TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi Massa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi Massa"

Transkripsi

1 10 TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi Massa Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari asal kata dalam bahasa latin communica yang artinya membagi (Cangara, 2004). Unsur-unsur dari proses komunikasi ialah adanya isyarat dan lambanglambang yang mengandung arti. Tanda-tanda atau isyarat ini perlu dipelajari oleh setiap orang apabila mereka ingin hidup bermasyarakat dan berkebudayaan. Komunikasi massa dapat pula didefinisikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat (Rakhmat, 2005). Komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner, yakni komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang ( mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people ) (Rakhmat, 2005). Di sini dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa, jadi sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak seperti rapat akbar di lapangan luas yang dihadiri oleh ribuan, bahkan puluhan ribu orang jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa. Kekuatan dari media massa sangatlah dahsyat, karena dengan pemberitaanpemberitaan, editorial, iklan-iklan, artikel-artikel dan sebagainya bisa mempengaruhi masyarakat banyak. Media massa terbagi atas dua bagian, yaitu: 1. Media Massa Elektronik (televisi dan radio); 2. Media Massa Cetak (koran, majalah, folder, booklet). Setiap media massa mempunyai kekuatan masing-masing, tetapi pada prinsipnya media massa merupakan satu institusi yang melembaga dan berfungsi untuk menyampaikan

2 11 informasi kepada khalayak sasaran agar Well Informed (tahu informasi) (Kuswandi,1996). Ada beberapa unsur penting dalam media massa yaitu: (1) adanya sumber informasi, (2) isi pesan (informasi), (3) saluran informasi (media), (4) khalayak sasaran (masyarakat) dan (5) umpan balik khalayak sasaran ( Karlinah, 2000). Dari kelima komponen maka terciptalah proses komunikasi antara pemilik isi pesan (sumber informasi), dengan penerima pesan melalui saluran informasi (media). Media Audio Visual Video Media audio visual video adalah suatu unit peralatan elektronik yang dapat merekam informasi gambar dan suara dari sumber-sumber sinyal video, ke dalam pulsa-pulsa pita magnetik berlapis oksida, kemudian bila perlu informasi-informasi tersebut dapat dikonversi kembali ke dalam bentuk gambar nyata pada layar monitor (Gozalli dkk, 1986). Medium video mulai berkembang pada sekitar tahun 1960-an (Gerlach dan Ely, 1980). Pada saat itu video hanya digunakan untuk keperluan siaran televisi (Murray, 1974), medium ini digunakan untuk merekam gambar dan suara yang berasal dari kamera televisi, kemudian hasil rekaman tadi dikonversi kembali pada waktu play back menjadi gambar dan suara di layar magnetik. Pada waktu itu peralatan video yang digunakan masih tergolong besar (large format). Pita (tape) yang dipakai berupa pita magnetik selebar 2 inchi dalam bentuk pita gulungan terbuka (open reel). Alat ini tidak praktis sehingga penggunaannya terbatas untuk keperluan studio televisi saja. Tahun 1960-an, format video tape recorder (VTR) berubah menjadi 1 inchi, sehingga ukurannya lebih kecil dan praktis. Pada waktu tersebut, video sudah mulai digunakan untuk keperluan pendidikan (Gerlach dan Ely, 1980). Seiring dengan berjalannya waktu video semakin berkembang, peralatan video semakin ringkas dan canggih. Fomat VTR berubah semakin kecil menjadi ¾ inchi dan ½ inchi. Pita perekam yang pada awalnya berupa open reel atau reel to

3 12 reel berubah menjadi cartridge kemudian menjadi lebih ringkas lagi berupa kaset yang dibungkus dengan plastik ringan (Besinger, 1991). Perkembangan ini mengakibatkan medium video menjadi lebih ringkas, ringan serta mudah digunakan, kemajuan teknologi audio visual semakin pesat saat ini. Format video tidaklah hanya berbentuk VTR tetapi berupa piringan video dalam bentuk video disc, laser disc, atau compact disc. Dengan semakin mudahnya video dioperasikan, kini video banyak digunakan untuk kegiatan pendidikan atau penyuluhan. Implikasi dari penggunaan video kini sudah meluas, misalnya kegiatan hiburan, pendidikan, penyuluhan, kursus, perdagangan dan penelitian (Bajari, 2001). Menurut Fardiaz dalam Jahi (1988), piringan video adalah alat yang mampu menghasilkan gambar bergerak dan diam dengan suara yang diperoleh dari rekaman video dan teknologi komputer. Komputer pada saat ini sudah dilengkapi dengan perangkat multimedia, salah satunya adalah pemutar video yang disebut CD-ROM, selain dengan format VCD kini sudah bisa digunakan dengan format DVD. Dengan format ini kapasitas memori untuk video lebih besar, selain itu kualitas gambar dan audio lebih bagus. Perkembangan yang telah diraih pada bidang teknologi video menyebabkan pemakaian medium ini semakin meluas. Dalam kegiatan instruksional, video dalam bentuk pringan CD adalah media audio visual yang menampilkan unsur pesan, gambar bergerak dan musik. Pesan yang disajikan bisa berupa fakta, informatif edukatif maupun instruksional. Mengkomunikasikan suatu pesan dan informasi kepada khalayak, video mempunyai keunggulan yakni, a) memperlihatkan gerak, b) memperpendek jarak dan waktu, c) memperlihatkan fenomena yang tidak dapat dilihat mata, d) mengkomunikasikan pesan kepada pemirsa (audience) yang spesifik, e) dapat digunakan berulang-ulang kali, f) dapat mengulangi sequence secara akurat, g) mampu memancing emosi, h) berisi visual, i) menayangkan unsur gambar dan suara, j) dapat menekankan pada sequence tertentu (Pribadi, 2003).

4 13 Selain itu, terdapat keterbatasan-keterbatasan pada media video, menurut Schramm (1984), video termasuk medium dengan daya liput yang terbatas kemampuannya. Inilah yang membedakannya dengan medium televisi yang mempunyai daya liput yang luas dan serentak. Namun dengan keterbatasan itu, video cocok sebagai medium belajar untuk kelompok yang spesifik dengan kebutuhan dan minat tertentu (Nielsen, 1981). Mendiseminasikan suatu informasi, medium video merupakan salah satu media yang cukup efektif untuk meningkatkan pengetahuan. Dengan medium video dalam diseminasi informasi berisi pesan-pesan instruksional menjadi lebih produktif, lebih efektif dan efisien (Kemp, 1975). Dengan memperhatikan desain dari medium video ini, proses penyampaian pesan akan lebih bisa diterima oleh khalayak dengan baik. Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999), penyampaian pesan yang menggunakan ilustrasi dari alat bantu audiovisual akan lebih mengingat banyak pesan. Media audiovisual memainkan dua peran yang berbeda yaitu memperbaiki alih proses informasi dan memotivasi untuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Format Medium Video Adapun format atau bentuk desain pesan dari video adalah (1) jenis bahasa narasi, (2) bentuk penggunaan visual. Penyampaian pesan melalui video akan lebih menarik dan merubah perilaku khalayak, apabila membuat format penyajian pesan dalam bentuk audiovisual, dan dianggap sesuai dengan keadaan khalayak. Penyajian pesan akan memiliki kelebihan ataupun kekurangan dalam mendukung peningkatan pengetahuan khalayak. Narasi Format narasi adalah audio dalam penuturan langsung kadang disebut juga talk show (Edmonds, 1978), dinilai cocok untuk menyajikan pesan atau informasi yang dibutuhkan penjelasan dan uraian mendalam, bentuk ini umumnya efektif untuk menyalurkan informasi kepada pemirsa.

5 14 Willis (1967) mengatakan narasi adalah sebagai the person in which it is presented, narasi dibawakan oleh orang baik sebagai orang pertama, orang kedua atau orang ketiga. Pada narasi tipe pertama, narator berperan tunggal dalam menyampaikan pesan-pesan, sedangkan dalam bentuk kedua, narator utama adalah orang kedua, orang pertama hanya bertindak sebagai pembuka dan penutup program. Pada tipe narasi ketiga, orang ketigalah yang bertindak sebagai narator utama. Cara seperti ini agak jarang digunakan. Menggunakan lebih dari satu narator, bertujuan menghindari kebosanan dan suasana yang monoton. Parker (1968) mengatakan bahwa perubahan satu suara ke suara yang lain dalam narasi dapat menyegarkan presentasi dan menangkap perhatian khalayak yang lebih besar. Ada beberapa jenis narasi yang dibedakan dari cara narator menyampaikan uraian, yang pertama adalah narator tidak nampak di layar monitor pada waktu penyampaian uraian atau disemboided voice, atau bisa juga disebut voice-voice naration (Willis, 1967). Adapun cara yang kedua adalah narator nampak di layar monitor, minimal muncul pada pembukaan dan akhir presentasi, dan biasa disebut live-naration. Pada bentuk penyajian pesan, unsur visual menduduki prioritas utama, ini dikarenakan penyajian narasi pesan disusun dalam rangkaian cerita bergambar yang hidup (motion picture) dan penjelasan dengan kata-kata terucap (off stage narration) bersifat mendukung penyajian. Menurut May dan Lumsdaine (dalam Kemp, 1975), bentuk penyajian yang seperti ini dinilai paling mudah dipahami karena pesan disampaikan dengan menggunakan unsur-unsur audio visual dan motion sekaligus. Pola-pola dinamik yang penuh makna dimana gambar atau visualisasi merupakan bagian komunikasi yang penting, komunikasi visual harus menjadi prioritas utama dalam medium audio visual seperti video. Pada umumnya penggunaan elemen visual dalam materi instruksional cenderung membantu dalam proses belajar. Hasil penelitian Dwyer (1986), menyimpulkan penggunaan elemen visual yang tepat dapat mempermudah siswa memahami informasi yang diberikan.

6 15 Jenis Bahasa Narasi Bahasa dan masyarakat merupakan dua elemen yang tidak dapat dipisahkan. Bahasa merupakan alat penghubung dan alat komunikasi anggota masyarakat (Badudu, 1996). Disamping itu, bahasa merupakan tanda yang jelas dari budi kemanusiaan, karena dari pembicaraan seseorang kita dapat menangkap keinginan dan menangkap keinginan seseorang, latar belakangnya, pendidikan, pergaulan dan adat istiadat (Samsuri, 1978). Proses komunikasi, bahasa merupakan elemen yang paling banyak dipergunakan. Faktor utama yang mempengaruhi efektivitas pesan yang disampaikan dalam suatu proses komunikasi juga berasal dari bahasa, banyak pesan-pesan yang disampaikan sering disalahartikan oleh khalayak sehingga pesan tersebut tidak dapat diterima dengan baik, oleh karena bahasa yang dipakai tidak dipahami oleh khalayak. Menurut Sutanto (1980), bahasa adalah alat untuk meyampaikan pikiran dan alat sosial. Oleh karena itu bahasa bisa dikatakan unsur utama dalam suatu proses komunikasi. Ditambahkan oleh Rakhmat (1999), terdapat dua cara untuk mendefinisikan bahasa, yaitu fungsional dan formal. Definisi fungsional melihat bahasa dari segi fungsinya sehingga bahasa diartikan sebagai alat memiliki bersama untuk mengungkap gagasan, sedangkan definisi formal diartikan bahasa sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan tata bahasa. Dimana setiap bahasa mempunyai peraturan bagaimana kata-kata harus disusun dan dirangkaikan supaya memberikan arti. Effendy (1983) menyatakan bahwa bahasa merupakan lambang yang paling banyak digunakan dalam komunikasi dan memegang peranan penting dalam menyampaikan pesan. Efektivitas komunikasi akan tercipta apabila ditunjang oleh ketepatan penggunaan bahasa yang digunakan dalam menyampaikan pesan. Sutanto (1980) membagi bahasa dalam tiga kelompok, yaitu, bahasa nasional, bahasa daerah dan bahasa kolokial. Sehubungan dengan penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi, Rakhmat (1999) menyatakan bahwa faktor kesamaan budaya, status sosial, pendidikan dan ideologi turut menentukan kesamaan makna khalayak terhadap suatu kata atau

7 16 simbol. Penggunaan bahasa dalam suatu medium komunikasi harus mempertimbangkan latar belakang kebudayaannya. Penggunaan bahasa yang tepat, diharapkan tidak terjadi kesalapahaman makna, pengertian ataupun persepsinya terhadap simbol yang digunakan. Wohrf (dalam Rakhmat 1999) mengemukakan khalayak tertentu akan memberikan arti kepada apa yang mereka lihat, dengar atau rasakan sesuai dengan kategori-kategori yang ada pada bahasa mereka, bahkan orang-orang yang sama sering mengembangkan kata-kata yang khusus dimilikinya oleh sekelompok mereka saja. Pemilihan dan penggunaan bahasa perlu diperhatikan dalam berkomunikasi. Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang dipakai oleh masyarakat Indonesia. Menurut Badudu (1996), bahasa Indonesia telah ditingkatkan penggunaan dan kemampuannya, sehingga bahasa tidak lagi hanya digunakan sebagai alat penghubung antar individu dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga digunakan sebagai bahasa ilmu dan tekhnologi. Ditambahkan pula oleh Anas (2000), bahasa merupakan salah satu unsur dari kebudayaan dan sekaligus sebagai alat mengkomunikasikan unsur-unsur kebudayaan. Peranan yang paling menonjol dari bahasa Indonesia adalah sebagai alat untuk mengkomunikasikan pesan-pesan pembangunan, juga bahasa sebagai alat pengembangan pengetahuan dan teknologi. Bahasa Indonesia, yang merupakan bahasa nasional rakyat Indonesia digunakan baik disektor pendidikan, pemerintahan maupun media massa, dan seharusnya bahasa Indonesia dipergunakan dan dimengerti oleh rakyat Indonesia. Walaupun demikian dari beberapa hasil penelitian, bahasa daerah masih sangat dominan dalam kehidupan masyarakat, khususnya dalam menyampaikan pesan-pesan pembangunan. Namun Kartasasmita (2000) optimis bahwa pemakaian bahasa Indonesia yang sesuai dengan apa yang dikomunikasikan akan mudah dipahami oleh sasaran atau khalayak. Perkembangan penggunaan bahasa Indonesia ditengah masyarakat dapat dikatakan cenderung naik atau positif, ini dikarenakan pada umumnya masyarakat

8 17 masih menggunakan bahasa Indonesia sebagai pengantar sehari-hari, bahkan dalam proses belajar mengajar harus mempergunakan bahasa Indonesia. Menurut Gunardi (1999) pada hasil pengamatannya masyarakat Sunda yang bersedia menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa penutur dalam percakapan sehari-hari. Bahasa Sunda Bahasa daerah di Indonesia merupakan suatu aset budaya bangsa yang tak ternilai harganya, bahasa daerah mempunyai peranan penting, antara lain sebagai simbol dari identitas suatu masyarakat. Bahasa daerah merupakan bahasa sehari-hari yang diajarkan dan dipakai dalam lingkungan keluarga umumnya juga di daerah dimana seseorang tinggal (Samsuri, 1978). Bahasa Sunda, yang merupakan bahasa ibu masayarakat Jawa Barat masih tetap dominan dipakai, khususnya pada masyarakat pedesaan. Maka banyak pesanpesan pembangunan mempergunakan bahasa ini untuk memberikan informasi kepada masyarakat pedesaan di Jawa Barat. Hasil penelitian dari Surya (1989) menunjukkan bahwa nilai peningkatan pengetahuan petani yang mendengarkan presentasi dengan kaset audio yang menggunakan bahasa Sunda lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang mendengarkan kaset audio yang menggunakan bahasa Indonesia. Pendapat yang sama juga di sampaikan oleh Pambudy (1988) yang menyimpulkan bahwa penggunaan bahasa Sunda lebih efektif digunakan dalam presentasi film bingkai bersuara pada penggunaan bahasa Indonesia untuk menyebarkan inovasi model farm kepada petani. Hasil penelitian yang telah dilakukan bisa ditarik kesimpulan bahwa, penggunaan bahasa daerah atau Sunda lebih efektif dibanding bahasa Indonesia dalam menyampaikan pesan-pesan pembangunan, artinya bahwa bahasa Indonesia belum dapat menggantikan posisi bahasa daerah atau Sunda sebagai alat komunikasi dalam menyampaikan pesan. Hal ini diperkuat oleh Srivistava (dalam Bakar, 1999) bahwa bahasa daerah merupakan bahasa yang paling tepat digunakan dalam berkomunikasi dan memajukan pendidikan. Pendapat ini dihasilkan dari penelitian di

9 18 India yang menunjukkan bahwa kelompok yang mendapat perlakuan dengan bahasa daerah untuk pelajaran matematika memperoleh hasil lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan bahasa nasional. Bentuk Pesan Visual Rinaldi (2003) mengemukakan media visual adalah semua alat media yang digunakan dalam suatu ruang yang dapat dilihat dan mempermudah pengertian tentang kata-kata yang tertulis maupun yang terucapkan. Alat atau media audiovisual meliputi alat peraga, foto, film bingkai, multimedia komputer dan video televisi. Ilustrasi merupakan unsur yang utama dalam medium video, sesuai dengan fungsinya ilustrasi sangat diperlukan dalam menjelaskan suatu informasi yang akan di diseminasikan melalui media visual. Menurut Arsyad (2000), bahwa dari beberapa hasil penelitian tentang fungsi kognitif media visual, ternyata lambang visual atau gambar dapat memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami atau mengingat informasi yang terkandung di dalamnya. Diketahui bahwa secara umum visualisasi dapat mempermudah khalayak dalam menerima dan memahami isi pesan, tetapi tidak semua jenis visualisasi sama efektifnya dalam meningkatkan pengetahuan khalayak. Menurut Bertz (1971) di dalam media audio visual gerak seperti televisi atau video, biasanya dikenal dua jenis visualisasi yaitu: visualisasi realistik dan visualisasi grafis. Visualisasi Realistik (Gambar Bergerak) Dalam media audio visual gerak seperti televisi atau video di kenal dua jenis visualisasi yaitu: 1. Visualisasi realistik atau visualisasi murni (pure visual) yaitu gambar hidup (motion picture) benda atau objek sesungguhnya. 2. Visualisasi grafis atau gambar diam yaitu semua bentuk visual dua dimensi yang khusus disiapkan untuk keperluan media visual (Zettl, 1969). Artinya adalah semua jenis atau simbol-simbol visual yang telah diproyeksikan dalam bidang

10 19 datar. Wujud visual grafis dalam medium video dapat berupa gambar foto atau gambar ilustrasi, sketsa, kata tercetak atau ilustrasi visual lainnya (Efrein, 1979). Visualisasi realistik atau hidup (motion picture) merupakan gambaran dari apa yang terjadi sebenarnya. Karakteristik media visualisasi realistik adalah (1) dapat menampilkan gerakan aslinya, (2) dapat memperlihatkan suatu proses lengkap dan memungkinkan mempelajari secara mendetail dari suatu proses yang tidak dilihat dengan mata, (3) efek visualnya sangat mempengaruhi aspek kognitif, afektif dan konatif, tetapi terdapat pula kelemahannya, (1) tidak bisa mengamati suatu gambar secara mendetail, sebab obyek bergerak dan terus berubah, (2) dalam merekam maupun memutar ulang diperlukan keahlian khusus (Wittich dan Schulller, 1979). Fungsi utama ilustrasi visualisasi dalam medium video adalah untuk mendukung serta memperjelas informasi yang disajikan, seperti apa yang diungkapkan oleh Jahi (2003) unsur utama pada program video adalah gambar yang bergerak, sedangkan gambar yang diam hanyalah pelengkap atau tambahan yang disisipkan pada saat-saat tertentu dan gambar gerak membuat subyek menjadi lebih menarik dan memikat perhatian. Hasil penelitian Brown (1977) mengemukakan bahwa: (1) penggunaan gambar gerak dapat merangsang minat atau perhatian siswa, (2) gambar-gambar yang dipilih dan diadaptasi secara tepat, membantu siswa memahami dan mengingat isi informasi bahan-bahan verbal yang menyertainya, (3) penayangan gambar realistik pada televisi, sepenuhnya dapat membanjiri pemirsa dengan informasi visual yang terlalu banyak, ternyata kurang baik sebagai perangsang belajar dibandingkan dengan visual grafis yang sederhana, (4) dan kalau bermaksud mengajar konsep yang menyangkut soal gerak, sebuah gambar-gambar diam kurang efektif dibandingkan dengan gambar bergerak. Hasil penelitian SOVOCOM Company dari Amerika (dalam Siswosumarto, 1999) tentang peran visualisasi peran visualisasi dalam proses pemahaman manusia, yang dinyatakan bahwa manusia belajar memahami sesuatu melalui indera penglihatan 83%, indera pendengaran 11% dan indera yang lain 62% sedangkan kemampuan mengingat pada manusia, menggunakan audio 10 % saja, 40 % dan

11 20 audiovisual 50%. Hal ini menunjukkan bahwa unsur visual (apa yang dilihat) mempunyai persentasi yang lebih tinggi dari audio (apa yang didengar), oleh karena itu sangat dianjurkan bahwa visualisasi dari lambang-lambang verbal baik itu tulisan ataupun apa yang bisa didengarkan saja mendapat porsi yang lebih sedikit dari sajian visual. Dwyer (1979) yang menyatakan medium televisi instruksional mencoba menyelidiki apakah kerealistikan ilustrasi visual dapat menjadikan petunjuk tentang keefektifannya dalam menunjang keberhasilan belajar para siswa. Hasil penemuannya bahwa kerealistikan ilustrasi visual tidak dapat dijadikan petunjuk untuk menduga keefektifannya dalam menunjang proses belajar. Artinya suatu ilustrasi visual yang lebih realistik belum efektif dalam penyampaian informasi dengan visualisasi yang kurang realistik Visualiasasi Grafis (Gambar Diam) Visualisasi grafis adalah semua bentuk visual dua dimensi yang khusus disiapkan untuk keperluan media visual (Zettl, 1969). Artinya adalah semua jenis atau simbol-simbol visual yang telah diproyeksikan dalam bidang datar. Wujud visual grafis dalam medium video dapat berupa gambar foto atau gambar ilustrasi, sketsa, kata tercetak atau ilustrasi visual lainnya (Efrein, 1979). Karakteristik utama gambar grafis adalah dapat dimodifikasi pesan visual sesuai dengan tujuan yang ingin ditonjolkan. Bentuk-bentuk ilustrasi grafis yang biasa digunakan untuk mendukung presentasi pesan pada medium video adalah: 1. Simbol piktorial berupa foto atau gambar ilustrasi 2. Simbol grafis berupa gambar sketsa, diagram, bagan dan grafis 3. Simbol verbal berupa judul, sub judul, teks uraian singkat. Penggunaan berbagai bentuk ilustrasi grafis tersebut, uraian verbal dikombinasikan dengan penjelasan visual baik yang termasuk dalam jenis simbol grafis, simbol piktorial maupun simbol verbal. Rinaldi (2003) mengemukakan bahwa informasi yang dilengkapi dengan bahasa grafis dan visual dapat meningkatkan

12 21 hampir dua kali lipat kemungkinan informasi yang disampaikan dapat dipahami dan dimengerti oleh khalayak. Dimana kemampuan mengingat bentuk komunikasi visual dan verbal, sesudah tiga jam yaitu 80% dan sesudah tiga hari 65%, sedangkan bentuk komunikasi visual saja hanya memiliki kemampuan 72% sesudah tiga hari dan 20 % sesudah tiga hari. Kegiatan pengajaran mengenai suatu gerak, konsep gambar hidup (motion picture) merupakan jenis visualisasi yang paling efektif. Gambar grafis atau diam dapat mengurangi terlalu banyak informasi yang dapat ditampilkan oleh suatu film bergerak (Brown, 1977). Hartley (1978) menunjukkan bahwa ilustrasi sederhana lebih mudah dipahami dan dilihat, demikian juga dengan caption yang menjelaskan gambar tersebut. Gambar sederhana seringkali efektif untuk memperjelas konsep atau obyek yang diterangkan, karena dia dapat memperlihatkan bagian yang penting saja dan membuang bagian lain yang tidak perlu. Hasil penelitian Supriadi (1986), menunjukan penggunaan ilustrasi grafis sangat efektif untuk mendukung cara penyajian pesan dalam medium video yang bersifat penuturan langsung. Dengan kata lain penggunaan ilustrasi grafis dalam presentasi pesan melalui video itu dapat mempertinggi efektifitas peningkatan pengetahuan. Seiring dengan berkembangnya teknologi, kini gambar grafis (diam) bisa dimanipulasi dengan komputer, dengan kecanggihan media yang satu ini semua pekerjaan yang menyangkut dengan media audio visual akan lebih mudah dikerjakan. Komputer membuat semuanya mudah. Apakah import gambar atau suara dari film atau video oleh komputer pengolahannya dapat dengan mudah dan hasil seketika secepat yang dibayangkan sudah tersaji di monitor (e-edukasi.net). Digitized picture adalah gambar yang dicapture dari video kamera, VCR, kamera digital (inherent.brawijaya.ac.id). Teknologi komputer sangat membantu bagi kita yang bekerja di dunia audio visual. Sekarang banyak dikenal program audio visual yang dihasilkan oleh komputer. Kemajuan sinematografi sudah sampai pada tahap puncaknya dan

13 22 perkembangan televisi sudah pada era digital yang mampu memotret hal paling abstrak sekalipun. Kreatifitas manusia bukan pada alatnya melainkan pada niatnya (eedukasi.net). Kemajuan teknologi memungkinkan kita dalam memanipulasi segala macam foto atau gambar. Adapun ekstensi/format file dari gambar diam atau foto adalah, gif, jpg/jpeg, png, bmp, art, djvu, mng, msp, jng, jp2, pbm (inherent.brawijaya.ac.id). Tahap Pengembangan Pesan Pada Video Pengembangan pesan dibagi kedalam tiga tahap yaitu: 1) tahap pengembangan ide, meliputi pengumpulan materi pesan, penyeleksian dan penyusunan pesan kedalam medium yang telah ditetapkan, 2) tahap penetapan tujuan yang akan dicapai, yaitu apakah pesan yang akan dikembangkan itu akan mempengaruhi rana kognitif, afektif atau psikomotorik khalayak, 3) tahap analisa khalayak, yaitu menyangkut karakteristik khalayak yang dituju. Hal ini menunjukkan bahwa karakteristik khalayak dalam pengembangan suatu pesan diperhatikan. Disarankan Lazarfeld dalam Schramn (1984) yaitu agar pengembangan pesan dapat efektif sesuai dengan khalayak yang dituju, disarankan sebelumnya untuk mempelajari karakteristik khalayak yang akan dituju, seperti: pendidikan, umur, pekerjaan dan saluran komunikasi yang digunakan. Lionberger (1982) mengemukakan beberapa karakteristik individu yang berpengaruh terhadap adopsi adalah: umur, tingkat pendidikan dan psikologis, sehubungan dengan karakteristik khalayak, karakteristik psikologis menurut Lionberger adalah faktor rasionalitas. Fleksibilitas mental, dogmatis, orientasi pada usaha tani sebagai bisnis kemudahan menerima inovasi. Peningkatan Pengetahuan Salah satu peubah tak bebas dalam penelitian ini adalah peningkatan pengetahuan. Pengetahuan menurut Soekanto (1970) adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya.

14 23 Berdasarkan pendapat diatas, disimpulkan bahwa pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui atau dicamkan sebagai hasil penggunaan panca indera. Menurut Rakhmat (1986), apabila kita merangkai huruf kalimat dan mulai menangkap makna dari apa yang dilihat dan didengar maka terjadilah persepsi. Persepsi adalah pengalaman tentang obyek peristiwa atau hubungan yang diperoleh melaui kesimpulan informasi dan penafsiran pesan. Proses penerimaan stimuli atau sensasi dan memberi arti (persepsi) pada sensasi sangat diperlukan dalam memperoleh pengetahuan baru. Efek Media Audiovisual (Video) Perencanaan pesan komunikasi merupakan hal penting dan berkaitan langsung dengan penetapan tujuan komunikasi, ada tiga dimensi efek komunikasi massa, yaitu: 1) efek kognitif, 2) efek afektif, 3) efek konatif (Gonzales dalam Jahi, 1988). Tujuan komunikasi sangat berkaitan dengan efek apa yang diharapkan akan terjadi pada sasaran. Efek kognitif yaitu meliputi peningkatan kesadaran, belajar dan tambahan ilmu pengetahuan. Efek afektif berhubungan dengan emosi, perasaan dan attitude (sikap) dan efek konatif berhubungan dengan perilaku dan niat untuk melakukan sesuatu menurut cara tertentu. Hal ini juga didukung oleh pendapat Lionberger (1982), yang mengatakan bahwa ada tiga jenis efek yang dihasilkan oleh keterdedahan pada media massa. Pertama efek kognitif yaitu dapat merubah atau menambah informasi orang yang terdedah. Kedua efek afektif, yaitu merubah sikap, kepercayaan atau opini orang terhadap sesuatu termasuk bagaimana mereka merasakan dirinya, ketiga efek behavioral yaitu dapat membawa kepada perubahan perilaku. Rakhmat (2000) mengemukakan efek pesan media massa meliputi: 1) efek kognitif, terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan atau informasi, 2) efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak. Efek ini ada hubungannya dengan emosi,

15 24 sikap atau nilai, 3) efek behavioral, merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati meliputi pola-pola tindakan kegiatan atau kebiasaan berperilaku. Berdasarkan dari uraian diatas, maka media audiovisual (video) dapat dikategorikan sebagai media dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan ingin belajar dan diharapkan adanya pengetahuan. Penelitian ini, untuk efek kognitif diarahkan pada peningkatan pengetahuan khalayak. Peningkatan pengetahuan dalam penelitian ini dinyatakan sebagai skor tambahan pengetahuan yang diperoleh dari selisih antara skor pengetahuan sebelum melihat video dengan skor pengetahuan setelah melihat video tentang penyakit Chikungunya. Chikungunya Virus Chikungunya pertama kali diidentifikasi di Afrika Timur tahun Tidak heran bila namanya pun berasal dari bahasa Swahili, artinya adalah yang berubah bentuk atau bungkuk. Postur penderitanya memang kebanyakan membungkuk akibat nyeri hebat di persendian tangan dan kaki. Virus ini termasuk keluarga Togaviridae, Genus alphavirus, dan ditularkan oleh Nyamuk Aedes aegypti. Gejalanya adalah demam tinggi, sakit perut, mual, muntah, sakit kepala, nyeri sendi dan otot, serta bintik-bintik merah terutama di badan dan tangan, meski gejalanya mirip dengan Demam Berdarah Dengue, pada Chikungunya tidak ada perdarahan hebat, renjatan ( Schok ) maupun kematian. Masa inkubasi : dua sampai empat hari, sementara manifestasinya tiga sampai sepuluh hari. Virus ini tidak ada vaksin maupun obat khususnya, dan bisa hilang sendiri. Namun, rasa nyeri masih tertinggal selama berhari-hari sampai berbulan-bulan. Sekitar tahun lalu virus Chikungunya (CHIK) merupakan virus pada hewan primata di tengah hutan atau savana di Afrika. Satwa primata yang dinilai sebagai pelestari virus adalah bangsa baboon (Papio sp), Cercopithecus sp. Siklus di hutan (sylvatic cycle) di antara satwa primata dilakukan oleh nyamuk Aedes sp (Ae africanus, Aeluteocephalus, Ae opok, Ae. furciper, Ae taylori, Ae cordelierri). Pembuktian ilmiah yang meliputi isolasi dan identifikasi virus baru berhasil

16 25 dilakukan ketika terjadi wabah di Tanzania Baik virus maupun penyakitnya kemudian diberi nama sesuai bahasa setempat (Swahili), berdasarkan gejala pada penderita. Maka hadirlah Chikungunya yang berarti (posisi tubuh) meliuk atau melengkung (that which contorts or bends up). Setelah beberapa lama, perangai virus Chikungunya yang semula bersiklus dari satwa primata-nyamuk-satwa primata, dapat pula bersiklus manusia-nyamuk-manusia. Tidak semua virus asal hewan dapat berubah siklusnya seperti itu. Di daerah permukiman (urban cycle), siklus virus Chikungunya dibantu oleh nyamuk Aedes aegypti. Beberapa negara di Afrika yang dilaporkan telah terserang virus Chikungunya adalah Zimbabwe, Kongo, Burundi, Angola, Gabon, Guinea Bissau, Kenya, Uganda, Nigeria, Senegal, Central Afrika, dan Bostwana. Sesudah Afrika, virus Chikungunya dilaporkan di Bangkok (1958), Kamboja, Vietnam, India dan Sri Lanka (1964), Filipina dan Indonesia (1973). Chikungunya pernah dilaporkan menyerang tiga korp sukarelawan perdamaian Amerika (US Peace Corp Volunteers) yang bertugas di Filipina, Tidak diketahui pasti bagaimana virus tersebut menyebar antarnegara. Mengingat penyebaran virus antarnegara relatif pelan, kemungkinan penyebaran ini terjadi seiring dengan perpindahan nyamuk. Hasil penelitian terhadap epidemiologi penyakit Chikungunya di Bangkok (Thailand) dan Vellore, Madras (India) menunjukkan bahwa terjadi gelombang epidemi dalam interval 30 tahun. Satu gelombang epidemi umumnya berlangsung beberapa bulan, kemudian menurun dan bersifat ringan sehingga sering tidak termonitor. Gelombang epidemi berkaitan dengan populasi vektor (nyamuk penular) dan status kekebalan penduduk. Pengujian darah (serologik) penyakit Chikungunya sering tidak mudah karena serum Chikungunya mempunyai reaksi silang dengan virus lain dalam satu famili. Untuk memperoleh diagnosis akurat perlu beberapa uji serologik antara lain uji hambatan aglutinasi (HI), serum netralisasi, dan IgM capture ELISA.

17 26 Gejala- Gejala Para penderita umumnya mengalami demam tinggi mencapai derajat celcius dan penderita merasakan nyeri di persendian tulang yang bisa membuatnya tidak mampu berjalan untuk sementara Demam tinggi mendadak selama 2 4 hari, disertai nyeri sendi, bengkak dan kemerahan di daerah lutut, pergelangan kaki, pinggul, siku dan jari-jari kaki maupun tangan. Bila bergerak rasa sakit pada sendi bertambah parah. Gejala lainnya adalah muka kemerahan, nyeri dibelakang bola mata dan konyungtiva kemerahan. Nyeri kepala, nyeri otot dan terdapat pembesaran kelenjar didaerah leher. Gejala lainnya yang dapat timbul adalah mual, muntah, bintik-bintik kemerahan seluruh badan, bisa disertai gatal. Gejala nyeri sendi dapat bertahan selama beberapa minggu sampai beberapa bulan. Penyakit ini tidak menyebabkan kematian. Klinis tersangka Chikungunya, yaitu: (1) demam, (2) nyeri sendi atau otot, (3) ruam kulit atau bercak merah, (4) nyeri kepala dan (5) malaise atau lelah. Pemeriksaan Laboratorium Untuk memastikan penyakit ini dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan teknik ELISA, maupun pemeriksaan virusnya. Tempat Nyamuk Berkembang Biak Nyamuk Aedes berkembang biak di tempat penampungan air bersih didalam rumah maupun di sekitar rumah seperti bak mandi, tempayan, vas bunga, tempat minum burung, ban bekas, drum, kaleng, pecahan botol, potongan bambu dan tempat lainnya. Pada musim hujan lebih banyak lagi tempat-tempat yang menampung air. Cara Pencegahan Jangan biarkan jentik-jentik nyamuk berkembang biak dilingkungan perumahan. Lakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan melakukan 3 M (Menguras, Menutup, dan Mengubur) barang-barang bekas, tempat-tempat penampungan air seminggu sekali secara teratur atau menaburkan larvasida serta memasukkan ikan pada kolam atau aquarium. Lindungi diri anda jangan sampai

18 27 tergigit nyamuk terutama pada siang hari dengan menggunakan repellent (obat nyamuk oles), obat nyamuk coil, memakai kelambu atau memasang kawat kasa dirumah. Pengobatan Seperti halnya penyakit virus tidak ada obat untuk membunuh virusnya. Pengobatan yang diberikan terhadap penderita adalah obat penurun panas dan obat nyeri sendi dan pasien dianjurkan untuk beristirahat. Penyakit ini dapat sembuh dengan sendirinya. Penanganan Kasus Bila menemukan kasus Chikungunya, lakukan : 1. Segera laporkan ke Puskesmas atau Dinas Kesehatan setempat. 2. Hindari penderita dari digigit nyamuk (tidur memakai kelambu) agar tidak menyebarkan ke orang lain. 3. Anjurkan penderita untuk beristirahat selama fase akut. 4. Pada keadaan luar biasa (KLB) perlu dilakukan penyemprotan atau pengasapan. 5. Lakukan pemeriksaan jentik di rumah dan sekitar rumah. Para penderita umumnya mengalami demam tinggi mencapai derajat celcius dan penderita merasakan nyeri di persendian tulang yang bisa membuatnya tidak mampu berjalan untuk sementara. Gejala lainnya, penderita akan merasakan pusing dan mual serta muntah-muntah. (DEPKES)

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 28 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Kerangka Pemikiran Pesan tentang penyakit Chikungunya yang dikemas dalam bentuk media video, dirancang untuk mengungkapkan berbagai aspek video yang dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berlanjut siklusnya bila faktor pendukungnya ada (Depkes RI, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. berlanjut siklusnya bila faktor pendukungnya ada (Depkes RI, 2007). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi yang serba cepat seperti sekarang ini, seseorang hari ini dapat berada di Eropa atau Afrika, dan esok harinya sudah berada di tempat lainnya seperti

Lebih terperinci

africanus, Aeluteocephalus, Ae opok, Ae. furciper, Ae taylori, Ae cordelierri).

africanus, Aeluteocephalus, Ae opok, Ae. furciper, Ae taylori, Ae cordelierri). Virus dan penyakit Chikungunya sudah tidak asing di telinga masyarakat Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh virus Chikungunya. Chikungunya berasal dari bahasa Shawill berdasarkan gejala pada penderita,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Chikungunya merupakan penyakit re-emerging disease yaitu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Chikungunya merupakan penyakit re-emerging disease yaitu penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Chikungunya merupakan penyakit re-emerging disease yaitu penyakit yang keberadaannya sudah ada sejak lama, tetapi kemudian merebak kembali. Chikungunya berasal dari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menghasilkan begitu banyak media komunikasi yang dapat digunakan untuk mendiseminasikan informasi kepada masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit bermunculan. Selain Demam Berdarah (DB) juga muncul penyakit. bagian persendian (arthralgia) (Arini, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. penyakit bermunculan. Selain Demam Berdarah (DB) juga muncul penyakit. bagian persendian (arthralgia) (Arini, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cuaca atau iklim yang tidak menentu menyebabkan berbagai penyakit bermunculan. Selain Demam Berdarah (DB) juga muncul penyakit chikungunya yang juga ditandai dengan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI A. PENGERTIAN Chikungunya berasal dari bahasa Shawill artinya berubah bentuk atau bungkuk, postur penderita memang kebanyakan membungkuk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Populasi Dan Sampel Penelitian Desain Penelitian

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Populasi Dan Sampel Penelitian Desain Penelitian 34 METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Riset khalayak ini dilakukan di SMAN 1 Ciampea, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi didasarkan atas pertimbangan bahwa SMA tersebut berlokasi di daerah Bogor (Jawa

Lebih terperinci

Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang telah membawa virus Dengue dari penderita lainnya. Nyamuk ini biasanya aktif

Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang telah membawa virus Dengue dari penderita lainnya. Nyamuk ini biasanya aktif Definisi DBD Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti betina lewat air liur gigitan saat menghisap darah manusia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan di 436 kabupaten/kota dari 497 kabupaten/kota sebesar 88%. Angka kesakitan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan di 436 kabupaten/kota dari 497 kabupaten/kota sebesar 88%. Angka kesakitan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia, DBD telah menjadi masalah kesehatan masyarakat selama 45 tahun terakhir, sejak tahun 1968 sampai saat ini dan telah menyebar di 33 provinsi dan di

Lebih terperinci

BAB I. dalam kurun waktu yang relatif singkat. Penyakit menular umumnya bersifat akut

BAB I. dalam kurun waktu yang relatif singkat. Penyakit menular umumnya bersifat akut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui berbagai media. Penyakit jenis ini merupakan masalah kesehatan yang besar di hampir semua negara berkembang

Lebih terperinci

FOKUS UTAMA SURVEI JENTIK TERSANGKA VEKTOR CHIKUNGUNYA DI DESA BATUMARTA UNIT 2 KECAMATAN LUBUK RAJA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TAHUN 2009

FOKUS UTAMA SURVEI JENTIK TERSANGKA VEKTOR CHIKUNGUNYA DI DESA BATUMARTA UNIT 2 KECAMATAN LUBUK RAJA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TAHUN 2009 FOKUS UTAMA SURVEI JENTIK TERSANGKA VEKTOR CHIKUNGUNYA DI DESA BATUMARTA UNIT 2 KECAMATAN LUBUK RAJA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TAHUN 2009 Oleh : Yulian Taviv, SKM, M.Si* PENDAHULUAN Chikungunya merupakan

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS BAHASA NARASI DAN BENTUK PESAN VISUAL VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG CHIKUNGUNYA DI KALANGAN SISWA SMAN 1 CIAMPEA

PENGARUH JENIS BAHASA NARASI DAN BENTUK PESAN VISUAL VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG CHIKUNGUNYA DI KALANGAN SISWA SMAN 1 CIAMPEA PENGARUH JENIS BAHASA NARASI DAN BENTUK PESAN VISUAL VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG CHIKUNGUNYA DI KALANGAN SISWA SMAN 1 CIAMPEA MUHAMMAD ALIF SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak lama tetapi kemudian merebak kembali (re-emerging disease). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak lama tetapi kemudian merebak kembali (re-emerging disease). Menurut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Chikungunya merupakan suatu penyakit dimana keberadaannya sudah ada sejak lama tetapi kemudian merebak kembali (re-emerging disease). Menurut sejarah, diduga penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Chikungunya adalah sejenis demam virus yang disebabkan oleh alphavirus

BAB I PENDAHULUAN. Chikungunya adalah sejenis demam virus yang disebabkan oleh alphavirus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Chikungunya adalah sejenis demam virus yang disebabkan oleh alphavirus yang disebarkan oleh gigitan nyamuk dari spesies nyamuk Aedes Aigepty. Chikungunya berasal dari

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id Ordo :Virales Oleh: Drs. Priyo Susatyo, MSi Awal tahun ini, selain kasus demam berdarah yang merebak di sejumlah wrlayah Divisio: -

bio.unsoed.ac.id Ordo :Virales Oleh: Drs. Priyo Susatyo, MSi Awal tahun ini, selain kasus demam berdarah yang merebak di sejumlah wrlayah Divisio: - PENULARAN DAN PENYEBARAN CHIKUNGUNYA Oleh: Drs. Priyo Susatyo, MSi PENDAHULUAN Awal tahun ini, selain kasus demam berdarah yang merebak di sejumlah wrlayah lndonesia, masyarakat direpotkan kembali dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis penyakit menular yang disebabkan oleh virus Chikungunya (CHIK)

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis penyakit menular yang disebabkan oleh virus Chikungunya (CHIK) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Chikungunya sampai saat ini masih tetap menjadi salah satu penyakit menular yang berisiko menyebabkan tingginya angka kesakitan serta masalah kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Chikungunya

BAB I PENDAHULUAN. Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Chikungunya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Chikungunya yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk. Nama penyakit berasal dari bahasa Swahili yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengue, keduanya ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit. chikungunya disebabkan oleh virus chikungunya.

BAB I PENDAHULUAN. Dengue, keduanya ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit. chikungunya disebabkan oleh virus chikungunya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Chikungunya adalah penyakit yang mirip dengan Demam Berdarah Dengue, keduanya ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit chikungunya disebabkan oleh virus chikungunya.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Diseminasi informasi kepada masyarakat pedesaan dilaksanakan melalui berbagai macam media komunikasi. Dengan semakin banyaknya media komunikasi yang tersedia akan semakin rumit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini Indonesia masih dihadapkan dengan meningkatnya beberapa penyakit menular (Re-Emerging Diseases), sementara penyakit tidak menular atau penyakit degeneratif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang optimal dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu : faktor

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang optimal dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu : faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Menurut Hendrik L. Blum dalam Kusnoputranto (1986), derajat kesehatan masyarakat yang optimal dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu : faktor lingkungan, perilaku

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015 PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR 2015 Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015 1 BAB VI PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DI PASEBAN BARAT JAKARTA PUSAT TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DI PASEBAN BARAT JAKARTA PUSAT TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1. Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DI PASEBAN BARAT JAKARTA PUSAT TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN Saat ini kami dari Bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, metodologi yang dilakukan dalam penelitian serta sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Sampai saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan lingkungan hidup dapat mempengaruhi perubahan pola penyakit yang dapat menimbulkan epidemik dan membahayakan

Lebih terperinci

BERHARAP, JATIM (INDONESIA) BEBAS DEMAM BERDARAH Oleh : Zaenal Mutakin

BERHARAP, JATIM (INDONESIA) BEBAS DEMAM BERDARAH Oleh : Zaenal Mutakin BERHARAP, JATIM (INDONESIA) BEBAS DEMAM BERDARAH Oleh : Zaenal Mutakin Datangnya hujan setelah lama kemarau, tentu menjadi anugerah tersendiri bagi berbagai lapisan masyarakat. Udara yang sebelumnya panas

Lebih terperinci

PEMANFAATAN MEDIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

PEMANFAATAN MEDIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR PEMANFAATAN MEDIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR Johannes Jefria Gultom Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Media sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar dipilih

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Jumlah Penderita/Meninggal Tahun

PENDAHULUAN. Jumlah Penderita/Meninggal Tahun PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Di Indonesia, demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang harus ditanggulangi bersama. Di wilayah Bogor, provinsi Jawa Barat, jumlah penderita DBD

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DI PASEBAN BARAT JAKARTA PUSAT TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DAN FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DI PASEBAN BARAT JAKARTA PUSAT TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DAN FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1. Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DI PASEBAN BARAT JAKARTA PUSAT TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DAN FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN Saat ini kami dari Bagian

Lebih terperinci

Pengaruh Jenis Bahasa Narasi dan Bentuk Pesan Visual Video Terhadap Peningkatan Pengetahuan tentang Penyakit Chikungunya pada Siswa SMAN 1 Ciampea

Pengaruh Jenis Bahasa Narasi dan Bentuk Pesan Visual Video Terhadap Peningkatan Pengetahuan tentang Penyakit Chikungunya pada Siswa SMAN 1 Ciampea Jurnal Komunikasi Pembangunan ISSN 1693-3699 Februari 2008, Vol. 06, No. 1 Pengaruh Jenis Bahasa Narasi dan Bentuk Pesan Visual Video Terhadap Peningkatan Pengetahuan tentang Penyakit Chikungunya pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Sadiman (2006:6) media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Sadiman (2006:6) media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Pembelajaran 2.1.1 Pengertian media pembelajaran Menurut Sadiman (2006:6) media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari "Medium" yang secara harfiah berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah World Health Organization (WHO) memperkirakan penduduk yang terkena DBD telah meningkat selama 50 tahun terakhir. Insiden DBD terjadi baik di daerah tropik

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) PENYULUHAN KESEHATAN DEMAM BERDARAH DENGUE

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) PENYULUHAN KESEHATAN DEMAM BERDARAH DENGUE SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) PENYULUHAN KESEHATAN DEMAM BERDARAH DENGUE Cabang Ilmu : Kuliah Kerja Nyata Topik : Pengenalan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Hari/Tanggal : Jumat, 17 Januari 2014

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam Berdarah Dengue Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Chikungunya berasal dari bahasa Shawill berdasarkan gejala pada penderita, yang berarti (posisi tubuh) meliuk atau melengkung mengacu pada postur penderita yang membungkuk

Lebih terperinci

Macam- macam Media Penyaji dalam Pembelajaran

Macam- macam Media Penyaji dalam Pembelajaran Macam- macam Media Penyaji dalam Pembelajaran Dengan menganalisis media melalui bentuk penyajian dan cara penyajian, dapat diklasifikasikan menjadi: a. Kelompok ke-satu Dalam kelompok pertama ini berisikan

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. merupakan bagian integral dari proses pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu

II. KAJIAN PUSTAKA. merupakan bagian integral dari proses pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu 6 II. KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan dan Penyuluhan Kesehatan 1. Pendidikan Kesehatan merupakan bagian integral dari proses pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu bidang pengajaran pendidikan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar umumnya berhubungan langsung dengan kegiatan siswa,

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar umumnya berhubungan langsung dengan kegiatan siswa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan belajar umumnya berhubungan langsung dengan kegiatan siswa, baik di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Sebaliknya mengajar sering dikaitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi oleh virus dengue

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi oleh virus dengue BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti, dengan ciri demam tinggi mendadak disertai

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN I PENGARUH KARAKTERISTIK IBU TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA KELUARGA DI KELURAHAN SEMULA JADI KECAMATAN DATUK BANDAR TIMUR KOTA TANJUNG BALAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis di sebagian kabupaten/kota di

Lebih terperinci

MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN ENCEP KUSUMAH

MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN ENCEP KUSUMAH MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN ENCEP KUSUMAH PENGERTIAN MEDIA Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar Media

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) DHF ( Dengue Haemoragic Fever)

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) DHF ( Dengue Haemoragic Fever) SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) DHF ( Dengue Haemoragic Fever) Cabang Ilmu : Keperawatan Komunitas Topik : Penyakit DHF (Dengue haemoragic Fever) Sasaran : Desa Tala-tala, Kelurahan Bontokio, Kec. Minasatene,

Lebih terperinci

KAJIAN PERILAKU DAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT DALAM PSN DEMAM BERADARAH DI 10 KOTA INDONESIA TAHUN 2007 K U E S I O N E R

KAJIAN PERILAKU DAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT DALAM PSN DEMAM BERADARAH DI 10 KOTA INDONESIA TAHUN 2007 K U E S I O N E R 19 Lampiran KAJIAN PERILAKU DAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT DALAM PSN DEMAM BERADARAH DI 10 KOTA INDONESIA TAHUN 2007 K U E S I O N E R STRATA : 1. Tertata 2. Tdk Tertata Alamat rumah : Jl. No. Responden

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU TERHADAP DEMAM BERDARAH PADA MASYARAKAT DI CIMAHI TENGAH

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU TERHADAP DEMAM BERDARAH PADA MASYARAKAT DI CIMAHI TENGAH Lampiran 1 50 KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU TERHADAP DEMAM BERDARAH PADA MASYARAKAT DI CIMAHI TENGAH Nama Alamat Umur Status dalam keluarga Pekerjaan Pendidikan terakhir :.. :..

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Penyuluhan Pertanian dan Komunikasi Pembangunan

TINJAUAN PUSTAKA. Penyuluhan Pertanian dan Komunikasi Pembangunan 7 TINJAUAN PUSTAKA Penyuluhan Pertanian dan Komunikasi Pembangunan Penyuluhan pertanian adalah sistim pendidikan informal, dimana petani dan keluarganya sebagai peserta didik, dan penyuluh sebagai guru

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Nyamuk Aedes Sp Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya relatif optimum, yakni senantiasa lembab sehingga sangat memungkinkan pertumbuhan

Lebih terperinci

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Lampiran 1 PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Responden yang saya hormati, Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Probo Adi Saputro NIM : 20130320119 Alamat : Pangukan Tridadi Sleman RT/RW 003/010 Adalah

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DI PASEBAN BARAT JAKARTA PUSAT TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DI PASEBAN BARAT JAKARTA PUSAT TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1. Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DI PASEBAN BARAT JAKARTA PUSAT TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN Saat ini kami dari Bagian

Lebih terperinci

PEMANFAATAN VIDEO SEBAGAI MEDIA PENYEBARAN INOVASI PERTANIAN 1. Pera Nurfathiyah, Armen Mara, Ratnawaty Siata, Aulia Farida dan Aprollita 2

PEMANFAATAN VIDEO SEBAGAI MEDIA PENYEBARAN INOVASI PERTANIAN 1. Pera Nurfathiyah, Armen Mara, Ratnawaty Siata, Aulia Farida dan Aprollita 2 30 PEMANFAATAN VIDEO SEBAGAI MEDIA PENYEBARAN INOVASI PERTANIAN 1 Pera Nurfathiyah, Armen Mara, Ratnawaty Siata, Aulia Farida dan Aprollita 2 ABSTRAK Tujuan dari kegiatan pengabdian ini adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Penyakit DBD banyak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti

TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau, pengantar. Dalam bahasa Arab media adalah sebuah perantara atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan penerapannya (teknologi), termasuk sikap dan nilai yang terdapat didalamnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan penerapannya (teknologi), termasuk sikap dan nilai yang terdapat didalamnya. 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran IPA Dalam berbagai sumber dinyatakan bahwa hakikat sains adalah produk, proses, dan penerapannya (teknologi), termasuk sikap dan nilai yang terdapat didalamnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang. Nyamuk Aedes aegypti merupakan salah satu vektor. yang membawa penyakit demam berdarah dengue.

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang. Nyamuk Aedes aegypti merupakan salah satu vektor. yang membawa penyakit demam berdarah dengue. BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Nyamuk Aedes aegypti merupakan salah satu vektor yang membawa penyakit demam berdarah dengue. Nyamuk ini dapat tumbuh pesat di Indonesia karena Indonesia termasuk negara

Lebih terperinci

ALAT PERAGA INOVATIF DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

ALAT PERAGA INOVATIF DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA ALAT PERAGA INOVATIF DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA Mata kuliah : Pengembangan Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Dosen Pengampu : Tabah Subekti, M.Pd Nama Kelompok : 1. Dodo Prastyoko 2. Anggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Demam berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah tropis dan sub tropis, dan menjangkit

Lebih terperinci

MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية)

MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية) MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية) SKS : 2 SKS Dosen : Rovi in, M.Ag Semester : Ganjil Prodi : PBA 1 Guru profesional memiliki empat kompetensi, yaitu: pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang banyak ditemukan di sebagian besar wilayah tropis dan subtropis, terutama Asia Tenggara, Amerika Tengah, Amerika

Lebih terperinci

Irnin Agustina Dwi Astuti

Irnin Agustina Dwi Astuti Irnin Agustina Dwi Astuti 1. ARTI BAHAN AJAR AUDIO Modalitas audio, modalitas visual, modalitas kinestetik Bahan ajar audio adalah bahan ajar non cetak yang didalamnya mengandung sistem yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue yang menempati posisi penting dalam deretan penyakit infeksi yang masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Manusia tidak akan pernah terlepas dari komunikasi. Dimanapun kita, apapun yang kita lakukan, dan bagaimana bentuknya, kita pasti melakukan proses komunikasi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah tropis yang banyak berkembang nyamuk Aedes. kepadatan penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah tropis yang banyak berkembang nyamuk Aedes. kepadatan penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2010). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan daerah tropis yang banyak berkembang nyamuk Aedes aegypti yang mengakibatkan banyaknya jumlah penderita demam berdarah dengue setiap tahunnya.

Lebih terperinci

KAJIAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU MASYARAKAT BERHUBUNGAN DENGAN CHIKUNGUNYA DI KELURAHAN PASIR KUDA, KECAMATAN BOGOR BARAT

KAJIAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU MASYARAKAT BERHUBUNGAN DENGAN CHIKUNGUNYA DI KELURAHAN PASIR KUDA, KECAMATAN BOGOR BARAT 67 Lampiran 1 KAJIAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU MASYARAKAT BERHUBUNGAN DENGAN CHIKUNGUNYA DI KELURAHAN PASIR KUDA, KECAMATAN BOGOR BARAT Alamat Rumah : RT/RW : Nama surveyor : Kode : KUESIONER I. DATA UMUM

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran, teknik pembelajaran, taktik pembelajaran, dan model pembelajaran.

I. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran, teknik pembelajaran, taktik pembelajaran, dan model pembelajaran. I. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Picture and Picture Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna. Istilah-istilah tersebut adalah pendekatan pembelajaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegepty dan Aedes albopictus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue yang di tularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari Medium

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari Medium 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Pembelajaran Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari Medium yang secara harfiah berarti Perantara atau Pengantar yaitu perantara atau pengantar sumber

Lebih terperinci

SIARAN RADIO TANGGAL 3 OKTOBER 2011 MATERI PENYAKIT DEMAM BERDARAH NAMA DR. I GUSTI AGUNG AYU MANIK PURNAMAWATI, M.KES

SIARAN RADIO TANGGAL 3 OKTOBER 2011 MATERI PENYAKIT DEMAM BERDARAH NAMA DR. I GUSTI AGUNG AYU MANIK PURNAMAWATI, M.KES SIARAN RADIO TANGGAL 3 OKTOBER 2011 MATERI PENYAKIT DEMAM BERDARAH PERKENALAN NAMA DR. I GUSTI AGUNG AYU MANIK PURNAMAWATI, M.KES NAMA SINGKAT DR MANIK DOKTER UMUM PNS DI PUSKESMAS BANJARANGKAN I ORGANISASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditularkan lewat gigitan nyamuk. Penyakit Chikungunya disebakan

BAB I PENDAHULUAN. yang ditularkan lewat gigitan nyamuk. Penyakit Chikungunya disebakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Chikungunya adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus yang ditularkan lewat gigitan nyamuk. Penyakit Chikungunya disebakan oleh virus Chikungunya (CHIKV). Virus

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBANGUNAN MEDIA KOMUNIKASI

STRATEGI PEMBANGUNAN MEDIA KOMUNIKASI STRATEGI PEMBANGUNAN MEDIA KOMUNIKASI Modul 7 Perencanaan Pesan dan Media MENGGUNAKAN MEDIA DALAM KOMUNIKASI KELOMPOK ATAU PRESENTASI Kegiatan Belajar 1 MENGAPA MENGGUNAKAN MEDIA? Curtis, dkk: Media visual

Lebih terperinci

MEDIA AUDIO, VISUAL, AUDIO-VISUAL, DAN MULTIMEDIA. Beni Asyhar Program Studi Tadris Matematika STAIN Tulungagung

MEDIA AUDIO, VISUAL, AUDIO-VISUAL, DAN MULTIMEDIA. Beni Asyhar Program Studi Tadris Matematika STAIN Tulungagung MEDIA AUDIO, VISUAL, AUDIO-VISUAL, DAN MULTIMEDIA 2013 Beni Asyhar Program Studi Tadris Matematika STAIN Tulungagung Mendengarkan merupakan suatu proses rumit yang melibatkan 4 unsur, yaitu: - Mendengar

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DI PASEBAN BARAT JAKARTA PUSAT TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DI PASEBAN BARAT JAKARTA PUSAT TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1. Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DI PASEBAN BARAT JAKARTA PUSAT TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN Saat ini kami dari Bagian

Lebih terperinci

KERANGKA PEMlKlRAN. Jenis Musik Dangdut Versus Jenis Musik Pop

KERANGKA PEMlKlRAN. Jenis Musik Dangdut Versus Jenis Musik Pop KERANGKA PEMlKlRAN Beberapa peubah dalam penelitian media film bingkai bersuara ini ialah jenis musik, penyajian bentuk gambar dan peningkatan pengetahuan. Jenis musik pengiring penyajian film bingkai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah. satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah. satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara tropis, termasuk Indonesia. Jumlah penderita DBD cenderung meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu dan teknologi juga semakin mendorong usaha-usaha ke

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu dan teknologi juga semakin mendorong usaha-usaha ke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu dan teknologi juga semakin mendorong usaha-usaha ke arah pembaharuan dalam pembelajaran. Dalam melaksanakan tugasnya, guru diharapkan dapat

Lebih terperinci

YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DI DESA BANTAR WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATILAWANG KABUPATEN BANYUMAS

YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DI DESA BANTAR WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATILAWANG KABUPATEN BANYUMAS Lampiran 1 LEMBAR INFORMASI Judul Penelitian: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DI DESA BANTAR WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATILAWANG KABUPATEN BANYUMAS Gambaran Singkat Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Keadaan rumah yang bersih dapat mencegah penyebaran

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Keadaan rumah yang bersih dapat mencegah penyebaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring bertambahnya waktu maka semakin meningkat juga jumlah penduduk di Indonesia. Saat ini penduduk Indonesia telah mencapai sekitar 200 juta lebih. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever (DHF) merupakan penyakit akut bersifat endemik yang di sebabkan oleh virus dengue yang masuk ke peredaran

Lebih terperinci

Kemampuan peserta. Daya Serap Peserta. Kemampuan pengajar. Efektifitas alat bantu pengajaran. Alat Bantu Pengajaran

Kemampuan peserta. Daya Serap Peserta. Kemampuan pengajar. Efektifitas alat bantu pengajaran. Alat Bantu Pengajaran Kemampuan peserta Kemampuan pengajar Daya Serap Peserta Efektifitas alat bantu pengajaran 2 Penglihatan 82% Pendengaran 11 % Penciuman 1 % Pencecapan 2,5 % Perabaan 3,5 % 3 10 % dari apa yang dibaca 20

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

URGENSI MEDIA PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN DASAR

URGENSI MEDIA PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN DASAR URGENSI MEDIA PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN DASAR Arrofa Acesta *Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Kuningan arrofa.acesta@uniku.ac.id Abstrak Media pembelajaran yang dikemas dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit menular cukup tinggi dan prevalensinya meningkat karena

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit menular cukup tinggi dan prevalensinya meningkat karena BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang, dengan angka kematian penyakit menular cukup tinggi dan prevalensinya meningkat karena dipengaruhi oleh faktor lingkungan serta

Lebih terperinci

Fajarina Lathu INTISARI

Fajarina Lathu INTISARI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT DBD DI WILAYAH KELURAHAN DEMANGAN YOGYAKARTA Fajarina Lathu INTISARI Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak penyakit yang menyerang seperti dengue hemoragic fever.

BAB I PENDAHULUAN. banyak penyakit yang menyerang seperti dengue hemoragic fever. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan suatu hal yang paling penting. Dengan hidup sehat kita dapat melakukan segala hal, sehat tidak hanya sehat jasmani saja namun juga sehat rohani juga

Lebih terperinci

MEDIA SENI RUPA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN. Tim Dosen Media

MEDIA SENI RUPA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN. Tim Dosen Media MEDIA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN SENI RUPA Tim Dosen Media TUJUAN PENDIDIKAN Mengantarkan siswa (peserta didik) menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku, baik intelektual, moral maupun sosial. Dalam

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian yang berjudul Aplikasi Pembelajaran Bahasa Arab pada Anak Prasekolah Berbasis Multimedia (Studi Kasus Tk Uswatun Hasanah Yogyakarta), mengemukakan

Lebih terperinci

BAB II MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PENJUMLAHAN BILANGAN PECAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR

BAB II MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PENJUMLAHAN BILANGAN PECAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR 8 BAB II MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PENJUMLAHAN BILANGAN PECAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang dikemukakan pada BAB I, maka dalam penelitian ini difokuskan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Aedes,misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Aedes,misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat 129 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes

BAB I PENDAHULUAN. dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti dan Aedes albopictus) dan dapat

Lebih terperinci

TUJUAN PENDIDIKAN: LINGKUNGAN BELAJAR: kognitif psikomotorik afektif TUJUAN PEMBELAJARAN : BAHAN PEMBELAJARAN :

TUJUAN PENDIDIKAN: LINGKUNGAN BELAJAR: kognitif psikomotorik afektif TUJUAN PEMBELAJARAN : BAHAN PEMBELAJARAN : TUJUAN PENDIDIKAN: Mengantarkan siswa (peserta didik) menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku, baik intelektual, moral maupun sosial. Dalam mencapai tujuan tersebut siswa berinteraksi dengan lingkungan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pedoman Wawancara dan Pedoman Observasi PEDOMAN WAWANCARA (UNIT PELAKSANA)

Lampiran 1. Pedoman Wawancara dan Pedoman Observasi PEDOMAN WAWANCARA (UNIT PELAKSANA) Lampiran 1. Pedoman Wawancara dan Pedoman Observasi PEDOMAN WAWANCARA (UNIT PELAKSANA) UNIT :... NAMA SISTEM INFORMASI :... Petunjuk Wawancara: 1. Ucapan terimakasih kepada informan atas kesediaannya diwawancarai.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 21 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Demam Berdarah Dengue (DBD) 2.1.1.1 Definisi Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kata media pengajaran digantikan oleh istilah seperti alat pandang-dengar, bahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kata media pengajaran digantikan oleh istilah seperti alat pandang-dengar, bahan BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini dibahas : (a) media pendidikan, dan (b) minat belajar. Adapun penjelasannya sebagai berikut : A. Media Pendidikan Menurut Arsyad (2003), dalam kegiatan belajar mengajar

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN INTEGRASI SITEM PCM ANALYSIS PENCEGAHAN TERHADAP VIRUS ZIKA. Oleh: Rika Puspitasari Rangkuti

PERANCANGAN DAN INTEGRASI SITEM PCM ANALYSIS PENCEGAHAN TERHADAP VIRUS ZIKA. Oleh: Rika Puspitasari Rangkuti PERANCANGAN DAN INTEGRASI SITEM PCM ANALYSIS PENCEGAHAN TERHADAP VIRUS ZIKA Oleh: Rika Puspitasari Rangkuti 2215 105 046 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap individu masyarakat yang harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk memproteksi masyarakatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat sejak diketemukannya kasus tersebut di Surabaya pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat sejak diketemukannya kasus tersebut di Surabaya pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) mulai menimbulkan masalah kesehatan masyarakat sejak diketemukannya kasus tersebut di Surabaya pada tahun 1968. Penyakit

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Pemahaman Pemahaman terhadap suatu pelajaran diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama hampir dua abad, penyakit Demam Berdarah Dengue dianggap sebagai penyakit penyesuaian diri seseorang terhadap iklim tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya

Lebih terperinci