PERBANDINGAN EFEK TERAPI PIRASETAM DAN SITIKOLIN TERHADAP PERBAIKAN FUNGSI KOGNITIF PASIEN STROKE ISKEMIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBANDINGAN EFEK TERAPI PIRASETAM DAN SITIKOLIN TERHADAP PERBAIKAN FUNGSI KOGNITIF PASIEN STROKE ISKEMIK"

Transkripsi

1 Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi PERBANDINGAN EFEK TERAPI PIRASETAM DAN SITIKOLIN TERHADAP PERBAIKAN FUNGSI KOGNITIF PASIEN STROKE ISKEMIK COMPARISON OF THERAPEUTIC EFFECTS PIRACETAM AND CITICOLINE TO IMPROVE COGNITIVE FUNCTION ON ISCHEMIC STROKE PATIENTS Munifah Wahyuddin, Arief Nurrochmad, Woro Harjaningsih Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ABSTRAK Salah satu dampak yang ditimbulkan stroke berupa gangguan kognitif. Neuroprotektor seperti pirasetam dan stikolin merupakan obat yang dapat mengatur fungsi serebral dengan meningkatkan kemampuan kognitif pada otak yang menurun, namun penggunaannya masih kontroversial dan menjadi perdebatan berdasarkan penelitian ilmiah. Di beberapa Rumah sakit yang ada di Makassar, penggunaan kedua neuroprotektor ini yaitu piresetam dan sitikolin banyak digunakan pada pasien stroke iskemik. Tujuan penelitian ini Untuk mengetahui efek terapi pirasetam dan sitikolin terhadap perbaikan fungsi kognitif pasien stroke iskemik dilihat dari parameter (MoCA-Ina) The Montreal Cognitive Assessment versi Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan studi kohort. Metode pengambilan data dilakukan secara prospektif dimana pasien dikelompokkan dua kelompok, yaitu 35 pasien kelompok pirasetam dan 27 pasien kelompok sitikolin. Pengukuran efektivitas pirasetam dan sitikolin dilakukan sebelum dan sesudah (hari ke-7) pemberian terapi dengan menggunakan skala MoCA. Efek terapi dari pirasetam dan sitikolin ditandai dengan adanya peningkatan nilai MoCA. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pasien stroke iskemik yang mendapat terapi pirasetam selama 7 hari berdasarkan total domain menunjukkan adanya perbaikan fungsi kognitif yang bermakna 0,000 (p<0,05), tetapi tidak ada perbedaan yang bermakna pada masing-masing domain kognitif.pasien stroke iskemik yang mendapat terapi sitikolin berdasarkan total domain, menunjukkan adanya perbaikan fungsi kognitif yang bermakna yaitu 0,000 (p<0,05) dan pada domain orientasi 0,003 (p<0,05). Terdapat perbedaan yang bermakna pada domain pemikiran konseptual pada hari ke-7 pemberian terapi antara pirasetam 0,31±0,631 dengan sitikolin 0,04±0,192 dengan nilai signifikansi 0,033 (p<0,05), sedangkan untuk ( MoCA) tidak ada perbedaan efek antara pirasetam dengan sitikolin dalam perbaikan fungsi kognitif pasien stroke iskemik dengan nilai signifikansi 0,217 (p>0,05). Kata Kunci: stroke iskemik, pirasetam, sitikolin, MoCA, fungsi kognitif ABSTRACT One of the impacts a stroke is cognitive impairment. Neuroprotector like pirasetam and stikolin is a drugs that can regulate cerebral function by improving the cognitive ability of the brain decreases, but its use is controversial and debated based on scientific research. In several hospitals in Makassar, both of neuroprotective sitikolin and piresetam widely used in patients with ischemic stroke. This study aims to determine comparison of therapeutic effects pirasetam and sitikolin to improved cognitive function ischemic stroke patients seen from MoCA s (Montreal Cognitive Assessment) instrument. This study uses an observational with cohort design. Method of data collection was done prospectively which patients were grouped in two groups: 35 patients in the pirasetam and 27 patients in the sitikolin. Measuring the effectiveness pirasetam and sitikolin performed before and after (day 7) therapy using a scale MoCA. Therapeutic effects pirasetam and sitikolin characterized by an increase in the value of MoCA. Analysis of statistic showed that ischemic stroke patients who received treatment for 7th days pirasetam based on total domains showed significant improvement in cognitive function were (p <0.05), but no significant difference in each domain of cognitive. Ischemic stroke patients who received sitikolin therapy based on the total domain, showed a significant improvement in cognitive function is (p <0.05) and the domain orientation (p <0,05). There is a significant difference in the domain of conceptual thought in the 7th day between therapy of pirasetam 0.31±0.631 with sitikolin 0,04±0.192 with a significance value of (p <0.05) and for Δ MoCA there is not difference effects between pirasetam and sitikolin to improving cognitive function of patients with ischemic stroke significance value of (p> 0,05). Keywords: ischemic stroke, pirasetam, sitikolin, MoCA, cognitive function PENDAHULUAN Stroke merupakan suatu penyakit serebrovaskuler yang terjadi secara tiba-tiba dan menyebabkan kerusakan neurologis. Kerusakan neurologis tersebut dapat disebabkan oleh adanya sumbatan total atau parsial pada satu atau lebih pembuluh darah serebral sehingga menghambat aliran darah ke otak (Ikawati, 2011). Stroke, yang juga dikenal dengan istilah cerebrovascular accident atau brain attack, merupakan kerusakan mendadak pada peredaran darah otak dalam satu pembuluh darah atau lebih. Serangan stroke akan mengganggu atau mengurangi pasokan oksigen dan umumnya menyebabkan kerusakan yang serius atau nekrosis pada jaringan otak (Kowalak dkk., 2003). 255

2 Volume 3 Nomor 4 September 2013 Salah satu dampak yang ditimbulkan oleh stroke adalah kecacatan. Angka kecacatan akibat stroke cenderung meningkat. Kecacatan yang ditimbulkan dapat berupa gangguan motorik, otonom, sensorik maupun kognitif. Gangguan kognitif seringkali kurang diperhatikan oleh pasien, anggota keluarga, maupun tenaga medis yang merawat karena dampaknya tidak menonjol atau kurang bisa dikenali dibandingkan dengan gangguan neurologis yang lainnya. Namun, gangguan kogntitif secara bermakna dapat mengganggu kualitas hidup pasien stroke. Dampak gangguan kognitif pasca stroke iskemik berkisar antara % dan semakin meningkat resikonya, bahkan hingga 2 tahun pasca stroke. Gangguan kognitif pasca stroke termasuk dalam suatu kelompok gangguan kognitif yang disebut vascular cognitve impairment (VCI) yang terdiri dari gangguan kognitif ringan yang tidak mengganggu aktivitas sehari- hari (vascular cognitve impairment no dementia ) sampai yang paling berat berupa demensia vaskuler. Gangguan kognitif dapat mengenai satu atau lebih domain kognitif seperti atensi, bahasa, memori, visospasial, dan fungsi eksekutif (Harms dkk., 2004). Neuroprotektor merupakan obat yang dapat mengatur fungsi serebral dengan meningkatkan kemampuan kognitif pada otak yang menurun. Neuroprotektor ini telah banyak digunakan di berbagai negara, terutama di Indonesia. Obat- obat yang sering digunakan, yaitu pirasetam dan sitikolin (Keil dkk., 2006). Namun, penggunaan kedua obat ini masih menjadi perdebatan mengenai efektivitasnya. Berbagai penelitian telah banyak dilakukan untuk mengetahui efektivitas kedua obat tersebut terhadap pasien stroke. Penelitian RCT (Randomized Control Trial) pada pasien stroke menunjukkan bahwa pemberian pirasetam tidak memberikan efek perbaikan neurologis pada pasien stroke (Alawneh dkk., 2008). Selain itu, hasil systematic reviews yang telah dilakukan menyatakan bahwa bukti yang tersedia dari literatur yang diterbitkan tidak mendukung penggunaan pirasetam dalam pengobatan demensia atau gangguan kognitif, meskipun diperoleh kesan adanya perubahan global tetapi tidak ada perubahan benefit yang spesifik (Evans dan Flicker, 2001). Sitikolin yang penggunaannya sebagai neuroprotektor juga telah banyak dilakukan penelitian terkait efektivitasnya. Review dari 13 clinical trial menyatakan bahwa penggunaan sitikolin pada stroke iskemik dan gangguan CNS meningkatkan fungsi neurologis dan dapat mempercepat penyembuhan pasien (Adibhatla dan Hatcher, 2005). Analysis of clinical trials yang telah dilakukan memperoleh hasil pada pengobatan dengan oral citicoline dalam 24 jam pertama setelah onset serangan pada pasien moderat hingga stroke berat dapat meningkatkan kemungkinan pemulihan lengkap pada 3 bulan (Davalos dkk., 2002). Selain itu, beberapa studi menilai efektivitas dan khasiat pengobatan sitikolin dalam pencegahan penurunan kognitif pascastroke. Dari metanalysis yang dilakukan pada salah satu domain fungsi kognitif, yaitu memori dengan gejala mulai dari kerusakan kognitif vaskular ringan, VAD (vascular alzheimer disease) hingga dementia. Hasil keseluruhan (884 pasien) menunjukkan bukti manfaat dari sitikolin pada memori dan perilaku, tetapi tidak pada perhatian. Ada peningkatan yang signifikan dalam perubahan kesan global dibandingkan dengan kelompok plasebo (Fioravanti dan Ann, 2006). Selain itu, diperoleh hasil bahwa efek obat kuat untuk perbaikan memori dengan terapi yang teratur. Hasil evaluasi neuropsikologi dalam kelompok dari 172 pasien yang menerima sitikolin selama 6 bulan kemudian dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kelompok kasus dan kontrol diberikan sitikolin dalam waktu 24 jam dari onset stroke selama 6 minggu. Perbaikan fungsi kognitif yang bermakna secara statistik terlihat pada kelompok sitikolin yang diterapi pada 6 bulan dan 1 tahun setelah stroke pada domain kognitif perhatian, orientasi temporal, dan fungsi eksekutif (Sabin dan Gustavo, 2011). Dalam penggunaannya sebagai neuroprotektor pada pasien stroke iskemik, kebijakan tiap rumah sakit berbeda-beda. Di beberapa rumah sakit yang ada di Makassar, pirasetam merupakan neuroprotektor yang digunakan pada pasien stroke iskemik yang memiliki kesadaran penuh/ GCS 15 dengan atau tanpa afasia, sedangkan sitikolin digunakan pada 256

3 Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi pasien stroke iskemik/ perdarahan yang mengalami penurunan kesadaran (GCS<15), akan tetapi kadangkala juga digunakan sitikolin pada pasien stroke iskemik yang memiliki kesadaran yang penuh/ GCS 15. Oleh karena itu, dilakukan penelitian ini untuk mengetahui neuroprotektor yang paling efektif pada pasien stroke iskemik yang memiliki kesadaran penuh/gcs 15 terutama yang berhubungan dengan fungsi kognitif pasien. METODE Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan studi kohort. Metode pengambilan data dilakukan secara prospektif yaitu melakukan pengukuran fungsi kognitif kepada pasien stroke iskemik sebelum dan sesudah (hari ke-7) mendapat terapi pirasetam atau sitikolin yang dirawat di IGD dan di bangsal rawat inap di beberapa rumah sakit yang ada di Makassar periode Januari - Juli Efek terapi dari pirasetam dan sitikolin diketahui berdasarkan peningkatan nilai (MoCA-Ina) The Montreal Cognitive Assessment versi Indonesia. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Pasien Stroke Iskemik Pasien stroke iskemik yang diperoleh di beberapa rumah sakit yang ada di wilayah Makassar periode Januari-April dan Juni-Juli 2013 sebanyak 74 sampel. Sebanyak 62 sampel memenuhi kriteria inklusi yang terdiri dari kelompok pirasetam sebanyak 35 sampel dan kelompok sitikolin sebanyak 27 sampel, sedangkan 12 sampel masuk ke dalam kriteria esklusi. Hal ini disebabkan antara lain karena pasien stroke iskemik dengan afasia, pasien stroke iskemik yang berulang, pasien stroke iskemik dengan usia > 60 tahun, pasien stroke iskemik yang mengalami penurunan kesadaran, dan pasien stroke iskemik yang mendapatkan terapi switch neuroprotektor sebelum hari ke-7. Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling, yaitu pada saat pasien masuk ke UGD dan diagnosis stroke iskemik yang didukung dengan hasil CT-Scan dimasukkan menjadi sampel. Sebanyak 20 pasien pria (57%) dan 15 pasien wanita (42,9%) pada kelompok pirasetam dan 15 pasien pria (55,6%) dan 12 pasien wanita (44,4%) pada kelompok sitikolin dengan rentan usia yang bervariasi. Pada kelompok pirasetam pasien dengan usia >55 tahun 16 pasien (45,7%) dan usia <55 tahun 19 pasien (54,3%), sedangkan pada kelompok sitikolin pasien dengan usia >55 tahun 12 pasien (44,4%) dan usia <55 tahun 15 pasien (55,6%). Pasien stroke iskemik yang menjadi sampel penelitian ini memiliki komorbid yang bermacam-macam, antara lain pada kelompok pirasetam, pasien dengan hipertensi 30 pasien (85,7%), DM 9 pasien (25,7%) dan dislipidemia 8 pasien (22,9 %). Pada kelompok sitikolin komorbid pasien stroke iskemik juga bermacam- macam, yaitu pasien dengan hipertensi 25 pasien (92,6%), pasien dengan DM sebanyak 6 pasien (22,2%) dan pasien dengan dislipidemia sebanyak 8 pasien (29,6%). Tingkat pendidikan yang paling banyak pada kelompok pirasetam didominasi pada tingkat pendidikan 7-12 tahun, yaitu 19 pasien (54,3%), kemudian tingkat pendidikan lebih dari 12 tahun sebanyak 10 pasien (28,6%) dan tingkat pendidikan 6 tahun sebanyak 7 pasien (20%). Tidak jauh berbeda dengan kelompok sitikolin, dimana tingkat pendidikan yang paling banyak didominasi pada tingkat pendidikan 7-12 tahun sebanyak 19 pasien (70,4%), tingkat pendidikan lebih dari 12 tahun sebanyak 5 pasien (18,5%) dan tingkat pendidikan 6 tahun sebanyak 3 pasien (11,1%). Efek Pirasetam dan Sitikolin Terhadap Perbaikan Fungsi Kognitif Pasien Stroke Iskemik Stroke dapat menyebabkan berbagai manifestasi defisit neurologi, tergantung pada letak lesi, ukuran area yang perfusinya tidak adekuat, dan jumlah aliran kollateral. Fungsi otak yang rusak tidak akan dapat membaik sepenuhnya. Gejala yang terjadi sangat bervariasi, ringan sampai berat, sementara sampai permanen, makin lama makin memberat dan gejala menetap. Pada beberapa penderita, gejala yang terjadi tidak dapat mencerminkan letak lesi (Rosjidi dan Nurhidayat, 2008). Pada pasien stroke iskemik, sekitar sepertiga jumlah pasien dapat kembali pulih setelah serangan. Secara umum, sepertiga bagian lesi bersifat fatal dan sepertiga sisanya dapat menyebabkan 257

4 Volume 3 Nomor 4 September 2013 kecacatan jangka panjang. Akan tetapi, apabila pasien mendapat terapi yang tepat dalam waktu 3 jam setelah serangan, 33% diantaranya diperkirakan akan pulih dalam waktu 3 bulan (Ikawati, 2011). Bagian tertentu otak mempunyai fungsi khusus, yaitu fungsi kortikal luhur. Pada fungsi kortikal luhur ini, terdapat berbagai komponen antara lain; kemampuan berbahasa, daya ingat, kemampuan visuospasial, emosi atau kepribadian dan kemampuan kognisi. Terjadinya penyumbatan di salah satu bagian lobus atau hemisfer menyebabkan terganggunya fungsi kortikal luhur, misalnya, jika terjadi penyumbatan di daerah hemisfer kiri dapat menyebabkan afasia (gangguan berbahasa), hemisfer kanan terganggunya kemapuan visuospasial dan jika penyumbatan terjadi di daerah lobus temporalis bagian bawah maka akan terjadi penurunan memori (Ginsberg dan Lionel, 2007). Pada tabel I menunjukkan nilai MoCA (beberapa fungsi kortikal luhur) awal pasien stroke iskemik sebelum mendapat terapi pirasetam dan sitikolin. Berdasarkan tabel I terlihat bahwa nilai MoCA awal pada masing- masing kelompok tidak terdapat perbedaan yang bermakna dengan nilai signifikansi p>0,05. Hal tersebut dapat diasumsikan bahwa kondisi awal kedua kelompok sama. Penurunan fungsi kognitif terjadi seiring dengan bertambahnya usia. Hasil studi prognostik Mild Cognitive Impairment (MCI) mengenai evolusi MCI menyatakan bahwa kemampuan kognitif pada pasien dengan MCI dapat kembali normal atau stabil untuk beberapa waktu, tetapi hal ini dapat menjadi penanda suatu transisi antara perubahan kognitif pada penuan normal dan gejala klinis awal demensia dan merupakan sindrom kognitif yang secara tidak langsung dinyatakan sebagai proses neurodegeneratif predemensia (Bullock, 2005). Stroke merupakan salah satu penyebab terjadinya penurunan fungsi kognitif. Penelitian yang dilakukan Erkinjuntti (2007) menyatakan bahwa risiko penurunan fungsi kognitif meningkat setelah stroke dan 20-25% dari stroke menyebabkan demensia. Frekuensi demensia setelah stroke 4-6 kali lebih tinggi dibandingkan dengan frekuensi demensia yang terjadi pada pasien dengan usia yang sama tetapi tanpa riwayat stroke. Penggunan neuroprotektor bertujuan untuk menyelamatkan jaringan yang terkena iskemia, membatasi area infark agar tidak meluas, memperlama time window, dan mengurangi cedera reperfusi. Pada penelitian ini membandingkan efektivitas neuroprotektor yang digunakan yaitu pirasetam dan sitikolin terhadap perbaikan fungsi kognitif pasien stroke iskemik sebelum dan setelah mendapat terapi neuroprotektor pada hari ke-7. Tabel I. Nilai MoCA awal (baseline) Pasien Stroke Iskemik yang Memperoleh Pirasetam dan Sitikolin di Beberapa Rumah Sakit di Makassar Periode Januari- Juli 2013 Keterangan Pirasetam Sitikolin Total MoCA Awal 13,91±4,133 13,30±3,517 0,632 Fungsi Eksekutif 0,77±0,426 0,85±0,362 0,431 Kemampuan Konstruksi Visual 0,6±1,117 0,41±0,694 0,859 Perhatian dan Konsentrasi 1,91±0,781 2,04±0,940 0,441 Memori 0,26±0,701 0,33±0,679 0,462 Bahasa 3,26±1,358 3,19±1,272 0,959 Perhitungan 1,49±0,981 1,26±0,594 0,428 Pemikiran Konseptual 0,26±0,611 0,04±0,192 0,093 Orientasi 4,74±1,258 4,33±1,177 0,086 *Uji Man-Whitney P* 258

5 Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi Tabel II. Nilai MoCA Pasien Stroke Iskemik Setelah Hari ke-7 Pemberian Pirasetam dan Sitikolin di Beberapa Rumah Sakit di Makassar Periode Januari- Juli 2013 Keterangan Pirasetam Sitikolin Total MoCA Akhir Fungsi Eksekutif 14,69±4,51 0,77±0,426 14,14±3,549 0,85±0,362 0,612 0,431 Kemampuan Konstruksi Visual 0,66±1,136 0,44±0,801 0,688 Perhatian dan Konsentrasi 2,03±0,923 2,15±0,949 0,552 Memori 0,43±0,85 0,52±0,7 0,305 Bahasa 3,34±1,327 3,26±1,163 0,699 Perhitungan 1,51±1,011 1,33±0,62 0,552 Pemikiran Konseptual 0,31±0,631 0,04±0,192 0,033* Orientasi 4,89±1,323 4,78±1,219 0,46 *Berdasarkan uji Mann-Whitney P Nilai MoCA yang diperoleh setelah pemberian pirasetam dan sitikolin tersaji pada tabel II. Berdasarkan tabel II pada penelitian ini diketahui perbandingan kedua neuroprotektor setelah pemberian terapi hari ke-7 untuk total MoCA akhir tidak menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok yang mendapat terapi pirasetam dengan kelompok yang mendapat sitikolin. Hal ini ditunjukkan dari hasil statistik dengan nilai signifikansi p>0,05. Pada domain pemikiran konseptual terlihat adanya perbedaan secara bermakna antara kelompok pirasetam dengan kelompok sitikolin dengan nilai signifikansi 0,033 (p<0,05). Dalam hal ini kelompok pirasetam lebih efektif memperbaiki fungsi kognitif untuk domain pemikiran konseptual dibandingkan kelompok sitikolin. Hal ini disebabkan pada kelompok pirasetam, tingkat pendidikan lebih dari 12 tahun lebih banyak dibandingkan pada kelompok sitikolin. Pada domain pemikiran konseptual yaitu berfikir abstrak merupakan fungsi intelektual tinggi yang membutuhkan pemahaman (komprehensi) dan pertimbangan (Lumbantobing, 2012). Efek Pirasetam Terhadap Perbaikan Fungsi Kognitif Pasien Stroke Iskemik Penggunaan pirasetam sebagai neuroprotektor untuk pasien stroke iskemik masih banyak digunakan di Indonesia. Penelitian mengenai pemberian pirasetam untuk rehabilitasi pasien afasia pasca stroke dan untuk aktivasi aliran darah memperoleh hasil bahwa pirasetam meningkatkan rehabilitasi/ recovery dari fungsi bahasa pasien pasca stroke dan meningkatkan aktivasi aliran darah secara signifikan (Kessler dkk., 2000). Beberapa penelitian lain menyatakan bahwa pirasetam tidak mempengaruhi outcome jika diberikan dalam 12 jam dari onset serangan. Pada penelitian RCT (Randomize Control Trial) yang dilakukan pada pasien stroke iskemik, menunjukkan pemberian pirasetam tidak memberikan efek perbaikan neurologis pada pasien stroke (Alawneh dkk., 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Mahapatra dkk. (2008) menunjukkan bahwa pirasetam diketahui mempunyai efek terhadap aliran darah otak dengan menurunkan adhesi, agregasi dan deformabilitas eritrosit sehingga memperbaiki perfusi darah ke otak. Pada tabel III menunjukkan nilai MoCA pasien stroke iskemik sebelum dan sesudah mendapat terapi pirasetam. Berdasarkan tabel III terlihat untuk total nilai MoCA adanya perubahan yang bermakna sebelum dan sesudah pemberian pirasetam dengan nilai signifikansi p<0,05, sedangkan untuk masing-masing domain kognitif sebelum dan sesudah pemberian terapi pirasetam pada pasien stroke iskemik tidak menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna. Hasil systematic reviews yang telah dilakukan menyatakan bahwa, peggunaan pirasetam tidak menunjukkan perbaikan dalam pengobatan demensia atau gangguan kognitif meskipun diperoleh kesan adanya perubahan global tetapi tidak ada perubahan benefit yang spesifik (Evans dan Flicker, 2001). Hasil penelitian RCT menunjukkan adanya perbaikan neurologis pasien stroke iskemik sebelum dan setelah 259

6 Volume 3 Nomor 4 September 2013 memperoleh terapi pirasetam berdasarkan parameter perbaikan NIHSS yaitu 11,50±3,963 menjadi 10,20±4,262 dengan nilai signifikansi p<0,05 (0,000) (Alhusni, 2013). Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara kepada pasien stroke iskemik, ternyata onset serangan stroke sangat berpengaruh terhadap proses penyembuhan pasien. Beberapa pasien stroke iskemik kelompok pirasetam yang onset strokenya lebih dari 24 jam, kondisi fisik pasien keluar rumah sakit tidak ada perbedaan sebelum pasien masuk rumah sakit. Misalnya saja pasien datang dengan kelumpuhan salah satu anggota geraknya tetapi onset serangan strokenya telah lebih dari 24 jam, maka saat pasien keluar rumah sakit kondisi fisiknya tetap sama,begitu juga dengan pasien stroke iskemik dengan afasia. Berbeda halnya dengan pasien yang datang ke rumah sakit dengan onset seranganya ± 1 hari, kondisi fisik setelah keluar rumah sakit mengalami perbaikan. Efek Sitikolin Terhadap Perbaikan Fungsi Kognitif Pasien Stroke Iskemik Penggunaan sitikolin sebagai pengobatan stroke iskemik akut disetujui di banyak negara. Review dari 13 uji klinik menyatakan bahwa penggunaan sitikolin pada stroke iskemik dan gangguan CNS meningkatkan fungsi neurologis dan dapat mempercepat penyembuhan pasien (Adibhatla dan Hatcher, 2005). Dalam Analysis of Clinical Trials yang telah dilakukan memperoleh hasil pada pengobatan dengan oral sitikolin dalam 24 jam pertama setelah onset serangan pada pasien dengan moderat hingga stroke berat dapat meningkatkan kemungkinan pemulihan lengkap pada 3 bulan (Davalos dkk., 2002). Dalam penelitian ini, efektivitas sitikolin diketahui dengan cara menilai fungsi kognitif pasien sebelum dan sesudah mendapat terapi dengan menguji setiap domain fungsi kognitif. Hasil dari setiap domain kognitif tersaji dalam tabel IV. Tabel III. Nilai MoCA Pasien Stroke Iskemik Sebelum dan Sesudah Pemberian Pirasetam di Beberapa Rumah Sakit di Makassar Periode Januari- Juli 2013 Keterangan Total Nilai MoCA Fungsi Eksekutif Awal 13,91±4,133 0,77±0,426 Akhir 14,69±4,510 0,77±0,426 P 0,000* 1,000 Konstruksi Visual 0,6±1,117 0,66±1,136 0,414 Perhatian dan Konsentrasi 0,191±0,781 2,03±0,923 0,206 Memori 0,26±0,701 0,43±0,850 0,059 Bahasa 3,26±1,358 3,34±1,327 0,257 Perhitungan 1,49±0,981 1,51±1,011 0,705 Pemikiran Konseptual 0,26±0,611 0,31±0,631 0,157 Orientasi 4,74±1,358 4,89±1,323 0,132 *Bermakna berdasarkan uji t berpasangan Tabel IV. Nilai MoCA Pasien Stroke Iskemik Sebelum dan Sesudah Mendapat Terapi Sitikolin di Beberapa Rumah Sakit di Makassar Periode Januari- Juli 2013 Keterangan P Awal Akhir Total Nilai MoCA Fungsi Eksekutif 13,30±3,517 0,85±0,362 14,14±3,549 0,85±0,362 0,000* 1,000 Konstruksi Visual 0,41±0,694 0,44±0,801 0,317 Perhatian dan Konsentrasi 2,04±0,94 2,15±0,949 0,083 Memori 0,33±0,679 0,52±0,700 0,059 Bahasa 3,19±1,272 3,26±1,163 0,414 Perhitungan 1,26±0,594 1,33±0,62 0,317 Pemikiran Konseptual 0,1±0,316 0,04±0,192 1,000 Orientasi 4,33±1,177 4,78±1,219 0,003* *Bermakna berdasarkan uji Wilcoxon 260

7 Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi Berdasarkan tabel IV dapat diketahui bahwa pasien stroke iskemik sebelum dan sesudah pemberian sitikolin terdapat perbaikan pada fungsi kortikal luhur/ kognitif dengan nilai p <0,05 (0,000) yang bermakna secara statistik. Selain itu, pada fungsi domain orientasi juga terdapat perbaikan fungsi kognitif sebelum dan sesudah pemberian sitikolin dengan nilai p<0,05 (0,003) yang juga bermakna secara statistik. Hasil yang diperoleh ini didukung dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sabin dan Gustavo (2011) mengenai evaluasi neuropsikologi dari 172 pasien yang menerima sitikolin selama 6 bulan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kelompok kasus dan kontrol diberikan sitikolin dalam waktu 24 jam dari onset stroke selama 6 minggu. Perbaikan fungsi kognitif yang bermakna secara statistik terlihat pada kelompok sitikolin yang diterapi pada 6 bulan dan 1 tahun setelah stroke pada domain kognitif perhatian, orientasi temporal, dan fungsi eksekutif. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh ICTUS (International Citicholine Trial in Acute Stroke) menyatakan bahwa sitikolin masih memberikan manfaat pada stroke akut dengan dosis 2x1000 mg intravena selama 3 hari dan dilanjutkan dengan oral 2x1000 mg selama 3 minggu (Misbach dkk., 2011). Selain itu, hasil penelitian RCT menunjukkan adanya perbaikan neurologis pasien stroke iskemik sebelum dan setelah memperoleh terapi sitikolin berdasarkan parameter perbaikan NIHSS dengan nilai signifikansi p<0,05 (0,000) (Alhusni, 2013). Dari hasil yang diperoleh pada masingmasing kelompok pirasetam dan sitikolin menunjukkan adanya perubahan yang bermakna sebelum dan sesudah pemberian terapi dimana nilai signifikansi p<0,05. Pada tabel III dan IV disajikan suatu perbandingan efektivitas kedua obat sebelum dan setelah terapi pirasetam dan sitikolin ( MoCA). Tabel V. Perbandingan Nilai MoCA Pasien Stroke Iskemik Setelah Mendapat Terapi Pirasetam dan Sitikolin di Beberapa Rumah Sakit di Makassar Periode Januari- Juli 2013 Keterangan Pirasetam Sitikolin 0,77±0,973 0,93±0,781 P* 0,217 *Berdasarkan Uji Mann-Whitney Berdasarkan tabel V terlihat tidak adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok pirasetam dengan kelompok sitikolin. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi 0,217 (p>0,05). Dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan efek antara pirasetam dengan sitikolin terhadap perbaikan fungsi kognitif pasien stroke iskemik. Akan tetapi, penggunaan sitikolin lebih baik diberikan pada pasien stroke iskemik dalam perbaikan fungsi kognitifnya. Berdasarkan tabel V terlihat adanya perubahan yang bermakna pada domain orientasi pasien stroke iskemik sebelum dan sesudah mendapat terapi sitikolin, sedangkan pirasetam untuk masing-masing domain tidak ada perubahan yang bermakna setelah pemberian terapi.hasil penelitian yang telah dilakukan Alhusni (2013) melaporkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara terapi pirasetam dan sitikolin pada pasien stroke iskemik dengan parameter NIHSS dengan nilai signifikansi 0,288 (p>0,05). Dalam menilai fungsi kognitif pasien banyak hal yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Pada penelitian ini, pasien stroke iskemik yang diukur fungsi kognitif awalnya pada saat masuk IGD, dimana suasana dan kondisi sekitar yang demikan sangat mungkin mempengaruhi hasil penelitian.selain itu, pasien stroke iskemik yang masuk rumah sakit pada umumnya melewati 24 jam setelah serangan stroke. Dalam penelitian ini tidak melihat lokasi dan luas infark pasien stroke iskemik, yang mana lokasi dan luas infark ini sangat berpengaruh terhadap fungsi kognitif. Pengamatan yang dilakukan juga sangat singkat karena keterbatasan waktu, dan banyaknya pasien yang berasal dari luar kota yang tidak memungkinkan untuk mengikuti perkembangan kesehatan pasien. KESIMPULAN Pasien stroke iskemik yang mendapat terapi pirasetam selama 7 hari berdasarkan total domain menunjukkan adanya perbaikan fungsi kognitif berdasarkan peningkatan nilai MoCA 13,91±4,133 menjadi 14,69±4,510 dengan nilai signifikansi 0,000 (p<0,05), tetapi tidak pada masing-masing domain kognitif. Pasien stroke iskemik yang mendapat terapi sitikolin selama 7 261

8 Volume 3 Nomor 4 September 2013 hari berdasarkan total domain menunjukkan adanya perbaikan fungsi kognitif berdasarkan peningkatan nilai MoCA 13,30±3,517 menjadi 14,141±3,549 dengan nilai signifikansi 0,000 (p<0,05) dan untuk domain orientasi adanya perbaikan yang bermakna 4,33±1,177 menjadi 4,78±1,219 dengan nilai signifikansi 0,003 (p<0,05). Terdapat perbedaan yang signifikan DAFTAR PUSTAKA Adibhatla, R. M., Hatcher, J. F., 2005, Cytidine 5- Diphosphocholine (CDP-choline) in Stroke and other CNS disorder, Journal Neurochemistry Res., 70: Alawneh, J.,Clathwrthy, P., Morris R., Warburton E., 2008, Clinical Evidence: Stroke Management, Neuroprotective Agents, British Medical Journal140(2): 1-5. Alhusni, E. A.Y., 2013, Perbandingan Efektivitas Pirasetam Dan Sitikolin Pada Pasien Stroke Iskemik Di Bangsal Rawat Inap RSUD Undata Palu, Tesis, M.Sc., Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Bullock, R., 2005, Mild Cognitive Impairment Medical Progres, Oxfords University Press, pp: Davalos A., J. Castillo, Jose A. S., Julio J. S., Joan M., Sonia L., dkk. 2002, Oral Citicoline in Acute IschemicStroke: An Individual Patient Data Pooling Analysis Of Clinical Trials, Journal of American Heart Assosiation, 33: Erkinjuntii T., 2007., Vascular Cognitive Deterioration and Stroke.,Cerebrovascular Disseassa, 24 Suppl 1: Evans, G. J., Flicker, L., 2001, Piracetam for dementia or cognitive impairment (Review), The Cochrane Database of Systematic Reviews Issue 2, John Wiley & Sons, London. UK. Fioravanti, M., Ann E. B., 2006, Citicoline (Cognizin) in the treatment of cognitive impairment, Clinical Interventions in Aging, 1(3): Ginsberg, Lionel, Lecture Notes Neurology, EGC, Jakarta. hal Harms, H., Halle, E., Maisel, A., 2004, Post Stroke Infection, Diagnosis, Prediction, Prevention and Treatment to Improves pada domain pemikiran konseptual pada hari ke-7 pemberian terapi antara pirasetam 0,31±0,631 dengan sitikolin 0,04±0,192 dengan nilai signifikansi 0,033 (p<0,05) sedanhkan untuk MoCA tidak ada perbedaan efek antara pirasetam dan sitikolin dalam perbaikan fungsi kognitif pasien stroke iskemik dengan nilai signifikansi 0,217 (p>0,05). Patients Outcome, Europe Neurology Review, 63: Ikawati, Z., 2011,Farmakoterapi Sistem Saraf Pusat, Bursa Ilmu, Yogyakarta, hal Keil, U., Scherping, I., Hauptman, S., Schuessel, K., Eckert, A., Muller, W, E., 2006, Piracetam Improves Mitochondrial Dysfunction Following Oxidative Stress, British Journal Pharmacol, 147 (2): Kessler, J., Theil, A., Karbe, H., Heiss, W., D., 2000, Piracetam Improves Activated Blood Flow and Facilitates Rehabilitation of Poststroke Aphasic Patient, American Heart Association, 31: Kowalak, J. P., William, W., Brenna, M., 2003, Professional Guide To Pathophysiology, Diterjemahkan dari Bahasa Inggris oleh Renata Komalasari, Anastasia O. T. dan Monica Ester, EGC, Jakarta. Lumbantobing, S.M., 2012, Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental, FK UI, Jakarta, hal: Mahapatra, A. K., Agrawal, D., Kumar, R., 2008, Review Article: Minor Head Injury, Indian Journal of Neurotrauma (IJNT), 5 (2): Misbach, J., Rusdi L., Amiruddin, A., Basyiruddin, A., Suroto, Adelina, Y., dkk., 2011, PERDOSSI Guideline Stroke, Kelompok Studi Stroke Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, Jakarta, hal: 81. Rosjidi, C., H., Nurhidayat, S., 2008, Buku Ajar Perawatan Cedera Kepala dan Stroke, Ardana Meia: Yogyakarta, Hal: Sabin, J. A., Gustavo C. R., 2011., Citicoline in Vascular Cognitive Impairment and Vascular Dementia After Stroke., American Heart Association., Stroke;

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke, yang juga dikenal dengan istilah cerebrovascular

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke, yang juga dikenal dengan istilah cerebrovascular BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit serebrovaskuler yang terjadi secara tiba-tiba dan menyebabkan kerusakan neurologis. Kerusakan neurologis tersebut dapat disebabkan oleh adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan penurunan system syaraf secara tiba-tiba yang ditandai dengan adanya serangan iskemia atau Transcient Ischemic Attack (TIAs) berlangsung selama kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cenderung meningkatkan risiko terjadinya penyakit vaskular seperti stroke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cenderung meningkatkan risiko terjadinya penyakit vaskular seperti stroke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Modernisasi mengakibatkan perubahan pola hidup masyarakat yang cenderung meningkatkan risiko terjadinya penyakit vaskular seperti stroke (Nufus, 2012). Stroke menjadi

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak yang ditandai dengan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak yang ditandai dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak yang ditandai dengan perubahan tanda klinis secara cepat baik fokal maupun global yang mengganggu fungsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien, keluarga, maupun tenaga kesehatan yang merawat, karena tidak menonjol

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien, keluarga, maupun tenaga kesehatan yang merawat, karena tidak menonjol 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan masalah kesehatan utama di dunia karena menjadi penyebab kematian ketiga di dunia dan menjadi penyebab pertama kecacatan. 1-3 Kemajuan teknologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak akut fokal maupun global akibat terhambatnya peredaran darah ke otak. Gangguan peredaran darah otak berupa tersumbatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mortalitas yang tinggi pada penderitanya. Selain sebagai penyebab kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mortalitas yang tinggi pada penderitanya. Selain sebagai penyebab kematian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada penderitanya. Selain sebagai penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Desain penelitian : prospektif dengan pembanding internal. U1n. U2n

BAB 3 METODE PENELITIAN. Desain penelitian : prospektif dengan pembanding internal. U1n. U2n BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Rancang Bangun Penelitian Jenis penelitian : observasional Desain penelitian : prospektif dengan pembanding internal Sembuh P N M1 U1n mg I mg II mg III mg IV mg V mg VI Tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tidak menular puskesmas menunjukkan angka yang selalu meningkat ditiap tahun

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tidak menular puskesmas menunjukkan angka yang selalu meningkat ditiap tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke sudah tidak asing lagi bagi masyarakat umum saat ini mengingat kejadian yang terus meningkat. Data terbaru dari Riskesdas 2013 menunjukkan terjadi peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah menuju otak, baik total maupun parsial (sebagian) (Čengić et al., 2011).

BAB I PENDAHULUAN. darah menuju otak, baik total maupun parsial (sebagian) (Čengić et al., 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke adalah suatu keadaan akut yang disebabkan oleh terhentinya aliran darah menuju otak, baik total maupun parsial (sebagian) (Čengić et al., 2011). Lebih ringkas,

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian observasional belah lintang (cross sectional)

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian observasional belah lintang (cross sectional) BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian observasional belah lintang (cross sectional) terhadap 46 orang responden pasca stroke iskemik dengan diabetes mellitus terhadap retinopati diabetika dan gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. otak, biasanya akibat pecahnya pembuluh darah atau adanya sumbatan oleh

BAB I PENDAHULUAN. otak, biasanya akibat pecahnya pembuluh darah atau adanya sumbatan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Menurut World Health Organization (WHO), stroke didefinisikan sebagai sebuah sindrom yang memiliki karakteristik tanda dan gejala neurologis klinis fokal dan/atau global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit serebrovaskuler atau yang lebih dikenal dengan stroke merupakan penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besar. Kecacatan yang ditimbulkan oleh stroke berpengaruh pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besar. Kecacatan yang ditimbulkan oleh stroke berpengaruh pada berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Stroke merupakan masalah medis yang serius karena dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat, kecacatan dan biaya yang dikeluarkan sangat besar. Kecacatan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Stroke adalah gangguan fungsi saraf yang timbul secara cepat, karena

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Stroke adalah gangguan fungsi saraf yang timbul secara cepat, karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Stroke adalah gangguan fungsi saraf yang timbul secara cepat, karena terdapat gangguan aliran darah ke otak, sehingga mengakibatkan munculnya gejala defisi neurologis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai dengan hilangnya sirkulasi darah ke otak secara tiba-tiba, sehingga dapat mengakibatkan terganggunya

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr. 36 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Corwin (2009) menyatakan dalam Buku Saku

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Corwin (2009) menyatakan dalam Buku Saku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Stroke adalah salah satu penyakit epidemik global. yang mengancam kehidupan, kesehatan, dan kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Stroke adalah salah satu penyakit epidemik global. yang mengancam kehidupan, kesehatan, dan kualitas hidup BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Stroke adalah salah satu penyakit epidemik global yang mengancam kehidupan, kesehatan, dan kualitas hidup seseorang. Tiap tahunnya terdapat 795.000 orang yang terserang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke memiliki serangan akut yang dapat dengan cepat menyebabkan kematian. Penderita stroke mengalami defisit neurologis fokal mendadak dan terjadi melebihi dari 24

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Stroke atau cedera serebrovaskular adalah berhentinya suplai darah ke

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Stroke atau cedera serebrovaskular adalah berhentinya suplai darah ke BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Stroke atau cedera serebrovaskular adalah berhentinya suplai darah ke bagian otak sehingga mengakibatkan hilangnya fungsi otak (Smeltzer & Suzane, 2001). Hal ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke sebagaimana pernyataan Iskandar (2004) Stroke sering menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan, ekonomi, dan sosial, serta membutuhkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cerebrovaskular accident atau yang sering di sebut dengan istilah stroke adalah gangguan peredaran darah di otak yang mengakibatkan terganggunya fungsi otak yang berkembang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf (defisit neurologik) akibat terhambatnya aliran darah ke otak. Secara sederhana stroke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berlangsung lebih dari 24 jam (kecuali ada intervensi bedah atau membawa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berlangsung lebih dari 24 jam (kecuali ada intervensi bedah atau membawa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stroke merupakan suatu sindrom yang ditandai gangguan fungsional otak fokal maupun global secara mendadak yang berkembang dengan sangat cepat berlangsung lebih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (2001) stroke adalah tanda tanda klinis mengenai gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (2001) stroke adalah tanda tanda klinis mengenai gangguan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO (2001) stroke adalah tanda tanda klinis mengenai gangguan fungsi serebral secara fokal ataupun global yang berkembang dengan cepat, dengan gejala berlangsung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia. 1 Di Amerika Serikat stroke

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia. 1 Di Amerika Serikat stroke 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke adalah salah satu sindrom neurologi dengan ancaman terbesar menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia. 1 Di Amerika Serikat stroke merupakan penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Stroke masih menjadi perhatian dunia karena angka kematiannya yang tinggi dan kecacatan fisik yang ditimbulkannya. Berdasarkan data WHO, Stroke menjadi pembunuh nomor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Peningkatan pelayanan di sektor kesehatan akan menyebabkan usia harapan

BAB 1 PENDAHULUAN. Peningkatan pelayanan di sektor kesehatan akan menyebabkan usia harapan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan pelayanan di sektor kesehatan akan menyebabkan usia harapan hidup semakin meningkat dan sebagai konsekuensinya maka masalah kesehatan berupa penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 5% meninggal (Lamsudin, 1998) dan penyebab kematian yang ketiga setelah

BAB I PENDAHULUAN. 5% meninggal (Lamsudin, 1998) dan penyebab kematian yang ketiga setelah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penelitian Stroke (sesuai definisi WHO) adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah ketidaknormalan fungsi sistem

BAB I PENDAHULUAN. Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah ketidaknormalan fungsi sistem 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah ketidaknormalan fungsi sistem saraf pusat (SSP) yang disebabkan oleh gangguan kenormalan aliran darah ke otak. Stroke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya usia harapan hidup akibat meningkatnya pelayanan kesehatan dapat diperkirakan bahwa pada masa depan akan terjadi perubahan pola penyakit. Meskipun demikian,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mendadak, didahului gejala prodromal, terjadi waktu istirahat atau bangun pagi

BAB 1 PENDAHULUAN. mendadak, didahului gejala prodromal, terjadi waktu istirahat atau bangun pagi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke menyebabkan gangguan neurologis berdasar berat ringannya gangguan pembuluh darah. Pada stroke, gejala utama yang timbul adalah defisit neurologis mendadak, didahului

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN kematian akibat stroke. Pada keadaan tidak adanya pertambahan

BAB I PENDAHULUAN kematian akibat stroke. Pada keadaan tidak adanya pertambahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penelitian Stroke merupakan salah satu penyebab utama kematian dan disabilitas di dunia (Carlo, 2009). Setiap tahunnya terdapat 16.000.000 kasus baru dan 5.700.000 kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penuaan secara kognitif ditujukan kepada lanjut usia yang diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. Penuaan secara kognitif ditujukan kepada lanjut usia yang diikuti dengan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Penuaan secara kognitif ditujukan kepada lanjut usia yang diikuti dengan penurunan pada fungsi kognitif. Meskipun sebenarnya proses ini sudah mulai terjadi pada pertengahan

Lebih terperinci

FUNGSI KOGNITIF PASIEN STROKE ISKEMIK DENGAN MENGGUNAKAN MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE) DI POLI SARAF RSUD DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MOJOKERTO

FUNGSI KOGNITIF PASIEN STROKE ISKEMIK DENGAN MENGGUNAKAN MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE) DI POLI SARAF RSUD DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MOJOKERTO FUNGSI KOGNITIF PASIEN STROKE ISKEMIK DENGAN MENGGUNAKAN MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE) DI POLI SARAF RSUD DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MOJOKERTO RAYYIS ABDULLAH NIM. 1212020021 Subject: Stroke iskemik,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Premier Jatinegara, Sukono Djojoatmodjo menyatakan masalah stroke

BAB 1 PENDAHULUAN. Premier Jatinegara, Sukono Djojoatmodjo menyatakan masalah stroke BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stroke merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus dan dapat menyerang siapa saja dan kapan saja, tanpa memandang ras, jenis kelamin, atau

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Depresi Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang mempunyai gejala utama afek depresi, kehilangan minat dan kegembiraan, dan kekurangan energi yang menuju meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah pasien stroke terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah pasien stroke terbesar di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kejadian stroke di Indonesia meningkat dengan tajam. Bahkan, saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah pasien stroke terbesar di Asia, karena berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. urutan kedua pada usia diatas 60 tahun dan urutan kelima pada usia 15-59

BAB 1 PENDAHULUAN. urutan kedua pada usia diatas 60 tahun dan urutan kelima pada usia 15-59 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan oleh Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita stroke tertinggi di Asia. Jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab utama kematian di. Indonesia (Sagita, 2013). Adapun stroke adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab utama kematian di. Indonesia (Sagita, 2013). Adapun stroke adalah penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Stroke merupakan penyebab utama kematian di Indonesia (Sagita, 2013). Adapun stroke adalah penyakit yang disebabkan karena terhambatnya aliran darah ke otak, biasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pecahnya atau tersumbatnya pembuluh darah otak oleh gumpalan darah. 1

BAB I PENDAHULUAN. pecahnya atau tersumbatnya pembuluh darah otak oleh gumpalan darah. 1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke bukan lagi penyakit yang asing bagi masyarakat luas belakangan ini. Sudah banyak orang yang mengalaminya, mulai dari usia produktif sampai usia tua dan mengenai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan neurologis yang utama di Indonesia (Mansjoer, 2000). Serangan otak ini merupakan kegawatdaruratan medis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak secara fokal dan atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih dan dapat mengakibatkan kematian atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ke otak disebut sebagai arteri. Otak membutuhkan. suplai darah yang konstan, dimana pembuluh darah

BAB I PENDAHULUAN. ke otak disebut sebagai arteri. Otak membutuhkan. suplai darah yang konstan, dimana pembuluh darah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembuluh darah yang membawa darah dari jantung ke otak disebut sebagai arteri. Otak membutuhkan suplai darah yang konstan, dimana pembuluh darah tersebut membawa oksigen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di Amerika Serikat setelah penyakit jantung dan kanker. Terhitung 1

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di Amerika Serikat setelah penyakit jantung dan kanker. Terhitung 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Stroke sebagai penyebab kematian ketiga masih merupakan masalah kesehatan di Amerika Serikat setelah penyakit jantung dan kanker. Terhitung 1 dari 15 orang yang meninggal

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini diperoleh 70 subyek penelitian yang dirawat di bangsal

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini diperoleh 70 subyek penelitian yang dirawat di bangsal BAB HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.1 Hasil Penelitian.1.1. Karakteristik Umum Subyek Penelitian Pada penelitian ini diperoleh 0 subyek penelitian yang dirawat di bangsal B1 Saraf RS Dr. Kariadi Semarang

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut,

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut, lxxiii BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut, setelah dialokasikan secara acak 50 penderita masuk kedalam kelompok perlakuan dan 50 penderita lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang dikutip Junaidi (2011) adalah suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke didefinisikan sebagai defisit neurologis yang terjadi tiba-tiba

BAB I PENDAHULUAN. Stroke didefinisikan sebagai defisit neurologis yang terjadi tiba-tiba BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Stroke didefinisikan sebagai defisit neurologis yang terjadi tiba-tiba disebabkan oleh adanya gangguan perfusi ke otak. Manifestasi klinis dari stroke merupakan konsekuensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. detik seseorang akan terkena stroke. 6 Sementara di Inggris lebih dari. pasien stroke sekitar milyar dolar US per tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. detik seseorang akan terkena stroke. 6 Sementara di Inggris lebih dari. pasien stroke sekitar milyar dolar US per tahun. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Stroke menurut World Health Organization (WHO) 1995 adalah suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah diatas normal yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas. 1 Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. darah diatas normal yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas. 1 Hipertensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami tekanan darah diatas normal yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas. 1 Hipertensi dapat dibagi menjadi

Lebih terperinci

BAB 3 METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf. RSUP Dr. Kariadi Semarang pada periode Desember 2006 Juli 2007

BAB 3 METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf. RSUP Dr. Kariadi Semarang pada periode Desember 2006 Juli 2007 50 BAB 3 METODA PENELITIAN 3.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf 3.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian akan dilakukan di Bangsal Rawat Inap UPF Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan suatu gangguan disfungsi neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah, dan terjadi secara mendadak (dalam beberapa detik) atau setidak-tidaknya

Lebih terperinci

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. Pada 2002, stroke membunuh sekitar orang. Jumlah tersebut setara

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. Pada 2002, stroke membunuh sekitar orang. Jumlah tersebut setara BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Sehat secara jasmani dan rohani adalah keinginan setiap manusia moderen, di era pembangunan di segala bidang yang kini sedang digalakkan pemerintah dituntut sosok manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau perempuan, tua atau muda. Berdasarkan data dilapangan, angka kejadian stroke meningkat secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke adalah salah satu penyebab kematian utama di dunia. Stroke membunuh lebih dari 137.000 orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata,

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PERAN KELUARGA DALAM PRAKTIK MOBILISASI PASIEN PASCA STROKE

KARYA TULIS ILMIAH PERAN KELUARGA DALAM PRAKTIK MOBILISASI PASIEN PASCA STROKE KARYA TULIS ILMIAH PERAN KELUARGA DALAM PRAKTIK MOBILISASI PASIEN PASCA STROKE Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngariboyo Kecamatan Ngariboyo Kabupaten Magetan Oleh : MUHAMAD IKHSAN SANTOSO NIM 12612130 PRODI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN TEORETIS BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1 Stroke 2.1.1 Defenisi Stroke Stroke adalah berhentinya pasokan darah ke bagian otak sehingga mengakibatkan gangguan pada fungsi otak (Smeltzer dan Bare, 2002). Kurangnya aliran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asia, khususnya di Indonesia, setiap tahun diperkirakan 500 ribu orang

BAB I PENDAHULUAN. Asia, khususnya di Indonesia, setiap tahun diperkirakan 500 ribu orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit stroke umumnya merupakan penyebab kematian nomer tiga pada kelompok usia lanjut, setelah penyakit jantung dan kanker. Stroke masih merupakan penyebab utama

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. dan genotip APOE yang merupakan variabel utama penelitian.

BAB 5 PEMBAHASAN. dan genotip APOE yang merupakan variabel utama penelitian. 59 BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian pada 34 subyek penderita pasca stroke iskemik yang datang kontrol di poliklinik saraf RSUP Dr. Kariadi selama periode bulan April sampai Juni 2012 dan memenuhi

Lebih terperinci

Objective: To find out the correlation between stroke subtype, vascular territory with pneumonia and mortality in acute stroke.

Objective: To find out the correlation between stroke subtype, vascular territory with pneumonia and mortality in acute stroke. Background: Dysphagia is a commonly morbidity after stroke, the presence of dysphagia has been associated with increased risk for pulmonary complication and even mortality.there is is emerging evidence

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Stroke merupakan penyakit dengan defisit neurologis permanen akibat perfusi yang tidak adekuat pada area tertentu di otak atau batang otak. Stroke dibagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stroke adalah penyakit multifaktorial dengan berbagai penyebab disertai manifestasi klinis mayor, dan penyebab utama kecacatan dan kematian di negara-negara berkembang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Stroke WHO mendefinisikan stroke sebagai gangguan saraf yang menetap baik fokal maupun global(menyeluruh) yang disebabkan gangguan aliran darah otak, yang mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian terbesar kedua. setelah penyakit jantung, menyumbang 11,13% dari total

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian terbesar kedua. setelah penyakit jantung, menyumbang 11,13% dari total BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian terbesar kedua setelah penyakit jantung, menyumbang 11,13% dari total kematian di dunia. Pada tahun 2010, prevalensi stroke secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke merupakan masalah bagi negara-negara berkembang. Di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke merupakan masalah bagi negara-negara berkembang. Di dunia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan masalah bagi negara-negara berkembang. Di dunia penyakit stroke meningkat seiring dengan modernisasi. Di Amerika Serikat, stroke menjadi penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena penderitanya sebagian besar orang muda, sehat dan produktif (Ropper &

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena penderitanya sebagian besar orang muda, sehat dan produktif (Ropper & BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala merupakan salah satu kasus penyebab kecacatan dan kematian yang cukup tinggi dalam bidang neurologi dan menjadi masalah kesehatan oleh karena penderitanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. salah satu gejala sisa yang sering terjadi akibat stroke. Afasia secara substansial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. salah satu gejala sisa yang sering terjadi akibat stroke. Afasia secara substansial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan berbahasa atau yang biasa disebut dengan afasia merupakan salah satu gejala sisa yang sering terjadi akibat stroke. Afasia secara substansial mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyakit yang menduduki peringkat ketiga penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyakit yang menduduki peringkat ketiga penyebab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit yang menduduki peringkat ketiga penyebab kematian dan kecacatan dari fungsional tubuh manusia setelah penyakit kanker dan jantung. Setiap tahunnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja

BAB 1 PENDAHULUAN. karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Stroke atau gangguan peredaran darah otak ( GPDO) merupakan penyakit neurologik yang sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. global. Prevalensi FA meningkat seiring dengan pertumbuhan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. global. Prevalensi FA meningkat seiring dengan pertumbuhan kelompok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fibrilasi atrium (FA) telah menjadi masalah kesehatan utama pada skala global. Prevalensi FA meningkat seiring dengan pertumbuhan kelompok penduduk lanjut usia, terutama

Lebih terperinci

PERBANDINGAN GANGGUAN KOGNITIF DAN KUALITAS HIDUP BERDASARKAN LETAK LESI PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

PERBANDINGAN GANGGUAN KOGNITIF DAN KUALITAS HIDUP BERDASARKAN LETAK LESI PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK PERBANDINGAN GANGGUAN KOGNITIF DAN KUALITAS HIDUP BERDASARKAN LETAK LESI PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK THE COMPARISON BETWEEN THE COGNITIVE IMPAIRMENT AND THE LIFE QUALITY BASED ON THE LESION LOCATION OF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke Menurut World Health Organization (WHO) (2001) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. Stroke Menurut World Health Organization (WHO) (2001) seperti yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke Menurut World Health Organization (WHO) (2001) seperti yang dikutip Junaidi (2011) adalah suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan, fungsi otak secara

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan uji eksperimental klinis dengan randomized. + asam askorbat 200 mg intravena/hari selama 7 hari.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan uji eksperimental klinis dengan randomized. + asam askorbat 200 mg intravena/hari selama 7 hari. xlviii BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis penelitian Penelitian ini merupakan uji eksperimental klinis dengan randomized control trial (RCT), menggunakan pembutaan ganda. Dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:

Lebih terperinci

BAB I dekade berada pada peringkat ke-3 (Minino et al., 2011). Menurut American

BAB I dekade berada pada peringkat ke-3 (Minino et al., 2011). Menurut American BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah penyakit serebrovaskular yang memiliki gejala onset mendadak. Definisi stroke secara klinis meliputi empat komponen yakni, kerusakan atau defisit neurologis,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. penyakit degeneratif dan man made diseases yang merupakan faktor utama masalah

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. penyakit degeneratif dan man made diseases yang merupakan faktor utama masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terjadinya transisi epidemiologi yang sejalan dengan transisi demografi dan transisi teknologi di Indonesia dewasa ini telah mengakibatkan perubahan pola penyakit dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan. kesehatan manusia, salah satu diantanranya stroke.

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan. kesehatan manusia, salah satu diantanranya stroke. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern menimbulkan berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan kesehatan manusia, salah satu diantanranya stroke.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stroke adalah salah satu penyakit yang dapat menyebabkan kematian setelah penyakit jantung dan kanker. Stroke sudah dikenal sejak zaman dahulu, bahkan sebelum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. panjang dengan rata-rata 44 juta kecacatan, dengan memberi dampak emosional

BAB 1 PENDAHULUAN. panjang dengan rata-rata 44 juta kecacatan, dengan memberi dampak emosional BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kesehatan paling serius dalam kehidupan modern saat ini adalah stroke. Stroke merupakan suatu sindrom dengan tanda dan gejala kehilangan fungsi saraf pusat

Lebih terperinci

tahun 2005 adalah orang, diprediksi pada tahun 2020 menjadi orang dan

tahun 2005 adalah orang, diprediksi pada tahun 2020 menjadi orang dan 3). Di Indonesia, berdasarkan access economics pty limited jumlah penderita demensia pada tahun 2005 adalah 606.100 orang, diprediksi pada tahun 2020 menjadi 1.016.800 orang dan pada tahun 2050 menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008). Menurut data Word Health Organization (WHO, 2010), menyebutkan setiap

BAB I PENDAHULUAN. gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008). Menurut data Word Health Organization (WHO, 2010), menyebutkan setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul secara mendadak dan terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Penyakit ini menyebabkan kecacatan berupa kelumpuhan anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. spesifik akibat penyakit pada pembuluh darah otak. Terminologi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. spesifik akibat penyakit pada pembuluh darah otak. Terminologi penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah sindrom fokal neurologi yang terjadi mendadak dengan tipe spesifik akibat penyakit pada pembuluh darah otak. Terminologi penyakit pembuluh darah otak

Lebih terperinci

B AB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

B AB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutu pelayanan pasien dan koordinasi asuhan di Rumah Sakit Universitas Gadjah Mada (RS UGM) masih menjadi permasalahan sekaligus tantangan. Pengamatan di lapangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jantung sebagai pemompa, kelainan dinding pembuluh darah dan komposisi

BAB I PENDAHULUAN. jantung sebagai pemompa, kelainan dinding pembuluh darah dan komposisi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO), stroke didefinisikan sebagai gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun menyeluruh yang berlangsung dengan cepat lebih dari

Lebih terperinci

PELATIHAN VISUAL CUE TRAINING

PELATIHAN VISUAL CUE TRAINING TESIS PELATIHAN VISUAL CUE TRAINING TIDAK BERBEDA DALAM MENINGKATKAN KESEIMBANGAN BERDIRI DAN FUNGSIONAL BERJALAN DARIPADA PELATIHAN RHYTMIC AUDITORY STIMULATION PADA PASIEN PASCASTROKE JERRY MARATIS NIM

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lima belas juta orang di dunia setiap tahunnya terkena serangan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lima belas juta orang di dunia setiap tahunnya terkena serangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lima belas juta orang di dunia setiap tahunnya terkena serangan stroke, dimana didapatkan data 6 juta orang meninggal dunia, dan 5 juta lainnya mengalami cacat permanen.

Lebih terperinci

ABSTRAK HUBUNGAN FAKTOR RISIKO DENGAN KEJADIAN PENDERITA RAWAT INAP STROKE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

ABSTRAK HUBUNGAN FAKTOR RISIKO DENGAN KEJADIAN PENDERITA RAWAT INAP STROKE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 ABSTRAK HUBUNGAN FAKTOR RISIKO DENGAN KEJADIAN PENDERITA RAWAT INAP STROKE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013 - DESEMBER 2014 Fitriana Andiani, 2015 : Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi merupakan faktor risiko stroke yang utama 1.Masalah kesehatan yang timbul akibat stoke sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke adalah sindroma neurologis yang terjadi. tiba-tiba karena cerebrovascular disease (CVD).

BAB I PENDAHULUAN. Stroke adalah sindroma neurologis yang terjadi. tiba-tiba karena cerebrovascular disease (CVD). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah sindroma neurologis yang terjadi tiba-tiba karena cerebrovascular disease (CVD). Cerebrovascular disease menunjukan kelainan otak yang dihasilkan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suram, pesimistis, ragu-ragu, gangguan memori, dan konsentrasi buruk. 1

BAB I PENDAHULUAN. suram, pesimistis, ragu-ragu, gangguan memori, dan konsentrasi buruk. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Depresi merupakan gangguan mood yang ditandai dengan penderita terlihat sedih, murung, kehilangan semangat, mengalami distorsi kognitif misalnya kepercayaan diri yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke atau cerebrovascular accident (CVA) didefinisikan sebagai gangguan neurologis fokal yang terjadi mendadak akibat proses patofisiologi dalam pembuluh darah (Brashers,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan/atau gejala hilangnya fungsi system saraf pusat fokal (atau global) yang berkembang cepat (dalam hitungan detik atau

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DAN TEKANAN DARAH ANTARA PENGGUNAAN LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT DAN APLIKASI DIGITAL PILLBOX REMINDER

PERBANDINGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DAN TEKANAN DARAH ANTARA PENGGUNAAN LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT DAN APLIKASI DIGITAL PILLBOX REMINDER PERBANDINGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DAN TEKANAN DARAH ANTARA PENGGUNAAN LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT DAN APLIKASI DIGITAL PILLBOX REMINDER PADA PASIEN HIPERTENSI DI RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

Lebih terperinci

BAB I adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler (WHO, 1988). bergantung sepenuhnya kepada orang lain (WHO, 2002).

BAB I adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler (WHO, 1988). bergantung sepenuhnya kepada orang lain (WHO, 2002). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu penyakit serebrovaskuler yang paling sering terjadi sekarang ini adalah stroke. Stroke dapat didefinisikan sebagai tanda-tanda klinis yang berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu sindroma/

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu sindroma/ 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu sindroma/ kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV), suatu retrovirus

Lebih terperinci

Gejala Awal Stroke. Link Terkait: Penyumbatan Pembuluh Darah

Gejala Awal Stroke. Link Terkait: Penyumbatan Pembuluh Darah Gejala Awal Stroke Link Terkait: Penyumbatan Pembuluh Darah Bermula dari musibah yang menimpa sahabat saya ketika masih SMA di Yogyakarta, namanya Susiana umur 52 tahun. Dia sudah 4 hari ini dirawat di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan salah satu sumber penyebab gangguan otak pada. usia masa puncak produktif dan menempati urutan kedua penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan salah satu sumber penyebab gangguan otak pada. usia masa puncak produktif dan menempati urutan kedua penyebab BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu sumber penyebab gangguan otak pada usia masa puncak produktif dan menempati urutan kedua penyebab kematian sesudah penyakit jantung pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke masih menjadi pusat perhatian dalam bidang kesehatan dan kedokteran oleh karena kejadian stroke yang semakin meningkat dengan berbagai penyebab yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya

BAB I PENDAHULUAN. selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut WHO, stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau

Lebih terperinci