TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut :
|
|
- Yuliani Hermawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi Klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut : Kingdom Divisi Subdivisi Kelas Family Genus : Plantae :Spermatophyta :Angiospermae : Monocotyledoneae :Gramineae : Oryza Spesies : Oryza sativa L. (Grist, 1960). Akar-akar serabut pertama muncul pada hari ke lima atau ke enam setelah padi berkecambah. Akar serabut juga mulai berkembang dengan sangat lebat ketika batang bertunas (hari ke-15). Tumbuhnya akar-akar serabut tersebut membuat akar tunggang yang tumbuh di bawah pada awal perkecambahan tidak tampak. Selain akar serabut, tanaman padi juga memiliki akar yang berwujud mirip rambut yang lebih halus. Keduanya mempunyai fungsi yang sama yaitu sebagai organ untuk mengambil nutrisi dalam tanah (Ahira, 2010). Batang padi tersusun dari rangkaian ruas-ruas dan antara ruas yang satu dengan yang lainnya dipisah oleh sesuatu buku. Tinggi tanaman adalah suatu sifat baku (keturunan). Adanya perbedaan tinggi dari suatu varietas disebabkan oleh suatu pengaruh keadaan lingkungan. Bila syarat-syarat tumbuh baik, maka tinggi tanaman padi sawah biasanya cm. Pada buku-buku yang terletak paling
2 bawah mata-mata ketiak yang terdapat antara ruas batang-batang dan upih daun, tumbuh menjadi batang-batang sekunder yang serupa dengan batang primer. Batang-batang sekunder ini pada gilirannya nanti menghasilkan batang-batang tersier dan seterusnya (Norsalis, 2011). Satu tangkai malai yang terdiri atas banyak spikelet, secara internal akan terjadi kompetisi dalam menarik fotosintat. Spikelet yang terletak pada ujung malai akan keluar terlebih dahulu dan tumbuh lebih vigour, sehingga cenderung mendominasi dalam menarik fotosintat. Sementara spikelet yang terletak pada pangkal malai akan keluar terakhir dan pertumbuhannya cenderung lemah, sehingga kalah berkompetisi dalam menarik fotosintat. Akibatnya pengisian biji tidak penuh dan spikelet tidak bernas (steril) yang pada akhirnya akan menghasilkan gabah hampa (Sumardi et al, 2007). Bulir-bulir padi terletak pada cabang pertama dan cabang kedua, sedangkan sumbu utama malai adalah ruas buku yang terakhir pada batang. Panjang malai tergantung varietas padi yang ditanam dan cara bercocok tanam. Jumlah cabang pada setiap malai berkisar antara buah, yang paling rendah 7 buah cabang, dan yang terbanyak mencapai 30 buah cabang (Rahayu, 2009).
3 Gambar 1. Fase pertumbuhan padi (sumber: Arafah, 2008) Syarat Tumbuh Iklim Padi memerlukan air sepanjang pertumbuhannya dan kebutuhan air tersebut hanya mengandalkan curah hujan. Tanaman dapat tumbuh pada daerah mulai dari daratan rendah sampai daratan tinggi. Tumbuh di daerah tropis/subtropis pada 45 0 LU sampai 45 0 LS dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi. Rata-rata curah hujan yang baik adalah 200 mm/bulan selama 3 bulan berturut-turut atau mm/tahun (Norsalis, 2011). Temperatur sangat mempengaruhi pengisian biji padi. Tanaman padi dapat tumbuh dengan baik pada suhu 23 0 C ke atas. Temperatur yang rendah dan kelembaban yang tinggi pada waktu pembungaan akan mengganggu proses pembuahan yang mengakibatkan gabah menjadi hampa. Hal ini terjadi akibat tidak membukanya bakal biji. Temperatur yang rendah pada waktu pengisian biji juga dapat menyebabkan rusaknya pollen (Luh, 1991). Angin akan berpengaruh terhadap proses penyerbukan bunga padi, karena angin akan mempermudah terjadinya penyerbukan, karena itu lokasi sawah harus terbuka dan tidak terhalang sehingga angin dapat bertiup dengan bebas. Air harus tersedia setiap saat mencukupi untuk menggenangi tanah persawahan. Kekurangan dan kelebihan air juga akan mengurangi produksi sehingga diperlukan saluran irigasi ( Rahayu, 2009). Tanah
4 Padi sawah ditanam di tanah berlempung yang berat atau tanah yang memiliki lapisan keras 30 cm di bawah permukaan tanah. Padi sawah juga menghendaki tanah lumpur yang subur dengan ketebalan sekitar cm Padi sawah juga menghendaki ketersediaan air yang cukup banyak (Rahayu, 2009). Padi sawah menghendaki keasaman tanah antara ph 4,0-7,0. Pada padi sawah, penggenangan akan mengubah ph tanam menjadi netral (7,0). Pada prinsipnya tanah berkapur dengan ph 8,1-8,2 tidak merusak tanaman padi. Karena mengalami penggenangan, tanah sawah memiliki lapisan reduksi yang tidak mengandung oksigen dan ph tanah sawah biasanya mendekati netral. Untuk mendapatkan tanah sawah yang memenuhi syarat diperlukan pengolahan tanah yang khusus (Norsalis, 2011). Biologi dan Ekologi Tikus sawah Klasifikasi tikus sawah menurut Murakami,et al. (1992) adalah sebagai berikut : Kingdom Filum Sub phylum Kelas Ordo Family Genus Spesies : Animalia : Chordata : Vertebrata : Mamalia : Rodentia : Muridae : Rattus : Rattus argentiventer (Rob & Kloss) Tikus sawah dapat dikenali dengan ciri-ciri morfologinya, yaitu berat badan gram, panjang kepala-badan antara mm, panjang tungkai belakang mm dan panjang telinga mm (Murakami, et al. 1992). Ekor
5 biasanya lebih pendek dari panjang kepala-badan. Tubuh bagian dorsal berwarna coklat dengan bercak hitam pada rambut-rambutnya, sehingga memberi kesan seperti berwarna abu-abu. Daerah tenggorokan, abdominal, dan inguinal berwarna putih, dan sisa bagian bawahnya dan sisa bagian bawah lainnya putih keperakan atau putih keabu-abuan. Warna permukaan atas kaki sama dengan warna badan dan banyak yang berwana coklat gelap pada bagian karpal dan tarsal. Ekor berwarna gelap pada bagian atas dan bawah (Aplin et al, 2003). Rambut pelindung hitam/gelap dan pendek. Rumbai bulu roma di bagian depan telinga berwarna jingga pada yang muda. Ini merupakan karakteristik selama stadia pradewasa dan dewasa muda. Daerah tenggorokan, perut, dan inguinal berwarna putih dan sisa pada bagian bawah berwarna keperakan atau putih keabu-abuan. Di bagian thorax dengan abdomen biasanya berwarna gelap. Warna pada permukaan atas kaki sama dengan warna badan, dan banyak yang mempunyai warna coklat gelap pada bagian karpal dan tarsal. Ekor berwarna bagian atas dan bawah (Deptan, 2008) Indera penciuman berkembang dengan baik. Tikus sawah dapat mengenal pakan, sesama tikus, dan predator melalui penciumannya dengan menggerakkan kepala naik turun dan mengendus. Ketajaman penciuman ini juga digunakan untuk mengetahui sekresi genitalia betina yang aktif bereproduksi, jejak tikus kelompoknya dan batas teritorialnya (Rohman et al, 2005). Indera perasa tikus sawah sangat peka. Tikus dapat menilai makanan yang aman dan menolak makanan yang tidak disukainya (beracun). Indera peraba berupa kumis (misae) dan juga modifikasinya yang berupa rambut kasar (vibrissae) diantara bulu-bulu halus. Deteksi dilakukan dengan menyentuhkan
6 sensor peraba pada permukaan benda sehingga tikus dapat menentukan arah dan mengetahui ada tidaknya rintangan. Apabila merasa aman, tikus akan bergerak diantara padi melalui jalan khusus yang selalu diulang (Priyambodo,1995). Tikus berkembang biak dengan cepat, tikus menjadi dewasa dalam arti dapat kawin mulai umur 3 bulan, masa bunting tikus betina sangat singkat, kira-kira 3 minggu. Jumlah anak yang dihasilkan setiap kelahiran berkisar antara 4-12 ekor (rata-rata 6 ekor) tergantung dari jenis dan keadaan makanan di lapangan. Dan setelah 2-3 hari setelah melahirkan tikus-tikus tersebut sudah siap untuk kawin lagi (Sudarmaji et al, 2007). Tikus betina mempunyai puting susu berjumlah dua belas buah. Ukuran dan berat badan tikus jantan dan betina tidak terdapat perbedaan yang mencolok. Tikus jantan dewasa lebih mudah dikenali dengan melihat perkembangan testisnya. Tikus dapat menjadi dewasa dan siap kawin setelah mencapai umur 5-9 minggu (Sudarmaji et al, 2007). Tikus betina bunting selama 21 hari, tikus mampu bunting dan menyusui dalam waktu bersamaan dan tikus tersebut kawin lagi dalam waktu 48 jam setelah melahirkan (Sudarmaji, 2004). Tikus sawah pada umumnya menyukai habitat pematang sawah atau tanggul irigasi yang tinggi dan lebar. Pematang sawah dianjurkan dibuat rendah kira-kira tinggi kurang dari 30 cm, agar pematang tersebut tidak digunakan tikus bersarang dan berkembangbiak (Lam, 1983). Sanitasi dan manipulasi habitat akan menyebabkan tikus kehilangan tempat persembunyian dan sumber pakan alternatif terutama pada periode bera, sehingga secara tidak langsung dapat menurunkan populasi tikus di daerah tersebut (Sudarmaji, 2007).
7 Perilaku tikus sawah Gambar 2. Siklus hidup tikus sawah (Sumber: Cipto et al., 2009) Tikus sawah tergolong cerdik dalam mengeksplorasi lingkungan karena memiliki otak yang berkembang sempurna (Meehan 1984; Priyambodo 2003). Rochman et al (2005) menambahkan bahwa kemampuan inderawi tikus sawah berfungsi optimal dalam menunjang kehidupannya, terutama sebagai hewan yang aktif pada malam hari (nokturnal). Secara rutin, aktifitas harian dimulai senja hari hingga menjelang fajar. Selama periode tersebut, tikus sawah mengeksplorasi sumber pakan dan air, tempat berlindung, serta mengenali pasangan dan individu dari ke- lompok lain. Siang hari dilalui dengan bersembunyi dalam lubang, semak belukar, atau petakan sawah ketika kanopi tanaman padi telah rimbun. Selama terdapat tanaman padi, ruang gerak (home range) berkisar m dan teritorial 0,25-1,10 ha. Ketika padi telah dipanen (bera pascapanen) yang berakibat ketersediaan pakan mulai terbatas, sebagian besar tikus sawah berangsur pindah ke tempat tersedia pakan hingga 0,7-1,0 km atau lebih, seperti pemukiman, gudang benih, penggilingan. Pada awal musim tanam, tikus sawah yang berhasil ber- tahan hidup kembali ke persawahan (Brown et al. 2003; Nolte et al. 2002). Beberapa kemampuan tikus sawah antara lain mengerat (gnawing), menggali (digging), berlari, melompat dan meloncat (jumping), memanjat
8 (climbing), berenang (swimming), dan menyelam (diving). Mengerat merupakan aktivitas yang harus dilakukan untuk mengurangi pertumbuhan gigi seri. Tikus sawah tidak memiliki gigi taring, sehingga antara gigi seri dan geraham terdapat celah yang disebut diastema, yang berfungsi untuk membuang sampah yang terbawa makanan. Aktivitas mengerat mengakibatkan kerusakan pada tanaman padi yang lebih berat dibandingkan aktivitas makannya ( Priyambodo,2003). Ciri Sarang Tikus Aktif Sarang yang dibuat biasanya mempunyai lebih dari satu pintu, pintu utama untuk jalan keluar dan masuk setiap hari, pintu darurat yang digunakan pada saat membahayakan, misalnya pada saat dikejar oleh predator ataupun pada saat gropyokan, dan pintu yang menuju ke sumber air sebagai minumnya. Pintu darurat ini disamarkan dengan cara ditutupi dengan daun-daunan. Selain itu sarang tikus juga terdiri dari lorong yang berkelok-kelok, semakin banyak anggota keluarga tikus maka akan semakin panjang lorong yang dibentuk. Sarang tikus juga dilengkapi dengan kamar yang difungsikan untuk beranak dan kamar gudang untuk menyimpan makanan (Sudarmaji dan Herawati, 2004). Keberadaan sarang tikus aktif dapat dilihat dari bentuk maupun keadaan pintu masuk yang terlihat. Pintu masuk sarangakan terlihat bersih (tanpa rumput) yang berarti masih sering dilalui oleh tikus tersebut. Dinding sarang tikus akan tampak bersih dan beraturan, hal ini menunjukkan aktivitas yang masih berlangsung di sekitar sarang tikus (Siahaan et al., 2014). Salah satu tehnik yang dapat dilakukan untuk mengetahui sarang tikus aktif tikus sawah adalah dengan mengamati setiap lubang tikus yang ada pada bedengan sawah dan menutupnya dengan lumpur pada sore hari, kemudian
9 diamati pada hari berikutnya. Jika ditemukan lubang yang masih tertutup seperti keadaan sebelumnya, maka lubang tersebut bukanlah sarang tikus aktif (sudah ditinggalkan, tetapi jika lubang tersebut telah terbuka kembali (lumpur yang dibuat telah tergali), maka lubang tersebut adalah sarang tikus aktif yang ditandi dengan galian tikus pada malam harinya (Siahaan et al., 2014 ). (a) (b) Gejala Serangan Gambar 3. sarang tikus tidak aktif (a) dan srang tikus aktif (b) (Sumber: Siahaan et al., 2014) Tikus dapat menyerang tanaman padi pada berbagai fase. Pada fase vegetatif, tikus akan memutuskan batang padi sehingga tampak berserakan, tikus akan menggigit lebih dari jumlah yang dibutuhkan untuk makan. Kerusakan yang ditimbulkan oleh tikus bersifat khas, yaitu ditengah-tengah petakan sawah tampak gundul, sedangkan bagian tepi biasanya tidak diserang. Tikus sawah juga menyerang bedengan persemaian dengan memakan benih-benih yang disebar atau mencabut tanaman yang tumbuh ( Harahap dan Tjahjono, 2003). Walaupun demikian tikus paling senang memakan malai atau bulir padi pada stadia generatif. Pada stadia ini tikus akan memotong pangkal batang untuk memakan bagian malai atau bulirnya (Priyambodo, 2003). Padi yang terserang tikus dari jauh terlihat menguning tetapi kuningnya tidak sama dengan kondisi
10 padi siap panen. Dari dekat hanya terlihat kulit padi sedangkan isinya sudah habis, selain itu banyak batang padi yang tumbang akibat dikerat (Edy, 2003). Kerusakan yang ditimbulkan oleh tikus sawah pada tanaman padi terjadi mulai dari persemaian hingga padi menjelang panen. Pada persemaian padi berumur dua hari, satu ekor tikus mampu merusak rata-rata 283 bibit padi dalam satu malam. Pada stadium padi anakan (vegetatif) merusak anakan padi rata-rata 79 batang, dan pada stadium padi bunting 103 batang, serta pada stadium padi bermalai 12 batang per malam (Rochman, 1992). Tikus sawah diketahui lebih suka menyerang tanaman padi yang sedang bunting, sehingga pada umumnya padi stadium bunting akan mengalami kerusakan yang paling besar. Kebutuhan pakan tikus setiap hari hanya seberat kurang lebih 10% dari bobot tubuhnya, sedangkan daya rusaknya terhadap malai padi lima kali lebih besar dari bobot malai padi yang dikonsumsi (Sudarmaji dan Anggara, 2006). Tingkat kerusakan tanaman padi oleh tikus meningkat mulai saat primordial sampai dengan keluar malai (Sudarmaji 2004; Singleton et al. 2010). Pada saat primordial kemungkinan tanaman padi mengeluarkan senyawa-senyawa tertentu, misalnya saja adalah senyawa yang mudah menguap atau berupa gas (volatil) yang menarik bagi tikus yang dikeluarkan oleh tanaman padi saat primordia perlu dikaji (Solikhin dan Purnomo, 2008). Pengendalian Tikus sawah Pengendalian secara kultur teknis dengan membuat lingkungan yang tidak menguntungkan atau tidak mendukung bagi kehidupan dan perkembangan populasi tikus. Dengan cara pengaturan pola tanam, pengaturan waktu tanam, dan pengaturan jarak tanam (Priyambodo, 2003).
11 Secara fisik dan mekanis pengendalian tikus sawah menurut Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Tenggara (2009) antara lain membunuh tikus dengan bantuan alat seperti senapan angin dan perangkap. Juga melakukan gropyok massal yang rutin dan dilakukan terus menerus. Pengendalian hayati dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami seperti kucing, anjing, ular sawah, elang dan burung hantu. Pemanfaatan musuh alami harus diupayakan juga dengan memberikan lingkungan yang nyaman untuk pemangsa tersebut. Namun pada kenyataannya populasi predator di lapangan tidak mencukupi untuk mengendalikan tikus sawah (Deptan, 2006). Biologi Burung Hantu Klasifikasi burung hantu adalah : Kingdom Phylum Sub phylum Kelas Ordo Family : Animalia : Chordata : Craniata : Aves : Strigiformes : Tytonidae Genus :Tyto ; Spesies : Tyto alba javanica Gmel. (Indriyani dan isnani). Morfologi Burung hantu Tyto alba javanica Gmel. Burung hantu memiliki wajah melebar berbentuk hati berwarna putih halus dengan sorot mata yang tajam menonjol. Bulu dada putih kotor karena adanya bintik-bintik cokelat/kehitaman. Bulu dada betina didominasi warna
12 putih kecokelatan, sedangkan jantan sedikit keputihan dengan jumlah bintik hitam yang lebih sedikit dibandingkan dengan burung betina (Setiawan, 2004). Bulu sayap atas dan punggung burung hantu berwarna abu-abu kekuningan, sayap bawah dan bagian dada/ perut berwarna putih dengan bintikbintik hitam. Perbedaan antara betina dan jantan terletak pada warna bulu di bagian leher depan. Pada Tyto alba betina berwarna putih dan bintik-bintik hitam, sedangkan jantan berwarna kuning kecoklatan dan berbintik hitam. Ukuran tubuh antara jantan dan betina hampir sama, namun pada umumnya ukuran tubuh betina lebih besar ( Indriyani dan Isnani, 2013). Mata burung hantu sangat peka sehingga dapat melihat di kegelapan. Bola mata burung hantu diketahui memiliki kedudukan tetap pada tempatnya, menghadap kedepan dan memberikan penglihatan yang bersifat binokuler dan stereoskopik. Kedudukan mata ini menyebabkan burung hantu memiliki kelemahan dalam mendeteksi lingkungan, namun burung hantu memiliki leher yang fleksibel sehingga kepala burung hantu dapat berputar dalam empat arah. Mata burung hantu memiliki daya adaptasi yang baik pada intensitas cahaya yang rendah. Hal ini ditandai dengan pupil yang sangat besar dan retina yang tersusun dari sel-sel yang sangat sensitif terhadap cahaya yang memberikan efek monokromatik. Kemampuan melihat dalam gelap mencapai 3-4 kali kemampuan manusia. Bola mata dilengkapi membran yang dapat dibuka dan ditutup untuk membersihkan bola mata dari kotoran (Indriyani dan Isnani, 2013). Letak lubang telinga Tyto alba tidak simetris dan tidak sama tinggi dan sudut yang berbeda. Lubang telinga diselubungi oleh lapisan fleksibel yang tersusun atas bulu-bulu yang menyelimuti lingkar mukanya. Lapisan tersebut
13 berfungsi sebagai keping pemantul suara. Kelengkapan pendengaran tersebut menyebabkan pendengaran burung hantu sangat peka dan bersifat mengarah terhadap sumber bunyi, sehingga burung hantu mampu mendeteksi lokasi mangsa secara tepat meskipun dalam gelap (Indriyani dan Isnani, 2013). Paruh besar, melengkung dengan ujung runcing dan tajam.paruh yag kokoh berfungsi untuk membunuh dan membawa mangsa pada saat terbang, serta merobek-robek tubuh mangsa sebelum ditelan atau disuapkan ke anaknya. Paruh tertutupi bulu sehingga terlihat kecil. Pada saat dibuka untuk menelan mangsa, paruh terlihat sangat besar, cukup untu menelan seekor mamalia secara langsung (Siahaan et al, 2014). Paruh mendominasi wajah, namun dalam keadaan diam nampak seperti tertekuk ke dalam. Sayapnya didominasi warna kelabu, sawo matang dan berwarna putih sebelah dalam. Kaki panjang dan kelihatan sangat kokoh serta mempunyai daya cengkeram yang kuat. Mangsanya dicengkeram dengan jari-jari yang tajam sampai mati. Panjang mulai kepala sampai ekor kira-kira cm dengan berat badan berkisar antara gr. Bentangan sayapnya mencapai cm (Setiawan, 2004). Ekologi Burung Hantu Tyto alba javanica Gmel. Pada sudut pandang yang sempit, burung hantu tidak membangun sarang seperti burung penyanyi. Mereka merupakan pemakai sarang oportunis, menggunakan sarang yang sudah ada atau mengambil alih sarang yang ditinggalkan burung lain. Burung hantu umumnya bersifat teritorial, suatu kenyataan yang nampak pada saat musim berbiak. Mereka dengan sekuat tenaga mempertahankan sarang dan teritori makan yang sangat jelas, dari individu lain atau jenis burung lain, yang menjadi pesaing untuk sumberdaya yang sama. Jika
14 burung bersifat menyebar, sifat teritorial berakhir sampai musim berbiak. Apabila jumlah makanan berlimpah atau cukup banyak, maka dapat dijumpai adanya koloni sarang pada area yang sama (Simatupang, 2004). Rumah burung hantu (rubuha) sering juga disebut dengan pagupon. Jarak antar pagupon tergantung pada topografi hamparan, jenis tanaman serta tingkat serangan hama tikus yang terjadi. Pagupon bisa dipasang pada batang atau rantingpohon. Namun yang perlu diperhatikan adalah jangan sampai tertutupi oleh ranting atau daun-daun yang dapat mengganggu burung hantu mengintai mangsanya. Jarak antar pagupon adalah antara m (Setiawan, 2004). Rubuha dibentuk dari papan kayu yang di desain berteras untuk mempermudah burung hantu mendarat kembali (Haryadi et al., 2014). Kehidupan burung hantu erat sekali dengan gudang-gudang atau bangunan yang digunakan sebagai tempat penyimpanan.dari pengalaman petani, burung hantu menempati gedung sekolahan yang atapnya rusak serta menempati gedunggedung tinggi yang jarang di tempati seperti di Gereja, karena di atap tersebut banyak dijumpai kotoran bangkai tikus yang tinggal bulu dan tulangnya dan sering ditemukan telur maupun anakan burung hantu (Setiawan, 2004). Gambar 4. Rubuha (sangkar burung hantu (Tyto alba))
15 Mekanisme Predasi Burung Hantu sebagai Predator Tikus Sawah Burung hantu adalah predator yang cukup ganas yang dapat mengejutkan mangsanya. Burung hantu mampu mendeteksi mangsa dari jarak jauh, mampu terbang cepat, mempunyai kemampuan untuk menyergap dengan cepat tanpa suara, memiliki pendengaran sangat tajam dan mampu mendengar suara tikus dari jarak 500 meter. Sifatnya yang noctunal membuatnya menjadi predator ideal untuk hama tikus. Kelebihan lain dari burung hantu ini adalah ukuran tubuh yang relatif lebih besar, memiliki kemampuan membunuh dan memangsa tikus cukup baik, mudah beradaptasi dengan lingkungan baru dan cepat berkembang biak (Agustini, 2013). Dengan gerakan yang cepat, tangkas tanpa menimbulkan suara, burung hantu menangkap mangsanya. Burung hantu tidak pernah memangsa tikus berit karena mengeluarkan bau busuk. Dari analisis terhadap kotorannya, diketahui bahwa 99% terdiri atas tikus, sedangkan sisanya adalah serangga. Tikus adalah salah satu makanan spesifik burung hantu. Burung hantu dapat memangsa tikus sebanyak 2-5 ekor tikus setiap harinya (Setiawan, 2004). Burung hantu mempunyai cara makan yang unik yaitu bagian lemak dan daging dicerna, sedangkan tulang dan kulit serta rambut/bulu dipisahkan kemudian dikeluarkan dalam bentuk gumpalan (pelet) melalui mulut yang dijatuhkan di sekitar sarang. Awalnya, burung ini akan memotong leher tikus menggunakan paruhnya yang tajam setelah tiba di sarang. Sasaran utama yang menjadi santapan adalah kepala tikus yang akan ditelan bersama-sama kulit serta bulunya. Tahap berikutnya, burung hantu akan membuka isi perut tikus dan langsung memakannya. Bila induk sedang mengasuh anak-anaknya, maka isi
16 perut tikus ini akan diberikan kepada anak-anaknya. Tahap akhir adalah mencabik-cabik atau memotong-motong daging. Setelah dicerna, seluruh makanan tersebut menjadi gumpalan yang disebut pelet. Lalu, sekitar 6 jam, secara biologis akan terjadi proses pemuntahan kembali sisa makanan yang tidak dicerna. Hasil muntahan ini berbentuk bulat yang direkatkan oleh semacam lem. Bila muntahan (pelet) ini dibuka, maka di dalamnya akan terlihat tulang yang dibalut oleh bulu-bulu tikus. Kotoran seperti ini banyak terdapat di pagupon maupun di sekitarnya terutama pada pagupon yang ditempati untuk menetap dan berkembang biak (Setiawan, 2004). Burung hantu jantan sering kali membawa hasil buruan untuk betina dan anak-anaknya sehingga aktivitas berburu jantan lebih tinggi dari yang betina. Burung hantu jantan bertanggung jawab untuk memberikan asupan nutrisi pada burung hantu betina dan anak-anaknya. Sebelum burung hantu jantan memberikan hasil buruan kepada burung hantu betina, burung hantu jantan bertengger pada atap sekitar sarang untuk memindah mangsa yang dibawa dengan cakarnya dari tempat buruan ke paruh baru diberikan pada betina (Hadi, 2008). Di perkebunan kelapa sawit burung hantu dapat menurunkan serangan tikus dari 20 30% menjadi 5%. Karena sepasang burung hantu mampu memangsa 3650 ekor tikus per tahun, dan seekor burung hantu mampu memangsa tikus 2 5 ekor per hari dengan jangkauan terbang hingga 12 km (Erik, 2008). Penelitian menunjukkan bahwa kotoran burung hantu Tyto alba 99% adalah jenis tikus, sedangkan yang 1% adalah serangga dengan kemapuan mengkonsumsi antara 2-3 ekor per hari dan mampu berburu tikus melebihi jumlah yang dimakannya.
TINJAUAN PUSTAKA. Biologi dan Ekologi Tikus Sawah Rattus rattus argentiventer Rob & Kloss
TINJAUAN PUSTAKA Biologi dan Ekologi Tikus Sawah Rattus rattus argentiventer Rob & Kloss Tikus merupakan salah satu hama utama pada kegiatan pertanian. Kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan hama tikus
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Tikus Rumah, Tikus Pohon, dan Tikus Sawah Klasifikasi dan Morfologi Bioekologi
3 TINJAUAN PUSTAKA Tikus Rumah, Tikus Pohon, dan Tikus Sawah Klasifikasi dan Morfologi Berdasarkan karakter dan ciri morfologi yang dimiliki, tikus rumah (Rattus rattus diardii) digolongkan ke dalam kelas
Lebih terperinciBIOLOGI TIKUS BIOLOGI TIKUS. Kemampuan Fisik. 1. Menggali (digging)
BIOLOGI TIKUS BIOLOGI TIKUS Kemampuan Fisik 1. Menggali (digging) Tikus terestrial akan segera menggali tanah jika mendapat kesempatan, yang bertujuan untuk membuat sarang, yang biasanya tidak melebihi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu diklasifikasikan sebagai berikut, Kingdom: Plantae; Subkingdom:
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tebu Tebu diklasifikasikan sebagai berikut, Kingdom: Plantae; Subkingdom: Tracheobionta; Super Divisi: Spermatophyta ; Divisi: Magnoliophyta; Kelas: Liliopsida; Sub Kelas: Commelinidae;
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diklasifikasikan ke dalam Famili adalah Graminae, Genus adalah Oryza Linn, dan
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Grist (1960), tanaman padi dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan ke dalam Famili adalah Graminae, Genus adalah Oryza Linn, dan Speciesnya adalah
Lebih terperinciMengenal Tikus Sawah
AgroinovasI Mengenal Tikus Sawah Tikus sawah (Rattus argentiventer Rob & Kloss) merupakan hama utama tanaman padi dari golongan mammalia (binatang menyusui), yang mempunyai sifat-sifat yang sangat berbeda
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. ton/hektar turun sekitar 0,13 ton/hektar menjadi 6,17 ton/hektar di tahun 2014
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Produksi Pertanian Padi D.I.Yogyakarta Produktivitas dan produksi padi sawah D.I.Yogyakarta tahun 2013-2014 mengalami penurunan. Pada tahun 2013 produktivitas padi ladang sekitar
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Tikus
5 TINJAUAN PUSTAKA Tikus Tikus merupakan salah satu satwa liar yang menjadi hama penting bagi kehidupan manusia baik dalam bidang pertanian, perkebunan, maupun permukiman. Lebih dari 150 spesies tikus
Lebih terperinciMENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIKAN HAMA PADA PADI. Oleh : M Mundir BP3K Nglegok
MENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIKAN HAMA PADA PADI Oleh : M Mundir BP3K Nglegok I. LATAR BELAKANG Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) adalah semua organisme yang menggangu pertumbuhan tanaman pokok dalam
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Padi. tunggang yaitu akar lembaga yang tumbuh terus menjadi akar pokok yang
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi Menurut Aak (1990) klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut Kingdom Divisio Sub Divisio Class Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. subdivisio Angiospermae, digolongkan ke dalam kelas Monocotyledonae,
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Berdasarkan literatur Grist (1960), tanaman padi dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan ke dalam divisio Spermatophytae dengan subdivisio Angiospermae,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Padi Tanaman padi merupakan tanaman pangan yang dapat hidup dalam genangan air. Tanaman pangan lain seperti gandum, jagung kentang dan ketela rambat akan mati kalau
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus yang terdapat dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis
16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur
Lebih terperinciII KAJIAN KEPUSTAKAAN. Walet Sarang Lumut, Burung Walet Sapi, Burung Walet Gunung dan Burung
7 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Taksonomi dan Deskripsi Burung Walet Terdapat beberapa jenis Burung Walet yang ditemukan di Indonesia diantaranya Burung Walet Sarang Putih, Burung Walet Sarang Hitam, Burung
Lebih terperinciSi Pengerat Musuh Petani Tebu..
Si Pengerat Musuh Petani Tebu.. Embriani BBPPTP Surabaya Gambar. Tanaman Tebu Yang Terserang Tikus Hama/pest diartikan sebagai jasad pengganggu bisa berupa jasad renik, tumbuhan, dan hewan. Hama Tanaman
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family
4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family Oryzoideae dan Genus Oryza. Organ tanaman padi terdiri atas organ vegetatif dan organ generatif.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Tikus Sawah Klasifikasi dan Morfologi Biologi dan Ekologi
4 TINJAUAN PUSTAKA Tikus Sawah Klasifikasi dan Morfologi Tikus sawah merupakan hewan pengerat yang termasuk dalam Filum Chordata, Subfilum Vertebrata, Kelas Mamalia, Subkelas Theria, Infrakelas Eutheria,
Lebih terperinciBUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 17.1 TAHUN 2015
1 BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 17.1 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN BURUNG HANTU (TYTO ALBA) DI KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciPengendalian Hama Tikus Terpadu Tikus memiliki karakter biologi
Pengendalian Hama Tikus Terpadu Tikus memiliki karakter biologi yang berbeda dibanding hama padi yang lain seperti serangga dan moluska (bangsa siput). Oleh karena itu, penanganan hama tikus di lapangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Kedelai Berdasarkan klasifikasi tanaman kedelai kedudukan tanaman kedelai dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut (Cahyono, 2007):
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Padi Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Ruas-ruas itu merupakan bubung atau ruang kosong. Panjang tiap ruas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Tekukur Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang terbentang dari India dan Sri Lanka di Asia Selatan Tropika hingga ke China Selatan dan Asia
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota
6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mentimun Papasan Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota Cucurbitaceae yang diduga berasal dari Asia dan Afrika. Tanaman mentimun papasan memiliki
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai
TINJAUAN PUSTAKA Pentingnya predasi sebagai strategi eksploitasi dapat diringkas dalam empat kategori utama. Pertama, predator memainkan peran penting dalam aliran energi pada kumunitasnya. Kedua, predator
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut
TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tembakau adalah: Menurut Murdiyanti dan Sembiring (2004) klasifikasi tanaman tembakau Kingdom Divisi Sub divisi Class Ordo Family Genus : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. D.I.Yogyakarta tahun mengalami penurunan. Pada tahun 2013
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta (D.I.Yogyakarta) masih memiliki areal pertanian yang cukup luas dan merupakan salah satu daerah pemasok beras dan kebutuhan pangan lainnya di
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium
14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. family Gramineae, genus Oryza, spesies Oryza sativa L (Perdana, 2007).
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut kingdom Plantae, division Spermatophyta, subdivisio Angiospermae, class Monocotyledoneae, family Gramineae, genus Oryza,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Langkat. Pulau Sembilan ini memiliki luas ± 15,65 km 2 atau ± 9,67% dari total
15 TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Lokasi Penelitian Pulau Sembilan merupakan salah satu pulau yang terdapat di Kabupaten Langkat. Pulau Sembilan ini memiliki luas ± 15,65 km 2 atau ± 9,67% dari total luas
Lebih terperinci2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup
2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup 2.1 Mengidentifikasi kelangsungan hidup makhluk hidup melalui adaptasi, seleksi alam, dan perkembangbiakan 1. Mengaitkan perilaku adaptasi hewan tertentu dilingkungannya
Lebih terperinciPENGEMBANGAN BURUNG HANTU (TYTO ALBA) SEBAGAI PENGENDALI HAMA TIKUS DI DESA BABAHAN DAN SENGANAN, PENEBEL, TABANAN, BALI
BULETIN UDAYANA MENGABDI, VOLUME 16 NO. 1, JANUARI 2017 PENGEMBANGAN BURUNG HANTU (TYTO ALBA) SEBAGAI PENGENDALI HAMA TIKUS DI DESA BABAHAN DAN SENGANAN, PENEBEL, TABANAN, BALI N. M. S. Sukmawati 1, N.W.
Lebih terperinciGambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)
HAMA PENGGEREK BATANG PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA Status Penggerek batang padi merupakan salah satu hama utama pada pertanaman padi di Indonesia. Berdasarkan luas serangan pada tahun 2006, hama penggerek
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Jagung Jagung (Zea mays L) termasuk dalam keluarga rumput rumputan. tanaman jagung (Zea mays L) dalam sistematika ( Taksonomi ) tumbuhan, kedudukan tanaman
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani tanaman karet Menurut Sianturi (2002), sistematika tanaman karet adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari 3 golongan ecogeographic yaitu Indica, Japonica, dan Javanica.
6 TINJAUAN PUSTAKA Padi Sawah Padi (Oryza sativa L.) berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumput-rumputan (Gramineae) yang ditandai dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Tumbuhan padi bersifat
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman apel berasal dari Asia Barat Daya. Dewasa ini tanaman apel telah menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil utama adalah Eropa Barat, negaranegara bekas Uni Soviet, Cina,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan
3 TINJAUAN PUSTAKA Lalat Buah (Bactrocera spp.) Biologi Menurut Departemen Pertanian (2012), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Phylum Klass Ordo Sub-ordo Family Genus Spesies : Arthropoda
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rukmana (1997), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai
TINJAUAN PUSTAKA Ekologi Tanaman Jagung berikut : Menurut Rukmana (1997), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai Kingdom Divisi Subdivisi Kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Clownfish Klasifikasi Clownfish menurut Burges (1990) adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Chordata : Perciformes
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Walang Sangit (Leptocorisa acuta T.) berikut : Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai Kelas Ordo Famili Genus Species : Insekta : Hemiptera
Lebih terperinciPEMANFAATAN BURUNG HANTU (Tyto alba) SEBAGAI PREDATOR TIKUS. Penulis : Binsar Simatupang, SP, MP/Widyaiswara Muda BPP Jambi
PEMANFAATAN BURUNG HANTU (Tyto alba) SEBAGAI PREDATOR TIKUS Penulis : Binsar Simatupang, SP, MP/Widyaiswara Muda BPP Jambi ABSTRAK Pemanfaatan Burung hantu (Tyto alba) sebagai predator tikus merupakan
Lebih terperinciCIRI KHUSUS MAKHLUK HIDUP DAN LINGKUNGAN HIDUPNYA
BAB 1 CIRI KHUSUS MAKHLUK HIDUP DAN LINGKUNGAN HIDUPNYA Tujuan Pembelajaran: 1) mendeskripsikan hubungan antara ciri-ciri khusus hewan dengan lingkungannya; 2) mendeskripsikan hubungan antara ciri-ciri
Lebih terperincikeadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998).
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Suksesi dan Restorasi Hutan Hutan merupakan masyarakat tumbuh-tumbuhan yang di dominasi oleh pepohonan. Masyarakat hutan merupakan masyarakat tumbuh-tumbuhan yang hidup dan tumbuh
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit
3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas Branchiopoda, Divisi Oligobranchiopoda, Ordo Cladocera, Famili Daphnidae,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistematika dan Botani Tanaman Jagung Manis Tanaman jagung manis termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays saccharata Sturt. Dalam Rukmana (2010), secara
Lebih terperinciII.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun
II.TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun demikian burung adalah satwa yang dapat ditemui dimana saja sehingga keberadaanya sangat sulit dipisahkan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya.
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Sycanus sp. (Hemiptera: Reduviidae) Telur Kelompok telur berwarna coklat dan biasanya tersusun dalam pola baris miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Buah Naga Buah naga ( Dragon Fruit) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang baru dibudidayakan di Indonesia dengan warna buah merah yang menyala dan bersisik hijau
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Tanaman Sorgum Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas dan daerah beriklim sedang. Sorgum dibudidayakan pada ketinggian 0-700 m di
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae
7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Sorgum Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae (Poaceae). Tanaman ini telah lama dibudidayakan namun masih dalam areal yang terbatas. Menurut
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA Lalat penggorok daun, Liriomyza sp, termasuk serangga polifag yang dikenal sebagai hama utama pada tanaman sayuran dan hias di berbagai negara. Serangga tersebut menjadi hama baru
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Merpati Karakteristik Merpati )
TINJAUAN PUSTAKA Merpati Menurut Yonathan (2003), penyebaran merpati hampir merata di seluruh bagian bumi kecuali di daerah kutub. Merpati lokal di Indonesia merupakan burung merpati yang asal penyebarannya
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Family Genus
Lebih terperinciMetamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa
Metamorfosis Kecoa 1. Stadium Telur Proses metamorfosis kecoa diawali dengan stadium telur. Telur kecoa diperoleh dari hasil pembuahan sel telur betina oleh sel spermatozoa kecoa jantan. Induk betina kecoa
Lebih terperinciuntuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang
untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Brontispa sp di laboratorium. Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang membutuhkan. Tujuan Penelitian Untuk
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman pangan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman pangan yang dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk Indonesia. Lahan tanaman
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani dan Morfologi Kelapa sawit termasuk tanaman jangka panjang. Tinggi kelapa sawit dapat mencapai 13-18 meter. Tanaman kelapa sawit termasuk ke dalam tanaman berbiji satu
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) Menurut Fachruddin (2000) tanaman kacang panjang termasuk famili leguminoceae. Klasifikasi tanaman kacang panjang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang
Lebih terperinciII. Tinjauan Pustaka. dikonsumsi oleh setengah dari penduduk yang ada di bumi ini. Menurut Chevalier
II. Tinjauan Pustaka 2.1. Sejarah Tanaman Tadi Sawah (Oryza sativa L.) Tanaman padi ( Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan yang dikonsumsi oleh setengah dari penduduk yang ada di bumi ini. Menurut
Lebih terperinciDaun pertama gandum, berongga dan berbentuk silinder, diselaputi plumula yang terdiri dari dua sampai tiga helai daun. Daun tanaman gandum
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1. Botani Tanaman gandum Menurut Laraswati (2012) Tanaman gandum memiliki klasifikasi sebagai berikut: Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Super
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Besar Penelitian Tanaman Padi, tikus sawah merupakan hama utama penyebab
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tikus sawah (Rattus argentiventer) merupakan salah satu spesies hewan pengerat yang mengganggu aktivitas manusia terutama petani. Menurut Balai Besar Penelitian
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Kuntul 2.1.1 Klasifikasi Burung Kuntul Burung kuntul termasuk ordo Ciconiiformes dan famili Ardeidae (Mackinnon, 1993). klasifikasi Kuntul besar (Egretta alba) adalah
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Echinochloa crus-galli (L.) P. Beauv. Morfologi Echinochloa crus-galli
TINJAUAN PUSTAKA Echinochloa crus-galli (L.) P. Beauv. E. crus-galli merupakan suatu jenis rumput liar yang termasuk gulma tahunan. E. crus-galli termasuk dalam kelas Poales, famili Poaceae (Galinato et
Lebih terperinciPEMANFAATAN BURUNG HANTU (Tyto alba) SEBAGAI PREDATOR TIKUS. Penulis : Binsar Simatupang, SP, MP/Widyaiswara Muda BPPP Jambi
PEMANFAATAN BURUNG HANTU (Tyto alba) SEBAGAI PREDATOR TIKUS Penulis : Binsar Simatupang, SP, MP/Widyaiswara Muda BPPP Jambi I. PENDAHULUAN Burung hantu (Tyto alba) kini makin popular di kalangan masyarakat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jagung merupakan tanaman berumah satu, bunga jantan terbentuk pada
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Jagung Jagung merupakan tanaman berumah satu, bunga jantan terbentuk pada malai dan bunga betina terletak pada tongkol di pertengahan batang secara terpisah tapi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam klasifikasi tumbuhan, tanaman tomat termasuk kelas Dicotyledonae
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tomat 1) Botani dan morfologi tanaman tomat Dalam klasifikasi tumbuhan, tanaman tomat termasuk kelas Dicotyledonae (berkeping dua). Secara lengkap ahli botani mengklasifikasikan
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Produktivitas Pengaruh Faktor Produksi Terhadap Produktivitas
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Produktivitas Berbicara tentang produktivitas, maka akan menyangkut tentang masalah hasil akhir yakni seberapa besar hasil akhir yang diperoleh didalamproses
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Taksonomi Tanaman Karet Sistem klasifikasi, kedudukan tanaman karet sebagai berikut :
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Tanaman Karet Sistem klasifikasi, kedudukan tanaman karet sebagai berikut : Kingdom Divisi Sub divisi Kelas Ordo Family Genus Spesies : Plantae (tumbuh-tumbuhan) :
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Trisik adalah kawasan yang masih menyimpan sisa keanekaragaman
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keanekaragaman Burung di Pantai Trisik Trisik adalah kawasan yang masih menyimpan sisa keanekaragaman hayati di Yogyakarta khususnya pada jenis burung. Areal persawahan, laguna
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana mata pencaharian mayoritas penduduknya adalah melakukan budidaya berbagai komoditas pertanian. Secara geografis Indonesia merupakan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya
Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:
Lebih terperinciJENIS_JENIS TIKUS HAMA
JENIS_JENIS TIKUS HAMA Beberapa ciri morfologi kualitatif, kuantitatif, dan habitat dari jenis tikus yang menjadi hama disajikan pada catatan di bawah ini: 1. Bandicota indica (wirok besar) Tekstur rambut
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Caisim (Brassica juncea L.) Caisim merupakan jenis sayuran yang digemari setelah bayam dan kangkung (Haryanto dkk, 2003). Tanaman caisim termasuk dalam famili Cruciferae
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat
3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin
Lebih terperinci(Rattus tiomanicus MILLER) MENUJU. Dhamayanti A.
METODE PENGENDALIAN HAMA TIKUS (Rattus tiomanicus MILLER) MENUJU PERTANIAN BERKELANJUTAN oleh Dhamayanti A. PENGENDALIAN TIKUS, Rattus tiomanicus MILLER Sebelum th 1970, rodentisida (Klerat, ratropik dengan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur hara guna mendorong pertumbuhan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan rayap yang paling luas serangannya di Indonesia. Klasifikasi
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Klasifikasi lele masamo SNI (2000), adalah : Kingdom : Animalia Phylum: Chordata Subphylum: Vertebrata Class : Pisces
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Tanaman tebu dalam dunia tumbuh-tumbuhan memiliki sistematika sebagai berikut : Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Glumaceae Famili : Graminae
Lebih terperinciHAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA
HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA Jambu mete merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari Brasil Tenggara. Tanaman ini dibawa oleh pelaut portugal ke India
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Jagung Menurut Purwono dan Hartono (2005), jagung termasuk dalam keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Siahaan dan Sitompul (1978), Klasifikasi dari tanaman kedelai adalah sebagai berikut : Kingdom Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Ulat Api (Setothosea asigna van Eecke) berikut: Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai Kingdom Pilum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia :
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae
6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Lele Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Filum: Chordata Kelas : Pisces Ordo : Ostariophysi Famili : Clariidae Genus : Clarias Spesies :
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan
10 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru, Darmaga Bogor pada bulan Januari 2009 hingga Mei 2009. Curah hujan rata-rata dari bulan Januari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegypti Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. [2,12] Aedes aegypti tersebar luas di wilayah tropis
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pakchoy (Brassica rapa L.) Pakchoy (Sawi Sendok) termasuk tanaman sayuran daun berumur pendek yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah podzolik, latosol, hidromorfik
TINJAUAN PUSTAKA Kelapa Sawit Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah podzolik, latosol, hidromorfik kelabu, alluvial atau regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai. Tingkat keasaman
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1. Tanaman Gandum Tanaman gandum (Triticum aestivum L) merupakan jenis dari tanaman serealia yang mempunyai tektur biji yang keras dan bijinya terdiri dari
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Jagung Manis Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea mays saccarata L. Menurut Rukmana ( 2009), secara sistematika para ahli botani mengklasifikasikan
Lebih terperinci