KATA PENGANTAR. Kepada semua pihak yang telah membantu menyusun publikasi ini kami sampaikan terima kasih. Temanggung, November 2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Kepada semua pihak yang telah membantu menyusun publikasi ini kami sampaikan terima kasih. Temanggung, November 2016"

Transkripsi

1 KATA PENGANTAR Semangat otonomi daerah yang digulirkan dengan UU Nomor 22 Tahun 1999 dan telah direvisi dengan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dan UU Nomor 22 Tahun 1999 yang direvisi dengan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah memungkinkan pencapaian hasil pembangunan antar daerah berbeda-beda. Kesenjangan tersebut dapat diselaraskan apabila suatu statistik yang dapat dijadikan indikator untuk mengukur tingkat pencapaian pembangunan secara menyeluruh. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu indikator yang dapat mewakili keterbandingan hasil pembangunan manusia antar daerah. Konsep pembangunan manusia sebagai ukuran pencapaian hasil pembangunan menempatkan manusia pada posisi yang sebenarnya yaitu manusia sebagai penerima akhir dari hasil-hasil pembangunan. Dengan menjadikan Analisis Situasi Pembangunan Manusia (ASPM) Kabupaten Temanggung dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai salah satu komponen analisis diharapkan dapat memantau perkembangan pembangunan manusia dari waktu ke waktu dan dapat membandingkan dengan daerah lain. Kepada semua pihak yang telah membantu menyusun publikasi ini kami sampaikan terima kasih. Temanggung, November 2016 KEPALA BAPPEDA KABUPATEN TEMANGGUNG Ir. BAMBANG DEWANTORO NIP i

2 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... iv Abstraksi... v BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Sumber Data Sistematika Penulisan... 3 BAB II METODOLOGI Konsep Pembangunan Manusia Perkembangan Metode Penghitungan IPM Metodologi Baru Penghitungan IPM... 9 BAB III ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TEMANGGUNG Pembangunan Manusia di Kabupaten Temanggung Kependudukan Kesehatan Pendidikan Ketenagakerjaan Ekonomi Kemiskinan Perkembangan IPM Kabupaten Temanggung Status Pembangunan Manusia dan Kecepatan IPM Angka Harapan Hidup Harapan Lama Sekolah Rata Rata Lama Sekolah Pengeluaran per Kapita Disesuaikan Tipologi Daerah Menurut IPM dan Pertumbuhan Ekonomi Tipologi Daerah Menurut IPM dan Kemiskinan BAB IV KESIMPULAN ii

3 DAFTAR TABEL Tabel 3.1. Angka Kesakitan Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Temanggung, Tabel 3.2. Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Temanggung, Tabel 3.3. Persentase Persalinan Menurut Penolong Persalinan Terakhir di Kabupaten Temanggung, Tabel 3.4. Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni Menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Temanggung, Tabel 3.5. Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Temanggung, Tabel 3.5. Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan di Kabupaten Temanggung, Tabel IPM dan Peringkat IPM Kabupaten/Kota di Eks Karesidenan Kedu, Tabel 3.7. Angka Harapan Hidup (AHH) dan Peringkat AHH Kabupaten/Kota di Eks Karesidenan Kedu, Tabel 3.8. Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Peringkat HLS Kabupaten/Kota di Eks Karesidenan Kedu, Tabel 3.9. Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) dan Peringkat RLS Kabupaten/Kota di Eks Karesidenan Kedu, Tabel Rata-Rata Pengeluaran Per Kapita yang Disesuaikan dan Peringkat Rata-Rata Pengeluaran per Kapita yang Disesuaikan Kabupaten/Kota di Eks Karesidenan Kedu, Tabel 3.11 Korelasi Rank Spearman IPM dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah, Tabel 3.12 Korelasi Rank Spearman IPM dan Persentase Penduduk Miskin Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah, iii

4 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Perkembangan Metodologi IPM oleh UNDP... 6 Gambar 2.2. Perbandingan Metode Lama dan Metode Baru Penghitungan IPM... 8 Gambar 3.1. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Temanggung, Gambar 3.2. Perkembangan Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Temanggung, Gambar 3.3. Rasio Ketergantungan Kabupaten Temanggung, Gambar 3.4. Angka Partisipasi Sekolah Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Temanggung, Gambar 3.5. Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kabupaten Temanggung, Gambar 3.6. Persentase Pengangguran Menurut Kelompok Umur dan Tingkat Pendidikan di Kabupaten Temanggung, Gambar 3.6. Perkembangan Nilai PDRB ADH Berlaku dan ADH Konstan di Kabupaten Temanggung, (triliun rupiah) Gambar 3.7. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Temanggung, Gambar 3.8. Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Temanggung, Gambar 3.9. Distribusi Pengeluaran Per Kapita Per Bulan Penduduk Kabupaten Temanggung, Gambar Perbandingan Gini Rasio Kabupaten Temanggung dengan Kabupaten/Kota Se Eks Karesidenan Kedu, Gambar Perkembangan IPM Metode Lama dan Metode Baru Kabupaten Temanggung, Gambar Perkembangan IPM Metode Lama dan Metode Baru Provinsi Jawa Tengah, Gambar IPM Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah, Gambar 3.14 Peta Tematik Kabupaten/Kota Menurut Klasifikasi Capaian IPM, iv

5 Gambar Rata-Rata Pertumbuhan IPM per tahun (Tahun ) Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Gambar Angka Harapan Hidup Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah, Gambar Harapan Lama Sekolah Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah, Gambar Rata-Rata Lama Sekolah Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah, Gambar Pengeluaran Per Kapita yang Disesuaikan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah, 2015 (000) Gambar Perkembangan IPM dan Pertumbuhan Ekonomi (Tahun Dasar 2010) Kabupaten Temanggung dan Provinsi Jawa Tengah Gambar Tipologi Daerah Menurut IPM dan Pertumbuhan Ekonomi (ADHK 2010) di Provinsi Jawa Tengah, Gambar Perkembangan IPM dan Kemiskinan Kabupaten Temanggung dan Provinsi Jawa Tengah, Gambar Tipologi Daerah Menurut IPM dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Jawa Tengah, v

6 ABSTRAKSI Sejak tahun 2014, penghitungan IPM di Indonesia menggunakan metode baru. Angka melek huruf sudah tidak relevan dalam mengukur pendidikan secara utuh karena tidak dapat menggambarkan kualitas pendidikan. Selain itu, angka melek huruf di sebagian besar daerah sudah tinggi, sehingga tidak dapat membedakan tingkat pendidikan antar daerah dengan baik. PDB per kapita dianggap tidak dapat menggambarkan pendapatan masyarakat pada suatu wilayah. Penggunaan rumus rata-rata aritmatik dalam penghitungan IPM menggambarkan bahwa capaian yang rendah disuatu dimensi dapat ditutupi dengan capaian tinggi dari dimensi lain. Untuk itu perlu diganti dengan rata-rata geometrik sehingga untuk mencapai IPM yang tinggi hanya dapat dicapai jika semua dimensi memiliki capaian yang tinggi. Dengan metode baru, hasil perhitungan IPM saat ini menjadi lebih rendah dibandingkan hasil perhitungan dengan metode lama. Dengan metode baru, peringkat IPM Kabupaten Temanggung turun drastis sebanyak 18 peringkat, dan merupakan penurunan paling drastis di antara kabupaten/kota se Jawa Tengah. Kabupaten Temanggung baru mencapai status pembangunan manusia kategori sedang (60 IPM < 70), mencapai IPM 67,07 pada tahun 2015, dengan kecepatan rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 1,27. Kecepatan pertumbuhan IPM Kabupaten Temanggung pada Tahun 2015 tersebut menempati peringkat ke-4 se Provinsi Jawa Tengah. Angka harapan hidup pada tahun 2015 mencapai 75,34 tahun, lebih tinggi dibanding rata-rata angka harapan hidup Provinsi Jawa Tengah. Angka harapan lama sekolah mencapai 11,89 tahun, peringkat ke 28 se-jawa Tengah. Ratarata lama sekolah baru mencapai 6,52 tahun, peringkat ke 26 se-jawa Tengah. Pengeluaran per kapita per tahun baru mencapai Rp , 00, peringkat ke 29 se-jawa Tengah. Dengan mengadopsi klasifikasi Klassen, Kabupaten Temanggung termasuk daerah dengan pertumbuhan ekonomi dan IPM yang rendah, dan juga merupakan daerah dengan pembangunan manusia rendah, namun kemiskinan sudah rendah pula. vi

7 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebelum tahun 1970-an, pembangunan semata-mata dipandang sebagai fenomena ekonomi saja. Tinggi rendahnya kemajuan pembangunan hanya diukur berdasarkan tingkat pertumbuhan GNI (Gross National Income) yang diyakini memiliki efek penetesan ke bawah (trickle down effect). (Todaro dan Smith, 2000) Pengalaman pada dekade tersebut menunjukkan adanya tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi gagal memperbaiki taraf hidup sebagian besar penduduknya. Pada tahun 1991 Bank Dunia menerbitkan laporannya yang menegaskan bahwa tantangan utama pembangunan...adalah memperbaiki kualitas kehidupan. Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional. Konsep pembangunan manusia muncul untuk memperbaiki kelemahan konsep pertumbuhan ekonomi karena selain memperhitungkan aspek pendapatan juga memperhitungkan aspek kesehatan dan pendidikan. Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Pembangunan manusia menempatkan manusia sebagai tujuan akhir dari pembangunan, bukan hanya alat dari pembangunan. Tujuan utama pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan rakyat untuk menikmati umur panjang, sehat, dan menjalankan kehidupan yang produktif (United Nation Development Programme UNDP). Pembangunan manusia didefinisikan sebagai proses perluasan pilihan bagi penduduk (a process of enlarging the choices of people). IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk). IPM dapat menentukan peringkat atau level pembangunan suatu wilayah/negara. IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. Indeks ini dikenalkan oleh pemenang Nobel India, Amartya Sen dan seorang ekonom Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

8 Pakistan Mahbub ul Haq pada Sejak itu indeks ini dipakai oleh program pembangunan PBB pada laporan IPM tahunannya. Amartya Sen menggambarkan indeks ini sebagai "pengukuran vulgar" oleh karena batasannya. Indeks ini lebih berfokus pada hal-hal yang lebih sensitif dan berguna daripada hanya sekedar pendapatan perkapita yang selama ini digunakan. Indeks ini juga berguna sebagai jembatan bagi peneliti yang serius untuk mengetahui hal-hal yang lebih terinci dalam membuat laporan pembangunan manusiany Indikasi peningkatan atau penurunan kinerja pembangunan manusia setiap tahunnya dapat diamati dari perkembangan angka IPM dari tahun ke tahun. Keterbandingan angka IPM kabupaten dengan kabupaten/kota lain, angka IPM provinsi bahkan angka IPM nasional menentukan posisi relatif capaian IPM sekaligus mengukur relevansi pembangunan manusia di kabupaten itu dengan tingkat pemerintahan di atasnya. Sejak tahun 2014, Badan Pusat Statistik menggunakan metode baru dalam penghitungan IPM. Selain merupakan kesepakatan global, metode baru ini diharapkan dapat memotret perkembangan pembangunan manusia dengan lebih tepat. Dengan metode baru tersebut, Level IPM Indonesia menurun drastis dari level 70-an menjadi 60-an. Hal yang sama juga terjadi pada sebagian besar provinsi dan kabupaten/kota di Indonesia. Oleh karena itu penyusunan Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung 2015 ini dipandang sangat perlu melihat bagaimana capaian IPM Kabupaten Temanggung hingga tahun 2015 dengan menggunakan metode baru tersebut. Lebih lajut publikasi ini sangat diperlukan sebagai sumber informasi penyusunan perencanaan yang terkait dengan pembangunan manusia di Kabupaten Temanggung. Dengan adanya publikasi ini diharapkan pemerintah maupun masyarakat luas dapat melakukan monitoring dan evaluasi atas pembangunan yang telah dilakukan, sekaligus dapat mengidentifikasi kebutuhan daerah bagi pembangunan di masa yang akan datang. Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

9 1.2. Tujuan Tujuan penyusunan publikasi Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung 2015 secara umum adalah untuk melihat perkembangan IPM Kabupaten Temanggung hingga tahun 2015 dengan menggunakan metode baru. Sedangkan tujuan secara khusus adalah : 1. Melihat perkembangan IPM Kabupaten Temanggung dan masing-masing komponen IPM dengan metode baru selama tahun Mengetahui posisi relatif capaian IPM Kabupaten Temanggung terhadap capaian IPM Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten/Kota se eks Karesidenan Kedu. 3. Mengetahui bagaimana hubungan antara IPM, pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah Tahun Sumber Data Data yang digunakan dalam analisis ini bersumber dari : 1. Data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang diselenggarakan oleh BPS setiap tahun. 2. Data Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang diselenggarakan setiap tahun 3. Data publikasi BPS yang berasal dari hasil survei-survei lainnya 1.4. Sistematika Penulisan Publikasi ini disusun dengan sistematika sebagai berikut: Bab I Menyajikan tentang pendahuluan yaitu meliputi latar belakang, tujuan sumber data, serta sistematika penulisan Bab II Menyajikan tentang metodologi meliputi konsep tentang pembangunan manusia dan perkembangan metode penghitungan IPM. Bab III Menyajikan analisis dan pembahasan yang meliputi perkembangan pembangunan di Kabupaten Temanggung dalam beberapa dimensi, perkembangan Indeks Pembangunan Kabupaten Temanggung serta hubungan antara IPM dan pertumbuhan ekonomi maupun kemiskinan. Bab IV Menyajikan kesimpulan berdasarkan hasil analisis. Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

10 BAB II METODOLOGI 2.1. Konsep Pembangunan Manusia Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Pembangunan manusia menempatkan manusia sebagai tujuan akhir dari pembangunan, bukan alat dari pembangunan. Tujuan utama pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan rakyat untuk menikmati umur panjang, sehat, dan menjalankan kehidupan yang produktif. Amartya Sen, guru besar ekonomi dan filsafat dari Universitas Havard menegaskan bahwa pembangunan ekonomi seharusnya diterjemahkan sebagai suatu proses ekspansi dari kebebasan positif yang dinikmati oleh masyarakat (Kuncoro, 2014). Pembangunan adalah suatu proses yang didalamnya anggota masyarakat bisa meningkatkan kemampuan pribadi dan kelembagaan mereka, untuk mengerahkan dan mengelola sumber-sumber yang tersedia, demi menciptakan perbaikan-perbaikan mutu kehidupan mereka secara berkesinambungan dan adil, sesuai dengan aspirasi-aspirasi mereka sendiri. David Korten menekankan bahwa pembangunan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja, pembangunan juga merupakan tanggung jawab individu, anggota masyarakat dan juga lembaga-lembaga yang ada. Ditekankan pula bahwa pembangunan bukanlah soal pertumbuhan atau peningkatan hasil, melainkan transformasi yang merujuk pada keadilan, kesinambungan, dan inklusifitas sebagai kebutuhan pokok bagi masyakat global Konsep pembangunan dengan pendekatan konvensional lebih menekankan pertumbuhan ekonomi dan pembentukan modal. Model pertumbuhan ekonomi lebih menekankan pada pentingnya PDRB daripada memperbaiki kualitas hidup manusia. Pembangunan sumber daya manusia cenderung untuk memperlakukan manusia sebagai input bagi proses produksi sebagai alat, bukannya sebagai tujuan akhir. Pendekatan kesejahteraan melihat manusia sebagai penerima dan bukan sebagai agen dari perubahan dalam proses pembangunan. Adapun pendekatan kebutuhan dasar terfokus pada penyediaan barang-barang dan jasa-jasa untuk Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

11 kelompok masyarakat tertinggal, bukannya memperluas pilihan yang dimiliki manusia di segala bidang. Paradigma pembangunan menempatkan manusia (penduduk) sebagai fokus dan sasaran akhir dari seluruh kegiatan pembangunan, yaitu tercapainya penguasaan atas sumber daya (pendapatan untuk mencapai hidup layak), peningkatan derajat kesehatan (usia hidup panjang dan sehat) dan meningkatkan pendidikan (kemampuan baca tulis dan keterampilan untuk dapat berpartisipasi dalam masyarakat dan kegiatan ekonomi). Paradigma pembangunan manusia mengandung empat komponen utama: 1. Produktifitas Manusia harus berkemampuan untuk meningkatkan produktifitasnya dan berpartisipasi penuh dalam proses mencari penghasilan dan lapangan kerja. Oleh karenanya, pertumbuhan ekonomi merupakan bagian dari model pembangunan manusia. 2. Pemerataan Setiap orang harus memiliki kesempatan yang sama. Semua hambatan terhadap peluang ekonomi dan politik harus dihapuskan sehingga semua orang dapat berpartisipasi dan mendapatkan keuntungan dari peluang yang tersedia. 3. Keberlanjutan Akses terhadap peluang/kesempatan harus tersedia bukan hanya untuk generasi sekarang tetapi juga untuk generasi yang akan datang. Semua bentuk sumber daya fisik harus dapat diperbaharui. 4. Pemberdayaan Pembangunan harus dilakukan oleh semua orang, bukannya semata-mata (dilakukan) untuk semua orang. Semua orang harus berpartisipasi penuh dalam pengambilan keputusan dan proses yang mempengaruhi kehidupan mereka. UNDP dalam Human Development Report yang pertama (1990) menyatakan bahwa sasaran-sasaran pokok pembangunan adalah untuk menciptakan suatu lingkungan yang memungkinkan rakyat menikmati kehidupan yang panjang, sehat dan kreatif. UNDP sangat menekankan arti pentingnya pembangunan yang berpusat pada manusia yang menempatkan manusia sebagai Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

12 tujuan akhir dari pembangunan, dan bukan sebagai alat bagi pembangunan. Pembangunan manusia didefinisikan sebagai proses perluasan pilihan bagi penduduk. Pilihan yang terpenting adalah untuk berumur panjang dan sehat, untuk berilmu pengetahuan dan untuk mempunyai akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan agar dapat hidup secara layak. Semakin tinggi pendidikan semakin banyak peluang-peluang yang bisa diraih. Manusia bisa menentukan pilihannya dalam sistem pasar yang berfungsi dengan baik. Pembangunan manusia juga merupakan perwujudan tujuan jangka panjang dari suatu masyarakat, dan meletakkan pembangunan di sekeliling manusia, bukan manusia di sekeliling pembangunan. Sebagai salah satu upaya untuk menganalisis status pembangunan baik antar negara maupun antar daerah, maka UNDP menyusun Human Development Index (HDI) atau Indek Pembangunan Manusia (IPM) yang diterbitkan dalam publikasi berjudul Human Development Reports Perkembangan Metode Penghitungan IPM Gambar 2.1. Perkembangan Metodologi IPM oleh UNDP IPM pertama kali di-launching pada tahun Hingga saat ini, metode penghitungan IPM telah mengalami 3 (tiga) kali perubahan yaitu pada tahun 1995, 2010 dan 2014 dengan sedikit penyempurnaan pada tahun 1991 dan Perkembangan metodologi IPM yang digunakan oleh UNDP secara ringkas dapat dilihat dalam Gambar 2.1. Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

13 IPM di Indonesia dihitung dengan mengadopsi metodologi yang digunakan oleh UNDP. IPM pada tingkat propinsi dihitung sejak tahun 1990 sedangkan IPM pada tingkat kabupaten/kota baru dihitung sejak tahun Sebelum Tahun 2004, IPM dipublikasikan setiap 3 tahun sekali. Namun dengan adanya UU No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dengan Pemerintah Daerah, maka sejak tahun 2004, IPM dipublikasikan setiap tahun. Sebelum Tahun 2014, IPM di Indonesia dihitung dengan 4 komponen yaitu angka harapan hidup (dimensi kesehatan), angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah (dimensi pendidikan) dan PDB per kapita (dimensi ekonomi) dengan menggunakan rata rata hitung. Mengikuti perubahan yang digunakan oleh UNDP, maka sejak tahun 2014, penghitungan IPM di Indonesia menggunakan metode baru. Alasan perubahan metodologi penghitungan IPM adalah : 1. Beberapa indikator sudah tidak tepat untuk digunakan dalam penghitungan IPM. Angka melek huruf sudah tidak relevan dalam mengukur pendidikan secara utuh karena tidak dapat menggambarkan kualitas pendidikan. Selain itu, angka melek huruf di sebagian besar daerah sudah tinggi, sehingga tidak dapat membedakan tingkat pendidikan antar daerah dengan baik. PDB per kapita dianggap tidak dapat menggambarkan pendapatan masyarakat pada suatu wilayah. 2. Penggunaan rumus rata-rata aritmatik dalam penghitungan IPM menggambarkan bahwa capaian yang rendah disuatu dimensi dapat ditutupi dengan capaian tinggi dari dimensi lain. Untuk itu perlu diganti dengan ratarata geomatrik sehingga untuk mencapai IPM yang tinggi hanya dapat dicapai jika semua dimensi memiliki capaian yang tinggi. Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

14 Gambar 2.2. Perbandingan Metode Lama dan Metode Baru Penghitungan IPM Sumber: BPS Ada dua perubahan mendasar dalam penghitungan IPM yaitu : 1. Indikator - Dalam dimensi pendidikan, angka melek huruf pada metode lama diganti dengan angka harapan lama sekolah. Selain itu, untuk menghitung rata-rata lama sekolah, batas usia penduduk yang semula 15 tahun dinaikkan menjadi 25 tahun. - Dalam dimensi standar hidup, Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita diganti dengan Produk Nasional Bruto (PNB) per kapita. Namun di Indonesia, karena PNB per kapita tidak tersedia pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota sehingga diproxy dengan pengeluaran per kapita disesuaikan. Selain itu, jumlah komoditas untuk menghitung Purchasing Power Parity (PPP) yang semula 27 komoditas ditambah menjadi 96 komoditas. 2. Metode penghitungan - Metode agregasi diubah dari rata-rata aritmatik menjadi rata-rata geometrik. Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

15 2.3. Metodologi Baru Penghitungan IPM Sumber data : a. Angka harapan hidup saat lahir, bersumber dari Sensus Penduduk SP2010, Proyeksi Penduduk) b. Angka harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah bersumber dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) c. PNB per kapita tidak tersedia pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota, sehingga diproksi dengan pengeluaran per kapita disesuaikan menggunakan data SUSENAS. Konsep dan Definisi Angka Harapan Hidup Saat Lahir - AHH (Life Expectancy ) Angka Harapan Hidup saat Lahir didefinisikan sebagai rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang sejak lahir.ahh mencerminkan derajat kesehatan suatu masyarakat. AHH dihitung dari hasil sensus dan survei kependudukan. Rata-Rata Lama Sekolah - RLS (Mean Years of Schooling - MYS) Rata-rata Lama Sekolah didefinisikan sebagai jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk dalam menjalani pendidikan formal. Diasumsikan bahwa dalam kondisi normal rata-rata lama sekolah suatu wilayah tidak akan turun. Cakupan penduduk yang dihitung dalam penghitungan rata-rata lama sekolah adalah penduduk berusia 25 tahun ke atas Angka Harapan Lama Sekolah - HLS (Expected Years of Schooling -EYS) Angka Harapan Lama Sekolah didefinisikan lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu dimasa mendatang. Diasumsikan bahwa peluang anak tersebut akan tetap bersekolah pada umur-umur berikutnya sama dengan peluang penduduk yang bersekolah per jumlah penduduk untuk umur yang sama saat ini. Angka Harapan Lama Sekolah dihitung untuk penduduk berusia 7 tahun ke atas. HLS dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk lamanya pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dapat dicapai oleh setiap anak. Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

16 Pengeluaran per Kapita Disesuaikan Pengeluaran per kapita yang disesuaikan ditentukan dari nilai pengeluaran per kapita dan paritas daya beli (Purchasing Power Parity-PPP). Rata-rata pengeluaran per kapita setahun diperoleh dari Susenas, dihitung dari level provinsi hingga level kab/kota. Rata-rata pengeluaran per kapita dibuat konstan/riil dengan tahun dasar 2012=100. Perhitungan paritas daya beli pada metode baru menggunakan 96 komoditas dimana 66 komoditas merupakan makanan dan sisanya merupakan komoditas non makanan. Teknis Penghitungan Angka Harapan Hidup (AHH) Angka Harapan Hidup (AHH) dihitung dengan cara tidak langsung dengan paket program Micro Computer Program for Demographic Analysis (MCPDA) atau Mortpack. Angka Harapan Lama Sekolah (HLS) atau Expected Years of Schooling (EYS) Formula Keterangan : i Harapan Lama Sekolah pada umur α di tahun t jumlah penduduk usia i yang bersekolah pada tahun t Jumlah penduduk usia i pada tahun t Usia (a, a+1,...,n) Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) atau Mean Years Schooling (MYS) - menyeleksi penduduk pada usia 25 th ke atas - mengelompokkan jenjang pendidikan yang pernah/sedang diduduki. - mengelompokkan ijazah/sttb tertinggi yang dimiliki. - mengkonversi tahun lama sekolah menurut ijasah terakhir. Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

17 Konversi tahun Ijazah lama sekolah (tahun) Tidak punya ijazah 0 Sekolah Dasar 6 SMP 9 SMA 12 D1/D2 14 D3 15 S1/D4 16 S2/S menghitung lamanya bersekolah sampai kelas terakhir. Keterangan Lama Sekolah Tidak Pernah Sekolah 0 Masih sekolah di SD s.d. S1 Konversi ijazah terakhir + kelas terakhir - 1 Konversi ijazah terakhir + 1 Ket: Karena di Susenas kode kelas Masih sekolah S2 atau S3 untuk yang sedang kuliah S2 = 6 dan kuliah S3 = 7 yang tidak menunjukkan kelas Tidak bersekolah lagi tetapi Konversi ijazah terakhir + kelas tidak tamat di kelas terakhir - 1 terakhir Tidak sekolah lagi dan Konversi ijazah terakhir tamat pada jenjang Pengeluaran per kapita per bulan a. Menghitung rata-rata pengeluaran per kapita dari Susenas. Rata-rata pengeluaran per kapita setahun diperoleh dari Susenas Modul, dihitung dari level provinsi hingga level kab/kota. b. Menghitung dari rata-rata pengeluaran per kapita dalam harga konstan (riil). Rata-rata pengeluaran per kapita dibuat konstan/riil dengan tahun dasar 2012=100 Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

18 Dimana : = Rata-rata pengeluaran per kapita per tahun atas dasar harga konstan 2012 = Rata rata pengeluaran per kapita per tahun pada tahun t = IHK tahun t dengan tahun dasar 2012 c. Menghitung Purchasing Power Parity (PPP) - menghitung value (rupiah yang dikeluarkan) dan quantity (jumlah barang yang dikonsumsi) 96 komoditas PPP dari data Susenas MODUL Konsumsi, terdiri dari 66 komoditas makanan dan 30 komoditas non makanan. - menghitung quantity komoditi perumahan dari data Susenas KOR. - menghitung harga rata-rata setiap komoditas. Harga yang tidak dapat diperoleh dari Susenas modul konsumsi diproksi dengan harga dari IHK. - menghitung relatif harga terhadap Jakarta Selatan. - menghitung PPP: ( ) Dimana = harga komoditas i di Jakarta Selatan = harga komoditas i di kab/kota j = jumlah komoditas d. Menghitung pengeluran per kapita disesuaikan Setiap komponen IPM distandardisasi dengan nilai minimum dan maksimum sebelum digunakan untuk menghitung IPM. Rumus yang digunakan sebagai berikut : Dimensi Kesehatan Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

19 Dimensi Pendidikan Dimensi Pengeluaran ( ) IPM dihitung sebagai rata-rata geometrik dari indeks kesehatan, pendidikan, dan pengeluaran yaitu ; Dalam menghitung IPM, diperlukan nilai minimum dan maksimum untuk masing-masing indikator. Berikut tabel yang menyajikan nilai-nilai tersebut. Indikator Keterangan: Satuan * Daya beli minimum merupakan garis kemiskinan terendah kabupaten tahun 2010 (data empiris) yaitu di Tolikara-Papua ** Daya beli maksimum merupakan nilai tertinggi kabupaten yang diproyeksikan hingga 2025 (akhir RPJPN) yaitu perkiraan pengeluaran per kapita Jakarta Selatan tahun 2025 Minimum Maksimum UNDP BPS UNDP BPS (1) (2) (3) (4) (5) (6) Angka Harapan Hidup Saat Lahir Tahun Angka Harapan Lama Sekolah Tahun Rata-rata lama sekolah Tahun Pengeluaran per kapita * ** disesuaikan (PPP US) (Rp) (PPP US) (Rp) Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

20 BAB III ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TEMANGGUNG 3.1. Pembangunan Manusia di Kabupaten Temanggung Kependudukan Dalam paradigma lama, penduduk hanyalah modal dasar pembangunan semata. Namun dalam paradigma baru, sesungguhnya manusia merupakan tujuan akhir dari pembangunan itu sendiri. Jumlah, struktur dan komposisi penduduk merupakan dasar acuan dan evaluasi bagi pembangunan itu sendiri. Penduduk atau masyarakat yang berkualitas merupakan komponen sentral dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Penduduk yang berkualitas memungkinkan untuk mengolah dan mengelola sumber daya alam dengan baik, tepat, efisien dan optimal dengan tetap menjaga kepentingan generasi yang akan datang. Penduduk yang berkualitas akan menjaga keseimbangan antara jumlah penduduk dengan kapasitas daya dukung alam dan lingkungan. Sebaliknya penduduk yang besar dengan kualitas yang rendah justru akan menjadi beban bagi pembangunan itu sendiri. Gambar 3.1. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Temanggung, ,06 1,02 1,06 1, ,98 0,96 0, ,93 0, ,90 jumlah penduduk pertumbuhan penduduk Sumber : BPS Kabupaten Temanggung Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

21 Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Temanggung sepanjang mengalami penurunan dari 1, 06 persen pada tahun 2010 menjadi hanya 0,93 persen pada tahun Turunnya laju pertumbuhan penduduk ini secara alamiah disebabkan karena menurunnya fertilitas di Kabupaten Temanggung. Karakteristik penduduk Kabupaten Temanggung menurut jenis kelamin ditandai dengan angka sex rasio yang berada diatas 100 sepanjang tahun Pada tahun 2015 sex rasio mencapai 100,5. Artinya penduduk laki-laki masih lebih banyak dibanding penduduk perempuan meskipun hampir seimbang. Karakteristik ini berbeda dengan karakteristik penduduk Provinsi Jawa Tengah pada umumnya dimana lebih banyak penduduk perempuan dibanding penduduk laki-laki dengan sex rasio pada tahun 2015 mencapai 98,40. Gambar 3.2. Perkembangan Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Temanggung, laki-laki(jml) perempuan (jml) Sumber : BPS Kabupaten Temanggung Dalam perdebatan antar ahli ekonom-demografer, aliran revisionis berpendapat bahwa penduduk mempunyai kaitan dengan pembangunan ekonomi dan penurunan kemiskinan (population does matter). Namun kunci keberhasilan Population Does Matter adalah adanya perubahan struktur umur penduduk penduduk (Adoetomo, 2007 : 21). Perubahan struktur umur penduduk ini terjadi karena adanya proses transisi demografi secara berkelanjutan dan jangka panjang Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

22 hingga terjadinya pergeseran distribusi penduduk menurut umur dan menyebabkan menurunnya rasio ketergantungan penduduk usia non produktif dengan penduduk usia produktif. Ketika rasio ketergantungan berada pada titik terendah, biasanya terletak dibawah 50, maka terbukalah kesempatan yaitu the window of opportunity yang dikaitkan dengan bonus demografi. Window of opportunity menyediakan kondisi ideal untuk meningkatkan produktifitas, melalui 3 faktor yaitu : a. Penawaran tenaga kerja Jika penduduk usia kerja terserap dalam pasar kerja, maka produktifitas per kapita akan meningkat b. Peranan perempuan Perempuan cenderung mempunyai anak lebih sedikit dan masuk ke pasar kerja sehingga berperan dalam peningkatan produksi per kapita. c. Tabungan Semakin banyak penduduk dalam pasar kerja, maka semakin banyak pula tingkat tabungan dan investasi. Investasi yang produktif akan memicu penyerapan tenaga kerja, menaikkan pendapatan per kapita dan memenuhi kebutuhan dasar yaitu kesehatan dan pendidikan. d. Modal Manusia Jumlah penduduk dan pertumbuhannya merupakan faktor yang penting dalam menentukan proses perjalanan dan kecepatan pertumbuhan ekonomi 48,00 47,80 Gambar 3.3. Rasio Ketergantungan Kabupaten Temanggung, ,99 47,60 47,61 47,40 47,20 47,00 46,80 46,60 47,23 46,90 46, Sumber : BPS Kabupaten Temanggung Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

23 Pergeseran distribusi umur penduduk dan penurunan rasio ketergantunagn membentuk keadaan ideal yang berpotensi terjadinya bonus demografi. Kesempatan ini harus dipahami oleh pengambil kebijakan sampai tingkat daerah agar dapat memanfaat bonus demografi untuk kesejahteraan rakyat. Harus disadari juga bahwa pada masa yang akan datang, angka ketergantungan akan kembali meningkat yang disebabkan karena fertilitas rendah dan angka harapan hidup yang tinggi. Rasio ketergantungan penduduk Kabupaten Temanggung sepanjang konsisten mengalami penurunan yaitu sebanyak 47,99 persen pada 2011 menjadi 46,64 persen pada Berdasarkan rasio ketergantungan tersebut, dapat dikatakan bahwa Kabupaten Temanggung sedang menuju tahapan bonus demografi dalam proses transisi demografi. Inilah yang disebut sebagai window of opportunity, yaitu jika jumlah penduduk produktif yang lebih besar dapat dioptimalkan untuk mengakumulasi pertumbuhan dan kesejahteraan secara ekonomi. Sebaliknya jika window of opportunity tersebut tidak bisa dimanfaatkan dengan baik, maka hal tersebut bisa menjadi window of disaster, yaitu apabila jumlah penduduk usia produktif yang banyak tidak bisa dimanfaatkan akibat kurangnya lapangan pekerjaan. Window of opportunity merupakan momentum untuk saving di masa depan sehingga saving tersebut bisa dimanfaatkan ketika jumlah penduduk usia non produktif kembali meningkat Kesehatan Pembangunan kesehatan merupakan investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga mendukung pembangunan secara menyeluruh. Dalam RPJPD Kabupaten Temanggung disebutkan bahwa peningkatan derajat kesehatan masyarakat dilakukan dengan peningkatan mutu atau kualitas pelayanan kesehatan melalui peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia kesehatan, penambahan sarana dan prasarana kesehatan, peningkatan sistem pembiayaan dan jaminan kesehatan masyarakat, peningkatan upaya kesehatan, peningkatan kualitas dan akses semua anggota masyarakat (terutama keluarga miskin) terhadap pelayanan kesehatan, peningkatan perilaku hidup sehat, mencegah dan Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

24 menanggulangi berbagai penyakit menular, penanggulangan kekurangan energi protein, dan perbaikan manajemen kesehatan. Dalam kaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan, status kesehatan memberikan pengaruh pada tingkat produktivitas. Untuk mengukur tingkat kesehatan penduduk dapat terlihat dari banyaknya penduduk yang mengalami keluhan kesehatan dan Angka Morbiditas (kesakitan). Angka kesakitan didefinisikan sebagai persentase penduduk yang mengalami gangguan kesehatan yang mengakibatkan terganggunya aktifitas sehari-hari yang terjadi baik dalam melakukan pekerjaan, bersekolah, mengurus rumah tangga maupun melakukan aktivitas lainnya selama satu bulan sebelum pencacahan. Semakin banyak penduduk yang mengalami gangguan kesehatan berarti semakin rendah derajat kesehatan di wilayah tersebut dan angka kesakitan di wilayah tersebut tinggi. Untuk mengukur status kesehatan salah satunya digunakan indikator angka kesakitan. Angka kesakitan didefinisikan sebagagi persentase penduduk yang mengalami ganggutan kesehatan dan terganggu aktifitasnya sehari-hari yang terjadi selama satu bulan sebelum pencacahan. Tabel 3.1. Angka Kesakitan Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Temanggung, Jenis Kelamin (1) (2) (3) (4) (5) laki-laki perempuan laki-laki+perempuan Sumber : BPS Kabupaten Temanggung Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa angka kesakitan laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan. Pada tahun 2015, angka kesakitan laki-laki di Kabupaten Temanggung mencapai 15,51 persen sedangkan angka kesakitan perempuan adalah sebesar 13,68 persen. Angka kesakitan pada tahun 2015 merupakan angka kesakitan yang paling tinggi sepanjang 4 tahun terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa ada penurunan status kesehatan pada tahun Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

25 Akses penduduk dalam memanfaatkan tenaga kesehatan dapat dilihat dari ketersediaan/kemudahan mencapai fasilitas/tempat dan tenaga kesehatan sebagai rujukan penduduk jika mengalami keluhan sakit hingga harus pergi berobat. Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan penduduk dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan tersebut adalah jarak tempat tinggal dengan letak sarana pelayanan kesehatan, serta kualitas pelayanan. Salah satu indikator pemanfaatan fasilitas dan pelayanan kesehatan adalah banyaknya penduduk yang mengalami keluhan kesehatan dan berobat jalan ke fasilitas kesehatan. Tabel 3.2. Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Temanggung, Jenis Kelamin (1) (2) (3) (4) laki-laki perempuan laki-laki+perempuan Sumber : BPS Kabupaten Temanggung Akses penduduk dalam memanfaatkan tenaga kesehatan tidak hanya dapat dilihat dari ketersediaan/kemudahan mencapai fasilitas/tempat dan tenaga kesehatan sebagai rujukan penduduk jika mengalami keluhan sakit hingga harus pergi berobat tetapi juga dilihat dari indikator penolong persalinan. Dengan meningkatnya pertolongan persalinan oleh tenaga medis dapat memengaruhi keselamatan ibu dan bayinya. Penolong persalinan yang ideal adalah tenaga medis karena mereka telah menerapkan proses persalinan yang memenuhi standar kesehatan. Tabel berikut menunjukkan persentase perempuan berumur tahun yang pernah kawin menurut penolong kelahiran anak terakhir di Kabupaten Temanggung. Sebagian besar persalinan di Kabupaten Temanggung ditolong oleh bidan yaitu sebanyak 75,58 persen dan sebanyak 23 persen ditolong oleh dokter. Mudahnya akses yang didapat masyarakat serta biaya yang terjangkau, maka Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

26 sebagian besar masyarakat cenderung lebih untuk mengunjungi bidan, baik bidan praktek maupun bidan desa. Persalinan yang ditolong oleh dokter mengalami kecenderungan meningkat sepanjang Hal ini salah satuya menjunjukkan bahwa dokter semakin mudah diakses baik melalui praktek dokter spesialis kandungan, puskesmas maupun rumah sakit. Sebaliknya persalinan yang ditolong leh tenaga non medis mengalami kecenderungan menurun, bahkan pada tahun 2015 hampir tidak ada persalinan yang ditolong oleh tenaga non medis. Selain akses ke tenaga medis yang semakin mudah dan terjangkau, kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan ibu dan anak semakin meningkat. Perhatian pemerintah terhadap kesehatan semakin ditingkatkan terutama pada ibu hamil dan balita. Salah satu tujuan program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah meningkatkan kemandirian keluarga dalam memelihara kesehatan ibu dan anak. Oleh sebab itu, pemerintah selalu berupaya untuk memperluas akses, sarana pelayanan serta tenaga kesehatan dengan cara meningkatkan jumlah maupun kualitasnya. Seperti meningkatkan pelayanan kebidanan dengan menempatkan bidan di desa-desa, seperti yang tercantum dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan yang telah ditetapkan dalam Perpres Nomor 5 Tahun 2010 yaitu meningkatkan pengembangan dan pendayagunaan SDM kesehatan yang merata dan bermutu. Tabel 3.3. Persentase Persalinan Menurut Penolong Persalinan Terakhir di Kabupaten Temanggung, Penolong Kelahiran Anak Terakhir (1) (2) (3) (4) (5) (6) Dokter 10,98 13,81 16,23 20,04 23,00 Bidan 79,49 76,01 77,43 77,91 75,58 Tenaga Medis Lain ,46 1,42 Bukan tenaga medis 9,53 10,18 6,34 1,59 0 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : BPS Kabupaten Temanggung Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

27 Pendidikan Keberhasilan pembangunan suatu wilayah ditentukan oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan merupakan salah satu cara meningkatkan kualitas SDM tersebut. Oleh karena itu peningkatan mutu pendidikan harus terus diupayakan, dimulai dengan membuka kesempatan seluas-luasnya kepada penduduk untuk mengenyam pendidikan, hingga pada peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan. Untuk mengetahui seberapa banyak penduduk yang memanfaatkan fasilitas pendidikan dapat dilihat dari persentase penduduk menurut partisipasi sekolah. Untuk melihat partisipasi sekolah dalam suatu wilayah biasa dikenal beberapa indikator untuk mengetahuinya, antara lain: Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Kasar (APK), serta Angka Partisipasi Murni (APM). Gambar 3.4.Angka Partisipasi Sekolah Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Temanggung, ,15 98,43 99,79 99,71 99, ,95 86,76 89,26 91,42 96, ,80 50,39 43,24 43,52 47, Sumber : BPS Kabupaten Temanggung Angka Partisipasi Sekolah merupakan ukuran daya serap lembaga pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. APS merupakan indikator dasar yang digunakan untuk melihat akses penduduk pada fasilitas pendidikan khususnya Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

28 bagi penduduk usia sekolah. Semakin tinggi Angka Partisipasi Sekolah semakin besar jumlah penduduk yang berkesempatan mengenyam pendidikan. Namun demikian meningkatnya APS tidak selalu dapat diartikan sebagai meningkatnya pemerataan kesempatan masyarakat untuk mengenyam pendidikan. Usia 7-12 tahun merupakan usia penduduk menempuh pendidikan dasar 6 tahun pertama. Namun hingga tahun 2015, angka partisipasi sekolah untuk penduduk 7 12 tahun belum mencapai 100 persen. Pada tahun 2015, masih terdapat 0,72 persen anak usia 7-12 tahun yang tidak sekolah. Jika dilihat dari sisi ketersediaan fasilitas pendidikan,hampir seluruh desa di Kabupaten Temanggung sudah memiliki SD, kecuali Desa KebonAgung, Desa Putat dan Desa Canggal. Dengan adanya dana BOS, biaya sekolah di SD negeri pun saat ini sudah gratis. Artinya ada faktor lain selain biaya dan fasilitas yang menghambat partsipasi sekolah. Faktor tersebut adalah budaya yang mendorong kemauan orang tua untuk menyekolahkan anaknya, terutama usia 7 12 tahun untuk bersekolah. Gambar diatas juga menunjukkan bahwa meskipun masih rendah,aps untuk usia tahun dan usia tahun mengalami kecenderungan meningkat. Meningkatnya opportunity cost juga sangat berpengaruh pada rendahnya partisipasi pendidikan menengah. Lulusan SLTP sederajat yang sebagian besar sudah berusia lebih dari 15 tahun ke atas sudah berhak untuk bekerja sehingga untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi belum menjadi pilihan utama.hal ini merupakan capaian yang sangat menggembirakan sekaligus tantangan bagi pemerintah daerah untuk memberikan stimulasi yang positif agar APS semakin meningkat untuk jenjang pendidikan menengah. Angka Partisipasi Kasar (APK), menunjukkkan partisipasi penduduk yang sedang mengenyam pendidikan sesuai dengan jenjang pendidikannya. Angka Partisipasi Kasar (APK) merupakan persentase jumlah penduduk yang sedang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan (berapapun usianya) terhadap jumlah penduduk usia sekolah yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut. APK digunakan untuk mengukur keberhasilan program pembangunan pendidikan yang diselenggarakan dalam rangka memperluas kesempatan bagi penduduk untuk mengenyam pendidikan. APK merupakan indikator yang paling sederhana Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

29 untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan. Nilai APK bisa lebih dari 100%. Hal ini disebabkan karena populasi murid yang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan mencakup anak berusia di luar batas usia sekolah pada jenjang pendidikan yang bersangkutan. Sebagai contoh, banyak anak-anak usia diatas 12 tahun, tetapi masih sekolah di tingkat SD atau juga banyak anak-anak yang belum berusia 7 tahun tetapi telah masuk SD. Adanya siswa dengan usia lebih tua dibanding usia standar di jenjang pendidikan tertentu menunjukkan terjadinya kasus tinggal kelas atau terlambat masuk sekolah. Sebaliknya, siswa yang lebih muda dibanding usia standar yang duduk di suatu jenjang pendidikan menunjukkan siswa tersebut masuk sekolah di usia yang lebih muda. Tabel 3.4.Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni Menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Temanggung, Jenjang Pendidikan APK APM (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) SD SLTP SLTA Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase jumlah anak pada kelompok usia sekolah tertentu yang sedang bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan usianya terhadap jumlah seluruh anak pada kelompok usia sekolah yang bersangkutan Bila APK digunakan untuk mengetahui seberapa banyak penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan di suatu jenjang pendidikan tertentu tanpa melihat berapa usianya, maka Angka Partisipasi Murni (APM) mengukur proporsi anak yang bersekolah tepat waktu. Bila seluruh anak usia sekolah dapat bersekolah tepat waktu, maka APM akan mencapai nilai 100. Secara umum, nilai APM akan selalu lebih rendah dari APK karena nilai APK mencakup anak diluar usia sekolah pada jenjang pendidikan yang bersangkutan. Selisih antara APK dan APM menunjukkan proporsi siswa yang terlambat atau terlalu cepat bersekolah. Keterbatasan APM Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

30 adalah kemungkinan adanya under estimate karena adanya siswa diluar kelompok usia yang standar di tingkat pendidikan tertentu. APK untuk jenjang SD sepanjang selalu berada diatas 100 persen. Ini menunjukkan banyak anakdiluar usia 7-12 yang sekolah di SD. Anak usia7-12 tahun yang sedang sekolah di SD terlihat dari angka APM, yaitu sebesar 96,2 persen. Dengan demikian, maka dapat dilihat pada tahun 2015,ada 9 persen penduduk yang bersekolah di SD yang berusia diluar 7 12 tahun. Selisih antara APK dan APM terlihat semakin besar pada jenjang yang lebih tinggi, yaitu SLTP dan SLTA. Hal ini merupakan indikasi bahwa pada jenjang SLTP dan SLTA, kasus tinggal kelas semakin meningkat Ketenagakerjaan Ketenagakerjaan merupakan salah satu bidang yang sangat esensial dalam usaha memajukan perekonomian suatu daerah. Tenaga kerja yang memadai dari segi kuantitas dan kualitas menjadi aspek penting dalam pembangunan ekonomi, yaitu sebagai sumber daya untuk menjalankan proses produksi dan distribusi barang dan jasa, serta sebagai sasaran untuk menciptakan dan mengembangkan pasar. Permasalahan paling pokok dalam ketenagakerjaan terletak pada kesempatan kerja. Ketidakseimbangan antara peningkatan penduduk usia kerja dengan kesempatan kerja yang tersedia akibat lemahnya penyerapan tenaga kerja akan menimbulkan pengangguran yang akan berdampak pada ketidakstabilan ekonomi dan bidang kehidupan lainnya. Apabila perekonomian tidak dapat menyerap pertumbuhan tenaga kerja yang ada, maka tentu saja akan terjadi peningkatan pengangguran yang selanjutnya dapat meningkatkan masalahmasalah sosial yang ada. Dalam RPJPD Kabupaten Temanggung disebutkan bahwa pembangunan ketenagakerjaan diarahkan pada perluasan lapangan kerja dan kesempatan kerja, peningkatan kualitas, peningkatan kesejahteraan, perlindungan hukum, dan peningkatan kemandirian yang berwawasan wira usaha sehingga mampu bersaing. Dalam RPJMD , masalah ketenagakerjaan termasuk dalam misi kedua Pemerintahan Daerah Kabupaten Temanggung yaitu mewujudkan peningkatan masyarakat pedesaan dan perkotaan yang agamis, Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

31 berbudaya dan sejahtera. Beberapa strategi yang akan diterapkan menyangkut ketenagakerjaan antara lain ; - Peningkatan kualitas dan produktifitas tenaga kerja - Peningkatan kesempatan kerja dan menurunkan tingkat pengangguran - Peningkatan perlindungan tenaga kerja dan pengembangan lembaga Keadaan ketenagakerjaan di Kabupaten Temanggung diwarnai dengan perubahan beberapa indikator yang cukup signifikan ke arah yang lebih baik. Sepanjang Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kabupaten Temanggung selalu diatas 75 persen, dengan TPAK tertinggi pada tahun 2012 yaitu mencapai 77,33 persen. TPAK yang tinggi merupakan salah satu indikasi tingginya kesempatan kerja yang tersedia sehingga orang terserap dalam lapangan kerja yang ada atau sedang mencari kerja atau bahkan mempersiapkan usaha. Gambar 3.5. Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kabupaten Temanggung, ,5 77, ,87 76, ,5 3,54 3,39 76, ,91 3,19 1, ,5 75, TPAK TPT Sumber : Sakernas (BPS Kabupaten Temanggung) Indikator lain yang paling menjadi primadona dalam bidang ketenagakerjaan adalah Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). TPT menunjukkan Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

32 persentase orang yang mencari kerja terhadap penduduk angkatan kerja. Tingginya TPT merupakan indikasi perlunya peningkatan penyerapan tenaga kerja, salah satunya dengan penciptaan lapangan kerja. TPT banyak menjadi topik diskusi karena terkait dengan masalah ekonomi dan sosial seperti kemiskinan dan kerawanan sosial. Sepanjang 5 tahun terakhir, tingkat pengangguran di Kabupaten Temanggung sangat rendah yaitu dibawah 5 persen. Pengangguran tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu mencapai 4,87 persen. Selanjutnya pengangguran mengalami penurunan menjadi 3,19 persen pada 2014 dan menjadi 1.50 persen pada Pada , TPT Kabupaten Temanggung merupakan pengangguran yang terendah diantara kabupaten/kota di Jawa Tengah. Dengan TPT yang sangat rendah, dapat dikatakan bahwa Kabupaten Temanggung berada dalam kondisi fullemployment. Namun kondisi ini tidak bisa serta merta dimaknai sebagai keberhasilan pembangunan khususnya dalam menciptakan lapangan pekerjaan yang layak untuk SDM yang tersedia. Tabel 3.5. Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Temanggung, Lapangan Usaha Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 46,88 36,75 46,83 47,24 39,04 Industri Pengolahan 21,42 32,20 18,87 18,57 26,97 Bangunan 4,71 4,35 3,24 5,59 4,33 Perdagangan, Hotrel dan Restoran 14,35 14,32 15,00 16,92 16,10 Pengangkutan dan Komunikasi 2,44 2,50 2,37 1,26 3,18 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0,89 0,42 0,51 0,97 0,67 lainnya 9,33 9,46 13,19 9,45 9,72 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS Kabupaten Temanggung Banyaknya penduduk yang bekerja di Kabupaten Temanggung menurut lapangan usaha dapat memberikan informasi awal tentang potensi ekonomi penduduk Temanggung. Semakin banyak orang yang bekerja di suatu sektor, maka semakin tinggi pula potensi ekonomi sektor tersebut. Hingga Tahun 2015, Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

33 sebagian besar penduduk yang bekerja di Kabupaten Temanggung bekerja pada sektor pertanian. Pada tahun 2015, hampir 40 persen penduduk yang bekerja di Kabupaten Temanggung terserap dalam sektor pertanian. Tingginya penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian tersebut terkait erat dengan tingginya potensi agraris yang sangat tinggi di Kabupaten Temanggung. Selain itu, sektor pertanian relatif lebih akomodatif, karena tidak membutuhkan SDM tingkat pendidikan yang lebih tinggi, keahlian khusus serta kemampuan modal untuk usaha yang rendah. Oleh karenanya tidak mudah bagi tenaga kerja di sektor pertanian untuk berpindah ke sektor lainnya. Peran sektor industri pengolahan dalam penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Temangung masih fluktuatif. Pada tahun 2015, tenaga kerja yang terserap pada sektor industri pengolahan adalah sebesar 26,97 persen, meningkat dibanding tahun 2014 yang hanya 18,57 persen. Sektor industri pengolahan di Kabupaten Temanggung khususnya industri mikro dan industri kecil (IMK) tidak bisa dipisahkan dengan sektor pertanian karena sebagian besar IMK di Kabupaten Temanggung merupakan industri perajangan tembakau. Yang waktu produksiya bersifat musiman. Tabel 3.5. Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan di Kabupaten Temanggung, Status Pekerjaan Utama Berusaha sendiri 10,31 12,60 13,14 12,91 10,80 Berusaha dengan dibantu buruh tidak tetap 26,75 26,33 28,77 26,39 25,09 Berusaha sendiri dengan dibantu buruh tetap 1,59 1,20 2,19 1,58 1,36 Pekerja/Buruh/Karyawan 18,16 16,25 23,55 19,65 21,37 Pekerja bebas di pertanian 3,66 3,77 5,00 2,64 2,77 Pekerja bebas di non pertanian 5,65 7,48 4,09 7,10 7,50 Pekerja tak dibayar 33,89 32,37 23,25 29,73 31,11 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Sakernas (BPS Kabupaten Temanggung) Penduduk bekerja menurut status pekerjaan utama menggambarkan perkembangan tenaga kerja terhadap tingkat kemandirian dan tingkat kebutuhannya terhadap tenaga orang lain. Status pekerjaan juga dapat digunakan Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

34 untuk membedakan tenaga kerja formal dan informal. Status pekerjaan berusaha dibantu dengan buruh tetap dan buruh/karyawan dipakai sebagai proksi pekerja sektor formal sedangkan status pekerjaan sebagai berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap/tidak dibayar, pekerja bebas dan pekerja tidak dibayar digunakan sebagai proksi pekerja sektor informal. Jika dilihat dari status pekerjaannya, ternyata sebagian besar penduduk yang bekerja di Kabupaten Temanggung merupakan pekerja keluarga yang tidak dibayar yaitu mencapai lebih dari 30 persen pada tahun Jika diperluas lagi, maka sebagian besar penduduk yang bekerja berada pada sektor informal yaitu mencapai persen dalam rentang waktu Sebagian orang menyebut sektor informal sebagai sektor penyelamat. Elastisitas sektor informal dalam menyerap tenaga kerja menjadikan sektor ini selalu bergairah meskipun nilai tambah yang diciptakannya mungkin tidak sebesar nilai tambah sektor formal. Dari dua data diatas maka dapat dilihat bahwa fullemployment di Kabupaten Temanggung didominasi oleh sektor pertanian dengan status hanya sebagai pekerja tidak dibayar. Banyak penduduk yang terpaksa bekerja membantu di sektor pertanian milik keluarganya untuk menekan biaya produksi pertanian, asal mereka bisa makan dan bertahan hidup. Dengan tingkat pendidikan yang masih rendah, maka bisa jadi mereka terpaksa menjadi pekerja keluarga karena kesulitan mendapat pekerjaan, meskipun hanya sebagai buruh serabutan. Jika dilihat dari karakteristik penganggur di Kabupaten Temanggung, dapat dilihat bahwa dari sisi umur, sebagian besar orang yang menganggur di Kabupaten Temanggung justru merupakan penduduk usia muda yaitu tahun dan semakin mengecil pada usia lebih tua. Artinya orang tuapun hampir keseluruhan terserap dalam lapangan kerja karena tuntutan kebutuhan hidup. Dari sisi pendidikan sebagian besar yang menganggur adalah mereka yang berpendidikan SLTA dan Universitas, artinya mereka kesulitan memasuki jenis pekerjaan yang cocok dengan pendidikan yang dimiliki. Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

35 Gambar 3.6. Persentase Pengangguran Menurut Kelompok Umur dan Tingkat Pendidikan di Kabupaten Temanggung, Maksimum SD SMTP SLTA Universitas Sumber: BPS Kabupaten Temanggung Dari keseluruhan data diatas, maka rendahnya pengangguran di Kabupaten Temanggung ini justru menjadi warning bahwa masyarakat justru harus bekerja secara optimal untuk memenuhi kebutuhan hidup, dan tidak ada pilihan banyak bagi penduduk untuk bekerja diluar sektor pertanian karena tingkat keterampilan dan pendidikan yang masih rendah Ekonomi Salah satu ukuran keberhasilan pembangunan suatu daerah adalah tingkat pertumbuhan ekonominya. Dengan asumsi bahwa dengan pertumbuhan yang tinggi akan menyerap tenaga kerja yang tinggi pula, yang pada hakekatnya meningkatkan pendapatan dan daya beli masyarakat. Sehingga pertumbuhan yang tinggi tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemakmuran penduduk. Pertumbuhan ekonomi mempengaruhi pembangunan manusia melalui dua jalur yaitu kegiatan rumah tangga dan kebijakan pemerintah. Pemanfaatan pendapatan rumah tangga untuk konsumsi makanan yang sehat, obat-obatan, buku pelajaran dan lain-lain akan meningkatkan kemampuan anggota rumah tangga. Sumber daya manusia yang berkualitas akan meningkatkan produktifitas ekonomi. Sedangkan kebijakan pemerintah untuk mendorong lapangan kerja akan meningkatkan permintaan pasar terhadap sumber daya manusia yang berkualitas. Pemerintah juga dapat mendorong pembangunan manusia melalui pengeluaran pemerintah. Semakin kaya suatu negara maka semakin besar pula dana yang Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

36 tersedia bagi pemerintah untuk pembangunan manusia. Dengan kata lain, pembangunan manusia dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan dua arah yang saling timbak balik. Untuk mengukur tingkat perkembangan ekonomi suatu daerah yang merupakan pencerminan tingkat kesejahteraan masyarakat diperlukan suatu indikator pengukuran yakni dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Sepanjang tahun , besaran PDRB Kabupaten Temanggung, baik atas dasar harga konstan dan atas dasar harga berlaku mengalami peningkatan. Pada tahun 2011, nilai PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 10,87 triliun rupiah dan pada tahun 2015 mencapai 16,09 triliun rupiah. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan pada tahun 2011 adalah sebesar 10,30 triliun rupiah dan pada tahun telah mencapai 12,8 triliun rupiah. Gambar 3.6. Perkembangan Nilai PDRB ADH Berlaku dan ADH Konstan di Kabupaten Temanggung, (triliun rupiah) ,87 11,84 10,30 10,74 13,09 11,30 14,59 16,09 11,87 12, PDRB adh berlaku PDRB adh konstan Sumber : BPS Kabupaten Temanggung Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

37 Gambar 3.7. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Temanggung, ,50 6,00 6,09 5,50 5,00 5,20 5,06 5,17 4,50 4,00 4,27 3,50 3, Sumber : BPS Kabupaten Temanggung Pertumbuhan ekonomi merupakan pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan. Pertumbuhan ekonomi ini merupakan perbandingan pencapaian kinerja ekonomi suatu daerah pada periode waktu tertentu terhadap periode sebelumnya. Sepanjang tahun 2011 hingga 2015, kinerja perekonomian Kabupaten Temanggung selalu tumbuh positif diatas 4 persen. Pertumbuhan paling tinggi dicapai pada tahun 2011 yaitu mencapai 6,09 persen, kemudian melambat pada tahun 2012 yaitu hanya 4,27 persen. Selanjutnya perekonomian tumbuh konsisten diatas 5 persen meskipun masih tetap fluktuatif Kemiskinan Keberhasilan pembangunan manusia dapat dinilai secara parsial dengan melihat permasalahan mendasar dalam masyarakat dapat teratasi, diantaranya pengentasan kemiskinan. Idealnya pembangunan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang ditandai dengan berkurangnya kemiskinan sebagai dampak peningkatan pendapatan per kapita. Penanggulangan kemiskinan merupakan tujuan pertama dalam Millenium Development Goals (MDGs) yang harus dicapai pada tahun Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

38 85,53 94,9 87,8 91,1 87,45 Penanggulangan kemiskinan merupakan permasalahan pembangunan yang komplek dan mempunyai dimensi tantangan daerah, nasional dan global. Selain menjadi salah satu tujuan MDGs, penanggulangan kemiskinan juga merupakan salah satu syarat dari pembangunan berkelanjutan yang disepakati oleh bangsabangsa di dunia yang tertuang dalam dokumen Johanesburg pada tahun Pendapatan merupakan faktor yang sangat penting untuk dipertimbangkan ketika menentukan karakteristik penduduk miskin. Hal yang penting untuk mendapat perhatian ialah tingkat pendapatan dan juga distribusinya di antara anggota rumah tangga dan diantara berbagai kelompok sosial. Meskipun demikian, dalam prakteknya indikator pendapatan sering menghadirkan masalah- masalah tertentu. Pendapatan sulit didefinisikan, karena pendapatan mencakup banyak komponen, namun hanya beberapa komponen yang berkaitan dengan moneter (misalnya, rumah tangga pertanian mengkonsumsi sebagian besar produksi sendiri). Kedua, individu cenderung membuat pernyataan yang keliru tentang tingkat pendapatannya, yang umumnya di bawah perkiraan (under- estimated). Dengan keterbatasan ini dan berdasarkan kenyataan bahwa nilai tabungan rendah, sering terjadi kecenderungan untuk menggunakan total pengeluaran rumah tangga sebagai pendekatan untuk pendapatan yang dibelanjakan. Gambar 3.8. Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Temanggung, ,38 12,32 12,42 11,76 11, , , , ,5 jml penduduk miskin (000) % penduduk miskin Sumber : Susenas (BPS Kabupaten Temanggung) Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

39 Kemiskinan di Kabupaten Temanggung sepanjang sebagaimana gambar diatas masih sangat fluktuatif. Sepanjang 5 tahun terakhir kemiskinan paling tinggi adalah pada 2011 dengan jumlah penduduk miskin 94,9 ribu jiwa atau sebesar 13,38 persen. Pada tahun 2012, kemiskinan di Kabupaten Temanggung turun cukup siginifikan yaitu lebih dari 1 persen, namun pada tahun berikutnya kemiskinan kembali meningkat mencapai 12,42 persen. Pada tahun 2014 kemiskinan turun menjadi 11,55 persen namun kembali meningkat menjadi 11,76 persen. Meskipun data kemiskinan makro tidak dapat menunjukkan siapa dan dimana si miskin tersbut, namun fluktuasi kemiskinan ini menunjukkan bahwa banyak penduduk Kabupaten Temanggung yang merupakan kelompok rentan miskin, yaitu kelompok yang berada sedikit diatas garis kemiskinan. Penduduk pada kelompok ini sangat rentan terperosok dalam kemiskinan ketika garis kemiskinan meningkat sedikit saja. Gambar 3.9. Distribusi Pengeluaran Per Kapita Per Bulan Penduduk Kabupaten Temanggung, 2015 = garis kemiskinan Sumber : BPS Kabupaten Temanggung Distribusi pengeluaran per kapita per bulan penduduk Kabupaten Temanggung sebagaimana gambar diatas menunjukkan bahwa selain penduduk yang tergolong miskin disebelah kiri garis kemiskinan - kelompok penduduk Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

40 yang tidak miskin namun hanya sedikit disebelah kanan garis kemiskinan masih cukup besar. Kelompok penduduk inilah yang dinamakan kelompok rentan miskin. Guncangan ekonomi yang relatif kecil sekalipun dapat menjadikan mereka kembali menjadi miskin. Isu kemiskinan tidak bisa dilepaskan dengan masalah ketimpangan pendapatan. Adanya ketimpangan yang besar antara si kaya dan si miskin dapat mengindikasikan bahwa pembangunan di daerah tersebut masih belum berhasil karena hanya dinikmati oleh sebagian orang saja, terutama orang kaya. Sedangkan orang yang miskin akan semakin menderita karena adanya ketimpangan tersebut. Gini Ratio merupakan suatu ukuran yang biasanya digunakan untuk mengetahui ketimpangan pendapatan antar golongan masyarakat, walaupun masih ada ukuran- ukuran untuk mengetahui ketimpangan lainnya, akan tetapi Gini Ratio yang biasanya digunakan untuk mengukur ketimpangan pendapatan antar golongan masyarakat. Gambar Perbandingan Gini Rasio Kabupaten Temanggung dengan Kabupaten/Kota Se Eks Karesidenan Kedu, ,4 0,35 0,38 0,35 0,34 0,38 0,3 0,28 0,25 0, Kebumen Purworejo Wonosobo Magelang Kota Magelang Temanggung Berdasarkan gambar diatas dapat kita lihat bahwa perkembangan gini ratio di Kabupaten Temanggung relatif cukup tinggi dibandingkan dengan daerah se eks Karesidenan Kedu. Angka gini ratio yang lebih dari 0,5 mengindikasikan bahwa di wilayah tersebut ketimpangan distribusi pendapatannya tergolong tinggi, sebaliknya jika angka gini ratio kurang dari 0,4 maka dapat mengindikasikan bahwa di wilayah tersebut ketimpangan pendapatannya tergolong rendah. Angka Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

41 gini ratio dari tahun di Kabupaten Temanggung konsisten dibawah 0.4, mengandung arti bahwa ketimpangan pendapatan antar golongan masyarakat di Kabupaten Temanggung tergolong rendah. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa angka gini rasio pada tahun 2014 mengalami peningkatan yang menunjukkan bahwa ketimpangan pendapatan antar golongan masyarakat mengalami peningkatan Perkembangan IPM Kabupaten Temanggung Secara geografis, Kabupaten Temanggung terletak tepat di tengah-tengah Provinsi Jawa Tengah sehingga menjadi jalur strategis untuk melintasi antar kabupaten. Kabupaten Temanggung memiliki potensi sumber daya alam yang sangat tinggi. Dengan posisi yang strategis dan kekayaan alam tersebut, Temanggung memiliki potensi yang besar untuk menjadi kabupaten yang maju sesuai visi panjang Kabupaten Temanggung. Permasalahan terbesar terletak pada kesiapan sumber daya manusia yang dimiliki Kabupaten Temanggung dalam menjawab tantangan tersebut. Bila pertumbuhaan serta perkembangan kualitasnya lambat atau cenderung di bawah kabupaten lain, niscaya kita akan tersisih dan pada akhirnya penduduk Temanggung hanya akan menjadi penonton roda pembangunan yang berputar di sekelilingnya. Oleh karena itu sudah seharusnya Kabupaten Temanggung menerapkan strategi pembangunan yang berorientasi pada peningkatan kualitas hidup masyarakat agar tercapai pemerataan hasil-hasil pembangunan secara lebih berkeadilan, sehingga tercipta sumber daya manusia yang tangguh dan kompetitif. Peningkatan sumber daya manusia (SDM) yang handal menjadi solusi dan salah satu modal utama dalam proses pembangunan dewasa ini. Upaya peningkatan kualitas SDM dalam skala luas disebut sebagai pembangunan manusia. Angka IPM mengindikasikan tingkat pencapaian pembangunan manusia sebagai dampak dari kegiatan pembangunan yang dilakukan. Indikasi peningkatan atau penurunan kinerja pembangunan manusia setiap tahunnya dapat diamati dari perkembangan angka IPM dari tahun ke tahun. Keterbandingan angka IPM kabupaten dengan kabupaten/kota lain, angka IPM provinsi bahkan angka IPM nasional menentukan posisi relatif capaian Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

42 IPM sekaligus mengukur relevansi pembangunan manusia di kabupaten itu dengan tingkat pemerintahan di atasnya. Dengan metode baru, hasil perhitungan IPM saat ini menjadi lebih rendah dibandingkan hasil perhitungan dengan metode lama. Misalnya saja, IPM Indonesia yang baru pada 2010 dan 2013 menjadi 66,53 dan 68,31. Sebelumnya, dengan metode lama, IPM Indonesia pada periode yang sama, tercatat sebesar 72,27 dan 73,81. Di tingkat nasional, variasi perubahan indeks di tingkat nasional pada periode tergolong kecil. Ditambah lagi dengan tren perkembangan indeks yang baru dengan lama masih sejalan, IPM baru mungkin tidak akan berdampak besar dalam eskalasi nasional. Dampak besar justru berpotensi terjadi di daerah. Saat ini, IPM digunakan sebagai salah satu indikator dalam menghitung besaran Dana Alokasi Umum (DAU). IPM dimasukkan ke dalam formula untuk menghitung kebutuhan fiskal daerah. Implikasinya, semakin tinggi IPM, semakin tinggi pula DAU yang diterima daerah. Di Provinsi Jawa Tengah, dengan menggunakan metode lama, 5 kabupaten/kota dengan IPM pada tahun 2013 tertinggi berturut-turut adalah Kota Surakarta, Kota Semarang, Kota Magelang, Kota Salatiga dan Kota Pekalongan. Namun dengan metode baru, 5 kabupaten/kota dengan IPM tertinggi berturutturut adalah Kota Salatiga, Kota Surakarta, Kota Semarang, Kota Magelang dan Kabupaten Karanganyar. Dengan demikian dapat dilihat bahwa peringkat IPM dengan metode baru mengalami perubahan. Jika dengan metode lama, IPM tertinggi adalah Kota Surakarta, dengan metode baru IPM tertinggi dicapai oleh Kota Salatiga. Pengaruh metode baru terhadap peringkat IPM akan terlihat jika peringkat IPM dengan metode lama dibandingkan dengan peringkat IPM metode baru pada tahun yang sama. Sebagai contoh perbandingan metode lama dan metode baru pada IPM tahun 2013, sebanyak 5 kabupaten/kota tidak mengalami perubahan peringkat, sebanyak 12 kabupaten/kota peringkatnya meningkat dan sebanyak 18 kabupaten/kota peringkatnya justru turun (lihat lampiran). Dampak perubahan metode penghitungan IPM paling parah dirasakan oleh Kabupaten Temanggung. IPM Kabupaten Temanggung pada tahun 2013 Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

43 dengan metode lama berada pada peringkat ke 9, namun dengan metode baru menjadi peringkat ke 27. Dengan kata lain, dengan metode baru, peringkat IPM Kabupaten Temanggung turun drastis sebanyak 18 peringkat, dan merupakan penurunan paling drastis di antara kabupaten/kota se Jawa Tengah. Hal tersebut menunjukkan bahwa dimensi pendidikan di Kabupaten Temanggung masih cukup lemah. Hanya dengan mengganti satu variabel pendidikan saja, IPM Kabupaten Temanggung menjadi turun drastis. Hal ini tentu perlu mendapat perhatian baik dari pemerintah daerah maupun masyarakat Kabupaten Temanggung. Sepanjang lima tahun terakhir, Kabupaten Temanggung mengalami kemajuan pembangunan sebagaimana terlihat dari nilai IPM yang semakin meningkat. Pada tahun 2010, IPM Kabupaten Temanggung adalah sebesar 63,08 kemudian terus mengalami peningkatan hingga mencapai pada tahun Jika dibandingkan antar kabupaten/kota se Jawa Tengah, maka pada tahun 2015, IPM Kabupaten Temanggung berada pada peringkat ke 26 diantara 35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Gambar Perkembangan IPM Metode Lama dan Metode Baru Kabupaten Temanggung, ,00 73,85 74,47 72,74 73,08 74,74 71,36 71,84 74,11 73,43 67,07 64,91 65,97 64,14 65,52 63, metode lama metode baru Sumber: BPS Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

44 Kota Salatiga Kota Semarang Kota Surakarta Kota Magelang Sukoharjo Karanganyar Klaten Kota Tegal Kudus Kota Pekalongan Semarang Boyolali Sragen Purworejo Jepara Banyumas Demak Kendal Pati Rembang Grobogan Cilacap Wonogiri Pekalongan Magelang Temanggung Purbalingga Kebumen Blora Wonosobo Batang Tegal Banjarnegara Pemalang Brebes Gambar Perkembangan IPM Metode Lama dan Metode Baru Provinsi Jawa Tengah, ,00 74,00 72,00 70,00 68,88 69,78 70,25 70,92 71,60 72,10 72,49 72,94 73,36 74,05 68,00 66,00 64,00 66,08 66,64 67,21 68,02 68,78 69,49 62, metode lama metode baru Sumber: BPS Gambar IPM Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah, IPM Kab/kota IPM jateng Sumber : BPS Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

45 Tabel IPM dan Peringkat IPM Kabupaten/Kota di Eks Karesidenan Kedu, Kab/Kota IPM peringkat IPM Kebumen Purworejo Wonosobo Magelang Temanggung Kota Magelang JAWA TENGAH Sumber : BPS Sepanjang tahun , IPM Kabupaten temanggung masih berada dibawah IPM Jawa Tengah. Ini menunjukkan bahwa pembangunan di Kabupaten Temanggung masih berada di bawah kamajuan pembangunan Jawa Tengah pada umumnya. Jika dibandingkan dalam regional eks Karesidenan Kedu, IPM Kabupaten Temanggung juga terlihat cukup tertinggal, yaitu hanya pada peringkat 4 pada tahun 2015 dibawah Kota Magelang, Kabupaten Purworejo dan Kabupaten Magelang, lebih tinggi dibanding Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Wonosobo. Artinya dalam regional Karesidenan Kedu, pembangunan di Kabupaten Temanggung juga tertinggal dibanding dengan kabupaten/kota lain dalam regional tersebut Status Pembangunan Manusia dan Kecepatan IPM Pengklasifikasian pembangunan manusia bertujuan untuk engorganisasikan wilayah - wilayah menjadi kelompok-kelompok yang sama dalam dalam hal pembangunan manusia. Capaian IPM diklasifikasikan menjadi beberapa kategori, yaitu: Sangat Tinggi : IPM 80 Tinggi : 70 IPM < 80 Sedang : 60 IPM < 70 Rendah : IPM < 60 Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

46 Gambar 3.14 Peta Tematik Kabupaten/Kota Menurut Klasifikasi Capaian IPM, 2015 Keterangan : : Sangat tinggi : tinggi : sedang : rendah Hanya ada 3 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah yang sudah mencapai status pembangunan tinggi yaitu Kota Surakarta, Kota Salatiga dan Kota Semarang. Sedangkan kabupaten/kota yang mencapai status pembangunan tinggi meliputi 12 kabupaten/kota yaitu Kabupaten Purworejo, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen, Kabupaten Kudus, Kabupaten Jepara, Kabupaten Semarang, Kota Magelang, Kota Pekalongan dan Kota Tegal. Dua puluh kabupaten/kota lainnya, termasuk Kabupaten Temanggung baru mencapai status pembangunan manusia kategori sedang, dan tidak ada satupun kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki status pembangunan rendah. Untuk mengukur kecepatan perkembangan IPM dalam suatu kurun waktu digunakan ukuran pertumbuhan IPM per tahun. Pertumbuhan IPM menunjukkan perbandingan antara capaian yang telah ditempuh dengan capaian sebelumnya. Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

47 Semakin tinggi nilai pertumbuhan, semakin cepat IPM suatu wilayah untuk mencapai nilai maksimalnya. Keterangan: IPM t : IPM suatu wilayah pada tahun t IPM t-1 : IPM suatu wilayah pada tahun (t-1) Gambar Rata-Rata Pertumbuhan IPM per tahun (Tahun ) Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Pemalang Banjarnegara Tegal Temanggung Brebes Batang Magelang Wonogiri Kebumen Pekalongan Rembang Demak Karanganyar Cilacap Kota Pekalongan Grobogan Purbalingga Kota Tegal Pati Wonosobo Blora Sragen Kudus Kendal Jepara Banyumas Boyolali Klaten Kota Semarang Sukoharjo Kota Surakarta Kota Salatiga Semarang Purworejo Kota Magelang 1,33 1,28 1,27 1,24 1,24 1,22 1,21 1,20 1,14 1,13 1,13 1,12 1,12 1,08 1,08 1,08 1,05 1,04 1,02 1,02 1,01 1,01 1,01 0,98 0,91 0,87 0,86 0,85 0,84 0,69 0,67 0,66 0,65 0,65 1,72 Kabupaten Temanggung pada Tahun 2015 mencapai IPM 67,07, dengan kecepatan rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 1,27. Kecepatan pertumbuhan Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

48 Sukoharjo Kota Semarang Karanganyar Kota Surakarta Kota Salatiga Kota Magelang Klaten Kudus Wonogiri Jepara Boyolali Pati Semarang Sragen Temanggung Demak Batang Grobogan Rembang Kendal Kota Tegal Kota Pekalongan Purworejo Blora Banjarnegara Pekalongan Magelang Banyumas Cilacap Purbalingga Pemalang Kebumen Wonosobo Tegal Brebes IPM Kabupaten Temanggung pada Tahun 2015 tersebut menempati peringkat ke- 4 se Provinsi Jawa Tengah, dibawah Kab.Pemalang,Kab.Banjarnegara dan Kota Tegal. Jika kondisi ini dipertahankan dan selalu ditingkatkan maka sekitar 6 atau 7 tahun kemudian Temanggung akan mencapai IPM kategori Tinggi Angka Harapan Hidup Derajat kesehatan mempunyai hubungan timbal balik dengan pembangunan manusia. Angka harapan hidup yang tinggi setidaknya menunjukkan fenomena lebih terjaminnya aspek kesehatan, lingkungan yang sehat, sosial kemasyarakatan yang aman terjamin dan faktor-faktor pendukung alami lainnya. Selain itu angka harapan hidup yang tinggi juga dipengaruhi oleh peran genetika, gizi, makanan, pola hidup, rendahnya paparan pencemaran serta kematangan psikologis sehingga seseorang secara alami menjadi lebih kuat/siap menghadapi tekanan hidup/stress. Gambar 3.16.Angka Harapan Hidup Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah, AHH kab/kota AHH Jateng Sumber : BPS Berdasarkan indikator angka harapan hidup, maka capaian pembangunan kesehatan di Kabupaten Temanggung berada pada peringkat ke 14 diantara 35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Angka harapan hidup Kabupaten Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

49 Temanggung pada tahun 2015 mencapai 75,34 tahun, lebih tinggi dibanding ratarata angka harapan hidup Provinsi Jawa Tengah yang baru mencapai 73,96 tahun. Tabel 3.7. Angka Harapan Hidup (AHH) dan Peringkat AHH Kabupaten/Kota di Eks Karesidenan Kedu, Kab/Kota AHH Peringkat AHH Kebumen Purworejo Wonosobo Magelang Temanggung Kota Magelang JAWA TENGAH Sumber: BPS Angka Harapan Hidup Kabupaten Temanggung berada pada peringkat ke 2 diantara kabupaten/kota se eks Karesidenan Kedu, setelah angka harapan hidup Kota Magelang yang mencapai 76,58 tahun. Secara mikro, individu dengan harapan hidup yang tinggi secara ekonomis memiliki peluang untuk memperoleh pendapatan yang tinggi. Keluarga dengan usia harapan hidup yang tinggi cenderung untuk menginvestasikan pendapatannya di bidang pendidikan dan menabung. Dengan demikian, tabungan nasional akan meningkat, investasi akan meningkat dan pada gilirannya akan meningkatkan pembangunan Harapan Lama Sekolah Kebijakan Strategi Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi memiliki misi Knowledge Based Society. Pengertian Knowledge Based Society muncul karena adanya kesadaran tentang peran penting ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pertumbuhan ekonomi. Knowledge yang menyatu (embodied) dengan sumber daya manusia sebagai human capital dan teknologi menjadi pusat pembangunan ekonomi. Dalam pengertian tradisional tentang fungsi produksi maka terpusat pada buruh, modal, material dan energi. Sekarang pendekatan Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

50 Kota Salatiga Kota Semarang Kota Surakarta Sukoharjo Karanganyar Kudus Kota Magelang Purworejo Klaten Semarang Kota Pekalongan Banyumas Kebumen Kota Tegal Demak Wonogiri Kendal Cilacap Jepara Grobogan Sragen Magelang Boyolali Rembang Tegal Pekalongan Blora Temanggung Pemalang Pati Purbalingga Wonosobo Banjarnegara Brebes Batang analisis ekonomi berkembang sehingga knowledge merupakan bagian langsung yang mempengaruhi faktor produksi. Untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk lamanya pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dapat dicapai oleh setiap anak digunakan indikator Harapan Lama Sekolah (Expected Years of Schooling-EYS). Gambar Harapan Lama Sekolah Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah, EYS kab/kota EYS Jateng Sumber : BPS Angka harapan lama sekolah Kabupaten Temanggung pada Tahun 2015 berada pada peringkat ke 28 diantara 35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah, yaitu sebesar 11,89 tahun dan dibawah harapan sekolah penduduk Provinsi Jawa Tengah pada umumya yang mencapai 12,38 tahun. Status pendidikan Kabupaten Temanggung berdasarkan indikator harapan lama sekolah masih sangat tertinggal dibandingkan kabupaten/kota lain di wilayah eks Karesidenan Kedu. Harapan lama sekolah Kabupaten Temanggung menempati peringkat ke 5, hanya sedikit lebih tinggi dibanding Kabupaten Wonosobo. Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

51 Tabel 3.8. Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Peringkat HLS Kabupaten/Kota di Eks Karesidenan Kedu, Kab/Kota EYS peringkat EYS Kebumen ` Purworejo Wonosobo Magelang Temanggung Kota Magelang JAWA TENGAH Sumber: BPS Rata Rata Lama Sekolah Rata-rata lama sekolah merupakan ukuran akumulasi investasi pendidikan individu. Setiap tahun tambahan sekolah diharapkan akan membantu meningkatkan pendapatan. Untuk meningkatkan rata-rata lama sekolah, pemerintah telah mencanangkan program wajib belajar 9 tahun atau pendidikan dasar hingga tingkat SLTP. Untuk memperoleh pekerjaan yang ditawarkan di sektor modern didasarkan kepada tingkat pendidikan seseorang dan tingkat penghasilan yang dimiliki selama hidup berkorelasi positif terhadap tingkat pendidikannya. Tingkat penghasilan ini sangat dipengaruhi oleh lamanya seseorang memperoleh pendidikan (Todaro, 2000). Rata-rata lama sekolah merupakan indikator tingkat pendidikan di suatu daerah. Pendidikan merupakan salah satu bentuk modal manusia (human capital) yang menunjukkan kualitas Sumber Daya manusia (SDM). Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

52 Kota Surakarta Kota Magelang Kota Semarang Kota Salatiga Sukoharjo Karanganyar Kota Pekalongan Kota Tegal Klaten Kudus Purworejo Demak Semarang Banyumas Jepara Magelang Boyolali Kebumen Rembang Sragen Purbalingga Pati Kendal Cilacap Pekalongan Temanggung Batang Wonogiri Grobogan Tegal Banjarnegara Wonosobo Blora Pemalang Brebes Gambar Rata-Rata Lama Sekolah Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah, Sumber: BPS Rata-rata lama sekolah Kabupaten Temaggung pada tahun 2015 baru mencapai 6,52 tahun, lebih rendah dibandingkan rata-rata lama sekolah penduduk Provinsi Jawa Tengah pada umumnya yang mencapai 7,03 tahun. Rata-rata lama sekolah di Kabupaten Temanggung masih memprihatinkan jika dibandingkan dengan target nasional yang mewajibkan pendidikan dasar 9 tahun. Rata-rata penduduk Kabupaten Temanggung bersekolah hingga tamat SD saja atau kelas 1 SLTP. Rata-rata lama sekolah Kabupaten Temanggung berada pada peringkat ke 26 diantara 35 kabupaten/kota se Provinsi Jawa Tengah. Dengan menggunakan indikator ini, capaian pembangunan pendidikan di Kabupaten Temanggung masih sangat tertinggal di banding kabupaten/kota lain di wilayah eks Karesidenan Kedu. Rata-rata lama sekolah Kabupaten Temanggung menduduki peringkat ke 5, sedikit diatas Kabupaten Wonosobo. Jika penduduk Kabupaten Temanggung baru mencapai kelas 1 SLTP, rata-rata penduduk Kota Magelang sudah mencapai pendidikan hingga kelas 2 SLTA. Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

53 Kota Salatiga Kota Surakarta Kota Semarang Boyolali Kota Tegal Sragen Kota Pekalongan Klaten Kota Magelang Semarang Karanganyar Kendal Sukoharjo Kudus Banyumas Wonosobo Jepara Grobogan Pati Cilacap Purworejo Pekalongan Rembang Demak Purbalingga Brebes Blora Wonogiri Temanggung Tegal Batang Magelang Kebumen Banjarnegara Pemalang Tabel 3.9. Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) dan Peringkat RLS Kabupaten/Kota di Eks Karesidenan Kedu, Kab/Kota MYS peringkat MYS Kebumen Purworejo Wonosobo Magelang Temanggung Kota Magelang JAWA TENGAH Sumber: BPS Pengeluaran per Kapita Disesuaikan UNDP mengukur standar hidup layak menggunakan Produk Domestik Bruto (PDB) riil per kapita yang disesuaikan untuk keperluan perbandingan antar negara. Sebagai catatan, setidaknya terdapat dua kelemahan penggunaan PDB riil perkapita sebagai ukuran standar hidup, yaitu bahwa PDB hanya merupakan nilai pasar atas barang dan jasa yang diproduksi, bukan ukuran kesejahteraan dan PDB per kapita menyamakan antara yang bekerja dan tidak bekerja serta distribusi pendapatan yang tidak merata. Untuk Indonesia, karena data PDB per kapita tidak tersedia pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota, maka digunakan pengeluaran per kapita disesuaikan menggunakan data SUSENAS sebagai proksi pendapatan. Gambar Pengeluaran Per Kapita yang Disesuaikan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah, 2015 (000) Sumber : BPS Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

54 Tabel Rata-Rata Pengeluaran Per Kapita yang Disesuaikan dan Peringkat Rata-Rata Pengeluaran per Kapita yang Disesuaikan Kabupaten/Kota di Eks Karesidenan Kedu, Kab/Kota PPP (000) peringkat PPP Kebumen 7,457 7,638 7,730 7,755 8, Purworejo 8,921 9,022 9,155 9,189 9, Wonosobo 9,275 9,404 9,458 9,491 9, Magelang 7,458 7,690 7,856 7,877 8, Temanggung 7,751 7,952 8,042 8,062 8, Kota Magelang 9,922 10,169 10,258 10,344 10, JAWA TENGAH 9,296 9,497 9,618 9,640 9,930 Sumber : BPS Kemampuan daya beli masyarakat Kabupaten Temanggung ini masih sangat memprihatinkan jika dibandingkan dengan daerah lain di Jawa Tengah. Kemampuan daya beli masyarakat Kabupaten Temanggung hanya berada pada posisi ke 29 dari 35 kabupaten kota di Jawa Tengah, bahkan secara rata-rata cukup jauh dibanding kemampuan daya beli masyarakat Jawa Tengah pada umumnya. Pengeluaran per kapita per tahun penduduk Kabupaten Temanggung pada tahun 2015 adalah sebesar Rp , 00 sedangkan rata-rata pengeluaran per kapita per tahun penduduk Provinsi Jawa Tengah adalah sebesar Rp , Tipologi Daerah Menurut IPM dan Pertumbuhan Ekonomi UNDP mengungkapkan bahwa pembangunan dapat berkesinambungan apabila didukung oleh pertumbuhan ekonomi. Walaupun keduanya tidak memiliki hubungan yang otomatis, namun apabila keduanya disatukan dalam kebijakan yang searah, akan tercipta kekuatan yang saling mendukung sehingga pertumbuhan ekonomi akan sangat efektif untuk memperbaiki pembangunan manusia. Paradigma pembangunan konvensional menekankan pertumbuhan ekonomi yang tinggi sebagai capaian dari pembangunan. Memang pertumbuhan ekonomi penting untuk mempertahankan kesejahteraan rakyat. Namun pertumbuhan Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

55 IPM pertumbuhan ekonomi (%) ekonomi bukan merupakan akhir pembangunan manusia. Yang lebih penting adalah bagaimana pertumbuhan ekonomi digunakan untuk memperbaiki kapabilitas manusianya dan pada gilirannya rakyat menggunakan kapabilitasnya (Kuncoro, 2013). Sebaliknya, paradigma pembangunan saat ini meletakkan manusia sebagai tujuan akhir pembangunan. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia selama periode cenderung mengalami peningkatan, sementara pertumbuhan ekonomi mengalami fuktuasi yang tajam. Sepanjang 4 tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Temanggung konsisten tumbuh diatas 4 persen dengan pertumbuhan yang semakin cepat. Secara umum juga dapat dilihat bahwa sepanjang , IPM Kabupaten Temanggung selalu berada di bawah IPM Provinsi Jawa Tengah, sebaliknya pada tahun 2011 dan 2013 mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah. Gambar Perkembangan IPM dan Pertumbuhan Ekonomi (Tahun Dasar 2010) Kabupaten Temanggung dan Provinsi Jawa Tengah ,0 68,0 66,0 64,0 62,0 6,09 66,64 5,30 64,14 67,21 5,34 64,91 68,02 65,52 5,20 5,11 68,78 69,49 65,97 67,07 5,44 5,28 5,17 5,06 6,20 5,70 5,20 4,70 60,0 Sumber: BPS 4, IPM Temanggung IPM Jawa Tengah pertumbuhan tmg adhk 2010 pertumbuhan jateng adhk ,20 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia selama periode cenderung mengalami peningkatan, sementara pertumbuhan ekonomi mengalami fuktuasi yang tajam. Sepanjang 4 tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

56 Kabupaten Temanggung konsisten tumbuh diatas 4 persen dengan pertumbuhan yang semakin cepat. Secara umum juga dapat dilihat bahwa sepanjang , IPM Kabupaten Temanggung selalu berada di bawah IPM Provinsi Jawa Tengah, sebaliknya pada tahun 2011 dan 2013 mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah. Untuk melihat karakterisik IPM Kabupaten Temanggung khususnya dan Provinsi Jawa Tengah pada umumnya, maka diperlukan analisis tipologi dengan mengadopsi klasifikasi Klassen, yaitu menggunakan indikator IPM dan pertumbuhan ekonomi. Melalui analisis ini karakteristik IPM kabupaten/kota dibandingkan dengan IPM Provinsi Jawa Tengah, sementara pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah. Disebut tinggi apabila indikator kabupaten/kota lebih tinggi dibanding indikator yang sama di Provinsi Jawa Tengah dan digolongkan rendah apabila lebih rendah dibanding indikator yang sama di Provinsi Jawa Tengah Gambar Tipologi Daerah Menurut IPM dan Pertumbuhan Ekonomi (ADHK 2010) di Provinsi Jawa Tengah, 2015 Sumber : diolah dari BPS Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

57 Beradasarkan kuadran diatas, terlihat bahwa tipologi daerah menurut pertumbuhan ekonomi dan IPM adalah sebagai berikut : Daerah dengan pertumbuhan ekonomi dan IPM tinggi ada 8 kabupaten/kota yaitu Kabupaten Banyumas, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Sragen, Kabupaten Demak, Kabupaten Surakarta dan Kota Semarang. Daerah dengan pertumbuhan ekonomi tinggi dan IPM rendah ada 10 kabupaten/kota yaitu Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Rembang, Kabupaten Pati, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Tegal, dan Kabupaten Brebes. Daerah dengan pertumbuhan ekonomi dan IPM rendah adalah 7 kabupaten/kota yaitu Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Magelang, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Blora, Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Pekalongan. Daerah dengan pertumbuhan ekonomi rendah dan IPM tinggi ada 10 kabupaten/kota yaitu Kabupaten Purworejo, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Kudus, Kabupaten Jepara, Kabupaten Semarang, Kabupaten Kendal, Kabupaten Magelang, Kota Salatiga, Kota Pekalongan dan Kota Tegal. Kabupaten Temanggung sendiri berada dalam kuadran III yaitu memiliki pertumbuhan ekonomi dan IPM yang rendah. Tentu bagi masyarakat Kabupaten Temanggung, terutama para stakeholder, posisi ini sangat mengkhawatirkan. Tingkat pembangunan manusia yang relatif tinggi akan mempengaruhi kinerja pertumbuhan ekonomi melalui kapabilitas penduduk dalam peningkatan produktifitas dan kreatifitas penduduk dalam menyerap dan mengelola sumber daya alam (Brata, 2004). Sedangkan pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap pembangunan manusia adalah melalui mutu modal manusia terutama dalam bidang pendidikan dan kesehatan. Pendidikan mempengaruhi kualitas modal manusia baik secara mikro maupun makro. Pada level mikro, peningkatan pendidikan seseorang selalu dikaitkan dengan peningkatan pendapatan atau upah. Jika upah mencerminkan produktifitas, maka semakin tinggi pendidikan Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

58 seseorang, semakin tinggi produktifitasnya dan hasil akhirnya ekonomi nasional akan tumbuh lebih tinggi. Selanjutnya untuk mengetahui pola hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan IPM dapat dilakukan dengan korelasi rank spearman. Formula korelasi rank spearman adalah sebagai berikut: ( ) Dimana : = koefisien korelasi rank spearman D = perbedaan antara pasangan jenjang N = jumlah sampel Bila koefisien korelasi bernilai nol, maka tidak ada korelasi dan bila bernilai positif satu atau negative satu, maka terdapat korelasi sempurna. Tabel Korelasi Rank Spearman IPM dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah, 2015 Correlations ipm15 r2015 Spearman's rho ipm15 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)..331 N r2015 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed).331. N Berdasarkan perhitungan diatas diketahui bahwa nilai korelasi rank spearman antara IPM dan pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 0,331 dengan tingkat siginifikansi 0,05 persen. Secara statistik dapat dikatakan bahwa korelasi kedua indikator tersebut tidak cukup erat. Masih rendahnya kontribusi kualitas pembangunan manusia terhadap pertumbuhan ekonomi mengindikasikan masih rendahnya pehatian pemerintah daerah terhadap pembangunan sumber daya manusia. Intepretasi yang paling utama adalah jika suatu daerah ingin membangun perekonomian, maka kualitas Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

59 sumber daya manusia harus diperhatikan, demikian juga sebaliknya jika ingin mengembangkan sumber daya manusia, maka kinerja perekonomian tidak bisa diabaikan. Cara yang paling efektif untuk mencapai pembangunan manusia yang berkelanjutan adalah dengan pencapaian pertumbuhan ekonomi yang semakin membaik diikuti pemerataan pendapatan (UNDP, 1999) Tipologi Daerah Menurut IPM dan Kemiskinan Bergesernya paradigma pembangunan yang hanya bertumpu pada pertumbuhan ekonomi (economic growth) menjadi pertumbuhan melalui pemerataan merupakan langkah bijak yang memihak kepada kepentingan masyarakat miskin dan lemah agar masyarakat miskin tersebut memilki peluang untuk berusaha secara produktif dan pada gilirannya akan mempercepat pertumbuhan ekonomi (Mubyarto, 2000). Rumah tangga memegang peranan penting dalam pembangunan manusia, dimana pengeluaran rumah tangga memiliki kontribusi langsung terhadap pembangunan manusia seperti pengeluaran untuk makanan, pendidikan dan kesehatan.pengeluaran rumah tangga itu sendiri ditentukan oleh pendapatan rumah tangga. Bagi penduduk miskin, sebagian besar bahkan seluruh pendapatannya digunakan untuk kebutuhan makan sehingga penduduk miskin tidak atau hanya sedikit memiliki kesempatan mendapat pendidikan dan kesehatan yang memadai. Hasil-hasil pembangunan seharusnya dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat baik masyarakat kaya, menengah maupun miskin. Oleh karenanya, keberhasilan pembangunan selain diindikasikan dengan peningkatan IPM, juga diindikasikan dengan menurunnya tingkat kemiskinan. Dari grafik dibawah dapat dilihat bahwa kemajuan pembangunan di Kabupaten Temanggung dapat dilihat dari meningkatnya IPM yang diiringi dengan menurunnya kemiskinan sepanjang Tahun Jika IPM Kabupaten Temanggung masih jauh dibawah IPM Provinsi Jawa Tengah, persentase penduduk miskin di Kabupaten Temanggung justru jauh lebih rendah dibandingkan kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah pada umumnya. Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

60 Gambar Perkembangan IPM dan Kemiskinan Kabupaten Temanggung dan Provinsi Jawa Tengah, ,00 69,00 68,00 67,00 66,00 65,00 64,00 63,00 62,00 69,49 15,72 68,78 66,64 15,34 68,02 67,21 14,56 14,46 67,07 13,58 65,97 65,52 13,38 64,91 64,14 12,32 12,42 11,76 11, IPM Temanggung P0 Temangung IPM Jawa Tengah P0 Jawa Tengah Sumber : BPS Gambar Tipologi Daerah Menurut IPM dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Jawa Tengah, 2015 Sumber: diolah dari BPS Meskipun tren pembangunan manusia selalu meningkat dan persentase penduduk miskin memiliki tren menurun, namun masih terdapat kesenjangan Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O15

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O15 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 0/07/Th. VIII, 1 Juli 016 PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN 011 - O15 Selama kurun waktu 011-015, IPM Kabupaten Ngada meningkat dari

Lebih terperinci

jayapurakota.bps.go.id

jayapurakota.bps.go.id INDEKS PEMBANGUNGAN MANUSIA DAN ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAYAPURA TAHUN 2015/2016 ISSN: Nomor Katalog : 2303003.9471 Nomor Publikasi : 9471.1616 Ukuran Buku Jumlah Halaman Naskah : : 16,5

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O14

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O14 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 02/10/Th. VII, 05 Oktober 2015 PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN 2010-2O14 (PENGHITUNGAN DENGAN MEMAKAI METODE BARU) Selama kurun

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU H.Nevi Hendri, S.Si Soreang, 1 Oktober 2015 Pendahuluan Metodologi IPM Hasil Penghitungan IPM Metode Baru Penutup Pendahuluan SEJARAH PENGHITUNGAN IPM 1990:

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA METODE BARU UMUR PANJANG DAN HIDUP SEHAT PENGETAHUAN STANDAR HIDUP LAYAK BADAN PUSAT STATISTIK DAFTAR ISI Pembangunan Manusia Perubahan Metodologi IPM Implementasi IPM Metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang belum ada menjadi ada atau membuat suatu perubahan yaitu membuat sesuatu menjadi lebih baik atau meningkat.

Lebih terperinci

Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya (tahun) sekolah formal yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa me

Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya (tahun) sekolah formal yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa me BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAGELANG No.02/05/33.08/Th. I, 04 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN MAGELANG 2016 1. Perkembangan IPM Kabupaten Magelang, 2010-2016 Pembangunan manusia

Lebih terperinci

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 LATAR BELAKANG Sebelum tahun 1970-an, pembangunan semata-mata dipandang sebagai fenomena ekonomi saja. (Todaro dan Smith)

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii DAFTAR ISI HALAMAN KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... v BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Tujuan dan Sasaran... 3 I.3 Sumber Data... 4 I.4 Sistematika

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA METODE BARU UMUR PANJANG DAN HIDUP SEHAT PENGETAHUAN STANDAR HIDUP LAYAK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DAFTAR ISI Pembangunan Manusia Perubahan Metodologi

Lebih terperinci

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2015 di Kabupaten Asmat

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2015 di Kabupaten Asmat Nomor : BRS-02/BPS-9415/Th. I, 28 Juni 2016 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2015 di Kabupaten Asmat 1. IPM pertama kali diperkenalkan oleh United Nation Development Programme (UNDP) pada tahun 1990

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014

ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014 ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014 (Oleh Endah Saftarina Khairiyani, S.ST) 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan era globalisasi menuntut setiap insan untuk menjadi

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 33/05/51/Th. II, 5 Mei 2017 IPM Provinsi Bali Tahun 2016 Progres pembangunan manusia pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang United Nation Development Program (UNDP) pada tanggal 24 Juli 2014 di Tokyo Jepang untuk pertama kalinya mempublikasikan Laporan pembangunan Manusia Tahun 2014 dengan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017 Nomor ISBN : Ukuran Buku : 6,5 x 8,5 inchi Jumlah Halaman : vii + 38 Halaman Naskah Penanggung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya yang sudah direncanakan dalam melakukan suatu perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL 2.1 Indeks Pembangunan Manusia beserta Komponennya Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM; Human Development Index) merupakan salah satu indikator untuk mengukur

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA METODE BARU KABUPATEN SORONG TAHUN 2014

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA METODE BARU KABUPATEN SORONG TAHUN 2014 i ii INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA METODE BARU KABUPATEN SORONG TAHUN 2014 Katalog BPS/ BPS Catalogue : 1413.9107 ISSN : 2302-1535 Nomor Publikasi/ Publication Number : 9107.15.03 Ukuran Buku/ Book size :

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 38/07/34/Th.XVIII, 1 Juli 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015 Pembangunan manusia di Daerah Istimewa Yogyakarta pada

Lebih terperinci

INDIKATOR PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PULAU MOROTAI 2015

INDIKATOR PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PULAU MOROTAI 2015 INDIKATOR PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PULAU MOROTAI Kata Pengantar merupakan publikasi yang menyajikan data terkait indikator ekonomi, sosial, infrastruktur dan pelayanan publik, lingkungan, dan teknologi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv ix BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) BANTEN TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) BANTEN TAHUN 2016 No. 30/05/36/Th.XI, 5 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) BANTEN TAHUN 2016 PEMBANGUNAN MANUSIA BANTEN TERUS MENGALAMI KEMAJUAN Pembangunan manusia di Banten pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN

BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN 4.1 Pendidikan di Banten Pemerintah Provinsi Banten sejauh ini berupaya melakukan perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat salah satunya

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) BANTEN TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) BANTEN TAHUN 2015 No. 40/07/36/Th.X, 1 Juli 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) BANTEN TAHUN 2015 STATUS PEMBANGUNAN MANUSIA BANTEN MENINGKAT MENJADI TINGGI Pembangunan manusia di Banten pada tahun 2015 terus mengalami

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) SEKADAU TAHUN 2014

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) SEKADAU TAHUN 2014 BPS KABUPATEN SEKADAU No.02/11/6109/Th. I, 30 November 2015 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) SEKADAU TAHUN 2014 IPM KABUPATEN SEKADAU TAHUN 2014 SEBESAR 61,98 MENINGKAT SELAMA LIMA TAHUN TERAKHIR IPM pertama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan masyarakat merupakan hal yang harus dicapai dalam pembangunan. Adapun salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan dalam pembangunan adalah

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 PROVINSI RIAU SEBESAR 71,20

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 PROVINSI RIAU SEBESAR 71,20 No. 23/05/14/Th. XVIII, 5 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 PROVINSI RIAU SEBESAR 71,20 IPM Riau Tahun 2016 Pembangunan manusia di Riau pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan yang

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI GORONTALO 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI GORONTALO 2015 No. 34/06/75/Th.X, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI GORONTALO 2015 IPM Provinsi Gorontalo Tahun 2015 Pembangunan manusia di Provinsi Gorontalo pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan. Gambar 1.1 Peta Dunia Berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (2004). menengah. tinggi. data ( ) rendah (

Bab 1 Pendahuluan. Gambar 1.1 Peta Dunia Berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (2004). menengah. tinggi. data ( ) rendah ( Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk

Lebih terperinci

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.7 April 2013 ANALISIS INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERIODE 2007-2011 H. Syamsuddin. HM ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development)

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perencanaan pembangunan dewasa ini, pembangunan manusia senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development) dirumuskan sebagai perluasan

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN EMPAT LAWANG. Pembangunan manusia didefinisikan sebagai proses perluasan pilihan bagi penduduk

BPS KABUPATEN EMPAT LAWANG. Pembangunan manusia didefinisikan sebagai proses perluasan pilihan bagi penduduk BPS KABUPATEN EMPAT LAWANG No. 001/05/1611/Th.XIX, 24 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNA AN MANUSIA (IPM) TAHUN IPM Empat Lawang Tahun Pembangunan manusia di Empat Lawang pada tahun terus mengalami kemajuan yang

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 No. 40/06/51/Th. I, 15 Juni 2016 Pembangunan manusia pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 33/05/Th. XI, 5 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM Sulawesi Utara Tahun 2016 Pembangunan manusia di Sulawesi Utara pada tahun 2016 mengalami kemajuan yang ditandai dengan meningkatnya

Lebih terperinci

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI ACEH 2016 Nomor Publikasi : 11522.1605 Katalog BPS : 4102004.11 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xvii + 115 Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 36/06/17/II, 2 Juni 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN IPM PROVINSI BENGKULU TAHUN TERMASUK KATEGORI SEDANG Pembangunan manusia di Provinsi Bengkulu terus mengalami kemajuan yang ditandai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar pembangunan. Tujuan dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyat untuk

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) D.I. Yogyakarta TAHUN 2016 TERUS MENINGKAT

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) D.I. Yogyakarta TAHUN 2016 TERUS MENINGKAT BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 27/05/34/Th.XIX, 5 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) D.I. Yogyakarta TAHUN 2016 TERUS MENINGKAT Pembangunan manusia di D.I. Yogyakarta terus mengalami kemajuan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU Tujuan utama pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan rakyat untuk menikmati umur panjang, sehat, dan menjalankan kehidupan yang produktif

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012 RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 1 Halaman Daftar Isi Daftar Isi... 2 Kata Pengantar... 3 Indikator Makro Pembangunan Ekonomi... 4 Laju Pertumbuhan Penduduk...

Lebih terperinci

ANALISIS INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GRESIK TAHUN 2017

ANALISIS INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GRESIK TAHUN 2017 PENGETAHUAN STANDAR HIDUP LAYAK ANALISIS INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GRESIK TAHUN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH KABUPATEN GRESIK Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 B A D A N P U S A T S T A T I S T I K No.31/05/76/Th.XI, 5 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM Sulawesi Barat Tahun 2016 Pembangunan manusia di Sulawesi Barat pada tahun 2016 terus

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA K o t a B a t a m Tahun 2015 No. Publikasi : 2171.15.07 No. Katalog BPS : 4102.002.2171 Ukuran Buku : 21 cm x 15 cm Jumlah Halaman : viii + 50 Naskah : Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

BPS PROVINSI MALUKU INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Maluku Tahun 2015 1. Perkembangan IPM Maluku Tahun 2010-2015 No. 06/07/81/Th. I, 1 Juli 2016 Pembangunan manusia di Maluku pada tahun

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 25/05/15/Th.XI, 5 Mei 2017 IPM Provinsi Jambi Tahun 2016 Pembangunan manusia di Provinsi Jambi pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta Komponennya Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP meningkat di tahun 2013 sebesar 1.30 persen dibandingkan pada tahun

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEBESAR 73,75

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEBESAR 73,75 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEBESAR 73,75 No. 48/06/21/Th. XI, 15 Juni 2016 IPM Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2015 Pembangunan manusia

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 28/05/63/Th.XXI/5 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM Kalimantan Selatan Tahun 2016 Pembangunan manusia di Kalimantan Selatan pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan yang ditandai

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN WALIKOTA MADIUN

KATA SAMBUTAN WALIKOTA MADIUN WALIKOTA MADIUN KATA SAMBUTAN Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Puji dan Syukur senantiasa kita panjatkan ke Hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa atas perkenan dan ridho-nya bahwa buku "ANALISIS

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 1413.7371 Indeks Pembangunan Manusia Kota Makassar 2014 Katalog BPS : 1413.7371 Naskah/Editor : Seksi Neraca Wilayah & Analisis Statistik Gambaran Kulit : Seksi Neraca Wilayah & Analisis

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 BPS PROVINSI MALUKU No. 07/05/81/Th. II, 2 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM Maluku Tahun 2016 Pembangunan manusia di Maluku pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan yang ditandai

Lebih terperinci

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Maluku Utara Tahun 2016

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Maluku Utara Tahun 2016 No. 22/04/82/Th XVI, 17 April 2017 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Maluku Utara Tahun 2016 IPM Maluku Utara Tahun 2016 Pembangunan manusia di Maluku Utara pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan yang

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 No. 30/06/14/Th. XVII, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Riau Tahun 2015 Pembangunan manusia di Riau pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus meningkatnya

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN PULAU MOROTAI 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN PULAU MOROTAI 2015 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN PULAU MOROTAI KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas perkenannya Publikasi Indeks Pembangunan Manusia Tahun dapat diselesaikan. Publikasi ini

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Per Kapita dan Struktur Ekonomi Tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam lima tahun terakhir

Lebih terperinci

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Penajam Paser Utara 2014 i i Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Penajam Paser Utara 2014 ii ii INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA 2014

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 No.42/06/33/Th.X, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Jawa Tengah Tahun 2015 Pembangunan manusia di Jawa Tengah pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) BENGKULU TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) BENGKULU TAHUN 2015 No. 38/07/17/I, 1 Juli 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) BENGKULU TAHUN 2015 IPM Bengkulu Tahun 2015 = 68,59 Pembangunan manusia di Bengkulu pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI NTB TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI NTB TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK No. 25/04/52/th II, 17 April 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI NTB TAHUN 2016 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi NTB pada tahun 2016 mengalami kemajuan yang ditandai

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR

KATA SAMBUTAN BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR KATA SAMBUTAN BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR Assalamualaikum Wr. Wb. Segala puji kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas perkenan dan rahmat-nya, kita telah diberi kesempatan untuk mencurahkan segenap kemampuan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 B A D A N P U S A T S T A T I S T I K No.36/06/76/Th.X, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Sulawesi Barat Tahun 2015 Pembangunan manusia di Sulawesi Barat pada tahun 2015 terus

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN LAMONGAN No. 04/06/3524/Th. II, 14 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2016 RINGKASAN Pembangunan manusia di Lamongan pada tahun 2016 terus

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR ROADMAP PENINGKATAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI LAMPUNG TAHUN B ADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG

LAPORAN AKHIR ROADMAP PENINGKATAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI LAMPUNG TAHUN B ADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG LAPORAN AKHIR ROADMAP PENINGKATAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015-2025 B ADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program pembangunan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembangunan manusia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pada tahun 1990 UNDP (United Nations Development Programme) dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembangunan manusia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pada tahun 1990 UNDP (United Nations Development Programme) dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini diuraikan definisi dan teori pembangunan manusia, pengukuran pembangunan manusia, kajian infrastruktur yang berhubungan dengan pembangunan manusia, dan kajian empiris

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 29/05/16/Th.XIX, 5 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM Sumatera Selatan Tahun 2016 Pembangunan manusia di Sumatera Selatan pada tahun 2016 terus mengalami

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 No. 33/06/63/Th. XX/15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Kalimantan Selatan Tahun 2015 Pembangunan manusia di Kalimantan Selatan pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4.

Lebih terperinci

Mengeluarkan uang dalam rangka membiayai proses pendidikan adalah investasi yang sangat menguntungkan dan dapat dinikmati selama-lamanya.

Mengeluarkan uang dalam rangka membiayai proses pendidikan adalah investasi yang sangat menguntungkan dan dapat dinikmati selama-lamanya. INDIKATOR PENDIDIKAN Mengeluarkan uang dalam rangka membiayai proses pendidikan adalah investasi yang sangat menguntungkan dan dapat dinikmati selama-lamanya. 4 Lokasi: Kantor Bupati OKU Selatan Pemerintah

Lebih terperinci

TANTANGAN MEWUJUDKAN BONUS DEMOGRAFI DI PROVINSI BENGKULU

TANTANGAN MEWUJUDKAN BONUS DEMOGRAFI DI PROVINSI BENGKULU TANTANGAN MEWUJUDKAN BONUS DEMOGRAFI DI PROVINSI BENGKULU irdsall, Kelley dan Sinding eds (2001), tokoh aliran Revisionis dalam masalah demografi membawa pemikiran adanya hubungan antara perkembangan penduduk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau 2013-2018 Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau i Kata Pengantar Kepala Bappeda Kabupaten Pulang Pisau iii Daftar Isi v Daftar Tabel vii Daftar Bagan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROPINSI NTB TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROPINSI NTB TAHUN 2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 40/06/52/th I, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROPINSI NTB TAHUN 2015 Pembangunan manusia di Propinsi NTB pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai

Lebih terperinci

Gambar 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah,

Gambar 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah, No.26/04/33/Th.XI, 17 April 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM Jawa Tengah Tahun 2016 Pembangunan manusia di Jawa Tengah pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2015 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2015 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi : 3403.16.27 Katalog BPS : 4102002.3403 Ukuran Buku : 21 x 29,7 cm Jumlah Halaman : vi rumawi + 53 halaman Naskah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii i DAFTAR ISI HALAMAN KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Tujuan dan Sasaran... 3 I.3 Sumber Data... 4 I.4 Sistematika Penulisan... 5 BAB II Metodologi...

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 No. 42/06/Th. X, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Sulawesi Utara Tahun 2015 Pembangunan manusia di Sulawesi Utara pada tahun 2015 mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 No.1/3307/BRS/11/2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 Pembangunan manusia di Wonosobo pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 28 / 05/ 61/ Th XX, 05 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM Kalimantan Barat Tahun 2016 Pembangunan manusia di Kalimantan Barat pada tahun 2016 terus

Lebih terperinci

ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN PELALAWAN 2015

ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN PELALAWAN 2015 ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN PELALAWAN 2015 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pelalawan Bekerja Sama Dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Pelalawan ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 27/05/62/Th. II, 5 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016 TERUS MENINGKAT IPM Kalimantan Tengah Tahun 2016 Pembangunan manusia di Kalimantan Tengah pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (United Nations Development Programme) sejak tahun 1996 dalam seri laporan

BAB I PENDAHULUAN. (United Nations Development Programme) sejak tahun 1996 dalam seri laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dibuat dan dipopulerkan oleh UNDP (United Nations Development Programme) sejak tahun 1996 dalam seri laporan tahunan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembangunan manusiadengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi. untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat.

I. PENDAHULUAN. pembangunan manusiadengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi. untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini banyak literatur ekonomi pembangunan yang membandingkan antara pembangunan manusiadengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Mamuju

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Mamuju Katalog BPS: 4102002.7604 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Mamuju Human Development Index of Mamuju Regency 2012 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAMUJU Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Mamuju

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 15/05/18/TAHUN II, 5 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM Lampung Tahun 2016 Pembangunan manusia di Lampung pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan yang ditandai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Indeks Pembangunan Manusia Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Pembangunan manusia menempatkan

Lebih terperinci

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Kata pengantar Publikasi Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 merupakan publikasi yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kesehatan, kemiskinan, dan Indeks Demokrasi Indonesia

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii vii Bab I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen 1-4 1.4 Sistematika Penulisan 1-6 1.5 Maksud dan Tujuan 1-7 Bab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013 Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013 INDIKATOR SOSIAL KABUPATEN PULAU MOROTAI 2013 Jumlah Halaman : ix + 77 halaman Naskah : BPS Kabupaten Pulau Morotai Diterbitkan Oleh : BAPPEDA Kabupaten Pulau

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Kuncoro (2014), dalam jurnal Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Pengangguran dan Pendidikan terhadap Tingkat Kemiskinan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. Analisis Pembangunan Sosial Kabupaten Bandung Latar Belakang

Bab I. Pendahuluan. Analisis Pembangunan Sosial Kabupaten Bandung Latar Belakang Bab I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Informasi statistik merupakan salah satu bahan evaluasi pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah, serta sebagai bahan masukan dalam proses perumusan kebijakan perencanaan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 No. 27/07/62/Th. I, 01 Juli 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Kalimantan Tengah Tahun 2015 Pembangunan manusia di Kalimantan Tengah pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai

Lebih terperinci

Secara lebih sederhana tentang IPM dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Angka harapan hidup pd saat lahir (e0)

Secara lebih sederhana tentang IPM dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Angka harapan hidup pd saat lahir (e0) Lampiran 1. Penjelasan Singkat Mengenai IPM dan MDGs I. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 1 Sejak 1990, Indeks Pembangunan Manusia -IPM (Human Development Index - HDI) mengartikan definisi kesejahteraan secara

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 15/06/18/TAHUN I, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Lampung Tahun 2015 Pembangunan manusia di Lampung pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai

Lebih terperinci

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber I. Pendahuluan Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) dari delapan tujuan yang telah dideklarasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2000 adalah mendorong kesetaraan gender dan

Lebih terperinci