BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Mustapa sebagai Lurah Dulalowo, dengan jumlah penduduk jiwa yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Mustapa sebagai Lurah Dulalowo, dengan jumlah penduduk jiwa yang"

Transkripsi

1 40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Dulalowo merupakan salah satu kelurahan yang terdapat pada Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo yang dipimpin oleh Ibu Ha. Rasuna Mustapa sebagai Lurah Dulalowo, dengan jumlah penduduk jiwa yang terdiri atas Laki laki berjumlah jiwa, perempuan dengan jumlah kepala keluarga 893. Batas wilayah Kelurahan Dulalowo adalah sebagai berikut : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Liluwo. 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Wumialo. 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Dulalowo Timur 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Huangobotu Kecamatan Dungingi. Luas wilayah kelurahan Dulalowo 71,30 Ha, yang terdiri dari : 1. Luas Pemukiman = 29,92 ha 2. Luas Pekarangan = 33,00 ha 3. Luas Perkantoran = 8,38 ha Deskripsi Data dan Hasil Penelitian. Program dana bergulir dimulai sejak Tahun Ini merupakan salah satu terobosan Kementerian KUKM dalam rangka menstimulir pertumbuhan ekonomi masyarakat. Khusus untuk Koperasi Kasih Ibu pada Tahun

2 41 mendapat bantuan dana tersebut yang jumlahnya sebesar 20 juta, masing-masing diterimakan sebanyak dua kali. Jumlah peminjam dana bergulir hingga tahun 2013 mencapai 35 orang yang terdiri dari tujuh kelompok peminjam. Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa penelitian ini diarahkan untuk mengkaji permasalahan yang berkaitan dengan studi pemberdayaan masyarakat melalui program dana bergulir pada koperasi dan UKM di Kelurahan Dulalowo Kecamatan Kota Tengah melalui beberapa indikator, yaitu (1) menciptakan suasana atau iklim untuk membangun potensi masyarakat, (2) memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat, dan (3) memberikan perlindungan. Dari 893 kepala keluarga terdapat 35 kepala keluarga penerima dana bergulir yang dibagi atas 7 kelompok. Untuk keperluan penelitian, peneliti menetapkan 7 orang penerima dana bergulir yang menjadi obyek penelitian dikarenakan mereka sampai dengan saat ini mereka adalah ketua- ketua kelompok dan masih aktif dalam pemanfaatan dana bergulir tersebut. Kepada 7 orang ketua kelompok penerima dana bergulir yang telah berhasil memanfaatkan dana tersebut untuk pengembangan usaha mereka, penulis melalukan wawancara. Dari hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap 7 (tujuh) orang anggota masyarakat yang memperoleh dana bergulir diperoleh data tentang pendidikan, pekerjaan sebagai berikut : Tabel 1: Daftar ketua kelompok penerima dana bergulir menurut tingkat pendidikan dan pekerjaan No. Nama Pendidikan Pekerjaan 1. Jauria Tahir SD Pembuat Kue 2. Rosmiati Sumuri SMA Penjual Ikan dan Kue 3. Sakila Fahrun SMA Penjual Ikan

3 42 4. Saipudin Adam SD Jualan Nasi Kuning dan Bensin 5. Anisa Limun SD Pedagang Ayam Pedaging 6. Arina Amin SMA Penjual Ikan dan Kios 7. Rosdawati Mopangga SMP Usaha Konter dan Depot Sumber : LPM Huyula kelurahan Dulalowo Tahun 2012 Dari tabel di atas terlihat bahwa dari segi tingkat pendidikan penerima dana bergulir berpendidikan SD sampai SMA. Sementara dari segi pekerjaan ratarata penerima dana bergulir pekerja kasar. Rentang tingkat pendidikan ini terhitung renda. Secara ekonomi rendahnya tingkat pendidikan menyebabkan terjadinya kemiskinan, oleh karena itu dalam rangka mewujudkan perekonomian yang mandiri dan handal sebagai salah satu usaha yang berasas manfaat guna menanggulangi serta memperkecil angka kemiskinan, maka pemerintah mengambil kebijakan dana bergulir. Dengan kebijakan program dana bergulir ini, maka diharapkan dapat memberdayakan masyarakat sehingga menghasilkan pendapatan bagi masyarakat itu sendiri. 1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat bisa berkembang (enabling). Hal ini bertitik tolak terhadap pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya, tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya, karena jika demikian akan sudah punah. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan mendorong, memotivasikan, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya Program dana bergulir adalah bantuan perkuatan pemerintah dalam bentuk uang atau barang modal yang disalurkan kepada Koperasi dan Usaha Kecil

4 43 Menengah. Dana tersebut disalurkan melalui pola bergulir. Pola bergulir adalah cara memanfaatkan bantuan kepada KUKM, yang tujuan utamanya pemberdayaan dan pengentasan kemiskinan. Dana tersebut disalurkan melalui koperasi yang jumlahnya sekitar 5 sampai 10 juta pertahun. Dana tersebut di pinjamkan pada masyarakat miskin yang memiliki usaha serta memenuhi persyaratan. Untuk mengetahui informasi tentang dana bergulir peneliti melakukan kegiatan wawancara dengan masyarakat sebagai informan. Menurut Jauria T, salah seorang penerima dana bergulir di Kelurahan Dulalowo. Ketika ditanya apakah ibu mengetahui dengan jelas tentang dana bergulir. Diperoleh informasi : Ya, saya dapat mengatahui dengan jelas maksud dan tujuan dari diberikannya bantuan dana bergulir tersebut melalui sosialisasi oleh pemerintah terhadap masyarakat yang berhak menerima sesuai dengan kriteria dan ketentuan yang diberikan oleh pemerintah. (WW/JT/WD/ ) Pernyataan salah seorang penerima dana bergulir sebagaimana diuraikan tersebut dikonfirmasikan kepada Rosmiati S, Rosdawati M, Anisa L, Arina A dan Sakilah F, selaku masyarakat Kelurahan Dulalowo yang mengetahui perkembangan dari dana bergulir tersebut. Diperoleh informasi : Informasi akurat yang saya peroleh tentang penerimaan bantuan dana bergulir tersebut adalah melelaui kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah. Informasi tersebut berupa manfaat dana tersebut, maksud dan tujuan, bagaimana cara mendapatkannya, serta dikelola melalui koperasi dan UKM. (W/RS.SF/WD/ pada jam Pernyataan yang hampir sama dikemukakan pula oleh Saipudin A, salah seorang penerima dana bergulir yang berprofesi sebagai penjual nasi kuning dan bensin. Ketika ditanya apakah keberadaan dana bergulir dapat membantu Bapak dalam mengembangkan usaha. Diperoleh jawaban :

5 44 Saya merasa bersyukur dan berterima kasih kepada pihak pengelola dana bergulir, karena dengan dana bergulir saya dapat mengembangkan usaha jualan nasi kuning dan bensin. Sehingga untuk saat ini untuk usaha jualan nasi kuning yang sebelumnya saya hanya 3 liter sehari sekarang saya sudah mencapai 10 sampai dengan 12 liter sehari dan ditambah dengan jualan bensin. Disamping itu saya tidak menemukan kesulitan dalam mengembangkan usaha. (W/SA/WD/ pada jam Selanjutnya ketika ditanya kepada Jauria T, salah seorang penerima dana bergulir di Kelurahan Dulalowo yang berprofesi sebagai pembuat kue, apakah dana bergulir yang di terima peruntukannya menurut Ibu sangat jelas. Diperoleh informasi : Ya, sejauh ini saya menilai bahwa bantuan dana bergulir tersebut sangat jelas peruntukannya bagi para penerima bantuan yang berhak menerima. Hal ini sejalan dengan upaya pengelola terhadap penyaluran dan pengawasan bantuan kepada masyarakat yang dikelola melalui koperasi dan UKM serta memiliki tujuan untuk mengembangkan kemandirian masyarakat. (W/JT/WD/ pada jam Pernyataan lain juga dikemukakan oleh Saipudin A dan Ibu Rosmiati S yang mengetahui perkembangan dana bergulir tersebut. Dari pertanyaan yang diajukan. Diperoleh jawaban : Menurut saya bahwa dana bergulir tersebut jelas peruntukannya bagi penerima bantuan yang berhak menerima. Hal tersebut telah sesuai dengan kesepakatan antara pemerintah, pihak pengelola, dan masyarakat pada sosialisasi penerimaan bantuan dana bargulir bagi masyarakat. Namun yang berbeda adalah pengelolaannya melalui koperasi dan UKM. (W/SA/WD/ pada jam Menurut ibu Anisa Limun ( pedagang Ayam pedaging), Arina Amin (penjual bensin dan kios ) dan Rosdawati Mopangga (usaha konter dan Depot) atas pertanyaan tentang dana bergulir adalah sebagai berikut : Saya dapat bantuan dana bergulir dengan sangat mudah tidak aturan yang mempersulit saya, tekanan dari pihak pengelola sehingga saya dapat

6 45 menambah modal saya dalam berjualan ayam pedaging (Anisa Limun), menurut saya dana bergulir sangat berguna, saya tidak perlu susah susah cari pinjaman dengan syarat syarat yang berbelit belit dan sayapun dapat mengembangkan usaha saya dalam berjualan bensin dan usaha kios kecil kecilan (Arina Amin), bagi saya dana bergulir telah memberikan banyak manfaat terutama dalam mengembangkan usaha konter saya dan depot. (W/AL.AA.RP/WD/ pada jam Dari hasil wawancara di atas diperoleh gambaran bahwa adanya dana bergulir yang mereka terima sangat bermafaat. Karena mereka dapat mengembangkan usaha mereka dengan tanpa adanya tekanan dari pihak pengelola demikian pula mereka tidak menemukan kesulitan dalam memperoleh dana bergulir tersebut. Lebih lanjut ketika ditanyakan apa saja persyaratan yang harus Bapak penuhi untuk memperoleh dana bergulir tersebut dari pihak pengelolah. Diperoleh penjelasan : Menurut penyampaian pada sosialisasi tentang penerimaan dana bergulir tersebut, yang menjadi persyaratan untuk memperoleh bantuan tersebut adalah yang termasuk dalam kategori kurang mampu, mempunyai usaha walaupun kecil-kecilan, dan secara administrasi menunjukkan kartu identitas penduduk atau KTP. (W/SA/WD/ pada jam Menurut ibu Anisa Limun ( pedagang Ayam pedaging), Arina Amin (penjual bensin dan kios ) dan Rosdawati Mopangga (usaha konter dan Depot) atas pertanyaan tentang persyaratan untuk memperoleh dana bergulir adalah sebagai berikut :

7 46 Saya dapat bantuan dana bergulir dengan sangat mudah tidak aturan yang mempersulit saya, tekanan dari pihak pengelola sehingga saya dapat menambah modal saya dalam berjualan ayam pedaging (Anisa Limun), menurut saya dana bergulir sangat berguna, saya tidak perlu susah susah cari pinjaman dengan syarat syarat yang berbelit belit dan sayapun dapat mengembangkan usaha saya dalam berjualan bensin dan usaha kios kecil kecilan (Arina Am in), bagi saya dana bergulir telah memberikan banyak manfaat terutama dalam mengembangkan usaha konter saya dan depot. (W/AL.AA.RP/WD/ pada jam Pertanyaan yang sama disampaikan kepada Jauria Tahir, Rosmiati Sumuri, Sakilah Fahrun, dan Arina Amin, tentang syarat utama untuk memperoleh bantuan dana bergulir dari pengelola, mereka menjawab bahwa syarat utama adalah kategori miskin, ada usaha dan KTP. Dari hasil wawancara di atas diperoleh gambaran bahwa adanya dana bergulir yang mereka terima sangat bermanfaat. Karena mereka dapat mengembangkan usaha mereka dengan tanpa adanya tekanan dari pihak pengelola demikian pula mereka tidak menemukan kesulitan dalam memperoleh dana bergulir tersebut. Dari hasil wawancara, diperoleh gambaran bahwa Masalah pemberdayaan ditinjau dari beberapa aspek sebagai berikut: Aspek Ekonomi

8 47 1. Kurang berkembangnya sistem kelembagaan ekonomi untuk memberikan kesempatan bagi masyarakat, khususnya masyarakat kecil dalam rangka mengembangkan kegiatan usaha yang produktif; 2. Kurangnya penciptaan akses masyarakat ke input sumberdaya ekonomi berupa kapital, sumberdaya alam, lokasi berusaha/ lahan usaha, informasi pasar dan teknologi produksi; 3. Lemahnya kemampuan masyarakat kecil untuk mengembangkan kelembagaan ekonomi yang dapat meningkatkan posisi tawar dan daya saingnya. Sedangkan ditinjau dari aspek sosial, permasalahan pemberdayaan masyarakat adalah: 1. Kurangnya upaya yang dapat mengurangi pengaruh lingkungan sosial-budaya yang mengungkung masyarakat dalam kondisi kemiskinan struktural; 2. Kurangnya akses masyarakat untuk memperoleh peningkatan pengetahuan dan keterampilan termasuk informasi; 3. Kurang berkembangnya kelembagaan masyarakat dan organisasi sosial yang dapat menjadi sarana interaksi sosial; 4. Belum mantapnya kelembagaan yang dapat memberikan ketahanan dan perlindungan bagi masyarakat yang terkena musibah dampak krisis ekonomi; 5. Belum berkembangnya kelembagaan yang mampu mempromosikan asas kemanusiaan, keadilan, persamaan hak, perlindungan masyarakat dan lain-lain. Dengan melihat permasalahan dan tantangan yang ada dalam rangka pemberdayaan masyarakat, maka strategi yang perlu dilakukan guna mengembangkan usaha masyarakat adalah:

9 48 1. Pemberian peluang/ creating opportunity (penyediaan prasarana dan sarana umum khususnya transportasi, listrik, komunikasi dan pasar). 2. Pengembangan kapasitas dan modal manusia/ capacity building and human capital development (penyediaan layanan pendidikan, keterampilan dan kesehatan sesuai kondisi lokal).. 2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat (empowering). Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif, selain dari hanya menciptakan iklim dan suasana. Perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses ke dalam berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat masyarakat menjadi berdaya. Dalam rangka pemberdayaan ini, upaya yang amat pokok adalah peningkatan taraf pendidikan, dan derajat kesehatan, serta akses ke dalam sumbersumber kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi, informasi, lapangan kerja, dan pasar. Untuk mengetahui informasi tentang cara memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat, peneliti mewawancarai Rosmiati S selaku warga Kelurahan Dulalowo sebagai informan. Ketika ditanya, apakah dalam memperoleh dana tersebut Ibu tidak mengalami kesulitan atau tekanan dari pihak pengelola untuk mendapatkan dana tersebut. Dari kegiatan wawancara tersebut diperoleh informasi : Bagi saya dana bergulir yang saya terima sangat bermanfaat bagi pengembangan usaha saya dibidang penjulan ikan dan kue. Selain itu, untuk memperoleh dana tersebut kami tidak dipersulit serta tidak mendapatkan

10 49 tekanan dari pihak manapun tersuk pengelola. (W/RS.SF/WD/ pada jam Pernyataan Rosmiati S yang diuraikan tersebut dikonfirmasikan kepada Sakila F dan ibu Jauria T, selaku penerima dana bergulir yang seharinya berprofesi sebagai penjual ikan. Diperoleh informasi : Saya memperoleh bantuan dana bergulir tersebut dari pengelola dengan baik, dan tidak ada aturan-aturan lain yang menyulitkan atau mengintimidasi tentang penerimaan dana tersebut, karena yag saya tahu bahwa, tujuan dari disalurkannya bantuan tersebut adalah untuk membantu mengembangkan usaha. (W/RS.SF/WD/ pada jam Menurut ibu Anisa Limun ( pedagang Ayam pedaging), Arina Amin (penjual bensin dan kios ) dan Rosdawati Mopangga (usaha konter dan Depot) atas pertanyaan tentang dana bergulir adalah sebagai berikut : Saya dapat bantuan dana bergulir dengan sangat mudah tidak aturan yang mempersulit saya, tekanan dari pihak pengelola sehingga saya dapat menambah modal saya dalam berjualan ayam pedaging ( Saipudin Adam), menurut saya dana bergulir sangat berguna, saya tidak perlu susah susah cari pinjaman dengan syarat syarat yang berbelit belit dan sayapun dapat mengembangkan usaha saya dalam berjualan bensin dan usaha kios kecil kecilan (Arina Amin), bagi saya dana bergulir telah memberikan banyak manfaat terutama dalam mengembangkan usaha konter saya dan depot. (W/AL.AA.RP/WD/ pada jam Dari hasil wawancara di atas diperoleh gambaran bahwa adanya dana bergulir yang mereka terima sangat bermanfaat. Karena mereka dapat mengembangkan usaha mereka dengan tanpa adanya tekanan dari pihak pengelola

11 50 demikian pula mereka tidak menemukan kesulitan dalam memperoleh dana bergulir tersebut. Selanjutnya peneliti mengajukan pertanyaan Ibu Jauria Tahir tentang jumlah dana bergulir yang mereka terima apakah sudah mencukupi untuk mengembangkan usaha nya, Ibu Jauria Tahir menjawab : Kalau hanya membuat kue saja sudah mencukupi, akan tetapi tidak dapat membuka usaha lainnya karena minimnya dana yang diberikan oleh pengelola. (W/JT/WD/ pada jam Selanjutnya peneliti bertanya kepada Ibu Rosmiati Sumuri, Sakilah Fahrun, Saipudin Adam, Anisa Alimun, Arina Amin, dan Rosdawati Mopangga tentang pertanyaan yang sama, mereka menjawab sebagai berikut : Tidak mencukupi karena dana yang dipinjamkan masih sangat minim untuk membuka usaha atau mengembangkan usaha karena semakin banyaknya persaingan dalam berusaha serta meningkatnya kenaikan barang barang pokok sehingga untuk mengembangkan usaha sangat sulit dengan dana yang sedikit. Tidak mencukupi karena dana yang dipinjamkan masih sangat minim untuk mengembangkan usaha, apalagi dengan naiknya harga ikan di pelelangan tidak sesuai dengan harga pasar. (W/RS.SF/WD/ pada jam

12 51 Belum karena jumlah uang yang dipinjamkan sangat sedikit sehingga belum bisa membuka usaha yang lainnya apalagi untuk mengembangkan usaha. (W/SA/WD/ pada jam Belum mencukupi karena dana yang dipinjamkan masih sangat sedikit untuk mengembangkan usaha, karena untuk memelihara ayam pedaging dengan baik membutuhkan biaya yang besar. Belum mencukupi, karena modal yang dipinjamlan sangat minim untuk mengembangkan usaha, apalagi barang barang pokok naik sehingga tidak cukup untuk membeli barang barang lain. Iya sudah mencukupi. (W/AL.AA.RP/WD/ pada jam Dari hasil wawancara di atas, rata rata menjawab bahwa dana yang dipinjamkan oleh pengelola dana bergulir masih tergolong minim, karena belum mampu untuk digunakan dalam mengembangkan usaha mereka, disebabkan bahan bahan yang mereka butuhkan juga mengalami kenaikan yang cukup signifikan dalam hal ini dana yang diterima tidak dapat digunakan untuk membeli bahan maupun barang dibutuhkan. Selanjutnya ketika ditanya kepada Rosdawati M selaku penerima dana bergulir di Kelurahan Dulalowo yang menggeluti bidang usaha konter dan depot, apakah Ibu setelah menyelesaikan angsuran dana bergulir kepada pengelola bisa

13 52 memperoleh kembali dana tersebut setelah mengajukan permohonan. Diperoleh informasi : Ya, secara keseluruhan kami dapat memperoleh kembali bantuan tersebut apabila selama penyicilan pembayaran angsuran perbulan tidak mengalami hambatan atau menunggak. (W/AL.AA.RP/WD/ pada jam Pernyataan yang sama dikemukakan pula oleh Saipudin A, salah seorang penerima dana bergulir yang berprofesi sebagai penjual nasi kuning dan bensin.. Diperoleh informasi : Sesuai dengan informasi dari pengelola dana bergulir tersebut bahwa kami dapat memperoleh kembali bantuan tersebut apabila selama pembayaran angsuran tidak mengalami penunggakan, dan untuk mendapatkannya dengan cara mengajukan permohonan serta melengkapinya secara administrasi. (W/SA/WD/ pada jam Selanjutnya peneliti mengajukan pertanyaan yang sama kepada mereka apakah mereka penerima dana bergulir masih beroleh kesempatan dapat bermohon kembali untuk memperoleh pinjaman, mereka menjawab : Iya, bisa akan tetapi dengan syarat rajin membayar angsuran perbulan dan tidak pernah menunggak. (W/JT/WD/ pada jam Iya bisa, yang penting rajin membayar cicilan perbulan. (W/RS.SF/WD/ pada jam Iya bisa, yang penting rajin membayar angsuran perbulan(w/sa/wd/ pada jam

14 53 Iya bisa, yang penting tidak ada masalah dalam membayar cicilan. (W/AL.AA.RP/WD/ pada jam Dari wawancara di atas diperoleh gambaran bahwa setiap penerima dana bergulir diperkenankan untuk bermohon kembali dengan ketentuan tidak pernah ataupun rajin membayar angsuran. Selanjutnya peneliti bertanya kepada Ibu Arina A, menurut Ibu dalam pengelolaan dana bergulir tersebut apakah sudah baik atau sudah sesuai dengan apa yang diharapkan. Diperoleh penjelasan : Menurut saya bahwa pengelolaan dana bergulir sudah sesuai dengan dengan apa yang diharapkan, terutama dalam membantu ekonomi keluarga melalui usaha buka warung dan menjual ikan. Akan tetapi masalah yang sering timbul adalah kelompok peminjam yang sering terlambat membayar cicilan sehingga pihak pengelola belum bisa meminjamkan lagi dana tersebut kepada kelompok lainnya. (W/AL.AA.RP/WD/ pada jam Pernyataan Arina A yang diuraikan tersebut dikonfirmasikan kepada Rosdawati Mopangga, selaku warga yang seharinya berprofesi sebagai usaha konter dan depot. Diperoleh informasi : Secara transparansi bahwa pengelolaan dana bergulir kepada masyarakat sudah baik dan sesuai dengan apa yang diharapkan. Namun, harapan kami untuk selanjutnya bahwa dana bantuan ini mengalami peningkatan dari jumlah sebelumnya, agar lebih menjamin dan memenuhi kebutuhan warga khususnya Keurahan Dulalowo. (W/AL.AA.RM /WD/ pada jam Pertanyaan yang sama peneliti sampaikan kepada Jauri Tahir tentang pendapat beliau masalah pengelolaan dana bergulir di Kelurahan Dulalowo, beliau menjawab sebagai berikut :

15 54 Menurut saya pengelolaan dana bergulir di Kelurahan Dulalowo, akan tetapi yang menjadi masalah adalah dari kelompok peminjam, karena ada peminjam yang terlambat membayar angsuran perbulan sehingga menjadi beban anggota lainnya, disamping itu pihak pengelola tidak memberikan sanksi kepada peminjam yang terlambat membayar angsurannya, terlebih ada yang menunggak dua sampai 3 bulan. (W/JT/WD/ pada jam Kemudian pertanyaan yang sama disampaikan kepada Ibu Rosmiati Sumuri dan Ibu Sakilah Fahrun, mereka menjawab sebagai berikut : Pengelolaan dana bergulir memang sudah baik dan sesuai harapan masyarakat, akan tetapi masalahnya dari kelompok peminjam yang sering terlambat membayar cicilan sehingga pihak pengelola tidak bisa meminjamkan lagi dana tersebut kepada kelompok lainnya.(demikian penuturan ibu Rosmiati Sumuri) Pengelolan dana bergulir sudah baik serta sesuai harapan, namun dana dipinjamkan masih sangat minim sehingga untuk membuka usaha masih sangat sulit. (W/RS.SF/WD/ pada jam Menerut Bapak Saifudin Adam, beliau menjawab sebagai berikut :

16 55 Dari segi pengelolaan sudah cukup baik, akan tetapi dari kelompok peminjam yang sering mengalami masalah karena ada salah seorang dari anggota kelompok yang selalu terlambat membayar angsuran, sehingga untuk memperoleh kembali pinjaman dana tersebut kurang mendapat respon dari pengelola dana bergulir. (W/SA/WD/ pada jam Pertanyaan yang sama peneliti sampaikan kepada Ibu Anisa Limun, Arina Amin, dan Rosdawati Mopangga, mereka menjawab sebagai berikut : Dari segi pengelolaan dana bergulir sudah baik dan sesuai harapan (W/AL.AA.RP/WD/ pada jam Dari hasil wawancara di atas, diperoleh gambaran bahwa dari segi pengelolaan dana bergulir di Kelurahan Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo sudah baik dan sudah sesuai harapan masyarakat, akan tetapi yang menjadi masalah yang dihadapi adalah adanya anggota kelompok peminjam yang sering terlambat membayar angsuran perbulannya, sehingga pengelola menemukan kesulitan dalam memberikan pinjaman kepada anggota lainnya. Sementara itu pihak pengelola tidak memberikan sangsi kepada anggota kelompok peminjam yang sering menunggak dalam membayar angsuran. Lebih lanjut ketika ditanyakan, Jauria T, Anisa Limun, Arina Amin dan Ibu Rosdawati Mopangga apakah Ibu pernah memperoleh masukan atau informasi dari pihak yang berkompoten dalam hal pengembangan atau pengelolaan usaha. Diperoleh penjelasan :

17 56 Sebagai seseorang yang belum mahir dalam berwirausaha, kami sering memperoleh masukan atau informasi yang penting dalam mengembangkan usaha kami, misalnya menjual barang sesuai dengan kebutuhan yang banyak diminati oleh pembeli serta perhitungan laba rugi hasil penjualan. (W/AL.AA.RP/WD/ pada jam Selanjutnya peneliti bertanya kepada Bapak Saipudin Adam, ibu Sakilah Fahrun dan Rosmiati Sumuri tentang apakah mereka memperoleh masukan ataupun informasi dari pihak yang berkompoten dan apakah masukan tersebut mengakibatkan adanya penguatan baik dalam hal pendanaan (modal usaha) maupun pengelolaan usaha. Mereka menjawab bahwa mereka memperoleh informasi maupun masukan dari pihak yang berkompoten pada saat pelaksanaan sosialisasi tentang dana bergulir, baik dari Dinas Perikanan, Pengelola Pasar dan informasi tersebut mereka dapat mengembangkan usaha merek. Dari hasil wawancara dengan mereka penerima dana bergulir diperoleh kesimpulan bahwa sebelum mereka memperoleh bantuan dana bergulir mereka memperoleh masukan maupun informasi dari pihak-pihak yang terkait seperti Dinas Perikanan, Perdagangan, maupun Pengelola Pasar. 3. Memberikan Perlindungan. Pemberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi tidak berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi, karena hal itu justru akan mengerdilkan yang kecil dan

18 57 melunglaikan yang lemah. Melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah. Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi makin tergantung pada berbagai program pemberian ( charity). Karena, pada dasarnya setiap apa yang dinikmati harus dihasilkan atas usaha sendiri (yang hasilnya dapat dipertikarkan dengan pihak lain). Dengan demikian tujuan akhirnya adalah memandirikan masyarakat, memampukan, dan membangun kemampuan untuk memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik secara berkesinambungan. Untuk mengetahui informasi tentang cara memberikan perlindungan dalam memberdayakan masyarakat, peneliti melakukan kegiatan wawancara dengan masyarakat sebagai informan. Menurut Saipudin A, salah seorang warga Kelurahan Dulalowo. Ketika apakah Bapak memperoleh perlindungan ataupun kepastian hukum dalam meningkatkan atau mengembangkan usaha. Diperoleh informasi : Secara hukum bahwa bantuan tersebut tidak bersifat mengikat. Namun dibutuhkan pertanggungjawaban dalam memenuhi aturan secara administrasi. Untuk itu, segala bentuk pengawasan diserahkan sepenuhnya pada pihak pengelola dibawa naungan Dinas Perikanan serta pengelola pasar dan informasi. (W/SA/WD/ pada jam Pernyataan Saipudin A yang diuraikan tersebut dikonfirmasikan kepada Anisa L, selaku penerima dana bergulir yang seharinya berprofesi sebagai penjual ayam pedaging. Diperoleh informasi : Ya, saya yakin bahwa kami sebagai pedang mendapatkan perlindungan hukum, asalkan dagangan yang dijual bersifat halal dan memiliki izin dari pemerintah seperti Badan POM (Pemerikasa Obat -obatan dan Makanan).

19 58 Dengan demikian secara tidak langsung kami memiliki kepastian atau payung hukum. (W/AL.AA.RP/WD/ pada jam Selanjutnya peneliti bertanya pada Ibu JauriaTahir apakah beliau mendapat perlindungan dalam hal pengelolaan atau pengembangan usaha, beliau menjawab sebagai berikut: Iya ada, dari ibunda dulalowo selaku lurah dulalowo. Dan kami tidak di bebankan biaya apapun untuk memperoleh perlindungan tersebut. (W/JT/WD/ pada jam Pertanyaan yang sama peneliti sampaikan kepada Ibu Rosmiati Sumuri, Sakilah Fahrun, Saipudin Adam, Anisa Alimun, Arina Amin, dan Rosdawati Mopangga, mereka menjawab sebagai berikut : Iya ada, saya mendapat perlindungan dari ibunda dulalowo dan saya tidak di mintai uang jaminan untuk perlindungan tersebut ( Ibu Rosmiati Sumuri) (W/RM/WD/ pada jam Iya, dari pengelolah pasar dan sebagai uang jaminan 1500 setiap hari Iya ada, dari pihak kelurahan dalam hal ini Lurah dulalowo dan tidak ada uang jaminan perlindungan Iya ada, dari Lurah dulalowo dan sebagai uang jaminan setiap tahun 280 ribu serta dari pengelolah pasar serta uang jaminan 1500 setiap kali menjual (W/AN/WD/ pada jam Tidak ada dari pihak kelurahan atau sebagainya (W/AA/WD/ pada jam

20 59 Lebih lanjut ketika ditanyakan kepada Rosdawati M, apakah dalam memperoleh perlindungan tersebut Ibu harus memberikan uang jaminan kepada yang memberikan jaminan hukum tersebut. Diperoleh penjelasan : Secara pribadi kami tidak memberikan uang jaminan terhadap perorangan. Namun berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan jumlah uang jaminan relatif bervariasi senilai Rp ,- per tahun ke pemerintah Kelurahan Dulalowo, dan Rp.1500,- sampai Rp. 2000,- untuk satu kali menjual baik penjaul kue dan ikan. (W/AL.AA.RP/WD/ pada jam Pernyataan Rosdawati M yang diuraikan tersebut dikonfirmasikan kepada Sakila F, selaku warga yang seharinya berprofesi sebagai penjual ikan. Diperoleh informasi : Khusus untuk saya yang berprofesi sebagai penjual ikan, uang jaminan yang dibebankan sesuai dengan aturan dan ketentuan sebelumnya adalah senilai Rp ,- per tahun masuk ke kas pemerintah Kelurahan Dulalowo, serta untuk sekali penjualan ikan dikenakan biaya sebesar Rp.1500,- hingga sampai Rp. 2000,-. (W/RS.SF/WD/ pada jam Dari hasil wawancara di atas diperoleh gambaran bahwa sebagian besar penerima dana bergulir memperoleh perlindungan langsung dari lurah dulalowo serta pengelolah pasar dalam hal ini dinas perikanan, selain itu juga mereka di bebankan biaya sebagai uang jaminan perlindungan. 4.2 Pembahasan 1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat bisa berkembang (enabling). Pemberdayaan ekonomi masyarakat yang diprogramkan oleh pemerintah melalui pemberian dana bergulir yang diperuntukkan untuk masyarakat yang berekonomi lemah (miskin) bertujuan untuk membantu mereka yang berekonomi lemah sebagai stimulur pertumbuhan ekonomi masyarakat. Disamping itu

21 60 program ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat sehingga menghasilkan pendapatan masyarakat itu sendiri. Dengan demikian program dana bergulir bertujuan untuk meningkatkan aktivitas ekonomi pedesaan,meningkatkan volume usaha koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), meningkatkan penyerapan tenaga kerja, meningkatkan semangat berkoperasi, meningkatkan pendapatan angggota, dan membangkitkan etos kerja dari masyarakat. Masalah pemberdayaan masyarakat ditinjau dari beberapa aspek sebagai berikut: Ditinjau dari Aspek ekonomi 1. Kurang berkembangnya sistem kelembagaan ekonomi untuk memberikan kesempatan bagi masyarakat, khususnya masyarakat kecil dalam rangka mengembangkan kegiatan usaha yang produktif; 2. Kurangnya penciptaan akses masyarakat ke input sumberdaya ekonomi berupa kapital, sumberdaya alam, lokasi berusaha/ lahan usaha, informasi pasar dan teknologi produksi; 3. Lemahnya kemampuan masyarakat kecil untuk mengembangkan kelembagaan ekonomi yang dapat meningkatkan posisi tawar dan daya saingnya. Sedangkan ditinjau dari aspek sosial, permasalahan pemberdayaan masyarakat adalah: 1. Kurangnya upaya yang dapat mengurangi pengaruh lingkungan sosial-budaya yang mengungkung masyarakat dalam kondisi kemiskinan struktural;

22 61 2. Kurangnya akses masyarakat untuk memperoleh peningkatan pengetahuan dan keterampilan termasuk informasi; 3. Kurang berkembangnya kelembagaan masyarakat dan organisasi sosial yang dapat menjadi sarana interaksi sosial. 4. Belum mantapnya kelembagaan yang dapat memberikan ketahanan dan perlindungan bagi masyarakat yang terkena musibah dampak krisis ekonomi; 5. Belum berkembangnya kelembagaan yang mampu mempromosikan asas kemanusiaan, keadilan, persamaan hak, perlindungan masyarakat dan lain-lain. Dengan melihat permasalahan dan tantangan yang ada dalam rangka pemberdayaan masyarakat, maka strategi yang perlu dilakukan guna mengembangkan usaha masyarakat lapisan bawah adalah: 1. Pemberian peluang/ creating opportunity (penyediaan prasarana dan sarana umum khususnya transportasi, listrik, komunikasi dan pasar). 2. Pengembangan kapasitas dan modal manusia/ capacity building and human capital development (penyediaan layanan pendidikan, keterampilan dan kesehatan sesuai kondisi lokal). Oleh karena itu pemberian dana bergulir bagi masyarakat ekonomi lemah sebagai salah satu upaya pemberdayaan masyarakat mendorong terjadinya suatu proses perubahan individu maupun perubahan sosial. Sebab secara empirik pemberdayaan masyarakat dan pemihakan kepada yang lemah dan kurang mampu dipahami sebagai usaha mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang,

23 62 tetapi bukan berarti mengisolasi atau menutup diri dan intereaksi dan pemberdayaan masyarakat dengan menciptakan iklim yang sehat. Dana bergulir yang diberikan kepada masyarakat Kelurahan Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo secara garis besarnya diperuntukkan bagi warga masyarakat yang berekonomi lemah tetapi memiliki usaha meskipun usaha kecil kecilan seperti berjualan kue, ikan, ayam pedaging ataupun depot bensin dan lain sebagainya. Hal ini dikarenakan dana bergulir yang dipinjamkan kepada masyarakat yang memiliki usaha kecil menengah tersebut harus dikembalikan lagi kepada pengelola dana bergulir dalam jangka waktu maksimal 10 bulan. Untuk memperoleh pinjaman dana beergulir tersebut setiap anggota kelompok peminjam diwajibkan memiliki KTP, dan usaha serta bersedia mengembalikan dana tersebut kepada pengelola sesuai dengan kesepakatan bersama, peminjam dapat mengajukan permohonan kembali untuk memperoleh pinjaman dengan ketentuan tidak memiliki tunggakan atau dengan kata lain lancara membayar setoran perbulannya. Program dana bergulir sebagai salah satu bantuan perkuatan pemerintah dalam bentuk uang atau barang modal yang disalurkan kepada Koperasi, Usaha Kecil Menengah. Dana tersebut disalurkan melalui pola bergulir. Pola bergulir adalah cara memanfaatkan bantuan kepada koperasi dan usaha kecil menengah. Tata cara atau persyaratannya diatur dalam keputusan Menteri KUKM (Koperasi, Usaha Kecil Menengah).

24 63 Secara umum program dana bergulir bertujuan untuk (1) meningkatkan aktivitas ekonomi pedesaan, (2) meningkatkan volume usaha koperasi dan UKM, (3) meningkatkan penyerapan tenaga kerja, (4) meningkatkan semangat berkoperasi, (5) meningkatkan pendapatan ang gota dan (6) membangkitkan etos kerja. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk membantu masyarakat memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan mereka lakukan yang terkait dengan diri mereka sendiri, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dapat dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri pada masyarakat untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer daya dari lingkungannya. Dari hasil wawancara yang telah dikemukakan di atas diperoleh suatu gambaran bahwa dengan adanya dana bergulir yang diterimakan oleh pengelola kepada mereka sudah dapat memberikan perubahan yang cukup signifikan terutama pada pola pikir mereka dalam menjalankan usaha mereka, pengambilan keputusan dan menentukan tindakan yang akan mereka lakukan yang terkait dengan diri mereka sendiri, sesama anggota dikelompokknya baik sebagai anggota kopoerasi maupun yang belum menjadi anggota koperasi. Dengan demikian secara empiris keberadaan dari dana bergulir yang diberikan kepada kelompok peminjam dapat meningkatkan pendapatan dari usaha mereka yang pada akhirnya membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian yang dimaksud meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan. Kemandirian masyarakat

25 64 merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat yang ditandai dengan kemampuan berfikir, memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah-masalah yang dihadapi dengan mempergunakan daya dan kemampuan yang dimiliki seseorang. 2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat Perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses ke dalam berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat masyarakat menjadi berdaya. Dalam rangka pemberdayaan ini, upaya yang amat pokok adalah peningkatan taraf pendidikan, dan derajat kesehatan, serta akses ke dalam sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi, informasi, lapangan kerja, dan pasar. Masukan berupa pemberdayaan ini menyangkut pembangunan prasarana dan sarana dasar fisik, seperti irigasi, jalan, listrik, maupun sosial seperti sekolah dan fasilitas pelayanan kesehatan, yang dapat dijangkau oleh masyarakat pada lapisan paling bawah, serta ketersediaan lembaga-lembaga pendanaan, pelatihan, dan pemasaran di perdesaan, dimana terkonsentrasi penduduk yang keberdayaannya amat kurang. Untuk itu, perlu ada program khusus bagi masyarakat yang kurang berdaya, karena program-program umum yang berlaku tidak selalu dapat menyentuh lapisan masyarakat ini. Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu anggota masyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya. Menanamkan nilai-nilai budaya modern, seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, dan kebertanggungjawaban adalah bagian pokok dari upaya pemberdayaan ini. Demikian pula pembaharuan institusi-institusi

26 65 sosial dan pengintegrasiannya ke dalam kegiatan pembangunan serta peranan masyarakat di dalamnya. Yang terpenting disini adalah peningkatan partisipasi rakyat dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan masyarakatnya. Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya dengan pemantapan, pembudayaan, pengamalan demokrasi. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada 7 orang ketua kelompok yang terdiri dari 5 orang setiap kelompok penerima dana bergulir yang masuk kategori penerima yang aktif serta memanfaatkan dana bergulir sesuai dengan peruntukkannya diperoleh kesimpulan bahwa dalam memperoleh bantuan dana pinjaman mereka tidak menemukan kesulitan bahkan mereka memperoleh kemudahan, disamping itu sebelum mereka mengajukan permohonan pinjaman dana bergulir tersebut mereka mengikuti sosialisasi dari pihak pengelola dan unsur terkait, seperti dinas pasar, dinas perdagangan, dinas perindustrian, perikanan, pertanian dan lain sebagainya. Para penerima dana bergulir yang ada dikelurahan Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo yang tersebar pada 7 kelompok yang ada utamanya mereka yang tergolong aktif dalam menyetor setiap bulannya atau dengan kata lain tidak menunggak, hasil pengamatan peneliti rata rata usahanya dapat berkembang dengan cukup siginifikan, sehingga mereka dapat menikmati hasil usaha mereka meskipun tidak terlalu besar. Tidak dapat dipungkiri segala kegiatan yang berwujud pinjam meminjam uang ataupun dana, pasti ada kendala yang dihadapi oleh pengelola, yakni ada yang menyetor dana pinjaman tersebut tidak tepat waktu bahkan ada yang

27 66 menunggak setorannya sedikitnya 3 (tiga) sampai dengan 4 (empat) bulan, sehingga ketika ada anggota kelompok peminjam yang sangat membutuhkan dana pinjaman untuk modal usaha mereka terpaksa harus bersabar, karena sudah menjadi ketentuan dan kesepakatan bersama antara peminjam dana bergulir dengan pengelola bahwa selama ada yang menunggak di kelompoknya, maka anggota kelompok dikelompok tersebut meskipun dari anggota kelompok peminjam sudah sebagain besar sudah melunasi dana bergulir yang telah dipinjamkannya. Sehingga hal ini yang menjadi pemicu adanya kendala dari anggota kelompok dalam hal pengadaan dana stimulan untuk mengembangkan usaha mereka. Hal ini sebagai akibat dari penggunaan dana bergulir oleh beberapa anggota kelompok peminjam yang tidak sesuai dengan prosedur peruntukkannya. Dana bergulir tersebut tidak seluruhnya dimanfaatkan untuk mengembangkan usaha, akan tetapi dimanfaatka untuk memperbaiki rumah bahkan ada yang digunakan untuk membangun rumah, sehingga angsuran untuk dana pinjaman dari dana bergulir terkadang terlambat dari waktu yang telah disepekati bersama bahkan ada yang menunggak berbulan-bulan. Selain itu, yang lebih memprihatinkan lagi adalah ada anggota kelompok yang tidak bertanggung jawab atas pinjaman modal dana bergulir dari pengelola. Sebab sistem pengelolaan dana bergulir adalah berbeda dengan system pengelolaan keuangan lainnya dalam hal ini setiap anggota dalam kelompok akan beroleh pinjaman berdasarkan keaktifan dan keseriusan dari kelompok itu dalam mengembalikan dana pinjaman dari pengelola. Dengan kata lain besarnya pinjaman yang diterima oleh kelompok peminjam akan dibagi bersama oleh

28 67 kelompok itu sendiri, dalam hal ini jumlah pinjaman oleh setiap anggota tergantung pada besarnya pinjaman kelompok, dengan ketentuan besarnya angsuran setiap kelompok peminjam tergantung pada jumlah pinjaman dibagi dengan banyaknya angsuran yakni 10 kali angsuran (10 bulan) ditambah 2%. Satu hal yang cukup menarik adalah, anggota kelompok tidak akan memperoleh dana pinjaman dana bergulir dengan mengatas namakan pribadi dan bukan kelompok, sebab pihak pengelola tidak akan memberikan pinjaman kepada pribadi melainkan kepada kelompok. Disamping itu kelompok tidak akan memperoleh pinjaman dana bergulir dari pengelola jika anggota kelompok ataupun kelompok menunggak angsuran pada setiap bulannya. Oleh karena itu untuk lebih mengoptimalkan pemberdayaan masyarakat melalui dana bergulir pengelola bekerja sama dengan pihak yang terkait untuk mengadakan pelatihan maupun bimbingan kepada setiap kelompok penerima dana bergulir tentang pemanfaatan, pengelolaan bahkan kiat kiat untuk meningkatkan pendapatan melalui usaha yang mereka geluti. Namun program ini menurut para penerima dana bergulir tidak secara berkelanjutan / kontinyu. Disamping itu dana bergulir yang mereka terima untuk setiap kelompok sangat minim dalam artian belum mencukupi untuk mengembangkan usaha mereka, sehingga mereka harus menunggu sepuluh bulan kedepannya untuk kembali memperoleh pinjaman, ditambah lagi jika ada anggota kelompok yang kadang menunggak setoran perbulannya, bahkan ada yang menunggak 3 (tiga) sampai 4 (empat) bulannya. Hal ini sebagai akibat dari pengelolaan dana bergulir diupayakan lebih diperbaiki lagi dengan kata lain upaya penagihan pada setiap anggota kelompok peminjam

29 68 lebih dioptimalkan. Sehingga dana bergulir yang dikucurkan oleh pemerinta kepada masyarakat ekonomi lemah sebagai upaya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dan juga peningkatan pemberdayaan masyarakat akan dapat dicapai dengan sendirinya. Sebab pemberdayaan masyarakat itu sendiri mencakup : (1) peningkatan akses bantuan modal usaha ; (2) peningkatan akses pengembangan SDM ; dan (3) peningkatan akses ke sarana dan prasarana yang mendukung langsung sosial ekonomi masyarakat. Oleh karena itu konsep pemberian dan bergulir kepada masyarakat ekonomi lemah sebagai upaya peningkatan pemberdayaan masyarakat, akan tercapai jika pemberdayaan masyarakat itu sendiri mengacu pada hal hal sebagai berikut : 1. Pemberdayaan masyarakat tidak hanya dilakukan melalui pendekatan daun saja, atau cabang saja, atau batang saja, atau akar saja ; karena permasalahan yang dihadapi kenyataannya ada pada masing masing aspek. 2. Pemberdayaan masyarakat dalam bidang ekonomi, tidak cukup hanya dengan pemberian dana bergulir, tetaoi juga harus ada penguatan kelembagaan ekonomi masyarakat, penguatan sumber daya manusianya, penyediaan prasarananya. 3. Pemberdayaan masyarakat harus dilakukan secara elegan tanpa menghambat dan mendiskriminasikan ekonomi kuat; untuk itu kemitraan antara usaha mikro, usaha kecil menegah, dan usaha besar adalah jalan yang harus di tempuh.

30 69 4. Pemberdayaan masyarakat melalui dana bergulir harus diupayakan sebagai upaya untuk penguatan ekonomi rakyat menuju ekonomi rakyat yang kokoh, modern, efisien dan efektif. 5. Pemberdayaan masyarakat melalui dana bergulir tidak dapat dilakukan melalui pendekatan individu, melainkan harus melalui pendekatan kelompok. Bertitik tolak pada acuan pemberdayaan masyarakat melalui pemberian dana bergulir kepada masyarakat ekonomi lemah, pengelola dana bergulir di Kelurahan Dulalowo Kecamatan Kota Tengah berupaya semaksimal mungkin melakukan pendekatan kelompok dan bukan pendekatan individu, baik dalam hal pemberian dana bergulir maupun angsuran dana bergulir harus diajukan oleh kelompok. Demikian pula halnya dengan pelaksanaan bimbingan dari instansi yang terkait dilaksanakan secara kelompok, sesuai bidang / usaha dari kelompok itu sendiri. 3. Memberikan Perlindungan Memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi tidak berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi, karena hal itu justru akan mengerdilkan yang kecil dan melunglaikan yang lemah. Melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah. Oleh karena itu perlu adanya peraturan perundangan yang secara

31 70 jelas dan tegas melindungi golongan yang lemah dari golongan yang kuat dalam hal pengembangan usaha sehinga dalam mengembangkan usaha tidak mengalami masalah atau distkriminatif dari golongan yang kuat. Dari hasil wawancara di atas diperoleh gambaran bahwa sebagian besar penerima dana bergulir memperoleh perlindungan langsung dari lurah dulalowo serta pengelolah pasar dalam hal ini dinas perikanan, selain itu juga mereka di bebankan biaya sebagai uang jaminan perlindungan.

Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program

Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program Pengembangan Kecamatan (PPK) mulai tahun Konsepsi Pemberdayaan

Lebih terperinci

MELIHAT POTENSI EKONOMI BAWEAN pada acara

MELIHAT POTENSI EKONOMI BAWEAN pada acara MELIHAT POTENSI EKONOMI BAWEAN pada acara PEMBUKAAN PSB KOTA SURABAYA Oleh: Dr. Asmara Indahingwati, S.E., S.Pd., M.M TUJUAN PROGRAM Meningkatkan pendapatan dan Kesejahteraan masyarakat Daerah. Mempertahankan

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Disampaikan Pada Gladi Manajemen Pemerintahan Desa Bagi Kepala Bagian/Kepala Urusan Hasil Pengisian Tahun 2011 Di Lingkungan Kabupaten Sleman, 19-20 Desember 2011 Cholisin : Staf

Lebih terperinci

PERAN LURAH DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN DI KELURAHAN MALUHU KECAMATAN TENGGARONG KABUPATEN KUTAIKARTANEGARA 1

PERAN LURAH DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN DI KELURAHAN MALUHU KECAMATAN TENGGARONG KABUPATEN KUTAIKARTANEGARA 1 PERAN LURAH DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN DI KELURAHAN MALUHU KECAMATAN TENGGARONG KABUPATEN KUTAIKARTANEGARA 1 Heru Arnanda 2 Abstrak Kelurahan adalah pembagian wilayah administrasi yang ada di

Lebih terperinci

Program Pengentasan Kemiskinan melalui Penajaman Unit Pengelola Keuangan

Program Pengentasan Kemiskinan melalui Penajaman Unit Pengelola Keuangan Program Pengentasan Kemiskinan melalui Penajaman Unit Pengelola Keuangan I. PENDAHULUAN Pembangunan harus dipahami sebagai proses multidimensi yang mencakup perubahan orientasi dan organisasi sistem sosial,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dalam air ( tempat tumbuhnya) akan terbawa juga bagian-bagian lain dari

BAB V PENUTUP. dalam air ( tempat tumbuhnya) akan terbawa juga bagian-bagian lain dari BAB V PENUTUP 1.1. Kesimpulan 1. Produksi kerajinan enceng gondok sewaktu mengangkat eceng gondok dari dalam air ( tempat tumbuhnya) akan terbawa juga bagian-bagian lain dari tanaman secara lengkap, seperti

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 20 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 20 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 20 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA PINJAMAN BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pembangunan perekonomian nasional bertujuan untuk mewujudkan kedaulatan politik dan ekonomi Indonesia melalui pengelolaan sumber daya ekonomi dalam suatu iklim pengembangan

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BUPATI PAKPAK BHARAT

BUPATI PAKPAK BHARAT BUPATI PAKPAK BHARAT PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERKUATAN PERMODALAN USAHA BAGI MASYARAKAT MELALUI KREDIT NDUMA PAKPAK BHARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian utama untuk suatu Negara yang ingin maju dan ingin menguasai

BAB I PENDAHULUAN. bagian utama untuk suatu Negara yang ingin maju dan ingin menguasai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah Satu indikator kemajuan pembangunan suatu bangsa adalah tingkat capaian Sumber Daya Manusianya, bahkan pendidikan merupakan bagian utama untuk suatu

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Implementasi pembiayaan Qardhul Hasan pada Baitul Maal wa Tamwil

BAB V PEMBAHASAN. A. Implementasi pembiayaan Qardhul Hasan pada Baitul Maal wa Tamwil BAB V PEMBAHASAN A. Implementasi pembiayaan Qardhul Hasan pada Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Pahlawan Tulungagung. Implementasi pembiayaan Qardhul Hasan pada BMT Pahlawan sesuai dengan definisi Al-Qardh

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sekretariat PNPM MP Kecamatan Ranomeeto, maka adapun hasil penelitian. yang didapatkan dapat digambarkan sebagai berikut:

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sekretariat PNPM MP Kecamatan Ranomeeto, maka adapun hasil penelitian. yang didapatkan dapat digambarkan sebagai berikut: BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan pada Kantor Sekretariat PNPM MP Kecamatan Ranomeeto, maka adapun hasil penelitian yang didapatkan dapat digambarkan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk ditangani. Khususnya di wilayah perkotaan, salah satu ciri umum dari kondisi fisik masyarakat

Lebih terperinci

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang

Lebih terperinci

Konsepsi Pemberdayaan Masyarakat

Konsepsi Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan masyarakat Konsepsi Pemberdayaan Masyarakat (Bahan Diskusi) Pendidikan Luar Sekolah STKIP Siliwangi Bandung 2011 1 Pemberdayaan masyarakat Latar Belakang konsep pembangunan pada dasarnya bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan

BAB I PENDAHULUAN. rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha mikro tergolong jenis usaha yang tidak mendapat tempat di bank, rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan dari pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia. memiliki tempat tersendiri dalam perkembangan ekonomi Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia. memiliki tempat tersendiri dalam perkembangan ekonomi Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia memiliki tempat tersendiri dalam perkembangan ekonomi Indonesia. Perkembangan Koperasi dan UMKM ini langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya berbagai macam masalah di dalam kehidupan masyarakat seperti terjadinya PHK pada buruh kontrak, jumlah pengangguran

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

PEMERINTAH KOTA KEDIRI PEMERINTAH KOTA KEDIRI SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang

Lebih terperinci

INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM

INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan Daya Saing Rahma Iryanti Deputi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Deputi Kepala Bappenas Jakarta, 15 Juni

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 4 Juli 1950) jo.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 4 Juli 1950) jo. PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN 8.1. Rekomendasi Kebijakan Umum Rekomendasi kebijakan dalam rangka memperkuat pembangunan perdesaan di Kabupaten Bogor adalah: 1. Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat, adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan kekokohannya dengan tetap menyerap jutaan lapangan pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan kekokohannya dengan tetap menyerap jutaan lapangan pekerjaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor Koperasi dan UKM merupakan salah satu sektor yang mampu menunjukkan kekokohannya dengan tetap menyerap jutaan lapangan pekerjaan ditengah krisis global

Lebih terperinci

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH I. UMUM Penerapan otonomi daerah sejatinya diliputi semangat untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah pada dasarnya menuntut Pemerintah Daerah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah pada dasarnya menuntut Pemerintah Daerah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberlakuan otonomi daerah pada dasarnya menuntut Pemerintah Daerah untuk melaksanakan berbagai kebijakan yang berorientasi pada upaya mempercepat terwujudnya kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asas demokrasi ekonomi. Jelas hal ini ditegaskan dalam Pasal 33 ayat (1)

BAB I PENDAHULUAN. asas demokrasi ekonomi. Jelas hal ini ditegaskan dalam Pasal 33 ayat (1) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia konstitusi negara memberikan landasan bagi penyusunan dan pengelolaan ekonomi nasional dalam rangka memberikan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan pemukiman, agar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan pemukiman, agar 7 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, rumah merupakan kebutuhan dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh semua negara khususnya negara-negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh semua negara khususnya negara-negara yang sedang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan adalah salah satu masalah kemanusiaan yang sedang dihadapi oleh semua negara khususnya negara-negara yang sedang berkembang. Hal tersebut karena kemiskinan

Lebih terperinci

PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DALAM PEMBINAAN USAHA KERAJINAN KERIPIK TEMPE DI KABUPATEN NGAWI SKRIPSI

PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DALAM PEMBINAAN USAHA KERAJINAN KERIPIK TEMPE DI KABUPATEN NGAWI SKRIPSI PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DALAM PEMBINAAN USAHA KERAJINAN KERIPIK TEMPE DI KABUPATEN NGAWI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN

Lebih terperinci

PANDUAN KUESIONER. Petunjuk Pengisian

PANDUAN KUESIONER. Petunjuk Pengisian Petunjuk Pengisian PANDUAN KUESIONER a. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat menurut Bapak/Ibu/Saudara, sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. b. Lingkarilah jawaban yang Bapak/Ibu/Saudara/i pilih.

Lebih terperinci

WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR SAMISAKE

WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR SAMISAKE SALINAN WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR SAMISAKE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Permasalahan kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah.

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Berdasarkan kondisi Kabupaten Lamongan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam dua puluh tahun mendatang, dan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan dinamika pembangunan, peningkatan kesejahteraan masyarakat telah menumbuhkan aspirasi dan tuntutan baru dari masyarakat untuk mewujudkan kualitas kehidupan

Lebih terperinci

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 3 TAHUN 2015 T E N T A N G PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Wawancara I Wawancara dengan manajer pusat Koperasi Anugerah Parakan

Wawancara I Wawancara dengan manajer pusat Koperasi Anugerah Parakan 1 Wawancara I Wawancara dengan manajer pusat Koperasi Anugerah Parakan 1. Bagaimana perkembangan KSP Anugerah? 2. Apakah koperasi mengadakan rapat/pertemuan selain Rapat Anggota Tahunan? Jika ya, dalam

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang Indikator kemajuan sebuah Negara demokrasi diantaranya adalah tingginya tingkat partisipasi masyarakat dalam berbagai bidang

1.1. Latar Belakang Indikator kemajuan sebuah Negara demokrasi diantaranya adalah tingginya tingkat partisipasi masyarakat dalam berbagai bidang 1.1. Latar Belakang Indikator kemajuan sebuah Negara demokrasi diantaranya adalah tingginya tingkat partisipasi masyarakat dalam berbagai bidang kehidupan, terutama ekonomi dan politik (Nasution, 2008).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan sturktural dan kemiskinan kesenjangan antar wilayah. Persoalan

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan sturktural dan kemiskinan kesenjangan antar wilayah. Persoalan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan sturktural

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan bagian terbesar dalam perekonomian Indonesia, indikator tingkat partisipasi masyarakat dalam berbagai sektor

Lebih terperinci

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. A. Proses Penyaluran Dana Bergulir BPLM Di Kabupaten Kulon Progo

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. A. Proses Penyaluran Dana Bergulir BPLM Di Kabupaten Kulon Progo BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A. Proses Penyaluran Dana Bergulir BPLM Di Kabupaten Kulon Progo Para calon penerima dana bergulir yang ingin mendapatkan fasilitas kredit dana bergulir dari Dinas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan serangkaian proses multidimensial yang berlangsung secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu terciptanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota pada seluruh pemerintahan daerah bahwa pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL, Menimbang :

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012 1 PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO UTARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah perusahaan yang didirikan dan. mengelola BUMD Sebagaimana yang diamanatkan dalam GBHN 1999 dan

I. PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah perusahaan yang didirikan dan. mengelola BUMD Sebagaimana yang diamanatkan dalam GBHN 1999 dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah perusahaan yang didirikan dan dimiliki oleh pemerintah daerah. Kewenangan pemerintah daerah membentuk dan mengelola BUMD Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk penanggulangan kemiskinan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk penanggulangan kemiskinan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah kemiskinan memang telah ada sejak kala. Berbagai upaya telah dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk penanggulangan kemiskinan dengan meluncurkan program-program

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 122 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Program Mengangkat Ekonomi Kerakyatan Melalui Koperasi Rukun Tetangga (RT) dalam Rangka Ketahanan Desa di Kabupaten Wonogiri, yang bertujuan untuk mempercepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan meningkatnya jumlah pengangguran di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan meningkatnya jumlah pengangguran di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan meningkatnya jumlah pengangguran di Indonesia. Pengangguran yang tinggi berdampak langsung dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dengan kata lain telah mengakar luas dalam sistem sosial

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dengan kata lain telah mengakar luas dalam sistem sosial BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dewasa ini, masalah kemiskinan sudah menjadi fenomena kehidupan masyarakat, dengan kata lain telah mengakar luas dalam sistem sosial masyarakat Indonesia. Terjadinya

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 47 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 63 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 32 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 32 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 32 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 618 TAHUN 2010 T E N T A N G PETUNJUK PELAKSANAAN PENYALURAN DANA INVESTASI DAERAH NON PERMANEN UNTUK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) mencerminkan wujud nyata sebagian besar kehidupan sosial dan ekonomi dari rakyat Indonesia. Peran usaha

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa Usaha Mikro,

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN/ATAU KEMUDAHAN KEPADA MASYARAKAT DAN/ATAU PENANAM MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH A. Strategi Pencegahan Pembiayaan Mura>bah}ah Multiguna Bermasalah Bank BNI Syariah Cabang Surabaya Resiko

Lebih terperinci

BAB VII STIMULAN DAN PENGELOLAAN P2KP

BAB VII STIMULAN DAN PENGELOLAAN P2KP BAB VII STIMULAN DAN PENGELOLAAN P2KP 7.1. STIMULAN P2KP 7.1.1. Tingkat Bantuan Dana BLM untuk Pemugaran Rumah, Perbaikan Fasilitas Umum dan Bantuan Sosial Salah satu indikator keberhasilan P2KP yaitu

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 103 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 3 TAHUN 2015 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 103 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 3 TAHUN 2015 T E N T A N G SALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 103 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 3 TAHUN 2015 T E N T A N G PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Menimbang PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA TASIKMALAYA, : a. bahwa penanaman modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berbagai upaya telah dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk menanggulangi kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode tahun 1974-1988,

Lebih terperinci

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM Pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945 merupakan landasan ideologi dan konstitusional pembangunan nasional termasuk pemberdayaan koperasi dan usaha

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Desa Limehe Timur adalah salah satu dari sembilan desa di Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Desa Limehe Timur adalah salah satu dari sembilan desa di Kecamatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil Desa Limehe Timur Desa Limehe Timur adalah salah satu dari sembilan desa di Kecamatan Tabongo Kabupaten Gorontalo yang proporsi rumah tangga miskinnya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMEBERIAN INSENTIF DAN PEMEBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KONAWE SELATAN i! DITERBITKAN OLEH BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditetapkan sebelumnya tercapai. Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditetapkan sebelumnya tercapai. Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Efektivitas 2.1.1 Pengertian Efektivitas Dalam setiap organisasi, efektivitas merupakan unsur pokok aktivitas untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS KOPERASI USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN SUMEDANG

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM. Gambaran Umum Unit Pengelola Keuangan (UPK) Di Kelurahan. Gumawang Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan.

BAB III GAMBARAN UMUM. Gambaran Umum Unit Pengelola Keuangan (UPK) Di Kelurahan. Gumawang Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. BAB III GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Unit Pengelola Keuangan (UPK) Di Kelurahan Gumawang Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. A. Profil Kelurahan Gumawang Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan 1.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lebak merupakan salah satu kabupaten yang terletak di

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lebak merupakan salah satu kabupaten yang terletak di 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Lebak 4.1.1 Letak Geografis Kabupaten Lebak merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Banten. Kabupaten Lebak beribukota di Rangkasbitung

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... TAHUN...

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... TAHUN... BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN, PEMBERDAYAAN, DAN PEMBINAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012 4 Oktober 2012 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C 3/C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

V. EVALUASI PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP DI KELURAHAN TANJUNG BALAI KARIMUN

V. EVALUASI PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP DI KELURAHAN TANJUNG BALAI KARIMUN V. EVALUASI PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP DI KELURAHAN TANJUNG BALAI KARIMUN 5.1. Evaluasi Persiapan (Input) Program Sebelum kegiatan pinjaman bergulir dalam kelurahan yang bersangkutan dimulai,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 9 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PASAR TRADISIONAL DAN PASAR SOUVENIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMPANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM PERATURAN GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 83 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK TEKNIS BANTUAN PERKUATAN PERMODALAN BAGI KOPERASI, USAHA MIKRO DAN KECIL GUBERNUR NANGGROE

Lebih terperinci

ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN

ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN 45 ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN Karakteristik Petani Miskin Ditinjau dari kepemilikan lahan dan usaha taninya, petani yang ada di RT 24 Kelurahan Nunukan Timur dapat dikategorikan sebagai

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 08 Tahun 2015 Menimbang : Mengingat : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG USAHA MIKRO DAN KECIL DI KABUPATEN SERANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN Pelaku Umkm Tenun Ikat, Marning Jagung, Keripik Pisang

BAB V HASIL PENELITIAN Pelaku Umkm Tenun Ikat, Marning Jagung, Keripik Pisang BAB V HASIL PENELITIAN 1.1. Pelaku Umkm Tenun Ikat, Marning Jagung, Keripik Pisang 1.1.1. Pelaku Usaha Tenun Ikat Pelaku usaha tenun ikat yaitu mereka yang membuka usaha dalam bidang menenun. Pelaku usaha

Lebih terperinci

GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 30 TAHUN 2007

GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 30 TAHUN 2007 GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (BLUD) PADA DINAS KOPERASI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN PENGUSAHA KECIL MELALUI CAPACITY BUILDING DI DAERAH TUJUAN WISATA

STRATEGI PENGEMBANGAN PENGUSAHA KECIL MELALUI CAPACITY BUILDING DI DAERAH TUJUAN WISATA STRATEGI PENGEMBANGAN PENGUSAHA KECIL MELALUI CAPACITY BUILDING DI DAERAH TUJUAN WISATA Tim Peneliti: M. Azzam Manan, DTP Kusumawardhani, Ujud Tahajuddin, Hayaruddin Siahaan, Rochmawati LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 19 TAHUN TENTANG IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 19 TAHUN TENTANG IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 19 TAHUN 2001. TENTANG IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa dengan semakin terbukanya peran swasta

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. upaya dan kegiatan aktifitas ekonomi masyarakat tersebut. Untuk mencapai kondisi

I. PENDAHULUAN. upaya dan kegiatan aktifitas ekonomi masyarakat tersebut. Untuk mencapai kondisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan masyarakat pada suatu wilayah adalah merupakan suatu manifestasi yang diraih oleh masyarakat tersebut yang diperoleh dari berbagai upaya, termasuk

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN ACEH TIMUR

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN ACEH TIMUR QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN ACEH TIMUR BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM, PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM, Menimbang : a. bahwa Retribusi Pelayanan Pasar merupakan

Lebih terperinci

Tabel Triangulasi. Fokus 1. Evaluasi Masukan (Evaluation Input) a. Prosedur Pelaksanaan SPP. Wawancara Dokumentasi Observasi

Tabel Triangulasi. Fokus 1. Evaluasi Masukan (Evaluation Input) a. Prosedur Pelaksanaan SPP. Wawancara Dokumentasi Observasi Tabel Triangulasi Fokus 1. Evaluasi Masukan (Evaluation Input) a. Prosedur Pelaksanaan SPP 1. M.Basuki Sutopo (ketua UPK) 2. Kholidah (Kader SPP) 3. Suranti (Ketua Badan Pengawas UPK) Dana yang dikeluarkan

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No. 5835 EKONOMI. Penjaminan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 9). PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP)

I. PENDAHULUAN. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) adalah program nasional yang menjadi kerangka dasar dan acuan pelaksanaan program-program pengentasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Persoalan pengangguran lebih dipicu oleh rendahnya kesempatan dan peluang kerja bagi masyarakat. Demikian

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI, USAHA MIKRO, USAHA KECIL DAN USAHA MENENGAH I. PENJELASAN UMUM Keberadaan Koperasi

Lebih terperinci

II. TEVJAUAN PUSTAKA

II. TEVJAUAN PUSTAKA II. TEVJAUAN PUSTAKA Setiap kegiatan usaha yang mengharapkan akan berkembang dan maju, selalu memerlukan dana untuk membiayai keperluan-keperluan operasional dan investasi. Dana tersebut diperoleh dari

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa penanaman modal merupakan

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

PENJELASAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PENJELASAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH I. UMUM Pembangunan Daerah bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PERAN LURAH DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN (DI KELURAHAN MALUHU KECAMATAN TENGGARONG KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA)

PERAN LURAH DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN (DI KELURAHAN MALUHU KECAMATAN TENGGARONG KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA) ejournal Pemerintahan Integratif, 2013, 1 (3): 956-964 ISSN 2338-3615, ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id Copyright 2013 PERAN LURAH DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN (DI KELURAHAN MALUHU KECAMATAN TENGGARONG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang

BAB I PENDAHULUAN Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1. Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang Gambar 1.1 Logo UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang Sumber: www.pnpmkabbandung.wordpress.com

Lebih terperinci

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi : Terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih menuju maju dan sejahtera Misi I : Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang profesional, transparan, akuntabel

Lebih terperinci