FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN MORAL PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 1 PULAU PUNJUNG KABUPATEN DHARMASRAYA
|
|
- Dewi Wibowo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN MORAL PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 1 PULAU PUNJUNG KABUPATEN DHARMASRAYA Angelia 1, Suheni 2, Mori Dianto 2 1 Mahasiswa Prodi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatra Barat 2 Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatra Barat Angeliaa884@gmail.com ABSTRACT This study is based on the moral behavior of students who are not good and not in accordance with prevailing norms such as, the existence of students who speak less polite to the teacher, the students who talk dirty with peers and the existence of students who smoke in the back stall school. The purpose of this study is to describe factors that influence the moral development of learners seen from: (1) cognitive factors, (2) emotional factors, (3) personality factors, (4) situational factors. Based on the results of data analysis that has been done revealed that: generally the factors that influence the moral development of learners are in the category quite a lot of 68 people (71.6%) and specifically 1) factors that affect the moral development of learners seen from cognitive factors are on category enough 48 people (50,5%), 2) factors influencing moral development of learners seen from the emotional factors are in the category enough 53 people (55,7%), 3) factors influencing moral development of learners seen from personality factors are in the category of quite a lot of 72 people (75.8%), 4) factors that influence the moral development of learners seen from situational factors are in the category quite a lot of 37 people (38.9%). Factors affecting this moral development need to be increased again especially by the teacher BK in the provision of services to help learners who experience a crisis on moral development. Keyword: Moral, Development PENDAHULUAN Pendidikan harus dilihat mulai dari proses awal sampai proses berakhir. Asumsi dasar pendidikan tersebut memandang pendidikan sebagai kegiatan kehidupan dalam masyarakat untuk mencapai perwujudan manusia seutuhnya yang berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan harus mendorong manusia untuk mengubah kehidupannya ke arah yang lebih baik, mengembangkan kepercayaan diri sendiri, mengembangkan rasa ingin tahu serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang telah dimilikinya 1
2 2 sepanjang hayat. Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 1: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri kepribadian, kecerdasan akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sekolah merupakan salah satu tempat berlangsungnya proses pendidikan, lembaga pendidikan formal bagi peserta didik untuk memperoleh pendidikan dan tempat menimba ilmu pengetahuan. Selain itu, sekolah juga merupakan tempat membentuk perilaku moral peserta didik. Pada umumnya permasalahan yang terjadi pada peserta didik saat ini adalah permasalahan yang berkaitan dengan perilaku moralnya. Hal ini merupakan salah satu perilaku moral yang menyimpang dari yang seharusnya. Moral peserta didik saat ini sudah berada pada titik mengkhawatirkan. Sejalan dengan hal tersebut Desmita (2012:205) menerangkan, Moral merupakan suatu kebutuhan penting bagi remaja, terutama sebagai pedoman menemukan identitas dirinya, mengembangkan hubungan personal yang harmonis, dan menghindari konflik-konfilk peran yang selalu terjadi dalam masa transisi. Moral merupakan bahagian dari nilai kehidupan manusia, nilai kemanusiaan itu senidiri merupakan bahagian dari kebudayaan. Kebudayaan mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, adat dan kebiasaan manusia sebagai anggota masyarakat. Moral adalah seperangkat aturan yang mengatur tingkah laku manusia yang dikategorikan benar atau salah, baik atau buruk. Contoh dari amoral adalah pelecehan seksual, mencuri, penipuan, pornografi, pergaulan bebas dan lain sebagainya. Dalam diri seseorang yang mempunyai moral yang matang selalu ada rasa bersalah
3 3 dan malu. Namun, rasa bersalah berperan lebih penting dari rasa malu dalam mengendalikan perilaku apabila pengendalian lahiriah tidak ada sehingga terjadilah tindakan amoral. Hanya sedikit peserta didik yang demikian sehingga remaja tidak dapat disebut secara tepat orang yang matang secara moral. Rahman (2013:188) mengemukakan Beberapa perilaku moral, yaitu faktor kognitif, faktor Emosi, Faktor kepribadian, dan faktor situasional. Menurunnya nilai moral peserta didik menyebabkan peserta didik tidak takut untuk melakukan kesalahankesalahan atau melanggar aturan yang ada di sekolah seperti: bicara tidak sopan kepada guru atau orang yang lebih tua, berpacaran di sekolah dengan lawan jenis, berbohong, cabut pada jam pelajaran sekolah untuk pergi ke warnet dan bicara kotor. Kejadian ini sering terjadi pada peserta didik yang mulai beranjak menuju dewasa awal. Hal seperti ini tidak hanya meresahkan guru-guru, masyarakat bahkan orang tua sering mengeluh ke sekolah, merasa bahwa anak-anak mereka kurang diawasi di sekolah padahal ini semua bukanlah tugas dari guru-guru di sekolah, namun ini dapat terjadi karena kurangnya kontrol diri peserta didik dalam menghadapi perubahan-perubahan yang ada. Kejadian semacam itu juga menjadi tanggung jawab dari guru BK untuk membentuk perilaku moral peserta didik. Dari hasil pengamatan di SMP Negeri 1 Pulau Punjung pada saat melakukan Praktek Pengalaman Lapangan Bimbingan dan Konseling Sekolah (PLBK-S) yang dimulai dari tanggal 1 Agustus 2016 peneliti melihat adanya peserta didik yang membuang sampah sembarangan, adanya peserta didik yang menyalin jawaban teman saat diberikan latihan di sekolah, adanya peserta didik yang berbicara kurang sopan terhadap guru, adanya peserta didik yang sengaja terlambat datang ke sekolah, adanya peserta didik yang berpacaran sepulang sekolah, adanya peserta didik yang berbicara kotor dengan teman sebaya, adanya peserta didik yang
4 4 merokok pada jam pelajaran di warung belakang sekolah, adanya peserta didik yang cabut dan pergi ke warnet pada jam pelajaran, adanya peserta didik yang tidak shalat pada waktu shalat dzuhur di mushola. Jika hal ini dibiarkan akan menimbulkan dampak negatif bagi peserta didik, bahkan dapat mempengaruhi terhadap kehidupan ke depannya. Melihat permasalahan yang terjadi, peneliti perlu melakukan penelitian mengenai Faktor yang moral peserta didik di SMP Negeri 1 Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya. Berdasarkan identifikasi masalah, rumusan dan tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Faktor yang mempengaruhi didik dilihat dari faktor kognitif. 2. Faktor yang mempengaruhi didik dilihat dari faktor emosi. 3. Faktor yang mempengaruhi didik dilihat dari faktor kepribadian. 4. Faktor yang mempengaruhi didik dilihat dari faktor situasional. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana didik di SMP Negeri 1 Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya?. METODE PENELITIAN Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 13 sampai 30 Juli 2017, penelitian dilaksanakan di SMP N 1 Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya. Pemilihan sekolah ini sebagai tempat dilaksanakan penelitian tentang Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral Peserta Didik Di SMP Negeri 1 Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya karena sekolah ini merupakan sekolah tempat peneliti melakukan praktek lapangan dan penelitian dilaksanakan di sekolah tersebut.
5 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini mengenai didik di SMP Negeri 1 Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya, akan dipaparkan pembahasan hasil penelitian yang meliputi: secara umum perkembangan moral, sedangkan secara khusus 1) faktor kognitif, 2) faktor emosi, 3) faktor kepribadian, 4) faktor situasional, pembahasan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral Peserta Didik Secara Umum Secara umum gambaran didik di SMP Negeri 1 Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya berada pada kategori banyak sebanyak 5 orang (5,2%), cukup banyak sebanyak 68 orang (71,6%), sedikit sebanyak 21 orang (22,1%), dan sangat sedikit sebanyak 1 orang (1,1%). Dapat disimpulkan bahwa persentase terbesar mengenai faktor yang moral peserta didik berkategori cukup banyak. Menurut Santrock (Desmita, 2011:258) Perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan konvensi mengeni apa yang seharusnya dilakukan manusia dalam interaksinya dengan orang lain Mores yang berarti tata cara kebiasaan adat dan perilaku sikap moral berarti perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial, yang dikembangkan oleh konsep moral, yang dimaksud dengan perilaku moral adalah peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya. Perilaku moral inilah yang akan menentukan pola perilaku yang diharapkan dari seluruh anggota kelompok. Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa faktor yang moral peserta didik secara umum berada pada kategori cukup
6 6 banyak, dalam penelitian ini bahwa peserta didik memiliki perkembangan moral yang cukup banyak, tapi juga ada beberapa orang peserta didik yang memiliki perkembangan moral yang banyak, sedikit dan bahkan sangat sedikit. Dalam hal ini guru BK sangat perlu mempertajam lagi dalam pemberian layanan tentang perilaku moral agar kelakuan, tabiat, watak, serta aktivitas atau kegiatan peserta didik yang dilakukan secara sadar sebagai implikasi, pemahaman dari nilainilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat. 2. Secara Khusus a. Faktor kognitif Deskripsi faktor didik dilihat dari faktor kognitif yang berada pada kategori sangat banyak 1 orang (1,1%), banyak sebanyak 24 orang (25,3%), cukup banyak sebanyak 48 orang (50,5%), sedikit sebanyak 18 orang (18,9%), dan sangat sedikit sebanyak 4 orang (4,2%). Dapat disimpulkan bahwa persentase terbesar mengenai didik berkategori cukup banyak. Jika kondisi ini dibiarkan akan berdampak buruk bagi perkembangan moral peserta didik. Peserta didik dapat menjadi pribadi yang tidak baik dan akan mengalami masalah dengan perkembangan moralnya. Hasil dari faktor yang moral peserta didik di SMP Negeri 1 Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya dilihat dari faktor kognitif digolongkan pada kategori cukup banyak, hal ini juga ditemukan peneliti yang dilihat dari item pernyataan yang diisi oleh peserta didik mengenai faktor kognitif, terungkap banyaknya peserta
7 7 didik yang belum mengetahui bahwa pacaran itu tidak baik. Hal seperti ini akan dapat menganggu perkembangan moral peserta didik jika dilihat dari faktor kognitif. Terlebih lagi peserta didik yang dimaksud peneliti di sini adalah peserta didik yang tergolong pada remaja awal. Menurut Kohlberg (Hurlock, 2005:225), Tahap perkembangan moral kedua moralitas pascakonvensional (postconventional morallity) harus dicapai selama masa remaja. Seseorang dikatakan bermoral apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya. Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa faktor yang moral peserta didik dilihat dari faktor kognitif berada pada kategori cukup banyak, tetapi juga ada beberapa orang peserta didik yang memiliki perkembangan moral pada faktor kognitif sangat banyak, sedikit dan bahkan juga ada pada kategori sangat sedikit. Dalam hal ini guru BK sangat perlu mempertajam lagi dalam pemberian layanan tentang perkembangan moral agar kelakuan, tabiat, watak, serta aktivitas atau kegiatan peserta didik yang dilakukan secara sadar sebagai implikasi, pemahaman dari nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat. b. Faktor Emosi Deskripsi faktor didik dilihat dari faktor emosi berada pada kategori banyak 20 orang (21,1%), cukup banyak 53 orang (55,8%), sedikit 21 orang (21,1%), dan sangat sedikit 1 orang (1,1%). Dapat disimpulkan bahwa persentase terbesar mengenai
8 8 didik berkategori cukup banyak. Jika kondisi ini dibiarkan akan berdampak buruk bagi perkembangan moral peserta didik. Peserta didik dapat menjadi pribadi yang tidak baik dan akan mengalami masalah dengan perkembangan moralnya. Hasil dari faktor yang moral peserta didik di SMP Negeri 1 Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya dilihat dari faktor emosi digolongkan pada kategori cukup banyak, hal ini juga ditemukan peneliti yang dilihat dari item pernyataan yang diisi oleh peserta didik mengenai faktor emosi, terungkap banyaknya peserta didik yang senang datang terlambat ke sekolah. Hal seperti ini akan dapat menganggu perkembangan moral peserta didik jika dilihat dari faktor emosi. Emosi moral merupakan faktor penting dalam menjelaskan perilaku moral, emosi moral merupakan sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan pribadi atau kesejahteraan pribadi atau kesejahteraan masyarakat keseluruhan. Emosi moral memiliki beberapa karakteristik umum, yaitu berkaitan dengan tubuh, mempunyai kemampuan untuk memotivasi, sulit dikendalikan secara sadar, kompleks, dan berhubungan dengan kepentingan individu atau masyarakat. Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa faktor yang moral peserta didik dilihat dari faktor emosi berada pada kategori cukup banyak, tetapi juga ada beberapa orang peserta didik yang memiliki perkembangan moral pada faktor emosi sangat banyak,
9 9 sedikit dan bahkan juga ada pada kategori sangat sedikit. Dalam hal ini guru BK sangat perlu mempertajam lagi dalam pemberian layanan tentang perilaku moral agar kelakuan, tabiat, watak, serta aktivitas atau kegiatan peserta didik yang dilakukan secara sadar sebagai implikasi, pemahaman dari nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat. c. Faktor Kepribadian Deskripsi faktor didik dilihat dari faktor Kepribadian berada pada kategori banyak 5 orang (5,3%), cukup banyak 72 orang (75,8%), sedikit 15 orang (15,8%), dan sangat sedikit 3 orang (3,2%). Dapat disimpulkan bahwa persentase terbesar mengenai didik berkategori cukup banyak. Jika kondisi ini dibiarkan akan berdampak buruk bagi perkembangan moral peserta didik. Peserta didik dapat menjadi pribadi yang tidak baik dan akan mengalami masalah dengan perkembangan moralnya. Hasil dari faktor yang moral peserta didik di SMP Negeri 1 Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya dilihat dari faktor kepribadian digolongkan pada kategori cukup banyak, hal ini juga ditemukan peneliti yang dilihat dari item pernyataan yang diisi oleh peserta didik mengenai faktor kepribadian, terungkap banyaknya peserta didik yang jarang mengucapkan salam ketika masuk kelas karena itu telah menjadi kebiasaan. Hal seperti ini akan dapat menganggu perkembangan moral peserta didik jika dilihat dari faktor kepribadian.
10 10 Menurut Sarwono (2012:109) Moral remaja merupakan suatu kebutuhan bagi remaja sebagai pedoman dan petunjuk dalam mencari jalannya sendiri. Dengan demikian masa remaja merupakan masa mencari jati diri, sehingga masa remaja rentan terhadap hal-hal yang negatif, dimana para remaja selalu ingin tahu dan mencoba apa yang dilihat dan apa yang didengarnya tanpa peduli akibat yang akan diterimanya. Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa faktor yang moral peserta didik dilihat dari faktor kepribadian berada pada kategori cukup banyak, tetapi juga ada beberapa orang peserta didik yang memiliki perkembangan moral pada faktor kepribadian banyak, sedikit dan bahkan juga ada pada kategori sangat sedikit. Dalam hal ini guru BK sangat perlu mempertajam lagi dalam pemberian layanan tentang perilaku moral agar kelakuan, tabiat, watak, serta aktivitas atau kegiatan peserta didik yang dilakukan secara sadar sebagai implikasi, pemahaman dari nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat. d. Faktor Situasional Deskripsi faktor didik di lihat dari faktor situasional berada pada kategori sangat banyak 1 orang (1,1%), banyak 15 orang (15,8%), cukup banyak 37 orang (38,9%), sedikit 34 orang (35,8%), dan sangat sedikit 8 orang (8,4%). Dapat disimpulkan bahwa persentase terbesar mengenai didik berkategori cukup banyak. Jika kondisi ini dibiarkan akan berdampak buruk bagi perkembangan
11 11 moral peserta didik. Peserta didik dapat menjadi pribadi yang tidak baik dan akan mengalami masalah dengan perkembangan moralnya. Hasil dari faktor yang moral peserta didik di SMP Negeri 1 Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya dilihat dari faktor situasional digolongkan pada kategori cukup banyak, hal ini juga ditemukan peneliti yang dilihat dari item pernyataan yang diisi oleh peserta didik mengenai faktor situasional, terungkap banyaknya peserta didik yang mudah beranggapan negatif kepada teman jika kurang menyukainya. Hal seperti ini akan dapat menganggu didik jika dilihat dari faktor situasional. Perilaku moral juga dipengaruhi oleh faktor situasional. Rambo (Rahman, 2013:192) menganggap penting faktor konteks dalam proses peubahan keyakinan spiritual seseorang. Menurutnya yang dimaksud dengan konteks adalah lingkungan sosial, kultural, keagamaan dan personal, baik yang bersifak mikro maupun yang bersifat makro. Konsteks dengan karakteristik berbeda tentu akan menstimulasi perilaku moral yang berbeda. Budaya timur misalnya yang lebih menekankan nilai-nilai patuhan, loyalitas, kerja sama, ataupun kesucian tentu akan menstimulasi perilaku yang berbeda dibandingkan budaya barat yang lebih menekankan individualisme, kebebasan berekspresi, sekularisme. Keluarga yang sekuler pun tentu akan menstimulasi perilaku yang berbeda dibandingkan dengan keluarga yang religius.
12 12 Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa faktor yang moral peserta didik dilihat dari faktor kepribadian berada pada kategori cukup banyak, tetapi juga ada beberapa orang peserta didik yang memiliki perkembangan moral pada faktor situasional sangat banyak, banyak, sedikit dan bahkan juga ada pada kategori sangat sedikit. Dalam hal ini guru BK sangat perlu mempertajam lagi dalam pemberian layanan tentang perilaku moral agar kelakuan, tabiat, watak, serta aktivitas atau kegiatan peserta didik yang dilakukan secara sadar sebagai implikasi, pemahaman dari nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor-faktor yang moral peserta didik dilihat secara umum dapat diambil kesimpulan dari batasan masalah dan rincinya sesuai dengan indikator sebagai berikut. 1. Faktor yang mempengaruhi didik di SMP Negeri 1 Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya dilihat dari faktor kognitif berada pada kategori cukup banyak sebanyak 48 orang (50,5%). 2. Faktor yang mempengaruhi didik di SMP Negeri 1 Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya dilihat dari faktor emosi berada pada kategori cukup banyak sebanyak 53 orang (55,8%). 3. Faktor yang mempengaruhi didik di SMP Negeri 1 Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya dilihat dari faktor kepribadian berada pada kategori cukup banyak sebanyak 72 orang (75,8%). 4. Faktor yang mempengaruhi didik di SMP Negeri 1 Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya dilihat dari
13 13 faktor situasional berada pada kategori cukup banyak sebanyak (38,9%). DAFTAR PUSTAKA Desmita Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hurlock Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Rahman, Agus Abdul Psikologi Sosial (Integrasi Pengetahuan Wahyu dan Pengetahuan Empirik). Jakarta: RajaGrafindo Persada. Sarwono, Sarlito Wirawan Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers.
EMOSI NEGATIF SISWA KELAS XI SMAN 1 SUNGAI LIMAU
Volume 2 Nomor 1 Januari 2013 KONSELOR Jurnal Ilmiah Konseling http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor Info Artikel: Diterima 19/02/2013 Direvisi 26/02/2013 Dipublikasikan 01/03/2013 EMOSI NEGATIF
Lebih terperinciPELAKSANAAN LAYANAN INFORMASI DALAM MERUBAH PERILAKU MORAL PESERTA DIDIK OLEH GURU BK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 PAINAN JURNAL
0 PELAKSANAAN LAYANAN INFORMASI DALAM MERUBAH PERILAKU MORAL PESERTA DIDIK OLEH GURU BK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 PAINAN JURNAL Diajukan Sebgai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Lebih terperinciPROFIL KEPRIBADIAN REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DI KELURAHAN BUNGO PASANG TABING PADANG Oleh:
PROFIL KEPRIBADIAN REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DI KELURAHAN BUNGO PASANG TABING PADANG Oleh: Novrisa Putria Gusti Bimbingan dan Konseling, STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACK This research was motivated by
Lebih terperinciTINGKAT KEMAMPUAN ASERTIF PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 IX KOTO KABUPATEN DHARMASRAYA ABSTRACT
1 TINGKAT KEMAMPUAN ASERTIF PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 IX KOTO KABUPATEN DHARMASRAYA Erni Walini 1, Alfaiz 2, Hafiz Hidayat 2 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat
Lebih terperinciPROFIL PEMANFAATAN WAKTU UNTUK BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 2 MUARA BUNGO
1 PROFIL PEMANFAATAN WAKTU UNTUK BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 2 MUARA BUNGO Oleh: Khairunniza Finata * Dra. Suheni, M.Pd.** Mori Dianto, M.Pd.** Program Studi Bimbingan STKIP PGRI Sumatera Barat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu proses kegiatan berfungsi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Keberhasilan dalam dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencerdasan kehidupan bangsa, serta membentuk generasi yang berpengetahuan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional merupakan bagian dari sistem pembangunan Nasional Indonesia, karena itu pendidikan mempunyai peran dan tujuan untuk mencerdasan kehidupan
Lebih terperinciFAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DIRI PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 10 PADANG JURNAL ESA JUNITA NPM
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DIRI PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 10 PADANG JURNAL ESA JUNITA NPM. 10060168 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI
Lebih terperinciMODEL PENGEMBANGAN RASA TANGGUNG JAWAB PESERTA DIDIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI KELAS XI DAN XII MAN 2 SOLOK SELATAN
1 MODEL PENGEMBANGAN RASA TANGGUNG JAWAB PESERTA DIDIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI KELAS XI DAN XII MAN 2 SOLOK SELATAN Yulia Nanda Pratama 1, Ahmad Zaini 2, Fuaddillah Putra 2 1 Mahasiswa Program Studi
Lebih terperinciPROFIL PERILAKU BULLYING PESERTA DIDIK DI SEKOLAH (Studi Terhadap Siswa Kelas VIII SMP N 1 Panti Kabupaten Pasaman) ABSTRACT
PROFIL PERILAKU BULLYING PESERTA DIDIK DI SEKOLAH (Studi Terhadap Siswa Kelas VIII SMP N 1 Panti Kabupaten Pasaman) Radhita Syam Prima Mutiara 1, Helma 2, Joni Adison 2 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan investasi yang berharga bagi peradaban umat manusia, pada saat yang bersamaan pendidikan dan penalaran moral juga merupakan pilar yang sangat
Lebih terperinciPROFIL PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK DALAM BELAJAR DI ASRAMA PUTRA SMAN 1 LUBUK SIKAPING KABUPATEN PASAMAN
PROFIL PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK DALAM BELAJAR DI ASRAMA PUTRA SMAN 1 LUBUK SIKAPING KABUPATEN PASAMAN Fuji Fulanda 1, Ahmad Zaini 2, Citra Imelda Usman 2 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan konseling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan, sebab seseorang tidak bisa dikatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang berarti pertumbuhan menuju kedewasaan. Dalam kehidupan seseorang, masa remaja merupakan
Lebih terperinciPELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MEWUJUDKAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK DI KELAS VII SMP NEGERI 27PADANG JURNAL PENELITIAN
PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MEWUJUDKAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK DI KELAS VII SMP NEGERI 27PADANG JURNAL PENELITIAN Oleh : SYUKRI MARZUKI NPM: 11060269 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN
Lebih terperinciPERSEPSI GURU KELAS DALAM MEMAHAMI KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK DI SD NEGERI 08 ALAHAN PANJANG KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK ARTIKEL
PERSEPSI GURU KELAS DALAM MEMAHAMI KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK DI SD NEGERI 08 ALAHAN PANJANG KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK ARTIKEL Oleh: TIA MARIATI 11060240 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai pancasila sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KONSEP DIRI SISWA YANG MEMILIKI PRESTASI BELAJAR RENDAH DI KELAS VIII SMP NEGERI 8 KOTA JAMBI
IDENTIFIKASI KONSEP DIRI SISWA YANG MEMILIKI PRESTASI BELAJAR RENDAH DI KELAS VIII SMP NEGERI 8 KOTA JAMBI Rabiatun Nurhasanah Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jambi E-mail : rabiatunnurhasanah@gmail.com
Lebih terperinciPROFIL KONSEP DIRI PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 18 PADANG ABSTRACT
PROFIL KONSEP DIRI PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 18 PADANG Sintya Putri Wulan Dari 1, Yuzarion Zubir 2, Triyono 2 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat 2 Dosen Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu periode perkembangan yang dialami oleh setiap individu, sebagai masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya, mengenal lingkungannya, dan mengenal masyarakat di sekitarnya. Remaja mulai memahami
Lebih terperinciFAKTOR LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEMATANGAN EMOSI REMAJA DALAM INTERAKSI SOSIAL KELAS XI DI SMA PGRI I PADANG JURNAL
FAKTOR LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEMATANGAN EMOSI REMAJA DALAM INTERAKSI SOSIAL KELAS XI DI SMA PGRI I PADANG JURNAL GINA ANDRIA SARI NPM: 10060236 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI
Lebih terperinciPERSEPSI PESERTA DIDIK TENTANG KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU BK DALAM LAYANAN INFORMASI ABSTRACT
PERSEPSI PESERTA DIDIK TENTANG KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU BK DALAM LAYANAN INFORMASI Angga Putra 1,Alfaiz 2,Citra Imelda Usman 2 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatra Barat
Lebih terperinciPROFIL PENCAPAIAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SOSIAL PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI 1 RAO KECAMATAN RAO INDUK KABUPATEN PASAMAN TIMUR E-JURNAL
PROFIL PENCAPAIAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SOSIAL PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI 1 RAO KECAMATAN RAO INDUK KABUPATEN PASAMAN TIMUR E-JURNAL YULIA HERMIKA 10060053 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
Lebih terperinciPROFIL KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PESERTA DIDIK DI KELAS XI SMA NEGERI 3 KOTA SOLOK ABSTRACT
1 PROFIL KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PESERTA DIDIK DI KELAS XI SMA NEGERI 3 KOTA SOLOK Dian Setiani 1, Fitria Kasih 2, Mori Dianto 2 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi segala kebutuhan dan keinginan dan keinginan, misalnya dalam bersosialisasi dengan lingkungan
Lebih terperinciEFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS X SMA NEGERI 1 PAINAN
EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS X SMA NEGERI 1 PAINAN Silvia Afdalina 1, Rahma Wira Nita 2, Rici Kardo 2 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dianggap sebagai masa labil yaitu di mana individu berusaha mencari jati dirinya dan mudah sekali menerima informasi dari luar dirinya tanpa ada pemikiran
Lebih terperinciPENGARUH PERILAKU TEMAN SEBAYA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 01 RANAH BATAHAN KABUPATEN PASAMAN BARAT
PENGARUH PERILAKU TEMAN SEBAYA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 01 RANAH BATAHAN KABUPATEN PASAMAN BARAT Oleh: Novi Susana*) Fitria Kasih**) Nofrita**) *Mahasiswa Bimbingan dan Konseling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara karena maju tidaknya suatu negara itu tergantung dari kualitas sistem
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kunci utama terlaksananya pembangunan suatu negara karena maju tidaknya suatu negara itu tergantung dari kualitas sistem pendidikan yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Teknologi serta masuknya budaya-budaya asing telah mempengaruhi gaya
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi sekarang, kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta masuknya budaya-budaya asing telah mempengaruhi gaya hidup manusia, kenyataan semacam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah pada dasarnya merupakan lingkungan sosial yang berfungsi sebagai tempat bertemunya individu satu dengan yang lainnya dengan tujuan dan maksud yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Individu yang memasuki sekolah menengah pertama pada umumnya berada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu yang memasuki sekolah menengah pertama pada umumnya berada pada rentang usia remaja, yaitu berkisar antara 12-15 tahun (Lytha, 2009:16). Hurlock (1980:10) mengemukakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik di negara-negara maju maupun negara-negara yang sedang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Masalah kenakalan remaja dewasa ini semakin dirasa meresahkan masyarakat, baik di negara-negara maju maupun negara-negara yang sedang berkembang. Permasalahannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecepatan arus informasi dan semakin majunya teknologi sekarang ini yang dikenal dengan era globalisasi memberikan bermacam-macam dampak bagi setiap kalangan
Lebih terperinciFAKTOR PENYEBAB KURANG LANCARNYA REMAJA AWAL DALAM MELAKSANAKAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN DI SMP NEGERI 25 PADANG JURNAL
FAKTOR PENYEBAB KURANG LANCARNYA REMAJA AWAL DALAM MELAKSANAKAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN DI SMP NEGERI 25 PADANG JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata
Lebih terperinciPENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KOMUNIKASI INTERPERSONAL PESERTA DIDIK KELAS VIII DI SMP NEGERI 3 LUBUK SIKAPING ABSTRACT
PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KOMUNIKASI INTERPERSONAL PESERTA DIDIK KELAS VIII DI SMP NEGERI 3 LUBUK SIKAPING Teza Andriani 1, Yuzarion Zubir 2, Septya Suarja 2 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan Dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Dalam masa peralihan ini akan terjadi perubahan-perubahan pada diri remaja seperti fisik, kepribadian,
Lebih terperinciPersepsi Guru Pamong Tentang Kemampuan Mahasiswa S1 Tata Boga dalam Kegiatan Program Pengalaman Lapangan Kependidikan di SMK Pariwisata Sumbar
2 3 Persepsi Guru Pamong Tentang Kemampuan Mahasiswa S1 Tata Boga dalam Kegiatan Program Pengalaman Lapangan Kependidikan di SMK Pariwisata Sumbar Ayu Prastika Dewi 1, Elida 2, Wiwik Gusnita 2 Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Jelia Karlina Rachmawati, 2014
BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional
Lebih terperinciMASALAH BELAJAR PESERTA DIDIK TINGGAL KELAS DAN PROGRAM LAYANAN OLEH GURU BK (Studi di SMP MUHAMMADIYAH 6 PADANG) JURNAL RANI ETA PUTRI NPM:
0 MASALAH BELAJAR PESERTA DIDIK TINGGAL KELAS DAN PROGRAM LAYANAN OLEH GURU BK (Studi di SMP MUHAMMADIYAH 6 PADANG) JURNAL RANI ETA PUTRI NPM: 10060099 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI
Lebih terperinciSKRIPSI IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMP PGRI 4 KOTA JAMBI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
SKRIPSI IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMP PGRI 4 KOTA JAMBI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pendidikan Pada Program Ekstensi Bimbingan dan Konseling
Lebih terperinciPEMBERIAN PENGUATAN OLEH GURU PEMBIMBING TERHADAP PESERTA DIDIK DALAM LAYANAN INFORMASI DI SMP NEGERI 26 PADANG. Oleh : Ismi Auldra Efendi*
PEMBERIAN PENGUATAN OLEH GURU PEMBIMBING TERHADAP PESERTA DIDIK DALAM LAYANAN INFORMASI DI SMP NEGERI 26 PADANG Oleh : Ismi Auldra Efendi* Asmaiwaty Arief** Nofrita** * Mahasiswa Bimbingan dan Konseling
Lebih terperinciPERAN GURU BK DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN INTERPERSONAL PESERTA DIDIK KELAS VIII MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DI SMP NEGERI 12 PADANG
PERAN GURU BK DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN INTERPERSONAL PESERTA DIDIK KELAS VIII MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DI SMP NEGERI 12 PADANG ARTIKEL E JURNAL YULLY HASMI YELVI NPM:10060026 PROGRAM STUDI
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan tersebut menjungjung tinggi moralitas berdasarkan norma-norma
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terkenal dengan masyarakatnya yang ramah. Kebudayaan Indonesia seringkali disebut sebagai bagian dari budaya timur, dimana kebudayaan tersebut menjungjung
Lebih terperinciFAKTOR YANG MEMPENGARUHI HUBUNGAN SOSIAL PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 10 PADANG JURNAL
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HUBUNGAN SOSIAL PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 10 PADANG JURNAL FERA ARDANTI. Z NPM. 10060140 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah generasi penerus bangsa yang tumbuh dan berkembang untuk melanjutkan perjuangan cita-cita bangsa. Remaja merupakan aset bangsa yang harus dijaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Moral dalam kehidupan manusia memiliki kedudukan yang sangat penting. Nilai-nilai moral sangat diperlukan bagi manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota suatu
Lebih terperinciFAKTOR PENYEBAB PERILAKU MEMBOLOS PESERTA DIDIK DAN UPAYA GURU BK DALAM MENGATASINYA (Studi terhadap Peserta Didik di SMA Negeri 1 Kota Solok)
FAKTOR PENYEBAB PERILAKU MEMBOLOS PESERTA DIDIK DAN UPAYA GURU BK DALAM MENGATASINYA (Studi terhadap Peserta Didik di SMA Negeri 1 Kota Solok) E-JURNAL RIA PERMATA SARI NIM: 10060246 PROGRAM STUDI BIMBINGAN
Lebih terperinciPROFIL HUBUNGAN SOSIAL PESERTA DIDIK DALAM BELAJAR DI SMK NEGERI 1 SIJUNJUNG
PROFIL HUBUNGAN SOSIAL PESERTA DIDIK DALAM BELAJAR DI SMK NEGERI 1 SIJUNJUNG By: Didi Volanda * Dra. Hj. Fitria Kasih, M.Pd.,Kons ** Fifi Yasmi, S,Pd, I.,M.Pd ** Program Bimbingan dan Konseling, STKIP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, kecerdasan dan keterampilan manusia lebih terasah dan teruji dalam menghadapi dinamika kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu hal yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pembangunan. Pemerintah berusaha untuk mewujudkan pendidikan yang kedepan diharapkan muncul
Lebih terperinciPROFIL PERHATIAN ORANG TUA KEPADA PESERTA DIDIK YANG MEMPUNYAI KESULITAN BELAJAR DI KELAS X SMA NEGERI I KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT ABSTRACT
1 PROFIL PERHATIAN ORANG TUA KEPADA PESERTA DIDIK YANG MEMPUNYAI KESULITAN BELAJAR DI KELAS X SMA NEGERI I KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT Ilmawati 1, Ahmad Zaini 2, Septya Suarja, 2 1 Mahasiswa Program
Lebih terperinciPELAKSANAAN EVALUASI LAYANAN INFORMASI YANG DILAKUKAN GURU BK DI SMP NEGERI 11 PADANG (STUDI TERHADAP KELAS VIII)
PELAKSANAAN EVALUASI LAYANAN INFORMASI YANG DILAKUKAN GURU BK DI SMP NEGERI 11 PADANG (STUDI TERHADAP KELAS VIII) Oleh: Rismailia Sari* Fitria Kasih** Gusneli** *) Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan salah satu komponen penting dalam perwujudan masa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan salah satu komponen penting dalam perwujudan masa depan bangsa. Dengan kata lain, kemajuan suatu bangsa, bermartabat tidaknya suatu bangsa
Lebih terperinciPERANAN GURU BK DALAM MEMBENTUK KONSEP DIRI (SELF CONCEPT) PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 11 PADANG. Oleh: Fitri Yumilda * Fitria Kasih ** Nofrita **
PERANAN GURU BK DALAM MEMBENTUK KONSEP DIRI (SELF CONCEPT) PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 11 PADANG Oleh: Fitri Yumilda * Fitria Kasih ** Nofrita ** *) Mahasiswa BK STKIP PGRI Sumatera Barat **) Dosen Pembimbing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebut dengan tata tertib. Siswa dituntut untuk menaati tata tertib sekolah di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah adalah sebagai lembaga pendidikan mempunyai kebijakan tertentu yang dituangkan dalam bentuk aturan. Salah satunya adalah aturan sekolah yang disebut
Lebih terperinciJurnal Konseling dan Pendidikan
Jurnal Konseling dan Pendidikan ISSN Cetak: 2337-6740 - ISSN Online: 2337-6880 http://jurnal.konselingindonesia.com Volume 2 Nomor 2, Juni 2014, Hlm 9-13 dan Info Artikel: Diterima 05/06/2014 Direvisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di era jaman sekarang pendidikan sangatlah penting. Bukan hanya untuk mendapatkan ijasah namun juga mendapat pengetahuan, pengalaman, serta mendapatkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu, menggali serta memahami arti dan makna dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak-anak menjadi masa dewasa. Remaja mengalami perubahan fisik dan psikis. Terjadinya perubahan kejiwaan menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik dan psikisnya. Karena dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa.pada masa remaja terjadi pertumbuhan untuk mencapai kematangan yang mencakup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal di Indonesia merupakan rangkaian jenjang pendidikan yang wajib dilakukan oleh seluruh warga Negara Indonesia, di mulai dari Sekolah Dasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh tantangan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan sepanjang rentang kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh tantangan dan harapan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang berkualitas dan merupakan makhluk seutuhnya. Makhluk yang seutuhnya adalah mereka yang
Lebih terperinciGURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMA DIAN ANDALAS PADANG JURNAL
PERSEPSI PESERTA DIDIK TENTANG KEBERADAAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMA DIAN ANDALAS PADANG JURNAL CICI FITRIA NPM: 10060152 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak terlepas dari manusia lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu melibatkan orang
Lebih terperinciKeywords: Assertive Behavior, Interaction, Passive Attitude of Aggressive Attitude
1 DAMPAK PERILAKU TIDAK ASSERTIVE PESERTA DIDIK DALAM BERINTERAKSI DI KELAS X SMA NEGERI 1 PASAMAN Tia Ayu Putri Aulia 1, Rahma Wira Nita 2, Septya Suarja 2 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perilaku seksual pada remaja saat ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih menganggap tabu untuk
Lebih terperinciKeyword: Self Confidence
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK DI KELAS VIII MTsN 1 PESISIR SELATAN Monica Hanna Tasya 1, Rahma Wira Nita 2, Suryadi 2 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI
Lebih terperinciFAKTOR YANG MEMPENGARUHI PESERTA DIDIK TIDAK DISIPLIN DALAM PROSES BELAJAR DI MTsN KELAS VIII DURIAN TARUNG PADANG.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PESERTA DIDIK TIDAK DISIPLIN DALAM PROSES BELAJAR DI MTsN KELAS VIII DURIAN TARUNG PADANG Oleh: Dapit Pernalis* Fitria Kasih** Nofrita** *Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar terhadap kehidupan remaja baik yang
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODEL RPL INFORMASI UNTUK MEMBANTU PESERTA DIDIK YANG MEMILIKI SELF ESTEEM RENDAH DI SMP NEGERI 3 LUBUK SIKAPING ABSTRACT
0 PENGEMBANGAN MODEL RPL INFORMASI UNTUK MEMBANTU PESERTA DIDIK YANG MEMILIKI SELF ESTEEM RENDAH DI SMP NEGERI 3 LUBUK SIKAPING Opiana 1, Yuzarion Zubir 2, Rila Rahma Mulyani 2 1 Mahasiswa Program Bimbingan
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN PENGUATAN TERHADAP PERKEMBANGAN MORAL ANAK Di KELOMPOK B3 TK NEGERI PEMBINA PALU. Zulfitri 1
1 PENGARUH PEMBERIAN PENGUATAN TERHADAP PERKEMBANGAN MORAL ANAK Di KELOMPOK B3 TK NEGERI PEMBINA PALU Zulfitri 1 ABSTRAK Permasalah pokok dalam penelitian ini adalah perkembangan moral anak belum berkembang
Lebih terperinciPROFIL KETERAMPILAN KOMUNIKASI PESERTA DIDIK DALAM BELAJAR DI KELAS X SMA NEGERI 1 LINGGO SARI BAGANTI KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL
1 PROFIL KETERAMPILAN KOMUNIKASI PESERTA DIDIK DALAM BELAJAR DI KELAS X SMA NEGERI 1 LINGGO SARI BAGANTI KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL Diajukan untuk Menyusun Skripsi Derajat Sarjana Pendidikan Strata
Lebih terperinciPROFIL PENYESUAIAN DIRI PADA PERUBAHAN FISIK PESERTA DIDIK DI KELAS VIII SMP N 4 BATANG ANAI KABUPATEN PADANG PARIAMAN JURNAL
PROFIL PENYESUAIAN DIRI PADA PERUBAHAN FISIK PESERTA DIDIK DI KELAS VIII SMP N 4 BATANG ANAI KABUPATEN PADANG PARIAMAN JURNAL APRIL YULIANTI NPM. 12060020 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH
Lebih terperinciMASALAH-MASALAH YANG DIHADAPI PESERTA DIDIK DALAM PERENCANAAN KARIR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PELAYANAN BIMBINGAN KARIR
MASALAH-MASALAH YANG DIHADAPI PESERTA DIDIK DALAM PERENCANAAN KARIR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PELAYANAN BIMBINGAN KARIR Nofianti Eka Permadi Prodi Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Lebih terperinciPENGARUH KOMUNIKASI TERHADAP ETIKA PERGAULAN PESERTA DIDIK DI KELAS XI SMA NEGERI 1 BASA AMPEK BALAI PESISIR SELATAN ABSTRACT
PENGARUH KOMUNIKASI TERHADAP ETIKA PERGAULAN PESERTA DIDIK DI KELAS XI SMA NEGERI 1 BASA AMPEK BALAI PESISIR SELATAN Yola Suci Amanda¹, Ahmad Zaini², Besti Nora Dwi Putri² ¹Mahasiswa Program Studi Bimbingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita serta mencapai peran sosial
Lebih terperincisaaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN
saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebab melalui pendidikan diharapkan dapat menghasilkan
Lebih terperinciPELAKSANAAN LAYANAN INFORMASI OLEH GURU BK DALAM PERENCANAAN KARIR PESERTA DIDIK DI KELAS XI SMA NEGERI 1 RAO KABUPATEN PASAMAN ARTIKEL
PELAKSANAAN LAYANAN INFORMASI OLEH GURU BK DALAM PERENCANAAN KARIR PESERTA DIDIK DI KELAS XI SMA NEGERI 1 RAO KABUPATEN PASAMAN ARTIKEL Oleh: IRNA YENTI 12060006 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Hurlock (2004: 206) menyatakan bahwa Secara psikologis masa remaja adalah
Lebih terperinciPROFIL ASPIRASI KARIR PESERTA DIDIK DI KELAS XII SMA PGRI 1 PADANG ABSTRACT
1 PROFIL ASPIRASI KARIR PESERTA DIDIK DI KELAS XII SMA PGRI 1 PADANG Eko Tri Mulia 1, Ahmad Zaini 2, yasrial Candra 2 1 Mahasiswa Prodi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat 2 Dosen Program
Lebih terperinciMENDIDIK UNTUK MEMBENTUK KARAKTER SISWA SEKOLAH DASAR: Studi Analisis Tugas Guru Dalam Mendidik Siswa Berkarakter Pribadi yang Baik
JOURNAL PEDAGOGIA ISSN 2089-3833 Volume. 4, No. 2, Agustus 2015 MENDIDIK UNTUK MEMBENTUK KARAKTER SISWA SEKOLAH DASAR: Studi Analisis Tugas Guru Dalam Mendidik Siswa Berkarakter Pribadi yang Baik Machful
Lebih terperinciPROFIL PERILAKU BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS XI SMA PGRI 3 PADANG By:
PROFIL PERILAKU BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS XI SMA PGRI 3 PADANG By: Hayatul Mardiyah* *Student Student Guidance and Counseling, STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT The background of this research was
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah dalam bidang pendidikan yang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah dalam bidang pendidikan yang harus segera diselesaikan atau dicarikan solusinya oleh pemerintah terutama dinas pendidikan
Lebih terperinciPELAKSANAAN DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR DAN PENGAJARAN REMEDIAL OLEH GURU BK DAN GURU MATA PELAJARAN
PELAKSANAAN DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR DAN PENGAJARAN REMEDIAL OLEH GURU BK DAN GURU MATA PELAJARAN (Studi Deskriptif Analitis pada Peserta Didik Kelas VIII di SMP Negeri 28 Padang) Oleh: Mita Anggela
Lebih terperinciFAKTOR YANG MEMPENGARUHI EMOSI PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 26 PADANG ARTIKEL E JURNAL ZILVIANDA LUSIANA NIM
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EMOSI PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 26 PADANG ARTIKEL E JURNAL ZILVIANDA LUSIANA NIM. 10060036 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
Lebih terperinciFAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTUS SEKOLAH DI JORONG BATANG KARIANG KECAMATAN KAMANG BARU KABUPATEN SIJUNJUNG JURNAL
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTUS SEKOLAH DI JORONG BATANG KARIANG KECAMATAN KAMANG BARU KABUPATEN SIJUNJUNG JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kecerdasan awalnya dianggap sebagai kemampuan general manusia untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kecerdasan awalnya dianggap sebagai kemampuan general manusia untuk melakukan tindakan-tindakan yang mempunyai tujuan dan berpikir dengan cara yang rasional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan, yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak menuju dewasa. Atau dapat dikatakan bahwa masa remaja adalah perpanjangan masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi perkembangan antara masa anak dan masa ke dewasa, dimulai dari pubertas yang ditandai dengan perubahan yang pesat dalam berbagai
Lebih terperinciKeyword: Reinforcement, Learning BK, Information Service
PENGGUNAAN REINFORCEMENT OLEH GURU BK DALAM PEMBERIAN LAYANAN INFORMASI PADA PESERTA DIDIK DI KELAS XII SMA NEGERI 2 BATANG KAPAS Sofia Devita 1, Fitria Kasih 2, Fuaddillah Putra 2 1 Mahasiswa Program
Lebih terperinciPERSEPSI PESERTA DIDIK TENTANG LAYANAN PENGUSAAN KONTEN DI KELAS VIII SMP NEGERI 7 PADANG
PERSEPSI PESERTA DIDIK TENTANG LAYANAN PENGUSAAN KONTEN DI KELAS VIII SMP NEGERI 7 PADANG Oleh: Arni Rama Yanti Ahamd Zaini, S.Ag., M.Pd Fuaddillah Putra, M.Pd., Kons Mahasiswa Bimbingan dan Konseling
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembinaan dan pengembangan generasi muda terus-menerus ditingkatkan sejalan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembinaan dan pengembangan generasi muda terus-menerus ditingkatkan sejalan dengan proses pembangunan nasional yang terus digalakkan. Salah satu wadah dari pembinaan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Kebutuhan tersebut tidak hanya secara fisiologis
Lebih terperinciPROFIL KONTROL DIRI PESERTA DIDIK DALAM BELAJAR DI KELAS XI SMA NEGERI 1 RAMBATAN KABUPATEN TANAH DATAR. Oleh: Resci Nova Linda*)
PROFIL KONTROL DIRI PESERTA DIDIK DALAM BELAJAR DI KELAS XI SMA NEGERI 1 RAMBATAN KABUPATEN TANAH DATAR Oleh: Resci Nova Linda*) Fitria Kasih**) Rahma Wira Nita**) *Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi kehidupan manusia; demikian pula bagi kehidupan suatu bangsa. Untuk mencapai tujuan suatu
Lebih terperinciUpaya Guru Bimbingan dan Konseling Dalam Meningkatkan Kegiatan Belajar Peserta Didik
Konselor Volume 3 Number 1 March 2014 ISSN: 1412-9760 Received January 15, 2014; Revised February 12, 2014; Accepted March 30, 2014 Upaya Guru Bimbingan dan Konseling Dalam Meningkatkan Kegiatan Belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa yang jangka waktunya berbeda-beda tergantung faktor sosial budaya, yang berjalan antara umur 12
Lebih terperinci