atau dasar (basic) dan emosi sekunder (derived). Emosi primer merupakan emosi yang ada pada spesies mamalia, sedangkan emosi sekunder merupakan kombinasi dari beberapa emosi primer. Terdapat beberapa perbedaan antar- ahli emosi dalam mengategorikan emosi primer. Mengacu pada pendapat Darwin, karakteristik yang biasa terdapat pada emosi primer: pertama, emosi primer berakar dari evolusi warisan, yang telah dimiliki sejak awal masa bayi dan muncul dengan cepat dan otomatis dalam interaksinya dengan lingkungan; kedua, emosi primer memiliki karakteristik sebagai ekspresi wajah yang universal dan dapat dikenali pada berbagai budaya yang berbeda; ketiga, emosi primer berkaitan dengan sistem sirkuit saraf di otak 50

66 dan berkolerasi dengan aktivitas sistem otonom, namun Lazarus (1991) memberi empat perbedaan utama dalam menyimpulkan emosi- emosi yang masuk dalam kategori emosi primer, yaitu: a) Emosi primer merupakan emosi asli dan elemen dari fisiologis. b) Emosi primer ditemukan secara konsisten pada berbagai budaya dan beberapa spesies binatang. c) Emosi primer ada sejak lahir atau pada tahun pertama kehidupan. d) Emosi primer merupakan dorongan dan ekspresi yang lebih ditujukan sebagai tugas penyesuaian yang paling penting dalam mempertahankan diri dari bahaya, reproduksi, orientasi, dan eksplorasi (atau disebut juga sebagai universalitas biologis). Menurut Roda Emosi Plutchik (2003) emosi dasar/ primer terdiri dari: 1. Kegembiraan; 2. Kepasrahan; 3. Ketakutan; 4. Keterkejutan; 5. Kesedihan; 6. Kemuakkan; 7. Kemarahan; 8. Antisipasi Lalu, emosi lanjut/ sekunder terdiri dari: 1. Kecintaan; 2. Ketundukkan; 3. Ketakjuban; 4. Kekecewaan; 5. Penyesalan; 6. Pelecehan; 7. Keagresifan; 8. Optimisme 3. Perkembangan Emosi AUD Tahun-tahun awal kehidupan seorang anak ditandai dengan peristiwaperistiwa yang bersifat fisik, misalnya kehausan dan kelaparan serta peristiwaperistiwa yang bersifat interpersonal, seperti ditinggalkan di rumah dengan pengasuh atau babysitter, yang dapat menyebabkan timbulnya emosi negatif. Kemampuan dalam mengelola emosi negatif ini sangat penting bagi pencapaian 51

67 tugas-tugas perkembangan dan berkaitan dengan kemampuan kognitif dan kompetensi sosial (Garner dan Landry, 1994; Lewis, Alessandri dan Sullivan, 1994 dalam Pamela W., 1995:417). Perilaku awal emosi dapat digunakan untuk memprediksi perkembangan kemampuan afektif (Cicchetti, Ganiban dan Barnet, 1991 dalam Pamela W., 1995:417). Keluarga dengan orang tua yang memiliki emosi positif cenderung memiliki anak dengan perkembangan emosi yang juga positif, demikian pula sebaliknya (Pamela W., 1995:422). Emosi memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan anak, baik pada usia prasekolah maupun pada tahap-tahap perkembangan selanjutnya, karena memiliki pengaruh terhadap perilaku anak. Woolfson (2005: 8) menyebutkan bahwa anak memiliki kebutuhan emosional, yaitu: a) Dicintai b) Dihargai c) Merasa aman d) Merasa kompeten e) Mengoptimalkan kompetensi Apabila kebutuhan emosi ini dapat dipenuhi maka akan meningkatkan kemampuan anak dalam mengelola emosi, terutama yang bersifat negatif. 52

68 Menurut Hurlock (1978:211), emosi mempengaruhi penyesuaian pribadi sosial dan anak. Pengaruh tersebut antara lain tampak dari peranan emosi sebagai berikut: a) Emosi menambah rasa nikmat bagi pengalaman sehari-hari. Salah satu bentuk emosi adalah luapan perasaan, misalnya kegembiraan, ketakutan ataupun kecemasan. b) Emosi menyiapkan tubuh untuk melakukan tindakan. Emosi dapat mempengaruhi keseimbangan dalam tubuh, terutama emosi yang muncul sangat kuat, sebagai contoh kemarahan yang cukup besar. Hal ini memunculkan aktivitas persiapan bagi tubuh untuk bertindak, yaitu hal-hal yang akan dilakukan ketika tibul amarah. Apabila persiapan ini ternyata tidak berguna, akan dapat menyebabkan timbulnya rasa gelisah, tidak nyaman, atau amarah yang justru terpendam dalam diri anak. c) Ketegangan emosi mengganggu keterampilan motorik. Emosi yang memuncak mengganggu kemampuan motorik anak. d) Emosi merupakan bentuk komunikasi. Perubahan mimik wajah, bahasa tubuh, suara, dan sebagainya merupakan alat komunikasi yang dapat digunakan untuk menyatakan perasaan dan pikiran (komunikasi non verbal). e) Emosi mengganggu aktivitas mental. Kegiatan mental, seperti berpikir, berkonsentrasi, belajar, sangat dipengaruhi oleh kestabilan emosi. f) Emosi merupakan sumber penilaian diri dan sosial. Pengelolaan emosi oleh anak sangat mempengaruhi perlakuan orang dewasa terhadap anak, dan ini menjadi dasar bagi anak dalam menilai dirinya sendiri. 53

69 g) Emosi mewarnai pandangan anak terhadap kehidupan. Peran-peran anak dalam aktivitas sosial, seperti keluarga, sekolah, masyarakat, sangat dipengaruhi oleh perkembangan emosi mereka, seperti rasa percaya diri, rasa aman, atau rasa takut. h) Emosi mempengaruhi interaksi sosial. Kematangan emosi anak mempengaruhi cara anak berinteraksi dengan lingkungannya. Di lain pihak, emosi juga mengajarkan kepada anak cara berperilaku sehingga sesuai dengan ukuran dan tuntutan lingkungan sosial. i) Emosi memperlihatkan kesannya pada ekspresi wajah. Perubahan emosi anak biasanya ditampilkan pada ekspresi wajahnya, misalnya tersenyum, murung atau cemberut. j) Emosi mempengaruhi suasana psikologis. Emosi mempengaruhi perilaku anak yang ditunjukkan kepada lingkungan (covert behavior). Perilaku ini mendorong lingkungan untuk memberikan umpan balik. Apabila anak menunjukkan perilaku yang kurang menyenangkan, dia akan menerima respon yang kurang menyenangkan pula, sehingga anak akan merasa tidak dicintai atau diabaikan. k) Reaksi emosional apabila diulang-ulang akan berkembang menjadi kebiasaan. Anak mengkomunikasikan emosi melalui verbal, gerakan dan bahasa tubuh. Bahasa tubuh ini perlu kita cermati karena bersifat spontan dan seringkali dilakukan tanpa sadar. Dengan memahami bahasa tubuh inilah kita dapat memahami pikiran, ide, tingkah laku serta perasaan anak. Pada usia prasekolah anak-anak belajar menguasai dan mengekspresikan emosi (Saarni, Mumme, dan Campos, 1998 dalam De Hart, 1992:348). Pada usia 6 54

70 tahun anak-anak memahami konsep emosi yang lebih kompleks, seperti kecemburuan, kebanggaan, kesedihan dan kehilangan (De Hart, 1992:348), tetapi anak-anak masih memiliki kesulitan di dalam menafsirkan emosi orang lain (Friend and Davis, 1993). Pada tahapan ini anak memerlukan pengalaman pengaturan emosi, yang mencakup: a) Kapasitas untuk mengontrol dan mengarahkan ekspresi emosional. b) Menjaga perilaku yang terorganisir ketika munculnya emosi-emosi yang kuat dan untuk dibimbing oleh pengalaman emosional. Erik Erikson adalah seorang ahli psikologi yang menjelaskan tahap perkembangan manusia mulai dari lahir hingga lanjut usia. Teori Erikson membawa aspek kehidupan sosial dan fungsi budaya yang dianggap lebih realistis. Melalui teorinya, Erikson memberikan sesuatu yang baru dalam mempelajari mengenai perilaku manusia dan merupakan suatu pemikiran yang sangat maju guna memahami persoalan/masalah psikologi yang dihadapi oleh manusia pada jaman modern seperti ini, salah satunya masalah perkembangan emosi (psikososial) anak usia sekolah. Ada 8 tahap yang saling berkaitan dikemukakan oleh Erik Erikson (Jess Feist dan Gregory J. Feist, 2008: ) dalam perkembangan emosi (psikososial) : a) Bayi (rasa percaya versus rasa tidak percaya mendasar) b) Masa kanak-kanak awal pada tahun ke-2 sampai ke-3 (otonomi versus rasa malu dan ragu-ragu) c) Anak usia bermain (play age) usia 3 sampai 5 tahun (inisiatif versus rasa bersalah) 55

71 d) Anak usia sekolah usia 6 samapi 12 atau 13 tahun (Produktivitas versus Inferioritas) e) Masa remaja (identitas versus kebingungan identitas) f) Masa dewasa muda usia 19 sampai 30 tahun (keintiman versus isolasi) g) Masa dewasa usia 31 sampai 60 tahun (generativitas versus stagnasi) h) Usia senja, usia 60 tahun sampai akhir hayat (integritas versus rasa putus asa). Tahap ketiga terjadi pada usia 3 s/d 5 tahun. Selama masa usia prasekolah mulai menunjukkan kekuatan dan kontrolnya akan dunia melalui permainan langsung dan interaksi sosial lainnya. Mereka lebih tertantang karena menghadapi dunia sosial yang lebih luas, maka dituntut perilaku aktif dan bertujuan. Anak yang berhasil dalam tahap ini merasa mampu dan kompeten dalam memimpin orang lain. Adanya peningkatan rasa tanggung jawab dan prakarsa. Mereka yang gagal mencapai tahap ini akan merasakan perasaan bersalah, perasaan ragu- ragu, dan kurang inisiatif. Perasaan bersalah yang tidak menyenangkan dapat muncul apabila anak tidak diberi kepercayaan dan dibuat merasa sangat cemas. Erikson yakin bahwa kebanyakan rasa bersalah dapat digantikan dengan cepat oleh rasa berhasil. 56

72 E. Kerangka Pikir Penelitian Identifikasi Masalah: 1. Anak suka memukul menyukai warna hitam dan anak yang ceria menyukai warna kuning. 2. Guru menilai karya mewarnai dari segi indah atau tidaknya saja. Rumusan Masalah: Berapakah persentase warna panas yang muncul dalam kegiatan mewarnai anak pada kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo? Tujuan: Untuk mengetahui jumlah persentase warna panas dalam kegiatan mewarnai anak pada kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo Jenis Pendekatan: Kuantitatif Populasi: Kelompok B TK Gugus I Timbulharjo Sample: TK Aisyiyah Slanggen, TK Masyithoh Budi Lestari, dan TK PKK Tunas Harapan. Hasil: Persentase warna panas yang muncul Teknik: Observasi dan Dokumentasi Instrumen: Checklist Teknik Analisis: Deskriptif Skala Data Nominal (Persentase) 57

73 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendekatan kuantitatif dalam bentuk deskriptif. Hal ini sesuai dengan pendapat (Arikunto 2006: 12) yang mengemukakan bahwa penelitian kuantitatif adalah pendekatan penelitian yang banyak dituntut menguakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan hasilnya. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di TK kelompok B pada TK Gugus I Timbulharjo yaitu pada TK Aisyiyah Slanggen, TK Masyithoh Budi Lestari, dan TK PKK Tunas Harapan. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan November- Desember tahun Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Nama TK Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu TK Aisyiyah Slanggen 5 Desemb er Desemb er Desemb er 2016 TK Masyithoh Budi Lestari TK PKK Tunas Harapan 6 Desemb er Desemb er dan 8 Desemb er Desemb er Desemb er Desemb er Desemb er Desemb er

74 C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Menurut Sugiyono (2012: 61) variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. Paradigma penelitian yang dibangun dalam penelitian ini adalah deskriptif. Artinya, penelitian ini akan menggambarkan suatu keadaan yang nyata sesuai dengan tujuan. Dalam penelitian ini peneliti akan mengamati kesukaan pemilihan warna dalam kegiatan mewarnai gambar pada anak kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo. Berikut ini definisi singkat mengenai variabel tersebut: 1. Kesukaan Pemilihan Warna dalam Mewarnai Gambar Mewarnai gambar diartikan sebagai proses memberi warna pada media yang sudah bergambar. Anak dapat mewarnai gambar dengan berbagai macam warna yang dia pilih sesuai objeknya dengan menggunakan krayon sebagai alatnya. Kebetulan dalam penelitian di TK Gugus I Timbulharjo ini, anak terlihat lebih suka memilih mewarnai gambar dengan warna- warna panas. Warna panas adalah kelompok warna dalam rentang setengah lingkaran di dalam lingkaran warna mulai dari merah hingga kuning. Warna ini menjadi simbol, riang, semangat, marah dan sebagainya. Warna panas juga mengesankan jarak yang dekat. Dalam penelitian ini peneliti akan mengamati warna pigmen kesukaan yang muncul atau tidak dalam hasil karya anak di TK Gugus I Timbulharjo. Peneliti akan mengamati hasil karya dalam kegiatan mewarnai yang dilakukan anak. 59

75 D. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012: 117). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa TK kelompok B Gugus I Timbulharjo tahun ajaran 2016/ Pada TK kelompok B Gugus I Timbulharjo memiliki anak sejumlah 250. Dengan sebaran siswa sebagai berikut. Tabel 2. Populasi TK B Gugus I Timbulharjo No. Nama TK Jumlah Siswa 1. TK Pertiwi 35 Balong TK Aisyiyah Slanggen TK Masitoh Ngasem TK Masitoh Kepek TK Pertiwi Bangunharjo TK Kartini TK Tunas Harapan 19 Jumlah Sampel Sugiyono (2012: 118) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono 2012: 126). Pertimbangan dalam penelitian ini adalah jumlah kelas. Dari ke tujuh TK yang terdapat di Gugus I Timbulharjo terdapat tiga TK yang jumlah kelasnya lebih dari satu yaitu TK Aisyiyah Slanggen, TK Pertiwi Bangunharjo dengan jumlah kelas Kelompok B sebanyak dua kelas dan TK Masyitoh Ngasem dengan jumlah kelas 60

76 Kelompok B sebanyak tiga kelas. Sehingga dalam penelitian ini peneliti mengambil satu TK dengan jumlah kelas kelompok B lebih dari satu dan dua TK yang jumlah kelas kelompok B nya satu dengan jumlah 87 anak kelompok B TK se-gugus I Timbulharjo. Berdasarkan populasi diatas diambil sample dengan teknik purposive sampling dengan pertimbangan di atas maka diambil 3 TK kelompok B dalam satu Gugus sebagai berikut: Tabel 3. Sampel TK B Gugus I Timbulharjo Nama TK Jumlah Siswa TK Aisyiyah Slanggen 46 TK Masyithoh Budi Lestari 22 TK PKK Tunas Harapan 19 Jumlah 87 anak E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi dan dokumentasi. Sutrisno Hadi (1986 dalam Sugiyono 2011:196) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang penting adalah proses pengamatan dan ingatan. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala- gejala alam, dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Peneliti menggunakan teknik observasi nonpartisipan terstruktur dengan 61

77 lembar checklist yang berarti peneliti tidak terlibat langsung dengan aktivitas orang- orang yang sedang diamati dan hanya sebagai pengamat independen dengan rancangan lembar observasi yang telah dibuat. Sedangkan teknik dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen ini bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. 2. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Semua fenomena yang ada dalam penelitian disebut variabel penelitian (Sugiyono, 2011: 148). Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 160), instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar lebih mudah dan lengkap. Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Dalam kisi-kisi intrumen yang digunakan oleh peneliti tertuang dalam teori warna yang disimpulkan oleh (Henry, 1998:24) bahwa warna panas terdiri atas warna merah, jingga/ oranye, dan kuning. Warna panas akan memberi kesan semangat, kuat, dan aktif. Dalam penelitian kuantitatif ini digunakan cara checklist dengan rubrik penilaian yang telah dibuat oleh peneliti yaitu sebagai berikut: 62

78 Tabel 4. Kisi- kisi Kemunculan Warna Panas, (Henry, 1998: 238) Nama Anak : Umur : Kelompok : L/P : No. Variabel Sub Variabel Keterangan Sifat 1. Kuning (Yellow) Gembira Ramah Riang 2. Warna Panas dalam Kegiatan Mewarnai Jingga (Orange) Kehangatan Semangat Antusias 3. Merah (Red) Berani Agresif Energik Tabel 5. Lembar Penilaian Warna Panas dalam Kegiatan Mewarnai No. Nama Kriteria Penilaian Warna Panas Anak Merah Jingga Kuning Muncul Tidak Muncul Tidak Muncul Tidak 63

79 F. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas Menurut Gay dalam Sukardi (2011:121) suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Data yang diperoleh dari sebuah penelitian kuantitatif haruslah valid dan reliabel, sehingga instrumen yang digunakan pun harus valid dan reliabel pula. Instrumen yang dianggap valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid (Sugiyono 2012:121). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstrak. Dimana peneliti berkonsultasi terlebih dahulu dengan ahli (expert judgment) tentang aspek-aspek yang akan diukur berdasarkan teori tertentu. Ahli dapat menambah, mengurangi, maupun setuju akan intrumen yang dibuat oleh peneliti. Pada Instrumen penelitian ini divaliadasi oleh dosen pembimbing yaitu Dr. Harun Rasyid, M.Pd. 2. Reliabilitas Reliabilitas instrumen adalah tingkat keajekan instrumen saat digunakan kapan dan oleh siapa saja sehingga akan cenderung menghasilkan consistency atau dapat dipercaya (Muhammad Idrus 2009:130). Menurut Sugiono (2009: ) mengatakan bahwa Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal dilakukan dengan test-retest (stabiliy), equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal reliabilitas instrument dapat dilakukan dengan teknik tertentu. Akan tetapi pada penelitian ini uji validitas instrumen, peneliti meminta bantuan pada dosen pembimbing, maka reliabilitasnya sudah teruji stabil. 64

80 G. Teknik Analisis Data Pengukuran terhadap variabel- variabel dilaksanakan dengan membandingkan kondisi yang sebenarnya pada hasil karya yang diteliti. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Analisis deskriptif adalah menggambarkan data yang ada guna memperoleh bentuk nyata responden, sehingga lebih mudah dimengerti peneliti atau orang lain yang tertarik dengan hasil penelitian yang dilakukan (Sukardi 2011: 86). Analisis data dilakukan peneliti setelah melakukan pengumpulan data dari pengamatan atau observasi. Penyajian data dalam penelitian ini melalui tabel, diagram batang, dan perhitungan persentase (Nana Syaodih Sukmadinata 2005: 233). Berikut Ini rumus yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian : NP = R 100 SM Keterangan : NP : nilai persen yang dicari atau diharapkan R : skor mentah SM : skor maksimum 100 : bilangan tetap Dalam penelitian ini menggunakan checklist dalam skala nominal yang akan memberikan dua kategori yaitu ya dan tidak. Yang dimaksud dalam pengertian kuantitatif dalam penelitian ini yaitu hasil yang diperoleh berupa angka akan dideskripsikan dengan sebuah kriteria penilaian seperti ya dan tidak atau dalam penelitian ini disesuaikan dengan konteks yang ingin diamati sehingga menjadi muncul dan tidak muncul. 65

81 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian kuantitatif deskriptif untuk menggambarkan atau mendeskripsikan warna panas dalam kegiatan mewarnai pada anak kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi dengan menggunakan lembar observasi dan dokumentasi yaitu hasil observasi, foto saat kegiatan, dan hasil karya anak. Data yang telah diperoleh dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif dan hasil dari dokumentasi dilampirkan untuk mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan. Penelitian dilaksanakan di 3 TK se Gugus I Timbulharjo yaitu TK Aisyiyah Slanggen, TK Masyithoh Budi Lestari, dan TK Tunas Harapan. Pengambilan data dilakukan pada bulan Desember Pengambilan data dilakukan pada sejumlah 86 anak kelompok B. Berikut ini adalah gambaran umum masing-masing TK se Gugus I Timbulharjo Kecamatan Sewon Bantul. a) TK Aisyiyah Slanggen TK Aisyiyah Slanggen terletak di dusun Slanggen, Timbulharjo, Sewon, Bantul. TK Aisyiyah Slanggen ini terletak pada satu kawasan dengan sekolah dasar dan bersebelahan dengan masjid. TK Aisyiyah Slanggen memilki 3 ruang kelas yaitu kelompok A sebanyak satu kelas dan kelompok B sebanyak 2 kelas, antara kelas B1 dengan B2 dipisahkan dengan lemari dan teriplek. Jumlah guru TK 66

82 Aisyiyah Slanggen berjumlah 5 orang. Di TK Aisyiyah Slanggen memiliki 1 ruang guru, 1 ruang dapur, 1 ruang gudang dan 1 kamar mandi. TK Aisyiyah Slanggen memiliki APE, namun APE tersebut disimpan oleh guru dengan alasan agar anak dapat fokus pada saat pembelajaran. Di dalam kelas terdapat kursi, meja, rak anak, almari, dan papan tulis serta hasil karya anak yang dipajang guru. Halaman TK Aisyiyah Slanggen tidak begitu luas untuk bermain anak-anak. Permainan outdoor yang dimiliki TK ini yaitu 1 tlusuran, 1 jungkitan, 1 bola dunia, 1 ayunan, 1 sepur goyang, dan 2 angsa goyang. Dan memiliki alat penunjang kegiatan seperti alat drumband dan tape recorder. Di TK Aisyiyah Slanggen ini pembelajaran dilakukan mulai pukul serta diakhiri pada pukul WIB. Namun pada setiap paginya kegiatan awal selalu dimulai dengan les membaca, sehingga kegiatan dimulai pada pukul Di TK ini telah melaksanakan beberapa ekstrakulikuler seperti melukis, calistung, dan drumband serta pada hari tertentu terdapat pembelajaran kreativitas. b) TK PKK Tunas Harapan TK PKK Tunas Harapan terletak di dusun Kowen, Timbulharjo, Sewon, Bantul. TK ini berdiri pada tanggal 18 Juli 1988 dan berstatus swasta dalam yayasan PKK. TK ini memiliki luas tanah sebesar 500m 2 yang terbagi atas 200m 2 luas bangunan dan 200m 2 luas halaman. Tanah ini merupakan tanah pinjaman warga. TK ini berada pada kawasan perkampungan namun dekat dengan jalan utama dusun dan bersebelahan dengan SLB. TK PKK Tunas Harapan memiliki 2 ruang kelas yang terdiri dari 1 kelas untuk TK A dan satu kelas untuk TK B. Namun antara TK A dan TK B hanya dibatasi oleh teriplek saja. Selain itu TK PKK Tunas Harapan 67

83 memiliki 1 ruang guru,1 dapur, 1 kamar mandi, 1 ruang UKS namun penggunaannya masih belum optimal, dan 1 ruang parkir. TK PKK Tunas Harapan memiliki guru sejumlah 4 orang, namun hanya 2 guru yang berstatus tetap di sana, dan 2 guru lainnya hanya guru yang mengisi jam kekurangan dari TK lain. Di TK PKK Tunas Harapan masih kekurangan APE, di dalam kelas hanya terdapat meja, kursi, rak anak, lemari guru untuk menyimpan hasil karya anak, papan berbentuk buah yang berisi tema semester 1 dan 2, bendera merah putih, serta papan tuis dan jam dinding. Halaman TK PKK Tunas Harapan cukup luas untuk bermain anak-anak. Permainan outdoor yang dimiliki TK ini yaitu 1 tlusuran, 1 tangga pelangi, 1 jungkitan, 1 bola dunia, 1 ayunan, 1 terowongan ban, 1 ring basket, 1 sepur goyang, dan 2 angsa goyang. Dan memiliki alat penunjang kegiatan seperti alat drumband dan tape recorder. Pembelajaran di TK Tunas Harapan dimulai pukul sampai WIB, terkadang lebih. Pembelajaran dilakukan seperti biasa namun terkadang ada kegiatan keagamaan, pengajian bersama wali, dan ekstra drumband. c) TK Masyithoh Budi Lestari TK Masyithoh Budi Lestari terletak di dusun Kepek, Timbulharjo, Sewon, Bantul. TK ini berdiri pada tanggal 18 Agustus 1987 dan berstatus swasta dalam yayasan muslimat. TK ini memiliki luas tanah sebesar 220m 2 dan luas bangunan sebesar 72m 2. Tanah ini merupakan tanah milik sendiri. TK Masyithoh Budi Lestari berada pada kawasan perkampungan warga. TK Masyithoh Budi Lestari memiliki 2 ruang kelas yaitu A dan B. Di TK ini antara kelas A dan B dipisahkan oleh kantor guru. Jumlah guru TK Masyithoh Budi Lestari berjumlah 4 orang. Namun 68

84 sebenarnya guru tetapnya hanyalah 3 dan yang satunya adalah guru keagamaan yang mengisi kekurangan jam mengajarnya saja. Di TK Aisyiyah Slanggen memiliki 1 ruang guru, 1 ruang dapur, 1 ruang gudang dan 1 kamar mandi. TK Masyithoh Budi Lestari memiliki APE, namun APE tersebut disimpan oleh guru dengan alasan agar anak dapat fokus pada saat pembelajaran. Di dalam kelas terdapat kursi, meja, rak anak, almari, dan papan tulis serta hasil karya anak yang dipajang guru. Halaman TK Masyithoh Budi Lestari tidak begitu luas untuk bermain anak-anak. Permainan outdoor yang dimiliki TK ini yaitu 1 tlusuran, 1 jungkitan, 1 bola dunia, 2 ayunan, dan 3 angsa goyang. Dan memiliki alat penunjang kegiatan seperti alat drumband dan tape recorder. Di TK Masyithoh Budi Lestari ini pembelajaran dilakukan mulai pukul serta diakhiri pada pukul WIB. Namun pada setiap paginya kegiatan awal selalu dimulai dengan hafalan surat dan asmaul husna, sehingga kegiatan dimulai pada pukul Di TK ini hari belajar efektif hanya pada hari Senin, Selasa, dan Kamis. Sedangkan dihari lain digunakan untuk ekstra. Hari Rabu untuk drumband, hari Jumat untuk melukis, dan hari Sabtu untuk krativitas. 2. Deskripsi Data Hasil Penelitian Terdapat satu variabel dalam penelitian ini yaitu kesukaan pemilihan warna dalam mewarnai gambar dengan sub variabel yaitu warna panas yang terdiri dari warna kuning, jingga, dan merah. Dari sub variabel tersebut masih dijabarkan lagi menjadi tiga sifat yang akan ikut teramati yaitu warna kuning dengan sifat gembira, ramah, dan riang. Warna jingga dengan sifat kehangatan, semangat, dan antusias. Warna merah dengan sifat berani, agresif, dan enerjik dalam kegiatan mewarnai 69

85 anak yang berkaitan dengan kesukaan pemilihan warna dalam mewarnai gambar pada anak kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo. Peneliti melakukan observasi disetiap TK selama empat kali pertemuan dan sebelum melakukan penelitian, peneliti telah mengobservasi sifat guru dan peserta didik beserta keadaan sekolah terlebih dahulu selama 2 kali. Peneliti berharap apabila dilakukan observasi terlebih dahulu sebelum peneliti mengambil data, peneliti terlebih dulu dapat mengenal sifat dan keadaan yang hendak diobservasi sehingga semua akan berjalan sesuai aturan dan menghasilkan data apa adanya tanpa ada manipulasi dari guru. Sehingga penelitian ini dapat mencapai tujuan awalnya yaitu mendeskripsikan kesukaan pemilihan warna dalam mewarnai gambar pada anak kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo. Peneliti mengobservasi anak pada saat akhir dari RPPH yang dibuat sekolah dan memasuki minggu pengayaan. Sebelum melakukan penelitian, peneliti sempat bercakap- cakap dengan guru kelas dari ke tiga sampel TK yang akan diobservasi untuk pengambilan data penelitian mengenai kegiatan pengayaan tersebut dan didapatkan informasi bahwa kegiatan pengayaan merupakan kegiatan pengulangan RPPH yang kegiatannya dirasa belum mampu dicapai anak dengan baik. Sehingga guru berhak memberikan pengulangan kegiatan yang telah dibuat dalam RPPH sebelumnya dan guru berhak memilih RPPH yang akan diulang. Guru yang peneliti wawancarai juga menegaskan bahwa hampir setiap hari terdapat kegiatan mewarnai dalam suatu RPPH yang dibuat, jadi guru merasa tidak terbebani jika diadakan penelitian tentang kegiatan mewarnai anak karena dirasa tidak akan mengganggu kegiatan belajar mengajar. Jadi guru mengizinkan peneliti untuk mengambil data di 70

86 TK tersebut. Karena penelitian ini terjadi dalam minggu pengayaan, untuk mempermudah penelitian maka peneliti membuat jadwal mengambil data dari 3 TK tersebut. Dan peneliti beruntung bahwa semua jadwal yang telah peneliti buat untuk ketiga TK tersebut semuanya terdapat kegiatan mewarnai dalam RPPHnya. Setelah peneliti berhasil melakukan penelitian dalam kegiatan mewarnai yaitu kegiatan yang bertujuan memberikan warna pada kertas bergambar dengan menggunakan alat berupa krayon, ditemukan hasil bahwa tidak ada anak yang tidak mau mengerjakan kegiatan ini selama penelitian berlangsung. Semua anak mau melakukan kegiatan mewarnai tanpa ada paksaan dari guru. Guru hanya memberikan penguatan diawal jika siapa yang mengikuti kegiatan mewarnai ini hingga akhir (dalam 4 kali observasi peneliti) akan ditentukan yang terbaik dan mendapatkan hadiah rahasia. Guru memberikan pesan kepada anak didiknya apabila mewarnai itu harus yang rapi, penuh, indah, dan berwarna- warni. Di sini peneliti mulai mengamati bahwa penilaian di TK yang dilakukan oleh guru terhadap kegiatan mewarnai ini masih hanya berupa penilaian indah atau tidaknya dari hasil suatu karya anak. Terkadang saat mengobservasipun peneliti masih menjumpai satu guru yang mendekati anak didiknya dan berbisik untuk mewarnai sesuai yang semestinya. Maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa pada saat anak ingin bereksplorasi sesuai dengan keinginan dan keadaan emosionalnya mengenai warna yang dirasakannya, anak sudah mendapati suatu tekanan sederhana walaupun hanya berupa perkataan sederhana namun itu dapat membatasi ruang gerak imajinasi anak. Namun sebagian besar guru telah membiarkan anak mengeksplorasi warna sesuai dengan apa yang anak inginkan dan tidak ada pembatasan ruang gerak anak 71

87 sama sekali. Anak dibiarkan saja berimajinasi mengenai tokoh yang dia warnai sehingga anak pun merasa enjoy saat berkegiatan. Peneliti juga sempat bercakap- cakap dengan beberapa peserta didik yang sedang melakukan kegiatan mewarnai mengenai apakah mereka menyukai kegiatan mewarnai, lalu mereka pun menjawab dengan jawaban yang hampir sama yaitu mereka menyukai kegiatan mewarnai karena gambar yang diwarnainya selalu berganti dan membuat mereka tertarik untuk mewarnainya. Tapi mereka akan malas bahkan cenderung bosan jika gambar yang diwarnainya pernah diwarnainya dan mereka diminta untuk mewarnainya kembali. Maka di sini terlihat bahwa anakanak menyukai variasi gambar dalam mewarnai agar mereka dapat bereksplorasi dan berkhayal dengan hal yang baru lagi. Mereka juga senang mewarnai karena bisa menuangkan segala perasaan dan ide mereka ke dalam warna- warna yang mereka sukai dan beberapa menjawab bila mewarnai dapat membuat mereka bahagia. Pada kegiatan ini anak dibiarkan mewarnai dengan warna apa saja yang akan mereka gunakan, diharapkan tidak ada unsur paksaan dan arahan karena penelitian ini akan meneliti seberapa banyak warna panas yang muncul dalam hasil karya dalam kegiatan mewarnai yang sudah dilakukannya. Hasil penelitian ini berupa peresentase kemunculan warna kuning, jingga, dan merah dalam hasil karya anak. Peneliti terbatas untuk mengambil persentase kemunculan pemilihan kesukaan dalam mewarnai gambar yang dilakukan oleh anak dengan harapan data yang telah peneliti ambil ini dapat digunakan sebagai studi lanjut, penelitian 72

88 lanjutan, atau sebagai alternatif lain cara guru menilai kegiatan mewatnai yang selama ini mereka nilai hanya dari segi estetisnya saja. Penelitian dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat sebelumnya guna untuk mengamati proses kegiatan mewarnai yang ada dengan kemunculan warna panas dalam hasil karya anak. Observasi yang dilakukan selama empat hari ditiap-tiap TK kemudian akan dianalisis menggunakan kriteria dua penilaian yang sudah ditetapkan yaitu muncul dan tidak muncul. Peneliti hanya terbatas melihat kemunculan 3 warna panas yang diamati karena peneliti hanya ingin mengetahui besarnya persentase kemunculan kesukaan pemilihan warna dalam mewarnai gambar pada anak kelompok B dan keterbatasan disiplin ilmu yang dipunyai. Karena penelitian dilakukan selama empat kali maka peneliti akan melakukan penghitungan dengan melakukan rata-rata nilai disetiap variabel yang ada. Lalu rata- rata tersebut akan dikelompokkan menjadi 2 kriteria kemunculan yang telah dibuat yaitu tidak muncul dan muncul. Kemudian data dianalisis sesuai kategori yang ada dan dibuat persentase dalam tabel dan dituangkan dalam histogram. Secara keseluruhan proses pembelajaran yang ada di semua TK Gugus I Timbulharjo hampir sama yaitu dimulai dari perencanaan pembelajaran hingga evaluasi pembelajaran. Pada awal tahun pembelajaran, program tahunan, program semester, rencana kegiata bulanan, rencana kegiatan mingguan dan RPPH selama satu tahun penuh disusun bersama-sama di dalam Gugus I Timbulharjo ini. Kebanyakan guru- guru hanya menggunakan RPPH yang diberikan oleh pimpinan pusat tanpa ada perubahan atau pengembangan. 73

89 Proses pembelajaran pada masing-masing TK hampir sama, yaitu pembelajaran dlakukan mulai pukul WIB. Namun TK tersebut baru melaksanakan pembelajaran pada pukul 8 karena pada pukul pada suatu TK diadakan ekstra membaca, satunya lagi untuk kegiatan keagamaan, dan satunya lagi untuk bernyanyi serta hafalan tentang kebangsaan. Guru menyiapkan alat, bahan dan media sesuai dengan RPPH pada hari itu jadi terkesan mendadak untuk beberapa kegiatan. Kegiatan apresepsi jarang ditemukan dalam sepenglihatan peneliti Guru hanya menyampaikan tema, bahkan jika guru sempat melakukan kegiatan apresepsi, maka guru tidak menggunakan bahan kongkrit untuk membentuk konsep awal anak. Guru hanya bertanya, bercerita, dan meminta anak untuk membayangkan saat kegiatan apresepsi. Kegiatan yang diberikanpun didominasi oleh pemberian bahan berupa kertas dan pengerjaan LKA saja. Guru jarang memberikan suatu hal yang nyata/ bersifat alami. Hal ini cenderung membuat sifat anak terkadang mengaku bosan bahkan tidak tertarik untuk mendengarkan guru. Hal ini dilakukan disemua TK yang peneliti amati. Metode pembelajaran yang sering digunakan untuk mengembangkan motorik halus pada masing-masing TK kurang lebih sama, yaitu dengan metode demonstrasi. Guru mendemonstrasikan kegiatan yang akan dilakukan kemudian guru memberikan penugasan kepada anak dan anak diminta secara mandiri mengingat serta melaksanakan tugas yang diberikan guru. Penilaian yang digunakan melalui hasil karya anak, penugasan, unjuk kerja, maupun observasi. Namun pada saat peneliti mengobservasi, setiap guru kelas tidak pernah membuat catatan anekdot untuk mengingat apa yang terjadi terhadap perkembangan anak 74

90 disetiap harinya. Guru hanya mencatat jumlah peserta didik yang mempu melakukan kegiatan sesuai dengan penilaiannya dalam RPPH. Media pembelajaran yang paling sering digunakan yaitu lembar kerja anak (LKA). LKA ini dijumpai pada buku yang telah dibeli dari dinas, saat peneliti mengobservasi setiap TK yang dijadikan penelitian, peneliti menemukan hasil bahwa TK- TK tersebut memiliki media belajar yang berfokus pada buku- buku LKA yang terbagi dalam setiap aspek perkembangan dan setiap hari anak- anak dihadapkan dengan kertas- kertas bertulis itu. Kegiatan inti dilakukan setelah kegiatan awal selesai. Biasanya kegiatan inti dimulai pada pukul Sebelumnya guru telah menjelaskan tema dan kegiatan apa saja yang akan dilakukan pada hari itu. Kemudian guru akan menjelaskan bagaimana melakukan kegiatan menggunakan metode demonstrasi terutama untuk kegiatan untuk pengembangan motorik halus. Setelah anak- anak jelas, paham, dan mengerti cara melakukan kegiatan, guru menggunakan metode pemberian tugas atau penugasan untuk melakukan kegiatan seperti yang sudah didemonstrasikan oleh guru. Penilaian pada masing- masing TK secara keseluruhan hampir sama. Peran guru utama adalah fokus untuk melihat, mengamati, mendampingi serta membantu bila ada anak yang kesulitan. Dalam observasi, peneliti menemukan bahwa terdapat 2 TK yang melakukan pembelajaran hanya dengan satu guru tanpa guru pendamping, Dan terdapat satu TK yang ada guru pendampingnya. Namun guru pendamping di sini hanya bertugas untuk menenangkan anak- anak. Dan hanya berganti mengajar apabila guru utama tidak hadir. 75

91 Setiap akhir pembelajaran, selalu diadakan recalling dan evaluasi yaitu menanyakan kembali kegiatan- kegiatan yang telah dilakukan anak sebelumnya, serta menanyakan apakah ada kesulitan-kesulitan ketika melakukan kegiatan. Pembelajaran berakhir pada pukul WIB. Kegiatan ekstrakulikuler dilaksanakan pada saat proses pembelajaran juga, biasanya guru mencari waktu untuk menyisipkan ekstra dikegiatan awal atau akhir pembelajaran. Peneliti mewawancarai guru untuk alasan tersebut dan guru menjawab apabila kegiatan ekstra dilaksanakan setelah kegiatan pembelajaran justru dirasa tidak efektif karena kondisi fisik anak yang sudah lelah, mengantuk, dan kehabisan energy pada saat pembelajaran. Jadi setelah bermusyawarah dengan guru dan kepala sekolah maka ditetapkan apabila kegiatan ekstra dilaksanakan dalam proses pembelajaran juga. Pada TK Aisyiyah Slanggen pada munculnya kesukaan pemilihan warrna dalam mewarnai gambar yang diamati melalui 3 warna panas yang mendasari yaitu warna merah, jingga, dan kuning serta dilihat dari hasil karya anak dengan rata- rata Kelompok B1 didapatkan hasil kemunculan warna panas merah sejumlah 76,09%, pada warna panas jingga didapatkan hasil sejumlah 84,78%, dan pada warna panas kuning didapatkan hasil sejumlah 77,17%. Sedangkan kelompok B2 kemunculan warna panas pada warna panas merah didapatkan hasil sejumlah 71,74%, pada warna panas jingga didapatkan hasil sejumlah 84,78%, dan pada warna panas kuning didapatkan hasil sejumlah 82,61%. Dari persentase tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kesukaan pemilihan warrna dalam mewarnai gambar pada anak 76

92 kelompok B1 dan B2 di TK Aisyiyah Slanggen pada warna merah, jingga, dan kuning telah ditemukan muncul pada hasil karya mewarnai anak B1 dan B2 yang persentasenya telah disampaikan dalam pemaparan singkat di atas. Hasil persentase ini didapatkan dari rerata jumlah warna yang muncul perpengambilan data pada kegiatan mewarnai yang dilakukan dalam empat kali pengamatan peneliti. Pada TK PKK Tunas Harapan pada munculnya kesukaan pemilihan warrna dalam mewarnai gambar yang diamati melalui 3 warna panas yang mendasari yaitu warna merah, jingga, dan kuning serta dilihat dari hasil karya anak dengan rata- rata pada warna panas merah didapatkan hasil sejumlah 86,84%, pada warna panas jingga didapatkan hasil sejumlah 88,16%, dan pada warna panas kuning didapatkan hasil sejumlah 86,84%. Dari persentase tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kesukaan pemilihan warrna dalam mewarnai gambar pada anak kelompok B di TK PKK Tunas Harapan pada warna merah, jingga, dan kuning telah ditemukan muncul pada hasil karya mewarnai anak yang persentasenya telah disampaikan dalam pemaparan singkat di atas. Hasil persentase ini didapatkan dari rerata jumlah warna yang muncul perpengambilan data pada kegiatan mewarnai yang dilakukan dalam empat kali pengamatan peneliti. Pada TK Masyithoh Budi Lestari pada munculnya kesukaan pemilihan warrna dalam mewarnai gambar yang diamati melalui 3 warna panas yang mendasari yaitu warna merah, jingga, dan kuning serta dilihat dari hasil karya anak dengan rata- rata pada warna panas merah didapatkan hasil sejumlah 87,5%, pada warna panas jingga didapatkan hasil sejumlah 75%, dan pada warna panas kuning didapatkan hasil sejumlah 73,86%. Dari persentase tersebut dapat ditarik 77

93 kesimpulan bahwa kesukaan pemilihan warrna dalam mewarnai gambar pada anak kelompok B di TK Masyithoh Budi Lestari pada warna merah, jingga, dan kuning telah ditemukan muncul pada hasil karya mewarnai anak, di mana warna merah, jingga, dan kuning berada pada kategori sangat muncul yang persentasenya telah disampaikan dalam pemaparan singkat di atas. Hasil persentase ini didapatkan dari rerata jumlah warna yang muncul perpengambilan data pada kegiatan mewarnai yang dilakukan dalam empat kali pengamatan peneliti. Berikut ini adalah hasil observasi dari masing- masing warna panas yang diamati pada warna panas dalam kegiatan mewarnai pada anak kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo pada sub variabel masing- masing warna panas: 1) Warna Merah Hasil observasi dari 87 anak kelompok B TK se-gugus I Timbulharjo pada warna merah dalam empat kali pertemuan dengan kegiatan mewarnai pada saat penelitian. Dapat dilihat dari tabel berikut: Tabel 6. Hasil Persentase Warna Panas Merah dalam Kegiatan Mewarnai pada Anak Kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo No Kategori Observasi 1 1 Muncul 74 85,06% 2 Tidak Muncul 13 14,94% Observasi ,61% 16 18,39% Observasi ,16% 19 21,84% Observasi ,86% 21 24,14% Jumlah Anak Rata- Rata Persentase Keseluruhan (%) ,17% 69 19,83% Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa warna panas dalam kegiatan mewarnai pada warna merah dalam penelitian yang dilakukan selama empat hari disetiap TK kelompok B se- Gugus I Timbulharjo dapat dikatakan bahwa dari 87 anak 80,17% atau sejumlah 279 anak berada pada kategori Muncul (M) dan 19,83% atau sejumlah 69 anak berada pada kategori Tidak Muncul (TM). Secara lebih jelas 78

94 warna panas dalam kegiatan mewarnai pada anak kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo akan dijelaskan melalui histogram berikut. 300 Histogram Warna Panas pada Warna Merah dalam Kegiatan Mewarnai pada Anak Kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo Tidak Muncul Muncul Jumlah Warna Panas Gambar 4. Histogram Warna Panas pada Warna Merah dalam Kegiatan Mewarnai pada Anak Kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo 2) Warna Jingga Hasil observasi dari 87 anak kelompok B TK se-gugus I Timbulharjo pada warna jingga dalam empat kali pertemuan dengan kegiatan mewarnai pada saat penelitian. Dapat dilihat dari tabel berikut: Tabel 7. Hasil Persentase Warna Panas Jingga dalam Kegiatan Mewarnai pada Anak Kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo No Kategori Observasi 1 1 Muncul 78 89,66% 2 Tidak Muncul 9 10,34% Observasi ,21% 12 13,79% Observasi ,01% 20 22,99% Observasi ,31% 18 20,69% Jumlah Anak Rata- Rata Persentase Keseluruhan (%) ,05% 59 16,95% 79

95 Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa warna panas dalam kegiatan mewarnai pada warna jingga dalam penelitian yang dilakukan selama empat hari disetiap TK kelompok B se- Gugus I Timbulharjo dapat dikatakan bahwa dari 87 anak 83,05% atau sejumlah 289 anak berada pada kategori Muncul (M) dan 16,95% atau sejumlah 59 anak berada pada kategori Tidak Muncul (TM). Secara lebih jelas warna panas dalam kegiatan mewarnai pada anak kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo akan dijelaskan melalui histogram berikut. 350 Histogram Warna Panas pada Warna Jingga dalam Kegiatan Mewarnai pada Anak Kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo Tidak Muncul Muncul Jumlah Warna Panas Gambar 5. Histogram Warna Panas pada Warna Jingga dalam Kegiatan Mewarnai pada Anak Kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo 3) Warna Kuning Hasil observasi dari 87 anak kelompok B TK se-gugus I Timbulharjo pada warna kuning dalam empat kali pertemuan dengan kegiatan mewarnai pada saat penelitian. Dapat dilihat dari tabel berikut: 80

96 Tabel 8. Hasil Persentase Warna Panas Kuning dalam Kegiatan Mewarnai pada Anak Kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo No Kategori Observasi 1 1 Muncul 70 80,46% 2 Tidak Muncul 17 19,54% Observasi ,80% 8 9,2% Observasi ,71% 22 25,29% Observasi ,56% 23 26,44% Jumlah Anak Rata- Rata Persentase Keseluruhan (%) ,88% 70 20,12% Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa warna panas dalam kegiatan mewarnai pada warna kuning dalam penelitian yang dilakukan selama empat hari disetiap TK kelompok B se- Gugus I Timbulharjo dapat dikatakan bahwa dari 87 anak 79,88% atau sejumlah 278 anak berada pada kategori Muncul (M) dan 20,12% atau sejumlah 70 anak berada pada kategori Tidak Muncul (TM). Secara lebih jelas warna panas dalam kegiatan mewarnai pada anak kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo akan dijelaskan melalui histogram berikut. 300 Histogram Warna Panas pada Warna Kuning dalam Kegiatan Mewarnai pada Anak Kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo Tidak Muncul Muncul Jumlah Warna Panas Gambar 6. Histogram Warna Panas pada Warna Kuning dalam Kegiatan Mewarnai pada Anak Kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo 81

97 Dari Pemaparan ketiga warna tersebut akan disimpulkan menjadi satu keseluruhan dalam rata-rata warna panas dalam kegiatan mewarnai pada anak kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo menurut Sugiyono (2004: 90) seperti tabel berikut : Tabel 9. Hasil Persentase Ketiga Warna Panas dalam Kegiatan Mewarnai pada Anak Kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo No Warna yang di Amati Total Skor Obs 1 Obs 2 Obs 3 Obs 4 Jumlah Anak Persentase (%) Kategori 1 Merah 74 85,06% 71 81,61% 68 78,16% 66 75,86% ,17% M 2 Jingga 78 89,66% 75 86,21% 67 77,01% 69 79,31% ,05% M 3 Kuning 70 80,46% 79 90,80% 65 74,71% 64 73,56% ,88% M Keterangan: TM: Tidak Muncul, M: Muncul Dari data tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kesukaan pemilihan warrna dalam mewarnai gambar pada anak kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo yang muncul dan diamati oleh peneliti selama empat kali pengamatan yaitu pada warna merah 80,17% telah berada pada kategori M (Muncul), pada warna jingga 83,05% berada pada kategori M (Muncul), dan pada warna kuning 79,88% berada pada kategori M (Muncul). Secara lebih jelas warna panas dalam kegiatan mewarnai pada anak kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo pada tiga warna yang di amati akan dijelaskan melalui histogram. 82

98 Histogram Warna Panas pada Warna Kuning dalam Kegiatan Mewarnai pada Anak Kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo Jumlah Warna Panas Warna Merah Warna Jingga Warna Kuning Gambar 7. Histogram Ketiga Warna Panas pada Warna Kuning dalam Kegiatan Mewarnai pada Anak Kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo B. Pembahasan Hasil Penelitian Dalam penelitian ini peneliti mengamati kesukaan pemilihan warrna dalam mewarnai gambar pada anak kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo. Dimana peneliti mengambil sub variabel yaitu warna merah. Hal ini sejalan dengan pendapat Waikins (2001: 24) bahwa warna merah memiliki karakter kuat, energik, marah, berani, bahaya, agresif, merangsang, panas. Dan dapat memberi respon psikologis kekuatan, energi, kehangatan, cinta, nafsu, agresi, gairah, bahaya, berpendirian, dinamis, dan percaya diri. Merah adalah warna yang paling sering menarik perhatian. Warna ini memiliki karateristik merangsang saraf, kelenjar adrenal (endokrin) dan saraf sensorik. Merah juga meningkatkan sirkulasi darah 83

99 dan kereaktivan darah itu sendiri. Warna merah juga paling ampuh untuk merangsang dan meningkatkan energi fisik, memperkuat motivasi, meningkatkan sirkulasi, dan berkaitan dengan seksualitas. Merah juga membangkitkan emosi dan menciptakan perasaan kegembiraan atau intensitas, juga memiliki karakter penuh dengan kekuatan dan antusias. Tetapi pada saat yang sama, warna ini dapat dianggap sebagai tuntutan dan sikap agresif. Merah adalah warna yang kuat sekaligus hangat. Biasanya di gunakan untuk memberikan efek psikologi panas, berani,marah dan berteriak. Sub variabel warna panas yang ke dua ialah warna orange/ jingga. Hal ini sejalan dengan pendapat Waikins (2001: 24) bahwa warna jingga memiliki karakter yaitu dorongan, merdeka, anugerah, bahaya, dan kehangatan. Dan dapat memberi respon psikologis berupa energi, keseimbangan, kehangatan, kreatifitas, semangat, senang, periang, dan antusiasme. Orange ialah kombinasi warna merah dan kuning. Merupakan warna hangat dan ramah yang membuat orang merasa nyaman. Orange berhubungan dengan cakra sakral dan diyakini bermanfaat untuk ginjal, saluran kemih dan organ repoduksi. Warna ini juga meningkatkan metabolisme, memperkuat paru-paru, limpa dan pankreas. Orange adalah hasil peleburan merah dan kuning, sehingga efek yang di hasilkan masih tetap sama, yaitu kuat dan hangat. Sedangkan sub variabel yang ke tiga ialah warna kuning. Hal ini sejalan dengan pendapat Waikins (2001: 24) bahwa warna kuning memiliki karakter terang, gembira, ramah, super, riang, dan cerah. Dan dapat memberi respon psikologis muda, kekayaan, gembira, imajinasi, kreativitas, optimis, harapan, filosofi, ketidakjujuran, pengecut (untuk budaya Barat), pengkhianatan, pencerahan, intelektualitas 84

100 dan kekuasaan. Kuning adalah warna cerah yang dapat menarik banyak perhatian. Warna ini bisa dipakai sedikit untuk pemberitahuan, seperti cahaya kedua lampu rem yang berada dikendaraan. Warna kuning menstimulasi berbagai fungsi tubuh, seperti aliran empedu dan cara kerja hati. Kuning memiliki sifat pencahar dengan cara mempromosikan sekresi asam lambung dan membantu pembuangan usus. Kuning juga berhubungan dengan intelektual dan proses mental. Warna cerah ini juga merangsang otak serta membuat orang lebih waspada dan tegas. Kuning adalah warna yang ceria, menyenangkan dan penuh energi. Saat melakukan penelitian, peneliti mengamati kegiatan mewarnai gambar yang diberikan guru apa adanya, guru hanya meminta peneliti untuk membantu memfotokopi gambar yang akan diwarnai sejumlah anak yang akan mengikuti kegiatan mewarnai. Peneliti melakukan penelitian pada saat minggu pengayaan, dan kebetulan pada saat melakukan penelitian, semua kegiatan RPPH yang dipilih oleh guru terdapat kegiatan mewarnai gambar. Hal ini mempermudah peneliti melakukan penelitian. Setiap kali peneliti melakukan penelitian dari TK satu ke TK yang lain maka RPPH yang digunakan untuk pengayaan antara TK satu dan yang lainnya pun berbeda dikarenakan guru di masing- masing TK juga berbeda pada saat memilih RPPH yang akan diulang sebagai bahan pengayaan. Jadi memang dalam hasil karya yang terlampir dalam lampiran dapat dilihat bahwasannya masing- masing TK mewarnai dengan tema dan gambar yang berbeda antara TK satu dan yang lainnya jadi jumlah persentase antara TK satu dengan yang lain berbeda bahkan pada saat penelitian pertama hingga ke empat pun berbeda- beda. Terlihat hasil data warna panas yang saling naik dan turun dikarenakan respon 85

101 psikologis anak berpengaruh pada warna yang dihasilkannya juga (Lüscher, 1984: 13). Diketahui bahwa kondisi emosional anak usia dini juga dapat berubah- ubah antara hari ini dan hari berikutnya karena anak usia dini sedang mengalami masa mengembangkan serta mengelola emosinya sendiri. Menurut Hurlock (1978:211), emosi mempengaruhi penyesuaian pribadi sosial dan anak. Emosi mempengaruhi suasana psikologis. Emosi mempengaruhi perilaku anak yang ditunjukkan kepada lingkungan (covert behavior). Perilaku ini mendorong lingkungan untuk memberikan umpan balik. Apabila anak menunjukkan perilaku yang kurang menyenangkan, dia akan menerima respon yang kurang menyenangkan pula, sehingga anak akan merasa tidak dicintai atau diabaikan. Reaksi emosional apabila diulang-ulang akan berkembang menjadi kebiasaan. Setiap ekspresi emosi yang diulang-ulang akan menjadi kebiasaan, dan pada suatu titik tertentu akan sangat sulit diubah. Anak perlu dibiasakan dengan mengulang-ulang perilaku yang bersifat positif, sehingga akan menjadi kebiasaan yang positif pula. Anak mengkomunikasikan emosi melalui verbal, gerakan dan bahasa tubuh. Bahasa tubuh ini perlu kita cermati karena bersifat spontan dan seringkali dilakukan tanpa sadar. Dengan memahami bahasa tubuh inilah kita dapat memahami pikiran, ide, tingkah laku serta perasaan anak. Bahasa tubuh yang dapat diamati antara lain: ekspresi wajah, napas, ruang gerak, dan pergerakan tangan. Pada usia prasekolah anak-anak belajar menguasai dan mengekspresikan emosi (Saarni, Mumme, dan Campos, 1998 dalam De Hart, 1992:348). Pada usia 6 tahun anak-anak memahami konsep emosi yang lebih kompleks, seperti kecemburuan, 86

102 kebanggaan, kesedihan dan kehilangan (De Hart, 1992:348), tetapi anak-anak masih memiliki kesulitan di dalam menafsirkan emosi orang lain (Friend and Davis, 1993). Berdasarkan analisis data di atas, secara keseluruhan dapat dilihat bahwa kesukaan pemilihan warrna dalam mewarnai gambar pada anak kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo dilihat dari sub variabel ketiga warna panas yaitu warna merah, jingga, dan kuning yang diamati oleh peneliti bahwa di kelompok B TK se- Gugus I Timbulharjo telah berada pada rata-rata telah memunculkan warna panas, hal ini dapat dilihat dari hasil 3 warna yang telah diamati yaitu pada warna panas merah yang muncul sejumlah 80,17%, pada warna panas jingga sejumlah 83,05%, dan pada warna panas kuning sejumlah 79,88%. Dari pemaparan di atas dari keseluruhan warna yang diamati dalam kegiatan mewarnai yang berkaitan dengan kesukaan pemilihan warrna dalam mewarnai gambar dapat disimpulkan bahwa pada kelompok B TK se-gugus I Timbulharjo yang paling rendah yaitu pada warna kuning dengan persentase 79, 88%. Dimana pada warna kuning menurut (Waikins, 2001: 24) memiliki karakter yaitu terang, gembira, ramah, supel, riang, dan cerah. Serta memberikan respon psikologis berupa muda, kekayaan, gembira, imajinasi, kreativitas, optimis, harapan, filosofi, ketidak-jujuran, pengecut (untuk budaya Barat), pengkhianatan, pencerahan, intelektualitas dan kekuasaan. Kuning cerah adalah warna emosional yang menggerakkan energi dan keceriaan, kejayaan dan keindahan. Kuning melambangkan keagungan, kemewahan, kejayaan, kemuliaan, dan kekuatan. Diketahui bahwa warna kuning yang muncul pada hasil karya mewarnai anak di 87

103 TK Gugus I Timbulharjo Sewon Bantul sudah muncul walaupun bila disandingkan dengan kedua warna yang lain warna ini masih berada dalam tingkatan persentase yang paling rendah, namun warna kuning telah disimpulkan muncul pada warna panas dalam kegiatan mewarnai pada kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo. Sehingga data persentase warna kuning ini dapat diinterprestasikan ke dalam sifat yang ikut teramati yang telah dipaparkan di dalam kisi- kisi kemunculan warna panas menurut (Henry, 1998: 238) yaitu sifat gembira, ramah dan riang yang dimunculkan anak- anak. Peneliti melihat bahwasanya hampir semua anak menggunakan warna kuning untuk mewarnai gambarnya, ada sebagian anak yang menggunakan warna tersebut dengan jumlah yang banyak, dan ada beberapa anak yang menggunakan warna kuning walaupun hanya dengan jumlah yang sedikit dalam gambarnya. Namun pada penelitian ini, peneliti tidak dapat meneliti mengapa kuantitas warna kuning yang digunakan anak pada masing- masing karyanya berbeda satu dengan yang lain dikarenakan keterbatasan ilmu. Sifat yang ikut teramati dalam warna kuning ini ialah gembira, ramah, dan riang. Sifat tersebut dapat diamati dan dirasakan oleh peneliti pada saat awal peneliti melakukan observasi sebelum melakukan penelitian hingga saat peneliti melakukan penelitian yang terakhir. Pada saat peneliti melakukan observasi awal, guru- guru pada masing- masing TK memperkenalkan peneliti kepada anak- anak bahwasannya peneliti akan menjadi teman main anakanak selama kurang lebih dua bulan ini dari hitungan peneliti melakukan observasi hingga pengambilan data. Dan respon pertama yang peneliti rasa dari semua TK yang peneliti amati ialah semua anak- anak memberikan keramahan dalam meyapa 88

104 peneliti dan selalu riang gembira dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Hampir disetiap kegiatan mewarnai peneliti selalu menjumpai sifat gembira, ramah, dan riang muncul dalam keseharian anak. Hal ini dapat dipertegas dengan warna kuning yang dimunculkan pada hasil karya anak yang ternyata sejalan dengan karakter serta respon psikologis yang dijelaskan oleh Waikins. Pada penelitian pertama ditemukan bahwa dari 87 sampel penelitian sejumlah 70 anak telah memunculkan warna kuning dalam hasil karya mewarnai mereka dan sejumlah 17 anak tidak memunculkan warna kuning, pada penelitian ke dua sejumlah 79 anak telah memunculkan warna kuning dan sejumlah 8 anak tidak memunculkan warna kuning, pada penelitian ke tiga sejumlah 65 anak telah memunculkan warna kuning dan sejumlah 22 anak tidak memunculkan warna kuning, dan pada penelitian ke empat sejumlah 64 anak telah memunculkan warna kuning dan sejumlah 23 anak tidak memunculkan warna kuning. Data tersebut ternyata tidak berpengaruh antara data satu dan lainnya hingga data terakhir. Seperti dalam penelitian lain misalnya dalam penelitian tindakan kelas yang diberi perlakuan terhadap meningkatnya hasil penelitian ternyata tidak berpengaruh terhadap penelitian deskriptif kuantitatif ini. Dapat dilihat bahwasannya jumlah warna yang muncul dari penelitian pertama hingga terakhir memperlihatkan hasil yang tidak sama bahkan naik dan turun. Hal ini dikarenakan penelitian deskriptif kuantitatif ini tidak memberikan perlakuan yang sama yaitu gambar yang digunakan oleh guru pada saat dilakukan penelitian berbeda antar TK. Namun dari hasil data tersebut telah disimpulkan bahwasanya warna kuning yang muncul dalam warna panas dalam kegiatan mewarnai pada anak 89

105 kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo sudah muncul dengan sifat anak yang ikut teramati yaitu sifat gembira, ramah, dan riang. Selanjutnya, kesukaan pemilihan warrna dalam mewarnai gambar dapat disimpulkan bahwa pada kelompok B TK se-gugus I Timbulharjo yang paling tinggi adalah warna orange atau jingga dengan persentase 83, 05%. Di mana pada warna ini terdapat karakter yaitu dorongan, merdeka, anugerah, bahaya, dan kehangatan. Dan memberikan respon psikologis berupa energi, keseimbangan, kehangatan, kreatifitas, semangat, senang, periang, dan antusiame. Orange ialah kombinasi warna merah dan kuning. Merupakan warna hangat dan ramah yang membuat orang merasa nyaman. Orange adalah hasil peleburan merah dan kuning, sehingga efek yang di hasilkan masih tetap sama, yaitu kuat dan hangat. Diketahui bahwa warna jingga yang muncul pada hasil karya mewarnai anak di TK Gugus I Timbulharjo Sewon Bantul sudah muncul dan disandingkan dengan kedua warna yang lain warna ini sudah berada dalam tingkatan persentase yang paling tinggi, jadi warna jingga telah disimpulkan muncul pada kesukaan pemilihan warrna dalam mewarnai gambar pada kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo. Sehingga data persentase warna jingga ini dapat diinterprestasikan ke dalam sifat yang ikut teramati yang telah dipaparkan di dalam kisi- kisi kemunculan warna panas menurut (Henry, 1998: 238) yaitu sifat kehangatan, semangat, dan antusias yang dimunculkan anak- anak. Peneliti melihat bahwasanya hampir semua anak menggunakan warna jingga untuk mewarnai gambarnya, ada sebagian anak yang menggunakan warna tersebut dengan jumlah yang banyak, dan ada beberapa anak yang menggunakan warna 90

106 kuning walaupun hanya dengan jumlah yang sedikit dalam gambarnya. Namun pada penelitian ini, peneliti tidak dapat meneliti mengapa kuantitas warna jingga yang digunakan anak pada masing- masing karyanya berbeda satu dengan yang lain dikarenakan keterbatasan ilmu. Sifat yang ikut teramati dalam warna jingga ini ialah kehangatan, semangat, dan antusias. Sifat tersebut dapat diamati dan dirasakan oleh peneliti pada saat awal peneliti melakukan observasi sebelum melakukan penelitian hingga saat peneliti melakukan penelitian yang terakhir. Pada saat peneliti melakukan observasi awal, guru- guru pada masing- masing TK memperkenalkan peneliti kepada anak- anak, anak- anak menyambut dengan penuh kehangatan dan antusias kepada peneliti. Setiap kali peneliti datang dan turun dari motor, semua anak yang sudah datang terlebih dahulu lalu berlari dengan penuh semangat menyambut peneliti dengan penuh kehangatan, bersalaman dan mengajak peneliti untuk bermain bersama. Sedangkan pada saat kegiatan mewarnai pun semua anak terlihat sangat berantusias untuk menyelesaikan gambar yang diwarnainya. Hal ini dapat dipertegas dengan warna jingga yang dimunculkan pada hasil karya anak yang ternyata sejalan dengan karakter serta respon psikologis yang dijelaskan oleh Waikins. Pada penelitian pertama ditemukan bahwa dari 87 sampel penelitian sejumlah 78 anak telah memunculkan warna jingga dalam hasil karya mewarnai mereka dan sejumlah 9 anak tidak memunculkan warna jingga tersebut, pada penelitian ke dua sejumlah 75 anak telah memunculkan warna jingga dan sejumlah 12 anak tidak memunculkan warna jingga, pada penelitian ke tiga sejumlah 67 anak telah memunculkan warna jingga dan sejumlah 20 anak tidak memunculkan warna 91

107 jingga, dan pada penelitian ke empat sejumlah 69 anak telah memunculkan warna jingga dan sejumlah 21 anak tidak memunculkan warna jingga. Dari data tersebut ternyata tidak berpengaruh antara data satu dan lainnya hingga data terakhir. Seperti dalam penelitian lain misalnya dalam penelitian tindakan kelas yang diberi perlakuan terhadap meningkatnya hasil penelitian ternyata tidak berpengaruh terhadap penelitian deskriptif kuantitatif ini. Karena dapat dilihat bahwasannya jumlah warna yang muncul dari penelitian pertama hingga terakhir memperlihatkan hasil yang tidak sama bahkan naik dan turun. Hal ini dikarenakan penelitian deskriptif kuantitatif ini tidak memberikan perlakuan yang sama yaitu gambar yang digunakan oleh guru pada saat dilakukan penelitian berbeda antara TK satu dan yang lain. Namun dari hasil data tersebut telah disimpulkan bahwasanya warna jingga yang muncul dalam kesukaan pemilihan warrna dalam mewarnai gambar pada anak kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo sudah muncul dengan sifat anak yang ikut teramati yaitu sifat gembira, ramah, dan riang. Dan kesukaan pemilihan warrna dalam mewarnai gambar dalam kegiatan mewarnai dapat disimpulkan bahwa pada kelompok B TK se-gugus I Timbulharjo yang berada di tengah- tengah atau dapat dikatakan sebagai warna umum yang sering muncul adalah warna merah dengan persentase 80, 17%. Di mana pada warna ini terdapat karakter yaitu kuat, energik, marah, berani, bahaya, agresif, merangsang, dan panas. Serta respon psikologis berupa power, energi, kehangatan, cinta, nafsu, agresi, gairah, bahaya, berpendirian, dinamis, dan percaya diri. Merah juga membangkitkan emosi dan menciptakan perasaan kegembiraan atau intensitas, juga memiliki karakter penuh dengan kekuatan dan antusias. Tetapi pada saat yang 92

108 sama, warna ini dapat dianggap sebagai tuntutan dan sikap agresif. Merah adalah warna yang kuat sekaligus hangat. Biasanya di gunakan untuk memberikan efek psikologi panas, berani,marah dan berteriak. Diketahui bahwa warna merah yang muncul pada hasil karya mewarnai anak di TK Gugus I Timbulharjo Sewon Bantul sudah muncul dan disandingkan dengan kedua warna yang lain warna ini berada dalam tingkatan persentase di tengah- tengah, jadi warna merah telah disimpulkan muncul pada kesukaan pemilihan warrna dalam mewarnai gambar pada kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo. Sehingga data persentase warna merah ini dapat diinterprestasikan ke dalam sifat yang ikut teramati yang telah dipaparkan di dalam kisi- kisi kemunculan warna panas menurut (Henry, 1998: 238) yaitu sifat berani, agresif, dan energik yang dimunculkan anak- anak. Peneliti melihat bahwasanya hampir semua anak menggunakan warna merah untuk mewarnai gambarnya, ada sebagian anak yang menggunakan warna tersebut dengan jumlah yang banyak, dan ada beberapa anak yang menggunakan warna kuning walaupun hanya dengan jumlah yang sedikit dalam gambarnya. Namun pada penelitian ini, peneliti tidak dapat meneliti mengapa kuantitas warna jingga yang digunakan anak pada masing- masing karyanya berbeda satu dengan yang lain dikarenakan keterbatasan ilmu. Sifat yang ikut teramati dalam warna merah ini ialah berani, agresif, dan energik. Sifat tersebut dapat diamati dan dirasakan oleh peneliti pada saat awal peneliti melakukan observasi sebelum melakukan penelitian hingga saat peneliti melakukan penelitian yang terakhir. Pada saat peneliti melakukan observasi awal, anak- anak pada masing- masing TK telah menunjukkan keberanian dalam menyapa dan bersalaman dengan peneliti, lalu pada observasi ke 93

109 dua anak- anak telah berani berbicara bahkan mengajak peneliti bermain pada saat istirahat. Pada saat istirahat pula peneliti mengamati anak- anak bermain dan berkegiatan dengan penuh energik. Agresif yang diamati dalam penelitian ini ialah agresif respon anak satu dengan yang lainnya apakah termasuk ke dalam agresif semangat atau agresif kemarahan. Pada saat peneliti melakukan penelitian dari awal observasi hingga akhir penelitian ditemukan data bahwa anak yang memiliki agresif kemarahan atau yang sering dicap oleh gurunya nakal dalam satu kelas hanya ada satu atau dua orang anak saja, yang lainnya termasuk dalam agresif bersemangat. Namun pada satu TK yang peneliti melakukan penelitian, terdapat dua orang anak yang termasuk ke dalam label guru sebagai anak yang nakal, namun memiliki agresif semangat dan memberikan hasil karya atau berkegiatan dengan sangat baik. Hal ini dapat dipertegas dengan warna merah yang dimunculkan pada hasil karya anak yang ternyata sejalan dengan karakter serta respon psikologis yang dijelaskan oleh Waikins. Pada penelitian pertama ditemukan bahwa dari 87 sampel penelitian sejumlah 74 anak telah memunculkan warna merah dalam hasil karya mewarnai mereka dan sejumlah 13 anak tidak memunculkan warna merah tersebut, pada penelitian ke dua sejumlah 71 anak telah memunculkan warna merah dan sejumlah 16 anak tidak memunculkan warna merah, pada penelitian ke tiga sejumlah 68 anak telah memunculkan warna merah dan sejumlah 19 anak tidak memunculkan warna merah, dan pada penelitian ke empat sejumlah 66 anak telah memunculkan warna merah dan sejumlah 21 anak tidak memunculkan warna merah. Dari data tersebut ternyata tidak berpengaruh antara data satu dan lainnya hingga data terakhir. Seperti 94

110 dalam penelitian lain misalnya dalam penelitian tindakan kelas yang diberi perlakuan terhadap meningkatnya hasil penelitian ternyata tidak berpengaruh terhadap penelitian deskriptif kuantitatif ini. Karena dapat dilihat bahwasannya jumlah warna yang muncul dari penelitian pertama hingga terakhir memperlihatkan hasil yang tidak sama bahkan naik dan turun. Hal ini dikarenakan penelitian deskriptif kuantitatif ini tidak memberikan perlakuan yang sama yaitu gambar yang digunakan oleh guru pada saat dilakukan penelitian berbeda antara TK satu dan yang lain. Namun dari hasil data tersebut telah disimpulkan bahwasanya warna merah yang muncul dalam warna panas dalam kegiatan mewarnai pada anak kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo sudah muncul dengan sifat anak yang ikut teramati yaitu sifat berani, agresif, dan energik. Sedangkan untuk warna panas dengan warna merah, jingga, dan kuning yang tidak muncul selama penelitian didapatkan hasil warna merah yang tidak muncul dengan persentase 19, 83%, warna jingga dengan persentase 16, 95%, dan warna kuning dengan persentase 20, 11%, memberikan keterangan bahwa anak kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo telah banyak memunculkan warna panas di hasil karya dalam kegiatan mewarnainya, dan hanya sedikit anak yang tidak memunculkan warna panas dalam penelitian ini. Maka menurut Henry (1998: 244) bahwasannya warna panas memberikan kesan semangat, kuat, dan aktif. Maka dapat disimpulkan bahwa anak kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo sudah memunculkan kesan semangat, kuat, dan aktif. Namun ada satu atau dua orang anak yang selama penelitian jarang sekali memunculkan warna panas, namun anak tersebut lebih senang menggunakan warna 95

111 dingin. Warna biru, ungu, dan hijau, menurut Henry (1998: 244) digolongkan menjadi warna dingin dan memberikan kesan tenang, kalem, dan pasif. Dalam pengamatan penelitipun anak yang memunculkan warna- warna dingin tersebut memanglah bersifat sedikit lebih tenang dan pasif daripada teman yang lain. Namun sesekali anak tersebut juga memunculkan warna panas dalam hasil karyanya. Jadi tidak terus- terusan anak tersebut selalu memunculkan warna dingin saja. C. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dan terselesaikan dengan baik, namun bukan berarti penelitian ini tidak terdapat keterbatasan dan kekurangan. Di bawah ini diuraikan beberapa keterbatasan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Rentang usia dalam beberapa TK tidaklah sama karena tidak dikelompokkan menurut usianya. 2. Ada beberapa sekolah yang mengizinkan pemindahan peserta didik untuk memasuki kelas B karena permintaan orang tua padahal usianya belum memenuhi. 3. Perbandingan peserta didik dan guru yang dirasa kurang sesuai membuat peserta didik terkadang sulit untuk dikontrol. 4. Ruang kelas yang terbagi atas sekat dari teriplek yang membuat suara guru kurang terdengar dan ada beberapa orangtua yang masih menunggu di dalam kelas. 96

112 5. Ada beberapa guru yang selalu mengingatkan anak untuk melakukan hal ini dan itu sebelum kegiatan dimulai sehingga memberikan kesan sedikit mempengaruhi warna yang anak goreskan. 6. Data diperoleh dari hasil karya anak dan observasi langsung di kelas ketika proses pembelajaran berlangsung sehingga hasil observasi sangat dipengaruhi oleh guru yang mengkondisikan anak selama proses pembelajaran seperti guru dan orangtua membantu kegiatan yang dilakukan anak. 97

113 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kesukaan pemilihan warrna dalam mewarnai gambar pada anak kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo yang muncul adalah warna panas merah dengan persentase rata- rata sebesar 80,17% dengan keterangan sifat yang ikut teramati yaitu gembira, ramah, dan riang. Warna panas jingga dengan persentase rata- rata sebesar 83,05% dengan keterangan sifat yang ikut teramati yaitu sifat kehangatan, semangat, dan antusias. Dan warna panas kuning dengan persentase rata- rata sebesar 79,89% dengan keterangan sifat berani, agresif, dan energik. Kesukaan pemilihan warna tersebut dapat dilihat dari hasil karya mewarnai gambar objek gambar seperti rumah, tumbuhan, hewan, dan manusia. B. Saran Berdasarkan data hasil dan kesimpulan penelitian kesukaan pemilihan warrna dalam mewarnai gambar pada anak Kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo, peneliti dapat menyampaikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Untuk Guru a. Sebaiknya guru jangan terlalu banyak menuangkan kegiatan pembelajaran anak ke dalam kegiatan mewarnai gambar karena mewarnai dapat memberikan berbagai dampak yang kurang positif seperti membatasi ruang gerak ide anak untuk berimajinasi dan membuat ide anak menjadi pasif. Diketahui bahwa 98

114 mewarnai gambar yang dilakukan oleh anak hanya sekedar memberikan warna pada media yang sudah bergambar. Anak cenderung akan mewarnai gambarnya sesuai hal yang nyata/kongkret yang dia lihat dalam kesehariannya. Maka dikhawatirkan anak menjadi kurang dapat bergerak bebas dalam menuangkan segala ide/gagasan/pemikiran/imajinasi yang dia punyai namun dia hanya bisa memberikan warna pada kertas yang sudah bergambar sesuai kenyataannya saja. Menurut dialog bersama Hajar Pamadhi, bila ada anak yang sehari- harinya selalu diminta untuk melakukan kegiatan mewarnai, maka anak tersebut akan menjadi pribadi yang pemarah karena selalu diatur dan tidak dapat menuangkan idenya. Kegiatan mewarnai dapat dilakukan hanya saja jika bertujuan untuk mengenalkan warna- warna/konsep warna/jenis warna kepada anak. b. Guru dapat mengembangkan kemampuan mewarnai anak menjadi kemampuan menggambar/melukis anak bahkan guru dapat memperbaiki rpph nya pada kegiatan mewarnai gambar dan mengubahnya menjadi kegiatan menggambar bebas/melukis untuk meningkatkan imajinasi anak dan memberikan ruang gerak anak untuk menuangkan segala hal yang ada di otaknya. Diketahui bahwa melukis ialah kegiatan di mana seseorang menggambar sendiri sesuatu objek lalu memberikan warna yang sesuai dengan keinginannya juga. Jadi segala hal yang ingin anak ungkapkan dapat tercapai dan tersalurkan melalui kegiatan menggambar bebas tersebut, dan anak dapat merasakan suatu kelegaan/ kepuasan atas emosi- emosi yang dia rasakan dan ingin salurkan. 99

115 2. Untuk Sekolah Sebaiknya diciptakan lingkungan sekolah yang nyaman, menarik, dan menyenangkan untuk anak dan guru sehingga terbangun suasana yang saling kondusif satu sama lain. Contohnya dengan pemberian ornamen, media, cat dinding, dan lain- lain yang berwarna warni sehingga anak dapat menjalani segala kegiatan yang diberikan oleh guru tanpa ada tekanan dan anak dapat bereksplorasi sesuai dengan keinginannya. Karena pada dasarnya warna memang dapat memberikan beberapa efek psikologis pada anak. Bahkan sekolah bisa menyediakan satu sudut dinding dengan cat putih polos yang dapat dihapus dengan air sebagai ruang gambar penyaluran ide/imajinasi anak. 3. Untuk Peneliti Selajutnya Diharapkan dengan adanya penelitian kesukaan pemilihan warrna dalam mewarnai gambar pada anak Kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo yang hasilnya berupa persentase kesukaan pemilihan warrna dalam mewarnai gambar yang terlihat dalam hasil karya anak, peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian dengan indikator yang lebih bervariasi atau menggunakan pendekatan dan jenis penelitian lainnya, misalnya Kualitatif, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan sebagainya. 100

116 DAFTAR PUSTAKA Adi Kusrianto. (2007). Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi Offset. Agus Sachari. (2007). Budaya Visual Indonesia. Jakarta: Erlangga. Anonym. (2007). Prinsip dan Praktek Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat PAUD. Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arya, P.K. (2008). Rahasia Mengasah Talenta Anak. Yogyakarta: Think. Creswell, John W. (2014). Research Design. Croydon: CPI Group (UK). Deni Darmawan. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. Dudung. (2015). Pengertian Psikologi Menurut Para Ahli. Diakses pada tanggal 17 November 2016 dari EduPaint. (2011). Teori warna dan ahlinya. Diakses pada tanggal 15 April 2016 dari Erlita, dr. (2006). Pengaruh Permainan Pada Perkembangan Anak. Diakses pada tanggal 15 April 2016 dari Fadillah, Muhammad. (2014). Desain Pembelajaran PAUD (Tinjauan Teoritik dan Praktik). Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Freddy Rangkuti. (1997). Riset Pemasaran. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka. Gunarti, W, dkk. (2010). Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka. Hajar Pamadhi. (2012). Pendidikan Seni (Hakikat, Kurikulum Pendidikan Seni, Habitus Seni dan Pengajaran Seni untuk Anak). Yogyakarta: UNY Press. 101

117 Hurlock, Elizabeth B. (1998). Psikologi Perkembangan, terj. Istiwidiyanti dan Soedjarwo. Jakarta: Erlangga. Ida Siti Herawati. (1996). Pendidikan Kesenian. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Bagian Proyek Pengembangan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Jelpa Periantalo. (2016). Penelitian Kuantitatif Untuk Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kurnia Rita. (2012). Media Pembelajaran Anak Usia Dini. Universitas Riau: Pekanbaru. Kusrianto, Adi. (2007). Pengantar Desain Komunikasi Visual. Bandung: Andi. Lüscher, Max Dr. (1984). The Lüscher Color Test (Tes Warna Lüscher, terjemahan Buchari Abdullah). Jakarta Pusat: PT. Jaya Pirusa. Moeslichatoen. (2004). Metode Pengajaran Di Taman Kanak- Kanak. Jakarta: Rineka Cipta. Munandar Utami. (2004). Pengembangan Emosi dan Kreativitas. Jakarta: Rineka Cipta. Mursidin. (2010). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia. Nana Syaodih Sukmadinata. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nugroho, Eko. (2008). Pengenalan Teori Warna. Yogyakarta: ANDI. Papalia, Diane E, Etc. (2008). Human Development (Psikologi Perkembangan, terjemahan A. K. Anwar). Jakarta: KencanaPrenada Media Grup. Rahman Ritongga. (1997). Statistika untuk Penelitian Psikologi dan Penelitian. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. Riana Mashar. (2015). Emosi Anak Usia Dini dan Strategi Pengembangannya. Jakarta: Prenadamedia Group. Rusdarmawan. (2009). Children s Drawing dalam PAUD. Bantul: Kreasi Wacana Offset. Saifuddin azwar. (2004). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offeset. 102

118 Santrock W John. (1995). Life Span Development. Jakarta: PT Erlangga. Sarwo Nugroho. (2015). Manajemen Warna dan Desain. Yogyakarta: CV Andi Offset. Slamet Suyanto. (2005). Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat Publishing. Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC. Sugiyono. (1999). Metoda Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta. Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R&D). Bandung: CV. Alfabeta. Sugiyono. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. (2006). Metodelogi penelitian. Yogyakarta: Bina Aksara. Suharsimi Arikunto. (1990). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan (Kompetensi dan Praktiknya). Jakarta: PT Bumi Aksara. Sumanto. (2005). Pengembangan Kreativitas Senirupa Anak TK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan Dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Wikipedia. (2017). Warna. Diakses pada tanggal 25 Februari 2017 dari Wong, Wucius. (1986). Beberapa Asas Merancang Dwimatra. Bandung: ITB. Yus Anita. (2011). Model Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 103

119 LAMPIRAN 104

120 Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian 105

121 106

122 107

123 Lampiran 2.Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian 108

124 109

125 110

126 111

127 Lampiran 3. Kisi-kisi Kriteria Penilaian, Lembar Observasi dan Rubrik Penilaian 112

128 Tabel 10. Kisi- kisi Kemunculan Warna Panas, (Henry, 1998: 238) Nama Anak : Umur : Kelompok : L/P : No. Variabel Sub Variabel Keterangan Sifat 1. Kuning (Yellow) Gembira Ramah Riang 2. Warna Panas dalam Kegiatan Mewarnai Jingga (Orange) Kehangatan Semangat Antusias 3. Merah (Red) Berani Agresif Energik 113

129 Tabel 11. Lembar Penilaian Warna Panas dalam Kegiatan Mewarnai No. Nama Kriteria Penilaian Warna Panas Anak Merah Jingga Kuning Muncul Tidak Muncul Tidak Muncul Tidak 114

130 Tabel 12. Rubrik Penelitian Skripsi Zulfa Fauzia Warna Panas dalam Kegiatan Mewarnai No. Indikator Skor Keterangan 1 Muncul warna merah TM Anak tidak memunculkan warna merah pada hasil karyanya dalam kegiatan mewarnai. M Anak memunculkan warna merah pada hasil karyanya dalam kegiatan mewarnai. 2 Muncul warna jingga TM Anak tidak memunculkan warna jingga pada hasil karyanya dalam kegiatan mewarnai. M Anak memunculkan warna jingga pada hasil karyanya dalam kegiatan mewarnai. 3 Muncul warna kuning TM Anak tidak memunculkan warna kuning pada hasil karyanya dalam kegiatan mewarnai. M Anak memunculkan warna kuning pada hasil karyanya dalam kegiatan mewarnai. 115

131 Lampiran 4.Data Subjek Penelitian 116

132 DAFTAR ANAK KELOMPOK B DI TK GUGUS I TIMBULHARJO TA 2016/2017 NO NAMA SEKOLAH 1 AFH TK Aisyiyah Slanggen 2 AR TK Aisyiyah Slanggen 3 CY TK Aisyiyah Slanggen 4 DNDR TK Aisyiyah Slanggen 5 FHR TK Aisyiyah Slanggen 6 HSN TK Aisyiyah Slanggen 7 IR TK Aisyiyah Slanggen 8 HK TK Aisyiyah Slanggen 9 ADN TK Aisyiyah Slanggen 10 CHS TK Aisyiyah Slanggen 11 IZ TK Aisyiyah Slanggen 12 MKH TK Aisyiyah Slanggen 13 NZ TK Aisyiyah Slanggen 14 QR TK Aisyiyah Slanggen 15 RT TK Aisyiyah Slanggen 16 RS TK Aisyiyah Slanggen 17 RSY TK Aisyiyah Slanggen 18 RF TK Aisyiyah Slanggen 19 SN TK Aisyiyah Slanggen 20 SK TK Aisyiyah Slanggen 21 ST TK Aisyiyah Slanggen 22 VK TK Aisyiyah Slanggen 23 TR = TK Aisyiyah Slanggen 117

133 24 FT TK Aisyiyah Slanggen 25 A TK Aisyiyah Slanggen 26 AF TK Aisyiyah Slanggen 27 AMD TK Aisyiyah Slanggen 28 AR TK Aisyiyah Slanggen 29 LA TK Aisyiyah Slanggen 30 FY TK Aisyiyah Slanggen 31 FD TK Aisyiyah Slanggen 32 DF TK Aisyiyah Slanggen 33 DN TK Aisyiyah Slanggen 34 DA TK Aisyiyah Slanggen 35 FR TK Aisyiyah Slanggen 36 HR TK Aisyiyah Slanggen 37 KA TK Aisyiyah Slanggen 38 TZ TK Aisyiyah Slanggen 39 AA TK Aisyiyah Slanggen 40 FKI TK Aisyiyah Slanggen 41 IH TK Aisyiyah Slanggen 42 YF TK Aisyiyah Slanggen 43 NL TK Aisyiyah Slanggen 44 VN TK Aisyiyah Slanggen 45 SW TK Aisyiyah Slanggen 46 FRZ= TK Aisyiyah Slanggen 47 AL TK PKK Tunas Harapan 48 AT TK PKK Tunas Harapan 118

134 49 RG TK PKK Tunas Harapan 50 T TK PKK Tunas Harapan 51 AK TK PKK Tunas Harapan 52 AA TK PKK Tunas Harapan 53 JE TK PKK Tunas Harapan 54 ATN TK PKK Tunas Harapan 55 IR TK PKK Tunas Harapan 56 DR TK PKK Tunas Harapan 57 ID TK PKK Tunas Harapan 58 SI TK PKK Tunas Harapan 59 RA TK PKK Tunas Harapan 60 ER TK PKK Tunas Harapan 61 YA TK PKK Tunas Harapan 62 RD TK PKK Tunas Harapan 63 VO TK PKK Tunas Harapan 64 AW TK PKK Tunas Harapan 65 FD = TK PKK Tunas Harapan 66 TN TK Masyithoh Budi Lestari 67 EL TK Masyithoh Budi Lestari 68 EI TK Masyithoh Budi Lestari 69 PT TK Masyithoh Budi Lestari 70 YO TK Masyithoh Budi Lestari 71 PJ TK Masyithoh Budi Lestari 72 BQ TK Masyithoh Budi Lestari 73 DF TK Masyithoh Budi Lestari 119

135 74 DL TK Masyithoh Budi Lestari 75 AL TK Masyithoh Budi Lestari 76 RS TK Masyithoh Budi Lestari 77 NS TK Masyithoh Budi Lestari 78 AZ TK Masyithoh Budi Lestari 79 RZ TK Masyithoh Budi Lestari 80 AB TK Masyithoh Budi Lestari 81 IML TK Masyithoh Budi Lestari 82 HD TK Masyithoh Budi Lestari 83 RKT TK Masyithoh Budi Lestari 84 AL TK Masyithoh Budi Lestari 85 DK TK Masyithoh Budi Lestari 86 AB TK Masyithoh Budi Lestari 87 RSH TK Masyithoh Budi Lestari 120

136 Lampiran 5. Data Hasil Penelitian 121

137 Hasil Observasi I. Warna Panas dalam Kegiatan Mewarnai pada Anak Kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo No. Nama Anak Kriteria Penilaian Warna Panas Merah Jingga Kuning Muncul Tidak Muncul Tidak Muncul Tidak 1 Arifah V V V 2 Arya V V V 3 Cahyo V V V 4 Dendra V V V 5 Fahri V V V 6 Husna V V V 7 Irma V V V 8 Hakim Tole V V V 9 Aidan V V V 10 Chasan V V V 122

138 11 Izam V V V 12 Miftakhul V V V 13 Natzwa V V V 14 Qadar V V V 15 Radit V V V 16 Raisa V V V 17 Rasya V V V 18 Rifki V V V 19 Sania V V V 20 Sekar V V V 21 Shinta V V V 22 Vika V V V 23 Tiar = V V V 24 Fatur V V V 25 Adi V V V 123

139 26 Alif V V V 27 Amanda V V V 28 Ari V V V 29 Lenta V V V 30 Fasya V V V 31 Fadil V V V 32 Daffa V V V 33 Deni V V V 34 Dinda V V V 35 Faradisa V V V 36 Harlan V V V 37 Kaka V V V 38 Taza V V V 39 Arka V V V 40 Fikri V V V 124

140 41 Ikhsan V V V 42 Ya fi V V V 43 Nabila V V V 44 Vino V V V 45 Salwa V V V 46 Fairuz= V V V 47 Alif V V V 48 Ataya V V V 49 Regina V V V 50 Tia V V V 51 Arka V V V 52 Aldania V V V 53 Jeane V V V 54 Ataya N V V V 55 Irul V V V 125

141 56 Dinar V V V 57 Irsyad V V V 58 Suci V V V 59 Rafka V V V 60 Egar V V V 61 Yuda V V V 62 Rudi V V V 63 Vito V V V 64 Alwi V V V 65 Farid = V V V 66 Tania V V V 67 Elsa V V V 68 Elsi V V V 69 Putra V V V 70 Yoga V V V 126

142 71 Panji V V V 72 Baqi V V V 73 Dafin V V V 74 Delima V V V 75 Adelya V V V 76 Restu V V V 77 Nisa V V V 78 Azril V V V 79 Rizky A V V V 80 Abu V V V 81 Imam Lutfhi V V V 81 Handa V V V 83 Riski Tri V V V 84 Alif V V V 85 Dika V V V 127

143 86 Abel V V V 87 Ringsih V V V Frekuensi Persentase (%) 85,06% 14,94% 89,66% 10,34% 80,46% 19,54% 128

144 Hasil Observasi II. Warna Panas dalam Kegiatan Mewarnai pada Anak Kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo No. Nama Anak Kriteria Penilaian Warna Panas Merah Jingga Kuning Muncul Tidak Muncul Tidak Muncul Tidak 1 Arifah V V V 2 Arya V V V 3 Cahyo V V V 4 Dendra V V V 5 Fahri V V V 6 Husna V V V 7 Irma V V V 8 Hakim Tole V V V 9 Aidan V V V 10 Chasan V V V 11 Izam V V V 129

145 12 Miftakhul V V V 13 Natzwa V V V 14 Qadar V V V 15 Radit V V V 16 Raisa V V V 17 Rasya V V V 18 Rifki V V V 19 Sania V V V 20 Sekar V V V 21 Shinta V V V 22 Vika V V V 23 Tiar = V V V 24 Fatur V V V 25 Adi V V V 26 Alif V V V 130

146 27 Amanda V V V 28 Ari V V V 29 Lenta V V V 30 Fasya V V V 31 Fadil V V V 32 Daffa V V V 33 Deni V V V 34 Dinda V V V 35 Faradisa V V V 36 Harlan V V V 37 Kaka V V V 38 Taza V V V 39 Arka V V V 40 Fikri V V V 41 Ikhsan V V V 131

147 42 Ya fi V V V 43 Nabila V V V 44 Vino V V V 45 Salwa V V V 46 Fairuz= V V V 47 Alif V V V 48 Ataya V V V 49 Regina V V V 50 Tia V V V 51 Arka V V V 52 Aldania V V V 53 Jeane V V V 54 Ataya N V V V 55 Irul V V V 56 Dinar V V V 132

148 57 Irsyad V V V 58 Suci V V V 59 Rafka V V V 60 Egar V V V 61 Yuda V V V 62 Rudi V V V 63 Vito V V V 64 Alwi V V V 65 Farid= V V V 66 Tania V V V 67 Elsa V V V 68 Elsi V V V 69 Putra V V V 70 Yoga V V V 71 Panji V V V 133

149 72 Baqi V V V 73 Dafin V V V 74 Delima V V V 75 Adelya V V V 76 Restu V V V 77 Nisa V V V 78 Azril V V V 79 Rizky A V V V 80 Abu V V V 81 Imam Lutfhi V V V 81 Handa V V V 83 Riski Tri V V V 84 Alif V V V 85 Dika V V V 86 Abel V V V 134

150 87 Ringsih V V V Frekuensi Persentase (%) 81,61% 18,39% 86,21% 13,79% 90,8% 9,2% 135

151 Hasil Observasi III. Warna Panas dalam Kegiatan Mewarnai pada Anak Kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo No. Nama Anak Kriteria Penilaian Warna Panas Merah Jingga Kuning Muncul Tidak Muncul Tidak Muncul Tidak 1 Arifah V V V 2 Arya V V V 3 Cahyo V V V 4 Dendra V V V 5 Fahri V V V 6 Husna V V V 7 Irma V V V 8 Hakim Tole V V V 9 Aidan V V V 10 Chasan V V V 11 Izam V V V 136

152 12 Miftakhul V V V 13 Natzwa V V V 14 Qadar V V V 15 Radit V V V 16 Raisa V V V 17 Rasya V V V 18 Rifki V V V 19 Sania V V V 20 Sekar V V V 21 Shinta V V V 22 Vika V V V 23 Tiar = V V V 24 Fatur V V V 25 Adi V V V 26 Alif V V V 137

153 27 Amanda V V V 28 Ari V V V 29 Lenta V V V 30 Fasya V V V 31 Fadil V V V 32 Daffa V V V 33 Deni V V V 34 Dinda V V V 35 Faradisa V V V 36 Harlan V V V 37 Kaka V V V 38 Taza V V V 39 Arka V V V 40 Fikri V V V 41 Ikhsan V V V 138

154 42 Ya fi V V V 43 Nabila V V V 44 Vino V V V 45 Salwa V V V 46 Fairuz V V V 47 Alif V V V 48 Ataya V V V 49 Regina V V V 50 Tia V V V 51 Arka V V V 52 Aldania V V V 53 Jeane V V V 54 Ataya N V V V 55 Irul V V V 56 Dinar V V V 139

155 57 Irsyad V V V 58 Suci V V V 59 Rafka V V V 60 Egar V V V 61 Yuda V V V 62 Rudi V V V 63 Vito V V V 64 Alwi V V V 65 Farid V V V 66 Tania V V V 67 Elsa V V V 68 Elsi V V V 69 Putra V V V 70 Yoga V V V 71 Panji V V V 140

156 72 Baqi V V V 73 Dafin V V V 74 Delima V V V 75 Adelya V V V 76 Restu V V V 77 Nisa V V V 78 Azril V V V 79 Rizky A V V V 80 Abu V V V 81 Imam Lutfhi V V V 81 Handa V V V 83 Riski Tri V V V 84 Alif V V V 85 Dika V V V 86 Abel V V V 141

157 87 Ringsih V V V Frekuensi Persentase (%) 78,16% 21,84% 77,01% 22,99% 74,71% 25,29% 142

158 Hasil Observasi IV. Warna Panas dalam Kegiatan Mewarnai pada Anak Kelompok B di TK Gugus I Timbulharjo No. Nama Anak Kriteria Penilaian Warna Panas Merah Jingga Kuning Muncul Tidak Muncul Tidak Muncul Tidak 1 Arifah V V V 2 Arya V V V 3 Cahyo V V V 4 Dendra V V V 5 Fahri V V V 6 Husna V V V 7 Irma V V V 8 Hakim Tole V V V 9 Aidan V V V 10 Chasan V V V 11 Izam V V V 143

159 12 Miftakhul V V V 13 Natzwa V V V 14 Qadar V V V 15 Radit V V V 16 Raisa V V V 17 Rasya V V V 18 Rifki V V V 19 Sania V V V 20 Sekar V V V 21 Shinta V V V 22 Vika V V V 23 Tiar = V V V 24 Fatur V V V 25 Adi V V V 26 Alif V V V 144

160 27 Amanda V V V 28 Ari V V V 29 Lenta V V V 30 Fasya V V V 31 Fadil V V V 32 Daffa V V V 33 Deni V V V 34 Dinda V V V 35 Faradisa V V V 36 Harlan V V V 37 Kaka V V V 38 Taza V V V 39 Arka V V V 40 Fikri V V V 41 Ikhsan V V V 145

161 42 Ya fi V V V 43 Nabila V V V 44 Vino V V V 45 Salwa V V V 46 Fairuz= V V V 47 Alif V V V 48 Ataya V V V 49 Regina V V V 50 Tia V V V 51 Arka V V V 52 Aldania V V V 53 Jeane V V V 54 Ataya N V V V 55 Irul V V V 56 Dinar V V V 146

162 57 Irsyad V V V 58 Suci V V V 59 Rafka V V V 60 Egar V V V 61 Yuda V V V 62 Rudi V V V 63 Vito V V V 64 Alwi V V V 65 Farid= V V V 66 Tania V V V 67 Elsa V V V 68 Elsi V V V 69 Putra V V V 70 Yoga V V V 71 Panji V V V 147

163 72 Baqi V V V 73 Dafin V V V 74 Delima V V V 75 Adelya V V V 76 Restu V V V 77 Nisa V V V 78 Azril V V V 79 Rizky A V V V 80 Abu V V V 81 Imam Lutfhi V V V 81 Handa V V V 83 Riski Tri V V V 84 Alif V V V 85 Dika V V V 86 Abel V V V 148

164 87 Ringsih V V V Frekuensi Persentase (%) 75,86% 24,14% 79,31% 20,69% 73,56% 26,44% 149

165 Lampiran 6. RPPH 150

166 151

167 152

168 153

169 154

170 155

171 156

172 157

173 158

174 159

175 160

176 161

177 162

178 163

179 164

180 165

181 166

182 Lampiran 7. Foto Kegiatan Anak 167

183 Hasil Karya Anak Dalam Kegiatan Mewarnai Kelompok B1 TK Aisyiyah Slanggen Tema Diriku Sendiri Sub Tema Panca Indera 168

184 Hasil Karya Anak Dalam Kegiatan Mewarnai Kelompok B2 TK Aisyiyah Slanggen Tema Diriku Sendiri Sub Tema Panca Indera 169

185 Hasil Karya Anak Dalam Kegiatan Mewarnai Kelompok B2 TK Aisyiyah Slanggen Tema Diriku Sendiri Sub Tema Panca Indera 170

186 Hasil Karya Anak Dalam Kegiatan Mewarnai Kelompok B1 TK Aisyiyah Slanggen Tema Kebutuhanku Sub Tema Pakaian Penutup Aurat 171

187 Hasil Karya Anak Dalam Kegiatan Mewarnai Kelompok B1 TK Aisyiyah Slanggen Tema Kebutuhanku Sub Tema Pakaian Penutup Aurat 172

188 Hasil Karya Anak Dalam Kegiatan Mewarnai Kelompok B2 TK Aisyiyah Slanggen Tema Kebutuhanku Sub Tema Pakaian Penutup Aurat 173

189 Hasil Karya Anak Dalam Kegiatan Mewarnai Kelompok B2 TK Aisyiyah Slanggen Tema Kebutuhanku Sub Tema Pakaian Penutup Aurat 174

190 Hasil Karya Anak Dalam Kegiatan Mewarnai Kelompok B1 TK Aisyiyah Slanggen Tema Lingkunganku yang Nyaman Sub Tema Rumahku Surgaku 175

191 Hasil Karya Anak Dalam Kegiatan Mewarnai Kelompok B1 TK Aisyiyah Slanggen Tema Lingkunganku yang Nyaman Sub Tema Rumahku Surgaku 176

192 Hasil Karya Anak Dalam Kegiatan Mewarnai Kelompok B2 TK Aisyiyah Slanggen Tema Lingkunganku yang Nyaman Sub Tema Rumahku Surgaku 177

193 Hasil Karya Anak Dalam Kegiatan Mewarnai Kelompok B2 TK Aisyiyah Slanggen Tema Lingkunganku yang Nyaman Sub Tema Rumahku Surgaku 178

194 Hasil Karya Anak Dalam Kegiatan Mewarnai Kelompok B1 TK Aisyiyah Slanggen Tema Tanaman 179

195 Hasil Karya Anak Dalam Kegiatan Mewarnai Kelompok B1 TK Aisyiyah Slanggen Tema Tanaman 180

196 Hasil Karya Anak Dalam Kegiatan Mewarnai Kelompok B2 TK Aisyiyah Slanggen Tema Tanaman 181

197 Hasil Karya Anak Dalam Kegiatan Mewarnai Kelompok B2 TK Aisyiyah Slanggen Tema Tanaman 182

198 Hasil Karya Anak Dalam Kegiatan Mewarnai Kelompok B TK PKK Tunas Harapan Tema Tanaman 183

199 Hasil Karya Anak Dalam Kegiatan Mewarnai Kelompok B TK PKK Tunas Harapan Tema Diriku Sendiri 184

200 Hasil Karya Anak Dalam Kegiatan Mewarnai Kelompok B TK PKK Tunas Harapan Tema Diriku Sendiri 185

201 Hasil Karya Anak Dalam Kegiatan Mewarnai Kelompok B TK PKK Tunas Harapan Tema Lingkungan Sub Tema Rumah 186

202 Hasil Karya Anak Dalam Kegiatan Mewarnai Kelompok B TK PKK Tunas Harapan Tema Lingkungan Sub Tema Rumah 187

203 Hasil Karya Anak Dalam Kegiatan Mewarnai Kelompok B TK PKK Tunas Harapan Tema Binatang 188

204 Hasil Karya Anak Dalam Kegiatan Mewarnai Kelompok B TK PKK Tunas Harapan Tema Binatang 189

DIMENSI WARNA. DEDDY AWARD WIDYA LAKSANA, M.Pd

DIMENSI WARNA. DEDDY AWARD WIDYA LAKSANA, M.Pd DIMENSI WARNA DEDDY AWARD WIDYA LAKSANA, M.Pd Warna panas: adalah kelompok warna dalam rentang setengah lingkaran di dalam lingkaran warna mulai dari merah hingga kuning Warna dingin, adalah kelompok

Lebih terperinci

DIMENSI WARNA. DEDDY AWARD WIDYA LAKSANA, M.Pd

DIMENSI WARNA. DEDDY AWARD WIDYA LAKSANA, M.Pd DIMENSI WARNA DEDDY AWARD WIDYA LAKSANA, M.Pd Warna panas: adalah kelompok warna dalam rentang setengah lingkaran di dalam lingkaran warna mulai dari merah hingga kuning Warna dingin, adalah kelompok

Lebih terperinci

Warna Perancangan Ruang Dalam 2015/2016

Warna Perancangan Ruang Dalam 2015/2016 Warna Perancangan Ruang Dalam 2015/2016 Pengertian Warna Warna adalah suatu aspek yang dapat menghidupkan ruang dan membentuk/menciptakan kesan pada ruang. Merupakan sifat dasar visual yang dimiliki oleh

Lebih terperinci

Rifqi Baihaqi. Abstrak. Pendahuluan. proses oleh otak. warna juga. yang. copyright

Rifqi Baihaqi. Abstrak. Pendahuluan. proses oleh otak. warna juga. yang. copyright Mengenal Istilah Warna Rifqi Baihaqi rifqi..baihaqi@raharja.info Abstrak Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat menemukan berbagai warna yang sangat beraneka ragam. Tetapi, tahukah anda bahwa warna itu

Lebih terperinci

Estetika Bentuk ARS1240 W A R N A. b@yu widiantoro. Progdi Arsitektur Fakultas Arsitektur dan Desain Unika Soegijapranata

Estetika Bentuk ARS1240 W A R N A. b@yu widiantoro. Progdi Arsitektur Fakultas Arsitektur dan Desain Unika Soegijapranata Estetika Bentuk ARS1240 W A R N A 01 b@yu widiantoro Progdi Arsitektur Fakultas Arsitektur dan Desain Unika Soegijapranata 1 Pengertian Warna Warna didefinisikan sebagai: Secara Fisik/ obyektif : sifat

Lebih terperinci

Dan kepintaran sang arsitek dalam mengkombinasikan antara satu warna dengan yang lain.

Dan kepintaran sang arsitek dalam mengkombinasikan antara satu warna dengan yang lain. Pengertian warna Warna Adalah Sebuah sensasi yang dihasilkan ketika suatu energi cahaya mengenai suatu benda, dimana cahaya tersebut akan di refleksikan atau di transmisikan secara langsung oleh benda

Lebih terperinci

BAB III ELABORASI TEMA

BAB III ELABORASI TEMA BAB III ELABORASI TEMA 3.1. Ruang aktif. 3.1.1. Pengertian ruang aktif. Ruang aktif adalah ruang yang memilki berbagai macam kegiatan, didalam ruangan tersebut adanya perubahan interior atau eksterior

Lebih terperinci

NIRMANA I (DKV114) Semester Gasal (G1) Progdi DKV RITME & W A R N A

NIRMANA I (DKV114) Semester Gasal (G1) Progdi DKV RITME & W A R N A NIRMANA I (DKV114) Semester Gasal (G1) Progdi DKV RITME & W A R N A 1 Irama / ritme (keselarasan) Gerak pengulangan atau gerak mengalir yang ajeg, teratur, terus menerus. Irama adalah suatu keteraturan

Lebih terperinci

Dkv 114 NIRMANA I W A R N A. widiantoro

Dkv 114 NIRMANA I W A R N A. widiantoro Dkv 114 NIRMANA I W A R N A 01 b@yu widiantoro 1 Pengertian Warna Warna didefinisikan sebagai: Secara Fisik/ obyektif : sifat cahaya yang dipancarkan (panjang gelombang cahaya yang berbeda akan ditangkap

Lebih terperinci

3 PRINSIP-PRINSIP DAN UNSUR DESAIN

3 PRINSIP-PRINSIP DAN UNSUR DESAIN 3 PRINSIP-PRINSIP DAN UNSUR DESAIN KRIYA TEKSTIL Kompetensi yang akan diperoleh setelah mempelajari bab ini adalah pemahaman tentang prinsip-prinsip dan unsur-unsur yang harus diperhatikan dalam desain

Lebih terperinci

KOMPOSISI WARNA Semester Ganjil DKV - UNINDRA PGRI Dra. Winny Gunarti, M.Ds.

KOMPOSISI WARNA Semester Ganjil DKV - UNINDRA PGRI Dra. Winny Gunarti, M.Ds. KOMPOSISI WARNA Semester Ganjil 2014-2015 DKV - UNINDRA PGRI Dra. Winny Gunarti, M.Ds. Kombinasi/Komposisi Warna Adalah campuran/susunan warna-warna yang diatur untuk menciptakan warnawarna harmonis dalam

Lebih terperinci

KARYA SENI LUKIS BESAR TINGKAT DUNIA. Oleh: Drs. Maraja Sitompul, M.Sn.

KARYA SENI LUKIS BESAR TINGKAT DUNIA. Oleh: Drs. Maraja Sitompul, M.Sn. KARYA SENI LUKIS BESAR TINGKAT DUNIA Oleh: Drs. Maraja Sitompul, M.Sn. SENI SEBAGAI KEINDAHAN Seni: segala keindahan yang diciptakan manusia Balinesse Beauty Kakak dan Adik, 1978 BASUKI ABDULLAH ALIRAN

Lebih terperinci

BAGIAN III W A R N A

BAGIAN III W A R N A BAGIAN III W A R N A Warna merupakan unsur desain yang pertama paling menarik perhatian seseorang dalam kondisi apapun. Setiap permukaan benda akan tampak berwarna, karena benda tersebut menyerap dan memantulkan

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PEMBELAJARAN SENI LUKIS PENDIDIKAN SENI RUPA. Oleh: Drs. Susapto Murdowo, M.Sn.

KONSEP DASAR PEMBELAJARAN SENI LUKIS PENDIDIKAN SENI RUPA. Oleh: Drs. Susapto Murdowo, M.Sn. KONSEP DASAR PEMBELAJARAN SENI LUKIS PENDIDIKAN SENI RUPA Oleh: Drs. Susapto Murdowo, M.Sn. KONSEP DASAR PENDIDIKAN SENI Seni dalam Pendidikan Pendidikan melalui Seni (Education through Art) SENI DALAM

Lebih terperinci

Teori Warna. S1 Tekinik Informatika. Disusun Oleh Dr. Lily Wulandari

Teori Warna. S1 Tekinik Informatika. Disusun Oleh Dr. Lily Wulandari Teori Warna S1 Tekinik Informatika Disusun Oleh Dr. Lily Wulandari 1 Sejarah Warna Pada tahun 1672 Sir Isaac Newton menemukan bahwa cahaya yang dilewatkan pada sebuah prisma akan terbagi menjadi berbagai

Lebih terperinci

Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013

Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013 NIRMANA WARNA Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013 WARNA Merupakan kesan yang timbul oleh pantulan cahaya yang ditangkap oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.I

BAB II KAJIAN TEORI 2.I BAB II KAJIAN TEORI 2.I Kemampuan Mengenal Warna 2.1.1 Pengertian Kemampuan Didalam Kamus Bahasa Indonesia (1997:605) kemampuan berasal dari kata Mampu yang berarti kuasa (bisa, sanggup, melakukan sesuatu,

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI. State of the art pada istilah ini merujuk pada makna keaslian atau orisinalitas karya yang akan di buat.

BAB II METODOLOGI. State of the art pada istilah ini merujuk pada makna keaslian atau orisinalitas karya yang akan di buat. BAB II METODOLOGI 2.1 State Of The Art State of the art pada istilah ini merujuk pada makna keaslian atau orisinalitas karya yang akan di buat. Reverensi karya: CD-Interaktif anak usia 4 8 tahun ( TK dan

Lebih terperinci

COLOR TEHORY. Ir Wahyu Catur Wibowo, M.Sc, Ph.D

COLOR TEHORY. Ir Wahyu Catur Wibowo, M.Sc, Ph.D COLOR TEHORY Ir Wahyu Catur Wibowo, M.Sc, Ph.D wibowo@cs.ui.ac.id http://telaga.cs.ui.ac.id/~wibowo Warna Primer Tidak dapat dibuat dengan kombinasi warna apa pun Red Blue Yellow Warna Sekunder Terbentuk

Lebih terperinci

PRINSIP-PRINSIP KOMPOSISI. Kesatuan/unity Keselarasan/harmony Keseimbangan/balance Proporsi /Proportion Irama/Rhytm Tekanan/Emphasize

PRINSIP-PRINSIP KOMPOSISI. Kesatuan/unity Keselarasan/harmony Keseimbangan/balance Proporsi /Proportion Irama/Rhytm Tekanan/Emphasize Nirmana Dwimatra Suatu kaidah susunan (organisasi) dari unsur-unsur pendukungnya untuk menciptakan suatu kesatuan bentuk ciptaan dalam batasan dua dimensional PRINSIP-PRINSIP KOMPOSISI Kesatuan/unity Keselarasan/harmony

Lebih terperinci

KESUKAAN PEMILIHAN WARNA DALAM MEWARNAI GAMBAR PADA ANAK KELOMPOK B DI TK GUGUS I TIMBULHARJO

KESUKAAN PEMILIHAN WARNA DALAM MEWARNAI GAMBAR PADA ANAK KELOMPOK B DI TK GUGUS I TIMBULHARJO Kesukaan Pemilihan Warna... (Zulfa Fauzia) 86 KESUKAAN PEMILIHAN WARNA DALAM MEWARNAI GAMBAR PADA ANAK KELOMPOK B DI TK GUGUS I TIMBULHARJO FAVORITE COLOURS IN KINDERGARTEN COLOURING ACTIVITY Oleh: zulfa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Roslinawati Nur Hamidah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Roslinawati Nur Hamidah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang sedang berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental yang paling

Lebih terperinci

1.1 Intensitas. 1.2 Luminansi. 1.3 Lightness. 1.4 Hue. 1.5 Saturasi

1.1 Intensitas. 1.2 Luminansi. 1.3 Lightness. 1.4 Hue. 1.5 Saturasi 1.Definis Warna Dalam ilmu fisika warna didefinisikan sebagai gelombang elektromagnetik cahaya, sedangkan dalam bidang ilmu seni rupa dan desain warna didefinisikan sebagai pantulan tertentu dari cahaya

Lebih terperinci

INTERAKSI MANUSIA DAN KOMPUTER

INTERAKSI MANUSIA DAN KOMPUTER INTERAKSI MANUSIA DAN KOMPUTER PEWARNAAN Astrid Lestari Tungadi, S.Kom., M.TI. KOMPONEN WARNA Warna terbentuk dari: 1. Hue (Corak) 2. Intensity (Intensitas) 3. Saturation (Kejenuhan atau Jumlah Putih pada

Lebih terperinci

Cahaya sebagai media Fotografi. Syarat-syarat fotografi. Cahaya

Cahaya sebagai media Fotografi. Syarat-syarat fotografi. Cahaya Cahaya sebagai media Fotografi Pencahayaan merupakan unsur dasar dari fotografi. Tanpa pencahayaan yang optimal, suatu foto tidak dapat menjadi sebuah karya yang baik. Pengetahuan tentang cahaya mutlak

Lebih terperinci

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR Jolanda Srisusana Atmadjaja Jurusan Arsitektur FTSP Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian karya arsitektur dapat dilakukan melalui

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN ILUSTRASI MANUAL BERWARNA KARYA RUKMUNAL HAKIM

BAB IV KAJIAN ILUSTRASI MANUAL BERWARNA KARYA RUKMUNAL HAKIM BAB IV KAJIAN ILUSTRASI MANUAL BERWARNA KARYA RUKMUNAL HAKIM Penyandang buta warna tentu memiliki sesuatu hal yang mempengaruhinya dalam proses pembuatan karya visualnya. Adler (seperti dikutip Damajanti,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini 1. Pengertian Motorik Halus Menurut Sujiono, dkk (2009: 1.14) motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu

Lebih terperinci

Menggambar Unsur Unsur Tata Letak / Stefanus Y. A. D / 2013

Menggambar Unsur Unsur Tata Letak / Stefanus Y. A. D / 2013 1 KATA PENGANTAR Bahan ajar ini mempelajari tentang unsur unsur tata letak yang akan menjiwai rancangan desain komunikasi visual, agar hasil rancangan dapat berkualitas dan secara visual sedap dipandang.

Lebih terperinci

PERANAN METODE PEMBERIAN TUGAS MEWARNAI GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B TK JAYA KUMARA DESA BALINGGI JATI

PERANAN METODE PEMBERIAN TUGAS MEWARNAI GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B TK JAYA KUMARA DESA BALINGGI JATI PERANAN METODE PEMBERIAN TUGAS MEWARNAI GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B TK JAYA KUMARA DESA BALINGGI JATI Ni Nyoman Ayu Surasmi 1 ABSTRAK Permasalahan pokok dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi multimedia menurut Suyanto (2003:82) dalam bukunya. Multimedia Alat Untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing, Multimedia

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi multimedia menurut Suyanto (2003:82) dalam bukunya. Multimedia Alat Untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing, Multimedia BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Multimedia Definisi multimedia menurut Suyanto (2003:82) dalam bukunya Multimedia Alat Untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing, Multimedia sebagai alat yang dapat menciptakan presentasi

Lebih terperinci

Aspek Interaksi Manusia dan Komputer

Aspek Interaksi Manusia dan Komputer HUMAN Manusia merasakan dunia nyata dengan menggunakan piranti yang lazim dikenal dengan panca indera -mata, telinga, hidung, lidah dan kulit- sehingga lewat komponen inilah kita dapat membuat model manusia

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA. memberikan ingatan segar kembali akan pengalaman-pengalaman kita dimasa

BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA. memberikan ingatan segar kembali akan pengalaman-pengalaman kita dimasa BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA A. Implementasi Teoritis Mengamati anak-anak baik dalam kehidupan dirumah ataupun diluar rumah, memberikan ingatan segar kembali akan pengalaman-pengalaman kita dimasa kecil

Lebih terperinci

Pengolahan citra. Materi 3

Pengolahan citra. Materi 3 Pengolahan citra Materi 3 Citra biner, citra grayscale dan citra warna Citra warna berindeks Subject Elemen-elemen Citra Digital reflectance MODEL WARNA Citra Biner Citra Biner Banyaknya warna hanya 2

Lebih terperinci

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014 Desain Kerajinan Unsur unsur Desain Unsur desain merupakan bagian-bagian dari desain yang disusun untuk membentuk desain secara keseluruhan. Dalam sebuah karya desain masing-masing unsur tidak dapat dilepaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Tujuan kami menulis makalah ini ialah untuk menginformasikan lebih dalam mengenai karya seni rupa dua dimensi.

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Tujuan kami menulis makalah ini ialah untuk menginformasikan lebih dalam mengenai karya seni rupa dua dimensi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Latar belakang kami menulis makalah ini ialah untuk menjelaskan karya seni rupa dua dimensi secara lebih rinci. Penjelasan karya seni rupa dua dimensi akan meliputi

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN

III. METODE PENCIPTAAN III. METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Kucing adalah hewan yang memiliki karakter yang unik dan menarik. Tingkah laku kucing yang ekspresif, dinamis, lincah, dan luwes menjadi daya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. untuk melakukan pekerjaan antara lain, yaitu: terutama gambar logo dua dimensi.

BAB II LANDASAN TEORI. untuk melakukan pekerjaan antara lain, yaitu: terutama gambar logo dua dimensi. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Corel draw Corel draw adalah editor grafik vector yang dibuat oleh corel, Corel sendiri adalah sebuah perusahaan perangkat lunak yang bermarkas di Ottawa, Kanada. Versi

Lebih terperinci

Elemen Elemen Desain Grafis

Elemen Elemen Desain Grafis Elemen Elemen Desain Grafis Desain grafis sebagai seni dekat dengan apa yang kita sebut sebagai keindahan (estetika). Keindahan sebagai kebutuhan setiap orang, mengandung nilai nilai subyektivisme. Oleh

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN SAINS SEDERHANA PADA ANAK KELOMPOK B TK PINAESAAN KECAMATAN TIBAWA KABUPATEN GORONTALO

ANALISIS KEMAMPUAN SAINS SEDERHANA PADA ANAK KELOMPOK B TK PINAESAAN KECAMATAN TIBAWA KABUPATEN GORONTALO ANALISIS KEMAMPUAN SAINS SEDERHANA PADA ANAK KELOMPOK B TK PINAESAAN KECAMATAN TIBAWA KABUPATEN GORONTALO Oleh Fatmawati Radjak Rapi Us. Djuko, Samsiah Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri

Lebih terperinci

Aplikasi Teori Kombinatorial Dalam Penomeran Warna

Aplikasi Teori Kombinatorial Dalam Penomeran Warna Aplikasi Teori Kombinatorial Dalam Penomeran Warna Felix Terahadi - 13510039 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132,

Lebih terperinci

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN Sebuah karya seni dapat terlihat dari dorongan perasaan pribadi pelukis. Menciptakan karya seni selalu di hubungkan dengan ekspresi pribadi senimannya. Hal itu di awali

Lebih terperinci

Penentuan Warna Gigi Tiruan

Penentuan Warna Gigi Tiruan Penentuan Warna Gigi Tiruan Sistem waran Munsell merupakan suatu system untuk menyesuaikan warna gigi tiruan dengan warna asli dalam kedokteran gigi. Untuk menetapkan suatu warana tanpa kesalahan perlu

Lebih terperinci

BAB IV PRODUKSI MEDIA

BAB IV PRODUKSI MEDIA BAB IV PRODUKSI MEDIA 4.1. Gambaran Media Produksi Berdasarkan dari pengamatan penulis, selama ini industri tersebut belum menggunakan media komunikasi yang memadai yang dilakukan oleh pemilik industri

Lebih terperinci

PENGARUH WARNA RUANG KELAS TERHADAP MINAT BELAJAR ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK SANTA ANGELA BANDUNG

PENGARUH WARNA RUANG KELAS TERHADAP MINAT BELAJAR ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK SANTA ANGELA BANDUNG ISSN : 2355-9349 e-proceeding of Art & Design : Vol.3, No.3 December 2016 Page 1233 PENGARUH WARNA RUANG KELAS TERHADAP MINAT BELAJAR ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK SANTA ANGELA BANDUNG Yessi Dwipertiwi Sastradipura

Lebih terperinci

FOTOGRAFI merupakan SAINS dan SENI Kata PHOTOGRAPHY berasal dari bahasa Yunani, yang berarti MENULIS DGN SINAR. Aspek Sains Fotografi mengandung arti

FOTOGRAFI merupakan SAINS dan SENI Kata PHOTOGRAPHY berasal dari bahasa Yunani, yang berarti MENULIS DGN SINAR. Aspek Sains Fotografi mengandung arti FOTOGRAFI merupakan SAINS dan SENI Kata PHOTOGRAPHY berasal dari bahasa Yunani, yang berarti MENULIS DGN SINAR. Aspek Sains Fotografi mengandung arti di mana Objek terekam pada permukaan Fotosensitif,

Lebih terperinci

Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi kaidah estetika dan etika seni grafis (nirmana) Presented By : Anita Iskhayati, S.Kom NIP

Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi kaidah estetika dan etika seni grafis (nirmana) Presented By : Anita Iskhayati, S.Kom NIP Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi kaidah estetika dan etika seni grafis (nirmana) Presented By : Anita Iskhayati, S.Kom NIP. 198311292010012034 Presented By : Anita Iskhayati, S.Kom NIP. 198311292010012034

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN

III. METODE PENCIPTAAN III. METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritis 1. Tema Karya yang di Angkat Penulis mengangkat bentuk visualisasi gaya renang indah ke dalam karya seni grafis karena berenang merupakan salah satu bagian

Lebih terperinci

PERANAN FINGER PAINTING TERHADAP KEMAMPUAN ANAK MENGENAL KONSEP WARNA DI KELOMPOK B TK NURUL ISLAM LAMBARA KECAMATAN TAWAELI

PERANAN FINGER PAINTING TERHADAP KEMAMPUAN ANAK MENGENAL KONSEP WARNA DI KELOMPOK B TK NURUL ISLAM LAMBARA KECAMATAN TAWAELI PERANAN FINGER PAINTING TERHADAP KEMAMPUAN ANAK MENGENAL KONSEP WARNA DI KELOMPOK B TK NURUL ISLAM LAMBARA KECAMATAN TAWAELI Rifka Gayatri 1 ABSTRAK Permasalahan dalam penulisan ini adalah adakah peranan

Lebih terperinci

WARNA PERSIAPAN GRAFIKA GRAPHIC DESIGN

WARNA PERSIAPAN GRAFIKA GRAPHIC DESIGN WARNA PERSIAPAN GRAFIKA GRAPHIC DESIGN SMK Negeri 4 Malang Jl. Tanimbar 22 Malang 65117Telp. ( 0341) 353798,Fax (0341) 353798 E-mail : surat@smkn4-mlg.info Definisi Warna Warna adalah salah satu elemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan kepada benak konsumen. Dalam komunikasi, kita harus mempertajam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan kepada benak konsumen. Dalam komunikasi, kita harus mempertajam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Desain Keunggulan bersaing perusahaan, sesungguhnya adalah keunggulan komunikasi sehingga masalah dalam bersaing adalah masalah dalam penyampaian pesan kepada benak konsumen.

Lebih terperinci

DESAIN GRAFIK. FILOSOFI DESAIN Elemen visual ekonomi Tidak berlebihan Jelas dan terorganizir dengan baik

DESAIN GRAFIK. FILOSOFI DESAIN Elemen visual ekonomi Tidak berlebihan Jelas dan terorganizir dengan baik 1 DESAIN GRAFIK PENGERTIAN DESAIN GRAFIS Bagian dari interface yang terlihat dan menimbulkan cita rasa Sesuatu yang seseorang lihat pertama kali, dan menimbulkan kesan serta mempengaruhi tingkat emosi

Lebih terperinci

BAB IV TAHAPAN PRODUKSI MEDIA

BAB IV TAHAPAN PRODUKSI MEDIA BAB IV TAHAPAN PRODUKSI MEDIA A. Tahap Produksi Media Pada tahap produksi media promosi ini penulis melakukan beberapa tahapan mulai dari sebelum produksi hingga proses produksi media. Adapun ltahapan

Lebih terperinci

Warna ialah sifat cahaya yang ditentukan oleh panjang gelombang (atau oleh kandungannya sebagai paduan untuk beberapa panjang gelombang).

Warna ialah sifat cahaya yang ditentukan oleh panjang gelombang (atau oleh kandungannya sebagai paduan untuk beberapa panjang gelombang). Warna ialah sifat cahaya yang ditentukan oleh panjang gelombang (atau oleh kandungannya sebagai paduan untuk beberapa panjang gelombang). Julat panjang gelombang nampak untuk cahaya dikenali sebagai spektrum

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Erwinsyah Hasibuan (1996) dalam penelitian Tugas Akhirnya : kualitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Erwinsyah Hasibuan (1996) dalam penelitian Tugas Akhirnya : kualitas BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. KAJIAN PUSTAKA Penerangan dalam ruang kelas Erwinsyah Hasibuan (1996) dalam penelitian Tugas Akhirnya : kualitas penerangan yang harus dan layak disediakan didalam suatu ruangan

Lebih terperinci

BAB 2 FAKTOR MANUSIA - PENGELIHATAN - PENDENGARAN - SENTUHAN. Interaksi Manusia dan Komputer Faktor Manusia 8

BAB 2 FAKTOR MANUSIA - PENGELIHATAN - PENDENGARAN - SENTUHAN. Interaksi Manusia dan Komputer Faktor Manusia 8 BAB 2 FAKTOR MANUSIA - PENGELIHATAN - PENDENGARAN - SENTUHAN Interaksi Manusia dan Komputer Faktor Manusia 8 BAB 2 FAKTOR MANUSIA PENDAHULUAN Sistem komputer terdiri atas 3 aspek, yaitu perangkat keras

Lebih terperinci

Bagan 3.1 Proses Berkarya Penulis

Bagan 3.1 Proses Berkarya Penulis A. Pemilihan Ide Pengkaryaan BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN Lingkungan Pribadi Ide Lingkungan Sekitar Kontemplasi Stimulasi Sketsa Karya Proses Berkarya Apresiasi karya Karya Seni Bagan 3.1 Proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis BAB III METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritis Alasan penulis mengangkat momen keluarga sebagai sumber ide dalam penciptaan seni grafis, sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan YME yang telah memberi

Lebih terperinci

Seni Rupa. (Sumber: Dok. Kemdikbud)

Seni Rupa. (Sumber: Dok. Kemdikbud) Seni Rupa Bab 1 Pembelajaran Menggambar Flora, Fauna, dan Alam Benda Kompetensi Inti KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,

Lebih terperinci

MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS

MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS SENI BUDAYA MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS Nama : Alfina Nurpiana Kelas : XII MIPA 3 SMAN 84 JAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017 Karya 1 1. Bentuk, yang merupakan wujud yang terdapat di alam dan terlihat nyata.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa kanak-kanak adalah masa dimana potensi-potensi dipotret. Usia ini

BAB I PENDAHULUAN. Masa kanak-kanak adalah masa dimana potensi-potensi dipotret. Usia ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa kanak-kanak adalah masa dimana potensi-potensi dipotret. Usia ini merupakan usia perkembangan dan pertumbuhan yang sangat menentukan perkembangan masa

Lebih terperinci

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS A. Implementasi Teoritis Istilah kata celeng berasal dari sebagian masyarakat Jawa berarti babi liar. Jika dilihat dari namanya saja, sudah nampak bahwa

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis III. METODE PENCIPTAAN 1. Tematik A. Implementasi Teoritis Kehidupan dunia anak-anak yang diangkat oleh penulis ke dalam karya Tugas Akhir seni lukis ini merupakan suatu ketertarikaan penulis terhadap

Lebih terperinci

Medium, Bahan, dan Teknik Berkarya Seni Rupa 2 Dimensi

Medium, Bahan, dan Teknik Berkarya Seni Rupa 2 Dimensi Medium, Bahan, dan Teknik Berkarya Seni Rupa 2 Dimensi Anggota Kelompok : 1. 2. 3. 4. Alifiannisa A.W. (03) Nurul Khairiyah (23) Ulinnuha Mastuti H. (32) Yunita Dwi A. (33) X MIA 5 SMA Negeri 1 Mejayan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala. kemampuan anak sedang berkembang cepat.

BAB I PENDAHULUAN. masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala. kemampuan anak sedang berkembang cepat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bambang Sujiono, dalam metode pengembangan fisik (2005:10) Masa 5 tahun pertama pertumbuhan dan perkembangan anak sering disebut sebagai masa keemasan karena pada masa

Lebih terperinci

pendidikan seni tersebut adalah pendidikan seni rupa yang mempelajari seni mengolah kepekaan rasa, estetik, kreativitas, dan unsur-unsur rupa menjadi

pendidikan seni tersebut adalah pendidikan seni rupa yang mempelajari seni mengolah kepekaan rasa, estetik, kreativitas, dan unsur-unsur rupa menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan seni merupakan bagian dari Sistem Pendidikan Nasional yang tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan. Salah satu pendidikan

Lebih terperinci

PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT!

PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT! PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT! 1. Teknik komposisi biasanya berkaitan dengan... a. Garis Horizon b. Gelap Terang c. keselarasan d. Garis tebal-tipis e. Jauh dekat 2. Warna asli dan bukan

Lebih terperinci

Pengembangan Keterampilan Motorik Halus melalui Menjahit Untuk Anak Usia Dini *

Pengembangan Keterampilan Motorik Halus melalui Menjahit Untuk Anak Usia Dini * Pengembangan Keterampilan Motorik Halus melalui Menjahit Untuk Anak Usia Dini * Oleh Martha Christianti, S. Pd Anak usia dini bertumbuh dan berkembang menyeluruh secara alami. Jika pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

Unsur dasar senirupa. Pertemuan ke 1

Unsur dasar senirupa. Pertemuan ke 1 Unsur dasar senirupa Pertemuan ke 1 Titik Titik adalah unsur seni rupa dua dimensi yang paling dasar. Titik dapat dikembangkan menjadi garis dan bidang. Titik merupakan unsur penting dalam seni rupa. Sebagai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KARYA

BAB IV ANALISIS KARYA 42 BAB IV ANALISIS KARYA Karya 1 Gambar 4.1 Judul : Momen 1 Edisi : 3/5 Tahun : 2016 Karya pertama ini merupakan salah satu momen bahagia dalam keluarga dimana ada sepasang suami istri yang tidak sabar

Lebih terperinci

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB 14 420 040 TEKNIK ELEKTRO ILUMINASI (PENCAHAYAAN) Iluminasi disebut juga model refleksi atau model pencahayaan. Illuminasi menjelaskan tentang interaksi

Lebih terperinci

: Campuran merah dan hitam membentuk suasana yang tegas dan. : Memperkuat gaya kontemporer dan oriental.

: Campuran merah dan hitam membentuk suasana yang tegas dan. : Memperkuat gaya kontemporer dan oriental. MERAH - Menebarkan keberanian dan energy. - Membuat suasana menjadi cerah, meriah dan penuh pesona. - Secara psikologis warna merah mempercepat aliran darah karena memicu detak jantung. - Menjadi daya

Lebih terperinci

Modul MK Gambar Bentuk

Modul MK Gambar Bentuk Modul MK Gambar Bentuk Oleh Abdul Aziz, S.Sn.,M.Med.Kom Menggambar Kata menggambar atau kegiatan menggambar dapat diartikan sebagai memindahkan satu atau beberapa objek ke atas bidang gambar tanpa melibatkan

Lebih terperinci

II. METODOLOGI A. KERANGKA BERFIKIR

II. METODOLOGI A. KERANGKA BERFIKIR II. METODOLOGI A. KERANGKA BERFIKIR Dalam desain, terdapat beberapa sistem tanda yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah desain komunikasi visual lingkungan, berupa Sign

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP. 4.1 Landasan Teori Teori Psikologi Anak. Psikologis anak dan orang dewasa tentu berbeda, oleh karena itu

BAB 4 KONSEP. 4.1 Landasan Teori Teori Psikologi Anak. Psikologis anak dan orang dewasa tentu berbeda, oleh karena itu 14 BAB 4 KONSEP 4.1 Landasan Teori 4.1.1 Teori Psikologi Anak Psikologis anak dan orang dewasa tentu berbeda, oleh karena itu pada buku yang berjudul Perkembangan Anak karangan Elizabeth B. Hurlock menjelaskan,

Lebih terperinci

A. SIFAT-SIFAT CAHAYA

A. SIFAT-SIFAT CAHAYA A. SIFAT-SIFAT CAHAYA Sebuah benda dapat dilihat karena adanya cahaya, yang memancar atau dipantulkan dari benda tersebut, yang sampai ke mata. Cahaya menurut sumber berasalnya ada 2 macam, yaitu: 1. cahaya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Desain Grafis Desain grafis terdiri dari dua buah kata yaitu desain dan grafis, desain merupakan proses atau perbuatan dengan mengatur segala sesuatu sebelum bertindak

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Teori Promosi dan Multimedia Interaktif Dalam pembuatan interaktif promosi DIV Komputer Multimedia STMIK STIKOM Surabaya, penulis memerlukan sebuah definisi promosi dan multimedia

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN NIRMANA II

RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN NIRMANA II RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN NIRMANA II KODE : MKK 13204 MATA KULIAH / SKS : Nirmana II (Dwimatra Lanjut & Trimatra) / 3 SKS SEMESTER / PROG. STUDI : II / Keris dan Senjata Tradisional JURUSAN / FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam buku Aplikasi Desain Grafis untuk Periklanan (Suyanto, 2004:5-8), tersebut. Ada empat macam tujuan dari iklan, yaitu:

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam buku Aplikasi Desain Grafis untuk Periklanan (Suyanto, 2004:5-8), tersebut. Ada empat macam tujuan dari iklan, yaitu: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Periklanan Periklanan merupakan salah satu tahap dalam pemasaran. Produk barang atau jasa, baik penamaannya, pengemasannya, penetapan harga, dan distribusinya tercermin dalam

Lebih terperinci

Sanksi Pelanggaran Pasal 44: Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1987 Tentang Hak Cipta sebaimana

Sanksi Pelanggaran Pasal 44: Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1987 Tentang Hak Cipta sebaimana ii Sanksi Pelanggaran Pasal 44: Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1987 Tentang Hak Cipta sebaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987.

Lebih terperinci

PERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU

PERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU PERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU Arni Anggriyani 1 ABSTRAK Pengembangan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan

Lebih terperinci

STRUKTUR VISUAL GAMBAR ANAK TK LABORATORIUM UNIVERSITAS NEGERI MALANG. Yuni Indah Suryani

STRUKTUR VISUAL GAMBAR ANAK TK LABORATORIUM UNIVERSITAS NEGERI MALANG. Yuni Indah Suryani STRUKTUR VISUAL GAMBAR ANAK TK LABORATORIUM UNIVERSITAS NEGERI MALANG Yuni Indah Suryani Program Studi Pendidikan Seni Rupa Jurusan Seni dan Desain Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang ABSTRAK: Tujuan

Lebih terperinci

Unsur-unsur dan Prinsip-prinsip dasar Seni Rupa

Unsur-unsur dan Prinsip-prinsip dasar Seni Rupa Kegiatan Belajar 1 Unsur-unsur dan Prinsip-prinsip dasar Seni Rupa Seorang seniman atau desainer (perancang) mengolah unsur-unsur seni rupa sesuai dengan keahlian dan kepekaan yang dimilikinya dalam mewujudkan

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN 1. Pengertian Warna Warna menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kesan yang diperoleh mata dari

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN VISUAL PADA IKLAN TELEVISI RICHEESE NABATI VERSI RICHEESE LAND FACTORY

BAB IV TINJAUAN VISUAL PADA IKLAN TELEVISI RICHEESE NABATI VERSI RICHEESE LAND FACTORY BAB IV TINJAUAN VISUAL PADA IKLAN TELEVISI RICHEESE NABATI VERSI RICHEESE LAND FACTORY Peranan unsur visual dalam iklan Richeese Nabati versi Richeese Land sangat penting. Iklan disajikan dengan alur cerita

Lebih terperinci

DUNIA YANG BERANEKA WARNA

DUNIA YANG BERANEKA WARNA No.22/Th.3/Rajab 1430H/ Mei 2009 Jum at V DUNIA YANG BERANEKA WARNA Pernahkah terpikir oleh Anda seperti apa hidup di dunia tanpa warna? Bebaskan diri Anda sejenak dari pengalaman Anda. Lu-pakan semua

Lebih terperinci

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL 2.1. Seni dan Tari 2.1.1. Pengertian Seni Seni dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 915) didefinisikan sebagai keahlian membuat karya yang bermutu dilihat dari segi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mengemban tugas untuk dapat mengembangkan potensi kreatif yang dimiliki setiap anak. Anak perlu mendapat bimbingan yang tepat, sehingga memungkinkan

Lebih terperinci

02FDSK. Studio Desain 1. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si. Hapiz Islamsyah, S.Sn

02FDSK. Studio Desain 1. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si. Hapiz Islamsyah, S.Sn Modul ke: Studio Desain 1 Fakultas 02FDSK Penjelasan mengenai kontrak perkuliahan yang didalamnya dijelaskan mengenai tata tertib, teknis, serta bahan untuk perkuliahan di Universitas Mercu Buana Denta

Lebih terperinci

BAB IV PRODUKSI MEDIA

BAB IV PRODUKSI MEDIA BAB IV PRODUKSI MEDIA 4.1 Gambaran Media Produksi Berdasarkan data dan berbagai informasi lapangan yang penulis dapat, maka penulis kemudian menggunakan beragam elemen desain grafis ( unsur grafis, ilustrasi,

Lebih terperinci

BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teori

BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teori BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS A. Implementasi Teori Penulis menjadikan burung hantu sebagai sumber tema dalam penciptaan karya seni karena burung hantu memiliki beragam

Lebih terperinci

BAB II UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG POKOK BAHASAN SIFAT-SIFAT CAHAYA

BAB II UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG POKOK BAHASAN SIFAT-SIFAT CAHAYA 10 BAB II 10 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG POKOK BAHASAN SIFAT-SIFAT CAHAYA A. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah

Lebih terperinci

BAB 1 : PERSIAPAN MENGGAMBAR

BAB 1 : PERSIAPAN MENGGAMBAR BAB 1 : PERSIAPAN MENGGAMBAR 1.1 ALAT DASAR MENGGAMBAR Alat dasar dalam menggambar adalah pensil gambar, selanjutnya ada beberapa alat gambar lainnya seperti pensil warna, tinta, kuas, spidol, crayon,

Lebih terperinci

By: Ahmad SYAUQI Ahsan

By: Ahmad SYAUQI Ahsan By: Ahmad SYAUQI Ahsan Warna Primer Kadang kita diajarkan bahwa warna primer adalah Merah, Kuning, dan Biru: Cukup bagus untuk mencampur cat. Namun tidak bagus untuk digunakan dalam mencampur cahaya Retina

Lebih terperinci

Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik identik denga

Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik identik denga Metode Pengembangan Fisik Drs. Rumpis Agus Sudarko, M.S. FIK-UNY Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik

Lebih terperinci

Hidup Sehat. Peta Konsep. Halaman 1 dari 8

Hidup Sehat. Peta Konsep. Halaman 1 dari 8 5 Hidup Sehat Pola hidup akan menentukan kualitas kesehatan seseorang. Pola hidup yang baik akan membawa seseorang pada kesehatan jasmani. Sebaliknya, pola hidup yang buruk dapat menimbulkan berbagai masalah.

Lebih terperinci

Pengamatan Medium Pengafdrukan METODE PENCIPTAAN. terhadap tumbuhan paku sejati (Pteropsida) ini sehingga menghasilkan pemikiran.

Pengamatan Medium Pengafdrukan METODE PENCIPTAAN. terhadap tumbuhan paku sejati (Pteropsida) ini sehingga menghasilkan pemikiran. Proses Sumber Persiapan gagasan Sketsa Pengalaman Ide atau Gagasan Karya Pewarnaan Konsultasi BAB I I I Pengamatan Medium Pengafdrukan METODE PENCIPTAAN Media Teknik massa Pencetakan A. Implementasi Teoritik

Lebih terperinci

SIFAT DAN PERAMBATAN CAHAYA. Oleh : Sabar Nurohman,M.Pd

SIFAT DAN PERAMBATAN CAHAYA. Oleh : Sabar Nurohman,M.Pd SIFAT DAN PERAMBATAN CAHAYA Oleh : Sabar Nurohman,M.Pd PERKEMBANGAN TEORI TENTANG CAHAYA Teori abad ke-10 Abu Ali Hasan Ibn Al-Haitham /Alhazen (965 sekitar 1040), menganggap bahwa sinar cahaya adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik BAB III METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Gagasan atau ide merupakan hal yang harus dimiliki seorang pencipta karya seni dalam proses penciptaan karya seni. Subjektifitas dari seorang

Lebih terperinci