TAKSONOMI BLOOM MAKALAH (disusun guna memenuhi mata kuliah Strategi Belajar Mengajar) oleh : Rina Asih Niasari NIM
|
|
- Yandi Iskandar
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 TAKSONOMI BLOOM MAKALAH (disusun guna memenuhi mata kuliah Strategi Belajar Mengajar) oleh : Rina Asih Niasari NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER
2 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Strategi Belajar Mengajar dengan judul Taksonomi Bloom. Tujuan pembelajaran merupakan salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan pembelajaran. Sebab segala kegiatan pembelajaran muaranya pada tercapainya pada tujuan tersebut. Taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan pendidikan. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Dengan selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada penulis. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada: 1. Orang tua saya yang telah memberikan doa dan bantuan finansial guna menyelesaikan makalah ini. 2. Ibu Nurul Umamah selaku dosen mata kuliah Strategi Belajar Mengajar. 3. Teman-teman yang sudah memberi motivasi dalam proses penyelesaian makalah ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Jember, 25 Oktober 2013 Penulis 2
3 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara bahasa taksonomi diambil dari bahasa Yunani yaitu tassein dan nomos. Tassein yang berarti untuk mengelompokkan dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi dapat pula diartikan secara istilah yaitu, sebagai pengelompokan suatu hal berdasarkan hierarki (tingkatan) tertentu. Di mana taksonomi yang lebih tinggi bersifat lebih umum atau masih luas dan taksonomi yang lebih rendah bersifat lebih spesifik atau lebih terperinci. Taksonomi dalam pendidikan dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan pendidikan. Pada Taksonomi Bloom, tujuan pendidikan di bagi menjadi tiga yaitu: 1) Ranah Kognitif, yang meliputi aspek- aspek kognitif pada diri seseorang seperti cara berfikir, pengetahuan, pemahaman, 2) Ranah Afektif, yang meliputi aspek- aspek perasaan dan emosi seperti bakat, minat, sikap, 3) Ranah Psikomotorik, yang meliputi aspek- aspek psikomotor seperti olahraga, menggambar. Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah. Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan pada tahun 1956, sehingga sering pula disebut sebagai "Taksonomi Bloom". Guru sebagai seorang pendidik perlu memahami berbagai taksonomi tujuan untuk memperoleh wawasan yang lebih luas tentang tujuan pembelajaran, dan dapat memilih mana yang sesuai dengan mata pelajaran yang diasuh dan kegiatan pembelajaran yang dirancangnya. 3
4 Taksonomi tujuan pembelajaran diperlukan dengan pertimbangan sebagai berikut: 1. Perlu adanya kejelasan terminologi tujuan yang digunakan dalam tujuan pembelajaran karena tujuan pembelajaran berfungsi untuk memberikan arah kepada proses belajar dan menentukan perilaku yang dianggap sebagai bukti hasil belajar. 2. Sebagai alat yang akan membantu guru dalam mendeskripsikan dan menyusun tes, teknik penilaian dan evaluasi. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang diangkat pada makalah ini adalah : 1. Apakah yang dimaksud Taksonomi Tujuan Pendidikan? 2. Bagaimanakah tingkatan Taksonomi Bloom sebelum dan sesudah direvisi? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai dari penyusunan makalah ini adalah : 1. Untuk mengetahui Taksonomi Tujuan Pendidikan. 2. Untuk mengatahui tingkatan Taksonomi Bloom sebelum dan sesudah direvisi. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penyusunan makalah ini diantaranya adalah : 1. Sebagai bahan bacaan dalam rangka menambah pengetahuan khususnya mengenai Taksonomi Tujuan Pendidikan. 2. Sebagai bahan bacaan dalam rangka menambah pengetahuan tentang Taksonomi Bloom dan revisinya. 4
5 BAB 2.PEMBAHASAN 2.1 Taksonomi Tujuan Pendidikan Proses pembelajaran di kelas merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah. Sebelum pelaksanaan pembelajaran guru perlu merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tujuan pembelajaran tersebut perlu lebih awal diinformasikan kepada siswa. Apabila dalam pengajaran tidak disebutkan tujuannya, siswa tidak tahu mana pelajaran yang penting dan mana yang tidak. Taksonomi tujuan pendidikan merupakan suatu kategorisasi tujuan pendidikan, yang umumnya digunakan sebagai dasar untuk merumuskan tujuan kurikulum dan tujuan pembelajaran. Taksonomi tujuan terdiri dari domain-domain kognitif, afektif dan psikomotor. Berbicara tentang taksonomi perilaku siswa sebagai tujuan belajar, saat ini para ahli pada umumnya sepakat untuk menggunakan pemikiran dari Bloom (Gulo, 2005) sebagai tujuan pembelajaran, yang dikenal dengan sebutan taksonomi Bloom (Bloom s Taxonomy). Menurut Bloom perilaku individu dapat diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) ranah, yaitu: 1. Ranah kognitif; ranah yang berkaitan aspek-aspek intelektual atau berfikir/nalar, di dalamnya mencakup: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), penguraian (analysis), memadukan (synthesis), dan penilaian (evaluation); 2. Ranah afektif; ranah yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya, di dalamnya mencakup: penerimaan (receiving/attending), sambutan (responding), penilaian (valuing), pengorganisasian (organization), dan karakterisasi (characterization); dan 3. Ranah psikomotor; ranah yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Ranah ini terdiri dari : kesiapan (set), peniruan (imitation), 5
6 membiasakan (habitual), menyesuaikan (adaptation) dan menciptakan (origination). Taksonomi ini merupakan kriteria yang dapat digunakan oleh guru untuk mengevaluasi mutu dan efektivitas pembelajarannya. 2.2 Taksonomi Bloom Dan Hasil Revisinya Taksonomi Bloom Sebelum Direvisi Benjamin Bloom (February 21, September 13, 1999) adalah seorang ahli psikologi pendidikan Amerika yang memberikan sumbangan pemikiran yang cukup berarti, yaitu mengklasifikasikan tujuan pembelajaran (classification of educational objectives) dan teori belajar tuntas (the theory of mastery learning). Dari hasil penelitiannya, Bloom membangun taksonomi tujuan pembelajaran atau "taxonomy of educational objectives" yang mengklasifikasikan tujuan pembelajaran yang berbedabeda. Bloom dan Krathwohl telah memberikan banyak inspirasi kepada banyak orang yang melahirkan taksonomi lain.prinsip-prinsip dasar yang digunakan oleh 2 orang ini ada 4 buah,yaitu: 1. Prinsip metodologis Perbedaan-perbedaan yang besar telah merefleksi kepada cara-cara guru dalam mengajar. 2. Prinsip Psikologis Taksonomi hendaknya konsisten dengan fenomena kejiwaan yang ada sekarang. 3. Prinsip Logis Taksonomi hendaknya dikembangkan secara logis dan konsisten. 4. Prinsip Tujuan Tingkatan-tingkatan tujuan tidak selaras dengan tingkatan-tingkatan nilainilai.tiap-tiap jenis tujuan pendidikan hendaknya menggambarkan corak yang netral. 6
7 Atas dasar prinsip ini maka taksonomi disusun menjadi suatu tingkatan yang menunjukkan tingkat kesulitan. Sebagai contoh: mengingat fakta lebih mudah daripada memberikan pertimbangan. Tingkatan kesulitan ini juga merefleksi kepada kesulitan dalam proses belajar mengajar. Sudah banyak diketahui bahwa mula-mula taksonomi Bloom terdiri dari dua bagian yaitu kognitif domain dan afektif domain. Pencipta dari kedua taksonomi ini merasa tidak tertarik pada psikomotor domain karena mereka melihat hanya ada sedikit kegunaanya di sekolah menengah dan Universitas (Bloom 1956). Akhirnya Simpson melengkapi dua domain yang ada dengan psikomotor domain (1966). Namun sebenarnya pemisahan antara ketiga domain ini merupakan pemisahan yang dibuat-buat, karena manusia merupakan suatu kebulatan yang tidak dapat dipecah-pecah sehingga egala tindakannya merupakan suatu kebulatan. Saat ini sudah banyak diketahui oleh umum bahwa apa yang dikenal sebagai taksonomi Bloom (1956) sebenarnya merupakan hasil kelompok penilai di Universitas yang terdiri dari B.S Bloom Editor M.D.Engelhart, E.Furst, W.H. Hill dan D.R Krathwol, yang kemudian didukng pula oleh Ralp Wtyler. Secara garis besar, Bloom bersama kawan-kawan merumuskan tujuan-tujuan pendidikan pada 3 tingktan : 1. kategori tingka laku yang masih verbal 2. perluasan kategori menjadi sederhana 3. Tingkah laku konkret yang terdiri dari tugas-tugas (task) dalam pertanyaanpertanyaan sebagai ujian dan butir-butir soal. Ada tiga ranah atau domain besar, yang terletak pada tingkatan ke-2 yang selanjutnya disebut taksonomi yaitu : 1. Ranah Kognitif (Cognitif Domain) 2. Ranah Afektif ( Afektive domain) 3. Ranah Psikomotor (Psychomotor domain) 7
8 Ranah kognitif Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah: a. Pengetahuan/hafalan/ingatan (Knowledge) Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata knowledge dalam taksonomi Bloom. Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses berfikir yang paling rendah. Maknanya tidak sepenuhnya tepat sebab dalam istilah tesebut termasuk pula pengetahuan faktual disamping pengetahuan hafalan atau untuk diingat seperti rumus, batasan, definisi, pasal dalam undang-undang, nama tokoh, nama-nama kota. Dilihat dari segi proses belajar, isyilah-istilah tersbut memang perlu dihafal dan diningat agar dapat dikuasai sebagai dasar bagi pengetahuan atau pemahaman konsep-konsep lainnya. Dalam jenjang kemampuan ini seseorang dituntut untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, fakta atau istilah-istilah dan lain sebagainya tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya. Kata kerja operasional sebagai berikut: menyebutkan, menunujukkan, mengenal, mengingat kembali, menyebutkan definisi, memilih dan menyatakan. b. Pemahaman (comprehension) Pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. 8
9 c. Apikasi (application) Aplikasi adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumusrumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret. d. Analisis (analysis) Dalam analisis, siswa diminta untuk menganalisis suatu hubungan atau situasi yang kompleks atas konsep-konsep dasar. e. Sintesis (syntesis) Sintesis merupakan suatu proses yang meminta siswa agar bias menyusun kembali hal-hal yang spesifik agar dapat mengembangkan struktur baru. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa dengan soal sintesis ini siswa diminta untuk melakukan generalisasi. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi (evaluation) adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif menurut taksonomi bloom.evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai atau ide,atau kemampuan mengambil keputusan. Ranah Afektif Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. 1. Pandangan atau pendapat (opinion) Apabila mau mengukur aspek afektif yang berhubungan dengan pandangan siswa maka pertanyaan yang disusun menghendaki respon yang melibatkan ekspresi, perasaan, atau pendapat pribadi siswa terhadap hal-hal yang relatif sederhana tetapi bukan fakta. 2. Sikap atau Nilai (attitude, value) Dalam penilaian afektif tentang sikap ini, siswa ditanya mengenai responnya yang melibakan sikap atau nilai telah mendalam di sanubarinya, dan guru meminta 9
10 dia untuk mempertahankan pendapatnya. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Seperti: perhatiannnya terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam, kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran agama disekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran agama Islam yang di terimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru pendidikan agama Islam dan sebagainya. Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu: (1) receiving (2) responding (3) valuing (4) organization (5) characterization by evalue or value complex. Ranah Psikomotor Perkataan Psikomotor berhubungan dengan kata motor, sensory motor atau perceptual-motor. Jadi, ranah psikomotor berhubungan erat dengan kerja otot sehingga menyebabkan geraknya tubuh atau bagiannya. Yang termasuk dalam klasifikasi gerak disini mulai dari gerak yang paling sederhana, yaitu melipat kertas sampai dengan merakit suku cadang televisi serta komputer. Secara mendasar perlu dibedakan antara dua hal, yaitu keterampilan (skills) dan kemampuan (abilities). Contoh : seberapa terampil para siswa dalam menyiapkan alat-alat, seberapa terampil siswa menggunakan alat-alat. Rincian dalam domain ini tidak dibuat oleh Bloom, tapi oleh ahli lain berdasarkan domain yang dibuat Bloom. a. Persepsi (Perception) Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan. b. Kesiapan (Set) Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan. c. Respon Terpimpin (Guided Response) Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba. 10
11 d. Mekanisme (Mechanism) Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap. e. Respon Tampak yang Kompleks (Complex Overt Response) Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks. f. Penyesuaian (Adaptation) Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai situasi. g. Penciptaan (Origination) Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi atau permasalahan tertentu. Sasaran psikomotor digolongkan sebagai : 1. Kemampuan otot lurik Sasaran kemampuan otot lurik menuntut siswa untuk menggunakan tubuhnya melakukan kerja fisik dalam parameter terinci tertentu (misalnya waktu, berat, dan jarak) 2. Kemampuan melakukan keterampilan khusus Sasaran kemampuan melakukan keterampilan khusus menuntut siswa untuk memanfaatkan kemampuan otot lurik untuk melaksanakan proses fisik tertentu. Taksonomi Bloom Sesudah Direvisi Taksonomi Bloom mengalami perbaikan seiring dengan perkembangan dan kemajuan zaman serta teknologi. Salah seorang murid Bloom yang bernama Lorin Anderson merevisi taksonomi Bloom pada tahun Hasil perbaikannya dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom. Dalam revisi ini ada perubahan kata kunci, pada kategori dari kata benda menjadi kata kerja. 11
12 Lorin Anderson dan Krathwohl merevisi taksonomi Bloom tentang aspek kognitif menjadi dua dimensi, yaitu: 1) dimensi proses kognitif, 2) dimensi pengetahuan. Perspektif dua dimensi Anderson dan Krathwohl dapat digambarkan dengan tabel berikut. 1. Dimensi proses kognitif Mengingat (C1) Proses mengingat adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang. Pengetahuan yang dibutuhkan ini boleh jadi pengethuan faktual, konseptual, prosededural, atau meta kognitif, atau kombinasi dari beberapa pengetahuan beberapa ini. Untuk mengakses pembelajaran siswa dalam katagori proses kognitif yang paling sederhana ini, guru memberikan pertanyaan mengenali tau mengingat kembali dalam kondisi yang sama persis dengan kondisi ketika siswa belajar materi yang diujikan. Guru dapat mengubah kondisinya. Pengetahuan mengingat penting sebgai 12
13 bekal untuk belajar yang bermakna dalam menyelesaikan masalah karena pengetahuan tersebut di pake dalam tugas-tugas-tugas yang lebih konpleks. a. Mengenali Proses mengenali adlah mengambil pengetahuan yang dibutuh dari memori jangka panjang untuk membandingkannya dengan informasi yang baru saja diterima. b. Mengingat Kembali Proses mengingat kembali adalah mengeambil penegtahuan yang di butuhkan dari memori jangka panjang ketika soalnya menghendaki demikian. Soalnya sering berupa pertanyaan. Memahami (C2) Proses kognitif yang berpijak pada kemampuan transfer dan ditekankan di sekolah-sekolah dan perguruan-perguruan tinggi ialah memahami. Siswa dikatakan memahami apabila mereka dapat mengkontruksi makna dari pesan-pesan bpembelajaran baik berupa lisan, tulisan ataupun grafis, yang disampaikan melalui pelajaran buku atau layar komputer. Siswa memahami ketika mereka menghubungkan pengetahuan baru dan pengetahuan lama mereka. Pengetahuan konseptual menjadi dasar untuk memahami. Proses-proses kognitif dalam proses memahami meliputi menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan dan menjelaskan. Mengaplikasikan (C3) Proses kognitif mengaplikasikan melibatkan penggunaan prosedurprosedur tertentu untuk mengerjakan soal latihan atau menyelesaikan masalah. Mengaplikasikan berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural. Dalam mengimplementasikan, memahami pengetahuan konseptual merupakan prasyarat untuk dapat mengaplikasikan pengetahuan prosedural. 13
14 Menganalisis (C4) Menganalisis melibatkan proses memecah-mecah materi jadi bagianbagiankecil dan menentukan bagaimana hubungan antara bagian dan antara setiap bagian dan struktur keseluruhannya. Kategori proses menganalisis ini meliputi proses-proses kognitif membedakan, mengorganisasi, dan mengatribusikan. Tujuan-tujuan pendidikan yang diklasifikasikan dalam menganalisis mencakup belajar untuk menentukan potongan-potongan informasi yang relevan atau penting (membedakan), menentukan cara-cara untuk menata potongan-potongan informasi tersebut (mengorganisasikan), dan menentuan tujuan dibalik informasi itu (mengatribusikan). Kategorikategori proses memahami, menganalisis, dan mengevaluasi saling terkaitan dan kerap kali digunakan untuk melakukan tugas-tugas kognitif. Mengevaluasi (C5) Mengevaluasi didefinisikan sebagai membuat keputusan berdasarkan kreteria dan standar. Kriteria-kriteria yang paling sering digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Kategori mengevaluasi mencakup proses-proses kognitif memeriksa (keputusan-keputusan yang diambil berdasarkan kriteria internal), dan mengkritik (keputusan-keputusan yang diambil berdasarkan kriteria eksternal). Perlu diingat bahwa tidak semua keputusan bersifat evaluatif. Misalnya, siswa membuat keputusan apakah suatu contoh sesuai dengan suatu kategori. Mencipta (C6) Mencipta melbatkan proses menyusun elemen-elemen jadi sebuah keseluruhan yang koheren atau fungsional. Tujuan-tujuan yang diklasifikasikan dalam mencipta meminta siswa membuat produk baru dengan mengorganisasi sejumlah elemen atau bagian jadi suatu pola atau struktur yang tidak pernah ada sebelumnya. Meskipun 14
15 mengharuskan berfikir secara kreatif, mencipta bukanlah ekspresi kreatif yang bebas sama sekali dan tak dihambat oleh tuntutan-tuntutan tugas atau situasi belajar. Tabel 1. Perbandingan taksonomi bloom dan revisinya. Taksonomi bloom Pengetahuan Pemahaman Penerapan Analisa Sintesa Evaluasi Taksonomi bloom hasil revisi Mengingat Memahami Menerapkan Menganalisis Mengevaluasi Mencipta Dari tabel di atas maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Tingkatan tingkah laku pada taksonomi bloom yang lama menggunakan kata sifat sedangkan Anderson mengubahnya dengan menggunakan kata kerja. 2. Tingkatan terendah (C1) Pemahaman diganti dengan Mengingat. 3. Tingkatan C5 Sintesis dan dan tingkatan C6 Evaluasi dilebur menjadi Mengevaluasi yang berkedudukan pada tingkatan C5. 4. Tingkatan C6 digantikan menjadi Mencipta. 15
16 2. Dimensi pengetahuan Aspek-aspek dari dimensi pengetahuan pada revisi Taksonomi Bloom meliputi: a. Pengetahuan faktual Peserta didik harus mengetahui elemen dasar untuk sebuah disiplin atau cara memecahkan masalah di dalamnya. b. Pengetahuan konseptual Keterkaitan di antara unsur-unsur dasar struktur yang lebih besar yang memungkinkan mereka untuk berfungsi bersama-sama. c. Pengetahuan prosedural Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu. Pengetahuan prosedural kerap kali beupa rangkaian langkah yang harus diikuti. Pengetahuan ini mencangkup pengetahuan tentang keterampilan, algoritme, teknik, dan metode yg semuanya disebut sebagai prosedur. d. Pengetahuan metakognitif Pengetahuan Metakognitif adalah pengetahuan tentang kognisi secara umum dan kesadaran akan, serta pengetahuan tentang kognisi diri sendiri. Pengetahuan Metakognitif meliputi pengetahuan tentang strategi umum yg dapat dipakai untuk beragam tugas, kondisi-kondisi yg memungkinkan pemakaian strategi, tingkat efektifitas strategi, dan pengetahuan diri. 16
17 BAB 3. PENUTUP 3.1 Kesimpulan Taksonomi Bloom dikembangkan untuk tujuan pendidikan, disusun secara hirarki dengan maksud untuk mengkategorisasi hasil perubahan pada diri siswa sebagai hasil buah pembelajaran. Secara garis besar terbagi menjadi tiga ranah atau kawasan domain, yaitu ranah kognitif (berkaitan dengan kognisi atau penalaran/pemikiran dalam bahasa pendidikan Indonesia disebut cipta, ranah afektif (berkaitan dengan afeksi atau rasa ), dan ranah psikomotor (berkaitan dengan psikomotor atau gerak jasmani-jiwani, gerak-gerik jasmani yang terkait dengan jiwa). Pada tahun 1990 seorang murid Bloom, Lorin Anderson merevisi taksonomi ini dengan maksud untuk menyempurnakannya sehingga sesuai dengan keadaan perkembangan dan kemajuan zaman serta teknologi. Dalam revisi ini, Anderson tetap mempertahankan klasifikasi hirarkis ranah kognitif dalam enam tingkatan yang telah dibuat Bloom sebelumnya sekalipun dengan nomen yang sedikit berbeda. Misalnya dalam revisi ini ada perubahan kata kunci, pada kategori dari kata benda menjadi kata kerja. Selain itu, masing-masing kategori masih diurutkan secara hirarkis, dari urutan terendah ke yang lebih tinggi. Selain beberapa hal di atas, taksonomi Bloom juga dapat dijadikan acuan bagi seorang guru dalam menyusun soal-soal untuk evaluasi. Hendaknya soal-soal tersebut dapat meliputi seluruh tingkat atau ranah kognitif, disusun dari yang termudah yaitu tingkat terendah dari ranah kognitif (C1) hingga ranah kognitif tertinggi (C6), meski karyanya tidak dalam bentuk benda, namun dalam bentuk hipotesis (dugaan) atau rancangan sementara. Dengan demikian, guru akan dapat mengetahui ranah kognitif mana yang telah dicapai oleh para siswanya dan dapat menyusun suatu strategi untuk meningkatkan kemampuan siswa yang masih mencapai tingkat rendah untuk ranah kognitifnya. 17
18 3.2 Saran Dalam pembuatan makalah ini, disadari ataupun tidak masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki dalam penyempurnaan penulisan makalah ini, oleh karenan itu perlu kiranya pembaca memperdalam lagi kajian mengenai topik yang dibahas khususnya menyangkut detailnya pokok bahasan kajian. Sehingga diharapkan pembaca dapat menghubungkan serta membandingkan makalah ini dengan literatur yang relevan guna memperoleh informasi atau pengetahuan yang sempurna. Kepada para pembaca hendaknya tidak hanya mengacu pada makalah ini, dan dimohon kritik dan saran didalam makalah ini. 18
19 LAMPIRAN 19
20 20
21 DAFTAR PUSTAKA The Taxonomy of Educational Objectives, The classification of Educational Goals, Handbook I: Cognitive Domain, Benjamiin S. Bloom (Ed.), Max D. Englehart, Edward J. Furst, Walker H. Hill, dan David R. Krathwohl, diterbitakn oleh David McKayCompany, Inc., New York Judul asli: Taxonomy for Learning, Teaching and Assessing: A revision of Bloom s Taxonomy of educational Objectives. A Bridged Edition. Addison Wesley Longman, Inc.2001 Arikunto, Suharsimi Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bumi AksaraPrihantoro, Agung Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen, Revisi Taksonomi. Yogyakarta: Pustaka Pengajar. Naturesecrets, Analisis-kritis-ranah-kognitif. [serial on line] (24 Oktober-21:03) 21
Tugas Evaluasi Pendidikan RANAH PENGETAHUAN MENURUT BLOOM
Tugas Evaluasi Pendidikan RANAH PENGETAHUAN MENURUT BLOOM Dosen Pembina: PROF. DR.Ahmad Fauzan,M.Pd, M.Sc. Oleh: Kelompok I Asmi yuriana Dewi Desi Delarosa Isra Marlinawaty Sri Rahayu KONSENTRASI PENDIDIKAN
Lebih terperinciTUJUAN PEMBELAJARAN SEBAGAI KOMPONEN PENTING DALAM PEMBELAJARAN
TUJUAN PEMBELAJARAN SEBAGAI KOMPONEN PENTING DALAM PEMBELAJARAN Oleh Drs. Samsul Hidayat, M.Ed (WI Madya BKD & Diklat Provinsi NTB) Abstraksi Seorang pengajar/guru/ Widyaiswara dalam merencanakan pembelajaran
Lebih terperinciMAKALAH MEDIA BELAJAR DAN PEMBELAJARAN TAKSONOMI BLOOM
MAKALAH MEDIA BELAJAR DAN PEMBELAJARAN TAKSONOMI BLOOM KELOMPOK 5 Disusun Oleh NIKEN VITA SARI (1301145065) NUR ISNAINI HANIFA (1301145071) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 9. tentang Perlindungan Anak mmenyatakan bahwa setiap anak berhak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 9 tentang Perlindungan Anak mmenyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran
Lebih terperinciKOMPONEN PENTING DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN
KOMPONEN PENTING DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN Oleh Drs. Samsul Hidayat, M.Ed (WI Madya BKD & Diklat Provinsi NTB) ABSTRAKSI Seorang pengajar/guru/ Widyaiswara dalam merencanakan pembelajaran dituntut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sistem pendidikan di Indonesia telah lama menggunakan teori taksonomi pendidikan secara adaptif sebagai landasan pendekatan belajar. Implikasi dari penggunaan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Dalam Bab II ini akan diuraikan kajian teori yang merupakan variabel dalam penelitian yang dilakukan yaitu hasil belajar, pendekatan CTL, dan alat peraga. 2.1.1 Hasil
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Hakekat Kemampuan Siswa Mengubah Pecahan Biasa Menjadi Pecahan Desimal Pengertian Pecahan Biasa dan Pecahan Desimal
5 BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Hakekat Kemampuan Siswa Mengubah Pecahan Biasa Menjadi Pecahan Desimal 2.1.1 Pengertian Pecahan Biasa dan Pecahan Desimal Kata pecahan berasal dari bahasa latin fractus (pecah).
Lebih terperinciPENGERTIAN TUJUAN PEMBELAJARAN
PENGERTIAN TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan pembelajaran adalah tahapan penting dalam merancang analisis kebutuhan Tujuan pembelajaran merupakan pengikat aktivitas guru dan siswa ALASAN TUJUAN PEMBELAJARAN DIRUMUSKAN
Lebih terperinciKebijakan Assessment dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Kebijakan Assessment dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Baedhowi *) Abstrak: Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) lebih menekankan pada kompetensi (competency-based curriculum) dengan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. 1. Strategi Pembelajaran Menguji Hipotesis. bagian dari pembelajaran kooperatif.
BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Strategi Pembelajaran Menguji Hipotesis a. Strategi Pembelajaran Menguji Hipotesis sebagai salah satu bagian dari pembelajaran kooperatif. Dalam proses pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
Lebih terperinci3/30/2010 Rustaman file 1
3/30/2010 Rustaman file 1 3/30/2010 Rustaman file 2 MATERI PERKULIAHAN Pertemuan 3 Prosedur dan Alat Penilaian: Ranah 17 09-2009 kognitif (C1-C6) relevansi dengan tujuan pembelajaran Pertemuan 4 Perbandingan
Lebih terperinciDESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PADA SISWA DI SDN 3 TAPA KECAMATAN TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO
DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PADA SISWA DI SDN 3 TAPA KECAMATAN TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO Oleh DELI MA RUF NIM : 151 409 192 (Mahasiswa Program
Lebih terperinciLANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN TES Untuk dapat memperoleh alat penilaian (tes) yang memenuhi persyaratan, setiap penyusun tes hendaknya dapat mengikuti
LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN TES Untuk dapat memperoleh alat penilaian (tes) yang memenuhi persyaratan, setiap penyusun tes hendaknya dapat mengikuti langkah-langkah penyusunan tes. Sax (1980), mengidentifikasi
Lebih terperinciESENSI PENGETAHUAN TRANSFER PENGETAHUAN. Penerapan Pengetahuan (Application of Knowledge) 12/05/2014
Penerapan Pengetahuan (Application of Knowledge) Tujuan yang ingin dicapai KM: 1. Penggunaan kembali (reuse) pengetahuan untuk efisiensi 2. Inovasi untuk melakukan hal-hal secara lebih efektif ESENSI PENGETAHUAN
Lebih terperinciTAKSONOMI PEMBELAJARAN
TAKSONOMI PEMBELAJARAN Afid Burhanuddin, M.Pd. (Materi dapat di download di http://rumahafid.blogspot.com) Sistem Pembelajaran PERENCANAAN PELAKSANAAN EVALUASI Analisis Kompetensi Taksonomi Pembelajaran
Lebih terperinciBagian 2. EVALUASI : Prinsip, Karakteristik Kualitas, Taksonomi Hasil Belajar, Ragam Bentuk dan Prosedur.
Bagian 2 EVALUASI : Prinsip, Karakteristik Kualitas, Taksonomi Hasil Belajar, Ragam Bentuk dan Prosedur. Prinsip-Prinsip Dasar Tes Hasil Belajar 1. Mengukur Hasil Belajar. 2. Mengukur sample yang representatif
Lebih terperinciBerikut diperlihatkan jenis-jenis pengetahuan yang terangkum dalam aras kemahiran tersebut:
TAKSONOMI BLOOM Bidang ini merupakan satu rangka tugas untuk menentukan peringkat atau taraf pelakuan akhir yang hendak dicapai. Bidang ini adalah bidang mengenaipengetahuan seperti mengenai fakta-fakta,
Lebih terperinciTAKSONOMI BLOOM Diana Mutiah, M.Si
TAKSONOMI BLOOM Diana Mutiah, M.Si Perilaku individu ialah segala hal yang terkait dengan tingkah laku individu. Tingkah lau anak-anak misalnya memiliki karakteristik lucu, menggemaskan, mudah rewel, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting dalam sistem pembelajaran. Ketiga dimensi tersebut saling berkaitan satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum, proses pembelajaran, dan evaluasi merupakan tiga dimensi penting dalam sistem pembelajaran. Ketiga dimensi tersebut saling berkaitan satu sama lain.
Lebih terperinciAplikasi Pengetahuan
Aplikasi Pengetahuan Pertemuan 6 Tujuan yang ingin dicapai KM: 1. Penggunaan kembali (reuse) pengetahuan untuk efisiensi 2. Inovasi untuk melakukan hal-hal secara lebih efektif 1 Esensi Pengetahuan Inti
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN IPS SD/MI KURIKULUM 2013 DILIHAT DARI TAKSONOMI BLOOM
BAB IV ANALISIS KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN IPS SD/MI KURIKULUM 2013 DILIHAT DARI TAKSONOMI BLOOM A. Analisis Kurikulum 2013 Mata Pelajaran IPS SD/MI Pembicaraan kurikulum tidak bisa terlepas dari
Lebih terperinciMANFA NFA TUJUAN PEMBELAJARAN
Retno Wahyuningsih 1 PENGERTIAN Ranah hasil belajar siswa dikelompokkan sebuah taksonomi Taksonomi adalah usaha pengelompokan yang disusun dan diurut berdasarkan ciri-ciri tertentu. 1 MANFAAT Untuk menentukan
Lebih terperinciBAB III METODE DEMONSTRASI DAN PEMAHAMAN KONSEP. Agar tidak terjadi perbedaan pemahaman tentang istilah-istilah yang digunakan dalam
BAB III METODE DEMONSTRASI DAN PEMAHAMAN KONSEP Agar tidak terjadi perbedaan pemahaman tentang istilah-istilah yang digunakan dalam melaksanakan penelitian ini, maka beberapa istilah terlebih dahulu perlu
Lebih terperinciANALISIS TINGKAT KOGNITIF SISWA SMP DENGAN KEMAMPUAN RENDAH BERDASARKAN TAKSONOMI REVISI BLOOM PADA PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
ANALISIS TINGKAT KOGNITIF SISWA SMP DENGAN KEMAMPUAN RENDAH BERDASARKAN TAKSONOMI REVISI BLOOM PADA PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA 1) Teguh Wibowo, 2) Riawan Yudi Purwoko, 3) Wiwit Hermansyah 1) Pendidikan
Lebih terperinciLEVEL KOGNITIF SOAL PADA BUKU TEKS MATEMATIKA KURIKULUM 2013 KELAS VII UNTUK PENDIDIKAN MENENGAH. Intan Sari Rufiana Universitas Muhammadiyah Ponorogo
LEVEL KOGNITIF SOAL PADA BUKU TEKS MATEMATIKA KURIKULUM 2013 KELAS VII UNTUK PENDIDIKAN MENENGAH Intan Sari Rufiana Universitas Muhammadiyah Ponorogo Email: rufiana13@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Slameto
Lebih terperinciBAB II STUDI LITERATUR. A. Kemampuan Matematis dan Revisi Taksonomi Bloom. Kemampuan matematis adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki
10 BAB II STUDI LITERATUR A. Kemampuan Matematis dan Revisi Taksonomi Bloom Kemampuan matematis adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki siswa dalam mata pelajaran matematika. Dalam penelitian ini, kemampuan
Lebih terperinciAnterior Jurnal, Volume 13 Nomor 1, Desember 2013, Hal dari rencana pendidikan. Namun perlu dicatat
Anterior Jurnal, Volume 13 Nomor 1, Desember 2013, Hal 88 93 dari rencana pendidikan. Namun perlu dicatat PELAKSANAAN PENGUKURAN RANAH KOGNITIF, bahwa AFEKTIF, tidak DAN semua PSIKOMOTOR bentuk evaluasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan model utama untuk meningkatkan kualitas
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan model utama untuk meningkatkan kualitas bangsa, karena dengan pendidikan dapat meningkatkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Peran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada masa kini di seluruh dunia telah timbul pemikiran baru terhadap status pendidikan. Pendidikan diterima dan dihayati sebagai kekayaan yang sangat berharga
Lebih terperinciII. KERANGKA TEORETIS. Harlen & Russel dalam Fitria (2007: 17) mengatakan bahwa kemampuan
6 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjaun Pustaka 1. Keterampilan Eksperimen Harlen & Russel dalam Fitria (2007: 17) mengatakan bahwa kemampuan merancanakan percobaan merupakan kegiatan mengidenfikasi berapa
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum
Lebih terperinciTAKSONOMI BLOOM REVISI : RANAH KOGNITIF SERTA PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB
TAKSONOMI BLOOM REVISI : RANAH KOGNITIF SERTA PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB FARA DIBA FAUZET Keguruan Bahasa Arab, Pascasarjana Universitas Negeri Malang faradiba.fauzet@gmail.com Abstrak:
Lebih terperinciPEMBELAJARAN KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK Oleh : As ari Djohar. Definisi belajar berbeda-beda, menurut pendapat tradisional belajar itu ialah
PEMBELAJARAN KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK Oleh : As ari Djohar I.Pengertian Belajar Definisi belajar berbeda-beda, menurut pendapat tradisional belajar itu ialah menambah dan mengumpulkan sejumlah
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Taksonomi SOLO 1. Pengertian Taksonomi Pembelajaran Taksonomi pembelajaran adalah suatu klasifikasi pembelajaran yang digolongkan pada tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik, melatih dan mengembangkan kemampuan siswa guna mencapai tujuan pendidikan nasional
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pembelajaran IPA a. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan haanya penguasaan kumpulan
Lebih terperinciEMOSI DAN SUASANA HATI
EMOSI DAN SUASANA HATI P E R I L A K U O R G A N I S A S I B A H A N 4 M.Kurniawan.DP AFEK, EMOSI DAN SUASANA HATI Afek adalah sebuah istilah yang mencakup beragam perasaan yang dialami seseorang. Emosi
Lebih terperinciBAB II MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DAN HASIL BELAJAR
BAB II MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DAN HASIL BELAJAR A. Model Pembelajaran Novick Model Pembelajaran Novick merupakan salah satu model pembelajaran yang merujuk pandangan konstruktivisme. Gagasan utama dari
Lebih terperinciPENGUKURAN JENJANG KEMAMPUAN
PENGUKURAN JENJANG KEMAMPUAN Evaluasi pendidikan dengan memperhatikan jenjang kemampuan semakin hari semakin popular. Jenjang kemampuan ini dibuat berdasarkan sistem klasifikasi tujuan-tujuan pendidikan
Lebih terperinciPrinsip dalam Pembelajaran
Prinsip dalam Pembelajaran Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu membedakan prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran Indikator: Mahasiswa mampu memahami prinsip kesiapan dalam pembelajaran
Lebih terperinci1. PERSOALAN PENILAIAN BELAJAR
Substansi 1. Identifikasi persoalan penilaian pembelajaran 2. Tujuan penilaian pembelajaran 3. Ranah tujuan penilaian pembelajaran 4. Strategi penilaian pembelajaran 5. Beberapa contoh aplikasi pd aspek
Lebih terperinciMERUMUSKAN TUJUAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI. Oleh: Rahyu Setiani
MERUMUSKAN TUJUAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI Oleh: Rahyu Setiani Rahyu Setiani adalah Dosen DPK Kopertis Wilayah VII pada STKIP PGRI Tulungagung PENDAHULUAN Keterampilan berpikir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan suatu negara. Tanpa pendidikan suatu negara akan tertinggal jauh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembukuan Undang-Undang Dasar 1945, secara fundamental merupakan pernyataan dan tekad untuk membangun bangsa. Salah satu wujud nyata yang harus ditempuh dalam
Lebih terperinciPENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Sukanti. Abstrak
PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI Sukanti Abstrak Terdapat empat karakteristik afektif yang penting dalam pembelajaran yaitu: (1) minat, 2) sikap, 3) konsep diri, dan 4) nilai. Penilaian afektif
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. perubahan (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu. Istilah cognitive berasal
BAB II KAJIAN TEORI A. Proses Kognitif Arti kata proses dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah runtutan perubahan (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu. Istilah cognitive berasal dari kata cognition
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maju, meningkatkan diri, punya motivasi, dan jiwa pencari pengetahuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and
BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas II di MIN Sumberjati Kademangan Blitar pada mata pelajaran Fiqih dengan melalui penerapan model
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan terdiri dari akademik dan non akademik. Pendidikan. matematika merupakan salah satu pendidikan akademik.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus menerus berkembang pesat akan membawa dampak kemajuan pada bidang kehidupan dan teknologi,
Lebih terperinciJurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Oleh Sukanti 1.
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm. 74-82 PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI Oleh Sukanti 1 Abstrak Terdapat empat karakteristik afektif yang penting dalam
Lebih terperinci1.Identitas mata pelajaran: berisi mata pelajaran yang akan diajarkan, kelas, semester, alokasi waktu yang digunakan dan banyaknya jam pertemuan.
KOMPONEN RANCANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN MELIPUTI: 1. Identitas mata pelajaran 2. Standar kompetensi dan Kompetensi dasar 3. Kemampuan awal dan karakteristik peserta didik 4. Indikator pencapaian 5. Tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terutama tentang struktur materi, komposisi materi, sifat dan perubahan materi serta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu kimia merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari sifat sifat materi yang ada di alam dan gejala yang ditimbulkan oleh sifat materi tersebut terutama tentang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ilmu Pengetahuan Sosial 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial Pendidikan ilmu pengetahuan sosial merupakan proses mendidik dan memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja secara umum dan yang sering kali didengar seseorang,
5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Kinerja Belajar Siswa Kinerja secara umum dan yang sering kali didengar seseorang, mengantarkannya pada suatu bentuk seseorang yang bekerja dan melihat seberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan peradaban suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh kualitas pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan memiliki tempat
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Sampel Penelitian Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal-soal kimia yang diujikan pada Cambridge International Examination (CIE) level International General
Lebih terperinciPedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2013, Volume 8 Nomor 2, ( )
PELAKSANAAN PENGUKURAN RANAH KOGNITIF, AFEKTIF, DAN PSIKOMOTOR PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS III SD MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA Oleh : Iin Nurbudiyani * Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. oleh dirinya yang berkaitan dengan segala sesuatu yang ada. Oleh karena. dengan tingkat pengetahuan seseorang.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritis 1. Pengertian Pemahaman Secara umum, pemahaman merupakan proses pengetahuan seseorang dalam mencari makna atau memahami suatu hal yang belum diketahui oleh dirinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan membekali manusia akan ilmu pengetahuan,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu aspek yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan membekali manusia akan ilmu pengetahuan, keterampilan, serta sikap yang
Lebih terperinciWALHIDAYAH PEKANBARU TAHUN AJARAN
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN EKSPOSITORI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII PADA MATERI GERAK TUMBUHAN DI MTs TAUFIQ WALHIDAYAH PEKANBARU TAHUN AJARAN 2013/2014
Lebih terperinciTugas 1 Perencanaan Pembelajaran Tugas Kelompok : 1. Christa Fallo Imanuela Caesarona Thenu Kebutuhan Pembelajaran
Tugas 1 Perencanaan Pembelajaran Tugas Kelompok : 1. Christa Fallo 702011010 2. Imanuela Caesarona Thenu 702011039 Kebutuhan Pembelajaran Morrison (2001: 27) membagi fungsi analisa kebutuhan sebagai berikut:
Lebih terperinciHASIL BELAJAR BIOLOGI MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN LEARNING STARTS WITH A QUESTION
SKRIPSI HASIL BELAJAR BIOLOGI MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN LEARNING STARTS WITH A QUESTION DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS VII SMP NEGERI 12 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011 Oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,
Lebih terperinciANALISIS SOAL UJIAN NASIONAL IPA SMP TAHUN 2014 BERDASARKAN DIMENSI PENGETAHUAN DAN DIMENSI PROSES KOGNITIF
22-199 ANALISIS SOAL UJIAN NASIONAL IPA SMP TAHUN 2014 BERDASARKAN DIMENSI PENGETAHUAN DAN DIMENSI PROSES KOGNITIF Herni Budiati SMP Negeri 22 Surakarta hernibudiati@yahoo.co.id Abstrak- Penelitian ini
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pertanyaan Siswa Banyak kegiatan atau aktivitas yang dilakukan siswa di sekolah. Aktivitas siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering dilakukan di
Lebih terperinciREVISI TAKSONOMI PEMBELAJARAN BENYAMIN S. BLOOM
Satya Widya, Vol. 29, No.1. Juni 2013: 30-39 REVISI TAKSONOMI PEMBELAJARAN BENYAMIN S. BLOOM I Putu Ayub Darmawan Mahasiswa Program Studi Magister Manajemen Pendidikan FKIP Universitas Kristen Satya Wacana
Lebih terperinciPertemuan ke-5 RATNI PURWASIH, S.PD.,M.PD
Pertemuan ke-5 RATNI PURWASIH, S.PD.,M.PD ULASAN:TUGAS MAKALAH SEHARUSNYA: Nurbudiyan, I. (2013).Pelaksanaan Pengukuran Ranah Kognitif, Afektif, Dan Psikomotor Pada Mata Pelajaran IPS Kelas III SD Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
8 A. Landasan Teori BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Hasil belajar a. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan individu untuk memperoleh pengetahuan, perilaku dan keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA Model Pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis
Lebih terperinciPERKULIAHAN 3: EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA ALAT EVALUASI
PERKULIAHAN 3: EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA ALAT EVALUASI 1. Taksonomi Bloom Bloom dan kawan-kawan membagi tujuan pendidikan ke dalam tiga daerah (domain), yaitu daerah kognitif (cognitive domain),
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik
Lebih terperinciTAKSONOMI DAN PENILAIAN PEMBELAJARAN. oleh Dr. B. Widharyanto, M.Pd
TAKSONOMI DAN PENILAIAN PEMBELAJARAN oleh Dr. B. Widharyanto, M.Pd Pusat Penelitian dan Pelayanan Pendidikan (P4), USD Tahun 2012 DOMAIN/RANAH DALAM BELAJAR Benjamin Bloom (1956) menemukan ada tiga tipe
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA. adanya mekanisme suatu sistem. Kata lainnya yang mendekati pengertian tentang
9 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Konsep Penggunaan Menurut Nurdin Usman, Penggunaan bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini, membahas teori-teori yang relevan dengan penelitian yang dilakukan, tinjauan pustaka
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini, membahas teori-teori yang relevan dengan penelitian yang dilakukan, tinjauan pustaka yang berisi falsafah dasar, teori dan konsep, membahas
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hakikat Hasil Belajar Energi Panas 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Energi Panas Mengenai hasil belajar dalam penelitian ini yang diteliti adalah hasil belajar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. dan Ely (dalam Arsyad, 2000: 3) mengatakan bahwa media apabila dipahami
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar (Arsyad, 2000:3). Secara lebih jelas Gerald dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adi Satrisman, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sesuai dengan falsafah Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, yang berfungsi untuk mengembangkan
Lebih terperinciPERANGKAT ASESMEN MODEL PKM YANG MELIBATKAN SCAFFOLDING METAKOGNITIF BERDASARKAN REVISI TAKSONOMI BLOOM
Awi, Perangkat Asesmen Model 11 PERANGKAT ASESMEN MODEL PKM YANG MELIBATKAN SCAFFOLDING METAKOGNITIF BERDASARKAN REVISI TAKSONOMI BLOOM Awi dan Sukarna Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Lebih terperinciDwi Susi Haryati, Yeni Tutu Rohimah Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan
METODE PEMBELAJARAN PROBLEM BESED LEARNING DALAM UPAYA MENINGKATKAN PENCAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III PADA MAHASISWA SEMESTER IV JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Istilah hasil belajar berasal dari bahasa Belanda prestatie atau dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Prestasi selalu dihubungkan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini berbagai lembaga pendidikan tinggi berkompetisi untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kualitas yang baik, dalam bentuk memiliki keterampilan yang memadai,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan proses pembebasan peserta didik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya merupakan proses pembebasan peserta didik dari ketidaktahuan, ketidakmampuan, ketidakberdayaan, ketidakbenaran, ketidakjujuran, dan
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning)
I. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning) Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis jenjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam. Indonesia. Di samping itu, pendidikan dapat mewujudkan sumber daya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan bangsa Indonesia. Di samping itu, pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan upaya penting untuk mengembangkan potensi diri dalam penguasaan ilmu.ada beberapa pengklasifikasian tujuan pendidikan yang dirumuskan oleh ahli
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. KAJIAN TEORI 1. Lingkungan Sekolah a. Pengertian Lingkungan Sekolah Manusia sebagai makhluk sosial pasti akan selalu bersentuhan dengan lingkungan sekitar,
Lebih terperinciTINGKAT BERPIKIR KOGNITIF MAHASISWA BERDASARKAN BENTUK PERTANYAAN PADA MATA KULIAH BIOLOGI UMUM
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Strategi Pengembangan Pembelajaran dan Penelitian Sains untuk Mengasah Keterampilan Abad 21 (Creativity and Universitas Sebelas Maret Surakarta, 26 Oktober 2017 TINGKAT
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting
Lebih terperinciKNOWLEDGE MANAGEMENT. Penerapan Pengetahuan (Application of Knowledge) Rani Puspita D, M.Kom
KNOWLEDGE MANAGEMENT Penerapan Pengetahuan (Application of Knowledge) Rani Puspita D, M.Kom Tujuan Pembelajaran Penggunaan kembali (reuse) pengetahuan untuk efisiensi perusahaan. Membuat suatu inovasi
Lebih terperinciKEMAMPUAN KOGNITIF SISWA DALAM MEMBACA TEKS EKONOMI KELAS XI- IPS K3 DI SMA NEGERI 10 MALANG
KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA DALAM MEMBACA TEKS EKONOMI KELAS XI- IPS K3 DI SMA NEGERI 10 MALANG Riris Dwi Novianti Mit Witjaksono Agung Haryono Abstract Cognitive ability is a behavior that emphasizes the
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Praktikum biologi merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Praktikum biologi merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan Praktik Belajar Mengajar dan memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Taksonomi Bloom Taksonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu tassein yang berarti mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Jadi Taksonomi
Lebih terperinciPERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI BEBAS PADA ASPEK KOGNITIF PESERTA DIDIK
PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI BEBAS PADA ASPEK KOGNITIF PESERTA DIDIK (Penelitian Eksperimen Pada Materi Geografi di Kelas X SMAN 6 Cimahi) Oleh Ani
Lebih terperinciKOMPONEN-KOMPONEN KURIKULUM
KOMPONEN-KOMPONEN KURIKULUM KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN 1. Memahami tentang landasan komponen-komponen pengembangan kurikulum 2. Mengidentifikasi komponen-komponen pengembangan kurikulum dalam perencanaan
Lebih terperinciTaksonomi Tujuan Pembelajaran
Taksonomi Tujuan Pembelajaran Ari Widodo Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr. Setiabudhi 229 Bandung Email: widodo@upi.edu September 2005 Dari penulis Taksonomi pembelajaran
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT
8 BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT A. Metode Kerja Kelompok Salah satu upaya yang ditempuh guru untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang kondusif
Lebih terperinci