ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN PELALAWAN 2015

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN PELALAWAN 2015"

Transkripsi

1

2 ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN PELALAWAN 2015 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pelalawan Bekerja Sama Dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Pelalawan

3 ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN PELALAWAN 2015 Katalog : No. Publikasi : 28 Ukuran Buku : 21 x 29,7 cm Jumlah Halaman : x + 59 Diterbitkan oleh: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pelalawan Kerjasama dengan: Badan Pusat Statistik Kabupaten Pelalawan Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya

4 KATA SAMBUTAN BUPATI PELALAWAN Konsep pembangunan manusia memiliki dimensi yang sangat luas. Pembangunan manusia dapat direalisasikan jika pemerintah dan penduduknya mampu merealisasikan segala peluang dan pengetahuan yang dimiliki dalam kegiatan yang produktif. Dengan bertumpu pada visi pembangunan yakni Pembaharuan Menuju Kemandirian Pemerintah dan Masyarakat Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Pelalawan memposisikan diri sejajar dan bahkan terdepan diantara daerah otonom lainnya di negeri ini. Dengan tantangan dan peluang sumber daya manusia yang ada ini dirasakan sangat penting artinya informasi statistik yang lengkap, akurat dan komprehensif untuk memformulasikan berbagai kebijakan bagi keberhasilan pembangunan masa depan. Sewajarnya kita sambut gembira penerbitan buku Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan 2015" yang disusun oleh Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Pelalawan bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Pelalawan. Kita harapkan publikasi ini dapat memberikan gambaran dan analisis yang bermanfaat bagi stakeholder, pengamat, dan pemerhati pembangunan Kabupaten Pelalawan. Akhirnya saya sampaikan, hendaknya kerjasama ini terus ditingkatkan sehingga data statistik yang komprehensif dapat selalu kita sajikan di Kabupaten Pelalawan guna menunjang berbagai perencanaan pembangunan. Pangkalan Kerinci, November 2015 BUPATI PELALAWAN H.M. HARRIS i

5 KATA SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA KABUPATEN PELALAWAN Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa atas tersusunya buku. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin cepat, pembangunan di segala bidang yang semakin pesat, arus globalisasi yang semakin nyata, sehingga menuntut pengembangan, penguasaan, dan pemanfaatan data dan informasi secara cepat, akurat dan up to date. Sehubungan dengan hal tersebut untuk melihat seberapa jauh pembangunan khususnya pembangunan manusia di Kabupaten Pelalawan, BAPPEDA Kabupaten Pelalawan bekerjasama dengan BPS Kabupaten Pelalawan menyusun buku ini. Buku ini disajikan guna memberikan gambaran mengenai Kabupaten Pelalawan menyangkut pembangunan manusia dan keadaan sosial dan ekonomi serta hasil-hasil pembangunan yang telah dilaksanakan selama ini. Dengan terbitnya buku ini, kami berharap dapat menjadi informasi kepada para pengguna data khususnya dan bagi pihak pengambil kebijakan dalam pengambilan keputusan baik dari kalangan pemerintah, swasta, akademisi maupun masyarakat dalam mendukung upaya pembangunan daerah ini. Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu tersusunya buku ini kami ucapkan terima kasih. Saran perbaikan selalu kami harapkan dalam penyempurnaan buku ini. Pangkalan Kerinci, November 2015 KEPALA BAPPEDA KABUPATEN PELALAWAN Ir. M. SYAHRUL SYARIF ii

6 KATA PENGANTAR Pembangunan manusia sebagai ukuran kinerja pembangunan secara keseluruhan dibentuk melalui pendekatan tiga dimensi dasar, yaitu umur panjang dan sehat, pengetahuan, dan penghidupan yang layak. Semua indikator yang merepresentasikan ketiga dimensi ini terangkum dalam satu nilai tunggal, yaitu angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Angka IPM disajikan sampai pada tingkat kabupaten/kota. Penyajian IPM menurut daerah memungkinkan setiap kabupaten/kota mengetahui peta pembangunan manusia baik pencapaian, posisi, maupun disparitas antardaerah. Dengan demikian, maka diharapkan setiap daerah dapat terpacu untuk berupaya meningkatkan kinerja pembangunan melalui peningkatan kapasitas dasar penduduk. Publikasi sudah menggunakan data IPM Metode Baru, dengan penyempurnaan komponen serta metodologi yang mengacu pada metode penghitungan yang diperkenalkan oleh United Nation Development Programme (UNDP). Publikasi ini memuat tinjauan mengenai perkembangan situasi pembangunan manusia di Kabupaten Pelalawan yang disajikan secara deskriptif dan juga perbandingan dalam ruang lingkup kabupaten/kota yang ada di Provinsi Riau sebagai gambaran mengenai pencapaian dan keberhasilan pembangunan manusia di Kabupaten Pelalawan. Disamping itu, disajikan juga tabel-tabel pendukung mengenai kondisi sosial ekonomi baik dalam bentuk nominal dan persentase. Kepada semua pihak yang telah berperan langsung maupun tidak langsung dalam menyusun publikasi ini, diucapkan terima kasih. Saran perbaikan selalu diharapkan untuk penyempurnaan publikasi ini dimasa mendatang. Pangkalan Kerinci, November 2015 KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN PELALAWAN Drs. AGUSTINUS HARIYANTO iii

7 DAFTAR ISI KATA SAMBUTAN BUPATI PELALAWAN... i KATA SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA KABUPATEN PELALAWAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... ix I. PENDAHULUAN Latar Belakang Manfaat Indeks Pembangunan Manusia Tujuan Penyusunan Publikasi Sumber Data Penyusunan Publikasi Perubahan Metodologi IPM... 3 II. METODOLOGI Konsep dan Definisi Indeks Pembangunan Manusia Angka Harapan Hidup Saat Lahir AHH (Life Expectancy e 0 ) Rata-rata Lama Sekolah RLS (Mean Years of Schooling MYS) Angka Harapan Lama Sekolah HLS (Expected Years of Schooling EYS) Pengeluaran per Kapita Disesuaikan Ukuran Pencapian dan Klasifikasi IPM... 9 III. GAMBARAN UMUM KABUPATEN PELALAWAN Kondisi Geografis Kebijakan Pembangunan Daerah Potensi Ekonomi Struktur Ekonomi Pertumbuhan Ekonomi Potensi Sumber Daya Manusia Penduduk Kabupaten Pelalawan Tenaga Kerja iv

8 IV. ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA Kesehatan Pendidikan Perekonomian Indeks Pembangunan Manusia V. PENUTUP Kesimpulan Rekomendasi LAMPIRAN v

9 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Perbandingan Metode Lama dan Baru Penghitungan IPM... 5 Tabel 2.1 Nilai Minimum dan Maksimum Indikator IPM... 7 Tabel 2.2 Klasifikasi Capaian IPM Tabel 3.1 Indikator Kependudukan Kabupaten Pelalawan Tahun Tabel 3.2 Indikator Ketenagakerjaan Kabupaten Pelalawan Tahun Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum, Sanitasi, dan Bahan Bakar Memasak di Kabupaten Pelalawan Tahun Jumlah Sarana Kesehatan, Bidan dan Perawat di Puskesmas di Kabupaten Pelalawan Tahun Persentase Balita 2 4 Tahun Menurut Pemberian ASI di Kabupaten Pelalawan Tahun Tabel 4.4 Indikator Perumahan Kabupaten Pelalawan Tahun Tabel 4.5 Jumlah Sarana Pendidikan di Kabupaten Pelalawan Tahun vi

10 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Alur Perubahan Metodologi Penghitungan IPM... 4 Gambar 2.1 Konsep IPM... 6 Gambar 3.1 Peta Administrasi Kabupaten Pelalawan Gambar 3.2 Komposisi Luas Kecamatan di Kabupaten Pelalawan Tahun Gambar 3.3 Realisasi APBD Kabupaten Pelalawan Menurut Pendapatan, Belanja Daerah, dan Belanja Fungsi Pendidikan dan Kesehatan Tahun Gambar 3.4 Realisasi Belanja Daerah Kabupaten Pelalawan Menurut Fungsi Tahun Gambar 3.5 Struktur Ekonomi Kabupaten Pelalawan Tahun Gambar 3.6 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Pelalawan Tahun Gambar 3.7 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Unggulan Kabupaten Pelalawan Tahun Gambar 3.8 Piramida Penduduk Kabupaten Pelalawan Tahun Gambar 3.9 Gambar 3.10 Gambar 3.11 Penyebaran Penduduk Kabupaten Pelalawan Menurut Kecamatan Keadaan Akhir Tahun Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kabupaten Pelalawan Tahun (%) Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pelalawan Tahun Gambar 4.1 Angka Harapan Hidup (AHH e 0 ) Kabupaten Pelalawan Tahun Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4 Gambar 4.5 Faktor Utama yang Memengaruhi Derajat Kesehatan Masyarakat Menurut Konsep Hendrik L. Blum Persentase Sepuluh Penyakit Dengan Penderita Terbanyak di Kabupaten Pelalawan Tahun Persentase Kelahiran Menurut Penolong Kelahiran di Kabupaten Pelalawan Tahun Persentase Rumah Tangga Menurut Status Kepemilikan Rumah di Kabupaten Pelalawan Tahun vii

11 Gambar 4.6 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Penerangan Utama di Kabupaten Pelalawan Tahun Gambar 4.7 Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Kabupaten Pelalawan Tahun Gambar 4.8 Harapan Lama Sekolah (HLS) Kabupaten Pelalawan Tahun Gambar 4.9 Rasio Murid-Guru Kabupaten Pelalawan Tahun Gambar 4.10 Gambar 4.11 Gambar 4.12 Gambar 4.13 Gambar 4.14 Persentase Penduduk Menurut Partisipasi Sekolah dan Kelompok Usia Sekolah di Kabupaten Pelalawan Tahun Persentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas Menurut Ijazah Tertinggi yang Dimiliki di Kabupaten Pelalawan Tahun Pengeluaran per Kapita Disesuaikan Kabupaten Pelalawan Tahun (Ribu Rupiah) Kontribusi PDRB dan Distribusi Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Pelalawan Tahun 2014 (%) Distribusi Pengeluaran per Kapita Sebulan menurut Makanan dan Bukan Makanan serta Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan di Kabupaten Pelalawan Tahun 2014 (%) Gambar 4.15 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Pelalawan Tahun Gambar 4.16 IPM Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Riau Tahun Gambar 4.17 Rata-rata Lama Sekolah Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Riau Tahun Gambar 4.18 Harapan Lama Sekolah Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Riau Tahun viii

12 DAFTAR LAMPIRAN Tabel 1 Kondisi Geografis Kabupaten Pelalawan Tahun Tabel 2 Tabel 3 Jarak Ibukota Kecamatan dengan Ibukota Kabupaten dan Ketinggian Daratan Menurut Kecamatan di Kabupaten Pelalawan Tahun Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pelalawan Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (%), Tabel 4 Penduduk Kabupaten Pelalawan Menurut Kecamatan Keadaaan Akhir Tahun Tabel 5 Tabel 6 Tabel 7 Tabel 8 Penduduk Kabupaten Pelalawan Menurut Kelompok Umur Keadaaan Akhir Tahun Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pelalawan Tahun Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama di Kabupaten Pelalawan Tahun Komponen Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan Tahun Tabel 9 Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Kecamatan di Kabupaten Pelalawan Tahun Tabel 10 Jumlah Bidan dan Perawat di Puskesmas Menurut Kecamatan Tahun Tabel 11 Sepuluh Penyakit Dengan Penderita Terbanyak di Kabupaten Pelalawan Tahun Tabel 12 Jumlah Sarana Pendidikan Menurut Kecamatan di Kabupaten Pelalawan Tahun Tabel 13 Jumlah Guru Menurut Kecamatan dan Tingkat Sekolah Tahun Tabel 14 Jumlah Murid Menurut Kecamatan dan Tingkat Sekolah Tahun Tabel 15 Tabel 16 Jumlah Sekolah Negeri dan Swasta di Lingkungan Kementrian Agama Menurut Kecamatan Tahun Jumlah Guru Sekolah Negeri dan Swasta di Lingkungan Kementrian Agama Menurut Kecamatan Tahun ix

13 Tabel 17 Tabel 18 Tabel 19 Tabel 20 Tabel 21 Jumlah Murid Sekolah Negeri dan Swasta di Lingkungan Kementrian Agama Menurut Kecamatan Tahun Persentase Penduduk Menurut Partisipasi Sekolah dan Kelompok Usia Sekolah di Kabupaten Pelalawan Tahun Persentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas Menurut Ijazah Tertinggi yang Dimiliki Distribusi Pengeluaran per Kapita Sebulan menurut Kelompok Barang dan Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan di Kabupaten Pelalawan Tahun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) antar Kabupaten/Kota Menurut Komponennya di Provinsi Riau Tahun x

14 PENDAHULUAN

15 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Sudah sepantasnya apabila manusia menjadi tujuan utama dalam pembangunan. Keberhasilan pembangunan seharusnya memang tidak hanya diukur dari tingginya pertumbuhan ekonomi, tetapi juga peningkatan kualitas manusianya. Munculnya paradigma baru tersebut dipicu oleh kegagalan konsep pembangunan yang hanya menitikberatkan pada pertumbuhan ekonomi. Sebelum tahun an, keberhasilan pembangunan semata-mata hanya diukur dari tingkat pertumbuhan Gross National Product (GNP). Faktanya, masih kerap dijumpai negara-negara dengan tingkat pertumbuhan GNP yang tinggi namun kualitas manusianya masih rendah. Menurut United Nation Development Programme (UNDP), pembangunan manusia dirumuskan sebagai upaya perluasan pilihan bagi penduduk (enlarging the choices of people) dan sekaligus sebagai taraf yang dicapai dari upaya tersebut. Perluasan pilihan hanya mungkin dapat direalisasikan jika penduduk paling tidak memiliki: peluang berumur panjang dan sehat, pengetahuan dan keterampilan yang memadai, serta peluang untuk merealisasikan pengetahuan yang dimiliki dalam kegiatan yang produktif. Dengan kata lain, tingkat pemenuhan ketiga unsur tersebut sudah dapat merefleksikan, secara minimal, tingkat keberhasilan pembangunan manusia suatu wilayah. Untuk memenuhi ketiga unsur pembangunan, UNDP memperkenalkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada tahun 1990 dan dipublikasikan secara berkala dalam laporan tahunan Human Development Report (HDR). IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, dan pendidikan. IPM dibentuk oleh tiga dimensi dasar: umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak. Untuk mendorong penggunaan pendekatan pembangunan manusia dalam proses perencanaan daerah, maka pada tahun 1998, IPM dimasukkan dalam dokumen perencanaan daerah yaitu Pola Dasar Pembangunan Daerah. Apalagi setelah dilaksanakannya Otonomi Daerah sejak 1 Januari Pemerintah daerah juga diberikan kewenangan untuk mendayagunakan potensi keuangan daerah sendiri dan sumber keuangan lain seperti perimbangan keuangan pusat dan daerah yang berupa Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak, 1

16 Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK). DAU yang merupakan salah satu sumber utama pendapatan pemerintah daerah mengisyaratkan bahwa azas kesenjangan fiskal (fiscal gap) memerlukan dukungan data yang valid, akurat, dan terkini sehingga pembagian DAU ke daerah menjadi adil, proporsional, dan merata. Pemerintah daerah Kabupaten Pelalawan telah melakukan berbagai upaya serius dalam rangka meningkatkan kualitas manusia, baik dari aspek fisik (kesehatan), aspek intelektualitas (pendidikan), aspek kesejahteraan ekonomi (berdaya beli), maupun aspek moralitas (iman dan takwa). Seluruh upaya pemerintah tersebut sejalan dengan strategi pembangunan Kabupaten Pelalawan yaitu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan mutu pendidikan, serta meningkatkan peran serta masyarakat dalam proses pembangunan sehingga salah satu misi pembangunan Kabupaten Pelalawan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dapat terwujud dengan meningkatkan kualitas pelayanan dalam bidang pendidikan dan kesehatan. 1.2 Manfaat Indeks Pembangunan Manusia Data IPM merupakan salah satu indikator makro yang dapat menunjukkan kondisi pembangunan sumber daya manusia setiap tahun. Manfaat yang dapat diperoleh dari data ini antara lain adalah: 1. IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk). 2. IPM dapat menentukan peringkat atau level pembangunan suatu wilayah/negara. 3. IPM merupakan data strategis karena selain sebagai ukuran kinerja Pemerintah, IPM juga digunakan sebagai salah satu alokator penentuan Dana Alokasi Umum (DAU). 1.3 Tujuan Penyusunan Publikasi Tujuan penyusunan publikasi ini adalah: 1. Menggambarkan kondisi geografis dan potensi sumber daya manusia Kabupaten Pelalawan 2. Menyajikan analisis situasi pembangunan manusia berdasarkan kondisi kesehatan, pendidikan, dan perekonomian Kabupaten Pelalawan 3. Menyajikan analisis tingkat pencapaian pembangunan manusia di Kabupaten Pelalawan, yang diukur dengan IPM dan perbandingannya dengan kabupaten/kota lain di Provinsi Riau 2

17 1.4 Sumber Data Penyusunan Publikasi Data yang digunakan dalam analisis situasi pembangunan adalah IPM Metode Baru Tahun Dengan demikian IPM yang dihasilkan merefleksikan tingkat pencapaian pembangunan manusia Kabupate Pelalawan pada tahun Data primer yang digunakan adalah data Survei Sosial Ekomoni Nasional (Susenas) tahun dan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) tahun untuk mendapatkan kondisi sosial ekonomi Kabupaten Pelalawan tahun Selain data primer ada pula penggunaan data sekunder dari publikasi Pelalawan Dalam Angka Perubahan Metodologi IPM Selama sepuluh tahun terakhir, banyak perubahan yang terjadi pada tatanan global dan lokal yang sangat berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi nasional. Penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN dan perdagangan bebas antara China-ASEAN (CAFTA), meningkatnya daya saing sumber daya manusia merupakan contoh perubahan yang perlu diadaptasi dalam mekanisme pencatatan statistik nasional. Salah satu bentuk adaptasi pencatatan statistik nasional adalah melakukan perubahan metodologi penghitungan IPM. Perubahan metodologi yang dilakukan dengan mengadopsi rekomendasi UNDP pada tahun Perubahan metodologi IPM di Indonesia baru dilakukan pada tahun 2014 dan dilakukan secara bersamaan dengan penghitungan perubahan metodologi IPM pada tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk menjaga konsistensi hasil penghitungan. 3

18 Gambar 1.1 Alur Perubahan Metodologi Penghitungan IPM 1990 Launching: Komponen IPM 1995 yang digunakan Penyempurnaan: AHH, AMH, PDB Komponen IPM per kapita yang digunakan Metode agregasi AHH, AMH, menggunakan Kombinasi APK, rata-rata dan PDB per aritmatik kapita 2010 UNDP merubah metodologi: 2014 Komponen IPM yang Penyempurnaan: digunakan AHH, RLS, 1. Mengganti tahun dasar PNB per HLS, dan PNB per Kapita dari 2005 menjadi 2011 Kapita 2. Merubah metode agregasi Metode agregasi indeks pendidikan dari rata-rata menggunakan rata- geometrik menjadi rata-rata rata geometrik aritmatik Penyempurnaan: Komponen IPM yang digunakan AHH, AMH, RLS, PDB per kapita 2011 Penyempurnaan: Mengganti tahun dasar PNB per kapita dari tahun 2008 menjadi 2005 Catatan: AHH : Angka Harapan Hidup pada saat Lahir APK : Angka Partisipasi Kasar AMH : Angka Melek Huruf HLS : Harapan Lama Sekolah RLS : Rata-rata Lama Sekolah PNB : Produk Nasional Bruto PDB : Produksi Domestik Bruto Alasan yang dijadikan dasar perubahan metodologi penghitungan IPM antara lain : Beberapa indikator sudah tidak tepat untuk digunakan dalam penghitungan IPM. Angka Melek Huruf (AMH) sudah tidak relevan dalam mengukur pendidikan secara utuh karena tidak dapat menggambarkan kualitas pendidikan. Selain itu, karena AMH di sebagian besar daerah sudah tinggi, sehingga tidak dapat membedakan tingkat pendidikan antardaerah dengan baik; Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita tidak dapat menggambarkan pendapatan masyarakat pada suatu wilayah; Penggunaan rumus rata-rata aritmatik dalam penghitungan IPM menggambarkan bahwa capaian yang rendah di suatu dimensi dapat ditutupi oleh capaian tinggi dimensi lain. 4

19 Keunggulan penggunaan IPM dengan Metode Baru antara lain: Menggunakan indikator yang lebih tepat dan dapat membedakan dengan baik (diskriminatif). Ø Dengan memasukkan rata-rata lama sekolah dan angka harapan lama sekolah, bisa didapatkan gambaran yang lebih relevan dalam pendidikan dan perubahan yang terjadi. Ø PNB menggantikan PDB karena lebih menggambarkan pendapatan masyarakat pada suatu wilayah. Dengan menggunakan rata-rata geometrik dalam menyusun IPM dapat diartikan bahwa capaian satu dimensi tidak dapat ditutupi oleh capaian di dimensi lain. Artinya, untuk mewujudkan pembangunan manusia yang baik, ketiga dimensi harus memperoleh perhatian yang sama besar karena sama pentingnya Perbandingan Perubahan Metode Penghitungan IPM antara lain dijelaskan pada Tabel Tabel 1.1. Perbandingan Metode Lama dan Baru Penghitungan IPM Dimensi Metode Lama Metode Baru UNDP BPS UNDP BPS Kesehatan Angka Harapan Hidup saat Lahir (AHH) Angka Harapan Hidup saat Lahir (AHH) Angka Harapan Hidup saat Lahir (AHH) Angka Harapan Hidup saat Lahir (AHH) Pengetahuan Angka Melek Huruf (AMH) Angka Melek Huruf (AMH) Harapan Lama Sekolah (HLS) Harapan Lama Sekolah (HLS) Kombinasi Angka Partisipasi Kasar (APK) Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Standar Hidup Layak PDB per kapita (PPP US$) Pengeluaran per kapita Disesuaikan (Rp) PNB per kapita (PPP US$) Pengeluaran per kapita Disesuaikan (Rp) Agregasi Rata-rata Aritmatik Rata-rata Geometrik 5

20 METODOLOGI

21 II. METODOLOGI 2.1 Konsep dan Definisi Indeks Pembangunan Manusia IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. IPM diperkenalkan oleh UNDP pada tahun 1990 dan dipublikasikan secara berkala dalam laporan tahunan Human Development Report (HDR). IPM dibentuk oleh tiga dimensi dasar : a. Umur panjang dan hidup sehat (a long and healthy life) b. Pengetahuan (knowledge) c. Standar hidup layak (decent standard of living) Keamanan fisik l Partisipasi politik l Lingkungan berkelanjutan l Saling menghormati l Akses teknologi l Gambar 2.1. Konsep IPM 3 DIMENSI l Keluarga dan lingkungan l Kebebasan berbicara l Persamaan hukum l Kebebasan beragama l Kebebasan berekspresi UMUR PANJANG DAN HIDUP SEHAT PENGETAHUAN STANDAR HIDUP LAYAK ANGKA HARAPAN HIDUP SAAT LAHIR I N D I K A T O R HARAPAN LAMA SEKOLAH RATA-RATA LAMA SEKOLAH PENGELUARAN PER KAPITA DISESUAIKAN INDEKS PENDIDIKAN INDEKS INDEKS KESEHATAN PENGELUARAN IPM 6

22 Sesuai dengan Gambar 2.1, bahwa indikator/komponen IPM terdiri dari Angka Harapan Hidup saat Lahir (AHH), Harapan Lama Sekolah (HLS), Rata-rata Lama Sekolah (RLS), dan Pengeluaran Per Kapita Disesuaikan (PPP). Setiap komponen IPM distandardisasi dengan nilai minimum dan maksimum atau dihitung indeksnya kemudian IPM dihitung sebagai rata-rata geometrik dari indeks kesehatan, indeks pendidikan, dan indeks pengeluaran.!!"# =!!"#"!!"!#!!"#$%$%&'#!!"#$"%&'('# dengan: IPM : Indeks Pembangunan Manusia I kesehatan : Indeks Kesehatan I pendidikan : Indeks Pendidikan I pengeluaran : Indeks Pengeluaran Dalam menghitung IPM, diperlukan nilai minimum dan maksimum untuk masing-masing indikator. Berikut tabel yang menyajikan nilai-nilai tersebut. Tabel 2.1. Nilai Minimum dan Maksimum Indikator IPM Indikator Satuan Minimum Maksimum UNDP BPS UNDP BPS Angka Harapan Hidup Saat Lahir Tahun Angka Harapan Lama Sekolah Tahun Rata-rata Lama Sekolah Tahun Pengeluaran per Kapita Disesuaikan Keterangan: 100 (PPP U$) * (Rp) (PPP U$) ** (Rp) * Daya beli minimum merupakan garis kemiskinan terendah kabupaten tahun 2010 (data empiris) yaitu di Tolikara- Papua ** Daya beli maksimum merupakan nilai tertinggi kabupaten yang diproyeksikan hingga 2025 (akhir RPJPN) yaitu perkiraan pengeluaran per kapita Jakarta Selatan tahun Angka Harapan Hidup Saat Lahir AHH (Life Expectancy e 0 ) Keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi pada umumnya dapat dilihat dari peningkatan usia harapan hidup penduduk dari suatu negara. Meningkatnya perawatan kesehatan melalui puskesmas, meningkatnya daya beli masyarakat 7

23 akan meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan, mampu memenuhi kebutuhan gizi dan kalori, mampu mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang memadai, yang pada gilirannya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidupnya. Angka Harapan Hidup saat Lahir didefinisikan sebagai rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang sejak lahir. AHH diharapkan mencerminkan lama hidup sekaligus derajat kesehatan suatu masyarakat. AHH dihitung dari hasil sensus dan survei kependudukan dengan paket program Micro Computer Program for Demographic Analysis (MCPDA) atau Mortpack. AHH negara berkembang lebih rendah dibandingkan AHH negara maju karena AHH dipengaruhi oleh tingkat kematian bayi yang tinggi Rata-rata Lama Sekolah - RLS (Mean Years of Schooling - MYS) Rata-rata Lama Sekolah didefinisikan sebagai jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk dalam menjalani pendidikan formal. Diasumsikan bahwa dalam kondisi normal rata-rata lama sekolah suatu wilayah tidak akan turun. Cakupan penduduk yang dihitung RLS adalah penduduk berusia 25 tahun ke atas. RLS dihitung untuk usia 25 tahun ke atas dengan asumsi pada umur 25 tahun proses pendidikan sudah berakhir. Penghitungan RLS pada usia 25 tahun ke atas juga mengikuti standard internasional yang digunakan oleh UNDP Angka Harapan Lama Sekolah - HLS (Expected Years of Schooling - EYS) Angka Harapan Lama Sekolah didefinisikan lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang. Diasumsikan bahwa peluang anak tersebut akan tetap bersekolah pada umur-umur berikutnya sama dengan peluang penduduk yang bersekolah per jumlah penduduk untuk umur yang sama saat ini. Angka Harapan Lama Sekolah dihitung untuk penduduk berusia 7 tahun ke atas. HLS dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk lamanya pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dapat dicapai oleh setiap anak. 8

24 2.1.5 Pengeluaran per Kapita Disesuaikan Dengan dimasukkannya variabel Pengeluaran per Kapita yang Disesuaikan yang dapat digunakan untuk menghitung paritas daya beli maka IPM jelas lebih lengkap dalam merefleksikan taraf pembangunan manusia. Menurut UNDP, masyarakat ideal selain harus memenuhi kondisi peluang hidup panjang (dan sehat) serta tingkat pendidikan (dan keterampilan) yang memadai juga harus mempunyai peluang kerja/berusaha yang memadai sehingga memperoleh sejumlah uang yang memiliki daya beli (purchasing power). Pengeluaran per kapita yang disesuaikan ditentukan dari nilai pengeluaran per kapita dan paritas daya beli (Purcashing Power Parity PPP). Rata-rata pengeluaran per kapita setahun diperoleh dari Susenas, dihitung dari level provinsi hingga level kab/kota. Rata-rata pengeluaran per kapita dibuat konstan/riil dengan tahun dasar 2012=100. Perhitungan paritas daya beli pada metode baru menggunakan 96 komoditas dengan 66 komoditas merupakan makanan dan sisanya merupakan komoditas nonmakanan. Metode penghitungan paritas daya beli menggunakan Metode Rao. 2.2 Ukuran Pencapaian dan Klasifikasi IPM Untuk mengukur kecepatan perkembangan IPM dalam suatu kurun waktu digunakan ukuran pertumbuhan IPM per tahun. Pertumbuhan IPM menunjukkan perbandingan antara capaian yang telah ditempuh dengan capaian sebelumnya. Semakin tinggi nilai pertumbuhan, semakin cepat IPM suatu wilayah untuk mencapai nilai maksimalnya. dengan: IPM t : IPM suatu wilayah pada tahun t!!"#$%&$h!"!"# =!"#!!"#!!!!"#!!! 100 IPM t-1 : IPM suatu wilayah pada tahun (t-1) 9

25 Pengklasifikasian pembangunan manusia bertujuan untuk mengorganisasikan wilayahwilayah menjadi kelompok-kelompok yang sama dalam dalam hal pembangunan manusia. Capaian IPM diklasifikasikan menjadi beberapa kategori, yaitu: Tabel 2.2. Klasifikasi Capaian IPM Klasifikasi Capaian IPM Sangat Tinggi IPM 80 Tinggi 70 IPM < 80 Sedang 60 IPM < 70 Rendah IPM < 60 10

26 GAMBARAN UMUM KABUPATEN PELALAWAN

27 III. GAMBARAN UMUM KABUPATEN PELALAWAN 3.1 Kondisi Geografis Kabupaten Pelalawan terletak di pesisir pantai timur Provinsi Riau Pulau Sumatera antara 1,25 Lintang Utara sampai 0,20 Lintang Selatan dan antara 100,42 sampai 103,28 Bujur Timur. Kabupaten Pelalawan berbatasan dengan Kabupaten Siak di sebelah Utara dan di sebelah Selatan dengan Kabupaten Indragiri Hulu dan Kabupaten Indragiri Hilir. Perbatasan sebelah Barat bertemu dengan Kabupaten Kampar, Kota Pekanbaru serta Kabupaten Kuantan Singingi, sementara perbatasan sebelah Timur dengan Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau. Gambar 3.1 Peta Administrasi Kabupaten Pelalawan Sumber: Rencana Tata Ruang Wilyah Kabupaten Pelalawan Tahun Luas wilayah Kabupaten Pelalawan ,94 km² yang terdiri dari 12 kecamatan dengan kecamatan terluas adalah Kecamatan Teluk Meranti yaitu 4.239,84 km² (30,45 persen) dan yang paling kecil adalah Kecamatan Pangkalan Kerinci dengan luas 193,56 km² atau 1,39 persen dari luas Kabupaten Pelalawan. 11

28 Gambar 3.2 Komposisi Luas Kecamatan di Kabupaten Pelalawan Tahun 2015 Sumber: BPS, Pelalawan Dalam Angka 2015 Kabupaten Pelalawan bercurah hujan relatif rendah, 2.394,1 mm/tahun dengan banyaknya hari hujan 167 hari dan bertemperatur sedang dengan suhu udara berkisar rat-rata antara 20,1 C sampai dengan 35,0 C dengan kelembaban udara rata-rata berkisar 80 sampai dengan 90 persen pada tahun Kabupaten Pelalawan dilintasi beberapa sungai besar, salah satunya adalah Sungai Kampar yang memanjang dari arah hulu (S. Koto Panjang) dan bermuara di Laut Cina Selatan. Total panjang sungai di Kabupaten Pelalawan 1.821,7 km. Dibeberapa Daerah Aliran Sungai Kampar juga dimanfaatkan sebagai kawasan pemukiman penduduk, seperti di Kecamatan Teluk Meranti dan Pelalawan. Sungai sebagian besar mengalir di Kecamatan Pelalawan, Langgam, Kuala Kampar dan Teluk Meranti. Sementara danau banyak dijumpai di Kecamatan Langgam, Pangkalan Kerinci, Pangkalan Kuras, dan Ukui. Kabupaten Pelalawan terbagi dalam 12 kecamatan. Ibukota Kabupaten Pelalawan yaitu Kecamatan Pangkalan Kerinci. Jarak lurus ke ibukota kecamatan terdekat adalah Langgam dan diikuti Bandar Sekijang. Sedangkan Kecamatan yang paling jauh adalah Kecamatan Kuala Kampar yang harus melewati sungai selama kurang lebih 6 jam perjalanan dengan menggunakan speed/kapal motor. Dilihat dari topografi, letak ketinggian ibukota kecamatan sebagian besar berupa dataran rendah. Dari seluruh kecamatan, kecamatan yang paling rendah ketinggiannya adalah Kuala Kampar, Teluk Meranti serta Pelalawan yaitu masing-masing ketinggian 2,3 dan 5 meter. 12

29 3.2 Kebijakan Pembangunan Daerah Kabupaten Pelalawan terbentuk sejak tahun 1999 berdasarkan UU No.53 tahun 1999 dan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 75 tahun 1999 dengan Ibukota Pangkalan Kerinci. Pada awal berdirinya Kabupaten Pelalawan terdiri dari 4 kecamatan meliputi 83 desa dan 4 kelurahan. Saat ini tahun 2014 Kabupaten Pelalawan sudah terdiri dari 12 Kecamatan meliputi 104 desa dengan 14 kelurahan. Visi Kabupaten Pelalawan adalah Terwujudnya Kabupaten Pelalawan yang Maju dan Sejahtera, melalui Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan yang Didukung oleh Pertanian yang Unggul dan Industri yang Tangguh dalam Masyarakat yang Beradat, Beriman, Bertaqwa dan Berbudaya Melayu Tahun Dalam upaya mencapai visi tersebut, ditetapkan perencanaan pembangunan yang berlandaskan kepada tujuh misi pembangunan daerah Kabupaten Pelalawan: 1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang unggul, beriman, bertaqwa, dan berbudaya melayu 2. Meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan 3. Meningkatkan kinerja birokrasi dan otonomi desa 4. Meningkatkan pembangunan infrastruktur daerah 5. Meningkatkan kemandirian ekonomi, mendorong investasi, pengebangan pariwisata dan usaha strategis daerah yang berwawasan lingkungan 6. Meningkatkan ketentraman dan ketertiban masyarakat 7. Penguatan sistem inovasi dalam mendukung percepatan kemandirian ekonomi dan peningkatan daya saing daerah dan masyarakat Kabupaten Pelalawan 13

30 Gambar 3.3 Realisasi APBD Kabupaten Pelalawan Menurut Pendapatan, Belanja Daerah, dan Belanja Fungsi Pendidikan dan Kesehatan Tahun ,600, ,400, ,312, ,485, ,473, ,200, ,134, ,147, ,134, ,000, , , , ,011, ,011, , , , , , , , , , , , , , Pendapatan Daerah Belanja Daerah Belanja Pendidikan Belanja Kesehatan Sumber : Bagian Keuangan Sekretariat Daerah Kabupaten Pelalawan Dalam perkembangan pembangunan daerah selama periode 2010 hingga 2014, realisasi pendapatan daerah Kabupaten Pelalawan cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2013 pendapatan dan belanja daerah Kabupaten Pelalawan mengalami penurunan, akan tetapi pada tahun 2014 mengalami peningkatan relatif tinggi, dari 1.134,24 miliar rupiah pada tahun 2013 menjadi 1.485,41 miliar rupiah pada tahun Kenaikan realisasi pendapatan daerah, APBD tersebut mencerminkan mulai dimaksimalkannya potensi daerah untuk kepentingan pembangunan. Untuk realisasi belanja pendidikan dan kesehatan tahun 2014 Kabupaten Pelalawan juga relatif tinggi, sebesar 28,15 persen dan 7,16 persen dari total belanja daerah. Gambar 3.4 Realisasi Belanja Daerah Kabupaten Pelalawan Menurut Fungsi Tahun 2014 Perlindungan Sosial 1,96% Pendidikan 28,15% Pelayanan Umum 28,10% Pariwisata dan Budaya 1,36% Kesehatan 7,16% Perumahan dan Fasilitas Umum 17,54% Ekonomi 12,44% Lingkungan Hidup 1,27% Ketertban dan Keamanan 2,02% Sumber : Bagian Keuangan Sekretariat Daerah Kabupaten Pelalawan 14

31 3.3 Potensi Ekonomi Sebagai kabupaten pemekaran, Kabupaten Pelalawan telah mengalami perkembangan ekonomi. Dengan didukung dua sektor ekonomi andalan yakni sektor pertanian yang berbasiskan subsektor perkebunan dan sektor industri. Perekonomian Kabupaten Pelalawan tumbuh dan berkembang secara dinamis. Subsektor perkebunan dan sektor industri tumbuh seiring dengan perkembangan ekonomi makro baik regional maupun nasional. Fluktuasi perkembangan perekonomian daerah menunjukkan gerak laju perubahan proses produksi, kesinambungan distribusi dan tingkat konsumsi pengguna akhir. Untuk mengetahui potensi perekonomian Kabupaten Pelalawan dapat dilihat dan dianalisis berdasarkan struktur ekonomi, perkembangan laju pertumbuhan ekonomi, dan PDRB per kapita serta pendapatan per kapita penduduk daerah ini yang kesemuanya merupakan derivasi dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) keseluruhan Struktur Ekonomi Dalam penentuan prioritas pembangunan perhatian lebih dicurahkan pada sektor yang lebih dominan peranannya dalam menunjang ekonomi suatu daerah, dengan memperhatikan apakah sektor tersebut masih memungkinkan untuk dikembangkan. Bila dilihat distribusi persentase PDRB Kabupaten Pelalawan (Gambar 3.3), maka tampak jelas sejak tahun 2010 hingga tahun 2014 tidak terjadi pergeseran yang berarti antarsektor dalam struktur perekonomian Kabupaten Pelalawan. Peranan per sektor pada tahun 2014 terbesar ada pada sektor industri pengolahan, yaitu 49,56 persen yang artinya hampir separuh dari PDRB berasal dari sektor industri pengolahan. Kemudian diikuti sektor pertanian dengan total kontribusi sebesar 37,71 persen, sektor perdagangan sebesar 3,78 persen dan sisanya sektor lainnya. Gambar 3.5 Struktur Ekonomi Kabupaten Pelalawan Tahun * 2014** Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Konstruksi Perdagangan Lainnya Sumber: BPS, PDRB 15

32 Sektor industri pengolahan masih menjadi sektor andalan di Kabupaten Pelalawan. Keberadaan sektor industri pengolahan sangat berkaitan dengan sektor pertanian. Sebagian besar industri pengolahan di Kabupaten Pelalawan merupakan kegiatan hilir dari kegiatan sektor pertanian, utamanya subsektor perkebunan dan kehutanan. Hasil-hasil kehutanan, terutama kayu dan hasil perkebunan, seperti, karet dan kelapa sawit merupakan penyumbang terbesar sektor industri pengolahan. Sektor yang rendah kontribusinya terhadap perekonomian Kabupaten Pelalawan adalah sektor listrik dan gas, dan sektor pengadaan air. Seperti halnya permasalahan energi nasional, di beberapa daerah di Kabupaten Pelalawan, pemenuhan terhadap listrik memang masih kurang. Beberapa wilayah bahkan belum tersentuh listrik. Hal ini tentu menjadi prioritas pembangunan daerah. Membuka keterisoliran daerah untuk kemudian membangun sarana dan prasarana pendukung termasuk masalah kelistrikan menjadi komitmen pemerintah daerah Kabupaten Pelalawan Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan salah satu sasaran yang perlu dicapai dalam proses pelaksanaan pembangunan. Gambar 3.6 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Pelalawan Tahun * 2014** Sumber: BPS, PDRB Dengan menggunakan tahun 2010 sebagai tahun dasar, berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pelalawan mengalami pertumbuhan yang berfluktuatif pada tahun 2010 pertumbuhan ekonomi sebesar 4,05 persen hingga tahun 2014 sebesar 6,08 persen. 16

33 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pelalawan selama lima tahun terakhir terus meningkat dan bergerak di rata-rata lima persen, meskipun mengalami perlambatan pada tahun Memasuki tahun 2012 perekonomian dunia khususnya negara-negara Eropa mengalami krisis keuangan. Beberapa sektor perekonomian seperti otomotif, industri pengolahan, dan pertanian mulai mengalami keterpurukan ekonomi di tahun Tak terkecuali Kabupaten Pelalawan terkena dampak krisis yang tercermin dari kinerja perekonomian yang melambat. Dikarenakan industri pengolahan di Kabupaten Pelalawan berorientasi pada ekspor, sedangkan permintaan ekspor dan harga komoditas seperti kertas dan CPO mengalami penurunan mengakibatkan industri pengolahan paling berdampak dari krisis keuangan dunia tersebut. Meskipun demikian dinamika perekonomian dunia tidak serta merta memperlambat semua sektor perekonomian Kabupaten Pelalawan secara signifikan. Hal ini terbukti neraca perdagangan regional masih bergerak positif. Apalagi pada tahun 2012 Provinsi Riau mengadakan PON XVIII yang ikut memberi sentuhan positif pada pergerakan ekonomi di kawasan Provinsi Riau. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 3.3, bahwa pada tahun 2012, industri pengolahan hanya tumbuh sebesar 0,93 persen sedangkan sektor perdagangan mengalami pertumbuhan yang tinggi sebesar 9,97 persen. Gambar 3.7 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Unggulan Kabupaten Pelalawan Tahun * 2014** Pertanian Industri Pengolahan Perdagangan Laju PDRB Sumber: BPS, PDRB Meski demikian perlu dipahami bahwa perlambatan perekonomian tidak dapat diartikan terjadinya kemunduran aktivitas ekonomi. Namun harus diartikan bahwa perekonomian tetap tumbuh dengan kecenderungan dan persentase yang lebih rendah dari tahun sebelumnya. 17

34 Mulai tahun 2013 perekonomian Pelalawan mulai membaik, hal ini terlihat dari tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya, bahkan tahun 2014 mencapai lebih dari lima persen (6,08 persen). Pada tahun 2014, pertumbuhan sektor-sektor unggulan di Pelalawan mengalami kenaikan yang signifikan. Sektor pertanian tumbuh sebesar 5,25 persen, dengan laju pertumbuhan didominasi oleh subsektor perkebunan. Sektor industri pengolahan tumbuh sebesar 6,63 persen, dengan laju pertumbuhan didominasi oleh subsektor industri kertas. Kemudian sektor perdagangan tumbuh 8,71 persen. Tingginya pertumbuhan sektor-sektor tersebut berkaitan dengan mulai meningkatnya permintaan pasar domestik dan harga komoditas serta meningkatnya kegiatan perdagangan di Kabupaten Pelalawan. 3.4 Potensi Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia memegang peranan penting dalam pembangunan. Oleh karena itu dalam melaksanakan pembangunan suatu wilayah atau negara perlu diketahui keadaan sumber daya manusia yang ada di wilayah tersebut. Semakin lengkap dan tepat data mengenai sumber daya manusia yang tersedia, semakin mudah dan tepat pula perencanaan pembangunan yang di buat. Banyak sedikitnya jumlah penduduk serta unsur-unsur yang berkaitan dengan jumlah dalam batas tertentu merupakan potensi dalam bidang pembangunan Penduduk Kabupaten Pelalawan Penduduk Pelalawan tumbuh dengan cepat sejak awal berdirinya tahun Sebagai daerah penopang ibukota provinsi, tumbuhnya sektor industri dan perkebunan, serta meningkatnya akses jalan yang semakin baik menjangkau desa-desa sehingga memudahkan sarana dan prasarana ekonomi berkembang di Pelalawan. Hal ini menjadi faktor penarik bagi berkembangnya penduduk Pelalawan. Jumlah penduduk Kabupaten Pelalawan tahun 2014 sekitar 387,11 ribu jiwa, meningkat dibandingkan tahun 2013 sekitar 367,72 ribu jiwa. Dengan kepadatan penduduk 28 jiwa dan sex ratio 106. Jumlah rumah tangga 98,06 ribu dengan rata-rata anggota rumah tangga berjumlah 4 jiwa per rumah tangga. Berdasarkan penduduk yang dibagi per kelompok umur diketahui bahwa pada tahun 2014 setiap 100 jiwa penduduk Pelalawan usia produktif (15 64 tahun) menanggung 53 jiwa penduduk usia belum dan tidak produktif (0-14 tahun dan 65 tahun ke atas). 18

35 Tabel 3.1 Indikator Kependudukan Kabupaten Pelalawan Tahun Uraian (1) (2) (3) (4) (5) (6) Jumlah Penduduk (000 jiwa) 311,70 334,90 349,05 367,72 387,11 Kepadatan Penduduk (jiwa/km 2 ) Sex Ratio Jumlah Rumah Tangga (000 ruta) 80,9 84,8 90,6 93,15 98,06 Rata-rata Anggota Rumah Tangga (jiwa/rumah tangga) Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur tahun 34,5 33,90 33,12 32,88 32, tahun 63,9 64,6 65,27 65,46 65,64 65 tahun 1,6 1,5 1,61 1,66 1,72 Kelompok Umur Gambar 3.8 Piramida Penduduk Kabupaten Pelalawan Tahun Laki-laki Sumber: BPS Sumber: BPS Berdasarkan piramida penduduk, penduduk usia 0 4 tahun terlihat mendominasi sekitar 12,88 persen diikuti penduduk usia 5 9 tahun sekitar 10,73 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2014 angka kelahiran lebih besar dibanding periode sebelumnya. Kemudian untuk penduduk usia sekolah SD SMA (5 19 tahun) sekitar 27,99 persen, usia bekerja (20 64 tahun) sekitar 57,41 persen serta sisanya usia tidak produktif 1,72 persen. Model pergeseran piramida pada usia 0 4 hingga tersebut menunjukkan bahwa terjadi migrasi penduduk karena melanjutkan pendidikan di luar Kabupaten Pelalawan. Perempuan 19

36 Gambar 3.9 Penyebaran Penduduk Kabupaten Pelalawan Menurut Kecamatan Keadaan Akhir Tahun 2014 Sumber: BPS Penduduk Kabupaten Pelalawan masih terkonsentrasi di ibukota kabupaten dan beberapa kecamatan terdekat. Kecamatan yang terbanyak penduduknya, yaitu Pangkalan Kerinci 26,59 persen, kemudian diikuti Kecamatan Pangkalan Kuras sebanyak 14,35 persen dan yang paling sedikit dihuni penduduk yaitu Kecamatan Bandar Petalangan sekitar 3,59 persen. Pemerataan penduduk perlu segera mendapatkan solusi. Pembangunan dan pengadaan akses baik jalan darat maupun sungai sudah mulai dilakukan. Pembangunan Jalan Lintas Bono, revitalisasi Jalan Lintas Timur yang melewati Pelalawan serta peremajaan sarana transportasi di Sungai Kampar diharapkan dapat memperpendek jurang penyebaran penduduk Tenaga Kerja Komposisi tenaga kerja dapat tercerminkan dari besaran TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja). Indikator ini menunjukkan besaran relatif dari pasokan tenaga kerja (labour supply) yang tersedia di pasar. Tahun 2014, TPAK Kabupaten Pelalawan tercatat 67,61 persen. Artinya lebih dari dua pertiga penduduk Kabupaten Pelalawan berada pada pasar tenaga kerja. 20

37 Tabel 3.2 Indikator Ketenagakerjaan Kabupaten Pelalawan Tahun Uraian (1) (2) (3) (4) (5) (6) Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Angkatan Kerja a. Bekerja b. Pengangguran Bukan Angkatan Kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) (%) 61,36 68,14 66,76 65,24 67,61 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) (%) 4,69 2,93 2,06 2,97 3,42 Sumber: BPS, Sakernas Jika dilhat Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada tahun 2014 sebesar 3,42 persen, meningkat dibandingkan tahun 2013 sebesar 2,97 persen. Pengangguran menjadi catatan penting dalam dinamika tenaga kerja. Pengangguran terjadi karena keterbatasan aktivitas produksi dalam menyerap tenaga kerja yang tersedia. Konsep pengangguran yang dipakai adalah mereka yang sedang mencari pekerjaan, yang mempersiapkan usaha, yang tidak mencari pekerjaan, sudah mempunyai pekerjaan tapi belum mulai bekerja dan pada saat yang bersamaan mereka tidak bekerja (jobless). Gambar 3.10 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kabupaten Pelalawan Tahun (%) TPT TPAK Sumber: BPS, Sakernas 21

38 Gambar 3.11 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pelalawan Tahun 2014 Keuangan dan Asuransi 1,88% Jasa-Jasa 10,38% Angkutan dan Komunikasi 6,71% Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi 18,17% Pertanian 55,19% Konstruksi 3,04% Listrik, Gas dan Industri Air Bersih Pengolahan 0,07% 4,45% Pertambangan 0,11% Sumber: BPS, Sakernas Jumlah tenaga kerja yang bekerja dapat dikelompokkan ke dalam beberapa sektor lapangan usaha. Hal ini bermanfaat untuk mengetahui daya serap masing-masing sektor tarhadap ketersediaan tenaga kerja. Pada tahun 2014, terdapat tiga sektor terbesar yang menyerap tenaga kerja yaitu sektor pertanian sebesar 55,19 persen menurun dari tahun sebelumnya yang sebesar 60,78 persen. Selanjutnya diikuti Sektor perdagangan, rumah makan dan hotel sebesar 18,17 persen, serta sektor jasa-jasa sebesar 10,38 persen. Sektor yang menyerap tenaga kerja terendah yaitu listrik, gas dan air bersih serta sektor pertambangan. 22

39 ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA

40 IV. ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA Situasi pembangunan manusia digambarkan oleh komponen penyusun IPM dan untuk memperoleh gambaran yang lebih spesifik dan terfokus perlu dilengkapi dengan indikatorindikator pendukung lainnya. Komponen dan indikator ini diharapkan dapat memberikan penjelasan lebih jauh tentang pencapaian pembangunan manusia di Kabupaten Pelalawan 4.1 Kesehatan Salah satu aspek penting pembangunan manusia adalah kualitas fisik penduduk yang dapat dilihat dari derajat kesehatan penduduk. Komponen IPM yang digunakan untuk melihat derajat kesehatan penduduk adalah Angka Harapan Hidup (AHH e 0 ). Gambar 4.1 Angka Harapan Hidup (AHH e 0 ) Kabupaten Pelalawan Tahun Sumber: BPS Angka Harapan Hidup Kabupaten Pelalawan menunjukkan trend yang terus meningkat dan penduduk di Kabupaten Pelalawan memiliki peluang hidup pada tahun 2014 hingga umur 70,13 tahun. Angka harapan hidup ini berlaku pada manusia yang masih berumur nol tahun atau baru lahir. Dengan kata lain, seorang bayi yang baru lahir di Kabupaten Pelalawan pada tahun 2014 memiliki harapan untuk hidup hingga 70,13 tahun ke depan. Variabel e 0 mencerminkan lama hidup sekaligus hidup sehat suatu masyarakat. Hasil perhitungan angka harapan hidup lebih berbobot jika ada perbandingannya dengan periode waktu sebelumnya atau dengan daerah lain. Sebelum tahun 2013, angka harapan hidup masih dibawah 70 tahun. Pada tahun 2010, AHH sebesar 69,46 tahun dan terus meningkat hingga tahun 2014 sebesar 70,13 tahun. Hal tersebut memberikan gambaran bahwa terjadi peningkatan 23

41 kualitas kesehatan masyarakat di Kabupaten Pelalawan yang ditandai dengan peningkatan angka harapan hidup. Sebagaimana telah dijelaskan, angka harapan hidup dipengaruhi oleh kualitas hidup dan kesehatan masyarakat. Sehingga untuk terus meningkatkan nilai e 0 di Kabupaten Pelalawan, perlu dilakukan perbaikan fasilitas kesehatan hingga ke daerah-daerah terpencil sehingga setiap lapisan masyarakat dapat menikmatinya. Kesadaran masyarakat akan perilaku hidup sehat juga perlu didampingi oleh tenaga kesehatan yang berani untuk turun hingga ke pelosok-pelosok desa. Setiap kelahiran perlu didampingi oleh tenaga medis yang terlatih. Kegiatan posyandu perlu dimaksimalkan untuk mengawasi kesehatan setiap anak dan balita di Kabupaten Pelalawan. Karena metode penghitungan angka harapan hidup menggunakan data kelahiran dan kematian menurut kelompok umur ibu, maka kesehatan ibu dan anak akan berpengaruh langsung pada perbaikan nilainya. Menurut Hendrik L. Blum, terdapat empat faktor utama yang dapat memengaruhi derajat kesehatan masyarakat, yaitu lingkungan, perilaku kesehatan, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Keempat faktor tersebut saling terkait dengan beberapa faktor lain, yaitu sumber daya alam, keseimbangan ekologi, kesehatan mental, sistem budaya, dan populasi sebagai satu kesatuan. Lingkungan mempunyai pengaruh paling besar terhadap derajat kesehatan masyarakat (Kementrian Kesehatan RI). Gambar 4.2 menjelaskan hubungan antara faktor lingkungan, perilaku manusia, pelayanan kesehatan, dan keturunan terhadap derajat kesehatan masyarakat. Gambar 4.2 Faktor Utama yang Memengaruhi Derajat Kesehatan Masyarakat Menurut Konsep Hendrik L. Blum Sumber: Kementrian Kesehatan RI 24

42 Tabel 4.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum, Sanitasi, dan Bahan Bakar Memasak di Kabupaten Pelalawan Tahun Sumber Air Minum (%) Uraian (1) (2) (3) (4) (5) (6) Rumah Tangga dengan Sumber Air Minum Bersih Rumah Tangga dengan Air Minum Kemasan, Isi Ulang, dan Ledeng 71,25 76,72 80,79 87,40 90,08 29,70 37,74 46,25 49,99 58,16 Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak 27,15 55,24 58,97 55,16 38,95 Rumah Tangga dengan Tempat Pembuangan Akhir Tinja (%) Tangki/SPAL 35,43 60,53 65,14 56,44 40,24 Lubang Tanah, Sungai, dan Lainnya 64,57 39,47 34,86 43,56 59,76 Bahan Bakar Memasak (%) Gas/Elpiji 11,76 30,84 59,04 70,73 76,64 Minyak Tanah 53,59 31,45 16,17 7,29 5,21 Arang 3,38 10,31 7,13 7,10 5,18 Kayu 27,24 25,32 15,74 12,73 9,78 Lainnya 4,03 2,08 1,92 2,15 3,19 Sumber: BPS, Susenas Kebutuhan akan ketersediaan air sangat vital bagi kelangsungan hidup manusia. Begitu juga dengan ketersediaan air minum. Akses terhadap air minum bersih sangat tergantung kepada beberapa faktor, khususnya faktor lingkungan. Sebanyak 90,08 persen rumah tangga selama tahun 2014 telah memiliki akses ke sumber air bersih. Dengan demikian masih ada sekitar 10 persen rumah tangga yang belum memiliki akses ke sumber air bersih. Selain ketersediaan air minum bersih, komponen vital lainnya adalah sanitasi. Kondisi lingkungan sangat memengaruhi rumah tangga dalam penggunaan sanitasi yang layak. Persentase rumah tangga dengan kondisi sanitasi layak terdapat 38,95 persen turun dari tahun lalu sebesar 55,16 persen. Hal ini berkaitan dengan semakin meningkatnya rumah tangga yang menggunakan tempat pembuangan akhir tinja berupa lubang tanah atau yang lainnya. Selain ketersediaan air minum bersih dan sanitasi, komponen vital lainnya adalah bahan bakar memasak. Persentase rumah tangga yang memanfaatkan minyak tanah sebagai bahan bakar memasak terdapat 5,21 persen turun dari tahun lalu sebesar 7,29 persen sedangkan penggunaan gas/elpiji meningkat menjadi 76,64 persen. 25

43 Tabel 4.2 Jumlah Sarana Kesehatan, Bidan dan Perawat di Puskesmas di Kabupaten Pelalawan Tahun Rumah Sakit Uraian (1) (2) (3) (4) (5) (6) - Negeri Swasta Praktek Dokter Praktek Dokter Gigi Klinik Puskesmas - Perawatan Non-Perawatan Puskesmas Pembantu Poskesdes dan Polindes Posyandu Tenaga Kesehatan di Puskesmas - Bidan Perawat Rasio Ketersediaan Bidan (Penduduk/Bidan) Sumber: BPS, Pelalawan Dalam Angka (Dinas Kesehatan Kab. Pelalawan) Pemerintah telah berupaya untuk mendekatkan akses sarana maupun tenaga kesehatan ke masyarakat. Pembangunan sarana kesehatan seperti puskesmas, pustu, posyandu dan poskesdes terus dilakukan. Begitu juga dengan pengadaan tenaga kesehatan. Keberadaan bidan desa adalah upaya yang paling efektif untuk mempermudah masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan. Selain itu serangkaian program akses gratis terhadap sarana kesehatan bagi masyarakat yang kurang mampu juga terus digalakkan. Adapun sarana kesehatan yang ada di Pelalawan tahun 2014, rumah sakit 5 unit, praktek dokter 48 unit, praktek dokter gigi 8 unit, dan klinik 5 unit. Di samping itu, tersedia pula puskesmas 12 unit, puskesmas pembantu 37 unit, poskesdes/polindes 89 unit serta posyandu 340 unit. Jumlah bidan sebanyak 284 orang dengan rasio ketersediaan bidan terhadap penduduk adalah penduduk per satu orang bidan. 26

44 Gambar 4.3 Persentase Sepuluh Penyakit Dengan Penderita Terbanyak di Kabupaten Pelalawan Tahun 2014 Sumber: BPS, Pelalawan Dalam Angka (Dinas Kesehatan Kab. Pelalawan) Penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan bagian Atas Akut) menempati urutan teratas dalam daftar 10 penyakit utama yang sering terjangkiti. Jumlah penderita ISPA tahun 2014 mencapai jiwa (35,17 persen). Sementara penderita diare & GE menempati urutan kedua dengan jumlah penderita orang (10,03 persen). Kualitas udara cukup berpengaruh terhadap tingginya penderita ISPA, penyebab utamanya polusi udara. Pada musim kemarau dibeberapa tempat di Kabupaten Pelalawan sering dijumpai titik api hasil dari kebakaran lahan. Asap yang timbul dari kebakaran lahan ini selain mengganggu jarak pandang normal juga sangat berbahaya bagi pernapasan. Influenza 6,99% Batuk Reumatk 6,45% 5,05% Dermatts 4,72% Rheumatoid Arthrits 4,24% Demam 8,04% Hipertensi 9,65% Gastrits 9,66% ISPA 35,17% Diare 10,03% Gambar 4.4 Persentase Kelahiran Menurut Penolong Kelahiran di Kabupaten Pelalawan Tahun Tenaga Kesehatan (Dokter/Bidan) Non Tenaga Kesehatan Sumber: BPS, Pelalawan Dalam Angka (Dinas Kesehatan Kab. Pelalawan) 27

45 Penolong kelahiran tertinggi di Kabupaten Pelalawan tahun 2014 adalah tenaga kesehatan (dokter/bidan) sebanyak 98,75 persen, mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yang tercatat 97,10 persen. Sedangkan untuk penolong kelahiran oleh nontenaga kesehatan cenderung turun, yaitu dari 2,68 persen di tahun 2012 menjadi 1,25 persen di tahun Tabel 4.3 Persentase Balita 2 4 Tahun Menurut Pemberian ASI di Kabupaten Pelalawan Tahun Uraian (1) (2) (3) (4) (5) (6) Tidak Diberi Air Susu Ibu (ASI) 4,72 3,42 4,34 8,97 5,06 Diberi ASI 95,28 96,58 95,66 91,03 94,94 - Kurang dari 6 bulan 1,39 9,95 4,90 5,43 10, bulan 5,29 7,33 8,08 5,62 15, bulan 15,46 21,41 17,59 23,51 24, bulan 32,01 25,08 19,96 27,08 25,67 - Lebih dari 24 bulan 41,07 36,23 49,48 38,36 23,36 Sumber: BPS, Susenas ASI merupakan nutrisi penting yang dibutuhkan bayi hingga 2 tahun. Persentase bayi yang diberi ASI sangat tinggi mencapai 94,94 persen sedangkan yang tidak diberikan ASI sebesar 5,06 persen. Frekuensi dan lama pemberian ASI kepada balita usia 2 4 tahun pada tahun 2014 meningkat lebih baik. Di lihat dari persentase lama pemberian, sebanyak 23,36 persen bayi mendapatkan ASI lebih dari 24 bulan. Angka ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2013 sebesar 38,36 persen. Sekitar 10,13 persen yang memberikan ASI hingga 6 bulan. Pemenuhan kebutuhan pokok manusia meliputi pangan, sandang dan papan. Tempat tinggal selain sarana berlindung dari gangguan luar, juga mempunyai fungsi sosial dan fungsi kesehatan yang penting dalam pembentukan kepribadian setiap anggota rumah tangga. Tabel 4.4 Indikator Perumahan Kabupaten Pelalawan Tahun Uraian (1) (2) (3) (4) (5) (6) Rumah Tangga dengan Luas Lantai <10 m 2 /jiwa (%) Perkotaan 26,30 43,71 24,26 25,11 19,91 Pedesaan 32,30 29,88 28,01 28,26 25,29 Perkotaan dan Pedesaan 30,92 32,92 27,23 27,06 24,12 Rumah Tangga menurut Kualitas Perumahan (%) Lantai Bukan Tanah 91,19 74,49 75,65 99,02 82,13 Atap Layak 96,76 95,80 96,26 97,00 97,08 Dinding Permanen 45,01 39,20 49,34 44,65 48,73 Sumber: BPS, Susenas 28

46 Menurut American Public Health Association (APHA) yang telah disesuaikan dengan kondisi di Indonesia, ukuran luas lantai yang ideal digunakan per orang minimal 10 m². Secara total tahun 2014 rumah tangga dengan luas lantai kurang dari 10 m² per jiwa sebanyak 24,12 persen, yang sebagian besar berada di wilayah pedesaan yaitu 25,29 persen sementara di wilayah perkotaan sebesar 19,91 persen. Pada tahun 2014, jumlah rumah tangga yang memiliki lantai bukan tanah sebesar 82,13 persen. Definisi atap layak adalah kondisi atap yang terbuat dari beton, genteng, sirap, seng atau asbes. Sebanyak 97,08 persen rumah tangga terkategorikan memiliki atap layak, sedangkan dinding permanen sebesar 48,73 persen rumah tangga. Artinya di tahun 2014 terjadi perubahan kondisi perumahan yang cukup baik, yang mungkin disebabkan kondisi perekonomian rumah tangga makin membaik/meningkat. Gambar 4.5 Persentase Rumah Tangga Menurut Status Kepemilikan Rumah di Kabupaten Pelalawan Tahun 2014 Dinas 24,35% Lainnya 0,20% Bebas Sewa 7,19% Milik Sendiri 54,32% Sewa 10,49% Kontrak 3,45% Sumber: BPS, Susenas Sementara dari status kepemilikan rumah, sebanyak 54,32 persen rumah tangga di Kabupaten Pelalawan telah memiliki rumah sendiri. Sebanyak 10,49 persen sewa, 3,45 persen kontrak, rumah dinas 24,35 persen, serta bebas sewa 7,19 persen. 29

47 Gambar 4.6 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Penerangan Utama di Kabupaten Pelalawan Tahun Listrik PLN Listrik non PLN Petromak/aladin Pelita/sentr/obor Lainnya Perkotaan Pedesaan Sumber: BPS, Susenas Sementara itu, penggunaan sumber penerangan terbesar di perkotaan adalah listrik PLN yang mencapai 86,32 persen sedangkan listrik non PLN 13,68 persen. Sementara, di pedesaan tertinggi justru penggunaan listrik non PLN sebesar 58,80 persen. Selain listrik non PLN, juga menggunakan listrik PLN 26,82 persen, pelita/sentir/obor 13,34 persen, petromak 0,81 persen dan lainnya 0,23 persen. Tumbuhnya PLTD (pembangkit Listrik Tenaga Diesel) di pedesaan yang dikelola pihak swasta tentunya menjadi salah satu solusi untuk mengatasi kebutuhan listrik masyarakat. Di samping itu, pemerintah daerah melalui program Pelalawan Terang membangun infrastruktur listrik hingga ke desa-desa agar nantinya listrik dapat dinikmati semua penduduk Kabupaten Pelalawan. 30

48 4.2 Pendidikan Pendidikan merupakan proses pemberdayaan peserta didik sebagai subjek sekaligus objek dalam membangun kehidupan yang lebih baik. Pendidikan sangat berperan sebagai faktor kunci dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Komponen kedua dalam penghitungan indeks pembangunan manusia berkaitan erat dengan data-data pendidikan. Komponen pendidikan dalam IPM dihitung dengan dua indikator, yaitu rata-rata lama sekolah dan harapan lama sekolah. Gambar 4.7 Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Kabupaten Pelalawan Tahun Sumber: BPS Rata-rata lama sekolah Kabupaten Pelalawan menunjukkan trend yang terus meningkat dan rata-rata lama sekolah Kabupaten Pelalawan pada tahun 2014 sebesar 7,82 tahun. Dengan kata lain, penduduk Kabupaten Pelalawan pada tahun 2014 rata-rata menjalani pendidikan formal selama 7,82 tahun atau setara SMP Kelas I. Variabel RLS mencerminkan kualitas pendidikan suatu masyarakat. Hasil perhitungan rata-rata lama sekolah lebih berbobot jika ada perbandingannya dengan periode waktu sebelumnya atau dengan daerah lain. Sebelum tahun 2011, rata-rata lama sekolah masih dibawah tujuh tahun dengan pertumbuhan tertinggi di tahun 2013 mencapai 4,46 persen. Pada tahun 2010, RLS sebesar 6,94 tahun dan terus meningkat hingga tahun 2014 sebesar 7,82 tahun. Hal tersebut memberikan gambaran bahwa terjadi peningkatan kualitas pendidikan masyarakat di Kabupaten Pelalawan yang ditandai dengan peningkatan rata-rata lama sekolah. Akan tetapi pendidikan masih harus menjadi perhatian penting saat ini. Dilihat dari rata-rata lama sekolah selama lima tahun terakhir masih dibawah delapan tahun, yang menandakan masih membutuhkan usaha keras dari semua pihak untuk mencapai pendidikan dasar sembilan tahun. 31

49 Gambar 4.8 Harapan Lama Sekolah (HLS) Kabupaten Pelalawan Tahun Sumber: BPS Harapan lama sekolah Kabupaten Pelalawan menunjukkan trend yang terus meningkat dan harapan lama sekolah Kabupaten Pelalawan pada tahun 2014 sebesar 11,02 tahun. Dengan kata lain, penduduk Kabupaten Pelalawan yang masih bersekolah pada tahun 2014 memiliki harapan untuk menjalani pendidikan formal selama 11,02 tahun. Selain variabel rata-rata lama sekolah, variabel harapan lama sekolah termasuk indikator pencapaian kualitas pendidikan suatu masyarakat. Hasil penghitungan harapan lama sekolah lebih berbobot jika ada perbandingannya dengan periode waktu sebelumnya atau dengan daerah lain. Sebelum tahun 2014, harapan lama sekolah masih dibawah 11 tahun dan dengan pertumbuhan tertinggi mencapai 1,64 persen di tahun Pada tahun 2010, HLS sebesar 10,75 tahun dan terus meningkat hingga tahun 2014 sebesar 11,02 tahun. Hal tersebut memberikan gambaran bahwa terjadi peningkatan kualitas pendidikan masyarakat di Kabupaten Pelalawan yang ditandai dengan peningkatan harapan lama sekolah. Sebagaimana telah dijelaskan, rata-rata lama sekolah dan harapan lama sekolah dipengaruhi oleh kualitas pendidikan masyarakat. Sehingga untuk terus meningkatkan nilai RLS dan HLS di Kabupaten Pelalawan, perlu dilakukan perbaikan fasilitas pendidikan hingga ke daerahdaerah terpencil sehingga setiap lapisan masyarakat dapat menikmatinya. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan juga perlu didampingi oleh tenaga pendidik yang mencukupi hingga ke pelosok-pelosok desa. 32

50 Tabel 4.5 Jumlah Sarana Pendidikan di Kabupaten Pelalawan Tahun Uraian (1) (2) (3) (4) (5) (6) TK Sekolah Negeri SD SMP SMA SMK Sekolah Swasta SD SMP SMA SMK Sekolah Agama Madrasah Ibtidaiyah (MI) Madrasah Tsanawiyah (MTs) Madrasah Aliyah (MA) Sumber: BPS, Pelalawan Dalam Angka (UPTD Pendidikan) Pendidikan menjadi faktor penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia khususnya dalam proses pembangunan suatu daerah. Keseriusan pemerintah dalam memajukan pendidikan tercermin dari usaha untuk menyediakan sarana dan prasarana pendidikan seperti gedung sekolah, kelas, penyediaan buku termasuk peningkatan kemampuan guru. Tahun 2013 banyaknya sekolah negeri (SD hingga SMA/SMK) di Kabupaten Pelalawan sebanyak 275 unit. Dari jumlah tersebut 201 unit diantaranya adalah SD, 47 sekolah SMP dan 27 sekolah SMA/SMK. Untuk sekolah swasta (SD hingga SMA/SMK) sebanyak 47 unit, dengan 21 unit SD, 17 unit SMP, dan sembilan unit SMA/SMK. Sedangkan sekolah agama (MI hingga MA) sebanyak 54 unit, dengan 11 unit MI, 34 unit MTs, dan sembilan unit MA. 33

51 18.00 Gambar 4.9 Rasio Murid-Guru Kabupaten Pelalawan Tahun SD/MI SMP/MTs SMA/MA SMK Sumber: BPS, Pelalawan Dalam Angka (UPTD Pendidikan) Rasio murid-guru merupakan gambaran perbandingan antara jumlah murid dengan guru yang tersedia. Semakin kecil angka rasio menunjukkan beban guru terhadap murid binaannya semakin ringan. Secara umum rasio murid-guru berturut-turut, untuk SD/MI 15 murid per satu guru, SMP/MTs sembilan murid per satu guru, SMA/MA tujuh murid per satu guru, dan SMK enam murid per satu guru. Gambar 4.10 Persentase Penduduk Menurut Partisipasi Sekolah dan Kelompok Usia Sekolah di Kabupaten Pelalawan Tahun Tidak/Belum Pernah Sekolah Masih Sekolah Tidak Bersekolah Lagi Sumber: BPS, Susenas 2014 Tidak semua penduduk usia sekolah di Kabupaten Pelalawan mendapatkan kesempatan untuk memperoleh pendidikan sesuai dengan jenjangnya. Sebanyak 1,01 persen penduduk usia 34

52 sekolah dasar tidak/belum pernah mendapatkan pendidikan, sementara di usia tersebut 0,39 persen pernah bersekolah tetapi tidak dapat menyelesaikan pendidikannya. Semakin tinggi jenjang pendidikan, semakin banyak penduduk usia sekolah tersebut yang tidak dapat menyelesaikan pendidikannya. Pada kelompok usia sekolah menengah pertama, sebanyak 9,45 persen penduduk tidak bersekolah lagi. Sementara sebanyak 26,56 persen penduduk usia sekolah menengah atas tidak menyelesaikan pendidikan sesuai jenjang usianya atau mengalami putus sekolah. Sementara sebanyak 90,21 persen penduduk usia pendidikan tinggi tidak melanjutkan pendidikannya hingga perguruan tinggi. Tingginya angka putus sekolah tersebut berdampak pada kepemilikan ijazah yang sebagian besar masih setingkat sekolah dasar. Bahkan terdapat 22,52 persen penduduk usia 10 tahun ke atas tidak memiliki ijazah SD atau tidak pernah menamatkan SD dan 4,36 persen tidak/belum pernah sekolah. Penduduk yang tamat sekolah dasar sebanyak 26,31 persen dari seluruh penduduk usia 10 tahun ke atas pada tahun Sementara yang berhasil menamatkan SMP dan SMA berturut-turut sebanyak 18,37 persen dan 16,95 persen. Gambar 4.11 Persentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas Menurut Ijazah Tertinggi yang Dimiliki di Kabupaten Pelalawan Tahun 2014 SMK 5,20% Tidak/Belum Pernah Bersekolah 4,36% Diploma III 1,38% SMA/MA/Sederajat 16,95% Diploma I/II 0,90% Tidak Punya Ijazah SD 22,52% Diploma IV/S1/S2/ S3 4,01% SMP/MTs/Sederajat 18,37% SD/MI/Sederajat 26,31% Sumber: BPS, Susenas

53 4.3 Perekonomian Suatu masyarakat yang ideal selain harus memenuhi kondisi peluang hidup panjang dan sehat serta tingkat pendidikan dan keterampilan yang memadai, juga harus mempunyai peluang bekerja dan berusaha yang memadai sehingga memperoleh sejumlah uang yang memiliki daya beli (purchasing power). Pemenuhan kebutuhan seperti itulah yang dicoba diukur dengan pengeluaran per kapita disesuaikan. Gambar 4.9 Pengeluaran per Kapita Disesuaikan Kabupaten Pelalawan Tahun (Ribu Rupiah) 11,600 11,400 11,200 11,000 10,800 10,600 10,400 10,200 10,000 9,800 9,600 11,342 11,391 10,788 10,440 10, Sumber: BPS Hasil penghitungan pengeluaran per kapita disesuaikan lebih berbobot jika ada perbandingannya dengan periode waktu sebelumnya atau dengan daerah lain. Sebelum tahun 2013, pengeluaran per kapita disesuaikan masih dibawah 11 juta rupiah dan pertumbuhan tertinggi mencapai 5,14 persen di tahun Pada tahun 2010, pengeluaran per kapita sebesar 10,33 juta dan terus meningkat hingga tahun 2014 sebesar 11,39 juta. Kemampuan daya beli masyarakat Kabupaten Pelalawan pada tahun 2014 sebesar Rp ,09 per orang per tahun. Angka tersebut lebih tepat disebut sebagai konsumsi per kapita per tahun yang telah disesuaikan. Artinya, nilai daya beli yang dimiliki oleh rata-rata seorang penduduk di Kabupaten Pelalawan pada tahun 2014 adalah sebesar Rp ,09 per tahun atau Rp ,34 per bulan. Sebagai perbandingan, pengeluaran per kapita yang disesuaikan pada tahun 2013 adalah sebesar Rp ,80 per tahun. Hal ini menunjukkan kemampuan daya beli masyarakat tahun 2014 meningkat dibandingkan tahun

54 Kemampuan daya beli masyarakat erat kaitannya dengan kemampuan penduduk untuk mendapatkan penghasilan, yang juga berhubungan dengan masalah ketenagakerjaan. Semakin beragamnya lapangan pekerjaan di suatu daerah, mencerminkan banyaknya pilihan penduduk dalam meningkatkan pendapatannya untuk memenuhi beragam kebutuhan hidup. Gambar 4.13 Kontribusi PDRB dan Distribusi Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Pelalawan Tahun 2014 (%) Struktur Ekonomi Kabupaten Pelalawan 100% 90% 80% 70% 60% 50% Jasa-Jasa Keuangan dan Asuransi Angkutan dan Komunikasi Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi Konstruksi Listrik, Gas dan Air Bersih % Industri Pengolahan % 20% 10% Pertambangan Pertanian % Penduduk Bekerja (Sakernas, 2014) Share PDRB 2014 Sumber: BPS, PDRB dan Sakernas Gambar 4.9 menunjukkan bahwa sektor pertanian sebagai mata pencaharian utama di Kabupaten Pelalawan, dengan penyerapan tenaga kerja terbesar mampu memberikan kontribusi terbesar kedua dalam PDRB setelah sektor industri pengolahan. Sektor perdagangan dengan penyerapan tenaga kerja tertinggi kedua mampu memberikan kontribusi PDRB ketiga setelah industri pengolahan dan pertanian, sektor jasa, sektor kontruksi, dan sektor industri juga menjadi pilihan masyarakat dalam mendapatkan penghasilan. Sedangkan sektor industri pengolahan 37

55 dengan kontribusi terbesar dalam PDRB ternyata hanya mampu menyerap tenaga kerja dibawah sektor pertanian, perdagangan, jasa, dan angkutan. Hal ini menunjukkan bahwa industri pengolahan di Kabupaten Pelalawan masih merupakan sektor dengan padat modal. Oleh karena itu, perlunya mendorong peran swasta dalam menghidupkan sektor industri sehingga berperan dalam proses peralihan struktur masyarakat dari masyarakat pertanian menjadi masyarakat industri. Sehingga, mampu memaksimalkan potensi industri pengolahan dalam meningkatkan perekonomian masyarakat. Komposisi belanja penduduk Kabupaten Pelalawan sangat dipengaruhi oleh total pengeluaran per bulannya. Semakin rendah total pengeluaran sebulan, konsumsi makanan akan menjadi prioritas untuk dibelanjakan. Sebagaimana dapat dilihat pada Gambar Gambar 4.10 Distribusi Pengeluaran per Kapita Sebulan menurut Makanan dan Bukan Makanan serta Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan di Kabupaten Pelalawan Tahun 2014 (%) >= Makanan Bukan Makanan Sumber: BPS, Susenas

56 4.4 Indeks Pembangunan Manusia United Nations Development Programmes (UNDP) telah merekomendasikan penggunaan IPM untuk mengukur keberhasilan atau kinerja suatu negara dalam bidang pembangunan manusia. Sebagai sebuah indeks komposit yang dapat mencerminkan kinerja pembangunan manusia, indeks pembangunan manusia (IPM) dapat dibandingkan antarwilayah dan antarwaktu. Bahkan nilai IPM suatu daerah menjadi tidak bermakna jika tidak dibandingkan dengan daerah dan waktu lainnya. Gambar 4.15 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Pelalawan Tahun Sumber: BPS Tingkat pencapaian pembangunan manusia di Kabupaten Pelalawan yang digambarkan oleh IPM, pada tahun 2010 sebesar 69,95 dan terus meningkat hingga tahun 2014 sebesar 68,67. Selama tahun 2010 sampai dengan 2014, pertumbuhan tertinggi IPM terjadi pada tahun 2013 sebesar 1,54 persen. Jika dibandingkan dengan keadaan tahun 2013, IPM tahun 2014 telah terjadi peningkatan sebesar 0,56 persen. IPM Pelalawan tahun 2014 sebesar 68,67 sementara IPM tahun 2013 sebesar 68,29. Peningkatan IPM tersebut menandakan arah pembangunan daerah yang mulai berpihak kepada peningkatan kualitas hidup manusia di Kabupaten Pelalawan. Akan tetapi peningkatan indeks ini masih rendah bila dibandingkan dengan daerah lain, sehingga belum sungguh-sungguh mencerminkan suatu peningkatan prestasi. Sebab otonomi pembangunan daerah pada era globalisasi membutuhkan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang juga sanggup untuk bersaing dengan daerah lain. 39

57 Gambar 4.16 IPM Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Riau Tahun 2014 Sumber: BPS Nilai IPM Kabupaten Pelalawan tahun 2014 berada pada kategori Sedang. Kabupaten/Kota dengan kategori IPM Tinggi adalah Kota Pekanbaru dengan nilai IPM tertinggi, diikuti Kota Dumai yang berada pada posisi kedua, Kabupaten Siak pada urutan ketiga, Kabupaten Bengkalis pada urutan keempat, dan Kabupaten Kampar pada urutan kelima. Rendahnya daya saing pembangunan manusia di Kabupaten Pelalawan dibanding kabupaten/kota lain di Provinsi Riau tersebut karena komponen pendidikan (rata-rata lama sekolah dan harapan lama sekolah) yang jauh tertinggal yaitu berada pada peringkat delapan dan 11. Adapun komponen-komponen IPM Kabupaten Pelalawan yang lainnya berada pada peringkat empat besar dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya. 40

58 Gambar 4.17 Rata-rata Lama Sekolah Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Riau Tahun 2014 Sumber: BPS Rendahnya komponen pendidikan Kabupaten Pelalawan mencerminkan masih rendahnya output dan proses pembangunan pendidikan di Kabupaten Pelalawan dibandingkan daerah lain. Sebagai gambaran, angka rata-rata lama sekolah di Kota Pekanbaru (tertinggi) pada tahun 2014 adalah 10,95 tahun atau hampir menamatkan pendidikan menengah atas. Sementara angka rata-rata lama sekolah Kabupaten Pelalawan hanya 7,82 tahun, atau rata-rata penduduk di Kabupaten Pelalawan menghentikan pendidikannya dua tahun setelah lulus SD. 41

59 Gambar 4.18 Harapan Lama Sekolah Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Riau Tahun 2014 Sumber: BPS Begitu pula dengan harapan lama sekolah Kota Pekanbaru (tertinggi) adalah 14,07 tahun atau harapan untuk menjalani pendidikan formal setara diploma II. Sementara angka harapan lama sekolah Kabupaten Pelalawan hanya 11,02 tahun atau harapan untuk menjalani pendidikan formal setara dua tahun setelah lulus SMP. 42

60 PENUTUP

61 V. PENUTUP 5.1. Kesimpulan United Nations Development Programmes (UNDP) merumuskan konsep pembangunan manusia sebagai upaya perluasan pilihan bagi penduduk (enlarging the choices of people) untuk meningkatkan kualitas hidupnya secara mandiri. Pembangunan manusia dapat pula dilihat sebagai pembangunan kemampuan manusia melalui perbaikan taraf kesehatan, pengetahuan dan keterampilan, sehingga dapat dimanfaatkan untuk penghidupan yang lebih layak. Untuk mengukur keberhasilan atau kinerja pembangunan manusia suatu daerah digunakan indeks pembangunan manusia (IPM). IPM adalah suatu indeks komposit yang disusun berdasarkan tiga indikator, yaitu peluang berumur panjang dan sehat, tingkat pengetahuan dan keterampilan, serta kemampuan dalam mengakses sumber daya ekonomi dalam artian luas. Penggunaan IPM sebagai alat ukur telah diakui secara luas oleh UNDP dan dianjurkan pemanfaatannya oleh Statistical Institute for Asia and The Pasific (SIAP). Tingkat pencapaian pembangunan manusia di Kabupaten Pelalawan yang digambarkan oleh IPM, pada tahun 2010 sebesar 69,95 dan terus meningkat hingga tahun 2014 sebesar 68,67. Selama tahun 2010 sampai dengan 2014, pertumbuhan tertinggi IPM terjadi pada tahun 2013 sebesar 1,54 persen. Jika dibandingkan dengan keadaan tahun 2013, IPM tahun 2014 telah terjadi peningkatan sebesar 0,56 persen. IPM Kabupaten Pelalawan tahun 2014 memperlihatkan angka 68,67 dan berada pada kategori Sedang dalam capaian IPM-nya. Peningkatan IPM tersebut menandakan arah pembangunan daerah yang mulai berpihak kepada peningkatan kualitas hidup manusia di Kabupaten Pelalawan. Situasi pembangunan manusia digambarkan oleh komponen penyusun IPM. Untuk komponen pertama yaitu Angka Harapan Hidup (AHH), sebelum tahun 2013 masih dibawah 70 tahun. Pada tahun 2010, AHH sebesar 69,46 tahun dan terus meningkat hingga tahun 2014 sebesar 70,13 tahun. Hal tersebut memberikan gambaran bahwa terjadi peningkatan kualitas kesehatan masyarakat di Kabupaten Pelalawan yang ditandai dengan peningkatan angka harapan hidup. Komponen kedua, rata-rata lama sekolah (RLS) sebelum tahun 2011 masih dibawah tujuh tahun dengan pertumbuhan tertinggi di tahun 2013 mencapai 4,46 persen. Pada tahun 2010, RLS sebesar 6,94 tahun dan terus meningkat hingga tahun 2014 sebesar 7,82 tahun. Hal tersebut memberikan gambaran bahwa terjadi peningkatan kualitas pendidikan masyarakat di Kabupaten Pelalawan yang ditandai dengan peningkatan rata-rata lama sekolah. 43

62 Komponen ketiga, harapan lama sekolah (HLS) sebelum tahun 2014 masih dibawah 11 tahun dan dengan pertumbuhan tertinggi mencapai 1,64 persen di tahun Pada tahun 2010, HLS sebesar 10,75 tahun dan terus meningkat hingga tahun 2014 sebesar 11,02 tahun. Hal tersebut memberikan gambaran bahwa terjadi peningkatan kualitas pendidikan masyarakat di Kabupaten Pelalawan yang ditandai dengan peningkatan harapan lama sekolah. Akan tetapi pendidikan masih harus menjadi perhatian penting saat ini. Dilihat dari rata-rata lama sekolah selama lima tahun terakhir masih dibawah delapan tahun, yang menandakan masih membutuhkan usaha keras dari semua pihak untuk mencapai pendidikan dasar sembilan tahun. Komponen keempat, pengeluaran per kapita disesuaikan sebelum tahun masih dibawah 11 juta rupiah dan pertumbuhan tertinggi mencapai 5,14 persen di tahun Pada tahun 2010, pengeluaran per kapita sebesar 10,33 juta dan terus meningkat hingga tahun 2014 sebesar 11,39 juta. Hal ini menunjukkan kemampuan daya beli masyarakat tahun 2014 meningkat dibandingkan tahun Perbandingan nilai IPM antardaerah dan antarwaktu memperlihatkan pentingnya perhatian pembangunan manusia pada sektor pendidikan. Perbaikan kualitas pendidikan akan berimplikasi pada perluasan pilihan masyarakat dalam pekerjaan dan sumber penghasilan. Secara bersamaan, tingkat pengetahuan dan keterampilan akan memengaruhi peningkatan pendapatan dan perbaikan kualitas hidup secara mandiri. Sehingga penghidupan penduduk yang lebih layak sebagai tujuan dari pembangunan manusia dapat dicapai secara lebih efisien. 44

63 5.2. Rekomendasi Keberhasilan pembangunan manusia ditentukan oleh keberhasilan semua dimensi/komponen baik kesehatan, pendidikan, maupun kemampuan daya beli. Keberhasilan satu dimensi harus ditunjang oleh keberhasilan dimensi lainnya. Oleh karena itu, berdasarkan hasil analisis mengenai situasi pembangunan manusia di Kabupaten Pelalawan, dapat direkomendasikan hal sebagai berikut 1. Kesehatan Pembangunan bidang kesehatan harus dilihat dari berbagai aspek, antara lain faktor lingkungan, perilaku kesehatan, pelayanan kesehatan dan keturunan. Dilihat dari perkembangan penduduk yang cepat, fasilitas dan pelayanan kesehatan serta lingkungan harus mampu mengimbangi keberadaan penduduk tersebut. Upaya pengembangan dapat dimulai dengan a. Menginventaris wilayah-wilayah yang penduduknya masih sulit menjangkau fasilitas kesehatan b. Menginventaris wilayah-wilayah yang masih rendah ketersediaan tenaga medis, dengan melihat rasio ketersediaan tenaga medis terhadap penduduk di wilayah tersebut c. Menginventaris wilayah-wilayah dengan sanitasi rumahnya masih belum layak dan akses air bersihnya masih rendah Dengan demikian segala fasilitas dan pelayanan kesehatan serta lingkungan yang sehat dapat dimanfaatkan oleh penduduk dan berbanding lurus dalam peningkatan kualitas kesehatan masyarakat. 2. Pendidikan Jika dilihat dari komponen harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah, dimensi pendidikan Kabupaten Pelalawan masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan kabupaten/kota di Provinsi Riau. Oleh karena itu, pembangunan bidang pendidikan harus menjadi prioritas utama dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan pendidikan harus beroreintasi pada peningkatan partisipasi sekolah dan kualitas pendidikan. Partisipasi sekolah dan kualitas pendidikan dapat ditingkatkan melalui a. Dikarenakan Partisipasi sekolah penduduk di pendidikan menengah atas masih tergolong rendah, perlunya menginventaris wilayah-wilayah yang penduduknya masih sulit menjangkau fasilitas pendidikan terutama pendidikan menengah atas. 45

64 b. Menginventaris wilayah-wilayah yang masih rendah ketersediaan tenaga pendidik, dengan melihat rasio guru terhadap murid di wilayah tersebut. Dengan rasio guru terhadap murid yang semakin kecil diharapkan mampu meningkatkan kualitas pendidikan di Kabupaten Pelalawan 3. Daya Beli Kemampuan daya beli masyarakat erat kaitannya dengan kemampuan penduduk untuk mendapatkan penghasilan, yang juga berhubungan dengan masalah ketenagakerjaan. Semakin beragamnya lapangan pekerjaan di suatu daerah, mencerminkan banyaknya pilihan penduduk dalam meningkatkan pendapatannya untuk memenuhi beragam kebutuhan hidup. Upaya pengembangan lapangan pekerjaan dapat dimulai dengan a. Perlunya kemudahan dalam regulasi untuk investasi, seperti pelayanan dan perizinan satu atap b. Regulasi perlindungan tenaga kerja dalam hal upah minimum c. Pengendalian kestabilan harga-harga kebutuhan pokok masyarakat 46

65 LAMPIRAN

66 LAMPIRAN Tabel 1 Kondisi Geografis Kabupaten Pelalawan Tahun 2014 Uraian Satuan 2014 (1) (2) (3) Luas Wilayah km Hari Hujan hari 167 Kelembaban *) % Suhu Udara *) C 20,1 35,0 Sungai Banyaknya buah 197 Panjang km 1.821,70 Danau Banyaknya buah 56 Panjang km 904,42 Sumber: Kantor Pertanahan Kab. Pelalawan dan BMKG Tabel 2 Jarak Ibukota Kecamatan dengan Ibukota Kabupaten dan Ketinggian Daratan Menurut Kecamatan di Kabupaten Pelalawan Tahun 2014 Uraian Jarak Lurus Ketinggian (1) (2) (3) Langgam 20,1 30 Pangkalan Kerinci 0 15 Bandar Sei Kijang 26,2 35 Pangkalan Kuras 36,3 32 Ukui 66,2 40 Pangkalan Lesung 56,3 30 Bunut 35,4 25 Pelalawan 27,3 5 Bandar Petalangan 45,2 20 Kuala Kampar 159,2 2 Kerumutan 74,2 10 Teluk Meranti 84,1 3 Sumber: Kantor Pertanahan Kab. Pelalawan 47

67 Tabel 3. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pelalawan Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (%), Kategori Lapangan Usaha * 2014 ** (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 38,50 38,04 38,25 37,99 37,71 B Pertambangan dan Penggalian 2,20 2,63 3,17 3,57 3,34 C Industri Pengolahan 51,68 51,50 50,12 49,30 49,56 D Pengadaan Listrik dan Gas 0,02 0,02 0,01 0,01 0,02 E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 F Konstruksi 1,77 1,78 1,84 1,94 1,92 G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 2,25 2,52 2,81 3,25 3,78 H Transportasi dan Pergudangan 0,19 0,19 0,19 0,21 0,21 I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,14 0,14 0,15 0,16 0,17 J Informasi dan Komunikasi 0,43 0,44 0,45 0,45 0,43 K Jasa Keuangan dan Asuransi 0,62 0,54 0,64 0,71 0,57 L Real Estate 0,51 0,51 0,54 0,56 0,56 M,N Jasa Perusahaan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 1,09 1,09 1,18 1,18 1,06 P Jasa Pendidikan 0,27 0,27 0,29 0,30 0,29 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,11 0,11 0,12 0,12 0,12 R,S,T,U Jasa lainnya 0,21 0,21 0,23 0,24 0,25 Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS, PDRB 48

68 Tabel 4. Penduduk Kabupaten Pelalawan Menurut Kecamatan Keadaaan Akhir Tahun 2014 Penduduk No. Kecamatan Rumah Tangga Laki-Laki Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Langgam Pangkalan Kerinci Bandar Sei Kijang Pangkalan Kuras Ukui Pangkalan Lesung Bunut Pelalawan Bandar Petalangan Kuala Kampar Kerumutan Teluk Meranti Kabupaten Pelalawan Tabel 5. Penduduk Kabupaten Pelalawan Menurut Kelompok Umur Keadaaan Akhir Tahun 2014 Jenis Kelamin No. Kelompok Umur Jumlah Laki-Laki Perempuan (1) (2) (3) (4) (5) Jumlah

69 Tabel 6. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pelalawan Tahun Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) Pertanian 63,86 59,78 60,24 60,78 55,19 Pertambangan 0,44 0,17 0,08 0,09 0,11 Industri Pengolahan 4,80 4,14 5,15 4,37 4,45 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,24 0,08 0,20 NA 0,07 Konstruksi 4,32 5,97 6,33 5,09 3,04 Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi 11,74 14,67 13,11 12,67 18,17 Angkutan dan Komunikasi 3,54 3,60 2,48 3,86 6,71 Keuangan dan Asuransi 0,37 1,97 1,28 1,78 1,88 Jasa-Jasa 10,70 9,63 11,13 11,36 10,38 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Tabel 7. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama di Kabupaten Pelalawan Tahun Status Pekerjaan Utama (1) (2) (3) (4) (5) (6) Berusaha sendiri 27,56 20,69 15,15 15,74 11,81 Berusaha dibantu buruh tidak tetap/tak dibayar 14,37 16,78 14,06 15,64 20,47 Berusaha dibantu buruh tetap/dibayar 6,64 5,04 5,05 5,16 5,35 Buruh/karyawan/pegawai 30,00 31,69 46,13 40,82 36,96 Pekerja bebas di pertanian 6,24 3,99 1,42 2,69 1,81 Pekerja bebas di non pertanian 2,25 1,38 0,43 1,39 0,50 Pekerja keluarga/tak dibayar 12,94 20,43 17,76 18,56 23,10 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 50

70 Tabel 8. Komponen Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan Tahun Komponen IPM (1) (2) (3) (4) (5) (6) Angka Harapan Hidup (tahun) 69,46 69,78 69,86 70,04 70,13 Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 6,94 7,20 7,41 7,74 7,82 Harapan Lama Sekolah (tahun) 10,75 10,78 10,81 10,84 11,02 Pengeluaran per Kapita Disesuaikan (Ribu Rupiah) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) , , , , ,81 65,95 66,58 67,25 68,29 68,67 51

71 Tabel 9. Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Kecamatan di Kabupaten Pelalawan Tahun 2014 Kecamatan Rumah Sakit Negeri Swasta Praktek Dokter Praktek Dokter Gigi Klinik (1) (2) (3) (4) (5) (6) Langgam Pangkalan Kerinci Bandar Sei Kijang Pangkalan Kuras Ukui Pangkalan Lesung Bunut Pelalawan Bandar Petalangan Kuala Kampar Kerumutan Teluk Meranti Kabupaten Pelalawan Sumber: BPS, Pelalawan Dalam Angka (Dinas Kesehatan Kab. Pelalawan) Tabel 9. Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Kecamatan di Kabupaten Pelalawan Tahun 2014 (Lanjutan) Kecamatan Perawatan Puskesmas Non Perawatan Puskesmas Pembantu Poskesdes dan Polindes Posyandu (1) (7) (8) (9) (10) (11) Langgam Pangkalan Kerinci Bandar Sei Kijang Pangkalan Kuras Ukui Pangkalan Lesung Bunut Pelalawan Bandar Petalangan Kuala Kampar Kerumutan Teluk Meranti Kabupaten Pelalawan Sumber: BPS, Pelalawan Dalam Angka (Dinas Kesehatan Kab. Pelalawan) 52

72 Tabel 10. Jumlah Bidan dan Perawat di Puskesmas Menurut Kecamatan Tahun Bidan Perawat Kecamatan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Langgam Pangkalan Kerinci Bandar Sei Kijang Pangkalan Kuras Ukui Pangkalan Lesung Bunut Pelalawan Bandar Petalangan Kuala Kampar Kerumutan Teluk Meranti Kabupaten Pelalawan Sumber: BPS, Pelalawan Dalam Angka (Dinas Kesehatan Kab. Pelalawan) Tabel 11. Sepuluh Penyakit Dengan Penderita Terbanyak di Kabupaten Pelalawan Tahun 2014 No. Jenis Penyakit Jumlah Penderita Persentase (%) (1) (2) (3) (4) 1. Infeksi Akut Lain pada Saluran Pernapasan Bagian Atas ,17 2. Diare dan Gastroenteritis ,03 3. Gastritis ,66 4. Hipertensi Primer ,65 5. Demam yang tidak diketahui sebabnya ,04 6. Influenza ,99 7. Batuk ,45 8. Gangguan Jaringan Lemak Lainnya (Reumatik) ,05 9. Dermatitis Kontak Alergi , Rheumatoid Arthritis ,24 Jumlah ,00 Sumber: BPS, Pelalawan Dalam Angka (Dinas Kesehatan Kab. Pelalawan) 53

73 Tabel 12. Jumlah Sarana Pendidikan Menurut Kecamatan di Kabupaten Pelalawan Tahun 2014 Kecamatan TK Sekolah Negeri Sekolah Swasta SD SMP SMA SMK SD SMP SMA SMK (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Langgam Pangkalan Kerinci Bandar Sei Kijang Pangkalan Kuras Ukui Pangkalan Lesung Bunut Pelalawan Bandar Petalangan Kuala Kampar Kerumutan Teluk Meranti Kabupaten Pelalawan Sumber: BPS, Pelalawan Dalam Angka (UPTD Pendidikan) Tabel 13. Jumlah Guru Menurut Kecamatan dan Tingkat Sekolah Tahun 2014 Kecamatan TK Sekolah Negeri Sekolah Swasta SD SMP SMA SMK SD SMP SMA SMK (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Langgam Pangkalan Kerinci Bandar Sei Kijang Pangkalan Kuras Ukui Pangkalan Lesung Bunut Pelalawan Bandar Petalangan Kuala Kampar Kerumutan Teluk Meranti Kabupaten Pelalawan Sumber: BPS, Pelalawan Dalam Angka (UPTD Pendidikan) 54

74 Tabel 14. Jumlah Murid Menurut Kecamatan dan Tingkat Sekolah Tahun 2014 Kecamatan TK Sekolah Negeri Sekolah Swasta SD SMP SMA SMK SD SMP SMA SMK (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Langgam Pangkalan Kerinci Bandar Sei Kijang Pangkalan Kuras Ukui Pangkalan Lesung Bunut Pelalawan Bandar Petalangan Kuala Kampar Kerumutan Teluk Meranti Kabupaten Pelalawan Sumber: BPS, Pelalawan Dalam Angka (UPTD Pendidikan) Tabel 15. Jumlah Sekolah Negeri dan Swasta di Lingkungan Kementrian Agama Menurut Kecamatan Tahun 2014 Madrasah Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan Tsanawiyah Madrasah Aliyah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Langgam Pangkalan Kerinci Bandar Sei Kijang Pangkalan Kuras Ukui Pangkalan Lesung Bunut Pelalawan Bandar Petalangan Kuala Kampar Kerumutan Teluk Meranti Kabupaten Pelalawan Sumber: BPS, Pelalawan Dalam Angka (UPTD Pendidikan) 55

75 Tabel 16. Jumlah Guru Sekolah Negeri dan Swasta di Lingkungan Kementrian Agama Menurut Kecamatan Tahun 2014 Madrasah Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan Tsanawiyah Madrasah Aliyah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Langgam Pangkalan Kerinci Bandar Sei Kijang Pangkalan Kuras Ukui Pangkalan Lesung Bunut Pelalawan Bandar Petalangan Kuala Kampar Kerumutan Teluk Meranti Kabupaten Pelalawan Sumber: BPS, Pelalawan Dalam Angka (UPTD Pendidikan) Tabel 17. Jumlah Murid Sekolah Negeri dan Swasta di Lingkungan Kementrian Agama Menurut Kecamatan Tahun 2014 Madrasah Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan Tsanawiyah Madrasah Aliyah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Langgam Pangkalan Kerinci Bandar Sei Kijang Pangkalan Kuras Ukui Pangkalan Lesung Bunut Pelalawan Bandar Petalangan Kuala Kampar Kerumutan Teluk Meranti Kabupaten Pelalawan Sumber: BPS, Pelalawan Dalam Angka (UPTD Pendidikan) 56

76 Tabel 18. Persentase Penduduk Menurut Partisipasi Sekolah dan Kelompok Usia Sekolah di Kabupaten Pelalawan Tahun 2014 Kelompok Usia Sekolah Tidak/Belum Pernah Sekolah Partisipasi Sekolah Masih Sekolah Tidak Bersekolah Lagi Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) ,01 98,60 0,39 100, ,42 89,13 9,45 100, ,25 68,19 26,56 100, ,89 8,90 90,21 100, ,49 65,53 32,98 100,00 Tabel 19. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas Menurut Ijazah Tertinggi yang Dimiliki Ijazah Tertinggi yang Dimiliki (1) (2) (3) (4) (5) (6) Tidak/Belum Pernah Bersekolah 7,44 4,85 6,22 3,52 4,36 Tidak Punya Ijazah SD 27,06 23,10 22,91 24,36 22,52 SD/MI/Sederajat 24,00 27,45 25,74 24,49 26,31 SMP/MTs/Kejuruan/Sederajat 17,87 19,65 19,42 19,38 18,37 SMA/MA/Sederajat 15,93 15,29 21,21 17,89 16,95 SM Kejuruan 3,82 5,42 1,54 5,57 5,20 Diploma I/II 0,89 0,75 2,64 0,65 0,90 Diploma III/Sarjana Muda 0,62 0,97 0,32 0,84 1,38 Diploma IV/S1/S2/S3 2,37 2,52 6,22 3,30 4,01 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 57

77 Tabel 20. Distribusi Pengeluaran per Kapita Sebulan menurut Kelompok Barang dan Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan di Kabupaten Pelalawan Tahun 2014 Kelompok Barang < Golongan pengeluaran per kapita per bulan >= Rata-rata Per Kapita (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) A. MAKANAN 1. Padi-padian ,94 16,58 11,93 10,18 5,31 7,65 2. Umbi-umbian ,45 0,72 0,65 0,50 0,55 3. Ikan ,34 9,76 8,40 7,06 4,77 5,91 4. Daging ,02 2,31 2,76 2,79 2,86 2,80 5. Telur dan Susu ,52 2,47 3,44 4,30 3,37 3,48 6. Sayur-sayuran ,46 6,91 6,94 6,12 4,07 4,94 7. Kacang-kacangan ,77 0,78 1,21 0,83 0,88 8. Buah-buahan ,62 2,26 3,11 3,23 3,20 3,13 9. Minyak dan Lemak ,49 3,64 2,61 2,59 1,49 1, Bahan Minuman ,10 3,21 2,34 2,16 1,34 1, Bumbu-bumbuan ,82 1,68 1,41 1,28 0,84 1, Konsumsi Lainnya ,01 1,55 1,23 1,23 0,72 0, Makanan dan Minuman Jadi ,77 6,95 9,10 8,88 9,23 9, Tembakau dan Sirih ,62 8,68 8,98 7,86 6,12 6,94 Jumlah Makanan ,71 67,20 63,76 59,54 44,64 50,88 B. BUKAN MAKANAN 1. Perumahan dan fasilitas rumah tangga ,23 17,60 18,02 19,23 15,91 16,80 2. Aneka Barang dan Jasa ,57 13,45 14,34 13,80 16,60 15,66 Barang & Jasa ,98 10,03 10,45 10,77 12,49 11,80 Pendidikan ,58 1,23 1,59 1,24 2,43 2,05 Kesehatan ,01 2,19 2,31 1,79 1,68 1,80 3. Pakaian, alas kaki dan tutup kepala ,42 1,38 2,47 3,21 3,84 3,42 4. Barang yang Tahan Lama ,16 0,84 2,21 16,28 11,06 5. Pajak dan Premi Asuransi ,07 0,20 0,39 1,28 1,71 1,39 6. Keperluan Pesta dan Upacara ,17 0,72 1,02 0,80 Jumlah Bukan Makanan ,29 32,80 36,24 40,46 55,36 49,12 Jumlah Total ,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 58

78 Tabel 21. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) antar Kabupaten/Kota Menurut Komponennya di Provinsi Riau Tahun 2014 Kabupaten/Kota Angka Harapan Hidup (Tahun) Ratarata Lama Sekolah (Tahun) Komponen IPM Harapan Lama Sekolah (Tahun) Pengeluaran Per Kapita Disesuaikan (Rp 000) Nilai IPM IPM Pertumbuhan IPM (%) Kategori IPM (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Kuantan Singingi 67,66 8,17 11, ,77 67,47 1,22 Sedang Indragiri Hulu 69,64 7,55 11, ,32 67,11 0,65 Sedang Indragiri Hilir 66,54 6,81 10, ,09 63,80 0,58 Sedang Pelalawan 70,13 7,82 11, ,81 68,67 0,56 Sedang Siak 70,54 9,05 11, ,33 71,45 0,86 Tinggi Kampar 69,80 8,62 12, ,47 70,72 0,37 Tinggi Rokan Hulu 68,93 7,83 12, ,74 67,02 1,43 Sedang Bengkalis 70,38 8,80 12, ,77 70,84 0,34 Tinggi Rokan Hilir 69,27 7,62 11, ,36 66,22 1,16 Sedang Kepulauan Meranti 66,42 7,44 12, ,75 62,91 0,60 Sedang Pekanbaru 71,55 10,95 14, ,52 78,42 0,33 Tinggi Dumai 70,05 9,56 12, ,44 71,86 0,38 Tinggi RIAU 70,76 8,47 12, ,40 70,33 0,60 Tinggi 59

79

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU H.Nevi Hendri, S.Si Soreang, 1 Oktober 2015 Pendahuluan Metodologi IPM Hasil Penghitungan IPM Metode Baru Penutup Pendahuluan SEJARAH PENGHITUNGAN IPM 1990:

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA METODE BARU UMUR PANJANG DAN HIDUP SEHAT PENGETAHUAN STANDAR HIDUP LAYAK BADAN PUSAT STATISTIK DAFTAR ISI Pembangunan Manusia Perubahan Metodologi IPM Implementasi IPM Metode

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O15

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O15 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 0/07/Th. VIII, 1 Juli 016 PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN 011 - O15 Selama kurun waktu 011-015, IPM Kabupaten Ngada meningkat dari

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 PROVINSI RIAU SEBESAR 71,20

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 PROVINSI RIAU SEBESAR 71,20 No. 23/05/14/Th. XVIII, 5 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 PROVINSI RIAU SEBESAR 71,20 IPM Riau Tahun 2016 Pembangunan manusia di Riau pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan yang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O14

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O14 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 02/10/Th. VII, 05 Oktober 2015 PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN 2010-2O14 (PENGHITUNGAN DENGAN MEMAKAI METODE BARU) Selama kurun

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014

ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014 ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014 (Oleh Endah Saftarina Khairiyani, S.ST) 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan era globalisasi menuntut setiap insan untuk menjadi

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 No. 30/06/14/Th. XVII, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Riau Tahun 2015 Pembangunan manusia di Riau pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus meningkatnya

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA METODE BARU UMUR PANJANG DAN HIDUP SEHAT PENGETAHUAN STANDAR HIDUP LAYAK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DAFTAR ISI Pembangunan Manusia Perubahan Metodologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi, infrastrukur dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah masalah yang penting dalam perekonomian suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh suatu negara bertujuan untuk

Lebih terperinci

jayapurakota.bps.go.id

jayapurakota.bps.go.id INDEKS PEMBANGUNGAN MANUSIA DAN ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAYAPURA TAHUN 2015/2016 ISSN: Nomor Katalog : 2303003.9471 Nomor Publikasi : 9471.1616 Ukuran Buku Jumlah Halaman Naskah : : 16,5

Lebih terperinci

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 LATAR BELAKANG Sebelum tahun 1970-an, pembangunan semata-mata dipandang sebagai fenomena ekonomi saja. (Todaro dan Smith)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya yang sudah direncanakan dalam melakukan suatu perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017 Nomor ISBN : Ukuran Buku : 6,5 x 8,5 inchi Jumlah Halaman : vii + 38 Halaman Naskah Penanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

VISI PAPUA TAHUN

VISI PAPUA TAHUN ISU-ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2013-2018 ototus Oleh : DR.Drs. MUHAMMAD MUSAAD, M.Si KEPALA BAPPEDA PROVINSI PAPUA Jayapura, 11 Maret 2014 VISI PAPUA TAHUN 2013-2018 PAPUA BANGKIT PRINSIP

Lebih terperinci

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL 2.1 Indeks Pembangunan Manusia beserta Komponennya Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM; Human Development Index) merupakan salah satu indikator untuk mengukur

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS : 4102004.1111 Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara Jl. T. Chik Di Tiro No. 5 Telp/Faks. (0645) 43441 Lhokseumawe 24351 e-mail : bpsacehutara@yahoo.co.id, bps1111@bps.go.id BADAN PUSAT

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 38/07/34/Th.XVIII, 1 Juli 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015 Pembangunan manusia di Daerah Istimewa Yogyakarta pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara sederhana pembangunan dapat dimaknai sebagai usaha atau proses untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Dalam pelaksanaannya, pembangunan memiliki

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 36/06/17/II, 2 Juni 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN IPM PROVINSI BENGKULU TAHUN TERMASUK KATEGORI SEDANG Pembangunan manusia di Provinsi Bengkulu terus mengalami kemajuan yang ditandai

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 28/05/63/Th.XXI/5 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM Kalimantan Selatan Tahun 2016 Pembangunan manusia di Kalimantan Selatan pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan yang ditandai

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA (TINJAUAN IPM) PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN

KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA (TINJAUAN IPM) PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA (TINJAUAN IPM) PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2005-2013 KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA (TINJAUAN IPM) PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2005-2013 Ukuran Buku

Lebih terperinci

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta Komponennya Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP meningkat di tahun 2013 sebesar 1.30 persen dibandingkan pada tahun

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Majalengka GAMBAR 4.1. Peta Kabupaten Majalengka Kota angin dikenal sebagai julukan dari Kabupaten Majalengka, secara geografis terletak

Lebih terperinci

Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya (tahun) sekolah formal yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa me

Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya (tahun) sekolah formal yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa me BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAGELANG No.02/05/33.08/Th. I, 04 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN MAGELANG 2016 1. Perkembangan IPM Kabupaten Magelang, 2010-2016 Pembangunan manusia

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEBESAR 73,75

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEBESAR 73,75 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEBESAR 73,75 No. 48/06/21/Th. XI, 15 Juni 2016 IPM Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2015 Pembangunan manusia

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 No. 33/06/63/Th. XX/15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Kalimantan Selatan Tahun 2015 Pembangunan manusia di Kalimantan Selatan pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Analisis kesenjangan pembangunan antara Kabupaten Lampung Barat dan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Analisis kesenjangan pembangunan antara Kabupaten Lampung Barat dan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Analisis kesenjangan pembangunan antara Kabupaten Lampung Barat dan Kabupaten Pringsewu bisa dimulai dengan mengenal lebih dekat karakteristik kedua kabupaten. Sebelum

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 25/05/15/Th.XI, 5 Mei 2017 IPM Provinsi Jambi Tahun 2016 Pembangunan manusia di Provinsi Jambi pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) D.I. Yogyakarta TAHUN 2016 TERUS MENINGKAT

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) D.I. Yogyakarta TAHUN 2016 TERUS MENINGKAT BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 27/05/34/Th.XIX, 5 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) D.I. Yogyakarta TAHUN 2016 TERUS MENINGKAT Pembangunan manusia di D.I. Yogyakarta terus mengalami kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN

BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN 4.1 Pendidikan di Banten Pemerintah Provinsi Banten sejauh ini berupaya melakukan perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat salah satunya

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur 57 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter diatas permukaan laut dan terletak antara

Lebih terperinci

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI RIAU PADA AGUSTUS 2014 SEBESAR 6,56 PERSEN

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI RIAU PADA AGUSTUS 2014 SEBESAR 6,56 PERSEN No. 59/11/14/Th. XV, 5 November 2014 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI RIAU PADA AGUSTUS 2014 SEBESAR 6,56 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Riau pada Agustus 2014 mencapai 2.695.247 orang.

Lebih terperinci

INDIKATOR PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PULAU MOROTAI 2015

INDIKATOR PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PULAU MOROTAI 2015 INDIKATOR PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PULAU MOROTAI Kata Pengantar merupakan publikasi yang menyajikan data terkait indikator ekonomi, sosial, infrastruktur dan pelayanan publik, lingkungan, dan teknologi

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 33/05/Th. XI, 5 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM Sulawesi Utara Tahun 2016 Pembangunan manusia di Sulawesi Utara pada tahun 2016 mengalami kemajuan yang ditandai dengan meningkatnya

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN EMPAT LAWANG. Pembangunan manusia didefinisikan sebagai proses perluasan pilihan bagi penduduk

BPS KABUPATEN EMPAT LAWANG. Pembangunan manusia didefinisikan sebagai proses perluasan pilihan bagi penduduk BPS KABUPATEN EMPAT LAWANG No. 001/05/1611/Th.XIX, 24 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNA AN MANUSIA (IPM) TAHUN IPM Empat Lawang Tahun Pembangunan manusia di Empat Lawang pada tahun terus mengalami kemajuan yang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2015 dapat

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Malaka terletak antara Lintang Selatan Lintang Utara atau antara 100

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Malaka terletak antara Lintang Selatan Lintang Utara atau antara 100 BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Provinsi Riau terdiri dari daerah daratan dan perairan, dengan luas lebih kurang 8.915.016 Ha (89.150 Km2), Keberadaannya membentang dari lereng

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI NTB TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI NTB TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK No. 25/04/52/th II, 17 April 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI NTB TAHUN 2016 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi NTB pada tahun 2016 mengalami kemajuan yang ditandai

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012 RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 1 Halaman Daftar Isi Daftar Isi... 2 Kata Pengantar... 3 Indikator Makro Pembangunan Ekonomi... 4 Laju Pertumbuhan Penduduk...

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) SEKADAU TAHUN 2014

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) SEKADAU TAHUN 2014 BPS KABUPATEN SEKADAU No.02/11/6109/Th. I, 30 November 2015 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) SEKADAU TAHUN 2014 IPM KABUPATEN SEKADAU TAHUN 2014 SEBESAR 61,98 MENINGKAT SELAMA LIMA TAHUN TERAKHIR IPM pertama

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 No. 40/06/51/Th. I, 15 Juni 2016 Pembangunan manusia pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (United Nations Development Programme) sejak tahun 1996 dalam seri laporan

BAB I PENDAHULUAN. (United Nations Development Programme) sejak tahun 1996 dalam seri laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dibuat dan dipopulerkan oleh UNDP (United Nations Development Programme) sejak tahun 1996 dalam seri laporan tahunan yang

Lebih terperinci

BPS PROVINSI MALUKU INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Maluku Tahun 2015 1. Perkembangan IPM Maluku Tahun 2010-2015 No. 06/07/81/Th. I, 1 Juli 2016 Pembangunan manusia di Maluku pada tahun

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

Lebih terperinci

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI RIAU PADA AGUSTUS 2012 SEBESAR 4,30 PERSEN

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI RIAU PADA AGUSTUS 2012 SEBESAR 4,30 PERSEN No 56/11/14/Tahun XIII, 5 November 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI RIAU PADA AGUSTUS 2012 SEBESAR 4,30 PERSEN Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Riau sebesar 4,30 persen, yang berarti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan merupakan suatu masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian di setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau berkembang adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada akhirnya melakukan perbaikan perbaikan untuk mencapai taraf hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. pada akhirnya melakukan perbaikan perbaikan untuk mencapai taraf hidup dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan bangsa Indonesia yang diamanatkan dalam Pembukaan Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945 yaitu memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan 41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 33/05/51/Th. II, 5 Mei 2017 IPM Provinsi Bali Tahun 2016 Progres pembangunan manusia pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 15/05/18/TAHUN II, 5 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM Lampung Tahun 2016 Pembangunan manusia di Lampung pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan yang ditandai

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR ROADMAP PENINGKATAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI LAMPUNG TAHUN B ADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG

LAPORAN AKHIR ROADMAP PENINGKATAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI LAMPUNG TAHUN B ADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG LAPORAN AKHIR ROADMAP PENINGKATAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015-2025 B ADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Provinsi Lampung dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 14

BAB IV GAMBARAN UMUM. Provinsi Lampung dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 A. Gambaran Umum Provinsi Lampung BAB IV GAMBARAN UMUM Provinsi Lampung dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1964 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Lampung tanggal 18 Maret 1964. Secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan masyarakat merupakan hal yang harus dicapai dalam pembangunan. Adapun salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan dalam pembangunan adalah

Lebih terperinci

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Maluku Utara Tahun 2016

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Maluku Utara Tahun 2016 No. 22/04/82/Th XVI, 17 April 2017 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Maluku Utara Tahun 2016 IPM Maluku Utara Tahun 2016 Pembangunan manusia di Maluku Utara pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan yang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Geografis Kabupaten Kubu Raya merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 84 meter diatas permukaan laut. Lokasi Kabupaten Kubu Raya terletak pada posisi

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Cianjur tahun 2013 tidak terlepas dari arah kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas

Lebih terperinci

IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 4.1. Dinamika Disparitas Wilayah Pembangunan wilayah merupakan sub sistem dari pembangunan koridor ekonomi dan provinsi dan merupakan bagian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI GORONTALO 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI GORONTALO 2015 No. 34/06/75/Th.X, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI GORONTALO 2015 IPM Provinsi Gorontalo Tahun 2015 Pembangunan manusia di Provinsi Gorontalo pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU Tujuan utama pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan rakyat untuk menikmati umur panjang, sehat, dan menjalankan kehidupan yang produktif

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepada semua pihak yang telah membantu menyusun publikasi ini kami sampaikan terima kasih. Temanggung, November 2016

KATA PENGANTAR. Kepada semua pihak yang telah membantu menyusun publikasi ini kami sampaikan terima kasih. Temanggung, November 2016 KATA PENGANTAR Semangat otonomi daerah yang digulirkan dengan UU Nomor 22 Tahun 1999 dan telah direvisi dengan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dan UU Nomor 22 Tahun 1999 yang direvisi

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN PULAU MOROTAI 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN PULAU MOROTAI 2015 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN PULAU MOROTAI KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas perkenannya Publikasi Indeks Pembangunan Manusia Tahun dapat diselesaikan. Publikasi ini

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 15/06/18/TAHUN I, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Lampung Tahun 2015 Pembangunan manusia di Lampung pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 31/05/Th.I, 5 Mei 2017 IPM Sulawesi Tenggara Tahun 2016 Pembangunan manusia di Sulawesi Tenggara pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu. yang meliputi wilayah Rengat dan Tembilahan di sebelah Hilir.

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu. yang meliputi wilayah Rengat dan Tembilahan di sebelah Hilir. 37 BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu 1. Wilayah Pembentukan Kabupaten Indragiri Hulu pada awainya ditetapkan dengan UU No. 12 Tahun 1956 tentang pembentukan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 29/05/12/Thn. XX, 5 Mei 2017 IPM PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 MEMASUKI KATEGORI TINGGI Pembangunan manusia di Sumatera

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 29/05/72/ThXX, 05 Mei 2017 IPM Sulawesi Tengah Tahun 2016 Pembangunan manusia di Sulawesi Tengah terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan meningkatnya

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN PESISIR SELATAN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN PESISIR SELATAN 2016 BPS KABUPATEN PESISIR SELATAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN PESISIR SELATAN 2016 No.01/07/1302/Th I, 4 Juli 2017 Pembangunan manusia di Kabupaten Pesisir Selatan pada tahun 2016 terus mengalami

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) BANTEN TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) BANTEN TAHUN 2015 No. 40/07/36/Th.X, 1 Juli 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) BANTEN TAHUN 2015 STATUS PEMBANGUNAN MANUSIA BANTEN MENINGKAT MENJADI TINGGI Pembangunan manusia di Banten pada tahun 2015 terus mengalami

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2015 Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2015 Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2014 dapat

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI RIAU

GAMBARAN UMUM KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI RIAU IV. GAMBARAN UMUM KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI RIAU 4.1. Kondisi Fisik Wilayah Provinsi Riau terdiri dari daratan dan perairan, dengan luas lebih kurang 329.867,61 km 2 sebesar 235.306 km 2 (71,33

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN LAMONGAN No. 04/06/3524/Th. II, 14 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2016 RINGKASAN Pembangunan manusia di Lamongan pada tahun 2016 terus

Lebih terperinci

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.7 April 2013 ANALISIS INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERIODE 2007-2011 H. Syamsuddin. HM ABSTRACT

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 29/05/16/Th.XIX, 5 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM Sumatera Selatan Tahun 2016 Pembangunan manusia di Sumatera Selatan pada tahun 2016 terus mengalami

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci