BAB 2 LANDASAN TEORI. bentuk aktiva dengan suatu harapan mendapatkan keuntungan di masa depan.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI. bentuk aktiva dengan suatu harapan mendapatkan keuntungan di masa depan."

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Investasi Investasi adalah salah satu istilah ekonomi dengan beberapa pengertian yang berhubungan dengan keuangan. Istilah tersebut berkaitan dengan akumulasi suatu bentuk aktiva dengan suatu harapan mendapatkan keuntungan di masa depan. Terkadang, investasi disebut juga sebagai penanaman modal. Portofolio investasi dewasa ini sudah ada banyak ragamnya, misalnya investasi dalam bentuk uang asing (dollar), tanah, emas, perak, saham, dan lain-lain. Apabila ditelaah lebih lanjut, tiap investasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya tingkat kenaikan nilai investasi, kemudahan dalam penjualan kembali, tingkat stabilitas, fluktuasi nilai investasi, dan lain-lain. Faktor-faktor inilah yang mempengaruhi kualitas suatu jenis investasi. 2.2 Logika Fuzzy Logika Fuzzy merupakan peningkatan dari logika Boolean yang berhadapan dengan suatu konsep kebenaran tidak penuh (sebagian), dimana peran logika klasik menyatakan bahwa segala hal dapat diekspresikan dalam istilah binary (0 atau 1, hitam atau putih, ya atau tidak). Logika fuzzy menggantikan kebenaran Boolean dengan tingkat kebenaran.

2 10 Logika ini juga memungkinkan nilai keanggotaan antara 0 dan 1, tingkat keabuabuan, dan juga hitam dan putih, dan dalam bentuk linguistik, pandangan tidak pasti seperti sedikit, lumayan, dan sangat. Hal ini erat kaitannya dengan set fuzzy dan teorema kemungkinan. Tanpa disadari, logika fuzzy banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, karena logika ini mengadopsi pemahaman serta penilaian otak manusia terhadap suatu hal tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia banyak dihadapi dengan situasi pertimbangan yang tidak pasti jawabannya ya atau tidak. Hal ini adalah salah satu contoh sederhana logika fuzzy dalam kehidupan sehari-hari. 2.3 Architecture Hierarchy Process (AHP) AHP merupakan salah satu metode matematik yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, yang merupakan seorang ahli matematika. Tujuan metode ini adalah untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan cara menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan. Dilanjutkan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, serta memberi suatu nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel. Tahap akhirnya yaitu dengan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Metode AHP ini membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan menstruktur suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan dengan menarik berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini juga

3 11 menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat. Gambar 2.1 Contoh Analytical Hierarchy Process Pemecahan persoalan dengan AHP Menurut Saaty, AHP terdiri dari tiga prinsip utama dalam memecahkan persoalan, yaitu prinsip menyusun hirarki (Decomposition), prinsip menentukan prioritas (Comparative Judgement), dan prinsip konsistensi logis (Logical Consistency).

4 12 Kata hirarki yang dimaksud diatas adalah hirarki dari permasalahan yang akan dipecahkan untuk mempertimbangkan kriteria-kriteria atau komponen-komponen yang mendukung tercapainya suatu tujuan. Dalam memilih kriteria-kriteria pada setiap masalah pengambilan keputusan perlu memperhatikan hal-hal berikut: Lengkap Kriteria harus mencakup semua aspek, sehingga harus lengkap. Operasional Setiap kriteria harus mempunyai arti bagi pengambil keputusan, sehingga dapat relevan terhadap alternatif yang ada. Tidak berlebihan Kriteria yang mengandung pengertian yang sama harus dihindari. Minimum Dibuat minimum supaya mempermudah pemahaman persoalan Decomposition Decomposition adalah pemecahan persoalan menjadi unsur-unsurnya, tentunya dilakukan setelah persoalan telah terdefinisi dengan baik. Jika ingin mendapatkan hasil yang lebih akurat, pemecahan dapat dilakukan terhadap unsur-unsurnya sehingga

5 didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tadi. Karena itulah maka proses analisis ini dinamakan hirarki (Hierarchy). 13 Hirarki ada 2 macam, yaitu hirarki lengkap dan hirarki tidak lengkap. Hirarki lengkap adalah hirarki yang semua elemen pada semua tingkat memiliki semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya. Selain dalam kondisi tersebut, dinamakan hirarki tidak lengkap Comparative Judgement Prinsip ini bermaksud membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu yang berkaitan dengan tingkat yang diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena akan mempengaruhi prioritas elemen-elemen. Hasil dari penilaian ini akan ditempatkan dalam bentuk matriks yang dinamakan matriks pairwise comparison. Tahapan tahapan dalam melakukan penialaian terhadap elemen-elemen yang diperbandingkan antara lain: a. Elemen mana yang lebih (penting/disukai/berpengaruh/lainnya) b. Berapa kali sering (penting/disukai/berpengaruh/lainnya) Perlu dipahami tujuan yang diambil secara umum agar diperoleh skala yang bermanfaat ketika membandingkan dua elemen. Penyusunan skala kepentingan menggunakan patokan pada tabel di bawah ini.

6 14 Tabel 2.1 Skala Kepentingan, Definisi, dan Penjelasannya Intensitas Kepentingan ,4,6,8 Kebalikan Definisi Kedua elemen sama pentingnya Elemen yang satu sedikit lebih penting Elemen yang satu essensial (sangat penting) Elemen yang satu jelas lebih penting Elemen yang satu mutlak lebih penting Nilai diantara dua pertimbangan yang berdekatan Nilai aktifitas elemen saling berkebalikan Penjelasan Dua elemen kontribusinya sama terhadap elemen tersebut Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong elemen atas lainnya Pengalaman dan pertimbangan kuat menyokong elemen atas lainnya Satu elemen kuat disokong, mendominasi praktek Bukti yang menyokong elemen yang atas memiliki nilai penegasan yang sangat tinggi Diperlukan kompromi antara dua pertimbangan

7 15 Pada penilaian kepentingan relatif antara dua elemen berlaku aksioma reciprocal (timbal balik). Artinya jika elemen x dinilai 3 kali lebih penting dibanding y, maka elemen y harus sama dengan 1/3 kali pentingnya dibanding elemen x. Disamping itu, perbandingan dua elemen yang sama akan menghasilkan angka 1, artinya sama penting. Dua elemen yang berlainan dapat saja dinilai sama penting. Jika terdapat m elemen, maka akan diperoleh matriks pairwise comparison berukuran m x n. Banyaknya penilaian yang diperlukan dalam menyusun matriks ini adalah n(n-1)/2 karena matriks reciprocal dan elemen-elemen diagonalnya sama dengan 1 (satu) Synthesis of Priority Dari setiap matriks tersebut, dicari nilai eigen vektornya untuk mendapatkan local priority. Karena matriks-matriks pairwise comparison terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan global priority harus dilakukan sintesis antara local priority. Pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesis dinamakan priority setting.

8 Logical Consistency Konsistensi memiliki dua makna. Yang pertama adalah objek-objek serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman serta relevansinya. Yang kedua adalah menyangkut tingkat hubungan antar objek-objek yang didasari oleh kriteria-kriteria tertentu Dempster Shafer Fuzzy Analytical Hierarchy Process Multi Attribute Decision Making (MADM) adalah suatu metode pengambilan keputusan untuk menetapkan alternatif terbaik berdasarkan kriteria tertentu. Salah satu metode yang digunakan dalam menyelesaikan permalasahan MADM adalah Analytic Hierarchy Process (AHP). Metode AHP dapat diterapkan pada data yang tidak tunggal atau fuzzy. Pada permasalahan MADM dengan informasi alternatif yang tidak lengkap metode yang digunakan adalah metode Dempster Shafer Analytic Hierarchy Process (DSAHP). Metode Dempster Shafer Analytic Hierarchy Process (DSAHP) fuzzy adalah metode yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan Multi Attribute Decision Making (MADM) dengan informasi yang tidak lengkap. Metode ini merupakan gabungan antara dari metode Analytic Hierarchy Process Fuzzy dengan metode Dempster Shafer Analytic Hierarchy Process. Pendekatan yang dilakukan adalah mengidentifikasi semua kemungkinan alternatif pada setiap atribut. Kemudian dihitung probabilitas dasar dari masing-masing elemen dan interval kepercayaan dari masingmasing keputusan alternatif. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa metode Dempster Shafer AHP dapat diterapkan pada bilangan fuzzy dengan menggunakan interval fuzzy.

9 17 Penurunan normalisasi bpa dengan nilai alternatif fuzzy memenuhi teorema interval fuzzy, sehingga normalisasi bpa dapat diterapkan pada interval fuzzy. Metode Dempster Shafer AHP fuzzy dapat menyelesaikan permasalahan Multi Attribute Decision Making dengan informasi yang tidak lengkap. Dari hasil kombinasi DSAHP fuzzy ditemukan bahwa ada kemiripan hasil dengan AHP fuzzy. Tetapi kelebihan DSAHP fuzzy adalah dapat menganalisis data dengan informasi yang tidak lengkap. Metode Dempster Shafer Analytic Hierarchy Process (DS/AHP) merupakan suatu teknik yang mendukung proses pengambilan keputusan, pertama kali diperkenalkan oleh Beynon, Curry dan Morgan di tahun 2000 dan dikembangkan lebih lanjut oleh Beynon, Cosker dan Marshall di tahun Dalam metoda ini, kriteria dan alternative keputusan disusun dalam bentuk hirarki (hierarchical decision structure), seperti pada metode AHP. Pembobotan terhadap decision alternative/group alternative (DA) dilakukan terhadap seluruh alternatif, kemudian penggabungan alternatif antar kriteria dilakukan dengan menggunakan dempster-shafer theory (DST). Dalam setiap proses pengambilan keputusan selalu ada minimal satu kriteria dan lebih dari satu alternative keputusan (decision alternative). Untuk mendapatkan suatu keputusan, setiap alternative keputusan diberi nilai/bobot. Jika kriteria yang digunakan lebih dari satu, maka pembobotan juga dilakukan untuk masing-masing kriteria. Total nilai suatu alternative diperoleh dengan menjumlahkan bobot alternative tersebut yang berasal dari seluruh kriteria. Dalam memberikan bobot baik untuk alternatif maupun kriteria, tentunya harus didasarkan pada data/informasi/pengetahuan yang memadai. Pada kenyataannya, data/informasi/pengetahuan tidak selalu kita miliki, sehingga bobot yang diberikan juga tidak berdasar, asal-asalan yang pada akhirnya hasil/keputusan yang diambil tidak tepat.

10 18 Metode DS/AHP dikembangkan untuk mengatasi permasalahan ini. Dalam DS/AHP, ketiadaan data/informasi/pengetahuan juga dimodelkan/diberi bobot, yaitu dengan jalan mengikut sertakan kumpulan seluruh kriteria/alternatif sebagai salah satu item dalam pembobotan. Prosedur pengambilan keputusan dengan DS/AHP 1. Menentukan bobot masing-masing kriteria 2. Untuk setiap kriteria, tentukan bobot masing-masing Decision Alternative (DA), yang terdiri dari satu atau lebih alternatif, kemudian untuk mempermudah, buat gambar hirarkinya. 3. Untuk suatu kriteria (kriteria utama), tentukan bobot masing-masing DA, dengan menggunakan pairwise comparison antara masing-masing DA dengan DA yang berisi seluruh alternatif. Hasilnya ditabulasi dalam komparasi matriks sebagai berkut Θ Θ

11 19 Dengan, S 1, S 2, S d adalah group desition alternative (DA), Θ adalah DA yang berisi seluruh alternatif, a 1, a 2, a d adalah bobot untuk S 1, S 2, S d terhadap Θ (hasil dari pairwise comparison), p adalah bobot kriteria dan d adalah jumlah DA. Bobot DA tercermin dari nilai priority vector, yang dikenal juga dengan sebutan mass value, m(s i ). Nilai (ms i ) antara 0 dan 1, sedangkan total m(s i ) dalam suatu jenis kriteria adalah satu, Σm(s i ) = 1. Ulangi pembobotan DA ini untuk kriteria lainnya. 4. Setelah DA untuk semua kriteria diberi bobot, maka selanjutnya hitung bobot untuk setiap alternatif yang ada dengan menggunakan rumus Dempster s Rules of Combination di bawah ini 0,, 1 0,1,2, 1, ; 0 0,1,2, 1,, 0,1,2, 1, ; 0,1,2, 1, Persamaan ini dibuat dengan asumsi jumlah kriterianya ada 2 (yang diwakili oleh m 1 dan m 2 ). Setelah perhitungan ini, bobot tiap alternatif, m(a) sudah diperoleh. Selanjutnya, keputusan diambil berdasarkan hasil perhitungan tersebut.

12 Komputer Komputer berasal dari bahasa latin computare yang mengandung arti menghitung. Karena luasnya bidang garapan ilmu komputer, para pakar dan peneliti sedikit berbeda dalam mendefinisikan termininologi komputer Artificial intelligence Artificial Intelligence / AI didefinisikan sebagai aktifitas mengikut sertakan mesin seperti komputer yang mempunyai kemampuan untuk menampilkan tingkah laku yang dianggap bersifat intelligent jika dibandingkan dengan tingkah laku manusia. AI ini pertama kali muncul sejak dua tahun setelah komputer pertama digunakan untuk keperluan yang berhubungan dengan bisnis Sejarah AI Pada tahun 1956 diselenggarakan pertemuan di Dartmounth Colleg. Pertemuan ini dihadiri oleh Maein Minsky dan John McCartly dari Dartmounth, Nathaniel Rochester dari IBM, dan Claude Shannon dari Bell Laboratories. Pada pertemuan itu berhasil ditemukan istilah Artificial Intelegence, dan mereka menamakan program komputer AI yang pertama dengan sebutan Logic Theorist.

13 Bidang AI AI terdiri dari bidang kerja sebagai berikut: 1. Persepsi Penggunaan tampilan visual dan signal auditory untuk memberikan instruksi kepada komputer dan peralatan lain seperti robot. 2. Belajar Kemampuan komputer dan peralatan lain untuk mendapatkan pengetahuan, selain apa yang telah dimasukkan ke dalam memorinya oleh pembuatnya. 3. Pemrograman otomatis Kemampuan komputer untuk mengkodeprogram dari instruksi yang diberikan oleh pemakai dalam bahasa yang menyerupai percakapan sehari-hari. Pada tahun 1982, Sleeman dan Brown mengulas kembali keberadaan CAI dengan istilah Intelligent Tutoring System (ITS) untuk menggambarkan perkembangan sistem dan membedakannya dari sistem CAI yang dibuat sebelumnya. Asumsi yang terkandung tentang pelajar sekarang memusat kepada learning-by-doing (pembelajaranoleh-tindakan). Mereka menggolongkan keberadaan ITS sebagai sistem yang berbasiskomputer sebagai: 1. pengamat permasalahan dan pemecahannya

14 22 2. pengajar 3. instruktur laboratorium 4. konsultan (Sleeman & Brown, 1982) Penekanan di dalam sistem ini masih merupakan bentuk penelitian untuk menyaring teori AI, tetapi sekarang peneliti sedang berpikir tentang cara menyajikan pengetahuan siswa di dalam sistem ini. Di sini kita temukan penggunaan pertama kali istilah model dari siswa untuk menggambarkan suatu penyajian abstrak mengenai siswa di dalam program komputer. Banyak teknik yang digunakan dalam kecerdasan buatan, diantaranya adalah sistem pakar, algoritma genetika, logika fuzzy, jaringan bayes, dempster-shafer dan lain sebagainya. Pada sistem ini kecerdasan buatan yang digunakan merujuk kepada teori dempster-shafer. 2.5 Microsoft Visual C# Dewasa ini, C# telah menjadi bahasa pemrograman yang tergolong populer. Kepopulerannya ini tidak hanya di kalangan pemrogram, tetapi juga di dunia pendidikan bahkan tidak sedikit perusahaan-perusahaan besar yang mempercayakan sistemnya dibangun menggunakan C#. Microsoft Visual C# (dibaca C Sharp atau C Kres) bukanlah sekedar bahasa pemrograman biasa, tetapi juga disebut Software Development Tool. Maksudnya adalah C# dapat digunakan untuk membangun program-program aplikasi. Beberapa kemampuan C# sebagai sebuah Software Development Tool adalah:

15 23 Membuat aplikasi-aplikasi berbasis console, desktop, internet, ActiveX, file Help, mobile, dan lainnya. Menguji program (debugging), memberikan pesan kesalahan tanpa harus melakukan eksekusi terlebih dahulu, menghasilkan file executable atau file yang dapat langsung dijalankan. C# ialah bahasa pemrograman terbaru yang yang kaya dengan beragam fitur untuk meningkatkan produktivitas dan kehandalan dalam membuat suatu aplikasi. Kehandalan tersebut di-implementasikan lewat penambahan kontrol - kontrol baru dan language enhancement. Microsoft Visual C# yang diciptakan oleh Anders Hejlsberg ini memang merupakan pengembangan dari bahasa C. Hanya sama seperti Java, Microsoft Visual C# telah menghilangkan fitur-fitur pada C yang dianggap kurang baik. Oleh karena itulah digunakan tanda #, yang dalam dunia musik menunjukkan bahwa suatu nada lebih tinggi dari nada lainnya. Jadi dimaksudkan bahwa C# merupakan bahasa yang lebih tinggi dari bahasa C. Bahasa C, C++, Java, dan C# lebih dikenal dengan sebutan keluarga besar pemrograman C atau bahasa pemrograman berbasis bahasa C. C++ mengandung semua hal yang dimiliki oleh C tetapi memiliki fitur yang tidak dimiliki oleh C. Sementara Java dan C# meskipun masih berbasis bahasa C, dan antara bahasa Java dan C# memiliki kesamaan dalam berbagai bidang, namun tidak dengan bahasa C++. Meskipun demikian, semuanya menggunakan banyak sintaksis atau kode program yang mirip, seperti void, int, struct, dan lain sebagainya.

16 24 Penggunaan C# juga didasari oleh tingkat penggunaannya. Jika akan membuat sebuah aplikasi tingkat menengah keatas, maka C# merupakan salah sati pilihan yang tepat. Selain pada umumnya bahasa pemrograman hanya dapat membuat satu jenis aplikasi, desktop saja atau web saja. Namun berbeda dari kebanyakan bahasa pemrograman lainnya, C# sangatlah tepat apabila digunakan untuk berbagai jenis aplikasi. Bahasa pemrograman yang sedang gencar dikembangkan oleh Microsoft untuk menyaingi Java ini juga terus dilengkapi dengan fitur-fitur yang semakin mudah dan lengkap. Misalnya saja COM Component atau template untuk membuat Windows Media Player, browser, dan lain sebagainya. Hal ini tentunya sangat membantu para programmer. 2.6 Interaksi Manusia dan Komputer Salah satu aspek yang penting untuk diperhatikan dalam pembuatan program adalah aspek interaksi manusia dan komputer. Hal ini akan terasa lebih signifikan apabila pengguna program adalah pengguna yang masih sangat awam terhadap komputer. Jadi, pemrogram yang baik akan memperhatikan aspek ini supaya program yang dibuat bersifat seinteraktif mungkin. Tingkat ke-interaktifan suatu program merupakan salah satu hal yang menjadikan kualitas program tersebut tergolong baik. Dengan kata lain, suatu program yang interaktif dan baik harus bersifat user friendly.

17 25 Ciri-ciri program yang bersifat user friendly: 1. Waktu penguasaan program yang relatif sebentar 2. Penyajian informasi yang cepat dan tepat 3. Tingkat kesalahan pemakaian program yang relatif rendah 4. Penghafalan sesudah melampaui suatu jangka waktu tertentu 5. Tingkat kepuasan pribadi Selain hal-hal di atas, dalam merancang system interaksi manusia dan komputer yang baik juga harus memperhatikan delapan aturan utama (eight golden rules), yaitu: 1. Strive for consistency (berusaha untuk konsisten) Interaksi yang baik dari suatu program kepada pengguna akan lebih baik apabila program selalu berusaha untuk konsisten. 2. Enable frequent user to use shortcuts Program yang baik disarankan memiliki jalan pintas untuk pengguna yang sudah cukup mahir. 3. Offer informative feedback Apabila pengguna tidak sesuai dengan apa yang diingini, baiknya suatu program dapat memberikan balasan kepada pengguna se-informatif mungkin. 4. Design dialogs to yield closure Sebisa mungkin program dapat membantu pengguna mengetahui kapan awal dan akhir dari suatu aksi dari program tersebut.

18 26 5. Offer simple error handling Sebisa mungkin sistem dapat membantu pengguna untuk mencegah terjadinya kesalahan yang dapat dengan mudah dimengerti oleh pengguna program. 6. Permit easy reversal of actions Kemungkinan penguna program melakukan kesalahan tentunya sangat tinggi, maka akan terasa lebih baik apabila pada program dilengkapi dengan tombol kembali ke aksi sebelumnya. 7. Support internal locus of control Apabila memungkinkan, pengguna dapat menguasai serta memberikan kontrol terhadap jalannya program. 8. Reduce short term memory load Program yang baik akan meminimalisir beban ingatan jangka pendek pengguna, sehingga pengguna akan dengan mudahnya menggunakan sistem tersebut tanpa harus banyak menghafal.

SISTEM PAKAR ( EXPERT SYSTEM )

SISTEM PAKAR ( EXPERT SYSTEM ) SISTEM PAKAR ( EXPERT SYSTEM ) System pakar (expert system ) merupakan paket perangkat lunak atau paket program komputer yang ditujukan sebagai penyedia nasehat dan sarana bantu dalam memecahkan masalah

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. simulasi penyelesaian rubix cube ini adalah sebagai berikut. 1. Processor: Intel (R) Pentium (R) 4 CPU 1.

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. simulasi penyelesaian rubix cube ini adalah sebagai berikut. 1. Processor: Intel (R) Pentium (R) 4 CPU 1. BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Program Spesifikasi sistem komputer yang digunakan untuk menjalankan program simulasi penyelesaian rubix cube ini adalah sebagai berikut. 4.1.1 Spesifikasi

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE TERBAIK DENGAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE TERBAIK DENGAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) 24 Dinamika Teknik Juli PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE TERBAIK DENGAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Antono Adhi Dosen Fakultas Teknik Universitas Stikubank Semarang DINAMIKA TEKNIK Vol.

Lebih terperinci

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT Multi-Attribute Decision Making (MADM) Permasalahan untuk pencarian terhadap solusi terbaik dari sejumlah alternatif dapat dilakukan dengan beberapa teknik,

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI PENENTUAN PORTOFOLIO INVESTASI DENGAN METODE DEMPSTER SHAFER FUZZY-ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI PENENTUAN PORTOFOLIO INVESTASI DENGAN METODE DEMPSTER SHAFER FUZZY-ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI PENENTUAN PORTOFOLIO INVESTASI DENGAN METODE DEMPSTER SHAFER FUZZY-ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Rojali; Syaeful Karim; Edgar Gerriano Jurusan Matematika, Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process)

Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process) Mata Kuliah :: Riset Operasi Kode MK : TKS 4019 Pengampu : Achfas Zacoeb Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process) e-mail : zacoeb@ub.ac.id www.zacoeb.lecture.ub.ac.id Hp. 081233978339 Pendahuluan AHP

Lebih terperinci

Strategi Pemilihan Sistem Operasi Untuk Personal Computer

Strategi Pemilihan Sistem Operasi Untuk Personal Computer Strategi Pemilihan Sistem Operasi Untuk Personal Computer Fitriyani STMIK Atma Luhur Pangkalpinang; Jl.Jend. Sudirman Selindung Lama - Pangkalpinang Jurusan Sistem Informasi, STMIK Atma Luhur Pangkalpinang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analytic Hierarchy Process (AHP) Sumber kerumitan masalah keputusan bukan hanya dikarenakan faktor ketidakpasatian atau ketidaksempurnaan informasi saja. Namun masih terdapat penyebab

Lebih terperinci

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP) BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK 3.1 Pengertian Proses Hierarki Analitik Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP) pertama kali dikembangkan oleh Thomas Lorie Saaty dari Wharton

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 19 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analytic Hierarchy Process (AHP) Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 70 an ketika di Warston school. Metode AHP merupakan salah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. MCDM (Multiple Criteria Decision Making) Multi-Criteria Decision Making (MCDM) adalah suatu metode pengambilan keputusan untuk menetapkan alternatif terbaik dari sejumlah alternatif

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN Yosep Agus Pranoto Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJURUSAN SMA MENGGUNAKAN METODE AHP

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJURUSAN SMA MENGGUNAKAN METODE AHP SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJURUSAN SMA MENGGUNAKAN METODE AHP Fitriyani Jurusan Sistem Informasi, STMIK Atma Luhur Pangkalpinang Email : bilalzakwan12@yahoo.com ABSTRAK Sistem Pendukung Keputusan dirancang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Sistem Pendukung Keputusan Pada dasarnya sistem pendukung keputusan merupakan pengembangan lebih lanjut dari sistem informasi manajemen terkomputerisasi. Sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Penerapan Model Human Computer Interaction (HCI) dalam Analisis Sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Penerapan Model Human Computer Interaction (HCI) dalam Analisis Sistem BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 1.1 Tinjauan Pustaka Prihati, Mustafid, Suhartono (2011) membuat sebuah jurnal yang berjudul Penerapan Model Human Computer Interaction (HCI) dalam Analisis Sistem

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah

Sistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah Sistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah A Yani Ranius Fakultas Ilmu Komputer Universitas Bina Darma Palembang ay_ranius@yahoo.com Abstrak Sistem

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan 22 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan 2.1.1. Definisi Sistem Sistem adalah kumpulan objek seperti orang, sumber daya, konsep dan prosedur yang dimaksudkan

Lebih terperinci

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM Oleh : Yuniva Eka Nugroho 4209106015 Jurusan Teknik Sistem Perkapalan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ini dilakukan di Dapur Geulis yang merupakan salah satu restoran di Kota Bogor. Penelitian ini dimulai dengan melakukan identifikasi bauran pemasaran

Lebih terperinci

JURNAL SKRIPSI IMPLEMENTASI ALGORITMA DEMPSTER SHAFER DALAM PEMBUATAN ITS UNTUK MATAKULIAH SIMULASI DAN PERMODELAN ABSTRAKSI

JURNAL SKRIPSI IMPLEMENTASI ALGORITMA DEMPSTER SHAFER DALAM PEMBUATAN ITS UNTUK MATAKULIAH SIMULASI DAN PERMODELAN ABSTRAKSI Nama : Muhammad Untung Ariessandi Email : sandi_ozora@yahoo.com JURNAL SKRIPSI IMPLEMENTASI ALGORITMA DEMPSTER SHAFER DALAM PEMBUATAN ITS UNTUK MATAKULIAH SIMULASI DAN PERMODELAN ABSTRAKSI Muhammad Untung

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP) BAB 2 LANDASAN TEORI 2 1 Analytial Hierarchy Process (AHP) 2 1 1 Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP) Metode AHP merupakan salah satu metode pengambilan keputusan yang menggunakan faktor-faktor

Lebih terperinci

Bab II Analytic Hierarchy Process

Bab II Analytic Hierarchy Process Bab II Analytic Hierarchy Process 2.1. Pengertian Analytic Hierarchy Process (AHP) Metode AHP merupakan salah satu metode pengambilan keputusan yang menggunakan faktor-faktor logika, intuisi, pengalaman,

Lebih terperinci

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI Dwi Nurul Izzhati Fakultas Teknik, Universitas Dian Nuswantoro, Semarang 50131 E-mail : dwinurul@dosen.dinus.ac.id

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. yang di lakukan oleh Agus Settiyono (2016) dalam penelitiannya menggunakan 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. yang di lakukan oleh Agus Settiyono (2016) dalam penelitiannya menggunakan 7 BAB 2 2.1. Tinjauan Pustaka TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI Tinjauan pustaka yang dipakai dalam penelitian ini didapat dari penelitian yang di lakukan oleh Agus Settiyono (2016) dalam penelitiannya menggunakan

Lebih terperinci

PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE

PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE Nunu Kustian Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Matematika dan IPA Email: kustiannunu@gmail.com ABSTRAK Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. 2. Memori RAM 512 MB 3. VGA card 256 MB 4. CD-ROM Drive 5. Speaker 6. Keyboard 7. Mouse

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. 2. Memori RAM 512 MB 3. VGA card 256 MB 4. CD-ROM Drive 5. Speaker 6. Keyboard 7. Mouse BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Implementasi Aplikasi Pada tahap ini, aplikasi yang sebelumnya telah direncanakan dan kemudian dibuat akan segera dipublikasikan. Namun sebelum dipublikasikan, ada beberapa

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI KOMPUTER SWASTA

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI KOMPUTER SWASTA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI KOMPUTER SWASTA Yuli Astuti 1, M. Suyanto 2, Kusrini 3 Mahasiswa 1, Pembimbing 1 2, Pembimbing 2 3 Program Studi Magister Informatika STMIK AMIKOM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Sistem Pendukung Keputusan Sistem Pendukung Keputusan (SPK) merupakan sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi, pemodelan dan memanipulasi data. Sistem ini digunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Ada tiga komponen dalam sistim antrian yaitu : 1. Kedatangan, populasi yang akan dilayani (calling population)

BAB II LANDASAN TEORI. Ada tiga komponen dalam sistim antrian yaitu : 1. Kedatangan, populasi yang akan dilayani (calling population) BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Karakteristik Sistem Antrian Ada tiga komponen dalam sistim antrian yaitu : 1. Kedatangan, populasi yang akan dilayani (calling population) 2. Antrian 3. pelayanan Masing-masing

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terkait Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dita Monita seorang mahasiswa program studi teknik informatika dari STMIK Budi Darma Medan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Pendukung Keputusan 2.1.1. Definisi Keputusan Keputusan (decision) yaitu pilihan dari dua atau lebih kemungkinan. Keputusan dapat dilihat pada kaitannya dengan proses,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Metode Analytical Hierarchy Process 2.2.1 Definisi Analytical Hierarchy Process (AHP) Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika. Metode ini adalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keputusan dan Pengambilan Keputusan 2.1.1 Definisi James A.F.Stoner mendefinisikan keputusan sebagai pemilihan diantara alternatifalternatif. Definisi lainnya yaitu menurut Prof.

Lebih terperinci

Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Jurusan Siswa-Siswi SMA (IPA/IPS/BAHASA) Menggunakan Metode AHP (Studi Kasus SMA di Kota Padang).

Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Jurusan Siswa-Siswi SMA (IPA/IPS/BAHASA) Menggunakan Metode AHP (Studi Kasus SMA di Kota Padang). Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Jurusan Siswa-Siswi SMA (IPA/IPS/BAHASA) Menggunakan Metode AHP (Studi Kasus SMA di Kota Padang). PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

ISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014

ISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014 PENERAPAN METODE TOPSIS DAN AHP PADA SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PENERIMAAN ANGGOTA BARU, STUDI KASUS: IKATAN MAHASISWA SISTEM INFORMASI STMIK MIKROSKIL MEDAN Gunawan 1, Fandi Halim 2, Wilson 3 Program

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. fakta mentah mengenai orang, tempat, kejadian, dan hal-hal yang penting dalam

BAB 2 LANDASAN TEORI. fakta mentah mengenai orang, tempat, kejadian, dan hal-hal yang penting dalam BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Database 2.1.1.1 Pengertian Data Menurut Whitten, Bentley, dan Dittman (2004, p23), pengertian dari data adalah fakta mentah mengenai orang, tempat, kejadian,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Fungsi-fungsi Aplikasi 4.1.1 Splashscreen Splashscreen merupakan Activity yang pertama kali muncul saat aplikasi dibuka. Gambar 4.1 merupakan tampilan spalshscreen pada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pendukung Keputusan Pada dasarnya Sistem Pendukung Keputusan ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari sistem informasi manajemen terkomputerisasi yang dirancang sedemikian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Suatu sistem pada dasarnya adalah sekolompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu.

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI PEMILIHAN JENIS BEASISWA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (STUDI KASUS: BEASISWA UKRIDA)

ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI PEMILIHAN JENIS BEASISWA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (STUDI KASUS: BEASISWA UKRIDA) Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI PEMILIHAN JENIS BEASISWA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (STUDI KASUS: BEASISWA UKRIDA) ANALYSIS AND DESIGN APPLICATION

Lebih terperinci

JURNAL. SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KENAIKAN JABATAN PADA PT BANK CENTRAL ASIA Tbk. (BCA) MENGGUNAKAN METODE ANALITYC HEARARCHY PROCESS

JURNAL. SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KENAIKAN JABATAN PADA PT BANK CENTRAL ASIA Tbk. (BCA) MENGGUNAKAN METODE ANALITYC HEARARCHY PROCESS JURNAL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KENAIKAN JABATAN PADA PT BANK CENTRAL ASIA Tbk. (BCA) MENGGUNAKAN METODE ANALITYC HEARARCHY PROCESS V.M.Eduardo Christian S A11.2008.03931 Teknik Informatika Udinus TEKNIK

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Multiple Attribute Decision Making (MADM) Multiple Attribute Decision Making (MADM) adalah studi tentang identifikasi dan pemilihan alternatif berdasarkan nilai-nilai dan preferensi

Lebih terperinci

S u n a r t o

S u n a r t o SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS ( AHP ) BERBASIS PHP S u n a r t o 7406 030 208 Sunarto 1, Rengga Asmara 2 Mahasiswa Jurusan Teknologi Informasi 1, Dosen

Lebih terperinci

PEMANFAATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN KARYAWAN BERPRESTASI

PEMANFAATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN KARYAWAN BERPRESTASI PEMANFAATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN KARYAWAN BERPRESTASI Sudarto STMIK Mikroskil Jl. Thamrin No. 112, 124, 140 Medan 20212 sudarto@mikroskil.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukan disebabkan faktor fisik (seperti luka bakar) atau kimia (seperti keracunan).

BAB I PENDAHULUAN. bukan disebabkan faktor fisik (seperti luka bakar) atau kimia (seperti keracunan). BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam medis, penyakit menular atau penyakit infeksi adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh sebuah agen biologi (seperti virus, bakteria atau parasit), bukan disebabkan

Lebih terperinci

Jurnal SCRIPT Vol. 3 No. 1 Desember 2015

Jurnal SCRIPT Vol. 3 No. 1 Desember 2015 PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS ( AHP ) PADA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN MAHASISWA BERPRESTASI MENGGUNAKAN FRAMEWORK LARAVEL (STUDI KASUS : INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND YOGYAKARTA)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemilihan Supplier Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan kegiatan strategis terutama apabila supplier tersebut memasok item yang kritis atau akan digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Pendukung Keputusan Sistem Pendukung Keputusan merupakan suatu sistem interaktif yang mendukung kepututsan dalam proses pengambilan keputusan melalui alternatif-alternatif

Lebih terperinci

Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process )

Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process ) Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process ) A. Pengertian AHP ( Analitycal Hierarchy Process ) AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele.

BAB II LANDASAN TEORI. pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manusia dan Pengambilan Keputusan Setiap detik, setiap saat, manusia selalu dihadapkan dengan masalah pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele. Bagaimanapun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. benar atau salah. Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam

BAB III METODOLOGI. benar atau salah. Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam BAB III METODOLOGI Metodologi merupakan kumpulan prosedur atau metode yang digunakan untuk melakukan suatu penelitian. Menurut Mulyana (2001, p114), Metodologi diukur berdasarkan kemanfaatannya dan tidak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Sistem Pendukung Keputusan Sistem pendukung keputusan ( decision support systems disingkat DSS) adalah bagian dari sistem informasi berbasis computer termasuk sistem berbasis

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN LBB PADA KAMPUNG INGGRIS PARE MENGGUNAKAN METODE AHP

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN LBB PADA KAMPUNG INGGRIS PARE MENGGUNAKAN METODE AHP SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN LBB PADA KAMPUNG INGGRIS PARE MENGGUNAKAN METODE AHP Mayang Anglingsari Putri 1, Indra Dharma Wijaya 2 Program Studi Teknik Informatika, Jurusan Teknik Elektro, Politeknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto. Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto. Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan nomos. Oikos berarti rumah tangga, nomos berarti aturan. Sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Vendor Dalam arti harfiahnya, vendor adalah penjual. Namun vendor memiliki artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam industri yang menghubungkan

Lebih terperinci

Techno.COM, Vol. 12, No. 4, November 2013:

Techno.COM, Vol. 12, No. 4, November 2013: Techno.COM, Vol. 12, No. 4, November 2013: 223-230 MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KARYAWAN PADA INSTANSI KESATUAN BANGSA POLITIK DAN PELINDUNGAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data-data yang digunakan untuk penelitian ini merupakan gabungan antara data primer dan data sekunder. Data primer mencakup hasil penggalian pendapat atau

Lebih terperinci

Pengertian Metode AHP

Pengertian Metode AHP Pengertian Metode AHP Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika. Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX Daniar Dwi Pratiwi 1, Erwin Budi Setiawan 2, Fhira Nhita 3 1,2,3 Prodi Ilmu Komputasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 14 LANDASAN TEORI 2.1 Proses Hierarki Analitik 2.1.1 Pengenalan Proses Hierarki Analitik Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy Process AHP) dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Literatur Berikut adalah beberapa penelitian serupa mengenai kualitas yang telah dilakukan dilakukan sebelumnya, yaitu: 1. Harwati (2013), yaitu: Model Pengukuran Kinerja

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN PRIORITAS KONSUMEN PENERIMA KREDIT. Sahat Sonang S, M.Kom (Politeknik Bisnis Indonesia)

IMPLEMENTASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN PRIORITAS KONSUMEN PENERIMA KREDIT. Sahat Sonang S, M.Kom (Politeknik Bisnis Indonesia) IMPLEMENTASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN PRIORITAS KONSUMEN PENERIMA KREDIT Sahat Sonang S, M.Kom (Politeknik Bisnis Indonesia) ABSTRAK Sistem pengambilan keputusan adalah sistem yang membantu

Lebih terperinci

PENEMPATAN JUKIR DI WILAYAH KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN KEDIRI DENGAN METODE ANALITICAL HIERARCHY PROCESS SKRIPSI

PENEMPATAN JUKIR DI WILAYAH KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN KEDIRI DENGAN METODE ANALITICAL HIERARCHY PROCESS SKRIPSI PENEMPATAN JUKIR DI WILAYAH KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN KEDIRI DENGAN METODE ANALITICAL HIERARCHY PROCESS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Komputer (

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Tujuan analisa sistem dalam pembangunan aplikasi sistem pendukung keputusan ini adalah untuk mendapatkan semua kebutuhan pengguna dan sistem, yaitu

Lebih terperinci

APLIKASI AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN TEMPAT KULIAH DI BANGKA BELITUNG

APLIKASI AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN TEMPAT KULIAH DI BANGKA BELITUNG APLIKASI AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN TEMPAT KULIAH DI BANGKA BELITUNG Fitriyani Jurusan Sistem Informasi, STMIK Atma Luhur Pangkalpinang Jl.Raya Selindung Baru Pangkalpinang

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN BONUS KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE AHP SKRIPSI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN BONUS KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE AHP SKRIPSI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN BONUS KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE AHP SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S.Kom.) Pada Progam Studi Sistem Informasi

Lebih terperinci

PEDEKATAN MODEL FUZZY TIME SERIES DENGAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS UNTUK PERAMALAN MAHASISWA BERPRESTASI

PEDEKATAN MODEL FUZZY TIME SERIES DENGAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS UNTUK PERAMALAN MAHASISWA BERPRESTASI PEDEKATAN MODEL FUZZY TIME SERIES DENGAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS UNTUK PERAMALAN MAHASISWA BERPRESTASI Rahmad Syah Jurusan Teknik Informatika, sekolah tinggi teknik harapan Jln. H.M Joni, Sumatera Utara,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut Dahlan Siamat ( Manajemen Lembaga Keuangan,1995, p343), Dana

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut Dahlan Siamat ( Manajemen Lembaga Keuangan,1995, p343), Dana 5 BAB 2 LANDASAN TEOR 2.1 Dana Pensiun Pemberi Kerja Menurut Dahlan Siamat ( Manajemen Lembaga Keuangan,1995, p343), Dana pensiun yang dibentuk oleh orang atau badan yang memperkerjakan karyawan, selaku

Lebih terperinci

BAB I PERSYARATAN PRODUK

BAB I PERSYARATAN PRODUK BAB I PERSYARATAN PRODUK I.1 Pendahuluan Pesatnya perkembangan teknologi dewasa ini membuat banyak pihak merasakan manfaat yang luar biasa. Bukan hanya sebagai pelengkap kebutuhan manusia, namun keberadaan

Lebih terperinci

PEMILIHAN GURU BERPRESTASI MENGGUNAKAN METODE AHP DAN TOPSIS

PEMILIHAN GURU BERPRESTASI MENGGUNAKAN METODE AHP DAN TOPSIS Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011 PEMILIHAN GURU BERPRESTASI MENGGUNAKAN METODE AHP DAN TOPSIS Juliyanti 1,

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Usulan Prosedur Yang Baru Sistem yang dirancang ini akan diusulkan kepada PT. Republika Media Mandiri untuk membantu pelaporan berita oleh reporter, serta penulisan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Fuzzy Relation Dalam dunia ini, banyak hal bersifat tidak pasti dimana derajat kepastian (degree of preciseness) hal-hal tersebut secara intuisi berbeda-beda. Di sini, fuzzy set

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Karyawan Terbaik Menggunakan Metode AHP

Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Karyawan Terbaik Menggunakan Metode AHP 48 Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Karyawan Terbaik Menggunakan Metode AHP Bayu Setyawan Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik Universitas 45 Surabaya Email : bay_setyawan@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

Lampiran. : Staff Administrasi dan Guru TIK

Lampiran. : Staff Administrasi dan Guru TIK Lampiran LAMPIRAN 1 Wawancara Kebutuhan Nama Jabatan : Agus : Staff Administrasi dan Guru TIK 1. Sudah adakah sistem pembelajaran yang terkomputerisasi? Jawab : Sebelumnya, pada SMAN 65 belum terdapat

Lebih terperinci

Analytical hierarchy Process

Analytical hierarchy Process Analytical hierarchy Process Pengertian AHP Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. AHP menguraikan masalah multi faktor atau

Lebih terperinci

ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS)

ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS) ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS) M.Fajar Nurwildani Dosen Prodi Teknik Industri, Universitasa Pancasakti,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Karyawan merupakan sumber daya yang utama bagi perusahaan. Maju mundurnya

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Karyawan merupakan sumber daya yang utama bagi perusahaan. Maju mundurnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karyawan merupakan sumber daya yang utama bagi perusahaan. Maju mundurnya suatu perusahaan sangat ditentukan oleh karyawan yang bekerja pada perusahaan. Setiap perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Pendukung Keputusan 1. Pengertian Sistem Pendukung Keputusan Menurut Alter (dalam Kusrini, 2007), Sistem pendukung keputusan merupakan sistem informasi interaktif yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analytic Hierarchy Process (AHP) Analytic Hierarchy Process (AHP) adalah salah satu metode khusus dari Multi Criteria Decision Making (MCDM) yang diperkenalkan oleh Thomas L. Saaty.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional Pariwisata merupakan kegiatan perjalanan untuk rekreasi dengan mengunjungi tempat-tempat wisata seperti gunung, pantai, perkotaan, dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Model Cutting Stock Problem 2.1.1 Integer Knapsack Cutting-stock problem merupakan salah satu satu contoh persoalan dalam Integer Knapsack. Dalam persoalan integer knapsack,

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Masalah Agen Asuransi merupakan perantara dari perusahaan asuransi dengan pihak tertanggung baik dalam penutupan pertanggung maupun dalam penyelesaian klaim.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Matching Profile adalah perlunya memasang atau meng-install aplikasi kedalam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Matching Profile adalah perlunya memasang atau meng-install aplikasi kedalam BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Panduan Pemasangan Aplikasi Hal pertama yang perlu dilakukan untuk dapat menggunakan aplikasi Job Matching Profile adalah perlunya memasang atau meng-install aplikasi kedalam

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR TI BAHREN, MUNAR a Jurusan Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Universitas Almuslim Jln. Almuslim Tlp.

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN 47 BAB III METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Meningkatnya aktivitas perkotaan seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi masyarakat yang kemudian diikuti dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk akan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analytical Hierarchy Process (AHP) Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah salah satu metode dari Multi Criteria Decision Making (MCDM) yang dikembangkan oleh Prof. Thomas Lorie

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PERIJINAN DAN PENEMPATAN KOLAM JARING TERAPUNG MENGGUNAKAN METODE AHP STUDI KASUS PT

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PERIJINAN DAN PENEMPATAN KOLAM JARING TERAPUNG MENGGUNAKAN METODE AHP STUDI KASUS PT SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PERIJINAN DAN PENEMPATAN KOLAM JARING TERAPUNG MENGGUNAKAN METODE AHP STUDI KASUS PT. PJB CIRATA BADAN PENGELOLAAN WADUK CIRATA Erika Susilo Jurusan Teknik Informatika Fakultas

Lebih terperinci

P11 AHP. A. Sidiq P.

P11 AHP. A. Sidiq P. P11 AHP A. Sidiq P. http://sidiq.mercubuana-yogya.ac.id Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Mercu Buana Yogyakarta Tujuan Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan

Lebih terperinci

Guidelines & Principles. Desain Antarmuka Pengguna MI1392 Pekan ke-4

Guidelines & Principles. Desain Antarmuka Pengguna MI1392 Pekan ke-4 Guidelines & Principles Desain Antarmuka Pengguna MI1392 Pekan ke-4 Kompetensi Kajian-1 Komp. Dasar Komp. Menengah Komp. Mahir Kajian 1: Pengantar Teori Guideline dan Principle Mampu menyebutkan 4 guideline

Lebih terperinci

PENERAPAN AHP UNTUK SELEKSI MAHASISWA BERPRESTASI

PENERAPAN AHP UNTUK SELEKSI MAHASISWA BERPRESTASI bidang TEKNIK PENERAPAN AHP UNTUK SELEKSI MAHASISWA BERPRESTASI SRI NURHAYATI, SRI SUPATMI Program Studi Teknik Komputer Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia Tujuan dari Perguruan

Lebih terperinci

MODEL PENUNJANG KEPUTUSAN PENYELEKSIAN PEMBERIAN BEASISWA BIDIKMISI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

MODEL PENUNJANG KEPUTUSAN PENYELEKSIAN PEMBERIAN BEASISWA BIDIKMISI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS MODEL PENUNJANG KEPUTUSAN PENYELEKSIAN PEMBERIAN BEASISWA BIDIKMISI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Adhie Thyo Priandika Teknik Informatika, STMIK Teknokrat Jl. H.ZA Pagaralam, No 9-11,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Optimalisasi Optimalisasi adalah sarana untuk mengekspresikan, dalam model matematika, hasil dari penyelesaian suatu masalah dengan cara terbaik (Sergio et. al., 2008, p403). Hal

Lebih terperinci

ANALISIS PEMILIHAN MODA KENDARAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALISIS HIRAKI PROSES PADA MAHASISWA UNP KEDIRI

ANALISIS PEMILIHAN MODA KENDARAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALISIS HIRAKI PROSES PADA MAHASISWA UNP KEDIRI ANALISIS PEMILIHAN MODA KENDARAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALISIS HIRAKI PROSES PADA MAHASISWA UNP KEDIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Lebih terperinci

Prinsip-Prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Prinsip-Prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Prinsip-Prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process Siti Latifah Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara I. PENDAHULUAN Sumber kerumitan masalah pengambilan keputusan bukan hanya

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN GURU BERPRESTASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS PADA SMK NEGERI 9 SEMARANG

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN GURU BERPRESTASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS PADA SMK NEGERI 9 SEMARANG SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN GURU BERPRESTASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS PADA SMK NEGERI 9 SEMARANG Adelia Susanti A12.2008.03318 Program Studi Sistem Informasi S1, Universitas

Lebih terperinci

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Definisi AHP (Analytic Hierarchy Process) merupakan suatu model pengambil keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty yang menguraikan masalah multifaktor

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Berikut merupakan diagram alir yang menggambarkan langkah-langkah dalam melakukan penelitian di PT. Putra Jaya Gemilang.

Lebih terperinci

BAB III ANP DAN TOPSIS

BAB III ANP DAN TOPSIS BAB III ANP DAN TOPSIS 3.1 Analytic Network Process (ANP) Analytic Network Process atau ANP adalah teori matematis yang memungkinkan seorang pengambil keputusan menghadapi faktor-faktor yang saling berhubungan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Produksi adalah setiap usaha atau kegiatan untuk menambah kegunaan suatu barang atau menciptakan barang yang baru baik langsung maupun tidak langsung, yang dapat memenuhi

Lebih terperinci

SISTEM PENGAMBILAN KEPUTUSAN SELEKSI SISWA BERPRESTASI PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) MA ARIF 1 KALIREJO MENGGUNAKAN METODE AHP

SISTEM PENGAMBILAN KEPUTUSAN SELEKSI SISWA BERPRESTASI PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) MA ARIF 1 KALIREJO MENGGUNAKAN METODE AHP ABSTRAK SISTEM PENGAMBILAN KEPUTUSAN SELEKSI SISWA BER PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) MA ARIF 1 KALIREJO MENGGUNAKAN METODE AHP Evi Haryani, Nurul Widiastuti STMIK Pringsewu Lampung Jl. Wisma Rini

Lebih terperinci